84
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU SM (87 TAHUN) DENGAN MASALAH HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI WISMA CEMPAKA SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI CIBUBUR KARYA ILMIAH AKHIR TIYA YULIA 1006823583 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI DEPOK JULI 2013 Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

  • Upload
    vannhan

  • View
    235

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN

PADA IBU SM (87 TAHUN) DENGAN MASALAH

HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI WISMA CEMPAKA

SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI CIBUBUR

KARYA ILMIAH AKHIR

TIYA YULIA

1006823583

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI

DEPOK JULI 2013

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN

PADA IBU SM (87 TAHUN) DENGAN MASALAH

HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI WISMA CEMPAKA

SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI CIBUBUR

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

TIYA YULIA

1006823583

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI

DEPOK JULI 2013

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

kasih karunia-NYA, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini, guna

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah

akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Ibu Dewi Irawati, MA, Ph.D., selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia

(2) Ibu Riri Maria, SKp., MANP selaku koordiantor profesi keperawatan

(3) Ibu Ns. Dwi Nurviyandari K.W., S.Kep., MN. selaku dosen pembimbing

yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini

(4) Pihak manajemen Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur yang telah

banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan

(5) Orang tua dan keluarga saya, yang selalu mendoakan dan meridhoi setiap

langkah saya dalam mencapai cita dan harapan saya yang tinggi

(6) Suami dan anak-anak saya tercinta yang telah memberikan dukungan moril

dan materil sehingga saya bisa tetap melanjutkan program profesi

keperawatan ini hingga akhir.

(7) Teman-teman kelompok gerontik program profesi 2012 khususnya Wisma

Cempaka STW KB (Kak Evi, Ruby, Sherly, Asty, Leli, Nindy, Dani, Betty)

Cibubur yang telah memberikan bantuan dan pengertiannya sehingga saya

bisa menyelesaikan karya ilmiah akhir ini tepat pada waktunya.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, Juli 2013

Penulis

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

vi

ABSTRAK

Nama : Tiya Yulia

Program studi : Program Profesi Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia

Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan Pada Ibu SM (87 tahun) dengan

Masalah Hambatan Mobilitas Fisik di Wisma Cempaka

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur.

Pada lansia terjadi perubahan semua sistem tubuh, diantaranya adalah sistem

muskuloskeletal yang melibatkan otot, tulang, dan sendi yang sangat

mempengaruhi mobilitas pada lansia itu sendiri. Dengan adanya proses penuaan

maka mobilitas pada lansia mengalami hambatan. Latihan rentang gerak (ROM)

merupakan salah satu latihan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan

mobilitas fisik pada lansia. Tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran

analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dengan

masalah hambatan mobilitas fisik pada lansia di Sasana Tresna Werdha Karya

Bhakti Cibubur. Pihak pemberi layanan kesehatan lansia harus terus

meningkatkan pelayanan berupa latihan rentang gerak secara teratur dan bertahap

disertai dengan evaluasi yang berkelanjutan.

Kata Kunci : Lansia, mobilitas, ROM

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

vii

ABSTRACT

Name : Tiya Yulia

Study Programme : Profession Nursing Program Faculty of Nursing

University of Indonesia

Tittle : Practicing Analysis in Urban Community Health Nursing

Clinic Occured in Mrs. SM (87 years) with Physical

Mobility Impairment at Wisma Cempaka Sasana Tresna

Werdha Karya Bhakti Cibubur

On elderly occuring changes all body systems, including the musculosceletal

syetem, that involves the muscles, bones, and joints are deeply influence the

mobility in the elderly. As the aging process and the mobility of the elderly

experience barriers. Range of motion (ROM) is one of the exercises that can be

done to overcomed the obstacles of physical mobility in the elderly. The purpose

of this writing is to provide and analysis of the practice of urban community

health nursing clinics with physical mobility impairment on the elderly in Sasana

Tresna Werdha Kaya Bhakti Cibubur. The elderly health care givers should be

continue to improve with range of motion exercises regularly and gradually

accompanied by continous evaluation.

Keywords : Elderly, Mobility, ROM

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................. 5

1.3.1 Tujuan Umum .......................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 5

1.4 Manfaat Penulisan ................................................................ 5

1.4.1 Manfaat bagi Instansi Pelayanan Keperawatan

Kesehatan Lansia ................................................................... 5

1.4.2 Manfaat bagi Institusi Pendidikan Keperawatan .......... 5

1.4.3 Manfaat bagi Karya Ilmiah Selanjutnya ...................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7

2.1 Proses Penuaan ..................................................................... . 7

2.2 Mobilisasi ............................................................................ 8

2.2.1 Pengertian Mobilisasi ................................................ 8

2.2.2 Jenis Mobilitas .......................................................... 9

2.3 Hambatan Mobilitas Fisik .................................................... 9

2.3.1 Tanda dan Gejala Hambatan Mobilitas Fisik ........... 10

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas.................................. 10

2.5 Perubahan Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia ................... 11

2.5.1 Tulang ....................................................................... 11

2.5.2 Otot ........................................................................... 11

2.5.3 Sendi ......................................................................... 13

2.5.4 Sistem Persyarafan .................................................... 13

2.5.5 Jaringan Ikat .............................................................. 14

2.6 Pengaruh Patologis Pada Mobilisasi...................................... 14

2.7 Penatalaksanaan .................................................................... 16

2.7.1 Rencana Asuhan keperawatan Pada Residen dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal ........................................ 16

2.7.2 Intervensi Medis ........................................................ 19

2.7.3 Intervensi Latihan Rentang Gerak Sendi (ROM) ........ 20

2.8 Konsep Nursing Home.......................................................... 23

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA................................. 26

3.1 Pengkajian ........................................................................... . 26

3.1.1 Identitas Diri ................................................................ 26

3.1.2 Aktifitas Sehari-hari .................................................... 26

3.1.3 Hasil Pemeriksaan Fisik.............................................. 28

3.2 Analisa Data ......................................................................... . 30

3.3 Intervensi Keperawatan .......................................................... 31

3.3.1 Hambatan Mobilitas Fisik .......................................... 31

3.3.2 Gaya Hidup Kurang Gerak ......................................... 32

3.3.3 Risiko Jatuh ................................................................ 33

3.4 Implementasi Keperawatan .................................................... 34

3.5 Evaluasi .................................................................................. 37

BAB 4 ANALISIS SITUASI ................................................................... 40

4.1 Profil Lahan Praktek ............................................................. . 40

4.2 Analisis Asuhan Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik ..... . 42

4.3 Analisis Inovasi ROM bagi Lansia dengan Hambatan Mobilitas

Fisik .................................................................................... . 43

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ............................................. . 45

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 46

5.1 Kesimpulan .......................................................................... . 46

5.2 Saran ....................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Form Pengkajian Geriatric Depression Scale (GDS)

Lampiran 2: Form PengkajianMini Mental State Examination (MMSE)

Lampiran 3: Form Pengkajian Tingkat Kemandirian Indeks Katz

Lampiran 4: Form Pengkajian Resiko Jatuh: Morse Fall Scale (MFS)

Lampiran 5: Form Pengkajian Berg Balance Test (BBT)

Lampiran 6: Form Rentang Pergerakan Sendi

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses penuaan pada lansia diantaranya mengalami penurunan diberbagai sistem

tubuh yang meliputi beberapa aspek baik biologis, fisiologis, psikososial, maupun

spiritual merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensial (Stanley

& Beare, 2007). Salah satu penurunan tersebut adalah adanya kehilangan total

massa tulang progresif yang menyebabkan kemungkinan adanya gangguan pada

aktivitas fisik, perubahan hormonal dan reabsorpsi tulang aktual, terjadinya

perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi

otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan waktu reaksi dan relaksasi serta

kerja fungsional. Pengaruh kehilangan tulang diantaranya tulang menjadi lemah,

tulang belakang lebih lunak dan tertekan, tulang panjang kurang resisten untuk

membungkuk (Lueckenotte dalam Potter & Perry, 2005). Selain itu, lansia

mengalami perubahan status fungsional sekunder akibat perubahan status

mobilisasi. Perubahan fisiologis ini bervariasi pada setiap lansia dan bukan proses

patologis.

Perubahan ini terjadi pada semua orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan

tergantung keadaan dalam kehidupan. Pada usia 90-an, 32% wanita dan 17% laki-

laki mengalami patah tulang panggul dan 12-20% meninggal karena komplikasi.

Massa tulang menurun 10% dari massa puncak tulang pada usia 65 tahun dan

20% pada usia 80 tahun. Pada wanita, kehilangan massa tulang lebih tinggi, kira-

kira 15-20% pada usia 65 tahun dan 30% pada usia 80 tahun. Laki-laki kehilangan

massa tulang sekitar 1% pertahun sesudah usia 50 tahun, sedangkan wanita mulai

kehilangan massa tulang pada usia 30-an tahun, dengan laju penurunan 2-3%

pertahun sesudah menopouse (Karim, 2002).

Kehilangan massa tulang ini juga bervariasi terutama ditentukan oleh domisili

lansia, dimana dari segi fisik, psikososial dan sosioekonomi keadaan lansia di kota

tidak lebih baik dibandingkan lansia di desa. Lansia dengan banyak beraktifitas

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

2

Universitas Indonesia

fisik dan teratur berolah raga yang kebanyakan lansia tinggal di desa terbukti lebih

sehat, kekuatan otot lebih terjaga. Dari segi penerimaan kehidupan dan

penerimaan sosial terhadap lansia, kehidupan di desa masih bertahan pola-pola

kehidupan kekerabatan yang menekankan pada keluarga luas maupun interaksi

sosial yang intensif sehingga tidak terjadi pemisahan dan alienasi orang lanjut usia

secara mencolok. Lansia menempati kedudukan sosial dalam menjalankan

sejumlah peranan, serta mempunyai fungsi sosial tertentu dalam kehidupan

masyarakat. Lansia yang sudah tidak mampu bekerja dan mengurus dirinya

sendiri tetap diterima di lingkungan keluarga dan tidak diserahkan pada perawatan

RS atau panti wreda secara penuh (Indriana, 2005).

Tuntutan kehidupan masa kini, seperti kehidupan perkotaan menimbulkan

pandangan tentang pentingnya kemandirian orang tua dari ketergantungan pada

anak sehingga banyak orang tua yang tinggal terpisah dari anaknya. Sebagian

masyarakat beranggapan bahwa lansia tidak lagi mempunyai peran atau fungsi

apapun dalam masyarakat. Hal ini didasarkan pada kondisi lansia yang cenderung

lemah, tidak dinamis, pelupa dan tidak dapat melakukan beberapa aktivitas tanpa

bantuan orang lain (Indriana, 2005).

Sasana tresna werda yang berarti tempat menyayangi/mencintai orang tua

merupakan salah satu pemecahan masalah yang dihadapi kelompok usia lanjut di

perkotaan dalam menapaki hari akhir kehidupannya yang bertujuan untuk

mempertahankan identitas kepribadiannya, memberikan jaminan kehidupan secara

wajar baik jaminan fisik, kesehatan maupun sosial psikologis. Sasana Tresna

Werdha Karya Bakti Ria Pembangunan Cibubur tempat penulis praktik selama 7

minggu, merupakan sasana yang menjadi pilihan banyak lansia dimana banyak

sekali kegiatan dilakukan secara rutin diantaranya kegiatan senam relaksasi,

senam bugar lansia dan kegiatan-kegiatan lainnya yang sangat bermanfaat

khususnya bagi lansia yang mempunyai masalah dalam mobilitas fisik karena

dilakukan secara berkelanjutan sehingga diharapkan otot lansia menjadi lebih

kuat. Kegiatan-kegiatan tersebut diadakan bergantian dalam satu minggu sehingga

lansia mempunyai kesempatan yang besar untuk mengikuti semua kegiatan tanpa

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

3

Universitas Indonesia

ada keluhan rasa lelah. Namun, kegiatan yang dilakukan tidak lama sehingga tetap

diperlukan suatu latihan fisik yang harus dilakukan lansia diluar jam kegiatan

sasana seperti waktu sore hari atau malam hari sebelum tidur.

Salah satu penghuni sasana, Ibu S.M. (87 tahun) mengeluh tidak bisa berdiri

secara mandiri dan harus berpegangan pada handrail sejak dilakukan operasi

tulang femur dextra sekitar tahun 1998 dan 2008-an, dan selama di STW, dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari, residen dibantu oleh caregiver begitupun

dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan STW, residen sangat

tergantung kepada caregiver. Selama ini, residen melakukan mobilitas dengan

menggunakan kursi roda, walaupun sebenarnya residen mampu untuk melakukan

aktifitas fisik seperti berjalan secara perlahan dan berdiri dengan berpegangan.

Untuk itu diperlukan suatu arahan dan motivasi bagi residen dalam meningkatkan

dan mempertahankan kekuatan fisik terutama otot yang residen miliki agar tidak

adanya penurunan sehingga residen menjadi lebih mandiri dan berkualitas dalam

menjalani kehidupan di sasana.

Partisipasi lansia dalam aktivitas fisik yang teratur atau program latihan fisik yang

terstruktur sangat disarankan dan mempunyai banyak manfaat. Perbaikan cara

berjalan, keseimbangan, kapasitas fungsional tubuh secara umum, dan kesehatan

tulang dapat diperoleh melalui latihan. Tulang, sendi dan otot saling terkait. Jika

sendi tidak dapat digerakkan sesuai dengan ROM-nya maka gerakan menjadi

terbatas sehingga fleksibilitas menjadi komponen esesnsial dari program latihan

bagi lansia. Jika suatu sendi tidak digunakan, maka otot yang melintasi sendi akan

memendek dan mengurangi ROM. Latihan fleksibilitas dapat meningkatkan

kekuatan tendon dan ligamen, mempertahanakan kekuatan otot yang melintasi

sendi, mengurangi nyeri pada kasus osteoartritis sehingga ROM bisa

dipertahankan. Rentang sendi (ROM) yang memadai pada semua bagian tubuh

sangat penting untuk mempertahankan fungsi muskuloskeletal, keseimbangan dan

kelincahan pada lansia. Latihan fleksibilitas dirancang dengan melibatkan setiap

sendi-sendi utama (panggul, punggung, bahu, lutut dan leher). Latihan

fleksibilitas adalah aktivitas untuk membantu mempertahankan rentang gerak

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

4

Universitas Indonesia

sendi (ROM), yang diperlukan untuk mempertahankan aktivitas fisik dan tugas

sehari-hari secara teratur (Depkes, 1995).

Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, dalam laporan ini penulis akan

menggambarkan pengelolaan kasus Residen S.M. dengan masalah hambatan

mobilitas fisik yang dilakukan selama 7 minggu dengan menerapkan konsep dan

teori keperawatan gerontik melalui penerapan latihan fleksibilitas (ROM) secara

rutin di Sasana Tresna Werdha YKB Ria Pembangunan, Cibubur.

1.2. Rumusan Masalah

Seiring dengan bertambahnya waktu dan usia, maka manusia akan mengalami

penurunan pada semua fungsi tubuh, salah satunya kekuatan otot yang dapat

digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Adanya penurunan pada

kekuatan otot tadi dapat menyebabkan hambatan mobilitas fisik sehingga lansia

harus tergantung kepada orang lain dan tidak adanya kemandirian dalam

pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Lansia dengan kehidupan yang sehat dan

kekuatan yang maksimal dalam melaksanakan berbagai aktivitas secara mandiri

akan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa percaya diri pada lansia itu sendiri,

oleh karena itu kekuatan fisik pada lansia harus tetap ditingkatkan melalui latihan

fisik dan ROM yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum :

Memberikan gambaran analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat

perkotaan pada Ibu S.M. dengan masalah hambatan mobilitas fisik selama 7

minggu di Wisma Cempaka STW YKB Ria Pembangunan Cibubur.

1.3.2. Tujuan Khusus :

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi :

1. Menggambarkan profil pelayanan lansia di STW YKB Ria Pembangunan

2. Menggambarkan latihan fisik dan ROM pada residen dalam mengatasi

masalah hambatan mobilitas tinggi

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

5

Universitas Indonesia

3. Menggambarkan hasil pengkajian dari residen dengan masalah hambatan

mobilitas fisik di Wisma Cempaka

4. Menggambarkan diagnosis dan rencana asuhan keperawatan pada residen

dengan hambatan mobilitas fisik di Wisma Cempaka

5. Menggambarkan implementasi yang diberikan kepada residen dengan

hambatan mobilitas tinggi

6. Menggambarkan evaluasi hasil implementasi yang telah diberikan kepada

residen

1.4. Manfaat penulisan

1.4.1. Manfaat bagi Instansi Pelayanan Keperawatan Kesehatan Lansia :

Bagi semua pemberi pelayanan di STW YKB Ria Pembangunan dapat dijadikan

sebagai tambahan pengetahuan baru dalam merawat dan menerapkan asuhan

keperawatan pada lansia dengan pendekatan teori keperawatan gerontik dan

diharapkan adanya peningkatan kualitas hidup dari lansia sehingga tercapai suatu

kehidupan lansia yang sejahtera terutama dalam hal fisik dengan adanya

peningkatan tingkat kemandirian lansia dan penurunan ketergantungan lansia baik

pada caregiver ataupun pemberi pelayanan di STW YKB Ria Pembangunan.

