31
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab: ر م ع ن ب ا طاب خ ل ا) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin) Genealogi Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufai l bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin ' Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib . Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah. Biografi Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu. Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas. Memeluk Islam Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang

Umar Bin Khattab

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

Page 1: Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab: الخطاب ابن عمر ) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang juga adalah khalifah kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu di antara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin)

Genealogi 

Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim, dari marga Bani Makhzum. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad S.A.W. yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Biografi 

Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Nabi Muhammad S.A.W., Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu. 

Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam (Jahiliyyah), Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.

Memeluk Islam

Ketika Nabi Muhammad S.A.W. menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Nabi Muhammad S.A.W.

Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Nabi Muhammad S.A.W., Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Nabi Muhammad S.A.W., namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang pengikut Nabi Muhammad S.A.W. bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang membaca Al Qur'an surat Thoha ayat 1-8, ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam, tentu 

Page 2: Umar Bin Khattab

saja hal yang selama ini selalu membelanyani membuat hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Nabi Muhammad S.A.W. kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.

Kehidupan di Madinah

Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Nabi Muhammad S.A.W. dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi) ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Nabi Muhammad S.A.W. Ia dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang terdepan yang selalu membela Nabi Muhammad S.A.W. dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa para pengikutnya Nabi Muhammad S.A.W.

Wafatnya Nabi Muhammad

Pada saat kabar wafatnya Nabi Muhammad S.A.W. pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di Madinah sampai kepada umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Nabi Muhammad S.A.W. tidaklah wafat melainkan hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu. 

Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, ia menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan "Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Nabi Muhammad S.A.W., Nabi Muhammad S.A.W. sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."

Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Nabi Muhammad S.A.W., seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an dan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W. yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan. 

Masa kekhalifahan Abu Bakar

Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.

Menjadi khalifah

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Page 3: Umar Bin Khattab

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukanPersia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.

Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.

Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawidi Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.

Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.

Kepemimpinan Umar bin Khattab

Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin   yang  adil,   bijaksana,   tegas,   disegani,   dan   selalu   memperhatikan   urusan   kaum   muslimin. Pemimpin   yang   menegakkan   ketauhidan   dan   keimanan,   merobohkan   kesyirikan   dan   kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.

Kepemimpinan  Umar  bin  Khattab   tak   seorangpun  yang  dapat  meragukannya.   Seorang   tokoh  besar setelah   Rasulullah   SAW   dan   Abu   Bakar   As   Siddiq.   Pada   masa   kepemimpinannya   kekuasaan   islam bertambah luas. Beliau berhasil  menaklukkan Persia, Mesir,  Syam, Irak, Burqah, Tripoli  bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.

Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah,  penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki  Suriah dan Palestina, yang kala  itu menjadi  bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam   pertempuran   Yarmuk   (636),   pasukan   Islam   berhasil   memukul   habis   kekuatan   Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang   kini   bernama  Turki.   Tahun  639,   pasukan   Islam menyerbu  Mesir   yang   juga   saat   itu  di   bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.

Page 4: Umar Bin Khattab

Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan   sebelum   Umar   bin   Khattab   naik   jadi   khalifah.   Kunci   kemenangan   Islam   terletak   pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu   langsung   Persia   dan   dalam   pertempuran   Nehavend   (642),   mereka   secara   menentukan mengalahkan   sisa   terakhir   kekuatan   Persia.   Menjelang   wafatnya   Umar   bin   Khattab   di   tahun   644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.

Selain   pemberani,   Umar   bin   Khattab   juga   seorang   yang   cerdas.   Dengan   kecerdasannya   beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang   yang   melakukan   sholat   sunah   tarawih   dengan   satu   imam,   menciptakan   lembaga   peradilan, membentuk   lembaga perkantoran,  membangun balai  pengobatan,  membangun tempat  penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.

Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang   zuhud   lagi   wara’.   Beliau   berusaha   untuk   mengetahui   dan   memenuhi   kebutuhan   rakyatnya. Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya.

Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin   Khattab   sering   terlambat   salat   Jum'at   hanya   menunggu   bajunya   kering,   karena   dia   hanya mempunyai dua baju.

Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya   kepada   Allah   SWT.   Sehingga   jauh-jauh   hari   Umar   bin   Khattab   sudah   mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan,   dimusyawarahkan   oleh   enam  orang   yang   telah   mendapat   ridha  Nabi   SAW.   Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata,   aku   tidak   mau   bertanggung   jawab   selagi   hidup   sesudah   mati.   Kalau   AIlah   menghendaki kebaikan   bagi   kalian,   maka   Allah   akan   melahirkannya   atas   kebaikan   mereka   (keenam   orang   itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.

Kekhalifahan Umar bin Khattab

Page 5: Umar Bin Khattab

Abu Bakar minta Usman bin Affan untuk menuliskan wasiat bahwa penggantinya kelak adalah Umar. Tampaknya Abu Bakar khawatir jika umat Islam akan berselisih pendapat bila ia tak menuliskan wasiat itu. Pada tahun 13 Hijriah atau 634 Masehi, Abu Bakar wafat dan Umar menjadi khalifah. Selama di  Madinah,  Umarlah  –bersama Hamzah-yang  paling  ditakuti orang-orang  Quraisy.Keduanya selalu siap berkelahi jika Rasul dihina. Saat hijrah, ia juga satu-satunya sahabat Rasul yang pergi secara terang-terangan. 

Kini   ia  harus   tampil  menjadi  pemimpin  semua.  Saat   itu,  pasukan  Islam tengah bertempur  sengit  di Yarmuk -wilayah perbatasan dengan Syria. Umar tidak memberitakan kepada pasukannya bahwa Abu Bakar telah wafat dan ia yang sekarang menjadi khalifah. Ia tidak ingin mengganggu konsentrasi pasukan yang tengah melawan kerajaan Romawi itu.

Di   Yarmuk,   keputusan   Abu   Bakar   untuk   mengambil   markas   di   tempat   itu   dan   kecerdikan   serta keberanian Khalid bin Walid membawa hasil. Muslim bermarkas di bukit-bukit yang menjadi benteng alam, sedangkan Romawi terpaksa menempati lembah di hadapannya. Puluhan ribu pasukanRomawi -baik yang pasukan Arab Syria maupun yang didatangkan dari Yunani-tewas. Lalu terjadilah pertistiwa mengesankan itu.

Panglima   Romawi,   Gregorius   Theodore   -orang-orang   Arab   menyebutnya   "Jirri   Tudur"–   ingin menghindari   jatuhnya banyak korban.   Ia  menantang Khalid  untuk berduel.  Dalam pertempuran dua orang itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Ia ganti mengambil pedang besar. Ketika berancang-ancang perang lagi, Gregorius bertanya pada Khalid tentang motivasinya berperang serta tentang Islam.

Mendengar   jawaban   Khalid,   di   hadapan   ratusan   ribu   pasukan   Romawi   dan   Muslim,   Gregorius menyatakan diri  masuk Islam. Ia lalu belajar Islam sekilas, sempat menunaikan salat dua rakaat, lalu bertempur di samping Khalid. Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya sendiri.  Namun pasukan Islam   mencatat   kemenangan   besar   di   Yarmuk,   meskipun   sejumlah   sahabat   meninggal   di   sana.   Di antaranya adalah Juwariah, putri Abu Sofyan.

Umar kemudian memecat  Khalid,  dan mengangkat  Abu Ubaidah sebagai  Panglima Besar  pengganti. Umar khawatir, umat Islam akan sangat mendewakan Khalid. Hal demikian bertentangan prinsip Islam. Khalid ikhlas menerima keputusan itu. "saya berjihad bukan karena Umar," katanya. Ia terus membantu Abu   Ubaidah   di   medan   tempur.   Kota   Damaskus   berhasil   dikuasai.   Dengan   menggunakan   "tangga manusia", pasukan Khalid berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Heraklius dengan sedih terpaksa mundur ke Konstantinopel, meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah lima abad dikuasai Romawi.

