22
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI CITRA DIRI PADA PENDERITA SYRINGOMA Disusun oleh : Nama : Sorta Marisi Margaretha Nababan NPM : 10507232 Jurusan : Psikologi Dosen Pembimbing : Mahargyantari Purwani Dewi, Msi Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Depok 2011 Citra Diri Pada Penderita Syringoma

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

  • Upload
    vocong

  • View
    237

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS PSIKOLOGI

CITRA DIRI PADA PENDERITA SYRINGOMA

Disusun oleh :

Nama : Sorta Marisi Margaretha Nababan

NPM : 10507232

Jurusan : Psikologi

Dosen Pembimbing : Mahargyantari Purwani Dewi, Msi

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Depok

2011

Citra Diri Pada Penderita Syringoma

Page 2: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

Sorta Marisi Margaretha Nababan

10507232

Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

ABSTRAKSI

Kulit terutama pada bagian wajah, sangat menjadi perhatian ketika seesorang menjalin komunikasi sosial dengan orang lain. Kekurangan pada kulit wajah terkadang membuat seseorang menjadi tidak percaya diri. Syringoma adalah tumor saluran keringat yang biasanya terdapat di sekitar kelopak mata dan pipi. Penderita Syringoma sering khawatir karena berpengaruh pada kecantikan wajah. Citra diri adalah cara seseorang individu memandang dirinya sendiri. Termasuk juga caranya memandang diri secara fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana citra diri pada penderita Syringoma dan faktor – faktor yang berperan di dalam citra diri penderita Syringoma. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan pengertian lebih mengenai citra diri pada penderita Syringoma. Pada penelitian ini, penulis menggunakkan penelitian yang berbentuk studi kasus. Teknik wawancara yang dipakai adalah wawancara terstruktur. Subjek penelitian ini adalah seorang wanita yang memiliki penyakit Syringoma. Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa subjek memiliki citra diri yang positif. Hal ini disimpulkan dari kepercayaan diri, ketegasan, kejujuran, produktifitas, dan sikap optimis subjek sehari – hari. Selain itu, faktor – faktor yang berperan penting dalam citra diri subjek adalah keluarga, tetangga, lingkungan tempat subjek beraktivitas, dan juga self-talk positif yang sering dilakukan subjek.

Kata kunci : Citra Diri, Syringoma, Wanita.

Page 3: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kulit merupakan cermin

kesehatan seseorang. Kulit bisa

menjadi petunjuk terhadap apa

yang terjadi di dalam tubuh

seseorang. Pucat, sehat, segar,

berjerawat, bercahaya, semuanya

ini adalah ungkapan yang umum

untuk menggambarkan kesehatan

melalui penglihatan pada kulit.

Jika seseorang berada di dalam

suatu tekanan, kulitnya akan

terlihat pucat dan letih (Scrivner,

2004). Kulit menutupi dan

melindungi permukaan

tubuh.Selain sebagai indera

peraba, kulit juga membantu

mengatur suhu dan

mengendalikan hilangnya air dari

tubuh. Kulit sedemikian erat

berhubungan dengan mekanisma

psikis seseorang, sehingga dapat

menjadi cermin emosinya.

Penyakit kulit atau gangguan pada

kulit dapat disebabkan oleh

banyak hal.

Keadaan fisik seseorang

meliputi kesehatan kulit wajah,

kesehatan di dalam tubuhnya, dan

banyak aspek lainnya. Tetapi yang

menjadi perhatian di sini adalah,

mengenai kesehatan kulit wajah

yang berpengaruh pada perasaan

dan pikiran seseorang. Kulit,

terutama pada bagian wajah,

sangat menjadi titik perhatian

ketika seseorang menjalin

komunikasi sosial dengan orang

lain. Tidak jarang, kekurangan

pada kulit wajah, mulai dari

bentuk jerawat, tompel, parutan

luka, hingga keropeng terkadang

membuat seseorang menjadi tidak

percaya diri.

Citra diri adalah cara

seorang individu memandang

dirinya sendiri. Termasuk juga

caranya memandang diri secara

fisik atau pendapatnya mengenai

siapa dan apadirinya, dan apa

yang dia ketahui tentang dirinya.

Citra diri terbentuk ketika

seseorang mencerna umpan balik

yang diterimanya dari sekeliling

(Lama & Cutler, 2004). Banyak

manusia menginginkan dan

mengupayakan agar ia memiliki

citra diri yang baik serta mampu

bertahan dan berkembang di

antara manusia lainnya

(Dwikomentari, 2005).

Page 4: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

Di zaman sekarang ini,

begitu banyak iklan dan tayangan

komersial televisi yang

menonjolkan kecantikan. Hal ini

membuat pandangan sosial bahwa

kecantikan cenderung dilihat

sebagai yang superior. Maka,

kekurangan sepertinya sesuatu

yang harus dihilangkan agar dapat

diterima di mana saja dengan

mudah. Hal kebohongan ini

menjamur hingga kepada semua

masyarakat, terutama kalangan

wanita, di mana kecantikan wajah

sering diidentikkan dengan modal

utama pergaulan sosial.