1.4.2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Dapat memberikan ide dan informasi data-data mengenai perkembangan lansia

yang tinggal di sasana sehingga menjadi suatu pijakan dalam memberikan arahan

pelaksanan asuhan keperawatan gerontik dan sebagai tambahan ilmu bagi penulis

lainnya dalam hal permasalahan yang terjadi pada lansia dan penatalaksanaannya

melalui pendekatan teori dan konsep keperawatan gerontik.

1.4.3. Manfaat Bagi Karya Ilmiah Selanjutnya

Dapat dijadikan data dasar dan tambahan informasi bagi peneliti dalam hal

keadaan dan permasalahan lansia terutama kondisi fisik sehingga diharapkan

dapat ditemukannya suatu metode dan tata laksana lain yang dapat diterapkan

sebagai tambahan intervensi pada lansia dengan hambatan mobilitas fisik yang

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

6

Universitas Indonesia

pada akhirnya bertujuan pada peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup lansia

tanpa adanya ketergantungan yang tinggi pada orang lain.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

7

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Penuaan

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75

tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastis dan ahli demografi

memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus meningkat sampai abad

selanjutnya (Potter & Perry, 2005). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),

usia lanjut meliputi: usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai

59 tahun, usia lanjut (erderly) antara 60 sampai 74 tahun, usia tua (old) antata 75

sampai 90 tahun dan usia sangat tua (veryold) di atas 90 tahun (Nugroho, 2008).

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yang termuat dalam Bab 1 Pasal

1 Ayat 2, yang disebut usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Nugroho, 2008).

Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan

untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah

dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup (Bastaman,

2000). Proses menua adalah proses sepanjang hidup, yang dimulai sejak

permulaan kehidupan, sehingga merupakan proses alamiah yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).

Salah satu teori menua yaitu teori biologis, yang mencoba untuk menjelaskan

proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan,

panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk

perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan

tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Teori biologis juga

mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara

yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur

panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

8

Universitas Indonesia

(Stanley & Beare 2007). Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi

tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk di dalamnya adalah pengaruh agen

patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan yang

menghambat proses penurunan fungsi organisme yang dalam konteks sistemik

dapat mempengaruhi atau memberikan dampak terhadap organ/sistem tubuh

lainnya dan berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis (Hayflick,

1997 dalam Mujahidullah, 2012). Diantara perubahan itu terdapat perubahan

pada muskuloskeletal dimana pada lansia terjadi penurunan tinggi badan,

redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi

otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan, dan kekakuan sendi-sendi

(Stanley & Beare, 2007). Perubahan sistem muskuloskeletal merupakan hal yang

wajar dan dialami oleh setiap lansia yang menyebabkan berbagai kondisi seperti

perubahan penampilan, kelemahan, dan melambatnya pergerakan.

2.2. Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi

seseorang. (Miller, 2012). Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan bebas (Perry & Poter, 2005). Mobilitas merupakan salah satu

aspek yang terpenting dalam fungsi fisiologis karena hal itu diperlukan untuk

mempertahankan kemandirian (Miller, 2012). Aktivitas, mobilitas dan fleksibilitas

merupakan bagian integral gaya hidup seseorang.

Sistem dalam tubuh manusia dapat mempengaruhi sistem lain dan erat kaitannya

dengan sistem muskuloskeletal karena tulang, sendi dan otot merupakan unsur

pembentuk sistem mobilisasi (Miller, 2012). Mobilisasi mempunyai banyak

tujuan, seperti mengekspresikan emosi dengan gerakan nonverbal, pertahanan

diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan

rekreasi. Dalam mempertahankan mobilitas fisik secara optimal maka sistem

saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter & Pery,

2005).

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

9

Universitas Indonesia

2.2.1. Jenis Mobilitas

Jenis mobilitas ada beberapa macam diantaranya (Carpenito, 2009) mobilitas

penuh, mobilitas sebagian temporer dan mobilitas sebagian permanen. Mobilitas

penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas

sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.

Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk

dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan

batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh

gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai

pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Mobilitas

sebagian ini ada dua macam, mobilitas sebagian temporer, dimana kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut

dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, seperti

adanya dislokasi sendi dan tulang dan mobilitas sebagian permanen, yang

merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya

menetap. Hal tersebut dapat disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang

reversibel. Contoh hemiplegi karena stroke, paraplegi karena cedera tulang

belakang.

2.3. Hambatan Mobilitas Fisik

Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keadaan ketika individu mengalami

keterbatasan atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik, tetapi bukan

imobilitas. Hambatan mobilitas fisik menggambarkan kondisi individu dengan

keterbatasan penggunaan lengan atau tungkai atau keterbatasan kekuatan otot

(Carpenito, 2009), sedangkan menurut NANDA (2012) bahwa hambatan

mobilitas fisik merupakan keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau

lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah.

Pada lansia, hambatan mobilitas fisik sering terjadi berawal karena adanya suatu

gejala atau penyakit pada tulang seperti osteoporosis hingga menyebabkan lansia

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

10

Universitas Indonesia

terjatuh dan timbulnya fraktur (Pujiastuti, 2003). Dtambahkan pula bahwa

osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan

pembentukan tulang. Sedangkan densitas mineral tulang berkurang sehingga

tulang menjadi lebih keropos dan mudah patah walaupun dengan trauma minimal.

Kondisi tersebut akan meningkatkan kemungkinan lansia mempunyai masalah

dalam mobilitas fisiknya.

2.3.1. Tanda dan Gejala Hambatan Mobilitas Fisik

NANDA (2012), menyebutkan bahwa batasan karakteristik dari adanya hambatan

mobilitas fisik diantaranya : penurunan waktu reaksi menyebabkan lansia akan

mengalami perlambatan dalam merespon sesuatu, kesulitan membolak-balik

posisi sehingga jika lansia telah berada pada posisi tertentu pada kursi roda maka

akan terus dalam keadaan seperti itu, melakukan aktivitas lain sebagai pengganti

pergerakan (misal dengan meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain),

dipsnea setelah beraktivitas sehingga lansia cepat capek, perubahan cara berjalan,

gerakan bergetar, keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik

halus, keterbatasan rentang pergerakan sendi, tremor akibat pergerakan,

ketidakstabilan postur yang mempengaruhi cara berjalan, pergerakan lambat,

pergerakan tidak terkoordinasi. Faktor yang berhubungan penurunan ketahanan

tubuh, penurunan kendali otot, penurunan massa otot, penurunan kekuatan otot,

disuse, kaku sendi.

2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mobilitas pada lansia diantaranya gaya

hidup, dimana hal ini merupakan kebiasaan sehari-hari yang berlangsung secara

terus menerus dari usia muda sehingga akan menjadi suatu perilaku lansia dan

pada akhirnya akan berdampak pada kemampuan mobilitas fisik, begitupun lansia

yang mempunyai gaya hidup dengan tingkat aktivitas yang tinggi akan

mempengaruhi kemampuan mobilitas fisiknya. Adanya proses penyakit/cedera

mempengaruhi fungsi sistem tubuh seperti seseorang yang telah mengalami

fraktur femur akan mengalami keterbatasan dalam ekstrimitas bagian bawah.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

11

Universitas Indonesia

Osteoporosis juga merupakan suatu kondisi yang menyebabkan sulitnya lansia

untuk bergerak karena adanya pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah

Faktor kebudayaan juga dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang,

jika aktifitas lansia terbiasa dengan berjalan jauh akan mempunyai kemampuan

mobilitas yang kuat. Tingkat energi mempengaruhi kekuatan mobilitas, jika

energi yang tersedia banyak, maka mobilitas dapat tinggi begitupun sebaliknya,

mobilitas akan kecil jika tidak ada ketersediaan energi. Mobilitas juga sangat

dipengaruhi oleh usia perkembangan seseorang dimana semakin besar usia dan

perkembangan maka mobilitas juga akan menjadi tinggi.

2.5. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia

Lansia mengalami perubahan pada anatomi dan fisiologi tubuhnya, yang

menyebabkan penurunan fungsi sistem tubuh. Fungsi mobilisasi manusia

dihubungkan pada tiga hal yakni tulang, otot dan persendian yang juga didukung

oleh sistem saraf. Penurunan atau perubahan tersebut mempengaruhi kemampuan

mobilisasi pada lansia (Kim et al, 1995 dalam Perry & Poter, 2005).

2.5.1. Tulang

Tulang menyediakan kerangka kerja untuk sistem muskuloskeletal dan bekerja

sama dengan sistem otot untuk membuat suatu pergerakan (Exton-Smith, 1985,

Riggs and Melton, 1986 dalam Miller 2012). Fungsi lain dari tulang adalah

sebagai tempat penyimpanan kalsium, produksi sel-sel darah serta melindungi

jaringan dan organ tubuh. Pertumbuhan tulang mencapai kematangan di masa

dewasa awal. Proses penyerapan kalsium dari tulang untuk mempertahankan

kalsium darah yang stabil dan penyimpanan kembali kalsium untuk membentuk

tulang baru dikenal sebagai remodelling dan terjadi sepanjang rentang kehidupan

manusia (Stanley & Beare, 2007).

Perubahan yang berkaitan dengan proses menua yang mempengaruhi renovasi ini

meliputi: peningkatan resorpsi tulang, penyerapan kalsium berkurang,

peningkatan hormon paratiroid serum, gangguan regulasi aktivitas osteoblas,

gangguan pembentukan tulang sekunder untuk mengurangi produksi osteoblas

dari matrix tulang, dan penurunan jumlah sel sumsum karena untuk penggantian

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

12

Universitas Indonesia

sumsum dengan isi lemak, serta penurunan estrogen pada perempuan dan

testosteron pada laki-laki. Faktor yang dapat mempengaruhi remodelling tulang

dan biasa terjadi pada dewasa tua adalah hipertiroid, penurunan tingkat aktivitas,

COPD, defisiensi kalsium dan vitamin D dan terapi medis seperti glukokortiroid

dan anticonvulsant. (Exton-Smith, 1985, Riggs and Melton, 1986 dalam Miller

2012).

2.5.2. Otot

Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah massa otot tubuh mengalami

penurunan. Hilangnya lemak subkutan perifer cenderung untuk mempertajam

kontur tubuh dan memperdalam cekungan di sekitar kelopak mata, aksila, bahu

dan tulang rusuk. Tonjolan tulang (vertebrae, krista iliaka, tulang rusuk, skapula)

menjadi bertambah. (Stanley & Beare, 2007).

Kekuatan muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan suatu

kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan gaya hidup dan

penurunan penggunaan sistem neuromuskular adalah penyebab utama untuk

kehilangan kekuatan otot. Kerusakan otot terjadi karena penurunan jumlah serabut

otot dan atrofi secara umum pada organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan

melambat dengan penambahan usia, dan jaringan atrofi digantikan oleh jaringan

fibrosa. Perlambatan, pergerakan yang kurang aktif dihubungkan dengan

perpanjangan waktu kontraksi otot, periode laten, dan periode relaksasi dari unit

motor dalam jaringan otot (Stanley & Beare, 2007).

Perubahan terkait penuaan yang berefek pada otot meliputi berkurangnya serabut

otot (jumlah dan ukuran) yang menyebabkan laju metabolik basal dan laju

konsumsi oksigen maksimal berkurang sehingga Otot menjadi lebih mudah capek

dan tidak mampu mempertahankan aktivitas serta kecepatan kontraksi akan

melambat, tergantinya serabut otot dengan jaringan ikat atau lemak, dan rusaknya

membran sel otot karena berkurangnya komponen cairan dan potassium di

dalamnya. Semua aktivitas sehari-hari dipengaruhi oleh fungsi otot skeletal

dimana dikontrol oleh neuron. Perubahan otot karena proses menua diantarnya

adalah akibat pemecahan protein, lansia mengalami kehilangan massa tubuh yang

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

13

Universitas Indonesia

membentuk sebagian otot. Semua perubahan diatas disebut kondisi sarkopenia,

yaitu kehilangan massa otot, kekuatan dan daya tahan otot (Miller, 2012).

2.5.3. Sendi

Fungsi muskuloskeletal secara keseluruhan tergantung pada tulang, otot dan

sendi, namun sendi adalah satu-satunya komponen yang jika digunakan secara

terus menerus akan menunujukkan efek dan keausan bahkan pada massa dewasa

awal. Namun, pada kenyataannya proses degeneratif yang mempengaruhi efisiensi

fungsional sendi mulai terjadi sebelum skeletal matur Beberapa perubahan pada

persendian seiring penuaan adalah berkurangnya viskositas cairan sinovial,

degenerasi kolagen dan selelastin, pecahnya struktur fibrosa dalam jaringan

penghubung, perubahan seluler kartilago karena selalu digunakan secara terus

menerus, pembentukan jaringan scar dan kalsifikasi di persendian dan jaringan

penghubung. serta adanya perubahan degenartif pada arteri kartilago menjadi

retak, robek, dan permukaannya menipis. Akibat dari perubahan itu diantaranya

adalah gangguan gerakan fleksi dan ekstensi, penurunan fleksibilitas struktur

fibrosa, berkurangnya gerakan, adanya erosi tulang dan berkurangnya kemampuan

jaringan ikat (Whitbourne, 1985 dalam Miller, 2012).

Lansia yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi purin yang terlalu banyak juga

akan menyebabkan hasil metabolisme asam urat menumpuk di persendian hingga

bengkak dan terasa nyeri. Asam urat ini seharusnya dikeluarkan bersama urin dan

feses namun ketika ginjal sudah mengalami penurunan fungsi, maka penumpukan

asam urat akan bertambah parah (Mujahidullah, 2012).

Secara umum, terdapat kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada

sendi-sendi yang menahan berat, dan pembentukan tulang dipermukaan sendi.

Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada

jaringan penyambung meningkat secara progresif yang jika tidak dipakai lagi,

mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi dan

deformitas (Stanley & Beare, 2012).

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

14

Universitas Indonesia

2.5.4. Sistem Persyarafan

Mempertahankan keseimbangan pada posisi tegak merupakan suatu keterampilan

yang kompleks pada sistem saraf yang dipengarui oleh proses penuaan. Perubahan

kemampuan visual, penurunan refleks cepat, gangguan proprioception terutama

pada wanita, dan berkurangnya sensasi getar dan sendi pada ekstrimitas bawah.

Selain itu, proses penuaan pada kontrol postural meningkat pada goyangan tubuh,

yang dapat mengukur gerakan tubuh ketika berdiri. Akhirnya karena proses

penuaanterjadi reaksi yang lambat, berjalan lambat dan berkurangnya waktu

respon terhadap stimulasi lingkungan. Para peneliti telah menemukan bahwa

dewasa tua dapat belajar untuk mengkompensasi perubahan karena penuaan pada

sistem saraf pusat untuk pencegahan jatuh (Doumas, Rapp, & Krampe, 2009

dalam Miller, 2012).

2.5.5. Jaringan Ikat

Kelenturan merupakan salah satu komponen dari kebugaran. Jaringan ikat yang

tidak fleksibel lebih mudah timbul trauma. Pada usia lanjut, dijumpai kehilangan

sifat elastisitas dari jaringan ikat. Proses disuse dapat menyebabkan pengerutan

dari jaringan ikat sehingga kurang mampu mengakomodasikan berbagai

pergerakan. Karena menjadi tidak fleksibel maka kelompok usia lanjut ini kurang

dapat mentoleransi berbagai pergerakan yang berpotensi membawa kecelakaan

dan lebih mudah terjatuh. Pada orang dewasa muda, diperkirakan kelenturan,

kekuatan otot, dan koordinasi merupakan bufer dari kemungkinan trauma,

tetapi bufer ini jelas berkurang, bahkan hilang pada usia lanjut.

2.6. Pengaruh Patologis Pada Mobilisasi

Berjalan, baik di dalam atau di luar rumah, adalah suatu bentuk latihan yang

sangat baik untuk lansia dan merupakan cara yang sederhana serta dapat

dilakukan dengan mudah. Apapun aktivitas yang dipilih oleh lansia, hal tersebut

harus dilakukan secara teratur dan bertahap (Stanley & Beare, 2007). Berjalan

merupakan latihan yang dapat membantu kekuatan otot, membantu

mempertahankan fleksibilitas sendi, juga baik untuk sistem peredaran darah dan

sirkulasi (Ebersole, dalam Touhy dan Jett, 2010).

