16
HADIS NABI: SUATU PENGANTAR Oleh: Imron Rosyadi/081329378952 ُ نْ ب ىَ س يِ ع ا َ نَ رَ بْ خَ َ ونُ ار َ هُ نْ بُ د نِ ! زَ ي اَ نَ % ثَ ّ د َ ح ٍ ع يِ ! نَ مُ نْ بُ د َ مْ حَ اَ نَ % ثَ ّ دَ حْ 2 تَ ل ا َ 2 قَ 2 ةَ 7 شِ اَ عْ نَ عٍ د َ ّ مَ حُ مِ نْ بِ مِ س اَ 2 قْ ل ْ نَ عُ ّ يِ ارَ صْ نَ ْ ل ٍ ون ُ مْ يَ مَ مَ ّ لَ سَ وِ ة ْ يَ لَ عُ َ ّ ىَ ّ لَ صِ َ ّ ُ ولُ سَ رَ ال َ 2 قَ اح َ كِ ّ ن ل َ د َ ه وُ نِ لْ عَ ِ وفُ فُ ّ الدِ نِ ةْ يَ لَ ع وُ بِ رْ ض َ وِ دِ احَ سَ مْ ل ىِ فُ وهُ لَ عْ ج َ و) ي رمد2 لب هرو( Artinya: (at-Tirmizî berkata) Aḥmad b Manî‘ bercerita kepada kami, Yazîd b Hârûn bercerita kepada kami, ʻÎsâ b Maimûn al-Anṣârî bercerita (katanya) menerima dari al-Qâsim b Muḥammad dari ‘Âisyah ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Umumkanlah pernikahan ini dan laksankanlah di masjid dan pukullah rebana (at-Tirmizî). A. Pendahuluan Mayoritas umat Islam telah sepakat bahwa sumber ajaran Islam itu ada dua, yaitu al-Quran dan Sunnah atau Hadis. Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril dalam bentuk bahasa Arab yang membacanya mendapatkan pahala. Periwayatan Al-Quran sebagai wahyu sampai kepada kita umat Islam adalah secara mutawatir sehingga keberadaan al-Quran tidak menimbulkan persoalan, bahwa al-Quran itu memang datang dari Allah swt. 1

ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

j

Citation preview

Page 1: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

HADIS NABI: SUATU PENGANTAROleh: Imron Rosyadi/081329378952

ون� ار� �ن� ه��� �ز�ي��د� ب �ا ي �ن د�ث �ي��ع� ح��� �ن� م�ن د� ب �ح�م��� �ا أ �ن ح�د�ث

� م �ق�اس��� ار�ي! ع�ن� ال �ص��� �ن �م�ون� األ� �ن� م�ي �ا ع�يس�ى ب ن �ر� ب خ�� أ

ه� ول� الل��� س��� ال� ر� ال�ت� ق��� ة� ق��� �ش��� د� ع�ن� ع�ائ �ن� م�ح�م��� ب�م� ل �ه� و�س� �ي �ه� ع�ل �وه�ص�ل�ى الل �اح� و�اج�ع�ل ;ك �وا ه�ذ�ا الن �ن �ع�ل أ

�ال��د!ف�وف� ه� ب �ي��� �وا ع�ل ر�ب اج�د� و�اض��� �م�س��� )رواهف�ي الالترمذى(

Artinya: (at-Tirmizî berkata) Aḥmad b Manî‘ bercerita kepada kami, Yazîd b Hârûn bercerita kepada kami, ʻÎsâ b Maimûn al-Anṣârî bercerita (katanya) menerima dari al-Qâsim b Muḥammad dari ‘Âisyah ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Umumkanlah pernikahan ini dan laksankanlah di masjid dan pukullah rebana (at-Tirmizî).

A. Pendahuluan

Mayoritas umat Islam telah sepakat bahwa sumber ajaran Islam itu ada

dua, yaitu al-Quran dan Sunnah atau Hadis. Al-Quran adalah kalam Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril dalam bentuk

bahasa Arab yang membacanya mendapatkan pahala. Periwayatan Al-Quran

sebagai wahyu sampai kepada kita umat Islam adalah secara mutawatir sehingga

keberadaan al-Quran tidak menimbulkan persoalan, bahwa al-Quran itu memang

datang dari Allah swt.

