119
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) TRAMEDIFA Jl. CIPINANG MUARA I NO. 23C, PONDOK BAMBU, DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GHARIZA MUTIA DANAR, S.Farm 1206197532 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) TRAMEDIFA

Jl. CIPINANG MUARA I NO. 23C, PONDOK BAMBU,

DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR

PERIODE 18 FEBRUARI – 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

GHARIZA MUTIA DANAR, S.Farm

1206197532

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

ii Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) TRAMEDIFA

Jl. CIPINANG MUARA I NO. 23C, PONDOK BAMBU,

DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR

PERIODE 18 FEBRUARI – 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

GHARIZA MUTIA DANAR, S.Farm

1206197532

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan

rahmat dan kasih sayangNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PBF Tramedifa yang

diselanggarakan pada tanggal 18 Februari – 28 Maret 2012.

Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari

kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk

meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.

Mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan PKPA diharapkan dapat

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki saat memasuki

dunia kerja.

Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

2. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia, pembimbing akademik serta pembimbing dalam yang

telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi

Universitas Indonesia, selama melaksanakan PKPA dan penyusunan tugas

akhir.

3. Bapak T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS. selaku Direktur PBF Tramedifa

dan pembimbing luar yang telah memberikan bimbingan selama melaksanakan

PKPA dan penyusunan tugas akhir.

4. Seluruh staf dan karyawan di PBF Tramedifa yang telah banyak memberikan

bantuan selama penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker.

5. Seluruh dosen Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah banyak

memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman, dan pengetahuan kepada penulis

selama masa studi di Fakultas Farmasi.

6. Seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat kepada

penulis.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

v Universitas Indonesia

7. Seluruh teman-teman Apoteker angkatan 76 atas semangat, dukungan dan

kerjasamanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat

banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun.

Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang

penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat

memberikan manfaat bagi rekan – rekan sejawat dan semua pihak yang

membutuhkan.

Penulis

2013

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Ghariza Mutia Danar, S. Farm.

NPM : 1206197532

Program Studi : Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Tramedifa, Jl. Cipinang Muara I No. 23C, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta

Timur. Periode 18 Februari - 28 Maret 2013.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-

kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Depok

Pada Tanggal : 30 Juli 2013

Yang menyatakan

(Ghariza Mutia Danar, S. Farm.)

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

vii Universita Universitas Indonesiaa

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 . Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 . Tujuan ............................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM ............................................................................... 3

2.1. Definisi PBF ........................................................................... 3

2.2. Landasan Hukum PBF ............................................................ 3

2.3. Tugas dan Fungsi PBF ............................................................ 3

2.4. Persyaratan PBF ..................................................................... 4

2.5. Apoteker Penanggungjawab untuk PBF .................................. 6

2.6. Tata Cara Perizinan PBF ......................................................... 8

2.7. Pencabutan Izin PBF ............................................................... 10

2.8. Gudang PBF ........................................................................... 10

2.9. Penyelenggaraan PBF ............................................................. 11

2.10. Pelaporan Kegiatan PBF ......................................................... 14

2.11. Larangan PBF ......................................................................... 14

2.12. Sistem Pengadaan di PBF ....................................................... 14

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PBF TRAMEDIFA ....................................... 22

3.1 . Pendahuluan PBF Tramedifa ....................................................... 22

3.2 . Visi dan Misi PT. SamMarie Tramedifa .................................. 23

3.3 . Lokasi dan Tata Ruang .......................................................... 24

3.4. Struktur Organisasi ................................................................. 24

3.5. Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab tiap Jabatan .............. 24

Bab 4 PEMBAHASAN .............................................................................. 32

4.1. Personalia ............................................................................... 32

4.2. Bangunan ................................................................................ 33

4.3. Kegiatan Operasional .............................................................. 35

4.4. Pengembalian Barang (Retur) ................................................. 47

4.5. Administrasi dan Dokumentasi ............................................... 49

4.6. Manajemen Keuangan............................................................. 52

4.7. Kegiatan Sales & Marketing ................................................... 53

4.8. Pelaporan ................................................................................ 54

4.9. Kendala yang Dihadapi dan Strategi untuk Menghadapinya ....

............................................................................................... 54

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

viii Universita Universitas Indonesiaa

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 56

5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 56

5.2. Saran ................................................................................................ 56

DAFTAR ACUAN ................................................................................................. 57

LAMPIRAN ............................................................................................................ 58

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

ix Universita Universitas Indonesiaa

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram model pengendalian persediaan .................................. 18

Gambar 4.1. Alur pemesanan barang dari PBF Tramedifa ke Supplier

via telepon ................................................................................ 37

Gambar 4.2. Alur pemesanan barang dari PBF Tramedifa ke

Supplier secara langsung menggunakan SP ............................... 37

Gambar 4.3. Alur penerimaan barang dari supplier di PBF Tramedifa........... 39

Gambar 4.4. Alur penyaluran barang dari PBF Tramedifa ke pelanggan ........ 45

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

x Universita Universitas Indonesiaa

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pedoman kategori item obat berdasarkan metode VEN ................... 20

Tabel 2.2. Matrik VEN ABC ........................................................................... 21

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

xi Universita Universitas Indonesiaa

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Permohonan Izin Pedagang Besar Farmasi

(Formulir 1) .............................................................................. 58

Lampiran 2. Formulir Rekomendasi Pemenuhan Kelengkapan Administratif

(Formulir 2) .............................................................................. 59

Lampiran 3. Formulir Rekomendasi Hasil Analisis Pemenuhan

Persyaratan CDOB (Formulir 3) ............................................... 60

Lampiran 4. Formulir Penerbitan Izin Pedagang Besar Farmasi

(Formulir 4) .............................................................................. 61

Lampiran 5. Formulir Pernyataaan Siap Melaksanakan Kegiatan

(Formulir 5) .............................................................................. 62

Lampiran 6. Peta Lokasi PBF Tramedifa ...................................................... 63

Lampiran 7. Denah Bangunan PBF Tramedifa Lantai 1 ................................ 64

Lampiran 8. Denah Bangunan PBF Tramedifa Lantai 2 ................................ 65

Lampiran 9. Struktur Organisasi PBF Tramedifa .......................................... 66

Lampiran 10. Surat Pesanan ........................................................................... 67

Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika ....................................................... 68

Lampiran 12. Copy Faktur Pembelian ............................................................. 69

Lampiran 13. Nota Retur penjualan ................................................................ 70

Lampiran 14. Tanda Terima Tukar Faktur Pembelian ..................................... 71

Lampiran 15. Faktur Pajak .............................................................................. 72

Lampiran 16. Lembar Serah Terima Pembayaran Mingguan ........................... 73

Lampiran 17. Giro untuk Pembayaran Non-Tunai ........................................... 74

Lampiran 18. Bukti Pengeluaran ..................................................................... 75

Lampiran 19. Faktur Penjualan ....................................................................... 76

Lampiran 20. Bukti Serah-Terima (Surat Jalan) .............................................. 77

Lampiran 21. Tanda Terima Tukar Faktur Penjualan ...................................... 78

Lampiran 22. Nota Retur ................................................................................ 79

Lampiran 23. Formulir Retur Barang .............................................................. 80

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan

sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap

orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka

mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya maka perlu

dilakukan suatu upaya kesahatan. Pelaksanaan upaya kesehatan dapat dilakukan

dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit

dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Presiden

Republik Indonesia, 2009c).

Dalam pelaksanaan upaya kesehatan, apoteker memegang peranan penting

demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Hal

tersebut dapat dilakukan oleh seorang Apoteker dengan melaksanakan pekerjaan

kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian tersebut yaitu pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Hal

tersebut dapat diwujudkan oleh seorang Apoteker melalui pengabdiannya pada

pedagang besar farmasi (Presiden Republik Indonesia, 2009a).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF), PBF

adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,

penyimpanan, penyaluran sediaan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan. Pedagang Besar Farmasi (PBF) sebagai

merupakan salah satu unit terpenting dalam kegiatan penyaluran sediaan farmasi

ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti apotek, instalasi farmasi rumah sakit,

puskesmas, klinik dan toko obat agar dapat sampai ke tangan masyarakat.

Apoteker sebagai penanggung jawab di PBF harus mampu melakukan kegiatan

pengelolaan sediaan farmasi di PBF dimulai dari pengadaan, penyimpanan hingga

pendistribusian sediaan farmasi ke sarana pelayanan kesehatan (Kementerian

Kesehatan RI, 2011b).

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

2

Universitas Indonesia

Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk pemberian

dukungan terhadap kompetensi apoteker di Pedagang Besar Farmasi (PBF), maka

Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan PBF

Tramedifa dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker dari tanggal

18 Februari – 28 Maret 2013. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman calon apoteker mengenai peranan apoteker di PBF,

kegiatan rutin, organisasi, manajemen pengelolaan sediaan farmasi di PBF.

1.2. Tujuan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PBF Tramedifa bertujuan agar

calon apoteker:

a. Memahami peran dan tugas apoteker penanggung jawab di PBF Tramedifa.

b. Memahami penerapan aspek manajemen pengelolaan sediaan farmasi di PBF.

Tramedifa.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1. Definisi PBF

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi yang selanjutnya

disingkat PBF tercantum bahwa PBF merupakan perusahaan berbentuk badan

hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat

dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan. Selain mendistribusikan obat, PBF juga dapat menyalurkan alat

kesehatan. PBF yang akan melakukan usaha sebagai Penyalur alat kesehatan

(PAK) harus memiliki izin PAK.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, PBF harus mengacu kepada Cara

Distribusi Obat yang Baik (CDOB). CDOB adalah cara distribusi/penyaluran obat

dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur

distribusi / penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya.

2.2. Landasan Hukum PBF

PBF memiliki landasan hukum yang diatur dalam :

a. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang

Pedagang Besar Farmasi.

b. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang

Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

c. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

d. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

e. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

2.3. Tugas dan Fungsi PBF

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF. Tugas dan fungsi PBF yaitu:

a. Menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat

b. PBF mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

4

Universitas Indonesia

2.4. Persyaratan PBF

Suatu PBF baru dapat beroperasi setelah mendapat surat izin. Selama PBF

tersebut masih aktif melakukan kegiatan pengelolaan obat, maka seluruh kegiatan

yang dilaksanakan di PBF tersebut wajib berdasarkan kepada CDOB. Agar dapat

beroperasi, PBF harus mempunyai lokasi dan bangunan yang memenuhi

persyaratan serta menyediakan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan

distribusi.

2.4.1. Tempat/Lokasi

Lokasi PBF dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi efisiensi dan

efektifitas dalam pengadaan dan penyaluran obat ke sarana pelayanan kesehatan

dan faktor-faktor lainnya.

2.4.2. Bangunan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)

Suatu PBF harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi

persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan

fungsi PBF. Suatu PBF paling sedikit memiliki ruang tunggu, ruang penerimaan

obat, ruang penyiapan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, gudang obat

jadi, ruang makan dan kamar kecil. Bangunan PBF dilengkapi dengan sumber air

yang memenuhi syarat kesehatan, pencahayaan yang memadai, alat pemadam

kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik.

Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan bahwa

kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, mempunyai keamanan yang

memadai dan kapasitas yang cukup untuk memungkinkan penyimpanan dan

penanganan obat yang baik. dan area penyimpanan dilengkapi dengan

pencahayaan yang memadai untuk memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan

secara akurat dan aman.

Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah, terlindung

dari kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik serta dilengkapi dengan

peralatan yang memadai. Akses masuk ke area penerimaan, penyimpanan dan

pengiriman hanya diberikan kepada personil yang berwenang yakni dengan

adanya sistem alarm dan kontrol akses yang memadai.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

5

Universitas Indonesia

Selain itu harus disediakan area khusus, antara lain:

a. Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat yang menunggu keputusan

lebih lanjut mengenai statusnya, meliputi obat yang diduga palsu, yang

dikembalikan, yang ditolak, yang akan dimusnahkan, yang ditarik, dan yang

kedaluwarsa dari obat yang dapat disalurkan.

b. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat yang membutuhkan

penanganan dan kewenangan khusus sesuai dengan peraturan perundang-

undangan (misalnya narkotika).

c. Harus tersedia area khusus untuk penyimpanan obat yang mengandung bahan

radioaktif dan bahan berbahaya lain yang dapat menimbulkan risiko kebakaran

atau ledakan (misalnya gas bertekanan, mudah terbakar, cairan dan padatan

mudah menyala) sesuai persyaratan keselamatan dan keamanan.

Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih, bebas dari sampah dan

debu serta harus dirancang dan dilengkapi, sehingga memberikan perlindungan

terhadap masuknya serangga, hewan pengerat atau hewan lain. Selain itu, ruang

istirahat, toilet dan kantin untuk personil harus terpisah dari area penyimpanan.

2.4.3. Perlengkapan PBF

Suatu PBF baru yang ingin beroperasi harus memiliki perlengkapan yang

memadai agar dapat mendukung pendistribusian obat jadi. Perlengkapan yang

harus dimiliki antara lain :

a. Peralatan dan tempat penyimpanan obat seperti lemari obat jadi, lemari

pendingin (kulkas), lemari untuk menyimpan produk kembalian, kontainer

untuk pengiriman barang dan box es untuk pengiriman obat dengan suhu

penyimpanan rendah

b. Perlengkapan administrasi terkait dokumen penjualan, pembelian dan

penyimpanan. Dokumen tersebut seperti blanko pesanan, blanko faktur, blanko

tukar faktur, bilyet giro, blanko faktur pajak, blanko surat jalan, kartu stok

obat, bukti penerimaan pembayaran, form retur, blanko faktur pajak dan

stempel PBF

c. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundang-

undangan yang berhubungan dengan kegiatan di PBF.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

6

Universitas Indonesia

2.5. Apoteker Penanggung jawab untuk PBF

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian menjelaskan bahwa Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang

telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut (Presiden Republik Indonesia, 2009a):

a. Memiliki keahlian dan kewenangan.

b. Menerapkan Standar Profesi.

c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional.

d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.

e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).

Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan

oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima)

tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih

memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi

persyaratan (Presiden Republik Indonesia, 2009a):

a. Memiliki ijazah Apoteker.

b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.

c. Mempunyai surat pemyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker.

d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki

surat izin praktek.

e. Membuat pemyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi

f. Pas foto terbaru berwama ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran

2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

Setelah memenuhi persyaratan diatas, seorang Apoteker yang akan bekerja

sebagai Apoteker penanggungjawab di PBF wajib memiliki Surat Izin Kerja

Apoteker (SIKA). SIKA adalah surat izin praktek yang diberikan kepada

Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas

produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran. SIKA hanya diberikan untuk 1

(satu) tempat fasilitas kefarmasian. Untuk memperoleh SIKA, Apoteker

mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

7

Universitas Indonesia

pekerjaan kefarmasian dilaksanakan serta harus menerbitkan SIKA paling lama 20

(dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.

Berkas-berkas yang harus dilampirkan untuk permohonan SIKA yaitu:

a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN.

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari

pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi

atau distribusi/penyaluran.

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi.

d. Pas foto berwama ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2

(dua) lembar

Pencabutan SIKA oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat

dilakukan apabila:

a. Atas permintaan yang bersangkutan.

b. STRA atau STRTTK tidak berlaku lagi.

c. Yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat izin

d. Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk

menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan pembinaan dan pengawasan

dan ditetapkan dengan surat keterangan dokter.

e. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian berdasarkan rekomendasi

KFN.

f. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan

putusan pengadilan.

Menurut Pedoman Teknis CDOB tahun 2012, tugas dan kewajiban

apoteker di PBF adalah sebagai berikut:

a. Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem manajemen

mutu.

b. Fokus pada pengelolaan kegiatan yang menjadi kewenangannya serta menjaga

akurasi dan mutu dokumentasi.

c. Menyusun dan/atau menyetujui program pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan

mengenai CDOB untuk semua personil yang terkait dalam kegiatan distribusi.

d. Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap kegiatan penarikan

obat.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

8

Universitas Indonesia

e. Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan efektif.

f. Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan pelanggan.

g. Meluluskan obat kembalian untuk dikembalikan ke dalam stok obat yang

memenuhi syarat jual.

h. Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi kontrak dan penerima

kontrak yang menjelaskan mengenai tanggung jawab masing-masing pihak

yang berkaitan dengan distribusi dan/atau transportasi obat.

i. Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai program dan tersedia

tindakan perbaikan yang diperlukan.

j. Mendelegasikan tugasnya kepada Apoteker/tenaga teknis kefarmasian yang

telah mendapatkan persetujuan dari instansi berwenang ketika sedang tidak

berada di tempat dalam jangka waktu tertentu dan menyimpan dokumen yang

terkait dengan setiap pendelegasian yang dilakukan.

k. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk mengkarantina atau

memusnahkan obat.

2.6. Tata Cara Perizinan PBF

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF, setiap pendirian PBF wajib memiliki

izin dari Direktur Jenderal yang dapat diperoleh apabila pemohon mengajukan

permohonan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan,

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM dengan menggunakan

Formulir 1 (Lampiran 1). Izin PBF berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh izin PBF,

pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi.

b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

c. Memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai penanggung

jawab.

d. Komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pemah terlibat, baik

langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-

undangan di bidang farmasi.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

9

Universitas Indonesia

e. Menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat melaksanakan

pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta dapat menjamin

kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF.

f. Menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan perlengkapan yang

dapat menjamin mutu serta keamanan obat yang disimpan.

g. Memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain sesuai

CDOB.

Permohonan harus ditandatangani oleh direktur/ketua dan apoteker calon

penanggung jawab disertai dengan kelengkapan administratif sebagai berikut:

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas direktur/ketua.

b. Susunan direksi/pengurus.

c. Pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pemah

terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi.

d. Akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

e. Surat Tanda Daftar Perusahaan.

f. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan.

g. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.

h. Surat bukti penguasaan bangunan dan gudang.

i. Peta lokasi dan denah bangunan.

j. Surat pemyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung jawab.

k. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab.

Berikut ini merupakan alur dari pengajuan izin PBF, yaitu:

a. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan

permohonan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi

kelengkapan administratif.

b. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan

permohonan, Kepala Balai POM melakukan audit pemenuhan persyaratan

CDOB.

c. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi

kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mengeluarkan

rekomendasi pemenuhan kelengkapan administratif kepada Direktur Jenderal

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

10

Universitas Indonesia

dengan tembusan kepada Kepala Balai POM dan pemohon dengan

menggunakan Formulir 2 (Lampiran 2).

d. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi

persyaratan CDOB, Kepala Balai POM mengeluarkan rekomendasi hasil

analisis pemenuhan persyaratan CDOB kepada Direktur Jenderal dengan

tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan

pemohon dengan menggunakan Formulir 3 (Lampiran 3).

e. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima rekomendasi

serta persyaratan lainnya yang ditetapkan, Direktur Jenderal menerbitkan izin

PBF dengan menggunakan Formulir 4 (Lampiran 4).

f. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada poin (c), (d), (e) tidak

dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala

Badan, Kepala Balai POM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan

menggunakan Formulir 5 (Lampiran 5).

g. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya surat pemyataan

sebagaimana dimaksud pada poin (f), Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF

dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai POM.

2.7. Pencabutan Izin PBF (Kementerian Kesehatan RI, 2011a)

Izin PBF dinyatakan tidak berlaku apabila masa berlakunya habis dan

tidak diperpanjang; dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; izin

PBF dicabut.

2.8. Gudang PBF (Kementerian Kesehatan RI, 2011a)

Gudang dan kantor PBF dapat berada pada lokasi yang terpisah dengan

syarat tidak mengurangi efektivitas pengawasan intern oleh direksi atau pengurus

dan penanggung jawab. Apabila gudang dan kantor PBF berada dalam lokasi yang

terpisah maka pada gudang tersebut harus memiliki apoteker.

PBF dapat melakukan penambahan gudang atau perubahan gudang dimana

setiap penambahan atau perubahan gudang PBF tersebut harus memperoleh

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

11

Universitas Indonesia

persetujuan dari Direktur Jenderal dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Pada

akhirnya, gudang tambahan hanya melakukan kegiatan penyimpanan dan

penyaluran sebagai bagian dari PBF.

Permohonan penambahan gudang PBF diajukan secara tertulis kepada

Direktur Jenderal dengan mencantumkan :

a. Alamat kantor PBF pusat.

b. Alamat gudang pusat dan gudang tambahan.

c. Nama apoteker penanggung jawab pusat.

d. Nama apoteker penanggung jawab gudang tambahan.

Permohonan penambahan gudang tersebut ditandatangani oleh

direktur/ketua dan dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Fotokopi izin PBF.

b. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker calon penanggung jawab gudang

tambahan.

c. Surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung jawab.

d. Surat bukti penguasaan bangunan dan gudang.

e. Peta lokasi dan denah bangunan gudang tambahan.

Sedangkan untuk permohonan perubahan gudang PBF ditandatangani oleh

direktur/ketua dan dilengkapi dengan fotokopi izin PBF serta peta lokasi dan

denah bangunan gudang. Permohonan perubahan gudang tersebut diajukan secara

tertulis kepada Direktur Jenderal dengan mencantumkan alamat kantor PBF pusat;

alamat gudang; nama apoteker penanggung jawab.

