5
a. Uji Standarlisasi Simplisia Kencur Tujuan : untuk mengetahui kebenaran dan mutu simplisia yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian mokroskopik, pengujian mikroskopik, dan pengujian histokimia. 1. Uji Organoleptik Uji dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui khususnya bau dan rasa simplisa yang diuji. 2. Uji Makroskopik Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran. dan warna simplisia yang diuji. 3. Uji Mikroskopik Uji Mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenalan yang spesifik bagi masing-masing simplisia. 4. Uji Histokimia Uji Histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi spesifik, zat-zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga mudah dideteksi. b. Parameter Standarlisasi Simplisia 1. Penetapan Susut Pengeringan

Uji Standarlisasi Simplisia Kencur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: Uji Standarlisasi Simplisia Kencur

a. Uji Standarlisasi Simplisia Kencur

Tujuan : untuk mengetahui kebenaran dan mutu simplisia yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian mokroskopik, pengujian mikroskopik, dan pengujian histokimia.

1. Uji Organoleptik         Uji dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui khususnya bau dan rasa simplisa yang diuji.

2. Uji Makroskopik         Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran. dan warna simplisia yang diuji.

3. Uji Mikroskopik        Uji Mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenalan yang spesifik bagi masing-masing simplisia.

4. Uji Histokimia      Uji Histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi spesifik, zat-zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga mudah dideteksi.

b. Parameter Standarlisasi Simplisia

1. Penetapan Susut PengeringanSusut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suhu penetapan susut pengeringan adalah 1050 dan susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut : Timbang 1 gram simplisia masukkan ke dalam krus porselen bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu yang telah ditetapkan selama 30 menit dan telah ditara. Ratakan simplisia dalam krus porselen dengan menggoyangkan krus hingga merata. Masukkan ke dalam oven, buka tutup krus, panaskan pada suhu penetapan, timbang dan ulangi pemanasan sampai didapat berat yang kostan.

susut pengeringan=bobot awal sebelum pemanasan−bobot ak h irberat sebelum pemanasan

x100 %

Page 2: Uji Standarlisasi Simplisia Kencur

2. Penetapan Kadar Abu Total 2 gram simplisia yang telah digerus ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus platina yang telah dipijarkan dan ditara. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, diaduk, disaring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam kurs yang sama. Masukan filtrat ke dalam krus, uapkan dan dipijarkan hingga bobot tetap. Hitung kadar abu total terhadap bahan yang telah dikeringkan, dan dinyatakan dalam %b/b.

kadar abu= berat abuberat simplisia

x100 %

3. Penetapan Kadar Sari Larut Air Keringkan serbuk, maserasi selama 24 jam 5 gram serbuk dengan 100 ml kloroforom P menggunakan labu bersumbat sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrate hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen yang larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

kadar sarilarut air=berat extrak x 5berat simplisia

x100 %

4. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol Keringkan serbuk, maserasi selama 24 jam 5 gram serbuk dengan 100 ml etanol (95%), menggunakan labu bersumbat sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol (95%), uapkan 20 ml filtrate hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen yang larut dalam etanol, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

kadar sarilarut e tanol=berat extrak x 5berat simplisia

x100 %

Page 3: Uji Standarlisasi Simplisia Kencur

c. Tahapan pembuatan simplisia kencur

1. Pengumpulan Bahan BakuRimpang kencur yang telah dipanen,dikumpulkan untuk dijadikan bahan baku simplisaia.

2. Penyortiran Basah dan PencucianSortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

3. PerajanganJika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.

4. PengeringanPengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 – 5 hari, pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC – 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan.

5. Penyortiran KeringSelanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

Page 4: Uji Standarlisasi Simplisia Kencur

6. PengemasanSetelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

7. PenyimpananKondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.