Berbeda dengan al-Quran, Sunnah atau Hadis sampai kepada kita umat

Islam sekarang ini melalui periwayatan: ada yang mutawatir dan ada yang ahad. Di

kalangan umat Islam, penerimaan periwayatan Sunnah atau Hadis masih belum

bulat sebagaimana al-Quran. Dengan kata lain, masih ada sebagian kecil umat

Islam tidak bersedia atau tidak mau mengakui Sunnah atau Hadis sebagai sumber

ajaran Islam, mereka merasa cukup dengan al-Quran saja. Tulisan singkat ini akan

mencoba menjelaskan secara singkat tentang Sunnah atau hadis itu.

1

Page 2: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

B. Pengertian Sunnah atau Hadis

Dalam buku-buku ulumul hadis, para ulama memiliki perbedaan

redaksional pengertian tentang Sunnah atau Hadis. Dari perbedaan itu, dapat

dijelaskan definisi keduanya. Sunnah itu adalah perilaku Nabi Muhammad Saw,

baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun taqrir (persetujuan Nabi).

Adapun makna hadis adalah sebagai berikut. Secara bahasa, hadis itu berarti

al-jadid (yang baru), al-qarib (yang dekat), al-khabr (berita/khabar). Secara istilah, hadis

adalah rekaman atas semua ucapan, perbuatan dan taqrir (persetujuan) Nabi Muhammad

saw. selama menjadi Nabi dan Rasul Allah swt. Rekaman yang merupakan kesaksian para

sahabat ini sekarang bisa dilihat dalam kitab-kitab hadis, misalnya dalam kitab shahih al-

Bukhari, shahih muslim, sunan al-Nasa’I, sunan al-Turmudzi, dan lain sebagainya.

Suatu hadis itu harus memenuhi tiga unsure, yaitu matan (isi, sabda, kandungan

hadis), sanad (sejumlah rawi yang menjadi mata rantai pembawa matan hadis sampai

kepada kita sekarang ini) dan mukhariij (orang yang menukil, mencatat dan membukukan

hadis ke dalamnya kitabnya, misalnya Imam al-Bukhari membukukan hadis ke dalam kitab

yang diberinama shahih al-Bukhari). Mukharrij ini juga disebut sebagai rawi terakhir dari

suatu hadis.

Ada istilah lain yang sering dipakai oleh kaum muslimin yang maknanya dianggap

sama dengan hadis, yaitu sunnah. Secara bahasa, sunnah adalah al-thariqah (jalan).

Secara istilah, sunnah adalah segala perilaku Rasulullah saw, baik dalam wujud ucapan,

perbuatan maupun taqrirnya. Perilaku Rasul ini kemudian direkam oleh para sahabat, baik

secara lisan maupun tulisan, lalu oleh para sahabat disampaikan kepada generasi

(thabaqat) yang hidup kemudian. Jadi, hubungannya dengan hadis yang sampai kepada

kita, maka sunnah itu ya matan hadis itu sendiri.

Hadis qudsi adalah sesuatu yang dikhabarkan Allah swt kepada Nabi-Nya dengan

melalui ilham atau impian, yang kemudian Nabi Muhammad saw menyampaikan makna

dari ilmu atau impian itu dengan ungkapan kata beliau sendiri. Kata qudsi di sini berarti

suci. Hadis qudsi juga disebut dengan hadis rabbani atau hadis ilahi. Dinisbahkan dengan

kata rabbani dan ilahi karena hadis ini berasal dari Allah swt. Hadis qudsi selalu diawali

dengan kata yang di dalamnya menyebut nama Allah swt. Misalnya kata: qaala ta`ala,

yaqulullah azza wa jalla.

2

Page 3: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

Dari aspek periwayatan, tidak ada perbedaan antara hadis qudsi dengan hadis

nabawi. Dari sisi kualitasnya, hadis qudsi ada yang shahih, hasan dan dhaif, seperti juga

hadis nabawi. Mengapa kualitas hadis qudsi bisa demikian karena hadis qudsi proses

periwayatannya sama persis dengan hadis nabawi.

Apa perbedaan antara hadis qudsi dengan al-qur’an? Setidaknya bisa ditemukan

delapan perbedaan. Pertama, semua lafadz (ayat) yang terdapat dalam al-Qur’an adalah

mukjizat dan diriwayatkan secara mutawatir, sedangkan hadis qudsi tidak demikian.

