Upload
others
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
UJI RELIABILITAS KUESIONER LITTLEARS BERBAHASA INDONSIA
PADA ORANG TUA DENGAN ANAK USIA 6 – 24 BULAN DI DESA
KAPLONGAN LOR, KABUPATEN INDRAMAYU
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
ZAKIYAH SAFITRI
NIM: 11161030000018
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441/2019
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur kehdirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan
hidayahnya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW yang memimpin manusia menumpas kebatilan.
Penyusunan skripsi ini ditunjukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna
mencapai gelar Sarjana Kedoktera di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan
dari berbagai macam pihak, baik berupa materil maupun moril. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, terimakasih kepada:
1. dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Kepala Program Studi
Kedokteran, Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL selaku pembimbing satu yang sudah
dengan sabar meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberi
masukan mengenai judul penelitian dan membimbing kami dalam
melaksanakan penelitian dan proses penyusunan skripsi ini.
4. dr. Cut Warniani, MPH. selaku pembimbing dua yang sudah meluangkan
waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dalam melakukan penelitian
dan menyusun penelitian serta mengoreksi tulisan ini
5. drg. Laifah Annisa Hendarmin PhD, selaku penanggung jawab modul riset
yang selalu mengingatkan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
6. Kepala Puskesmas Kaplongan Lo dan, Bd. Lilis, Amd. Selaku bidan desa
Puskesmas Kaplongan, ibu Alifah selaku kader desa dan Mba Azizah Al
Habsy selaku sepupu penulis yang sudah mengizinkan dan membantu
penulis dalam pengambilan data responden di desa Kaplongan Lor.
7. Seluruh responden yang sudah bersedia dan meluangkan waktu untuk
mengisi kuesioner dan diwawancari terkait perkembangan putra-putrinya.
v
8. Kepada orang-orang yang penulis sayangi, kedua orang tua penulis Nur
Komarul Badri Al Hinduan dan Durotin Al Hinduan, adik penulis Aisyah
Al Hinduan, dan Alm. Zaenal Abidin Al Hinduan, Kakak Penulis
Muhammad Munawar Al Hinduan, Siti Yuliati Al Hinduan, Syabron
Mulasy Al Hinduan. Dan segenap keluarga besar H. Zaenal Abidin Al
Hinduan dan H. Sholeh Al Hinduan yang selalu mendukung dan
mendo’akan penulis.
9. Teman-teman satu Kelompok penelitian : Ade Nurmyla Fauziati, Hibban
Ahmad Daffa, Khanisa Aghnia Afwa, Sumaya Al Jufri yang telah
berjuang bersama dalam melakukan dan menyelesaikan penyusunan
penelitian ini. Terimakasih atas kerjasama dan selalu memberikan
dukungan kepad penulis.
10. Sahabat-sahabat penulis Vika Nurazizah, Putri Aliphiyah Nur Azmi,
Rahayu, Laulaka laula, Hasna Chairunnisa terimakasih atas do’a dan
dukungannya selalu untuk penulis
11. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu per satu.
Semoga dengan selesainya Laporan Penelitian ini dapat menambah
pengetahuan kita semua mengenai uji reliabilitas kuesioner berbahasa Indonesia
di desa Kaplonganlor ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, November 2019
Zakiyah Safitri
vi
ABSTRAK
Zakiyah Safitri. Program Studi Kedokteran. Uji Reliabilitas Kuesioner LittlEars
Bahasa Indonesia kepada Orang Tua dengan anak Usia 6 – 24 bulan di Desa
Kaplongan Lor, Indramayu.2019
Latar Belakang : Di dunia terdapat 5% populasi atau 360 juta jiwa menderita
tuna rungu dan 32 juta diantaranya adalah anak-anak. Kuesioner littlEARS adalah
salah satu instrument untuk mendeteksi gangguan dengar pada anak. Pada
penelitian ini bertujuan untuk melihat reliabilitas Kuesioner LittlEars berbahasa
Indonesia di desa Kaplongan Lor, serta menilai korelasi usia anak dengan total
skor kuesioner. Metode : peneltian ini dilakukan di Desa Kaplongan Lor, dari
bulan Juni 2019 – Agustus 2019 dengan desain cross sectional. Jumlah responden
pada penelitian sebanyak 60 orang tua dengan anak usia 6 – 24 bulan tanpa risiko
gangguan dengar. Dengan laki-laki 36,3% dan perempuan 73,7%. Hasil :
Kuesioner LittlEars berbahasa Indonesia Valid dan Reliabel dengan Cronbach’s
Alpha Mandiri : 0,902 dan metode wawancara : 0,901 dengan Guttman Split-Half
metode mandiri : 0,93 dan metode wawancara : 0,942. Kuesioner LittlEars bahasa
Indonesia memiliki korelasi positif antara usia anak dengan jumlah skor kuesioner
dengan metode wawancara memilki nilai korelasi tertinggi dengan nila r
koefisien: 0,765 (p value < 0.05). Kesimpulan : Kuesioner LittlEars memiliki
reliabilitas baik dan dapat digunakan di desa Kaplongan Lor dengan Metode
Wawancara.
Kata Kunci : Validitas, Kuesioner LittlEars, Gangguan dengar Anak.
Abstract
Zakiyah Safitri. Medical Studies. Examine the reliability of Indonesian LittlEARS
Questionnaire to Parents with Children Age 6 – 24 months in Kaplongan lor,
Indramayu Regency. 2019.
Background :In the world there ara 5% of the population or 360 million people
suffer hearing loss and hearing impairment on children were 32 million people.
To Exemine the reliability of Indonesian LittlEars questionnaire to Parents with
children age 6 – 24 months in Kaplongan lor, Indramayu, and assess the
correlation between age children and total scores questionnaire. Methode : the
study was conducted in Kaplongan Lor, Indramayu city from June 2019 – Augst
2019 used cross sectional design. Number of respondents 60 parents who have
children age 6 – 24 months without the risk of hearing loss. Boys 22 children
(36,3%) and girls children 38(73,7%). Results : Indonesian LittlEars
Questionnaire is valid and reliable with Cornbach’s Alpha self-administer : 0.902
and interview method: 0.901 with Guttman Split-Half independent method: 0.93
and interview method: 0.942. The Indonesian LittlEars questionnaire has a
positive correlation between the age of the child and the total score of the
questionnaire. The interview method has the highest correlation value with the
value coefficient: 0.765 (p value <0.05). Conclusion : The LittlEars questionnaire
has good reliability values and can be used in the Kaplongan Lor, Indrmayu City,
with the Interview Method
Keywords : Validity, LittlEars Questionnaire, Child Hearing
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
KATA PENGANTAR ................................................................................................ III
ABSTRAK .................................................................................................................. VI
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... IX
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... X
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ XI
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. XII
BAB I PENDAHULUAN………………………………….……………………...1
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH : .............................................................................. 3
1.3 HIPOTESIS ................................................................................................. 3
1.4 TUJUAN PENELITIAN .................................................................................. 3
1.4.1 Tujuan Umum: ...................................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus : .................................................................................... 3
1.5 MANFAAT PENELITIAN : ............................................................................ 3
1.5.1 Bagi peneliti : ........................................................................................ 3
1.5.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah : .................................................. 4
1.5.3 Bagi kalangan medis: ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..…………………………………………5
2.1 LANDASAN TEORI ..................................................................................... 5
2.1.1. Fisiologi pendengaran ....................................................................... 5
2.1.2. Tumbuh kembang pendengaran dan bicara .................................... 10
2.1.3. Faktor yang memengaruhi tumbuh kembang pendengaran ............ 12
2.1.4. Gangguan pendengaran pada anak dan bayi. .................................. 13
2.1.5. Pemeriksaan Pendengran Pada Bayi dan Anak............................... 16
2.1.6. Kuesioner LittEARS ....................................................................... 17
2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Kuesioner ............................................ 19
2.1.8. Validasi Kuesioner .......................................................................... 20
2.3 KERANGKA KONSEP ................................................................................ 23
2.4 DEFINISI OPERASIONAL ........................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN…….…………………………………………25
3.1 DESAIN PENELITIAN ................................................................................ 25
3.2 WAKTU PENELITIAN ................................................................................ 25
3.3 TEMPAT PENILITIAN ................................................................................ 25
3.4 POPULASI ................................................................................................ 25
viii
3.4.1 Populasi Umum .................................................................................. 25
3.4.2 Populasi Terjangkau ........................................................................... 25
3.5 SAMPEL PENELITIAN DAN CARA PENGAMBILAN SAMPEL ....................... 25
3.5.1. Besar Sampel .................................................................................. 26
3.6 VARIABEL PENELITIAN ............................................................................ 26
3.6.1 Variabel terikat ................................................................................... 26
3.6.2 Variabel bebas .................................................................................... 26
3.7 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI ........................................................... 27
3.7.1 Kriteria Inklusi : .................................................................................. 27
3.7.2 Kriteria Eklusi :................................................................................... 27
3.8 ALAT DAN BAHAN ................................................................................... 27
3.9 CARA KERJA ........................................................................................... 28
3.10 ALUR PENELITIAN ................................................................................... 28
3.11 MENEJEMEN DATA .................................................................................. 29
3.11.1 Cleaning data .................................................................................. 29
3.11.2 Analisis Data ................................................................................... 29
3.11.3 Penyajian Data ................................................................................ 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..……………………………………….31
4.1 STATISTIK DESKRIPTIF ............................................................................ 31
4.1.1. Karakteristik Responden ................................................................. 31
4.2 STATISTIK ANALITIK BIVARIAT .............................................................. 33
4.2.1. Reliabilitas dan Uji Validitas .......................................................... 33
4.2.2. Reliabilitas dengan Metode Guttman Split-Half ............................. 34
4.2.3. Uji Komperatif Kesesuaian Katagorik ( Kohen’s Kappa) .............. 35
4.2.4. Regresi Non Linier .......................................................................... 39
4.2.5. Korelasi Usia dengan Jumlah Skor ................................................. 42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…..……………………………………...45
5.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 45
5.2 SARAN ..................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...47
LAMPIRAN…………………………………………………………………….51
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Tumbuh Kembang Anak………………………………………… 12
Tabel 2.2 : Perkiraan adanya gangguan pendengaran pada bayi…………… 16
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden………………………………………… 33
Tabel 4.2 : Sebaran R esponden……………………………………………… 34
Tabel 4.3 : Uji Reliabilitas Alpha……………………………………………. 35
Tabel 4.4 : Reliabilitas Guttman Split-Half…………………………………. 36
Tabel 4.5 : Uji Komperatif Kesesuaian Kategorik…………………………… 38
Tabel 4.6 : Perbandingan Uji Reliabilitas pada Kuesioner LittlEARS.………. 39
Tabel 4.7 : Uji Regresi Non Linier Kuadratik Metode Mandiri……………… 40
Tabel 4.8 : Uji Regresi Non Linier Kuadratik Metode Wawancara………….. 40
Tabel 4.9 : Korelasi Usia Anak dengan Jumlah Skor………………………… 42
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Anatomi Telinga Manusia…………………………………….... 5
Gambar 2.2 : Anatomi Transmisi gelombang suara…………………………... 7
Gambar 2.3 : Struktur Koklea (potongan melintang)...……………………….. 7
Gambar 2.4 : Anatomi Organ Korti…………………………………………… 8
Gambar 2.5 : Peran Sterosilia dalam Transduksi Suara……………………… 8
Gambar 2.6 : Proses Pendengaran pada Manusia……………………………... 9
Gambar 2.7 : Kurva normal LittlEARS……………………………………….. 19
Gambar 2.8 : Kerangka Teori…………………………………………………. 22
Gambar 2.9 : Kerangka Konsep……………………………………………….. 23
Gambar 4.1 : Persebaran Responden Metode Mandiri………………………... 40
Gambar 4.2 : Persebaran Responden Metode Wawancara……………………. 41
Gambar 4.3 : Grafik Scatter pada Metode Mandiri dan Wawancara………….. 43
xi
DAFTAR SINGKATAN
ABR : Auditory Brainstem Respone
ASSR : Auditory Steady State Respone
BERA : Brainstem Evoked Response Audiometry
LEAQ : The LittlEARS Auditory Questionnaire
NICU : Neonatal Intensive Care Unit
OAE : Otoaccouistic Emission
RSCM : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
WHO : World Health Organization
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian……………………………………………. 45
Lampiran 2 Surat Izin Dinas Kesehatan……………………………………... 46
Lampiran 3 Lembar Informed Consent……………………………………… 47
Lampiran 4 Form Karakteristik Responden…………………………………. 48
Lampiran 5 Kuesioner LittlEars Bahasa Indonesia…………………………. 49
Lampiran 6 Lampiran 6 Kuesioner LittlEars Bahasa Inggris……………….. 52
Lampiran 7 Hasil Uji Statistik……………………………………………….. 54
Lampiran 8 Riwayat Penulis………………………………………………… 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendengaran adalah organ sensori yang memiliki peran penting dalam kualitas
hidup manusia. Fungsi pendengaran yang terganggu terutama pada bayi baru lahir
dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembanagan anak dalam berbahasa dan
berbicara.1
Gangguan dengar pada anak dan bayi cukup sulit dideteksi, terutama
pada anak usia 0 – 24 bulan. Pada usia tersebut respon anak masih sangat terbatas
sehingga banyak orang tua dan pengasuh tidak menyadari terdapat gangguan
dengar pada anak mereka. Gangguan dengar yang dapat didiagnosis dan
mendapatkan perawatan sebelum usia 6 bulan akan memberikan efek yang lebih
optimal terhadap tumbuh kembang anak setelahnya.4
Berdasarkan data WHO Multicenter Study, Jumlah penderita gangguan
pendengaran di Indonesia cukup tinggi, sekitar 4,6% penduduk atau 9,6 juta jiwa.
