Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
Ikhwanul Muslimin
di
Empat Masa
Kepresidenan Mesir
MAKALAH JURNAL
CHALFAN CHAIRIL
NPM 1006714361
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
DEPOK
SEPTEMBER 2014
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
2
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan....................................................................................3
Halaman Orisinalitas....................................................................................4
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi..............................................5
Bab 1 (Abstrak, Kata Kunci, dll).................................................................6
Bab II (Pendahuluan, Metode, Landasan Teori)........................................8
Bab III (Pembahasan)...................................................................................8
Penutup & Daftar Pustaka...........................................................................13
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
3
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
4
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
5
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
6
Chalfan Chairil
10067 143 61
BAB I
Ikhwanul Muslimin di Empat Masa Kepresidenan Mesir
(1953-2011)
Chalfan Chairil
Sastra Arab
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok
10067 143 61
Abstrak
Tulisan ini menjelaskan dan menguraikan mengenai Ikhwanul Muslimin di empat masa
kepresidenan Mesir yang berbeda, dimulai dari permulaan terbentuknya Ikhwanul Muslimin
hingga sepak terjang Ikhwanul Musliimin di masa kepresidenan terakhir Mesir, yaitu Husni
Mubarak. Penulis juga hendak menguraikan kejadian yang terjadi pada Ikhwanul Muslimin
dimulai dari pro dan kontra yang ada pada Ikhwanul Muslimin di Mesir, hingga reaksi setiap
presiden Mesir dalam menanggapi pergerakan Ikhwanul Muslimin.
Kata Kunci: Ikhwanul Muslimin, kepresidenan, Mesir.
This writing explains and analyze Moslem Brotherhood in four period of different Egypt
presidency, starts from the beginning of forming Moslem Brotherhood until their journey in the
final period of Egypt presidency, Hosne Mubarak. The writer also wants to extract the event which
occur to Moslem Brotherhood starts from the pro and the contra against them in Egypt, until every
reaction of every president in response the Moslem Brotherhood movements.
Keywords: Moslem Brotherhood, presidency, Egypt.
Ikhwanul Muslimin merupakan salah
satu dari organisasi masyarakat yang
berbasiskan agama di negara Mesir, namun
jika kita lihat dalam pergerakan setiap
organisasi tersebut, hanya Ikhwanul
Muslimin lah yang begitu terlihat mencolok
dan berani dalam mengambil sebuah
tindakan di Mesir. Dalam sejarah perjalanan
Ikhwanul Muslimin di Mesir, terdapat
banyak kejadian yang terjadi di dalamnya, di
mulai dari reaksi positif masyarakat terhadap
Ikhwanul Muslimin, hingga reaksi negatif
dari kubu pemerintah terhadap Ikhwanul
Muslimin yang dimulai dengan pembekuan
organisasi Ikhwanul Muslimin dari Mesir,
pemenjaraan puluhan bahkan ratusan
anggota-anggota Ikhwanul Muslimin di
Mesir, hingga pembebasan Ikhwanul
Muslimin dari pembekuan dan pergerakan
Ikhwanul Muslimin untuk bertahan di
dalamnya. Tentu dari banyak kejadian yang
disebutkan tadi memunculkan banyak
permasalah dan pertanyaan yang tersirat
dalam benak kita untuk mengupas
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
7
“Perjalanan Ikhwanul Muslimin di Empat
Masa Kepresidenan Mesir”.
Dalam penguraian dan penjelasan
mengenai “Perjalanan Ikhwanul Muslimin di
Empat Masa Kepresidenan Mesir”, penulis
dalam tulisan ini menggunakan metode
sejarah dan studi pustaka. Hal ini
dikarenakan dalam menelaah perjalanan
seseorang atau sesuatu merupakan bagian
dari telaah sejarah, dan dalam menelaah
Ikhwanul Muslimin yang ada di Mesir, buku
rujukan merupakan alat terbaik dalam
menelaah sejarah secara objektif, mengingat
jika kita menggunakan narasumber dalam
menuturkan sebuah data mengenai
organisasi, terkhusus Ikhwanul Muslimin
yang berkaitan dengan agama,
berkemungkinan akan memunculkan
data-data subjektif yang lebih menerangkan
“halal” atau “haram”-nya sebuah organisasi,
bukan apa yang terjadi pada organisasi
tersebut.
Menurut penulis, teori yang terkait
dalam jurnal ilmiah ini ialah teori kekuasaan
menurut French dan Raven (1968) bahwa
dalam kekuasaan terbagi mnjadi beberapa
bagian, yaitu kekuasaan paksaan (Coercive
Power), yaitu kekuasaan untuk menghukum.