Kedua, al-Qur’an merupakan wahyu yang lafadz dan maknanya berasal dari Allah

swt, sedangkan hadis qudsi merupakan wahyu dari Allah swt tetapi oleh Rasul diberikan

dengan kata-kata beliau sendiri. Jadi, hadis qudsi lafadznya dari Allah swt tetapi lafadz

dari Nabi sendiri.

Ketiga, al-Qur’an merupakan wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw dengan perantaraan Jibril, sedangkan hadis qudsi merupakan wahyu

Allah swt yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad saw dengan melalui ilham

atau mimpi.

Keempat, al-Qur’an dipakai dipakai di dalam bacaan shalat sedangkan hadis qudsi

tidak boleh dipakai sebagai pengganti al-Qur’an dalam bacaan shalat.

Kelima, untuk meriwayatkan al-Qur’an tidak boleh dengan maknanya saja atau

dengan kata-kata sinonimnya, tetapi harus seperti yang disampaikan oleh Nabi,

sedangkan untuk periwayatan hadis qudsi bisa dengan maknanya.

Keenam, setiap huruf yang dibaca dari ayat-ayat al-Qur’an mendapatkan sepuluh

balasan, sedangkan pembaca hadis qudsi tidak ada ketentuan yang menetapkan

demikian.

Ketujuh, menurut sebagian mazhab syafi`I, menyentuh, membawa dan membaca

al-Qur’an harus dalam keaadaan bersuci, tidak demikian dengan hadis qudsi, menyentuh,

membawa dan membaca himpunan hadis qudsi tidak berlaku ketentuan demikian.

Kedelapan, bagian-bagian dari al-Qur’an ada yang disebut dengan juz, surat dan

ayat, sedangkan untuk hadis qudsi tidak ada pembagian-pembagian demikian.

3

Page 4: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

Ada tiga macam hadis, yaitu hadis shahih, hasan, dan dha`if. Adapun yang dapat

dijadikan sebagai pedoman untuk berislam adalah dua saja, yaitu hadis shahih dan hasan

saja, sedangkan hadis dha`if tidak bisa dijadikan sebagai dasar dalam berislam. Karena itu,

kita harus teliti betul terhadap hadis-hadis yang beredar di masyarakat. Sebab, jika hadis

yang dijadikan pedoman dalam berislam itu hadis dha`if, maka amalan yang dilaksanakan

dapat dikategorikan sebagai amalan yang bid`ah, tidak berasal dari Nabi Muhammad saw

alias tertolak, tiada guna.

Dengan kata lain, hadis adalah rekaman (baik dalam bentuk lisan maupun

lisan) atas perilaku Nabi, dari sejak sahabat sampai kepada para imam pembuku

hadis, misalnya, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Ibn

Khuzaimah, dan lainnya.

Berikut ini dijelaskan skema periwayatan hadis:

Nabi↓ sighat sanad

Sahabat (10-110 H)↓ sighat sanad

Tabiin (110-180 H)↓ sighat sanad

Tabiit Tabiin (athba’ tabiin) (180-220 H)↓ sighat sanad

Athba’-athba’ Tabiin (220-300 H)↓ sighat sanad

Pasca Athba’-athba’ Tabiin (300-abad V H)

Dari penjelasan-penjelasan tersebut atas, dapat disimpulkan bahwa

periwayatan hadis itu berjenjang, yaitu dari periode ke periode. Periode pertama

adalah periode sahabat, yaitu berlangsung sejak wafatnya Nabi saw (10 H) hingga

110 H yang merupakan wafatnya Thufail Amir b Wailah al-Laisy, seorang sahabat

yang paling akhir meninggal dunia. Periode kedua adalah periode tabiin, yang

hidup dari tahun 110 H sampai 180 H yang merupakan tahun wafatnya Khalaf b

Khalifah, seorang tabiin yang paling akhie meninggal dunia.

Periode ketiga adalah periode tabiit tabiin (atbha’ tabiin) yang

berlangsung sejak era tabiin junior hingga tahun 220 H. Tokoh pembuku hadis

pada periode ini, misalnya, Imam Malik, Imam Syafii. Periode keempat, adalah

periode tabiit tabiit tabiin (athba’-athba’ tabiin) yang berlangsung sejak tahun 220

4

Page 5: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

H dan berakhir tahun 300 H. Tokoh pembuku hadis pada periode ini, misalnya, al-

Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud, Imam Turmudi, Imam Nasai, Ibn Majah, Ahmad

b Hanbal, Darimin. Periode kelima, adalah periode pasca athba’-athba’ tabiin, yang

berlangsung tahun 300 H hingga abad V H. Tokoh pembuku hadis pada periode ini,

misalnya, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban, Daruquthni, Imam al-Hakim, Imam al-

Baihaqi.