Angka ini sekaligus menjadikan Indonesia sebagai Negara ke-4 terbanyak di
dunia yang memiliki jumlah penderita gangguan pendengaran setelah Sri Lanka
(8,8%), Myanmar (8,4%) dan India (6,3%).2,3
Sementara lebih dari 5% populasi dunia atau 360 juta jiwa adalah tuna rungu
(328 Juta orang dewasa dan 32 Juta anak-anak). Sekitar sepertiga orang berusia di
atas 65 tahun mengalami gangguan pendengaran. Prevalensi pada kelompok usia
ini paling banyak terjadi di Asia Selatan, Asia Pasifik dan sub-Sahara Afrika.2,3
Prevalensi ketulian di Indonesia mencapai 0,09%, dan prevalensi tertinggi
ditemukan di Maluku sebesar 0,45% sedangkan prevalensi terendah terdapat di
Kalimantan Timur sebesar 0,03%. Gangguan pendengaran di Indonesia memiliki
prevalensi sebesar 2,6% diantara disabilitas lain.1,4
Gangguan dengar anak memiliki berbagai macam faktor penyebab,
diantaranya; faktor genetik, bayi lahir belum cukup umur (premature), bayi
pernah di rawat di NICU, pada saat hamil ibu menginfeksi virus TORCH
(toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes), hiperbilirubinemia, berat bayi
lahir kurang dari 1500 gram, ventilasi yang lama, Apgar Score yang lama, bayi
pernah mendapat obat yang bersifat toksik pada pendengaran, ataupun bayi yang
mengalami meningitis dapat meningkatkan risiko gangguan pendengaran. 1,4
Terdapat beberapa cara untuk mendeteksi gangguan dengar. Pada prinsipnya
tes gangguan dengar dibedakan menjadi tes obyektif dengan alat elektrofisiologik
berupa ABR (Auditory Brain System), ASSR (Auditory Steady State Respone),
dan OAE (Otoacouistic Emission) pemeriksaan ini bersifat tidak invasif dan
dapat mendiagnosis gangguan dengar sejak dini. Selain itu terdapat tes gangguan
dengar secara subyektif berdasarkan pengamatan terhadap perilaku anak dengan
rangsangan suara, tes tersebut berupa BOA (behavioral observation audiometry),
dan visual re-inforcement audiometry. Tetapi kendalanya adalah tidak semua
rumah sakit ataupun klinik dapat menyediakan tes tersebut dan biaya pemeriksaan
yang cukup mahal sehingga tidak terjangkau masyarakat dengan ekonomi
menengah ke bawah.4
Hal ini diperberat dengan rendahnya pengetahuan orang tua
tentang gangguan pendengeran pada anak.4
Oleh karena itu, kita memerlukan instrument lain untuk mendeteksi gangguan
pendengaran pada anak sejak dini, terutama anak berusia 6 – 24 bulan. Salah
satunya metode yang dapat digunakan adalah dengan kuesioner LittlEars.
Kuesioner LittlEars pertama kali digunakan di Jerman. LittlEars yaitu suatu
instrument yang berupa kuesioner yang dikembangkan oleh MedEl yang sudah
diterjemahkan ke dalam 16 bahasa dan mencapai standar validasi yang baik.
LittlEars dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran pada anak
usia 0 – 24 bulan. Selain harga yang terjangkau, LittlEars juga dapat digunakan
oleh para ibu dan pengasuh untuk mendeteksi gangguan pendengaran secara dini
pada bayi di usia 0 – 24 bulan dalam masa preverbal pada anak.5
LittlEars mendeteksi kebiasaan auditori anak dalam hal merespon suara
disekitar. LittlEars berisi pertanyaan - pertanyaan yang ditunjukan kepada ibu
ataupun pengasuh anak mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak yang
dapat dijawab dengan kata “YA” atau “TIDAK”. Kuesioner LittlEars ini belum
resmi diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Pada kesempatan ini, peneliti
melakukan validasi kuesioner LittlEars terhadap gangguan pendengaran pada
anak usia 0 – 24 bulan di desa Kaplongan Lor, kabupaten Indramayu.5
3
1.2 Rumusan Masalah :
Bagaimana nilai reliabilitas kuisioner LittlEars berbahasa
Indonesia kepada orang tua yang memiliki anak usia 6 - 24 bulan untuk
mendeteksi gangguan pendengaran secara dini di Indonesia.
1.3 Hipotesis
Kuisioner LittlEars berbahasa indonesia memiliki nilai reliabilitas yang akurat
terhadap deteksi dini gangguan pendengaran pada anak usia 6 - 24 bulan di
Indonesia.
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan Umum:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa nilai reliabilitas
penggunaan kuisioner LittlEars berbahasa Indonesia sebagai instrumen
seleksi terhadap gangguan pendengaran anak di Indonesia.
1.4.2 Tujuan Khusus :
1. Dilihat gambaran sosiodemografi responden di desa Kaplongan lor,
Kabupaten Indramayu.
2. Dilihat sebaran responden terhadap kuesioner LittlEars berbahasa
Indonesa sebagai instrumen seleksi gangguan dengar pada anak usia 6 – 24
bulan di desa Kaplongan Lor dengan metode mandiri.
3. Dilihat sebaran responden terhadap kuesioner LittlEars berbahasa
Indonesa sebagai instrumen seleksi gangguan dengar pada anak usia 6 – 24
bulan di desa Kaplongan Lor dengan metode wawancara.
4. Dinalisa uji reliabilitas kuesioner LittlEars berbahsa Indonesia sebagai
instrument seleksi gangguan pendengaran pada anak usia 6 – 24 bulan
tanpa risiko gangguan dengar di desa Kaplongan Lor, kabupaten
Indramayu dengan berbagai metode SPSS.
5. Dilihat korelasi skor kuesioner LittlEars berbahasa Indonesia dengan usia
anak tanpa risiko gangguan dengar di desa Kaplongan Lor, Kabupaten
Indramayu.
1.5 Manfaat Penelitian :
1.5.1 Bagi peneliti :
4
1 Menerapkan ilmu yang sudah diperoleh.
2 Memenuhi salah satu syarat mendapat gelar sarjana kedokteran di
Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3 Menambah ilmu mengenai validasi kuisioner LittlEars terhadap gangguan
pendengaran pada anak usia 0-24 bulan
4 Menambah ilmu mengenai fungsi, dan gangguan pendengaran pada anak.
1.5.2 Bagi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah :
1 Melaksanakan kegiata tri darma perguruan tinggi sebagai sarana
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
1.5.3 Bagi kalangan medis:
1 Dapat mengaplikasikan penggunaan LittlEars berbahasa indonesia
terhadap deteksi dini gangguan pendengaran pada anak usia 0 – 24 bulan
2 Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Fisiologi pendengaran
Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian
tengah dan telinga bagian dalam.6 Pada telinga bagian luar terdapat pina yang
berfungsi untuk menangkap gelombang suara, Meatus auditorius externus yang
berfungsi untuk menyalurkan suara.6 Kemudian telinga tengah terdiri dari
membran timpani yang berfungsi untuk menghantarkan suara.6 Penghantaran
suara ini dipermudah oleh tiga tulang penghubung atau di sebut occulus, yaitu
malleus, inkus, stapes. Tulang pertama malleus yang menempel pada membran
timpani dan tulang terakhir yaitu stapes yang menempel pada membrane ovale. 6
Gambar 2.1 Anatomi telinga
(Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Ed. 8. Jakarta
: EGC, 2014)
Sewaktu membran timpani bergetar karena menerima respon gelombang
suara maka tulang occulus akan menyalurkan getaran tersebut ke membrane
ovale dengan frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal.7 Ketika
menerima respon gelombang suara dengan frekuensi yang cukup tinggi yaitu
lebih dari 70 dB maka otot-otot halus pada telinga tengah berkontraksi secara
refleks dan membran timpani meregang mengakibatkan gerak occulus
terhambat.7 Membrane ovale berbatasan dengan koklea yang berukuran sebesar
kacang polong dan berbentuk seperti siput yang terdapat dibagian telinga dalam
yang terletak di dalam tulang temporal. Koklea dibagi menjadi tiga
6
kompertemen, yaitu, skala media yang membentuk terowongan panjang di
seluruh bagian tengah koklea. Skala vestibuli yang mengikuti kontur dalam
spiral. Skala timpani, kompartemen bawah yang mengikuti kontur luar.6,7
Terdapat cairan di dalam duktus koklearis (skala media) yang disebut
endolimfe, dan terdapat perilimfe yaitu cairan di dalam skala vestibuli dan skala
timpani.6 Daerah ujung terluar duktus koklearis terdapat helikotrema yang
menghubungkan skala vestibuli dan skala timpani. Skala vestibuli berbatasan
langsung dengan membrane ovale yang memisahkan dengan telinga tengah.6
Terdapat membran vestibularis sebagai atap dari duktus koklea yang
memisahkan dua kompartemen atas, dan terdapat membran basilaris yang
membentuk dasar duktus koklearis dan memisahkan dengan skala timpani. Di
dalam membran basilaris terdapat organ korti sebagai alat indra pendengaran. 6,7
Gambar2.2 Transmisi gelombang suara
(Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Ed. 8. Jakarta
: EGC, 2014)
Gambar 2.3 Struktur koklea
(Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Ed. 8. Jakarta
: EGC, 2014)
7
Organ korti mengandung sel-sel rambut yang merupakan mekanoreseptor
yang akan menghasilkan sinyal saraf apabila permukaan rambut, mengalami
perubahan bentuk secara mekanis akibat pergerakan cairan di telinga dalam.
Setiap organ corti memiliki tiga sel rambut luar dan satu sel rambut dalam.7
Setiap sel rambut memiliki 100 mikrovilus yang kaku oleh adanya aktin yang
disebut sterosilia. Pergerakan pada sel rambut menyebabkan perubahan
potensial berjenjang di sel reseptor. Kanal- kanal ion pada sel reseptor akan
terbuka dan terjadinya depolarisasi. Perubahan potensial aksi akan terus
merambat ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara. 6,7
Gambar 2.4 Struktur organ corti
(sumber : Netter, Franklin H. Atlas of Human Anatomy 25th
ed. Jakarta :
EGC. 2014)
Gambar 2.5 Peran sterosilia dalam transduksi suara
(sumber :Hall, J. E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physicologi.
Edisi : 12. Singapore: Elsavier.2016)
8
Serabut saraf dan ganglion spiralis pada organ corti memasuki nucleus
koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak di bagian atas medulla.7 Serabut
saraf akan bersinaps dan neuron yang berlawanan dari batang otak dan beberapa
serabut saraf yang sejajar akan berjalan menuju nucleus olivarius superior. Dari
nucleus olivarius superior jaras pendengaran akan berakhir di leminiskus
lateralis, tetapi sebagian besar impuls akan melewati bagian ini dan berjalan
menuju kolikulus inferior, tempat dimana hampir semua saraf pendengaran
bersinaps.6,7
Kemudian jaras berjalan menuju nucleus genikulatum medial,
tempat dimana serat-serat bersinaps. Kemudian jaras berlanjut melalui radiasio
auditorius ke korteks auditorik yang terletak di gyrus superius lobus temporalis.6
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, pertama, suara dari kedua
telinga akan dihantarkan melalui jaras pada kedua sisi otak, dan penghantaran
yang besar terdapat pada sisi kontralateral. Berdasarkan pernyataan tersebut
terdapat tiga tempat persilangan antar kedua jaras, yaitu : 1. Di korpus
trapoizoid, 2. Di komisura antara dua inti leminiskus lateralis, dan 3. Di
komisura yang menghubungkan dua kolikulus inferior.6,7
Kedua, banyak serat kolateral dari traktus audiorius berjalan langsung
kedalam sistem aktivasi retikular di batang otak. System in mengaktivasi
seluruh sistem saraf untuk merespon bunyi keras. Serat-serat kolateral menuju
ke vermis serebelum yang akan teraktivasi ketika ada bunyi dengan frekuensi
tinggi secara mendadak.6,7
9
Gambar 2.6. Proses pendengaran pada manusia :
(Sumber : Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Ed. 8. Jakarta
: EGC, 2014)
Perambatan potensial aksi di korteks
auditorius di lobus temporalis Presepsi suara
Getaran round window
Pembuyaran energi
Getaran membrane timpani
Gelombang suara
Getaran osikulus
Getaran Oval window
Getaran cairan di dalam
koklea
Getaran membrane basilaris
Menekuknya sel rambut reseptor
di organ Corti sewaktu
memberan basilaris menggeser
rambut-rambut terhadap
membrane tektorium di atasnya.
Perubahan potensial
berjenjang di reseptor
10
Ketiga, orientasi spasial berderet tinggi akan dipertahankan dari koklea
sampai ke korteks. Terdapat tiga pola spasial yang dapat menghentikan berbagai
frekuensi bunyi di inti koklea, dua pola spasial di kolikulus inferior, satu pola
spasial yang spesifik di korteks auditori untuk frekuensi bunyi yang khas, dan
sekurang-kurangnya lima pola spasial lain di korteks auditori yang kurang
spesifik dan area asosiasi auditorik.6,7
2.1.2. Tumbuh kembang pendengaran dan bicara
Perkembangan auditorik pada manusia berkaitan dengan perkembangan
otak. Neuron bagian korteks mengalami proses pematangan pada 3 tahun
pertama kehidupan, dan pada 12 bulan pertama adalah masa perkembangan otak
yang sangat cepat.9,10
Pada usia gestasi berumur 20 minggu, terjadi perkembangan koklea yang
telah mencapai fungsi seperti orang dewasa. Pada usia tersebut kandungan dapat
memberi respon pada suara di sekitarnya. Namun refleks janin masih bersifat
refleks Moro. 10
Perkembangan pendengaran pada anak dapat dikelompokan dalam
berbagai usia, yaitu kelompok usia 0-4 bulan, 7-9 bulan, dan 9-13 bulan.
