96
UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PENGGUNAAN NESTING DAN POSISI PRONE TERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA BEKASI TESIS RATIH BAYUNINGSIH 0906594614 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI, 2011 Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

i

UNIVERSITAS INDONESIA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN NESTING DAN POSISI PRONE TERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

KOTA BEKASI

TESIS

RATIH BAYUNINGSIH 0906594614

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

DEPOK JULI, 2011

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

i

UNIVERSITAS INDONESIA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN NESTING DAN POSISI PRONE TERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

KOTA BEKASI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister

RATIH BAYUNINGSIH 0906594614

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK DEPOK

JULI, 2011

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME UNTUK TESIS

Saya yang bertanda tangan di bawah dengan sebenarnya menyatakan

bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarism sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di Universitas Indonesia, jika dikemudian hari

ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya bertanggung

jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan dai

Universitas Indonesia kepada saya.

Depok April 2011

Ratih Bayuningsih

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada

peneliti hingga dapat menyelesaikan tesis sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan di Program Magister Ilmu Keperawatan kekhususan Keperawatan

Anak.

Selama proses penyusunan tesis, peneliti mendapat dukungan dari berbagai pihak,

karenanya dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucappkan terima kasih dan

rasa hormat kepada:

1. Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D., selaku pembimbing I tesis yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada peneliti selama

proses penyusunan.

2. Ns.Widyatuti, S.Kep., M.Kes., Sp.Kom selaku pembimbing II tesis yang

telah memberikan arahan dan motivasi selama proses penyusunan.

3. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

4. Krisna Yetti, S.Kp., M.App.Sc., dan Astuti Yuni Nursasi, S.Kp, MN selaku

ketua Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dalam dua

periode ini

5. Keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama menyusun

tesis ini (suami, ibunda, ayahanda, dan ananda yang tercinta: Arina, Dzikri,

Tsabit, Zaidan).

6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan tesis ini dengan tanpa

mengurangi rasa hormat tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Depok, April 2011

Penulis

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

vii

ABSTRAK

Nama : RATIH BAYUNINGSIH Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Judul : Efektivitas Penggunaan Nesting Dan Posisi Prone Terhadap

Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Pada Bayi Prematur Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi

Prematuritas merupakan penyebab kematian ke-2 pada bayi 0 – 6 hari, yang diakibatkan karena immaturitasnya hampir seluruh organ tubuh bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi prematur terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Desain yang digunakan adalah quasi experiment, dengan rancangan pre and post with control test. Jumlah responden sebanyak 15 bayi. Terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen antara bayi yang menggunakan nesting dan posisi prone (p value<0,05), namun tidak ada perbedaan bermakna antara penggunaan nesting dan posisi prone terhadap frekuensi nadi. Penggunaan nesting dan posisi prone dapat digunakan sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan. Kata kunci: nesting, prone, bayi prematur, saturasi oksigen, frekuensi nadi

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

viii

ABSTRACT

Name : RATIH BAYUNINGSIH

Study Programme : Master Program in Nursing Science

Title : Efektiveness of Using Nesting and Prone Positon on Oxygen Saturation and Heart Rate in Preterm Baby at Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi

Prematury is the second etiology of mortality for 0 until 6th day of first life of newborn that caused by immaturity of their organs.The aim of this research is to explore efectiveness of using nesting and prone positon with oxygen saturation and heart rate in preterm baby. The design used quasi experiment, with pre and post with control test model. The amount of sample are 15. There is a significant difference between SaO2 using nesting dan prone position, in adversely there is no significant difference between heart rate. Using nesting and prone position can be a model of nursing intervention that implication of this research.

Key words: nesting, prone,preterm babies, oxygen saturation, heart rate

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

ix

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………. i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME…………… ii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS……………………. iii LEMBAR PENGESAHAN.……………………………………. iv KATA PENGANTAR………………………………………….. v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI… vi ABSTRAK BAHASA INDONESIA…..………………………. vii ABSTRAK BAHASA INGGRIS ……………………………… viii DAFTAR ISI……………………………………………………. ix DAFTAR TABEL………………………………………………. xi DAFTAR SKEMA……………………………………………… xii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………. xiii 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………... 2.1 Rumusan Masalah……………………………………… 3.1 Tujuan Penelitian………………………………………. 4.1 Manfaat Penelitian……………………………………..

1 6 6 7

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Prematur

2.1.1 Pengertian………………………………………. 2.1.2 Penyebab Terjadinya Kelahiran Prematur……… 2.1.3 Karakteristik Bayi Prematur……………………. 2.1.4 Adaptasi Bayi Prematur Terhadap Lingkungan

Ekstrauterin……………………………………… 2.1.5 Stres pada Bayi ……………………………………

2.2 Fisiologis Bayi Prematur………………………………… 2.2.1 Saturasi Oksigen………………………………….. 2.2.2 Frekuensi Nadi……………………………………. 2.2.3 Developmental Care pada Perawatan Bayi Prematur 2.2.4 Posisi Prone pada Bayi Prematur………………….. 2.2.5 Nesting………………………………………… 2.2.6 Aplikasi Teori Keperawatan Konservasi…………..

2.3 Kerangka Teori Penelitian………………………………..

8 9 9 10 20 21 21 24 26 28 29 30 34

3. KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep……………………………………….. 3.2 Variabel…………………………………………………. 3.3 Hipotesa………………………………………………… 3.4 Definisi Operasional…………………………………

35 36 36 37

4. METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian…………………………………….. 4.2 Populasi dan Sampel……………………………………….

40 41

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

x

x

4.3 Tempat Penelitian………………………………………….. 4.4 Waktu Penelitian………………………………………….. 4.5 Etika Penelitian…………………………………………… 4.6 Alat Pengumpul Data……………………………………… 4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas………………………………. 4.8 Prosedur Pengumpul Data………………………………… 4.9 Analisa Data………………………………………………

44 44 44 46 47 48 49

5. HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Responden…………………………………. 5.2 Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi pada Bayi

Prematur…………………………………………………. 5.3 Suhu Tubuh pada Bayi Prematur………………………….

51 53 57

6. PEMBAHASAN 6.1 Intrepretasi Hasil Penelitian dan Diskusi………………… 6.2 Keterbatasan Penelitian………………………………….. 6.3 Implikasi Penelitian……………………………………….

60 65 66

7. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan …………………………………………………. 7.2 Saran ………………………………………………………

68 69

DAFTAR REFERENSI…………………………………….. 71 LAMPIRAN

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rata-rata Frekuensi Nadi Bayi dan Balita 30

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian 38

Tabel 4.1 Analisa Data dan Uji Statistik 50

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi, 52 Berat Badan Lahir, Suhu Tubuh Bayi Prematur di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011

Tabel 5.2 Prosentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 53 pada Bayi Prematur di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi 54 Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi 55 Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi 57 Oksigen dan Frekuensi Nadi Sesudah Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Suhu Tubuh sebelum 58 Pengamatan 20 Menit dan Penggunaan Nesting dan Prone pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011

Tabel 5.7 Hubungan Suhu Tubuh terhadap Saturasi Oksigen 59 dan Frekuensi Nadi pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

xii

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian 35

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 36

Skema 4.2 Rancangan Penelitian dengan Quasi 41

Eksperimen dengan pre-post with control

group

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Lembar Instrumen Pengkajian Bayi Prematur

LAMPIRAN 2:Lembar Instrumen Observasi Bayi Prematur

LAMPIRAN 3 :Pedoman Pengukuran Penelitian di Kelompok Intervensi

LAMPIRAN 4:Pedoman Pengukuran Penelitian di Kelompok Kontrol

LAMPIRAN 5: Algoritma Praktek Posisi Prone

LAMPIRAN 6 : Lembar Kesediaan Menjadi Responden

LAMPIRAN 7 : Penjelasan Prosedur Penelitian

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

1

Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan tentang alasan dilakukan penelitian ini yang

bersumber dari fenomena yang ada pada tempat penelitian. Pada bab ini akan

dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang

Bayi yang baru lahir ke dunia mengalami berbagai macam perubahan yang

didapatkan pada kondisi ekstra uterin. Perbedaan yang mencolok antara

kondisi rahim dan luar rahim membuat bayi harus berupaya keras

beradaptasi terhadap hal tersebut. Proses adaptasi ini akan menjadi lebih

sulit pada bayi-bayi risiko tinggi, yaitu bayi yang dilahirkan tanpa

memperhatikan usia gestasi dan berat badan yang memiliki kemungkinan

lebih besar akan mengalami morbiditas dan mortalitas. Salah satu

klasifikasi bayi risiko tinggi adalah bayi prematur.

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37

minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Behrman & Shiono

1997, dalam Wong, 2004). Masalah yang paling sering terjadi pada bayi

prematur disebabkan karena immaturitas organ tubuh, sehingga akan

berdampak pada kondisi fisiologis dan biokimiawi tubuh yang

menyebabkan gangguan (misalnya hipoglikemia, hipokalsemia,

hiperbilirubinemia, dan sebagainya), hal ini dapat menimbulkan kematian.

Angka kematian bayi saat ini di Indonesia masih sangat tinggi.

Berdasarkan data yang bersumber dari SDKI (Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia) tahun 2007 didapatkan bahwa angka kematian bayi

di Indonesia sebanyak 34 per 1000 kelahiran dengan angka kematian

neonatalnya sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini berarti jumlah

kematian pertahun sebanyak 86.000, kematian dalam satu hari yaitu 236

atau kematian sebanyak 10 bayi setiap jamnya (Wijaya, 2009). Sementara

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

2

Universitas Indonesia

itu berdasarkan SDKI tahun 2007 didapatkan data angka kematian bayi di

Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 39 per 1000 kelahiran hidup. Mayoritas

kematian bayi terjadi pada usia yang sangat rentan yaitu pada periode

neonatus yaitu bayi dengan usia 0 – 28 hari.

Kematian yang cukup tinggi pada neonatus ini disebabkan banyak hal,

mengingat masih sangat rentannya daya tahan tubuh neonatus.

Berdasarkan SDKI (2007) didapatkan data bahwa penyebab kematian

terbesar pada neonatus berusia 0 – 6 hari yaitu 37% karena gangguan

pernafasan, 34% prematuritas, 12% sepsis, 7% hipotermi, 5% ikterus,

3% postmatur dan 3% kelainan kongenital (SDKI 2007 dalam Wijaya,

2009).

Berdasarkan data yang ditampilkan didapatkan bahwa prematuritas

merupakan penyebab kematian ke-2 pada bayi usia 0-6 hari. Hal ini

disebabkan sebagian besar organ tubuh yang belum matang dalam

melakukan adaptasi terhadap lingkungan ekstrauterin. Di antara

immaturitas organ neonatus adalah struktur tonus otot yang sangat lemah,

sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuan kontrol motorik.

Immaturitas dalam aktivitas motorik ini akan membuat bayi prematur

cenderung dalam posisi ekstensi, padahal posisi yang terbaik untuk bayi

adalah fleksi karena dapat membantu mengurangi metabolisme dalam

tubuh. Posisi ekstensi ini tentunya akan meningkatkan stress pada bayi

prematur dan secara otomatis akan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh

neonatus seperti fungsi pernafasan dan kardiovaskular yang dapat dipantau

melalui saturasi oksigen dan frekuensi nadi (Goldsmith & Karotkin,

2003).

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat stress bayi adalah posisi bayi.

Posisi bayi ternyata berpengaruh terhadap kondisi fisiologis dan

neurologis bayi. Telah banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa

posisi supine (telentang) dapat mengurangi kematian bayi diantaranya

adalah penelitian yang dilakukan oleh Russel, et.al (2009) yang

mengungkapkan bahwa posisi supine dapat menurunkan 40% kematian

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

3

Universitas Indonesia

bayi akibat sudden infant death syndrome (SIDS). Namun dalam

penelitian yang sama Russel menyebutkan bahwa posisi prone (tengkurap)

mendorong perkembangan neuromuskular terutama pada otot-otot leher

dan kepala. Peneliti lain mengungkapkan bahwa posisi prone dapat

meningkatkan kulitas tidur dan menurunkan tingkat stress pada bayi

(Chang, et al., 2002). Supine juga merupakan posisi yang kurang

menguntungkan pada bayi prematur, hal ini disebabkan karena posisi

supine tidak mendukung kearah posisi fleksi dan dapat meningkatkan

stress pada bayi (Fay, 1988; Halsworth, 1995; Hunter, 1996 dalam

Vergara & Bigsby, 2004). Tingkat stress bayi akan mempengaruhi

fisiologis bayi yang dilihat dari observasi perilaku, pengamatan fungsi

respirasi dan kardiovaskuler seperti tingkat saturasi oksigen dan frekuensi

nadi.

Penelitian lain menyebutkan bahwa posisi prone sangat mempengaruhi

perbaikan saturasi oksigen, pengembangan paru, pengembangan dinding

dada dan penurunan insiden apnea pada bayi prematur (Wilawan,

Patcharee & Chavee, 2009). Para peneliti ini menganalisis sekumpulan

penelitian, 35 diantaranya menyimpulkan bahwa posisi prone mempunyai

banyak keuntungan karena posisi ini dapat mengurangi pengeluaran

energi, mempercepat pengosongan isi lambung, meningkatkan respirasi,

menurunkan frekuensi nafas, meningkatkan kemampuan bernafas dan

meningkatkan saturasi oksigen.

Penelitian lain yang berkaitan dengan posisi prone pada bayi prematur

dengan saturasi oksigen dikemukakan oleh Kusumaningrum (2009).

Kusumaningrum melakukan studi pada bayi prematur dengan bantuan alat

bantu nafas mekanis di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

RSUPN Cipto Mangunkusumo yang dilakukan intervensi berupa posisi

prone, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bayi prematur dan

cukup bulan dengan karakteristik berat bayi yang tidak terlalu berbeda

mempunyai frekuensi nafas yang tidak jauh berbeda setelah dilakukan

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

4

Universitas Indonesia

tindakan pronasi, begitupun dengan frekuensi nadi terjadi penurunan

(Kusumaningrum, 2009).

Berbagai upaya sebaiknya dilakukan pada bayi prematur untuk

meminimalkan tingkat stress. Konsep perawatan di ruang NICU terkini

bertujuan untuk memberikan perawatan yang mendukung perkembangan

(supportive care developmentally) yaitu perawatan yang dapat

meningkatkan kemampuan perkembangan fisik, emosional dan intelektual

saat bayi prematur di rawat di ruang NICU. Perawatan di ruang NICU

bertujuan pula untuk meminimalkan hal-hal yang mempengaruhi respon

bayi yang disebabkan karena immaturitas sistem neurologisnya. Tindakan

yang dapat mendukung tujuan tersebut di atas diantaranya dengan

memberikan cahaya yang redup, suara yang rendah, kehangatan, sentuhan

lembut, kontrol nyeri, lampin dan nesting (Davis & Stein, 2004) .

Nesting adalah penggunaan alat berbentuk seperti kondisi rahim ibu yang

terbuat dari bahan yang halus phlanyl yang berisi potongan kain (seperti

dacron). Panjang alat ini sekitar 121–132 cm dan dapat disesuaikan

dengan panjang tubuh bayi. Alat ini diletakkan sebagai pelindung posisi

bayi, sehingga tidak berada dalam kondisi ekstensi dan menjaga

perubahan posisi bayi yang diakibatkan karena gravitasi. Nesting

merupakan salah satu intervensi keperawatan dalam memberikan posisi

yang tepat pada neonatus. Nesting dapat memfasilitasi perkembangan

normal bayi prematur berupa kondisi fisiologis dan neurologis (Goldsmith

& Karotkin, 2003).

Nesting merupakan penyanggah posisi tidur bayi sehingga tetap dalam

posisi fleksi, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan posisi yang

drastis pada bayi yang dapat mengakibatkan hilangnya banyak energi dari

tubuh neonatus. Nesting merupakan salah satu tindakan keperawatan yang

menerapkan prinsip konsep konservasi energi yang dikemukakan oleh

Levine. Levine menyatakan bahwa manusia akan senantiasa melakukan

adaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

5

Universitas Indonesia

Kemampuan manusia melakukan adaptasi baik secara integritas struktur,

integritas personal, integritas sosial dan energi akan menghasilkan

konservasi (Tomey & Alligood, 2006). Konservasi energi ini berkaitan

dengan integritas seluruh sistem tubuh yang ada. Mengingat konservasi

energi pada bayi prematur penting, maka konsep ini perlu diaplikasikan di

ruang perinatologi.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi sejak tahun 2008 telah memiliki

ruang perinatologi terpisah dari ruang kebidanan yang memberikan

perawatan pada bayi berisiko tinggi. Adapun kapasitas inkubator yang ada

sebanyak 6 buah dengan 1 ventilator, 1 radiant warmer, 2 buah light

terapy dan 10 tempat tidur bayi yang digunakan untuk pemantauan selama

12 jam bagi bayi normal yang dilahirkan dengan proses seksio secaria.

