View
460
Download
10
Embed Size (px)
STATUS HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE
YANG DIAJUKAN OLEH DEBITOR DI LUAR PERKARA KEPAILITAN
TERHADAP PERNYATAAN PAILIT DEBITOR DITINJAU DARI HUKUM
POSITIF INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh Sidang
Ujian Sarjana dan meraih gelar Sarjana Hukum
Oleh :
Dimas Ario Bimo
110110090231
Program Kekhususan : Hukum Ekonomi
Pembimbing :
Dr. H. Isis Ikhwansyah, S.H., M.H., CN.
Pupung Faisal, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJAJARAN
BANDUNG
2014
iv
Status Hukum Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Yang Diajukan Oleh Debitor Di Luar Perkara Kepailitan Terhadap
Pernyataan Pailit Debitor Ditinjau Dari Hukum Positif Indonesia
Abstrak Dimas Ario Bimo 110110090231
Arbitrase merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum. Namun demikian, tidak semua sengketa dapat diselesaikan melalui forum arbitrase. Salah satunya ialah sengketa tentang pailit. Pasal 300 UUK-PKPU menyatakan bahwa badan yang berwenang menyelesaikan permohonan pernyataan pailit adalah Pengadilan Niaga. Kemudian Pasal 303 UUK-PKPU menegaskan bahwa Pengadilan Niaga tetap berwenang memeriksa dan menyelesaikan permohonan pernyataan pailit dari para pihak, sekalipun perjanjian utang piutang di antara para pihak memuat klausula arbitrase. Ketentuan tersebut membuka kemungkinan terjadinya kepailitan debitor yang terikat dalam perjanjian arbitrase maupun debitor yang sedang berperkara sebagai pemohon di lembaga arbitrase. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai konsekuensi putusan pernyataan pailit debitor terhadap perjanjian arbitrase antara debitor dan kreditor serta kewenangan debitor yang telah dinyatakan pailit dalam meneruskan perkaranya selaku pemohon di lembaga arbitrase.
Penulisan skripsi ini dikaji berdasarkan metode pendekatan yuridis normatif dengan metode deskriptif analitis, yaitu memfokuskan pemecahan masalah berdasarkan data yang diperoleh yang kemudian dianalisa berdasarkan ketentuan dalam perundang-undangan terkait hukum kepailitan dan hukum arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa di Indonesia, literatur serta bahan lain yang berhubungan dengan penelitian dan penelitian lapangan untuk memperoleh data primer melalui wawancara dan selanjutnya data dianalisis secara yuridis kualitatif.
Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil: Pertama, konsekuensi putusan pernyataan pailit debitor terhadap perjanjian arbitrase antara debitor dan kreditor ialah putusan pernyataan pailit debitor tidak membatalkan perjanjian arbitrase tersebut. Perjanjian arbitrase tetap berlaku secara sah dan mengikat debitor pailit dengan kreditornya. Namun demikian, pelaksanaan perjanjian arbitrase tersebut dalam proses kepailitan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan dalam UUK-PKPU yang bersifat memaksa. Kedua, kewenangan debitor yang telah dinyatakan pailit dalam meneruskan perkaranya selaku pemohon di lembaga arbitrase pada prinsipnya dialihkan kepada kurator. Hal tersebut dikarenakan debitor pailit demi hukum kehilangan kewenangannya untuk mengurus dan menguasai harta pailit sejak putusan pernyataan pailit diucapkan. Kewenangan tersebut beralih demi hukum kepada kurator berdasarkan UUK-PKPU.
