Upload
buique
View
247
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH INFUSA HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.)
PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA
SKRIPSI
Oleh :
ARIZTYA RIZKI NUGRAHANI K 100 040 213
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA 2008
ii
UJI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH INFUSA HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.)
PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta di Surakarta
Oleh :
ARIZTYA RIZKI NUGRAHANI K 100 040 213
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA 2008
iii
PENGESAHAN SKRIPSI Berjudul:
UJI PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH
INFUSA HERBA DAUN SENDOK (Plantago mayor L.) PADA KELINCI JANTAN YANG DIBEBANI GLUKOSA
Oleh :
ARIZTYA RIZKI NUGRAHANI K 100 040 213
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Makalah Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal :
Mengetahui, Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta Dekan
Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt
Penguji : 1. Ratna Yuliani., M. Biotech., St
2. Maryati, M.Si., Apt
3. dr. EM Sutrisna, M.Kes
4. Rima Munawaroh, S.Si., Apt
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
dr. EM Sutrisna, M.Kes Rima Munawaroh, S.Si., Apt
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami adalah
Allah’ kemudian mereka istiqamah (meneguhkan pendirian), maka
malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan),'Janganlah
kalian takut dan janganlah kalian sedih dan bergembiralah dengan
jannah yang telah dijanjikan Allah kepada kalian’
(QS. Fushshilat:30)
Kerja orang sukses adalah mengerjakan realita sesuai basicnya
Refreshingnya adalah merencanakan kerjanya
Istirahatnya adalah mengevaluasi
Wisatanya adalah mencari referensi
Tidurnya adalah memimpikan esok hari dan yang akan datang
(anonim)
Sebagai ungkapan syukur kehadirat illahi robbi, atas karunia-Nya yang tak
terhingga, kupersembahkan karya sederhana ini untuk :
Ibu & Bapak yang dimuliakan Allah... semoga masih ada kesempatan tuk raih
jannah-Nya dengan berbakti padamu,
Anin & Lala, semoga suatu saat nanti hidayah Allah kan hadir di hati kalian,
Para guru kehidupan yang tulus ikhlas membimbingku,
Teman-teman dan saudara seiman,
Almamaterku.
v
DEKLARASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Surakarta, 18 Juli 2008
Peneliti
(Ariztya Rizki Nugrahani)
vi
KATA PENGANTAR
وبرآاته اهللا ورحمة عليكم السالم
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengemban amanah dalam menuntut ilmu. Shalawat dan salam
senantiasa tertuju pada uswah khasanah, Rasulullah Muhammad SAW, yang telah
menuntun ummatnya menuju cahaya illahi.
Skripsi dengan judul “ Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa
Herba Daun Sendok (Plantago mayor L.) Pada Kelinci Jantan Yang Dibebani
Glukosa” diajukan dan dipertahankan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
derajat sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang farmasi. Penulisan skripsi
ini tak lepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak dan pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dra. Nurul Muthmainah, M.Si., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Muhmmadiyah Surakarta
2. Rima Munawaroh, S.Si., Apt, selaku pembimbing akademik dan
pembimbing skripsi, yang telah banyak membantu penulis dalam
perkuliahan maupun penyusunan skripsi.
3. dr. EM Sutrisna, M. Kes selaku pembimbing utama yang telah meluangkan
waktu dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.
vii
4. Ratna Yuliani, M. Biotech., St., Maryati, M.Si., Apt., dan Nurcahyanti
Wahyuningtyas, M.Biomed., Apt selaku penguji pendadaran dan seminar
proposal atas nasihat, kritik dan sarannya demi perbaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen fakultas farmasi atas ilmu dan pengalaman berharga selama
perkuliahan.
6. Mba’ Nur, Mas Awang, Pak Wiyono atas bantuan penelitian skripsi.
7. Semua staf karyawan dan laboran atas kebaikan dalam memberikan
pelayanan selama penulis menempuh kuliah.
8. Segenap karyawan perpustakaan yang telah membantu dalam memperoleh
referensi untuk penulisan skripsi ini.
9. Bapak, Ibu, adik-adik, dan saudara seiman atas dukungan dan iringan doa di
setaip langkah penulis.
10. Reny Kristiyanti Widiastuti, terimakasih atas kerjasama dan semangat untuk
menyelesaikan penelitian ini.
11. Sahabat – sahabat perjuanganku: Puji, Endah, Tari, Etha, Mely, Steela, Ucit,
Septi, Alisa, Phi-Phi, teman-teman di Muttaqin, Yasmin 2, Avicenna,
Mentoring, pengajar TPA, Uni, Mba’ Ika, Mba’ Chusnul, Mba’ ayi, banyak
pelajaran berharga yang penulis dapat dari kalian.
12. Teman-teman kelompok antidiabetes: Dini, Ita, Sitta, Echo, dkk, terimakasih
atas bantuan dan kerjasamanya.
13. Teman-teman Fakultas Farmasi UMS angkatan 2004 atas kebersamaannya.
Serta untuk semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuannya selama ini, dan mohon
maaf atas segala khilaf yang pernah penulis perbuat.
viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran
yang dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
وبرآاته اهللا ورحمة عليكم والسالم
Surakarta, 18 Juli 2008
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................. iv
HALAMAN DEKLARASI.................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
INTISARI.......................................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 3
D. Tinjauan Pustaka................................................................................. 3
1. Obat Tradisional........................................................................... 3
2. Daun Sendok ................................................................................ 4
3. Infundasi....................................................................................... 6
4. Metabolisme Karbohidrat............................................................. 7
5. Pankreas ....................................................................................... 8
6. Diabetes Melitus .......................................................................... 9
7. Uji Anti Diabetes................................................... .................... 18
x
E. Landasan teori................................... .............................................. 19
F. Hipotesis................................... ................................... ................... 20
BAB II. METODE PENELITIAN..................................................................... 21
A. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian........................ 21
B. Bahan dan Alat................................................................................. 22
C. Jalannya Penelitian........................................................................... 22
1. Determinasi Tanaman.................................................................. 22
2. Pembuatan Simplisia Herba Daun Sendok.................................. 23
3. Pembuatan Infusa Herba Daun Sendok ....................................... 23
4. Penentuan Operating Time .......................................................... 24
5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum................................ 24
6. Pembuatan Stok Glukosa............................................................. 24
7. Perhitungan Dosis Acarbose........................................................ 25
8. Penetapan Peringkat Dosis .......................................................... 26
9. Uji Pendahuluan .......................................................................... 27
10. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah......................................... 28
11. Penetapan Kadar Glukosa Darah (Plasma) ................................ 29
D. Cara Analisis .................................................................................... 30
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 32
A. Determinasi Tanaman ...................................................................... 32
B. Hasil Infundasi Herba Daun Sendok................................................ 32
C. Hasil Penetapan Waktu Serapan Optimum (Operating Time) ......... 33
D. Hasil Penetapan Panjang Gelombang Maksimum ........................... 36
E. Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah ...................................... 37
xi
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 51
A. Kesimpulan ...................................................................................... 51
B. Saran................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 52
LAMPIRAN....................................................................................................... 55
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi Sampel, Standar, dan Blangko yang Dianalisis
pada Penetapan Kadar Glukosa Darah ...............................................30
Tabel 2. Penetapan Operating Time dari Glukosa Standar dengan
Pereaksi GOD-PAP (Diasys)..............................................................35
Tabel 3. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum.......................................36
Tabel 4. Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Kadar Awal pada
Pembuatan Model Hiperglikemik (n=3).............................................38
Tabel 5. Nilai AUC0-240 pada Berbagai Model Hiperglikemik .........................39
Tabel 6. Hasil Uji LSD AUC 0-240 Antarkelompok Perlakuan pada
Orientasi Dosis Pembebanan Glukosa................................................40
Tabel 7. Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Kadar Awal Pada
Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa ..............................................41
Tabel 8. AUC0-240 pada Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa ......................42
Tabel 9. Hasil Uji LSD AUC0-240 Antarkelompok Perlakuan pada
Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa ..............................................43
Tabel 10. Persentase Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Kelompok
Perlakuan ............................................................................................46
Tabel 11. Nilai Auc0-240 dari Persentase Kadar Glukosa Darah
terhadap Waktu pada Berbagai Perlakuan..........................................47
Tabel 12. Hasil Uji LSD AUC 0-240 antara Berbagai Peringkat Dosis ...............48
Tabel 13. Persen Penurunan Kadar Glukosa Darah (% PKGD) tiap
Kelompok Perlakuan ..........................................................................49
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Jalannya Penelitian ............................................................29
Gambar 2. Pembentukan Senyawa Berwarna Merah (Kuinonimin)
pada Reaksi Enzimatis dengan Reagen GOD PAP.......................34
Gambar 3. Kurva Hubungan Waktu Inkubasi Kurva Hubungan
Antara Waktu Inkubasi dengan Nilai Absorbansi.........................35
Gambar 4. Kurva Hubungan Panjang Gelombang dengan Nilai
Absorbansi antara Glukosa dengan Pereaksi GOD-PAP
(Dyasis) .........................................................................................36
Gambar 5. Kurva Hubungan Persentase Kadar Glukosa Darah pada
Berbagai Dosis Pembebanan terhadap Waktu ..............................38
Gambar 6. Kurva Hubungan Persentase Kadar Glukosa Darah pada
Berbagai Waktu Pembebanan Glukosa .........................................42
Gambar 7. Kurva Hubungan Persentase Kadar Glukosa Darah
Terhadap Waktu pada Berbagai Dosis Infusa ...............................46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pembuatan Model Hiperglikemik .................................................55
Lampiran 2. Waktu Pembebanan Glukosa ........................................................56
Lampiran 3. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Herba Daun
Sendok...........................................................................................57
Lampiran 4. Uji Statistik .....................................................................................58
Lampiran 5. Hasil Determinasi ...........................................................................59
Lampiran 6. Gambar Alat dan Bahan .................................................................60
xv
DAFTAR SINGKATAN
DM Diabetes Melitus
EDTA Etilen Diamin Tetra Asetat
GOD-PAP Glucose Oxidase - Phenol Aminoantypirin Peroxidase
AUC Area Under the Curve
LSD Least Significant Difference
ANOVA Analisis o f Varian
PKGD Penurunan Kadar Glukosa Darah
xvi
INTISARI
Herba daun sendok (Plantago mayor L.) secara tradisional digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah infusa herba daun sendok mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah pada kelinci jantan yang dibebani glukosa, dan membandingkan efektivitas penurunan kadar glukosa darah antara infusa herba daun sendok dengan acarbose sebagai oral antidiabetic.
Penelitian ini termasuk kategori eksperimental semu dengan rancangan percobaan acak lengkap pola searah. Sebanyak 20 ekor kelinci jantan lokal bermata merah, berat badan antara 1,2 – 2 kg dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok I kontrol positif (acarbose 2,33 mg/kgBB), kelompok II kontrol negatif (aquadest 3mL/1,5 kgBB), kelompok III, IV, V diberi infusa herba daun sendok dosis 0,33 g/kgBB, 0,65 g/kgBB, dan 1,30 g/kgBB sebanyak 3 mL/ 1,5 kgBB. Pembebanan glukosa dosis 2 g/kgBB dilakukan bersamaan dengan pemberian sediaan uji. Cuplikan darah diambil dari vena telinga kelinci pada menit ke 0, 30, 60, 90, 120, 180, dan 240. Data yang didapatkan berupa kadar glukosa darah (mg/dL) diubah menjadi persentase kadar glukosa darah terhadap kadar awal, kemudian dihitung nilai AUC0-240. Nilai AUC0-240 dianalisis menggunakan one way anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa herba daun sendok dapat menurunkan kadar glukosa darah pada dosis 0,33 g/kgBB dan 0,65 g/kgBB. Kemampuan penurunan kadar glukosa darahnya hampir sama dengan acarbose (berbeda tidak bermakna). Nilai % Penurunan Kadar Glukosa Darah (PKGD) dari kontrol positif sebesar 13,78 ± 5,07 %, infusa dosis 0,33 g/kgBB sebesar 17,15 ± 5,30 %, dan infusa dosis 0,65 g/kgBB sebesar 14,32 ± 3,69 %. Kata kunci: kadar glukosa darah, infusa, herba daun sendok (Plantago mayor L.)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang
akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak
disoroti (Suyono, 2005). Penyakit diabetes melitus merupakan salah satu dari
beberapa penyakit degeneratif, yaitu penyakit akibat fungsi atau struktur dari
jaringan atau organ tubuh menurun secara progresif dari waktu ke waktu yang
disebabkan oleh usia atau pilihan gaya hidup (Subroto, 2006).
Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini telah dilaksanakan
di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,5 sampai dengan 2,3 %, kecuali
di Manado yang agak tinggi sebesar 6% (Suyono, 2005). Dalam beberapa dekade
terakhir ini hasil penelitian baik klinik maupun laboratorik menunjukkan bahwa
diabetes melitus merupakan suatu keadaan yang heterogen baik sebab maupun
macamnya (Soegondo, 2005). Data yang dipublikasikan dalam jurnal Diabetes
Care tahun 2004, penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8,4
juta orang (Subroto, 2006).
Kekayaan alam Indonesia yang tersebar di daratan maupun lautan telah
banyak dimanfaatkan orang, salah satunya pada bidang kesehatan. Ratusan jenis
spesies tanaman telah dipercaya berkhasiat untuk mengatasi berbagai macam
penyakit.
2
Penggunaannya secara turun temurun dan dilakukan dengan proses
sederhana inilah yang dikenal dengan obat tradisional/obat herbal. Saat ini,
penggunaan obat-obatan dari bahan alami semakin meningkat. Selain harganya
yang terjangkau, obat herbal juga memiliki efek samping yang relatif kecil.