Hukuman adalah segala konsekuensi
tindakan yang dirasakan tidak
menyenangkan bagi orang yang
menerimanya. Pemberian hukuman kepada
seseorang dimaksudkan juga untuk
memodifikasi perilaku, menghukum perilaku
yang tidak baik/merugikan organisasi dengan
maksud agar berubah menjadi perilaku yang
bermanfaat. Para manajer menggunakan
kekuasaan jenis ini agar para pengikutnya
patuh pada perintah karena takut pada
konsekuensi tidak menyenangkan yang
mungkin akan diterimanya. Jenis hukuman
dapat berupa pembatalan pemberikan
konsekwensi tindakan yang menyenangkan;
misalnya pembatalan promosi, pembatalan
bonus; maupun pelaksanaan hukuman seperti
skors, PHK, potong gaji, teguran di muka
umum, dan sebagainya. Meskipun hukuman
mungkin mengakibatkan dampak sampingan
yang tidak diharapkan, misalnya perasaan
dendam, tetapi hukuman adalah bentuk
kekuasaan paksaan yang masih digunakan
untuk memperoleh kepatuhan atau
memperbaiki prestasi yang tidak produktif
dalam organisasi.
Kesimpulannya bahwa Ikhwanul
Muslimin dalam mengiringi datangnya
Arab Spring di Mesir menemui banyak
halangan, dari pengasingan, pembekuan,
hingga pemenjaraan, sekalipun salah satu
anggota Ikhwanul Muslimin mampu
mencapai tingkat parlemen guna lebih
mendekatkan diri dengan pihak pemerintah
dan untuk meminimalisir gesekan antara
Ikhwanul Muslimin dengan pemerintah
ternyata tidaklah cukup, hal ini dikarenakan
dalam suatu politik pihak yang paling
berkuasa dan bertahta tertinggilah yang akan
memegang kendali penuh dan menang, bisa
kita katakan dunia politik menerapkan sistem
hukum rimba, yang berkuasa, yang mampu
mengendalikan permainan.
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
8
BAB II
A. Pendahuluan
Mesir sebagai salah satu negara Arab
Spring memiliki berbagai fenomena
pergerakan Mesir dalam menuju keterbukaan
informasi dan ilmu pengetahuan. Kita
ketahui bahwa Mesir pada awalnya memiliki
beberapa kemiripan dengan sistem politik
Jepang yang lampau, di mana Mesir begitu
menutup informasi yang ada dan datang dari
arah luar ke dalam negeri, terutama dari
negara barat. Dimulai dari kemajuan fashion
warna pakian hingga kemajuan informasi
teknologi informasi yang begitu dibatasi.
Pada tahun 1951-1952 mulai tumbuhlah
benih-benih “The Arab Spring” di mana
Mesir mengadakan revolusi besar untuk
menggugat raja dalam rangka
mengembalikan negara Mesir pada rakyat
dan mebuka jalan bagi informasi-informasi
dan kemajuan teknologi dari luar negeri
untuk masuk ke Mesir, dan Ikhwanul
Muslimin merupakan bagian penting dalam
pergerakan proses sejarah Mesir menuju
“The Arab Spring”.
Maka dari itu, sebagai kaum pelajar
yang mempelajari dan memahami dunia
Timur Tengah, perlu untuk meneliti dan
mempelajari ‘’Pengaruh Ikhwanul Muslimin
di Mesir Pandangan Politik Mesir dari asas
Republik ke asas Keagamaan’‘ guna
memberikan pencerahan dan pengetahuan
lebih dalam mengenai dunia Timur Tengah.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, data yang akan
digunakan adalah tela’ah dokumen atau studi
pustaka. Hal ini dikarenakan dalam meneliti
suatu kejadian yang lampau, buku rujukan
merupakan alat terbaik dalam menelaah
sejarah secara objektif, mengingat jika
menggunakan narasumber dalam
menuturkan sebuah data mengenai
organisasi, terkhusus Ikhwanul Muslimin
yang berkaitan dengan agama,
berkemungkinan akan memunculkan
data-data subjektif yang lebih menerangkan
“halal” atau “haram”-nya sebuah organisasi,
bukan apa yang terjadi pada organisasi
tersebut.
