79
UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN BEBERAPA FAKTOR LAIN TERHADAP WAKTU SADAR EFEKTIF DI KALANGAN CALON DAN AWAK PESAWAT MILITER PADA SIMULASI KETINGGIAN 25000 KAKI TESIS VERONICA GALIH GUNARSIH 1106026766 FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN PENERBANGAN JAKARTA JUNI 2014 Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN BEBERAPA FAKTOR LAIN TERHADAP WAKTU SADAR EFEKTIF DI

KALANGAN CALON DAN AWAK PESAWAT MILITER PADA SIMULASI KETINGGIAN 25000 KAKI

TESIS

VERONICA GALIH GUNARSIH 1106026766

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN PENERBANGAN

JAKARTA JUNI 2014

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN BEBERAPA FAKTOR LAIN TERHADAP WAKTU SADAR EFEKTIF DI

KALANGAN CALON DAN AWAK PESAWAT MILITER PADA SIMULASI KETINGGIAN 25000 KAKI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Kedokteran Penerbangan

VERONICA GALIH GUNARSIH 1106026766

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN PENERBANGAN JAKARTA JUNI 2014

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun dalam

rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Spesialis Kedokteran

Penerbangan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penulis menyadari

bahwa banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari perkuliahan

sampai penyusunan tesis ini selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof.dr.Bastaman Basuki, MPH, Sp.KP, selaku Ketua Program Studi, yang

setiap saat selalu memberi bimbingan dan pengarahan.

2. dr.Flora Ekasari, Sp.P dan dr Bobby Drastyawan, Sp.P, selaku pembimbing

tesis, yang selalu memberi bimbingan dan memberi masukan

3. Kepala Lakespra Saryanto, yang telah memberikan izin Lakespra Saryanto

sebagai tempat penelitian

4. Kepala Aerofisiologi dan Aeroklinik Lakespra Saryanto beserta seluruh staf

yang telah membantu dalam pengumpulan data penelitian.

5. Suami, B.Andy Widyanto, SH, yang selalu memberi dukungan baik selama

perkuliahan hingga penulisan tesis ini.

6. Anak-anakku tercinta, Dina, Dika, dan Anna, yang selalu memberi dukungan

berupa suasana yang nyaman dalam belajar dan mengerjakan tesis ini.

7. Senior dan rekan-rekan mahasiswa PPDS Kedokteran Penerbangan FKUI

yang senantiasa memberi dukungan dan masukan dalam penyusunan tesis ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan bidang Kedokteran

Penerbangan.

Jakarta, Juni 2014

Veronica Galih Gunarsih

iv

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

ABSTRAK

Nama : Veronica Galih Gunarsih Program Studi : PPDS Kedokteran Penerbangan Judul : Hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

terhadap waktu sadar efektif di kalangan calon dan awak pesawat militer pada simulasi ketinggian 25000 kaki.

Latar belakang : Hipoksia merupakan bahaya potensial dalam penerbangan. Waktu sadar efektif (WSE) merupakan waktu ketika seorang penerbang atau awak pesawat mulai terpajan hipoksia sampai sebelum mengalami inkapasitansi. Selama rentang waktu tersebut seorang penerbang dapat membuat keputusan atau tindakan yang tepat. Hemoglobin sangat berpengaruh terhadap saturasi O2 yang menentukan oksigenasi jaringan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi WSE yaitu pada calon dan awak pesawat militer di Indonesia.

Metode: Desain penelitian dengan potong lintang, pengambilan sampel secara purposif. Data diambil dari hasil pelaksanaan Indoktrinasi Latihan Aerofisiologi (ILA) di Lakespra Saryanto selama Januari-Mei 2014. Subyek penelitian adalah calon dan awak pesawat militer. Lama WSE diperoleh dengan demonstrasi hipoksia dalam ruang udara bertekanan rendah (RUBR) pada simulasi ketinggian 25000 kaki. Nilai kesamaptaan jasmani ditentukan dengan VO2maks. Analisis regresi linier digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko WSE.

Hasil: Calon dan awak pesawat militer yang melaksanakan ILA sebanyak 183 orang. Duapuluh lima subyek dikeluarkan karena tidak melaksanakan demonstrasi hipoksia di RUBR atau uji latih jantung, 158 subyek memenuhi kriteria inklusi. Faktor dominan yang memperpanjang WSE adalah Hb, sedangkan yang mempersingkat adalah IMT dan umur. Setiap 1 g/dL Hb menambah WSE 14,7 detik [koefisien regresi (β) = 14,677 ; p = 0,010]. Kenaikan IMT 1 kg/m2 mengurangi WSE 3,3 detik [β = -3,274; 95% interval kepercayaan (CI) = -8,287;1,738 ; p = 0,199]. Penambahan umur 1 tahun mengurangi WSE 3,9 detik (β = -3,917; p = 0,000).

Kesimpulan: Kenaikan Hb memperpanjang WSE. Peningkatan IMT dan umur yang bertambah mempersingkat WSE.

Kata kunci: hipoksia, waktu sadar efektif, awak pesawat, hemoglobin

vi Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

ABSTRACT

Name : Veronica Galih Gunarsih Study Programme : Aviation Medicine Department of Community

Medicine Title : Correlation between haemoglobin and other risk

factors to time of useful consciousness among candidate and military aircrew in 25000 feet hypobaric chamber simulation

Background: Hypoxia is potential hazard in aviation. Time of useful consciousness (TUC) is time during when a pilot or aircrew exposed hypoxia before experiencing incapacitation. During the span of time, a pilot can make the right decision or action. Haemoglobin (Hb) influences the oxygen saturation that determines oxygenation of the body tissue. This study aims to identify the factors affect WSE on candidates and military aircrew in Indonesia.

Methods: Study designed was cross sectional with purposive sampling. Data taken from the result of Indoktrinasi Latihan Aerofisiologi (ILA) in Lakespra Saryanto Jakarta during January to May 2014. Research subjects were candidates and military aircrews. Time of useful consciousness was obtained from hypoxia demonstration in hypobaric Chambers at 25000 feet altitude simulation. The value of physical fitness was determined by VO2max. Linear regression analysis was used to identify risk factors of TUC. Results: Candidates and military aircrew carried out the ILA were 183 persons. Twenty-five subjects were excluded because of not carried out hypoxia demonstration in hypobaric chamber or treadmill test. The dominant factors that extend TUC were Hb. while shortening were BMI and age. Each 1 g/dL Hb extend TUC 14.7 seconds [regression coefficient (β) = 14.677 ; p = 0.010]. Increasing BMI of 1 kg/m2 shorten TUC 3.3 seconds [(β) = -3.274; 95% confidence interval (CI) = -8.287;1.738 ; p = 0.199]. Addition of age 1 year shorten TUC 3.3 seconds (β= -3.917 ; p = 0.000).

Conclusion: Increasing Hb extends TUC, while gain BMI and addition age shorten TUC.

Keywords: hypoxia, time of useful consciousness, aircrew, haemoglobin

vii Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... ABSTRAK ..................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

i ii

iii iv v

vi viii

x xi

xii I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar belakang .............................................................................. Tujuan penelitian ..........................................................................

1 2

1.2.1 1.2.2

Tujuan umum ................................................................... Tujuan khusus ..................................................................

2 2

1.3 1.4

Hipotesis ....................................................................................... Manfaat penelitian ........................................................................

3 3

2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5 2.1

2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7

Waktu sadar efektif (WSE) .......................................................... Pengaruh hipoksia terhadap metabolisme otak ............................ Efek neurologis hipoksia hipobarik ............................................. Respons pernapasan terhadap hipoksia hipobarik ......................... Respons kardiovaskular terhadap hipoksia hipobarik ................... Kerangka teori .............................................................................. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waktu sadar efektif ....

5 6 7 9

10 12 14

2.7.1 Faktor-faktor dominan ...................................................... 14 2.7.1.1

2.7.1.2 2.7.1.3 2.7.1.4

Kadar hemoglobin ............................................. Overweight dan obesitas ................................... Kesamaptaan jasmani ....................................... Umur .................................................................

14 16 17 18

2.7.2 Faktor-faktor lain .............................................................. 19 2.7.2.1

2.7.2.2 2.7.2.3 2.7.2.4 2.7.2.5 2.7.2.6

Self imposed factors .......................................... Ketinggian dari permukaan laut ........................ Kecepatan ascent .............................................. Lama pajanan .................................................... Aktivitas fisik .................................................... Suhu lingkungan ...............................................

19 21 21 23 24 25

2.8 Kerangka konsep .......................................................................... 25 3. METODE .............................................................................................. 26 3.1 Hasiljadi dan faktor risiko ............................................................ 26 3.1.1 Definisi (lengkap) hasiljadi dan metode diagnostik .......... 26 3.1.1.1 Persyaratan pengukuran WSE ............................ 26

viii Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

3.1.1.2 Prosedur pengukuran WSE ................................. 27 3.1.2 Definisi pajanan utama dan metode diagnostiknya ............ 28 3.2 Metode ......................................................................................... 29 3.2.1

3.2.2 3.2.3 3.2.4 3.2.5

Desain penelitian .............................................................. Perhitungan jumlah sampel .............................................. Tempat dan waktu penelitian ........................................... Populasi penelitian ........................................................... Cara identifikasi subyek ...................................................

29 29 30 30 32

3.2.5.1 3.2.5.2

Kriteria inklusi .................................................. Kriteria eksklusi ................................................

32 33

3.3 3.4

Penyajian data .............................................................................. Faktor risiko lain dan definisi operasional ...................................

33 31

3.4.1 3.4.2 3.4.3 3.4.4

Umur ................................................................................. Indeks masa tubuh (IMT) ................................................. Kesamaptaan jasmani ....................................................... Jam terbang .......................................................................

33 33 34 34

3.5 Etika penelitian ............................................................................ 34 4. HASIL ................................................................................................... 37 4.1

4.2 4.3 4.4 4.5

Silsilah subyek penelitian ............................................................. Profil subyek penelitian ............................................................... Analisis univariat ......................................................................... Analisis bivariat ........................................................................... Analisis multivariat ......................................................................

37 37 38 39 41

5. PEMBAHASAN .................................................................................. 43 5.1

5.2 5.3

Keterbatasan ................................................................................. Profil subyek penelitian ............................................................... Hasil penelitian ............................................................................

43 43 44

5.3.1 5.3.2 5.3.3 5.3.4

Hubungan antara WSE dan kadar Hb .............................. Hubungan antara WSE dan IMT ...................................... Hubungan antara WSE dan kesamaptaan jasmani ............ Hubungan antara WSE dan umur .....................................

44 45 46 47

5.4 Prediksi nilai WSE ........................................................................ 50 6. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 51 6.1

6.2 Simpulan ...................................................................................... Saran .............................................................................................

51 51

RUJUKAN .................................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................

52 57

ix Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

DAFTAR TABEL Tabel 2. Tabel 3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6

Waktu sadar efektif berdasarkan ketinggian dari permukaan laut ............................................................................................... Risiko penelitian dan tindakan pencegahannya ............................ Silsilah subyek penelitian .......................................................... Karakteristik subyek penelitian ................................................. Sebaran umur, jam terbang, Hb, IMT, VO2maks dan waktu sadar efektif subyek (n=158) ..................................................... Kadar hemoglobin, IMT, VO2maks, umur dan jam terbang terhadap waktu sadar efektif (n= 158) ........................................ Beberapa faktor dominan terhadap waktu sadar efektif (n=158) .......................................................................................... Beberapa faktor dominan terhadap waktu sadar efektif (model kedua) ..........................................................................................

6

35

37

37

38

37

41

41

x Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 3. Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5

Kerangka teori penelitian ......................................................... Kurva disosiasi hemoglobin-oksigen ....................................... Perbandingan saturasi COHb pada penerbang perokok dan bukan perokok ......................................................................... Kerangka konsep penelitian ..................................................... Profil simulasi ruang udara bertekanan rendah ........................ Diagram baur antara WSE dan kadar Hb.................................. Diagram baur antara WSE dan IMT ...................................... Diagram baur antara WSE dan umur subyek ......................... Diagram baur antara WSE dan jam terbang .......................... Diagram baur antara WSE dan VO2maks ...............................

13 15 20 25 28 40 40 40 40 40

xi Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3 Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9.

Persetujuan penelitian dari Komite Etik FKUI ..................... Surat izin penelitian dari Lakespra Saryanto ......................... Penjelasan penelitian. ............................................................. Formulir persetujuan setelah penjelasan .............................. Definisi operasional ............................................................... Formulir pengumpulan data .................................................... Contoh penjumlahan matematika 2 digit ............................... Tabel jumlah sampel .............................................................. Bukti perhitungan Stata .........................................................

57 58 59 60 61 62 63 64 65

xii Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Waktu sadar efektif (WSE) merupakan rentang waktu saat seorang penerbang

mulai terpajan lingkungan dengan tekanan oksigen inspirasi (PiO2) yang

berkurang hingga tidak mampu melakukan tindakan yang tepat atau terjadi

gangguan kemampuan terbangnya.[1,2] Waktu ini (WSE) merupakan rentang

waktu yang sangat menentukan, dan berkaitan erat dengan hipoksia dalam

penerbangan. Selama rentang waktu inilah penerbang dapat membuat keputusan

dan melakukan tindakan yang tepat sebelum mengalami inkapasitansi akibat

hipoksia.[1]

Kejadian hipoksia dalam penerbangan militer maupun sipil pernah dilaporkan.

Rayman dan McNaughton melaporkan selama tahun 1976 hingga 1990 terjadi 296

kasus hipoksia selama penerbangan pada angkatan udara Amerika Serikat. Pada

penerbangan sipil kasus hipoksia selama penerbangan lebih jarang terjadi.

Kecelakaan penerbangan sipil akibat hipoksia selama penerbangan yang pernah

dilaporkan diantaranya adalah kecelakaan sebuah Lear Jet di dekat Aberdeenm,

Dakota Selatan tahun 1999, dan Helios B737 yang jatuh di Yunani pada tahun

2005.[3]

Berbagai penelitian mengenai hipoksia dan WSE telah dilakukan. Penelitian

tentang WSE yang dilakukan Mahyastuti terhadap 100 anggota Paskhas TNI AU

(1994) dalam ruang udara bertekanan rendah (RUBR) pada simulasi ketinggian

setara 20000 kaki (6096 m) mendapatkan bahwa semakin tinggi kadar

hemoglobin (Hb), semakin panjang WSE.[4] Penelitian retrospektif yang

dilakukan oleh Lopez dan kawan-kawan terhadap 161 pasukan tempur Angkatan

Darat Spanyol yang melakukan latihan hipoksia dalam RUBR pada ketinggian

setara 25000 kaki (7620 m) selama 6 tahun (1993-1999), mendapatkan bahwa

kelompok umur 30-39 tahun mempunyai toleransi terhadap hipoksia yang lebih

baik bila dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih muda maupun tua.[5]

Penelitian WSE yang dilakukan oleh Ribeiro dkk (1999) pada 43 orang

1 Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

2

anggota militer angkatan udara Portugis dalam RUBR dengan simulasi ketinggian

25000 kaki (7620 m) menyimpulkan tidak ada perbedaan bermakna WSE pada

faktor risiko umur dan kebiasaan merokok.[6] Penelitian WSE yang dilakukan

oleh Rahadyan dkk tahun 2008 pada 128 calon penerbang TNI AU dan 25 calon

penerbang PSDP menyimpulkan bahwa subyek terlatih mempunyai WSE lebih

singkat dibandingkan yang tidak terlatih, dengan parameter terlatih adalah Left

Ventricular End Diastolic Diameter (LVEDD).[7] Penelitian yang dilakukan

Ekasari dkk tahun 2003 di RUBR Lakespra Saryanto terhadap 33 orang Paskhas

TNI AU menunjukkan bahwa pada ketinggian 8000 kaki (2438 m) belum jelas

terjadi pergeseran kurva disosiasi HbO ke kiri, kemungkinan karena pada

ketinggian tersebut rata-rata PaO2 58,4 mmHg, dan SaO2 90,4%.[8]

Penelitian ini menggunakan ketinggian 25000 kaki dengan pertimbangan

ketinggian 25000 kaki merupakan ketinggian kritis untuk terjadinya masalah

penyakit dekompresi, dan dianggap merupakan ketinggian tertinggi yang aman

untuk dilakukan latihan hipoksia.[2,9] Selain itu WSE pada ketinggian ini sekitar

3-5 menit, yang merupakan waktu yang singkat bagi awak pesawat untuk

mengenali keadaan hipoksia dan dapat melakukan tindakan penyelamatan yang

diperlukan apabila terjadi keadaan penurunan tekanan udara pernapasan selama

penerbangan.