Kulit wajah berpengaruh

kuat pada kesan pertama (first

impression) seseorang terhadap

lawan bicaranya. Kulit wajah

tidak jarang juga disebut sebagai

modal utama dalam pergaulan dan

mempengaruhi rasa percaya diri

seseorang. Kekurangan –

kekurangan yang terdapat di kulit

wajah, sedikit banyak

mempengaruhi bagaimana orang

memandang dirinya sendiri, yaitu

citra dirinya. Terdapat beberapa

kasus kelainan maupun

kekurangan di kulit wajah, seperti

jerawat parah, tompel, bekas

cacar, dan juga syringoma.

Syringoma adalah tumor

saluran keringat tidak berbahaya

biasanya ada di sekitar kelopak

mata atau di pipi tetapi juga dapat

ditemukan di aksila, vulva, dan

penis, berukuran 1 - 3 mm, kulit

bundar - papula berwarna atau

kuning, tidak ada pengobatan

yang diperlukan tetapi bisa

dihapus untuk alasan kosmetik

menggunakan terapi laser (Wiles

dkk, 2011). Syringoma tidak

menunjukkan gejala. Penderita

sering khawatir karena

berpengaruh pada kecantikan

wajah (Frankel, 2006). Syringoma

adalah tumor jinak yang berasal

dari struktur saluran keringat.

Lebih sering terlihat pada wanita,

biasanya muncul pada masa

remaja, meskipun mereka dapat

muncul pada usia berapapun.

Syringoma itu jinak, berbentuk

lesi yang tetap, dan biasanya

pengobatannya dikhususkan untuk

alasan kecantikan (Katowitz,

2002).

Dalam kasus penderita

dengan penyakit kelainan kulit

wajah seperti Syringoma,

Page 5: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

diperlukan penelitian lebih lanjut

mengenai apakah penyakit

Syringoma ini berpengaruh atau

tidak pada nilai diri si penderita.

Nilai diri di sini berarti cermin

seseorang mengenai dirinya

sendiri (Covey, 2008). Nilai diri

inilah yang menjadi titik awal

suatu citra diri.

Berdasarkan informasi

yang telah diperoleh tersebut dan

oleh karena alasan – alasan yang

telah diuraikan sebelumnya, maka

penulis tertarik untuk meneliti

tentang gambaran citra diri pada

penderita syringoma.

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah citra diri pada

penderita syringoma?

2. Faktor – faktor apa yang berperan

penting dalam citra diri seorang

penderita syringoma?

3. Bagaimana proses pemebentukan

citra diri pada penderita

syringoma ?

C. Tujuan Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui

bagaimana Penderita Syringoma

berpikir tentang citra dirinya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan

dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan dan

sumbangan pemikiran yang lebih

luas lagi bagi perkembangan Ilmu

Psikologi, khususnya bidang

Psikologi Klinis dan Psikologi

Sosial.

2. Manfaat Praktis

Memberikan pengertian lebih

mengenai gambaran citra diri dan

bagaimana hal itu mempengaruhi

pikiran dan perasaan seseorang,

guna membantu Individu yang

mempunyai penyakit ini

memperbaiki citra dirinya ke arah

yang positif.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Citra Diri

1. Pengertian Citra Diri

Citra merupakan kesan atau

impresi seseorang terhadap

sesuatu. Citra merupakan persepsi

yang terbentuk dalam benak

manusia. Citra diri adalah

Page 6: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

imajinasi yang dimiliki seseorang

atas dirinya sendiri, imajinasi

tersebut seperti rekaman video

seseorang mengenai dirinya

sendiri (Leo, 2006). Profesor

Hembing(dalam Sutoyo, 2000)

mengatakan citra diri akan

menentukan apa jadinya

seseorang nanti. Jika citra diri

adalah citra diri inferioritas,

kekurangcakapan, dan kegagalan,

citra diri itu dapat diubah. Ketika

citra diri itu diubah, orang itupun

akan berubah. Penemuan yang

terbesar, adalah bahwa manusia

dapat mengubah hidup mereka

dengan mengubah sikap mental

dan pikiran mereka. Citra diri

merupakan gambaran seseorang

mengenai dirinya sendiri,

identitasnya, kemampuannya, dan

keberhargaannya.

Berdasarkan pengertian -

pengertian yang telah dijelaskan

di atas, maka ditarik sebuah

kesimpulan bahwa citra diri

adalah gambaran mental

seseorang mengenai dirinya

sendiri yang secara keseluruhan

mempengaruhi keyakinannya

mengenai dirinya sendiri.

2. Karakteristik Citra Diri

Citra diri seseorang berpengaruh

pada kehidupan sehari–

hari.Kehidupan seseorang saat ini

berada di sekitar citra dirinya

sendiri. Citra diri seseorang

memainkan peranan terbesar di

dalam kehidupan orang tersebut.

Jika setiap manusia dikendalikan

oleh gambar mental yang

dikembangkan mengenai dirinya

sendiri, maka ia dapat mengambil

langkah - langkah untuk

mewujudkan gambaran itu

menurut cara yang sesehat

mungkin (Holden, 2005).

Di samping itu, citra diri

merupakan mekanisme otomatis

dari gambaran mental seseorang.

Jika citra dirinya sehat maka ia

dapat mencapai kebahagiaan

sebaliknya jika citra dirinya buruk

maka ia akan terlihat sebagai

orang yang tidak percaya diri dan

tidak mampu. Citra diri atau

gambaran yang dimiliki seseorang

haruslah realistis. Citra terletak

pada akar dari sebagian besar

perangai (Darmaputera, 2005).

