Upload
nguyenkien
View
270
Download
22
Embed Size (px)
Citation preview
i
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN PADA KLIEN ANAK
POST OPERASI DENGAN PENERAPAN MODEL ADAPTASI ROY
DI RUANG PERAWATAN BEDAH ANAK
KARYA ILMIAH AKHIR
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak
Oleh: SULISTIYAWATI NPM. 0806483714
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATANANAK
DEPOK
JUNI 2012
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Sulistiyawati
NPM : 0806483714
Tanda Tangan :
Tanggal : 12 Juni 2012
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya ilmiah akhir ini diajukan oleh :
Nama : Sulistiyawati
NPM : 0806483714
Program Studi : Ners Spesialis Anak
Judul Karya Ilmiah Akhir : Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Klien Anak
Post Operasi dengan Penerapan Model Adaptasi
Roy di Ruang Perawatan Bedah Anak
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
Spesialis Anak pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Supervisor Utama : Nani Nurhaeni, S.Kp., M.N (...................)
Supervisor : Dessie Wanda, S.Kp., M.N (...................)
Penguji 1 : dr. Iskandar R. Budianto, Sp.B., SpBA (...................)
Penguji 3 : Elfi Syahreni, S.Kp., Sp. Kep. An (...................)
Penguji 3 : Yanti Riyantini, Ns., Sp. Kep. An (...................)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 12 Juni 2012
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan cinta dan kasih
sayang untuk seluruh umat manusia di muka bumi. Atas izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah akhir dengan judul “Pemenuhan Kebutuhan
Cairan Pada Klien Anak Post Operasi dengan Penerapan Model Adaptasi
Roy di Ruang Perawatan Bedah Anak”. Karya ilmiah akhir ini disusun dalam
rangka menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar Ners Spesialis Keperawatan
Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Selama proses penyusunan karya ilmiah akhir ini, penulis tidak lepas
mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Nani Nurhaeni, S.Kp., M.N, selaku Supervisor Utama yang telah memberikan
saran, arahan, bimbingan serta motivasi dalam penyusunan karya ilmiah akhir
ini hingga selesai.
2. Dessie Wanda, S.Kp., M.N, selaku Supervisor yang telah memberikan saran,
arahan, bimbingan serta motivasi dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini
hingga selesai.
3. Yeni Rustina, S.Kp., M. App. Sc., Ph.D., sebagai Koordinator M.A. Karya
Tulis Ilmiah yang telah memberikan bekal pengetahuan selama menempuh
Program Ners Spesialis Keperawatan Anak.
4. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
5. Astuti Yun Nusasi, S.Kp., M.N, selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
6. Segenap temen-teman sejawat perawat di RSPAD Gatot Soebroto, RSAB
Harapan Kita dan RSUPN Cipto Mangunkusumo, yang telah memberikan
kesempatan residen untuk menimba ilmu dan keterampilan selama praktik
residensi.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
v
7. Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang telah membekali ilmu, sehingga penulis mampu menyusun
karya ilmiah akhir ini.
8. Suami tercinta dan buah hati terkasih “Muhammad Makfiy Hamizan” yang
senantiasa memberikan dukungan besar serta berjuang bersama–sama selama
menempuh studi.
9. Bapak dan ibu serta mertuaku yang telah memberikan dorongan baik dalam
bentuk materi maupun motivasi.
10. Rekan-rekan mahasiswa Program Ners Spesialis Keperawatan Anak angkatan
ketiga yang senasib dan sepenanggungan.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Besar harapan penulis agar karya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat khususnya
bagi peneliti sendiri dan umumnya bagi pengembangan ilmu keperawatan anak
khususnya di Indonesia. Amien.
Depok, Juni 2012
Penulis
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Sulistiyawati
NPM : 0806483714
Program Studi : Spesialis
Departemen : Keperawatan Anak
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya tulis ilmiah saya yang berjudul :
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Pada Klien Anak Post Operasi Dengan
Penerapan Model Adaptasi Roy Di Ruang Perawatan Bedah Anak
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 12 Juni 2012
Yang menyatakan
( Sulistiyawati )
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
vii
ABSTRAK Nama : Sulistiyawati Program Studi : Ners Spesialis Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Judul : Pemenuhan Kebutuhan Cairan pada Anak Post Operasi dengan Penerapan Model Adaptasi Roy di Ruang Perawatan Bedah Anak Klien bedah beresiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat asupan cairan preoperatif yang tidak adekuat atau banyaknya kehilangan cairan selama pembedahan. Penerapan model adaptasi Roy dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak post operasi adalah membantu beradaptasi terhadap pemenuhan kebutuhan fisiologis khususnya cairan. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk menggambarkan pemenuhan kebutuhan cairan pada anak post operasi dengan pendekatan model adaptasi Roy. Jumlah klien yang dikelola sebanyak 5 klien anak post operasi di ruang perawatan bedah anak. Model adaptasi Roy merupakan model dalam keperawatan yang mampu menguraikan bagaimana seorang individu mampu meningkatkan kesehatannya dalam rentang respon adaptif, sehingga sesuai untuk diterapkan pada anak dengan pemenuhan kebutuhan cairan post operasi. Kompetensi yang sudah dicapai selama kegiatan praktik Ners Spesialis Anak yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, manager dan peneliti. Rekomendasi hasil karya ilmiah ini adalah mengaplikasikan model adaptasi Roy dalam proses keperawatan dan pentingnya penerapan pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan berfokus pada tumbuh kembang anak, sikap empati perawat, atraumatic care, family centered care sebagai bagian yang tidak terpisahkan.
Kata kunci : kebutuhan cairan, anak post operasi, model adaptasi Roy
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
viii
ABSTRACT Name : Sulistiyawati Study Programe : Pediatric Nurse Specialist Faculty of Nursing Title : The Distribution of Fluid Need on Children Post Surgery by
Applying Adaptation Model of Roy in Surgical-Pediatric Care Room
Surgical patients have risk to suffer fluid and electrolyte imbalance. It is caused by inadequate fluid distribution before surgery (pre-operative) or lost of fluid during surgery process. The application of adaptation model of Roy in giving nursing care on children post surgery is to help children in distributing physical need, especially fluid. This final scientific research aimed to describe distribution of fluid need on children post surgery by approaching Roy adaptation model. Numbers of cared client were 5 clients of children post surgery in pediatric-surgical care room. The adaptation model of Roy is a model in nursing that can explain how the individu is able to increase his health into adaptive respond, so it was appropriate to be applied in children for distributing fluid need post surgery. The reached competency during practice of pediatric nurse specialist was as a nursing care giver, educator, manager, and researcher children specialization as giving care for nursing, teacher, manager, and researcher. Recommendation of this research were to apply the Roy adaptation model into nursing process and the importance of applying nursing care service comprehensively by focusing on children development and growth, empathy, atraumatic care, family centered care as a part cannot be aside.
Keyword : fluid need, children post surgery, adaptation model of Roy
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
ix
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi ABSTRAK vii ABSTRACT Viii DAFTAR ISI........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL................................................................................................ xi DAFTAR SKEMA.............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv 1. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1 1.2 Tujuan Penelitian.................................................................................... 8 1.3 Sistematika Penulisan............................................................................. 9
2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 10
2.1 Gambaran Kasus..................................................................................... 10 2.2 Tinjauan Teoritis..................................................................................... 17
2.2.1 Peritonitis..................................................................................... 17 2.2.2 Typhus Abdominalis....................................................................... 20 2.2.3 Perawatan Post Operasi................................................................... 25 2.2.4 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.............................................. 28 2.2.5 Terapi Cairan dan Elektrolit Post Operasi...................................... 37 2.2.6 Jenis-jenis cairan intravena........................................................... 39 2.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh.............................................................................. 40
2.2.8 Atraumatic care................................................................................ 42 2.2.9 Family Centered CareFCC)......................................................... 43
2.3 Integrasi Model Adaptasi Roy dalam Proses Keperawatan.................... 44 2.4 Aplikasi Model Keperawatan Adaptasi Roy Pada Anak dengan
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Post Operasi......................................... 57
3. PENCAPAIAN KOMPETENSI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN
ANAK.............................................................................................................. 76
4. PEMBAHASAN............................................................................................. 84
4.1 Penerapan Model Adaptasi Roy dalam Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Post Operasi...................
84
4.1.1 Pengkajian.................................................................................. 84 4.1.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................. 92
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
x
4.1.3 Penetapan tujuan......................................................................... 93 4.1.4 Intervensi.................................................................................... 94 4.1.5 Evaluasi...................................................................................... 96
4.2 Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian Target.....................................................................................................
97
5. SIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 100 5.1 Kesimpulan............................................................................................. 100 5.2 Saran....................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
xi
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 2.1 Mengevaluasi Derajat Dehidrasi 37 Tabel 2.2 Penilaian Pemeliharaan Kebutuhan Cairan Harian dan Output
Urin Minimum 39
Tabel 2.3 Pengkajian Tingkat Dua Pada Klien An. A 64
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
xii
DAFTAR SKEMA
Hal Skema 2.1 WOC (Web Of Causation) Typhus Abdominalis............... 24
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 2.1 Individu Sebagai Sistem Adaptif (Roy,
2009)................................................................................... 47
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Proyek Inovasi
Lampiran 2 Kasus Kelolaan 1
Lampiran 3 Kasus Kelolaan 2
Lampiran 4 Kasus Kelolaan 3
Lampiran 5 Kasus Kelolaan 4
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
1
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang karya ilmiah akhir, tujuan
serta sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan aset berharga yang perlu diperhatikan tidak hanya sekedar
karunia Tuhan Yang maha Esa tetapi juga generasi penerus bangsa. Kualitas
anak sebagai generasi penerus harapan bangsa tergantung pada pemenuhan
hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang. Tahap
tumbuh kembang anak merupakan awal terbentuknya individu yang
berkualitas dimasa yang akan datang. Menurut Wong, Hockenberry, Wilson,
Winkelstein dan Schwartz (2001) bahwa tumbuh kembang dianggap sebagai
satu kesatuan yang mencerminkan berbagai perubahan yang terjadi selama
hidup seseorang. Seluruh perubahan tersebut merupakan proses dinamis yang
menekankan beberapa dimensi terkait pertumbuhan, perkembangan, maturasi
dan diferensiasi.
Proses perubahan anak menjadi pribadi yang dewasa dipengaruhi oleh faktor
fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual. Contoh kebutuhan fisiologis pada
anak diantaranya yaitu nutrisi dan cairan, pelayanan kesehatan dasar,
pakaian, tempat tinggal yang layak dan sanitasi lingkungan yang baik.
Kebutuhan psikologis dan sosial anak berkaitan dengan kasih sayang,
kemanan dan kenyaman. Kebutuhan spiritual pada anak dapat berupa
menanamkan nilai-nilai kepercayaan/keyakinan, cinta terhadap Tuhan YME
dan memiliki harapan. Kebutuhan spesifik yang diperlukan oleh anak dan
sifatnya berbeda-beda akan berdampak terhadap rentang sehat sakit selama
proses kehidupannya. Peran sakit dan dirawat di rumah sakit yang dialami
oleh anak merupakan kondisi penting dan memerlukan perhatian dari tenaga
kesehatan. Perawat dalam memberikan pelayanan berupa asuhan
keperawatan harus berupaya membantu beradaptasi terhadap perubahan yang
harus dihadapi oleh anak.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz (2001) menjelaskan
lebih lanjut bahwa penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis
pertama yang harus dihadapi oleh anak. Kondisi tersebut terjadi karena
adanya stress akibat perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan
serta jumlah mekanisme koping yang tersedia untuk menyelesaikan masalah.
Peran perawat dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak dan
bayi adalah sangat penting. Oleh karena itu, sebagai seorang perawat perlu
memahami stressor dan reaksi anak selama sakit dan dirawat di rumah sakit
sesuai tahap perkembangan anak. Salah satu penyebab anak mengalami
hospitalisasi adalah dilakukannya pembedahan.
Pembedahan adalah peristiwa besar dalam kehidupan seseorang tidak
terkecuali pada anak. Berbagai tindakan pembedahan dengan indikasi
tertentu memiliki resiko besar terhadap ancaman jiwa. Schwartz, Shires, dan
Spencer (2000) menjelaskan bahwa tindakan bedah pediatrik yang seringkali
dilakukan diantaranya yaitu lesi pada leher, sistem respiratorius, esofagus,
traktus gastrointestinalis, penyakit hirschsprung, anus imperforata, atresia
biliaris, deformitas dari dinding abdomen, genital, penyakit neoplastik,
trauma, transplantasi.
Menurut Reksoprodjo, dkk (1995), untuk menjamin keselamatan anak
sewaktu dan sesudah operasi harus diperhatikan keadaan gizi anak, adanya
infeksi akut, kemungkinan anak masih dalam masa inkubasi suatu infeksi,
kadar hemoglobin dan adanya kelainan pembekuan darah serta lingkungan
penderita. Keselamatan operasi ditentukan oleh kemampuan ahli bedah dan
ahli anastesi serta fasilitas yang ada di rumah sakit.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan
yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait
khususnya perawat di samping peranan klien yang kooperatif selama proses
perioperatif. Menurut Potter dan Perry (2006) bahwa asuhan keperawatan
perioperatif diberikan sebelum (preoperatif), selama (intraoperatif) dan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
3
Universitas Indonesia
setelah pembedahan (post operatif). Keperawatan perioperatif dilakukan
berdasarkan proses keperawatan dan perawat perlu menetapkan strategi yang
sesuai dengan kebutuhan individu selama periode perioperatif sehingga klien
memperoleh kemudahan sejak datang sampai klien sehat kembali. Jack dan
John (2009) menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam setiap periode
mempunyai penilaian khusus dan intervensi yang dilakukan oleh perawat,
dokter dan anggota tim perawat kesehatan. Praktek keperawatan perioperatif
dilakukan untuk membantu klien dan orang terdekat melalui pembedahan
yang akan dilakukan dengan mencapai peningkatan yang positif dan
membantu klien dalam mencapai fungsi dan kesehatan secara optimal setelah
operasi.
Anak–anak yang mengalami prosedur bedah memerlukan persiapan
psikologis dan persiapan fisik. Saat menghadapi pembedahan, klien akan
mengalami berbagai stressor. Pembedahan yang ditunggu pelaksanaannya
akan menyebabkan rasa takut dan cemas pada klien yang menghubungkan
pembedahan dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat, menjadi bergantung
pada orang lain dan mungkin kematian (Potter & Perry, 2006). Selain
persiapan psikologik, biasanya anak–anak membutuhkan berbagai jenis
perawatan fisik sebelum pembedahan. Sebelum dilakukan pembatasan
cairan, anak–anak dianjurkan untuk minum guna meningkatkan hidrasi dan
meminimalkan kekeringan dan rasa haus yang mereka alami. Bayi
membutuhkan perhatian khusus dalam kebutuhan cairan. Mereka tidak boleh
dibiarkan tanpa cairan oral selama periode pasca operasi yang lama untuk
menghindari deplesi glikogen dan dehidrasi (Wong, Hockenberry, Wilson,
Winkelstein & Schwartz, 2001).
Klien bedah sangat rentan mengalami ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit akibat asupan cairan preoperatif yang tidak adekuat atau banyaknya
kehilangan cairan selama pembedahan. Prosedur pembedahan dapat
menyebabkan banyak kehilangan darah dan cairan tubuh lain. Menurut
Kaswiyan (2000), defisit cairan perioperatif timbul sebagai akibat puasa pra
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
4
Universitas Indonesia
bedah yang kadang–kadang dapat memanjang, kehilangan cairan yang sering
menyertai penyakit primernya, perdarahan, manipulasi bedah dan lamanya
pembedahan yang mengakibatkan terjadinya sequestrasi atau translokasi
cairan. Pada pasca bedah kadang–kadang perdarahan dan atau kehilangan
cairan (dehidrasi) masih berlangsung, yang tentu saja memerlukan perhatian
khusus.
Potter dan Perry (2007) menyebutkan bahwa prosedur pembedahan
menyebabkan perubahan keseimbangan cairan pada hari kedua sampai
kelima setelah pembedahan karena respon tubuh terhadap trauma
pembedahan. Semakin luas pembedahan, semakin besar respon tubuh. Tubuh
akan berespon melalui peningkatan sekresi aldosteron dan glukokortikoid
selama 24 sampai 48 jam menyebabkan retensi cairan, natrium, dan klorida,
sedangkan kalium diekskresikan. Peningkatan ADH menyebabkan
penurunan haluaran urine. Selama fase retensi cairan, mekanisme dan
respons sistem saraf simpatik membantu mempertahankan volume sirkulasi
darah dan tekanan darah setelah pembedahan. Setelah hari kedua pasca
operasi, dimulailah fase diuretik kadar hormon kembali ke nilai normal
sehingga kelebihan natrium dan air diekskresikan.
Pandey dan Singh (2003) menjelaskan bahwa tujuan utama terapi cairan
perioperatif adalah untuk mengganti defisit perioperatif. Terapi dinilai
berhasil apabila penderita tidak ditemukan tanda – tanda hipovolemik dan
hipoperfusi atau tanda – tanda kelebihan cairan berupa edema paru dan gagal
nafas. Pemberian terapi cairan dan elektrolit berdasarkan pada kebutuhan
normal cairan dan elektrolit harian serta defisit perioperatif. Cairan yang
diberikan dapat berupa kristaloid atau koloid yang masing-masing
mempunyai keuntungan tersendiri yang diberikan sesuai dengan kondisi
klien.
Menurut data di ruang bedah anak RSUPN Cipto Mangunkusumo memiliki 7
divisi diantaranya bedah anak, bedah orthopedi, bedah urologi, bedah gigi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
5
Universitas Indonesia
dan mulut, bedah tumor, bedah torak dan bedah vaskuler. Pada bulan Januari
sampai April 2012 didapatkan bahwa klien yang dirawat diruang bedah anak
berjumlah 312 klien dengan rincian kasus bedah anak sebanyak 203 klien
(65,06%), bedah plastik 45 klien (14,42%), bedah urologi 25 kasus (8,01%),
bedah orthopedi 27 klien (8,65%), bedah vaskuler 5 klien (1,60%), bedah
thorax 2 klien (0,64%), bedah gigi dan mulut 5 klien (1,60%). Berdasarkan
hasil observasi selama kegiatan residensi dua yang dilaksanakan selama 6
minggu yaitu sejak 12 Maret–20 April 2012 bahwa kasus bedah anak yang
sering ditemukan adalah atresia ani, appendicitis perforasi, hirscphrung dan
typoid perforasi. Anak dengan kondisi penyakit tersebut membutuhkan
pemenuhan kebutuhan cairan yang disesuaikan dengan penyakitnya terutama
pada kondisi pasca pembedahan.
Defisit cairan pasca pembedahan dapat terjadi oleh beberapa hal seperti
puasa sebelum prosedur pembedahan, kehilangan cairan/darah selama
operasi dan kehilangan cairan lanjutan. Tujuan terapi cairan dan elektrolit
diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar/harian, elektrolit dan kalori atau
nutrisi. Apabila kondisi ini tidak diatasi secara optimal maka akan
berdampak terhadap kondisi dehidrasi dan memungkinkan terjadinya syok.
Menurut Merenstein, Kaplan dan Resenberg (2001) bahwa syok
didefinisikan sebagai perfusi jaringan yang tidak adekuat, merupakan
diagnosis klinis yang harus dibuat berdasarkan pemeriksanaan, tidak
tergantung pada penentuan tekanan darah dan nilai laboratorium. Apabila
dianalisa lebih lanjut maka dapat dijelaskan bahwa status cairan khususnya
pada anak post operasi perlu mendapatkan perhatian penting karena
merupakan kondisi yang dapat mengancam hidupnya. Berdasarkan data
tersebut maka residen tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai
pemenuhan cairan dan elektrolit pada anak post operasi.
Peran perawat dalam ruang lingkup perioperatif sudah lama berkembang dan
menunjukkan kompetensi yang jelas. Association of Operating Room Nurses
(AORN) menetapkan kompetensi dalam keperawatan perioperatif yang
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
6
Universitas Indonesia
terdiri dari tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang diperlukan oleh seorang perawat terdaftar untuk memenuhi
peran profesional dikamar bedah. Ketetapan kompetensi telah digunakan
secara luas untuk mengembangkan gambaran posisi, suatu kerangka kerja
untuk orientasi, suatu kerangka kerja untuk pemantauan kualitas dan
perangkat evaluasi kinerja (AORN, 1994 dalam Gruendemann & Fernsebner,
2006).
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Ners Spesialis Keperawatan
Anak salah satunya adalah memberikan asuhan keperawatan lanjut
(advanced) pada kasus keperawatan anak yang kompleks. Pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan permasalahan yang harus
diperhatikan pada kasus bedah anak. Ners Spesialis Keperawatan Anak
dengan ilmu yang dimiliki diharapkan mampu melakukan kerjasama tim
yang baik, komunikasi yang efektif dan terapeutik dengan klien maupun
keluarga, melakukan pengkajian secara cermat dan memberikan advokasi
(Potter & Perry, 2006). Perawat selalu mempunyai pemahaman yang lebih
baik terhadap kemampuan dan kekuatan keluarga sehingga mampu
memberikan perawatan yang baik untuk anak dan keluarga. Bersama
keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lainnya memberikan kekuatan yang
optimal pada perawatan anak yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit.
Anak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keluarga terutama
orang tua. Selama anak tumbuh dan berkembang, orang tua memberikan
peran yang luar biasa terutama dalam memberikan dukungan fisik maupun
psikologis. Hal tersebut mendasari bahwa asuhan keperawatan pada anak
diberikan dan berfokus pada keluarga atau disebut dengan Family-Centered
Care (FCC). Menurut Saleeba (2008), penerapan FCC bermanfaat untuk
meningkatkan kerjasama yang optimal pada keluarga dalam pengambilan
keputusan berdasarkan informasi dari keluarga sehingga proses kolaborasi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
7
Universitas Indonesia
dan hubungan tenaga kesehatan dengan keluarga semakin menguat dalam
meningkatkan kesehatan dan perkembangan setiap anak.
Kehadiran keluarga terutama orang tua selama perawatan akan mengurangi
kecemasan/ketakutan anak terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit. Hal ini
terjadi karena orang tua memiliki kemampuan dalam merawat anak dan
mengetahui kondisi anaknya sehingga perawat harus dapat bekerjasama
dengan keluarga untuk menentukan rencana keperawatan yang terbaik bagi
anak. Keluarga juga merupakan sumber dukungan utama bagi anak yang
mampu mengurangi trauma sepanjang rentang kehidupan anak (Hockenberry
& Wilson, 2007). Asuhan keperawatan yang diberikan oleh ners spesialis
anak dapat difokuskan pada proses adaptasi anak terhadap pemenuhan
kebutuhan cairan akibat dari pembedahan yang dilakukan secara
komprehensif dengan melibatkan peran serta orangtua dan dengan
menerapkan model adaptasi Roy.
Menurut Philips (2010) bahwa model adaptasi Roy menempatkan seseorang
sebagai sistem holistik yang adaptif dalam melakukan interaksi secara
konstan dengan lingkungan internal maupun eksternal. Tugas utama dari
sistem manusia adalah untuk menjaga integritas dalam menghadapi
rangsangan lingkungan. Tujuan dari keperawatan adalah untuk mendorong
keberhasilan adaptasi. Roy dan Andrews (1999) menjelaskan lebih lanjut
bahwa adaptasi mengacu pada proses dan hasil dimana pikiran dan perasaan
seseorang baik sebagai individu maupun kelompok menggunakan kesadaran
dan pilihannya untuk berintegrasi antara manusia dan lingkungan.
Kemampuan adaptasi berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan
yang optimal, hidup berkualitas dan meninggal dengan terhormat.
Roy (2009) menyatakan bahwa tingkat adaptasi menggambarkan kondisi dari
proses kehidupan. Tiga tingkatan tersebut terdiri dari integrasi, kompensasi
dan proses kehidupan yang disesuaikan. Sebuah proses hidup yang
terintegrasi dapat berubah ke proses kompensasi yang tidak memadai
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
8
Universitas Indonesia
sehingga proses hasil dapat disesuaikan. Keperawatan didefinisikan sebagai
profesi perawatan kesehatan yang berfokus pada proses kehidupan manusia
dan berkomitmen untuk meningkatkan kesehatan dan potensi hidupnya
secara optimal bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat umum.
Penerapan model adaptasi Roy dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak post operasi adalah untuk membantu beradaptasi terhadap pemenuhan
kebutuhan fisiologis khususnya cairan. Anak sebagai individu yang holistik
memiliki mekanisme koping untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan terutama setelah dilakukan tindakan pembedahan. Perawat
berperan penting dalam mengidentifikasi kebutuhan klien dan mengkaji
kemampuan adaptasi yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, residen
mencoba menerapkan model adaptasi Roy dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah kebutuhan cairan. Pemenuhan
kebutuhan cairan tidak hanya untuk penyakit tertentu tetapi semua kondisi
penyakit memerlukan pemenuhan kebutuhan cairan agar dapat
mengembalikan dan mempertahankan kondisi anak yang optimal.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran mengenai pemenuhan kebutuhan cairan pada
anak post operasi dengan pendekatan model adaptasi Roy di ruang
rawat bedah Widuri RSAB Harapan Kita dan RSUPN Dr Cipto
Mangunkusumo.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Memberikan gambaran pelaksanaan model adaptasi Roy dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
pemenuhan kebutuhan cairan.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
9
Universitas Indonesia
1.2.2.2 Memberikan gambaran tentang peran perawat yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan cairan pada anak yang
dilakukan pembedahan.
1.2.2.3 Memberikan gambaran tentang pencapaian kompetensi selama
praktek Ners Spesialis Keperawatan Anak.
1.2.2.4 Menganalisis penerapan model adaptasi Roy dalam
pemenuhan kebutuhan cairan dan pencapaian kompetensi
1.3 Sistematika Penulisan
Karya ilmiah akhir ini terdiri dari lima bab yang saling berkesinambungan.
Bab 1 berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, tujuan
penulisan dan sistematika penulisan. Aplikasi teori yang meliputi gambaran
singkat tentang 5 kasus yang dikelola residen selama praktek residensi,
tinjauan teori dan integrasi model dan konsep dalam proses keperawatan
serta model adaptasi Roy pada satu kasus kelolaan akan diuraikan pada bab
2, selanjutnya pencapaian kompetensi ners spesialis anak selama pelaksanaan
praktik residensi dijelaskan dalam bab 3. Bab 4 berisi analisis penerapan
model keperawatan pada kelima kasus kelolaan dan analisis tentang
pencapaian kompetensi ners spesialis anak selama praktik residensi. Bab 5
akan menjelaskan kesimpulan dan saran terkait pelaksanaan praktek residensi
secara keseluruhan.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
10
Universitas Indonesia
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
PADA PRAKTIK RESIDENSI
Bab ini menguraikan tentang gambaran kasus kelolaan dan tinjauan teori
mengenai pemenuhan kebutuhan cairan pada anak dengan post operasi serta
aplikasi teori dalam melakukan asuhan keperawatan. Konsep model yang
mendasari pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan pemenuhan
kebutuhan cairan post operasi dipilih Model Adaptasi Roy.
2.1 Gambaran Kasus
Kasus yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini ada 5 kasus klien dengan
pemenuhan kebutuhan cairan. Adapun gambaran dari kasus- kasus tersebut
adalah sebagai berikut :
2.1.1 Kasus 1
An. F (7 tahun), laki-laki, masuk ke ruang Widuri pada tanggal 18
Februari 2012 dengan diagnosis medis apendisitis perforasi.
Berdasarkan pengkajian perilaku (behaviour) yang dilakukan residen
pada tanggal 20 Februari 2012 didapatkan hasil bahwa klien dilakukan
operasi laparatomi apendiktomi tanggal 19 Februari 2012. Keadaan
umum klien post operasi hari ke-1 masih lemah, kesadaran
komposmentis, klien hanya berbaring di tempat tidur, tanda-tanda
vital : tekanan darah (TD)=110/70 mmHg, suhu (S)=370C, pernapasan
(P)=28x/menit, nadi=128x/menit, turgor kulit elastis, tidak ada edema,
wajah tidak pucat, konjungtiva agak anemis, mata tidak cekung,
mukosa bibir kering dan pecah-pecah, berat badan 29 kg, tinggi badan
124 cm, klien terpasang NGT dan produksi positif 75 cc warna coklat,
klien terpasang drain pada perut sebelah kanan, produksi tidak ada,
perut tidak kembung, bising usus masih lemah, klien saat ini diberikan
infus 3A D10%=80 tetes/menit. Keseimbangan cairan pershif=-
161,1cc, diuresis pershif=2,4 cc/kgBB/jam. Pengkajian stimulus pada
klien An. F adalah adanya penurunan asupan dan kehilangan cairan
yang terjadi sekunder akibat puasa post operasi (vomitus, muntah).
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
11
Universitas Indonesia
Berdasarkan pengkajian awal, masalah keperawatan yang muncul
adalah 1) risiko kekurangan volume cairan dan elektrolit, 2) nyeri, 3)
risiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
4) intoleransi aktivitas, dan 5) risiko penyebaran infeksi. Intervensi
keperawatan utama yang dilakukan pada An. F adalah mengukur
tanda–tanda vital klien, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
cairan intravena sesuai terapi=1680 cc/24 jam, memonitor tanda-
tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus), memonitor
pemasukan dan pengeluaran klien, mengawasi nilai laboratorium,
seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
Evaluasi keperawatan dengan mengkaji subsistem kognator dan
regulator klien terhadap pengkajian perilaku dalam bentuk catatan
perkembangan klien (lampiran 1). Evaluasi yang diperoleh setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 6 hari menunjukkan tujuan
umum dari masalah risiko kekurangan volume cairan dan elektrolit
adaptif. Klien sudah diperbolehkan pulang tanggal 25 Februari 2012
dan menganjurkan pada keluarga untuk melakukan kontrol 1 minggu
setelah pulang di poliklinik bedah anak.
2.1.2 Kasus 2
An. N (7 bulan), perempuan, masuk ke ruang Widuri pada tanggal 20
Februari 2012 dengan diagnosis medis Morbus Hirschsprung post
colostomy pro pull through. Tanggal 22 Februari 2012, dilakukan
pengkajian perilaku (behaviour) pada klien An. N dengan diagnosis
medis morbus hirschprung post operasi pull through, didapatkan hasil:
keadaan umum klien post operasi hari ke-1 masih lemah, kesadaran
komposmentis, klien masih puasa, terpasang NGT dan produksi 30 cc,
warna kuning pekat, tidak ada muntah, perut tidak kembung, bising
usus masih lemah, turgor kulit elastis, konjungtiva anemis, mata tidak
cekung, mukosa bibir kering dan klien rewel. Klien terpasang IVFD di
tangan kirinya, Kaen 3B D10% macro=40 cc/menit. Berat badan 8,9
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
12
Universitas Indonesia
kg, tinggi badan 66 cm. Keseimbangan cairan pershif=-28 cc, diuresis
pershif=3,2 cc/Kg BB/jam. Pengkajian stimulus pada klien An. N
adalah adanya penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi
sekunder akibat puasa post operasi (vomitus, muntah).
Berdasarkan pengkajian diatas, masalah keperawatan yang muncul 1)
risiko kekurangan volume cairan dan elektrolit, 1) nyeri, 3) risiko
tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 4)
risiko kerusakan keutuhan integritas kulit, dan 5) risiko penyebaran
infeksi. Intervensi yang diberikan pada An. N adalah mengukur
tanda–tanda vital klien, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
cairan intravena sesuai terapi, memonitor tanda-tanda dehidrasi
(turgor kulit, membran mukosa, rasa haus), mengobservasi abdomen
klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar,
memonitor pemasukan dan pengeluaran klien, mengawasi nilai
laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
Evaluasi keperawatan dengan mengkaji subsistem kognator dan
regulator klien terhadap pengkajian perilaku dalam bentuk catatan
perkembangan klien (lampiran 2). Evaluasi yang diperoleh setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 6 hari menunjukkan tujuan
umum dari masalah risiko kekurangan volume cairan dan elektrolit
adaptif. Klien sudah diperbolehkan pulang tanggal 01 April 2012.
2.1.3 Kasus 3
An. V (3 tahun), laki - laki, masuk ke ruang bedah pada tanggal 7
maret 2012 dengan diagnosis medis atresia ani fistel recto uretra post
kolostomi dan post PSARP pro tutup stoma. Tanggal 14 Maret 2012,
dilakukan pengkajian perilaku (behaviour) jam 17.30 WIB,
didapatkan hasil:klien post operasi hari ke 0, kesadaran
komposmentis, keadaan umum klien lemah, tanda-tanda vital:
S=36oC, N=100x/menit, P=26 x/menit. Klien rewel minta susu, wajah
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
13
Universitas Indonesia
meringis dan merintih kesakitan, turgor kulit elastis, membran mukosa
lembab, mata tidak cekung, klien terpasang kateter, produksi urin ada,
warna kuning jernih, klien terpasang NGT, produksi tidak ada, perban
luka operasi pada perut sebelah kiri bersih, luka pada anus bersih,
terdapat jahitan, posisi tidur miring/tengkurap dan tidak boleh
terlentang, berat badan 13,5 kg, tinggi badan 96 cm, IVFD Kaen 3B 3
kolf/24 jam=1500cc/24jam sementara terpasang asering 63 ml/jam,
kalau sudah habis diganti dengan Kaen 3B. Pengkajian stimulus pada
klien An. V adalah kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat
puasa post operasi terhadap reanotomosis kolon.
Berdasarkan pengkajian diatas, masalah keperawatan yang muncul 1)
risiko ketidakseimbangan volume cairan, 2) nyeri, 3) risiko tinggi
gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 4) risiko
kerusakan keutuhan integritas kulit, dan 5) risiko penyebaran infeksi.
Intervensi yang diberikan pada an. V adalah mengukur tanda–tanda
vital klien, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan
intravena sesuai terapi, memonitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,
membran mukosa, rasa haus), mengobservasi abdomen klien terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar, memonitor
pemasukan dan pengeluaran klien, mengawasi nilai laboratorium,
seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
Pada observasi tanggal 19-20 Maret 2012, An. V post operasi hari ke
5 dan ke 6 sudah diperbolehkan minum clear fluid 5cc/jam. Pada
tanggal 24 Maret 2012, klien minum air putih atau susu bertahap
6x30/hari, tanggal 26 Maret 2012 klien minum bertahap 6x50/hari,
klien menunjukkan respon baik terhadap toleransi clear fluid dan susu,
namun pada tanggal 27 Maret 2012 klien post operasi hari ke 13, perut
klien kembung, terdapat distensi abdomen, bising usus masih lemah,
tidak muntah sehingga klien dipuasakan lagi. Hasil laboratorium
tanggal 27 Maret 2012 elektrolit:natrium = 120 mEq/L (n: 132-147
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
14
Universitas Indonesia
mEq/L), kalium=3,36 mEq/L (3,30–5,40 mEq/L), klorida=89,1 mEq/L
(94,0–111,0 mEq/L), albumin=3,84 g/dl (n : 3,8-5,4 g/dl). Pada hasil
foto polos abdomen terdapat ileus paralitik. Tanggal 29 Maret 2012,
klien post operasi hari ke 15 dan dikonsulkan ke IKA, hasilnya tidak
dilakukan koreksi, karena hasil laboratorium natrium 120 mEq/L, jika
dibawah 120 mEq/L baru dilakukan koreksi, klien hanya diberikan
terapi Nacl capsul 2x500mg. Pada tanggal 31 Maret 2012, klien post
operasi hari ke 16, sudah diperbolehkan minum bebas dan makan
dengan diit bubur dan kondisi semakin membaik, hasil evaluasi untuk
masalah risiko ketidakseimbangan volume cairan adaptif dan klien
diperbolehkan pulang tanggal 3 April 2012.
2.1.4 Kasus 4
An. W (1,5 tahun), laki- laki, berat badan 10,5kg, tinggi badan 77 cm,
masuk ke ruang bedah anak pada tanggal 12 Maret 2012 dengan
diagnosis medis atresia ani fistel rectovesika post colostomi dan post
PSARP pro tutup stoma. Tanggal 15 Maret 2012, dilakukan
pengkajian perilaku (behaviour) jam 14.30 WIB, didapatkan hasil:
Klien post operasi tutup stoma hari ke 0, kesadaran komposmentis,
keadaan umum klien lemah, berbaring ditempat tidur, klien masih
dipuasakan, klien rewel minta minum, turgor kulit elastis, membran
mukosa lembab, mata tidak cekung, klien terpasang NGT, produksi
tidak ada, klien terpasang kateter dan produksi ada, warna kuning
jernih. Tanda-tanda vital:S=360C, P=28 x/menit, N=110 x/menit.
Klien terpasang IVFD N5+Kcl 10 mEq = 2kolf/24 jam = 42 ml/jam di
tangan kirinya dengan menggunakan infus pump. Keseimbangan
cairan per shiff=+5,99cc diuresis pershif=2,7 cc/kgBB/jam. Hasil
laboratorium elektrolit tanggal 14 Maret 2012:Natrium=145 mEq/L
(135–147 mEq/L), kalium=4,49 mEq/L (3,5–5,5 mEq/L),
khlorida=107,2 mEq/L (100-106 mEq/L). Pengkajian stimulus pada
klien An. W adalah kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat
puasa post operasi terhadap reanotomosis kolon.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
15
Universitas Indonesia
Berdasarkan pengkajian diatas, masalah keperawatan yang muncul 1)
risiko ketidakseimbangan volume cairan, 2) nyeri, 3) risiko tinggi
gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan 4)
risiko penyebaran infeksi. Intervensi yang diberikan pada An. W
adalah mengukur tanda–tanda vital klien, berkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi, memonitor tanda-
tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus),
mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus
dan buang air besar, memonitor pemasukan dan pengeluaran klien.
Evaluasi keperawatan dengan mengkaji subsistem kognator dan
regulator klien terhadap pengkajian perilaku dalam bentuk catatan
perkembangan klien (lampiran 4). Evaluasi yang diperoleh setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 10 hari menunjukkan tujuan
umum dari masalah risiko ketidakseimbangan volume cairan adaptif.
Klien sudah diperbolehkan pulang tanggal 22 Maret 2012.
2.1.5 Kasus 5
An. A (perempuan, berumur 3 tahun) dengan diagnosis medis
peritonitis umum e.c suspek perforasi typoid dirawat di ruang bedah
anak tanggal 23 April 2012. Pengkajian perilaku (behaviour) yang
dilakukan residen pada tanggal 24 Maret 2012 didapatkan hasil : Klien
An. A dengan diagnosis medis peritonitis post laparotomi eksplorasi
dan reseksi anastomosis ileo ileal a.i suspek perforasi typoid. Klien
post operasi hari ke 1, kesadaran komposmentis, keadaan umum
masih lemah, berbaring ditempat tidur, klien gelisah dan rewel, klien
masih dipuasakan, turgor kulit baik/elastis, tidak ada edema, wajah
tidak pucat, konjungtiva agak anemis, mata tidak cekung, mukosa
bibir agak kering, klien terpasang NGT, produksi ada, warna
kehijauan 170 cc, klien terpasang kateter dan produksi positif warna
kuning jernih. Tanda–tanda vital:S=36,60C, P=26 x/menit, N=110
x/menit, berat badan 15 kg, tinggi badan 98 cm, instruksi kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
16
Universitas Indonesia
cairan klien, an.A seharusnya mendapatkan IVFD Kaen MG3 dan
aminofusin paed 250cc/24jam, dikarenakan infus baru diresepkan,
klien mendapatkan IVFD Kaen 3B 3 kolf/24jam=1500 ml/24jam
→62ml/jam, keseimbangan cairan pershif=-43,1 cc, diuresis pershif
=2.5 cc/kgBB/jam. Pengkajian stimulus pada klien An. A adalah
pembatasan oral (puasa 4-5 hari) sekunder yang disebabkan oleh post
operasi laparatomi eksplorasi.
Berdasarkan pengkajian awal, masalah keperawatan yang muncul
adalah 1) risiko kekurangan volume cairan dan elektrolit, 2) nyeri,
risiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
3) risiko kerusakan keutuhan integritas kulit, dan 4) risiko penyebaran
infeksi. Tindakan yang dilakukan pada An. A adalah mengukur tanda-
tanda vital klien, berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan
intravena sesuai terapi (IVFD Kaen 3B 3 kolf/24 jam=1500 ml/24
jam→62ml/jam), memonitor tanda-tanda dehidrasi (turgor
kulit,membran mukosa, rasa haus), mengobservasi abdomen klien
terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar, memonitor
pemasukan dan pengeluaran klien.
Evaluasi keperawatan dengan mengkaji subsistem kognator dan
regulator klien terhadap pengkajian perilaku dalam bentuk catatan
perkembangan klien (lampiran 5). Hasil evaluasi untuk masalah risiko
kekurangan volume cairan tidak terjadi dan mengalami perbaikan
ditandai dengan perilaku regulator yang menunjukkan tanda–tanda
vital:S=370C, P=26 x/menit, nadi=110 x/menit, keadaan umum baik,
klien tidak rewel, turgor kulit elastis, membran mukosa basah, klien
post operasi hari ke 12, keseimbangan cairan pershif=+7 cc, diuresis
pershif=3,7 cc/kgBB/jam. Sehingga dapat disimpulkan klien adaptif
terhadap masalah risiko kekurangan volume cairan dan elektrolit.
Klien sudah diperbolehkan pulang tanggal 04 April, dikarenakan klien
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
17
Universitas Indonesia
menunggu jaminan dan mengurus jamkesmas klien pulang tanggal 13
April 2012.
2.2 Tinjauan Teoritis
Pada tinjauan teoritis akan dijelaskan mengenai teori dan konsep terkait
dengan dengan pemenuhan kebutuhan cairan pada anak post operasi.
2.2.1 Peritonitis
2.2.1.1 Pengertian
Menurut Isselbacher, Braunwald, Wilson dan Martin (2000)
bahwa peritonitis adalah suatu proses inflamasi lokal atau
menyeluruh pada peritoneum dapat berupa kelainan akut
atau kronik. Muttaqin dan Sari (2011) menjelaskan bahwa
peritonitis adalah peradangan pada peritoneum (lapisan
membran semua rongga abdomen) dan organ didalamnya.
2.2.1.2 Klasifikasi
Menurut Schwartz, Shires dan Spencer (2000) bahwa
kategori lain dari peritonitis yaitu :
a. Aseptik (Kimia)
Berlawanan dengan peritonitis polimikrobial, penyebab
bakteri dalam peritonitis kimia adalah rendah.
Sebaliknya, peradangan pada jenis peritoniti ini
disebabkan oleh iritan langsung, seperti misalnya
empedu, urin, cairan pankreas, atau benda asing. Pasien
akan memperlihatkan kehilangan rongga ketiga dan
iritasi peritoneum yang sama seperti dalam peritonitis
bakterial, tetapi mungkin tidak mengalami demam.
Tetapi ditujukan untuk menghentikan kontaminasi yang
sedang berlangsung, misalnya ulkus perforata dan
mencegah infeksi bakteri sekunder.
b. Peritonitis Granulomatosa
Peritoniem dapat bereaksi terhadap penyebab tertentu
melalui pembentukan granuloma, sering menimbulkan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
18
Universitas Indonesia
adhesi padat. Pada tuberkulosis, asites seringkali ada
dalam fase awal. Meskipun peritonitis tuberkulosa saja
tidak fatal, hal ini menunjukkan penyebarluasan infeksi
tahan asam dan harus diterapi dengan terapi
antituberkulosis tiga obat.
c. Peritonitis Bakterial Primer
Bentuk ini unik karena sifatnya monomikrobial,
biasanya dari E. Coli atau bakteri gram positif. Terjadi
pada anak dengan nefrosis dan dewasa dengan sirosis
atau lupus sistemik. Tidak ada perforasi dari viskus
yang dapat diidentifikasi. Diagnosis dibuat dengan tap
peritoneal yang hanya memperlihatkan organisme
tunggal. Tetapi antibiotik dimulai dan pasien diikuti
perkembangannya. Jika tidak ada kemajuan, dilakukan
laparatomi. Bentuk lain yang lebih jarang dari
peritonitis atipik, mencakup peritonitis yang berkaitan
dengan obat-obatan misalnya isoniazid atau eritromisin
yang menyebabkan gejala akut abdomen tanpa
peritonitis sejati, toksin seperti misalnya timbal dan
porfiria intermiten akut.
d. Abses
Tubuh akan berusaha untuk membentengi supaya
infeksi tidak menyebar luas. Ada bebrapa area dimana
akan terbentuk abses yaitu 1) subfrenik kanan dan kiri,
2) subhepatik, 3) pelvis, 4) sakus minor, dan 5)
lingkaran usus, yang dapat menutup kumpulan infeksi,
sehingga menimbulkan ‘abses antar lingkaran’
(interloap abscess).
Tanda dan gejala berlawanan dengan peritonitis umum,
pasien dengan abses mungkin mengalami nyeri hebat,
malaise, dan ileus. Lekositosis dan demam umum
terjadi, dan hiperpireksia cenderung untuk tinggi.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
19
Universitas Indonesia
2.2.1.3 Etiologi dan Patogenesis
Menurut Cholongitas (2005), (Rostein (1997) dan Ivantury
(1988) dalam Muttaqin dan Sari (2011) bahwa penyebab
terjadinya peritonitis adalah invasi kuman bakteri kedalam
rongga peritoneum. Kuman yang paling sering
menyebabkan infeksi, meliputi gram negatif. Echerichia
coli (40%), Klebsiella pneumoniae (7%), Pseudomonas
species, Proteus species, gram negatif lainnya (20%), dan
gram positif. Seperti Streptococcus pneumoniae (15%),
Streptococcus lainnya (15%) dan Staphylococcus (3%).
Mikroorganisme anaerob kurang dari 5%. Invasi kuman ke
lapisan peritoneum dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan pada sistem gastrointestinal dan penyebab infeksi
dari organ di dalam abdomen atau perforasi organ
pascatrauma abdomen.
2.2.1.4 Patofisiologi
Menurut Reksoprodjo, dkk (1995), peritonitis diartikan
sebagai proses peradangan peritonium termasuk sebagian
atau seluruh organ di dalam rongga peritonium. Respon
peradangan peritonitis juga menimbulkan akumulasi cairan
karena mengalami kebocoran. Organ-organ didalam kavum
peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami edema.
Edema disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah
kapiler organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan
di dalam rongga peritonium dan lumen-lumen usus, serta
edema seluruh organ peritoneal dan edema dinding
abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan
hipovolemia.
Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu,
masukan yang tidak ada , muntah serta diare. Terjebaknya
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
20
Universitas Indonesia
cairan di rongga peritonium dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekanan intaabdomen. Usus-usus mengalami
paralisis sehingga terdapat tanda-tanda obstruksi usus
paralitik. Abdomen membuncit tanpa terdengar bunyi usus.
Sementara proses tersebut diatas berlangsung, berlangsung
pula invasi kuman ke seluruh jaringan intra peritoneal dan
ke aliran darah, sepsis, DIC, syok dan akhirnya dapat
meninggal.
2.2.1.5 Pemeriksaan Radiologik
Menurut Reksoprodjo, dkk (1995), pemeriksaan foto polos
abdomen sangat membantu penegakan diagnosis. Dapat
terlihat gambaran udara kabur dan tersebar rata. Penebalan
dinding usus-usus. Perselubungan menyeluruh ataupun
dibagian-bagian tertentu. Gambaran garis permukaan cairan
dalam usus (air-fluid levels) atau dalam rongga peritoneal
(intraperitoneal fluid level). Kalau terdapat perforasi akan
terlihat udara bebas di bawah diafragma. Gambaran foto
seperti tersebut diatas menggambarkan proses pengumpulan
cairan intraabdomen.
2.2.2 Typhus Abdominalis
2.2.2.1 Pengertian
Menurut Mansjoer (2002) tifus abdominalis (demam tifoid,
enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam
yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran.
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini
ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
21
Universitas Indonesia
bakterimia tanpa keterlibatan struktur endotelial dan invasi
bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit
monokuler dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyer’s
patch (Soedarmo, Garna, Hadinegoro & Satari, 2012).
2.2.2.2 Etiologi
Rampengan (2008) menjelaskan bahwa etiologi dari
penyakit typhus abdominalis disebabkan oleh infeksi kuman
salmonella typhosa/eberthella typhosa yang merupakan
kuman negatif, motil dan tidak berspora.
Menurut Soedarmo, Garna, Hadinegoro dan Satari (2012)
menjelaskan bahwa etiologi dari demam tifoid yaitu
salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah
bakteri Gram-negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul,
tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai
antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen
(K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai
makromolekular lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan
endotoksin. Salmonella typhi juga memperoleh palsmid
faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel
antibiotik.
2.2.2.3 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya typhus abdominalis kuman masuk
melalui mulut. Kuman akan dimusnahkan dalam lambung
oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus,
ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili
usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah
(bakterimia primer) dan mencapai sel-sel retikulo
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
22
Universitas Indonesia
endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya. Proses ini terjadi
dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo
endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah
dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya.
Kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama
limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu pertama
sakit, terjadi hiperplasia plaks player, Ini terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis
dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada
minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat
menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan
perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala
demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada
saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus
halus (Suriadi & Yuliani, 2006).
2.2.2.4 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari penyakit typhus abdominalis yaitu
nyeri kepala, lemah dan lesu, demam tidak terlalu tinggi dan
berlangsung selama 3 minggu, minggu pertama peningkatan
suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat
pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu
kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga
suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Gangguan pada saluran cerna; halitosis, bibir kering dan
pecah–pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated
tongue), meteorismus, mual, tidak nafsu makan,
hepatomegali, splenomegali yang disertai nyeri pada
perabaan. Gangguan kesadaran; penurunan kesadaran
apatis, somnolen. Bintik-bintik kemerahan pada kulit
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
23
Universitas Indonesia
(roseola) akibat emboli basil dalam kapiler kulit dan
espiktasis (Suriadi & Yuliani, 2006).
2.2.2.5 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik typhus abdominalis yaitu
pemeriksaan darah tepi (leukopenia, limfositosis,
aneosinofilia, anemia, trombositopenia). Pemeriksaan
sumsum tulang menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum
tulang. Biakan empedu terdapat basil salmonella typhosa
pada urin dan tinja. Jika pada pemeriksaan selama dua kali
berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typosa pada
urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.
Pemeriksaan widal didapatkan titer terdapat antigen O
adalah 1/200 atau lebih, sedangkan titer terhadap antigen H
walaupun tinggi akan tetapi tidak bermaknaa untuk
menegakkan ddiagnosis karena titer H dapat tetap tinggi
setelah dilakukan immunisasi atau bila penderita lama
sembuh (Suriadi dan Yuliani, 2006).
2.2.2.6 Komplikasi
Komplikasi dari penyakit typhus abdominalis yaitu
dehidrasi, elektrolit imkeseimbangan, defisit kalori,
neurologis (kejang demam, ensefalopati, ensefalitis,
meningitis), neuritis perifer, gastrointestinal (perdarahan,
perforasi), saluran kemih (infeksi), tulang, sendi, otot
(artritis, osteitis, degenerasi Zenker), paru-paru, bronkitis,
bronkopneumonia), kelenjar (parotitis, pankreatitis), darah
(trombositopenia, hemolitik anemia, koagulopati), kepala
(rambut rontok), relaps, karier (Arhana, Utama &
Gustawan, 2011).
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
24
Universitas Indonesia
MK : Risiko infeksi
Skema 2.1
WOC (WEB OF CAUSATION) TIFUS ABDOMINALIS
TIFUS ABDOMINALIS
Salmonella Typhosa Salmonella Paratyphi A Salmonella Parathypi B Salmonella Parathypi C
Masa inkubasi : 10-20 hari Gejala prodormal
Mulut : Bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor, bau mulut
Lambung : Sebagian besar kuman akan mati oleh asam lambung (HCl)
Usus halus
Bakteri memasuki darah sistemik
Nafsu makan berkurang Nyeri kepala Lesu tidak bersemangat Perasaan tidak enak badan
Kelenjar limfoid usus halus
Hati Limpa Endotoksin
Tukak pada mukosa usus
Perdarahan usus : Demam tinggi, nadi meningkat, pucat, kulit lembab, kesadaran menurun
Perforasi usus: Nyeri perut, pucat, keringat dingin, nadi lemah
Peritonitis Hepatomegali Splenomegali Demam
MK : Hipertemia
MK : Risiko infeksi
MK : Nyeri
MK : Perfusi jaringan perifer
MK : Intoleransi aktivitas MK : Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Prosedur pembedahan
Luka insisi
MK : Nyeri
MK : Risiko tinggi kekurangan volume cairan
Perdarahan Syok hipovolemik
MK : Nyeri
Hiperperistaltik usus
Diare MK : kekurangan volume cairan dan elektrolit
Pemeriksaan Penunjang : - Pemeriksaan widal - Pemeriksaan darah tepi - Biakan empedu - Pemeriksaan sumsum tulang
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
25
Universitas Indonesia
2.2.3 Perawatan Post Operasi
2.2.3.1 Manajemen Keperawatan Post Operasi
Selama periode post operasi, proses keperawatan
diarahkan pada menstabilkan kembali equilibrium
fisiologis klien, menghilangkan nyeri dan pencegahan
komplikasi. Pencegahan yang cermat dan intervensi segera
membantu klien dalam kembali dan fungsi optimalnya
dengan cepat, aman dan senyaman mungkin. Upaya yang
sama besar diarahkan pada mengantisipasi masalah pada
periode post operatif. Pengkajian yang cepat mencegah
komplikasi yang memperlamat perawatan di rumah sakit
atau membahayakan klien. Memperhatikan hal ini, asuhan
keperawatan klien setelah pembedahan sama pentingnya
dengan prosedur bedah sendiri (Smeltzer & Bare, 2002 ).
Setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi
kompleks akibat perubahan fisiologis yang mungkin
terjadi. Klien yang mendapat anastesi umum cenderung
menghadapi komplikasi yang lebih besar daripada klien
yang mendapat anastesi lokal. Ketika mengkaji kondisi
post operatif, perawat mengandalkan informasi yang
berasal dari hasil pengkajian perawatan preoperatif,
pengetahuan yang dimiliki klien tentang prosedur
pembedahan, dan hal-hal lain yang terjadi selama
pembedahan berlangsung. Informasi ini membantu
perawat mendeteksi adanya perubahan. Adanya perbedaan
nilai normal klien dapat menunjukkan adanya komplikasi
bedah.
Menurut Kozier dkk (2004), pengkajian dilakukan setiap
15 menit sampai tanda vital stabil, setiap jam selama 4 jam
berikutnya, kemudian setiap 4 jam selama 2 hari
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
26
Universitas Indonesia
berikutnya. Pengkajian harus dilakukan sesering mungkin
sesuai kondisi klien. Perawat mengkaji :
a. Tingkat kesadaran yaitu kaji orientasi klien terhadap
waktu, tempat, dan orang. Kebanyakan klien sudah
sadar penuh, tetapi agak mengantuk ketika kembali ke
ruangan mereka. Kaji reaksi klien terhadap stimulus
verbal dan kemampuan untuk menggerakkan
ekstremitas.
b. Tanda vital yaitu periksa tanda vital klien (nadi,
pernapasan, tekanan darah, dan kadar saturasi
oksigen) setiap 15 menit sampai kondisi stabil atau
sesuai protokol. Selain itu, kaji suara paru dan kaji
tanda-tanda masalah sirkulasi umum seperti hipotensi
pascaoperatif, hemoragi, atau syok. Hipovolemia
akibat kehilangan cairan selama pembedahan adalah
penyebab umum hipotensi pascaoperatif. Hemoragi
dapat terjadi akibat ligasi pembuluh darah yang tidak
sempurna atau jahitan yang putus. Hemoragi masif
atau insufisiensi jantung dapat mmengakibatkan syok
pasca operatif.
c. Warna dan suhu tubuh yaitu terutama pada bibir dan
dasar kuku. Warna bibir dan dasar kuku merupakan
indikator perfusi jaringan (peredaran darah melalui
pembuluh darah). Kulit pucat, sianotik, dingin, dan
lembab dapat menjadi tanda masalah sirkulasi.
d. Kenyamanan. Kaji nyeri bersamaan pemeriksaan
tanda vital klien dan sesuai kebutuhan di antara
pengukuran tanda-tanda vital.
e. Keseimbangan cairan. Kaji jenis dan jumlah cairan
intravena, kecepatan aliran, dan area infusi. Pantau
asupan dan haluaran cairan klien. Selain mengawasi
syok, kaji tanda-tanda kelebihan beban sirkulasi, dan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
27
Universitas Indonesia
pantau elektrolit serum klien. Anastesia dan
pembedahan mempengaruhi hormon pengatur
keseibangan cairan dan elektrolit 9terutama
aldosterondan ADH), membuat klien berisiko
mengalami penurunan haluaran urine serta
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Drain dan selang, tentukan warna, konsistensi, dan
jumlah drainase dari semua slang dan drain. Semua
slang yang terpasang harus paten, dan slang serta
peralatan pengisap harus berfungsi dengan baik.
Kantung drainase harus digantung dengan benar.
2.2.3.2 Komplikasi Post Operasi
Bahaya laten dalam pembedahan mencakup tidak hanya
risiko prosedur bedah tetapi juga bahaya komplikasi post
operatif yang dapat memperpanjang penyembuhan atau
secara merugikan mempengaruhi hasil pembedahan.
Perawat mempunyai peran penting bagian pencegahan
komplikasi ini dan berkolaborasi dengan dokter serta
anggota tim perawatan lain dalam penatalaksanaan mereka
bilamana terjadi komplikasi.
Smeltzer dan Bare (2002) menjelaskan bahwa syok adalah
komplikasi post operasi yang paling serius. Syok dapat
digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi seluler
yang disertai ketidakmampuan untuk mengeksresikan
produk sampah metabolisme. Dua klasifikasi syok yang
dapat terjadi pada klien bedah adalah syok hipoglikemik
dan syok neurogenik. Syok hipovolemik disebabkan oleh
penurunan volume cairan akibat kehilangan darah dan
plasma, ini merupakan jenis syok yang paling umum pada
klien bedah. Syok neurogenik adalah syok yang kurang
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
28
Universitas Indonesia
umum pada klien bedah, namun demikian dapat terjadi
akibat penurunan tahanan arterial yang disebabkan
anastesi spinal.