Data yang didapat peneliti dari bulan Januari hingga Agustus 2009,

didapatkan bahwa bayi prematur yang dirawat dengan berat badan

kurang dari 2500 gram sebanyak 38 bayi, dimana 58,6% mengalami

kematian, 10,8% pulang paksa dan selebihnya pulang sesuai indikasi

sebesar 30,6%. Kesulitan dalam merawat bayi prematur dan berat badan

lahir rendah (BBLR) membuat ruang perinatologi berbenah diri,

diantaranya dengan mengirimkan 3 orang perawatnya untuk mengikuti

pelatihan NICU di Ruang Perinatologi RSCM, dan dengan 1 orang dokter

fellowship akhirnya RSUD Kota Bekasi mengembangkan perawatan bayi

risiko tinggi dengan berusaha menerapkan salah satu intervensi dari

konsep developmental care yaitu dengan memberikan posisi prone, selain

itu juga melengkapi peralatan-peralatan sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan, walaupun dalam segi jumlah masih belum sesuai rasio bayi

yang dirawat. Salah satu peralatan yang baru digunakan dalam 1 bulan

terakhir ini adalah nesting. Pada kurun waktu 1 bulan ini 15 bayi prematur

yang dirawat didapatkan kondisi 2 bayi prematur dan BBLR berhasil

melewati proses perawatan sehingga pulang dengan kondisi fisiologis

yang sehat, dimana pada periode sebelumnya keberhasilan ini sulit dicapai.

Keberhasilan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

6

Universitas Indonesia

penataan lingkungan di ruang perinatologi seperti pengaturan suara,

pengaturan cahaya, pengaturan suhu dan pengaturan posisi tidur bayi,

namun peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang hubungan

penerapan penggunaan nesting dan posisi prone terhadap tingkat

keberhasilan perawatan bayi prematur yang dapat dipantau melalui

saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada bayi prematur sebagai salah satu

indikator stabilitas fisiologis bayi prematur.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Kematian bayi prematur masih sangat tinggi, mengingat bayi prematur

sangat rentan untuk mengalami stress akibat perubahan lingkungan

ekstrauterin yang berdampak pada fungsi fisiologis tubuhnya. Banyak

studi yang meneliti faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat stress

pada bayi salah satunya yaitu memberikan nesting dan posisi prone yang

tepat pada bayi. Namun belum ada penelitian lain yang didapatkan peneliti

dalam memberikan bukti atas pengaruh nesting dan posisi prone pada

bayi terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi sebagai salah satu

indikator terjadinya stress pada bayi prematur. Dengan demikian

pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sejauhmanakah efektivitas

penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi prematur terhadap saturasi

oksigen dan frekuensi nadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota

Bekasi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Teridentifikasinya efektivitas penggunaan nesting dan posisi prone

terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada bayi prematur di

RSUD kota Bekasi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

7

Universitas Indonesia

1. Gambaran karakteristik bayi prematur yang dilahirkan di RSUD

Kota Bekasi.

2. Perbedaan nilai saturasi oksigen bayi prematur pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol.

3. Perbedaan frekuensi nadi bayi prematur pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol.

4. Efektivitas penggunaan nesting dan posisi prone terhadap saturasi

oksigen pada kelompok intervensi.

5. Efektivitas penggunaan nesting dan posisi prone terhadap frekuensi

nadi pada kelompok intervensi.

6. Hubungan antara suhu tubuh terhadap saturasi oksigen dan

frekuensi nadi pada bayi prematur yang menggunakan nesting dan

posisi prone.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada asuhan

keperawatan yang berkualitas dalam mendukung pertumbuhan dan

perkembangan bayi serta menjadikan penggunaan nesting dan posisi prone

sebagai salah satu standar operasional prosedur tindakan di ruang perinatologi

RSUD Kota Bekasi.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan dukungan terhadap intervensi keperawatan

yang dapat diterapkan pada perawatan bayi prematur khususnya penggunaan

nesting dan pengaturan posisi prone yang tepat pada bayi prematur. Intervensi

nesting dan pengaturan posisi merupakan bentuk aplikasi teknologi tepat guna.

3. Bagi Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian

lebih lanjut khususnya yang terkait dengan upaya perawatan bayi prematur di

ruang perinatologi/NICU.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

8

Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang tinjauan kepustakaan terkait dengan judul penelitian

yang berguna untuk mendapatkan pengetahuan lebih mendalam tentang masalah

yang akan diteliti dan menyusun kerangka konsep penelitian. Pada bab ini akan

dibahas tentang pengertian bayi prematur, adaptasi fisiologis bayi prematur

terhadap kehidupan ekstrauterin, penyebab terjadinya bayi prematur, karakteristik

bayi prematur, nilai fisiologis bayi prematur meliputi saturasi oksigen dan

frekuensi nadi, developmental care pada perawatan bayi prematur dengan salah

satu intervensinya adalah penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi

prematur.

2.1 Bayi Prematur

2.1.1 Pengertian

Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan pada periode kehamilan kurang

dari 37 minggu atau 259 hari (Cloherty, Eichenwald, & Stark, 2008).

Pengertian lain tentang bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum akhir

usia gestasi 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Wong,

et.al, 2009). WHO (World Health Organisation) telah menetapkan tentang

pengertian bayi prematur, yaitu bayi lahir hidup sebelum kehamilan minggu

ke 37 yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (Surasmi, Handayani,

& Kusuma, 2002). Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan kurang dari

37 minggu kehamilan, bayi prematur ditetapkan berdasarkan usia kehamilan

tanpa memperhatikan berat badan bayi.

Berdasarkan usia gestasi, bayi prematur terbagi atas extremely premature

(usia kehamilan 24 – 28 minggu), very prematur (usia 29–34 minggu) dan

moderately pemature (35–37 minggu) (Bradford, 2000). Usia gestasi

penting diketahui karena berkaitan dengan kemampuan adaptasi bayi sesuai

dengan kematangan organ-organ tubuh bayi prematur, sehingga dapat

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

9

Universitas Indonesia

dipersiapkan antisipasi masalah yang terjadi sesuai dengan kemampuan

bayi.

2.1.2 Penyebab Terjadinya Kelahiran Prematur

Beberapa penyebab terjadinya prematuritas dapat ditinjau dari beberapa

faktor, diantaranya adalah: komplikasi obstetrik, kondisi kesehatan ibu

saat kehamilan, dan faktor sosioekonomi (May & Mahimesh, 2004).

Adapun beberapa penyebab yang menjadi komplikasi obstetrik

diantaranya adalah malformasi uterus, kehamilan ganda, kelainan bentuk

tulang servik (inkompeten serviks), chrorioamnisitis, pre eklampsia berat,

plasenta previa, riwayat premature, dan Rh isoimunisation.

Faktor yang disebabkan karena kondisi kesehatan ibu saat hamil adalah

diabetes mellitus, hipertensi, infeksi saluran kencing (ISK), dan penyakit

lainnya. Kondisi kesehatan ibu ini akan mempengaruhi kesehatan janin

dan akan berisiko terjadinya prematuritas.

Faktor lainnya menurut May dan Mahimesh (2004) adalah kondisi sosio

ekonomi keluarga yang tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat

rutinitas ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (antenal care),

konsumsi makanan ibu selama kehamilan yang dapat menyebabkan

kondisi malnutrisi, kondisi sosio ekonomi yang rendah juga akan

mempengaruhi tingkat stress ibu selama kehamilan.

2. 1. 3 Karakteristik Bayi Prematur

Menurut Wong , et. al, (2009) karakteristik bayi prematur dapat diamati

melalui penampilan klinis bayi yang berbeda dengan bayi aterm, yaitu

dari karakteristik kulit, rambut, jumlah lemak subkutan, perilaku umum

atau postur bayi, gerakan bayi dan refleks-refleks yang belum berkembang

seperti refleks menghisap dan refleks menelan, kuku jari panjangnya

belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut tidak jelas, lingkar

kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada kurang dari 30 cm.

Pemeriksaan bayi prematur dapat dimulai dengan inspeksi dimana bayi

terlihat kecil dan tampak sangat kurus karena kurang memiliki lemak

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

10

Universitas Indonesia

subkutan, kulit tampak merah muda terang, rambut-rambut halus (lanugo)

tampak lebih banyak, kartilago lunak nampak terlihat dari mudahnya

organ-organ tertentu dilipat, telapak kaki dan tangan memiliki garis yang

minimal, bayi laki-laki mempunyai sedikit rugae pada skrotumnya, bayi

perempuan memiliki klitoris yang nampak menonjol dan labia mayora

belum menutupi labia minora, tulang tengkorak dan rusuk terasa lunak dan

mata masih tertutup vernick caseosa tidak ada atau sedikit (Wong, et.al,

2009).

Perilaku pada bayi prematur berbeda dengan bayi aterm dimana bayi

prematur inaktif dan malas melakukan aktivi tas. Ekstremitas cenderung

ekstensi dan tetap tidak berubah sesuai dengan posisi yang diberikan

lingkungan. Aktivitas refleks baru berkembang sebagian, dan refleks

menghisap atau menelan belum berkembang. Bayi tidak mampu

mempertahankan suhu tubuh hal ini akan mempermudah terjadinya

hipotermi. Perilaku menyusui pada bayi prematur mungkin berhasil

menghisap air susu ibu (ASI) lebih awal dari yang diperkirakan (28-38

minggu). Selain itu, bayi yang menyusu ASI memperlihatkan desaturasi

oksigen yang lebih kecil, tidak ada bradikardi, suhu kulit yang lebih

hangat, dan koordinasi hisap dan menelan yang lebih baik (Gardnere,

Snell, & Lawrence,1998 dalam Wong, et al., 2009).

2.1.4 Adaptasi Bayi Prematur Terhadap Lingkungan Ekstrauterin

Bayi yang baru dilahirkan akan mengalami perubahan lingkungan yang

sangat cepat, dari kondisi dalam uterus ibu kepada lingkungan ekstrauterin

ibu. Perubahan ini tentunya akan mendorong bayi melakukan adaptasi

secara cepat pula pada seluruh sistem tubuhnya. Berikut ini akan diuraikan

tentang mekanisme adaptasi sistem tubuh bayi prematur terhadap

lingkungan eksternal.

(1) Sistem Respirasi

Menurut Bradford (2000), perubahan fisiologis yang paling kritis pada

bayi prematur dan harus segera dilakukan adalah proses bernafas.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

11

Universitas Indonesia

Proses bernafas dapat dirangsang oleh beberapa faktor diantaranya

faktor kimiawi dan suhu. Faktor kimiawi seperti oksigen yang rendah,

karbondioksida yang tinggi, dan pH darah yang rendah. Faktor suhu

primer adalah suhu dingin mendadak pada bayi saat keluar dari

lingkungan hangat pada rahim ibu.

Proses respirasi juga dipengaruhi oleh cairan surfaktan yang ada di

dalam paru. Cairan surfaktan yaitu suatu senyawa fosfolipid yang

dihasilkan oleh epitel alveoli yang melapisi permukaan alveoli yang

berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan cairan yang melapisi

alveoli dan jalan nafas yang membantu proses pengembangan paru

saat inspirasi dan mencegah kolapsnya alveoli saat ekspirasi

(MacGregor, 2008).

Pembentukan cairan surfaktan pada bayi prematur belum sempurna,

begitupun alveoli belum berkembang sempurna, hal ini menyebabkan

kondisi paru menjadi tidak berkembang dan mudah kolaps. Kondisi ini

menyebabkan bayi prematur berisiko mengalami distress pernafasan

dan tentunya akan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh lainnya

seperti HMD (Hyalin Membran Disease).

(2) Sistem Kardiovaskuler

Menurut MacGregor (2008) jumlah volume darah pada bayi aterm

adalah 85 ml/kg yang diproduksi melalui sumsum tulang. Sel darah

merah ini mengandung asam amino, vitamin B12 dan B6 serta asam

folat. Nilai Hb untuk bayi baru lahir yaitu 14,5 – 21,5 gr/dl.

Masih menurut MacGregor (2008) kerja jantung pada bayi baru lahir

didominasi oleh ventrikel kanan, hal ini mengakibatkan dinding

ventrikel kanan lebih tebal, tetapi seiring dengan menurunnya tegangan

permukaan paru, maka akan mengubah sirkulasi bayi dan akibatnya

dinding ventrikel kanan akan lebih tipis. Kontraktilitas otot-otot

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

12

Universitas Indonesia

jantung meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan

metabolisme dalam tubuh, diikuti peningkatkan pembuluh darah

jantung. Bayi prematur mempunyai kemampuan kontraktilitas otot-

otot jantung yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi aterm.

Kontraktilitas jantung merupakan bentuk cardiac output yang

menghasilkan frekuensi nadi lebih cepat jika cardiac output

meningkat.

(3) Termoregulasi

Termoregulasi merupakan pengaturan suhu tubuh yang

menyeimbangkan antara produksi panas dengan hilangnya panas

(Aylott, 2006). Perubahan suhu lingkungan yang dialami neonatus

amat drastis, mulai di dalam kandungan dimana suhu ibu sekitar 37 º C

hingga berada di lingkungan luar rahim dengan suhu sekitar 21° -25

ºC bahkan bisa lebih dingin. Kondisi ini sering menjadi masalah besar

karena mekanisme pertahanan suhu neonatus tidak seperti orang

dewasa.

Proses pemindahan panas pada neonatus dapat terjadi melalui beberapa

cara yaitu: radiasi, evaporasi, konveksi dan konduksi (Perinasia,

2003). Radiasi adalah kehilangan panas melalui pemancaran panas

dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin. Evaporasi

merupakan proses kehilangan panas melalui proses penguapan dari

tubuh yang basah, misalnya bayi yang mengompol dan tetap basah.

Konveksi yaitu kehilangan panas melalui aliran udara. Hal ini terjadi

karena bayi diletakkan dekat dengan jendela ataupun pintu yang

terbuka. Konduksi dalah cara kehilangan panas melalui persinggungan

dengan benda yang lebih dingin (Pratomo, 2003 dalam Perinasia,

2003).

Konsekuensi yang terjadi apabila bayi mengalami gangguan

termoregulasi yaitu hipotermi yang akan mengancam keselamatan

bayi. Hal ini dikarenakan terjadi stress pada bayi sehingga

menimbulkan bahaya tambahan bagi neonatus yaitu hipoksia, asidosis

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

13

Universitas Indonesia

metabolik dan hipoglikemia (Wong, et al., 2009). Hipotermia adalah

penurunan suhu tubuh bayi dibawah suhu normal yaitu kurang dari

36.5⁰ C pada bayi aterm (Sherman, Greenspan, Touch, et. al, 2006).

Hipotermia pada bayi prematur terjadi jika suhu tubuh kurang dari

suhu normal bayi prematur yaitu sekitar 36,5 – 37° (Sherman,

Greenspan, Touch, et. al, 2006). Tanda-tanda bayi yang mengalami

hipotermi adalah kaki teraba dingin, letargi, menangis lemah,

kemampuan menghisap rendah, kulit pucat, sianosis, takipnea dan

takikardi.

Masalah lain dalam termoregulasi pada bayi prematur yaitu hipertermi

yang cukup mengancam keberlangsungan hidup bayi prematur.

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh bayi diatas suhu normal

yaitu lebih dari 37.5⁰C (Sherman, et. al, 2006). Tanda-tanda

hipertermi seperti kulit hangat terlihat kemerahan pada awalnya namun

kemudian pucat, berkeringat, bayi rewel, terdapat tanda-tanda

dehidrasi (ubun-ubun cekung, elastisitas menurun, membran mukosa

kering, malas minum), frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit,

denyut jantung lebih dari 160 kali per menit, letargi (Tjipta, et. al.

2008). Hipertermi akan meningkatkan konsumsi oksigen dan

metabolisme dalam tubuh yang berdampak pada kerusakan otak

sehingga dapat menyebabkan kecacatan ataupun kematian. Kondisi

demam akan menurunkan saturasi oksigen.

(4) Sistem Gastrointestinal

Menurut Wong, et al, (2009) pada bayi prematur beberapa enzim

pencernaan seperti amylase pancreas masih sangat kurang, hal ini

akan menyebabkan absorpsi lemak menjadi sangat terbatas, terutama

saat ingesti makanan dengan kandungan asam lemak jenuh tinggi

seperti susu sapi. Fungsi organ pencernaan masih banyak yang

mengalami immaturitas. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap

proses pencernaan sementara di sisi lain fungsi sistem pencernaan

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

14

Universitas Indonesia

dibutuhkan segera bagi keberlangsungan akan kebutuhan energi,

nutrisi dan cairan. Oleh karenanya pemberian nutrisi yang tidak

adekuat pada neonatus dapat menimbulkan masalah yang serius dan

mengancam kehidupan bayi. Kebutuhan nutrisi yang tepat bergantung

pada cadangan lemak, protein dan glikogen pada neonatus, kebutuhan

ini dapat diukur dengan memperhatikan berat badan dan kondisi fisik

neonatus.