C. Peristiwa Munculnya Sunnah

Pertama, pada majlis-majlis Rasulullah. Secara teratur, Rasulullah

mengadakan majelis-majelis berkaitan dengan pengajaran Islam. Majelis ini

dihadiri, baik laki-laki maupun perempuan. Ada juga majelis yang khusus untuk

perempuan. Pada majelis ini para sahabat menerima hadis. Setelah selesai

pertemuan, para sahabat mengulang lagi dan menghafalnya. Anas b malik

berkata: kami berada di sisi Rasulullah kami mendengar hadis dari Rasulullah.

Apabila telah selesai, maka kami mempelajari kembali dan menghafalnya.

Kedua, pada peristiwa yang Rasulullah mengalaminya kemudian beliau

menerangkan hukumnya. Abu Hurairah telah meriwayatkan bahwa suatu ketika

Rasulullah lewat di muka seorang pedagang bahan makanan. Rasulullah bertanya

tentang bagaimana barang itu dijual kemudian penjual itu menjelaskannya.

Setelah itu Rasulullah bersabda:

�ا م�ن� غ�ش� )رواه احمد( �س� م�ن �ي ل

Artinya: Bukanlah dari golongan kami, siapa yang menipu (HR. Ahmad).

Ketiga, pada peristiwa yang dialami oleh kaum muslimin, kemudian

menanyakan hukumnya kepada Rasulullah. Para sahabat, adakalanya mengalami

suatu peristiwa yang berhubungan dengan dirinya sendiri, atau berhubungan

dengan sahabat lain. Di saat mengalami itu, sabahat bertanya kepada Rasulullah

dan mendapat menjelsan dari beliau.

Keempat, pada peristiwa yang disaksikan langsung oleh para sahabat

terhadap apa yang terjadi atau dilakukan Rasulullah. Banyak sekali peristiwa yang

5

Page 6: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

disaksikan oleh para sahabat yang berhubungan dengan diri Rasulullah. Misalnya,

cara salat, cara makan, cara haji, dsb.

D. Cara Sahabat Menerima dan Menyampaikan Hadis

Cara sahabat menerima dan menyampaikan hadis

1. Menerima secara langsung dari Nabi. Cara ini dilakukan oleh para sahabat yang

mengikuti majelis-majelis Rasulullah. Mereka langsung mendengar, melihat,

menyaksikan tentang apa yang dilakukan, disabdakan atau berhubungan

dengan diri Rasulullah.

2. Menerima secara tidak langsung dari Nabi. Cara ini dilakukan oleh para sahabat

yang secara tidak langsung mendengar, melihat, atau menyaksikan tentang apa

yang dilakukan, disabdakan yang berhubungan dengan Rasulullah saw. Kepada

mereka, nabi berpesan:

�ب� )البخارى( �م� الغ�ائ �ك اه�د� م�ن ;غ� الش� �ل �ب �ي �ال� ل ا

Artinya: Hendaknya di antara kamu yang hadir menyampaikan kepada yang tidak

hadir (HR. al-Bukhari).

E. Redaksi Periwayatan Matan Hadis

Ada dua macam periwayatan redaksi matan hadis, yaitu bil lafdhi dan bil

makna. Maksud dari periwayatan bil lafdhi adalah bunyi redaksi matan hadis

seperti yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad saw. Sedangkan yang dimaksud

dengan periwayatan bil makna adalah bunyi redaksi matan hadis disusun oleh

rawi atau para rawi tetapi substansinya sesuai dengan ucapan Nabi atau perilaku

Nabi. Periwayatan redaksi matan bil makna banyak ditemukan dalam hadis-hadis

Nabi.

