Upload
abu-hafshoh-abdulah
View
50
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
MENGENAL KARAKTERISTIK ULAMA AKHIRAT DAN ULAMA SU’1
Ulama dalam islam ada dua golongan, yaitu ulama su’ dan ulama akhirat. Ulama su’
ialah para ulama yang menjadikan ilmu sebagai alat untuk mendapatkan kenikmatan dunia
dan meraih kedudukan di kalangan manusia.
Ancaman bagi Ulama Su’ dan Orang-orang yang tidak Ikhlas dalam Menuntut
Ilmu syar’i
Abu Hurairah radhiallahu’anhu meriwayatkan dari Nabi shalallahu’alaihi wasallam bahwa
beliau bersabda:
اعل ماتعلممن هبهيب تغىمم يتعلمهلاللوج فيجد لم الدن يا،منعرضابهليصي بإل مل جنةعر يو
قيامة ال
“barangsiapa belajar suatu ilmu yang seharusnya hanya dicari karena Wajah Allah,
tetapi dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan harta dunia, maka dia tidak akan
mencium aroma syurga di hari kiamat.”2
Dalam hadits lain beliau shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
رفالسفهاء،بهويماريال علماء،بههيليباال عل متعلممن يص هبهاو فيهوفإلي ه،الناسوجو
النار
“barangsiapa menuntut ilmu untuk menyaingi para ulama dan mendebat orang-
orang bodoh atau (untuk) memalingkan wajah manusia kepadanya, maka dia di neraka”3
Sifat-sifat Ulama Akhirat
1 Di ringkas dari Terjemahan Mukhtashar Minhajul Qashidin, Karya al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi
rahimahullah, pasal penyakit-penyakit ilmu, berikut keterangan tentang ulama su’ dan ulama akhirat
2 HR. Imam Ahmad, no 8431; Abu Dawud, no. 3664; Ibnu Majah no. 252. Lihat pula dalam Shahih Abu
Dawud no. 3114, Shahih Ibnu Majah no. 204 dan Shahihul Jami’ no. 6159]
3 [Diriwayatkan secara harfiah (lengkap seperti ini oleh ath-Thbarani dalam al-Mu’jamul ausath dan al-
Bazzar, no. 178 sebagaimana dalam al-Majma’ I/183 dari Anas Radhiallahu’anhu. Dengan lafazh mirip
diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 260 dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dan tercantum dalam shahih
Ibnu Majah no. 209 dan 205, dan at-Tirmidzi no. 2653 dari Ka’ab bin Malik radhiallahu’anhu dan
tercantum dalam Shahih sunan at-Tirmidzi no. 2138]
Al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah menyebutkan di antara tanda-tanda ulama
akhirat, ialah:
Mereka menyadari bahwa dunia itu remeh dan akhirat itu mulia, oleh karenanya
mereka lebih mengutamakan akhirat daripada dunia.
Perbuatan mereka tidak bertentangan dengan perkataan mereka.4
Kecenderungan mereka tertuju kepada ilmu yang bermanfaat di akhirat, menjauhi
ilmu yang manfaatnya sedikit demi mementingkan ilmu yang manfaatnya agung.
Mereka menahan diri dari para sultan (penguasa), menjaga jarak dalam bergaul
dengan mereka.5
Hudzaifah radhiallahu’anhu berkata:
Jauhilah titik-titik fitnah.”Beliau ditanya, “Apa itu?” Beliau menjawab,”Pintu-pintu para
penguasa. Salah seorang diantara kalian datang kepada penguasa lalu dia
membenarkannya dalam kebohongan dan mengatakan apa yang tidak ada padanya.”
Sa’id bin al-Musayyib rahimahullah berkata:
“Bila kamu melihat seorang ‘alim keluar masuk kepada para penguasa, maka
waspadailah dia, karena dia adalah maling.”
Sebagian as-Salaf berkata:
“sesungguhnya kamu tidak mendapatkan dunia penguasa sedikitpun kecuali
penguasa tersebut mendapatkan yang lebih besar dari agamamu.”
Tidak terburu-buru dalam berfatwa6, yakni mereka tidak berfatwa kecuali dengan apa
yang dipastikan kebenarannya.
4 Sebagaimana firman Allah ta’ala:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.’[QS. Ash-Shaff: 2-3 5 Maka di antara tanda ulama su’ adalah sering bolak balik menemui penguasa untuk kepentingan pribadinya dalam rangka mencari dunia dan kedudukan. Mereka menemui penguasa, bukan dalam rangka memberikan nashihat atau amar ma’ruf nahi munkar!!!
Abdurrahman bin Abu Laila berkata,”di masjid ini aku sempat mendapatkan
(berjumpa dengan) 120 shahabat Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, dimana tidak
seorang pun dari mereka yang ditanya tentang hadits atau fatwa kecuali dia berharap
saudaranya yang menjawabnya.”
Kemudian sekarang keadaan telah berubah dengan munculnya orang-orang yang
mengaku berilmu, dimana mereka menjawab masalah-masalah yang seandainya
masalah tersebut disodorkan kepada Umar bin al-Khattab, niscaya dia akan
mengumpulkan para shahabat yang ikut perang badar untuk meminta pendapat
mereka.7
Mayoritas kajian mereka terfokus pada ilmu amal perbuatan, yaitu tentang apa yang
merusaknya, memperkeruh hati dan memicu was-was, karena bentuk luar amal
memiliki kemiripan dan mudah, sebaliknya yang sulit adalah membersihkannya.
Mereka mengkaji rahasia-rahasia amal syar’i, memperhatikah hikmah-hikmah-Nya,
tetapi bila tidak mampu mengetahui alasan hukum (dan hikmahnya), maka cukup
dengan berserah diri kepada syari’at
Mereka mengikuti (manhaj) para shahabat dan tabi’in terpilih dan menjauhi semua
bid’ah.8
Demikian beberapa sifat atau karakter ulama su’ dan ulama akhirat. Ulama su’ memiliki sifat
kebalikan dari sifat-sifat ulama akhirat. Semoga Allah memberikan hidayah dan taufik kepada
kita untuk dapat mengambil faidah dari ilmu dan ‘amal para ulama akhirat. Aamiin.
Alhamdulillah selesai di tulis di Sukahurip, Jalupang pada 28 Rajab 1443 H bertepatan dengan 7 Juni
2013.
6 Maka di antara tanda ulama su’ adalah mudah mengeluarkan fatwa tanpa dipastikan terlebih dahulu kebenarannya dengan disertai dalil-dalil yang shahih. 7 Subhanallah, keadaan seperti ini-bermudah-mudah dalam berfatwa- telah terjadi di zaman al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi, dimana saat itu (untungnya) masih banyak ulama-ulama sekaliber al-Imam Ibnu Qudamah!!!Bagaimana halnya dengan keadaan zaman sekarang, ketika jumlah ulama-ulama akhirat sangat sedikit!! Kita menyaksikan, begitu banyak ulama-ulama atau ustadz-ustadz fotocopy yang begitu mudah dalam berfatwa tanpa disertai dalil-dalil yang shahih. Seringkali jawaban mereka atas pertanyaan-pertanyaan itu bersifat tidak ilmiah sama sekali!!! 8 Sebaliknya, para ulama su’, mereka tidak mau mengikuti manhaj (cara beragamanya) para shahabat, baik dalam masalah aqidah, ibadah, ilmu, amal, dakwah dan seterusnya. Selain itu, justru mereka –ulama su’- gemar menghidupkan dan mendakwahkan bid’ah.