83
1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN DANA PNBP UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN 2020 PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMIC COVID-19 MELALUI VIRTUAL LEARNING DALAM OPTIMALISASI PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DI TPA MELATI DHARMA WANITA PERSATUAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG TIM PENELITIAN Ketua Peneliti : Rezka Arina Rahma, M.Pd NIDN 0031039106 Anggota Peneliti 1 : Drs. H. Sucipto, M.Pd NIDN 0025036106 Anggota Peneliti 2 : Dr. M. Ishaq, M.Pd NIDN 0004076210 Anggota Peneliti 3 : Yessi Affriyenni, S.Pd, M.Sc NIDN 0011099301 Anggota Peneliti 4 : Sri Hidayati, S.Ag, S.Pd.AUD (Kepala Sekolah) Mahasiswa 1 : Savira Widya P. NIM 170141601553 Mahasiswa 2 AR Peneliti Asing : Nawas Dewi : Lina Yunita, S.Pd : Dr. Mas Nida Md. Khambari NIM 160141600614 (UPM: Malaysia) UNIVERSITAS NEGERI MALANG Bidang Fokus/Topik : Kemitraan lembaga dengan masyarakat : Sekolah Laboratorium UM : Kompetitif Umum : Terapan Skema Penelitian Kategori TKT

UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

1

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

DANA PNBP UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN 2020

PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA

PANDEMIC COVID-19 MELALUI VIRTUAL LEARNING DALAM OPTIMALISASI

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DI TPA MELATI DHARMA WANITA

PERSATUAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG

TIM PENELITIAN

Ketua Peneliti : Rezka Arina Rahma, M.Pd NIDN 0031039106

Anggota Peneliti 1 : Drs. H. Sucipto, M.Pd NIDN 0025036106

Anggota Peneliti 2 : Dr. M. Ishaq, M.Pd NIDN 0004076210

Anggota Peneliti 3 : Yessi Affriyenni, S.Pd, M.Sc NIDN 0011099301

Anggota Peneliti 4 : Sri Hidayati, S.Ag, S.Pd.AUD (Kepala Sekolah)

Mahasiswa 1 : Savira Widya P. NIM 170141601553

Mahasiswa 2

AR Peneliti Asing

: Nawas Dewi

: Lina Yunita, S.Pd : Dr. Mas Nida Md. Khambari

NIM 160141600614

(UPM: Malaysia)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Bidang Fokus/Topik : Kemitraan lembaga dengan

masyarakat

: Sekolah Laboratorium UM

: Kompetitif Umum

: Terapan

Skema Penelitian

Kategori

TKT

Page 2: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

i

Page 3: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

ii

RINGKASAN

Taman Penitipan Anak merupakan bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) nonformal yang keberadaannya terus berkembang jumlahnya seiring dengan

kebutuhan masyarakat saat ini. Permasalahan yang terjadi saat ini yaitu dengan

semakin banyaknya lembaga penitipan anak tidak menjamin bahwa semua lembaga

tersebut memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Mengingat begitu

pentingnya kebutuhan anak pada fase perkembangan, dan belum banyak penelitian

yang menyentuh layanan taman penitipan anak, maka penelitian ini memiliki urgensi

yang tinggi disamping TPA Melati Dharma Wanita Persatuan adalah salah satu

pendidikan nonformal yang berafiliasi dengan UM sebagai The Learning University.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model layanan taman

penitipan anak dalam optimalisasi perkembangan anak usia dini di TPA Melati

Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Malang.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian pengembangan

dengan model 4-D (Four-D Models). Model tersebut diadopsi dari Thiagarajan bahwa

prosedur penelitian pengembangan terdiri dari define, design, develop, and

disseminate. Tujuan utama model 4-D yaitu mengembangkan produk dan menguji

keefektifan produk dalam mencapai tujuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model layanan pengasuhan

anak telah divalidasi oleh ahli media (86,67%) dan ahli materi (84,5%). Hal ini

menunjukkan bahwa penerapan layanan penitipan anak sangat layak. Berdasarkan

hasil pengujian, secara umum aplikasi layanan penitipan anak mendapat kategori

sangat baik dari orang tua/wali siswa (88%) terkait kemudahan, kesesuaian, dan

kegunaan aplikasi. Model pelayanan yang diberikan di TPA Melati Dharma Wanita

Persatuan UM meliputi pelayanan asuhan, pelayanan pendidikan, pelayanan

kesehatan, dan pelayanan infrastruktur. Layanan yang diberikan oleh TPA Melati

Dharma Wanita Persatuan UM dapat diakses melalui aplikasi agar anak tetap

mendapatkan layanan pengasuhan selama pembelajaran jarak jauh.

Luaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah artikel jurnal internasional

bereputasi yang telah disubmit dan dipresentasikan pada bulan September 2020 di 1st

International Conference on Contemporary Sociology and Educational

Transformation (ICCSET). Target luaran selanjutnya adalah Hak Cipta (HKI) dan

book chapter ber-ISBN.

Page 4: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

iii

PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga Laporan Akhir Penelitian PNBP UM dengan judul “Pengembangan Metode

Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Pandemic Covid-19 Melalui Virtual Learning

Dalam Optimalisasi Perkembangan Anak Usia Dini di TPA Melati Dharma Wanita

Persatuan Universitas Negeri Malang” ini terselesaikan dengan baik.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan TPA merupakan bentuk

layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) nonformal yang terus berkembang

secara kuantitas seiring dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Namun, semakin

banyaknya TPA tidak menjamin bahwa semua lembaga tersebut memberikan layanan

yang sesuai dengan kebutuhan anak. Di sisi lain, pelaksanaan system full day pada

TPA harus berdasarkan pada pedoman teknis penyelenggaraan TPA yang harus

sesuai dengan pemenuhan hak-hak, kebutuhan, dan minat anak. Di sisi lain TPA

Melati Dharma Wanita Persatuan adalah salah satu pendidikan nonformal yang

berafiliasi dengan UM sebagai The Learning University.

Penulisan laporan penelitian ini tidak lepas dari partisipasi berbagai pihak.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang beserta seluruh

jajarannya;

3. Ketua LP2M Universitas Negeri Malang beserta seluruh jajarannya;

4. Pengelola TPA Melati Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Malang;

5. Wali murid TPA Melati Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Malang;

6. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerja sama.

Tim peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari sempurna.

Demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Besar

harapan semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Malang, 8 November 2020

Tim Peneliti

Page 5: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. i

RINGKASAN ........................................................................................................ iii

PRAKATA ............................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

C. Urgensi Penelitian ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7

A. Pendidikan Nonformal ............................................................................. 7

B. Anak Usia Dini ....................................................................................... 17

C. Model Layanan TPA .............................................................................. 23

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ........................................ 27

A. Tujuan Penelitian ................................................................................... 27

B. Manfaat Penelitian ................................................................................. 27

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 28

A. Rancangan Penelitian ............................................................................. 28

B. Subjek Penelitian .................................................................................... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 30

D. Teknik Analisis Data............................................................................... 31

BAB V HASIL YANG DICAPAI ........................................................................ 32

A. Hasil Pengembangan ............................................................................... 32

B. Hasil Uji Coba......................................................................................... 36

C. Bentuk Layanan di TPA Melati Dharma Wanita Persatuan UM ............ 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 49

A. Kesimpulan ............................................................................................. 49

Page 6: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

v

B. Saran ....................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51

LAMPIRAN .......................................................................................................... 56

Page 7: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

vi

DAFTAR TABEL

1 Konversi Data Kriteria Kelayakan Media dan Materi ............................... ..31

2 Konversi Data Kriteria Penilaian Wali Murid ........................................... ..31

3 Penilaian oleh Ahli Media .......................................................................... ..37

4 Penilaian oleh Ahli Materi ......................................................................... ..37

5 Penilaian oleh Pengguna ............................................................................ ..38

Page 8: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

vii

DAFTAR GAMBAR

1. Media pengembangan 4-D (Four D Models) diadopsi dari Thiagarajan …………28

2. Tampilan User Interface (UI) Model Layanan Parenting

Berbasis Mobile Application di TPA Melati UM……………….…………….....34

3. Bentuk Tahap Penyebaran Model Layanan Parenting

Berbasis Mobile Application di Google Playstore ……………………….……... 35

4. Persentase Kelayakan oleh Ahli Media …………………………………...…….. 37

5. Persentase Kelayakan oleh Ahli Materi …………………………………...…….. 38

6. Persentase Hasil Uji Coba pada Orang tua …………………………………..….. 39

Page 9: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen Penelitian …………..…….………………………….…………...… 56

2. Lembar Validasi Ahli Materi dan Media .…….…………………..…………… 59

3. Penjelasan Luaran Secara Singkat .…….……………………………………… 64

4. Luaran Penelitian .…….………………………….……………….…………… 68

Page 10: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia dini merupakan kelompok usia anak yang sedang dalam tahap

pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling pesat.

Pertumbuhan dan perkembangan telah dimulai sejak prenatal. Pembentukan sel syaraf

otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan.

Sebab setelah lahir tidak akan terjadi pembentukan sel syaraf otak lagi, tetapi

hubungan antar sel syaraf otak (sinap) terus berkembang. Penelitian menunjukkan

bahwa masa peka belajar anak dimulai dari anak dalam kandungan sampai 1000 hari

pertama kehidupannya. Menurut ahli neurologi, pada saat lahir otak bayi

mengandung 100 sampai 200 milyar neuron atau sel syaraf yang siap melakukan

sambungan antar sel. Sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah terjadi ketika

usia 4 tahun. Begitu pentingnya usia dini, sampai ada teori yang menyatakan bahwa

pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% pada usia delapan

tahun. Oleh karena itu usia dini (usia 0-8 tahun) juga disebut tahun emas atau golden

age (B. T. Bowman and S. Donovan, 2010; Yulianingsih et al., 2020).

Anak-anak di tahun-tahun awal berada pada masa tumbuh kembang yang

optimal. Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses tumbuh

kembang yang unik. Mereka memiliki pola tumbuh kembang tertentu yang

proporsional dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Ariyanti, 2016).

Oleh karena itu, anak membutuhkan berbagai layanan dan pendampingan dari orang

dewasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan non fisiknya, salah satunya adalah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bantuan tersebut di atas berupa perhatian

terhadap pendidikan, pengasuhan, perlindungan, serta kesehatan dan gizi yang

diarahkan untuk memfasilitasi tumbuh kembang anak, serta menetapkan landasan

tumbuh kembangnya sebagai manusia seutuhnya, sehingga anak dapat tumbuh dan

berkembang. berkembang secara optimal seperti yang diharapkan. Orang dewasa

yang dimaksud dalam dokumen ini adalah orang tua atau keluarga, karena keluarga

Page 11: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

2

merupakan bagian dari mikrosistem di lingkungan anak (Lestari, 2012). Selain itu,

keluarga juga merupakan lingkungan pertama dan terdekat; dengan demikian,

memikul tanggung jawab untuk membawa nilai-nilai kepada anak-anak. Keluarga

hendaknya menjadi wadah yang memberikan pendidikan dan pengajaran tentang

nilai-nilai sosial, kepercayaan, sikap, pengetahuan, kemampuan, dan teknik yang

menjadi dasar karakter anak di masa depan.

Layanan dan bantuan yang diberikan orang tua sangat berperan penting bagi

tumbuh kembang anak. Layanan dan bantuan tersebut berupa pengasuhan.

Pengasuhan merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam

mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-

anaknya sehingga perlakuan orang tua terhadap anaknya memberikan andil yang

sangat baik dalam proses tumbuh kembang anak. Pengasuhan merupakan suatu

proses ”interaksi” antara orang tua dan anak serta lingkungan masyarakatnya. Karena

anak adalah harapan orang tua, maka sudah sewajarnya orang tua memberikan

pengasuhan yang terbaik agar anak menjadi manusia tangguh, serta bermanfaat bagi

lingkungannya. Pengasuhan orang tua kepada anak dilakukan sejak anak dalam

kandungan sampai anak tersebut siap menjadi orang dewasa. Sebab pendidikan

pertama dan utama yang diterima oleh anak adalah pendidikan dari orang tua. Untuk

mencetak anak yang dapat menjadi penyejuk mata dan pembahagia jiwa, orang tua

harus memberi perhatian optimal sejak dini dan yang lebih penting adalah orang tua

harus menjadikan dirinya sebagai teladan selaku orang yang paling dekat dengan

kehidupan anak. Selama rentang usia dini seorang anak memerlukan

pembinaan/pendidikan yang sangat bijak, bukan karena mereka merupakan harapan

seluruh anggota keluarga melainkan lebih cenderung kepada pertimbangan bahwa

usia dini merupakan puncak peniruan segala bentuk perilaku dan tutur kata yang

terjadi di sekelilingnya (Gadsden et al., 2016; Huang et al., 2017; Oostdam & Hooge,

2013).

Orang tua secara tidak direncanakan telah menanamkan kebiasaan-kebiasaan

yang diwarisi dari nenek moyang dan pengaruh-pengaruh lain yang diterimanya

dalam masyarakat. kemudian anak menerima dengan daya penirunya dengan senang

Page 12: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

3

hati, sekalipun ia tidak menyadari benar apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai

dengan pendidikan itu. Kebiasaan-kebiasaan tertentu yang diinginkan untuk dapat

dilakukan oleh anak ditanamkan benar-benar sehingga seakan-akan kebiasaan

tersebut tidak boleh tidak dilakukan oleh anak. Dengan demikian si anak akan

membawa kemanapun juga pengaruh keluarganya tersebut, sekalipun ia sudah dapat

mulai berpikir lebih jauh lagi. Itulah sebabnya mengapa segenap anggota keluarga

khususnya orang tua (ayah dan ibu) sangat berperan dalam membentuk moral dan

perilaku (akhlak) anak. Dan yang paling penting adalah keteladanan kedua orang tua

dalam bertutur dan berperilaku santun serta berperilaku disiplin sesuai dengan norma-

norma kehidupan dalam masyarakat menjadi contoh nyata bagi anak-anak mereka.

Perhatian yang optimal dari orang tua terhadap gerak-gerik dan aktivitas anak sangat

dibutuhkan. Peran orang tua sebagai peletak dasar-dasar kedisiplinan dalam jiwa anak

adalah sesuatu yang bersifat mutlak dan tak tergantikan, sehingga orang tua harus

menjadi guru dan pembimbing yang penuh kasih sayang bagi anak-anak (Ceka &

Murati, 2016; Halim et al., 2018; Hoque et al., 2018).

Cepatnya perubahan tatanan sosial budaya menyebabkan semakin

meningkatnya kebutuhan dan ekonomi, sehingga menyebabkan kedua orang tua harus

bekerja. Kondisi tersebut membuat anak berpisah dengan kedua orang tuanya.

Sehingga pemberian perhatian dan kasih sayang kepada anak menjadi berkurang.

Dengan demikian kedekatan orang tua dengan anak pun menjadi terbatas. Padahal

kehadiran keduanya sangat dipelukan anak, tak peduli berapapun umurnya. Hal ini

kemudian disiasati dengan menitipkan anak pada anggota keluarga ataupun pengasuh

anak di rumah dengan tujuan anak-anak tetap ada yang mengawasi dan menjaga.

Mengingat pentingnya awal kehidupan anak adalah merupakan dasar yang cenderung

bertahan dan mempengaruhi sikap dan perilaku sepanjang hidupnya, maka dalam

bekerja orang tua tidak akan merasa tenang dan masih memikirkan pendidikan anak-

anaknya. Untuk itu diperlukan upaya dalam meminimalisir tidak terpenuhinya

kebutuhan anak usia dini. Sehingga diperlukan pengasuhan dan pendidikan yang

sesuai untuk anak usia dini hal ini berkaitan dengan peran pengganti orang tua

sementara yang dilakukan oleh lembaga pelayanan yang ada di masyarakat.

Page 13: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

4

Fenomena yang terjadi seringkali orang tua mengabaikan bagaimana pendidikan dan

pengasuhan yang seharusnya diterapkan pada anak usia dini. Karena jika di masa

tersebut anak tidak menerima apa yang seharusnya didapat, di kemudian hari akan

berdampak pada perkembangan anak. Berdasarkan hal inilah muncul berbagai macam

lembaga penyedia jasa pelayanan PAUD baik dari sektor pemerintah maupun

yayasan, salah satunya adalah Taman Penitipan Anak (TPA) (Gadsden et al., 2016;

Gavrilov et al., 2012; George & Consultation, 2018).

