150
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA PERIODE 7 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SYLVIA HALIM, S. Farm. 1206198226 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI

KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG

JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA

PERIODE 7 JANUARI – 28 FEBRUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SYLVIA HALIM, S. Farm.

1206198226

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI

KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG

JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA

PERIODE 7 JANUARI – 28 FEBRUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Apoteker

SYLVIA HALIM, S. Farm.

1206198226

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) di PT. SOHO Industri Pharmasi.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan

pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Penulis menyadari bahwa,

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai

pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi Penulis untuk menyelesaikan

laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi UI.

2. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

UI yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan

di Farmasi

3. Ibu Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt. selaku Quality Assurance Department

Head dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis

untuk mengenal Departemen Quality Assurance.

4. Bapak Dr. Drs. Hayun, M.Si., selaku pembimbing atas bimbingannya selama

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan penyusunan laporan ini.

5. Ibu Fina Alfiani, S.Farm., Apt. selaku Quality Control Department Head dan

pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk

mengenal Departemen Quality Control PT. SOHO Industri Pharmasi.

6. Ibu Dra. Lily Sutedjo, Apt. selaku Quality Operation Division Head yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal Divisi Quality

Operation.

7. Herry Mulyadi, S.Farm.,Apt. sebagai Quality Monitoring System Sub

Departement Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah

diberikan kepada penulis.

8. Niken Permata Sari, S.Farm., Apt., sebagai Quality Monitoring Section Head

atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada

penulis.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

v Universitas Indonesia

9. Prici Stella sebagai Quality Compliance Section Head atas kesempatan,

bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis

10. Hamzah Bahmudah, S.Farm., Apt., sebagai Quality Support Section Head atas

kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

11. Rika, S.Farm., Apt sebagai QC Half Finish Finished Good Section Head atas

kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

12. Ferawati Mey, S.T. sebagai QC Packaging Material Section Head atas

kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

13. Seluruh manajer dan karyawan di PT. SOHO Industri Pharmasi yang tidak

dapat disebutkan satu persatu atas kesediannya membantu dan memberikan

pengarahan selama praktek kerja profesi apoteker ini.

14. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah

banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman, dan pengetahuan

kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi.

15. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 76 yang telah mendukung dan

bekerja sama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA serta sahabat yang

selalu membantu dan mendukung Penulis di saat senang dan susah.

16. Dan akhirnya, tak henti penulis mengucap syukur dan berterimakasih kepada

keluarga yang telah membesarkan penulis, yang selalu mencurahkan kasih

sayang, motivasi, bantuan dan dukungan yang tak ternilai selama ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.

Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia

farmasi.

Penulis

2013

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

vi Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Sylvia Halim, S.Farm.

NPM : 1206198226

Program Studi : Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royati Non-ekslusif (Non-exclusive Roylty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di PT. Soho Industri Pharmasi

Kawasan Industri Pulogadung Jl. Pulogadung No. 6 Jakarta

Periode 7 Januari – 28 Februari 2013

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-

ekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal: 30 Juli 2013

Yang menyatakan,

(Sylvia Halim, S.Farm.)

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

vii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Tujuan ................................................................................................ 3

2. TINJAUAN UMUM ................................................................................ 4

2.1. Industri Farmasi ................................................................................. 4

2.1.1. Pengertian Industri Farmasi .................................................. 4

2.1.2. Persyaratan Usaha Industri Farmasi ..................................... 4

2.1.3. Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi ...................... 5

2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik ....................................................... 7

2.2.1. Manajemen Mutu .................................................................. 7

2.2.2. Personalia .............................................................................. 10

2.2.3. Bangunan dan Fasilitas ......................................................... 11

2.2.4. Peralatan ............................................................................... 12

2.2.5. Sanitasi dan Higiene ............................................................. 13

2.2.6. Produksi ................................................................................ 14

2.2.7. Pengawasan Mutu ................................................................. 19

2.2.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu ............................................... 20

2.2.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk,

dan Produk Kembalian .......................................................... 22

2.2.10. Dokumentasi ......................................................................... 24

2.2.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak .................... 25

2.2.12. Kualifikasi dan Validasi ....................................................... 26

3. TINJAUAN KHUSUS ............................................................................. 30

3.1. Sejarah PT. SOHO Group .................................................................. 30

3.1.1. PT. ETHICA Industri Farmasi .............................................. 30

3.1.2. PT. SOHO Industri Pharmasi ............................................... 30

3.1.3. PT. Parit Padang Global ....................................................... 31

3.1.4. PT. SOHO Group ................................................................. 32

3.1.5. PT. Global Harmony Retailindo ........................................... 33

3.1.6. PT. Universal Health Network ............................................. 34

3.2. Visi dan Misi SOHO Group ............................................................... 35

3.2.1. Visi SOHO Group ................................................................ 35

3.2.2. Misi SOHO Group ................................................................ 35

3.2.3. Nilai budaya SOHO Group ................................................... 36

3.3. Struktur Organisasi SOHO Group ..................................................... 38

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

viii Universitas Indonesia

3.3.1. Research and Development (R&D) Division ........................ 38

3.3.1.1. Group Formulation Development Department ....... 38

3.3.1.2. Analytical Method Development Department ......... 38

3.3.1.3. Packaging Development Department ...................... 39

3.3.1.4. R&D Compliance & Support Department .............. 39

3.3.2. Quality Operation Division .................................................. 39

3.3.2.1. Quality Assurance (QA) Department ...................... 39

3.3.2.2. Quality Control (QC) Department .......................... 44

3.3.3. Production Division .............................................................. 48

3.3.4. Supply Chain (SCM) Division .............................................. 60

3.3.4.1. Supply Planning Department .................................. 60

3.3.4.2. Material Procurement Department ......................... 62

3.3.4.3. Inbound Logistic Department .................................. 62

3.3.4.4. Import Clearance Department ................................ 65

3.3.5. Validation and Documentation Division (VDD) .................. 65

3.3.6. Technical Division ................................................................ 67

3.3.6.1 Departemen Urusan Umum (General Affairs) ........ 67

3.3.6.2 Departemen Teknik (Engineering) ......................... 71

3.3.6.3 Departemen Kesehatan, Keamanan, dan

Lingkungan (Healthy, Safety, and Enviromental

/HSE Department) ................................................... 79

3.4. Lokasi dan Sarana PT. SOHO Industri Pharmasi .............................. 80

3.4.1 Lokasi PT. SOHO Industri Pharmasi ..................................... 80

3.4.1.1. Ruangan Produksi di Gedung 2 ............................... 80

3.4.1.2. Ruangan Produksi di Gedung 3 ............................... 80

3.4.1.3. Ruangan Produksi di Gedung Obat Tradisional ...... 81

3.4.2 Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. SOHO

Industri Pharmasi .................................................................. 81

3.4.2.1. Desain Pabrik .......................................................... 81

3.4.2.2. Sistem Pengolahan Air ............................................ 82

3.4.2.3. Heating, Ventilating, and Air Conditioning

(HVAC) ................................................................... 82

3.4.2.4. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ................ 82

3.4.2.5. Pengelolaan dan Pengendalian Hama ...................... 83

4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 84

4.1. Manajemen Mutu .............................................................................. 84

4.2. Personalia .......................................................................................... 85

4.3. Bangunan dan Fasilitas ..................................................................... 86

4.4. Peralatan ............................................................................................ 87

4.5. Sanitasi dan Higiene ......................................................................... 88

4.6. Produksi ............................................................................................ 89

4.7. Pengawasan Mutu ............................................................................. 91

4.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu ........................................................... 91

4.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan

Kembalian ......................................................................................... 93

4.10. Dokumentasi .................................................................................... 94

4.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ................................ 95

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

ix Universitas Indonesia

4.12. Kualifikasi dan Validasi ................................................................... 96

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 98

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 98

5.2. Saran .................................................................................................. 98

DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 99

LAMPIRAN .................................................................................................... 100

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

x Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo PT. ETHICA Industri Farmasi .......................................... 30

Gambar 3.2 Logo PT. SOHO Industri Pharmasi ............................................ 31

Gambar 3.3 Logo PT. Parit Padang Global ................................................... 32

Gambar 3.4 Logo PT. SOHO Group .............................................................. 32

Gambar 3.5 Logo PT. Universal Health Network ......................................... 35

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

xi Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. SOHO Group ...................................... 100

Lampiran 2 Struktur Organisasi Manufacturing PT. SOHO Group ............. 101

Lampiran 3 Struktur Organisasi Quality Operation Division dan

Departemennya .......................................................................... 102

Lampiran 4 Struktur Organisasi Production Division dan Departemennya .. 104

Lampiran 5 Struktur Organisasi Supply Chain Division dan

Departemennya .......................................................................... 106

Lampiran 6 Struktur Organisasi Technical Division dan Departemennya .... 108

Lampiran 7 Struktur Organisasi Validation and Documentation

Departement ................................................................................ 111

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri farmasi merupakan salah satu industri yang menyangkut

kesehatan manusia dalam rangka perwujudan kesehatan nasional. Salah satu

upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

adalah dengan menjamin ketersediaan obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat.

Obat merupakan suatu produk industri farmasi yang berhubungan dengan

keselamatan jiwa pemakainya, oleh karena itu industri farmasi menjadi salah satu

industri yang dikontrol dan diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan Badan

Pengawasan Obat dan Makanan, baik ditinjau dari segi perizinan, produksi,

peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan.

Setiap industri farmasi memiliki kewajiban untuk menghasilkan sediaan

farmasi yang berkualitas, aman, dan efektif. Pengawasan dan pengontrolan

kegiatan pada industri farmasi yang berhubungan dengan dihasilkannya sediaan

farmasi yang sesuai dengan tujuan penggunaannya dilakukan oleh pemerintah dan

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), baik ditinjau dari segi perizinan,

produksi, peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan. Pemerintah selalu

mengusahakan tersedianya obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat bagi

masyarakat. Salah satu bentuk upaya tersebut adalah dengan penerapan CPOB

(Cara Pembuatan Obat yang Baik) bagi Industri Farmasi serta diharuskannya

penelitian bioavailabilitas dan bioekivalensi untuk beberapa obat yang akan

dipasarkan.

CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar

mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan izin edar dan spesifikasi

produk serta tujuan penggunaannya. CPOB pertama kali diterbitkan pada tahun

1988, kemudian diikuti dengan penerbitan petunjuk Petunjuk Operasional

Penerapan CPOB pada tahun 1989 untuk memberikan penjelasan dalam

penabaran sehingga pedoman ini dapat diterapkan secara efektif di setiap industri

farmasi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

farmasi, pedoman CPOB telah direvisi sebanyak 2 (dua) kali, yaitu tahun 2001

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

2

Universitas Indonesia

dan 2006, untuk mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi di bidang farmasi.

CPOB diperbaiki secara berkesinambungan mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta pergeseran paradigma dalam melakukan

pengawasan terhadap mutu produk.

Pemastian mutu mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara

kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu

mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain dan pengembangan

produk. CPOB mencakup produksi dan pengawasan mutu. Pengawasan mutu

adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel,

spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur

pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah

dilakukan dan bahwa bahan yan belum diluluskan tidak dijual atau dipasok

sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.

Tersedianya sarana yang diperlukan merupakan salah satu persyaratan

dasar dalam CPOB. Hal tersebut termasuk personil yang terkualifikasi dan

terlatih. Berbagai pelatihan diberikan untuk operator pelaku CPOB dalam

menjalankan prosedur secara benar. Sumber daya manusia sebagai pelaku CPOB

dalam industri farmasi mencakup profesi apoteker. Apoteker dituntut memiliki

pengetahuan, wawasan, keterampilan yang memadai, dan kemampuan dalam

mengaplikasikan ilmunya secara profesional di lapangan yang sebenarnya.

Berbagai bidang pekerjaan yang dapat dijalankan apoteker sehubungan dengan

peran dan tanggung jawabnya, yaitu misalnya di apotek, rumah sakit, lembaga

pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, laboratorium pengujian mutu,

laboratorium klinis, laboratorium forensik, berbagai jenis industri meliputi

industri obat, kosmetik, jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutrasetikal, makanan

sehat, obat veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat serta badan

asuransi kesehatan.

Pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman calon apoteker

yang komprehensif antara teori dan praktek langsung sangat diperlukan.

Pembekalan ini dapat memberikan gambaran kepada calon apoteker mengenai

tanggung jawabnya di masyarakat, dalam hal ini di industri farmasi. Calon

apoteker juga dapat memberikan kontribusinya dalam peningkatan kualitas dan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

3

Universitas Indonesia

kuantitas produk farmasi dengan penerapan CPOB. Oleh karena itu, Program

Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan

PT. SOHO Industri Farmasi dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi

Apoteker (PKPA). Pelaksanaan PKPA ini berlangsung selama dua bulan, yaitu

dari tanggal 7 Januari 2013 hingga 28 Februari 2013.

1.2 Tujuan

Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para

calon apoteker memiliki tujuan, yaitu :

a) Untuk mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan

CPOB di industri farmasi, khususnya di PT SOHO Industri Farmasi.

b) Untuk mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di

dalam industri farmasi.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1. Industri Farmasi

2.2.1. Pengertian Industri Farmasi

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, usaha industri farmasi wajib

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi

dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

b) Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk

dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk

memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2.2.2. Persyaratan Usaha Industri Farmasi

Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas :

a) Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.

b) Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.

c) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

d) Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara

Indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,

produksi, dan pengawasan mutu.

e) Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak

langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

kefarmasian.

Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan

hidup. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB. Pemenuhan

persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku

selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai

persyaratan dan tata cara sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan

Obat dan Makanan. Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

5

Universitas Indonesia

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dengan

rekomendasi dari kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM).

Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut

berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri

farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan

persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi

wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundangundangan.

Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat izin usaha industri wajib :

a) Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan

usahanya yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai

produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam

satu tahun. Laporan industri farmasi disampaikan kepada Direktur

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

dengan tembusan kepada Kepala Badan. Laporan dapat dilaporkan secara

elektronik.

b) Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam

serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap

lingkungan hidup akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya.

c) Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,

bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk

pengangkutannya dan keselamatan kerja.

d) Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang

berlaku bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk

melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi

2.2.3. Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi

Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan Kepala

Badan POM. Pedoman mengenai pembinaan ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pengawasan terhadap industri farmasi

dilakukan oleh Kepala Badan POM. Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga

pengawas dapat melakukan pemeriksaan dengan :

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

6

Universitas Indonesia

a) Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan

pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan

obat untuk memeriksa, meneliti dan mengambil contoh segala sesuatu

yang digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan,

dan perdagangan obat dan bahan obat.

b) Membuka dan meneliti kemasan obat dan bahan obat.

c) Memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan

mengenai kegiatan pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan

perdagangan obat dan bahan obat.

d) Mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan

yang digunakan dalam pembuatan, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau

perdagangan obat dan bahan obat.

Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri

Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa :

a) Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala Badan POM).

b) Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk

penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau

bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,

khasiat, atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan POM).

c) Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi

persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala Badan

POM).

d) Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala Badan POM).

e) Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM).

f) Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan POM).

Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal :

a) Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri

Farmasi melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

7

Universitas Indonesia

Farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam

Surat Keputusan.

b) Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri

Farmasi tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-

turut 3 (tiga) kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak

benar.

c) Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri

Farmasi melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan

tertulis terlebih dahulu dari menteri.

d) Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri

Farmasi dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat

yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.

e) Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang

ditetapkan dalam Surat Keputusan

2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik

2.2.1. Manajemen Mutu

Manajemen mutu (Quality Management) merupakan suatu upaya yang

dilakukan oleh industri farmasi untuk memastikan bahwa seluruh aspek yang

berkenaan dengan produksi obat memenuhi pedoman yang berlaku, yaitu Cara

Pembuatan Obat yang Baik agar produk obat yang dihasilkannya memenuhi

persyaratan keamanan, mutu, dan efikasi secara reprodusibel dan konsisten.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dibentuknya “Kebijakan Mutu” (Quality

Policy) yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari seluruh jajaran di semua

departemen dalam perusahaan, pemasok dan distributor.

Terdapat 2 unsur dasar dari manajemen mutu, yakni tersedianya suatu

sistem (Quality System) yang mencakup seluruh struktur organisasi, prosedur,

proses dan sumber data, serta terdapatnya tindakan sistematis yang dapat

memastikan bahwa produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan

yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut sebagai Pemastian

Mutu (Quality Assurance).Secara sederhana, Pemastian Mutu merupakan suatu

sistem yang memastikan bahwa segala aspek yang berhubungan dengan produksi

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

8

Universitas Indonesia

obat diatur dan dikendalikan serta memenuhi CPOB sehingga mutu obat yang

dihasilkan selalu terjamin.Aspek tersebut bisa secara tunggal atau kolektif

membentuk suatu sistem. Oleh karena itu, sistem Pemastian Mutu yang benar

dalam suatu Industri Farmasi harus dapat memastikan bahwa:

a) Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang

memerhatikan persayaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium yang Baik;

b) Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan

CPOB diterapkan;

c) Tanggung jawab manajerial diruaikan dengan jelas dalam uraian jabatan;

d) Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan bahan

awal dan pengemas yang benar;

e) Dilakukannya pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan-

selama-proses lain, dan validasi;

f) Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses,

pengemasan, dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan

pengesahan pelulusan untuk distribusi;

g) Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian Pemastian Mutu

menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai

dengan persyaratan yang tercantum;

h) Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa produk

disimpan dan didistribusikan secara sedemukian rupa agar mutu tetap

terjaga selama masa edar/simpan obat;

i) Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu secara berkala;

j) Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui;

k) Penyimpangan yang terjadi dilaporkan, diselidiki, dan dicatat;

l) Tersedianya sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada

mutu produk;

m) Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetuji; dan

n) Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi

proses, dan memastikan perbaikan yang berkesinambungan.

Salah satu bagian dari pemastian mutu adalah penerapan CPOB di suatu

industri farmasi, yang berfungsi untuk memastikan bahwa obat dibuat dan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

9

Universitas Indonesia

dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan

tujuan penggunaannya, yang dipersyaratkan dalam izin edar, dan spesifikasi

produk. Persyaratan dasar dari CPOB mencakup aspek:

a) Proses produksi dan titik kritisnya;

b) Sarana produksi (personel; bangunan; peralatan; bahan, wadah, dan label;

prosedur dan instruksi, serta tempat penyimpanan dan transportasi);

c) Sistem dokumentasi dan catatan pembuatan;

d) Sistem penyimpanan dan distribusi;

e) Sistem penarikan kembali; serta

f) Penanganan terhadap keluhan produk yang telah beredar.

Salah satu bagian dari CPOB adalah Pengawasan Mutu (Quality

Assurance). Bagian ini berhubungan dengan pengambilan sampel, penentuan

spesifikasi, dan pengujian sampel. Selain itu, bagian ini memastikan bahwa

melalui pengujian tersebut, bahan yang belum diluluskan tidak akan digunakan

dalam proses produksi, serta produk yang belum dinilai mutunya dan dinyatakan

memenuhi syarat tidak akan diluluskan untuk dijual atau dipasok.

Pengawasan mutu juga memiliki tanggungjawab atas validitas prosedur

pengawasan mutu yang diterapkan, terjaminnya mutu baku pembanding,

kebenaran label wadah bahan dan produk, dan pemantauan stabilitas zat aktif dan

produk jadi. Selain itu, pemastian mutu juga turut ambil bagian dalam investigasi

keluhan yang terkait dengan mutu proudk, serta kegiatan pemantauan lingkungan.

Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu adalah

melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review). Kegiatan ini

dilakukan untuk menilai konsistensi proses produksi dan kesesuaian terhadap

spesifikasi bahan dan produk jadi, melihat tren, dan mengidentifikasikan

perbaikan yang diperlukan. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala,

biasanya setiap tahun. Aspek yang dibahas dalam pengkajian mutu produk

hendaknya meliputi kajian terhadap bahan awal dan bahan kemas; hasil IPC dan

pengujian terhadap obat jadi; bets-bets uang tidak memenuhi spesifikasi;

penyimpangan dan ketidaksesuaian; perubahan yang dilakukan; variasi yang

diajukan; hasil pemantauan stabilitas; obat kembalian, keluhan, dan penarikan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

10

Universitas Indonesia

obat; tindakan perbaikan; komitmen pasca pemasaran; status kualifikasi peralatan

dan sarana; dan kesepakatan teknis.

2.2.2. Personalia

Industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.Hal

ini karena sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan

penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang

benar.Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan

dicatat.Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh

pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang

berkaitan dengan pekerjaan.Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang

berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus

memiliki struktur organisasi.Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada

posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas

tertulis.Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta

mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.

Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian

Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).Posisi

utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan

kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan

Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Masing-masing kepala bagian

Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki

tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan

mutu.

Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil

yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan

atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan),

dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.

Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area

dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

11

Universitas Indonesia

penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi.Pelatihan

hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.

2.2.3. Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,

kontruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya

kekeliruan, pencemaran-silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain

yang dapat menurunkan mutu obat. Syarat-syarat bangunan dan fasilitas dalam

CPOB antara lain:

a) Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara,

tanah dan air serta dari kegiatan industri yang berdekatan.

b) Bangunan dan fasilitas hendaklah dikontruksi, dilengkapi dan dirawat

dengan tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh

cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga,

burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain.

c) Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta

fasilitas hendaklah dibersihkan dan diinfeksi (bila perlu) sesuai prosedur

tertulis yang rinci.

d) Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area

penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah

dirawat dalam kondisi bersih dan rapi.

e) Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah masuknya

personil yang tidak berkepentingan. Area produksi, area penyimpanan dan

area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi

personil yang tidak bekerja di area tersebut.

f) Permukaan dinding, antai dan langit-langit bagian dalam ruagan di mana

terdapat bahan bakudan bahan pengemas primer,produk antara atau produk

ruahan yang terapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

12

Universitas Indonesia

sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat serta memungkinkan

pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif

g) Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap

air permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan

efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di

area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.

h) Laboratorium pengawasan mutu hendaklah teroisah dari area produksi.

Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotope hendaklah

dipisahkan satu dengan yang lain.

2.2.4. Peralatan

Seluruh peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah

didesain dan dikonstruksi, dipasang dan ditempatkan, serta dirawat dengan tepat

dan baik agar mutu obat yang dihasilkan melalui alat tersebut selalu terjamin. Tiap

peralatan utama hendaklah diberi tanda nomor identitas yang jelas yang akan

dicantumkan dalam perintah produksi dan catatan bets. Penggunaan suatu

peralatan utama, serta perawatannya, harus dicatatn dalam buku log alat yang

menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor bets produk.

Peralatan harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya, yakni

bagian yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau

absortif yang dapat memengaruhi mutu produk; serta bagian yang diperlukan

untuk pengoperasian alat khusus seperti pelumas atau pendingin tidak boleh

bersentuhan dengan produk.Peralatan juga harus didesain sedemikian rupa agar

mudah dibersihkan. Peralatan yang digunakan pada bahan yang mudah terbakar,

atau ditempatkan di area di mana digunakan bahan yang mudah terbakar,

hendaklah dilengkapi dengan pelengkapan eletris yang kedap eksplosi serta

dibumikan dengan benar. Pada peralatan yang digunakan untuk menimbang,

mengukur, memeriksa, dan/atau mencatat, hendaklah ketepatannya selalu

diperiksa dan dikalibrasi.

Peralatan harus dipasang dan ditempatkan sedemikian rupa untuk

memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang atau campur baur

produk serta diberi jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan.Secara

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

13

Universitas Indonesia

berkala, peralatan harus dirawat menggunakan prosedur tertulis untuk mencegah

malfungsi atau pencemaran.Jika peralatan tersebut rusak, hendaknya peralatan

tersebut dikeluarkan dari area produksi.Kegiatan perbaikan dan perawatan

hendaknya tidak menimbulkan risiko terhadap mutu produk.

2.2.5. Sanitasi dan Higiene

Ruang lingkup sanitasi dan higienes meliputi personil, bangunan, peralatan

dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat

merupakan sumber kontaminasi produk.Sumber kontaminasi potensial hendaklah

dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higienes yang menyeluruh dan

terpadu, serta program tersebut senantiasa dievaluasi secara berkala untuk

menjamin efektifitasnya. Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi

dilaksanakan oleh tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi

produk yang berasal dari personil.

Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah mengenakan

pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakannya. Pakaian

pelindung yang digunakan personil harus bersih dan sesuai dengan tugasnya

termasuk penutup rambut untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran

dan untuk keamanan personil. Program higienehendaklah mencakup prosedur

yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan pakaian pelindung personil.

Sentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan

produk antara dan poduk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan

yang bersentuhan dengan produk hendaklah dihindari. Poster diperlukan untuk

memberikan instruksi supaya menggunakan sarana mencuci tangan dan mencuci

tangannya sebelum memasuki area produksi. Merokok, makan, minum,

mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk

merokok atau obat pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu.

Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Bangunan yang

digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan

tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Sarana yang harus tersedia adalah

toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya

mudah diakses dari area pembuatan dan sarana penyimpanan pakaian pribadi

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

14

Universitas Indonesia

maupun miliki pribadinya. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk dan

hendaknya dikumpulkan dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat

yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan secara

berkala.Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh

mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses

atau produk jadi sehingga perlu ada prosedur tertulis dalam pemakaian zat-zat

tersebut. Prosedur tertulis tersebut menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi

serta menguraikan jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus

digunakan.

Peralatan yang telah digunakan juga harus dibersihkan baik bagian luar

maupun dalam dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan

dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa

untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah

dihilangkan. Pembersihan dan penyimpanan alat serta bahan pembersih

dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan. Prosedur

tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan

dalam pembuatan obat sebaiknya dibuat, divalidasi, dan ditaati. Prosedur ini

dirancang agar pencemaran peralatan oleh agen pembersih atau sanitasi dapat

dicegah. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan,

jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta

metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin digunakan

untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Desinfektan dan deterjen

sebaiknya dipantau terhadap pencemaran mikroba.

2.2.6. Produksi

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).Penanganan bahan dan produk

jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan,

penanaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi, dilakukan sesuai

dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Bagian yang diterima

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

15

Universitas Indonesia

dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera

setelah diterima atau diolah sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau

distribusi. Bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya

dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana perlu diberi

penandaan dengan tanda yang sesuai. Produk antara dan produk ruahan yang

diterima juga ditangani seperti penerimaan bahan awal.

Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada

kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur agar ada pemisahan

antar bets dan memudahkan rotasi stok. Pengolahan produk yang berbeda

hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang yang

sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.

Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap

pencemaran mikroba atau pencemaran lain. Bila bekerja dengan bahan atau

produk kering, dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta

penyebarannya. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan,

peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah

diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan,

dan nomor bets.

Bila terjadi penyimpangan maka harus ada persetujuan tertulis dari Kepala

bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.

Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hanya untuk personil yang

berwenang.Pembuatan produk non-obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan

dengan peralatan khusus untuk produksi obat. Bahan awal yang digunakan harus

berasal dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan.

Semua penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan tersisa harus dicatat dan

semua bahan awal harus memenuhi spesifikasi sebelum diluluskan. Pada tiap

penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum,

keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan

dan kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Wadah tempat

sampel bahan awal diambil hendaknya diberi identifikasi. Sampel tersebut

kemudian diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi dan selama pengujian bahan

awal dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

16

Universitas Indonesia

bagian Pengawasan Mutu. Bahan yang mengalami sensitif panas hendaklah

disimpan di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat, begitu

juga pada bahan yang sensitif lembab.Semua bahan awal yang ditolak diberi

penandaan dan yang diterima diserahkan untuk produksi oleh personil yang

berwenang.

Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan terdapat langkah

untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin,

dan bahwa proses yang telah diterapkan dengan menggunakan bahan dan

peralatan yang ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi

persyaratan mutu. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan

hendaklah disertai dengan tindakan validasi ulang. Validasi kritis terhadap proses

dan prosedur secara rutin dilakukan untuk memastikan proses atau prosedur

tersebut tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.

Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus

dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya

debu, gas, uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang

diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tiap tahap

proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan

pencemaran lain. Pencemaran silang dapat dihindari dengan tindakan pengaturan

yang tepat, misalnya produksi di dalam gedung terpisah (untuk produk seperti

penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup,dan sediaan yang

mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah), tersedia

ruang penyangga dan penghisap udara, memakai pakaian pelindung yang sesuai,

melaksanakan prosedur pembersihan, dan prosedur lain yang digunakan untuk

memperkecil risiko pencemaran.

Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan

pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus

produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.

Pengendalian pengeluaran bahan dan produk untuk produksi, dari gudang, area

penyerahan, atau antar bagian produksi sangat penting. Hanya bahan awal,

pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh

Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan. Bahan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

17

Universitas Indonesia

awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa

ulang kebenarannya.

Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan harus diperiksa sebelum

digunakan. Kegiatan pembuatan produk yan berbeda tidak boleh dilakukan

bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecialu tidak ada risiki

teradinya campur baur atau pencemaran silang. Kodisi lingkungan di area

pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat

yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan.Semua peralatan yang dipakai

juga harus diperiksa sebelum digunakan.Batas waktu dan kondisi penyimpanan

produk dalam pross hendaknya ditetapkan.

Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang

terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus

hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta pengunaan sarana dan

peralatan. Sistem penghisap udara harus dipasang dengan letak lubang

pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari produk atau

proses lain. Perhatian khsuus juga diberikan untuk melindungi produk terhadap

pencemaran serpihan logam atau gelas.

Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan

bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang

sama seperti terhadap bahan awal. Bahan pengemas primer, bahan pengemas

cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolete harus

dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat. Pengemasan berfungsi membagi dan

mengemas produk ruahan menjadi produk jadi.Pengemasan dilaksanakan di

bawah pengendalian ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk

akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas, dan

bahan cetak lain harus diperiksa dan diverivikasi kebenarannya.

Untuk memastikan keseragamaan bets, dilakukanlah pengujian atau

pemeriksaan selama proses dengan metode yang telah disetujui. Pemantauan ini

dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja produksi. Prosedur

yang diterapkan harus menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi

pengambilan sampel (hendaknya pada awal, tengan dan akhir proses), jumlah

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

18

Universitas Indonesia

sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa, dan batas penerimaan tiap

spesifikasi. Hasil pengujian akan menjadi bagian dari catatan bets.

Jika suatu bahan atau produk tidak memenuhi persyaratan dan dinyatakan

ditolak, maka barang tersebut hendaklah disimpan secara terpisah dan diberi

penandaan yang jelas. Barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemasoknya,

diolah ulang, atau dimusnahkan sesuai dengan persetujuan kepada bagian

Pemastian Mutu. Syarat dilakukannya pengolahan ulang terhadap suatu bets

adalah kepastian bahwa mutu akhir produk tidak terpengaruh dan proses

dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain pengolahan

ulang, suatu bets juga dapat mengalami pemulihan ulang, yaitu penggabungan ke

dalam bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat.