Kemampuan pendengaran anak usia 0-4 bulan bila di beri stimulus bunyi akan
memberikan respon berupa auto palpebral, denyut jantung meningkat, mata
melebar, cessation, dan grimacing (mengerutkan wajah).9,10
Perkembangan pendengaran anak usia 4 - 7 bulan yaitu jika anak berusia 4
bulan dan diberi stimulus bunyi maka anak tersebut dapat memutarkan kepala
dengan lemah dan pada usia 7 bulan, apabila diberi stimulus bunyi maka anak
dapat memutar kepala kesisi horizontal dengan cepat namun apabila kesisi
vertikal masih lemah. Ketika usia 7 – 9 bulan, apabila diberi stimulus bunyi
maka dapat memutar kepala dengan cepat dan dapat mengidentifiasi sumber
bunyi dengan tepat.10
Menginjak usia 9-13 bulan dapat mengidentifikasi bunyi yang bersumber
dari atas kepala, ketika menginjak usia 13 bulan, anak dapat mengidentifikasi
sumber bunyi dari berbagai arah dengan cepat.9
11
Tabel 2.1 Tumbuh Kembang Anak
(sumber : Aminullah A, S. I. 2010. Buku panduan tatalaksana bayi baru lahir di Rumah
sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI)
Usia Bahasa Reseptif Bahasa Ekspresif
0 – 6
bulan
Bereaksi dan menoleh terhadap suara,
memahami nada suara (misalnya:
marah atau senang)
Mendengkur, seperti suara burung (cooing),
seperti suara berkumur (gurgles), Berceloteh dan
tertawa (babbling), tangisan dengan nada yang
berbeda
6 – 12
bulan
Memahami gerak isyarat memahami
beberapa kata dan frasa
Bersuara dengan nada yang berbeda, mulai
menggunakan beberapa kata pertama yang tidak
mengandung arti (jargon), pada usia 10 bulan
mampu menirukan suara sendirir (ecolalia)
12 – 18
bulan
Memahami kalimat umum yang
singkat dan sederhana, menunjuk
beberapa bagian tubuh, dapat
mengenali gambar yang tidak asing
Mengucapkan kata-kata tunggal yang memiliki
arti (true speech), menggunakan kata tersebut
untuk beberapa pengertian berbeda, meneruskan
celotehan yang diciptakan
18 – 24
bulan
Memahami beberapa kata depan dan
kata ganti orang, mendengar dan
memahami cerita sederhana,
menunjuk gambar bila ditanya
Mengucapkan kombinasi 2 atau 3 kata,
mengekspresikan penolakan dengan
mengucapkan “tidak”
2 – 3
tahun
Dapat mengikuti arah tiga bagian,
memahami sebagian besar kalimat
orang dewasa, memahami konsep
seperti “satu” dan “beberapa”
Kalimat 3 dan 4 kata menggunakan beberapa
kata depan dan kata ganti, sekitar 50% dapat di
mengerti
3 – 4
tahun
Dapat mengenali objek bila diberikan
fungsinya, memahami lebih banyak
kata depan, mengerti informasi yang
lebih abstrak
Hampir seluruhnya dapat dimengerti, kalimat
dengan 4 hingga 6 kata dengan berbagai jenis
kalimat, (pertanyaan, perintah, dan kalimat
negative)
4 – 5
tahun
Diluar keterbatasan kosa kata, dapat
memahami sebagian besar
pembicaraan orang dewasa
Telah menyelesaikan 90% pelajaran berbicara,
dapat berbicara dengan bahasa yang lazim pada
orang dewasa.
12
2.1.3. Faktor yang memengaruhi tumbuh kembang pendengaran
Kemampuan berbahasa seseorang mencerminkan kemampuan mendengar
dan memperoses informasi dengan baik. Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi tumbuh kembang pendengaran pada anak. Penyebab gangguan
pendengaran pada bayi dan anak dapat dibedakan berdasarkan kapan terjadinya
gangguan, yaitu, masa prenatal, perinatal dan postnatal.4
a). Masa Pranatal
1). Genetik/ herediter
Pada bayi atau anak yang memiliki riwayat keluarga yang memiliki tuli
sensori neural sejak lahir maka memiliki risiko tinggi menderita tuli kongenital.
Selain itu bentuk wajah dan telinga sangat memengaruhi proses pendengaran
anak.4
2). Non Genetik
Pada masa kehamilan janin membutuhkan nutrisi yang cukup untuk
perkembangan janin. Gizi yang kurang pada saat kehamilan dapat mengakibatkan
kelainan struktur anatomi. Selain itu periode trimester pertama sangat penting bagi
pertumbuhan janin, sehingga apabila ibu terinfeksi virus ataupun bakteri seperti
Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegallo virus, Herpes virus dan Sifillis dapat
menyebabkan gangguan pendengaran.13
Obat-obat yang bersifat ototoksik dan teratogenik seperti, salisilat, kina,
neomisisn, dihidrostreptomisin, gentamisin, barbiturate, thalidomide dll, apabila
dikonsumsi ibu hamil dapat berpotensi mengganggu organogenesis pada janin
sehingga dapat merusak sel rambut-rambut koklea. Selain itu dapat terjadi
malformasi struktur telinga, seperti atresia liang telinga dan aplasia koklea yang
dapat menyebabkan gangguan pendengaran.13
b). Masa Perinatal
Beberapa keadaan dapat dialami bayi ketika proses kelahiran. Pada saat
kelahiran ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan
pedengaran, seperti bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah (< 2500 gram),
hiperbilirubinemia, afiksia berat (lahir tidak menangis), nilai APGAR skor rendah.
13
Umumnya faktor risiko pada saat prenatal dan perinatal akan menyebabkan tuli
sensorineural berat dan sangat berat. 13,4
c). Masa post natal
Adanya infeksi bakteri atau virus seperti rubella, campak, parotis, infeksi
otak (meningitis atau ensefalitis), perdarahan telinga tengah akibat trauma, infeksi
telinga tengah (otitis Media) trauma temporal juga dapat menyebabkan tuli sensori
neural ataupun tuli konduktif.4,13
Tetapi dalam praktek di masyarakat didapat 50% bayi dengan gangguan
pendengaran tidak mempunyai faktor risiko tersebut, sehingga apabila hanya
menggunakan kriteria faktor risiko tersebut maka banyak bayi yang mempunyai
gangguan pendengaran tidak dapat terdiagnosis dan mengalami keterlambatan
tumbuh kembang. Dalam hal ini skrining pendengaran sangat direkomendasikan
untuk bayi baru lahir agar bayi yang memiliki gangguan pendengaran dapat
dilakukan habilitasi sejak dini sehingga hasil pengobatan akan optimal dan anak
akan tumbuh dan berkembang dengan normal. Namun faktor risiko sangat penting
sebagai antisipasi gangguan pendengaran mengingat sulitnya mendeteksi
gangguan dengar.11
,13
Selain hal-hal tersebut, kesehatan mental dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan pendengaran pada anak. Anak yang memiliki retradasi mental
akan kesullitan dalam berkomunikas.9
2.1.4. Gangguan pendengaran pada anak dan bayi.
Gangguan pendengaran dibagi dalam beberapa klasifikasi. yaitu gangguan
telinga luar, gangguan telinga tengah dan gangguan telinga dalam. Kualitas bicara
atau berbahas individu tergantung oleh apa yang dia dengar dan pelajari. Adanya
gangguan pendengaran ringan, sedang ataupun berat dapat memengaruhi
pertumbuhan berbahasa dan berkomunikasi. Pengaruh ketulian sangat berat,
dapat terlihat nyata pada perkembangan berbahasa anak., sehingga pentingnya
deteksi dini gangguan pendengaran anak.4,11
Gangguan pendengaran dibagi menjadi 3 jenis, yaitu gangguan tuli
konduktif, gangguan sensori neural dan gangguan campuran. Gangguan
14
pendengaran tuli konduktif adalah gangguan yang terjadi di telinga luar atau
telinga tengah sehingga suara tidak dapat diteruskan ke telinga dalam. Gangguan
ini mengakibatkan suara yang masuk ke dalam telinga tidak dapat diamplikasi
telinga tengah sehingga kekuatan suara yang di dapat pasien menurun. Gangguan
ini tidak menyebabkan distorsi atau efek negatif terhadap kejernihan suara. Pada
bebagai kasus dengan gangguan ini dapat diperbaiki dengan pengobatan.4,11
Gangguan pendengaran sensori neural, gangguan pendengaran yang
diakibatkan oleh kerusakan organ pada telinga bagian dalam atau jalur persarafan
yang di presepsikan di otak. Pada kasus ini tidak hanya kejernihan suara yang
terganggu, tetapi persepsi suara juga terganggu yang mengakibatkan pasien tidak
dapat memahami suara yang dia dengar. Pada pasien yang mengalami gangguan
tersebut maka perumbuhan berbahasanya akan terhambat. Gangguan
pendengaran campuran, gangguan dengar kombinasi antara gangguan
pendengaran sensori neural dengan gangguan dengar tuli konduktif.11
Sulitnya mendeteksi gangguan dengar secara dini mengakibatkan banyak
bayi atau balita mengalami keterlambatan penanganan. Untuk maksud tersebut
Joint commite on infant hearing (2000) menetapkan pedoman register risiko
tinggi terhadap ketulian sebagai berikut : 11
Untuk bayi 0 - 28 hari :
1 Riwayat keluarga dengan tuli sensori neural sejak lahir
2 Infeksi masa hamil : Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalo virus,
herpes dan sifillis.
3 Berat badan lahir , ≤ 1500 mg
4 Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfus tukar.
5 Obat ototoksik
6 Meningitis bakterialis
7 Nilai APGAR skor 0-4 pada menit pertama dan 0-6 pada menit ke
lima.
8 Ventilasi mekanik 5 hari atau lebih di ruang NICU
9 Sindrom yang berhubungan dengan gangguan pendengaran dan sensori
neural
10 Kelainan kraniofasial termasuk kelainan pinna, dan liang telinga.
15
Untuk bayi 29 hari – 2 tahun :
1. Kecurigaan orang tua atau pengasuh tentang gangguan pendengaran,
keterlambatan bicara, berbahasa, dan atau keterlambatan
perkembangan.
2. Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga sejak anak.
3. Infeksi postnatal yang menyebabkan gangguan pendengaran seperti
meningitis bakterialis.
4. Adanya faktor risiko ketika masa kehamilan.
5. Adanya neurodegeneratif, seperti Hunter syndrome, kelainan neuropati
sensomotorik, misalnya Friederich’s ataxia, Charrot Marrie Tooth
Syndrome.
6. Trauma kapitis
7. Otitis media yang berulang atau menetap hinggga efusi telinga tengah
minimal 3 bulan.
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan pendengaran
dapat dipengaruhi oleh penyakit penyerta lain, dan usia anak dapat berpengaruh
terhadap gangguan pendengaran anak. Terdapat hal-hal yang perlu dicurigai
apabila anak memiliki gangguan dengar. Anak akan tumbuh kembang sesuai
dengan usia pertumbuhannya.9,10,11
Tabel 2.2 Perkiraan adanya gangguan pendengaran atau keterlambatan
bicara pada anak.18
Usia Kemampuan Bicara
12 bulan Belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru bunyi
18 bulan Tidak dapat menyebutkan 1 kata yang mempunyai arti
24 bulan Perbendaharaan kata kurang dari 10 kata
30 bulan Belum dapat merangkai 2 kata
(Sumber : Tjandra J, Widjaja J A, Burhany A A. Karakteristik Keterlambatan
bicara di Klinik Khusus Tumbuh Kembang di Rumah Sakit Anak dan Ibu
Harapan Kita tahun 2008 - 2009. Sari Pediatri.2012)
16
2.1.5. Pemeriksaan Pendengran Pada Bayi dan Anak
Kemampuan mendengar dan berbicara pada anak adalah hal terpenting
untuk mendukung tumbuh kembang anak. Pada tahun 2016 berdasarkan data
yang dikumpulkan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) terdapat
lebih dari 98% bayi baru lahir di Amerika Serikat mendapatkan skrining
gangguan dengar. Bayi baru lahir sangat penting dilakukan skrining untuk
mendeteksi gangguan dengar secara dini. bayi yang mempunyai gangguan
pendengaran didapat ataupun bawaan yang diintervensi sebelum 6 tahun akan
memiliki pertumbuhan berbahasa yang normal setelah usia 3 tahun. Selain itu,
gangguan dengar pada bayi sulit dideteksi, adanya periode kritis perkembangan
pada usia 6 bulan pertama dan berlanjut sampai 2 tahun. Skrining dapat
dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya respon terhadap pendengaran tetapi
tidak dapat membedakan jenis tuli dan tingkat keparahannya.11
Pemeriksaan pendengaran pada bayi dan anak terdapat berbagai macam.