Taman Penitipan Anak merupakan bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) nonformal yang keberadaannya terus berkembang jumlahnya. Pada awalnya

Taman Penitipan Anak telah dikembangkan oleh Departemen Sosial sejak tahun 1963

sebagai upaya untuk mengisi kesenjangan akan pengasuhan, pembinaan, bimbingan,

sosial anak balita selama ditinggal orang tuanya bekerja atau melaksanakan tugas.

Sejak dibentuknya Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia tahun 2000, maka

pembinaan untuk pendidikan menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan

Nasional. Kebijakan Direktorat PAUD untuk seluruh bentuk layanan PAUD termasuk

TPA adalah memberikan layanan yang holistik dan integratif. Holistik berarti seluruh

kebutuhan anak (kesehatan, gizi, pendidikan, perlindungan, berkembang dan

mempertahankan kelangsungan hidup) dilayani dalam lembaga penyelenggara TPA.

Integratif berarti semua lembaga TPA melakukan koordinasi dengan instansi-instansi

Pembina. Selain itu, TPA juga dapat membantu anak dalam memperoleh lingkaran

persabahatan yang lebih besar, yang mana anak akan lebih aman dapat menempatkan

sebanyak-banyaknya perhatian anak dari lingkungan luar rumah (Stearns et al., 2019).

Semakin banyaknya lembaga penitipan anak tidak menjamin bahwa semua

lembaga tersebut memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak dan

mengikuti peraturan pemerintah. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa kasus

negatif mengenai lembaga penitipan anak yang tersorot di media cetak dan televisi.

Sehingga dirasa sangat perlu untuk dilakukan penelitian mengenai bagaimana layanan

yang diberikan di lembaga penitipan anak. TPA Melati UM adalah salah satu TPA

yang ada di kota Malang. TPA Melati UM berlokasi di Jalan Surakarta No.7 Malang

yang merupakan tempat pengasuhan bagi anak yang orang tuanya sibuk bekerja di

Page 14: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

5

luar rumah. TPA Melati UM sangat memperhatikan pemberian makanan sehat.

Adapun yang dimaksud makanan sehat adalah makanan yang diberikan kepada anak

dimasak langsung oleh kepala lembaga dan tanpa diberi penyedap rasa buatan, serta

adanya camilan kue dan buah sehat. Selanjutnya setiap enam bulan sekali di TPA

Melati UM mengadakan kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak yang selalu

dipantau oleh pengasuh sebagai bahan evaluasi apakah anak asuh mengalami

pertumbuhan dan perkembangan secara sempurna atau tidak. Selanjutnya, pelaporan

yang dilakukan setiap hari oleh tenaga pengasuh di TPA kepada orang tua dengan

menyampaikan secara langsung saat penjemputan oleh orang tua tentang kegiatan

anak sehari-hari saat berada di TPA, sehingga orang tua tetap dapat memantau

kegiatan yang dilakukan anak di TPA selama mereka bekerja (Abubakar et al., 2010;

Gadsden et al., 2016).

Adapun layanan yang diberikan di lembaga penitipan anak pada umumnya

meliputi layanan pengasuhan, pendidikan, kesehatan dan gizi serta pemberian fasilitas

sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak. Layanan bagi orang tua untuk

kebutuhan anak tersebut sangat penting, terlebih di saat pembelajaran jarak jauh

seperti saat ini. Saat masa pandemi Covid-19, telah diberlakukan kebijakan belajar

dari rumah dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk pada anak usia dini. Adanya

kebijakan dari pemerintah terkait memaksimalkan aktivitas belajar di rumah juga

semakin memurnikan dan menguatkan kembali peran keluarga dalam mendidik anak,

edukasi kesehatan internal, serta peningkatan kualitas kesehatan psikologis anak.

Adanya kondisi demikian membuat tidak semua orang tua siap menjalankan

pekerjaan rumah sekaligus menjadi guru pengganti. Oleh karena itu diperlukan

layanan bagi orang tua di TPA yang mampu mengakomodir dan mendukung kegiatan

pengasuhan di masa pandemi Covid-19 melalui virtual learning agar kebutuhan anak

tetap terpenuhi.

Mengingat pentingnya pelayanan yang harus diberikan pada anak usia dini

seperti yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat suatu

penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan Model Layanan Taman

Penitipan Anak dalam Optimalisasi Perkembangan Anak Usia Dini di TPA Melati

Page 15: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

6

Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Malang”. Penelitian tersebut berguna

untuk menghubungkan orang tua dan TPA selaku lembaga pendidikan dalam

menyediakan kebutuhan anak agar tetap terpenuhi, terlebih dalam pembelajaran jarak

jauh selama masa pandemi Covid-19.

B. Urgensi Penelitian

Urgensi dari penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan Taman Penitipan

Anak merupakan bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) nonformal

yang terus berkembang jumlahnya seiring dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

Permasalahan yang terjadi saat ini yaitu dengan semakin banyaknya lembaga

penitipan anak tidak menjamin bahwa semua lembaga tersebut memberikan layanan

yang sesuai dengan kebutuhan anak. Di sisi lain, pelaksanaan system full day pada

TPA harus berdasarkan pada pedoman teknis penyelenggaraan taman penitipan anak

yang mana semua program dan kegiatan berbasiskan pada pemenuhan hak-hak anak

dan minat anak dan atas pertimbangan kebutuhan di fase perkembangan. Mengingat

begitu pentingnya kebutuhan anak pada fase perkembangan, dan belum banyak

penelitian yang menyentuh layanan taman penitipan anak, maka penelitian ini

memiliki urgensi yang tinggi di samping TPA Melati Dharma Wanita Persatuan

adalah salah satu pendidikan nonformal yang berafiliasi dengan UM sebagai The

Learning University.

Page 16: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Nonformal

1. Konsep Pendidikan Nonformal

Menurut Soelaman Joesoef (1992), pendidikan nonformal adalah setiap

kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang

memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan

tingkat usia dan kebutuhan hidup, dengan tujuan mengembangkan tingkat

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-

peserta yang efesien dan efektif 10 dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan

lingkungan masyarakat dan negaranya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan nonformal adalah pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di

luar sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk

mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu

bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan negara.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

pasal 26 yaitu tentang Pendidikan Nonformal, berikut pemaparannya:

a. Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan

layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau

pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang

hayat.

b. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan

penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta

pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

c. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia

dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan

keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,

serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta

didik.

Page 17: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

8

d. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,

kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta

satuan pendidikan yang sejenis.

e. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal

pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan

diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Suzanne Kindevatter dalam bukunya Nonformal Education as an Empowering

Process (1979) mengemukakan definisi pendidikan luar sekolah sebagai berikut:

Pendidikan luar sekolah sebagai suatu metoda penerapan kebutuhan, minat orang

dewasa dan pemuda putus sekolah di negara berkembang, membantu dan memotivasi

mereka untuk mendapatkan keterampilan guna menyesuaikan pola tingkah laku dan

aktivitas yang akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan standar hidup.

2. Tujuan Pendidikan Nonformal

Ditinjau dari faktor tujuan belajar/pendidikan, pendidikan nonformal

bertanggung jawab menggapai dan memenuhi tujuan-tujuan yang sangat luas jenis,

level, maupun cakupannya. Dalam kapasitas inilah muncul pendidikan nonformal

yang bersifat multi purpose. Ada tujuan-tujuan pendidikan nonformal yang terfokus

pada pemenuhan kebutuhan belajar tingkat dasar (basic education) semacam

pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam, keterampilan vokasional, pengetahuan

gizi dan kesehatan, sikap sosial berkeluarga dan hidup bermasyarakat, pengetahuan

umum dan kewarganegaraan, serta citra diri dan nilai hidup. Ada juga tujuan belajar

di jalur pendidikan nonformal yang ditujukan untuk kepentingan pendidikan

kelanjutan setelah terpenuhinnya pendidikan tingkat dasar, serta pendidikan perluasan

dan pendidikan nilai-nilai hidup.

Contoh program pendidikan nonformal yang ditujukan untuk mendapatkan

dan memaknai nilai-nilai hidup misalnya pengajian, sekolah minggu, berbagai latihan

kejiwaan, meditasi, latihan pencarian makna hidup, kelompok hoby, pendidikan

kesenian, dan sebagainya. Dengan program pendidikan ini hidup manusia berusaha

Page 18: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

9

diisi dengan nilai-nilai keagamaan, keindahan, etika dan makna (Ishak Abdulhak,

2012).

3. Karakteristik Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari pendidikan

sekolah. Namun keduannya pendidikan tersebut saling menunjang dan melengkapi.

Dengan meninjau sejarah dan banyaknya aktivitas yang dilaksanakan, pendidikan

nonformal memiliki ciri-ciri isebagai berikut:

a. Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan dipergunakan.

Pendidikan nonformal menekankan pada belajar yang fungsional yang sesuai

dengan kebutuhan dalam kehidupan peserta didik.

b. Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan nonformal dan belajar mandiri,

peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan mengkontrol kegiatan belajarnya.

c. Waktu penyelenggaraannya relatif singkat, dan pada umumnya tidak

berkesinambungan.

d. Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel, dapat

dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh peerta didik.

e. Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan penekanan pada

elajar mandiri.

f. Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik adalah

fasilitator bukan menggurui. Hubungan diantara kedua pihak bersifat informal dan

akrab. Peserta didik memandang fasilitator sebagai narasumber dan bukan sebagai

instruktur.

g. Penggunaan sumber-sumber local. Mengingat sumber-sumber untuk pendidikan

sangat langka, maka diusahakan sumber-sumber local digunakan seoptimal

mungkin (Ishak Abdulhak, 2012).

Page 19: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

10

4. Jenis dan Isi Pendidikan Nonformal

Jenis dan isi pendidikan nonformal pada dasarnya bergantung pada kebutuhan

pendidikan.

1. Jenis pendidikan nonformal berdasarkan fungsinya adalah:

a. Pendidikan Keaksaraan

Jenis program pendidikan keaksaraan, ia berhubungan dengan populasi sasaran

yang belum dapat membaca-menulis. Target pendidikannya dari program

pendidikan keaksaraan ini adalah terbebasnya populasi sasaran dari buta baca,

buta tulis, buta bahasa Indonesia, dab buta pengetahuan umum.

b. Pendidikan Vokasional

Jenis program pendidikan vakasioanal berhubungan dengan populasi sasaran

yang mempunyai hambatan di dalam pengetahuan dan keterampilannya guna

kepentingan bekerja atau mencari nafkah. Target pendidikannya dari program

pendidikan vakasional ini adalah terbabasnya populasi sasaran dari

etidaktahuan atau kekurangmampuannya didalam pekerjaan-pekerjaan yang

sedang atau akan dimasukinnya.

c. Pendidikan Kader

Jenis program pendidikan kader berhubungan dengan populasi sasaran yang

sedang atau bakal memangku jabatan kepemimpinan atau pengelola dari suatu

bidang usaha di masyarakat, baik bidang usaha bidang social-ekonomi maupun

social-budaya. Jenis pendidikan ini diharapkan hadir tokoh atau kader

pemimpin dan pengelola dari kelompok-kelompok usaha yang tersebar di

masyarakat.

d. Pendidikan Umum dan Penyuluhan

Jenis program pendidikan ini berhubungan dengan berbagai variable populasi

sasaran, target pendidikannya terbatas pada pemahaman dan menjadi lebih

sadar terhadap sesuatu hal. Lingkup geraknya bisa sangat luas dari soal

keagamaan, kenegaraan, kesehatan, lingkungan hukum dan lainnya.

e. Pendidikan Penyegaran Jiwa-raga

Jenis program pendidikannya ini berkaitan dengan pengisian waktu luang,

Page 20: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

11

pengembangan minat atau bakat serta hobi (Sanapiah, 1981).

2. Isi program pendidikan nonformal yang berkaitan dengan peningkatan mutu

kehidupan seperti:

a. Pengembangan nilai-nilai etis, religi, estetis, social, dan budaya

b. Pengembangan wawasan dan tata cara berfikir

c. Peningkatan kesehatan pribadi, keluarga dan lingkungan

d. Peningkatan dan pengembangan pengetahuan di dalam arti luas (social,

ekonomi, politik, bahasa, sejarah, dan sebagainya)

e. Apresiasi seni-budaya ( sastra, teater, lukis, tari, pahat dan lain sebagainya)

Sedangkan isi program pendidikan nonformal yang berhubungan dengan

keterampilan untuk meningkatkan pendapatan (income generating skill),

berhubungan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang

dimaksudkan sebagai bekal bekerja, bekal mendapat pendapatan. Seperti

pertanian, perikanan, perkebunan dan lain sebagainya (Sanapiah, 1981).

5. Sasaran Pendidikan Nonformal

Sesuai dengan rancangan Peraturan Pemerintah sasaran pendidikan nonformal

dapat ditinjau dari beberapa aspek yakni sebagai berikut:

a. Sasaran Pelayanan:

• Usia Pra-Sekolah (0-6 tahun)

Fungsi lembaga ini mempersiapkan anak-anak menjelang mereka pergi sekolah

(Pendidikan Formal) sehingga mereka telah terbiasa untuk hidup dalam situasi

yang berbeda dengan lingkungan keluarga.

• Usia Pendidikan Dasar (7-12 tahun)

Usia ini dilaksanakan dengan penyelenggaraan program kejar paket A dan

kepramukaan yang diselenggarakan secara sesame dan terpadu.

• Usia Pendidikan Menengah (13-18 tahun)

Penyelenggaraan pendidikan nonformal untuk usia semacam ini diarahkan

untuk pengganti pendidikan, sebagai pelenggkap dan penambah program

pendidikan bagi mereka.

Page 21: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

12

• Usia Pendidikan Tinggi (19-24 tahun)

Pendidikan nonformal menyiapakan mereka untuk siap bekerja melalui

pemberian berbagai keterampilan sehingga mereka menjadi tenaga yang

produktif, siap kerja dan siap untuk usaha mandiri.

b. Berdasarkan Lingkungan Sosial Budaya

• Masyarakat Pendesaan

Masyarakat ini meliputi sebagian besar masyarakat Indunesia dan program

diarahkan pada program-program mata pencarian dan projgran pendayagunaan

sumber-sumber alam.

• Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan yang cepat terkena perkembangan ilmu dan teknologi,

sehingga masyarakat perlu memperoleh tambahan tersebut melalui pemberian

informasi dan kursus-kursus kilat.

• Masyarakat Terpencil

Untuk itu masyarakat terpencil ini perlu ditolong melalui pendidikan nonformal

yang mereka dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan nasional.

c. Berdasarkan Sistem Pengajaran

Sistem Pengajaran dalam proses penyelenggaraan dan pelaksanaan program

pendidikan nonformal meliputi:

• Kelompok, organisasi dan lembaga

• Mekenisme sosial budaya seperti perlombaan dan pertandingan

• Kesenian tradisional, seperti wayang, ludruk, ataupun teknologi modern seperti

televisi, radio, film, dan sebagainya

• Prasarana dan sarana seperti balai desa, masjid, gereja, sekolah dan alat-alat

pelengkapan kerja (Soelaiman, 1999).

Dari sisi target grup yang disebut sebgai sasaran didik, pendidikan nonformal

memiliki cakupan garapan yang sangat luas sarta besar variabilitasnya. Khalayak

sasaran yang ingin/harus dilayani pendidikan nonformal terentang seiring dengan

kebutuhan belajar manusia untuk belajar sepanjang hayat, sejak anak usia dini

sampai dengan orang usia lanjut. Dimana seseorang atau sebuah komunitas

Page 22: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

13

manusia muncul kebutuhan belajar (kebutuhan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap), maka di situ sebaiknya pendidikan nonformal hadir. Dalam kapasitas inilah

pendidikan nonformal dikatakan bersifat multi audiens, tidak saja ditinjau dari segi

usia, tetapi juga karakteristik individu dan sosial seperti jenis kelamin dan gender,

demografi, geografis, pekerjaan, latar pendidikan formal, dan sebagainya.