(5) Hati

Organ hati pada neonatus mempunyai kandungan hepatosit 20% lebih

sedikit dari organ hati orang dewasa. Kondisi ini akan mempengaruhi

fungsi sel hati. Pada neonatus organ hati belum mampu melakukan

metabolisme tubuh secara sempurna, sebagai contoh adalah kurangnya

enzim glukoronil transferase yang berperan pada peristiwa

pembentukan bilirubin tak terkonjugasi menjadi bilirubin terkonjugasi

yang mengakibatkan masih tingginya kadar bilirubin tak terkonjugasi

dalam darah. Peristiwa inilah yang memungkinkan neonatus rentan

mengalami hiperbilirubinemiaemia (Wong, et.al, 2009).

Menurut MacGregor (2008) fungsi hati juga belum adekuat dalam

membentuk protein plasma. Hal ini akan berpengaruh pada kurangnya

konsentrasi protein plasma yang memungkinkan terjadinya edema

yang biasanya terlihat begitu bayi baru lahir. Hal ini memungkinkan

terjadinya penurunan berat badan pada neonatus dan bayi prematur di

hari ke- 2 atau berikutnya. Pemantauan berat badan pada bayi prematur

sangat penting mengingat adanya penurunan berat badan akibat

kondisi tersebut diatas.

Cadangan glikogen pada bayi prematur sangat sedikit dan berisiko

untuk terjadinya hipoglikemia pada kehidupan berikutnya. Namun

kondisi ini dapat dicegah dengan pemberian makanan yang efektif

terutama ASI (Wong, et al., 2009).

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

15

Universitas Indonesia

Masih menurut Wong, et al, (2009) dikatakan bahwa regurgitasi pada

bayi prematur relatif sering terjadi, hal ini disebabkan karena adanya

pergerakan usus yang sangat cepat diikuti dengan gelombang

nonperistaltik di sepanjang esophagus yang bernama migrating motor

complex (MMC) yang akan mendorong nutrien ke depan, tekanan

sfingter esophagus yang rendah, relaksasi sfingter esophagus yang

tidak memadai dan pengosongan lambung yang relatif lama.

(6) Metabolisme

Pada kehidupan intrauterine bayi tidak mengeluarkan banyak energi

untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya karena bergantung penuh

pada plasenta. Setelah lahir neonatus membutuhkan periode transisi

dari ketergantungan kepada ibu terhadap kemandiriannya, karenanya

cadangan berupa glikogen dan lipid sangat diperlukan pada minggu

pertama kehidupan. Pada awal kehidupan terjadi stimulasi

pembentukan jaringan lemak coklat dan sintesis hormon triiodotironin

yang sangat penting bagi produksi panas (thermoregulator).

Metabolisme karbohidrat pada neonatus sangat dipengaruhi oleh kadar

glukosa yang bertindak sebagai substrat utama pada metabolisme ini.

Pada lingkungan intrauterin, kadar glukosa sangat dipengaruhi oleh

asupan nutrisi ibu, maka ketika neonatus lahir terjadi ketidakmampuan

untuk membentuk glukosa. Oleh karena itu, kadar glukosa akan

menurun pada 2–5 jam kehidupan pertama dan selanjutnya akan

meningkat seiring dengan kemampuan adaptasi neonatus yang

meningkat hingga kira-kira mencapai level 3.6 mmol/L (Aylott, 2006).

Kadar glukosa neonatus diperkirakan sekitar 70% dari kadar glukosa

serum ibu (Cornblath & Ichord, 2000 dalam Aylott, 2006).

Menurut Aylott (2006) neonatus melakukan kompensasi untuk

mengatasi penurunan kadar glukosa dengan cara melakukan proses

glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa dari selain karbohidrat.

Kondisi inilah yang memungkinkan otak bayi tidak terpengaruh

dengan kondisi penurunan kadar glukosa tersebut di atas. Hal lain

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

16

Universitas Indonesia

yang merupakan kompensasi tubuh neonatus terhadap penurunan

glukosa adalah menurunkan produksi insulin dan secara simultan

meningkatkan kadar glukagon, epinefrin, growth hormone dan sekresi

kortisol.

Proses glikolisis merupakan salah satu kompensasi yang lain untuk

menghasilkan glukosa dan adenosine tri phosphate (ATP) selama

kondisi hipoglikemia. Namun proses ini meninggalkan substrat hasil

reaksi yaitu zat keton, asam laktat dan gliserol (Ward & Deshpande,

2005 dalam Aylott, 2006). Zat keton ini merupakan zat yang

berbahaya bagi tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya asidosis

metabolik pada neonatus.

Bayi prematur sangat rentan mengalami hipoglikemi disebabkan

karena mekanisme kontrol glukosa yang masih immatur. Kondisi ini

menjadi penyebab ketergantungan pemberian glukosa dari luar,

karenanya pemberian dekstrose melalui intravena merupakan suatu

kebutuhan pada bayi prematur (Cornblath & Ichord, et al, 2000 dalam

Aylott, 2006).

Metabolisme protein pada neonatus ditujukan untuk mencerna protein

yang terkandung dalam susu menjadi bentuk asam amino dan

oligopeptida. Pada proses ini membutuhkan enzim protease yang

diproduksi oleh dinding-dinding lambung, karena immaturitas

neonatus maka produksi enzim ini masih sedikit sehingga pada periode

awal kadar asam amino akan menurun (MacGregor, 2008).

(7) Sistem Hematopoetik

Menurut Wong, et.al, (2009) volume darah bayi tergantung pada

jumlah pengiriman darah plasenta. Volume darah bayi aterm sebanyak

80–85 ml/kg berat badan. Segera setelah lahir volume darah total

sekitar 300 ml, tetapi bergantung pada berapa lama bayi melekat pada

plasenta.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

17

Universitas Indonesia

Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% hemoglobin janin

(yang membawa kapasitas pembawa oksigen yang tinggi) dan

mempunyai rentang hidup yang lebih pendek dan hampir menghilang

pada minggu ke-20 setelah lahir. Tindakan penjepitan tali pusat yang

terlambat menyebabkan hemoglobin, hematokrit dan hitung sel darah

merah meningkat. Pada pemecahan normal sel darah merah ini, sering

terdapat akumulasi bilirubin (tidak terkonjugasi) dalam darah neonatus

sehingga menyebabkan keadaan jaundice fisiologis. (Wong, et.al,

2009).

(8) Sistem Neurologi

Fungsi sensoris sudah berkembang sejak neonatus lahir seperti

rangsang suara (mendengar), rasa dan penglihatan walau belum secara

utuh melihat objek di sekitarnya. Sementara fungsi motorik mulai

berkembang seiring dengan proses mielinasi pada saraf pusat dan

perifer.

Menurut MacGregor (2008) perkembangan jumlah neuron akan terus

berkembang hingga usia 3 tahun seiring dengan perkembangan sel

otaknya. Hal ini disebabkan karena perkembangan sel neuroglia yang

belum berkembang sempurna. Perkembangan neuron ini bergantung

pula terhadap stimulus dari lingkungan yang didapat oleh neonatus

melalui observasi dan persepsi.

Refleks merupakan kegiatan terbesar dari sistem saraf yang terjadi

pada neonatus. Refleks yang terjadi yaitu refleks primitif yang akan

menghilang seiring dengan bertambahnya usia bayi (Wong, et al.,

2009). Refleks pada neonatus yaitu refleks moro, menghisap,

menelan, berjalan, tonic neck, menggenggam, babinski dan sebagainya

dimana refleks ini sebagian akan hilang pada 6-9 bulan kelahirannya.

Mielinisasi sistem saraf mengikuti hukum perkembangan sefalokaudal

proksimodistal (kepala ke jari kaki–pusat ke perifer) dan berhubungan

erat dengan kemampuan motorik kasar dan halus yang tampak. Mielin

diperlukan untuk mempercepat proses transmisi pada impuls saraf di

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

18

Universitas Indonesia

sepanjang jalur neural. Traktus yang mengalami mielinisasi paling

awal adalah traktus sensoris, serebral dan ekstrapiramidal. Saraf ini

menyebabkan penginderaan tajam untuk pengecap, pembau, dan

pendengaran pada bayi baru lahir. Saraf kranial yang belum

mengalami mielenisasi pada neonatus adalah saraf optikus dan

olfaktorius (Wong, et.al 2009).

(9) Sistem Imunologi

Pada kehidupan intrauterine neonatus berada pada lingkungan yang

steril namun ketika lahir neonatus akan berhadapan dengan berbagai

macam patogen yang ada di lingkungan sekitarnya. Kondisi ini akan

mengakibatkan neonatus sangat rentan terhadap infeksi ataupun

adanya reaksi alergi karena sistem imun pada neonatus masih belum

matang.

Menurut MacGregor (2008) dikatakan bahwa terdapat tiga pertahanan

imunitas tubuh neonatus, yang meliputi pertahanan garis pertama

adalah kulit dan membran mukosa yang yang melindungi tubuh dari

invasi organisme. Pertahanan garis kedua adalah elemen seluler dari

sistem imunologis, yang menghasilkan beberapa tipe sel yang mampu

menyerang organisme, seperti neutrofil, eosinofil, monosit, dan

limfosit. Sedangkan pertahanan garis ketiga adalah pembentukan

antibodi spesifik terhadap antigen.

Selama 3 bulan pertama kehidupannya, neonatus dilindungi oleh

kekebalan pasif yang diterimanya dari ibu berupa immunoglobulin G

(Ig G). Namun neonatus masih sangat rentan terhadap penyebaran

mikroorganisme, karenanya septikemia sering terjadi pada neonatus.

Immunoglobulin M (Ig M) mempunyai berat molekul yang lebih besar

dan oleh karena itu tidak mampu melintasi sawar dari ibu ke janin

melalui plasenta. Ig M akan dibentuk neonatus segera setelah lahir,

namun Ig M juga dapat ditemukan pada darah tali pusat jika ibu

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

19

Universitas Indonesia

terkena infeksi selama kehamilan dan janin akan terpengaruh kondisi

ini (Wong, et al., 2009).

Immunglobulin A (Ig A) tidak mampu melintas melalui plasenta bayi

dan hanya dibentuk pada saat bayi lahir. Antibodi ini banyak

ditemukan dalam aliran darah terutama pada sekresi saluran

pernafasan dan pencernaan. Fungsi sekresi ini aktif melawan beberapa

virus seperti poliomyelitis ataupun beberapa esccheria colli.

(10) Sistem Perkemihan

Pada awal-awal kelahiran, neonatus mengalami defisiensi dalam

kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasi urin dan mengatasi

kekurangan cairan dan elektrolit, misalnya saat dehidrasi atau beban

larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat.

Volume total urin per 24 jam sekitar 200–300 ml pada akhir minggu

pertama kehidupan. Akan tetapi, saat kandung kemih teregang, akan

terjadi pengosongan kandung kemih secara volunteer sampai

volumenya 15 ml, sehingga menyebabkan 20 kali buang air kecil per

hari. Buang air kecil pada 24 jam pertama urin tidak berwarna dan

tidak berbau dengan berat jenis sekitar 1.020 (Wong, et al., 2009).

(11) Sistem Muskuloskeletal

Sistem skeletal neonatus mengandung lebih banyak kartilago dan

tulang osifikasi. Pada bayi aterm sistem muskular relatif sudah

terbentuk sempurna saat lahir, namun bayi prematur belum terbentuk

sempurna, karenanya posisi pada bayi prematur cenderung ekstensi,

hal ini disebabkan karena imaturitas pada muskular (Wong, et al,

2009). Kecenderungan posisi ekstensi tentunya akan meningkatkan

metabolisme dalam tubuh, sementara posisi yang terbaik adalah posisi

yang dapat menurunkan kebutuhan energi seperti posisi fleksi.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

20

Universitas Indonesia

2. 1.5 Stress pada Bayi Prematur

Menurut Wong, et. al (2009) neonatus khususnya prematur sangat sensitif

terhadap rangsang-rangsang yang dapat menimbulkan stress. Seperti

halnya orang dewasa yang juga mengalami stress, namun bayi prematur

sangat defisien dalam hal kapasitas untuk mengatasi dan beradaptasi

dengan stress lingkungan. Hal ini disebabkan karena immaturitas sistem

syaraf dan kurang stabilnya fisiologis bayi, minimnya kemampuan untuk

mengatasi stress, oleh karena itu rangsang lingkungan yang menimbulkan

stress pada bayi akan mempengaruhi fungsi tubuh, mempengaruhi fungsi

hipotalamus, sehingga akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan,

produksi panas, dan mekanisme neurologis.

Penyebab stress dapat disebabkan karena adanya berbagai perubahan

drastis yang menjadi ancaman bagi bayi prematur seperti kondisi suhu

udara, sinar yang terang, kebisingan lingkungan yang sangat berbeda

dengan kondisi intrauterine atau rangsang-rangsang lain yang

menimbulkan nyeri (Wong, et. al, 2009). Menurut Tjipta (2008) tingkat

kebisingan disebabkan karena suara-suara yang ditimbulkan dari peralatan

di ruang NICU, menutup pintu inkubator atau pintu ruangan, berbicara

keras-keras, suara radio, dan lain-lain.

Tanda-tanda stress atau keletihan pada neonatus diantaranya adalah: stress

autonomik, perubahan keadaan umum dan perubahan tingkah laku. Tanda-

tanda stress autonomik diantaranya adalah perubahan warna (pucat,

berbecak, sianosis), tremor, terkejut, denyut jantung cepat regular, terdapat

jeda respirasi, gasping dan takipneu. Tanda perubahan keadaan umum

diantaranya adalah gerakan menolak, keadaan pasif atau tidur, menangis

dan kebingungan, mata berkaca-kaca atau mengernyit tegang dan

iritabilitas. Adapun tanda-tanda perubahan tingkah laku diantaranya

hipertonisitas, hiperekstensi tungkai, lengan dan batang tubuh, jari-jari

mekar lumpuh lengan dan tungkai, cegukan, bersin, meludah, meringis,

mengejan saat akan defekasi, tegang difus dan aktivitas ketakutan difus

(Wong, et. al, 2009).

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

21

Universitas Indonesia

Stress pada bayi prematur akan meningkatkan metabolisme dalam tubuh

sehingga membutuhkan lebih banyak konsumsi oksigen untuk

menstabilkan fungsi fisiologis tubuh. Peningkatan konsumsi oksigen ini

akan menyebabkan risiko terjadinya distress pernafasan, asidosis dan

hipoksia (Sherman, et al, 2006).

2. 2 Fisiologis Bayi Prematur

2.2.1 Saturasi Oksigen pada Neonatus

Pengukuran oksigen pada neonatus memberikan informasi yang penting

pada perawatan neonatal dan merupakan hal yang vital dalam pengukuran

kondisi fisiologis neonatus. Saturasi oksigen adalah rasio antara jumlah

oksigen aktual yang terikat oleh hemoglobin terhadap kemampuan total Hb

darah mengikat O2 (Djojodibroto, 2007). Saturasi oksigen merupakan

presentase haemoglobin yang terdapat dalam darah. Saturasi oksigen

hemoglobin (SaO2) adalah presentase hemoglobin (Hb) yang mengalami

saturasi oleh oksigen yang mencerminkan tekanan oksigen (PaO2) arteri

darah yang digunakan untuk mengevaluasi status pernafasan, terapi oksigen

dan intervensi lainnya seperti suction, olah raga, dan fisioterapi (Brooker,

2005). Dari beberapa pengertian tadi, maka dapat disimpulkan bahwa

saturasi oksigen adalah perbandingan kemampuan oksigen untuk berikatan

dengan hemoglobin dan dibandingkan dengan jumlah total keseluruhan

jumlah darah.

Pengukuran SaO2 dilakukan dengan menggunakan oksimetri denyut (pulse

oximetry) yaitu alat dengan prosedur non invasif yang dapat dipasang pada

cuping telinga, jari tangan ataupun hidung. Pada alat ini akan terdeteksi

secara kontinu status SaO2 dan frekuensi nadi. Alat ini sangat sederhana,

akurat, tidak mempunyai efek samping dan tidak membutuhkan kalibrasi.