Tanaman obat terbukti merupakan salah satu sumber bagi bahan baku obat
antidiabetes melitus, karena tumbuhan tersebut mempunyai senyawa-senyawa
yang berkhasiat sebagai antidiabetes melitus. Diantara 250.000 spesies tanaman
obat di seluruh dunia diperkirakan banyak yang mengandung senyawa
antidiabetes melitus yang belum diketemukan (Suharmiati, 2003).
Salah satu tanaman yang diperkirakan berkhasiat sebagai penurun kadar
gula darah adalah herba daun sendok (Plantago mayor L.). Ekstrak air, metanol,
heksana, dan diklorometana dari biji Plantago mayor. L secara signifikan dapat
menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan. Adapun
kandungan kimia dari biji Plantago mayor L. antara lain polisakarida, tanin,
sterol, dan flavonoid yang diduga mempunyai efek sebagai penurun kadar glukosa
darah (Aguilar dkk., 2006). Selain itu, daun sendok yang dibuat infusa
mempunyai kemampuan dalam perbaikan sel-sel pulau Langerhans pankreas
akibat pemberian aloksan dan dapat menurunkan kadar glukosa darah (Sudarsono
dkk., 2002).
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang kemampuan herba daun
sendok sebagai penurun kadar glukosa darah. Karena adanya beberapa kandungan
herba daun sendok yang larut dalam air, maka penyarian dilakukan dengan cara
infundasi.
3
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan
obat tradisional pada umumnya, dan mampu menjadi alternatif dalam pengobatan
diabetes melitus.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
berikut:
1. Apakah infusa herba daun sendok dapat menurunkan kadar glukosa darah
kelinci jantan yang dibebani glukosa?
2. Seberapa besar efektivitas infusa herba daun sendok dibandingkan dengan
acarbose?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan efek
penurunan kadar glukosa darah infusa herba daun sendok pada kelinci jantan yang
dibebani glukosa, dan membandingkan tingkat keefektifan infusa herba daun
sendok dengan acarbose sebagai hipoglikemik.
D. Tinjauan Pustaka
1. Obat Tradisional
Obat tradisional telah banyak dikenal dan banyak digunakan secara turun
temurun untuk pengobatan secara pengalaman. Umumnya pemanfaatan obat
tradisional lebih diutamakan secara preventif untuk menjaga kesehatan. Namun,
ada pula yang digunakan untuk pengobatan suatu penyakit.
4
Menurut undang – undang 23 tahun 1992, obat tradisional adalah bahan
atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, secara turun temurun
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Keputusan Kepala Badan
POM RI No. HK. 00. 05. 4. 2411 tentang ketentuan pengelompokan dan
penandaan obat bahan alam Indonesia, obat tradisional dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang
menjadi penyusun jamu tersebut, khasiatnya berdasarkan data empiris. Obat
herbal terstandar merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi
atau penyarian bahan – bahan alam baik tanaman obat, binatang ataupun mineral.
Sedangkan fitofarmaka yaitu obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat
modern. Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah
sampai uji klinis pada manusia (Suharmiati dan Handayani, 2006).
2. Daun Sendok (Plantago mayor L.)
a. Nama Daerah
Daun sendok di berbagai daerah dikenal dengan nama yang berbeda-beda.
Sumatra : daun urat, daun urat-urat, ekor angin, kuping menjangan (Melayu).
Jawa : ki urat, ceuli, ceuli uncal (Sunda), meloh kiloh, otot-ototan,
sangkabuah, sangkubah, sangkuwah, sembung otot, suri pandak (Jawa).
Sulawesi : torongoat (Minahasa).
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)
5
b. Sistematika Tanaman Daun Sendok
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Sub Classis : Sympetalae
Ordo : Plantaginales
Familia : Plantaginaceae
Genus : Plantago
Species : Plantago mayor L.
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
c. Morfologi Tanaman
Habitus tanaman daun sendok berupa herba, semusim, tinggi 6-50 cm.
Batangnya pendek, bulat, berwarna coklat. Daunnya tunggal, bulat telur sampai
lancet, ujungnya tumpul, pangkal meruncing, tepi bergerigi, roset, akar panjang
3-22 cm, lebar 1-20 cm, permukaan licin, panjang tangkai 1-25 cm, pertulangan
daun melengkung, hijau muda, hijau. Bunga majemuk berbentuk bulir dengan
panjang ± 40 cm, tangkai berbulir dengan panjang 4-27 cm, panjang tajuk 1,5 mm
berwarna putih. Buahnya terdiri dari kotak-kotak, tiap kotak berisi 2-4 biji,
berwarna hijau. Bijinya bulat kecil, jika masih muda berwarna coklat, setelah tua
berwarna hitam. Jenis akar serabut, warna putih kotor.
(Syamsuhidayat dan Hutapea., 1991)
d. Komponen Kimia Tanaman Daun Sendok
Daun sendok mengandung saponin, flavonoid dan polifenol
(Syamsuhidayat dan Hutapea., 1991). Herba ini mengandung plantagin, aukubin,
6
asam ursolik, beta sitosterol, n-hentriakuntan, dan plantaglusida yang terdiri dari
methyl D-galakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhamnosa. Juga
mengandung tanin, kalium, dan vitamin (B1, C, A). Biji (che qian zi) daun sendok
mengandung asam planterolik, plantasan (dengan komposisi xylose, arabinose,
asam galakturonat dan rhamnose), protein, mucilago, aukubin, asam suksinat,
adenin, cholin, katalpol, syiringin, asam lemak (palmitat, stearat, aracidat, oleat,
linoleat, dan lenolenat), serta flavanone glicoside. Sedangkan bagian akar
mengandung naphazolin (Dalimartha, 1999).
e. Khasiat Tanaman Daun Sendok
Daun sendok (Plantago mayor L.) berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat
penurun panas dan penambah nafsu makan (Syamsuhidayat dan Hutapea., 1991).
Biji dapat berkhasiat sebagai diuretik, menyehatkan paru, ekspektoran, pencahar
(laksans), meredakan panas, dan menerangkan penglihatan. Akar berkhasiat untuk
mengatasi keputihan (leukore) dan nyeri otot (Dalimartha, 2005). Infusa daun
sendok dapat melarutkan kalsium batu ginjal secara in vitro, serta mempunyai
kemampuan dalam perbaikan sel-sel pulau Langerhans pankreas akibat pemberian
aloksan dan dapat menurunkan kadar glukosa darah (Sudarsono dkk., 2002).
3. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya untuk menyari
kandungan zat aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam air.
Penyarian adalah peristiwa memindahkan massa zat aktif yang semula berada di
dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari
(Anonim, 1986). Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih
7
berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah maksimal zat aktif dan
seminimal mungkin zat yang tidak digunakan (Ansel, 1989).
Farmakope Indonesia menetapkan untuk proses penyarian sebagai cairan
penyari digunakan air, etanol-air, eter. Penyarian pada pembuatan obat di
Indonesia masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol-
air (Anonim, 1979)
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia
dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit. Penyarian dengan cara ini
menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.
Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari
24 jam.
Infusa dibuat dengan cara membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air
dua kali bobot bahannya. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas
dengan kain flanel, kecuali bahan yang mudah menguap (Anonim, 1986).
4. Metabolisme Karbohidrat
Sumber energi terbesar manusia berasal dari karbohidrat. Karbohidrat dari
makanan dirombak di usus halus dan diubah menjadi glukosa, kemudian dilepas
ke aliran darah dan diangkut ke sel – sel tubuh (Tjay dan Raharja, 2002).
Glukosa yang diserap tubuh dari makanan digunakan sesuai keperluan,
bila pasokan glukosa tersebut berlebihan, sisanya disimpan dalam otot sebagai
senyawa lemak yang disebut glikogen. Gula yang menumpuk banyak di dalam
pembuluh darah akan membuat darah menjadi kental dan alirannya melambat,
8
sehingga mengakibatkan gangguan pada pasokan oksigen yang dibawa darah
(Mangoenprasodjo, 2005).
Kadar glukosa dalam darah diatur oleh beberapa hormon. Hormon insulin
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas menurunkan kadar glukosa dan
pembentukan glikogen dari glukosa (Wirahadikusumah, 1985). Diantara beberapa
penyakit kelainan metabolisme karbohidrat, yang paling banyak diketahui adalah
Diabetes Melitus (Tjay dan Raharja, 2002)
5. Pankreas
Pankreas merupakan organ lonjong kira – kira 15 cm terletak di belakang
lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini terdiri dari 98 % sel-sel dengan
sekresi ekstern, yang memproduksi enzim – enzim cerna (pankreatin) yang
disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel (pulau Langerhans)
dengan sekresi intern yaitu hormon-hormon insulin dan glukagon yang disalurkan
langsung ke aliran darah. Ada empat jenis endokrin:
a. Sel alfa yang memproduksi hormon glukagon
b. Sel beta yang membran selnya banyak granula berderetan, yang berisi insulin
c. Sel delta yang memproduksi somatostatin
d. Sel PP yang memproduksi PP (pancreatic polipeptide) yang berperan pada
penghambatan sekresi endokrin dan empedu (Tjay dan Raharja, 2002).
Pulau Langerhans tersusun mengelilingi pembuluh kapiler kecil yang
merupakan tempat penampungan hormon yang disekresikan oleh sel-sel tersebut.
Pulau Langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel alfa, beta, dan delta.
Sel beta kira-kira 60 persen dari semua sel, terletak terutama di tengah dari setiap
9
pulau dan mensekresi insulin. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 persen dari
semua sel, mensekresi glukagon. Dan sel delta, yang merupakan 10 persen dari
seluruh sel, mensekresikan somastotatin. Selain itu, paling sedikit terdapat satu
jenis sel lain, yang disebut sel PP, yang terdapat dalam jumlah sedikit dalam pulau
langerhans dan mensekresikan hormon yang fungsinya masih diragukan yakni
polipeptida pankreas (Guyton,1997).
Hormon insulin normalnya dilepaskan secara langsung ke dalam sirkulasi
darah dari pulau Langerhans yang tersebar di seluruh kelenjar pankreas (Wise,
2002). Insulin diperlukan untuk penyerapan glukosa dalam tubuh. Aksi insulin
dimulai dengan membentuk ikatan antara insulin – reseptor pada permukaan
membran sel target. Reseptor insulin merupakan membran glikoprotein yang
terdiri dari dua subunit protein yang dikode oleh satu gen (Masharani dkk., 2004).
6. Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus
merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(Soegondo, 2005). Pada diabetes, pankreas tidak memproduksi insulin atau
memproduksi insulin terlalu sedikit sehingga kadar glukosa darah meningkat
(Tjay dan Rahardja, 2002).
a. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologis diabetes melitus menurut ADA 2003 yaitu diabetes
melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes tipe lain dan diabetes gestasional
(Soegondo, 2005).
10
1). Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang
berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Keadaan tersebut
merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak
terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat, dan sel-sel beta
pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu,
diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah
ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia, serta peningkatan kadar gukosa
darah (Katzung, 2002).
2). Diabetes Melitus Tipe 2
Penderita diabetes tipe 2 mempunyai sirkulasi endogen cukup untuk
mencegah terjadinya ketoasidosis tetapi insulin tersebut sering dalam kadar yang
kurang normal atau kadarnya relatif tidak mencukupi karena kurang pekanya
jaringan untuk memproduksi insulin. Selain terjadi penurunan kepekaan jaringan
pada insulin, terjadi pula defisiensi respon sel beta pankreas terhadap glukosa
(Katzung, 2002).
Patogenesis dari diabetes melitus tipe 2 sangat kompleks termasuk
interaksi dari faktor genetik dan lingkungan. Latar belakang etnis, jenis kelamin,
dan usia merupakan faktor penting dalam menentukan perkembangan risiko
diabetes tipe ini (Buse dkk., 2003). Diabetes tipe 2 biasanya timbul pada usia
lebih dari 40 tahun. Kebanyakan pasien diabetes tipe ini bertubuh gemuk, dan
resistensi terhadap kerja insulin dapat ditemukan pada banyak kasus (Woodley
dan Whelant, 1995).
11
3). Diabetes Melitus Tipe Lain
Pada diabetes tipe lain, hiperglikemia berkaitan dengan penyakit-penyakit
lain yang jelas. Penyakit tersebut meliputi penyakit eksokrin pankreas, defek
genetik fungsi sel beta, defek genetik fungsi insulin, endokrinopati, karena obat/
zat kimia, infeksi, imunologi, dan sindrom genetik (Soegondo, 2005).
4). Diabetes Melitus Gestasional
Istilah ini dipakai terhadap pasien yang menderita hiperglikemia selama
kehamilan. Pada pasien – pasien ini toleransi glukosa dapat kembali normal
setalah persalinan (Woodley danWhelant, 1995).
b. Gejala – Gejala Diabetes
Gejala utama diabetes yaitu polifagia (meningkatnya rasa lapar),
polidipsia (meningkatnya rasa haus), dan poliuria (meningkatnya buang air kecil),
serta kehilangan berat badan terutama pada diabetes tipe 1 (DiPiro dkk., 2005).
Gejala dan tanda-tanda penyakit diabetes melitus dapat digolongkan menjadi
gejala akut dan gejala kronik.
Gejala akut penyakit diabetes melitus pada tiap penderita tidaklah sama,
bahkan ada penderita yang tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu
(masih kompensasi). Gejala hampir sama dengan gejala utama. Namun, bila
keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai timbul gejala yang
disebabkan oleh kurangnya insulin, yaitu nafsu makan mulai berkurang (tidak
polifagia lagi) bahkan kadang-kadang disusul dengan mual, mudah lelah, dan bila
tidak lekas diobati akan timbul rasa mual bahkan penderita akan jatuh koma.