Pengobatan yang terbaik untuk syok adalah profilaksis
atau pencegahan. Hal ini terdiri atas memastikan status
fisik optimal sebelum pembedahan dan mengantisipasi
segala komplikasi yang dapat timbul selama atau setelah
pembedahan. Jika jumlah kehilangan darah melebihi 500
ml (terutama jika kehilangan cepat), penggantian biasanya
diindikasikan.
2.2.4 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air dan zat terlarut. Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman dan cairan intravena serta
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air dan tubuh
total serta elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya,
jika salah satu terganggu maka demikian pula yang lainnya (Price &
Wilson, 2006). Ada empat faktor fisiologi yang bertanggung jawab
terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit yaitu 1) persentase dan
distribusi cairan tubuh, 2) permukaan luas tubuh, 3) metabolisme
basal, 4) fungsi ginjal (Potts & Mandleco, 2007).
2.2.4.1 Distribusi cairan tubuh
Cairan tubuh didistribusi dalam dua kompartemen yang
berbeda, yaitu cairan ekstrasel (CES) dan cairan intrasel
(CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS)
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
29
Universitas Indonesia
dan cairan intravaskuler. Cairan interstisial mengisi ruangan
yang berada di antara sebagian besar sel tubuh dan
menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tubuh. Sekitar
15% berat tubuh merupakan cairan interstisial. Cairan
intravaskuler terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang
mengandung air dan tidak berwarna, dan darah yang
mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit.
Plasma menyusun 5% berat tubuh (Potter & Perry, 2006).
Menurut Price dan Wilson (2006), cairan dan elektrolit
terdapat beberapa kompartemen, dan kompartemen terbesar
adalah intrasel dan ekstrasel. Cairan yang berada didalam
sel disebut cairan intrasel (CIS), sedangkan cairan yang
berada diluar sel disebut cairan ekstrasel (CES). Cairan
ekstrasel terdiri dari cairan intravaskuler cairan di dalam
pembuluh darah dan cairan interstisial (cairan berada
diantara sel dan diluar pembuluh darah dan saluran limpha).
Cairan ekstrasel merupakan 1/3 dari TBW, sedangkan
cairan intrasel 2/3 dari TBW. Konsentrasi elektrolit antara
cairan intrasel dan ekstrasel bervariasi dengan jumlah yang
tepat. Natrium merupakan partikel yang terbanyak dalam
ekstrasel, sedangkan konsentrasi kalium paling banyak
terdapat didalam sel. Natrium berperan penting dalam
menjaga volume cairan tubuh total, sedangkan kalium
berperan dalam mengendalikan volume sel. Perbedaan
konsentrasi natrium di dalam sel dan kalium diluar sel
berperan penting dalam mempertahankan perbedaan muatan
listrik yang diperlukan untuk menghasilkan kerja saraf dan
otot.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
30
Universitas Indonesia
2.2.4.2 Komposisi Cairan Tubuh
Menurut Weldy (1992, dalam Potter & Perry, 2006) bahwa
cairan yang bersikulasi di seluruh tubuh di dalam ruang
cairan intrasel dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral,
dan sel. Elektrolit sangat penting pada fungsi tubuh,
termasuk neuromuskuler dan keseimbangan asam basa.
Mineral merupakan unsur semua jaringan dan cairan tubuh
serta penting dalam mempertahankan proses dalam respons.
Mineral juga bekerja sebagai katalis dalam respons saraf,
kontraksi otot, dan metabolisme zat gizi yang terdapat
dalam makanan. Selain itu, mineral mengatur keseimbangan
elektrolit dan produksi hormon serta menguatkan struktur
tulang.
Total body water (TBW) adalah persentase air dalam tubuh
seseorang berdasarkan berat badan, jumlahnya bervariasi
sesuai dengan umur, jenis kelamin dan kandungan lemak
tubuh. TBW paling tinggi terdapat pada bayi baru lahir
yaitu sekitar 75% dari berat badannya, persentase menurun
pada akhir tahun pertama yaitu mencapai 60% dari berat
badan anak. Hal ini menunjukkan bahwa 60% dari berat
badan anak adalah air (Price & Wilson, 2006).
Distribusi cairan intrasel dan ekstrasel berbeda antara anak–
anak dengan orang dewasa yaitu 40% cairan tubuh pada
bayi merupakan CES, sedangkan pada orang dewasa hanya
20%. Pada anak usia 1 tahun 30% cairan tubuh merupakan
CES. Jika anak mengalami muntah, diare atau perdarahan,
maka cairan yang pertama sekali berkurang adalah CES,
kira-kira 60% cairan hilang berasal dari cairan ekstrasel dan
sisanya 40% dari cairan intrasel. Oleh karena itu anak lebih
berisiko tinggi terhadap perubahan cairan dan elektrolit
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
31
Universitas Indonesia
tubuh karena anak mempunyai persentase cairan ekstrasel
yang lebih besar (Hockenberry & Wilson, 2009; Potts &
Mandleco, 2007).
2.2.4.3 Insesible Water Loss (IWL)
Menurut Potter dan Perry (2006), kehilangan air tak kasat
mata (IWL) terjadi terus menerus dan tidak dapat dirasakan
oleh individu. Kehilangan air melalui kulit terutama diatur
oleh sistem saraf simpatis, yang mengaktifkan kelenjar
keringat. Stimulasi kelenjar keringat dapat dihasilkan dari
olahraga, peningkatan aktivitas metabolik seperti yang
terjadi pada saat seseorang mengalami demam (febris),
muntah dan diare akan meningkatkan kehilangan cairan
karena hal tersebut mencegah absorpsi normal air dan
elektrolit yang telah diekskresi melalui proses pencernaan.
Selain itu juga paru-paru juga mengalami kehilangan air
yang tidak dapat dirasakan. Kehilangan cairan melalui paru-
paru terjadi seiring dengan meningkatnya frekuensi dan
kedalaman pernafasan.
Kira-kira 2/3 IWL terjadi melalui kulit, dan sisanya 1/3
melalui pernafasan, panas dan kelembaban lingkungan,
suhu tubuh, dan frekuensi pernafasan mempengaruhi IWL.
Bayi dan toddler mempunyai, kecenderungan lebih besar
mengalami demam tinggi daripada orang dewasa. Demam
meningkatkan IWL kira-kira 7ml/kg/24jam untuk setiap
kenaikan 1 derajat suhu tubuh diatas 3720C (99 F). Luas
permukaan tubuh juga mempengaruhi kehilangan cairan
melalui IWL pada anak. Bayi dan anak kecil mempunyai
area permukaan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa yang menyebarkan IWL melalui kulit dan paru
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
32
Universitas Indonesia
lebih tinggi pada anak (Hockenberry & Wilson, 2009; Potts
& Mandleco, 2007).
Selanjutnya kehilangan cairan pada bayi dan anak terjadi
lebih cepat dibandingkan orang dewasa karena laju
metabolisme basal yang berkaitan dengan banyaknya
jaringan aktif pada anak untuk mendukung proses
pertumbuhan. Konsekuensinya lebih banyak bisa
metabolisme yang dihasilkan yang harus diekskresikan oleh
ginjal. Kondisi yang meningkatkan metabolisma tubuh,
akan menghasilkan produksi panas lebih besar,
meningkatkan IWL dan meningkatkan kebutuhan cairan
perhari (Hockenberry & Wilson, 2009; Potts & Mandleco,
2007).
2.2.4.4 Perubahan Cairan tubuh
Menurut Schwartz, Shires dan Spencer (2000), perubahan
cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
perubahan volume dan perubahan konsentrasi.
2.2.4.4.1 Perubahan Volume
a. Defisit volume cairan
Defisit volume cairan ekstraselular merupakan
perubahan cairan tubuh yang paling terjadi pada
pasien bedah. Penyebab paling umum adalah
kehilangan cairan di gastrointestinal akibat muntah,
penyedot nasogastrik, diare dan drainase fistula.
Penyebab lainnya dapat berupa kehilangan cairan
pada cedera jaringan lunak, infeksi, inflamasi
jaringan, peritonitis, obstruksi usus dan luka bakar.
Keadaan akut, kehilangan cairan yang cepat akan
menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf
pusat dan jantung. Pada kehilangan cairan yang
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
33
Universitas Indonesia
lambat lebih dapat ditoleransi sampai sampai defisit
volume cairan ekstraseluler yang berat terjadi
(Schwartz, Shires & Spencer, 2000).
b. Kelebihan volume cairan
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan
suatu kondisi akibat iatrogenik (pemberian cairan
intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan
air dan Nacl ataupun pemberian cairan intravena
glukosa yang menyebabkan kelebihan air) ataupun
dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan
pada GFR), serosis, ataupun gagal jantung. Kelebihan
cairan intraseluler dapat terjadi kelebihan cairan tetapi
jumlah NaCl tetap atau berkurang (Schwartz, Shires
& Spencer, 2000).
2.2.4.4.2 Perubahan konsentrasi
Menurut Leksana (2004) bahwa perubahan konsentrasi
dapat disebabkan karena hiponatremi, hipernatremia,
hipokalemia dan hiperkalemia. a) Hiponatremia terjadi
jika natrium < 120 mg/L maka akan timbul gejala
disorientasi, gangguan mental, letargi, iritabilitas,
lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar <
110 mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma.
Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh euvolemia
(SIDH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi
tubuli ginjal, diare, muntah, diuretika), hipervolemia
(sirosis, nefrosis). b) Hipernatremia terjadi jika kadar
natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala
perubahan mental, letargi, kejang, lemah. Hipernatremi
dapat disebabkan oleh kehilangan cairan (diare,
muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
34
Universitas Indonesia
berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium
berlebihan. c) Hipokalemia terjadi jika kadar kalium <
3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut
kalium dari caiarn ekstraselular ke intraselular atau dari
pengurangan kronis kadar total kalium tubuh. d)
Hiperkalemia terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L,
sering terjadi karena insufisiensi renal atau obat yang
membatasi ekskresi kalium.
2.2.4.5 Dehidrasi
Dehidrasi menurut Potts dan Mandleco (2007) adalah suatu
kondisi kritis yang merupakan hasil dari suatu kondisi kehilangan
cairan ekstraseluler. Karena sebagian besar cairan tubuh anak
berada dalam ruang ekstraseluler dibandingkan dengan orang
dewasa. Dehidrasi yang tidak teratasi akan menyebabkan syok
hipovolemik dan kematian. Ada tiga jenis dehidrasi yaitu
hipotonik, isotonik dan hipertonik.
a. Dehidrasi hipotonik
Dehidrasi hipotonik terjadi ketika terdapat kehilangan natrium
yang lebih besar daripada air, sehingga serum natrium berada
dibawah 130 mEq/L. Ketika kondisi ini terjadi, cairan
intraseluler menjadi lebih terkonsentrasi dan tubuh berespon
dengan cara memindahkan cairan dari ruang ekstraseluler ke
intraseluler. Sementara respon ini membantu membangun
kembali keseimbangan osmotik dalam tubuh, juga terjadi
peningkatan kehlangan cairan ekstraseluler. Jika hal ini tidak
diatasi maka akan terjadi syok. Dehidrasi hipotonik umumnya
disebabkan oleh ketidaksesuaian terapi intravena,
gastroenteritis, nefrosis, insifisisnesi adrenal dan sekresi
lambung yang tidak tergantikan. Anak yang mengalami
dehidrasi ini akan terlihat lebih serius dibandingkan dengan
dehidrasi isotonik.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
35
Universitas Indonesia
b. Dehidrasi Isotonik
Dehidrasi isotonik terjadi ketika kehilangann natrium dan air
dalam jumlah yang sama sehingga tingkat serum natrium tetap
normal. Kehilangan cairan terjadi pada ruang intraseluler dan
ekstraseluler. Karena tidak terdapat perbedaan osmotik maka
menyebabkan air kembali berpindah dan kehilangan yang
utama berasal dari ruang ekstraseluler. Hal ini merupakan
kondisi yang umum dari dehidrasi pada anak.
Dehidrasi isotonik mengurangi volume plasma dan
menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan biasanya akan
tergantikan oleh cairan infus natrium yang tinggi untuk
mencegah penurunan tingkat natrium yang tinggi untuk
mencegah penurunan tingkat serum natrium. Perlu
diperhatikan sebagai hal yang penting tingkat serum natrium
dipertahankan antara 130 dan 150 mEq/L. Jika natrium turun
dibawah 130 mEq/L maka kondisi ini berlanjut menjadi
dehidrasi hipotonik.
c. Dehidrasi hipertonik
Dehidrasi hipertonik terjadi ketika kehilangan air lebih besar
daripada natrium. Bayi yang dirawat karena diare dengan
cairan yang mengandung elektrolit konsentrasi tinggi dapat
mengembangkan jenis dehidrasi. Dalam kondisi ini, tingkat
serum natrium akan meningkat > 150 mEq/L dan serum
osmolaritas akan meningkat. Tubuh akan melakukan
kompensasi dengan menarik air dari ruang intraseluler menuju
kompartemen intravaskuler, dengan demikian volume
intravaskuler dipertahankan dan syok menjadi kurang jelas..
Namun demikian, hal tersebut adalah kondisi yang berbahaya
dari dehidrasi karena strategi penggantian cairan jauh lebih
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
36
Universitas Indonesia
sulit untuk menentukan dan mengelola. Dehidrasi hipertonik
juga dapat terjadi jika anak mengalami muntah yang serius
atau diabetes insipidus. Kondisi yang menyebabkan dehidrasi
diantaranya yaitu muntah, diare, luka bakar, perdarahan,
pengisapan nasogastrik dan kehilangan drainase, kebutuhan
khusus ketika anak puasa dan asupan makanan ketika sakit..
Tubuh melakukan kompensasi kehilangan cairan ekstraseluler
dengan cara yang sangat spesifik. Penurunan cairan yang
bersirkulasi dalam sistem vaskuler akan menurunkan curah
jantung dan dapat menyebabkan hipotensi. Rangsangan
tekanan darah di jantung, ginjal dan otak akan bereaksi dengan
cepat untuk meningkatkan curah jantung dan retensi natrium
serta air. Setiap penurunan tekanan darah akan memicu saraf
sensorik pada lengkung aorta untuk merangsang sistem saraf
simpatis, menyebabkan respon pelepasan epinefrin. Epinefrin
meningkatkan kardiak output dengan cara meningkatkan
denhyut jantung, kontraktilitas jantung dan penyempitan vena..
Peningkatan mekanisme kompensasi membantu untuk
mengedarkan darah yang tersisa lebih cepat namun tidak
meningkatkan volume sirkulasi. Mekanisme kompensasi aktif
dalam ginjal yaitu sistem renin angiotensin yang meningkatkan
volume sirkulasi cairan dengan retensi natrium meningkat.
Selain itu, rangsangan tekanan darah di otak merespon dengan
melepaskan ADH, yang merangsang rasa haus dan retensi air
oleh ginjal. Kondisi ini merupakan mekanisme kompensasi
tubuh pertahanan awal namun hanya sementara.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Mengevaluasi Derajat Dehidrasi
Tingkat Dehidrasi Ringan Sedang Berat
Penurunan BB-bayi 5% 10% 15% Penurunan BB-anak 3-4% 6-8% 10% Frekuensi nadi Normal Sedikit meningkat Sangat meningkat Tekanan darah Normal Normal hingga
ortostatik (perubahan > 10 mmHg)
Ortostatik hingga syok
Perilaku Normal Rewel, lebih haus Sangat rewel hingga letargi
Rasa haus Sedikit Sedang Sangat besar Membran mukosa Normal Kering Sangat kering Air mata Ada Berkurang Tidak ada, mata
cekung Ubun-ubun depan Normal Normal hingga cekung Cekung Vena jugularis eksterna Terlihat ketika
dibandingkan telentang
Tidak terlihat kecuali jika dilakukan tekanan supraklavikular
Tidak terlihat sekalipun dilakukan tekanan supraklavikular
Kulit*(kurang bermanfaat pada anak > 2 thn)
Pengisian ulang kapiler > 2 detik
Pengisian ulang kapiler lambat (2-4 detik) atau penurunan turgor
Pengisian ulangh kapiler sangat lambat (> 4 detik) dan terlihat tenting, kulit teraba dingin, tampak akrosianotik dan motteld (berbintik-bintik)
Berat jenis urine > 1.020 > 1.020, oliguria Oliguria atau anuria
Sumber : Jospe dan Forbes (1996, dalam Wong, Hockenberry, Wilson,
Winkelstein & Schwart, 2001).
2.2.5 Terapi Cairan dan Elektrolit Post Operasi
Menurut Kuswiyan (2000) dan Barash, Cullen dan Stoeltin (2006)
bahwa terapi cairan post operatif ditujukan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi. Kebutuhan
air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar ±
50 ml/kh/BB/24 jam. Pada hari pertama post operasi tidak
dianjurkan pemberian kalium karena adanya pelepasan kalium dari
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
38
Universitas Indonesia
sel/jaringan yang rusak, proses katabolisme dan transfusi darah.
Akibat stress pembedahan, akan dilepaskan aldosteron dan ADH
yang cenderung menimbulkan retensi air dan natrium. Oleh sebab
itu, pada 2-3 hari post operasi tidak perlu natrium.
Penderita dengan keadaan umum baik dan trauma pembedahan
minimum, pemberian karbohidrat 100-150 mg/hari cukup memadai
untuk memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan
protein sampai 50% kadar albumin harus dipertahankan melebihi
3,5 gr%. Penggantian cairan post operasi cukup dengan cairan
hipotonis dan bila perlu cairan isotonis. Terapi cairan ini
berlangsung sampai penderita dapat minum dan makan.
Mengganti kehilangan cairan pada masa post operasi juga
dilakukan akibat demam karena kebutuhan cairan meningkat
sekitar 15% setiap kenaikan 1o C suhu tubuh, adanya pengeluaran
cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah. Selain itu,
penggantian cairan dilakukan khususnya pada penderita
hiperventilasi atau pernafasan melalui trakeostomi dan
humidifikasi.
Pemberian terapi cairan post operasi juga dilakukan untuk
melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama
pembedahan yang belum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang
dari 10 gr%, sebaiknya diberikan transfusi darah untuk
memperbaiki daya angkut oksigen. Koreksi terhadap gangguan
keseimbangan yang disebabkan terapi cairan tersebut. Monitoring
organ-organ vital dilanjutkan dengan seksama meliputi tekanan
darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil,
jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan warn kulit (Sunatrio,
2000).
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Penilaian Pemeliharaan Kebutuhan Cairan Harian
dan Output Urin Minimum
Pemeliharaan kebutuhan cairan selama 24 jam Berat badan Kebutuhan cairan 1-10 kg 100 ml/kg 10-20 Kg 1.000 ml + 50 ml/kg lebih dari 10 kg
20 kg 1.500 ml + 20 ml/kg lebih dari 20 kg Output urin minimum dalam kelompok usia Bayi dan Balita 2-3 ml/kg/jam Pra sekolah dan usia sekolah 1-2 ml/kg/jam Anak usia sekolah yang lebih tua dan remaja
0,5-1 ml/kg/jam
2.2.6 Jenis-jenis Cairan Intravena
Pemberian cairan dan elektrolit melalui oral dapat diberikan jika
kondisi klien memungkinkan, yaitu tidak muntah, tidak mengalami
kehilangan cairan berlebihan, memiliki saluran gastrointestinal yang
utuh dengan refleks muntah dan menelan yang baik (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2011). Dengan demikian perawat mempunyai
peranan penting dalam mengkaji kondisi dan kemampuan klien,
sehingga pemberian cairan dan elektrolit dapat diberikan sesuai
kemampuan klien.
Pemberian cairan dan elektrolit parenteral melalui terapi cairan
intravena sangat penting dilakukan ketika klien tidak mampu
mengkonsumsi makanan dan minuman melalui oral. Terapi cairan
intravena merupakan metode yang efisien dan efektif memberikan
cairan secara langsung ke kompartemen cairan intravena dan
menggantikan kehilangan elektrolit (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
2011).
Cairan intravena dapat diklasifikasikan sebagai larutan isotonik,
hipotonik, atau hipertonik (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
Sebagian besar cairan intravena bersifat isotonik yang memiliki
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
40
Universitas Indonesia
konsentrasi zat terlarut sama dengan plasma darah. Larutan isotonik
digunakan untuk mengembalikan volume vaskuler. Cairan hipotonik
digunakan untuk memberikan air bebas dan menangani dehidrasi
seluler. Cairan hipotonik dapat meningkatkan eliminasi zat sisa oleh
ginjal dan tidak dapat diberikan pada individu yang berisiko mengalami
peningkatan tekanan intracranial atau perpindahan cairan ke ruang
ketiga. Cairan hipertonik dapat menarik cairan keluar dari kompartemen
intrasel dan interstisial ke dalam intravaskuler sehingga memperbesar
volume vaskuler. Sehingga cairan ini tidak dapat diberikan pada
individu yang mengalami penyakit ginjal, jantung, atau dehidrasi.
Jenis cairan intravena menurut Leksana (2004) ada 3 jenis yaitu: 1)
cairan kristaloid, 2) cairan koloid, dan 3) cairan khusus. Cairan
kristaloid merupakan cairan yang mengandung zat terlarut dengan berat
massa rendah (< 8000 dalton) dengan atau tanpa glukosa, memiliki
tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang
ekstraseluler. Cairan koloid merupakan cairan yang mengandung zat
terlarut dengan berat massa tinggi (> 8000 dalton), seperti protein,
memiliki tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar cairan akan
tetap tinggal di ruang intravaskuler. Cairan khusus digunakan untuk
koreksi pada indikasi khusus, seperti NaCl 3%, bikarbonate, dan
manitol.
2.2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit Tubuh
Tubuh mempunyai mekanisme untuk mengatur keseimbangan cairan
dan elektrolit. Kemampuan tubuh untuk menyesuaikan keseimbangan
cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan ukuran
tubuh, suhu lingkungan, dan gaya hidup (Kozier, Erb, Berman, &
Snyder, 2011).
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
41
Universitas Indonesia
2.2.7.1 Usia
Bayi dan anak yang dalam masa pertumbuhan memiliki
perpindahan cairan jauh lebih besar dibandingkan orang
dewasa, karena laju metabolisme pada bayi dan anak yang
tinggi. Kehilangan cairan pada bayi lebih besar juga
disebabkan oleh: 1) ginjal yang belum matang, menyebabkan
ginjal bayi belum mampu menyimpan air, 2) pernapasan bayi
lebih cepat dan area permukaan tubuh secara proporsional
lebih besar, meningkatkan kehilangan cairan yang tidak
dirasakan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
Perpindahan cairan yang lebih cepat ini dan bila dalam kondisi
sakit dapat meningkatkan kehilangan cairan, sehingga dapat
terjadi ketidakseimbangan cairan yang kritis pada bayi dan
anak jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan orang dewasa.
2.2.7.2 Jenis kelamin dan ukuran tubuh
Sel lemak mengandung lebih sedikit atau sama sekali tidak
mengandung air, dan jaringan tanpa lemak memiliki
kandungan air lebih tinggi. Individu yang memiliki persentase
lemak tubuh lebih tinggi mempunyai cairan tubuh yang lebih
sedikit. Kandungan air pada individu gemuk 30% sampai 40%
dari berat badan (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
2.2.7.3 Suhu lingkungan
Individu dalam kondisi sakit atau individu dengan aktivitas
berat berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit apabila suhu lingkungan tinggi. Hal ini terjadi karena
kehilangan cairan melalui keringat meningkat di lingkungan
yang panas. Kehilangan ini pada individu yang belum
menyesuaikan dengan suhu lingkungan akan lebih besar
(Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
42
Universitas Indonesia
2.2.7.4 Gaya Hidup
Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat juga dipengaruhi
oleh faktor gaya hidup seperti : diet, latihan, dan stres. Asupan
cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh diet. Individu dengan
anoreksia nervosa atau bulimia berisiko mengalami
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat karena asupan
yang tidak adekuat, atau individu dengan upaya melakukan
rangsang muntah, menggunakan diuretik dan laksatif juga
berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
karena pengeluaran yang berlebihan. Individu dengan
malnutrisi berat mengalami penurunan kadar albumin serum
dan dapat mengalami edema karena tekanan osmotik cairan di
kompartemen berkurang mengakibatkan cairan keluar ke
interstisial (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).
Stres dapat meningkatkan metabolisme seluler, kadar glukosa
darah, kadar katekolamin, meningkatkan produksi ADH,
sehingga dapat menurunkan produksi urine (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2011). Respon tubuh terhadap stres pada
akhirnya akan meningkatkan volume darah.
2.2.8 Atraumatic Care
Menurut Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, dan Schwartz
(2001), atraumatic care adalah suatu bentuk asuhan keperawatan
pada anak yang meminimalkan atau meniadakan kejadian
trauma/stress baik secara fisik maupun psikis. Atrumatic care adalah
perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga.
Atraumatic care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat
diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak
psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan seperti
memperhatikan dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
43
Universitas Indonesia
diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang
kemungkinan berdampak adanya trauma. Atraumatic care atau
asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya
merupakan asuhan yang terapeutik karena bertujuan sebagai terapi
pada anak (Yupi, 2004).
Masa anak - anak adalah suatu periode yang unik karena memiliki
kebutuhan psikologis, pendidikan serta kondisi fisik yang khas dan
jelas berbeda dengan orang dewasa. Perawat anak tentunya berbeda
dengan perawat dewasa karena tidak semua perawat dewasa bisa
bertugas di ruang anak. Filosofi keperawatan anak merupakan
keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga
(family center care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care)
dan manajemen kasus.
2.2.9 Family-Centered Care (FCC)
Konsep Family-Centered Care sebagai filosofi dalam memberikan
pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan pendekatan yang
bisa dilakukan karena dalam pendekatan ini terjadi hubungan timbal
balik antara penyedia pelayanan, klien dan keluarga sehingga akan
meminimalkan konflik yang selama ini timbul sebagai akibat
kurangnya informasi dan komunikasi. Family-Centered Care adalah
pendekatan asuhan kesehatan yang melibatkan kebijakan kesehatan,
program, desain fasilitas, interaksi setiap saat antara klien, keluarga,
dokter dan tenaga kesehatan yang lain. Tenaga kesehatan yang
menerapkan Family-Centered Care mengenal aturan utama dimana
keluarga berperan dalam kesehatan dan kesejahteraan anak serta
semua anggota keluarga.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Menurut Saleeba (2008), prinsip Family-Centered Care dapat
dijelaskan bahwa keluarga berasal dari berbagai unsur yang memiliki
karakteristik yang berbeda. Peran perawat adalah mengetahui dan
memberikan penghargaan terhadap perbedaan sosial, kultur,
ekonomi, aspek spiritual dalam kehidupan individu, nilai spiritual
dan budaya yang dapat memberikan efek pada persepsi seseorang.
Manfaat dari Family-Centered Care adalah meningkatkan kerjasama
yang optimal pada keluarga dalam pengambilan keputusan
berdasarkan informasi dari keluarga sehingga proses kolaborasi dan
hubungan tenaga kesehatan dengan keluarga semakin menguat
dalam meningkatkan kesehatan dan perkembangan setiap anak.
Family-Centered Care merupakan penerapan dari proses asuhan
keperawatan yang berfokus pada peran serta atau keterlibatan pihak
keluarga. Hal tersebut didasari bahwa keluarga merupakan konstanta
yang ada dalam kehidupan anak. Keluarga adalah sumber kekuatan
dan pendukung bagi anak. Penerapan Family-Centered Care akan
membantu menurunkan tingkat stress keluarga, meningkat rasa
percaya diri dan kompetensi keluarga dalam memberikan perawatan
kepada anak sehingga pada akhirnya akan berdampak terhadap
menurunnya beban kerja perawat dan membuat lenght of stay
menjadi singkat (Hockenberry & Wilson, 2007).
2.3. Integrasi Model Adaptasi Roy dalam Proses Keperawatan
2.3.1 Model Adaptasi Roy
Fokus sentral dari model yang dikembangkan oleh Roy adalah
kemampuan manusia beradaptasi secara efektif terhadap stimulus
dalam lingkungan, dengan memanfaatkan sifat bawaan dan
pengalaman yang didapat dalam mekanisme koping. Manusia
menggunakan kapasitas dan kekuatan berfikir untuk
menginterpretasikan pengalaman serta untuk beradaptasi dengan
lingkungan. Adaptasi mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
45
Universitas Indonesia
mempertahankan seseorang untuk mempertahankan dan
miningkatkan integritas dirinya.
Philips (2010) menjelaskan lebih lanjut bahwa model adaptasi Roy
merupakan model dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana
individu mampu mengoptimalkan kesehatannya dengan cara
mempertahankan perilaku secara adaptif serta mampu merubah
perilaku yang maladaptif. Manusia debagai individu yang holistik
memliki sistem adaptif yang yang selalu pada rentang sehat-sakit,
yang berhubungan erat dengan koping efektif yang digunakan untuk
memelihara kemampuan adaptasi.
Adaptasi mengacu pada proses dan hasil dimana pikiran dan perasaan
orang sebagai individu maupun kelompok, menggunakan kesadaran
dan pilihan untuk membuat integrasi manusia dan lingkungan.
Adaptasi berdampak terhadap kondisi kesehatan yang optimal dan
kesejahteraan untuk hidup berkualitas dan meninggal secara
bermartabat (Andrews & Roy, 1999). Tingkat adaptasi mewakili
kondisi dari proses kehidupan. Roy menjelaskan tiga tingkat yaitu
proses hidup yang terintegrasi dapat berubah ke proses kompensasi
yang tidak memadai serta proses hasil yang di dikompromikan.
Proses koping dalam model adaptasi Roy mencakup mekanisme
koping bawaan dan diperoleh (Roy, 2009).
Proses koping dalam model adaptasi Roy lebih dikategorikan sebagai
“regulator dan subsistem kognator yang berlaku untuk individu, dan
subsistem stabilisasi dan inovator yang diterapkan pada kelompok”.
Subsistem regulator merupakan tipe yang mendasari proses adaptif,
mampu berespon melalui sistem saraf, kimia dan endokrin.
Rangsangan dari tindakan lingkungan internal dan eksternal sebagai
masukan melalui indera ke sistem saraf, sehingga mempengaruhi
cairan, elektrolit, dan keseimbangan asam basa, serta sistem
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
46
Universitas Indonesia
endokrin. Proses adaptif kedua yaitu sistem kognator, yang meliputi
pengolahan pembelajaran persepsi dan informasi, penilaian serta
emosi.
Meskipun seseorang dapat mengidentifikasi proses tertentu yang
melekat dalam subsistem regulator-kognator, tidak mungkin untuk
secara langsung mengamati fungsi sistem ini. Perilaku dapat diamati
dalam empat katagori atau model adaptif yaitu fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependensi. Melalui empat model respon
terhadap interaksi dengan lingkungan dapat dilakukan dan adaptasi
dapat diamati. Perilaku dalam fisiologis merupakan manifestasi dari
kegiatan dari semua sel, jaringan, organ, dan sistem yang membentuk
tubuh. Lima kebutuhan dasar diantaranya yaitu oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, dan perlindungan. Selain itu, empat
proses yang terlibat dalam adaptasi fisiologis : panca indera, cairan,
elektrolit, dan keseimbangan asam basa, fungsi neurologis dan fungsi
endokrin (Roy, 2009).
Konsep diri khususnya identitas mencakup komponen-komponen
dari fisik, termasuk sensasi tubuh dan citra tubuh, dan kepribadian,
termasuk ideal diri, dan etika moral spiritual. Kebutuhan yang
mendasari konsep diri bagi individu adalah integritas fisik dan
spiritual yaitu, kebutuhan untuk mengetahui adanya rasa persatuan.
Fungsi peran berfokus pada peran seseorang dalam masyarakat
maupun suatu kelompok. Kebutuhan yang mendasari fungsi peran
adalah integritas sosial yaitu kebutuhan untuk saling mengetahui dan
memahami diri sendiri maupun orang lain. Interdependensi adalah
kategori perilaku yang berkaitan dengan hubungan saling tergantung.
Kondisi ini berfokus pada hubungan memberi dan menerima cinta,
hormat dan nilai-nilai. Kebutuhan dasar yang diperlukan adalah
integritas hubungan atau rasa aman dalam membina suatu hubungan
(Roy, 2009).
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
47
Universitas Indonesia
Model adaptasi Roy menjelaskan tiga kategori stimulus terhadap
lingkungan yaitu stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus
residual. Stimuli fokal adalah stimulus internal atau eksternal yang
paling diperlukan segera dalam kesadaran individu atau kelompok
atau peristiwa yang disadari. Stimulus kontekstual adalah semua
stimulus lain dalam situasi yang berkontribusi terhadap efek dari
stimulus fokal. Stimuli residual berada didalam atau di luar sistem
manusia, memiliki efek yang tidak dapat dijelaskan dalam situasi.
Dampak dari stimulus ini mungkin tidak jelas jika tidak ada
kesadaran pada klien bahwa stimulus mempengaruhi, atau mungkin
tidak jelas bagi pengamat bahwa rangsangan tersebut memiliki
pengaruh pada sistem manusia (Alligood & Tomey, 2010).
Gambar 2.1 Individu sebagai sistem adaptif (Roy, 2009)
2.3.2 Proses Keperawatan Menurut Roy
Model konseptual yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan
pada anak post operasi dengan pemenuhan kebutuhan cairan
menggunakan pendekatan model adaptasi Roy. Model adaptasi Roy
memandang bahwa setiap manusia pasti memiliki potensi untuk
dapat beradaptasi terhadap stimulus, baik stimulus internal maupun
eksternal. Kemampuan beradaptasi dalam menghadapai stimulus
dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia.
Input Proses Kontrol Efek Output
Tingkat Stimuli Adaptasi
Mekanisme koping Regulator Kognator
Fungsi fisiologis Konsep diri Fungsi peran Interdependensi
Respon adaptif dan inefektif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Model adaptasi Roy menjelaskan bahwa sebagai sistem adaptif,
manusia digambarkan secara holistik dan menjadi satu kesatuan yang
memiliki input, kontrol, output dan proses umpan balik. Input pada
manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu
sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang
berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel
standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi
dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi
dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia
sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua
mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu subsistem regulator
dan subsistem kognator.
Roy dan Andrews (1999) menjelaskan lebih lanjut bahwa subsistem
regulator dan kognator adalah mekanisme penyesuaian yang
berhubungan dengan perubahan lingkungan, ditunjukkan melalui
perubahan biologis, psikologis dan sosial. Subsistem regulator
adalah gambaran respon yang berkaitan dengan perubahan pada
sistem saraf, kimia tubuh dan organ saraf. Sedangkan subsistem
regulator adalah mekanisme kerja utama yang berespon terhadap
perubahan kognitif dan emosi dimana didalamnya terdiri dari
persepsi, proses informasi, pembelajaran membuat alasan dan
emosional. Dalam mempertahankan integritasnya, manusia seringkali
menggunakan mekanisme regulator dan kognator secara bersama-
sama.
Anak yang mengalami prosedur pembedahan akan menyebabkan
perubahan keseimbangan cairan, mekanisme regulator tergantung
pada stimulus yang dialami. Prosedur pembedahan menyebabkan
perubahan keseimbangan cairan pada hari kedua sampai kelima
setelah pembedahan karena respon tubuh terhadap trauma
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
49
Universitas Indonesia
pembedahan. Semakin luas pembedahan, semakin besar respon
tubuh. Tubuh akan berespon melalui peningkatan sekresi aldosteron
dan glukokortikoid selama 24 sampai 48 jam menyebabkan retensi
cairan, natrium, dan klorida, sedangkan kalium diekskresikan.
Peningkatan ADH menyebabkan penurunan haluaran urine. Selama
fase retensi cairan, mekanisme dan respons sistem saraf simpatik
membantu mempertahankan volume sirkulasi darah dan tekanan
darah setelah pembedahan. Setelah hari kedua pasca operasi,
dimulailah fase diuretik kadar hormon kembali ke nilai normal
sehingga kelebihan natrium dan air diekskresikan.
Secara kognator, otak akan menganalisa informasi untuk dapat
diinterpretasikan melaui respon kognitif. Kognitif adalah sebuah
kapasitas untuk berfikir dan berekasi. Kognitif dapat diartikan juga
sebagai ekspresi melalui fungsi motorik seperti bahasa, ekspresi
tubuh dan gerakan tubuh. Pemenuhan kebutuhan cairan dilakukan
berdasarkan kemampuan dalam mengingat peristiwa yang sudah
terjadi seperti meminta pertolongan secara verbal maupun
menggunakan isyarat non verbal.
Proses keperawatan adalah sebuah proses yang berorientasi pada
pencapaian tujuan, suatu pendekatan pemecahan masalah sebagai
panduan ketentuan yang komprehensif, kompetensi asuhan
keperawatan untuk setiap individu atau sekelompok orang (Alligood,
& Tomey, 2010). Menurut Andrews dan Roy (1991; dalam Alligood,
& Tomey, 2010) bahwa proses keperawatan berkaitan langsung
dengan pandangan tentang orang/manusia sebagai sistem adaptif.
Menurut Alligood dan Tomey (2010) elemen proses keperawatan
yang dijelaskan dalam model adaptasi Roy terdiri dari 1) pengkajian
tingkat pertama berfokus terhadap pengumpulan data terkait dengan
model adaptasi yang dialami oleh klien. Pada tahap awal proses
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
50
Universitas Indonesia
keperawatan, Roy menggambarkan adanya pengkajian dari tingkah
laku (assesment behaviour). Pengkajian tahap ini terdiri dari
perubahan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi;
2) pengkajian tingkat kedua meliputi pengkajian stimulus yang
berpengaruh terhadap perilaku, kemampuan perawat dalam
mengumpulkan data stimuli fokal, kontekstual dan residual yang
menyimpang pada klien (assesment stimuli). Pada tahap kedua ini,
perawat mengklarifikasi penyebab, masalah dan mengidentifikasi
faktor kontekstual dan residual; 3) mengidentifikasi masalah, 4)
menetapkan tujuan yang berfokus pada meningkatnya kemampuan
adaptasi, kesehatan, kualitas hidup dan menghantarkan kematian
secara terhormat, 5) menetapkan intervensi dan 6) evaluasi hasil.
2.3.2.1 Pengkajian Tahap 1 (Pengkajian Perilaku/behaviour)
Pengkajian tahap pertama yang dilakukan oleh perawat
pada anak dengan pemenuhan kebutuhan cairan post operasi
diawali dengan mengidentifikasi perubahan perilaku anak
terkait tingkat adaptasi. Perubahan yang terjadi meliputi
perubahan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Perubahan fisiologis terdiri dari tanda-
tanda vital, oksigenasi, eliminasi, aktivitas/istirahat, fungsi
proteksi/perlindungan, nutrisi, cairan dan elektrolit. Konsep
diri dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan koping
terhadap perubahan fisik, harga diri, citra tubuh, berduka
dan kehilangan. Hal yang dikaji terkait dengan fungsi peran
adalah kemampuan anak dalam beradaptasi terhadap
perubahan peran selama sakit. Sedangkan pengkajian
interdependensi dilakukan dengan mengkaji keterkaitan
hubungan antara keluarga dan orang-orang terdekat.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
51
Universitas Indonesia
2.3.2.2 Pengkajian Tahap 2
Pengkajian tahap kedua, mengidentifikasi stimulus yang
menyebabkan gangguan. Stimulus yang diidentifikasi
meliputi stimulus fokal, konstekstual, dan residual. Stimulus
fokal yaitu stimulus internal atau eksternal yang secara
langsung atau segera mempengaruhi dan mengharuskan
sistem manusia berespon adaptif.
Pada anak dengan pemenuhan kebutuhan cairan post
operasi akan mengalami masalah utama yaitu kekurangan
volume cairan, kelebihan volume cairan, risiko kekurangan
volume cairan, risiko ketidakseimbangan volume cairan,
risiko ketidakseimbangan elektrolit sehingga anak harus
menjalani hospitalisasi, perlu penanganan yang
komprehensif pemberian terapi cairan intravena melalui
infus, memonitor tanda-tanda vital dan memonitor
pemasukan dan pengeluaran klien untuk mencegah
terjadinya syok hipovolemik. Pada kondisi ini anak akan
mengalami masalah psikologis. Jika ini terjadi maka perlu
dikaji tentang konsep diri, fungsi peran dan interdependensi
pada klien. Untuk stimulus kontekstual perlu dikaji
penyebab keluhan utama yang timbul akibat kekurangan
volume cairan yaitu pembatasan oral (puasa 4-5 hari)
sekunder yang disebabkan oleh post operasi.
Stimulus kontekstual pada masalah psikologis juga perlu
dikaji, sehingga anak membutuhkan dukungan keluarga
untuk mencapai adaptasi terhadap kehilangan kebebasan
Selanjutnya pengkajian stimulus residual dengan menggali
keyakinan, nilai-nilai, pengalaman dan sikap terhadap
kondisi yang dihadapi, dan mekanisme koping yang
digunakan untuk beradaptasi tehadap kehilangan. Apabila
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
52
Universitas Indonesia
dalam pengkajian ditemukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan kondisi normal maka hal ini mengindikasikan
adanya kesulitan adaptasi. Keadaan itu dapat disebabkan
oleh tidak efektifnya aktifitas regulator dan kognator (Roy
& Andrews, 1999 dalam Alligood & Tomey, 2006).
2.3.2.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan menurut konsep adaptasi Roy
didefinisikan sebagai suatu hasil dari proses pengambilan
keputusan berhubungan dengan kurang mampunya adaptasi.
Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi
tingkah laku klien terhadap stimulus. Roy (1991; dalam
Alligood & Tomay, 2010) merumuskan diagnosis
keperawatan dengan menggunakan 4 (empat) fungsi mode
adaptif yang terdiri atas: fungsi fisiologis, fungsi konsep
diri, fungsi peran,dan fungsi interdepedensi.
Diagnosa keperawatan pada anak dengan pemenuhan
kebutuhan cairan yaitu 1) kekurangan volume cairan
berhubungan dengan penurunan asupan dan kehilangan
cairan yang terjadi sekunder, 2) kelebihan volume cairan
berhubungan dengan kelebihan asupan cairan intravena, dan
3) risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (misalnya dehidrasi, intoksikasi
air) dan muntah.
2.3.2.4 Penentuan Tujuan
Menurut Alligood dan Tomey (2010) menyatakan bahwa
secara umum tujuan pada intervensi keperawatan yaitu
untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif
dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Tujuan keperawatan pada anak dengan pemenuhan
kebutuhan cairan adalah untuk mempertahankan dan
mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku
inefektif menjadi adaptif. Intervensi keperawatan yang
dilakukan adalah tindakan untuk meningkatkan mekanisme
koping dan adaptasi klien terhadap perubahan fisik maupun
psikologis.
2.3.2.5 Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan mengubah
atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual,
juga difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi
sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan
individu untuk beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha
membantu stimulus menuju perilaku adaptif, hal ini lebih
ditekankan mengidentifikasi penyebab masalah selama
pengkajian tahap dua (Roy, 1984; dalam Alligood &
Tomay, 2010).
Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas, intervensi
keperawatan pada anak dengan pemenuhan kebutuhan
cairan post operasi (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011;
NANDA 2009; Wong 2004) adalah sebagai berikut :
a. Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
kekurangan volume cairan
1) Pertahankan catatan pemasukan dan pengeluaran
yang akurat
2) Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan
3) Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor
kulit,membran mukosa, rasa haus)
4) Monitor status nutrisi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
54
Universitas Indonesia
5) Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+
albumin dan waktu pembekuan.
6) Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai
terapi.
7) Atur kemungkinan transfusi darah
b. Intervesi keperawatan untuk mengatasi masalah
kelebihan volume cairan
1) Kaji lokasi dan keluasan edema pada skala 1+
sampai 4+
2) Kaji indikasi kelebihan/retensi cairan (ronki basah,
peningkatan TD, edema, distensi vena leher)
dengan tepat
3) Pertahankan catatan asupan dan haluaran cairan
secara akurat
4) Timbang berat badan setiap hari dan panatau
kecenderungannya
5) Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala
kelebihan volume cairan menetap atau memburuk.
c. Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah risiko
ketidakseimbangan volume cairan
1) Pertahankan catatan pemasukan dan pengeluaran
yang akurat
2) Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan
3) Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor
kulit,membran mukosa, rasa haus)
4) Monitor status nutrisi
5) Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+
albumin dan waktu pembekuan
6) Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai
terapi
7) Atur kemungkinan transfusi darah
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
55
Universitas Indonesia
d. Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah risiko
ketidakseimbangan elektrolit
1) Kaji manifestasi klinis
2) Pantau asupan dan haluaran cairan
3) Pantau data laboratorium (misalnya natrium serum)
4) Kaji klien secara ketat apabila larutan saline
hipertonik diberikan
5) Dorong asupan cairan sesuai program
6) Pantau diet sesuai program
2.3.2.6 Evaluasi
Tahap akhir dari proses keperawatan menurut Roy adalah
evaluasi. Evaluasi merupakan penilaian terhadap intervensi
keperawatan sehubungan dengan tingkah laku klien, yang
dievaluasi oleh perawat setelah implementasi keperawatan.
Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku klien
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (Roy, 1984; dalam
Alligood & Tomay, 2010). Untuk dapat menetapkan suatu
intervensi keperawatan efektif atau tidak maka perawat
harus melakukan pengkajian perilaku berkaitan dengan
manejemen stimulus pada intervensi keperawatan tersebut.
Pada klien dengan pemenuhan kebutuhan cairan post
operasi (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011; Wong
2004), evaluasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Kriteria hasil dari masalah kekurangan volume cairan
adalah anak mendapatkan cukup cairan, tanda – tanda
vital normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor
kulit elastis, membran mukosa lembab, rasa haus,
diuresis cukup:0,5-1 cc/kgBB/jam, hasil elektrolit
dalam batas normal.
2) Kriteria hasil dari masalah kelebihan volume cairan
adalah cairan dan haluaran cairan per 24 jam seimbang,
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
56
Universitas Indonesia
bunyi nafas tambahan tidak ada, berat badan stabil,
distensi vena leher tidak ada.
3) Kriteria hasil dari masalah risiko ketidakseimbangan
elektroli adalah anak mendapatkan cukup cairan, tanda-
tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
hasil laboratorium (elektrolit) dalam batas normal.
Integrasi model adaptasi Roy dan konsep keperawatan dalam proses
keperawatan anak dengan masalah pemenuhan kebutuhan cairan post operasi
yang akan digambarkan pada bagan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Skema Integrasi Model Adaptasi Roy dan FCC pada Anak dengan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Post Operasi (Roy & Andrews, 1999, dalam Alligood & Tomey, 2010; NANDA Diagnoses 2009-2011).
Pengkajian
Evaluasi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul 1) risiko kekurangan volume cairan dan elektrolit, 2) kelebihan volume cairan, 3) risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan 4) risiko ketidakseimbangan elektrolit.
Intervensi Keperawatan:difokuskan untuk koping individu agar mampu beradaptasi terhadap stimulus
Setting tujuan:untuk mencapai perilaku yang diharapkan
Tahap 2 (Pengkajian stimulus) Stimulus fokal, kontekstual dan residual
Tahap 1(Pengkajian perilaku) Subsistem Regulator:oksigenasi dan sirkulasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, cairan dan elektrolit, proteksi, penginderaan, fungsi persarafan, fungsi endokrin Subsistem Kognator:konsep diri, fungsi peran, interdependensi
F A M I L Y
C E N T E R E D
C A R E
Adaptif
Inefektif
Asuhan keperawatan pada anak dengan pemenuhan kebutuhan cairan post operasi dengan pendekatan Model Adaptasi Roy
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
57
Universitas Indonesia
2.4 Aplikasi Model Keperawatan Adaptasi Roy Pada Anak dengan
Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Berdasarkan penerapan teori keperawatan Model Adaptasi Roy, pada bagian
ini akan diuraikan secara singkat tentang satu kasus kelolaan yang terpilih
yaitu kasus An. A dengan perotonitis post laparatomy eksplorasi dan reseksi
anastomosis ileo ileal a.i suspek perforasi typoid, sedangkan pada keempat
kasus kelolaan lainnya akan diuraikan pada lampiran. Aplikasi teori Adaptasi
Roy dalam asuhan keperawatan pada An. A dimulai dengan tahap pengkajian,
yaitu pengkajian perilaku (behavior), pengkajian stimulus (stimulus fokal,
kontekstual, dan residual), dilanjutkan dengan menetapkan diagnosa
keperawatan, menetapkan tujuan keperawatan, intervensi, dan evaluasi.
2.4.1 Riwayat Singkat Klien
An. A (3 tahun), perempuan, dengan diagnosis medis peritonitis umum
e.c suspek perforasi typoid dirawat di ruang bedah anak sejak tanggal
23 April 2012. Klien terpasang IVFD dengan menggunakan infus pump
di tangan kanannya dan menjalani perawatan selama 13 hari,
dikarenakan klien menunggu jaminan dan mengurus jamkesmas klien
pulang tanggal 13 April 2012. Klien pulang ke rumah dengan kondisi
sehat dengan anjuran tetap melakukan kontrol ulang ke poliklinik anak.
Adapun riwayat kesehatannya adalah sebagai berikut :
1) Klien umur 3 tahun, merupakan anak pertama. Awal mula klien
sakit demam naek turun sejak tanggal 8 Maret 2012, klien berobat
ke RSUD Tangerang tanggal 11 Maret 2012 dan dirawat 2 hari
dikatakan terkena virus demam berdarah, kemudian diperbolehkan
pulang ke rumah untuk perbaikan kondisi. Satu minggu kemudian
klien demam lagi dan klien kontrol ke puskesmas, klien dilakukan
pemeriksaan darah hasilnya demam typoid, dan akhirnya keluarga
membawa anaknya ke RSUD Tangerang namun karena tempat
penuh klien dibawa dan dirawat di RS Sitanda. Saat dirawat, mulai
timbul nyeri perut yang hilang timbul, perut mulai kembung, nafsu
makan turun, perut mual dan muntah cairan berwarna kehijauan,
buang air besar diare dan tidak ada darah, disarankan oleh dokter
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
58
Universitas Indonesia
untuk melakukan pemeriksaan USG, namun karena fasilitas kurang
maka klien dirujuk ke RSCM. Tanggal 22 Maret 2012, klien
dibawa orang tuanya ke IGD RSCM dan dilakukan pemeriksaan
radiologi cito (abdomen 2 posisi), hasilnya suspek ileus paralitik
dan pemeriksaan USG hasilnya terdapat dilatasi dan penebalan
dinding usus suspek obstruksi, organ intra abdomen lain dalam
batas normal.
2) Tanggal 23 Maret 2012, klien masuk ruang rawat bedah anak
RSCM pukul 00.11 WIB dan jam 12.30 WIB (siang harinya)
dilakukan operasi laparotomi ekploratif dengan reseksi anastomosis
ileo-ileal.
3) Tanggal 24 Maret 2012 dilakukan pengkajian jam 08.00 WIB,
didapatkan hasil : Klien post operasi hari ke 1, klien dipuasakan,
kesadaran klien komposmentis, keadaan umum klien lemah,
berbaring ditempat tidur. Klien terpasang NGT, produksi ada,
warna kehijauan, klien terpasang kateter dan produksi ada warna
kuning jernih. Saat ini klien mendapatkan IVFD KAEN 3B
1500/24 jam→62cc/jam. Tanda–tanda vital:S=36,60C, P=26
x/menit, N=110 x/menit.
4) Riwayat penyakit keluarga:keluarga mengatakan bahwa di dalam
anggota keluarganya tidak ada yang menderita sakit seperti yang
dialami anaknya saat ini.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan:Ibu mengatakan mengandung
cukup bulan, ada keluhan pada saat hamil kalau buat kencing terasa
sakit selama trimester pertama kehamilan, setelah diperiksakan
sembuh, ibu tidak minum jamuan dan obat-obatan selain dari
bidan. Riwayat intranatal : klien lahir tanggal 05 Januari 2009, lahir
secara cesar atas indikasi partus tidak maju dan panggul sempit
ditolong oleh dokter, di rumah sakit umum, anaknya langsung
menangis, berat badan lahir 3400kg, panjang badan 45cm. Riwayat
postnatal : tidak ada masalah.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
59
Universitas Indonesia
2.4.2 Pengkajian Tahap 1
2.4.2.1 Mode Fungsi Fisiologis
a. Oksigen dan Sirkulasi
Tanda-tanda vital : suhu=36,60C, pernapasan=
26x/menit, nadi=110x/menit. Suara napas vesikuler,
irama teratur, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing,
bentuk dada normal/simetris, pergerakan dinding dada
simetris, tidak ada tarikan dinding dada saat bernapas,
warna kulit tidak sianosis, akral hangat, capillary refil
time kembali < 2 detik, tidak ada kuku tabu, vocal
fremitus teraba merata getaran dinding dada dan
normal, tidak ada suara napas tambahan. Hasil
pemeriksaan darah perifer lengkap tanggal 24 Maret
2012 menunjukkan hasil sebagai berikut : haemoglobin
(L) 9,4 g/dl (n : 11,5–15,5 g/dl), hematokrit (L) 26,3%
(n: 35,0–45,0 %), eritrosit 4,27 10^ 6/μl (n : 3,90–5,30
10^ 6/μl), trombosit 255 10^ 6/μl (n : 150–400 10^ 6/μl),
leukosit 9,66 10^ 6/μl (n : 5.50–15.15 10^ 6/μl)
b. Nutrisi
Klien post operasi hari ke I, kondisi umum klien lemah,
luka operasi tidak rembes, balutan belum dibuka,
bersih, klien terpasang NGT, produksi ada, warna
kehijauan 170cc, tidak ada muntah, perut tidak
kembung, bising usus masih lemah, kulit lembab,
tekstur halus, tidak ada edema, rambut lebat, lurus dan
hitam, konjungtiva anemis, berat badan 15 kg, tinggi
badan 98 cm. Hasil pemeriksaan darah perifer lengkap
tanggal 24 Maret 2012 menunjukkan hasil sebagai
berikut : haemoglobin (L) 9,4 g/dl (n : 11,5–15,5 g/dl),
hematokrit (L) 26,3% (n: 35,0–45,0 %), eritrosit 4,27
10^ 6/μl (n : 3,90–5,30 10^ 6/μl), trombosit 255 10^ 6/μl
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
60
Universitas Indonesia
(n=150–400 10^ 6/μl), leukosit 9,66 10^ 6/μl (n=5,50-
15,15 10^ 6/μl). Hasil pemeriksaan kimia klinik:
albumin (L) 1,97 g/dl (n=3,8–5,4 g/dl).
c. Eliminasi
Klien terpasang kateter, produksi urine positif, warna
kuning jernih, tidak ada nyeri tekan pada kandung
kemih, kateter tidak rembes. Ibu mengatakan hari ini
belum buang air besar, tidak ada kelainan baik pada
BAB/BAK anaknya.
d. Aktifitas dan Istirahat
Keadaan umum klien lemah, klien bedrest total diatas
tempat tidur, ibu mengatakan kalau anaknya biasa tidur
malam jam 08.00-04.00, sering terbangun dan rewel
karena sakit pada luka bekas operasinya, tidur siang 1-2
jam. Klien terpasang IVFD ditangan kanan dengan
menggunakan infus pump.
e. Cairan dan Elektrolit
Klien post operasi hari ke-1, keadaan umum masih
lemah, klien masih dipuasakan, klien gelisah dan rewel,
turgor kulit baik/elastis, tidak ada edema, wajah tidak
pucat, konjungtiva agak anemis, mata tidak cekung,
mukosa bibir agak kering, berat badan 15kg, tinggi
badan 98 cm, instruksi kebutuhan cairan klien saat ini,
klien seharusnya mendapatkan IVFD Kaen MG3 dan
aminofusin paed 250cc/24jam, dikarenakan infus baru
diresepkan sementara menunggu, klien mendapatkan
IVFD Kaen 3B 3 kolf/24jam = 1500 ml/24jam →62
ml/jam, total cairan masuk = 496cc/shif, total output =
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
61
Universitas Indonesia
539.1cc/shif, diuresis=2,5 cc/kgBB/jam, keseimbangan
cairan = -43,1.
f. Proteksi/perlindungan
Ibu mengatakan riwayat imunisasi anaknya lengkap.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil : kulit lembab
dan tekstur lembut, turgor kulit baik, kuku tidak pucat,
CTR < 2 detik dan tidak ada kelainan. Klien post
operasi hari ke I, keadaan umum lemah, luka operasi
tertutup kassa, luka operasi tidak rembes, bersih.
g. The sense/penginderaan
Penglihatan: posisi bola mata simetris kiri dan kanan,
pergerakan normal, palpebra normal, sclera tidak
ikterus, ukuran pupil 3 mm, bereaksi terhadap cahaya,
konjungtiva agak anemis, penglihatan normal, tidak ada
ekskresi, tidak ada nyeri. Pendengaran: posisi telinga
simetris kiri dan kanan, tidak ada ekskresi, liang telinga
ada sedikit serumen, pendengaran normal. Perkataan:
bicara lancar, sesuai perkembangan anak.
Penghidu/rasa: reaksi terhadap panas, dingin dan bau
normal. Ibu mengatakan anaknya rewel, kesakitan pada
bekas operasinya. Terdapat luka post operasi dan
tertutup kassa, bersih, luka tidak ada rembesan, tidak
ada tanda-tanda infeksi, terpasang NGT dan produksi
positif, warna kehijauan. Skala nyeri klien 7 (dari 1–10/
scale FLACC).
h. Neurologis
Kesadaran klien komposmentis, motorik kasar dan
halus sesuai dengan tahap perkembangan anak,
sosialisasi An. A pendiam, bicara normal, wajah
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
62
Universitas Indonesia
simetris, klien berespon terhadap stimulus, misalnya
ketika dilakukan prosedur tindakan klien sering
mengerutkan wajah menahan sakit, pupil isokor. Ada
reflek cahaya langsung dan tidak langsung, tidak ada
kelemahan otot.
i. Endokrin
Tidak ada pembesaran bola mata, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid.