Seluruh produk jadi hanya dapat dipasarkan setelah mendapatkan

persetujuan pelulusan oleh kepala Pengawasan Mutu. Selama menunggu

keputusan tersebut, produk jadi diberikan status karantina dan diletakkan dalam

tempat yang terpisah (area karantina). Produk akhir yang akan diluluskan

hendaknya memenuhi kriteria dalam aspek spesifikasi dan persyaratan mutu,

sampel pertinggal yang jumlahnya mencukupi untuk pengujian di masa

mendatang, pengemasan dan penandaan yang menenuhi syarat, dan rekonsiliasi

bahan kemasnya diterima. Setelah keputusan pelulusan diberikan, produk jadi

tersebut hendaklah dipindahkan ke gudang produk jadi dan pemasukan bets

dicatat di kartu stok. Selanjutnya, pendistribusian barang harus memenuhi konsep

first-in-first-out.

Semua bahan dan produk yang terlibat dalam proses produksi disimpan

secara rapi dan teratur pada kondisi lingkungan yang sesuai berdasarkan uji

stabilitas. Kegiatan pergudangan ini hendaklah terpisah dari kegiatan lain.

Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian pergudangan adalah penerimaan bahan

awal, bahan kemas, dan produk jadi, serta penyerahan ke bagian produksi atau

distributor. Bahan awal dan bahan kemas hanya dapat diterima oleh bagian

penerimaan jika telah sesuai terhadap persyaratan. Jika bahan tersebut ditolak,

hendaknya disimpan terpisah dengan bahan yang diterima. Dalam pendistribusian

bahan awal dan bahan kemas, hendaklah mengikuti prinsip FIFO dan FEFO.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

19

Universitas Indonesia

Bahan dan obat hendaknya diangkut dengan cara tertentu sehingga tidak

merusak keutuhan dan kondisinya tetap terjaga; seperti diletakkan dalam kondisi

suhu yang terpantau dan di dalam wadar yang memberikan perlindungan yang

cukup. Pengiriman dan pengangkutan sendiri hendaknya dilaksanakan setelah ada

order pengiriman dan kegiatan tersebut didokumentasikan dalam catatan

penyimpanan yang mencakup tanggal pengiriman, nama dan alamat pelangga,

uraian produk, dan kondisi pengangkutan dan penyimpanan

2.2.7. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk

menyatakan bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan

tujuan pemakaiannya.Bagian pengawasan mutu haruslah berdiri sendiri

(independen) dari bagian lainnya, terutama bagian produksi, agar kegiatan yang

dilakukan selalu bersifat objektif dan memberikan hasil yang

memuaskan.Kegiatan yang dilakukan oleh bagian Pengawasan Mutu harus

menerapkan Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik. Pedoman ini

mencakup 7 aspek yaitu bangunan dan fasilitas, personil, peralatan, pereaksi dan

media perbenihan, baku pembenihan, spesifikasi dan prosedur pengujian, serta

catatan analisis. Menurut Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu yang Baik,

laboratorium yang digunakan untuk pengujian harus terpisah secara fisik dari

ruang produksi, dan laboratorium biologi, mikrobiologi, dan kimia hendaknya

terpisah satu dari yang lain. Ruangan yang berisi instrument juga harus terpisah

sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap interfensi elektris, getaran,

atau kelembaban.

Peralatan, instrument, dan perangkat lunak yang dilakukan dalam kegiatan

pengujian hendaklah dikualifikasi/divalidasi, dirawat dan dikalibrasi dalam jangka

waktu yang sesuai dan dilakukan sebelum instrumen tersebut digunakan untuk

pengujian. Pereaksi dan media yang digunakan dalam kegiatan pengujian

hendaklah memiliki label yang berisi identitas yang lengkap, termasuk waktu

daluwarsa. Media yang akan digunakan hendaklah telah melalui uji kontol positif

dan negatif. Baku pembanding dapat diperoleh dari komisi farmakope yang diakui

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

20

Universitas Indonesia

atau menstandarisasi bahan baku terhadap baku pembanding primer atau sekunder

(disebut sebagai baku kerja).

Prosedur pengujian yang diterapkan dalam kegiatan di laboratorium

hendaklah divalidasi terlebih dahulu dan sesuai dengan metode yang telah

disetujui pada saat pemberian izin edar. Setiap kegiatan pengujian juga hendaknya

didokumentasikan dengan baik dalam catatan analisis yang mencakup nama dan

nomor bets, nama analis, metode, semua data, perhitungan, spesifikasi, hasil, dll.

Kegiatan yang dilakukan oleh bagian pengawasan mutu mencakup semua

kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, yaitu pengambilan sampel dan

aktivitas pemeriksaan dan pengujian. Pengujian tersebut dilakukan terhadap bahan

awal, produk antara, produk ruahan, produk jadi. Selain itu, bagian pengawasan

mutu juga melakukan uji stabilitas, pemantauan lingkungan, pengujian dalam

rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui

spesifikasi bahan, dan menyusun dan memperbaharui metode pengujian.

Pengambilan sampel dilakukan di suatu tempat khusus, menggunakan alat

yang dikhususkan untuk tiap material, dan sampel diletakkan di wadah yang

sesuai.Rencana pengambilan sampel dapat mengikuti “n-p-r plan” untuk bahan

awal dan Military Standard 105D untuk bahan kemas. Setiap sampel yang sudah

dikumpulkan, kemudian diuji menggunakan metode pengujian yang telah

divalidasi dan hasilnya dinilai berdasarkan syarat spesifikasi yang telah

ditentukan. Uji stabilitas merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menilai

karakterisitk stabilitas obat dan menentukan kondisi penyimpanan yang sesuai

serta tanggal daluwarsa produk. Uji ini dilakukan pada produk baru; kemasan baru

(berbeda dari standar yang telah ditetapkan); perubahan formula, metode atau

sumber material; bets yang diluluskan dengan pengecualian (bets yang sifatnya

berbeda dari standar atau bets yang diolah ulang); dan produk yang telah beredar.

2.2.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi

dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program

inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

21

Universitas Indonesia

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang

kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendalah dilakukan secara rutin, di

samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali

obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan

perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah

didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.

Aspek-aspek dalam CPOB untuk inspeksi diri mencakup antara lain:

personalia, banguanan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan

peralatan, penyiapan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan,

pengolahan dan pengawasan-selama-proses, pengawasan mutu, dokumentasi,

sanitasi dan higiene, program validasi dan re-validasi, kalibrasi alat atau sistem

pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan,

pengawasan label dan hasil inspeksi sebelumnya dan tindakan perbaikan.

Tim inspeksi diri terdiri dari paling sedikit 3 anggota yang berpengalaman

dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat

dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah

independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi. Inspeksi diri dapat dilakukan

per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan; namun hendaklah dilakukan

minimal 1 kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam

prosedur tetap inspeksi diri.

Setelah inspeksi diri dilaksanakan hendaklah dibuat laporan inspeksi diri

yang mencakup antara lain: hasil inspeksi diri, evaluasi serta kesimpulan; dan

saran tindakan perbaikan. Hendaklah dibuat program tindak lanjut yang efektif.

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu

meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen

mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya

dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk

khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas

terhadap pemasok dan penerima kontrak. Pada audit dan persetujuan pemasok,

semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

22

Universitas Indonesia

2.2.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan Produk

Kembalian

Semua keluhan dan informasi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi

kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.

Untuk menangani kasus yang mendesak sebaiknya disusun suatu sistem,

mencakup penarikan kembali produk yang diduga cacat dari peredaran secara

cepat dan efektif. Penarikan kembali produk dilakukan bila ditemukan produk

yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang berisiko terhadap

kesehatan.

Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar lalu dikembalikan

ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan

lain misalnya wadah yang menimbulkan keraguan tentang identitas, mutu, jumlah

dan keamanan obat.

a. Keluhan

Penyebab adanya laporan dan keluhan mengenai produk, yaitu:

1. Kerusakan fisik, kimiawi, atau biologis dari produk atau kemasannya

2. Adanya reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi fatal, dan

reaksi medis lainnya

3. Respon klinis produk rendah atau tidak berkhasiat

Penyelidikan dan evaluasi laporan dan keluhan mencakup:

1. Pengkajian seluruh informasi mengenai laporan atau keluhan

2. Inspeksi sampel obat yang dikeluhkan, dan sampel pertinggal dari bets

yang sama

3. Pengkajian semua data dan dokumentasi termasuk catatan bets, distribusi

dan laporan pengujian dari produk yang dikeluhkan.

Tindak lanjut yang dilakukan setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi

terhadap laporan dan keluhan mencakup :

1. Tindakan perbaikan bila diperlukan

2. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan

3. Tindakan lain yang tepat

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

23

Universitas Indonesia

b. Penarikan Kembali Produk

Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi penarikan kembali

produk, yaitu :

1. Penunjukan personil yang bertanggung jawab, memahami operasi

penarikan kembali, independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran

untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk

bersama dengan staf.

2. Adanya prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala untuk mengatur

segala tindakan penarikan kembali.

3. Operasi penarikan kembali sebaiknya mampu dilakukan segera dan tiap

saat

4. Keputusan penarikan kembali produk:

(1) dapat diprakarsai oleh industri farmasi atau atas perintah dari otoritas

pengawasan obat

(2) secara intern berasal dari kepala bagian manajemen mutu dan

perusahaan

(3) dapat melibatkan satu bets atau lebih atau seluruh bets produk akhir

(4) dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan produk

Pelaksanaan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah

diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang

merugikan.

c. Produk Kembali

Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai

berikut :

(1) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi sehingga dapat

dikembalikan ke dalam persediaan

(2) produk kembalian yang dapat diproses ulang

(3) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat

diproses ulang. Produk ini hendaklah dimusnahkan sesuai dengan

prosedur pemusnahan yang mencakup tindakan pencegahan terhadap

pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

24

Universitas Indonesia

2.2.10. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian

mutu.Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena

hanya mangandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi

Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan

harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen

adalah sangat penting.

Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi

produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan.Dokumen

ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu.Pengemasan Induk (Formula

Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh

bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta mengeuraikan semua

operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan

operasi tertentu misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,

pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan

riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan

yang berpengaruh pada mutu produk akhir.

Isi dokumen tidak boleh berarti ganda, dimana yang dimaksud disini judul,

sifat, dan tujuan dinyatakan dengan jelas.Dokumen tidak boleh ditulis tangan, tapi

jika dokumen perlu pencatatan, penulisan tangan harus jelas, terbaca, dan tidak

dapat dihapus.Perubahan terhadap penulisan tangan ini hendaklah ditandatangani,

diberi tanggal, dan memungkinkah pembacaan informasi semula.Catatan

pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal

daluwarsa produk jadi.

Spesifikasi perlu disahkan dengan benar dan diberi tanggal, atau jika perlu

spesifikasi produk antara dan produk ruahan. Selain spesifikasi, dokumen lain

yang diperlukan adalah dokumen produksi, yaitu Dokumen Produksi Induk,

Prosedur Produksi Induk, dan Catatan Produksi Bets. Dokumen Produksi Induk

yang disahkan secara formal mencakup nama, bentuk sediaan, kekuatan dan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

25

Universitas Indonesia

deskripsi produk, nama penyusun dan bagianya, nama pemeriksa serta daftar

distribusi dokumen. Produksi Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk

yang disahkan secara formal harus tersedia untuk tip produk dan ukuran bets yang

akan dibuat. Catatan Pengolahan Bets harus tersedian bagi tiap bets yang diolah.

Metode pembuatan catatan ttersebut didesain untuk menghindarkan kesalahan

transkripsi.Hal tersebut juga berlaku untuk Catatan Pengemasan Bets.

Prosedur tertulis diperlukan untuk pengambilan sampel yang mencakup

personil yang diberi wewenang mengambil sampel, metode, dan alat yang harus

digunakan, jumlah yang harus diambil dan segala tindakan pengamanan yang

harus diperhatikan untuk menghindarkan kontaminasi terhadap bahan atau segala

penurunan mutu. Prosedur pengujian bahan dan produk yang diperoleh dari tiap

tahap produksi yang menguraikan metode dan alat yang harus digunakan juga

diperlukan. Catatan mengenai distribusi tiap bets hendaklah disimpan untuk

memfasilitasi penarikan kembali bets bila perlu. Dokumentasi lain yang perlu

disediakan adalah prosedur tertulis dan catatan yang berkaitan mengenai tindakan

yang harus diambil atau kesimpulan yang dicapai, prosedur pengoperasian yang

jelas untuk peralatan utama pembuatan dan pengujian, dan buku log untuk

mencatat peralatan utama atau kritis

2.2.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindari produk atau pekerjaan dengan mutu

yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis harus dibuat secara jelas menentukan

tanggung jawab masing- masing pihak. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a) Kontrak tertulis meliputi pembuatan dan atau analisis obat yang

dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait

b) Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak

termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain

sesuai dengan izin edar produk

c) Kontrak mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari

penerima kontrak

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

26

Universitas Indonesia

Tanggung jawab pemberi kontrak adalah menilai kompetensi penerima

kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan

memastikan mengikuti CPOB. Penerima kontrak harus memiliki gedung dan

peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten

untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kontrak. Kontrak

menyatakan prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan dan memastikan

bahwa tiap bets telah dibuat dan diperiksa pemenuhannya terhadap persyaratan

izin edar.

2.2.12. Kualifikasi dan Validasi

a) Prinsip

Industri farmasi mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai bukti

pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan

signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang memengaruhi mutu produk

hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.

b) Perencanaan Validasi

Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan didokumentasikan

didalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen yang setara.

RIV mencakup :

1. Kebijakan validasi

2. Struktur organisasi kegiatan validasi

3. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi

4. Format dokumen, format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan

jadwal pelaksanaan

5. Pengendalian perubahan

6. Acuan dokumen yang digunakan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

27

Universitas Indonesia

c) Kualifikasi

1. Kualifikasi Desain (KD)

Kualifikasi desain merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi

terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Desain harus memenuhi ketentuan

dari CPOB dan didokumentasikan.

2. Kualifikasi Instalasi (KI)

Kualifikasi ini dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru, atau

yang dimodifikasi. KI mencakup hal-hal berikut : Instalasi peralatan, pipa, sarana

penunjang dan instrumentasi sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang

didesain.

3. Kualifikasi Operasional (KO)

KO akan dilakukan seteleh KI selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui.

KO mencakup hal- hal berikut : pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan

pengetahuan tentang proses, sistem, dan peralatan; pengujian yang meliputi satu

atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering

dikenal sebagai kondisi terburuk.

4. Kualifikasi Kinerja (KK)

KK dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui

atau pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO. KK mencakup hal-hal berikut :

pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi

spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang

proses, fasilitas, sistem dan peralatan; uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi

yang mencakup batas operasional atas dan bawah.

5. Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah Operasional

d) Validasi Proses

Validasi prosesnya umumnya dilakukan sebelum produk dipasarkan. Bila

hal tersebut tidak memungkinkan maka validasi dapat dilakukan selama proses

produksi rutin dilakukan. Proses yang telah berjalan dan metode analisis juga

dilakukan validasi. Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan telah

terkualifikasi, dievaluasi secara berkala untuk verifikasi bahwa proses masih

bekerja dengan baik.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

28

Universitas Indonesia

1. Validasi Prospektif

Validasi ini mencakup hal berikut :

(a) Uraian singkat suatu proses, ringkasan tahap kritis proses pembuatan

yang harus diinvestigasi

(b) Daftar peralatan/ fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur,

pemantau dan pencatat serta status kalibrasinya

(c) Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan; daftar metode analisis yang

sesuai; usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan

(d) Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria

penerimaan dan validasi metode analisisnya bila diperlukan

(e) Pola pengambilan sampek; metode pencatatan dan evaluasi hasil

2. Validasi Konkuren

Validasi ini dilakukan ketika produksi rutin dapat dimulai tanpa lebih dulu

menyelesaikan program validasi. Persyaratan dokumentasi untuk validasi

konkuren sama seperti validasi prospektif.

3. Validasi Retrospektif

Validasi ini hanya dapat digunakan untuk proses yang telah mapan, tetapi

tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau

peralatan.

e) Validasi Pembersihan

Validasi ini dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan.

Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan

pencemaran mikroba, didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses

pembersihan. Metode analisis yang digunakan telah tervalidasi dan memiliki

kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran.Validasi proses pembersihan

sebaiknya dilakukan pada bagian alat yang bersentuhan maupun yang tidak

bersentuhan langsung dengan produk. Prosedur validasi ini dilakukan sebanyak

tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa

metode tersebut telah tervalidasi.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

29

Universitas Indonesia

f) Pengendalian Perubahan

Prosedur pengendalian perubahan memastikan bahwa data pendukung

cukup menunjukkan proses yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk

sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah

ditetapkan.Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem, dan peralatan

terhadap produk dievaluasi, termasuk analisis risiko.

g) Validasi Ulang

Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses

pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi masih absah. Jika tidak

ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya, kajian ulang data yang

menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan

untuk validasi ulang.

h) Validasi Metode Analisis

Tujuan validasi metode analisis adalah mengetahui bahwa metode analisis

sesuai tujuan penggunaannya. Validasi metode analisis dilakukan terhadap: uji

identifikasi; uji kuantitatif kandungan impuritas; uji batas impuritas; uji kuantitatif

zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen tertentu dalam obat; uji

disolusi untuk obat atau penentuan ukuran partikel untuk bahan baku aktif.

Karakteristik validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah akurasi,

presisi, ripitabilitas, intermediate precision, spesifisitas, batas deteksi, batas

kuantitasi, linearitas, dan rentang.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

30 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1. Sejarah PT. SOHO Group

3.1.1. PT. ETHICA Industri Farmasi

PT. Ethica merupakan perusahaan pertama yang didirikan oleh Manager

Tan Tjhoen Lim (The Founder) pada tanggal 30 November 1946. Mula-mula

perusahaan ini didirikan dengan nama N.V. ETHICA HANDEL MY kemudian

berubah menjadi PT. ETHICA Industri Farmasi. Perusahaan ini merupakan

perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi obat-obatan injeksi (steril) di

pasar resep (ETHICA), beroperasi dengan peralatan modern dan didukung dengan

penerapan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Saat ini PT. ETHICA telah

memproduksi lebih dari 100 jenis produk obat.

Logo PT. ETHICA Industri Farmasi memiliki arti tertentu, dimana logo

tersebut merupakan inisial huruf E yang berada di dalam dua buah lingkaran yang

mempunyai arti kesempurnaan, fleksibelitas, dan tekad yang bulat demi meraih

cita-cita. Dua buah lingkaran dapat diartikan sebagai suatu kerjasama yang saling

mendukung untuk mencapai tujuan. Warna merah tua (maroon) mempunyai arti

semangat perjuangan serta dedikasi yang tinggi. Nama Ethica, selain berarti budi

pekerti yang baik, juga mencerminkan etos kerja dan usaha yang bermatabat.

Gambar 3.1 Logo PT. ETHICA Industri Farmasi

3.1.2. PT. SOHO Industri Pharmasi

Perusahaan kedua yang didirikan setelah berdirinya PT. ETHICA Industri

Farmasi adalah PT. SOHO Industri Pharmasi pada tanggal 18 juli 1951 sebagai

“sister company” PT. Ethica. Perusahaan ini didirikan dengan tujuan untuk

memasuki pasar dengan produk-produk oral terutama di pasar resep. Dalam

perkembangannya, di tahun 1996 PT. SOHO mulai memasuki pasar obat bebas

(OTC). Perusahaan yang mendapat predikat “The Fastest Growing Company

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

31

Universitas Indonesia

among Top Twenty Pharmaceutical Companies” (sumber: Independent Survey)

ini, dikenal juga sebagai “PIONEER & TRENDSETTER NATURAL

MEDICINE” di pasar resep melaksanakan secara konsisten CPOB dan juga telah

menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Saat ini PT. SOHO

memiliki lebih dari 180 jenis produk.

Logo PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki makna tertentu, dimana logo

tersebut berbentuk dasar batu permata/diamond bersudut empat dengan warna

merah. Warna merah tersebut merupakan cerminan etos kerja dan falsafah yang

secara adil selalu menjaga keseimbangan komunikasi dan perlakuan ke semua

arah, demi kemajuan dan keberhasilan bersama. Berlian (diamond) merupakan

lambang keabadian, bernilai tinggi dan sangat berharga yang merupakan wujud

usaha perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. SOHO adalah

akronim dari „SOCIETAS HONORABILIS‟ (bahasa latin), yang artinya adalah

masyarakat/perkumpulan/paguyuban orang-orang yang terhormat karena perilaku

hidupnya yang terpuji. Hal ini berarti bahwa para pendiri, jajaran manajemen, dan

seluruh karyawan dari perusahaan adalah orang-orang terhormat dan terpandang

yang selalu menjaga integritas yang tinggi dalam menjalankan usaha.

Gambar 3.2. LOGO PT. SOHO Industri Pharmasi

3.1.3. PT. Parit Padang Global

PT. Parit Padang Global didirikan pada tanggal 27 Agustus 1956. Kata

Parit Padang diambil dari nama salah satu kota kecamatan di pulau Bangka

merupakan tempat kelahiran pendiri. Perusahaan ini didirikan untuk dapat

mengambil alih pendistribusian produk-produk PT. Ethica Industri Farmasi dan

PT. SOHO Industri Pharmasi. PT. Parit Padang juga bekerjasama dengan

pencipal-pencipal lainnya, seperti : Astra Zeneca Indonesia, Pfizer, Nestle, Sosro

dan La Tulipe. Perusahaan ini telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO

9001:2000 dandikenal sebagai pelopor distibusi farmasi Indonesia pertama

dengan sistem “On Line”. PT. Parit Padang memiliki 25 Cabang, yaitu Jakarta (3

cabang), Tanggerang, Bogor, Cirebon, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta,

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

32

Universitas Indonesia

Surabaya (2 cabang), Malang, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi,

Palembang, Bandar Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Makasar, dan

Manado. Logo PT. Parit Padang berupa inisial dua buah huruf P yang saling

tersambung dan berwarna hitam. Parit Padang dapat diartikan sebagai “saluran air

yang mengalir di tanah yang luas dan memberi kehidupan”, yang sesuai dengan

usaha distribusi produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi secara luas.

Inisial huruf P yang saling bersambung adalah gambaran dari usaha yang

berkesinambungan, saling mendukung dan bersinergi.Warna hitam mengandung

arti ketugahan hati, tegar tak mudah terpengruh, dan upaya yang tinggi dalam

mencapai tujuan

Gambar 3.3 Logo PT. Parit Padang Global

3.1.4. PT. SOHO Group

Berdasarkan keputusan dari pemilik perusahaan, tanggal 26 Januari 2000,

PT. Ethica Industri Farmasi, PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. Parit Padang

digabung secara resmi menjadi PT. SOHO Group. Hal ini memiliki latar

belakang:

a) Fungsi menyelaraskan (alignment)

b) Sendiri-sendiri tidak efektif dan tidak kuat

c) Menghadapi kompetisi Global Dan Regional

d) Go Public dan Go International

Logo PT. SOHO Group menggambarkan semangat kebersamaan dan

sinergi yang menghasilkan nilai tambah untuk kemajuan bersama.

Gambar 3.4 Logo PT. SOHO Group

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

33

Universitas Indonesia

Unsur-unsurnya adalah :

a) Segitiga sama sisi dan dua bentuk setengah lingkaran yang simetris

mencerminkan kesamaan kedudukan dan adil untuk semua pihak.

b) Bentuk segitiga mencerminkan tiga perusahaan inti (PT. Ethica Industri

Farmasi, PT. SOHO Industri Pharmasi, dan PT Parit Padang Global) yang

mengawali pergerakan usaha, membentuk satu kesatuan yang kokoh,

saling menjaga kerjasama dan bersinergi.

c) Warna hijau mengandung arti : alamiah, segar, harmonis, serasi, sehat,

sejuk, dan damai. Sedangkan warna hijau biru bermaknana selalu

berkembang dan sejahtera.

d) Slogan “Value for health” (bermakna bagi kesehatan) berarti bukan hanya

jiwa dan raga yang sehat, tetapi juga kebutuhan yang sehat, perencanaan

yang sehat, strategi yang sehat, dan juga cara-cara kerja yang sehat.

e) Logo PT. SOHO Group merupakan pemersatu dari semua perusahaan

yang berada di dalamnya, menjadi intisari dari semua kegiatan/usaha, dan

cita-cita para pendirinya. Hal ini pada akhirnya diharapkan bisa menjadi

daya dorong bagi seluruh anggota keluarga Besar PT. SOHO Group untuk

selalu bahu-membahu, bersemangat tinggi, serta bertanggung jawab tinggi

dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.

3.1.5. PT. Global Harmony Retailindo

PT. Global Harmony Retailindo (PT GHR) merupakan Unit Bisnis dari

PT. SOHO Group dan saat ini berada di bawah manajemen PT. Parit Padang. PT.

Global Harmony Retailindo didirikan di Jakarta pada tanggal 11 November 2008

sebagai salah satu usaha untuk mendukung terwujudnya visi 2015 yaitu PT.

SOHO Group akan menyediakan produk dan kesehatan yang berkualitas tinggi.

Salah satu bisnis utama dari PT. Global Harmony Retailindo adalah Apotek

Harmony.

Apotek Harmony hadir sebagai Wellness Pharmacy, yang menyediakan

produk dan pelayanan kesehatan yang memperhatikan keseimbangan dan

keharmonisan di berbagai aspek kehidupan, dan memposisikan perusahaan

sebagai perusahaan yang fokus ramah kepada pelanggan. Tim manajemen Apotek

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

34

Universitas Indonesia

Harmony di perkuat oleh tenaga-tenaga kerja yang sudah sangat berpengalaman

dalam dunia farmasi. Motto kerja Apotek Harmony adalah, “Melayani dengan

Segenap Hati”.

Adapun pelayanan yang disediakan oleh Apotek Harmony adalah :

1) Apotek.

2) Praktek Dokter Umum

3) Praktek Dokter Spesialis

4) Praktek Dokter Gigi

5) Laborotarium Klinik.

3.1.6. PT. Universal Health Network

PT. Universal Health Network (UNIHEALTH), merupakan perusahaan

multi level marketing, yang didirikan pada tanggal 06 April 2009 dan mulai

beroperasi pada tanggal 02 Juli 2009. Unihealth berlokasi di Ruko Mangga Dua

Square.Unihealth yang merupakan anak usaha PT. SOHO Group ini merupakan

perusahaan Multi Level Marketing (MLM). Unihealth didukung sepenuhya oleh

group farmasi terkemuka Indonesia yang telah berusia lebih dari 50 tahun, dan

telah terbukti memiliki reputasi terbaik, baik secara kualitas produk maupun

manajemen mutunya dalam skala nasional maupun internasional.

Unihealth menyediakan produk-produk kesehatan terbaik, seperti:

suplemen kesehatan dan kecantikan, vitamin, perawatan kulit dan perlengkapan

kecantikan baik itu produksi local (produksi Soho) maupun dari mancanegara.

Unihealth menganut sistem MLM murni, yang artinya tidak ada skema pyramid-

money game atau skema tersembunyi lainnya yang dapat merugikan anggotanya.

Sistem MLM yang digunakan untuk para anggotanya mengedepankan prinsip

menguntungkan semua pihak, yaitu bagi perusahaan, leader/pimpinan jaringan

dan seluruh anggotanya, berdasarkan prestasi terbaik dari masing-masing anggota.

Sampai bulan Juni 2010 anggota Unihealth sudah mencapai ± 2500 orang yang

tersebar di seluruh Indonesia mulai dari NAD, Sumut, Sumbar, Jambi, Kep. Riau,

Sumatra, Selatan, Banten, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,

NTB, NTT, Kalimantan Barat.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

35

Universitas Indonesia

Gambar 3.5 Logo PT. Universal Health Network

3.2. Visi dan Misi PT. SOHO Group

3.2.1. Visi PT. SOHO Group

Visi PT. SOHO Group 2015 adalah menjadi salah satu kelompok

perusahaan global terkemuka dalam bidang manufaktur, distribusi dan

menyediakan produk dan jasa kesehatan berkualitas tinggi.

Adapun tujuan Visi 2015 adalah sebagai berikut :

a) Prespektif keuangan

Untuk mencapai pertumbuhan penghasilan PT. SOHO Group.

b) Perspektif Pelanggan

Untuk didedikasikan pada kepuasan pelanggan dengan level yang tertinggi

dan memperoleh kepercayaan dari dokter, pasien dan pelanggan lain yang

dilayani.

c) Perspektif Proses Internal

Untuk mencapai “best in class” di seluruh aktivitas operasional.

d) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang “best in class”.

3.2.2. Misi PT. SOHO Group

Visi 2015 juga dilengkapi dengan Misi PT. SOHO Group, yaitu

merupakan kebanggaan melayani pelanggan kami dengan menyediakan secara

terus-menerus produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi untuk

meningkatkan mutu kehidupan dan usia panjang. Adapun maksud dari Misi

tersebut adalah :

1) Dengan bangga (Proudly)

a) Dengan kebanggaan/rasa bangga

2) Terus-menerus (Continually)

a) Terus-menerus mengadakan perubahan/pembaharuan dalam hal produk

dan jasa kesehatan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

36

Universitas Indonesia

b) Mempunyai keunggulan bersaing (Competitive Advantage )

c) Terus-menerus memperbaharui

3) Mutu kehidupan (Quality life)

a) Mengembangkan sebagian atau seluruh aktivitas yang terganggu/terbatasi

karena suatu penyakit kearah/mendekati kondisi aktivitas normal

b) Mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan sehingga dapat

beraktivitas secara terus-menerus seperti yang diinginkan

c) Mencegah kemungkinan adanya gangguan kesehatan

4) Usia panjang (Longevity)

a) Memperpanjang usia

3.2.3. Nilai Budaya PT. SOHO Group

Terdapat 7 nilai budaya di PT. SOHO Group, yaitu :

1) Kerja Sama yang Memiliki Komitmen tinggi

Kerja sama yang tinggi diharapakan dimiliki oleh seluruh karyawan, tidak

hanya kerja sma antar individu dalam departemen atau divisi yang sama,tapi juga

kerja sama lintas departemen dan divisi,termasuk kerja sama antar unit PT. SOHO

Group. Kemampuan untuk bekerja sama tersebut harus dilandasi oleh pemahaman

setiap karyawan mengenai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dan

bagaimana keterkaitan kerjanya dengan bagian atau departemen atau divisi atau

Unit lain dalam PT. SOHO Group.

2) Pelayanan Prima kepada pelanggan

Nilai yang diharapkan dimiliki dalam perilaku karyawan adalah pelayanan

yang memuaskan dan melebihi harapan pelanggan, baik pelanggan internal

maupun pelanggan eksternal. Tentunya pelayanan yang diberikan dapat berupa

pelayanan dalam hal penyediaan produk yang berkualitas sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan, maupun pelayanan jasa yang dibutuhkan.

3) Pemrakarsaan Cara Baru dalam Menjalankan Usaha

Karyawan diharapkan secara proaktif mencari cara kerja yang lebih efektif

melalui ide-ide dan kreatifitas karyawan sehingga menghasilkan produk dan

proses kerja yang lebih baik lagi. Dalam nilai budaya kerja ini, karyawan juga

diharapkan proaktif untuk mengusahakan pengembangan dirinya, mencari jalan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

37

Universitas Indonesia

keluar penyelesaian masalah yang dihadapinya tanpa harus selalu terus-menerus

diintruksikan atau diminta oleh alasannya.