2.9. Penyelenggaraan PBF

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF tercantum bahwa PBF hanya dapat

mengadakan, menyimpan dan menyalurkan obat yang memenuhi persyaratan

mutu yang ditetapkan oleh Menteri. Untuk pengadaan obat di PBF, PBF hanya

dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi dan/atau sesama PBF.

Setiap PBF harus memiliki apoteker penanggung jawab yang telah

memiliki izin yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan

pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat. Namun, Apoteker penanggung

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

12

Universitas Indonesia

jawab dilarang merangkap jabatan sebagai direksi atau pengurus PBF. Setiap

pergantian apoteker penanggung jawab, direksi atau pengurus PBF wajib

melaporkan kepada Direktur Jenderal atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja.

PBF dalam menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran

obat wajib menerapkan Pedoman Teknis CDOB. PBF yang telah menerapkan

CDOB diberikan sertifikat CDOB oleh Kepala Badan. Setiap PBF wajib

melaksanakan dokumentasi pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran di tempat

usahanya dengan mengikuti pedoman CDOB. Dokumentasi tersebut dapat

dilakukan secara elektronik dan setiap saat harus dapat diperiksa oleh petugas

yang berwenang (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.9.1. Pengadaan

Dalam pelaksanaan pengadaan di PBF, pengadaan obat harus dikendalikan

dengan prosedur tertulis dan rantai pasokan harus diidentifikasi serta

didokumentasikan. Selain itu, Harus dilakukan kualifikasi yang tepat sebelum

pengadaan dilaksanakan. Pemilihan pemasok, termasuk kualifikasi dan

persetujuan penunjukannya, merupakan hal operasional yang penting. Pemilihan

pemasok harus dikendalikan dengan prosedur tertulis dan hasilnya

didokumentasikan serta diperiksa ulang secara berkala. Pengadaan obat melalui

importasi dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan (Badan Pengawas

Obat dan Makanan, 2012).

2.9.2. Penyaluran

PBF hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF lain, dan fasilitas

pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi

apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik dan toko obat (selain obat

keras). Dalam pelaksanaan penyaluran sediaan farmasi di PBF terdapat beberapa

ketentuan, yakni meliputi penyaluran obat, narkotika dan psikotropika

(Kementerian Kesehatan RI, 2011a).

2.9.2.1. Penyaluran Obat

Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF dapat menyalurkan obat

kepada instansi pemerintah yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

13

Universitas Indonesia

perundang-undangan. Namun, PBF tidak dapat menyalurkan obat keras kepada

toko obat (Kementerian Kesehatan RI, 2011a).

PBF hanya melaksanakan penyaluran obat berupa obat keras berdasarkan

surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker

penanggung jawab (Kementerian Kesehatan RI, 2011a).

2.9.2.2. Penyaluran Narkotika

Setiap PBF yang melakukan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran

narkotika wajib memiliki izin khusus sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan (Kementerian Kesehatan RI, 2011a).

2.9.2.3. Penyaluran Psikotropika

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika,

Penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran dilakukan oleh pabrik obat,

pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah.

Penyaluran psikotropika salah satunya dapat dilakukan oleh :

a. Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana penyimpanan

sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau

lembaga pendidikan.

b. Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lain-nya, apotek,

sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan lembaga

penelitian dan/atau lembaga pendidikan.

Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan

pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan

guna kepentingan ilmu pengetahuan. Sedangkan psikotropika yang digunakan

untuk kepentingan ilmu pengetahuan hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan

pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan

atau diimpor secara langsung oleh lembaga penelitian dan/atau lembaga

pendidikan yang bersangkutan.

Ekspor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat atau

pedagang besar farmasi yang telah memiliki izin sebagai eksportir sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan impor

psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat atau pedagang besar farmasi

yang telah memiliki izin sebagai importir sesuai dengan ketentuan peraturan

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

14

Universitas Indonesia

perundang-undangan yang berlaku, serta lembaga penelitian atau lembaga

pendidikan.

2.10. Pelaporan Kegiatan PBF (Kementerian Kesehatan RI, 2011a)

Setiap PBF wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3 (tiga) bulan

sekali namun dapat diminta setiap saat, meliputi kegiatan penerimaan dan

penyaluran obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala

Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM.

Setiap PBF yang menyalurkan narkotika dan psikotropika wajib

menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika dan psikotropika sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. Laporan tersebut dapat dilakukan

secara elektronik dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

Selain itu, laporan tersebut dapat setiap saat harus dapat diperiksa oleh petugas

yang berwenang.

2.11. Larangan PBF (Kementerian Kesehatan RI, 2011a)

Dalam melaksanakan kegiatannya, terdapat beberapa hal yang dilarang

untuk dilakukan di PBF, yakni: setiap PBF dilarang menjual obat secara eceran;

setiap PBF dilarang menerima dan/atau melayani resep dokter.

2.12. Sistem Pengadaan di PBF

2.12.1. Faktor-faktor pembelian

Barang yang masuk ke PBF dapat berasal dari pembelian kontan atau

kredit. Faktor yang harus diperhatikan pada pembelian obat, yaitu kondisi

keuangan, waktu pembelian, jarak PBF dengan pemasok, frekuensi dan volume

pembelian, jenis barang yang akan dibeli, tanggal daluarsa,

Dalam siklus penyaluran obat di PBF, pembelian merupakan tahap awal

dalam siklus ini. Pengontrolan volume pembelian penting dilakukan karena

semakin kecil volume pembelian semakin besar frekuensi order. Hal ini

berdampak pada biaya pemesanan meningkat dan meningkatnya beban pekerjaan

untuk penerimaan, pemeriksaan dan pencatatan barang yang datang. Sebaliknya

jika volume pembelian besar akan menurunkan frekuensi pembelian, namun akan

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

15

Universitas Indonesia

mengakibatkan besarnya biaya penyimpanan karena membutuhkan ruangan yang

besar, meningkatnya resiko barang tidak laku karena rusak atau kedaluarsa dan

tentu saja membutuhkan modal yang besar.

2.12.2. Fungsi persediaan

Beberapa fungsi persediaan di PBF, yaitu:

a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman barang (obat) yang

dibutuhkan).

b. Menghilangkan resiko jika barang yang dipesan tidak baik dan harus

dikembalikan.

c. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang (inflasi).

d. Menyimpan barang yang dihasilkan secara musiman atau tidak diproduksi

untuk sementara.

e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan kuantitas.

f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang

diperlukan.

g. Mengantisipasi kelonjakan permintaan yang dapat diramalkan.

2.12.3. Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan obat merupakan salah satu upaya untuk mencapai

pengadaan obat yang efektif. Menurut Calhoun dan Campbell (1985),

pengendalian persediaan obat bertujuan untuk mengontrol arus biaya pengadaan

obat dan menjamin ketersediaan obat secara tepat waktu. Parameter yang terdapat

dalam pengendalian persediaan terdiri dari (Quick, 1997):

a. Konsumsi rata-rata

Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand). Permintaan

yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel utama yang

menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipesan.

b. Lead Time (Waktu Tunggu)

Waktu tunggu merupakan waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan

sampai dengan penerimaan barang dari pemasok yang telah ditentukan. Waktu

tunggu ini berbeda-beda untuk setiap pemasok. Faktor-faktor yang dapat

berpengaruh pada waktu tunggu adalah jarak antara pemasok dengan pihak

pembeli, jumlah pesanan, dan kondisi pemasok.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

16

Universitas Indonesia

c. Safety stock (Stok Pengaman)

Stok pengaman merupakan persediaan yang selalu ada dicadangkan untuk

menghindari kekosongan stok akibat beberapa hal. Stok pengaman disediakan

untuk mengantisipasi keterlambatan barang pesanan atau untuk menghadapi suatu

keadaan tertentu yang mengakibatkan perubahan pada permintaan misalnya

karena adanya wabah penyakit. Stok pengaman dapat dihitung dengan rumus:

SS = LT x CA

Keterangan :

SS = Safety Stock (stok pengaman)

LT = Lead Time (waktu tunggu)

CA = Consumption Average (konsumsi rata-rata)

d. Persediaan minimum

Persediaan minimum merupakan jumlah persediaan terendah yang masih

tersedia. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini maka

pemesanan harus langsung dilakukan agar keberlangsungan usaha dapat berlanjut.

Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan

minimum maka dapat terjadi stok kosong bila tidak dilakukan pemesanan

kembali.

e. Persediaan maksimum

Persediaan maksimum adalah jumlah persediaan terbesar yang telah

tersedia. Persediaan maksimum merupakan persediaan yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan permintaan hingga periode pemesanan berikutnya. Jika

jumlah persediaan telah mencapai jumlah maksimum maka tidak perlu lagi

melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya stok mati yang dapat

menyebabkan kerugian. Rumus perhitungan persediaan maksimum adalah:

Smax = Smin + (PP x CA)

Keterangan :

Smax = Persediaan maksimum PP = Periode pengadaan

Smin = Persediaan minimum CA = Konsumsi rata-rata

f. Perputaran persediaan

Perputaran persediaan menggambarkan jumlah siklus yang dialami barang

dari mulai pembelian hingga penjualan kembali. Jika suatu barang memiliki angka

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

17

Universitas Indonesia

perputaran persediaan yang besar maka barang tersebut dikategorikan sebagai

barang fast moving. Sebaliknya, jika angka perputaran persediaan suatu barang

terbilang kecil maka barang tersebut termasuk slow moving. Perputaran

persediaan dihitung dengan cara :

Keterangan :

So = Persediaan awal Sr = Persediaan rata-rata

P = Jumlah pembelian Sn = Persediaan Akhir

g. Jumlah pesanan (Economic Order Quantity / Economic Lot Size)

Jumlah persediaan yang harus ada adalah persediaan untuk jangka waktu

tertentu dan disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Jumlah

persediaan dirancang agar setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk

mengantisipasi permintaan yang tidak menentu, kemampuan pemasok yang

terbatas, waktu tenggang pesanan yang tidak menentu, ongkos kirim mahal, dan

sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan untuk persediaan berkaitan dengan

biaya dan resiko penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan.

Merancang jumlah persediaan dapat dilakukan dengan perhitungan jumlah

pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus Economic Order Quality

(EOQ). Rumus EOQ mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan saat melakukan

pemesanan seperti harga barang, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan.

EOQ dihitung dengan rumus berikut:

Keterangan :

R = Jumlah kebutuhan dalam setahun

P = Harga barang / unit

S = Biaya memesan tiap kali pemesanan

I = % Harga persediaan rata-rata (biaya penyimpanan)

h. Reorder Point (ROP / Titik pemesanan kembali)

Titik pemesanan merupakan saat dimana harus diadakan pemesanan

kembali. Titik pemesanan terletak saat jumlah persediaan berada yang di atas stok

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

18

Universitas Indonesia

pengaman sama dengan nol atau saat mencapai nilai persediaan minimum.

Dengan kata lain, ROP adalah saat nilai persediaan mencapai persediaan

minimum.

Waktu untuk mencapai persediaan minimum dapat diperkirakan dari data

konsumsi rata-rata. Akan tetapi, pada keadaan khusus (mendesak), pemesanan

dapat dilakukan langsung tanpa harus menunggu hari pembelian yang telah

ditentukan (Quick, 1997). Rumus perhitungan ROP adalah:

ROP = SS + (LT x CA)

Keterangan :

ROP = Reorder point; SS = Safety stock (stok pengaman);

LT = Lead time (Waktu tunggu)

Gambar 2.1. Diagram model pengendalian persediaan (Quick, 1997)

2.12.4. Metode analisis Perencanaan Pengadaan

Untuk merencanakan pengadaan obat, diperlukan suatu metode

penghitungan agar perencanaan pengadaannya dapat menjadi efektif dan efisien.

Ada beberapa cara analisis dalam merencanakan pengadaan obat yaitu:

2.12.4.1. Analisa ABC

Salah satu metode pengendalian persediaan dengan mengelompokkan

persediaan berdasarkan nilai investasi barang untuk memberikan prioritas

perhatian pada barang-barang dengan nilai investasi tinggi dan jumlah pemakaian

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

19

Universitas Indonesia

besar adalah dengan menggunakan analisis Pareto atau analisis ABC (Supriadi,

2004). Analisis ini didasarkan pada prinsip 80/20 yang dikemukan oleh Pareto

yaitu 80% masalah berhubungan dengan 20% komponen potensial penyebab

masalah tersebut. Dalam pengendalian persediaan obat, dapat digambarkan bahwa

dengan berfokus pada 20% jenis produk yang menghasilkan 80% omset penjualan

dapat menghemat waktu dan meningkatkan keuntungan (Holdford, D. A., &.

Brown, T., 2010). Informasi yang dihasilkan dari analisis pareto dapat membantu

dalam melakukan pengambilan keputusan dalam mengalokasikan modal atau

usaha pada komponen yang tepat sehingga mendapatkan keuntungan pada segi

bisnis yang maksimal (Oakland, J., 2008). Pengelompokan kelas dalam analisis

ini dibagi menjadi 3 yaitu (Quick, 1997):

a. Kelas A

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili

sekitar 75-80% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-

20% dari seluruh item. Kelas A memiliki dampak biaya yang tinggi terhadap

biaya pengadaan. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif.

b. Kelas B

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini

mewakili sekitar 15-20 % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya

sekitar 10-20% dari seluruh item.

c. Kelas C

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili

sekitar 5-10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 60-80% dari seluruh

barang.

2.12.4.2. Analisa VEN

Analisa juga dapat dilakukan dengan metode VEN (Vital, Esensial

dan Non Esensial) untuk koreksi terhadap aspek terapi, yaitu dengan

menggolongkan obat ke dalam tiga kategori. Kategori V atau vital yaitu obat

yang harus ada yang diperlukan untuk menyelamatkan kehidupan, kategori E

atau essensial yaitu obat yang terbukti efektif untuk menyembuhkan penyakit

atau mengurangi pasienan, kategori N atau non essensial yaitu meliputi berbagai

macam obat yang digunakan untuk penyakit yang dapat sembuh sendiri, obat

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

20

Universitas Indonesia

yang diragukan manfaatnya dibanding obat lain yang sejenis. Semua jenis obat

yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan kedalam tiga kelompok berikut:

a. Kelompok V

Kelompok obat yang vital, seperti obat penyelamat (life saving drugs),

obat untuk pelayanan kesehatan pokok (vaksin, dll), obat untuk mengatasi

penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar.

b. Kelompok E.

Kelompok obat yang bekerja kausal, yaitu obat yang bekerja pada sumber

penyebab penyakit.

c. Kelompok N.

Merupakan obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa

dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan

ringan. Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk penyesuaian

rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia dan penyusunan

rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok V agar diusahakan tidak terjadi

kekosongan obat. Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih dahulu

kriteria penentuan VEN. Dalam menentukan kriteria perlu dipertimbangkan

kondisi dan kebutuhan masing-masing wilayah. Kriteria yang disusun dapat

mencakup klinis, target kondisi, konsumsi dan biaya. Untuk menentukan VEN,

perlu dilakukan beberapa hal seperti menyusun kriteria menentukan VEN,

menyediakan data pola penyakit dan erujuk pada pedoman pengobatan.

Tabel 2.1. Pedoman kategori item obat berdasarkan metode VEN

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

21

Universitas Indonesia

2.12.4.3. Analisa Kombinasi VEN - ABC

Mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya

selama periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Analisis VEN ABC

menggabungkan analisis ABC dan VEN dalam suatu matrik sehingga analisa

menjadi lebih tajam.

Tabel 2.2 Matrik VEN ABC

V E N

A VA EA NA

B VB EB NB

C VC EC NC

Barang yang termasuk kategori VA memiliki tempat paling besar dalam penjualan

dan sifatnya sangat dibutuhkan oleh pelanggan. Untuk VB dan VC juga sama

memiliki nilai kebutuhan yang tinggi, tetapi untuk mengatumya maka jumlah

yang disediakan tentu lebih sedikit daripada jumlah barang VA. Aplikasinya sama

untuk barang dalam kategori EA, EB, dan EC. Sedangkan untuk kategori NA,

NB, dan NC, pembelian barang disesuaikan lagi dengan faktor-faktor yang telah

dijelaskan. Jika keadaan keuangan tidak memadai maka barang-barang ini dapat

ditunda pembeliannya. Namun kategori NC sebaiknya disediakan agar tetap

memiliki stok obat dengan semua kategori.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

22 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS PBF TRAMEDIFA

3.1. Pendahuluan PBF Tramedifa

SamMarie merupakan Klinik dan Rumah Sakit Khusus untuk Fertilitas,

Menoandropause dan kesehatan keluarga dengan pelayanan terpadu. Pertama kali

didirikan pada tanggal 25 April 1998 sebagai Klinik Fertilitas dan Menopause

SamMarie dengan spesifikasi khusus dibidang kesehatan reproduksi. Pendiriannya

diprakarsai oleh Prof. Dr. dr. T.Z. Jacoeb, SpOG-KFER beserta istrinya, dr. Tjut

Nurul Alam Jacoeb, SpKK dan iparnya Ir Yusuf Effendi Pohan, MPA beserta

istrinya Ir. Cut Intan Djuwita, MSc. Pada tahun 2001, namanya dikembangkan

menjadi "Klinik Fertilitas dan Menoandropause SamMarie" untuk mengikuti

perkembangan ilmu kedokteran tentang penuaan manusia dan kebutuhan

masyarakat dewasa ini sehingga Klinik SamMarie tidak saja memberikan layanan

kesehatan reproduksi melainkan juga untuk memelihara kesehatan seluruh

keluarga.

Pada tahun 2005, Klinik SamMarie dikembangkan menjadi Rumah Sakit

Khusus SamMarie, guna memberikan layanan yang lebih lengkap dan terpadu

kepada pasien dan masyarakat pada umumnya. Seiring berkembangnya waktu

untuk mendukung proses kegiatan penggadaan obat baik di Rumah Sakit Khusus

SamMarie, Rumah Sakit Swasta maupun apotek, SamMarie mulai membuka

suatu usaha yang bergerak dibidang distirbusi khususnya penggadaan obat jadi

yaitu Pedagang Besar Farmasi (PBF) Tramedifa.

PT SamMarieTramedifa merupakan perusahaan yang tergabung dalam

kelompok usaha SamMarie Family Healtcare Group (SFHG) dimana pendirian

perseroan ini diprakarsai oleh keluarga Prof. Dr. dr. T.Z. Jacoeb, SpOG-KFER

dan Dr. dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb, SpKK(K). Pembentukan nama SamMarie

Tramedifa berasal dari kata SamMarie yang merupakan gabungan nama yang

diberikan oleh penggagas dan pendiri SFHG. Istilah Tramedifa itu sendiri berasal

dari kata Trading, Media, Distribusi dan Farmasi. Sesuai dengan Akta Pendirian

Perseroan, PT SamMarie Tramedifa resmi beroperasi pada tanggal 4 Januari 2007.

Pada tanggal 13 Desember 2007 PT SamMarie Tramedifa meresmikan

berdirinya unit usaha pertama mereka yaitu Tramedifa General Trading &

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

23

Universitas Indonesia

Pharmaceutical Distributor bertepatan dengan diperolehnya izin Pedagang Besar

Farmasi yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan. Hal ini merupakan awal

berdirinya PBF Tramedifa. Tujuan awal pendirian PT SamMarie Tramedifa yaitu:

a. Diversifikasi pengembangan kelompok usaha SFHG

b. Sebagai jalur resmi untuk menangani pengadaan barang dan jasa yang

dibutuhkan kelompok usaha SFHG

c. Meningkatkan efisiensi distribusi pengadaan barang bagi kelompok usaha

SFHG, sehingga lebih terkendali dan terkontrol.

d. Meningkatkan pendapatan kelompok usaha SFHG.

3.2. Visi dan Misi PT SamMarie Tramedifa

PT SamMarie Tramedifa sebagai suatu organisasi yang bergerak dibidang

usaha Jasa dan Perdagangan umum dalam kegiatan operasionalnya harus memiliki

target usaha perseroan yang jelas sehingga fungsi manajerial perseroan mampu

membentuk dan menerapkan kebijakan perseroan secara sistematis untuk

mencapai tingkat profit yang optimal sehingga dapat memberikan manfaat kepada

pemodal dan pelaku manajemen mulai dari tingkat atas sampai ke tingkat rendah

dan untuk mencapai tujuan akhir perseroan agar bermanfaat bagi kemajuan

perkembangan usaha perdagangan baik dalam kelompok usaha SFHG maupun

dalam skala nasional dan intenasional. Aktivitas operasional PT SamMarie

Tramedifa berlandaskan visi dan misi berikut ini:

3.2.1. Visi

Menjadi perusahaan multinasional skala intenational berkualitas dengan

pelayanan prima yang terpercaya bagi rekan kerja dan pelanggannya.

3.2.2. Misi

a. Membangun sumber daya manusia yang berkualitas, profesional, disiplin,

jujur, bekerja keras, dan ikhlas untuk memberikan pelayanan prima kepada

rekan kerja dan pelanggan.

b. Melakukan inovasi, terobosan, dan penemuan produk terpilih yang berkualitas,

berkesinambungan namun dengan harga yang kompetitif.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

24

Universitas Indonesia

3.3. Lokasi dan Tata Ruang

3.3.1. Lokasi

PBF Tramedifa berlokasi di Jalan Cipinang Muara I No 23C, Pondok

Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur. PBF ini terletak di tepi jalan raya. Peta

Lokasi PBF Tramedifa dapat dilihat pada Lampiran 6.