Sungguh sangat banyak kebutuhan belajar manusia yang hanya bisa didekati

dan diselesaikan melalui pendidikan nonformal. Sementara jelas sekali bahwa

kemampuan sekolah menjangkau dan memenuhi kebutuhan belajar khalayak

sasaran di luar mainstream sekolah (persyaratan usia, syarat pendidikan

pendahuluan, tempat tinggal, dan prasyarat formal lainnya) sangat terbatas.

Dengan demikian khalayak sasaran pendidikan nonformal adalah semua orang

yang membutuhkan layanan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan

(pengetahuan, keterampilan dan sikap) dalam upaya menggapai derajat, martabat,

dan kualitas hidup yang lebih baik, lebih indah, lebih bernilai, dan lebuh bermakna

(Ishak Abdulhak, 2012).

6. Satuan Pendidikan Nonformal

Pada tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, nama Direktorat

DISKLUSEPA diganti menjadi Direktorat PNFP (Pendidikan Nonformal dan

Pemuda). Berdasarkan UU tersebut jalur, jenis, dan satuan PNF mengalami

perubahan guna disesuaikan dengan tuntutan masyarkat tentang pendidikan. Satuan

pendidikan nonformal diperluas menjadi enam yaitu:

a. Lembaga kursus

Kursus adalah satuan pendidikan nonformal yang terdidri atas sekumpulan warga

masyarakat yang memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental

tertentu bagi warga belajar. Kursus diselenggarakan bagi warga belajar yang

memerlukan bekal untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah,

melanjutkan ke tingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

b. Lembaga pelatihan

c. Kelompok belajar

Page 23: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

14

Kelompok belajar adalah satuan pendidikan nonformal yang terdiri atas

sekumpulan warga masyarakat yang saling membelajarkan pengalaman dan

kemampuan dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf kehidupan. Dalam

kelompok belajar terdapat istilah kejar yang mengandung arti harfiah yakni

mengejar ketinggalan-ketinggalan, juga sebagai dua akronim dari belajar dan

bekerja serta kelompok belajar. Kedua pengertian tersebut disimpulkan bahwa

program kejar dijalankan untuk mengejar ketinggalan, bersifat belejar dan bekerja,

menggunakan wadah kelompok belajar. Program kejar diklasifikasikan menjadi

dua yakni:

• Kelompok Belajar Fungsional (termasuk didalam kelompok ini adalah

Keaksaraan fungsional, Kelompok Belajar Usaha (KBU), Kelompok Pemuda

Produktif Pedesaan (KPPP), Kelompok Pemberdayaan Swadaya Masyarakat

(KPSM), dan Kelompok Pemuda Produktif Mandiri (KPPM).

• Kelompok Belajar Kesetaraan ( Kejar Paket A setara SD, Kejar Paket B setara

dengan setara SLTP, Kelompok Belajar Paket C.

d. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Pusat kegiatan belajar masyarakat merupakan tempat belajar yang bentuk dari,

oleh dan untuk masyarakat, dalam rangka meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, sikap, hobi, dan bakat warga masyarakat, yang bertitik tolak dari

kebermaknaan dan kebermanfaatan program bagi warga belajar dengan menggali

dan memanfaatkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada

di lingkungannya. Program pembelajaran yang dilaksanakan di PKBM digali dari

kebutuhan nyata yang dirasakan warga masyarakat, dikaitkan dengan potensi

lingkungan dan kemungkinan pemasaran hasil belajar. Dalam kegiatan

pembelajaran keterampilan fungsional terintegrasi dengan seluruh program belajar,

waktu belajar disesuaikan dengan kesiapan warga belajar. Program yang

dilaksanakan dan kembangkan di PKMB tidak hanya program yang disponsori

oleh instansi pendidikan nonformal tetapi juga program dari instansi lain (seperti

pertanian, kesehatan, perindustrian dan lain-lain). Program-program yang

dilaksanakan PKMB selalu dikaitkan dengan upaya meningkatkan taraf hidup.

Page 24: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

15

Program-program yang dimaksud adalah pendidikan anak usia dini, pendidikan

keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan

kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan lansia dan

lainnya.

e. Majlis Ta`lim

Majlis ta`lim adalah suatu pendiidkan nonformal yang dilaksanakan oleh

masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan serta

perubahan sikap hidup terutama yang berhubungan dengan agama islam yang

dilaksanakan secara apik dan rapi. Kegiatankegiatan yang termasuk dalam masjlis

ta`lim adalah kelompok yasinan, kelompok pengajian, taman pengajian Al-Qur`an,

pengajian kitab kuning, salafiah dan lain-lain.

f. Satuan Pendidikan Sejenis

Pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap cakupannya sangat luas, maka

kegiatan tersebut perlu adanya landasan hokum yang bisa menjamin keberadaan

kegiatan tersebut. Maka ditetapkan satuan pendidikan sejenis (UU No. 2003 pasal

26 ayat 4). Jenis-jenis kegiatan yang termasuk dalam satuan pendidikan yang

sejenis (lainnya) menurut PP No. 37 Tahun 1991 tentang Pendidikan Nonformal

adalah pra sekolah (Kelompok bermain, Penitipan Anak), balai latihan dan

penyuluhan, kepramukaan, padepokan pencak silat, sanggar kesenian,

bengkel/teater, lembaga komunikasi edukatif melalui media massa (cetak dan

elektronik) dan majlis ta`lim (dalam UU No. 20 Tahun 2003 berdiri sendiri

menjadi satuan Pendidikan Nonformal) (Ishak Abdulhak, 2012).

7. Peran Pendidikan Nonformal

Masalah pendidikan dalam pendidikan sekolah, menyebabkan pendidikan

nonformal mengambil peran untuk membantu sekolah dan masyarakat dalam

mengurangi masalah tersebut. Sudjana mengemukakan peran pendidikan nonformal

adalah sebagai “pelengkap, penambah, dan pengganti" dengan penjabaran sebagai

berikut:

Page 25: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

16

a. Sebagai pelengkap pendidikan sekolah

Pendidikan nonformal berfungsi untuk melengkapi kemampuan peserta didik

dengan jalan memberikan pengalaman belajar yang tidak diperoleh dalam

pendidikan sekolah. Pendidikan nonformal sebagai pelengkap ini dirasakan perlu

oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat dan mendekatkan

fungsi pendidikan sekolah dengan kenyataan yang ada di masyarakat. Oleh karena

itu program-program pendididkan nonformal pada umumnya dikaitkan dengan

lapangan kerja dan dunia usaha seperti latihan keterampilan kayu, tembok, las,

pertanian, makanan, dan lain-lain.

b. Sebagai penambah pendidikan sekolah

Pendidikan nonformal sebagai penambah pendidikan sekolah bertujuan untuk

menyediakan kesempatan belajar kepada:

• Peserta didik yang ingin memperdalam materi pelajaran tertentu yang diperoleh

selama mengikuti program pendidikan pada jenjang pendidikan sekolah

• Alumni suatu jenjang pendidikan sekolah dan masih memerlukan layanan

pendidikan untuk memperluas materi pelajaran yang telah diperoleh

• Mereka yang putus sekolah dan memerlukan pengetahuan serta keterampilan

yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan atau penampilan diri dalam

masyarakat.

c. Sebagai pengganti pendidikan sekolah

Pendidikan nonformal sebagai pengganti pendidikan sekolah meyediakan

kesempatan belajar bagi anak-anak atau orang dewasa yang karena berbagai alasan

tidak memperoleh kesempatan untuk memasuki satuan pendidikan sekolah.

Kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar

membaca, menulis, berhitung dan pengetahuan praktis dan sederhana yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti pemeliharaan kesehatan

lingkungan dan pemukiman, gizi keluarga, cara bercocok tanam, dan jenis-jenis

keterampilan lainnya (Sudjana, 2010).

Page 26: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

17

B. Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki batasan usia tertentu, karakteristik yang unik, dan

berada pada suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi

kehidupan berikutnya. Selama ini orang dewasa mengidentikkan anak usia dini

sebagai orang dewasa mini, masih polos dan belum bisa berbuat apa-apa karena

belum mampu berpikir. Pandangan ini berdampak pada pola perlakuan yang

diberikan pada anak, antara lain sering memperlakukan anak sebagaimana orang

dewasa.

Saat mendidik atau membimbing anak dipaksa mengikuti pola pikir dan aturan

orang dewasa. Namun, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

banyaknya studi tentang anak usia dini, orang dewasa semakin memahami bahwa

anak usia dini bukanlah orang dewasa mini, dan berbeda dengan orang dewasa.

Menurut definisi ini anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada pada

proses pertumbuhan dan perkembangan.

Hal ini mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah individu yang unik yang

memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, sosio-emosional,

kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tahapan yang sedang

dilalui oleh anak tersebut.

1. Pendidikan Anak Usia Dini

Awal masa kanak-kanak berlangsung dari usia 2-6 tahun, oleh orang tua

disebut sebagai usia problematis, menyulitkan, atau main oleh para pendidik disebut

usia pra sekolah, dan oleh para ahli psikologi sebagai prakelompok, penjelajah atau

usia bertanya (Hurlock, 1980).

Pendidikan anak usia dini telah banyak berkembang di masyarakat, baik yang

ditumbuhkembangkan oleh instansi pemerintah maupun oleh masyarakat. Misalnya,

Bina Keluarga Balita yang dikembangkan oleh BKKBN, Penitipan Anak oleh Depsos

(dulu), TK oleh Depdiknas, TPA oleh Depag, dan Kelompok Bermain oleh

masyarakat. Pendidikan anak usia dini terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Fenomena yang sama juga terjadi di ASEAN, Indonesia tergolong rendah

Page 27: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

18

dibandingkan Vietnam, Filipina, Thailand, dan Malaysia.

Saat ini sudah mulai tampak adanya perkembangan yang positif dalam bentuk

pertumbuhan Kelompok Bermain dan Tempat Penitipan Anak yang pesat di

masyarakat. Demikian pula dengan semakin kuatnya dukungan pemda, akademisi,

praktisi dan birokrat. Hal ini terlihat dari pendidikan yang dilalui, yakni:

a. Pada jalur pendidikan formal, pendidikan anak usia dini berbentuk taman kanak-

kanak (TK), Raudhatul Atfal (RA), atau yang sederajat.

b. Pada pendidikan nonformal, pendidikan anak usia dini berbentuk kelompok

bermain (KB), taman penitipan anak (TPA) atau yang sederajat.

c. Pada jalur informal berupa pendidikan keluarga atau pendidikan yang

diselenggarakan oleh lingkungan masyarakat.

Anak usia dini, dilihat dari rentang usia menurut Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ialah anak sejak lahir sampai usia

enam tahun. Anak usia tujuh dan delapan tahun tidak termasuk dalam kategori usia

dini karena mereka dianggap sudah masuk pada usia sekolah dasar. Oleh karena itu

program perawatan pengasuhan, pendidikan, dan pembelajaran untuknya diberikan

seperti layaknya untuk orang dewasa (Suryana, 2011).

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan

tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh

atau menekankan pada pengembangan kepribadian dan potensi secara maksimal.

Secara institusional, pendidikan anak usia dini jua dapat diartikan sebagai salah satu

bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke

arah pertumbuhan dan perkembangan, baik koordinasi motorik, kecerdasn emosi,

kecerdasan jamak maupun kecerdasan spiritual. Sesuai dengan keunikan dan

pertumbuhan anak usia dini, penyelenggara pendidikan anak usia dini disesuaikan

dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (Suyadi &Ulfa,

2012).

Sementara Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

dalam pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh,

berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

Page 28: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

19

kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam

pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yakni: pertama, setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan

tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; dan kedua, selain hak anak

sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, khususnya anak yang menyandang cacat juga

berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki

keunggulan juga berhak mendapat pendidikan khusus. Pendidikan anak usia dini

memegang peranan penting sebab anak memiliki karakteristik perkembangan dan

kemampuan tersendiri.

Pentingnya pendidikan anak usia dini diperhatikan sehingga keluargalah yang

merupakan lingkungan pertama yang paling bertanggung jawab atas berlangsungnya

kegiatan ini. Sebab, dari lingkungan keluargalah yang terdiri dari ayah, ibu, dan

saudara-saudaranya seorang anak dapat mengisi usia emasnya, yakni hingga 5 tahun.

Meskipun banyak teori yang mengarah pada pentingnya faktor bawaaan, dikenal

dengan teori nativisme, dalam memberikan pengaruh pada seorang anak, tetapi juga

dibantah oleh hadirnya teori empirisme yang mengusung bahwa seseorang dalam

perkembangannya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Namun, belum cukup juga untuk menjelaskan pengaruh yang paling besar

bagi seseorang dalam membantu anak mengisi hari-harinya sehingga muncul teori

ketiga yang dikenal dengan teori konvergensi yang berusaha menyatukan kedua teori

tersebut dengan mengungkapkan bahwa faktor bawaan/genetika dan faktor

lingkungan sangat berpengaruh bagi setiap orang dalam menjalani aktivitasnya,

terutama bagi anak yang baru tumbuh dan berkembang.

2. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan berhubungan dengan keseluruhan kepribadian individu, karena

kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Kesatupaduan

kepribadian ini sebenarnya sukar dipisah-pisahkan, tetapi untuk sekedar membantu

mempermudah dalam memepelajari dan memahaminya, pembahasan aspek demi

aspek bisa dilakukan.

Page 29: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

20

Secara sederhana kita dapat membedakan beberapa aspek utama kepribadian,

yaitu aspek fisik dan motorik, aspek intelektual, aspek sosial, aspek bahasa, aspek

emosi, dan aspek moral dan keagamaan. Aspek-aspek ini adalah aspek-aspek besar

yang terbagi lagi atas sub aspek dan sub-sub aspek yang lebih kecil. Perkembangan

dari setiap aspek kepribadian tidak selalu bersamasama atau sejajar, perkembangan

sesuatu aspek mungkin mendahului atau mungkin juga mengikuti aspek lainnya,

tergantung dari faktor lingkungan tumbuh anak. Demikian uraian singkat dari aspek-

aspek perkembangan (Nugraha & Ratnawati, 2004; Thoha, 1996):

a. Aspek Fisik dan Motorik

Aspek ini mengalami perkembangan yang sangat menonjol adalah pada awal

kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan tahuntahun pertama

kehidupannya. Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi

tumbuh dan berkembangan dari seperduaratus mili meter menjadi 50 cm

panjangnya. Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal

kelahirannya, telah menjadi anak kecil yang bisa duduk, merangkak, berdiri,

bahkan pandai berjalan dan berlari, bisa memegang dan mempermainkan berbagai

benda atau alat pada akhir tahun kedua.

b. Aspek Intelektual

Aspek kognitif atau intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan

kemampuan mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana,

kemudian berkembang ke arah pemahaman dan memecahkan masalah yang lebih

rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa mulai masuk sekolah dasar (6-7

tahun). Berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada

masa sekolah menengah atas (usia 16-17 tahun). Walaupun individu semakin

pandai setelah belajar di perguruan tinggi, namun para ahli berpendapat bahwa

setelah usia 17 tahun atau 18 tahun peningkatan kemampuan terjadi sangat

lamban, yang ada hanyalah pengayaan, pendalaman dan perluasan wawasan.

c. Aspek Sosial

Aspek sosial anak berkaitan dengan hubungan anak dengan orangorang di

sekitarnya. Lama, sebelum matanya dapat melihat dengan jelas, bayi yang baru

Page 30: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

21

dilahirkan akan merespon bunyi atau suara dan menuju ke asal suara sebagaimana

layaknya orang dewasa. Bayi harus diberikan perawatan dengan penuh

kelembutan, kasih sayang dan perhatian yang konsisten, sebab pada masa itu bayi

sedang belajar tentang kasih sayang dan mempercayai orang lain. Anak yang

merasa diberikan kasih sayang dan keamanan pada masa awal perkembangannya,

maka ia kelak mudah mengembangkan persahabatan dan kedekatan dengan orang

lain. Ketrampilan sosial cukup kompleks, dan anak perlu waktu untuk

memahaminya. Anak perlu belajar tentang bagaimana merasakannya, bagaimana

mendengar, berbagi, bekerjasama, mengambil atau memberi, dan mengatasi

konflik. Umumnya bayi dan anak kecil dikenalkan oleh keinginan-keinginan dan

perasaannya sendiri. Mereka belum dapat melihat sesuatu dari sudut pandang

orang lain. Ia akan berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang ia rasakan dan

inginkan.

d. Aspek Bahasa

Aspek bahasa berkembang dimulai dengan menirukan bunyi dan perabaan.