Sebelumnya, sudah

dibahas terlebih dahulu mengenai

faktor – faktor pembentukan citra

Page 7: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

diri yang membuat seseorang

memiliki citra diri yang negatif

maupun citra diri yang positif.

Dan sekarang peneliti hendak

menguraikan, berdasarkan teori –

teori, ciri – ciri orang dengan citra

diri yang negatif maupun citra diri

yang positif, seperti dibawah ini:

a. Orang dengan Citra Diri Positif

Individu yang memiliki

citra diri yang positif merasa

dirinya berharga di mata orang

lain. Seperti citra tentang

kejujuran, ketegasan, wibawa, dan

sikap adil. Citra diri yang positif

ditandai dengan kepercayaan diri

individu bahwa mereka memiliki

lebih banyak kualitas positif bila

dibandingkan dengan kualitas

negatif dari dirinya sendiri Orang

yang memiliki citra diri positif

mudah untuk mencapai tujuan

yang diinginkannya, simpati

orang lain selalu tertuju padanya,

dan citra dirinya itu memicu

antusias hidupnya

(Mangkuprawira, 2008).

b. Orang dengan Citra Diri

Negatif

Kandani (2010)

menguraikan orang dengan citra

diri yang buruk, yaitu: minder

(tidak percaya diri), sombong

(takut gagal, takut tertolak,

pembuktian diri), rasa tidak aman

(ingin menjadi orang lain), merasa

tidak mampu (menyerah pada

situasi ataupun keadaan), mudah

tersinggung.

Selanjutnya Maxwell (2007)

menjelaskan citra diri yang

negatif pada seseorang akan

menghambat orang tersebut untuk

berhasil.

Citra yang dimiliki

seseorang atas dirinya sendiri

mempengaruhi perilakunya. Jika

seseorang melihat dirinya sendiri

sebagai seseorang yang buruk

sekali, maka itulah yang akan

terjadi. Dan jika citra diri

seseorang itu sebagai orang

rendahan, orang lainpun akan

memperlakukan dia sebagai orang

rendahan (Suprajitno, 2009).

3. Faktor – faktor yang berperan

dalam pembentukan Citra

Diri

Citra diri terbentuk dari sejak

masa kecil dimana pengalaman

hidup di masa lalu dan juga

penilaian mengenai masa lalu

Page 8: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

tersebut membuat suatu gambaran

mental tentang diri di masa

sekarang. Citra diri seseorang

terbentuk dari perjalanan

pengalaman masa lalu,

keberhasilan dan kegagalan,

pengetahuan yang dimiliki, dan

penilaian orang lain secara

objektif.

Leo (2006) mengemukakan

tiga faktor yang berperan dalam

pembentukan citra diri seseorang,

antara lain:

1) Orang Tua

Kata–kata yang dianggap

seseorang anak dari orang tuanya

dapat dianggap sebagai suatu

kebenaran. Anak itu percaya pada

apa yang dia masukkan ke dalam

imajinasinya. Misalkan ayahnya

berkata ia seorang anak bodoh,

anak itu dapat memasukkan

informasi tersebut ke dalam

gambaran mentalnya sebagai

suatu kebenaran dan akhirnya

berpikir bahwa ia adalah seorang

anak yang bodoh.

2) Lingkungan sekitar

Suatu lingkungan mempunyai

nilai–nilai budaya yang dapat

dimasukkan ke dalam imajinasi

seseorang. Baik itu nilai yang

buruk atau yang bagus. Seperti

kulit hitam itu jelek dan kulit

putih itu cantik. Orang kulit hitam

yang mendengar ini akan merasa

dirinya jelek dan berpikir bahwa

temannya yang berkulit putih

cantik adanya. Sehingga muncul

citra diri yang negatif terhadap

dirinya sendiri.

3) Diri Sendiri

Hal ini berhubungan dengan

self talk (pembicaraan dengan diri

sendiri). Pada saat seseorang

sedang mengalami tekanan–

tekanan, self talk akan muncul.

Apa yang akan dikatakan kepada

diri sendiri akan membuat gambar

diri yang dapat menipu atau

mendukung diri orang tersebut.

Dari sinilah dapat muncul

kepercayaan yang benar ataupun

kepercayaan yang salah di dalam

diri.

B. Syringoma

1. Definisi Syringoma

Tumor jinak kulit adalah

benjolan pada kulit yang bersifat

jinak, tidak berhubungan dengan

keganasan kulit. Karena sifatnya

jinak, tumor jinak kulit tidak

membutuhkan terapi. Namun bila

Page 9: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

secara kosmetis mengganggu

penampilan, disarankan

mendatangi dokter spesialis kulit

untuk menghilangkan tumor jinak

kulit tersebut. Umumnya dokter

akan melakukan tindakan berupa

bedah listrik atau bedah laser.

Jenis tumor jinak antara lain

serperti Syringoma, yaitu tumor

kelenjar keringat yang biasanya

terdapat di kulit wajah.