Pada dasarnya pemeriksaan pendengaran dibagi menjadi tes subyektif berupa
pengamatan anak terhadap rangsangan suara seperti behavioral observation
audiometry (BOA), play audiometri (audiometri bermain) dan visiual re-
inforcement audiometry. Dan pemeriksaan obyektif dengan menggunakan alat
elektrofisiologik. Beberapa pemeriksaan pendengaran secara obyektif yang dapat
dilakukan berupa Auditory Brainstem Response (ABR/BERA), Auditory Steady
State Response (ASSR), Ottoacoustic Emission (OAE). Pemeriksaan
perkembangan pada bayi dan anak lebih sulit dibandingkan dengan orang
dewasa, memerlukan ketelitian dan kesabaran. Selain itu, pemeriksa harus bisa
mengetahui hubungan antara pertumbuhan motorik dengan perkembangan
auditorik. Berdasarkan hal tersebut, skrining dibutuhkan pemeriksaan berulang
atau pemeriksaan tambahan untuk konfirmasi pemeriksaan sebelumnya. 11
Alat yang di rekomendasikan untuk skrining pendengeran bayi adalah
Otoacuostic Emissions (OAE) atau Automated Auditory Brainstem Response
(AABR). OAE dilakukan pada bayi lahir berusia 2 hari. Di RSCM 0 - 28 hari.
Bila hasil OAE pass dan bayi tidak memiliki faktor risiko maka dilakukan
pemeriksaan AABR atau click 30dB pada usia 1 – 3 bulan. Bila hasilnya pass,
maka tidak perlu di tindak lanjuti tetapi bila hasilnya refer maka dilakukan
17
pemeriksaan lanjutan seperti ABR click dan tone B 500 Hz atau ASSR, tripano
high frequency apabila terdapat neuropati auditorik maka dilakukan habilitasi
pada usia 6 bulan. 11
Bila OAE pass atau refer pada bayi yang memiliki faktor risiko gangguan
pendengaran dilakukan pemeriksaan AABR 35dB pada usia 0 – 3 bulan,
kemudian pada usia 3 bulan dilakukan pemeriksaan otoskopi, timpanometri,
AABR, OAE. Bila hasilnya pass, dilakukan pemantauan perkembangan
berbicara dan audiologi tiap 3-6 bulan sampai usia 3 tahun. Apabila hasilnya
refer maka dilakukan pemeriksaan lanjutan, dan bila ada gangguan dengar maka
dilakukan habilitasi usia 6 bulan.11
2.1.6. Kuesioner LittEARS
LittlEars adalah salah satu kuesioner yang digunakan untuk mendeteksi
gangguan dengar pada anak usia 0-24 bulan. Kuesioner ini berisi daftar
pertanyaan mengenai tumbuh kembang anak, baik secara verbal maupun
auditorik dengan cara menilai respon-respon anak selama masa pertumbuhan.
Kuesioner ini berisi 35 daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada orang tua atau
pengasuh anak yang berisikan jawaban ya dan tidak. Daftar pertanyaan pada
kuesioner LittlEars ini berisi mengenai kasus tumbuh kembang pada anak
sehingga diharapkan orang tua dapat memahami pertanyaan dengan mudah.
Kuesioner LittlEars sudah di adaptasi oleh berbagai Negara dan mendapatkan
skor validasi yang akurat sehingga dapat digunakan diberbagai Negara.
Kuesioner LittlEars ini sebagai dasar analisis item penilaian sejak dini gangguan
pendengaran. Skala parameter yang dihasilkan menunjukan hasil yang signifikan
dalam penerapan kuesioner LittlEars.5
LitllEars pertamakali digunakan di Jerman. Penelitian ini dilakukan oleh
corninx et all. Pada penelitian tersebut didapatkan responden 218 anak yang
berumur 5 hari – 24 bulan tanpa gangguan dengar yang diambil di Austria dan
Jerman. Pada penelitian teersebut didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi
positif antara usia anak dengan skor total kuesioner LittlEars memiliki koefisien
korelasi yang tinggi dengan nilai r = 0.91. selain itu corninx juga menilai
konsistensi internal kuesioner dengan Cronbach’s Alpha dan didapat hasil α =
0.96 yang artinya memiliki nilai konsistensi yang tinggi. Pada uji Guttman Split-
18
Half didapatkan nilai koefisien r = 0.88 yang artinya memiliki nilai reliabilitas
yang baik.5
Setelah versi Jerman dikatakan valid maka Kuesioner LittlEars di adaptasi
kedalam bahasa inggris. Dalam versi bahasa inggris yang kemudian diadaptasi
kedalam bahasa lainnya untuk digunakan serta divalidasi di berbagai Negara.
Penelitian ini dilaporkan akan dilakukan validasi kuesioner LittlEars kedalam 15
bahasa. Pada penelitian adaptasi dan validasi kuesioner didapatkan 3309 anak
dari 16 negara yang menjadi responden. 15 grup validasi yang masuk kedalam
penelitian ini, tidak termasuk validasi original Jerman. Beberapa validasi grup di
tulis dalam berbagai versi bahasa, sperti dari Switzeland dengan bahasa
daerahnya, kemudian 2 bahasa yang bebeda divalidasi di United State seperti
American English dan American Spanish. Hasilnya menunjukan bahwa kuesioner
LittlEars secara statistik dikatakan valid dan dapat digunakan untuk mendeteksi
dengan cepat dan mudah pada perkembangan auditory anak dengan pendengaran
normal.5
Untuk melihat kurva normal tumbuh kembang pada anak, Corninx et al
melakukan analisa terhadap perkembangan anak dimana usia anak sebagai
variabel terikat sedangkan skor kuesioner sebagai variabel bebas. Didapatkan
persamaan regresi yang dapat digunakan oleh berbagai sampel, yaitu :
Y = 3,470 + 2,163x – 0,038x2
Keterangan :
Y = ekspetasi skor
X = Usia anak
Dari persamaan tersebut maka akan didapat skor dalam usia anak tertentu.5
Di Indonesia Kuesioner pernah digunakan di RS. Budi Kemuliaan, Jakarta.
Selain itu dilakukan juga beberapa penelitian di daerah Jakarta, bogor, depok dan
tanggerang, pada tahun 2013 oleh mahasiswa PSKPD UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2010 dan dilakukan juga penelitian di kota Bandung pada tahun
2017 oleh mahasiswa PSKPD UIN Syarif Hidyatullah angkatan 2014. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukan kuesioner LittlEars Valid digunakan pada
orangtua yang memilliki anak usia 0 – 24 bulan baik dengan resiko gangguan
pendengaran maupun tanpa resiko gangguan dengar.22,23,24
19
Gambar 2.7 Kurva Normal LittlEARS
Sumber : Coninx F, Wheichbold V, Tsiakpini L, Bescond G, Autrique E, Tamas
L. Validation of Questionnaire in children with normal hearing. Int J Pediatric
Otorhinolaryngol. 17 Oktober 2009;73:1761 – 8.
2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Kuesioner
Terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi skor kuesioner
LittlEars. Faktor yang berasal dari kuesioner itu sendiri, seperti pertanyaan ganda
dan pemilihan kata pada proses adaptasi kuesioner. Bahasa Indonesia sendiri
memiliki berbagai macam kata kiasan yang tidak semua orang mampu
memahaminya. Selain itu, Indonesia memiliki jumlah total populasi sekitar 260
juta penduduk, dan Indonesia sebagai Negara berpenduduk terpadat nomor empat
di dunia. Memiliki 17.504 pulau yang berpengaruh terhadap etnis di Indonesia
yang sangat bervariasi. Negara ini memiliki ratusan ragam suku dan budaya,
berbagai macam agama, dan karakteristik sosial. Laju Pertumbuhan Penduduk
(LPP) Indonesia masih tergolong tinggi. Hingga akhir 2018, LPP Indonesia
berada di posisi 1,39% yang berarti setiap tahun ada 4,2 juta sampai 4,8 juta bayi
baru lahir di Indonesia. Angka ini turun dari 2010 sebesar 1,49%, tetapi proses
penurunan tiap tahunnya sangat lamban. Hal tersebut mendasari bahwa populasi
di Indonesia akan terus bertambah.44
Keberagaman bahasa, budaya, agama, serta
20
berbagai latar belakang social ataupun pendidikan masyarakat dapat memengaruhi
skor adaptasi kuesioner LittlEars.
2.1.8. Validasi Kuesioner
Validasi adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk
menguji suatu instrument tersebut sudah tepat atau belum untuk menjadi suatu
alat ukur. Untuk melakukan validasi terdapat analisa validitas dan reliabilitas
yang dapat digunakan.40,43
Validitas bertujuan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur
mengukur secara tepat sesuai dengan konsep yang akan diukur. Jika alat ukur
yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah kuesioner, maka
kuesioner yang disusun harus menggambarkan topik yang akan diteliti.40,42
Validitas dibagi menjadi validitas eksterna dan interna. Validitas eksterna
yaitu untuk menilai apakah instrument dapat digunakan secara umum pada
populasi tempat sampel itu diambil. Jika validitas positif maka hasil penelitian
dapat mewakili poplasi tempat sampel yang ada. Sedangkan validitas interna
digunakan untuk menilai penelitian sudah sesuai konsep yang seharusnya.40,41,42.
Validitas interna terdiri dari validita isi, validitas kriteria dan validitas
konstruk. Validitas isi adalah validitas yang menggambarkan bahwa setiap item
yang representative telah diperhitungkan dalam menyusun konsep instrument.
Hal ini menunjukan untuk melihat fungsi gambaran dimensi dan elmen dalam
sebuah konsep. Sedangkan untuk membutikan validitas kriteria biasanya peneliti
membandingkan instrument yang digunakan dengan instrument lain. Misalkan
menggunakan instrument untuk melihat pemahaman akademis siswa maka
instrument tersebut harus dibandingkan dengan hasil IPK yang di dapat.
Sedangkan validitas konstruk bertujuan untuk membuktikan seberapa bagus hasil
yang diperoleh dari instrument penelitian yang digunakan sesuai dengan teori
pengujian.41,42
Selain Validitas terdapat juga analisa reliabilitas. Reliabilitas adalah
ketetapan atau keajegan suatu instrumen dalam pengukurannya. Artinya
Instrument tersebut dapat digunakan diwaktu kapanpun dan akan mendapatkan
hasil yang sama. Terdapat tiga cara pendekatan untuk menilai reliabilitas pada
21
suatu instrument, Yaitu : koefisien stabilitas, koefisien ekuivalen dan konsistensi
internal.41,42,43
Pada koefisen stabilitas terdapat metode Tes-Retest Reliability dimana
pada penelitian menggunakan instrument yang sama pada subjek penelitian
tertentu sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda. Bertujuan untuk melihat
jawaban responden dari waktu ke waktu dengan cara menghitung koefisien
korelasi pada skor jawaban responden dari waktu ke waktu dengan instrument
yang sama. Biasanya perhitungan menggunakan Pearson Correlation.
Kelemahan konsep ini adalah memungkinkan adanya perubahan pada kondisi
subjek sehingga memengaruhi jawaban responden pada waktu berikutnya,
sulitnya mencari tenggat waktu yang sesuai dan sulitnya mencari responden yang
sama diperiode waktu yang berbeda.41,42,43
Konsep yang kedua yaitu, koefisien ekuivalen. Koefisien ekuivalen adalah
suatu pengukuran menggunakan dua instrument yang berbeda pada responden
yang sama pada periode waktu yang bersamaan. Menilai korelasi skor jawaban
responden dengan dua instrument yang berbeda. Kemudian hasil kedua
instrument tersebut dihitung menggunakan rumus Product Moment
Pearson.40,41,42,43
Konsep yang ketiga yaitu, Konsistensi internal terdapat metode
Cronbach’s Alpha untuk menilai reliabilitas tiap bagian yang dihitung dan
melihat konsistensi item dengan skor kuesioner. Selain itu terdapat metode Split-
Half Reliability Coefficient yang bertujuan untuk menilai korelasi antar item
pertanyaan. Uji ini dilakukan dengan cara membagi dua item kuesioner relatif
sama sehingga terdapat korelasi antara item ganjil dengan item genap.
Berdasarkan penjelasan tersebut. Pada penalitian ini berfokus pada analisa
reliabilitas kuesioner.41,42,43
22
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.8 Kerangka Teori
Kuesioner LittlEARS
Gangguan Dengar
Perkembangan auditorik
Factor Eksternal
Prenatal Post natal
Infeksi
TORCH
Gangguan
struktur
Factor internal
Infeksi Telinga
Skor APGAR
BBLR
Premature
Afiksia
Orang Tua Lingkungan
Pola asuh
Skrining
gangguan
dengar
Subjektif Objektif
ABR
ASSR
OAE
Behavioral observation audiometry
Visual re-inforcement audiometry
23
2.3 Kerangka Konsep
Gambar 2.8
Kerangka konsep penelitian
Pada penelitian ini usia anak merupakan variabel bebas yang akan dianalisis
dan total skor kuesioner sebagai variabel terikat. Bahasa yang digunakan, budaya
masyarakat, tumbuh kembang anak dan faktor risiko gangguan pendengeran
sebagai variable kontrol yang tidak dilakukan penilaian pada penelitian ini.