Perkembangan selanjutnya berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan

intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk berfikir. Berfikir merupakan

suatu proses memahami dan melihat hubungan. Proses ini tidak mungkin dapat

berlangsung dengan baik tanpa alat bantu, yaitu bahasa. Perkembangan kedua

aspek ini saling menunjang. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk

berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu

interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga

berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial.

e. Aspek Emosi

Perkembangan aspek afektif atau perasaan (emosi) berjalan konstan, kecuali pada

masa remaja awal (usia 13-14 tahun) dan remaja tengah (usia 15-16 tahun). Pada

masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya,

diselingi dengan rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada

dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa

duka. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (usia 18-21 tahun). Kalau pada

Page 31: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

22

masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua, ambivalensi,

maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian sikap yang relatif

mempunyai kepercayaan diri.

f. Aspek Moral dan Keagamaan

Aspek moral dan keagamaan juga berkembang sejak kecil. Peranan lingkungan

terutama keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya

anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, kemudian

menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiri inipun, pada

mulanya dilakukan karena ada kontrol atau pengawasan dari luar, kemudian

berkembang karena kontrol dari dalam dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam

perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena

panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan suatu imbalan atau

pujian. Secara potensial tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir

masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu sangat

berpengaruh terhadap pencapaiannya. Sebagai realisasi tanggung jawab orangtua

dalam mendidik anak dalam hal keagamaan, ada beberapa aspek yang sangat

penting untuk diperhatiakan orang tua, yaitu pendidikan ibadah, pendidikan

pokokpokok ajaran agama, pendidikan akhlakul karimah dan pendidikan aqidah

islamiyah. Secara umum terdapat pola-pola perkembangan, baik untuk setiap

aspek maupun keseluruhan aspek perkembangan, tiap individu seringkali

ditemukan kekhususan-kekhususan. Terbentuknya pola khusus ini berkaitan erat

dengan perpaduan antara foktor-faktor yang ada dalam diri individu dengan faktor

luar.

Page 32: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

23

C. Model Layanan TPA

Model layanan TPA merupakan bentuk layanan yang diberikan pada anak usia

dini oleh lembaga penyelenggara TPA. Sebagaimana yang telah diuraikan

sebelumnya bahwa TPA merupakan salah satu bentuk PAUD pada jalur nonformal

dengan fungsi ganda, yang menjalankan program pendidikan, pengasuhan, dan

kesejahteraan sosial secara teratur sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak.

Adapun model layanan yang diberikan di lembaga TPA mengacu pada Permendikbud

No.137 Tahun 2014 meliputi layanan pengasuhan, layanan pendidikan, layanan

kesehatan dan gizi, serta layanan sarana-prasarana yang akan dijelaskan sebagai

berikut.

1. Layanan Pengasuhan

Yawson, et al (2016) mengungkapkan bahwa pengasuhan adalah upaya

memenuhi kebutuhan anak yang meliputi kebutuhan fisik biologis yaitu kebutuhan

anak akan pangan (gizi), perawatan, kesehatan primer (imunisasi, deteksi dini, dan

pengobatan sederhana), papan (pemukiman yang layak), higine dan sanitasi, sandang

yang sesuai dan aman, serta olah raga dan rekreasi.

Pengalaman yang didapat dari proses pengasuhan akan mempengaruhi

perkembangan, kemampuan dan pemahaman anak. The National Association for

Education of Young Children (NAEYC), menjelaskan bahwa persyaratan utama

pengasuhan anak yang berkualitas adalah dengan menyediakan lingkungan yang

sesuai, aman dan terpelihara, dimana mampu meningkatkan perkembangan fisik,

sosial emosional dan kognitif melalui pendekatan konkrit yang berorientasi bermain.

Pengasuhan anak menyediakan lingkungan pembelajaran awal yang positif,

dengan pengasuh yang mendukung pengasuhan berkelanjutan bagi anak-anak kecil

antara rumah, sekolah, dan masyarakat luas, yang penting untuk perkembangan

jangka panjang. Secara umum, penitipan anak menawarkan solusi bagi orang tua

yang bekerja sambil memberikan kesempatan pendidikan yang kaya dan beragam

untuk perkembangan anak.

Pengasuhan anak menawarkan bentuk pedagogi yang berbeda dalam

mendukung pembelajaran dan perkembangan anak. Konsep yang mendasari pedagogi

Page 33: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

24

sebagai praktik sosial menawarkan kerangka teoritis yang berguna dan pemahaman

yang lebih bernuansa tentang berbagai cara di mana pembelajaran berlangsung di

pengaturan berbasis rumah. Pedagogi sebagai tindakan diskursif belajar dan mengajar

yang dilakukan oleh praktisi dalam praktek sehari-hari dalam interaksi dengan anak.

Semua pengasuh menyesuaikan dukungannya terhadap pembelajaran anak

dengan berbagai cara mulai dari menyelenggarakan kegiatan belajar sehari-hari.

Kegiatan sehari-hari pengasuh menunjukkan bukti berbagai macam kegiatan

pendidikan yang bervariasi dari hari ke hari. Program kegiatan harian dan bulanan

yang direncanakan dan disesuaikan dengan minat anak. Di sisi lain, pengasuh lebih

memilih pendekatan yang lebih fleksibel daripada kombinasi aktivitas bermain bebas

terpandu dan spontan untuk menawarkan kesempatan pendidikan bagi anak-anak

dalam pengasuhan mereka (Abubakar et al., 2010; Ehrlich et al., 2020; Tretteteig et

al., 2017).

2. Layanan Pendidikan

Layanan pendidikan yang diberikan di TPA tidak lain berupa pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi anak didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran menurut behaviorisme adalah upaya

pendidik untuk membantu anak didik melakukan kegiatan belajar sehingga

menghasilkan perubahan perilaku pada anak didik (Tulus Tu’u, 2004). Dari definisi

tersebut, jika dihubungkan dengan pendidikan usia dini maka kita dapat mengatakan

bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi anak usia dini dengan guru dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk membantu membimbing anak

belajar dengan baik sesuai dengan tahap perkembangnnya sehingga menghasilkan

perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.

Pembelajaran di PAUD pada dasarnya menerapkan esensi bermain karena

bermain merupakan dunia kerja anak usia prasekolah. Menurut Anggani Sudono

(2000) bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi,

memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Melalui

Page 34: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

25

bermain, anak dapat memetik berbagai manfaat bagi semua aspek perkembangan.

Kegiatan pembelajaran di kelompok bermain didesain sedemikian rupa sehingga

memungkinkan anak belajar dengan tetap mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang,

bebas, merdeka, voluntir, dan demokratis.

3. Layanan Kesehatan Dan Gizi

Layanan kesehatan yang diberikan di TPA sesuai dengan petunjuk Juknis

(2015) meliputi layanan kesehatan langsung dan tidak langsung, yang dijelaskan

sebagai berikut.

a. Layanan kesehatan langsung

Layanan kesehatan langsung berupa pemeriksaan kesehatan peserta didik yang

dilakukan oleh tenaga medis secara berkala misalnya pemeriksaan gigi, pemberian

vitamin A, penimbangan, imunisasi, dan penanganan darurat. Untuk kegiatan ini

lembaga TPA dapat bekerjasama dengan Posyandu atau Puskesmas terdekat.

b. Layanan kesehatan tidak langsung

Layanan kesehatan tidak langsung berupa pemeliharaan kebersihan lingkungan

dan alat main, pengaturan cahaya dan ventilasi, ketersediaan air bersih untuk

kegiatan main ataupun untuk toilet training, pencegahan dan pemberantasan

penyakit menular. Sedangkan layanan gizi yang diberikan di TPA dilakukan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan gizi yang seimbang bagi peserta didik.

4. Layanan Sarana-Prasarana

Layanan sarana-prasarana yang diberikan di TPA harus berorientasi pada

pengembangan fungsi tumbuh kembang anak dan kondisi setempat, salah satu aspek

yang harus mendapat perhatian utama dari setiap administrasi pendidikan adalah

sarana dan prasarana pendidikan seperti tempat belajar dan prasarana belajar.

Anak berkembang dalam lingkungan yang beragam. Cook, et atl (2008)

menyatakan bahwa lingkungan akan mempengaruhi anak dalam berbagai hal, antara

lain akan berpengaruh terhadap bagaiamana seorang anak berkembang dan belajar

dari lingkungan. Kualitas dan kuantitas pengasuhan terhadap anak usia dini ini

Page 35: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

26

menurut Mönks, Knoers, dan Haditono (2004) berkait dengan pemberian stimulasi.

Pemberian stimulasi harus sesaui dengan kebutuhan anak, anak yang mendapat

stimulasi yang berlebih atau kurang, akan menyebabkan anak mengalami problema

perkembangan. Problema perkembangan dapat terjadi karena pemberi stimulasi tidak

paham tentang capaian perkembangan.

Penelitian terdahulu oleh Hoerniasih (2017) menyimpulkan bahwa

perencanaan program pengasuhan diawali dengan analisis kebutuhan oleh ketua

penyelenggara. Pengorganisasian dilakukan untuk mengorganisir pengelola, pendidik

dan tenaga kependidikan dengan menjalankan peran fungsi dan pengasuhan.

Pelaksanaan dilakukan sesuai jadwal masing-masing pengasuhan secara holistik dan

integratif. Pembinaan dilakukan melalui supervisi dan monitoring baik secara

langsung dan tidak langsung. Penilaian difokuskan pada proses pengasuhan dan

pembelajaran selama kegiatan berlangsung pada aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Pengembangan dilakukan untuk memajukan penyelenggaraan program

pengasuhan agar lebih sempurna, lebih luas, dan lebih baik.

Penelitian oleh Martani (2012) menunjukkan bahwa pemahaman guru

terhadap cara memberikan stimulasi untuk perkembangan emosi anak usia dini masih

belum memadai, karena guru lebih menekankan pada pentingnya kemampuan kognisi

pada anak, dan cenderung mengabaikan perkembangan emosi pada anak, sehingga

sangat memungkinkan terjadinya problem perkembangan pada anak. Namun hal yang

harus diperhatikan adalah kondisi ini terkait dengan nilai dan budaya yang ada

disekitarnya. Karena faktor nilai dan budaya merupakan hal yang ikut menentukan

orientasi pendidikan untuk anak usia, dan secara mempengaruhi penentuan standar

perilaku dan cara mendidik anak.

Merujuk dari penelitian terdahulu seperti yang dijelaskan diatas, peneliti dapat

mengetahui batasan dan relevansi yang sekiranya dapat mendukung penelitian ini.

Dari penelitian ini peneliti akan meneliti sesuai dengan fokus penelitian yaitu untuk

mengembangkan model layanan TPA yang holistik integratif.

Page 36: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

27

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model layanan

taman penitipan anak dalam optimalisasi perkembangan anak usia dini di TPA Melati

Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Malang.

B. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis.

Manfaat dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah kajian keilmuan di bidang

Pendidikan Luar Sekolah (PLS), terutama terkait pendidikan keluarga dalam hal

mengakomodir kebutuhan anak yang harus dipenuhi melalui kolaborasi lembaga

pendidikan dan orang tua.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga dapat bermanfaat secara praktis diantaranya:

a. Sebagai bahan rujukan dan pengembangan bagi implementasi pendidikan

nonformal dan informal melalui layanan taman penitipan anak dalam memenuhi

kebutuhan anak;

b. Sebagai bahan evaluasi berkiatan tentang pendidikan nonformal di lembaga

pendidikan (TPA) dan informal di lingkungan keluarga;

c. Sebagai bahan evaluasi orang tua dan pengelola TPA tentang penyelenggaraan

pendidikan anak usia dini sesuai dengan hak, kebutuhan, dan minat anak;

d. Untuk membentuk budaya meneliti yang dapat diaplikasikan berdasarkan

permasalahan kelembagaan yang ditentukan; dan

e. Sebagai feed-back dan masukan bagi pemerintah, pengelola TPA, dan orang tua

dalam menyukseskan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang mendukung

tumbuh kembang anak sepenuhnya, terutama dalam masa pembelajaran jarak jauh.

Page 37: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

28

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini akan mengembangkan model layanan yang menggunakan media

berupa aplikasi android. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan

pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2015),

metode penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah 4-D (Four D

Models). Model tersebut terdiri dari empat tahap yaitu: define (pendefinisian), design

(perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Media

pengembangan 4-D (Four D Models) disajikan dalam gambar alur sebagai berikut.

Gambar 1. Media pengembangan 4-D (Four D Models) diadopsi dari Thiagarajan

Page 38: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

29

Pada tahap define (pendefinisian) yang dilakukan adalah (1) analisis ujung

depan, yaitu penentuan masalah dasar yang dialami oleh wali murid yang menitipkan

anak di TPA dalam proses pengasuhan anak usia dini, (2) analisis yang menitipkan

anak di TPA, yaitu mengetahui karakteristik wali murid dan kesulitan yang dialami,

(3) analisis tugas, yaitu mengidentifikasi tugas utama yang dilakukan oleh wali murid

disesuaikan dengan kebutuhannya, (4) analisis konsep, yaitu menentukan materi yang

disajikan pada media, dan (5) analisis tujuan, yaitu merumuskan indikator tujuan

pengembangan model layanan yang akan dicapai. Analisis ujung depan bertujuan

memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi oleh wali murid yang

menitipkan anak di TPA dalam pengasuhan anak terutama di saat pembelajaran jarak

jauh seperti masa pandemi Covid-19, sehingga dibutuhkan pengembangan layanan

yang membantu wali murid selaku orang tua dalam memberikan pengasuhan pada

anak. Berdasarkan masalah ini disusunlah alternatif model layanan yang relevan.

Pada tahap design (perancangan) yang dilakukan adalah perancangan layanan

parenting berbasis mobile application tersebut didasarkan pada permasalahan yang

telah dianalisis pada tahap define (pendefinisian), sehingga model layanan yang

didesain untuk mengatasi semua permasalahan yang ada. Tahap perancangan secara

garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) merumuskan konsep materi berupa

peta konsep (pra produksi); (2) menyusun sebuah model layanan berbasis mobile

application berupa aplikasi mobile dengan sistem operasi android (produksi); dan (3)

menyelesaikan rancangan model layanan parenting berbasis mobile application

(finishing).

Setelah itu, peneliti mengembangkan model layanan parenting berbasis

aplikasi mobile pada sistem operasi android. Pada tahap pengembangan selanjutnya

adalah: (1) validasi ahli, yaitu: menguji kelayakan media oleh ahli media dan ahli

materi dengan dilanjutkan revisi/ perbaikan; dan (2) uji coba, yaitu: implementasi

model layanan parenting berbasis mobile application kemudian meminta penilaian

kemudahan dan kemanfaatan penggunaan aplikasi oleh wali murid.

Pada tahap disseminate (penyebaran) yang dilakukan adalah penyebaran

penggunaan layanan parenting berbasis mobile application . Tahap ini merupakan

Page 39: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

30

proses pengembangan yang terakhir. Hal ini ditujukan untuk mendistribusikan model

layanan kepada pengguna (wali murid) untuk mempermudah proses kegiatan

pengasuhan pada anak.

B. Subjek Penelitian

Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah 10 wali murid di TPA Melati UM.

Sedangkan untuk uji coba kelompok besar adalah 50 wali murid di TPA Melati UM

untuk memperoleh penilaian tentang kemudahan dan kemanfaatan penggunaan

aplikasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan

wawancara. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi

ahli, yaitu: untuk ahli media dan ahli materi, dan pedoman wawancara. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data untuk memberi pertanyaan atau pernyataan

tertulis baik bersifat terbuka maupun tertutup kepada responden untuk dijawab

(Sugiyono, 2015). Kuesioner digunakan untuk uji validasi dan penilaian wali murid

terhadap kemudahan dan kemanfaatan penggunaan aplikasi.