Penguasa Yerusalem juga menyerah. Namun mereka hanya akan menyerahkan kota itu pada pemimpin tertinggi   Islam.   Maka   Umar   pun   berangkat   ke   Yerusalem.   Ia   menolak   dikawal   pasukan.   Jadilah pemandangan ganjil itu. Pemuka Yerusalem menyambut dengan upacara kebesaran. Pasukan Islam juga tampil mentereng. Setelah menaklukkan Syria, mereka kini hidup makmur.Lalu Umar dengan bajunya 

Page 6: Umar Bin Khattab

yang sangat sederhana datang menunggang unta merah. Ia hanya disertai seorang pembantu. Mereka membawa sendiri kantung makanan serta air.

Kesederhanaan Umar itu mengundang simpati orang-orang non Muslim. Apalagi kaum GerejaSyria dan Gereja   Kopti-Mesir   memang   mengharap   kedatangan   Islam.   Semasa   kekuasaan   Romawi   mereka tertindas, karena yang diakui kerajaan hanya Gereja Yunani. Maka, Islam segera menyebar dengan cepat ke arah Memphis (Kairo), Iskandaria hingga Tripoli, di bawah komandoAmr bin Ash dan Zubair, menantu Abu Bakar.

Ke wilayah Timur, pasukan Saad bin Abu Waqas juga merebut Ctesiphon –pusat kerajaan Persia,pada 637 Masehi. Tiga putri raja dibawa ke Madinah, dan dinikahkan dengan Muhammad anak Abu Bakar, Abdullah anak Umar, serta Hussein anak Ali. Hussein dan istrinya itu melahirkan Zainal Ali Abidin -Imam besar Syiah.

Dengan demikian, Zainal mewarisi darah Nabi Muhammad, Ismail dan Ibrahim dari ayah, serta darah raja-raja Persia dari ibu. Itu yang menjelaskan mengapa warga Iran menganut aliran Syiah. Dari Persia, Islam kemudian menyebar ke wilayah Asia Tengah, mulai Turkmenistan.

Umar bukan saja seorang yang sederhana, tapi juga seorang yang berani berijtihad. Yakni melakukan hal-hal yang tak dilakukan Rasul. Untuk pemerintah, ia membentuk departemen-departemen.Ia tidak lagi membagikan harta pampasan perang buat pasukannya, melainkan menetapkan gaji buat mereka. Umar memulai penanggalan Hijriah, dan melanjutkan pengumpulan catatan ayat Quran yang dirintis Abu Bakar. Ia juga memerintahkan salat tarawih berjamaah.

Wafatnya

Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan. Beliau wafat pada umur 63 tahun. 

Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu :

1. Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.

2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.

3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah Allah. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain Allah.

4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.

Page 7: Umar Bin Khattab

5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.

6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya. 

2.        Proses terpilihnya Umar bin Khattab menjadi Khalifah.      Pada saat sakit, Abu Bakr sadar bahwa potensi hidupnya tidak lama lagi, dab dia harus segera memilih 

pemimpin penggantinya, karena dia tidak ingin peristiwa Tsaqifah Banu Saidah terjadi lagi.      Kemudian  Abu Bakr  yang  sudah  mengantongi  calonnya  yakni  Umar  bin  Khattab,  mengajak  diskusi 

beberapa sahabat penting saat itu.Abdurrahman ibn ‘Awf      :           “Dialah yang mempunyai pandangan terbaik, tetapi dia terlalu keras.”Utsman ibn Affan   :            “Isi hatinya lebih baik daripada lahirnya. Tak ada orang yang seperti dia di kalangan kita.”.Thalhah ibn Ubaidillah       :           “Sudah Anda lihat bagaimana ia menghadapi orang padahal Anda ada di sampingnya. Bagaimana pula kalau sudah Anda tinggalkan?”

Juga dengan Sa’id ibn Zaid ibn Amr, Usaid ibn Hudzair, dan beberapa pemuka Muhajirun dan Anshar.Keluhan Abu Bakar:            “Saya menyerahkan persoalan ini kepada orang yang terbaik dalam hatiku. Tetapi, kalian merasa kesal, karenanya menginginkan yang lain… Ya Allah, yang kuinginkan untuk mereka hanyalah yang terbaik untuk mereka. Aku khawatir mereka dilanda kekacauan.”Sejumlah orang mendukung pilihannya.

      Tampaknya,   para   Sahabat   pun   belum   dapat   sama   sekali   menanggalkan   persepsi   mereka   masing-masing terhadap Umar bin Khattab, yang pada intinya mereka agak keberatan dengan sikap umar yang terlalu keras.

      Akhir cerita: Abu Bakar berwasiat agar Umar bin Khattab menjadi penggantinya.      Reaksi   muncul,   tetapi   agaknya   Anshar   ada   di   belakang   Umar,  Quraisy   lain  mungkin   “tak  berani” 

mengajukan klaim-klaim hak mereka.

3.        Pidato politik Umar bin Khattab dan pembaiatan umat islam kepadanya.      Umar menangkap adanya keberatan dari sahabat Nabi terhadap sikapnya yang keras, oleh karena itu, 

dalam pidato politiknya Umar berusaha meyakinkan kepada umat islam akan kepemimpinannya, dan ternyata dengan komunikasi yang baik, Umar berhasil meyakinkan umat islam saat itu yang kemudian mendukungnya.

4.        Gambaran umum ekspansi islam di era Umar bin Khattab:634 M:

      Kekuatan Bizantium dikalahkan di Syiria Selatan.635 M:

      Damaskus direbut, dan disusul oleh beberapa kota Syiria yang lainnya.636 M:

      Perang Yarmuk, dekat sungai  Yordan,  menghancurkan sebuah pasukan militer  Bizantium yang kuat yang dipimpin oleh saudara Kaisar, yang terbunuh; setelah itu Syiria terbuka; Damaskus direbut kembali.637 M:

Page 8: Umar Bin Khattab

      Perang   Qâdisiyyah,   dekat   Hirah,   menghancurkan   tentara   Sâsâni   yang   kuat   yang   dikomando   oleh jenderal  utama Rustam yang terbunuh;   Irak  sebelah barat  Tigris   terbuka;   ibukota Sâsâni,  Ctesiphon (Mada’in), Yerusalem direbut; Bashrah dan Kufah didirikan sebagai kota-kota garnisun.640 M:

      Caesarea (pelabuhan dekat Palestina) akhirnya direbut,  tidak ada kekuatan Bizantium apapun yang tersisa di Syria, Mesir diserbu (berakhir tahun 639) Khûzistân direbut.641 M:

      Mosul direbut; tidak ada kekuasaan Sâsâni apapun yang tersisa di sebelah barat pegunungan Zagrosi; perang Nihavand di Zagros membuka (menaklukkan) daerah tersebut dengan menghancurkan tentara Sâsâni yang tersisa; Babilon di Mesir (Fusthâth/Kairo lama) direbut.642 M:

      Iskandariah   direbut;   Barqah   (Tripolitania)   disergap   (642-643);   penyergapan-penyergapan   ke   arah pantai Makran, Iran tenggara.