C. Landasan Teori
Menurut penulis teori yang terkait
dalam jurnal ini ialah teori kekuasaan
menurut French dan Raven bahwa dalam
kekuasaan terbagi mnjadi beberapa bagian,
yaitu kekuasaan paksaan (Coercive Power),
yaitu kekuasaan untuk menghukum.
Hukuman adalah segala konsekuensi
tindakan yang dirasakan tidak
menyenangkan bagi orang yang
menerimanya. Pemberian hukuman kepada
seseorang dimaksudkan juga untuk
memodifikasi perilaku, menghukum perilaku
yang tidak baik/merugikan organisasi dengan
maksud agar berubah menjadi perilaku yang
bermanfaat. Para raja menggunakan
kekuasaan jenis ini agar para pengikutnya
patuh pada perintah karena takut pada
konsekuensi tidak menyenangkan yang
mungkin akan diterimanya.
BAB III
A. Terbentuknya Ikhwanul Muslimin
di Mesir
Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di
kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928
dengan pendiri Hassan al-Banna, bersama
keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul
Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim,
Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki
al-Maghribi. Ikhwanul Muslimin pada saat
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
9
itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Pada
tahun 1932, struktur administrasi Ikhwanul
Muslimin disusun dan pada tahun itu pula,
Ikhwanul Muslimin membuka cabang di
Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada
tahun 1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan
majalah mingguan yang dipimpin oleh
Muhibuddin Khatib1.
Setidaknya ada tiga faktor yang
memunculkan kelompok/organisasi
Muslim di Mesir menurut Yahya Armajani
yang memberikan pengaruh besar setidaknya
hingga seusai perang dunia dua (WWII).
Yang pertama adanya kehadiran
orang-orang Inggris (British) dan rasa
ketidaknyamanan dalam diri setiap orang
mesir akan ketakutan Mesir dalam pimpinan
pemimpin non-Muslim.
Yang kedua ialah gencarnya
sekularisasi, seperti halnya sebagian Muslim
memandang sekularisme sebagai ancaman
terhadap Islam yang berupa terkikisnya
nilai-nilai Islam dan hadirnya nilai-nilai barat
yang menggantikannya
Dan yang terakhir adalah anggapan
orang-orang Mesir mengenai adanya
ancaman dari Turki yang nantinya ditakutkan
akan mengambil alih Mesir dari masyarakat
Mesir sendiri.
Tiga hal inilah yang merupakan
alasan masyarakat Mesir membangun sebuah
organisasi/ikatan persaudaraan Muslim atau
yang sering kita sebut sebagai Ikhwanul
Muslimin pada tahun 1928 oleh Hassan
Al-Bana 2 . Ikhwanul Muslimin bisa kita
katakan sebagai sebuah kelompok militan
yang mempercayai sufisiensi dan supremasi
1 Hasan Al-Banna, "Risalah Pergerakan Ikhwanul
Muslimin (Buku ke-1)", 2005, Era Intermedia, Solo. 2 Yahya Armajani, “Middle East : past dan present”,
hlm. 287.
kekokohan syariah agama Islam. Mereka
membangkitkan kembali prinsip Jihad,
menentang sekularisme, sekalipun bagi
Ikhwanul Muslimin, mereka masih
memberikan toleransi terhadap beberapa
metode, ilmu, dan budaya barat tertentu
saja2, dan ingin menjadikan Al-Qur’an dan
Hadits sebagai rujukan utama dalam
bernegara sekalipun.
B. Ikhwanul Muslimin di Masa
Muhammad Najib
Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin
turut serta dalam perang melawan Israel di
Palestina. Saat organisasi ini sedang
berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru
dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi,
Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Tak lama
kemudian, berita penculikan Naqrasyi di
media massa tak lama setelah pembekuan
Ikhwanul Muslimin, dan hal ini tentu
membuat semua orang curiga pada gerakan
Ikhwanul Muslimin. Kemudian, tahun 1950,
pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi
Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen
Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas
Pasha.
Parlemen Mesir menganggap bahwa
pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah
dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin
pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan
al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal 23 Juli
1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad
Najib bekerjasama dengan Ikhwanul
Muslimin dalam rencana menggulingkan
kekuasaan monarki Raja Faruk pada
Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin
menolak rencana ini, dikarenakan tujuan
Revolusi Juli adalah untuk membentuk
Republik Mesir yang dikuasai oleh militer
sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat.
Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir
menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin
menolak mandat revolusi. Sejak saat itu,
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
10
Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh
pemerintah3.