Hasil penilaian terhadap seluruh aspek diukur dengan Skala Likert. Skala likert

merupakan sejumlah pernyataan positif atau negatif mengenai suatu obyek sikap.

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam

suatu kontinum sikap terhadap obyek sikap mulai dari sangat negatif sampai sangat

positif. Dalam penelitian ini, jawaban butir instrumen diklasifikasikan menjadi 5

(lima) pilihan. Setiap indikator yang diukur diberikan skor skala 1-5, yaitu 5 (sangat

baik/sangat layak), 4 (baik/layak), 3 (kurang baik/kurang layak), 2 (tidak baik/tidak

layak), dan 1 (sangat tidak baik/sangat tidak layak).

Wawancara dilakukan dengan melakukan komunikasi antara peneliti dengan

narasumber untuk memperoleh data atau informasi. Teknik ini bertujuan untuk

mengetahui informasi awal model layanan parenting pada TPA sebagai data

tambahan.

Page 40: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

31

D. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk mengubah persentase rata-rata untuk

menentukan kriteria: kelayakan media dan penilaian wali murid. Sedangkan data

kualitatif berupa kritik dan saran untuk perbaikan model layanan yang telah

dikembangkan.

Konversi data kuantitatif ke kualitatif untuk data uji kelayakan media dan

materi, serta penilaian wali murid terhadap kemudahan dan kemanfaatan penggunaan

media menurut Riduwan (2015) disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Konversi Data Kriteria Kelayakan Media dan Materi

Persentase

Penilaian Kategori Keterangan

81%-100% Sangat Layak Sangat valid, dapat digunakan tanpa revisi

61%-80% Layak valid, dapat digunakan tanpa revisi

41%-60% Cukup Layak Cukup valid, dapat digunakan namun perlu direvisi

(minor)

21%-40% Kurang Layak Kurang valid, disarankan tidak digunakan karena perlu

direvisi (mayor)

0%-20% Sangat Kurang Layak Tidak valid, tidak diperkenankan untuk digunakan

Tabel 2. Konversi Data Kriteria Penilaian Wali Murid

Persentase

Penilaian Kategori Keterangan

81%-100% Sangat Layak Sangat valid, dapat digunakan tanpa revisi

61%-80% Layak valid, dapat digunakan tanpa revisi

41%-60% Cukup Layak Cukup valid, dapat digunakan namun perlu direvisi

(minor)

21%-40% Kurang Layak Kurang valid, disarankan tidak digunakan karena perlu

direvisi (mayor)

0%-20% Sangat Kurang Layak Tidak valid, tidak diperkenankan untuk digunakan

Page 41: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

32

BAB V

HASIL YANG DICAPAI

A. Hasil Pengembangan

Berikut hasil dari pengembangan model layanan taman penitipan anak dalam

optimalisasi perkembangan anak usia dini di TPA Melati Dharma Wanita Persatuan

Universitas Negeri Malang.

1. Define (Pendefinisian)

a. Analisis ujung depan

Analisis ujung depan dilakukan dengan mendiagnosis permasalahan dasar yang

dialami oleh wali murid yang menitipkan anak di TPA. Teknik yang dilakukan

adalah wawancara. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, salah satu

permasalahan yang terjadi adalah belum tersedia layanan pengasuhan berbasis

digital yang mendukung wali murid selaku orang tua dalam mengakomodir

kebutuhan anak terlebih dalam mendukung proses pengasuhan pada anak usia dini

di masa pandemi covid-19. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan

pengembangan model layanan parenting berbasis mobile application di TPA

sebagai model layanan alternatif yang dapat digunakan oleh wali murid sehingga

dapat mendukung dan memenuhi kebutuhan anak selama belajar dari rumah di

masa pandemi covid-19.

b. Analisis wali murid

Analisis wali murid berfungsi untuk penyesuaian model layanan berbasis mobile

application dengan karakteristik wali murid dan kesulitan yang dialami. Rentang

usia wali murid adalah 20-35 tahun dan mereka tidak asing dengan penggunaan

smartphone. Terkait kendala, mereka mengalami kesulitan dalam melakukan

penyimpanan aplikasi dan memerlukan perangkat yang mudah dioperasikan. Hal

ini menjadi pertimbangan untuk merancang produk. Dalam hal ini diperlukan

aplikasi yang bersifat ringan dengan size kurang dari 60 MB.

Page 42: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

33

c. Analisis Tugas, Konsep, dan Tujuan

Analisis tugas dilakukan dengan mengidentifikasi penjabaran materi sesuai dengan

tugas wali murid dalam melakukan pengasuhan pada anak. Analisis konsep

dilakukan dengan menentukan materi yang akan dikembangkan sesuai layanan

pengasuhan di TPA. Kemudian tujuan ditentukan berdasarkan analisis tugas dan

konsep.

2. Design (Perancangan)

Tahap ini dilakukan perencanaan produk sebagai model layanan parenting berbasis

mobile application pada TPA selama masa pandemi covid-19. Perancangan ini

meliputi 3 (tiga) tahap sebagai berikut.

a. Pra Produksi

Pada tahap pra produksi dilakukan perumusan konsep berupa peta konsep. Pra

produksi melakukan perancangan awal sebagai pedoman dalam proses

pengembangan, meliputi: flowchart, alur navigasi, dan pembuatan storyboard.

Flowchart merupakan penggambaran program secara menyeluruh berkaitan

dengan urutan proses didalamnya sehingga alur program dari mulai sampai akhir

dapat tergambarkan secara jelas. Alur navigasi merupakan alur dari suatu program

yang menggambarkan konstruksi antar bagian. Sedangkan storyboard merupakan

narasi dan visual yang menggambarkan urutan komponen dalam media.

b. Produksi

Pada tahap produksi dilakukan penyusunan sebuah model layanan parenting

berbasis mobile application . Pada tahap produksi memperhatikan pemilihan

media dan format. Pemilihan media yaitu model layanan parenting yang

dikembangkan adalah berbasis mobile application dengan ukuran kurang dari 60

MB dan hanya diperuntukan sistem operasi android. Sedangkan pemilihan format

yaitu didasarkan pada aspek kesesuaian, kemudahan, kemenarikan, dan

kemudahan. Model layanan berbasis mobile application dibuat dengan software

adobe photoshop dan android studio. Terdapat 4 (empat) menu yang tersedia pada

Page 43: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

34

aplikasi tersebut diantaranya: profil anak, layanan chatting untuk kesehatan anak,

layanan pendampingan stimulasi anak, dan masukan laporan halaman anak.

c. Pasca Produksi

Pada tahap pasca produksi dilakukan penyelesaian rancangan model layanan

parenting berbasis mobile application sebagai bentuk tahap lanjutan dari tahap

produksi sesuai dengan konsep pada tahap pra produksi. Pada tahap ini juga

dilakukan export aplikasi dalam bentuk android package (.apk) agar dapat

digunakan pada perangkat bersistem operasi android. Berikut merupakan tampilan

user interface dari model layanan yang dikembangkan:

Gambar 2. Tampilan User Interface (UI) Model Layanan Parenting Berbasis Mobile

Application di TPA Melati UM

Page 44: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

35

3. Develop (Pengembangan)

Pada tahap pengembangan terdiri dari telaah model layanan parenting yang telah

dikembangkan oleh ahli media dan ahli materi. Ahli media pada penelitian ini

adalah dosen TEP FIP Universitas Negeri Malang (UM). Sedangkan ahli materi

adalah dosen PLS FIP Universitas Negeri Malang (UM) konsentrasi Pendidikan

Keluarga. Berdasarkan telaah media yang dilakukan diperoleh masukan dan saran

sebagai berikut: (1) pemilihan resolusi icon aplikasi yang lebih besar agar lebih

jelas; (2) memperhatikan ukuran font agar lebih disesuaikan; dan (3) pemilihan

warna pada user interface agar lebih menarik. Sedangkan masukan dan saran

terhadap hasil telaah materi adalah pada layanan pendampingan stimulasi anak

agar dikategorikan sebagaimana layanan pendampingan pada umumnya yang

meliputi layanan pengasuhan, layanan pendidikan, layanan kesehatan dan gizi

serta layanan sarana-prasarana.

4. Disseminate (Penyebaran)

Setelah model layanan parenting diuji validasi mencapai nilai kelayakan dan

menunjukkan kebermanfaatan dan kemudahan penggunaan aplikasi oleh wali

murid maka media dapat disebarkan wali murid TPA Melati UM untuk digunakan

lebih lanjut dan dimanfaatkan sebagai fasilitas virtual learning milik sekolah yang

dapat diakses dengan mengunduh di Google Playstore.

Gambar 3. Bentuk Tahap Penyebaran Model Layanan Parenting Berbasis Mobile Application

di Google Playstore

Page 45: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

36

B. Hasil Uji Coba

Produk akhir pengembangan model layanan parenting berbasis mobile

application sebagai bentuk fasilitas virtual learning yang mendukung proses

pengasuhan pada anak, terlebih di masa pandemi covid-19 yang diberlakukan

pembelajaran jarak jauh. Aplikasi android disajikan dalam bentuk file android

package (.apk) yang dapat dipasangkan pada smartphone berbasis android. Media

dapat digunakan oleh pengguna.

Terdapat 4 (empat) menu yang tersedia pada aplikasi tersebut diantaranya: (1)

profil anak berisi tentang rangkuman hasil perkembangan anak; (2) layanan chatting

untuk kesehatan anak berisi tentang layanan bantuan bagi orang tua untuk dapat

berkonsultasi dengan dokter anak; (3) layanan pendampingan stimulasi anak adalah

media yang membantu orang tua untuk bukti perkembangan anak dengan memasukan

foto dan deskripsi kegiatan, dan (4) masukan laporan halaman anak berisi tentang

identitas anak dan laporan perkembangan anak pada aspek perkembangan nilai agama

dan moral, kognitif, sosio emosional, fisik motorik, bahasa, dan seni.

Media diuji kelayakannya untuk mengukur kualitas media dari segi media dan

materi. Pengambilan data kelayakan media diperoleh dari penilaian oleh validator

melalui kuesioner yang terdiri dari ahli media yaitu Utari Dewi, S.Sn, M.Pd (Dosen

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya), sedangkan ahli

materi yaitu Dr. Hj. Gunarti Dwi Lestari, M.Si (Dosen Pendidikan Luar Sekolah

Universitas Negeri Surabaya). Secara umum, indikator kelayakan media didasarkan

pada 4 (empat) indikator yaitu kesesuaian, kemudahan, kemenarikan, dan

kemanfaatan (Mulyana).

Parameter untuk mengukur kualitas model layanan yang dikembangkan

menggunakan 3 (tiga) syarat kelayakan yaitu dari aspek tampilan, sajian, dan

teknologi. Sedangkan untuk mengukur kualitas materi mengacu pada 4 (empat)

indikator dari aspek relevansi materi, keakuratan, kontekstual, dan kebahasaan. Hasil

diperoleh dari tanggapan wali murid melalui lembar penilaian berupa kuesioner

dengan bantuan platform Google Form.

Page 46: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

37

Tabel 3. Penilaian oleh Ahli Media

Aspek Kelayakan Persentase Kategori

Tampilan 85% Sangat Layak

Sajian 86% Sangat Layak

Teknologi 89% Sangat Layak

Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan hasil validasi

dari ahli media yaitu 86,67% dan termasuk kategori sangat layak. Berikut hasil

penilaian dari ahli media dalam diagram batang.

Gambar 4. Persentase Kelayakan oleh Ahli Media

Selanjutnya hasil validasi ahli materi dapat dilihat dari Tabel 4 yang menunjukkan

persentase kelayakan sebesar 84,5% dan termasuk kategori sangat layak. Setelah

media diuji kelayakan maka dilakukan perbaikan dan media siap diujicobakan pada

proses pembelajaran. Berikut hasil penilaian dari ahli materi dalam diagram batang.

Tabel 4. Penilaian oleh Ahli Materi

Aspek Kelayakan Persentase Kategori

Relevansi Materi 95% Sangat Layak

Keakuratan 93% Sangat Layak

Kontekstual 70% Layak

Kebahasaan 80% Layak

82%

84%

86%

88%

90%

92%

Aspek Tampilan Aspek Sajian Aspek Teknologi

Persentase Kelayakan oleh Ahli Media

Page 47: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

38

Gambar 5. Persentase Kelayakan oleh Ahli Materi

Berikut perolehan persentase dari tiap aspek kemudahan, kesesuaian, dan

kemanfaatan penggunaan model layanan parenting berbasis mobile application

sebagai alternatif layanan pengasuhan di TPA Melati UM selama masa pandemi

Covid-19 disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5. Penilaian oleh Pengguna

Aspek Kelayakan Persentase Kategori

Kemudahan 86% Sangat Layak

Kesesuaian 90% Sangat Layak

Kemanfaatan 88% Sangat Layak

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa wali murid selaku orang tua

berpendapat bahwa model layanan parenting berbasis mobile application ini

memiliki nilai kemudahan dan kemanfaatan yang sangat baik dengan persentase

sebesar 88% oleh orang tua. Media yang dikembangkan termasuk kategori sangat

layak untuk digunakan, mudah, sesuai dengan karakteristik pengguna, dan

bermanfaat. Berikut hasil uji coba dalam diagram batang.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Relevansi Materi Keakuratan Kontekstual Kebahasaan

Persentase Kelayakan oleh Ahli Materi

Page 48: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

39

Gambar 7. Persentase Hasil Uji Coba pada Orang tua

Hasil penelitian ini didukung oleh Beecher & Buzhardt (2016) tentang

teknologi seluler untuk meningkatkan keterlibatan orang tua. Semua orang tua

mengindikasikan bahwa aplikasi membantu mereka berkomunikasi dengan guru. Para

orang tua senang menerima gambar-gambar kegiatan anak-anak pada siang hari,

tetapi beberapa orang tua menyatakan bahwa mereka lebih suka guru memberi

mereka arahan yang lebih spesifik tentang kegiatan yang harus dilakukan di rumah.

Dengan kata lain, orang tua akan mengetahui dan meminta anak melakukan suatu

kegiatan setelah menerima pesan dari sekolah. Sebagian besar orang tua membuat

pernyataan tentang peningkatan komunikasi dengan guru dan kemudian peningkatan

pemahaman tentang apa yang terjadi di sekolah sangat berharga bagi mereka.

Selain itu, penelitian ini didukung oleh Can's (2016) bahwa kolaborasi antara

orang tua dan guru merupakan langkah penting untuk pencapaian siswa. Para

pemangku kepentingan di sektor pendidikan berusaha mencari solusi terbaik untuk

mendorong keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah. Untuk melibatkan orang

tua dalam kegiatan sekolah dan acara lainnya, sistem notifikasi yang baik harus

dibangun. Guru harus memberikan informasi yang akurat tentang kemajuan siswa

serta informasi lainnya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pandangan orang tua

tentang penggunaan aplikasi seluler telah banyak digunakan di kalangan orang tua

dan guru kelas untuk meningkatkan lingkungan pendidikan terbukti positif dan

bermanfaat. Pengembangan model layanan parenting berbasis mobile application

84%

86%

88%

90%

92%

Aspek Kemudahan Aspek Kesesuaian Aspek Kemanfaatan

Persentase Hasil Uji Coba pada Orangtua

Page 49: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

40

didasarkan pada hasil wawancara yang menunjukkan ciri khas layanan parenting

yang diberikan di TPA Melati UM meliputi layanan pengasuhan, layanan pendidikan,

layanan kesehatan dan gizi serta layanan sarana-prasarana.

C. Bentuk Layanan di TPA Melati Dharma Wanita Persatuan UM

Selama masa pandemi Covid-19, TPA Melati UM tetap dapat memberikan

keempat layanan parenting tersebut melalui model layanan yang telah dikembangkan

oleh peneliti. Berikut uraian terkait layanan tersebut.