3.3.2. Tata Ruang

Bangunan PBF Tramedifa bertempat di suatu bangunan ruko dengan dua

lantai terdiri dari halaman parkir, ruang tunggu, tempat penerimaan barang,

gudang penyimpanan obat dan ruang kerja karyawan. Denah Bangunan PBF

Tramedifa lantai 1 dan 2 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.

3.4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu jaringan hubungan yang

menggambarkan fungsi dalam suatu organisasi. Adanya organisasi dapat

menciptakan hubungan yang jelas antara posisi dan memastikan kerja sama timbal

balik antara masing-masing individu. Struktur organisasi PBF Tramedifa dapat

dilihat pada Lampiran 9. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PBF

Tramedifa mempunyai 24 orang karyawan yang terdiri dari: 3 (tiga) Direktur; 4

(empat) Manajer; 9 (sembilan) orang pada bagian Administrasi; 2 (dua) Sales

marketinga; 6 (enam) orang pada bagian penunjang lainnya.

3.5. Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab tiap Jabatan

3.5.1. Direktur Tramedifa

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, PBF Tramedifa memiliki

kebijakan terkait struktur organisasi. Kebijakan tersebut tercantum dalam PP

SFHG No. 2 Tahun 2011 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)

PBF PT SamMarie Tramedifa.

Direktur bertanggung jawab langsung kepada Direktur PT SamMarie

Tramedifa. Secara langsung, Direktur membawahi Pharma Manager, General

Manager, Sales & Marketing Manager.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

25

Universitas Indonesia

Direktur bertanggung jawab untuk mengarahkan, penanggulangan

berbagai jenis resiko yang dihadapi perusahaan, mengkoordinasi aktivitas sinergi

untuk mencapai hasil bisnis yang optimal dari pelaksanaan seluruh usaha

perusahaan. Sebagai pemimpin, Direktur PBF Tramedifa memiliki tugas dan

kewajiban, yaitu:

a. Bertanggung jawab dalam hal pengawasan, pengendalian serta pemantauan

kedisiplinan seluruh pegawai Tramedifa.

b. Memimpin rapat umum, dalam hal: memastikan pelaksanaan tata tertib,

keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi secara tepat,

menyesuaikan alokasi waktu per item masalah, menentukan urutan agenda,

mengarahkan diskusi ke arah konsensus, menjelaskan dan menyimpulkan

tindakan dan kebijakan.

c. Mengkoordinir perumusan Strategi Jangka Panjang sebagai dasar perumusan.

d. Rencana Kerja dan Anggaran perusahaan (RKAP) dengan bekerja sama

dengan seluruh anggota manajemen. (Tahunan)

e. Memberlakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi dan menanggulangi

berbagai jenis resiko finansial yang dapat dihadapi oleh perusahaan dengan

berkoordinasi dengan seluruh unit lainnya. (Tahunan /Bulanan)

f. Memastikan agar seluruh unit kerja perusahaan mematuhi aturan dan prosedur

tetap (SOP) yang berlaku untuk masing-masing fungsi sesuai dengan rencana

yang telah disetujui (business units oversight). (Bulanan)

g. Membangun sinergi dan berusaha mencapai hasil bisnis yang optimal dari

pelaksanaan seluruh usaha perusahaan. (Tahunan/Bulanan)

h. Memastikan ketersediaan dana operasional yang dibutuhkan oleh perusahaan

untuk kegiatan operasional sehari-hari dengan melakukan koordinasi erat

dengan para pimpinan unit kerja. (Bulanan)

i. Memastikan konsolidasi keuangan yang akurat dan tepat waktu untuk

keperluan pelaporan kepada Direksi dan Komisaris Perusahaan. (Tahunan/

Bulanan)

j. Melaporkan setiap kejadian yang bersifat sangat penting kepada Direksi dan

Komisaris Perusahaan.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

26

Universitas Indonesia

k. Memeriksa dan menandatangani seluruh hal yang terkait dengan keuangan

terutama pembayaran harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.

l. Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan dunia

luar

m. Mengambil keputusan sebagaimana didelegasikan oleh Direksi dan Komisaris

Perusahaan (BOD) atau pada situasi tertentu yang dianggap perlu, yang

diputuskan dalam rapat-rapat yang dilakukan BOD.

n. Menjalankan tanggung jawab dari Direktur perusahaan sesuai dengan standar

etika dan hukum.

3.5.2. General Affairs Manager (GA Manager)

Dalam melaksanakan tugasnya, GA Manager bertanggung jawab langsung

kepada Direktur Tramedifa. Berikut ini merupakan tugas dan kewajiban GA

Manager, yaitu:

a. Menyediakan peralatan dan kebutuhan perusahaan terutama:

a1. Menerima dan memproses permintaan barang dari karyawan dan departemen

a2. Mengontrol dan menyediakan kebutuhan stationary sekaligus meminta

laporan penggunaan stationary ke masing-masing departemen setiap

bulannya.

a3. Menyediakan kebutuhan transportasi termasuk scheduling mobil operasional

dan meminta laporan penggunaan biaya operasional dan jarak pemakaian

kilometer.

a4. Layanan surat menyurat, baik menggunakan Tiki JNE maupun kurir

perusahaan

a5. Menyediakan kebutuhan Pantry, ruangan, air minum atau snack meeting.

b. Menyusun langkah-langkah proses pengurusan perijinan seperti :

b1. Mengurus perijinan tenaga kerja ke Depnaker, TKA (Workpermit s/d EPO).

b2. Pengiriman karyawan ke luar negeri (paspor, visa dll).

b3. Perijinan perusahaan (perpanjangan SKDK, SIUP, TDP dll).

b4. Pengurusan gedung, taman, toilet atau sewa kantor, administrasi gedung ke

manajemen gedung.

c. Mengawasi pelaksanaan operasional, kebersihan dan keamanan kantor,

terutama:

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

27

Universitas Indonesia

c1. Membuat jadwal shift, lembur, budgeting biaya, laporan pengeluaran.

c2. Meminta serah terima tugas kepada security collocation setiap pergantian

shift.

c3. Pengontrolan mesin fotokopi, printer, pesawat telepon, listrik, air, AC,

gedung.

d. Mengontrol ketersediaan stationary, promotion tools dan voucher fisik

termasuk:

d1. Membuat informasi persediaan stock list promotion tools dan voucher.

d2. Mencari vendorpercetakan sekaligus negosiasi harga.

d3. Me-maintain fasilitas perusahaan dan inventarisasi aset (Fixed asset register).

d4. Update data: jumlah dan nilai aset, kondisi dan posisi fisik asset /bulan untuk

menentukan depresiasi atau penyusutan aset).

d5. Labeling, pengelompokan dan penomoran aset.

d6. Melakukan pembelian sesuai kebutuhan setiap departemen

e. Menerima & memproses reimbursment asuransi kesehatan dari setiap

karyawan.

f. Pelaksanaan event khusus.

g. Pengelolaan Cleaning Service & Office Boy/Oflice Girl.

h. Outsourcing Management/ Labour Supply/ Tenaga Kerja Kontrak

(Bagaimana melakukan, memilih dan membuat kerjasama outsourcing).

i. Penanganan tamu Penting (tamu VVIP, VIP Instansi Pemerintah, Auditor

Perusahaan, Demonstrasi/ Unjuk Rasa).

j. Komunikasi internal dengan departemen di lingkungan perusahaan dan

direksi.

k. Komunikasi eksternal dengan lingkungan sekitar tempat usaha (Antar

Perusahaan Yang Sejenis, Tetangga, Kawasan Industri, Aparat Keamanan

Terdekat, RT/RW/Lurah, dan sebagainya).

3.5.2.1. Marketing

Dalam melaksanakan tugasnya, Marketing bertanggung jawab langsung

kepada GA Manager PBF Tramedifa. Berikut ini merupakan tugas dan kewajiban

Marketing, yaitu

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

28

Universitas Indonesia

a. Perencanaan target pemasaran (rencana pelanggan, target omset dan lain

sebagainya).

b. Pembentukan tim pemasaran yang solid dan terpercaya.

c. Kunjungan dan pendekatan ke pelanggan.

d. Penjelasan produk kepada pelanggan.

e. Negosiasi harga, sebatas yang telah disetujui perusahaan tentang harga jual.

f. Terima dan tangani Surat Pesanan (PO) dari pelanggan.

g. Penanganan keluhan pelanggan atas produk yang dipesan atau hal lain.

h. Tukar faktur.

i. Koordinasi dengan departemen keuangan tentang Laporan Penagihan.

j. Penagihan.

3.5.2.2. Maintenance

Dalam melaksanakan tugasnya, Maintenance bertanggung jawab langsung

kepada GA Manager. Berikut ini merupakan tugas dan kewajiban Maintenance

yaitu:

a. Membersihkan ruangan kerja karyawan.

b. Membersihkan alat-alat elektronik.

c. Membersihkan perlengkapan makan dan minum untuk karyawan.

d. Membersihkan mushola dan toilet serta mengecek kebersihannya setiap 2 jam.

e. Membantu Bag. Keuangan dalam keperluan transaksi Bank.

f. Fotokopi.

g. Menyiapkan makan/minum bila ada tamu.

h. Menyiapkan ruang rapat bila ada rapat.

i. Memperbaiki alat kantor bila ada yang rusak (termasuk servis keluar).

j. Pemerikaan rutin AC setiap 3 bulan sekali.

k. Pemeriksaan rutin fungsi elektronik lain.

l. Temukan solusi terhadap keadaan tertentu seperti mati listrik, komputer dll.

3.5.3. Finance Manager

Dalam melaksanakan tugasnya, Finance Manager bertanggung jawab

langsung kepada Direktur Tramedifa. Berikut ini merupakan tugas dan kewajiban

Finance Manager yaitu:

a. Menyiapkan data Penjualan.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

29

Universitas Indonesia

b. Membukukan seluruh data perusahan pemasukan dan pengeluaran ke dalam

GL (General Ledger).

c. Memasukkan FPS ke dalam software Tramedifa untuk melaporkan pajak

setiap bulannya.

d. Menginput data biaya operasional ke dalam software tramedifa .

e. Memberi masukan mengenai perbaikan software keuangan.

f. Menginput faktur penjualan yang sudah terbayar ke registrasi penjualan.

g. Print daftar kartu piutang untuk penagihan tiap 3 bulan dengan pihak-pihak

terkait.

h. Menyusun perencanaan keuangan perusahaan.

3.5.3.1. Administration dan Accounting

Dalam melaksanakan tugasnya, Administration dan Accounting

bertanggung jawab langsung kepada Finance Manager. Berikut ini merupakan

tugas dan kewajiban Administration dan Accounting yaitu:

a. Memasukkan data Pareto dari tiap cabang (outlet) per bulan.

b. Memasukkan data Penerimaan tiap bulan.

c. Memasukkan faktur pembelian dari supplier ke software Tramedifa.

d. Koordinasi dengan departemen lain untuk:

d1. Bantuan kegiatan administrasi.

d2. Mencetak laporan-laporan yang diperlukan (seperti: Laporan Penjualan

bulanan, Penerimaan Barang dan laporan lainnya).

d3. Pemberkasan dokumen-dokumen atau laporan-laporan.

d4. Kegiatan administrasi lain seperti surat-menyurat.

e. Menyiapkan berkas pembayaran per jatuh tempo.

f. Operator telepon.

g. Tukar faktur asli dengan supplier.

h. Mengatur belanja kebutuhan Rumah Tangga PBF Tramedifa tiap bulannya

dengan departemen lain.

i. Menjaga dan mengelola inventaris perusahaan.

j. Menerima tamu dan mengatur pertemuannya.

k. Menjaga ketersediaan alat mesin pencetak atau printer (termasuk tinta dan

kertas) kecuali pada mesin pencetak yang berada di gudang.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

30

Universitas Indonesia

3.5.4 Supervisor Pharma

Dalam melaksanakan tugasnya, Supervisor Pharma bertanggung jawab

langsung kepada Direktur Tramedifa. Berikut ini merupakan tugas dan kewajiban

Supervisor Pharma yaitu:

a. Terima pesanan atau permintaan barang dari cabang (outlet).

b. Buat Surat Permintaan Barang (SPB).

c. Periksa stok barang di gudang.

d. Buat daftar barang yang akan dipesan (kelompokkan berdasarkan supplier)

e. Pesan barang ke supplier setelah disetujui pimpinan.

f. Buat Surat Pemesanan (SP atau PO).

g. Buat Kode Barang baru dengan metode yang sesuai.

h. Periksa kesesuaian barang datang dengan SP {nama, jumlah, dan diskonnya).

i. Pastikan barang terkirim dan diterima baik oleh pelanggan.

j. Pantau target pembelian dan peniualan.

k. Update rencana pembelian tiap 2 minggu.

l. Update Pareto tiap bulan.

m. Update stok minimum barang dari data penjualan dan memasukkannya ke kode

barang tiap 3 bulan sekali.

n. Jaga ketersediaan barang dengan memperhatikan stok minimum masing-

masing barang.

o. Negosiasi diskon dengan supplier atas persetujuan pimpinan.

p. Review kinerja supplier dan membuat laporan tahunan tentang kerja sama

dengan supplier tersebut.

q. Temukan supplier baru dengan penawaran yang lebih menarik dari supplier

lama.

r. Atur pertemuan antara pimpinan dengan supplier baru dan lama.

s. Pantau diskon yang terjadi di lapangan dengan yang disetujui oleh PBF

Tramedifa.

t. Koordinator petugas medical WH dan courier atas tugas-tugas mereka.

u. Nilai, tegur dan laporkan ke pimpinan tentang kinerja staf gudang dan courier.

v. Koordinator stok opname tiap 3 bulan dengan pihak-pihak terkait.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

31

Universitas Indonesia

3.5.4.1 Medical Warehouse (Medical WH)

Dalam melaksanakan tugasnya, Medical WH bertanggung jawab langsung

kepada Supervisor Pharma. Berikut ini merupakan tugas dan kewajiban Medical

WH yaitu:

a. Mengontrol kebersihan dan suhu ruangan penyimpanan obat.

b. Memotong kartu stok barang berdasarkan laporan penerimaan dan penjualan

barang.

c. Cek stok fisik barang.

d. Cetak Surat Permintaan Barang (SPB) outlet.

e. Menyusun dan menyimpan berkas laporan penerimaan, laporan penjualan,

laporan stok opname dan SPB.

f. Cetak faktur penjualan.

g. Mengeluarkan barang dari gudang sesuai faktur yang telah dicetak.

h. Menerima barang yang dipesan oleh. PBF Tramedifa dari distributor dan

memeriksa kesesuainnya dengan SP yang telah dibuat oleh Spv. Pharma.

i. Bertanggung jawab terhadap fungsi AC dan kelengkapan gudang.

j. Stok opname setiap 3 bulan.

3.5.4.2 Courier

Dalam melaksanakan tugasnya, Courier bertanggung jawab langsung

kepada Supervisor Pharma. Berikut ini tugas dan kewajiban Courier yaitu:

a. Memeriksa barang yang akan diantar dengan melihat kesesuaian item dan

jumlah dengan faktur.

b. Mengemas barang yang akan diantar.

c. Menyerahkan faktur barang yang telah dikirim ke outlet kepada bagian

Keuangan.

d. Tukar faktur dan penagihan ke outlet.

e. Menerima retur barang dari outlet dengan form retur.

f. Membuat estimasi perjalanan kendaraan.

g. Menyetorkan pembayaran tagihan operasional bulanan (PLN, PDAM,

Telkom).

h. Melakukan perawatan kendaraan perusahaan.

i. Mengirim dan menyampaikan berkas yang dititipkan dari SamMarie Group.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

32 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

PT SamMarie Tramedifa merupakan salah satu perusahaan berbentuk

Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang melakukan usaha di bidang pengadaan dan

distribusi produk kesehatan. PBF ini masih menjadi bagian dari grup perusahaan

keluarga, yaitu SamMarie Family Healthcare Group (SFHG), yang terdiri atas

rumah sakit khusus untuk pelayanan fertilitas, menoandropause, dan kesehatan

keluarga, rumah sakit ibu dan anak, serta satu klinik perawatan kulit dan

kesehatan. Perusahaan ini telah memegang perizinan dari Kementerian Kesehatan

RI sebagai Izin Pedagang Besar Famasi.

Fokus utama dari PBF Tramedifa adalah menjadi penyedia sediaan obat

jadi yang dibutuhkan oleh pihak rumah sakit dan klinik dari grup SFHG. Namun,

saat ini PBF Tramedifa juga melayani pesanan untuk distribusi obat ke fasilitas

kesehatan lain di luar SFHG. Pihak pemesan produk ke PBF ini, baik dari grup

ataupun non-grup, disebut sebagai pelanggan.

Waktu operasional di PBF ini adalah dari hari Senin hingga Jumat yang

berlangsung pada pukul 08.30-17.00 WIB. Selain itu, pada hari Sabtu kegiatan

operasional juga tetap ada, yaitu berlangsung pada pukul 08.30-12.00 WIB.

4.1. Personalia

Berdasarkan organogram (struktur organisasi), total personalia PBF

Tramedifa berjumlah 24 orang. Dengan jumlah staf yang tidak terlalu banyak

tersebut memungkinkan koordinasi dan komunikasi di antara sesama staf dapat

dilaksanakan dengan baik.

Staf yang terdapat di dalam Divisi Pharma bertugas untuk mengurus

pengelolaan obat jadi sebagai komoditi utama yang disalurkan PBF ini. Apoteker

pada PBF Tramedifa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengawasan

kegiatan pengelolaan tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan di dalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar

Farmasi, yang menyatakan bahwa suatu PBF harus memiliki Apoteker

penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pengelolaan obat di

sarana distribusi tersebut. Di PBF ini, apoteker penanggung jawab tersebut

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

33

Universitas Indonesia

ditempatkan di bagian pengadaan. Apoteker yang ada telah memiliki kualifikasi

yang diperlukan untuk bertugas sebagai penanggung jawab di PBF, namun

keduanya belum mengikuti pelatihan CDOB sebelumnya. Berdasarkan Pedoman

Teknis CDOB, sebaiknya pelatihan CDOB secara rutin dilakukan agar

kompetensi yang dimiliki Apoteker penanggung jawab di PBF selalu terjaga.

4.2. Bangunan

Kegiatan usaha PBF Tramedifa bertempat di suatu bangunan ruko dengan

dua lantai. Ruangan depan di lantai pertama dilengkapi dengan meja resepsionis

sebagai sarana kerja untuk bagian receptionist. Bagian ini menerima kedatangan

sales atau kurir terkait dengan proses pembelian barang dari pihak PBF Tramedifa

ke distributor atau subdistributor lain. Ruangan kerja para staf lainnya terletak di

lantai dua. Gudang penyimpanan obat terletak di lantai satu. Denah lengkap

bangunan PBF Tramedifa dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.

Komponen penting yang harus dimiliki dan merupakan salah satu syarat

utama bagi PBF adalah gudang penyimpanan yang dapat menjamin perlindungan

terhadap obat dan komoditi lain yang terdapat di PBF tersebut. Sesuai dengan

persyaratan dalam Pedoman Teknis CDOB, PBF Tramedifa memiliki satu gudang

untuk penyimpanan obat, yang letaknya terpisah dari ruang lain.

Gudang penyimpanan obat di lantai satu dilengkapi dengan pintu masuk

dengan kontrol akses yang hanya dapat dilewati dengan menggunakan kartu

pengenal yang dimiliki oleh staf gudang dan petugas keamanan PBF Tramedifa.

Kontrol akses tersebut merupakan salah satu cara untuk menjaga keamanan obat

yang ada dari kehilangan atau kerusakan akibat adanya akses masuk dari pihak

yang tidak berkepentingan.

Perlengkapan yang tersedia di dalam gudang obat, antara lain rak-rak besar

untuk penyimpanan sediaan obat solid dan semisolid, rak-rak kecil untuk

penyimpanan sediaan obat cair, dua buah kulkas untuk penyimpanan sediaan obat

dengan suhu di bawah suhu ruang dan termometer sebagai alat pengendali suhu di

dalam gudang. Penyusunan obat di dalam gudang obat diatur agar tidak terlalu

tinggi, sehingga memudahkan petugas gudang untuk melakukan pengecekan atau

pengambilan barang. Selain itu, terdapat pula kotak khusus yang dilengkapi

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

34

Universitas Indonesia

dengan pengatur suhu untuk wadah pengantaran vaksin yang memerlukan

penyimpanan di suhu rendah.

Lingkungan di dalam gudang disesuaikan dengan suhu yang dibutuhkan

untuk penyimpanan obat. Pengaturan suhu ruang gudang dilakukan dengan

penggunaan air conditioner (AC) yang selalu hidup selama 24 jam setiap harinya.

Suhu di gudang obat jadi diatur agar selalu berada pada suhu antara 15o-25

o C

sesuai dengan ketentuan suhu penyimpanan dalam Pedoman CDOB.

Untuk memantau kondisi suhu penyimpanan, di dalam ruangan gudang

ditempatkan satu termometer raksa, sehingga pengecekan kesesuaian suhu gudang

dapat dilakukan dengan mudah setiap saat. Sementara, dua buah termometer

ditempatkan di dalam lemari es untuk memantau kondisi suhu penyimpanan.

