83
Kode / Nama Rumpun Ilmu : 723 / Pendidikan Ekonomi LAPORAN AKHIR TAHUN HIBAH BERSAING PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN FINANCIAL LITERACY DAN UPAYA MENINGKATKAN AKSES KEUANGAN BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DALAM MENCAPAI KETAHANAN EKONOMI RUMAH TANGGA TIM PENELITI: Umi Widyastuti, S.E., M.E. (NIDN 0011127603) Usep Suhud, Ph.D (NIDN 0012027010) Tahun ke 1 dari Rencana 2 Tahun UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA NOVEMBER 2016

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA NOVEMBER 2016sipeg.unj.ac.id/repository/upload/laporan/... · dampak dari inflasi setelah adanya kenaikan harga BBM, pemerintah menyalurkan BLSM untuk masyarakat

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Kode / Nama Rumpun Ilmu : 723 / Pendidikan Ekonomi

LAPORAN AKHIR TAHUN HIBAH BERSAING

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN FINANCIAL LITERACY DAN UPAYA MENINGKATKAN AKSES KEUANGAN BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH

DALAM MENCAPAI KETAHANAN EKONOMI RUMAH TANGGA

TIM PENELITI: Umi Widyastuti, S.E., M.E. (NIDN 0011127603)

Usep Suhud, Ph.D (NIDN 0012027010)

Tahun ke 1 dari Rencana 2 Tahun

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

NOVEMBER 2016

ii

LEMBAR PENGESAHAN

iii

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pendidikan financial literacy sebagai salah satu cara yang dapat digunakan oleh masyarakat, khususnya yang berpendapatan rendah untuk mengelola keuangan rumah tangganya. Pendidikan financial literacy dilakukan di banyak negara, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang. Di Indonesia, financial literacy sudah banyak juga dilakukan namun dalam skala kecil dan sejauh ini belum ada model yang utuh untuk diimplementasikan. Penelitian ini diajukan untuk jangka waktu 2 tahun.

Pada tahun pertama penelitian ini dibatasi pada melakukan identifikasi perilaku ekonomi pada masyarakat berpendapatan rendah, sebagai informasi untuk mengembangkan model pendidikan financial literacy. Proses identifikasi tersebut akan memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi dan perilaku ekonomi rumah tangga diantaranya pola konsumsi, investasi dan tabungan pada masyarakat berpendapatan rendah yang dapat digunakan untuk mengembangkan draft model pendidikan financial literacy. Tahun pertama, menggunakan mixed methods, dengan menjalankan pendekatan kuantitatif pada tahap awal dan pendekatan kualitatif pada tahap berikutnya.

Pada tahun kedua akan dilakukan penyusunan desain model pendidikan financial literacy yang selanjutnya akan diujicobakan kepada mahasiswa, program studi pendidikan yang melaksanakan praktik keterampilan mengajar di SMA maupun SMK di Jakarta. Melalui model pendidikan financial literacy ini diharapkan masyarakat dengan pendapatan rendah memiliki pola perilaku ekonomi rumah tangga yang lebih baik. Mereka tidak hanya menggunakan uang yang dimilikinya hanya untuk konsumsi semata, melainkan juga untuk keperluan tabungan dan investasi baik dalam hal pendidikan maupun kesehatan. Unsur edukasi dalam model pendidikan financial literacy akan dilakukan pada saat sosialisasi model melalui pelatihan terkait dengan pengelolaan keuangan rumah tangga dilengkapi dengan handout sebagai panduan. Pengembangan model ini diharapkan akan mengarah pada program financial inclusion yang dilakukan oleh pemerintah, yang merupakan suatu upaya guna meningkatkan akses golongan berpendapatan rendah terhadap lembaga keuangan. Upaya kerjasama dengan lembaga keuangan akan dilakukan guna menciptakan saluran-saluran baru akses keuangan dari sumber lain selain sumber keuangan tradisional yang ada. Dengan terciptanya akses keuangan bagi masyarakat berpendapatan rendah maka akan memungkinkan mereka mengembangkan kesempatan investasi melalui Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) atau investasi yang lainnya sehingga dapat membangun ketahanan (sustainability) ekonomi rumah tangga dan kesejahteraan masyarakat akan mengalami peningkatan.

iv

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian

dengan judul “Pengembangan Model Pendidikan Financial Literacy dan Upaya

Meningkatkan Akses Keuangan Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah Untuk

Mencapai Ketahanan Ekonomi Rumah Tangga” merupakan penelitian yang

diikutsertakan dalam penelitian hibah bersaing DIKTI tahun ke satu dari rencana

dua tahun.

Dalam penyelesaian penelitian ini, tim peneliti secara langsung atau tidak

langsung telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada

kesempatan ini tim peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Universitas Negeri Jakarta, selaku tempat diadakannya penelitian ini,

tempat peneliti mengambil data dan melakukan uji coba.

2. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dan mendukung

dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.

3. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Jakarta, yang telah memfasilitasi

peneliti dalam melakukan penelitian ini.

Tim peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih

belum sempurna. Oleh karena itu, tim peneliti mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari berbagai pihak sehingga dapat memberikan manfaat dan

menambah wawasan bagi tim peneliti dan bagi yang membutuhkannya. Semoga

penelitian ini dapat menjadi acuan dan dasar pengetahuan bagi penelitian-

penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

November 2016

Tim Peneliti

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ ii

RINGKASAN ..................................................................................................................... iii

PRAKATA ..........................................................................................................................iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii

BAB I .................................................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang masalah ............................................................................................................ 1

1.2 Permasalahan penelitian .......................................................................................................... 6

BAB II ................................................................................................................................... 8

2.1. Financial literacy (melek keuangan) ......................................................................................... 8

2.2 Theory of Planned Behaviour ................................................................................................... 9

2.3. Motivasi berinvestasi ............................................................................................................. 13

2.4. Model penelitian yang diusulkan dan hipotesis ..................................................................... 15

BAB III ............................................................................................................................... 17

3.1. Manfaat Penelitian ................................................................................................................. 17

3.2. Tujuan penelitian ................................................................................................................... 17

BAB IV ............................................................................................................................... 18

4.1. Diagram Alur Penelitian ......................................................................................................... 18

4.2. Tahap kualitatif ...................................................................................................................... 20

4.3. Tahap kuantitatif ................................................................................................................... 20

4.4. Analisis data ........................................................................................................................... 20

BAB V ................................................................................................................................. 22

5.1. Analisis Deskripsi ................................................................................................................... 22

5.2. Profil....................................................................................................................................... 30

5.2. Exploratory factor analysis ..................................................................................................... 31

5.4. Confirmatory factor analysis.................................................................................................. 33

BAB 6 .................................................................................................................................. 46

BAB 7 .................................................................................................................................. 47

vi

7.1. Kesimpulan ............................................................................................................................ 47

7.2.Saran ....................................................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 48

Lampiran 1 – Publikasi Internasional ............................................................................. 54

Lampiran 2 – Tim peneliti ................................................................................................ 62

Lampiran 3 – Format Surat Pernyataan Ketua Peneliti/Pelaksana ............................. 74

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Alasan-alasan berinvestasi di sejumlah negara ........................................ 13

Tabel 2 Alasan-alasan untuk menabung di Kenya dan Tanzania ......................... 14

Tabel 3. Deskripsi Data Variabel Motivasi ........................................................... 23

Tabel 4. Deskripsi Data Variabel Sikap ................................................................ 24

Tabel 5. Deskripsi Data Variabel Hambatan Menabung ...................................... 25

Tabel 6. Deskripsi Data Intensi Menabung ........................................................... 26

Tabel 7. Deskripsi Data Perceived Behaviour ...................................................... 27

Tabel 8. Deskripsi Data Variabel Perilaku Menabung.......................................... 28

Tabel 9. Deskripsi Data Variabel Norma Subyektif ............................................. 29

Tabel 10. Deskripsi Data Financial Literacy dan Financial Knowledge ............. 30

Tabel 11. Exploratory Factor Analysis ................................................................. 31

Tabel 12. Ringkasan Hasil SEM model yang pertama ......................................... 35

Tabel 13. Ringkasan Hasil SEM Model Kedua .................................................... 37

Tabel 14. Ringkasan Hasil SEM Model Ketiga .................................................... 39

Tabel 15. Ringkasan Hasil SEM Model Keempat ................................................ 41

Tabel 16. Ringkasan Hasil SEM Model Kelima ................................................... 43

Tabel 17. Ringkasan Hasil SEM Model Keenam ................................................. 44

Tabel 18. Ringkasan hasil pengujian SEM Model Ketujuh .................................. 45

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Theory of Planned Behavior menurut Ajzen........................................ 10

Gambar 2 Model Penelitian .................................................................................. 15

Gambar 3 Diagram Alur Penelitian....................................................................... 19

Gambar 4. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #1 ................................... 34

Gambar 5. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #2 ................................... 36

Gambar 6. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #3 ................................... 38

Gambar 7. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #4 ................................... 40

Gambar 8. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #5 ................................... 42

Gambar 9. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #6 ................................... 43

Gambar 10. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #7 ................................. 45

Gambar 11 Rencana luaran tahun 2017 ................................................................ 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Dalam berbagai lapisan masyarakat, setiap rumah tangga tentunya

memiliki pola konsumsi yang berbeda beda. Konsumsi adalah pengeluaran yang

dikeluarkan oleh rumah tangga untuk mendapatkan barang dan jasa, termasuk

makanan, pakaian, jasa hiburan, jasa kesehatan, energi, maupun pertukaran

kepemilikan barang. Studi tentang konsumsi tentang komoditas barang tertentu

sudah banyak dilakukan, antara lain studi khusus tentang pola konsumsi makanan,

buah, sayuran, susu, nutrisi, minuman beralkohol, hingga listrik (Carlson &

Vagero, 1998; Fritzsche, 1981; Li & Rosenblood, 1994; Musaiger, 1993; Popkin,

1994). Pola konsumsi seorang individu, sebuah keluarga, dan satu kelompok

masyarakat, bisa jadi memiliki kekhasan yang berbeda dengan satu individu lain,

dari satu keluarga dengan keluarga lain, dan dari satu kelompok masyarakat

dengan kelompok masyarakat lain. Perbedaan ini, dapat dipengaruhi oleh

sejumlah faktor, antara lain sosio-kultural, faktor demografi, lingkungan, dan

ekonomi (Booth, Mayer, Sallis, & Ritenbaugh, 2001; Musaiger, 1993; Puoane,

Matwa, Bradley, & Hughes, 2006).

Studi tentang pola konsumsi juga sudah banyak dilakukan oleh para

peneliti, misalnya konsumsi beras (Ariani, 2003; Mardianto & Ariani, 2004),

bahan bakar minyak (Hidayat, 2005; Nugroho, 2003), makanan tertentu penyebab

diabetes mellitus (Trisnawati & Setyorogo, 2013), terigu (Sawit, 2003), dan

protein (Ariningsih, 2008; Aritonang, 2004). Berdasarkan hasil penelitian-

penelitian yang pernah dipublikasikan di atas, belum ada yang mengalamatkan

khusus pada masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak mengambil tempat di

perkampungan Ibukota dan juga tidak dilakukan secara holistic yang dihubungkan

dengan akses keuangan, investasi, dan pendidikan melek keuangan (financial

literacy). Penelitian ini, selain akan fokus pada masyarakat berpenghasilan

2

rendah, dan hasilnya akan dihubungkan dengan akses keuangan, investasi, dan

pendidikan melek keuangan.

Salah satu fenomena berkaitan dengan perilaku keuangan pada masyarakat

Indonesia yang memiliki penghasilan rendah ditunjukkan dalam hal penggunaan

dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). BLSM sebagai salah

satu bentuk bantuan yang pernah ada di Indonesia, diberikan untuk mengatasi

dampak dari inflasi setelah adanya kenaikan harga BBM, pemerintah

menyalurkan BLSM untuk masyarakat miskin (Iqbal & Zuraya, 2013). Bantuan

ini diberikan sebanyak dua kali pada tahun 2013 saat pemerintah menaikkan harga

BBM dan memasuki tahun 2014, BLSM sudah tidak diberikan lagi (Iqbal & Ucu,

2013; Oktavianti, 2013). Namun demikian, bantuan serupa kemungkinan akan

selalu ada, selama kemiskinan masih menjadi bagian dari masalah dalam

pemerintahan ini.

Secara umum, tujuan dari pemberian bantuan sementara ini agar

masyarakat miskin tidak menjadi bertambah miskin ketika beberapa faktor terjadi,

misalnya inflasi dan bencana alam (Hermawan, 2013). Jika kemiskinan dibiarkan

dan berlarut, dampaknya akan menjadi beban bagi negara dan masyarakat lain

karena umumnya, kemiskinan sangat berhubungan dengan gizi buruk, penyakit,

pendidikan rendah, dan kriminalitas (Brooks-Gunn & Duncan, 1997; Šileika &

Bekerytė, 2013). Itu mengapa, bantuan tunai dianggap sebagai salah satu solusi

untuk menekan angka kemiskinan yang lebih buruk.