1. Layanan Pengasuhan

Dalam pelayanan kesehariannya, layanan pengasuhan yang diberikan di TPA

Melati UM merupakan layanan yang diberikan selama anak datang sampai

penjemputan, yakni meliputi kegiatan pemberian fasilitas yang sesuai dengan

kebutuhan anak yang aman, nyaman dan tenang, serta kegiatan pemberian makan

dan minum susu, kegiatan bermain dan belajar, kegiatan toileting, kegiatan

perlindungan, serta kegiatan istirahat yang telah dijadwalkan sesuai dengan

kebutuhan anak. Temuan tersebut sesuai dengan paparan Eleeza (2006) bahwa

pengasuhan adalah upaya memenuhi kebutuhan anak dari kebutuhan fisik biologis

berupa pangan (gizi), perawatan, kesehatan primer (imunisasi, deteksi dini, dan

pengobatan sederhana), papan (pemukiman yang layak), higine dan sanitasi,

sandang yang sesuai dan aman, serta olahraga dan rekreasi.

Hasil penelitian layanan pengasuhan yang diberikan di TPA telah sesuai jika

dikaitkan dengan teori yang dinyatakan oleh Elezza, di mana di dalam layanan

tersebut terdapat pemberian makan dan minum susu layaknya pemenuhan

kebutuhan pangan, perawatan layaknya layanan yang diberikan pada anak dari

awal datang sampai penjemputan, kesehatan primer layaknya layanan yang berupa

kegiatan perlindungan, papan (pemukiman yang layak), higine dan sanitasi,

sandang yang sesuai dan aman, layaknya pemberian fasilitas yang sesuai dengan

kebutuhan anak yang aman, nyaman dan tenang. Serta olahraga dan rekreasi

layaknya kegiatan bermain dan belajar anak yang dilakukan di luar ruangan.

Page 50: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

41

Books (2011) menyebutkan bahwa pengasuhan sebagai sebuah proses

tindakan dan interaksi kepada anak. Afandi (2010) yang menyebutkan bahwa

pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang berlangsung secara terus

menerus yang mencakup mengasuh, mendidik, melatih, memelihara dan mengajar.

Daycare services (daycare) refer to services that offer childcare outside the family

home for young children, particularly children who are not yet of an age to be

covered by the formal school system. Dalam melakukan pengasuhan, daycare

dituntut untuk mempunyai pengalaman, keterampilan, dan tanggung jawab sebagai

orang tua dalam mendidik dan merawat anak, sebab pengasuh berperan

menggantikan peran orang tua yang sedang bekerja/mencari nafkah.

Hasil penelitian layanan pengasuhan yang diberikan di TPA telah sesuai

bahwa pengasuh merupakan seseorang yang mengasuh, mendidik, melatih,

memelihara dan mengajar anak yang berada di TPA dari awal datang sampai

penjemputan. Yaitu dari pemenuhan kebutuhan anak, pemberian perlindungan

yang dibutuhkan anak, pemberian kasih sayang serta pemberian pembelajaran

sensori motori dan pembiasaan bersikap sopan-santun, mandiri dan tertib pada

anak yang belum tentu didapatkan anak dari orang tuanya.

Teori yang telah disebutkan diatas, dapat dikatakan bahwa layanan

pengasuhan yang diberikan di TPA telah sesuai dengan teori, dimana pengasuhan

yang diberikan berupa pemenuhan kebutuhan anak yang meliputi kebutuhan

makan, minum susu dan istirahat anak yang telah dijadwalkan, perlindungan

selama anak berada di TPA, lingkungan yang anam, nyaman dan tenang, serta

pembelajaran dan pembiasaan yang tidak didapatkan dari orang tua anak. Selama

masa pandemi Covid-19, melalui layanan parenting digital yang telah

dikembangkan, orang tua dan guru dapat memanfaatkan menu perkembangan yang

dilaporkan setiap minggu. Dengan demikian kebutuhan pengasuhan anak juga

tetap terpenuhi. Özdamlı & Yıldız (2014), secara umum orang tua memiliki

harapan positif tentang penggunaan perangkat seluler untuk tujuan pendidikan.

Para orang tua beranggapan bahwa kegiatan pembelajaran mobile akan berguna

untuk digunakan dengan tujuan mendukung pendidikan tradisional. Selain itu,

Page 51: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

42

sebagai kesimpulan penelitian, ditemukan bahwa harapan orang tua untuk

meningkatkan kolaborasi orang tua-sekolah melalui teknologi seluler pada

umumnya positif.

2. Layanan Pendidikan

Dalam kesehariaanya, layanan pendidikan yang diberikan di TPA Melati UM

merupakan kegiatan layanan yang berupa kegiatan bermain dan belajar anak di

dalam dan diluar ruangan dengan menggunakan APE yang telah disediakan sesuai

dengan usia anak. Penggunaan APE tersebut mendukung perkembangan anak

(moral, kognitif, sosio emosional, fisik motorik, bahasa, dan seni). Selain

perkembangan juga disertai dengan kegiatan pembentukan pembiasaan dalam

bersikap sopan-santun, kemandirian dan tertib, dengan tujuan nantinya tanpa sadar

akan menanamkan perilaku disiplin pada anak. Temuan tersebut dapat dianalisis

dengan teori-teori pendidikan yang dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut

pembelajaran pada anak usia dini merupakan proses interaksi antara guru dengan

peserta didik melalui kegiatan bermain menggunakan berbagai sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar” (Prasetyo, 2016).

Hasil temuan penelitian, maka layanan pendidikan yang diberikan di TPA

Melati UM telah sesuai jika dikaitkan dengan teori, dimana kegiatan pembelajaran

merupakan kegiatan belajar dan bermain anak menggunakan APE yang telah

disediakan sesuai dengan usia anak. “Behaviorisme berkaitan dengan aspek

perilaku manusia yang dapat diamati dan diukur. Dalam mendefinisikan perilaku,

teori pembelajaran behavioris menekankan perubahan dalam perilaku yang

dihasilkan dari asosiasi stimulus-respons yang dibuat oleh peserta didik. Perilaku

diarahkan oleh rangsangan” (Zhou & Brown, 2017). Kerangka kerja ini

memperjelas bagaimana perkembangan dan pembelajaran anak dibentuk oleh

interaksi antara faktor lingkungan, hubungan, dan kesempatan belajar yang mereka

alami, baik di dalam maupun di luar sekolah, bersama dengan proses fisik,

psikologis, kognitif, sosial, dan emosional yang mempengaruhi seseorang. yang

Page 52: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

43

lain, baik secara biologis maupun fungsional, karena memungkinkan atau merusak

pembelajaran (Hammond, 2020).

Hasil temuan penelitian, maka layanan pendidikan yang diberikan di TPA

Melati UM telah sesuai jika dikaitkan dengan teori di atas, dimana upaya pendidik

untuk membantu anak didik melakukan kegiatan belajar sehingga menghasilkan

perkembangan yang baik dan perubahan perilaku pada anak didik yang diberikan

di TPA Melati UM layaknya pemberian kegiatan bermain dan belajar anak di

dalam dan di luar ruangan dengan menggunakan APE yang telah disediakan sesuai

dengan usia anak sehingga anak akan mampu bermain meskipun tidak dibantu

oleh pengasuh ataupun orang tuanya. Serta kegiatan pembentukan pembiasaan

dalam bersikap sopan-santun, kemandirian dan tertib, sehingga tanpa sadar anak

akan berperilaku disiplin dan akan terbawa dalam kehidupan selanjutnya.

Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan

pendidikan yang diberikan di TPA Melati UM telah sesuai dengan teori. Dimana

kegiatan belajar dan bermain menggunakan APE dan sumber belajar yang telah

disediakan. Kegiatan belajar dan bermain tersebut juga meningkatkan

perkembangan anak. Selain itu juga adanya kegiatan pembentukan kebiasaan pada

sikap sopan-santun, kemadirian dan tertib yang pastinya akan terbawa dikehidupan

anak selanjutnya. Sehingga dapat dikatakan anak mengalami perubahan perilaku

dari tidak tau menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.

Di masa pandemi covid-19 melalui aplikasi yang telah dikembangkan,

layanan pendidikan tetap dapat dipenuhi melalui menu layanan pendampingan

stimulasi. Pada menu tersebut orang tua dapat melaporkan aktivitas keseharian

anak di rumah yang juga diketahui oleh guru di TPA sebagai bentuk laporan.

Laporan perkembangan anak yang didasarkan pada aspek perkembangan nilai

agama dan moral, kognitif, sosio emosional, fisik motorik, bahasa, dan seni.

Adanya komunikasi dua arah antara orang tua dan guru ini tentu mendukung

perkembangan anak.

Saat pandemi Covid-19, orang tua sementara menjadi guru dalam

mendampingi anak belajar di rumah dengan membantu tugas yang diberikan guru

Page 53: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

44

di sekolah kepada siswa. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan yang

diberikan oleh lembaga sekolah dalam melaksanakan pembelajaran salah satunya

adalah pemberian tugas. Proses pendampingan orang tua kepada anak membantu

pembelajaran jarak jauh akan membantu perkembangan anak secara optimal

(Nahdi et al.,2020).

3. Layanan Kesehatan dan Gizi

Layanan gizi yang diberikan di TPA Melati UM merupakan kegiatan layanan

yang berupa pemberian makanan yang sesuai dengan gizi seimbang yang

dibutuhkan anak, dimana makanan yang diberikan dimasak sendiri oleh pengelola

tanpa bahan penyedap rasa buatan, dan menu yang diberikan telah dikonsultasikan

kepada orang tua. Teori layanan kesehatan yang digunakan untuk menganalisis

penelitian ini adalah teori dari Saidah (2020) meliputi layanan kesehatan dan gizi

juga sangat penting diberikan pada anak. Terdapat tiga pilar layanan agar tumbuh

kembang anak dapat terbentuk secara optimal, yaitu dengan adanya layanan

kesehatan, asupan gizi dan stimulasi psikososial. Perilaku kesehatan yang dapat

diberikan kepada anak dapat di klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu,

memberikan perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance), perilaku

pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan (health seeking

behaviour), dan mengobati sendiri (self treatment) agar anak memiliki kesehatan

yang baik dikemudian hari.

Layanan kesehatan tidak langsung berupa pemeliharaan kebersihan

lingkungan dan alat main, pengaturan cahaya dan ventilasi, ketersediaan air bersih

untuk kegiatan main ataupun untuk toilet training, pencegahan dan pemberantasan

penyakit menular. Jika dikaitkan dengan hasil temuan penelitian layanan kesehatan

yang diberikan di TPA Melati UM telah sesuai dengan teori yang disebutkan,

dimana pemberian layanan kesehatan yang diberikan meliputi pemeriksaan

kesehatan anak, pemberian vitamin beserta kegiatan Deteksi Dini Tumbuh

Kembang Anak yang diberikan oleh pihak poliklinik dan pengasuh. Serta

Page 54: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

45

pemeliharaan lingkungan dan sarana yang digunakan selama kegiatan berlangsung

yang dilakukan oleh pengasuh.

Layanan gizi berdasarkan hasil temuan pada penelitian ini merupakan layanan

yang berupa pemberian makanan yang sesuai dengan gizi seimbang yang

dibutuhkan anak, dimana makanan yang diberikan dimasak sendiri oleh pengelola

dengan tanpa bahan penyedap rasa buatan, dan menu yang diberikan telah

dikonsultasikan kepada orang tua. Sehingga jika ada orang tua yang kurang setuju

bisa memberi masukan.

Teori layanan gizi yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah

teori dari Neelon (2018) adalah: “Program pendidikan dan pengasuhan anak

(PAUD) harus mencapai tolok ukur yang direkomendasikan untuk memenuhi

kebutuhan gizi anak dan mendorong pertumbuhan optimal anak di lingkungan

yang aman dan sehat. Asupan makanan anak dipengaruhi oleh sejumlah faktor

dalam ECE, termasuk kualitas gizi makanan dan minuman yang disajikan,

lingkungan waktu makan, dan interaksi yang terjadi antara anak-anak dan

pengasuh mereka. Perilaku kesehatan penting dan terkait lainnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan termasuk aktivitas fisik anak, tidur, dan stres dalam

penitipan anak”.

Keterkaitan antara hasil temuan penelitian dan teori yang telah disebutkan

dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan gizi yang diberikan di TPA Melati UM

telah memberikan makanan yang sehat bergizi dan bervariasi saja, namun gizi

yang diberikan hanya sekedar bergizi saja tidak bergizi tinggi, sebab setelah

diperhatikan peneliti ternyata makanan bergizi yang diberikan tidak

dikonsultasikan pada petugas kesehatan, hanya dikonsultasikan pada orang tua

yang pada kenyataannya selalu menerima apa saja yang diberikan di TPA. Selain

itu dalam catatan kebutuhan dan sentivitas jenis makanan tidak diperhatikan sesuai

kebutuhan peserta didik sebab dalam pemberian menu makanan disamakan antara

peserta didik satu dengan yang lainnya.

Di masa pandemi covid-19, melalui aplikasi yang telah dikembangkan adanya

layanan pemenuhan kesehatan dan gizi tetap terpenuhi dan terkontrol dengan

Page 55: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

46

menu layanan chatting pada dokter anak. Pada menu tersebut orang tua dapat

berkonsultasi dengan dokter atau pakar anak yang bekerja sama dengan TPA

Melati UM terkait kesehatan dan gizi anak. Selama pandemi Covid-19, para orang

tua ingin anaknya dalam keadaan sehat. Salah satu hal yang dapat dilakukan orang

tua adalah mengingatkan mereka untuk menerapkan gaya hidup sehat dan bersih

untuk menghindari berbagai penyakit dan dengan mengajari anak untuk mengikuti

tata cara kesehatan (Kurniati, 2020). Aplikasi ini membantu berbagai pihak untuk

bekerja sama dalam memenuhi perkembangan anak. Penerapan yang bersifat

hybrid memungkinkan orang tua untuk berkomunikasi dengan mudah kepada guru

kelas, konselor, layanan kesehatan dan juga manajemen sekolah. Desain telah

ditinjau dan umpan balik diberikan dari pengguna.

4. Layanan Sarana-prasarana

Layanan sarana-prasarana yang diberikan di TPA Melati UM berupa layanan

lingkungan dalam dan lingkungan luar, prasarana belajar yang berupa gedung

milik sendiri dan ruang serbaguna yang bisa digunakan untuk bermain dan belajar

serta untuk istirahat anak, dan juga terdapat ruang dapur dan ruang kamar mandi

untuk kegiatan anak, sarana penunjang berupa peralatan yang menunjang perilaku

hidup bersih dan sehat seperti peralatan untuk mencuci tangan, gosok gigi, dan

peralatan untuk membersihkan lingkungan kegiatan anak, dan sarana belajar yang

berupa APE indoor dan outdoor.

Temuan tersebut dapat dianalisis dengan teori-teori sarana-prasarana yang

dipakai dalam penelitian ini sebagai berikut: bagi lembaga pendidikan anak usia

dini, sarana dan prasarana sangat penting untuk menarik minat masyarakat.

Masyarakat akan semakin tertarik menyekolahkan anaknya ke sekolah yang

memiliki sarana dan prasarana yang baik dan lengkap (Alkadri, dkk 2018). Salah

satu komponen penting dalam pendidikan adalah sarana dan prasarana pendidikan.

Fasilitas membuat sistem pendidikan mengalir dengan mudah untuk mencapai

tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan memperhatikan

kebutuhan pendidikan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas

Page 56: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

47

proses pembelajaran. Sarana pendidikan adalah segala alat, perlengkapan, dan alat

yang digunakan secara langsung dalam proses pembelajaran di sekolah. Selain itu,

sarana dan prasarana pendidikan adalah semua peralatan yang secara tidak

langsung mendukung dalam proses pembelajaran di sekolah tetapi sebenarnya

dapat. Setiap satuan pendidikan nonformal dan formal menyediakan sarana dan

prasarana yang memenuhi tujuan pendidikan sesuai dengan tumbuh dan

berkembangnya potensi fisik, intelektual, kecerdasan, emosi, kejiwaan, dan peserta

didik.

Jika dikaitkan dengan hasil temuan penelitian maka layanan sarana-pasarana

yang diberikan di TPA Melati UM telah sesuai yakni berupa lingkungan dalam

luar ruangan, gedung milik sendiri dan ruang serbaguna yang bisa digunakan

untuk bermain dan belajar serta untuk istirahat, ruang dapur dan kamar mandi

untuk kegiatan, peralatan yang menunjang PHBS seperti peralatan untuk mencuci

tangan, gosok gigi dan peralatan untuk membersihkan lingkungan dan sarana

belajar yang berupa APE indoor dan outdoor.