Tujuan penggunaan dua buah termometer adalah untuk memastikan keakuratan

suhu dari lemari es tersebut. Apabila kedua termometer menunjukkan suhu yang

lebih kurang sama atau dengan penyimpangan yang kecil, maka suhu dapat

dikatakan tepat. Namun, apabila ditemukan perbedaan suhu yang cukup signifikan

di antara kedua termometer tersebut, misalnya perbedaan hingga sebesar 5o C,

kemungkinan terjadi kerusakan pada salah satu termometer. Jika hal tersebut

terjadi, maka termometer yang rusak harus diganti dengan yang baru. Hal ini

mengingat bahwa produk-produk yang disimpan di dalam lemari es merupakan

produk yang cukup rentan dengan adanya perubahan suhu, sehingga memerlukan

pengamatan suhu yang akurat untuk memastikan kesesuaian kondisi

penyimpanannya.

Pengontrolan suhu dilakukan menggunakan Formulir Pengendalian

Kondisi Gudang. Formulir ini terdiri atas dua rangkap, masing-masing berisi data

suhu yang terukur melalui tiap termometer yang terdapat di dalam gudang. Data

tersebut merupakan data suhu ruangan pada saat pemeriksaan rutin yang

dilakukan sebanyak tiga kali setiap harinya, yaitu pada pukul 09.00 WIB, 13.00

WIB, dan 16.00 WIB. Dari data tersebut, dapat dibuat suatu grafik dinamika suhu

gudang. Apabila diketahui dari grafik tersebut bahwa suhu telah menyimpang dari

rentang suhu yang diperbolehkan untuk penyimpanan, maka kemungkinan

terdapat kerusakan pada AC di dalam gudang dan memerlukan perbaikan yang

dilakukan sesegera mungkin.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

35

Universitas Indonesia

Kondisi gudang terlihat bersih. Kemungkinan masuknya debu ke dalam

gudang dapat diminimalisir dengan hanya terdapatnya satu pintu sebagai jalan

keluar masuk udara dari dan ke dalam gudang. Selain itu, untuk menjaga

kebersihan gudang, kegiatan pembersihan juga dilakukan setiap harinya oleh staf

di bagian gudang sesuai dengan standar prosedur yang telah tersedia. Prosedur

pembersihan minimal yang harus dilakukan setiap hari adalah menyapu dan

mengepel gudang penyimpanan.

Gudang obat di PBF Tramedifa tidak memiliki area khusus untuk

penyimpanan narkotika atau psikotropika. Narkotika bukan termasuk komoditi

yang didistribusikan oleh PBF ini sedangkan untuk pendistribusian sediaan

psikotropika diperuntukkan khusus untuk SFHG saja. Pembelian sediaan

psikotropika hanya dilakukan apabila ada permintaan dari SFHG, setelah

psikotropika tersebut diantar ke PBF maka pihak PBF akan segera mengantarnya

ke tempat pemesan sehingga tidak ada stok psikotropika dalam gudang.

4.3. Kegiatan Operasional

Kegiatan utama dari PBF Tramedifa, antara lain berupa kegiatan

pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat kepada pelanggan. Pelaksanaan

kegiatan operasional tersebut memerlukan manajemen yang baik agar proses

pendistribusian maupun pengadaan produk berjalan dengan baik dan pada

akhirnya dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pengelolaan produk di

PBF Tramedifa sedapat mungkin dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pada

Pedoman CDOB.

4.3.1. Pengadaan

Pengadaan obat di PBF Tramedifa terutama berfokus pada keperluan dari

pelanggan yang termasuk di dalam SFHG. Sediaan obat yang diadakan terbagi ke

dalam dua kelompok, yaitu obat standar dan obat nonstandar. Obat standar

merupakan daftar obat yang digunakan oleh dokter-dokter di fasilitas kesehatan

dalam grup SFHG dan terdapat di dalam Formularium Obat SFHG. Stok obat

standar harus selalu tersedia secara rutin. Obat nonstandar merupakan obat-obatan

yang tidak termasuk ke dalam Formularium Obat SFHG. Pengadaannya tidak

wajib, dapat disesuaikan dengan pesanan yang ada dari pelanggan.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

36

Universitas Indonesia

4.3.1.1. Perencanaan dan pembelian

Perencanaan untuk pengadaan obat didasarkan pada jumlah stok minimum

barang yang terdapat di dalam database. Data keseluruhan obat tergabung di

dalam satu software aplikasi milik PBF Tramedifa, yaitu “Tramedifa System”.

Software ini terintegrasi ke seluruh perangkat komputer yang terdapat di kantor

PBF ini, sehingga setiap unit bagian kerja dapat mengaksesnya untuk pelaksanaan

seluruh kegiatan operasional di PBF. Database obat, terutama untuk keperluan

instansi di dalam SFHG, disusun berdasarkan data pareto selama tiga bulan ke

belakang.

Pembelian untuk obat standar dan obat yang dipesan secara rutin oleh

pelanggan dilakukan dengan berpatokan pada jumlah stok minimum barang di

gudang. Jumlah stok minimum dapat dicek di setiap saat adanya pesanan yang

masuk. Sebelum pembuatan Surat Pemesanan Barang (SPB) di “Tramedifa

System”, maka pihak PBF akan mengecek terlebih dahulu ketersediaan stok

barang tersebut, sehingga pemesanan barang yang tidak tersedia atau jumlahnya

di bawah stok minimum dapat langsung dilakukan kepada distributor atau

subdistributor (supplier). Untuk pengadaan barang yang dibutuhkan CITO oleh

pelanggan, maka di usahakan barang dapat diantarkan ke PBF di hari yang sama

dengan pemesanan, sehingga dapat segera disalurkan kepada pemesan.

Supplier yang dipilih untuk pengadaan barang merupakan distributor atau

subdistributor resmi. Pemilihan ini bertujuan agar proses administrasi dan

penerbitan faktur nantinya jelas dan mudah. Pemesanan barang dapat dilakukan

dengan langsung menggunakan Surat Pemesanan (SP) ataupun melalui telepon

(Lampiran 10). Walaupun pemesanan dilakukan via telepon, pada akhirnya pihak

PBF Tramedifa tetap wajib mengeluarkan SP. SP akan disetujui dan

ditandatangani oleh Direktur PBF Tramedifa. SP tersebut diperlukan untuk

kepentingan dokumen pembayaran oleh pihak PBF serta kelengkapan pengarsipan

dokumen. SP dapat diberikan atau tidak kepada pihak supplier, tergantung pada

ketentuan dari tiap-tiap supplier. Alur pemesanan barang, baik melalui telepon

atau secara langsung menggunakan SP, dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan

Gambar 4.2.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

37

Universitas Indonesia

Pemesanan untuk sediaan psikotropika dilakukan dengan menggunakan

lembar surat pesanan psikotropika yang ditandatangani oleh penanggung jawab

dari divisi Pharma (Lampiran 11) dan selanjutnya surat pesanan akan diserahkan

ke pihak supplier. Sementara untuk pengadaan dan penyaluran narkotika tidak

dilakukan di PBF Tramedifa karena narkotika hanya dapat diadakan dan

didistribusikan oleh distributor PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Hal tersebut

sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 199/Menkes/SK/III/1996

tentang Penunjukan PBF PT (Persero) Kimia Farma Depot Sentral sebagai

Importir Tunggal Narkotika di Indonesia.

Gambar 4.1 Alur pemesanan barang dari PBF Tramedifa ke Supplier via telepon

Gambar 4.2 Alur pemesanan barang dari PBF Tramedifa ke Supplier secara

langsung menggunakan SP

PBF ini memberlakukan hari tertentu untuk dapat menerima kunjungan

sales dari pihak supplier. Di dalam kunjungan tersebut, sales biasanya melakukan

pengenalan dan penawaran terhadap barang-barang baru yang disediakan oleh

supplier yang diwakilinya. Seringkali pula mereka melakukan follow-up terhadap

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

38

Universitas Indonesia

produk yang sebelumnya telah ditawarkan, apakah pihak PBF akan membeli atau

tidak. Pada saat kunjungan sales ini, pihak PBF juga dapat melakukan pemesanan

secara langsung melalui sales tersebut.

Pembelian barang disesuaikan dengan ritme perputaran barang di PBF,

apakah termasuk barang yang bergerak cepat (fast moving) atau bergerak lambat

(slow moving). Barang-barang yang sering digunakan oleh pelanggan, perlu untuk

selalu disediakan stoknya di gudang. Hingga saat ini, proses pembelian barang di

PBF Tramedifa dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan keperluan untuk

pengisian stok minimum ataupun sesuai permintaan dari pelanggan. Namun untuk

ke depannya, direncanakan agar proses pembelian dapat dilaksanakan secara lebih

terjadwal yakni per dua minggu, terutama untuk obat-obat standar dan obat non-

standar yang rutin diperlukan pelanggan.

4.3.1.2. Penerimaan dan pembayaran

Barang yang telah dipesan dapat diantar ke PBF pada hari itu juga atau

beberapa hari setelah pemesanan, tergantung pada ketersediaan barang tersebut di

tempat supplier. Pada saat barang datang, barang akan diperiksa terlebih dahulu

oleh petugas gudang. Pemeriksaan yang dilakukan, meliputi kesesuaian antara

jumlah, jenis, dan bentuk barang yang diantarkan dengan data pada SP dan faktur

yang ada, kondisi fisik barang tersebut, tanggal kedaluarsa (expired date, ED)

barang, harga, dan diskon. Jika salah satu kondisi tersebut tidak terpenuhi atau

terdapat ketidaksesuaian harga dan diskon yang tertera di faktur dengan

kesepakatan di awal pemesanan, maka barang akan dikembalikan kepada supplier

melalui kurir yang mengantarkan barang. Barang yang tidak sesuai akan diretur

atau data faktur yang tidak sesuai diminta untuk diperbaiki terlebih dahulu. Akan

tetapi, jika seluruh barang yang diantar telah sesuai dengan faktur, dalam kondisi

yang baik, dan belum mendekati atau mencapai ED, maka barang pesanan akan

diterima. Selanjutnya, barang tersebut disimpan di gudang. Alur penerimaan

barang dari supplier ke PBF Tramedifa dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Setelah barang diterima, faktur akan ditandatangani oleh petugas gudang

sebagai pihak penerima. Tanggal penerimaan barang juga harus ditulis dengan

jelas pada faktur tersebut. Faktur kemudian dicap dengan cap PBF Tramedifa.

Pihak PBF akan menerima lembar copy faktur dari pihak supplier. Data dari copy

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

39

Universitas Indonesia

faktur tersebut kemudian dicek kembali dan di-input oleh bagian resepsionis, yang

meliputi data nomor faktur, nama barang pesanan, jumlah pesanan, harga, dan

diskon yang diperoleh untuk pembelian barang tersebut (Lampiran 12).

Gambar 4.3 Alur penerimaan barang dari supplier di PBF Tramedifa

Faktur pesanan dapat digantikan dengan Surat Jalan dari supplier apabila

barang yang dipesan diperlukan CITO oleh PBF, sehingga tidak dapat menunggu

hingga faktur pesanan tercetak. Isi dari Surat Jalan tersebut adalah keterangan

bahwa pihak supplier mengantarkan barang pesanan dari PBF, disertai dengan

data nama dan kuantitas barang yang dipesan. Pada kondisi digunakannya Surat

Jalan, faktur pesanan tetap akan dibuat oleh supplier dan secara menyusul akan

diberikan kepada PBF. Saat faktur pesanan akhirnya diserahkan, bukti tersebut

tetap disimpan oleh pihak PBF sebagai arsip.

Data lain yang juga terdapat dalam faktur adalah tanggal jatuh tempo

untuk pembayaran yang telah ditetapkan oleh pihak supplier. Lama tempo yang

diberikan masing-masing penyalur berbeda-beda antara 7 hingga 60 hari dari

sejak barang diantarkan ke pihak PBF. Lama tempo dengan supplier sedapat

mungkin dinegosiasikan agar dapat melebihi dari waktu tempo yang diberi oleh

PBF Tramedifa kepada pelanggan. Apabila sebaliknya, maka pihak PBF akan

menanggung terlebih dahulu biaya pembelian barang dari supplier.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

40

Universitas Indonesia

Berdasarkan tanggal jatuh tempo yang diberikan, pihak PBF akan

menyesuaikan kembali dengan hari pembayaran yang ditetapkan di PBF

Tramedifa, yaitu pada hari Jumat. Apabila tanggal jatuh tempo dari supplier tidak

jatuh pada hari tersebut, maka pihak PBF akan memajukan atau memundurkan

tanggal jatuh tempo agar pembayaran dapat tetap dilakukan di hari yang telah

ditetapkan. Hal ini dilakukan tentunya dengan adanya kesepakatan terlebih dahulu

dengan pihak supplier. Tenggang waktu yang diberikan untuk melakukan

penagihan ke PBF adalah ± 3 hari. Tanggal jatuh tempo yang telah disesuaikan

oleh PBF kemudian ditulis kembali di dalam faktur yang ada.

Sebelum hari pembayaran oleh PBF, biasanya akan dilakukan tukar faktur

dengan pihak sales dari supplier. Tukar faktur biasanya dilakukan satu minggu

setelah barang pesanan diterima oleh pihak PBF. Jadwal tukar faktur yang

ditetapkan di PBF Tramedifa adalah pada hari Senin dan Selasa. Pada proses tukar

faktur ini, sales dari pihak supplier akan memberikan faktur penjualan asli kepada

pihak PBF. Sebagai bukti telah dilakukan proses tukar faktur ini, terdapat tanda

terima tukar faktur yang harus ditandatangani oleh masing-masing pihak yang

terlibat dalam proses pertukaran faktur. Selain itu, PBF juga akan menerima

faktur pajak yang dikeluarkan oleh pihak penyalur. Setelah proses tukar faktur,

lembar asli faktur penjualan dan lembar copy faktur penjualan yang diterima oleh

bagian resepsionis selanjutnya diserahkan ke bagian keuangan, untuk kemudian

dilakukan proses pembayaran. Sementara, lembar asli faktur pajak langsung

disimpan secara terpisah di dalam file tersendiri. Lembar tukar faktur dan faktur

pajak dapat dilihat pada lampiran 14 dan lampiran 15 .

Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau non-tunai. Pembayaran

tunai (cash) dilakukan untuk pemesanan dengan nominal kecil, misalnya

pemesanan kurang dari atau sebanyak Rp 100.000,00. Data mengenai pembayaran

ini didokumentasikan dalam lembar serah terima pembayaran mingguan

(Lampiran 16). Pembayaran non-tunai dapat dilakukan dengan cara giro

(Lampiran 17) atau transfer, tergantung pada jumlah nominal yang akan

dibayarkan. Untuk setiap pembayaran yang dilakukan, pihak keuangan akan

menerbitkan Bukti Pengeluaran (lampiran 18) sebagai bukti telah dilakukannya

pembayaran oleh pihak PBF Tramedifa.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

41

Universitas Indonesia

4.3.2. Penyimpanan obat

Sediaan obat jadi di gudang obat disimpan di atas rak-rak yang dibeda-

bedakan menurut bentuk sediaannya. Rak dengan ukuran lebar yang lebih luas

digunakan untuk penyimpanan sediaan obat solid dan semisolid, sementara rak

dengan ukuran lebar yang lebih kecil untuk sediaan obat cair. Penyusunan obat

pada rak-rak tersebut dilakukan berdasarkan alfabetis nama generik obat yang

diurutkan dari atas ke bawah. Pada rak penyimpanan sediaan obat solid dan

semisolid, masing-masing tingkat ditempati obat dari dua jenis alfabet. Sementara,

pada rak penyimpanan sediaan cair, masing-masing tingkat ditempati oleh obat

dari dua atau tiga jenis alfabet, tergantung jumlah stok obat untuk masing-masing

alfabet. Hal ini dikarenakan pada umumnya sediaan obat cair memiliki bentuk

kemasan memanjang ke atas, sehingga secara luas hanya memerlukan lot yang

lebih sedikit untuk penyimpanannya dibandingkan dengan sediaan obat solid atau

semisolid. Selain itu, penyusunan tiap deret obat adalah berdasarkan aturan FIFO

(First In First Out). Tidak ada penanda khusus untuk posisi obat dari masing-

masing alfabet di rak penyimpanan, sehingga peletakan dapat dilakukan secara

fleksibel sesuai dengan jumlah stok obat yang ada untuk tiap alfabet.

Penyimpanan obat yang tidak memerlukan perlakuan khusus diletakkan

pada rak di gudang pada suhu antara 15o-25

o C. Obat-obat yang memerlukan suhu

lebih rendah, seperti vaksin, diletakkan di dalam lemari es yang suhunya diatur

agar tetap berada di antara 2o-8

o C. Penyimpanan obat pada tiap rak di dalam

lemari es tersebut juga disusun berdasarkan urutan alfabet dari atas ke bawah dan

tiap deretnya disusun secara FIFO. Suhu lemari es yang selama ini digunakan

berkisar antara 3o-4

o C.

Penyimpanan untuk obat-obatan yang memiliki nama, tampilan, dan

ucapan yang mirip, atau sering disebut dengan look alike sound alike (LASA),

tetap disimpan di dalam satu deret rak yang sama. Akan tetapi, peletakan antara

masing-masing kemasan obat-obat LASA tersebut diselingi dengan peletakan

produk obat yang lain. Tujuan cara peletakan seperti ini adalah agar dapat

mencegah terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat-obat tersebut.

Kartu stok obat yang memuat rekaman kejadian mutasi dan stok obat di

dalam gudang tidak tersedia secara manual. Kartu stok barang hanya dibuat secara

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

42

Universitas Indonesia

komputerisasi di dalam software “Tramedifa System”. Pendataan kejadian mutasi

dan stok barang setiap harinya hanya dilakukan menggunakan data pada laporan

penerimaan atau laporan penjualan barang yang dibuat oleh bagian gudang. Setiap

perubahan jumlah barang yang terjadi setelah kegiatan pengadaan dan penyaluran

akan langsung dicatat pada lembar laporan tersebut, sehingga secara tidak

langsung lembar laporan penerimaan atau laporan penjualan barang dapat

difungsikan juga sebagai kartu stok.

Inventarisasi terhadap persediaan barang perlu selalu dilakukan secara

rutin untuk mengecek kesesuaian antara kegiatan mutasi yang dilakukan dengan

stok barang yang tersedia di gudang. Kegiatan ini berguna untuk mencegah

terjadinya kerugian akibat kemungkinan adanya kehilangan atau kelebihan

barang. Inventarisasi barang di gudang secara keseluruhan, atau yang sering

disebut sebagai stok opname (SO), dilakukan setiap tiga bulan sekali. Data yang

terdapat di dalam suatu laporan stok, di antaranya meliputi nama obat (sesuai

urutan alfabet), bentuk sediaan, kuantiti barang, tanggal ED, dan nomor batch

produk. Kegiatan SO ini umumnya dilakukan di awal bulan per tiga bulannya,

yaitu antara tanggal 4 dan 5. Pada hari pelaksanaan SO, seluruh kegiatan

operasional di kantor PBF akan diliburkan. Selain per tiga bulan, SO juga

dilakukan di akhir tahun untuk kemudian dilaporkan sebagai laporan stok akhir.

Data yang termuat di dalam laporan stok akhir ini adalah data selama satu tahun

hingga per tanggal 30 Desember. Petugas yang melakukan SO harus

menandatangani laporan yang menyatakan bahwa dia telah melakukan SO dan

laporan pertanggungjawaban hasil SO diberikan kepada bagian pengadaan.

4.3.3. Penyaluran

Pemesanan barang ke PBF Tramedifa dapat dilakukan secara langsung

menggunakan Surat Pemesanan (SP) yang dibuat oleh pelanggan atau via telepon.

Pelanggan yang melakukan pemesanan via telepon, pada akhirnya tetap harus

membuat SP. SP tersebut diserahkan kepada pihak PBF pada saat pengiriman

barang oleh kurir dari PBF.

Setelah pesanan obat diterima oleh pihak PBF Tramedifa, selanjutnya dari

bagian pengadaan akan dibuat Surat Permintaan Barang (SPB) melalui software

“Tramedifa System” yang berisi item-item barang yang dipesan oleh pelanggan

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

43

Universitas Indonesia

beserta jumlahnya. Melalui sistem tersebut, SPB yang telah dibuat akan

tersambung kepada petugas di bagian gudang. Oleh petugas gudang, akan

dibuatkan faktur penjualan berdasarkan SPB yang masuk. Faktur yang dibuat

terdiri atas lima rangkap, yaitu lembar dengan warna putih, merah, kuning, hijau,

dan biru. Tiap satu faktur dapat memuat hingga sebanyak 10 item pesanan.

Apabila pesanan lebih dari 10 item, maka harus dibuat dalam faktur baru. Selain

itu, data pesanan dari SPB juga dicatat ke dalam Buku SPB sesuai dengan pesanan

untuk tiap nomor SPB. Data dalam catatan tersebut nantinya juga dapat berfungsi

untuk memonitor pelunasan pembayaran dari pihak pelanggan terhadap

pesanannya ke PBF. Jika barang yang dibutuhkan cito oleh pelanggan dan faktur

belum sempat untuk dicetak, maka PBF akan mengeluarkan Bukti serah terima

sebagai dokumen sementara yang disertakan dalam pengantaran barang ke

pelanggan. Lembar faktur dan lembar serah terima dapat dilihat pada lampiran 19

dan lampiran 20. Untuk penyaluran sediaan psikotropika, pihak PBF akan

membuat faktur penjualan psikotropika yang terpisah dengan faktur dari produk

selain psikotropika untuk pihak outlet.