4) Dedikasi dan Produktivitas

Dedikasi yang diharapkan dari karyawan adalah kemampuan untuk

menempatkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan, bahkan bila

perlu disertai dengan pengorbanan yang tulus, sementara produktifitas yang

diharapkan dari karyawan adalah mampu memberikan hasil kerja atau kinerja

yang terbaik dengan memperhatikan efektivitas dari efesiensi kerja.

5) Perlakuan yang adil dan Penghargaan atas Prestasi

Perlakuan yang adil yang dikembangkan sebagai nilai budaya dalam PT.

SOHO Group adalah memperlakukan karyawan/pelanggan sesuai dengan

ketentuan,prosedur,tau kebijakan yang berlaku, sementara penghargaan atas

prestasi adalah memberikan penghargaan dalam bentuk materi atau non-

materi,baik secara lisan maupun tertulis,di depan karyawan lain maupunsecara

pribadi atas prestasi kerja yang dicapai karyawan,dimana prestasi kerja yang

dimaksud disini adalah prestasi kerja yang melebihi standar kerja yang telah di

tentukan.

6) Perjuangan demi Hasil Optimal

Dalam mengerjakan sesuatu,karyawan PT. SOHO Group harus

melakukannya dengan usaha keras dan ketrampilan yang tinggi dan disertai

dengan perencanaan yang matang,didiskusikan, diuji coba dan dievaluasi. Hal ini

perlu dilakukan untuk memastikan bahwa hasil kerja yang diharapkan adalah hasil

kerja yang diharapkan adalah hasil yang optimal dan terbaik yang dapat diberikan

karyawan.

7) Integritas, Kejujuran dan Disiplin

Integritas yang dimaksud dalam nilai budaya ini adalah menjaga dan

melaksanakan norma-norma dan ketentuan jyang berlaku dimasyarakat dan

organisasi secara konsekuen dan konsisten serta menyimpan rahasia yang

dipercayakan; sedangkan kejujuran adalah bekerja dengan itikad dan suasana yang

bersih dari segala macam unsure keuntungan diri pribadi (yang tidak menjadi

haknya), baik secara material ataupun non-material dan juga jujur dalam

menerima dan memberikan informasi; sementara nilai budaya disiplin adalah

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

38

Universitas Indonesia

menepati/menjalankan segala ketentuan dengan tepat dan benar sesuai dengan

tepat dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada dan tekun melaksanakannya.

3.3. Struktur Organisasi PT. SOHO Group

3.3.1. Research and Development ( R&D ) Division

Divisi R&D dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan R&D

Division Head. Divisi R&D dibagi menjadi empat departemen yaitu Group

Formulation Development Department, Analytical Method Development

Department, Packaging Development Department, dan R&D Compliance &

Support Department.

3.3.1.1. Group Formulation Development Department

Departemen Group Formulation Development bertanggungjawab

dalamstudi dan pengembangan formula produk,meliputi produk herbal,

foodsupplement, dan produk bioekuivalensi. Penyusunan formula merupakan hal

yangsangat penting dalam pembuatan obat. Formula yang disusun oleh

departemen inidisebut formula induk, yang berisi identitas obat (no. batch,

expired date), formula obat (bahan aktif, bahan tambahan), dan langkah-langkah

proses produksiobat.

3.3.1.2. Analytical Method Development Department

Departemen ini bertanggung jawab dalam pengembangan metode analisis,

meliputi metode stabilitas dan metode fisikakimia. Departemen initerbagi menjadi

tiga sub departemen yaitu, Stability Method Sub Department,Physical Chemical

Method Sub Department dan Analytical Method Development administrator.

Stability method subdepartment memiliki tanggung jawab dalamuji stabilitas

produk baru dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yangtelah diluluskan

dan akan beredar dipasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor

lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter–parameter stabilitas

produk seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan net volume sehingga dapat

ditetapkan tanggal kadaluwarsa yang sebenarnya.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

39

Universitas Indonesia

3.3.1.3. Packaging Development Department

Packaging Development merupakan departemen yang bertanggung jawab

dalam mendesain kemasan produk baru,produk lama yang direvisi, maupun

produk yang dikemas ulang. Packaging composition berisi daftar nama dan

jumlah bahan pengemas beserta dengan kelengkapannya antara lain berisi jumlah

leaflet, sendok takar, karton, master box, dan label.

3.3.1.4. R&D Compliance & Support Department

Departemen ini bertanggung jawab dalam dokumentasi dan registrasiobat

baru. Dokumentasi yang dilakukan mencakup dokumentasi pengembangan

formulasi, analisa, dan pengemasan dari produk ethical, herbal & produk

suplemen, serta riset baru.

3.3.2. Quality Operation Division

Sistem manajemen mutu PT. SOHO Industri Pharmasi dilaksanakan oleh

Quality Operation (QO) Division. QO Division terdiri atas dua departemen, yaitu

Quality Control (QC) Department dan Quality Assurance (QA) Department.

3.3.2.1 Quality Assurance (QA) Department

Quality Assurance Department dipimpin seorang apoteker dengan jabatan

Quality Assurance Department Head (QADH) yang memiliki tanggung jawab

ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan acuan mutu perusahaan dan

memastikan penerapan sistem mutu, memprakarsai dan mengawasi audit internal

atau inspeksi diri berkala, melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian

pengawasan mutu, mengevaluasi catatan batch dan meluluskan/menolak produk

jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor terkait, serta

memprakarsai dan berperan aktif dalam audit eksternal dan program validasi.

Departemen QA memiliki tiga bagian yaitu Quality Compliance Section, Quality

Monitoring System Sub Department dan Quality Support Section.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

40

Universitas Indonesia

a) Quality Compliance Section

Hal-hal yang menjadi tanggung jawab Quality Compliance Sectionantara

lain menangani Follow Up Stability, Product Quality Review (PQR), dan Register

Compliance. Quality Compliance Section memiliki dua Quality Compliance

Executive. Quality Compliance Executive 1 bertugas dalam penanganan Follow

Up Stability (FUS) yaitu uji stabilitas produk–produk yang sudah beredar di

pasaranuntuk mengetahui apakah suatu produk tetap memenuhi spesifikasi pada

masaperedaran ataupun penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan sampai ED + 1

tahun, artinya uji stabilitas dilakukan sampai waktu kadaluwarsa ditambah satu

tahun. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan dilakukan

perpanjangan masa daluwarsa suatu produk. Perpanjangan masa daluwarsa

dilakukan untuk produk yang masih memenuhi syarat sampai ED + 1 tahun.

Apabila ditemukan produk yang sudah tidak memenuhi syarat saat ED

atausebelum ED, maka bisa dilakukan pemendekan waktu kadaluarsa

dalampembuatan produk selanjutnya.

Quality Compliance Executive 2 bertugas dalam penanganan registrasi

produk-produk yang hampir habis masa berlakunya. Penyiapan data dan

pelengkapan data untuk registrasi dimulai enam bulan sebelum masa berlakunya

habis. Dokumen yang diperlukan antara lain batch record, prosedur pemeriksaan

bahan baku, produk setengah jadi dan produk jadi, lembar spesifikasi

produk,sertifikat analisa bahan baku, produk setengah jadi, dan produk jadi.

Setelah dokumen terkumpul, maka koordinator akan menyerahkannya kepada

bagian registrasi. PQR dilaksanakan secara periodik untuk memverifikasi

konsistensi suatu produk yang berhubungan dengan Good Manufacturing Practice

(GMP) dan kesesuaian dengan spesifikasi terkini menggunakan analisa

kecenderungan (trend analysis). PQR dilakukan dan didokumentasikan setiap

tahun untuk setiap produk (minimal 3 batch) sesuai jadwal yang telah disetujui.

Hal yang termasuk didalam PQR adalah review PQR sebelumnya dan

setidaknya meliputi data laboratorium QC, data dari divisi produksi yang

termasuk data mesin, pemeriksaan IPC dan yields, data quality (pengenalan

produk, pemeriksaan analisa IPC,pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan seluruh

OOS dan investigasinya, pemeriksaan dari seluruh penyimpangan dan kejadian,

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

41

Universitas Indonesia

pemeriksaan NonConformance Product (NCP), pemeriksaan dari seluruh

pengendalian perubahanyang dilakukan, pemeriksaan hasil program pemantauan

stabilitas pada tahuntersebut dan setiap kecenderungan yang merugikan,

pemeriksaan seluruh obat kembalian yang terkait keluhan dan penarikan kembali

obat jadi (PKOJ) daninvestigasi yang dilakukan terkait dengan kualitas produk,

pemeriksaan datavalidasi proses dan metode analisa, pemeriksaan data kalibrasi

dan kualifikasi darimesin dan peralatan, pemeriksaan efektifitas dari tindakan

koreksi danpencegahan yang diambil. Trend Analysis diperiksa dan dievaluasi

oleh QODivision Head dan Production Division Head agar dapat mengambil

tindakanyang sesuai bila diperlukan.

b) Quality Monitoring System Sub Department

Quality Monitoring System Sub Department Head membawahi Quality

Monitoring Section Head, Quality System Executive, dan Quality Release

SectionHead. Quality Monitoring Section Head membawahi Quality Monitoring

Inspector (QMI) dan Product Sorter. Secara umum, Quality Monitoring

Sectionmenangani audit, inspeksi diri, rancang bangun dan penanganan keluhan.

Pelaksanaan inspeksi diri dilakukan secara berkala dan disusun jadwal pada awal

tahun. Inspeksi diri mencakup semua bagian di manufacturing dan dilakukan

olehdivisi lain sebagai inspektor.

Pada penanganan keluhan, keluhan yang diterima harus segera diteruskan

ke QA, terutama keluhan yang terkait dengan keamanan produk. QMI harus

memasukkan data keluhan yang masuk ke dalam log book keluhan. Kemudian

dilakukan penilaian resiko awal yang mencakup pemeriksaan keluhan

danpenarikan kembali obat jadi dari produk yang sama untuk menentukan

prioritas melakukan investigasi. Setelah itu dilakukan pemeriksaan mencakup

keluhan sebelumnya pada produk yang sama, Corrective Action and Preventice

Action (CAPA) yang telah diimplementasikan, dan pemeriksaan batch lain

yangberpotensi. Quality Monitoring Section Head akan melakukan investigasi

terhadap sampel keluhan dengan mengevaluasi batch record dan bila perlu

mengirimkan sampel ke QC untuk diuji.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

42

Universitas Indonesia

Pengujian dilakukan terhadap sampelkeluhan dan sampel pertinggal.

Apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal memenuhi syarat, atau sampel

keluhan tidak memenuhi syarat tetapi sampel pertinggal memenuhi syarat, maka

keluhan dapat dinyatakan not justified (tidak dapat diterima). Bila sampel keluhan

dan sampel pertinggal tidak memenuhi syarat maka keluhan dapat dinyatakan

justified (diterima). Bila keluhan diterima, maka QA Department Head harus

melakukan investigasi terhadap produk yang sama dengan batch yang berbeda.

Bila ternyata ditemukan penyimpangan yang sama pada batch lain maka keluhan

dapat dilanjutkan dengan membuat CAPA atau bila perlu recall produk jika kasus

dianggap sangat berbahaya.

Penanganan pemilihan vendor dilakukan oleh QC bekerjasama dengan

QA. Vendor yang sudah disetujui akan masuk dalam daftar Approved Vendor List.

Audit eksternal untuk vendor dilakukan secara langsung atau dengan kuesioner

untuk vendor yang tidak bisa dikunjungi secara langsung. Quality Monitoring

Inspector (QMI) bertugas dalam menganalisis sampel pertinggal jika terdapat

keluhan dari konsumen. Product Sorter bekerjasama dengan bagian warehouse

untuk memeriksa jumlah dan fisik produk,membuat laporan disposisi ke

marketing untuk menentukan tindakan selanjutnya terhadap produk. Quality

Sistem Executive bertanggungjawab dalam penanganan CAPA,deviasi, Lembar

Usulan Perubahan (LUP), dan Non Conformance Product (NCP).

CAPA muncul ketika terjadi permasalahan yang sama berulang-ulang

danpermasalahan berakibat pada bagian lain di luar masalah tersebut. Deviasi

ataupenyimpangan dibagi menjadi tiga yaitu planned deviation seperti pergantian

mesin produksi, unplanned deviation seperti terjadi capping pada tablet, dan

incident/accident seperti listrik mati. LUP merupakan change control atau

pengendalian perubahan untuk perubahan dokumen, alat, mesin, dan lain-lain.

NCP merupakan penyimpangan yang terjadi sebelum proses produksi seperti saat

mengecek bahan pengemas sebelum produksi ternyata bahan pengemasmengalami

kerusakan. CAPA berasal dari laporan OOS, keluhan, NCP, audit,inspeksi diri,

PQR, dan deviasi. Hal-hal di atas bisa ditindaklanjuti dengan CAPA apabila

setelah diinvestigasi diketahui bersifat sistemik, kemungkinan berulangsering dan

membutuhkan penyelesaian jangka panjang. Terakhir adalah Quality Release

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

43

Universitas Indonesia

Section. Quality Release Section Head menangani kelengkapan dokumen produk-

produk yang akan dirilis ke pasaran.

Quality Release Section Head membawahi IPC (In Process Control). IPC

bekerjasama dengan bagian IPC di Divisi Produksi untuk melakukanpengendalian

proses selama produksi. In process control dilakukan terhadapsemua tahap

produksi, mulai dari mixing, tableting, coating, pengemasan primerdan

pengemasan sekunder. Tujuan IPC adalah supaya proses produksi dapat

menghasilkan produk sesuai spesifikasi dan mengurangi jumlah produk yang

ditolak karena tidak masuk spesifikasi. IPC Inspector merupakan personil QA

yang memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan

penyelidikan yang dilakukan oleh IPC produksi. IPC itu sendiri

merupakankegiatan pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan serta

dilaksanakan selama proses pembuatan produk, termasuk pemeriksaan dan

pengujian terhadap lingkungan dan peralatan

c) Quality Support Section

Quality Support Section Head bertanggung jawab dalam kualifikasi alat-

alatproduksi dan laboratorium bekerjasama dengan Engineering Department,

validasi metode analisa, dan penanganan dokumen-dokumen kalibrasi. Quality

Support Section juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kalibrasi alat-

alatyang terdapat di laboratorium QC. Kalibrasi alat dilakukan secara berkala

yaitukalibrasi satu tahunan, kalibrasi enam bulanan, kalibrasi tiga bulanan,

kalibrasibulanan, dan verifikasi harian. Untuk kalibrasi satu tahunan dapat

dilakukan oleh pihak eksternal (supplier) atau pihak internal. Sedangkan untuk

kalibrasi enam bulanan, tiga bulanan, bulanan, dan verifikasi harian dilakukan

oleh pihak internal yang biasanya dilakukan oleh para analis yang sudah

mengikuti pelatihan kalibrasi sebelumnya. Selain itu, Quality Support Section

Head juga bertanggung jawab untuk membuat dan merevisi Standard Operating

Procedure (SOP) penggunaan dan pembersihan dan SOP kalibrasi alat-alat yang

terdapat di laboratorium QC. Setelah SOP jadi maka harus dilaksanakan pelatihan

terhadap analis agar paraanalis dapat menggunakan alat dengan baik dan benar.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

44

Universitas Indonesia

3.3.2.2 Quality Control (QC) Department

Pada industri farmasi, bagian Quality Control (QC) merupakan bagian

yang penting. QC memberikan kepastian tentang mutu produk agar tetap

konsistenmemiliki spesifikasi yang telah ditetapkan, sehingga produk memberikan

manfaatkepada konsumen. Kegiatan pengawasan mutu tidak terbatas pada

kegiatanlaboratorium, tetapi juga terlibat dalam semua keputusan yang terkait

dengan mutu produk.QC Department di PT. SOHO Industri Pharmasi secara

struktural berada di bawah Quality Operational Division yang dikepalai oleh QO

Division Head. Departemen QC bersifat independen, sejajar dengan Departemen

QA, serta tidak tergantungdengan produksi sehingga QC dapat melakukan

kegiatan dengan memuaskantanpa terpengaruh oleh bagian lain. QC PT. SOHO

Industri Pharmasi terpisah dari QC PT. ETHICA Industri Farmasi.

Departemen QC dikepalai oleh seorang apoteker yang disebut QC

Department Head dan memiliki beberapa tanggung jawab sebagai berikut :

a) Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,

produk ruahan dan produkjadi.

b) Memastikan seluruh pengujian yang diperlukan dan validasinya telah

dilaksanakan.

c) Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi kerja pengambilan

sampel, metode pengujian, kontrak analisis dan prosedur pengawasan

mutu yang lain.

d) Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian

pengawasan mutu.

e) Menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan

mutu.

QC Department Head membawahi lima section yang menangani Bahan

Baku (Raw Material Section Head), Bahan Kemas (Packaging Material Section

Head), Produk Setengah Jadi (Half Finished Goods Section Head), Microbiology

Section Head dan IPC (In Process Control).

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

45

Universitas Indonesia

1) Raw Material Section

Quality Control bagian ini menangani bahan baku, baik yang digunakan

untuk produksi, maupun untuk pengembangan produk (R&D Department). Dalam

pelaksanaannya, section ini dibantu oleh beberapa analis dan helper. Proses

pemeriksaan bahan baku dimulai dari barang datang dari vendor ke gudang.

Warehouse Department akan membuat Lembar Penerimaan Barang (LPB). LPB

ini dikirimkan ke QC Raw Material beserta CoA dari vendor agar bahan baku ini

diambil sampelnya untuk dilakukan sampling pada bahan baku. Sampling menjadi

kegiatan yang penting dalam pengawasan mutu yaitu mengambil sebagian kecil

dari satu batch. Pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah

kontaminasi atau efek lain yang berpengaruh tidak baik terhadap mutu.

Pengambilan sampel dilakukan di ruang sampling.

Wadah yang diambil sampelnya diberi label yang mencantumkan isi

wadah, nomor batch, tanggal pengambilan sampel dan diberi label “contoh sudah

diambil” dengan warna jingga pada wadah bahan baku tersebut. Wadah

ditutuprapat kembali setelah pengambilan sampel. Semua alat pengambilan

sampel dan wadah sampel terbuat dari bahan yang inert dan dijaga kebersihannya.

Mutu suatu batch bahan baku dapat dinilai dengan mengambil dan menguji

sampel yang representative. Jumlah yang diambil untuk menyiapkan sampel

representativeditentukan secara statistik dan dicantumkan dalam pola

pengambilan sampel.

Penentuan status bahan baku diluluskan maupun ditolak berdasarkanhasil

analisa yang dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Spesifikasi

ditetapkan berdasarkan literatur yang ada (USP, EP, BP, FI serta CoA dari

vendor) dan beberapa modifikasi yang disesuaikan. Apabila hasil

analisadinyatakan bahwa bahan baku diluluskan maka analis akan membuat CoA

dan label hijau. Sedangkan bahan baku yang ditolak dibuatkan label merah.

Dalam proses produksi, bahan baku yang belum habis dapat dilakukan analisa

ulang (reanalisa) untuk mengetahui kondisi bahan baku yang akan digunakan.

Frekuensi analisa ulang bahan baku berbeda-beda tergantung dari sifat bahan baku

sendiri.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

46

Universitas Indonesia

Bahan baku yang berupa zat aktif waktu analisa ulang adalah setiap satu

tahun. Sedangkan bahan baku sebagai bahan tambahan waktu analisa ulang adalah

setiap dua tahun, kecuali flavour setiap enam bulan. Bahan baku tambahan yang

memerlukan pemeriksaan mikrobiologi frekuensi analisa ulangadalah setiap satu

tahun, kecuali untuk kapsul kosong setiap dua tahun. Hasil reanalisa yang masih

memenuhi syarat spesifikasi diberi label hijau (diluluskan) sehingga dapat

dipergunakan untuk produksi. Sedangkan hasilreanalisa yang tidak memenuhi

syarat spesifikasi diberi label merah (ditolak).Perlakuan terhadap bahan baku yang

ditolak ini disesuaikan dengan perjanjianyang telah dibuat dengan vendor apakah

barang dikembalikan dan diganti, atau langsung dimusnahkan.

2) Packaging Material Section

QC bagian ini menangani tentang pengawasan kualitas bahan

kemas.Proses pengawasan dimulai dari penerimaan LPB dari Warehouse

Department agar dilakukan sampling terhadap bahan kemas. Spesifikasi dari

bahan kemas ditetapkan dengan penekanan pada kompatibilitas bahan terhadap

produk yangdiisikan ke dalamnya. Pengujian terhadap bahan kemas difokuskan

padapemeriksaan fisik meliputi pemerian, jenis bahan kemas, ukuran (panjang,

lebar,dan tebal), dan keragaman bobot serta kualitas cetak pada bahan kemas

karena cacat fisik yang kritis dan kebenaran penandaan dapat berdampak besar

yaitudapat memberikan kesan meragukan terhadap kualitas produk. Pemeriksaan

mikrobiologi diperlukan untuk bahan kemas produk sirup dan cream. Bahan

kemas juga dilakukan reanalisa. Frekuensi reanalisa untuk bahankemas primer

adalah setiap satu tahun, sedangkan untuk bahan kemas sekunder dilakukan setiap

dua tahun. Parameter yang diperiksa ulang adalah pemerian danmikrobiologi

sesuai dengan spesifikasi masing-masing bahan.

3) Half Finished-Finished Goods Section

Quality Control bagian ini mengawasi mutu dari produk setengah jadidan

produk jadi. Dalam pelaksanaannya QC Finished Goods dibantu oleh beberapa

analis, helper dan dibantu petugas IPC. Pengawasan mutu dari produk setengah

jadi dimulai dari pengambilan sampel di bagian produksi. Pelaksanan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

47

Universitas Indonesia

pengambilan sampel dilakukan oleh petugas IPC. Sampling dilakukan setelah

proses produksi selesai disertai lembar PA (Permintaan Analisis) dari produksi.

Waktu sampling tergantung dari jenis produk dan sifat fisika kimianya. Sampling

untuk produk steril dilakukan setelah proses sterilisasi. Produk aseptis sampling

dilakukan setelah proses filling selesai. Sampling produk setengah jadi nonsteril

dalam bentuk granul dilakukan pada saat proses mixing berlangsung dengan alat

thief sampler. Pengambilan sampel dilakukan padabagian atas, tengah dan bawah

dari drum mixer.

Sampel untuk granul dilakukan untuk produk yang mengalami perubahan

atau validasi proses, seperti perubahan batch size, bahan baku, mesin, dan proses

produksi. Pengambilan sampel untuk tablet, kaplet dan kapsul diambil di bagian

awal, tengah dan akhir proses produksi, sedangkan untuk untuk tablet salut

dandragee dilakukan di akhir proses produksi. Sampel obat jadi diambil

setelahpengemasan primer selesai. Sampel dimasukkan ke dalam wadah yang

sesuailengkap dengan label dan ditutup rapat. Label berisi nama produk, nomor

batch, tanggal pembuatan, tanggal sampling dan paraf petugas IPC yang

melakukan sampling. Sampel yang diperoleh diletakkan di tempat penyimpanan

QC. Sampel yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan prosedurpengujian

untuk masing-masing produk dengan metode yang telah disetujui. Spesifikasi dan

prosedur pengujian untuk tiap produk setengah jadi dan produkjadi mencakup

spesifikasi dan prosedur pengujian mengenai identitas, kemurnian,mutu dan

kadar/potensi.

Prosedur pengujian mencakup hal yang seperti telahdisebutkan dalam Raw

material. Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar data awal (LDA) berisi

nama dan nomor batch dan bentuk sediaan,metode analisis yang digunakan,

pernyataan mengenai nilai yang diharapkan,pernyataan apakah memenuhi atau

tidak memenuhi syarat, tanggal dan tandatangan analis yang melakukan pengujian

dan yang memeriksa perhitungan. Hasil pengujian (terutama perhitungan)

diperiksa oleh supervisor (Half Finished Goods Section Head) sebelum bahan

atau produk tersebut diluluskan atau ditolak.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

48

Universitas Indonesia

4) Microbiology Section

Bagian Quality Controlini menangani pengujian mikrobiologi baik

padabahan baku maupun bahan pengemas, produk setengah jadi dan produk jadi.

Tidak semua bahan baku maupun produk jadi dilakukan pengujian mikrobiologi,

hanya yang memiliki probabilitas terkontaminasi yang besar seperti bahan

bakuyang berupa ekstrak serta produk dalam bentuk sediaan sirup dan cream.

Pengujian mikrobiologi dimulai dengan diterimanya Permintaan Analisis (PA)

dari produksi dan QC Raw Material (RM) / Packaging Material (PM). Kemudian

dilakukan sampling dengan perlakuan yang lebih khusus yaitumenggunakan

wadah sampling yang steril.

Hasil pengujian dilaporkan analisdalam Lembar Mikrobiologi yang berisi

nama dan nomor batch dan bentuksediaan, media yang dipergunakan, pernyataan

nilai yang diharapkanpernyataantidak atau memenuhi syarat, tanggal pemeriksaan

dan tanda tangan analis yangmelakukan pengujian, tanggal dan tanda tangan QC

Microbiology Section Head. Hasil pemeriksaan mikrobiologi ini kemudian

diserahkan kepada analis bahanbaku atau analis produk setengah jadi sesuai

dengan bahan yang diuji. Analisbahan baku atau produk setengah jadi akan

membuat Certificate of Analysis (CoA) untuk bahan yang memiliki spesifikasi

mikrobiologi sehingga dapatdinyatakan diluluskan (released)

3.3.3. Production Division

Divisi Produksi dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan Kepala

Divisi Produksi (Production Division Head) yang memiliki tanggung jawab

penuh dalam produksi obat, diantaranya yaitu:

a) Pemastian bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur

b) Pemberian persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan

penerapannya secara tepat

c) Pengevaluasian dan penandatanganan catatan pengolahan bets sebelum

diserahkan kepada Kepala Departemen QA

d) Pemeriksan pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian

produksi

e) Pemastian pelaksanaan validasi, dan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

49

Universitas Indonesia

f) Pemastian pelaksanaan pelatihan awal dan berkesinambungan bagi

personil di departemennya sesuai kebutuhan.

Divisi Produksi terbagi menjadi:

a) Produksi Non Steril (Non Sterile Production/NSP)

b) Produksi Sefalosporin Steril (Sterile Cephalosporine Production/SCP)

c) Proses Produksi yang Baik (Production Process Excellent), dan

d) Pemenuhan Mutu Produksi (Production Quality Compliance).

Struktur organisasi Divisi Produksi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Proses Produksi yang Baik (Production Process Excellent) bertanggung

jawab dalam hal peningkatan produktivitas suatu proses produksi dan pengaturan

biaya produksi. Pemenuhan Mutu Produksi (Production Quality Compliance)

bertanggung jawab dalam persiapan standarisasi PIC/S agar produk tetap

memenuhi syarat keamanan, efikasi, dan mutu.

Jenis produk yang diproduksi di PT SOHO Group terdiri dari produk non

steril, produk steril, produk sefalosporin, dan produk obat tradisional.Produksi

non steril meliputi sediaan solid (tablet, kaplet, kapsul), semi solid (krim, gel), dan

likuid (emulsi, suspensi, larutan, sirup), sedangkan untuk produksi steril

sefalosporin meliputi sediaan injeksi, sediaan golongan beta laktam, dan

sefalosporin. Produk obat tradisional terdiri dari obat yang menggunakan ekstrak

yang berasal dari hasil ekstraksi.

Proses produksi adalah pengolahan bahan baku sampai dikemas menjadi

produk jadi. Produksi di PT SOHO Industri Pharmasi mencakup kategori NSP

yaitu sediaan solid dan non solid.Produk sediaan solid terdiri dari tablet, kaplet,

dan kapsul. Proses produksi tablet dan kaplet dimulai dari penimbangan,

pencampuran, granulasi, pencetakan, penyalutan, hingga pengemasan. Untuk

sediaan kapsul proses produksi dimulai dari penimbangan, pencampuran,

pengisian kapsul, hingga pengemasan. Produk sediaan non solid terdiri dari

sediaan semisolid (krim, gel) dan likuid (larutan, sirup, suspensi, emulsi).

Penjadwalan dan perencanaan produksi menggunakan sistem Rencana

Pengemasan Bulanan (Monthly Planning Packaging), yaitu penentuan jadwal

pengemasan terlebih dahulu baru diikuti penentuan jadwal pencampuran,

pencetakan, dan penyalutan. Setiap bahan baku dan bahan pengemas yang datang

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

50

Universitas Indonesia

dari pemasok disimpan di gudang dengan status karantina. Bahan baku dan bahan

pengemas berstatus karantina diberi label karantina warna kuning di wadah bahan.

Label karantina ditempel oleh pihak Gudang/Warehouse (WH). Bahan

baku dan bahan pengemas tersebut baru bisa digunakan untuk produksi setelah

diperiksa kemudian dinyatakan lulus oleh QC. Saat dinyatakan lulus, label lulus

warna hijau ditempel menutupi label karantina di wadah bahan baku dan bahan

pengemas. Bahan baku dan bahan pengemas yang tidak memenuhi syarat

dikeluhkan dan dikembalikan ke pemasok.Pengambilan bahan baku atau bahan

pengemas dari gudang menggunakan picklist. Picklist merupakan daftar material

yang dibutuhkan saat produksi dibuat oleh Perencanaan Bahan (Material

Planning) berdasarkan daftar material dalam rencana produksi.Picklist dicetak

oleh Produksi dan didistribusikan ke bagian Gudang/Warehouse.

a) Penimbangan Bahan Baku

Proses penimbangan merupakan tahap yang kritis dalam proses produksi

karena merupakan proses awal dalam produksi dan jika terjadi kesalahan dalam

penimbangan maka akan menjadi masalah untuk proses selanjutnya. Bahan baku

akan dipesan dari gudang berdasarkan picklist bahan baku. Bahan baku dari

gudang kemudian akan diserahterimakan ke bagian produksi di ruang penyangga

(buffer room) dan dilakukan pengecekan identitas bahan baku satu persatu sesuai

picklist meliputi nomor part, nama dan nomor bahan baku, tanggal kadaluarsa,

analisa ulang serta label hijau (release). Bahan baku yang sudah lolos pengecekan

akan diletakkan di ruang sebelum penimbangan (staging before weighing room),

dan masing-masing akan diletakkan per bets (satu palet hanya untuk satu bets).

Proses yang perlu dilakukan sebelum penimbangan adalah penyiapan

ruang timbang. Ruang timbang terbagi menjadi 2 jenis yaitu ruang timbang RH

rendah dan ruang timbang biasa. Pemisahan ini berdasarkan perbedaan sifat

produk yang akan ditimbang, bahan baku yang higroskopis dan mudah rusak

karena kelembaban di atas 30% ditimbang di ruang timbang RH rendah

sedangkan bahan baku yang tidak rusak karena kelembaban di atas 30%

ditimbang di ruang timbang biasa.Penyiapan ruang timbang meliputi pengaktifan

sistem bilik aliran bawah (down flow booth), pengecekan suhu dan RH, dan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

51

Universitas Indonesia

pengecekan waterpass. Sistem bilik aliran bawah (down flow booth) adalah sistem

pengaturan aliran udara untuk membawa debu dan partikel bahan baku yang jatuh

serta terhambur di udara masuk ke dalam penyaring halus/fine filter (di bagian

samping bawah ruang timbang) sehingga tidak mengontaminasi penimbang.