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

15

Universitas Indonesia

Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya

ketika berjalan Siklus gaya berjalan dimulai dengan tumit mengangkat satu

tungkai dan berlanjut dengan tumit mengangkat tungkai yang sama. Interval ini

sama dengan 100% siklus gaya berjalan dan berlangsung 1 detik untuk

kenyamanan berjalan. (Fish & Nielsen, 1993 dalam Potter & Pery, 2005).

Gaya berjalan yang normal adalah menggerakkan ekstremitas atas dan bawah

(kaki dan tangan) secara spontan dan rileks secara menyilang, yaitu langkah kaki

dan tangan bergantian antara kanan dan kiri yang diikuti dengan kepala, leher dan

badan yang tegak mengarah ke depan. Lansia sering kali mengalami perubahan

gaya berjalan dari kondisi normal. Latihan berjalan juga dapat dilakukan pada

area yang kecil terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan area yang lebih luas,

dilakukan selama 10 hingga sampai 60 menit sebanyak 3-5 kali seminggu

(Nurviyandari, 2011). Sedangkan menurut Perry & Potter (2005), menyebutkan

bahwa postur jalan dengan kepala tegak; vertebrae servikal, thorakal, lumbal

sejajar; pinggul dan lutut berada dalam keadaan fleksi yang sesuai dan lengan

bebas mengayun bersama dengan kaki. penyakit atau trauma dapat mengurangi

toleransi aktivitas, sehingga memerlukan bantuan dalam berjalan. Selain itu,

kerusakan temporer dan permanen pada sistem muskuloskeletal dan saraf

memerlukan penggunaan alat bantu untuk berjalan.

Banyak kondisi patologis yang mempengaruhi kesejajaran tubuh dan mobilisasi.

Kelainan postur yang didapat atau kongenital mempengaruhi efisiensi sistem

muskuloskeletal, seperti kesejajaran tubuh, keseimbangan dan penampilan.

Kelainan postur mengganggu kesejajaran dan mobilisasi atau keduanya. Diantara

kelainan tubuh meliputi tortikolis yaitu mencondongkan kepala ke sisi yang sakit,

dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi, lordosis yaitu kurva anterior

pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan, kifosis yaitu peningkatan

kelengkungan pada kurva spinal torakal, kifolordosis yaitu kombinasi dari kifosis

dan lordosis, skoliosis yaitu kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak

sama, kifoskoliosis yaitu tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral,

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

16

Universitas Indonesia

displagia pinggul kongenital yaitu ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan

abduksi pinggul dan kadang-kadang kontraktur adduksi.

Kelainan postur yang lain, knok-knee yaitu kurva kaki yang masuk ke dalam

sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan, bowlegs yaitu satu atau dua kaki

bengkok keluar pada lutut, clubfoot yaitu deviasi medial dan plantar-fleksi kaki

(95%) dan deviasi lateral dan dorsofleksi (5%), footdrop yaitu plantarfleksi ;

ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal dan pigeon-toes

yaitu rotasi dalam kaki depan (Potter & Perry, 2005).

Dengan mengkaji gaya berjalan residen memungkinkan perawat untuk membuat

kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan dan kemampuan berjalan

tanpa bantuan. Mekanika gaya berjalan manusia mengikuti kesesuaian sistem

muskuloskeletal, saraf, dan otot dari tubuh manusia (Fish dan Nielson, 1993

dalam Perry & Potter, 2005).

2.7. Penatalaksanaan

2.7.1. Rencana Asuhan Keperawatan pada Residen dengan gangguan sistem

Muskuloskeletal

Pengkajian mobilisasi lansia berfokus pada rentang gerak, gaya berjalan, latihan

fisik, dan toleransi aktivitas serta kesejajaran tubuh. Sedangkan intervensi

keperawatan yang dilakukan berfokus kepada upaya untuk memperbaiki fungsi

tubuh dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Perencanaan intervensi terapeutik

terhadap lansia yang bermasalah dengan mobilisasi sesuai dengan derajat risiko

lansia, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan residen,

tingkat kesehatan dan gaya hidup. Perencanaan perawatan juga termasuk

pemahaman kebutuhan lansia untuk mempertahankan fungsi motorik dan

kemandirian. Perawat dan residen bekerja sama membuat cara-cara untuk

mempertahankan keterlibatan residen dalam asuhan keperawatan dan mencapai

mobilisasi yang optimal dimana residen berada (Perry & Poter, 2005).

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

17

Universitas Indonesia

Stanley & Beare, (2007) menjelaskan bahwa pengkajian keperawatan

muskuloskeletal memfokuskan pada bagaimana perubahan yang berhubungan

dengan usia mempengaruhi status fungsional lansia dan hal-hal seperti : tinggi

badan, berat badan, postur tubuh, dan gaya berjalan memberikan data dasar yang

dapat mengindikasikan adanya kerusakan otot, obesitas atau edema ; aktivitas dan

pola istirahat, dimana seseorang yang tidak pernah berolah raga atau

diikutsertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu

program latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau

menyakitkan. Pengkajan diet termasuk asupan kalsium dan vitamin D. Obesitas

dan malnutrisi dapat memengaruhi mobilitas dan kekuatan otot. Pengobatan,

termasuk obat-obatan yang dijual bebas.

Lansia dengan riwayat penggunaan obat relaksan otot, agen antireumatik dapat

menimbulkan kerusakan pada sistem muskuloskeletal ; kombinasi kemampuan,

kekuatan dan keseimbangan menentukan kemampuan fungsional residen tersebut;

cedera masa lalu (misalnya fraktur tulang pinggul) dapat mengindikasikan adanya

suatu kondisi osteoporosis. Riwayat nyeri sendi, dan kekakuan dan kelemahan

atau keletihan sering dihubungkan dengan adanya osteoartritis.

Intervensi yang dilakukan kepada residen berupa pengkajian kekuatan otot secara

berkala untuk dapat mengetahui intervensi apa yang akan dilakukan. Latihan

rentang gerak bertujuan agar tercapai rentang gerak normal. Latihan rentang gerak

yang dilakukan berupa rentang gerak aktif pada ekstremitas atas dan bawah. Hasil

yang diharapkan dari tindakan rentang gerak adalah residen dapat

mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas atas, residen dapat

menunjukkan aktivitas perawatan diri secara mandiri atau minimal

ketergantungan (Perry & Poter, 2005).

Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap residen yang

bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun risiko. Perawat

merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko residen, dan perencanaan

bersifat individu disesuaikan dengan perkembangan residen, tingkat kesehatan

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

18

Universitas Indonesia

dan gaya hidup. Perencanaan perawatan juga termasuk pemahaman kebutuhan

residen untuk mempertahankan fungsi motorik dan kemandirian, perawat dan

residen bekerja sama membuat cara-cara untuk mempertahankan keterlibatan

residen dalam asuhan keperawatan dan mencapai kesejajaran tubuh dan mobilisasi

yang optimal dimana residen berada.

Rencana asuhan keperawatan didasari oleh satu atau lebih tujuan, yaitu :

mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, mencapai kembali kesejajaran

tubuh yang tepat ataupun pada tingkat yang optimal, mengurangi ceddera pada

sistem kulit dan muskuloskeletal dari ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran,

mencapai ROM penuh dan optimal, mencegah kontraktur, mempertahankan

kepatenan jalan napas, mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal,

memobilisasi sekresi jalan napas, mempertahankan fungsi kardioveskuler,

meningkatkan toleransi aktivitas, mencapai pola eliminasi normal,

mempertahankan pola tidur normal, mencapai sosialisasi, mencapai kemandirian

penuh dalam aktivitas perawatan diri dan mencapai stimulasi fisik dan mental

Perry& Poter, 2005).

Untuk menjamin residen mendapatkan latihan yang rutin, perawat harus membuat

jadwal pada waktu tertentu, mungkin bersamaan dengan aktivitas keperawatan

lain, seperti saat memandikan residen. Hal ini memungkinkan perawat untuk

mengkaji secara sistematik dan meningkatkan rentang gerak residen. Kecuali

kontraindikasi, rencana keperawatan harus meliputi menggerakkan ekstremitas

residen dengan rentang gerak penuh. Pergerakan dilakukan dengan lembut dan

tidak menyebabkan nyeri. Perawat tidak memaksakan seni melebihi

kemampuannya. Setiap gerakan diulang 5 kali setiap bagian (Perry & Poter,

2005).

Evaluasi hasil dan respon dari asuhan keperawatan, perawat mengukur efektifitas

semua intervensinya. Tujuan dan kriteria hasil adalah kemampuan residen

mempertahankan atau meningkatkan kesejajaran tubuh dan mpbilisasi sendi.

Perawat mengevaluasi intervensi khusus yang diciptakan untuk mendukung

kesejajaran tubuh, meningkatkan mobilisasi dan melindungi residen dari bahaya

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

19

Universitas Indonesia

imobilisasi. Dengan mempertahankan kesejajaran tubuh yang baik dan mobilisasi

serta mencegah bahaya imobilisasi akan meningkatkan kemandirian dan

mobilisasi secara menyeluruh. Residen yang mobilisasi sendinya tidak adekuat

harus mendapat bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Perry & Poter,

2005).

2.7.2. Intervensi Medis

Estrogen memainkan peran utama dalam memperhatikan integritas tulang pada

wanita. Kehilangan unsur-unsur tulang terjadi bila kadar estrogen menurun.

Kehilangan tulang bergantung estrogen terjadi secara cepat selama 5 sampai 10

tahun setelah menopouse. Pria juga berhadapan dengan risiko mengalami

kehilangan tulang karena kemunduran fungsi hormonal seiring dengan

pertambahan usia. Laju penurunan kadar hormon pada pria ini tidak sedramatis

daripada wanita (Stanley, Beare, 2007).

Dalam dekade terakhir, penelitian telah menemukan bahwa terapi oral atau

transdermal estrogen efektif dalam mencegah kehilangan tulang dan mengurangi

insiden fraktur pada wanita postmenopouse. Wanita post menopouse yang

mengkonsumsi estrogen secara oral selama 5 tahun atau lebih dapat mengurangi

resiko fraktur 50% (National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin

Disease, 1991 dalam Miller 2012). Estrogen sangat efektif untuk mencegah lebih

lanjut kehilangan tulang pada pengoabatan lansia, namun akan lebih efektif jika

digunakan pada awal periode menopouse. (Lindsay, 1987 dalam Miller 2012).

Calcitonin telah disetujui oleh Food and Drug Administration tahun 1984 sebagai

pengobatan osteoporosis, namun mengenai keefektifan penggunaan dalam jangka

waktu yang lama masih belum diteliti lebih lanjut.

Terapi lain seperti Sodium flouride merupakan terapi untuk menstimulasi

pembentukan tulang baru, Calciriol dan biphosponate berpotensi untuk mencegah

osteoporosis, juga untuk penggunaan jangka waktu yang lama masih belum ada

penelitian lebih lanjut, dalam hal kalsium dan nutrisi, konsumsi kalsium 1500 mg

perhari disarankan untuk lansia pria maupun wanita postmenopouse yang tidak

mengkonsumsi estrogen. Seperti kalsium karbonat yang ditemukan di beberapa

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

20

Universitas Indonesia

antasida, merupakan sumber yang efektif dan murah dari kalsium elemental.

Untuk vitamin yang lainnya seperti vitamin D, orang dewasa harus

mengkonsumsi 400 IU vitamin D perhari, sedangkan ada batasan dalam

mengkonsumsi vitamin A yakni, jika lebih dari 5000 IU perhari dapat

mengganggu proses remodeling tulang (Miller, 2012).

Untuk itu diperlukan suatu kedisiplinan dan keteraturan dalam mengkonsumsi

setiap vitamin sesuai dengan kebutuhan dan dosis yang dianjurkan agar usaha

untuk mempertahankan kesehatan fisik terutama lansia mudah terwujud dan

kejadian adanya gangguan yang berhubungan dengan muskuloskeletal dapat

dicegah atau diminimalkan.

2.7.3. Intervensi Latihan Rentang Gerak Sendi (ROM)

Aktifitas fisik yang dilakukan secara teratur, terprogram dengan dosis tertentu

pada kelompok lanjut usia dengan tujuan mempertahankan kemampuan optimal

dari sistem tubuh terutama kardiorespirasi dan sistem otot sebagai bentuk upaya

promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatif baik secara fisiologis, psikologis

maupun sosial (Depkes, 2001). Dewasa lansia yang berolah raga secara teratur

tidak kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak dewasa lansia yang

tidak aktif, serat otot berkurang ukurannya, dan kekuatan otot berkurang

sebanding dengan penurunan massa otot. Wanita pasca menopouse memiliki laju

demineralisasi tulang yang lebih besar daripada pria lansia (Perry & Potter, 2005).

Manfaat olahraga pada lansia antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan

jantung, otot, dan tulang, membuat lansia lebih mandiri, mencegah obesitas,

mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh kepercayaan diri yang lebih

tinggi. Adapun prinsip dari latihan fisik yang dilakukan pada lansia adalah

membantu agar tubuh tetap bergerak, meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah

cedera, dan memberi kontak psikologis. Penelitian yang dilakukan oleh Alan

Gow, dari University of Edinburgh di Skotlandia menjelaskan bahwa orang yang

berusia tujuh-puluhan dan ikut dalam banyak olah raga fisik termasuk berjalan

kaki beberapa kali dalam satu pekan, memiliki sedikit penyusutan otak dan tanda

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

21

Universitas Indonesia

lain penuaan pada otak ketimbang mereka yang kurang aktif secara fisik. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwansyah (2011) yang menjelaskan

bahwa adanya pengaruh latihan rentang gerak terhadap lingkup gerak sendi pada

pasien pasca fraktur femur di RSU Muhammad Hoesin, Palembang.

Latihan fisik pada lansia yang dapat dilakukan adalah Range of Motion (ROM)

yaitu jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu

dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, tranversal, dan frontal. Potongan sagital

adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh

menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi

dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan tranversal

adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.

Selain untuk menatasi keterbatasan gerak sendi, ROM juga dapat meningkatkan

kekuatan otot, yang berarti bahwa latihan gerakan sendi yang memungkinkan

terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-

masing persendiaannya sesuai gerakan normal baik secara aktif maupun pasif atau

latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat

kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap

untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Pery, 2005). Penelitian

yang dilakukan oleh Utami (2003) menjelaskan bahwa adanya pengaruh latihan

ROM aktif terhadap kemampuan mobilisasi pada lansia dengan gangguan

muskuloskeletal lebih baik dari sebelum dilakukan latihan ROM aktif.

Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi

sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada

potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku)

dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi

dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan inversi (kaki). Pada potongan

tranversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan

eksternal (lutut), dan dorsofleksi dan plantarfleksi (kaki) (Perry & Poter, 2005).

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

22

Universitas Indonesia

Sebelum lansia memulai memulai program latihan, dianjurkan untuk melakukan

pengkajian sebelum latihan, yang meliputi sedikitnya riwayat lengkap dan

pemeriksaan fisik. Perhatikan juga penggunaan obat-obatan seperti obat

antidiuretika, ẞ-Bloker, tranquilizer dan agen hipoglikemia. Lakukan juga

evaluasi terhadap defisit sensori neurologis, ketajaman penglihatan, keseimbangan

dan gaya berjalan. Tes toleransi terhadap aktivitas harus dilakukan sebelum

seorang lansia terlibat dalam latihan tingkat sedang sampai berat, tetapi tes ini

hanya sedikit memiliki kegunaan pada sebagian besar lansia yang berusia lebih

dari 75 tahun.

Tujuan ROM adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan

kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, mencegah

kekakuan pada sendi, perangsang sirkulasi darah, dan mencegah kelainan bentuk,

kekakuan dan kontraktur. Prinsip yang diterapkan dalam latihan ROM yaitu harus

diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari, dilakukan perlahan

dan berhati-hati sehingga tidak melelahkan residen, perhatikan tanda-tanda vital

residen sebelum dilakukan latihan ROM, bagian tubuh yang dapat dilakukan

latihan ROM meliputi leher, jari, lengan, siku, bahu, kaki, dan pergelangan kaki,

dilakukan secara berurutan dan teratur mulai dari head to toe, jangan memegang

sendi secara langsung,tapi pegang ekstremitas secara lembut pada bagian distal

atau proksimal sendi. Bila perlu memegang sendi buatlah telapak tangan seperti

mangkuk dan letakkan di bawah sendi, jangan memegang ekstremitas pada kuku

kaki atau kuku tangan, bekerja mulai arah proksimal ke arah distal, tetap

memperhatikan kebutuhan rasa aman dan nyaman residen (Perry & Poter, 2005).