Setelah faktur penjualan dicetak, pihak gudang akan mengambil obat dari

persediaan di gudang sesuai dengan isi pesanan di dalam faktur. Obat-obat yang

telah disiapkan kemudian diperiksa kembali kesesuaiannya dengan faktur, baru

kemudian dikemas untuk pengiriman kepada pelanggan. Cara pengemasan obat

pesanan harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis produk yang akan

diantar. Tujuannya adalah agar dapat menjaga keamanan produk dari kerusakan

selama proses pengantarannya. Pengemasan obat pesanan dapat menggunakan

boks karton atau plastik, disesuaikan dengan keadaan cuaca pada saat pengiriman.

Khusus untuk penyaluran vaksin, faktur pesanan dibuat khusus dan

terpisah dari faktur pesanan barang lainnya. Juga terdapat tambahan data

mengenai suhu pada saat vaksin dikirim dari PBF serta suhu pada saat vaksin

tersebut diterima. Jarak antara kedua suhu tersebut tidak boleh menyimpang dari

rentang suhu yang tertera pada kemasan vaksin. Untuk pengontrolan suhu saat

pengiriman, vaksin akan disimpan di dalam boks penyimpanan khusus. Boks

tersebut dilengkapi dengan alat pengatur suhu, sehingga memungkinkan produk

yang dibawa tetap berada di dalam lingkungan suhu yang sesuai.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

44

Universitas Indonesia

Setelah proses pengemasan, kemudian obat dapat dikeluarkan dari gudang.

Obat dan faktur pesanan kemudian diserahkan kepada kurir untuk diantarkan

kepada pelanggan. Sebelum pesanan diantarkan, dilakukan crosscheck kembali

oleh kurir mengenai kesesuaian obat yang akan diantarnya dengan faktur.

Pengecekan berganda ini dilakukan agar meminimalisir kemungkinan terjadinya

kesalahan pengiriman produk obat.

Pesanan barang ke PBF Tramedifa dilayani setiap harinya selama jam

operasional kantor PBF, yaitu dari pukul 08.30-17.00 WIB. Jadwal pengiriman

obat terdiri dari dua shift kerja. Shift pertama pada pukul 08.30-17.00 WIB,

sedangkan shift kedua pada pukul 10.00-18.00 WIB. Pengiriman obat yang

dipesan selama jam operasional kantor PBF dapat segera diantar ke pelanggan

pada hari yang sama apabila obat tersedia di gudang. Akan tetapi, apabila terdapat

pemesanan di atas jadwal pengiriman dan obat tidak tersedia di gudang, maka

pengiriman akan dilakukan keesokan harinya. Proses penyaluran obat dari PBF

Tramedifa diatur agar sedapat mungkin pesanan diantarkan di hari yang sama

dengan hari pemesanan. Meskipun demikian, produk baru yang sebelumnya tidak

distok di gudang PBF memerlukan waktu yang lebih lama untuk pengirimannya.

Pesanan obat baru yang disertai dengan contoh dapat diantarkan dalam waktu 3

hari setelah pemesanan, sedangkan pesanan obat baru tanpa disertai contoh

memerlukan waktu hingga 1 minggu setelah pemesanan untuk pengantarannya.

Setibanya pesanan di tempat pelanggan, pihak pelanggan melakukan

pengecekan terhadap obat yang dikirim oleh PBF, sehingga apabila terjadi

ketidaksesuaian pada pesanan dapat segera dilakukan pengembalian. Sementara,

apabila pesanan telah sesuai dengan permintaan pelanggan, maka kurir akan

memberikan faktur penjualan dari PBF Tramedifa untuk ditandatangani oleh

penerima barang dari pihak pelanggan. Tiap lembar dari kelima rangkap faktur

kemudian dicap dengan cap institusi pelanggan. Selanjutnya, dua lembar copy

faktur (warna hijau dan biru) diserahkan kepada pelanggan, sementara ketiga

rangkap lainnya (warna putih, merah, dan kuning) dibawa kembali ke kantor PBF.

Pada saat pengantaran ini pihak pelanggan juga harus menyerahkan SP kepada

pihak PBF, terutama bila pemesanan via telepon. Alur proses penyaluran pesanan

dari PBF Tramedifa ke pelanggan dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

45

Universitas Indonesia

Setelah proses pengantaran, tiga rangkap faktur pesanan yang tersisa

dibawa kembali ke kantor PBF untuk diserahkan kepada bagian gudang (lembar

copy warna kuning) dan bagian keuangan (lembar warna putih dan merah). Di

bagian keuangan, kedua lembar faktur tersebut digunakan untuk pengurusan

dokumen tukar faktur. Proses tukar faktur dengan pelanggan dilakukan satu

minggu setelah pengiriman. Dokumen yang akan disiapkan oleh PBF Tramedifa,

antara lain Tanda Terima Faktur Penjualan dan Faktur Pajak (Lampiran 21 dan

lampiran 15).

Gambar 4.4 Alur penyaluran barang dari PBF Tramedifa ke pelanggan

Faktur Pajak dikeluarkan karena dalam hal penyaluran obat kepada pihak

lain, maka PBF Tramedifa berlaku sebagai pihak yang mengeluarkan pajak untuk

pelanggannya, yaitu pajak pertambahan nilai (PPN). Hal ini dikarenakan PBF ini

menyalurkan obat sebagai barang kena pajak kepada pelanggan. PPN

diberlakukan bagi pihak pengusaha yang dalam satu bulan mendapat penerimaan

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

46

Universitas Indonesia

bruto melebihi Rp 600.000.000,00 (Permenkeu Nomor 68/PMK.03/2010 tentang

Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai). PPN merupakan pajak yang

wajib dibayarkan oleh konsumen yang mengkonsumsi barang atau jasa yang

termasuk objek PPN. Pajak ini termasuk ke dalam kategori pajak tidak langsung

karena beban pembayaran pajak ditanggung oleh konsumen (dalam hal ini adalah

pelanggan), namun penyetoran PPN ke kas negara dibebankan kepada penjual

(dalam hal ini PBF Tramedifa) (Direktorat Jenderal Pajak, 2012). Hal yang

sebaliknya terjadi ketika PBF melakukan pemesanan kepada supplier, maka PBF

akan mendapatkan PPN melalui faktur pajak dari pihak supplier.

Pada hari pelaksanaan tukar faktur, pihak PBF akan kembali ke tempat

pelanggan dan menyerahkan lembar asli faktur penjualan, lembar copy Tanda

Terima Faktur Penjualan (warna merah) yang telah diisi dan ditandatangani oleh

kedua belah pihak, dan lembar asli faktur pajak. Pembayaran pesanan dari pihak

pelanggan kemudian dilakukan pada tanggal jatuh tempo yang telah disepakati

bersama dengan pihak PBF. Lama tempo untuk penjualan barang berkisar antara

0-30 hari.

Cara pembayaran yang diterima dari pelanggan dapat secara kredit

menggunakan cek, giro, transfer, dan dapat pula secara tunai (cash). Pembayaran

tunai biasanya diperuntukkan bagi pelanggan yang baru bekerja sama dengan PBF

Tramedifa dan bagi outlet yang melakukan pembelian sediaan psikotropika. Pada

pembayaran psikotropika diberlakukan sistem cash and carry sehingga barang

akan langsung dibayarkan ketika diantar ke outlet. Penerapan sistem pembayaran

secara kredit dapat diberlakukan bagi pelanggan yang rutin melakukan pemesanan

dan telah memenuhi persyaratan pembayaran yang diterapkan di PBF Tramedifa.

Pihak PBF Tramedifa telah membuat kebijakan bahwa sistem pembayaran

pelanggan di awal kerja sama adalah secara langsung atau cash on delivery

(COD). Sistem COD diberlakukan untuk 3 kali pembayaran pertama. Setelah itu,

apabila proses pembayaran secara COD dapat berlangsung dengan baik, maka

selanjutnya sistem kredit dapat diberlakukan bagi pelanggan tersebut. Untuk

pembayaran dengan sistem kredit, apabila pembayaran tidak dilunasi hingga

tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan, maka pihak PBF memberlakukan

sistem locked. Dimana pelanggan yang belum melunasi pembayaran hingga

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

47

Universitas Indonesia

melebihi batas tempo tidak dapat melakukan pemesanan lagi ke PBF Tramedifa

sebelum pembayaran pesanan yang telah jatuh tempo berhasil dilunasi.

4.4. Pengembalian Barang (Retur)

4.4.1. Retur pembelian

Retur pembelian adalah pengembalian barang yang dibeli oleh PBF

Tramedifa kepada supplier. Alasan dilakukannya retur antara lain karena barang

yang tidak sesuai dengan pesanan, terdapat cacat pada barang yang dikirimkan,

barang telah mendekati atau telah mencapai tanggal ED, ataupun karena adanya

kesalahan dalam pemberian harga atau diskon. Retur oleh pihak PBF dilakukan

segera setelah barang pesanan datang dan diperiksa oleh bagian gudang. Hal ini

dilakukan agar proses retur tidak rumit dan pertanggungjawabannya mudah.

Dengan demikian, kemungkinan adanya barang yang cacat masuk ke dalam

gudang dapat dihindari.

Jika terdapat barang yang diretur, maka nama barang tersebut yang

terdapat di dalam faktur akan ditandai. Data lengkap pesanan awal akan tetap di-

input oleh bagian resepsionis sesuai dengan faktur dan SP yang ada. Kemudian

lembar copy faktur yang diterima oleh bagian resepsionis diberikan kepada bagian

pengadaan untuk diurus proses returnya. Dengan menggunakan software, akan

dilakukan input data obat pesanan yang diretur, disertai jumlahnya dan alasan

mengapa barang tersebut diretur. Dari hasil pengolahan software tersebut, maka

secara otomatis dapat diketahui jumlah uang yang harus dibayarkan oleh PBF

untuk pesanannya tersebut setelah dikurangi dengan harga barang yang diretur.

Terkait dengan waktu ED barang, terutama produk obat jadi, pihak PBF

memiliki ketentuan bahwa barang yang dapat tetap diterima adalah barang dengan

ED maksimal 3 bulan ke depan. Kurang dari itu, maka barang akan diretur ke

supplier. Kecuali untuk sediaan obat topikal, obat dengan jarak waktu ED 1 bulan

masih dapat diterima, walaupun sedapat mungkin tetap diusahakan untuk diretur.

Selain itu, untuk obat-obatan dengan harga tinggi atau hanya dapat diperoleh dari

distributor atau subdistributor tertentu, maka hanya obat dengan batas ED tertentu

yang akan diterima di PBF ini. Obat yang telah masuk dan tersimpan di gudang

PBF juga dapat diretur. Retur dilakukan apabila produk obat tersebut belum

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

48

Universitas Indonesia

terjual hingga mendekati waktu ED-nya dan masih tersimpan dengan baik di

dalam kemasannya. Tidak semua supplier dapat menerima permohonan retur

untuk barang yang telah mendekati ED, hanya supplier tertentu dan tentunya

dengan ketentuan khusus mengenai batas waktu ED maksimal yang masih

diperbolehkan untuk diretur. Contoh nota retur pembelian dapat dilihat pada

lampiran 22.

4.4.2. Retur penjualan

Retur penjualan adalah pengembalian obat yang dibeli oleh pihak

pelanggan kepada PBF Tramedifa. Penyebab dilakukannya retur oleh pelanggan

antara lain terdapat cacat pada obat, obat telah atau mendekati kedaluwarsa, obat

terlambat diantar, kesalahan pengantaran obat, terjadi salah pemesanan oleh

pelanggan, faktur pajak yang dikeluarkan PBF kedaluwarsa, terjadi kesalahan

pada proses input kode pelanggan, dan kesalahan pada pemberian harga atau

diskon dari PBF. Obat yang diretur oleh pelanggan akan dibawa kembali oleh

kurir ke kantor PBF dan data barang tersebut di faktur akan ditandai dan diberikan

keterangan mengenai alasan dilakukan retur. Barang retur akan diserahkan

kembali ke bagian gudang untuk nantinya didata ke dalam form retur. Form ini

harus ditandatangani oleh staf gudang selaku pembuat form, pihak pelanggan

selaku penerima barang, dan kurir yang mengantarkan barang ke tempat

pelanggan.

Selanjutnya, form retur akan diserahkan ke bagian pengadaan bersama

dengan faktur penjualan. Oleh bagian pengadaan, akan dibuat Nota Retur dengan

menggunakan software “Tramedifa System”. Nota ini terdiri atas dua rangkap,

lembar asli untuk diberikan kepada pelanggan, sementara lembar copy dipegang

oleh pihak PBF. Dengan pengolahan melalui software tersebut, maka biaya

pembelian pelanggan akan terpotong sesuai harga barang yang diretur. secara

otomatis jumlah stok obat di gudang PBF akan bertambah sesuai dengan jumlah

barang yang diretur. Apabila barang retur tersebut akan dipesan kembali oleh

pelanggan, maka akan dibuatkan faktur pesanan baru oleh pihak gudang untuk

pemesanan tersebut. Faktur baru juga akan dicetak apabila retur terjadi karena

kesalahan pemberian harga atau diskon dari PBF.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

49

Universitas Indonesia

Retur penjualan yang dilakukan karena barang rusak dapat dibedakan ke

dalam dua kondisi. Apabila kerusakan barang terjadi bukan karena kesalahan

pihak PBF, misalnya obat masih tersegel rapi dan belum melewati ED, tetapi

kondisi obat tidak baik, maka pihak PBF dapat meretur kembali barang tersebut

kepada supplier seperti pada prosedur retur pembelian. Apabila kerusakan terjadi

akibat kelalaian pihak PBF, maka penindaklanjutannya adalah berdasarkan pada

kondisi kerusakan yang terjadi. Pada kondisi terjadi kerusakan hanya pada

kemasan luar dan tidak mempengaruhi mutu obat, maka kebijakannya adalah obat

tersebut dikembalikan ke dalam stok di gudang untuk dijual kembali pada

pelanggan lain. Akan tetapi, pada kondisi terjadi kerusakan pada sediaan obat,

misalnya kerusakan sediaan vaksin karena kesalahan pada proses pengiriman,

maka produk akan disimpan terlebih dahulu untuk nantinya dimusnahkan.

Formulir retur barang dan nota retur penjualan dapat dilihat pada lampiran 23 dan

lampiran 13.

4.5. Administrasi dan Dokumentasi

4.5.1. Dokumentasi aktif

Dokumentasi aktif adalah meliputi dokumentasi untuk data, dokumen, atau

laporan yang dibuat atau diterima di PBF terkait pelaksanaan kegiatan

operasional. Seluruh proses operasional dari pengadaan, penyimpanan, dan

penyaluran memiliki laporan yang terdokumentasi melalui dua cara, yaitu secara

komputerisasi di dalam software “Tramedifa System” dan secara manual. Laporan

yang terekam di dalam sistem komputer di PBF, antara lain adalah Laporan

Penerimaan Barang dan Laporan Penjualan Barang.

Laporan Penerimaan Barang diperbarui oleh staf di bagian gudang setiap 2

hari sekali. Laporan tersebut kemudian di-print dan dibundel di dalam suatu map

besar secara berurutan dari tanggal penerimaan terdahulu hingga tanggal

penerimaan terbaru. Laporan Penjualan Barang diperbarui setiap hari di akhir jam

kegiatan operasional berakhir. Seperti pengarsipan untuk Laporan Penerimaan

Barang, Laporan Penjualan Barang juga akan di-print dan dibundel di dalam map

besar dengan tanggal penjualan yang berurutan. Map berisi arsip kedua laporan ini

tersimpan di dalam ruang kerja staf bagian gudang. Tidak ada ketentuan khusus

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

50

Universitas Indonesia

untuk sistematika penyimpanan di dalam map tersebut. Satu map besar akan

digunakan hingga kapasitasnya terpenuhi, kemudian dilakukan pengarsipan

selanjutnya menggunakan map baru. Arsip laporan setiap tahunnya di dalam map

akan diberi penanda untuk memperjelas batasan laporan per tahun.

Dokumen-dokumen yang diperoleh PBF dari kegiatan pengadaan dan

penyaluran yang dilakukan juga diarsip menggunakan map besar. Dokumen-

dokumen dari setiap transaksi pembelian dan penjualan barang yang terjadi

dibundel, kemudian akan disimpan di dalam map yang dibeda-bedakan per nama

supplier atau instansi pelanggan. Satu bundel dokumen yang disimpan dari setiap

transaksi setelah kegiatan pembelian, terdiri atas :

a. 1 lembar copy bukti pembayaran dari PBF kepada supplier (atau bonggol giro

jika pembayaran dilakukan melalui giro),

b. 1 lembar Bukti Pengeluaran,

c. 1 lembar asli dan 1 lembar copy Faktur Penjualan dari supplier,

d. 1 lembar asli dan 1 lembar copy Tanda Terima Faktur,

e. 1 lembar asli dan 1 lembar copy Surat Jalan dari supplier (optional),

f. 1 lembar asli tanda terima faktur dari supplier (jika ada),

g. 1 lembar asli Faktur Pajak, dan

h. 1 lembar asli SP.

Sementara itu, satu bundel dokumen yang disimpan dari setiap transaksi

setelah kegiatan penjualan, terdiri atas:

a. 1 lembar copy bukti pembayaran dari pelanggan kepada PBF,

b. 1 lembar copy Faktur Penjualan yang dikeluarkan PBF,

c. 1 lembar asli dan 1 lembar copy Tanda Terima Faktur Penjualan,

d. 1 lembar copy Faktur Pajak, dan

e. 1 lembar asli SP dari pelanggan.

Susunan tiap bundel dokumen-dokumen tersebut di dalam map diurutkan

sesuai tanggal transaksi, dari tanggal transaksi terdahulu di posisi bawah hingga

tanggal transaksi terbaru di posisi atas. Dengan penyusunan seperti ini, akan

mempermudah pihak PBF dalam melakukan pencarian dan pengecekan terhadap

dokumen-dokumen tersebut ketika diperlukan.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

51

Universitas Indonesia

Dokumen dari kegiatan pengadaan dan penerimaan termasuk dokumen

yang terkait dengan keuangan. Seluruh dokumen yang berhubungan dengan

masalah keuangan di PBF ini disimpan hingga selama 10 tahun. Penyimpanan

selama waktu tersebut diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya

komplain di kemudian hari atau keperluan pertanggungjawaban kegiatan-kegiatan

operasional yang pernah dilakukan di PBF ini. Setelah lebih dari 10 tahun, maka

dokumen-dokumen tersebut dapat dimusnahkan.

4.5.2. Dokumentasi pasif

Dokumentasi pasif yang dilakukan di PBF ini, antara lain meliputi

dokumentasi SOP dan data spesifikasi produk. Data spesifikasi produk terdapat

dalam bentuk Laporan Stok Barang yang dapat ditelusuri menggunakan daftar

kode obat yang dibuat oleh pihak PBF melalui software “Tramedifa System”.

Kode barang tersebut dibuat berdasarkan nama produk dan nomor registrasi atau

barcode yang terdapat pada kemasan produk.

4.5.3. Pembuatan formularium

PBF Tramedifa sedikit berbeda dari PBF lainnya. Di samping melakukan

kegiatan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran, PBF Tramedifa juga turut

berpartisipasi dalam pembuatan formularium obat yang akan digunakan di

institusi-institusi kesehatan di dalam SFHG. Formularium yang dimaksud adalah

berupa suatu panduan obat-obatan yang digunakan oleh dokter di institusi-institusi

kesehatan SFHG.

Pembuatan formularium tersebut memerlukan data pareto obat dari

pelanggan yang dibuat oleh bagian administrasi. Data-data tersebut berasal dari

data kebutuhan obat per bulan di rumah sakit dan klinik sesama grup SFHG.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang berupa daftar nama-

nama obat dengan berbagai kelas terapi yang telah terdata di dalam data stok obat

di software “Tramedifa System”. Kuesioner tersebut diberikan kepada para dokter

di rumah sakit dan klinik dari SFHG untuk diisi sesuai dengan pemakaian obat

yang sering dilakukan oleh mereka. Hasil kuesioner tersebut kemudian didata

untuk keperluan pembuatan data pareto, yang selanjutnya akan dijadikan pedoman

dalam pembuatan formularium obat.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

52

Universitas Indonesia

Formularium ini berbeda dari formularium pada umumnya yang dibuat

oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) rumah sakit dan di dalamnya tidak hanya

memuat informasi tentang kelas terapi dan nama obat, tetapi juga meliputi

indikasi dari suatu obat, kriteria penulis resep yang dapat memberikan obat

tersebut kepada pasien, dan informasi tentang regimen dosis obat tersebut (Siregar

dan Amalia, 2003). Data-data yang terdapat di dalam Formularium Obat SFHG,

antara lain data kelas terapi obat, nama generik, keterangan mengenai status

DOEN obat (DOEN atau bukan), kode obat, nama dagang, nama pihak farmasi

atau supplier untuk memperoleh obat, tingkatan pareto obat, serta jumlah

pengguna obat tersebut. Dengan data-data yang dicantumkan seperti yang tersebut

di atas, maka selain dijadikan sebagai panduan bagi para dokter yang tergabung

dalam SFHG, formularium ini juga berguna bagi pihak PBF Tramedifa sebagai

panduan untuk melakukan pengadaan obat-obat yang paling banyak diperlukan

pada kegiatan klinik di SFHG. Hal ini sesuai dengan tujuan utama dari PBF ini,

yaitu menjadi penyalur bagi sarana kesehatan yang tergabung dalam SFHG.