Syringoma berasal dari

kata yunani “Syrinx” yang berarti

pipa. Syringoma adalah tumor

kulit jinak yang berasal dari sel –

sel yang berhubungan dengan

kelenjar keringat. Syringoma

biasanya lebih rentan pada

perempuan dan memang memiliki

dasar genetika dalam beberapa

kasus. Syringoma biasanya

berbentuk benjolan–benjolan kecil

berwarna sama dengan kulit

wajah dan bisa berada di kelopak

mata, sekitar mata, lengan, perut

bagian bawah, dan vulva (Elsayed

& Assaf, 2009).

Syringoma adalah tumor

kecil jinak saluran keringat yang

muncul terutama pada wanita dan

sering turun termurun. Umumnya

pertama muncul sekitar pubertas.

Sering ditemukan dalam kelopak

mata tetapi juga ada kemungkinan

timbul di tempat lain di kulit

wajah (Goodheart, 2011).

Syringoma adalah jenis tumor

jinak yang terkadang mirip

dengan komedo atau jerawat.

Karakteristik khasnya berupa

papul–papul multipel di bawah

mata atau daerah kulit yang

banyak mengeluarkan keringat.

Penyakit syringoma ini tidak

terlalu berbahaya tetapi secara

kosmetik mungkin mengganggu

penampilan.

Syringoma adalah tumor

jinak yang berasal dari struktur

saluran keringat. Lebih sering

terlihat pada wanita, biasanya

muncul pada masa remaja,

meskipun mereka dapat muncul

pada usia berapapun. Syringoma

itu jinak, berbentuk lesi yang

tetap, dan biasanya

pengobatannya dikhususkan untuk

alasan kecantikan (Katowitz,

2002).

Berdasarkan pengertian

yang telah diuraikan diatas maka

dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa syringoma adalah suatu

penyakit tumor jinak yang

Page 10: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

disebabkan oleh kelenjar keringat

yang terdapat di wajah dan bagian

tubuh lainnya dan secara kosmetik

dapat menganggu penampilan.

2. Penyebab Syringoma

Tumor kulit pada wajah

biasanya disebabkan karena

paparan sinar matahari yang

berlangsung lama. Penyebab lain

tumor kulit adalah pemakaian

bahan kimia yang tidak aman bagi

kulit, seperti arsen, berilium,

kadmium, mercury, plumbum dan

berbagai jenis logam berat lainnya

(Megasari, 2008).

Hormon steroid dikaitkan

dengan regulasi dari pertumbuhan

kulit. Hormon ini mempunyai

pengaruh atas efek biologis kulit

melalui interaksi dengan reseptor

afinitas-tinggi. Disimpulkan

bahwa hormon dapat menjadi

penyebab dari Syringoma (Fathy

dkk, 2005). Syringoma

disebabkan oleh kelenjar keringat

yang sangat produktif. Biasanya

muncul setelah pubertas dan

diyakini berkaitan dengan

genetika (Burgess, 2009).

3. Fisiologi Treatment

Syringoma

Diketahui, bahwa begitu

banyak rumah–rumah aesthetic

yang ada di zaman canggih seperti

ini. Mereka dilengkapi dengan

begitu banyak alat peralatan laser

maupun jenisnya yang

menawarkan perbaikan

kecantikan terutama dikalangan

wanita. Tetapi pergi ke rumah

sakit dan mencari dokter spesialis

kulit tetap option yang terbaik dan

teraman. Dari berbagai macam

medikasi yang ditawarkan, mulai

dari kasus yang paling ringan

hingga yang paling berat, mulai

dari jenis salep pelembut kulit

hingga mesin laser, peneliti

menguraikan dua perawatan /

pengobatan yang paling sering

diberikan kepada penderita

syringoma, yaitu sinar laser C02

dan teknik cauter.

Pengobatan Syringoma

bervariasi macamnya tergantung

pada sejauh mana area yang

terkena dan jenis kulit pasien. Ada

dua metode dasar yang digunakan

dan menawarkan jaringan parut

yang minimal ketika syringoma

dihapus. Pertama, Laser CO2,

Page 11: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

prosedur invansif minimal yang

memerlukan anastesi lokal, tapi

ada kesempatan bagi jaringan

parut permanen. Kedua adalah

dengan Electrocautery, metode

yang lebih tepat digunakan untuk

mengobati syringoma. Diberikan

zat Lidocain sebelum perawatan

dilakukan kemudian jarum

Electrocautery dimasukkan ke

dalam syringomas untuk

membakar tumor. Setelah itu,

keropeng – keropeng (scabs) kecil

akan terbentuk di atas area

syringoma tersebut tetapi relatif

cepat sembuh (Burgess, 2009).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang

digunakan dalam penulisan ini

adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman yang

mendalam tentang masalah–

masalah manusia dan sosial,

bukan mendeskripsikan

bagaimana subjek memperoleh

makna dari lingkungan

sekelilingnya dan bagaimana

makna tersebut mempengaruhi

perilaku mereka. Penelitian

dilakukan dalam setting yang

alamiah bukan hasil perlakuan

(treatment) atau manipulasi

variabel yang dibutuhkan.Maka,

untuk mendapatkan pemahaman

yang mendalam tentang suatu

fenomena yang dialami subjek,

peneliti memilih metode kualitatif

(Dennzin & Lincoln, dalam

Basuki, 2006).