Pulse oximetry bekerja dengan cara mengukur saturasi oksigen dan

frekuensi nadi melalui transmisi cahaya infrared melalui aliran darah arteri

pada lokasi dimana alat ini diletakkan. Adapun nilai kisaran SaO2 normal

pada bayi prematur dipertahankan pada kisaran 90–92 % (Merenstein &

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

22

Universitas Indonesia

Gardner, 2002). Meskipun bermanfaat, namun pulse oximetry ini

mempunyai keterbatasan yaitu ketidakmampuan mendeteksi perubahan

dalam kadar karbondioksida (CO2) (Bateman & Loach, 1998 dalam

Brooker, 2005). Menurut Brooker (2005) ketidakakuratan ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah:

(1) Suhu tubuh

Suhu tubuh bayi yang meningkat akan menyebabkan metabolisme dalam

tubuh juga akan meningkat. Peningkatan metabolisme membutuhkan

jumlah kadar oksigen yang juga akan meningkat, karenanya suhu tubuh

khususnya jika bayi prematur mengalami demam akan menurunkan

saturasi oksigennya (MacGregor, 2008).

(2) Anemia

Anemia adalah nilai sel darah merah dan zat besi yang menurun dimana

salah satu penyebabnya karena berat badan yang rendah (Cloherty,

Eichenwald, Stark, 2008). Indikator terjadinya anemia dapat diperlihatkan

dari hasil hemoglobin (Hb). Kategori anemia pada bayi aterm yaitu apabila

nilai Hb sekitar 15-20 gr/dl, sedangkan anemia pada bayi prematur

apabila nilai Hb kurang dari 13 gr/dl (Ledewig, 1998). Anemia

berpengaruh terhadap kadar saturasi oksigen disebabkan karena jumlah Hb

yang menurun akan memungkinkan kemampuan tubuh untuk mengikat

oksigen juga menurun, karenanya ikatan Hboksi juga menurun dan hal ini

akan membuat nilai saturasi oksigen menjadi menurun.

(3) Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia menunjukkan tingginya kadar bilirubin terakumulasi

dalam darah dan ditandai dengan jaundice atau ikterus. Penyebab

hiperbilirubinemia adalah perkembangan bayi (aterm atau prematur),

berhubungan dengan pemberian ASI, produksi bilirubin berlebihan,

gangguan kapasitas hati untuk mensekresi bilirubin tak terkonjugasi,

hipotirodisme, galaktosemia, bayi dari ibu dengan diabetes mellitus

(Wong, et al 2009). Hiperbilirubinemia dikategorikan menjadi dua

macam, yaitu:

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

23

Universitas Indonesia

(a) Hiperbilirubinemia Fisiologis

Terdapat dua fase pada hiperbilirubinemia fisiologis pada bayi aterm.

Pada fase pertama kadar bilirubin bertahap naik sampai sekitar 6

mg/dl pada hari ketiga kehidupan, kemudian menurun sampai plato 2-

3 mg/dl pada hari kelima. Kadar bilirubin tetap dalam keadaan plato

pada fase kedua tanpa peningkatan atau penurunan sampai sekitar 12

hingga 14 hari, yang kadarnya menurun ke nilai normal kurang dari

11 mg/dl (Maisels, 1994; Volpe, 1995 dalam Wong, et al, 2009). Pada

bayi prematur kadar bilirubin dapat meningkat sampai 10-12 mg/dl

pada hari keempat dan kelima dan perlahan menurun selama kurun

waktu 2–4 minggu (Blackburn, 1995; Gartner, 1994 dalam Wong, et

al, 2009).

(b) Hiperbilirubinemia Patologis

Hiperbilirubinemia yang bersifat patologis akan muncul dalam 24 jam

kehidupan atau dapat juga karena menetapnya jaundice setelah 1

minggu pada bayi aterm dan 2 minggu pada bayi prematur, dengan

kadar bilirubin serum total lebih dari 12 mg/dl, peningkatan bilirubin

serum lebih dari 5 m/dl dalam sehari, nilai bilirubin direct lebih dari

1,5 mg/dl (Wong, et al. 2009). Jika kadar bilirubin meningkat, maka

kemampuan Hb untuk mengikat oksigen juga akan menurun, hal ini

akan menurunkan saturasi oksigen.

(4) Hipoksemia

Hipoksemia merupakan kondisi turunnya konsentrasi oksigen dalam darah

arteri dengan nilai PaO2 kurang dari 50 mmHg (Corwin, 2008). Masih

menurut Corwin (2008) hipoksemia dapat terjadi karena penurunan

oksigen di udara, hipoventilasi karena daya regang paru menurun (pada

bayi prematur disebabkan karena cairan surfaktan belum berfungsi),

hipoperfusi atau penurunan aliran darah ke alveolus, dan destruksi

alveolus kapiler. Kondisi hipoksemia akan menurunkan nilai saturasi

oksigen.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

24

Universitas Indonesia

2.2.2 Frekuensi Nadi pada Neonatus

Nadi merupakan indikator kerja jantung. Jika terjadi masalah pada kerja

jantung, maka dapat diketahui dari frekuensi nadi. Nadi adalah istilah yang

digunakan untuk menggambarkan frekuensi irama dan volume detak

jantung yang dapat dikaji pada lokasi sentral atau perifer. Nadi adalah

pelebaran dan recoil arteri elastik berirama pada saat ventrikel kiri

memompakan darah ke dalam sirkulasi (Jamieson, et.al, 1997 dalam

Johnson, 2001). Pengertian lain dari nadi merupakan gelombang darah

yang dihasilkan oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Gelombang nadi

menunjukkan volume darah yang dikeluarkan pada tiap kontraksi jantung

dan komplians arteri. Komplians arteri merupakan kemampuan arteri

untuk berkontraksi atau melebar (Berman, Snyder, & Kozier, 2003).

Dengan demikian, nadi merupakan gambaran kerja jantung saat jantung

memompakan darahnya keseluruh tubuh dan dapat di ketahui pada daerah

perifer tubuh baik berupa kekuatannya, keteraturannya ataupun

volumenya.

Pengkajian nadi meliputi frekuensi, volume dan keteraturan. Nadi yang

lemah atau kuat, cepat atau penuh semuanya mengindikasikan perubahan

dalam jumlah darah yang dipompakan. Nadi yang tidak teratur

menggambarkan ketidakteraturan kerja jantung. Pengkajian nadi dapat

dilakukan pada beberapa tempat di daerah perifer (tepatnya arteri).

Pengkajian pada neonatus dilakukan pada arteri bronchial, apeks, pangkal

tali pusat yang merupakan indikator frekuensi jantung yang reliabel pada

saat bayi dilahirkan, dan brakialis (Johnson & Taylor, 2001).

Beberapa lokasi pengkajian nadi menurut Berman, Snyder & Kozier

(2003) yaitu :

(1) Arteri radialis: merupakan tempat yang mudah diakses untuk

dilakukan pengkajian.

(2) Temporalis: menjadi tempat pilihan manakala arteri radialis tidak

mudah untuk diakses.

(3) Karotis: biasanya sangat sering dilakukan pada anak dan bayi.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

25

Universitas Indonesia

(4) Apical: juga dilakukan pada bayi dan anak.

(5) Brakialis: sering dilakukan seiring dengan pengukuran tekanan darah.

(6) Femoralis: dilakukan pada anak-anak dan bayi untuk mengetahui

sirkulasi ke tungkai.

(7) Poplitea: mengetahui sirkuasi ke tungkai bawah

(8) Tibial posterior: untuk menentukan sirkulasi ke kaki

(9) Pedal: untuk menentukan sirkulasi ke kaki.

Nilai normal frekuensi nadi dipengaruhi banyak faktor, diantaranya adalah

usia, jenis kelamin, aktivitas, demam/sakit, status cairan, posisi, dan pengaruh

obat-obatan. Nilai normal frekuensi nadi pada neonatus adalah 120–160

kali/menit (Merenstein & Gardner, 2002). Berikut ini merupakan jumlah

rata-rata frekuensi nadi berdasarkan usia anak.

Table 2.1 Rata- rata Frekuensi Nadi Bayi dan Balita

Usia Frekuensi nadi rata-rata

(kali/menit)

1 bulan 145

6 bulan 120

12 bulan 115

5 tahun 95

(Sumber : Halazinski, 1992 dalam MacGregor, 2008)

Tabel di atas merupakan jumlah frekuensi nadi bayi atau anak dalam

kondisi sehat. Frekuensi nadi sangat dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan

situasi lain yang dapat menyebabkan metabolisme tubuh meningkat

seperti peningkatan suhu tubuh dan kecemasan atau stress (MacGregor,

2008).

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

26

Universitas Indonesia

2. 3 Developmental Care pada Perawatan Bayi Prematur

2.3.1 Pengertian Developmental Care

Developmental care adalah konsep pengembangan perawatan neonatus

yang dapat meningkatkan eksplorasi tumbuh kembang pada neonatus

(Kenner & McGrath, 2004). Bayi prematur yang berada pada lingkungan

perawatan NICU tentunya akan terpapar dengan lingkungan abnormal yang

tidak selalu memberikan dukungan dan perlindungan seperti halnya ketika

berada dalam rahim ibu. Pada lingkungan NICU bayi terpapar dengan

stimulus yang menyakitkan seperti tindakan invasif, suara yang bising,

cahaya yang menyilaukan, suhu ruangan yang dingin, dan alat-alat yang

berhubungan dengan bayi setiap hari sehingga mengganggu proses

perkembangan bayi.

Bayi prematur memerlukan waktu istirahat (tidur) yang cukup lama.

Stimulasi yang terus menerus harus dihindari, sehingga akan meningkatkan

stabilitas fisiologis pada tubuhnya (Long, Philip, et. al dalam Brademayer,

et al, 2008). Konsep perawatan NICU terkini adalah menciptakan

lingkungan yang mendukung proses perkembangan bayi (developmentally

supportive care). Adapun metode yang dikembangkan adalah Neonatal

Individualized Developmental Care and Assessment Program (NIDCAP)

(Als, 1986 dalam Brademeyer, et. al, 2008) yaitu suatu kerangka kerja dan

metode untuk memberikan stabilisasi, dukungan, dan interaksi dengan bayi

prematur baik yang dilakukan tenaga professional ataupun keluarga

sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan bayi dan dapat meningkatkan

proses tumbuh kembang bayi.

NIDCAP yang dikembangkan oleh Dr. Heidelise Als merupakan program

yang memberikan edukasi dan pelatihan khusus bagi para profesional yang

bertanggung jawab terhadap perawatan bayi risiko tinggi. Program ini

diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan sikap para professional

untuk melakukan observasi dan pengkajian perkembangan pada bayi

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

27

Universitas Indonesia

beresiko tinggi. Salah satu bentuk metodologi observasi adalah: assessment

of preterm infant behavior (APIB). Pengkajian yang dilakukan meliputi

kemampuan sensitivitas bayi prematur difokuskan dalam kemampuan

otonomi, motorik, dan atensi bayi prematur (Kenner, & Mc.Grath, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Brademeyer, et. al (2008) menggunakan

beberapa intervensi untuk mendukung developmental care practice, di

antaranya adalah:

(1) Cue based care yaitu perawatan yang diberikan dalam rangka

meminimalisir stress pada bayi dengan cara melakukan jadwal

terstuktur saat melakukan tindakan invasif dan memberikan cukup

waktu untuk proses penyembuhan (hilang rasa sakit).

(2) Macro environment yaitu melakukan modifikasi lingkungan untuk

mengurangi intensitas cahaya dan suara dengan cara menyalakan lampu

hanya di malam hari, memberikan penutup inkubator, dan mengurangi

suara gaduh di lingkungan.

(3) Comfort environment yaitu menggunakan metode nonfarmakologik

untuk memberikan ketenangan pada bayi yang mengalami stress dengan

cara memberikan sukrosa per oral untuk mengurangi rasa nyeri atau

memberikan analgesik rutin pada bayi yang menggunakan ventilator.

(4) Developmental positioning yaitu memberikan posisi yang dapat

memberikan dukungan secara efektif bagi perkembangan

neuromuscular dan meningkatkan akitivitas hand to mouth bagi

ketenangan bayi prematur. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan

rotasi posisi yang tepat seperti prone dan memberikan nesting pada

tempat tidur bayi.

(5) Nonnutritive sucking yaitu mendukung kemampuan reflek sucking pada

bayi prematur.

(6) Skin to skin contact yaitu melakukan kontak fisik antara bayi dan orang

tua untuk meningkatkan kedekatan secara emosional dan dapat

meningkatkan proses menyusui.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

28

Universitas Indonesia

(7) Positive touch yaitu memberikan sentuhan untuk meningkatkan rasa

nyaman setelah dilakukan beberapa tindakan.

(8) Communication yaitu meningkatkan kemampuan interpersonal dalam

melakukan komunikasi antara staf professional dan orangtua.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa intervensi ini dapat menurunkan

lama rawat bayi, menurunkan rasa cemas pada orang tua, meningkatkan

kepuasan orang tua, adanya hubungan yang signifikan antara dukungan

yang diberikan perawat terhadap tingkat kepuasan keluarga, mampu

meningkatkan percaya diri keluarga untuk merawat bayi prematur di rumah

dan dapat menurunkan stress pada bayi prematur.

Mengacu pada pemberian intervensi keperawatan yang mendukung

perkembangan bayi (developmentally supportive care) diatas, maka peneliti

akan menjelaskan lebih lanjut tentang sebagian intervensi yang telah

dilakukan oleh Brademeyer, et. al (2008) yaitu pada peningkatan

developmental positioning terutama tentang pemberian posisi prone dan

penggunaan nesting.

2. 3. 2 Posisi Prone pada Bayi Prematur

Posisi prone yaitu posisi bayi ketika lahir lutut fleksi di bawah abdomen

dan posisi badan telungkup (Wong, et al., 2009). Pengertian tentang tehnik

prosisi prone yang lain yaitu pasien diposisikan pada bagian perut, tulang

belakang lurus, kaki merentang, lengan di tekuk dan diletakkan di sisi

kepala (Hegner & Cadwel, 2003). Sementara itu pengertian posisi prone

yang lainnya adalah posisi telungkup dimana lutut bayi ditekuk hingga ke

dada, meletakkan lengan menutupi bagian lateral tubuh dan menempatkan

bantalan di bawah tulang pinggul bayi (Fry, 1998 dalam May &

Mahimesh, 2004).

Menurut Hegner dan Cadwel (2003) posisi prone pada bayi merupakan

prosisi yang sangat menghemat energi, karena posisi ini akan menurunkan

kehilangan panas dibandingkan dengan posisi supine. Hal ini disebabkan

karena pada posisi prone, kaki bayi fleksi sehingga menurunkan

metabolisme tubuh akibatnya terjadi penurunan jumlah kehilangan panas.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

29

Universitas Indonesia

Penyebab lain juga dikarenakan pada posisi prone wajah bayi menyentuh

selimut atau tempat tidur sehingga wajah bayi tidak terpapar dengan udara

dan memungkinkan terjadinya penurunan kehilangan panas melalui proses

radiasi.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan dan dapat

dirangkum oleh penulis, maka dapat disimpulkan keuntungan dari posisi

prone pada bayi, di antaranya adalah:

(1) Posisi prone dapat meningkatkan kualitas tidur bayi dan dapat

menurunkan stress pada bayi prematur yang menggunakan ventilator

pada minggu-minggu pertama kelahirannya. Hal ini merupakan salah

satu bentuk konservasi energi dan mendukung adaptasi bayi pada

lingkungan ekstrauterin (Chang, Anderson, & Lin, 2002). Secara

teoritis diketahui bahwa tidur merupakan periode emas bagi proses

pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi terutama bayi

prematur. Pada bayi prematur hal ini tentu saja sangat penting sebagai

salah satu bentuk konservasi energi bagi pertumbuhan dan

perkembangannya.

(2) Posisi prone dapat meningkatkan efisiensi tidur bayi prematur dan

mengurangi risiko terbangun bayi dari tidur dibandingkan dengan

posisi supine (Bhat, et al, 2010).

(3) Posisi prone dapat meningkatkan volume tidal paru, pengembangan

paru, dan pernafasan menjadi lebih teratur (Maynard, Bignall, &

Kitchen, 2000).

2. 3. 3 Nesting

Nesting berasal dari kata nest yang artinya adalah sarang. Filosofi ini

diambil dari sangkar burung yang dipersiapkan induk burung bagi anak-

anaknya yang baru lahir. Anak-anak burung diletakkan dalam sarang. Hal

ini dimaksudkan agar anak burung tidak jatuh dan induk mudah

mengawasinya sehingga posisi anak burung tetap tidak berubah.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

30

Universitas Indonesia

Nesting adalah suatu alat yang digunakan di ruang NICU yang diberikan

pada bayi prematur atau BBLR yang terbuat dari bahan phlanyl dengan

panjang sekitar 121 cm-132 cm yang dapat disesuaikan dengan panjang

badan bayi yang bertujuan untuk meminimalkan pergerakan bayi (Priya &

Bijlani, 2005).