5.        Kebijakan-kebijakan politik dan pengaturan pemerintahan Umar bin Khattab.      Mengatur seluruh strategi perluasan islam bahkan pada beberapa hal sampai dengan strategi teknis.      Menegakkan   keadilan   tanpa   pandang   bulu,   menindak   orang-orang   yang   dholim   dengann   tegas 

(dicopot jabatannya, dll).      Membentuk Hakim (Qadhi) di kota besar (Madinah, Syam, Mesir, dan Persia).      Membentuk lembaga keuangan dan melakukan sensus penduduk.      Mengendalikan seluruh sistem pemerintahan dengan ketat (supervise/ pengendalian ketat).      Menekankan keimanan, tanggung jawab sosial diatas pribadi hidup sederhana, keteladanan kepada 

seluruh wakil-wakilnya didaerah.      Umar melarang memberi zakat pada muallaf.      Dimulai penanggalan Hijriyah berdasarkan Hijrahnya Umat Islam, sebagai upaya penguatan identitas 

muslim.      Talak tiga sekali ucapan      Pembagian harta ghonimah yang tersentral & membentuk departemen keuangan.      Melakukan sensus penduduk.      Penghapusan nikah mut’ah      Melarang mengumpulkan hadits, kemudian membiarkannya.

6.        Selain   kebijakan-kebijakan   yang   progressif,   umar   juga   mengendalikan   islam   saat   itu   dengan   pola kepemimpinan sosial yang baik, yakni:

      Pola hidup Umar yang sederhana, dan sangat mengutamakan kesejahteraan umatnya khususnya orang fakir miskin daripada keluarganya sendiri.

      Kasus saudara Umar yang minta bagian maal lebih banyak, yang ditolak, karena lebih mendahulukan muslim   yang   mempunyai   jasa   terhada   islam   terlebih   dahulu,   berdasarkan   masuknya,   dan   kualitas jasanya.

      Kasus anaknya Amr bin Ash yang menganiaya orang miskin yang kemudian dihukum dengan keras.      Kasus  seorang Yahudi  yang mengadu ke  Umar karena rumahnya digusur  oleh Amr di  Mesir,  yang 

kemudian Amr diperingatkan oleh Umar dengan tulang yang digaris dengan pedangnya.      Kasus   pembantu   yang   mencuri   malah   dibela,   malah   juragannya   yang   dihukum   sebab   tidak 

melaksanakan haknya.      Kasus anaknya Umar bin Khattab yang minum Khamr kemudia dihukum 2 kali lipat oleh umar langsung 

kemudian sakit & meninggal.      Saat perjalanan menuju ke Palestina gantian dengan pembantunya serta sikap Umar melihat sambutan 

mewahnya Muawiyah

Page 9: Umar Bin Khattab

      Kasus saat paceklik Umar hidup prihatin sama seperti rakyatnya, dan senantiasa mengontrol keadaan umatnya, bahkan pada suatu malam ada seorang ibu yang memasak batu untuk menenangkan anaknya karena   tidak   punya   makanan,   ketika   Umar   tahu   hal   itu,   maka   dia   langsung   turun   tangan menyelesaikannya saat itu juga. Karena takut akan pertanggung jawaban nantinya diakherat.

      Sangat   takut   akan  pertanggung   jawaban   sebagai   pemimpin  di   akherat,   sehingga  dia  benar-benar totalitas untuk membantu umatnya.

1. KEBIJAKAN MONETER UMAR BIN KHATTAB

Sebenarnya upaya kearah yang modern telah dimulai oleh Umar, malah cikal bakalnya sudah terlihat 

sejak zaman Rasulullah. Untuk operasi pasar, Umar telah melaksanakan sendiri tatkala memerintahkan 

pegawai Baitul Mall untukzakat, jizya, Kharaj, ‘usyur dan lain-lain. Konsekwensinya pemerintah akan 

menyerp dinar dan dirham ke dalam kas Negara (devisa) dan dapat digunakan untuk pembiayaan fiscal.

Kebijakan moneter Umar diantaranya seperti gagasan spektakulernya tentang pembuatan uang dari 

kulit unta agar lebih efisien4. Stabilitas nilai tukar emas dan perak terhadap mata uang dianar dan 

dirham. Penetapan nilai dirham, Instrument noneter, control harga barang dipasar dan lain sebagainya.

Mengenai pencetakan uang dalam islam terjadi perbedaan pendapat. Namun riwayat yang tebanyak 

dan masyhur menjelaskan bahwa Malik bin Marwan-lah yang pertama mencetak dirham dan dinar 

dalam Islam.

Sedangkan dalam riwayat lain menyebutkan Umar yang pertam kali mencetak diraham pada 

masanya. Tentang hal ini Al-maqrizi mengatakan, ketika Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah dia 

menetapkan uang dalam kondisinya semula dan tidak terjadi perubahan satupun pada masanya hingga 

tahun18 H. Dalam tahun ke-6 kekhalifahannya ia mencetak dirham ala ukiran Kisra dan dengan bentuk 

yang serupa. Hanya saja ia menambahkan kata alhamdulillah dan dalam bagian yang lain dengan 

kata rasulullah dan pada bagian yang lain lagi dengan kata lailahillallah, sedangkan gambarnya adalah 

gambar Kisra bukan gambarnya Umar5.

Namun dalam riwayat Al-Baihaqi diriwayatkan, ketika Umar melihat perbedaan antara 

dirham bighali dengan nilai delapan daniq, dan ada dirham thabary senilai empat daniq, 

diraham yamani dengan nilai satu daniq. Ketika ia melihat kerancuan itu, kemudian ia menggabungkan 

dirham islam yang nilainya enam dhraiq. Dan masih banyak riwayat yang lain menerangkan bahwa Umar 

telah mencetak mata uang islam6. Hal ini juga dapat dianalogikan bahwa Umar telah mencetak mata 

uang islam ketika ia melontarkan berkeinginan untuk mencetak uang dari kulit unta agar lebih efisien, 

karena khawatir unta akan habis dikuliti maka niat itu diurungkan. Ide ini juga menjadi dasar-dasar 

menegement moneter.

Page 10: Umar Bin Khattab

Umar juga mengambil tanah-tanah yang tidak digarap untuk dibagikan kepada yang lain untuk 

digarap agar tanah itu membawa hasil.

Selain Baitul Mall Umar juga menggunakan Hisbah sebagai pengontrol pasar. Umar sendir sangat 

sering turun ke pasar untuk mengecek harga-harga barang agar tidak ada kecurangan. Suatu ketika 

Umar pernah memarahi Habib bin Balta’ah yang menjual kismis terlalu murah, maka Umar 

memerintahkan untuk menaikkan harga agar orang lain pun dapat melakukan jual beli7. Umar tidak 

pernah menahan kekayaan Negara, semuanya didistribusikan kepada rakyat sehingga peredaran uang 

terjadi dalam masyarakat. Umar mengawasi harga barang di pasar sehingga tidak terjadi monopoli, 

oligapoli dan sebagainya. Kebijakan ini merupakan upaya pelepasan uang kedalam masyarakat untuk 

ketersediaan modal kerja.

Semangat pengotrolan cadangan dalam kas Baitul Mall suadh mulai dieperhatikan pada masa ini. 

Baitul Mall mungkin lebih cocok disebut Bank Sentral atau Bank BI dalam kontek Indonesia. Baitul Mall 

bertugas untuk mengumpulkan, menyimpan dan menyalurkan devisa Negara. Kekeyaan itu berasal dari 

berbagai sumber diantaranya zakat, jizyah, kharaj, ‘usyur, khumus, fai, rikaz, pinjaman dan sebagainya.

Himbauan sebagai salah satu instrument moneter. Instrument ini lazim digunakan Umar dalam 

mengatrol kesetabilan ekonomi Negara. Umar mengawasi segala bentuk pembayaran keluar-masuk kas 

Negara. Umar sering menegur para gubernur agar kutipan kharaj, jizyah, ‘usyur dilakukan dengan benar. 

Umar tidak membenarkan penyiksaan atau penjara kepada orang yang memang benar tidak sanggup 

membayar jizyah. Hukuman boleh dilaksanakan apabila terjadi pengingkaran atau sengaja 

memperrlambat pembayaran. Terhadap ini Umar sangat keras.

Stiap pendapatan berupa ganimah, rikaz, fai, ‘usyur sebagian dikirim ke pusat (Madinah). 