KETERANGAN :
= VARIABELBEBAS
= VARIABEL KONTROL
= VARIABEL TERIKAT
Skor Kuesioner
LittlEars
Usia anak
Faktor risiko gangguan
dengar
Jumlah anak
Interaksi dengan anak
Tingkat pendidikan
Budaya masyarakat
Bahasa yang digunakan
Tumbuh kembang anak
Faktor
orang tua
Faktor
anak
Uji Reliabilitas
Kuesioner
Pengisian
Madiri
Pengisian
wawancara
24
2.4 Definisi Operasional
Variable Definisi Pengukuran Alat ukur Skala Pengukuran
Jenis kelamin Laki-laki atau perempuan Peneliti - Nominal :
1. Laki-laki
2. Perempuan
Usia anak Jangka waktu ketika anak
dilahirkan sampai dengan
pengisian kuesioner
Peneliti - Ordinal
Dalam satuan bulan
Skor
kuesioner
LittlEars
Angka yang diperoleh dari
hasil pengisian kuesioner
dengan anak tanpa risiko
gangguan dengar
Peneliti Kuesioner
LittlEars
Numeric
Dengan skor 0 - 35
Pendidikan Pendidikan terakhir
responden
Peneliti - Ordinal :
1. SD
2.SMP
3.SMA
4.Lain-lain
Lama asuhan lamanya orang tua atau
pengasuh berinteraksi,
bermain, dan berkomunikasi
dengan anak.
Orang
tua/Pengasuh
- Numeric
Dengan satuan jam
Pengasuh/
Orang Tua
Orang yang mendampingi,
berinteraksi dan mengurus
anak sepanjang hari.
35 item
pertanyaan
Kuesioner
LittlEars
Pertanyaan meliputi tumbuh
kembang pendengaran anak
sesuai dengan usia 0 – 24
bulan
Responden
(Orang
Tua/Pengasuh)
Kuesioner
LittlEars
Bila sesuai dengan
contoh jawaban “YA”
bila tidak sesuai
“TIDAK”
25
BAB III
METODE PENELITI AN
3.1 Desain penelitian
Penelitian yang digunakan metode analisis observatif untuk melihat
validasi kuesioner LittlEars, dengan desain penilitian ini berupa Cross sectional
yang dilakukan 2 cara pengambilan sampel yaitu mengisi kuesioner secara
mandiri dan dikonfirmasi dengan wawancara. Penelitian diambil dengan interval
waktu minimal 2 minggu dan maksimal 3 bulan.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019 – Agustus 2019
3.3 Tempat Penilitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas, Posyandu, dan rumah warga di desa
Kaplongan lor, Indramayu, Jawa barat.
3.4 Populasi
3.4.1 Populasi Umum
Populasi umum penelitian ini adalah orang tua atau pengasuh yang
memiliki anak dengan usia 6 – 24 bulan yang tidak memiliki faktor risiko
gangguan dengar di Indonesia.
3.4.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah orang tua yang dapat
berbahasa Indonesia dan bisa membaca yang memiliki anak dengan usia 6
- 24 bulan yang tidak memiliki faktor risiko gangguan dengar di Desa
Kaplongan lor, Kecamatan Karang Ampel, Kabupaten Indramayu
3.5 Sampel Penelitian dan Cara Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak dengan usia 6
– 24 bulan dengan metode pemilihan sampel yaitu consecutive sampling
di puskesmas Kaplongan Lor.
26
3.5.1. Besar Sampel
{
[ ]
}
Keterangan :
N : sampel
Z : derivate alfa dengan tingkat kepercayaan 5% dengan nilai 1,96
Z : derivate beta dengan tingkat kepercayaan 10% dengan nilai 0,84
r : Korelasi bernilai 0,424 berdasarkan penelitian sebelumnya Witha Novialy
Barnas
Sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah
{
[ ]
}
{
[ ]}
{
}
{ }
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut nilai N didapat 39. Dengan risiko drop out
sebesar 20%, Maka didapat jumlah sampel 47 responden.
3.6 Variabel Penelitian
3.6.1 Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah Kuesioner LittlEars
3.6.2 Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah orang tua atau pengasuh
dengan usia anak 6 – 24 bulan, orang tua atau pengasuh dengan latar
belakang pendidikan yang berbeda, lamanya orang tua atau pengasuh
berinteraksi dengan anak, Jumlah anak, bahasa yang digunakan orang tua
atau pengasuh, cara pengisian kuesioner.
27
3.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.7.1 Kriteria Inklusi :
Kriteria Inklusi pada penelitian :
a) Orang tua atau pengasuh anak usia 6 – 24 bulan tanpa faktor risiko
gangguan pendengaran
b) Orang tua atau pengsuh yang aktif berinteraksi dengan anak minimal 3
jam perhari
3.7.2 Kriteria Eklusi :
Kriteria eklusi pada penelitian ini :
a) Orang tua atau pengasuh yang tidak bersedia menjadi responden.
b) Orang tua atau pengasuh yang tidak bisa Berbahasa Indonesia
c) Orang tua atau pengasuh yang tidak bisa membaca
d) Anak yang memiliki gangguan pendengaran yang telah di konfirmasi
dengan OAEABR
e) Anak yang memiliki faktor risiko gangguan pendengaran :
Anak lahir kurang bulan (37 minggu)
Berat lahir anak <2 Kg
Anak sering pilek
Anak memiliki riwayat kejang
Anak dengan riwayat sakit kuning ( bilirubin >20mg/dL)
Ibu dengan riwayat infeksi selama kehamilan
Anak dengan alat bantu nafas
Terdapat gangguan neurodevelopment
3.8 Alat dan Bahan
Kuesioner LittlEars dibuat dan divalidasi oleh coninx et all yang berasal
dari Jerman. Kemudian diadaptasi dan divalidasi oleh berbagai Negara
kedalam bahasa Inggris. Pada penelitian sebelumnya kuesioner tersebut
dikatakan valid. Pada kali ini kuesioner LittlEars yang berasal dari bahasa
Inggris sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan akan di uji
validitasnya. Kuesioner LittlEars memilliki 35 pertanyaan tertutup dengan
jawaban “Ya” dan “Tidak”. Pertanyaan tersebut membahas mengenai
tumbuh kembang anak usia 0 – 24 bulan. Hasil dari penelitian ini akan di
28
lihat korelasinya antara kuesioner LittlEars dengan usia anak dan jawaban
wawancara ke 2.5
3.9 Cara Kerja
Kuesioner LittlEars yang telah diadaptasi ke dalam bahasa
Indonesia dan sudah tervalidasi dari penelitian sebelumnya akan
digunakan pada penelitian ini di puskesmas Kaplongan dan
melanjutkannya. Pengambilan data dilakukan sebanyak 2 kali dengan
metode mandiri dan wawancara dalam interval waktu 2 minggu setelah
pengambilan data pertama sampai 3 bulan. Pengambilan data yang
pertama dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada responden yang
memiliki kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian responden mengisi
kuesioner secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Pengambilan data yang
ke dua dilakukan dengan cara wawancara seputar petanyaan pada
kuesioner LitllEars yang akan dilakukan oleh peneliti. Setelahnya data di
input kedalam SPSS dan hasilnya dianalisis.
3.10 Alur Penelitian
Input data Mengolah data
dengan SPSS Analisis data
Pemilihan responden
berasal dari kriteria
inklusi dan eksklusi
Pengisian kuesioner
oleh respoden secara
mandiri
Wawancara
responden dalam
kurun waktu 2
minggu sampai 3
bulan setelah
pengisian kuesioner
Kuesioner littlEars
yang telah
diterjemahkan
kedalam bahasa
Indonesia
Uii coba penelitian
kuesioner
Izin penelitian dan
surat etik
29
3.11 Menejemen Data
3.11.1 Cleaning data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, dimana
data diambil langsung dari responden. Kemudian data akan diolah dengan
beberapa tahapan, yaitu :
a Editing yaitu utuk memeriksa kelengkapan data, kesesuaian jawaban
dan tulisan
b Coding yaitu untuk mengubah data kedalam bentuk angka agar
mudah dalam analisis
c Data Entery yaitu untuk memasukan data kedalam system SPSS di
komputer
d Cleaning yaitu untuk memeriksa kelengkapan data dalam SPSS dan
memastikan tidak adanya kesalahan dalam menginput data.
3.11.2 Analisis Data
Pada penelitian ini terdapat berbagai analisis data yang digunakan antara
lain :
1) Analisis univariate :
a. Untuk menilai karakteristik setiap responden.
b. Menganalisa sebaran jawaban responden
2) Analisis bivariate untuk menilai uji reliabilitas kuesioner LittlEars :
a. Cronbach’s Alpha pada metode ini tinggi atau rendahnya
reliabilitas instrument dapat dinilai secara empirik dengan
angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabel
dikatakan sangat tinggi apabila nilai koefisien ≥0.8.41,42
b. Guttman Split-half. Metode ini dikatakan reliabel apabila
memiliki kriteria jika r hitung > r table. Pada penelitian ini
terdapat 60 responden sehingga r table dengan signifikansi
95% sebesar 0.25. 41,42
c. Kohen’s Kappa. Metode ini memiliki reliabilitas cukup
(moderat) apabila nilai koefisien kappa 0.04 – 0.06, dikatakan
kuat apabila nilai kappa 0.06 – 0.08 dan dikatakan sangat kuat
apabila nilai koefisien ≥ 0.08.41,42
30
d. Regresi Non Linier. Metode ini menjelaskan mengenai
hubungan antar vaiabel.41,42
3.11.3 Penyajian Data
Hasil dari penelitian tersebut data akan disajikan dalam bentuk
narasi, tabel dan grafik dari hasil analisis.
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
4.1.1. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilaksanakan di desa Kaplongan lor, Kecamatan Karang
Ampel, Kabupaten Indramayu. Kecamatan Karang Ampel memiliki satu
puskesmas utama dan satu puskesmas pembantu yaitu Puskesmas Kaplongan.
Terdapat 3 desa yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Kaplongan, yaitu desa
Pringgacala, desa Kaplongan Lor, dan desa Kaplongan Kidul. Desa Kaplongan
lor memiliki 12 Rukun Tetangga dan memiliki 12 posyandu yang mewakili tiap
rukun tetangga. Program posyandu berjalan rutin tiap bulan yang dilaksanakan
oleh bidan desa dan kader kesehatan.
Mayoritas penduduk desa Kaplongan menggunakan bahasa Jawa untuk
berkomunkasi sehari-hari dan Mayoritas penduduk desa Kaplongan bekerja
sebagai wiraswasta.
Pada penelitian ini diikuti oleh 70 responden sebagai ibu atau pengasuh
dari anak. Dalam tahap pengolahan data terdapat 5 responden yang diduga anak
lahir premature, 1 responden yang diduga anak memiliki hiperbilirubinemia, dan
4 responden yang menghilang pada saat metode wawancara sehingga terdapat 10
responden yang tereksklusi. Sehingga terdapat 60 responden yang mengikuti
penelitian dan masuk kedalam kriteria inklusi yang tinggal di desa Kaplongan
Lor, kecamatan Karang Ampel, kabupaten Indramayu. Kemudian data diolah
dengan SPSS. Dengan karakteristik responden yang tertera pada Tabel 4.1
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia anak
responden 14,4 bulan, pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SMP
dengan jumlah 46,7%. Status pekerjaan responden terbanyak di kategorikan
tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebesar 58,3%. Dan dari jumlah seluruh
responden terdapat 40% responden mengaku memiliki satu anak.
32
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Pada table 4.2 sebaran responden terhadap skor kuesioner LittlEARS pada
metode mandiri dengan responden yang memiliki pendidikan SMA mendapatkan
nilai rata-rata skor 27.8 5.7. Pada variabel Jumlah anak satu memiliki nilai rerata
lebih baik (27.7 5.6) dibandingkan jumlah anak lebih dari satu. Sedangkan pada
orangtua yang bekerja memiliki nila rerata skor lebih baik (28.5 5.8)
dibandingkan yang tidak bekerja. Sedangkan pada metode wawancara didapatkan
pada orang tua dengan pendidikan SMA memiliki nilai rerata lebih baik
(27.8 5.1) dibandingkan dengan SMP, pada orang tua yang memiliki anak lebih
dari satu memiliki nilai rerata yang lebih baik (27.7 5.7) sedangkan pada orang
tua yang bekerja ataupun tidak bekerja memiliki nilai rerata yang sama.
Pada penelitian ini usia anak responden terbanyak berkisar antara 13 – 24
bulan. Pada usia tersebut anak yang memiliki perkembangan normal akan
memperoleh jumlah skor kuesioner 24 - 35. Berdasarkan table 4.2 didapatkan data
Karakteristik Responden Jumlah Presentase
Jenis Kelamin Anak
Laki-Laki 22 36,7%
Perempuan 38 63,3 %
Usia Anak
6 – 12 bulan 29 46,7%
13 – 24 bulan 31 53,3%
Pendidikan Orang Tua
≤ SMP 39 65%
≥ SMA 21 35%
Pekerjaan Orang Tua
Tidak Bekerja (Ibu Rumah Tangga) 35 58,3%
Bekerja 25 41,7%
Jumlah Anak
Satu 24 40%
Lebih dari satu 36 60%
33
responden masih dalam rentang normal dengan rerata masih dalam rentang 24 -
35 dan dapat mengisi kuesioner dengan baik.
Table 4.2 sebaran responden secara linier terhadap sosiodemografi kuesioner
LittlEars dengan metode Mandiri dan Wawancara.