Lebih lanjut Silverman

(2000) mendeskripsikan bahwa

metode kualitatif sesuai

digunakan pada masalah–masalah

yang betujuan untuk

mengeksplorasi kehidupan

seseorang atau tingkah laku

seseorang dalam kehidupannya

sehari–hari, dengan menggunakan

metode kualitatif juga diperoleh

pemahaman yang mendalam

tentang berbagai gejala–gejala

sosial yang terjadi di dalam

masyarakat.

B. Subjek Penelitian

Sarantakos (dalam

Poerwandari, 2001) mengatakan

bahwa prosedur penentuan subjek

Page 12: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

atau sumber data dalam penelitian

kualitatif umumnya menampilkan

karakteristik sebagai berikut, yaitu

diarahkan tidak dalam jumlah

sampel yang besar, melainkan

pada kasus–kasus tipikal sesuai

kekhususan masalah

penelitian,dapat berubah baik

dalam hal jumlah maupun

karakteristik sampelnya, sesuai

dengan konteks pemahaman

konseptual yang berkembang

dalam penelitian, tidak diarahkan

pada keterwakilan melainkan pada

kecocokan konteks.

Subjek Penelitan yang

akan ditelusuri oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Subjek

Kriteria Subjek dalam

penelitian ini adalah seorang

wanita yang menderita syringoma

di wajahnya.

2. Jumlah Subjek

Penelitian kualitatif cenderung

dilakukan dengan jumlah sedikit

karna penelitian ini berfokus pada

kedalaman dan proses. Adapun

pada penelitian ini, subjek yang

akan diteliti berjumlah 1 (satu)

orang.

C. Tahap – Tahap Penelitian

Tahap persiapan dan

pelaksanaan yang dilakukan

dalam penelitian ini meliputi :

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pertama, peneliti membuat

pedoman wawancara yang

disusun berdasarkan dari strategi

yang relevan dengan masalah.

Pedoman wawancara ini terdiri

dari beberapa pertanyaan

mendasar yang nantinya akan

berkembang dalam wawancara.

Pedoman wawancara yang telah

di susun kemudian ditunjukkan

kepada dosen pembimbing

penelitian untuk mendapatkan

masukan dan koreksi isi pedoman

wawancara.

Kedua, peneliti

mempersiapkan semua alat–alat

yang dibutuhkan untuk

wawancara dan observasi,

termasuk diantaranya pedoman

wawancara, pedoman observasi,

video recording, dan alat tulis.

Kemudian, peneliti akan

menghubungi subjek penelitian

dan mengatur jadwal untuk

bertemu di waktu luang yang dia

sediakan untuk wawancara.

Page 13: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian

Tahap ini merupakan

tahap yang paling penting dari

penelitian, yaitu peneliti akan

melakukan metode pengambilan

data dengan wawancara.

Wawancara dilaksanakan di

tempat dan waktu yang sudah

ditentukan dan disetujui bersama,

baik oleh subjek penelitian

maupun peneliti. Setelah itu,

peneliti memberikan pertanyaan

yang terdapat di dalam pedoman

wawancara dengan bahasa yang

lugas dan mudah

dipahami.Peneliti berharap bahwa

data yang telah diperoleh dari

wawancara merupakan informasi

yang dapat mendukung penelitian

ini.

D. Teknik Pengumpulan

Data

1. Wawancara

a. Pengertian Wawancara

Kartono (dalam Basuki,

2006) menjelaskan bahwa

wawancara adalah suatu

percakapan yang diarahkan pada

suatu masalah tertentu, ini

merupakan proses tanya jawab

lisan, dimana dua orang atau lebih

berhadap–hadapan secara fisik.

Menurut Moleong (2005),

wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak, yaitu interviewer yang

mengajukan pertanyaan dan

terwawancara interviewee yang

memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Peneliti

menggunakkan metode

wawancara semi terstruktur,

dimana pewawancara

menggunakkan daftar pertanyaan

sebagai penuntun selama proses

wawancara tetapi memberikan

pertanyaan tersebut secara acak

kepada subjek penelitian.

2. Observasi

Menurut Narbuko & Achmadi

(2003), observasi adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan

mencatat secara sistematik tentang

gejala yang diselidiki.

E. Alat Bantu Pengumpul

Data

Dalam penelitian ini, alat

bantu pengumpul data yang

Page 14: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

digunakan sebagai alat bantu

penelitian adalah:

1. Pedoman Wawancara

Berupa lembaran kertas yang

berisi daftar pertanyaan yang akan

diajukan kepada subjek. Pedoman

wawancara dibuat untuk

mempermudah peneliti dalam

menanyakan data dan informasi

dari subjek. Pedoman ini sebagai

acuan pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang akan ditanyakan

kepada subjek.

2. Alat Perekam

Alat perekam berguna

sebagai alat bantu pada saat

wawancara, agar penulis dapat

benar – benar berkonsentrasi pada

proses pengambilan data tanpa

harus berhenti untuk mencatat

jawaban – jawaban dari

responden. Dalam mengumpulkan

data, alat perekam baru dapat

digunakan setelah penulis

memperoleh ijin dari subjek untuk

menggunakan alat tersebut pada

saat proses wawancara

berlangsung.

3. Alat Tulis

Alat tulis yang digunakan

adalah buku dan pulpen. Tujuan

penggunaan alat tulis ini adalah

untuk mencatat semua data atau

informasi di dalam suatu

penelitian baik ketika wawancara

maupun observasi.