Di sisi lain, ada keprihatinan yang muncul ketika masyarakat penerima

bantuan tunai memanfaatkan uang yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan

yang diharapkan sehingga bagi sebagian dari penerima, bantuan-bantuan tunai

tidak dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Mereka malah menjadi

konsumtif dan aji mumpung. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti,

hal ini ternyata berhubungan dengan pola konsumsi sehari-hari sebelum menerima

bantuan tunai, ditambah dengan gaya konsumsi baru yang mengarah pada gaya

hidup konsumtif.

3

Nina, 36 tahun, adalah salah seorang penerima BLSM. Uang sebesar Rp

300,000 yang ia terima berturut-turut dua kali itu, habis untuk keperluan sehari-

hari. Penghasilannya sebagai buruh cuci, ditambah dengan penghasilan suaminya

sebagai sopir pribadi seorang pegawai kantoran tidak mencukupi kebutuhan,

meskipun anak tunggalnya pun mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta berupa Kartu Jakarta Pintar (KJP). Contoh lain, Sunarti, 54 tahun. Ibu

empat orang anak ini pun mendapatkan BLSM dan dua orang anaknya yang masih

bersekolah dasar juga mendapat KJP. Sunarti tidak menghabiskan uang tunai yang

diterimanya untuk keperluan sehari-hari. Hal yang mengagumkan, ia jadikan

bantuan tersebut untuk modal usaha. Di depan rumah setengah tembok setengah

kayu-nya, ia berjualan nasi dan lauk pauk. Pintarnya, di saat orang lain di

lingkungannya berjualan produk yang sama di pagi hari, Sunarti memilih siang

hingga malam hari. Dampaknya, dia tak punya pesaing sehingga usahanya terlihat

banyak pelanggan.

Dari dua ilustrasi di atas, terlihat contoh pola konsumsi keluarga yang

berbeda. Keluarga pertama menghabiskan seluruh pendapatannya untuk

konsumsi, sedangkan keluarga kedua menyisihkan sebagian pendapatannya untuk

tujuan lain, yaitu berwirausaha. Memang tidak bisa sederhana ini menghakimi

pola konsumsi seseorang atau suatu keluarga karena pasti ada faktor-faktor lain

yang mempengaruhi. Misalnya, Nina dan suaminya setiap bulan harus membayar

kontrakan, sedangkan Sunarti tidak perlu. Nina hanya memiliki satu anak,

sedangkan Sunarti memiliki empat orang anak. Nina berpendidikan hingga SMP,

sedangkan Sunarti hanya setingkat SD. Meskipun banyak perbedaan, kedua

perempuan yang tinggal di sebuah kampung ibukota itu memiliki satu persamaan:

belum pernah mendapatkan pendidikan melek keuangan (financial literacy).

Menurut (Sherman, 2011), secara umum, masyarakat berpenghasilan

rendah memiliki tingkat financial literacy yang rendah. Dengan pendapatan yang

diperolehnya, masyarakat umumnya akan mengalokasikan pendapatan tersebut

untuk berbagai keperluan diantaranya untuk konsumsi, investasi dan sebagian

lainnya untuk tabungan. Seseorang perlu memiliki tingkat financial literacy yang

4

baik agar dapat mengelola keuangannya dengan baik. Hasil penelitian (Byrne,

2007) yang dikutip oleh (Rosaline, 2014) menunjukkan bahwa pengetahuan

keuangan yang rendah akan menyebabkan pembuatan rencana keuangan yang

salah dan menyebabkan bias dalam pencapaian kesejahteraan disaat usia tidak

produktif lagi. Sebaliknya dengan tingkat financial literacy yang tinggi, seorang

ibu rumah tangga diharapkan lebih dapat memperkirakan berapa persen dari

pendapatan yang dialokasikan untuk konsumsi, tabungan dan investasi.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang dimaksud dengan financial

literacy adalah rangkaian proses untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge),

ketrampilan (skill) dan keyakinan (confidence) konsumen dan masyarakat luas

sehingga mereka mampu mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia yang dilakukan pada

tahun 2013, diketahui bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia

adalah sebesar 21,8 persen dengan tingkat penggunaan produk dan jasa keuangan

(inklusi) sebesar 59,7 persen. Inklusi merujuk pada pengetahuan mereka terhadap

lebih dari satu produk keuangan. Adapun indeks literasi masyarakat

berpenghasilan rendah adalah sebesar 18,71 persen. Angka indeks tersebut

mencerminkan bahwa kurang dari separuh masyarakat Indonesia belum

mengakses produk dan jasa keuangan. Terdapat berbagai alasan yang

menyebabkan masyarakat belum dapat mengakses produk dan jasa keuangan,

diantaranya rendahnya informasi yang dimiliki masyarakat terkait produk dan jasa

keuangan sehingga masyarakat belum memahami manfaat dari produk dan jasa

keuangan, terbatasnya produk dan jasa keuangan yang terjangkau bagi seluruh

lapisan masyarakat serta kondisi demografi Indonesia yang merupakan

negara kepulauan sehingga diperlukan infrastruktur yang baik agar dapat

menjangkau masyarakat sampai ke pelosok Indonesia. Berangkat dari kondisi

tersebut diperlukan berbagai upaya yang komprehensif dan sistematis

untuk meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan di Indonesia. Inklusi

keuangan merupakan seluruh upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk

5

hambatan yang bersifat harga maupun non-harga, terhadap akses masyarakat

dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan.

Secara teori, jasa-jasa lembaga keuangan – perbankan, koperasi, asuransi,

dana pension, modal ventura, leasing, pegadaian, pasar uang – terbuka lebar untuk

semua kalangan, masyarakat berpenghasilan tinggi hingga masyarakat

berpenghasilan rendah. Menurut pengamatan penulis, pada kenyataannya,

masyarakat berpenghasilan rendah tidak optimal memanfaatkan jasa-jasa

keuangan yang disediakan oleh lembaga-lembaga keuangan (Departemen

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, 2014). Berarti, ada faktor-faktor

yang menjadi penghalang mengapa masyarakat berpenghasilan rendah tidak

optimal memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan, baik bank maupun bukan

bank. Dalam hal ini, penulis menemukan sangat terbatasnya penelitian yang

mendokumentasikan mengenai faktor-faktor yang menjadi halangan masyarakat

berpendapatan rendah untuk mengakses jasa-jasa keuangan dari lembaga-lembaga

keuangan, baik yang mengambil tempat di Indonesia maupun di luar Indonesia.

Untuk mendorong masyarakat berpenghasilan rendah memanfaatkan

lembaga-lembaga keuangan, saat ini OJK, pemerintah pusat dan pemerintah

daerah menerapkan beberapa strategi. Misalnya Pemerintah Provinsi DKI

menggunakan jasa Bank DKI untuk mendistribusikan uang kepada anak-anak dari

keluarga berpenghasilan rendah penerima beasiswa Kartu Jakarta Pintar (KJP).

Contoh lain, ketika Susilo Bambang Yodhoyono dan Jusuf Kalla yang terinspirasi

oleh program pemberian bantuan langsung kepada masyarakat berpenghasilan

rendah di Brazil, memberikan bantuan serupa yang didistribusikan melalui PT Pos

Indonesia. Pos Indonesia, dalam operasionalnya, selain fokus pada pengiriman

barang tapi juga melayani pengiriman dan penyimpanan uang.

Dan sebagai upaya untuk mengatasi tingkat financial literacy yang rendah,

banyak negara kemudian mengedepankan pendidikan financial literacy, misalnya

Australia, Brazil, Republik Czech, Ghana, India, Irlandia, Jepang, Malaysia,

Belanda, New Zealand, Portugal, Slovenia, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat

6

(Grifoni & Messy, 2012). Sedangkan Indonesia, menurut Grifoni dan Messy

(2012) hingga saat ini masih belum juga mengimplementasikan financial literacy.

Padahal banyak sekali keuntungan dari penyelenggaraan financial literacy.

Sejumlah peneliti berhasil menunjukkan keuntungan dari financial literacy

bagi masyarakat, antara lain:

a. Saat menghadapi krisis ekonomi, masyarakat dapat dengan bijak membuat

keputusan tentang hal-hal yang berhubungan dengan meminjam dan/atau

menabung (Klapper, Lusardi, & Panos, 2011);

b. Mempengaruhi individu dan keluarga setiap harinya dalam perencanaan

keuangan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk untuk

kepemilikan rumah, pendidikan tinggi, atau masa pensiun (Lusardi &

Mitchell, 2009, 2011b);

c. Pendidikan melek keuangan dapat merubah perilaku investasi, keuangan, dan

konsumsi (Carlin & Robinson, 2012);

d. Mengurangi materialisme (Stone, Wier, & Bryant, 2008); Semakin tinggi

tingkat financial literacy seseorang, akan semakin pandai orang itu mengatasi

kesulitan keuangan (Idris, Krishnan, & Azmi, 2013); dan

e. Dalam jangka panjang, seseorang yang memperoleh pendidikan financial

literacy dapat memperbaiki pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen

keuangan mereka (Meraz, Petersen, Marczak, Brown, & Rajasekar, 2013).

1.2 Permasalahan penelitian

Beberapa permasalahan yang diangkat oleh penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pola konsumsi masyarakat berpenghasilan rendah?

b. Bagaimana akses keuangan masyarakat berpenghasilan rendah?

c. Investasi

a) Bagaimana sikap masyarakat berpenghasilan rendah terhadap aktivitas

yang berhubungan dengan investasi?

b) Bagi yang melakukan investasi, bentuk-bentuk investasi seperti apa saja

yang mereka lakukan?

7

c) Bagi yang melakukan investasi, hal-hal apa saja yang memotivasi

masyarakat berpenghasilan rendah untuk berinvestasi?

d) Bagi yang tidak melakukan investasi, hal-hal apa saja yang menghalangi

masyarakat berpenghasilan rendah untuk berinvestasi?

d. Financial literacy

a) Bagaimana sikap masyarakat berpenghasilan rendah terhadap financial

literacy?

b) Bagaimana merancang model pendidikan financial literacy bagi

masyarakat berpenghasilan rendah penerima bantuan langsung

pemerintah?

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Financial literacy (melek keuangan)

Bagi masyarakat modern, financial literacy dianggap sangat penting agar setiap

individu dalam masyarakat dapat mengambil keputusan yang berhubungan

dengan keuangan dengan baik, hingga terhindar dari resiko merugikan diri sendiri

maupun orang lain (Cameron, Calderwood, Cox, Lim, & Yamaoka, 2013).

Individual financial literacy didefinisikan sebagai:

The ability to read, analyse, manage and write about the personal financial conditions that affect material well-being. It includes the ability to discern financial choices, discuss money and financial isses without (or despite_ discomfort, plan for the future, and respond competently to life events that affect every day financial decision, including events in the general economy (Vitt, 2005, p. 7).

Untuk mendapatkan pengetahuan yang layak mengenai keuangan, pendidikan

keuangan perlu dirancang dan diperkenalkan kepada masyarakat. Pendidikan

keuangan, oleh OECD (2005, p. 26) didefinisikan sebagai:

The process by which financial consumers/investors improve their understanding of financial products and concepts and, through information, instruction and/or objective advice, develop the skills and confidence to become more aware of financial risks and opportunities, to make informed choices, to know where to go for help, and to take other effective actions to improve their financial well-being.

Program pendidikan financial literacy umumnya menawarkan pengetahuan dan

keterampilan yang berhubungan dengan tabungan dan kredit (Braunstein &

Welch, 2002). Kegiatan ini, sudah sepuluh tahun terakhir mendapatkan perhatian

dari banyak pemerintah, organisasi internasional, LSM, maupun peneliti di luar

negeri baik di negara-negara maju, maupun negara-negara berkembang (Grifoni &

Messy, 2012).

Sherman (2011), Nidar dan Bestari (2012), dan Bauhoff, Carman, dan

Wuppermann (2013) berpendapat bahwa secara umum tingkat financial literacy

individu rendah. Untuk itu, pendidikan macam ini sangat dibutuhkan dan

9

diberlakukan secara nasional. Diakui oleh Cole, Sampson, dan Zia (2009) bahwa

pendidikan financial literacy dapat mendorong masyarakat untuk membuka akun

di bank jika mereka memperoleh subsidi pembayaran. Hal ini sebetulnya tepat

sekali dengan kondisi di Indonesia, di mana masyarakat berpenghasilan rendah

menerima bantuan tunai pemerintah.