Melalui formularium obat yang turut dibantu pembuatannya, pihak PBF

dapat memilah obat-obat yang penting untuk diadakan secara rutin di gudang

PBF. Obat yang paling utama untuk diadakan adalah obat dari daftar pareto A dan

B, sedangkan obat dari daftar pareto C dapat dibeli atau tidak dibeli, tergantung

akan kebutuhannya. Formularium ini direvisi setiap tahunnya, sehingga setiap

data obat yang tercantum di dalamnya selalu ter-update sesuai dengan kebutuhan

yang tentunya juga dapat selalu berbeda-beda di setiap tahun.

4.6. Manajemen Keuangan

Setiap kegiatan transaksi keuangan yang terjadi di PBF Tramedifa pasti

akan terdata di dalam Jurnal Transaksi. Data dari jurnal tersebut nantinya

dipindahkan ke Buku Besar (posting) dan selanjutnya direkap ke dalam suatu

laporan keuangan. Buku Besar disusun untuk kegiatan transaksi per bulan. Di

setiap akhir bulan, dilakukan penyesuaian antara data keuangan yang tercatat di

dalam buku tersebut dengan kondisi keuangan yang sebenarnya di PBF setelah

akhir bulan. Kondisi keuangan yang sebenarnya dapat dilihat berdasarkan

dokumen nota-nota penjualan dan pembelian yang diperoleh selama satu bulan

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

53

Universitas Indonesia

terakhir. Setiap akhir tahun juga dilakukan hal serupa, yaitu data-data keuangan

yang tercatat selama satu tahun terakhir dicocokkan dengan kondisi keuangan

yang sebenarnya. Setelah cocok, maka akan dilakukan proses tutup buku terhadap

laporan-laporan tersebut.

Proses tutup buku dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu tutup buku

teraudit dan tutup buku tidak teraudit. Tutup buku teraudit dilakukan berdasarkan

adanya pemeriksaan oleh akuntan independen yang berasal dari pihak di luar PBF.

Tutup buku ini dilakukan di setiap 6 bulan, di akhir tahun, atau pada kondisi

tertentu ketika diperlukan pemeriksaan laporan keuangan secara detail. Sementara

itu, tutup buku tidak teraudit dilakukan tanpa adanya pemeriksaan dari akuntan

independen dan ini dilakukan di pemeriksaan laporan yang dilakukan sewaktu-

waktu oleh pihak PBF. Setiap kali dilakukan tutup buku, maka akan diperoleh

beberapa bentuk laporan keuangan, antara lain laporan neraca, laporan laba rugi

(L/R), dan laporan modal.

4.7. Kegiatan Sales & Marketing

Kegiatan yang dilakukan bagian marketing di PBF Tramedifa adalah

melakukan penawaran barang atau produk yang dimilikinya kepada pelanggan

dengan diskon tertentu. Tujuan utama dari kegiatan marketing adalah

mendapatkan keuntungan yang dapat terus meningkat di setiap tahunnya melalui

pemasaran kepada pihak-pihak yang berpotensi untuk bekerja sama dengan PBF

ini. Target pemasaran untuk distribusi obat adalah bagian pengadaan dari rumah

sakit-rumah sakit dan klinik-klinik yang bergerak di pelayanan kesehatan bagi ibu

dan anak serta apotek.

Ruang lingkup area pemasaran yang dilakukan PBF Tramedifa hingga saat

ini adalah mencakup wilayah-wilayah di Jabodetabek. Tanggung jawab kegiatan

marketing di tiap-tiap wilayahnya terbagi ke dalam 4 area, yaitu area timur, barat,

utara, dan selatan. Pelaksanaan pemasaran secara langsung kepada pihak

pelanggan dilakukan oleh sales. Secara struktural, pemasaran di masing-masing

area dalam wilayah Jabodetabek ditangani oleh 2 atau 3 orang sales. Masing-

masing sales per area tersebut dibawahi oleh seorang supervisor yang

bertanggung jawab kepada seorang area sales manager (ASM). Setiap outlet baru

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

54

Universitas Indonesia

yang direncanakan untuk diajak bekerja sama dengan PBF Tramedifa akan

dikomunikasikan terlebih dahulu sesuai alur tanggung jawab tersebut, yaitu dari

sales hingga ASM, untuk selanjutnya dirapatkan dengan pihak direksi terkait

keputusan kerja samanya.

4.8. Pelaporan

Sesuai dengan ketentuan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1148/Menkes/Per/VI/2010 tentang Pedagang Besar Farmasi, setiap PBF dalam

melakukan kegiatan usahanya diwajibkan untuk melakukan pelaporan kepada

beberapa instansi terkait. Pelaporan yang diperlukan adalah terkait dengan

kegiatan penerimaan dan penyaluran dari obat yang diadakannya. PBF Tramedifa

melakukan pelaporan tersebut kepada tiga instansi pemerintah sesuai dengan

ketentuan dari Permenkes tersebut, yaitu pelaporan kepada Balai POM, Dinas

Kesehatan Provinsi, dan Kementerian Kesehatan RI, yang dilakukan secara

bersamaan setiap 3 bulan sekali.

Dokumen yang diperlukan dalam pelaporan ini, lebih kurang terdiri atas

data stok barang yang terdapat di gudang PBF, serta laporan mutasi barang yang

meliputi laporan pembelian dan penerimaan barang. Sistem pelaporan dilakukan

secara manual. Dokumen-dokumen yang diperlukan secara langsung dikirimkan

ke instansi-instansi yang terkait melalui pos.

Untuk psikotropika, selama ini PBF Tramedifa belum melaporkan

penyaluran psikotropika kepada instansi terkait. Hal ini dikarenakan belum

tingginya transaksi dari sediaan tersebut dan hanya untuk kebutuhan RSIA

SamMarie Basra yang baru mulai beroperasi sejak Desember 2010. Laporan

pertama transaksi psikotropika akan disampaikan kepada Kementrian Kesehatan

bulan April 2013 atas kegiatan di tahun 2012 bersamaan dengan laporan kegiatan

triwulan yang telah rutin disampaikan.

4.9. Kendala yang Dihadapi dan Strategi untuk Menghadapinya

Sebagai suatu perusahaan yang bergerak di bidang usaha distribusi obat,

PBF Tramedifa memiliki kendala utama dalam hal persaingan bisnis. Pada

posisinya sebagai PBF, terdapat kesulitan untuk bersaing dengan pabrik-pabrik

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

55

Universitas Indonesia

obat dan agen-agen penyalur lain, seperti distributor atau subdistributor. Hal

tersebut dikarenakan kedua badan usaha tersebut juga melakukan penjualan

produk-produknya secara langsung ke outlet-outlet. Persaingan yang terlihat

dalam hal ini adalah dari segi harga barang yang disalurkan.

Salah satu strategi yang dilakukan PBF ini untuk menghadapi kondisi di

atas adalah dengan cara melakukan penetrasi penjualan ke pasar-pasar hingga di

wilayah pelosok yang masih sulit untuk dijangkau oleh pihak pabrik atau agen

penyalur lain. Rencana strategis lainnya adalah melalui pengaturan penetapan

waktu tempo pembayaran yang dapat bersaing. Waktu tempo pembayaran bagi

pelanggan dinegosiasikan sedemikian rupa, sehingga dengan waktu tempo

tersebut dapat menarik pelanggan untuk bersedia memulai dan terus bekerja sama

dengan PBF Tramedifa.

Beberapa rencana lain terkait pengembangan usaha yang akan dilakukan

oleh PBF Tramedifa di masa mendatang, antara lain :

a. Membuat jaringan apotek yang mendukung perkembangan proses distribusi

obat dari PBF Tramedifa.

b. Membuat produk yang unik, di samping melakukan penyaluran obat.

c. Menyusun tim sales yang kompeten dengan jumlah yang lebih banyak.

d. Melakukan pembelian produk obat dengan skala masif, sehingga dapat

menekan biaya pembelian obat karena dengan jumlah pembelian yang besar,

maka diskon yang dapat diperoleh pihak PBF juga lebih besar. Selain itu, stok

dalam jumlah besar juga dapat mendukung kegiatan distribusi yang lebih luas.

Berbagai rencana usaha tersebut tentunya harus dilakukan dengan tetap

mempertahankan kriteria yang diperlukan untuk pelaksanaan CDOB.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

56 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Peran dan tugas apoteker penanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya di

PBF Tramedifa adalah melaksanakan dan mengawasi kegiatan pengelolaan

obat jadi sebagai komoditi utama yang disalurkan PBF ini.

b. Penerapan aspek manajemen pengelolaan sediaan farmasi di PBF Tramedifa

telah didukung oleh oleh sistem software aplikasi milik PBF Tramedifa, yaitu

“Tramedifa System” yang terintegrasi ke seluruh perangkat komputer yang

terdapat di kantor PBF, sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi

kegiatan operasional di PBF.

5.2. Saran

a. Pihak PBF harus selalu mengikuti perkembangan peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan PBF.

b. Pihak PBF harus melaporkan kegiatan operasional secara rutin sesuai peraturan

perundang-undangan.

c. Penyediaan tempat tersendiri untuk penerimaan barang dari pihak supplier.

d. Sistem baru dalam pengelompokan obat di gudang seperti obat bebas, bebas

terbatas dan obat keras, selain dikelompokan secara alfabetis dan bentuk

sediaan.

e. Sebaiknya formularium obat yang telah ada diubah namanya menjadi Daftar

Pemakaian Obat di SFHG dan dibedakan dengan formularium obat.

f. Perlu dilakukan pelatihan rutin penerapan CDOB terutama untuk bagian yang

terkait dengan distribusi obat.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

57 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Anief, M. (2001). Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 03. 1. 34. 11. 12. 7542

Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik

Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997

Tentang Psikotropika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009c). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan. Jakarta.

Direktorat Jenderal Pajak. (2012). Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan

Nilai. http://www.pajak.go.id/content/mengenal-lebih-dekat-pajak-

pertambahan-nilai, 3 Maret 2013.

Holdford, D. A., &. Brown, T. (2010). Introduction to Hospital & Helath-System

Pharmacy Practice. Bethesda: American Society of Health-System

Pharmacist.

Kementerian Kesehatan RI. (2011a). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2011b). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Quick, J. D. (1997). Managing Drug Supply : The Selection, Procurement,

Distribution, and Use of Pharmaceuticals. 2nd

ed. Connecticut: Kumarian

Press.

Seto, S., Yunita, N., & Triana, L. (2004). Manajemen Farmasi. Surabaya:

Airlangga University Press.

Siregar, Charles J.P. & Amalia, L. (2003). Farmasi Rumah Sakit: Teori &

Penerapan. Jakarta: EGC.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

58

Lampiran 1. Formulir Permohonan Izin Pedagang Besar Farmasi (Formulir 1)

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

59

Lampiran 2. Formulir Rekomendasi Pemenuhan Kelengkapan Administratif

(Formulir 2)

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

60

Lampiran 3. Formulir Rekomendasi Hasil Analisis Pemenuhan Persyaratan

CDOB (Formulir 3)

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

61

Lampiran 4. Formulir Penerbitan Izin PBF (Formulir 4)

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

62

Lampiran 5. Formulir Pernyataaan Siap Melaksanakan Kegiatan (Formulir 5)

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

63

Lampiran 6. Peta Lokasi PBF Tramedifa

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

64

Lampiran 7. Denah Bangunan PBF Tramedifa Lantai 1

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

65

Lampiran 8. Denah Bangunan PBF Tramedifa Lantai 2

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

66

Lampiran 9. Struktur Organisasi PBF Tramedifa

66

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

67

Lampiran 10. Surat Pesanan (SP)

67

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

68

Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropika

68

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

69

Lampiran 12. Copy Faktur Pembelian

69

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

70

Lampiran 13. Nota Retur Penjualan

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

71

Lampiran 14. Tanda Terima Tukar Faktur Pembelian

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

72

Lampiran 15. Faktur Pajak

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

73

Lampiran 16. Lembar Serah Terima Pembayaran Mingguan

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

74

Lampiran 17. Giro untuk Pembayaran Non-Tunai

74

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

75

Lampiran 18. Bukti Pengeluaran

75

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

76

Lampiran 19. Faktur Penjualan

76

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

77

Lampiran 20. Bukti Serah Terima

77

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

78

Lampiran 21. Tanda Terima Tukar Faktur Penjualan

78

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

79

Lampiran 22. Nota Retur Pembelian

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

80

Lampiran 23. Formulir Retur Barang

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

UNIVERSITAS INDONESIA

KAJIAN PENERAPAN ASPEK CDOB BAB 4 – BAB 6

DI PBF TRAMEDIFA SEBAGAI PERSIAPAN

MENUJU PEROLEHAN SERTIFIKAT CDOB

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

GHARIZA MUTIA DANAR, S.Farm.

1206197532

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................... 1

1.2. Tujuan ................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 3

2.1. Definisi PBF........................................................................ 3

2.2. Definisi CDOB .................................................................... 3

BAB 3. METODOLOGI TUGAS KHUSUS ........................................ 5

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Tugas Khusus ................... 5

3.2. Metode Pengkajian .............................................................. 5

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 6

4.1. Operasional ......................................................................... 6

4.2. Inspeksi diri ......................................................................... 16

4.3. Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga

Palsu dan Penarikan Kembali .............................................. 18

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 23

5.1. Kesimpulan ......................................................................... 23

5.2. Saran ................................................................................... 23

DAFTAR ACUAN ................................................................................. 25

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Aspek Operasional dari CDOB pada PBF

Tramedifa....................................................................................... 6

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Aspek Inspeksi Diri dari CDOB pada PBF

Tramedifa....................................................................................... 16

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aspek Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat

Kembalian, Diduga Palsu dan Penarikan Kembali dari CDOB

pada PBF Tramedifa...................................................................... 18

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

dicantumkan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Agar tercapainya kesehatan tentunya diperlukan

adanya upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,

pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat. Dalam rangka peningkatan upaya kesehatan, penggunaan obat ikut

serta dalam proses pengobatan penyakit yang merupakan salah satu bagian dari

upaya kesehatan demi tercapainya kesehatan. Obat adalah bahan atau paduan

bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi, untuk manusia (Presiden Republik Indonesia, 2009).

Kelancaran dalam pelaksanaan upaya kesehatan tersebut tidak terlepas dari

peran Pedagang Besar Farmasi (PBF) dalam mendistribusikan obat ke sarana

pelayanan kesehatan. Selain kegiatan distribusi, PBF juga melakukan pengadaan,

penyimpanan, dimana dalam pelaksanaannya wajib menerapkan Pedoman Teknis

Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB). Hal ini diwajibkan untuk menjamin

kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan menjamin kualitas serta kuantitas obat

selama penyaluran ke sarana pelayanan kesehatan hingga sampai ketangan pasien.

Penentuan kualifikasi pemasok juga perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa

obat tersebut terjamin dari segi kualitas dan kuantitas. PBF juga harus menjamin

bahwa obat tersebut hanya disalurkan kepada sarana pelayanan kesehatan yang

telah memiliki izin, oleh karena itu perlunnya dilakukan kualifikasi pelanggan

oleh PBF.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

2

Universitas Indonesia

Prosedur yang telah ada perlu dijaga agar kegiatan PBF selalu sesuai

dengan aturan yang ada yang menunjuk kepada CDOB. Oleh karena itu perlu

dilakukan pula inspeksi diri yang dilakukan disemua bagian yang ada di PBF

tersebut, serta dapat dilakukan oleh pihak luar PBF.

Disamping itu, PBF perlu menerapkan pula pengaturan mengenai obat

kembalian, keluhan, diduga palsu maupun penarikan obat. Hal ini perlu dilakukan

agar obat yang tersedia disarana pelayanan kesehatan selalu terjamin dari segi

kualitas dan kuantitas dimana pada akhirnya dapat tercapai derajat kesehatan

setinggi-tingginya.

Setiap PBF wajib menerapkan CDOB diseluruh aspek kegiatan

pengelolaan obat seperti pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk

pengembalian obat. Pada akhirnya PBF yang telah menerapkan CDOB akan di

berikan sertifikat CDOB. CDOB ini menetapkan pedoman untuk distribusi obat,

bahan obat dan produk biologi termasuk vaksin yang digunakan untuk manusia.

Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai perusahaan yang

menyalurkan obat, PBF Tramedifa sudah seharusnya melakukan pengkajian

kegiatan terkait distribusi dan kegiatan lain di PBF agar tetap berjalan sesuai

dengan ketentuan dalam CDOB demi berkembangnya PBF Tramedifa dimasa

depan. Pada akhirnya, setelah seluruh aspek dalam CDOB terpenuhi, maka PBF

Tramedifa akan diberikan sertifikat CDOB sebagai tolak ukur bahwa PBF

Tramedifa telah memiliki kualitas yang baik dalam kegiatan pengelolaan dan

pendistribusian obat.

1.2. Tujuan

Tugas khusus ini dibuat untuk mengkaji kesesuaian antara kegiatan yang

terdapat di PBF Tramedifa dengan ketiga aspek pada Bab 4-Bab 6 dari Pedoman

Teknis CDOB sebagai langkah persiapan untuk memperoleh sertifikat CDOB.,

Ketiga aspek tersebut yaitu

a. Operasional.

b. Inspeksi diri.

c. Keluhan, obat dan/atau bahan obat kembalian, diduga palsu dan penarikan

kembali.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF mencantumkan bahwa PBF

merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk

pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah

besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Jadi PBF merupakan

perusahaan yang hanya menyalurkan obat dan/atau bahan obat. Dalam

pelaksanaannya, seluruh kegiatan di PBF harus mengacu kepada CDOB. Hal ini

untuk menjamin agar kualitas kinerja dari suatu PBF senantiasa terjaga.

2.2. Definisi CDOB (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)

Dalam melaksanakan kegiatan distribusi PBF tersebut wajib mengacu

kepada CDOB. CDOB adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat

yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran

sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya.

Segala prinsip yang terdapat dalam CDOB wajib di terapkan dalam setiap

kegiatan PBF meliputi pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran termasuk

pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi. Semua pihak yang

terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan prinsip kehati-hatian (due

diligence) dengan mematuhi prinsip CDOB. Pada akhirnya PBF yang telah

menerapkan Pedoman Teknis CDOB, akan diberikan Sertifikat CDOB oleh

Kepala Badan POM. Dalam CDOB terdapat 9 prinsip yang harus dipenuhi oleh

PBF dalam melaksanakan kegiatan distribusi obat. Tiga diantaranya yaitu

Operasional; Inspeksi Diri; Keluhan, obat dan/atau bahan obat kembalian, diduga

palsu dan penarikan kembali.

2.2.1. Operasional

Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat

memastikan bahwa identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan

distribusinya ditangani sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada kemasan.

Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

4

Universitas Indonesia

untuk memastikan bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal

dari industri farmasi dan/atau fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai

peraturan perundang-undangan untuk meminimalkan risiko obat dan/atau bahan

obat palsu memasuki rantai distribusi resmi. Pada aspek operasional, poin-poin

yang di bahas yaitu Kualifikasi pemasok; Kualifikasi pelanggan; Penerimaan;

Penyimpanan; Pemisahan obat dan/atau bahan obat; Pemusnahan obat dan/atau

bahan obat; Pengambilan; Pengemasan; Pengiriman; Ekspor dan impor.

2.2.2. Inspeksi diri

Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan

kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah-

langkah perbaikan yang diperlukan.

2.2.3. Keluhan, obat dan/atau bahan obat kembalian, diduga palsu dan penarikan

kembali

Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat

berpotensi rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur

tertulis. Obat dan/atau bahan obat yang akan dijual kembali harus melalui

persetujuan dari personil yang bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya.

Diperlukan koordinasi dari setiap instansi, industri farmasi dan fasilitas distribusi

dalam menangani obat dan/atau bahan obat yang diduga palsu. Jika diperlukan,

dibutuhkan suatu sistem yang komprehensif untuk menangani semua kasus,

termasuk cara penarikan kembali. Harus tersedia dokumentasi untuk setiap proses

penanganan keluhan termasuk pengembalian dan penarikan kembali serta

dilaporkan kepada pihak yang berwenang. Pada aspek ini, poin-poin yang di

bahas yaitu: Keluhan; Obat dan/atau bahan obat kembalian; Obat dan/atau bahan

obat diduga palsu; Penarikan kembali obat dan/atau bahan obat.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

5 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI TUGAS KHUSUS

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Tugas Khusus

Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di PBF Tramedifa Jl.

Cipinang Muara I No. 23 C Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit,

Jakarta Timur. Waktu Pelaksanaan tugas khusus dilaksanakan mulai tanggal 18

Februari hingga 28 Maret 2013.

3.2. Metode Pengkajian

Metode yang digunakan dalam melakukan pengkajian penerapan aspek

CDOB pada Bab 4 - Bab 6 di PBF Tramedifa dilakukan berdasarkan pengamatan

terhadap pelaksanaan kegiatan operasional PBF dan bertanya secara langsung

kepada staf di PBF Tramedifa. Hasil pengamatan yang diperoleh kemudian

dibandingkan kesesuaiannya dengan aspek yang terdapat di dalam Bab 4 - Bab 6

dari CDOB.