Penyaring halus/fine filter adalah HEPA filter yang digunakan secara khusus

untuk filter partikel/fines zat yang ditimbang. Udara hasil penyaringan penyaring

halus/fine filter tersebut akan disirkulasi kembali, dan dialirkan ke dalam ruang

timbang melalui HEPA filter di bagian atas. Debu dan partikel akan menempel di

HEPA filter dan penyaring halus/fine filter, dan sampai batas maksimal filter akan

diganti dengan filter baru. Batas maksimal perbedaan tekanan di HEPA filter

adalah 240 Pa dan di penyaring halus/fine filter adalah 120 Pa. Sistem bilik aliran

bawah/down flow booth dinyalakan selama 15 menit dan boleh dipakai setelah

aliran udara mencapai 40 m/detik. Suhu untuk ruang timbang biasa dan RH

rendah adalah ≤ 25°C.RH untuk ruang timbang biasa adalah 45-75%, dan untuk

RH rendah < 30%.

Waterpass merupakan parameter distribusi berat pada timbangan, kondisi

waterpass adalah kondisi dimana distribusi berat merata di semua sisi timbangan,

sehingga di sisi manapun bahan ditimbang akan menghasilkan massa/berat yang

sama. Pengecekan waterpass dilakukan dengan mengecek posisi gelembung air

dalam alat cek waterpass, posisi yang tepat adalah gelembung berada tepat di

tengah lingkaran alat cek waterpass. Penimbangan dilakukan setelah persyaratan

bilik aliran bawah/down flow both, suhu, RH dan waterpass terpenuhi.

Penimbangan dilakukan pada timbangan sesuai kapasitas masing-masing.Bahan–

bahan padat yang sudah ditimbang alam dimasukkan dalam plastik. Bahan-bahan

cair akan dimasukkan dalam wadah stainless steel, untuk alkohol dan larutan yang

memiliki resiko terbakar/meledak dimasukkan dalam wadah pengaman. Plastik,

wadah baja tahan karat (stainless steel) dan wadah pengaman (safety can) yang

digunakan harus sudah dicek dan dirilis oleh QC. Bahan yang sudah dimasukkan

dalam wadah kemudian diberi label timbang, kemudian diletakkan di dalam

ruangan setelah penimbangan (staging after weighing room). Kondisi pada saat

ini sudah dimulai penggunaan barcode sebagai pengganti label. Penggunaan

barcode ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem label dimana jika

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

52

Universitas Indonesia

terjadi perbedaan antara stok fisik dan stok computer (data) maka barcode akan

mendeteksi dan memberikan peringatan bahwa bahan tersebut tidak bisa

ditimbang.

b) Produksi Solid

1) Seksi Pencampuran (Mixing Section)

Seksi pencampuran bertanggung jawab melakukan pencampuran bahan

baku hingga homogen dan memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya.

Proses utama dalam seksi pencampuran adalah pencampuran bahan untuk kempa

langsung, granulasi basah, dan granulasi kering. Proses pengempaan langsung

dilakukan untuk bahan–bahan yang memiliki sifat alir yang baik. Bahan – bahan

yang sifat alirnya tidak baik, tidak bisa diproses kempa langsung tetapi diproses

granulasi. Granulasi adalah proses pembentukan granul yaitu massa yang dibentuk

dari penyatuan beberapa partikel yang berbeda ukurannya menjadi massa dengan

ukuran yang lebih besar. Granul untuk produk farmasi memiliki rentang ukuran

0,2 – 4 mm. Proses granulasi dilakukan untuk meningkatkan sifat alir bahan.

Proses granulasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu granulasi basah dan granulasi kering.

Proses granulasi basah adalah proses pembentukan granul basah yang

menggunakan bantuan air untuk membentuk granul. Larutan lain yang dapat

digunakan untuk granulasi basah adalah alkohol, isopropanol dan kombinasi

keduanya. Proses granulasi basah dilakukan untuk bahan–bahan yang tahan panas

dan tidak rusak karena hidrolisis air. Sedangkan proses granulasi kering adalah

proses pembentukan granul kering dengan bantuan tekanan tinggi. Proses

granulasi kering dilakukan untuk bahan – bahan yang tidak tahan panas dan

mudah rusak karena hidrolisis air, tetapi tahan terhadap tekanan tinggi. Proses

pembentukan granul dengan tekanan tinggi dibagi menjadi dua jenis yaitu

pembentukan masa kompak (slugging) dan pengempaan menggunakan rol (roller

compaction). Slugging adalah pembentukan slug yaitu massa kompak dengan

diameter 25 mm dan ketebalan 10 - 15 mm. Alat yang digunakan untuk

membentuk slug adalah mesin tablet jenis penekan debu besar yang berputar

(heavy duty rotary press). Slug dipecah dengan menggunakan penggiling hammer

(hammer mill) untuk membentuk granul kering. Roller compaction merupakan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

53

Universitas Indonesia

proses meremas bahan diantara dua rol untuk membentuk lembaran massa yang

rapuh dan segera pecah menjadi serpihan. Serpihan diayak dengan mesh ukuran

tertentu untuk membentuk granul.

(a) Proses pencampuran bahan untuk kempa langsung

Proses kempa langsung merupakan proses yang paling sederhana dan

paling cepat karena hanya dilakukan dalam satu tahap yaitu pencampuran kering.

Bahan-bahan untuk kempa langsung dicampur di dalam alat pencampur (mixer)

hingga homogen kemudain selanjutnya ditampung dalam wadah dan diberi label.

Pengawasan saat proses (IPC) tidak dilakukan pada proses pencampuran bahan

untuk kempa langsung.

(b) Proses pencampuran bahan untuk granulasi basah

Proses ini dimulai dari pencampuran basah zat aktif dengan fase dalam

yaitu bahan pengisi, pengikat dan penghancur. Alat yang digunakan adalah

pencampur super (super mixer), yaitu alat yang mempunyai kemampuan untuk

mencampur bahan dengan putaran agitator dan membentuk granul dengan

pemotong (chopper).Agitator berbentuk seperti baling-baling dan dapat berputar

pada kecepatan tinggi sehingga massa yang ada dapat teraduk dan tercampur oleh

gaya putar agitator. Pemotong (chopper) merupakan alat yang digunakan untuk

membentuk granul, pemotong (chopper) berfungsi seperti pisau yang memotong

massa kempal berukuran besar menjadi granul-granul. Bahan – bahan tertentu

seringkali membutuhkan pengayakan dengan mesin penggiling berbentuk kerucut

(cone mill) sebelum dicampur dalam pencampur super (super mixer). Selain itu

juga terdapat bahan-bahan tertentu setelah dicampur dalam pencampur super

(super mixer) harus diayak dengan mesin penggiling berbentuk kerucut (cone

mill). Hal ini tergantung dengan prosedur yang terdapat dalam catatan bets.

Proses selanjutnya setelah pencampuran basah adalah pengeringan dengan

FBD (Fluidized Bed Dryer). Prinsip kerja FBD adalah udara dingin yang telah

disaring melalui pre filter dan filter akhir (HEPA) dan melewati ruang pemanasan

di belakang mesin utama (Heat Exchanger), kemudian udara akan ditarik ke

wadah mesin berisi granul yang akan dikeringkan. Udara panas akan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

54

Universitas Indonesia

menghamburkan granul secara teratur dan kelembaban granul akan ditarik keluar

oleh kipas sehingga produk menjadi kering dan rata di setiap butiran. Granul yang

dikeringkan akan diperiksa kadar airnya dimana alat yang digunakan untuk

memeriksa kadar air adalah alat pengukur keseimbangan kelembaban (Moisture

Balance). Granul yang sudah memenuhi persyaratan kadar air selanjutnya

diproses dengan granulator.

Granul kering hasil granulator selanjutnya dicampur kering dengan fase

luar (bahan pelicin, lubrikan, dan disintegran) dalam alat pencampur. Pemilihan

jenis mixer tergantung dengan jumlah bahan yang akan dicampur. Pengawasan

saat proses (IPC) yang dilakukan saat granulasi basah dilakukan hanya pada

pengukuran kadar air.

(c) Proses pencampuran bahan untuk granulasi kering

Zat aktif dan fase dalam dicampur dan dimasukkan dalam pembentuk

granul (granulator), didalam granulator zat aktif dan fase dalam mengalami proses

roller compaction dan kemudian diayak dengan mesh. Granul yang dihasilkan

selanjutnya akan dicampur kering dalam alat pencampur (mixer). Pengawasan saat

proses (IPC) tidak dilakukan dalam proses granulasi kering.

Hasil pencampuran kering proses granulasi basah atau granulasi kering

selanjutnya akan dibungkus dalam wadah, dilabel dan diletakkan di ruang WIP

sebelum diproses ke bagian pencetakan tablet. Ruangan WIP berfungsi untuk

menyimpan bahan-bahan hasil pencampuran sebelum masuk proses selanjutnya

karena tidak semua bahan setelah selesai proses pencampuran langsung diproses

lebih lanjut. Bahan-bahan yang tidak berhasil dicampur dan tidak memenuhi

persyaratan harus dikarantina, kemudian dilaporkan kejadiannya ke QA untuk

menunggu tindakan yang diambil.

2) Bagian Pencetakan tablet (Tableting Section)

Bagian pencetakan tablet memiliki tugas untuk mencetak hasil

pencampuran menjadi tablet atau kaplet. Hasil pencampuran yang telah diijinkan

untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang pencetakan tablet untuk dicetak. Mesin

tablet harus disiapkan sesuai catatan bets terutama tentang tekanan dan kedalaman

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

55

Universitas Indonesia

pengisian, karena merupakan parameter kritis untuk mencetak tablet. Ada

bermacam-macam mesin pencetak tablet yang digunakan. Secara umum, mesin

tablet memiliki bagian yang sama yaitu bagian punch, dies, turret, compression

roll, hopper, dan discharge chute, serta dilengkapi dengan uphill deduster untuk

menghilangkan debu yang menempel pada tablet dan pendeteksi logam untuk

mendeteksi adanya kandungan logam dalam tablet. Perbedaan tiap mesin pencetak

tablet yaitu pada cara pengoperasian, jumlah punch, dan jenis punch. Cara

pengoperasian terbagi menjadi manual, semi otomatis, dan otomatis

(komputerisasi). Jumlah punch bervariasi mulai 16 sampai 39 punch. Jenis punch

terdapat B-type dan D-type. Punch D-type memiliki diameter punch lebih besar

dibandingkan dengan B-type.

Pengawasan selama proses (IPC) tablet berlangsung saat pencetakan tablet

dilakukan setiap 30 menit sekali. Pengawasan selama proses (IPC) yang dilakukan

yaitu ketebalan tablet, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu

hancur. Masalah yang sering dihadapi dalam pencetakan tablet adalah capping,

laminating, lengket pada dies, dan lengket pada punch. Capping dan laminating

diatasi dengan menurunkan tekanan kempa, menambahkan jumlah pengikat

sampai optimum, dan memasukkan granul yang kekeringan ke dalam oven dalam

keadaan mati/off. Granul tersebut akan menyerap uap air sehingga terjadi

peningkatan kadar air dalam granul. Massa tablet yang lengket pada punch dan

dies terjadi karena granul terlalu basah, tekanan kempa kurang besar, dan terlalu

banyak bahan pengikat. Pengatasan massa tablet yang lengket pada punch dan

dies adalah dengan mengeringkan granul yang terlalu basah, menaikkan tekanan

kempa dan memakai bahan pengikat dalam jumlah yang optimum. Tablet yang

memenuhi syarat disimpan di ruang WIP tablet.Tablet yang tidak memenuhi

syarat dikarantina terlebih dahulu, kemudian didiskusikan dengan QA untuk

tindakan selanjutnya. Tablet yang ditolak akan dikumpulkan dan dimusnahkan.

3) Bagian Penyalutan (Coating Section)

Proses penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan

tertentu, baik yang inert atau partikel/zat berkhasiat, baik murni ataupun dalam

bentuk tercampur, berbentuk padat atau cair. Proses penyalutan bertujuan untuk

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

56

Universitas Indonesia

menutupi rasa, bau, atau warna obat, memberi perlindungan fisik dan kimia pada

obat, mengendalikan pelepasan obat dan meningkatkan penampilan tablet. Proses

penyalutan/coating dilakukan setelah tablet hasil cetak sudah memenuhi

persyaratan dan diberi label proses akan dilanjutkan. Tahapan proses penyalutan

adalah penyiapan larutan salut, proses penyegelen/sealing, proses sub-penyalutan/

subcoating, proses penghalusan dan pewarnaan (smoothing- coloring), dan proses

pengkilatan/polishing. Semua tahapan tersebut tidak selalu berlaku untuk setiap

tablet tergantung dari jenis tablet yang diproduksi. Jenis tablet salut yang

diproduksi adalah tablet salut film/salut selaput, salut gula, dan salut enterik.

Tahap penyiapan larutan merupakan tahap kritis karena bila larutan tidak

homogen maka tablet tidak tersalut sempurna atau warna tidak merata. Tahap

penyegelan/sealing bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut dari

penetrasi air dan untuk memperkeras permukaan, larutan yang digunakan adalah

larutan yang tidak dapat larut air, seperti shellac, HPMC.Tahap sub-

penyalutan/subcoating bertujuan untuk menutupi permukaan bahan yang disalut

sehingga menjadi bundar sesuai dengan bentuk dan ketebalan yang dikehendaki.

Larutan yang digunakan untuk subcoating adalah larutan gula. Tahap penghalusan

dan pewarnaan (smoothing-coloring) bertujuan untuk menutupi dan mengisi cacat

pada permukaan tablet yang disebabkan oleh tahap subcoating, dan untuk

memberi warna dasar pada tablet.Larutan yang digunakan pada tahap tersebut

adalah larutan gula yang ditambah lake atau pewarna. Tahap

pengkilapan/polishing bertujuan untuk mengkilapkan permukaan tablet salut

sehingga terlihat mengkilap dan menarik dengan menggunakan polimer selulosa.

Alat yang digunakan untuk penyalutan merupakan sistem panci penyalut

otomatis (automated coating pan). Panci yang digunakan merupakan panci

berlubang (perforated), yaitu panci berlubang dan dapat dialiri udara panas lebih

banyak melalui lubang-lubang tersebut sehingga pengeringan lebih efektif. Panci

juga memiliki baffle yang berfungsi untuk membantu pembalikkan tablet sehingga

penyalutan dapat merata. Bagian alat penyemprot (spray gun) digunakan untuk

menyemprotkan larutan penyalut.Parameter kritis saat penyalutan adalah suhu dan

putaran panci. Tablet yang sudah selesai disalut dimasukkan ke dalam panci

pemoles (polishing) untuk memoles tablet supaya mengkilat. Pengawasan selama

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

57

Universitas Indonesia

proses (IPC) yang dilakukan adalah pengukuran waktu hancur dan keseragaman

bobot Pengawasan selama proses (IPC) dilakukan setelah selesai penyalutan.

Tablet salut yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dikonfirmasi ke QA

untuk memastikan tindakan selanjutnya.

Masalah–masalah yang dihadapi saat penyalutan adalah sticking, twinning,

chipping dan mottled color. Sticking merupakan menempelnya bagian tablet salut

pada dinding mesin sehingga mengakibatkan tablet tidak utuh.Hal ini disebabkan

oleh pengeringan yang tidak maksimal. Permasalahan ini dapat diatasi dengan

meningkatkan efisiensi pengeringan. Twinning adalah menempelnya tablet salut

pada tablet salut yang lain. Hal ini disebabkan oleh kecepatan panci yang lambat,

dan alat penyemprot (spray gun) menyemprot larutan salut terlalu cepat. Twinning

dapat diatasi dengan mempercepat putaran pan, dan memperlambat semprotan alat

penyemprot (spray gun). Chipping adalah lepasnya bagian tablet atau rusaknya

bagian tablet. Hal ini terjadi putaran panci yang cepat dan tablet inti yang rapuh.

Chipping dapat diatasi dengan memperlambat putaran panci dan menggunakan

tablet inti yang tidak rapuh. Mottled color adalah kondisi dimana warna tablet

salut yang tidak merata disebabkan oleh pencampuran larutan salut yang kurang

homogen dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang terlalu jauh dari tablet.

Mottled color dapat diatasi dengan pencampuran homogen larutan penyalut dan

posisi alat penyemprot (spray gun) yang lebih dekat dengan tablet.

4) Proses Produksi Kapsul

Selain melakukan produksi kapsul, dilakukan juga pengisian kapsul

cangkang gelatin keras. Prinsip kerja mesin pengisian kapsul ini adalah cangkang

kapsul yang telah dimasukkan ke dalam hopper akan masuk ke dalam jalur

kapsul. Dengan menggunakan vakum, tutup dan badan kapsul dipisahkan.Bagian

badan kapsul pada shaft siap diisi granul atau serbuk. Kapsul yang rusak akan

ditolak secara otomatis. Tutup dan badan kapsul yang sudah terisi ditempatkan

pada shaft dan siap untuk ditutup.Kemudian tutup dan badan kapsul ditutup lalu

dikunci. Kapsul yang telah terkunci dikeluarkan dari mesin yang kemudian akan

masuk ke mesin pemoles. Pemolesan bertujuan untuk membersihkan debu partikel

yang menempel pada permukaan cangkang kapsul.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

58

Universitas Indonesia

5) Bagian Pengemasan Primer (Primary Packaging Section)

Pengemasan primer untuk tablet dan salut dibuat dalam 2 bentuk yaitu

strip dan blister. Bahan kemasan strip adalah alufoil, sedangkan bahan kemasan

blister adalah plastik dan alufoil. Bahan pengemasan yang digunakan adalah

bahan pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh QC. Pemeriksaan bahan

pengemas dilakukan sebelum proses pengemasan dan yang diperiksa adalah

nomor bets dan kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak pakai tidak akan

digunakan untuk proses pengemasan dan selanjutnya akan dikarantina untuk

dimusnahkan. Pertimbangan pemilihan strip atau blister terletak pada stabilitas

bahan yang dikemas dan permintaan pasar. Bahan yang dikemas dengan stripakan

lebih stabil dibandingkan dikemas dengan blister, tetapi harga bahan yang

digunakan untuk strip lebih mahal dibandingkan bahan blister. Obat–obat yang

peka terhadap cahaya hanya dapat dikemas dengan strip, karena blister memiliki

bagian transparan yang dapat ditembus cahaya sehingga obat yang peka cahaya

akan rusak. Blister merupakan kemasan yang mudah dibuka yaitu dengan

didorong dari belakang (push through pack), lebih disukai konsumen

dibandingkan strip yang dibuka dengan merobeknya. Bagian mesin strip yang

kritis dalam pengemasan primer adalah bagian feeding guide, feeding chute, dan

sealing. Bagian feeding guide adalah bagian yang terdapat pada hopper mesin,

berbentuk seperti rel/jalur dan berfungsi untuk mengarahkan tablet atau kapsul

satu persatu secara berurutan ke dalam feeding chute. Bagian feeding chute adalah

bagian saluran atau jalur tablet sebelum masuk sealing. Bagian sealing berfungsi

untuk membungkus tablet/kapsul dengan cara menempelkan 2 sisi alufoil dengan

panas tinggi sehingga rapat.

Bagian mesin blister yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian

pembentuk lubang blister, feeding guide, dan bagian sealing. Bagian feeding

guide dan sealing memiliki prinsip yang sama dengan mesin strip. Bagian

pembentuk lubang blister berfungsi untuk membuat lubang bilster dari plastik,

plastik ditekan dengan cetakan panas dan segera didinginkan sehingga terbentuk

lubang-lubang blister. Bagian pembentuk blister inilah yang membedakan mesin

strip dan mesin blister.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

59

Universitas Indonesia

Pengemasan tablet juga dilakukan dengan botol, bahan-bahan yang rusak

karena panas tidak boleh dikemas dengan strip atau blister, karena mesin strip dan

blister menggunakan panas tinggi. Proses pengemasan dengan botol adalah

dimulai dengan peniupan/blowing botol, pengisian tablet, dan penutupan botol

(capping). Proses peniupan/blowing botol berfungsi untuk menghilangkan

partikel/debu yang terdapat di botol. Produk sirup kering dikemas dengan botol

khusus dimana proses yang dilakukan sama dengan pengemasan botol biasa.

Pengawasan selama produksi (IPC) yang dilakukan adalah uji kebocoran

dengan larutan metilen biru dalam mesin sedot vakum, dilakukan setiap 15 menit

sekali. IPC dilakukan setiap 15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak

atau bocor dapat segera diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga

jumlah kemasan yang ditolak tidak terlalu banyak, hanya jumlah kemasan dalam

proses pengemasan selama 15 menit saja. Cara menguji kebocoran adalah dengan

memasukkan strip ke dalam larutan metilen biru (dalam mesin sedot vakum) dan

dan ditutup pintu mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip

atau blister akan terisi larutan metilen biru. Sampel IPC harus dibuang dan tidak

boleh dikemas ulang setelah dibuka.Strip/blister yang mengalami kebocoran

dikarantina dan dikonfirmasi ke QA untuk melakukan pengemasan ulang.

Pengecekan penampilan juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang

bergaris, penyok atau tidak sempurna akan segera diperiksa penyebabnya,

kemudian dikarantina dan dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan supaya kemasan

bekas tidak disalahgunakan oleh pihak yang bertanggung jawab.Alufoil sisa

pengemasan dikembalikan ke gudang.

6) Bagian Pengemasan Sekunder/Secondary Packaging Section

Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer

dimana mesin dibuat model satu jalur (in line). Urutan model satu jalur (in line)

adalah dari mesin pelabel/labeling selanjutnya ke mesin cetak/printing untuk label

kemudian mesin cetak/printing untuk kemasan sekunder dan mesin

penyegelan/sealing master box. Proses kritis dari pengemasan sekunder adalah

proses pencetakan/printing. Proses pencetakan/printing dilakukan dengan printer

dengan warna tinta hitam yang tidak mudah terhapus oleh udara atau gesekan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

60

Universitas Indonesia

dimana yang dicetak adalah nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan tanggal produksi.

Hasil cetakan/printing yang tidak bagus (miring atau kabur) dapat dihapus dengan

larutan penghapus (semacam thinner) kemudian dicetak ulang.Pengemasan

sekunder masih dilakukan dengan bantuan tenaga manusia.Strip, blister, atau

botol yang sudah dicetak dimasukkan secara manual dalam dus kemasan. Dus

kemasan juga diprint nomor bets, tanggal kadalursa dan tanggal produksinya. Dus

kemasan dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan selotip.Master box

dilabel dan selanjutnya diserahterimakan dengan bagian gudang. Beberapa

informasi tercantum pada master box antara lain, terlindung dari cahaya, cara

menyusun, jangan memakai alat pengait, dan maksimal tumpukan. Tujuannya

adalah untuk menhindari kerusakan selama penyimpanan. Pengawasan selama

proses (IPC) yang dilakukan hanya memeriksa nomor bets, tanggal kadaluarsa,

dan tanggal produksi.

3.3.4. Supply Chain (SCM) Division

Divisi Supply Chain (SC) terbagi menjadi empat departemen yaitu Supply

Planning Department, Material Procurement Department, Inbound Logistic

Department, dan Import Clearance Department. Departemen ini dipimpin oleh

seorang Division Head dan dibantu oleh administrator. Struktur organisasi divisi

ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

3.3.4.1. Supply Planning Department

Supply Planning Department merupakan departemen yang

bertanggungjawab terhadap perencanaan produksi. Departemen ini terbagi

menjadi dua sub departemen, yaitu Supply Planning Sub Department dan Product

Supply Management Sub Department. Struktur organisasi departemen ini dapat

dilihat pada Lampiran 5.

Productt Supply Management bertanggung jawab dalam melaksanakan

perencanaan produksi suatu produk baru yang akan diluncurkan. Alur untuk

Persediaan Produk (Product Supply) dimulai dari dokumen formula induk

(berkoordinasi dengan R&D), bahan baku dan bahan kemas (koordinasi dengan

R&D dan Perencanaan dan Pembeliaan Bahan/Procurement and Material

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

61

Universitas Indonesia

Planning), nomor registrasi (koordinasi dengan Pengembangan Bisnis dan

Pemasaran/Business Development dan Marketing), produksi (koordinasi dengan

Divisi Produksi/Production Division), pelulusan produk (koordinasi dengan QA),

hingga pengiriman (koordinasi dengan pihak Gudang/Warehouse).

Supply Planning Sub Department dibagi menjadi 3 seksi (section) yaitu

Production Planning Section, Contract Manufacture Section dan Production

Planning Specialist. Contract Manufacture Section bertanggung jawab dalam

terlaksananya kerjasama dengan perusahaan lain untuk melakukan toll

manufacturing termasuk melakukan negosiasi terkait produksi obat seperti

menentukan jangka waktu mulai dari pemesanan produk hingga dihasilkan produk

jadi.

Seksi Production Planning terbagi menjadi dua sub bagian yaitu External

yang bertanggungjawab dalam perencanaan toll manufacturing, dan Internal yang

bertanggungjawab terhadap perencanaan tiga lini produksi lini solid, liquid dan

Sterile Cephalosporine Extract Product (SCEP). Bagian Production Planning

Department ini bertanggungjawab dalam pengaturan jadwal produksi.

Perencanaan produksi sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi.

Perencanaan produksi dibuat berdasarkan order plan dari distributor. Order plan

dibuat berdasarkan forecasting/peramalan dari Marketing Department. Peramalan

sangat penting dalam perencanaan produksi karena mempertimbangkan kebutuhan

marketing yaitu situasi penjualan masa lalu dan kebutuhan pasar masa depan

dengan melihat pertumbuhan pasar. Production Planning Department bertugas

untuk menganalisa setiap forecast/peramalan yang berasal dari bagian marketing,

kemudian melakukan perencanaan Master Production Scheduling (MPS) dan

Master Requirements Planning (MRP). Master Production Scheduling (MPS)

berisi jenis, jumlah produk yang akan diproduksi, serta jadwal kapan

dilakukannya proses produksi. Setelah MPS dibuat, selanjutnya dibuat MRP

untuk menunjang MPS. Master Requirements Planning (MRP) berisi nama dan

jumlah material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dokumen Master

Requirements Planning (MRP) di-follow up ke bagian warehouse, QA, produksi,

dan marketing.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

62

Universitas Indonesia

3.3.4.2. Material Procurement Department

Material Procurement Department merupakan departemen yang

bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan awal, yaitu bahan baku (raw

material) dan bahan pengemas (packaging material) yang akan digunakan dalam

produksi dengan cara membeli dari pemasok yang telah terdaftar. Departemen ini

terbagi menjadi tiga section, yaitu Material Sourcing Section, Material

Procurement Section, dan Material Planning Section. Struktur organisasi

departemen ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

Material Planning Section bertanggung jawab atas perencanaan

pemesanan material dalam bentuk shop order yang dibuat berdasarkan Bill of

Material (BOM). Shop order tersebut menjadi dasar pembuatan picklist yang

digunakan oleh produksi untuk memesan bahan baku dari warehouse. Sementara

itu, Raw Material Procurement Section, dan Packaging Material Procurement

Section masing-masing bertanggung jawab terhadap pembelian bahan baku dan

bahan pengemas.

Dalam aktifitasnya, Material Procurement Department menerima

permintaan bahan baku dan bahan pengemas dari Production Planning yang

tertulis dalam Purchase Requisition. Permintaan tersebut kemudian ditindaklanjuti

dengan mengirim Purchase Order yang berisi daftar barang yang akan dibeli

kepada pemasok yang telah tercantum dalam Approved Vendor List, yaitu daftar

pemasok yang telah terkualifikasi dan disetujui oleh Quality Assurance. Untuk

selalu menjaga ketersediaan bahan, maka tiap bahan awal harus memiliki minimal

dua pemasok. Departemen ini juga bertanggung jawab untuk mencari alternatif

pemasok jika pemasok yang telah terdaftar tersebut tidak dapat memenuhi

permintaan bahan baku dan pengemas.

3.3.4.3. Inbound Logistic Department

Gudang merupakan suatu bagian dalam industri farmasi yang berfungsi

sebagai tempat penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian,

pengendaian, pemusnahan, dan pelaporan material serta peralatan agar kualitaas

dan kuantitas terjamin. Penyimpanan barang di dalam gudang PT. SOHO Industri

Pharmasi mengikuti persyaratan yang disebutkan dalam CPOB, yaitu:

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

63

Universitas Indonesia

a) Harus ada protap yang mengatur tata kerja (penerimaan, penyimpanan, dan

distribusi barang.

b) Cukup luas, terang, dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering,

bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih, dan teratur.

c) Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah

terbakar atau mudah meledak.

d) Tersedia tempat khusus barang karantina dan rejected.

e) Tersedia ruangan khusus untuk sampling, dengan kualitas ruangan seperti

grey area.

f) Pengeluaran barang mengikuti prinsip First In First Out(FIFO) atau First

Expired First Out (FEFO).

PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki 6 gudang untuk menyimpan bahan

awal serta produk jadi, yakni gudang PG6 untuk menyimpan semua bahan baku

dan bahan pengemas keperluan eksport; gudang Himalaya untuk menyimpan

bahan kemas keperluan dalam negeri; gudang Rawaudang untuk menyimpan

bahan pengemas tersier; gudang Rawakepiting untuk menyimpan simplisia serta

senyawa mudah terbakar; gudang Pulokambing untuk menyimpan obat jadi.

Pergudangan di PT. SOHO Industri Pharmasi ditangani oleh satu

departemen khusus, yaitu Inbound Logistic Department. Departemen ini

merupakan hasil restrukturisasi dari Warehouse Department yang dilakukan pada

bulan Januari 2013. Restrukturisasi ini merupakan bentuk penegasan peran

departemen ini sebagai bagian dari Industri yang bertanggungjawab terhadap

kagiatan penerimaan barang, penyimpanan di gudang, serta pendistribusian bahan

baku/produk jadi, lebih luas dibandingkan fungsi pergudangan (warehouse).

Inbound Logistic Department dikepalai oleh seorang Department Head

dan dibantu oleh seorang Sub Department Head. Sub Department Head

mengepalai 4 orang Site Supervisor, yaitu Site Supervisor untuk gudang PG6; Site

Supervisor untuk gudang Himalaya; Site Supervisor untuk gudang Rawaudang

dan Rawakepiting; dan Site Supervisor untuk gudang Pulokambing dan

Rawasumur. Struktur organisasi divisi ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

Penyimpanan barang di dalam gudang PT. SOHO Industri Pharmasi

dibedakan berdasarkan 4 kategori, yaitu:

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

64

Universitas Indonesia

a) Pharma – Non Pharma

Pharma dan Non Pharma dibedakan berdasarkan kategori produk akhir

bahan awal. Pharma merupakan golongan produk ethical sementara Non Pharma

merupakan golongan produk supplement dan non-essentials. Seluruh bahan baku,

baik itu zat aktif maupun eksipien yang digunakan dalam memproduksi produk

ethical, akan diletakkan di dalam kelas Pharma, begitu pula sebaliknya.

b) Halal – Reguler

Bahan yang telah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama

Indonesia akan diletakkan secara terpisah dengan bahan yang tidak disertifikasi.