2.4.2.2 Mode Konsep Diri
a. The physical self : An. A berumur 3 tahun, ibu
mengatakan anaknya menangis/takut ketika didekati
oleh perawat atau dokter, klien hanya berbaring
ditempat tidur saja. Ibu mengatakan saat ini anaknya
rewel dan harus puasa.
b. The personal self : Keluarga berharap anaknya cepat
sembuh dan selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.
Keluarga mengatakan cemas dan khawatir akan
keadaan anaknya saat ini sampai kapan harus dirawat.
2.4.2.3 Mode Fungsi Peran
Orang terdekat dengan anak yaitu ibu, hubungannya baik.
Hubungan anak dengan perawat baik, akan tetapi ketika
didekati menangis dan rewel, keadaan umum klien lemah,
anak tampak tegang, ekspresi wajah meringis menahan
sakit. Peran anak saat dirawat yaitu anak tidak dapat
beraktifitas, anak hanya berbaring ditempat tidurnya.
Selama dalam perawatan kebutuhan klien dipenuhi oleh
perawat dan dokter dengan melibatkan orang tua/keluarga
yang merawatnya.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
63
Universitas Indonesia
2.4.2.4 Mode Interdependensi
Klien memiliki ketergantungan tinggi dengan orang tua dan
tenaga kesehatan yang bertugas dalam pemenuhan
kebutuhannya terkait dengan kondisi post operasi yang telah
dilakukan. Orang tua klien setiap hari menemani klien di
rumah sakit secara bergantian dan selalu mendoakan untuk
kesembuhan An. A
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
64
Universitas Indonesia
2.4.3 Pengkajian Tahap 2
Tabel 2.3 Pengkajian Tingkat Dua Pada Anak A
CARA ADAPTASI PERILAKU/BEHAVIOR
STIMULI Mode Fungsi Fisiologis FOKAL KONSTEKTUAL RESIDUAL 1. Oksigenasi dan
sirkulasi
- Tanda-tanda vital : suhu=3660C, pernapasan=26x/menit, nadi=110x/menit
- Suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing, tidak ada tarikan dinding dada saat bernapas, warna kulit tidak sianosis, akral hangat, capillary refil time (CRT) kembali < 2 detik
Sistem adaptif Sistem adaptif Sistem adaptif
2. Nutrisi - Keadaan klien lemah, klien post operasi hari ke 1, klien terpasang NGT, produksi positif warna kehijauan, perut tidak kembung, bising usus masih lemah tidak muntah.
- Berat badan 15 kg, tinggi badan 98 cm.
Risiko tinggi ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pembatasan oral (puasa 4-5 hari) sekunder yang disebabkan oleh post operasi laparatomy eksplorasi
3. Cairan dan elektrolit - Klien post operasi hari ke 1, keadaan umum klien lemah, klien dipuasakan, terpasang kateter, produksi positif warna kuning jernih, turgor kulit baik (elastis), membran mukosa agak kering, mata tidak cekung, bising usus lemah.
Risiko kekurangan volume cairan dan elektrolit
Pembatasan oral (puasa 4-5 hari) sekunder yang disebabkan oleh post operasi laparatomy eksplorasi dan reseksi anastomosis ileo-ileal a.i suspek perforasi typoid
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
65
Universitas Indonesia
CARA ADAPTASI PERILAKU/BEHAVIOR
STIMULI Mode Fungsi Fisiologis FOKAL KONSTEKTUAL RESIDUAL - Kebutuhan cairan klien saat ini sesuai
dengan instruksi IVFD Kaen 3B 3 kolf/ 24 jam →1500 ml/24jam→63ml/jam.
- Total cairan masuk = 496cc/shif, total output = 539.1cc/shif, diuresis = 2.5cc/kgBB/jam, keseimbangan cairan = -43,1.
4. Proteksi dan perlindungan
- Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher, limpa tidak teraba membesar, suhu aksila 36,6o C.
- Riwayat imunisasi lengkap, klien post operasi hari ke 1, Terdapat luka post operasi dan tertutup kassa, bersih, luka tidak ada rembesan, tidak ada tanda-tanda infeksi
Terjadi infeksi dan risiko kerusakan keutuhan integritas kulit
Adanya luka operasi sehingga menyebabkan risiko untuk terjadinya infeksi
Sistem adaptif
5. Sensasi Data yang dapat diobservasi : Klien post operasi hari ke 1, ibu mengatakan anaknya rewel, kesakitan pada bekas operasinya. Terdapat luka post operasi dan tertutup kassa, bersih, luka tidak ada rembesan, tidak ada tanda-tanda infeksi, terpasang NGT dan produksi positif, warna kehijauan. Skala nyeri klien 7 (dari 1-10/ scale FLACC).
Nyeri
Insisi pembedahan Sistem adaptif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
66
Universitas Indonesia
CARA ADAPTASI PERILAKU/BEHAVIOR STIMULI
FOKAL KONSTEKTUAL RESIDUAL Mode Adaptasi Konsep Diri
An. A saat ini sedang sakit dan dirawat dirumah sakit. Keluarga berharap anaknya cepat sembuh dan selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya. Keluarga mengatakan cemas dan khawatir akan keadaan anaknya saat ini.
Cemas Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang telah dilakukan pada anaknya
Keluarga selalu berdoa agar anaknya cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti anak-anak pada umumnya
Mode Fungsi Peran Klien lemah dan tidak berdaya Bedrest total post operasi
Klien belum dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan masih sangat terngantung pada orang lain
Orang tua selalu membantu pemenuhan klien terlebih dalam kondisi saat ini
Mode Adaptasi Interdependen
Orang tua selalu membantu pemenuhan kebutuhan anaknya terlebih dalam kondisi saat anak sakit
Kondisi penyakit yang tidak mendukung anak untuk mandiri
Sistem adaptif Sistem adaptif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
67
Universitas Indonesia
2.4.4 Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Risiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pembatasan oral (puasa 4–5 hari) sekunder yang disebabkan oleh post operasi laparatomy eksplorasi dan reseksi anastomosis ileo–ileal a.i suspek perforasi typoid DS : Ibu mengatakan anaknya saat ini
puasa DO : - Tanda-tanda vital : suhu=36,60C,
pernapasan=26x/menit, nadi= 110x/menit
- Klien rewel, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, mata tidak cekung
- Kebutuhan cairan klien saat ini sesuai dengan instruksi IVFD Kaen 3B 3 kolf/24 jam = 62 ml/jam.
- Total cairan masuk=496cc/shif, total output=539.1cc/shif, diuresis=2,5cc/kgBB/jam, keseimbangan cairan=- 43,1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, klien mendapatkan cairan untuk hidrasi yang adekuat.dengan kriteria: - Anak mendapatkan cukup cairan - Tanda – tanda vital normal - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, rasa haus
- Diuresis cukup : 2-3 cc/kgBB/jam - Hasil elektrolit dalam batas normal
1. Monitor tanda- tanda vital 2. Pertahankan catatan pemasukan dan pengeluaran
yang akurat. 3. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan 4. Monitor tanda–tanda dehidrasi (turgor
kulit,membran mukosa, rasa haus) 5. Monitor status nutrisi 6. Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+
albumin dan waktu pembekuan. 7. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai
terapi. 8. Atur kemungkinan transfusi darah
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
68
Universitas Indonesia
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (adanya insisi pembedahan). DS : Ibu mengatakan anaknya rewel,
dan kesakitan pada bekas operasinya
DO : - Klien gelisah - Ekspresi wajah menangis - Skala nyeri (scale flacc) : 7
(dari1-10)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria: - Anak beristirahat dengan tenang - Tidak ada tanda – tanda nyeri pada,
anak tidak rewel, tidak menagis atau merintih
- Anak menunjukkan tanda nyeri yang minimal atau tidak ada (berdasarkan penilaian FLACC scale): a. Wajah : tidak ada ekspresi yang
khusus (seperti senyum) b. Ekstremitas : posisi normal/
rileks c. Gerakan : berbaring tenang,
posisi normal, bergerak mudah d. Menangis : tidak menangis e. Kemampuan ditenangkan:
senang, rileks
1. Kaji tanda dan gejala nyeri pada klien. 2. Catat dan laporkan jika anak gelisah dan takikardia 3. Berikan posisi yang nyaman, tidak menekan luka
operasi 4. Anjurkan orang tua untuk selalu dekat dengan
anaknya 5. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada
anak 6. Hindari mempalpasi area operasi kecuali jika
diperlukan 7. Pastikan kateter anak dipasang dengan benar, serta
bebas dari simpul 8. Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu
anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan mainan)
9. Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik dan kaji efek samping obat
3. Risiko tinggi gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Pembatasan oral (puasa 4-5 hari) sekunder yang disebabkan oleh post operasi laparatomy eksplorasi DS : Ibu mengatakan saat ini anaknya puasa
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil : - Klien mendapatkan nutrisi yang
adekuat - Berat badan dalam batas normal - Turgor kulit elastis
1. Kaji kebutuhan intake cairan/nutrisi dan kalori perhari.
2. Berikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis.
3. Monitor intake output cairan 4. Pertahankan NGT untuk drainage 5. Catat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT
yang keluar.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
69
Universitas Indonesia
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
DO : - Keadaan klien lemah, klien saat
ini puasa, perut tidak kembung, bising usus masih lemah, tidak muntah.
- Berat badan 15 kg, tinggi badan 98 cm.
6. Observasi abdomen terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar.
7. Timbang berat badan perhari. 8. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : protein total
albumin
4. Risiko kerusakan keutuhan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi DS : - DO : - Klien post operasi hari ke 1
kondisi umum klien lemah, luka operasi tidak rembes, balutan belum dibuka, bersih
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan integritas kulit utuh dengan kriteria hasil : - Luka operasi sembuh tanpa tanda
infeksi
1. Monitor luka operasi terhadap tanda – tanda infeksi. 2. Catat kondisi kulit dan laporkan setiap ada
perubahan. 3. Lakukan perawatan luka pada abdomen dengan
teknik steril 4. Kaji balutan luka operasi pada 24 jam 1, lihat
apakah ada perdarahan..
5. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit, luka operasi. DS : - DO : - Klien post operasi hari ke 1
kondisi umum klien lemah, luka operasi tidak rembes, balutan belum dibuka, bersih
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24, diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria: - Tanda-tanda vital normal - Luka kering, tidak ada kemerahan,
edema, pus dan bau pada luka operasi
- Leukosit dalam batas normal (5.000 – 10.000/ mm3)
- Hasil kultur darah steril
1. Observasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor
2. Monitor TTV terutama suhu tubuh secara teratur 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
klien 4. Pasang balutan yang meningkatkan kelembaban
penyembuhan luka 5. Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril 6. Pantau pemberian nutrisi parenteral IV line untuk
mempercepat penyembuhan luka operasi 7. Berikan antibiotik sesuai terapi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
70
Universitas Indonesia
2.4.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan identifikasi masalah dan rencana
yang sudah dibuat tersebut di atas (terlampir).
2.4.6 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada diagnosa risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pembatasan oral (puasa 4–5 hari) sekunder yang
disebabkan oleh post operasi laparatomy eksplorasi dan reseksi
anastomosis ileo – ileal a.i suspek perforasi typoid
a. Tanggal 24 Maret 2012
Evaluasi yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan
menunjukkan perilaku inefektif pada masalah risiko kekurangan
volume cairan dan elektrolit. Kondisi klien saat ini :
1) Tanda-tanda vital : suhu=36,20C, pernapasan=26 x/menit,
nadi=110 x/menit.
2) Klien post operasi hari ke 1, Klien masih puasa, keadaan umum
klien masih lemah, kesadaran komposmentis, klien rewel, turgor
kulit elastis, membran mukosa bibir kering, mata tidak cekung,
produksi NGT 170 cc/shif pagi, warna kehijauan, berat badan 15
kg, tinggi badan 98 cm
3) Memonitor pemasukan pengeluaran cairan = keseimbangan cairan
pershif = - 43,1 cc diuresis = 2,5cc/kgBB/jam
4) Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 24 Maret 2012 : haemoglobin
9,4 g/dl (10,8 – 12,8g/dl), hematokrit 31,6% (35 – 43 %), albumin 1,97
g/dl (3,8 – 5,4g/dl)
Intervensi keperawatan pada klien An. A, 1) monitor tanda–tanda
vital, 2) monitor pemasukan dan pengeluaran cairan, 3) monitor
tanda–tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus), 4)
kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi, 5) awasi nilai
laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan,
rencana pemberian transfusi darah.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
71
Universitas Indonesia
b. Tanggal 26 Maret 2012
Evaluasi yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan
menunjukkan perilaku adaptif adanya perbaikan pada masalah risiko
kekurangan volume cairan dan elektrolit. Kondisi klien saat ini :
1) Tanda-tanda vital : suhu = 36,60 C, pernapasan = 26 x/menit, nadi
= 120 x/menit.
2) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena =
kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000
+ 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (15 – 10) = 1200 cc/hari, klien
mendapatkan IVFD = Line 1 : Kaen MG3 →62 ml/jam, line 2 :
Aminofusin paed →10 ml/jam.
3) Klien post operasi hari ke-3, keadaan umum klien masih lemah,
kesadaran komposmentis, klien masih puasa, klien rewel minta
minum, turgor kulit elastis, membran mukosa kering, bibir pecah-
pecah, mata tidak cekung, produksi NGT 20 cc, warna kehijauan.
4) Klien mendapatkan transfusi darah PRC 1 kolf 120 cc, seharusnya
klien juga mendapatkan terapi albumin karena pembiayaan dari
keluarga belum ada maka pemberian albumin ditunda.
5) Memonitor pemasukan pengeluaran cairan = Keseimbangan
cairan = +36,9, diuresis = 3,8 cc/kgBB/jam
Intervensi keperawatan pada klien An. A, 1) monitor tanda – tanda
vital, 2) monitor pemasukan dan pengeluaran cairan, monitor tanda –
tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus), 3)
kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi, rencana
pemberian albumin
c. Tanggal 27 Maret 2012
Evaluasi yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan
menunjukkan perilaku adaptif adanya perbaikan pada masalah risiko
kekurangan volume cairan dan elektrolit. Kondisi klien saat ini :
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
72
Universitas Indonesia
1) Tanda-tanda vital : suhu=36,80 C, pernapasan=26 x/menit,
nadi=110 x/menit.
2) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan
intravena, klien mendapatkan IVFD = Line 1 : Kaen MG3
→52 ml/jam, line 2 : Aminofusin paed →10 ml/jam.
3) Klien post operasi hari ke-4, keadaan umum klien masih
lemah, kesadaran komposmentis, klien masih dipuasakan,
klien rewel minta minum, turgor kulit elastis, membran
mukosa kering, bibir pecah-pecah, mata tidak cekung,
produksi NGT 20 cc, warna hijau keputihan.
4) Klien mendapatkan terapi albumin 100 cc
5) Memonitor pemasukan pengeluaran cairan=Keseimbangan
cairan = +6,9, diuresis = 2,8 cc/kgBB/jam
Intervensi keperawatan pada klien An. A, 1) monitor tanda – tanda
vital, 2) monitor pemasukan dan pengeluaran cairan, 3) monitor
tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus), 4)
kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi, 5) awasi
nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu
pembekuan.
d. Tanggal 28 Maret 2012
Evaluasi yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan
menunjukkan perilaku adaptif adanya perbaikan pada masalah risiko
kekurangan volume cairan dan elektrolit. Kondisi klien saat ini :
1) Tanda-tanda vital : suhu = 370 C, pernapasan = 26 x/menit, nadi =
110 x/menit.
2) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena =
klien mendapatkan IVFD = line 1 : N5 (460) + D 40% (40) + Kcl
(10 mEq) →34 ml/jam, line 2 : Aminofusin paed 5% →12 ml/jam
3) Klien post operasi hari ke-5, keadaan umum klien masih lemah,
kesadaran komposmentis, produksi NGT tidak ada, NGT diklem,
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
73
Universitas Indonesia
klien sudah diperbolehkan minum secara bertahap 8x15cc/hari,
turgor kulit elastis, membran mukosa basah, klien masih rewel
minta minum, mata tidak cekung, berat badan 14 kg, tinggi badan
98 cm.
4) Memonitor pemasukan pengeluaran cairan=Keseimbangan cairan
= +17,9, diuresis = 2,2 cc/kgBB/jam.
5) Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 28 Maret
2012 = Haemoglobin : 11.0 g/dl (n : 11,5–15,5 g/dl), hematokrit :
31,7% (n : 35.0–35%), eritrosit 4,71 10^6/μl (n : 3,90–5.30
10^6/μl ). Hasil laboratorium kimia = albumin 1,97 g/dl (n : 3,8–
5,4 g/dl)
Intervensi keperawatan pada klien An. A, 1) monitor tanda-tanda
vital, 2) monitor pemasukan dan pengeluaran cairan, monitor tanda -
tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus), 3)
kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi, 4) awasi
nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu
pembekuan.
e. Tanggal 29 Maret 2012
Evaluasi yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan
menunjukkan perilaku adaptif adanya perbaikan pada masalah risiko
kekurangan volume cairan dan elektrolit. Kondisi klien saat ini :
1) Tanda-tanda vital : suhu=3730 C, pernapasan=30 x/menit,
nadi=110 x/menit.
2) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena =
klien mendapatkan IVFD = line 1 : N5 (460) + D 40% (40) + Kcl
(10 mEq) →34 ml/jam, line 2 : Aminofusin paed 5% →12 ml/jam
3) Klien post operasi hari ke-6, keadaan umum klien masih lemah,
kesadaran komposmentis, klien sudah diperbolehkan minum
secara bertahap 6x60cc/hari, turgor kulit elastis, membran mukosa
basah, klien masih rewel minta minum, mata tidak cekung.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
74
Universitas Indonesia
4) Memonitor pemasukan pengeluaran cairan=Keseimbangan cairan
= +32.5, diuresis = 2,1 cc/kgBB/jam.
Intervensi keperawatan pada klien An. A, 1) monitor tanda-tanda
vital, 2) monitor pemasukan dan pengeluaran cairan, 3) monitor
tanda – tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus),
4) kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
f. Tanggal 01 April 2012
Evaluasi yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan
menunjukkan perilaku adaptif adanya perbaikan pada masalah risiko
kekurangan volume cairan dan elektrolit. Kondisi klien saat ini :
1) Tanda-tanda vital : suhu=3740 C, pernapasan=26 x/menit, nadi
=100 x/menit.
2) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena,
klien mendapatkan IVFD = line 1 : N5 (460) + D 40% (40) + Kcl
(10 mEq) →35,4 ml/jam.
3) Klien post operasi hari ke-9, keadaan umum klien masih lemah,
kesadaran komposmentis, klien sudah diperbolehkan minum
secara bertahap 8x100cc/hari, turgor kulit elastis, membran
mukosa basah, klien tenang, mata tidak cekung.
4) Memonitor pemasukan pengeluaran cairan = Keseimbangan
cairan = +31.1, diuresis = 3.0 cc/kgBB/jam.
Intervensi keperawatan pada klien An. A, 1) monitor tanda – tanda
vital, 2) monitor pemasukan dan pengeluaran cairan, 3) monitor
tanda – tanda dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus),
4) kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
g. Tanggal 03 April 2012
Hasil evaluasi untuk masalah risiko kekurangan volume cairan tidak
terjadi dan mengalami perbaikan ditandai dengan perilaku regulator
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
75
Universitas Indonesia
yang menunjukkan tanda–tanda vital : suhu=37,30C, pernapasan=26
x/menit, nadi=110 x/menit, klien post operasi hari ke 11, keadaan
umum baik, klien tidak rewel, turgor kulit elastis, membran mukosa
basah, keseimbangan cairan=+33.9 cc, diuresis=3,8 cc/kgBB/jam.
Evaluasi yang diperoleh setelah dilakukan tindakan keperawatan
menunjukkan perilaku adaptif terhadap diagnosa keperawatan risiko
kekurangan volume cairan dan elektrolit ditandai dengan tidak adanya
tanda-tanda dehidrasi, tanda-tanda vital normal, anak mendapatkan
cukup cairan
h. Follow Up tanggal 04 April 2012
Keadaan klien semakin membaik, klien post operasi hari ke 13 dan
sudah diperbolehkan pulang pada tanggal 04 April 2012, dikarenakan
klien menunggu jaminan dan mengurus jamkesmas klien pulang
tanggal 13 April 2012. Klien diharapkan melakukan kontrol kesehatan
ke poliklinik RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
76
Universitas Indonesia
BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI
Pada Bab akan diuraikan tentang pencapaian target kompetensi selama
melaksanakan praktik lapangan. Kegiatan residensi Ners Spesialis Anak,
khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan
pada anak dengan post operasi dilaksanakan di ruang rawat bedah Widuri RSAB
Harapan Kita dan ruang bedah anak RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo. Target
kompetensi yang harus dicapai berfokus pada kemampuan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada anak dengan kasus pembedahan secara komprehensif.
Seorang Ners Spesialis Anak dituntut untuk mampu memberikan asuhan
keperawatan yang berkompeten sehingga pelayanan yang diberikan kepada anak
maupun keluarga dinilai berkualitas dan mampu dipertanggungjawabkan.
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, bertanggungjawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu (Kepmendikbud No.
045/U/2003). Sedangkan menurut PPNI (2010) bahwa perawat yang kompeten
adalah perawat yang telah lulus uji kompetensi yang dilakukan oleh badan
regulatori yang bersifat otonom. Kompetensi suatu profesi telah ditetapkan
berdasarkan kesepakatan konsil profesi dalam hal ini adalah konsil keperawatan
yang diwakili oleh organisasi profesi keperawatan. Jenjang kompetensi Ners
Spesialis berada pada jenjang PK IV (Perawat Klinik IV) yang maknanya adalah
seorang Ners Spesialis Anak dituntut kemampuannya untuk menjadi seorang ahli
dibidang keperawatan anak. Kompetensi keperawatan pada jenjang PK IV
tersebut sesuai dengan peran perawat dalam tiga kelompok kompetensi menurut
International Council of Nurses (ICN) yaitu praktik yang profesional, memeniuhi
standar legal dan etik profesi, managemen asuhan keperawatan, perkembangan
profesionalisme diri (ICN, 2009).
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
77
Universitas Indonesia
Menurut American Nurses Association (1995), The College of Nursing Australia
(2000), Royal College of Nursing Australia (2000), International Council of
Nurses (2003) dalam Lukosius, Discenso, Browne dan Pinelli (2004) bahwa peran
Ners Spesialis dalam konteks Advance Nursing Practice yaitu sebagai praktisi
klinik, pendidik, peneliti, pemimpin dan pengembang profesi. Australian
Confederation of Paediatric and Child Health Nurses atau ACPCHN (2006)
menjelaskan lebih lanjut bahwa peran Ners Spesialis Anak meliputi pemberi
asuhan, pendidik, konsultan dan peneliti.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia merupakan institusi pendidikan
yang pertama kali menyelenggarakan program Ners Spesialis Anak di Indonesia.
Program tersebut berupaya untuk mencetak calon Ners Spesialis Anak yang
memiliki kompetensi dibidangnya melalui pengetahuan, sikap serta keterampilan
yang didapat selama mengikuti pendidikan. Keperawatan sebagai profesi
mempersyaratkan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional terutama
oleh Ners Spesialis dengan kompetensi yang memiliki standar dan memperhatikan
kaidah etik dan moral, sehingga masyarakat terlindungi karena menerima
pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu. Kompetensi utama yang harus
dimiliki antara lain mampu berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan,
konsultan, pendidik serta koordinator. Program Ners Spesialis Anak dicapai
selama 2 (dua) semester dan merupakan jenjang lanjutan yang menjadi satu
kesatuan setelah menempuh program Magister Keperawatan.
Selama mengikuti kegiatan residensi Ners Spesialis Anak dilakukan tahapan
proses pembelajaran klinik yang terdiri dari residensi I dan residensi II yang
dilaksanakan pada tanggal 03 Oktober 2011 sampai dengan 20 April 2012.
Sebelum melakukan kegiatan praktik, terlebih dahulu mahasiswa membuat
kontrak belajar pada tanggal 21 sampai dengan 19 September 2011 dan dilakukan
ujian kompetensi pada tanggal 21 sampai dengan 30 September 2011. Kegiatan
residensi 1 dilaksanakan dari tanggal 03 Oktober 2011 sampai dengan 12 Februari
2012 meliputi praktik klinik di ruang Bedah, ruang Peristi dan ruang Infeksi
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Program residensi II dilaksanakan di ruang bedah
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
78
Universitas Indonesia
anak RSAB Harapan Kita dan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dari tanggal 20
Februari sampai dengan 20 April 2012. Area praktik bedah dipilih oleh residen
karena dinilai memiliki tantangan yang unik serta penanganan kasus yang
bervariatif dalam konteks perawatan perioperatif. Manusia atau didalam setting
perioperatif adalah klien yang merupakan titik sentral dari seluruh tujuan
pelayanan, lingkungan, kondisi sehat sakit dan keperawatan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual-kultural yang komprehensif.
Pelayanan keperawatan ditunjukkan kepada individu, keluarga, komunitas baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Teori dan
konsep-konsep keperawatan harus diimplementasikan secara terpadu dalam
setting apapun termasuk perioperatif. Pendekatan yang sebaiknya digunakan
dalam pembedahan adalah berfokus pada pasien dimana segala upaya dan sistem
ditujukan untuk memberikan yang terbaik bagi pasien (AORN, 2000).
Setiap mengawali program residensi, terlebih dahulu dilakukan penyusunan
kontrak belajar oleh residen melalui bimbingan serta persetujuan dari supervisor.
Hal tersebut dinilai penting untuk mengidentifikasi target kompetensi yang akan
dicapai sehingga selama kegiatan residensi lebih sistematis dan terarah. Selama
kegiatan residensi berlangsung, pencapaian kompetensi sebagai Ners Spesialis
Anak dapat dijelaskan sebagai berikut :
3.1 Pemberi Asuhan Keperawatan/Praktisi Klinik
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu membantu
klien untuk mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses
penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan
klien secara holistik, meliputi upaya mengembangan kesehatan emosi,
spiritual dan emosi. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan
keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan
menggunakan kemampuan dan waktu yang seminimal mungkin (Potter &
Perry, 2006).
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
79
Universitas Indonesia
Peran pemberi asuhan keperawartan dilaksanakan oleh residen melalui
praktik keperawatan spesialis secara langsung kepada klien maupun keluarga
di RSPAD Gatot soebroto yang meliputi ruang bedah, ruang peristi, dan
ruang infeksi. Kompetensi yang dicapai selama praktik residensi di ruang
perawatan bedah, residen mengambil 3 (tiga) kasus sebagai kasus kelolaan
yaitu klien dengan diagnosis hipospadia, hirschsprung dan hernia inguinalis.
Kompetensi yang terkait dengan tindakan keperawatan adalah melakukan
persiapan dan tindakan keperawatan pada anak sebelum dan sesudah
pembedahan, melakukan stabilisasi kondisi anak sesudah pembedahan,
melakukan perawatan dan tindakan spoeling/irigasi.
Pencapaian kompetensi sebagai praktisi asuhan keperawatan di ruang peristi
yaitu mampu memberikan asuhan keperawatan pada neonatus dengan
masalah respirasi, gangguan metabolisme dan penyakit infeksi. Kompetensi
yang terkait dengan tindakan keperawatan yang dicapai adalah penilaian
masa gestasi, stabilisasi kondisi bayi, manajemen laktasi, bantuan
hemodinamik tingkat dasar, pendidikan kesehatan terkait dengan manajemen
BBLR dan demosntrasi metode PMK (perawatan metode kanguru).
Kompetensi sebagai praktisi asuhan keperawatan yang dicapai di ruang
infeksi yaitu residen mengambil 2 (dua) kasus sebagai kasus kelolaan pada
klien dengan diagnosis DHF, diare. Sedangkan kasus resume mengelola 6
(enam) klien dengan diagnosis medis thypus abdominalis, asma bronchiale,
hepatitis, bronkiolitis, kejang dan pneumonia.
Pada praktik residensi II dilakukan di RSAB Harapan Kita dan RSUPN dr.
Cipto Mangunkusumo. Target kompetensi selama praktik residensi di ruang
bedah widuri RSAB Harapan Kita, residen mengambil 3 (tiga) kasus
kelolaan yaitu klien dengan diagnosis apendicsitis perforasi, atresia ani dan
hirschsprung. Sedangkan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, residen
mengambil kasus kelolaaan sebanyak 6 (enam) yaitu klien dengan diagnosis
atresia ani fistel rectovesika, peritonitis umum e.c suspek perforasi typoid,
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
80
Universitas Indonesia
atresia ani post PSARP dan tutup stoma, hipospadia, hirscprung dan atresia
ani fistel recto vestibular.
Pendekatan proses keperawatan terdiri dari pengkajian, analisa data,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, membuat perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Kompetensi Ners Spesialis Anak dalam
memberikan intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan konsep
keperawatan anak yang saling terintegrasi meliputi pertumbuhan dan
perkembangan, hospitalisasi, terapi bermain, keperawatan berfokus pada
keluarga dan konsep perawatan yang tidak menimbulkan traumatik pada
anak.
3.2. Pendidik
Fokus utama peran pendidik selama menjalani residensi Ners Spesialis Anak
terdiri dari kemampuan dalam melakukan arahan/bimbingan berjenjang bagi
mahasiswa program Magister Peminatan Keperawatan Anak dan Profesi
Ners stase keperawatan anak yang sedang praktik di rumah sakit. Kegiatan
peran pendidik tersebut dapat dilakukan melalui bedside teaching, pre dan
post conference, diskusi kelompok, studi kasus. Adapun peran pendidik Ners
Spesialis Keperawatan Anak tersebut secara garis besar adalah.
a. Melakukan diskusi program proyek inovasi di ruang bedah anak RSPAD
Gatot Soebroto dengan mahasiswa aplikasi program Magister Peminatan
Keperawatan Anak FIK-UI.
b. Melakukan bimbingan mahasiswa S1 Keperawatan FIK-UI di ruang
bedah widuri RSAB Harapan Kita melalui diskusi terkait dengan kasus
pada klien yang dikelola oleh mahasiswa dan melakukan bedside
teaching.
c. Melakukan diskusi kasus kelolaan dengan mahasiswa aplikasi program
Magister Peminatan Keperawatan Anak di ruang bedah anak RSUPN dr.
Cipto Mangunkusumo.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
81
Universitas Indonesia
Residen juga melaksanakan peran pendidik kepada keluarga dalam bentuk
pendidikan kesehatan ataupun konseling terutama dalam mengajarkan
bagaimana cara perawatan mandiri melalui peran serta keluarga. Selain itu,
Ners Spesialis Anak diharapkan memiliki kemampuan dalam membantu
anak beradaptasi terhadap hospitalisasi, menyiapkan anak untuk persiapan
prosedur tindakan keperawatan serta mengajarkan orang tua tentang program
perawatan lanjutan. Adapun pencapaian target kompetensi sebagai pendidik
selama praktek residensi yaitu memberikan pendidikan kesehatan pada klien
dan keluarga yang berada di bawah tanggung jawab residen selama
melakukan praktik di RSPAD Gatot Soebroto, RSAB Harapan Kita dan
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
3.3. Manajer/Pemimpin
Sebagai manajer kasus, seorang Ners Spesialis Anak diharapkan mampu
menjadi leadher serta dapat melakukan koordinasi aktivitas perawatan klien
dengan anggota tim kesehatan lain. Selama kegiatan praktik berlangsung,
residen dituntut untuk mampu melakukan kolaborasi dan interaksi dengan
baik kepada anak, keluarga, dokter dan profesi kesehatan lain. Ketrampilan
komunikasi serta kerjasama yang baik sangat dibutuhkan untuk menciptakan
iklim kerja yang kondusif sehingga tujuan dapat tercapai.
Salah satu target kompetensi yang harus dicapai saat praktik residensi yaitu
melakukan proyek inovasi sesuai dengan hasil identifikasi kebutuhan di
lahan praktik, salah satunya mengenai optimalisasi bermain terapeutik di
ruang perawatan Widuri RSAB Harapan Kita. Proyek inovasi dilakukan
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan melalui
keterlibatan perawat ruangan maupun unsur pimpinan terkait di rumah sakit.
Sebelum proyek inovasi dilaksanakan, residen melakukan analisa kebutuhan
berdasarkan hasil pengkajian menggunakan wawancara maupun kuesioner
kepada perawat ruangan. Kegiatan terapi bermain dilaksanakan pada tanggal
01–02 Maret 2012. Kegiatan dilaksanakan oleh mahasiswa Residensi dan
mahasiswa Profesi Ners FIK UI bersama perawat ruangan Widuri.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
82
Universitas Indonesia
Evaluasi dari proyek inovasi yang telah dilakukan adalah mengoptimalkan
kembali fungsi dari tempat bermain dan membuat standar operasional
prosedur dalam terapi bermain. Terapi bermain secara keseluruhan tidak
dapat dilakukan diruang bermain. Khusus pasien post operasi dan terpasang
infus yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke tempat bermain, maka
terapi bermain dilakukan di tempat tidur. Jenis permainan yang dilakukan
diantaranya menggambar, mewarnai, bercerita dan permainan puzzel.
Pelaksanaan terapi bermain telah dilakukan sesuai dengan SOP yang sudah
disusun sebelumnya. Respon keluarga dan pasien baik dan merasa sangat
membantu dalam pengalihan perhatian anak dari rasa sakit post operasi atau
menghilangkan rasa jenuh dalam menunggu jadwal operasi serta dapat
meningkatkan tumbuh kembang anak selama dirawat. Selain itu adanya
sumber daya manusia yang bertanggung jawab terhadap tempat bermain
sehingga akan tercapainya tujuan yang akan diinginkan di dalam bermain.
3.4. Peneliti
Peran peneliti dibidang keperawatan anak merupakan kompetensi Ners
Spesialis Anak yang menunjukkan kemampuan menganalisa fenomena dan
mengembangkannya kedalam evidence based practice. Kemampuan sebagai
peneliti diharapkan dapat menggali ide-ide terkait keperawatan anak dan
mengembangkan ilmu keperawatan anak. Studi literatur dilakukan untuk
menjelaskan hasil penelitian terkait dengan pelayanan keperawatan.
Menurut ACPCHN (2006) bahwa Ners Spesialis Anak diharapkan mampu
berperan dan terlibat secara aktif dalam menjamin asuhan keperawatan yang
berkualitas. Kegiatan tersebut dapat ditunjang melalui penelusuran literatur,
evaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan, mengembangkan
pengetahuan melalui pendidikan berkelanjutan serta kolaborasi dengan
profesi kesehatan lain. Hasil penelitian memberikan kontribusi yang penting
terhadap praktik keperawatan berdasarkan pembuktian ilmiah dalam
perkembangan dan kemajuan pengetahuan khususnya terhadap peningkatan
kesehatan anak.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
83
Universitas Indonesia
Hasil penelitian yang sudah diterapkan selama kegiatan praktik residensi dan
dipresentasikan yaitu di ruang bedah dan ruang infeksi RSPAD Gatot
Soebroto. Pada perawatan di ruang bedah dilakukan analisis jurnal dengan
judul “A prospective randomized trial of the effect of a soluble adhesive on
the ease of dressing removel following hypospadias repair” pada tahun 2006.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan apakah penggunaan tehnik/metode
penggantian balutan yang baru lebih cepat/singkat, mengurangi rasa nyeri
pada anak dan mengurangi kecemasan orang tua bila dibandingkan dengan
pendekatan yang standar. Sedangkan di ruang perawatan IKA 2, dilakukan
penerapan analisis jurnal dengan judul “Oral versus Intravenous Rehydration
of Moderately Dehydrated Children” pada tahun 2003. Penelitian ini adalah
membandingkan rehidrasi oral dengan rehidrasi intravena pada anak dengan
dehidrasi sedang. Penerapan analisis jurnal juga dilakukan pada setiap kasus
kelolaan dan resume tiap ruangan oleh residen selama praktik residensi di
RSPAD Gatot Soebroto, RSAB Harapan Kita dan RSUPN dr. Cipto
Mangunkusumo.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
84
Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN
Pada Bab ini akan menjelaskan pembahasan tentang penerapan Model Adaptasi
Roy pada anak dengan pemenuhan kebutuhan cairan post operasi serta pencapaian
target kompetensi selama praktik residensi Ners Spesialis Anak.
4.1 Penerapan Model Adaptasi Roy dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak
dengan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Post Operasi
Penerapan model adaptasi Roy dalam memberikan asuhan keperawatan pada
anak post operasi adalah untuk membantu beradaptasi terhadap pemenuhan
kebutuhan fisiologis khususnya cairan. Anak sebagai individu yang holistik
memiliki mekanisme koping untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan terutama setelah dilakukan tindakan pembedahan. Perawat
berperan penting dalam mengidentifikasi kebutuhan klien dan mengkaji
kemampuan adaptasi yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut, residen
mencoba menerapkan model adaptasi Roy dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah kebutuhan cairan
4.1.1 Pengkajian
Pemberian asuhan keperawatan pada kelima kasus kelolaan
menggunakan pendekatan model Adaptasi Roy. Proses asuhan
keperawatan terdiri dari pengkajian, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi, dan evaluasi. Penerapan dari
proses asuhan keperawatan tidak hanya berfokus pada klien anak
tetapi juga melibatkan peran serta keluarga.
Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh residen pada 5 klien dengan
masalah pemenuhan kebutuhan cairan post operasi telah dilaksanakan
di ruang Widuri RSAB Harapan Kita dan di ruang bedah anak
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Kelima kasus dalam karya ilmiah
ini sangat bervariasi meskipun sama-sama mengalami masalah dalam
pemenuhan kebutuhan cairan post operasi. Namun kelima kasus
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
85
Universitas Indonesia
tersebut termasuk dalam divisi kasus bedah anak. Divisi kasus lain
yang berada di ruang bedah anak RSUPN dr. Cipto Mangunkusomo
adalah divisi bedah orthopedi, bedah urologi, bedah gigi dan mulut,
bedah tumor, bedah thorak dan bedah vaskuler
Lima klien dalam karya ilmiah ini terdiri dari satu klien berada pada
usia bayi, tiga klien berada dalam masa tumbuh kembang anak
toddler, sementara satu klien berada dalam masa tahap tumbuh
kembang usia sekolah. Menurut Kozier, Erb, Berman, dan Snyder
(2011), bayi dan anak yang dalam masa pertumbuhan memiliki
perpindahan cairan jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa,
karena laju metabolisme pada bayi dan anak yang tinggi
meningkatkan kehilangan cairan. Bayi kehilangan lebih banyak cairan
melalui ginjal yang belum matang kurang mampu menyimpan air
dibandingkan dengan ginjal orang dewasa. Selain itu, pernafasan bayi
lebih cepat dan area permukaan tubuhnya secara proposional lebih
luas dibandingkan orang dewasa, sehingga meningkatkan kehilangan
cairan yang tidak dirasakan. Perpindahan cairan yang lebih cepat
ditambah dengan kehilangan cairan akibat penyakit dapat menciptakan
ketidakseimbangan cairan yang kritis pada anak-anak yang terjadi
jauh lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Oleh karena itu pada
kelima kasus tersebut yang usia yang paling banyak dibahas adalah
usia toddler. Walaupun demikian anak usia toddler juga rentan terjadi
kehilangan cairan, akan tetapi pada usia ini mempunyai kemampuan
yang lebih baik untuk menjalani pembedahan.
Kelima klien terdiri dari 3 orang berjenis kelamin laki-laki dan 2
orang berjenis kelamin perempuan. Pada kelima kasus ini penyebab
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan post operasi pada klien ini
disebabkan adanya penurunan asupan dan kehilangan cairan yang
terjadi sekunder akibat puasa post operasi atau pembatasan oral (puasa
4-5 hari) sekunder yang disebabkan oleh post operasi. Menurut Potter
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
86
Universitas Indonesia
dan Perry (2006) mengatakan bahwa klien bedah sangat rentan
mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat asupan
cairan preoperatif yang tidak adekuat atau banyaknya kehilangan
cairan selama pembedahan. Klien puasa sejak tengah malam sampai
pagi hari sebelum pembedahan. Setelah 6-8 jam berpuasa, saluran
pencernaan klien relatif kosong sehingga resiko muntah atau aspirasi
selama pembedahan akan berkurang. Anestesi umum biasanya
memperlambat gerakan peristaltik gastrointestinal. Selama
pembedahan, gangguan terjadi pada mekanisme normal yang
mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit, termasuk pernafasan,
pencernaan, sirkulasi dan eliminasi.
Potter dan Perry (2007) menyebutkan bahwa prosedur pembedahan
menyebabkan perubahan keseimbangan cairan pada hari kedua sampai
kelima setelah pembedahan karena respon tubuh terhadap trauma
pembedahan. Semakin luas pembedahan, semakin besar respon tubuh.
Pada kelima kasus yang dikelola oleh residen bahwa semakin luas
pembedahan yang dilakukan pada masing-masing klien sesuai dengan
penyakit dan jenis tindakan pembedahan, semakin besar respon tubuh
terhadap kehilangan cairan.
Pada kasus ke-1, klien anak F dengan diagnosis medis apendiksitis
perforasi post laparatomi apendiktomi. Klien terjadi perforasi
sehingga harus dilakukan operasi segera untuk menghindari perluasan
perforasi tersebut. Salah satu akibat dari pembedahan adalah klien
beresiko kehilangan cairan dan elektrolit, sehingga klien dipuasakan
sampai fungsi usus kembali normal. Faktor lain yang dapat
menyebabkan kekurangan volume cairan dan elektrolit yaitu
terpasangnya NGT untuk kompresi dengan produksi cairan kehijauan.
Cairan ini tentunya akan dikeluarkan, maka pengeluaran cairan
lambung yang berlebihan akan mengganggu keseimbangan cairan dan
elektrolit. Hal ini didukung oleh pendapat Kozier, Erb, Berman, dan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
87
Universitas Indonesia
Snyder (2011) bahwa faktor resiko terjadinya kekurangan cairan dan
elektrolit melalui cairan gastrointestinal (muntah, diare, dan penarikan
cairan lambung).
Kasus ke-2, klien An. N dengan diagnosis medis morbus hirschsprung
post pull through. Pada klien tersebut dilakukan tindakan operasi
dengan prosedur duhanmel. Menurut Reksoprodjo, dkk (1995),
prosedur duhamel dengan cara penarikan kolon normal ke arah bawah
dan menganastomosiskannya di belakang usus aganglionik, membuat
dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon
normal yang telah ditarik. Akibat dari pembedahan tersebut, klien
beresiko terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Kekurangan volume
cairan dan elektrolit dapat disebabkan karena adanya penurunan
asupan dan kehilangan cairan sekunder akibat puasa post operasi.
Kasus ke-3 dan ke-4, klien anak V dan anak W sama-sama mengalami
penyakit atresia ani. Atresia ani merupakan kelainan kongenital
(bawaan) yang disebabkan karena pembentukan anus abnormal dan
sering disebut dengan imperforate anus, dimana anus tidak terbentuk,
lubang rektum buntu atau tidak ada lubang anus (Wong, Hockenberry,
Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2001). Pada kedua kasus tersebut,
klien sudah dilakukan operasi pembuatan kolostomi, operasi PSA
(Posterior Sagital Anoplasty) dan penutupan stoma. Akibat dari
operasi tutup stoma, klien sangat rentan dengan kehilangan cairan. Hal
ini disebabkan karena adanya penurunan asupan dan kehilangan cairan
sekunder akibat puasa post operasi.
Pada kasus ke-5 anak A dengan diagnosis medis peritonitis post
laparatomi eksplorasi dan reseksi anastomosis ileo ileal a.i suspek
tyhpoid. Menurut Manjoer (2002), tyhpus abdominalis merupakan
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
88
Universitas Indonesia
saluran pencernaan. Setelah kuman masuk melalui mulut, sebagian
kuman tersebut dimusnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk
kedalam usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak
menyerang villi usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran
darah (bakterimia primer) dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal,
hati, limpa dan organ lainnya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa
jaringan organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada
minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks pleyer, ini terjadi
karena pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi
nekrosis dan minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu
keempat terjadi penyembuhan ulkus. Ulkus yang dapat menyebabkan
perdarahan bahkan sampai perforasi.
Pada kasus anak A, untuk menghindari terjadinya perforasi yang
semakin meluas ke organ lain, maka harus dilakukan operasi segera.
Salah satu akibat dari pembedahan adalah klien beresiko kehilangan
cairan dan elektrolit. Kekurangan volume cairan dan elektrolit dapat
disebabkan karena adanya penurunan asupan dan kehilangan cairan
sekunder akibat puasa post operasi.
Model adaptasi Roy memandang bahwa setiap manusia pasti memiliki
potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus, baik stimulus
internal maupun eksternal. Kemampuan beradaptasi dalam
menghadapi stimulus dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia. Anak
yang mengalami pembedahan harus dilihat bagaimana pemenuhan
kebutuhan cairan post operasinnya, selain lingkungan, anak juga harus
mampu beradaptasi terhadap stimulus yang ada sebagai akibat dari
kondisi sakitnya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari model
adaptasi Roy, yaitu tercapainya adaptasi secara fisiologis, konsep diri,
peran dan interdependensi. Pada akhirnya anak diharapkan mampu
mempertahankan dan meningkatkan fungsinya serta dapat menopang
keberlangsungan hidupnya.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
89
Universitas Indonesia
Pengkajian berdasarkan model adaptasi Roy dilakukan secara
bertahap yaitu pengkajian tingkat pertama dan kedua. Pengkajian
tingkat pertama berfokus pada pengumpulan data terkait dengan
model adaptasi yang dialami klien atau mengidentifikasi respon
adaptif maupun maladaptif klien terhadap stressor berupa penyakit
yang diderita. Pengkajian yang dilakukan pada tahapan ini terdiri dari
perubahan fisiologis, konsep diri, funsi peran dan interdependensi.
Roy mengembangkan pengkajian perilaku fisiologis yang lengkap
yaitu mengkaji perilaku terkait dengan kemampuan oksigenasi, cairan
dan elektrolit, nutrisi, eliminasi, aktifitas dan istirahat, proteksi,
sensori, fungsi neurologi serta fungsi endokrin (Alligood & Tomey,
2010). Berdasarkan kelima kasus yang sudah dikelola maka residen
dapat menganalisa bahwa anak yang menjalani pembedahan mayor
dengan derajat resiko tinggi menimbulkan komplikasi, salah satunya
kehilangan cairan.
Menurut Alligood dan Tomey (2010) dalam model adaptasi Roy,
proses pengkajian terdiri dari perubahan fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi. Konsep diri dapat diidentifikasi
berdasarkan kemampuan koping terhadap perubahan fisik, harga diri,
citra tubuh, berduka dan kehilangan. Konsep diri merupakan perasaan
dan keyakinan yang dibedakan menjadi physical self dan personal
self. Hal yang dikaji dengan fungsi peran adalah kemampuan anak
dalam beradaptasi terhadap perubahan peran selama sakit. Sedangkan
pengkajian interdependensi dilakukan dengan mengkaji keterkaitan
hubungan antara keluarga dengan orang terdekat.
Pada pengkajian konsep diri, fungsi peran dan interdependensi
terdapat beberapa hal yang berbeda seperti usia klien, kondisi penyakit
dan ruang perawatan. Pada kasus yang dikelola oleh residen, rentang
usia klien terdiri dari usia bayi, toddler, usia sekolah. Pada kasus satu,
klien masuk pada tahap usia sekolah dimana konsep diri yang positif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
90
Universitas Indonesia
akan membuat anak merasa senang, berharga dan mampu memberikan
kontribusi dengan baik. Perasaan tersebut menyebabkan penghargaan
diri, kepercayaan diri dan perasaan bahagia secara umum. Perasaan
negatif akan menyebabkan keraguan terhadap diri sendiri (Wong,
Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2001). Sedangkan
pada kasus dua, klien merupakan bayi sehingga pengkajian konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi tidak dapat dinilai atau
diidentifikasi secara langsung. Pada kasus tiga sampai dengan lima,
klien merupakan anak usia toddler dimana konsep diri mulai
berkembang dan dapat dikaji.
Menurut Fawcett (2009) bahwa kondisi penyakit dan dirawat di rumah
sakit akan menyebabkan seorang anak mengalami gangguan fungsi
peran serta interdependensi. Fungsi peran menunjukkan perilaku yang
sesuai dengan harapan dimasyarakat, sedangkan interdependensi yaitu
kemandirian yang ditunjukkan dalam pengambilan keputusan dan
melakukan tindakan. Kasus yang dialami oleh klien terutama pada
usia sekolah, fungsi interdependensi masih dapat dilakukan oleh anak
khususnya dalam hal mengambil keputusan secara sederhana misalnya
menyetujui dilakukan tindakan invasif selama perawatan di rumah
sakit. Pada kasus anak untuk usia bayi dan toddler memiliki
kecenderungan tingkat ketergantungan yang tinggi terutama kepada
caregiver yaitu ibu. Kedua fungsi tersebut belum tercapai secara
optimal.
Pengkajian tahap kedua yaitu mengidentifikasi stimulus yang
menyebabkan gangguan. Stimulus yang diidentifikasi meliputi
stimulus fokal, konstektual, dan dan residual. Stimulus fokal adalah
stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang dan efeknya
segera. Stimulus fokal diartikan sebagai semua bentuk stimulus yang
secara langsung mempengaruhi manusia dan mengharuskan sistem
manusia berespon adaptif (Alligood & Tomey, 2010). Pada kasus
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
91
Universitas Indonesia
yang dikelola, stimulus fokal berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan cairan pada anak dengan post operasi. Tindakan
pembedahan yang dilakukan pada kasus tersebut antara lain
apendiksitis perforasi post operasi laparotomi apendiktomi, morbus
hirscrphrung dengan post operasi pull through, atresia ani post operasi
tutup stoma dan peritonitis post laparatomi eksplorasi dan reseksi
anastomosis ileo ileal a.i suspek perforasi thypoid. Menurut Potter dan
Perry (2006) bahwa prosedur pembedahan dapat menyebabkan
kehilangan darah dan cairan tubuh lain. Respon stres akibat
pembedahan memperburuk terjadinya ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
Stimulus kontektual pada pengkajian tahap kedua merupakan stimulus
yang berkontribusi atau yang mencetuskan perilaku terkait dengan
stimulus fokal. Stimulus konstektual juga dapat diartikan sebagai
stimulus lain yang dialami seseorang baik internal atau eksternal yang
mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur serta secara
subjektif dilaporkan. Faktor internal yang menjadi stimulus
kontekstual pada kasus satu sampai kelima yaitu disebabkan adanya
penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat
puasa post operasi atau adanya pembatasan oral (puasa 4-5 hari)
sekunder yang disebabkan oleh post operasi. Pada kasus kedua yakni
An. N memiliki riwayat penyakit keluarga berupa kromosom
pembawa gen kanker. Menurut Schwartz, Shires dan Spencer (2000)
bahwa faktor herediter sangat penting sebagai penyebab kanker.
Beberapa jenis kanker telah memberikan bukti-bukti yang
menunjukkan pentingnya peranan faktor-faktor genetik. Keluarga-
keluarga tertentu tampaknya mengalami penyakit keganasan dalam
insiden yang lebih tinggi.
Pada kasus ketiga (An. F) dan kasus keempat (An. W) memiliki
riwayat sejak tidak memiliki anus. Suriadi dan Yuliani (2006)
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
92
Universitas Indonesia
menjelaskan bahwa atresia ani adalah ketidaksempurnaan
perkembangan embrionik pada usus sehingga mengakibatkan
tertutupnya anus secara abnormal. Atresia ani merupakan kelainan
bawaan yang mengakibatkan malformasi kongenital sehingga rektum
tidak mempunyai lubang keluar. Sedangkan pengkajian stimulus
residual adalah dengan menggali keyakinan, nilai-nilai, pengalaman
dan sikap terhadap kondisi yang dihadapi, dan mekanisme koping
yang digunakan untuk dapat beradaptasi terhadap kehilangan,
misalnya dengan meminta bantuan kepada perawat yang merawatnya
atau keluarga serta orang yang berada disekitarnya atau berpasrah diri
kepada Tuhan.
4.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan telah ditetapkan berdasarkan pada pengkajian
perilaku dan stimulus sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Roy dan Andrew (1991) dalam Alligod dan Tomey (2010), bahwa
penetapan diagnosa keperawatan dilakukan dengan cara
menghubungkan antara perilaku (behavior) dengan stimulus yang telah
dilaksanakan pada tahap pengkajian.
Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi pada kelima kasus klien
secara umum adalah 1) resiko kekurangan volume cairan, 2) nyeri, 3)
resiko ketidakseimbangan volume cairan, 4) risiko tinggi gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 5) resiko kerusakan
keutuhan integritas kulit, 6) resiko penyebaran infeksi, dan 7)
intoleransi aktivitas.
Diagnosa keperawatan utama yang dialami kelima klien diatas adalah
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan post operasi adalah resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan oral (puasa
4-5 hari) sekunder yang disebabkan oleh post operasi. Selama
perawatan seluruh klien kelolaan dari kelima kasus tersebut mengalami
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
93
Universitas Indonesia
resiko kekurangan volume cairan. Kondisi ini ditunjukkan dengan klien
post operasi,dipuasakn 4-5 hari setelah post operasi, turgor kulit elastis,
mukosa bibir kering, klien rewel dan menyatakan haus, balance cairan.
Menurut NANDA (2009) bahwa kekurangan volume cairan adalah
penurunan cairan intravaskuler, intertisial, dan atau intraseluler. Hal ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada
natrium. Menurut Potter dan Perry (2006) mengatakan bahwa klien
bedah sangat rentan mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
akibat asupan cairan preoperatif yang tidak adekuat atau banyaknya
kehilangan cairan selama pembedahan.
4.1.3 Penetapan tujuan
Asuhan keperawatan pada klien telah menetapkan beberapa tujuan
keperawatan. Tujuan keperawatan disesuaikan dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditetapkan. Penetapan tujuan keperawatan
diartikan sebagai pembuatan pernyataan yang jelas dari keluaran
perilaku (behavior outcomes) dari pelayanan keperawatan. Menurut
Alligood dan Tomey (2010) menyatakan bahwa secara umum tujuan
pada intervensi keperawatan yaitu untuk mempertahankan dan
mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi
adaptif.
Residen setelah mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul, maka
membuat rencana intervensi untuk merubah perilaku yang tidak efektif
menjadi perilaku yang adaptif, selain itu juga untuk mempertahankan
dan mempertinggi perilaku adaptif. Model Adaptasi Roy, tidak
menjelaskan secara rinci bentuk intervensi yang direncanakan untuk
mencapai perilaku adaptif pada setiap modenya, sehingga untuk
intervensi residen menggabungkan berbagai buku keperawatan yang
ada. Intervensi keperawatan memfokuskan pada cara untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
94
Universitas Indonesia
Proses didalam menyusun rencana intervensi untuk mencapai tujuan,
residen membuat prioritas dari masalah keperawatan yang telah
ditetapkan. Penetapan prioritas masalah keperawatan pada kelima kasus
terpilih, residen menyusun berdasarkan prioritas kesehatan pasien,
dengan tujuan untuk meningkatkan kerja sama klien. Hal ini juga sesuai
dengan konsep Model Adaptasi Roy, untuk merubah perilaku yang
tidak efektif menjadi perilaku yang adaptif.
Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada kelima klien adalah
memperbaiki perilaku yang tidak efektif menjadi adaptif seperti monitor
tanda-tanda vital, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan
intravena sesuai terapi, monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,
membran mukosa, rasa haus), observasi abdomen klien terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar, monitor intake dan
output klien, awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan
waktu pembekuan.
4.1.4 Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan mengubah atau
memanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual, juga
difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi sehingga seluruh
rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk beradaptasi.
Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku
adaptif, hal ini lebih ditekankan mengidentifikasi penyebab masalah
selama pengkajian tahap dua (Roy, 1984; dalam Alligood & Tomay,
2010).
Pada kasus yang dikelola oleh residen dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan post operasi, teridentifikasi bahwa kasus 5 (An. A)
masih resiko mengalami dehidrasi. Hal ini disebabkan karena adanya
penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat
puasa post operasi atau adanya pembatasan oral (puasa 4-5 hari)
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
95
Universitas Indonesia
sekunder setelah post operasi. Data lain klien pada tanggal 23 Maret
2012 sebelum dilakukan tindakan operasi klien mengalami dehidrasi
ringan sedang e.c intake sulit, sehingga klien diberikan rehidrasi untuk
maintanance pada saat pembedahan. Menurut Potts dan Mandleco
(2007), dehidrasi adalah suatu kondisi kritis yang merupakan hasil dari
suatu kondisi kehilangan cairan ekstraseluler. Karena sebagian besar
cairan tubuh anak berada dalam ruang ekstraseluler dibandingkan
dengan orang dewasa. Pemeliharaan kebutuhan cairan rumatan pada
klien anak A selama 24 jam adalah 1000 ml+50 ml/kg lebih dari 10 kg
=1250 ml/24jam.
Tindakan keperawatan yang diberikan pada lima kasus terpilih memiliki
variasi tindakan yang disesuaikan dengan kondisi pasien tersebut.
Tindakan keperawatan pada lima kasus klien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan post operasi hampir sama yaitu
memonitor tanda-tanda vital, berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian cairan intravena sesuai terapi, memonitor tanda-tanda
dehidrasi (turgor kulit, membran mukosa, rasa haus), mengobservasi
abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar,
memonitor intake dan output klien, mengawasi nilai laboratorium,
seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh residen, melibatkan peran
serta keluarga dalam memberikan dukungan kepada klien dalam
mencapai kesehatan dan kesejahteraan anak serta semua anggota
keluarga. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan
perawatan yang terapeutik, dimana dapat diberikan kepada anak dan
keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan
keperawatan yang diberikan seperti memperhatikan dampak psikologis
dari tindakan keperawatan yang diberikan dengan melihat prosedur
tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma.