Jenis ROM terdiri dari dua jenis, ROM aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh

pasien dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan

membimbing pasien dalam melaksanakan gerakan sendiri secara mandiri dengan

rentang gerak normal. Kekuatan otot pasien 75%, hal ini untuk melatih

kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya

secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh

dari kepala sampai ujung kaki oleh klien sendiri secaraaktif.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

23

Universitas Indonesia

ROM pasif adalah energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain

(perawat) atau mekanik. Kekuatan otot 50%. Indikasi latihan ROM pasif adalah

pasien dengan keterbatasan mobilisasi , pasien tidak mampu melakukan beberapa

atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total dan

pasien dengan paralisis ekstremitas total (Suratun dkk, 2008), rentang ini berguna

untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot

pasien secara pasif. Sendi yang digerakkan pada ROM secara pasif ini adalah

seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien

tidak mampu melaksanakannya secara mandiri (Pujiastuti, dkk, 2003).

2.8. Konsep Nursing Home

Pelayanan perawatan kesehatan umum yang sering digunakan oleh populasi lansia

diantaranya adalah nursing home, day care, respite care, dan perawatan jangka

panjang. Perawatan kesehatan, penurunan sumber fisik dan manusia, dan

peningkatan ketergantungan mungkin mengharuskan lansia untuk tinggal dalam

fasilitas perawatan jangka panjang. Fasilitas tersebut memberikan asuhan

keperawatan yang lama, perawatan medis, dan pelayanan personal atau

psikososial. Nursing Home merupakan tempat yang lazim yang diberikan

perawatan jangka panjang. Ketika orang memasuki pelayanan jangka panjang,

mereka sering mangalami gangguan fungsional karena masalah fisik, masalah

kognitif, dan masalah akut lainnya (Perry & Potter, 2005).

Nursing Home adalah pelayanan yang ditujukan bagi residen yang mengalami

penurunan fisiologis sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi

kebutuhannaya (Wagner, 2008). Nursing home dapat diklasifikasikan dalam 2

kelompok berdasarkan kesehatan : partial care dan total care, dimana residen

memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi sebagian atau secara

keseluruhan semua kebutuhannya. Pertumbuhan industri perawatan subakut dan

managed care merupakan kekuatan pasar yang mengubah penampilan populasi

rumah perawatan tradisional, meningkatkan jumlah residen jangka pendek. Secara

khusus residen dengan total care bertempat tinggal di nursing home untuk periode

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

24

Universitas Indonesia

lebih dari 6 bulan dan menetap disana sampai meninggal. Mereka juga cenderung

menua dan mengalami defisit kognitif serta kerusakan fungsi yang lebih besar

(Potter & Perry, 2005).

Seiring peningkatan harapan hidup, meningkat juga kemungkinan memasuki

nursing home. Keputusan untuk memperoleh perawatan tersebut tidak dengan

mudah dibuat, residen dan keluarga memerlukan banyak dukungan, selain itu,

bantuan perawat diperlukan dalam menentukan fasilitas yang tepat. Jika mungkin,

fasilitas harus dekat dengan rumah residen dan keluarga agar lebih mudah

melakukan kunjungan (Potter & Perry, 2005).

Sasana Tresna Werdha YKB RIA Pembangunan Cibubur merupakan tempat

hunian residen yang menggabungkan sistem nursing home dengan perawatan

jangka panjang, dimana terdapat pelayanan kepada residen baik yang mempunyai

masalah fisiologis seperti hambatan mobilitas fisik dengan menggunakan kursi

roda, gangguan fisik lainnya ataupun residen yang tidak ada masalah kesehatan.

Di STW YKB Ria Pembangunan ini terdapat klinik pelayanan sepanjang waktu

(24 jam) disertai dengan perawat profesional dan alat kesehatan yang memadai

bagi residen yang mempunyai keluhan fisiknya. Pelayanan ini menjadi harapan

bagi residen untuk memeriksakan lebih lanjut mengenai keluhan kesehatannya

sehingga bisa menjadi perantara dalam pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit

yasebagai tempat rujukan. Disini juga terdapat pelayanan pendamping residen

(caregiver) yang selalu melayani residen dengan ketergantungan secara fisik

dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dari caregiver dapat diketahui informasi

mengenai kebiasaan-kebiasaan residen sehari-hari jika diperlukan pengawasan

atau diperlukan/ tidaknya suatu pemeriksaan lebih lanjut. Di klinik juga terdapat

ruang perawatan inap diperuntukkan bagi residen yang memerlukan pengawasan

khusus dari perawat.

Sesuai dengan perawatan jangka panjang, maka di STW ini, dilakukan kegiatan-

kegiatan yang melibatkan semua residen baik mengenai penggunaan fisik seperti

senam relaksasi, senam bugar lansia ataupaun kegiatan yang melibatkan kognitif

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

25

Universitas Indonesia

seperti menonton bersama, menyulam ataupaun bermain angklung bersama.

Semua kegiatan tersebut dilakukan setiap hari secara bergiliran dan dalam waktu

yang tidak terlalu lama sehingga residen terhindar dari rasa kelelahan.

Modifikasi pelayanan jangka panjang dapat meningkatkan kesejahteraan residen

diantaranya Adanya akses residen kepada layanan profesional, mengembangkan

program yang mewakili residen maupun staf, mempertimbangkan fasilitas

monokultur sesuai dengan populasi demografi, Mencoba mempekerjakan staf

yang berbeda dengan residen. Di dalam pelayanan jangka panjang terdapat suatu

dokumentasi yang dilakukan oleh perawat berlisensi walaupun tidak terlibat

dalam pengaturan, dimana dokumentasi sangat diperlukan, bukan hanya untuk

mendokumantasikan apa yang sudah dilakukan perawat namun sebagai bahan

evaluasi keefektifan tindakan keperawatan dan sebagai sarana informasi antara

satu shift dengan sfift berikutnya (Miller, 2012).

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

26

Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1. Pengkajian

3.1.1. Identitas Diri

Ibu S.M. (87 tahun), berjenis kelamin perempuan, agama Islam, pernah bekerja

sebagai guru privat Bahasa Perancis, anak pertama dari tiga bersaudara ini datang

ke panti tahun 1998 karena merasa bingung akan tinggal bersama siapa karena

saudara laki-lakinya sudah meninggal dan ingin tinggal bersama teman-teman

sebayanya sehingga bisa berinteraksi dengan bebas. Saat ini residen menempati

kamar C20 wisma Cempaka dengan ditemani oleh 2 caregiver yang saling

bergantian siang dan malam.

3.1.2. Aktifitas Sehari-hari

Secara umum, kebiasaan residen sehari-hari setelah bangun tidur, langsung mandi

dengan bantuan caregiver, sarapan pagi, berjemur bersama residen lainnya dan

mengikuti kegiatan sasana yang telah dijadwalkan. Pada pola makan tidak teratur,

3 x sehari, residen jarang menghabiskan makanan sampai 1 porsi, biasanya ½

porsi atau kurang, terkadang tidak makan jika menu yang disajikan kurang cocok

dengan selera residen dan pada akhirnya membeli di luar panti yang disiapkan

oleh caregiver. Residen tidak mempunyai pantangan jenis makanan apapun dan

tidak ada riwayat alergi terhadap makanan tertentu, residen hanya membatasi

makanan yang bersantan.

Ketika ditanyakan dan melihat langsung kebiasaan sehari-hari, residen tidak

mempunyai pola minum yang baik dan tidak menentu, biasanya hanya 300 cc-

an/hari. Ketika ditanyakan mengenai kebiasaan minumnya yang sedikit, residen

mengungkapkan alasannya bahwa ia malas untuk BAK dan walaupun

menggunakan pampers malas untuk menggantinya sehingga residen memilih

untuk sedikit minum.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

27

Universitas Indonesia

Residen mempunyai kebiasaan tidur secara teratur mulai pukul 20/21 dan bangun

pukul 04, dan tidur siang selama 2 atau 3 jam setiap hari, residen tidur dengan

menggunakan pampers. Residen mengaku kebutuhan tidurnya tercukupi dan tidak

tampak mengantuk. Mandi dengan bantuan caregiver secara total meskipun

residen mampu untuk melakukan gerak dan berpindah posisi. Residen tidak

mempunyai keluhan terkait pola BAK, 3-4 x sehari dengan menggunakan

pampers, dan BAB lancar 2 kali sehari, saat ini tidak ada keluhan konstipasi.

Ibu S.M. termasuk orang yang senang keluar dengan penampilan yang sangat

rapih dari kepala hingga ujung kaki, ia selalu main dibagian luar panti untuk

sekedar berjemur atau melihat lalu lalang orang di jalan. Pemenuhan kebutuhan

sehari-hari residen dibantu oleh caregiver yang bergantian antara siang dan

malam. Residen selalu mengikuti semua kegiatan sasana dengan dibantu oleh

caregiver. Selama 7 minggu penulis bersama residen, tidak terlihat ia keluar

sasana untuk jalan-jalan sendiri ataupun dikunjungi dan diajak oleh keluarga

residen untuk jalan-jalan ke suatu tempat, dan menurutnya bahwa berkumpul dan

mengikuti semua kegiatan sasana merupakan suatu hiburan yang sangat

membahagiakan sehingga tidak jenuh dan waktu yang terasa cepat berlalu.

Dalam hal kondisi psikososial residen, dari hasil observasi dan wawancara

menunjukkan bahwa residen tampak sehat dan selalu tersenyum jika disapa,

mudah menjawab hampir semua pertanyaan yang diajukan penulis. Dari

pengkajian MMSE (Mini Mental State Examination) didapatkan nilai 27 dengan

interpretasi normal.

Residen mudah tersinggung jika adanya ketidaksejalanan pikiran antara penulis

dan residen, namun mudah untuk dibujuk kembali. Jika residen ditanya mengenai

umur, maka residen sulit untuk menjawab, namun residen akan lebih mudah untuk

menceritakan alasannya kenapa tidak menikah. Dari hasil wawancara, residen

terlihat tidak mau dikalahkan oleh orang lain dalam hal apapun, residen terlihat

sangat menutupi semua kelemahnnya. Dari hasil Geriatric Depression Scale

(GDS) didapatkan nilai 9 yang berarti normal.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

28

Universitas Indonesia

Residen mendapat dukungan penuh dari keponakan-keponakannya yang selalu

mengunjunginya di panti. Residen mempunyai adik kandung yang tinggal di STW

Karya Bhakti Cibubur namun di wisma yang berbeda dan terlihat rukun dan

terkadang saling mengunjungi. Residen termasuk lansia yang tidak banyak

berkomentar dan mencari masalah terhadap sesama penghuni wisma lainnya dan

aktif mengikuti kegiatan sasana. Dalam hal spiritual, residen mengatakan selalu

shalat 5 waktu dan terlihat mengikuti pengajian yang dilaksanakan STW Karya

Bhakti.

3.1.3. Hasil Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum residen tampak tidak sakit,

kesadaran compos mentis, postur tubuh residen tampak kurus,tidak tinggi dan

tidak bisa berdiri tegak, berkulit sawo matang. Pemeriksaan Tekanan Darah:

130/80 mmHg, Nadi: 86x/mnt, Pernapasan: 20x/mnt, Suhu: 36,90, Tinggi Badan:

149 cm, dengan BB: 40 kg, Lingkar Lengan atas: 20 cm, Indeks Masa Tubuh: 18.

Dari hasil pemeriksaan Head to toe diperoleh data bahwa kepala : bentu bulat

simetris, tidak terdapat lesi, rambut pendek, beruban selalu tertutup topi, tampak

bersih , tidak tampak ketombe. Pengkajian mata : mata simetris, tidak

menggunakan kaca mata, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik, tidak

ada serumen, tampak adanya kantung mata namun tidak berwarna kehitaman.

Pemeriksaan hidung : posisi simetris, tidak ada pengeluaran sekret, tidak tampak

adanya polip, fungsi penciuman baik.

Pada pemeriksaan mulut : posisi simetris, mukosa tidak kering dan tidak ada

stomatitis. Pada pemeriksaan telinga : posisi simetris antara kanan dan kiri, tidak

ada keluhan nyeri pada telinga luar maupun dalam, tidak ada pengeluaran sekret,

fungsi pendengaran baik, masih mampu mendengar semua pembicaraan dengan

penulis. Pada leher, tidak ada pembesaran Kelenjar Getah Bening, tidak ada

peningkatan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan. Pada pemeriksaan dada : bentuk

dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, tidak ada kelainan.

Pada pemeriksaan paru, residen tidak tampak sesak napas, didapatkan tactil

fremitus antara toraks posterior dan anterior sama, terdengar bunyi resonance,

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

29

Universitas Indonesia

terdengar vesikuler, tidak terdengan wheezing ataupun ronchi. Pada jantung, tidak

tampak adanya denyutan iktus kordis, didapatkan BJ I-II normla, gallop tidak

ada,murmur tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen bentuk simetris tidak ada

kelainan, teraba supel tidak ada nyeri tekan. Pada sistem muskuloskeletal didapat

data kekuatan otot kurang dibandingkan dengan bagian lain dan bernilai 4 pada

semua ekstremitas, otot lengan teraba lembek, dan residen selalu duduk di kursi

roda.

Residen mengeluh tidak bisa berdiri lama dan jika berdiri harus berpegangan pada

handrail dan tidak bisa berjalan dengan cepat. Residen mengatakan semua

kebutuhannya dibantu oleh care giver, jika tidak maka residen tidak bisa

melakukan apa-apa kecuali duduk di kursi roda atau tiduran di tempat tidur.

Keluhan itu muncul setelah operasi tulang femur kedua kalinya pada tahun 2008-

an dan sebelumnya pada tahun 1998 karena terjatuh dari kursi.

Pada pengkajian tingkat kemandirian Indeks Katz didapatkan data bahwa pada

aktivitas mandi, residen memerlukan bantuan lebih dari satu bagian tubuh, yaitu

kepala bagian belakang jika dikeramas, bahu, pungung atas dan bawah, kaki serta

telapak kaki dan jari kaki, tangan sebelah kanan perlu bantuan total oleh caregiver

Pada aktivitas berpakaian perlu bantuan lebih dimana residen memerlukan

bantuan ketika memasukkan lengan kanan dan kiri ke dalam baju dan

meresletingkan bajunya. Pada aktivitas ke toilet perlu bantuan dalam eliminasi,

baik dalam jalan menuju ke kamar mandi nya ataupun membuka pampers atau

pakaian dalam tetap dibantu oleh caregiver. Pada aktivitas berpindah dari tempat

tidur ke kursi roda atau sebaliknya memerlukan bantuan caregiver karena

kekuatan kaki tidak maksimal sehingga memerlukan penopang untuk berjalan.

Residen bisa mengontrol eliminasi baik urin maupun fekal walaupun

menggunakan pampers namun jika akan BAK atau BAB residen memberi tahukan

terlebih dahulu kepada caregiver, dan dalam hal kegiatan makan, residen bisa

melakukan makan sendiri, dan makanan dan minuman telah dipersapkan terlebih

dahulu oleh residen. Dari keadaan diatas dapat dihitung skor untuk tingkat

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

30

Universitas Indonesia

kemandirian bernilai 2 yang berarti bahwa residen mempunyai gangguan

fungsional berat (ketergantungan tinggi).

Pengkajian Resiko Jatuh : Morse Fall Scale (MFS) didapatkan nilai 40 dengan

interpretasi hasil risiko jatuh rendah, dari Berg Balance Test (BBT) didapatkan

nilai 16 dengan interpretasi hasil : Lansia memiliki resiko jatuh tinggi dan perlu

menggunakan alat bantu jalan berupa kursi roda.

3.2. Analisa Data

Dari hasil pengkajian yang dilakukan kepada residen, maka didapatkan tiga

masalah kesehatan yaitu hambatan mobilitas fisik, gaya hidup kurang gerak dan

risiko jatuh (NANDA, 2012). Pada masalah pertama yaitu hambatan mobilitas

fisik, didapatkan data subyektif diantaranya : Residen mengatakan bahwa ia

mengalami kelemahan dan menggunakan kursi roda setelah dilakukan operasi

femur beberapa tahun yang lalu, mengeluh tidak bisa berdiri lama dan jika berdiri

harus berpegangan pada handrail sehingga tidak bisa berjalan dengan cepat.

Pada data objektif tampak bahwa : kekuatan otot kurang bila dibandingkan

dengan bagian lain, otot lengan teraba lembek, residen tampak selalu

menggunakan kursi roda dalam posisi dan semua pemenuhan kebutuhan sehari-

hari dibantu oleh caregiver, residen selalu mengikuti kegiatan STW terutama

senam bugar lansia dan senam relaksasi. Kegiatan lain yang sering dilakukan oleh

residen adalah berjemur atau hanya jalan-jalan tapi tetap dengan menggunakan

kursi roda dan dibantu oleh caregiver, kurangnya keinginan yang tinggi dari

residen untuk melakukan latihan atau melakukan gerak tanpa kursi roda,

walaupun sebenarnya residen mempunyai kekuatan untuk berjalan dengan

bantuan. Residen juga mempunyai caregiver 2 orang yang bergantian antara siang

dan malam sehingga semua kebutuhan residen terpenuhi, tampak melambatnya

pergerakan residen.