Menurut Priya dan Bijlani (2005), manfaat penggunaan nesting pada

neonatus di antaranya adalah :

(1) Memfasilitasi perkembangan neonatus

(2) Memfasilitasi pola posisi hand to hand dan hand to mouth pada neonatus

sehingga posisi fleksi tetap terjaga

(3) Meminimalisasi kecacatan yang diakibatkan karena posisi yang tidak

tepat

(4) Mencegah komplikasi yang disebabkan karena pengaruh perubahan

posisi akibat gaya gravitasi

(5) Mendorong perkembangan normal neonatus

(6) Dapat mengatur posisi neonatus

(7) Mempercepat masa rawat neonatus

Nesting merupakan salah bentuk intervensi keperawatan yang ditujukan

untuk meminimalkan pergerakan pada neonatus sebagai salah satu bentuk

konservasi energi. Neonatus yang diberikan nesting akan tetap pada posisi

fleksi sehingga mirip dengan posisi seperti di dalam rahim ibu.

2. 4 Aplikasi Teori Keperawatan Konservasi

Prinsip perawatan pada bayi prematur diantaranya adalah mendukung proses

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Proses tumbuh dan kembang pada

bayi prematur memerlukan banyak energi karena masih banyak organ

tubuhnya yang belum matang. Proses tumbuh kembang ini sangat efektif

apabila bayi dalam kondisi tertidur lelap, karena pada saat tertidur lelap

cadangan energi tidak digunakan oleh tubuh tetapi bermanfaat bagi

pertumbuhan sel-sel tubuhnya.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

31

Universitas Indonesia

Posisi bayipun mempengaruhi banyaknya energi yang dikeluarkan oleh

tubuh. Posisi terbaik bagi bayi prematur adalah melakukan posisi fleksi

karena akan menurunkan metabolisme dalam tubuh. Penelitian ini

memfaslitasi bayi dalam posisi fleksi, yaitu dengan memberikan nesting dan

melakukan posisi prone. Intervensi keperawatan ini bertujuan untuk

mempertahankan energi yang dikeluarkan oleh tubuh bayi.

Model keperawatan yang sesuai dalam penelitian ini adalah konsep

“konservasi” yang dikemukakan oleh Myra Esterin Levine. Tiga konsep

utama dalam konsep konservasi yaitu: (1) Wholeness, (2) adaptasi, (3)

konservasi (Tomey & Alligood, 2006).

Wholeness (Holism) dikemukakan oleh Levine yang merupakan aplikasi

dari teori Wholeness milik Erikson (1964, 1968, dalam Tomey & Alligood,

2006). Erikson menggambarkan bahwa holisme merupakan suatu sistem

yang terbuka yang menekankan pada mutualisme antara fungsi-fungsi dari

bagian tubuh yang mempunyai batas-batas yang terbuka dan sangat

fleksibel. Levine meyakini bahwa wholisme atau integritas merupakan

bagian dari individu yang menekankan bahwa manusia berespon dalam satu

keutuhan pribadi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan (Tomey

& Alligood, 2006).

Adaptasi adalah proses perubahan, dan konservasi adalah hasil dari adaptasi.

Adaptasi adalah proses dimana pasien mempertahankan integritas dalam

realitas lingkungan yang merupakan respon terhadap perubahan lingkungan

yang merupakan konsekuensi hasil interaksi antara individu dengan

lingkungan (Trench, Walllace & Coberg, 1987, Levine, 1966, 1989, dalam

Tomey, & Alligood, 2006). Kesuksesan pencapaian integrasi sangat

bergantung pada koping adaptasi individu (Levine, 1990 dalam Tomey &

Alligood, 2006). Respon individu terhadap suatu kondisi sangat unik antara

individu satu dengan yang lainnya baik secara fisiologis maupun psikologis.

Adaptasi sifatnya sangat spesifik setiap sistem mempunyai respon yang

spesifik, sebagai contoh, kekurangan asupan oksigen dapat dijelaskan dari

kadar gula darah. Levine menggambarkan bahwa adaptasi merupakan

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

32

Universitas Indonesia

kecocokan individu terhadap waktu dan ruang (Trench, Wallace, & Coberg,

1987 dalam Tomey, & Alligood, 2006).

Konservasi di sisi lain, adalah hasil dari adaptasi. Konservasi adalah konsep

universal, sesuai dengan aturan alam, "Konservasi bergantung pada sistem

hidup yang berhubungan dengan integrasi seluruh sistem" (Levine, 1990,

dalam Tomey, & Alligood, 2006). Melalui konservasi dapat digambarkan

bahwa individu mampu menghadapi hambatan, beradaptasi sesuai, dan

mempertahankan keunikannya. "Tujuan dari konservasi adalah kemampuan

dan kekuatan untuk menghadapi masalah yang ada. Konservasi dan

integritas merupakan suatu batasan yang selalu diperlukan oleh profesi

keperawatan dalam situasi kapan saja " (Levine, 1973, dalam Tomey, &

Alligood, 2006).

Neonatus khususnya bayi prematur merupakan individu baru yang terlahir

ke dunia dengan struktur integritas tubuh yang holistik, dimana bayi

prematur akan melakukan proses adaptasi seluruh sistem tubuhnya terhadap

perubahan lingkungan disekitarnya. Proses pertahanan diri menghadapi

perubahan lingkungannya disebut sebagai proses adaptasi, jika adaptasi ini

berhasil dilakukan oleh bayi prematur maka akan menghasilkan kondisi

konservasi energi pada dirinya dan membuat dirinya mampu melakukan

tugas-tugas perkembangan.

Kemampuan adaptasi bayi prematur masih sangat lemah, karenanya

diperlukan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar proses ini

berjalan dengan baik. Bayi prematur yang dirawat di rumah sakit tentunya

sangat bergantung pada tingkat perhatian perawat dan tenaga kesehatan

lainnya dalam membantu bayi prematur untuk beradaptasi. Intervensi

keperawatan yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan

perawatannya akan sangat membantu kemampuan adaptasi bayi. Salah satu

dari sekian banyak intervensi keperawatan adalah penggunaan nesting dan

melakukan posisi prone pada bayi prematur.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

33

Universitas Indonesia

Nesting dan posisi prone merupakan sarana bagi bayi prematur untuk

menurunkan tingkat metabolilsme selnya, dengan posisi ini diharapkan bayi

tidak banyak mengeluarkan energi yang sebenarnya masih sangat dibutuhkan

bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Nesting akan memposisikan bayi

seperti dalam kondisi rahim ibu, sehingga kecil kemungkinan energi yang

dikeluarkan dibandingkan bila bayi tidak menggunakan nesting.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

34

Universitas Indonesia

Energy structural meningkat

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian

(Sumber : Wong, et.al, 2009 ; Bredemeyer, 2008 ; Kenner & Mc.Grath, 2004; Tomey & Alligood, 2006; Djojodibroto, 2007; Johnson & Taylor, 2001; Hegner & Cadwel, 2003; Priya & Bijlani, 2005). Telah diolah kembali

Penyebab bayi prematur: toksemia gravidarum, PE. kelainan uterus, tumor, ibu dgn infeksi, usia

Faktor lingkungan : suhu, suara, cahaya, sentuhan

BAYI PREMATUR:

Karakteristik : refelek menghisap kurang, lanugo banyak, kartilago lunak, lingkar kepala kurang dari normal, batas dahi dan rambut tidak jelas, kuku melewati jari, cenderung ekstensi

Adaptasi ekstrauterin :

Sistem kardiovaskular, respirasi, termoregulasi, sistem pencernaan, hati, metabolisme, sistem hematopoetik, sist neurologi, imun,perkemihan, musculoskeletal.

Developmental care: posisi prone, nesting

Stress pada bayi prematur

Konservasi energi

Faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi: suhu

Faktor yg mempengaruhi saturasi oksigen : suhu

O2 cukup Jantung stabil

Saturasi O2 stabil

Frekuensi nadi stabil

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

35

Universitas Indonesia

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

Bab ini terdiri atas kerangka konsep, hipotesis dan definisi operasional. Kerangka

konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori

yang dikembangkan dan telah dibahas sebelumnya, sehingga akan mudah

dipahami dan menjadi dasar bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah struktur abstrak dan logis tentang pengertian yang

menuntun pengembangan studi dan memungkinkan peneliti untuk

menghubungkan penemuan dengan ilmu pengetahuan keperawatan (Burns,

& Grove, 1996 dalam Hamid, 2008).

Skema 3. 1

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independent Variabel dependent

Variabel confounding:

Pada skema dapat dijelaskan bahwa variabel independent dalam hal ini

adalah penggunaan nesting dan posisi prone yang dilakukan pada bayi

prematur akan mempengaruhi variabel dependent dalam hal ini adalah

saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Variabel confounding (dalam penelitian

ini yang akan dilihat adalah suhu tubuh bayi prematur) juga dapat

mempengaruhi variabel dependent yaitu saturasi oksigen dan frekuensi nadi.

Penggunaan nesting dan posisi prone

Suhu tubuh bayi prematur

Saturasi oksigen dan

frekuensi nadi

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

36

Universitas Indonesia

3. 2 Variabel

Variabel merupakan merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah

dari satu subjek ke subjek lainnya (Sastroamoro, 2006). Variabel terdiri atas:

(1) variabel bebas (independent), yaitu bila bersama-sama dengan variabel

lain, variabel lain tersebut akan berubah atau diduga secara bervariasi, (2)

variabel terikat (dependent) adalah variabel yang berubah oleh sebab

variabel bebas, (3) variabel perancu (confounding), yaitu variabel yang dapat

mempengaruhi hasil dari variabel terikat.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah saturasi oksigen dan frekuensi

nadi. Variabel bebas adalah penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi

prematur. Sementara variabel perancunya adalah suhu tubuh.

3. 3 Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah

penelitian atau penjelasan sementara yang menerangkan fenomena yang

diamati atau suatu pernyataan tentang hubungan yang diharapkan terjadi

antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara

empirik atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut

(Budiharto, 2006).

Jenis-jenis hipotesa terdiri atas :

1. Hipotesa mayor atau disebut juga sebagai hipotesa. Hipotesa mayor

pada penelitian ini adalah penggunaan nesting dan posisi prone efektif

dalam mempertahankan saturasi oksigen dan frekuensi nadi yang

normal pada bayi prematur.

2. Hipotesa minor atau disebut juga dengan subhipotesa. Hipotesa minor

pada penelitian ini adalah:

a. Terdapat perbedaan saturasi oksigen pada bayi prematur yang

menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone dibandingkan

dengan bayi prematur yang tidak menggunakan nesting dan tidak

dilakukan posisi prone.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

37

Universitas Indonesia

b. Terdapat perbedaan frekuensi nadi pada bayi prematur yang

menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone dibandingkan

dengan bayi prematur yang tidak menggunakan nesting dan tidak

dilakukan posisi prone.

c. Terdapat hubungan antara suhu bayi terhadap saturasi oksigen dan

frekuensi nadi pada bayi prematur yang menggunakan nesting dan

dilakukan posisi prone.

3. 4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati

(diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional (Nursalam, 2008).

Definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi,

dan replikasi. Dalam penelitian ini definisi operasional dijelaskan dalam

tabel berikut :

Table 3. 1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi operasional Cara mengukur Hasil ukur Skala

Variabel terikat 1. Saturasi

oksigen

Kadar saturasi oksigen pada bayi prematur

Menggunakan pulse oximetry yang diletakkan di ujung jari bayi, nilai dapat dilihat pada monitor selama dihubungkan dengan arteri dimana lokasi alat ini diletakkan. Pengukuran dilakukan sebelum menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone, dan setelah 20 menit dilakukan posisi prone dan penggunaan nesting

Saturasi oksigen dalam %. Rentang pada bayi prematur 90-100%

Rasio

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

38

Universitas Indonesia

Variabel Definisi operasional Cara mengukur Hasil ukur Skala

2. Frekuensi

nadi

Jumlah nadi dalam 1 menit pada bayi prematur

Menggunakan pulse oximetry yang diletakkan di ujung jari bayi, nilai dapat dilihat pada monitor selama dihubungkan dengan arteri dimana lokasi alat ini diletakkan. Pengukuran dilakukan sebelum menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone, dan setelah 20 menit dilakukan posisi prone dan penggunaan nesting

Rentang frekuensi nadi adalah 115-165 kali per menit

Rasio

Variabel bebas Nesting dan Prone

Nesting yaitu suatu alat seperti sarang burung yang terbuat dari bahan phlanyl didalamnya menggunakan Dacron yang dapat dibentuk sesuai dengan ukuran panjang bayi, digunakan pada alas inkubator sebagai penyanggah posisi tidur bayi prematur yang ada Posisi prone atau tengkurap pada bayi prematur yang dilakukan selama 20 menit.

Alat ini diletakkan sebagai alas penyangga tidur bayi prematur, yang diletakkan pada inkubator sepanjang hari Posisi ini dilakukan selama 20 menit, pemantauan dilakukan setelah 20 menit.

0 = tidak menggunakan nesting dan prone 1= menggunakan nesting dan prone

Nominal

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

39

Universitas Indonesia

Variabel Definisi operasional Cara mengukur Hasil ukur Skala

Variabel perancu

1. Suhu

Bayi prematur di ruang perinatologi dengan rentang suhu tubuh normal: 35,8 - 37º C

Menggunakan thermometer digital “L” yang diletakkan pada aksila selama kurang lebih 3 menit. Pengukuran dilakukan sebelum penggunaan nesting dan posisi prone dan setelah penggunaan nesting dan posisi prone selama 20 menit.

Angka antara 35,8 - 37⁰C

interval

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

40

Universitas Indonesia

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experiment. Quasi

experiment merupakan penelitian yang mencari hubungan antara penyebab

dan pengaruhnya diantara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian

quasi experiment keperawatan dimaksudkan untuk menentukan pengaruh

intervensi keperawatan sebagai variabel independent terhadap patient outcome

sebagai variabel dependent (Burns & Grove, 2009). Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui variabel independent yaitu penggunaan nesting dan

posisi prone sebagai bentuk intervensi keperawatan dan pengaruhnya terhadap

variabel dependent yaitu saturasi oksigen dan frekuensi nadi.

Rancangan yang digunakan berdasarkan tujuan penelitian adalah pre and post

with control test yaitu suatu penelitian yang melakukan suatu perlakuan

dengan pengambilan nilai sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dilakukan penilaian tanpa memberikan

perlakuan (Polit & Hungler, 1999).

Penentuan sampel dalam penelitian diawali dari kelompok bayi prematur

yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Kota Bekasi yang menggunakan

nesting dan dilakukan posisi prone (kelompok intervensi) dan bayi prematur

yang dirawat di NICU RS Rawa Lumbu Bekasi sebagai kelompok yang tidak

dilakukan intervensi (kelompok kontrol), kemudian diamati pengaruhnya

terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Tujuan rancangan ini adalah

untuk melihat perbedaan saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada kelompok

kontrol dan kelompok intervensi.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

41

Universitas Indonesia

Rancangan penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada skema 4.1 di bawah

ini.

O1 Y O2

O3 X O4

Skema 4.1 Rancangan Penelitian Quasi Eksperimental dengan Pre-test-postest

with control group

Keterangan :

O1: pengukuran awal variabel dependen pada kelompok kontrol

O2: Pengukuran ulang variabel dependen pada kelompok kontrol

O3: Pengukuran awal variabel dependen pada kelompok intervensi

O4: Pengukuran ulang variabel dependen pada kelompok intervensi

X: Penggunaan nesting dan posisi prone

Y: Waktu antara pengukuran pertama (sebelum) ke pengukuran kedua

(sesudah) selama 20 menit

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan individu dimana hasil suatu penelitian akan

dilakukan generalisasi. Anggota populasi dimana pengukuran dilakukan

disebut sebagai unit elementer atau elemen elementer dari populasi

(Ariawan, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir

(neonatus) yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Kota Bekasi.

Subyek penelitian

Kelompok Kontrol

Kelompok intervensi

sebelum

sebelum

sesudah

Intervensi sesudah

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

42

Universitas Indonesia

4.2.2 Sampel

Sampel pada kelompok intervensi yang dipilih adalah bayi prematur yang

dirawat di RSUD Kota Bekasi ruang perinatologi yang menggunakan

nesting dan dilakukan posisi prone. Sementara sampel pada kelompok

kontrol adalah bayi prematur yang dirawat pada rumah sakit lain (dalam hal

ini adalah RS Rawa Lumbu Bekasi) yang tidak menggunakan nesting dan

tidak dilakukan posisi prone.