Pengawasan moneter ala Umar ini sangat ketet sehingga tidak ada penimbunan uang dan barang. Selain 

itu Valuta asing dari Persia (dirham) dan Romawi (dinar) dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Arab 

telah menjadi alat pembayaran resmi. Sistem devisa bebas diterapkan tidak ada halangan sedikitpun 

mengimpor dinar atau dirham.

Lebih jauh Umar juga sudah mulai memperkenalkan transaksi tidak tunai dengan 

mengguanakan cek danpromissory notes. Umar juga menggunakan instrument ini untuk mempercepat 

distribusi barang-barang yang baru diimpor dari mesir dan madinah8.

1. KEBIJAKAN DAN INSTRUMEN FISKAL

Kekuatan fiscal suatu Negara tergantung pada kekuatan devisa yang dihasilkan. Fiskal akan 

berhubungan dengan kebijakan Pendapatan, Belanja, Utang dan Investasi Negara. Kekuatan sebuah 

Page 11: Umar Bin Khattab

Negara dapat diamati dari struktur APBN. Dalam Islam struktur arus keluar-masuk devisa sudah dikenal 

sejak zaman Rasulullah dan tetap dipertahankan oleh Umar dengan penyempurnaan-penyempurnaan. 

Penyempurnaan tidak lain terjadi karena perkembangan masyarakat islam yang luar biasa. Struktur 

pembiayaan fiscal dan penerimaannya pada saat itu mencakup9:

Penerimaan Pengeluaran

Zakat (Harta)Kharaj (Pajak Tanah)Jizyah (Pajak Jiwa)Khumus (1/5 Ghanimah)‘Usyur (Bea Cukai)Fai (Penguasaan tanpa perlawanan)Ghanimah / Anfal (Rampasan)Pinjaman Sememntara (Utang)

Penyebaran IslamPendidikan dan kebudayaanPengembangan ilmu PengetahuanPengembangan infrastrukturPembangunan Armada perang dan keamananBiaya Moneter (Cetak Uang)Gaji pejabat dan PegawaiPengembangan ke-Qadhi-an (Kehakiman)Pembangunan Administrasi negaraLayanan Sosial, Hadiah dan Bonus

1. Kebijakan Fiskal

Baitul Mall adalah lembaga pengelolaan keuangan Negara sehingga kebijakan fiscal dengan jelas 

dapat kita pahami. Kebijakan fiscal Baitul Mall telah memberikan dampak positif terhadap tinkat 

investasi, penawaran agregat dan sekaligus berpengaruh kepada tingkat inflasi dan pertumbuhan 

ekonomi.

Seiring dengan perluasan islam sampai ke Iraq dan Mesir maka pemasukan ghanimah, fai dan lain-

lain semakin meningkat. Umar kemudian menetapkan pos-pos pemasukan seperti kharaj dari Iraq. Hal 

ini terjadi pada masa Umar. Umar juga yang pertma kali mentransfer pemasukan zakat dari daerah 

kepusat seperti yang terjadi pada Mu’az bin Jabal mengirimkan zakat dari Yaman ke Madinah dan Umar 

menolaknya. Walaupun pada akhirnya Umar menerimanya karena di Yaman tidak ada lagi mustahiq 

zakat.

Beberapa laporan tentang keberhasilan kebijakan fiscal Umar dapat kita ketahui dalam sejarah10:

o Saat itu jarang terjadi Angaran devisit. Kecuali hanya sekali pada tahun “Ramadah” kira-kira tahun ke-18 H. Saat itu terjadi terjadi kekeringan di sebagian Negara islam akan tetapi dapat diatasi dengan bantuan makanan dari wilayah lain. Lama masa “ramadah” ada yan meriwayatkan 9 bulan, 1 tahun dan ada yang mengatakan sampai 2 tahun.

Page 12: Umar Bin Khattab

o Sistem pajak proposional (prorposional tex). Umar bin Khattab memungut pajak (Jizyah) dari penduduk Syam dan Mesir yang kaya sebesar 4 dinar dan bagi mereka yang penghidupannya menengah diambil 2 dinar sementara bagi mereka yang miskin tetapi berpenghasilan dikutip 1 dinar. Jadi pajak tidak ditentukan pun dapat memenuhi kehidupannya. Terhadap penduduk Iraq diwajibkan membayar jizyah sebesar 48 dirham bagi yang kaya, 24 dirham bagi kalangan menengah dan 12 dirham bagi kalangan miskin berpenghasilan. Lebih jelasnya dapat diperhatikan table berikut:

Klsifikasi wajib pajak Dinar (4,25 g) Emas (gram)

Golongan kaya 4 17,00

Golongan menengah 2 8,50

Golongan miskin berpengasilan 1 4,25

Rotasi perhitungan jizyah dalam satu tahun dimulai pada awal bulan Muharram dan ditutup ahkhir bulan Dzulhijjah, hingga selesai penarikan sebelum datangnya bulan Muharram berikutnya. Tiga bulan terakhir adalah untuk ancang dan penyempurnaan perhitungan sehingga genap satu tahun.

o Besarnya Kharaj (pajak tanah) ditentukan berdasarkan produktifitas lahan, bukan berdasarkan zona. Produktifitas lahan diukur dari tingkat kesuburan lahandan irigasi. Jadi sangat memungkinkan dalam satu wilayah atau areal yang berdekatan akan berbeda jumlah kharaj yang akan dikeluarkan. Kebijakan ini menyebabkan pengusaha kecil yang kurang produktif masih dapat melanjutkan usahanya. Kharaj ada dua macam, yaitu Kharaj ‘Unwah (pajak paksa) kharaj ini berasal dari lahan orang kafir yang dikuasai oleh kaum muslim secara paksa (peperangan) seperti tanah di Iraq, Syam, Mesir. Umar tidak membatalkan kharaj tanah itu meskipun pemiliknya sudah masuk Islam. Kedua, Kharaj Sulhu (pajak damai) kharaj ini diambil dari tanah dimana pemiliknya telah menyerahkan diri kepada kaum muslimin (berdasarkan perjanjian) damai. Umar telah mengutus Utsman bin Hanif dan Huzaifah bin Nukman untuk melakukan pengukuran tanah-tanah gembur (hitam) dan menetapkan besar kharaj. Setelah menetapkan kriteria tanah yang wajib pajak berdasarkan jenis tanah, jenis tnanaman, proses pengelolaan dan juga hasil akhir, kemudian Umar menetapkan kharaj setiap satu jarib11 gandum basah 2 diham, setiap satu jarib kurma yang baru matang 4 dirham, 4 dirham dari satu jarib jagung basah dan 8 dirham untuk setiap satu jarib kurma kering, 6 dirham untuk setiap satu jarib tebu, anggur 10 dirham, zaitun 12 dirham.

o Progresseve rate adalah penurunan jumlah pajak bertambahnya jumlah ternak. Hal ini akan mendorong orang untuk memperbanyak ternaknya dengan biaya yang lebih rendah.

o Perhiungan zakat perdagangan berdasarkan besarnya keuntungan bukan atas harga jual.

Page 13: Umar Bin Khattab

o Porsi besar untuk pembangunan infrastruktur. Umar bin Khattab mendirikan kota dagana yang besar yaitu Basrah (gerbang untuk perdagangan dengan Romawi) dan Kufah (sebgai pintu masuk perdagangan dengan Persia). Khalifah Umar juga membangun kanal dari Fustat ke Laut Merah sehingga orang yang membawa gandum ke Mesir tidak perlu lagi memakai unta karena sekarang mereka bias langsung menyeberang sungai Sinai ke Laut Merah.

o Managamen yang baik. Penerimaan Baitul Mall pada masa Umar bin Khattab pernah mencapai 180 juta dirham. Umar juga membuat jaringan yang baik dengan Baitul Mall yang ada didaerah.