C. Ikhwanul Muslimin di Masa
Gamal Abdul Naser
Ikhwanul Muslimin di zaman Gamal
Abdul Naser terkenal dengan tokoh Sayyid
Quthb. Sayyid Quthb ialah seorang ulama
Islam yang lahir pada 9 Oktober 1906. Beliau
sempat mengenyam pendidikan di
Universitas Kairo. Sebagian besar hidupnya,
lingkaran dekat Qutb diisi oleh para politikus
berpengaruh, kaum intelektual, penyair dan
figur sastrawan, baik yang seumur maupun
generasi setelahnya. Di pertengahan tahun
1940, banyak tulisannya yang menjadi acuan
resmi di sekolah, kampus dan universitas4.
Meskipun sebagian besar observasi
dan kritiknya mengenai dunia Muslim,
Sayyid Qutb juga dikenal atas kontribusinya
bagi Ikhwanul Muslimin di masa
kepresidenan Gamal Abdul Naser dan
kontranya terhadap budaya Amerika Serikat,
yang dipandangnya sangat terobsesi dengan
materialisme, kekerasan, dan hasrat seksual5.
Terdapat beragam pendapat
mengenai pandangan Qutb. Beliau umum
dideksripsikan oleh sebagian sebagai seorang
seniman luar biasa, namun bagi banyak
pengamat Barat beliau dianggap sebagai
salah seorang pembentuk ide Islamisme,
beliau juga dipercaya sebagai pemicu dari
kelompok seperti Al Qaeda6. Sekarang, para
pendukungnya diidentifikasian sebagai
3 Hasan Al-Banna, "Risalah Pergerakan Ikhwanul
Muslimin (Buku ke-1)", Cetakan ke-12, 2005, Era
Intermedia, Solo. 4 The Political Thoughts of Sayyed Qutb, Bab 3, hlm. 56. 5 Qutb: Between Terror And Tragedy' by Hisham
Sabrin quoting Hourani, A. Arabic Thought in the
Liberal Age: 1798–1939 6 http://www.pwhce.org/evolutionofalqaeda.html
Qutbists atau "Qutbi" (oleh para penentang
mereka, bukan mereka sendiri)7.
Pada bulan Juli tahun 1952,
pemerintah pro-Barat Mesir digulingkan oleh
nasionalis dipimpin oleh Gamal Abdel
Nasser. Sayyid Quthb dan Ikhwanul
Muslimin menyambut dengan tangan terbuka
kudeta terhadap pemerintah monarkis - yang
dianggap sebagai non-Islami dan tunduk
kepada imperialisme Inggris -. Banyak
anggota Ikhwanul mengharapkan Nasser
untuk mendirikan sebuah pemerintahan
Islam. Namun, kerjasama antara Ikhwan dan
“Free Officer” yang menandai keberhasilan
revolusi segera memburuk karena menjadi
jelas ideologi nasionalis sekuler Nasserisme
itu bertentangan dengan Ikhwanul
Muslimin8.
Tak lama setelah itu, Gamal Abdul
Naser secara diam-diam membentuk
organisasi yang bertujuan untuk menentang
Ikwanul Muslimin ketika Nasser telah
memiliki kekuasaan. Organisasi tersebut
diberi nama “At-Tahrir” (Kebebasan).
Ikhwanul Muslimin pada masa ini cukup
terkenal di mata masyarakat Mesir dengan
berbagai program-program sosialnya yang
luas di Mesir, dan Nasser bersiap-siap untuk
menghadapi Ikhwanul Muslimin seketika
Nasser memiliki kekuasaan.
Ketika Sayyid Quthb menyadari
bahwa Nasser mengambil kesempatan,
beliau memilih keluar, dan tentunya dengan
berbagai bujukan Nasser mencoba untuk
mempertahankan Sayyid Quthb hingga
mengatakan “We will give you whatever
position you want in the government,
whether it's the Ministry of Education,
7 Dale C. Eikmeier, Qutbism: An Ideology of
Islamic-Fascism, Parameters, Spring 2007, hlm.
85–98. 8 “The Life of Syed Qutb: The Revolution Happens”,
hlm. 21-24.
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
11
Ministry of Arts, etc" 9 . Sayyid Quthb
tentunya menolak setiap tawaran dari Nasser
disaat bersamaan Quthb mengetahui apa
yang Nasser inginkan, dan tentunya hal ini
mengakibatkan kejadian Sayyid Quthb vs
seluruh kekuatan Nasser. Setelah kejadian
pencobaan pemunuhan Gamal Abdul Nasser
pada 1954, pemerintah menuduh Ikhwanul
Muslimin sebagai satu organisasi yang paling
berkemungkinan menjadi dalangnya, dan tak
butuh waktu lama, Sayyid Quthb dan sederet
tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin
dipenjarakan10. Pada 29 Agustus 1966 Sayyid
Quthb dihukum gantung atas berbagai
dakwaan sidang termasuk dugaan
pembunuhan berencana sekalipun Sayyid
Quthb sempat bebas pada akhir tahun 1964.