F. Keakuratan Penelitian

Keakuratan data merupakan

bagian penting yang terdiri dari

konsep validitas dan reliabilitas.

1. Keabsahan (validitas).

2. Keajegan (reliabilitas)

G. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data

merupakan bagian yang penting

dalam sebuah penelitian karena

(Boyatzis dalam Poerwandari,

2001) mengatakan bahwa analisis

penelitian kualitatif memerlukan

kemampuan dan kompetensi

tertentu, kemampuan mengenal

pola (pattern recognition), yaitu

kemampuan melihat pola dalam

informasi yang terkesan acak dan

tidak beraturan.

Poerwandari (2001)

memberikan tahapan analisis data

meliputi:

1. Organisasi data

2. Koding dan analisis

3. Analisis Tematik

Page 15: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Orang dengan Citra Diri

yang Positif

1. Percaya diri

Subjek melihat dirinya

sebagai individu yang santai dan

tenang sebelum penyakit

syringoma ada di wajahnya.

2. Ketegasan

Setelah penyakit

syringoma timbul, subjek tetap

merasa bahwa dirinya adalah

individu yang santai dan tidak

mau dipusingkan dengan pikiran –

pikirannya.

3. Kejujuran

Subjek jujur terhadap

keadaan yang dimilikinya. Subjek

memiliki perasaan tidak enak

dengan kehadiran penyakitnya.

Walaupun begitu, subjek dapat

menerima keadaannya tersebut.

4. Produktif

Subjek adalah individu

yang rajin dan pekerja keras. Hal

ini selaras dengan pendapat dari

orang – orang dekat subjek yang

mengatakan bahwa subjek

merupakan seseorang yang

kreatif, pintar mencari nafkah,

pintar memasak, dan pintar

berdagang.

5. Optimis

Subjek merasa optimis

dengan pengobatan

syringomanya. Jika suatu saat

syringomanya timbul kembali di

wajah, subjek tinggal pergi

berkonsultasi dengan dokter lagi.

Hal ini terungkap dari jawaban

subjek,

B. Faktor – faktor yang

berperan penting dalam Citra

Diri seorang Penderita

Syringoma

1. Peran orang tua subjek

Ketika subjek masih kecil

penyakit syringomanya belum

ada, penyakit tersebut muncul saat

subjek sudah beranjak dewasa.

Jadi, belum ada tanggapan dari

orangtua. Sedangkan lingkungan

sosial tempat subjek

menghabiskan aktivitasnya sehari

– hari, menanggapi kehadiran

penyakit tersebut dengan respon

yang biasa.

2. Peran lingkungan sekitar

tempat subjek tinggal

Orang – orang terdekat

subjek beranggapan bahwa subjek

Page 16: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

merupakan individu yang santai

dan tidak pernah memusingkan

permasalahan yang terjadi di

dalam hidupnya.

3. Peran self talk yang

dilakukan subjek

Subjek sering mengatakan

hal – hal yang positif kepada

dirinya.

4. Penilaian subjek terhadap

pengalaman

Subjek merasa tidak

terlalu nyaman dengan kehadiran

penyakitnya. Walau penyakit

syringoma tidak membuat subjek

menjadi kurang percaya diri,

namun subjek tetap merasa ada

sesuatu yang kurang dengan

adanya penyakit syringoma di

wajahnya.

C. Pembahasan

1. Gambaran Citra Diri

Subjek

Subjek memiliki ciri – ciri

Orang dengan Citra Diri yang

Positif. Hal ini terungkap dari

gambaran diri subjek yang

merupakan individu yang optimis,

rajin, pekerja keras, dan gigih.

Subjek menilai dirinya sebagai

individu yang tidak ambil pusing,

subjek memandang dirinya secara

keseluruhan sebagai individu yang

rajin juga pekerja keras, walau

subjek memiliki penyakit

syringoma, subjek tidak

dikhawatirkan dengan keadaan

dirinya setelah penyakit

syringoma itu ada. Disamping itu,

kelebihan – kelebihan yang

dimiliki subjek membantu subjek

untuk berpikir lebih baik lagi

mengenai dirinya dan subjek

merasa optimis dengan

pengobatan syringomanya.

Hal ini sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh

Mangkuprawira (2008) yaitu

bahwa individu yang memiliki

citra diri yang positif merasa

dirinya berharga di mata orang

lain. Seperti citra tentang

kejujuran, ketegasan, wibawa, dan

sikap adil. Citra diri yang positif

ditandai dengan kepercayaan diri

individu bahwa mereka memiliki

lebih banyak kualitas positif bila

dibandingkan dengan kualitas

negatif dari dirinya sendiri. Citra

dirinya itu memicu antusias

hidupnya. Faisal (2010) juga

sependapat bahwa orang dengan

Page 17: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

citra diri positif termotivasi untuk

meraih prestasi yang tinggi, lebih

bertanggung jawab, berani

menghadapi resiko, lebih disiplin

dengan rencana - rencananya,

apalagi yang sudah dinyatakan

kepada orang lain, lebih percaya

diri, dan lebih produktif (Faisal,

2010).

