of 88 /88
i UNIVERSITAS INDONESIA PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN DAN KONFLIK TERITORI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur EVITA NIDYASARI 0706269104 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR DEPOK JULI 2011 Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

UNIVERSITAS INDONESIA PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN DAN …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20295844-S1804-Perubahan fungsi.pdf7. Keluarga saya yang tercinta Mama, Papa, Inggar dan Mega

  • Author
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of UNIVERSITAS INDONESIA PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN DAN...

  •  

     

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN DAN KONFLIK TERITORI

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur

    EVITA NIDYASARI 0706269104

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

    DEPOK

    JULI 2011

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • ii 

     

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

    dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Evita Nidyasari

    NPM : 0706269104

    Tanda Tangan : 

    Tanggal : 6 Juli 2011

     

     

     

     

      

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • iii 

     

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Evita Nidyasari NPM : 0706269104 Program Studi : Arsitektur Judul Skripsi : Perubahan Fungsi Hunian dan Konflik Teritori Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

    Ditetapkan di : Depok Tanggal : 6 Juli 2011

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • iv 

     

    KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

    rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan

    dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

    Arsitektur Jurusan Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya

    menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa

    perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, cukup sulit bagi saya untuk

    menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

    kepada:

    1. Ahmad Gamal S.Ars., M.C.P, selaku dosen pembimbing, saya

    mengucapkan terimakasih banyak atas saran-saran sehingga membuka

    wawasan penulis dan telah meluangkan waktu, tenaga, kesabarannya,

    memberikan semangat serta mortivasi yang membangun dalam proses

    penyusunan skripsi ini.

    2. Prof. Dr. Ir. Abimanyu Takdir Alamsyah M.S, Ir. Antony Sihombing

    MPD., Ph.D., dan Mohammad Nanda Widyarta B.Arch., M.Arch. selaku

    dosen penguji, saya mengucapkan terima kasih atas saran dan kesempatan

    yang telah diberikan.

    3. Dosen-dosen Arsitektur Universitas Indonesia. Terima kasih banyak atas

    ilmu yang diberikan selama ini.

    4. Bapak Wahyudin selaku pengawas PT. Jaya Property yang telah memberi

    informasi dan membantu dalam usaha memperoleh data dalam

    penyusunan skripsi ini.

    5. Bapak Firman selaku ketua RT Bintaro yang telah meluangkan waktu,

    berbagi cerita dan mengijinkan saya melakukan pengamatan di Jl. Bintaro

    Utama 3.

    6. Kepada seluruh responden dan narasumber penghuni serta pengurus

    bangunan komersial Jl. Bintaro Utama 3, terima kasih atas partisipasi dan

    kerjasamanya.

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  •  

    7. Keluarga saya yang tercinta Mama, Papa, Inggar dan Mega yang telah

    mendukung saya memberikan semangat agar dapat menyelesaikan

    penulisan skripsi ini.

    8. Jery Hendra yang telah membantu memberikan saran, dukungan moral dan

    material, dan bersedia serta sabar dalam mengantarkan survey demi skripsi

    saya.

    9. Rafaza dan Nasya yang telah memberikan pencerahan dan menghibur

    dikala saya stress saat menulis skripsi.

    10. Azalia dan Jannah selaku teman satu bimbingan yang berbagi keluh kesah,

    jatuh bangun, sedih senang selama proses penulisan skripsi saya dan

    bersedia mendengarkan curhatan kebimbangan saya.

    11. Teman-teman seperjuangan S1 Arsitektur UI angkatan 2007 yaitu Andro,

    Fauzia, Novi, Adit dan Yoerli yang telah bersama-sama jatuh bangun, suka

    duka dalam mata kuliah perancangan arsitektur, kenangan selama 4 tahun

    tersebut tak akan terlupakan.

    12. Sahabat saya tercinta Andha Rezeitha terima kasih atas segala bantuannya;

    13. Staff administrasi Departemen Arsitektur UI atas semua bantuan dalam

    administrasi penyusunan skripsi.

    14. Rekan, sahabat dan semua kerabat yang tidak mungkin saya tuliskan satu

    persatu.

    Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi ilmu Arsitektur.

    Depok, 6 Juli 2011

    Evita Nidyasari

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • vi 

     

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

    bawah ini:

    Nama : Evita Nidyasari

    NPM : 0706269104

    Program Studi : Arsitektur

    Departemen : Arsitektur

    Fakultas : Teknik

    Jenis Karya : Skripsi

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

    Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive

    Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

    Perubahan Fungsi Hunian dan Konflik Teritori

    beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty

    Nonekskluusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

    mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

    merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan

    nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Depok Pada tanggal : 6 Juli 2011

    Yang Menyatakan

    (Evita Nidyasari)

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • vii 

     

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii KATA PENGANTAR……………………….....................….............................. iii HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI......................................................... vi ABSTRAK .………………………......................…............................................ vii DAFTAR ISI ……………………………………...............….............................. ix DAFTAR GAMBAR………………………………...........…...............................xi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii 1. PENDAHULUAN ……………………………………..................................... 1 1.1 Perubahan Fungsi Hunian menjadi Komersial di Kawasan Perumahan........... 1 1.2 Perubahan Fungsi Bangunan dan Konflik Teritori.....................................….. 3 1.3 Konflik Sosial dalam Perumahan dengan Pengembang…................................ 5 1.4 Perubahan Fungsi dan Penerimaan Dampak Sosial………................…......… 6 2. KAJIAN TEORI................................................………………….......…......... 7 2.1 Rumah sebagai Fungsi Hunian...........................................................................7 2.2 Rumah sebagai Fungsi Komersial ………………........…….......................... 12 2.3 Fenomena Perubahan Fungsi Bangunan sebagai Permasalahan Umum

    Perumahan...................................................................................................... 15 2.3.1 Faktor Penyebab Perubahan Fungsi Lahan Bangunan…...............15 2.3.2 Dampak Perubahan Fungsi Lahan Bangunan............................... 17

    2.4. Teritori ………………...............................................................……......…...18 2.4.1 Pola Teritorial Pada Kawasan Perumahan..............................….. 21

    2.5. Perubahan Fungsi Bangunan Berdampak Terhadap Teritori Penghuni .........27 3. METODOLOGI............... ……….................................................................. 29

    3.1 Penentuan Lokasi Pengamatan...................................................... 29 3.2 Metode Pengamatan...................................................................... 30 3.3 Pengumpulan Data........................................................................ 31 3.4 Teknik Analisa.............................................................................. 32

    4. STUDI KASUS................................................................................................ 34 4.1 Gambaran Umum...................................................................................... 34 4.1.1 Bintaro Jaya sebagai Perumahan dengan Pengembang................ 34 4.1.2 Batas Wilayah dan Pencapaian..................................................... 34 4.2 Gambaran Umum Area Pengamatan Jl. Bintaro Utama 3........................ 36 4.3 Rumah sebagai Fungsi Hunian dan Komersial......................................... 37 4.4 Fenomena Perubahan Fungsi Bangunan di Jalur Pengamatan................. 39 4.5 Penyebab Perubahan Fungsi Bangunan.................................................... 41

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • viii 

     

    4.6 Dampak Perubahan Fungsi Lahan Bangunan Terhadap Konflik Teritori ................................................................................................................... 48 4.7 Teritorial dalam Pola Perumahan Linear.................................................. 48 4.8. Konflik Teritori dalam Perumahan Berpola Linear.................................. 51

    4.8.1 Konflik Teritori terhadap Gangguan Parkir.................................. 51 4.8.2 Konflik Teritori terhadap Gangguan Visual dan Audio............... 55 4.8.3 Konflik Teritori terhadap Gangguan Keamanan........................... 57

    5. KESIMPULAN.................................................................................................61 DAFTAR REFERENSI ......................................................................................... 65

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • ix 

     

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Derajat Keruangan dalam Rumah..................................................11 Gambar 2.2. Tipe Jalan subdivision....................................................................21 Gambar 2.3. Letak Rumah di Pola Linear..........................................................22 Gambar 2.4. Hunian dengan GSB Jauh..............................................................23 Gambar 2.5. Hunian yang Tegak Lurus Jalan.....................................................24 Gambar 2.6. Letak Rumah di Pola Cluster.........................................................25 Gambar 4.1. Peta Lokasi Bintaro Jaya................................................................35 Gambar 4.2 . Ruas Jl. Bintaro Utama 3 yang diamati..........................................36 Gambar. 4.3. Perubahan Bangunan Komersial blok AP dan AM........................38 Gambar 4.4. Transformasi Perubahan Fungsi Bangunan...................................40 Gambar 4.5. Intensitas Perubahan Fungsi Bangunan.........................................41 Gambar 4.6. Kepadatan Perubahan Fungsi Bangunan Reklame........................46 Gambar 4.7. Pengelompokkan Pola Linear dan Cluster.....................................49 Gambar 4.8. Pengelompokkan Teritori...............................................................49 Gambar 4.9. Teritori Warga................................................................................50 Gambar 4.10. Spasial Konflik Teritori..................................................................52 Gambar 4.11. Kepadatan Parkir............................................................................53 Gambar 4.12. Lokasi Rumah Ibu Tati...................................................................53 Gambar 4.13. Konflik Teritori Ibu Tati................................................................54 Gambar 4.14. KonflikTeritori Bapak Wowor.......................................................55 Gambar 4.15. Teritori Bapak Wowor...................................................................56 Gambar 4.16. Teritori Bapak Elsyen....................................................................58

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  •  

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1: Kuisioner Penghuni

    Lampiran 2: Kuisioner Pengurus Bangunan Komersial

    Lampiran 3: Tabulasi Kuisioner Penghuni

    Lampiran 4: Tabulasi Kuisioner Pengurus Bangunan Komersial

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 1  

    Universitas Indonesia   

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Perubahan Fungsi Hunian menjadi Komersial di Kawasan Perumahan

    Perubahan fungsi lahan bangunan yang berada di kawasan perumahan

    merupakan fenomena yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkat

    kenyamanan dan keadaan lingkungan di sekitar kawasan perumahan. Hal tersebut

    terjadi karena adanya persinggungan batasan kepemilikan wilayah antara hunian

    dan komersial. Fenomena ini terjadi di perumahan dengan salah satu pengembang

    yang pertama kali muncul di Jakarta yaitu Bintaro Jaya. Bagaimana dampak dan

    perubahan yang terjadi setelah adanya persinggungan batasan kepemilikan

    wilayah terhadap kehidupan penghuni di kawasan tersebut? Dampak dan

    perubahan tidak hanya sebatas mengganggu aktifitas warga dalam kehidupan

    berhuni namun juga berpengaruh terhadap segi privasi, kenyamanan, dan

    kepemilikan wilayah yang dari waktu ke waktu juga berdampak kepada keadaan

    lingkungan yang berubah.