Dan ini juga menandai sebagai masa kelam
Ikhwanul Muslimin di masa kepemimpinan
Presiden Gamal Abdul Naser 11.
D. Ikhwanul Muslimin di Masa
Anwar Sadat
Anwar Sadat menduduki singgahsana
kepresidenan Mesir pada tahun 15 Oktober
1970. Lantas dengan kekuasaan yang berada
di tangan Anwar Sadat, beliau dengan segera
membebaskan para tahanan termasuk dari
jama’ah Ikhwanul Muslimin yang pada saat
itu dipimpin oleh Umar Tismisani, hingga
pada tahun 1974 tidak ada tahanan Ikhwanul
Muslimin di dalam penjara-penjara Mesir.
Saat itu, kamp-kamp penahanan secara resmi
ditutup, dan mulai dibuka kebijakan
kebebasan berpendapat. Terdapat indikasi
dan gosip beredar pada kala itu bahwa tujuan
Anwar Sadat mengeluarkan Ikhwanul
Muslimin dari penjara ialah untuk
memerangi saingan politiknya yang berasal
9 “The Life of Syed Qutb: The Revolution Happens”,
hlm.21-24 10 “Hassan AlBanna dan Syed Qutb”, hlm.24 11 S. Badrul Hasan, “Syed Qutb Shaheed, Islamic
Publications International”, edisi ke-2. 1982
dari golongan orang-orang pengikut Gamal
Abdul Nasser12.
Kebebasan yang diberikan Sadat
mulai terkikis ketika Mesir melakukan
perundingan-perundingan dengan Israel pada
tahun 1977, Anwar Sadat mengadakan
kunjungan ke Jerusalem atas undangan
Perdana Menteri Israel, Menachem Begin
yang merupakan awal perundingan
perdamaian antara Israel dan Mesir. Pada
tahun 1978, terciptalah Perjanjian Damai
Camp David, yang berlanjut dengan Anwar
Sadat dan Menachem Begin menerima
Hadiah Nobel Perdamaian. Bagaimanapun
tindakan ini ditentang hebat oleh dunia Arab.
Banyak yang percaya bahwa hanya dengan
ancaman militer dapat memaksa Israel
berunding mengenai Palestina, dan
Perjanjian Damai Camp David menepikan
Mesir yang dianggap kekuatan militer di
dunia Arab yang signifikan disamping Syria
dan Irak pada saat itu.
Pada akhir tahun 1981, saat itulah
Anwar Sadat melakukan tindakan represif
terhadap oragnisasi Islam yang dianggap
memiliki potensi untuk menggoyahkan
stabilitas negara dan berujung dengan lebih
dari 1500 kaum oposisi perundingan
ditangkap dan ditahan, termasuk di dalamnya
para anggota Ikhwanul Muslimin dan
pemimpinnya saat itu, Umar Tilmisani.
Anwar Sadat mati terbunuh di Rab’ah
Adawiyah, digantikan dengan Husni
Mubarak. Pada 6 Oktober 1981, Presiden
Anwar Sadat tewas ditembak dalam sebuah
parade militer oleh anggota tentara anggota
Jihad Islam13.
12 Magdalena Alagna, 2004, “Middle East Leader:
Anwar Sadat”, New York, The Rosen Publishing Group, bab 4, hlm. 58.
13 Magdalena Alagna, 2004, “Middle East Leader:
Anwar Sadat”, New York, The Rosen Publishing
Group, hlm.89.
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
12
E. Ikhwanul Muslimin di masa
Kepemerintahan Husni Mubarak
Husni Mubarak merupakan seorang
mantan presiden dan komandan militer.
Beliau mengabdi sebagai presiden Mesir
keempat dari tahun 1981 hingga 2011. Husni
Mubarak terpilih sebagai wakil presiden
Mesir pada tahun 1975 dan menjadi presiden
pada tahun 14 Oktober 1981 bersamaan
dengan kejadian pembunuhan Anwar Sadat.
Sebelum menjadi politikus, beliau
merupakan seorang komandan angkatan
udara tentara Mesir.