Mengingat pentingnya WSE dalam keselamatan penerbangan, maka perlu

dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan WSE.

1.2 Tujuan penelitian

1.2.1 Tujuan umum

Dibuktikannya faktor-faktor faali yang mempengaruhi WSE pada awak pesawat.

1.2.2 Tujuan khusus

a. Tujuan khusus utama

Dibuktikannya pengaruh kadar hemoglobin terhadap WSE calon dan awak

pesawat militer pada simulasi ketinggian 25000 kaki.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

3

b. Tujuan khusus lain

1) Dibuktikannya pengaruh Indeks Masa Tubuh (IMT) terhadap WSE calon

dan awak pesawat militer pada simulasi ketinggian 25000 kaki.

2) Dibuktikannya pengaruh tingkat kesamaptaan jasmani terhadap WSE

calon dan awak pesawat militer pada simulasi ketinggian 25000 kaki.

3) Dibuktikannya pengaruh umur terhadap WSE calon dan awak pesawat

militer pada simulasi ketinggian 25000 kaki.

1.3 Hipotesis

a. Hipotesis utama

Subyek dengan kadar hemoglobin yang lebih tinggi mempunyai WSE yang

lebih lama pada simulasi ketinggian 25000 kaki.

b. Hipotesis lain

1) Subyek yang mempunyai IMT yang lebih besar mempunyai WSE yang

lebih singkat pada simulasi ketinggian 25000 kaki.

2) Subyek yang tingkat kesamaptaan jasmaninya lebih rendah mempunyai

kecenderungan WSE yang lebih singkat pada simulasi ketinggian 25000

kaki.

3) Subyek yang berumur lebih tua mempunyai WSE yang lebih singkat pada

simulasi ketinggian 25000 kaki.

1.4 Manfaat penelitian

a. Untuk subyek penelitian

1) Dengan diketahuinya faktor-faktor risiko terhadap lamanya WSE, yaitu

kadar hemoglobin, berat badan, kesamaptaan jasmani, dan umur, maka

diharapkan para awak pesawat mempunyai kesadaran untuk meningkatkan

pola hidup yang lebih baik dalam menjaga kesehatan tubuhnya dalam

rangka meningkatkan keselamatan penerbangan.

2) Meningkatkan kesadaran para awak pesawat tentang pentingnya

mengenali gejala-gejala hipoksia sedini mungkin, lama WSE pada

ketinggian tertentu, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

4

dapat melakukan antisipasi tindakan yang tepat apabila mengalami situasi

darurat yang berhubungan dengan hipoksia.

b. Ilmiah

Mengidentifikasikan beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap waktu

sadar efektif pada awak pesawat.

c. Untuk tingkat pimpinan

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam

mengambil tindakan atau keputusan yang diperlukan dalam rangka

penyusunan program peningkatan kualitas kesehatan awak pesawat dengan

tujuan akhir tercapainya keamanan dan keselamatan terbang.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Waktu sadar efektif

Beberapa efek akut penting hipoksia di ketinggian pada orang yang belum

teraklimatisasi akan tampak mulai ketinggian lebih dari 10000 kaki (3048 m).

Gejala umumnya adalah adalah mengantuk, malas, kelelahan mental dan otot,

kadang sakit kepala, mual dan euforia. Semua efek ini berkembang progresif

menjadi tahap twitching (kedutan) atau kejang apabila berada di atas 18000 kaki

(5486 m), dan akhirnya di atas 23000 kaki (7010 m) dapat berakhir dengan koma

yang diikuti kematian pada orang yang belum teraklimatisasi.[10]

Salah satu efek utama hipoksia adalah menurunnya kecakapan mental, yang akan

menurunkan kemampuan dalam mengambil keputusan, mengingat, dan

melakukan gerakan motorik. Misalnya seorang penerbang yang belum

teraklimatisasi pada ketinggian 15000 kaki (4572 m) selama 1 jam, kemampuan

mental biasanya turun menjadi 50% dari normal. Dan setelah 18 jam turun

menjadi 20%.[10] Rentang waktu antara berkurangnya tekanan oksigen

pernapasan(PiO2) hingga saat terjadi derajat gangguan kinerja yang bermakna

disebut dengan waktu sadar efektif (WSE), lamanya interval waktu ini

dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam penelitian laboratorium, terdapat banyak

cara uji untuk mengetahui gangguan kinerja ini, mulai ketidakmampuan

melakukan tugas psikomotor yang kompleks hingga kegagalan melaksanakan

perintah lisan sederhana. Dalam praktek sehari-hari, konsep yang paling

bermanfaat untuk WSE adalah seorang penerbang mempunyai kemampuan untuk

mengenali gejala hipoksia yang dialami dan dapat bertindak untuk mengatasi

kesulitan atau situasi berbahaya, misalnya dengan memasang masker oksigen,

turun ke ketinggian yang lebih rendah, atau melakukan tindakan penyelamatan

lainnya.[11,12]

Nilai WSE yang menggambarkan pentingnya hipoksia dalam penerbangan sesuai

ketinggian Tabel 2.1.[11] Waktu sadar efektif pada masing-masing individu

5 Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

6

berbeda, tergantung pada banyak faktor, yaitu respons ventilasi pulmoner

terhadap hipoksia dan kebugaran fisik umum, umur, derajat latihan dan

pengalaman mengalami hipoksia sebelumnya. Yang perlu diperhatikan di sini

adalah bahwa WSE pada suatu ketinggian tertentu akan lebih singkat bila hipoksia

yang terjadi disebabkan karena dekompresi mendadak bila dibandingkan dengan

ascent yang lambat.[11–13]

Tabel 2. Waktu sadar efektif berdasarkan ketinggian dari permukaan laut

Ketinggian Waktu sadar efektif Meter Kaki 5486 6706 7620 8534 9144 10668 12192 13106 15240

18000 22000 25000 28000 30000 35000 40000 43000 50000

20-30 menit 10 menit 3-5 menit 2,5-3 menit 1-2 menit 0,5-1 menit 15-20 detik 9-12 detik 9-12 detik

Sumber: Reinhart RO. Basic Flight Physiology. New York: The McGraw Hill Companies; 2008.

2.2 Pengaruh hipoksia terhadap metabolisme otak

Kebutuhan O2 jaringan otak adalah sekitar 20% dari seluruh kebutuhan O2 tubuh.

Penggunaan O2 oleh jaringan ini relatif konstan, baik pada saat istirahat maupun

aktivitas. Jaringan otak sangat terpengaruh oleh kondisi hipobarik, dan merupakan

jaringan tubuh pertama yang mengalami gangguan pada kondisi kekurangan

oksigen.[14,15] Walaupun terjadi proses kompensasi seperti hiperventilasi,

takikardi, dan peningkatan aliran darah otak yang bertujuan untuk

mempertahankan jumlah O2 yang diterima jaringan otak, namun dapat juga terjadi

kerusakan jaringan apabila hipoksia yang terjadi melampaui kemampuan

aklimatisasi. Hipoksia hipobarik mengakibatkan kerusakan jaringan otak melalui

berbagai perubahan mekanisme aliran darah otak, metabolisme energi, dan fungsi

kognitif seperti kemampuan belajar dan daya ingat.[14]

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

7

Mitokondria merupakan organel yang unik yang menyediakan energi bagi sel otak

dalam bentuk ATP dan berperan penting dalam metabolisme energi. Pembentukan

ATP dalam memerlukan jumlah O2 yang bagi kelangsungan hidup sel, dan

kondisi hipoksia dapat mengganggu jalur metabolisme energi ini sehingga

mengakibatkan kerusakan sel dan kematian jaringan otak. Semakin naik ke

ketinggian tekanan O2pernapasan akan semakin berkurang, di mana kondisi ini

akan mempengaruhi aktivitas pernapasan dan pembentukan energi dalam

mitokondria otak, sehingga akan menimbulkan gangguan metabolisme energi.

Gangguan fungsi mitokondria ini akan mengakibatkan kerusakan jaringan otak

akibat hipoksia.[14]

Beberapa penelitian mendapatkan bahwa gangguan fungsi mitokondria akibat

hipoksia ini dihubungkan dengan terganggunya rantai transpor elektron dan

penurunan pembentukan ATP.[14]

2.3 Efek neurologis hipoksia hipobarik

1) Gangguan mental

Gangguan psikologis yang diakibatkan oleh kurangnya tekanan oksigen pada

ketinggian adalah masalah yang sangat penting dalam penerbangan, walaupun

terdapat variasi yang besar di antara individu yang terpajan hipoksia

hipobarik. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan respons pernapasan

terhadap hipoksia, di mana terdapat perbedaan tekanan oksigen dan

karbondioksida dalam darah arteri saat terpajan oksigen udara pernapasan

dengan tekanan tertentu. Hipokapni yang terjadi akibat hiperventilasi yang

disebabkan oleh tekanan oksigen yang rendah dalam arteri berpengaruh pada

kemampuan mental. Rendahnya tekanan CO2 ini akan mengakibatkan

vasokonstriksi pembuluh darah otak sehingga semakin mengurangi tekanan

O2 jaringan otak. Selain itu, tekanan CO2 yang rendah juga akan

mengakibatkan perubahan pH menjadi lebih alkalosis, terjadi peningkatan

afinitas HbO2,sehingga pelepasan O2 ke jaringan otak berkurang.[8,10,12,16]

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

8

2) Psikomotor

Psikomotor yang baik dan adekuat dapat dilakukan pada ketinggian di bawah

10000 kaki. Bila tekanan PaO2 turun hingga di bawah 38-40 mmHg, misalnya

pada ketinggian 16000-18000 kaki (4877-5486 m), waktu reaksi sederhana

akan mulai terpengaruh. Kemampuan pursuit-meter tasks tidak akan

terpengaruh hingga ketinggian melebihi 12000-14000 kaki (3658-4267 m),

dan berkurangnya kemampuan ini tidak akan mencapai derajat yang berat

pada ketinggian di bawah 16000-17000 kaki (4877-5486 m). Kemampuan

lain, yaitu choice-reaction time akan terpengaruh walaupun derajat hipoksia

tidak berat, misalnya kemampuan ini akan terganggu secara bermakna pada

ketinggian 12000 kaki (3658 m). Kemampuan psikomotor yang

membutuhkan koordinasi kompleks dari mata dan tangan, seperti terbang

instrumen seperti yang dipelajari dalam simulator biasanya tidak akan

terpengaruh hingga tekanan PaO2turun hingga di bawah 50 mmHg, misalnya

pada ketinggian 12000 kaki (3658 m). Kemampuan psikomotor akan

diperberat dengan gangguan koordinasi otot yang diakibatkan oleh hipoksia

derajat sedang hingga berat. Pada ketinggian sekitar 12000-15000 kaki (3658-

4572 m), akan timbul tremor tangan, penurunan kemampuan motorik halus,

sehingga kemampuan untuk memegang suatu pena atau tuas kendali dan

mempertahankan pada posisi tertentu akan terganggu secara progresif.

Inkoordinasi otot semakin bertambah dengan bertambahnya ketinggian, dan

tulisan tangan individu akan sulit dibaca.[12,13]

3) Kemampuan kognitif

Kemampuan kognitif tidak akan terganggu sampai ketinggian 10000 kaki

(3048 m), atau selama tekanan oksigen alveolar lebih dari 55 mmHg. Bila

tekanan oksigen alveolar kurang dari nilai ini, maka kemampuan kognitif

akan menurun, mula-mula menurun secara lambat, namun kemudian akan

menurun dengan cepat seiring dengan bertambahnya ketinggian. Seseorang

yang berada pada ketinggian 8000 kaki (2438 m) dapat mencapai

kemampuan kognitifnya secara optimum dalam waktu yang lebih lama

dibandingkan dengan apabila berada pada ketinggian permukaan laut.

Misalnya, hipoksia akan menambah waktu reaksi menjadi dua kali bila

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

9

dibandingkan pada ketinggian permukaan laut. Intensitas efek ini meningkat

seiring dengan bertambahnya ketinggian dan kompleksitas tugas secara

bermakna akan tampak pada ketinggian lebih dari 12000 kaki(3658 m) dan

ambang batas terjadinya gangguan akibat hipoksia masih menjadi perdebatan.

Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas sederhana meningkat 10-

15% pada ketinggian 15000 kaki (4572 m) dan meningkat 40-50% pada

18000 kaki (5486 m).[12] Penelitian Cohen dkk menunjukkan bahwa pada

ketinggian 15000 kaki (4572 m) kemampuan kognitif seperti membuat

keputusan yang kompleks lebih terpengaruh hipoksia dibandingkan dengan

psikomotor. Gangguan kemampuan dalam membuat keputusan akan

meningkatkan risiko kecelakaan dalam penerbangan.[17]

2.4 Respons pernapasan terhadap hipoksia hipobarik

Turunnya tekanan O2 udara pernapasan saat naik ke ketinggian akan

mengakibatkan berkurangnya tekanan O2 alveolar (PAO2). Berkurangnya tekanan

O2 yang mendadak ini akan merangsang kemoreseptor di badan arteri dan badan

aorta sehingga terjadi peningkatan ventilasi.[10,12] Peningkatan ventilasi ini

akan menimbulkan hiperventilasi, akan mengakibatkan pembuangan CO2 melalui

pernapasan, sehingga tekanan CO2 berkurang. Turunnya tekanan CO2 akan

mengakibatkan terjadinya depresi pernapasan.[12,15] Dua kondisi yang

berlawanan ini menunjukkan adanya kebutuhan akan O2 yang adekuat untuk

mempertahankan keseimbangan asam basa. Besarnya peningkatan ventilasi, dan

turunnya tekanan CO2 alveolar (PACO2) bervariasi pada masing-masing individu.

Ventilasi pulmoner pada ketinggian 18000 kaki (5486 m) 20-50% lebih besar

daripada di atas permukaan laut, sementara pada ketinggian 22000 kaki

meningkat 40-60%.[12]

Determinan utama untuk perbedaan PiO2 dan udara alveolar adalah

PACO2.Turunnya tekanan CO2 akan mengurangi perbedaan tekanan antara O2 dan

CO2 dalam udara pernapasan dan alveolar. Namun, PACO2 ditentukan oleh rasio

antara CO2 yang dihasilkan terhadap ventilasi alveolar, serta tidak dipengaruhi

oleh tekanan udara lingkungan. Tekanan CO2 alveolar tetap konstan selama naik

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

10

ke ketinggian, sehingga rasio CO2 yang dihasilkan oleh ventilasi alveolar tidak

berubah. Dalam kenyataannya, PACO2 tetap konstan antara ketinggian di atas

permukaan laut hingga 8000-10000 kaki (2438-3048 m). Di atas ketinggian ini,

PACO2 akan turun sampai pada tingkat yang dapat merangsang pernapasan

(kurang dari 60 mmHg). Berkurangnya PACO2 ini akan meningkatkan ventilasi

alveolar. Tekanan O2 alveolar turun secara linier sesuai dengan berkurangnya

tekanan barometer lingkungan hingga ketinggian sekitar 10000 kaki (3048 m). Di

atas ketinggian ini, penurunan PAO2 tidak besar bila tidak terjadi peningkatan

ventilasi dan akibatnya PACO2 tidak turun.[12]

Aktivitas fisik ringan dan sedang di ketinggian menunjukkan respons ventilasi

yang sama namun peningkatan ventilasi pulmoner secara proporsional sedikit

lebih besar, dan dapat terlihat pada ketinggian 3000 kaki (914 m). Peningkatan

ventilasi pulmoner yang diinduksi oleh aktivitas fisik dalam keadaan hipoksia

sedang, prosesnya seperti berkurangnya PACO2 saat bernafas dengan udara

pernapasan saat istirahat pada ketinggian yang sama. Ada kesesuaian peningkatan

dengan PAO2, sekitar 3-5 mmHg.[12]

2.5 Respons kardiovaskular terhadap hipoksia hipobarik

1) Aliran darah

Kecepatan aliran darah pada jaringan merupakan faktor penentu besarnya

tekanan O2 yang dikirimkan ke sel. Hipoksia yang diakibatkan karena

menurunnya tekanan O2 udara pernapasan akan merangsang perubahan

sirkulasi umum maupun lokal.[12]

2) Perubahan kardiovaskular umum

Respons kardiovaskular akibat hipoksia hipobarik adalah meningkatnya curah

jantung untuk memenuhi kekurangan O2 akibat tekanan O2 pernapasan yang

berkurang. Peningkatan curah jantung terjadi karena meningkatnya denyut

jantung, sedangkan volume sekuncup jantung relatif tidak berubah dengan

bertambahnya ketinggian dari permukaan laut. Peningkatan curah jantung

akan proporsional dengan peningkatan denyut jantung.[12,15,18] Pada

ketinggian lebih dari 6000-8000 kaki (1829-2438 m) dalam keadaan istirahat,

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

11

denyut jantung segera meningkat. Pada ketinggian 15000 kaki (4572 m)

terjadi peningkatan denyut jantung sebesar 10-15%, pada 20000 kaki (6096

m) peningkatannya 20-25%, dan pada 25000 kaki (7620 m) menjadi dua kali

dari denyut jantung di atas permukaan laut. Pada ketinggian, ambilan O2

maksimal dibatasi oleh curah jantung dan berkurangnya saturasi O2, sehingga

misalnya pada ketinggian 15000 kaki (4572 m), ambilan O2 maksimal selama

aktivitas fisik turun sekitar 70% bila dibandingkan berada di ketinggian

permukaan laut. Selain peningkatan curah jantung, mean arterial pressure

(MAP) pada kondisi hipoksia sedang umumnya tidak berubah. Namun

tekanan darah sistolik umumnya naik dan terjadi penurunan tahanan perifer,

sehingga terjadi peningkatan denyut nadi. Hipoksia akan menyebabkan

vasodilatasi pada sebagian besar pembuluh darah.[12,18]

3) Perubahan kardiovaskular lokal

a. Jantung

Hipoksia akut akan segera meningkatkan aliran darah jantung dan otak,

namun aliran darah ginjal akan berkurang secara bermakna. Aliran darah

otot skeletal meningkat 30-100%. Selanjutnya terjadi redistribusi curah

jantung, dengan aliran utamanya ke organ penting seperti jantung dan

otak. Aliran darah koroner meningkat secara paralel dengan peningkatan

curah jantung, sebagai respons terhadap kebutuhan metabolik

miokardium. Individu yang bernafas dengan udara pernapasan pada

ketinggian 25000 kaki (7620 m) bila dilakukan elektrokardiografi (EKG)

akan menunjukkan hasil yang normal, bahkan saat kehilangan kesadaran.