Telah disebutkan oleh peneliti pada bagian awal dari proposal ini, bahwa

sejumlah negara telah menyelenggarakan pendidikan financial literacy sebagai

strategi nasional. Sejumlah penelitian yang mempelajari berbagai faktor yang

mempengaruhi tingkat financial literacy masyarakat telah dipublikasikan pula.

Tabel di bawah mengindikasikan dokumen penelitian yang berhubungan dengan

projek penelitian yang sedang peneliti lakukan, di antaranya yang berkaitan

dengan ras, jender, dan masyarakat berpendapatan rendah, antara lain:

- Financial literacy dan ras (Lusardi & Mitchell, 2011a) dan Murphy (2005);

- Financial literacy dalam persepektif jender (Chen & Volpe, 2002; Falahati,

Paim, Ismail, & Haron, 2011; Mullen & Johnson, 1990; Wagland & Taylor,

2009);

- Financial literacy untuk masyarakat berpenghasilan rendah (Anderson, Zhan,

& Scott, 2004; Jacob, Hudson, & Bush, 2000; Servon & Kaestner, 2008;

Zhan, Anderson, & Scott, 2006).

2.2 Theory of Planned Behaviour

Sejumlah peneliti telah mengaplikasikan theory of planned behaviour yang

digunakan untuk mengukur intensi Ajzen (1991) dalam Rebecca (2010)

menyatakan bahwa Theory of Planned Behavior (TPB) digunakan sebagai

prediktor dalam mengukur intensi seseorang, yang pada awalnya intensi tersebut

ditentukan oleh sikap, norma subyetif dan kontrol perilaku. Selanjutnya intensi

seseorang terhadap perilaku tertentu akan menentukan apakah dia akan melakukan

perilaku tersebut atau tidak.

10

Gambar 1 Theory of Planned Behavior menurut Ajzen.

Sikap

Menurut Fishbein & Azjen, (dalam Elis 2011) sikap merupakan salah satu

komponen dalam intensi terhadap perilaku tertentu. Sikap atau attitude merupakan

suatu faktor yang ada dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan

respon dengan cara konsisten yaitu suka atau tidak suka pada penilaian terhadap

suatu yang diberikan. Salah satu pemahaman sikap yang juga penting adalah

bahwa sikap terdiri dari tiga komponen yang dikenal dengan trilogi sikap, yaitu

sikap terdiri dari afektif, kognitif dan konatif. Afektif berarti perasaan atau

penilaian tertentu seseorang baik terhadap suatu objek, orang, isu maupun

kejadian. Kognitif terdiri dari pengetahuan, opini, dan kepercayaan terhadap suatu

objek. Sedangkan komponen konatif merupakan bentuk perasaan dan evaluatif.

Sikap dalam teori ini memiliki dua aspek pokok, yaitu: kepercayaan perilaku dan

evaluasi. Kepercayaan perilaku adalah keyakinan individu bahwa menampilkan

atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau

hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek

sikap dapat pula berupa opini individu hal yang belum tentu sesuai dengan

kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap

maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek sikap tersebut,

demikian pula sebaliknya. Evaluasi adalah penilaian seseorang terhadap hasil-

hasil yang dimunculkan dari suatu perilaku. Evaluasi akan berakibat pada perilaku

11

penilaian yang diberikan individu terhadap tiap-tiap akibat atau hasil yang

diperoleh oleh individu. Apabila menampilkan atau tidak menampilkan perilaku

tertentu, evaluasi atau penilaian ini dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.

Norma Subjektif

Menurut Fishbein & Azjen, (dalam Elis 2011) komponen intensi lainnya dalam

intensi terhadap perilaku tertentu adalah norma subjektif. Norma subjektif adalah

persepsi seseorang terhadap pikiran pihak-pihak yang dianggap berperan dan

memiliki harapan kepadanya untuk melakukan sesuatu dan sejauh mana keinginan

untuk memenuhi harapan tersebut. Konsep norma subjektif merupakan

representasi dari tuntutan atau tekanan lingkungan yang dihayati individu dan

menunjukkan keyakinan individu atas adanya persetujuan atau tidak dari figur-

figur sosial jika ia melakukan suatu perbuatan. Orang lain atau figur sosial dalam

norma subjektif yang dimaksud biasanya ialah significant other bagi orang yang

bersangkutan. Figur-figur sosial yang penting bisa saja termasuk di dalamnya

orang tua, teman dekat, suami atau istri, rekan kerja (Wijaya 2007 dalam Elis

2011).

Norma subjektif dibentuk oleh dua aspek, yakni keyakinan normatif dan motivasi

untuk memenuhi tuntunan lingkungan. Keyakinan normatif merupakan pandangan

pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk

menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Sementara itu, motivasi

untuk memenuhi tuntunan lingkungan merupakan kesediaan individu untuk

melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak lain yang

dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus menampilkan perilaku

tertentu (Elis, 2011).

Kontrol Perilaku

Menurut Ajzen (dalam Elis, 2011) komponen ketiga dalam intensi adalah kontrol

perilaku. Kontrol perilaku ini merupakan suatu acuan adanya kesulitan atau

kemudahan yang ditemui seseorang dalam berperilaku tertentu. Kontrol perilaku

berperan dalam Theory of Planned Behavior dalam dua cara yaitu secara langsung

12

dan tidak langsung berdasarkan kontrol-kontrol yang ada pada diri seseorang.

Kontrol perilaku berperan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku yaitu

melalui intensi terhadap perilaku. Selain itu, kontrol perilaku juga bisa secara

langsung mempengaruhi perilaku tersebut.

Intensi

Perilaku seseorang dapat diprediksi melalui pengukuran sikapnya terhadap suatu

objek tertentu. Pendekatan ini dapat dijembatani dengan melihat intensi untuk

menampilkan perilaku tertentu dalam diri seseorang. Intensi secara harfiah

bermakna niat. Menurut Conner & Armitage (dalam Lorz, 2008) intensi (niat)

merupakan motivasi seseorang untuk membuat suatu usaha menjadi tindakan

berdasarkan rencana yang disadari atau keputusan. (Intentions represent "a

person`s motivation to make an effort to act upon a conscious plan or decisions).

Sedangkan, menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Elis, 2011) mendefinisikan

intensi atau niat ini sebagai kemungkinan subjektif (subjective probability)

individu untuk berperilaku tertentu. Intensi merupakan dimensi probabilitas lokasi

subjektif seseorang yang menghubungkan antara dirinya dengan suatu tindakan

tertentu. Dengan kata lain, intensi merupakan besarnya dimensi probabilitas

subjektif seseorang yang akan ditampilkan dalam bentuk perilaku tertentu. Intensi

dipandang sebagai ubahan yang paling dekat dari individu untuk melakukan

perilaku, maka dengan demikian intensi dapat dipandang sebagai hal yang khusus

dari keyakinan yang obyeknya selalu individu dan atribusinya selalu perilaku.

Menurut Ajzen (1988) pembentukan intensi pada diri seseorang terikat dalam

suatu perilaku tertentu. Intensi terbentuk dalam rangka memenuhi faktor-faktor

kebutuhan yang memiliki dampak pada perilaku. Intensi juga menandakan

bagaimana upaya seseorang bertekad untuk mencoba dan berencana untuk

menampilkan perilaku tertentu.

Santoso (1995) beranggapan bahwa intensi adalah hal-hal yang diasumsikan dapat

menjelaskan faktor-faktor motivasi serta berdampak kuat pada tingkah laku. Hal

ini mengindikasikan seberapa keras seseorang berusaha dan seberapa banyak

usaha yang dilakukan agar perilaku yang diinginkan dapat dilakukan. Jika sikap

13

positif dan individu terdorong untuk berbuat sesuai harapan lingkungan untuk

melakukan suatu perbuatan, ditambah individu melihat bahwa tidak ada hambatan

baginya untuk berperilaku maka kemungkinan munculnya perilaku tinggi. Dengan

kata lain, niatnya besar. Bila sikap negatif, individu tidak mau menentang harapan

lingkungan padanya, dan individu merasa tidak akan mampu melakukan suatu

perbuatan, maka niat menjadi lemah, yang ini berarti kemungkinan dia

berperilakupun rendah (Wijaya 2007).

2.3. Motivasi berinvestasi

Ellis, Lemma, dan Rud (2010) menyebutkan alasan-alasan untuk berinvestasi

seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1 Alasan-alasan berinvestasi di sejumlah negara

Kenya Tanzania Agricultural improvements � - To buy agricultural implement � � To buy agricultural inputs � � To start a new business � � To invest in someone else’s business � � To expand own business � � For education � � To buy fishing equipment � � To purchase shares/stocks/bond/T bills � � To buy a building/house to rent out � � To purchase livestock � � For family activities - � Sumber: Ellis, Lemma, dan Rud, 2010

Ada ragam bentuk investasi, salah satunya adalah menabung. Ellis, Lemma, dan

Rud (2010) mengidentifikasi alasan-alasan untuk menabung bagi masyarakat di

Kenya dan Tanzania.

14

Tabel 2 Alasan-alasan untuk menabung di Kenya dan Tanzania

Kenya Tanzania For meeting household needs � � For an emergency � � For social reasons � � For personal reasons � - To improve a house � � Acquire household goods � � To buy a car of motorbike � � To leave something to your children � � For meeting day to day expenses � - For old age � � To pay off own debts � � To repay for someone else � � To buy a house for your family to live in � - Purchase a building or house � � Personal purchases � Purchase land � � To buy jewellery - � To increase bank balance to get bigger loans

- �

Sumber: Ellis, Lemma, dan Rud, 2010

15

2.4. Model penelitian yang diusulkan dan hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka yang penulis lakukan, penulis membuat model

penelitian seperti yang tercantum di bawah, yang akan diuji pada tahap

kuantitatif. Namun demikian, model ini akan dipecah-pecah menjadi beberapa

model yang lebih sederhana.

Gambar 2 Model Penelitian

Berikut adalah hipotesis yang dapat dibentuk dari model penelitian di atas:

a) Motivasi akan mempengaruhi sikap terhadap perilaku menabung

b) Halangan untuk menabung akan mempengaruhi sikap terhadap perilaku

menabung

c) Melek keuangan akan mempengaruh sikap terhadap perilaku menabung

d) Melek keuangan akan mempengaruh intensi untuk menabung

e) Melek keuangan akan mempengaruh perilaku menabung

f) Sikap terhadap perilaku menabung akan mempengaruhi intensi untuk

menabung

16

g) Norma subjektif akan mempengaruhi sikap terhadap perilaku

h) Norma subjektif akan mempengaruhi intensi untuk menabung

i) Perilaku control perilaku akan mempengaruhi intensi untuk menabung

j) Intensi menabung akan mempengaruhi perilaku menabung

17

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Manfaat Penelitian

Pada tahun pertama penelitian ini dibatasi pada melakukan identifikasi

perilaku ekonomi pada masyarakat berpendapatan rendah, sebagai informasi

untuk mengembangkan model pendidikan financial literacy. Proses identifikasi

tersebut akan memberikan informasi tentang pola konsumsi, investasi dan

tabungan pada masyarakat berpendapatan rendah yang dapat digunakan untuk

mengembangkan draft model pendidikan financial literacy.

Pada tahun kedua akan dilakukan penyusunan desain model pendidikan

financial literacy yang selanjutnya akan diujicobakan kepada salah satu

masyarakat berpendapatan rendah di Jakarta. Unsur edukasi dalam model

pendidikan financial literacy akan dilakukan pada saat sosialisasi model melalui

pelatihan terkait dengan pengelolaan keuangan rumah tangga dilengkapi dengan

handout sebagai panduan.

3.2. Tujuan penelitian

Penelitian ini memiliki setidaknya dua tujuan utama, yaitu untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ekonomi rumah tangga bagi

masyarakat berpenghasilan rendah dan bagaimana mendesain model penelitian

financial literacy bagi kelompok masyarakat tersebut.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan khusus ini mencakup beberapa hal:

a. Menghasilkan model pendidikan financial literacy.

b. Melakukan publikasi ilmiah terkait model pendidikan financial literacy yang

dihasilkan.

18

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan mixed-methods dengan

pertimbangan, yaitu: kurangnya literature yang berhubungan dengan pendidikan

financial literacy untuk masyarakat berpendapatan rendah, dan terutama yang

berlatar belakang penelitian di Indonesia. Peneliti merasa perlu memahami lebih

dalam tentang persoalan yang diteliti dan penggunaan mixed-methods dapat

membantu mencapai tujuan ini. Desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sequential exploratory yaitu penelitian yang mengumpulkan

dan menganalisis data kuantitatif terlebih dahulu selanjutnya mengumpulkan dan

menganalisis data kualitatif yang sedianya akan dilakukan pada tahun kedua.