Variable Skor LittlEars
Mandiri Wawancara
Mean SD Mean SD
Tingkat pendidikan
SMP 27.9 6.5 27.5 5.9
SMA 27.8 5.7 27.8 5.1
Jumlah Anak
Satu 27.7 5.6 27.5 5.6
Lebih dari satu 27.9 6.7 27.7 5.7
Pekerjaan Orang tua
Tidak Bekerja 27.3 6.5 27.5 5.5
Bekerja 28.5 5.8 27.7 5.7
4.2 Statistik Analitik Bivariat
4.2.1. Reliabilitas dan Uji Validitas
Uji validitas adalah penilaian kemampuan instrument (alat ukur) dalam
melakukan fungsi ukurnya. Validitas bertujuan mengukur sejauh mana
ketepatan instrument dalam menilai konsep ukurnya. Jika instrument berupa
kuesioner maka, kuesioner harus menggambarkan topik yang akan diteliti.
Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah Kuesioner LittlEars.
Kuesioner LittlEars berasal dari bahasa Jerman dan sudah diadaptasi oleh
beberapa negara untuk mendeteksi perkembangan pendengaran secara akurat.
Kuesioner LittlEars yang sudah diterjamakan kedalam bahasa Indonesia akan
diuji validasi. Uji validasi kuesioner LittlEars bertujuan untuk menilai
penggunaa kuesioner kedalam bahasa Indonesia. Kuesioner dikatakan valid atau
sahih apabila dapat mengukur apa yang diukur dengan karakteristik responden
yang sama.40,41
34
Pada penelitian sebelumnya telah diuji coba mengenai validitas kuesioner
LittlEars dan kuesioner LittlEars dikatakan valid. Tetapi terdapat berbagai
macam faktor yang memengaruhi pemahaman terhadap isi kuesioner. pada
penelitian ini dilakukan dua metode pengambilan sampel yaitu dengan metode
mandiri dan metode wawancara.
Konsep reliabilitas adalah melihat sejauh mana hasil kepercayaan suatu
alat pengukuran. Uji reliabilitas digunakan untuk melihat konsistensi sebuah alat
ukur, sehingga hasil akan tetap konsisten apabila pengukuran diulang dengan
karakteristik responden yang sama. Untuk melihatnya konsistensi kuesioner
LittlEars dilakukan uji reliabilitas Cronbach’s Alpha. Jika nilai Cornbach’s
Alpha meningkat maka akan sejalan dengan korelasi peningkatan
konsistensi.40,41
Tabel.4.3 Uji Reliabilitas Alpha
Cronbach’s alpha N of items
Mandiri 0,902 35
Wawancara 0,901 35
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil Cronbach’s Alpha dengan
metode mandiri dan wawancara >0,901 dan dikatakan reliable sehingga
memiliki nilai konsistensi yang tinggi. Berdasarkan data tersebut instrument
dengan metode mandiri ataupun wawancara dikatakan reliable atau memiliki
konsistensi yang baik dengan nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,8. Yang berarti
kuesioner dapat digunakan pada populasi yang sama dengan karakteristik
responden yang sama. Pada metode mandiri responden membaca dan mengisi
tiap pertanyaan sendiri. Sedangkan pada metode wawancara peneliti
mewawancara secara langsung responden mengenai pertanyaan pada kuesioner
LittlEars.40,41
4.2.2. Reliabilitas dengan Metode Guttman Split-Half
Uji Guttman Split-Half pada dasarnya menguji nilai reliabilitas dengan
cara membagi dua butir pertanyaan antara ganjil dan genap lalu menghubungkan
dua butir pertanyaan tersebut dengan rumus korelasi Guttman Split-Half.
Metode ini digunakan untuk melihat konsistensi jawaban kuesioner pada
35
pengambilan sampel metode mandiri dan metode wawancara dengan cara
membelah dua tiap butir pertanyaan.41,42,43
Tabel 4.4 Reliabilitas Guttman Split-Half
Metode Koefisien Guttman Split-Half
Mandiri 0,929
Wawancara 0,942
Pada metode mandiri didapatkan hasil koefisien Guttman Split-Half sebesar
0,93. Hal ini menujukan bahwa skor Kuesioner LittlEars pada metode mandiri
memiliki nilai reliabilitas yang cukup tinggi. Sedangkan pada metode
wawancara didapatkan nilai koefisien Guttman Split-Half sebesar 0,942. Yang
artinya pada metode wawancara dihasilkan nilai reliable yang tinggi. Maka
didapatkan kedua metode memiliki nilai reliabilitas yang tinggi, dengan metode
wawancara memiliki koefisien tertinggi dibandingkan metode mandiri. Hal
tersebut berbanding terbalik dengan hasil Cornbach’s Alpha, tetapi perbedaan
tidak terlalu signifikan.41,42,43
4.2.3. Uji Komperatif Kesesuaian Katagorik ( Kohen’s Kappa)
Uji komperatif kesesuaian katagerok dilakukan untuk mencari hubungan
dan konsistensi responden dalam menjawab setiap pertanyaan. Kappa
dinyatakan tinggi apabila nilai kappa ≥ 0,8 yang berarti pertanyaan kuesioner
memiliki kesesuaian yang kuat sedangkan nilai kappa dikatakan memiliki
kesesuain cukup (moderate) apabila kappa > 0.4. Nilai kappa akan semakin
tinggi apabila jawaban responden konsisten pada metode mandiri dan
wawancara. Pada Tabel diurutkan berdasarkan nilai kappa terendah sampai
nilai tetinggi. 42,43
Pada Tabel 4.5 didapatkan bahwa pertanyaan 1,2,3,6,7, 11, 12, 13
memiliki niai kappa 1,00 yang berarti butir pertanyaan tersebut memiliki nilai
konsistensi yang baik antar metode mandiri ataupun metode wawancara dan
responden mengisi jawaban sama pada setiap pertanyaan baik pada metode
mandiri ataupun metode wawancara. Sedangkan pada butir pertanyaan
36
18,17,9,4,5, memiliki nilai koefisien kappa yang rendah yang berarti responden
tidak menjawab dengan konsisten pada pertanyaan tersebut.
Ada berbagai macam faktor yang dapat memengaruhi hasil penelitian
tersebut, pada pertanyaan nomor 18 “apakah anak anda merespon dengan
sesuai terhadap ucapan pendek atau sederhana?” seperti “berhenti, jangan”.
Pertanyaan tersebut dapat dipahami anak pada fase perkembangan usia 9 – 12
bulan. Pada data dengan metode mandiri didapatkan 56 responden menjawab
“iya” sedangkan pada metode wawancara terdapat 54 responden menjawab
“iya”, terdapat 6 responden dengan usia 6 – 9 bulan mengganti jawaban mejadi
tidak pada metode wawancara, dan terdapat 4 responden yang mengganti
jawaban menjadi “Ya” pada saat wawancara dengan usia anak 8 – 10 bulan.
Dalam pertumbuhan normal anak dapat memahami perintah verbal ketika usia
9 – 12 bulan. Lain halnya pada butir pertanyaan nomor 17 “Apakah anak Anda
mengetahui bahwa suara tertentu berasal dari objek atau kejadian tertentu?”
seperti “Sang anak mendengar suara pesawat dan melihat kearah langit. Atau
mendengar mobil dan melihat ke arah jalan.” Terdapat 5 responden pada
metode mandiri menjawab “tidak” dan ketika metode wawancara berubah
menjadi “ya” pada rentang usia 10 – 16 bulan dikarenakan letak rumah yang
berada dibelakang dan jauh dari jalan membuat orang tua salah memahami
pertanyaan tersebut dan ketika metode wawancara dan dijelaskan secara rinci
pertanyaan tersebut responden merubah jawaban sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Pada pertanyaan nomor 5 “Apakah anak Anda mencari orang yang
berbicara yang tidak terlihat olehnya?” pada perkembangan normal usia 5 – 7
bulan anak dapat menoleh ke arah sumber suara yang didengar di luar lapang
pandang. Namun, terdapat 7 responden dengan rentang usia anak 10 – 18 bulan
tidak memahami pertanyaan sehingga menjawab “Tidak”, dan ketika metode
wawancara responden merubah jawaban menjadi “Ya”.
Pada pertanyaan nomor 9 “Apakah anak Anda merespon dengan ketakutan
(kegelisahan) ketika mendengar suara marah?” misalnya “menjadi sedih dan
mulai menangis”. Terdapat 7 responden denga rentang usia 8 – 13 bulan
37
menjawab “Tidak” pada metode mandiri dan berubah jawaban menjadi “Ya”
pada metode wawancara.
Pada metode mandiri terdapat beberpa responden yang kurang memahami
soal dengan baik, hal tersebut dikarenakan butuh fokus dan konsenterasi dalam
mengisi pertanyaan sedangkan responden terburu-buru dalam mengisi
kuesioner dan cenderung malas membaca sebanyak 35 pertanyaan. Sedangkan
pada metode wawancara peneliti menanyakan tiap butir kuesioner secara rinci
kepada responden sehingga responden tidak perlu repot untuk menulis, dan
responden lebih memahami pertanyaan sehingga merubah jawaban sesuai
dengan tumbuh kembang anak.
Pada table 4.5 pada item soal nomor 26, 16, 35, 20, 23, 31, 24, 29, 34, 32,
dan 25 memiliki nilai reliabilitas cukup dan signifikan dimana koefisien kappa
≥ 0.4 (p value ≤ 0.05) yang berarti responden dapat menjawab cukup konsisten
pada item soal tersebut.
38
Tabel.4.5 Uji Komperatif Kesesuaian Kategorik.
Pertanyaan Koefisisen Kappa P value
18 -0,087 0,490
17 -0,067 0,592
5 -0,03 0,714
9 -0,029 0,737
4 -0,017 0,896
14 0,175 0,016
15 0,217 0,089
8 0,25 0,03
30 0,279 0,022
28 0,328 0,007
33 0,345 0,003
22 0,359 0,00
27 0,361 0,004
21 0,368 0,003
10 0,38 0,00
19 0,384 0,003
26 0,401 0,002
16 0,446 0,00
35 0,447 0,00
20 0,500 0,00
23 0,502 0,00
31 0,505 0,00
24 0,519 0,00
29 0,543 0,00
34 0,547 0,00
32 0,55 0,00
25 0,643 0,00
1 1,00 -
2 1,00 -
3 1,00 -
6 1,00 -
7 1,00 -
11 1,00 1,00
12 1,00 1,00
13 1,00 -
Dapat disimpulkan berdasarkan hasil uji reliabilitas Cronbach’s Alpha
menunjukan bahwa nilai korelasi antara butir pertanyaan terhadap jumlah skor
39
kuesioner pada metode mandiri lebih tinggi sebesar 0.902 dibandingkan dengan
metode wawancara sebesar 0.901. Pada uji guttman split-half menunjukan bahwa
korelasi antara butir pertanyaan ganji dengan butir pertanyaan genap pada metode
wawancara lebih tinggi sebesar 0.942 dibandingkan dengan metode mandiri
sebesar 0.929. Sedangkan pada analisa kohen’s kappa dapat menunjukan nilai
konsistensi antara item pertenyaan pada metoe mandiri dengan metode
wawancara. Nilai kappa dikatakan sedang apabila > 0.4 (p value <0.05). pada
tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden menjawab dengan konsisten antar
metode mandiri dengan metode wawancara pada pertanyaan nomor 26, 16, 35, 20,
23, 31, 24, 29, 34, 32, 25. Padaa butir pertanyaan tersebut nilai kappa >0.04 (p
value 0.05) memiliki konsistensi yang cukup dan bermakna.
Tabel 4.6. Perbandingan Uji Reliabilitas Kuesioner LittlEARS
Uji Mandiri Wawancara
Cronbach’s
Alpha
0.902 0.901
Guttman Split-
Half
0.929 0.942
Nilai Kappa per
item
26 16 35 20 23 32 24 29 34 32 25
Nilai Kappa >0.4 (p value ≤ 0.05)
4.2.4. Regresi Non Linier
Regresi Non Linier bertujuan untuk mencari hubungan secara non linier
antara satu variabel dependent dengan variabel independent lainnya. Variabel
dependent berupa skor kuesioner LittlEars dan variabel independent berupa usia
anak. Hubungan antar variabel ini menggunakan model polynomial atau
kuadratik. Nilai R menjelaskan mengenai besarnya nilai korelasi (hubungan)
antara variabel dependent dan variabel independent.40
Pada metode Mandiri
didapatkan hasil seperti pada Tabel berikut:
40
Tabel 4.7 Hasil Regresi Non Linier Kuadratik Metode Mandiri
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.609 .371 .349 5.016
Pada Tabel 4.6 tersebut nilai R 0,609 yang berarti memiliki hubungan yang
kuat antar variabel.
R squere (koefisien determinasi= R2) menjelaskan seberapa besar variasi
variable dependent (Y) dapat dijelasakan oleh variable independent (X). pada
data ini R squere sebesar 0.371 yang artinya pengaruh variable independent
(usia anak) terhadap variable dependent (skor kuesioner) sebesar 37,1%.
Pada Metode wawancara di dapatkan hasil berikut :
Tabel 4.8 Hasil Regresi Non Linier Metode Wawancara
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.781 .610 .596 3.556
Pada Meode wawancara didapatkan nilai R 0.781 yang berarti memiliki
hubungan yang kuat antar variable. Dengan nilai R squere sebesar 0.610 yang
artinya pengaruh variable independent (usia anak pada metode wawancara)
terhadap variable dependent (skor kuesioner pada metode wawancara) sebesar
61%.
Dalam uji ini dapat disimpulkan bahwa usia anak sebagai variabel
independent dengan skor sebagai variabel dependent memiliki hubungan non
linier. Pada uji ini didapatkan pada metode wawancara sebanyak 61%
responden dapat menjawab dengan baik kuesioner LittlEars di bandingan
metode mandiri hanya 37.1% responden yang mampu menjawab dengan baik
dari seluruh total responden sebanyak 60 orang.