Dengan demikian, pada ketinggian ini terjadi peningkatan aliran darah

koroner. Bila jantung tidak dapat melakukan kompensasi, turunnya PaCO2

akan menyebabkan depresi miokardium. Pada hipoksia berat, depresi

miokardium ini nampak sebagai depresi segmen S-T dan memendeknya

gelombang T pada gambaran EKG. Selanjutnya akan terjadi gangguan

irama dan konduksi jantung.[12]

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

12

b. Otak

Pada PaO2 di atas 45-50 mmHg, aliran darah otak dipengaruhi oleh

tekanan PaCO2. Berkurangnya PaCO2 dari normal 40 mmHg menjadi 20

mmHg akan mengurangi aliran darah otak hingga setengahnya. Turunnya

PaO2hingga kurang dari 45 mmHg akan mengakibatkan vasodilatasi

hipoksia, sehingga pada tekanan O2 arterial 35-40 mmHg akan

meningkatkan aliran darah otak sebesar 50-100%. Terjadi keseimbangan

antara vasodilatasi akibat hipoksia dan vasokonstriksi akibat turunnya

PaCO2 yang disebabkan oleh meningkatnya ventilasi akibat

hipoksia.[8,10,12]

c. Paru

Hipoksia dengan derajat tertentu akan mengakibatkan vasokonstriksi

cepat sirkulasi pulmoner yang reversibel, kemungkinan karena akibat

langsung dari oksigen pada sel-sel kemoreseptor dalam dinding pembuluh

darah pulmoner. Vasokonstriksi pembuluh darah pulmoner yang mungkin

lokal sesuai dengan ventilasi lokal. Pada saat naik ke ketinggian dengan

cepat, seluruh pembuluh darah pulmoner vasokonstriksi, sehingga terjadi

peningkatan curah jantung dan tekanan darah arteri pulmoner.[12]

2.6. Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian dapat digambarkan seperti yang terlihat pada Gambar

2.1.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

13

Gambar 2.1 Kerangka teori penelitian Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

14

2.7 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waktu sadar efektif

2.7.1 Faktor-faktor dominan

Dalam penelitian ini, faktor-faktor dominan yang diteliti adalah kadar

Hemoglobin (Hb), berat badan, kesamaptaan jasmani, dan umur.

2.7.1.1 Kadar hemoglobin

Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein darah yang berfungsi membawa O2

dalam darah. Hb mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin, di mana O2

menempel pada Fe2+ di heme. Afinitas Hb terhadap O2 dipengaruhi oleh pH, suhu,

dan konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) dalam sel darah merah. Kadar Hb

normal dalam darah adalah 16 g/dL pada pria dan 14 g/dL pada wanita, dan

semuanya berada dalam darah. Besi bersifat esensial untuk sintesis Hb; jika darah

hilang dari tubuh dan dan defisiensi besi yang timbul tidak dikoreksi, akan terjadi

anemia defisiensi besi. Pada keadaan normal, sekitar 97% O2 diangkut dari paru

ke jaringan oleh Hb dalam bentuk oksihemoglobin, sedangkan 3% sisanya dalam

bentuk terlarut dalam cairan plasma dan sel darah.[10,19] Hubungan antara PaO2

dan SaO2 digambarkan sebagai kurva disosiasi oksihemoglobin (Gambar 2.2)

Oksigen sebagian besar (97%) berikatan dengan Hb dalam darah sebagai

oksihemoglobin. Afinitas O2 terhadap Hb dipengaruhi oleh pH darah, suhu tubuh,

konsentrasi CO2, dan 2.3 DPG. Kurva disosiasi bergeser ke kanan bila pH darah

turun (asam), terjadi peningkatan CO2, suhu, atau 2.3 DPG. Pergeseran kurva

disosiasi ke kiri bila terjadi keadaan yang berlawanan dengan pergeseran ke

kanan.[10,19]

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

15

Gambar 2.2 Kurva disosiasi hemoglobin-oksigen; pH 7,40, suhu 380C.

Sumber: Ganong W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.

Keseimbangan asam basa tubuh ditentukan oleh konsentrasi ion H+. Tubuh

mengatur konsentrasi ion ini untuk mencegah asidosis atau alkalosis dengan 3

cara, yaitu [10,20]:

1) sistem dapar asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera

bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi H+

yang berlebihan.

2) sistem pernapasan, berfungsi mengatur pembuangan CO2 dari cairan ekstrasel

3) ginjal, berfungsi mengeluarkan urin asam atau alkali, sehingga konsentrasi H+

ekstrasel dapat normal kembali.

Salah satu cara untuk menjaga keseimbangan asam basa adalah dengan mengatur

pola makan. Telah lama diketahui jika makanan berpengaruh besar terhadap

keseimbangan asam basa tubuh.[21] Makanan yang mengakibatkan penurunan

pH darah adalah yang mengandung protein hewani dan karbohidrat. Sedangkan

makanan yang mengakibatkan peningkatan pH adalah yang mengandung mineral

seperti buah dan sayur.[22]

Oksigenasi jaringan sangat dipengaruhi oleh jumlah O2 yang diangkut dalam

darah arteri atau kandungan O2 arteri (CaO2). Kadar Hb sangat mempengaruhi

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

16

CaO2 karena sebagian besar O2 terikat Hb. Terdapat tiga komponen utama yang

mempengaruhi CaO2, yaitu Hb, PaO2 dan SaO2.[23] Hubungan ketiga komponen

ini dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut [24]:

CaO2 = (SaO2 x 1,34 x Hb x 0,01) + (0,023 x PaO2kPa)

Keterangan:

CaO2 = kandungan O2 arteri (bentuk HbO2 dan yang larut dalam plasma)

SaO2 = saturasi O2 arteri

1,34 = konstanta Huffner (volume O2 dalam ml yang dibawa oleh 1 gram Hb)

0,023 = koefisien kelarutan O2

Darah yang cenderung asam akan menggeser kurva disosiasi ke kanan, sehingga

diperlukan PO2 yang lebih besar untuk mengikat Hb.[19] Ketika berada di

ketinggian, tekanan barometer berkurang, sehingga PO2 juga berkurang. Bila PO2

yang sudah berkurang ini diperberat dengan pH darah yang asam, maka Hb akan

semakin sulit berikatan dengan O2. Akibatnya CaO2 akan berkurang, sehingga

oksigenasi jaringan berkurang . Keadaan ini akan menurunkan toleransi hipoksia

dan WSE semakin singkat. Oleh karena itu, kepada awak pesawat dianjurkan

untuk membatasi makanan yang meningkatkan keasaman tubuh, terutama

sebelum terbang, sehingga keseimbangan asam basa selama terbang dapat terjaga.

Penelitian yang dilakukan Mahyastuti terhadap 100 orang anggota Paskhasau

tahun 1994 di Lakespra Saryanto pada simulasi ketinggian RUBR setara 20000

kaki, dan dilakukan analisis data dengan regresi linier, mendapatkan bahwa

terdapat hubungan positif antara kadar Hb dan WSE dengan r = 0,18.[4]

2.7.1.2 Overweight dan obesitas

Overweight atau obesitas akan mengakibatkan penurunan fungsi paru.

Penumpukan lemak abdominal pada obesitas akan mengurangi volume dada,

menghambat pergerakan diafragma ke bawah. Compliance dinding dada akan

menurun, yaitu terjadi penurunan kemampuan elastisitas dada dan perut akibat

saluran pernapasan yang tertutup. Kondisi-kondisi tersebut di atas akan

mengakibatkan penurunan volume dan kapasitas vital paru, kekuatan otot

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

17

pernapasan, serta bertambahnya ruang rugi pernapasan. Tahanan sistem

pernapasan meningkat karena diameter saluran nafas yang lebih kecil yang

dihubungkan dengan penurunan volume paru. Beberapa penderita obesitas dapat

mengalami hipoksia karena terjadi ketidaksesuaian antara ventilasi dan perfusi

paru, terutama pada penderita dengan kemampuan pengembangan basal paru yang

jelek. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa ada korelasi negatif antara

kapasitas vital paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa detik 1 (VEP1) dengan

obesitas sentral atau overweight, yaitu VEP1 dan KVP yang rendah atau kelainan

paru restriktif [25–28]. Selain itu, obesitas akan meningkatkan beban kerja dan

metabolisme sel tubuh, sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan

kebutuhan oksigen ini berakibat terbentuknya reactive oxygen species (ROS) atau

radikal bebas dalam bentuk superoksida, radikal hidroksil, dan hidrogen

peroksida. Substansi-substansi ini berasal dari meningkatnya respirasi

mitokondria dan lepasnya elektron dalam rantai transpor elektron, sehingga

terbentuk radikal superoksida.[29] Penumpukan lemak yang berlebihan akan

mengakibatkan kerusakan sel, sehingga meningkatkan kadar sitokin seperti

interleukin-6 dan TNF-alfa, penurunan kadar adiponektin dan akhirnya

meningkatkan risiko inflamasi sistemik.[25,29]

Penelitian WSE yang dilakukan oleh Lopez dkk tahun 1993-1999 di Centre of

Instruction of Aerospace Medicine (CIMA) terhadap 161 anggota pasukan tempur

angkatan darat Spanyol pada simulasi ketinggian RUBR 25000 kaki, dan analisis

data menggunakan uji-t independen, ANOVA dan kai-kuadrat dengan P<0,05,

mendapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara WSE dan IMT.[5]

2.7.1.3 Kesamaptaan jasmani

Perubahan sistem kardiorespirasi pada latihan yang bersifat aerobik umumnya

berpengaruh pada sistem transportasi oksigen. Perubahan ini terutama terlihat

pada:

- Perubahan ukuran jantung. Umumnya individu yang terlatih akan mempunyai

volume rongga jantung yang lebih besar dan tebal dinding jantung tetap

normal sehingga volume sekuncup jantung meningkat.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

18

- Penurunan denyut nadi per menit. Penyebabnya diperkirakan adanya

peningkatan tonus parasimpatis atau penurunan tonus simpatis.

- Peningkatan volume darah dan hemoglobin. Pada beberapa penelitian

didapatkan adanya peningkatan volume darah setelah melakukan latihan

aerobik selama beberapa waktu. Sedangkan untuk hemoglobin terjadi

peningkatan jumlah hemoglobin total per kgBB. - Peningkatan besar otot dan densitas kapiler. Hal ini akan meningkatkan

kemampuan pemakaian oksigen oleh otot.[30]

Penelitian yang dilakukan oleh Rahadyan dkk tahun 2007 di Lakespra Saryanto

terhadap 122 subyek terlatih (perwira muda lulusan Akademi Angkatan Udara)

dan 25 subyek tak terlatih (lulusan siswa SMU) dengan parameter terlatih Left

Ventricular End Diastolic Diameter (LVEDD) pada simulasi ketinggian RUBR

25000 kaki, serta analisis data dilakukan dengan uji-t independen untuk data

kontinu dan uji kai-kuadrat (uji x2) untuk data nominal, mendapatkan bahwa

LVEDD mempunyai hubungan bermakna dengan WSE (OR 0,156 (95% CI

0,046 – 0,527). Kelompok dengan LVEDD ≥ 4,85 cm mempunyai risiko 3,0 kali

mengalami hipoksia (WSE < 4 menit) dibandingkan kelompok dengan LVEDD <

4,85 cm , (OR 3,0 (95% CI 95% 1,52 – 5,99).[7]

2.7.1.4 Umur

Dengan bertambahnya umur, akan terjadi penurunan kapasitas kemampuan

aktivitas fisik. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya kecepatan maksimal

penggunaan oksigen atau VO2maks. Berkurangnya VO2maks ini disebabkan oleh

berkurangnya curah jantung atau maldistribusi curah jantung yang nampak hingga

umur pertengahan [31]. Selain itu, fungsi paru juga akan mengalami penurunan.

Penelitian Stanojevic dkk tahun 2007 mendapatkan terjadi penurunan rasio

VEP1/KVP yang sesuai umur.[32] Penelitian yang dilakukan oleh Rochat M dkk

pada tahun 2013 mendapatkan bahwa VEP1 pada pria mencapai puncaknya pada

umur 20 tahun dan mengalami penurunan dengan bertambahnya umur.[33]

Penelitian WSE yang dilakukan oleh Lopez dkk tahun 1993-1999 di Centre of

Instruction of Aerospace Medicine (CIMA) terhadap 161 anggota pasukan tempur

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

19

angkatan darat Spanyol pada simulasi ketinggian RUBR 25000 kaki (7620 m),

dan analisis data menggunakan uji-t independen, ANOVA,dan kai-kuadrat

dengan P<0,05, mendapatkan bahwa kelompok umur 30-39 tahun mempunyai

toleransi yang lebih baik terhadap hipoksia dibandingkan kelompok umur yang

lebih muda maupun lebih tua.[5]

2.7.2 Faktor-faktor Lain

2.7.2.1 Self-imposed factor

Kabin bertekanan dirancang pada ketinggian kurang dari 10000 kaki (3048 m),

yang merupakan ketinggian di mana tubuh masih dapat beradaptasi dengan

berkurangnya tekanan udara pernapasan. Namun, adanya self-imposed factors

akan dapat meningkatkan ketinggian fisiologis. Sebagai contoh, ketinggian

sebenarnya 10000 kaki (3048 m), namun dengan adanya self imposed factors,

tubuh akan bereaksi sesuai dengan ketinggian 13000 kaki (3962 m). Beberapa

self-imposed factors adalah:

a. Alkohol

Alkohol dalam tubuh dapat mengakibatkan hipoksia histotoksik karena

alkohol merupakan toksin bagi sel. Telah dilakukan penelitian jika satu ons

alkohol sebanding dengan ketinggian fisiologis 2000 kaki (610 m). Alkohol

menghambat pengambilan oksigen dan metabolisme pada tingkat seluler,

dan tergantung pada jumlah toksin yang beredar dalam sirkulasi tubuh.

Selanjutnya efek depresan dari alkohol akan mengaburkan pengenalan

penerbang terhadap hipoksia, sehingga mengurangi toleransi terhadap

hipoksia. Seseorang yang mengalami kelelahan mental dan fisik mempunyai

toleransi buruk terhadap alkohol karena mengalami penurunan kinerja.[2]

Penelitian yang dilakukan Van de Borne dkk mendapatkan bahwa alkohol

tidak mempengaruhi ventilasi dan respons simpatis terhadap hipoksia dan

hiperkapnia, namun terjadi penurunan saturasi O2 sekitar 4% akibat

berkurangnya afinitas O2 terhadap Hb.[34]

b. Kelelahan merupakan salah satu gejala hipoksia, sulit untuk

membedakannya dengan hipoksia. Penerbang akan sering salah mengartikan

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

20

bahwa kelelahan yang dialaminya bukan gejala hipoksia dan tidak

mempertimbangkan tindakan pencegahannya.[11]

c. Merokok

- Karbon monoksida dari rokok, baik dari perokok aktif maupun pasif,

merupakan ancaman besar pada penerbang perokok. Karbon monoksida

mempunyai afinitas terhadap hemoglobin 210-250 kali lebih besar

daripada oksigen, sehingga dapat menyebabkan hipoksia hipemik.