Pemisahan tersebut hanya sebatas pemisahan pallet, bukan hingga pemisahan

ruang.

c) Cephalosporin - Non Cephalosporin

Zat aktif golongan cephalosporin dipisahkan dengan zat aktif non

cephalosporin.Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi

beta laktam.Pemisahan dilakukan secara pemisahan ruangan.

d) Psikotropik (Obat Keras Terbatas) - non Psikotropik

Penggolongan ini didasarkan pada UU No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, pada sarana produksi farmasi, psikotropika harus disimpan secara

terpisah dengan golongan non psikotropika.

Gudang bahan baku dan obat jadi PT. SOHO Industri Pharmasi

dikondisikan dalam tiga tingkatan suhu, yaitu suhu ruangan ambient (<30°C)

untuk produk yang stabil terhadap panas, suhu dikondisikan dengan Air

Conditioner (15-25 °C) untuk penyimpanan produk yang stabil pada suhu kamar,

serta cold room (2-8 °C) untuk produk termolabil.

Selain bertanggung jawab terhadap penyimpanan barang, Inbound Logistic

Department juga bertanggung jawab terhadap penerimaan barang serta

pengeluaran barang dari gudang. Barang yang dinyatakan memenuhi spesifikasi

akan dilengkapi dengan Laporan Penerimaan Barang (LPB). LPB kemudian

dikirimkan ke bagian Quality Control Department dan QC Department

melakukan sampling terhadap barang yang diterima tersebut.Barang yang

dinyatakan sesuai dengan spesifikasi kemudian diberikan status diluluskan dan

dapat dimasukkan ke dalam stok gudang.Pengeluaran barang dari gudang, seperti

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

65

Universitas Indonesia

pendistribusian bahan awal untuk produksi, dilakukan berdasarkan picklist yang

dibuat oleh Production Planning dan dicetak oleh bagian Produksi.

Setiap awal bulan, PT. Parit Padang akan mengirim Purchase Order (PO)

ke gudang/warehouse. PO tersebut akan diinput untuk selanjutnya diproses.

Proses transaksi antara PT. SOHO Group dan PT. Parit Padang dilakukan dengan

Delivery Note (DN). DN adalah bukti resmi penjualan produk PT. SOHO Group

yang dibeli oleh PT. Parit Padang.

Dalam menjalankan fungsi gudang sebagai tempat pemusnahan, Inbound

Logistic Department bekerja sama dengan Holcim untuk melakukan pemusnahan

obat kembalian yang berasal dari distributor. Sebagian besar penyebab kembalian

obat adalah karena produk telah mendekati waktu daluwarsa.Pemusnahan barang

juga dilakukan pada barang yang ditolak (reject).

3.3.4.4. Import Clearance Department

Import Clearance Department merupakan departemen yang bertanggung

jawab terhadap impor, dimana aktifitas terbesar departemen ini adalah impor

bahan baku dari luar negeri. Struktur organisasi departemen ini dapat dilihat pada

Lampiran 5.

3.3.5. Validation and Documentation Department (VDD)

Validation and Documentation Department merupakan suatu departemen

yang berada di bawah struktur Manufacturing. Departemen ini bertanggung jawab

atas seluruh aktivitas validasi dan mengelola dokumen terkendali dalam lingkup

manufacturing untuk memenuhi ketentuan current Good Manufacturing Practice

yang berlaku di Indonesia (CPOB) maupun secara internasional. Struktur

organisasi departemen ini dapat dilihat pada Lampiran 7.

Aktivitas validasi yang dilakukan oleh departemen ini bertujuan untuk

memastikan bahwa peralatan, fasilitas, sistem, dan proses yang digunakan untuk

memproduksi obat memenuhi syarat yang telah ditentukan dan akan menghasilkan

produk yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Kebijakan validasi yang berlaku

pada lingkungan SOHO Group tertuang dalam Validation Master Plan (VMP)

masing-masing fasilitas. Secara garis besar aktivitas yang dilakukan oleh

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

66

Universitas Indonesia

departemen ini adalah melakukan analisis risiko, kualifikasi, dan validasi. Risk

Analysis (RA) atau Analisis Risiko merupakan suatu kegiatan menganalisa

kemungkinan risiko yang berasal dari desain/fungsi maupun penggunaan

peralatan. Tahap Ini dilakukan sebelum proses kualifikasi dimulai.

Kualifikasi merupakan upaya pembuktian bahwa fasilitas, sistem, dan

ruangan (clean room) yang digunakan bekerja dengan benar. Kualifikasi terdiri

dari 4 tahap, yaitu kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional,

dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi desain atau Design Qualification (DQ)

dilakukan untuk memastikan apakah desain peralatan yang digunakan telah sesuai

dengan kriteria cGMP yang difenisikan dalam User Requirement Specification

dan Analisis Risiko.

Kualifikasi instalasi atau Installation Qualification (IQ) of equipment /

utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan telah terpasang sesuai

dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pembuat equipment/utility.Kualifikasi

operasional atauOperational Qualification (OQ) of equipment/utility system

dilakukan untuk memastikan apakah peralatan beroperasi sesuai dengan

spesifikasinya. Kualifikasi kinerja atau Performance Qualification (PQ) of

equipment/utility system dilakukan untuk memastikan apakah peralatan memiliki

performa yang diinginkan atau sesuai spesifikasi secara konsisten dan terpercaya.

Kegiatan lain yang dilakukan oleh departemen ini adalah validasi. Validasi

sendiri merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses yang dioperasikan

menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk menghasilkan produk

yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Terdapat tiga macam validasi yang

dilakukan oleh Validation and Documentation Department, yakni validasi proses,

validasi pembersihan, dan validasi proses aseptis.

Validasi proses merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses

yang dioperasikan menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk

menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Validasi

pembersihan merupakan pembuktian bahwa cara pembersihan yang diterapkan

pada equipment yang kontak dengan produk terbukti secara efektif mengurangi

tingkat kontaminasi pada batas yang dapat diterima. Validasi sistem komputer

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sistem

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

67

Universitas Indonesia

komputerisasi yang digunakan (hardware dan software) dalam proses pembuatan

produk obat sesuai dengan persyaratan CPOB yang berlaku.

3.3.6. Technical Division.

3.3.6.1. Departemen Urusan Umum (General Affairs)

Departemen Urusan Umum (General Affairs) terdiri dari Sub Departemen

QA Urusan Internal (QA Internal Affairs Sub Departemen), Sub Departemen QA

Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Departemen), dan Sub Departemen

Pelayanan Cabang (Branch Services Sub Departemen). Sub Departemen QA

Urusan Internal (QA Internal Affairs Sub Departemen) membawahi Urusan

Rumah Tangga Area I dan II (House keeping area I dan II), Front office and

Security, Fasilitas Kantor (Office Facility), dan Perbekalan Kantor (Office

Supplies).

Sub Departemen QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub

Departemen) membawahi Manajemen Limbah dan Hama (Waste and Pest

Management) dan Manajemen Transportasi (Transportation Management).

Manajemen Limbah dan Hama (Waste and Pest Management) bertanggung jawab

dalam penanganan limbah dan pengendalian hama. Sedangkan Manajemen

Transportasi (Transportation Management) bertanggung jawab dalam hal

transportasi.General Affairs Sub Departemen Pelayanan Cabang (Branch Services

SubDepartemen) berhubungan dengan cabang-cabang distributor PT. Parit Padang

Global yang ada di seluruh Indonesia. Sub Departemen Pelayanan Cabang terbagi

menjadi 2 regional, yaitu Urusan Umum Cabang Regional I dan Urusan Umum

Cabang Regional II.

Penanganan limbah di PT. SOHO Group termasuk dalam Sub Departemen

QA Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Department). Jenis limbah yang

ditangani ada tiga jenis, yaitu limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), limbah

domestik, dan limbah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).

Limbah B3 adalah limbah baik berupa padat maupun cair, yang sifatnya

bila tidak dikelola/dimusnahkan dengan tepat dapat mencemarkan lingkungan

maupun menimbulkan efek yang tidak baik unruk makhluk hidup, atau dapat juga

membahayakan, dikarenakan sifatnya yang beracun, reaktif, mudah terbakar, dan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

68

Universitas Indonesia

lain-lain. Jenis limbah B3 yang dikelola oleh GA Dept. antara lain sisa analisa

padat/cair atau sampling bahan baku/obat jadi/contoh pertinggal, bahan baku

reject, obat kembalian, obat ruahan yang ditolak, obat jadi yang ditolak, lumpur

(sludge) IPAL, oli bekas, lampu TL, kemasan reagen, reagen kadaluarsa, kemasan

kontaminasi, dan limbah infeksius. Pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh

perusahaan lain yang telah bekerja sama dengan PT. SOHO Group seperti PT

Holcim, PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti.

Limbah domestik adalah limbah non B3 yang berasal dari kegiatan sehari-

hari (kegiatan kantor, kamar mandi, sampah taman, daun kering, kemasan air

minum) maupun kemasan yang tidak terkontaminasi oleh produk/bahan (kardus,

botol, stripping, alufoil, tube, ampul kosong, dan lain-lain), serta limbah herbal

hasil ekstraksi. Pengolahan limbah domestik yang berasal dari kegiatan sehari-hari

dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga sebanyak 3 kali dalam seminggu.Untuk

limbah sisa ekstrak herbal dilakukan pengangkutan setiap seminggu sekali.

Sedangkan untuk limbah dari produk/bahan dilakukan kerja sama dengan

beberapa pihak ketiga. Limbah jenis alufoil, tube, strip dilebur di peleburan alufoil

di daerah Cakung. Limbah jenis kertas, kardus, duplex, master box dilebur di

pabrik peleburan kertas. Limbah jenis botol, ampul, dan limbah jenis kaca yang

tidak memiliki logo perusahaan atau merk langsung dibuang ke TPS domestik,

untuk yang memiliki merk ataupun logo perusahaan akan dipecahkan terlebih

dahulu sebelum dibuang ke TPS domestik.

Limbah IPAL PT. SOHO Industri Pharmasi berasal dari limbah domestik,

limbah herbal, dan limbah Pharma, sedangkan limbah IPAL PT. ETHICA Industri

Farmasi berasal dari limbah Betalaktam, dan non beta laktam. Pengolahan limbah

PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri Farmasi dilakukan secara

bersama-sama.Unit pengolahan limbahnya terdiri dari pengolahan limbah secara

aerob, pengolahan limbah secara anaerob, dan pengolahan domestik. Untuk

pengecekan baku mutu air hasil pengolahan unit IPAL dilakukan swapantau outlet

IPAL oleh pihak QC setiap 2 kali dalam seminggu, swapantau outlet STP oleh

pihak QC setiap 2 minggu sekali, dan setiap 3 bulan sekali oleh BPLHD.

Limbah dari PT. ETHICA Industri Farmasi yang merupakan limbah non

betalaktam dan limbah domestik cair akan dialirkan langsung menuju bak

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

69

Universitas Indonesia

ekualisasi sebelum melalui proses anaerob. Limbah betalaktam akan ditampung

dalam bak penyangga/buffer sebagai tempat penampungan sementara. Dari bak

penyangga/buffer, limbah tersebut akan dialirkan ke bak reaktor antibiotik yang

akan diproses secara kimia dengan menggunakan NaOH sampai basa (pH 10) dan

HCl untuk menetralkan kembali sampai pH 7. Proses ini dilakukan untuk

memecah cincin betalaktam. Selanjutnya limbah dialirkan ke bak ekualisasi

produksi dimana pada bak tersebut tercampur limbah dr PT ETHICA Industri

Farmasi, PT SOHO Industri Pharmasi, serta obat tradisional yang sebelumnya

telah disaring terlebih dahulu.Limbah kemudian dilarikan ke bak anaerob untuk

dibusukkan.Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat

ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi.

Limbah domestik cair akan menuju STP (Sewage Treatment Plant). PT.

SOHO Industri Pharmasi memiliki 8 STP tetapi hanya 6 yang memenuhi syarat.

Dua STP yang lainnya selalu menghasilkan profil limbah yang tidak memenuhi

syarat.STP merupakan suatu sistem perlakuan limbah berupa kolam yang tertutup

dengan tiga pipa di dalamnya.Aktivitas pengolahan limbah di STP adalah

pengadukan, oksigenasi bakteri, dan pembuangan lumpur aktif (bakteri). Tujuan

pengolahan limbah di STP ini adalah untuk mengurangi kadar BOD, COD, dan

pH air limbah tersebut. Di setiap STP terdapat pump pit untuk mengambil sampel

air limbah untuk ditentukan kadar BOD, COD, dan pH. Limbah yang telah

memenuhi syarat kemudian akan melalui proses selanjutnya, yaitu proses anaerob.

Limbah produksi dan herbal tidak melalui sistem STP, melainkan ditampung

dalam suatu bak penampung untuk kemudian diproses secara anaerob.Hal tersebut

dilakukan karena bakteri aerob dalam STP tidak mampu menguraikan limbah

produksi dan herbal.Limbah produksi dan herbal banyak mengandung senyawa

yang dapat membunuh bakteri, oleh karena itu limbah tersebut harus diproses

secara anaerob terlebih dahulu.

Limbah yang telah dialirkan ke bak ekualisasi anaerob kemudian akan

dialirkan ke bak anaerob. Bak anaerob berisi bakteri anaerob yang membantu

dalam proses pemecahan molekul-molekul yang terkandung dalam limbah

menjadi bentuk yang lebih sederhana. Bak anaerob tidak memerlukan aerasi

bsehingga bak tersebut dalam kondisi tertutup. Setelah melalui proses anaerob,

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

70

Universitas Indonesia

limbah akan menuju bak ekualisasi mixing, yaitu bak penampungan sebelum

limbah masuk ke proses selanjutnya. Daribak ekualisasi mixing, limbah akan

dialirkan ke bak ekualisasi aerob untuk selanjutnya dialirkan ke bak aerob. Bak

aerob berisi bakteri aerob yang disebut dengan lumpur aktif yang dapat

menguraikan zat berbahaya. Keberadaan dua bak aerob dengan tujuan

mengantisipasi meluapnya limbah.Dalam bak aerob terdapat aerator untuk

mensuplai oksigen bagi bakteri. Dari bak aerob, limbah akan dialirkan menuju bak

sedimentasi untuk proses pengendapan lumpur aktif. Proses ini tidak

menggunakan koagulan, melainkan limbah murni didiamkan selama beberapa

waktu. Sehari dua kali banyaknya lumpur aktif diukur dengan cara mengukur

pengendapannya pada gelas ukur selama setengah jam. Limbah dari bak

sedimentasi kemudian dialirkan ke bak klorinasi untuk menjernihkan. Dari bak

klorinasi, limbah akan dialirkan menuju filter feed sebagai bak penampungan

sebelum masuk ke tanki penyaringan (filter tank). Tanki penyaringan (filter tank)

terdiri dari dua tangki yang terpisah.Satu tangki berisi pasir dan satu tangki lagi

berisi karbon aktif.Tanki penyaringan (filter tank) bertujuan untuk menyaring air

limbah dan mengurangi bau. Setelah melalui tanki penyaringan (filter tank),

limbah akan dialirkan menuju bak outlet. Dari bak outlet limbah dibagi menjadi

dua aliran, satu aliran menuju ke tanki penampungan (reservoir tank)dan aliran

satunya menuju kolam ikan (fish pond).Air limbah olahan yang disimpan dalam

tanki penampungan (reservoir tank) digunakan untuk menyiram tanaman disekitar

area industri, sedangkan limbah yang dialirkan ke kolam ikan (fish pond)

bertujuan sebagai indikator limbah yang ramah lingkungan sehingga ikan bisa

hidup di air limbah olahan tersebut. Kolam ikan (fish pond) dihubungkan dengan

outlet drain berupa bak kecil untuk tempat pengambilan sampel analisis kualitas

air limbah.

IPC yang dilakukan dalam proses pengolahan air limbah adalah

pengukuran endapan lumpur aktif dan pengecekan pH yang dilakukan setiap hari.

Pengecekan pH dilakukan pada sampel yang diambil dari outlet drain.

Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil sampel dari bak aerob sebanyak

1000 ml, kemudian lumpur aktif dibiarkan mengendap selama setengah jam.

Endapan yang kurang dari 80 ml, menunjukkan bahwa jumlah bakteri terlalu

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

71

Universitas Indonesia

sedikit, sehingga akan dilakukan pembibitan (seeding) ulang, yaitu pembiakan

menggunakan bakteri yang baru. Lumpur yang mengendap lebih dari 200 ml

mengindikasikan jumlah bakteri yang terlalu banyak dan terjadi penumpukan

bakteri yang mengakibatkan bakteri mati karena kekurangan nutrisi. Lumpur

tersebut selanjutnya akan dimusnahkan. Lumpur tersebut akan dialirkan ke bak

lumpur (sludge tank) sebagai tempat penampungan lumpur mati. Lumpur tersebut

selanjutnya akan dialirkan ke pengumpul lumpur (sludge feeder) dan dipisahkan

lumpur dari air limbah dengan penyaring bertekanan (filter press). Air perasan

yang diperoleh akan diolah lagi dalam bak anaerob, sedangkan lumpur yang

diperoleh dimusnahkan bersama dengan limbah B3.

3.3.6.2. Departemen Teknik (Engineering)

Departemen Teknik (Engineering) dipimpin oleh seorang Kepala

Departeman Teknik (Engineering Department Head) yang bertanggung jawab

dalam mengatur semua kegiatan Teknik (Engineering) yang terkait dengan

produk. Departemen ini memiliki tiga bagian, yaitu:

a) Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance)

Sub Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance)

bertanggung jawab dalam hal pemeliharaan peralatan operasional. Sub

Departemen Perawatan Operasional (Operational Maintenance Sub Department)

terbagi menjadi dua, yaitu Bagian Perawatan (maintenance section) dan Bagian

Peralatan (utility section).

Bagian Perawatan (maintenance section) bertanggung jawab terhadap

perawatan alat di PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri

Farmasi.Bagian Perawatan (maintenance section) terbagi menjadi Perawatan area

I (maintenance area I) yang bertanggung jawab sebagai koordinator di area I (PT

SOHO Industri Pharmasi) dan Perawatan area II (maintenance area II) yang

bertanggung jawab sebagai koordinator di area 2 (PT. ETHICA Industri

Farmasi).Pelaksanaan perawatan suatu alat dilaksanakan secara rutin berdasarkan

waktu (manual book/hystorical), frekuensi penggunaan, dan jam penggunaan.

Dalam melakukan maintenance terdapat 3 form, yaitu form pemeriksaan

pencegahan & servis pencegahan (preventive check & preventive service form),

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

72

Universitas Indonesia

form serah terima antara Teknik (Engineering) dengan produksi, dan form

pembersihan. Pengecekan untuk pemeliharaan mesin dilakukan setiap dua bulan

sekali sering disebut sebagai perawatan berkala (periodic maintenance). Hasil

pengecekan didata dalam form pemeriksaan pencegahan & servis pencegahan

(preventive check & preventive service form). Kerusakan pada mesin produksi

harus segera dilaporkan kepada Departemen Teknik (Engineering)melalui form

perintah kerja (work order form), dan akan ditindaklanjuti segera oleh Teknik

(Engineering) bersamaan dengan itu dilakukan dokumentasi berupa form serah

terima.

Bagian Peralatan (Utility section) bertanggung jawab dalam pengoperasian

dan perawatan alat-alat penunjang produksi seperti boiler, pendingin (chiller),

genset, kompresor, kran untuk kebakaran (fire hydrant), pompa air dan limbah.

Boiler berfungsi menghasilkan uap air panas dengan suhu tinggi yang sering

digunakan untuk produksi. Kompresor digunakan untuk menghasilkan udara

bertekanan, kompresor untuk industri farmasi adalah jenis kompresor bebas

minyak. Genset berfungsi untuk menghasilkan arus listrik saat listrik mati, genset

yang digunakan adalah dua genset masing-masing dengan kekuatan 2000 kVA.

Alat-alat analisis pada laboratorium R&D, QA dan QC menggunakan penyimpan

daya dan penstabil (stabilizer) untuk menjaga kemungkinan listrik PLN padam.

Fire hydrant terdapat dalam setiap ruangan, posisinya di atap berbentuk karet

bundar putih.Fire hydrant ini akan pecah dan menyala otomatis saat ada api.

Pengaturan pompa air dan limbah, bagian peralatan (utility) bekerjasama dengan

Urusan Umum (General Affairs) untuk mengatur dan mengoperasikannya.Selain

perawatan peralatan penunjang, bagian peralatan (utility section) juga bertugas

dalam memantau dan merawat ruang mezzanine. Ruang mezzanine adalah ruang

yang terdapat di atas ruang yang terlibat dalam pembuatan produksi, ruang

mezzanine berisi AHU, pipa hydrant, pipa steam, pipa listrik, pipa air PAM, pipa

air murni, dan ducting.

Bagian peralatan (utility section) terbagi menjadi empat bagian,

yaitubengkel (workshop), peralatan (utility), listrik (electrical), serta HVAC

danmedia bersih (clean media). Bengkel (workshop) bertanggung jawab mengurus

perbaikan alat.Bagianperalatan (utility) bertanggung jawab untuk mengoperasikan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

73

Universitas Indonesia

alat seperti boiler dan operator yang menjalankan bertanggung jawab terhadap

alat harus tersertifikasi.Perlistrikan (electrical) berperan dalam pemantauan dan

perawatan perangkat kelistrikan dan berhubungan langsung dengan PLN sebagai

penyedia tenaga listrik.Rangkaian listrik untuk pabrik dimulai dari gardu PLN

kemudian menuju gardu listrik kecil kemudian menuju ke panel besar yang berada

di setiap gedung dan terakhir menuju setiap panel kecil yang berada di ruangan.

Tenaga listrik merupakan faktor yang sangat penting untuk produksi, untuk

mengatasi keadaan tidak ada tenaga listrik saat mati lampu disediakan dua genset

kapasitas 2000 KVA yang dalam waktu lima detik akan segera memenuhi seluruh

kebutuhan listrik pabrik. Genset akan mati secara otomatis ketika listrik dari PLN

menyala kembali.

HVAC dan media bersih (clean media) bertanggung jawab terhadap yang

berhubungan dengan kebersihan produksi seperti sistem Pemanasan, Pertukaran,

dan Pendingin Udara (Heating, Ventilating, and Air Conditioning/HVAC) dan

pengolahan air murni.

1) Sistem HVAC

Prinsip kerja HVAC adalah udara luar (fresh air) dan udara hasil

resirkulasi di dalam ruangan masuk ke dalampencampuran chamber yang

kemudian disaring menggunaan penyaring awal (pre filter) G4 (efisiensi 80%)

dan penyaring antara (medium filter) F7 (efisiensi 95%) untuk mengurangi jumlah

partikel. Udara kemudian didinginkan dan diturunkan kelembabannya dengan

pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan oleh chiller atau freon.

Udara hasil pendinginan melewati heater/steam coil untuk dipanaskan sesuai

dengan suhu udara yang dibutuhkan ruangan kemudian didorong oleh motor

menuju filter F9 (98%). Udara hasil penyaringan filter F9 akan mengalami

penyaringan akhir oleh HEPA filter H13 (99,95%) dan keluar melalui outlet untuk

selanjutnya didistribusikan melalui pipa-pipa. Udara hasil penyaringan HEPA

filter selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang dikenal

persediaan udara (supply air). Persediaan udara (supply air) dari AHU disalurkan

melalui saluran (ducting) menuju ke ruangan dengan melalui lubang persediaan

udara (supply air) yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah dikondisikan

dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang produksi melalui supply diffuser

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

74

Universitas Indonesia

baik dengan tipe swirl ataupun grill. Pada ruangan produksi menggunakan aliran

udara swirl agar aliran udara langsung menuju low return perforated. Sebelum

masuk ke pencampuran chamber, udara akan melewati sensor temperaturdan

kelembaban di mana sensor tersebut akan otomatis mengirimkan sinyal kepada

cooling coil untuk mengatur temperatur dan kelembabannya.

HEPA merupakan singkatan dari High-Efficiency Particulate Air.Efisiensi

HEPA tergantung dari jenisnya. HEPA H13 sanggup menyaring 99,95% dari

semua partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron. Hal ini berarti untuk setiap

10.000 partikel yang berukuran lebih besar dari 3 mikron, hanya ada peluang 5

partikel yang lolos dari HEPA.

Ada empat parameter yang perlu diperhatikan dan dikendalikan dalam

sistem AHU yaitu, yang pertama temperatur ruangan yang harus diatur

sedemikian rupa agar persyaratan suhu ruangan untuk kegiatan produksi dapat

terpenuhi. Temperatur udara dikondisikan dengan bantuan chiller dan boiler.

Chiller berfungsi sebagai pensuplai air dingin pada coil, sedangkan boiler

berfungsi sebagai pensuplai air panas pada heater. Kedua adalah Kelembaban

relatif ruangan, kelembaban udara adalah parameter kritis bagi produk-produk

yang bersifat higroskopis, seperti sediaan effervescent yang membutuhkan RH di

bawah 30%. Tingkat kelembaban udara diatur dengan menggunakan

dehumidifier.Ketiga yaitu jumlah partikel. Jumlah partikel dalam setiap ruangan

berbeda-beda tergantung klasifikasi ruangan.J umlah partikel dikendalikan oleh

beberapa penyaringyang terdapat pada AHU. Kemudian yang keempat adalah

jumlah sirkulasi udara dan perbedaan tekanan. Jumlah sirkulasi udara dan

perbedaan tekanan akan menentukan tingkat kebersihan ruangan. Hal ini

bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kontaminasi silang

2) Sistem pengolahan air murni

Fungsi dari sistem pengolahan air murni secara umum untuk menyaring

unsurunsur logam (seperti Na, Cl, Mg, Al, dll), bakteri, dan memperkecil angka

konduktivitasnya yang ada didalam air. Oleh karena itu, pada proses produksi obat

diperlukan air yang murni agar unsur-unsur kimia dan fisika yang tidak diperlukan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

75

Universitas Indonesia

yang ada didalam air tidak mempengaruhi atau mengkontaminasikan mutu obat

yang dihasilkan.

Tahapan sistem pengolahan air murni adalah sebagai berikut:

(1) Osmosis

Osmosis adalah suatu proses alami dimana dua jenis larutan yang berbeda

konsentrasi dipisahkan oleh sebuah membran semi permeabel, sehingga

larutanyang lebih rendah konsentrasinya akan bergerak menembus membran

semipermeabel menuju cairan yang lebih tinggi konsentrasinya hingga

terjadikeseimbangan konsentrasi.

(2) Reverse Osmosis

Reverse osmosis adalah suatu teknologi pemurnian air yang paling

modern, yang menggunakan membran semi permeabel, yang sangat efektif,

ekonomis dan mudah pemeliharaannya, mampu membersihkan air hingga 90-99%

dari segala macam pencemar yang terkandung di dalam air sehingga

menghasilkan air yang bersih dan murni.

Proses osmosis merupakan aliran dari cairan yang lebih murni menembus

permukaan membran terserap oleh cairan yang lebih kental. Dalam proses

osmosis, cairan yang lebih kental menyerap cairan yang lebih murni sehingga

ketinggian permukaan cairan yang lebih kental lebih tinggi dari permukaan cairan

yang lebih murni. Semakin tinggi perbedaan kekentalan kedua cairan menjadikan

semakin banyak cairan lebih murni terserap oleh cairan yang lebih kental.

Proses Reverse Osmosis merupakan kebalikan dari proses Osmosis, yaitu

memberikan tekanan balik dengan tekanan osmonic lebih besar pada permukaan

cairan yang lebih kental, maka cairan yang lebih murni akan menembus

permukaan membran menjadi cairan yang lebih murni. Semakin tinggi tekanan

yang diberikan pada cairan yang lebih kental akan semakin cepat cairan yang

lebih murni menembus permukaan membran.

Pada proses osmosis, materi yang ada disekitarnya seimbang.

Keseimbangan yang terjadi pada kedua cairan yang berbeda kekentalannya yaitu

semakin besar perbedaan kekentalan kedua cairan, maka semakin tinggi

permukaan cairan yang lebih kental.Perbedaan ketinggian tersebut disebut tekanan

osmonic.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

76

Universitas Indonesia

(3) Proses - proses dalam System Osmotron :

(a) Proses / cartridge Prefilter (0.5 micron)

Proses ini diperlukan untuk melindungi unjuk kerja pori-pori membran

yang berukuran sangat kecil. Kecilnya ukuran pori-pori membran menjadikan

membrane mudah koyak, tersumbat, atau rusak oleh berbagai materi atau zat.

Oleh karena itu air yang akan disalinasi haruslah air baku atau air payau atau air

laut yang telah bebas dari materi atau zat yang mudah menyumbat atau

mengkoyakan dan atau merusak membran.

(b) Proses Softener

Berfungsi mengurangi kadar kesadahan dalam air (ion-ion mineral bebas).

Didalamnya terdapat resin softener. Saat resin jenuh akan diproses

regenerasisecara automatis sehingga dapat normal kembali. Proses regenerasi

inimembutuhkan garam sebagai pengikat ion mineral.

(c) Proses Reverse Osmosis

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan proses reverse osmosis

adalah:

a. Membran dengan pori-pori yang lebih kecil dari ukuran molekul

larutan ion yang akan di pisahkan, yaitu 0,001 - 0,0001 micron ( 50

– 1000MWCO).

b. Tabung untuk tempat membran dengan 1 titik masukan air yang

akan dilakukan proses reverse osmosis, 1 titik keluaran untuk air

yang telahbebas larutan dan 1 titik keluaran untuk air yang

mengandung larutan lebih kental dari air masukan. Kekuatan

tabung tempat membran harus mampumenerima tekanan yang

diberikan melalui pompa bertekanan tinggi.

c. Pompa bertekanan untuk memberikan tekanan pada air masukan.

d. Penyeimbang tekanan pada tabung tempat membran berguna untuk

memelihara tekanan air baku yang akan menembus membran tidak

kurangdari tekanan osmonic yang diperlukan untuk memisahkan

larutan dalam air baku.

e. Proses prefilter minimal yang perlu dilakukan pada air yang akan

melaluiproses reverse osmosis adalah sendimen filter, pre filter 0.5

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

77

Universitas Indonesia

micron, SDI0.2 micron, Fine Filter 0.5 micron dan untuk

mengfilter sendimen danmenyerap polutan yang tidak terlarut

dalam air seperti bau, rasa, warna.Proses ini dapat menurunkan

kadar konduktivitas hingga 10 Ms.

(d) Proses EDI (Elektrik De-Ionisasi)

Untuk keperluan air di industri farmasi diperlukan air murni yang

memiliki konduktivitas sangat rendah atau tidak menghantarkan listrik atau bebas

dari ion hidrogen dan hidroksil. Proses pemurnian ini yang disebut sebagai proses

EDI. Proses ini terjadi setelah proses RO dilewatkan pada sebuah media yang

dialiri arus listrik dengan arus yang sangat tinggi, sehingga dalam aliran tersebut

air murni tetap mengalir sementara ion bebas yang menempel pada kutub-kutub

muatan lawan jenisnya akan tertinggal pada kutub sumber muatan tadi.

b) Sub Departemen Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering

Planning and Reliability)

Sub Departemen Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering

Planning and Reliability) bertanggung jawab dalam hal perencanaan kegiatan

Teknik.Teknik Perencanaan dan Kehandalan (Engineering Planning and

Reliability) terbagi menjadi tiga bagian, yaitu seksi gudang suku cadang

(warehouse spare part section), seksi perencanaan teknik (engineering planner

section), dan seksi automatisasi dan kalibrasi (automation and calibration

section).