Pada masalah gaya hidup kurang gerak, data subyektif didapatkan data dari hasil

wawancara yang dilakukan dengan salah satu caregiver mengatakan bahwa

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

31

Universitas Indonesia

residen termasuk orang yang malas untuk bergerak, seperti dia akan lebih memilih

untuk duduk di kursi roda daripada latihan jalan, atau meminta tolong untuk

mengambil barang-barang kecil yang diperlukan kepada caregiver daripada

mengambilnya sendiri, menyatakan lebih menyukai aktifitas fisik rendah. Data

objektif yang terlihat dari residen adalah selalu terlihatnya residen di kursi roda

yang menunujukka ketidakbugaran fisik

Masalah lain yang timbul adalah risiko jatuh dengan data subyektif meliputi :

residen dengan usia 87 tahun mengatakan pernah mengalami jatuh beberapa tahun

yang lalu serta dilakukan operasi femur, dan saat ini menggunakan kursi roda, jika

berdiri harus berpegangan pada handrail serta tidak bisa berjalan dengan cepat.

Hasil BBT mempunyai nila 16 dengan interpretasi hasil risiko jatuh tinggi dan

perlu menggunakan alat bantu jalan berua kursi roda.

3.3. Intervensi Keperawatan

Setelah ditemukan masalah keperawatan, maka penulis menyusun asuhan

keperawatan ketiga masalah tersebut dengan menggunakan referensi Doengoes,

(2001); Kozier, et. al, (2010) dan NIC NOC (2012).

3.3.1. Hambatan Mobilitas Fisik

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ibu S.M. mempunyai tujuan

umum yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan mobilitas fisik akan

meningkat dengan tujuan khusus teridentifikasinya tingkat kekuatan otot dan

kemampuan mobilitas fisik residen, residen dapat mendemonstrasikan tindakan-

tindakan untuk meningkatkan mobilitas fisik dan mencegah kekakuan sendi,

residen mampu melakukan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dan sendi

dengan mandiri.

Rencana tindakan pada residen yaitu kaji tingkat kekuatan otot residen secara

berkala, lakukan evaluasi dan validasi keadaan residen saat ini, untuk menentukan

intervensi yang sesuai untuk residen, dokumentasikan tingkat kekuatan otot

residen untuk melihat perkembangan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

32

Universitas Indonesia

Diskusikan dengan residen tentang masalah kekakuan pada sendi dan otot yang

dialami residen, untuk mengetahui secara jelas penyebab kekakuan pada pada

sendi dan otot yang dialami. Diskusikan dengan residen aktivitas yang masih

dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi residen dalam melakukan

aktivitas. Diskusikan dengan residen mengenai perawatan yang telah dilakukan

untuk mengurangi nyeri sendi, rasionalnya untuk mengetahui sejauh mana usaha

residen menyelesaikan masalah. Anjurkan residen untuk berjemur pada pagi hari

untuk mendapatkan penyinaran langsung dari matahari sebagai sumber vitamin D

yang dapat meningkatkan kekuatan tulang dan sendi.

Intervensi selanjutnya adalah ajarkan residen latihan rentang gerak pada semua

ekstremitas yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan residen dalam

mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot dan sendi serta meningkatkan

sirkulasi. Anjurkan residen berlatih dengan menggunakan peralatan yang tersedia

seperti latihan jongkok dan berdiri dengan menggunakan kursi serta meremas

koran menjadi bola kertas. Tindakan ini bertujuan untuk meningktakan dan

mempertahankan kekuatan otot dan sendi serta meningkatkan sirkulasi secara

mandiri. Latih residen untuk melakukan perubahan posisi dari berbaring keduduk

dan dari duduk keberdiri, untuk meningkatkan kemampuan residen melakukan

aktivitas sehari-hari. Motivasi residen untuk berkonsultasi dengan medis jika

kekakuan pada sendi dan otot semakin meningkat, dengan rasional bahwa terapi

farmakologis untuk menguarangi kekakuan sendi dan otot.

3.3.2. Gaya Hidup Kurang Gerak

Pada diagnosa gaya hidup kurang gerak, mempunyai tujuan umum yaitu

menunjukkan adanya toleransi aktivitas, dan pada tujuan khusus, residen akan

mengatakan kesadaran tentang risiko gaya hidup kurang gerak, mendeskripsikan

manfaat latihan fisik secara teratur, secara bertahap residen dapat meningkatkan

kuantitas latihan fisik yang dilakukan, dapat meningkatkan ketahanan fisik saat

latihan fisik, mengalami peningkatan kekuatan otot, dan mengalami peningkatan

kekuatan sendi.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

33

Universitas Indonesia

Intervensi yang dilakukan pada diagnosa gaya hidup kurang gerak antara lain :

buat program dan memberi bantuan untuk aktivitas fisik, kognitif, sosial, dan

spiritual tertentu untuk meningkatkan rentang, frekuensi atau durasi aktivitas

individu, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada residen untuk

melakukan aktivitas gerak secara teratur. Fasilitasi aktivitas fisik tertentu untuk

mempertahankan atau mencapai tingkat kebugaran dana kesehatan yang lebih

tinggi, fasilitasi pelatihan otot sensitif secara teratur untuk mempertahankan atau

meningkatkan kekuatan otot serta persiapkan residen untuk mencapai dan

mempertahankan tingkat aktivitas yang diprogramkan yang bertujuan agar semua

kegiatan yang sudah terprogram dapat dilaksanakan dan mempunyai hasil yang

positif. Pada intervensi kolaborasi dapat dilakukan rujukan kepada ahli terapi fisik

untuk latihan kondisi khusus, jika diperlukan.

3.3.3. Risiko Jatuh

Diagnosa resiko jatuh mempunyai tujuan umum yaitu tidak terjadinya jatuh

dengan tujuan khusus diharapkan residen mampu meningkatkan pengetahuan

residen tentang resiko jatuh, meningkatkan kekuatan otot dan yang menyebabkan

resiko jatuh, untuk meningkatkan pengetahuan residen tentang resiko jatuh

sehingga meningidentifikasi bersama residen lingkungan yang dapat

meningkatkan kemungkinan jatuh, dengan rasional untuk meningkatkan

kewaspadaan residen terhadap resiko jatuh.

Diskusikan dengan residen pemilihan alas kaki yang tidak menyebabkan resiko

jatuh, dengan rasional untuk melibatkan residen dalam memutuskan suatu pilihan

meningkatkan hubungan saling percaya, demonstrasikan cara pengguanaan alat

bantu jalan dan cara berpegangan pada handrail untuk mencegah jatuh dengan

rasional untuk meningkatkan keterampilan residen dalam menggunakan alat bantu

jalan. Motivasi residen untuk mengikuti senam di STW untuk meningkatkan

kekuatan otot, motivasi residen untuk melakukan latihan ROM di kamar baik

dalam keadaan berbaring atau duduk. Bekerjasama dengan caregiver dalam

menciptakan lingkungan yang aman termasuk lantai kamar mandi yang tidak

licin, bekerjasama dengan caregiver dalam merapikan kamar tidur, motivasi

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

34

Universitas Indonesia

residen untuk selalu menggunakan alas kaki untuk mencegah jatuh. Berkolaborasi

dengan anggota tim kesehatan lain untuk meminimalkan efek samping obat yang

dapat menyebabkan jatuh, rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan cara berjalan dan

latihan fisik untuk memperbaiki mobilitas, keseimbangan dan kekuatan jika

diperlukan.

3.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan terhadap residen S.M. selama 7 minggu dan dilakukan

secara tidak teratur, dimana implementasi dilakukan tergantung ketersediaan dan

kondisi fisik residen, juga adanya acara sasana seperti adanya tamu atau adanya

peringatan hari ulang tahun, dsb, namun sebagian besar dilakukan pada pagi hari

sekitar pukul 11-an atau pada sore hari sekitar pukul 16-an.

Implementasi keperawatan terkait masalah hambatan mobilitas fisik dilakukan

sebanyak 18 kali pertemuan dan sudah termasuk latihan gerak sendi ROM. Setiap

pertemuan dibatasi sampai 30 menit namun sering melebihi waktu kontrak,

dimana pada pertemuan minggu pertama masih membina hubungan saling

percaya dengan residen dan mendiskusikan tentang tujuan umum yang ingin

dicapai dalam interaksi selama 7 minggu ini.

Intervensi yang dilakukan pada minggu pertama adalah bertujuan

teridentifikasinya tingkat kekuatan otot dan kemampuan mobilitas fisik residen

dengan cara mengkaji tingkat kekuatan otot residen secara berkala setiap hari.

Dalam mengkaji tingkat kekuatan otot penulis menggunakan skala penilaian

kekuatan otot 1-5 dan melakukan evaluasi dan validasi kekuatan otot tersebut

secara terus menerus serta mendokumentasikannya.

Dalam pertemuan selanjutnya, intervensi yang dilakukan penulis adalah

mendiskusikan dengan residen tentang masalah kekakuan pada sendi dan otot

yang dialami oleh residen, dengan menanyakan penyebab residen menggunakan

kursi roda, kapan mulai menggunakan kursi roda serta kapan mengalami

penurunan kekuatan terutama saat berjalan. Penulis juga mengkaji tentang

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

35

Universitas Indonesia

aktivitas apa saja yang masih bisa dilakukan oleh residen, dalam hal ini penulis

juga menanyakan langsung dengan caregiver yang menangani residen. Penulis

juga menanyakan kepada residen dan caregiver tentang usaha yang telah

dilakukan untuk mengurangi nyeri baik usaha secara mandiri maupun konsultasi

ke dokter STW ataupun dokter yang biasa residen kunjungi.

Intervensi selanjutnya yang dilakukan terhadap residen adalah melatih kekuatan

otot dengan cara latihan gerak sendi (ROM) yang dilakukan secara bertahap dan

sedikit demi sedikit serta tetap memperhatikan kondisi umum residen. Latihan

rentang gerak pada satu kali pertemuan bisa 1 bagian dengan 3 gerakan, misalnya

bagian leher dengan gerakan fleksi, hiperextensi, fleksi lateral dan rotasi.

Pertemuan selanjutnya dengan gerakan bahu meliputi fleksi, ekstensi,

hiperekstensi, abduksi, aduksi, rotasi dalam dan luar. Evaluasi gerakan

sebelumnya dilakukan sebelum memulai gerakan baru.

Latihan gerak sendi selanjutnya yaitu sirkumduksi dan evaluasi dari gerakan bahu

sebelumnya. Pertemuan selanjutnya, penulis menanyakan tentang latihan rentang

gerak yang telah diajarkan apakah sudah diulangi di dalam kamar sebelum tidur

atau setelah bangun pada hari hari serta mengulangi semua gerakan yang telah

diajarkan dari awal hingga gerakan yang terakhir. Gerakan ditambah dengan

sirkumduksi pada bahu, serta fleksi dan ekstensi pada siku. Semua latihan dan

gerakan yang diajarkan pada residen, dilakukan dengan duduk di kursi roda,

sehingga tidak terlihat bagaimana keseimbangan tubuh residen itu sendiri.

Pertemuan selanjutnya adalah dengan gerakan supinasi dan pronasi pada lengan

bawah, selanjutnya pergelangan tangan meliputi fleksi, ekstensi dan hiperekstensi,

abduksi dan adduksi dan tetap dilakukan sambil duduk di kursi roda. Penulis tetap

memeprhatikan keadaan residen, dan jika residen terlihat capai, latihan segera

dihentikan dan melakukan untuk kontrak selanjutnya serta menganjurkan residen

untuk intirahat.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

36

Universitas Indonesia

Latihan rentang gerak sendi selanjutnya adalah gerakan pada jari-jari tangan

seperti ekstensi, hiperekstensi, abduksi dan adduksi serta ibu jari tangan residen.

Pertemuan selanjutnya adalah gerakan pinggul, dimana pada gerakan ini, baik

residen maupun penulis mengalami kesulitan karena residen tidak kuat untuk

berdiri lama sehingga gerakan ini dilakukan tidak maksimal. Gerakan meliputi

fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi, rotasi dalam dan rotasi luar serta

sirkumduksi.

Pada pertemuan selanjutnya tidak dilakukan latihan gerakan apapun, hanya

mendiskusikan mengenai manfaat dan latihan yang telah dilaksanakan residen.

Latihan rentang gerak selanjutnya adalah fleksi dan ekstensi pada lutut, gerakan

ini mudah dilakukan sambil duduk di kursi roda sehingga residen tidak

mempunyai kesulitan. Gerakan yang terakhir adalah gerakan kaki, mata kaki dan

jari kaki meliputi dorsofleksi, plantarfleksi, inversi, eversi, fleksi, ekstensi,

abduksi dan adduksi.

Penulis juga memberikan motivasi kepada residen untuk melakukan ROM secara

mandiri dengan diawasi oleh caregiver pada waktu malam sebelum tidur dan

pagi-pagi setelah bangun dengan rutin meskipun hanya sebentar, tak kalah

pentingnya penulis juga melibatkan caregiver dalam melatih ROM dan latihan

berjalan dalam hal intensitas latihan, lamanya latihan serta respon yang

ditunjukkan oleh residen selama latihan. Setiap selesai melakukan latihan gerak

sendi, penulis memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan

residen.

ROM dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan observasi vital sign dan

menanyakan keluhan yang dirasakan residen saat itu. Intervensi terhadap masalah

keperawatan lainnya dilakukan diantara intervensi yang dilakukan pada masalah

keperawatan pertama. Untuk meningkatkan latihan fisik, penulis juga

mengajarkan tentang latihan jalan kepada residen dimulai dengan area yang dekat

yaitu di depan kamar antara pintu kamar residen ke pintu kamar berikutnya.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

37

Universitas Indonesia

Latihan berjalan ditingkatkan sedikit demi sedikit dan jarak latihan meningkat

menjadi melewati beberapa kamar hingga ujung.

3.5. Evaluasi

Pada evaluasi Subjektif namun residen mengatakan bisa berdiri dengan

berpegangan pada dinding dan berjalan pelan-pelan dan mengatakan bisa

melakukannya. Residen mengatakan bahwa ia mulai menggunakan kursi roda

sejak beberapa tahun yang lalu ketika ia mengalami jatuh dan dilakukan operasi

femur sebelah kanan. Sebelumnya residen menggunakan alat batu jalan walker,

namun setelah dilakukan operasi yang kedua kalinya residen baru menggunakan

kursi roda. Caregiver mengatakan bahwa residen melakukan gerakan hanya

sebentar dengan alasan sudah lelah.

Evaluasi Objektif dari tindakan yang telah diimplementasikan kepada residen

didapatkan dari interaksi-interaksi yang telah dilakukan selama tujuh minggu.

Pada minggu pertama saat dilakukan fase bina hubungan saling percaya dan

dilakukannya pengkajian serta pemeriksaan-pemeriksaan yang berkaitan sebagai

data untuk menegakkan diagnosa. Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada

residen, didapatkan hasil bahwa kekuatan otot residen menurun, otot teraba

lembek, kekuatan otot residen ada pada nilai 4 pada semua ekstremitas yaitu dapat

menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan gravitasi dengan kemampuan otot

terhadap tahanan yang ringan. dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-

hari residen dibantu oleh caregiver, residen tampak mengikuti semua kegiatan

sasana dengan menggunakan kursi roda.

Ketika diajarkan latihan ROM, residen tampak mengikuti gerakan yang diajarkan

walaupun terlihat tidak maksimal terutama pada gerakan ekstremitas bawah.

Residen mencoba mengulangi latihan rentang gerak yang telah diajarkan namun

hanya sebentar karena mengeluh sudah merasa cape sehingga gerakan yang

diajarkan tidak terlalu banyak. Pada gerakan sendi pinggul, residen mengalami

kesulitan karena tidak dapat berdiri tanpa berpegangan dalam waktu yang lama,

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

38

Universitas Indonesia

kemudian penulis mengkombinasikan antara latihan rentang gerak dengan latihan

fisik jalan di depan kamar residen.

Pada latihan ROM minggu pertama, gerakan kepala bisa dilakukan sesuai dengan

petunjuk yang diberikan, gerakan bahu dan leher belum maksimal dan residen

mengeluh cepat lelah sehingga latihan ROM dilakukan hanya sebentar. Pada

minggu kedua gerakan tangan bisa dilakukan namun tidak bisa lama, sedangkan

pada ekstremitas bawah hanya sedikit yang bisa dilakukan dan tidak bisa lama.