v
The Legal Status Of Arbitration Proceedings Initiated By A Debtor Notwithstanding The Commencement Of Bankruptcy Of The Debtor
Based On Indonesian Law
Abstract Dimas Ario Bimo 110110090231
Arbitration means a method of settling civil disputes outside the
general courts, however disputes that cannot be settled amicably under the regulations and the force of law may not be resolved by arbitration, among others is a petition for declaration of bankruptcy. Based on Article 300 paragraph (1) UUK-PKPU, the Commercial Court has an absolute competency to examine and adjudicate the petition for declaration of bankruptcy or PKPU. Furthermore, Article 303 UUK-PKPU stipulate that the Commercial Court shall remain be competent to examine and adjudicate the petition for declaration of bankruptcy from contracting parties containing arbitration clause provided that the debt being basis of application for bankruptcy has fulfilled the requirements as refered to in Article 2 paragraph 1 UUK-PKPU. The provision opens the possibility of bankruptcy of a debtor who has bound in the arbitration agreement or the debtor who has been acting as an applicant in the on-going arbitration proceeding. Issues raised in this paper are legal consequences of the bankruptcy declaration decision towards the pre-bankruptcy arbitration agreement between the debtor and his creditor and the authority of the bankrupt debtor in forwarding his case as the applicant in the on-going arbitration proceeding. The method used for this research based on normative juridical approaching through descriptive analysis method which focus on problem solving pursuant to data and regulations regarding bankcrupcy law and arbitration law in Indonesia, literatures and other materials related to the research and field research to obtain primary data by interview. The collected data are then analyzed with qualitative juridical method. The results obtained from these research is: First, the bankruptcy declaration decision will not invalidate the application of the pre-bankruptcy arbitration agreement. However, the execution of the arbitration agremeent under the bankruptcy proceeding is limited by the coercive provisions on the UUK-PKPU. Second, the authority of the bankrupt debtor in forwarding his case as the applicant in the on-going arbitration proceeding will be taken over by the curator since the bankrupt debtor shall by law forteit his right to control and manage his assests included in his bankruptcy as of the date of pronouncement of the bankruptcy declaration decision.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ....................................................................................... i
PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PERSETUJUAN PANITIA SIDANG UJIAN ........................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR............................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................
B. Identifikasi Masalah ..........................................................
C. Tujuan Penelitian ..............................................................
D. Kegunaan Penelitian .........................................................
E. Kerangka Pemikiran .........................................................
F. Metode Penelitian .............................................................
1
11
12
12
13
23
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KEPAILITAN DAN ARBITRASE
SEBAGAI BENTUK UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA
PERDATA
A. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Perdata ...................
1. Tinjauan Umum Tentang Sengketa Perdata ...............
2. Tinjauan Umum Tentang Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Perdata ........................................................
B. Kepailitan Sebagai Salah Satu Upaya Penyelesaian
Utang Piutang Melalui Jalur Hukum .................................
1. Kewenangan Mutlak Pengadilan Niaga Untuk
28
28
29
34
x
Memeriksa dan Mengadili Perkara Kepailitan..............
2. Sita Umum Harta Kekayaan Debitor Melalui
Kepailitan .....................................................................
3. Putusan Pernyataan Pailit Debitor dan Upaya Hukum
Yang Dapat Diajukan ..................................................
4. Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Terhadap
Debitor Pailit dan Harta Kekayaannya ........................
5. Fase-Fase Dalam Kepailitan .......................................
C. Arbitrase Sebagai Salah Satu Cara Penyelesaian
Sengketa Perdata di Luar Pengadilan ..............................
1. Eksistensi Peradilan Arbitrase di Indonesia ................
2. Perjanjian Arbitrase Sebagai Dasar Pemilihan Forum
Arbitrase ......................................................................
3. Konsekuensi Pilihan Forum Arbitrase terhadap
Kompetensi Pengadilan Negeri ...................................
4. Pihak-Pihak yang Bersengketa dalam Forum
Arbitrase ......................................................................
5. Putusan Arbitrase Bersifat Final dan Mengikat ...........
34
36
40
43
46
48
48
51
57
60
62
BAB III PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT TERHADAP DEBITOR YANG
SEDANG DALAM PROSES PENYELESAIAN SENGKETA
MELALUI LEMBAGA ARBITRASE DI INDONESIA
A. Penyelesaian Sengketa Yang Sedang Berjalan Paska
Putusan Pernyataan Pailit ................................................
B. Contoh Kasus Putusan Pernyataan Pailit Terhadap
Debitor Yang Sedang Dalam Proses Penyelesaian
Sengketa Melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia ....
65
72
BAB IV STATUS HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI
ARBITRASE YANG DIAJUKAN OLEH DEBITOR DI L