1. Instrumen Fiskal

o Peningkatan pendapatan dan partisifasi kerja. Umar selalu memantau pendapatan dan hak-hak pada Baitul Mall. Ia juga memantau tanah-tanah garapan agar tidak ada yang terbengkalai. Pendistribusian harta dengan cara ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan agregatif.

o Pemungutan pajak. Kebijakan ini berhasil menciptakan stabilitas harga dan mengurang inflasi. Pada saat stagnasi, menurunnya permintaan dan penawaran agregat, pemerintah dapat mendorongnya dengan pajak Khumus. Dengan kebijakan ini harga tetap stabil dan produksi tetap berjalan.

o Pengaturan anggaran. Pengaturan anggaran yang cermat dan proporsional menjaga keseimbangan tidak akanterjadi budget deficit malah surplus.

1. Anggaran Pendapatan Negara

Sumber-sumber pendapatan saat itu tidak terbatas hanya pada zakat saja akan tetapi masih banyak 

pendapatan lain yang dapat mengisi pundi-pundi Baitul Mall. Sisi permintaan Negara saat itu adalah:

o kharaj (pajak tanah) seperti yang telah diuraikan di atas. Yang menentukan jumlah besaran pajak adalah: karkteristik tanah (tingkat kesuburan), jenis tanaman dan irigasi

o Zakat terkumpul dalam beberapa bentuk, ada yang berupa uang; dinar dan dirham, biji-bijian, ternak, perak dan emas. Zakat yang dibayarkan sangat berfariasi karena sumbernya berbeda-beda. Biji-bijian dari petani, ternak dari peternak dan uang, emas dari zakat perdagangan.

o Khumus (20% atau 1/5) dari harta rampasan perang (ghanimah).

Page 14: Umar Bin Khattab

o Jizyah adalah pajak jiwa bagi orang yang non muslim (ahluzzimmah) sebagai pengganti zakat fitrah. Besaran kewajiban diklasifikasikan menurut kualitas dan kapasitas seseorang. Semua ini ditentukan dengan baik dan benar.

o ‘Usyur (bea cukai) 1/10 atas barang dagangan pedagang yang melewati wilayah muslim dan ¼ saja dari 1/10 atas orang muslim12.

o Rikaz juga dikenakan 10%. Rikaz ini kadang-kadang dikelompokkan kedalam ‘Usyur, adalah barang tambang atau apa saja yang ditemukan dalam perut bumi seperti harta karun.

1. Belanja Pemerintah

Efisiensi dan efektifitas merupakan landasan pokok dalam kebijakan pengeluaran pemerintah. 

Dalam Islam hal itu dipandu olehkaidah-kaidah syariah yaitu kemaslahatan dan penentuan skala 

prioritar13. Berikut acuannya dapat kita perhatikan:

o Pengeluaran demi pemenuhan kebutuhan hajat masyarakat banyak.o Pengeluaran sebagai alat retribusi kekayaan.o Pengeluaran yang mengarah kepada bertambahnya permintaan-permintaan efektif.o Pengeluaran yang berkaitan dengan investasi dan produksi.o Pengeluaran yang bertujuan menekan tingkat inflasi dengan kebijakan inetrvensi pasar.

Dengan demikian pada Baitul Mal sebenarnya juga dapat kita perhatikan kebijakan dalam 

pengalokasian belanja pada masa Umar. Pos pengeluarannya diarahkan kepada empat belas bagian:

o Belanja kebutuhan operasional pemerintah (dar al-khalifah)14 termasuk upacara kemerdekaan.

o Belanja Penunjang Wilayah (masalih ad-daulah) termasuk kebutuhan administrasi surat-menyurat.

o Biaya pembangunan kota Basrah dan Kufah.o Pergantian mata uang (biaya moneter).o Belanja pegawai Negara.o Biaya utang tanggungan Negara.o Belanja umum yang berkaitan dengan infrastruktur (penggalian teluk)o Biaya fasilitas kehakiman.o Biaya santunan kepada kerabat rasul dan lain-lain.o Belanja jihad (militer, persenjataan dan lain-lain).

Page 15: Umar Bin Khattab

o Biaya perluasan Masjid Haram dan kelambu Kiswah oleh Umar, lampu penerangan masjid.

o Biaya penyimpanan harta zakat.o Biaya penjagaan dan penyimpanan harta umum.o Biaya pengurus urusan darurat (At-Tawary).

Urutan pembiayaan jika dilihat dari skala prioritas, pembiayaan yang berhubungan dengan 

kemasyarakatan dapat kita deskripsikan sebagai berikut15:

Primer Skunder

Biaya PertahananPenyaluran ‘Usyur kepada mustahiqMembayar gaji pegawai, guru, imam, qadhi, muadzin, dan pejabat NegaraInfrastruktur (gali teluk)Biaya fasilitas kehakimanBiaya pencetakan dirham baru (biaya moneter)Lampu penerang MasjidMembayar upah sukarelawanMembayar utang NegaraBantuan Imergensi dan musafir

Beasiswa yang belajar ke MadinahHiburan untuk delegasi asing, biaya perjalananHadiah untuk pemerintah Negara lain (Masa rasul)Membayar denda atas mereka yang mati terbunuh secara tidak sengaja oleh pasukan IslamPembayaran utang orang Islam yang meninggal dalam keadaan miskinPembayaran tunjangan untuk orang miskinTunjangan untuk sanak saudara RasulullahPersediaan darurat

Umar juga memberikan upah pegawai yang diambl dari kas Negara (Baitul Mall). Untuk gubernur 

Basrah dan para stafnya perhari diberikan dua ekor kambing yang disembelih satu pada pagi hari dan 

satu lagi pada sore hari. Mereka memakan dagingnya dan meminum kuahnya. Itulah gaji mereka. 

Meskipun penulis tidak mendapatkan penjelasan tentang tunjangan tamabahan kepada Abu musa selain 

2 ekor kambing setiap hari. Penulis yakin ada tunjangan lain seperti hadiah. Sebab gubernur-gubernur 

yang lain seperti Ustman bin Hanif mendapatkan 5 dirham setiap hari dan hadiah-hadiah. Untuk petugas 

pajak ditanah Iraq adalah ¼ kambing dan 5 dirham setiap hari dan hadiah-hadiah lainnya. Abdullah bin 

Mas’ud 100 dirham perbulan dan ¼ kambing setiap hari.

Ada dua kebijakan yang selalu dilakukan Rasul, Khulafaurrasyidin termasuk Umar bi Khattab dalam 

mengelola belanja pemerintah yaitu pertama, mendorong masyarakat untuk beraktifitas ekonomi baik 

secara sendiri-sendiri atau kelompok tanpa bantuan Baitul Mall. Kedua, tindakan atau kebijakan untuk 

mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan bantuan dana Baitul Mall.

Page 16: Umar Bin Khattab

Inilah garis-garis besar pengeluaran pemerintah umar yang berdasarkan pada kemaslahatan umum 

dan skala prioritas. Semua pengeluaran yang diambil dari Baitul Mall atas perintah dan sepengetahuan 

Umar. Begitulah detil dan ketatnya penjagaan Umar terhadap harta kaum muslimin sehingga tidak ada 

hak-hak mereka yang tertunda apalagi tidak kebagian. “Harta itu bagiku seperti anak yatim” kata Umar 

bin Khattab dalam pidatonya saat pengangkatannya sebagai khalifah.