Perhitungan sampel menggunakan pre and post with control test. Menurut

Ariawan (2003) perhitungan sampel pada penelitian ini adalah:

= / ( )

= ( ) ( )( ) ( )

Data penelitian yang diambil berdasarkan penelitian sebelumnya yang

mendekati tujuan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Kusumaningrum (2009) hasil jumlah sampel sebelum intervensi adalah 18

dan sesudah intervensi 18, rata-rata saturasi oksigen sebelum intervensi yaitu

94,89% (standar deviasi 3,12) rata-rata saturasi sesudah intervensi berupa

tindakan pronasi yaitu 97,22% (standar deviasi 2,26) pada tingkat

kemaknaan 5% dan kekuatan uji 90% maka perhitungan jumlah sampel yang

didapatkan adalah sebagai berikut:

= (18 − 1)3,12 + (18− 1)2,26

(18 − 1) + (18− 1)

= 7,421

Maka didapatkan hasil sebagai berikut:

= , [ , , ] ( , , )

= 14, 35

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

43

Universitas Indonesia

Keterangan :

= standar deviasi dari beda rata-rata, hasil perhitungan adalah 7,421

= jumlah sampel sebelum intervensi, yaitu sebesar 18

= jumlah sampel sesudah intervensi, yaitu sebesar 18

= rata-rata saturasi oksigen sebelum intervensi, yaitu sebesar 94,89

= rata-rata saturasi oksigen sesudah intervensi, yaitu sebesar 97,22

= standar deviasi saturasi oksigen sebelum intervensi, yaitu sebesar 3,12

= standar deviasi saturasi oksigen sesudah intervensi, yaitu sebesar 2,26

Hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa jumlah sampel yang diperlukan

sebanyak 15 bayi prematur, dan untuk mencegah terjadinya drop out maka

perhitungan besar sampel ditambah 10% sehingga total menjadi 17 bayi

prematur.

Tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu dimana

peneliti mengambil sampel sesuai dengan kriteria penelitian yang telah

ditetapkan. Tujuan purposive sampling bukan untuk menggeneralisasikan

sampel yang merupakan representatif dari target populasi yang besar

sebagaimana sesuai dengan karakteristik subjek yang dipertimbangkan

sesuai dengan penelitian (Stommel & Wills, 2004). Adapun pengambilan

sampel yang dilakukan peneliti pada kelompok intervensi dilakukan

simultan dengan kelompok kontrol.

Kriteria sampel pada kelompok kontrol dan intervensi yaitu:

(1) Kriteria inklusi yaitu kriteria penentuan subjek studi dengan jelas

terhadap siapa keberhasilan atau kegagalan studi diberlakukan. Tujuan

dari penentuan kriteria inklusi adalah menghindari pengumpulan subjek

studi yang tidak sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan (Budiarto,

2006). Kriteria inklusi adalah:

(a) Bayi prematur yang dirawat tanpa memperhatikan berat badan lahir.

(b) Bayi prematur yang dirawat dalam inkubator.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

44

Universitas Indonesia

(c) Bayi prematur yang tidak dilakukan tindakan pembedahan.

(d) Bayi prematur tanpa kelainan bawaan.

(e) Orang tua bayi prematur yang dirawat di ruang perinatologi RSUD

Kota Bekasi yang bersedia sebagai responden penelitian.

(2) Kriteria eksklusi merupakan kriteria yang memenuhi kriteria inklusi

tetapi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Budiharto, 2006).

Dalam penelitian ini yang termasuk kriteria eksklusi pada kelompok

kontrol dan intervensi adalah:

(a) Bayi prematur dengan masalah paru dan fungsi pernafasan.

(b) Bayi prematur dengan kerusakan sistem saraf.

4.3 Tempat Penelitian

(1) Kelompok intervensi dilakukan di rumah sakit yang sudah menerapkan

beberapa intervensi developmental care pada perawatan neonatus, dalam

hal ini adalah ruang perinatologi RSUD Kota Bekasi.

(2) Kelompok kontrol dilakukan di rumah sakit yang belum menerapkan

intervensi developmental care pada perawatan neonatus, dalam hal ini

adalah RS Rawa Lumbu Bekasi, RS Hermina Grand Wisata dan RSD

Kabupaten Bekasi.

4.4 Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai dari pembuatan proposal, pengambilan data dan

pelaporan hasil penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari hingga

Juli 2011

4.5 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memegang teguh prinsip dalam

etika penelitian, yaitu:

(1) Beneficence

Prinsip ini merupakan prinsip etika penelitian yang dimaksudkan agar

penelitian ini memberikan perlindungan kepada subjek penelitian serta

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

45

Universitas Indonesia

tidak membahayakan. Dimensi prinsip ini adalah bebas dari bahaya,

bebas dari eksploitasi, penelitian sebanding antara risiko dan manfaat

(Burns & Grove, 2009).

Dimensi bebas dari bahaya berarti peneliti harus melindungi subjek yang

diteliti terhindar dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik dan mental.

Pada penelitian ini subjek penelitian (dalam hal ini bayi prematur) yang

dirawat di dalam inkubator akan diberikan nesting pada alas tempat

tidurnya dan akan dilakukan posisi prone yang tepat. Penggunaan nesting

tidak membahayakan bayi prematur, justru memberikan rasa nyaman

pada subjek penelitian. Posisi prone dilakukan selama 20 menit dengan

pengawasan oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya,

posisi prone telah diketahui banyak manfaat pada bayi prematur dalam

hal meningkatkan kelelapan tidur dan peningkatan fungsi pernafasan.

Namun posisi prone yang tidak tepat dapat mengakibatkan SIDS,

karenanya dalam penelitian ini hal-hal yang dilakukan adalah melakukan

pengawasan pada bayi prematur yang dilakukan posisi prone.

Dimensi bebas dari eksploitasi yaitu bahwa dalam penelitian ini subjek

penelitian tidak dilakukan intervensi yang merugikan mereka, namun

justru meningkatkan rasa nyaman bayi prematur dalam posisi tidur yang

tepat.

Dimensi keseimbangan antara risiko dan manfaat dimaksudkan agar

peneliti mampu menelaah keseimbangan antara manfaat dan risiko dalam

penelitian. Pada penelitian ini peneliti telah menelaah dan memprediksi

bahwa hasil studi memberikan manfaat yang banyak dan tidak ada unsur

risiko bagi subjek penelitian.

(2) Prinsip Mendapatkan Keadilan

Prinsip ini mengandung hak subjek untuk mendapatkan perlakukan yang

adil dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasan pribadi. Subjek

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

46

Universitas Indonesia

mendapatkan hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan sama,

sebelum, selama dan setelah partisipasi mereka dalam penelitian.

Hak subjek penelitian di kelompok intervensi jika dibandingkan dengan

pasien lain yang tidak diikutkan dalam penelitian tetap sama, karena bayi

yang tidak termasuk dalam penelitian inipun mendapatkan intervensi

keperawatan yang sama yaitu penggunaan nesting dalam inkubatornya

dan dilakukan prone secara periodik. Perlakuan pada subjek penelitian

setelah penelitianpun tetap dilakukan intervensi keperawatan yang sama

yaitu tetap menggunakan nesting dan inkubatornya dan dilakukan posisi

prone.

Hak subjek penelitian di kelompok kontrol jika dibandingkan dengan

pasien lain yang tidak diikutkan dalam penelitian tetap sama, dimana

subjek penelitian dan pasien lain tidak menggunakan nesting dan tidak

dilakukan perubahan posisi prone.

(3) Prinsip Anonymity (hak untuk tidak menggunakan identitasnya)

Subjek penelitian mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa setiap data

yang dikumpulkan selama masa penelitian akan disimpan dan dijaga

kerahasiaannya yang dilakukan dengan cara tidak menggunakan

identitasnya selama pengambilan data. Dalam penelitian ini instrumen

penelitian hanya diberi kode saja untuk menghindari kehilangan data,

namun identitas bayi tidak dicantumkan dalam lembar instrumen

penelitian.

4.6 Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yaitu berupa lembar instrumen pengkajian tentang

saturasi oksigen dan frekuensi nadi yang dirancang sendiri oleh peneliti.

Lembar instrumen ini dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Lampiran 1

memuat lembaran instrumen yang akan diisi diawal saat bayi prematur akan

dilakukan penelitian atau saat bayi baru masuk dan dirawat di tempat

penelitian. Lampiran 2 merupakan instrumen yang akan diisi setelah bayi

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

47

Universitas Indonesia

dilakukan posisi prone selama 20 menit pada kelompok intervensi. Lampiran

1 dan 2 juga diisi pada kelompok kontrol. Pada lampiran 1 meliputi meliputi

data tentang kode responden, usia gestasi, jenis kelamin, BB (gram), suhu

tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Lampiran 1 dilakukan pada

kelompok intervensi sebelum bayi menggunakan nesting dan dilakukan

posisi prone. Pada lampiran 2 data yang ada meliputi hari, tanggal dan waktu,

kode responden, suhu tubuh, dan status saturasi oksigen serta frekuensi nadi.

Lampiran 2 ini diisi setelah bayi prematur menggunakan nesting dan di

lakukan tindakan posisi prone. Lampiran 1 dan lampiran 2 juga dilakukan

pada kelompok kontrol, dengan jarak waktu yang sama dengan kelompok

intervensi yang sekitar 20 menit.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah: nesting, pulse oxymetri, dan

termometer. Nesting yang digunakan sudah sesuai dengan ketentuan, dimana

alat ini terbuat dari bahan phlanyl dengan bahan dacron sebagai isi

bantalannya diameter dan panjang sudah sesuai ketentuan yaitu panjang

sekitar 121–132 cm dengan diameter sekitar 5–7 cm.

Alat lainnya adalah pulse oxymetri , secara teori alat ini tidak perlu dilakukan

kalibrasi karenanya sudah dapat digunakan langsung, hanya penempatan

sensor harus tepat yaitu pada ujung jari, telinga, dan cuping hidung. Pada

penelitian ini alat sensor diletakkan pada ujung jari.

Alat yang lain adalah thermometer. Pada penelitian ini digunakan

thermometer digital “L” yang diletakkan pada axila. Prosedur yang dilakukan

yaitu membersihkan ketiak bayi dengan tissue kemudian nyalakan

thermometer hingga terdapat kata “low” setelah itu letakkan thermometer

pada ketiak bayi. Biarkan hingga terdengar bunyi yang menandakan

pengukuran telah selesai. Setelah selesai pengukuran maka thermometer

dibersihkan dengan kasa yang diberi alkohol.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

48

Universitas Indonesia

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Sebelum dilakukan pengumpulan data yang sesungguhnya, peneliti

melakukan uji coba pada 2 bayi prematur yang sesuai dengan kriteria pada

ruang perinatologi RSUD Kota Bekasi. Tujuan uji coba ini adalah memantau

apakah intervensi yang akan dilakukan pada penelitian ini aman atau tidak,

membawa risiko pada bayi atau tidak. Jika aman maka akan dilanjutkan pada

pengambilan data untuk penelitian sebenarnya.

Tindakan yang dilakukan yaitu memberikan nesting dan melakukan posisi

prone selama 20 menit. Dari hasil uji coba didapatkan bahwa bayi yang

dilakukan nesting dan posisi prone relatif aman dan tidak ada masalah secara

fisiologis, bahkan saturasi oksigen yang diamati oleh peneliti pada 2 bayi uji

coba ini cenderung lebih baik.

Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan cara:

(1) Tahap perijinan: dilakukan setelah proposal disetujui pihak akademik,

maka proses perijinan dilakukan dengan cara memberikan surat pengantar

dari pihak akademik kepada institusi rumah sakit.

(2) Tahap pengambilan data: pada tahap ini peneliti mengambil data pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol secara simultan, artinya jika

pada saat yang bersamaan didapatkan bayi prematur sesuai dengan kriteria

pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi, maka peneliti melakukan

pengukuran secara bergantian.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti pada ruang perinatologi

RSUD Kota Bekasi sebagai kelompok intervensi adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi sebelum

bayi menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone pada bayi yang

baru masuk ke ruang perinatologi atau pada bayi prematur yang sudah

dirawat di ruang perinatalogi dengan melepaskan nesting selama 20

menit.

b. Catat hasil pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada

lampiran 1.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

49

Universitas Indonesia

c. Meletakkan nesting sebagai alas tempat tidur bayi prematur.

d. Lakukan posisi prone yang tepat selama 20 menit

e. Setelah 20 menit kemudian dilakukan pencatatan nilai saturasi

oksigen dan frekuensi nadi.

f. Catat pada menit ke-20 saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada

lampiran 2.

Sementara itu pada kelompok kontrol langkah-langkah yang dilakukan

peneliti sebagai berikut:

a. Mencatat pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi sebagai data

awal dan dicantumkan pada lampiran 1.

b. Tunggu selama 20 menit, kemudian lakukan pencatatan ulang tentang

saturasi oksigen dan frekuensi nadi dan dicantumkan pada lampiran 2.

4.9 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

1 Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti. Nilai yang akan diukur yaitu (1)

ukuran tengah yang meliputi mean, median dan modus, (2) nilai ukuran

variasi yatu berupa range, jarak quartil, dan standar deviasi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu melakukan analisis hubungan antara dua variabel

yang ada dalam penelitian. Pada penelitian ini dilakukan analisis tentang

perbedaan saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada bayi prematur sebelum

penggunaan nesting dan dilakukan posisi prone dibandingkan dengan

sesudah penggunaan nesting dan dilakukan posisi prone. Penelitian ini

juga membandingkan nilai saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada

kelompok intervensi berupa penggunaan nesting dan posisi prone dan

kelompok kontrol tanpa menggunakan nesting dan posisi prone. Analisis

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

50

Universitas Indonesia

data pada penelitian ini mengunakan prinsip uji beda dua mean dengan

pendekatan ujin dan distribusi t, maka dalam penelitian ini analisis bivariat

menggunakan uji t dependent dan uji t independent.

Pada penelitian ini juga dianalisis tentang pengaruh suhu terhadap saturasi

oksigen dan frekuensi nadi. Analisis data untuk tujuan ini mengunakan

prinsip uji korelasi untuk mengetahui kekuatan hubungan dua variabel.

Pada penelitian ini uji korelasi yang digunakan yaitu Pearson test yang

menghubungkan variabel yang berjenis numerik. Adapun tabel analisa data

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Analisa Data dan Uji Statistik

Variabel I Variabel II Uji Statistik

Penggunaan nesting dan posisi prone pada kelompok kontrol dan intervensi

Saturasi oksigen Uji t independen

Penggunaan nesting dan posisi prone pada kelompok kontrol dan intervensi

Frekuensi nadi Uji t independen

Penggunaan nesting dan posisi prone pada kelompok intervensi

Saturasi nadi Uji t dependen

Penggunaan nesting dan posisi prone pada kelompok intervensi

Frekuensi nadi Uji t dependen

Suhu tubuh pada kelompok kontrol dan intervensi

Saturasi oksigen dan frekuensi nadi

Uji korelasi (Pearson test)

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

51

Universitas Indonesia

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Pada bab 5 ini diuraikan tentang hasil pengukuran yang dilakukan peneliti pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil penelitian ini akan dirinci

berdasarkan analisis univariat dan bivariat.

5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu usia gestasi, berat

badan, jenis kelamin, berat badan, suhu tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi

nadi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji univariat dari

masing-masing kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Nilai yang diukur yaitu (1) ukuran tengah yang meliputi mean, median dan

modus, yang bertujuan untuk menentukan normalitas suatu data. (2) nilai

ukuran variasi yatu berupa standar deviasi untuk mengetahui variasi daya yang

diukur melalui penyimpangan dari nilai-nilai pengamatan terhadap nilai mean.

Pada bab ini dijelaskan juga tentang kesetaraan antara masing-masing

variabel pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang meliputi usia

gestasi, berat badan, suhu tubuh bayi, saturasi oksigen dan frekuensi nadi.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

52

Universitas Indonesia

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi, Berat Badan, Suhu

Tubuh, dan Kesetaraan Responden Mei – Juni 2011 (n=30) Di RSUD Kota Bekasi

Variabel Kelompok Mean Median SD Min-

Max

95%CI p

value

Usia

gestasi

Kontrol

Intervensi

32,87

32,3

33

33

2,066

2,957

29-35

26-36

31,77-

34,01

30,56-

33,84

0,272

Berat

Badan

Kontrol

Intervensi

1893,3

1853,3

2000

1800

339,05

461,16

1200-

2500

1000-

2700

1705,6-

2081,1

1598,0-

2108,7

0,000

Suhu

Tubuh

Kontrol

Intervensi

36,76

36,55

36,8

36,5

0,106

0,334

36,6-

37

35,8-

37

36,7-

36,8

36,37-

36,76

0,16

Tabel 5.1 dapat diamati rerata usia gestasi pada kelompok kontrol yaitu 32,87

minggu dan 32,3 minggu pada kelompok intervensi. Hasil uji kesetaraan

didapatkan usia gestasi pada kelompok ini setara dengan p value > 0,05. Nilai

mean pada kelompok kontrol dan intervensi sama dengan nilai median, hal ini

berarti distribusi data bersifat normal.