Kesesuaian antara kegiatan dilapangan dengan aspek CDOB dinilai

melalui 4 poin yaitu:

a. (Sudah ada dan sudah sesuai).

Dimana kegiatan yang dilakukan di PBF Tramedifa sudah sesuai dengan

yang tercantum dalam CDOB.

b. BA (Belum ada)

Dimana kegiatan tersebut belum dilaksanakan di PBF Tramedifa, namun

kedepannya harus dilaksanakan di di PBF Tramedifa karena merupakan hal

penting dalam proses distribusi obat.

c. BS (Belum sesuai)

Dimana kegiatan yang dilakukan di PBF Tramedifa namun belum sesuai

dengan yang tercantum dalam CDOB.

d. TA: (Tidak ada)

Dimana kegiatan yang tercantum dalam CDOB tidak akan dilakukan di

PBF Tramedifa. Hal ini dikarenakan ketentuan dalam CDOB tersebut tidak

bersifat wajib untuk dilaksanakan.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

6 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Operasional

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Aspek Operasional dari CDOB pada PBF

Tramedifa

ASPEK CDOB Hasil

Bab 4. Operasional

a. Kualifikasi Pemasok

1. Fasilitas distribusi harus memperoleh pasokan obat dan/atau bahan

obat dari pemasok yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

2. Jika obat dan/atau bahan obat diperoleh dari fasilitas distribusi lain,

maka fasilitas distribusi wajib memastikan bahwa pemasok tersebut

mempunyai izin serta menerapkan prinsip dan Pedoman CDOB.

3. Jika obat dan/atau bahan obat diperoleh dari industri farmasi, maka

fasilitas distribusi wajib memastikan bahwa pemasok tersebut

mempunyai izin serta menerapkan prinsip dan Pedoman CPOB.

4. Jika bahan obat diperoleh dari industri non-farmasi yang memproduksi

bahan obat dengan standar mutu farmasi, maka fasilitas distribusi

wajib memastikan bahwa pemasok tersebut mempunyai izin serta

menerapkan prinsip CPOB.

T A

5. Pengadaan obat dan/atau bahan obat harus dikendalikan dengan

prosedur tertulis dan rantai pasokan harus diidentifikasi serta

didokumentasikan.

6. Harus dilakukan kualifikasi yang tepat sebelum pengadaan

dilaksanakan. Pemilihan pemasok, termasuk kualifikasi dan

persetujuan penunjukannya, merupakan hal operasional yang penting.

Pemilihan pemasok harus dikendalikan dengan prosedur tertulis dan

hasilnya didokumentasikan serta diperiksa ulang secara berkala.

B S

7. Harus tersedia prosedur tertulis yang mengatur kegiatan administratif

dan teknis terkait wewenang pengadaan dan pendistribusian, guna

memastikan bahwa obat hanya diperoleh dari pemasok yang memiliki

izin dan didistribusikan oleh fasilitas distribusi resmi.

8. Sebelum memulai kerjasama dengan pemasok baru, fasilitas distribusi

harus melakukan pengkajian guna memastikan calon pemasok tersebut

sesuai, kompeten dan dapat dipercaya untuk memasok obat dan/atau

bahan obat. Dalam hal ini, pendekatan berbasis risiko harus dilakukan

dengan mempertimbangkan:

B S

a) reputasi atau tingkat keandalan serta keabsahan operasionalnya

b) obat dan/atau bahan obat tertentu yang rawan terhadap pemalsuan

c) penawaran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar yang biasanya

hanya tersedia dalam jumlah terbatas

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

7

Universitas Indonesia

d) harga yang tidak wajar

b. Kualifikasi Pelanggan

1. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat

hanya disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang untuk

menyerahkan obat ke masyarakat. Bukti kualifikasi pelanggan harus

didokumentasikan dengan baik.

2. Pemeriksaan dan pemeriksaan ulang secara berkala dapat mencakup

tetapi tidak terbatas pada permintaan salinan surat izin pelanggan.

B S

3. Fasilitas distribusi harus memantau tiap transaksi yang dilakukan dan

melakukan penyelidikan jika ditemukan penyimpangan pola transaksi

obat dan/atau bahan obat yang berisiko terhadap penyalahgunaan, serta

untuk memastikan kewajiban pelayanan distribusi obat dan/atau bahan

obat kepada masyarakat terpenuhi.

c. Penerimaan

1. Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat

dan/atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang

disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan selama

transportasi.

2. Obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima jika kedaluwarsa, atau

mendekati tanggal kedaluwarsa sehingga kemungkinan besar obat

dan/atau bahan obat telah kedaluwarsa sebelum digunakan oleh

konsumen.

3. Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan penyimpanan atau

tindakan pengamanan khusus, harus segera dipindahkan ke tempat

penyimpanan yang sesuai setelah dilakukan pemeriksaan.

4. Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat harus

dicatat pada saat penerimaan, untuk mempermudah penelusuran.

5. Jika ditemukan obat dan/atau bahan obat diduga palsu, bets tersebut

harus segera dipisahkan dan dilaporkan ke instansi berwenang, dan ke

pemegang izin edar.

B A

6. Pengiriman obat dan/atau bahan obat yang diterima dari sarana

transportasi harus diperiksa sebagai bentuk verifikasi terhadap

keutuhan kontainer / sistem penutup, fisik dan fitur kemasan serta label

kemasan.

d. Penyimpanan

1. Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat harus

mematuhi peraturan perundang-undangan.

B S

2. Kondisi penyimpanan untuk obat dan/atau bahan obat harus sesuai

dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non-farmasi yang

memproduksi bahan obat standar mutu farmasi.

3. Volume pemesanan obat dan/atau bahan obat harus memperhitungkan

kapasitas sarana penyimpanan.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

8

Universitas Indonesia

4. Obat dan/atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain

obat dan/atau bahan obat dan terlindung dari dampak yang tidak

diinginkan akibat paparan cahaya matahari, suhu, kelembaban atau

faktor eksternal lain. Perhatian khusus harus diberikan untuk obat

dan/atau bahan obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus.

5. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang diterima harus dibersihkan

sebelum disimpan.

6. Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat dan/atau bahan obat

harus memastikan terpenuhinya kondisi penyimpanan yang

dipersyaratkan dan memungkinkan penyimpanan secara teratur sesuai

kategorinya; obat dan/atau bahan obat dalam status karantina,

diluluskan, ditolak, dikembalikan, ditarik atau diduga palsu.

B S

7. Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stok sesuai

dengan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti

kaidah First Expired First Out (FEFO).

8. Obat dan/atau bahan obat harus ditangani dan disimpan sedemikian

rupa untuk mencegah tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan campur-

baur. Obat dan/atau bahan obat tidak boleh langsung diletakkan di

lantai.

9. Obat dan/atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik,

dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara

fisik untuk obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan

secara berkala.

10. Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock opname

secara berkala berdasarkan pendekatan risiko.

11. Perbedaan stok harus diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis yang

ditentukan untuk memeriksa ada tidaknya campur-baur, kesalahan

keluar-masuk, pencurian, penyalahgunaan obat dan/atau bahan obat.

Dokumentasi yang berkaitan dengan penyelidikan harus disimpan

untuk jangka waktu yang telah ditentukan.

B S

e. Pemisahan Obat dan/atau Bahan Obat

1. Jika diperlukan, obat dan/atau bahan obat yang mempunyai persyaratan

khusus harus disimpan di tempat terpisah dengan label yang jelas dan

akses masuk dibatasi hanya untuk personil yang berwenang. Sistem

komputerisasi yang digunakan dalam pemisahan secara elektronik

harus dapat memberikan tingkat keamanan yang setara dan harus

tervalidasi.

B S

2. Harus tersedia tempat khusus dengan label yang jelas, aman dan

terkunci untuk penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditolak,

kedaluwarsa, penarikan kembali, produk kembalian dan obat diduga

palsu.

B A

3. Obat dan/atau bahan obat yang ditolak dan dikembalikan ke fasilitas

distribusi harus diberi label yang jelas dan ditangani sesuai dengan

prosedur tertulis.

B A

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

9

Universitas Indonesia

f. Pemusnahan Obat dan/atau Bahan Obat

1. Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat dan/atau bahan obat yang

tidak memenuhi syarat untuk didistribusikan.

B A

2. Obat dan/atau bahan obat yang akan dimusnahkan harus diidentifikasi

secara tepat, diberi label yang jelas, disimpan secara terpisah dan

terkunci serta ditangani sesuai dengan prosedur tertulis. Prosedur

tertulis tersebut harus memperhatikan dampak terhadap kesehatan,

pencegahan pencemaran lingkungan dan kebocoran/ penyimpangan

obat dan/atau bahan obat kepada pihak yang tidak berwenang.

B A

3. Proses pemusnahan obat dan/atau bahan obat termasuk pelaporannya

harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

B A

4. Dokumentasi terkait pemusnahan obat dan/atau bahan obat termasuk

laporannya harus disimpan sesuai ketentuan.

B A

g. Pengambilan

Proses pengambilan obat dan/atau bahan obat harus dilakukan dengan

tepat sesuai dengan dokumen yang tersedia untuk memastikan obat

dan/atau bahan obat yang diambil benar. Obat dan/atau bahan obat

yang diambil harus memiliki masa simpan yang cukup sebelum

kedaluwarsa dan berdasarkan FEFO. Nomor bets obat dan/atau bahan

obat harus dicatat. Pengecualian dapat diizinkan jika ada kontrol yang

memadai untuk mencegah pendistribusian obat dan/atau bahan obat

kedaluwarsa.

h. Pengemasan

Obat dan/atau bahan obat harus dikemas sedemikian rupa sehingga

kerusakan, kontaminasi dan pencurian dapat dihindari. Kemasan harus

memadai untuk mempertahankan kondisi penyimpanan obat dan/atau

bahan obat selama transportasi. Kontainer obat dan/atau bahan obat

yang akan dikirimkan harus disegel.

B S

i. Pengiriman

1. Pengiriman obat dan/atau bahan obat harus ditujukan kepada

pelanggan yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

2. Untuk penyaluran obat dan/atau bahan obat ke orang / pihak yang

berwenang atau berhak untuk keperluan khusus, seperti penelitian,

special access dan uji klinik, harus dilengkapi dengan dokumen yang

mencakup tanggal, nama obat dan/atau bahan obat, bentuk sediaan,

nomor bets, jumlah, nama dan alamat pemasok, nama dan alamat

pemesan / penerima. Proses pengiriman dan kondisi penyimpanan

harus sesuai dengan persyaratan obat dan/atau bahan obat dari industri

farmasi. Dokumentasi harus disimpan dan mampu tertelusur.

T A

3. Prosedur tertulis untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus

tersedia. Prosedur tersebut harus mempertimbangkan sifat obat

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

10

Universitas Indonesia

dan/atau bahan obat serta tindakan pencegahan khusus.

4. Dokumen untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus disiapkan

dan harus mencakup sekurang-kurangnya informasi berikut:

a) Tanggal pengiriman

b) Nama lengkap, alamat (tanpa akronim), nomor telepon dan status dari

penerima (misalnya Apotek, rumah sakit atau klinik)

c) Deskripsi obat dan/atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan

dan kekuatan (jika perlu), nomor bets dan tanggal kedaluwarsa

d) Kuantitas obat dan/atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan

kuantitas per kontainer (jika perlu)

e) Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman.

f) Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat perusahaan

ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas personil ekspedisi yang

menerima (jika menggunakan jasa ekspedisi) dan kondisi penyimpanan

B A

j. Ekspor dan Impor

1. Ekspor obat dan/atau bahan obat dapat dilakukan oleh fasilitas

distribusi yang memiliki izin.

T A

2. Pengadaan obat dan/atau bahan obat melalui importasi dilaksanakan

sesuai peraturan perundang-undangan.

T A

3. Di pelabuhan masuk, pengiriman obat dan/atau bahan obat harus

disimpan pada kondisi yang sesuai dalam waktu sesingkat mungkin

T A

4. Importir harus memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat ditangani

sesuai dengan persyaratan penyimpanan pada saat di pelabuhan masuk

agar terhindar dari kerusakan.

T A

5. Jika diperlukan, personil yang terlibat dalam importasi harus

mempunyai kemampuan melalui pelatihan atau pengetahuan khusus

kefarmasian dan harus dapat dihubungi.

T A

Keterangan : : Sudah ada dan sudah sesuai; BA: Belum ada; BS: Belum sesuai;

TA: Tidak ada

4.1.1. Kualifikasi pemasok

Pengadaan obat di PBF merupakan kegiatan awal dari seluruh rangkaian

kegiatan di PBF. Agar pengadaan ini dapat berjalan dengan baik, pemilihan

pemasok yang baik sangat perlu untuk dilakukan. Izin perusahaan yang resmi,

waktu pengantaran yang cepat, tempo waktu pembayaran yang lama, serta harga

yang kompetitif merupakan 4 kriteria utama dalam pemilihan pemasok di PBF

Tramedifa, walaupun untuk saat ini prosedur tertulis terkait pemilihan pemasok

yang baik belum terbentuk. Selain itu, kegiatan kualifikasi pemasok belum

berdasarkan pendekatan berbasis risiko.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

11

Universitas Indonesia

Setelah pemilihan pemasok yang baik, kegiatan pengadaan yang baikpun

perlu senantiasa tercipta. Dengan pengadaan yang baik dan teratur, maka akan

tercipta sistem pendistribusian yang baik. Oleh karena itu PBF Tramedifa telah

membentuk rangkaian prosedur dalam kegiatan pengadaan dan telah

didokumentasikan dalam prosedur tertulis Pengadaan.

4.1.2. Kualifikasi pelanggan

Sebelum melakukan distribusi obat kepada pelanggan baru, PBF Tramedifa

terlebih dahulu melakukan kualifikasi terhadap pelanggan baru tersebut yakni

dengan meminta data-data penting terkait pelanggan baru tersebut seperti Surat

Penugasan atau yang sekarang diganti menjadi SIA dari Apoteker Penanggung

jawab, Surat Izin dan NPWP Apotek atau Rumah Sakit. Hal ini dilakukan untuk

menjamin bahwa pelanggan tersebut merupakan sarana pelayanan kesehatan

resmi yang menyalurkan obat kepada pasien. Proses selanjutnya pihak PBF harus

secara rutin melakukan pemeriksaan ulang secara berkala terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan legalitas pelanggan. Namun, hal ini belum dilaksanakan oleh

PBF Tramedifa.

Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam menjamin kualifikasi pelanggan

yakni PBF terus memantau tiap bagian dari alur distribusi yang dilakukan salah

satunya dengan memantau setiap transaksi yang dilakukan. Pemantauan ini

bertujuan agar pendistribusian obat kepada pasien dapat berjalan dengan lancar

dan kerjasama antara PBF dan pelanggan dapat berjalan dengan baik. Hal ini telah

dilakukan PBF Tramedifa yang dibuktikan dengan adanya pelaporan administrasi

yang dilakukan setiap bulannya. Sedangkan pada pelaksanaannya pemantauan

dilakukan dengan terlaksananya pengelolaan obat dan kegiatan terkait

administrasi yang berjalan sesuai dengan uraian kerja dimana semua kegiatan

tersebut terdokumentasi.

4.1.3. Penerimaan

Penerimaan obat merupakan salah satu proses penting dalam pengadaan

obat di PBF, dimana obat yang diterima harus sesuai pesanan dan terjamin

kualitasnya. Terjaminnya kualitas salah satunya dapat diawali dengan hanya

mengadakan obat dari distributor resmi. Selain itu, penerimaan obat juga turut

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

12

Universitas Indonesia

memperhatikan kadaluarsa dan nomor bets obat yang harus selalu dicatat saat

penerimaan barang.

Pada saat penerimaan, obat disesuaikan dengan faktur dan surat pesanan

baik dari segi fisik, kualitas, kuantitas, kebenaran obat yang dipesan serta

dipastikan obat tersebut masih tersegel. Untuk obat yang memerlukan kontrol

suhu seperti vaksin, suppositoria dan sediaan injeksi hormon, selama pengiriman

obat tersebut ditempatkan cold box agar kualitas obat senantiasa terjaga. Pada

dokumen yang disertakan pada saat penerimaan, harus dicantumkan keadaan suhu

pada saat penerimaan obat, dimana sebelumnya telah dicantumkan suhu saat obat

disiapkan. Setelah penerimaan, obat yang memerlukan kondisi penyimpanan

khusus harus langsung dipindahkan ke tempat penyimpanan yang sesuai.

4.1.4. Penyimpanan

Dalam pelaksanaan kegiatan penyimpanan, selayaknya pihak PBF

menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Kegiatan penyimpanan yang baik

hendaknya diterapkan pada semua status obat. Pada PBF Tramedifa, sistem

penyimpanan obat sudah cukup baik untuk mencegah adanya tumpahan,

kerusakan, kontaminasi dan campur-baur. Hal ini dapat dilihat dengan

penyusunan obat yang tidak ditempatkan langsung diatas lantai, penataannya

berdasarkan bentuk sediaan, alfabetis, serta dengan sistem FEFO. Selain itu

kondisi ruang penyimpanan terlindung dari cahaya matahari serta suhu dan

kelembabannya senantiasa terjaga. Namun sistem penyimpanan ini belum

sempurna dikarenakan belum diterapkannya sistem penyimpanan yang baik untuk

obat karantina, kembalian, penarikan obat maupun diduga palsu.

Kegiatan penyimpanan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan pengadaan

dan penerimaan barang. Agar sistem penyimpanan dapat berjalan dengan baik,

pengadaan obat juga perlu memperhitungkan kapasitas penyimpanan dalam

gudang untuk menghindari terjadinya penumpukkan obat yang dapat mempersulit

pengelolaan obat. Selain itu, demi mencegah adanya obat tertinggal, kontainer

atau kemasan tersier obat yang diterima harus dibersihkan sebelum disimpan.

Sistem penyimpanan yang baik tidak luput dari stock opname (SO). SO

perlu dilaksanakan untuk memastikan kesesuaian antara jumlah fisik barang

dengan stok di komputer. SO di PBF Tramedifa rutin dilakukan setiap 3 bulan

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

13

Universitas Indonesia

sekali, namun untuk prosedur tertulis dari SO belum terbentuk. Selain memastikan

kesesuaian stok obat, SO juga dimanfaatkan untuk melakukan pengecekkan

terhadap kadaluarsa obat sehingga dapat mencegah adanya obat yang kadaluarsa

selama penyimpanan. Jika terdapat obat yang hendak kadaluarsa maka perlu

dilakukan tindak lanjut untuk dilakukan pengembalian kepada supplier. Hasil dari

SO didokumentasikan untuk dianalisa apakah terdapat kekeliruan atau tidak. Jika

terdapat kekeliruan, maka dilakukan adjustment dengan ”Tramedifa System” yang

hasil akhirnya turut disertakan pada laporan SO.

4.1.5. Pemisahan obat dan/atau bahan obat

Selama proses distribusi obat, pemisahan obat juga tidak luput dari kegiatan

distribusi. Pemisahan dilakukan terhadap obat karantina, kembalian, rusak,

kadaluarsa, penarikan kembali dan diduga palsu. Setiap obat yang termasuk ke

dalam salah satu pemisahan tadi, hendaknya diberlakukan sistem penyimpanan

khusus. Sistem penyimpanan yang dimaksud adalah dimana obat dipisahkan

secara sistem, diletakkan ditempat terpisah dan terkunci serta masing-masing

diberi label, selain itu pembatasan akses untuk menuju tempat tersebut yang hanya

boleh ditangani oleh petugas gudang. Namun hal ini belum dapat diterapkan di

PBF Tramedifa dikarenakan kurangnya informasi mengenai ketentuan ini, tempat

yang terbatas, serta belum terdapat prosedur tertulis untuk aspek pemisahan obat.

Pada PBF Tramedifa, pemisahan dilakukan pada proses penjualan dan

pembelian. Pemisahan tersebut diberlakukan untuk obat dikembalikan karena

jumlah yang dikirim tidak sesuai dengan pesanan atau obat tersebut akan

mendekati kadaluarsa. Pada proses pembelian, produk kembalian tersebut

nantinya akan dikembalikan kepihak supplier melalui proses retur. Sedangkan

pada proses penjualan setelah dilakukan proses retur, jika obat tersebut masih

dalam kondisi baik, maka obat tersebut akan ditempatkan kembali kedalam

gudang penyimpanan agar dapat dijual kembali. Namun jika pengembalian

dikarenakan kondisi obat yang tidak baik, dilakukan retur ke supplier tempat

pembelian obat tersebut. Pemisahan obat hanya ditempatkan dalam kardus

terpisah tanpa diberi label. Kardus tersebut digunakan untuk menempatkan obat

dari retur penjualan dan pembelian.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

14

Universitas Indonesia

4.1.6. Pemusnahan obat dan/atau bahan obat

Tata cara pemusnahan obat diatur dalam PP RI No. 72 tahun 1998 tentang

pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dimana yang termasuk dalam

sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan terhadap sediaan

farmasi dan alat kesehatan yang:

a. diproduksi tanpa memenuhi persyaratan yang berlaku.

b. telah kadaluwarsa.

c. tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan atau

kepentingan ilmu pengetahuan.

d. dicabut izin edarnya.

e. berhubungan dengan tindak pidana di bidang sediaan farmasi dan alat

kesehatan.