4.1. Diagram Alur Penelitian

Penelitian ini direncanakan untuk periode dua tahun, dengan perencanaan bahwa

pada tahun pertama akan dilakukan eksplorasi tentang bagaimana pola konsumsi

masyarakat berpenghasilan rendah; Apakah masyarakat berpenghasilan rendah

melakukan investasi atas uang yang mereka miliki; Jika masyarakat melakukan

investasi, apa saja jenis investasi yang mereka lakukan; Jika masyarakat

melakukan investasi, apa saja yang menjadi motivasi mereka untuk berinvestasi;

Jika masyarakat tidak melakukan investasi, apa saja kendala yang mereka hadapi

untuk berinvestasi; Bagaimana sikap masyarakat berpenghasilan rendah terhadap

investasi.

Selanjutnya, penelitian akan diarahkan untuk memformulasikan temuan

pada penelitian tahap pertama yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan

menganalisis dengan pendekatan kualitatis berdasarkan studi pustaka.

Diharapkan, temuan dari kedua studi tersebut, peneliti akan mendapatkan

informasi yang cukup untuk mendesain model pendidikan financial literacy,

khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah .

19

Untuk tahun kedua (lihat gambar 3), peneliti akan fokus pada desain

model pendidikan financial literacy. Model ini akan diujicobakan kepada satu

komunitas masyarakat berpenghasilan rendah di salah satu wilayah di DKI

Jakarta. Setelah ujicoba, sebuah triangulasi data akan dilakukan dengan

melibatkan sejumlah pakar di bidang financial literacy, kurikulum, dan pola

konsumsi. Pembuatan desain model dan ujicoba model akan diikuti dengan

sebuah action research untuk mengetahui apakah model dan ujicoba model sudah

benar dijalankan atau masih diperlukan perbaikan (McNiff & Whitehead, 2009).

Gambar 3 Diagram Alur Penelitian

Setiap tahun, setidaknya ada dua publikasi ilmiah yang direncanakan

untuk hasil dari penelitian ini. Tahun pertama telah menghasilkan publikasi pada

jurnal internasional yaitu Mediterannean Journal of Social Science, MCSER

Publishing, Rome-Italy. Publikasi kedua rencananya akan berupa pengiriman

jurnal pada Annals of Finance. Tahun kedua, paper ketiga akan dipresentasikan

Tahun 1

Mengidentifikasi: Uji Coba Model:

Tahun 2

Draft model pendidikan financial literacy

1. Pengembangan draft model pendidikan financial literacy

2. Penyusunan modul financial literacy

3. Uji coba model financial literacy (pilot test) disertai dengan pemberian pelatihan financial literacy

4. Uji Validasi model 5. Melakukan review hasil uji

coba. dilengkapi dengan triangulasi data untuk mereviai model pendidikan financial literacy

6. Penyempurnaan model pendidikan financial literacy berdasarkan justifikasi ahli

7. Penulisan paper 8. Memberikan saran dan

masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini

1. Pengumpulan data baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif terkait identifikasi mengenai sikap, motivasi dan hambatan berinvestasi, serta financial literacy

2. Analisis data kualitatif dan kuantitatif

3. Merancang draft model pendidikan financial literacy.

4. Penulisan paper

1. Model Pendidikan Financial Literacy

2. Modul untuk pendidikan financial literacy

Publikasi

Publikasi

Luaran: Luaran:

1. Konferensi internasional

2. Jurnal internasional terindeks

- Konferensi internasional

- Jurnal internasional terindeks

20

pada Helsinki Finance Summit dan paper keempat akan diterbitkan pada Annals of

Economic and Finance.

4.2. Tahap kualitatif

Penelitian akan dilakukan di lima wilayah DKI Jakarta – Jakarta Pusat, Jakarta

Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Untuk itu, peneliti akan

menggunakan teknik cluster sampling (Onwuegbuzie & Collins, 2007) hingga

akan mendapatkan keterwakilan untuk setiap wilayah ini. Sampel akan dipilih

secara convenience (Castillo, 2009), tergantung dari kesediaan dan ketersediaan

sampel yang ditemui saat pengumpulan data berlangsung. Minimal 10 responden

atau bilamana dirasa cukup informasi yang didapat, untuk setiap wilayah

diharapkan dapat terlibat dalam face-to-face interviews.

Teknik face-to-face interviews digunakan dengan harapan bahwa peneliti

dapat memiliki jawaban yang lebih terbuka (Marin & Marln, 1989) dari sampel

karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, bagi sebagian orang mungkin dapat

dianggap sebagai ‘rahasia dapur’. Untuk itu, peneliti menghindari penggunaan

focus groups dalam hal ini (Gibbs, 1997).

4.3. Tahap kuantitatif

Untuk tahap kuantitatif, pengumpulan data akan dilakukan di lima wilayah

di DKI Jakarta. Peneliti mengharapkan minimal 200 sampel dapat berpartisipasi

dalam pengisian kuisioner mengenai pola konsumsi, investasi, akses keuangan

dan financial literacy, sesuai yang dikemukakan oleh Holmes-Smith (2010) agar

data dapat dengan layak diolah dengan menggunakan Structural Equation

Modelling. Berdasarkan pertimbangan peneliti, populasi rumah tangga

berpendapatan rendah diproksi melalui seluruh mahasiswa program studi

pendidikan pada Fakultas Ekonomi, UNJ yang menerima beasiswa. Hal ini

dilakukan mengingat mahasiswa yang memperoleh beasiswa merupakan

mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah.

4.4. Analisis data Data dianalisis melalui dua tahap. Tahap pertama adalah exploratory factor

21

analysis untuk membangun beberapa dimensi bila ada dan mempertahankan

indikator yang memiliki factor loading lebih dari 0.4. Mengingat factor loading

yang disyaratkan adalah sedikitnya bernilai 0.4, maka jumlah responden yang

dibutuhkan sebanyak 200 atau lebih. (Hair Jr., Black, Babin, Anderson, &

Tatham, 2006). Tahap berikutnya adalah melakukan uji reliabilitas. Dalam

penelitian ini, hanya konstruk dengan skor 0.7 atau lebih yang selanjutnya akan

dimasukkan dalam analisis berikutnya. (Hair Jr. et al., 2006).

Tahap kedua adalah confirmatory factor analysis untuk mengukur model

penelitian yang diajukan. Model penelitian yang paling tepat dan yang akan

dipertimbangkan adalah model dengan nilai probabilitas lebih dari 0.05

(Schermelleh-Engel, Moosbrugger, & Müller, 2003), nilai CMIN/DF ≤ 2

(Tabachnick & Fidell, 2007), CFI of ≥ 0.97 (Hu & Bentler, 1995), dan RMSEA

≤ 0.05 (Hu & Bentler, 1999).

22

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Analisis Deskripsi

Berdasarkan data yang diperoleh dari kuisioner maka berikut ini dijelaskan

deskripsi data untuk masing-masing variabel.

5.1.1. Motivasi

Variabel motivasi diukur dengan menggunakan 16 pernyataan dengan

menggunakan skala Likert 1 – 7. Tabel 3 menggambarkan jawaban dari 212

responden. Untuk pernyataan M9 yang berisi tentang “menabung untuk

pengeluaran tidak terduga”, diketahui bahwa penilaian tertinggi yang diberikan

responden adalah 7, sedangkan penilaian terendahnya adalah 3. Rata-rata jawaban

responden untuk pernyataan tersebut adalah 6.40. Artinya rata-rata responden

setuju bahwa motivasi untuk menabung karena adanya pengeluaran tidak terduga.

Disamping itu, responden juga menyatakan setuju bahwa motivasi menabung

lainnya adalah untuk keamanan demi usia tua. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

rata-rata 6,30 pada pernyataan M12. Rata-rata responden juga menyatakan setuju

bahwa menabung agar merasa aman, ditunjukkan dengan nilai rata-rata 6.25 pada

M10. Rasa aman juga terkait dengan masa depan anak-anak. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai rata-rata pada M11 sebesar 6.15.

Selanjutnya, responden memberikan penilaian setuju untuk motivasi dalam

menabung yang disebabkan karena berbagai hal lain. Hal ini ditunjukkan dalam

pernyataan M3, M4, M6, M8, M14, M 15 dan M16. Berbagai alasan yang

mendorong orang untuk menabung diantaranya seperti menabung untuk biaya

kuliah; untuk membeli rumah/tanah; untuk pengobatan; untuk liburan; untuk

modal usaha; untuk pengobatan orang tua dan untuk tujuan lain. Nilai rata-rata

untuk masing-masing pernyataan disajikan dalam table 3. Hal ini diperkuat

dengan rata-rata jawaban pada pernyataan M13 bahwa menabung disebabkan

karena adanya tujuan khusus.

23

Tabel 3. Deskripsi Data Variabel Motivasi

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

M9 212 3 7 6.40 .889 M12 212 1 7 6.30 1.050 M10 212 2 7 6.25 .959

M11 212 1 7 6.15 1.157 M14 212 1 7 5.73 1.231 M15 212 1 7 5.67 1.388 M8 212 1 7 5.62 1.421 M3 212 1 7 5.38 1.499 M4 212 1 7 5.24 1.604 M16 212 1 7 5.21 1.320 M6 212 1 7 5.21 1.545 M1 212 1 7 4.90 1.616 M7 212 1 7 4.67 1.574 M5 212 1 7 4.65 1.783 M2 212 1 7 4.55 1.704 M13 212 1 7 2.74 1.789

Valid N (listwise) 212 Sumber: data primer diolah, 2016

Sementara itu, beberapa pernyataan yang menjelaskan motivasi menabung

adalah untuk konsumsi sehari-hari, untuk biaya reguler (listrik, sewa, cicilan dan

asuransi), untuk renovasi rumah, untuk rehabilitasi medis dinilai antara 1 sebagai

nilai terendah dan 7 sebagai nilai tertinggi. Namun secara rata-rata penilaian

responden berada pada skala dibawah 5. Artinya ada kecenderungan responden

menabung bukan untuk alasan yang disebutkan di pernyataan M1, M7, M5, dan

M2; yang bila ditelisik dalam pernyataannya dapat diartikan bawa orang

menabung bukan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan tertier (seperti

renovasi rumah). Dengan demikian, kecenderungan orang menabung setelah

mereka memenuhi kebutuhan pokoknya, dan motivasi menabung lebih banyak

yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan sekunder. Sedangkan kebutuhan

tertier bukan merupakan satu dorongan yang membuat mereka mau menabung.

24

5.1.2. Sikap

Variabel sikap diukur dengan menggunakan 7 pernyataan dengan

menggunakan skala Likert 1 – 7. Tabel 4 menggambarkan jawaban responden

terhadap sikap mereka tentang menabung. Rata-rata responden menyatakan setuju

terhadap pernyataan tentang sikap mereka tentang menabung. Berdasarkan

penilaian responden diketahui bahwa beberapa sikap responden tentang menabung

antara lain: menabung membuat mereka menjadi orang yang lebih baik;

memberikan rasa aman pada mereka; menabung berhubungan dengan cara

pengelolaan uang; menabung berarti kikir; dan menabung terutama ditujukan bagi

orang yang miskin.

Tabel 4. Deskripsi Data Variabel Sikap

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

A3 212 1 7 6.80 .675 A1 212 3 7 6.51 .788 A7 212 1 7 6.49 1.005 A5 212 1 7 6.32 .953 A4 212 2 7 6.22 .999 A2 212 1 7 4.80 1.533 A6 212 1 7 3.23 1.593

Valid N (listwise) 212 Sumber: data primer diolah, 2016

Namun demikian, rata-rata responden tidak setuju pada pernyataan yang

menilai menabung adalah pengorbanan (pernyataan A6). Bila dikaitkan dengan

pola hidup orang kebanyakan, responden cenderung setuju bahwa menabung saat

ini sudah menjadi trend bagi masyarakat (pernyataan A2).

5.1.3. Hambatan Menabung

Hambatan menabung salah satunya muncul karena anggapan bahwa responden

merasa mampu memenuhi kebutuhan setiap bulannya secara layak. Berdasarkan

data yang diperoleh diketahui bahwa hambatan menabung bukan disebabkan

karena ketidakpahaman dan ketidaktahuan dalam berbagai hal. Diantaranya

adalah tidak paham bagaimana merencanakan tabungan; ketidaktahuan dalam

25

memulai membuat benteng agar terhindar dari hal-hal tidak terduga; tidak

memiliki pengetahuan untuk menyimpan uang secara teratur; dan bukan

disebabkan karena tidak memiliki uang yang cukup untuk ditabung.