Pada jari kaki juga tidak bisa maksimal namun tampak adanya penggunaan otot

yang menunjukkan adanya usaha untuk bergerak

Latihan jalan pada minggu kelima residen tampak ketakutan ketika pegangan

tangan penulis dilepaskan, namun dengan semangat yang tinggi residen tetap

meneruskan usaha untuk berjalan dan jarak yang bisa ditempuh dari minggu

pertama latihan adalah dari pintu kamar satu ke pintu kamar lainnya. Residen

tampak semangat untuk melanjutkan latihan jalan namun waktu makan sore sudah

tiba sehingga latihan dapat dilanjutkan esok harinya.

Pada latihan jalan selanjutnya, residen tampak bisa berjalan lebih jauh lagi dengan

kecepatan yang lebih dari sebelumnya dan jarak kian bertambah seiring dengan

seringnya latihan jalan yang dilakukan residen. Setelah dilakukan ROM dan

latihan jalan dalam waktu 7 minggu, hambatan mobilitas fisik masih tampak pada

residen Residen S.M. sehingga latihan baik ROM maupun latihan jalan harus

selalu dilakukan agar kekuatan otot tetap bertahan bahkan meningkat dengan

melibatkan caregiver.

Pada evaluasi analisis residen tampak terlihat antusias ketika diajarkan teknik

latihan ROM dan tampak semangat ketika diajak untuk latihan berjalan. Selama

penulis melakukan praktik di Wisma Cempaka, residen tidak mangalami jatuh

dan tetap tercipta lingkungan yang aman dan tidak beresiko menimbulkan jatuh,

serta residen selalu menggunakan alas kaki sebagai perlindungan dirinya.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

39

Universitas Indonesia

Rencana tindak lanjut yang dilakukan adalah motivasi residen untuk melakukan

latihan gerak sendi dan mencoba menganjurkan dengan melibatkan caregiver

untuk mengingatkn residen agar latihan gerak sendi secara bertahap namun

dilakukan secara terus menerus.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

40

Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

4.1. Profil Lahan Praktek

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti terletak di daerah Cibubur, Jakarta Timur

merupakan sasana yang dikelola oleh Yayasan Karya Bhaki RIA Pembangunan

yang diprakarsai oleh Ibu Hj. Siti Hartinah Soeharto dan diresmikan pada tanggal

14 Maret 1984. STW Karya Bhakti adalah suatu institusi yang bergerak dalam

bidang pelayanan residen dimana diharapkan residen mempunyai kualitas hidup

yang baik mempunyai tingkat kemandirian yang tinggi tanpa adanya

ketergantungan kepada orang lain. STW Karya Bhakti ini merupakan model long-

term care yang merupakan perpaduan antara social residence, nusing home, dan

day care. Pada social residence meliputi pelayanan untuk mengatasi permasalahan

tempat tinggal bagi lansia, nursing home merupakan pelayanan lansia dengan

tingkat kemandirian partial care dan total care dimana memerlukan atau tidak

memerlukan bantuan orang lain. Program day care ditujukan bagi lansia yang

tinggal bersama keluarga, tetapi memerlukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat

dan dapat mengisi kekosongan lansia di siang hari.

Sarana yang ada di STW Karya Bhakti berupa akomodasi meliputi fasilitas-

fasilitas yang berfungsi untuk mendukung semua kegiatan residen di sasana, staf

yang siap membantu semua kebutuhan residen, mempunyai tenaga perawat yang

menrima perawatan residen yang memerlukanpengawasan khusus. Pelayanan juga

meliputi pelayanan kesehatan berupa konsultasi ahli, asuhan keperawatan,

fisioterapi, farmasi, rawat jalan, rawat inap, rujukan RS dan kegawatdaruratan;

pelayanan sosial berupa pembinaan mental spiritual sesuai keyakinan, senam, seni

tradisional (angklung), bernyanyi, kegiatan keterampilan membuat anyaman atau

menyulam, berkebun, dan kegitan bincang-bincang dengan beberapa tokoh atau

instansi. Selain itu, di sasana tresna werdha ini lansia dapat memanfaatkan hobi

yang dapat dilakukan dan ada rekreasi bersama; pelayanan harian lanjut usia

melalui pemeriksaan kesehatan harian berupa pemeriksaan tanda-tanda vital;

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

41

Universitas Indonesia

pelayanan individu dan pelayanan kelompok sesuai kebutuhan lansia. Lansia yang

ingin tinggal di sasana harus memiliki syarat khusus.

Pelayanan dalam bidang kesehatan di STW Karya Bhakti juga menyediakan

sarana bagi lansia yang mengalami gangguan keseimbangan cairan, dehidrasi

bahkan gangguan pemenuhan nutrisi seperti dengan dilakukannya pemasngan

NGT yang menunjukkan bahw sasana ini sangat memperhatikan keluhan

kesehatan yang dirasakan oleh residen.

Persyaratan bagi lansia yang ingin menetap di STW Karya Bhakti, antara lain:

berusia di atas 60 tahun, sehat jasmani maupun rohani, mandiri, ingin tinggal di

STW atas keinginan sendiri, memiliki penanggung jawab keluarga, dan yang

terpenting adalah tidak ada paksaan. STW Karya Bhakti dilengkapi oleh sarana

dan prasarana, antara lain fasilitas hunian, klinik werdha, fasilitas penunjang

kesehatan lansia, dan fasilitas lain yang mendukung.

Fasilitas hunian meliputi wisma Aster kapasitas 18 kamar VIP, Wisma Bungur

kapasitas 25 kamar, Wisma Cempaka kapasitas 26 kamar, dan Wisma Dahlia

kapasitas 8 kamar. Fasilitas klinik werdha antara lain Wisma Wijaya Kusuma

kapasitas 3 kamar VIP, bangsal rawat inap 15 tempat tidur, pelayanan 24 jam.

Fasilitas penunjang pelayanan lansia antara lain Wisma Soka, Wisma Mawar,

Wisma Kamboja, dan Wisma Kenanga. Fasilitas lain pendukung bagi kehidupan

lansia antara lain dapur, ruang cuci, ruang serba guna, perpustakaan, pendopo,

ruang pemeriksaan kesehatan.

Salah satu wisma yang ada di STW adalah Wisma Cempaka yang dihuni oleh 19

residen dengan kondisi kesehatan residen yang sebagian besar bisa mandiri dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Wisma Cempaka berada di bagian kiri

belakang STW yang berdekatan dengan mushola dan taman yang dijadikan

tempat menanam bunga dan sayuran oleh residen. Terdapat ruang tamu dan ruang

TV yang selalu dijadikan tempat untuk berkumpul residen dalam melakukan

kegiatan wisma ataupun acara keagamaan.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

42

Universitas Indonesia

Pelayanan yang diberikan STW sebagai bagian dari nursing home secara umum

sudah sangat layak terhadap pelayanan residen di perkotaan. Pada pelayanan

nursing home, perawat harus menemani residen 6 jam sehari untuk melakukan

semua aspek perawatan (Burger, et al, 2009 dalam Miller 2012). Di STW,

pelayanan yang diberikan secara umum pada semua residen terutama pada residen

yang membutuhkan perawatan dan observasi khusus dan tidak terfokus pada satu

residen saja.

4.2. Analisis Asuhan keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa masalah yang muncul pada kasus Ibu SM

terdiri dari hambatan mobilitas fisik, gaya hidup kurang gerak dan risiko jatuh.

Masalah yang pertama yaitu hambatan mobilitas fisik akibat adanya tanda-tanda

yang didapatkan dari residen diantaranya kekuatan otot mempunyai nilai 4 yaitu

adanya pergerakan sendi, otot dapat melawan pengaruh gravitasi dengan tahanan

ringan, pada semua ekstremitas kanan dan kiri, otot lengan teraba lembek, jika

residen berdiri harus berpegangan pada handrail dan tidak bisa berjalan dengan

cepat, dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari residen dibantu oleh caregiver dan

tampak selalu menggunakan kursi roda. Keadaan fisik Ibu SM. sesuai dengan

NANDA, 2012 yaitu keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu atau lebih

ekstremitas secara mandiri dan terarah.

Masalah hambatan mobilitas fisik muncul pada Ibu SM disebabkan karena

beberapa faktor diantaranya trauma yang dialami residen beberapa tahun yang lalu

sehingga dilakukan operasi femur yang pada akhirnya residen tidak bisa bergerak

bebas hal ini sesuai dengan teori Carpenitto (2009) bahwa mobilitas seseorang

dipengaruhi oleh proses penyakit atau cedera. Residen mengalami trauma

dikarenakan adanya kondisi tulang yang telah keropos atau osteoporosis sehngga

residen akan mudah untuk trauma ataupun terjatuh. Hal ini juga sesuai dengan

proses penuaan dimana terjadi penurunan massa tulang sehingga menyebabkan

adanya hambatan mobilitas fisik berupa keterlambatan gerak dan sulitnya

berpindah dari satu posisi ke posisi lain. Hambatan mobilitas fisik yang dialami

residen sekarang ini juga karena gaya hidup residen dimasa lalu, dimana residen

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

43

Universitas Indonesia

menjalani profesinya dengan lebih banyak duduk sehingga aktifitas fisik kurang,

selain itu kebudayaan yang residen ikuti juga menunjukkan bahwa residen

merupakan tipe orang yang tidak mau mengambil resiko dalam arti dalam semua

hal selalu melihat keefektifan seperti menggunakan kendaraan kemanapun residen

pergi sehingga penggunaan tulang, sendi dan otot pada waktu muda kurang.

4.3. Analisis Inovasi ROM bagi Lansia dengan Hambatan Mobilitas Fisik

Pelaksanaan asuhan keparawatan yang diberikan kepada Ibu S.M. terhadap

masalah utama hambatan mobilitas fisik adalah latihan rentang gerak sendi

(ROM) yang dilakukan secara aktif dimana residen dapat melakukan sendri tanpa

tergantung kepada penulis dan latihan ini mempunyai tujuan utama yaitu

mengaktifkan kembali fungsi otot sehingga kekuatan otot meningkat dan

pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dapat dilakukan secara mandiri dan

meminimalkan bantuan dari orang lain sehingga kehidupan residen lebih

berkualitas. Stanley & Beare (2007) menyebutkan bahwa perawat dapat memberi

dampak yang berarti pada kualitas hidup dan disabilitas yang berhubungan dengan

penyakit kronis pada sistem muskuloskeletal dengan cara memberi dorongan dan

mengajarkan suatu program kebugaran dan latihan yang efekif serta aman.

Disebutkan juga bahwa olahraga telah terbukti dapat menunda perubahan

fisiologis yang biasanya terjadi pada proses penuaan muskuloskeletal : penurunan

kekuatan dan fleksibilitas, peningkatan kerentanan terhadap cedera, peningkatan

lemak tubuh, penurunan kelenturan struktur sendi, dan osteoporosis. Hal serupa

dikatakan oleh ahli epidemiologi, Helmrich bahwa semua hal yang bertambah

pada saat Anda bertambah tua akan membaik dengan berolahraga.

Untuk mobilitas, pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung

sepanjang kehidupan dan episodik. Sebagai suatu proses yang berlangsung

sepanjang kehidupan, mobilitas dan aktivitas bergantung pada salah satunya yaitu

fungsi sistem muskuloskeletal. Salah satu terobosan besar dalam promosi

kesehatan adalah pengenalan dan penerimaan latihan sebagai komponen integral

dari kehidupan sehari-hari. Sebagai intervensi pencegahan primer, latihan adalah

investasi seumur hidup. Latihan sangat bermanfaat baik bagi lansia yang sehat

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

44

Universitas Indonesia

maupun untuk mereka yang mengalami maalah fisik atau mental yang kronis.

Latihan dan aktivitas fisik secara teratur dapat menunda proses penuaan, dan

dihubungkan dengan perasaan sejahtera, memperpanjang usia, dan peningkatan

fungsi kardiopulmonal (Stanley & Beare 2007).

Lima tujuan mengarahkan intervensi keperawatan untuk mencegah atau

mengurangi mobilitas yaitu pertama, pemeliharaan kekuatan dan ketahanan sistem

muskuloskeletal, yang termasuk pengondisian program latihan harian baik

kontraksi otot isometrik dan isotonik, nutrisi untuk meningkatkan anabolisme

protein dan pembentukan tulang, dan sikap komitmen terhadap latihan. Kedua,

pemeliharaan fleksibilitas sendi yang terlibat dalam latihan rentang gerak, posisi

yang tepat, dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Ketiga, pemeliharaan ventilasi

yang normal meliputi hiperinflasi dan mobilisasi serta menghilangkan sekresi.

Keempat, pemeliharaan sirkulasi yang adekuat meliputi tindakan-tindakan

pendukung untuk mempertahankan tonus vaskular (termasuk mengubah posisi

dalam hubungannya dengan gravitasi), stoking kompresi untuk memberikan

tekanan eksternal padda tungkai, dan asupan cairan yang adekuat untuk mencegah

efek dehidrasi pada volume darah. Pergerakan aktif mempengaruhi toleransi

ortostatik. Kelima, pemeliharaan fungsi urinaria dan usus yang normal bergantung

padda dukungan nutrisi dan struktur lingkungan serta rutinitas-rutinitas unruk

mrmfasilitasi emilinasi (Stanley & Beare 2007).

Salah satu latihan yang dianjurkan adalah latihan rentang gerak (ROM) baik aktif

maupun pasif. Latihan aktif membantu mempertahankan fleksibilitas sendi dan

kekuatan otot serta meningkatkan penampilan kognitif. Sebaliknya, gerakan pasif,

yaitu menggerakkan sendi seseorang melalui latihan ROM hanya membantu

mempertahankan fleksibilitas. Untuk mempertahankan rentang gerak, sendi-sendi

harus dilatih delapan kali pengulangan dan dua sampai tiga kali pengulangan

perhari. Jika nyeri atau inflamasi sendi terjadi, gerakan yang perlahan atau rujukan

pada ahli fisioterapi diindikasikan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dawe, D, and Moore-Orr pada tahun 1995

menyebutkan bahwa rentang gerak dan aktivitas lain yang tidak berlebihan

bermanfaat bagi lansia dan dapat dimasukkan ke dalam asuhan keperawatan rutin.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

45

Universitas Indonesia

Sebagai suatu proses episodik, pencegahan primer diarahkan pada pencegahan

masalah-masalah yang dapat timbul akibat gangguan mobilitas atau

ketidakaktifan. Aktivitas dan latihan yang dianjurkan dapat meningkatkan tingkat

energi, mempertahankan mobilitas, dan meningkatkan kemampuan kardiovaskuler

dan pulmonal. Walaupun latihan tidak akan mengubah rangkaian proses penuaan

normal, hal tersebut dapat mencegah efek imobilitas yang merusak dan gaya

hidup kurang gerak.

Lansia akan mengalami peningkatan status kesehatan yang signifikan dengan

aktifitas fisik tingkat rendah sampai sedang dalam waktu luangnya ketika

aktivitas-aktivitas ini dipraktikkan secara teratur dan dengan durasi dan intensitas

yang sesuai. Sebagai suatu hasil dari latihan, sistem kardiopulomonal memperoleh

fungsinya secara keseluruhan, sistem muskuloskeletal mnnunjukkan fleksibilitas

yang lebih besar, kebiasaan nutrisi meningkat, dan upaya-upaya mengendalikan

berat badan dapat ditingkatkan. Program latihan juga dihubungkan dengan

peningkatan mood atau tingkat ketegangan, ansietas dan depresi. Ada berbagai

manfaat sebagai hasil dari latihan, tetapi manfaat utamanya adalah pemeliharaan

dan peningkatan fungsi fisik, mental, emosional, dan sosial yang dapat

menghasilkan rasa kecukupan terhadap diri sendiri dan kemandirian yang lebih

besar.

Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan mengalami

peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikan kesempatan kepada

residen untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur dalam melakukan

bentuk aktif dari rekreasi santai, yang dapat memberikan efek latihan. Latihan

harus disesuaikan dengan kapasitas residen. Aktivitas di kursi roda cocok untuk

residen dengan keseimbangan yang terbatas.

4.4. Alternatif Pemecahan Masalah

Pada lansia dengan hambatan mobilitas fisik, selain dilakukan latihan gerak sendi

(ROM), dapat juga dilakukan latihan jalan yang bisa dimulai dari area yang dekat

kemudian terus berlanjut hingga area yang luas. Latihan jalan yang dilakukan

residen dapat dilakukan pada pagi hari atau pada sore hari seminggu tiga kali.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

46

Universitas Indonesia

selain untuk meningkatkan kekuatan otot juga dapat meningkatkan hubungan

sosial antara residen dengan penghuni lainnya.