12
Gejala kronis penyakit diabetes melitus antara lain kesemutan, kulit terasa
panas, terasa tebal di kulit, kram, lelah, mudah mengantuk, mata kabur, gatal di
sekitar kemaluan, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun, para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
(Tjokroprawiro, 2006).
c. Pengelolaan Diabetes Melitus
Menurut Soegondo (2005), pilar utama pengelolaan diabetes melitus
antara lain perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik, dan
penyuluhan. Pengelolaan diabetes melitus jangka pendek bertujuan untuk
menghilangkan keluhan atau gejala, dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat.
Tujuan pengelolaan jangka panjang untuk mencegah komplikasi sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
1). Perencanaan makan
Perencanaan makan sangat penting pada pasien diabetes tipe 1 maupun
tipe 2. Tujuan dari perencanaan makan yaitu untuk menjaga konsentrasi glukosa
dalam rentang normal atau mendekati normal. Standar yang dianjurkan adalah
makanan yang seimbang dalam hal karbohidrat, lemak, dan protein sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu karbohidrat 60 - 70 %, protein 10 - 15 %, dan lemak 20-
25 % (Soegondo, 2005).
2). Latihan Jasmani
Menurut Waspadji (2005), latihan jasmani dianjurkan 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous,
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training). Penderita diabetes harus
13
didukung untuk latihan jasmani berdasarkan usia dan kemampuan fisik penderita.
Latihan fisik dapat meningkatkan metabolisme karbohidrat, sensitivitas insulin,
dan fungsi kardiovaskuler (Sweetman, 2005).
3). Obat Berkhasiat Hipoglikemik
a). Insulin
Secara kimawi, insulin terdiri dari dua rantai peptida (A dan P) dengan
masing-masing 21 dan 30 asam amino, yang saling dihubungkan oleh 2 jembatan
disulfida. Berat molekulnya 5700. Pada tahun 1974, sintesis totalnya ditemukan,
tetapi meliputi sekitar 200 reaksi kimiawi dan sangat mahal (Tjay & Rahardja,
2002).
Insulin dapat meningkatkan simpanan lemak maupun glukosa (sumber
energi) dalam sel sasaran khusus, serta mempengaruhi pertumbuhan sel dan fungsi
metabolisme berbagai jenis jaringan. Klasifikasi akhir diabetes melitus
mengidentifikasi terdapatnya suatu kelompok pasien yang hampir tidak
mempunyai sekresi insulin dan kelangsungan hidupnya tergantung pemberian
insulin eksogen (diabetes tipe 1). Sebagian besar penderita diabetes tipe 2 tidak
memerlukan insulin eksogen untuk kelangsungan hidupnya, tetapi banyak
memerlukan suplemen eksogen dari sekresi endogen untuk mencapai kesehatan
yang optimum (Katzung, 2002).
Secara keseluruhan sebanyak 20 - 25 % pasien diabetes melitus tipe 2
kemudian akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa
darahnya. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar glukosa
14
darahnya dengan kombinasi sulfonilurea dan metformin, langkah berikut yang
mungkin diberikan adalah insulin (Soegondo, 2005).
Pemberian insulin akan menurunkan kadar glukosa darah penderita
diabetes melitus. Namun demikian agar pengobatan dengan insulin dapat optimal
maka pemberiannya perlu dilakukan dengan meniru semirip mungkin sekresi
insulin yang fisiologis, yang sulit dikerjakan pada pemberian secara subcutan
bahkan juga dengan pemberian insulin melalui infus intravena (Woodley dan
Whelant, 1995).
b). Obat Hipoglikemik Oral
(1). Pemicu sekresi insulin
(a). Sulfonilurea
Kerja utama dari sulfonilurea yaitu meningkatkan pengeluaran produksi
insulin dari pankreas. Mekanisme obat golongan sulfonilurea adalah
menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi
insulin, dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat dari rangsangan glukosa
(Soegondo, 2005).
Sulfonilurea bekerja dengan cara menstimulasi sel-sel beta pankreas dari
pulau langerhans pankreas yang kemampuan sekresi insulinnya menurun sehingga
bisa ditingkatkan dengan obat ini. Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes
yang tidak tergantung insulin yang begitu berat, sel-sel betanya masih cukup baik
bekerja. Ada indikasi bahwa obat golongan ini juga memperbaiki kepekaan organ
tujuan bagi insulin dan menurunkan absorbsi insulin oleh hati (Tjay&Rahardja,
2002).
15
Obat golongan sulfonilurea mempunyai efek samping, yang paling umum
adalah rasa tidak nyaman di perut dan diare. Beberapa orang mungkin mengalami
ruam pada kulit. Sulfonilurea biasanya direkomendasikan 30 menit sebelum
makan untuk mendapatkan hasil yang terbaik (Ramaiah, 2006).
(b). Glinid
Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, yaitu meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri
dari 2 macam obat, yaitu repaglinid (derivat asam benzoat), dan nateglinid
(derivat Fenilalanin). Obat ini diabsorbsi cepat setelah pemberian oral, dan
diekskresi secara cepat melalui hati (Waspadji, 2005). Efek samping nateglinid
antara lain hipoglikemia, rash, urtikaria. Sedangkan repaglinid jarang
menyebabkan hipoglikemia, nyeri abdominal, gangguan gastrointestinal, dan
gangguan penglihatan (Anonim,2006)
(2). Penambah sensitivitas Insulin
(a). Biguanid
Golongan biguanid yang masih dipakai adalah metformin. Penjelasan
lengkap tentang mekanisme kerja biguanid masih belum jelas. Mekanisme yang
diusulkan baru-baru ini meliputi stimulasi glikolisis secara langsung dalam
jaringan dengan peningkatan eliminasi glukosa dalam darah, penurunan
gukoneogenesis hati, melambatkan absorbsi glukosa dalam saluran cerna, dan
penurunan kadar glukagon plasma (Katzung, 2002).
Biguanida umumnya menghasilkan rasa yang tidak enak, pahit, atau
seperti logam pada lidah, menghilangkan selera makan, menimbulkan rasa mual,
16
dan rasa tidak nyaman pada perut. Selain itu juga menyebabkan rasa tidak
bersemangat, rasa lemah pada otot dan penurunan berat badan yang berlebihan
pada sebagian orang (Ramaiah, 2006).
Pemakainan tunggal metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah
sampai 20%. Kombinasi sulfonilurea dengan metformin tampak merupakan
kombinasi yang rasional karena cara kerja yang berbeda yang saling aditif.
Kombinasi tersebut dapat menurunkan kadar glukosa darah lebih banyak daripada
penggunaan tnggal masing-masing (Waspadji, 2005).
(b). Tiazolidindion
Tiazolidindion merupakan golongan obat antidiabetes oral yang dapat
meningkatkan sensitivitas insulin terhadap jaringan sasaran. Kerja utama obat
golongan tiazolidindion yaitu untuk mengurangi resistensi insulin dengan
meningkatkan ambilan glukosa dan metabolisme dalam otot dan jaringan adipose
(Katzung, 2002).
Golongan tiazolidindion dapat digunakan berasama sulfonilurea atau
insulin atau metformin untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah. Contoh
produk ini adalah pioglitazone dan rosiglitazone (Tjay & Rahardja, 2002). Efek
samping yang ditimbulkan antara lain gangguan gastrointestinal, pertambahan
berat badan, hipoglikemi, anemia, dan udem (Anonim, 2006).
(3). Penghambat glukosidase alfa
Golongan penghambat glukosidase alfa tersedia untuk penggunaan klinik
yaitu acarbose dan miglitol. Perbedaan pokok antara keduanya yaitu pada proses
absorbsinya (Masharani dkk., 2004).
17
Acarbose merupakan contoh penghambat glukosidase alfa yang sering
digunakan. Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase alfa dari dalam sel cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan
glukosa dan menururkan hiperglikemia post prandial (Soegondo, 2005).
Glukosa akan dilepaskan lebih lambat dan absorbsinya ke dalam darah
juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga memuncaknya kadar gula
darah bisa dihindari. Hal tersebut karena cara kerja obat golongan ini berdasar
persaingan penghambatan enzim alfa glukosidase di mukosa duodenum, sehingga
reaksi penguraian diturunkan atau polisakarida menjadi monosakarida dihambat
(Tjay & Rahardja 2002).
Acarbose tersedia dalam tablet 50 mg dan 10 mg. Dosis awal yang
direkomendasikan yaitu 50 mg dua kali sehari, secara bertahap ditingkatkan
100mg tiga kali sehari. Untuk efek maksimal, acarbose diberikan bersama suapan
pertama. Pada pasien diabetes acarbose dapat mengurangi hiperglikemi
postprandial 30-50 %, dan menurunkan HbA1C 0,5-1 % (Masharani dkk., 2004).
Pemakaian acarbose dosis tinggi bisa menyebabkan malabsorpsi
(penyerapan yang tidak memadai). Sedangkan untuk efek samping, acarbose dapat
meningkatkan gas di dalam perut, rasa masuk angin dan diare (Ramaiah, 2006).
Dosis tunggal acarbose tidak mengakibatkan risiko terjadinya
hipoglikemia. Namun, kombinasi acarbose dengan insulin atau sulfonilurea dapat
mengakibatkan hipoglikemia (Masharani dkk., 2004).
18
7. Uji Antidiabetes
Keadaan diabetes melitus pada hewan percobaan dapat diinduksi dengan
cara pankreatomi dan dengan cara kimia. Zat-zat kimia sebagai induktor
(diabetogen) pada umumnya diberikan secara parenteral. Jenis hewan percobaan
yang digunakan meliputi mencit, tikus, kelinci, atau anjing (Anonim, 1993).
Penentuan kadar gula dapat dilakukan secara kualitatif terhadap glukosa
urin, sedangkan kadar gula darah ditentukan secara kuantitatif. Penentuannya
dilakukan secara kolorimetri atau spektrofotometri pada panjang gelombang
tertentu. Uji efek antidiabetes dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode
uji toleransi glukosa dan metode uji diabetes aloksan (Anonim, 1993).
a. Metode Uji Toleransi Glukosa
Prinsip metode ini yaitu pada kelinci yang telah dipuasakan (20-24 jam),
diberikan larutan glukosa 50 % peroral, setengah jam sesudah pemberian obat
yang diujikan. Pada awal percobaan sebelum pemberian obat, dilakukan
pengambilan cuplikan darah vena telinga dari masing-masing kelinci sejumlah 0,5
mL sebagai kadar glukosa darah awal. Pengambilan cuplikan darah vena diulangi
setelah perlakuan pada waktu-waktu tertentu. Cuplikan darah ditampung dalam
ependorf, disentrifuge selama 5 menit pada putaran 3000 – 6000 rpm. Serum yang
diperoleh diberi pereaksi dan diukur serapannya untuk menentukan kadar
glukosanya (Anonim, 1993).
b. Metode Uji Diabetes Aloksan
Prinsip dari metode ini yaitu induksi diabetes dilakukan pada mencit yang
diberi suntikan aloksan monohidrat dengan dosis 70 mg/ kgBB. Penyuntikan
19
dilakukan secara intravena pada ekor mencit. Perkembangan hiperglikemia
diperiksa tiap hari. Pemberian obat antidiabetik secara oral dapat menurunkan
kadar glukosa darah dibandingkan terhadap mencit positif (Anonim, 1993).
E. Landasan Teori
Hasil penelitian Aguilar, dkk (2006) menunjukkan efek hipoglikemik dari
biji daun sendok (Plantago mayor L.). Penelitian dilakukan dengan memberikan
ekstrak air, ekstrak metanol, ekstrak heksana, dan ekstrak diklorometana dari biji
kering Plantago mayor L. masing-masing 500 mg/kgBB pada mencit yang
diinduksi aloksan. Semua perlakuan menunjukkan hasil yang signifikan
menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji yang dipuasakan. Penurunan
kadar glukosa darah yang paling tinggi ditunjukkan oleh ekstrak heksana dan
ekstrak diklorometana.
Selain itu juga dilakukan analisis fitokimia pendahuluan untuk mengetahui
senyawa – senyawa yang terkandung dalam biji Plantago mayor L. Dalam ekstrak
tersebut menunjukkan adanya senyawa saponin (ekstrak air), saponin, tanin,
flavonoid (ekstrak metanol), flavonoid, sterol (ekstrak diklorometana), dan tanin
dalam ekstrak heksana. Senyawa – senyawa tersebut diduga merupakan senyawa
yang dapat menurunkan kadar glukosa darah (Aguilar dkk., 2006).
Herba daun sendok mengandung plantagin, aukubin, asam ursolik, beta
sitosterol, n-hentriakuntan, dan plantaglusida yang terdiri dari methyl D-
galakturonat, D-galaktosa, L-arabinosa, dan L-rhamnosa. Juga mengandung
tanin, kalium, dan vitamin (B1, C, A). (Dalimartha, 1999).
20
Infusa daun sendok mempunyai kemampuan dalam perbaikan sel-sel pulau
Langerhans pankreas akibat pemberian aloksan dan dapat menurunkan kadar
glukosa darah (Sudarsono dkk., 2002).
F. Hipotesis
Infusa herba daun sendok (Plantago mayor L.) diduga mempunyai
kemampuan menurunkan kadar glukosa darah kelinci jantan yang telah dibebani
glukosa.