Bersama dengan alkohol, merokok tiga batang secara cepat atau merokok

20-30 batang dalam 24 jam sebelum merokok dapat meningkatkan

saturasi COHb 8-10 persen. Sekitar 20% perokok akan mengalami suatu

smoker’s night vision meskipun berada pada ketinggian permukaan laut.

Karena karbon monoksida dapat disetarakan dengan penambahan

ketinggian 3000-5000 kaki (924-1524 m).[11]

- Tar merupakan residu dari pembakaran tembakau pada rokok, dan

merupakan agen utama penyebab keganasan. Tar dapat mengakibatkan

destruksi membran mukosa saluran pernapasan. Selain itu dapat

mempengaruhi proses pembersihan paru dan mengganggu oksigenasi

sehingga akan mengurangi toleransi terhadap hipoksia.[2]

Gambar 2.3 Perbandingan saturasi COHb pada penerbang perokok dan bukan perokok (ketinggian dikalikan 1000 kaki)

Sumber: Reinhart RO. Basic Flight Physiology. 3rd ed. New York: The McGraw Hill Companies; 2008

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

21

- Nikotin merupakan zat yang poten yang dapat mempengaruhi fungsi

jaringan saraf dan otot. Beberapa jenis rokok mengandung 10-20 mg

nikotin, di mana 2,3 mg di antaranya akan diabsorbsi saat inhalasi, 1,5

mg akan diabsorbsi melalui membran mukosa mulut bila tidak dihisap.

Dosis 2,5 mg nikotin per oral dapat mengakibatkan mual, dan dosis 50-

60 mg bersifat letal. Merokok 2 pak dalam satu hari akan mendapat dosis

lebih besar daripada yang disebutkan di atas, namun jarang dilaporkan

adanya efek nikotin tersebut, kemungkinan karena detoksifikasi nikotin

yang cepat dan adanya peningkatan toleransi.[2]

Penelitian WSE yang dilakukan oleh Ribeiro dkk tahun 1999 terhadap 43 orang

anggota angkatan udara Portugis (33 bukan perokok, 10 perokok), mendapatkan

bahwa tidak ada perbedaan WSE yang bermakna antara kelompok perokok dan

bukan perokok.[6]

2.7.2.2 Ketinggian dari permukaan laut

Semakin tinggi dari permukaan laut (baik dengan kabin bertekanan maupun

tidak), semakin besar risiko hipoksia. Oleh karena itu kabin bertekanan pesawat

terbang umumnya diatur setara ketinggian 8000 kaki (2438 m). Ketinggian kabin

bertekanan yang lebih dari 8000 kaki (2438 m) akan mengakibatkan awak

pesawat mengalami hipoksia. Tekanan parsial oksigen menurun saat naik ke

ketinggian, sedangkan penerbang harus mendapat oksigen yang cukup bagi

metabolisme sel tubuh. Pengaturan tekanan kabin pada ketinggian maksimal 8000

kaki (2438 m) merupakan salah satu cara untuk mencegah hipoksia.[11]

2.7.2.3 Kecepatan ascent

Naik ke ketinggian dari permukaan laut membutuhkan penyesuaian tubuh yang

dapat mengurangi efek hipoksia dan mempertahankan fungsi sel akibat

berkurangnya PiO2. Proses ini disebut dengan aklimatisasi, yang merupakan

proses yang kompleks dan melibatkan hampir semua sistem organ. Prinsip-prinsip

utama yang terjadi selama proses aklimatisasi adalah [10,19,35]:

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

22

a. Peningkatan ventilasi paru. Peningkatan ventilasi paru yang mendadak saat

naik ke ketinggian akan menurunkan jumlah CO2, sehingga PCO2 turun.

Akibatnya akan terjadi penekanan kemoreseptor pusat pernapasan di batang

otak, berlawanan dengan efek PO2 yang rendah akan merangsang

pernapasan melalui kemoreseptor perifer di badan karotis dan aorta. Efek

penekanan terhadap pusat pernapasan akan menghilang dalam waktu 2-5

hari, dan ventilasi meningkat sekitar lima kali normal.

b. peningkatan jumlah sel darah merah. Proses ini dirangsang oleh eritropoetin

sebagai respons terhadap berkurangnya O2 ke ginjal. Peningkatan jumlah sel

darah merah akan meningkatkan kemampuan darah mengangkut O2.

c. Peningkatan kapasitas difusi paru. Disebabkan karena peningkatan jumlah

volume darah kapiler paru dan udara dalam paru sehingga kapiler tersebut

melebar. Pelebaran ini menambah luas permukaan kapiler tempat

berlangsungnya difusi.

e. Peningkatan produksi 2.3 DPG sehingga O2 lebih mudah dilepaskan dari Hb

di jaringan.

d. Peningkatan vaskularisasi jaringan perifer, sehingga mengurangi jarak yang

harus ditempuh O2 ketika berdifusi dari darah ke dalam sel

f. Peningkatan jumlah mitokondria sel sehingga kemampuan sel dalam

menggunakan O2 semakin efisien walaupun nilai PO2 rendah.

Proses penyesuaian ini berbeda-beda pada masing-masing individu maupun

populasi. Apabila waktunya mencukupi, hampir setiap individu mampu

melakukan aklimatisasi hingga ketinggian 5500 m (18.045 kaki). Di atas

ketinggian ini, terjadi penurunan progresif fungsi organ tubuh yang melampaui

kemampuan tubuh untuk melakukan kompensasi.[10,36] Menurut Calleja, faktor

adaptasi terhadap ketinggian dari permukaan laut dapat dianggap konstan dan

dapat diterapkan atau digunakan untuk ketinggian berapa pun. Lama proses

adaptasi ini dapat dihitung dengan rumus :

Lama di ketinggian (hari) = 11,4 x ketinggian (Km)

Sebagai contoh, untuk beradaptasi pada ketinggian 2500 meter, maka diperlukan

11,4 x 2,5 = 28,5 hari.[37]

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

23

Semakin cepat naik ke ketinggian, toleransi individu terhadap hipoksia semakin

kurang efektif. Akibat dari cepatnya naik ke ketinggian, sering seorang penerbang

menjadi kurang waspada terhadap gejala hipoksia. Kurangnya pengalaman

terhadap perubahan gejala-gejala tubuh sering membuat penerbang mengalami

inkapasitansi mendadak.[11]

2.7.2.4 Lama pajanan

Berada pada ketinggian 8000 kaki (2438 m) selama beberapa jam tanpa suplemen

oksigen dapat mengakibatkan gejala seperti berada pada ketinggian 16000 kaki

4867 m) selama setengah jam. Gejala yang terjadi berhubungan dengan waktu

namun sangat tidak dapat diperkirakan. Semakin tinggi dari permukaan laut,

semakin singkat waktu untuk terjadinya hipoksia.[11]

Kemajuan teknologi penerbangan, terutama teknologi kabin bertekanan,

memungkinkan pesawat terbang mampu terbang hingga ketinggian lebih dari

30000 kaki( 914 m) dengan tekanan dalam kabin dapat tetap dipertahankan setara

ketinggian 6000-8000 kaki (1829-2438 m). Tekanan udara dalam kabin dengan

ketinggian tersebut 560-590 mmHg, tidak dapat dipaksakan tekanannya sesuai

permukaan laut (760 mmHg) karena memerlukan kompresor oksigen yang besar

dan kemungkinan terjadi ledakan. Besarnya tekanan udara yang tidak sebesar

tekanan udara permukaan laut mengakibatkan lingkungan kabin pesawat terbang

menjadi hipobarik, namun dengan tekanan udara ini manusia masih dapat

melakukan adaptasi fisiologis terhadap kekurangan oksigen. Dengan kondisi ini

maka penerbang atau awak pesawat lain sering terpajan oleh hipoksia

hipobarik.[38] Semakin sering terbang, maka semakin sering seorang awak

pesawat terpajan oleh hipoksia hipobarik.

Pajanan hipoksia hipobarik intermiten dapat merangsang proses aklimatisasi dan

meningkatkan ketahanan aerobik manusia. Casas dkk melakukann penelitian

hipoksia hipobarik intermiten disertai latihan fisik intensitas rendah dalam RUBR

tahun 2000 terhadap 6 orang pendaki gunung selama 17 hari di Barcelona

Spanyol, dengan simulasi ketinggian 4000-5500 kaki (1200- 1665 m). Pajanan

hipoksia hipobarik dalam RUBR minimal berlangsung selam 3 jam per hari.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

24

Penelitian ini mendapatkan hasil terjadi kenaikan bermakna pada ventilasi paru

maksimal, VO2maks, packed cell volume (PCV), jumlah sel darah merah dan

kadar Hb. Subyek pada penelitian ini mengalami adaptasi terhadap ketinggian,

dan yang dianggap terpenting adalah adaptasi sistem transpor O2.[39]

2.7.2.5 Aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang meningkat akan meningkatkan kebutuhan oksigen bagi tubuh.

Seorang penerbang dapat mempunyai risiko tinggi mengalami hipoksia selama

penerbangan, misalnya karena tidak berfungsinya autopilot dan harus terbang

manual dalam cuaca buruk yang tentu saja lebih banyak memerlukan aktivitas

fisik. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bagi awak pesawat lain yang

memerlukan lebih banyak tenaga selama penerbangan seperti pramugari dan load

master militer.[11]

2.7.2.6 Suhu lingkungan

Suhu lingkungan dalam kokpit yang ekstrem, terutama pada pesawat yang

berbadan kecil dan mempunyai pengaturan kabin bertekanan yang jelek, akan

menurunkan toleransi tubuh terhadap kurangnya oksigen. Suhu lingkungan yang

rendah akan menurunkan toleransi hipoksia.[11,40] Suhu lingkungan yang atau

kelembaban udara yang tinggi, disertai berkurangnya kerapatan udara akan sedikit

menurunkan tekanan parsial oksigen. Sedangkan kenaikan suhu tubuh akan

meningkatkan metabolisme sehingga kebutuhan oksigen bertambah. Akibatnya

toleransi terhadap hipoksia menurun, dan dapat terjadi hipoksia pada ketinggian

yang rendah.[11,41]

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

25

2.8 Kerangka Konsep

Gambar 2.4. Kerangka konsep penelitian Keterangan : faktor risiko yang dicetak miring tidak diteliti

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

BAB 3 METODE

3.1 Hasiljadi dan faktor risiko

3.1.1 Definisi (lengkap) hasiljadi dan metode diagnostiknya

Waktu sadar efektif adalah waktu yang dimiliki oleh seseorang saat mulai terjadi

penurunan tekanan oksigen hingga saat dia kehilangan kemampuan untuk

mengambil keputusan atau melakukan tindakan yang diperlukan sesuai situasi dan

kondisi, seperti memakai masker oksigen atau menurunkan ketinggian pesawat

terbangnya.[11] Dalam penelitian ini kemampuan yang dinilai adalah melakukan

penjumlahan sederhana dua digit susun ke bawah.

3.1.1.1 Persyaratan pengukuran WSE

Pengukuran WSE dilakukan saat subyek melakukan latihan hipoksia di

RUBR. Persyaratan untuk mengikuti latihan hipoksia sesuai ketentuan Lakespra

Saryanto adalah sebagai berikut [42]:

a. Sehat fisik dan mental

b. Telah melaksanakan pemeriksaan radiologi (foto thorax) dan hasilnya

dinyatakan normal.

c. Telah melaksanakan pemeriksaan THT dan hasilnya dinyatakan normal.

d. Telah melaksanakan pemeriksaan spirometri dan hasilnya dinyatakan normal,

e. Telah melaksanakan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dan hasilnya

dinyatakan normal

f. Melaksanakan sinus check di ketinggian 5000 kaki (1524 m). Bila tidak ada

keluhan dilanjutkan sesuai kebutuhan.

g. Bila ada keluhan seperti: hipoksia, trapped gas (sinus block, ear block,

aerodontalgia) dan evolved gas dirujuk ke dokter ahli sesuai kelainan tersebut

disertai surat pengantar pasien.

h. Sebelum dan setelah melaksanakan latihan RUBR tidak melaksanakan

aktivitas fisik yang berat (12 jam).

26 Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

27

3.1.1.2 Prosedur Pengukuran WSE.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh petugas terlatih, yang terdiri dari operator

RUBR, pengawas dalam dan pengawas luar, perawat udara serta petugas

administrasi, dan diawasi oleh dokter spesialis penerbangan atau flight surgeon.

Prosedur pengukuran WSE dalam RUBR adalah sebagai berikut [42,43]:

a. Subyek telah melaksanakan persyaratan pemeriksaan fisik (foto thorax, EKG,

spirometri, dan THT) dengan hasil normal.

b. Subyek mendapat penjelasan singkat tentang hipoksia dan tata cara

pelaksanaan latihan di RUBR.

c. Setelah mendapat penjelasan, kemudian subyek masuk ke dalam RUBR, dan

mengikuti prosedur rutin persiapan latihan, yaitu

- Mengisi data subyek sesuai nomor urut kursi dengan tujuan untuk

mempermudah dalam melakukan evaluasi subyek.

- Sebelum dimulai latihan subyek mendapat arahan dari operator RUBR

tentang pelaksanaan profil latihan yang akan dilaksanakan.

- memakai helm dan mengecek fungsi alat komunikasi pada masing-

masing helm.

- Memasang masker oksigen dan dan melakukan PRICE CHECK

(Pressure, Regulator, Indicator, Connector, dan Emergency)

- Memasang pulse oxymetri (pada ibu jari tangan kiri).

d. Dilakukan prosedur sinus check, yaitu naik ke ketinggian 5000 kaki (1524

m), kemudian turun lagi, untuk mengetahui apakah ada subyek yang

mengalami keluhan nyeri pada sinus paranasalis. Bila ada, tidak diizinkan

mengikuti latihan selanjutnya.

e. Latihan dimulai dengan naik ke ketinggian 25000 kaki (7620 m). Pada

ketinggian ini masker oksigen dilepas dan subyek diminta mengerjakan soal

penjumlahan angka dua digit secara vertikal.

f. Waktu sadar efektif dihitung mulai dari saat masker oksigen dilepas. Titik

akhir WSE ditentukan ketika subyek salah menjawab dua nomor berturut-

turut atau diam tidak mengerjakan soal selama 15 detik atau tidak

melaksanakan perintah pengawas dan pengawas segera memakaikan kembali

masker oksigen.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

28

g. Pada titik akhir WSE dicatat saturasi oksigen dan denyut nadi.

h. Satuan WSE dinyatakan dalam detik.

i. Setelah seluruh subyek selesai dicatat WSE-nya dan memakai masker

oksigen, kembali ke ketinggian sesuai permukaan laut.

Gambar 3. Profil ruang udara bertekanan rendah

Keterangan gambar: ABC : Sinus check CD : Naik ke ketinggian 25000 kaki dengan kecepatan 5000 kaki/menit DE : Demonstrasi hipoksia masal selama 5 menit EF : kembali ke ketinggian permukaan laut dengan kecepatan 3000-5000 kaki/menit

Ruang Udara Bertekanan Rendah (RUBR) yang digunakan adalah buatan

Environmental Tectonics Corporation International. Alat ini merupakan alat

simulasi pengenalan reaksi tubuh saat terpajan ketinggian.

3.1.2 Definisi pajanan utama dan metode diagnostiknya

Hemoglobin (Hb) adalah zat protein yang terdapat dalam eritrosit yang

memberikan warna merah pada darah, fungsi utamanya adalah sebagai

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

29

pengangkut oksigen. Pada laki-laki dewasa kadar normal adalah 13,5-18,0 g/dL

dan perempuan 12-16 g/dL.[44,45]

Data kadar hemoglobin diambil dari data hasil pemeriksaan laboratorium subyek

yang bersangkutan saat melaksanakan pemeriksaan kesehatan pendahuluan di

aeroklinik Lakespra Saryanto. Sebelum pengambilan darah untuk pemeriksaan

laboratorium, subyek diwajibkan berpuasa minimal 10 jam.