Ikhwanul Muslimin bersamaan
dengan terpilihnya Husni Mubarak sebagai
presiden Mesir yang baru 14 ,
pemimpin-pemimpin Ikhwanul Muslimin
kembali dilepaskan dari penjara, yang pada
masa itu ialah Umar Al-Tilmisani yang
menjadi pimpinan Ikhwanul Muslimin15.
Ikhwanul Muslimin sangat
mendominasi di kalangan masyrakat pada
masa itu termasuk hingga ke asosiasi pelajar
dan berbagai jaringan sosial dengan
negeri-negeri tetangga. Namun, perlu diingat
pada masa ini Ikhwanul Muslimin masih
belum kembali disahkan oleh negara
sehingga masih dinyatakan illegal16.
Secara diam-diam pada pemilihan
parlementer, Ikhwanul Muslimin
memenangkan setidaknya 17 kursi, dan pada
tahun 2005 Ikhwanul Muslimin
14
http://www.dakwatuna.com/2013/09/24/39726/sejara
h-tiga-kali-ikhwanul-muslimin-dibubarkan/#ixzz2jL
QiE6r3 (diakses pada 13 November 2013) 15 John Walsh, Harvard International Review: Egypt’s Muslim Brotherhood. Perspectives on the United
States, Vol. 24 (4) Winter 2003 16 Francis Robinson (2008). The Islamic world in the
age of western dominance. Cambridge: Cambridge
Univ.
memenangkan 88 kursi parlemen 17 .
Ikhwanul Muslimin yg pada masa itu
bergabung dalam organisasi Brethren
(Sebuah “cabang” organisasi yang
ditawarkan oleh Husni Mubarak).
Pada tahun 2005 Ikhwanul Muslimin
mencoba kembali memperkenalkan
organisasinya pada masyarakat dengan
mengangkat diskriminasi para penganut
Kristen di Mesir, Ikhwanul Muslimin yang
pada saat itu berada dalam Brethren
meluncurkan website berbahasa Inggris yang
juga diprakarsai oleh para pemimpin
Ikhwanul Muslimin guna mencari dukungan
khususnya pada orang-orang barat,
mengingat di Mesir mereka begitu dikekang
oleh pemerintahnya sendiri.
Melihat hal ini sebagai ancaman bagi
kekuasaan pemerintah, maka pemerintah
mencanangkan amandemen untuk mencabut
Islam sebagai agama negara, dan tentunya,
para anggota Ikhwanul Muslimin secara
otomatis memilih untuk keluar dari kursi
parlemen ketimbang harus memilih voting
setuju atau tidaknya terhadap amandemen
tersebut.
Dan hanya membutuhkan waktu yang
singkat, lagi-lagi pada tahun 2006-2008
Ikhwanul Muslimin kembali diboikot
khususnya dalam kursi parlemen, bagi para
anggota Ikhwanul Muslimin yang dianggap
“agresif” dipenjarakan, dan sisanya dalam
pengawasan pemerintah yang ketat.
17 Jack Shenker; Brian whitaker, "The Muslim
Brotherhood uncovered". The Guardian.
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014
13
F. Penutup
Dari penjelasan dan penguraian
diatas dapat kita simpulkan bahwa setiap
individu , komunitas, maupun organisasi
yang hendak membuat atau memberikan
suatu perubahan terutama kepada negara,
membutuhkan suatu kekuasaan atau
kekuatan yang besar, jika tidak maka harus
siap menghadapi konsekuensi berhadapan
dengn pihak yang memiliki kekuasaan
terbesar sebagai rintangan dalam prosesnya.
Daftar Pustaka
Armajani, Yahya , 1970, “Middle
East : past dan present”, New Jersey,
Prentice Hall, Inc., Inglewood Cliffs.
Hasan Al-Banna, 2005, "Risalah
Pergerakan Ikhwanul Muslimin (Buku
ke-1)", Era Intermedia, Solo.
The Political Thoughts of Sayyed
Qutb
S. Badrul Hasan, 1982, "Syed Qutb
Shaheed, Islamic Publications
International”, edisi ke-2.
Magdalena Alagna, 2004, “Middle
East Leader: Anwar Sadat”, New York, The
Rosen Publishing Group.
Francis Robinson (2008). The Islamic
world in the age of western dominance.
Cambridge: Cambridge Univ.
Jack Shenker; Brian whitaker, "The
Muslim Brotherhood uncovered". The
Guardian.
Ikhwanul Muslimin …, Chalfan Chairil, FIB UI, 2014