Konsep Family-Centered Care adalah pendekatan asuhan kesehatan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
96
Universitas Indonesia
yang melibatkan kebijakan kesehatan, program perawatan, desain
fasilitas, interaksi setiap saat antara klien, keluarga, dokter dan tenaga
kesehatan yang lain. Keluarga adalah sumber kekuatan dan pendukung
bagi anak.
Pada saat pelaksanaan intervensi dan implementasi keperawatan,
kendala yang ditemukan oleh residen khususnya masalah pemenuhan
kebutuhan cairan post operasi yaitu kurangnya pemahaman residen
yang mendalam terkait dengan perhitungan cairan. Upaya yang
dilakukan oleh residen untuk mengatasi hal tersebut maka residen
melakukan tindakan kolaborasi dengan dokter dan berdiskusi dengan
pembimbing klinik yang berada di ruangan. Selain itu residen juga
berusaha untuk melakukan studi literatur berkaitan dengan
pemeliharaan kebutuhan cairan.
Menurut Alligood dan Tomey (2010) elemen proses keperawatan yang
dijelaskan dalam model adaptasi Roy terdiri dari pengkajian (perilaku
dan stimulus), diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan, menetapkan
intervensi dan evaluasi hasil. Sedangkan Implementasi keperawatan
dilakukan berdasarkan perencanaan baik yang sifatnya mandiri atau
kolaborasi. Pada model adaptasi Roy, komponen implementasi tidak
dijelaskan secara detail. Berdasarkan hal tersebut, apabila dianalisis
lebih lanjut bahwa dalam proses asuhan keperawatan tahap
implementasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Potter dan
Perry (2006) menjelaskan lebih lanjut bahwa implementasi merupakan
komponen dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan yang diselesaikan.
4.1.5 Evaluasi
Tahap akhir dari proses keperawatan menurut Roy adalah evaluasi.
Evaluasi merupakan penilaian terhadap intervensi keperawatan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
97
Universitas Indonesia
sehubungan dengan tingkah laku klien, yang dievaluasi oleh perawat
setelah implementasi keperawatan. Intervensi keperawatan dinilai
efektif jika tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
(Roy, 1984; dalam Alligood & Tomey, 2010). Untuk dapat menetapkan
suatu intervensi keperawatan efektif atau tidak maka perawat harus
melakukan pengkajian perilaku berkaitan dengan manejemen stimulus
pada intervensi keperawatan tersebut.
Evaluasi keperawatan pada kelima kasus dengan masalah pemenuhan
kebutuhan cairan post operasi dengan mengkaji subsistem regulator dan
kognator terhadap perilaku dalam bentuk catatan perkembangan,
didapatkan hasil perilaku regulator yang menunjukkan perilaku adaptif
yaitu tanda–tanda vital dalam batas normal, keadaan umum baik, klien
tidak rewel, tanda–tanda dehidrasi (turgor kulit elastis, membran
mukosa basah, rasa haus tidak ada), anak mendapatkan cukup cairan.
4.2 Praktik Ners Spesialis Anak dalam Pencapaian Target
Ners Spesialis Anak merupakan jenjang pendidikan profesi yang ditempuh
setelah program magister peminatan keperawatan anak. Selama menjalani
praktik residensi, target kompetensi yang harus dicapai berfokus pada
kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
Peran sebagai pemberi asuhan dilakukan berdasarkan kemampuan
pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang sangat menunjang terhadap
kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Proses asuhan keperawatan yang
dilakukan melalui proses pengkajian, mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
membuat perencanaan, melakukan tindakan dan evaluasi serta melibatkan
peran serta klien maupun keluarga.
Selama menjalani praktik Ners Spesialis Anak, residen mendapatkan banyak
pengalaman berharga khususnya dalam mengaplikasikan konsep teori serta
melatih keterampilan yang berkaitan dengan praktik keperawatan anak.
Dukungan serta kesempatan yang diperoleh residen, memberikan pengalaman
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
98
Universitas Indonesia
secara nyata dalam melakuakan asuhan keperawatan kepada klien dan
keluarga. Sumber pendukung yang dirasakan oleh residen selama menjalani
program Ners Spesialis anak berasal dari berbagai pihak antara lain
supervisor, pembimbing klinik, perawat ruangan, rekan sesama residen,
mahasiswa profesi ners serta tim kesehatan lain yang ada di lahan praktik
(dokter spesialis, petugas laboratorium, petugas farmasi dan petugas gizi).
Tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh residen berdasarkan
pendekatan teori maupun evidance based practice melalui hasil studi literatur.
Kemampuan dalam menganalisis hasil penelitian yang dipublikasi melalui
jurnal memberikan pemahaman terhadap pengembangan ilmu keperawatan
terkini khususnya dalam konteks keperawatan anak. Asuhan keperawatan
yang tepat bagi klien dan keluarga menunjukkan kompetensi seorang Ners
Spesialis Anak yang profesional.
Proses bimbingan dan arahan yang diberikan oleh supervisor maupun
pembimbing praktik lapangan dinilai sangat bermanfaat terhadap proses
pembelajaran. Bimbingan yang lakukan melalui diskusi membantu residen
dalam memberikan pengetahuan yang mendalam terhadap pemahaman
keterkaitan antara teori keperawatan dengan kondisi nyata di lapangan. Kasus
yang ditemukan di rumah sakit sangat bervariatif sehingga sangat mendukung
dalam pencapaian target kompetensi Ners Spesialis Anak dalam hal
pemberian asuhan keperawatan.
Proyek inovasi yang dikembangkan oleh residen ketika menjalani praktik di
ruang widuri RSAB Harapan Kita mendapatkan respon yang baik dari pihak
rumah sakit. Keterlibatan perawat ruangan terhadap kegiatan yang
dilaksanakan sangat membantu dalam proses terlaksananya kegiatan inovasi.
Fasilitas rumah sakit dan kebijakan yang menunjang juga memberikan
kontribusi langsung terhadap peningkatan pelayanan asuhan keperawatan
yang berkualitas.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
99
Universitas Indonesia
Berdasarakan hasil evaluasi secara keseluruhan proses kegiatan residensi
Ners Spesialis Keperawatan Anak, target kompetensi yang harus dicapai
relatif terlaksana sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, residen masih
merasa perlu meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan melalui
eksplorasi jurnal ilmiah, pelatihan dan praktek lapangan. Adapun kendala
yang dihadapi pada saat melaksanakan praktik residensi adalah tempat atau
lahan yang digunakan berbeda. Hal ini berpengaruh terhadap prosedur
perawatan dan iklim kerja antar rumah sakit yang mempunyai kebijakan
sendiri-sendiri. Kendala lain yang didapatkan adalah pada saat melakukan
proyek inovasi. Residen mengalami kesulitan dalam melakukan koordinasi
untuk semua perawat yang ada, kesulitan tersebut terkait dengan tugas yang
ada di ruangan. Untuk mengatasi hal tersebut maka residen melakukan
pendekatan secara personal guna mensosialisasikan pelaksanaan proyek
inovasi tersebut.
Harapan residen setelah mengikuti program Ners Spesialis Anak adalah
mampu berperan sebagai perawat yang berkompeten dalam melakukan
asuhan keperawatan secara langsung kepada klien dan keluarga. Selain itu
diharapkan residen mampu menjadi role model dan agen pembaharu.
Kemampuan residen dengan ilmu yang dimiliki, serta dukungan dari peran
serta perawat ruangan yang kooperatif menjadi peluang untuk meningkatkan
mutu dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
100
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas simpulan dari penyusunan karya ilmiah akhir beserta
saran bagi pihak terkait yang berhubungan dengan praktik Ners Spesialis Anak.
5.1 Simpulan
5.1.1 Integrasi model adaptasi Roy dalam proses keperawatan pada anak
dengan pemenuhan kebutuhan cairan tidak hanya berfokus pada aspek
fisik tetapi juga memandang aspek psikologis sebagai bagian yang
tidak terpisahkan. Model adaptasi Roy dapat digunakan untuk
membantu klien mampu beradaptasi terhadap pemenuhan kebutuhan
fisiologis khususnya pemenuhan kebutuhan cairan post operasi. Hal
ini dibuktikan dengan dapat diterapkannya model adaptasi Roy dalam
proses asuhan keperawatan selama melakukan praktik residensi.
5.1.2 Peran perawat selama praktik residensi sebagai Ners Spesialis
Keperawatan Anak terdiri dari kemampuan dalam memberikan asuhan
keperawatan, berperan sebagai pendidik, menjadi manager/pemimpin
serta mampu sebagai peniliti. Kompetensi yang didapatkan
memberikan gambaran secara jelas dan nyata didalam menerapkan
asuhan keperawatan pada klien anak dengan pemenuhan kebutuhan
cairan post operasi. Kemampuan yang sudah dicapai menjadi
pengetahuan yang lebih luas tidak hanya sebatas konsep teori tetapi
juga pengalaman nyata dalam mengaplikasikan secara langsung di
lapangan. Perawat juga dituntut untuk dapat mengidentifikasi masalah
secara tepat serta melakukan tindakan keperawatan secara mandiri
maupun kolaborasi.
5.1.3 Penerapan proses asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan model adaptasi Roy pada anak dengan pemenuhan
kebutuhan cairan memberikan hasil yang nyata. Model adaptasi Roy
merupakan model dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
101
seorang individu mampu meningkatkan kesehatannya dalam rentang
respon adaptif. Masalah pemenuhan cairan pada anak dengan post
operasi memerlukan bentuk pendekatan yang spesifik dan
komprehensif. Asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan
model adaptasi Roy mampu membantu klien untuk dapat beradaptasi
secara biologis maupun psikologis. Kemampuan adaptasi sendiri
dipengaruhi oleh stimulus lingkungan yang terdiri dari stimulus fokal,
kontekstual dan residual. Keberhasilan dalam pengelolaan kasus
selama praktik residensi secara tidak langsung menunjukkan
kemampuan residen sebagai Ners Spesialis anak dalam mengkaitkan
model keperawatan dengan proses asuhan keperawatan.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan hasil karya ilmiah akhir, ada beberapa hal yang dapat
disarankan kepada pihak-pihak terkait dalam rangka meningkatkan asuhan
keperawatan anak, antara lain :
5.2.1 Ners Spesialis Anak
Meningkatkan kompetensi yang sudah didapat selama praktik
residensi terutama dalam hal pemberiaan asuhan keperawatan
berdasarkan pendekatan model keperawatan. Hal tersebut dinilai
penting sebagai bentuk pengembangan pembelajaran diri maupun
profesionalisme.
5.2.2 Program Pendidikan Ners Spesialis Anak
Melanjutkan kerjasama dengan area praktik mahasiswa sekaligus
melakukan sosialisasi tentang penerapan asuhan keperawatan yang
terintegrasi dengan pengembangan teori atau model konseptual
keperawatan. Selain itu, pihak pendidikan diharapkan mampu
memfasilitasi calon Ners Spesialis Anak secara optimal untuk lebih
siap dalam melakukan praktik asuhan keperawatan secara mandiri
serta mampu melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
102
5.2.3 Institusi Pelayanan Kesehatan
Mendukung adanya penerapan pelayanan asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan berfokus pada tumbuh kembang anak, sikap
empati perawat, atraumatic care, family centered care sebagai bagian
yang tidak terpisahkan. Intitusi pelayanan kesehatan juga diharapkan
dapat menindaklanjuti terhadap hasil dari kegiatan praktik residensi
terutama dalam program inovasi. Dukungan unsur pimpinan dalam
pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap berbagai kebijakan
terkait dengan hasil kegiatan inovasi yang sudah dilaksanakan.
Kebijakan tersebut berkaitan dengan penyusunan standar operasional
prosedur (SOP) dan melakukan monitoring evalusi kegiatan di
ruangan.
5.2.4 Klien dan Keluarga
Klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan cairan post operasi
diharapkan mampu mempertahankan hasil proses asuhan keperawatan
yang telah dicapai terutama dalam mengantisipasi terjadinya
dehidrasi. Keluarga sebagai sumber pendukung bagi klien, diharapkan
mampu meningkatkan keterampilan yang sudah diajarkan dalam
rangkan mempertahankan kondisi kesehatan tetap optimal dan
senantiasa terjaga dengan baik.
5.2.5 Riset Keperawatan
Studi kualitatif tentang pengalaman orang tua dalam merawat anak
post operasi dengan masalah pemenuhan kebutuhan cairan sangat
diperlukan.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Alligood, M. R & Tomey, A. M. (2010). Nursing theorists and their work. (7th ed). Missouri: Mosby-Year Book Inc.
Arhana, B. N. P., Utama, M. G. D. L & Gustawan, I. Y. (2011). Pedoman
pelayanan medis kesehatan anak. Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP. Sanglah Denpasar Bali.
Autralian Confederation of Paediatric & Child Health Nurses. (2006).
Competencies for the specialist paediatric and child health nurse. Barash, P. G., Cullen, B. F & Stoelting, R. K. (2006). Handbook of clinical
anesthesia. (5th ed). Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins. Fawcett, J. (2009). Using the Roy adaptation model to guide research and/or
practice: Contruction of conceptual-theoretical-empirical system of knowledge. Aquichan. 9, 297-306.
Gruendemann, B. J & Fernsebner, B. (2006). Buku ajar: Keperawatan
perioperatif. Volume 1. Alih bahasa: Brahm U. Pendit, dkk. EGC: Jakarta. Hockenberry, J. M & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infants and
children. (8th ed). Canada: Mosby Company. International Council of Nurses. (2009). ICN framework of competencies for the
nurse specialist. Isselbacher, K. J., Braunwald, E., Wilson, J. D & Martin, J. B. (2000). Harrison
prinsip-prinsip ilmu peyakit dalam. Edisi 13. Volume 4. Editor edisi bahasa Indonesia: Ahmad H. Asdie. Jakarta: EGC.
Kaswiyan, U. (2000). Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan
Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran/ RS. Hasan Sadikin Bandung.
Kozier, B., Erb, B., Berman, A & Synder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan: Konsep, proses, dan praktik. Edisi 7. Volume 2. Alih bahasa: Pamilih Eko Karyuni dkk. Jakarta: EGC.
Leksana, E. (2004). Terapi cairan dan elektrolit. Bagian Anestesi dan Terapi
Intensif fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Mansjoer, A. (2002). Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
Merenstein, G. B., Kaplan, D. W & Resenberg, A. A. (2002). Buku penanganan pediatri. Jakarta: EGC.
Mutaqqin, A & Sari, K. (2011). Gangguan gastrointestinal: Aplikasi asuhan
keperawatan medikal bedah. Jakarta: Salemba Medika. Pandey, C. K & Singh, R. B. (2003). Fluid and electrolyte disorder. Indian
Journal of Anaesthesia. 47 (5), 380-387. Potter, P. A & Perry, A. G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,
proses dan praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih bahasa: Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC.
Potts, N. L & Mandleco, B. L. (2007). Pediatric nursing: Caring for children and
their families. (2th ed). Clifton Park, NY: Thomson Delmar Learning. Price, S. A & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6. Volume 2. Alih bahasa: Peter Anugerah. Jakarta: EGC. Roy, Sr. C. (2009). The Roy adaptation model. (3th
ed). Upper Saddle River, NJ: Pearson.
Roy, Sr. C & Andrews, H. A. (1999). The Roy adaptation model: The definitive
statement. Norwalk, CT: Applenton & Lange. Reksoprodjo, dkk. (1995). Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Binarupa
Aksara. Saleeba, A. (2008). The importance of family centered care in pediatric nursing,
family. http://www.aap.org/profed/ID.pdf, diperoleh tanggal 5 April 2012. Schwartz, S. I., Shires, G. T & Spencer, F. C. (2000). Intisari prinsip-prinsip ilmu
bedah. Alih bahasa: Laniyati, dkk. Jakarta: EGC. Soedarmo, S. S. P., Garna, H., Hadinegoro, S. R. S & Satari, H. I. (2012). Buku
ajar infeksi & pediatri tropis. Edisi 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC. Suriadi & Yuliani, R. (2006). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto. Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 1. Alih bahasa: Agung Waluyo, dkk. Jakarta: EGC.
Sunatrio, S. (2000). Resusitasi cairan. Jakarta: Media Aesculapius.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
Rampengan, T. H. (2008). Penyakit infeksi tropik pada anak. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Taylor, C. M & Ralp., S. P. (2011). Diagnosis keperawatan: Dengan rencana
asuhan. Edisi 10. Alih bahasa; Eny Meiliya. Jakarta: EGC. Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, D & Schwartz, P.
(2001). Wong’s essentials of pediatric nursing. Volume 1. (6th ed). St. Louis: Mosby-Year Book Inc.
Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, D & Schwartz, P.
(2001). Wong’s essentials of pediatric nursing. Volume 2. (6th ed). T. Louis: Mosby-Year Book Inc.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
1
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
2
LAPORAN PROYEK INOVASI
MEMBANGUN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
YANG HOLISTIK MELALUI OPTIMALISASI PROGRAM
BERMAIN TERAPEUTIK DI RUANG WIDURI
RSAB HARAPAN KITA JAKARTA
Oleh: Ns. SULISTIYAWATI, M. Kep
NPM.080648371
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2012
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Anak adalah individu yang unik dan memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda
satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembangnya. Kebutuhan tersebut
dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti oksigenasi, nutrisi dan cairan, eliminasi,
istirahat tidur dan lain – lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut, sebagai individu
anak juga membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dapat
terlihat pada tahap usia tumbuh kembangnya. Anak adalah individu yang berusia 0–
18 tahun dipandang sebagai individu yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh
dan berkembang. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, melainkan individu yang
sedang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang
spesifik. Sepanjang rentang sehat sakit, anak membutuhkan bantuan perawat baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga tumbuh kembangnya dapat
berjalan terus (Supartini, 2004).
Anak merupakan generasi penerus bangsa, kondisi sehat dan sakit anak merupakan
kondisi yang komplek dari faktor lingkungan, keluarga, sosial, ekonomi dan
budaya. Kualitas hidup anak akan tercapai apabila kesejahteraan seorang anak
terjamin. Kesejahteraan anak sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, pola asuh, pola
penyakit, lingkungan dan pelayanan kesehatan yang didapatkan. Pelayanan
kesehatan yang diberikan pada anak yang sakit dapat berupa pengobatan dan
perawatan, Salah satunya adalah hospitalisasi atau yang dikenal dengan perawatan
anak di rumah sakit. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan
tertentu mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Anak yang mengalami kondisi
hospitalisasi akan menimbulkan stress karena pada kondisi hospitalisasi anak
menemukan lingkungan yang baru, cemas karena berpisah dengan orang tua, dan
orang yang dicintai, ketakutan karena ketidaktahuan, perasaan tidak nyaman karena
nyeri, dan prosedur yang menyakitkan. Hockenberry dan Wilson (2007).
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
4
Perawat dan keluarga dibutuhkan peranannya dalam mengatasi respon hospitalisasi
ini sehingga mendukung proses pengobatan dan perawatan anak selama menjalani
hospitalisasi. Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan bagi
anak dan keluarga guna mengurangi respon stress anak terhadap hospitalisasi.
Intervensi untuk meminimalkan respon stress terhadap hospitalisasi menurut
Hockenberry dan Wilson (2007), dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
meminimalkan pengaruh perpisahan, meminimalkan kehilangan kontrol dan
otonomi, mencegah atau meminimalkan cidera fisik, mempertahankan aktivitas
yang menunjang perkembangan, menggunakan bermain, memaksimalkan manfaat
hospitalisasi anak, mendukung anggota keluarga, mempersiapkan anak untuk
dirawat di rumah sakit.
Profesi kesehatan dapat menggunakan bermain untuk membantu menurunkan
kecemasan anak, sebagaimana disebutkan oleh Ron (1993) bahwa bermain dapat
digunakan sebagai alat untuk mengurangi stress dan kecemasan yang
berhubungan dengan hospitalisasi. Bermain yang dimaksud di sini adalah
permainan terapeutik (therapeutic play). Permainan terapeutik adalah upaya
melanjutkan perkembangan normal yang memungkinkan anak berespon lebih
efektif terhadap situasi yang sulit seperti pengalaman pengobatan. Sifat permainan
terapeutik merupakan permainan bentuk yang kecil, berfokus pada bermain sebagai
mekanisme perkembangan dan peristiwa yang kritis seperti hospitalisasi.
Permainan terapeutik ini terdiri dari aktivitas-aktivitas yang tergantung dengan
kebutuhan perkembangan anak maupun lingkungan, dan dapat disampaikan dalam
berbagai bentuk yang diantaranya adalah pertunjukan wayang interaktif, seni
ekspresi atau kreatif, permainan wayang atau boneka dan lain-lain permainan yang
berorientasi pengobatan (Koller, 2008).
Bermain merupakan aktivitas yang dapat dilakukan anak sebagai upaya stimulasi
pertumbuhan dan perkembangannya dan bermain pada anak di rumah sakit menjadi
media bagi anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak nyaman. Penelitian
tentang manfaat dari pelaksanaan permainan terapeutik banyak dilakukan
diantaranya oleh Rae, et al. (1989), Ron (1993), William, Lopez, dan Lee (2004),
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
5
dan Koller (2008). Hasil yang didapat dari penelitian-penelitian ini yaitu permainan
terapeutik dapat menurunkan ketakutan terhadap rumah sakit pada anak yang
dirawat dengan penyakit akut (Rae, et al, 1989), merupakan faktor utama untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan dapat digunakan sebagai terapi
untuk membantu anak menghadapi stress lingkungan ketika dirawat (Ron, 1993),
dan menurunkan kecemasan secara signifikan pada pre dan post operasi (William,
Lopez, & Lee, 2004). Sementara itu Koller (2008b) mengidentifikasi bahwa
permainan terapeutik dapat menurunkan stress fisiologis dan psikologis.
Konsep bermain merupakan bagian penting dalam keperawatan. Pelaksanaan
permainan terapeutik untuk anak di rumah sakit dilakukan oleh perawat dan tidak
membutuhkan tenaga spesialis untuk melakukannya. Sebagaimana disebutkan pula
dalam penelitian Ron (1993), bahwa beberapa rumah sakit United Kingdom (UK)
tidak mempekerjakan tenaga spesialis untuk melakukan permainan dan perawat
anak mampu melaksanakan peran penting tersebut.
Ruang Widuri adalah salah satu ruang rawat inap di RSAB Harapan Kita yang
merupakan ruang perawatan anak dengan kasus bedah baik dengan kondisi pre
operatif maupun post operatif, dimana kondisi kecemasan atau stress pada anak
akan terjadi. Hasil observasi dan wawancara didapatkan bahwa ruang perawatan
anak Widuri telah memiliki ruangan bermain dengan sejumlah alat permainan,
namun pelaksanaannya belum terlaksana secara optimal, pelaksanaanya hanya
dilakukan oleh mahasiswa yang berpraktik). Berdasarkan hasil wawancara juga
didapatkan data bahwa kendala dalam pelaksanaan bermain pada anak adalah
penanggung jawab ruang bermain tidak ada dan bermain belum merupakan bagian
dari intervensi pada pasien.
Berdasarkan latar belakang diatas maka mahasiswa program residensi mencoba
membuat proyek inovasi di ruang perawatan Widuri Harapan Kita Jakarta untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan anak salah satunya adalah dengan
melakukan pendekatan yang tepat kepada anak dengan teknik bermain selama
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan kondisi pre dan post operasi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
6
yang dapat dilakukan oleh perawat yang bertugas di ruangan. dengan tema
“Membangun Keperawatan Perioperatif yang Holistik melalui Optimalisasi
Program Bermain Terapeutik”.
2. TUJUAN
2.1 Tujuan Umum
Mengoptimalkan program bermain terapeutik di ruang perawatan Widuri
RSAB Harapan Kita Jakarta.
2.2 Tujuan Khusus
2.2.1 Menambah pemahaman perawat mengenai dampak hospitalisasi dan
permainan terapeutik
2.2.2 Tersedianya prosedur penggunaan ruangan bermain (tata tertib, jadwal
dan SOP bermain terapeutik).
2.2.3 Terlaksananya program bermain terapeutik.
2.2.4 Mengoptimalkan sarana bermain yang sudah dimiliki ruang Widuri
RSAB Harapan Kita Jakarta.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Hospitalisasi
1. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah (Supartini, 2004).
Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian
yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat
traumatik dan penuh dengan stres. Pendapat lain yang serupa dari beberapa
literatur menyebutkan bahwa hospitalisasi merupakan suatu proses yang
menyebabkan seorang anak dirawat di rumah sakit, apakah secara terencana,
akibat kegawatan atau trauma, dimana kondisi ini membuat anak-anak pada
semua usia dan keluarganya mengalami stress dan melakukan proses adaptasi
terhadap lingkungan yang baru (Ball & Bindler, 2003; Gunarsa, 1992;
Hockenberry & Wilson, 2007).
2. Stressor dan Respon Anak terhadap Hospitalisasi
Anak mengalami kerentanan terhadap krisis dari penyakit dan hospitalisasi,
dimana hal ini menurut Hockenberry dan Wilson (2007), disebabkan karena :
a. Stress adanya perubahan status kesehatan dan perubahan lingkungan rutin.
b. Anak-anak memiliki sejumlah keterbatasan terhadap koping mekanisme
untuk mengatasi stress.
3. Manfaat Hospitalisasi
Hospitalisasi dapat menyebabkan stress pada anak, tetapi juga bermanfaat untuk
menyembuhkan anak dari sakit (Hockenberry & Wilson, 2007). Manfaat lain
dari hospitalisasi bagi anak menurut Hockenberry dan Wilson (2007) adalah
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengatasi stress dan merasa
kompeten dalam menghadapi kondisi tersebut, dan lingkungan rumah sakit juga
menyediakan pengalaman sosialisasi baru bagi anak-anak yang dapat
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
8
memperluas hubungan interpersonal. Manfaat psikologis selain diperoleh anak
juga diperoleh keluarga sebagaimana disebutkan oleh Kirkby dan Whelan (1996,
dalam Hockenberry & Wilson, 2007, hlm. 1066) bahwa pada beberapa keluarga
yang mengalami stress akibat anak yang sakit, hospitalisasi atau kedua-duanya
dapat memperkuat perilaku koping keluarga dan memunculkan strategi koping
baru. Manfaat psikologis ini menurut Hockenberry & Wilson (2007) perlu
ditingkatkan dengan melakukan berbagai cara, diantaranya adalah :
a. Membantu mengembangkan hubungan orang tua dengan anak
Krisis akibat sakit atau hospitalisasi dapat menyadarkan orangtua lebih
cepat terhadap kebutuhan anak. Rumah sakit memberikan kesempatan
kepada orangtua untuk mempelajari lebih banyak tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak dan orangtua dibantu untuk memahami anak- anak
bereaksi terhadap stress, seperti regresi dan agresi. Orangtua tidak hanya
lebih baik dalam mendukung anak untuk siap menghadapi pengalaman di
rumah sakit, tetapi juga memperoleh pengertian bagaimana mendampingi
anak setelah pemulangan, dan dapat mengoreksi dirinya tentang praktek
pengasuhan yang telah dilakukan selama ini.
b. Menyediakan kesempatan belajar
Sakit dan hospitalisasi menyediakan kesempatan yang baik untuk anak dan
anggota keluarga yang lain untuk belajar tentang tubuh mereka dan profesi
kesehatan. Anak dapat belajar tentang penyakit, dan orangtua dapat belajar
tentang kebutuhan anak untuk kemandirian, kenormalan, pendekatan
keterbatasan, serta anak dan orangtua dapat menemukan support sistem yang
baru dari staf rumah sakit. Penyakit dan hospitalisasi juga dapat membantu
anak-anak yang lebih besar dalam memilih pekerjaan. Anak-anak sering
memiliki kesan terhadap dokter dan perawat yang negatif atau positif
sehingga pengalaman yang berbeda terhadap profesional kesehatan tersebut
dapat mempengaruhi keputusan pemilihan bekerja dalam bidang kesehatan.
c. Meningkatkan penguasaan diri (self-mastery)
Pengalaman krisis seperti penyakit atau hospitalisasi dapat mensukseskan
dan mematangkan koping anak, sehingga kondisi ini dapat memberikan
kesempatan untuk meningkatkan penguasaan diri anak. Pada anak-anak
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
9
yang lebih muda memiliki kesempatan melakukan pengujian terhadap fantasi
dan ketakutan yang realitas. Mereka akan menyadari bahwa pada
kenyataannya mereka tidak ditinggalkan, dimutilasi, atau dihabisi, tetapi
pada kenyataannya mereka dicintai, dirawat, dan diobati dengan penuh
perhatian. Pada anak-anak yang lebih tua, hospitalisasi dapat memberikan
kesempatan dalam pengambilan keputusan, kemandirian, dan kepercayaan
diri. Mereka bangga memiliki pengalaman hidup dan dapat merasa diri
terhormat akan kemampuan yang mereka miliki. Perawat dapat
memfasilitasi seperti perasaan bahwa anak berkuasa atas dirinya sendiri
dengan menekankan pada aspek kemampuan diri anak dan tidak terlalu
menekankan ketidak koopratif atau perilaku negatif anak lainnya.
d. Menyediakan lingkungan sosialisasi
Hospitalisasi dapat menawarkan kesempatan kepada anak-anak untuk
penerimaan sosial. Anak-anak yang mungkin mengalami gangguan secara
fisik dan berbeda dalam beberapa hal dari anak seusianya mungkin akan
menemukan kelompok sosial yang menerima mereka. Kondisi ini,
bagaimanapun tidak sepontan terjadi, perawat dapat membentuk lingkungan
untuk mendukung kelompok anak-anak, sehingga dapat menolong anak
memperoleh teman baru dan belajar lebih tentang mereka. Perawat juga
membantu membentuk hubungan dengan anggota tim kesehatan yang
signifikan, seperti dokter, perawat, spesialis child life, atau pekerja sosial,
sehingga dapat mempertinggi penyesuaian diri anak pada beberapa area
kehidupan. Orangtua juga dapat menemukan kelompok sosial yang baru
yang memiliki masalah yang sama. Mereka menemukan bagimana rumah
sakit atau klinik dan mendiskusikan penyakit dan penatalaksanaan anak-
anak mereka. Perawat dapat mendorong kelompok sosial ini untuk
berdiskusi bersama-sama tentang keprihatinan dan perasaan mereka, serta
mendorong orangtua untuk membantu dan mendukung kesembuhan
anaknya.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
10
4. Dampak Hospitalisasi pada Anak
Pengaruh perawatan anak pada perkembangan anak tergantung pada sejumlah
faktor yang saling berhubungan, diantaranya adalah sifat-sifat anak, keadaan
perawatan, dan keluarga. Perawatan anak yang berkualitas tinggi dapat
mempengaruhi perkembangan intelektual anak dengan baik terutama pada
anak-anak dari populasi yang kurang beruntung (mengalami sakit dan dirawat di
rumah sakit) (Behrman, Kliegman, & Arvin, 2000). Pada anak yang sakit
dirawat di rumah sakit akan menemukan tantangan-tantangan yang harus
dihadapinya, yaitu mengatasi masalah perpisahan, penyesuaian terhadap
lingkungan dan orang-orang yang merawatnya, berhubungan dengan anak yang
sakit lainnya, dan prosedur-prosedur tindakan keperawatan dan pengobatan yang
diterimanya. Kondisi-kondisi ini menyebabkan anak menjadi takut dan cemas.
B. Bermain Terapeutik
1. Konsep Bermain
a. Pengertian Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan
medis yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak – anak akan
berkata-kata 9berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu,
jarak, serta suara (Wong , 2000).
Soetjiningsih (1998) menyebutkan bahwa, bagi anak bermain merupakan
seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesenangannya, dan merupakan
metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak memerlukan berbagai variasi
permainan untuk kesehatan fisik, mental, dan perkembangan emosinya.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
11
b. Fungsi dan Keuntungan Bermain
Bermain memiliki beberapa fungsi penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak sebagaimana disebutkan dalam Wong (2004, hlm. 270)
yang menyebutkan bahwa fungsi bermain adalah sebagai berikut :
1) Perkembangan sensorimotor, meliputi memperbaiki keterampilan
motorik kasar dan halus serta koordinasi, meningkatkan perkembangan
semua indra, mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia, dan
memberikan pelempiasan kelebihan energi.
2) Perkembangan intelektual, yaitu dengan memberikan sumber-sumber
yang beraneka ragam untuk mempelajari: eksplorasi dan manipulasi
bentuk, ukuran, tekstur, dan warna; pengalaman dengan angka, hubungan
yang renggang, dan konsep abstrak; kesempatan untuk mempraktekan
dan memperluas kemampuan berbahasa; memberikan kesempatan untuk
melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimilasinya ke dalam
persepsi dan hubungan baru; membantu anak memahami dunia di mana
mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita.
3) Perkembangan sosial dan moral yang meliputi mengajarkan peran orang
dewasa, termasuk peran seks; memberikan kesempatan untuk menguji
hubungan; mengembangkan keterampilan sosial; mendorong interaksi
dan perkembangan sikap yang positif terhadap orang lain; menguatkan
pola perilaku yang telah disetujui dan standar normal.
4) Kreatifitas, yaitu berupa: memberikan saluran ekspresif untuk ide dan
minat yang kreatif; memungkinkan fantasi dan imajinasi; meningkatkan
perkembangan bakat dan minat khusus
5) Kesadaran diri, yaitu meliputi: memudahkan perkembangan identitas
diri; mendorong pengaturan perilaku sendiri; memungkinkan pengujian
pada kemampuan sendiri; memberikan perbandingan antara kemampuan
sendiri dan kemampuan orang lain; memungkinkan kesempatan untuk
belajar bagaimana perilaku sendiri dapat mempengaruhi orang lain.
6) Nilai terapeutik, yaitu meliputi: memberikan pelapasan stress dan
ketegangan; memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang
tidak dapat diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima;
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
12
mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan
cara yang aman; dan memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan
non verbal tentang kebutuhan, rasa takut dan keinginan.
Melalui permainan, anak dapat dipersiapkan untuk melakukan prosedur
medis selama proses hospitalisasi, misalnya seperti pada anak yang akan
diberikan injeksi, anak diberikan permainan dengan menyuntik boneka
menggunakan air sebagai ganti obatnya.
Jenis permainan sesuai dengan prosedur ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Directed medical play
Permainan diarahkan pada suatu prosedur tertentu dengan tujuan
persiapan dan anak dapat mengerti prosedur tersebut terlebih dahulu
melalui bermain.
b) Nondirected medical play
Anak dibebaskan untuk bermain dengan menggunakan alat-alat
kesehatan. Anak secara bebas bermain dengan alat dan menirukan
prosedur medical.
Beberapa keuntungan yang dapat diambil dalam bermain dijelaskan pula
dalam Soetjiningsih (1998) sebagai berikut : membuang ekstra energi;
mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan
organ-organ; aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan;
anak belajar mengontrol diri; berkembangnya berbagai keterampilan yang
akan berguna sepanjang hidupnya; meningkatkan daya kreatifitas; mendapat
kesempatan menemukan arti dari benda-benda disekitar anak; merupakan
cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, irihati dan kedukaan;
kesempatan untuk belajar bergaul dengan anak lainnya; kesempatan menjadi
pihak yang kalah ataupun yang menang di dalam bermain; kesempatan
belajar mengikuti aturan-aturan; dan dapat mengembangkan kemampuan
intelektualnya.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
13
Berdasarkan beberapa fungsi dan keuntungan bermain tersebut di atas maka
anak yang dirawat di rumah sakit sangat membutuhkan bermain untuk
melanjutkan proses perkembangan mereka meskipun dalam kondisi sakit dan
merupakan salah satu cara dalam menghadapi tantangan yang ditemukan
pada saat mereka dirawat, sebagaimana yang disebutkan pula oleh
Hockenbery dan Wilson (2007, hlm. 1063), yaitu :
1) Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak dan
merupakan cara yang efektif untuk pengaturan stress pada anak yang
mengalami perawatan, karena penyakit dan dirawat di rumah sakit
merupakan krisis dan biasanya mengalami stress yang sangat besar.
2) Bermain merupakan hal yang utama bagi kesehatan mental, emosional,
dan sosial anak. Kebutuhan bermain tidak dapat dihentikan meskipun
anak dalam kondisi sakit ataupun dirawat.
e. Bermain Di Rumah Sakit
Beberapa fungsi bermain di rumah sakit, yaitu: menyediakan hiburan;
membantu anak merasa lebih aman terhadap lingkungan yang asing;
mengurangi stress perpisahan dan perasaan rindu; menghilangkan
ketegangan dan mengekspresikan perasaan; mendorong interaksi dan
mengembangkan sikap yang positif terhadap orang lain; memberikan
pengalaman terhadap ide yang kreatif; memfasilitasi pencapaian tujuan
terapeutik; menempatkan anak pada posisi yang berperan aktif dan
memberikan mereka kesempatan untuk memilih (Hockenbery & Wilson,
2007, hlm. 1063).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bermain di rumah sakit,
diantaranya adalah bahwa anak-anak yang sakit dan dirawat memiliki tingkat
energi yang lebih rendah dari anak yang sehat; tipe fasilitas permainan
berbeda untuk masing-masing kelompok umur dimana pada kelompok anak
bayi dan todler lebih membutuhkan keamanan dari bermain sedangkan pada
kelompok anak sekolah dan remaja lebih memperhatikan manfaat dari
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
14
aktivitas kelompok; dan menyediakan tempat khusus bermain untuk setiap
kelompok usia (Hockenbery & Wilson, 2007).
f. Permainan Pada Anak Berbagai Tingkat Usia
Karekteristik permainan dibedakan berdasarkan tingkat perkembangan anak
dan pilihan mainan juga disesuaikan dengan keterampilan, kemampuan dan
minat anak. Permainan sesuai dengan tahapan usia (Wong,2004):
1) Permainan untuk tahap sensorik-motorik (0-2 tahun)
Anak berada pada tahap belajar menguasai dan mengkoordinasikan
keterampilan motorik halus dan motorik kasar. Anak mulai
mempraktekkan dan mengendalikan gerakannya serta menggali
pengalaman dengan penglihatan, suara, sentuhan (mastery play). Sejak
usia 2-3 bulan, anak mulai diajak berkomunikasi atau beraksi terhadap
keadaan sekitarnya (misalnya: gerakan tangan atau permainan mimik
sang ibu) maka anak sudah dapat diberikan permainan.
Alat permainan pada tahap ini adalah permainan yang tahan banting,
tidak mudah tertelan, mengandung unsur warna boks, namun tidak
beracun, dapat digigit-gigit, dibanting, diputar-putar dan dipukul-pukul.
Selanjutnya alat permainan tersebut dapat mengembangkan sensorik,
merangsang gerakan dan konsentrasi mata serta belajar menggapai dan
mengenalkan warna. Misalnya; permainan yang digantung di boks
dengan berbagai warna. Alat permainan tersebut juga yang dapat
membantu perkembangan motorik halus dan kasar, dan permainan yang
dapat membuat anak menggerakan seluruh badan. Misalnya permainan
untuk merangsang motorik kasar: permainan bola, kantong berisi biji-
bijian, kardus dengan berbagai ukuran. Permainan untuk merangsang
motorik halus seperti lilin, air, pasir, puzzel sederhana. Permainan untuk
anak kemudian dikembangkan lagi sesuai dengan perkembangan
motorik, misalnya dengan sepeda roda tiga, dan penyusunan manik-
manik.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
15
2) Permainan untuk tahap praoperasional (2-7 tahun)
Anak pada fase pra operasional sudah mampu menggunakan simbol dan
bermain dengan mempelajari bahasa dan belajar membuat sesuatu.
Misalnya: anak usia 3 tahun lebih menyukai bermain pada kelompok
kecil dan mempelajari kehidupan dengan permainan berpura-pura (make
beliave play).
Anak mulai mengucapkan kalimat sederhana tentang sesuatu yang
dilihatnya dalam gambar dan bertanya jawab. Oleh karena itu diperlukan
orang tua yang mau bercerita pada anak tentang berbagai hal (apa yang
dilihat, didengar, atau bahkan yang dirusak anak).
Pada tahap ini anak mulai mempraktekan beberapa keterampilan barunya
seperti menamai, mencocokan, menebak, atau membandingkan. Anak
menyukai aktifitas fisik, bergerak kesana kemari untuk mengembangkan
motorik kasar dan halus seperti belajar masuk, keluar, naik dan turun.
Anak mulai memerlukan alat-alat bermain yang bersifat edukatif
(APE), misalnya: a) untuk mengenalkan pada alam bisa dengan: kaca
pembesar, air pasir, tempat makan burung, berbagai daun dan bunga dan
mainan yang berasal dari alam; b) untuk mengenal penjumlahan bisa
dengan: papan dengan kartu nomor, wadah dengan berbagai bentuk dan
ukuran, benda-benda kecil untuk dihitung, atau kertas/gambar
bertuliskan angka; c) untuk mengenalkan panca indera bisa dengan:
mainan yang berbau, bisa dicium, bisa juga dari makanan yan memiliki
aneka rasa (manis, asam, asin), kotak berlubang untuk meraba benda di
dalamnya.
3) Permainan untuk tahap operasional (lebih dari 7 tahun)
Pada fase ini diperlukan permainan yang mengemangkan kreatifitas dan
sosialisasi anak. Anak dapat diberikan permainan yang sifatnya
manipulatif, seperti: a) mainan seni: lilin, kertas yang disertai lem
(menempel), cat air, cat tangan; b) seni musik: instrumen musik bikinan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
16
sendiri; c) mengenal bentuk dan ukuran: kubus, kerucut, tabung,
binatang, orang-orangan, rumah beserta prabotnya; d) mengenalkan
kendaraan: kereta dari kulit jeruk.
Selanjutnya agar kreatifitas anak tumbuh dan berkembang harus pula
diciptakan pola bermain dalam satu kesatuan dengan keluarga, yaitu bisa
dengan mengajak anak-anak secara bersama-sama bermain yang
melibatkan proses kreatif, misalnya membuat kue dan berkebun. Mainan
yang melatih proses bersosialisasi seperti dakon (congklak), empar-
lemparan, dan kelereng.
2. Konsep Permainan Terapeutik
a. Pengertian Permainan Terapeutik
Permainan terapeutik merupakan permainan untuk menghadapi ketakutan
dan keprihatinan pengalaman kesehatan pada anak yang dirawat, yang
biasanya dilakukan oleh perawat (Ball & Bindler, 2003; Hockenbery &
Wilson, 2007). Permainan terapeutik ini berada pada bentuk yang kecil,
berfokus pada bermain sebagai mekanisme perkembangan dan peristiwa
yang kritis seperti hospitalisasi (Koller, 2008b).
b. Manfaat Permainan Terapeutik
a. Manfaat permainan terapeutik adalah menurunkan stress psikologis
dan fisiologis yang merupakan tantangan bagi anak dalam
menghadapi pengobatan dan manfaat jangka panjang membantu
perkembangan respon perilaku lebih positif untuk menggambarkan
pengalaman pengobatan (Koller, 2008).
c. Tehnik Permainan Terapeutik
Perawat dapat menggunakan intervensi permainan terapeutik untuk
menurunkan stress akibat ketakutan dengan menggunakan
bermacam-macam permainan (Ball & Bindler, 2003). Adapun
tehnik permainan yang dapat diberikan pada anak menurut Ball dan
Bindler (2003), yaitu dapat secara individu dan berkelompok sesuai
dengan tahapan usia dan kondisi anak.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
17
BAB III
LAPORAN PROYEK INOVASI
A. PERSIAPAN
1. Analisa SWOT
Dalam mengidentifikasi masalah yang ada, mahasiswa melakukan pengkajian
secara lisan pada perawat ruangan dan perawata yang telah melakukan proyek
inovasi sebelumnya dan melakukan observasi. Setelah itu teridentifikasi masalah
yaitu optimalisasi terapi bermain selama dalam perawatan belum dilaksanakan
dengan optimal.
Hasil SWOT adalah sebagai berikut :
a) Strenght (Kekuatan)
1) Memiliki tenaga keperawatan yang profesional dengan kualifikasi
pendidikan S1 sebanyak 2 orang, D III 14 orang.
2) Setting ruangan yang mencirikan ruang perawatan.
3) Pembagian shift dinas menjadi 3 shift yaitu shift pagi, shift sore dan
shift malam.
4) Perawat selalu menerapkan komunikasi terapeutik sesuai tahapan usia
anak.
5) Pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan sudah menggunakan
metode tim.
6) Pembagian kerja yang dilakukan dengan jelas sesuai dengan uraian
tugas.
7) Perawat melakukan tindakan pencegahan trauma pada anak (atraumatic
care).
8) Tersedianya ruangan yang mendukung atraumatic care.
9) Memiliki ruang bermain dan alat-alat untuk melakukan bermain
teraupetik pada anak.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
18
b) Weakness (Kelemahan)
1) Ruang Widuri masih mempunyai tenaga keperawatan dengan latar
belakang SPK 1 orang dan SPR 2 orang.
2) Setting ruang tindakan masih seperti setting perawatan orang dewasa
yang belum mencirikan ruang perawatan bagi anak.
3) Belum tersedianya alat permainan di ruang tindakan yang dapat dipakai
perawat untuk mengalihkan perhatian pada anak yang dilakukan
tindakan keperawatan.
4) Fasilitas tumbuh kembang anak dan bermain terapeutik belum
dilaksanakan secara optimal
5) Belum maksimalnya pemanfaatan sarana tempat bermain yang telah ada
6) Hal yang menjadi kendala tidak dilakukannya program bermain adalah
kendala waktu dan jadwal bermain
7) Belum tersedianya pendidikan kesehatan pre dan post operasi yang
spesifik.
c) Opportunity (Peluang)
1) Adanya mahasiswa D3, S1 dan S2 keperawatan yang praktik di ruang
Widuri.
2) Adanya perhatian yang besar dari pihak manajemen ruangan.
3) RSAB Harapan Kita mempunyai komitmen memberikan kesempatan
kepada perawat untuk mengembangkan asuhan keperawatan yang
optimal.
4) Terdapat temu ilmiah terkait kasus penyakit yang diadakan tiap hari
rabu yang diikuti oleh para perawat dan mahasiswa yang sedang
praktek di RUANG Widuri guna meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan.
5) Kebijakan RS sudah menyediakan alat bermain.
6) Bermain terapeutik termasuk dalam asuhan keperawatan.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
19
d) Threat (Ancaman)
1) Masyarakat semakin kritis menyebabkan tuntutan terhadap kualitas
pelayanan keperawatan semakin meningkat.
2) Undang-undang perlindungan menuntut adanya peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan.
3) Adanya trauma pada anak terhadap pengalaman di rumah sakit yang
berdampak negatif pada anak.
4) Alat bermain belum terinventarisir dengan baik.
5) Prosedur penggunaan ruangan belum ada (tata tertib, jadwal bermain)
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
20
B. PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
NO MASALAH KEGIATAN MATERI SUMBER DATA/SASARAN
WAKTU DAN
TEMPAT INSTRUMEN PENANGGUNG
JAWAB
1 Fasilitas tumbuh kembang anak dan bermain terapeutik selama dalam perawatan belum dilaksanakan secara optimal
1. Mengkaji dan merumuskan masalah
Pengkajian dengan: a. Observasi b. Wawancara
a. Dokumen ruangan b. Kepala ruangan/ CI
ruangan c. Pasien/keluarga
20 & 21 Februari 2012 Ruang Widuri RSAB Harapan Kita Jakarta
a. Pedoman wawancara perawat ruangan dan orangtua
Mahasiswa
2. Presentasi proposal a. Data hasil pengkajian
b. Analisa SWOT hasil pengkajian
a. Kepala ruangan b. Perawat
24 Februari 2012 Ruang Widuri RSAB Harapan Kita Jakarta
Bahan presentasi Mahasiswa
3. Implementasi : - Pembuatan
media bermain terapeutik termasuk SOP bermain
- Membuat jadwal bermain
- Membuat tata tertib ruangan bermain
Prosedur bermain terapeutik sesuai usia tumbuh kembang
a. Perawat b. Pasien c. Keluarga
01 – 02 Maret 2012 Ruang Widuri RSAB Harapan Kita Jakarta
Media bermain sesuai usia tumbuh kembang anak
Mahasiswa
4. Mengaktifkan ruang bermain
Terapi bermain Pasien dan keluarga Perawat dan mahasiswa
01 Maret 2012 Ruang Widuri RSAB Harapan Kita Jakarta
Alat-alat bermain
Mahasiswa
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
21
NO MASALAH KEGIATAN MATERI SUMBER DATA/SASARAN
WAKTU DAN TEMPAT
INSTRUMEN PENANGGUNG JAWAB
5. Evaluasi Adanya jadwal ruangan bermain dan adanya tata tertib ruangan bermain
Pasien dan Keluarga 05 Maret 2012 Ruang Widuri RSAB Harapan Kita Jakarta
Chek list evaluasi
Mahasiswa
6. Presentasi implementasi
Bahan implementasi
Perawat dan mahasiswa
08 Maret 2012 Ruang Widuri RSAB Harapan Kita Jakarta
Bahan presentasi Mahasiswa
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
22
C. PELAKSANAAN
Pelaksanaan rencana kegiatan mengacu kepada proposal yang sudah disusun
sebelumnya dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Langkah awal yang dilakukan oleh mahasiswa Residensi pada tahap
pengkajian adalah melakukan konsultasi untuk pengambilan data kepada
kepala ruangan dan clinical instructor. Setelah data terkumpul, dilakukan
analisa dan membuat proposal proyek inovasi. Kemudian kelompok
melakukan presentasi hasil pengkajian yang dihadiri beberapa perawat
ruangan, mahasiswa residensi, bagian Diklat RSAB Harapan Kita dan
mahasiswa Profesi Ners FIK UI. Dari hasil diskusi dengan kelompok
didapatkan 4 kegiatan proyek inovasi yang akan dilakukan oleh mahasiswa
Residensi yaitu optimalisasi program bermain, optimalisasi pelaksanaan
discharge planning, media pendidikan kesehatan pre dan post operasi dan
pengaturan ruangan tindakan yang belum sesuai dengan karakteristik anak.
2. Persiapan Prosedur Penggunaan Ruangan
Persiapan yang dilakukan dalam mengaktifkan tempat bermain adalah
pembuatan prosedur bermain, tata tertib ruangan, tata tertib peminjaman alat,
jadwal bermain dan beberapa SOP bermain sesuai dengan usia tumbuh
kembang anak dan inventarisasi alat bermain. Koordinasi dan proses
persamaan persepsi antara mahasiswa Residensi dengan pihak perawat
ruangan Widuri dilaksanakan sebelum pelaksanaan yaitu tanggal 28 Februari
2012. Persiapan kegiatan ini dilaksanakan oleh mahasiswa Residensi
bekerjasama dengan mahasiswa Profesi Ners FIK UI yang mendapatkan tugas
kreativitas bermain di bawah arahan kepala ruangan Nurlaila, S.Kp, ETN dan
penanggung jawab dari pihak ruangan Ns. Evi Aulia, S.Kep. Panduan dalam
pelaksanaan kegiatan terapi bermain berdasarkan SOP (Standar Operasional
Prosedur) yang telah disusun sebelumnya sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak. Role play kegiatan terapi bermain sebelumnya
didemonstrasikan terlebih dahulu oleh mahasiswa Residensi dan melibatkan
mahasiswa Profesi Ners pada tanggal 29 Februari 2012 jam 09.00 – 11.00
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
23
WIB. Pelaksanaan role play bertujuan untuk memberikan gambaran secara
lebih jelas kegiatan terapi bermain sesuai dengan SOP yang sudah dibuat.
Perawat ruangan yang diwakili oleh perawat Suprapti dan perawat Dayu
mendemonstrasikan ulang proses terapi bermain pada anak post operasi di
kamar pasien yang dampingi mahasiswa Residensi dengan topik mengambar,
mewarnai serta bermain puzzel.
3. Pelaksanaan terapi bermain
Kegiatan terapi bermain dilaksanakan pada tanggal 01-02 Maret 2012.
Kegiatan dilaksanakan oleh mahasiswa Residensi dan mahasiswa Profesi
Ners FIK UI bersama perawat ruangan Widuri. Terapi bermain secara
keseluruhan tidak dapat dilakukan diruang bermain. Khusus pasien post
operasi dan terpasang infus yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke
tempat bermain, maka terapi bermain dilakukan di tempat tidur. Jenis
permainan yang dilakukan diantaranya menggambar, mewarnai, bercerita dan
permainan puzzel. Pelaksanaan terapi bermain telah dilakukan sesuai dengan
SOP yang sudah disusun sebelumnya.
4. Evaluasi pelaksanaan program terapi bermain
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada keluarga klien
setelah implementasi.
D. EVALUASI
1. Prosedur evaluasi
a). Evaluasi Program bermain sesuai dengan POA yang sudah di sepakati.
b). Evaluasi pelaksanaan bermain menggunakan instrumen yang dibagikan
kepada keluarga saat selesai dilakukan terapi bermain.
2. Kriteria evaluasi
a) Evaluasi struktur
1) Tersedianya SOP terapi bermain.
2) Perawat melakukan bermain terapeutik sesuai dengan SOP.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
24
b) Evaluasi proses
1) Pengkajian
Proses pengkajian terkait dengan pelaksanaan program bermain didukung
sepenuhnya oleh pihak ruangan sehingga dapat berjalan sesuai dengan
apa yang direncanakan. Semua pihak di ruangan menunjukkan sikap
kooperatif dan menyambut baik terhadap proposal kegiatan inovasi
mahasiswa residensi.
2) Program Bermain
Program terapi bermain disusun sesuai dengan apa yang telah
direncanakan didalam proposal proyek inovasi yaitu pembuatan SOP
bermain, jadwal bermain dan tata tertib bermain serta penanggung jawab
ruang bermain. Implementasi media pembelajaran dapat dilakukan sesuai
dengan rencana. alat bermain sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak, anak siap untuk dilakukan terapi bermain, anak dan keluarga
kooperatif dalam kegiatan.
3) Format Evaluasi Responden (terlampir)
Format evaluasi reponden digunakan untuk menilai/mengevaluasi setelah
dilakukan implementasi oleh mahasiswa residensi. Komponen evaluasi
berdasarkan tujuan yang ada di dalam proposal proyek inovasi.
Sedangkan komponen evaluasi menggunakan kuesioner yang diberikan
kepada keluarga setelah dilakukan implementasi.
c) Evaluasi hasil
Berdasarkan hasil pengumpulan data terhadap 5 orang tua pasien,
didapatkan hasil seperti yang ditampilkan dalam gambar di bawah ini :
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
25
Tabel 1
Evaluasi Kesempatan Mengikuti Terapi Bermain
Di Ruang Widuri RSAB Harapan Kita
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar yaitu 4
responden (80%) menyatakan bahwa orang tua diberikan kesempatan untuk
melakukan terapi bermain, 3 responden (60%) menyatakan orang tua
dilibatkan dalam terapi bermain, 3 responden (60%) menyatakan anak
diajak bermain di ruang bermain dan seluruh responden menyatakan anak
diajak bermain walau diatas tempat tidur.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
26
Tabel 2
Evaluasi Sarana Terapi Bermain
Di Ruang Widuri RSAB Harapan Kita
Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa seluruh responden menyatakan
bahwa orang tua dapat meinjam alat bermain di ruang bermain, 3 responden
(60%) menyatakaan bahwa perawatmemberikan penjelasan/informasi
jadwal pemakaian ruangan, 4 responden (80%) menyatakan terdapat
peraturan/tata tertib yang jelas dalam menggunakan ruang bermain dan
seluruh responden menyatakan bahwa ruang bermain aman bagi anak.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
27
Tabel 3
Evaluasi Pelaksanaan Terapi Bermain
Di Ruang Widuri RSAB Harapan Kita
(n=5)
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa seluruh responden (100%)
menyatakan bahwa perawat memberi kesempatan kepada orang tua untuk
terlibat dalam kegiatan, perawat memberi kesempatan untuk terlibat dalam
terapi bermain, perawat mendampingi dalam pelaksanaan terapi bermain
dan perawat mengevaluasi setelah kegiatan bermain selesai.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
28
Tabel 4
Evaluasi Respon Pelaksanaan Terapi Bermain
Di Ruang Widuri RSAB Harapan Kita
Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa seluruh responden (100%)
menyatakan bahwa anak merasa lelah setelah bermain dan anak merasa
senang setelah bermain, 4 responden (80%) menyatakan bahwa anak merasa
kebutuhannya terpenuhi dan orang tua menilai jika bermain diperlukan
selama anak dirawat di RS, 4 responden (80%) menyatakan bahwa orang tua
merasa waktu bermain relatif lama.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
29
BAB 1V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, bagi anak bermain sama saja
dengan bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fugsi, yaitu
utuk perkembangan sensoris motorik, perkembangan intelektual, perkembangan
sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan
moral dan sebagai terapi bagi anak yang sakit.
Ruang perawatan Widuri RSAB Harapan Kita merupakan ruang perawatan anak
dengan kasus bedah baik dengan kondisi pre operatif maupun post operatif. Anak
yang dirawat di RS memungkinkan mengalami kondisi kecemasan atau stress
sebagai dampak hospitalisasi. Di ruang Widuri sudah tersedia ruangan bermain dan
alat permainan namun pelaksanaannya belum terlaksana secara optimal. Kegiatan
yang dilakukan oleh mahasiswa Residensi keperawatan anak yang sedang
menjalani residensi 2 di Ruang perawatan widuri RSAB Harapan Kita telah
membuat proyek inovasi mengenai ”Optimalisasi Program Bermain Terapeutik”
dengan cara mengoptimalkan kembali fungsi dari tempat bermain dan membuat
standar operasional prosedur dalam terapi bermain.
Respon keluarga dan pasien cukup baik dan merasa sangat membantu dalam
pengalihan perhatian anak dari rasa sakit post operasi atau menghilangkan rasa
jenuh dalam menunggu jadwal operasi serta dapat meningkatkan tumbuh kembang
anak selama dirawat. Selain itu adanya sumber daya manusia yang bertanggung
jawab terhadap tempat bermain sehingga akan tercapainya tujuan yang akan
diinginkan di dalam bermain.