Prohaska et al, (2009) dalam Miller 2012 menjelaskan bahwa usia lebih dari 65

tahun yang melakukan latihan jalan dapat menimbulkan efek positif pada

kesehatan, termasuk juga pencegahan penurunan kognitif. Dengan memberikan

arahan gaya berjalan pada residen memungkinkan perawat untuk membuat

kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan dan kemampuan berjalan

tanpa bantuan yang dapat meningkatkan mobilitas pada residen (Fish dan Nielsen,

1993 dalam Potter & Perry, 2005). Pemeriksaaan Indeks Kartz secara berkala

dapat dilakukan untuk mengetahui kemajuan yang dialami residen, serta

pemeriksaan lain juga dapat dilakukan.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

47

Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

STW Karya Bhakti Cibubur merupakan tempat pilihan residen untuk menikmati

hari tuanya dengan peningkatan kualitas kesehatan yang optimal, dimana di STW

ini terdapat sarana dan prasarana untuk mendukung semua kegiatan residen, serta

pelayanan kesehatan berupa rawat inap, rawat jalan serta rujukan, dan dari semua

itu kehidupan STW layak menjadi pilihan hunian bagi residen.

Residen yang tinggal di STW mempunyai masalah yang beragam, salah satunya

adalah masalah hambatan mobilitas fisik dimana untuk membantu dalam

mengatasinya ada berbagai cara yaitu latihan gerak sendi (ROM) yaitu latihan

gerak sendi bertujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan

kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, mencegah

kekakuan pada sendi, perangsang sirkulasi darah, dan mencegah kelainan bentuk,

kekakuan dan kontraktur. Mobilitas dan aktivitas adalah hal yang vital bagi

kesehatan total residen. Penyakit muskuloskeletal bukan merupakan suatu

konsekuensi penuaan yang tidak adapat dihindari dan karenanya harus dianggap

sebagai suatu proses penyakit spesifik, tidak hanya sebagai akibat dari penuaan.

Walaupun jenis aktivitas berubah sepanjang kehidupan manusia, mobilitas adalah

pusat untuk berpartisipasi dalam menikmati kehidupan. Mempertahankan

mobilitas optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua residen.

Perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan mempunyai peran dalam pemberi

dampak yang berarti pada kualitas hidup dan disabilitas yang berhubungan

gangguan sistem muskuloskeletal dengan cara memberi dorongan dan

mengajarkan suatu program kebugaran dan latihan yang effektif dan aman.

Olahraga telah terbukti dapat menunda perubahan fisiologis yang biasanya terjadi

pada proses penuaan muskuloskeletal dan dapat melindungi lansia dari jatuh.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

48

Universitas Indonesia

Pengkajian yang telah dilakukan kepada residen dengan masalah hambatan

mobilitas fisik, ibu SM (87 tahun), didapatkan data bahwa rsiden tidak bisa berdiri

secara mandiri dan harus berpegangan pada handrail sejak dilakukan operasi

tulang femur dextra sekitar tahun 1998 dan 2008-an, dan selama di STW, dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari, residen dibantu oleh caregiver begitupun

dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan STW, residen sangat

tergantung kepada caregiver. Selama ini, residen melakukan mobilitas dengan

menggunakan kursi roda, walaupun sebenarnya residen mampu untuk melakukan

aktifitas fisik seperti berjalan secara perlahan dan berdiri dengan berpegangan.

Untuk itu diperlukan suatu arahan dan motivasi bagi residen dalam meningkatkan

dan mempertahankan kekuatan fisik terutama otot yang residen miliki agar tidak

adanya penurunan sehingga residen menjadi lebih mandiri dan berkualitas dalam

menjalani kehidupan di sasana.

Masalah yang muncul dari pengkajian diatas selain hambatan mobilitas fisik juga

muncul gaya hidup kurang gerak, dan resiko jatuh. Adapun intervensi yang

dilakukan kepada residen bertujuan untuk meningktakn kekuatan otot sehingga

tercapai kemandirian residen, sedangkan implementasi yang telah dilakukan

adalah latihan rentang gerak sendi (RPS) yang dilakukan secara bertahap dan

berkesinambungan, juga dilakukan latihan jalan serta memodifikasi lingkungan

untuk mencegah resiko jatuh.

Implementasi yang telah dilakukan selama 7 minggu di sasana tresna werdha

berupa latihan rentang gerak (ROM) dan latihan berjalan menunjukkan belum ada

kemajuan yang signifikan pada kekuatan otot residen, namun residen sudah

mempunyai keyakinan terhadap diri sendiri bahwa ia masih bisa untuk berjalan

dan bergerak secara perlahan juga BHSP yang terjalin antara penulis dan residen

telah ada sehingga apa yang penulis pernah ajarkan dapat dilakukan oleh residen

dengan bantuan pengawasan caregiver.

5.2. Saran

Dengan adanya tulisan ini, diharapkan adanya tindak lanjut dan latihan khusus

yang berkesinambungan dengan pengawasan dari pihak pemberi pelayanan, serta

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

49

Universitas Indonesia

adanya pemeriksaan lebih lanjut mengenai penyebab dari hambatan mobilitas

fisik pada lansia ini. Evaluasi dari setiap kegiatan yang dilaksanakan di STW,

sehingga lansia dengan masalah hambatan mobilitas fisik dapat diukur tingkat

kemajuan ataupun perkembangannya. Pengawasan secara terpadu juga dapat

dilakukan oleh pelayanan kesehatan di STW pada semua kegiatan olahraga yang

diikuti semua lansia, dari awal kegiatan hingga akhir atau keaktifan lansia dalam

mengikuti kegiatan tersebut.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R.B, & Martono, H.H. (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).

Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Depkes RI (1995). Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Bakti Husada

Depkes RI. (2001). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas

Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga

Doenges, Marilynn E, Mary F.M. & Alice C.G. ( 2001). Rencana Asuhan

Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ebersole, Priscilia, Petricia hess & Theris Touhy (2010) Gerontological Nursing

Healthy aging. Second Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby.

Indriana, Yeniar (2005). Gerontologi & Progeria. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Irwansyah, Fadli (2011) Pengaruh Latihan Gerak Terhadap Lingkup Gerak Sendi

Pada Pasien Fraktur post Operasi Orif di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.

Muhammad Hoesin palembang

Karim, F (2002). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta:

Depkes RI

Kemensos RI (2008). Komisi Nasional Lanjut Usia. Diunduh tanggal 24 Juni

2013. http://www.kemsos.go.id/

Kushariyadi. (2010). Asuhan keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:

Salemba medika

Maryam.(2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika

Miller, C.A. (20012). Nursing Care of Older Adult: Theory and Practice.

Philadelphia: JB. Lippincott

Miller, Carol A. (2010). Nursing for wellness in older adults (6th

ed.).

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Mujahidullah (2012). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Bintang Tiga

Nanda. (2011). Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-2011

(Sumawarti, Widiarti & Tiar, Penerjemah.). Jakarta: EG

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

Nina Waaler (2007). It’s never Too Late : Physical Activity and Elderly People.

Normegian Knowledge centre for The Health Service

Nugroho, Wahyudi (2008). Keperawatan Gerontik Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Nurviyandari, Dwi. (2010). Modul: Program Pencegahan Jatuh Pada Lanjut

Usia.

Potter, Patricia A. & Anne Griffin Perry (2005). Buku ajar Fundamental

Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Stanley, Mickey & Patricia Gaunlett Beare (2007). Buku ajar Keperawatan

Gerontik. Edisi Kedua. Jakarta: EGC

Stanley Mickey & Patricia Gautlett Bare. (2006). Buku Ajar Keperawatan

Gerontik. Jakarta: EGC.

Strimpakos, Nikolaos (2011). The Assessment of the Cervical Spine Part 1: Range

of Motion and Proprioception

Ting Ji, Wen, Kai Tao, Cheng Tao. (2012). A Three Dimensional parameteried

and Visually Kinematic Simulation Module for The Theoritical Range Of

Moion Of Total Hip Arthroplasty

Utami, Wuri (2009). Pengaruh Latihan ROM aktif Terhadap Kemampuan

Mobilisasi pada Lansia dengan Gangguan Muskuloskeletal di Panti Sosial

Tresa werdha Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

PENGKAJIAN PADA LANSIA

A. Geriatric Depression Scale

Beri tanda ceklist (√) antara jawaban ya atau tidak pada tiap pertanyaan.

Beri tanda silang ( √ ) di Kolom yang telah diberikan Ya Tidak

1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda? √ (0)

2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda? √

3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa? √

4. Apakah anda senantiasa bosan? √

5. Apakah anda memiliki harapan pada masa depan? √

6. Apakah anda terganggu dengan pikiran yang tidak dapat dilupakan? √

7. Apakah anda bersemangat setiap waktu? √

8. Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang akan menimpa anda? √

9. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu? √

10. Apakah anda merasa tidak berdaya? √

11. Apakah anda merasa gelisah dan gugup? √

12. Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada berjalan-jalan ke luar dan

melakukan sesuatu yang baru?

13. Apakah anda selalu khawatir akan masa depan anda? √

14. Apakah anda memiliki masalah pada ingatan? √

15. Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan kehidupan sampai

sekarang?

16. Apakah anda selalu merasa kecewa dan sedih? √

17. Apakah anda merasa tidak berguna? √

18. Apakah anda mengkhawatirkan masa lalu anda? √

19. Apakah anda menemukan kehidupan yang menyenangkan? √

20. Apakah anda memiliki kesulitan untuk memulai hal yang baru? √

21. Apakah anda memiliki energi maksimal? √

22. Apakah anda merasa situasi anda saat ini tidak tertolong? √

23. Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari anda? √

24. Apakah anda selalu menangisi hal-hal kecil? √

25. Apakah anda selalu merasa ingin menangis? √

26. Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi? √

27. Apakah anda menikmati suasana bangun di pagi hari? √

28. Apakah anda lebih memilih untuk menghindari perkumpulan sosial? √

29. Apakah anda mudah untuk membuat keputusan? √

30. Apakah pikiran anda jernih? √

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

Panduan penilaian

Beri tanda silang ( √ ) di Kolom yang telah diberikan Ya Tidak

1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda? 0 1

2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda? 1 0

3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa? 1 0

4. Apakah anda senantiasa bosan? 1 0

5. Apakah anda memiliki harapan pada masa depan? 0 1

6. Apakah anda terganggu dengan pikiran yang tidak dapat dilupakan? 1 0

7. Apakah anda bersemangat setiap waktu? 0 1

8. Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang akan menimpa anda? 1 0

9. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu? 0 1

10. Apakah anda merasa tidak berdaya? 1 0

11. Apakah anda merasa gelisah dan gugup? 1 0

12. Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada berjalan-jalan ke luar dan

melakukan sesuatu yang baru?

1 0

13. Apakah anda selalu khawatir akan masa depan anda? 1 0

14. Apakah anda memiliki masalah pada ingatan? 1 0

15. Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan kehidupan sampai

sekarang?

0 1

16. Apakah anda selalu merasa kecewa dan sedih? 1 0

17. Apakah anda merasa tidak berguna? 1 0

18. Apakah anda mengkhawatirkan masa lalu anda? 1 0

19. Apakah anda menemukan kehidupan yang menyenangkan? 0 1

20. Apakah anda memiliki kesulitan untuk memulai hal yang baru? 1 0

21. Apakah anda memiliki energi maksimal? 0 1

22. Apakah anda merasa situasi anda saat ini tidak tertolong? 1 0

23. Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari anda? 1 0

24. Apakah anda selalu menangisi hal-hal kecil? 1 0

25. Apakah anda selalu merasa ingin menangis? 1 0

26. Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi? 1 0

27. Apakah anda menikmati suasana bangun di pagi hari? 0 1

28. Apakah anda lebih memilih untuk menghindari perkumpulan sosial? 1 0

29. Apakah anda mudah untuk membuat keputusan? 0 1

30. Apakah pikiran anda jernih? 0 1

Interpretasi Hasil

Nilai 0-9 : normal

Nilai 10-19 : depresi ringan

Nilai 20-30 : depresi berat

Ibu SM mendapat nilai 9, dengan interpreasi hasil : Normal

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

B. Mini Mental State Examination (MMSE)

Max Score

Orientation

5 ( 5 ) Sebutkan (tahun) (bulan) (tanggal) (hari) (musim/ jam)?

5 ( 5 ) Dimanakah kita sekarang (kamar) (wisma) (kota)

(provinsi) (negara)?

Registration

3 ( 2 ) Sebutkan 3 ojek benda.: 1 detik utuk menyebutkan masing-

masing.

Kemudian tanyakan kepada lansia setelah kita

menyebutkan 3 benda tersebut. Beri nilai 1 untuk masing-

masing jawaban yang benar. Ulangi sampai lansia dapat

menyebutkan semuanya. HItung berapa kali lansia mencoba

menyebutkan. Mencoba _______

Attention and Calculation

5 ( 3 ) Menghitung kelipatan 7 sampai 5 kali, atau jika tidak

mampu dengan hitungan uang. Atau jika tidak bisa

memakai angka minta nenek menyebutkan bacaan kebalik

dari satu kata

Recall

3 ( 3 ) Sebutkan kembali 3 benda yang disebutkan di awal. Beri 1

poin untuk jawaban yg benar

Language

2 ( 2 ) Menyebutkan 2 benda yang ada di meja/sekitar

1 ( 1 ) Buat/Ulangi satu kalimat tidak boleh ada penghubung

(jangan lebih dari 5 kata).Contoh matahari terbit dari timur

3 ( 3 ) Ikuti 3 Perintah “ Ambil kertas di tangan mu, lipat menjadi

dua dan letakan diatas lantai”

1 ( 1 ) Baca dan ikuti perintah: Tutup matamu

1 ( 1 ) Tulis kalimat

1 ( 1 ) Gambarkan kembali gambar berikut. (yang dinilai jumlah

sisi dan ada yang beririsan)

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

Interpretasi Hasil

Nilai maksimal 30

Nilai < 23 : gangguan kognitif

Nilai 23-30 : Normal

Hasil yang diperoleh terhadap tes yang dilakukan kepada ibu SM berjumlah 27

dengan interpretasi hasil : Normal

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

A. Pengkajian Tingkat Kemandirian: Indeks Katz

Total Skor:_2_____ dengan interpretasi hasil : Gangguan fungsional berat

(ketergantungan tinggi).

Interpretasi Hasil

Nilai 6 : Kemandirian penuh

Nilai 4: Gangguan fungsional sebagian (kemandirian sebagian)

Nilai 0-2 : Gangguan fungsional berat (Ketergantungan tinggi)

Aktivitas

Skor (1 atau 0)

Mandiri

(Skor 1) Tanpa pengawasan, pengarahan, atau

bantuan orang lain.

Tergantung

(Skor 0) Dengan Pengawasan,

pengarahan, dan bantuan orang lain.

MANDI

Skor:

_____0_____

(Skor 1) Melakukan mandi secara mandiri atau

memerlukan bantuan hanya untuk bagian tertentu

saja misalnya punggung atau bagian yang

mengalami gangguan.

(Skor 0) Perlu bantuan lebih dari satu

bagian tubuh, perlu bantuan total.

BERPAKAIAN

Skor:

_____0___

(Skor 1) Bisa memakai pakaian sendiri, kadang

perlu bantuan untuk menalikan sepatu.

(Skor 0) Perlu bantuan lebih dalam

berpakaian atau bahkan perlu

bantuan total.

KE TOILET

Skor:

_____0____

(Skor 1) Bisa pergi ke toilet sendiri , membuka

melakukan BAB BAK sendiri.

(Skor 0) Perlu bantuan dalam

eliminasi

BERPINDAH

Skor:

_____0____

(Skor 1) Bisa berpindak tempat sendiri tanpa

bantuan, alat bantu gerak diperkenankan

(Skor 0) Perlu bantuan dalam

berpindah dari bed ke kursi roda,

bantuan dalam berjalan.

KONTINEN

Skor:

_____1_____

(Skor 1) Bisa mengontrol eliminasi (Skor 0) inkontinensia sebagian atau

total baik bladder maupun bowel.

MAKAN

Skor:

_____1_____

(Skor 1) bisa melakukan makan sendiri. Makanan

dipersiapkan oleh orang lain diperbolehkan.