Tabel 5. Deskripsi Data Variabel Hambatan Menabung

Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

B6 212 1 7 5.17 1.330 B2 212 1 7 3.71 1.666 B1 212 1 7 3.37 1.498 B7 212 1 7 3.27 1.667 B4 212 1 7 3.22 1.772 B3 212 1 7 2.91 1.599 B5 212 1 7 2.46 1.293

Valid N (listwise) 212 Sumber: data primer diolah, 2016

5.1.4. Intensi menabung

Beberapa alasan responden yang mengakibatkan kurangnya minat

seseorang untuk menabung antara lain karena anggapan negatif bahwa menabung

itu tidak perlu, bahkan dalam waktu dekat ini juga tidak perlu dilakukan; serta

menabung itu membosankan. Namun ada anggapan positif yang mengarah pada

minat menabung diantaranya adalah: bersiap untuk segala pengeluaran yang tidak

terduga serta untuk mencapai tujuan masa depan dan tujuan penting dalam jangka

panjang. Secara rinci, perolehan data mengenai intensi menabung disajikan dalam

tabel 6.

Sementara itu, anggapan keliru yang dapat menurunkan intensi menabung

pada responden antara lain bahwa menabung menjadi tidak penting; tidak perlu

mengambil risiko besar untuk mendapatkan keuntungan meskipun ada

kesempatan; dan tidak perlu mengambil risiko untuk mencapai sesuatu dalam

hidup.

26

Tabel 6. Deskripsi Data Intensi Menabung

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SI2 212 1 7 6.49 1.037 SI3 212 1 7 6.24 1.098 SI12 212 3 7 6.21 1.001 SI7 212 1 7 6.18 1.095 SI1 212 1 7 6.17 1.150 SI6 212 1 7 6.06 1.098 SI13 212 2 7 5.84 1.240 SI4 212 1 7 5.75 1.307 SI10 212 1 7 4.45 1.715 SI5 212 1 7 3.11 1.924 SI9 212 1 7 3.01 1.324 SI8 212 1 7 2.58 1.342 SI11 212 1 7 2.48 1.226 Valid N (listwise) 212

Sumber: data primer diolah, 2016

5.1.5. Perceived Behaviour

Penilaian responden tentang kemudahan yang dirasakannya dan mendorong

munculnya perilaku menabung diantaranya disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

keyakinan bahwa pengelolaan keuangan akan mempengaruhi masa depan

seseorang dan keyakinan bahwa ada kemampuan untuk menabung secara reguler.

Selain itu ada rasa percaya diri ketika mengambil keputusan yang berhubungan

dengan keuangan juga menjadi pendorong minat seseorang untuk menabung.

Bahkan responden tidak merasakan adanya kesulitan untuk menabung secara

regular; mewujudkan rencana untuk menabung dan bahkan responden merasa

cukup pemahaman tentang isu-isu keuangan. Kesulitan untuk menabung muncul

karena masalah-masalah keuangan yang disebabkan oleh diri sendiri.

27

Tabel 7. Deskripsi Data Perceived Behaviour

Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PB8 212 2 7 5.57 1.181 PB4 212 1 7 5.12 1.347 PB5 212 2 7 4.80 1.298 PB7 212 1 7 4.42 1.280 PB1 212 1 7 4.14 1.675 PB2 212 1 7 4.00 1.675 PB6 212 1 7 4.00 1.256 PB3 212 1 7 3.90 1.545

Valid N (listwise) 212 Sumber: data primer diolah, 2016

5.1.6. Perilaku Menabung

Perilaku menabung pada masyarakat berpenghasilan rendah masih

tergolong rendah, hal ini didukung dengan data yang disajikan pada table .

Responden cenderung memberikan penilaian setuju pada pernyataan yang berisi

tentang “saya mengeluarkan semua uang tanpa menabung”, dengan nilai rata-rata

jawaban responden pada pernyataan B6 adalah 5,31. Hal ini diperkuat dengan

pernyataan bahwa dalam satu tahun terakhir, mereka tidak menabung (B5),

dimana rata-rata responden menyatakan setuju. Pada dasarnya perilaku menabung

pada masyarakat berpenghasilan rendah juga ditunjukkan dengan adanya

kecenderungan mereka hanya menabung sisa uangnya, apabila telah memenuhi

kebutuhan pokoknya terlebih dahulu (B7), dengan rata-rata jawaban sebesar 5,27.

Selain itu, hal berikut ini menunjukkan bahwa sebenarnya masih terdapat

hambatan pada masyarakat berpenghasilan rendah untuk menabung. Mereka

cenderung tidak setuju pada pernyataan B4 yang mengukur tentang “Saya juga

menabung ketika saya tidak memiliki tujuan untuk apa.” Artinya hambatan untuk

menabung salah satunya disebabkan karena tujuan yang tidak jelas. Hambatan

lain ditunjukkan dengan kecenderungan jawaban responden yang mengarah pada

pendapat tidak setuju pada beberapa pernyataan yaitu: mereka mencoba

28

menabung dan mengeluarkan sisanya untuk kebutuhan harian (B8); menabung

untuk pengeluaran tidak terduga (B3); mereka menabung secara regular (B1) dan

bahkan enam bulan terakhir mereka menabung secara rutin (B2).

Tabel 8. Deskripsi Data Variabel Perilaku Menabung

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SB6 212 1 7 5.31 1.529 SB5 212 1 7 5.29 1.811 SB7 212 1 7 5.23 1.575 SB4 212 1 7 4.86 1.700 SB8 212 1 7 4.83 1.638 SB3 212 1 7 4.82 1.680 SB1 212 1 7 4.49 1.651 SB2 212 1 7 4.08 1.812

Valid N (listwise) 212 Sumber: data primer diolah, 2016

5.1.7. Norma subjektif

Norma subyektif merupakan persepsi seseorang terhadap pikiran pihak-

pihak yang dianggap berperan dan memiliki pengaruh kepadanya untuk

menabung. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa ada peran orang-

orang yang dianggap penting atau dihargai oleh responden, serta pengaruh teman

teman dalam menentukan keputusan menabung setiap bulan untuk pengeluaran

yang tidak terduga. Bahkan karena pengaruh pendapat orang yang dihargai,

mereka menilai menabung secara regular adalah penting dan positif. Gambaran

data secara rinci yang diperoleh melalui kuisioner dapat dilihat pada tabel 9.

29

Tabel 9. Deskripsi Data Variabel Norma Subyektif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SN6 212 3 7 6.05 1.094 SN5 212 2 7 5.48 1.182 SN4 212 1 7 5.39 1.247 SN1 212 1 7 5.23 1.315 SN2 212 2 7 5.08 1.238 SN3 212 2 7 4.98 1.247 Valid N (listwise) 212

Sumber: data primer diolah, 2016

5.1.8. Financial Literacy dan Financial Knowledge

Financial literacy pada masyarakat berpendapatan rendah diukur melalui berbagai

pernyataan tentang perencanaan keuangan, keterampilan dalam mengelola

keuangan serta pengetahuan tentang keuangan. Responden cenderung menyatakan

setuju bahwa mereka akan menyiapkan diri untuk mengelola keuangan saat

pensiun. Disamping itu, mereka juga membekali diri dengan informasi keuangan

yang efektif. Masyarakat menilai dirinya mampu menggunakan keterampilan,

sumber daya dan pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan

keuangan. Selain itu juga, mereka merasa mampu membedakan pilihan-pilihan

keuangan yang ada.

Berdasarkan data yang disajikan dalam table 10 dapat diketahui bahwa

masyarakat masih belum terbiasa menggunakan jasa keuangan dari lembaga

keuangan bukan bank, seperti asuransi dan deposito berjangka. Perilaku

menabung dibank pun bukan karena ingin mendapat bunga yang lebih tinggi.

Oleh karena itu mereka cenderung tidak berpindah bank. Dengan pengetahuan

mengenai keuangan yang terbatas, mereka sadar bahwa mereka bukanlah orang

yang memahami betul persoalan keuangan.

30

Tabel 10. Deskripsi Data Financial Literacy dan Financial Knowledge

Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FL8 212 1 7 5.46 1.375 FL3 212 1 7 5.16 1.176 FK10 212 1 7 5.16 1.431 FL2 212 1 7 5.12 1.292 FK4 212 1 7 5.04 1.546 FK1 212 1 7 4.83 1.284 FL1 212 1 7 4.80 1.420 FK2 212 1 7 4.75 1.487 FK8 212 1 7 4.67 1.334 FL4 212 1 7 4.48 1.340 FK3 212 1 7 4.37 1.677 FL5 212 1 7 4.30 1.609 FK5 212 1 7 4.28 1.330 FL6 212 1 7 4.27 1.530 FK6 212 1 7 4.05 1.348 FL7 212 1 7 3.96 1.589 FK7 212 1 7 3.94 1.406 FK11 212 1 7 3.83 1.733 FK12 212 1 7 3.30 1.965 FK14 212 1 7 3.22 1.788 FK13 212 1 7 2.97 1.718 FK9 212 1 7 2.90 1.565 Valid N (listwise) 212

Sumber: data primer diolah, 2016

5.2. Profil Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 212 orang, dengan laki-laki

berjumlah 42 dan perempuan berjumlah 170.

31

5.2. Exploratory factor analysis

Tabel di bawah menunjukkan hasil dari exploratory factor analysis (EFA), sebuah

cara yang dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel memiliki dimensi

dan item mana saja yang dapat dianggap valid untuk disertakan dalam uji

structural equation modelling nanti (SEM). Secara total, ada delapan faktor yang

terbentuk.

Tabel 11. Exploratory Factor Analysis

1 Security motivation

M12 Menabung untuk keamanan demi usia tua nanti 0.759

M11 Menabung untuk mengamankan masa depan anak-anak saya

nanti 0.755

M15 Menabung untuk pengobatan orang tua 0.718

M14 Menabung untuk modal usaha 0.708

M3 Menabung untuk biaya kuliah 0.460

2 Financial knowledge

FK6 Saya tahu banyak tentang hal-hal keuangan dibandingkan

dengan teman-teman 0.845

FK7 Dalam lingkaran teman-teman saya, saya adalah salah satu

dari "ahli" yang mengetahui persoalan uang 0.813

FK5 Pengetahuan umum saya tentang hal-hal yang berhuburbunga

dengan uang tinggi 0.754

FK8 Saya tahu banyak tentang cara-cara menyimpan uang 0.727

FK1 Saya tahu tentang masalah uang sehingga merasa cukup

percaya diri ketika membuat keputusan keuangan 0.692

3 Financial knowledge

FK4 Saya merasa bahwa saya sangat tidak tahu tentang hal-hal

yang berhubungan dengan uang* -0.833

32

FK2 Dibandingkan dengan orang lain saya tidak tahu banyak

tentang uang* -0.810

FK3 Saya merasa untuk mengelola uang selalu rumit * -0.782

FK10 Saya tidak tahu apa yang sesungguhnya bank tabungan* -0.662

FK9 Saya merasa akrab dengan perusahaan asuransi 0.402

4 Saving intention

SI9 Jika ada kesempatan besar yang menguntungkan, saya

bersedia mengambil bahkan untuk risiko yang besar 0.879

SI8 Jika saya ingin meraih banyak keuntungan, maka saya berniat

untuk mengambil risiko besar 0.809

SI11 Untuk mencapai sesuatu dalam hidup saya harus bersedia

mengambil risiko 0.793

5 Saving barrier

B2 Saya tidak tahu dari mana memulai membuat banteng agar

terhindar dari hal-hal tak terduga 0.841

B4 Praktiknya, saya tidak memiliki pengetahuan yang cukup

untuk menyimpan uang secara teratur 0.826

B3 Dengan semua informasi tentang bagaimana menabung, saya

tidak tahu mulai dari manai 0.813

B1 Saya tidak paham bagaimana secara otomatis merencanakan

tabungan 0.746

6 Saving motivation – investment

M5 Menabung untuk merenovasi rumah/apartemen -0.892

M4 Menabung untuk membeli rumah/tanah/apartemen atau

membayar cicilan rumah/tanah/apartemen -0.783

M7 Menabung untuk rehabilitasi medis -0.712

7 Financial knowledge

FK12 Saya sudah pernah beralih dari satu bank ke bank lain untuk

menabung -0.739

33

FK13 Saya telah menempatkan tabungan saya menjadi deposito

jangka panjang -0.732

FK14 Saya sering memeriksa berapa suku bunga tabungan saat ini -0.702

8 Saving intention

SI2 Saya menganggap menabung itu tidak perlu 0.832

SI1 Saya mengganggap menabung itu membosankan 0.733

SI4 saya tidak menganggap perlu untuk menabung dalam waktu

dekat ini 0.629

9 Saving intention

SI3 Saya ingin menabung supaya saya bias siap untuk segala

pengeluaran yang tak terduga 0.740

SI7 Saya berharap dapat menabung dalam beberapa bulan ke

depan 0.659

SI6 Saya berniat untuk menabung untuk pengeluaran-pengeluaran

tak terduga 0.582

Sumber: data primer diolah, 2016

5.4. Confirmatory factor analysis

Dengan menggunakan program AMOS, analisis structural equation model (SEM)

menghasilkan tujuh buah model.

5.4.1. Model #1 Model pertama ini menunjukkan pengaruh langsung dari literasi keuangan,

motivasi, dan norma subjektif terhadap sikap, dan dari norma subjektif dan sikap

terhadap intensi menabung. Model fit ini memilik skor P= 0.062, CMIN/DF=

1.161, CFI= 0.982, dan RMSEA= 0.029.