B. Rekomendasi
1) Ruang perawatan Widuri RSAB Harapan kita banyak digunakan untuk lahan
praktek bagi mahasiswa Praktekan Keperawatan sehingga dapat melibatkan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
30
mereka dalam pelaksanaan bermain terapeutik, optimalisasi ruang dan alat
permainan.
2) Memberikan rekomendasi kepada bagian diklat keperawatan RSAB Harapan
Kita terkait dengan perlu adanya standar operasional prosedur (SOP) sebagai
acuan di dalam terapi bermain sehingga bermain dimasukkan sebagai
intervensi penting dalam melakukan implementasi kepada pasien.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
31
DAFTAR PUSTAKA
Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children. (3rd edition). New
Jersey: Pearson Education Inc Brandt, M.A. (1999). An Investigation of the efficacy of play therapy with young children,
http://digital.library.unt.edu/permalink/meta-dc-2184:1, diperoleh 25 Februari 2009 Behrman, E.R., Kliegman, R., & Arvin, A.M. (2000). Ilmu kesehatan anak. Volume 1.
Edisi 15 (Prof. DR.dr. A. Samik Wahab, SpA(K)., dkk. Penerjemah). Jakarta: EGC
Hockenberry, J.M., & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infants and children. (8th
edition). Canada: Mosby Company
Koller, D. (2008a). Child life assesment: Variabeles associated with a child’s ability to cope with hospitalization, http://www.ministryhealth.org/MinistryHealth/TermosfUse.nws, diperoleh 5 Januari 2009
Mather,H,P,L.; Slack,J,F and Powel ( 1992). Therapeutic play activities for hospitalized
children. St Louis: Mosby Year Book Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC Wong, D.L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Edisi 4. (Monica Ester, S.Kp.
Penerjemah). Jakarta: EGC
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
32
CEK LIST KELUARGA TERHADAP PELAKSANAAN
TERAPI BERMAIN DI RUANG WIDURI RSAB HARAPAN KITA
Kepada :
Yth. Bpk/Ibu/Sdr Keluarga Pasien
Di Ruang Widuri RSAB Harapan Kita
Dengan hormat,
Sehubungan dengan pelaksanaan program terapi bermain di Ruang Widuri RSAB
Harapan Kita maka dengan ini kami mengharapkan kediaan Bpk/Ibu/Sdr keluarga
pasien untuk mengisi kuesioner evaluasi kegiatan. Hasil pengisian kuesioner ini akan
dijamin kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan pelaksanaan program
terapi bermain.
Terima kasih atas kerjasamanya.
Tim Terapi Bermain Ruang Widuri RSAB Harapan Kita
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
33
Petunjuk pengisian :
Bacalah setiap pernyataan dan beri tanda centang (√) di sebelah kanan pernyataan yang
sesuai pendapat Bpk/Ibu.
No Pernyataan Ya Tidak 1 Anak Bpk/Ibu diberikan kesempatan oleh perawat
untuk melakukan terapi bermain
2 Anak Bpk/Ibu dilibatkan dalam terapi bermain saat pelaksanaan tindakan keperawatan
3 Anak Bpk/Ibu diajak bermain di ruang bermain 4 Anak Bpk/Ibu diajak bermain walaupun diatas
tempat tudur
5 Ruangan yang digunakan memiliki fasilitas yang mendukung terhadap pelaksanaan terapi bermain
6 Bpk/Ibu dapat meminjam alat bermain di ruang bermain
7 Perawat memberikan penjelasan waktu/jadwal pemakaian ruang bermain
8 Terdapat peraturan/tata tertib yang jelas dalam pengguanaan ruang bermain
9 Ruang yang digunakan dalam terapi bermain aman bagi anak
10 Perawat memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain
11 Perawat memberikan kesempatan orang tua untuk terlibat dalam kegiatan terapi bermain
12 Perawat mendampingi saat pelaksanaan terapi bermain berlangsung
13 Perawat melakukan evaluasi setelah kegiatan terapi bermain selesai
14 Anak Bpk/Ibu merasa lelah setelah mengikuti terapi bermain
15 Anak Bpk/Ibu merasa senang setelah mengikuti terapi bermain
16 Anak Bpk/Ibu merasa bahwa kebutuhan bermain telah terpenuhi sesuai dengan tahap perkembangan anak selama perawatan di RS
17 Bpk/Ibu merasa bahwa pelaksanaan terapi bermain bagi anak membutuhkan waktu yang relatif lama
18 Bpk/Ibu menilai bahwa terapi bermain diperlukan bagi anak selama menjalani perawatan di RS
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
34
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
1. Prosedur intervensi bermain “Agar-agar”
2. Prosedur intervensi bermain “Tanda NPO Universal”
3. Prosedur intervensi bermain “Walkie Talkie”
4. Prosedur intervensi bermain ”Piagam Penghargaan”
5. Prosedur intervensi bermain “Membuat Bola Dari Kertas”
6. Prosedur intervensi bermain “Bermain Boneka Jari”
7. Prosedur intervensi bermain “Meregangkan Balon karet”
8. Prosedur intervensi mewarnai gambar dengan pensil warna/spidol/pantel pada
kertas gambar yang telah tersedia
9. Prosedur intervensi bermain kerincingan(rattle)
10. Prosedur intervensi membaca dan menceritakan kembali cerita yang disukai
11. Prosedur intervensi bermain “Meniup Kertas Di Atas Koran”
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
35
Prosedur Intervensi Bermain
Agar-agar
Kelompok Usia : 12 bulan – 3 tahun
Rasio Klien : Staf : 3 : 1
Waktu Bermain : 15 menit
Rasional : Untuk meningkatkan intake cairan dengan
1. Memakan agar-agar
Pengamanan : 1. Batasi sesuai dengan program diit anak
2. Anak tidak boleh membagi agar-agarnya
3. Anak harus menggunakan satu tangan
4. Agar harus dipersiapkan sebelum kegiatan
5. Jangan gunakan agar-agar merah pada pasien postoperatif
Keterampilan yang Dibutuhkan : Tidak ada
Peralatan : Agar-agar, air, gelas ukur, mangkuk, sendok, piring, panas,
loyang, pisau, alumunium foil
Prosedur Intervensi Bermain :
1. Persiapkan agar-agar sesuai dengan petunjuk kemasan
2. Potong agar-agar dengan bentuk kotak
3. Letakkan agar-agar diatas alumunium foil yang telah disediakan
4. Dorong anak untuk memakan agar-agar
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
36
Prosedur Intervensi Bermain Tanda NPO Universal
Kelompok Usia :Baru lahir - remaja
Rasio Klien : Staf : 1 : 1
Waktu Bermain : 30 menit
Rasional : Meningkatkan ketaatan terhadap prosedur dengan :
1. Mengkomunikasikan status NPO pada keluarga dan
pasien dengan tanda NPO universal
Pengamanan : Tidak ada
Keterampilan yang Dibutuhkan : Tidak ada
Peralatan : Lem, gambar makanan dan minuman dari majalah,
tanda tidak boleh
Prosedur Intervensi Bermain :
1. Potong gambar makanan dan minuman dari majalah
2. Tempel gambar di papan gambar yang telah disediakan
3. Tempel juga tanda “TIDAK BOLEH” dibawah gambar makanan atau minuman
tersebut
4. Pasang pada tempat tidur anak yang sedang dipuasakan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
37
Prosedur Intervensi Bermain
Walkie Talkie
Kelompok Usia : 4 tahun- remaja
Rasio Klien : Staf : 2 : 1
Waktu Bermain : Situasional
Rasional : Menyediakan pengalaman sosial bagi anak dengan isolasi
atau imobilisasi dengan:
1. Membuat walkie talkie dengan kaleng jus atau gelas
aqua
2. Menggunakan walkie talkie untuk berkomunikasi
dengan anak dalam satu unit
Pengamanan : Konsultasikan dengan staf medis untuk menentukan
pasien isolasi yang dapat diikutsertakan, cek keamanan
area yang dilewati benang string agar tidak ada yang
terluka
Keterampilan yang Dibutuhkan : menggunting dan menyimpul
Peralatan : Gunting, benang string, kaleng atau aqua gelas, lem
Prosedur Intervensi Bermain :
1. Izinkan anak untuk mendekorasi kaleng atau aqua gelas yang akan digunakan.
2. Temani anak untuk membuat lubang di dasar setiap kaleng.
3. Masukan benang kedalam lubang dan buat simpul yang kuat.
4. Siapkan benang sepanjang area yang dibutuhkan untuk menghubungkan kedua
anak.
5. Potong benang dan masukan ujung satunya ke lubang didasar kaleng lainnya
kemudian simpulkan kembali dengan kuat.
6. Ajarkan anak cara berkomunikasi dengan walkie talkie tersebut.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
38
Prosedur Intervensi Bermain
Piagam Penghargaan
Kelompok Usia : 3-10 tahun
Rasio Klien : Staf : 1 : 1
Waktu Bermain : Aktivas berkelanjutan
Rasional : Untuk meningkatkan kerjasama klien dengan :
Memperagakan keinginan dan perilaku agar
mendapatkan piagam penghargaan
Pengamanan :
1. Penghargaan harus diberikan untuk perilaku spesifik yang sudah ditentukan
sebelumnya.
2. Orangtua dan anggota staf harus mendukung program penghargaan ini dan
membantu menentukan perilaku mana yang berhak mendapat penghargaan
3. Anak harus melihat penghargaan tersebut merupakan sesuatu yang berharga yang
memerlukan usaha untuk mendapatkannya.
Keterampilan yang Dibutuhkan : Tidak ada
Peralatan : Piagam penghargaan (terlampir), pulpen atau
spidol
Prosedur Intervensi Bermain :
1. Piagam penghargaan harus diisi dan diberikan pada saat anak memperlihatkan
perilaku atau mekanisme koping yang positif
2. Perilaku tersebut diantaranya adalah:
a. Tenang ketika diinfus atau diambil darahnya
b. Meminum obat
c. Menghabiskan makanannya
d. Berpartisipasi dalam perawatan
e. Meminum lebih banyak cairan
f. Bekerjasama dalam manajemen terapi yang sulit
3. Memberi sifat pribadi pada penghargaan dengan menulis nama anak dan kegiatan
positif yang dilakukannya
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
39
4. Anjurkan anak untuk memilih tempat untuk memajang penghargaan yang
didapatnya dan anjurkan keluarga dan staf lainnya untuk membanggakan anak atas
penghargaan yang didapatnya.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
40
Prosedur Intervensi Bermain
Membuat Bola Dari Kertas
Kelompok Usia : 2-3 tahun
Rasio Klien/Staf : 3:1
Waktu Bermain : 5 menit
Rasional : Menyalurkan marah, agresif dan frustasi anak
dengan cara menyobek kertas, meremasnya dengan
membentuk bola dari kertas yang disobek.
Pengamanan : Hindari kertas yang berbau tajam
Keterampilan Yang Diperlukan : Menyobek kertas
Peralatan : Kertas 10 lembar
Prosedur Intervensi Bermain :
1. Tunjukan cara menyobek kertas, lalu kumpulkan sobekan kertas tersebut dan
selanjutnya dengan satu tangan remas kertas tersebut menjadi bola.
2. Picu anak untuk menyobek kertas, bantu bila perlu
3. Minta anak untuk meremas kertas sekuat tenaga sambil membentuk bola
4. Ulangi aktifitas ini sampai anak bosan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
41
Prosedur Intervensi Bermain
Bermain Boneka Jari
Kelompok Usia : 4 – 12 tahun
Rasio Klien/Staf : 3 – 1
Waktu Bermain : 15 menit
Rasional : Menyalurkan marah, agresif dan frustasi anak
dengan cara membuat boneka jari sendiri dan
memainkannya.
Pengamanan : Jangan menggunakan kertas yang berbau tajam dan
berbahaya bagi anak
Keterampilan Yang Diperlukan : Melipat, menggambar, dan menempel
Peralatan : Kertas lipat, pensil warna dan perekat
Prosedur Intervensi Bermain :
1. Membahas alasan dilakukannya permainan membentuk boneka
2. Tunjukkan dan bimbing anak secara bertahap dan perlahan-lahan untuk proses
pembuatan boneka yang dimulai dari melipat
3. Setelah anak mampu mengikuti sampai selesai, lanjutkan untuk menggambar mata,
rambut, baju dan sebagainya. Tindakan ini juga bisa digantikan/dimodifikasi
dengan cara menempel bagian tambahan lain
4. Setelah boneka jadi, mainkan boneka bersama anak, tanyakan siapa yang dimaksud
dalam bonekanya
5. Minta anak untuk menceritakan perasaannya tentang permainan boneka yang ia
lakukan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
42
Prosedur Intervensi Bermain
Meregangkan Balon karet
Kelompok Usia : 3-6 tahun
Rasio Klien/Staf : 5 : 1
Waktu Bermain : 5 menit
Rasional : Menyalurkan marah, agresif, dan frustasi anak
dengan meregangkan balon karet
Pengamanan : Gunakan balon yang panjang
Keterampilan Yang Diperlukan : Menarik dengan dua tangan
Peralatan : Balon karet panjang 2 buah
Prosedur Intervensi Bermain :
1. Tunjukan cara meregangkan balon dengan kedua tangan
2. Adakan lomba meregangkan karet
3. Picu anak untuk mengikuti lomba peregangan
4. Berikan reward (pujian) pada setiap anak karena berani mengikuti lomba
5. Berikan pujian pada anak yang mampu meregangkan balon karet lebih panjang
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
43
Prosedur Intervensi Mewarnai gambar dengan pensil warna/spidol/pantel
pada kertas gambar yang telah tersedia
Kelompok Usia : 3-6 tahun
Rasio Klien/Staf : 5:1
Waktu Bermain : 30 menit
Rasional : Melatih kesabaran dan ketelitian, melatih motorik
halus
Pengamanan : Keadaan umum membaik dan dapat duduk
Keterampilan Yang Diperlukan : Dapat mengenali gambar
Peralatan : Kertas gambar yang siap diwarnai,alat menggambar
(spidol,crayon,pensil warna)
Prosedur Intervensi Bermain
1. Anak diminta untuk memilih gambar yang ingin diwarnai yang sudah tersedia
2. Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai gambar dengan warna yang disukai
3. Bantu anak untuk memberi warna pada gambar yang sesuai
4. Setelah anak selesai menggambar minta anak untuk mengekspresikan perasaannya
5. Beri pujian pada anak atas hasil karyanya
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
44
Prosedur Intervensi Bermain Kerincingan(rattle)
Kelompok Usia : 1 bulan-12 Bulan
Rasio Klien/Staf : 1:1
Waktu Bermain : 20 menit
Rasional : Melatih otot dan menunjang gerak, menguji
pendengaran
Pengamanan : Anak harus didampingi perawat atau orang tua,
posisi dapat telentang,tengkurap atau duduk,
disesuaikan dengan usia anak.
Keterampilan Yang Diperlukan : Dapat memegang atau menggenggam
Peralatan : Kerincingan atau Rattle
Prosedur Intervensi Bermain
1. Tengkurapkan/telentangkan/duduk dan memandang sekelilingnya
2. Gerakkan mainan rattle atau gericingan dekat telinga bayi dan biarkan bayi
berupaya meraihnya, lalu jauhkan mainan dari bayi
3. Lakukan berulang kali dari berbagai arah
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
45
Prosedur Intervensi Bermain
Meniup Kertas Di Atas Koran
Kelompok Usia : 3-5 tahun
Rasio Klien/Staf : 1 : 1
Waktu Bermain : 5 menit
Rasional : Menyalurkan marah, agresif dan frustasi anak dengan cara
meniupkan sobekan kertas di atas koran dengan sekuat
tenaga sampai sobekan kertas keluar dari koran
Pengamanan : Sediakan tempat sampah
Keterampilan Yang Diperlukan : Meniup
Peralatan : Sobekan kertas dan koran
Prosedur Intervensi Bermain
1. Letakan sobekan kertas di atas kertas koran yang lebar
2. Tunjukkan cara meniup kertas sehingga sobekan kertas bisa keluar dari koran
3. Dorong anak untuk meniup kertas sampai kertas keluar dari koran
4. Ulangi aktivitas sampai anak rileks
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
46
Prosedur Intervensi Membaca dan Menceritakan Kembali
Cerita yang Disukai
Kelompok usia : 6 – 8 Tahun
Rasio / staf : 3 : 1
Waktu Bermain : 30 Menit
Rasional : Melatih anak untuk dapat mengaktifkan kognitif dan sensasi
terhadap kondisi di sekelilingnya
Pengamanan : Tidak ada
Ketrampilan yang diperlukan : Mengenal huruf, bisa membaca dan bisa konsentrasi
Peralatan : Buku bacaan bergambar
Prosedur intervensi bermain:
1. Menjelaskan pada anak dan orang tua tentang tujuan bermain dan lamanya
permainan
2. Memberi kesempatan anak untuk memilih tema cerita yang disukai
3. Memberi kesempatan anak untuk membaca cerita sesuai dengan kemampuannya
4. Jika bacaan sudah selesai anak diminta menceritakan kembali isi cerita sesuai
kemampuan anak.
5. Beri pujian ke anak bila telah selesai
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
47
DAFTAR PUSTAKA
Mather,H,P,L.; Slack,J,F and Powel ( 1992). Therapeutic play activities for hospitalized children. St Louis: Mosby Year Book.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
48
JADWAL BERMAIN
BERMAIN DAPAT DILAKUKAN PADA :
JAM 09.00 S/D 11.00 WIB
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
49
TATA TERTIB PEMINJAMAN ALAT BERMAIN
1. ALAT BERMAIN HANYA DIGUNAKAN DI RUANG WIDURI
2. PEMINJAMAN DAN PENGEMBALIAN ALAT BERMAIN HARUS DI
TULIS DI BUKU PEMINJAMAN ALAT
3. PEMINJAMAN ALAT BERMAIN MINIMAL 1DD JAM SEBELUM
PELAKSANAAN BERMAIN
4. IJIN PEMINJAMAN ALAT DIAJUKAN KE PENANGGUNG JAWAB
RUANG BERMAIN
5. ALAT BERMAIN DI PINJAM SESUAI DENGAN USIA ANAK
6. SELESAI BERMAIN ALAT DIRAPIKAN DAN DIKEMBALIKAN KE
TEMPATNYA
7. BILA TERJADI KERUSAKAN ALAT ATAU HILANG, PEMINJAM
BERTANGGUNG JAWAB UNTUK MENGGANTI ALAT TERSEBUT.
Kepala Ruang Widuri
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
49
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
50
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
51
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
52
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
1
Universitas Indonesia
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
2
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI MODEL KEPERAWATAN ADAPTASI ROY PADA An. F
DENGAN APENDIKSITIS PERFORASI POST OPERASI LAPARATOMI
APENDICTOMI DI RUANG WIDURI RSAB HARAPAN KITA
Oleh: SULISTIYAWATI NPM.0806483714
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2012
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
3
Universitas Indonesia
APLIKASI MODEL KEPERAWATAN ADAPTASI ROY PADA An. F
DENGAN POST OPERASI LAPARATOMI APENDICTOMI DI RUANG
RAWAT WIDURI RSAB HARAPAN KITA JAKARTA
Tanggal Pengkajian : 20 Februari 2012
Tanggal Masuk RS : 18 Februari 2012
Jam : 08.00 WIB
No. Rekam Medis : 803588
Diagnosa Masuk : Apendisitis Perforasi
A. Identitas
1. Identitas Klien
a) Nama Anak : An. F
b) Tempat/Tgl Lahir : Jakarta/ 02 – 05 - 2004
c) Jenis Kelamin : Laki - laki
d) Umur : 7 tahun
e) Alamat : Jl. Petamburan IV no 24 Jakarta Pusat
f) Agama : Islam
2. Identitas Penanggung Jawab
a) Nama Ayah/Ibu : Bp. M / Ny. R
b) Pekerjaan Ayah/ibu: Wiraswasta / IRT
c) Umur Ayah/Ibu : 45 tahun / 40 tahun
d) Alamat : Jl. Petamburan IV no 24 Jakarta Pusat
e) Suku Ayah/Ibu : Betawi / Sunda
f) Agama : Islam
g) Pendidikan : S1 / SMA
h) Hub. dgn Klien : Orang tua
B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada bekas operasinya dan badannya lemas.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
4
Universitas Indonesia
C. Pengkajian Tingkat Pertama
Mode Adaptasi Roy (Empat Mode Fungsi)
1. Mode fungsi Fisiologis
a) Oksigen dan Sirkulasi
Tanda-tanda vital : tekanan darah=110/70 mmHg, suhu=370C,
pernapasan=28x/menit, nadi=128x/menit. Suara napas vesikuler, irama
teratur, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing, bentuk dada
normal/simetris, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada tarikan
dinding dada saat bernapas, warna kulit tidak sianosis, akral hangat,
capillary refil time kembali < 2 detik, tidak ada kuku tabu, vocal
fremitus teraba merata getaran dinding dada dan normal, tidak ada suara
napas tambahan.
b) Nutrisi
KU klien : lemah, BB=29 kg. TB=124 cm. Klien saat ini puasa post
operasi hari pertama, terpasang NGT dan produksi warna coklat. Klien
mengatakan perutnya mual, tidak ada muntah dan kembung. Bising
usus masih lemah, kulit lembab, tekstur halus, tidak ada edema, rambut
lebat, lurus dan hitam, konjungtiva anemis. Klien mengatakan perutnya
terasa sakit dan nyeri. Keluarga mengatakan kebiasaan makan anaknya
rendah serat (makanan yang sudah dikemas (naget).
c) Eliminasi
Urine : Saat dikaji, klien terpasang kateter, urine berwarna kekuningan,
jernih, produksi urine shif pagi 550 cc, kulit , lembab dan pucat, tidak
ada nyeri tekan pada kandung kemih. Klien terpasang drain di perut
sebelah kanan dan produksi tidak ada, luka post operasi tertutup kassa,
Fekal: frekuensi BAB 1 hari sekali, konsistensi lembek, saat dilakukan
pengkajian An. F belum BAB, setiap pagi diberikan dulcolax.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
5
Universitas Indonesia
d) Aktifitas dan istirahat
Orang tua mengatakan anaknya biasa tidur malam jam 08.00 - 04.00,
tidur siang 1-2 jam, kadang – kadang terbangun karena sakit pada luka
bekas operasinya. Keadaan umum klien lemah, terpasang IVFD KAEN
3A D10% = 80 tetes/menit pada tangan kiri. Klien harus bedrest total
setelah post operasi dan mobilisasi secara bertahap.
e) Cairan dan Elektrolit
Pada saat dilakukan pengkajian : turgor kulit elastis, tidak ada edema,
wajah tidak pucat, konjungtiva agak anemis, keadaan umum klien
lemah, mata tidak cekung, mukosa bibir kering, berat badan 29 kg,
tinggi badan 124 cm, intake cairan hari ini = 560 cc/shif dan output =
771 cc/shif, balance cairan = -211 cc, deuresis = 2,4 cc/Kg BB/jam.
Pemeriksaan elektrolit pre operasi tanggal 18 Februari 2012 = natrium
148 mmol/l (135 – 142 mmol/l), kalium 3,6 mmol/l (n : 3,5 – 5,6),
khlorida 103 mmol/l (n : 96 – 108), kalsium 10,2 mg/dl (n : 8,1 – 10,4
mg/dl). Pemeriksaan protein total 7,5 gr/dl (n : 6 – 7,8 gr/dl), albumin
3,9 gr/dl (n : 3,2 – 4,2 gr/dl).
Pemeriksaan elektrolit post operasi tanggal 22 Februari 2012 = natrium
143 mmol/l (135 – 142 mmol/l), kalium 4,2 mmol/l (n : 3,5 – 5,6),
khlorida 105 mmol/l (n : 96 – 108), kalsium 10,2 mg/dl (n : 8,1 – 10,4
mg/dl). Pemeriksaan protein total 9,4 gr/dl (n : 6 – 7,8 gr/dl), albumin
3,9 gr/dl (n : 3,2 – 4,2 gr/dl).
f) Proteksi / Perlindungan
Pada pengkajian didapatkan data : kulit lembab dan tekstur lembut,
turgor kulit baik, kuku tidak pucat, CTR < 2 detik dan tidak ada
kelainan. Riwayat imunisasi lengkap, balutan luka operasi bersih
tertutup kassa, terpasang drain di perut sebelah kanan.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
6
Universitas Indonesia
g) The sense/indera
Penglihatan: posisi bola mata simetris kiri dan kanan, pergerakan
normal, palpebra normal, sclera tidak ikterus, ukuran pupil 3 mm,
bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva anemis, penglihatan normal,
tidak ada ekskresi, tidak ada nyeri. Pendengaran: posisi telinga simetris
kiri dan kanan, tidak ada ekskresi, liang telinga ada sedikit serumen,
pendengaran normal. Perkataan: bicara lancer, sesuai perkembangan
anak. Penghidu/rasa: reaksi terhadap panas, dingin, nyeri, dan bau
normal, anak mengatakan lemas dan nyeri pada bekas operasinya.
Terdapat luka post operasi dan tertutup kassa, luka bersih, tidak ada
tanda-tanda infeksi. Klien terpasang drain pada perut sebelah kanan,
produksi tidak ada.
h) Neurologis
Kesadaran komposmentis, motorik kasar dan halus sesuai dengan tahap
perkembangan anak, sosialisasi baik, bicara normal, wajah simetris,
klien berespon terhadap stimulus, misalnya ketika dilakukan prosedur
tindakan klien sering mengerutkan wajah menahan sakit, pupil isokor.
Ada reflek cahaya langsung dan tidak langsung, tidak ada kelemahan
otot.
i) Endokrin
Tidak ada pembesaran bola mata, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
2. Mode Adaptasi Konsep Diri
a. The physical self : An. F mengatakan bahwa ia saat ini sedang sakit
dan habis operasi harus puasa. An. F mengatakan menyukai semua
anggota tubuhnya.
b. The personal self : Klien berharap ingin cepat sembuh dan kembali
sekolah. Orang tua mengatakan An. F rajin sholat, masih selalu
diingatkan dan selalu dibimbingnya, reaksi anak saat sakit sedih dan
takut.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
7
Universitas Indonesia
3. Mode Fungsi Peran
Orang terdekat dengan anak yaitu orang tuanya, dan hubungannya baik,
hubungan anak dengan perawat dan pasien lain kooperatif, anak tampak
tegang, ekspresi wajah meringis menahan sakit. Peran anak saat dirawat
yaitu anak tidak dapat belajar dan beraktifitas, anak hanya berbaring
ditempat tidurnya. Selama dalam kebutuhan klien dipenuhi oleh perawat
dan dokter dengan melibatkan orang tua/keluarga yang merawatanya.
4. Mode Adaptasi Interdependen
Klien memiliki ketergantungan tinggi dengan orang tua dan tenaga
kesehatan yang bertugas dalam pemenuhan kebutuhannya terkait dengan
kondisi post pembedahan laparatomy apendictomy yang telah dilakukan.
Orang tua dan keluarga klien setiap hari menemani klien di rumah sakit
secara bergantian dan selalu mendoakan untuk kesembuhan An. F.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
7
Universitas Indonesia
4. PENGKAJIAN TAHAP II
PENGKAJIAN TINGKAT DUA PADA An. F
DENGAN POST OPERASI LAPARATOMY APENDICTOMY CARA ADAPTASI
PERILAKU/BEHAVIOR STIMULI
Mode Fungsi Fisiologis
FOKAL KONSTEKTUAL RESIDUAL
1.Oksigenasi dan sirkulasi
- Tanda-tanda vital : tekanan darah=110/70mmHg, suhu=370C, pernapasan=28x/menit, nadi=128x/menit.
- Suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing, tidak ada tarikan dinding dada saat bernapas, warna kulit tidak sianosis, akral hangat, capillary refil time (CRT) kembali < 2 detik
Sistem adaptif Sistem adaptif Sistem adaptif
2. Nutrisi - Klien puasa hari ke-1, terpasang NGT, produksi 75 cc, warna coklat, perut tidak kembung, bising usus masih lemah Klien mengatakan perutnya mual, tidak muntah.
- BB=29 Kg, TB=124 Cm. - Keluarga mengatakan kebiasaan makan
anaknya rendah serat (makanan yang sudah dikemas misalnya naget).
- Laboratoium tanggal 18 Februari 2012 : Pemeriksaan fungsi hati=Protein total = 7,5 gr/dl (normal=6–7,8 gr/dl, Albumin 3,9
Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pembatasan oral / puasa post operasi
Keluarga mengatakan kebiasaan makan anaknya rendah serat (lebih suka makanan yang sudah dikemas seperti naget dan sebagainya)
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
8
Universitas Indonesia
gr/dl (normal=3,2–4,6 gr/dl). 3. Eliminasi Data yang dapat diobservasi : BAK
terpasang kateter, warna urin kuning & jernih agak pekat, pagi ini belum BAB, sudah diberikan dulcolax dan organ genital tidak tampak kelainan dan peradangan. Klien terpasang drain pada perut sebalah kanan, produksi tidak ada.
Sistem adaptif Sistem adaptif Sistem adaptif
4.Aktivitas dan istirahat - Keadaan umum klien lemah, klien diinstruksikan untuk bedrest total, aktivitas terbatas dan mobilisasi secara bertahap.
- Anak kurang istirahat, gelisah, sedikit – sedikit bangun karena nyeri pada luka post operasi, segala aktivitas An. F dibantu oleh perawat dan keluarga.
Bedrest total dan immobilitas
Post operasi laparatomy apedictomy
Sistem adaptif
5. Proteksi dan perlindungan
- Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher, limpa tidak teraba membesar, suhu aksila 37 0 C.
- Riwayat imunisasi lengkap, balutan luka operasi bersih tertutup kassa, terpasang drain di perut sebelah kanan
Post operasi laparatomy apedictomy
Adanya luka operasi sehingga menyebabkan resiko untuk terjadinya infeksi
Sistem adaptif
6. Sensasi - Klien mengatakan sakit pada daerah operasi dan sekitarnya.
- Data yang dapat diobservasi : Klien post operasi hari pertama, wajah klien menahan sakit/meringis, mulutnya mendesis, skala nyeri 6.
Post operasi laparatomy apendictomy
Insisi pembedahan Sistem adaptif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
9
Universitas Indonesia
7.Cairan dan elektrolit - Klien post operasi hari pertama, keadaan umum masih lemah, klien masih puasa, terpasang kateter, setiap pagi klien diberikan dulcolax untuk memperlancar BAB, turgor kulit baik (elastis), mukosa bibir kering, mata tidak cekung, bising usus lemah.
- Kebutuhan cairan dan elektrolit pada klien sesuai dengan instruksi.
- Klien terpasang IVFD Kaen 3A D10% = 80 tetes/menit, balance cairan shif pagi = -211.1 cc, deuresis = 2,4 cc/kgBB/jam. IWL := 196,1 cc/shif.
- Laboratorium tanggal 18 Februari 2012 : Elektrolit : Natrium = 148 mmol/l (135 – 142 mmol/l), Kalium = 3,6 mmol/l (3,5 – 5,0 mmol/l), Khlorida = 103 (96 – 108 mmol/l), Kalsium = 10,2 mg/dl (8,1 – 10,4 mmol/l).
Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit
- Asupan cairan yang tidak adekuat.
- Penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat puasa post operasi (vomitus, muntah)
Sistem adaptif
8. Neurologis Kesadaran compos mentis, gelisah, GSC 15, refleks fisiologis baik, reflek patologis tidak ada
Perilaku adaptif Sistem adaptif Sistem adaptif
9. Endokrin
Tidak ada gangguan sistem endokrin, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Perilaku adaptif Sistem adaptif
Sistem adaptif
Mode Adaptasi Konsep Diri
An. F saat ini sadang sakit dan dirawat dirumah sakit
Perilaku adaptif Sistem adaptif Sistem adaptif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
10
Universitas Indonesia
CARA ADAPTASI
PERILAKU/BEHAVIOR STIMULI
Mode Fungsi Fisiologis FOKAL KONSTEKTUAL RESIDUAL
Mode Fungsi Peran Klien lemah dan tidak berdaya Bedrest total post operasi Klien belum dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan masih sangat terngantung pada orang lain
Orang tua selalu membantu pemenuhan klien terlebih dalam kondisi saat ini
Mode Adaptasi Interdependen
Orang tua selalu membantu pemenuhan kebutuhan anaknya terlebih dalam kondisi saat anak sakit
Kondisi penyakit yang tidak mendukung anak untuk mandiri
Sistem adaptif Sistem adaptif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
11
Universitas Indonesia
5. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan yang benar, perawat harus
mampu mengenali respon-respon adaptif dari klien. Klien akan mengalami
respon yang berbeda terhadap perubahan lingkungannya, baik itu lingkungan
internal atau eksternal. Kemampuan kognator dapat mempengaruhi setiap
kebutuhan yang fisiologis dan ini akan membantu klien untuk menyesuaikan
diri dalam mencapai tujuan. Identifikasi masalah berdasarkan diagnosa
NANDA. Sedangkan tujuan keperawatan dengan menggunakan Model
Adaptasi Roy difokuskan pada kemampuan adaptasi yang positif.
Perencanaan tindakan yang dibuat mengacu gejala dan tanda pada penyakit
yang dialami klien saat ini, sehingga penatalaksanaan dibuat secara
simptomatik. Perencanaan tindakan berdasarkan Nanda Internasional (2009),
Hockenberry dan Wilson (2007), Ball dan Blinder (2003).
Prioritas diagnosa keperawatan dengan menggunakan pendekatan teori
Kebutuhan dasar manusia dari Maslow dan prinsip urgensi adalah sebagai
berikut :
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolitberhubungan
dengan penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi sekunder
akibat puasa post operasi (vomitus, muntah)
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (adanya
insisi pembedahan).
3. Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pembatasan oral / puasa post operasi.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan pembatasan aktifitas
(immobilitas).
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas
kulit, luka operasi.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
12
Universitas Indonesia
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat puasa post operasi (vomitus, muntah)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam keseimbangan cairan pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.dengan kriteria: - Anak mendapatkan cukup cairan - Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam
batas normal. - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab.
- Tidak ada rasa haus yang berlebihan - Deuresis cukup=1-2 cc/kgBB/jam
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. 2. Monitor intake dan output cairan 3. Monitor tanda – tanda vital 4. Monitor tanda – tanda dehidrasi (turgor kulit,membran
mukosa, rasa haus) 5. Monitor status nutrisi 6. Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin
dan waktu pembekuan. 7. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi. 8. Atur kemungkinan transfusi darah.
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (adanya insisi pembedahan).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria: - Nyeri berkurang - Ekspresi penurunan nyeri, dan gerakan
tubuh yang rileks. - Mempertahankan tingkat nyeri pada skala
0 – 10 (Skala wajah) Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan
1. Lakukan pengkajian nyeri, secara komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
2. Kaji dan observasi tanda – tanda vital 3. Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu
anak dalam mengatasi nyeri (tehnik relaksasi, pernafasan berirama, distraksi)
4. Observasi ketidaknyamanan non verbal. 5. Kendalikan factor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
6. Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tehnik relaksasi saat nyeri.
7. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak. 8. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesik.
3. Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan oral (puasa) sekunder.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
1. Kaji kebutuhan intake cairan/nutrisi dan kalori perhari. 2. Berikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis. 3. Monitor intake output cairan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
13
Universitas Indonesia
- Klien mendapatkan nutrisi yang adekuat - Berat badan dalam batas normal - Turgor kulit elastis
4. Pertahankan NGT untuk drainage 5. Catat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT yang
keluar. 6. Observasi abdomen terhadap distensi, bising usus,
flatus dan buang air besar. 7. Timbang berat badan perhari. 8. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : protein total
albumin 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
keterbatasan aktifitas (immobilitas) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24, diharapkan klien dapat melakukan aktifitas sehari – hari dengan kriteria: - Klien menyatakan tidak merasa
letih/lemah saat beraktifitas - Klien dapat melakukan aktifitas secara
bertahap.
1. Kaji tingkat aktifitas klien 2. Bantu pemenuhan kebutuhan sehari – hari klien 3. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi 4. Bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak
sendi pasif 5. Libatkan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan klien 6. Beri motivasi dan pujian atas kemajuan klien 7. Beri kesempatan klien untuk melakukan gerakan yang
tidak yang tidak melelahkan
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit, luka operasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24, diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria:
- Tanda – tanda vital normal - Tidak ada tanda – tanda infeksi
(bengkak, nyeri, eritema pada daerah insisi drain dan luka post operasi
1. Kaji tanda dan gejala infeksi 2. Observasi tanda – tanda vital terutama suhu tubuh dan
nadi 3. Observasi daerah insisi drain dan luka operasi, catat
karakteristik drainase luka insisi dan adanya eritema pada drain dan luka post operasi
4. Gunakan tehnik aseptic dan antiseptic dalam semua tindakan keperawatan
5. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai program pengobatan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
14
Universitas Indonesia
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Senin, 20 Februari 2012
08.40 09.00 09.15 11.00 13.00
Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu = 37o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Memonitor tanda – tanda dehidrasi An. F Respon : turgor kulit elastis, mukosa bibir agak kering, klien terlihat gelisah, klien mengatakan haus Memonitor peristaltik usus Respon : Peristaltik usus lemah Mengganti cairan infus An. F Kaen 3A D10% : 80 tetes/menit Respon : Infus sudah diganti sesuai dengan instruksi dan cairan masuk Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake = 560 cc. Output = 771,1 cc Balance cairan shif pagi = - 211.1, deuresis 2.4 ml/kgBB/jam. IWL : 196.1 cc/shif pagi
Jam 13.30 WIB DX 1 S : - Klien mengatakan haus
O : - Turgor kulit elastis, mukosa bibir
agak kering, klien terlihat gelisah - NGT masih produksi 75 cc warna
coklat - Balance cairan shif pagi = -
211.1, deuresis 2.4 ml/kgBB/jam. IWL : 196.1 cc/shif pagi
A : Masalah resiko kekurangan cairan inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor TTV - Monitor tanda – tanda
dehidrasi - Monitor intake dan output
cairan - Kolaborasikan pemberian
cairan intravena sesuai terapi.
Sulistiyawati
2 Senin, 20 Februari 2012
08.30
Mengkaji skala nyeri pasien Respon : Klien mengatakan masih nyeri pada daerah luka operasinya, skala nyeri 5 – 6 (dari 10)
DX 2 S : - Klien mengatakan masih nyeri
pada daerah operasi
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
15
Universitas Indonesia
08.40 09.00 09.10 12.00
Mengukur tanda-tanda vital klien : suhu = 37o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Mengajarkan strategi nonfarmakologis kepada klien membantu anaknya dalam mengatasi nyeri (tehnik relaksasi nafas dalam kepada klien ketika nyeri datang) Respon : Klien mengatakan ia, akan melakukan saran yang dianjurkan perawat Melibatkan orang tua dalam pengendalian nyeri pada anaknya Respon : keluarga An. F mengatakan akan membantu anaknya untuk mengurangi nyeri anaknya ketika nyeri datang Kolaborasi pemberian anti nyeri (tramal 40mg/drip)
O : - Tanda – tanda vital suhu : TD =
110/70 mmHg, 366o C, nadi : 124 x/menit, pernafasan : 24 x/menit.
- Klien masih terlihat gelisah ketika nyeri datang
- Ekspresi wajah meringis - Skala nyeri 5-6
A : Masalah nyeri teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri,
secara komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
- Kaji dan observasi tanda – tanda vital
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tehnik relaksasi saat nyeri.
3 Senin, 20 Februari 2012
09.30 12.00
Mengobservasi abdomen terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar Respon : perut tidak kembung dan distensi, ibu klien mengatakan anaknya sudah buang angin dan kalau buang air besar harus diberikan dulcolax Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi perhari Respon : Saat ini klien mendapatkan infus Kaen 3A D10% = 80 tetes/menit
DX 2 S : Klien mengatakan haus O : - Keadaan umum klien lemah,
bedrest total - Klien post operasi hari ke-1 dan
masih puasa - Konjungtiva agak anemis - NGT masih produksi 75 cc warna
coklat
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
16
Universitas Indonesia
13.00 14.00
Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake = 560 cc. Output = 771,1 cc Balance cairan shif pagi = - 211.1, deuresis 2.4 ml/kgBB/jam. IWL : 196.1 cc/shif pagi - Mempertahankan NGT untuk drainage - Mencatat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT
yang keluar Respon : Klien terpasang NGT, produksi 75 cc warna coklat
A : Masalah resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana keperawatan - Memonitor intake dan output
cairan - Berikan nutrisi parenteral dengan
kolaborasi tim medis. - Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium : protein total albumin
4 Senin, 20 Februari 2012
09.40 10.00 10.15
Mengkaji tingkat aktifitas klien Respon : klien post operasi hari pertama, keadaan umum masih lemah dan klien bedrest total. Melibatkan orang tua dan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien Respon : Keluarga mengatakan akan membantu semua kebutuhan sehari – hari klien Membantu pemenuhan kebutuhan sehari – hari klien Respon : Klien kooperatif dan mau dibantu
DX 4 S : - Klien mengatakan badannya
masih lemas - Keluarga mengatakan keadaan
anaknya masih lemah, hanya berbaring di tempat tidur saja dan belum boleh bergerak
O : - Klien masih lemah, hanya
berbaring di tempat tidur saja dan belum boleh melakukan mobilisasi
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Bantu pemenuhan kebutuhan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
17
Universitas Indonesia
sehari – hari klien. - Tingkatkan aktifitas sesuai
toleransi. - Bantu klien untuk melakukan
latihan rentang gerak sendi pasif.
- Libatkan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan klien.
5 Senin, 20 Februari 2012
08.40 09.00 09.10 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu = 37o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt. Mengkaji tanda dan gejala infeksi Respon : Luka post operasi tertutup perban, kondisi perban bersih dan kering, tidak ada tanda – tanda infeksi Mengobservasi daerah insisi drain dan luka operasi, catat karakteristik drainase luka insisi dan adanya eritema pada drain dan luka post operasi Respon : Drain terpasang pada perut kanan bawah An. F, tertutup perban dan kondisi perban bersih, kering, tidak ada keluar cairan dari drain. Kolaborasi pemberian injeksi antibiotik kalfoxim 1gr, alinamin F 10 cc, Vit C 2cc, Metronidazol 50cc dan glybotic 200 mg/iv.
DX 5 S : - O : - Luka operasi dan drain tertutup
perban, kondisi perban bersih dan kering.
- Tidak ada tanda – tanda infeksi, pada drain tidak keluar caiaran.
A : Masalah resiko penyebaran infeksi tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Observasi tanda – tanda
vital terutama suhu tubuh dan nadi
- Gunakan tehnik aseptic dan antiseptic dalam semua tindakan keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
18
Universitas Indonesia
NO DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Selasa, 21 Februari 2012
08.00 08.30 09.00 10.30 10.40 13.00
Memonitor dan menghitung intake dan output klien Respon : Intake = 1920cc. Output = 1992cc, IWL = 667cc/shif. Balance cairan shif pagi = -72 cc. Deuresis = 1,7 cc/kgBB/jam. Mengukur tanda – tanda vital klien : TD : 100/70 mmHg, suhu = 36o C, nadi = 120 x/mnt, pernafasan = 24 x/mnt Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >20 kg = 1000 + 20 (BB-20) yaitu 1000 + 50 (29 – 20) = 1680 cc/hari, klien mendapatkan IVFD KAEN 3A 10% = 80 tetes/menit Memonitor tanda – tanda dehidrasi An. F Respon : turgor kulit elastis, mukosa bibir agak kering, klien mengatakan haus Memonitor peristaltik usus Respon : Peristaltik usus masih lemah, klien sudah flatus Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake = 560 cc. Output = 611,1cc, IWL = 196.1cc/shif. Balance cairan shif pagi = -51,1. Deuresis = 2 cc/kgBB/jam
Jam 13.30 WIB DX 1 S : - Klien mengatakan haus dan
badannya masih lemas
O : - Turgor kulit elastis, mukosa bibir
agak kering, klien terlihat gelisah.
- NGT masih produksi 15 cc warna coklat
- Balance cairan shif = -51,1cc, deuresis = 2 cc/kgBB/jam.
A : Masalah kekurangan volume cairan inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor TTV - Monitor tanda – tanda
dehidrasi - Monitor intake dan output
cairan - Kolaborasikan pemberian
cairan intravena sesuai terapi.
Sulistiyawati
2 Selasa, 21 Februari 2012
09.30
Mengkaji skala nyeri pasien Respon : Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasinya sudah berkurang, skala nyeri 4 – 5 (dari 10)
DX 2 S : - Klien mengatakan nyeri pada
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
19
Universitas Indonesia
09.40 10.00 10.15 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien : TD : 100/70 mmHg, suhu = 36o C, nadi = 120 x/mnt, pernafasan = 24 x/mnt Mengajarkan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri (tehnik relaksasi nafas dalam kepada klien ketika nyeri datang dan menyarankan anak untuk melihat tv atau mendengarkan musik) Respon : Klien mengatakan ia, akan melakukan saran yang dianjurkan perawat Melibatkan orang tua dalam pengendalian nyeri pada anaknya Respon : keluarga An .F mengatakan akan membantu anaknya untuk mengurangi nyeri anaknya ketika nyeri itu datang Kolaborasi pemberian anti nyeri (tramal 40mg/kolf)
daerah operasinya sudah berkurang
O : - Tanda – tanda vital suhu : TD =
100/70 mmHg, suhu = 36o C, nadi = 120 x/mnt, pernafasan = 24 x/mnt
- Skala nyeri 4 – 5 - Ekspresi wajah rileks
A : Masalah nyeri teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri,
secara komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
- Kaji dan observasi tanda – tanda vital
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tehnik relaksasi saat nyeri.
3 Selasa, 21 Februari 2012
09.30 12.00
Mengobservasi abdomen terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar Respon : perut tidak kembung dan distensi, ibu klien mengatakan anaknya sudah buang angin dan kalau buang air besar harus diberikan dulcolax Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi perhari Respon : Saat ini klien mendapatkan infus Kaen 3A D10% = 80 tetes/menit
DX 3 S : Klien mengatakan badannya lemas O : - Keadaan umum klien masih
lemah, bedrest total - Klien post operasi hari kedua dan
masih puasa - Konjungtiva tidak anemis
A : Masalah resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
20
Universitas Indonesia
13.00 14.00
Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake = 560 cc. Output = 611,1 cc Balance cairan shif pagi = - 51.1, deuresis 2 ml/kgBB/jam. IWL : 196.1 cc/shif pagi - Mempertahankan NGT untuk drainage - Mencatat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT
yang keluar Respon : Klien terpasang NGT, produksi 15 cc warna coklat
teratasi P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana keperawatan - Memonitor intake dan output
cairan - Berikan nutrisi parenteral dengan
kolaborasi tim medis - Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium : protein total albumin
4 Selasa, 21 Februari 2012
09.40 10.00
Mengkaji tingkat aktifitas klien Respon : klien post operasi hari kedua, keadaan umum masih lemah dan klien sudah mulai mobilisasi leher Melibatkan orang tua dan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien Respon : Keluarga mengatakan akan membantu semua kebutuhan sehari – hari klien Membantu pemenuhan kebutuhan sehari – hari klien (mengajarkan mobilisasi secara bertahap yaitu menggerakkan leher) Respon : Klien kooperatif dan mau dibantu, klien mulai mobilisasi leher
DX 4 S : - Klien mengatakan badannya
masih lemas
O : - Klien masih lemah - Klien sudah mulai mobilisasi
bertahap (menggerakkan leher ke kanan dan kekiri)
A : Masalah intoleransi aktivitas menunjukkan perilaku adaptif adanya perbaikan
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Bantu pemenuhan kebutuhan
sehari – hari klien. - Tingkatkan aktifitas sesuai
toleransi. - Bantu klien untuk melakukan
latihan rentang gerak sendi
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
21
Universitas Indonesia
pasif. - Libatkan orang tua dalam
pemenuhan kebutuhan klien. 5 Selasa, 21
Februari 2012 09.40 09.00 09.10 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien : TD : 100/70 mmHg, suhu = 36o C, nadi = 120 x/mnt, pernafasan = 24 x/mnt Mengkaji tanda dan gejala infeksi Respon : Luka post operasi tertutup perban, kondisi perban bersih dan kering, tidak ada tanda – tanda infeksi Mengobservasi daerah insisi drain dan luka operasi, catat karakteristik drainase luka insisi dan adanya eritema pada drain dan luka post operasi Respon : Drain terpasang pada perut kanan bawah An. F, tertutup perban dan kondisi perban bersih, kering, tidak ada keluar cairan dari drain. Kolaborasi pemberian injeksi antibiotik kalfoxim 1gr, alinamin F 10 cc, Vit C 2cc, Metronidazol 50cc dan glybotic 200 mg/iv.
DX 5 S : - O : - Luka operasi dan drain tertutup
perban, kondisi perban bersih dan kering.
- Tidak ada tanda – tanda infeksi, pada drain tidak keluar caiaran.
A : Masalah resiko penyebaran infeksi tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Observasi tanda – tanda vital
terutama suhu tubuh dan nadi
- Gunakan tehnik aseptik dan antiseptik dalam semua tindakan keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
22
Universitas Indonesia
NO DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Rabu, 22 Februari 2012
08.00 09.40 10.30 10.45 13.00
Memonitor dan menghitung intake dan output klien Respon : Intake = 1920cc. Output = 1992cc, IWL = 667cc/shif. Balance cairan shif pagi = -72 cc. Deuresis = 1,7 cc/kgBB/jam Mengukur tanda – tanda vital klien : TD : 100/70 mmHg, suhu = 365o C, nadi = 120 x/mnt, pernafasan = 20 x/mnt Memonitor tanda – tanda dehidrasi An. F Respon : turgor kulit elastis, mukosa bibir kering, klien mengatakan haus Berkolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuai terapi Respon : Saat ini klien mendapatkan infus Kaen 3A = 300cc, dektrose 40% = 75cc, amiparen 10% = 125cc Memonitor intake dan output cairan Respon : Balance cairan shif pagi = + 23,9 cc Deuresis = 1,6 cc/kgBB/jam.
Jam 13.30 WIB DX 1 S : - Klien mengatakan haus
O : - Turgor kulit elastis, mukosa bibir
agak kering, klien terlihat gelisah.
- NGT diklem jam 09.00 dan dibuka jam 12.00, klien muntah, NGT masih produksi 20 cc warna coklat
- Balance cairan shif pagi = +23.9, deuresis = 1,6 cc/kgBB/jam.
A : Masalah kekurangan volume
cairan dan elektrolit inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor TTV - Monitor tanda – tanda
dehidrasi - Monitor intake dan output
cairan - Kolaborasikan pemberian
cairan intravena sesuai terapi
Sulistiyawati
2 Rabu, 22 Februari 2012
08.30
Mengkaji skala nyeri pasien Respon : Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasinya sudah berkurang, skala nyeri 4 – 5 (dari 10)
DX 2 S : - Klien mengatakan nyeri pada
daerah operasinya sudah berkurang
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
23
Universitas Indonesia
09.40 10.00 10.15 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien : TD : 100/70 mmHg, suhu = 365o C, nadi = 120 x/mnt, pernafasan = 20 x/mnt Mengajarkan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri (tehnik relaksasi nafas dalam kepada klien ketika nyeri datang dan menyarankan anak untuk melihat tv atau mendengarkan musik) Respon : Klien mengatakan ia, akan melakukan saran yang dianjurkan perawat Melibatkan orang tua dalam pengendalian nyeri pada anaknya Respon : keluarga An .F mengatakan akan membantu anaknya untuk mengurangi nyeri anaknya ketika nyeri itu datang Kolaborasi pemberian anti nyeri (tramal 40mg/kolf)
O : - Tanda – tanda vital suhu : TD =
100/70 mmHg, suhu = 36o C, nadi = 120 x/mnt, pernafasan = 24 x/mnt
- Skala nyeri 4 – 5 - Ekspresi wajah rileks
A : Masalah nyeri teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri,
secara komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
- Kaji dan observasi tanda – tanda vital
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tehnik relaksasi saat nyeri
3 Rabu, 22 Februari 2012
09.00 10.30 11.00
Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : protein total albumin Respon : Mengambil darah klien untuk pemeriksaan protein dan albumin - Mempertahankan NGT untuk drainage - Mencatat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT
yang keluar Respon : NGT klien diklem dan dibuka lagi pada jam 12.00, produksi tidak ada Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi perhari Respon : Saat ini klien mendapatkan infus Kaen 3A =
DX 3 S : - Klien mengatakan badannya
masih lemas
O : - Keadaan umum klien masih
lemah - Klien post operasi hari ke-3 dan
masih puasa - Konjungtiva tidak anemis - Hasil laboratorium tanggal 22
Februari 2012 = pem. Fungsi hati
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
24
Universitas Indonesia
13.00
300cc, dektrose 40% = 75cc, amiparen 10% = 125cc Memonitor intake dan output cairan Respon : Balance cairan shif pagi = + 23,9cc Deuresis = 1,6 cc/kgBB/jam.
: protein total = 7,3 gr/dl (normal : 6 – 7,8 gr/dl), Albumin = 3,2 gr/dl (normal : 3,2 – 4,5 gr/dl)
A : Masalah resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana keperawatan - Memonitor intake dan output
cairan - Berikan nutrisi parenteral dengan
kolaborasi tim medis. 4 Rabu, 22 Februari
2012 09.40 10.00 10.15
Mengkaji tingkat aktifitas klien Respon : klien post operasi hari kedua, keadaan umum masih lemah dan klien sudah mulai miring kanan dan kiri dengan bantuan, posisi tidur setengah duduk (semi fowler) Melibatkan orang tua dan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien Respon : Keluarga mengatakan akan membantu semua kebutuhan sehari – hari klien Beri motivasi dan pujian atas kemajuan klien Beri kesempatan klien untuk melakukan gerakan yang tidak yang tidak melelahkan Respon : Klien kooperatif, merasa senang dan mau dibantu
DX 4 S : - Keluarga mengatakan anaknya
sudah bisa miring kanan dan kiri dengan bantuan
O : - Klien masih lemah masih lemah - Klien sudah mulai mobilisasi
bertahap (miring kanan dan kiri dengan bantuan), posisi tidur setengah duduk (semi fowler)
A : Masalah intoleransi aktivitas
meneunjukkan perbaikan P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Bantu pemenuhan kebutuhan
sehari – hari klien
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
25
Universitas Indonesia
- Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi.
- Bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak sendi pasif
- Libatkan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan klien
5 Rabu, 22 Februari 2012
09.40 09.00 09.10 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien : TD : 100/70 mmHg, suhu = 365o C, nadi = 120 x/mnt, pernafasan = 20 x/mnt Mengkaji tanda dan gejala infeksi Respon : Luka post operasi tertutup perban, kondisi perban bersih dan kering, tidak ada tanda–tanda infeksi
- Mengobservasi daerah insisi drain dan luka operasi, catat karakteristik drainase luka insisi dan adanya eritema pada drain dan luka post operasi
- Melakukan perawatan luka daerah insisi drain Respon : Drain terpasang pada perut kanan bawah An. F, dilakukan perawatan luka, kondisi luka tidak ada tanda–tanda infeksi, tidak ada pus, produksi tidak ada, drain dipendekkan Kolaborasi pemberian injeksi antibiotik kalfoxim 1gr, alinamin F 10 cc, Vit C 2cc, Metronidazol 50cc dan glibotic 200 mg/iv.
DX 5 S : - O : - Luka operasi tertutup perban,
bersih dan kering - Perawatan luka pada drain,
kondisi luka tidak ada tanda–tanda infeksi, tidak ada pus, produksi tidak ada, drain dipendekkan
A : Masalah resiko penyebaran menunjukkan perbaikan, tidak terdapat tanda-tanda infeksi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Observasi tanda – tanda
vital terutama suhu tubuh dan nadi
- Gunakan tehnik aseptic dan antiseptic dalam semua tindakan keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
26
Universitas Indonesia
NO DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd
1 Kamis, 23 Februari 2012
08.00 08.40 09.00 11.00 13.00
Memonitor dan menghitung intake dan output klien Respon : Intake = 1920cc. Output = 1992cc, IWL = 667cc/shif. Balance cairan 24 jam = +143 cc. Deuresis = 1,6 cc/kgBB/jam. Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 366o C, nadi = 110 x/mnt, pernafasan = 20 x/mnt Memonitor tanda – tanda dehidrasi An. F Respon : turgor kulit elastis, mukosa bibir kering, klien mengatakan haus Berkolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuai terapi Respon : Saat ini klien mendapatkan infus Kaen 3A = 300cc, dektrose 40% = 75cc, amiparen 10% = 125cc Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake = 560 cc. Output = 556,1 cc Balance cairan shif pagi = +9,9 cc. Deuresis : 260/7/29 = 1,2 ml/kgBB/jam.
Jam 13.00WIB DX 1 S : - Klien mengatakan haus
O : - Turgor kulit elastis, mukosa bibir
agak kering, klien terlihat gelisah.
- Klien post operasi hari ke-4 - NGT diklem dan produksi 100 cc
warna coklat - Jam 13.00 NGT dilepas - Balance cairan = +9,9 cc.
Deuresis=1,2 cc/kgBB/jam.
A : Masalah resiko kekurangan cairan dan elektrolit menunjukkan adanya perbaikan
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor TTV - Monitor tanda – tanda
dehidrasi - Monitor intake dan output
cairan - Kolaborasikan pemberian
cairan intravena sesuai terapi
Sulistiyawati
2 Kamis, 23 Februari 2012
08.30
Mengkaji skala nyeri pasien Respon : Klien mengatakan masih nyeri pada daerah luka operasinya, skala nyeri 3-4 (dari 10)
DX 2 S : - Klien mengatakan nyeri pada
daerah operasi sudah berkurang
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
27
Universitas Indonesia
08.40 09.00 09.10
Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 366o C, nadi = 110 x/mnt, pernafasan = 20 x/mnt Mengajarkan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri (tehnik relaksasi nafas dalam kepada klien ketika nyeri datang) Respon : Klien mengatakan ia, akan melakukan saran yang dianjurkan perawat Melibatkan orang tua dalam pengendalian nyeri pada anaknya Respon : keluarga An. F mengatakan akan membantu anaknya untuk mengurangi nyeri anaknya ketika nyeri itu datang
O : - Tanda – tanda vital klien : suhu =
366o C, nadi = 110 x/mnt, pernafasan = 20 x/mnt
- Ekspresi wajah rileks - Skala nyeri 3-4
A : Masalah nyeri teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri,
secara komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
- Kaji dan observasi tanda – tanda vital.