Seksi gudang suku cadang (Warehouse spare part section)

bertanggungjawab untuk menyimpan setiap peralatan yang digunakan untuk

perawatan setiapmesin yang ada.Selain itu, bagian gudang (warehouse) juga

melakukanpenyetokan suku cadang mesin yang cukup vital dengan tujuan apabila

terjadikerusakan pada mesin, bagianTeknik (Engineering) dapat melakukan

perbaikanatau penggantian suku cadang tanpa harus menunggu suku cadang dari

pemasok.

Seksi perencanaan teknik (Engineer planner section) bertanggung

jawabterhadap perencanaan kegiatan perawatanterhadap semua sarana utama

(mesinproduksi) dan sarana penunjang.Seksi perencanaan teknik (Engineer

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

78

Universitas Indonesia

planner section) terbagi menjadi dua, yaitu Pelaksana Pengawasan Dokumen

Teknik (Engineering Document Control Executive) dan Pelaksana Perencanaan

Perawatan (Maintenance Planner Executive).

Seksi automatisasi dan kalibrasi (automation and calibration section)

terbagi menjadi dua, yaitu bagian kalibrasi (calibration) yang bertanggung jawab

terhadap kalibrasi alat di produksi dan bagian mecathronic yang bertanggung

jawab menangani alat atau mesin yang bekerja secara otomatis serta menangani

alat-alat yang berarus lemah. Kalibrasi merupakan suatu proses penetapan

hubungan secara berkala antara perangkat pengukuran dan satuan pengukuran

untuk memastikan kebenaran pengukuran dan analisis, sedangkan verifikasi

adalah suatu tindakan pembuktian yang dilakukan terhadap alat ukur

untukmengetahui bahwa alat ukur tersebut secara konsisten manpu memberikan

hasilyang dapat dipercaya. Kalibrasi dilakukan secara berkala terhadap setiap alat

pengukuran, sedangkan verifikasi dilakukan setiap hari dan hanya dilakukan

padatimbangan saja.

Proses kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari alat

denganalat lain yang sudah terkalibrasi. Suatu kalibrator memiliki akurasi dan

resolusi yang tinggi. Setiap peralatan yang digunakan untuk pengukuran hasrus

dikalibrasi dan dikalibrasi ulang secara berkala.PT. SOHO memiliki kalibrator

untuk setiap peralatan kecuali timbangan. Timbangan akan dikalibrasi ke pihak

ketiga. Kalibrator disimpan dalam kondisi sedemikian rupa dengan syarat

penyimpanandengan suhu sebesar 25±3° C, dan RH sebesar 60±10 %.Standar

tersebut sesuaidengan standar ISO 17025 dan Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Metode kalibrasi masing-masing alat berbeda-beda, oleh karena itu dibuat

prosedur tetap kalibrasi alat.

c) Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section)

Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical Equipment Project Section)

bertanggung jawab dalam hal penanganan proyek baru Teknik(Engineering)

hingga sebelum dilakukan validasi.Seksi Proyek Peralatan Mekanik (Mechanical

Equipment Project Section) membawahi bagian desain mekanikal.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

79

Universitas Indonesia

3.3.6.3. Departemen Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan (Healthy, Safety,

and Environmental /HSE Department)

PT. SOHO Group berkeinginan untuk meningkatkan dan menjaga standar

yang paling tinggi dalam hal keselamatan kerja dari setiap aktivitas perusahaan.

Dimanapun kita bekerja dalam kegiatan yang beragam, lingkungan kerja yang

aman adalah yang pertama dan utama. HSE adalah suatu departemen

yangbertanggung jawab dalam pelaksanaan keselamatan, kesehatan kerja, dan

lingkungan hidup. Setiap karyawan baru akan mendapatkan pengarahan dari

departemen ini. Tujuan dilakukannya pengarahan adalah agar setiap

karyawanmemahami persyaratan yang berlaku di PT. SOHO Group sehingga

kecelakaankerja dapat dihindari. Peraturan tersebut dituangkan dalam Petunjuk

Umum Keselamatan Kerja PT. SOHO Group. Petunjuk-petunjuk yang tertera

dalam bukutersebut bersifat tambahan dari Peraturan Perundang-Undangan

tentang Keselamatan Kerja yang ada di Republik Indonesia yang berhubungan

dengan jenis perkerjaan yang dilakukan.

Kesehatan meliputi pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada saat

bergabung dengan perusahaan dan pemeriksaan kesehatan karyawan secara

berkala. Kesehatan sangat penting untuk diperhatikan agar tidak mengganggu

kinerja karyawan dalam bekerja yang berakibat pada mutu produk yang

dihasilkan. Aspek keselamatan kerja dilakukan dengan pelatihan yang terkait

keselamatan kerja ketika berada di area perusahaan baik pengunjung maupun

karyawan. Karyawan wajib mengikuti pedoman keselamatan pekerja. Lingkungan

berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan proses produksi

terhadapkelestarian lingkungan. Salah satunya dengan pengolahan limbah yang

bertujuan untuk mengurangi cemaran ke lingkungan sekitar.

Prinsip dari keselamatan kerja adalah kenali lingkungan kerja, pelajaridan

resiko yang mungkin timbul, kemudian cari cara pencegahannya. HSE

menerapkan lima hirarki control secara bertahap, yaitu eliminasi, substitusi,

pendekatan teknis, pengawasan administrasi, dan APD (Alat Pelindung Diri).

Eliminasi yaitu menghilangkan setiap bahaya dan resiko. Substitusi adalah

mengganti aktivitas pekerjaan dengan metode yang lain untuk mengurangi resiko

yang ada. Pendekatan teknis yaitu penggunaan alat-alat yang mempermudah

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

80

Universitas Indonesia

pekerjaan dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Pengawasan

administrasi adalah melakukan pengawasan, pendampingan, serta pembuatan

prosedur tetap.APD yaitu memperlengkapi diri dengan pelindung seperti jas lab,

kacamata (goggle), sarung tangan, masker ketika diperlukan.

3.4. Lokasi dan Sarana PT. SOHO Group

3.4.1. Lokasi PT. SOHO Industri Pharmasi

PT. SOHO Industri Pharmasi berlokasi di Jl. Pulogadung No.6, Kawasan

Industri Pulo Gadung, Jakarta. Di lokasi ini, area untuk Manufacturing SOHO

Group (ruangan produksi) terbagi menjadi 3 yaitu area yang terdapat di gedung 2,

gedung 3 dan gedung OT.

3.4.1.1. Ruangan Produksi di Gedung 2

Ruang produksi di gedung 2 terdiri dari ruang timbang (weighing room)

dan ruang produksi sediaan liquid.Ruang timbang terdiri dari ruang timbang solid,

ruang timbang liquid, buffer room, staging before weighing room, staging after

weighing room, ruang penyimpanan peralatan timbang. Ruang produksi sediaan

liquid terdiri dari ruang blowing botol, ruang mixing, ruang filling packaging

primer, ruang packaging sekunder, ruang In Process Control (IPC) liquid, ruang

penyimpanan peralatan liquid, ruang penyimpanan pengemas primer, ruang

penyimpanan pengemas sekunder, Work In Process (WIP) room, ruang cuci,

ruang supervisor dan administrasi.

3.4.1.2. Ruangan Produksi di Gedung 3

Ruang produksi yang terletak di gedung 3 terdiri dari ruang ganti sepatu

dan pakaian karyawan, ruang produksi sediaan solid dan ruang supervisor dan

administrasi. Untuk ruang produksi sediaan solid terdiri dari ruang mixing, ruang

tabletting, ruang coating, ruang filling kapsul, ruang packaging primer, ruang

printing, ruang packaging sekunder, ruang penyimpanan cangkang kapsul, ruang

penyimpanan peralatan solid, ruang penyimpanan pengemas primer, ruang

penyimpanan pengemas sekunder, ruang IPC tablet, ruang IPC mixing, WIP room,

ruang cuci.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

81

Universitas Indonesia

3.4.1.3. Ruangan Produksi di Gedung Obat Tradisional (OT)

Ruang produksi yang terletak di gedung OT terdiri dari ruang ganti sepatu

dan pakaian karyawan, ruang produksi sediaan likuid dan ruang supervisor dan

administrasi. Untuk ruang produksi sediaan likuid terdiri dari ruang penghalusan

bahan, ruang pengeringan, ruang ekstraksi, ruang granulasi, ruang pengemasan

primer, ruang IPC , WIP room, dan ruang cuci.

Ruang produksi di atas menjadi dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu

kelas E dan kelas F. Ruang kelas E digunakan untuk produksi sediaan non steril

yang ditujukan untuk penggunaan oral dan pengemasan primer, sedangkan kelas F

digunakan untuk ruang pengemasan sekunder.

3.4.2. Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. SOHO Industri Pharmasi

Bangunan, fasilitas dan sarana penunjang yang terdapat di PT. SOHO

Industri Pharmasi didesain dan dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi

ketentuan yang tercantum dalam CPOB serta cGMP dan menjamin terjaganya

kualitas produk.

3.4.2.1. Desain Pabrik

PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki ruang penerimaan bahan, karantina

barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan

penyerahan produk, pengolahan, pencucian peralatan, penyimpanan peralatan,

penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi sebelum

pelulusan akhir, pengiriman produk, dan laboratorium pengawasan mutu yang

masing-masing ruangan letaknya terpisah satu sama lain. Selain itu, dalam area

produksi, terdapat area untuk penimbangan, mixing, granulating, tableting,

coating, dan packaging.

Permukaan dinding dan lantai untuk area Manufacturing dilapisi dengan

cat epoksi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh permukaan yang rata dan tidak

berpori, tahan terhadap bahan kimia, mudah dibersihkan, dan mudah dibilas

dengan air. Pertemuan antara dinding dengan lantai dibuat sedemikian rupa

sehingga menghindari adanya sudut (curving). Kemungkinan terdapatnya celah

antara rangka jendela dengan kaca, celah pada pemasangan lampu serta pipa harus

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

82

Universitas Indonesia

dihindari untuk mengurangi kontaminasi. Salah satu caranya dengan

menggunakan sealant atau dengan mendesain pemasangannya sedemikian rupa.

3.4.2.2. Sistem Pengolahan Air

Air yang digunakan untuk kegiatan produksi ada dua macam, yaitu

potable water dan purified water. Potable water diperoleh dari air PAM

ditampung di tangki penampungan dan telah mengalami proses filtrasi

menggunakan pasir dan karbon filter. Potable water digunakan untuk keperluan

pembersihan, aktivitas kantin, dan juga sebagai raw water untuk diolah menjadi

purified water. Proses pengolahan purified water (PW) terdiri dari tahap

pretreatment, reverse osmosis (RO), dan distribution. Pretreatment merupakan

proses awal untuk mengolah potable water sehingga dapat memenuhi persyaratan

untuk proses pengolahan selanjutnya.

3.4.2.3. Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC)

Sistem pengaturan tata udara (Air Handling Unit) dalam ruang produksi

dan trial di departmen Research and Development mengunakan sistem Heating,

Ventillating, and Air Conditioning (HVAC) yang berada di bawah tanggung

jawab bagian Engineering Department. Udara yang digunakan berasal dari

campuran antara udara sirkulasi dan udara segar. Campuran udara ini akan

mengalami filtrasi melalui filter dengan efisiensi kecil hingga besar. Selain itu,

mengalami pendinginan dan pemanasan udara untuk mengatur kondisi udara yang

dibutuhkan. Parameter kritis yang diatur dari sistem tata udara adalah kelembaban

relatif (RH), temperatur, partikel, dan tekanan udara. Setiap parameter tersebut

diatur dan dikendalikan sesuai dengan kebutuhan setiap ruangan.

3.4.2.4. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki beberapa sistem untuk pengolahan

limbah baik cair maupun padat. IPAL atau Waste Water Treatment Plant

(WWTP) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengolah limbah cair

dari kegiatan produksi dan kegiatan sehari-hari di industri. PT. SOHO Industri

Pharmasi memiliki sistem pengolahan limbah domestik, limbah produksi non-

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

83

Universitas Indonesia

betalaktam, dan limbah produksi betalaktam. Kegiatan pengolahan limbah akhir

masih dilakukan di dua area terpisah untuk proses aerob dan anaerob. Namun, saat

ini sedang dilakukan pembangunan untuk satu area pengolahan limbah yang

terpusat agar lebih efisien. Untuk pemusnahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan

Beracun), PT. SOHO Industri Pharmasi bekerjasama dengan PT. WASTEC, PT.

Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti.

3.4.2.5. Pengelolaan dan Pengendalian Hama

Pengelolaan dan Pengendalian Hama di PT. SOHO bekerja sama dengan

PT. Aardwolf Pestkare. Hama yang dikendalikan antara lain tikus, semut, cicak,

lalat, nyamuk, rayap, dan kecoa. Upaya pengendalian dan pembasmian hama

tersebut harus dilakukan oleh industri farmasi untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya kontaminasi atau kerusakan produk akibat aktivitas hama-hama

tersebut. Seluruh bahan kimia yang digunakan untuk pest control harus mendapat

persetujuan dari Departemen Quality Assurance (QA) SOHO Group. Seluruh

temuan di area produksi harus segera dilaporkan ke pihak terkait dan Quality

Operation Division Head (QO Div. Head).

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

84 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

PT.SOHO Industri Pharmasi beroperasi sebagai anak perusahaan dari

SOHO Group, dimana masih ada 4 perusahaan lain yang tergabung didalamnya,

yaitu : PT. ETHICA Industri Farmasi, PT. Parit Padang Global, PT. Global

Harmony Retaillindo dan PT. Universal Health Network.

PT. SOHO Industri Pharmasi merupakan salah satu kelompok perusahaan

farmasi terbesar di Indonesia dan telah berdiri lebih dari 50 tahun. Perusahaan ini

memproduksi sediaan non steril berupa solid, liquid, kapsul, dan semisolid,

sedangkan untuk sediaan steril dan cephalosporine diproduksi oleh PT. ETHICA

Industri Farmasi.

PT. Parit Padang Global merupakan salah satu perusahaan yang

menyediakan bahan baku obat dan sebagai distributor tunggal untuk obat jadi

yang diproduksi oleh SOHO Group. Penyimpanan dan penyaluran produk yang

dilakukan telah mengikuti tata cara penyimpanan dan penyaluran produk yang

baik.

PT. Global Harmony Retailindo ( PT GHR ) adalah suatu unit bisnis yang

masih tergolong baru di SOHO Group yang didirikan sebagai salah satu usaha

untuk mendukung terwujudnya visi 2015, di mana SOHO group menjadi salah

satu tempat yang menyediakan produk-produk kesehatan yang berkualitas dan

terbaik, seperti produk kecantikan, suplemen makanan, vitamin, perawatan kulit

baik produk lokal maupun mancanegara.

Dalam hal penerapan cara pembuatan obat yang baik menurut aturan dari

BPOM, PT.Industri Pharmasi telah melakukan seluruh aspek dan rangkaian

kegiatan pembuatan obat dengan baik. Aspek-asperk tersebut adalah :

4.1. Manajemen Mutu

Mutu suatu produk obat tidak ditentukan pada hasil akhirnya saja, tetapi

juga harus dilakukan pemantauan di setiap tahapan proses sehingga sesuai dengan

tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar,

dantidak menimbulkan risiko pada penggunaan dari segi mutu, keamanan,

dankhasiat. Dalam penerapan manajemen mutu dilakukan pemisahan tugas

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

85

Universitas Indonesia

dan tanggung jawab yang jelas di dalam PT.SOHO Industri Pharmasi yang

mencakupstruktur organisasi, prosedur dan sumber daya untuk meyakinkan bahwa

produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Penerapan manajemen mutu di PT. SOHO Industri Pharmasi

terbuktidengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 tentang manajemen mutu.

Selainitu, PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah memiliki beberapa sertifikat

CPOB antara lain Sertifikat CPOB untuk sedian tablet non-antibiotik. Sertifikat

CPOB untuk sedian tablet salut non-antibiotik, Sertifikat CPOB untuk sediaan

liquid non-antibiotik, dan Sertifikat CPOB untuk sediaan semisolid non-antibiotik.

Untuk mengevaluasi kualitas produk, pada sistem manajemen mutu jugadilakukan

pengkajian mutu produk (Product Quality Review/PQR) yang dilakukan secara

berkala dan didokumentasikan terhadap semua obat terdaftar untuk membuktikan

kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi; konsistensi

proses; melihat analisis kecenderungan dan mengidentifikasi perbaikan

yangdiperlukan untuk produk dan proses.

4.2. Personalia

Personalia PT. SOHO Group sudah memenuhi persyaratan yang

ditetapkan oleh CPOB dimana Personil Kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan

Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin

oleh seorang Apoteker dan bersifat independen satu sama lain.

Di dalam menjalankan kegiatannya, industri farmasi harus memiliki

struktur organisasi yang jelas dan deskripsi tugas yang jelas pula. Untuk kegiatan

manufaktur, PT. SOHO Industri Pharmasi terbagi dalam beberapa

divisi/departemen, yaitu Quality Operation Divison, Production Division,

Technical Division, Validation and Documentation Department, Supply Chain

Division, Finance Department, dan Human Resource Department.

PT. SOHO Group juga menerapkan sistem BSC (Balance Score Card),

dimana terdapat tahap pembelajaran dan perkembangan (learning and growth)

yang memiliki makna bahwa PT. SOHO Group berusaha untuk mengembangkan

dan meningkatkan potensi setiap personilnya. PT. SOHO Group dalam

peningkatan kualitas personil juga melakukan pelatihan yang disesuaikan dengan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

86

Universitas Indonesia

tingkat kebutuhan SDM. Terdapat 2 jenis pelatihan yaitu pelatihan yang bersifat

umum dan pelatihan yang bersifat khusus. Pelatihan umum seperti pelatihan

CPOB dan keselamatan kerja yang biasanya diberikan kepada karyawan baru,

sedangkan pelatihan khusus seperti pelatihan mesin Manesty Express untuk

supervisor departemen produksi.

4.3. Bangunan dan Fasilitas

Lokasi bangunan industri farmasi dipersyaratkan untuk menghindari

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah

dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. PT. SOHO Industri

Pharmasi berusaha untuk memenuhi persyaratan CPOB, yang ditunjukan dengan

lokasi perusahaan yang berada dikawasan industri Pulogadung sehingga dapat

meminimalkan pencemaran ke area hunian penduduk.

Bangunan serta fasilitas pendukung PT. SOHO Industri Pharmasi telah

memenuhi kriteria CPOB dimana sebagai contohnya dinding, lantai dan atap dari

ruang produksi telah dilapisi dengan epoxy yang bersifat kedap air, licin dan tahan

goresan logam atau roda sehingga mudah dibersihkan.Tiap sudut ruangan dan

tangga dibuat melengkung sehingga meminimalkan pengumpulan debu dan

kotoran di sudut ruangan maupun tangga. Selain itu, ruangan produksi telah

dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) untuk mengatur kondisi udara,

suhu, tekanan, kelembaban dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi.

Ruangan produksi di PT. SOHO Industri Pharmasi dikelompokan menjadi

beberapa ruangan seperti ruang penimbangan, ruang pengolahan, ruang

pencetakan, ruang penyalutan, ruang IPC, dan ruang pengemasan.Selain ruang-

ruang tersebut PT. SOHO Industri Pharmasi memiliki ruangan produksi untuk

sediaan cair dan semi solid. Ruangan produksi tersebut berada in-line sehingga

memperlancar proses produksi, ruangan produksi juga langsung berhubungan

dengan pengemas black sehingga proses pengemasan sekunder dapat langsung

dilaksanakan.

Laboratorium pengawasan mutu PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah

memenuhi persyaratan CPOB.Laboratorium QC terpisah dari area produksi dan

dibuat area tersendiri untuk laboratorium mikrobiologi.Di laboratorium QC juga

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

87

Universitas Indonesia

telah tersedia lemari atau ruangan untuk sampel, standar, pelarut, dan reagen; acid

chambers; ruang cuci peralatan laboratorium; dan emergency aid.Ruang untuk

instrumen telah dibuat terpisah agar terlindung dari pengaruh getaran.

Gudang PT. SOHO Industri Pharmasi juga telah memenuhi persyaratan

CPOB dimana penyimpanan bahan baku, bahan kemas dan produk jadi telah

dibagi berdasarkan suhu penyimpanan ataupun berdasarkan jenis bahan misalnya

pemisahan bahan baku halal dari bahan baku lainnya. Terdapat pula kantin yang

terpisah dari bangunan produksi dan gedung kesehatan atau yang biasa disebut

poli dimana disediakan untuk karyawan yang sedang sakit untuk segera

mendapatkan perawatan dan pengobatan. Selain itu, juga terdapat ruang untuk ibu

menyusui.

4.4. Peralatan

Peralatan yang digunakan oleh PT. SOHO Industri Pharmasi telah

memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Petunjuk CPOB.Peralatan yang

bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi memiliki

permukaan yang tidak menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi.Bahan yang

digunakan dalam peralatan tersebut juga dipastikan tidak bersentuhan dengan

bahan yang sedang diolah sehingga mutu produk tidak berubah.Seluruh peralatan

juga telah terkualifikasi sebelum digunakan.Peralatan yang digunakan untuk

menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat telah terkalibrasi oleh bagian

Quality Support Section (Quality Assurance).

Setiap peralatan memiliki identitas yang jelas (nomor) dan prosedur

tertulis untuk menggunakan dan mengoperasikan peralatan tersebut. Seluruh

personel yang akan memakai alat tersebut, terlebih dahulu mendapatkan pelatihan

dalam menggunakan alat tersebut. Setiap peralatan juga memiliki prosedur

pembersihan dan sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu validitas

pembersihannya. Mesin yang telah dibersihkan diberikan stiker berwarna hijau.

Pembersihan mesin menggunakan metode pembersihan yang telah divalidasi.

Peralatan produksi ditempatkan masing-masing dalam ruangan yang

terpisah. Ruangan produksi pun cukup besar untuk menampung peralatan,

mobilitas operator serta untuk proses pembersihannya. Nomor identitas dan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

88

Universitas Indonesia

validitas pembersihan tiap peralatan yang digunakan dalam produksi dicantumkan

dalam Batch Record. Jika peralatan dan/atau validitasnya menyimpang dari yang

seharusnya (tercantum dalam Batch Record), maka personel harus melaporkannya

dalam laporan deviasi.

Pemeliharaan alat dalam PT. SOHO Industri Pharmasi menjadi tanggung

jawab bersama antara departemen produksi, departemen engineering, dan

departemen QA. Jadwal perawatan alat disesuaikan dengan jadwal produksi

sehingga membutuhkan persetujuan dari bagian Engineering, Produksi dan

Production Planning. Departemen Produksi bertangung jawab pada pembersihan

dan pengatasan problem ringan saat proses produksi. Departemen engineering

bertanggung jawab untuk menjaga performa mesin secara berkala.Jika ada

peralatan yang bermasalah, maka pada mesin diberikan stiker warna merah. Jika

kerusakan tidak dapat ditangani oleh operator produksi, maka peralatan tersebut

akan diperbaiki oleh engineering dan dapat dikerjakan di workshop Engineering.

4.5. Sanitasi dan Higiene

Higiene yang diterapkan pada suatu perusahaan farmasi dilaksanakan oleh

tiap personil secara perorangan untuk mencegah kontaminasi produk yang berasal

dari personil.Salah satu penerapan yang dilakukan di PT SOHO Industri Pharmasi

adalah hand-hygiene dimana selalu disiapkan sarana mencuci tangan untuk

mencegah kontaminasi terutama dari karyawan yang berhubungan dengan produk.

Tiap karyawan yang masuk ke area pembuatan di PT SOHO Industri Pharmasi

selalu mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang

dilaksanakannya. Pakaian pelindung tersebut selalu dicuci setelah digunakan

sehingga kebersihannya selalu terjaga. Hal ini penting untuk menjamin

perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil. Personil PT

SOHO Industri Pharmasi menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut dan

secara berkala karena kesehatan personil dapat turut serta memengaruhi mutu

produk. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang

dapat merugikan mutu produk dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas,

bahan yang sedang diproses jadi sampel sampai dia sembuh kembali.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

89

Universitas Indonesia

Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Salah satu contoh

penerapan sanitasi di PT SOHO Industri Pharmasi adalah fasilitas toiletnya.PT

SOHO Industri Pharmasi menyediakan toilet dalam jumlah yang memadai dan

terpisah dari area kerja karyawan.Toilet selalu dilengkapi dengan tisu, sabun, dan

pengering tangan.Setiap karyawan yang menggunakan toilet wajib mencuci

tangannya terlebih dahulu sebelum kembali beraktivitas.Sanitasi fasilitas produksi

juga diperhatikan. Setelah proses produksi selesai, operator wajib membersihkan

alat atau mesin sesuai dengan protap pembersihan dan melakukan sanitasi

ruangan. Sanitasi ruangan meliputi pembersihan debu, membersihkan lantai,

dinding atap, dan sudut-sudut ruangan produksi sesuai dengan SOP yang

berlaku.Setiap personil yang telah selesai mengunakan alat wajib mencuci dan

membersihkan alat tersebut sesuai dengan SOP yang berlaku. Peralatan biasanya

dibersihkan dengan air kran kemudian dilanjutkan dengan aqua purificata dan

alkohol 70%. Peralatan juga dapat dicuci dengan agen pembersih, namun ada

tidaknya pengaruh terhadap bahan yang diproses harus dipastikan terlebih dahulu.

4.6. Produksi

PT. SOHO Industri Pharmasi memproduksi sediaan solid, liquid, dan semi

solid yang tidak bersifat steril.Semua kegiatan produksi tersebut dilengkapi

dengan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan produksinya seperti yang

dipersyaratkan oleh CPOB.Dinding, lantai dan atap ruangan produksi dilapisi oleh

epoksisehingga memudahkan pembersihan dan mencegah perembesan air.Selain

itu, setiap sudut ruangan produksi dibuat melengkung (tidak bersudut) sehingga

mudah untuk dibersihkan dan tidak menimbulkan penimbunan debu. Ruangan

produksi pun dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) yang berfungsi

untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban, dan sirkulasi udara

agar sesuai untuk proses produksi. Pada ruangan produksi steril pun telah

digunakan sistem tersebut dan pembagian kelas sesuai dengan proses produksi

masing-masing produk.

Setiap memasuki area produksi, terdapat tata cara berpakaian yang harus

dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat pelindung

diri). Saat memasuki ruang ganti, setiap personil wajib menggunakan sepatu black

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

90

Universitas Indonesia

area atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover)dan menggunakan baju

black area. Jika ingin memasuki ruangan produksi grey area personil wajib

mengenakan pakaian khusus (coverall), penutup kepala, sepatu khusus atau

menggunakan penutup sepatu, dan masker. Selanjutnya, personil wajib mencuci

tangan dan menggunakan desinfektan.Prosedur ini dilakukan untuk mencegah

adanya kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan produk yang

dihasilkan.

Ruang produksi di PT. SOHO Industri Pharmasi dikelompokkan

berdasarkan proses pengerjaan yang dilakukan, seperti ruang penimbangan, ruang

mixing, dan lain-lain. Ruangan produksi tersebut berada in-line tujuannya untuk

mempermudah proses produksi dan biasanya ruangan-ruangan tersebut berisi alat

yang in-line misalnya ada satu ruangan yang berisikan supermixer, FBD, dan

granulator. Peralatan tersebut dibuat secara in-line untuk mempercepat proses

produksi sehingga memperlancar proses produksi. Masing-masing ruangan

produksi tidak memproduksi 2 produk yang berbeda. Dipintu bagian depan

ruangan tersebut terdapat kertas yang bertuliskan nama produk yang sedang

diproduksi. Jika produk yang berbeda tetapi diproduksi dengan menggunakan

mesin yang sama maka akan diproduksi secara bergantian yaitu setelah satu

produk selesai, mesin dan ruangan harus dibersihkan dahulu dan dicek oleh

supervisor baru kemudian dilanjutkan dengan produk yang lain. Selain itu,

ruangan produksi memiliki airlock sebagai ruang antara, yang membatasi ruang

produksi dan lingkungan luar.

Pada setiap proses produksi terdapat tahap-tahap yang harus diperiksa

untuk menguji apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang

telah dipersyaratkan, atau yang disebut dengan In Process Control (IPC). IPC

dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir proses produksi. Untuk sediaan solid

IPC yang dilakukan umunya meliputi: pemerian, kode penandaan, bobot,

kekerasan, diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu hancur. Untuk sediaan

liquid, IPC yang dilakukan meliputi: pemerian, berat jenis, dan pH. Selain IPC,

operator dari produksi juga mengirimkan sampel untuk diuji oleh bagian Quality

Control. Apabila semua hasil uji telah memenuhi syarat, maka produk tersebut

dapat di-release ke pasaran

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

91

Universitas Indonesia

4.7. Pengawasan Mutu

Pengawasan Mutu (Quality Control) merupakan bagian yang esensial dari

CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai

mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.Departemen QC PT. SOHO

Industri Pharmasi memiliki tiga laboratorium yaitu laboratorium kimia (chemical

laboratory), laboratorium instrumen (instrument laboratory), dan laboratorium

mikrobiologi (microbiology laboratory).

Laboratorium kimia biasanya digunakan untuk pemeriksaan bahan baku

yang baru datang dari pemasok atau reanalisa bahan baku, pemeriksaan kualitas

air murni, dan pemeriksaan kualitas air limbah. Bahan baku yang baru datang

akan diperiksa oleh QC bahan baku (Raw Material) sedangkan bahan pengemas

akan diperiksa oleh QC pengemas (Packaging Material). Bahan baku dan bahan

pengemas tersebut harus disertai Lembar Penerimaan Barang (LPB) dari gudang

(Warehouse) dan sertifikat analisa (Certificate of Analysis/CoA) ataupun Material

Safety Data Sheet (MSDS) dari pemasok. Sedangkan, renalisa dilakukan untuk

memeriksa bahan baku apakah bahan baku tersebut masih dapat digunakan atau

tidak untuk proses produksi.

Di laboratorium instrumen terdapat alat-alat yang dibutuhkan dalam

menganalisis suatu produk secara kualitatif maupun kuantitatif dan biasanya

digunakan untuk pemeriksaan produk setengah jadi dan produk jadi.Selain itu,

laboratorium ini juga melakukan pengujian validasi dan verifikasi metode analisis.

Laboratorium mikrobiologi digunakan untuk pengujian kontaminasi terhadap

mikroorganisme baik pada bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, dan

produk jadi setelah pengemasan serta juga melakukan pemeriksaan mikroba pada

ruang produksi.