    Fenomena ini terjadi di kawasan perumahan dengan potensi lingkungan

    yang mendukung untuk terjadinya perubahan fungsi bangunan hunian menjadi

    tempat usaha. Walaupun sudah ada peraturan yang melarang hunian dijadikan

    tempat usaha, tetapi kebutuhan dan aktifitas warga yang meningkat maka

    diperlukan lahan yang lebih luas. Adanya persaingan untuk mendapatkan lahan

    yang sesuai dengan ruang kebutuhan penduduk adalah sesuatu yang amat sulit,

    sehingga saat ini lahan adalah sesuatu yang memiliki nilai tinggi dan terbatas. Hal

    ini memicu perubahan fungsi bangunan di Jl. Bintaro Utama 3 karena beberapa

    warga telah merubah huniannya menjadi tempat usaha sehingga menjadi pelopor

    dalam perubahan fungsi bangunan. Seiring berjalannya waktu, jumlah bangunan

    komersial menjadi lebih banyak dibandingkan jumlah bangunan hunian.

    Perubahan fungsi hunian di Jl. Bintaro Utama 3 ini menjadi daya tarik

    untuk dipelajari karena tidak seperti kawasan perumahan lainnya yang memiliki

    tempat yang terpisah antara hunian dan komersial. Namun di sepanjang jalan ini

    berdiri dua fungsi bangunan komersial dan hunian yang berada di dalam satu

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 2  

    Universitas Indonesia   

    kawasan yang sama, sehingga dalam kawasan ini terbangun beberapa bangunan

    komersial seperti salon, apotek, rumah makan dan toko-toko lainnya yang dari

    waktu ke waktu semakin bertambah dan terlihat sudah menjadi hal yang biasa

    sehingga merubah fungsi utama rumah sebagai hunian.

    Sebagai manusia, kita dapat memiliki tempat tinggal yang dapat digunakan

    sebagai tempat beristirahat yang nyaman, tempat berkumpul keluarga dan kerabat

    serta untuk melakukan kegiatan. Tempat tinggal yang kita miliki seharusnya

    menjadi ruang privat bagi penghuninya. Oleh karena itu pada jaman yang sudah

    berkembang pada saat ini, banyak sekali pengembangan perumahan yang

    menawarkan tempat tinggal yang sangat menjanjikan untuk memberikan ruang

    privat yang baik pada setiap manusia, baik yang sudah berkeluarga maupun

    belum berkeluarga.

    Semakin bertambahnya penduduk yang berada di ibukota Jakarta, semakin

    meningkat juga kebutuhan tempat tinggal dan semakin banyak pula pengembang

    yang berlomba untuk memberikan dan membangun perumahan dengan konsep

    terbaik yang ditawarkan kepada konsumen. Di ibukota seperti Jakarta, perumahan

    dengan pengembang seperti Bintaro Jaya menjadi salah satu jenis hunian yang

    dicari-cari oleh konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa tempat tinggal atau

    perumahan yang direncanakan oleh pengembang akan lebih terkontrol dari segi

    pembangunan dan pengembangannya, karena dari segi kepadatan hingga tata letak

    bangunan dan akses dapat diatur dan ditentukan oleh pengembang. Akibatnya,

    pembangunan perumahan dengan pengembang semakin meningkat sesuai dengan

    permintaan pasar yang sangat tinggi. Pembangunan perumahan dengan

    pengembang ini mengacu kepada hunian yang saling melengkapi dan menunjang

    seluruh kebutuhan penghuni dengan berbagai fasilitas yang diberikan.

    Saat ini konsumen membeli hunian berdasarkan investasi, nilai tinggi,

    keamanan, identitas dan privasi. Hal ini sebagai tantangan bagi para pengembang

    untuk membuat suatu hunian yang baik. Perumahan dengan pengembang

    menjanjikan suatu lingkungan hunian yang dapat memberikan rasa nyaman bagi

    penghuni karena perumahan juga merupakan suatu wadah aktifitas berkegiatan

    dan bersosialisasi. Fenomena yang terjadi di Jl. Bintaro Utama 3 justru tidak dapat

    menjanjikan keadaan yang diharapkan sesuai dengan kenyataan sebelumnya,

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 3  

    Universitas Indonesia   

    bahkan yang terjadi justru suatu kawasan memiliki dua fungsi yaitu hunian dan

    komersial yang berdiri dan berkegiatan berdampingan dalam suatu kawasan yang

    sama.

    Beberapa dampak muncul akibat adanya perubahan fungsi lahan yang

    menyangkut segi ekonomi, lingkungan dan sosial (permendagri no.4/1996 dalam

    perubahan penggunaan lahan). Dari segi ekonomi dapat dilihat terbukanya lahan

    perkerjaan yang baru bagi karyawan yang berkegiatan di tempat usaha, lalu

    adanya pajak yang diberlakukan oleh pengembang dan pemerintah daerah akan

    kegiatan usaha yang berlangsung dan mejadikan kawasan ini sebagai kawasan

    yang memiliki nilai tinggi untuk suatu usaha. Hal kedua dari segi lingkungan yang

    berpengaruh terhadap perubahan kualitas lingkungan yang berdampak terhadap

    tata ruang perumahan yang menjadi tidak teratur, terlihat lebih berantakan dan

    kumuh serta mengakibatkan polusi dan sirkulasi jalan yang lebih padat yang

    ditimbulkan dari kegiatan komersial tersebut. Dampak ketiga terhadap sosial,

    dampak sosial ini mencakup gangguan yang terjadi dalam kehidupan warga

    misalnya konflik kepemilikan wilayah (teritori). Hal ini terjadi dengan indikasi

    lingkungan yang sudah terpengaruh oleh kegiatan komersial maka akan timbul

    gangguan baik dari segi visual, audio maupun privasi masing-masing penghuni

    yang menjadikan nilai huni di kawasan perumahan ini menurun. Suatu perumahan

    yang direncanakan pengembang seharusnya dapat mengontrol tata letak dan

    fungsi bangunan dari tahun per tahun agar tidak terjadi adanya perubahan fungsi

    lahan bangunan yang seharusnya tidak terjadi.

    1.2 Perubahan Fungsi Bangunan dan Konflik Teritori

    Kegiatan bangunan komersial pada kawasan perumahan merupakan suatu

    pergeseran fungsi dasar hunian pada perumahan. Permasalahan ini tidak bisa

    dilihat sebagai kedua hal yang terpisah karena keberadaan hunian dan komersial

    berada di satu kawasan yang sama. Keberadaan di tempat yang sama ini akan

    mengakibatkan persinggungan di antara kedua bangunan tersebut. Persinggungan

    yang dimaksud adalah ketika batasan kepemilikan wilayah seseorang akan daerah

    perumahannya dimasuki oleh pihak lain yaitu kegiatan ataupun keberadaan

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 4  

    Universitas Indonesia   

    bangunan komersial yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap lingkungan

    perumahan.

    Konflik teritori adalah bentrokan atau persinggungan area terhadap

    batasan kepemilikan wilayah yang diakui secara hak atau persepsi dari setiap

    orang, khususnya warga Jl. Bintaro Utama 3. Wilayah yang diakui secara hak

    berupa kepemilikan yang jelas atau sah (memiliki surat-surat kepemilikan

    bangunan dan tanah) atas suatu wilayah, sehingga batasan teritori bisa ditentukan

    dengan batasan property tiap besaran luas kavling (batasan fisik). Sementara

    wilayah yang diakui secara persepsi menjelaskan bahwa hak atas suatu wilayah

    yang didasari oleh kepemilikan secara sah tidaklah cukup karena bisa berupa

    kehendak atas penguasaan dan kontrol dari suatu tempat, sehingga munculah

    batasan-batasan teritori berdasarkan perasaan, pembauan dan pendengaran (non

    fisik).

    Batasan teritori berdasarkan persepsi menjadi penting untuk dikaji karena

    persinggungan yang terjadi berada di sepanjang jalan raya yang notabene adalah

    ruang publik yang dapat diakses oleh umum. Namun, karena kepemilikan wilayah

    berdasarkan persepsi yang bisa diakui melalui perasaan, pendengaran dan

    penglihatan (batasan non fisik) sehingga keseluruhan Jl.Bintaro Utama 3 tersebut

    masih termasuk ke dalam wilayah kepemilikan penghuni yang masih berada dekat

    dengan hunian mereka. Apabila wilayah tersebut dimasuki, dirusak atau dilanggar

    oleh orang lain yang tidak dikenal sehingga terjadinya persinggungan antara

    kedua daerah kekuasaan hunian dan komersial, maka akan berpengaruh terhadap

    kenyamanan penghuni yang semestinya cenderung membutuhkan ketenangan.

    Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hunian memiliki makna lebih daripada

    suatu bangunan yang juga mencakup kawasan sekitar perumahan yaitu suatu

    tempat naungan untuk tinggal, berkegiatan, membentuk pola kepribadian dan

    tempat untuk bersosialisasi dengan masyarakat yang membutuhkan suatu kawasan

    lingkungan yang baik untuk dapat mendukung kehidupan warganya.

    Aktifitas, kebutuhan penghuni, jumlah warga Bintaro yang meningkat

    serta lokasi Jl. Bintaro Utama 3 yang berpotensi komersial, secara tidak langsung

    berdampak terhadap keseimbangan lingkungan kawasan hunian. Kawasan hunian

    yang dimiliki oleh seseorang mencakup lingkungan sekitar perumahan dan

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 5  

    Universitas Indonesia   

    menjadi bagian dari penggunaan kehidupan para penghuni. Namun kawasan ini

    sudah terkontaminasi oleh kegiatan komersial karena tujuan kedatangan tamu

    berasal dari seluruh daerah yang bukan hanya berasal dari kawasan perumahan

    Bintaro saja namun juga berasal dari segala penjuru daerah. Kawasan perumahan

    Jl. Bintaro Utama 3 menjadi fleksibel karena tidak ada filtrasi pengunjung datang

    yang dikenal atau tidak oleh penghuni kawasan perumahan ini, sehingga orang-

    orang yang datang ke kawasan perumahan secara umum dapat keluar dan masuk.

    1.3 Konflik Sosial dalam Perumahan dengan Pengembang

    Pembahasan daerah perumahan yang digunakan adalah perumahan dengan

    pengembang. Bentuk perumahan ini bisa dibayangkan oleh masyarakat akan

    keadaan lingkungan yang terbangun dan terbentuk di kemudian hari yang

    menjanjikan perumahan nyaman dan aman serta dilengkapi oleh beberapa

    fasilitas. Lain halnya dengan permukiman yang belum bisa dibayangkan

    bagaimana perkembangan lingkungan ke depannya karena perkembangan hunian

    di permukiman tidak memiliki konsep pembangunan seperti perumahan yang

    dibangun oleh pengembang.

    Setelah saya mengetahui masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

    bahwa ada beberapa dampak yang terjadi yang diakibatkan oleh perubahan fungsi

    lahan bangunan yaitu dari segi ekonomi, lingkungan dan sosial. Penulis akan

    membatasi lingkup penulisan terhadap dampak masalah dari segi sosial yang

    memiliki konflik di dalamnya. Konflik sosial berupa intensitas gangguan seperti

    apa yang terjadi, antara apa, siapa yang terlibat dan gangguan seperti apa saja

    yang terjadi di dalam masalah ini. Penulis akan menyertakan beberapa hasil

    wawancara, kuisioner dan pengamatan sebagai metodologi penulisan yang

    kemudian akan dianalisa dalam menjawab masalah dan fenomena yang terjadi.

    Penulisan skripsi akan berakhir pada perubahan dan konflik yang terjadi antara

    pihak komersial dengan penghuni serta pihak komersial dengan pengembang.

    1.4 Perubahan Fungsi dan Penerimaan Dampak Sosial

    Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mencapai sebuah pemahaman

    mengenai perubahan fungsi bangunan pada kawasan hunian dengan beberapa

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 6  

    Universitas Indonesia   

    sasaran. Sasaran pertama mengenai dampak yang terjadi akibat perubahan fungsi

    bangunan di kawasan Jl. Bintaro Utama 3. Sasaran berikutnya mengenai

    bagaimana sikap penghuni dan pengembang saat menyikapi adanya ruang usaha

    yang berada di tengah-tengah kawasan hunian dengan penerimaan sosial yang

    berbeda-beda. Selanjutnya mencari tahu apakah kawasan perumahan di Bintaro

    Jaya telah sesuai dengan perumahan yang baik di Jakarta apabila telah terjadi

    beberapa perubahan fungsi bangunan menjadi komersial di kawasan hunian.

    Manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini bagi masyarakat dapat

    menjadi rekomedasi bagi calon pembeli hunian untuk memilih perumahan yang

    baik dan nyaman. Kemudian dapat menjadi bahan rekomendasi pemerintah dan

    pengembang untuk menyikapi masalah tentang pengendalian lahan hunian yang

    berubah fungsi dan pemanfaatan ruang di jalan utama agar terkontrol dengan baik.

    Dengan demikian dapat memperhatikan batasan-batasan privasi penghuni yang

    berhak mendapatkan ketenangan dan dapat saling menguntungkan baik untuk

    pengembang, penghuni dan warga sekitar komplek.

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 7  

    Universitas Indonesia   

     

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 7  

    Universitas Indonesia  

    BAB 2 KAJIAN TEORI

    Fungsi bangunan di kawasan perumahan yang beralih menjadi fungsi

    komersial membuat suatu fenomena yang terus menerus terjadi dan semakin

    bertambah jumlahnya di setiap tahun. Kawasan perumahan seperti ini memiliki

    dua fungsi yang berbeda yaitu rumah sebagai fungsi hunian dan rumah sebagai

    fungsi komersial. Fenomena perubahan fungsi menjadi komersial di kawasan

    perumahan membuat suatu fungsi bangunan yang seharusnya sebagai rumah

    tinggal bertransformasi menjadi sebuah tempat komersial. Perubahan ini menjadi

    suatu permasalahan dalam perumahan karena terkait dengan perubahan fungsi

    bangunan menjadi komersial yang menimbulkan konflik dalam kehidupan sehari-

    hari khususnya konflik teritori sehingga memiliki dampak terhadap kualitas layak

    huni warga yang tinggal di kawasan perumahan tersebut.

    2.1 Rumah sebagai fungsi Hunian

    Rumah tidak hanya sekedar sebuah bangunan saja, namun memiliki arti

    yang lebih bagi penghuninya yang memiliki fungsi tertentu yang disesuaikan

    dengan kebutuhan manusia. Dalam fenomena perubahan fungsi di kawasan

    perumahan, terdapat dua fungsi berbeda yang berada dalam satu kawasan, yaitu

    rumah sebagai fungsi hunian, kemudian berubah secara bertahap dengan beberapa

    unit yang bertransformasi menjadi rumah berfungsi komersial. Rumah sebagai

    hunian adalah kebutuhan dasar manusia sebagai ruang untuk bernaung dan

    berkegiatan, baik itu kegiatan yang bersifat pribadi dan kegiatan yang

    berhubungan dengan orang lain. Rumah tidak hanya memiliki fungsi tunggal

    sebagai hunian yang memiliki sifat keruangan lebih privat namun rumah juga

    berhubungan dengan lingkungan sekitar yang lebih besar skalanya yaitu

    perumahan. Menurut Doxiadis (1968) perumahan berupa beberapa elemen yang

    mencakup isi di dalamnya yaitu shelter, house, housing dan human settlement.

    Pertama yaitu shelter yang memiliki definisi perlindungan terhadap

    gangguan eksternal baik dari alam, binatang dll. Shelter hanya sebatas naungan

    untuk berlindung saja belum bisa untuk berhuni dan berkegiatan. Kemudian yang

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 8  

    Universitas Indonesia  

    kedua adalah house yang diartikan sebagai struktur bangunan untuk bertempat

    tinggal. House sudah dalam bentuk satuan unit bangunan yang memiliki ukuran

    dan besaran (dimensi) yang sudah memiliki ruang-ruang sebagai tempat untuk

    berkegiatan dan tinggal. Ketiga adalah housing yang memiliki definisi

    perumahan, hal yang terkait dengan aktivitas bertempat tinggal (membangun,

    menghuni) yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungannya.

    Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

    memunkinkan lingkungan perumahan dapat berfungsi sebagaimana mestinya

    yang berupa jalan, jaringan listrik, saluran air dan pembuangan sampah.

    Sedangkan sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk

    penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya yang

    berupa tempat peribadatan, pendidikan, perbelanjaan dan pelayanan umum.

    Dalam skala ruang lingkup yang lebih besar berupa human settlement,

    yaitu kumpulan (agregat) perumahan dan kegiatan permukiman. Berdasarkan UU.

    pasal 1 tentang perumahan dan permukiman yang dimaksud dengan permukiman

    adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa

    kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

    tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

    perkehidupan dan penghidupan. Semua shelter sampai human settlement berada di

    dalam habitat. Clements dan Shelford dalam Wikipedia mengatakan, habitat

    adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies atau populasi spesies

    atau kelompok spesies atau komunitas. Jadi habitat sebagai lingkungan kehidupan

    (tidak sebatas manusia). Bila dilihat dari lingkungan bahwa house sebagai

    individual hunian berada di dalam human settlement yang berupa sekelompok

    rumah yang berada di suatu habitat sebagai lingkungan kehidupan untuk tempat

    melakukan kegiatan sehari-hari.

    Pembangunan rumah dan perumahan melibatkan banyak peran baik dari

    pemerintah, swasta maupun tenaga ahli dalam bidangnya. Secara keseluruhan

    pembangun perumahan dibagi menjadi tiga bagian yaitu pembangunan oleh

    pemerintah, pengembang dan arsitek (Woods, 1953, p.6). Pertama adalah

    pembangunan unit perumahan umum yang merupakan salah satu perencanaan

    yang dilakukan oleh pemerintah. Pembangunan ini merupakan subsidi pemerintah

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 9  

    Universitas Indonesia  

    dan disewakan kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah. Kedua adalah

    pembangunan perumahan dengan pengembang sebagai pihak swasta, disini

    perumahan diproduksi, didesain serta dipasarkan oleh pengembang. Dalam

    pembangunan perumahan, pengembang sebagai pembangun rumah dan kawasan

    tidak mengetahui siapa yang akan menempati rumah yang mereka bangun

    sehingga penghuni kelak yang akan membeli dan menghuni tidak campur tangan

    atas desain yang terbentuk. Selanjutnya adalah pembangunan perumahan dengan

    jasa arsitek, arsitek berperan sebagai pendesain yang merealisasikan keinginan

    klien akan hunian yang akan dibangun. Hubungan arsitek dan klien sangat erat

    dan intim. Arsitek bisa mengetahui apa kemauan dari klien dan bagaimana rumah

    yang bisa menjadi daerah privat penghuni terbentuk dan terbangun, tanpa ada

    campur tangan pihak lain.

    Di ibukota seperti Jakarta, perumahan dengan pengembang menjadi salah

    satu jenis hunian yang dicari-cari oleh konsumen saat ini. Hal tersebut

    dipengaruhi oleh alasan tempat tinggal atau perumahan yang direncanakan oleh

    pengembang akan lebih terkontrol dari segi pembangunan serta pengembangan

    karena dari segi kepadatan, tata letak bangunan dan akses dapat diatur dan

    ditentukan oleh pengembang itu sendiri.

    Rumah yang diharapkan oleh penghuni adalah rumah yang bisa memiliki

    tempat yang nyaman dengan pencapaian kualitas yang baik di dalamnya, sehingga

    dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Menurut Untermann dan Small (1977,

    p.39) “pencapaian kualitas yang baik di dalam rumah memiliki beberapa syarat

    yaitu mencakup aspek teritori, keleluasan privasi, orientasi, identitas dan

    aksesibilitas”.

    Teritori dapat dilihat melalui perasaan, pendengaran, perabaan dan

    pembauan (non fisik) dan melalui pengakuan kepemilikan wilayah melalui

    batasan fisik seperti contohnya wilayah taman depan, teras, balkon maupun

    kawasan perumahan itu sendiri. Dalam skala yang lebih kecil, teritori dapat

    berupa ruang-ruang dalam hunian sehingga pembatasan teritori tersebut berupa

    batasan fisik seperti dinding atau pagar (Untermann dan Small, 1977, p.40).

    Kemudian aspek orientasi berhubungan dengan pencahayaan alami yang berasal

    dari matahari, pergerakan udara dan pemandangan. Kualitas tapak yang baik harus

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 10  

    Universitas Indonesia  

    bisa mencakup ketiga aspek tersebut sehingga dapat memenuhi kualitas rumah

    yang dinamis. Dalam aspek identitas, pemilihan gaya rumah merupakan salah satu

    ciri identitas diri yang dipertahankan oleh setiap individu. Lewat desain dan

    rumah yang dipilih akan menunjukkan status sosial seseorang sehingga rumah

    dapat mencerminkan diri para penghuni di dalamnya. Selanjutnya adalah

    pencapaian kualitas melalui aksesibilitas, aksesibilitas adalah kemudahan

    pencapaian dalam ruang-ruang di dalam rumah sehingga dapat dijangkau oleh

    seluruh penghuni baik sehat maupun cacat fisik. Derajat aksesibilitas harus

    disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap usia yang bisa mencapainya, dimana

    ada aksesibilitas yang harus dijauhkan karena bahaya untuk anak-anak bila bisa

    menjangkaunya. Aksesibilitas kawasan lingkungan adalah kemudahan akses

    untuk keluar dan masuk tanpa ada yang menghalangi. Kualitas selanjutnya

    mengenai keselamatan yang merupakan salah satu rasa keamanan yang

    terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman yang bisa membahayakan

    keselamatan jiwa dan harta benda. Hal ini berkaitan dengan penempatan lokasi

    rumah dimana suatu bentuk hunian yang terbuka lebih terancam keselamatannya

    dibandingkan berada di dalam pola rumah yang lebih tertutup dengan penjagaan

    yang lebih ketat. Kemudian aspek yang terakhir adalah kualitas pencapaian

    keleluasaan pribadi (privasi). Privasi di dalam rumah dapat dicapai dengan

    batasan ruang dan penataan ruang yang tepat. Batasan ruang dapat membatasi dan

    mengontrol aksesibilitas bagi orang umum. Batasan ruang privasi dibagi menjadi

    dua yaitu privasi visual dan privasi audio (Carmona, 2003).

    Privasi visual yang dibagi ke dalam dua tahap, yaitu privasi internal dan

    privasi eksternal. Privasi internal bisa dibuat dengan suatu batasan di dalam rumah

    seperti pintu dan kaca ruangan yang tidak bisa dilihat ke dalam. Lebih baik

    peletakan batasan ruang semakin ke dalam memiliki ruang yang semakin privat,

    contohnya pintu masuk dan ruang tamu setidaknya jauh dari kamar tidur. Privasi

    eksternal bisa diciptakan dengan menghindari pintu masuk (batasan antara ruang

    luar dan dalam rumah seperti pagar pembatas) yang saling berdekatan dan

    bersebelahan dengan tetangga. Letak pagar sebagai pembatas yang memiliki

    posisi lebih jauh dari bangunan rumah dan lebih rapat, derajat keprivasiaannya

    lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih dekat dan renggang.

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 11  

    Universitas Indonesia  

    Privasi audio berupa suara yang tidak diinginkan seperti bising yang dapat

    mengganggu kegiatan privasi. Tingkat kebisingan tergantung kepada desibel

    volum suara dan jarak bising ke pendengar, semakin dekat dengan sumber suara

    maka akan semakin tinggi pula tingkat kebisingannya. Untuk menghindari

    kebisingan dapat digunakan penyaring suara seperti pada isolasi yang terletak di

    jendela dan dinding serta dari alam dapat menggunakan pohon.

    Batasan ruang privasi menjadikan suatu ruang terjaga dan terhindar dari

    gangguan. Batasan-batasan tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan ruang yang

    disesuaikan oleh fungsi bangunan yang diinginkan, dimana suatu batasan bisa

    menjadi publik dan bisa membuat ruang menjadi privat.

    Gambar 2.1 Derajat Keruangan dalam Rumah

    (Sumber: Matthew Carmona, Urban Spaces& Public Places)

    Kebutuhan privasi mendasari munculnya hirarki ruang yang berbeda di setiap

    ruang yang memiliki tingkat privasi yang berbeda yaitu dimulai dari ruang yang

    sangat publik hingga ruang yang sangat privat. Gambar ini menjelaskan tentang

    penataan tata ruang pada rumah bahwa semakin ruang ke arah depan merupakan

    daerah yang lebih umum, dikarenakan dekat dengan akses jalan (bersifat publik),

    kemudian di ruang domestik rumah tingkat privasi dilihat dari posisi ruang,

    tingkatannya adalah ruang yang bisa diakses oleh umum berada di dekat pintu

    masuk, semakin ke dalam dan semakin ke atas merupakan ruang yang lebih

    privat.

    Privasi juga salah satu kebutuhan pengguna untuk mendapatkan kualitas

    ruang huni yang layak karena dengan privasi maka akan terjauh dari segala

    gangguan yang dapat membuat penghuni tidak nyaman. Seseorang dapat

    mencapai privasi dalam ruang ketika ia dapat terhindar dari segala gangguan dari

    luar. Sifat privasi bisa memudar disaat rumah berada di kepadatan tinggi sehingga

    keleluasaan pribadi saat memasuki dan meninggalkan rumah menjadi sulit

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 12  

    Universitas Indonesia  

    diperoleh. Kepadatan tinggi bisa dilihat dari banyaknya perubahan fungsi

    bangunan di kawasan perumahan tersebut yang beralih menjadi komersial

    sehingga kawasan tersebut memiliki fungsi campuran antara hunian dan komersial

    di dalam satu area yang sama yang memicu intensitas kepadatan orang yang

    melalui kawasan perumahan tersebut menjadi ramai. Peraturan tata letak

    bangunan yang memisahkan antara komersial dan hunian dapat

    meminimalisasikan gangguan privasi, namun di Indonesia pola seperti itu tidak

    sepenuhnya efektif karena dapat dilihat dari beberapa perumahan yang memiliki

    fungsi campuran sehingga batas antara keprivatan area seseorang menjadi tidak

    jelas.

    2.2 Rumah sebagai Fungsi Komersial

    Perumahan tidak berdiri sendiri namun di dalam kawasan perumahan juga

    terdapat sarana lingkungan yang menunjang aktifitas dan kebutuhan warganya,

    salah satunya adalah tempat komersial. Dalam fenomena perubahan fungsi

    bangunan, kegiatan komersial menjadi jenis kegiatan yang memicu perubahan

    fungsi bangunan di kawasan perumahan. Untuk dapat mengenal jenis kegiatan

    komersial ini diperlukan pembahasan mengenai definisi dan jenis kegiatan serta

    karakteristiknya.

    Bangunan komersial adalah tempat perbelanjaan yang terdiri dari

    bangunan dan ruang sewa yang dikhususkan untuk mewadahi fungsi perdagangan

    (Marlina, 2008). Sedangkan tempat komersial menurut kamus bahasa indonesia

    adalah ruang yang tersedia sehingga memungkinkan adanya kegiatan yang

    berhubungan niaga atau perdagangan yang dibuat untuk mencari keuntungan.

    Kegiatan di tempat komersial adalah kegiatan bertemunya pedagang dan pembeli

    yang berlangsung secara dua arah. Sehingga dapat dikatakan, rumah sebagai

    fungsi komersial ditujukan sebagai ruang naungan yang berfungsi sebagai wadah

    untuk kegiatan berdagang.

    Transformasi fungsi hunian menjadi komersial di kawasan perumahan

    menjadikan Indonesia mempunyai lokasi perdagangan yang bercampur dengan

    hunian sehingga jenis tempat komersial di Indonesia mempunyai sebuah warung

    dan pertokoan. Warung memiliki fungsi utama menjual barang kebutuhan sehari-

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 13  

    Universitas Indonesia  

    hari dengan radius maksimum 500 meter. Lokasi warung yang berada di dalam

    kawasan perumahan membuat fungsi rumah menjadi kegiatan berdagang, karena

    warung yang berkembang di Indonesia merupakan transformasi dari rumah

    (hunian). Sedangkan pertokoan yang juga memiliki fungsi sama dengan warung,

    memiliki lokasi tersendiri yang terpisah dengan hunian kawasan sekitar

    perumahan dengan tujuan sasaran pengunjung adalah seluruh warga satu komplek

    perumahan dengan tujuan mudah dicapai oleh warga yang bermukim di sekitar

    tempat komersial tersebut, dengan lokasinya yang berada di dalam perumahan

    sehingga tidak perlu menyebrang ke jalan lingkungan dan cakupan pembeli adalah

    penghuni perumahan dan warga sekitar perumahan.

    Kebijakan tata guna lahan saat ini sudah mengarahkan kepada

    pengelompokkan fungsi-fungsi yang sama sehingga memisahkan dengan fungsi

    yang berbeda seperti contohnya pengelompokkan bangunan komersial dengan

    komersial lalu pengelompokkan bangunan hunian dengan hunian. Namun

    keberadaan warung cukup membuat pengelompokkan fungsi bangunan yang sama

    menjadi tidak efektif karena masih dapat terlihat percampuran dua fungsi yang

    berbeda antara komersial dan hunian.

    Bentuk kawasan komersial yang memiliki fungsi tersendiri dalam satu

    kawasan dapat dilihat dari jenis kawasan komersial neighbourhood center,

    community center dan regional center. Kestrategisan lokasi perdagangan sangat

    diperhitungkan dalam keberhasilan usaha karena potensi lokasi yang strategis dan

    mudah dijangkau dengan transportasi baik umum maupun pribadi ditujukan agar

    memudahkan pengiriman barang dan menjangkau pelanggan lebih banyak.

    Penentuan lokasi perdagangan berkaitan dengan penempatan jenis tempat

    komersial karena posisi tempat komersial bergantung kepada cakupan area

    perdagangan yang terkait dengan kedekatan wilayah antar pusat perkotaan, hal ini

    akan menentukan ukuran dan jenis perdagangan. Pembagian wilayah terhadap

    jenis tempat komersial adalah neighbourhood center, community center dan

    regional center (Porterfield, 1995, p.126).

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 14  

    Universitas Indonesia  

    Tabel 2.1. Jenis kawasan komersial

    (Sumber : Gerald Potterfield, A Concise Guide To Community Planning)

    Dari letak lokasi yang mendekati pusat kota ( regional center ) memiliki

    besaran ruang komersial yang lebih luas dan lengkap dibandingkan lainnya karena

    cakupan pembeli dan penjual berasal dari berbagai daerah yang berkumpul

    menjadi satu di pusat wilayah. Jenis-jenis komersial di atas merupakan contoh

    sebuah kawasan komersial yang memiliki kawasan tersendiri dengan membatasi

    fungsi yang masih berkaitan dengan kegiatan jual dan beli sehingga tidak

    bercampur dengan fungsi lain diluar fungsi tersebut dan direncanakan dengan

    tujuan tertentu yang sifatnya khusus yaitu berdagang yang dapat dilihat dari jenis

    barang yang diperdagangkan serta kapasitas tempat yang memuat 2.500-150.000

    karena sifat perdagangan adalah mendatangkan pengunjung atau pembeli

    sehingga kapasitas disesuaikan dengan wilayah yang dicakup.

    Neighbourhood center Community center Regional center

    lokasi Berada di jalan utama

    suatu lingkungan.

    mengelompok dengan

    pusat lingkungan.

    Berada di

    lingkungan yang

    lebih besar,

    misalnya

    mengelompok

    dengan kecamatan.

    Berada di

    kelompok pusat

    wilayah dengan

    fasilitas

    transportasi dan

    komuniti center

    isi Sayur mayur,

    kebutuhan sehari-hari,

    restaurant

    Sayur mayur,

    kebutuhan sehari-

    hari, restaurant

    sarana niaga

    Sayur mayur,

    kebutuhan sehari-

    hari, restaurant

    sarana niaga yg

    lebih besar.

    Ukuran

    dan

    kapasitas

    30.000-50.000 sf

    2500-40.000 orang

    100.000-300.000 sf

    40.000-150.000

    orang

    400.000-

    1.000.000sf

    Lebih dari 150.000

    orang

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 15  

    Universitas Indonesia  

    2.3. Fenomena Perubahan Fungsi Bangunan sebagai Permasalahan

    Umum Perumahan

    Perumahan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan

    wilayah yang harus didukung oleh baik tidaknya kehidupan perumahan di dalam

    wilayah tersebut. Kendala yang muncul mengakibatkan terhambatnya

    perkembangan pembangunan dalam suatu wilayah, hal ini dapat mempengaruhi

    kehidupan penghuni perumahan. Berdasarkan halaman website, permasalahan

    umum yang terjadi pada suatu perumahan biasanya terkait dengan beberapa

    elemen yaitu perkembangan penduduk di perkotaan, pertanahan, pengembangan

    wilayah dan prasarana lingkungan (kuliah arsitektur, 2008).

    Masalah perkembangan penduduk (perkotaan) meliputi laju pertumbuhan

    kota yang tinggi mengakibatkan jumlah penduduk yang semakin besar dan

    semakin meningkat pula kebutuhan yang dperlukan. Kebutuhan yang meningkat

    inilah memicu perubahan kualitas hidup. Bila dilihat dari segi perumahan dan

    kehidupannya, hal tersebut menjadikan nilai rumah bergeser (pertanahan) dari

    kebutuhan dasar untuk dihuni menjadi status sosial dan komoditi ekonomi yang

    meyebabkan menurunnya fungsi dasar permukiman. Berdasarkan peraturan

    mentri dalam negri no. 1 thn. 2008 pasal 1 tentang pedoman perencanaan kawasan

    perkotaan, definisi dari perubahan pemanfaatan lahan adalah pemanfaatan baru

    atas tanah yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam rencana tata ruang

    wilayah kabupaten atau kota. Fenomena perubahan fungsi bangunan ini juga

    dipengaruhi oleh terbatasnya ruang gerak penyediaan lahan untuk pengembangan

    fasilitas umum dan prasarana lingkungan. Hal tersebut terjadi karena harga lahan

    yang semakin tinggi sehingga memicu persaingan untuk pemanfaatan ruang yang

    sesuai dengan lokasinya. Perubahan fungsi lahan bangunan merupakan gejala

    umum yang seringkali terjadi di ibukota Jakarta. Gejala ini memiliki beberapa

    faktor dan beberapa dampak sosial dan lingkungan.

    2.3.1 Faktor Penyebab Perubahan Fungsi Lahan Bangunan

    Perubahan fungsi lahan bangunan yang menjadi permasalahan pada

    perumahan memiliki faktor pemicu sehingga dapat berpotensi komersial. Enam

    faktor penting dalam proses perubahan pemanfaatan lahan perumahan menurut

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 16  

    Universitas Indonesia  

    Yunus adalah karakteristik nilai lahan, kelengkapan utilitas, aksesibilitas lahan,

    karakteristik personal pemilik lahan, peraturan pemanfaatan lahan dan inisiatif

    pembangun komersial (dalam Syahrir 2010).

    Faktor pertama mengenai karakteristik nilai lahan yang merupakan suatu

    kondisi ekonomi yang memperhitungkan nilai lahan bila dilihat dari produktifitas

    yang terjadi di lahan tersebut. Semakin tinggi produktifitas yang terjadi di suatu

    lahan, maka semakin tinggi pula nilai suatu lahan. Produktifitas yang tinggi

    menjadikan lahan suatu kawasan yang aktif. Dalam kawasan komersial

    pemanfaatan lahan dilakukan semaksimal dan seefisien mungkin agar tercapai

    peningkatan penghasilan yang bisa mendatangkan keuntungan.

    Faktor kedua dilihat dari kelengkapan utilitas umum di lahan tersebut.

    Semakin dekat lokasi perumahan dengan pusat kota, maka semakin lengkap pula

    utilitas umum yang memadai. Hal ini dipengaruhi oleh nilai lahan karena pada

    dasarnya pusat kota atau perumahan membutuhkan utilitas yang lebih lengkap

    untuk menunjang kehidupan dan kegiatan warganya sehingga memerlukan biaya

    yang lebih besar dibandingkan lokasi lainnya.

    Selanjutnya adalah aksesibilitas lahan untuk menarik pelanggan bila dekat

    dengan pusat kota, semakin tinggi intensitas dan keragaman kegiatan yang

    memberi fasilitas saling melengkapi (Spreiregen, 1960). Pengaruh ring road dan

    radial road sangat dominan dalam perubahan fungsi lahan. Perubahan menjadikan

    perpotongan jalan antara keduanya menyebabkan tumbuh pusat-pusat

    perdagangan dan jasa komersial baru (Yunus dalam Syahrir 2010).

    Keempat mengenai faktor karakteristik personal pemilik lahan dimana

    perubahan pemanfaatan lahan perumahan bukan hanya berasal dari luar

    perumahan, tetapi juga berasal dari dalam masyarakat yang menghuni kawasan

    perumahan tersebut. Contohnya seperti pertambahan penduduk yang dapat

    merubah struktur masyarakat, seperti perubahan mata pecaharian yang akhirnya

    mencari lahan pekerjaan baru dengan cara pemanfaatan lahan yang ia miliki

    seperti berdagang.

    Faktor kelima mengenai peraturan mengenai pemanfaatan lahan yang

    sesuai dengan aturan tata ruang yang telah ditetapkan. Perubahan fungsi lahan

    akan terjadi bila masyarakat tidak memperhatikan, tidak menaati dan tidak

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 17  

    Universitas Indonesia  

    konsisten terhadap pemanfaatan, penggunaan serta pengembangan fungsi lahan

    secara baik dan benar sesuai aturan.

    Terakhir adalah faktor yang berasal dari inisiatif para pembangun yang

    melihat adanya potensi dan nilai lahan tinggi sehingga dapat memberikan

    keuntungan yang besar. Hal ini membuat faktor ekonomi sangat dominan dalam

    perubahan pemanfaatan lahan.

    2.3.2 Dampak Perubahan Fungsi Lahan Bangunan

    Perubahan fungsi bangunan yang menyebabkan ketidakberagaman fungsi

    bangunan di satu kawasan menyebabkan beberapa dampak yang mempengaruhi

    kehidupan warga di kawasan perumahan tersebut. Menurut Permendagri

    no.4/1996 dalam perubahan penggunaan lahan, apabila dilihat ke dalam konteks

    kasus sebenarnya, dampak yang terjadi akibat perubahan fungsi bangunan

    menyangkut segi sosial, ekonomi dan lingkungan.

    Dampak sosial yang terjadi adalah berupa intensitas gangguan yang

    muncul diakibatkan oleh perubahan fungsi bangunan. Intensitas gangguan dapat

    berupa gangguan kenyamanan, gangguan teritori dan gangguan sosial.

    Gangguan kenyamanan ditimbulkan dari segi audio dan visual yang

    diakibatkan oleh aktifitas kegiatan komersial. Contoh gangguan audio adalah

    bising yang ditimbulkan oleh kegiatan komersial baik dari pengiring musik di

    beberapa tempat komersial maupun kendaraan pengunjung yang lalu lalang.

    Gangguan tersebut mengakibatkan ketidaknyamanan penghuni dan membuat

    kawasan hunian menjadi ramai. Gangguan visual terjadi ketika nilai estetika

    kawasan menjadi turun derajatnya karena terlihat lebih kumuh dan berantakan

    disebabkan banyaknya spanduk dan reklame serta bangunan komersial yang tidak

    teratur.

    Gangguan teritori terjadi saat kawasan teritori penghuni bentrok dan

    bersinggungan dengan kegiatan komersial yang seharusnya tidak memasuki

    teritori penghuni. Hal ini menjadi konflik karena bepengaruh terhadap

    kenyamanan dan keamanan penghuni sehingga privasi menjadi berkurang.

    Gangguan sosial terjadi ketika pertikaian, beda pendapat atau perselisihan

    antara penghuni rumah dengan pihak komersial yang terjadi. Pertikaian tersebut

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 18  

    Universitas Indonesia  

    dipicu oleh gangguan yang diakibatkan oleh kegiatan komersial. Gangguan sosial

    ini juga bisa mencakup tentang hubungan pertetanggaan. Ketika semakin banyak

    bangunan komersial yang muncul maka hubungan pertentanggaan antar penghuni

    semakin berkurang karena tidak memiliki banyak tetangga lagi sehingga semakin

    lama komunikasi antar tetangga akan hilang karena kegiatan sosial antar penghuni

    yang bisa membuat para penghuni berkumpul menjadi tidak ada lagi.

    Dampak ekonomi adalah satu-satunya dampak positif karena munculnya

    fungsi bangunan komersial membuka lapangan pekerjaan baru bagi karyawan

    yang akan bekerja di tempat usaha yang baru muncul ini. Dengan adanya

    bangunan komersial maka pendapatan daerah menjadi meningkat karena

    pemasukan-pemasukan dari kegiatan usaha yang berlangsung. Pihak pengembang

    juga diuntungkan dari IPL (Iuran Pengelolaan Lingkungan) yang lebih tinggi

    dibandingkan fungsi hunian. kegiatan komersial yang menjamur di kawasan

    hunian menjadikan kawasan ini memiliki nilai yang tinggi untuk investasi jangka

    waktu ke depan karena harga tanah menjadi tinggi.

    Dampak lingkungan terjadi akibat munculnya kegiatan komersial di

    kawasan hunian menimbulkan polusi yang lebih tinggi karena orang yang menuju

    kawasan ini semakin ramai sehingga intensitas lalu lintas menjadi padat

    menyebabkan pembuangan CO2 lebih banyak. Selanjutnya dari segi tata ruang di

    dalam perumahan menjadi tidak teratur seperti perubahan GSB di tempat

    komersial. Penyimpangan fungsi bangunan yang seharusnya tata ruang di tempat

    ini sebagai hunian justru ada beberapa yang meyimpang menjadi komersial,

    sehingga di kawasan ini menjadi kawasan campuran antara bangunan hunian dan

    komersial.

    2.4 Teritori

    Teori mengenai teritori dibutuhkan ketika teori rumah sebagai ruang privat

    tidaklah cukup berdiri sendiri karena konflik atau permasalahan yang terjadi

    berada di dalam ruang publik perumahan. Penggunaan teori teritori bisa

    menunjukkan kejelasan batasan dan bagian wilayah yang bersinggungan atau

    berbentrokan antara wilayah kepemilikan hunian dan komersial sehingga

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 19  

    Universitas Indonesia  

    menyebabkan permasalah dalam perumahan yang diakibatkan oleh keberadaan

    bangunan komersial.

    Komplek perumahan berhubungan dengan unit hunian yang berdampingan

    dengan lingkungan perumahan yang terdiri dari unit hunian lainnya (tetangga) dan

    sarana serta prasarana. Hubungan antara unit hunian satu dengan lainnya

    memerlukan batasan kawasan. Batasan kawasan di dalam suatu perumahan

    dibutuhkan untuk mengetahui kepemilikan akan suatu lahan (Mandanipour,

    2003). Kepemilikian tersebut berkaitan dengan teritori, dimana persepsi penghuni

    mengenai kawasan perumahan adalah kawasan yang derajat kepublikannya

    rendah sehingga warga menginginkan orang-orang yang berada di kawasannya

    merupakan orang yang dikenal dengan penetrasi yang terbatas. Walaupun pada

    kenyataannya kawasan perumahan merupakan ruang publik yang dapat diakses

    oleh setiap orang, sehingga dengan persepsi penghuni yang menganggap kawasan

    perumahan sebagai wilayah yang memiliki derajat kepublikan yang rendah

    mengakibatkan batasan kawasan menurut pemilik lahan menjadi bersinggungan

    ketika ada perubahan fungsi bangunan hunian menjadi komersial.

    Perubahan fungsi bangunan memberikan dampak sosial terhadap intensitas

    gangguan yang berupa persinggungan dan konflik. Konflik tersebut pada kawasan

    perumahan berdampak terhadap teritori setiap penghuni rumah karena dengan

    perubahan fungsi bangunan tersebut menjadikan batasan antara rumah sebagai

    ruang privasi menjadi tidak jelas batasannya karena bersinggungan dengan teritori

    yang dicakup oleh komersial. Seharusnya kawasan perumahan menjadi daerah

    yang nyaman dan jauh dari gangguan sehingga tercapai suatu kualitas lingkungan

    yang baik sebagai tempat untuk beraktifitas.

    Teritorialitas berupa sesuatu yang berkaitan dengan ruang fisik, tanda,

    kepemilikan, pertahanan, penggunaan yang eksklusif, personalisasi dan identitas

    (Joyce, 2004, p.124). Teritori adalah suatu wilayah yang sudah menjadi milik dan

    hak seseorang dan memiliki batas yang nyata. Menurut Fisher kepemilikan hak

    dalam teritori ditentukan oleh persepsi orang yang bersangkutan. Persepsi setiap

    orang bisa berupa aktual yang pada kenyataannya memang ia miliki dan bisa juga

    berupa kehendak atas penguasaan dan kontrol dari suatu tempat yang bukan

    didasari atas kepemilikan hak yang sah. Kontrol dari suatu ruang digunakan untuk

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 20  

    Universitas Indonesia  

    melindungi daerah kawasannya dari orang lain dengan menggunakan penanda,

    baik secara simbol, verbal maupun batas, dikuasai, digunakan, dimiliki oleh

    seseorang atau kelompok bahkan perasaan tidak suka dari individu bila teritorinya

    dilanggar oleh orang lain. Teritori digunakan seperti pengatur kegiatan dengan

    memungkinkan kita sebagai pemilik lahan untuk mengantisipasi siapa saja orang

    dan bentuk prilaku yang masuk ke dalam teritori sehingga sesuai dengan rencana

    kehidupan sehari-hari (Mandanipour, 2003, p.50).

    Teritori terbagi dalam beberapa golongan, klasifikasi teritori yang terkenal

    adalah menurut Altman (1980) yang didasari oleh derajat privasi, hubungan dan

    kemungkinan pencapaian yaitu teritori primer, teritori sekunder dan teritori publik

    (Joyce, 2004, p.126).

    Teritori primer termasuk tempat yang sangat pribadi, orang yang

    diperbolehkan masuk adalah orang terdekat dan memiliki izin khusus. Teritori ini

    dimiliki oleh perseorangan atau kelompok. Contoh teritori primer untuk

    perseorangan adalah teritori ruang kamar tidur yang boleh dimasuki oleh pemilik

    kamar dan orang terdekat sang pemilik kamar. Untuk teritori kelompok contohnya

    adalah daerah wilayah nongkrong yang sudah diakui kepemilikannya oleh

    sekelompok orang tersebut.

    Kedua adalah teritori sekunder yang penguasaan teritorinya kurang begitu

    kuat karena penggunaannya harus berbagi dengan orang. Tempat yang digunakan

    secara bersama dan dalam suatu tempat tersebut biasanya hubungan yang terjadi

    di dalamnya sudah cukup mengenal satu sama lain. Contoh teritori sekunder

    adalah kantin dan ruang kelas atau kawasan kelompok perumahan.

    Ketiga adalah teritori publik, dalam teritori ini termasuk tempat terbuka

    untuk umum yang diperbolehkan semua orang boleh memasuki tempat tersebut.

    Teritori ini memang diperuntukkan bersama, namun bila ada seseorang yang

    sudah terlebih dahulu memakainya maka orang tersebut akan menganggap teritori

    yang ia gunakan sebagai miliknya dan orang lain tidak akan meminta untuk

    memindahnya. Bila tempat itu sudah ditinggalkan maka orang lain berhak untuk

    menggunakannya.

    Perubahan teritori bisa terjadi seperti rumah yang bisa menjadi teritori

    sekunder ketika pemilik rumah mengijinkan orang lain atau tamunya masuk ke

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 21  

    Universitas Indonesia  

    dalam. Sedangkan untuk contoh kawasan perumahan lebih bersifat teritorial

    sekunder karena merupakan kawasan yang diperuntukkan sesama penghuni yang

    saling mengenal, namun hal ini bisa saja berubah menjadi teritori publik ketika

    aksesibilitas menjadi terbuka untuk umum, ditambah lagi banyaknya pengunjung

    bangunan komersial yang datang sehingga kawasan perumahan dapat diakses oleh

    orang publik.

    Dalam pembahasan teritori, permasalahan perumahan yang memiliki

    perubahan fungsi tidak hanya terbatas kepada teritori primer saja. Dalam kawasan

    perumahan juga mencakup teritori sekunder dan publik dimana ketiga teritori

    tersebut saling bentrok sehingga teritori beririsan satu sama lain karena

    penempatan lokasi hunian dan komersial berada dalam kawasan yang sama.

    2.4.1 Pola Teritorial Pada Kawasan Perumahan

    Teritori di dalam perumahan bisa ditentukan dari pola perumahan yang

    terbentuk di setiap kawasan untuk mengetahui derajat keprivatan setiap rumah.

    Pola kawasan perumahan secara garis besar berupa pola linear dan pola cluster

    (Untermann & Small, 1977).

    Gambar 2.2 Tipe jalan subdivision

    (Sumber: Joseph D.C. & John C., Time Saver Standard for Building Types, 2nd ed.)

    Pola rumah yang ditata dalam pola linear tidak memiliki kesamaan keprivasian

    dengan pola cluster. Berikut adalah perbedaan teritori yang terbentuk dari pola

    kawasan linear dan cluster.

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 22  

    Universitas Indonesia  

    A. Perumahan Berpola Linear

    Pola perumahan linear dibentuk tanpa adanya pengelompokkan yang

    membuat kawasan perumahan ini dilalui oleh jalan utama yang sifatnya publik.

    Untermann & Small (1977) mengemukakan bahwa jalur jalan utama cocok untuk

    melayani pembangunan industri, komersial ataupun pertokoan dikarenakan jalan

    ini merupakan jalur yang ramai dilewati oleh banyak kendaraan yang

    menyebabkan mobilisasi menjadi sibuk dan padat. Mobilisasi yang aktif membuat

    masalah perubahan fungsi bangunan dapat terjadi.

    Gambar 2.3 Letak rumah di pola linear

    (Sumber: Joseph D.C. & John C., Time Saver Standard for Building Types, 2nd ed.)

    Bentuk linear berasal dari suatu bentuk atau pengaturan sederetan bentuk-bentuk

    sepanjang sebuah garis yang saling berulang (Ching, 1979, p.76). Pola linear

    memiliki jalan kolektor sebagai jalan utama dan jalan lokal untuk pencapaian ke

    tiap rumah.

    Untuk lebih jelasnya derajat keprivasian hunian di pola linear

    digambarkan dalam skema dibawah ini.

    Skema 2.1 Derajat Keprivatan Pola Linear

    (Sumber: Ilustrasi pribadi)

    Privasi berkurang Privasi meninggi

    Ket: : gelembung privasi : gangguan

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 23  

    Universitas Indonesia  

    Diagram digambarkan berbentuk garis lurus yang mencerminkan sebagai

    bentuk linear. Diagram menunjukkan bahwa lingkaran sebagai gelembung privasi

    dan garis sebagai gangguan, maka semakin banyak gangguan semakin menurun

    pula intensitas atau derajat keprivatan dalam suatu hunian yang digambarkan

    dengan tebal tipisnya garis yang dibentuk.

    Dilihat dari pola linear tersebut, teritorial yang terbentuk adalah rumah

    sebagai teritorial primer, halaman rumah sebagai teritorial sekunder yang bersifat

    semi privat, pedestrian sebagai wilayah semi publik dan jalan utama sebagai

    wilayah publik. Keprivasian perumahan yang berada di dalam lokasi seperti ini

    biasanya memiliki nilai kenyamanan yang berkurang, dikarenakan pintu masuk ke

    rumah melewati dan berdekatan langsung dengan jalan lokal (gambar 2.3) yang

    menjadi jalur sibuk yang menimbulkan gangguan fisik dan audio.

    Perumahan berpola linerar tentu saja memiliki intensitas gangguan yang

    tinggi. Untuk mengurangi gangguan yang ditimbulkan dari perumahan berpola

    linear terdapat beberapa pemecahan masalah sebagai berikut:

    1. Menempatkan sederetan unit rumah dengan halaman yang luas dan

    berjarak cukup jauh dari tepi jalan.

    Gambar 2.4 Hunian dengan GSB Jauh

    (Sumber: Unterman & Small, Site Planning for Cluster Housing)

    Penggunaan halaman yang luas dengan jarak yang cukup jauh dengan jalan raya

    dan ditumbuhi oleh banyak vegetasi akan menjadi penyaring bising yang

    ditimbulkan oleh kendaraan.

    2. Peletakan unit-unit perumahan yang tegak lurus dari jalan utama untuk

    mengurangi bisi

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 24  

    Universitas Indonesia  

    Gambar 5.

    Gambar 2.5 Hunian yang Tegak Lurus Jalan

    (Sumber: Unterman & Small, Site Planning for Cluster Housing)

    Dengan pola unit hunian yang tegak lurus dengan jalan utama dapat mengurangi

    bising karena muka rumah tidak berhadapan langsung dengan jalan utama, dan

    mengaharuskan masuk melalui jalan pencapaian terlebih dahulu.

    3. Arah muka bangunan yang tidak menghadap jalan utama bisa mencegah

    perubahan fungsi bangunan karena tidak memiliki kesempatan untuk

    berinteraksi langsung dengan pengguna jalan utama. Sehingga jalur masuk

    ke dalam rumah ini harus melewati jalan lokal terlebih dahulu untuk

    mencapai pintu masuk rumah.

    Namun dalam keadaan di Indonesia adalah jalan utama tidak tertata seperti ketiga

    contoh diatas, karena pemanfaatan bahu jalan yang lebar tidak digunakan oleh

    pihak pengembang memanfaatkan lahan semaksimal mungkin untuk dipakai

    sebagai hunian, sehingga keadaan perumahan di Indonesia di jalan utama

    (boulevard) masih ada beberapa yang di bangun untuk hunian.

    B. Perumahan berpola cluster

    Pola perumahan cluster berupa pengelompokkan hunian yang terpisah

    dengan hunian lainnya. Pola cluster hanya memiliki satu pintu masuk sehingga

    penggunaan jalan bukan bersifat publik untuk non penghuni sehingga lebih

    bersifat publik untuk penghuni saja. Pola cluster memiliki dua bentuk pola yaitu

    culdesac dan loopstreet.

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 25  

    Universitas Indonesia  

    Derajat teritori kedua pola ini berbeda karena untuk pola culdesac akses

    masuk hanya ada satu jalur dan merupakan jalan buntu, maka teritorial lebih

    bersifat privat dan lebih terkontrol dalam pengamanan untuk para penghuni

    dibandingkan pola loopstreet yang mempunyai dua pintu masuk. Rencana

    Radburn (1928) ternyata berhasil dengan pemisahan jalan lokal menuju culdesac

    atau loopstreet serta sirkulasi pejalan kaki yang telah dipisahkan dari kendaraan

    bermotor membentuk suatu lingkungan yang lebih tenang dan lebih aman

    daripada penataan perumahan berpola linear (Untermann & Small, 1977, p.120).

    Penjelasan derajat keprivatan di dalam pola kawasan cluster digambarkan dalam

    diagram dibawah ini.

    Skema 2.2 Derajat keprivatan

    (Sumber: Ilustrasi pribadi)

    Gambar 2.6 Letak Rumah di Pola Cluster (Sumber : Joseph D.C. & John C., Time Saver Standard for Building Types, 2nd ed.

    cluster

    Ket: : hunian : gangguan

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 26  

    Universitas Indonesia  

    Gambar berbentuk garis melingkar disesuaikan dengan bentuk cluster

    yang mengelilingi dan melindungi unit-unit hunian di dalamnya yang

    digambarkan oleh beberapa lingkaran padat. Semakin besar cakupan lingkaran

    maka semakin besar pula intensitas gangguan karena berada di luar cluster dan

    semakin ke kecil cakupan lingkaran maka intensitas gangguan semakin kecil

    karena berada di dalam cluster. Garis lingkaran semakin menebal menunjukkan

    gangguan yang semakin tinggi. Oleh karena itu pola cluster memiliki derajat

    keprivasian huni lebih tinggi terhadap wilayahnya, karena tidak dilalui oleh jalan

    lokal yang sibuk, sehingga terhindar dari gangguan yang ada.

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 27  

    Universitas Indonesia  

    2.5 Perubahan Fungsi Bangunan Berdampak Terhadap Teritori Penghuni

    Perubahan fungsi hunian menjadi komersial membuat adanya perubahan

    yang tidak sesuai dengan fungsi awal. Keberadaan bangunan berfungsi komersial

    membuat teori yang ada tentang pemisahan lokasi antara hunian dan komersial

    menjadi tidak selamanya terjadi seperti itu. Beberapa kasus di Indonesia bahkan

    memiliki keberadaan dua fungsi komersial dan hunian di dalam satu kawasan

    perumahan khususnya yang dikelola oleh pengembang. Hal ini biasanya terjadi

    dalam perumahan yang dilalui oleh jalan utama yang merupakan ruang publik

    sehingga dapat diakses oleh umum.

    Keberadaan bangunan komersial di kawasan perumahan menjadikan

    pencapaian kualitas hunian yang baik (aspek teritori, keleluasan privasi, orientasi,

    identitas dan aksesibilitas) tidak bisa terpenuhi dengan baik.

    Rumah sebagai elemen dari perumahan terdiri dari dua fungsi apabila

    dilihat dari kawasan yang memiliki perubahan fungsi. Yaitu rumah berfungsi

    hunian dan rumah berfungsi komersial. Kedua fungsi tersebut apabila diletakkan

    di dalam satu kawasan yang sama akan menyebabkan persinggungan batasan

    kepemilikan wilayah (konflik teritori). Konflik teritori terjadi disaat kawasan

    teritori penghuni bentrok dan bersinggungan dengan kegiatan komersial yang

    seharusnya tidak memasuki teritori penghuni. Sehingga hal ini menjadi konflik

    karena bepengaruh terhadap kenyamanan dan keamanan penghuni perumahan.

    Walaupun persinggungan wilayah yang terjadi berada di ruang publik yaitu jalan

    raya sehingga bisa diakses oleh orang umum, bukan berarti wilayah kepemilikan

    penghuni (teritori) tidak berpengaruh atau tidak terganggu. Hal tersebut

    dikarenakan bahwa pengakuan wilayah seseorang tidak hanya berupa batasan

    secara fisik (batasan properti rumah) namun juga berupa suatu batasan non fisik

    yang didasari oleh perasaan, penglihatan dan pendengaran. Sehingga kawasan

    sekitar perumahan yang diakui oleh perasaan, penglihatan dan pendengaran masih

    berupa satu kesatuan dengan batasan properti rumah. Oleh karena itu teori teritori

    berperan penting dalam pemahaman akan suatu batasan kepemilikan, karena di

    dalam teori teritori terdapat klasifikasi batasan teritori yang didasari oleh

    hubungan dan pencapaian yaitu teritori primer, teritori sekunder dan teritori

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 28  

    Universitas Indonesia  

    publik. Konflik teritori antara hunian dan komersial terjadi ketika adanya

    persingungan antara ketiga batasan teritori tersebut.

    Teritori dalam perumahan dapat dilihat juga dari pola perumahan yang

    terbentuk. Sehingga teritori yang terbentuk di dalam pola perumahan linear dan

    cluster berbeda cakupannya. Perumahan berpola linear cenderung memiliki

    tingkat teritorial yang rendah dikarenakan pola linear dilalui oleh jalan lokal atau

    jalan kolektor yang bersifat publik, sehingga kawasan perumahan berpola linear

    dapat diakses secara umum. Sedangkan tingkat teritorial rumah yang berada di

    pola cluster lebih tinggi karena dilakukan pemisahan antara jalan utama dengan

    hunian yang terhindar dari sirkulasi umum sehingga membentuk suatu lingkungan

    yang lebih tenang dan lebih aman daripada penataan perumahan berpola linear.

    Oleh karena itu perumahan berpola linear yang dilewati jalan utama lebih

    memiliki potensi komersial. Potensi tersebut bisa dilihat ketika orang yang

    melalui jalan lokal atau kolektor (sirkulasi publik) dalam perumahan berpola

    linear dapat berhadapan langsung dengan kegiatan atau keberadaan bangunan

    komersial, sehingga kemungkinan interaksi jual beli, dilihat dan melihat menjadi

    lebih besar.

     

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 29  

    Universitas Indonesia  

    BAB 3 METODOLOGI

    Dampak yang terjadi akibat perubahan fungsi hunian menjadi komersial di

    kawasan perumahan dikaji menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif.

    Penggunaan metode ini melalui pengamatan pada obyek sebenarnya yang

    bertujuan untuk mengungkap secara luas dan mendalam tentang sebab-sebab dan

    permasalahan yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Penulisan skripsi ini

    menggunakan metode deskriptif eksploratif lebih dalam dikarenakan

    keiingintahuan penulis mengenai perubahan fungsi bangunan yang menjadi

    fenomena di kawasan hunian yang akhirnya membuat penasaran akan apa saja hal

    dan masalah yang terjadi di dalamnya. Setelah itu dianalisa secara kualitatif.

    Kualitatif dikaji berdasarkan data yang di dapat melalui catatan observasi, catatan

    wawancara menurut pengalaman dan sejarah sehingga cenderung dilakukan tidak

    untuk menemukan hukum-hukum dan tidak untuk membuat generalisasi,

    melainkan untuk membuat penjelasan mendalam atas obyek tersebut.

    3.1 Penentuan Lokasi Pengamatan

    Penentuan lokasi pengamatan dilakukan dengan beberapa tahapan.

    Pertama saya harus menentukan jenis perumahan seperti apa yang ada keterkaitan

    dengan perubahan fungsi bangunan yang bertransformasi dari waktu ke waktu,

    dua fungsi komersial dan hunian yang berada dalam satu kawasan yang sama dan

    memiliki dampak teritori akibat perubahan yang paling dirasakan oleh

    penghuninya. Saya mencari informasi tentang beberapa jenis perumahan seperti

    perumahan terencana dan tidak terencana. Perumahan terencana memiliki bentuk

    perumahan yang sudah bisa dibayangkan keadaan lingkungan yang akan

    terbangun dan terbentuk di kemudian hari yang menjanjikan akan perumahan

    yang nyaman dan aman serta dilengkapi oleh beberapa fasilitas dengan segala

    keteraturan yang dijanjikan. Lain halnya dengan permukiman yang belum bisa

    dibayangkan bagaimanan perkembangan lingkungan ke depannya sehingga

    apabila terjadi perubahan fungsi bangunan warga tidak akan bermasalah karena

    tidak ada yang menjanjikan kawasan yang dibangun akan nyaman dan aman

    karena tumbuh dengan sendirinya. Saya memutuskan untuk memilih perumahan

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 30  

    Universitas Indonesia  

    terencana karena perubahan fungsi bangunan yang terjadi menggambarkan

    ketidaksesuaian dengan janji yang diberikan oleh pengembang mengenai

    perumahan yang aman dan nyaman.

    Kedua saya mencari karakteristik kawasan yang memiliki potensi sebagai

    tempat berkembangnya kawasan komersial di dalam perumahan. Potensi dalam

    kawasan perumahan harus memiliki nilai lahan yang strategis, ramai dan terletak

    di jalan raya utama. Aspek lain dalam penentuan lokasi adalah aspek kebijakan

    pemerintah terhadap peraturan yang berlaku sehingga mengijinkan perubahan

    fungsi hunian menjadi komersial dapat terjadi. Oleh karena itu lokasi pengamatan

    ditetapkan di kawasan perumahan yang sudah berdiri lama yang terbangun

    menggunakan pengembang yang memiliki letak yang strategis di dalam

    perumahan tersebut.

    Pada akhirnya saya memilih perumahan Bintaro Jaya sektor 3 yang

    memiliki potensi strategis dan hunian yang terletak di jalan raya utama yang ramai

    dan aktif ini bernama Jl. Bintaro Utama 3. Sepanjang Jl. Bintaro Utama 3 terdapat

    banyak perubahan fungsi bangunan namun masih tetap memiliki beberapa hunian

    yang tidak berubah fungsi. Setelah itu saya memahami lebih dalam faktor

    penyebab perubahan fungsi bangunan di lahan tersebut. Salah satu penyebab

    berdasarkan hasil wawancara ternyata pusat kawasan niaga yang berdekatan

    dengan kawasan Jl. Bintaro Utama 3 menkontaminasi daerah hunian sehingga

    perubahan yang banyak terjadi berada di jalan terdekat dengan kawasan niaga.

    Oleh karena itu saya membatasi hanya separuh jalan yaitu RT XI yang saya pilih

    untuk pengamatan.

    3.2 Metode Pengamatan

    Pengamatan dilakukan secara menyeluruh di komplek perumahan Bintaro

    Jaya agar mengetahui Jl. Bintaro Utama 3 terletak di posisi dan sebagai salah satu

    bagian kecil dari perumahan yang tentu saja wilayah keseluruhan komplek

    berpengaruh terhadap proses perubahan fungsi bangunan. Batasan wilayah dan

    pencapaian yaitu dari dan ke arah jalur pengamatan sehingga bisa diketahui

    seberapa strategisnya kawasan pengamatan ini. Pengamatan terhadap unit hunian

    yang saya klasifikasikan menurut fungsi hunian dan komersial, letak-letak kavling

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 31  

    Universitas Indonesia  

    bangunan tersebut, pengamatan terhadap fasad bangunan , Kemudian saya akan

    mengamati pelaku, kegiatan dan sirkulasi yang terjadi dan elemen-elemen

    perumahan apa saja yang boleh dilalui oleh umum dan dilalui oleh penghuni

    tersendiri apa saja yang terjadi di kawasan tersebut. Rincian jadwal pengamatan

    Jl. Bintaro Utama 3 sebagai berikut:

    Tanggal Waktu Pengamatan Kegiatan

    26/02/2011 01/03/2011

    07.00-09.00 WIB 11.00-12.00 WIB 19.00-21.00 WIB

    melakukan pengamatan untuk mengetahui kondisi dan peristiwa konflik teritori pada saat weekend dan weekday.

    12/03/2011 19/03/2011

    11.00-15.00 WIB 11.00-15.00 WIB

    penyebaran kuisioner dan wawancara kepada beberapa responden

    26/03/2011 09.00-11.00 WIB pengamatan dan pendokumentasian foto di jalur pengamatan

    02/04/2011 11.00-13.00 WIB pengamatan dan pendokumentasian foto di jalur pengamatan

    09/04/2011 11.00-13.00 WIB penyebaran kuisioner dan wawancara kepada beberapa responden

    16/04/2011 18.00-20.00 WIB pengamatan dan pendokumentasian foto di jalur pengamatan

    30/04/2011 15.00-17.00 WIB penyebaran kuisioner dan wawancara kepada beberapa responden

    14/05/2011 10.00-20.00 WIB pengamatan dan pendokumentasian foto di jalur pengamatan

    Tabel 3.1 Jadwal Pengamatan

    3.3 Pengumpulan Data

    Pengumpulan data yang digunakan dalam mendapatkan data untuk

    dianalisa untuk bisa menjawab permasalahan yang ada berupapengumpulan data

    secara:

    3.3.1 Wawancara

    Pemilihan narasumber wawancara ditujukan kepada pemilik rumah yang

    menetap di jalur pengamatan, kepada pemilik atau pengurus bangunan komersial

    dan dari pihak pengembang yang bersedia dan menerima untuk diwawancara.

    Wawancara digunakan untuk mengetahui latar belakang nara sumber, sejarah

    perkembangan Jalan Bintaro Utama 3 dan mendapatkan jawaban mengenai

    penyebab dan dampak perubahan fungsi bangunan. Hasil wawancara berupa

    narasi yang dipaparkan ke dalam penulisan sebagai analisa studi kasus yang

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 32  

    Universitas Indonesia  

    diamati. Penulisan narasi dengan cara menggambarkan kembali teritori terhadap

    persepsi narasumber yang dijelaskan kepada saya. Wawancara juga dilakukan

    melalui survei ke ketua RT guna mendapatkan data jumlah penduduk di jalur

    pengamatan dan jumlah serta data bangunan yang berubah setiap tahunnya.

    Wawancara juga dilakukan kepada pihak pengembang dengan tujuan untuk

    mendapatkan masterplan dan kebijakan peraturan pihak pengembang terhadap

    perubahan fungsi bangunan.

    3.3.2 Kuisioner

    Pemilihan responden kuisioner ditujukan kepada warga Jl. Bintaro Utama

    3 dan pengurus bangunan komersial yang bersedia mengisi pertanyaan dalam

    kuisioner. Pembagian pertanyaan bagi warga menyangkut latar belakang

    responden, tentang kehidupan rumah tangga dan kegiatan komersial kemudian

    tentang lingkungan sekitas perumahan, mengenai masalah perumahan yang terjadi

    di kawasan huniannya, mengenai rumah sebagai ruang privasi dan keterlibatan

    penghuni dengan komersial serta seberapa tinggi ketergangguan yang ditimbulkan

    oleh bangunan komersial. Pengumpulan kuisioner ini saya sebarkan ke setiap

    rumah sekitar 7 rumah yang masih dihuni dan ada pemilik rumahnya namun

    setelah mengumpulkan kembali hasil kuisioner yang hanya bersedia mengisi

    hanya berjumlah 5 responden. Kuisioner terhadap bangunan komersial dipilih 5

    usaha yang paling ramai intensitas pengunjungnya. Pengolahan hasil kuisioner

    berupa tabulasi yang sudah diketahui presentase terbesar dari beberapa pilihan

    pertanyaan sehingga dapat disimpulkan pilihan pertanyaan responden yang paling

    mendominasi.

    3.3.3 Sketsa / Penggambaran

    Sketsa dilakukan dengan obyek pengamatan pada daerah teritori yang

    bersinggungan dengan penggambaran titik-titik kepadatan, luasan daerah yang

    digunakan.

    3.4 Teknik Analisa

    Analisa digunakan untuk mengidentifikasi perubahan fungsi lahan dan

    dampak teritori. Hasil yang dituju dalam analisa adalah:

    a. Perubahan Fungsi Bangunan di sepanjang jalur pengamatan

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 33  

    Universitas Indonesia  

    Pemasukan data dengan jumlah rumah di sepanjang jalur pengamatan dan tahun

    perubahan fungsi tiap bangunan. Pengolahan data berupa hasil olahan foto, berupa

    foto sequence yang diambil di sepanjang jalan jalur pengamatan. Alur pergerakan

    foto bertujuan untuk mengetahui titik-titik kepadatan bangunan komersial di

    sepanjang jalan ini. Foto-foto dipilih dan disusun sesuai dengan titik awal sampai

    akhir. Foto-foto ini di tracing kembali dengan cara menonjolkan bagian reklame-

    reklame yang ada di sepanjang jalan. Pemilihan reklame karena bersifat sebagai

    identitas bangunan komersial yang kenyataannya seluruh bangunan komersial

    memiliki reklame di depan lahan bangunannya. Hal tersebut bertujuan untuk

    dapat melihat perubahan fungsi bangunan sehingga dapat mengetahui di bagian

    mana saja dan berapa banyak jumlah perubahan yang terjadi.

    Kemudian pengolahan hasil pengamatan kepada intensitas kepadatan

    komersial, lokasi yang mendekati pusat komersial memiliki jumlah perubahan

    yang lebih banyak, penggambaran tersebut menggunakan denah yang diberi

    gradasi warna. Warna yang semakin gelap memiliki perubahan fungsi terbanyak

    dan warna yang terang memiliki perubahan fungsi yang sedikit.

    b. Dampak teritori dari perubahan fungsi bangunan

    Pemasukan data adalah batasan teritori setiap responden dan pengelompokkan

    pola perumahan linear dan cluster di sektor 3. Pengolahan data berupa mengetahui

    bentrokan atau persinggungan teritori hunian dan komersial dilakukan pemetaan

    terhadap titik-titik kepadatan parkir sehingga terlihat daerah mana saja yang

    memiliki persinggungan teritori. Dan penggambaran ulang teritori yang

    ditentukan oleh narasumber wawancara sehingga terlihat batasan teritori setiap

    penghuni.

    c. Analisa aspek prilaku dan aktifitas pengunjung komersial dan penghuni.

    Pengolahan data berupa pengamatan atas perilaku responden tanpa

    diketahui oleh responden, mengikuti prilaku responden yang berada di jalur

    pengamatan dengan cara mengamati gerak gerik pengunjung saat datang ketika

    memarkirkan mobil dimana dan kemudian menuju ke tempat apa diamati dari

    mulai kedatangan sampai kepulangan. Sehingga mengetahui bentrokan teritori

    yang terjadi terletak dimana saja. Kemudian mengamati prilaku dan ekspresi

    terhadap penghuni rumah yang daerah teritorinya dipakai orang lain

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 34  

    Universitas Indonesia  

     

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 34  

    Universitas Indonesia  

    BAB 4 STUDI KASUS

    Pada bab ini saya mengambil contoh studi kasus salah satu perumahan di

    Tangerang Selatan untuk memberi gambaran mengenai pergeseran fungsi

    bangunan yang berubah menjadi fungsi komersial.

    4.1 Gambaran Umum

    4.1.1 Bintaro Jaya sebagai Perumahan dengan Pengembang

    Bintaro Jaya dikembangkan sejak tahun 1979 oleh pengembang PT Jaya

    Real Property Tbk. Jaya properti adalah salah satu perusahaan real estate di

    Jakarta dengan beberapa proyek yang sudah terlaksana. Pada tahun 1979, PT Jaya

    Real Property Tbk merupakan developer yang memperkenalkan konsep “kota

    taman”. Dua puluh tahun kemudian konsep tersebut berubah menjadi “ The

    Professional’s City” karena segmen target pembeli yang berubah menjadi hunian

    pilihan bagi kaum intelektual dan professional Jakarta. Dalam kurun waktu

    tersebut komplek perumahan yang terintegrasi seperti Bintaro Jaya masih

    sangatlah sedikit dibandingkan sekarang, sehingga target penjualan Bintaro Jaya

    tidak pernah sepi pembeli. Sebagai perumahan dengan pengembang, Bintaro Jaya

    melengkapi lingkungannya dengan fasilitas yang memadai dan terus memperluas

    pengembangan kawasan perumahan dengan menambah jumlah unit hunian yang

    dilengkapi oleh fasilitas serta kawasan niaga. Semangat inovasi tersebut akan

    selalu dipertahankan dan mewarnai pertumbuhan Bintaro Jaya untuk memberikan

    respon atas dinamika kebutuhan warganya.

    4.1.2 Batas Wilayah dan Pencapaian

    Bintaro terletak di dua propinsi, sektor 1 dan sektor 2 termasuk dalam

    propinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan. Sementara untuk sektor 3 sampai sektor 9

    dan pengembangan selanjutnya termasuk dalam propinsi Banten, Tangerang

    Selatan.

    Batas-batas

    Batas utara : Pondok Aren

    Batas Selatan : Ciputat

    Perubahan fungsi..., Evita Nidyasari, FT UI, 2011

  • 35  

    Universitas Indonesia  

    Batas Barat : Pondok Ranji

    Batas Timur : Tanah Kusir

    Daerah Timur Bintaro termasuk dalam daerah DKI Jakarta sedangkan daerah

    selatan, barat dan utara sudah masuk kedalam wilayah Tangerang Selatan. Dengan

    perbatasan utara, selatan dan barat Bintaro dikelilingi oleh perkampungan yang

    padat akan penghuni asli daerah tersebut. Perbatasan antara Bintaro Jaya dengan

    perkampungan dibatasi oleh tembok beton yang mengelilingi perumahan setinggi

    ± 3 meter.

    Gambar 4.1 Peta Lokasi Bintaro Jaya (Sumber : www.jayaproperty.com)

    Bintaro Jaya dapat diakses oleh beberapa jalur. Pencapaian dari arah utara

    melalui Tanah Kusir dan tol lingkar luar Jakarta. Selanjutnya dari arah barat

    melalui Pondok Kacang yang melalui sektor 9. Pencapaian dari arah selatan

    melalui Ciputat, kemudian dari arah Barat pencapaian dari arah Pondok Indah.

    Pencapaian dari berbagai arah memudahkan penghuni dapat memilih jalur

    alternatif disaat sebagian jalan macet. Contohnya rata-rata penghuni Bintaro Jaya

    melewati jalur dari arah Barat menuju Pondok Indah, sering kali jalur ini tiap

    harinya merupakan jalur yang padat dan ramai, untuk alternatif jalannya warga

    bisa