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tehnik relaksasi saat nyeri.
3 Kamis, 23 Februari 2012
10.00 09.00 12.00
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi perhari Respon : Saat ini klien mendapatkan infus Kaen 3A = 300cc, dektrose 40% = 75cc, amiparen 10% = 125cc - Mempertahankan NGT untuk drainage - Mencatat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT
yang keluar Respon : NGT klien diklem jam 09.00 dan dibuka lagi pada jam 12.00, tidak ada produksi dan NGT dilepas Memberikan injeksi ranitidine 50 mg/iv Respon : Injeksi diberikan sesuai advis dan masuk .
DX 2 S : - Klien mengatakan badannya
masih lemas dan tadi jam 12.00 muntah
O : - Keadaan umum klien masih
lemah - Klien post operasi hari ke-4 dan
masih puasa - NGT dilepas - Konjungtiva tidak anemis
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
28
Universitas Indonesia
A : Masalah resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Memonitor intake dan output
cairan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis
4 Kamis, 23 Februari 2012
09.40 10.00 10.15
Mengkaji tingkat aktifitas klien Respon : klien post operasi hari keempat, keadaan umum masih lemah dan klien sudah mulai duduk dengan bantuan. Melibatkan orang tua dan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien Respon : Keluarga mengatakan akan membantu semua kebutuhan sehari – hari klien Beri motivasi dan pujian atas kemajuan klien Beri kesempatan klien untuk melakukan gerakan yang tidak yang tidak melelahkan Respon : Klien kooperatif, merasa senang dan mau dibantu
DX 4 S : - Keluarga mengatakan anaknya
sudah bisa duduk dengan bantuan dan anaknya ingin jalan–jalan pakai ronstul
O : - Klien masih lemah - Klien sudah mulai mobilisasi
bertahap duduk dengan bantuan
A : Masalah intoleransi aktivitas adanya perbaikan
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Bantu pemenuhan kebutuhan
sehari – hari klien. - Tingkatkan aktifitas sesuai
toleransi.
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
29
Universitas Indonesia
- Bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak sendi pasif.
- Libatkan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan klien
5 Kamis, 23 Februari 2012
08.40 09.00 09.10 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu = 37o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Mengkaji tanda dan gejala infeksi Respon : Luka post operasi tertutup perban, kondisi perban bersih dan kering, tidak ada tanda – tanda infeksi Mengobservasi daerah insisi drain dan luka operasi, catat karakteristik drainase luka insisi dan adanya eritema pada drain dan luka post operasi Respon : Drain terpasang pada perut kanan bawah An. F, tertutup perban dan kondisi perban bersih, kering, tidak ada keluar cairan dari drain. Kolaborasi pemberian injeksi antibiotik, alinamin F 10 cc, Vit C 2cc, Metronidazol 50cc dan glybotic 200 mg/iv.
DX 5 S : - O : - Luka operasi dan drain tertutup
perban, kondisi perban bersih dan kering.
- Tidak ada tanda – tanda infeksi, pada drain tidak keluar cairan.
A : Masalah resiko penyebaran infeksi tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Observasi tanda – tanda vital
terutama suhu tubuh dan nadi
- Gunakan tehnik aseptic dan antiseptic dalam semua tindakan keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
30
Universitas Indonesia
NO DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd
1 Jumat, 24 Februari 2012
08.40 09.00 11.00 13.00
Mengukur tanda – tanda vital klien : TD=110/70 mmHg, suhu=361o C, nadi = 100 x/mnt, pernafasan = 20 x/mnt Memonitor tanda – tanda dehidrasi An. F Respon : turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, klien mengatakan badannya lebih enak dan tidak haus lagi Berkolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuai terapi Respon : Saat ini klien mendapatkan infus Kaen 3A=350cc, amiparen 10%=100cc, tetesan infus 20 tetes/menit. Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake = 833 cc. Output = 639,4 cc Balance cairan shif pagi = +193,6 cc. Deuresis=450/7/28 = 2,2 ml/kgBB/jam, IWL= 189,4 cc/shif pagi
Jam 13.30 WIB DX 1 S : - Keluarga mengatakan anaknya
tidak haus lagi dan sudah mulai minum dan makan secara bertahap
O : - TD : 110/70 mmHg, suhu = 361o
C, nadi = 100 x/mnt, pernafasan = 20 x/mnt
- Turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, wajah klien terlihat segar
- Balance cairan = +189,4cc. Deuresis =2,2 ml/kgBB/jam
A : Masalah resiko kekurangan cairan dan elektrolit adaptif
P : Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan, klien sudah diperbolekan pulang
Sulistiyawati
2 Jumat, 24 Februari 2012
08.30 08.40
Mengkaji skala nyeri pasien Respon : Klien mengatakan masih nyeri pada daerah luka operasinya, skala nyeri 3 (dari 10) Mengukur tanda – tanda vital klien : TD=110/70 mmHg, suhu=361o C, nadi=100 x/mnt, pernafasan=20 x/mnt
DX 2 S : - Klien mengatakan nyeri pada
daerah operasi sudah berkurang O : - Tanda – tanda vital klien : TD :
110/70 mmHg, suhu = 361o C,
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
31
Universitas Indonesia
09.00
Mengajarkan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri (tehnik relaksasi nafas dalam kepada klien ketika nyeri datang) Respon : Klien mengatakan ia, akan melakukan saran yang dianjurkan perawat
nadi = 100 x/mnt, pernafasan = 20 x/mnt
- Ekspresi wajah rileks - Skala nyeri 3
A : Masalah nyeri adaptif P : Pertahankan intervensi
3 Jumat, 24 Februari 2012
09.00 09.10 10.00 11.00 12.00
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi perhari Respon : Saat ini klien mendapatkan infus Kaen 3A=350cc, amiparen 10%=100cc Berkolaborasi untuk memberikan makan peroral Respon : Klien diberikan minum secara bertahap, klien minum teh 100 cc Memberikan minum secara oral Respon : Klien minum teh 100 cc Memberikan minum peroral Respon : Klien minum susu 150 cc Menimbang berat badan klien Respon : Berat badan klien : 28 kg
DX 3 S : - Klien mengatakan badannya
sudah tidak lemas lagi
O : - Keadaan umum klien masih
lemah - Klien post operasi hari ke-5 - Klien sudah makan dan minum
bertahap - NGT dilepas - Konjungtiva tidak anemis
A : Masalah resiko gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh adaptif
P : Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan
Sulistiyawati
4 Jumat, 24 Februari 2012
09.40 10.00
Mengkaji tingkat aktifitas klien Respon : klien post operasi hari ke-5, keadaan umum baik dan klien sudah mulai aktivitas berjalan dengan bantuan Melibatkan orang tua dan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien
DX 4 S : - Keluarga mengatakan anaknya
sudah berjalan dengan bantuan O :
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
32
Universitas Indonesia
10.15
Respon : Keluarga mengatakan akan membantu semua kebutuhan sehari – hari klien Beri motivasi dan pujian atas kemajuan klien Beri kesempatan klien untuk melakukan gerakan yang tidak yang tidak melelahkan Respon : Klien kooperatif, merasa senang dan mau dibantu
- Wajah klen rileks dan terlihat segar
- Klien sudah mulai mobilisasi bertahap berjalan dengan bantuan
A : Masalah intoleransi aktivitas
adaptif P : Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan 5 Jumat, 24
Februari 2012 08.40 09.00 11.00
Mengukur tanda – tanda vital klien : TD=110/70 mmHg, suhu=361o C, nadi=100 x/mnt, pernafasan=20 x/mnt Mengkaji tanda dan gejala infeksi Respon : Luka post operasi tertutup perban, kondisi perban bersih dan kering, tidak ada tanda–tanda infeksi Melakukan perawatan luka dan aff drain Respon : Drain klien dilepas dan ditutup lagi dengan kassa steril, tidak ada tanda – tanda infeksi, sedangkan drain hanscon belum dilepas dan akan dilepas, pada saat klien kontrol di poli bedah
DX 5 S : - O : - Luka operasi dan drain tertutup
perban, kondisi perban bersih dan kering.
- Tidak ada tanda–tanda infeksi, pada drain tidak keluar caiaran.
A : Masalah resiko penyebaran infeksi
adaptif P : Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
1
Universitas Indonesia
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
2
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI MODEL KEPERAWATAN ADAPTASI ROY PADA An. N
DENGAN MORBUS HIRSCHPRUNG POST OPERASI PULL THROUGH
DI RUANG WIDURI RSAB HARAPAN KITA JAKARTA
Oleh: SULISTIYAWATI NPM.0806483714
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2012
RESUME KASUS
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Riwayat Singkat Klien
An. N dengan jenis kelamin perempuan, umur 7 bulan , masuk ke rumah sakit
tanggal 20 Februari 2012 dengan diagnosis medis morbus hirschprung post
colostomy dirawat di ruang Widuri. Klien datang ke rumah sakit rencana operasi
pull through tanggal 22 Februari 2012, klien terpasang IVFD dengan
menggunakan infus pump di tangan kiri dan menjalani perawatan selama 10 hari,
klien pulang tanggal 01 Maret 2012. Klien pulang ke rumah dengan kondisi sehat
dengan anjuran tetap melakukan kontrol ulang ke poliklinik anak. Adapun riwayat
kesehatannya adalah sebagai berikut :
1). Sejak lahir perut klien membesar, muntah-muntah bila minum ASI banyak.
Klien dipasang selang pada anus, buang air besar bisa, perdarahan dan
kembung tidak ada, lalu klien dibawa ke RS Cibinong dan didiagnosa Morbus
Hirschprung letak rendah dan dilakukan operasi pembuatan kolostomi pada 3
minggu setelah lahir.
2). Tanggal 23 Februari 2012, dilakukan pengkajian post operasi, didapatkan
hasil : Klien post operasihari ke-1, kesadaran komposmentis, keadaan umum
klien lemah, berbaring ditempat tidur, klien saat ini dipuasakan. Tanda-tanda
vital : suhu : 369oC, pernapasan : 28 x/menit, nadi : 128 x/menit. Klien
terpasang IVFD di tangan kirinya dengan menggunakan infus pump, Kaen 3B
D10% = 40 tetes/menit, turgor kulit baik, tidak ada edema, wajah pucat,
konjungtiva anemis, keadaan umum klien lemah, mata tidak cekung, mukosa
bibir kering, klien terpasang NGT, produksi 30cc warna kuning pekat,
terpasang kateter, produksi positif, warna kuning jernih, terpasang rectal tube
dan produksi tidak ada. BB=8,9 kg, TB=66 cm, intake cairan = 280 cc/shif
dan output = 308 cc/shif, Keseimbangan cairan = 280–308 = -28 cc, deuresis :
200/7 jam/8,9 kg = 3,2 cc/Kg BB/jam. Klien terpasang IVFD ditangan kiri
dengan menggunakan infus pump, Kaen 3 A = 350 cc + D 40 = 75 cc +
Amino Acid 10% = 75 cc→ 40 cc/jam.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Riwayat Penyakit Keluarga
An. N adalah putri dari Bp. A dan Ny. E yang ke-5 dari lima bersaudara. Ibu
mengatakan anak pertama meninggal akibat kanker tahun 1995), anak ke-2
meninggal tahun 2000 karena atresia esofagus, anak ke-3 hidup, dengan
hirschprung dan sudah dilakukan operasi, keadaan sekarang sehat. Anak ± 8
minggu dan dilakukan kuret, anak ke-5 yaitu An. N dengan morbus hirschprung.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu mengatakan mengandung cukup bulan, tidak ada keluhan pada saat hamil, ibu
tidak minum jamuan dan obat – obatan selain dari bidan. Riwayat intranatal :
klien lahir tanggal 22 Juni 2011, lahir secara sesar ditolong oleh dokter di RS
Cibinong, BBL=2800 kg, PB=50 cm. Riwayat postnatal : ibu mengatakan perut
anaknya membesar.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
5
Universitas Indonesia
APLIKASI MODEL ADAPTASI ROY PADA An. N DENGAN MORBUS
HIRSCHPRUNG POST OPERASI PULL THROUGH DI RUANG RAWAT
WIDURI RSAB HARAPAN KITA JAKARTA
Tanggal Pengkajian : 21 Februari 2012
Tanggal Masuk RS : 20 Februari 2012
Jam : 08.00 WIB
No. Rekam Medis : 562806
Diagnosa Masuk : Morbus Hirschprung post colostomy
A. Identitas
1. Identitas Klien
a) Nama Anak : An. N
b) Tempat/Tgl Lahir : Jakarta/ 22 – 07 - 2011
c) Jenis Kelamin : Perempuan
d) Umur : 7 bulan
e) Alamat : Bojong depok baru blok ck no 01 RT 07/RW 08
bojong gede bogor
f) Agama : Islam
2. Identitas Penanggung Jawab
a) Nama Ayah/Ibu : Bp. M / Ny. E
b) Pekerjaan Ayah/ibu: Wiraswasta / PNS
c) Umur Ayah/Ibu : 47 tahun / 40 tahun
d) Alamat : Bojong depok baru blok ck no 01 RT 07/RW 08
bojong gede bogor
e) Suku Ayah/Ibu : Sunda/Sunda
f) Agama : Islam
g) Pendidikan : S2/S2
h) Hub. dgn Klien : Orang tua
B. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan diagnosa medis morbus hirscprung post
colostomy, rencana operasi pro pull through.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
6
Universitas Indonesia
C. Pengkajian Tingkat Pertama
Mode Adaptasi Roy (Empat Mode Fungsi)
1. Mode fungsi Fisiologis
a) Oksigen dan Sirkulasi
Tanda-tanda vital : suhu=36,9oC, pernapasan=28 x/menit, nadi=128
x/menit. Suara napas vesikuler, irama teratur, tidak ada ronkhi, tidak
ada wheezing, bentuk dada normal/simetris, pergerakan dinding dada
simetris, tidak ada tarikan dinding dada saat bernapas, warna kulit tidak
sianosis, akral hangat, capillary refil time kembali < 2 detik, tidak ada
kuku tabu, vocal fremitus teraba merata getaran dinding dada dan
normal, tidak ada suara napas tambahan.
b) Nutrisi
Pengkajian pre operasi : keadaan umum klien : baik, BB=8,9 kg,
TB=66 cm, konjungtiva tidak anemis, saat ini klien minum susu dan
teh, klien rencana operasi tanggal 22 Februari 2012.
Pengkajian post operasi : keadaan umum : lemah. Klien saat ini puasa
post operasi hari pertama, terpasang NGT dan produksi 30 cc, warna
kuning pekat, tidak ada muntah, perut tidak kembung, bising usus
masih lemah. kulit lembab, tekstur halus, tidak ada edema, rambut
lebat, lurus dan hitam, konjungtiva tidak anemis. Keluarga mengatakan.
Anaknya rewel.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 20 Februari 2012 = haemoglobin
13,1 gr/dl, hematokrit 39%, trombosit 357.000/ui, leukosit 11.000/ui.
Laboratorium tanggal 22 Februari 2012=haemoglobin 13,6 gr/dl,
hematokrit 41 %, trombosit 357.000/ui.
c) Eliminasi
Pengkajian pre operasi : Klien terpasang kolostomi bag, kondisi stoma
dan kulit sekitar bersih, keluarga mengatakan anaknya BAB lewat
colostomy, setelah BAB langsung dibersihkan dengan menggunakan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
7
Universitas Indonesia
cairan NACL 0,9 %, BAK menggunakan pampres. Keluarga
mengatakan yang selalu merawat kolostominya adalah ibu.
Pengkajian post operasi : Klien post operasi pull through, terpasang
kateter, produksi positif, warna kuning jernih, terpasang rectal tube dan
produksi tidak ada, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, luka
post operasi tertutup kassa.
d) Aktifitas dan istirahat
Pengkajian pre operasi : Keluarga mengatakan anaknya biasa tidur
malam jam 08.00 - 04.00, kadang terbangun ketika akan minum susu,
tidur siang 1-3 jam, tidak ada keluhan terhadap istirahatnya. Keluarga
mengatakan anaknya sudah bisa miring kanan kiri, harusnya sudah bisa
tengkurap, akan tetapi karena terdapat colostomy, aktifitas anaknya
miring kanan kiri. Klien terpasang IVFD di tangan kirinya, Kaen 3B
D10% = 40 tetes/menit
Pengkajian post operasi : keadaan umum klien lemah, klien bedrest
total diatas tempat tidur, keluarga mengatakan kalau anaknya tidur
malam jam 08.00-04.00, sering terbangun dan rewel karena sakit pada
luka bekas operasinya, tidur siang 2–3 jam saja. Ibu sering mengajak
bermain dengan buku berwarna diatas tempat tidur. Klien terpasang
IVFD ditangan kiri dengan menggunakan infus pump, Kaen 3 A=350
cc + D 40=75 cc + Amino Acid 10%=75 cc→ 40 cc/jam.
e) Cairan dan Elektrolit
Pengkajian pre operasi : turgor kulit baik, tidak ada edema, wajah tidak
pucat, konjungtiva tidak anemis, mata tidak cekung, mukosa bibir
lembab. Klien terpasang IVFD di tangan kirinya, Kaen 3B D10%= 40
tetes/menit. BB=8,9 kg, TB=66 cm. Pemeriksaan laboratorium fungsi
ginjal : ureum=24 mg/dl (n=10-50 mg/dl), kreatinin=0,8 mg/dl (n : 0,6-
1,2 mg/dl), pemeriksaan elektrolit=natrium 144 mmol/l (135-142
mmol/l), kalium 4,8 mmol/l (n=3,5-5,6), khlorida 113 mmol/l (n =96-
108), kalsium 10,8 mg/dl (n=8,1-10,4 mg/dl). Pemeriksaan fungsi hati :
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
8
Universitas Indonesia
SGOT 42 u/l (n=<31 u/l), SGPT 40 u/l (n=<36 u/l), protein total 7,0
gr/dl (n=6–7,8 gr/dl), albumin 4,4 gr/dl (n=3,2–4,2 gr/dl).
Pada saat dilakukan pengkajian post operasi hari pertama tanggal 22
Februari 2012 : turgor kulit baik, tidak ada edema, wajah pucat,
konjungtiva anemis, keadaan umum klien lemah, mata tidak cekung,
mukosa bibir kering. BB=8,9 kg, TB=66 cm, intake cairan=280 cc/shif
dan output=307 cc/shif, Keseimbangan cairan=-27 cc,
deuresis=3,2cc/kgBB/jam. Klien terpasang IVFD ditangan kiri dengan
menggunakan infus pump, Kaen 3 A = 350 cc + D 40 = 75 cc + Amino
Acid 10% = 75 cc→ 40 cc/jam.
f) Proteksi / Perlindungan
Pada pengkajian didapatkan data : kulit lembab dan tekstur lembut,
turgor kulit baik, kuku tidak pucat, CTR < 2 detik dan tidak ada
kelainan. Riwayat imunisasi lengkap, balutan luka operasi bersih
tertutup kassa, terpasang rectal tube dan produksi tidak ada. Klien rewel
dan menangis.
g) The sense/indera
Penglihatan: posisi bola mata simetris kiri dan kanan, pergerakan
normal, palpebra normal, sclera tidak ikterus, ukuran pupil 3 mm,
bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva anemis, penglihatan normal,
tidak ada ekskresi, tidak ada nyeri. Pendengaran: posisi telinga simetris
kiri dan kanan, tidak ada ekskresi, liang telinga ada sedikit serumen,
pendengaran normal. Perkataan: klien belum bisa. Penghidu/rasa: reaksi
terhadap panas, dingin, nyeri, dan bau normal. Keadaan umum klien
lemah, klien rewel dan menangis. Terdapat luka post operasi pada perut
dan tertutup kassa, bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi, terpasang
rectal tube.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
9
Universitas Indonesia
h) Neurologis
Kesadaran komposmentis, motorik kasar dan halus sesuai dengan tahap
perkembangan anak, wajah simetris, klien berespon terhadap stimulus,
misalnya ketika dilakukan prosedur tindakan klien sering mengerutkan
wajah menahan sakit, pupil isokor. Ada reflek cahaya langsung dan
tidak langsung, tidak ada kelemahan otot.
i) Endokrin
Tidak ada pembesaran bola mata, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
B. Mode Adaptasi Konsep Diri
a. The physical self : An. N masih berusia 7 bulan, belum dapat
mengekspresikan presepsi tentang penyakitnya. Perilaku bayi saat
kontak dengan orang/ perawat aktif, menangis saat dilakukan
tindakan invasif yang menimbulkan nyeri.
b. Ibu mengatakan bahwa anaknya saat ini sedang sakit dan setelah
operasi harus dipuasakan untuk beberapa hari.
c. The personal self : Bayi belum bisa menyatakan keinginannya
terhadap penyakitnya. Keluarga mengatakan merasa cemas terhadap
keadaan anaknya saat ini dan operasai yang akan dilakukan.
Keluarga berharap anaknya cepat sembuh dari penyakitnya.
C. Mode Fungsi Peran
Orang terdekat dengan klien yaitu orang tuanya dan hubungannya baik,
hubungan klien dengan perawat baik, anak tampak tegang, menangis
saatdidekati oleh orang lain. Selama di rumah sakit segala kebutuhan klien
dipenuhi oleh perawat dan dokter dengan melibatkan orang tua/keluarga
yang merawatanya
D. Mode Adaptasi Interdependen
Klien memiliki ketergantungan dengan orang tua dan tenaga kesehatan
yang bertugas dalam pemenuhan kebutuhannya terkait dengan kondisi post
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
10
Universitas Indonesia
pembedahan pull through yang telah dilakukan. Ayah dan ibu selalu
menemani klien di rumah sakit secara bergantian dan selalu mendoakan
untuk kesembuhan An. N.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
10
Universitas Indonesia
E. PENGKAJIAN TAHAP II
PENGKAJIAN TINGKAT DUA PADA An. N
DENGAN POST OPERASI PULL THROUGH CARA ADAPTASI
PERILAKU/BEHAVIOR STIMULI
Mode Fungsi Fisiologis
FOKAL KONSTEKTUAL RESIDUAL
1.Oksigenasi dan sirkulasi
- Tanda-tanda vital : suhu=369oC, pernapasan=28x/menit, nadi=128 x/menit.
- Suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing, tidak ada tarikan dinding dada saat bernapas, warna kulit tidak sianosis, akral hangat, capillary refil time (CRT) kembali < 2 detik
Sistem adaptif Sistem adaptif Sistem adaptif
2. Nutrisi - Data yang didapat saat pre operasi, keadaan umum klien baik, BB=8,9 kg,TB=66cm, konjungtiva tidak anemis.
- Data yang dapat diobservasi pada post operasi: keadaan umum klien : lemah, klien puasa post operasi hari pertama, terpasang NGT dan produksi positif 30 cc, warna kuning pekat, tidak ada muntah, perut tidak kembung, bising usus masih lemah, konjungtiva tidak anemis. Keluarga mengatakan anaknya rewel.
Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pembatasan oral /puasa sekunder
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
11
Universitas Indonesia
CARA ADAPTASI PERILAKU/BEHAVIOR STIMULI Mode Fungsi Fisiologis
FOKAL KONSTEKTUAL RESIDUAL
3. Aktivitas dan istirahat
Keadaan umum klien lemah, segala aktivitas An. N dibantu oleh perawat dan keluarga. Klien rewel dan sering terbangun ketika tidur.
Sistem adaptif Sistem adaptif Sistem adaptif
4. Proteksi dan perlindungan
- Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher, limpa tidak teraba membesar..
- Imunisasi yang sudah dilakuakan (BCG, polio 2x dan DPT 3x), balutan luka operasi bersih tertutup kassa, terpasang rectal tube, produksi tidak ada.
Resiko kerusakan integritas kulit
Luka operasi dan frekuensi pengeluaran faeses post operasi yang meningkat
Sistem adaptif
5. Sensasi Data yang dapat diobservasi post operasi : ekspresi wajah klien meringis tampak menahan sakit pada daerah operasi dan sekitarnya, terlihat gelisah, skala nyeri 6.
Nyeri Insisi pembedahan
Sistem adaptif
6. Cairan dan elektrolit - Data yang dapat diobservasi pre operasi : turgor kulit baik, tidak ada edema, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis, mata tidak cekung, mukosa bibir lembab. Klien terpasang IVFD di tangan kirinya, Kaen 3B D10%=40 tetes/menit.
- Data yang dapat diobservasi post operasi : turgor kulit baik, tidak ada edema, wajah pucat, konjungtiva anemis, keadaan umum klien lemah,
Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit
- Asupan cairan yang tidak adekuat.
- Penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat puasa post operasi (vomitus, muntah)
Sistem adaptif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
12
Universitas Indonesia
mata tidak cekung, mukosa bibir kering, BB=8,9 kg, TB=66 cm, Keseimbangan cairan=-27cc, deuresis=3,2cc/kgBB/jam, klien terpasang IVFD ditangan kiri dengan menggunakan infus pump, Kaen 3 A = 350 cc + D 40 = 75 cc + Amino Acid 10% = 75 cc→ 40 cc/jam.
7. Neurologis Kesadaran compos mentis, gelisah, GSC 15, refleks fisiologis baik, reflek patologis tidak ada.
Sistem adaptif Sistem adaptif Sistem adaptif
8. Endokrin Tidak ada gangguan sistem endokrin, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Sistem adaptif Sistem adaptif Sistem adaptif
Mode Adaptasi Konsep Diri
Orang tua klien mengatakan cemas, anaknya akan dioperasi
Tindakan operasi terhadap anaknya
Kurangnya informasi tentang tindakan operasi
Orang tua menyakini anaknya akan sembuh setelah dilakukan operasi, tumbuh dan berkembang sebagaimana anak lain seusianya
Mode Fungsi Peran Klien lemah dan tidak berdaya Usia klien yang masih 7 bulan
Klien belum dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan masih sangat terngantung pada orang lain
Orang tua selalu membantu pemenuhan klien terlebih dalam kondisi saat ini
Mode Adaptasi Interdependen
Orang tua selalu membantu pemenuhan kebutuhan anaknya terlebih dalam kondisi saat anak sakit
Kondisi usia dan penyakit yang tidak mendukung anak untuk mandiri
Sistem adaptif Sistem adaptif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
13
Universitas Indonesia
F. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan yang benar, perawat harus
mampu mengenali respon-respon adaptif dari klien. Klien akan mengalami
respon yang berbeda terhadap perubahan lingkungannya, baik itu lingkungan
internal atau eksternal. Kemampuan kognator dapat mempengaruhi setiap
kebutuhan yang fisiologis dan ini akan membantu klien untuk menyesuaikan
diri dalam mencapai tujuan. Identifikasi masalah berdasarkan diagnosa
NANDA. Sedangkan tujuan keperawatan dengan menggunakan Model
Adaptasi Roy difokuskan pada kemampuan adaptasi yang positif.
Perencanaan tindakan yang dibuat mengacu gejala dan tanda pada penyakit
yang dialami klien saat ini, sehingga penatalaksanaan dibuat secara
simptomatik. Perencanaan tindakan berdasarkan Nanda Internasional (2009),
Hockenberry dan Wilson (2007), Ball dan Blinder (2003).
Prioritas diagnosa keperawatan dengan menggunakan pendekatan teori
Kebutuhan dasar manusia dari Maslow dan prinsip urgensi adalah sebagai
berikut :
Diagnosa keperawatan pre operasi :
1. Perubahan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan adanya kolostomi.
2. Cemas pada orang tua berhubungan dengan keadaan anak dan rencana
operasi.
Diagnosa keperawatan post operasi :
1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan berhubungan dengan kehilangan cairan yang terjadi sekunder
akibat puasa post operasi, asupan cairan yang tidak adekuat.
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (adanya
insisi pembedahan).
3. Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pembatasan diet dan puasa post operasi.
4. Resiko kerusakan keutuhan integritas kulit berhubungan dengan luka
operasi dan frekuensi pengeluaran faeces post operasi yang meningkat.
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
14
Universitas Indonesia
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI PADA An. N
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi 1. Perubahan pola eliminasi (BAB)
berhubungan dengan adanya kolostomi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan perubahan pola eliminasi dapat diterima oleh pasien dengan kriteria: - BAB 1-2 kali sehari melalui kolostomi - Kolostomi bag dan stoma bersih - Konsistensi lembek
1. Observasi warna, konsistensi dan jumlah faeces dari kolostomi.
2. Berikan diit rendah serat. 3. Jelaskan perawatan kolostomi. 4. Persiapkan rencana pembedahan.
2. Cemas pada orang tua berhubungan dengan keadaan anak dan rencana operasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan cemas pada orang tua berkurang dengan kriteria hasil :
- Orang tua mengerti tentang operasi anaknya
- Orang tua kooperatif - Orang tua mengatakan cemas berkurang
1. Kaji tingkat pemahaman keluarga tentang operasi yang akan dilakukan.
2. Jelaskan alasan operasi, prosedur persiapan operasi dan prognosa penyakitnya.
3. Dampingi keluarga pada saat cemas. 4. Beri kesempatan keluarga untuk mengungkapkan
perasaannya. 5. Jelaskan pada orang tua dan anak tentang aktifitas yang
dilakukan sesudah operasi.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
15
Universitas Indonesia
G. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi keperawatan Ttd Perawat
1 Selasa, 21 Februari 2012
09.00 09.10 12.00
Memonitor pengeluaran faeces melalui kolostomi Respon : Stoma bersih, tidak ada tanda – tanda infeksi, faeces keluar melalui kolostomi Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan kolostomi Respon : Ibu mengatakan akan selalu menjaga setiap kali anaknya BAB melalui kolostomi, selalu dibersihkan dengan Nacl Memberikan diit sesuai dengan instruksi Respon : Ibu mengatakan anaknya minum susu dan teh, kalau siang makan bubur instan
DX 1 S : - Ibu mengatakan faeces pada
kolostomi anaknya tidak keras - Ibu mengatakan mengganti
kolostomi bag setiap anak BAB sekitar 3 – 4 kali/hari
O : - Stoma dan kulit sekitar bersih - Faeses lembek, jumlah sedikit
warna kuning kecoklatan - Klien minum susu dan teh
A : Masalah perubahan pola eliminasi
(BAB) teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Persiapkan rencana
pembedahan sesuai dengan instruksi
Sulistiyawati
2 Selasa, 21 Februari 2012
09.30
Mengkaji tingkat pemahaman keluarga tentang operasi yang akan dilakukan pada anaknya Respon : Keluarga sudah mengerti akan penyakit anaknya, karena anaknya yang ketiga juga mengalami hal yang sama pada An. N, akan tetapi ibu merasa cemas dan khawatir akan operasi anaknya sekarang
DX 2 S : - Ibu dan ayah mengatakan
anaknya akan dilakukan operasi penutupan kolostomi
- Keluarga mengatakan sudah diberikan penjelasan oleh dokter
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
16
Universitas Indonesia
10.00
Memberi kesempatan keluarga untuk mengungkapkan perasaannya Respon : Ibu kooperatif dan Ibu merasa lega ketika berdiskusi dengan perawat terkait dengan penyakit anaknya.
yang akan melakukan operasi pada anaknya
O : - Keluarga sudah lebih tenang dan
siap untuk dilakukan operasi pada anaknya
A : Masalah cemas teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Dampingi keluarga pada
saat cemas - Memberikan kesempatan
pada keluarga untuk mengungkapakan perasaannya
Sulistiyawati
1 Rabu, 22 Februari 2012
08.30 08.45
Memonitor pengeluaran faeces melalui kolostomi Respon : Stoma bersih, tidak ada tanda – tanda infeksi, faeces keluar melalui kolostomi Mempersiapkan rencana pembedahan An. N yang akan dilakukan hari ini tanggal 22 Februari 2012 jam 12.00 Respon : Keluarga kooperatif dan klien dipuasakan sejak tadi malam
DX 1 S : - Ibu mengatakan faeces pada
kolostomi anaknya tidak keras
O : - Stoma dan kulit sekitar bersih - Faeses lembek, jumlah sedikit
warna kuning kecoklatan - Klien dipuasakan
A : Masalah perubahan pola eliminasi
(BAB) teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
17
Universitas Indonesia
- Rencana akan dilakukan operasi pull trough jam 10.00 WIB
2 Rabu, 22 Februari 2012
09.00 09.30
Memberi kesempatan keluarga untuk mengungkapkan perasaannya Respon : Ibu kooperatif dan Ibu merasa lega ketika berdiskusi dengan perawat terkait dengan penyakit anaknya. Mengantarkan klien ke ruang operasi
DX 2 S : - Ibu dan ayah mengatakan
anaknya akan dilakukan operasi penutupan kolostomi hari ini jam 12.00 WIB
O : - Keluarga sudah lebih tenang dan
siap untuk dilakukan operasi pada anaknya
A : Masalah cemas teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Dampingi keluarga pada
saat cemas - Memberikan kesempatan
pada keluarga untuk mengungkapakan perasaannya
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
18
Universitas Indonesia
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI PADA KLIEN An. N
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat puasa post operasi (vomitus, muntah)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam keseimbangan cairan pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.dengan kriteria: - Anak mendapatkan cukup cairan - Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam
batas normal. - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor
kulit elastis, membran mukosa lembab, rasa haus
- Deuresis cukup : 2–3 cc/kgBB/jam
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. 2. Monitor intake dan output cairan 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran
mukosa, rasa haus) 5. Monitor status nutrisi 6. Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin
dan waktu pembekuan. 7. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi. 8. Atur kemungkinan transfusi darah
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (adanya insisi pembedahan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria: - Nyeri berkurang - Anak beristirahat dengan tenang - Tidak ada tanda – tanda nyeri pada, anak
tidak rewel, tidak menagis atau merintih - Mempertahankan tingkat nyeri pada skala
0 – 10 (Skala wajah)
1. Atur kemungkinan transfusi darahLakukan pengkajian nyeri, secara komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
2. Kaji dan observasi tanda- tanda vital. 3. Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu
anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng, musik, memberikan mainan, melihatkan gambar warna warni).
4. Observasi ketidaknyamanan non verbal. 5. Kendalikan factor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
6. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak. 7. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesik.
3. Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan oral (puasa) sekunder
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
1. Kaji kebutuhan intake cairan/nutrisi dan kalori perhari. 2. Berikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis. 3. Monitor intake output cairan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
19
Universitas Indonesia
- Klien mendapatkan nutrisi yang adekuat - Berat badan dalam batas normal - Turgor kulit elastis
4. Pertahankan NGT untuk drainage 5. Catat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT yang
keluar. 6. Observasi abdomen terhadap distensi, bising usus,
flatus dan buang air besar. 7. Timbang berat badan perhari. 8. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : protein total
albumin 4. Resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan luka operasi dan frekuensi pengeluaran faeces post operasi yang meningkat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan integritas kulit utuh dengan kriteria hasil :
- Luka operasi sembuh tanpa tanda infeksi - Kulit sekitar anus tidak rusak
1. Monitor luka operasi terhadap tanda – tanda infeksi. 2. Catat kondisi kulit dan laporkan setiap ada perubahan. 3. Lakukan perawatan luka pada abdomen dengan teknik
steril dan anus secara higienis, hati – hati dan teliti. 4. Kaji balutan luka operasi pada 24 jam 1, lihat apakah
ada perdarahan. 5. Observasi faeses yang keluar meliputi : warna, jumlah,
konsistensi, serta lancar atau tidak. 6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
kerusakan integritas kulit, luka operasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24, diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria:
- Tanda – tanda vital normal - Tidak ada tanda – tanda infeksi
(bengkak, nyeri, eritema pada daerah insisi drain dan luka post operasi
1. Kaji tanda dan gejala infeksi 2. Observasi tanda – tanda vital terutama suhu tubuh dan
nadi 3. Observasi daerah insisi drain dan luka operasi, catat
karakteristik drainase luka insisi dan adanya eritema pada drain dan luka post operasi
4. Gunakan tehnik aseptic dan antiseptic dalam semua tindakan keperawatan
5. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai program pengobatan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
NO DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Kamis, 23 Februari 2012
08.30 09.30 10.00 13.30
Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 36 5o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Memonitor tanda – tanda dehidrasi An. N Respon : turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, klien gelisah, klien rewel dan menangis, keluarga mengatakan anaknya puasa Berkolaborasi pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : Klien terpasang IVFD ditangan kiri dengan menggunakan infus pump, Kaen 3 A = 350 cc + D 40 = 75 cc + Amino Acid 10% = 75 cc→ 40 cc/jam. Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake = 280 cc. Output = 307 cc Balance cairan shif pagi=-27, deuresis 3,2 ml/kgBB/jam
Jam : 13.30 WIB DX 1 S : - Keluarga mengatakan anaknya
puasa dan rewel O : - Turgor kulit elastis, mukosa bibir
lembab, klien, gelisah, rewel dan menangis
- Klien masih puasa - Klien terpasang NGT, produksi 30
cc warna kuning pekat - Balance cairan shif pagi=-27,
deuresis 3,2 ml/kgBB/jam
A : Masalah resiko kekurangan cairan dan elektrolit inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Monitor tanda - tanda vital - Monitor tanda – tanda dehidrasi - Monitor intake dan output
cairan - Kolaborasikan pemberian
cairan intravena sesuai terapi.
Sulistiyawati
2 Kamis, 23 Februari 2012
08.30
Mengukur tanda-tanda vital klien : suhu=36 5o C, nadi=128 x/mnt, pernafasan=28 x/mnt
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
21
Universitas Indonesia
08.45 09.00 09.15 12.00
Mengkaji nyeri klien baik lokasi, durasi, tingkah laku non verbal (rewel, merintih, menangis) Respon : Klien rewel, gelisah dan tampak kesakitan , skala nyeri 6 (dari 10) Mengajarkan strategi nonfarmakologis kepada keluarga untuk membantu anaknya dalam mengatasi nyeri (memberikan mainan, mendengarkan musik) Respon : Klien masih tetap rewel dan menangis Melibatkan orang tua dalam pengendalian nyeri pada anaknya Respon : keluarga An. N mengatakan akan membantu anaknya untuk dapat mengurangi nyeri anaknya ketika nyeri Kolaborasi memberikan obat injeksi : tramadol 90mg/drip
Jam : 13.30 WIB DX 2 S : - Ibu mengatakan anaknya rewel dan
menangis
O : - Tanda–tanda vital : suhu= 366o C,
nadi=128 x/menit, pernafasan=26 x/menit.
- Klien gelisah - Klien post operasi hari ke-1 - Ekspresi wajah menangis - Skala nyeri 6
A : Masalah nyeri inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri,
secara komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
- Kaji dan observasi tanda-tanda vital
- Kolaborasi pemberian obat anti nyeri
3 Kamis, 23 Februari 2012
10.00
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi perhari Respon : Klien terpasang IVFD ditangan kiri dengan menggunakan infus pump, Kaen 3 A = 350 cc + D 40 = 75 cc + Amino Acid 10% = 75 cc→ 40 cc/jam.
Jam 13.30 WIB DX 3 S : Klien mengatakan anaknya puasa O : - Keadaan umum klien lemah,
bedrest total
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
22
Universitas Indonesia
10.30 12.00 13.00
Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar Respon : Peristaltik usus klien lemah, distensi abdomen tidak terjadi, Keluarga mengatakan anaknya sudah flatus dan anaknya belum buang air besar Mempertahankan NGT Respon : Klien terpasang NGT dan produksi 30 cc Memonitor intake dan output cairan Respon : Balance cairan shif pagi=-27cc 3,2 cc/kgBB/jam
- Klien post operasi hari ke-1 dan masih puasa
- Konjungtiva tidak anemis - NGT masih produksi 30 cc warna
coklat - Peristaltik usus lemah - Distensi abdomen tidak terjadi
A : Masalah resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana keperawatan - Memonitor intake dan output
cairan - Berikan nutrisi parenteral dengan
kolaborasi tim medis - Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium : protein total albumin
4 Kamis, 23 Februari 2012
10.15 10.30
Memonitor luka operasi terhadap tanda-tanda infeksi Respon : Luka tertutup perban, kondisi perban bersih dan kering, tidak ada tanda-tanda infeksi Mengobservasi faeces yang keluar, meliputi warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak Respon : Klien terpasang rectal tube, keluarga mengatakan anaknya belum buang air besar, tidak ada produktif
Jam 13.30 WIB DX 4 S : Keluarga mengatakan anaknya
terpasang selang di lubang duburnya dan belum buang air besar
O : - Luka operasi tertutup perban,
kondisi perban, bersih dan kering - Klien terpasang rectal tube,
produksi tidak ada
A : Masalah resiko intregitas kulit inefektif
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
23
Universitas Indonesia
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana keperawatan - Observasi faeses yang keluar
meliputi : warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak.
- Kaji balutan luka operasi pada 24 jam pertama, lihat apakah ada perdarahan atau tidak
- Lakukan perawatan luka pada abdomen dengan teknik steril dan anus higienis
5 Kamis, 23 Februari 2012
08.30 10.10 10.15 10.30 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 36 5o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Mengkaji tanda dan gejala infeksi serta memonitor kondisi luka Respon : Luka operasi tertutup perban kondisi bersih dan kering Mengobservasi daerah luka operasi, catat karakteristik drainase luka insisi dan adanya eritema pada luka post operasi Respon : Balutan luka operasi di perut kiri bawah bersih, tidak ada rembesan darah. Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik dalam merawat klien. Respon : Perawat mencuci tangan dengan Hibiscrub sebelum dan sesudah kontak dengan klien Berkolaborasi pemberian antibiotik sesuai program pengobatan : Cefotaxime 500 mg, Gentamycin 20 mg. Metronidazol 15 cc
Jam 13.30 WIB DX 5 S : - O : - Luka operasi tertutup perban,
kondisi perban bersih dan kering. - Tidak ada tanda – tanda infeksi - Tanda–tanda vital : suhu= 366o C,
nadi=128 x/menit, pernafasan=26 x/menit.
A : Masalah resiko penyeberan infeksi inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana keperawatan - Observasi tanda – tanda vital
terutama suhu tubuh dan nadi - Gunakan tehnik aseptic dan
antiseptic dalam semua tindakan keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
24
Universitas Indonesia
NO DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Jumat, 24 Februari 2012
08.30 09.30 10.00 13.30
Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 364o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Memonitor tanda – tanda dehidrasi An. N Respon : turgor kulit elastis, mukosa bibir kering, klien gelisah, klien rewel dan menangis, keluarga mengatakan anaknya masih puasa Berkolaborasi pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : Klien terpasang IVFD ditangan kiri dengan menggunakan infus pump, N2 = 350 cc + KCL 10 mEq + D 40 = 75 cc + Amino Acid 10% = 75 cc→ 40 cc/jam. Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake = 280 cc. Output =292 cc Balance cairan shif pagi=-12cc, deuresis 3,2 ml/kgBB/jam
Jam 13.30 WIB DX 1 S : - Keluarga mengatakan anaknya
puasa dan rewel O : - Turgor kulit elastis, mukosa bibir
kering, klien, gelisah, rewel dan menangis
- Klien masih puasa - Klien terpasang NGT, produksi
10 cc warna kuning pekat - Balance cairan shif pagi= -12cc,
deuresis 3,2 ml/kgBB/jam
A : Masalah resiko kekurangan cairan dan elektrolit inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor tanda - tanda vital - Monitor tanda – tanda
dehidrasi - Monitor intake dan output
cairan - Kolaborasikan pemberian
cairan intravena sesuai terapi.
Sulistiyawati
2 Jumat, 24 Februari 2012
08.30
Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 364o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
25
Universitas Indonesia
08.45 09.00 09.15 12.00
Mengkaji nyeri klien baik lokasi, durasi, tingkah laku non verbal (rewel, merintih, menangis) Respon : Klien masih rewel, gelisah dan tampak kesakitan , skala nyeri 6 (dari 10) Mengajarkan strategi nonfarmakologis kepada keluarga untuk membantu anaknya dalam mengatasi nyeri (memberikan mainan, mendengarkan musik) Respon : Keluarga mengatakan, ketika menunjukkan buku gambar buah, anaknya diam sebentar dan menangis lagi Melibatkan orang tua dalam pengendalian nyeri pada anaknya Respon : keluarga An. N mengatakan akan membantu anaknya untuk dapat mengurangi nyeri anaknya ketika nyeri Kolaborasi memberikan obat injeksi : tramadol 30mg/kolf
Jam : 13.30 WIB DX 2 S : - Ibu mengatakan anaknya masih
rewel dan menangis
O : - Tanda- tanda vital suhu : 366o C,
nadi : 128 x/menit, pernafasan : 26 x/menit.
- Klien masih gelisah - Ekspresi wajah menangis, klien
post operasi hari ke 2 - Skala nyeri 6
A : Masalah nyeri inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri,
secara komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
- Kaji dan observasi tanda – tanda vital
- Kolaborasi pemberian obat anti nyeri
3 Jumat, 24 Februari 2012
10.00 10.30
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi perhari Respon : Klien terpasang IVFD ditangan kiri dengan menggunakan infus pump, N2 = 350 cc + KCL 10 mEq + D 40 = 75 cc + Amino Acid 10% = 75 cc→ 40 cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
Jam 13.30 WIB DX 3 S : Klien mengatakan anaknya puasa O : - Keadaan umum klien lemah,
bedrest total - Klien post operasi hari ke-2 dan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
26
Universitas Indonesia
12.00 13.00
Respon : Peristaltik usus klien lemah, distensi abdomen tidak terjadi, Keluarga mengatakan anaknya sudah flatus dan anaknya belum buang air besar Mempertahankan NGT Respon : Klien terpasang NGT dan produksi 10 cc warna kuning pekat Memonitor intake dan output cairan Respon : Balance cairan shif pagi=-12, deuresis 3,2 ml/kgBB/jam
masih puasa - Konjungtiva tidak anemis - NGT masih produksi 10 cc warna
kuning pekat - Peristaltik usus lemah - Distensi abdomen tidak terjadi
A : Masalah resiko gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Memonitor intake dan output
cairan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis - Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium : protein total albumin
4 Jumat, 24 Februari 2012
10.15 10.30
Memonitor luka operasi terhadap tanda – tanda infeksi Respon : Luka tertutup perban, kondisi perban bersih dan kering, tidak ada tanda – tanda infeksi Mengobservasi faeces yang keluar, meliputi warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak Respon : Klien terpasang rectal tube dan produksi 5 cc warna hijau
Jam 13.30 WIB DX 4 S : Keluarga mengatakan anaknya
terpasang selang di lubang duburnya dan ada keluar cairan warna hijau
O : - Luka operasi tertutup perban,
kondisi perban, bersih dan kering - Klien terpasang rectal tube,
produksi 5 cc warna hijau
A : Masalah resiko intregitas kulit inefektif
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
27
Universitas Indonesia
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana keperawatan - Observasi faeses yang
keluar meliputi : warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak.
- Kaji balutan luka operasi pada 24 jam pertama, lihat apakah ada perdarahan atau tidak
- Lakukan perawatan luka pada abdomen dengan teknik steril dan anus higienis
5 Jumat, 24 Februari 2012
08.30 10.10 10.15 10.30 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 364o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Mengkaji tanda dan gejala infeksi serta memonitor kondisi luka Respon : Luka operasi tertutup perban kondisi bersih dan kering Mengobservasi daerah luka operasi, catat karakteristik drainase luka insisi dan adanya eritema pada luka post operasi Respon : Balutan luka operasi di perut kiri bawah bersih, tidak ada rembesan darah. Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik dalam merawat klien. Respon : Perawat mencuci tangan dengan Hibiscrub sebelum dan sesudah kontak dengan klien Berkolaborasi pemberian antibiotik sesuai program pengobatan : Cefotaxime 500 mg/12 jam, Gentamycin 20 mg/12 jam. Metronidazol 15 cc/8 jam
Jam 13.30 WIB DX 5 S : - O : - Luka operasi tertutup perban,
kondisi perban bersih dan kering. - Tidak ada tanda- tanda infeksi - Tanda- tanda vital suhu : 36,6o
C, nadi =128 x/menit, pernafasan= 26 x/menit.
A : Masalah resiko infeksi tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana keperawatan - Observasi tanda – tanda vital
terutama suhu tubuh dan nadi
- Gunakan tehnik aseptic dan antiseptic dalam semua tindakan keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
28
Universitas Indonesia
NO DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Senin, 27 Februari 2012
08.30 09.30 10.00 13.30
Mengukur tanda-tanda vital klien : suhu = 362o C, nadi = 130 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Memonitor tanda – tanda dehidrasi An. N Respon : turgor kulit elastis, mukosa bibir kering, klien masih rewel dan menangis, keluarga mengatakan anaknya masih puasa Berkolaborasi pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : Klien terpasang IVFD ditangan kiri dengan menggunakan infus pump, Kaen 3 A = 350 cc + KCL 10 mEq + D 40 = 75 cc + Amino Acid 10% = 75 cc→ 40 cc/jam. Instruksi dokter jam 12.00 minum bertahap 10 cc Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake = 290 cc. Output = 277 cc Balance cairan shif pagi=+13, deuresis 3cc/kgBB/jam
Jam : 13.30 WIB DX 1 S : - Ibu mengatakan anaknya sudah
boleh minum bertahap 10 cc sejak jam 12.00 WIB
O : - Turgor kulit elastis, mukosa bibir
lembab, klien tidak rewel dan menangis
- Klien post operasi hari ke-5 - Klien terpasang NGT dan
diklem - Balance cairan shif pagi=+13,
deuresis=3cc /kgBB/jam
A : Masalah resiko kekurangan cairan menunjukkan perbaikan
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor tanda - tanda vital - Monitor tanda – tanda
dehidrasi - Monitor intake dan output
cairan - Kolaborasikan pemberian
cairan intravena sesuai terapi.
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
29
Universitas Indonesia
2 Senin, 27 Februari 2012
08.30 08.45 09.00 09.15
Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 362o C, nadi = 130 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Mengkaji nyeri klien baik lokasi, durasi, tingkah laku non verbal (rewel, merintih, menangis) Respon : Klien tenang, ekspresi wajah ceria dan tidak gelisah, skala nyeri 3 - 4 (dari 10) Mengajarkan strategi nonfarmakologis kepada keluarga untuk membantu anaknya dalam mengatasi nyeri (memberikan mainan, mendengarkan musik) Respon : Keluarga mengatakan, ketika menunjukkan buku gambar buah, anaknya diam sebentar dan menangis lagi Melibatkan orang tua dalam pengendalian nyeri pada anaknya Respon : keluarga An. N mengatakan akan membantu anaknya untuk dapat mengurangi nyeri anaknya ketika nyeri
Jam 13.30 WIB DX 2 S : - Ibu mengatakan anaknya tidak
rewel
O : - Tanda – tanda vital suhu : 365o
C, nadi : 128 x/menit, pernafasan : 26 x/menit
- Klien masih gelisah - Ekspresi wajah menangis - Skala nyeri 3 - 4
A : Masalah nyeri adaptif dan menunjukkan perbaikan
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri,
secara komprehensif meliputi lokasi, keparahan.
- Kaji dan observasi tanda- tanda vital
Sulistiyawati
3 Senin, 27 Februari 2012
10.00 10.30
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi perhari Respon : Klien terpasang IVFD ditangan kiri dengan menggunakan infus pump, Kaen 3 A = 350 cc + D 40 = 75 cc + Amino Acid 10% = 75 cc→ 40 cc/jam. Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar Respon : Peristaltik usus +, distensi abdomen tidak terjadi, keluarga mengatakan anaknya sudah flatus dan buang air besar
Jam 13.30 WIB DX 3 S : Ibu mengatakan anaknya sudah
boleh minum bertahap 10 cc sejak jam 12.00 WIB
O : - Keadaan umum klien baik, sudah
miring kanan dan kiri - Klien post operasi hari ke-5
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
30
Universitas Indonesia
10.00 12.00
Mempertahankan NGT Respon : Klien terpasang NGT dan diklem, produksi tidak ada Memberikan minum air putih secara bertahap Respon : Ibu mengatakan anaknya sudah boleh minum air putih 10 cc secara bertahap
- Konjungtiva tidak anemis - Klien terpasang NGT dan masih
diklem - Distensi abdomen tidak terjadi
A : Masalah resiko gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan menunjukkan perbaikan
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Memonitor intake dan
output cairan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis
4 Senin, 27 Februari 2012
09.00 09.30
Memonitor luka operasi terhadap tanda – tanda infeksi Respon : Luka tertutup perban, kondisi perban bersih dan kering, tidak ada tanda – tanda infeksi - Mengobservasi faeces yang keluar, meliputi warna,
jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak - Melakukan perawatan luka pada daerah rectal tube
dan melakukan vulva higiene Respon : Melepas rectal tube klien dan produksi 10 cc, vulva bersih, tidak ada tanda – tanda infeksi
Jam 13.30 WIB DX 4 S : Keluarga mengatakan anaknya
sudah tidak terpasang selang di lubang duburnya
O : - Luka operasi tertutup perban,
kondisi perban, bersih dan kering - Klien sudah tidak terpasang
rectal tube
A : Masalah resiko intregitas kulit adaptif
P : Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
31
Universitas Indonesia
5 Senin, 27 Februari 2012
08.30 10.10 10.15 10.30 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 362o C, nadi = 130 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Mengkaji tanda dan gejala infeksi serta memonitor kondisi luka Respon : Luka operasi tertutup perban kondisi bersih dan kering Mengobservasi daerah luka operasi, catat karakteristik drainase luka insisi dan adanya eritema pada luka post operasi Respon : Balutan luka operasi di perut kiri bawah bersih, tidak ada rembesan darah. Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik dalam merawat klien. Respon : Perawat mencuci tangan dengan Hibiscrub sebelum dan sesudah kontak dengan klien Berkolaborasi pemberian antibiotik sesuai program pengobatan : Cefotaxime 500 mg/12 jam, Gentamycin 20 mg/12 jam.
Jam 13.30 WIB DX 5 S : - O : - Luka operasi tertutup perban,
kondisi perban bersih dan kering. - Tidak ada tanda – tanda infeksi - Tanda – tanda vital suhu : 365o
C, nadi : 128 x/menit, pernafasan : 26 x/menit
A : Masalah resiko penyebaran infeksi adaptif
P : Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
32
Universitas Indonesia
NO DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Selasa, 28 Februari 2012
08.30 09.30 10.00 13.30
Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 362o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Memonitor tanda – tanda dehidrasi An. N Respon : turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, klien tenang dan menangis, keluarga mengatakan anaknya sudah boleh minum bebas (teh manis atau susu) Berkolaborasi pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : Klien terpasang IVFD ditangan kiri dengan menggunakan infus pump, Kaen 3 A = 400 cc + Amiparen = 75 cc + Kalban 10% = 75 cc→ 40 cc/jam. Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake = 370 cc. Output = 327cc Balance cairan shif pagi=+43cc. Deuresis ml 4cc/kgBB/jam
Jam 13.30 WIB DX 1 S : - Ibu mengatakan anaknya sudah
boleh minum bebas (susu formula 6 x 30 – 60 cc)
O : - Turgor kulit elastis, mukosa bibir
lembab, klien tidak rewel dan menangis
- Klien post operasi hari ke 6 - NGT sudah dilepas - Balance cairan shif pagi=+43,
deuresis= 4cc/kgBB/jam
A : Masalah resiko kekurangan cairan adaptif
P : Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan
Sulistiyawati
2 Selasa, 28 Februari 2012
08.30 08.45 09.00
Mengukur tanda – tanda vital klien : suhu = 362o C, nadi = 128 x/mnt, pernafasan = 28 x/mnt Mengkaji nyeri klien baik lokasi, durasi, tingkah laku non verbal (rewel, merintih, menangis) Respon : Klien tenang, ekspresi wajah ceria dan tidak gelisah, skala nyeri 3 (dari 10) Mengajarkan strategi nonfarmakologis kepada keluarga untuk membantu anaknya dalam mengatasi nyeri (memberikan mainan, mendengarkan musik)
Jam : 13.30 WIB DX 1 S : - Ibu mengatakan anaknya tidak
rewel O : - Tanda – tanda vital suhu : 365o
C, nadi : 128 x/menit, pernafasan : 26 x/menit
- Klien masih gelisah - Ekspresi wajah menangis
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
33
Universitas Indonesia
09.15
Respon : Keluarga mengatakan, ketika menunjukkan buku gambar buah, anaknya senang Melibatkan orang tua dalam pengendalian nyeri pada anaknya Respon : keluarga An. N mengatakan akan membantu anaknya untuk dapat mengurangi nyeri anaknya ketika nyeri
- Skala nyeri 3
A : Masalah nyeri adaptif P : Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan
3 Selasa, 28 Februari 2012
10.00 10.30 10.00 12.00
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi perhari Respon : Klien terpasang IVFD ditangan kiri dengan menggunakan infus pump, Kaen 3 A = 400 cc + Amiparen = 75 cc + Kalban 10% = 75 cc→ 40 cc/jam. Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar Respon : Peristaltik usus +, distensi abdomen tidak terjadi, keluarga mengatakan anaknya hari ini buang air besar tadi pagi Melepas NGT klien Respon : NGT klien terlepas Memberikan minum susu formula 8 x 30 – 60 cc secara bertahap Respon : Ibu mengatakan anaknya sudah boleh minum susu formula 60 cc
Jam 13.30 WIB DX 3 S : Ibu mengatakan anaknya sudah
minum susu formula 8 x 30-60 cc secara bertahap
O : - Keadaan umum klien baik, sudah
miring kanan dan kiri - Klien post operasi hari ke-6 - Konjungtiva tidak anemis - Distensi abdomen tidak terjadi - BB : 8,5 kg
A : Masalah resiko gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan adaptif P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Memonitor intake dan
output cairan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis
Sulistiyawati
Tanggal 01 Maret 2012 klien pulang
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
1
Universitas Indonesia
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
2
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI MODEL KEPERAWATAN ADAPTASI ROY PADA An. V
DENGAN ATRESIA ANI POST REPAIR PSARP DAN TUTUP STOMA
DI RUANG BCH RSUP NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA
Oleh: SULISTIYAWATI NPM.0806483714
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2012
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
3
Universitas Indonesia
RESUME KASUS
An. V laki - laki umur 3 tahun, masuk rumah sakit tanggal 7 maret 2012 di ruang
BCH dengan diagnosis medis atresia ani fistel recto uretra post kolostomi dan post
PSARP pro tutup stoma, rencana akan dilakukan operasi yang keempat pada
tanggal 14 Maret 2012. Klien menjalani perawatan selama 28 hari, klien pulang
pada tanggal 03 April 2012. Klien pulang kerumah dengan kondisi sehat dengan
anjuran untuk tetap melakukan kontrol ulang ke polkinik bedah anak. Adapun
riwayat kesehatannya sebagai berikut :
1) Klien tidak mempunyai anus sejak lahir. Setelah lahir, klien buang air besar
melalui lubang kencing bercampur dengan air seni. Setelah 7 hari di rumah,
klien mengalami kembung dan dibawa ke RSCM kemudian dilakukan operasi
kolostomi. Klien kembali untuk operasi yang kedua bulan Juni 2011 pada
usia 2 tahun 8 bulan namun karena orang tua tidak mempunyai biaya untuk
operasi ulang, kemudian klien dan keluarga pulang untuk mengurus Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Kemudian pada tanggal 5 Oktober 2011
klien menjalani operasi Posterio Sagital Anorectalplasty (PSARP). Kemudian
pada tanggal 13 Oktober 2011 klien menjalani operasi repair PSARP.