Namun di PBF Tramedifa belum pernah dilakukan dikarenakan belum

pernah ada obat yang rusak atau kadaluarsa, karena itu belum tersedia pula

prosedur tertulis.

Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan oleh badan

usaha yang memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan farmasi dan alat

kesehatan, dan/atau orang yang bertanggung jawab atas sarana kesehatan dan/atau

Pemerintah. Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan

memperhatikan dampak terhadap kesehatan manusia serta upaya pelestarian

lingkungan hidup.

Berikut ini merupakan beberapa ketentuan mengenai pemusnahan sediaan

farmasi dan alat kesehatan, yaitu:

a. Pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus dilaporkan kepada

Menteri.

b. Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagaimana

sekurang-kurangnya memuat keterangan:

b1. waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan alat

kesehatan

b2. jumlah dan jenis sediaan farmasi dan alat kesehatan

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

15

Universitas Indonesia

b3. nama penanggung jawab pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan alat

kesehatan

b4. nama satu orang saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan

alat kesehatan.

c. Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan ditandatangani oleh

penanggung jawab dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi

dan alat kesehatan.

4.1.7. Pengambilan

Kegiatan pengambilan obat atau menyiapkan obat ini sudah sesuai CDOB,

dimana sistem pengambilan obat berdasarkan FEFO dan obat tersebut memiliki

masa simpan obat yang masih cukup sebelum kadaluarsa. Selain itu nomor bets

obat juga tercatat baik di faktur maupun di sistem stok obat. Pengambilan obat

dicocokkan dengan data yang terdapat di faktur. Setelah disiapkan, dilakukan

pengecekkan sekali lagi untuk mencegah terjadinya kesalahan sebelum pada

akhirnya dikemas dan siap untuk dikirim ke pelanggan.

4.1.8. Pengemasan

Sebelum pesanan obat dikirim ke pelanggan, terlebih dahulu dikemas dalam

wadah yang baik. Dimana seluruh pesanan untuk satu outlet di masukan dalam

satu wadah. Hal ini untuk menghindari tercampurnya obat antar outlet,

dikarenakan dalam satu kali pengantaran barang dilakukan pengantaran untuk

lebih dari satu outlet. Setiap kemasan untuk pelanggan tadi disusun sedemikian

rupa didalam kontainer atau kemasan tersier. Hal ini dilakukan untuk mencegah

terjadinya kerusakan obat selama perjalanan. Namun sistem pengemasan pada

PBF Tramedifa belum sesuai dengan CDOB. Hal ini dikarenakan sistem

pengemasan tersebut belum sepenuhnya dapat mencegah kerusakan, kontaminasi,

pencurian dan mempertahankan kondisi penyimpanan obat selama transportasi.

4.1.9. Pengiriman

Seluruh outlet yang menjadi pelanggan dengan PBF Tramedifa baik outlet

yang termasuk ke dalam SFHG maupun non SFHG telah memiliki izin sebagai

sarana pelayanan kesehatan. Pelanggan PBF Tramedifa merupakan sarana

pelayanan kesehatan seperti apotik, Rumah Sakit dan sarana distribusi obat

lainnya seta tidak menjalin kerjasama dengan pihak yang berhak khusus, seperti

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

16

Universitas Indonesia

pihak yang melakukan penelitian dan uji klinik. Oleh karena itu, prosedur tertulis

belum di siapkan untuk pemesanan dan pengiriman obat untuk pihak tersebut.

Namun prosedur tertulis untuk pengiriman obat untuk pelanggan PBF Tramedifa

telah tersedia.

Sebelum dilakukan pengiriman obat ke pelanggan, tentunya dilakukan

penyiapan barang dan faktur penjualan terlebih dahulu. Faktur Penjualan

merupakan dokumen pengiriman yang dibuat berdasarkan surat pesanan dari

pelanggan dan disertakan saat pengantaran obat. Hal ini untuk memastikan bahwa

barang yang diantar telah sesuai pesanan dan juga bermanfaat pada saat

pembayaran sebagai bukti mengenai barang yang di beli oleh pelanggan. Faktur

penjualan PBF Tramedifa berisi informasi mengenai tanggal pengiriman, identitas

pelanggan, deskripsi obat, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, kuantitas obat, serta

nomor dokumen untuk identifikasi pemesanan dan pengiriman. Jika pembelian

dalam jumlah banyak, maka jumlah kontainer dan kuantitas per kontainer turut

dicantumkan dalam faktur.

Sampai saat ini penyaluran obat kepada pelanggan hanya menggunakan

fasilitas dari PBF Tramedifa dan belum menggunakan jasa perusahaan ekspedisi.

Oleh karena itu belum ditetapkan ketentuan terkait dengan pengiriman

menggunakan jasa ekspedisi.

4.1.10. Ekspor dan impor

Dalam hal ekspor dan impor, PBF Tramedifa tidak melakukannya. Oleh

karena itu, untuk aspek ini tidak teramati.

4.2. Inspeksi Diri

Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Aspek Inspeksi Diri dari CDOB pada PBF

Tramedifa

ASPEK CDOB Hasil

Bab 5. Inspeksi Diri.

1. Program inspeksi diri harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang

ditetapkan dan mencakup semua aspek CDOB serta kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan, pedoman dan prosedur

tertulis. Inspeksi diri tidak hanya dilakukan pada bagian tertentu saja.

B S

2. Inspeksi diri harus dilakukan dengan cara yang independen dan rinci

oleh personil yang kompeten dan ditunjuk oleh perusahaan. Audit

eksternal yang dilakukan oleh ahli independen dapat membantu,

B S

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

17

Universitas Indonesia

namun tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya cara untuk

memastikan kepatuhan terhadap penerapan CDOB.

3. Audit terhadap kegiatan yang disubkontrakkan harus menjadi bagian

dari program inspeksi-diri.

B S

4. Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat. Laporan harus berisi

semua pengamatan yang dilakukan selama inspeksi. Salinan laporan

tersebut harus disampaikan kepada manajemen dan pihak terkait

lainnya. Jika dalam pengamatan ditemukan adanya penyimpangan

dan/atau kekurangan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan

dibuat CAPA. CAPA harus didokumentasikan dan ditindaklanjuti.

B S

Keterangan : : Sudah ada dan sudah sesuai; BA: Belum ada; BS: Belum sesuai;

TA: Tidak ada

Pada aspek inspeksi diri, PBF Tramedifa belum melakukan pada semua

aspek. Inspeksi diri baru dilaksanakan pada bagian keuangan, stok obat serta

kinerja pegawai. Pada bagian Keuangan, audit eksternal dilakukan oleh konsultan

yang ditunjuk oleh perusahaan. Pelaksanaan audit dengan melihat laporan

keuangan. Selain itu laporan keuangan akan didiskusikan pada Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) antara lain pada aspek rugi-laba. Semua pelaksanaan

inspeksi ini dicatat dan dilaporkan kepada pihak manajemen.

Untuk stok obat laporan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran

dilaporkan setiap bulan kepada pimpinan. Sedangkan untuk kinerja pegawai,

secara berkelanjutan terus dilaksanakan untuk meningkatkan status pegawai, dari

pegawai kontrak menjadi pegawai tetap. Namun, jika ditemukan penyimpangan,

belum terdapat prosedur tertulis untuk penanganannya. Kegiatan audit ini

kedepannya juga harus dilaksanakan terhadap kegiatan yang di sub kontrakkan

yang terdapat di PBF Tramedifa.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

18

Universitas Indonesia

4.3. Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu dan

Penarikan Kembali

Tabel 4.3.Hasil Pengamatan Aspek Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat

Kembalian, Diduga Palsu dan Penarikan Kembali dari CDOB pada

PBF Tramedifa

ASPEK CDOB

Hasil Bab 6. Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga

Palsu dan Penarikan Kembali.

a. Keluhan

1. Harus tersedia prosedur tertulis di tempat untuk penanganan keluhan.

Harus dibedakan antara keluhan tentang kualitas obat dan/atau bahan

obat dan keluhan yang berkaitan dengan distribusi. Keluhan tentang

kualitas obat dan/atau bahan obat harus diberitahukan sesegera

mungkin kepada industri farmasi dan/atau pemegang izin edar.

B A

2. Harus tersedia catatan terhadap penanganan keluhan termasuk waktu

yang diperlukan untuk tindak lanjutnya dan didokumentasikan.

B A

3. Harus ada personil yang ditunjuk untuk menangani keluhan. B A

4. Setiap keluhan tentang obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi

syarat harus dicatat dan diselidiki secara menyeluruh untuk

mengidentifikasi asal atau alasan keluhan, termasuk penyelidikan

terhadap bets lainnya.

B A

5. Semua keluhan dan informasi lain mengenai produk yang rusak dan

diduga palsu harus diteliti (diidentifikasi) / ditinjau dan dicatat sesuai

dengan prosedur yang menjelaskan tentang tindakan yang harus

dilaksanakan.

B A

6. Setiap keluhan harus dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan dan

dilakukan trend analysis terhadap keluhan

B A

b. Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian

2. Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan

obat dan/atau bahan obat kembalian dengan memperhatikan hal

berikut:

a) Penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian harus berdasarkan

surat pengiriman barang dari sarana yang mengembalikan

B S

b) Jumlah dan identifikasi obat dan/atau bahan obat kembalian harus

dicatat dalam catatan penerimaan dan pengembalian barang

3. Fasilitas distribusi harus menerima obat dan/atau bahan obat kembalian

sesuai dengan persyaratan dari industri farmasi/ fasilitas distribusi lain.

Kedua belah pihak harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa

proses pengembalian obat tidak memungkinkan masuknya obat

dan/atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi.

4. Harus dilakukan penilaian risiko terhadap obat dan/atau bahan obat

yang bersangkutan, terkait persyaratan penyimpanan khusus dan waktu

B A

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

19

Universitas Indonesia

yang diperlukan sejak pengiriman dari pelanggan sampai diterima oleh

industri farmasi.

5. Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat

dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area

terkunci serta diberi label yang jelas sampai ada keputusan tindak

lanjut.

B S

6. Penilaian yang diperlukan dan keputusan mengenai status obat

dan/atau bahan obat tersebut harus dilakukan oleh personil yang

berwenang.

7. Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali, antara

lain jika:

a) obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang

memenuhi syarat serta memenuhi ketentuan.

b) obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan

penyimpanan ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan

c) obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh

penanggung jawab atau personil yang terlatih, kompeten dan

berwenang

d) Fasilitas distribusi mempunyai bukti dokumentasi tentang kebenaran

asal-usul obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau

bahan obat untuk memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat

kembalian tersebut bukan obat dan/atau bahan obat palsu.

8. Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi suhu penyimpanan

yang rendah tidak dapat dikembalikan.

B S

9. Semua penanganan obat dan/atau bahan obat kembalian termasuk yang

layak jual atau yang dapat dimusnahkan harus mendapat persetujuan

penanggung jawab dan terdokumentasi.

10. Transportasi yang digunakan untuk obat dan/atau bahan obat

kembalian harus dipastikan sesuai dengan persyaratan penyimpanan

dan persyaratan lainnya yang relevan.

11. Obat dan/atau bahan obat kembalian yang layak jual harus ditempatkan

sedemikian rupa sehingga sistem pengeluaran barang dapat dijamin

sesuai dengan FEFO.

c. Obat dan/atau Bahan Obat Diduga Palsu

1. Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan

obat dan/atau bahan obat diduga palsu.

B A

2. Fasilitas distribusi harus segera melaporkan obat dan/atau bahan obat

diduga palsu kepada instansi yang berwenang, industri farmasi

dan/atau pemegang izin edar.

B A

3. Setiap obat dan/atau bahan obat diduga palsu harus dikarantina diruang

terpisah, terkunci dan diberi label yang jelas.

B A

4. Untuk obat dan/atau bahan obat diduga palsu, penyalurannya harus

dihentikan, segera dilaporkan ke instansi terkait dan menunggu tindak

lanjut dari instansi yang berwenang.

B A

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

20

Universitas Indonesia

5. Setelah ada pemastian bahwa obat dan/atau bahan obat tersebut palsu,

maka harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dari instansi

yang berwenang.

B A

6. Semua kegiatan tersebut harus terdokumentasi. B A

d. Penarikan Kembali Obat dan/atau Bahan Obat

1. Harus tersedia prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/atau bahan

obat yang ditarik kembali.

B A

2. Penanggung jawab harus membentuk tim khusus yang bertangggung

jawab terhadap penanganan obat dan/atau bahan obat yang ditarik dari

peredaran.

B A

3. Semua obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus ditempatkan secara

terpisah, aman dan terkunci serta diberi label yang jelas.

B A

4. Proses penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditarik harus

sesuai dengan persyaratan penyimpanan sampai ditindak lanjuti.

B A

5. Perkembangan proses penarikan obat dan/atau bahan obat harus

didokumentasikan dan dilaporkan, serta dibuat laporan akhir setelah

selesai penarikan, termasuk rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim

dan dikembalikan.

B A

6. Pelaksanaan proses penarikan kembali harus dilakukan segera setelah

ada pemberitahuan.

B A

7. Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi penarikan yang

diharuskan oleh instansi berwenang atau industri farmasi dan/atau

pemegang izin edar.

B A

8. Fasilitas distribusi harus mempunyai dokumentasi tentang informasi

pelanggan (antara lain alamat, nomor telepon, faks) dan obat dan/atau

bahan obat (antara lain bets, jumlah yang dikirim).

9. Dokumentasi pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus

selalu tersedia pada saat pemeriksaan dari instansi berwenang.

B A

10. Efektivitas pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus

dievaluasi secara berkala.

B A

11. Pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus diinformasikan

ke industri farmasi dan/atau pemegang izin edar. Informasi tentang

penarikan obat dan/atau bahan obat harus disampaikan ke instansi

berwenang baik di pusat maupun daerah.

B A

12. Pada kondisi tertentu, prosedur darurat penarikan obat dan/atau bahan

obat dapat dilaksanakan.

B A

13. Semua dokumen penarikan obat dan/atau bahan obat harus

didokumentasikan oleh penanggung jawab sesuai dengan kewenangan

yang tercantum pada uraian tugas. Semua proses penanganan ini harus

terdokumentasi dengan baik.

B A

Keterangan : : Sudah ada dan sudah sesuai; BA: Belum ada; BS: Belum sesuai;

TA: Tidak ada

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

21

Universitas Indonesia

4.3.1. Keluhan

Secara umum keluhan dapat dibedakan keluhan tentang kualitas obat dan

keluhan yang berkaitan dengan distribusi seperti lamanya waktu pengantaran obat

Untuk kedua hal tersebut, PBF Tramedifa langsung melakukan tindakan lebih

lanjut untuk menangani keluhan tersebut. Namun saat ini, belum dibentuk

prosedur tertulis mengenai penanganan keluhan serta keluhan yang ada belum

dilakukan pencatatan ataupun didokumentasikan. Meskipun belum

didokumentasikan, segala bentuk keluhan akan langsung ditangani oleh pihak

PBF Tramedifa.

4.3.2. Obat dan/atau bahan obat kembalian

Penanganan terhadap obat kembalian sebagian besar sudah memenuhi

CDOB, seperti cara penerimaan dan pemeriksaan terhadap obat kembalian, namun

cara tersebut belum di buat dalam prosedur tertulis. Untuk penilian risiko terhadap

obat kembalian belum dilakukan dikarenakan kurangnya informasi mengenai

pentingnya pelaksanaan analisis risiko. Selain itu obat yang hendak di kembalikan

hanya diletakkan terpisah namun tidak diletakkan diarea terkunci dikarenakan luas

tempat penyimpanan yang terbatas.

Untuk penilaian dan keputusan terhadap produk kembalian dilakukan oleh

pihak yang berwenang yakni apoteker penanggung jawab dan pihak gudang.

Dimana pada saat penerimaan barang dari distributor, pihak PBF akan

mengembalikan obat antara lain jika tidak pesan, tanggal kadaluarsa dekat,

kesalahan harga dan kemasan sudah tidak tersegel.

Selain sebagai pembeli, PBF Tramedifa juga bertindak sebagai penyalur

obat kepada pelanggan, khususnya yang termasuk dalam SamMarie Family

Health Group (SFHG). Obat kembalian dari pelanggan yang hendak dijual

kembali sudah memenuhi persyaratan pada CDOB, di mana bukti asal-usul obat

tersebut dapat terlihat dari faktur pembelian obat tersebut.

Untuk obat yang memerlukan kondisi khusus seperti suhu tertentu, pihak

PBF masih menerima retur dari pelanggan dan mengembalikan ke distributor jika

pada saat diterima suhu tidak sesuai atau kondisi obat tersebut sudah tidak baik.

Semua penanganan obat kembalian yang termasuk layak jual sudah

mendapat persetujuan penanggung jawab dan terdokumentasi serta disusun

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

22

Universitas Indonesia

kembali di gudang PBF dengan sistem FEFO. Sedangkan untuk pemusnahan

belum pernah dilaksanakan dikarenakan PBF selalu meretur obat yang kondisinya

tidak memenuhi syarat saat penerimaan. Transportasi untuk obat kembalian

sampai saat ini belum sesuai dikarenakan PBF belum menyediakan fasilitas untuk

penanganan obat kembalian.

4.3.3. Obat dan/atau bahan obat diduga palsu

Untuk penanganan terhadap obat diduga palsu, pihak PBF Tramedifa belum

menetapkan prosedur tertulis mengenai cara penanganan, pembentukan panitia

khusus serta hal terkait lainnya untuk penanganan masalah tersebut. Hal ini

dikarenakan belum adanya obat yang diduga palsu. Namun sangat disarankan agar

kedepannya dibentuk panitia, prosedur penanganan dan hal terkait lainnya untuk

obat yang diduga palsu. Hal ini demi terjaminnya obat yang di distribusikan ke

tempat pelayanan kesehatan. Untuk mencegah adanya obat yang diduga palsu,

PBF Tramedifa hanya membeli obat dari supplier yang telah memiliki izin.

4.3.4 Penarikan kembali obat dan/atau bahan obat

Untuk penanganan terhadap penarikan obat, pihak PBF Tramedifa belum

menetapkan prosedur tertulis mengenai cara penanganan, pembentukan panitia

khusus serta hal terkait lainnya untuk menangani penarikan kembali obat. Hal ini

dikarenakan belum terjadi peristiwa penarikan obat. Sangat disarankan agar

kedepannya PBF menetapkan tim khusus, prosedur, tindakan darurat serta hal

lainnya terkait situasi penarikan kembali obat. Hal ini penting untuk senstiasa

menjaga kualitas obat yang didistribusikan ke tempat pelayanan kesehatan.

Namun untuk mempermudah penelusuran obat, PBF Tramedifa mempunyai

dokumentasi tentang informasi pelanggan dan obat antara lain bets, jumlah yang

dikirim yang tercantum dalam faktur penjualan obat.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

23 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan dalam rangka mengkaji

kesesuaian antara aspek yang terdapat pada Pedoman Teknis CDOB Bab 4 - Bab

6, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Bab 4. Operasional

Secara umum, aspek-aspek yang terdapat pada bab operasional sebagian

besar telah dilaksanakan oleh PBF Tramedifa. Hanya saja belum adanya prosedur

tertulis untuk kegiatan lain diluar kegiatan rutin pengelolaan obat.

b. Bab 5. Inspeksi diri

Pelaksanaan aspek-aspek yang terdapat pada bab inspeksi diri ini telah

diterapkan pada divisi keuangan, pharma dan penilaian terhadap kinerja pegawai.

Namun inspeksi diri ini belum dilakukan pada divisi lain yang ada di PBF

Tramedifa.

c. Bab 6. Keluhan, obat dan/atau bahan obat kembalian, diduga palsu dan

penarikan kembali

Pada penanganan keluhan pelaksanaannya sudah cukup sesuai dengan

CDOB hanya belum dilakukan pencatatan terhadap keluhan yang ada. Untuk obat

kembalian penanganannya hampir sesuai dengan CDOB. Sedangkan untuk

penarikan kembali dan diduga palsu, belum terbentuknya prosedur penanganan

dan panitia khusus untuk menanganinya. Selain itu belum disediakan tempat

khusus untuk tempat karantina untuk obat yang mengalami keluhan atas kualitas

obat, obat kembalian, diduga palsu dan penarikan kembali, sebelum obat tersebut

ditindak lanjuti.

5.2. Saran

a. Perlu dibentuk prosedur tertulis mengenai kualifikasi pemasok, kualifikasi

pelanggan, pemisahan obat, pemusnahan obat dan SO.

b. Hal-hal yang sudah berjalan agar disesuaikan dengan yang tercantum pada

CDOB.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

24

Universitas Indonesia

c. Sangat disarankan untuk melaksanakan hal-hal yang terdapat di CDOB namun

belum ada di PBF Tramedifa. Hal ini bertujuan agar dapat diperolehnya

sertifikat CDOB sebagai pembuktian terhadap kualitas dari PBF Tramedifa.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351114-PR-Ghariza Mutia... · laporan praktek kerja profesi apoteker di pedagang besar farmasi

25 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan RI. No. HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang

Pedoman Teknis Cara distribusi Obat Yang Baik. Jakarta: Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan RI.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No.36

tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang

Pedagang Besar Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (1998). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No. 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Jakarta.

Laporan praktek...., Ghariza Mutia, FF UI, 2013