3.2 Metode

3.2.1 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan analisis

regresi linier bivariat dan multivariat untuk membuktikan kecenderungan secara

signifikan antara WSE dengan faktor-faktor risiko. Bila variabel faktor risiko

mempunyai nilai p<0,25, maka akan dipilih sebagai kandidat potensial untuk

disertakan dalam analisis multivariat.[46]

Untuk membuat prediksi hasiljadi (WSE), digunakan rumus umum [46]:

Y = konstanta + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 (3.1)

Keterangan: Y : hasiljadi β : koefisien regresi X : faktor risiko

3.2.2 Perhitungan jumlah sampel

Data variabel hasiljadi (WSE) adalah waktu (detik) yang merupakan data kontinu.

Data faktor risiko:

a. Kadar Hb : kontinu

b. Indeks masa tubuh : kontinu

c. Umur : kontinu

d. Kesamaptaan jasmani : kontinu

e. Jam terbang : kontinu

Jenis data hasiljadi maupun faktor risiko adalah kontinu, dengan demikian uji

hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linier.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

30

Jumlah sampel minimal untuk analisis regresi linier ditentukan dengan:

- kesalahan α 0,05 (dua arah)

- kesalahan β 0,20 (20%)

- koefisien korelasi (r) 0,25, karena nilai r 0,25 merupakan r terkecil yang

masih dapat menghasilkan korelasi yang bermakna.[47]

Berdasarkan tabel perhitungan jumlah sampel untuk analisis korelasi diperoleh

jumlah sampel minimal adalah 123 orang.[48] Dengan demikian dalam penelitian

ini dibutuhkan sampel sebanyak 1,10 X 123 orang = 136 orang.

3.2.3 Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian : Lakespra Saryanto Jakarta.

Waktu penelitian : 19 - 30 Mei 2014.

3.2.4 Populasi penelitian

Subyek penelitian adalah calon dan awak pesawat militer.

1) Calon awak pesawat yaitu :

a. calon penerbang Prajurit Sukarela Dinas Pendek (PSDP) TNI. Pendidikan

Pertama PSDP Penerbang TNI merupakan salah satu pendidikan pertama

perwira TNI bagi warga negara terpilih lulusan SMA/sederajat untuk

dididik menjadi perwira penerbang TNI.[49] Persyaratan calon penerbang

PSDP di antaranya adalah [50,51]:

- Warga Negara Indonesia Pria, bukan Prajurit TNI, anggota Polri dan

PNS

- Tinggi Badan minimal 165 cm dan panjang kaki minimal 100 cm.

- Berusia antara 17-22 tahun.

- Sehat jasmani, rohani, dan tidak berkacamata.

Seleksi calon meliputi seleksi daerah dan pusat.

(1) Seleksi daerah dilakukan di seluruh wilayah Republik Indonesia

dan dibagi menjadi beberapa Panitia Daerah (Panda), yaitu NAD,

Sumbagut, Riau, Sumbagsel, Jabar, Jateng, DIY, Surabaya,

Madiun, Kalimantan Tim-Sel, Sulawesi, Bali dan Nusra, Ambon,

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

31

Papua, DKI Jaya, Kalimantan Bar-Teng, mantan Catar. Materi

yang diujikan antara lain adalah pemeriksaan kesehatan I dan II,

serta kesamaptaan jasmani. Bagi yang dinyatakan lulus seleksi

daerah akan mengikuti seleksi pusat.

(2) Tingkat pusat di laksanakan oleh Panitia pusat (Panpus) di

Wingdikum Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta dan Lanud

Adisutjipto Yogyakarta, dengan materi uji antara lain pemeriksaan

kesehatan III, psikologi penerbangan, kesamaptaan jasmani, dan

antropometrik.

Untuk pemeriksaan kesehatan III di Jakarta, dilaksanakan di

Lakespra Saryanto. Materi seleksi kesehatan ini meliputi :

- Pemeriksaan kesehatan umum :anamnesis, pemeriksaan fisik,

jantung (treadmill), pemeriksaan laboratorium, mata, THT,

saraf, spirometri, radiologi.

- Indoktrinasi latihan aerofisiologis, yaitu pengenalan hipoksia

dengan RUBR dan mabuk gerak dengan kursi barany. Syarat

untuk dapat mengikuti latihan RUBR sama dengan persyaratan

pada awak pesawat, yaitu tidak ada kelainan paru, jantung, dan

THT.

b. Calon penerbang TNI AD (Penerbad)

Berasal dari bintara organik TNI AD dengan persyaratan antara lain :

- minimal berpangkat sertu maksimal serka,

- berbadan sehat, tidak bertato dan lulus pemeriksaan kesehatan,

- usia 26-30 tahun

- Tinggi badan minimal 165 cm, berat badan seimbang

- Panjang kaki minimal 100 cm

- Tidak berkacamata

Seleksi kesehatan tahap I di laksanakan di beberapa daerah dengan

materi seleksi meliputi : fisik diagnostik, mata, telinga (audiometri), paru

(spirometri, THT, rontgen, laboratorium, dan rekam jantung atau EKG).

Seleksi kesehatan yang dilaksanakan di Lakespra Saryanto merupakan

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

32

seleksi kesehatan tahap II, dengan materi seleksi sama dengan calon

penerbang PSDP.

2) Awak pesawat militer

Adalah awak pesawat (penerbang, navigator, JMU, load master) militer yang

melaksanakan ILA di Lakespra Saryanto. Untuk penerbang tempur

dilaksanakan setiap 2 tahun sekali, penerbang pesawat angkut dan helikopter

setiap 3 tahun sekali, dan awak pesawat lain setiap 4 tahun sekali.

Pelaksanaan ILA berdasarkan surat perintah komandan lanud setempat.[52]

Dalam kerangka konsep disebutkan terdapat beberapa faktor risiko yang tidak

diteliti. Hal ini disebabkan karena data diambil dari data:

- calon siswa penerbang yang telah melakukan ILA sebelum penyusunan

proposal penelitian. Seleksi kesehatan dilaksanakan tanggal 7-11 Januari 2014.

- Jumlah awak pesawat yang melaksanakan ILA setiap bulan rata-rata 15-20

orang. Rencana jumlah minimal sampel yang dibutuhkan adalah 136 orang.

Bila harus memenuhi jumlah sampel minimal, maka diperlukan waktu sekitar 7

bulan. Sebagian data diambil dari pelaksanaan ILA mulai Januari – Mei 2014.

3.2.5 Cara identifikasi subyek

Subyek penelitian adalah calon awak pesawat dan awak pesawat militer yang

melaksanakan Indoktrinasi Latihan Aerofisiologis (ILA) Lakespra Saryanto.

3.2.5.1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi subyek penelitian adalah calon atau awak pesawat militer dengan

ketentuan:

a. melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan ILA

b. bersedia berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani

formulir persetujuan penelitian.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

33

3.2.5.2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi subyek penelitian adalah calon atau awak pesawat yang:

a. tidak melaksanakan pemeriksaan kesehatan umum secara lengkap, termasuk

laboratorium dan uji latih jantung.

b. tidak melaksanakan demonstrasi hipoksia dalam RUBR

3.3 Penyajian Data

Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk penulisan ilmiah secara narasi dan

tabular.

3.4. Faktor risiko lain dan definisi operasional

3.4.1 Umur

Umur adalah umur subyek saat dilakukan penelitian, dinyatakan dalam tahun.

Data umur diperoleh dari rekam medis subyek yang bersangkutan atau dari

kuesioner.

3.4.2 Indeks masa tubuh (IMT)

Merupakan hasil pengukuran antropometrik pada kombinasi berat badan (kg)

dibagi kuadrat tinggi badan (m), dinyatakan dengan satuan kg/m2.

Metode yang digunakan adalah dengan mengukur :

a. Tinggi badan, satuannya adalah meter

b. Berat badan, satuannya adalah kilogram

Perhitungan IMT:

IMT = BB /TB2 (3.2)

Keterangan :

- BB = berat badan (kg) - TB = tinggi badan (meter)

Data berat badan dan tinggi badan subyek penelitian diambil dari data hasil

pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan sebelum melaksanakan ILA. Berat

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

34

dan tinggi badan diukur oleh petugas di ruang pemeriksaan umum dengan alat

SMIC health care.

3.4.3 Kesamaptaan jasmani

Kesamaptaan jasmani adalah kondisi fisik yang mampu mengatasi beban kerja

dan menyelesaikan tugas dengan baik tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan

masih memiliki cadangan tenaga yang cukup untuk menghadapi beban tambahan

apabila diperlukan.[53]

Tingkat kesamaptaan jasmani yang diukur adalah kesamaptaan aerobik dengan

cara menghitung VO2maks dari hasil uji latih jantung yang dilakukan oleh subyek

penelitian. Uji latih jantung dilakukan satu hari sebelum kegiatan di RUBR,

dilakukan dengan metode Bruce dan dalam pengawasan seorang spesialis jantung.

Untuk menentukan VO2maks dari hasil uji latih jantung digunakan

persamaan[54]:

VO2maks = 14,8-(1,379 X t) + (0,451 X t2) – (0,012 X t3) (3.3)

Keterangan : t = waktu (menit), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melakukan uji

latih jantung.

3.4.4 Jam terbang

Jam terbang adalah total waktu pergerakan pesawat terbang sejak mesin

dihidupkan untuk tujuan lepas landas sampai penerbangan selesai dan mesin

dimatikan.[55] Data jam terbang awak pesawat diperoleh dari hasil anamnesis

saat pemeriksaan kesehatan.

3.5. Etika penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan

sebuah penelitian mengingat penelitian kesehatan akan berhubungan langsung

dengan manusia, sehingga segi etika penelitian harus diperhatikan demi

menjunjung tinggi harkat dan martabat serta hak asasi manusia.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

35

Pertama-tama dilakukan penjelasan kepada calon subyek penelitian mengenai

identitas peneliti, tujuan penelitian dan manfaatnya terutama bagi calon subyek

penelitian sendiri. Kemudian diberikan penjelasan mengenai latar belakang

dipilihnya topik WSE dan kepentingannya bagi dunia penerbangan, faktor-faktor

yang mempengaruhi WSE sesuai dengan kepustakaan, serta hipotesis yang

diajukan. Untuk memperlancar pelaksanaan penelitian dijelaskan mengenai :

1) Prosedur penelitian, mulai dari penjelasan sebelum penelitian, hingga

penelitian selesai, termasuk bila mungkin timbul dampak atau risiko akibat

penelitian.

2) Risiko penelitian dan tindakan untuk mencegah atau menguranginya,

yaitu seperti yang terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Risiko penelitian dan tindakan pencegahannya

RISIKO TINDAKAN 1. Fisik

- Hipoksia - Ear block - Sinus block

- Hipoksia diatasi dengan suplemen oksigen, dan dilatih cara-cara pemakaian masker oksigen.

- Untuk mencegah sinus atau ear block dilakukan sinus check terlebih dahulu pada ketinggian 5000 kaki sebelum latihan dimulai. Bagi yang mengalami sinus atau ear block, tidak dapat mengikuti penelitian.

- Untuk mencegah sinus atau ear block selama penelitian diberi penjelasan dan latihan tentang manuver valsava.

- Apabila mengalami sinus atau ear block selama penelitian saat turun ke ketinggian permukaan laut, maka akan diterbangkan pada ketinggian tertentu yang lebih tinggi sampai tidak terasa sakit. Setelah itu baru turun kembali dengan kecepatan 1000-2000 kaki per detik.

- Apabila peserta tidak dapat melanjutkan penelitian, akan di bawa ke lock chamber (di samping chamber utama) untuk diturunkan pada ketinggian permukaan laut, dan diberi pertolongan medis sesuai keluhan dan gejala yang dialami.

2. Psikologis Memberikan penjelasan tentang prosedur penelitian, risiko, serta penanganan bila terjadi efek samping.

3. Sosial Tidak ada risiko sosial, karena tidak akan mempengaruhi karier pekerjaan.

4. Legal Tidak ada risiko legal, karena mendapat persetujuan dari Komisi Etik FKUI.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

36

3) Penelitian memerlukan data dari hasil rekam medis dan hasil latihan

aerofisiologi yang akan dilakukan oleh calon subyek, tanpa merubah

prosedur pelaksanaan ILA.

Kerahasiaan harus tetap terjaga dengan cara merubah identitas calon

subyek penelitian dengan kode-kode tertentu sehingga tidak semua orang dapat

mengakses data penelitian. Diberikan juga kesempatan kepada calon subyek untuk

menanyakan hal-hal yang belum jelas baik secara langsung maupun melalui

telepon kepada peneliti.

Keikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan siapa pun, dan

apabila menolak berpartisipasi tidak akan mendapat sangsi apa pun. Apabila calon

subyek memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian, diminta untuk

menandatangi formulir persetujuan setelah penjelasan.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

BAB 4 HASIL

4.1 Silsilah subyek

Pengambilan data dilakukan di Lakespra Saryanto pada tanggal 19-30 Mei 2014.

Data yang diambil adalah data hasil pelaksanaan ILA periode Januari – Mei 2014.

Selama Periode ini terdapat 183 peserta ILA dengan perincian: 92 calon siswa

PSDP, 16 calon Penerbad, 42 orang penerbang dan navigator, 16 siswa penerbang

PSDP, serta 17 orang juru mesin udara (JMU). Setelah dilakukan pemeriksaan

data-data hasil pelaksanaan ILA, 25 orang dikeluarkan dari penelitian karena tidak

melaksanakan demonstrasi hipoksia di RUBR atau uji latih jantung. Dengan

demikian data yang dianalisis sebanyak 158.

Tabel 4.1 Silsilah subyek penelitian

Subyek penelitian Jumlah Calon dan awak pesawat yang melaksanakan ILA 183 Tidak melaksanakan demonstrasi hipoksia di RUBR 10 Tidak melaksanakan uji latih jantung 15 Jumlah memenuhi syarat 158

4.2 Profil subyek penelitian

Subyek penelitian terbanyak adalah sipil atau calon siswa penerbang PSDP

sebesar 57%, dan kualifikasi terbanyak adalah calon penerbang sebesar 65,8%

(Tabel 4.2)

37 Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

38

Tabel 4.2 Karakteristik subyek penelitian (n=158)

Jumlah % Pangkat Kolonel 3 1,9 Letkol 3 1,9 Mayor 3 1,9 Kapten 10 6,3 Lettu 6 3,8 Letda 14 8,9 Bintara 15 9,5 Sipil 90 57,0 Siswa 14 8,9 Kualifikasi Calon penerbang 104 65,8 Penerbang 34 21,5 Navigator 4 2,5 Juru mesin udara 2 1,3 Siswa penerbang 14 8,9

Tabel 4.2 menunjukkan umur subyek termuda adalah 18 tahun, tertua 46 tahun,

dengan rata-rata 23,09 tahun. Jam terbang paling sedikit 0 jam, terbanyak adalah

6000 jam, rata-rata 371,49 jam.

4.3. Analisis univariat

Terdapat 6 subyek yang mempunyai kadar Hb di bawah normal (13 g/dL) dan 1

subyek di atas normal (18g/dL). Namun, secara keseluruhan kadar Hb subyek

rata-rata normal (14,99 g/dL%). Indeks masa tubuh (IMT) berkisar normal

hingga overweight, dengan rata-rata 22,72 kg/m2 . Variabel yang paling bervariasi

adalah jam terbang, sedangkan yang paling tidak bervariasi kadar Hb.

Tabel 4.3 Sebaran umur, jam terbang, Hb, IMT, VO2maks dan waktu sadar efektif subyek (n=158)

Min Maks Rata-rata

Simpang baku

Koefisien variasi

Umur subyek (tahun) 18 46 23,09 6,245 27,05 Jam terbang (jam) 0 6000 371,49 1004,900 270,51 Kadar Hb (g/dL) 13 18 14,99 0,894 5,97 Indeks masa tubuh (kg/m2) 19 29 22,72 2,277 10,02 VO2maks (ml/menit/kgBB) 30 67 47,78 5,875 12,30 Waktu sadar efektif (detik) 80 300 235,41 68,438 29,07

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

39

4.4 Analisis Bivariat

Tabel 4.4 di bawah ini merupakan tabel hasil analisis bivariat faktor-faktor risiko

waktu sadar efektif. Berdasarkan perhitungan analisis bivariat, kandidat potensial

terhadap WSE adalah kadar Hb, IMT, umur, dan jam terbang.

Berdasarkan hasil perhitungan yang tercantum pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1.

menunjukkan bahwa nampaknya semakin tinggi Hb cenderung semakin

memperpanjang WSE. Sedangkan dari hasil perhitungan tersebut dan Gambar

4.2.- Gambar 4.4. menunjukkan semakin tinggi umur, IMT, dan jam terbang

nampaknya cenderung mempersingkat WSE.