2) Pengkajian pre operasi dilakukan pada tanggal 12 Maret 2012 didapatkan
data sebagai berikut : rencana An. F akan dilakukan operasi tutup stoma pada
tanggal 14 Maret 2012 jam 12.00 WIB, BB 13,5 kg, TB : 97,5 cm, tanda –
tanda vital : suhu = 36 6oC, nadi = 112 x/menit, pernafasan = 26 x/menit,
terdapat colostomy, stoma bersih, produksi positif, perut tidak kembung,
tidak ada demam dan muntah, klien tenang, gerak aktif, infus akan dipasang
di ruang operasi. Persiapan operasi sudah lengkap, memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga terkait dengan persiapan operasi yang akan
dilakukan pada anaknya mengenai puasa sebelum operasi 6 jam (makanan
padat dan susu formula), 4 jam sebelum operasi (susu formula), 2 jam
sebelum operasi (clear fluid/air putih). Keluarga mengatakan cemas dengan
operasi yang akan dilakukan pada anaknya.
3) Pengkajian post operasi pada tanggal 14 Maret 2012 didapatkan data sebagai
berikut : klien operasi dimulai dari jam 12.00 WIB sampai kembali ke
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
4
Universitas Indonesia
ruangan BCH jam 17.30 WIB. Tanda – tanda vital : suhu=36o C= 00x/menit,
pernafasan=26 x/menit. Klien rewel, wajah meringis dan merintih kesakitan,
klien terpasang kateter, produksi urin positif, warna kuning jernih, perban
luka operasi pada perut sebelah kiri bersih, luka pada anus bersih, terdapat
jahitan, posisi tidur miring/tengkurap dan tidak boleh terlentang, klien
dipuasakan sampai dengan 4 hari, IVFD Kaen 3B 3 kolf/24 jam : 3X500=
1500cc/24jam sementara terpasang asering 63 tetes/menit, kalau sudah habis
diganti dengan Kaen 3B.
Instruksi post operasi :
1. Puasa sampai dengan 4 hari
2. IVFD Kaen 3B 3 kolf/24jam
3. Cek laboratorium DPL post operasi
4. Koreksi jika HB < 10 GR/DL
5. Antibiotik : Cefazolin 3 x 400 mg/iv dan metronidazole 3 x 120 mg/iv
6. Posisi tengkurap/miring dan tidak boleh terlentang
7. Bersihkan daerah anus setelah BAB hingga bersih
Riwayat penyakit dahulu : klien tidak mempunyai anus sejak lahir, setelah lahir
klien BAB melalui lubang kencing bercampur dengan air seni, setelah 7 hari di
rumah klien kembung dan dibawa ke RSCM. Klien dilakukan pembuatan
colostomy pada usia 7 hari, operasi PSARP (posterior sagital anorectalplasty)
pada tanggal 05 Oktober 2011 usia 2,5 tahun, dilakukan repair PSARP tanggal 13
Oktober 2011.
Riwayat penyakit keluarga : keluarga mengatakan bahwa di dalam anggota
keluarganya tidak ada yang menderita kelainan kongenital seperti yang dialami
anaknya saat ini.
Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat pre natal : ibu mengatakan
mengandung cukup bulan, tidak ada keluhan pada saat hamil, ibu tidak minum
jamuan dan obat – obatan selain dari bidan, minum vitamin dan obat penambah
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
5
Universitas Indonesia
darah dari bidan saja. Riwayat intranatal : klien lahir tanggal 09 Januari 2009,
lahir secara spontan ditolong oleh bidan, langsung menangis, BBL : 3200 kg dan
tidak ada keluhan lain. Riwayat postnatal : klien tidak mempunyai anus sejak
lahir.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium Pre operasi 09 – 03 - 2012
Hematologi
Hematologi Rutin
Haemoglobin : 13,5 g/dl n : 11,5 – 15,5 g/dl
Hematokrit : 39,3 % n: 35,0 – 45,0 %
Eritrosit : 5,39 n : 3,90 – 5,30
MCV : 72,9 fl n : 77,0 – 95,0
MCH : 25,0 pg n : 23,0 – 31,0
MCHC : 34,4 gr/dl n : 31 – 37 g/dl
Jumlah leukosit : 8,07 n : 5,50 – 15,50
Jumlah trombosit : 303 n : 150 – 400
Hemostasis
Masa protombin (PT)
Pasien 11,2 detik n : 9,8 – 12,6
Kontrol 12,3 detik
APTT
Pasien 35,9 detik n : 31,0 – 47,0
Kontrol 34,0 detik
Kimia Klinik
SGOT (AST) 35 u/l n : <52 u/l
SGPT (ALT) 13 u/l n : <39 u/l
Albumin 4,67 g/dl n : 3,8 – 5,4 g/dl
Ureum darah 27 mg/dl n : 3,8 – 5,4 mg/dl
Glukosa puasa 93,0 mg/dl n: < 50 mg/dl
Kreatinin darah 0,40 mg/dl n : 52,0 – 98,0 mg/dl
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Laboratorium post operasi tanggal 14 Maret 2012
Hematologi
Hematologi Rutin
Haemoglobin : 10,9 g/dl n : 11,5 – 15,5 g/dl
Hematokrit : 31,9 % n: 35,0 – 45,0 %
Eritrosit : 4,28 n : 3,90 – 5,30
MCV : 74,5 fl n : 77,0 – 95,0
MCH : 25,5 pg n : 23,0 – 31,0
MCHC : 34,2 gr/dl n : 31 – 37 g/dl
Jumlah leukosit : 12,36 n : 5,50 – 15,50
Jumlah trombosit : 267 n : 150 – 400
Laboratorium post operasi tanggal 18 Maret 2012
Hematologi
Hematologi Rutin
Haemoglobin : 12,2 g/dl n : 11,5 – 15,5 g/dl
Hematokrit : 35,1 % n: 35,0 – 45,0 %
Eritrosit : 4,72 n : 3,90 – 5,30
MCV : 74,4 fl n : 77,0 – 95,0
MCH : 25,8 pg n : 23,0 – 31,0
MCHC : 34,8 gr/dl n : 31 – 37 g/dl
Jumlah leukosit : 8,17 n : 5,50 – 15,50
Jumlah trombosit : 243 n : 150 – 400
Kimia Klinik
Albumin 3,95 g/dl n : 3,8 – 5,4
Glukosa sewaktu 105 mg/dl
Elektrolit
Natrium (Na) darah 137 mEq/L n : 132 – 147
Kalium (K) darah 4,02 mEq/L n : 3,30 – 5,40
Klorida (Cl) darah 101,4 mEq/l n : 94,0 – 111,0
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
7
Universitas Indonesia
APLIKASI MODEL KEPERAWATAN ADAPTASI ROY PADA An. V
DENGAN ATRESIA ANI POST REPAIR PSARP DAN TUTUP STOMA
DI RUANG BCH RSUP NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
Tanggal Pengkajian : Senin, 13 Maret 2012
Tanggal Masuk RS : Rabu, 07 Maret 2012
No. Rekam Medis : 350-65-45
Diagnosa Masuk : Atresia ani fistel recto uretra post kolostomi dan post
PSARP pro tutup stoma
A. Identitas
1. Identitas Klien
a) Nama Anak : An. V
b) Tempat/Tgl Lahir : Jakarta/ 09 Januari 2009
c) Jenis Kelamin : Laki - laki
d) Umur : 3 tahun
e) Alamat : Pisangan lama 3 RT 05/06
f) Agama : Islam
2. Identitas Penanggung Jawab
a) Nama Ayah/Ibu : Bp. M / Ny. S
b) Pekerjaan Ayah/ibu: Wiraswasta / IRT
c) Umur Ayah/Ibu : 40 tahun / 41 tahun
d) Alamat : Pisangan lama 3 RT 05/06
e) Suku Ayah/Ibu : Sunda/Sunda
f) Agama : Islam
g) Pendidikan : SD/SD
h) Hub. dgn Klien : Orang tua
B. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan anaknya kesakitan pada bekas operasinya.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
8
Universitas Indonesia
C. Pengkajian Tingkat Pertama
Mode Adaptaf Roy (Empat Mode Fungsi)
1. Mode fungsi Fisiologis
a) Oksigen dan Sirkulasi
Pengkajian pre operasi : tanda-tanda vital : suhu =360C,
pernapasan=28x/menit, nadi=120x/menit.
Pengkajian post operasi : tanda–tanda vital : suhu=360C,
pernapasan=26x/menit, nadi=100x/menit. Suara napas vesikuler, irama
teratur, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing, bentuk dada
normal/simetris, pergerakan dinding dada simetris, tidak ada tarikan
dinding dada saat bernapas, warna kulit tidak sianosis, akral hangat,
capillary refil time kembali < 2 detik, tidak ada kuku tabu, vocal
fremitus teraba merata getaran dinding dada dan normal, tidak ada suara
napas tambahan.
b) Nutrisi
Pengkajian post operasi : keadaan umum klien : lemah, BB=13,5kg,
TB=96 cm, tidak ada muntah dan perut tidak kembung. Bising usus
masih lemah, kulit lembab, tekstur halus, tidak ada edema, rambut
lebat, lurus dan hitam, konjungtiva anemis. Pemeriksaan laboratorium
hematologi rutin pre operasi : Haemoglobin=13,5 g/dl (n : 11,5 – 15,5
g/dl), hematokrit : 39,3 % (n: 35,0 – 45,0 %), eritrosit=5,39 10^6/μl (n
: 3,90 – 5,30). Pemeriksaan post operasi tanggal 14 Februari 2012 :
Haemoglobin=10,9 g/dl, hematokrit=31,9 %, eritrosit=4,28 10^6/μl .
c) Eliminasi
Pengkajian pre operasi : Klien terpasang kolostomi bag, kondisi stoma
dan kulit sekitar bersih, ibu mengatakan anaknya buang air besar (BAB)
lewat colostomy, setelah BAB langsung dibersihkan dengan
menggunakan cairan NACL 0,9 %, BAK menggunakan pampres.
Keluarga mengatakan yang selalu merawat kolostominya adalah ibu.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
9
Universitas Indonesia
Pengkajian post operasi : Klien post operasi repair PSARP dan tutup
stoma, luka post operasi tertutup kassa, kondisi bersih. Klien terpasang
kateter, produksi positif, warna kuning jernih, tidak ada nyeri tekan
pada kandung kemih, luka pada anusnya terdapat jahitan.
d) Aktifitas dan istirahat
Pengkajian pre operasi : Keluarga mengatakan anaknya biasa tidur
malam jam 07.00 - 04.00, kadang terbangun ketika akan minum susu,
tidur siang 1-2 jam, tidak ada keluhan terhadap istirahatnya. Keluarga
mengatakan anaknya dilakukan operasi kolostomi semenjak umur 7
hari, aktifitasnya seperti anak-anak lainnya.
Pengkajian post operasi : keadaan umum klien lemah, klien bedrest
total diatas tempat tidur, kaki terfiksasi dengan kain bedong, keluarga
mengatakan kalau anaknya tidur malam jam 08.00-04.00, sering
terbangun dan rewel karena sakit pada luka bekas operasinya, tidur
siang 1-2 jam saja. Klien terpasang IVFD ditangan kanan dengan
menggunakan infus pump.
e) Cairan dan Elektrolit
Pengkajian post operasi : klien tiba diruangan BCH jam 17.00 WIB,
klien sudah sadar, keadaan umum klien lemah, klien gelisah dan rewel,
turgor kulit baik, tidak ada edema, wajah tidak pucat, konjungtiva agak
anemis, mata tidak cekung, mukosa bibir lembab. BB : 13,5, TB : 96
cm, instruksi kebutuhan cairan klien saat ini, klien mendapatkan IVFD
Kaen 3B 3 kolf/24jam = 63 ml/jam. intake cairan hari ini=378 cc/shif
dan output=100cc/shif, keseimbangan cairan=+171 cc, diuresis=1,0
cc/kgBB/jam.
f) Proteksi / Perlindungan
Pada pengkajian didapatkan data : kulit lembab dan tekstur lembut,
turgor kulit baik, kuku tidak pucat, CTR < 2 detik dan tidak ada
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
10
Universitas Indonesia
kelainan. Riwayat imunisasi lengkap, balutan luka operasi bersih
tertutup kassa.
g) The sense/indera
Penglihatan: posisi bola mata simetris kiri dan kanan, pergerakan
normal, palpebra normal, sclera tidak ikterus, ukuran pupil 3 mm,
bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva anemis, penglihatan normal,
tidak ada ekskresi, tidak ada nyeri. Pendengaran : posisi telinga simetris
kiri dan kanan, tidak ada ekskresi, liang telinga ada sedikit serumen,
pendengaran normal. Perkataan: bicara lancar, sesuai perkembangan
anak. Penghidu/rasa : reaksi terhadap panas, dingin dan bau normal, Ibu
mengatakan anaknya rewel, kesakitan pada bekas operasinya. Terdapat
luka post operasi dan tertutup kassa, luka bersih, tidak ada tanda-tanda
infeksi, luka di anus tidak ditutup kassa.
h) Neurologis
Kesadaran komposmentis, motorik kasar dan halus sesuai dengan tahap
perkembangan anak, sosialisasi baik, bicara normal, wajah simetris,
klien berespon terhadap stimulus, misalnya ketika dilakukan prosedur
tindakan klien sering mengerutkan wajah menahan sakit, pupil isokor.
Ada reflek cahaya langsung dan tidak langsung, tidak ada kelemahan
otot.
i) Endokrin
Tidak ada pembesaran bola mata, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
2. Mode Adaptasi Konsep Diri
a. The physical self : An. V berumur 3 tahun, klien setelah dilakukan
operasi jadi pendiam dan takut ketika didekati oleh perawat atau
dokter, klien hanya berbaring ditempat tidur saja. Ibu mengatakan
saat ini anaknya rewel dan harus puasa serta kakinya harus diikat
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
11
Universitas Indonesia
terlebih dahulu untuk beberapa hari supaya jahitan pada dubur
anaknya tidak lepas.
b. The personal self : Keluarga berharap anaknya cepat sembuh dan
selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya. Keluarga mengatakn
cemas dan khawatir akan keadaan anaknya saat ini.
3. Mode Fungsi Peran
Orang terdekat dengan anak yaitu ibu dan bibi, hubungannya baik.
Hubungan anak dengan perawat baik, akan tetapi ketika didekati menangis
dan rewel, anak tampak tegang, ekspresi wajah meringis menahan sakit.
Peran anak saat dirawat yaitu anak tidak dapat beraktifitas, anak hanya
berbaring ditempat tidurnya. Selama dalam perawatan kebutuhan klien
dipenuhi oleh perawat dan dokter dengan melibatkan orang tua/keluarga
yang merawatanya.
4. Mode Adaptasi Interdependen
Klien memiliki ketergantungan tinggi dengan orang tua dan tenaga
kesehatan yang bertugas dalam pemenuhan kebutuhannya terkait dengan
kondisi post operasi yang telah dilakukan. Orang tua dan keluarga klien
setiap hari menemani klien di rumah sakit secara bergantian dan selalu
mendoakan untuk kesembuhan An. V.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
11
Universitas Indonesia
D. PENGKAJIAN TAHAP II
PENGKAJIAN TINGKAT DUA PADA An. V
DENGAN ATRESIA ANI POST REPAIR PSARP DAN TUTUP STOMA
CARA ADAPTASI
PERILAKU/BEHAVIOR STIMULI
Mode Fungsi Fisiologis FOKAL KONSTEKTUAL RESIDUAL
1. Nutrisi - Keadaan klien lemah, klien saat ini puasa, perut tidak kembung, bising usus masih lemah tidak muntah.
- BB : 13,5 kg, TB : 96 cm.
Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pembatasan oral (puasa 4–5 hari) sekunder terhadap reanotomosis kolon
Sistem adaptif
2. Aktivitas dan istirahat
- Keadaan umum klien lemah, klien diinstruksikan untuk bedrest total, aktivitas terbatas dan mobilisasi secara bertahap.
- Anak kurang istirahat, gelisah, sedikit-sedikit bangun karena nyeri pada luka post operasi, segala aktivitas An. V dibantu oleh perawat dan keluarga.
Intoleransi aktivitas terganggu - Bedrest total dan immobilitas
- Post operasi
Sistem adaptif
3. Proteksi dan perlindungan
- Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher, limpa tidak teraba membesar, suhu aksila 36 3o
C. - Riwayat imunisasi lengkap, balutan
luka operasi bersih tertutup kassa, luka pada anus bersih, terdapat jahitan dan diolesi betadin.
Terjadi infeksi dan resiko kerusakan keutuhan integritas kulit
Adanya luka operasi sehingga menyebabkan resiko untuk terjadinya infeksi
Sistem adaptif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
12
Universitas Indonesia
4. Sensasi Data yang dapat diobservasi : Klien post operasi, wajah klien menahan sakit / meringis, rewel, skala nyeri 6
Nyeri Insisi pembedahan Sistem adaptif
5. Cairan dan elektrolit
- Klien post operasi, keadaan umum klien lemah, klien dipuasakan, terpasang kateter, produksi positif warna kuning jernih, turgor kulit baik (elastis), membran mukosa lembab, mata tidak cekung, bising usus lemah.
- Kebutuhan cairan klien saat ini sesuai dengan instruksi IVFD Kaen 3B 3 kolf/24 jam = 63ml/jam. Keseimbangan cairan=+171cc, diuresis = 1 cc/kgBB/jam
Resiko ketidakseimbangan volume cairan
- Penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat puasa post operasi
- Pembatasan oral (puasa 4-5 hari) sekunder terhadap reanotomosis kolon
Sistem adaptif
Mode Adaptasi Konsep Diri
An. V saat ini sedang sakit dan dirawat dirumah sakit. Keluarga berharap anaknya cepat sembuh dan selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya. Keluarga mengatakn cemas dan khawatir akan keadaan anaknya saat ini.
Cemas Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang telah dilakukan pada anaknya
Keluarga selalu berdoa agar anaknya cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti anak- anak pada umumnya
Mode Fungsi Peran Klien lemah dan tidak berdaya Bedrest total post operasi Klien belum dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan masih sangat terngantung pada orang lain
Orang tua selalu membantu pemenuhan klien terlebih dalam kondisi saat ini
Mode Adaptasi Interdependen
Orang tua selalu membantu pemenuhan kebutuhan anaknya terlebih dalam kondisi saat anak sakit
Kondisi penyakit yang tidak mendukung anak untuk mandiri
Sistem adaptif Sistem adaptif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
13
Universitas Indonesia
E. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan yang benar, perawat harus
mampu mengenali respon-respon adaptif dari klien. Klien akan mengalami
respon yang berbeda terhadap perubahan lingkungannya, baik itu lingkungan
internal atau eksternal. Kemampuan kognator dapat mempengaruhi setiap
kebutuhan yang fisiologis dan ini akan membantu klien untuk menyesuaikan
diri dalam mencapai tujuan. Identifikasi masalah berdasarkan diagnosa
NANDA. Sedangkan tujuan keperawatan dengan menggunakan model
adaptasi Roy difokuskan pada kemampuan adaptasi yang positif. Perencanaan
tindakan yang dibuat mengacu gejala dan tanda pada penyakit yang dialami
klien saat ini, sehingga penatalaksanaan dibuat secara simptomatik.
Perencanaan tindakan berdasarkan Nanda Internasional (2005), Hockenberry
dan Wilson (2007), Ball dan Blinder (2003).
Prioritas diagnosa keperawatan dengan menggunakan pendekatan teori
Kebutuhan dasar manusia dari Maslow dan prinsip urgensi adalah sebagai
berikut :
1. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat puasa post operasi
terhadap reanotomosis kolon.
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (adanya
insisi pembedahan).
3. Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pembatasan oral (puasa 4-5 hari) sekunder terhadap
reanotomosis kolon.
4. Resiko kerusakan keutuhan integritas kulit berhubungan dengan luka
operasi
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas
kulit, luka operasi.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
14
Universitas Indonesia
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An. V
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat puasa post operasi terhadap reanotomosis kolon/penutupan stoma DS : Ibu mengatakan anaknya puasa DO : - Tanda- tanda vital : suhu=360C,
pernapasan=28x/menit, nadi=120x/menit.
- Klien rewel, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, mata tidak cekung
- Kebutuhan cairan klien saat ini sesuai dengan instruksi IVFD Kaen 3B 3 kolf/24 jam = 63ml/jam. intake cairan hari ini = 189 cc/shif dan output = 100 cc/shif, diuresis = 1.09 cc/kgBB/jam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam keseimbangan cairan pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.dengan kriteria: - Anak mendapatkan cukup cairan - Tanda-tanda vital normal - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit
elastis, membran mukosa lembab, rasa haus - Diuresis cukup : 1-2 cc/kgBB/jam - Hasil elektrolit dalam batas normal
1. Monitor tanda-tanda vital 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. 3. Monitor intake dan output cairan 4. Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran
mukosa, rasa haus) 5. Monitor status nutrisi 6. Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin
dan waktu pembekuan. 7. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi. 8. Atur kemungkinan transfusi darah
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (adanya insisi pembedahan). DS : Ibu mengatakan anaknya rewel, dan kesakitan pada bekas operasinya DO :
- Klien gelisah - Ekspresi wajah menangis - Skala nyeri (scale flacc) : 6 (dari 1-10)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria:
- Anak beristirahat dengan tenang - Tidak ada tanda-tanda nyeri pada, anak
tidak rewel, tidak menagis atau merintih - Anak menunjukkan bukti-bukti nyeri yang
minimal atau tidak ada (berdasarkan penilaian FLACC scale):
a. Wajah: tidak ada ekspresi yang khusus (seperti senyum)
b. Ekstremitas: posisi normal/ rileks c. Gerakan: berbaring tenang, posisi
1. Kaji tanda dan gejala nyeri pada klien. 2. Catat dan laporkan jika anak gelisah dan takikardia 3. Berikan posisi yang nyaman, tidak menekan luka
operasi 4. Anjurkan orang tua untuk selalu dekat dengan anaknya 5. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak 6. Hindari mempalpasi area operasi kecuali jika
diperlukan 7. Pastikan kateter anak dipasang dengan benar, serta
bebas dari simpul 8. Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu
anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
15
Universitas Indonesia
normal, bergerak mudah d. Menangis: tidak menangis e. Kemampuan ditenangkan: senang, rileks
mainan) 9. Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik dan kaji
efek samping obat 3. Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan oral (puasa) sekunder terhadap reanotomosis/penutupan stoma DS : Ibu mengatakan saat ini anaknya puasa DO : - Keadaan klien lemah, klien saat ini
puasa, perut tidak kembung, bising usus masih lemah, tidak muntah.
- BB : 13 Kg, TB : 96 cm.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
- Klien mendapatkan nutrisi yang adekuat (1400 kkal/hari)
- Berat badan dalam batas normal (13-18 kg)
- Turgor kulit elastis
1. Kaji kebutuhan intake cairan/nutrisi dan kalori perhari. 2. Berikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis. 3. Monitor intake output cairan 4. Pertahankan NGT untuk drainage 5. Catat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT yang
keluar. 6. Observasi abdomen terhadap distensi, bising usus,
flatus dan buang air besar. 7. Timbang berat badan perhari. 8. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : protein total
albumin 4. Resiko kerusakan keutuhan integritas kulit
berhubungan dengan luka operasi DS : - DO : - Klien post operasi repair PSARP dan
post tutup stoma - Terdapat balutan luka operasi bersih,
tertutup kassa, luka pada anus bersih, terdapat jahitan dan diolesi betadin.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan integritas kulit utuh dengan kriteria hasil :
- Luka operasi sembuh tanpa tanda infeksi - Kulit sekitar anus tidak rusak
1. Monitor luka operasi terhadap tanda – tanda infeksi. 2. Catat kondisi kulit dan laporkan setiap ada perubahan. 3. Lakukan perawatan luka pada abdomen dengan teknik
steril dan anus secara higienis, hati – hati dan teliti. 4. Kaji balutan luka operasi pada 24 jam 1, lihat apakah
ada perdarahan. 5. Observasi faeses yang keluar meliputi : warna, jumlah,
konsistensi, serta lancar atau tidak.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit, luka operasi. DS : - DO : - Klien post operasi repair PSARP dan
post tutup stoma - Terdapat balutan luka operasi bersih,
tertutup kassa, luka pada anus bersih, terdapat jahitan dan diolesi betadin.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24, diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria: - Tanda- tanda vital normal - Luka kering, tidak ada kemerahan, edema,
pus dan bau pada luka operasi - Leukosit dalam batas normal (5.000 –
10.000/ mm3) - Hasil kultur darah steril
1. Observasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor
2. Monitor TTV terutama suhu tubuh secara teratur 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien 4. Pasang balutan yang meningkatkan kelembaban
penyembuhan luka 5. Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril 6. Pantau pemberian nutrisi parenteral IV line untuk
mempercepat penyembuhan luka operasi 7. Berikan antibiotik sesuai terapi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
16
Universitas Indonesia
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi keperawatan Ttd Perawat
1 Rabu, 14 Maret 2012 17.00 17.20 17.30
Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 6 (dari 1 – 10), ibu mengatakan anaknya rewel, menangis. Memberikan posisi yang nyaman pada klien, supaya tidak menekan luka operasi Repon : posisi tidur klien terlentang, kakinya diikat dengan kain bedong supaya jahitan pada anusnya tidak lepas Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Ibu mengatakan akan menenangkan anaknya
Jam 19.30 WIB DX 1 S : - Ibu mengatakan anaknya masih
rewel dan menangis
O : - Klien tidur tidak nyenyak - Ekspresi wajah meringis - Skala nyeri (scale flacc) : 6 (dari
1 – 10)
A : Masalah nyeri inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Kaji tanda dan gejala nyeri
pada klien. - Berikan posisi yang nyaman,
tidak menekan luka operasi - Libatkan keluarga dalam
pengendalian nyeri pada anak
- Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan mainan)
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
17
Universitas Indonesia
2 Rabu, 14 Maret 2012 17.00 17.10 17.45 19.30
Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : Kebutuhan cairan klien saat ini sesuai dengan instruksi IVFD Kaen 3B 3 kolf/24 jam = 63ml/jam Mengukur tanda – tanda vital Respon : suhu : 360C, pernapasan : 28x/menit, nadi : 120x/menit. Memonitor tanda – tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien saat ini puasa, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, klien rewel minta susu Memonitor intake dan output cairan Respon : intake cairan hari ini=378 cc/shif dan output=100 cc/shif, IWL=107,2cc/shif diuresis=1,0 cc/kgBB/jam, keseimbangan cairan=+171 cc
Jam 19.30 WIB DX 2 S : Ibu mengatakan anaknya saat ini
sedang puasa O : - Tanda-tanda vital : suhu=36,20C,
pernapasan=26 x/menit, nadi=100 x/menit.
- Klien rewel minta susu, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, mata tidak cekung
- Keseimbangan cairan pershif=+171cc, diuresis=1,0 cc/kgBB/jam
A: Masalah resiko ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi keperawatan sesuai rencana - Monitor tanda-tanda vital - Monitor intake dan output
cairan - Monitor tanda-tanda dehidrasi
(turgor kulit,membran mukosa, rasa haus)
- Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi
Sulistiyawati Sulistiyawati
3 Rabu, 14 Maret 2012 17.00 17.15
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : Kebutuhan cairan klien saat ini sesuai dengan instruksi IVFD Kaen 3B 3 kolf/24 jam = 63ml/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : distensi abdomen klien tidak terjadi, bising usus lemah, klien belum flatus dan buang air besar
Jam 19.30 DX 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya
puasa dan belum buang angin O : - Keadaan klien lemah, klien saat
ini puasa, perut tidak kembung, bising usus masih lemah, tidak
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
18
Universitas Indonesia
muntah, perut tidak kembung - BB=13,5 kg, TB=96 cm
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis - Monitor intake output cairan - Observasi abdomen terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
- Rencana klien dipasang NGT untuk dekompresi (alat sedang diresepkan)
4 Rabu, 14 Maret 2012 19.00 Memonitor luka operasi terhadap tanda – tanda infeksi Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada kering, terlihat jahitan/benang
Jam 19.30 DX 4 S : - O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada kering, terlihat jahitan/benang
A : Masalah kerusakan keutuhan integritas kulit inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana keperawatan - Monitor luka operasi terhadap
tanda-tanda infeksi - Lakukan perawatan luka pada
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
19
Universitas Indonesia
abdomen dengan teknik steril dan anus secara higienis, hati – hati dan teliti
- Kaji balutan luka operasi pada 24 jam 1, lihat apakah ada perdarahan
- Observasi faeses yang keluar meliputi : warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak
5 Rabu, 14 Maret 2012 17.10 Mengukur tanda – tanda vital Respon : suhu : 360C, pernapasan : 28x/menit, nadi : 120x/menit.
Jam 19.30 DX 5 S : - O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada kering, terlihat jahitan/benang
A : Masalah infeksi belum teratasi P : Lanjutkan intervensi sesuai
dengan rencana keperawatan - Monitor TTV terutama suhu
tubuh secara teratur - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien - Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril - Berikan antibiotik sesuai
terapi - Pantau pemberian nutrisi
parenteral IV line untuk mempercepat penyembuhan luka operasi
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
20
Universitas Indonesia
No DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi keperawatan Ttd Perawat
1 Kamis, 15 Maret 2012
08.30 08.40 09.00 12.00
Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 6 (dari 1 – 10), ibu mengatakan anaknya masih rewel, menangis ketika didekati oleh perawat atau dokter Memberikan posisi yang nyaman pada klien, supaya tidak menekan luka operasi Repon : posisi tidur klien miring diganjal bantal, kakinya diikat dengan kain bedong supaya jahitan pada anusnya tidak lepas Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Ibu mengatakan akan menenangkan anaknya, saat ini anaknya diminta dikipas – kipas Berkolaborasi untuk pemberian terapi analgesik farmadol 3x200 mg Respon : Injeksi farmadol sudah diberikan sesuai instruksi
Jam 13.45 WIB DX 1 S : - Ibu mengatakan anaknya masih
rewel dan menangis sakit pada bekas operasinya
O : - Klien tidur tidak nyenyak, sedikit
– sedikit bangun - Ekspresi wajah menangis - Skala nyeri (scale flacc) : 6 (dari
1-10)
A : Masalah nyeri inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Kaji tanda dan gejala nyeri
pada klien. - Berikan posisi yang nyaman,
tidak menekan luka operasi - Libatkan keluarga dalam
pengendalian nyeri pada anak
- Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan mainan)
- Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
21
Universitas Indonesia
2 Kamis, 15 Maret 2012
08.00 08.10 08.15 08.30 13.30
Mengukur tanda – tanda vital Respon : suhu : 3660C, pernapasan : 30 x/menit, nadi : 118x/menit Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari Berkolaborasi pemberian cairan intravena sesuai terapi Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = Kaen MG3→ 63 cc/ml, dihabiskan dan setelah itu diganti dengan pemberian lipofundin →1,3 cc/jam Line 2 = N5 + Kcl 10 mEq → 36 cc/jam Line 3 = Aminofusin paed 5% → 10cc/jam Memonitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari pertama, turgor kulit elastis, membran mukosa agak kering, klien rewel haus minta susu Memonitor intake dan output cairan Respon : diuresis = 4,2 cc/kgBB/jam. Keseimbangan cairan = +83,8 cc
Jam 13.45 WIB DX 2 S : Ibu mengatakan anaknya masih
puasa dan rewel haus minta susu O : - Tanda-tanda vital :
suhu=3660C,pernapasan=26 x/menit, nadi=20 x/menit.
- Klien rewel minta susu, turgor kulit elastis, membran mukosa agak kering
- Keseimbangan cairan pershif=+83,8, diuresis=4,2 cc/kgBB/jam
A: Masalah ketidakseimbangan volume cairan menunjukkan perbaikan
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
sesuai rencana - Monitor tanda-tanda vital - Monitor intake dan output
cairan - Monitor tanda-tanda dehidrasi
(turgor kulit,membran mukosa, rasa haus)
- Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi
Sulistiyawati
3 Kamis, 15 Maret 2012
08.10
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari
Jam 13.45 DX 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya
puasa dan sudah buang angin
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
22
Universitas Indonesia
08.15 09.00 09.10
Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = Kaen MG3→ 63 cc/ml, dihabiskan dan setelah itu diganti dengan pemberian lipofundin →1,3 cc/jam Line 2 = N5 + Kcl 10 mEq → 36 cc/jam Line 3 = Aminofusin paed 5% → 10cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : Perut supel, datar, distensi abdomen klien tidak ada, bising usus lemah, klien belum buang air besar, ibu mengatakan anaknya sudah buang angin - Mempertahankan NGT untuk dekompresi - Mencatat warna, jumlah dan karakteristik cairan
NGT yang keluar Respon : Klien terpasang NGT, produksi tidak ada
O : - Keadaan klien lemah, klien
puasa hari pertama, perut tidak kembung, bising usus masih lemah, tidak muntah, perut tidak kembung
- BB : 13 Kg, TB : 96 cm
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis - Monitor intake output cairan - Observasi abdomen terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
- Rencana klien mau dipasang NGT untuk dekompresi (alat sedang diresepkan
4 Kamis, 15 Maret 2012
10.00 10.15
Memonitor luka operasi terhadap tanda – tanda infeksi Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari pertama, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada anus kering, terlihat jahitan/benang dan tidak lembab - Mengobservasi faeses yang keluar meliputi : warna,
jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak - Mencatat kondisi kulit dan laporkan setiap ada
perubahan Respon : Kondisi luka pada anus kering dan tidak lembab, ibu mengatakan setiap pagi dan sore selalu
Jam 13.45 DX 4 S : Ibu mengatakan luka pada dubur anaknya selalu dibersihkan setiap pagi dan sore dengan Nacl, diberi nebazitime powder dan ibu mengatakan anaknya belum buang air besar O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari pertama,
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
23
Universitas Indonesia
luka pada dubur anaknya dibersihkan dengan Nacl dan diberi nebazitime powder dan ibu mengatakan anaknya belum buang air besar
terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada anus kering, terlihat jahitan/benang dan tidak lembab
A : Masalah kerusakan keutuhan integritas kulit inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor luka operasi terhadap
tanda-tanda infeksi - Catat kondisi kulit dan
laporkan setiap ada perubahan - Kaji balutan luka operasi pada
24 jam 1, lihat apakah ada perdarahan
- Observasi faeses yang keluar meliputi : warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak
5 Kamis, 15 Maret 2012
08.00 10.00 10.20
Mengukur tanda – tanda vital Respon : suhu : 3660C, pernapasan : 30 x/menit, nadi : 118x/menit Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari pertama, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada anus kering, terlihat jahitan/benang dan tidak lembab Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien
Jam 13.45 DX 5 S : Ibu mengatakan luka pada dubur anaknya selalu dibersihkan setiap pagi dan sore dengan Nacl, diberi nebazitime powder dan ibu mengatakan anaknya belum buang air besar O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari pertama, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada anus kering dan tidak lembab
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
24
Universitas Indonesia
12.00 Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : Injeksi metronidazole 3x125mg/iv, cefazolin 3x400mg/iv
A : Masalah infeksi belum teratasi P : Lanjutkan intervensi sesuai
dengan rencana keperawatan - Monitor TTV terutama suhu
tubuh secara teratur - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien - Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril - Berikan antibiotik sesuai
terapi - Pantau pemberian nutrisi
parenteral IV line untuk mempercepat penyembuhan luka operasi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
25
Universitas Indonesia
No DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi keperawatan Ttd Perawat
1 Jumat, 16 Maret 2012 08.30 08.40 09.00 12.00
Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 6 (dari 1 – 10), ibu mengatakan anaknya masih rewel, menangis ketika didekati oleh perawat atau dokter Memberikan posisi yang nyaman pada klien, supaya tidak menekan luka operasi Repon : posisi tidur klien miring diganjal bantal, kakinya diikat dengan kain bedong supaya jahitan pada anusnya tidak lepas Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Ibu mengatakan akan menenangkan anaknya dengan mendengarkan musik di handphone Berkolaborasi untuk pemberian terapi analgesik farmadol 3x200 mg Respon : Injeksi farmadol sudah diberikan sesuai instruksi
Jam 13.45 WIB DX 1 S : - Ibu mengatakan anaknya masih
rewel dan menangis sakit pada bekas operasinya
O : - Klien tidur dengan nyenyak,
sedikit – sedikit bangun - Ekspresi wajah menangis - Skala nyeri (scale flacc) : 6 (dari
1-10)
A : Masalah nyeri pada klien belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Kaji tanda dan gejala nyeri
pada klien. - Berikan posisi yang nyaman,
tidak menekan luka operasi - Libatkan keluarga dalam
pengendalian nyeri pada anak
- Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan mainan)
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
26
Universitas Indonesia
- Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik
2 Jumat, 16 Maret 2012 08.00 08.10 08.15 08.30 13.30
Mengukur tanda – tanda vital Respon : suhu : 3750C, pernapasan : 26 x/menit, nadi : 118x/menit Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari Berkolaborasi pemberian cairan intravena sesuai terapi Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) → 34 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 10cc/jam Line 3 = Lipofundin 20% →1,3 cc/jam Memonitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari kedua, turgor kulit elastis, membran mukosa agak kering, klien rewel haus Memonitor intake dan output cairan Respon : Keseimbangan cairan=+16,1 cc, diuresis = 2,6 cc/kgBB/jam.
Jam 13.45 WIB DX 2 S : Ibu mengatakan anaknya masih
puasa dan rewel haus minta susu
O : - Tanda – tanda vital : suhu : suhu
: 36 60C, pernapasan : 26 x/menit, nadi : 120 x/menit.
- Klien rewel minta susu, turgor kulit elastis, membran mukosa agak kering
- Keseimbangan cairan pershif= +16,1 cc, diuresis=2,6 cc/kgBB/jam
A : Masalah ketidakseimbangan volume cairan menunjukkan perbaikan
P : Lanjutkan intervensi
keperawatan sesuai rencana - Monitor tanda – tanda vital - Monitor intake dan output
cairan - Monitor tanda-tanda
dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus)
- Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi
Sulistiyawati
3 Jumat, 16 Maret 2012 08.10
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus
Jam 13.45 DX 3
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
27
Universitas Indonesia
08.15 09.00 09.10
>10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) → 34 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 10cc/jam Line 3 = Lipofundin 20% →1,3 cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : Perut supel, datar, distensi abdomen klien tidak ada, bising usus lemah, klien belum buang air besar - Mempertahankan NGT untuk dekompresi - Mencatat warna, jumlah dan karakteristik cairan
NGT yang keluar Respon : Klien terpasang NGT, produksi tidak ada
S : Ibu klien mengatakan anaknya masih puasa
O : - Keadaan klien lemah, klien
puasa hari kedua, perut tidak kembung, bising usus masih lemah, tidak muntah, perut tidak kembung
- BB : 13 Kg, TB : 96 cm
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menunjukkan perbaikan
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis
- Monitor intake output cairan - Observasi abdomen terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
- Pertahankan NGT untuk drainage
- Catat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT yang keluar
4,5 Jumat, 16 Maret 2012 08.00 10.00
Mengukur tanda – tanda vital Respon : suhu : 3660C, pernapasan : 30 x/menit, nadi : 118x/menit - Memonitor luka operasi terhadap tanda – tanda
Jam 13.45 DX 4 S : Ibu mengatakan luka pada dubur anaknya selalu dibersihkan setiap pagi dan sore dengan Nacl, diberi
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
28
Universitas Indonesia
10.15 10.30 12.00
infeksi - Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi,
ganti balutan jika kotor Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari kedua, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada anus kering, terlihat jahitan/benang dan tidak lembab - Mengobservasi faeses yang keluar meliputi : warna,
jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak - Mencatat kondisi kulit dan laporkan setiap ada
perubahan Respon : Kondisi luka pada anus kering dan tidak lembab, ibu mengatakan setiap pagi dan sore selalu luka pada dubur anaknya dibersihkan dengan Nacl dan diberi nebazitime powder dan ibu mengatakan anaknya belum buang air besar
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : Injeksi metronidazole 3x125mg/iv, cefazolin 3x400mg/iv
nebazitime powder dan ibu mengatakan anaknya belum buang air besar O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari kedua, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada anus kering dan tidak lembab
A : Masalah kerusakan keutuhan integritas kulit tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor luka operasi
terhadap tanda – tanda infeksi
- Catat kondisi kulit dan laporkan setiap ada perubahan
- Lakukan perawatan luka pada abdomen dengan teknik steril dan anus secara higienis, hati – hati dan teliti
- Kaji balutan luka operasi pada 24 jam 1, lihat apakah ada perdarahan
- Observasi faeses yang keluar meliputi : warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
29
Universitas Indonesia
Jam 13.45 DX 5 S : Ibu mengatakan luka pada dubur anaknya selalu dibersihkan setiap pagi dan sore dengan Nacl, diberi nebazitime powder dan ibu mengatakan anaknya belum buang air besar O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari kedua, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada anus kering dan tidak lembab
A : Masalah infeksi belum teratasi P : Lanjutkan intervensi sesuai
dengan rencana keperawatan - Monitor TTV terutama suhu
tubuh secara teratur - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien - Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril - Berikan antibiotik sesuai
terapi - Pantau pemberian nutrisi
parenteral IV line untuk mempercepat penyembuhan luka operasi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
30
Universitas Indonesia
No DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Senin, 19 Maret 2012 08.00 08.30 08.45 09.00 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu 36,50C, nadi 112 x/ menit, pernapasan 30x/ menit Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 6 (dari 1 – 10), ibu mengatakan anaknya masih rewel dan sakit pada perutnya Memberikan posisi yang nyaman pada klien, supaya tidak menekan luka operasi Repon : posisi tidur klien miring diganjal bantal, kakinya diikat dengan kain bedong supaya jahitan pada anusnya tidak lepas Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Ibu mengatakan akan menenangkan anaknya dengan mendengarkan musik di handphone Berkolaborasi untuk pemberian terapi analgesik farmadol 3x200 mg Respon : Injeksi farmadol sudah diberikan sesuai instruksi
Jam 13.30 WIB DX 1 S : Ibu mengatakan anaknya bisa
tidur, sebentar bangun karena nyeri pada perutnya
O : - Klien tidur dengan nyenyak,
sedikit – sedikit bangun - Klien post operasi hari ke 5 - Ekspresi wajah tegang - Skala nyeri (scale flacc) : 4-5
(dari 1 – 10)
A : Masalah nyeri menunjukkan perbaikan
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Kaji tanda dan gejala nyeri
pada klien. - Berikan posisi yang nyaman,
tidak menekan luka operasi - Libatkan keluarga dalam
pengendalian nyeri pada anak
- Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan mainan)
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
31
Universitas Indonesia
- Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik
2
Senin, 19 Maret 2012 08.00 08.15 08.20 10.00 13.30
Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu 36,50C, nadi 112 x/ menit, pernapasan 30x/ menit Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari Berkolaborasi pemberian cairan intravena sesuai terapi Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) →41 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 21 cc/jam Memonitor tanda – tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari kelima, klien sudah boleh minum clear fluid sebanyak 1sdm/jam, turgor kulit elastis, membran mukosa basah, klien rewel haus Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake Output Infus = 496 cc/shif Urin = 400 Minum = 40cc/shif NGT = - IWL = 107,2 Diuresis = 3,7 cc/kgBB/jam. Keseimbangan cairan=+78,8 cc
Jam 13.30 WIB DX 2 S : Ibu mengatakan anaknya sudah
boleh minum air putih 1 sendok makan tiap jam
O : - Tanda – tanda vital : suhu : suhu
: 3640C, pernapasan : 26 x/menit, nadi : 110 x/menit.
- Klien masih rewel minta minum, turgor kulit elastis, membran mukosa basah
- Keseimbangan cairan pershif= +128,8cc, diuresis=3,1 cc/kgBB/jam
A: Masalah ketidakseimbangan volume cairan menunjukkan perbaikan
P : Lanjutkan intervensi
keperawatan sesuai rencana - Monitor tanda – tanda vital - Monitor intake dan output
cairan - Monitor tanda – tanda
dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus)
- Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi
Sulistiyawati
3
Senin, 19 Maret 2012 08.15
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
32
Universitas Indonesia
08.30 10.15 10.30
>10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) →41 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 21cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : Perut supel, datar, distensi abdomen klien tidak ada, bising usus lemah 6x/menit, klien belum buang air besar - Mempertahankan NGT untuk dekompresi - Mencatat warna, jumlah dan karakteristik cairan
NGT yang keluar Respon : Klien masih terpasang NGT, produksi tidak ada
Jam 13.30 WIB DX 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya
sudah diperbolehkan minum air outih sebanyak 1 sendok makan tiap jam
O : - Keadaan klien masih lemah - Klien post operasi hari ke-5 - Perut tidak kembung, bising usus
masih lemah, tidak muntah, perut tidak kembung
- BB : 13,5 kg, TB : 96 cm
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis - Monitor intake output cairan - Observasi abdomen terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
- Pertahankan NGT untuk drainage
- Catat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT yang keluar
4,5 Senin, 19 Maret 2012 08.00
Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu 36,50C, nadi 112 x/ menit, pernapasan 30x/ menit
Jam 13.30 WIB DX 4 S : Ibu mengatakan luka pada dubur anaknya selalu dibersihkan setiap
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
33
Universitas Indonesia
10.00 10.15 10.30 12.00
- Memonitor luka operasi terhadap tanda – tanda infeksi
- Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor
Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 5, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada anus kering, terlihat jahitan/benang dan tidak lembab - Mengobservasi faeses yang keluar meliputi :
warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak - Mencatat kondisi kulit dan laporkan setiap ada
perubahan Respon : Kondisi luka pada anus kering dan tidak lembab, ibu mengatakan setiap pagi dan sore selalu luka pada dubur anaknya dibersihkan dengan Nacl dan diberi nebazitime powder dan ibu mengatakan anaknya belum buang air besar
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : Injeksi metronidazole 3x125mg/iv, cefazolin 3x400mg/iv
pagi dan sore dengan Nacl, diberi nebazitime powder dan ibu mengatakan anaknya belum buang air besar O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke 5, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada anus kering dan tidak lembab
A : Masalah kerusakan keutuhan integritas kulit adaptif
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor luka operasi
terhadap tanda-tanda infeksi - Catat kondisi kulit dan
laporkan setiap ada perubahan
- Lakukan perawatan luka pada abdomen dengan teknik steril dan anus secara higienis, hati – hati dan teliti
- Kaji balutan luka operasi pada 24 jam 1, lihat apakah ada perdarahan
- Observasi faeses yang keluar meliputi : warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Jam 13.45 DX 5 S : Ibu mengatakan luka pada dubur anaknya selalu dibersihkan setiap pagi dan sore dengan Nacl, diberi nebazitime powder dan ibu mengatakan anaknya belum buang air besar O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari kedua, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada anus kering dan tidak lembab
A : Masalah infeksi belum teratasi P : Lanjutkan intervensi sesuai
dengan rencana keperawatan - Monitor TTV terutama suhu
tubuh secara teratur - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien - Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril - Berikan antibiotik sesuai
terapi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
35
Universitas Indonesia
No DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Selasa, 20 Maret 2012
08.00 08.30 08.45 09.00 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu 3680C, nadi 112 x/ menit, pernapasan 26 x/ menit Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 4-5 (dari 1 – 10), ibu mengatakan anaknya masih rewel dan sakit pada perutnya sudah berkurang Memberikan posisi yang nyaman pada klien, supaya tidak menekan luka operasi Repon : posisi tidur klien miring diganjal bantal, kakinya diikat dengan kain bedong supaya jahitan pada anusnya tidak lepas Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Mengajak anak bermain mobil – mobilan di tempat tidur klien Berkolaborasi untuk pemberian terapi analgesik farmadol 3x200 mg Respon : Injeksi farmadol sudah diberikan sesuai instruksi
Jam 13.30 WIB DX 1 S : Ibu mengatakan anaknya masih
rewel, sebentar sebentar minta susu
O : - Klien tidur dengan nyenyak,
sedikit – sedikit bangun - Klien post operasi hari ke 6 - Ekspresi wajah klien tegang - Skala nyeri (scale flacc)=3-4
(dari 1-10)
A : Masalah nyeri adaptif P : Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan
Sulistiyawati
2
Selasa, 20 Maret 2012
08.00 08.15
Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu 3680C, nadi 112 x/ menit, pernapasan 26 x/ menit Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13
Jam 13.30 WIB DX 2 S : Ibu mengatakan anaknya boleh
minum air putih masih 1 sendok makan tiap jam dan
O : - Tanda – tanda vital : suhu : suhu
: 3640C, pernapasan : 26 x/menit,
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
36
Universitas Indonesia
08.20 10.00 13.30
– 10) = 1150 ml/hari Memberikan cairan intravena sesuai terapi Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) →41 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 21 cc/jam Memonitor tanda – tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari ke 6, klien sudah boleh minum clear fluid sebanyak 1sdm/jam, turgor kulit elastis, membran mukosa basah, klien rewel haus ingin minum susu Memonitor intake dan output cairan Respon : Diuresis = 4,2cc/kgBB/jam. Keseimbangan cairan = +28,8cc
nadi : 110 x/menit. - Klien masih rewel minta susu,
turgor kulit elastis, membran mukosa basah
- Keseimbangan cairan pershif= +28,8 cc, diuresis=4,2 cc/kgBB/jam
A: Masalah ketidakseimbangan volume cairan adaptif
P : Pertahankan intervensi
keperawatan sesuai rencana
3
Selasa, 20 Maret 2012
08.15 08.30 10.15
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) →41 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 21cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : Perut supel, datar, distensi abdomen klien tidak ada, bising usus lemah 2x/menit, klien belum
Jam 13.30 WIB DX 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya
sudah diperbolehkan minum air outih sebanyak 1 sdm tiap jam
O : - Keadaan klien masih lemah - Klien post operasi hari ke 6 - Perut tidak kembung, bising usus
masih lemah, tidak muntah, perut tidak kembung
- BB : 13,5 kg, TB : 96 cm
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adaptif
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
37
Universitas Indonesia
buang air besa P : Pertahankan intervensi sesuai rencana keperawatan
4,5 Selasa, 20 Maret 2012
08.00 09.30 10.15 10.30 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu 3680C, nadi 112 x/ menit, pernapasan 26 x/ menit - Melakukan perawatan luka dengan prinsip steril - Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi,
ganti balutan jika kotor Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 6, telah dilakukan perawatan luka, luka operasi bersih, tidak ada pus, luka lembab, sekitar luka merah. Luka dibersihkan dengan Nacl dan ditutup dengan comfeel, panjang luka 7 - Mengobservasi faeses yang keluar meliputi : warna,
jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak - Mencatat kondisi kulit dan laporkan setiap ada
perubahan Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 6, klien belum buang air besar, luka pada anus kering dan dibersihkan tiap pagi dengan Nacl kemudian diberikan nebazitim powder
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : Injeksi metronidazole 3x125mg/iv, cefazolin 3x400mg/iv
Jam 13.30 WIB DX 4 S : Ibu mengatakan luka operasi
sudah dibersihkan oleh perawat
O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke 6 - Luka operasi bersih, tidak ada
pus, luka lembab, sekitar luka merah. Luka dibersihkan dengan Nacl dan ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
A : Masalah kerusakan keutuhan
integritas kulit terjadi ditandai dengan luka lembab dan sekitar luka kemerahan, masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor luka operasi
terhadap tanda-tanda infeksi - Catat kondisi kulit dan
laporkan setiap ada perubahan
- Lakukan perawatan luka pada abdomen dengan teknik steril dan anus secara higienis, hati – hati dan teliti
- Kaji balutan luka operasi pada 24 jam 1, lihat apakah
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
38
Universitas Indonesia
ada perdarahan - Observasi faeses yang
keluar meliputi : warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak
Jam 13.30 DX 5 S : Ibu mengatakan luka operasi
sudah dibersihkan oleh perawat
O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke 6 - Luka operasi bersih, tidak ada
pus, luka lembab, sekitar luka merah. Luka dibersihkan dengan Nacl dan ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
A : Masalah infeksi belum teratasi
ditandai dengan adanya kemerahan pada sekitar luka, luka lembab
P : Lanjutkan intervensi sesuai dengan rencana keperawatan - Monitor TTV terutama suhu
tubuh secara teratur - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien - Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril - Berikan antibiotik sesuai
terapi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
39
Universitas Indonesia
No DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
4,5 Sabtu, 24 Maret 2012 08.00 10.00 10.15 10.30 12.00
Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu 3620C, nadi 110 x/ menit, pernapasan 28 x/ menit - Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi,
ganti balutan jika kotor Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 10, luka operasi bersih, tidak ada pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka ditutup dengan comfeel, panjang luka 7 - Mengobservasi faeses yang keluar meliputi : warna,
jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak - Mencatat kondisi kulit dan laporkan setiap ada
perubahan Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 10, klien sudah buang air besar, luka pada anus kering dan dibersihkan tiap pagi dengan Nacl kemudian diberikan nebazitim powder
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : Injeksi metronidazole 3x125mg/iv, cefazolin 3x400mg/iv
Jam 13.30 WIB DX 4 S : - O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke-10 - Luka operasi bersih, tidak ada
pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka operasi ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
A : Masalah kerusakan keutuhan
integritas kulit terjadi ditandai dengan luka lembab dan sekitar luka tidak kemerahan
P : Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan Jam 13.30 DX 5 S : O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke 10 - Luka operasi bersih, tidak ada
pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
A : Masalah infeksi adaptif P : Lanjutkan intervensi sesuai
dengan rencana keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
40
Universitas Indonesia
No DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Senin, 26 Maret 2012 08.00 08.15 09.00 10.00 10.15 10.30
Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 6 (dari 1 – 10), ibu mengatakan anaknya rewel, menangis dan sakit pada perutnya Mengukur tanda-tanda vital klien Respon : suhu 380C, nadi 120x/menit, pernapasan 30 x/ menit Memberikan farmadol 3x200mg/iv Respon : Farmadol sudah diberikan Mengukur suhu klien Respon : suhu klien : 370C Memberikan posisi yang nyaman pada klien, supaya tidak menekan luka operasi Repon : posisi tidur klien terlentang dan kaki klien masih difiksasi dengan kain bedong Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Ibu mengajak anaknya melihat tv di handphone, anaknya diam saja hanya menangis kesakitan pada perutnya
Jam 13.30 WIB DX 1 S : Ibu mengatakan anaknya rewel
lagi dan masih kesakitan pada perutnya
O : - Klien menangis dan merintih
kesakitan - Klien post operasi hari ke-12 - Ekspresi wajah klien tegang - Skala nyeri (scale flacc) : 6
(dari 1 – 10)
A : Masalah nyeri pada klien terjadi lagi, masalah inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Kaji tanda dan gejala nyeri
pada klien. - Berikan posisi yang nyaman,
tidak menekan luka operasi - Libatkan keluarga dalam
pengendalian nyeri pada anak
- Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan mainan)
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
41
Universitas Indonesia
- Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik
2
Senin, 26 Maret 2012 08.15 08.20 10.00 13.30
Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari Memberikan cairan intravena sesuai terapi Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) →42 cc/jam Memonitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari ke 12, klien sudah boleh minum susu 6x50/hari, turgor kulit elastis, membran mukosa basah, klien rewel Memonitor intake dan output cairan Respon : Diuresis=2,6cc/kgBB/jam. Keseimbangan cairan=+78,8cc
Jam 13.30 WIB DX 2 S : Ibu mengatakan anaknya boleh
minum susu 6x50 (susu) O : - Tanda – tanda vital :
suhu=3680C, pernapasan=26 x/menit, nadi=110 x/menit.