4.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Inspeksi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara rutin untuk

menilai apakah seluruh aspek di suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan

CPOB, Quality Manual, dan persyaratan lainnya serta merekomendasikan

tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.Inspeksi diri

merupakan suatu bentuk evaluasi internal, yaitu bagian dari suatu perusahaan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

92

Universitas Indonesia

mengevaluasi bagian lain di perusahaan tersebut. Di SOHOGroup, pelaksanaan

inspeksi diri merupakan tanggung jawab dari bagian Quality Operation,

khususnya Quality Monitoring Section sebagai bagian yang menyiapkan dan

merevisi SOP, memberikan pelatihan SOP, serta menyusun dan mengirimkan

jadwal diri tahunan kepada pihak terkait.

Inspeksi diri melibatkan auditor sebagai pihak yang mengaudit serta

auditee yaitu pihak yang diaudit. Personel yang tergabung dalam tim auditor harus

dipastikan telah memperoleh pelatihan yang cukup atau sudah memperoleh

pengetahuan mengenai ketentuan CPOB dan ISO/IEC 17025:2005. Tim auditor

terdiri dari seorang koordinator (yaitu QA Department Head), Lead Auditor

(orang yang ditunjuk oleh coordinator audit), serta beberapa orang auditor

(termasuk QM Sec Head / Quality System Executive, Department Head yang

ditunjuk, serta orang lain yang ditunjuk untuk melakukan audit).

Hal yang diinspeksi dalam inspeksi diri adalah segala aspek yang terdapat

dalam suatu departemen, yaitu karyawan (Catatan Pelatihan, dll), bangunan dan

peralatan (termasuk fasilitas dan sistem penunjang), penyimpanan bahan awal,

produk antara, produk ruahan, dan obat jadi, produksi dan pengemasan,

laboratorium, dokumentasi (termasuk Kebijakan Mutu, Sasaran Mutu, Prosedur

Kerja), dan house keeping (kebersihan peralatan, lingkungan, ruangan, dll),

Adapun daerah yang diinspeksi meliputi semua area Produksi, Quality

Assurance dan Quality Control (Laboratorium Kimia, Laboratorium

Mikrobiologi, Ruang Sampling, dan Ruang Pertinggal), R&D (Laboratorium

Kimia dan Area Grey), Engineering (Utilities, Gudang, Bengkel, dll), Tempat

penyimpanan dokumen, dan Gudang (Packaging & Raw Material, Finished

Product, WIP, Karantina, dan Rejected Area).

Sementara itu, audit mutu yang dilakukan oleh SOHOGroup adalah audit

mutu ke Toll Manufacturer, Laboratorium Eksternal dan Distributor, sehigga audit

yang dilakukan disebut dengan Audit Eksternal. Bagian yang bertanggungjawab

atas terlaksananya Audit Eksternal adalah Quality Monitoring Section. Tujuan

dilaksanakannya audit eksternal adalah untuk meyakinkan bahwa perusahaan

yang menerima Toll Manufacturer dan Analisa Bahan Baku atau produk dari

SOHO Group telah memenuhi persyaratan GMP maupun GLP, melakukan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

93

Universitas Indonesia

penilaian terhadap distributor telah memenuhi persyaratan GDP, serta melakukan

penlaian terhadap penyimpangan selama proses produksi, analisa, dan distribusi,

sehingga produk yang didistribusikan masih memenuhi persyaratan ke konsumen.

Audit dilakukan secara rutin setiap 3 tahun sekali atau lebih bila

dibutuhkan. Audit juga dilakukan untuk menentukan toll manufacturer,

laboratorium eksternal baru, pabrik baru, serta lokasi pabrik baru. Penilaian yang

dilakukan pada audit eksternal adalah menggunakan checklist pada nilai (skala 1-

4) yang sesuai dengan kondisi aktual. Nilai akhir yang didapatkan menjadi acuan

tindakan yang akan dilakukan pada objek audit tersebut.

4.9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan

Produk Kembalian

Suatu industri farmasi harus memiliki sebuah sistem untuk

mengakomodasi penangangan suatu produk yang telah dipasarkan namun

dirasakan (serta telah dibuktikan) tidak memenuhi persyaratan. Keluhan

merupkana suatu bentuk komunikasi yang diterima oleh perusahaan mengenai

perbedaan kualitas produk yang telah diterima oleh konsumen. Cakupan

perbedaan tesebut adalah identitas, keamanan, kemurnian dan efikasi dari produk.

Prosedur yang ada tidak dapat digunakan untuk menangani masalah terkait

pemasaran (harga dan stok) serta pharmacovigilance.

Di SOHOGroup, keluhan ditangani oleh bagian Quality Monitoring

Section. Bagian ini akan menerima laporan keluhan konsumen dari Clinical Trial

Monitoring. Bagian QMS kemudian akan melakukan investigasi terhadap keluhan

tersebut menggunakan formulir investigasi. Investigasi tersebut dimulai dengan

mempelajari kasus keluhan sebelumnya pada produk yang sama. Setelah itu,

Quality Monitoring Section Head (QMSH) melakukan investigasi dengan

mengevaluasi catatan batch record product. Jika perlu, QMSH akan mengirimkan

sampel untuk di uji oleh QC.

Hasil investigasi keluhan menjadi acuan apakah sebuah keluhan dapat

diterima (justified) atau tidak (not justified). Sebuah keluhan akan diterima apabila

sampel keluhan dan contoh pertinggal sama-sama tidak memenuhi persyaratan.

Keluhan tidak akan diterima apabila sampel keluhan dan contoh pertinggal

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

94

Universitas Indonesia

keduanya memiliki hasil yang memenuhi syarat, dan apabila sampel keluhan tidak

memenuhi syarat namun contoh pertinggal memenuhi syarat. Pada keluhan yang

dinyatakan tidak diterima, QO dapat mengemukakan pendapat dan sanggahan

Suatu keluhan yang dinyatakan justified (dapat diterima), QA Department

Head kemudian melakukan investigasi terhadap produk yang sama namun dengan

batch yang berbeda. Berdasarkan hasil investigasi dan tanggapan dari berbagai

departemen, dilakukan penilaian risiko akhir untuk menetapkan tindakan lanjutan.

Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan penarikan produk.

Penarikan produk merupakan suatu tindakan dari sebuah perusahaan untuk

mengambil kembali seluruh batch atau produk yang telah beredar di pasaran atas

pertimbangan keamanan. Di SOHOGroup, penarikan produk merupakan tanggung

jawab dari bagian Quality Monitoring Section. Penarikan produk dapat terjadi jika

terdapat risiko dengan kategori kritis pada sebuah batch atau produk.

Produk kembalian merupakan obat jadi yang telah beredar yang kemudian

dikembalikan ke perusahaan karena terdapat keluhan mengenai produk tersebut

seperti kerusakan kemasan ataupun mendekati daluwarsa. Di SOHOGroup,

produk yang dapat dikembalikan adalah produk yang masa daluarsanya +/- 3

bulan. Produk yang dikembalikan, oleh distributor akan diserahkan kembali ke

bagian Warehouse obat jadi SOHOGroup untuk selanjutnya dimusnahkan.

4.10. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. PT.

SOHO Industri Pharmasi memiliki departemen sendiri yang bertugas mengelola

dokumen yang terdapat di SOHO Group, yaitu Validation andDocumentation

Department (VDD). VDD merupakan departemen yang bertanggungjawab dalam

mengelola dan menjaga dokumen. VDD merupakan pusat segaladokumen, VDD

menyimpan master batch record, semua SOP, mendata semuanomor surat yang

keluar PT. SOHO Industri Pharmasi, dan lain-lain.

Review terhadap SOP (Standard ofProcedure) di lakukan dilakukan setiap

3 tahun. Dokumendisimpan dengan sistem inventarisasi yang memudahkan

pengawasan danpenelusuran dokumen.Selain dokumentasi secara manual,

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

95

Universitas Indonesia

dokumentasi jugadilakukan dengan mengunakan sistem IFS (Information Finance

System). Setiap dokumen yang berkontribusi terhadap produk perlu dilakukan

pencatatan sesuai :

a) Pencatatan dengan bolpoint tinta biru yang tidak mudah luntur, hal ini

bertujuan untuk membedakan dokumen yang asli dengan hasil salinan;

b) Tulisan terbaca, rapi dan mudah dimengerti;

c) Kata-kata tidak menimbulkan arti ganda, langsung pada tujuan;

d) Tidak boleh ada huruf yang bertumpuk;

e) Semua entries/bagian dokumen yang perlu ditulis tangan dilengkapi, tidak

boleh ada bagian yang kosong. Bagian yang kosong dicoret menyilang

sepertihuruf Z dan diberi paraf dan tanggal pengisian dokumen;

f) Setiap bagian dokumen yang tidak memungkinkan untuk diisi ditulis N.A;

g) Koreksi dilakukan dengan mencoret tulisan yang salah dengan satu garis

lurus, diberi paraf, diberi tanggal, dan ditulis data yang benar tepat

disampingdata yang salah;

h) Setiap dokumen yang memerlukan perubahan harus disertai dengan

changerequest berupa Laporan Usulan Perubahan (LUP).

4.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

PT. SOHO Industri Pharmasi memproduksi produk- produk

antibiotik,multivitamin, herbal, dan lain-lain, baik dalam bentuk solid (tablet,

kapsul,kaplet), semi solid (gel, krim, salep) dan liquid (sirup, suspensi, emulsi).

Produktersebut berasal dari pengembangan produk yang dilakukan sendiri

atauberdasarkan lisensi dari perusahaan lain. Beberapa produk unggulan dari

PT.SOHO Industri Pharmasi antara lain Imboost®, Diapet®, Laxing®, Fitkom®,

danCurcuma Plus Emulsion®. PT. SOHO Industri Pharmasi juga menjalin

kerjasama dengan berbagai perusahaan, baik perusahaan dalam negeri maupun

perusahaan asing dengan melakukan produksi toll in dan toll out. Produksi toll in

berarti pembuatan produk perusahaan lain di PT. SOHO Industri Pharmasi,

sedangkan toll out berarti pembuatan produk PT. SOHO Industri Pharmasi di

perusahaan lain.Kerjasama ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan kapasitas

produksi dan keterbatasan sumber daya serta proses analisis yang harus dilakukan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

96

Universitas Indonesia

karena keterbatasan fasilitas atau peralatan. Sebelum pengujian, dilaksanakan

audit terlebih dahulu terhadap penerapan CPOB perusahaan penerima kontrak.

Produk PT. SOHO Industri Pharmasi yang diproduksi oleh perusahaan lain

berdasarkan kontrak (toll out), antara lain produk-produk injeksi, injeksi

kering,soft capsule, dan produk sefalosporin dan beta laktam seperti Bellacid®

danCedantron® injeksi, sedangkan produk toll in dari PT. SOHO Industri

Pharmasi antara lain Eksedryl® dan Tantum Verde®. Perusahaan asing yang

menjalin kerjasama dengan PT. SOHO industriPharmasi antara lain CCM Pharma

(Malaysia), Kimberly Clark Technol (USA),Warner Lambert (USA), Janssen

Cilag (Australia), Zenece (UK).PT. SOHO Indutri Pharmasi juga dipercaya untuk

memproduksi produk lisensidari perusahaan asing seperti Angelini Fransesco

(Italia), Fuji Chemical Co. Ltd.(Jepang), Searle Divition ofMonsanto (USA), dan

Synthelabo (France).

4.12. Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi dan validasi yang dilakukan PT. SOHOIndustri Pharmasi

meliputi kualifikasi peralatan, kualifikasi bangunan danfasilitas, kualifikasi

infrastruktur, validasi proses produksi, validasi carapembersihan, validasi metode

analisa, serta verifikasi peralatan daninfrastruktur. Aktifitas kualifikasi dan

validasi dilakukan oleh suatu departemen yaitu Validationand Documentation

Department (VDD). Tahap-tahap dalam melakukan kualifikasi adalahDesign

Qualification (DQ),Installation Qualification (IQ) of equipment/utility system,

OperationalQualification (OQ) of equipment/utility system, dan

PerformanceQualification (PQ) of equipment/utility system, setelah itu diperiksa

outputnya dan dinilai apakah memenuhi standar penerimaan yang telah

ditetapkan.

Validasi yang dilakukanadalah validasi proses, validasi proses aseptis dan

validasi pembersihan. Secara umum cara melakukan validasi proses di industri

farmasi Soho adalah dengan melakukan simulasi pada parameter-parameter

produksi dan dikerjakan oleh tenaga yang telah mendapatkan training mengenai

validasi. Berikut adalah tahapan pengerjaannya :

1. Melakukan penimbangan bahan baku

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

97

Universitas Indonesia

2. Proses mixing ( dilakukan pengambilan sampel > 3 titik )

3. Melakukan pemeriksaan apakah terdapat deviasi

4. Dilakukan penilaian misalnya untuk tablet waktu hancur, keregasan, dll

5. Data hasil uji dibandingkan lalu di review dan di analisa

6. Hasil analisa dituang dalam suatu laporan yang terdiri dari kesimpulan

dan saran

Validasi proses aseptis yaitu validasi terhadap sediaan steril yang proses

produksinya dilakukan secara aseptis (proses sterilisasi dilakukan sebelum sediaan

dikemas dalam kemasan primer).

Cleaning Validation menjadi hal penting untuk menjamin bahwa produk

tidak terkontaminasi dengan pencemar maupun terjadi mix up atau ketercampuran

dengan produk lain yang menggunakan alat, wadah, mesin, ruangan yang sama.

Departemen VDD PT. SOHO Industri Pharmasi telah menetapkan suatu kebijakan

mengenai urutan pembersihan produk berdasarkan toksisitas, kelarutan dalam air,

dan tingkat kesulitan dalam pembersihan, dengan rumus :

Risk Rating = 𝑇𝑜𝑥𝑖𝑐 𝐷𝑜𝑠𝑒

𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑥 𝑑𝑖𝑓𝑓𝑖𝑐𝑢𝑙𝑡𝑦 𝑖𝑛 𝑐𝑙𝑒𝑎𝑛𝑖𝑛𝑔

Dari rumus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi risk

rating maka produk tersebut menjadi produk marker.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

98 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a) PT SOHO Industri Farmasi telah menerapkan pedoman CPOB dengan

baik pada semua proses baik dalam proses produksi, pengawasan dan

pengendalian mutu, serta kegiatan lain yang terkai dimana aspek-aspek

CPOB tersebut telah diimplementasikan dan didokumentasikan dengan

baik dan teratur.

b) Seorang apoteker di industri farmasi memiliki peranan yang penting yaitu

menjadi personil kunci antara lain sebagai kepala produksi, kepala bagian

pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu. Semua bagian

dalam struktur organisasi PT. SOHO Industri Pharmasi telah

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai pedoman

CPOB sehingga semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik.

5.2. Saran

a) Tetap menjaga dan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas dari

produksi sediaan obat sesuai dengan pedoman CPOB.

b) Peningkatan kerja sama dan komunikasi antar divisi sehingga dapat

dihasilkan kinerja dan hasil yang lebih baik.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

99

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat

yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

PT. SOHO Group. (2012). Orientation Program SOHO Group Value For Health.

Jakarta: PT. SOHO Group.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

100

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. SOHO Group

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

101

Lampiran 2. Struktur Organisasi Manufacturing PT. SOHO Group

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

102

Lampiran 3. Struktur Organisasi Quality Operation Division dan Departemennya

Quality Operation

Div. Head

Quality Control

Dept. Head for SOHO

Quality Assurance

Dept. Head

Quality Control

Dept. Head for ETHICA

Quality Operation

Administrator

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Operation Division

Quality Assurance

Dept. Head

Quality Monitoring

System

Sub Dept. Head

Quality Support

Sec. Head

Quality

Compliance

Sec. Head

Quality

Compliance

Executive

Quality System

Executive

Quality Release

Sec. Head

Quality Monitoring

Sec. Head

Quality Support

Analyst

Product

Sorter

Quality Monitoring

Inspector

Quality Assurance

Administrator

Quality Release

Inspector

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Assurance Department

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

103

Lampiran 3. (lanjutan)

Quality Control

Dept. Head for SOHO

Packaging Material

Sec. Head

Finish Goods

Sec. Head

Raw Material

Sec. Head

Raw Material

Analyst

Packaging Material

Helper

Packaging Material

Analyst

Finish Goods

Analyst

Microbiology

Sec. Head

Raw Material

Helper

Finish Goods

Helper

Microbiology

Analyst

Microbiology

Helper

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Control Department untuk SOHO

Quality Control

Dept. Head for ETHICA

Microbiology

Sec. Head

Physical & Chemical Inspection

Sec. Head

Microbiology

Inspector

Microbiology

Analyst

Physical Chemical

Analyst

Physical Chemical

Inspector

Laboratorium

Officer

Keterangan: Struktur Organisasi Quality Control Department untuk ETHICA

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

104

Lampiran 4. Struktur Organisasi Production Division dan Departemennya

Production

Div. Head

Non-Sterile Production

Dept. Head

Sterile, Cephalosporin &

Extract Production

Dept. Head

Production Process

Excellence

Dept. Head

Production Quality

Compliance

Dept. Head

Production

Administrator

Keterangan: Struktur Organisasi Production Division

Sterile, Cephalosphorin &

Extract Production

Dept. Head

Cephalosphorin &

Extract Production

Sub Dept. Head

SCEP

System &

Documentation

Specialist

Sterile Production

Sub Dept. Head

Sterile Production

Sec. Head

Cephalosphorin &

Extract Production

Sec. Head

Sterile Machine

Operator

Sterile Supporting

Machine Operator

Sterile High-tech

Machine Operator

Sterile Production

Packer

Sterile Production

W eight Checker

Cephalosphorin &

Extract Production

W eight Checker

Cephalosphorin &

Extract High-tech

Machine Operator

Cephalosphorin &

Extract Machine

Operator

Cephalosphorin &

Extract Supporting

Machine Operator

Cephalosphorin

Production

Packer

SCEP

Administrator

Keterangan: Struktur Organisasi Sterille, Cephalosphorin & Extract Production Department

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

105

Lampiran 4. (lanjutan)

Non-Sterile

Production

Dept. Head

Solid Processing

Sub Dept. Head

Packaging & Non-

Solid Processing

Sub Dept. Head

Non-Sterile

Dispensing

Sec. Head

Non-Sterile

Production

W eight Checker

Solid Processing

Sec. Head

Packaging & Non-

Solid Processing

Sec. Head

Solid Processing

High-tech

Machine Operator

Solid Processing

Machine Operator

Packaging & Non-

Solid Processing

Machine

Operator

Non-Sterile

Supporting

Machine Operator

Packaging & Non-

Solid Processing

High-tech

Machine Operator

Non-Sterile

Production

Packer

Non-Sterile

Production

Administrator

Keterangan: Struktur Organisasi Non-Sterile Production Department

Production Process Excellence

Dept. Head

Production Process

Excellence

Sec. Head

Production Process

Excellence

Executive

Production Process

Excellence

Administrator

Production Quality Compliance

Dept. Head

Production Quality

Compliance

Sec. Head

Production Quality

Compliance

Executive

Production Quality

Compliance

Administrator

Keterangan: Struktur Organisasi Production Process Excellence Departement dan Production

Quality Compliance Departement

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

106

Lampiran 5. Struktur Organisasi Supply Chain Division dan Departemennya

Supply Chain

Div. Head

Inbound Logistic

Dept. Head

Supply Planning

Dept. Head

Material Procurement

Dept. Head

Import Clearance

Dept. Head

Supply Chain

Administrator

Keterangan : Struktur Organisasi Supply Chain Division

Supply Planning

Dept . Head

Supply Planning

Sub Dept . Head

Product Supply

Management

Sub Dept . Head

Product Supply

Management

Execut ive

Cont ract

Manufacture

Sec. Head

Product ion

Planning

Specialist

Product ion

Planning

Sec. Head

Cont ract

Manufacture

Execut ive

Product ion

Planning

Execut ive

Supply Planning

Administ rator

Keterangan : Struktur Organisasi Supply Planning Department

Material

Procurement

Dept . Head

Material Sourcing

Sec. Head

Material Sourcing

Execut ive

Material

Procurement

Sec. Head

Material

Procurement

Administ rator

Material Planning

Sec. Head

Material

Procurement

Execut ive

Material Planning

Execut ive

Keterangan : Struktur Organisasi Material Procurement Department

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

107

Lampiran 5. (lanjutan)

Inbound Logist ic

Dept . Head

Inbound Logist ic

Administ rator

Inbound Logist ic

Sub Dept . Head

Site

Supervisor

Checker

Driver

Forklif t

Operator

Site

Off icer

Keterangan : Struktur Organisasi Inbound Logistic Department

Import Clearance

Dept . Head

Import Clearance

Sec. Head

Import Clearance

Execut ive

Import Clearance

Administ rator

Keterangan : Struktur Organisasi Import Clearance Department

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

108

Lampiran 6. Struktur Organisasi Technical Division dan Departemennya

Technical

Div. Head

Engineering

Dept. Head

HSE

Dept. Head

Civil Engineering &

Project Control

Dept. Head

Continuous

Improvement

Dept. Head

Technical

Administrator

Fixed Asset & Spare

Part Procurement

Dept. Head

Keterangan: Struktur Organisasi Technical Division

Cont inuous

Improvement

Dept . Head

Process Performance

Sec. Head

Process Performance

Execut ive

Focus Improvement

Sec. Head

Focus Improvement

Execut ive

Keterangan: Struktur Organisasi Continues Improvement Departement

HSE

Dept . Head

Enviromental &

Compliance

Sub Dept . Head

Safety & Loss

Prevent ion

Execut ive

Laundry & Cleaning

Services

Coordinator

Indust rial Hygiene and

Health

Execut ive

W aste & Pest

Management

Sec. Head

Laundry

Off icer

IPAL

Officer

HSE

Administ rator

Behaviour Based

Safety & Cont ractor

Safety Management

Execut ive

Hazardous &

Domest ic W aste

Off icer

Pest & Termite

Cont rol

Off icer

Factory Cleaning

Off icer

Keterangan: Struktur Organisasi Health Safety And Environment (HSE) Departement

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

109

Lampiran 6. (lanjutan)

Engineering

Dept . Head

Engineering

Administ rator

Mechanical

Maintenance

Sub Dept . Head

Mechanical Elect rical

Design

Engineer

Operat ional

Maintenance

Sub Dept . Head

Ut ilit y

Sec. Head

Maintenance

Sec. Head

Ut ilit y & W orkshop

Coordinator

Elect rical, W orkshop

& Ut ilit y

Technician

HVAC & Clean Media

Coordinator

BAS

Technician

HVAC & Clean Media

Technician

Maintenance

Coordinator

Maintenance

Technician

Maintenance

Coordinator

Maintenance

Technician

Engineering Planning

& Reliabilit y

Sub Dept . Head

W arehouse Spare Part

Sec. Head

Automat ion &

Calibrat ion

Sec. Head

Engineering Planner &

Document Cont rol

Sec. Head

Stock

Keeper

Calibrat ion &

Mechant ronic

Technican

Eng Document

Cont rol

Execut ive

Maintenance

Planner

Keterangan: Struktur Organisasi Engineering Department

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

110

Lampiran 6. (lanjutan)

Civil Engineering &

Project Cont rol

Dept . Head

Civil Engineering &

Build ing Maintenance

Sub Dept . Head

Build ing Maintenance

& Development

Sec. Head (Manuf)

Project Cont rol

Sub Dept . Head

Project Cont rol

Sec. Head

Build ing Maintenance

Sub Sec. Head

Build ing Maintenance

Technician

Civil

Engineer

Build ing Maintenance

& Development

Sec. Head (Non

Manuf)

Build ing & Ut ilit y

Maintenance (PPG)

Sub Sec. Head

Build ing Maintenance

Technician

Ut ilit y

Technician

Civil

Engineer

Project

Drafter

Documentat ion

Project Cont rol

Execut ive

Civil Project Cont rol

Execut ive

ME Project Cont rol

Execut ive

Keterangan: Struktur Organisasi Civil Engineering & Project Control Departement

Fixed Asset & Spare

Part Procurement

Dept . Head

Fixed Asset & Spare

Part Procurement

Execut ive

Fixed Asset & Spare

Part Procurement

Administ rator

Keterangan: Struktur Organisasi Fixed Asset & Spare Part Procurement Department

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

111

Lampiran 7. Struktur Organisasi Validation and Documentation Departement

Validation &

Documentation

Dept. Head

Validation

Sec. Head

Senior Validation

Engineer

Manufacturing

Documentation

Executive

Manufacturing

Documentation

Administration

Validation

Engineer

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI

APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI

KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG

JL. PULOGADUNG NO. 6 JAKARTA

PERIODE 7 JANUARI – 28 FEBRUARI 2013

VERIFIKASI METODE ANALISIS MOMETASONE

FUROATE (for CLEANING VALIDATION)

DI LABORATORIUM QUALITY CONTROL

PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI

SYLVIA HALIM, S. Farm.

1206198226

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

ii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii

1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Tujuan .................................................................................................. 2

2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3

2.1. Manajemen Mutu ................................................................................. 3

2.2. Verifikasi Metode Analisis .................................................................. 4

2.3. Parameter-Parameter Verifikasi Metode Analisis ............................... 7

2.3.1. Akurasi ................................................................................... 7

2.3.2. Presisi ..................................................................................... 7

2.3.3. Spesifisitas (Selektivitas) ....................................................... 8

2.3.4. Linearitas ............................................................................... 9

2.3.5. Batas Deteksi (Limit of Detection/LOD)) dan Batas

Kuantitasi (Limit of Quantitation/LOQ))) ............................. 9

2.4. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation) ...................................... 10

2.5. Dokumentasi ........................................................................................ 11

3. TINJAUAN KHUSUS ................................................................................. 13

3.1. Verifikasi Metode Analisis di PT SOHO Industri Pharmasi ............... 13

3.2. Validasi Pembersihan Alat Sampling di PT. SOHO Industri

Pharmasi ............................................................................................... 16

4. METODOLOGI PENGKAJIAN ............................................................... 19

4.1. Lokasi dan Waktu ................................................................................ 19

4.2. Metode Pengkajian ............................................................................... 19

4.3. Prosedur Verifikasi Metode Analisis ................................................... 19

5. HASIL PEMBAHASAN ............................................................................. 14

5.1. Hasil Verifikasi Metode Analisis Mometasone Furoate (for Cleaning

Validation) ........................................................................................... 21

5.2. Pembahasan .......................................................................................... 21

6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 23

6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 23

6.2. Saran .................................................................................................... 23

DAFTAR ACUAN ............................................................................................ 24

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

iii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Parameter Uji Validasi ....................................................................... 5

Tabel 2.2 Persyaratan Validasi dan Verifikasi Penetapan Kadar Sediaan Obat

Jadi dengan HPLC ............................................................................. 6

Tabel 2.3 Perubahan Metode Kompendial yang Diizinkan ............................... 6

Tabel 3.1 Persyaratan Akurasi untuk Obat ........................................................ 14

Tabel 3.2 Persyaratan Akurasi untuk Suplemen Obat ....................................... 14

Tabel 3.3 Persen RSD untuk Keterulangan dan Presisi Antara ......................... 15

Tabel 4.1 Kondisi Kromatografi pada Verifikasi Metode Analisis Mometasone

Furoate (for Cleaning Validation) ..................................................... 19

Tabel 4.2 Parameter Validasi dan Kriteria Penerimaan Verifikasi Metode

Analisis Mometasone Furoate (for Cleaning Validation) ................. 20

Tabel 5.1 Hasil Verifikasi Metode Analisis Mometasone Furoate (for

Cleaning Validation) ......................................................................... 22

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat

yang dibuat secara dinamis sesuai dengan perkembangan zaman, memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB

juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar

pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan. CPOB mencakup seluruh aspek

produksi dan pengendalian mutu. Salah satu ruang lingkup dalam CPOB adalah

kualifikasi dan validasi dan diantaranya adalah validasi metode analisis.

Istilah “validasi” pertama kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus,

Direktur Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun

1970-an, sebagai bagian penting dari upaya untuk meningkatkan mutu produk

industri farmasi. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya berbagai masalah mutu

yang timbul pada saat itu yang mana masalah-masalah tersebut tidak terdeteksi

dari pengujian rutin yang dilaksanakan oleh industri farmasi yang bersangkutan.

Selanjutnya, validasi juga diadopsi oleh negara-negara yang tergabung dalam the

Pharmaceutical Inspection Co-operation/Scheme (PIC/S), Uni Eropa (EU) dan

World Health Organization (WHO). Bahkan, validasi merupakan aspek kritis

(substantial aspect) dalam penilaian kualitas industri farmasi yang bersangkutan.

Regulasi dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat 21

CFR 211.194(a)(2) secara spesifik menyatakan bahwa pengujian metode analisis

dari United States Pharmacopeia/National Formulary (USP/NF) tidak perlu

memvalidasi akurasi dan reliabilitas dari metode tersebut, tetapi hanya perlu

memverifikasi kesesuaian metode dibawah kondisi pengujian. Verifikasi prosedur

kompendial pertama kali dilakukan untuk mendapatkan hasil yang dapat diterima

menggunakan personil, peralatan dan reagen yang tersedia.

Verifikasi metode analisis mometasone furoate yang dilakukan di PT.

Soho Industri Pharmasi dilakukan untuk memastikan bahwa pada validasi

pembersihan terdeteksi tidak meninggalkan residu yang signifikan. Prosedur

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

2

Universitas Indonesia

verifikasi ini merupakan prosedur tambahan untuk validasi metode analisa dari

mometasone furoate.

Untuk kegiatan verifikasi metode analisis di Laboratorium Pengawasan

Mutu (Quality Control /QC) PT. SOHO Industri Pharmasi berada di bawah

tanggung jawab departemen Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA), khususnya

Seksi Pendukung Mutu (Quality Support Section)Dalam tugas khusus ini akan

dibahas mengenai verifikasi metode analisis di laboratorium QC di PT. SOHO

Industri Pharmasi. Hal yang akan dibahas dalam tugas khusus ini seperti

parameter verifikasi metode analisis dan kriteria penerimaannya beserta protokol

verifikasi metode analisis di PT. SOHO Industri Pharmasi.

1.2. Tujuan

a. Untuk memahami sistem verfikasi metode analisis yang dilaksanakan di

industri farmasi, khususnya di PT. SOHO Industri Pharmasi.

b. Untuk mengetahui apakah analisis mometasone furoate menurut

USP35/NF 30 dapat digunakan untuk pengujian kadar residu dari validasi

pembersihan alat sampling.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan

tujuan pengggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen

izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan

penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen

Mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan

Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua

departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk

mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan

manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.

Ada 2 unsur dalam manajemen mutu, yaitu suatu infrastruktur atau sistem

mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya;

dan tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan

tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dimana keseluruhan tindakan

tersebut disebut Pemastian Mutu (Quality Assurance).

CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat

dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk pencapaian standar mutu yang

sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan

spesifikasi produk. Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang

berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan

dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa

pengujian yang dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak

digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum

mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Penyiapan metode pengujian

dan pemvalidasiannya merupakan salah satu prasyaratan dasar dari Pengawasan

Mutu.

Pengawasan Mutu secara menyeluruh mempunyai tugas antara lain,

penetapan, pemvalidasian dan penerapan semua prosedur pengawasan mutu,

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

4

Universitas Indonesia

pengevaluasian, pengawasan, dan penyimpanan baku pembanding. Semua

kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika

perlu dicatat (BPOM RI, 2006).