2. Membangun Lembaga Baitul Mâl

            Al-Mawardi menyebutkan bahwa baitul mâl adalah semacam pos yang dikhususkan untuk semua 

pemasukan dan pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslimin. Tiap hak yang wajib dikeluarkan 

untuk kepentingan kaum muslimin maka hak tersebut berlaku untuk baitul mâl, maka harta tersebut 

telah menjadi bagian dari pengeluaran baitul mâl, baik dikeluarkan dari kasnya maupun tidak.[9]

            Adapun kewajiban baitul mâl adalah untuk mengamankan harta benda yang tersimpan di kas, 

dan untuk mengurus penerimaan kekayaan perbendaharaan yang meliputi:[10]

1. Mengurus nilai yang diterima, umpamanya dengan cara kompensasi untuk membayar para 

serdadu atau harga senjata dan kuda.

2. Mengurus kepentingan umum.

            Sebenarnya gagasan sistem baitul mâl (puclic treasury) ini sudah ada dan dikenal di zaman 

Rasulullah saw dan khalifah yang pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq ra, namun tidak secara kelembagaan. 

Di zaman pemerintahan Umar bin Khattab, fungsibaitul mâl lebih dikembangkan dan diefektifkan lagi, 

dengan mendirikan lembaga khusus untuk pengurusan dan pengelolaannya.

            Dalam catatan sejarah, pembangunan institusi baitul mâldilatarbelakangi oleh kedatangan Abu 

Hurairah yang ketika itu menjabat sebagai gubernur Bahrain dengan membawa harta hasil 

pengumpulan pajak al-kharâj sebesar 500.000 dirham. Hal ini terjadi pada tahun 16 H. Oleh karena 

itulah, Umar mengambil inisiatif memanggil dan mengajak bermusyawarah para sahabat terkemuka 

tentang penggunaan harta hasil pengumpulan pajak tersebut. Maka seluruh anggota kabinet (syûrâ) 

bersidang dan diminta pendapat mereka tentang penggunaan uang tersebut. Sahabat Ali lebih 

cenderung membagikannya kepada umat, tapi khalifah Umar menolak. Pada saat-saat yang menentukan 

itu, Walid bin Hisyam menyatakan bahwa dia pernah melihat raja Syria menyimpan harta benda secara 

terpisah dari badan eksekutif. Umar menyetujui pendapat ini dan lembaga perbendaraan umat Islam 

pun mulai terbentuk nyata. Harta benda tersebut pertama kali disimpan di ibukota Madinah. Dan untuk 

Page 17: Umar Bin Khattab

menangani lembaga tersebut, Umar menunjuk Abdullah bin Arqam sebagai bendahara negara dengan 

Abdurrahman bin Ubaid al-Qari dan Muayqab sebagai wakilnya.[11]

            Riwayat pendirian baitul mâl secara institusional di atas mengisyaratkan bahwa ide pendirian 

tersebut tidak orisinil dari Islam, akan tetapi berasal dari pengaruh pemerintahan-pemerintahan yang 

ada di masa itu, seperti pemerintahan kerajaan Romawi dan Persia. Adopsi sistem keuangan tersebut 

tidak lantas menyebabkan Umar akan mengaplikasikannya sama seratus persen dengan sistem 

pemerintahan kerajaan yang lain. Akan tetapi sistem dari non-Islam itu tetap dipilah dan dipilih sehingga 

tidak menyalahi aturan ketentuan syariat Islam.

            Kebijakan yang diterapkan oleh Umar dalam lembagabaitul mâl di antaranya adalah dengan 

mengklasifikasikan sumber pendapatan negara menjadi empat, yaitu:

1. Pendapatan zakat dan `ushr. Pendapatan ini didistribusikan di tingkat lokal dan jika terdapat 

surplus, sisa pendapatan tersebut disimpan di baitul mâl pusat dan dibagikan kepada 

delapan ashnâf, seperti yang telah ditentukan dalam al-Qur`an.

2. Pendapatan khums dan sedekah. Pendapatan ini didistribusikan kepada fakir miskin atau 

untuk membiayai kesejahteraan mereka tanpa membedakan apakah ia seorang muslim atau 

bukan.

3. Pendapatan kharâj, fai, jizyah, `ushr, dan sewa tanah. Pendapatan ini digunakan untuk 

membayar dana pensiun dan dana bantuan serta untuk menutupi biaya operasional 

administrasi, kebutuhan militer, dan sebagainya.

4. Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk membayar para pekerja, 

pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.[12]

            Klasifikasi sumber pendapatan negara di atas sangat penting untuk diterapkan dalam 

pemerintahan Islam. Salah satu tujuannya adalah agar suatu sumber pendapatan tidak tercampur 

dengan sumber pendapatan yang lain. Seperti zakat dan pajak. Redistribusi pendapatan hasil zakat, 

sudah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu kepada 8 golongan (ashnâf) yang berhak menerima 

zakat. Dan jika terdapat sisa dari hasil pengumpulan zakat, maka khalifah dapat mengambil kebijakan 

untuk disesuaikan dengan kebutuhan social. Sedangkan redistribusi pajak dapat ditentukan oleh 

khalifah. Dan umumnya hasil pemungutan pajak ditujukan untuk pembangunan negara. Karena itulah, 

para pejabat baitul mâl tidak mempunyai wewenang dalam membuat suatu keputusan terhadap 

harta baitul mâl yang berupazakat.

            Selanjutanya dalam mendistribusikan harta baitul mâl, Umar mendirikan beberapa departemen 

yang dianggap perlu, seperti:[13]

Page 18: Umar Bin Khattab

1. Departemen pelayanan militer. Departemen ini berfungsi untuk mendistribusikan dana 

bantuan kepada orang-orang yang terlibat dalam peperangan. Besarnya jumlah dana 

bantuan ditentukan oleh jumlah tanggungan keluarga setiap penerima dana.

2. Departemen kehakiman dan ekskutif. Departemen ini bertanggung jawab terhadap 

pembayaran gaji para hakim dan pejabat ekskutif. Besarnya gaji ini ditentukan oleh dua hal, 

yaitu jumlah gaji yang diterima harus mencukupi kebutuhan keluarganya agar terhindar dari 

praktik suap dan jumlah gaji yang diberikan harus sama dan kalaupun terjadi perbedaan, hal 

itu tetap dalam batas-batas kewajaran.

3. Departemen pendidikan dan pengembangan Islam. Departemen ini mendistribusikan 

bantuan dana bagi penyebar dan pengembang ajaran Islam beserta keluarganya, seperti 

guru dan juru dakwah.

4. Departemen jaminan sosial. Departemen ini berfungsi untuk mendistribusikan dana bantuan 

kepada seluruh fakir miskin dan orang-orang yang menderita.

            Di samping mendirikan beberapa departemen dalam pendistribusian harta baitul mâl, Umar juga 

menerapkan prinsip keutamaan dalam mendistribusikannya. Ia tidak senang memberikan bagian yang 

sama kepada orang-orang yang pernah berjuang menentang Rasulullah saw dengan orang-orang yang 

telah berjuang membela beliau. Menurut pendapatnya bahwa kesulitan yang dihadapi umat Islam harus 

diperhitungkan jika menetapkan bagian seseorang dari kelebihan harta bangsa itu. Prinsip keadilan 

menghendaki bahwa usaha seseorang serta tenaga yang telah dicurahkan dalam memperjuangkan Islam 

harus dipertahankan dan dibalas dengan sebaik-baiknya.[14]

            Karena hal itu, Umar membentuk sistem dîwân, yang menurut pendapat terkuat mulai 

dipraktekkan untuk pertama kalinya pada tahun 20 H. Dalam rangka ini, ia menunjuk sebuah 

komite nassâb ternama yang terdiri dari Aqil bin Abu Thalib, Mahzamah bin Naufal, dan Jabir bin Mut`im 

untuk membuat laporan sensus penduduk.