Di masa pandemi covid-19, adanya model layanan parenting berbasis aplikasi

mobile dapat menjadi alternatif virtual learning bagi orang tua dan TPA dalam

menyukseskan pengasuhan dan pendampingan pada anak. Model layanan tersebut

juga dapat menjadi salah satu sarana prasarana TPA selaku lembaga pendidikan

dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh, sehingga tetap terlaksana dengan

baik. Dhawan (2020), teknologi membantu mengatasi hambatan selama pandemi

Covid-19. Infrastruktur TI adalah prasyarat untuk pembelajaran online.

Infrastruktur harus kuat sehingga dapat memberikan layanan tanpa hambatan

selama dan setelah krisis.

Selain itu, hasil penelitian ini secara umum didukung oleh pernyataan

McCloskey et. Al. (2018) yang menyatakan bahwa keterlibatan orang tua dan

komunikasi yang teratur antara keluarga dengan sekolah anak merupakan ciri dari

program PAUD yang berkualitas. Guru dapat melaporkan kegiatan anak kepada

orang tua, begitu juga sebaliknya melalui komunikasi secara daring. Cara alternatif

ini sangat bermanfaat bagi para praktisi anak usia dini yang bekerja di tempat

Page 57: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

48

penitipan anak yang dapat dilakukan dengan pemanfaatan teknologi seluler sebagai

dukungan. Teknologi dapat digunakan untuk mendukung orang tua dalam berbagi

informasi tentang anak-anak.

Page 58: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

49

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa simpulan, yaitu

sebagai berikut. Pengembangan model layanan taman penitipan anak dalam

optimalisasi perkembangan anak usia dini di TPA Melati Dharma Wanita Persatuan

Universitas Negeri Malang. Model layanan yang dikembangkan berbasis aplikasi

mobile menggunakan model 4D (Four-D) yaitu define (pendefinisian), design

(perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Model

layanan parenting berbasis aplikasi mobile yang dikembangkan telah divalidasi oleh

ahli media dan ahli materi dengan mendapat penilaian sebesar 86,67% dari ahli media

dan 84,5% dari ahli materi. Hal ini menunjukkan bahwa model layanan parenting

berbasis aplikasi mobile yang dikembangkan layak.

Berdasarkan uji coba pada pembelajaran di kelas, aplikasi tersebut mendapat

penilaian terhadap kemudahan dan kemanfaatan penggunaan aplikasi sebesar 88%

oleh orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa media mobile learning memenuhi aspek

kemudahan, kesesuaian, dan kemanfaatan penggunaan aplikasi untuk kegiatan

pengasuhan dan pendampingan, terutama dalam rangka menyukseskan pembelajaran

dari rumah selama masa pandemi covid-19 yang memberlakukan pembelajaran jarak

jauh. Model pelayanan yang diberikan di TPA Melati Dharma Wanita Persatuan UM

meliputi pelayanan asuhan, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan

pelayanan infrastruktur. Layanan yang diberikan oleh TPA Melati Dharma Wanita

Persatuan UM dapat diakses melalui aplikasi agar anak tetap mendapatkan layanan

pengasuhan selama pembelajaran jarak jauh.

Page 59: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

50

B. Saran

Berdasarkan paparan kesimpulan di atas, maka dapat dirumuskan saran yang

ditujukan kepada beberapa pihak, sebagai berikut.

1. Bagi TPA Melati Dharma Wanita Persatuan UM:

Untuk mengadposi dan mengembangkan model layanan parenting tersebut dalam

menunjang kegiatan pengasuhan dalam rangka memenuhi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Dengan demikian kegiatan pengasuhan dapat berjalan efektif

dalam mensinergikan hubungan antara lembaga pendidikan dan wali murid.

2. Bagi Wali murid atau orang tua:

Untuk dapat memanfaatkan model layanan parenting tersebut dengan baik dan

bijak dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Page 60: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

51

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, A., Holding, P., Van De Vijver, F., Bomu, G., & Van Baar, A. (2010).

Developmental monitoring using caregiver reports in a resource-limited setting:

The case of Kilifi, Kenya. Acta Paediatrica, International Journal of

Paediatrics, 99(2), 291–297. https://doi.org/10.1111/j.1651-2227.2009.01561.x

Ali Nugraha dan Neny Ratnawati. 2011. Kiat Merangsang Kecerdasan Anak:

Panduan Agar Anak Komunikatif dan Berfikir Kreatif. Jakarta: Puspa Swara

Alkadri, H., Ningrum, T. A., Santoso, Y., & Afriansyah, H. (2018). Essentiality of

Management of Facilities and Infrastructure toward a Number of Students of

Early Years Institution. January 2018. https://doi.org/10.2991/icece-17.2018.18

Anggani, S. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo

Ariyanti, T. (2016). PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BAGI

TUMBUH KEMBANG ANAK (THE IMPORTANCE OF CHILDHOOD

EDUCATION FOR). Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar, 8(1), 50–58.

B. T. Bowman and S. Donovan. (2010). Eager to Learn: Educating Our

Preschoolers. National Academy Press.

Beecher, C., & Buzhardt, J. (2016). Mobile technology to increase parent

engagement. Interaction Design and Architecture(s), 28(1), 49–68.

Benjamin-Neelon, S. E. (2018). Position of the Academy of Nutrition and Dietetics:

Benchmarks for Nutrition in Child Care. Journal of the Academy of Nutrition

and Dietetics, 118(7), 1291–1300. https://doi.org/10.1016/j.jand.2018.05.001

Broekman, F. L., Piotrowski, J. T., Beentjes, H. W. J., & Valkenburg, P. M. (2018).

App features that fulfill parents’ needs in apps for children. Mobile Media and

Communication, 6(3), 367–389. https://doi.org/10.1177/2050157918759571

Brooks, J. (2011). Processes of Parenting (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2011. Pustaka Pelajar.

Can, M. H. (2016). Use of mobile application: Means of communication between

Parents and Class Teacher. World Journal on Educational Technology: Current

Issues, 8(3), 252. https://doi.org/10.18844/wjet.v8i3.834

Ceka, A., & Murati, R. (2016). The Role of the Parents in the Education of Children.

Journal of Education and Practice, 7(5). https://doi.org/10.1111/j.1440-

1819.1952.tb01331.x

Cook, S. W., Mitchell, Z., & Goldin-Meadow, S. (2008). Gesturing makes learning

last. Cognition, 106(2), 1047-1058

Creswell, J. W. (2014). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif,

dan Campuran (Terjemahan) (4th ed.). Pustaka Pelajar.

Darling-Hammond, L., Flook, L., Cook-Harvey, C., Barron, B., & Osher, D. (2020).

Page 61: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

52

Implications for educational practice of the science of learning and

development. Applied Developmental Science, 24(2), 97–140.

Dewi, N. R., & Akhlis, I. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Ipa

Berbasis Pendidikan Multikultural Menggunakan Permainan Untuk

Mengembangkan Karakter Siswa. USEJ - Unnes Science Education Journal,

5(1), 1098–1108. https://doi.org/10.15294/usej.v5i1.9569

Dhawan, S. (2020). Online Learning: A Panacea in the Time of COVID-19 Crisis.

Journal of Educational Technology Systems, 49(1), 5–22.

Ehrlich, U., Möhring, K., & Drobnič, S. (2020). What Comes after Caring? The

Impact of Family Care on Women’s Employment. Journal of Family Issues,

41(9), 1387–1419. https://doi.org/10.1177/0192513X19880934

Falenchuk, O., Perlman, M., McMullen, E., Fletcher, B., & Shah, P. S. (2017).

Education of staff in preschool aged classrooms in child care centers and child

outcomes: A meta-analysis and systematic review. In PLoS ONE (Vol. 12,

Issue 8). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0183673

Gadsden, V. L., Ford, M., & Breiner, H. (2016). Parenting matters: Supporting

parents of children ages 0-8. In Parenting Matters: Supporting Parents of

Children Ages 0-8. The National Academies Press.

Gavrilov, Y., Rotem, S., Ofek, R., & Geva, R. (2012). Socio- cultural effects on

children’s initiation of joint attention. Frontiers in Human Neuroscience,

6(SEPTEMBER), 1–10. https://doi.org/10.3389/fnhum.2012.00286

George, S., & Consultation, H. (2018). Modern families , modern family justice:

Supporting family relationships in fast changing socio-political-economic

climates. February.

Halim, L., Abd Rahman, N., Zamri, R., & Mohtar, L. (2018). The roles of parents in

cultivating children’s interest towards science learning and careers. Kasetsart

Journal of Social Sciences, 39(2), 190–196.

Halimah L. (2016). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung:

Refika Aditama

Hamdiani, Y., & Basar, G. G. K. (2016). Layanan Anak Usia Dini/Prasekolah

Dengan “Full Day Care” Di Taman Penitipan Anak. Prosiding Penelitian Dan

Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2).

Hoerniasih, N. (2017). Pengelolaan Program Taman Penitipan Anak Plamboyan 3 di

Kabupaten Karawang. Journal of Nonformal Education and Community

Empowerment, 1(1), 34-42

Hoque, K. E., Hoque, K. F., & Thanabalan, R. A. P. (2018). Relationships between

parents’ academic backgrounds and incomes and building students’ healthy

eating habits. PeerJ, 2018(5), 1–19. https://doi.org/10.7717/peerj.4563

Huang, C. Y., Cheah, C. S. L., Lamb, M. E., & Zhou, N. (2017). Associations

Page 62: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

53

Between Parenting Styles and Perceived Child Effortful Control Within

Chinese Families in the United States, the United Kingdom, and Taiwan.

Journal of Cross-Cultural Psychology, 48(6), 795–812.

Hurlock, Elizabet B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

H.M. Chabib Thoha. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi. 2012. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non

Formal, Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka

Kim, J. (2020). Learning and Teaching Online During Covid-19: Experiences of

Student Teachers in an Early Childhood Education Practicum. International

Journal of Early Childhood, 52(2), 145–158. https://doi.org/10.1007/s13158-

020-00272-6

Kindervatter, Suzanne. (1979). Non Formal Education; As An Empowering Process.

New York: Printers in The United Stated of America

Kurniati, E., Nur Alfaeni, D. K., & Andriani, F. (2020). Analisis Peran Orang Tua

dalam Mendampingi Anak di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal

Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 241. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.541

Kuusimäki, A. M., Uusitalo-Malmivaara, L., & Tirri, K. (2019). Parents’ and

Teachers’ Views on Digital Communication in Finland. Education Research

International, 2019. https://doi.org/10.1155/2019/8236786

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik

dalam Keluarga. Prenada Media Group.

Lynn R, M. (2012). Health, Safety, and Nutrition for the Young Child (8th ed., Vol. 5,

Issue 10). Wadsworth Cengage Learnin.

Martani, W. (2012). Metode stimulasi dan perkembangan emosi anak usia dini.

Jurnal Psikologi, 39(1), 112-120

McCloskey, M., Johnson, S. L., Benz, C., Thompson, D. A., Chamberlin, B., Clark,

L., & Bellows, L. L. (2018). Parent Perceptions of Mobile Device Use Among

Preschool-Aged Children in Rural Head Start Centers. Journal of Nutrition

Education and Behavior, 50(1), 83-89.e1.

Mönks, F.J, Knoers, A.M.P & Haditono, S.R. (2004). Psikologi Perkembangan

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press

Nasional, P. (2015). Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional

Pustakawan dan Angka Kreditnya

Nurbekova, Z., Grinshkun, V., Aimicheva, G., Nurbekov, B., & Tuenbaeva, K.

(2020). Project-based learning approach for teaching mobile application

Page 63: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

54

development using visualization technology. International Journal of Emerging

Technologies in Learning, 15(8), 130–143.

Oostdam, R., & Hooge, E. (2013). Making the difference with active parenting;

Forming educational partnerships between parents and schools. European

Journal of Psychology of Education, 28(2), 337–351.

Özdamlı, F., & Yıldız, E. P. (2014). Parents’ Views towards Improve Parent-School

Collaboration with Mobile Technologies. Procedia - Social and Behavioral

Sciences, 131, 361–366. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.04.130

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 137 Tahun

2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini

Prasetyo, K. (2016). Penerapan Pendekatan Bermain Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar.

Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(3), 196.

Riduwan. (2015). Dasar-Dasar Statistika. Alfabeta.

Sadiah, G. S., Romadhona, N. F., & Gustiana, A. D. (2020). PENERAPAN LAYANAN

KESEHATAN DAN GIZI DALAM Anak Usia Dini ( AUD). 17(1), 50–64.

Sanapiah Faisal. 1981. Pendidikan Non Formal Di dalam Sistem Pendidikan dan

Pembangunan Nasional. Surabaya: Usaha Offset Printing

Sandi, P. A., Sutarto, J., & Yusuf, A. (2018). Homeschooling Model Management (A

Study at Anugrah Bangsa Package A Homeschooling Semarang). Journal of

Primary Education, 7(2), 204–210.

Setyawan, S. H., Absari, D. T., Limanto, S., & Andre. (2016). The design of mobile

application for teacher and parents communication in Indonesian school.

MATEC Web of Conferences, 58, 4–8.

Stearns, J. A., Godley, J., Veugelers, P. J., Ekwaru, J. P., Bastian, K., Wu, B., &

Spence, J. C. (2019). Associations of friendship and children’s physical activity

during and outside of school: A social network study. SSM - Population Health,

7(October 2018), 100308. https://doi.org/10.1016/j.ssmph.2018.10.008

Soelaman Joesoef. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Non Formal. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sudjana, D. 2010. Pendidikan Nonformal (Wawasan, Sejarah Perkembangan,

Falsafah, Teori Pendukung, Asas). Bandung: Falah production.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

R&D (25th ed.). CV. Alfabeta.

Tretteteig, S., Vatne, S., & Rokstad, A. M. (2017). The influence of day care centres

designed for people with dementia on family caregivers-A qualitative study.

BMC Geriatrics, 17(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12877-016-0403-2

Tu'u, T. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta:

PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Page 64: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

55

Undang Undang Nomor 20 tahun 2003. 2003. Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:

Depdiknas.

Wulandari, D. A., Wibawanto, H., Suryanto, A., & Murnomo, A. (2019).

Pengembangan Mobile Learning berbasis Android pada Mata Pelajaran

Rekayasa Perangkat Lunak di SMK Sultan Trenggono Kota Semarang. Jurnal

Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, 6(5), 577.

Yawson, A. E., Awoonor-Williams, J. K., Sagoe-Moses, I., Aboagye, P. K., Yawson,

A. O., Senaya, L. K., & Banskota, H. K. (2016). Bottleneck analysis approach

to accelerate newborn care services in two regions in Ghana: implications for

national newborn care. Public Health, 141, 245-254.

Yulianingsih, W., Susilo, H., Nugroho, R., & Soedjarwo. (2020). Optimizing Golden

Age Through Parenting in Saqo Kindegarten. 405(Iclles 2019), 187–191.

https://doi.org/10.2991/assehr.k.200217.039

Zhou, M., & D. Brown. (2015). Educational Learning Theories (2nd ed.). GALILEO,

University System of Georgia.

Page 65: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

56

LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

Malang, 20 Juni 2020

Kepada Yth.

Bapak/Ibu Wali Murid TPA Melati Dharma Wanita Persatuan

Universitas Negeri Malang

di-

Malang

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan hormat, dalam rangka turut berpartisipasi dalam mendukung

peningkatan pelayanan Tempat Penitipan Anak (TPA) sebagai lembaga pendidikan

yang mendukung kebutuhan tumbuh kembang anak. Kami tim Peneliti dari

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Malang (FIP UM) ingin mengetahui bentuk dan perkembangan model

layanan yang disediakan oleh TPA Melati Dharma Wanita Persatuan Universitas

Negeri Malang. Oleh karena itu kami mohon Anda berkenan untuk menjawab

beberapa pertanyaan berikut dengan tulus sesuai keadaan yang sebenar-benarnya.

Demikian, atas kerjasamanya disampaikan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Hormat Kami,

Rezka Arina Rahma, M.Pd.