2.2. Verifikasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap

parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,

2004). Metode uji yang diterbitkan dalam European Pharmacopeia (EP), United

States Pharmacopeia (USP), British Pharmacopeia (BP), dan farmakope lainnya

tidak memerlukan validasi penuh tetapi harus diverifikasi untuk menjadi akurat,

tepat dan selektif sebelum digunakan. Parameter yang dikerjakan untuk verifikasi

antara lain: akurasi, presisi, spesifitas/ selektivitas (Soho Group, 2013a).

Menurut USP 35/NF 30: persyaratan verifikasi harus didasari pada suatu

pengkajian baik dari prosedur maupun dari bahan dimana prosedur ditetapkan.

Walaupun validasi ulang yang lengkap dari suatu metode kompendial tidak

diperlukan untuk memverifikasi kesesuaian dari suatu prosedur dibawah kondisi

penggunaan, beberapa karakteristik kinerja analisis validasi (tertera pada Tabel

2.1) dapat digunakan untuk proses verifikasi.

Hanya beberapa karakteristik yang dipertimbangkan tepat untuk verifikasi

dari prosedur tertentu yang perlu untuk dievaluasi. Proses pengkajian kesesuaian

dari suatu prosedur pengujian analisis kompendial dibawah kondisi penggunaan

sebenarnya mungkin atau tidak mungkin memerlukan kinerja laboratorium

sebenarnya dari setiap karakteristik kinerja analisis. Tingkat dan besarnya proses

verifikasi tergantung pada tingkat pelatihan dan pengalaman dari pengguna, jenis

prosedur dan peralatan atau instrumen yang digunakan.

Berikut ini adalah beberapa prinsip umum yang berkaitan saat pengujian

validasi metode analisis:

a. Kriteria penerimaan untuk parameter validasi harus ditetapkan selama

pengembangan metode pengujian

b. Dilakukan uji kesesuaian sistem untuk memastikan bahwa sistem

kromatografi yang dipakai baik untuk digunakan dalam analisis.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

5

Universitas Indonesia

c. Protokol validasi metode analisis harus sudah selesai sebelum dimulainya

validasi.

Hal tersebut juga berlaku untuk verifikasi metode analisis (Soho Group,

2013a)

Tabel 2.1 Parameter Uji Validasi

Karakteristik

Kinerja Analisis Kategori I

Kategori II Kategori

III

Kategori

IV Kuantitatif Uji Batas

Akurasi Ya Ya * * Tidak

Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak

Spesifisitas Ya Ya Ya * Ya

Batas Deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak

Batas Kuantitasi Tidak Ya Tidak * Tidak

Linieritas Ya Ya Tidak * Tidak

Range Ya Ya * * Tidak

* Mungkin diperlukan, tergantung pada sifat spesifik dari pengujian

Verifikasi harus mengkaji apakah prosedur kompendial sesuai untuk zat

obat dan/atau matriks produk obat, pertimbangan rute sintesis obat/zat, cara

pembuatan produk obat. Verifikasi harus mencakup suatu pengkajian terhadap

unsur – unsur tertentu seperti pengaruh dari matriks pada perolehan kembali

pengotor dan zat obat dari matriks produk obat, serta kesesuaian kondisi

kromatografi dan kolom, kesesuaian respon sinyal detektor, dan sebagainya.

Verifikasi tidak diperlukan untuk prosedur pengujian dasar yang secara rutin

dilakukan seperti susut pengeringan, sisa pemijaran, kandungan asam, pengukuran

pH, dan sebagainya.

Tabel 2.2 meringkas perbandingan persyaratan validasi dengan

persyaratan verifikasi dari pengujian pada HPLC dari suatu bentuk sediaan obat

jadi. ICH mempersyaratkan validasi pada akurasi, presisi, spesifisitas, linieritas

dan range. Secara umum, verifikasi hanya memerlukan presisi dan spesifisitas.

Persyaratan akurasi tergantung dari pada keadaan spesifik dari bentuk sediaan

obat jadi.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

6

Universitas Indonesia

Tabel 2.2 Persyaratan Validasi dan Verifikasi Penetapan Kadar Sediaan Obat Jadi

dengan HPLC (Chung, 2008)

Karakteristik Kinerja Validasi Verifikasi

Akurasi Ya Mungkin

Presisi Ya Ya

Spesifisitas Ya Ya

Batas Deteksi Tidak Tidak

Batas Kuantitasi Tidak Tidak

Linieritas Ya Tidak

Rentang Ya Tidak

Ada beberapa perubahan dari metode kompendial yang masih dapat

diizinkan. Perubahan pada metode kompendial yang masih diijinkan menurut USP

dapat dilihat pada Tabel 2.3 dibawah:

Tabel 2.3 Perubahan Metode Kompendial yang Diizinkan (Soho Group, 2013a)

High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Panjang Kolom ±70%

Internal Diameter ±25%

Particle Size -50%, penambahan tidak diijinkan

Flow Rate ±50%

Suhu Kolom ±10%

Volume Injeksi Bisa lebih kecil (jika LOD dan

repeatability tidak bermasalah)

pH ±0.2

Panjang gelombang UV Tidak diijinkan melakukan perubahan

Konsentrasi garam dalam buffer ±10%

Komposisi fase gerak

Komponen minor (<50%)

±30% relative atau ±10% absolute (pilih

yang rentangnya paling sempit)

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

7

Universitas Indonesia

2.3. Parameter-parameter Verifikasi Metode Analisis

2.3.1. Akurasi (kecermatan) (Harmita, 2004)

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis

dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Penentuan kecermatan

dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:

a. Metode simulasi (spiked-plasebo recovery)

Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni (senyawa

pembanding kimia) ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan

farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan

dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).

b. Metode penambahan baku (standard addition)

Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu

analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi.

Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang

diharapkan).

Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan

sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Persen

perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo

(eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi

tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan),

kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi.

Kriteria akurasi sangat tergantung kepada konsentrasi analit dalam matriks

sampel dan pada keseksamaan metode (RSD). Pada percobaan penetapan akurasi,

sedikitnya lima sampel yang mengandung analit dan plasebo yang harus disiapkan

dengan kadar antara 50% sampai 150% dari kandungan yang diharapkan.

2.3.2. Presisi (keseksamaan) (Harmita, 2004)

Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil

uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika

prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

8

Universitas Indonesia

campuran yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau

simpangan baku relatif (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai:

a. Keterulangan (repeatability)

Keterulangan adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali

olehanalis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.

Keterulangan dinilai melalui pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap

sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan

ukuran presisi pada kondisi yang normal.

b. Ketertiruan (reproducibility)

Ketertiruan adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang

berbeda. Biasanya analisis dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang

berbeda menggunakan peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula.

Analis dilakukan terhadap sampel-sampel yang diduga identik yang dicuplik dari

batch yang sama.

Percobaan presisi dilakukan terhadap paling sedikit enam replika sampel

yang diambil dari campuran sampel dengan matriks yang homogen. Sebaiknya

keseksamaan ditentukan terhadap sampel sebenarnya yaitu berupa campuran

dengan bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) untuk melihat pengaruh matriks

pembawa terhadap keseksamaan ini. Demikian juga harus disiapkan sampel untuk

menganalisis pengaruh pengotor dan hasil degradasi terhadap keseksamaan ini.

2.3.3. Spesifisitas (Selektivitas) (Harmita, 2004)

Spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur

zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang

mungkin ada dalam matriks sampel. Spesifisitas seringkali dapat dinyatakan

sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap

sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai,

senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis

sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan.

Spesifisitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis

sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing

lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

9

Universitas Indonesia

bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji

keduanya. Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat

diperoleh, maka selektivitas dapat ditunjukkan dengan cara menganalisis sampel

yang mengandung cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang hendak diuji

lalu dibandingkan dengan metode lain untuk pengujian kemurnian seperti

kromatografi, analisis kelarutan fase, dan Differential Scanning Calorimetry.

Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan ukuran spesifisitas.

Pada metode analisis yang melibatkan kromatografi, selektivitas ditentukan

melalui perhitungan daya resolusinya.

2.3.4. Linearitas (Harmita, 2004)

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon

yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,

proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linearitas biasanya

dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung

berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam

sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan matematik dalam pengujian

linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat terkecil

antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit.

Dalam beberapa kasus, untuk memperoleh hubungan proporsional antara

hasil pengukuran dengan konsentrasi analit, data yang diperoleh diolah melalui

transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis regresinya. Dalam praktek,

digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 50 – 150% kadar

analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang konsentrasi

yang digunakan antara 0 – 200%. Jumlah sampel yang dianalisis sekurang-

kurangnya delapan buah sampel blanko. Sebagai parameter adanya hubungan

linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bX.

2.3.5. Batas Deteksi (Limit of Detection/LOD)) dan Batas Kuantitasi (Limit

of Quantitation/LOQ)) (Harmita, 2004)

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

10

Universitas Indonesia

blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi

merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil

analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

2.4. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)

Validasi pembersihan didefinisikan sebagai “proses penyediaan bukti

terdokumentasi bahwa metode pembersihan yang dilaksanakan pada suatu

fasilitas secara konsisten mengendalikan sisa-sisa dari produk (termasuk zat antara

dan pengotor), agen pembersih dan bahan asing ke dalam produk berikutnya pada

tingkat terendah yang ditentukan”. Alasan dibalik prosedur validasi pembersihan

adalah pemastian bahwa keamanan dan kemurnian dari produk, persyaratan

regulasi pada pembuatan produk farmasi, dan memastikan kualitas dari proses dari

suatu pengendalian internal dan sudut pandang pelaksanaan (Souto, E.B et al.,

2008).

Pembersihan harus dilakukan dengan relatif muda dan dengan penggunaan

bahan pembersih standar. Fasilitas vakum harus tersedia untuk pembersihan dan

bagian yang bersentuhan langsung dengan produk harus diseka dan disanitasi

menggunakan agen sanitasi. Peralatan harus dibersihkan, dikeringkan, ditutup dan

disimpan dalam suatu ruangan penyimpanan alat. Prosedur pembersihan yang

tidak tepat dapat menghasilkan bets berkualitas rendah yang disebabkan oleh

resiko adanya kontaminan, seperti prekursor obat, produk penguraian, pelarut dan

bahan lain yang digunakan selama proses produksi, mikroorganisme, bahan

pembersih, dan lubrikan (Souto, E.B et al., 2008).

Validasi pembersihan perlu dilakukan sebagai konfirmasi efektivitas

prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan

pembersih dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada

bahan yang terkait dengan proses pembersihan yang mana batas tersebut

hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi. Metode analisis tervalidasi yang

memiliki kepekaan digunakan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas

deteksi masing-masing metode analisis hendaklah cukup peka untuk mendeteksi

tingkat residu atau cemaran yang dapat diterima. Interval waktu antara

penggunaan alat dan pembersihan divalidasi demikian juga antara pembersihan

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

11

Universitas Indonesia

dan penggunaan kembali. Prosedur pembersihan untuk produk dan proses yang

serupa dapat dipertimbangkan untuk memilih suatu produk rentang yang mewakili

produk dan proses yang serupa. Satu studi validasi dapat dolakukan mengunakan

pendekatan kondisi terburuk (worst case) dengan memperhatikan isu kritis.

Validasi prosedur pembersihan dilakukan dengan melaksanakan prosedur tiga kali

berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa metode

tersebut telah tervalidasi (BPOM RI, 2006).

2.5. Dokumentasi

Protokol adalah suatu instruksi tertulis yang ruang lingkupnya lebih luas

daripada suatu SOP. SOP adalah intruksi yang tertulis secara detail untuk

prosedur yang secara rutin dilaksanakan dalam aktivitas apapun yang

berhubungan dengan produksi farmasi. Suatu protokol menjabarkan detail dari

suatu studi komprehesif terencana untuk menginvestigasi pengoperasian yang

konsisten dari sistem atau peralatan yang baru, suatu prosedur baru, atau

penerimaan suatu proses baru sebelum diimplementasikan. Protokol mencakup

informasi latar belakang signifikasn, menjelaskan rasionalisasi dibalik dan tujuan

studi, dan memberikan suatu deskripsi dari prosedur yang harus diikuti. Hal ini

berarti juga deskripsi dari tempat studi, personil yang bertanggung jawab,

peralatan yang digunakan. Standar dan kriteria untuk produk dan proses terkait,

tipe validasi, sampling, pengujian dan persyaratan pemantauan, deskripsi

bagaimana hasil akan dianalisis dan penentuan kriteria penerimaan untuk tujuan

keyakinan. Validasi, stabilitas dan penelitian klinis adalah contoh protokol tertulis

untuk produksi farmasi (Souto, E.B., et al., 2008).

Protokol validasi (verifikasi) dibuat untuk merinci validasi yang akan

dilakukan. Protokol tersebut dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen

Mutu (Pemastian Mutu). Protokol tersebut hendaklah merinci langkah kritis dan

kriteria penerimaan. Setelah protokol dibuat, maka dibuat laporan yang mengacu

pada protokol validasi (verifikasi) memuat ringkasan hasil yang diperoleh,

tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi

perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protocol

didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai (BPOM RI, 2006).

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

12

Universitas Indonesia

Laporan valiadasi adalah suatu laporan tertulis yang mengacu silang pada

protokol validasi, meringkas hasil yang diperoleh, menjelaskan penyimpangan

yang diamati, dan menggambarkan kesimpulan yang diperlukan, termasuk

rekomendasi perubahan yang diperlukan untuk memperbaiki kekurangan

kualifikasi dan validasi yang dilaksanakan (Souto, E.B., et al., 2008).

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

13 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1. Verifikasi Metode Analisis PT. SOHO Industri Pharmasi (Soho Group,

2013a)

Verifikasi Metode Analisis Mometasone furoate yang dilakukan di PT.

SOHO Industri Pharmasi dilakukan untuk pemastian bahwa pada validasi

pembersihan terdeteksi tidak meninggalkan residu yang signifikan. Prosedur

verifikasi tersebut merupakan prosedur tambahan untuk validasi metode analisa

produk dimana verifikasi dilakukan dengan kadar yang sangat rendah dan metode

sampling berupa metode swab. Personil laboratorium harus dilatih untuk

mengikuti prosedur standar dan Good Laboratory Practices (GLP). Semua

metode laboratorium harus divalidasi atau diverifikasi dengan peralatan dan

reagen yang ditentukan dalam metode uji. Instrumen laboratorium/ peralatan yang

dipakai harus terkalibrasi sebagai pemastian bahwa validasi metode analisis

memberikan hasil yang tepat dan dapat dipercaya.

Parameter yang dikerjakan untuk verifikasi antara lain: akurasi, presisi dan

spesifitas/ selektivitas. Selain itu, juga dilakukan uji kesesuaian sistem bila

menggunakan instrumen HPLC ataupun GC.

Verifikasi metode analisis untuk penetapan kadar bahan baku dan produk

jadi, meliputi:

a. Uji kesesuaian sistem (untuk metode HPLC/ GC)

Uji kesesuaian sistem adalah uji untuk memastikan bahwa sistem

kromatografi yang dipakai baik untuk digunakan dalam analisis. Uji kesesuaian

sistem dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan baku dengan konsentrasi

100% ke dalam sistem kromatografi sebanyak 6 kali. Uji kesesuaian sistem

diterima apabila RSD ≤ 2.0% (untuk satu komponen zat aktif) atau RSD ≤ 3.0%

(untuk multi komponen zat aktif).

b. Akurasi

Akurasi adalah kedekatan hasil pengujian terhadap nilai sebenarnya.

Penentuan akurasi dilakukan dengan menggunakan minimal 9 kali pengukuran

dari 3 larutan dengan konsentrasi yang berbeda (3 konsentrasi, 3 kali) dalam range

80% - 120% kadar yang tertera pada etiket. Akurasi metode analisis baik apabila %

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

14

Universitas Indonesia

RSD rata – rata Recovery yang didapat ≤ 2.0% untuk satu komponen zat aktif atau

RSD ≤ 3.0% untuk sampel dengan zat aktif multi komponen dan % Recovery

yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2:

Tabel 3.1 Persyaratan Akurasi untuk Obat

% Kandungan zat aktif % Recovery

> 10 – 100 % 98.0 – 102.0 %

> 1 – 10 % 97.0 – 103.0 %

> 0.1 – 1 % 95.0 – 105.0 %

> 0.01 – 0.1 % 90.0 – 107.0 %

> 0.00001 – 0.01 % 80.0 – 110.0 %

≤ 0.00001 % 60.0 – 115.0 %

Tabel 3.2 Persyaratan Akurasi untuk Suplemen Obat

% Kandungan zat aktif % Recovery

> 10 – 100 % 95.0 – 102.0 %

> 1 – 10 % 92.0 – 105.0 %

> 0.1 – 1 % 90.0 – 108.0 %

> 0.01 – 0.1 % 85.0 – 110.0 %

> 0.00001 – 0.01 % 80.0 – 115.0 %

≤ 0.00001 % 60.0 – 125.0 %

c. Presisi

Presisi adalah kedekatan beberapa nilai pengukuran dari sampel yang

homogen pada kondisi normal (sampel yang sama dan diuji secara berurutan).

Penentuan presisi meliputi :

i. Keterulangan (presisi sistem)

Merupakan pengujian kinerja instrumen dengan menggunakan sampel,

analis dan alat uji yang sama menggunakan minimum 6 kali pembacaan terhadap

sampel dengan konsentrasi 100% atau 9 kali penetapan dengan 3 larutan

konsentrasi berbeda (3 konsentrasi, 3 kali).

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

15

Universitas Indonesia

ii. Presisi antara (presisi metode)

Meneliti pengaruh perbedaan hari, analis dan peralatan uji pada metode

analisis. Setiap kali pengujian, penyiapan sampel dilakukan secara terpisah mulai

dari penyiapan sampel sampai perhitungan akhir, minimum 6 (enam) kali

penetapan menggunakan konsentrasi 100%.

Keterulangan dan presisi antara dapat diterima jika %RSD (simpangan

baku relatif) berada pada kriteria yang tertera pada Tabel 4.3:

Tabel 3.3 Persen RSD Untuk Keterulangan dan Presisi Antara

% Kandungan zat aktif % RSD

> 10 - 100 % 2

> 1 - 10 % 3

> 0.1 – 1 % 4

> 0.01 – 0.1 % 5

> 0.001 – 0.01 % 7

> 0.0001 – 0.001 % 11

> 0.00001 – 0.0001 % 15

≤ 0.00001 % 21

d. Spesifisitas

Spesifisitas adalah kemampuan metode analisis untuk mendeteksi dan

membedakan analit secara jelas/ tegas dengan komponen lain yang mungkin

menyertai dalam sampel. Cara menentukan spesifisitas adalah dengan melakukan

pengujian terhadap plasebo/ pelarut dengan menggunakan metode sesuai preparasi

penetapan kadar dalam sampel. Hasil analisis konsentrasi yang diperoleh dari

senyawa lain (plasebo/ pelarut) tidak boleh lebih dari 2.0 %.

e. Linearitas

Linearitas adalah kemampuan metode analisa untuk memberikan hasil

pengukuran yang secara langsung proporsional dengan rentang konsentrasi yang

diberikan. Uji linearitas dilakukan dengan membuat kurva regresi antara

konsentrasi larutan standar (sumbu X) dan hasil analisanya (sumbu Y). Uji

linearitas dilakukan menggunakan minimal 5 (lima) konsentrasi yaitu 20%-120%

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

16

Universitas Indonesia

dari konsentrasi pengujian, tiga kali replikasi. Metode analisa disebut linear jika

koefisien korelasi garis regresi ≥ 0.99, dan metode analisa harus mempunyai

rentang pengukuran minimal 80%-120% dari konsentrasi pengujian.

f. LOD dan LOQ

LOD (Limit of Detection) adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel

yang masih dapat untuk dideteksi, tetapi tidak untuk kuantitatif. LOQ (Limit of

Quantitation) adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat

dideteksi dengan akurasi dan presisi yang masih dapat diterima. LOD ditentukan

berdasarkan kurva regresi hubungan antara konsentrasi (x, ppm) dan rasio signal-

noise (y) pada uji linearitas, dimana rasio signal-noise adalah 3:1. LOQ ditentukan

berdasarkan kurva regresi hubungan antara konsentrasi (x, ppm) dan rasio signal-

noise (y) pada uji linearitas, dimana rasio signal-noise adalah 10:1.

3.2. Validasi Pembersihan Alat Sampling di PT. SOHO Industri Pharmasi

(Soho Group, 2013b)

Validasi pembersihan dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur

pembersihan yang dilakukan efektif dan menghilangkan semua residu hingga

suatu tingkat penerimaan yang dapat diterima, dan tidak terjadi adanya

kontaminasi silang. Pengujian hasil validasi pembersihan dilakukan dengan

inspeksi secara visual dan pengujian kadar dari produk penanda (marker product).

Produk penanda ini merupakan bahan atau produk yang memiliki resiko residu

terbesar dalam pembersihan. Resiko tersebut dapat dilihat dari dosis terapeutik

ataupun kelarutan dari zat atau produk tersebut. Ada 2 metode sampling pada

pengujian kadar dari residu yang dilakukan di PT. SOHO Industri Pharmasi yaitu

swab sampling method (metode usap) dan rinse sampling method (metode bilas).

Pada pengujian kadar residu dari validasi pembersihkan harus dipastikan bahwa

metode pengujian yang dilakukan telah tervalidasi atau terverifikasi.

3.3. Dokumentasi (Soho Group, 2013c)

Dari parameter – parameter verifikasi yang tertera diatas kemudian dibuat

protokol verifikasi. Isi dari protokol verifikasi metode analisis PT. Soho Industri

Pharmasi meliputi:

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

17

Universitas Indonesia

a. Persetujuan Protokol

Persetujuan protokol diberi tanda tangan dan tanggal oleh personil dan

departemen yang mengajukan protokol.

b. Tujuan

Tujuan memaparkan maksud dilakukannya verifikasi metode analisis.

c. Tanggung Jawab

Tanggung jawab dibebankan kepada personil dan departemen yang terkait

dengan proses verifikasi metode analisis.

d. Metode dan Referensi

Metode dan referensi memaparkan metode analisis yang akan digunakan

serta referensi yang digunakan.

e. Parameter Validasi dan Kriteria Penerimaan

Berisi parameter validasi yang digunakan pada verifikasi beserta syarat

penerimaan dan perhitungan.

f. Prosedur Verifikasi

Prosedur verifikasi yang dilakukan berdasarkan metode dan referensi yang

telah ditentukan beserta dengan kondisi analisis.

g. Proses verifikasi

Proses verifikasi ini meliputi cara pengujian berdasarkan masing-masing

parameter validasi yang akan dilakukan.

h. Hasil dan kesimpulan validasi

Hasil dan kesimpulan berisi pengumpulan data-data selama proses

verifikasi metode analisis. Hasil dan kesimpulan dibandingkan terhadap

parameter dan kriteria penerimaan yang telah ditentukan.

i. Deviasi

Penyimpangan selama proses verifikasi metode analisis harus dilaporkan

dan dibuat laporan penyimpangannya

j. Validasi Ulang

Verifikasi ulang dilakukan jika terjadi perubahan-perubahan pada produk

atau selama proses verifikasi metode analisis, seperti perubahan metode

analisis dan perubahan formula.

k. Sejarah Revisi

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

18

Universitas Indonesia

Sedangkan isi laporan verifikasi metode analisis meliputi:

a. Persetujuan Laporan

Persetujuan laporan diberi tanda tangan dan tanggal oleh personil dan

departemen yang mengajukan laporan.

b. Latar Belakang

Latar belakang berisi alasan pembuatan laporan verifikasi metode analisis.

c. Tujuan

Tujuan memaparkan maksud dilakukannya verifikasi metode analisis.

d. Hasil Verifikasi

Hasil dan kesimpulan berisi pengumpulan data-data selama proses

verifikasi metode analisis. Hasil dan kesimpulan dibandingkan terhadap

parameter dan kriteria penerimaan yang telah ditentukan.

e. Pembahasan

f. Kesimpulan Verifikasi

Kesimpulan didapat dari kumpulan data hasil verifikasi berdasarkan

parameter dan kriteria penerimaan yang telah ditentukan dalam protokol

verifikasi metode analisis.

g. Saran

h. Lampiran

Berisi lembar kerja dan data pendukung yang digunakan untuk melakukan

verifikasi metode analisis.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

19 Universitas Indonesia

BAB 4

METODOLOGI PENGKAJIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Pengambilan data dan penulisan dilakukan selama dua bulan dari tanggal 7

Januari sampai 28 Februari 2013 di Divisi Operasi Mutu (Quality Operation) PT.

SOHO Industri Pharmasi.

4.2. Metode Pengkajian

Metode yang digunakan dalam mengkaji sistem, pembuatan protokol, dan

pembuatan laporan verifikasi metode analisis di PT. SOHO Industri Pharmasi

adalah melalui penelusuran literatur (studi pustaka).

4.3. Prosedur Verifikasi Metode Analisis

Metode verifikasi analisis yang digunakan adalah metode HPLC

berdasarkan prosedur yang ada di USP 35/NF 26 dengan kondisi dan parameter

yang dapat dilihat dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Kondisi Kromatografi pada Verifikasi Metode Analisis

Mometasone Furoate (for Cleaning Validation)

Komponen Kondisi

Detektor UV, λ 254nm

Kolom L7, 4,6mm x 25 cm

Flow rate 1,7 mL/menit

Volume penyuntikan 20µL

Fase Gerak Metanol : aqua purificata (65:35)

Saring dengan membrane filter 0,45µm

Pelarut Metanol : Aqua purificata : Asam asetat

(65:35:0,2)

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

20

Universitas Indonesia

Tabel 4.2 Parameter Validasi dan Kriteria Penerimaan Verifikasi Metode

Analisis Mometasone Furoate (for Cleaning Validation)

No Parameter Validasi Kriteria Penerimaan

1 Uji Kesesuaian Sistem

(metode HPLC/GC) RSD ≤ 2.00%

2 Akurasi % Recovery: Mometasone furoate: ≥70.00%

RSD ≤ 10.00%

3 Presisi RSD ≤ 10.00%

4 Linearitas Koefisien korelasi ≥ 0.99

5 Limit of Quantitation Minimal 0.5 ppm

6 Limit of Detection Pada area LOQ, peak masih terbaca dan dapat

dibedakan dengan noise

Adapun metode sampling yang digunakan adalah metode swab (metode

usap) yang dilakukan pada lempeng logam yang berukuran 5 cm x 5 cm.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

21 Universitas Indonesia

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Verifikasi Metode Analisis Mometasone Furoate (for Cleaning

Validation)

Hasil verifikasi metode analisis mometasone furoate (untuk validasi

pembersihan) dimana metode sampling yang digunakan adalah metode swab

dapat dilihat pada Tabel 5.1 dibawah

Tabel 5.1 Hasil Verifikasi Metode Analisis Mometasone Furoate

Parameter Syarat Hasil

Kesimpulan Standar Sampel

Uji Kesesuaian

Sistem RSD ≤ 2.00% 0.46% Memenuhi syarat

Akurasi RSD ≤ 10.00% 0.58% Memenuhi syarat

Presisi RSD ≤ 10.00% 0.40% 0.23% Memenuhi syarat

Linearitas r2 ≥ 0.99 0.9992 Memenuhi syarat

LOD Minimal 0.5 ppm 0.1 ppm masih

terdeteksi Memenuhi syarat

LOQ

Pada area LOQ,

peak masih terbaca

dan dapat

dibedakan dengan

noise

0.1 ppm terdeteksi

dan dapat dibedakan

dengan noise

Memenuhi syarat

5.2. Pembahasan

Mometasone furoate merupakan salah satu bahan baku yang digunakan

oleh PT. Soho Industri Pharmasi. Pada analisis residu pada cleaning validation

perlu dilakukan verifikasi analisis untuk memastikan bahwa metode tersebut

konsisten dan dapat dilakukan keterulangannya. Verifikasi metode analisis

dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu (Quality Control) yang ditangani

oleh Quality Support Section.

Setelah protokol verifikasi metode analisis diperiksa dan disetujui, maka

dilakukan tahapan dan proses validasi metode analisis di Laboratoium QC PT.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

22

Universitas Indonesia

SOHO Industri Pharmasi. Data hasil verifikasi metode analisis yang telah

dilakukan oleh analis dikumpulkan kemudian dibuat laporan verifikasi metode

analisis. Data yang dikumpulkan antara lain: data analis, alat, dan reagen, hasil

verifikasi, penyimpangan, data standar, data alat print out timbangan dan

kromatogram.

Verifikasi metode analisis mometasone furoate dilakukan berdasarkan

metode pada USP 35/NF 30 tanpa penggunaan baku dalam (beclometasone

diproprionate) oleh karena belum tersedianya baku dalam tersebut di

Laboratorium QC PT SOHO Industri Pharmasi.

Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa verifikasi metode analisis pada

mometasone furoate telah memenuhi persyaratan kriteria penerimaan pada

masing-masing parameter. Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan untuk

pengujian kadar residu dari validasi pembersihan alat sampling dan apabila pada

prosedur verifikasi yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur maka dibuat

dokumen validasi (penyimpangan).

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

23 Universitas Indonesia

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Verifikasi metode analisis merupakan suatu proses pemeriksaan kepastian

penggunaan metode analisis yang diterbitkan dalam European

Pharmacopeia (EP), United States Pharmacopeia (USP), British

Pharmacopeia (BP), dan farmakope lainnya meliputi pengujian parameter

berupa akurasi, presisi, selektivitas/spesifitas, linieritas dan LOD serta

LOQ.

b. Analisis mometasone furoate menurut USP35/NF 30 dapat digunakan

untuk pengujian kadar residu dari validasi pembersihan alat sampling

5.2. Saran

a. Penyusunan protokol dan laporan verifikasi sebaiknya disusun lebih

sistematis untuk memudahkan penggunaan, misalnya penyusunan secara

alfabetis.

b. Sebaiknya pada revalidasi/reverifikasi, digunakan baku dalam yang tertera

dalam referensi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351207-PR-Sylvia Halim-Laporan praktek.pdfuniversitas indonesia . laporan. praktek kerja profesi apoteker

24

Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat

yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Chung, C.C. (2008). Analytical Method Validation: Principles and Practices

dalam Pharmaceutical Manufacturing Handbook: Regulations and

Quality. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 117 – 135.

ISSN : 1693-9883

Soho Group (2013a). Validasi Metode Analisa Penetapan Kadar Bahan Baku dan

Obat Jadi. Jakarta

Soho Group (2013b). Protokol Verifikasi Metode Analisa Mometasone Furoate

(for Cleaning Validation). Jakarta

Soho Group (2013c). Cleaning Validation Protocol for Sampling Tools (Spoon).

Jakarta

Souto, E.B., Vasconcelons, T., Ferreira, D.C., et al., (2008). Pharmaceutical

Manufacturing Validation Principles dalam Pharmaceutical

Manufacturing Handbook: Regulations and Quality. New Jersey: John

Wiley & Sons, Inc.

U.S. Pharmacopeia. (2012). USP 35-NF 30 U.S. Pharmacopeia National

Formulary Volume 1. Rockville: The United States Pharmacopeial

Convention.

Laporan praktek..., Sylvia Halim, FF UI, 2013