34

Gambar 4. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #1 Sumber: data primer diolah, 2016

Keterangan: P= 0.062; CMIN/DF= 1.161; CFI= 0.982; RMSEA= 0.029

Berdasarkan uji SEM pada model pertama ini, dari lima jalur yang diuji, tidak

ada satu variabel pun yang memiliki dampak signifikan terhadap saving intention.

35

Tabel 12. Ringkasan Hasil SEM model yang pertama

C.R. P Hasil

1 Motivation � Attitude 1.451 0.147 Tidak

signifikan

2 Financial literacy � Attitude 0.780 0.435 Tidak

signifikan

3 Subjective norm � Attitude 1.831 0.067 Tidak

signifikan

4 Attitude � Saving intention 1.818 0.069 Tidak

signifikan

5 Subjective norm � Saving intention 1.892 0.059 Tidak

signifikan

5.4.2. Model #2

Model kedua ini menunjukkan pengaruh langsung dari literasi keuangan, motivasi

terhadap sikap, selain itu juga pengaruh langsung antara literasi keuangan,

motivasi dan sikap terhadap intensi menabung. Model kedua ini mencatumkan

motivation, financial literacy, dan attitude untuk memprediksi saving intention.

Model ini fit, dengan skor P= 0.070, CMIN/DF= 1.182, CFI= 0.981, dan

RMSEA= 0.03.

36

Gambar 5. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #2 Sumber: data primer diolah, 2016

Keterangan: P= 0.070; CMIN/DF= 1.182; CFI= 0.981; RMSEA= 0.031

Dari hasil pengujian model kedua ini, seperti yang terlihat pada tabel di bawah,

semua variabel yang digunakan untuk mempredikasi saving intention secara

langsung maupun secara tidak langsung, tidak satu pun yang memiliki pengaruh

signifikan. Dapat dikatakan bahwa model ini bukanlah model yang baik untuk

memprediksi saving intention.

37

Tabel 13. Ringkasan Hasil SEM Model Kedua

C.R. P Hasil

1 Motivation � Attitude 1.556 .120 Tidak

signifikan

2 Financial literacy � Attitude 1.532 .126 Tidak

signifikan

3 Attitude � Saving intention 1.479 .139 Tidak

signifikan

4 Financial literacy � Saving intention -.422 .673 Tidak

signifikan

5 Motivation � Saving intention -.763 .445 Tidak

signifikan

Sumber: data primer diolah, 2016

5.4.3. Model #3 Model ketiga ini menunjukkan pengaruh langsung dari literasi keuangan terhadap

sikap, yang selanjutnya sikap mempengaruhi intensi menabung. Disisi lain literasi

keuangan juga berpengaruh secara langsung terhadap norma subyektif yang

selanjutnya norma subyektif mempengaruhi intensi menabung. Kemudian jalur

yang ketiga adalah literasi keuangan berpengaruh seccara langsung terhadap

kontrol perilaku yang selanjutnya kontrol perilaku memberikan pengaruh pada

intensi menabung.

Pada pembuatan model ketiga ini, penulis menguji model theory of planned

behaviour dengan menambahkan financial literacy yang dijadikan sebagai

predictor untuk variabel attitude, subjective norm, dan perceived behavioural

control. Model di bawah ini fit dengan skor P= 0.254, CMIN/DF= 1.086, CFI=

0.991, dan RMSEA= 0.021.

38

Gambar 6. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #3 Sumber: data primer diolah, 2016

Keterangan: P= 0.254; CMIN/DF= 1.086; CFI= 0.991; RMSEA= 0.021

Model ketiga ini menunjukkan bahwa theory of planned behaviour tidak dapat

memprediksi saving intention mahasiswa kependidikan. Hal ini dapat dilihat dari

nilai C.R. yang semuanya di bawah 1.89. Namun, variabel financial literacy

secara signifikan dapat mempengaruhi attitude, subjective norm, dan perceived

behavioural control dengan masing-masing memiliki nilai C.R. di atas 1.98.

39

Tabel 14. Ringkasan Hasil SEM Model Ketiga

C.R. P Hasil

1 Financial literacy � Perceived behavioural contol

-3.255 0.001 Signifikan

2 Financial literacy � Attitude 2.302 0.021 Signifikan

3 Financial literacy � Subjective norm 5.366 *** Signifikan

4 Attitude � Saving intention 0.654 0.513 Tidak

signifikan

5 Perceived behavioural contol

� Saving intention -1.699 0.089 Tidak

signifikan

6 Subjective norm � Saving intention 1.189 0.234 Tidak

signfikan

sumber: data primer diolah, 2016

5.4.4. Model #4

Pada model keempat ini, motivasi dibuat menjadi dua variabel yang berbeda:

motivasi investasi dan motivasi keamanan. Pengetahuan keuangan

dihubungkan langsung ke motivasi investasi, motivasi keamanan, dan intensi

menabung. Lalu, halangan menabung dihubungkan secara langsung ke

motivasi investasi, motivasi keamanan, dan intensi menabung. Selanjutnya,

motivasi investasi berhubungan langsung dengan motivasi keamanan, dan

motivasi keamanan berhubungan langsung dengan intensi menabung. Setelah

melalui tes confirmatory factor analysis, model ini fit dengan nilai probabilitas

sebesar 0.267, CMIN/DF sebesar 1.076, CFI sebesar 0.992, dan RMSEA

sebesar 0.019.

40

Kriteria: Probabilitas= 0.267 CMIN/DF= 1.076 CFI= 0.992 RMSEA= 0.019

Gambar 7. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #4 Sumber: data primer diolah, 2016

Keterangan: Probabilitas= 0.267; CMIN/DF= 1.076; CFI= 0.992; RMSEA= 0.019

Pada tabel di bawah, terlihat bahwa model keempat ini memiliki delapan jalur

yang diuji. Jalur-jalur yang memiliki nilai C.R. lebih dari 1.98 adalah jalur barrier

dan investment motive, investment motive dan security motive, barrier dan saving

intention, dan security motive dan saving intention. Artinya hasil pengujian

menunjukkan bahwa jalur-jalur itu dianggap signifikan, sementara sisanya tidak

signifikan karena kurang dari 1.98 (Holmes-Smith, 2010). Dalam kasus ini,

barrier memiliki dampak yang signifikan terhadap investment motivation, security

motivation, dan saving intention. Namun sebaliknya, financial knowledge

dihubungkan ke variabel mana pun tidak memiliki dampak apapun.

41

Tabel 15. Ringkasan Hasil SEM Model Keempat

C.R. P Result

1. Financial_knowledge � Investment_motive 1.087 .277 Ditolak 2. Barrier � Investment_motive -3.052 .002 Diterima

3. Financial_knowledge � Security_motive .812 .417 Ditolak 4. Investment_motive � Security_motive 4.963 *** Diterima

5. Barrier � Security_motive .025 .980 Ditolak 6. Barrier � Intention -3.121 .002 Diterima

7. Financial_knowledge � Intention -1.117 .264 Ditolak 8. Security_motive � Intention 4.662 *** Diterima

Model yang keempat ini telah dipublikasikan dalam jurnal Internasional

“Mediterannean Journal of Social Sciences”, yang diterbitkan oleh MCSER

publishing Volume 7 No 6, November 2016 (lihat lampiran 1).

5.4.5. Model #5

Model kelima ini fit dengan skor probability= 0.189; CMIN/DF= 1.127; CFI=

0.987; RMSEA= 0.025. Model ini melibatkan financial knowledge, barrier, dan

motivation untuk memprediksi saving intention. Dalam model ini, baik financial

knowledge, motivasi, maupun saving intention masing-masing memiliki dua

dimensi.

42

Gambar 8. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #5 Sumber: data primer diolah, 2016

Keterangan:

Probability= 0.189; CMIN/DF= 1.127; CFI= 0.987; RMSEA= 0.025

Model kelima yang diuji ini secara total memiliki enam jalur. Namun yang

dianggap signifikan karena memiliki nilai lebih dari 1.89 adalah barrier ke

motivation, motivation ke intention, dan barrier ke intention. Artinya, semakin

tinggi barrier yang dirasakan oleh mahasiswa pendidikan ini, akan semakin

rendah motivasi dan intensi mereka untuk menabung. Selain itu, semakin tinggi

motivasi mahasiswa pendidikan ini untuk menabung, semakin tinggi pula intensi

mereka untuk menabung. Sebaliknya, financial knowledge sama sekali tidak

memiliki dampak terhadap barrier, motivation, dan saving intention.

43

Tabel 16. Ringkasan Hasil SEM Model Kelima

C.R. P Label

1 Financial knowledge

� Barrier -1.215 .224 Tidak

signifikan

2 Financial knowledge

� Motivation 1.605 .109 Tidak

signifikan 3 Barrier ���� Motivation -2.215 .027 Signifikan

4 Financial knowledge

� Intention -1.898 .058 Tidak

signifikan 5 Motivation ���� Intention 3.021 .003 Signifikan 6 Barrier ���� Intention -2.921 .003 Signifikan

Tabel di bawah mendokumentasikan ada lima jalur yang memiliki nilai C.R. di

atas 1.89 dan dianggap signifikan sementara dua jalur lainnya tidak signifikan.

5.4.6. Model #6

Gambar 9. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #6 Sumber: data primer diolah, 2016

Model keenam ini menunjukkan bahwa semakin tinggi barrier yang dirasakan

oleh mahasiswa kependidikan, akan semakin rendah security motive, investment

44

motive, dan saving intention mereka untuk menabung. Financial knowledge dan

investment motive tidak memiliki dampak terhadap saving intention. Dalam hal

ini, setinggi apa pun pengetahuan keuangan mahasiswa pendidikan, tidak

membuat mereka memiliki intensi untuk menabung.

Tabel 17. Ringkasan Hasil SEM Model Keenam

C.R. P Label

1 Barrier ���� Security motive -2.344 .019 Signifikan

2 Barrier ���� Investment motive

-2.759 .006 Signifikan

3 Security motive ���� Investment motive

4.609 *** Signifikan

4 Financial knowledge

� Intention -1.908 .056 Tidak

signifikan

5 Barrier ���� Intention -3.247 .001 Signifikan

6 Investment motive � Intention -1.055 .291 Tidak

signifikan

7 Security motive ���� Intention 4.224 *** Signifikan

Tabel 17 mendokumentasikan ada lima jalur yang memiliki nilai C.R. di atas 1.89

dan dianggap signifikan sementara dua jalur lainnya tidak signifikan. Model

keenam ini menunjukkan bahwa semakin tinggi barrier yang dirasakan oleh

mahasiswa kependidikan, akan semakin rendah security motive, investment

motive, dan saving intention mereka untuk menabung. Financial knowledge dan

investment motive tidak memiliki dampak terhadap saving intention. Dalam hal

ini, setinggi apa pun pengetahuan keuangan mahasiswa pendidikan, tidak

membuat mereka memiliki intensi untuk menabung.

5.5.7 Model #7 Pada model kelima ini, sikap dan norma subjektif dihubungkan langsung ke

intensi menabung, dan intensi menabung dihubungkan langsung kepada perilaku

menabung. Model ini adalah perwujudan theory of reasoned action.

45

Gambar 10. Hasil Confirmatory Factor Analysis Model #7 Sumber: data primer diolah, 2016

Keterangan: P= 0.299; CMIN/DF= 1.071; CFI= 0.994; RMSEA= 0.019

Dari tabel di bawah dapat dijelaskan bahwa model ketujuh ini menguji empat jalur

yang tiga di antaranya signfikan. Attitude ternyata tidak memiliki pengaruh

terhadap saving intention.

Tabel 18. Ringkasan hasil pengujian SEM Model Ketujuh

C.R. P Hasil

1 Financial literacy

���� Subjective norm 5.113 *** Signifikan

2 Financial literacy

���� Attitude 2.250 0.024 Signifikan

3 Subjective norm

���� Saving intention

2.680 0.007 Signifikan

4 Attitude � Saving intention

1.783 0.075 Tidak

signifikan

46

BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Penelitian tahun 2016 ini menghasilkan tujuh buah model empiris yang digunakan

untuk menguji intensi dan perilaku mahasiswa kependidikan untuk menabung.

Tujuh buah model empiris ini, berpotensi menghasilkan tujuh buah publikasi. Di

tahun ini, satu paper berhasil dipublikasikan. Dari semua model, melek keuangan

memiliki pengaruh terhadap intensi untuk menabung. Untuk itu, rencana luaran

tahun 2017, penulis berharap dapat merancang model pendidikan melek keuangan

berupa modul yang ditujukan kepada mahasiswa kependidikan di Fakultas

Ekonomi di tiga buah perguruan tinggi. Mahasiswa kependidikan yang dipilih

adalah mereka yang duduk pada semester enam, karena pada semester tujuh

mereka akan melakukan Praktik Keterampilan Mengajar (PKM) di sejumlah SMK

dan SMA. Modul yang dihasilkan, akan berbentuk game dan aplikasi online yang

dapat diunduh melalui Playstore untuk para pengguna Android.