Contoh hadis bil lafdzi: azan dan iqamah

Contoh hadis bil makna:

6

Page 7: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

ة� ز� ه�اب� ع�ن� ح�م��� �ن� ش��� كQ ع�ن� اب �ي م�ال��� �ن م�اع�يل� ق�ال� ح�د�ث �س� �ا إ �ن ح�د�ث

�ه� ض�ي� الل �ن� ع�م�ر� ر� �ه� ب �د� الل �ن� ع�م�ر� ع�ن� ع�ب �ه� ب �د� الل �ي� ع�ب �ن � اب �م ال و�س�ال� �م� ق��� ل �ه� و�س��� �ي �ه� ع�ل �ه� ص�ل�ى الل س�ول� الل �ن� ر� �ه�م�ا أ ؤ�م� ف�يع�ن الش��!

�ف�ر�س� �ة� و�الد�ار� و�ال أ �م�ر� )البخارى(ال

Yال ج� ر� �ن� أ ان� ح�س� �ي ب� أ ع�ن� �اد�ة� ق�ت �ا ن �ر� ب خ�

� أ Qه�م�ام �ا �ن ح�د�ث Qز�ه� ب �ا �ن ح�د�ث

�ه� �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� �ن� أ �ح�د;ث� ي ة� �ر� ي ه�ر� �ا �ب أ �ن� إ ة� �ش� �ع�ائ ل ق�ال�

Yا غ�ض�ب �ت� ف�غ�ض�ب �ة� و�الد�اب و�الد�ار� �ة� أ �م�ر� ال ف�ي ة� �ر� الط;ي �ن� إ ق�ال� �م� ل و�س�

�ت� ف�ق�ال ر�ض�� األ� ف�ي Qق�ة و�ش� م�اء� الس� ف�ي �ه�ا م�ن Qق�ة ش� ت� ف�ط�ار� د�يدYا ش�

�ك� ذ�ل م�ن� ون� �ر� �ط�ي �ت ي �ة� �ي �ج�اه�ل ال �ه�ل� أ �ان� ك �م�ا �ن إAbu Bakar al-Qati’i menceritakan kepada kami, (katanya) Abdullah menceritakan

kepada kami, (katanya) ayahku menceritakan kepadaku, (katanya) Bahs

menceritakan kepada kami, (katanya) Hammam menceritakan kepada kami,

(katanya) Qatadah memberitahukan kepada kami, dari Abu Hasan: seorang laki-

laki berkata kepada Aisyah, sesungguhnya Abu Hurairah menceritakan bahwa Nabi

bersabda: tiga hal yang membawa sial: perempuan, rumah dan kendaraan, maka

Aisyah marah sekali seolah bagian tubuhnya terbang ke langit dan sebagian

terbang ke bumi, lalu ia berkata (yang benar) bahwa orang jahiliyah menganggap

tiga hal itu yang membawa sial (HR. Ahmad).

Dengan periwayatan secara makna ini membawa kemungkinan redaksi matan hadis menjadi sangat variatif sehingga dimungkinkan adanya kekeluruan. Karena itu perlu diteliti.

F. Mengapa Hadis harus diteliti? Karena:

1. Hadis sebagai sumber ajaran Islam. Penegasan ini tertuang dalam 59/7:

�ه�وا �ت �ه� ف�ان �م� ع�ن �ه�اك س�ول� ف�خ�ذ�وه� و�م�ا ن �م� الر� �اك و�م�ا آت

Juga terdapat dalam 3/32:

7

Page 8: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

ر� �غ�ف��� ه� و�ي �م� الل��� �ك �ب ب �ح� �ي ي �ع�ون �ب ات �ه� ف��� !ون� الل ب �ح� �م� ت �ت �ن �ن� ك ق�ل� إ( Qح�يم ورQ ر� �ه� غ�ف�� �م� و�الل �ك �وب �م� ذ�ن �ك ه�31ل وا الل�� �ط�يع�� ل� أ ( ق��

�اف�ر�ين� ) �ك �ح�ب! ال �ه� ال� ي �ن� الل �و�ا ف�إ �و�ل �ن� ت س�ول� ف�إ (32و�الر�

Juga terdapat dalam 4/80

ا و�ل�ى ف�م��� ه� و�م�ن� ت��� اع� الل��� �ط��� د� أ ول� ف�ق��� س��� ع� الر� �ط��� م�ن� ي�ه�م� ح�ف�يظYا ) �ي �اك� ع�ل �ن ل س� ر�

� (80أ

Juga terdapat dalam 33/21

ان� �م�ن� ك�� �ةQ ل ن و�ةQ ح�س�� س��� ه� أ س�ول� الل�� �م� ف�ي ر� �ك �ان� ل �ق�د� ك ل

ا ) Yير� �ث �ه� ك �ر� الل خ�ر� و�ذ�ك �و�م� اآل� �ي �ه� و�ال ج�و الل �ر� (21ي

Dengan ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa hadis itu merupakan sumber ajaran Islam. Karena itu, orang yang menolaknya adalah menolak petunuk al-Quran itu sendiri.