Tabel 4.4 Kadar hemoglobin, IMT, VO2maks, umur dan jam terbang terhadap waktu sadar efektif (n= 158)

Koefisien regresi kasar

95% Interval kepercayaan P

Kadar hemoglobin Konstanta

9,072 99,436

-2,950 ; 21,093 -81,068 ; 279,940

0,138 0,278

IMT Konstanta

-8,141 420,357

-12,717 ; -3,565 288,073 ; 513,069

0,001 0,000

VO2maks Konstanta

-0,317 250,537

-2,158 ; 1,524 161,892 ; 339,182

0,735 0,000

Umur Konstanta

-4,163 331,551

-5,766 ; -2,560 293,205 ; 369,897

0,000 0,000

Jam terbang Konstanta

-0,240 244,328

-0.034 ; -.0139 233,559 ; 255,097

0,000 0,000

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

40

20.018.016.014.012.0Kadar Hb (g%)

300

250

200

150

100

50Wak

tu s

adar

efe

ktif

(det

ik)

R Sq Linear =0.014

Gambar 4.1 Diagram baur antara WSE dan kadar Hb

30.0028.0026.0024.0022.0020.0018.00Indeks masa tubuh (Kg/m2)

300

250

200

150

100

50Wak

tu s

adar

efe

ktif

(det

ik)

R Sq Linear =0.073

Gambar 4.2 Diagram baur antara WSE dan IMT

50403020Umur subyek (tahun)

300

250

200

150

100

50Wak

tu s

adar

efe

ktif

(det

ik)

R Sq Linear =0.144

Gambar 4.3 diagram baur antara WSE dan umur subyek

6000500040003000200010000Jam terbang (jam)

300

250

200

150

100

50Wak

tu s

adar

efe

ktif

(det

ik)

R Sq Linear =0.124

Gambar 4.4 Diagram baur antara WSE dan jam terbang

70.0060.0050.0040.0030.00VO2max (ml/menit/KgBB)

300

250

200

150

100

50Wak

tu s

adar

efe

ktif

(det

ik)

R Sq Linear =7.386E-4

Gambar 4.5 Diagram baur antara WSE

dan VO2maks

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

41

4.5 Analisis Multivariat

Tabel 4.5 merupakan tabel hasil analisis multivariat . Berdasarkan tabel tersebut,

faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap lamanya WSE yang bermakna,

yaitu kadar Hb, IMT, dan umur. Variabel IMT mempunyai P=1,99 (>0,05),

sehingga dibuat model lain dengan mengeluarkan variabel tersebut.

Tabel 4.5 Beberapa faktor dominan terhadap waktu sadar efektif (n=158)

Koefisien regresi suaian

95% interval kepercayaan P

Kadar Hb IMT Umur Konstanta

14,677 -3,274 -3,917

180,266

3,526 ; 25,828 -8,287 ; 1,738

-5,762 ; -2,072 -7,257 ; 367,788

0,010 0,199 0,000 0,059

Tabel 4.6 merupakan model kedua setelah variabel IMT dikeluarkan. Namun

karena terjadi perubahan koefisien regresi kadar Hb dan umur >10%, maka

variabel IMT tidak dapat dikeluarkan dari model hasil analisis multivariat.

Dengan demikian yang dianggap sebagai model akhir hasil analisis multivariat

adalah Tabel 4.5.

Tabel 4.6 Beberapa faktor dominan terhadap waktu sadar efektif (model kedua) n=158

Koefisien regresi suaian

95% interval kepercayaan P

Kadar Hb Umur Konstanta

14,523 -4,522

122,159

3,351 ; 25,695 -6,121 ; -2,922

-43,267 ; 287,585

0,011 0,000 0,147

Berdasarkan Tabel 4.5 disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar Hb, semakin

panjang WSE. Satu unit (1 g/dL) Hb akan menambah WSE 14,7 detik. Semakin

tinggi IMT dan umur, semakin singkat WSE. Setiap penambahan IMT 1 kg/m2

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

42

akan mengurangi WSE sebesar 3,3 detik, dan setiap penambahan umur 1 tahun

akan mengurangi WSE 3,9 detik.

Kadar Hb mempunyai kecenderungan untuk memperpanjang WSE. Faktor IMT

dan umur merupakan faktor yang cenderung mempersingkat WSE.

Berdasarkan hasil perhitungan multivariat, dapat dibuat prediksi nilai WSE

dengan rumus :

Prediksi nilai WSE = 180,266 + (14,677 x kadar Hb) + (-3,274 x IMT)

+ (-3,917 x umur)

Contoh:

1) Penerbang dengan kadar Hb 13 g/dL, IMT 29 kg/m2, dan umur 46 tahun.

Prediksi nilai WSE penerbang tersebut adalah:

180,266 + (14,677 x 13 g/dL) + (-3,274 x 29 kg/m2) + (-3,917 x 46 tahun) =

95,939 detik.

2) Penerbang dengan kadar Hb 16 g/dL, IMT 19 kg/m2, dan umur 18 tahun.

Prediksi nilai WSE penerbang tersebut adalah:

180,266 + (14,677 x 16 g/dL) + (-3,274 x 19 kg/m2) + (-3,917 x 18 tahun) =

282,386 detik.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Keterbatasan

Penelitian ini mempunyai keterbatasan, antara lain:

1) Cara pemilihan sampel menggunakan metode purposif karena keterbatasan

waktu dan jumlah subyek. Dengan demikian belum dapat menggambarkan

semua calon dan awak pesawat militer.

2) Hanya berlaku untuk populasi dengan umur 18-46 tahun dengan kadar Hb

13-18 g/dL, dan IMT 19-29 kg/m2.

3) Beberapa faktor risiko dalam kerangka konsep tidak diteliti karena data

diambil dari hasil ILA yang dilaksanakan sebelum proposal penelitian

dibuat. Faktor-faktor risiko yang tidak diteliti tersebut adalah:

a. Kebiasaan merokok

b. Aktivitas fisik (tidak diketahui aktivitas fisik sebelum pelaksanaan

demonstrasi hipoksia)

c. Kebiasaan makan atau jenis makanan yang dimakan sebelum

pelaksanaan demonstrasi hipoksia

Faktor-faktor risiko tersebut di atas dapat mempengaruhi model prediksi

WSE.

3) Penentuan titik akhir WSE bersifat subyektif, berdasarkan hasil pengamatan

pengawas dalam atau kehendak subyek penelitian, belum menggunakan

pemeriksaan saturasi O2. Untuk mengatasinya subyek diminta untuk

melaksanakan demonstrasi hipoksia dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

kemampuan. Titik akhir WSE ditentukan bila subyek melakukan kesalahan

penghitungan 1 kali.

5.2. Profil Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah calon dan awak pesawat militer yang

melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan ILA. Pemeriksaan kesehatan dan ILA

ini dilaksanakan dalam rangka seleksi calon penerbang militer, serta merupakan

43 Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

44

kegiatan rutin tiap 2 tahun untuk penerbang tempur, 3 tahun untuk penerbang

angkut dan helikopter, dan 4 tahun untuk awak pesawat lain (JMU, navigator,

load master). [51] Subyek terbanyak adalah calon siswa penerbang dari sipil

(57%). Umur subyek termuda adalah 18 tahun dan tertua 46 tahun dengan rata-

rata 23 tahun. Subyek dengan kualifikasi awak pesawat militer aktif sebesar

25,32%.

5.3. Hasil Penelitian

5.3.1 Hubungan antara WSE dan kadar Hb

Kadar Hb subyek penelitian berkisar antara 13 - 18 g/dL, dengan rata-rata 15

g/dL. Analisis regresi linier multivariat antara WSE dan kadar Hb menunjukkan

kecenderungan kenaikan Hb akan memperpanjang WSE [koefisien regresi (β)

=14,677 ; p = 0,010]. Hasil ini sesuai hipotesis bahwa semakin tinggi kadar Hb

semakin lama WSE. Hemoglobin merupakan protein dalam sel darah merah yang

berperan sebagai pembawa O2 ke seluruh jaringan tubuh. Semakin tinggi kadar

Hb dalam darah, semakin banyak kandungan O2 arteri (PaO2), sehingga semakin

banyak O2 yang dapat diangkut oleh darah ke seluruh jaringan tubuh.[10,19,23]

Hemoglobin berikatan dengan O2 sebagai oksihemoglobin. Sifat ikatan antara Hb

dan O2 digambarkan dalam kurva disosiasi oksihemoglobin. Saturasi

oksihemoglobin (SaO2) dipengaruhi oleh pH, PCO2, ion hidrogen, suhu, dan kadar

2.3- DPG.[55]

Peningkatan kandungan CO2 darah (CaCO2) dan penurunan pH darah akan

mengurangi afinitas Hb terhadap O2, sehingga terjadi pelepasan O2. Akibatnya

kurva akan bergeser ke kanan. Hemoglobin yang terdeoksigenasi

(deoksihemoglobin) lebih aktif mengikat H+ dibandingkan oksihemoglobin.

Kandungan CO2 darah (CaCO2) yang meningkat akan meningkatkan H2CO3

(asam karbonat) darah dan konsentrasi ion H+ sehingga pH darah

menurun.[10,19]

Senyawa 2.3 DPG banyak terdapat dalam sel darah merah. Senyawa ini

merupakan senyawa fosfat yang dihasilkan dari proses glikolisis melalui jalur

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

45

Embden Meyerhof. Hipoksia hipobarik akan meningkatkan jumlah senyawa ini.

Meningkatnya senyawa ini dalam darah akan menggeser ikatan antara Hb dan O2,

sehingga mengurangi afinitas Hb terhadap O2.[19,56]

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Mahyastuti (1994) terhadap 100 Pasukan

Khas TNI AU (Paskhasau). Pada penelitian tersebut Hb subyek penelitian

berkisar 12,2-17,8 g/dL dengan rata-rata 15,08 g/dL [95% CI = -0,07;1,17 ; β=

0,55, koefisien korelasi (r) = 0,18; dan p=0,08]. Kesimpulan penelitian ini

menyebutkan antara Hb dan WSE ada hubungan positif sedang dan bermakna

(0,05 ≤ p ≤ 0,25).[4]

5.3.2 Hubungan antara WSE dan IMT

Indeks masa tubuh (IMT) subyek penelitian berkisar antara 18,71-29,07 kg/m2,

dengan rata-rata 22,718 kg/m2. Analisis regresi linier multivariat antara WSE dan

IMT menunjukkan bahwa peningkatan IMT akan cenderung mempersingkat

WSE (β= -3,274, ; 95% CI= -8,287;1,738 ; p= 0,199). Hasil ini sesuai dengan

hipotesis, yaitu semakin besar IMT, semakin singkat WSE. Teori yang mendasari

adalah pada orang dengan IMT yang besar (overweight atau obesitas) mempunyai

masa lemak perut yang dapat menghalangi gerakan ke bawah diafragma saat

inspirasi, sehingga compliance saluran pernapasan berkurang. Berkurangnya

compliance ini akan menurunkan fungsi paru, yaitu terjadi restriksi. Restriksi akan

menurunkan kapasitas vital paru , KVP, dan VEP1.[25–28] Kapasitas vital paru

yang baik akan meningkatkan kemampuan paru sebagai tempat pertukaran udara,

sehingga oksigenasi paru dan jaringan tubuh akan lebih baik.[8] Oksigenasi

jaringan tubuh yang lebih baik akan meningkatkan toleransi terhadap hipoksia.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lopez dkk tahun

1993-1999 di Centre of Instruction of Aerospace Medicine (CIMA) terhadap 161

anggota pasukan tempur angkatan darat Spanyol pada simulasi ketinggian RUBR

25000 kaki, dan analisis data menggunakan uji-t independen, ANOVA dan kai-

kuadrat dengan P<0,05, mendapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna

antara WSE dan IMT.[5] Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan

karena penentuan titik akhir WSE yang subyektif. Pada penelitian Lopez dkk,

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

46

subyek penelitian yang telah mempunyai pengalaman demonstrasi hipoksia di

RUBR umumnya mempunyai toleransi terhadap hipoksia yang lebih lama karena

memahami kapan saat harus memakai masker oksigen sebagai penanda titik akhir

WSE dibandingkan subyek yang belum berpengalaman. Sedangkan subyek

dengan IMT yang lebih besar umumnya adalah subyek yang sudah mempunyai

pengalaman.[5]

5.3.3 Hubungan antara WSE dengan kesamaptaan jasmani

Kesamaptaan jasmani pada penelitian ini diukur dengan VO2maks yang diperoleh

dari hasil uji latih jantung. VO2maks subyek berkisar antara 30,17-67,42

ml/menit/kgBB dengan rata-rata 47,778 ml/menit/kgBB. Hasil analisis regresi

linier menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara VO2maks (kesamaptaan

jasmani) dengan WSE (β= -0,317 ; 95% CI= -2,158;1,524 ; p = 0,735).

Penelitian serupa yang dilakukan Ekasari dkk tahun 2004 terhadap 30 anggota

Paskhasau di Lakespra Saryanto dengan metode analisis regresi linier,

mendapatkan hasil berbeda, yaitu pada analisis bivariat VO2maks berkorelasi

positif lemah dengan WSE (r=0,264 ; p=0,159). Sedangkan setelah analisis

multivariat VO2maks tidak bermakna.[8]

Ambilan O2 maksimal (VO2maks) merupakan kecepatan maksimal O2 yang dapat

dibawa dari atmosfer (lingkungan) menuju mitokondria untuk memenuhi

kebutuhan proses oksidasi yang menghasilkan energi (ATP) selama aktivitas

fisik.[57] Oksigen harus dapat dibawa ke seluruh jaringan tubuh secara efektif ke

untuk proses pembentukan energi dalam mitokondria. Tanpa O2 yang cukup

proses pembentukan energi ini akan terhambat.[58] VO2maks memberikan

gambaran tentang keterbatasan atau kemampuan fungsi tubuh untuk mengirim

dan menggunakan O2 untuk kebutuhan metabolisme saat aktivitas fisik berat.

Istilah ini secara internasional digunakan sebagai standar rujukan untuk kebugaran

jasmani.[59] VO2maks ditentukan oleh curah jantung (frekuensi denyut jantung x

volume sekuncup jantung) dan perbedaan kandungan O2 antara arteri (CaO2) dan

vena (CvO2). Perbedaan antara CaO2-CvO2 antara individu yang mempunyai

kesamaptaan jasmani baik (terlatih) dan kurang (tidak terlatih) tidak jauh berbeda,

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

47

sehingga perbedaan VO2maks lebih dipengaruhi oleh curah jantung.[57] Individu

dengan kesamaptaan jasmani yang baik mempunyai curah jantung yang lebih

besar, sehingga VO2maks lebih besar. Dengan demikian maka transpor O2 ke

jaringan tubuh akan lebih baik.[30] Dengan transpor O2 yang lebih baik, maka

akan lebih banyak O2 yang dapat diambil jaringan tubuh untuk proses

metabolisme.

Pengaruh ketinggian terhadap VO2maks telah banyak diteliti. Penelitian awal

yang dilakukan oleh Balke dkk di Red River (2300 m) mendapatkan terjadi

penurunan VO2maks sebesar 6%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Elliot dan

Atterborn dengan membandingkan kemampuan latihan dengan ergocycle pada

ketinggian 1576-3962 m terhadap ketinggian kurang dari 1500 m. Hasilnya adalah

penurunan VO2maks sekitar 18%.Penelitian yang dilakukan Ferreti menemukan

bahwa penurunan VO2maks merupakan gambaran dari kurva disosiasi

oksihemoglobin.Menurut Ferreti,sekitar 70% VO2maks ditentukan oleh curah

jantung maksimal pada ketinggian permukaan laut. [60]

Semakin tinggi dari permukaan laut, VO2maks semakin berkurang, sehingga

kemampuan jaringan untuk mengambil dan memanfaatkan O2 berkurang.

Semakin rendah VO2maks pada ketinggian permukaan laut akan mengakibatkan

semakin rendah toleransi terhadap hipoksia sehingga WSE semakin singkat.

Hasil penelitian yang tidak bermakna kemungkinan disebabkan karena variasi

data WSE yang cukup besar, yaitu 29,07% (>20%), sehingga data tersebut tidak

homogen atau terdistribusi normal. Waktu sadar efektif yang tidak terdistribusi

normal ini kemungkinan disebabkan karena beberapa hal, yaitu adanya

ketidakseragaman pada: aktivitas subyek dan asupan makanan sebelum

pelaksanaan demonstrasi hipoksia, kebiasaan merokok.

5.3.4 Hubungan antara WSE dan umur

Umur subyek penelitian berkisar antara 18-46 tahun, dengan rata-rata 23,09 tahun.