21
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Variabel Penelitian
Penelitian tentang uji penurunan kadar glukosa darah infusa herba
Plantago mayor L. pada kelinci jantan yang dibebani glukosa termasuk kategori
penelitian eksperimental semu, menggunakan rancangan percobaan acak lengkap
pola searah. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti adanya kemungkinan
terjadinya sebab akibat diantara variabel.
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variable tergantung,
dan variable kendali.
1. Variabel bebas yaitu variabel yang sengaja diubah atau dimanipulasi oleh
peneliti dengan maksud untuk mengetahui pengaruhnya pada obyek yang
diteliti. Termasuk dalam variabel bebas pada penelitian ini yaitu kelompok
perlakuan (kontrol positif, kontrol negatif, variasi dosis infusa herba daun
sendok).
2. Variabel tergantung yaitu variabel yang memiliki nilai yang berubah-ubah
sebagai akibat manipulasi dari variabel bebas. Variabel tergantung pada
penelitian ini adalah efek penurunan kadar glukosa darah oleh infusa herba
daun sendok.
3. Variabel kendali yaitu variabel data penelitian yang berpengaruh tetapi dapat
dikendalikan, terdiri dari hewan uji dan tanaman daun sendok.
a. Hewan uji : jenis kelamin, galur, berat badan, kondisi.
22
b. Tanaman daun sendok : waktu pengumpulan, bagian tanaman, dan
daerah pengambilan tanaman uji.
B. Bahan dan Alat
1. Bahan
a. Tanaman yang digunakan adalah daun sendok yang diperoleh dari Cepogo
Boyolali pada bulan Januari 2008.
b. Reagensia yang digunakan adalah aquadest, D-glukosa monohidrat, GOD-
PAP, EDTA, yang didapat dari Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, dan obat antidiabetes oral acarbose (Glucobay®).
c. Hewan uji yang digunakan adalah kelinci lokal berjenis kelamin jantan,
bermata merah, serta memiliki berat badan 1,2-2,0 kg.
2. Alat yang digunakan
a. Infundasi: panci infusa, termometer, kain flannel, gelas ukur, kompor.
b. Uji farmakologi: timbangan hewan uji, scalpel, jarum per-oral, alat-alat gelas,
microtube 1,5 mL, mikropipet, yellow tips, white tips, minispin ependorf,
spektrofotometer (Star Dust FC 15).
C. Jalannya Penelitian
1. Determinasi tanaman
Tujuan determinasi tanaman daun sendok adalah untuk memastikan dan
meyakinkan bahwa tanaman yang digunakan benar-benar tanaman daun sendok.
Determinasi terhadap tanaman daun sendok dilakukan di Laboratorium
23
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
2. Pembuatan simplisia herba daun sendok
Tanaman diperoleh dari daerah Cepogo - Boyolali pada bulan Januari
2008. Bagian tanaman yang digunakan adalah herba, yaitu seluruh bagian
tanaman (daun, biji, batang, bunga) kecuali akar.
Pengambilan tanaman dilakukan di bawah sinar matahari (pukul 10.00 -
12.00 WIB), karena diperkirakan pada waktu tersebut fotosintesis tanaman
berlangsung sempurna. Tanaman diambil, dicuci bersih, disortasi untuk
memisahkan bagian tanaman yang rusak dan tumbuhan lain. Perajangan dilakukan
untuk membantu mempercepat proses pengeringan. Rajangan dikeringkan di
bawah sinar matahari dan ditutup dengan kain hitam untuk mencegah kerusakan
kandungan kimia tanaman yang disebabkan sinar UV dari matahari. Setelah itu
simplisia diserbuk dengan blender untuk memperbesar luas permukaan partikel
agar kontak antara bahan dan larutan penyari lebih besar.
3. Pembuatan Infusa herba daun sendok
Pembuatan infusa herba daun sendok dilakukan dengan metode infundasi.
Serbuk daun sendok yang telah ditimbang dengan berat tertentu dicampur air
dalam panci sesuai konsentrasi yang diinginkan ditambah lagi air sebanyak dua
kali bobot bahannya. Kemudian dipanaskan dengan penangas air selama 15 menit,
dihitung mulai suhu dalam panci mencapai 90oC sambil sekali-kali diaduk. Infusa
diserkai selagi panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan air
ditambahkan air mendidih melalui ampasnya hingga diperoleh volume infusa
24
yang dikehendaki.
4. Penentuan Operating Time
Sebanyak 10,0 µL aquadest ditambah 1000 mL reagen GOD-PAP Diasys
yang digunakan sebagai blangko. Sebagai standar digunakan 10,0 µL glukosa
baku dari DiaSys ditambah 1000,0 µL reagen GOD-PAP DiaSys, kemudian
diinkubasi pada suhu kamar (25-30 oC). Serapannya dibaca dengan
spektrofotometer (Star Dust FC 15) pada panjang gelombang 500 nm
(berdasarkan panjang gelombang yang tertera di leaflet reagen GOD-PAP) dan
dibaca pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60. Penentuan
operating time dimaksudkan untuk memperoleh waktu serapan yang stabil.
5. Penentuan panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimum
Sebanyak 10,0 µL aquadest ditambah 1000,0 µL reagen GOD-PAP
(DiaSys) yang digunakan sebagai blangko. Sebagai standar digunakan 10,0 µL
glukosa baku dari DiaSys ditambah 1000,0 µL reagen GOD-PAP (DiaSys),
kemudian diinkubasi pada suhu kamar. Serapan dibaca dengan menggunakan alat
spektrofotometer visibel (Star Dust FC) pada panjang gelombang 340, 405, 500,
546, 578, dan 630 nm dengan menunggu operating time sesuai hasil yang
diperoleh pada penentuan operating time. Panjang gelombang serapan maksimum
ditentukan untuk mendapatkan panjang gelombang saat serapan tertinggi.
6. Pembuatan stok glukosa
D-Glukosa monohidrat (berat sesuai dosis orientasi) dilarutkan sedikit
demi sedikit dalam air panas hingga 100,0 mL. Stok sediaan dibuat dalam 100
mL, tiap pemberian sebanyak 3 mL, sehingga untuk dosis:
25
a. 1 g/ kgBB = 1,5 g/ 1,5 kgBB
Konsentrasi = 1,5 g/ 3mL
= 0,5 g/ mL
= 50 g/ 100 mL
b. 2 g/ kgBB = 3 g/ 1,5 kgBB
Konsentrasi = 3 g/ 5mL
= 0,6 g/ mL
= 60 g/ 100mL
7. Perhitungan dosis acarbose
Perhitungan dosis acarbose untuk kelinci didasarkan pada dosis
terapi peroral untuk manusia. Acarbose yang digunakan ialah Glucobay®. Dosis
sekali minum untuk manusia berat badan 70 kg adalah 50 mg. Dosis tersebut
dikonversikan ke kelinci dengan berat 1,5 kg dengan nilai konversi 0,07.
Kemudian nilai konversi tersebut dikalikan dengan dosis terapi untuk manusia,
yaitu 0,07 x 50 mg = 3,5 mg/ 1,5 kgBB atau 2,33 mg/ kgBB untuk diberikan
sekali minum.
Dosis acarbose = 3,5 mg/ 1,5 kgBB
= 3,5 mg/ 3 mL
= 1,167 mg/ mL
Jika dibuat stok 100 mL = 117 mg/ 100 mL
Ditimbang 20 tablet glucobay didapatkan berat 2697,7 mg, maka berat rata-rata 1
tablet glucobay adalah = tablet20
mg7,2697 134,85 mg. Acarbose untuk volume 100 ml
26
=mg 50mg 117 x 134,85 mg = 315,55 mg/100 ml sehinga untuk membuat stok
acarbose dengan menimbang sebanyak 315,55 mg tablet glucobay kemudian
disuspensi dengan aquadest hangat hingga 100 ml.
8. Penetapan peringkat dosis
Pemakaian di masyarakat Indonesia (BB 50 kg) ialah 10 gram herba
kering daun sendok untuk sekali minum. Maka untuk manusia 70 kg :
kg 5070 x 10 g herba daun sendok = 14 g
Pemakaian untuk manusia kemudian dikoversikan pada kelinci 1,5 kg (faktor
konversi 0,07)
14 g x 0,07 = 0.98 g / 1,5 kgBB = 0,65 g /kgBB
Selanjutnya dibuat orientasi dosis dengan faktor pengali dan pembagi
menggunakan bilangan 2.
0,65 g / kgBB x 2 = 1,30 g / kgBB, dan
0,65 g/ kgBB : 2 = 0,33 g/ kgBB
Sehingga, dosis untuk infusa herba daun sendok adalah 0,33 g/ kgBB ;
0,65 g/ kgBB ; 1,30 g/ kgBB. Stok sediaan dibuat dalam 100 mL, tiap pemberian
sebanyak 3 mL, sehingga untuk dosis:
a. 0,33 g/ kgBB = 0,495 g/ 1,5 kgBB
Konsentrasi = 0,495 g/ 3 mL
= 0,165 g/ mL
= 16,5 g/ 100 mL = 16,5 %
27
b. 0,65 g/ kgBB = 0,975 g/ 1,5 kgBB
Konsentrasi = 0,975 g/ 3 mL
= 0,325 g/ mL
= 32,5 g/ 100mL = 32,5 %
c. 1,30 g/ kgBB = 1,965 g/ 1,5 kgBB
Konsentrasi = 1,965 g/ 3 mL
= 0,655 g/ mL
= 65,5 g/ 100mL = 65,5 %
9. Uji Pendahuluan
a. Pembuatan Model Hiperglikemi
Hewan uji dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Setiap perlakuan terdiri
dari tiga kelinci. Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 20-24 jam dengan
tetap diberi minum ad libitum. Pada penelitian ini pembagian kelompok perlakuan
sebagai berikut:
1) Kontrol normal : hewan uji diberi aquadest 3mL/ 1,5 kgBB
2) Kontrol hiperglikemi : hewan uji diberi glukosa 50% sebanyak 3 mL/ 1,5
kgBB dan glukosa 60% sebanyak 5 mL/ 1,5 kgBB.
Masing-masing hewan uji diambil darahnya dari vena telinga kelinci pada
menit ke-0, 30, 60, 90, 120, 180, 240. Darah yang digunakan yaitu plasma darah
yang ditetapkan kadar glukosanya dengan metode enzimatis.
b. Waktu Pembebanan Glukosa
Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Setiap perlakuan terdiri
dari 3 kelinci. Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 20-24 jam dengan
28
tetap diberi minum ad libitum. Pada penelitian ini pembagian kelompok perlakuan
sebagai berikut:
a) Kontrol negatif : hewan uji diberi aquadest dan glukosa konsentrasi 60%
b) Kontrol positif : hewan uji diberi acarbose dan glukosa konsentrasi 60%
c) Uji I : hewan uji diberi infusa herba daun sendok 30 menit
sebelum pembebanan glukosa konsentrasi 60%
d) Uji II : hewan uji diberi infusa herba daun sendok bersamaan
dengan pembebanan glukosa konsentrasi 60%.
10. Uji Penurunan kadar glukosa darah
Kelinci dikelompokkan menjadi 5 kelompok perlakuan. Setiap kelompok
terdiri dari 4 ekor. Kelinci dipuasakan (20-24 jam), tetap diberi minum ad
libitum. Kemudian dilakukan pengambilan cuplikan darah vena telinga dari
masing-masing kelinci sejumlah 0,5 ml sebagai kadar glukosa darah awal.
Masing-masing kelinci dibagi dalam 5 kelompok dan diberi perlakuan yaitu:
1) Kelompok I kontrol negatif diberi aquadest
2) Kelompok II kontrol positif diberi acarbose dosis 2,33 mg/ kgBB
3) Kelompok III diberi infusa herba daun sendok dosis 0,33 g/ kgBB
4) Kelompok IV diberi infusa herba daun sendok dosis 0,65 g/ kgBB
5) Kelompok V diberi infusa herba daun sendok dosis 1,30 g/ kgBB
Pemberian sediaan uji dilakukan bersamaan dengan pembebanan glukosa
(5mL/ 1,5 kgBB). Setelah pembebanan glukosa, cuplikan darah diambil dari vena
telinga kelinci tiap menit ke-0, 30, 60, 90, 120, 180, 240 dengan volume kira-kira
29
0,5 mL. Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode enzimatis menggunakan
reagen GOD-PAP. Skema rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
11. Penetapan kadar glukosa darah (plasma)
Kadar glukosa darah ditetapkan secara enzimatis dengan menggunakan
reagen GOD-PAP. Cuplikan darah ditampung dalam microtube 1,5 mL yang
diberi EDTA, kemudian dipusingkan dengan vortex dan disentrifuge dengan
kecepatan 2500 rpm selama 10 menit serta dipersiapkan komposisinya seperti
pada Tabel 1.