Gambar 11 Rencana luaran tahun 2017

47

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh literasi keuangan dan norma

subyektif terhadap sikap menabung, intensi menabung dan perilaku menabung

pada masyarakat berpendapatan rendah di Indonesia, yang direpresentasikan oleh

mahasiswa kependidikan yang memperoleh beasiswa. Dengan menguji tujuh

hipotesis yang diajukan, diketahui bahwa dua hipotesis ditolak diantaranya

meliputi pengaruh literasi keuangan terhadap sikap menabung dan intensi

menabung. Sebaliknya,terdapat lima hipotesis yang diterima. Literasi keuangan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku menabung, sementara itu

perilaku menabung dipengaruhi oleh intensi menabung, literasi keuangan,dan

norma subyektif. Sedangkan intensi menabung dipengaruhi oleh sikap menabung

dan norma subyektif. Hipotesis yang terakhir, sikap menabung dipengaruhi oleh

norma subyektif.

7.2.Saran

Penelitian ini sedianya dirancang dengan melibatkan responden yang berasaldari

berbagai fakultas, namun pada kenyataannya, mayoritas respondendiperolehh dari

Fakultas Ekonomi. Seperti diketahui bahwa mahasiswa Fakultas Ekonomi dalam

kegiatan perkuliahan mendapatkan berbagai mata kuliah yang membekali mereka

dengan literasi keuangan. Mata kuliah tersebut diantaranya adalah Perbankan,

Asuransi dan Manajemen Keuangan. Untuk melihat literasi keuangan pada

mahasiswa yang berasal dari fakultas lain, perlu dilakukan studi lebih lanjut

tentang perbandingan literasi keuangan pada mahasiswa berdasarkan latar

belakangnya, jenis kelamin, maupun program studi pendidikan dan non

kependidikan.

48

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, S. G., Zhan, M., & Scott, J. (2004). Targeting financial management training at low-income audiences. Journal of Consumer Affairs, 38(1), 167-177.

Ariani, M. (2003). Dinamika konsumsi beras rumah tangga dan kaitannya dengan diversifikasi konsumsi pangan. Paper presented at the Peluang Indonesia untuk Mencukupi Kebutuhan Beras.

Ariningsih, E. (2008). Konsumsi dan Kecukupan Energi dan Protein Rumah Tangga Perdesaan di Indonesia: Analisis Data Susenas 1999, 2002, dan 2005. Paper presented at the Makalah Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian dan Perdesaan: Tantangan dan Peluang Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani. Pusiitbang Sosial Ekonomi Pertanian—Bogor.

Aritonang, E. (2004). Kurang energi protein (protein energy malnutrition).

Bauhoff, S., Carman, K. G., & Wuppermann, A. (2013). Financial literacy and consumer choice of health insurance.

Booth, S. L., Mayer, J., Sallis, J. F., & Ritenbaugh, C. (2001). Environmental and societal factors affect food choice and physical activity: rationale, influences, and leverage points. Nutrition reviews, 59(3), S21.

Braunstein, S., & Welch, C. (2002). Financial literacy: An overview of practice, research, and policy. Fed. Res. Bull., 88, 445.

Brooks-Gunn, J., & Duncan, G. J. (1997). The effects of poverty on children. The future of children, 55-71.

Cameron, M. P., Calderwood, R., Cox, A., Lim, S., & Yamaoka, M. (2013). Factors associated with financial literacy among high school students. Waikato Department of Economics, Working Paper in Economics 13/05, University of Waikato.

Carlin, B. I., & Robinson, D. T. (2012). What does financial literacy training teach us? The Journal of Economic Education, 43(3), 235-247.

Carlson, P., & Vagero, D. (1998). The social pattern of heavy drinking in Russia during transition. The European Journal of Public Health, 8(4), 280-285.

Castillo, J. C. (2009). Convenience sampling applied to research

49

Chen, H., & Volpe, R. P. (2002). Gender differences in personal financial literacy among college students. Financial Services Review, 11(3), 289-307.

Cole, S. A., Sampson, T. A., & Zia, B. H. (2009). Financial literacy, financial decisions, and the demand for financial services: Evidence from India and Indonesia: Harvard Business School.

Data Statistik Indonesia. (2014). Pola konsumsi RT Retrieved Februari 21, 2014, from http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=609&Itemid=609

Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM. (2014). Booklet keuangan inklusif Retrieved August 8, 2015, from Bank Indonesia http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/edukasi/Contents/Buku%20Saku%20Keuangan%20Inklusif.pdf

Ellis, K., Lemma, A., & Rud, J.-P. (2010). Investigating the impact of access to financial services on household investment Retrieved February 20, 2014, from Overseas Development Institute http://www.odi.org.uk/sites/odi.org.uk/files/odi-assets/publications-opinion-files/6099.pdf

Falahati, L., Paim, L., Ismail, M., & Haron, S. A. (2011). Factors predict financial problem among college students. International Proceedings of Economics Development & Research, 10.

Fritzsche, D. J. (1981). An analysis of energy consumption patterns by stage of family life cycle. Journal of marketing research, 227-232.

Gibbs, A. (1997). Focus groups. Social research update, 19(8).

Grifoni, A., & Messy, F.-A. (2012). Current status of national strategies for financial education: OECD Working Papers on Finance, Insurance e Private Pensions.

Hermawan, I. (2013). Bantuan langsung sementara masyarakat. Retrieved February 19, 2015, from Dewan Perwakilan Rakyat http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-13-I-P3DI-Juli-2013-79.pdf

Hidayat, A. S. (2005). Konsumsi BBM dan peluang pengembangan energi alternatif. Majalah INOVASI, 11.

Holmes-Smith, P. (2010). Structural equation modeling: From the fundamentals to advanced topics. Melbourne: SREAMS (School Research Evaluation and Measurement Services)

50

Idris, F. H., Krishnan, K. S. D., & Azmi, N. (2013). Relationship between financial literacy and financial distress among youths in Malaysia - An empirical study.

Iqbal, M., & Ucu, K. R. (2013). DPR: Penyaluran BLSM Jangan Salah Sasaran. Retrieved from ROL Republika Online website: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/05/mnxaon-dpr-penyaluran-blsm-jangan-salah-sasaran

Iqbal, M., & Zuraya, N. (2013). Ini alasan mengapa BLSM yang dipilih pemerintah. Retrieved from ROL Republika Online website: http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/13/06/21/moq9h7-ini-alasan-mengapa-blsm-yang-dipilih-pemerintah

Jacob, K., Hudson, S., & Bush, M. (2000). Tools for survival: An analysis of financial literacy programs. Woodstock Institute, Jan.

Kadence International. (2013). Understanding the Indonesian consumer. Retrieved Februari 22, 2013, from Kadence International http://kadence.com/kadence-international-getting-closer-indonesian-consumer/

Klapper, L., Lusardi, A., & Panos, G. (2011). Financial literacy and the financial crisis: Evidence from Russia. Available at SSRN 1786826.

Li, H. Z., & Rosenblood, L. (1994). Exploring factors influencing alcohol consumption patterns among Chinese and Caucasians. Journal of studies on alcohol, 55(4), 427-433.

Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2009). How ordinary consumers make complex economic decisions: Financial literacy and retirement readiness: National Bureau of Economic Research.

Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2011a). Financial literacy and planning: Implications for retirement wellbeing: National Bureau of Economic Research.

Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2011b). Financial literacy around the world: An overview: Cambridge Univ Press.

Mardianto, S., & Ariani, M. (2004). Kebijakan Proteksi dan Promosi Komoditas Beras di Asia dan Prospek Pengembangannya di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor, 2(4), 340-353.

51

Marin, G., & Marln, B. V. O. (1989). A comparison of three interviewing approaches for studying sensitive topics with Hispanics. Hispanic Journal of Behavioral Sciences, 11(4), 330-340.

McNiff, J., & Whitehead, J. (2009). You and your action research project: Routledge.

Meraz, A. A., Petersen, C. M., Marczak, M. S., Brown, A., & Rajasekar, N. (2013). Understanding the Long-Term Benefits of a Latino Financial Literacy Education Program. Journal of Extension, 51(6), 6FEA3.

Mullen, B., & Johnson, C. (1990). The psychology of consumer behaviour. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Murphy, A. J. (2005). Money, money, money: An exploratory study on the financial literacy of black college students. College Student Journal, 39(3).

Musaiger, A. O. (1993). Socio-cultural and economic factors affecting food consumption patterns in the Arab countries. The Journal of the Royal Society for the Promotion of Health, 113(2), 68-74.

Nidar, S. R., & Bestari, S. (2012). Personal financial literacy among university students (Case study at Padjadjaran University students, Bandung, Indonesia). World, 2(4), 162-171.

Nugroho, E. (2003). Dampak Pengurangan Subsidi BBM terhadap Pola Konsumsi Masyarakat: halaman.

Oktavianti, R. (2013). Penerima BLSM capai 13,7 juta RTS. Retrieved from Jurnas.com website: http://www.jurnas.com/news/101595/Penerima-BLSM-Capai-137-Juta-RTS-2013/1/Sosial-Budaya/Humaniora

Onwuegbuzie, A. J., & Collins, K. M. T. (2007). A typology of mixed methods sampling designs in social science research. The Qualitative Report, 12(2), 281-316.

Organisation for Economic Co-Operation and Development. (2005). Improving financial literacy – Analysis of issues and policies. Retrieved February 20, 2014, from OECD Publishing

Otoritas Jasa Keuangan (2015). Program Inklusi Keuangan OJK. http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/205/program-inklusi-keuangan-ojk diakses pada tanggal 2 Agustus 2015.

Popkin, B. M. (1994). The nutrition transition in low-income countries: an emerging crisis. Nutrition reviews, 52(9), 285-298.

52

Pos Indonesia. (2013). Jumlah rumah tangga sasaran (RTS) penerima BLSM tahap I dan tahap II Retrieved February 14, 2014, from http://blsm.posindonesia.co.id/jumlah.php

Puoane, T., Matwa, P., Bradley, H., & Hughes, G. (2006). Socio-cultural factors influencing food consumption patterns in the black African population in an urban township in South Africa. Hum Ecol, 14, 89-93.

Rahman, A. (2012). Pergeseran pola konsumsi masyarakat. Retrieved from http://www.the-marketeers.com/archives/pergeseran-pola-konsumsi-masyarakat.html#.UwfoqvmSySo

Rosaline, Go Amelia. (2014) Alokasi Pendapatan dan Literasi Keuangan (Studi Empiris Pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Panggung Lor, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. http:repository.uksw.edu/bitstream/…./5701/3/T1_212011123_fulltext

Sawit, M. H. (2003). Kebijakan Gandum/Terigu: Harus Mampu Menumbuh-kembangkan Industri Pangan Dalam Negeri. Analisis Kebijakan Pertanian, 1(2), 100-109.

Servon, L. J., & Kaestner, R. (2008). Consumer financial literacy and the impact of online banking on the financial behavior of lower-income bank customers. Journal of Consumer Affairs, 42(2), 271-305.

Sherman, A. (2011). Poverty and financial distress would have been substantially worse in 2010 without government action, new census data show: Washington, DC: Center for Public Policy Priorities. www. cbpp. org/files/11-7-11pov. pdf.

Šileika, A., & Bekerytė, J. (2013). Theoretical Issues of Relationship between Unemployment, Poverty and Crime in Sustainable Development. Journal of Security and Sustainability Issues, 2(3), 59-70.

Stone, D. N., Wier, B., & Bryant, S. M. (2008). Reducing materialism through financial literacy. CPA Journal, 78(2), p12-14.

Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S. (2013). Faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe II di puskesmas kecamatan cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1), 6-11.

Vitt, L. A. (2005). Goodbye to complacency: Financial literacy education in the US 2000-2005. Retrieved February 20, 2014, from AARP http://assets.aarp.org/www.aarp.org_/articles/GAP/GoodbyetoComplacency.pdf

53

Wagland, S. P., & Taylor, S. (2009). When it comes to financial literacy, is gender really an issue? Australasian Accounting Business & Finance Journal, 3(1).

Zhan, M., Anderson, S. G., & Scott, J. (2006). Financial knowledge of the low-income population: Effects of a financial education program. Journal of Sociology & Social Welfare, 33(1).