- Klien masih rewel minta susu, turgor kulit elastis, membran mukosa basah
- Keseimbangan cairan pershif=+78,8 cc, diuresis=2,6 cc/kgBB/jam
A: Masalah ketidakseimbangan volume cairan, masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
sesuai rencana - Monitor tanda- tanda vital - Monitor intake dan output
cairan - Monitor tanda-tanda
dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus)
- Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi
- Cek nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
42
Universitas Indonesia
3
Senin, 26 Maret 2012 08.15 08.30 10.15
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) →42 cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : terdapat distensi abdomen, bising usus lemah, ibu mengatakan anaknya buang air besar mencret dan luka pada pantatnya kemerahan dan jahitannya jebol
Jam 13.30 WIB DX 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya
sudah minum susu bertahap
O : - Keadaan klien masih lemah - Klien post operasi hari ke 12 - Perut kembung, terdapat distensi
abdomen, bising usus masih lemah, tidak muntah
- BB : 13,5 Kg, TB : 96 cm
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis
- Monitor intake output cairan - Observasi abdomen terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
- Cek pemeriksaan laboratorium : protein total albumin
Sulistiyawati
4,5 Senin, 26 Maret 2012 10.00
Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 12, luka operasi bersih, tidak ada pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
Jam 13.30 WIB DX 4 S : Ibu mengatakan cemas karena
anaknya mencret dan luka pada pantatnya lecet dan jahitannya jebol
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
43
Universitas Indonesia
10.15 10.30 12.00
- Mengobservasi faeses yang keluar meliputi : warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak
- Mencatat kondisi kulit dan laporkan setiap ada perubahan
Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 12, klien buang air besar, luka pada anus basah, lembab dan lecet serta kemerahan dan dibersihkan dengan Nacl serta diberikan nebazitime powder
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : Injeksi metronidazole 3x125mg/iv, cefazolin 3x400mg/iv
O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke 12 - Luka operasi bersih, tidak ada
pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka operasi ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
- Luka pada anus basah, lecet, lembab dan kemerahan
A : Masalah kerusakan keutuhan
integritas kulit terjadi ditandai dengan luka lembab dan sekitar luka kemerahan, masalah terjadi lagi dan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor luka operasi terhadap
tanda-tanda infeksi - Catat kondisi kulit dan
laporkan setiap ada perubahan - Lakukan perawatan luka pada
abdomen dengan teknik steril dan anus secara higienis, hati-hati dan teliti
- Observasi faeses yang keluar meliputi : warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Jam 13.30 DX 5 S : O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke 12 - Luka operasi bersih, tidak ada
pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka operasi ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
- Luka pada anus basah, lecet, lembab dan kemerahan
A : Masalah infeksi belum teratasi
ditandai dengan adanya luka lembab, lecet dan kemerahan pada daerah anus
P : Lanjutkan intervensi sesuai
dengan rencana keperawatan - Monitor TTV terutama suhu
tubuh secara teratur - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien - Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril - Berikan antibiotik sesuai
terapi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
45
Universitas Indonesia
No DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Selasa, 27 Maret 2012
14.00 14.20 14.30 15.00 18.00
Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 6 (dari 1 – 10), ibu mengatakan anaknya masih rewel, menangis dan sakit pada perutnya Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu 3740C, nadi 120x/menit, pernapasan 28 x/ menit Memberikan posisi yang nyaman pada klien, supaya tidak menekan luka operasi Repon : posisi tidur klien terlentang, kadang miring kanan atau miring kiri dan kaki klien sudah tidak difiksasi lagi Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Ibu mengajak anaknya melihat tv di handphone, anaknya mau Memberikan injeksi farmadol 3x200mg Respon : injeksi sudah diberikan
Jam 19.30 WIB DX 1 S : Ibu mengatakan anaknya masih rewel
dan kesakitan pada perutnya O : - Klien menangis dan merintih
kesakitan - Klien post operasi hari ke-13 - Ekspresi wajah klien tegang - Skala nyeri (scale flacc) : 6 (dari 1
– 10)
A : Masalah nyeri inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Kaji tanda dan gejala nyeri pada
klien. - Berikan posisi yang nyaman,
tidak menekan luka operasi - Libatkan keluarga dalam
pengendalian nyeri pada anak - Lakukan strategi
nonfarmakologis untuk membantu anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan mainan)
- Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik
Sulistiyawati
2
Selasa, 27 Maret 2012
15.30
Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus
Jam 19.30 WIB DX 2 S : Ibu mengatakan anaknya dipuasakan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
46
Universitas Indonesia
16.00 16.45 19.30
>10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari Memberikan cairan intravena sesuai terapi Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) →42 cc/jam Memonitor tanda – tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari ke 13, klien dipuasakan lagi, turgor kulit elastis, membran mukosa agak kering, klien rewel Memonitor intake dan output cairan Respon : Diuresis = 2cc/kgBB/jam. Keseimbangan cairan=-41,2cc
O : - Tanda – tanda vital : suhu : suhu :
3750C, pernapasan : 26 x/menit, nadi : 110 x/menit.
- Klien masih rewel minta susu, turgor kulit elastis, membran mukosa agak kering
- Wajah klien terlihat pucat, konjugtiva anemis, capilary refill time kembali <2 detik
- Hasil laboratorium tanggal 27 Maret 2012 elektrolit = natrium = 120 mEq/L (n: 132 – 147 mEq/L), kalium = 3,36 mEq/L (3,30 – 5,40 mEq/L), klorida = 89,1 mEq/L (94,0 – 111,0 mEq/L), albumin = 3,84 g/dl (n : 3,8 – 5,4 g/dl)
- Pemeriksaan hematologi : Haemoglobin = 12.0 g/dl (n : 11.5 – 15.0 g/dl)
- Keseimbangan cairan pershif = -41,2 cc, diuresis = 2 cc/kgBB/jam
A: Masalah ketidakseimbangan volume cairan inefektif
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
sesuai rencana - Monitor tanda-tanda vital - Monitor intake dan output
cairan - Monitor tanda – tanda dehidrasi
(turgor kulit,membran mukosa, rasa haus)
- Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
47
Universitas Indonesia
- Konsultasi hasil laboratorium ke IKA
3
Selasa, 27 Maret 2012
15.30 16.00 16.30
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (13 – 10) = 1150 ml/hari Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) →42 cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : perut masih teraba distensi abdomen, bising usus lemah, ibu mengatakan anaknya buang air besar masih mencret dan ada ampasnya, luka pada pantatnya kemerahan dan lecet
Jam 19.30 WIB DX 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya
dipuasakan O : - Keadaan klien masih lemah - Klien post operasi hari ke-13 - Perut masih kembung, terdapat
distensi abdomen, bising usus masih lemah, tidak muntah
- BB : 13 kg, TB : 96 cm - Hasil laboratorium tanggal 27
Maret 2012 : Elektrolit = natrium = 120 mEq/L (n: 132 – 147 mEq/L), kalium = 3,36 mEq/L (3,30 – 5,40 mEq/L), klorida = 89,1 mEq/L (94,0 – 111,0 mEq/L), albumin = 3,84 g/dl (n : 3,8 – 5,4 g/dl)
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis - Monitor intake output cairan - Observasi abdomen terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
Sulistiyawati
4,5 Selasa, 27 Maret 2012
16.45
Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
48
Universitas Indonesia
17.00 17.15 18.00
stoma hari ke 13, luka operasi bersih, tidak ada pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka ditutup dengan comfeel, panjang luka 7 - Mengobservasi faeses yang keluar meliputi : warna,
jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak - Mencatat kondisi kulit dan laporkan setiap ada
perubahan Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 13, klien buang air besar masih mencret, luka pada anus basah, lembab dan lecet serta kemerahan dan dibersihkan dengan Nacl, diberikan salep barium cream
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : cefazolin 3x200mg/iv
Jam 19.30 WIB DX 4 S : Ibu mengatakan buang air besar
anaknya masih mencret dan ketika dibersihkan, anaknya bilang perih
O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke 13 - Luka operasi bersih, tidak ada pus,
luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka operasi ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
- Luka pada anus basah, lecet, lembab dan kemerahan
A : Masalah kerusakan keutuhan
integritas kulit terjadi ditandai dengan luka lembab dan sekitar luka kemerahan, masalah terjadi lagi dan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Monitor luka operasi terhadap
tanda – tanda infeksi - Catat kondisi kulit dan laporkan
setiap ada perubahan - Lakukan perawatan luka pada
abdomen dengan teknik steril dan anus secara higienis, hati-hati dan teliti
- Observasi faeses yang keluar meliputi : warna, jumlah, konsistensi, lancar atau tidak
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Jam 19.30 DX 5 S : O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke 13 - Luka operasi bersih, tidak ada pus,
luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka operasi ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
- Luka pada anus basah, lecet, lembab dan kemerahan
A : Masalah infeksi belum teratasi
ditandai dengan adanya luka lembab, lecet dan kemerahan pada daerah anus
P : Lanjutkan intervensi sesuai dengan
rencana keperawatan - Monitor TTV terutama suhu
tubuh secara teratur - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien - Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril - Berikan antibiotik sesuai terapi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
50
Universitas Indonesia
No DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Rabu, 28 Maret 2012 08.00 08.15 08.30
Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 6 (dari 1-10), ibu mengatakan anaknya masih rewel, menangis dan sakit pada perutnya Mengukur tanda- tanda vital klien Respon : suhu 3750C, nadi 110/menit, pernapasan 28x/ menit Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Ibu mengajak anaknya melihat tv di handphone, anaknya mau
Jam 13.30 WIB DX 1 S : Ibu mengatakan anaknya masih
rewel dan kesakitan pada perutnya
O : - Klien menangis dan merintih
kesakitan - Klien post operasi hari ke 14 - Ekspresi wajah klien tegang - Skala nyeri (scale flacc)=6 (dari
1 – 10)
A : Masalah nyeri inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Kaji tanda dan gejala nyeri
pada klien. - Berikan posisi yang nyaman,
tidak menekan luka operasi - Libatkan keluarga dalam
pengendalian nyeri pada anak - Lakukan strategi
nonfarmakologis untuk membantu anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan mainan)
- Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
51
Universitas Indonesia
2
Rabu, 28 Maret 2012 08.30 09.00 09.30 13.30
Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : BB : 12 kg, TB : 96 cm. Kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (12 – 10) = 1100 ml/hari Memberikan cairan intravena sesuai terapi Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) →40 cc/jam Memonitor tanda – tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari ke 14, klien masih dipuasakan, turgor kulit elastis, membran mukosa agak kering, klien rewel, wajah klien agak pucat Memonitor intake dan output cairan Diuresis = 2,7 cc/kgBB/jam. Keseimbangan cairan=-17,2 cc
Jam 19.30 WIB DX 2 S : Ibu mengatakan anaknya masih
puasa O :
- Tanda- tanda vital : suhu = 37,40C, pernapasan=26 x/menit, nadi=110 x/menit.
- Klien masih rewel minta susu, turgor kulit elastis, membran mukosa agak kering
- Wajah klien terlihat pucat, konjugtiva anemis, capilary refill time kembali <2 detik
- Keseimbangan cairan pershif=-17,2cc, diuresis=2,7 cc/kgBB/jam
A: Masalah ketidakseimbangan
volume cairan inefektif P : Lanjutkan intervensi keperawatan
sesuai rencana - Monitor tanda-tanda vital - Monitor intake dan output
cairan - Monitor tanda-tanda dehidrasi
(turgor kulit, membran mukosa, rasa haus)
- Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi
- Konsulkan hasil laboratorium ke IKA
Sulistiyawati
3
Selasa, 28 Maret 2012
09.00
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : BB : 12 kg, TB : 96 cm. Kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50
Jam 13.30 WIB DX 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
52
Universitas Indonesia
10.00 10.15
(BB-10) yaitu 1000 + 50 (12 – 10) = 1100 ml/hari Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 (490)+ Kcl (10 mEq) →40 cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : perut masih teraba distensi abdomen, bising usus lemah, ibu mengatakan anaknya buang air besar masih mencret dan ada ampasnya, luka pada pantatnya kemerahan dan lecet
masih dipuasakan O :
- Keadaan klien masih lemah - Klien post operasi hari ke-14 - Perut masih kembung, terdapat
distensi abdomen, bising usus masih lemah, tidak muntah
- BB : 13 Kg, TB : 96 cm - Hasil foto polos abdomen terdapat
gambaran ileus paralitik
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh inefektif
P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis - Monitor intake output cairan - Observasi abdomen terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
4,5 Selasa, 28 Maret 2012
09.15 09.20
Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 14, luka operasi bersih, tidak ada pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka ditutup dengan comfeel, panjang luka 7 - Mengobservasi faeses yang keluar meliputi : warna,
jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak - Mencatat kondisi kulit dan laporkan setiap ada
perubahan Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 14, klien buang air besar masih mencret,
Jam 13.30 WIB DX 4 S : Ibu mengatakan buang air besar
anaknya masih mencret dan ketika dibersihkan, anaknya bilang perih
O :
- Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 14
- Luka operasi bersih, tidak ada pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka operasi ditutup
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
53
Universitas Indonesia
09.30 12.00
luka pada anus basah, lembab dan lecet serta kemerahan dan dibersihkan dengan Nacl, diberikan salep barium cream
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : cefazolin 3x200mg/iv
dengan comfeel, panjang luka 7 - Luka pada anus basah, lecet,
lembab dan kemerahan
A : Masalah kerusakan keutuhan integritas kulit terjadi ditandai dengan luka lembab dan sekitar luka kemerahan, masalah terjadi lagi dan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Monitor luka operasi terhadap
tanda-tanda infeksi - Catat kondisi kulit dan laporkan
setiap ada perubahan - Lakukan perawatan luka pada
abdomen dengan teknik steril dan anus secara higienis, hati-hati dan teliti
- Observasi faeses yang keluar meliputi : warna, jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak
Jam 13.30WIB DX 5 S : O :
- Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 14
- Luka operasi bersih, tidak ada pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka operasi ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
- Luka pada anus basah, lecet,
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
54
Universitas Indonesia
lembab dan kemerahan A : Masalah infeksi belum teratasi
ditandai dengan adanya luka lembab, lecet dan kemerahan pada daerah anus
P : Lanjutkan intervensi sesuai dengan
rencana keperawatan - Monitor TTV terutama suhu
tubuh secara teratur - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien - Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril - Berikan antibiotik sesuai terapi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
55
Universitas Indonesia
No DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Senin, 02 April 2012 08.00 08.15
Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 3 (dari 1 – 10), ibu mengatakan anaknya tidak rewel, sakit pada perutnya sudah hilang Mengukur tanda – tanda vital klien Respon : suhu 3680C, nadi 120/menit, pernapasan 26x/ menit
Jam 13.30 WIB DX 1 S : Ibu mengatakan anaknya tidak rewel
dan anaknya sudah bisa tidur dengan nyenyak
O : - Klien post operasi hari ke 18 - Ekspresi wajah klien ceria dan tidak
tegang - Skala nyeri (scale flacc)=3 (dari 1-
10) A : Masalah nyeri adaptif P : Pertahankan intervensi sesuai rencana
keperawatan
Sulistiyawati
2
Senin, 02 April 2012 08.30 08.45
Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : infus klien sudah dilepas, saat ini klien diberikan diit bubur Memonitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari ke 18, klien sudah diperbolehkan makan diit bubur sejak tanggal 31 Maret 2012, turgor kulit elastis, membran mukosa basah, klien tenang tidak rewel
Jam 19.30 WIB DX 2 S : Ibu mengatakan anaknya sudah
makan bubur O : - Tanda – tanda vital : suhu : suhu :
3740C, pernapasan : 26 x/menit, nadi : 110 x/menit.
- Klien tidak rewel, turgor kulit elastis, membran mukosa basah
- Wajah klien ceria, konjugtiva tidak anemis, capilary refill time kembali <2 detik
A : Masalah ketidakseimbangan volume cairan adaptif
P : Pertahankan intervensi keperawatan sesuai rencana keperawatan
Sulistiyawati
3
Senin, 02 April 2012 09.00
Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis
Jam 13.30 WIB DX 3
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
56
Universitas Indonesia
09.15
Respon : Klien sudah tidak terpasang infus, klien mendapat diit bubur Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : perut supel, datar, tidak ada kembung, distensi abdomen tidak tejadi, bising usus 4x/menit, ibu mengatakan anaknya buang air besar sudah tidak mencret dan ada ampasnya, luka pada pantatnya sudah kering
S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah makan bubur dan habis ½ porsi
O : - Keadaan klien masih lemah - Klien post operasi hari ke-18 - Perut tidak kembung, distensi
abdomen tidak ada, bising usus 10x/menit, tidak muntah
- BB : 12,5 kg, TB : 96 cm A : Masalah resiko gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adaptif
P : Pertahankan intervensi sesuai rencana keperawatan
4,5 Senin, 02 April 2012 09.15 09.20 09.30
Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 18, luka operasi bersih, tidak ada pus, luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka ditutup dengan comfeel, panjang luka 7 - Mengobservasi faeses yang keluar meliputi : warna,
jumlah, konsistensi, serta lancar atau tidak - Mencatat kondisi kulit dan laporkan setiap ada
perubahan Respon : Klien post operasi repair PSARP dan tutup stoma hari ke 18, ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar tidak mencret dan luka pada pantat anaknya sudah kering dan selalu dibersihkan dengan Nacl, diberikan barier cream
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien
Jam 13.30 WIB DX 4 S : Ibu mengatakan anaknya buang air
besar sudah tidak mencret lagi O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke 18 - Luka operasi bersih, tidak ada pus,
luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka operasi ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
- Luka pada anus kering, tidak ada tanda – tanda infeksi
A : Masalah kerusakan keutuhan integritas kulit tidak terjadi dan adaptif
P : Pertahankan intervensi sesuai rencana keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
57
Universitas Indonesia
12.00
Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : cefazolin 3x200 secara oral
Jam 13.30WIB DX 5 S : O : - Klien post operasi repair PSARP
dan tutup stoma hari ke 18 - Luka operasi bersih, tidak ada pus,
luka lembab, sekitar luka tidak kemerahan, luka operasi ditutup dengan comfeel, panjang luka 7
- Luka pada anus kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
A : Masalah infeksi adaptif P : Pertahankan intervensi sesuai dengan
rencana keperawatan Tanggal 03 April klien pulang
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
1
Universitas Indonesia
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
2
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI MODEL KEPERAWATAN ADAPTASI ROY PADA An. W
DENGAN ATRESIA ANI FISTEL RECTOVESIKA POST TUTUP STOMA
DI RUANG BCH RSUP NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA
Oleh: SULISTIYAWATI NPM.0806483714
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2012
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
3
Universitas Indonesia
RESUME KASUS
Riwayat Singkat Klien
An. W dengan jenis kelamin laki - laki, umur 1,5 tahun, masuk ke rumah sakit
tanggal 12 Maret 2012 dengan diagnosis medis atresia ani fistel rectovesika post
colostomi dan post PSARP pro tutup stoma dirawat di ruang BCH. Klien datang
ke rumah sakit ingin tutup stoma dan klien dilakukan operasi tanggal 15 Maret
2012, klien terpasang IVFD dengan menggunakan infus pump di tangan kiri dan
menjalani perawatan selama 10 hari, klien pulang tanggal 22 Maret 2012. Klien
pulang ke rumah dengan kondisi sehat dengan anjuran tetap melakukan kontrol
ulang ke poliklinik anak. Adapun riwayat kesehatannya adalah sebagai berikut :
1) Klien usia 1,5 tahun. Klien tidak mempunyai anus dan bentuk kemaluan
(ambigus genitalia) yang tidak normal, 1 hari sebelum masuk rumah sakit
klien lahir dengan keadaan tidak memiliki anus. Klien tidak bisa buang air
besar 9 jam setelah lahir, kemudian klien dibawa ke RS Fatmawati, karena
NICU penuh maka klien dirujuk ke RSCM. Klien dilakukan colostomy pada
usia 2 hari di RSCM dan dilakukan operasi PSARP dan laparotomy
orchidoplekxy tanggal 29–09–2009.
2) Tanggal 15 Maret 2012, dilakukan pengkajian jam 14.30 WIB, didapatkan
hasil : Klien post operasi tutup stoma, terpasang IVFD N5 + Kcl 10 mEq =
2kolf/24 jam=42 ml/jam di tangan kirinya dengan menggunakan infus pump,
kesadaran komposmentis, keadaan umum klien lemah, berbaring ditempat
tidur, klien saat ini dipuasakan. Klien terpasang NGT, produksi tidak ada,
klien terpasang kateter dan produksi positif warna kuning jernih. Tanda-tanda
vital : suhu=360C, pernapasan=28 x/menit, nadi=110 x/menit.
Riwayat penyakit keluarga : keluarga mengatakan bahwa di dalam anggota
keluarganya tidak ada yang menderita sakit seperti yang dialami anaknya saat ini.
Riwayat kehamilan dan persalinan : Ibu mengatakan mengandung cukup bulan,
tidak ada keluhan pada saat hamil, ibu tidak minum jamuan dan obat – obatan
selain dari bidan. Riwayat intranatal : klien lahir tanggal 19 Juli 2010, lahir secara
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
4
Universitas Indonesia
spontan ditolong oleh bidan, anaknya langsung menangis, BBL=3600 kg, PB=48
cm. Riwayat postnatal : ibu mengatakan anaknya sejak lahir tidak mempunyai
anus dan 9 jam belum bisa buang air besar
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium Pre operasi tanggal 14 Maret 2012
Hematologi Rutin
Haemoglobin : (L) 10 g/dl n : 11,5 – 15,5 g/dl
Hematokrit : (L) 32 % n: 35,0 – 45,0 %
Eritrosit : 5,23 10^6/μl n : 3,90 – 5,30 10^6/μl
Trombosit : 400 10^6/μl n : 150 – 400 10^6/μl
MCV : 61,2 fl n : 70,0 – 86.0 fl
MCH : 19,1 pg n : 23,0 – 31,0pg
MCHC : 31,3 gr/dl n : 31 – 37 g/dl
Hemostasis
Masa protombin (PT)
Pasien 10,6 detik n : 9,8 12.6
Kontrol 11,6 detik
APTT
Pasien 33,45 detik n : 31,0 – 47,0
Kontrol 32, detik
Kimia Klinik
SGOT (AST) : 29 u/l n : 10 - 35 u/l
SGPT (ALT) : 15 u/l n : 10 - 36 u/l
Ureum darah : 17 mg/dl n : < 50 mg/dl
Albumin : 4,77 g/dl n : 3,8 – 5,4 g/dl
Glukosa darah sewaktu : 90 mg/dl n: 50 - 100 mg/dl
Kreatinin darah : 0,30 mg/dl n : 0,80 – 1,30 mg/dl
Elektrolit (Na, K, cl)
Natrium (Na) 145 mEq/l n : 135 – 147 mEq/l
Kalium (K) 4,49 mEq/l n : 3,5 – 5,5 mEq/l
Khlorida (cl) 107,2 mEq/l n : 100 – 106 mEq/l
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
5
Universitas Indonesia
APLIKASI MODEL KEPERAWATAN ADAPTASI ROY PADA An. W
DENGAN ATRESIA ANI FISTEL RECTOVESIKA POST TUTUP STOMA
DI RUANG BCH RSUP NASIONAL DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA
Tanggal Pengkajian : Rabu, 15 Maret 2012
Tanggal Masuk RS : Selasa, 12 Maret 2012 jam 17.00 WIB
No. Rekam Medis : 3420928
Diagnosa Masuk : Atresia ani fistel rectovesika post colostomi dan post
PSARP pro tutup stoma
Diagnosa Pasca Pembedahan : Atresia ani fistel rectovesika post colostomi,
post PSARP dan post tutup stoma
A. Identitas
1. Identitas Klien
a) Nama Anak : An. W
b) Tempat/Tgl Lahir : Jakarta/ 19 Juli 2010
c) Jenis Kelamin : Laki - laki
d) Umur : 1,5 tahun
e) Alamat : Bojong sari baru RT 01/01 Bojong Sari Depok,
Jawa Barat
f) Agama : Islam
2. Identitas Penanggung Jawab
a) Nama Ayah/Ibu : Bp. T / Ny. U
b) Pekerjaan Ayah/ibu: Wiraswasta / IRT
c) Umur Ayah/Ibu : 33 tahun / 31 tahun
d) Alamat : Bojong sari baru RT 01/01 Bojong Sari Depok,
Jawa Barat
e) Suku Ayah/Ibu : Betawi/Betawi
f) Agama : Islam
g) Pendidikan : SMP/SMP
h) Hub. dgn Klien : Orang tua
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
6
Universitas Indonesia
B. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan datang ke rumah sakit ingin menutup stoma pada
anaknya.
C. Pengkajian Tingkat Pertama
Mode Adaptaf Roy (Empat Mode Fungsi)
1. Mode fungsi Fisiologis
a) Oksigen dan Sirkulasi
Tanda-tanda vital : suhu=360C, pernapasan=28 x/menit, nadi=110
x/menit. Suara napas vesikuler, irama teratur, tidak ada ronkhi, tidak
ada wheezing, bentuk dada normal/simetris, pergerakan dinding dada
simetris, tidak ada tarikan dinding dada saat bernapas, warna kulit tidak
sianosis, akral hangat, capillary refil time kembali < 2 detik, tidak ada
kuku tabu, vocal fremitus teraba merata getaran dinding dada dan
normal, tidak ada suara napas tambahan.
b) Nutrisi
Pengkajian post operasi hari ke 0, kondisi umum klien lemah, luka
operasi tidak rembes, balutan belum dibuka, bersih, klien terpasang
NGT, produksi (-), tidak ada muntah, perut tidak kembung, bising usus
masih lemah, kulit lembab, tekstur halus, tidak ada edema, rambut
lebat, lurus dan hitam, konjungtiva agak anemis. BB=10,5 kg, TB=77
cm.
c) Eliminasi
Klien terpasang kateter, produksi urine ada, warna kuning jernih, tidak
ada nyeri tekan pada kandung kemih, kateter tidak rembes. Ibu
mengatakan hari ini belum buang air besar, tidak ada kelainan baik pada
BAB/BAK anaknya.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
7
Universitas Indonesia
d) Aktifitas dan istirahat
Keadaan umum klien lemah, klien bedrest total diatas tempat tidur, ibu
mengatakan kalau anaknya biasa tidur malam jam 08.00 – 04.00, siang
1-2 jam, setelah operasi kedua kaki anaknya sementara dibedong. Klien
terpasang IVFD ditangan kanan dengan menggunakan infus pump.
e) Cairan dan Elektrolit
Klien post operasi hari ke 0, keadaan umum masih lemah, klien gelisah
dan rewel, turgor kulit baik/elastis, tidak ada edema, wajah tidak pucat,
konjungtiva agak anemis, mata tidak cekung, mukosa bibir lembab.
BB=10,5 kg, TB=77 cm, instruksi kebutuhan cairan klien saat ini, klien
seharusnya mendapatkan IVFD N5 + Kcl 10 mEq=2 kolf/24 jam → 42
cc/jam, dikarenakan infus baru diresepkan sementara klien
mendapatkan IVFD N5 2 kolf/24 jam=1000 ml/24 jam=42 ml/jam, total
cairan masuk=294cc/shif, total pengeluaran=288,3 cc/shif, diuresis =
200/10,5/7 = 2,7 cc/kgBB/jam, keseimbangan cairan=+5,7 cc.
f) Proteksi / Perlindungan
Ibu mengatakan riwayat imunisasi anaknya lengkap. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan hasil : kulit lembab dan tekstur lembut, turgor kulit
baik, kuku tidak pucat, CTR < 2 detik dan tidak ada kelainan. Klien
post operasi hari ke 0, keadaan umum lemah, luka operasi tertutup
kassa, luka operasi tidak rembes, bersih.
g) The sense/indera
Penglihatan: posisi bola mata simetris kiri dan kanan, pergerakan
normal, palpebra normal, sklera tidak ikterus, ukuran pupil 3 mm,
bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva agak anemis, penglihatan
normal, tidak ada ekskresi, tidak ada nyeri. Pendengaran: posisi telinga
simetris kiri dan kanan, tidak ada ekskresi, liang telinga ada sedikit
serumen, pendengaran normal. Perkataan: bicara belum lancar, klien
usia 1,5 tahun. Penghidu/rasa: reaksi terhadap panas, dingin dan bau
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
8
Universitas Indonesia
normal. Ibu mengatakan anaknya rewel, kesakitan pada bekas
operasinya. Terdapat luka post operasi dan tertutup kassa, bersih, luka
tidak ada rembesan, tidak ada tanda-tanda infeksi, terpasang NGT dan
produksi tidak ada. Skala nyeri klien 7 (dari 1-10/ scale FLACC)
h) Neurologis
Kesadaran komposmentis, motorik kasar dan halus sesuai dengan tahap
perkembangan anak, sosialisasi baik, bicara normal, wajah simetris,
klien berespon terhadap stimulus, misalnya ketika dilakukan prosedur
tindakan klien sering mengerutkan wajah menahan sakit, pupil isokor.
Ada reflek cahaya langsung dan tidak langsung, tidak ada kelemahan
otot, gerakan ekstremitas bawah normal/aktif, sementara kaki klien
difiksasi.
i) Endokrin
Tidak ada pembesaran bola mata, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
2. Mode Adaptasi Konsep Diri
a. The physical self : An. W berumur 1,5 tahun, klien hanya berbaring
ditempat tidur saja. Ibu mengatakan saat ini anaknya rewel dan harus
puasa.
b. The personal self : Keluarga berharap anaknya cepat sembuh dan
selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya. Keluarga mengatakan
cemas dan khawatir akan keadaan anaknya saat ini.
3. Mode Fungsi Peran
Orang terdekat dengan anak yaitu ibu dan ayahnya dan hubungannya baik.
Hubungan anak dengan perawat baik, akan tetapi ketika didekati menangis
dan rewel, keadaan umum klien lemah, anak tampak tegang, ekspresi
wajah meringis menahan sakit. Peran anak saat dirawat yaitu anak tidak
dapat bermain dan beraktifitas, anak hanya berbaring ditempat tidurnya,
kedua kaki difiksasi. Selama dalam perawatan kebutuhan klien dipenuhi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
9
Universitas Indonesia
oleh perawat dan dokter dengan melibatkan orang tua/keluarga yang
merawatnya.
4. Mode Adaptasi Interdependen
Klien memiliki ketergantungan tinggi dengan orang tua dan tenaga
kesehatan yang bertugas dalam pemenuhan kebutuhannya terkait dengan
kondisi post operasi yang telah dilakukan. Orang tua klien setiap hari
menemani klien di rumah sakit secara bergantian dan selalu mendoakan
untuk kesembuhan An. W.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
10
Universitas Indonesia
D. PENGKAJIAN TAHAP II
PENGKAJIAN TINGKAT DUA PADA An. W
ATRESIA ANI FISTEL RECTOVESIKA POST TUTUP STOMA CARA ADAPTASI
PERILAKU/BEHAVIOR STIMULI
Mode Fungsi Fisiologis
FOKAL KONSTEKTUAL RESIDUAL
1. Oksigenasi dan sirkulasi
- Tanda-tanda vital : suhu=360C, pernapasan=28x/menit, nadi=110 x/menit
- Suara napas vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing, tidak ada tarikan dinding dada saat bernapas, warna kulit tidak sianosis, akral hangat, capillary refil time (CRT) kembali < 2 detik
Sistem adaptif Sistem adaptif Sistem adaptif
2. Nutrisi - Keadaan klien lemah, klien post operasi hari ke 0, saat ini klien puasa, klien terpasang NGT, produksi tidak ada, perut tidak kembung, bising usus masih lemah tidak muntah.
- BB=0,5 kg, TB=77cm.
Asupan yang tidak adekuat post operasi
Pembatasan oral (puasa 4–5 hari) sekunder terhadap reanotomosis kolon
3. Cairan dan elektrolit
- Klien post operasi hari ke 0, keadaan umum klien lemah, klien dipuasakan, terpasang kateter, produksi positif warna kuning jernih, turgor kulit baik (elastis), membran mukosa lembab, mata agak cekung, bising usus lemah.
- Kebutuhan cairan klien saat ini sesuai dengan instruksi IVFD N5 + Kcl 10 mEq=2kolf/24
Resiko ketidakseimbangan volume cairan
- Penurunan asupan dan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat puasa post operasi
- Pembatasan oral (puasa 4–5 hari) sekunder terhadap reanotomosis kolon
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
11
Universitas Indonesia
jam→1000ml/24jam→42ml/jam - Total cairan masuk=294 cc/shif, total
pengeluaran=288,3 cc/shif, diuresis=2,7cc/kgBB/jam
3. Proteksi dan perlindungan
- Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher, limpa tidak teraba membesar, suhu aksila. Tanda–tanda vital : suhu=360C, pernapasan : 28 x/menit, nadi=110 x/menit
- Riwayat imunisasi lengkap, klien post operasi hari ke 0, terdapat luka post operasi dan tertutup kassa, bersih, luka tidak ada rembesan, tidak ada tanda – tanda infeksi
Terjadi infeksi dan resiko kerusakan keutuhan integritas kulit
Adanya luka operasi sehingga menyebabkan resiko untuk terjadinya infeksi
Sistem adaptif
4. Sensasi Data yang dapat diobservasi : Klien post operasi hari ke 0, ibu mengatakan anaknya rewel dan gelisah, kesakitan pada bekas operasinya. Terdapat luka post operasi dan tertutup kassa, bersih, luka tidak ada rembesan, tidak ada tanda – tanda infeksi, terpasang NGT dan produksi tidak ada. Skala nyeri klien 7 (dari 1-10/ scale FLACC).
Nyeri Insisi pembedahan Sistem adaptif
Mode Adaptasi Konsep Diri
An. W saat ini sedang sakit dan dirawat dirumah sakit. Keluarga berharap anaknya cepat sembuh dan selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya. Keluarga mengatakan cemas dan khawatir akan keadaan anaknya saat ini.
Cemas Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang telah dilakukan pada anaknya
Keluarga selalu berdoa agar anaknya cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti anak-anak pada umumnya
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
12
Universitas Indonesia
CARA ADAPTASI
PERILAKU/BEHAVIOR STIMULI
Mode Fungsi Fisiologis FOKAL KONSTEKTUAL RESIDUAL
Mode Fungsi Peran Klien lemah dan tidak berdaya, hanya berbaring ditempat tidur Bedrest total post operasi
Klien belum dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan masih sangat terngantung pada orang lain
Orang tua selalu membantu pemenuhan klien terlebih dalam kondisi saat ini
Mode Adaptasi Interdependen
Orang tua selalu membantu pemenuhan kebutuhan anaknya terlebih dalam kondisi saat anak sakit
Kondisi penyakit yang tidak mendukung anak untuk mandiri
Sistem adaptif Sistem adaptif
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
13
Universitas Indonesia
D. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan yang benar, perawat harus
mampu mengenali respon-respon adaptif dari klien. Klien akan mengalami
respon yang berbeda terhadap perubahan lingkungannya, baik itu lingkungan
internal atau eksternal. Kemampuan kognator dapat mempengaruhi setiap
kebutuhan yang fisiologis dan ini akan membantu klien untuk menyesuaikan
diri dalam mencapai tujuan. Identifikasi masalah berdasarkan diagnosa
NANDA. Sedangkan tujuan keperawatan dengan menggunakan Model
Adaptasi Roy difokuskan pada kemampuan adaptasi yang positif.
Perencanaan tindakan yang dibuat mengacu gejala dan tanda pada penyakit
yang dialami klien saat ini, sehingga penatalaksanaan dibuat secara
simptomatik. Perencanaan tindakan berdasarkan Nanda Internasional (2009),
Hockenberry dan Wilson (2007), Ball dan Blinder (2003).
Prioritas diagnosa keperawatan dengan menggunakan pendekatan teori
Kebutuhan dasar manusia dari Maslow dan prinsip urgensi adalah sebagai
berikut :
1. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat
puasa post operasi terhadap reanotomosis kolon.
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (adanya
insisi pembedahan).
3. Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pembatasan oral (puasa 4 – 5 hari) sekunder
terhadap reanotomosis kolon.
4. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas
kulit, luka operasi.
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
14
Universitas Indonesia
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN An. W
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi 1. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan yang terjadi sekunder akibat puasa post operasi terhadap reanotomosis kolon/penutupan stoma DS : Ibu mengatakan anaknya puasa DO : - Tanda-tanda vital : suhu=360C,
pernapasan=28 x/menit, nadi=110 x/menit
- Klien rewel, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, mata tidak cekung, konjungtiva agak anemis
- Kebutuhan cairan klien saat ini sesuai dengan instruksi IVFD N5 + Kcl 10 mEq=2 kolf/24 jam →1000 ml/24jam→ 42 ml/jam.
- Keseimbangan cairan= 5,7cc, diuresis= 2,7 cc/kgBB/jam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam keseimbangan cairan pasien normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.dengan kriteria: - Anak mendapatkan cukup cairan - Tanda – tanda vital normal - Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor
kulit elastis, membran mukosa lembab, rasa haus
- Diuresis cukup : 1–2 cc/kgBB/jam - Hasil elektrolit dalam batas normal
1. Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik dan kaji efek samping obat
2. Monitor tanda-tanda vital 3. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 4. Monitor intake dan output cairan 5. Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran
mukosa, rasa haus) 6. Monitor status nutrisi 7. Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin
dan waktu pembekuan. 8. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi 9. Atur kemungkinan transfusi darah
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan (adanya insisi pembedahan). DS : Ibu mengatakan anaknya rewel, dan kesakitan pada bekas operasinya DO :
- Klien rewel dan gelisah - Ekspresi wajah menangis - Skala nyeri (scale flacc)=7 (dari 1-10)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria:
- Anak beristirahat dengan tenang - Tidak ada tanda – tanda nyeri pada, anak
tidak rewel, tidak menagis atau merintih - Anak menunjukkan bukti-bukti nyeri yang
minimal atau tidak ada (berdasarkan penilaian FLACC scale): a. Wajah: tidak ada ekspresi yang
khusus (seperti senyum) b. Ekstremitas: posisi normal/ rileks c. Gerakan: berbaring tenang, posisi
1. Kaji tanda dan gejala nyeri pada klien 2. Catat dan laporkan jika anak gelisah dan takikardia 3. Berikan posisi yang nyaman, tidak menekan luka
operasi 4. Anjurkan orang tua untuk selalu dekat dengan anaknya 5. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak 6. Hindari mempalpasi area operasi kecuali jika
diperlukan 7. Pastikan kateter anak dipasang dengan benar, serta
bebas dari simpul 8. Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu
anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
15
Universitas Indonesia
normal, bergerak mudah d. Menangis: tidak menangis e. Kemampuan ditenangkan: senang,
rileks
mainan)
3. Resiko tinggi gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan oral (puasa) sekunder terhadap reanotomosis/penutupan stoma DS : Ibu mengatakan saat ini anaknya puasa DO : - Keadaan klien lemah, klien saat ini puasa,
perut tidak kembung, bising usus masih lemah, tidak muntah.
- BB=10,5 Kg, TB=77 cm.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil :
- Klien mendapatkan nutrisi yang adekuat (1400 kkal/hari)
- Berat badan dalam batas normal (13-18 kg)
- Turgor kulit elastis
1. Kaji kebutuhan intake cairan/nutrisi dan kalori perhari 2. Berikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis 3. Monitor intake output cairan 4. Pertahankan NGT untuk drainage 5. Catat warna, jumlah dan karakteristik cairan NGT yang
keluar 6. Observasi abdomen terhadap distensi, bising usus,
flatus dan buang air besar 7. Timbang berat badan perhari 8. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : protein total
albumin
4. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit, luka operasi. DS : - DO : - Klien post operasi tutup stoma hari ke 0 - Terdapat balutan luka operasi bersih,
tertutup kassa, luka pada anus bersih, terdapat jahitan dan diolesi betadin.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24, diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria:
- Tanda – tanda vital normal - Luka kering, tidak ada kemerahan, edema,
pus dan bau pada luka operasi - Leukosit dalam batas normal (5.000 –
10.000/ mm3) - Hasil kultur darah steril
1. Observasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor
2. Monitor TTV terutama suhu tubuh secara teratur 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien 4. Pasang balutan yang meningkatkan kelembaban
penyembuhan luka 5. Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril 6. Pantau pemberian nutrisi parenteral IV line untuk
mempercepat penyembuhan luka operasi 7. Berikan antibiotik sesuai terapi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
16
Universitas Indonesia
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
NO DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd Perawat
1 Kamis, 15 Maret 2012
14.00 14.00 15.00 19.30
Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : Kebutuhan cairan klien saat ini sesuai dengan instruksi IVFD N5 + Kcl 10 mEq = 2 kolf/24 jam → 42 cc/jam, karena baru diresepkan sementara klien mendapatkan N5 saja Mengukur tanda-tanda vital Suhu=360C, pernapasan=28 x/menit, nadi=110 x/menit Memonitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien saat ini puasa, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, klien rewel dan menangis Memonitor intake dan output cairan Respon : intake cairan hari ini=294cc/shif dan output=288,3cc/shif, IWL=88,3cc/shif diuresis = 2,7 cc/kgBB/jam, keseimbangan cairan=5,7 cc
Jam 19.30 WIB DX 1 S : Ibu mengatakan anaknya saat ini
puasa O :
- Tanda-tanda vital : suhu= 36,20C, pernapasan : 28 x/menit, nadi=110 x/menit.
- Klien rewel minta minum, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, mata tidak cekung
- Klien terpasang kateter dan produksi positif warna kuning
- Keseimbangan cairan pershif=+5,7, diuresis=2,7 cc/kgBB/jam
A : Masalah resiko ketidakseimbangan volume cairan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
sesuai rencana - Monitor tanda- tanda vital - Monitor intake dan output
cairan - Monitor tanda-tanda dehidrasi
(turgor kulit,membran mukosa, rasa haus)
- Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
17
Universitas Indonesia
2 Kamis, 15 Maret 2012
14.15 14.30 14.45 19.00
Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc)=7 (dari 1 – 10), ibu mengatakan anaknya rewel, menangis. Memberikan posisi yang nyaman pada klien, supaya tidak menekan luka operasi Repon : posisi tidur klien terlentang, kakinya diikat dengan kain bedong Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Ibu mengatakan akan menenangkan anaknya Berkolaborasi untuk pemberian terapi analgesik farmadol 3x100 mg Respon : Injeksi farmadol sudah diberikan sesuai instruksi
Jam 19.30 WIB DX 2 S : - Ibu mengatakan anaknya masih
rewel dan menangis
O : - Klien tidur tidak nyenyak - Ekspresi wajah meringis - Skala nyeri (scale flacc)=7 (dari
1-10)
A : Masalah nyeri inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Kaji tanda dan gejala nyeri
pada klien. - Berikan posisi yang nyaman,
tidak menekan luka operasi - Libatkan keluarga dalam
pengendalian nyeri pada anak
- Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan mainan
- Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik dan kaji efek samping obat
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
18
Universitas Indonesia
3 Kamis, 15 Maret 2012
14.00 14.30
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : Kebutuhan cairan klien saat ini sesuai dengan instruksi IVFD N5 + Kcl 10 mEq = 2 kolf/24 jam → 42 cc/jam, karena baru diresepkan sementara klien mendapatkan N5 saja - Mencatat warna, jumlah dan karakteristik cairan
NGT yang keluar. - Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi,
bising usus, flatus dan buang air besar Respon : Klien terpasang NGT, produksi tidak ada, distensi abdomen klien tidak terjadi, bising usus lemah, klien belum flatus dan buang air besar
Jam 19.30 DX 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya
puasa dan belum buang angin O : - Keadaan klien lemah, klien saat
ini puasa, perut tidak kembung, bising usus masih lemah, tidak muntah, perut tidak kembung
- Klien terpasang NGT, produksi tidak ada
- BB : 10,5 Kg, TB : 77 cm
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis - Observasi abdomen terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
- Pertahankan NGT untuk drainage
Sulistiyawati
4 Kamis, 15 Maret 2012
18.45 19.00
Memonitor luka operasi terhadap tanda – tanda infeksi Respon : Klien post operasi tutup stoma, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada kering Memberikan injeksi antibiotik cefotaxime 3x300 mg/iv sesuai dengan instruksi Respon : Injeksi sudah diberikan
Jam 19.30 WIB DX 4 S : - O : - Klien post operasi tutup stoma,
terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, luka pada kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
19
Universitas Indonesia
A : Masalah resiko penyebaran infeksi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai dengan rencana keperawatan - Monitor TTV terutama suhu
tubuh secara teratur - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien - Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril - Berikan antibiotik sesuai
terapi - Pantau pemberian nutrisi
parenteral IV line untuk mempercepat penyembuhan luka operasi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
20
Universitas Indonesia
No DX
Hari/Tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi keperawatan Ttd Perawat
1 Jumat, 16 Maret 2012 08.00 08.10 08.15 08.30 13.30
Mengukur tanda – tanda vital Respon : suhu (S)=3690C, pernapasan (P)=28 x/menit, nadi (N)=118x/menit Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (10,5 – 10) = 1050 ml/hari Berkolaborasi pemberian cairan intravena sesuai terapi Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 + Kcl 10 mEq 2 kolf/24 jam →42 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5%→10cc/jam Memonitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari pertama, turgor kulit elastis, membran mukosa agak kering, klien rewel haus minta minum Memonitor intake dan output cairan Respon : intake cairan hari ini=416 cc/shif dan output=388,3 cc/shif. Keseimbangan cairan=+ 54, diuresis = 4 cc/kgBB/jam.
Jam 13.45 WIB DX 1 S : Ibu mengatakan anaknya masih
puasa dan rewel haus minta minum
O : - Tanda-tanda vital : S=36,60C,
P=26 x/menit, N=20 x/menit. - Klien rewel minta susu, turgor
kulit elastis, membran mukosa agak kering
- Keseimbangan cairan pershif= +27,7, diuresis = 4 cc/kgBB/jam
A: Masalah ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit tidak terjadi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
sesuai rencana - Monitor tanda-tanda vital - Monitor intake dan output
cairan - Monitor tanda-tanda dehidrasi
(turgor kulit,membran mukosa, rasa haus)
- Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi
Sulistiyawati
2 Jumat, 16 Maret 2012 08.30
Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 6 (dari 1-10), ibu mengatakan anaknya masih rewel, menangis ketika didekati oleh perawat atau dokter
Jam 13.45 WIB DX 2 S : - Ibu mengatakan anaknya masih
rewel dan menangis sakit pada
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
21
Universitas Indonesia
08.40 09.00 11.00
Memberikan posisi yang nyaman pada klien, supaya tidak menekan luka operasi Repon : posisi tidur klien miring diganjal bantal, kakinya masih diikat dengan kain bedong Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Ibu mengatakan akan menenangkan anaknya. Ibu mendengarkan musik yang ada di HP Berkolaborasi untuk pemberian terapi analgesik farmadol 3x100 mg Respon : Injeksi farmadol sudah diberikan sesuai instruksi
bekas operasinya
O : - Klien tidur tidak nyenyak,
sedikit-sedikit bangun - Ekspresi wajah menangis - Skala nyeri (scale flacc) : 6 (dari
1-10)
A : Masalah nyeri pada klien inefektif P : Lanjutkan intervensi sesuai rencana
keperawatan - Kaji tanda dan gejala nyeri
pada klien. - Berikan posisi yang nyaman,
tidak menekan luka operasi - Libatkan keluarga dalam
pengendalian nyeri pada anak
- Lakukan strategi nonfarmakologis untuk membantu anak dalam mengatasi nyeri (membacakan dongeng/mengajak ngobrol, musik, memberikan mainan)
- Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik
3 Jumat, 16 Maret 2012 08.10 08.15
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (10,5 – 10) = 1050 ml/hari Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis
Jam 13.45 WIB DX 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya
puasa dan belum buang angin O :
- Keadaan klien masih lemah,
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
22
Universitas Indonesia
09.00 09.10 13.30
Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 + Kcl 10 mEq 2 kolf/24 jam → 42 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 10cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : Perut supel, datar, distensi abdomen klien tidak ada, bising usus lemah, klien belum buang air besar, ibu mengatakan anaknya sudah buang angin - Mempertahankan NGT untuk dekompresi - Mencatat warna, jumlah dan karakteristik cairan
NGT yang keluar Respon : Klien terpasang NGT, produksi tidak ada Memonitor intake dan output cairan Respon : Klien terpasang kateter, intake cairan hari ini=416 cc/shif dan output = 360 cc/shif, IWL = 77cc/shif . Keseimbangan cairan= + 54, diuresis = 4 cc/kgBB/jam.
klien puasa hari ke 1, perut tidak kembung, bising usus masih lemah, tidak muntah, perut tidak kembung
- BB : 10,5 Kg, TB : 77 cm
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis - Monitor intake output cairan - Observasi abdomen terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
4 Jumat, 16 Maret 2012 08.00 10.00 10.20
Mengukur tanda – tanda vital Respon : suhu : 3690C, pernapasan : 28 x/menit, nadi : 118x/menit Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor Respon : Klien post operasi hari ke-1, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, tidak ada rembesan darah Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Respon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien
Jam 13.45 WIB DX 4 S : O : - Klien post operasi tutup stoma
hari ke 1, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, tidak ada rembesan darah
A : Masalah resiko penyebaran infeksi tidak terjadi, masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai
dengan rencana keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
23
Universitas Indonesia
11.00
Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : Injeksi cefotaxime 3x300 mg/iv sudah diberikan sesuai dengan instruksi
- Monitor TTV terutama suhu tubuh secara teratur
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril
- Berikan antibiotik sesuai terapi
- Pantau pemberian nutrisi parenteral IV line untuk mempercepat penyembuhan luka operasi
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
24
Universitas Indonesia
No DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd
1 Senin, 19 Maret 2012 08.00 08.10 08.15 08.30 13.30
Mengukur tanda – tanda vital Respon : S=3660C, P=28 x/menit, N=110 x/menit Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (10,5 – 10)=1050 ml/hari Berkolaborasi pemberian cairan intravena sesuai terapi Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 + Kcl 10 mEq 2 kolf/24 jam → 42 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 10cc/jam Memonitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari ke 4, turgor kulit elastis, membran mukosa agakbasah/lembab, klien sudah boleh minum bertahap clear fluid 5cc/jam Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake Output Infus 416 cc/shif Urin : 300 cc Clear fluid 30 cc/shif IWL : 88,3 cc Total input = 446 cc/shif Total output = 88,3 cc/shif Diuresis = 300/10,5/7 = 4 cc/kgBB/jam. Keseimbangan cairan : Intake – Output + IWL = +77,7cc
Jam 13.45 WIB DX 1 S : Ibu mengatakan anaknya sudah
boleh minum bertahap air putih 5 cc/jam
O : - Tanda-tanda vital S=36,60C,
P=26 x/menit, N=120 x/menit. - Klien rewel minta susu, turgor
kulit elastis, membran mukosa basah/lembab
- Keseimbangan cairan pershif= +77,7cc, diuresis = 4 cc/kgBB/jam
A: Masalah ketidakseimbangan volume cairan menunjukkan perbaikan
P : Lanjutkan intervensi keperawatan
sesuai rencana - Monitor tanda-tanda vital - Monitor intake dan output
cairan - Monitor tanda-tanda
dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus)
- Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
25
Universitas Indonesia
2 Senin, 19 Maret 2012 08.30 08.40 09.00 11.00
Menanyakan kondisi klien dan mengkaji nyeri yang dirasakan klien Respon : Skala nyeri klien (scale flacc) = 3 (dari 1-10), ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel lagi dan nyeri pada bekas operasi berkurang, anaknya bisa tidur nyenyak, tetapi menangis ketika didekati oleh perawat atau dokter Memberikan posisi yang nyaman pada klien, supaya tidak menekan luka operasi Repon : posisi tidur klien terlentang Melibatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada klien Respon : Ibu mengatakan akan menenangkan anaknya. Ibu mendengarkan musik yang ada di HP Berkolaborasi untuk pemberian terapi analgesik farmadol 3x100 mg Respon : Injeksi farmadol sudah diberikan sesuai instruksi
DX 2 S : - Ibu mengatakan anaknya sudah
tidak rewel lagi dan bisa tidur dengan nyenyak
O :
- Klien tidur dengan nyenyak - Ekspresi wajah tenang - Klien post operasi hari ke-4 - Skala nyeri (scale flacc)=3 (dari
1-10)
A : Masalah nyeri adaptif P :Pertahankan intervensi sesuai
rencana keperawatan
Sulistiyawati
3 Senin, 19 Maret 2012 08.10 08.15 09.00
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (10,5 – 10) = 1050 ml/hari Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 + Kcl 10 mEq 2 kolf/24 jam → 42 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 10cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : Perut supel, datar, distensi abdomen klien
Jam 13.45 WIB DX 3 S : Ibu klien mengatakan anaknya
sudah boleh minum bertahap air putih 5 cc/jam
O : - Keadaan klien lemah, klien puasa
hari ke 4, perut tidak kembung, bising usus lemah, tidak muntah, perut tidak kembung
- BB : 10,5 Kg, TB : 77 cm
A : Masalah resiko gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
26
Universitas Indonesia
09.10
tidak ada, bising usus lemah, klien belum buang air besar, ibu mengatakan anaknya sudah buang angin - Mempertahankan NGT untuk dekompresi - Mencatat warna, jumlah dan karakteristik cairan
NGT yang keluar Respon : Klien terpasang NGT, produksi tidak ada
kebutuhan tubuh menunjukkan perbaikan
P : Lanjutkan intervensi sesuai
rencana keperawatan - Berikan nutrisi parenteral
dengan kolaborasi tim medis - Monitor intake output cairan - Observasi abdomen terhadap
distensi, bising usus, flatus dan buang air besar
4 Senin, 19 Maret 2012 08.00 10.00 10.20 11.00
Mengukur tanda – tanda vital Respon : suhu : 3660C, pernapasan : 28 x/menit, nadi : 110 x/menit Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi, ganti balutan jika kotor Respon : Klien post operasi tutup stoma hari ke 4, terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, tidak ada rembesan darah Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien Memberikan antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : Injeksi cefotaxime 3x300 mg/iv sudah diberikan sesuai dengan instruksi
Jam 13.45 WIB DX 4 S : O : - Klien post operasi tutup stoma
hari ke-4 , terdapat balutan luka operasi, tertutup kassa dan bersih, tidak ada rembesan darah
A : Masalah infeksi tidak terjadi, masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi sesuai dengan rencana keperawatan - Monitor TTV terutama suhu
tubuh secara teratur - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan klien - Lakukan perawatan luka
dengan prinsip steril - Berikan antibiotik sesuai
terapi - Pantau pemberian nutrisi
parenteral IV line untuk mempercepat penyembuhan luka operasi
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
27
Universitas Indonesia
No DX
Hari/tanggal Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Ttd
1 Senin, 20 Maret 2012 08.00 08.10 08.15 08.30 13.30
Mengukur tanda-tanda vital Respon : S=3620 C, pernapasan=26 x/menit, nadi=110 x/menit Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena sesuai terapi. Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus >10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (10,5 – 10) = 1050 ml/hari Berkolaborasi pemberian cairan intravena sesuai terapi Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 + Kcl 10 mEq 2 kolf/24 jam → 42 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 10cc/jam Memonitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit,membran mukosa, rasa haus) Respon : Klien post operasi hari ke 5, turgor kulit elastis, membran mukosa basah/lembab, klien sudah boleh minum bebas Memonitor intake dan output cairan Respon : Intake Output Infus 541 cc/shif Urin : 300 cc Minum bebas 125 cc/shif IWL : 88,3 cc Total input = 541 cc/shif Total output = 388,3 cc/shif Diuresis =4 cc/kgBB/jam. Keseimbangan cairan = +152,7cc
Jam 13.45 WIB DX 1 S : Ibu mengatakan anaknya sudah
boleh minum bebas O : - Tanda-tanda vital : S=3620C,
P=26 x/menit, nadi=110 x/menit. - Klien rewel minta susu, turgor
kulit elastis, membran mukosa basah/lembab
- Klien post operasi hari ke-5 - Keseimbangan cairan pershif =
+152,7, diuresis = 4 cc/kgBB/jam
A : Masalah ketidakseimbangan volume adaptif
P : Pertahankan intervensi
keperawatan sesuai rencana
Sulistiyawati
3 Selasa, 20 Maret 2012
08.10
Mengkaji kebutuhan intake cairan/nutrisi Respon : kebutuhan cairan klien saat ini dengan rumus
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012
28
Universitas Indonesia
08.15 09.00 09.10
>10 – 20 kg = 1000 + 50 (BB-10) yaitu 1000 + 50 (10,5 – 10) = 1050 ml/hari Memberikan nutrisi parenteral dengan kolaborasi tim medis Respon : Klien terpasang IVFD dengan menggunakkan infus pump = Line 1 = N5 + Kcl 10 mEq 2 kolf/24 jam → 42 cc/jam Line 2 = Aminofusin paed 5% → 10cc/jam Mengobservasi abdomen klien terhadap distensi, bising usus, flatus dan buang air besar. Respon : Perut supel, datar, distensi abdomen klien tidak ada, bising usus 6x/menit, ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar dan buang angin (flatus) Melepas NGT Respon : Klien sudah tidak terpasang NGT
Jam 13.45 WIB DX 3 S : Ibu klien mengatakan sudah
buang air besar dan buang angin (flatus)
O : - Keadaan klien lemah, klien puasa
hari ke 5, perut tidak kembung, bising usus 6x/menit, tidak muntah, mukosa bibir basah
- BB : 10,5 Kg, TB : 77 cm A : Masalah resiko gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adaptif
P : Pertahankan intervensi sesuai rencana keperawatan
4 Selasa, 20 Maret 2012
08.00 11.00 11.20 12.00
Mengukur tanda – tanda vital Respon : S=3620 C, P=26 x/menit, N=110 x/menit - Mengobservasi luka operasi dari tanda-tanda infeksi,
ganti balutan jika kotor - Melakukan perawatan luka dengan prinsip steril Respon : Klien post operasi tutup stoma hari ke 5, mengganti balutan luka pada An. W, luka operasi kering, bersih, panjang ± 5cm, tidak ada tanda – tanda infeksi, luka tidak ada rembesan. Luka operasi ditutup dengan comfeel Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien Repon : Selalu dilakukan oleh setiap perawat sebelum dan sesudah kontak dengan klien Memberikan injeksi antibiotik sesuai dengan instruksi Respon : Injeksi cefotaxime 3x300 mg/iv sudah diberikan sesuai dengan instruksi
Jam 13.45 WIB DX 4 S : O :
- Klien post operasi tutup stoma hari ke 5
- Perawatan luka telah dilakukan : luka operasi kering, bersih, panjang ± 5cm, tidak ada tanda-tanda infeksi, luka tidak ada rembesan
A : Masalah resiko penyebaran infeksi adaptif
P : Pertahankan intervensi sesuai dengan rencana keperawatan
Sulistiyawati
Pemenuhan kebutuhan..., Sulistiyawati, FIK UI, 2012