Melakukan penelitian menjadi penting karena dimaksudkan untuk menghindari penggunaan hadis sebagai dalil namun ternyata itu bukan dari Rasulullah saw.

2. Tidak seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi.Nabi ketika masih hidup, pernah melarang dan menyuruh untuk menulis hadis.

Kebijakan ini memiliki implikasi terhadap beredarnya hadis di kalangan sahabat. Sebagai dampaknya, dokumentasi hadis pada zaman menjadi terbatas, dan lebih banyak berlangsung secara hafalan saja daripada tertulis. Baru pasca wafatnya Nabi, banyak hadis baru dibukukan. Kenyataan ini membawa kemungkinan pada ada kemungkinan salah dalam periwayatan. Untuk itu, perlu diadakan penelitian.

3. Telah timbul berbagai pemalsuan hadis. Pemalsuan hadis sudah terjadi sejak kekhalifan Ali b Abi Thalib. Faktornya adalah

kepentingan politik saat terjadinya konflik Ali b Abi Thalib dengan Mu`awiyah. Para pendukung masing-masing berupaya untuk memperkuat kelompoknya dengan cara memalsukan hadis. Bahkan, dalam catatan Ahmad b Hanbal, ia pernah memergoki seorang dai memalsukan hadis.

4. Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu lama. Penghimpunan hadis secara resmi dan massal terjadi atas perintah Umar B Abd

Aziz (wafat 101H/720). Dilihat dari sini, kemudian diukur dengan wafatnya Nabi, jelas memakan waktu kira-kira 200 tahun.

8

Page 9: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

5. Jumlah kitab hadis yang banyak dengan metode penyusunan yang beragam.Jumlah kitab himpunan hadis yang dihimpun oleh periwayat hadis cukup banyak,

yang angkanya tidak bisa dipastikan. Lebih-lebih, sebagian dari para penghimpun hadis itu ada yang menghasilkan karya himpunan hadis lebih dari satu kitab.

Di antara kitab himpunan hadis, ada kitab yang tidak bisa dilacak dan ada yang bisa dilacak. Yang disebut terakhir ini, misalnya, Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan al-Turmudzi, Sunan al-Nasai, Sunan al-Darimi, Sunan Ibn Majah, Musnad Ahmad b Hanbal, Muwatha` Malik, Sahih Ibn Khuzaimah, Sunan al-Baihaqi, al-Mustadrak al-Hakim, Musnad al-Humaidi, Musnan Abi `Auwwanah.

Metode yang dipergunakan berbeda karena focus dari npenghimpunan itu tidak terletak pada metode tetapi pada penghimpunan hadis.

6. Telah terjadi periwayatan hadis secara makna.Di kalangan sahabat ada perbedaan sedikit berkaitan dengan periwayatan hadis

secara makna. Ali b Abi Thalib, Ibn Abbas, Ibn Mas`ud, Anas b Malik, Abu Darda`, Abu Hurairah, dan Aisyah adalah sederet tokoh yang memperbolehkan periwayatan hadis secara makna.

G. Pembagian Hadis

Hadis dilihat dari jumlah rawinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu hadis

mutawatir dan hadis ahad. Hadis mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh

rawi yang jumlah sembilan ke atas. Sedangkan hadis ahad adalah hadis yang

diriwayatkan kurang dari sembilan.

Dilihat dari sisi kualitas rawi-rawinya, hadis dapat dibagi menjadi tiga,

yaitu hadis sahih, hasan dan dhaif. Hadis sahih adalah hadis yang bersambung

sanadnya, rawinya adil, rawinya dhabit, tidak cacat, dan sudzud (janggal). Hadis

hasan adalah hadis yang sanadnya bersambung, rawi adil dan dhabitnya kurang

sedikit, tidak cacat dan janggal. Hadis dhaif adalah hadis tidak bersambung

rawinya, tidak adil, cacat dan syudzut. Dengan kata lain, hadis sahih, hasan dan

dhaif itu dilihat dari sisi kesambungan sanad, kualitas rawi dan matan tidak

janggal.