            Setelah semua penduduk terdata, Umar mengklasifikasikan beberapa golongan yang berbeda-

beda dalam pendistibusian harta baitul mâl sebagai berikut:

No. Penerima Jumlah

1. Aisyah dan Abbas bin Abdul Muthallib @ 12.000 dirham

Page 19: Umar Bin Khattab

2. Para istri Nabi selain Aisyah @ 10.000 dirham

3. Ali, Hasan, Husain, dan para pejuang Badr @ 5.000 dirham

4. Para pejuang Uhud dan migran ke Abysinia @ 4.000 dirham

5. Kaum muhajirin sebelum peristiwa Fathu Mekah @ 3.000 dirham

6. Putra-putra para pejuang Badr, orang-orang yang 

memeluk Islam ketika terjadi peristiwa Fathu Mekah, 

anak-anak kaum muhajirin dan anshar, para pejuang 

perang Qadisiyyah, Uballa, dan orang-orang yang 

menghadiri perjanjian Hudaibiyyah.

@ 2.000 dirham

            Orang-orang Mekah yang bukan termasuk kaum muhajirin mendapat tunjangan 800 dirham, 

warga Madinah 25 dinar, kaum muslimin yang tinggal di Yaman, Syria dan Irak memperoleh tunjangan 

sebesar 200 hingga 300 dirham, serta anak-anak yang baru lahir dan yang tidak diakui masing-masing 

memperoleh 100 dirham.[15] Di samping itu, kaum muslimin memperoleh tunjangan pensiun berupa 

gandum, minyak, madu, dan cuka dalam jumlah yang tetap. Kualitas dan jenis barang berbeda-beda di 

setiap wilayah. Peran negara yang turut bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan makanan 

dan pakaian bagi setiap warga negaranya ini merupakan hal yang pertama kali terjadi dalam sejarah 

dunia.[16]

            Sebagaimana yang diketahui tentang sosok Umar yang tegas dan bertanggungjawab, maka Umar 

melarang pihak ekskutif turut campur dalam mengelola harta baitul mâl.[17] Kebijakan Umar ini 

bertujuan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dalam tugas, atau penyalahgunaan 

pendistribusian pendapatan negara untuk kepentingan pribadi.

3. Membangun lembaga Hisbah.

            Hisbah adalah kantor atau lembaga yang berfungsi untuk mengontrol pasar dan moral (adab) 

secara umum.[18] Dalam implementasinya, lembaga al-hisbah memiliki empat rukun, yaitu:

Page 20: Umar Bin Khattab

1. Muhtasib (Pengelola al-hisbah).

Muhtasib adalah orang yang menjalankan tugas-tugas al-hisbah. Pengelola             ini harus memenuhi 

persyaratan seperti: muslim, mukallaf, merdeka, mendapat rekomendasi dari pemerintah setempat, 

mampu, dan berilmu.

2. Muhtasab `alaih, yaitu orang atau pihak yang melakukan perbuatan-perbuatan atau 

meninggalkan jenis-jenis perbuatan tertentu yang wajib atau boleh dikenakan tindakan al-

hisbah. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang muhtasib tidak boleh pilih kasih dalam 

menindak dan mengenakan al-hisbah atas mereka.

3. Mushatab fîh, yaitu obyek al-hisbah yang meliputi berbagai macam perbuatan, baik yang 

bersifat positif maupun negatif. Pelanggaran yang dilakukan olehmuhtasab fîh ini harus 

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Kemungkaran tersebut harus nyata, lahir dan diketahui.

2. Kemungkaran tersebut sedang berlaku.

3. Kemungkaran tersebut disepakati oleh konsensus ulama fiqih.

4. Nafs al-ihtisâb, yaitu cara atau tindakan al-hisbah.

            Tujuan dari tindakan al-hisbah adalah penghapusan segala tindakan kemungkaran sekaligus 

menggantinya dengan kebajikan dan kemaslahatan sehingga tercipta rasa aman dan tentram serta 

keadilan dalam komunitas masyarakat.[19]

            Adapun segmen kegiatan al-hisbah terhadap kontrol ekonomi itu di antaranya adalah:

1. Membuat ketentuan hukum yang jelas agar tidak terjadi penyelewengan dalam 

pemanfaatan sumber daya yang dimiliki.

2. Mengontrol kesempurnaan alat takaran dan timbangan para penjual.

3. Pedagang tidak dibenarkan untuk menyembunyikan kerusakan atau cacat yang ada pada 

barang perniagaannya dan dilarang bersumpah palsu dalam transaksi jual beli.

4. Mengawasi jalur perdagangan tetap terbuka. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah 

terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau penimbunan barang dari segelincir orang yang 

berakibat pada kelangkaan beberapa jenis  barang, yang pada gilirannya berimplikasi pada 

terjadinya inflasi.

5. Pedagang dilarang mengadakan monopoli terhadap suatu produk pasar tertentu.

6. Menentukan harga standar bagi produk-produk yang akan dipasarkan.

Page 21: Umar Bin Khattab

7. Dalam urusan kredit, seorang muhtasib hendaklah memastikan segala urusan perniagaan 

terbebas dari unsur riba.

8. Seorang muhtasib memiliki wewenang untuk memaksa peminjam agar membayar 

pinjamannya jika dianggap mampu, sebaliknya ia juga berkuasa untuk menangguhkan 

hutang sampai orang yang berhutang dianggap mampu membayar hutangnya.

9. Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan kemudahan pada rakyatnya 

seperti makanan, pekerjaan, perumahan, dan lain sebagainya. Selain itu, orang-orang miskin 

dan tidak mampu, diberi modal usaha yang dananya diperoleh dari dana infaq dan sedekah 

sehingga kemiskinan dapat teratasi.[20]

            Menilik sejarah, tanggung jawab al-hisbah mulanya dipikul oleh Rasulullah saw sehubungan 

dengan adanya perintah Allah kepada Nabi saw sebagai rasul untuk selanjutnya disampaikan kepada 

umatnya agar senantiasa mengajak kepada kebaikan dan menghindari kemungkaran. Kemudian beliau 

mengangkat beberapa orang sahabat yang diberi tugas untuk mengawasi jalannya suatu transaksi bisnis. 

Di kota Madinah itulah, beliau mengangkat Said bin Ash dan seorang wanita yang bernama Samra binti 

Nuhak sebagai pengawas pasar.

            Lembaga al-hisbah ini dihidupkan kembali oleh Umar dengan mengangkat seorang sahabat 

wanita yang bernama asy-Syifa binti Abdullah, yang bertugas sebagai pengawas pasar di kota Madinah. 

Di samping itu, Umar juga mengangkat Abdullah bin Utbah sebagai inspektur pasar sekaligus bertindak 

sebagai hakim (qâdhi).[21] Perbedaannya, di masa Rasulullah, al-hisbah masih belum berbentuk 

lembaga. Sedangkan di masa Khalifah Umar, al-hisbah ini sudah menjadi lembaga khusus dalam 

mengawasi hal-hal yang terjadi dalam pasar.

4. Reformasi atas hak tanah.

            Problem hak kepemilikan tanah memang merupakan masalah yang rumit untuk dipecahkan dari 

zaman ke zaman. Tidak jarang terjadi persengketaan, bahkan pertumpahan darah, akibat dari persoalan 

hak kepemilikan tanah ini. Seiring dengan pertambahan penduduk, tanahpun menjadi semakin langka 

atau sempit, dan harganya juga kian meningkat. Alasan utama meningkatnya harga tanah memang 

pertambahan penduduk. Karena secara alamiah, semakin banyak penduduk di suatu daerah, lahan 

untuk tempat dan garapan tempat tinggal akan kian dibutuhkan.

            Ada tiga sifat tanah yang harus diingat, dan ini tidak dipunyai oleh unit-unti produktif lainnya: (i) 

tanah dapat memenuhi kebutuhan pokok dan permanen bagi manusia, (ii) tanah kuantitasnya terbatas, 

Page 22: Umar Bin Khattab

(iii) tanah bersifat tetap, (iv) tanah bukan produk tenaga kerja. Jadi segala sesuatu yang selain tanah 

adalah produk tenaga kerja. Tetapi bumi pun akan memberikan hasil baik jika digarap dengan baik.