2. Faktor – Faktor yang

berperan penting dalam Citra

Diri Subjek

Faktor – faktor yang

berperan penting dalam citra diri

subjek adalah yaitu keluarga,

tetangga, maupun lingkungan

tempat subjek berjualan,

menanggapi penyakitnya dengan

baik dengan tidak merasa aneh

atau risih dengan penyakit subjek,

subjek merasa penyakitnya

memang tidak berbahaya, namun

lebih baik dihilangkan agar

wajahnya lebih enak dilihat,

subjek menerima dirinya apa

adanya setelah memiliki penyakit

syringoma, subjek tidak terlalu

nyaman dengan kehadiran

penyakitnya karena ingin

wajahnya tidak terdapat

kekurangan, subjek belum pernah

mengalami hal yang tidak

menyenangkan di lingkungan

sosial karena penyakitnya, dan

subjek memilih anaknya yang

paling tua sebagai tempat

bercerita ketika ia sedih juga

subjek termotivasi dengan

dukungan dan semangat yang

diberikan kepadanya.

Uraian diatas

mengenai subjek juga sesuai

dengan pernyataan dari Holden

(2005), yaitu citra diri terbentuk

dari penilaian yang dibuat oleh

diri sendiri maupun oleh orang –

orang lain. Citra diri terbentuk

dari informasi, pengalaman,

umpan balik, dan tanggapan yang

dibuat oleh individu itu sendiri.

Perkataan yang positif terhadap

diri sendiri, dukungan dari

keluarga maupun orang – orang

terdekat serta lingkungan sekitar,

merupakan faktor – faktor yang

membangun citra diri subjek

sehingga subjek tenang dan

berpikiran positif dalam

menanggapi penyakitnya tersebut.

Page 18: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti maka

dapat dijawab pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah citra diri

pada penderita syringoma ?

Berdasarkan hasil

wawancara dengan subjek dan

significant other yang telah

dilakukan oleh peneliti, maka

gambaran citra diri pada penderita

syringoma adalah dapat

dikemukakan sebagai berikut,

subjek memiliki citra diri yang

positif, hal ini diketahui dari

jawaban subjek yang memandang

dirinya tetap sama walaupun

penyakit itu ada di wajahnya.

Subjek berusaha untuk tidak

merisaukan penyakitnya dan

mencoba pengobatan yang terbaik

yang bisa subjek dapatkan untuk

kesembuhan syringomanya.

Walau setelah pengobatan yang

pertama yang subjek dapatkan di

Rs. Malaka, syringomanya timbul

kembali, subjek tidak merasa

gelisah atau kesal, sebaliknya

subjek tetap optimis dan mencari

pengobatan yang terbaik di tempat

lain. Hal ini juga didukung oleh

jawaban significant other yang

mengatakan bahwa subjek tidak

mengkhawatirkan tentang

penyakitnya, memang ada sedikit

merasa risih, tetapi subjek merasa

penyakitnya dapat sembuh jika

mendapatkan perawatan yang

benar. Subjek melihat citra diri itu

sebagai gambaran mengenai diri

sendiri, subjek menilai dirinya

sebagai individu tidak ambil

pusing, dan subjek memandang

dirinya secara keseluruhan

sebagai individu yang rajin juga

pekerja keras, serta subjek

menjadi lebih percaya diri dan

bahagia setelah dioperasi.

2. Faktor – faktor apa saja

yang berperan penting dalam

citra diri seorang penderita

syringoma ?

Berdasarkan hasil

wawancara dengan subjek dan

significant other, maka faktor –

faktor yang berperan penting

dalam citra diri seorang penderita

syringoma adalah perkataan –

Page 19: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

perkataan positif yang dikatakan

subjek kepada dirinya (self – talk),

pendapat lingkungan sekitar

terhadap subjek setelah menderita

syringoma, ini mencakup keluarga

besar subjek seperti orang tua,

suami, anak – anak, kakak,

ataupun adik subjek, juga

lingkungan tempat subjek

berdagang dan berbisnis sehari –

harinya. Perkataan yang positif

terhadap diri sendiri, dukungan

dari keluarga maupun orang –

orang terdekat serta lingkungan

sekitar, merupakan faktor – faktor

yang membangun citra diri subjek

sehingga subjek tenang dan

berpikiran positif dalam

menanggapi penyakitnya tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan, maka

peneliti mencoba memberikan

saran, yaitu sebagai berikut :

1. Saran untuk subjek dan

keluarga.

a. Subjek

Subjek diharapkan untuk

terus optimis akan pengobatan

syringomanya, selalu melihat hal

yang positif di dalam dirinya

sehingga subjek dapat fokus

kepada kelebihan dirinya

dibandingkan kekurangannya dan

tetap merasa percaya diri.

b. Keluarga Subjek

Keluarga subjek

diharapkan untuk tetap setia

memberi dukungan maupun

dorongan kepada subjek, baik di

dalam proses perawatan ataupun

jika penyakit syringoma itu timbul

kembali. Hal ini dapat

membangun semangat dan

optimisme subjek.

2. Saran bagi masyarakat.

Peneliti ingin berbagi

saran kepada masyarakat sekitar

yang mungkin memiliki saudara,

tetangga, kerabat, ataupun teman

dengan penyakit syringoma untuk

memperlakukan individu seperti

orang pada umumnya agar

individu tersebut tidak merasa

dibedakan dari orang di sekitarnya

karna memiliki syringoma.