Pengambilan cuplikan darah vena telinga sejumlah 0,5 ml (kadar glukosa darah awal)
Kontrol positif
(acarbose 2,33 mg/kg bb) 3 ml/ 1,5 kgBB
Kontrol negatif
aquadest 3 ml/1,5 kgBB
Perlakuan I (Dosis
0,3 g/ kgBB)
Perlakuan II (Dosis
0,65 g/ kgBB)
Perlakuan III (Dosis
1,30 g/ kgBB)
Gambar 1. Skema Jalannya Penelitian
Kelinci sebanyak 20 ekor dibagi menjadi 5 kelompok, dipuasakan selama 20-24 jam
Pengambilan cuplikan darah pada menit ke- 0, 30, 60, 90, 120, 180, 240
Dilakukan pembebanan glukosa 2 g/kgBB sesaat setelah pemberian sediaan uji
Pembacaan kadar pada spektrofotometer Star Dust, kadar dalam
Pengukuran kadar glukosa darah dengan metode enzimatis
Analisis hasil perolehan dan uji statistik
30
Tabel 1. Komposisi Sampel, Standar, dan Blangko yang dianalisis pada Penetapan
Kadar Glukosa Darah
D. Cara Analisis
Data berupa kadar glukosa darah (mg/dL) diubah ke dalam persentase
kadar glukosa darah terhadap kadar awal dengan rumus
.............(1)
Ket: Cn = kadar glukosa darah pada waktu tertentu
C0 = kadar glukosa awal
Pn = persentase kadar glukosa darah pada waktu tertentu terhadap kadar glukosa
awal
Antara persentase kadar glukosa darah terhadap kadar awal dan waktu
pengambilan cuplikan dibuat kurva. Dari kurva tersebut kemudian dihitung luas
daerah di bawah kurva / Area Under the Curve (AUC) dari menit ke-0 sampai
menit ke-240 (AUC0-240) dengan rumus trapesium untuk masing-masing
perlakuan, yaitu:
..................(2)
Volume Pengambilan Komposisi Bahan Sampel (µL) Standar (µL) Blangko (µL)
Plasma darah 10 - - Glukosa standar - 10 -
Aquadest - - 10 Ditambah 1000,0 µL reagen GOD-PAP (DiaSys). Diinkubasi pada suhu kamar selama
operating time. Kemudian serapan dibaca dengan spektrofotometer (Star Dust FC) pada panjang gelombang maksimum.
)P(Pxtt......)P(Pxtt)P(PxttAUC 1nn2
1nn212
12102
01n0 −
−− +
−++
−++
−=
100%xCCP
0
nn =
31
Langkah selanjutnya, dilakukan uji statistik. Uji statistik yang digunakan
adalah uji distribusi dengan Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan
Levene statistic. Apabila nilai D hitung > D tabel atau p<0,05. Artinya sampel
tersebut diambil dari populasi yang terdistribusi tidak normal. Sedangkan jika D
hitung < D tabel atau p>0,05 artinya sampel tersebut diambil dari populasi yang
terdistribusi normal. Apabila data terdistribusi normal dan homogen dilanjutkan
dengan uji statistik parametric (uji Anava 1 jalan dengan taraf kepercayaan 95%).
Kemudian bila terdapat perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan
Least Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan 95%. Apabila tidak
terdistribusi normal maka dilanjutkan ke uji non-parametric (uji Kruskal-Wallis,
untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan, jika hasil
diterima dilanjutkan ke uji Mann-Whitney).
Kemampuan sediaan uji dalam menurunkan kadar glukosa darah,
diketahui dari perhitungan dengan rumus persentase penurunan kadar glukosa
darah (% PKGD) yaitu:
....(3)
100% x perlakuan kontrol AUC
perlakuan lkel.kontro AUC - negatif lkel.kontro AUCPKGD %
240-0
240-02400 −=
32
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang
digunakan telah sesuai dan tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel.
Kebenaran tanaman dalam penelitian merupakan syarat mutlak yang harus
dipenuhi. Determinasi tanaman dilakukan di laboratorium biologi FKIP UMS
dengan menggunakan pustaka Flora of Java (1965).
Hasil determinasi sebagai berikut:
1b, 2b, 3b, 4b, 12b, 13b, 14b, 17b, 18b, 19b, 20b, 21b, 23b, 24b, 25b, 26b, 27a,
28b, 29b, 30b, 31b, 403b, 404b, 414a, 451b, 452b, 453b, 464a, 466a, 467a, 468b,
469b, 470d, 488c, 491a, 492a famili: Plantaginaceae
1 Genus: Plantago
1b Species : Plantago mayor L.
Hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah benar tanaman daun sendok (Plantago major L.).
B. Hasil Infundasi Herba Daun Sendok
Herba daun sendok di potong-potong kemudian dikeringkan untuk
menghilangkan air, yang dikhawatirkan dapat menghidrolisis senyawa berkhasiat
dalam tanaman. Simplisia kering kemudian diserbuk/ diblender untuk memperluas
permukaan, sehingga zat-zat yang terkandung di dalam herba lebih mudah tersari.
33
Tahap selanjutnya yaitu penyarian dengan aquadest. Sesaat sebelum
dipanaskan, simplisia dibasahi dengan cairan penyari. Tujuannya untuk
memberikan kesempatan kepada penyari untuk memasuki pori-pori simplisia,
mengganti udara di pori-pori simplisia yang kering dengan cairan penyari. setelah
itu baru dibuat infusa dengan dipanaskan pada suhu 90oC selama 15 menit.
Pembuatan infusa dilakukan sesaat sebelum pemberian sediaan uji, untuk
menghindari tumbuhnya jamur karena air merupakan media pertumbuhan jamur.
Aquadest dipilih sebagai cairan penyari karena di dalam Plantago mayor
L. terdapat senyawa yang bersifat polar. Keuntungan air dibanding pelarut lainnya
yaitu murah, mudah didapat, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak
beracun, dan alamiah. Sedangkan kelemahan air sebagai cairan penyari yaitu tidak
selektif, mudah ditumbuhi kapang, dan cepat rusak.
C. Hasil Penetapan Waktu Serapan Optimum (Operating Time)
Penentuan operating time ditujukan untuk mengetahui waktu serapan
optimum ketika glukosa standar dan GOD-PAP bereaksi membentuk warna
merah stabil yaitu kuinonimin. Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada Gambar
2. Warna merah (kuinonimin) merupakan hasil reaksi bertahap antara glukosa
darah dengan GOD-PAP. Tahap pertama yaitu pembentukan asam gukonat dari
glukosa dengan katalis enzim glukose oksidase (GOD). Senyawa lain yang
dihasilkan dari reaksi tersebut yaitu hidrogen peroksidase (H2O2). Tahap
selanjutnya yaitu pembentukan kuinonimin. Hidrogen peroksidase yang
dihasilkan akan bereaksi dengan 4 – amino – antipirin dan fenol dengan katalis
34
enzim peroksidase menghasilkan kuinonimin yang berwarna merah intensif
(Henry dkk., 1974) .
Gambar 2. Pembentukan Senyawa Berwarna Merah (Kuinonimin) pada Reaksi Enzimatis dengan Reagen GOD-PAP (Henry dkk., 1974)
Serapan dibaca pada panjang gelombang 500 nm sesuai panjang
gelombang yang tertera pada leaflet reagen GOD-PAP, tiap 5 menit selama 60
menit. Parameter stabil yaitu jika pada waktu tertentu larutan menunjukkan
serapan yang bernilai sama berturut-turut. Hasil penetapan operating time
disajikan pada Tabel 2. Sedangkan kurva hubungan antara waktu inkubasi dengan
nilai absorbansi disajikan pada Gambar 3.
GOD-PAP merupakan enzim yang memerlukan waktu tertentu untuk
bereaksi optimum, sehingga perlu diinkubasi. Gambar 3 dan Tabel 2
menunjukkan bahwa waktu yang memberikan serapan optimum terjadi pada menit
35
ke 15 - 20. Jika waktu inkubasi kurang dari waktu inkubasi optimum/ operating
timenya, maka enzim tidak akan bereaksi sempurna dengan substratnya (glukosa).
Apabila waktu inkubasi melebihi 20 menit maka senyawa yang terbentuk akan
terdegradasi.
Gambar 3. Kurva Hubungan antara Waktu Inkubasi dengan Nilai Absorbansi
Tabel 2. Hasil Penetapan Operating Time dari Glukosa Standar dengan Pereaksi
GOD-PAP (Diasys) pada Panjang Gelombang 500 nm selama 60 Menit
Waktu (menit) Absorbansi
0 0,184 5 0,273 10 0,279 15 0,266 20 0,266 25 0,286 30 0,265 35 0,279 40 0,272 45 0,272 50 0,277 55 0,287 60 0,277
36
D. Hasil Penetapan Panjang Gelombang yang Memiliki Absorbansi Maksimum
Tujuan ditetapkannya panjang gelombang maksimum yaitu untuk
mengetahui panjang gelombang yang mempunyai serapan terbesar, yaitu saat
senyawa berwarna yang terbentuk telah optimum, sehingga diperoleh kepekaan
yang maksimum.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa panjang gelombang 500 nm
mempunyai serapan maksimum pada glukosa darah dibandingkan panjang
gelombang lainnya, yaitu 0,376. Dengan demikian pembacaan kadar glukosa
darah pada spektrofotometer Star Dust selanjutnya dilakukan pada panjang
gelombang 500 nm. Data hasil penetapan panjang gelombang maksimum
disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 4.
Tabel 3. Absorbansi Glukosa dengan Pereaksi GOD-PAP (Diasys) pada Pengukuran Berbagai Panjang Gelombang
Gambar 4. Kurva Hubungan Panjang Gelombang dengan Nilai Absorbansi antara
Glukosa dengan Pereaksi GOD-PAP(DyaSis)
Panjang gelombang (nm) Absorbansi
340 0,312
405 0,084
500 0,376
546 0,260
578 0,156 630 0,043
37
E. Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah
Penelitian penurunan kadar glukosa darah ini menggunakan metode
toleransi glukosa oral. Prinsip kerjanya yaitu membebani hewan uji dengan
glukosa hingga keadaan hiperglikemi tanpa merusak pankreas hewan uji. Hewan
uji yang digunakan yaitu kelinci jantan lokal berat antara 1,2-2 kg. Pemilihan jenis
kelamin jantan dan lokal untuk meminimalkan adanya variasi hasil kadar glukosa
darah, karena hewan uji merupakan veriabel kendali.
Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 20-24 jam sebelum diberi
perlakuan tetapi tetap diberi minum ad libitum. Tujuan dipuasakan yaitu untuk
menghindari pengaruh makanan yang dapat mempengaruhi/ mempertinggi kadar
glukosa darah jika kelinci dibebani glukosa. Sebagai pengganti cairan tubuh yang
hilang selama puasa, maka kelinci diberi minum ad libitum. Selanjutnya
dilakukan uji pendahuluan dan uji utama sesuai skema jalannya penelitian pada
Gambar 1.
1. Uji Pendahuluan
a. Pembuatan Model Hiperglikemik
Pembuatan model hiperglikemik bertujuan untuk mengetahui dosis
glukosa yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah hewan uji sampai melebihi
kadar normal atau hiperglikemik. Hasil dari orientasi ini akan dijadikan sebagai
pedoman uji utama, untuk memastikan bahwa hewan uji benar-benar telah
mengalami kenaikan kadar glukosa darah sebelum diuji efek penurunan kadar
glukosa darahnya.
38
Hewan uji dipuasakan, kemudian diambil cuplikan darah sebagai kadar
glukosa puasa. Tujuan penetapan kadar glukosa darah puasa yaitu untuk
mengoreksi kadar glukosa darah tiap pengambilan cuplikan. Dosis glukosa yang
diorientasikan yaitu 1 g/kgBB dan 2 g/kgBB, yang dibandingkan dengan kontrol
normal tanpa pembebanan glukosa.
Darah yang digunakan yaitu plasma darah, sehingga perlu penambahan
EDTA sebagai antikoagulan. Setelah diambil glukosa darah puasanya, hewan uji
diberi sedian sesuai masing-masing kelompok. Data berupa kadar glukosa darah
(Lampiran 1) diubah menjadi persentase kadar glukosa terhadap kadar awal
(Tabel 4). Kurva hubungan antara persentase kadar glukosa darah terhadap kadar
awal dengan waktu sampling ditunjukkan pada Gambar 5.
Tabel 4. Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Kadar Awal pada Pembuatan Model Hiperglikemik (n=3)
Gambar 5. Kurva Hubungan % Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Dosis Pembebanan terhadap Waktu (n=3)
% Kadar glukosa darah terhadap kadar awal (rata-rata ± SE) Menit ke- Kontrol normal Glukosa
2 g/kgBB Glukosa 1 g/kgBB
0 109,15 ± 6,90 178,8 ± 50,12 139,58 ± 6,85 30 108,55 ± 9,34 254,52 ± 36,84 187,29 ± 17,92 60 110,13 ± 10,75 216,64 ± 23,21 167,77 ± 13,08 90 111,52 ± 9,09 171,29 ± 24,89 144,39 ± 23,04 120 106,06 ± 9,09 120,39 ± 12,00 112,74 ± 7,68 180 101,99 ± 7,49 109,37 ± 8,48 116,63 ± 10,12 240 88,58 ± 2,67 106,69 ± 5,77 114,19 ± 1,24
Orientasi model hiperglikemik
0
50
100
150
200
250
300
0 30 60 90 120 150 180 210 240
Menit ke-
% k
adar
glu
kosa
dar
ah
kontrol normal glukosa 2 g/kgBB glukosa 1 g/kgBB
39
Berdasarkan kurva hubungan % kadar glukosa darah pada berbagai dosis
pembebanan terhadap waktu (Gambar 5) dapat dihitung AUC antara kontrol
normal, glukosa 2 g/kgBB, dan glukosa 1 g/kgBB (Tabel 5). Parameter nilai AUC
menggambarkan jumlah total glukosa yang mencapai sirkulasi sistemik, sehingga
nilai AUC terbesar menunjukkan bahwa glukosa lebih banyak masuk ke sirkulasi
sistemik.
Tabel 5. Nilai AUC0-240 pada Berbagai Model Hiperglikemik
Dosis pembebanan glukosa 2 g/kgBB menunjukkan nilai AUC total
yang paling besar. Untuk mengetahui dosis berapa yang digunakan dalam
pembebanan glukosa, maka dilakukan uji statistik.