[22] Sifat-sifat tanah ini harus diketahui terlebih dahulu sebelum mengambil kebijakan dalam persoalan 

hak kepemilikan tanah.

            Sepanjang pemerintahan Umar, banyak daerah yang ditaklukkan melalui perjanjian damai. 

Penaklukkan ini memunculkan banyak masalah baru. Di antaranya mengenai hak kepemilikan tanah 

yang sudah ditaklukkan. Islam memandang tanah dan semua yang terkandung di dalamnya harus 

digunakan untuk kepentingan umum dan rakyat, dan setiap orang berhak mendapatkan makanan dari 

pengelolaan tanah.

            Dari sudut Islam, tanah sesungguhnya milik Allah, dalam pengertian milik setiap kelompok 

masyarakat (komunitas). Dan tak seorang pun boleh mendapatkan hak istimewa atasnya, oleh karena 

itu siapa yang mengerjakan tanah yang terlantar, maka dialah pemiliknya. Ini sesuai dengan sebuah 

hadits Rasulullah dari penuturan Aisyah: “Pengolahan tanah terbengkalai yang bukan milik siapapun,

maka dialah yang memilikinya” (HR. Bukhari).[23]

            Umar menafsirkan hadits tersebut bahwa Rasulullah menginginkan agar tanah-tanah luas yang 

telah dikuasai kaum muslimin haruslah dipikirkan pemanfaatannya di masa depan. Maka ketika para 

pejuang mendesak dengan sangat agar tanah taklukan dibagi-bagikan kepada mereka, bersama 

beberapa rampasan perang lainnya, Umar menolak dengan tegas. Ia tidak mau menyerahkan tanah 

perkebunan dari tanah taklukan lainnya kepada para prajurit.

            Dari sini ia sampai kepada kesimpulan akan perlunya pengawasan yang ketat dalam 

pendistribusian tanah untuk mencegah terjadinya pembagian yang tidak adil. Hak kepemilikan tanah 

dicabut dari pemilik aslinya, dan kemudian si pemilik asli beralih menjadi petani biasa atau hamba atau 

budak pengelola tanah. Selanjutnya hak kepemillikan diberikan menurut ketentuan-ketentuan baru. Jika 

salah seorang pemilik baru menjual tanahnya, pengelolaannya itu dialihkan kepada pembeli berikut 

tanahnya.[24]

            Umar menetapkan beberapa ketentuan, di antaranya jika suatu saat komunitas muslim semakin 

bertambah banyak, maka negara berhak untuk mengambil kembali tanah tersebut sebagai 

perbendaharaan guna memenuhi kebutuhan negara. Jadi jelas meskipun berwenang mengambil alih hak 

kepemilikan, negara juga harus dan berhak mengatur jangka waktu pemilikan tanah. Bisa saja tanah 

dijadikan milik pribadi dengan mengenakan pajak tanah atasnya, tapi negara juga bisa menguasai tanah 

yang luas dengan memberi ganti rugi dan kemudian menjadikannya milik umum.

Page 23: Umar Bin Khattab

            Umar menyadari pentingnya sektor pertanian untuk memajukan ekonomi negeri. Karena itu 

beliau mengambil langkah-langkah pengembangan dan mengembalikan kondisi orang-orang yang 

bekerja di bidang itu. Dia menghadiahkan kepada orang yang sejak awalnya mengolahnya. Tapi siapa 

saja yang selama tiga tahun gagal mengolahnya, maka yang bersangkutan akan kehilangan hak 

kepemilikannya atas tanah tersebut.[25]

            Semasa Umar, tanah yang dinyatakan sebagai milik negara berjumlah sekitar 4.000.000 hektar. 

Pendapatan dari tanah ini mencapai 7.000.000 dinar setiap tahun, yang semata-mata digunakan untuik 

kesejajahteraan umat. Jumlah kharâj dari Iraq berkisar 86.000.000 dirham setiap tahun. Dengan 

penerapan sistem ini, tanah-tanah yang sebelumnya tidak terurus, kemudian terolah baik, sehingga 

pada tahun kedua terjadi lonjakan pendapatan yang tinggi sekali, dari 86.000.000 menjadi 100.020.000 

dirham.[26]

5. Keutamaan dan Kelemahan Kebijakan Ekonomi Umar bin Khattab

            Abu Ubaid pernah menuturkan sebuah riwayat tentang kesuksesan Umar dalam kitabnya al-

Amwâl sebagai berikut:[27]Pada masa Umar, Muadz bin Jabal pernah mengirimkan hasil zakat yang 

dipungutnya di Yaman kepada Umar di Madinah,[28]karena Muadz tidak menjumpai orang yang berhak 

menerima zakat di Yaman. Namun Umar mengembalikannya. Ketika Muadz mengirimkan kembali 

sepertiga hasil zakat tersebut, Umar juga kembali menolaknya dan berkata: “Aku tidak mengutusmu 

sebagai kolektor upeti, tetapi aku mengutusmu untuk memungut zakat dari orang-orang kaya di sana 

dan membagikannya kepada kaum miskin dari kalangan mereka juga.” Muadz menjawab: “Seandainya 

aku menjumpai orang miskin di sana, tentu aku tidak akan mengirimkan apa pun kepadamu.”

            Pada tahun kedua setelah itu, Muadz mengirimkan separuh hasil zakat yang dipunugutnya di 

Yaman kepada Umar, tetapi Umar mengembalikannya. Dan pada tahun ketiga, Muadz berkata: “Aku 

tidak menjumpai seorang pun yang berhak menerima bagian zakat yang aku pungut.”

            Riwayat di atas menunjukkan kesuksesan Umar dalam memerintah, khususnya dalam bidang 

ekonomi. Namun bukan berarti semua kebijakan yang ia ambil itu sempurna. Salah satunya adalah 

prinsip keutamaan yang ia terapkan dalam mendistribusikan uang negara kepada rakyatnya. Prinsip ini 

menyebabkan ketimpangan di bidang ekonomi dan sosial. Dan sikapnya ini mengundang reaksi dari 

salah seorang sahabat yang bernama Hakim bin Hizam. Menurutnya, tindakan Umar ini akan memicu 

lahirnya sifat malas di kalangan para pedagang yang berakibat fatal bagi kelangsungan hidup mereka 

sendiri, jika suatu saat pemerintah menghentikan kebijakan tersebut.[29]

Page 24: Umar Bin Khattab

            Umar menyadari kekeliruannya ini dan mengubah pendapatnya serta bersumpah jika ia masih 

hidup di tahun yang akan datang, ia akan menyamakan semua bantuan dan pembagian kepada seluruh 

rakyatnya. Dalam pernyataannya yang populer berbunyi: “Aku bersumpah demi Allah yang tidak ada 

Tuhan selain Dia. Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang tidak mempunyai hak atas kekayaan (harta) 

ini (yang diterima dari orang banyak) meskipun dalam prakteknya ia mungkin memperoleh atau memiliki 

hak melebihi dari yang lainnya selain seorang budak. Kedudukanku dalam hal ini sama dengan kalian 

dan derajat kita akan ditentukan berdasarkan Kitab Allah dan Rasulullah saw. Demi Allah! Sesungguhnya 

jika aku masih hidup, maka pengembala di bukit sanapun akan memperoleh bagian dari harta ini di 

tempatnya sendiri”.[30] Namun sayangnya, Umar wafat sebelum harapannya tersebut belum dapat ia 

realisasikan dalam kepemimpinannya. Meskipun demikian, Umar tetap merupakan salah satu pemimpin 

yang disegani oleh rakyatnya, baik muslim maupun non-muslim, bahkan ia adalah salah satu sosok 

pemimpin yang banyak dikagumi sampai saat ini.