Hasil analisis regresi linier multivariat menunjukkan dengan bertambahnya umur

akan cenderung mempersingkat WSE (β= -4,917 ; p = 0,000). Berarti Hasil ini

sesuai dengan hipotesis yang menyatakan semakin tua subyek semakin singkat

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

48

WSE. Teori yang mendasari hal ini adalah dengan bertambahnya umur, akan

terjadi penurunan kecepatan maksimal penggunaan oksigen atau VO2maks.

Berkurangnya VO2maks ini disebabkan oleh berkurangnya curah jantung atau

maldistribusi curah jantung, Selain itu terjadi juga penurunan fungsi paru, yaitu

penurunan rasio VEP1/KVP. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada

pria mencapai puncaknya pada umur 20 tahun dan mengalami penurunan dengan

bertambahnya umur.[33]

Penelitian Ekasari dkk tahun 2004 terhadap 30 anggota Paskhasau di Lakespra

Saryanto dengan metode analisis regresi linier, mendapatkan hasil serupa dengan

penelitian ini. Penelitian tersebut mendapatkan hasil usia berkorelasi negatif

dengan WSE (β= -14,195 ; p=0,016).[8]

Penelitian lain sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Mahyastuti (1994) terhadap 100 anggota Paskhasau

mendapatkan bahwa antara umur dan WSE terdapat korelasi negatif sedang dan

bermakna (0,05 ≤ p ≤ 0,25 ; β= -0,20 ; r = 0,16 ; p=0,11).[4]

Penelitian yang dilakukan oleh Lopez dkk tahun 1993-1999 di Centre of

Instruction of Aerospace Medicine (CIMA) terhadap 161 anggota pasukan tempur

angkatan darat Spanyol pada simulasi ketinggian RUBR 25000 kaki, dan analisis

data menggunakan uji-t independen, ANOVA, dan kai-kuadrat dengan P<0,05,

mendapatkan hasil yang berbeda, yaitu bahwa kelompok umur 30-39 tahun

mempunyai toleransi yang lebih baik terhadap hipoksia dibandingkan kelompok

umur yang lebih muda (20-29 tahun) maupun lebih tua (≥ 40 tahun).[5]

Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan karena subyektifitas subyek penelitian

dalam menentukan titik akhir WSE. Subyek yang berumur 30-39 tahun sudah

mempunyai pengalaman demonstrasi hipoksia di RUBR bila dibandingkan

dengan subyek yang berumur 20-29 tahun, serta belum mempunyai penurunan

fungsi kognitif bila dibandingkan dengan umur yang lebih tua (>40 tahun).[5]

Ketentuan tentang batas umur seorang penerbang sipil di Indonesia diatur dalam

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 46 tahun 2008 tentang perubahan

kedua atas Keputusan menteri Perhubungan Nomor KM 22 tahun 2002 tentang

persyaratan-persyaratan sertifikasi dan operasi bagi perusahaan angkutan udara

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

49

yang melakukan penerbangan dalam negeri, internasional, dan angkutan udara

niaga tidak berjadwal pasal I menyatakan bahwa[61]:

1) Instruktur penerbang yang telah mencapai usia 65 tahun, atau yang tidak

memiliki sertifikat kesehatan yang layak, tidak boleh bertindak sebagai

instruktur penerbang.

2) Personil pesawat udara yang telah mencapai usia 65 tahun tidak boleh

menjalankan tugas sebagai instruktur penerbang (pesawat udara) , maupun

bertindak sebagai anggota kru penerbangan pada kegiatan pengoperasian

pesawat udara.

3) Dalam hal pengoperasian pesawat udara dengan lebih dari satu penerbang,

pemegang sertifikat tidak boleh menggunakan jasa seseorang untuk bertindak

sebagai PIC pada kegiatan penerbangan berdasarkan peraturan ini dan tidak

seorang pun boleh bertindak sebagai PIC pada kegiatan penerbangan

berdasarkan ketentuan ini jika telah mencapai 65 tahun atau jumlah total

umur kedua penerbang lebih dari 115 tahun.

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor PM 26 tahun 2013

yang berisi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) part 121

(amandemen 8) pada bagian subpart M, menyatakan bahwa selain persyaratan

pada pengoperasian penerbangan lebih dari satu penerbang umur kedua

penerbang maksimal 115 tahun, juga menyatakan bahwa pemegang sertifikat yang

sudah berusia 60 tahun tidak boleh menjadi kapten penerbang.[55]

Ketentuan umur penerbang sipil menurut Annex 1 International Civil Aviation

Organization (ICAO) tentang Personnel Licensing adalah sebagai berikut[62]:

1) Penerbang yang telah berusia 60 tahun tidak dapat menjadi kapten penerbang

(pilot in command-PIC) untuk penerbangan internasional

2) Dalam satu penerbangan internasional, apabila salah satu penerbang berusia

60 tahun atau lebih, maka penerbang lainnya harus berusia kurang dari 60

tahun.

3) Umur maksimal seorang penerbang adalah 65 tahun.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, baik nasional maupun internasional,

batas atas umur seorang penerbang sipil atau awak pesawat lain adalah 65 tahun

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

50

dan penerbang yang telah berusia 65 tahun tidak dapat menjadi kapten penerbang.

Persyaratan usia kapten penerbang sipil di Indonesia lebih ketat daripada

peraturan ICAO, yaitu maksimal 60 tahun. Peraturan di Indonesia mensyaratkan

bahwa jumlah umur kedua penerbang dalam satu operasi penerbangan maksimal

adalah 115 tahun. Misalnya seorang penerbang berusia 60 tahun, maka penerbang

lain berusia maksimal 55 tahun. Peraturan tentang kombinasi umur ini

dimaksudkan untuk meningkatkan keselamatan penerbangan mengingat

penerbang dengan usia lanjut sudah mempunyai penurunan fungsi fisiologis dan

kognitif.[63] Penurunan fungsi fisiologis ini akan menurunkan toleransi terhadap

hipoksia sehingga WSE semakin singkat.

5.3.5 Prediksi nilai WSE

Berdasarkan hasil perhitungan multivariat didapatkan rumus perhitungan prediksi

nilai WSE, yaitu:

Prediksi nilai WSE = 180,266 + (14,677 x kadar Hb) + (-3,274 x IMT)

+ (-3,917 x umur)

Rumus prediksi nilai WSE tersebut di atas hanya terdiri dari 3 faktor dominan,

yaitu kadar Hb, IMT, dan umur. Mengingat masih ada faktor-faktor lain yang

belum diteliti, seperti kebiasaan merokok, pola makan, aktivitas sebelum

demonstrasi hipoksia, suhu, kecepatan ascent, dan lama di ketinggian, maka

rumus prediksi ini belum dapat menyimpulkan bahwa peningkatan dan penurunan

WSE hanya dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut di atas. Untuk mendapatkan

rumus yang benar-benar dapat digunakan untuk membuat prediksi nilai WSE,

maka seluruh faktor risiko harus diteliti secara bersamaan.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan subyek calon dan awak pesawat militer yang

melaksanakan ILA di Lakespra Saryanto periode Januari-Mei 2014, diperoleh

simpulan sebagai berikut:

1) Terbukti ada 3 faktor risiko dalam tujuan penelitian yang berhubungan secara

bermakna dengan WSE, yaitu:

a. Kadar Hb terbukti memperpanjang WSE

b. Indeks masa tubuh terbukti mempersingkat WSE

c. Umur terbukti mempersingkat WSE

Hasil ini sesuai dengan penelitian WSE lain yang dilakukan oleh Mahyastuti

dkk (1994) menyimpulkan juga kadar Hb dan umur berhubungan positif

dengan WSE.

3) Kesamaptaan jasmani tidak terbukti berhubungan dengan WSE.

6.2. Saran

1) Saran untuk penelitian selanjutnya: perlu diteliti lebih lanjut tentang WSE

dengan:

a. pemeriksaan saturasi O2 sehingga data titik akhir WSE menjadi lebih

obyektif, tidak semata-mata berdasarkan kehendak subyek atau hasil

pengamatan pengawas dalam.

b. menyertakan faktor-faktor risiko hipoksia lain, yaitu:

- aktivitas subyek sebelum pelaksanaan demonstrasi hipoksia.

- kebiasaan merokok awak pesawat

- kebiasaan makan : total kalori, protein, karbohidrat, lemak.

2) Saran bagi subyek penelitian:

a. untuk menjaga agar kadar Hb tetap dalam batas normal, maka perlu

mengatur dan menjaga pola makan yang sehat serta berolah raga

teratur.

51 Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

52

b. pentingnya memiliki IMT atau berat badan normal untuk memperpanjang

WSE.

3) Saran untuk pengambil kebijakan operasional penerbangan: mengingat umur

berpengaruh terhadap WSE, maka pengaturan komposisi tim terbang (setting

crew) harus sesuai peraturan yang berlaku. Untuk penerbang sipil di

Indonesia jumlah umur maksimal dua penerbang dalam satu operasi

penerbangan adalah 115 tahun.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

53

RUJUKAN

1. Flying into thin air: Neurological effects of hypoxia. Aviation Medicine :: Aerospace Medicine [Internet].[diakses 26 Februari 2014]. Tersedia dari: http://www.avmed.in/2011/03/flying-into-thin-air-neurological-effects-of-hypoxia/

2. Introduction to aviation physiology. Oklahoma: Civil Aerospace medical Institute Federal Aviation Administration [Internet]. [diunduh 23 November 2013]. Tersedia dari: http://www.faa.gov/pilots/training/airman _education/media/IntroAviationPhys.pdf

3. Cable GG, Westerman R. Hypoxia recognition training in civilian aviation: A neglected area of safety? J Aust Soc Aerosp Med. 2010;5(1):4–6.

4. Mahyastuti M. Hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor faali dengan waktu sadar efektif calon penerjun high altitude low opening Paskhas TNI AU dalam simulator ruang udara bertekanan rendah setara 20.000 kaki [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia; 1994.

5. Lopez J, Vallejo P, Rios F, Jimenez R, Valle J. Age factor related to hypoxia tolerance. Disampaikan dalam Simposium RTO HFM “Operational Issues of Aging Crewmembers”. Toulon: North Atlantic Treaty Organization; 2000. p. 11–1 – 11–6.

6. Ribeiro N, Rocha C, Avez J. Time of useful consciousness in crewmembers during hypobaric chamber flights. Disampaikan dalam Simposium RTO HFM “Operational Isues of Aging Crewmembers”. Toulon: North Atlantic Treaty Organization; 2000. p. 12–1.

7. Rahadyan A, Joesoef AH, Kaunang DR. Hubungan morfologi ventrikel kiri orang terlatih dengan responss hipoksia di ruang udara bertekanan rendah. J Kardiol Indones. 2008;29(2):62–8.

8. Ekasari F. Pengaruh faktor transpor oksigen terhadap kecepatan kejadian hipoksia dan pencapaian waktu sadar efektif pada ketinggian 8000 dan 25000 kaki dengan simulasi ruang udara bertekanan rendah [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2004.

9. Rudge FW. Effects of decreased pressure: Decompression sickness. Dalam: Whitton RC, editor. Flight Surgeon’s Guide. Texas: USAF School Of Aerospace Medicine Brooks AFB; 1995.

10. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Edisi 11. Pennsylvania: Elsevier Saunders; 2006.

11. Reinhart RO. Basic Flight Physiology. Edisi 3. New York: The McGraw Hill Companies; 2008.

12. Gradwell DP. Hypoxia and hyperventilation. Dalam: Rainford DJ, Gradwell DP, editor. Ernsting’s Aviation Medicine. Edisi 4. London: Hodder Arnold; 2006. hal. 41–56.

13. Air Accident Investigation & Aviation Safety Board. Aircraft accident report Helios airways flight HCY522 Boeing 737-31S at Grammtiko Hellas on 14 August 2005. Ministry of Transport and Communication Hellenic Republic; 2006.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

54

14. Li Ji, Liu H, Cui Y, Zhang L, Gong H, Li Y, et al. Acute high-altitude hypoxic brain injury. Neural Reg Res. 2013;8(31):2932–41.

15. Pickard J, Gradwell D. Respiratory physiology and protection against hypoxia. Dalam: Davis JR, Johnson R, Stepanek J, Forgarty JA, editor. Fundamentals of Aerospace Medicine. Edisi 4. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. Hal.20-45.

16. Petrassi FA, Hodkinson PD, Walters PL, Gaydos SJ. Hypoxic hypoxia at moderate altitude: Review of the state of the science. Aviat Space Environ Med. 2012;83(10):975–84.

17. Stepanek J, Cocco D, Pradhan GN, Smith BE, Bartlett J, Studer M, dkk. Early detection of hypoxia-induced cognitive impairment using the King-Devick test. Aviat Space Environ Med. 2013;84(10):1017–22.

18. Wirth D, Rumberger E. Fundamentals of aviation physiology. Dalam: Curdt-Chistriansen C, Draeger J, Kriebel J, editor. Principles and Practice of Aviation Medicine. Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd; 2009. hal. 71–120.

19. Ganong W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.

20. McNamara J, Worthley L. Acid-base balance: Part I. Physiology. Crit care rescucitation. 2001;3:181–7

21. Remer T. Influence of nutrition on acid-base balance-metabolic aspects. Eur J Nut. 2001;40:214–20.

22. Konig D, Muser K, Dickhuth H-H, Berg A, Peter D. Effect of suplement rich in alkaline minerals on acid-base balance in humans. Nutr J. 2009;8(23):1–8.

23. Martin L. PaO2, SaO2 and Oxygen Content [Internet]. [diakses 15 April 2014]. Tersedia dari: http://dwb4.unl.edu/Chem/CHEM869V/CHEM869V Links/ www.mtsinai.org/pulmonary/ABG/PO2.htm

24. Brown JP, Grocott MP. Humans at altitude: physiology and pathophysiology. Contin Educ Anesth Crit Care Pain. 2013;13(1):17–22.

25. Lad UP, Jaltade VG, Shisedo-Lad S, Satyanarayana P. Correlation between Body Mass Index (BMI), body fat percentage and pulmonary functions in underweight, overweight and normal weight adolescents. J Clin Diagnostic Res. 2012;6(3):350–3.

26. Obesity Related Respiratory Disorders [Internet]. [diakses21 April 2013]. Tersedia dari: http://www.humankinetics.com/excerpts/excerpts/obesity-related-respiratory-disorders

27. Chen Y, Rennie D, Cormier YF, Dosman J. Waist circumference is associated with pulmonary function in normal-weight, overweight, and obese objects. Am J Clin Nutr. 2007;85:35–9.

28. Ajmani S, Anupama N, Nayanatara A, Vishnu Sarma M, Ganaraja B, Pai SR. Effect of abdominal fat on dynamic lung function test. Int J Biomed Adv Res. 2012;03(8):632–6.

29. Sanchez AF, Santillan EM, Bautista M, Soto JE, Gonzalez AM, Chirino CE, dkk. Inflamation, oxydative stress, and obesity. Int J Mol Sci. 2011;12:3117–32.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

55

30. Mulijadi H, Yulieanto H. Hubungan antara cardiovascular endurance dengan aerofisiologi hipoksia. Disampaikan dalam Simposium Kardiologi Penerbangan. Jakarta; 2004.

31. Betik AC, Hepple RT. Determinants of VO2 max decline with aging: an integrated perspective. Appl Physiol Nutr Metab. 2008;33(1):130–40.

32. Stanojevic S, Wade A, Stocks J, Hankinson J, Coates AL, Pan H, dkk. Reference ranges for spirometry across all ages: a new approach. . Am J Respir Crit Care Med. 2008;177(3):253–60.

33. Rochat MK, Laubender RP, Kuster D, Braendli O, Moeller A, Mansmann U, dkk. Spirometry reference equations for Central European populations from school age to old age. PLoS One. 2013;8(1).

34. Van De Borne P, Mark AL, Montano N, Mion D, Somers VK. Effects of alcohol on sympathetic activity, hemodynamics, and chemoreflex sensitivity [Internet]. American Heart Association. 1997 [diperbaharui 19 November 1996 ; diakses 27 Maret 2014]. Tersedia dari: http://hyper.ahajournals.org/content/29/6/1278.full

35. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012

36. Gallagher SA, Hackett PF. High-altitude illness. Emerg Med Clin North Am. 2004;22:329–55.

37. Calleja GZ. Human adaptation to high altitude and to sea level. Copenhagen: University of Copenhagen; 2007.

38. Hidayat A, Wiradisastra K, Hernowo BS, Achmad TH. Pajanan hipoksia hipobarik intermiten menurunkan metabolisme anaerobik pada tikus jantan Spraque dawley. J Kesehat Masy. 2010;10(1):61–8.