Nilai AUC 0-240 dianalisis statistik menggunakan program SPSS 12. Uji
yang dilakukkan pertama kali yaitu uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui
apakah data terdistribusi normal. Nilai signifikansi untuk dosis pembebanan
glukosa sebesar 0,969 > 0,05 yang berarti data terdistribusi normal. Selanjutnya
dilakukan analisis homogenitas varian dengan Levene Statistic untuk mengetahui
homogenitas dari nilai AUC tiap-tiap kelompok perlakuan. Dari uji homogenitas
varian didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,421 > 0,05 yang berarti data AUC
memiliki varian yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji analisis varian satu
jalan (one way anova).
Kelompok perlakuan AUC0-240 (rata-rata ±SE, %menit)
kontrol normal (aquadest) 25093 ± 1879,67
glukosa 2 g/kgBB 37135 ± 2071,41
glukosa 1 g/kgBB 32574 ± 1225,48
40
One way anova dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang
diberikan mempunyai perbedaan yang signifikan. Berdasarkan anava satu jalan
dengan taraf kepercayaan 95% didapatkan nilai signifikansi 0,008 < 0,05 yang
berarti ada perbedaan yang bermakna antara kontrol normal, glukosa dosis
1 g/kgBB, dan dosis 2 g/kgBB dalam mempengaruhi kadar glukosa darah.
Analisis selanjutnya yaitu Least Significant Difference (LSD) untuk
mengetahui dan membandingkan adanya perbedaan antarkelompok perlakuan.
Hasil uji LSD dengan taraf kepercayaan 95 % pada beberapa uji ditunjukkan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Hasil LSD AUC 0-240 Antarkelompok Perlakuan Orientasi Dosis Pembebanan Glukosa dengan Taraf Kepercayaan 95 %
Hasil uji LSD untuk orientasi dosis pembebanan glukosa menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kontrol normal dengan glukosa dosis
2 g/kgBB maupun dosis 1 g/kgBB. Artinya, dengan pembebanan glukosa
1 g/kgBB maupun 2 g/kgBB mampu menaikkan kadar glukosa darah hewan uji.
Sedangkan dosis 1 g/kgBB dan 2 g menunjukkan adanya perbedaan yang tidak
bermakna, yang berarti kedua dosis dapat digunakan untuk menaikkan kadar
glukosa darah. Percobaan ini menggunakan glukosa dosis 2g/kgBB, karena nilai
AUCnya lebih tinggi daripada dosis 1 g/kgBB.
b. Penetapan Waktu Pembebanan Glukosa
Penetapan waktu pembebanan glukosa bertujuan untuk mengetahui waktu
Antar kelompok perlakuan Nilai p Keterangan
Normal -Glukosa 2 g/kgBB 0,003 berbeda bermakna
Normal -Glukosa 1 g/kgBB 0,024 berbeda bermakna
Glukosa 1 g/kgBB - glukosa 2 g/kgBB 0,117 berbeda tidak bermakna
41
pemberian glukosa yang tepat. Dengan demikian dapat diketahui efek penurunan
kadar glukosa darah oleh acarbose maupun infusa herba daun sendok.
Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, masing-masing kontrol
negatif (aquadest), kontrol positif (acarbose), dan infusa herba daun sendok dosis
1,30 g/kgBB yang diberikan 30 menit sebelum serta bersamaan dengan glukosa.
Sesuai dengan penggunaan pada manusia, acarbose diminum bersama suapan
pertama, sehingga pembebanan glukosa bersamaan dengan aquadest maupun
acarbose. Orientasi dilakukan pada kontrol positif untuk membandingkan apakah
kemampuan obat untuk memberikan efek penurunan kadar glukosa darah sama
dengan infusa herba daun sendok.
Infusa herba daun sendok diberikan 30 menit sebelum dan bersamaan
dengan pembebanan glukosa, untuk mengetahui waktu pemberian glukosa yang
efektif sehingga ketika diberikan sediaan uji dapat memberikan efek penurunan
kadar glukosa darah yang maksimal.
Hewan uji diberikan perlakuan seperti halnya pada orientasi model
hiperglikemik, kemudian diukur kadar glukosa darahnya. Kadar glukosa darah
selanjutnya diubah dalam persentase kadar glukosa darah terhadap kadar awal
(Tabel 7).
Tabel 7. Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Kadar Awal pada Orientasi Waktu pembebanan Glukosa
% kadar glukosa terhadap kadar awal (rata-rata±SE) Menit ke- Kontrol positif
bersamaan Kontrol negatif
bersamaan Infusa 30 menit
sebelum Infusa
bersamaan 0 111 ± 1,43 135 ± 19,34 119 ± 8,59 109 ± 4,80 30 105 ± 2,00 204 ± 17,18 158 ± 16,30 131 ± 15,06 60 118 ± 4,50 170 ± 31,19 185 ± 13,99 119 ± 5,74 90 116 ± 9,63 154 ± 31,80 192 ± 12,14 117 ± 6,60 120 109 ± 10,31 109 ± 5,22 152 ± 26,27 102 ± 10,61 180 106 ± 8,32 106 ± 7,73 132 ± 17,53 82 ± 6,67 240 94 ± 2,34 116 ± 9,96 113 ± 10,73 70 ± 8,52
42
Data rata-rata persentase kadar glukosa darah terhadap waktu sampling
masing-masing kelompok perlakuan kemudian dibuat kurva (Gambar 6). Luas
area di bawah kurva (AUC) masing-masing perlakuan dapat dihitung dari Gambar
6. Nilai AUC (Tabel 8) kemudian dianalisis statistik sehingga dapat diketahui
waktu pembebanan glukosa yang akan digunakan untuk uji utama.
Gambar 6. Kurva Hubungan Antara Persentase Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Waktu Pembebanan Glukosa (n=3)
Tabel 8. AUC0-240 pada Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa (n=3)
Uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan Levene statistic untuk waktu
pembebanan glukosa masing-masing mempunyai nilai signifikansi > 0,05. Hal
tersebut berarti data terdistribusi normal dan homogen, sehingga dilanjutkan
dengan anava satu jalan.
Kelompok perlakuan AUC0-240 (rata-rata±SE) kontrol positif 25987 ± 1321,94 kontrol negatif 32605 ± 1569,09
infusa 30 menit sebelum glukosa 35999 ± 2598,26 infusa bersamaan glukosa 24244 ± 757,79
43
Hasil anava satu jalan menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari AUC
waktu pembebanan glukosa sebesar 0,004 < 0,05. Artinya ada perbedaan yang
bermakna antara kontrol positif, kontrol negatif, infusa 30 menit sebelum dan
bersamaan dengan pembebanan glukosa pada kadar glukosa darah. Untuk
mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan dalam mempengaruhi kadar
glukosa darah, maka dilakukan uji LSD. Hasil LSD AUC0-240 antarkelompok
perlakuan orientasi waktu pembebanan glukosa ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Uji LSD AUC0-240 Antarkelompok Perlakuan Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa dengan Taraf Kepercayaan 95 %
Hasil uji LSD menunjukkan bahwa pembebanan glukosa 30 menit
sebelum infusa dengan kontrol negatif berbeda tidak bermakna, sedangkan dengan
kontrol positif berbeda bermakna. Hal tersebut berarti kemampuan penurunan
kadar glukosa darah oleh infusa sama dengan kontrol negatif, dan berbeda
kemampuannya dengan kontrol positif, jika dibebani glukosa 30 menit
sebelumnya.
Uji LSD untuk pembebanan glukosa bersamaan infusa dengan kontrol
negatif berbeda bermakna, sedangkan dengan kontrol positif berbeda tidak
bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan penurunan kadar
Antar kelompok perlakuan Nilai p Keterangan
kontrol positif - negatif 0,025 berbeda bermakna
kontrol positif – infusa 30' sebelum 0,003 berbeda bermakna
kontrol positif – infusa bersamaan 0,489 berbeda tidak bermakna
kontrol negatif – infusa 30' sebelum 0,195 berbeda tidak bermakna
kontrol negatif – infusa bersamaan 0,008 berbeda bermakna
30' sebelum – infusa bersamaan 0,001 berbeda bermakna
44
glukosa darah oleh infusa sama dengan acarbose, dan berbeda kemampuannya
dengan aquadest, jika pembebanan glukosa dilakukan bersamaan dengan sediaan
uji. Sedangkan uji LSD antara waktu pembebanan glukosa 30 menit dan
bersamaan dengan infusa menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dalam
menurunkan kadar glukosa darah. Sehingga, untuk pembebanan glukosa
selanjutnya dilakukan bersamaan dengan pemberian sediaan uji.
2. Uji Utama
Uji utama efek penurunan kadar glukosa darah infusa herba daun sendok
dilakukan setelah uji pendahuluan. Tujuan dari uji ini yaitu untuk melihat efek
penurunan kadar glukosa darah dari infusa herba daun sendok pada 3 seri dosis.
Metode uji yang digunakan yaitu uji uji toleransi glukosa oral (UTGO).
Berbeda dengan metode uji diabetes dengan induksi aloksan, UTGO dapat
memberikan gambaran kenaikan kadar glukosa darah dengan cepat setelah
pembebanan glukosa. Selain itu juga memberikan efek penurunan kadar glukosa
darah cepat pula oleh obat atau zat-zat yang berefek hipoglikemik, karena
glukosa cepat dimetabolisme. Namun, metode toleransi glukosa oral memiliki
kelemahan, yaitu hewan uji hanya dibebani glukosa tanpa merusak pankreas, yang
berarti sel-sel beta masih dalam kondisi normal, dan sekresi insulin masih normal
walaupun jumlah glukosa berlebih.
Hiperglikemi terjadi akibat glukosa yang menumpuk sedangkan sel beta
pankreas rusak, sehingga insulin tidak mampu mentransport glukosa ke dalam sel.
Glukosa merupakan aldoheksosa, yang sering kita sebut sebagai dekstrosa, gula
anggur ataupun gula darah. Gula ini terbanyak ditemukan di alam. Sebagian dari
45
gula sederhana ini kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk
polisakarida.
Amilum, glikogen, dekstrin dan selulosa merupakan contoh dari
polisakarida. Glikogen merupakan polisakarida yang dapat meningkatkan kadar
glukosa darah karena merupakan cadangan energi pada hewan dan manusia yang
disimpan di hati dan otot sebagai granula, dan jika dibutuhkan oleh tubuh akan
diubah menjadi glukosa yang dikenal sebagai proses glikogenolisis.
Volume pemberian sediaan sebanyak setengah dari volume maksimal,
dimaksudkan untuk menghindari ketoksikan akibat terlalu banyak cairan yang
masuk. Volume maksimal kelinci yaitu 12 mL, diberikan 3 mL sediaan uji dan
5 mL glukosa 60 %, sehingga masing-masing hewan uji hanya mendapatkan 8 mL
dari total sediaan yang diberikan.
Penetapan kadar glukosa darah dilakukan dengan metode enzimatis,
yaitu dengan menambahkan reagen GOD-PAP yang berisi dapar fosfat
250 mmol/L, fenol 5 mmol/L, 4-amino antipirin 0,5 mmol/L, glukosa oksidase
(GOD) ≥ 10 ku/L, dan peroksidase (POD) ≥1 ku/L. Jika glukosa bereaksi dengan
reagen GOD-PAP akan terbentuk senyawa yang berwarna merah, seperti
mekanisme pada Gambar 2. Besarnya intensitas warna yang terbentuk berbanding
lurus dengan jumlah kadar glukosa darah.
Pembentukan senyawa berwarna memerlukan waktu inkubasi agar
reaksi antara glukosa darah dengan enzim – enzim yang terdapat dalam reagen
berlangsung optimum. Reaksi tersebut akan merubah warna cairan dari bening
menjadi berwarna merah, sehingga dapat dibaca kadarnya di Star Dust.
46
Pembacaan kadar menggunakan spektrofotometer Star Dust sesuai
dengan hasil penetapan waktu serapan yang stabil dan panjang gelombang serapan
maksimum. Kadar yang diperoleh pada menit-menit tertentu kemudian dihitung
dalam persentase kadar glukosa darah terhadap kadar puasa. Persentase kadar
glukosa darah ditunjukkan pada Tabel 10. Persentase kadar glukosa darah yang
diperoleh kemudian dibuat kurva hubungan terhadap waktu (menit). Profil kurva
disajikan pada Gambar 7.
Tabel 10. Persentase Kadar Glukosa Darah pada Berbagai Kelompok Perlakuan (n=4)
Gambar 7. Profil Kurva Hubungan Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap
Waktu
Persentase kadar glukosa darah pada berbagai kelompok perlakuan Menit ke- Kontrol
positif Kontrol negatif
infusa dosis 0,33 g/kgBB
infusa dosis 0,65 g/kgBB
infusa dosis 1,30 g/kgBB
0 111 ± 1,01 141 ± 15,04 112 ± 3,76 125 ± 8,50 121 ± 4,84 30 115 ± 6,98 204 ± 12,17 134 ± 8,79 156 ± 9,63 159 ± 6,60 60 135 ± 9,23 170 ± 22,06 127 ± 12,22 143 ± 4,84 144 ± 8,19 90 131 ± 4,61 157 ± 22,59 117 ± 10,14 128 ± 8,78 134 ± 8,52 120 129 ± 9,46 117 ± 8,71 107 ± 8,14 107 ± 2,69 125 ± 8,05 180 110 ± 2,73 108 ± 6,12 111 ± 2,65 99 ± 1,66 115 ± 5,30 240 96 ± 2,16 105 ± 12,72 94 ± 3,50 95 ± 3,50 104 ± 2,49
47
Kurva hubungan persentase kadar glukosa darah terhadap waktu
digunakan untuk menghitung luas area di bawah kurva (AUC). Nilai AUC 0-240
tiap perlakuan menunjukkan jumlah kadar glukosa dalam darah selama 240 menit.