Demikian pula untuk rerata berat badan yaitu 1893,3 gram pada kelompok

kontrol dan 1853,33 gram pada kelompok intervensi, hasil uji kesetaraan

didapatkan hasil berat badan pada kedua kelompok ini tidak setara dengan p

value < 0,05. Distribusi data berat badan pada kelompok intervensi adalah

normal, karena nilai mean sama dengan median.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

53

Universitas Indonesia

Sementara itu rerata suhu pada kelompok kontrol yaitu 36,76⁰C dan 36,53⁰C

pada kelompok intervensi, hal ini menandakan bahwa responden pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi mempunyai suhu tubuh dalam

rentang normal. Jika dilihat dari uji kesetaraan, maka didapatkan kedua

kelompok ini setara dengan p value > 0,05. Distribusi data suhu tubuh pada

kelompok intervensi bersifat normal, karena dari uji normalitas terlihat nilai

mean sama dengan nilai median.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Bayi Prematur

di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011 (n=30)

Variabel Kelompok Laki-laki % Perempuan %

Jenis

Kelamin

Kontrol

Intervensi

8

9

53,33

60

7

6

46,7

40

Pada table 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden adalah 15 baik pada

kelompok kontrol ataupun kelompok intervensi, sementara jumlah responden

laki-laki lebih banyak dibanding bayi perempuan baik pada kelompok kontrol

ataupun kelompok intervensi, yaitu 53,33% dibandingkan 46,70% pada

kelompok kontrol dan 60% dibandingkan 49% pada kelompok intervensi.

Berdasarkan data-data yang dapat diamati pada tabel diatas, maka peneliti

menyimpulkan bahwa adanya kesetaraan antara kelompok kontrol dan

kelompok intervensi dalam hal karakteristik bayi yang dijadikan responden.

5.2 Saturasi Oksigen dan Frekuensi pada Bayi Prematur

5.2.1 Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum Tindakan Pada

Kelompok Kontrol Dan Intervensi

Berikut ini penjelasan tentang nilai saturasi oksigen dan frekuensi nadi

sebelum tindakan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

54

Universitas Indonesia

Pengukuran dilakukan sebelum tindakan nesting dan posisi prone pada

kelompok intervensi, dan data awal pada kelompok kontrol. Tujuan analisis

ini adalah untuk melihat kesetaraan pada kedua kelompok.

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi

dan Kesetaraan Sebelum Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi

Di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011 (n=30)

Variabel Kelompok Mean Median Modus SD Min-max

95% CI p value

Saturasi Oksigen

Kontrol

Intervensi

96,67

96,67

97

97

97

97

2,53

2,35

90-99 90-100

95,2-98

95,37-97,97-

0,765

Frekuensi Nadi

Kontrol

Intervensi

146,87

137,93

148

130

152

130

11,43

15,56

138-148 115-160

140,54-153,20 129,31-146,55

0,85

Pada tabel 5.3 didapatkan bahwa rerata saturasi oksigen sebelum tindakan

antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi mempunyai nilai yang

sama yaitu 96,67%, dengan nilai minimum sama yaitu 90% tetapi nilai

maksimum lebih tinggi pada kelompok intervensi, yaitu 100% sementara

pada kelompok kontrol 99%. Hasil uji kesetaraan didapatkan bahwa saturasi

oksigen kedua kelompok ini setara dengan p value > 0,05. Nilai mean dan

median didapatkan hasil yang sama, maka distribusi data bersifat normal.

Pada tabel 5.3 juga didapatkan bahwa rerata frekuensi nadi sebelum

tindakan mempunyai nilai yang agak berbeda antara kelompok kontrol dan

kelompok intervensi yaitu 146,87 kali/menit pada kelompok kontrol dan

137,93kali/menit pada kelompok intervensi. Sementara nilai frekuensi nadi

berada dalam rentang normal baik pada kelompok kontrol maupun

intervensi walaupun terdapat perbedaan nilai antara kelompok kontrol dan

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

55

Universitas Indonesia

intervensi. Frekuensi nadi pada kelompok kontrol dan intervensi setara

karena p value > 0,05.

5.2.2 Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah

Pengamatan 20 Menit dan Intervensi pada Kelompok Kontrol dan

Intervensi

Tabel 5.4 Distribusi Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah

Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei- Juni 2011

(n = 30)

Variabel Kelompok Fase Mean SD SE p value

Saturasi

Oksigen

Kontrol

Sebelum 96,60 2,53 0,653 0,55 Sesudah 96,27 2,344 0,605

Intervensi Sebelum 96,67 2,350 0,607 0,001

Sesudah 98,07 1,751 0,452

Frekuensi

Nadi

Kontrol

Sebelum Sesudah

146,87 146,73

11.432 11,380

2,952 2,938

0,334

Intervensi Sebelum Sesudah

137,93 140,80

15,563 15,167

4,018 3,916

0,087

Analisis berikutnya adalah membandingkan antara saturasi oksigen awal

pendataan dan akhir setelah responden diistirahatkan selama 20 menit pada

kelompok kontrol. Analisis ini menggunakan uji t dependen.

Pada tabel 5.4 terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan saturasi

oksigen pada awal pengamatan dengan setelah 20 menit diistirahatkan (p

value >0,05). Rerata saturasi oksigen sebelum dan sesudah pengamatan

mempunyai nilai yang lebih kecil yaitu dari 96,67% menjadi 96,27%.

Selanjutnya peneliti akan menampilkan nilai saturasi oksigen pada

kelompok intervensi yang membandingkan nilai sebelum dan sesudah

dilakukan nesting dan posisi prone pada bayi prematur. Nilai ini untuk

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

56

Universitas Indonesia

melihat efektivitas penggunaan nesting dan posisi prone dan dianalisis

secara uji bivariat menggunakan uji t dependen.

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rerata

saturasi oksigen bayi prematur di ruang perinatologi sebelum dilakukan

nesting dan posisi prone dan sesudahnya, yaitu dari 96,67% menjadi

98,07%. Terlihat nilai selisih mean antara pengukuran sebelum intervensi

dengan setelah intervensi yaitu 1,400, dengan standar deviasi sebelum

tindakan yaitu 2,35 dan setelah tindakan 1,751, maka dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan bermakna terhadap saturasi oksigen antara sebelum

dan sesudah penggunaan nesting dan posisi prone dengan p value < 0,05.

Pada tabel diatas dapat diamati bahwa rerata frekuensi nadi sebelum

pengamatan 20 menit yaitu 146,87 kali/menit, sesudah pengamatan sebesar

146,73 kali/menit, didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan

frekuensi nadi antara sebelum dan sesudah pengamatan selama 20 menit

pada kelompok kontrol dengan p value > 0,05.

Analisis berikutnya adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan nesting

dan posisi prone terhadap frekuensi nadi pada kelompok intervensi. Rerata

frekuensi nadi pada pengukuran sebelum penggunaan nesting dan posisi

prone yaitu 137,93 kali/menit dengan standar deviasi 15,563 kali/menit.

Pada pengukuran setelah intervensi yaitu 140,80 kali/menit dengan standar

deviasi 15,167 kali/menit. Terlihat nilai perbedaan nilai mean antara

sebelum dan sesudah intervensi yaitu 2,867. Standar deviasi sebelum

intervensi 15,56 dan sesudah intervensi 15,167 kali/menit. Hasil uji statistik

didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan nilai frekuensi nadi

antara sebelum penggunaan nesting dan posisi prone dibandingkan dengan

setelah tindakan nesting dan posisi prone dengan p value > 0,05.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

57

Universitas Indonesia

5.2.3 Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sesudah Fase Intervensi pada

Kelompok Kontrol dan Intervensi

Pada analisis ini akan diuraikan tentang nilai saturasi oksigen dan frekuensi

nadi setelah dilakukan pengamatan 20 menit dan penggunaan nesting dan

prone pada kelompok kontrol dan intervensi.

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sesudah Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di

RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011 (n=30)

Variabel Kelompok Mean SD SE p value Saturasi Oksigen

Kontrol

Intervensi

96,27

98,07

2,344

2,344

0,605

0,452

0,0204

Frekuensi Nadi Kontrol

Intervensi

146,73

140,80

11,38

15,17

2,938

3,916

0,236

Pada tabel 5.4 didapatkan rerata saturasi oksigen pada kelompok kontrol

yaitu 96,27% dengan standar deviasi 2,344%, sedangkan rerata saturasi

oksigen pada kelompok intervensi yaitu 98,07% dengan standar deviasi

2,344%. Hasil uji statistik didapatkan adanya perbedaan signifikan rerata

saturasi oksigen pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok

kontrol dengan p value < 0,05.

Pada tabel diatas juga dapat terlihat rerata frekuensi nadi pada kelompok

kontrol yaitu 146,73 kali/menit dengan standar deviasi 11,38 kali/menit,

sedangkan pada kelompok intervensi 140,80 kali/menit dengan standar

deviasi 3,916 kali/menit. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada perbedaan

yang signifikan frekuensi nadi antara sebelum dan sesudah penggunaan

nesting dan posisi prone dengan p value > 0,05.

5.3 Suhu Tubuh Bayi Prematur

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi saturasi oksigen dan frekuensi nadi,

namun dalam penelitian ini peneliti hanya menjadikan suhu tubuh sebagai

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

58

Universitas Indonesia

faktor confounding yang mempengaruhi saturasi oksigen dan frekuensi nadi.

Berikut ini merupakan nilai suhu tubuh bayi sebelum tindakan pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

5.3.1 Suhu Tubuh Sebelum Tindakan Pada Kelompok Kontrol Dan

Kelompok Intervensi

Tujuan analisis ini adalah untuk melihat kesetaraan nilai suhu tubuh pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum dilakukan pengamatan

selama 20 menit dan penggunaan nesting dan prone.

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Suhu Tubuh Sebelum Fase

Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011

(n=30)

Variabel Kelompok Mean SD SE p value

Suhu tubuh

Kontrol

Intervensi

36,67

36,55

0,1056

0,318

0,273

0,821

0,21

Pada tabel 5.6 diatas dapat diamati bahwa rerata suhu tubuh pada kelompok

kontrol dan kelompok intervensi terdapat perbedaan sedikit yaitu sekitar

0,12⁰C. Hasil analisis bahwa suhu tubuh pada ke dua kelompok sifatnya

setara dengan p value > 0,05.

5.3.2 Pengaruh Suhu Tubuh dengan Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi

Selanjutnya akan dibahas tentang hubungan suhu tubuh bayi prematur

terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi baik pada kelompok kontrol

ataupun pada kelompok intervensi. Analisis ini mengunakan uji korelasi

Pearson test, karena terdapat dua variabel dalam bentuk numerik, yaitu suhu

tubuh dan saturasi oksigen serta untuk melihat kekuatan hubungan antara

variabel.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

59

Universitas Indonesia

Tabel 5.7 Hubungan Antara Suhu Tubuh Sesudah Fase Intervensi Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi pada Kelompok Kontrol dan

Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011

(n=30)

Variabel confounding

Variabel dependen

R p value

Suhu Tubuh

Saturasi Oksigen Frekuensi Nadi

-0,208 0,219

0,270 0,246

Berdasarkan tabel 5.7 pengaruh suhu terhadap saturasi oksigen didapatkan

hasil bahwa nilai r = -0,208. Nilai negatif disini berarti bahwa kenaikan satu

variabel akan diikuti dengan penurunan variabel yang lain, maka dalam

penelitian ini dapat dimaksudkan bahwa kenaikan suhu tubuh bayi akan

menurunkan saturasi oksigen bayi. Adapun nilai 0,208 berarti bahwa tidak

ada hubungan atau hubungan yang sangat lemah antara suhu tubuh dengan

saturasi oksigen. Hasil analisis didapatkan bahwa hubungan yang tidak

signifikan antara suhu tubuh dengan saturasi oksigen dengan p value > 0,05.

Selanjutnya dianalisis tentang hubungan suhu tubuh dengan frekuensi nadi

yang dilakukan pada kelompok kontrol dan intervensi, analisis ini juga

menggunakan uji korelasi. Hasil analisis didapatkan bahwa nilai r = 0,219.

Nilai positif di sini berarti bahwa kenaikan satu variabel akan diikuti dengan

kenaikan pada variabel yang lainnya, maka dalam penelitian ini dapat

dimaksudkan bahwa kenaikan suhu tubuh bayi akan meningkatkan frekuensi

nadi. Adapun nilai 0,246 berarti bahwa tidak ada hubungan atau hubungan

yang sangat lemah antara suhu tubuh dengan frekuensi nadi. Hasil analisis

didapatkan bahwa hubungan yang tidak signifikan antara suhu tubuh

dengan saturasi oksigen (p value > 0,05).

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

60

Universitas Indonesia

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang pembahasan yang meliputi intrepretasi dan diskusi

hasil yang telah dijelaskan pada bab terdahulu yang dikaitkan dengan referensi-

referensi yang berhubungan. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang

keterbatasan penelitian yang dirasakan oleh peneliti dan juga implikasi hasil

penelitian yang dapat diterapkan pada praktek keperawatan dan penelitian yang

akan datang.

6.1 Intrepretasi Hasil Penelitian dan Diskusi

Intrepretasi hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang telah peneliti

tetapkan pada bab sebelumnya, yaitu teridentifikasinya efektifitas penggunaan

nesting dan posisi prone terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada

bayi prematur di RSUD kota Bekasi.

6.1.1 Karakteristik Responden

Rerata usia gestasi pada penelitian ini di kelompok kontrol yaitu adalah

32,8 minggu dan pada kelompok intervensi yaitu 32,3 minggu. Rentang

usia gestasi pada kelompok kontrol yaitu antara 29 hingga 35 minggu,

sedangkan pada kelompok intervensi antara 26 hingga 36 minggu.

Karakteristik responden bila dilihat dari rentang usia gestasi pada

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Maynard,

Bignall, dan Kitchen (2000) yang mengambil data pada bayi prematur

dengan rentang usia 24 hingga 32 minggu sedangkan pada penelitian ini

usia gestasi bayi prematur yaitu 26–36 minggu, hal ini dimungkinkan

karena pemilihan sampel yang sifatnya purposive sampling tanpa

memperhatikan usia gestasi responden selama responden memenuhi

kriteria inklusi dalam penelitian ini.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

61

Universitas Indonesia

Mengamati usia gestasi pada kelompok intervensi pada penelitian ini

ternyata lebih variatif, karena kategori prematur berada dalam rentang

ekstremely premature (usia 24-28 minggu) hingga moderately premature

(35-37 minggu). Sementara itu pada kelompok kontrol usia gestasi hanya

berada pada rentang very premature (29-34 minggu) dan moderately

premature. Usia gestasi tentunya akan mempengaruhi tingkat kematangan

organ-organ tubuh bayi yang tentunya akan berpengaruh pula terhadap

nilai-nilai fisiologis pada bayi.

Rerata berat badan lahir pada penelitian ini adalah 1853,33 gram pada

kelompok intervensi dan 1893,3 gram pada kelompok kontrol. Hasil data

yang didapatkan ternyata rerata berat badan pada penelitian lebih kecil

dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum

(2009) yaitu dengan rerata berat badan bayi sebesar 2008,33 gram dengan

standar deviasi 977,84 gram. Sementara penelitian yang dilakukan oleh

Maynard, Bignall, dan Kitchen (2000) dengan rata-rata berat badan bayi

kurang dari 1500 gram. Terjadi perbedaan nilai ini terjadi karena

responden yang berbeda yang ditetapkan oleh masing-masing peneliti.

Berat badan pada penelitian ini perbedaannya sangat signifikan antara

berat bedan minimal dengan maksimal yaitu 1000 gram hingga 2700

gram. Perbedan berat badan yang cukup jauh kemungkinan akan

mempengaruhi nilai fisiologis bayi, karena pada bayi dengan berat badan

rendah akan terjadi adaptasi yang jauh lebih berat dibandingkan dengan

yang lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena bayi kecil memiliki lemak

subkutan yang sangat tipis, sehingga mudah terjadi hipotermi dan

kebutuhan oksigen akan lebih besar (Wong, et.al, 2009).

Rerata suhu tubuh bayi prematur sebelum dilakukan intervensi berupa

penggunaan nesting dan posisi prone adalah 36,76⁰C pada kelompok

kontrol sedangkan pada kelompok intervensi yaitu 36,53⁰C. Sementara itu

rerata suhu tubuh bayi prematur setelah dilakukan intervensi berupa

penggunaan nesting dan posisi prone adalah 36,58⁰C .

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

62

Universitas Indonesia

Jika dilihat hasil diatas terdapat perbedaan suhu tubuh bayi prematur

sebelum dan sesudah intervensi, walaupun perbedaannya sangat kecil.