39. Casas M, Casas H, Pages T, Pama R, Ricart A, Josep LV, dkk. Intermittent hypobaric hypoxia induced altitude acclimation and improves the lactate threshold. Aviat Space Environ Med. 2000;71(2):125–30.

40. Harding R. Pressure changaes and hypoxia in aviation. Dalam: Pandolf KB, Burr RE, editor. Medical Aspects of Harsh Environment Textbook of Military Medicine. Washington DC: Borden Institute Office of the Surgeon General, US Army Medical Department; 2002. hal 984–1013.

41. Woodrow AD, Webb JT. Handbook of Aerospace and Operational Physiology. San Antonio: USAF School Of Aerospace Medicine Wright-Patterson AFB; 2011.

42. Prosedur Tetap Pemeriksaan dan Penggunaan Alat di Aerofisiologi Lakespra Saryanto. Jakarta; 2010.

43. Buku Petunjuk Teknis TNI AU tentang Indoktrinasi dan Latihan Aerofisiologi Awak Pesawat. Jakarta: Tentara Nasional Indonesia Markas Besar Angkatan Udara; 2013.

44. Sacher RA, McPherson RA. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.

45. Kee JL. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.

46. Basuki B. Analisis Multivariat Regresi linear-Logistik-Cox. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

56

47. Basuki B. Panduan Proposal Penelitian. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.

48. Hulley SB, Browner WS, Newman TB. Estimating Sample Size and Power: Applications and Examples. Dalam: Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Grady DG, Newman TB, editor. Designing Clinical Research. Edisi ketiga. Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins; 2007. hal. 65–92.

49. PSDP Penerbang TNI 2013 [Internet]. 2012 [diakses 24 Maret 2014]. Tersedia dari: http://www.tni.mil.id/pages-36-psdp-penerbang-tni-2013.html

50. PSDP TNI Pengumuman Penerimaan Calon Siswa PSDP TNI TA 2013 [Internet]. 2013 [diakses 24 Maret 2014]. Tersedia dari: http://tni-au.mil.id/content/psdp-tni

51. Penerimaan Siswa Perwira PSDP Penerbang TNI TA 2014[Internet]. 2013 [diakses 24 Maret 2014]. Tersedia dari: http://rekrutmen-tni.ilmci.com/index.php/ papsdp/halaman/ berita/ persyaratan

52. Buku Petunjuk Teknis TNI AU tentang Uji dan Pemeriksaan Kesehatan. Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor Kep/651/XII/2012; 2012.

53. Buku Petunjuk Teknis TNI AU Tentang Pembinaan Jasmani. Jakarta: Tentara Nasional Indonesia Markas Besar Angkatan Udara; 2002.

54. Atmadja DS, Doewes M. Panduan Uji Latihan Jasmani dan Peresepannya. Edisi 5. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran; 2004.

55. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) part 121 (Amdt.8) Certification and operating requirements: domestic, flag, and supplemental air carrier. Jakarta: Kementerian Perhubungan Republik Indonesia; 2013.hal M-1.

56. Thomas C, Lumb AB. Physiology of haemoglobin. Contin Educ Anaesthesia, Crit Care Pain. 2012;1–6.

57. Levine, BD. VO2max: what do we know, and what do we still need to know? J Physiol. 2008;586(1):25–34.

58. Otto JM, Montgomery HE, Richard T. Haemoglobin concentration and mass as determinants of exercise performance and surgical outcome. Extrem Physiol Med. 2013;2:1–8.

59. Hawkins S, Wismell R. Rate and mechanism of maximal oxygen consumption decline with aging. Sport Med. 2003;33(12):877-88.

60. Parker DL. Effect of altitude and acute hypoxia on VO2max. J Exerc Physiol online. 2004;7(3):121–33.

61. Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 46 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 22 tahun 2002 tentang persyaratan-persyaratan sertifikasi dan operasi bagi perusahaan angkutan udara yang melakukan penerbangan dalam negeri, internasional, dan angkutan udara niaga tidak berjadwal. Jakarta: Kementerian Perhubungan Republik Indonesia; 2008.

62. International Civil Aviation Organization (ICAO). Annex 1 Personnel Licensing. Edisi 11. Montreal: ICAO; 2011.

63. Aerospace Medicine Association. The age 60 rule. Aviat Space Environ Med.2004;75(8):708-15.

Universitas Indonesia

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

57

Lampiran 1. Persetujuan penelitian dari Komite Etik FKUI

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

58

Lampiran 2. Surat izin penelitian dari Lakespra Saryanto

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

59

Lampiran 3. Lembar penjelasan penelitian

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya , sebagai peneliti, akan melakukan penelitian dengan judul “Kadar hemoglobin dan beberapa faktor yang lain terhadap waktu sadar efektif di kalangan calon dan awak pesawat militer pada simulasi ketinggian 25000 kaki”.

Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan lamanya waktu sadar efektif (WSE), yaitu faktor kadar hemoglobin, berat badan, umur, dan kesamaptaan jasmani. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi masukan dalam perencanaan program pembinaan kesehatan di kalangan awak pesawat militer.

Prosedur penelitian adalah sebagai berikut: mengambil beberapa data rekam medis (umur, pangkat, masa kerja, jam terbang, kualifikasi, kadar Hb, hasil treadmill/VO2maks, tinggi dan berat badan). Selanjutnya penelitian tentang WSE dengan demonstrasi hipoksia dalam ruang udara bertekanan rendah (RUBR) dengan simulasi ketinggian 25000 kaki. Pada ketinggian ini masker oksigen dilepas, peserta diminta mengerjakan soal hitungan 2 digit susun ke bawah, dilakukan hingga timbul tanda-tanda hipoksia yaitu tidak mampu mengerjakan 2 soal berturut-turut atau tidak melaksanakan perintah pengawas. Setelah ditentukan titik akhir WSE ditentukan, peserta diminta segera memasang masker oksigen, dan kembali ke ketinggian di atas permukaan laut. Proses ini memerlukan waktu sekitar 20-25 menit.

Penelitian ini mempunyai beberapa risiko, seperti hipoksia, earblock, maupun sinus block. Namun telah direncanakan prosedur atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi risiko yang mungkin terjadi. Data-data dari hasil penelitian ini akan Saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Penanggung jawab penelitian ini adalah Saya sendiri. Apabila ada hal-hal yang ingin ditanyakan sehubungan dengan penelitian ini, Saudara dapat menanyakan langsung kepada peneliti atau menghubungi Saya di nomor 085811113971 atau ke Departemen Kedokteran Komunitas FKUI Jl Pegangsaan Timur 16 Jakarta 10230.

Apabila selama dalam penelitian ini timbul masalah kesehatan akibat penelitian, dan memerlukan tindakan pengobatan, maka seluruh biaya pengobatan menjadi tanggung jawab peneliti.

Tidak ada kompensasi yang akan diberikan dalam penelitian ini, kecuali bila timbul efek samping akibat penelitian.

Keikutsertaan Saudara adalah bersifat sukarela. Apabila selama penelitian ini saudara merasa tidak nyaman atau terganggu, maka setiap saat Saudara berhak untuk mengundurkan diri.

Hormat Saya,

Veronica Galih Gunarsih

Peneliti

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

60

Lampiran 4. Formulir persetujuan setelah penjelasan

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya ...........................telah diberi tahu bahwa tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan waktu sadar

efektif di kalangan calon dan awak pesawat militer, serta telah menerima

penjelasan mengenai metode penelitian yang akan dilakukan. Hal ini sangat

penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan awak pesawat dalam rangka

menghadapi tugas terbangnya.

Saya menyadari, bahwa dalam penelitian ini akan mungkin terjadi risiko

hipoksia, ear block, atau pun sinus block , dan ada prosedur yang dilakukan untuk

mengatasi risiko ini.

Saya juga menyadari bahwa hasil penelitian ini akan diperlakukan sebagai

rahasia.

Saya mengetahui siapa penanggung jawab penelitian ini.

Saya juga menyadari bahwa tidak akan dibebani biaya apa pun untuk

keperluan penelitian ini.

Saya menyadari bila timbul efek samping dalam penelitian ini, biaya akan

ditanggung oleh peneliti.

Saya menyadari tidak akan mendapat kompensasi apa pun dari penelitian

ini.

Saya juga menyadari bahwa setiap saat saya dapat menghentikan

keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa adanya paksaan apa pun juga.

Saya telah diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan berkenaan

dengan tata cara penelitian ini, dan saya menyetujui untuk ikut serta dalam

penelitian ini.

Tanda tangan Saksi:

(Nama Jelas)

Tanda tangan Subyek :

(Nama Jelas)

Tanggal :

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

61

Lampiran 5. Definisi operasional

Tabel Definisi operasional hasiljadi dan faktor risiko

Variabel Cara Identifikasi Jenis Data A.Hasiljadi Waktu Sadar Efektif

WSE dihitung mulai dari saat masker oksigen dilepas. Titik akhir WSE ditentukan ketika subyek salah menjawab dua nomor berturut-turut atau diam tidak mengerjakan soal selama 15 detik atau tidak melaksanakan perintah pengawas dan pengawas segera memakaikan kembali masker oksigen.

kontinu

B.Faktor risiko 1. Kadar Hemoglobin Data kadar hemoglobin diambil dari

data hasil pemeriksaan laboratorium subyek yang bersangkutan saat melaksanakan pemeriksaan kesehatan pendahuluan di aeroklinik Lakespra Saryanto.

kontinu

2. Usia Data umur diperoleh dari rekam medis subyek yang bersangkutan atau dari kuesioner.

kontinu

3. Indeks Masa Tubuh IMT = BB (kg)/TB2 (meter) Data berat badan dan tinggi badan subyek penelitian diambil dari data hasil pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan sebelum melaksanakan ILA.

kontinu

4. Kesamaptaan Jasmani

Ditentukan dengan menghitung VO2maks dari hasil treadmill yang dilakukan oleh subyek penelitian. Untuk menentukan VO2maks dari hasil treadmill digunakan persamaan(47): VO2maks = 14,8-(1,379 X t) + (0,451 X t2) – (0,012 X t3) Keterangan : t = waktu (menit)

kontinu

5. Jam terbang Total waktu pergerakan pesawat terbang sejak mesin dihidupkan untuk tujuan lepas landas sampai penerbangan selesai dan mesin dimatikan. Diperoleh dari hasil anamnesis rikkes.

kontinu

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

62

Lampiran 6. Formulir pengumpulan data

FORMULIR PENGUMPULAN DATA

RAHASIA NO. KUESIONER : A.DEMOGRAFI Nama: Pangkat/NRP: A1.Umur : ....tahun Jenis Kelamin : A2.Kualifikasi 1.Penerbang 2.Navigator 3.JMU 4.Load Master 5.Calon

Penerbang

5.Lain-lain A3. Jam Terbang: .............jam

Data-data berikut ini diambil dari hasil pemeriksaan kesehatan dan ILA

B1.Tinggi badan : ….…. cm B2.Berat badan ......... kg C. Kadar Hemoglobin : ........gr% D1. Waktu Treadmill :........menit ........detik D2. VO2 max : ...........ml/kgBB/menit E. Waktu sadar efektif : ...... .menit .......detik

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

63

Lampiran 7. Penjumlahan matematika 2 digit

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

64

Lampiran 8. Tabel perhitungan jumlah sampel

Tabel Jumlah sampel minimal untuk penelitian dengan analisis korelasi Satu arah Dua arah

α = 0,005 α = 0,01

α = 0,025 α = 0,05

β 0,05 0,10 0,20 0,05 0,10 0,20 r

0,05 7.118 5.947 4.663 5.193 4.200 3.134 0,10 1.773 1.481 1.162 1.294 1.047 782 0,15 783 655 514 572 463 346 0,20 436 365 287 319 259 194 0,25 276 231 182 202 164 123 0,30 189 158 125 139 113 85 0,35 136 114 90 100 82 62 0,40 102 86 68 75 62 47 0,45 79 66 52 58 48 36 0,50 62 52 42 46 38 29

Sumber: Hulley SB, Cumming SR. Designing Clinical Research.Philadephia. Lippincott William & Wilkins.2007

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

65

Lampiran 9. Bukti perhitungan Stata

Variable | Obs Mean Std. Dev. Min Max -------------+-------------------------------------------------------- no_reg | 0 a1_umur | 158 23.09494 6.245292 18 46 a2_jender | 158 0 0 0 0 b1_pangkat | 158 6.107595 1.790226 0 8 b2_jam_ter~g | 158 371.4937 1004.9 0 6000 -------------+-------------------------------------------------------- b3__kual | 158 .7468354 1.449519 0 5 c1_bb | 158 66.78861 7.577329 53 86 c2_tb | 158 1.713956 .0445753 1.6 1.84 c3_lp | 158 76.35443 6.549251 62 94 c4_imt | 158 22.71787 2.277084 18.71095 29.06574 -------------+-------------------------------------------------------- d_hb | 158 14.98861 .893998 12.8 18.2 e1_tmt | 158 13.26108 1.417232 9 18.42 e2_vo2max | 158 47.77785 5.875142 30.172 67.42342 f_wse | 158 235.4114 68.43837 80 300 g_sato2 | 60 61.76667 9.471396 32 82 -------------+-------------------------------------------------------- h1_pv | 158 4.338291 .216669 3.48 5.05 h2_fvc | 158 4.267025 .8724214 2.71 13.33 h3_fev1 | 158 3.68981 .4700664 2.33 5.19 h4_pfr | 158 9.053101 1.31813 5.09 13.73

ANALISIS BIVARIAT ------------------------------------------------------------------------------ f_wse | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------- d_hb | 9.071924 6.085969 1.49 0.138 -2.949614 21.09346 _cons | 99.43588 91.38129 1.09 0.278 -81.06844 279.9402 ------------------------------------------------------------------------------ c4_imt | -8.140961 2.316391 -3.51 0.001 -12.7165 -3.565422 _cons | 420.3566 52.88548 7.95 0.000 315.8926 524.8207 ------------------------------------------------------------------------------ e2_vo2max | -.3165771 .9323061 -0.34 0.735 -2.15815 1.524995 _cons | 250.5368 44.87698 5.58 0.000 161.8918 339.1817 ------------------------------------------------------------------------------ a1_umur | -4.162792 .8116048 -5.13 0.000 -5.765945 -2.559639 _cons | 331.5508 19.41302 17.08 0.000 293.2045 369.8971 ------------------------------------------------------------------------------ b2_jam_ter~g | -.0240022 .0051029 -4.70 0.000 -.0340818 -.0139225 _cons | 244.328 5.451824 44.82 0.000 233.5591 255.097 ------------------------------------------------------------------------------

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391174-SP... · universitas indonesia . hubungan kadar hemoglobin dan beberapa faktor lain

66

Lanjutan Lampiran 9

ANALISIS MULTIVARIAT Model 1 . stepwise,pr(.2):reg f_wse d_hb c4_imt a1_umur b2_jam_terbang begin with full model p = 0.2565 >= 0.2000 removing b2_jam_terbang Source | SS df MS Number of obs = 158 -------------+------------------------------ F( 3, 154) = 11.89 Model | 138247.729 3 46082.5764 Prob > F = 0.0000 Residual | 597110.53 154 3877.34111 R-squared = 0.1880 -------------+------------------------------ Adj R-squared = 0.1722 Total | 735358.259 157 4683.81057 Root MSE = 62.268 ------------------------------------------------------------------------------ f_wse | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------- d_hb | 14.67698 5.644727 2.60 0.010 3.52589 25.82807 c4_imt | -3.27436 2.537497 -1.29 0.199 -8.287154 1.738435 a1_umur | -3.916663 .9340002 -4.19 0.000 -5.76177 -2.071557 _cons | 180.2655 94.92482 1.90 0.059 -7.257394 367.7883 ------------------------------------------------------------------------------

Model 2 . stepwise,pr(.2):reg f_wse d_hb b2_jam_terbang a1_umur begin with full model p = 0.3105 >= 0.2000 removing b2_jam_terbang Source | SS df MS Number of obs = 158 -------------+------------------------------ F( 2, 155) = 16.92 Model | 131791.547 2 65895.7734 Prob > F = 0.0000 Residual | 603566.713 155 3893.97879 R-squared = 0.1792 -------------+------------------------------ Adj R-squared = 0.1686 Total | 735358.259 157 4683.81057 Root MSE = 62.402 ------------------------------------------------------------------------------ f_wse | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------- d_hb | 14.52285 5.655558 2.57 0.011 3.35093 25.69476 a1_umur | -4.52155 .809579 -5.59 0.000 -6.120782 -2.922318 _cons | 122.1591 83.7435 1.46 0.147 -43.26678 287.5849 ------------------------------------------------------------------

Hubungan kadar ..., Veronica Galih Gunarsih, FK UI, 2014