54

Lampiran 1 – Publikasi Internasional

55

56

57

58

59

60

61

62

Lampiran 2 – Tim peneliti

FORMAT BIODATA

Format Biodata Ketua Tim Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Umi Widyastuti, SE., ME

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 197612112000122001

5 NIDN 0011127603

6 Tempat, Tanggal Lahir Cilacap, 11 Desember 1976

7 E-mail [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 081283947612 / 0818178264

9 Alamat Kantor Jl. Rawamangun Muka Jakarta Timur

10 Nomor Telepon/Faks 021-4721227/021-4706285

11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 160 orang; S-2 = 0 orang; S-3 = 0 orang

12 Nomor Telepon/Faks 021-4706285

13 Mata Kuliah yang Diampu

1. Manajemen Keuangan

2. Pengantar Manajemen

3. Bank dan Lembaga Keuangan Lain

4. Komunikasi Bisnis

5. Pengantar Bisnis

6. Manajemen Keuangan Internasional

63

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi

Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Universitas Indonesia, Jakarta -

Bidang Ilmu Manajemen Ilmu Manajemen Kekhususan Manajemen Keuangan

-

Tahun Masuk-Lulus 1994-1998 1999-2002 -

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi

Strategi Product Line Dalam Upaya Memaksimalkan Laba pada PT Djitoe Indonesian Tobacco Coy Surakarta

Analisis Pengaruh Beta Positif dan Likuiditas Terhadap Return Saham serta Anomali di Bursa Efek Jakarta Periode Sebelum Krisis (Januari 1995-Desember 1996) dan Periode Selama Krisis (Januari 1997-Desember 1999)

-

Nama Pembimbing/Promotor

Drs. Cholil Dr. Suad Husnan -

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2014 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum Devisa di Indonesia

Dana DIPA PNBP UNJ TA 2014

Rp.10.000.000

2 2013

Perencanaaan Model “Social Media Management System” Dan Upaya Pembelajaran Melek Teknologi Untuk Memperkuat Strategi Reposisi Di Universitas Negeri Jakarta.

Dana Dikti, Skema Hibah Bersaing

Rp.56.250.000

3 2013 Pendidikan Kewirausahaan dan Pengaruhnya Pada Intensi Berwirausaha (Studi Kasus pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta)

Dana DIPA PNBP UNJ TA 2013

Rp.10.000.000

4 2012 Analisis Kualitas Pelayanan (Service Quality) di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Dana DIPA PNBP UNJ TA 2012

Rp.10.000.000

64

5 2011 Analisis Faktor-Faktor Dalam Kualitas Kehidupan Kerja (Quality Work Life) di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Dana DIPA PNBP UNJ TA 2011

Rp.10.000.000

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2014 Pengembangan Manajemen Ekonomi Dan Usaha Keluarga Ibu-Ibu Pengurus dan Kader Posyandu Di Kampung Areman Tugu Cimanggis Depok.

Dana DIPA PNBP UNJ TA 2014

Rp.10.000.000

2 2013 Pengembangan Manajemen Keuangan Rumah Tangga Ibu-Ibu Kader PKK di Kelurahan Jatimulya Bekasi.

Dana DIPA PNBP UNJ TA 2013

Rp.10.000.000

3 2012 Pelatihan Komunikasi Efektif Ibu-Ibu dan Kader Masyarakat di Kelurahan Pondok Cina, Beji Depok.

Dana DIPA PDBP UNJ TA 2012

Rp.10.000.000

4 2011 Pelatihan Motivasi Kewirausahaan Pada Kelompok Masyarakat Remaja dan Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Jatimulya, Bekasi

Dana DIPA PNBP UNJ TA 2011

Rp.10.000.000

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI maupun dari sumber lainnya.

65

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun

1

Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Teams Game Tournament (TGT) Dikombinasi dengan Tipe STAD

Jurnal Econosains ISSN 2252-8490

Volume X No 1 Maret 2012

2

Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching pada Mata Pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi (Penelitian Tindakan Kelas di SMK Nurul Iman Jakarta Timur)

Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis ISSN: 2302-2663

Volume I No 1 Tahun 2012

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat

1 23rd International Business Research Conference

Entrepreneurship Education and Its Effect on Entrepreneurial intention: Case Studies in the Faculty of Economics, State University of Jakarta

Melbourne, 18-20 November 2013

2 23rd International Business Research Conference

Factor Analysis On Quality of Work Life: Case Study Employees at Faculty of Economics, State University of Jakarta

Melbourne, 18-20 November 2013

3 16th International Business Research Conference

Analysis of Repositioning Strategy to Identified Competitive Advantage at the Universitas Negeri Jakarta

Dubai, 12-13 April 2012

66

67

FORMAT BIODATA

Biodata Anggota Tim Peneliti

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Usep Suhud, PhD

2 Jenis Kelamin Laki-laki

3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 197002122008121001

5 NIDN 00-1202-7010

6 Tempat, Tanggal Lahir Bogor, 12 Februari 1970

7 E-mail [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 08111093700

9 Alamat Kantor Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur 13220 Gedung Rektorat lantai 3 Kantor Wakil Rektor I Bidang Akademik

10 Nomor Telepon/Faks 021.4895130

11 Mata Kuliah yang Diampu 1. Manajemen Pemasaran

2. Riset Pemasaran

3. Manajemen Distribusi

4. Manajemen Retail

5. Metodologi Penelitian

6. Komputer Pemasaran

7. Public Relations

8. Pemasaran pariwisata dan hospitality

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi

IKIP Jakarta Universitas Indonesia Edith Cowan University, Australia

68

Bidang Ilmu Pendidikan Pemasaran

Komunikasi Pemasaran Pemasaran

Tahun Masuk-Lulus 1990-1994 2000-2002 2010-2012

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi

Hubungan Antara Besar Tarif Iklan Mini Dengan Volume Pemasangan Iklan Mini Pada Surat Kabar Harian Di Jakarta

Hubungan Antara Kebijakan Lingkungan Perusahaan Dengan Green Advertising: Studi Banding Antara General Motor Indonesia Dan Toyota Astra Motor

A moment to give, no moment to take: A mixed-methods study of volunteer tourism

Nama Pembimbing/Promotor

Drs. Maya Prof. Dr. Martani Husaeni

Dr. Maria Ryan Dr. Greg Willson

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber* Jml (Juta

Rp)

1 2015 Boykot Pariwisata Oleh Turis Australia Dan Pengaruhnya Terhadap Pemasaran Pariwisata Indonesia

FE UNJ 15,000,000

2 2014 Investigasi Perilaku Residen Yang Berhubungan Dengan Halal Sex Tourism Di Kawasan Cisarua, Bogor

FE UNJ 10,000,000

3 2013 Investigasi Kesiapan Pengusaha Ukuran Mikro Dan Kecil Untuk Menggunakan Mobile Money Sebagai Alat Untuk Pembayaran Gaji Bagi Buruh

Dikti 52,000,000

4 2011 Minister, Disasters, Twitter, And Volunteerism Mandiri

5 2010 Alert Communication Theory And Its Application In Social Marketing Campaign For Traffic Orderliness In Indonesia

Mandiri

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2014 Pelatihan Structural Equation Model untuk dosen FE & Dikti 10,000,000

69

2 2009 Mentawai, Analisis Kebutuhan bagi Masyarakat Terluar

FE & Dikti 10,000,000

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/

Nomor/ Tahun

1 Purwana, D., Suhud, U., and Arafat, Y.M. Taking/Receiving And Giving (TRG): A Comparison Of Two Quantitative Pilot Studies On Students’ Entrepreneurial Motivation In Indonesia.

International Journal of Research Studies in Management.

2 Suhud, U. and Hidayat, N. A Mixed-Methods Study To Explore Stage Of Readiness And Intention Of Micro And Small Enterprises To Adopt Mobile Money In Indonesia.

International Journal of Business, Economics and Management.

3 Suhud, U. A Study To Examine The Role Of Environmental Motivation And Sensation Seeking Personality To Predict Behavioural Intention In Volunteer Tourism.

International Journal of Research Studies in Education

4(1), 17-29

4 Suhud, U. and N. S. Sya’bani. Halal Sex Tourism In Indonesia: Understanding The Motivation Of Young Female Host To Marry With Middle Eastern Male Tourists

Journal of Economics and Sustainable Development

5(25): 91-94

5 Herstanti, G., Suhud, U., & Wibowo, S. F. Three Modified Models To Predict Intention Of Indonesian Tourists To Revisit Sydney

European Journal of Business and Management

6(25), 184-195

6 Marasabessy, F. D., Suhud, U., & Rizan, M. Among Subscribers Of Two Biggest Telecommunication Providers In Indonesia: What Factors Are Involved In Customer Retention?

European Journal of Business and Management

6(26), 168-180

70

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan Ilmiah /

Seminar Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan Tempat

1 The 2nd International Conference in Accounting & Management Education Research & Practice 2015,

Suhud, U. Are Middle Eastern Male Tourists Villains And Lust Seekers? Attitudes Of Young Female Residents Relating To Halal Sex Tourism In Indonesia.

(2015, 8-10 January) Baguio City

2 The 10th International Conference on Knowledge-Based Economy and Global Management

Purwana, D., Suhud, U., & Arafat, M. Y. Taking/Receiving And Giving (TRG): A Comparison Of Two Quantitative Pilot Studies On Students’ Entrepreneurial Motivation In Indonesia.

(2014, November 13-14, 2014) Tainan

3 The International Seminars and Conference (ISC) 2014

Lupitasari, M., Suhud, U., & Wibowo, S. F. Factors Affecting Impulsive Buying Moslem Fashion In Jakarta

(2014, November 11-13) Jakarta

4 The 1st International Conference on Biodiversity Crisis (ICBC)

Suhud, U. A Study To Examine The Role Of Environmental Motivation To Predict Behavioural Intention In Volunteer Tourism

(2014, 4-5 September) Bogor

5 The International Conference on Hospitality and Tourism Marketing and Management – ICHTMM 2014,

Herstanti, G., Suhud, U., and Wibowo, F.S.Competing Models To Predict Intention Of Indonesian Tourists To Revisit Sydney

(2014, 26-27 June) Paris

6 The International Conference on Hospitality and Tourism Marketing and Management – ICHTMM 2014

Marasabessy, F.D., Suhud, U., and Rizan, M. Between Subscribers Of Two Telecommunication Providers In Indonesia: What Factors Are Involved In Customer Retention?

(2014, 26-27 June) Paris

7 The 2014 Annual Conference of the Emerging Markets Conference Board

Suhud, U. and Hidayat, N. A Qualitative Study To Explore Stage Of Readiness And Mobile Money Acceptance Of Micro And Small Enterprises In Indonesia: They Have Not But They Would Listen

(2014, 9-11 January) New Delhi

71

8 The International Conference on Hospitality and Tourism Management (ICOHT)

Suhud, U.). Taking/Receiving And Giving (TRG): A Mixed Methods Study To Examine Motivations In Volunteer Tourism

(2013, 28-29 October Colombo

9 The Conference on Corporate Communication 2011

Suhud, U. Ministers, Disasters, Twitter, And Volunteerism.

(2011, 7-10 June) New York

10 The Oxford Business & Economic Conference Program

Suhud, U. Alert Communication Theory And Its Application In Social Marketing Campaign For Traffic Orderliness In Indonesia

(2010, June 28-29). Oxford

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman Penerbit

1 Suhud, U. (2014). A moment to give, no moment to take: A mixed-methods study on volunteer tourism marketing

2014 360 Lap Lambert Academic Publishing. (ISBN 978-3-659-52026-6)

2 Suhud, U. (2014). Ministers, disasters, Twitter, and volunteerism, PPI Australia's Contribution Matters! 3.0. Insights of Indonesian Students in Australia. Canberra: PPI-Australia. In Nugroho, B. & Nugroho, R. (Eds),

2014 PPI Australia’s Contribution Matters Volume 3.0 (pp. 40-58). Yogyakarta, Deepbulish

3 Suhud, U. (2011). Using social marketing to develop a volunteer movement in Indonesia. In M. S. Zein & I. M. A. Arsana (Eds.)

2011 PPI Autralia's Contribution Matters! 2.0. Insights of Indonesian Students in Australia (pp. 91-122). Canberra: PPI-Australia.

72

H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

1 - - - -

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya

yang Telah Diterapkan Tahun

Tempat Penerapan

Respon Masyarakat

1 - - - -

J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1 Best presentation - Middle Eastern male tourists villains and lust seekers? Attitudes of young female residents relating to halal sex tourism in Indonesia.

The 2nd International Conference in Accounting & Management Education Research & Practice 2015, Baguio City

2015

2 Best paper - Taking/receiving and giving (TRG): A mixed methods study to examine motivations in volunteer tourism

The International Conference on Hospitality and Tourism Management (ICOHT) 2013, Colombo

2013

3 Best presentation - Taking/receiving and giving (TRG): A mixed methods study to examine motivations in volunteer tourism

Paper presented at the International Conference on Hospitality and Tourism Management (ICOHT) 2013, Colombo

2013

73

74

Lampiran 3 – Format Surat Pernyataan Ketua Peneliti/Pelaksana