Ketua Tim

Page 66: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

57

A. IDENTITAS RESPONDEN (WALI MURID)

Nama Lengkap

Jenis Kelamin

:

:

………………………………………………………

L/P

Usia : ………………………………………………………

* coret yang tidak perlu

B. PETUNJUK PENILAIAN

1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan respon pada kuesioner berikut

terhadap penggunaan media sebagai model layanan TPA dengan meliputi item-

item pernyataan yang diberikan.

2. Mohon untuk memberikan tanda checklist (✓) pada alternatif jawaban yang

tersedia. Alternatif jawaban yang tersedua adalah 1-5 dengan kriteria bahwa

semakin besar bilangan yang dirujuk, maka semakin baik/sesuai dengan aspek

yang disebutkan.

3. Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi

kuesioner ini.

No. Pernyataan Alternatif Jawaban

1 2 3 4 5

Kemudahan Penggunaan

1. Media berjalan dengan lancar tanpa

hang/crash/kesalahan operasi tinggi

2. Touch and drag pada media dapat berfungsi

3. Media dapat didapatkan tanpa membutuhkan

device atau perangkat tambahan

4. Ukuran media sebagai aplikasi sesuai dengan

perangkat pengguna

5. Menu layanan pada media dapat diakses

6. Model, bentuk, dan ukuran image maupun

huruf telah memenuhi tampilan/visual yang

sesuai dengan karakter pengguna

7. Tingkat keterbacaan informasi pada media

dapat dipahami oleh pengguna

8. Media disertai dengan petunjuk penggunaan

yang jelas

9. Media dilengkapi dengan helpdesk yang

membantu pengguna apabila mengalami

Page 67: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

58

No. Pernyataan Alternatif Jawaban

1 2 3 4 5

masalah pelayanan

Kesesuaian Media

10. Media sesuai dengan kebutuhan pengguna

sebagai orang tua

11. Adanya media ini sesuai dengan harapan

orang tua terhadap layanan di TPA

12. Media sesuai apabila diterapkan di masa

pandemi Covid-19 seperti saat ini

13. Media ini sesuai dengan perkembangan

IPTEK saat ini

Kegunaan Media sebagai Model Layanan

14. Media membantu pengguna untuk mengetahui

kondisi anak

15. Media membantu pembentukan kolaborasi

antara orang tua dengan pihak sekolah

16. Media membantu pengguna dalam

mendapatkan informasi tambahan terkait

pengasuhan anak

Page 68: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

59

Lampiran 2. Lembar Validasi Ahli Materi dan Media

LEMBAR VALIDASI UNTUK AHLI MATERI

Komponen : Materi

Sasaran : Wali Murid TPA Melati Dharma Wanita Persatuan

Universitas Negeri Malang

Validator Materi : Dr. Hj. Gunarti Dwi Lestari, M.S

Peneliti : Rezka Arina Rahma, M.Pd

Judul Penelitian : Materi pada Pengembangan Metode Pembelajaran Jarak Jauh

Pada Masa Pandemic Covid-19 Melalui Virtual Learning

Dalam Optimalisasi Perkembangan Anak Usia Dini di TPA

Melati Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Malang

C. TUJUAN

Lembar validasi ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu tentang

tingkat validitas materi pada media yang telah dikembangkan oleh peneliti

berbasis virtual learning dalam mendukung optimalisasi perkembangan anak usia

dini di TPA Melati Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Malang selama

pembelajaran jarak jauh.

D. PETUNJUK PENILAIAN

1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan penilaian terhadap draf

berikut dengan meliputi aspek-aspek yang diberikan.

2. Mohon untuk memberikan tanda checklist (✓) pada rentang penilaian yang

dinilai sesuai. Rentang penilaian adalah 1-5 dengan kriteria bahwa semakin

besar bilangan yang dirujuk, maka semakin baik/sesuai dengan aspek yang

disebutkan.

3. Mohon kepada Bapak/Ibu memberikan saran sebagai bentuk revisi/komentar

pada kolom yang telah disediakan.

4. Kepada Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan persentase dari masing-

masing aspek yang disebutkan disertai dengan kesimpulan akhir dari validasi

materi berdasarkan kriteria kelayakan yang tersedia.

5. Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi

lembar validasi ini. Masukan yang Bapak/Ibu berikan menjadi bahan

perbaikan berikutnya.

Page 69: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

60

Instrumen Penilaian Materi

No. Aspek Penilaian Deskripsi Rentang Penilaian

1 2 3 4 5

1. Relevansi Materi Materi relevan dengan kebutuhan pengguna ✓

Materi sesuai dengan konsep pelayanan bagi anak usia dini ✓

Materi sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini ✓

2. Keakuratan Materi yang disajikan sesuai dengan kebenaran secara

keilmuan atau sesuai dengan pendekatan keilmuan/saintifik

Materi yang disajikan sesuai dengan perkembangan mutakhir

terkait pendidikan bagi anak usia dini

Materi yang disajikan sesuai dengan kehidupan sehari-hari ✓

3. Kontekstual Mendorong terjadinya interaksi antara orangtua dan pihak

lembaga pendidikan

Mendorong pengguna membangun pengetahuan/informasi baru

terkait pendidikan bagi anak usia dini

4. Kebahasaan Penggunaan bahasa tidak menimbulkan penafsiran ganda ✓

Penggunaan bahasa yang digunakan komunikatif ✓

Saran Perbaikan

Disarankan untuk disediakan menu yang mendukung adanya interaksi antara orang tua dengan pihak lain di luar pengelola

lembaga pendidikan, seperti pelayanan bantuan kesehatan (dokter anak atau pakar anak). Saran ini perlu menjadi pertimbangan

agar media yang dikembangkan lebih interaktif, dapat membangun pengetahuan baru bagi orang tua terkait pendidikan bagi

anak, terutama dalam mendukung optimalisasi tumbuh kembangnya.

Page 70: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

61

Kriteria Kelayakan Secara Deskriptif

Persentase Penilaian Kategori Keterangan

81%-100% Sangat Layak Sangat valid, dapat digunakan tanpa revisi

61%-80% Layak valid, dapat digunakan tanpa revisi

41%-60% Cukup Layak Cukup valid, dapat digunakan namun perlu direvisi (minor)

21%-40% Kurang Layak Kurang valid, disarankan tidak digunakan karena perlu direvisi (mayor)

0%-20% Sangat Kurang Layak Tidak valid, tidak diperkenankan untuk digunakan

Kesimpulan terhadap Penilaian

Berdasarkan uji validasi materi yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebesar 84,5% dengan rincian pada masing-masing aspek

sebagai berikut:

Relevansi materi: 95

Keakuratan : 93

Kontekstual : 70

Kebahasaan : 80

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa materi yang disajikan sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi.

Malang, 12 Juli 2020

Validator

Dr. Hj. Gunarti Dwi Lestari, M.Si

Page 71: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

62

LEMBAR VALIDASI UNTUK AHLI MEDIA

Komponen : Media

Sasaran : Wali Murid TPA Melati Dharma Wanita Persatuan

Universitas Negeri Malang

Validator Materi : Utari Dewi, S.Sn, M.Pd

Peneliti : Rezka Arina Rahma, M.Pd

Judul Penelitian : Materi pada Pengembangan Metode Pembelajaran Jarak Jauh

Pada Masa Pandemic Covid-19 Melalui Virtual Learning

Dalam Optimalisasi Perkembangan Anak Usia Dini di TPA

Melati Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Malang

A. TUJUAN

Lembar validasi ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu tentang

tingkat validitas media pada media yang telah dikembangkan oleh peneliti

berbasis virtual learning dalam mendukung optimalisasi perkembangan anak usia

dini di TPA Melati Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Malang selama

pembelajaran jarak jauh.

B. PETUNJUK PENILAIAN

1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan penilaian terhadap draf

berikut dengan meliputi aspek-aspek yang diberikan.

2. Mohon untuk memberikan tanda checklist (✓) pada rentang penilaian yang

dinilai sesuai. Rentang penilaian adalah 1-5 dengan kriteria bahwa semakin

besar bilangan yang dirujuk, maka semakin baik/sesuai dengan aspek yang

disebutkan.

3. Mohon kepada Bapak/Ibu memberikan saran sebagai bentuk revisi/komentar

pada kolom yang telah disediakan.

4. Kepada Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan persentase dari masing-

masing aspek yang disebutkan disertai dengan kesimpulan akhir dari validasi

media berdasarkan kriteria kelayakan yang tersedia.

5. Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi

lembar validasi ini. Masukan yang Bapak/Ibu berikan menjadi bahan

perbaikan berikutnya.

Page 72: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

63

Instrumen Penilaian Media

No. Aspek Penilaian Deskripsi Rentang Penilaian

1 2 3 4 5

1. Tampilan Peletakan elemen media (teks dan gambar) mengindikasikan kesatuan

informasi

Peletakan elemen (background dan warna tampilan) mempertimbangkan

keseimbangan di setiap menu

Adanya kesinambungan tampilan pada setiap menu ✓

2. Sajian Adanya petunjuk penggunaan media ✓

Ada bagian-bagian media yang dapat digunakan untuk media yang lain

dengan mudah (reusabilitas)

Adanya konsistensi warna pada elemen dengan fungsi yang sama ✓

3. Teknologi Program berjalan dengan baik (tidak hang/crash/kesalahan operasi tinggi) ✓

Adanya dukungan kompatibilitas resolusi yang baik ✓

Media dapat digunakan dengan mudah (tidak membutuhkan device khusus) ✓

Teknologi yang dikembangkan mendukung efektivitas dan efisiensi program ✓

Saran Perbaikan

Media yang dikembangkan sudah sangat baik untuk mendukung pembelajaran jarak jauh. Namun, ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan sebagai bahan berbaikan media yaitu agar disertai dengan petunjuk penggunaan media atau informasi

penggunaan yang ditujukan untuk pengguna (user) yang diletakan pada menu media. Selain itu perlu memperhatikan elemen-

elemen pada media agar tampak lebih menarik, serta ditambahkan menu helpdesk untuk layanan tambahan

Page 73: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

64

Kriteria Kelayakan Secara Deskriptif

Persentase Penilaian Kategori Keterangan

81%-100% Sangat Layak Sangat valid, dapat digunakan tanpa revisi

61%-80% Layak valid, dapat digunakan tanpa revisi

41%-60% Cukup Layak Cukup valid, dapat digunakan namun perlu direvisi (minor)

21%-40% Kurang Layak Kurang valid, disarankan tidak digunakan karena perlu direvisi (mayor)

0%-20% Sangat Kurang Layak Tidak valid, tidak diperkenankan untuk digunakan

Kesimpulan terhadap Penilaian

Berdasarkan uji validasi media yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebesar 86,67% dengan rincian pada masing-masing aspek

sebagai berikut:

Tampilan : 85

Sajian : 86

Teknologi : 89

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media yang dikembangkan sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi.

Malang, 19 Juli 2020

Validator

Dr. Utari Dewi, S.Sn, M.Pd

Page 74: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

64

Lampiran 3. Penjelasan Luaran Secara Singkat

LAYANAN PENGASUHAN ANAK BERBASIS APLIKASI MOBILE DALAM

MEMFASILITASI PEMBELAJARAN JARAK JAUH

Ketua Peneliti : Rezka Arina Rahma, M.Pd

Unit Kerja : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

Jenis luaran : Aplikasi

Latar Belakang

Taman Penitipan Anak merupakan bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) nonformal yang keberadaannya terus berkembang jumlahnya seiring dengan

kebutuhan masyarakat saat ini. Permasalahan yang terjadi saat ini yaitu dengan

semakin banyaknya lembaga penitipan anak tidak menjamin bahwa semua lembaga

tersebut memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak, terlebih di saat

pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Mengingat begitu pentingnya kebutuhan anak

pada fase perkembangan, dan belum banyak penelitian yang menyentuh layanan

taman penitipan anak, maka penelitian ini memiliki urgensi yang tinggi disamping

TPA Melati Dharma Wanita Persatuan adalah salah satu pendidikan nonformal yang

berafiliasi dengan UM sebagai The Learning University. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengembangkan model layanan taman penitipan anak dalam

optimalisasi perkembangan anak usia dini di TPA Melati Dharma Wanita Persatuan

Universitas Negeri Malang. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah mendukung

pemenuhan kebutuhan anak usia dini melalui kolaborasi lembaga pendidikan dan

orang tua selaku pihak yang bertanggung jawab atas kebutuhan tumbuh kembang

anak.

Metode

Metode pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah 4-D (Four

D). Model tersebut terdiri dari 4 (empat) tahap diantaranya: define (pendefinisian),

design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran).

1. Pada tahap define (pendefinisian) yang dilakukan adalah analisis masalah dasar,

analisis tugas, analisis konsep, dan analisis tujuan.

2. Pada tahap design (perancangan) secara garis besar dapat dijabarkan sebagai

berikut: (a) merumuskan konsep materi berupa peta konsep (pra produksi); (b)

Page 75: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

65

menyusun sebuah model layanan berbasis mobile application berupa aplikasi

mobile dengan sistem operasi android (produksi); dan (c) menyelesaikan

rancangan model layanan parenting berbasis mobile application (finishing).

3. Pada tahap develop (pengembangan), peneliti mengembangkan model layanan

parenting berbasis aplikasi mobile pada sistem operasi android. Pada tahap

pengembangan selanjutnya adalah validasi ahli uji coba.

4. Pada tahap disseminate (penyebaran) yaitu penyebaran penggunaan layanan

parenting berbasis mobile application. Tahap ini merupakan proses pengembangan

yang terakhir. Hal ini ditujukan untuk mendistribusikan model layanan kepada

pengguna (wali murid) untuk mempermudah proses kegiatan pengasuhan pada

anak.

Spesifikasi Produk

1. Model layanan parenting yang dikembangkan berbasis mobile application dengan

ukuran kurang dari 60 MB.

2. Hanya diperuntukan sistem operasi android (format: .apk).

3. Menu yang tersedia diantaranya: profil anak, layanan chatting untuk kesehatan

anak, layanan pendampingan stimulasi anak, dan masukan laporan halaman anak.

4. Aplikasi dapat diunduh di Google Playstore.

Page 76: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

66

Gambar Produk

Page 77: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

67

Petunjuk Penggunaan Produk

1. Pengguna memasukan akun yang telah dibuat sebelumnya untuk “login”.

2. Orangtua selaku user dapat memilih layanan yang dikehendaki. Terdapat 4

(empat) menu yang merupakan layanan di TPA Melati Dharma Wanita Persatuan

UM diantaranya profil anak, layanan chatting untuk kesehatan anak, layanan

pendampingan stimulasi anak, dan masukan laporan halaman anak.

a. Profil anak untuk mengetahui identitas anak yang bersangkutan.

b. Layanan chatting untuk membantu orang tua dalam mengakses layanan

pemenuhan kesehatan dan gizi sehingga tetap terpenuhi dan terkontrol. Pada

menu tersebut orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter atau pakar anak

yang bekerja sama dengan TPA Melati UM terkait kesehatan dan gizi anak.

c. Layanan pendampingan stimulasi anak adalah media yang membantu orang tua

untuk melaporkan perkembangan anak dengan memasukan foto dan deskripsi

kegiatan.

d. Masukan laporan halaman anak berisi tentang laporan perkembangan anak pada

aspek perkembangan nilai agama dan moral, kognitif, sosio emosional, fisik

motorik, bahasa, dan seni.

3. Setelah mengakses aplikasi tersebut, orang tua dapat “logout” pada laman aplikasi.

Page 78: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

68

Lampiran 4. Luaran Penelitian

Page 79: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

69

Perkembangan Jurnal Ilmiah (email balasan dari editor Jurnal WJET

Terindeks Scopus)

Page 80: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

70

Lampiran Sertifikat HKI

Page 81: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

71

Bukti keikutsertaan dalam International Conference

Page 82: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

72

DRAFT BUKU BER-ISBN (MASIH DALAM PROSES)

Page 83: UNIVERSITAS NEGERI MALANG - fip.um.ac.id

73

Kegiatan Coaching Clinic Penulisan Artikel Ilmiah dengan menghadirkan

Peneliti Asing, Kamis 15 Oktober 2020