(Skor 0) Perlu bantuan dalam makan,

nutrisi parenteral

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

D. Pengkajian Resiko Jatuh: Morse Fall Scale (MFS) Skala Jatuh dari Morse

Pengkajian Skala Nilai

1. Riwayat jatuh; apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir Tidak 0

Ya 25

____0______

2. Diagnosa sekunder; apakah lansia memiliki lebih dari satu

penyakit

Tidak 0

Ya 15

____15_____

3. Alat bantu jalan;

- Bed rest/ dibantu perawat

- Kruk/ tongkat/ walker

- Berpegangan pada benda-benda di sekitar (kursi, lemari,

meja)

0

15

30

___ 15_____

4. Terapi intravena; apakah saat ini lansia terpasang infus? Tidak 0

Ya 20

____0______

5. Gaya berjalan/ cara berpindah

- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat bergerak sendiri)

- Lemah (tidak bertenaga)

- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret)

0

10

20

___10______

6. Status Mental

- Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri

- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat

0

15

____0_____

Total Nilai 40

Interpretasi Hasil

Nilai 0-24 : Tidak memiliki risiko jatuh

Nilai 25-50: Risiko jatuh rendah

Nilai ≥51 : Risiko jatuh tinggi

Jumlah nilai yang di dapat Ibu SM adalah 40 dengan interpretasi hasil: Risiko

jatuh rendah

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

BERG BALANCE TEST (BBT)

Perintah dalam Berg Balance Test

1. Duduk ke berdiri

Instruksi: tolong berdiri, cobalah untuk tidak menggunakan tangan sebagai

sokongan

( ) 4 mampu berdiri tanpa menggunakan tangan

( ) 3 mampu untuk berdiri namun menggunakan bantuan tangan

( ) 2 mampu berdiri menggunakan tangan setelah beberapa kali

mencoba

( ) 1 membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri

( √ ) 0 membutuhkan bantuan sedang atau maksimal untuk berdiri

2. Berdiri tanpa bantuan

Instruksi: berdirilah selama dua menit tanpa berpegangan

( ) 4 mampu berdiri selama dua menit

( ) 3 mampu berdiri selama dua menit dengan pengawasan

( √ ) 2 mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan

( ) 1 membutuhkan beberapa kali untuk mencoba berdiri selama 30

detik tanpa bantuan

( ) 0 tidak mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan

3. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan di lantai

Instruksi: duduklah sambil melipat tangan Anda selama dua menit

( √ ) 4 mampu duduk dengan aman selama dua menit

( ) 3 mampu duduk selama dua menit di bawah pengawasan

( ) 2 mampu duduk selama 30 detik

( ) 1 mampu duduk selama 10 detik

( ) 0 tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10 detik

4. Berdiri ke duduk

Instruksi: silahkan duduk

( ) 4 duduk dengan aman dengan pengguanaan minimal tangan

( ) 3 duduk menggunakan bantuan tangan

( ) 2 menggunakan bantuan bagian belakan kaki untuk turun

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

( ) 1 duduk mandiri tapi tidak mampu mengontrol pada saat dari berdiri

ke duduk

( √ ) 0 membutuhkan bantuan untuk duduk

5. Berpindah

Instruksi: buatlah kursi bersebelahan. Minta klien untuk berpindah ke kursi

yang memiliki penyagga tangan kemudian ke arah kursi yang tidak

memiliki penyangga tangan

( ) 4 mampu berpindah dengan sedikit penggunaan tangan

( ) 3 mampu berpindah dengan bantuan tangan

( √ ) 2 mampu berpindah dengan isyarat verbal atau pengawasan

( ) 1 membutuhkan seseorang untuk membantu

( ) 0 membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi

6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup

Instruksi: tutup mata Anda dan berdiri selama 10 detik

( ) 4 mampu berdiri selama 10 detik dengan aman

( ) 3 mampu berdiri selama 10 detik dengan pengawasan

( ) 2 mampu berdiri selama 3 detik

( ) 1 tidak mampu menahan mata agar tetap tertutup tetapi tetap berdiri

dengan aman

( √ ) 0 membutuhkan bantuan agar tidak jatuh

7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat

Instruksi: rapatkan kaki Anda dan berdirilah tanpa berpegangan

( ) 4 mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit

( ) 3 mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit dengan

pengawasan

( ) 2 mampu merapatkan kaki tetapi tidak dapat bertahan selama 30

detik

( ) 1 membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi yang diperintahkan

tetapi mampu berdiri selama 15 detik

(√ ) 0 membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat

bertahan selama 15 detik

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

8. Meraih ke depan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri

Instruksi: letakkan tangan 90 derajat. Regangkan jari Anda dan raihlah

semampu Anda (penguji meletakkan penggaris untuk mengukur jarak

antara jari dengan tubuh)

( ) 4 mencapai 25 cm (10 inchi)

( ) 3 mencapai 12 cm (5 inchi)

( √ ) 2 mencapai 5 cm (2 inchi)

( ) 1 dapat meraih tapi memerlukan pengawasan

( ) 0 kehilangan keseimbangan ketika mencoba/memerlukan bantuan

9. Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri

Instruksi: Ambilah sepatu/sandal di depan kaki Anda

( ) 4 mampu mengambil dengan mudah dan aman

( ) 3 mampu mengambil tetapi membutuhkan pengawasan

( √ ) 2 tidak mampu mengambil tetapi meraih 2-5 cm dari benda dan dapat

menjaga keseimbangan

( ) 1 tidak mampu mengambil dan memerlukan pengawasan ketika

mencoba

( ) 0 tidak dapat mencoba/membutuhkan bantuan untuk mencegah

hilangnya keseimbangan atau terjatuh

10. Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri

Instruksi: tengoklah ke belakang melewati bahu kiri. Lakukan kembali ke

arah kanan

( ) 4 melihat ke belakang dari kedua sisi

( ) 3 melihat ke belakang hanya dari satu sisi

( √ ) 2 hanya mampu melihat ke samping tetapi dapat menjaga

keseimbangan

( ) 1 membutuhkan pengawasan ketika menengok

( ) 0 membutuhkan bantuan untuk mencegah ketidakseimbangan atau

terjatuh

11. Berputar 360 derajat

Instruksi: berputarlah satu lingkaran penuh, kemudian ulangi lagi dengan

arah yang berlawanan

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

( ) 4 mampu berputar 360 derajat dengan aman selama 4 detik atau

kurang

( ) 3 mampu berputar 360 derajat hanya dari satu sisi selama empat

detik atau kurang

( ) 2 mampu berputar 360 derajat, tetapi dengan gerakan yang lambat

( √ ) 1 membutuhkan pengawasan atau isyarat verbal

( ) 0 membutuhkan bantuan untuk berputar

12. Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika beridiri

tanpa bantuan

Instruksi: tempatkan secara bergantian setiap kaki pada sebuah pijakan.

Lanjutkan sampai setiap kaki menyentuh pijakan selama 4 kali.

( ) 4 mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 pijakan dalam 20 detik

( ) 3 mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali pijakan > 20 detik

( ) 2 mampu melakukan 4 pijakan tanpa bantuan

( √ ) 1 mampu melakukan >2 pijakan dengan bantuan minimal

( ) 0 membutuhkan bantuan untuk mencegah jatuh/tidak mampu

melakukan

13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya

Instruksi: tempatkan langsung satu kaki di depan kaki lainnya. Jika merasa

tidak bisa, cobalah melangkah sejauh yang Anda bisa

( ) 4 mampu menempatkan kedua kaki (tandem) dan menahan selama

30 detik

( ) 3 mampu memajukan kaki dan menahan selama 30 detik

( ) 2 mampu membuat langkah kecil dan menahan selama 30 detik

( ) 1 membutuhkan bantuan untuk melangkah dan mampu menahan

selama 15 detik

( √ ) 0 kehilangan keseimbangan ketika melangkah atau berdiri

14. Berdiri dengan satu kaki

Instruksi: berdirilah dengan satu kaki semampu Anda tanpa berpegangan

( ) 4 mampu mengangkat kaki dan menahan >10 detik

( ) 3 mampu mengangkat kaki dan menahan 5-10 detik

( ) 2 mampu mengangkat kaki dan menahan >3 detik

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

( ) 1 mencoba untuk mengangkat kaki, tidak dapat bertahan selama 3

detik tetapi dapat berdiri mandiri

( √ ) 0 tidak mampu mencoba

Total Skor:___16_______

Interpretasi Hasil

Nilai 0-20 : Lansia memiliki risiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat antu

jalan berupa kursi roda

Nilai 21-40 : Lansia memiliki risiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alat

bantu jalan seperti tongkat, kruk dan walker

Nilai 41-56 : Lansia memiliki risiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu

Pada Ibu SM didapatkan nilai 16 dengan interpretasi hasil : Lansia memiliki risiko

jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu jalan berupa kursi roda.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

1

RENTANG PERGERAKAN SENDI (RPS)

1. Gerakan Latihan Rentang Pergerakan Sendi (RPS)

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

Leher Fleksi dan ekstensi a) Tekuk kepala ke depan hingga dagu

menempel di dada

b) Tegakkan kembali

kepala

a) Letakkan salah satu telapak tangan

dibawah kepala klien dan telapak tangan

lainnya dibawah dagu

b) Tekuk kepala ke depan hingga dagu

menempel di dada, kemudian kembali ke

posisi tegak

Fleksi lateral kanan

dan kiri

Tekuk kepala kearah samping

(kearah bahu) kanan dan kiri

secara bergantian

a) Letakkan kedua telapak tangan pada pipi

kanan dan kiri klien

b) Tekuk kepala kearah samping (arah bahu)

kiri dan kanan secara bergantian

Rotasi lateral kiri

dan kanan

Hadapkan muka kearah

samping kanan dan kiri secara

bergantian

a) Letakkan kedua telapak tangan pada pipi

kanan dan kiri klien

b) Palingkan muka ke kiri dan kanan secara

bergantian

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

2

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

Bahu Elevasi dan depresi Luruskan tangan

disamping tubuh,

lalu angkat dan

turunkan kedua bahu

secara bersamaan

Fleksi dan ekstensi Angkat lengan dari posisi di samping tubuh

menjadi disamping kepala. Kembalikan ke

posisi semula

a) Pegang tangan klien dibawah siku

dengan 1 tangan, tangan yang lain

memegang pergelangan tangan

b) Angkat tangan klien ke atas hingga

mencapai bagian kepala tempat tidur,

kembalikan ke posisi semula

Abduksi Gerakkan lengan ke arah samping dari posisi

istirahat di sisi tubuh ke posisi di samping

kepala

Angkat tangan klien ke atas hingga mencapai

bagian kepala tempat tidur, kembalikan ke

posisi semula

Adduksi anterior

dan posterior

a) Gerakkan lengan dari posisi di samping

kepala, menurun, hingga

menyilang di depan tubuh

sejauh mungkin

Gerakkan tangan klien melewati tubuh

hingga mencapai tangan klien yang lain,

kembali ke posisi semula.

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

3

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

b) Gerakkan lengan dari posisi di

samping kepala, menurun,

hingga menyilang di belakang

tubuh sejauh mungkin

Fleksi dan ekstensi

horizontal

a) Rentangkan lengan

ke samping setinggi

bahu dan bergerak

melewati bidang

horizontal

menyilang depan tubuh sejauh mungkin

b) Rentangkan lengan ke

samping setinggi bahu

dan gerakkan melewati

bidang horizontal

menyilang sejauh mungkin ke belakang

tubuh

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

4

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

Rotasi internal dan

eksternal bahu

a) Rentangkan lengan ke

samping setinggi bahu

dan bengkokkan siku

membentuk sudut 90o

b) Gerakkan lengan ke atas sehingga ujung jari

mengarah ke atas. Kemudian gerakkan

lengan kebawah sehingga ujung-ujung jari

menghadap ke bawah.

a) Gerakkan tangan ke

samping setinggi

bahu sehingga

membentuk sudut

90o dengan tubuh.

Tekuk sendi siku

sehingga jari

menghadap ke atas.

b) Gerakkan tangan kearah bawah sehingga

telapak tangan menyentuh tempat tidur.

Naikkan tangan hingga punggung telapak

tangan menyentuh tempat tidur

Sirkumduksi Gerakkan lengan

ke depan,

atas,belakang, dan

turun dalam satu

lingkaran penuh

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

5

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

Siku Fleksi ekstensi Gerakkan lengan bagian

bawah ke depan dan keatas

menuju bahu dan kemudian

luruskan

Tekuk siku hingga jari-jari menyentuh dagu

dan kemudian luruskan

Hiperekstensi Gerakkan lengan bagian bawah ke

belakang sejauh mungkin dari

posisi lurus

Supinasi - Pronasi Putar tangan bagian bawah sehingga telapak

tangan menghadap ke atas

Putar tangan bagian bawah sehingga telapak

tangan menghadap ke bawah

Putar lengan bawah ke arah luar sehingga

telapak tangan menghadap ke atas

Putar lengan bawah kearah sebaliknya

sehingga telapak tangan menghadap ke

bawah

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

6

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

Pergelangan

tangan

Fleksi – ekstensi Gerakkan telapak tangan ke

arah bawah bagian dalam

lengan bawah dan luruskan

kembali

Tekuk telapak

tangan kearah bagian

dalam lengan bawah,

kemudian luruskan

telapak tangan

sehingga sebidang

dengan lengan bawah

Hiperekstensi

Bengkokkan telapak tangan

ke arah bagian luar lengan

bawah sejauh mungkin

Abduksi / Fleksi

radial/deviasi radial

Bengkokkan pergelangan

tangan ke samping ke arah ibu

jari

Bengkokkan telapak tangan ke samping arah

ibu jari dan luruskan kembali

Adduksi/ fleksi

ulnar/ deviasi ulnar

Bengkokkan telapak tangan

kearah samping kelingking

Bengkokkan telapak tangan ke arah samping

kelingking dan luruskan kembali

Sirkumduksi Putar telapak tangan dengan pergelangan

tangan sebagai poros

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

7

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

Jari-jari tangan Fleksi ekstensi Kepalkan telapak tangan dan luruskan kembali Kepalkan jari-jari tangan dan luruskan

kembali

Hiperekstensi Bengkokkan jari-jari

tangan ke

belakang sejauh mungkin

Abduksi- adduksi Kembangkan jari-jari tangan dan kemudian

dekatkan kembali

Kembangkan jari-jari tangan dan kemudian

rapatkan kembali

Oposisi Sentuh ujung jari-jari lainnya

secara bergantian

Sentuh ujung jari-jari lainnya secara

bergantian

Sirkumduksi Putar ibu jari klien dengan sumbu sendi

metakarpal

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

8

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

Fleksi - ekstensi ibu

jari

Gerakkan ujung ibu jari menyilang

dipermukaan telapak tangan

mengarah kelima jari dan gerakkan

menjauhi telapak tangan

Abduksi- adduksi

ibu jari

Rentangkan ibu jari ke samping.

Dekatkan kembali dengan jari

lainnya.

Panggul Fleksi ekstensi Gerakkan salah satu kaki depan

ke atas. Posisi lutut dalam

keadaan ditekuk, luruskan dan

turunkan kembali

Angkat kaki, tekuk lutut. Gerakkan lutut ke

arah dada sejauh mungkin. Turunkan kaki,

luruskan lutut, kembali ke posisi semula

Hiperekstensi

Gerakkan kaki ke belakang

melebihi garis tengah tubuh

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

9

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

Abduksi - adduksi Gerakkan salah satu kaki ke

samping luar dan kembalikan dari

posisi tersebut sehingga kaki

menyilang kaki lainnya di depan

Gerakkan kaki ke samping menjauhi sumbu

tubuh dan kearah sebaliknya hingga

menyilang kaki lainnya di depan

Sirkumduksi Gerakkan salah satu kaki ke belakang kemudian

putar ke atas samping dan ke bawah

Rotasi internal Putar kaki kearah garis tengah tubuh

Putar kaki kearah dalam

Rotasi eksternal Putar kaki kearah samping menjauhi garis

tengah tubuh

Putar kaki kearah samping tubuh

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

10

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

Lutut Fleksi ekstensi Tekuk lutut kebelakang sehingga betis

mendekati paha dan luruskan kembali

Pergelangan

kaki

Dorsi fleksi Gerakkan telapak kaki ke atas sehingga jari-jari

mengarah ke atas

Dorong telapak kaki

kearah kaki dan

kembalikan ke posisi

semula

Plantar fleksi Gerakkan telapak kaki ke bawah sehingga jari-

jari menghadap ke bawah

Dorong telapak kaki ke arah

bawah dan kembalikan ke

posisi semula

Eversi Balikkan telapak ke arah

lateral

Putar telapak kaki kearah luar

Inversi Balikkan telapak kaki

kearah medial

Putar telapak kaki ke arah dalam

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351564-PR-Tiya Yulia.pdf · ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

(Lanjutan)

11

Bagian Tubuh Gerakan Latihan Aktif Latihan Pasif

Sirkumduksi Putar telapak kaki dengan poros pada sendi

tumit

Jari-jari kaki Fleksi ekstensi Tekuk jari-jari ke bawah

dan luruskan kembali

Letakkan jari-jari tangan perawat dibawah

jari-jari klien, dorong jari-jari kearah atas

dan kearah bawah

Abduksi -Adduksi Rentangkan jari-jari kaki

dan kemudian rapatkan

kembali

Lebarkan jari-jari kaki dan dekatkan jari kaki

bersama-sama

Analisis praktik ..., Tiya Yulia, FIK UI, 2013