41
Gambar 4.1 Persebaran Responden Metode Mandiri
Gambar 4.2. Persebaran Responden Metode Wawancara.
Pada gambar 4.1 terdapat persebaran responden dengan metode mandiri
dan gambar 4.2 terdapat persebaran responden dengan metode wawancara.
Persebaran respoden pada scatter dot ini kemudian dianalisa dengan kurva normal
42
yang didapat dan sudah valid pada validasi kuesioner littlEARS berbahasa
Indonesia. Didapatkan hasil pada persebaran responden metode mandiri maupun
wawancara tidak ada yang melewati batas bawah Convidence Interval yang sudah
di terapkan pada penelitian sebelumnya.
Pada gambar tersebut dapat di analisa bahwa pada metode wawancara
responden yang mampu menjawab pertanyaan kuesioner dengan baik dapat
meningkat dibandingkan dengan metode mandiri. Dalam hal ini responden lebih
memahami pertanyaan kuesioner dengan baik menggunakan metode wawancara.
4.2.5. Korelasi Usia dengan Jumlah Skor
Nilai korelasi bertujuan untuk melihat hubungan antar variabel yang
terdapat pada penelitian ini. Pada penelitian ini dilakukan uji korelasi bertujuan
untuk mengidentifikasi hubungungan usia dengan jumlah skor kuesioner. Untuk
mengetahui nilai korelasi variabel maka digunakan uji Pearson. Terdapat
beberapa syarat untuk menggunakan uji Pearson ini, yaitu variabel dalam skala
numerik dan numerik, kemudian nilai normalitas dari data yang didapat. Pada
penelitian ini didapatkan bahwa usia anak pada metode mandiri berdistribusi
normal Mean±SD (14,4±5,34) dan usia anak pada metode wawancarapun
berdistribusi normal Mean±SD (15,383 ±5,3491) sedangkan untuk normalitas
jumlah skor pada metode mandiri berdistribusi tidak normal Median( min-max)
(29,500(16,00-35,00)) dan pada metode wawancara berdistribusi tidak normal
Median( min-max) (28,5(16-35)). 40
Dari hasil tersebut apabila salah satu variabel berdistribusi normal dan
syarat linearitaspun terpenuhi maka dapat menggunakan uji korelasi Pearson.
Tabel 4.9 Uji Normalitas Levene’s dan Korelasi Usia Anak dengan Jumlah Skor
Metode
Uji Normalitas Levene’s Uji Pearson
F Sig. r (koefisien
Korelas)
p
Usia Mandiri 0.591 0.292 0.593 0.00
Total Skor Mandiri 0.303 1.080
Usia Wawancara 0.605 0.44 0.765 0.00
Total Skor Wawancara 0.329 0.568
43
Pada uji korelasi yang dinilai adalah koefisien korelasi, arah korelasi, dan
makna korelasi. Hasil yang didapat bahwa pada metode mandiri memiliki nilai
koefisien korelasi 0,593 yang bernilai positif dengan derajat korelasi sedang dan
bermakna (p value <0.05). Pada metode wawancara didapat hasil koefisien
korelasi 0,765 yang bernilai positif dengan derajat korelasi kuat dan bermakna (p
value <0,05).
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini
baik metode mandiri ataupun wawancara memiliki korelasi positif dan bermakna
(p value <0.05). Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara total skor dengan usia anak, sehingga makin bertambahnya usia anak
maka total skor kuesionerpun akan semakin bertambah.
Gambar 4.3 Grafik Scatter pada Metode Mandiri dan Metode Wawancara
Pada gambar 4.3 dapat di jelaskan bahwa terdapat perubahan jawaban
responden antara metode mandiri dengan metode wawancara. Pada metode
wawancara jawaban responden lebih sesuai dengan usia anak dalam bulan
sehingga hasil yang didapat sesuai dengan scatter dot tersebut.
44
4.4. Keterbatasan Penelitian
Pada Penelitian ini di lakukan dengan dua metode pengambilan sample
mandiri dan wawancara dengan waktu 3 – 4 minggu. Pada metode wawancara
terdapat beberapa responden yang tidak ada di rumah sehingga tereksklusi dan
beberapa responden yang kurang kooperatif ketika sesi wawancara sehingga
memungkinkan bias saat wawancara.
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada penelitian ini terdapat 60 responden dimana 53,3% memiliki usia
anak 13 – 24 bulan, pada pendidikan orang tua terbanyak ≤ SMP
sebanyak 65%, terdapat 58.3% orang tua yang tidak bekerja, dan
terdapat 60% responden memilika anak >1.
2. Pada persebaran metode mandiri responden yang memiliki pendidikan
SMA mendapatkan nilai rata-rata skor 27.8 5.7, responden dengan
jumlah anak 1 memiliki nilai rerata skor lebih baik 27.7 5.6,
sedangkan pada orangtua yang bekerja memiliki nila rerata skor lebih
baik sebesar 28.5 5.8 dibandingkan yang tidak bekerja.
3. Pada persebaran responden metode wawancara didapatkan pada orang
tua dengan pendidikan SMA memiliki nilai rerata lebih baik
(27.8 5.1) dibandingkan dengan SMP, pada orang tua yang memiliki
anak > 1 memiliki nilai rerata yang lebih baik (27.7 5.7) sedangkan
pada orang tua yang bekerja ataupun tidak bekerja memiliki nilai rerata
yang sama
4. Kuesioner LittlEars berbahasa Indonesia dapat digunakan sebagai
instrument deteksi dini gangguan dengar pada anak usia 6 – 24 bulan
di desa Kaplongan Lor dengan nilai validitas dan nilai reliabilitas
tinggi dengan hasil Cornbach’s Alpha pada metode mandiri 0,902 dan
metode wawancara 0,901 dan dengan Guttman Split-Half dengan
metode mandiri 0,93 dan metode wawancara 0,942.
5. Penggunaan kuesioner LittlEars bahasa Indonesia memiliki korelasi
positif antara usia anak dengan jumlah skor kuesioner dengan metode
wawancara memilki nilai korelasi tertinggi dengan nila r koefisien:
0,765 dengan p value : 0,00.
5.2 Saran
1. Deteksi gangguan dengar dengan menggunakan kuesioner LittlEars
berbahasa Indonesia lebih baik dengan wawancara kepada ibu yang
memiliki anak usia 6 – 24 bulan.
46
2. Penggunaan kuesioner LittlEars dengan wawancra dilakukan oleh
tenaga yang sudah mengikuti pelatihan.
3. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas pada populasi lain maka
dilakukan uji pada daerah dengan bahasa lokal dan budaya yang
berbeda.
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Telinga Sehat Pendengaran Yang
Baik.2010. Diakses Pada tanggal 15 Februari 2018. Dari :
https://www.depkes.go.id/article/print/840/telinga-sehat-pendengaran-
baik.html
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Penyandang Disabilitas.
Informasi Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2013.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Penyandang Disabilitas pada
Anak. Informasi Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014.
4. Lily Rundjan, Idham Amir, Ronny Suwento, Irawan Mangunatmadja..
Skrining Gangguan Pendengaran pada Neonatus Risiko Tinggi Risiko Tinggi
Risiko Tinggi. Sari Pediatri. Maret 2005. Vol. 6, No. 4: 149-154
5. Coninx F, Weichbold V, tsiakpini L, Bescond G, Autrique E. Validation of the
LittlEars Auditory Questionnare in Children With Normal Hearing.
ELSEVIER.2009. Volume: 1761–8.
6. Sherwood, Laurent. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Edisi : 9. Jakarta:
EGC. 2016.
7. Hall, J. E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physicologi. Edisi : 12.
Singapore: Elsavier. 2016.
8. Sadler T.W. Embriologi Kedokterang Langman Edisi 12. Jakarta: EGC. 2014.
9. Rundjan L, Amir I, Suwento R, Mangunatmadja I. Skrinning Gangguan
Dengar pada Neonatus Risiko Tinggi. Sari Pediatri. 2005.
10. Adam G.L, Boies L.R, Higler P.A. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT Ed.6.
Jakarta : EGC. 1994.
11. Arsyad, S. E. Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher edisi ketujuh.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 2012.
12. Netter Frank H. Atlas Anatomi Manusia. Edisi : 6. Singapore: Elsavier. 2014.
13. Aminullah A, S. I. Buku panduan tatalaksana bayi baru lahir di Rumah sakit.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementrian Kesehatan RI. 2010
48
14. Hartanto F, Selina H, Zuhriah H, Fitra S. Pengaruh Perkembangan Bahasa
Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 Tahun. Sari Pediatri. 2011.
Vol.12(6):386-90.
15. Mahgoub A, E. M. Mother‟s Health Awareness and Nutritional Status of
Children in Khartoum State-Sudan. Med J Islam World Acad Sci.2014
16. Supramiati A, Ismail D, Sitaresmi N.M. Hubungan Ibu Bekerja dengan
Keterlambatan Bicara Anak. Sari Pediatri. 2013.
17. Tjandra J, Widjaja J A, Burhany A A. Karakteristik Keterlambatan bicara di
Klinik Khusus Tumbuh Kembang di Rumah Sakit Anak dan Ibu Harapan Kita
tahun 2008 - 2009. Sari Pediatri. 2012.
18. Fadhilah, H. validasi kuesioner LittlEARS berbahahasa Indonesia pada bayi
usia 0-6 bulan di jakarta. 2014. http://repository.uinjkt.ac.id.
19. Maulana MF. Validasi Kuesioner LittlEARS berbahasa Indonesia pada anak
usia 19 - 24 bulan di Jakarta. 2014. http://repository.uinjkt.ac.id.
20. Nalendra H. Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia Pada
Pertumbuhan dan Perkembangan Pendengaran Anak Usia 0 - 24 bulan dengan
faktor risiko gangguan pendengaran. 2013. http://repository.uinjkt.ac.id.
21. Prisilia M. Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia Untuk Menilai
Tumbuh Kembang Pendengaran Pada Anak Usia 7 - 12 bulan di Jakarta. 2013.
http://repository.uinjkt.ac.id.
22. Raniah N. Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia pada Orang
Tua dengan Anak Usia 7 - 12 bulan di Kota Serang. 2017.
http://repository.uinjkt.ac.id
23. Agustine SO. Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia pada Orang
Tua dengan Anak Usia 7 - 12 bulan di desa Nagrak. 2017.
http://repository.uinjkt.ac.id
24. Barnas WN. Validasi Kuesioner LittlEARS Berbahasa Indonesia pada Orang
Tua dengan Anak Usia 0 - 6 bulan di desa Nagrak. 2017.
http://repository.uinjkt.ac.id.
25. Mahgoub A, E. M. Mother‟s Health Awareness and Nutritional Status of
Children in Khartoum State-Sudan. Med J Islam World Acad Sci, 61. 2014.
49
26. Quelhas A, S. A. Biases in questionnaire construction; how much do they
influence the answers given. Fac Med Universadade Proto.2011.
27. Memy Y.D, Ghanie Alba, Sari S.N.L. Angka Kejadian Delayed Speech
disertai Dengan Gangguan Pendengaran pada Anak yang Menjalani
Pemeriksaan Pendengaran di Bagian Neurootologi IKTHT - KL RSUP Dr.
Moh.Hoesin. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2015. Volume 2, No. 1,
Januari 2015: 121-127.
28. Rahman S, Azman F, Rahmadona. Deteksi & Solusi Gangguan Pendengaran
dalam Meningkatkan Kualitas Hidup (Tingkat Layanan Kesehatan Primer
sampai Tersier). diterbitkan : THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang. 2015.
29. Azwar . Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Anak. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala Volume 13 Nomor 1 April 2013.
30. Sarosa G.I, Putranti A.H, Susanto J.C. Risiko Gangguan Pendengaran pada
Neonatus Hiperbilirubinemia. Sari Pediatri. 2010.
31. Adriana, D. Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta: Salemba
Medika. 2011.
32. Mariyana Rina. Hubungan Riwayat Prematur Dengan Tumbuh Kembang
Anak Usia Satu Tahun. Keperawatan, STIKes Fort De Kock. Jurnal Human
Care. 2018. Volume 3;No.3(October,2018): 183-188
33. Dmayanti M. Kuesionar Preskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari
Pediatri. 2006. Vol. 8, No. 1, Juni 2006: 9 - 15.
34. Obrycka A, Pankwoska A, Lorens A, Skarzynkis H. Production and
Evaluation of a Polish Version of The LittlEars Questionnair for the
Assessment of Auditory Development in Infants. International Journal of
Pediatric Otorhinolaryngology. 2009. vol.73: 1035 - 1045
35. Bagatto Marlene P. Development and Evaluation of an Audiological Outcome
Measure Guidline for Use with Infants, Toddlers, and Preschool Children. The
School of Graduate and Postdoctoral Studies The University of Western
Ontario London, Ontario, Canada. 2012.
36. May- Mederake B, Kuehn H, Vogel Arno, Keilmann A. Evaluation of
auditory development in infant sand toddlers who received cochlear implants
50
under the age of 24 months with the LittlEars Auditory Questionnaire.
International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology. 2010. Vol. 74: 1149–
1155.
37. Schramm B, Bohnert A, Keilmann A. Auditory, speech and language
development in young children with cochlear implants compared with children
with normal hearing. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology.
2010. Vol. 74: 812–819.
38. Ramawati N.M. Pengaruh Interaksi Antara Ayah dan Ibu dengan Anak
Terhadap Permasalahan Perilaku Sosial Emosi Anak Usia Sekolah.
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor. 2017.