Nilai AUC0-240 setiap perlakuan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai AUC0-240 dari Persentase Kadar Glukosa Darah terhadap Waktu pada Berbagai Perlakuan
Kontrol negatif memiliki profil kurva paling tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya. Hal tersebut karena kontrol negatif hanya diberi aquadest,
sehingga kadar glukosa darah kelinci cenderung masih tinggi. Sedangkan kurva
kontrol positif dengan infusa berbagai dosis masih di bawah kurva kontrol negatif.
Untuk mengetahui apakah kontrol positif dan infusa mempunyai efek menurunkan
kadar glukosa, maka diperlukan uji statistik terhadap nilai AUC 0-240 berbagai
perlakuan tersebut.
Nilai signifikansi dari analisis statistik Kolmogorov-Smirnov dan Levene
Statistic untuk uji utama berturut-turut adalah 0,344 dan 0,109 (p>0,05). Hal
tersebut menunjukkan bahwa AUC 0-240 dari masing-masing uji terdistribusi
normal dan memiliki varian yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji anava satu
jalan.
Kelompok perlakuan AUC0-240 (rata-rata ± SE)
kontrol positif 28411 ± 833,78
kontrol negatif 32951 ± 1162,24
infusa dosis 0,33 g/kgBB 27298 ± 1144,99
infusa dosis 0,65 g/kgBB 28231 ± 313,46
infusa dosis 1,30 g/kgBB 30590 ± 1202,00
48
Hasil uji anava dari kelima perlakuan didapatkan nilai signifikansi
sebesar 0,007 (p<0,05). Sehingga antara kontrol positif, kontrol negatif, infusa
dosis 0,33 g/kgBB, dosis 0,65 g/kgBB, maupun dosis 1,30 g/kgBB mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam menurunkan kadar glukosa darah. Karena hasil
anava signifikan/ berbeda bermakna, maka dilanjutkan uji LSD untuk
membandingkan kemampuan penurunan kadar glukosa darah antara kelompok
perlakuan satu dan lainnya. Hasil uji LSD dengan taraf kepercayaan 95 % pada
beberapa uji ditunjukkan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil LSD AUC 0-240 antara Berbagai Peringkat Dosis dengan Taraf Kepercayaan 95 %.
Analisis statistik LSD menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna
baik antara kontrol negatif dengan kontrol positif, kontrol negatif dengan infusa
dosis 0,33 g/kgBB maupun dosis 0,65 g/kgBB. Hal tersebut menunjukkan bahwa
acarbose, infusa dosis 0,33 g/kgBB dan dosis 0,65 g/kgBB mempunyai
kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Sedangkan antara kontrol
Antar kelompok perlakuan Nilai p Keterangan
Kontrol negatif – Kontrol positif 0,005 Berbeda bermakna
Kontrol negatif – Dosis 0,33 g/kgBB 0,001 Berbeda bermakna
Kontrol negatif – Dosis 0,65 g/kgBB 0,004 Berbeda bermakna
Kontrol negatif – Dosis 1,30 g/kgBB 0,112 Berbeda tidak bermakna
Kontrol positif – Dosis 0,33 g/kgBB 0,439 Berbeda tidak bermakna
Kontrol positif – Dosis 0,65 g/kgBB 0,899 Berbeda tidak bermakna
Kontrol positif – Dosis 1,30 g/kgBB 0,140 Berbeda tidak bermakna
Dosis 0,33 g/kgBB – Dosis 0,65 g/kgBB 0,516 Berbeda tidak bermakna
Dosis 0,33 g/kgBB – Dosis 1,30 g/kgBB 0,033 Berbeda bermakna
Dosis 0,65 g/kgBB 2 – Dosis 1,30 g/kgBB 0,113 Berbeda tidak bermakna
49
negatif dengan infusa dosis 1,30 g/kgBB berbeda tidak signifikan, artinya infusa
dosis 1,30 g/kgBB tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa herba daun sendok pada
konsentrasi tertinggi (65,5%, dosis 1,30 g/kgBB) tidak dapat menurunkan kadar
glukosa darah. Keadaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya suatu
senyawa yang bersifat antagonis dengan senyawa yang berkhasiat menurunkan
kadar glukosa darah. Konsentrasi yang lebih rendah dibuat dengan mengencerkan
infusa konsentrasi 65,5 % tersebut. Apabila konsentrasinya diencerkan
kemungkinan senyawa antagonis tersebut lebih sedikit, sehingga senyawa yang
berkhasiat dapat berefek menurunan kadar glukosa darah.
Besarnya efek penurunan kadar glukosa darah dihitung dari % PKGD
(Penurunan Kadar Glukosa Darah). Purata % PKGD ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Persen Penurunan Kadar Glukosa Darah (% PKGD) tiap Kelompok Perlakuan
Tabel 13 menunjukkan bahwa % PKGD infusa dosis 0,33 g/kgBB paling
besar dibandingkan kontrol positif, infusa dosis 0,65 g/kgBB. Dari nilai AUC0-240
dan % PKGD dapat diketahui bahwa nilai AUC0-240 berbanding terbalik dengan %
PKGD, yaitu semakin kecil nilai AUC0-240 akan semakin besar % PKGD sehingga
efek menurunkan kadar glukosa darah yang dihasilkan semakin besar.
Cairan penyari yang digunakan yaitu air yang bersifat polar, sehingga
akan menarik zat aktif dari simplisia yang juga bersifat polar. Plantago mayor L.
Kelompok perlakuan Nilai % PKGD (rata-rata ± SE)
kontrol positif 13,78 ± 5,07
infusa dosis 0,33 g/kgBB 17,15 ± 5,30
infusa dosis 0,65 g/kgBB 14,32 ± 3,69
50
mengandung beberapa senyawa polar seperti tanin, saponin, flavonoid yang
diduga berefek sebagai penurun kadar glukosa darah. Namun, dari penelitian ini
belum dapat diketahui senyawa yang bertanggungjawab sebagai penurun kadar
glukosa darah, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.
51
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian uji farmakologi penurunan kadar glukosa
darah infusa herba daun sendok ( Plantago mayor L.) dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Infusa herba daun sendok dosis 0,33 g/kgBB dan 0,65 g/kgBB, dapat
menurunkan kadar glukosa darah kelinci jantan yang dibebani glukosa dengan
persentase penurunan kadar glukosa darah (% PKGD) masing-masing 17,15 ±
5,30 dan 14,32 ± 3,69.
2. Persentase PKGD infusa herba daun sendok dosis 0,33 g/kgBB dan
0,65 g/kgBB sebanding dengan acarbose dosis 2,33 mg/kgBB.
B. Saran
1. Perlu diteliti lebih lanjut tentang:
a. Pengaruh infusa herba daun sendok dengan konsentrasi yang lebih kecil dari
16,5 % untuk mengetahui dosis minimal yang dapat menurunkan kadar
glukosa darah.
b. Senyawa dari Plantago mayor. L yang bertanggung jawab dalam penurunan
kadar glukosa darah.
2. Perlu dilakukan uji penurunan kadar glukosa darah dengan kontrol positif
acarbose yang dibuat dalam sediaan suspensi.
52
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 12, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 9-10, Direktorat Jenderal POM, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1993, Pedoman Pengujian dan Penapisan Farmakologi, Pengujian
Fitokimia dan Pengujian Klinik, 15-17, Yayasan Pengembangan Obat Alam, Jakarta.
Anonim, 2006, British National Formulary 51, 350-355, British Medical
Association, Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, London. Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 605-612, University
Indonesia Press, Jakarta. Aguilar, F. A., Avila, E. V., Perez, J. A., Lezama, R. V., Carrillo, L. V., Ramoz,
R. R., 2006, Hipoglycemic Effect of Plantago Major Seeds in Healty And Alloxan-Diabetic Mice, Proc, West Pharmacol, Soc: 49; 51-54.
Buse, J, B., Polonsky, K, S., Burant, C, F., 2003, Type 2 Diabetes Mellitus, in:
Williams Text Book of Endocrinology 10th Edition, 1427-1429, Saunders, USA,
Backer C.A., Van den Brink, R. C, 1965, Flora of Java (Spermatophytes only)
Vol. 1. N. V. P. Noordh off Gronirgen, Netherlands. Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Jilid I, 51-55, Trubus Agrimedia,
Jakarta. Dalimartha, S., 2005, Tanaman Obat Di Lingkungan Sekitar, 11-12, Puspa Swara,
Jakarta. DiPiro, T., Tarbet, L., Yee, C., Matzke, R., Wells, G., and Posey, M., 2005,
Pharmacotherapy A Pathopysiologic Approach, 1341, Medical Publishing Division, New York.
Guyton, 1997, Resistensi Tubuh Terhadap Infeksi : II, Imunitas dan Alergi.
Dalam : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 9, 555-577, EGC, Jakarta.
Henry, R.J., Canon, D.C., and Winkelmann, J.W., 1978, Clinical Chemistry Ed 2, 1278, Harper and Row, New York.
53
Katzung, B.G., 2002, Basic And Clinical Pharmacology (Farmakologi Dasar Dan Klinik), Edisi III, 585-587, Diterjemahkan Oleh Andrianto. P, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mangoenprasodjo, A. S., 2005, Hidup Sehat dan Normal dengan Diabetes,
Thinkfresh. Yogyakarta. Masharani, U., Karam, J. H., and German, M. S., 2004, Basic And Clinical
Endocrinology, 680-684, Mc. Graw Hill, USA. Ramaiah, 2006, Diabetes, Cara Mengetahui Gejala Diabetes dan Mendeteksi
Sejak Dini, PT Buana Ilmu Populer, Jakarta, Soegondo, S., 2005, Diagnosis Dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini, dalam
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, 17-26, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Subroto, 2006, Ramuan Herbal Untuk Diabetes Melitus, 4-9, Penebar Swadaya,
Jakarta. Sudarsono., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., dan Purnomo, 2002,
Tumbuhan Obat II: Hasil Penelitian, Sifat – Sifat dan Penggunaan, 151, Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suharmiati dan Handayani, L., 2006, Cara Benar Meracik Obat Tradisional, 4-6,
Agro Pustaka, Jakarta. Suharmiati, 2003, Pengujian Bioaktivitas Antidiabetes Melitus Tumbuhan Obat,
(online),(http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/06pengujianbioaktivitasAntidiabetes.pdf/06-pengujianBioaktivitasAntidiabeteshtml, diakses 2 september 2007).
Suyono, S., 2005, Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes,
dalam Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, 1-4, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Sweetman, S. C., 2005, Martindale: The Complete Drug Refference, 34th
Edition,324, Pharmaceutical Press, London. Syamsuhidayat, S.S., dan Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tanaman Obat
Indonesia (I), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting: Khasiat Penggunaan
dan Efek Samping, Edisi IV, 567-584, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
54
Tjokroprawiro, A., 2006, Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Waspadji, 2005, Diabetes Melitus Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang
Rasional, dalam Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Wirahadikusumah, 1985, Biokimia : Metabolisme Energi, Karbohidrat Dan Lipid,
Penerbit ITB, Bandung. Wise, P. H. J., 2002, Mengenal Diabetes, Untuk Diabetes yang Tidak Tergantung
Insulin, Edisi II, Cetakan I, 1-2, Arcan, Jakarta. Woodley, M dan Whelant, A., 1995, Pedoman Pengobatan, 36-39, Andioffset
Essensia Medica, Yogyakarta.
55
Lampiran 1. Pembuatan Model Hiperglikemik
A. Kadar glukosa darah (mg/dL)
B. Persentase kadar glukosa darah tertentu dibanding puasa (%)
C = (Ct/Cp) x 100%
C. AUC 0-240
Normal glukosa 2g/kgBB
glukosa 1g/kgBB menit
ke- 1 2 3 rata2
1 2 3 rata2
1 2 3 rata2
puasa 98 112 102 104 138 106 79 108 66 62 77 68 0 104 137 101 114 221 109 216 182 101 81 104 95 30 94 142 105 114 278 251 257 262 147 108 127 127 60 101 147 98 115 236 246 195 226 128 96 119 114 90 103 145 102 117 225 231 105 187 78 118 96 97 120 97 139 97 111 194 105 96 132 76 61 96 78 180 93 131 96 107 161 98 94 118 88 61 91 80 240 82 104 91 92 153 101 90 115 77 70 87 78
Normal glukosa 2g/kgBB glukosa 1g/kgBB menit ke- 1 2 3 1 2 3 1 2 3 0 106,12 122,32 99,02 160,14 102,83 273,42 153,03 130,65 135,06
30 95,918 126,79 102,94 201,45 236,79 325,32 222,73 174,19 164,94
60 103,06 131,25 96,078 171,01 232,08 246,84 193,94 154,84 154,55
90 105,1 129,46 100 163,04 217,92 132,91 118,18 190,32 124,68
120 98,98 124,11 95,098 140,58 99,057 121,52 115,15 98,387 124,68
180 94,898 116,96 94,118 116,67 92,453 118,99 133,33 98,387 118,18
240 83,673 92,857 89,216 110,87 95,283 113,92 116,67 112,9 112,99
Normal glukosa 2g/kgBB glukosa 1g/kgBBmenit ke- 1 2 3 1 2 3 1 2 3 0-30 3031 3737 3029 5424 5094 8981 5636 4573 4500
30-60 2985 3871 2985 5587 7033 8582 6250 4935 4792 60-90 3122 3911 2941 5011 6750 5696 4682 5177 4188 90-120 3061 3804 2926 4554 4755 3816 3500 4331 3740 120-180 5816 7232 5676 7717 5745 7215 7455 5903 7286 180-240 5357 6295 5500 6826 5632 6987 7500 6339 6935
total 23372 28848 23059 35120 35009 41278 35023 31258 31442
A. Kadar glukosa darah (mg/dl)
B. Persentase kadar glukosa darah tertentu dibanding puasa (%)
C = (Ct/Cp) x 100%
kontrol ( + ) kontrol (-) infusa menit ke- 1 2 3 rata2 1 2 3 rata2 30' sebelum rata2 bersamaan rata2
puasa 118 140 129 129 106 132 156 131 84 91 86 87 83 95 104 90 0 128 157 146 144 109 224 207 180 87 120 96 101 121 114 107 107 30 123 143 159 142 251 262 278 264 110 156 164 143 125 168 178 149 60 150 163 178 164 246 191 208 215 142 215 135 164 134 121 142 150 90 153 168 173 165 231 161 192 195 172 226 131 176 121 110 172 158
120 148 158 156 154 105 147 182 145 148 183 78 136 100 91 148 126 180 134 162 140 145 98 139 186 141 129 147 76 117 73 86 129 108 240 117 129 129 125 123 175 153 150 96 132 73 100 64 64 61 84
ket: kont (+): acarbose+glukosa, kont (-): aquadest+glukosa
kontrol ( + ) kontrol (-) infusa rata-rata menit ke- 1 2 3 1 2 3 30' sebelum bersamaan kontrol
+ kontrol
- 30'
sebelum bersamaan
0 108 112 113 103 170 133 104 132 112 146 120 103 111 135 116 123 30 104 102 109 237 198 178 131 171 191 151 177 171 105 204 164 166 60 127 116 112 232 145 133 169 236 157 161 127 137 118 170 187 142 90 130 120 97 218 122 123 205 248 152 146 116 165 116 154 202 142 120 125 113 90 99 111 117 176 201 91 120 96 142 109 109 156 120 180 114 116 90 92 105 119 154 162 88 88 91 124 106 106 134 101 240 99 92 92 116 133 98 114 145 85 77 67 59 94 116 115 68
Lampiran 2. Waktu Pembebanan Glukosa
56
C. AUC0-240
kontrol ( + ) kontrol (-) infusa menit ke- 1 2 3 1 2 3 30' sebelum bersamaan 0-30 3191 3214 3331 5094 5523 4663 3518 4549 4535 4446 4453 4111 30-60 3470 3279 3313 7033 5148 4673 4500 6115 5215 4681 4563 4615 60-90 3852 3546 3137 6750 4000 3846 5607 7269 4640 4608 3647 4529
90-120 3826 3493 2810 4755 3500 3596 5714 6742 3645 3994 3174 4615 120-180 7169 6857 5398 5745 6500 7077 9893 10879 5372 6253 5589 7990 180-240 6381 6236 5457 6255 7136 6519 8036 9198 5198 4952 4737 5481
total 27890 26625 23446 35632 31807 30375 37268 44753 28605 28934 26163 31341
A. Kadar glukosa darah(mg/dl)
kontrol ( + ) kontrol (-) Dosis 1 infusa Rata2 Dosis 2 infusa Dosis 3 infusa menit ke- 1 2 3 4
Rata2 1 2 3 4
Rata2 1 2 3 4 1 2 3 4
Rata2 1 2 3 4
Rata2
puasa 118 140 114 129 125 138 106 132 156 133 142 138 120 122 131 116 106 108 104 109 91 100 97 95 96
0 128 157 127 146 140 221 109 224 207 190 171 141 136 137 146 120 139 155 125 135 118 127 114 103 116
30 123 143 148 159 143 278 251 262 278 267 189 178 190 142 175 161 151 195 168 169 157 145 147 160 152
60 150 163 182 178 168 236 246 191 208 220 185 136 189 147 164 178 146 159 137 155 144 157 129 120 138
90 153 168 162 173 164 225 231 161 192 202 169 125 168 145 152 177 131 120 129 139 134 150 112 118 129
120 148 158 178 156 160 194 105 147 182 157 159 114 142 139 139 128 105 115 115 116 125 141 109 105 120
180 134 162 118 140 139 161 98 139 186 146 164 160 127 131 146 116 101 105 107 107 118 116 103 103 110
240 117 129 105 129 120 101 123 175 153 138 138 131 116 104 122 100 108 100 103 103 97 98 106 97 100 Ket: kontrol (+): acarbose+glukosa, kontrol (-): aquadest+glukosa
B. Persentase kadar glukosa darah tertentu dibanding puasa (%) C = (Ct/Cp) x 100%
kontrol ( + ) kontrol (-) Dosis 1 infusa Dosis 2 infusa Dosis 3 infusa rata-rata menit ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 kont
+ kont
- Dosis
1 Dosis
2 Dosis
3
0 108 112 111 113 160 103 170 133 120 102 113 112 103 131 144 120 130 127 118 108 111 141 112 125 121
30 104 102 130 123 201 237 198 178 133 129 158 116 139 142 181 162 173 145 152 168 115 204 134 156 159
60 127 116 160 138 171 232 145 133 130 99 158 120 153 138 147 132 158 157 133 126 135 170 127 143 144
90 130 120 142 134 163 218 122 123 119 91 140 119 153 124 111 124 147 150 115 124 131 157 117 128 134
120 125 113 156 121 141 99 111 117 112 83 118 114 110 99 106 111 137 141 112 111 129 117 107 107 125
180 114 116 104 109 117 92 105 119 115 116 106 107 100 95 97 103 130 116 106 108 110 108 111 99 115
240 99 92 92 100 73 116 133 98 97 95 97 85 86 102 93 99 107 98 109 102 96 105 94 95 104
Lampiran 3. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Herba Daun Sendok
57
C. AUC0-240
kontrol ( + ) kontrol (-) Dosis 1 infusa Dosis 2 infusa Dosis 3 infusa menit ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
0-30 3191 3214 3618 3547 5424 5094 5523 4663 3803 3467 4075 3430 3634 4104 4861 4226 4533 4080 4036 4153
30-60 3470 3279 4342 3919 5587 7033 5148 4673 3951 3413 4738 3553 4384 4203 4917 4399 4962 4530 4268 4421
60-90 3852 3546 4526 4081 5011 6750 4000 3846 3739 2837 4463 3590 4591 3920 3875 3837 4582 4605 3727 3758
90-120 3826 3493 4474 3826 4554 4755 3500 3596 3465 2598 3875 3492 3944 3340 3264 3519 4269 4365 3418 3521
120-180 7169 6857 7789 6884 7717 5745 6500 7077 6824 5957 6725 6639 6310 5830 6111 6404 8011 7710 6557 6568
180-240 6381 6236 5868 6256 5696 6255 7136 6519 6380 6326 6075 5779 5586 5915 5694 6058 7088 6420 6464 6316
total 27890 26625 30618 28512 33989 35632 31807 30375 28162 24598 29950 26484 28448 27311 28722 28442 33445 31710 28469 28737
Rata2 28411 32951 27298 28231 30590
Lampiran 4. Hasil Uji Statistik A. Pembuatan Model Hiperglikemik
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
931601.005892.330
.164
.164-.163.492.969
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
AUC
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway Descriptives
AUC
3 25093.00 3255.68902 1879.673 17005.4201 33180.5799 23059.00 28848.003 37135.67 3587.79519 2071.415 28223.0893 46048.2440 35009.00 41278.003 32574.33 2122.60226 1225.485 27301.4970 37847.1696 31258.00 35023.009 31601.00 5892.32957 1964.110 27071.7545 36130.2455 23059.00 41278.00
NORMALGLU 2g/kgBBGLU 1g/kgBBTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
AUC
1.003 2 6 .421
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
AUC
2.22E+08 2 110900965.3 11.892 .00855954451 6 9325741.8892.78E+08 8
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
58
Post Hoc Tests
B. Orientasi Waktu Pembebanan Glukosa
NPar Tests
Descriptive Statistics
12 2.50 1.168 1 412 31289.25 5808.451 23446 44753
PerlakuanAUC
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
12 122.50 31289.25
1.168 5808.451.166 .157.166 .157
-.166 -.105.574 .545.897 .927
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Perlakuan AUC
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Lanjutan
Multiple Comparisons
Dependent Variable: AUCLSD
-12042.667* 2493.424 .003 -18143.8544 -5941.4789-7481.3333* 2493.424 .024 -13582.5211 -1380.145612042.667* 2493.424 .003 5941.4789 18143.8544
4561.33333 2493.424 .117 -1539.8544 10662.52117481.33333* 2493.424 .024 1380.1456 13582.5211-4561.3333 2493.424 .117 -10662.5211 1539.8544
(J) PERLAKUANGLU 2g/kgBBGLU 1g/kgBBNORMALGLU 1g/kgBBNORMALGLU 2g/kgBB
(I) PERLAKUANNORMAL
GLU 2g/kgBB
GLU 1g/kgBB
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
Oneway
Descriptives
AUC
3 25987.00 2289.665 1321.939 20299.16 31674.84 23446 278903 32604.67 2717.759 1569.099 25853.38 39355.96 30375 356323 38625.00 5314.280 3068.201 25423.60 51826.40 35283 447533 27940.33 1542.793 890.732 24107.82 31772.84 26163 28934
12 31289.25 5808.451 1676.755 27598.74 34979.76 23446 44753
kontrol +kontrol -30' sebelumbersamaanTotal
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
AUC
3.417 3 8 .073
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
AUC
2.85E+08 3 94872646.97 8.774 .00786501131 8 10812641.423.71E+08 11
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: AUCLSD
-6617.667* 2684.852 .039 -12808.95 -426.39-12638.000* 2684.852 .002 -18829.28 -6446.72
-1953.333 2684.852 .488 -8144.61 4237.956617.667* 2684.852 .039 426.39 12808.95
-6020.333 2684.852 .055 -12211.61 170.954664.333 2684.852 .121 -1526.95 10855.61
12638.000* 2684.852 .002 6446.72 18829.286020.333 2684.852 .055 -170.95 12211.61
10684.667* 2684.852 .004 4493.39 16875.951953.333 2684.852 .488 -4237.95 8144.61
-4664.333 2684.852 .121 -10855.61 1526.95-10684.667* 2684.852 .004 -16875.95 -4493.39
(J) Perlakuankontrol -30' sebelumbersamaankontrol +30' sebelumbersamaankontrol +kontrol -bersamaankontrol +kontrol -30' sebelum
(I) Perlakuankontrol +
kontrol -
30' sebelum
bersamaan
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
C. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Infusa Daun Sendok NPar Tests
Descriptive Statistics
20 3.0000 1.45095 1.00 5.0020 29496.30 2731.472 24598 35632
perlakuanAUC
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
20 203.0000 29496.30
1.45095 2731.472.155 .209.155 .209
-.155 -.085.692 .937.725 .344
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
perlakuan AUC
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Oneway
Descriptives
AUC
4 28411.25 1667.562 833.781 25757.79 31064.71 26625 306184 32950.75 2324.487 162.243 29251.97 36649.53 30375 356324 27298.50 2289.992 144.996 23654.61 30942.39 24598 299504 28230.75 626.921 313.461 27233.18 29228.32 27311 287224 30590.25 2404.002 202.001 26764.95 34415.55 28469 33445
20 29496.30 2731.472 610.776 28217.93 30774.67 24598 35632
kontrol +kontrol -infusa dosis infusa dosis infusa dosis Total
N Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper Bound
5% Confidence Interval foMean
MinimumMaximum
Test of Homogeneity of Variances
AUC
2.282 4 15 .109
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
AUC
82956906 4 20739226.55 5.291 .00758800964 15 3920064.2671.42E+08 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: AUCLSD
-4539.500* 1400.011 .005 -7523.55 -1555.451112.750 1400.011 .439 -1871.30 4096.80
180.500 1400.011 .899 -2803.55 3164.55-2179.000 1400.011 .140 -5163.05 805.054539.500* 1400.011 .005 1555.45 7523.555652.250* 1400.011 .001 2668.20 8636.304720.000* 1400.011 .004 1735.95 7704.052360.500 1400.011 .112 -623.55 5344.55
-1112.750 1400.011 .439 -4096.80 1871.30-5652.250* 1400.011 .001 -8636.30 -2668.20
-932.250 1400.011 .516 -3916.30 2051.80-3291.750* 1400.011 .033 -6275.80 -307.70
-180.500 1400.011 .899 -3164.55 2803.55-4720.000* 1400.011 .004 -7704.05 -1735.95
932.250 1400.011 .516 -2051.80 3916.30-2359.500 1400.011 .113 -5343.55 624.552179.000 1400.011 .140 -805.05 5163.05
-2360.500 1400.011 .112 -5344.55 623.553291.750* 1400.011 .033 307.70 6275.802359.500 1400.011 .113 -624.55 5343.55
(J) perlakuankontrol -infusa dosis 1infusa dosis 2infusa dosis 3kontrol +infusa dosis 1infusa dosis 2infusa dosis 3kontrol +kontrol -infusa dosis 2infusa dosis 3kontrol +kontrol -infusa dosis 1infusa dosis 3kontrol +kontrol -infusa dosis 1infusa dosis 2
(I) perlakuankontrol +
kontrol -
infusa dosis 1
infusa dosis 2
infusa dosis 3
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level.*.
: ARIZTYA RIZKI
: K 100 040 213
Lampiran 5. Hasil Determinasi
59
Lampiran 6. Gambar Alat dan Bahan Penelitian
Daun Sendok (Plantago mayor L.)
Kelinci Jantan Lokal
60
Pengambilan Darah di Vena Telinga Kelinci
Sampel Darah setelah disentrifuge