Page 20: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

3. Saran untuk penelitian

selanjutnya.

Bagi penelitian

selanjutnya yang tertarik untuk

meneliti gambaran citra diri

terutama untuk penderita

syringoma, peneliti menyarankan

agar lebih lagi menggali aspek –

aspek yang terdapat pada citra diri

yang mungkin belum secara

lengkap dapat disajikan oleh

peneliti di dalam penelitian ini

serta meneliti subjek penelitian

pasien penderita syringoma

dengan jenis kelamin laki – laki

sehingga akan lebih banyak lagi

informasi – informasi berguna

yang dapat diperoleh untuk

penelitian – penelitian

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Atwater, E. & Duffy, K. G. (1999). Psychology for living : Adjustment, Growth, and Behavior today. USA: Prentice-Hall Books, Inc.

Avram, M. R., Tsao, S., Tannous, Z., & Avram, M. (2007). Color atlas of cosmetic dermatology.New York : McGraw – Hill.

Basuki, H. (2006). Penelitian kualitatif untuk Ilmu – Ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Burgess, E. (2009). How to treat

Syringoma.http://www.eho

w.com. 17 Maret 2010.

Covey, S. (2001). The 7 Habits of

Highly Effective Teens.

Jakarta: Binarupa Aksara.

Darmaputera, E. (2005). Menjadi pribadi yang dikehendaki Tuhan. Jakarta : Gunung Mulia.

Dwikomentari, D. (2005). Manajemen solusi dan spiritual dalam Iman – Islam – Ihsan. Jakarta : Pustaka Zahra.

Elfiky, I. (2009). Terapi Berpikir

Positif. Jakarta : Penerbit

Zaman.

Elsayed, M., & Assaf, M. (2009). Familial Eruptive Syringoma. Egyptian Dermatology Online Journal, 5 (1), 1 – 2.

Faisal, A. (2010). Menang melawan diri sendiri. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Page 21: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

Fathy, H., Aziz, A. M. A,, Elhanbly, S., El-Hawary, A. K., & Amin, M. M. (2005). Is Syringoma hormonally dependent?. J Egypt wom Dermatil Soc. 2 (1) 2 – 3.

Frankel, D. H. (2006). Field guide to clinical dermatology. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Goodheart, H. P. (2011). Goodheart’s same-site differential diagnosis : A rapid method of diagnosing and treating common skin disorders. Philadelpiha : Lippincott Williams & Wilkins.

Holden, R. (2005). Success Intelligence.

Bandung : Penerbit Mizan.

Lama, D., & Cutler, H. C. (2004). Seni Hidup Bahagia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

MacGregor, S. (2000). Piece of mind : Mengaktifkan kekuatan pikiran bawah sadar untuk mencapai tujuan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mangkuprawira, S. (2008). Citra Diri 2. http://ronawajah.wordpress.com/2008/04/21/citra-diri-2/. 12 Maret 2010.

Medical Dictionary.(1999). Syringoma.

http://medterms.com/.17 Maret

2010.

Moleong, L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Narbuko, C. & Achmadi, A. (2003). Metodologi Penilitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nopijaf.(2009). Sibling rivalry pada anak kembar yang berbeda jenis kelamin. Skripsi. (tidak diterbitkan). Depok : Universitas Gunadarma.

Nugroho, G., & Intan, N. (2009). Who Is God?. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Grhatama.

Kandani, H. (2010). The achiever : Pencapaian sukses anda berawal di sini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Katowitz, J. A. (2002). Pediatric Oculoplastic surgery. New York : Springer – Verlag.

Komsiah, S. (2009). Definisi Citra dan Kompetensi PR. http://pksm.mercubuana.ac.id/new/learning. 16 April 2010.

Leo, E. (2006). Kesembuhan

Emosional. Jakarta: Metanoia

Publishing.

Lieberman, D. J. (2005). Agar siapa saja mau melakukan apa saja

Page 22: UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGIpublication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5345/1/JURNAL... · memiliki citra diri yang negatif maupun citra diri yang positif. Dan sekarang

untuk anda. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta.

Maxwell, J. C. (2007). Winning with

people. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Megasari, A. (2008). Tumor Kulit Jinak.

http://arniamegasari.blogspot.com

/. 16 April 2010.

Pearce, E. (1995). Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengetahuan dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Rizkiana, U. (2008). Penerimaan diri terhadap penyakit pada penderita kanker darah.Penelitian Ilmiah. (tidak diterbitkan). Depok: Universitas Gunadarma.

Scrivner, J. (2004). Cantik, sehat, dan bugar dengan program detox. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Shields, J. A., & Shields, C. L. (2008).Eyelid, Conjunctival, and Orbital tumors : An atlas and textbook. Philadelphia : Lipincott Williams & Wilkins.

Silverman, D. (2000). Doing qualitative research.A practical handbook. London: Sage Publication.

Suprajitno, A. (2009). Transformation code – The best in you. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Sutoyo, A. (2000). Kiat sukses Prof.

Hembing. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia.

Wiles, M. R, Williams, J., & Ahmad, K. A. (2011) Essentials of dermatology for chiropractros. MA : Jones and Bartlett Publishers.

Wikipedia.(2010). Syringoma.

http//:en.wikipedia.org. 12 Maret 2010.