39. James M, Kumar P, Ninan P J. A study on prevalence and risk faktors of
hearing impairment among newborns. International Journal of Contemporary
Pediatrics James M et al. Int J Contemp Pediatri. 2018. Mar;5(2):304-309.
40. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif, Bivariat
dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS. Edisi 6. Jakarta :
Epidemiologi Indonesia. 2014.
41. Matondang Z. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrument Penelitian. Jurnal
Tabularasa PPS Universitas Negeri Medan. 2009. Volume 6: No.01.
42. Sudjana. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. 2002
43. Nazir M. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. 2003
44. Badan Pusat Statistik. Kependudukn Indonesia. 2018.
51
Lampiran
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian
52
Lampiran 2
Surat Izin Dinas Kesehatan
53
Lampiran 3
Surat Kaji Etik
54
Lampiran 4
Lembar Informed Consent
Lembar Persetujuan (Informed Consent) Responden Validasi Kuesioner LittlEars
Berbahasa Indonesia untuk Mendeteksi Gangguan Pendengaran Anak Usia 6 – 24
bulan
Assalamualaikum wr. wb.
Saya, Zakiyah Safitri, mahasiswi S1 Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud
mengadakan penelitian untuk validasi kuesioner LittlEars berbahasa Indonesia
dalam mendeteksi gangguan pendengaran anak usia 6-24 bulan. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelesaikan studi saya di Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kuesioner ini bertujuan untuk mengadaptasi kuesioner
perkembangan pendengaran anak usia 6 – 24 buln di Indonesia. Semua informasi
dari hasil kuesioner ini kami jamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, kami harap
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan
bersedia untuk mengisi kuesioner ini lagi melalui telepon atau wawancara dalam
rentang waktu 2 minggu sampai 1 bulan kedepan..
Jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia untuk mengisi kuesioner
ini, silahkan mengisi identitas dan tanda tangan di bawah ini. Terima kasih atas
waktu yang telah Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan untuk mengisi kuesioner ini.
Wassalamualaikum wr. wb.
Yang menyetujui,
Peneliti Responden
__________________ ___________________
Zakiyah Safitri
55
Lampiran 5
Form Karakteristik Responden
KETERANGAN RESPONDEN PENELITIAN
Tanggal:___________________
Nama anak : ________________________________________
Tanggal lahir anak : ________________________________________
Usia : ________________________________________
Nama orang tua/wali : ________________________________________
Nomor yang bisa dihubungi :
Rumah : ________________________________________
HP 1/WA : _______________________________________
HP 2 (Suami/Istri) : ________________________________________
HP 3 (Kaka/Adik) : ________________________________________
HP 4 : ________________________________________
Pekerjaan orang tua/wali : ________________________________________
Pendidikan orang tua/wali : ________________________________________
Lama menemani anak (dalam jam per hari) :______________________________
Anak ke : _________________________________________
Bahasa yang digunakan sehari-hari :_____________________________________
Riwayat selama kehamilan :
Rutin cek ke dokter : (ya/tidak)
Konsumsi obat/jamu : (ya/tidak)
Sakit selama kehamilan : (ada/tidak ada)
Riwayat infeksi selama kehamilan : (ada/tidak ada)
Riwayat kelahiran :
Lahir cukup bulan, ≥ 37 minggu : (ya/tidak)
Berat lahir > 2 kg : (ya/tidak)
Normal/tidak : (ya/tidak)
Perlu alat bantu nafas : (ya/tidak)
Riwayat kuning : (ya/tidak)
Riwayat anak
Imunisasi rutin sesuai jadwal : (ya/tidak)
Anak sering pilek : (ya/tidak)
56
Lampiran 6
Kuesioner LittlEars
KUESIONER PERKEMBANGAN PENDENGARAN ANAK LittlEars
No Respon Auditori Jawaban Contoh
1 Apakah anak Anda merespon
suara yang sudah lazim?
( ) Ya
( ) Tidak
Tersenyum; melihat ke arah
sumber, berbicara dengan
ekspresi
2 Apakah anak Anda
mendengar orang lain yang
sedang berbicara?
( ) Ya
( ) Tidak
Mendengar; menunggu dan
mendengar; melihat ke arah
orang yang berbicara untuk
waktu lama
3 Ketika seseorang berbicara,
apakah anak Anda menoleh
ke arah pembicara?
( ) Ya
( ) Tidak
Menoleh melihat pembicara
4 Apakah anak Anda tertarik
dengan mainan yang
mengeluarkan suara atau
bunyi?
( ) Ya
( ) Tidak
Mainan yang diremas berbunyi
keretak keretuk
5 Apakah anak Anda mencari
orang yang berbicara yang
tidak terlihat olehnya?
( ) Ya
( ) Tidak
Orang yang berbicara berada di
ruangan lain yang tidak terlihat
oleh anak.
6 Apakah anak Anda
mendengarkan ketika radio
atau pemutar CD atau
pemutar kaset dimainkan?
( ) Ya
( ) Tidak
Mendengar: menoleh ke arah
suara, memperhatikan, tertawa
atau bernyanyi/berbicara
“mengikuti suara”
7 Apakah anak Anda merespon
suara yang jauh?
( ) Ya
( ) Tidak
Ketika dipanggil di ruang lain
8 Apakan anak Anda berhenti
menangis ketika Anda
berbicara dengannya
walaupun ia tak melihat
Anda?
( ) Ya
( ) Tidak
Anda mencoba membuat nyaman
sang anak dengan suara lembut
atau lagu tanpa adanya kontak
mata
9 Apakah anak Anda merespon
dengan ketakutan
(kegelisahan) ketika
mendengar suara marah?
( ) Ya
( ) Tidak
Menjadi sedih dan mulai
menangis
10 Apakah anak Anda
“mengenali” tanda-tanda
akustik?
( ) Ya
( ) Tidak
Kotak musik menjelang tidur;
nina bobo; air mengalir dalam
tabung
11 Apakah anak Anda mencari
sumber suara yang berada di
kiri, kanan, atau belakangnya?
( ) Ya
( ) Tidak
Anda memanggil atau
mengucapkan sesuatu, anjing
menggonggong, dan lain-lain.
Dan anak Anda mencari dan
menemukan sumber suara
tersebut.
57
12 Apakah anak Anda bereaksi
ketika nama dipanggil?
( ) Ya
( ) Tidak
Menengok apabila dipanggil
13 Apakah anak Anda mencari
sumber suara yang berada di
atas atau bawahnya?
( ) Ya
( ) Tidak
Jam dinding yang berbunyi atau
sesuatu yang jatuh di lantai
14 Ketika anak Anda sedih atau
murung, bisakah ia
ditenangkan atau dipengaruhi
dengan musik?
( ) Ya
( ) Tidak
Berhenti menangis ketika
dinyanyikan lagu.
15 Apakah anak Anda
mendengarkan di telepon dan
apakah ia tampak mengetahui
adanya orang yang sedang
berbicara?
( ) Ya
( ) Tidak
Ketika nenek atau ayah menelpon,
sang anak mengambil alat
penerima dan “mendengarkan”
16 Apakah anak Anda merespon
musik dengan menari sesuai
irama?
( ) Ya
( ) Tidak
Sang anak menggerakan lengan
atau kaki sesuai dengan alunan
music.
17 Apakah anak Anda
mengetahui bahwa suara
tertentu berasal dari objek
atau kejadian tertentu?
( ) Ya
( ) Tidak
Sang anak mendengar suara
pesawat dan melihat kearah langit.
Atau mendengar mobil dan
melihat ke arah jalan
18 Apakah anak Anda merespon
dengan sesuai terhadap
ucapan pendek atau
sederhana?
( ) Ya
( ) Tidak
“Berhenti!”
“Yekh!”
“! Jangan!”
19 Apakah anak Anda merespon
kata “jangan” dengan
menghentikan kegiatannya
saat itu?
( ) Ya
( ) Tidak
Kata “Jangan, jangan” – yang
diucapkan dengan intonasi kuat
meski si anak tidak melihat Anda
(!) – sangatlah efektif
20 Apakah anak Anda
mengetahui yang mana
anggota keluarganya?
( ) Ya
( ) Tidak
Mana-ayah, Ibu, Mark, …
21 Apakah anak Anda
menirukan suara ketika
ditanya?
( ) Ya
( ) Tidak
Ketika anak anda di minta
katakana “Aaa”, “Ooo”, “Iii” anak
anda menirukannya.
22 Apakah anak Anda mengikuti
perintah sederhana?
( ) Ya
( ) Tidak
“Kesini”; “Lepas sepatumu”
23 Apakah anak Anda mengerti
perintah sederhana?
( ) Ya
( ) Tidak
“Mana perut ibumu?”; “Mana
ayah?”
24 Apakah anak Anda
membawakan barang yang
diminta?
( ) Ya
( ) Tidak
“Ambilkan saya bola dan lain-
lain”
25 Apakah anak Anda meniru
suara atau kata-kata yang
Anda ucapkan?
( ) Ya
( ) Tidak
“Ucapkan: Guk, Guk”; katakan:
m-o-b-i-l
26 Apakah anak Anda ( ) Ya “Brum” untuk mobil, “Moo” untuk
58
menirukan suara yang sama
dengan mainan?
( ) Tidak sapi
27 Apakah anak Anda
menirukan suara tertentu
yang muncul dari binatang
tertentu?
( ) Ya
( ) Tidak
Guk guk = anjing, meong =
kucing, kukuruyuk = suara ayam
jantan muda/ayam jantan
28 Apakah anak Anda mencoba
meniru suara di
sekelilingnya?
( ) Ya
( ) Tidak
Suara binatang, suara alat-alat
rumah tangga, suara sirine mobil
polisi
29 Apakah anak Anda
mengulang rangkaian suku
kata pendek dan panjang
dengan benar?
( ) Ya
( ) Tidak
“La-la-laa”
30 Apakah anak Anda memilih
benda yang benar dari
sekumpulan benda ketika
ditanya?
( ) Ya
( ) Tidak
Anda memainkan mainan
berbentuk hewan dan menanyakan
“Kuda”; Anda memainkan bola
warna-warni dan menanyakan
“Bola warna merah”
31 Apakah anak Anda mencoba
ikut menyanyikan lagu ketika
mendengar sebuah lagu?
( ) Ya
( ) Tidak
“Sajak anak-anak”
32 Apakah anak Anda
mengulang kata tertentu
ketika diminta?
( ) Ya
( ) Tidak
Mengatakan halo/salam dengan
jelas ketika diminta.
33 Apakah anak Anda suka
mendengarkan dongeng?
( ) Ya
( ) Tidak
Dari buku atau dari buku gambar
34 Apakah anak Anda mengikuti
perintah yang rumit?
( ) Ya
( ) Tidak
“Lepas sepatumu dan kesinilah”
35 Apakah anak Anda mencoba
menyanyikan lirik lagu-lagu
tertentu?
( ) Ya
( ) Tidak
Menyanyikan lagi yang sering
didengar sepert “Nina bobo”
59
Lampiran 7
Kuesioner LittlEars Berbahasa Inggris
60
61
Lampiran 8
Hasil Statistik
Table Reliabilitas Metode Mandiri Guttman Split-half
Cronbach's Alpha Part 1 Value .823
N of Items 18a
Part 2 Value .808
N of Items 17b
Total N of Items 35
Correlation Between Forms .869
Spearman-Brown
Coefficient
Equal Length .930
Unequal Length .930
Guttman Split-Half Coefficient .929
Tabel Reabilitas Metode Wawancara Guttman Split-Half
Cronbach's Alpha Part 1 Value .817
N of Items 18a
Part 2 Value .801
N of Items 17b
Total N of Items 35
Correlation Between Forms .896
Spearman-Brown
Coefficient
Equal Length .945
Unequal Length .945
Guttman Split-Half Coefficient .942
CorrelationsSkor dengan Usia
Jumlah
skor usia Mandiri
Jumlah
Kuesioner
Mandiri
Pearson Correlation 1 .593**
Sig. (2-tailed) .000
N 60 60
usia Mandiri Pearson Correlation .593**
1
Sig. (2-tailed) .000
N 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Skor dengan Usia
62
Jumlah skor
Wawancara
usia
Wancara
Jumlah skor
Wawancara
Pearson
Correlation 1 .765
**
Sig. (2-tailed) .000
N 60 60
usia Wancara 1 Pearson
Correlation .765
** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Quadratik Model Summary Metode Mandiri
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
.609 .371 .349 5.016
The independent variable is usia_mandiri.
Coefficients Metode Mandiri
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
usia_mandiri 1.786 .829 1.534 2.156 .035
usia_mandiri **
2 -.036 .027 -.952 -1.338 .186
(Constant) 10.630 5.746 1.850 .070
63
Quadratik Model Summary Metode Wawancara
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
.781 .610 .596 3.556
The independent variable is usia_wawancara.
Metode Wawancara
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
usia_wawancara 1.981 .627 1.894 3.159 .003
usia_wawancara **
2 -.037 .019 -1.139 -1.901 .062
(Constant) 6.787 4.679 1.451 .152
64
Lampiran 9
Riwayat Penulis
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Zakiyah Safitri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 21 Mei 1998
Agama : Islam
Alamat : Desa Kaplongan Lor Rt.05/Rw.02,
Kecamatan Karang Ampel, Kabupaten
Indramayu, Jawa Barat.
e-Mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2002-2004 : TK Islam Zahrotul Ulum
2004-2010 : SDN Karang Ampel Kidul 1
2010-2013 : SMPN 1 Karang Ampel
2013-2016 : SMAN 1 Krangkeng
2016-sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta