Upload
lamtruc
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTASEKONOMI
1\1AGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK DEPOK
JANUARI 2009
HELENA YUSFIK 0706299183 -
TES IS
. PERANAN SEKTOR PERIKANAN \VILAYAH PESISIR DAN NON PESISIR KABUPATEN/KOTA DIPULAU JAWA DAN
PENGARUHNYATERHADAPPDRB
UNJVERSITAS INDONESIA FAKUL TAS EKONOMI
1\-JAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLD< DEPOK
JANUARI 2009
HELENA YlJSFJK 0706299183
TESIS Diajukav .ebagai sal11h satu syar11t untuk memperoleh gelar magisler
PERANAN SEk.'TOR PERIKANAN \VILA YAH PESISIR DAN NON PESISIR KABUl'ATEN/KOTA DI PULAU JA\VA DAN
PENGARUHNVATERHADAPPDRB
: 7 J anuari 2009 Tanggal
Janda Tengan
. 0706299183 NPM
: Helena Yusfik Nam a
Tesis ini adalah has ii karya saya sendin,
Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dJrujuk
Telah saya nyatakan dengan benar
HALAMAN PERNY ATAAN ORISINALITAS
Ductapkan di Depok
Tanggal 7 Januan 2009
Penguji R.H. Achmadi, SE..MSoc.Sc
Prof. Dr. Mangara Tambunan Pcnguji
: Dr. Suahasil Nazara Pembimbing
DEW AN PENGUJI
Telah berhas.l dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan drtenma sebagai bagiar. pcrsyarntan yang diperlukan untuk mempernleh gelar Mag.ster Ekonomi pada program studi .Mag:ster Perencanaan dan KebiJakan Pubhk Fakultas Ekonomt Uruvcrsitas Indonesia.
: Helena Y usfik : 0706299183 : Magrster Perencanaan dan Kebijakan Publik : Pcranan Sektor Perikanan Wilayah Pcsisir Dan
Non Pesisrr Kahupaten/Kota 01 Pulau Jawa Dan Pengaruhnya Ted111llitp PDRB
Tcsis ini daijukan oleh Nama NP:M Program Stud1 Judul Tesis
HALAMANPENGESAHAN
iv
Depok, Januari 2009 Helena Yusfik
Syukur, Alhamdulillah saya panJatkan kepada Alloh Subhanallahu wa
ta'ala. karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Searing terselesaikannya tesis ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan di dalamnya. Untuk itu penulis sangat mengharepkan
berbagar kritik dan saran dikemudian hart Selain itu, tesis ini juga merupakan has1 I karya dan kerjasama dari banyak pihak, walaupun yang terlihat dimuka mungkin hanyalah sebuah nama Oleh sebah itu perkenankan penulis dalam
kesempatan ini mcmperscmbahkan ueapan terima kasih dan penghargaan seunggi-tingginya dengan segala kerendshan h~li, atas bimbingan dan bantuannya kepada:
I. DR. B. Raksaka Mah 1, selaku Ketua Program MPKP UI 2. Ora. Hera Susanti, M.Sc selaku Sekretaris Program MPKP UT 3. DR. Suahasil Nazara, selaku dosen pembimbing yang telah memberi
pengarahan dan meluangkan walctu untuk memberikan bimbingan dan
dukungan. T anpa itu scmua, tesis ini tidak akan bcrarti dala.m proses
penyusunan tesis ini. 4 Suami dan Analdru M Ridho Jauhari dan Shofiyya Qurmta A'yun, tenma
kasih atas do'a, support dan pengorbanannya selarna pendidikan di f.fPKP FEUI.
S. Teman - teman MP.KP Kelas Bappenas Angkatan X\>1J Pagi Salemba. yangtelah sarna-same berjuang dalam menempuh peodidikan ini.
6. Keluarga di Padang, Circbon dan Boger yang telah banyak memberikau
dukungan dan do'a yang udak mungkin penulis bisa membalasnya. 7. Bagian Monev dan Pelaporan Sel::retatiat Ditjen Kelautan Pesisir dan
Pulau-pulau Kccil yang tclah banyak memberikan dukungan sehingga penulis bisa melanjutkan studi ini.
.KATA PENGANTAR
v
{ 111:'.Lt~A vusnx )
y.,,ng. mcuyulu..kan,
Jakarta, Januan 200?
di Pada Tanggal
Dcmikian pcmyalaan mi saya buat do:1gun scbcn•my11
b•.<1•11:0 p .. rangkat y•ng .... (jik• niperlukon). Dengan hAk bebas Royalu N1111ekslus1f 1111 Universuas lndoncsia berhak m~ny1mp11n, mcnlJalihmccha/fom1aO:an, r.icngelola tblam beotuk pangkalan data (database), mcrawat, dau mcmpubhkaerken tuga~ akhir saya tanpa 111c111111la izi11 cL111 saya selama tc1ap mencantumkan nama S<lya sebagai penulis/pencspta dan scbaga. pemihk Hak C1p1<1 '
Perauan Sektor Perikanan Wilayah l'esisir dan Nonl'eslslr KabupatcnlKota di Pulau Jawa dao Peocaruboy.i Terbadap l'DRB
demi pengembangan ilmu pengetahuaa, !llenyeruju1 untuk membenkan kepada Lrnversuas Indonesiu Hak Bebas Royolli Nonckslusif (N1>11-exdmiv1• Royalty-Free Right) atas karya 1Jm1ah saya yanA beriudul ·
HELENA YUSFIK 0706299183 Magisre, Pe1encauaau clan KcbijHbrn Publrk Ilmu Ekonorm Ekonomi Tesis
Kam~ Nl'.\1 Pcug1acu Stud1 Departcmea Fakultas Jenis karya
Sebagai sivuas akadermk Universuas Indonesia, saya yang bertanda ungan di bawah
HALAMA!\ l'ERNYATAA~ PERSETUJllAJ\ l'll.BLIKASI Tt:GAS AKHIR l!NTUK t<El'l:N"l INGA:\ AKAVt::VIIS
KataKunc1: PDRR, dummy data panel, share perikanan
Tesis uu bertujuan untuk meneotukan faktor-faktor yang mempengaruhl PDRB di wilayah pesrsir dan non pesisir di pulau Jawa. Dan menentukan variasi sektor penkanan teihadap variasi PDRB. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data panel yang melipuu I 04 Kabupaten/Kota di pulau Jawa dari tahun 2002-2005 diolah dengan bantuan software Eviews 5.1. Metode yang digunakan adalah estimasi dengan data panel menggunaka dummy variable. Hasil penclitian menum ukkan bahwa pengeluaran pemerintah, teoaga kerja berkorelasr posmf dan signifikan mempengaruhi PDRB di wilayah jawa Sedangkan share perikanan berkorelasi negatif mempengaruhi PDRB di wilayah Jawa. Selain itu diperoleh bahwa dacrah pesisir utara lebih menghasilkan output/PDRB lebih besar dibandingkan wilayah lainnya Sedangkan yanll paling rendah adalalsh wilayah pesisrr selatan Jawa.
· Helena Yusfik : Magister Perencanaan dan Kebijakan Pubhk : l'eranan Sektor Perikanan Wilayah Pesisir dan NonPesisir
Kabupaten/Keta di Pulau Jawa dan Pengaruhnya Terhadap PDRB
Nama Program Studt Judul
ABSTRA.K
Vil
Keyword: PDRB, dwnmy variable, share of tishery
The thesis aim to find out whether the growth of economics in the coastal area is higher than the non coastal area and the factors which influenc~ them. And to find variation share of fishenes t.ownrd GRDP. This research is conducted by using the panel data which include 104 district area/city in Java from 2002-2005. It processed by using the software program called Eviews 5 I. The method of this research is estimating the set data by using the dummy variable The results showed that Government Expenditure, Labors had positive conelanon and it is significantly influencing the "PDRB" in Java, meanwhile the share of fishery had negative correlation in influencing the PDRB in Java. In addition, it opened the infonnation that the north-coastal-area produce more output (PDRB) than other coastal areas. And the lowest production of output was found in the south-coastal area.
Helena Yusfik : lvfagister of Planning and Public Policy : Share of Fisheries sector uf Seaboard and Non Seaboard
area of City/regeacy in Jawa and it's Effect to GRDP
Name Study Program Title
ABSTRACT
.,
viii
IV Profil Perekonomian Wilayah .Pesisic di P11lau Jaw a .42 4.1 Kondisi Pcrckonomian di Pulau Jawa 42 4 2 Kesejahteraan Masyaralcat di Pulau Jawa............................................. 45
m METODE PENELITIAN............. .. 30 3 I Metode Deskriptif .. .. . .. .. 30 3.2 Spesifikui Model .. .. .. .. .. 34
3 2 I Model Regresi Majemuk Data Panel.......... . .. 34 3.2.2 Rancangan Model... 35
.l3 Telmik Estimasi 38 3. 4 Populasi Penehnan .. .. .. .. .. . .. 38 3.5 Jenis dan Sumber Data.................................................. 39 3. 6 Teknik Analisis Data .. .. .. .. .. .. . .. . . .. 39
ll TINJAUAN PUSTAKA 9 2. I Pembangunan Ekonomi . .. .. . .. . .. . .. .. .. . .. . .. .. . 9 2.2 Pertumbuhan Ekonomi . 11
2.2 I Teori .l'ertumbuhan Ekonomi .. . . . . . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. 14 2.2. 2 Teori Ekononu Klasik.... .. .. .. .. .. 15 2.2.3 Pendek:atan Neo-Keynes 16 2.2.4 Pendekatan Neo Klasik 20
2. 3 Peran Pemerintah Dalam Perelconomian .. 24 2.4 Ketengakerjaan......... 27 2.5 Wilayah Pesisir 28
HALAMAN JUDUL.. .. .. .. .. HA LAMAN PERNY AT AAN ORJSNALIT AS .. . .. .. 11
LEl\IBAR PEl\GESAHAN.. . .. . .. iii KATAPENGANTAR.................................................................. IV LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARY A ILMIAH .. . . v ABSTRAK .. VI
ABSTRACT . . . . .. . .. . . VII
DAFT AR IS! . VIII DAFTAR TABEL x DAFTAR GM1.BAR XI DAFT AR LAJ\itPIR.AN .. .. . .. . . xii I. PENDAfillLUAN .. . . . I
1.1 Latar Belakang . I 1.2 Perurnusan Masalah. 5 1.3 Tujuan 5 I. 4 Hipotesis .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. .'i 1.5 Ruang Lingkup .. .. . .. .. . .. .. 6 1.6 Manfaa1 Penelilian 6 1 7 Si!h:matika Penuhsan .. . .. .. .. . 6 1.8 Kerangka Pikir Peoelitian 7
DAFTARISI
ix
DAFT AR REFER EN ST .. . . . . . . . . . . .. . ....•. .. .. .. . 70
VI KESL\1PULA.~ DAN SARAN . 67 6.1 Kesimpulan .. .. 67 6.2 Saran..... .. . .. . .. 68 6.3 Keterbatasan Studi 68
V PEMBAHASAN 58 .S. l Uji Parsial, Uji Model dan Uji Koefisien Koefisien Detenninasi 58 5.2 Metode Dummy Dengan Beberapa Variabel KualiUltif 6-0 5. 3 Model Dengan Menggunakan Metode V ariabel Dummy . . .. . . . .. . . . . .. . . 62
4 3 Struktur Pcrekonomian Wilayah Pesisir .. .. . 47 4.4 Pengeluaran Pembangunan :.... .. 50 4.5 Ketenagakerjaan 52 4.6 Sub Sektor Pcrikanan . . . .. . . .. .. . 54
x
Tabet 5.3 Hasil Estimasi Dengan Meggunakan Variabct Dummy............. 63
Tabel S 2 Hasil Estimasi Dengan Menggunabo Metode Dummy........... ... .. 61
Tabet 5 I Hasil Estimasi Terhadap Variabet-Variabet Peru:ntu PDRB Kab/ Kota Di Jawa Tahun 2002-2006 .. .. 59
Tabet 4.10 Share Sub Sektor Perikanan Terendah dan Tertinggi dari masing- masing Wilayah tahun 2002-2006 '5
Tabet 4. 8 Pertumbuhan Tenga Kerja Terendah dan Tertinggt dan masing- Masing wilayah tahun 2002-2006 .. .. .. .. .. . 53
Tabel 4.9 Share Sub Scktor Perikanan di Pulau Jawa Selama Tahun 2002-2006 Berdasarkan Harga l<.onstan Tahun 2000...... . . . .. . . . . . 54
Tabet 4.7 Jwnlab Tenaga Kerja yang Bekerja Tahun 2002-2006 (Jiwa).. . . 52
Tabet 4 .6 Anggaran Pembangunan Terendah dan Tertinggi dari masing- rnasing Wilay.dt tahun 2002-2006.. .. .. . .. .. .. .. .. 51
Tabet 4.5 Jumlah Perusahaan Industri Dan Tenaga Kerja Serta Nilai Produksi Menurut Sub Sektor Industri di Kola Kediri Tahun 2002 50
Tabel 4 4 Rata-rata Persentase Struktur Perekonomian di Pulau Jawa tahun 2002-2006 .. . .. . . 49
Tabel 4 .3 Rata-rata Persentase Struktur Perekonomian di Pulau Jawa tahun 2002-2006 . 47
Tabel 4.2 PDRB per kapita Terendah dan Teninggi dari masmg-rnasing wilayah tahun 2002-2006 46
Tabel 4.1 Tingkat Pertumhnhan Ekononn di Wilayah Pesisir dan Non Pesisir Tahun 2002 -2006... . . . . . 43
Tabcl l l Distribusi PDRB Wilayah Pesisir Dibandingkan Dengan Wlayah Non Pesisir T ahun 2002-2005 (persen)...... ... .... ... .. . . . 4
DAFTAR TABEL
Gambar 4.7 Sebaran Nilai J>DRB di Pulau Jawa(dalam trilyun rupiah)...... 57
Gambar 4.6 Share Perikanan 'I erhadap PDRB di Pulau Jawa Tahun 2002- 2006 55
Gambar 4.5 Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun 2002 -2005 diPulau Jawa... 53
Gambar 4.4 Perbandingan Pengeluaran Pembangunan Wilayah Pesisir dan Pesisir di Jawa . .. ... ... .. . ... ... . .. .... . . . . .. . . .. . .. ... ... . . . .. . j0
Gambar 4.3 Struktur Perekonomian Wtlayah Pesisir dan Non Pesisir di Pulau Jawa Tahun 2002- 2006 48
Gambar 4.2 Perkembangan J>DRB per kapita di Pulau Jawa . .. . . . . .... .. . .. 46
Gambar 4.1 Laju Pertumbuhan Ekooomr Wilayah Pesisir dan Non Pesisir d1 Jawa .. .. .. .. .. . 42
Gambar 2.J Pertumbuban Output pada MW.:I Neodassical .. . . . . . ... . .. . . . 23
8 Gambar I. I Kerongka Berpikrr Peoelrtian . . .. .. ... . .. ..
DAl'TAR GAMBAR
xii
Lampiran 4 Hasil Peugujian dengan Meaggunakan Metode Variabel Dummy 87
Lampiran J 1 Iasil Pengujian dengan Metode dummy
73
85
86
Larnpirsn I Data Hasil Penelitian .. . . . . __ .. _
Lampiran 2 Hasil Pengujian OLS --· .
- DAFTAR LAMPIRAN
Unlver<as lndonesiai I
mengevaluasi perkembangan pernbangunan suatu bangsa adalah kemiskinan. Jika pembangunan manusia dipahami sebagai kumpulan berbagai upaya untuk meniogkatka.o kesejahteraan masyarakat, maka kemiskinan justru dipahami harus bergerak ke arah yang berlawanan (penurunan angka kemi~kinan).(H8Tllladi, 2007)
Selain ilu untuk sccara tcrbates pada pertumbuflan ekonorn i semata,
Pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan jita suatu negara mgm meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyamya. Oengan kara lain,
pembangunan ekonomr merupakan upaya sadar don terarah dari suetu bangsa
untuk meu..iugkalk.an kesejalueraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumber daya yang ada Usaha-usaha pembangunan baik yang menyangkut sektoral maupun
regional tclah banyak memberikan hasil-hasilnya yang dapat dirasnkan oleh
seluruh lapisan masyarakat Pembangunan ekonomi merupakan selah Miu pilar penting 11nt11k
mencapai peaingkstan kesejahterean rakyat. Sahm satu vnriobel yang dapat
menjadi indikator ~berhasila.u pembangunan adalllh pendapaten perkapita, yang merupakan tolak ukur tingka; kesejahteraan ekonomi da.n standar hidup pendudu.k. suatu negara (Blanchard, 2006). Menunn D.Jojohadikusumo (1994) terdapat
perbedaan yang mendasar autara pertumbu.han ekonomi clan pembangunan ekonomi. Pertwnbuhan ekonomi bersangknt paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat, Sedangkan
pembengunaa ekonomi mengandung arti yang lebih luas c.la.ri sekedar peningkatan
produksi yaitu perubahan pada komposisi prodeksi, perubahan pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan di antara berbagai golongan pelaku
ekonorni, perubahan pada kerangka kelernbagaan dalam kehidupan masyarnkat secara menyeluruh,
Pada saat ini proses pembangunan suatu bangsa tidal:: lagi dapat dipahemi
1.1 LATAR BELAKANG
BARI
PENDAHULUAN
Unlwr&ilas Indonesia
Terbukri keuka di Indonesia terjad1 pertumbuhan ekonorni yang cukup tinggi terjadi, kurang d1ikuti dengan pcmerntoon hasil-hasil pcrnbangunan di
daerah-daerah di Indonesia. Beberapa daerah mengalami nngkat kernajuan
kesejahteraan yang berarti, sedangkan disisi lain ada propiasi yang hampir tidak
mengalarm kemajuan kesejahteraan. Konsentrasi akttvitas ckonomi terbesar
berada pada daerah perkotaan dibandmglran daerah pedesaan, hal im juga
mengakibatkan terjadinya ketimpaogan dronomi anf11r daerah.
Salah ssru indikator yang digun3kan untuk mengukur pcrtumbuhan
ek:onomi suatu daerah adalah Pro<lllk Domestik Regional Brut.o (PDRB) yang merupakan keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai sektor ekonomi di suatu daerah dalam periodc tertentu Untuk
mcngctahui pertumbuhaa ekonomi kabupatenlkota dari tahun ke tahun, data
Produk Domestik Regional Bruto yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto atas harga konstan, karena de11~ mengguoakan PDRB atas
harga konstan pengaruh perubahau ha.rga lerhadap rulai Prociuk Dornestik
Regional Bruto telah dihi1angkan.
Karakteristik daerah seperti geografis, kondisi alam, budaya kerja adalah
bebcrapa ha! yang dapat pula mempengaruhi disparitas ekonomi antar daerah.
Syafrizal (2000) dengan mellggU[labn indeb Williamson rnenyatakan
ketirnpsngan ekonomi antar pcopinsi di Indonesia Bagian Barat (!BB) ternyata
lebih rendah dibandingkan dengan kctiutpuiga.tt ekonomi daerah rata-rata di
Jndonesia.Sehingga sumber daya alam sesungguhnya dapat mempengaruht perturnbuhan ekonomi suatu daerah.
Negara yang berbatasan langsung dengan taut umwnnya mempunyai
tingkat pertwnbuhan ekonomi yang tinggi seperti: Kanada. Oiina, Jepang dll. Yao and Zhang (2001) menerangkan bahwa penwnbuhan ekonomi yang tinggr bcrasal
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah terutama disebabkan oleh adanya
penmgkatan pendapatan dan perubahan distribusi pendapatan. Pemngkatan
peodapatan tidak akan banyak berpengaruh terhadap pertwnbuhan ekonomi suatu
wilayah, Sedangkan pcningkatan pendapa!an dalam arti rneningkatkan pemerataan
pendapatan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nyata (Iskandar,
1993)
2
Univeniitas lnctonesla
dari wilayah- y,;ila~ah pusat pertumbuhan Dari tuhsan mi diperoleh pertumbuhan
ekonomi yang tinggi terkonsentrasi pada wilayah pantai timur di China. Semakin jauh wilayahnya dari pantai rnaka penumbuhan ekonomi makin melambat.
Pengembangan wilayah pesisir China berhasil dilakukan sejak awal tahun 1988 dengan me!alrukan kebijakan yang bcrorintasi keluar atau orientasi pendapatan melalui ekspor. (Yang, 1991)
Sedangkan dt Indonesia masyarakat pesisir sebagai bagian masyarakat yang secara geogmfis merupekan masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir berada di bawah garis lcemiskinan. lni berarti masyarakat pesisir Indonesia pada umumnya tidak menikmati dampak
pertumbuhan ekonomi yang tinggi Dari jumlah masyarakat nelayan di Indonesia t6, S jutajiwa, sek:itar 32 % dianwanya hidupdi bawah garis kemiskinan, dengan tingkat pendnpatan setiap orang per bulan rata-rata Rp 300.000 (Kompas, 7 September 2005:22)
Meuurut SKptwini (1995) tentang pengelolaan sumbcrdaya kelautan dan wilayah pesisir, maka wilayah pesisir ditentukan berdasarkan batas ekologis yaitu
kawasan daratan yang masih dipen~ oleb proses-proses kelaumn seperti p!ISlillg surut, interusi air laut Batas administrasi· yairu batas terluar sebelah bulu dari desa pamai a tau jarak definitif secara arbiter (2 km, 20 km dan seterusnya dari gans pantai). Batas perencanaaa yoitu tergantung pada pcrmasalahan atau substansi yang meujadi foku:. pengelolaan pesisir. Mlsalnya kawasan pencemaran dan sedimentasi yang ditimbulkan memberik.an dampak di kawasan pesisir.
Pulau Jawa terdapat tiga wilayah pesisir yaitu pesisrr utara , pesisir selatan dan daerah non pesisir. Di Jawa Barat terdiri dari. 26 Kabopaten, yang 6 diantaranya berada di pesisir utara, 5 berada di pesisir selatan dan 11 kab/kota tidak berada di kawasan pesisir Provinsi Jawa Tengah mempunyai 13 Kab/Kota yang berada di Pesisrr Utara, di wih1yah selatan 3 k.ab/kota dan 20 Kablkolll yang tidak berada di daerah pesisir. Demikian pula dengan Jawa Timur yang
mempunyai 14 Kab1Kota di Pesisir Utara, 6 di wilayah selatan dan tidal: beeada di wilayah pesisir sebanyak 16 kab/kota. Banten sebagai provinsi terbaru mempunyai 3 Kab/Kota yang berada di pesi~ir utara Pulau Jawa sedangkan 2
3
u nlveraltas lnclonesfa
-·· Propinsi 2002 2003 1004 2005 J006
Pesisir Utara 37,54 37,Sl 37,51 37,65 37,76 Pesisir Selatan 16,02 15,94 15.82 15,74 15.61 . . Non Pesisir 46,44 46,55 46.66 46,61 46,64
Tabel LI Distribusi PDRB Wilayah Pesisir Dibandingkan Doogan Wilayah Non Pcsisir
Tshun 2002-2005 (persen)
Kabupaten lain berada di pesisir selatan pulau Jawa dan berada di rengah-tengah han ya I kota.
Selain rtu ada sekitar 60 persen peaduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir, dan sekitar 80 persen aktivitas pembangunan seperti pembangunan industri bai k secara sektoral dan regional yang dilakukan ol eh swasta clan masyarakat diantaranya budidaya perikanan, wisata babari, industri,
pertambangan lepas pantai, pelabuhan laul. dan reklamasi pa.ntai untuk perluasan kota berada d1 kawasan pesisir, (DKP, 2006)
Di sisi lam mcnurut (Crawford e1 all, 1999) bah wa ada beberapa laporan
yang menuniukkan bahwa masyarakat di daerah pesisir urnumnya memiliki kualitas y~ng hidup rendah sedangkan peoelitian lain membuktilcan bahwa di Sumatera Selatan dan Sulawesi Utan bahwa nelayan di daerah ini pendepatannya tidak rendah .
Salah satu masalah yang paling krusia1 adalah kemiskinan masyarakat nelayan sebagaimana banyak diungkapkan melalui berbagai studi dan peneliuan, Dari jumlah masyarakat nelayan di lndonesia 16.420.000 jiwa hidup dan tersebar
pada 8.090 desa pesisir Mereka tetd.iri atas kelompok nelayan 4.0 t5.320 jiwa, pembudidaya perairan dan 2.671.400 jiwa, dan kelompok sosial lainnya 9.733,.280 jiwa. Pcrsentase yang hidup di bawah garis kemiskinan sebesar 32,14
% atau 5. 254 400 j i wa dari total masyarakat pesisir. (Direktorat PMP, Apn I 2006). Persenrase lcemiskinan masyarakat pesisir memberil:an pengaruh yang
signifikan terhadap angka kemiskimn nasional yang sekarang mcncapai 17, 75 %
dari total 222 juta penduduk Indonesia (BPS 2006}.
Dengan mehhat rata-rata PDRB di wtlayah pesisir clan non pesisir di Pulau Jawa selama 5 tabun terakhir (2000-2006) menunjukkan hasil sebagai berikut :
4
Un lvensltu lndonKia
1.4 Hipotesis
Da1am penelitian ini, hipotesa adalah sebagai berikut :
1.3 Tujnao Penelitian Tujuan penelitian ini adalah melakukan O!l61isis terhadap : a. Menentukan faktor-faktor }'lUlg mempeagaruhi PDRB di wilayah pesisir
maupun non pesi sir di Pulau Jawa. b. Menentukan variast sekror perikasan terhadap variasi PDRB
1.2 Perumusan Masalah
Secara geografis wilayah pesisir utara dan selatan Jawa yang memilila potensi sumberdaya alam yang berbeda satu sama lainnya Masing-masing
wilayah tersebut ierdapat mem puoyai perbedaan nngkat pembangunan secara
sektoral. Antara wilayah peS1sir utara, pesisir selatan dan non pesisir terdapat
perbedaan tingkat pembangunan,
Sehingga dipero leh perumusan rnasalah sebagai berikut : a. Faktor apakah yang mempengacuhi pertumbuhan ekonomi di wilayah
pesisir dan non pesi sir tersebut? b. Apekah varissi scktor perikanan bisa menentukan varia.si PDRB?
Sumber · BPS, dtolah kembali
Jika dilihat dari proporsi PDRB diatas, maka kenga wilayah tcrlihat selama lima tahun terakhir propors:inya terbadap keseluruhan pulau Jawa tidak
mengalami perubahsn yang berarti, Wilayah Non Pesisir mernpunyai proporsi paling besar karena v.1layah in1 mempunyai kabupatenllmta yang paling banyak dibandingkan dua wilayah lainnya.
Pertumbuhan ekonorni yang tmggl dan berkelamutan merupakan kondisi utama atau suatu kehsrusan bsgi kelangsungan pembangunan ekonorm clan
pcningkaran kesejahteraan Di lain pihak pembaogunan yiu1g beronentasr regiooal
harus dipahami secara kewilayahan pu1a sebagai satuan geografi yang mempunyai ciri spesifik.
5
UnlY&raltaa lncbne&ia
1.7. Sistematika Pen11Jisan
BABIPENDAHULUAN Derisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tuju.an, Hipoiesis, Kerangka Pemikiran, Ruang Lingkup, dan Manfaat
1.6 Man {aat
Manfaar yang <liharapkan dari basil penelitian ini adalah ; I Sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan di wilayah tentang
proses pelaksanaan pembangunsn ekonomi di wilayah pesisir clan hasu- hasil yang diperoleh, sehinga menjadi bahan strategis bagi pengarnbilan keputusan berikutoya
2 Sebagai bahan evaluasi terhadap program-program pembanguna.n bidang pesisir, terutama dibidang ekonomi yang telah dijalaokan.
3. Sebagar bahan masukan bagi penyusunan program-program pembangunan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah yang tertinggal pertwnbuhan ekonominya..
1.5 Ruaog Liogkup Penelitian ini dilakukan secara rnenyeluruh terhadap Kabupaten/kota di
Pulau Jawa dalam kurun wakm tahun 2002-2006. Tidak dibedakan antara Kabupaten dan Kota, karena diasuntsikan variast dari pcrkcmbangan masing- masing wi 1 ayah bersifat dinamis.
a Diduga wilayah pesisir utara ch Pu1au Jawa pertumbuhan ekonomi berbeda secara signifikan dibandingkan wilayah non pesisir dan selatan pulau Jawa,
b. Vartabel-variabel pengeluaran pemerintah, tenaga kerja berpengaruh positif terhadap PDRB di wila.yall pesisir dan non pesisir
c Vanabel rasio subsektor penbnao diduga memberi kontnbusi untuk
peningkatan output di wilayah pesisir dan non pesisir
6
Univarsitas Indonesia
1.8. Keraugka Pikir .Penelitiao
Umuk rnemudahkan pembaca rnengikuti alur pembahasan dalam tesis ini, benkut ini disajikan kerangka berpikir penelitian S('.peni terlih.at peda Gambar 1.1.
BAB VI PENUTUP
Berisikan Kesi mpulan dan Rekomenda.si
BAB V PEMBAHASAN Berisikan lcondisi PDRB clan variabel-variabel yang mempengaruhinya di wilayah pesisir dan non pesisir dengan pemilihan model-model esnmasi,
BAB IV KONDJSI SOSIAL EKONOMI PUl.AU JAW A Berlsikan Kond1si Soslal Ekonomi wilayafl yang dlkelompokkan berdasarkan Jawa, Pesisir Utara Jawa clan pesisir selatan Jawa dari tahun 2002-2006
BAB TD METODOLOGI
Yang meliputi data clan sumber data yang digunakan, spesifikasi model dan variabel penelitian serta defimsi operasional variabel, Selanjutnya akan diuraikan tentang proses estimasi yang dilakukan dengan data panel. Proses tersebut mcliputi ten.tang model esnmasi data panel, pemihhan model esnmasi dan uii signifikansi terhadap variabel penelnian.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisikan Teon Peruunbuhan Nco klasik Tanpa Teknologi, Teori Penumbuhan Neo Classik Dengan Teknologi (Exogenous), Teori Pertumbuhan Dengan Teknologi (Endogenous), Pengeluaran pemerintah, Tenaga kerja chm Subscktor pcrikanan
7
Onlversitas Indonesia
• Kesimpulan ciao Saran
Ruang I .inglcup • Data di Selurub .Kab'Kota di
PulauJawa
Metodologi • Model regresi data panel. • Peru:nh11111 model dummy
rujuan Penelrtian • Mengetahui apakah pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir
lehih tiniigi dari pada non pesisir di bblkota pol au Jawa • Meoentukan faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB di
wilavah pesisir maupun non pesisir di polau Jawa
l
Permasalahan a. Apakah wilayah pesisir di Pulau Jawa lebih tinggi perturnbuhan ekonominya
dibandingkan wilayah non pesisir b Faktor apakah yang mempen,garuhi pertumbahan ekonorni di wilayah pesisir dan
non pesisir tersebut? Hipotesis a Diduga wilayah pesisir di Pulau Jawa lebih baik perekonomiannya dibandingkan
wilayah non pesisir b. Variabel-variabel pengeluarnn pemerintoh, 1Cnaga kerja dan share perikanan
bertenearuh oositif terhadao PDRB di wilavah eesistr dan non eesisu
j
. Fakta Harapan • Kondrsi fisik, ekonomi, histnris Terjadinya pertumbuhan ekonorni pesisrr dan non pestsir berbeda GAP yang signifikan baik dr wilayah • Justifikasi bahwn umwnnya pesisir utara, selatan maupun non daerab pesisir beradadi bawah
gans kemiskman pesisir
Garnbar I. I . Kerangka Berptlctr Peneli nan
8
u nlveraltas Indonesia 9
Konsep ekonomi neoklasik yang pemah diterapkan UJJtuk mendorong
percepaian pembangunan di negara berkembang terbukti gaga], karena hanya
perbedaan kondisi dan penmbangan kualiw SDM pelalru ekonomi di negara
maju dengan di ncgara ber!cembang. Hal ini terbukti dengan program
perencanaan Marshal Plan yang berbasiJ membangun kernbali ekonomi Jerman, tetapi kurang berhas ii diterapkan di negara berkembaag seperti India, Sri Langka, Ph.ilipma dan Indonesia. Program sejenis Morshal Plan yang diterapkao di negara
berkcmbang yang bcrtujuan mcndorong penumbuhan ekonomi dengan program
investasi kapital, memang mengbasilkao tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, tetapi diikuti oleh memhuruknya tingkat distribusi pendapatan, sehingga
hanya sebagian kecil masyarakat yang menikmati (Todaro, 2000).
Persoalan pembanguaan di negara bersembang J;ernudian disadari, tidak
hanya menyangkut perlunya investasi pembangunan untuk memanfaatkan
sumberdaya yang dimiliki yang mendocong pertumbuhan, tetapi juga barns
memperbatikan aspek distribusi dan pemerataan hasil • hasil pembangunan,
sehingga basil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan proporsi onal. Dalam kerangka spatial, maka basil pembangunan
adalah adanya keseimbangan kemajuan amar wiiayah (Hadi, 2001 ).
Pembangunan wilayah adalllh IJ'05eS atau tahapan kegiatan pembangunan
di suatu wilayah tertentu yang dalam perwujudannya melibatkan ioteraksi antara
2.1 Pemban11unao .tkooomi Pembangunan ekonomi merupakan keseluruhan proses politik dan
ekonorru yang drperlukan untuk mempengaruhi transfonnasr suuktural dan
kelembagaan dari seluruh masyarakat demi menghasilkan rentetan kemajuan
ekonomi yang benar-oenar bermanfiuit dan melalm proses efisien bagi sebagian besar penduduk (Todaro, 2000). Narnun proses pembangunan pemah dipahami sebagai proses perturnbuhan ekonomi belaka. (Riyanto 2003 dalam Rustiadi,
2001)
BABB TL'IJAUAN PUSTAKA
U niversitas Indonesia
sumber daya manusia dengan sumberdaya lainnya termasuk sumberdaya alam dan
Iingkungannya melalui kegiatan investasi pembangunan [Hadr, 200 I)
Pada wnumnya negara berkembang pembangunan diartikan dengan
pertumbuhan ekonomi Suatu masyarakat dinila1 berhasil melaksanakan
pemhangunan bila pertumbuhan ekooomi masyarakat tersebut cukup tinggi.
Dcngan demikian yang diukur adalah peoduksi total barang dan jasa masyarakat negara tersebut setiap tahunnya. Secara teknis ekonorru produksi total diukur o!eh produk nasional bruto (PNB) dan pcodul:: domestik bruto (PDB). PNB adalah semua penjum!ahan dari semua barang dan jasa-jasa akhir atau semua mlai tarnbah yang dihasilkan oleh warga negara suatu negara tertentu dalam jangka waktu tertenni. Dalam pengertian ini tidalc tennasuk penclapatan orang-orang asing dan perusahaan asing,
Tujuan pokok pernbangunan di bidang ekonomi adalah meningkatnya kesejahteraan ekonomr masyarakat. Salah satu indikator ekonomi untuk melihst perkembangan tingkat kesejabteraan atao kemakmuran masyarakat adalab PDRB Per Kapua, Data ini diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah
. penduduk pertengahan tahun pada tahl.m yang sama. Pertumbuhan PDRB dapar saja terjadi tanpa memberi dampak pada tinglcat kesejahteraan rnasyarakat, apabila
pertwnbuhan pcndaduk dan stau perubahan harga )'8118 lebih tinggi daripada pertumbuhaa PDRB.
Sektor pertanian memegang pe:raoan yang penting daJam surnbangannya terhadap PDB, terutarna bagi negiir:i-negam sedans berkcmbang Menurui Kumet (1964) dalam Tambunan (2003), peilmian. merupakan sektor ekonomi yang sangar potensial dalam empat bentuk kontnOusinya terhadap pertnmbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut : I . Kontribusi produk, ekspansi dari sektor-seklor ekonomi non pertanian sangat
tergantung pada produk-produk dari sector pertanian bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai mabnan, tetapi juga untuk penyediaan
bahan baku untuk keperluan kcgiaun produksi di sekror-sektor non pertanian tersebut, terutama industri pengolaban makanan dan minuman, tekstil dan
pakaian jadi, barang-harang dari lrulit farmasi.
10
u nlveBltas lndoneala
2.2 Pertumbuhan Ekonomi (growth)
Meskipun pcrtumbuhsn ckonomi bukan satu-satunya tujua:n pembangunan di negara-negara sedang berkembang, abn te1api pertumbuhan ekonomi tetap di pandang sebagai syarat per!u ( necessary C<1ndllio11) bagi perbailcan kesej ahteraan masyarakat dan j uga merupakan sam prakoodisi yang sangat diperl ukan bagi
2. Konsrnbusi pasar, karena knatnya agraris dari ekonomi selama tahap-tahap
awal pembangunan, maka populasi di sekior pertanian (daerah pedesaan) mem benuik suatu bagian yang sangat besar dari pasar (perm i ntaan) domestic
terhadap produk-produk dari industri dan sector-sestor lain di dalam negen,
baik untuk: barang produsen maupun barang-barang konsumen, 3 Koerribusi faktor-faktor produksi, karena relatif peotingnya pertanien ( dilihat
dari sumbangan outputnya terhadap PDB dan andilnya dalam penyerapan tenaga kerja, tanpa bias clihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin
tingginya tingkat pembangunan ekonomi. Jadi pembangunan ekonorni
melibatkan transfer surplus modal dari sector pertanian ke sector-sektor non pertanian. Samajuga, seperti dalam teori penawaran tenaga kerja iak terbatas
dari Lewis, dalam proses pembengunan ekonomi jangka panjang terjadi perpindahan surplus tenagakerja dari pertanian (perdesaan) ke industri dan sector-sektor non pertanian Iainnya {perkotaan).
4. Konmbusi devisa. Seldor pertlnian nwnpu berperan sebagai salah satu
sumber pcnting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik lewat ekspor basil-basil pertanian atau peningkatan
produksi komoditi-komoditi pertanian mengpntikan impor (substitusi impor) Peran sektor pertanian dalam pcmbangunan ekonomi menurui Jhingan
(2000) terletak dalam hal (I) menyed'lakan surplus pangan yang semaki.n besar
kepada penduduk yang kian meniogkat (2) meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan derrukian mendoroag keharusa dipcrluasnya sektor sekuoder clan tersier (3) menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang- barang modal bagi pembanguran melalui ekspor basil pertanian secara terus- menerus, ( 4) rneningkatkan pendapataa desa untuk: dimobilisasi peneriotah, dan (S) memperbaiki kcseiehteraan rakyat pcxlesa•n
11
Universftas Indonesia
pencapaian tujuan-tuJuan pembangunan ekonomi yang lain seperti periuasan kesempatan kerja, pemerataan distnbusi pendapataa clan stabilitas harga,
Pertumbuhan ekonorni adalah proses kenaikan output per kapita dalam jaogka panjang. Dalam pengertian. tersebut menekankan pada tiga aspek yauu: proses, output per kapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adaalah
watu proses yang berkcrnbang dan berubah dan waktu ke waktu ..
Menurut pandangsn ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jurnlah penduduk,. jwnl.ah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat teknologi y11ne drgunakan, Sedangkan menurut ahli ekonomi neo-klasik bahwa faktor produksi yang menjadi faktor penentu pertumbuhan ckonemi di suatu negara adalah faktor produksi modal dau lo:rutl!ll kerja
lndilcator yang digunakan cla.lam mengulrur pertumbuhsn ekonomi adaJah tingkat Produk Domestik Brute (PDB). Alasan yang mendasan pemrlihan indikator ini sebagai dasar unt:ult mengulrur penumbuhan ekonomi adalah pertama, l'DB adalah jumlah nilai tambah yang clihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi d.idalam perekooomian Hol ini berarti peninglcatan fDB juga mcncennin.kan peningkatan baias jasa kepada falclor produlcsi yang d1gwiakan dalam akrivitas produlcsi tersebut diulcur dari perbedaan PDB perkapita tahun tertentu dengaa tahun sebel umnya
Aiasan k.edua adalah PDB dihilUllg berdasarkan konsep aJiran (flow
concept). Artinya pengbituogan POR hanya mencalcup nilai produk yang dihasilkan pada S11tu periode tertentu. Penghitungan tidak rnencakup nilai pro<luk.
yang dihasilkan pada periode sebelumnya. Batas wilayah penghitunan PD.B
adalah negara (perekonomian domestilc) Hal ini memungkinkan kita untuk
mengukur sejaubm.ana k.ebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapka pemerintah mampu mendorong aktivitas perekonoauaa domesnk [Susanti, 2000)
Perhitungan PDRB maupun pertwnhuhan PDRB selama ini seringkah melupakan keterkaitan antar daerah dalam suatu kegiatan produksi. Dalarn realita dan perhitungan secara ekonon» sangatlab tidak mu.ngkin perkembangan atau pembangunan suatu daerah hanya tergantung pada faktor produksi yang ada di
12
Universltaa lndonesl•
2. Pcrtumbuhan penduduk, yang beberapa t:ahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah angkatan kel]a. Pertumbuban pendudulc dan anglcatan keqa (yang terjadr beberapa tahun kemudian setelah pertumbuban penduduk) secara tradistonaJ dianggap sebagai salah satu faktor posi ti f yang memacu pertumbuhan ekonomi, karena j urnlah tenaga kerja yang lebih besar berari abn menambah jumlah tenaga produktif. Meskipun demikian, imsib dipettanyakan apalrah begitu cepamya pertumbuhan penawaran angkatan kerja di negsra-negara berkembang (sehingga banyak di antara mereka yang mengalaroi kelebihan tenaga kerja) benar-benar akan memberikan dampak positif atau justru ncgatif,
terhadap pembangunan ekonominya. 3 Kemajuan teknologi
Terdapat tiga klasifikasi lemajuan teknologi yairu kemajuan teknologi yang bersiat netral, kemajuan tclmologi yang hernat tenaga k.erja dan
kemaj Will teknologi yang hemat modal Kemajuan teknologi yang bersifat netral 1erjadi apabila teknolegi tersebut rnemungkinkan ldla mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan rncnggunakan j umlah dan kombinasi faktor input yang sama. Kemajuan tek:nologi yang hernat tenaga kerja adalah kemajuan teknologi yang berlangsung sedemikian rupa sehingga menghemat pernakaian m-Od31 tenaga kerja (pcnggunaan tcknologi tersebut mcmWlgkinlran kita memperoleh output yang Jebih tinggi dari jumlah input tenaga terja yang sama). Kemajuan teknologi hemat modal merupalan feoomem yang amat Iangka. Hal ini karena
hampir semua pcnclitian dalain dunia ilmu pengetahuan clan teknologi
daerah tersebut Kebijakan pembangunan nasional pun sangat berperan dalam mempengaruhi pembangunan daerah.
Sumber kemajuan ekonomi bisa meliputi berbagai macam faktor, akan
tetapi secara umum ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertwnbuban ekonomi suatu bangsa (Todaro) yaitu:
I. Akumulasi modal, yang meliputi semua beotuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik clan modal atau sumberdaya manusia.
13
UnivelSltas Indonesia
2.2.1 Teori Pertumbuban Ekonomi Pengukuran yang unuun digunakan dalam pertumbuhan adalah ( l ).
pertumbuhan output. (2). pertumbuhan output per tenagakerja dan (3). perrumbuhan output per kapita. Penggunaan ketiga ukuran tersebut tergantung pada mnksud mclakukan pengukuran. Pertumbuban output digunakan sebagai
indikatl)r dari pertumbuhan kapasitas produl:tifitas yang tergantung pada tingkat
dimana sebuah wilayah yang dapat menarik modal dan tenaga keja dari daerah lain. Pertumbuhan output per teeaga kcrja scringkali digunakan sebagai indikator perubahan dalarn daya saing daerah ( sejak mengunak:an pengukuran
produktivitas), pada saat pertumhuhan nutput per kapita digunakan sebagai sebuah indikator perubahan dalam kesejahteraan ekonomi. Olch karena itu tak ada
ukuran terbaik dalam pertumbuban regional. (Annstrong and Taylor, 1993 : 66).
dilaknkan di negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja, dan bukan rnenghemat modal. Di negara-negara dunia ketiga yang
berlimpah tenaga kerja tetapi langka modal, kemajuan teknologi im merupakan sesuani yang paling diperlukan. Teon yang menjelaskan hubungan antara beberapa input dan
pertumbuhan nasional didasarkan kepada fungsi produksi Dalam mikroekonomi fungsi produksi dmyatakan dengan pernyataan berapa banyak output dari
perusahaan atau produsen akibat dari penggunaan input Binsanya dalam fungsi produksr ini scnng diungkapkan dalam bentuk nilai 1.1311g danpada jumlah (kuanutas) fisik.
Pada tmgkat suatu negara atau ekonomi secara luas, fungsi produksi mcnggambarkan hubungan dari banyalmya tenaga l:e1ja dau keterst:dcaan modal dengan tingkat GNP suatu negara. Hubungan ini disebut dengan fungsi produksi agregat. Fungsi produksi agregat adalah alat yang bennanfaat untuk menjelaskan seberapa besar hubungan input dan ouiput pada tingkat nasional dcngan bentuk yang kensisten,
14
U nlveraltaa Indonesia
2.2.2 Teeri Ekonomi Klasik
Orang pertama yang membahas permmbuhcn ekonomi secara sistcmatis
adalah Adam Smith (l723 - 1790) dalam buknnya yang berjudul An Inquiry truo the Nature and Causes of the Wealth qf Nauons (I n6) dengan inti ajaran agar
masyarakat diberi kebebasan seluas - luasnya dalam menentukan kegiatan ckonomi apa yang terbaik untuk dllakubn Menurutnya sistem ekonomi pasar bebas akan meaciptakan efisiensi, membawa ekonorni kepada kondisi full employment clan menjamin pertumbuhan ekooomi sampai tercapai posisi stasioner (.ftat1anary .state) yang terjadi apabsla seluruh somber daya alam telah rermantaatkan Jib ada pengangguran banya bersifar sementara Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan perekonomran dengan tugas menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mcndorong fihak swasta berperan optimal dalam perekonomian, Pemeriruab juga berperan menjamin keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyaralcat serta membuat "aturan main" yang rnemben kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ckonomi, sehingga
pemerintah berkewaj ibau untuk menyediakan prasarsna sehingga aktivitas swasta menjadi lancar, Pengusaha perlu mecdapat keuntungan yang memadai agar dapat mengakem ulas ikan modal dan membuat investasi baru, sebingga dapat menyersp tenaga kerja baru Scdangkan Joseph Sehumpeter (Jem1a11 1911) mengatakan
bahwa kondisi stasioner tidak akan terjadi karena manusia akan selalu melakuknn inovasi (Tarigan, 2005 : 47 - 49).
Sebagai akibat depresi ekoncmi duoia tahun l 929 - 1932, pandangan Smilh Uilon:ksi oleh John Maynard Keynes (1936) dengan meugatakan bahwa
untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal (perpajakan dan perbelanjaan pemecinlah), kebijakan monetcr (tingkat suku bunga dan jumlah uang ben:dar), clan peng<rn"cll>'81l langsung. Kedua pendangan ini memiliki beberapa persamaan diantaranya sama - sama rnengandalkan
mekanisme pasar dan tugas negara untuk menciptakan distribusi pendapatan ynng tidak tcrlalu pincang {ada kaitan dengan sm>mg dan konsumsi) sehingga ekonorni
dapat berjalan mamap dan berkelaniutaa. lib Smith mengmginkan peran pemerintah sekecil mungkin, Keynes malab sebaliknya babwa diperlukan peran pemerintah yang cukup besar dalam pctckonomian. Dalam ekonorni wilayah,
15
Univeniitas Indonesia
2.2.3 .Pendekatan Neo-Keynes (feori Harrod - Bomar) Teori pertumbuhlln yang dil:embangl::an sejak perang dunia ke Il
bersumber pada kerangka analisis Keynes dirintis oleh Roy F. Harrod (1949 d1
Inggris). Pada waktu yang hampir bersamaan Evsey D Domar (1957 Amenka
Serikat) juga mengemhangkan teori Keynes. Teori yang dikembangkan oleh
Harrod dan Dorner menggunakan proses perhiiungan yang berbeda dengan
pembahasan yang berbeda tetapi memiliki pola pendekatan yang sama dengan ciri ciri yang sama pula sebingga kesimpulannya juga sama, sehingga teori ini disebut teori Harrod - Domar (DjoJohadilrusumo, 1993 : 35).
Model Harrod-Domar memiliki keunggulan di dalam kesederhanaanya.
Model ini banyak digunakan oleh negara-negara herlrembang dalam perencanaan ekonominya Namun model ini memiliki beberapa keterbatasan Drketahui, bahwa ekonomi mcncapai kesejmbangan dalam keadaan khusus,}'llitu dimana disebut sebagai kondisi "steady state equilibrium" pada saat "warrant graw rate in output" (rasio propensity to s01Je dengan rasio kapital output ; s/v) sams dengan
tingkat penumbuhan slarm tenaga kcrja (n) dan dituliskan s/v = n. Model ini
tidak semua pandangan smith bisa diterapkan misalnys lokasi kegratan ekonomi tersebut Sesuar dengan tata ruang uyang berlaku maka lokasi dan berbagai kegiatan sudah diatur dan kegialan yang dilaksanakan harus memilih diantara lokasr yang diperkenankan,
Walaupun demikian masih banyak paadangan Smith yang rc)evan untuk perencanaan pertumbuhan ekonomi wilayah, sehingga pemerintaJh daerah harus memberi kebebasan kepada masyaralcat (pada Jolrasi yang diperke11ankan), tidak mengeluarkan peraturan yang menghambat pergerskan orang dan barang, tidak membuat tarif pajak yang terlalu tinggi dari daerah Jam yang dapat mebuat pengusaha enggan bennvestasi di daerah tersebu1, meniaga keamaaan dan
keternban agar dapat bemsaha, menyediakan berbagai fasilitss dan prasarana sehingga pengusab» dapat beroperasi dengan efisien serta tidak: .me111buat prosedur penanaman modal yang nanu, sena berusaha menciptakan iklim yaog kondus1f
sehmgga investor tertarilc untuk berinvestasi dt wilayah tersebut. Secara eksplisit teori Smith akan tumbuh pada k:ondisi pasar yang .scmpurna.
16
Universitlls Indonesia
Sedangkan gagasan Domar berpangkal tolak pada berlakunya asas mvestment multiplter. Laju peanintaan efektif langsung dihadapkan kepada
pertumbuhan pada kapasitas pmdwAsi Dalam modelnya disebutkan bahwa
menganggap modal dan tenaga keria hanya meningkat dalam tingkat koefisien
fungsi produksi yang konstan (fixed coefficient producuon fonct1on) dimana tidak
mernasukkan mekanisme penyesuaian jika ierdapat surplus tenaga keria bail: terjadi penganguran (n>s/v) atau kelebihan dari modal (s/V>n) Keterbatasan dari model ini sering disebut sebagai ·'problem mata pisau" dimana model ini rerlalu banyak memasukkan parameter yang retap (fixed). Oleh karena itu kerangka pemikiran Harrord-Domar cenderung menjadi tidak akurar dalam periode waktu yang panjang terbadap perubahan ICOR aktual.
Perhatian Harrod dipusatkan 11.epada persyaratan yang harus dipenuhi untuk memelihara ekulibri um antara tabungan - investasi - pendapatan dalsm dinamika pertumbuhan ekonomi. Agar konstelasi ekonomi yang dunaksud dapat berkembang, Harrod menggunakan dua konsep pengertian perihal laju penumbuhan yairu (I) iaJu pertwnbuhan produksi dan peadapatan pada tmgkat yang dianggap memadai dari sudut pandang para pengusahalcalon investor, yang disebut Harrod sebagai the warranted rate of growth sedangkan (2) Harrod
menunjukkan adanya the narural ra1e of gnMth dimana laju pertumbuhan produksi dan pendapatan ditentukan oleh kondisi pasar (fimdamental cond1twns)
yang menyangkut pada bertambahnya angkatan kerja lrorena pcnduduk bertambah serta meningkatnya produktivitas kcrja karena kernejuan teknologi.
Saran Harrod bahwa perturnbuhan kontinu dalam keseimhaogan hanya teccapai jika the warranted rate of grawth identik dengan the natura! rate of
growth: Karena hal ini jarang terjadi (Jib terjadipun hanya secant kebetulan) menjadikan pertimbangan dssar Harrod unruk mengungkapkan .lresimpulan pokok yang bersifat instability theorem, )-airu proses pertumbuhan mengandung didalarn dirinya sendiri secara inheren unsur ketidakstabilan yang sewaktu - waktu dapat rnenganggu keadaan ekuilibrium, Hal ini berimpilkasi pada keharusan adanya langkah - langkah kebijakan tertentu untuk menanggulangi gangguan - gangguan terhadap kestabilan dalam ekuilibrium pertumbuhan (Djojohadikusurno, 1993 · 38).
17
Un iversitas lndonKia
perrumbuban dalarn permintaan adalah sama dengan investasi (I) dikalikan multipher (l/s). Sedangkan pertwnbuhan pada kapasitas produksr adalah sama
dengan investasi (I) dibagi oleb kapital output rasio (k.) Deegan demikian
perrumbuhan pada permmraan adalah sama dengan pertumbuhan pada kapasiias
produksi, atau .1I/I = s/k. Laju pertwnbuhan diatas dianggap Demar sebagai lau pertumbuhan yang kritis (crillca/ rate of growth) yang analog dengan the
warranty rate of growtt: nya Harrod Jika investasi melebihi laju pertumbuhan
yang dimaksud diatas, maka penyimpangan tersebut mcnycbabkan bahwa Af/I >
s/k, yaag mcrnbawa invesrasi dal.aJn jumlah yang semakin besar
(Djojohadikusumo, 1993 : 40 - 41).
Hal ini selaras dengan ga~n Harrod, Jika karena scbab apapun laju
pertumbuhan investasi menyimpang dari Jaju krins s'k, laju pertumbuh.an pada
kapasitas produksi, rnaka penyimpangan itn cenderung untuk berlangsung terns
clan arah yang sarna. fmplikasi saran pendapat ini ialah diperlukannya intervensi kebijaksanaan jikalau kcccndcrungaa peoyimpangan hendak dikembalikao pada
keadaan ekuilibri um.
Kelangsungan permkiran Keynes 9itanclai oleh unsur - unsur dinamika dalsm sistem analisis tentang proses clronomi clan perkernbangannya, dimana
Keynes melihat pertumbuhan dalam jangka pendek (kondisi statis) sedangkan
Harrod - Demar melihatnva pada jangka panja.ng (koodisi dinamis). Teori Harrod • Dornar didasarkan pada asumsi (1). Perelcooomian bersifat tcrtutup; (2) hasrat
menabung (MPS = s) adalah konstan, proses produksi memiliki koefisien yang
t.etap (constant retum to scale}; (4) tmgbt pertumbuhan angkatan kerja (n)
arlalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhao peoduduk. Dengan asumsi
asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap ( sel uruh kenaikan produksi dapat diserap pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat - syarat keseimbangan sebagai berikut :
g=k=n,
dimana g = growlh (tingbt pertumbuhan output) k = capttnl (tingkat pertumbuhan modal)
n = nngkat pertumbuhan angkatan kerja
18
Unlversltas Indonesia
ekspor daerah i - total impor daerah - daerah j dari daersh i - m (marginal
prospenstty to import) daerah - daerah J dari daerah i dikalikan dengan tingkat
pendapatan masing - mssing setiap daerah j. Dengan demikian pertumbuhan sua.tu wil ayah adalah
karena s, v, dan n bersifat independen maka dalam perekonomian tertutup sulit
dicapai kondisi pertumbuhan rnantap, Harrod - IJomar mendasarkan teorinya
berdasarkan rnekanisme pasar 1anpa campur tangan pemerintah, teupi pemerintah
tetap perl u merencanakan besarnya i nvestasi agar terdapat kese. mbangan dalam sisi penawaran dan dan sisi permintaan barang.
Menurut Richardson (Tarig-an, 2005 : 49 - 51) dalam perekonomian regional dcngan sistem perekonomian yang terbuka kekakuan tersebut dapat dapat diperlunak. dunana faktor - Dktor produksi I basil produks! yang
berlebihan dapat diekspor dan yang lcurang dapat diimpor. Impor dan tabungan adalah kebocoran - kcbococan dal.arn mcnycdot output daerah. Scdangb.n ekspor dan investasi dapat menyedot output k&pasilas peouh dari faktor - faktor prodllksi yang ada di dacrah tersebut, Kelebihan tabungan yang tidak dunvestasikan secara lokal dapat disalurkan Ice daerah - daerah lain yang tercermin dslam surplus
ekspor. Apabila pertwnbuhan tenaga lcerja melebihi dari apa yaug dapat diserap
oleh kesempataa kerja lokal maka migrasi neto dapat menyeimbngkan n dan g.
Jadi dalam pcrclronomian terbuka, persyaratannya agak sedikit longgar, dilll4IUI S + M = 1 + X ckpat dirumuskan menJadi: (s + m) Y ~ 1 + X, atau UY= s + m - (XIY)
Seperti dikctshui bahwa ckspor suatu daerah i dapat dirumuskan sebagai impor
daeralt - daerah lain, sehingga
X= l:Mp= tmp Y, j-1 j=I
KKYKK/YV
agar tenadi ekuilibrium rnaka antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat kaitan yang sating rnenyeimbangkaa, padahal peran (k) untuk mengahsilkan
tambahan produksi ditemukan oleh v ( cupual outpu; rarjo ~ rasio modal uutput) Apabila tabungan dan investasi adalah sama ([=S). maka ;
TSSYSNS
19
lJnil'W51tae Indonesia
2.2.4 Pendekatan Neo Kwik
Yang mengusung pendeka.tan in! adalah pemikir - pemikir ekonomi yang menentang ajaran Keynes dan Ne-0 Keynes diantaranya adalah Robert M Solow (1970) dari Amerika Serikat dan T.W Swan (1956) dari Australia. Model Solow - Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,
kemajuan teknologi dan besarnya nutpui yang saling berinteraksi. Robert Solow memperkenalkan model pertwnbuhoo ekonomi yang rnenggembarkan langkah
yang lebih maju dari model Harrord-Domar, Solow menjawab keterbstasan dari
model terdahul u dengan mengeluarkan "fixed coefficient production f111tct ion" dao menggantinya dengan fungsi produksi aeoklasika! dengan koefisien substitusi.
Pada model mi arus modal dan tcnaga kerja scarab karena pertumbuhan membutuhkan k:eduanya secsra seimbang. Dalam prakteknya daerah yang penumbuhannya tinggi (daerah yang telali maju) akan mea&rik modal tcllltga
lcerja dari daerah lam yang pcrtwnbuhannya rendah dan hal ini mernbua!
pertumbuhan antar daerah menja.di pincang, sehingga daerah yang maju loan maju dan yang terbelakang akan semalcin lcetiJll!8tlan.
ladi pertumbuhan antal' dacrah akan mengarah kepada heterogenuus (makin pim:ang) Untuk daerah yang masih terbelalaing dan terpencil atau hubungan keluamya sangsr sulit sangat perlu memperhalikan teori ini. Dalam
koadisi seperti ini, biasanya barang modal saogit l8llgka sehingga sulit
melakukan kunvcr.;i antara barang dan tenaga kerja, (Tarigan, 2005 : .50 ·.52).
dengan persamaan diatas maka agar suatu daerah tumbuh cepat aiau g; = tinggi,
dikehendaki agar s, (tingkat tabungan) = tinggi, m, (imper) = tinggi, ekspor =
kecil, 1: v, icapital oupia ratio ~ COR)- kccil, artinya dengan modal yang kecil
dapat meningkatkan oapia yang sama besamya Dalam model iru keiebihan atau kekurangan tahung~n dan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau arus masuk dan setiap faktor diatas, Pcrtumbuhan yang mantap tergantu.og pada
apakah arus modal dan tenaga kerja interregional bersifat menyeunbogakan atau tidak.
g, =(s,+m1-Em,. Y1/Y, )Iv, j=I
20
Universitas lndorte$la
n, = tingsat pertumbuhan tenaga kerja T, = k.emajuao teknologi a, = bagian yang dihasilan oleh faktor modal
(I - a) = bagian yang hasilkan oleh faktor di Iuar modal agar faktor produksi selalu berada pada bpe.sitas penuh perlu mekanisme yang
menyamakan investasi dan tabungm (dalam kondisifa// employement), sehingga pertumbuhan memerlulcm syarat :
Jl.1PK1 = a, (Y, I k;) = p
MPK, =marginal prodltctNtJy of capital
jika p sudah tertentu dan a tetap ~ mm Y dan K harus rumbua dengan
tingkat yang sama, Dengan syarat keseimbangan ba.gi keseluruhan sistem adalah :
El;= ES. l=l i=}
Suatu daerah akan mengimpor modal jtka tingkat pertumbuhan modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik terbadap modal. Dalam pasar sempwna
MPL (marginal producnvity of /ab<Ju,) adalah fungsl langsung tapi bersifat
dimana : Y, = a, k, + (I - a.) n, + T, Y, = besamya ouipuJ
k, - tingkat penumbuban modal
dalam modelnya dan menggunalcan model fungst produksi yang memungkinkan adanya substirusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (I.). Dalarn model iru
terdapat fleksibilitas antara rasio modal - otapia dan rasio modal - tenaga kcrja
Dalain banyak hal mekanisme pasar diyakini dapat menciptakan
keseimbangan sehmgga pemerintah tidak perlu terlalu banyak rnernpengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya seba!as kebijakan fiskal dan moneter, Tingkat pertumbuhan berasal dari tigi. surnber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi (peningkatan skill dan atau kernauan teknologi membuat produkti vitas pe kapita meningkat ).
Dalam ha! ini masalah teknologi merupakan fungsi dari waktu sehingga persamaannya adalah
Y, ~ f, (K., L. t)
dan oleh Richardson dalam ekonomi regional persamaan tersebut diderivasikan memadi :
21
U niversitas lnd1>neaia
dimana y,, adalah pendapatan petkapita sektor i pada waktu t, k,1 adalah
modal peT kapita (capital labor ratio), a adalah perubahan teknologi, dan /3
- akfJ O<f]< I Y., - " , - -
Suatu daerah akan mengimpor modal jika tmgkar pertumbuhan modalnya lebih kecil dari rasio tabungan dooiestik tethadap modal. Dalam pasar sempurna MPL (marginal product/wry of labvur) adalah fungsi langsung tapi bersifat terbalik dari MPK (marginal productivity of capl1b() Hal ini dapat dihhat dari
rasio modal tenaga kerja (K!L). Apabila ti~p daeralr dimisalkan mengasilkan otapux yang homogcn dari
fungsi produksi yang idenrik maka didaerah yang KJL -nya nnggi terdapat upah riil yang tinggi clan .MPK yang rendah clan sebalilmya, dimana modal akan
mcngalir dari dacrah yang upahnya tinggi ke daerah yang upahnya rendab karena akan rnemberikan balas jasa (untuk modal) y.mg tebih tinggi, Dan sebaliknya tenaga kerja akan mengalir dari dari dacrah upah rcndah ke daerah upah tinggi,
sehingga tercipta mekanisme balas jasa 6tktor - faktor produksi di semua daerah sama, dan menyebabkau perekonomias regional atau pendapatan per kapita
regional akan rnengalami proses konvergensi {makm sama) . Model im mengasumsikan bahwa J = S, dnnana kebtasaan masyarakat
yang suka menyimpan uang kontan dalmn jumlah besar dirumah tanpa tujuan Jchusus dapat mengahambat pertumbuban ekonomi, sehingga hal mi harus disosialisasikan kepada masyarakat Paham im juga melihat peran kemajuan tehnologifinovasi sangat besar memacu perrumbuhan wilayah dan terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth) d!perlukan suetu ungkat tabungan (s ~ savmg) yang pas dan ~uruh keunnmgsn pengusaha diinvestasikan kcmbali ke wi layah tecsebut
Model Solow mcnekanlran pad.a peran akumulasi modal. Oleh sebab itu output merupakan produksi dan modal dan tenaga kerja. Penumbuhan ekonomi sesuai dengan memperbesar kemampuan teknis tenaga kerja yang berperan dalam meningkatkan j umlah teeaga kerja yang tersedia, Dalam jangka panjang output per kapita dan produktivitas tenaga kerja meningkat secara eksogenus pada
tingkat l::emajuan teknik yang mana lremajuan telcnil:: sepeouhnya eksogenus. Model dalam beetuk fungsi produksi ini dapa.t ditulis sebagai bcrilrut :
22
Universitall Indonesia
Dan model pada persarnaan diatas yaitu i mengacu kapada wilayah
(region), Teori penumbuhan regional neoldasikal dapat dibangun Pertumbuhan regional adalah pergerakan sederhana dari fungsi produksi akumulasi semua faktor dari periode t ke periode t -1- l (lihat gambar 2.1)
Sejumlah asumsi yang mendasari teori pertumbuhan regional neoldasikal : pertama fungsi agregat produksi menunjukkan output regional. perbedaan antara indusm dalam wilayah diabaikan <Ian diasumsikan output regional homogenous.
Kedua antar wilayah teknologi diasumsikan sama, keflga skala pengembalian dalam produksi (returns to scale) diasumsikan konstan, keempa: pasar
diasumsikan persamgan sempama, ke/1ma, ~upply nasional dan tenaga kerja. jumla.h dari semua "'ilayah diasumsikaa tetap. keenam. tenaga kerja dan modal diasumsilran mencari tingkat pengembalian wilayah yang tertinggi, A:elU)uh, wilayah diasurnsikan menghadapi kurva elastisitas permintaan yang sempurna untuk output mereka.
Gambar 2.1. l'ertumbuban Output pada Model Ne,qc/asslcal.
Per capita capital (k,) k;,.1 k.,
Yd I
! ' ~ i f !
y,,=ok,~ Output (y,)
elastrsitas modal Sektor i dapat mengacu kepada individual, negara, kawasan,
dan sektor ekonomi. Perubahan modal perkapita mempunyai hubungan positrf dengan Investasi per tenaga kerja, tetapi mempunyai kaitan negatif dengan pertumbuhan peoduduk dan depresiasi,
23
Unlven1itas Indonesia
2.3 l'eranau Pemerintah dalam Perekonomian Pengeluaran pembangunan daerah di wilayah Jawa mermliki keragaman
yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dcngan keragaman di wilayah·wilayah di Luar Jawa (Nurmanaf, 1999)
Berdasarkan rata-rata pengeluaran pembangunan dan dikaitkan dengan prioritas program pembangunan itu sendin, tahap pembangunan dapat
dikrite1iaku dalam uga fase yang dilaksankan di masmg-masing propinsi. 1. l'ase pertsma merupakan tahap pembangunan melaksanakan program dengan
lebih memprioritaskan pembangunan fisik yang ditunjukkan oleh rata-rata pengeluran pembangunan yang lebih tiuggi. Dalam fase mi pembangunan dilaksanakan dengan menguramakaJt pembangunan prasarana yang diperlukan un1uk: menunjang tahapan pembangunan berikutnya.:
Menurut Richardson (Richardson, 2001 : 35) perbedaan pokok antara an11lis1s pertumbuhan ekonomi nasienai dan onahsis pemmbuhan regional adalah bahwa yang d1 utikberatkan dalam analisrs pertwnbuhan regional adalah
perpindahan faktor ifaaor movements). Ada dua pendekatan metodolologis yang sangat berbeda dalam pertumbuhan regional yang sifatnya k.omplementer, yaitu
mengadaptasi model - model ekonomi makro yang digunakan dalam teori pertumbuhan agregatit" ( dan varian - varian regional khusus seperti teen basis ekspor) atau menafsirkan pertumbuhan suatu daerah menu:rut clinarnika sektor industrinya
Penumbuhan ekonomi regional menurut Tarigan adalah pertambahan pendaparan masyarakat secara keseluruhan yang tenadi d1 wilayah tersebut, yaim
kenaikan seluruh nilai tambah {value added) yang terjndi. Perhitungan pendcpaton
wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku, namun agar dapat mclihat
pertambahan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya barus dinyatakan dalam mlai nil yaitu harga konstan, Daiarn teori yang dikembangkan asli dalam ekonomi regional. araara lain akan dibahas pengkalsifikasian pendapatan dari satu daerah dan faktor - faktot apa yang menunjang peninglcatan pendapatan daerah tersebut. (Tangari, 2005 : 46- 47).
24
Unlversltas Indonesia
2. Fase kedua lebih menitikberafkan pada program pembangurum non fisik yang umumnya memerlukan pembiayaan pembangunan yang lcbih k:ccil. Antara
lain provinsi yang rnclaksanakan fase ini adalah Sumatera Barai, Sumatera Selatan,dan Lampung, Jawa Tengab dan Jawa Timur , Kalimantan Selatan dan
Nusa Tenggara Baral 3. Fase ketiga drcirikan dengan tingginya rata-rara pengeluaran pembangunan di
masing-masing propmsi. Propinsi yang berada dalam Jase ini antara lain : DKl Jakarta, Jawa Barat, Dl Yogyakana, Bali, Sumatera Utara dan Sulawesi
Sela.tan
Wilayah-wilayah yang lcbih memprioritaskan pembangunan tisik
cenderung memiliki rara-rata pemgeluaran pembangunan yang lebih tinggi ketimbang wilayah-wilayah yang pnontas pembangunannya didominasi oleh pembangunan non fisik Sementara wilayah-wilayah yang melaksanakan pembangunan dcngan penekanao kcdua-duanya secara berimbang, cenderung memlliki rata-rata peageluaran pembangunan yang lebih besar.
Pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang ditajukan untuk pcmbiayaan proses pcmbangunan dan scbaga1 kcgiatan pcmcrintah clalam meningkatkan kesejahteraan masyaralcat. Terdiri dari 21 jcnis pengeluaran yang berorientasi ke 20 jenis sektor pembangunan clan satu jenis kelompok pengeluaran pcmbangunan lainnya antara lain : industri; pertnnian clan kehutanan; sumber daya air dan mgasi; tenaga kerja, perdagangan, pengembangan usaha daerah dan koperssi; tra:nsportasi meteorology dan geofisika; pertambangan dan energi, pariwisata, pos dan telekormmikasi; pembangunan dacrah dan Transmigrasi;
lingkungan hidup; pendidikan, kebudayaan Nasional, Kepercayaan terhaclap Tehan Yang Maha Esa, Pemuda dan Olahraga: K.ependudu.kan dan Keluarga Sejahtcra; Kcschatan, Kesejahteraaa Sosial, Pcranan Wanita, Anak dan Rcmaja,
Perumahan Rakyat dan Pemukiman; Agama; Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Penelitian; Hukum; Aparatur Pemerintah dan Pengawasan; Politi]; penerangan,
komumkasi dan Media Mossa, keamanan don Ketcrtiban Umum; Subsid.t pembangunan k:epada Daerah Bawahan; dan lain-lain
25
Llnlversltaa lndoneala
Seperti halnya struktur APBN,mulai tahun 2005 tidak dikenal lagt istilah belanJa rutm dan pembangunan. IstiJah yang digunakan adalah belanja barang dan belanj a modal
Negara-negara penganut ekonomi liberal berpendirian bahwa sebaiknya
peranan pemerintah dalam perekonomian adalah sekecil mungkin, karena peran pemerintah dalam mekamsme harga akan menyebabkan inefisiensi(Nurdjaman, 1992). Menurut pendapatnya sebuah perekonomian yang ideal, adanya pengaturan alokasi sumber daya yang terjadi karena adanya pertukaran sukarela antara barang dan uang pada harga pasar akan menghasilkan kuantitas maksimum barang dan jasa dari seb>enap sumber daya yang tersedia dalam perekonorruan tersebut. Dilain
pihak dalam k.c:nyllll!annya seringkali tttjadi kelidaks.:mpurnaa.n pasar yang disebablran karena adanya assyrnemc infonnation. monopoli maupun distribusi pendapatan yang tidak merata ..
Sementsra itu Romer (2006) nienyatakan babwa sama ha!nya dcngan modal fisik maka modal manusia juga dilihat sebagni variabel yang bersifat eksogen, Model ini mengasumsikan bahwa modal manusia sctiap teiusa kerja tergantungpada tahwl-lahun pendidikan yang diikuti.nya. Hasil penelinan ernpiris John Baffers dan Anwar Syah (1998) menyimpuloo bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintab dan tenaga kerja.
Untuk rnengatasi masaleh tccscbut, maka diperlubn campur tang1111
pemerintah untuk mengambil peraoan daJam perekonomiaa. Hal im sejalan dengan pendapat aliran Keynes bahwa diperlukan campur tangan perneimtah dalam perekonomian, Sehingga saat ini terjadi gejala wnum dilll4l1& dari waktu
ke waktu volume kegiatan pemerintah terus roeninglan. Dengan menggunakan kurva rS-LM maka dapat diperoleh bahwa kegiatan
yang dilakukan pemerintah Yllll8 mendorong besaran jumlah pengeluaran pemerintah akan mempunyai pengaruh terbadap perekonomian masyarakat melalui berbagai sektor antara lain produlcsi, distribusi, konsumsi masysrakat clan keseirnbangan perekonomian (Brata dan Tcihaltanro, 2004)
Meskipun pertumbuhan ek.ooomi bubn satu-satunya tnjuan pembangunan di negara-negara sedang berkembang, akan tetapi pertumbuhan ekonomi tetap di
pandang sebagai syarat perlu (necessary cottdihon) bagi perbaikan kesejahteraan
26
UniveBltaa lndonesl a
2.3 Keteosga kerjaan
Untuk rncngenal aspek ketcmgakerjaan menunn Susanu dkk, (2007)
maka terlebih dahulu mengenal definisi penduduk, lJalam demografi yang
dimaksud penduduk suaru negara adalah seluruh penduduk yang yang tinggal
{menetap} di negara tersebut, &dnngbn penduduk usia kerja (tenaga kerja)
adalah penduduk berusia 10 tahan ke atas, Penduduk usia kerja mi terdiri atas
angkatan kerja dan bukan angkatan lrerja Anglcatan lcerja mencakup penduduk
usia kerja yang be.k:erja atau yang wlang mencari pekerjaan dcngan tuj uan mendapaikan nafkah guna memenuhi 1' 1:.botubannya
Dari definisi tersebut, maka angkatan kerja terdiri atas tenaga kerja yang bekerja clan tenaga yang sedang mencari peketjaan. Tenaga kerja merupakan
bagian dari penduduk pada kelompok umur tertentu yanl\ dapat diilartsertakan dalam proses ekonomi. Batasan wnur yang digunakan di Indonesia saat ini
adalah 15 tahun ke atas. Batasan umur tenaga kerja antar aegara tidak sama,
rnasyarakar dan juga merupaksn satu prakondisi yang sangat diperlukan bagi
pencapaian tujuan-rujuan pembangunan ekonorm yang Jam seperti perluasan kesempatan kerja, pemeralaan distribusi pendapatan dan siabilitas harga
Pengelusran pemerintah akan mencerminkan kebijakan pemerintah.
Apabila pemerintah telah menetapkan sustu kebijakan unruk membeli barang dan
jasa, rnaka pengeluaran pemerintah merupakan biaya unruk melaksanakan kebijakan tersebut,
Melalui pengeiuaraa pemenntah dapat menun3ang sektor produksi dengan tersedianya faktor-faktor modal, tenaga kerja dan manajemen tersebut. Sumber
daya manusia yang terdidik akan rnemperbesar faktor produksi yang berupa
tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan oleh sektor produksi.
Distribusi barang dan jasa secara langsung maupun tidak langsung JUga
dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah. Demikian pula peogeluaran
pemerintah berupa subsidi yang dikeluarkan unruk barang dan jasa akan
mempermudab masyarakat yang mempunyai daya beli rcndah akan menjadi
mudah untuk memperoleh barang dan jesa tertentu
27
UnlV&l$ita8 lndonesla
2.4 Wllayab Peslsir Sesungguhnya Indonesia adalah negara bahari. Menurut (OKP, 2008)
Dengan aset surnberdaya tiga perempat dari total Iuas wilayah Indonesia atau
sekitar 5,8 juta km2 merupakan hamparan laut dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, dan Indonesia rnempuyai garis pantai terpanjang kedua d! dunia. setelah Kanada. Bahkan 70 persen berisi perairan yang didalamnya terkandung berbagai potensi sumberdaya alam (ikan, mineral, minyak dan gas) berlimpah.Selain nu Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang perairannya menjadi lalu lintas pelayaran intemasiona 1 yang sangat strategis.
Dengan model surnberdaya yang melimpah itu terbukti mengalami pertumbuhan pada produksi perikanan, perkembangan ekspor dan neraca perdagangan hasil perikanan yang ditandai dengan PDB subsektor perikaoan tahun 2002-2006 yang mengalami peningkatan sebesar 15,S % (DKP, 2008).
Nilai ini sedJkil lebih kccil dibandingkan dengau kenaikan PDB nasional, baik dengan maupun tanpa minyak dan gas (migas) . .Namunjtka dibandingkan dengan kenaikan PDB kelompok sektor perlanian, yang terdiri dari ta.naman pangan, perkebunan, peternakan dan k.ehutanan maka kenaikan subsektor perikanan jauh lebih tinggi.
Sementara itu, kontribusi subsektor perikanan terhadap sektor pertaruan sctiap tahun mcningkat rata-rata sebcsar 3 % bahkan pada tahun 2006 kontribusi
berikut makm lama akan memad. makin bertambah kecil, Apabila pertarobahan tenaga kerja terus dilakukan, pada suatu ketilca tambahan tenaga kerja yang dipekerjakan ndek akan meughasilkan tambahan produksi. Dan sesudah itu pertarnbahan tenaga kerja akan mengurangi tingkat produk.si.(Sukirn(). 2007).
Angkatan kerja yang ttdsk terserap oleh lapangan kerja akan menctptakan adanya pengangguran Tingkat pengangguran terbuka nasionai cenderung terus mengalami peningkatan merupakan fenomena yang menjadi pembenasan bagi studt-studi ekonomi regional di dunia. Kecenderungan peningkatan tingkat
pengangguran secara nasional telah dijelaskan pada tulisan diatas yang meropakan basil agregasi dan tingkat pengangguran daerah. Peningkatan secara keseluruhan ringht penvmgguran daerah akan men\ngka1 juga tingkat pengangguran nasional
28
Univenitas Indonesia
tersebut rnencapai hampir 17 %. Apahila dihitung dengan kontnbusi dori kegiatan pengolahan produk perikanan maka kontribusi subsektor perikanan terhadap PDB nasional mecapai sekitar 2,4 %.
Menurnt DKP, 20011 fakta menunjukkan, prodnksi nasional selama penode 1999-2006 mengalami kenaikan reta-rata sebesar 6, 24 % per tahun, yakni dnri
4,89 JUUi ton pada 1999 menjadi 7,45 juta ton (2006) Produksi ini bersumber dari
perikanan tangkep dan penkanan budidaya. Dan kedua sumber rersebur, usaha
penkanan tangkap masih mendorrunnsi (65 %') produksi penkanan uasional pada tahun 2006.
Jronisnya, kekayaan sumberdaya k:elautan yang sangat berlimpah rersebur justru talc mampu mensejahtcrakan penduduk yang mencmpati wilayah pcsisir, Upaya im tidaklah mudah apalagi dengan melihat kondisi penduduk yang menempati daernh pesisir sekitsr 16,42 juta orang yang bermukim di R 090 desa di seluruh Indonesia (DKP, 2008)
Wilayah pesisir dan lautan mernpuyai peranan yang sangat pennng bagi kehidupan rnasyarakat lndonesia pada umumnya, lchususnya masyarakat )'ang hidup di wilayah pesisir. Dahuri ct all., (1996) men)'ll141con wilayah peasir den lautan merupabn twnpuan harapan bagi pembangunan bangsa Indonesia di rnasa mendatang. Selanjumya dikatakaJI hahwa sebagian hew (63%) dari wilayah territorial Indonesia merupek:an wilayah pesisir dan lautan yang mengandung sumberdaya ulam dan jasa-jasa 1.ingkungan yang kaya dan berugam; misalnya perikanan, hutan mangrove, terumbu karang, behan tambang, jasa perhubungan dan pariwisata.(Daburi el all., 1996).
29
Unlversltas lndO!le$ia 30
3.1 Metode Deskriptif Untuk mengsnalisis dan mengetahui perekonomian da.erah pesisir maupun
non pesisir digunakan analisis deskriptif . i.Ubupa.1en'Kota yang ada
dlkelompokkan menjadi daerah pesisir utara , pesisir selatan clan non pesisir.
Adapun wilayah pcsisir utara terbagi dalarn 4 provinsi I. Provinsi Jabar terdiri dari
C1rebon lndrama.yu Subang Karawang Bekasi Kota Cirebon
2. Provinsi Jawa Tengah, terdiri dari: Rem bang Pati
Jepara Demak
Kendal Ba tang
Pekalongan
Pernalang
• Tegal Brebes
Kota Semarang
Pada Bab ini memuat spestfikasi spesifikasi model. Rancangan model, estimasi model, evaluasi model, populasi peneliuao, surnber data, telmik analisa data clan ruang lingkup penetinan, Penjelasan mengena.i sub bab tersebut sebagai berikut :
BABm
METODE PEJ'lo""ELITIAN
Unlveraita& lndonesla
Kota Pekalongan Kota Tega!
3. Propmsi Jawa Timur, terdiri dari : Sitobondo
- Probolinggo
Pasuruan
Sidoarjo
- Tuban Lamongan
Uresik Bangkalan
Sampang
- Parnckasan
Sumenep
- Probolinggo - Pasuruan
Surabaya
5. Propinsi Bunten, terdiri dari
Tangerang
Se rang Cilegon
Berikutnya wilayah pesisir selatan yang terbentang dtlam 5 provinsi I. Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari
Subbumi
• Ci1111jur
• Garut - Tasikmalaya - Ciamis
2. Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari : - Cilacap
- Kebwnen
- Purworejo
31
Uni versftas Indonesia
Wilayah Non pesisir (wi!ayah yang tidal:: berbatasan dengan laut) meliputi 5 provinsi yaitu :
l . Provinsi Ja wa Bar at terdiri dari :
Bogor
- Bandung
- Kuningan
• Maj alengka I)
Sumedang
Purwakarta
- Kota Boger
- Kota Sukabumi
- Kota Bandung
Kola Bekasi
- Kota Depok 2. Provinsi J awa T engah terdiri dari :
- Banyumas
3. Provinsi DI Yogyakarta yang terdiri dari:
• Kulon Progo
• Bantu!
Gunung Kidu\
4. Provmsi Jawa Timur
Paci tan - Trenggalek
- Tulungagung
Blitar
Lumajang
- Jernber Banyuwsngi
5. Provinsi Banten yang terdiri dari
Pandegiang
Lebak
32
Unlversitas Indonesia
- Purbalingga
Banjamcgara
Wonosobo
- Magelang
Boyolali
- Klaten - Sukoharjo
Wonogiri - Karanganyar - Sragen
- Grobogan Blora
- Kudus Semarang Temanggung'
- Mage!ang Surakarta Sa!atiga
3. Provinsi DI Y ogyakarta
- Slcman Yogyakarta
4 Provinsi Jawa Tunur terdiri dari :
- Ponorogo
- Kediri
- Malang - Bondowoso - Mojokerto
Jombang Nganjuk
Madiun
- Magetan
- Ngawi
33
UnlY&n1lla& tndoneaia
N - banyaknya observasi T .. banyaknya waktu
N x T = banyaknya data panel Metode pendugaan yang senng digunakan adalah metode OLS (Ordmary
Least Square), ak:an tetapi karena data panel diperoleh dari peuggabungan data,
maka jika menggunakan OLS kita tidak dapat melihat perbedaan baik antar tndividu rnaupun antar waktu. Keuntungan dari data panel antara lain rnenurut Gujarati (2003) , yaitu : : a. Mampu untuk rnelihat heterogenitas dan individual (.Kabupatenlkota)
sepanjang waktu observasi, Model Panel Data mampu menangkap kharak-teristik yang spesifik (individual spesifik) dari masing-masing daerah,
b, Dengan mengkombmasi data lime series dan data cross section, akan memberikan data yang lebih informatif, lebih variatif, mengurangi
3.2 Sfl('sirikasi J\todel
3.2.l Modd regreiii m•jemuk data panel Analisis regresi membahas hubungan antar vanabel yang disebut variabel
terikat dan variabel lain yang disebut sebagai variabel bebas. Pada model ini digunakan data panel yaitu data )'ling dikumpulkan secara cross secuon dan diik:uti pada periode wakru tertemu .
Maka modelnya duuliskan sebagai :
Y,,- a:+ flX.u I e it i- 1,2, .. , N; T .. l, 2, .... , T
• Bojonegoro
• Kediri Blitar
• Malang Mojokcrto
- Madiun 5 Provinsi Banten, terdiri dari .
- Kot.a Tangerang
34
Unlveraitaa Indonesia
Hubungan antara output dao input tersebut adalah tidak linear, maka dibuat dalam model transformasi logaritma menjadi :
Ln Yit ~ Ln A.+ 13 lo K,. +fl In Ln + u Maka Yit (PDRB) tergantung dari produktifitas daerah (A), Kapital (Kit), Tenaga Ke1Ja (I .it) masing-masing kabupaten/kota 1 pada waktu t, Masing-masing p
3.2.2. Rancangao :Model Model yang digunakan untuk mengestimasi pertumbuhan mengacu kepada
model pertumbuhan Sollow. ~jinn yang dilakulcan menggunakan fungsi produksi agreg11L untuk melihat hubungan aotara nilai tamoah output (y) dengan jumlah tenaga kerja (L), jumlah input modal swasta (K) dapat ditulisbn ·
Y -Af(K, l)
Y adalah oulput, K adalah jumlah kapital. L adalah jumlah tenaga kerja, drmana u dan 13 adalah konstan Menurut Nazara (1994) dalam Isard (1998) A adalah representasi dari total factor productivity. Dalam ha! ini diasumstkan spesifikasi dan model adalah homogen derajat satu wrtuk semua input L, dan K.
Karena itu model tersebut dapat di tuliskan dalsm bentuk fungsi produksi Cobb Douglas yaitu :
Y,, == A.,K .~ L~
Selain itu Baltagi and Song (2006) memperregas kelebihan data panel dibandingkan cro.t.1 section dan time .times bahwa dengan data yang lebih besar
dam leb1h variatif clan lebih sed1kit kolincantas dientara variabet-veriebel bebasnya, Lebih lanjut data panel memberikan data yang lebih informanf dengan estimasi yang lehih dipercaya kerena dibatasi oleh sedikirnya asumsi,
kohnearitas antar vanabel, memperbesar ban yak degrees of fredoom dan lebih efiseia.
c, Deegan umt data yang lebih besar, panel data dapat memmimalkan bias yang mungkin muncul clan agregasi data individual.
d. Panel data memungkinkan untuk mempelajari model-model pcnlaku yang
Jebih kompleks.
e. Data panel memungkinkan untuk mengetahui pcrubahan yang dinamis dan observasi cross seer ion
35
U nive1Sitlr.$ Indonesia
· PDRB untuk k:ablkota ke-i dan waktu ke-t(dalamju.ta R.p)
: Koefisien untuk daerah Pesisir Utara : Koefisien untuk dserah pesisir selatan ·Total Pengeiuaran pembangunan untuk Kllb/Kota ke-r dan wakn.i
ke-t : Tenaga kerja yang bekerja diafas 15 tahun untuk Kab/Kota ke-i
dan waktu ke-t : Share subsektor perikanan terbadap total PDRB untuk Kab!Kota
ke-i dan waktu ke-r RPRIK
TK11
a.2DI,
aiD2i
PE:Mit
PDRB;,
Sedangkan unruk rnenganalisa wilayah menjadi tiga wilayah pesisir utara Jawa ,
pesisir selatan Jawa clan non pesisir digunakanlah model dummy sehingga model memadr :
Ln PDRB,1 = a1 + a.zL)l, + 03D2i +ph In PEM, + PJ. ln TK11 + ~4, RPRIK. + u
Dimane :
RP RIK
TK11
PP.Mit
• PDRB untuk kab1kota ke -i dan waktu ke-t (dalam juta rupiah)
: Total Pengelnaran pembangunan unlul Kab/Kota ke-i dan walctu
ke-t Idalam ribu rupiah)
. Tenaga kerja yang beketja diatas 15 tahun unruk Kab'Kota ke-i
dan waktu ke-t (jiwa)
: Share subsektor perikanan terhadap total PDRB untuk K11b/Kom
ke-i dan waktu ke-t (persen) Persamaan mi hanya untuk rnenganahsa unruk wilayah Jawa secara keseluruhan.
Dari bentuk standard tersebut, ditambahkan dengan share perikanan
Share perikanan ingin melihat adanya kontribusi sobsektor perikanan dalam
membentuk PDRB di suatu wilayah Kab/Kota.Selatn itu dalam penelitian im
kapital diproksi dengan pengcluaran pemeriatah deugan asums! uivestasi swasta
tidak ada. Sehmgga modelnya menjadi:
Ln PDRB,, = a, + ~21 In PEM,, +pl< In TK. ... p4; RPRTK,c + u Dimana:
. u adalah stochasuc disturbance term:
adalah koefisien elastisitas input terhadap output yang berkai tan dengan K, L dan
36
Uniwrsitas Indonesia
Hipotesa yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan perumusan hipotesa sebelurnnya adalah mendnga jika semua variabel adalah
· PDRB 1.1nc1.1k kab.'k.Ola kc -1 dan wakru ke-t ( dalam juta Rp)
: Kocfisien untuk daerah Pesisir Utara : Koefisien untuk daerah pesisir selatan : Total Pengeluaran pembangunan untuk Kab'Kota ke-i dan waktu
ke-t · Tenaga kerja yang bekerja diaras 15 tahun untuk Kab/Kota ke-i
dan waktu ke-t : Share subsektor perikanan te<hadap total PDRB untuk Kab/Kota
ke-i dan waktu ke-t Total Pengelueran pembangunan untuk Kab/Kota ke-i dan waktu kc-t untuk dacrah pesisir utara
: Tenaga kerja yang bekerja diatas 15 tahun untuk Kab/Kota ke-i dan waktu ke-t untuk daerah pesisir utara
: Share subsektor perik:man terhadap total PDRB untulc Kab/Kote,
ke-i dan waktu ke-t unlUk daendi pesisir utara
: Total Pengeluaran pembangunan untuk Kab/Kota ke-i dan waktu ke-t untuk daerah pesisir Selatan
: Tenaga kerja yang bekesja diatas 15 tahun untuk Kah/Kuta ke-i dan waktu ke-t untuk daerah pesisir Selatan
: Share subseldor perikaoan 1erbadap total PDRB untuk Kab/Kota
ke-i dan waktu ke-t untuk daerah pesisir Selatan
D2RPR1K
D2TK
D2PEM
DlRPRlK
DITK
DIPEM
RJ>RIK
TK,,
PDRBu a2Dl,
«JD21 PEMit
Sedangkan untuk melihat masmg-masmg pengaruh variabel pada wilayah tertentu, maka diguoakanlah model bentuk ke tiga yaitu rnenggunakan Model
Koefisicn Acak dengan menggunakan variabel dwnmy. Model esumasinya adalah
sebagai benkut .
Ln PDRB11 ~ a1 + a2Dl, + <13!)2i +~In PEM, + ~In TIC.. -e- fl, RPR)K., +
11(DllnPEMt) • y;(DllnTKt) 1 ')'J(DlRPRIKt) + 7,(D2lnJ'EMt) - '"(;(D21nTKt) ~· 'Y6(D2RPRIKt) + tit Dimana :
37
llnlwrsltas Indonesia
J.4 Pop 11iasj Pen el itian
Sebagai populasi penelitim ini adaiah seluruh sektor perekonomian di Pulau Jawa Sedangkan sampel beiups variabel yang dianggap berpengaruh terhadap PDRB tahun 2002 -2006
Dalam model ini mengabaikan dimensi ruang dan waktu, dan estimasi
dilakukan OLS. Dalam model ini mlai intersep dari semua daerah dianggap sama. Begitu juga koofesien regresi dari varebel-veriebel
independent dianggap identil.
b. Menggunakan dummy variable
Y. - yi,_, I ~ X ~ Z -r,+r,ny,_,+~r, +z.r-: +u Y11-1 ,.3 tJ.
3.3 T elmik Estimasi Beberapa teknik estimasi yang diguaakan dalam data panel adalah : a. Pooled Regresion Model (common effecJ)
Model:
positif terhadap vanabel dependennya, Mengingat data yang digunakan adalah kombinasi dari time senes dan cross section, maka kna dapat melihat perubahan variabel masing-masing daerah dari waktu ke waltu . Data untuk menggambarkan variabel letsebut diperoleh dari : a. Output diukur dengan PDRB lcabupaten/Kota di seluruh Jawa terkeeuali
propinsi DKI Jakarta.
b Kapital didekati dengan pengeluaran pemerintah dengan mengaswnsikan
invstasi swasta adalah nol Sumber daya yang digunakan adalah
pengeluaran pernbangunan karcna merupakan pengeluaran yang ditujukan
untuk membiayai program-program pembangunan. c Tenaga kerja dihitung dengan jwnlah tenaga kerja usia 15 tahun ke atas
yang bekerja seminggu yang lalu,
d Share sub seklor perikanan diperoleh dari data subsektor perikanan
terhadap total .PDRH kablkota menurut lapangan usaha
38
Unlversit.s lndonKia
Langkah selaniutnya dalam pengujian ini adalab dengan menentukan daerah lrritis melalui t-tabel clan t-hitung sebagai berikut ·
b. Uji Secara persial (Uji T)
Pengujian ini dilakukan dengan mcnggunakan uji t-sllltistik clan dimaksudkan untuk rnel ihat apakah variabel-variabel bebas yang digunakan dalarn model secara individual dapat mempengaruhi variahel terikat, Hipotesis yang digunakan dalam pengujian im adalah :
I. H ipotesa posin f dan signifikan
HO = rnasing-masing koefisien regresi bemilai ~ 0 HJ = rnasing-masing koefisien regresi bemilai < =O
2. Hipotesa negatif dan signifikan
HO= rnasing-masing koefisien regresi bemilai ~ 0
Hl = masing-masing koefisien regresi bemilai ~ 0
3.6 Teknik Ae•lisa Data a. Uji Signifikansi
Parameter-parameter hasil estimasr dengnn metode OLS kemudian diuj1 secara statistik untuk menguji apakah hipotesa bisa diterima atau tidak. Uji
hipotesa adalah suatu anggapan atau pendapat yang diterima secara k.nantitatif
untuk mengolah suatu fakta sebagai fakla untuk penelition Pengujian dilakukan tmtuk meoentukan baik atau buruknya model melalui uji kesesuaian model (R\ 4ii secara serempak (F test) maupun aji secara parsial (t test) wuuk menentukan diterirna atau ditolaknya biJ)?tesa no!.
3.S Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari
publikasi Sadan Pusat Staustik menurut Kab!kota selama periode 2002.2006.
data tersebur meliputi data Produk Domestik Regional Brute at.as dasar harga constan tahun 2000, Pengelusran Pemerintah, data teraga lcerja yang bekerja dan
share subsek:tor perikanan terhadap PDRB. Sumber data berasal dari BPS Pusat,
BPS propmsi,
39
d. Uji Secara Serempak (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah seluru.h variabel bebas yang ada dalam model secara bersama-sama mempengaru.lu variabel terikat. Hipotesa
yang drgunakan dalam pcngujian ini ada1ah
R 2 - L (j)r - .Y) l ,. t:S::. L(Y1 - .Y)2 TSS
Be:J11J11.n. R2 terlctak antara 0 dan I jika R2 - I berarti bshwa semua variasi dalam variabel terikat Y dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas X yang digunakan dalam model regresi, sebesar 100 %. Jib R.1 = 0 berarti tidak ada variasi dalam variabel tcrikat Y yang dapat dijelaskan olch varibel-variabel bebas X Model
dikataksn bail jib nilai R2 tnendekati I.
c UJl Kesesuaian (R.2)
Uji R2 digunakan untuk mengukur kebaikan atau kesesuain suatu mo<lel persamaan regresi Lebih dari dua variabel. Koefisien determinasi rnajemuk R2
memberikan proporsi atau prosentase variasi total daiam variabel talc bebas Y
dcngan vacriabel bebas X secars bersama-sama, Besaran R2 9ihilwi~ dengan mengguaakan Rum us sebagai berikut
Jrka nilat uji t \ebih kecil dari nilai t-tabel, maka hipotesa nol diterima, dan herarti
uji t dianggap tidak signifikan, Sebaliknya bila nilai uji t lebih besar dari t-tabel,
maka hipotesis nol ditolak, bcrarti uji t diangvp sigrufikan.
Dimana:
iJJ ·· koefisien penduga variabel ke-j
S j = koefisien standard error ,-,m"bel ke -j
~,1 = residual sum of square
40
Unlwrsilaa lridoneaia
Ape.bi la F-bitung berada di d~rah tarima HO, berani F -sill\ terbukri tida)::
berpengaru.b. Dan apabila f-hitung berada di daerah terima Hi. malra F-stat terbukti berpengaruh.
= k
q Jumlah variabel yang diretrilr.si
J wnlah observasi
Jurnlah variabel bebas +I (intersep) - n
antar error team
Nilai R-square yang t.elall diretriksi, yaitu pe~jion yang
dianggap rnernihki h0111okeJasti~il.liS dan tidak ada serial korelas1 - R' •
antar error team
Nilai R-squarc yang tidak diretriksi, yaitu pengujian yang d1anggap memilili hetereroskedastisitas dan ada serial lrorelasi
Dimana.
HO : ~ l ~ P2 : .. . . ... = ~ ~ 0 (varibel-variabel bebas secara bersama-sama
tidak mempengarulu variabel terikat)
HO : p \ t ~2 1- . . . . 1- ~ -j O (variabel-variabel bebas secara bersama-sama
mempengaruhi variabel terikat)
Sebelurn melakukan uji i111 pcrlu ditetapkan F label dan daerah kritis dengan
rnencari mlai F h1tung dengan mengguoakan rum us.
(R;- R;)iq (l-~}i(11-k)
41
..
U nive rsitas lndonesla 42
Dan grafik diatas umumnya di ketiga wilayan tersebut terlihat peningkatan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Hanya wilayah pcsisir selaean yang terlihat mmgalami pcnurunan pada tahun 2006 Wilayah pesisir utara dan tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 selalu rnempunyai pcrtumbuhan paling tinggi d.r'banding'kan dua wilayah Jainnya Hanya pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2003 mempunyai pertwnbuhan ek~nomi
- - •.oo------------------------1
2.00
~001-
-=~: J---~_1__ - -- -··-- ~1=== ! : ~s-w .. 1 I . l -·-·
- .---··---'-1 - -1-----t· - --l 1.00 ,__ __ --- --1!----+-----t- ---1
i
. --- --i--_~- ·1 ~
""'r I
4.1 Kondisi Perekonomiaa di PuJaa Sawa
Pada awal pembangunan ekonomi suatu wilayah, umumnya perencana pcmbangunan ekononu bcrorlcntasi pad& masalah pertumbuhan (growth)
Meskipun laju perrumbuhan ekonomi bukan saru-saiunya mdikator keberhasilan
pembangunan ekonomi di suatu wilayah, hanyak ekonomr sepakat bahwa laju
perrumbuhan ekonomi penting untuk mengukur perkembangan produk suaru
wdayah dengan berbagai implikasinya.
Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses keaarkan output per kapita
dalam jaogka panjang (Boediono, 1999} Dengan mernbandingkan ketiga wilayah
<li Pulau Jawa rnaka diperoleh gambaran sebagai berikut :
BABlV
PROFILPEREKONOMIANWlLAYAHPESISIRDlPULAU JAWA
U niwrsltaa Indonesia
- Provins\ No. Kab/Koca % Pcsisir Utara I Cirebon 4 60 .. ···-:.a.=.:-- 2 Indrum:ivu 4.52
3 Subang 5,07 4 Kara wane 533 -- Bekasi 5 :'i,:51 6 Kota Cirebon 4.71 7 Rembang 4.00 8 Pati 2.69 9 Jenara 4.04
10 Demak 3_37 11 Kendal 2.98 12 Bntnno 2,42 IJ Pekalonzan 3,82 14 Pemalaruz 3,68 15 TeaJ1! 5,19 16 Brebes 4,86 17 Kota Semerenz 4,54 18 Kota Pekalonaan 3,42
>--· 19 Kola Tega! 5,30 --- -·· 20 Situbondo 4,40 21 l'robol imtl!O 4,65 22 Pasuruan 4,89
ridak lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Perbedaan pertumhuhan
ekonorm antar wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 bahwa untuk wilayah
pesisir utara pertumbuhan terendah ada d1 wilayah Kabupeten Batang Jawa
Tengah dengan perternbuhan 2.42 % . Sedangkan pertwnhuhan tertinggi terjadi
di Kota Cilegon yang rnencapai 6,71 %, diatas pertumbuhan ekonomi di Pulau
Jawa yang hanya 4,S I %. Hal ini dapat dipaharm perturnbuhan yang baik di kota
ini disebabkan basis wilayah sebagai daerah indusm,
Pada wileyah pesisir selatan terlihat Kabupaten Trenggalek mempunym
pertumbuhan ekonomi pahng tinggi dibandingkan 19 kabupaten/kota lainnya dan
yang terendah terjadi pada T<ahupatea Kehumen. Pertumhuhan ekonomi pada
wilayah non pesisir tcrlihat paling tinggi diantnro knbuparenlkota yang berada di
Pulau Jawa yakni Kota Bandung dimana penumbuhannya mencapai 7,36 %. Hal ini bisa disebabkan Kata Bandung sebega1 kota yang berbasis wisara mampu
menaikkon pertwnbuhan ekonomi dari sektor ini.
Tabel 4.1 Tmgkat Perturnbuhan Ekonomi di Wilayah Pesisir dan Non Pesisir Tahun
2002-2006
43
Univeraltas Indonesia
23 Sidoario 4.86 .. . 24 Tuban 6,10 25 Lam 4,55
'-·- 26 Gresik 5,77 --· -· . . 27 Ban 4,78 . 28 Sammrw 4,01 i 29 Pamekasan 3,91 ~o Sumeneo 3,45 3.!. ,_ Probo!!nggo 5.34 -·· -· 32 Pasuruan 5,23 33 Surabaw 5,39 34 Tanzerena 5,94 '--· 35 Seranz 4,27 .. 36 Kota~ .. - .. 6,71 -- Rata-rsta 4 ss
Pesisir Selatan 37 Sukabumi 3,98 38 Cianiur J,71 39 Garut 3,79 40 Taslkmalava 3,57 41 Ciamrs 4,22 42 Ci laean 496 43 Kebumen . 3,05 44 Purworeio 4 55 4S Kul-Ont. 4,36 46 Bantul .
4,24 47 . 9..l!llun~ I<idul 3,64 -· 48 Pacitan 3,23 49 Tr~rn<~a•ck 5,96 50 Tulu 5,01 51 Blitar 5.13 52 Lumaiaaz 4.62 ~ .. 53 Jember 4,72 54 Ban 4,68 55 Pandealena 4,72 56 Lebak 3,48
Rata-rata . 4,28 Non Pesisir 57 Boger 5,34
58 B---'··-- 5.44 59 Kunirumn 390 60 M;ii>ll . 3,84 61 Sum-"'·· 4,17 62 PUfY4larta 3,62
I--- 63 KotaBogor 602 - 64 Kata Sulcabumi 5,73 65 Kota .
7.36 66 Bekasi 5 49
44
Unlvcwsttas Indonesia
4.2 Kcaejabtcraan Maayarakat Pulau Jawa PDRB perkapita, merupakan ukuran kemalonuran dalam masyarakat,
dalam hal ini PDRB perkapita penduduk di Pulau Jawa menunjukkan peningkatan
Sumber: BPS, diolah
·-·· - 6,52 67 Deook ... 68 Banvumas ..~01 ... ·- 69 Purbalinaaa 397 70 Baniarnezara 2.87 71 Wonosobo 2,63 72 Mazelana 4,35 73 Boyola.li 3,83 i -··- 7~ Klaten 4,12 I
75 Sukohario 3.94; 76 Wcnoziri 3,60 77 Karanaanvar 5,54
' 78 Srazen 4,46 ·-· 79 Groboeaa 410 so Blora - :1,52 81 Kudus i 5,ll_ - .. 82 SemMana I 352 83 Tem ne: 3.51 84 l\.fat>elanJ!: 3.66 RS Surakana 5-49
"86 - Sul111i"~ -- __ .2.~ --· - 87 Sleman 4.94
- 88 Y O<N&karta 463 89 Ponoroao 4.20 90 Kab. Kediri 408 9!. _Kab. Malang _ 4 77 - ·- 92 Bondowoso __ 12..!._ 93 Mo1okeno 4.73 94 Jomban11: 5.01 9:'1 N2aniuk S.03
-·- ,_ 96 Kab, Madiwi 4.01 97 MA11;~tm;· 412 98 N=wi 3.l!R 99 Boioneaoro 4.80
100 Kota Kediri 2,64 ~. 101 Kota Blitar 5.96
I02 Kotu Mal1111g 5,01 103 Kota Moiokerto 6, 17 104 Kota Madrun 5,45 105 Tanaerena 6,47
Rata-rata 4-55
45
Unlven1itas lndoRe$la
Dari tabel di atas ternhat dala!n 5 tahun terak:hir wilayah pesis i r utara
PDRB per kapita tertinggi dimi1i1ci oleh Kota Cilcgon dcngan sebagai kota yang berbasis indusrri, sedangkan terendah adalah kabupasen Tega! dengan ?DRB per
Sumber: BPS, dtolab
-·- Wilayah Tertinzai Tcrendah
Kab/Kota Rn Kab/Kota Rn Pesisir Utara Cileeon 36.093 454 Tezal 1.888.579 Pesi~ir Sela tan Cilacep 5.873.047 Kebumen 1.937.072 - Non Pesisir Kota Kediri 72305.798 Groboinn 1.884.025 Rata-rata 5.897.815
Dari grafik diatas terlihat kedmamlsan pertumbuban l?DRB per kapira dari
ketiga wila.yah. Pade tahun 2003 mengalauii pelambatan dan terus naik sampai
tahuo. 2005 dan kembali sedilcit melambat pllda ta.bun 2006.
Untuk !ebib melihat kontnbusi dari masing-masing kabupnlen/1:ota dalarn pembentukan PDRB per lcapita bisa Uilihat dari tabel berikut :
Tabet 4.2 PORB per kaprta Terendah clan Tertinggi dari masing-masing wilayah
tahun 2002-2006
700.
6 00 500 4 00 3 00
? 00 I 00 0 co
2ll02 Z003
GM'iblf4.2 Perk•mbangan PDRB perqplbi di Pulau Jawa
dari Rp 5,424,R95 pada tahun 2002 mmjad1 sebesar Rp 6,463,445 pads tahun
2006 (harga kenstan 2000) dengan rma-rata 5,897 ,815 l'DRB per kapita tertinggi
dalarn kurun wakro 2002-2006 terjadi di wilayah pesisir utara yaitu 6,003,20 l pada tanun ?.002 menjadi Rp 7,244,379 pada tahun 2006 atau dengan rata-rata
6,550,215 87 Sedangkan PDRB per kapita terendah di wilayah pesisir selatan
dari J,467,227 pada tahun 2002 menjadi 4,310,779 pada tahun 2006 atau dengan
rata-rara 3,758,639.
Unlversltas lndone$ia
Keterangan ·
l. Pertanian
2. Pertambangan/Penggalian 3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih S. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restauran 7. Pengangkutan dan komwiikasi 8. Keuangan
9. Jasa-jasa Pada label diatas terlihat pada wilayah pesisir utara sektor yang paling
mendonnnasi adaluh sektor industn pengolahan yaitu sebesar 23,9 % dan
berikutnya adalah sektor pertanian lni memperjelas alasan tinggmya
pertumhuhan ekonomi dan PDRB per kapita pada wilayah pesisir ut.ara
No Witayah I 2 3 4 5 6 7 8 9 I . .. I. Pesisir Utara 23.9 2.8 25.5 2.2 5.3 21.2 6.3 4.1 8.5 2. Pesisir Selatan 36.1 2.7 13 . .5 0.8 4.3 19.8 5.8 5.2 12.5. 3 Non Pesisir 21,8 0,94 21,9 l,64 5,2 22,7. 6,7 6,0 12,2
Tabet 4.3 Ram-mtaPcrscntasc Struktur Perekonomian di Pulau Jawa tahun 2002-2006
4.3 Stru •tu r 'Pereknnnmian Wilayah 'P~i~ir
Untuk tebih melihat lebih jauh sektor mana yang dominan pada wilayah
tertentu adalah dengan melihat PDRB secara sektoral. Tabet berikut meunjukkan sek:tor mana yang paling mendominasi pada wilayah tertentu.
kapita sebesar Rp I 888 579. Wilayah pesisir selatan kemakmuran yang
dinikmati tertinggi terjadi di kabupaten C!lacap y111tu sebesar Rp S.873 047, nilat
ini terendah dibandingkan wilayab pesisir utara maupun non pesisu Selanjutnya
wilayah non pesisir, Kota Kedin memiliki PDRB per kapita teroesar yaitu Rp 72.305 798, kondisi ini j uga disebabkan kota K.ediri mempunyai perekonomian yang berbasis industri. Yang menarik dari data diatas terlihat PDRD per kapita
terendah pada rnasing-masing wilayah terlihat tidak terdapat perbedaan yang
berarti. Sehingga dari data tersebut kesejahteraan ditentukan oleh struktur
perekonomian yang dominan di wilayah tcrscbut
47
Urtive1$it.s lndonffla
Dari label diatas, terlihat sektor-sektor yang dominan pada mesing-mssing
wilayah
Untuk melihat masmg-rnasing Kabupaten yang berkontribusi untuk PDRB masing-masing dacrah adalah pada label 4 4 Dimana di wilayah pesisir utaia
sektor pertanian rerbesar tetjadi di kabupatea Pamckasan dcngaa andil sebesar 57 % Sedangkan sektor industri peogolahan tertinggi terjadi di Kabupaten Bekasi scbesar 80, 7 %. Hal ini disebabkan kabupaten bekasi sebagai puset perekonomisn yang bersebelahan la.ngsWlg dengan DKI Jakarta. Selanjutnya kabupaten Probolinggo rnemiliki sektor perdagangan, bore! dan restauran tertinggi di wila.yah pesisir utara yaitu 36,9 %.
! •Peso;~ Utara • P<S>SJr Seblan 0 Non Pesah" f ---------·. -· .• ~-J
~000. ss co 3000 25.00
-;;. 20.00 IS 00 1000 s oo 000
o.mar~.3 Struktur PeJCkOl>)mion Wa.y.h rcsisr danNon Peois .. do .PulauJawa Tatu>
2002-2006
disebabkan oleh strukrur perekonomian yang berperan dominan yaitu mdustn
pengolahan. Wilayah pesisir selatan yllltg berperan domtnan adalah scktor
pertanian dengan andil sebesar 36, l %, angka ini cukup besar mendorninasi da.n
diikuti oleh sekror perdagangan, hotel dan restaurant. Im semakin memperkuat
penyebab kontribusi perckonomian di wilayah pesisir selatan adalah pertaman
clan panwisata. Lain halnya dengan wilayah non pesisir, beberapa senor yang
mendominasi yaitu sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor
perdagnngan, hotel dan restaurao mcnunjukkan kontribusi yang rnerata yaitu bekisar 20 - 25 %, sehingga bisa dipistikan pada wilayah non pesistr, output
daersh di dulc.ung oleh kenge sektor lembut seeara merata.
48
Universltas lndone&la
Untuk wilayah non pesisir, sektor pertaniao berasa.1 dari kahupaten Blora
sebesar 52,96 %. Sedangkan Koea Kediri mempunyai kontnbusi sebesar 73,3 %
besarnya sektor ini disebabkan di Kota Kediri cukup berkembeng industri kecil
clan menengah. Seperti label berikut menunjullan jumlall industri yang tumbuh
di kota Kediri sebagai deerah pusat perelcooomian yang bersebelahan !angsung
dengan kota Surabaya.
- Perd&g, Hotel& Ind
No .wua.~ Pertanian oenaclahan Rest -· - 1. Pesisir Utara Pamekasan 57.0 Delcasi 80.7 Probolinezo 36.9
2. Pesisir Selatan Garut - Sl.7 Cilacan 63.2 Tulunz Aauru> 29.2
3. Non Pesisir .. -·· --· ... Blora 5296
Kota Kediri 73.3 Kota Sukabumi 42.73
Tabel 4.4 Rata-rata Persentase Struktur Perekonomian di Putau Jawa lllhun 2002-2006
Wilayah pesisir selatan tertinggi untuk sektor pertanian adalah kabupaten
Garut sebesar 51, 7 %. Sedangksn kabupeten Cilacap rnenempezi urutnn tertinggi di sektor in\lustri peugolahan, ha! ioi disebabkan sdanya paerik pengolahan
minyak rnentah di daerah ini, Tulung Agung merupakan kahupaten daerah yang
mempunyai sektor perdagangan, hotel clan restauran yang tertinggi dengan
kontribusi sebesar 29,2 'Yo. Diperkirskan kontribusi terbesar berasal dan
perdagangan marmer.(BPS, 2008)
49
Universitas Indonesia
2006 2004 T1hun
2003 2002
500,000,000 - 400,000.000 ... : 3-00,000.000 - ;: 200,000,000 ~ 100,000,000
Gambar4.4 Pemaodingan angxaran pembaog11UD t1ilayah Ptsisir dau Non Pesisirdi
Jan
4.4 Pengeluaran Pembanganan
Anggaran pcmbangunan sangat menenrukan untukjalannya perekcnomian suatu daerah. Terutama untuk daerah-daetah tertentu yang tidak mempuyai potensi sumher daya aJam. Dari grll'.tlc berikut ~.pat dibandingkan rata-rnta
besamya anggaran pembangunan pada masmg-masing wilayah selama tahun
2002-2006.
Kota Sukabwm mempunyai kontribusi yang besar untuk sektor perdagangao, hotel clan restauran disebabkan kola tni telah ditetapkan sebagai knta jasa atau transit wisata (www.gerbang.jabar.go.id)
Sumber: Disperindag Kott Kedin, 2001
No. SUBSEKTOR UNIT PEKERIA NILAI PRODUKSI
1. lndustri Logam dan mesin 109 664 6439.ISS 2. lndustri T< imia 68 465 6 388.522 1. lndustri Aneka 87 1.217 6.218.560 4. Indusm Kecil 193 557 4 386.180 5. lndustri Hasil Pertanian clan 321 4:5.590 890.926 691
Kehutanan
Tabel 4.5 Jumlah Perusahaan Industri Dan Tenaga Kcrja Serta Nilai Produksi
Menurut Sub Se.lctor Industri di Kota Kedin Tahun 2002
50
Univeraitas !ndonesla
Dari tabel diatas terlihat, anggaran pemhanguna.n tertinggi pemeriotsh
untuk daerah yang berada di wila yab pesisir utlua yai tu Kota Surabaya sebesar
Rp 984 785.427 sedaagkan yang tr:rendab alokasi untuk kabupaten Demak dengan
nilai Rp 85.260.086. Wilayah pesisir selatan terlihat Kabupaten Jember
mempunyai alolcasi anggaran pembanguaan yang paling tinggi yaitu scbesar Rp
473.661833 sedangkan yang terendah yailu kabupaWll Cianjur Rp 193.350.544.
Berdasarkan perbedaan antara alokasi anggaran tertinggi dao terendab di wi I ayah.
pesisir terjadi ketimpangan yang kecil. Wilayab non pesisir alokasi anggaraa pembangunan tertinggi dikucurl<an oleh kola Yogyalwia yaitu sebesar Rp
899 805.401 dan yang terendah adatah Kabupaten Mojokerto yaitu sebesar Rp 75.797.211. Dari angka tersebut terjadi ketimpangan yang cukup besar di wilayah pesisir selatan
Sumber: BPS, data. diolah
Wilayah T Terendah Kab/Kota I Rn (1000} KsblJ(c>ta Ro(lOOO)
Pesisir Utara KtS~ba~ 984.785.427 Demak 85.260.0!S6 Pesisir Selatan · Jember 473.66Ul33 Cianjur 193.350.544 Non Pesisir Kt. Yozva 899.805.4-01 Moiokerto 75.797.21 ! Rata-rata 285,250,313 -
Tabel 4.6 Anggaran Pembangunan Tereodah dan Tertinggi dari masing-masing wilayah
tahun 2002-2006
Dengan membandrngkan ketiga wilayah terlihat grafik mempunyai kecenderungan yang sama, yaitu lel)adinya kenaikan yang $llllgat tmggr pada
tahun 2003 dan tahun 2006 Kenaikan 1ahun 2002 disebabkan adanya otonomi
daerah schingga pemenntah rnenaikk.an hampir semua pengeluaran pembangunan di semua daerah
Hampir disetiap tahun besarnya anggaran pcmoangunan yang dikucurkan
pemerintah s~kit lebih unggi dtalokasikan untuk wilayah pesisir selatan, Iru
juga sejalan dengan kondisi babwa kabupaten/kota yang berada di wilayah im
mendapat dukungan yang lebih dan pemerintah Scdangkan untuk wi!ayah pesisrr
utara dan non pes isif ti<lak berbeda nyata besamya anggaran pernbangunsn
Tabel berikut menunjukkan besaroya anggaran pembangunan yang diberikan pemerintah pada bbupalenlkota.
51
Universitn lndonesta
Sumber : BPS, data diulah
Dari tabel diatas terirhat jumlah tenaga kerja dari tahun 2002 ke tahun 2005 mengalami peniugkaran. Tetapi peda tahun 2006 mengalami penurunan jumlah tenaga kerja, sehingga bisa diasumsikan terjadi pengangguran yang culcup besar ketika terjadinya penurunan jumlah tenaga kerja. Untuk lebih jelas mehhat pertumbehan tenaga kerja pada masing-masmg wilayah dapat dilihat dari grafik
No Wilavah 2002 2003 2004 2005 2006
I. Pesisir Utr 16 865 607 17 709.J66 17.JH 146 19 622242 19 232 884
2. Pesisir Sltn 10 900 606 11 337.793 10 449 286 11668631 11405 058
3. Non Pesisir 22 198.303 22 GS3 562 22.232 J67 24 489 186 2-1416.973
Total 49.964.~16 51.730 721 50.0IS 799 SS.780018 55 OS<>.916
Tabet 4.7 Jwulah Tenaga Kena yang Bekerja Tahun 2002-2006 (Jiwa)
4.5 Ketenaga kerjaan
Tenaga kerja sangat berperan penting dalam mengejar pertumbuhan. Bagi
negara berkembang seperti Indonesia pertumbuhaa angk.ata kerja Jumlah angkatan kerja yang hekerja lebih cepat dari pertumhuhan kesempatan kerja. Sehinggll dougan mengkaji nngkatnn kerja pada rnasing-masmg wilayah dapat dilihat pengaruhnya temadap pertumbuhan ekonomi masing-masing wilavab.
Menurut Badan Pusat Statistis (RPS) penduduk usra kerja didefinisikan
sebagai penduduk yang berumur I 0 tnhun ke atas. Perturnbuhan penduduk tiap
tahun akan berpengaruh terhadap penduduk usia kerja dan pada gilirannya nami akan berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan k:erja. Angkatan lcerja terdiri aras mereka yang bekerja dnn yang mencari pekerjaan. Sclamn periode pcnclitian tahun 2002 -· 2006, pertumbuhan tenaga kerja di putau Jawa mengalami pasang ~urut seiring dengan naik turunnyll lcondhi perelconomiao di Pulau Jawa.
Jwnlah angkatan kel)a yang bekerja di Pulau Jawa dalam tahun 2002 berjumlah 49,96 juta meninKkat menjadi :15,0~ juta juta. Apabila blla dilihat dari srsi pertumhuhannya menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan angkatan kerja yang bekerja adalah sebesar 0, 76 % per tahun. Tabel berikut me111U1jukkan jumlah tena191 kerja pada m1.1~ing-masing wilayah
52
Unlve1$itas lndoneala
Apabila dilihat pertumbuhan rata-rata ternnggi di wilayah pesisir utara adalah Sampang yang mencapsi 10,96 %, Anglea ini jauh lebih ltnggi dibandingkan rata-rata pulau Jav.11 yang mencapai 3,04 % sedangkan pertumbuhan rata-rata ten:mdah dr Kabupaten Rembang seeesar -0,45 %.
Sama balnya dengan pesisir utara, wilayab Pesisir Selatan dan Non Pesisir pertumbuh1111 tenaga kcrja tertinggi justru bubo di kota besar, ini mcnunjukkan daerah-daerah dengan basis industri renran dengan pengangguran. Hal ini terlihat
Sumber. Susenas BPS, data diolah
Wilayah T errinzzi Te.rendah Kabf.Kota % .K.ab!K.ota %
Pesisir Utara Samoaru1 10,96 Rembang -0.4S Pesisir Selatan Blitar 7.53 Kulon Prozo -3 92 Non Pesisir Jombana 8,26 Dandun11. -1,56 Rata-rata 3,04
Tabel 4.8 Pernnnbuha» Tenga Kerja Terendab dan Tertinggi Dari Masmg-Masing W1layah
Tahun 2002-2006
Dari grafik diatas terlihat pada tahua 20-04 terjadi penurunan pertumbuhan tenaga kerja, kemudian pada tahun 2005 k.embali meng.alami peningkatan bahkan
melcwati pcrtumbuhan tahun sebelumnyn. Tetapi pada tahun 2006 kembali meogalami penurunan pertumbuhan, walaupun tidal.: sereodah tahun 2004 . .Kabupaten/kot~ )'ling palmg tinggi da.n terendah pertumbuhannya dapat dilihat pnda tabel bcrikut.
Peslslf Selalan I 1-.- Pes1s1r Ua1111 -e- flt>n Pestslr
l)hon
15,00
10,00
5,00 1;P.
0,00
-~.00
-!0,00
Gambar4.5 Peltwllbuhon l'K 2002 -2UUS di ri..u JaMI
pertumbuhan renaga kerja pada masmg-masing wilayah dapat dilihat dari grafik :
S3
Unlve1111tu lndoneala
Sumber: BPS, data dioiah Berdasarkan label diatas terlihat peda wilayah pesisir utara pertumbuhan
sub sektor perikanan yang lcbih besar dibandingk.an dengan kedua wilayah
lainnya. Dengan rat a -rata share perika.oan terhadap PDRB di Pu.I au Jawa mencapsi 1,78 %, menunjukkan kecilnya sumbangan perikanan terbadap output
secara uasional. Wilayah pesisir utara menunjukkan tetjadinya penurunan share
perila.man mulai tahun 2005 sampai dengan tahlm 2006. Wilayah pesisir selatan cenderung statis dan agak meningkat di tahun 2006. Scdangkan wilayah non
No Wilavah 2002 2003 2004 2005 2006 l. Pesisir Ull 4.03 3.98 3.% 3.81 3.71 2 Pesisir Sltn 1.59 1.SR 1.57 l.57 1.60 3. Non Pesisir ·- 0,29 0,30 0.31 0,31_ _ _J!,31. -- ·-·-- Total 1,78
Tabel 4.9 Share Suh Sektor Perikanan di Pulau Jaws Selama Tahun 2002-2006
Berdasarkan Ha.rga Konstan Tahun 2000
4.6 Sob Sek1or Perikanan
Untuk menganalisa sub sektor perikanan yang berperan dalam pembentukan PDRD pada masing-masing 'Ylilayah, maira diambil nilai dan sektor pertanran yang didatamnya terbagi dalam lima sub selctor :
a. Tanam1111 Bahan Makanan b T anaman Perkebunan
c Petemak:an dan Hasil-basitnya d. Kehutanan
e, Perikanan Selama periode 2002 -2006 sub sektor penkanan secara naaonat mengalami
kenaikan sebesar I S,5 %. Untulc melibat sumbangan sub sektor periksnan di pulau Jawii khususnya wilayah pesisir dapat dilihat pad4 urbel berikut ·
dari Kota Bandung yang pcrtumbuhan renaga lcerja tunm biogga • l ,56 %.
Rendahnya penyerapan tenaga kerja discbabltan pada tahun 2004 pertumbchen melambat hingga -8,27 %. Wafall]lUJl 2 tahun terakbir sudah terjadi perrumbuhan
tenaga kerja yang mencapai 2,74 %.
54
Univel'8itas. Indonesia
Berdasarkan tabel diatas, terlihat di kabupaten Sumeeep mem punyai share perikanan tertinggi pada wilayah pesistr utara yaitu mencapau 15,49 %, bahkan
tertinggi di bandi ngkan wi layah lainnya. Sedangkan Cilegon yang psda ulasan sebelumnya terlihat mempunyai perturnbuhan ckonomi dan PDRB per kapita
Sumber: Susenas BPS, (data diolah)
Wilayah Tertinaei Terendah Kab/Koia % Kahl.Kota %
Pesisir Utan Swnenen lS.49 Cilezon 0,06 Pes isir Selaian Pandezlana 4.02 -~uni! Kidul 0 31 - Non Pesisir Purbalinzza 1 [,27 Kota Surabrta 0,0001 - Rata-rata 1.78
Dan grafik diaras terlibat perbedaan share penkanan antara pesisir utara dengan dua wilayah lainnya, dimana pesisir utara menunjulckan kontribusi yang besar bahkan jika digsbungkan untuk kedua wilayah lainnya beium bisa menyamai output perikanan di wilayah pesisir utara. Untuk. melihat lebih limjut daerah mana yang paling tinggi meberik.an sumbangsn peribnan pada wilayah pesisir atau non pesisir dapat dilihat pads tabel berilrnt :
Tabe14.10 Share Sub Sektor Perikanan Terendah dan Tertinggi Dari Masing-Masirig
Wilayah Tahun 2002-2006
2006 2003 0,00
--+- P~is ir Utara l ....... Non Pesi$1r I
Pesis[r Sela!Bll
5.00 4.00 3,00
2.00 1.0C
Gllll!harU Sha re l)Crika oan ltdladap PD RB di Nau .r awa
talnlll 2002-2006
pesisir banya tetjadi kenaikan 0.01 % pada tahun 2003 dan pada tahun-tanan berikutnya cenderung statis.
55
U niversttas lndoneal a
yang tertin88i hanya mempunyai 0,06 •;., sbare periksnan terhadap PDRB daerahnye Untuk wi!ayah pesisir selstan share tertinggr dimilik1 kabupatca
Pandeg!ang seoesar 4,02 % dan h:cendah tt:rjadi di kabupaten Gunung Kldul yang
llanya rnencapai O,J I % Wila_yah non pesisir share tertinggi dicapai kabupaten Purba!ingga yaitu 1,27 % lebih rendah dari rata-rata keseluruhan pu!au Jawa ya1tu
1,78 %, hal ini dapat dipahami karena wilayah non pesisir atau tengah pulau Jawa tidak mempunyai sumberdaya laut, Sehingga output yang diperoleh hanya berasal
dari budiya air ta war dan hasil olahan lebih lanjut
56
~ ;.
·t !l
g ~
~
0
8 ~
0 0 ~
Unive~itas Indonesia
Dari hasil regresi persamaan deogan menggunakan Pooled Least Squares maka diperoleh hasil sebagai bericut :
: PDR.B 111esing-rnasing Kab/Kola di Pulau Jawa : Total Pengeluaran pembangunan Kab'Kota : Tenaga kerja yang bekerja diatas I S tahun
: Share subsektor perikanan terluidap total PDRB wilayah
PDRB
PEM
TK
RPRl.K
S. l Uji Parsial, (/ji Model da11 Uji Koeiuiea Determinasi
Hasil cstimasi kocfisien-kocfisien persamaan regresi akan dnampilkan
berdasatkan esnmasi menganggap wilaysh Pulau Ja\\11 adalah satu k:csatuan tanpa
mcmbedakan mana daerah pesisir urara, selalall dan Mn pesisir, Senap model data panel akan dlcstimasi parametemya dcngan beberapa teknik.
Dari basil pengujian terbadap linear atau tidaknya data karena kenyataannya tidak semua scbaran data mempunyai bentuk linict, maka mode! ditransfoanasi
menjadi model semi log sehingga mcnjadi:
Ln PDRB -= a + I} In PEM + p In lK + p RPRIK + u Dtrnana :
Pada bab ini akan dibahas basil estimasi koefisien parameter vanabel
persamaan regresi rnengenai hubungan antara PDRD Ksbupaten/Kota di Pulau Jawa terhadap vanaoel-vanabel pengeluaran pemertntab dan tenaga kerja selama
penode penehtian.
Pcmbahasan yang akan disajikon pada bagian ini merupakan basil
pengolahan data dengan menggunakan program eviews 5. t dengan dau panel
yang merupalcan gabungan cross secnon weight 104 kabupatenlkota di Pulau Jawa dcngan data rime series dari tahun 2002 sampai dengan 2006.
BABV
HASIL DAN PEMBAllASAN
U nlve/Sltas Indonesia
Hasil regresi yimg diperoleh terbukti semua variabel signiflkan pada taraf nyata a = l %. Mengingat variabel pada model berbentuk logaritma maka koefisien variabel di baca sebagai elastisitas, Nilai koefisien untuk pengeluaran
pemerimah memiliki arti seuap kenaikan pecgeluaran pemerintah sebesar l %
akan meningkatkan PDRB sebesar 0, 23 %. Kondisi ini sesuai dengan hiposesis awal yang rnenduga adanya korelasi positif antara pengelusran pemerintah dengan PDRB/output -Bahwa mcnurut Susann, dkk (2007) pengeluaran pembangonan akan menmgkat dengan peningkatan kegiatan perekonomian suatu oegara, Keadaan ini dapat dijelaskan dengan kaidah yang dikenal sebagai Hukum Wagner, yaitu mengenai adanya korclasi positif antara pengeluaran pemenmah dengan tingkat peadapatan nasional.
Berikutnya koefisien tenaga lcerja menunjuilan adanya korelasi positif terhadap PDRB, yaitu setiap ~ tenaga kerja sebesar l % akan
mcningkatlcan PDRD sebesar 0, 53%. Hasil ini jugs sesuai dengan hipotesis bahwa adanya hubungan positif antara tenaga kerja. dengan output. Terutama di negara berkembang, tenaga kerja masih merupakaa faktor produksi yang sangat dominan. Aki'betnya peDa111baban teaaga lerja wnumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan outpur, Tentunya yang meajadi masalah sampai berapa banyak penambahan tenaga kerja lean terns meningkatkan output. Penanggutangannya dengan melibatbn teknologi padat modal tetapi konsekwensiuya rnenctutnya kesempatan kerja
R'-adiust 0 338 L..:..:-.::::::t=.:...._ _,_ __ .~----=c.=-:."--1. __,
Keterangan: * = signifikan pada taraf nyata 1 %
Keefisiea t-statistik Nil.ai Prebabilitas 1-~--~----1-~~"""?='"----1!---'-'==:::::__-r:..=~....:..~====~ i--,,---(~l).~---+--~l'=,.Ll.,...,.,.-=·+-----:-.,..,-,:-::--::-+--~'3~1)':--:-:-:-:c-
K<>llSlanta 3.841207 4.607613 0.000Q• Ln PEM 0 235398 5 255158 0 0000* Ln TK 0 531127 t0.96734 0 0000·
1--La~R'-=PRIK'=''------i------0~.036200"'-'--==,,,-+---3~.296~_181_ _ 0_.00_lQ:_ R' 0342
Ol.S Variabel
Tabel S.1 Hasil Estimasi T erhadap Variabel- Variabcl Pencntu PDRB Kab/Kota Di Jawa
Tahun 2002-2006
59
Unlvers1tas Indonesia
: PDRB untuk kablkota lce-i dan waktu ke-t (dalam juta Rp) PDRB,,
5.2 Metode Dummy Dengaa Beberapa VariAbel Kualitatif
Estimasi ini dilakukan umuk melihat regresi untuk daerah pesisir utara Jawa, Pesisir Sclatan Jawa daa Non Pesisir , maka persamaan rnenjadi :
Ln PDRB,, ~ ai + a1Dl 1 + a,D2i +fh Jn PEMn + ~3, In TK,c + ~., RPRIK11 + u Dimana:
Variabel ketiga yaitu adalah subsektor perikanan terhadap total PDRB
terlihat mempunyai korelasi neganf dengan PDRB. Hal ini bertolak belakang
dengan hipotesis bahwa subsektor perikansn memberikan kontnbusi yang besar
terhadap PDB nasional bahkan dibandingbn dengan kelompok sektor pertanian lainnya seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan kehutanan . Hal ini
dapar dipahami bahwa walaupun subsektor perikanan cukup besar kontribusinya
dalam PDB tetapi penyumbang terbesar berasal dari \uar wilayah Jawa Halim
disebabkan subsektor perikanan di jawa sudah meagalami overfishtng. Hubungan
negatif subsektor perikanan terhadap PDRB dibrenakan andrlnya yang makin
berlwang dalam perekonomian.
(Jverjishmg adalalt terjadinya laju peningb.tall upaya penangkapan tidak
sebandlng dengan pertumbuhan alami sumberdaya ik.an, sehiegga stok ikan akan
berkureng dan akhimya mengakibatkan turunnya basil tangkapan nelayan, Di sist lain, peaurunan produksr akan menurunlcm penerimaan clan pendapatan nelayan
sehingga kemungldnan akan mengalami kerugian (Nikijuluw et all., 2000).Badan
Risct Kelautan dan Perikanan (BRKP) RI pada 2004 berdasarkan kajian stok
sumber daya ikan juga menetapkan Laut J~ sebagai persiran overfishing
bahkan sarnpai (171,72 %). Sehingga wajar jib jurnlah tangkapan sudah
berkurang dan tshun-tahun sebelumnye,
Selain itu menurut Susanti, dkk (2007) dengan rendahnya peran sektor
pertanian menandakan te/ah terjadi perubahan struktur produlti;i akibat terjadisya
perekonomian yang tumbuh. Dengan tajadinya transfonnosi ini maka terjadi
pergcseran keuaggulan komparatif dari sektor pertanian ke sektor di luar sektor pertanian. Sehingga dengsn basil estimasi diatas membuktikan pula bahwa telah terjadi transformasi struktur di Pulau Jawa.
60
Univ8"1itlls lndonesla
Kererangan: ,. = signifikan pada tarafnyata l % ** = tidak signifikan pada taraf nyata l 0 %
Setelah dilakukan regresi terhadap persamaan diates diperoleh koefisien vanabel bebas yang signifikan pada taraf u ~ l %, kecuali koefisien dummy daerah pesisir selatan yang tidak signifikan pada taraf tt = 5 %. Angka mi roenunjukkan bahwa daerah pesisir selatan jawa tidak signiflkan sebagai penyumbang PDRB di wilayah Jawa,
Dummy pesisir selatan yang tidak signifikan pada taraf S % menunjukkan wilayah dalam kelompok pesisir selatan tidak mampu menjelaskan secara signifikan besaran variabel terikat yang akan diperoleh oleh wilayah pesisir selatan ini,
Variabel Dummv Koefisien t·stalislik Nilai Probabiliias
(I) - . ·-iii (3) f4l Konstania 3.590947 4.663244 00000· DI 0.486718 5.981082 00000· 02 -0.074842 -0.867878 0.3859- LnPEM 0.229856 5351426 0.0000• LnTK 0.552739 11.75534 00000· LnRPRIK -0.079272 -6.272189 0.0000· R2 0.397 R2:.00just 0.391 .. ..... ---··- .
Dari persamaan regress diperoteh hasil sebagai berikut . Tabel 5.2 Hasrl Esurnast Dengan Menggunakan Metode Dummy
Dengan asurnsi homokedastik dan tidal. ada cross secuonal correlation
: Share subsektor perikanan terhadap total PDRB untuk Kab/Kota ke-i dan waktu k:e-t
Penyelesaian model dengan menggunakan cvicws melalui prosedur pooled data.
: Koefisien untuk daerah Pesisir Utara · Koefisien untuk daerah pesisir selatan
· Total Pengeluarau pembangunan untuk Kab/Kota ke-i dan w&ktu ke-t
. Tenaga kcrja yang bekerja diatas IS tahun untuk Kab/Kota ke-i dan waktu kc-t
61
RPRIK
TK11
a2Dl,
a3D21
PEMit
Unive111itas Indonesia
: PDRB untuk kablkota ke-i dan walttu ke-t (dalam juta Rp)
: Koefisien untiik daemh Pesisir Utara : Koefisien untuk daerah pesisir selatan : Total Pengeluaran pembangunan untuk Kab/Kota ke-i dan waktu
ke-t
PDRB~
a2D1. aJD2i PEMit
Lo PDRB,t = 0.1 + 11201, + «JD2i +pi.In PEM.1 + lhln TI<,, + ll• RPRIK,1 +
11(DllnPEMt) + 12(DllnTKt) + 'Yl(DIRPRIK.t) + y,(D2lnPEMt) + y,(D21nTKt) + yv(D2RPRJKt) + Git
5.3 Model dengan menggunakan metode variabcl ~
Jenis ini ~1111~uk estimasi J)ilda grup. Model ini memiliki variw;i untuk semua koefisien slope dan intersep ma~ing-masing wilayah. Sehingga pada masing- masiog wilayah pesisir utara, selatan dan non pesisir diperoleh garnbaran dan hubungan dengan masing-masiug variabel bebasnya, Model ekonometri disusun sebagai berik.ut :
Vanabel pengeluran pembangunan berkorelasi posinf dengan PDRB dengan selisih mlai koefisien yang kecil yaitu 0,01 dengan persamaan
OLS/common Begitu pula vanabel tenaga kerja berkorelasi positif dan
mempunyai selisih 0.02 dengan persarnaan OLS. Sedangkan variabel share sub sektor penkanen tidak ada perubaban korelasi sehmgga masih tidak sesuai dengan
hipotesis. Hal ini semakin mempertegas bahwa dengan dibai,rinya wilayah Jawa
dengan pesisir, non pesisir dan pesisir selatan maka share subsektor perikana»
udak memberikan sumbangan untuk PDRB di wilayah Jawa baik pesisir selatan
maopan pesisir utara. Selain itu dengan regresi metode diatas diperoleh PDRR untuk daerah non
pesisir sebesar konstantanya yaitu 3,59 sedangkan PDRB untuk daerah pesistr sebesar konstanta non pesisir ditambah dengan nilai DI yaitu seosar 0,48 %
sehingga PDRR untuk daerah pesisir utara melahn model ini diperkirakan 4,07 %
dan wituk daerah pe.sisir selatan lebih keoil dari daerah non posisir sebesar 0.07 %
sehingga drperoleh PDRB unh1k daerah pesisir utans adalah 3,52.%.
62
Unlve!Sltu Indonesia
V ariabel Dummy - ·- ··-- Variabel Koefisien t-statistik Nilai Probabilitas . -· ,._
(I) (2) ()) (4) Konstanta 4.781243 4.476278 0.0000' DI ·21rfl755 -1 703152 00892-
I D2 -8 774868 -3.1S8806 00017' LaPEM 0.217009 3.n4355 00002· i LaTK 0.482010 7.489442 0.0000· LnRPRIK -0.185143 ·1.664353 0.0967- DllnPEM 0. 195611 1 995197 o 040s- DILDTK -0.040168 -0.396157 0.6922 DIR 0 111665 0997423 03190 D2LnPEM -0.1793621 -1.607145 0.1066 D2T..nTK 0930779 5289959 0.0000· D2R _00'269231 0.206557 0.8364 Ri -
0.439 I R'·a4iust , 0.427
Adapun basil estimasmya adalah tabcl berikur : Tabel 5.3 Hasil Estimasi Dengan Meggunakan Variabel Dummy
correlatton.
D2RPRIK
D2TK
D2PEM
DIRPRIK
DITK
DIPEM
RPRIJ< : Sluice suosektor perikanan tcrhadap total PDRB u11tuk Kab/Kota
ke- i dan waktu ke-t
: Total Pengeluaran pembaogunan untuk Kah/Kota kc-i dan wakru ke-t untuk daerah pesisir utara
: Tenaga kerja yang bekerja diatas 15 tahun untuk Kab/Kota ke-i
dan waktu ke-t untuk daerah pesisir utara Share subsektor penkanan terhadap total PDRB untuk Kab/Kota ke-i dan waktu ke-t 1llltUk daerab pesisir utara
: Total Peageluaran pembangunan untuk Kab/Kota ke-i dan waktu ke-t untuk daerah pesisir Selatan
: Tenaga kerja yang bekeqa diatas 15 tahun untuk Kab/Kota ke-i
dan waktu ke-t unruk daerah pesisir Selatan
· Share subsektor perikanan terhadap total PDRB untuk Kab/Kota ke-i dan waktu ke-t untuk daenh pcsisir Selatan
Penyelesaian model diatas didekati dengan menggunakan eviews rnelalw prosedur pooled data. Dengan asumsi homolredastilr dan tidak ada cross sectional
TK,. . Tenaga kerja yang bekena dtatas 15 tahun untuk Kab/Kota ke-i dan waktu ke-t
63
Unlver$itas Indonesia
Dari persarnaan variabel bebas diaUis terlihnt banyaknya mterpretasi yang bisa digambarkan unluk model ini Terhhat untuk daerah non pesisir koefisien pengeluaran pemerintah yang berkorelasi posiuf dengan PDRR, sama halnya
dengan tenaga kerja. Kedua variebel bebas ini masih konsisten walapun dengan menggunakan metode ini bahwa sesuai dengan hipotests aw.ti. Hal ini semakin memperkuat bahwa variabel pengeluaran pemerintah dan tenaga kerja baik secara keseluruhan maupun dengsn dipecah menjadi 3 wilayah tetap menunjukkan hubungan aignifikan dan korelasi yang sesuai dengan hipotesis, Sebehknya koefisien variabel share subsektor peribnan rnasm menunjukkan korelasi negatif dengan PDRB wilayah yang bertolak belakang dari hipotesis awal.
Selain itu terlihat variabel pengeluaran pemerintah dan vanbel tcnaga kerja mempunyai pengaruh yang signifils.an p-<l<hi taraf nyata di.bawah u = 5 %,
sedangk.an variebel share suosekter perikanan tidak signifikan pada taraf a ~ 5 % sehingga di daerah non pesisu bisa diestiffiasi subsektor perikanan bukan penyumbang yang bisa memberi dampak pada meningkatnya PDRB d1 daerah non
pesisir Untuk daerah pesisir utara terlihat hanya varibel pengeluaran pemerintah
signifikan pada taraf nyata a = S % sehingga 1JJ1tuk wilayah pesisir utara jawa hanya bisa dlterangkan oleh variabel pengeluaran pemerintah. Korelasi yang terjadi juga terlihat positif antara pengeluaran pemenntah dengan terbentuknya PDRB di suatu wilayah, bal ini juga sesuai dengnn bipo1C3JS awal adanya campur tangan pemerintah di daerah ini akan membantu penmgkatan output daerah.
Variabel tenaga kerJa pada daerah pesisir tidal signifikan pada taraf nyata a = 5 % ha1 ini menunjukkan tidak berpengaruhnya variabel tenaga kerja terhadap PDRB. Walaupw1 bertanda negatif tetapi tenaga k:erja di wilayah pesisir utam tidal mampu menunjukkan pengarubnya terhadap PDRB. lni bisa dijelaskan pada teori fungsi produksi, bahwa pada permulaannya apabila tenaga kerja yang digunakan dirambah, dan faktor-falctor produksi lainnya tidak berubah, tiogkat produl<si akan bertambah dengan cepat, Tetapi kemudian aktbat dan berlalrunya
Keterangan. • =· signifikan pada taraf nyata l % 0 = &ignifikan pada taraf nyata 5 % • • • = signifikan pada taraf nyata 10 %
64
Unlvenlltae Indonesia
Share subsektor penkanan terbadap PDRB justru menunjukkan korelasi positif yang berarti sub sektor perikanan pada daerah pesisir mampu memberikan sumbangan pada PDRB daerah walaupun tidak signifikan bisa rnenmgkatken PDRB. S1:hinggii <libandingkan ketiga wilayah non pesisir dan pesisir selatan lainnya terbukti koefisien terbesar ada di daerah wilayah pesisir utara Jawa
Untuk daerah pesisir selatan terlihat hanya variabel tenaga kerja yang menunjukkan signifikan pada taraf nyata a = 5 % sehingga untul wilayah pesisir selatan Jawa PDRB hanya bisa diterangkan oleh tenaga kerja. Hubungan yang lerjadi terlihat positif, bahwa adanya peningkatan jumlah tenaga kerja pada
wtlaya.h pcsisir sclatan abn meningkatkan PDRB di wtlayahnya, Share sub sektor perikanan maupun pengeluaran pemerintah pada wilayah
ini juga menunjukbn korelasi yang negatif, yang berarti subsektor perikanan di
wilayah pesisir selatan tidak memberiknn nndil dalam pembentukan PDRB di wilayahnya. Walaupun hal ini tidak bisa menjelaskan lebih nyata karena ticlak signifikan dalam taral' n = 5 %
Dari regresi diatas terlihat bahwa intersep terbesar bcrada di dacrah non pesisir, sehingga dengan adanya perubahan pengeluaran pemerintah, tenaga kerja dan share penkanan maka akan memperoleh PDRB sebesar 4,711 % Artinya di ketiga wilayah tersebut PDRB tertinggi berada pada daerah non pesisir di pulau Jawa. Sclanjutnya diikuti oleh daerah pesisir utara dengan konstanta sebesar 1,98 % sedangkan untuk wilayah pesisir selatan koostantaya sangat rendah yaitu -3,99%.
Untuk variabel pengeluaran pemerintah terlih.1t koefisien paliug besar adalah pada wilayah pestsir utara yaitu sebesar 0,4 l % dan paling rendah ada pada
wilayab pesisir selatan yang hanya bemilai 0,03 %.
hukum basil yang lebih semakin berkurang, tambahan produksi yang diciptakan oleh tenaga kerja yang berikut makin lama akan menjad1 makin bertambah kecil. Apabi la pertmabahan tenaga kerja terus dilakukan, pada suatu lel.ika tambahan tenaga kerja yang dipekerjakan tidak akan mengbasilkan tambahaa produksi. Dan sesudah itu pertambahan tenaga kerja akan mengurangi tingkat produksi (Sukimo, 2007).
65
Unlversltas lndol'IQla
Vanabel tenaga kerja memberikan konstanta yang t.erbesar pada wilayab
pesisir selatan sebesar l,41 % dan tecendah pada wtlayah pesisir utara yait11 0,44
% Sehingga autara tenaga kerja pada daerah pesisir utara dan non pesisir bampir sama besaran nilai teoaga k.erja.
Variabel share penkanan menghasilkan konstanta terbesar pada wilsyah
pcsisi r utara sebesar 0 ,3 3 %, sedangkan pada daerah non pesisir terlihat share perikanan rnasih rendah yairu -0, 18 bahbn paling rendah ada pada wilayah pesisir selstan Sehingga bisa diperknakan bahwa subsektor penkanan terbesar ada di
wilayah pesisir utara drikuti wilayah non pesisir dan wilayah selatan,
66
Univeraitas lndon"I a 67
6.1 Kesimpul1n Dari basil pembahasan dan anahsis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
I. Dari penelitian ini clipero!eh bahwa daerah pe!:isir utara Jebih menghasilkan
output/PDR B lebih besar dioon.dingk:m wilayah lainnya Diikuti wilayah
non pesisir, sedangkan yang paling rendah adalalah wilayah pesisir selatan
Jawa. 2. Penelitian im menunjukkan bahwa tetjadi hubungan posrnf antata PDRB
dengan pengeluaran pemerintah, hal ini sesuai c.lengan hipotesia, sehingga dengan adanya pengeluaran pernerimah berkontribusi dalam r:nenyumbang PDRB wilayahnya.
3. Pengaruh teoaga k.erja mempunyai hubungan yang positif dengan PDRB tni berkaitan dengan fakror tenaga kel}a memberikan nilai guna pad11 falctor produksi lam seperti modal dan tanah, sehinaga peningkatan tensgn kerjn yang produktif akan meningkatkan output (PDRB)
4. Share subsektor perikanan berpengaruh oegatifterhadap peningkatan output, .utinya andil perikanan yang semakio betkurang terhadap perekonorman. Hal ini disebabkan terjadmya overjishmg pada area penangkapan ikan di
pesisir pulau Jawa daa terjadinya transformasi struktural penduduk d1 pulau Jawa yaitu mulai beralihn.ya dari sektor pertanian ke sek:tor industri.
Dcngan adanya pcningk3tlll shacc perikai1811 nasiooal terhadep PDB membuktikan share penkanan di Jawa hanya memberikan kontnbusi yang kecil dibandiogkan wilayah lain di luar Jawa
5. Pengc!uaran pembangunan signifibn dalam pembentuka.n output banya pada wilayah non pesisir den wilayab pesisir utara sedangksn wilayah pesisir se!atan tidak signifikart dan menunjukkan hubungan yang negatif
dcngan pernbentukan PDRD
6. Vanabel tenaga kerj a hanya berpengaruh signifikan pada daerah pesistr se Iatan dan non pesi sir dengan korelasi positif dalam membennik output
BAB VI
KESL\fl'ULAN DAN SARAN
Universitas Indonesia
6.3 Keterbatasan Studi
Mengingat keterbatasan ketersediaan data, waktu, biaya dan cakupan analisis yang digunakan, penelitian ini masih memiliki kekurangan dan
keterbatasan. Beberapa keterbatasan aatara lain:
l Karena kenadaan data investas.i swasta berupa PMTB (Pem bentukan Modal Tetap Domestik Bruto] yang digunakan untuk menentukan
6.2 Saran l. Rendahnya share perikanan pada wilayah Jawa memer!ukan peran
pemerintah dalam rnendoeong usaha perikanan melalui budidaya untuk mengatasi tcrjadinya overfishing di Pulau Jawa, sehingga tidak
mengandalkan sumberdaya yang tersedia.
2 Diperlukan upaya-upaya untnk mendorong perturnbuhan ekonomi yang
mampu menyerap tenaga kerja lebih tinggi mclalui pcningkatan clastisitas perm i ntaan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonorni, se hi ngga tingkat
pengangguran terbuka dapat ditebn serendah mungkin, Dengan adanya transformasi ke sektor industti mengindikasikan akan menyerap scdikit tenaga kerja dan mcmbutuhlcan teknologi tepat guna, sehingga perlu di rangsang tumbuhnya lapangan pekerjaan yang padat karya
wilayahnya. Hal im menwijul<kan kuatnya pengaruh tenga kerja hanya pada wilayah non pesisir dan pesistr selatan, sehingga diperkirakan tidak
signifikannyai tenaga kerja di wilayah pesisir utara disebabkan wilayah
pesisir utara wnwnnya dipenuhi olch kegitan yang padat modal tetapi tidak
padat karya sehingga tidak terjadi peningkatan pertumbuhan tenaga kerja
7. Share perikanan pada wilayah pesisir utara pulau Jawa dengan metode koefisren acak menunjukkm korelasi posltif dalam kontribusi output wilayahnya tetapi korelasi ini ndak signifikan dalam menum buhkan perekonomian dr wilayahnya. Kontnbusi terbesar ada pada wilayab utara, diikuti dengan wilayah pesisir selatan, Sedangkan daerah oon pesisir menunjukkan hubungan negatif deogan pembentukan PDRB
68
Universitas Indonesia
pengaruhnya ternadap pertumbullan ekonorm mak.a diproksi dengan data pengeluaran pembangunan.
2. Variabel-variabel bebas yang dig .. uakan relalif tidak banyak, sehingga ada
kemungkinan estimast model tidak efisien Disarankan untulc penclitian selanjutnya data mencakup variabel yang lebih banyak dan menggunakan kurun wak.tu yang lebrh lama
69
?O
Hanten
. . . .. . . . . . . .. . . . . 2007. Survey Sosia! Ekonom, Nasumal Jawa Timur. Badan Pusat Statisrik. Surabaya
Battagi, Ba.di H and Song, Seuck Heun (2006). Unbalances Panel Data : A survey. Stalist~·af Papers, 41, 493 -523
Harata, Atep Adya dan Trihartanto, Bambang (2004). Kekuasaun Pengelolaan Keuangan Negaroll>aemh. Kdompok Kornpas-Gramedia, Jakarta
Bellame, Don dan Mark Janson Ekonomi ke1enagaker1aan, Wimanjaya K. Liotolu daa M. Yasin. pc:nerjemah; Prathama Rahardja, editor, Jakarta:Lembaga Penerbit FHUI, Terjemahan dari:Labor Economic, Choice in Laoor Markets, Second Edition
Blanchard. (2003}. Macroeconomics. Prenctice Hall. United Stntes of America
Crawford et all.,O 999). A Comparison or Level of Development Among Coestal and Non-Coasal Comuunitics in North sulawesi and South Sumarera Jndorre.,ian Journal o/CoasJa/ and Marine Resource» Vol 2 (I)
Djojohadil<:uswno (1994). Dasar teon J>eriumbuhon dan Ekonom: f'emhangunan. Perhmbangan pemlkiran Ekonomi. LP3ES, Jakann
Departemen Kelautan dan Perikanan (2006). Pedoman Uinum Pemberdayaan Ekonomt Mll$}0rafcat Pestsir. Jakarta
Guj~ratiDamodar. (1978). Dasor-dasar ekoMmetrika, Ed81lgga. Jakarta
.. (.2006). Buku Bomen dalam AngAa. Badt111 Pusat Stutistik.
Badan Pusat Statistik, (2006) Buku Propmsi Jawa Timur dalam Anglea. Sadan Pusat Statistik. Surabaya
. . . . .. (2007) Buku Juwa Borat dalam Anglr.a. Badan Pusat Statistik. Bandung
....... (20-06). Buku Jawa Tengah dafam Anglea. Badan Pusat Statistik. Semarang
Akita, Takahiro. (2003). Decomposing Regional Income Inequality in China and Indonesia using Two Stage Nested Decomposition Method Jounal The Annals o/Reg1onal Science 37: 55-57
Anf Budiman.(1995) Teon Pembangunan Duma Ket1ga PT. Gramedia Pustaka Uta111a, Jakarta, 1995 Hal 2·8
Az12, Iwan J. (1993). Ilmu P.konomi Reg10nal dan Beberapa Apltlr:a.smya. Ul Press Jakarta
Susanti, Hera, Iksan Moh dan Widyanti. (2000). !T11.lib:ztor-lndikator .~alcroekorwmi Edtsi Kedua. LP FEUI, Ja~arta.
Tarigan, Robinson (200.5). EA<Jrwmi Regio11al Teort dan Aplikas1. Bumi Aksara Jakarta.
Sukirno, (2004). M1ltro Ekonomi Teon Pengansar. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Nurdjaman, Arsyad, dkk, (1992) Ke11Gngan Negara Jakarta· Intermedta
Naz.am, Sualulsil. (l994). Pertumbuhan Ekononu Regional Indonesia: Suatu Apllkasi Fw1gs1 Produksr Agregat Indonesia, 1985-1 !>91. Prisma 8 - 1994 : 19
Py11diok and Rubinfield.(1997). Economemcs Models & Econometncs Foreca.tt.f.Mc. Graw Hill Lntemlltiooals,New York.
Rahayu, M.O Ana Budi. (2006). Afl(l/Lyt$ Kesen1angan W1layah Pesistr dan Non Pestnr danrPengaruhnya Terhadap PDR.B dt Proptnst Jawa Tengah Te$iS MPKP FE U1. tidak dipublikasika.o
Rahnrdjn, Prathama clan Manurung, Mandala (2004 ). Teon EJ.onomt Malc.ru Suat» I'engancar. Lembaga Peuerbit Fakulta.~ Ekoncmi Universitas Indonesia Jakarta
Riyanto.(2003). Analtsis /Jampak Kebrjaktanaan Desentralisasi Fiskat Terhadap Perekonomian Daerah dan Pemeraiaan Pembangunan Wt/ayah Indonesia. Tesis Sekolah Pasca Saljawi IPB tklllk dipublikasib.n
Sapt!llini Dian, dick. (199.5). Pengeloloan Sumberdaya Keltnsan don Wilayah Pesistr, Proyek Pengembangaa Pusat Studi Lingkungan, Jakw.
Hutagalung, Saut P dkk. (2007). Sewindu DKP Mengawal Pembangunan Negara K epulauan. Pusat Date, Statistik dan Informasr Sekrctariat Jcnderal Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta
Jhingan, M.L. (2000). Ekonomt Pembangunan dan Perencanaon. Terjemahan. PT Raja Grafiodo persada, Jakarta
Nurmanaf, Achmad R. (1999). Kesenjangan Pengeluran Pembangunan antar wtlayah dan Prop111S1 d1 Indonesta, Jumal Ekonomi den Keuangen Indonesia Volume XLVTI Nomor 4
Harmadi, So11.11y H B.(2007) Pengangguran, K emiskman Dan Pertumbuhan Ekonomi Di lndoncsia. Makahlh ini disampaikan pada Konvensi Kampus IV dan Temu Tah1Ulllll ke-If) Forum Rekter Indonesia, lnstitut Teknologi Bandung, &11dtulg,
71
Tambunan. T.T.H (2003). Perkembongan Sektor Portanian d1 Indonesia: Beberapa Isu Penting. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Yang, dali L (1991). China Adjust to the World Econemy : thi: Polincal Economy of Chin11·~ Coastal Development Strategy. Journal of Pacific Affairs vol 64 No. I, 42-64
Yao Shuzie and Zheng Zongyi (2001 ). On Regional Inoqualtty and Diverging Clubs : A Case Study of Contemporary China. Journal of Comparauve Economics, 29, 466-484
Todaro, (2004). Pembangunan F.knnmm Dumu KP. 11ga, PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta
72
KAB/KOTA TAHIJN PD.RB dl d2 PEM TK RPRJK Boaor 2002 21385613 0 0 250388.%9 I 251.513 0.40l 8<>C!Gr Z003 22.421 165 0 0 314 883.767 1.266 496 O)n BoC!or 2004 23 671 429 0 0 378.492 270 1.)40.253 0,389 Boaor 2005 25 056.365 0 (I 416 555.875 1.399.53 l 0.387 Boo or 2006 26 546 1&6 0 0 605 617.913 1.453 567 0,36B Sukabumi 2002 6217918 0 I 150,452 )07 814.993 1,871 Sukabum1 2003 6451325 0 I 366 938 732 827.849 1,866 Sukabunu 2-004 6707001 0 1 469 M02.497 823 478 1.848 Suktlhum1 2005 6 99? 620 0 l 433.249 611 831 625 1,851 S1Jkabum1 2006 7276.404 0 1 672 649.459 78i.261 1.798 Cianrl.C' 2002 6 094 911 0 I 107.484.899 861.556 2.327 Ct•n•ur 2003. 6 318 986 0 1 168.674.534 114:2.236 2,~55 C1M1ur 2004 G 569.191 0 I 172 SS4.80l 775 245 2.387 c;;tniur 2005 6.&20.521) 0 I 451 :US.346 821.876 2.424 Cianiur 2006 1048 229 0 1 .~!!Q..1311 875 530 2)3' BMd.,nA 2002 14038.969 0 0 271684 566 1.650 208 l.&71 Bend!'..!!.\._ 2003 _!il38379 0 0 776.~13.224 l.S93.234 1.866 B111>d1111~ 2004 ts S7S 482 0 0 900 ~72 OSI 1.461 516 I 841,\ BandunD 2005 16 480.263 0 0 904.941.359 1.483 108 l 851 Bandu11<> 2006 17.439 994 0 0 I 288 I 77.869 l.S42.607 1.798 Gerut 2002 1 S80905 0 I 69 937.18() 816 8)3 1469 Garut 2003 8 093.894 0 I 471.743.999 817 447 1 471 Oarut 2004 8411\44~ 0 1 476 S48 497 816 476 1448 Oerut 2005 g 768.410 0 I 514 990.736 869415 l.448 Oan11 2006 9 128.808 0 I 786 102.332 812 163 I ,429 Tasilcrtial'""' 2002 3.901 4~ 0 I 50 374 KSO 884.419 2542 ,_. T aa1lunalav& 2003 4 035 623 0 I 353.329 846 %8.876 2_663 · r asUc:mal~a 2004 4 177.562 0 I 405.858.302 671.641 2728 T ...0003.l:tva 2005 4.337 406 0 I 4)0563 646 G6S.533 2776 T 1151kroal""" 2006 4 511 372 0 J 675.048 651 760 904 2647 Cumns 2002 .$ 077 645 0 I 59145 574 779254 1.201 Ciamis 2003 5284081 0 r 453 4.74 266 819093 l,261 C1ami• 2004 .S.5(4.288 0 I 425 72Z.458 634.812 .~ Ciami~ 1005 5 71;6 618 0 I 439 863 900 721554 1,125 Cuu:ms 2006 s 988 339 0 I 229 S9?.223 7Z7Yll2 l.JJS Kunin""" 2002 2.844.196 0 Q 50.670.571 412.854 0,762 Kwiina.an 2003 2 94J 7Jl 0 0 J.23.0J l 149 447 434 0,817 Kwun-n 2004 3 06-0.812 0 Q 303.635.969 4JS.4S4 0862 KumnnllD 2005 ) 181 732 Q 0 362.409060 4'4762 0,877 Kuninuan 2006 3 308.676 0 0 501 513 659 513.934 0,857 Cireboo 2002 5487 853 I 0 139. 136. t\64 748454 5,m!2
Lampiran l Data Has1I Penelitian
73 Lanjutan Lampi.an I
Crrebon 200J 5 709152 I 0 187 852016 199 165 ~.222 Cirebcn 20D4 s 976 519 1 0 4031~_582 8().J 60~ 5,3U2 Cireeoe 2005 6.278 806 l 0 433140005 826834 5.285 Cirebon 20•)6 6 599 686 I 0 613 3S3 789 778 446 4,986 Matal«nokA 2002 2.~72409 0 0 80652 251 522053 0,663 Maraltn~ka 2003 J 06J.5l0 0 0 349233.301 561 700 0,668 Ma1al"'•k" 20•)4 3 194.210 0 0 323 106 259 49$ 728 0.676 Ma•alen•ka zoos 3 3.36 985 0 0 397 873 857 504.676 06M Ma1alonoka 2006 3.479 2S4 0 0 567869089 527 927 0.616 SumedAna 2002 3.979 481 0 0 ~.1.867 464 426621 0~08 Sumedau~ 2003 4 133.00J 0 0 296%6662 4SS 3S4 0,:>4J Sumedana 2004 4311.UI 0 0 312.296 630 414 520 0 577 Sumedana ~005 4 506.201 0 0 349.640524 419 145 0,S59 Sumedanit 2006 4.694 276 0 o 468977292 468 113 0,538 lndfatn""" 2002 5 131 022 I 0 128 26~. 069 66 076 14,861 lndnim~· 200.3 s J74.4SI I 0 443 486165 760.086 14,201 lndramavn 2004 5 .597.845 I 0 418 613 278 766 ISO 13.783 lndnma\11 200S S.83SQ40 1 0 177 16.S 769 18S 442 13,465 lndr•m""" ioo6 6.132 97j 1 0 617 641160 730.300 12805 Subano. 2002• 1.489 734 I 0 81762.118 SSt.097 2681 Sub•no 2003 4.72.3.89$ 1 o 313.!158 381 tlJ1 774 2.S1t S11ban.11 2004 4.966 &21 I 0 230.879 569 568.643 2,779 Subana 200S 5.248 665 I 0 30) 836148 581 S25 2,708 Suban., 2006 S.488 929 1 0 486 277.171 578.167 2622 l'urwakaita 2002 S.191.883 0 0 60 :I.SJ ~14 293 041 0621 l'u"'akarta ZOOJ S.348 159 0 0 169 004.9.59 293.253 0,8Jt Purwaluirta 2004 s 547 110 0 0 217 732 370 281 010 0,969 Pun,akarta 2005 5.74l.8l4 o 0 236 547 960 28() 400 1.126 l'urwabrra 2006 s 963.99S 0 0 322946.665 287.061 1,183 Kara...,,.no 2002 ll.57J.~66 I 0 140 859 084 669 4015 0.912 k"'1lW311a 2003 I 1929.1SI 1 0 372.105.773 670.314 0,905 .Karawana 2004 12.76K 746 I 0 421018.960 624.351 0.814 KaraW$11~ zoos 13.513.175 l 0 425 98032$ 650 133 0,793 Kana wan I( 2006 14 315.099 1 0 ()74 974.959 714 152 0,734 Bekasi 2002 34 497.719 I 0 245 SJ2246 60G 149 0,134 Bel=i 2003 36.J9l830 I 0 -451.812 125 675975 0,137 Bekast 2004 38.451 S79 I () ~30 101.843 696764 0.130 .Bd<as1 2005 40.69.S.508 I 0 444 932.643 720896 0.124 Bcl<831 2006 43.127.393 1 0 665 774 006 742.586 0.118 KtBnaor 2002 2.986.837 0 0 70. 71 S.OSl 306309 0,061 KtB01<or 2003 3.168.186 0 0 271.9)8.426 271 194 0,058 KtBoanr 2004 3361.439 0 0 21&.901 909 261216 o.ess Kt8o11.or 200S 3567.232 0 0 272.396.192 272 459 0.052 KtBnoor 2006 3.782.274 0 0 376 777 910 29S.731 o,oso KtSutab1.1m1 2002 1.202.799 0 0 47 709.166 79.946 0.142 KtSul::aburnr 2003 1.267.S8.3 0 0 160322.243 18020 0,149
LanJutan Lampsraa I
K..tSulcabumo 2004 I 340 714 0 I) 173 136.391 84 378 0,143 K!Sukabumr 2005 l 420505 (! 0 181,716359 89816 0.141 1<1Sukabum1 2006 1509019 0 0 252.816 225 94 Sl8 0.132 KtBandun2 2002 )7 226 733 0 0 186 605 248 804 558 0,057 KtDMdu.10 2003 18 490721 0 0 #I 090 313 823 375 0.053 KtB8lldUM 2004 19 874 813 0 0 578490~26 116() 022 0,036 K.t81illdun11. 2005 21 370.696 0 0 699 55S 994 878 590 (i,034 KtB&nll11n2 201lt' 22.930.103 0 0 839 469 146 915 120 0.033 KtCirebon 2002 4 241 695 I 0 59941220 IOI 601 0,149 ... ..• KtCirebon 2003 4 422 63S r 0 166.911 663 102 885 . 0,152 K«:1rebon 2004 4 628 702 1 0 179 S74 806 105 9S4 () 153 KtCircbon zoos 4 854 898 I 0 I 98.530.862 106 786 0.1.56 KtClrebon 2006 5 123.738 I 0 323.991 260 Jill 077 o.~47 KtDelwa. 2002 10 019 136 0 0 189.210 139 660493 0.008 KtSekas1 2003 10.545 4.55 0 0 14~ 2$5325 654 005 0,008 KtBc:b:si 2004 11 112.519 0 0 364 115.050 656 49J 0008 KtBeka" 2005 11 739 946 0 0 458 366.586 ~96 384 0.008 Ktlldwi 200(; 12 452 714 0 0 564,653297 722304 OJ)07 l(tn..,,.,k 2002 3 924.051 0 0 123 079 SJ7 408 010 0,4JS K' Deook 2003 4 169.7~5 0 0 256 406 319 459 532 0416 KtDcnnk 2004 4.440 877 0 0 305.493 634 512 775 0,397 K1U1mnk 2005 4 ?SO 034 0 0 330812108 497.860 0.3R1 KtD..,..ok 2006 SO(i6,129 0 0 4()3.$99.12$ 520 608 0.366 Ctl•Mh 2002 8 780074 0 I 8'.l.176 IJT 678 947 2 158 CJla.:•h 2003 917$.789 0 1 120 967 464 689. 1<14 1.622 Cilacan 2004 9 6~\ 459 0 I 400.502.703 1582.522 1.368 Crlacap 200S I0.14S 144 0 I 465.298 358 671 210 L2SS - C.olacao 200<> 10.602 338 0 I 709158 S63 623.337 1.314 l:lan .. rmas 2002 3 227 485 0 0 53 384.317 646 789 I 103 "" B-·umas 2003 3 347 158 0 0 49.980.784 (;'16 46-0 J,150 J:l•t"'nlJIQS 2004 3 486634 0 0 375 462.492 659.SSS 1,141 8811\'UffiM 2005 3.598.399 0 0 420.329420 689.850 1.136 BM~•mss 2006 3 759.548 0 0 432.626. 79:1 6lJ.495 1.12• Purt,,,Jj.,ou• 2002 1.730 319 0 0 79.176 241 356 175 1218 l'urbalin•na 2003 1 784 723 0 0 97 51~ 407 389 681 1206 l"urbalin~"il 2004 I 844.532 0 0 216202.858 4.11.860 1246 Purbal•n••• 2005 I 921 654 0 0 :ll4 979.308 386 859 I 283 Purbahn••a 2006 2.018 8()8 0 0 299386.069 368 613 1,386 Ban1arn°•ara 2002 2.081.('96 0 0 72.254.261 389.897 0,971 Ban•ameaarm 2003 2 110 733 0 0 150 459 9l3 411.679 0,928 Ban•ameaaro 2()04 2 191 163 0 0 239.828.315 413 948 0.986 Banoam...,ara 2005 2.277618 0 o 269.788.681 426 180 0913 Ban•arn-- 2006 2.375 975 0 0 351 339 546 404 700 0921 Kebumen 2002 2 199.785 0 I 109 304 222 474 938 0,893 Kebumm 2003 2264331 0 l 353.793.077 544 699 OJS27 Kebumen 2004 2.291022 0 I 172 480.655 482 194 o.sso
15
Kebumen 2005 2 364469 0 I 110 386024 502 92~ 0,609 Kebumen ZOlJ6 ·2 460673 0 l 256 759091 498.905 o.&78 Purwererc Z002 2.05080S 0 I 23.118.lSS 328.701 1,227 Purworeio 2003 2 125 412 0 I 289399.562 360 545 1,230 Purworeso 2004 2 214 137 0 I 271 .32.2 460 JJ5226 1,215 Purworeso 200~ 2.321 543 0 I 233.248938 ~37 933 1,189 Purworeio 2006 2442 927 0 1 J41 767 9'60 .)4 ! 982 l,202 Wonosobo 2002 I 453.827 0 0 72024 498 J72 53J 0,868 Wonosobo 2003 l 487.044 0 0 118.440261 378 144 0,872 Wonosobo 2004 l 521 g07 0 0 347902 524 371 435 0 S82 WoP0$000 2005 1.570 348 0 0 310103 392 400 729 0,875 Wonosobc 2006 1.621 132 0 0 375879.260 .368 456 0.859 Ma.,elanu 2002 2 &67.362 0 0 38 048 546 5860!0 0,644 . -'---- M•oelano 2003 2982 476 0 0 64.032 544 562834 0,641 M•0elan& 2004 3 102 727 0 0 105 097 569 S93 522 0648
~•Mn 2005 324S.9?9 0 0 121 231 407 S49.SS2 0,622 ""••elano 2006 340S.J69 0 0 231 763 931 593 600 0.596 BovDlal1 2002 s 062 304 0 0 ?2,7.39 290 37S.ll6 O,J21 Bovolali 2003 3.211.066 0 0 77.127224 358.974 02SS Bo~lal1 W04 3.320 737 0 o 95 621.712 373 407 0,36~ Bovolali 2005 3 456 062 0 0 39.646622 389 337 0,348 B--lali 2006 .) 600 898 0 0 119.992850 37168S 0,478 Klaten 2002 3 612.899 0 0 40.845 718 41! 6Sl 0,'.lfl:S Kla1eu 2003 3191.474 0 0 41.66'2 904 48 557 0,297 Klaren 2004 3.975 791 0 fl 97 491 825. 53 580 0,299 Klaten 2005 4.15S.20S 0 0 89 620.022 54 346 0.302 J<!aten 2006 4 253 78& 0 0 139.270.396 57 164 0,296 Sukohar~ 2002 3 490 382 0 c 30829.455 491 368 0.131! Sul.:oh•Mo 200) 3 629051 0 0 117 218 4()3 496698 0,143 Sl!kohano 2004 3.786 213 0 0 330284 396 464 810 0,154 Sukoliano 2005 3 941. 788 0 0 347.934 020 502 366 0.171 Sukoh""o 2006 4 120.437 0 0 418 854,725 509.602 0.163 Wono-~n 2002 2 182 650 0 0 45 488 356 562.770 0286 WDnD•;n 2003 2.237 791 0 0 l Jl 533 537 578.652 0281 Won~'" 2004; 2.329 411 0 0 384 450.499 526 319 0,231 Wooo•;r1 2005 2426.{138 0 0 401955545 604.888 0.274 Won...-1n 2006 2 524 759 0 0 441 915.233 557425 0,264 Karan·--·..,- 2002 3 546.613 0 0 36 180 578 388176 0,107 Kat•noanv.,· 2003 3 746.320 0 0 122.797 669 392 099 0,107 Kar.moan·-· 2004 l 97fl 279 0 0 212.222 027 402133 0,JOS Karanu•-•M 2005 4,18&.330 0 0 239386 330 4-07.445 0.105 Kan.ndu·-· .2006 4.401.302 0 0 329.281.443 412009 0,103 s~DO!l 2002 2.UJ0.755 0 0 45470823 400.296 0995 s~nen 2003 2.104 533 0 0 247.932074 422.274 0.94S Sr•nen 2004 2 208.294 0 0 2490S4.3S8 4!64S6 0951 St""'en 200S 2322 239 0 0 225 466.991 443124 0,932
76 LanJuW. l..amp1ran J
Sr•aen 2006 2442 570 0 0 370 613.6!3 401 629 0.9(5 Grobozan 2002 2 321 920 0 0 54 410 823 412 2()6 0,152 Grobogan 2003 V72923 0 0 109 572.470 471 663 015S Grcboaan 200! 2 4¢2 661 0 0 266 422 410 445994 0,156 Orobu""'1 2005 2 579.283 0 0 380 917 829 436.622 0,161 Grobcaan 20(lt; 2.682 749 IJ ( 474.204 294 4)6 506 OJS9 Blora 2002 1 5049% 0 0 53.360.254 216 858 0,101 Blora 2003 I 554412 0 0 94.446 363 208894 0,1 ll Blora 2004 1 61:? ms IJ 0 238.080.3 I 8 2ZS 720 0.111 Blom 2005 l 678 274 0 0 '259 549 61; 237.888 0,1 IS Hlora 2006 I "142 963 0 0 418 266 900 234 330 0,115 Remban1<. 2002 1637.137 I 0 61 954.02.l 530.239 6.647 Kembana. 200J I 686 41U 1 0 311.15!,248 503,884 6,942 Rem bar.JI. 2004 1.762 800 I 0 321 ?88 188 539426 6,839 Rem bane; 2005 1.825 561 I 0 340 757.J17 527 299 6,.260 Remban11; 2006 1926 563 I 0 466.727 SOI 518.820 6,245 Pau 2002 3 403 606 I 0 13 l.916 377 420.571 8.362 Pau 2003 3.331 575 I 0 318 351.833 423150 8.685 Patt 2004 3 473081 I n 210 034 704 427.346 7,170 Patt 2005 3.609798 I 0 276 741 055 4J5 108 6.,287 Patt 2006 3 770 331 I 0 281 585 004 441 007 5.540 Kudus 2002 8 887.863 0 0 60652 JOO 270 63S 0~026 Kudus 2003 9 38228~ 0 0 100.885 637 290302 0.026 KudU$ 2004 JO 198 527 0 0 ~.770 042 2.75 706 0.022 Kndus 2005 10 647.408 0 0 59,985.561 274.42:2 0,023 Kudos _2006 10.867 lWi 0 o 139.Ssrl 309 ! 262.8&0 0,024 J..,,_,rn 2002 3.002 sos I 0 79 714 820 577 940 1,4-01 Jeoara 2()03 :J.146 839 I ( 76 286.3'(3 61SOW 1.275 Jeoaea 2004 3 272.?n<l I 0 137 344 959 566 815 1"·74 /eoara 2005 341115~ I 0 140 795 258 604S% 1.328 Jeoera 2006 3.554 051 1 0 2() I 7{) I. 598 $67 496 1,330 Dl!lllak 2002 2.237.83~ I 0 132 436 033 349.819 S786 Demalt 2003 2300731 I 0 92 705 369 363 417 5.634 Demak 2004 2 379"""' I 0 43 655.265 374 498 S,719 Dcmak 2()05 2.471,2;9 I 0 .s-0.642. 329 393 626 5,764 T>emak 2006 2 570.573 I 0 106.861 433 . 415 629 5,3.56 Sernaransz 2002 4.128.481 0 0 96.79Z 144 510364 0,129 Sernarana 2003 4 283 285 0 0 269.496 351 447 9'!0 0,133 Semarao2 2004 4 345 991 0 0 266 418 154 488 824 0.139 Sem&llllll( 2005 4 481 358 0 0 217266.451 518 014 0,133 Semarruia 2006 4652.042 0 0 382 183 842 505 710 0 131 Tema.naoun2 2002 1.785133 0 0 91.890 244 591.881 0,136 T eman<><>un<> 2003 I 8'1S 222 c ~ 98 242.565 642.406 0143 Tcman<>gun..: 2004 I 917.584 0 0 158.543 941 563.! 10 0,167 T 2005 1994 !73 0 0 331. 174 704 7(10076 0,168 T emano .. nn • 2006 2.058354 0 0 78 171.612 6658$2 0212
77 Lan1uten Lsmpiran 1
Ken<!al 2002 ~ 949 052 I I) 91 890244 455 492 2,069 .... ~~~dal 2003 4061 rn I 0 !18.242 565 481 874 2.043
Kendal 2004 4 167 626 I 0 158543941 462.972 2035 Kendal 2005 4 27; 3.54 I 0 331 l 74 704 467 826 2,029 Kendal 2006 4 423 G6l I 0 78 171 612 489 526 2.079 Bat&12 2002 1.833 191 I 0 75 449 313 445 471 2.141 Batan" 2003 1 880 G2() I 0 1812!8672 482 737 1.763 Batane 2004 1918980 I 0 270 576.348 483 208 1,740 Bauu1" 2005 1.97zm I ( 111194 601 50() 896 l.738 Ba1ano 2006 2.022 301 1 ( ln 690.243 472 533 2,254 Pekalonsan 2002 2.311 517 I I 37 900 819 69539 0,308 Pekaloaaan 2003 2.396 I 16 I 0 37.900.765 68 402 0,318 Pekalonzan 2004 2.5()1 23<> I 0 !03.947 822 71235 0,337 Pekalonzan 2005 2.600.856 I 0 104 617 8S6 73.987 0.337 Pekalonzan 2006 2 710 378 I 0 145 574.899 7j ors 0,364 Pemalanu 2002 2.473 722 l ( SS 476.S39 614 436 l 693 Pemalans 2003 2.556 576 l I 361 478.925 599554 1,668 -· Pemalan2 2004 2659 SSS 1 0 461 639 S28 57050, 1.618 Pernalanu 2005 2.762252 l 0 461639.828 633432 1,587 Pemalana 2006 2.864 681 I 0 369 528.745 633 JOB 1,567 T"'°•I 2002 2.414 200 I 0 168 052 755 407 602 0,257 T•o•I 2003 2.54192.1 l 0 243.034 323 417 627 0,267 Teno! 2004 2.682690 I 0 288 827 331 403 044 02~!1 Te••' 2005 2.S09 340 I 0 263 969 985 445 SIS 0.270 Te"al 2006 2.9577'79 I 0 406.534 746 465 63?. 0273 Brebes 2002 3.773 041 I ( 65 9s; 764 295 650 2,761 Brebes 2om 3.9S6229 I 0 6i 795.065 315 667 2,80$ Brebes 2004 4.147 SI I I 0 IS0.196 546 31 ! 574 2995 .... - Brebes 2()05 4.346424 I 0 177 374.423 n.1.212 3 189 Brebes 2006 4.551.1\17 I 0 238 684.395 306 552 3 252 KtM .a ~elamz 2002 782.362 0 ' 85 997.486 364 314 0,034 KtM•;;elana 2003 811.632 I r 87 343.995 398 825 0.029 KtMMclM2 2004 842 30'2 0 ( 216290.927 377 210 O,OJI KIM •0elSJ1" 2005 890 3oc 0 0 193 8SL650 4-00745 0,030 KtM ·~elan11: 2006 908764 Q 0 238.025.718 403 380 0031 KISW'llkana 2002 3 268-5¢0 ( 0 77 569 641 560 gog 0,000 KtSurabrta 2003 3468.2n 0 0 !38 152.434 570 741 0,000 KtSurakatta 2004 3 &)9.373 0 0 320293.068 SS& 1&0 0,000 KrSurakarta 2005 3.858.170 0 0 310.758 021 596.701 0 000 KtSurakarta 2006 4067530 0 0 479 852.718 5764&9 0.000 K4SalallJ<a 2002 628.444 0 0 !05 3ZO 992 SS6.100 0.015 K1Sal.i1•• 2003 650.264 0 0 323 451900 590.699 0,lll4 KtSafau~a 2004 641 139 0 0 339616662 601.800 0.015 KlSala1Aa 2005 66'.l 171 0 0 329 .277. I OS 632..384 o.oi S KtSalali2a 2006 688.93!1 0 0 447.816.372 604518 0.015 KtSe 2002 14 225 680 I 0 92.149.936 761 597 0,099
78
KtSemaran" .2003 14.83-0 665 I 0 329992 542 184 176 0,091 KtS 2004 15.359.727 l 0 209.758 398 779 456 0.096 KJSc 2005 16 264 422 I 0 32.6.627.979 849 566 0,092 KtS 2006 17 16i 333 I 0 452 749 977 775 757 o,og1 Kll'ekalona•n 2002 ! S16.20i I 0 54.985 736 1 Oi 511 12.007 KtPel:alott~" 200J J 574 764 J 0 !?.&47.918 I 12.415 11. 750 KU'ekalon"- 2004 I 638.792 I ( 138.627 502 1%317 12,5.15 KtPekalonnan 2005 I 701.324 1 0 108.658 204 124 993 I 0,731 Kll'ekalo--an 2006 I 759 417 I 0 114 293.726 115.847 8,988 KtTe•nl 2002 853 6'J7 I 0 65 4-08 541 101 618 10, 145 KITe•al 2003 903 422 I 0 100 757 653 96302 8,641
KtTe•al 2004 956.244 I 0 123 260.903 99 5S€ 8.017 KtTeoal 2005 I 002 822 I 0 112 864.207 106 750 6,62~ KtTe~al 2006 I 054 499 I 0 197 163 392 103 469 6.430 Kuloneroeo 2002 I 284 808 0 I 273 627.i98 205657 0,452 Kulonorceo 200J I 338 700 0 I 294 899.J02 200 736 0.448 Kulonerese 2004 I 398 744 0 I 312.831.443 U9944 0.4~6 Kulonnrnao 2005 14&5 477 0 l 329.894.385 203 664 0,464 Kulonnr~o 2006 I 524 848 0 I 353 874.603 172 824 0.442 Gunun""'•dul 2002 2 4'4 306 0 I 369 344 000 403.670 0 311 Gunun•" ·dul 2003 2 526 Sl6 0 I 384 sso 000 40S.2S2 0.320 Gun; .•• v:dul 2004 2 613.238 0 I 411 290.000 40R 807 0.'.!211 Gununull' •dul 2005 2 726381 0 I 432 237 000 395 542 0.319 Ounu~oKidul 200<1 2 Rl0S83 0 1 460647.000 405 680 0.286 Sleman 2002 4 374022 0 0 75).680 000 426403 0649 Siem an 2003 4 S9622'7 0 0 199 596 000 434 490 0.6S9 Siem mi 2004 4 3J7 316 0 0 811 212 000 4-07 236 U.716 Sloman 200S S OS0.563 0 0 845 321 000 476196 0.774 Slcma> 2000 5309059 0 0 899.624 000 462 745 0 819 K!Yo-ok411A 2002 3.812 425 0 0 802.11 l 502 I 73 982 0.026 KtY 0--1..arta 2003 3 993.837 0 0 86~.144 096 170.101 0.022 KcY 2004 4.1?5.392 0 0 892.482 583 172380 0,021 "" Kt y O""altarta 2005 4399902 0 0 90 4'15 028 192 698 0,015 Kt Yo~akarta 2006 4574.0SI 0 0 995.883 794 196 916 0.009 Padt~n Z002 l 080.SJ3 0 I 88.574.798 309.833 1,247 Pacitan 2003 l u izsa 0 I 210 726.530 322797 L305 Pac it.an 2004 I 148.533 0 I 210 625 247 302.456 1,369 Paci tan 2005 I 191.238 0 1 98296.848 333 177 1,437 P3Cltan 2006 1.241.306 0 1 161 799.932 355 120 1,504 Ponorozo 2002 2 271 9)8 0 0 94 741.858 435 347 0,126 ronor~o 2003 2 364 407 0 0 2%338948 425.819 0.121 Ponoroao 2004 2.466 590 0 0 300 882397 422 267 0,119 Poncrcgo 20QS 2 567 909 0 o 292143 330 ~3047S 0,115 Pcnoroao 2006 2694 S21 0 o 448. 857 :>87 494 814 0,115 Trenzaalek 2002 486807 0 I 79.760.107 336.641 3.716 'fren--·'ek 2003 513 457 0 I 260.200 12.8 348 012 3,725
,
7!> WJ ucan lomp:riin 1
TrenooaJek 2004 543.4(]2 0 I 259047.525 323 548 3,148 Tren<r~Alelc 20[15 575 002 u I 275694220 397 256 3_793 Tren.,~olck 2006 612.309 0 1 396270368 403 510 3 856 Tulwi.,~·n~ 2002 s 080611 0 I 57 537 601 45'. 908 1,357 Tul11ftM•ung 2003 s 320888 0 I 318.946 845 491 ()89 1.400 Tulun•aounl\ 2004 s 588457 0 j 356.494 133 451 635 I 423 Tulun•,.,.un1>. 2005 .5.874.963 0 l 36.044 178 590~95 1,446 Tulun ' 2006 6 196.735 0 I I 59 781.295 .'i764R7 l,4M Blttar 2002 3 793.937 0 1 46.469935 502 556 0,523 Rh tar 2003 3 998.300 0 1 300.389364 544 851 0,520 Blitar 2004 4197.7117 0 1 305 .644_.)152 544684 0,515 BIJw 2005 4 431.529 0 l 347.188 920 652 2-11 0,508 Bllt.ar 2006 4 688.222 0 I 519.846 482 665.242 0,525 ·-·--· Ke din 2002 4 635 463 0 0 95.519916 696.709 0,117 Kedin 2003 4.815 356 0 0 393.&43 935 75U.OU1 0,120 Keehn 2004 S.0170&7 0 0 372.620884 700.193 0,123 Kediti 2005 5 232 030 0 0 350.085.162 862.827 0,125 Ked.on 2006 s 472.438 0 0 586.077 058 856.969 0.1.29 Malane; Z002 9.537 800 0 0 I.SO 76.3 674 I 110.862 0.212 Malaru>. 2003 9.916 866 0 0 44S464 573 I 176 178 0,218 Malan" 2004 10.4S7 656 0 0 461419149 1 110.438 0,340 Malarog 2005 10 976.206 0 0 46S 333 419 1422101 0.344 Mal•n• 2006 11.602 643 0 0 761298739 I 366 J62 0142 Luma ""14 2002 4.172S1S 0 1 SS 71S 147 475 781 0,803 LumaianR 2003 4151 045 0 1 2Rl 427 2.32 518 lJO 0,796 Luma""'" 2004 4.570 J&O 0 1 292670040 463 909 0,857 Lumaiaaz 2005 4.193 734 0 I 304 275 703 567069 0,886
_,J;-_!!rtla1an11 2006 5 044 176 0 I 421390 192 546439 0.895 Jemb..- 2002 7185062 0 l 14S 181.919 l 036 S32 0,946 Jcmber 2003 7 473 400 0 I 525 151.278 I QJ9 707 096) Jembcr 2004 7.821 292 0 I S68 32S 898 9763&6 0,956 Jember zoos 8 236.277 0 I 544.794.703 1.280 945 0.957 Jcmber 2006 8 70S 996 0 1 >81 855.365 1.135 821 0,951
lb~'W8Dl.'I 2002 7077 230 0 l 77.832.963 733 832 2,480 BllllYUW8DIU 2003! 7 371.604 0 I 421674391 192455 2-429 - 2004 7680 836 0 1 407 201.851 713 872 2437 I
Banv"wanll.i 2005 8069263 0 I 412 799.216 962.436 2.430 Ban~•w•n•1 2006 8 533 707 0 1 684.656285 8R51'24 2,480 Bondowesc 2002 I S4S..576 0 0 94 564442 357187 0,174 Bondowoso 20m I 604 262 0 0 261690990 371.415 0.191 BQndowoso 2004 J 61>4 860 0 0 243 824 .Sii JSl 2S2 0.197 Bondowoso 2005 I 772 844 0 0 243 748 625 441098 0.193 Bondowoso 2006 I 868 563 0 0 321.116.S26 436 596 0,189 S1h1bondo 2002 2.373.000 1 0 93 131 379 304 SIS 3.818 S11ubondo 2003 2468 600 l 0 109.103 461 304.6S4 3,804 Sdubonde> 2004 2 S73.128 l 0 89 736 080 304281 3,793
80 Lanjutan Lampiran I
Suubondo 2005 2 703.988 I n 76403 543 368.49S 3,788 Snubondc 2006 2 852.39S I 0 !64 821 818 349032 3,714 Probohnaac 2002 4 500.482 l c I03 296 339 483 915 1,818 Prnhnl '"""0 2003 4683 «a l 0 260 '2R7 225 498486 1,908 Probohnzao 2004 4 894.983 I ~ 171 485.166 462 SI I 1,943 Probolmsae 2005 5126681 I 1 282 120 9J4 619 672 1.967 Probo hnooo 2006 5 418 SSS I 0 389 265 476 63) 738 2.003 -- Pasurusn 2002 4.426 501 1 0 187A53.Z19 669 S88 J,573 Pasuruen 2003 4.617 794 I 0 426 348.999 6~3.612 1,506 Pesurusn 2004 4 847 571 I 0 -426 525.967 665.500 1,422 Pasuruan 2005 5 IOI I.SS I 0 213 659.105 832 401 1.328 Pasuruan 2006 5403.935 I 0 302.247.237 781 882 1.304 SidMrtO 200?. 17001! 748 I 0 122.375.S12 719 657 2,601 Sidh-o 2003 1781520.S I 0 477.348 315 H7126 2371 S1dAA~o 2004 18 793 697 I 0 SOS.366 566 716 843 2.289 Sidosno ·- - 2005 19701 __ 804 I 0 __ S89.5J l 980 955 243 2.223 S1dosno 2006 20621 960 I 0 87l.977 l90 924 l ls 2.140 Mo•okerto 2002 3 973 gg3 0 0 96.688 731 436295 004-0 Mo•okcrto 2003 4 132 790 0 0 306 663 256 ~4.654 0_040 Mo•okerto 2004 4 341 S33 0 0 282 IOS 158 393.373 0.039 Mo•olr.erlo 2005 4 574.7G4 0 0 2S4 574 909 554.324 0.038 Mn•nkerto 2006 4 82S. ISO 0 0 3tiK 403 124 .Sli3.181 0.037 J1>rnb•nn 2002 4 (09.738 ' 0 110.607 46! 470.411 0311 Jornban• 2.00J 4 31 L449 0 0 328 774195 492936 0_318 Jomban• 2004 4 531.340 0 0 329466 992 ... :~S9 SSS 0_327 /ombon• 200; 4.1n.s10 0 0 328 900835 611 069 0_323 Jombaoa 2006 5 047095 0 0 3llll .SS9.82l ()23 72.S 0320 N•on•uk 2(.02 3 171 534 0 0 62.206 982 436420 0_104 NA-1•uk 2003 3 320952 0 0 213 0)9.707 483 839 0109 N·-·uk 2004 3.492.408 0 0 276 979.992 467 573 0.109 N·-1•uk 2005 3.691201! 0 0 354 952.985 577 525 0108 N"""'•W< 2006 3.912.121 0 0 526 349.590 574.544 0.109 Mad1un 2002 I 895 .l~8 0 0 60069.609 2.83 123 0.061 Madlun 2003 I 954.805 0 0 207.443 109 297 221 0.066 Madiwi 2004 2.022086 0 0 2214'.'10784 292097 0_()73 Madiun 2005 2.120 504 0 0 21 l.356.061 351 329 0,076 Madrun 2006 2228S<il 0 0 338.098 398 346693 0.078 M•0etart 2002 2.219""' 0 0 58.569042 321 501 0,057 ..... ctnn 2003 2297 JO') 0 0 87.261 598 336 0(>4 0.056 ...-.::etan 2004 2 392633 I 0 81 942.391 320239 0,055 M~0efan 2005 2 5Q7 613 I 0 96.2?4 142 392 503 0053 M• .... •n 2006 2 6.16 157 0 0 166.227 891 381 968 0,050 Naawi 2002 2.122839 0 0 63.027 794 372 922 02!'2 Nnawi 2003 2187.263 0 0 291.974.401 385 023 0,566 No~ 2004 2 282 392 0 0 293.383 825 395 465 0 529 N°•wt 2005 2 38.S 682 0 0 270.913 767 477 291 0,498
81 LanJ utan Lempiran I
N~awt 2006 2 510.076 'J 0 379 536 0% 454 760 0,502 Boioneaoro 2002 3 934 269 0 0 95 277 62! 559 797 0321 Doionesoro 2003 4099414 0 0 323.068 738 582 558 0,342 Boroneaoro 2()(j.j 4.290.084 0 0 342 42) 247 . 543 ) 81 0,3&5 Botonegorc 2005 4.542629 0 0 369 978 40[ 690.534 0,395 B:>•on-oro 2006 4 8)0360 I) 0 494 855 639 693 640 0376
_Iuban 2002 3 985995 1 0 88 872 180 )46 677 3.:J:J3 Tu ban 2003 419657i I 0 308380 :24 549 050 3.148 Tuban 2CQ4 44H295 1 0 323 099 989 536 361 2,996 Tuban 2005 4 763.623 l 0 276 336 uc 612 16) 2,861 Tuben 2006 S I 13 001 I 0 461 474 757 587478 2,720 Lamonzan 2002 3433155 1 0 SS 303 380 566372 7,513 Larnoosan 2003 3 558 823 I 0 279 >46 694 1>1oO 1 S6 7,234 Lamonzan 2004 3 721 S40 1 0 JOS.852.53S 595048 6,977 Lamcnsan 2005 3922476 1 0 343 715.963 735 092 6,678 L&non~- 2006 415411' 1 0 495 20[ 849 7U7 409 7.)08 Gres1.lc 2002 J0,044 {!(){ I 0 !09 526 582 477 307 4,266 Gtes1k 2-003 I04ti7 376 1 0 258.895 635 469 375 4.187 Gresik 2004 11 102.199 I 0 29i448635 462 917 4.090 Gresik 200S l 1.892606 l 0 2%8 765635 51576) 3.950 Gresik 2006 12 702413 I 0 412 837 327 590058 3 783 B·--kalan 2002 2.360932 I 0 :S4 144 559 345.946 2,481 a .. ~a1.,, 2003 2.4(>() 179 I 0 239570.143 417.608 2,429 Banakalan 2-004 2586773 I 0 269 726.572 342 515 2,411 Ban-:t::alan 2005 2 730 .536 I D 274 586.584 485 055 2.341 . - Ban•l:alan 2006 2 887 161 l 0 394 817494 480 718 2,27S Samnan<> 2002 I 886436 I 0 IB 590 974 346 002 10,040 . ' SamMnn 2003 l 94S.291 I 0 124.979 841 424 365 ?,929 Sarn<>an• 2004 2 036.343 I 0 97.345 650 373 830 10.693 SamMno 2005 2134176 I 0 100 849 SL() 479 374 10,961 Ssmoana 2006 2 242.3()1) J 0 207 755149 502 798 1l 228 Pamckasan 2002 1 43'7 461 I o 55.493.68() 321.661 7,82S Pamekasan 2003 149tm 1 0 222.623 484 375.556 833) Pamcl<asou1 2004 1,551 603 I 0 104299 513 402.60! 8,)74 Pamekasan 2005 1 621.138 1 0 96509.193 435.702 8,!HS Pamekasan 2006 1.694 484 I 0 203 514.Sb6 461.541 7829 Sumenen 2002 3 697 447 I ( 313.482.242 517522 I 5,356 Sumenee 2003 3 802 !90 1 0 391 517.893 574 842 15,470 S1Jme11•" 2004 3.920 685 I 0 378.925.260 59D 663 15,708 Sumen- 2005 4 073.592 I I 364.251151 6S8 307 15,539 Sumenee 2006 42SS 9S9 I 0 $(.6.525 649 662.932 15.354 JCtl(ec!Jn 2002 17.170.932 0 0 6!.384 556 111 114 0,001 Kl.Ked1n 2003 17 833.7'79 ( 0 164.633 633 104 ~66 0,001 KtKedJn 2004 18 862 157 ' 0 l 56. l 31.680 113 221 0,COI JCtKedin 2005 18 911.695 0 0 202.089.297 133 'J99 0001 ICtKedin 2006 20004.870 I 0 313.735 325 132 092 0,001
82 Lani ~tan Lampiran 1
KtBlrtar 2002 486 81)1 o 0 35.26S 126 SS 447 0,09.S KtBlitar 2003 513 457 0 0 122 258 !95 50296 0,116 KtBhtar 2004 543.40'2 0 0 135,794 046 51 915 0.113 KtBhta: 2005 51~ ooi 0 0 134.254 894 6G 511 0.14-0 KlBlitai 2006 612 309 0 0 I 7S 536 SO! 61.20S 0,152 KtMal""u 2002 8 673 370 0 0 65 830.834 300 971 0,001 KtMalan<> 2003 9 Ol<i.759 0 0 252.445.533 304 945 0,001 KtMalan!( 2004 9 576 M'l 0 c 272.391 682 319 138 0,001 KtMalaiit :wos ro 117 905 0 0 301 091.401 390.736 0.001 Kt..'4a/ansi 2006 10.719.948 0 0 371.818 222 372062 0,001 KtProbol 11·11lil;o 2002 I 30:J @7 I 0 43197 085 75 156 3,442 KtProboJin<>ao 2003 I 357064 I 0 JJJ 964145 77,S6.2 4.274
~!~robohru>"" 2004 I 432 822 l 0 126 199.133 7S319 4,745 Kt.Probol ;na"" 2005 I 517~ I 0 144 903 001 \00716 S.207 KU'robolinuo" 2006 1b18792 I 0 220 826 326 95 913 ~.477 Ktl'nsut\WI 2002 731 483 I 0 63.044 183 66 939 0.903 KtPasuruan 2003 765.629 I 0 117593.116 68999 0896 KtPS3uruan 2004 809.572 1 0 102.297 576 70226 0,873 KtPa.iuruan 2005 856746 I 0 113 245 682 88014 0,!!42 KtP as uruan 2006 908 333 I 0 IS7 670A50 85 244 0,&20 KtMoiokerto 2002 793516 0 0 44 Cl86. 92i) H530 0,008 KtMotukc:tLO 2003 841 oos c 0 65 !f94.16~ 45762 0,008 KtM01olcert<i 2004 S941n 0 0 60 672 074 4794-0 O.OOR K!Mc1okerto 2005 952885 0 0 77.265 445 58 219 0,008 KtMNokerto 2006 I 017.148 0 O; 130967 44& 61 145 0,008 KtMadiun 2002 713497 0 0 108 388 360 61 660 0,013 KtMad1un 2003 811 974 0 0 241 427.644 62.808 0,013 KlMad1un 2004 858.174 0 0 131 993.025 67303 0.0J3 Kt:Mad1un 2005 911.163 0 0 87 743.416 80SS9 0.012 K1Mad1un 2006 968271 0 0 59043.325 83.626 0.012 KtSurabava 2002 50.942757 I 0 247 917.304 1141.444 0,148 K!Surabava 2003 53 !25.900 I 0 801.536.360 1 159.388 0.138 KtSweb"'-a 2004 SGJ12932 I 0 I 013.874 704 1 156 234 0.133 KtSurab"'-a 2005 59.877994 I 0 I 175 740.014 1.442 938 0,126 KtSu'°""'""a 2006 63.678 350 I 0 1684858 7S3 1.385 559 0122 Pand-lan2 2002 291959< 0 I 60 688 508 407260 4016 Pa11dcclan& 2-003 3.052 872 0 I 217 (73 942 400917 4,017 paru:J..,lanR 2004 3211 070 0 I 216.944.286 3&0022 3,961 Pande11lan1t 2()05 3 366.088 0 I 230628.416 412802 3,934 Pandeulamz 2006 3 499224 0 I 381 458.286 385147 4.191 Lebak 2002 2943.834 0 1 75.831 883 39729S 0.701 Lebak 2003 3.046.9aS 0 I 228.146.951 423907 0.844 Lebak 2004 3 170531 0 l 224.232.350 422429 0.!>51 Lebak 200S 32!921S 0 1 274.980.864 431082 0,957 Lebak 2006 33!!0217 0 l 420.046415 4454&0 1,152 TMO:e:nmQ 2002 13.513 716 1 0 241.555.356 1103356 0.943
83 LanJull>tl Lamp.rae I
Tanu,...wa 2003 14 17S 74S I 0 S88 561860 1114997 0,963 lan....,.an11. 2004 IS 08J 123 I 0 578 817.440 1063072 0,969 T 2005 16 1&6 %() I 0 710 664 461 1294902 093' Tanzerane 2006 li314266 I 0 1165877862 1253852 0,943 SC""'" 2002 7020.648 l 0 14 363 56.5 .576746 !,GOS Seran11. 2003 7 317.284 I 0 381 751506 605432 l,611 Serano. 2004 7 638 401 I 0 399 162077 618386 1,580 Ser an a 2005 7 973 J71 1 0 405 773.S94 625131 1.546 Seran11. 2006 8 357 680 1 0 638 59~.526 590040 1.623 KIT"" 2002 17.984.lSO 0 0 191.J68 9&S 529045 0,000 KITan•"'CA"" 2003 19 224.896 0 0 3~~ 135 845 52371(> 0.000 KtT••-raiur 2004 20 33:2 135 0 0 410 407.369 545708 0,000 Kt'I'a.~~eni:u• 2005 21 721.l6S 0 0 417 440 208 571034 0,000 l{tTan---- 2006 23214.922 0 0 632 242275 543793 0 000 K!C1l""on 2002 7720263 I 0 101 192 480 97S84 0,066 - KtCilego11 2003 8.ZSl.368 1 0 152.693.391 107673 0.065 KtCileoon 2004 8.S86.737 I 0 152 680955 112353 0.064 KtCile"~ 2005 9.440708 I 0 204 593.072 120557 0 063 KtCllCQon 2006 9972.372 I 0 271.885 992 115183 0,061
81 Lan111tan Lamprran J
85
Vatiable Coefficaert Std. Error t..Stat1st1c Prob.
c 3.841207 0.798951 4 8071113 0.0000 LOG(PEM?) 0.235398 0.044794 5 255158 0.0000 LOG(TK?) 0 5311?7 0048428 10.96734 0.0000
RPRIK? -0 036200 0.010982 -3.296181 0.0010
R-squared 0.341472 Mean dependent va· 15.15606 AdJ1.1sted R-squared 0.337643 S.D. dependent var 0.885208 S E of regression 0.720429 Akaikll into critenon 2.189723 Sum square:! resrd 267 6133 Schwarz cntenon 2.222445 Log likelihood -565.3280 F-stabstic 89.18842 Durbin-Watson stat 0.053565 Prob(F-stab.st1c) 0.000000
Dependent Variable LOG{PDRB?) Method Pooled Least Squares Date: 12/02!08 Time· 00 44 Sample 2002 2006 Included observations 5 Cross-secnons incluc:tect 104 Total pool (balanC9d) obs~rvations 520
Lampiran 2. Hasil Pengujran OLS
86
Variable Coeff1c1ent Std. Error t-Stetisllc Prob.
c 3.=90947 0.770053 4 663244 00000 01? o .ol8s11e 0.081376 5 seroez 00000 02? -0 074842 0086236 -0.867878 0.3859
LOG(PEM?) 0 229856 0042952 S.351426 0.0000 l.OG(TK?) 0.552739 0.047020 11 75534 00000
RPRIK? -0.079272 0012639 ~ 272189 0.0000
R-squared 0397111 Meai dependtlnt var 1515806 Adjusted R-sqLl3l'ed 0.391246 S D dependent "ar 0.885208 S.E. of regression 0.690003 Aka1ke info cnle(lon 2109141 Sum squared resid 245.1858 Schwarz cntef'ion 2 158224 loQ likelihood -642 3768 F-11tatisflc 677~219 Durbil\.Watson stat 0 058111 Prnb(F-stat1st1c) 0.000000
Dependent Variable. LOG{PDRB?) Method· Pooled Least Squares Date. 12102108 Time 02:42 Sample 2002 2006 Included obssrvations 5 Cross-sect1oris included' 1 OJl Total pool (balanced) observanons 520
Lampiran 3. Itasil Penguiian dengan Metode dummy
t Lampiran 4. Hasil Penguuan dengan Menggunakan Metode Variabel Dummy
Oependent Veriable: LOG(PORB?) Method Pooled Least Squares Date· 12/02/08 Time. 02 39 Sample 2002 2006 Included obseivations· 5 Cross-sections 1nclided 104 Total pool (balanced) observations· 520
Variable Coeff1aent Std. Error t·Stat1stic Prob
c 4 781243 1.080195 4.426278 0.0000 01? -2797755 1.642693 ·1 700152 00692 02? .S774868 2.n1907 -3158006 0 0017
LOG(PEM7) 0217009 0.057496 3 774355 00002 LOG(TK?) 0482010 0.064359 7.489442 0.0000
R? -0185143 0 111240 ., 664353 0.096'7 01PEM? 0 195611 OOS8041 1.995197 00466 D1Tl<? ·0040168 0.101395 ..0 396157 06922
D1RPRIK? 0.111665 0.111953 0.997423 0.3190 02PEM? -0.179362 0.111600 -1 607146 0.1086 D2TK? 0.930779 0175952 5289959 0.0000 D2R? OOZ6923 0.130342 0206557 0.8364
R-squa~ 0.438893 Meen <iependent var 15.1$606 M}Ysted R·squared 0426743 S D dependent var 0.885200 S E. Clf regression 0.670224 Akeike info crill'non 2.060396 Sum squared res1d 228.1934 Schwarz criterion 2151l561 Log liketihOod -523.7029 l'~ta11st1c: 36.12305 Durbin-Watson stat 0083$27 !>rob(F-<1itelist1c) 0.000000
87