Dilihat dari diterima dan ditolaknya suatu hadis sebagai pedoman, hadis

dibagi menjadi dua, yaitu hadis yang makbul dan hadis yang tidak makbul (hadis

yang tidak dapat dijadikan sebagai pedoman). Hadis yang makbul itu adalah hadis

sahih dan hasan. Sedangkan hadis yang tidak makbul adalah hadis dhaif.

Contoh hadis dhaif adalah sebagai berikut:

9

Page 10: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

Qه� ع�تـق ةQ و�أخ�ر� �و�س�ط��ه� م�غ�ف�ر� ح�م�ةQ و�ا م�ض�ان� ر� ه�ر� ر� و�ل� ش�� أ

م�ن� النـار�Artinya: permulaan bulan Ramadhan itu rahmat, pertengahannya maghfirah

(ampunan) dan penghabisannya merupakan pembebasan dari neraka.

Hadis ini diriwayatkan oleh ad-Dailami dan Ibn Asakir. Rawi-rawi hadis ini

adalah Abu Hurairah, Abu Salamah, az-Zuhri, Maslamah bin al-Salt, dan Sallam bin

Sawwar. Hadis ini dinilai dhaif karena kualitas rawinya ada yang lemah, yaitu

Sallam bin Sawwar dan Maslamah. Karena ada rawi yang lemah, maka hadis ini

adalah dhaif.

�ا �ن �يع�ح�د�ث �ن� م�ن �ح�م�د� ب �ا أ �ن ون� ح�د�ث ار� �ن� ه��� �ز�يد� ب يا ن���� �ر� ب خ�

� ار�ي!أ �ص���� �ن ون� األ� �م���� �ن� م�ي ى ب ع�ن�ع�يس����د� �ن� م�ح�م��� � ب م �ق�اس��� ة� ع�ن� عال �ش��� ال��ائ ال�ت� ق��� ق���

�م� ل �ه� و�س��� �ي �ه� ع�ل �ه� ص�ل�ى الل س�ول� الل ذ�ار� وا ه��� �ن��� �ع�ل أه� �ي��� �وا ع�ل ر�ب اج�د� و�اض��� �م�س��� وه� ف�ي ال �اح� و�اج�ع�ل��� ;ك الن

�الد!ف�وف� )رواه الترمذى(بSanad hadis ini terdiri dari ‘Âisyah, al-Qâsim b Muḥammad, ‘Îsâ b Maimûn al-

Anṣârî, Yazîd b Hârun dan Aḥmad b Manî‘. Hadis yang diriwayatkan melalui jalur at-Tirmizî

ini adalah hadis daif karena ada salah satu rawi dalam sanad hadis, yaitu ‘Îsâ b Maimûn al-

Anṣârîy yang dinilai oleh kritikus hadis sebagai rawi yang berderajat daif.1

H. Komponen Hadis

1. Sanad Hadis (terdiri dari rawi dan sighat sanad)

2. Matan hadis

3. Mukharrij (rawi akhir)

I. Komponen yang diteliti

1. Sanadnya bersambung: rawi satu dengan rawi di atasnya bertemu.

1Yaḥyâ b Ma‘în: ليس به بأ س , Abû Dâud as-Sijistanî: ثقة, ‘Amr b al-Falas: متروك الحديثمنكر :al-Bukhârî ,الحديث , dan Abû Hâtim: الحديثمنكر

10

Page 11: ULUMUL HADIS KEDOKTERAN

2. Rawinya bersifat adil: Beragama Islam, Mukallaf, Melaksanakan ketentuan

agama Islam, Memelihara muruah

3. Rawinya dabit: hafal dengan baik matan hadis yang diriwayatkannya

4. Mampu dengan baik menyampaikan matan hadis yang dihafalnya kepada

orang lain tanpa kesalahan

5. Terhindar dari sudzudz: tidak bertentangan riwayat lain yang lebih tsiqah.

6. Terhindar dari illat: Tidak terjadi rawi yang tidak tsiqah dikatakan tsiqah, sanad

terputus dinilai bersambung.

J. Penutup. Demikianlah, semoga ada manfaatnya, lebih dan kurangnya mohon

dimaafkan.

11