Dari data yang ada terdapat 67% bayi yang mengalami perubahan suhu

tubuh setelah intervensi. Suhu tubuh bayi akan mempengaruhi nilai

fisiologis bayi, hal ini disebabkan karena metabolisme yang terjadi.

Semakin tinggi metabolisme dalam tubuh, maka akan meningkatkan

kebutuhan oksigen pada bayi. Bayi yang mengalami demam akan

menurunkan saturasi oksigennya (MacGregor, 2008). Pada penelitian ini

memang terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tidak signifikan yaitu sekitar

0,03⁰C dan rentang suhu tubuh masih dalam batas normal, karenanya tidak

ada perbedaan saturasi oksigen yang signifikan.

Jenis kelamin bayi prematur pada penelitian ini paling banyak adalah laki-

laki. Karakteristik jenis kelamin ini sama dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan sebelumnya oleh Kusumaningrum (2009). Jumlah bayi

laki-laki yang ada dalam penelitian ini dimungkankan terjadi karena

pemilihan responden penelitian yang tidak berdasarkan jenis kelamin

tetapi berdasarkan kriteria inklusi yang ditetapkan oleh peneliti. Mayoritas

responden adalah laki-laki kemungkinan akan mempengaruhi nilai

fisiologis yang ada, seperti frekuensi nadi, karena menurut Merenstein dan

Gardner (2002) dikatakan bahwa frekuensi nadi dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, aktivitas, demam, status

cairan, posisi dan obat-obatan. Pada penelitian ini frekuensi nadi bervariasi

baik pada responden laki-laki ataupun perempuan namun masih dalam

batas normal.

6.1.2 Efektivitas Penggunaan Nesting dan Posisi Prone terhadap Saturasi

Oksigen Dan Frekuensi Nadi

Hasil analisis pada penelitian terdapat perbedaan yang signifikan saturasi

oksigen antara penggunaan nesting dan posisi prone pada kelompok

intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini sebanding

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

63

Universitas Indonesia

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Picheansathian,

Woragidpoonpol, dan Baosoung (2009) yang mengatakan bahwa posisi

prone dapat meningkatkan saturasi oksigen pada bayi prematur dengan

nilai p value 0,0001. Pitcheansathian, Woragidpoonpol, dan Baosoung

(2009) melakukan penelitian pada bayi prematur dengan usia gestasi

kurang dari 37 minggu sebanyak 34 bayi yang dilakukan perawatan di

ruang perinatologi, NICU dan ruang rawat. Adapun bentuk intervensi yang

dilakukan adalah melakukan perubahan posisi mulai dari supine, prone,

side lying dan head title sebesar 30⁰. Posisi prone dilakukan selama 30

menit dengan masa pengamatan saturasi oksigen selama 10 menit. Hasil

penelitian ini juga sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kusumaningrum (2009) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan signifikan antara posisi prone dengan saturasi oksigen (p value

0,0016). Penelitian ini juga sebanding dengan hasil yang didapat oleh

Maynard, Bignall, dan Kitchen (2000) dengan hasil penelitian yaitu ada

perbedaan yang signifikan antara saturasi oksigen dengan posisi prone

dengan nilai p 0,0085.

Hasil analisis yang lain adalah membandingkan frekuensi nadi dengan

penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi prematur, hasil yang

didapatkan adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi

nadi dengan penggunaan nesting dan posisi prone, dengan nilai p value

sebesar 0,087 dan 0,236 (lebih besar dari alpha). Hal ini berbeda dengan

hasil penelitian yang dilakukan Maynard, Bignall, dan Kitchen (2000) yang

mengatakan bahwa ada perbedaan signifikan antara frekuensi nadi dengan

posisi prone, dengan nilai p value yang didapatkan yaitu 0,0008. Maynard,

Bignall, dan Kotchen (2000) melakukan penelitian pada bayi prematur

tanpa alat bantu ventilator dengan lama tindakan prone selama 20 menit

dan hasil saturasi oksigen dapat diamati melalui pulse oxymetri sensor.

Hasil yang didapat yaitu adanya rerata frekuensi nadi yang lebih kecil

setelah bayi dilakukan posisi prone jika dibandingkan dengan posisi supine,

nilai rata-ratanya yaitu dari 161,94 kali/menit pada posisi prone menjadi

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

64

Universitas Indonesia

157,51 kali/menit pada posisi supine. Hasil penelitian ini agak berbeda

dengan penelitian Maynard, Bignall, dan Kitchen (2000) dengan hasil yang

didapatkan peneliti yaitu bahwa terdapat kenaikan frekuensi nadi pada

kelompok intervensi sesudah dilakukan nesting dan posisi prone yaitu

137,93 kali/menit menjadi 140,80 kali/menit. Hal ini mungkin disebabkan

karena pengukuran pada penelitian ini hanya 1 kali pengamatan di menit

ke-20 setelah tindakan, sementara nilai frekuensi nadi masih bisa fluktuasi.

Analisis lain yang dilakukan oleh peneliti adalah membandingkan nilai

saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Hasil yang didapatkan adalah p value sebesar 0,024

untuk saturasi oksigen, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara

saturasi oksigen dengan penggunaan nesting dan posisi prone pada

kelompok kontrol dan intervensi. Sedangkan p value untuk frekuensi nadi

yang dibandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi

adalah sebesar 0,236. Nilai ini lebih besar dari p value sehingga dapat di

jelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan frekuensi nadi pada

kelompok yang menggunakan nesting dan posisi prone jika dibandingkan

dengan kelompok yang menggunakan nesting dan posisi prone.

6.1.3 Hubungan Antara Pengaruh Suhu Tubuh dengan Saturasi Oksigen

Pada penelitian ini suhu tubuh merupakan variabel confounding yang dapat

mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan analisis uji korelasi yang

dilakukan didapatkan bahwa hubungan antara suhu tubuh bayi dengan

saturasi oksigen bersifat negatif yang berarti bahwa kenaikan suhu tubuh

akan menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Hal ini sesuai dengan teori

yang mengatakan bahwa kenaikan suhu akan menurunkan saturasi oksigen

(MacGregor, 2008). Pada bayi prematur kenaikan suhu tubuh tentunya akan

meningkatkan metabolisme dalam tubuh, dan akan berdampak terhadap

kebutuhan akan konsumsi oksigen yang semakin meningkat, maka nilai

fisiologis yang dapat diamati adalah menurunnya kadar saturasi oksigen.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

65

Universitas Indonesia

Dalam hasil analisis juga diketahui bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara suhu tubuh dengan saturasi oksigen, hal ini dimungkinkan

karena masih banyaknya faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi saturasi

oksigen seperti Hb, kadar bilirubin dan kadar oksigen dalam darah

(Brooker, 2005). Hasil yang menunjukkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara suhu dengan saturasi oksigen dapat disebabkan karena

masih banyak faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

6.1.4 Hubungan Antara Pengaruh Suhu Tubuh dengan Frekuensi Nadi

Hasil analisis memperlihatkan bahwa pola hubungan antara suhu tubuh

dengan frekuensi nadi bersifat positif, hal ini berarti bahwa kenaikan suhu

tubuh akan meningkatkan frekuensi nadi. Hasil analisis ini seiring dengan

teori bahwa frekuensi nadi dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah

usia, jenis kelamin, aktivitas, status kesehatan/demam, status cairan, dan

obat-obatan (Merenstein & Gardner, 2002). Jumlah frekuensi nadi juga

dangat dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan situasi lain yang dapat

menyebabkan metabolisme tubuh meningkat seperti peningkatan suhu tubuh

dan kecemasan atau stress (MacGregor, 2008). Hubungan yang tidak

signifikan antara suhu tubuh dengan frekuensi nadi dalam penelitian ini

dapat disebabkan karena masih banyak faktor lain yang tidak ikut diteliti

sehingga faktor suhu tubuh saja tidak cukup kuat untuk melihat

hubungannya dengan frekuensi nadi.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang peneliti temukan dalam proses pengambilan data

adalah sebagai berikut :

1. Sampel tidak mencapai target yang di tentukan dalam penelitian, yaitu 17

bayi prematur, walaupun hasil perhitungan sampel membutuhkan 15 bayi

prematur saja, namun dalam proposal peneliti menambahkan 10% dari

perhitungan sampel sehingga menjadi 17 bayi. Dari hasil pengambilan

data yang dilakukan peneliti di ruang perinatologi RSUD Kota Bekasi

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

66

Universitas Indonesia

selama 2 bulan, didapatkan hanya 15 bayi prematur yang sesuai dengan

kriteria penelitian.

2. Tempat penelitian untuk kelompok kontrol yang telah dicantumkan dalam

proposal adalah RS Rawa Lumbu, namun mengingat jumlah bayi

prematur yang dirawat sedikit pada tempat bersangkutan, maka peneliti

mencara beberapa alternatif rumah sakit yang mempunyai kriteria ruangan

yang hampir sama dengan RS Rawa Lumbu ataupun RSUD Kota Bekasi,

diantaranya adalah RS Hermina Grand Wisata dan RSD Kabupaten

Bekasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi saturasi oksigen diantaranya adalah

suhu tubuh, kadar Hb, kadar bilirubin, kadar oksigen dalam tubuh

(Brooker, 2005), namun dalam penelitian ini yang diteliti hanya suhu

tubuh bayi, karenanya berpengaruh terhadap hasil pengukuran bahwa tidak

ada perbedaan bermakna suhu tubuh terhadap saturasi oksigen.

6.3 Implikasi Penelitian

6.3.1 Implikasi Terhadap Praktek Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan cukup bukti bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara penggunaan nesting dan dilakukan posisi prone terhadap

saturasi oksigen pada bayi prematur. Hasil ini dapat menjadikan tindakan

keperawatan yang telah dilakukan (yaitu penggunaan nesting dan posisi

prone) dapat dijadikan dasar dalam penyusunan SOP (Standar Operasional

Prosedur) yang baku di ruang perinatologi, sehingga dapat meningkatkan

saturasi oksigen ada bayi prematur. Peningkatan saturasi oksigen akan

memperbaiki kondisi fisiologis bayi sehingga akan mempercepat masa

rawat bayi. Selain itu, penggunaan oksigen akan menurun sehingga risiko

gangguan penglihatan pada bayi yaitu retinopathy of prematurity (ROP)

dapat dicegah dan biaya untuk penggunaan oksigen juga dapat ditekan.

Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa salah satu penerapan konsep

developmental care dapat dilakukan dengan cara memodifikasi lingkungan

dalam hal ini menggunakan nesting, karena nesting membuat bayi prematur

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

67

Universitas Indonesia

seolah-olah berada dalam lingkungan intrauterin yang membuat dirinya

menjadi lebih nyaman, karena pengaruh suhu, cahaya dan suara yang ada

dalam lingkungan intrauterine sangat kondusif bagi bayi. Kondisi nyaman

pada bayi akan membuat bayi lebih tenang sehingga nilai-nilai fisiologis

juga menjadi lebih baik.

6.3.2 Implikasi Terhadap Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar penelitian yang akan datang

yang berhubungan dengan saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada bayi

prematur dan tindakan pronasi ataupun penggunaan nesting untuk

diaplikasikan di pelayanan keperawatan sebagai intervensi yang berbasis

riset.

Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut yang

berhubungan dengan saturasi oksigen dengan variable lainnya, seperti berat

badan.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

68

Universitas Indonesia

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian

yang dilakukan peneliti dan saran yang diberikan peneliti.

7.1 Simpulan

1. Mayoritas bayi laki-laki dengan rerata usia gestasi 32,3 minggu, dengan rerata

berat badan adalah 1853,33 kg, dan rerata suhu tubuh sebelum intervensi yaitu

36,55⁰C.

2. Nilai saturasi oksigen pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi

sifatnya setara, hal ini memudahkan dalam menentukan hipotesa yang

didapatkan karena perbedaan perlakukan antara kelonpok kontrol dan

intervensi sehingga dapat ditentukan pengaruh atau tidaknya intervensi yang

dilakukan pada kelompok intervensi.

3. Frekuensi nadi pada kelompok kontrol dan intervensi juga sifatnya setara yang

juga akan mempermudah penegakkan hipotesa jika dikaitkan dengan

intervensi yang dilakukan.

4. Terdapat perbedaan yang signifikan saturasi oksigen pada kelompok kontrol

dan kelompok intervensi dengan p value < alpha. Peneliti menyimpulkan

bahwa penggunaan nesting dan posisi prone efektif mempengaruhi saturasi

oksigen.

5. Penggunaan nesting dan posisi prone dalam penelitian ini tidak memberikan

perbedaan yang signifikan terhadap frekuensi nadi terbukti dari hasil p value

yang didapatkan lebih besar dari alpha, baik pada kelompok intervensi

ataupun jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peneliti menyimpulkan

bahwa banyak faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi, sehingga

penggunaan nesting dan prone kurang bermakna untuk mempengaruhi

frekuensi nadi.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

69

Universitas Indonesia

6. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara perubahan suhu terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi

dan sifat hubungan sangat lemah atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan

karena kurangnya faktor confounding yang diteliti sehingga hasil yang

didapatkan bias.

7.2 Saran

1. Pelayanan keperawatan

Praktek keperawatan dapat dikembangkan berdasarkan hasil penelitian

yang telah ada, karenanya penerapan konsep developmental care pada

neonatus sangat mendukung perbaikan penerapan asuhan keperawatan

yang diberikan. Sosialisasi tentang konsep developmental care perlu

dilakukan di rumah sakit yang belum menerapkan konsep ini, agar

meningkatkan motovasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

yang berkualitas.

2. Pendidikan keperawatan

Pembekalan ilmu yang kuat pada masa pendidikan akan memberikan

pengaruh terhadap kualitas kinerja seseorang, karenanya pemberian

konsep-konsep terkini pada dunia keperawatan hendaknya dikembangkan.

Konsep developmental care pada perawatan neonatus hendaknya

dipaparkan lebih luas pada berbagai institusi pendidikan keperawatan agar

para lulusan dapat menerapkan konsep ini pada tatanan pelayanan

keperawatan.

3. Penelitian selanjutnya

a. Hendaknya jumlah responden lebih banyak dengan tehnik acak agar

generalisasi hasil lebih luas.

b. Pengamatan sebaiknya dilakukan secara berseri atau dalam kurun

waktu beberapa hari agar dapat diketahui fluktuasi nilai saturasi

oksigen dan frekuensi nadi lebih bervariasi.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

70

Universitas Indonesia

c. Faktor confounding yang mempengaruhi saturasi oksigen yang dipilih

dalam penelitian ini sebaiknya mendekati konsep teori, yaitu kadar Hb,

kadar bilirubin ataupun kadar oksigen dalam darah agar tidak terdapat

hasil yang bias.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

71

Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Aylott, M. (2006). The neonatal energy triangle: Metabolic adaptation. Pediatric Nursing, 18(6), 38-42.

Berman, A., Snyder, S., & Kozier, B. (2009). Praktik keperawatan klinis. (Eny Meiliya, Esty Wahyuningsih, Devi Yulianti: trans). Jakarta: EGC.

Bhat, R. Y., Hannan, S., Pressler, R., Rafferty, G. F., Peacock, J. L., & Greenough, A. (2006). Effect of prone and supine position on sleep, apneus, and arousal in preterm infant. Pediatric Official Journal of The American Academy of Pediatrics, 118(1),101-107. (diperoleh dari www.pediatric.org pada tanggal 26 November 2010).

Bradford, N. (2000). Your premature baby: The first five years. London: Frances Lincolin.

Bredemeyer, S., Reid, S., Polverino, J., & Wocadlo, C. (2008). Implementation and evaluation of an individualized developmental care program in a neonatal intensive care unit. Journal for Specialists in Pediatric Nursing, 13(4), 281-291.

Brooker, C. (2005). Ensiklopedi Keperawatan. (Andry Hartono, Brahm U. P, Dwi Widiarti: trans). Jakarta: EGC.

Budiharto. (2006). Metodologi penelitian kesehatan dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi. Jakarta: EGC.

Burn, N., & Grove, S.K. (2009). Understanding nursing research (2nd edition). Philadelphia: W.B Saunders company.

Chang, Y., Anderson, G. C., & Lin, C. (2002). Effect of prone and supine positions on sleep state and stress responses in mechanically ventilated preterm during the first postnatal. Journal of Advanced Nursing, 40(2), 161-169. (EBSCO diperoleh dari http://www.ui.ac.id pada tanggal 24 Februari 2011).

Cloherty, J.P., Eichenwald, E.C., & Star, A.R. (2008). Manual of neonatal care. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.

Corwin, M. (2008). Handbook of pathophysiology. Philadelphia: Lippinot William & Wilkin.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

72

Universitas Indonesia

Djojodibroto, D. (2007). Respirologi: Respirasi medicine. Jakarta: EGC.

Dahlan, S.M. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta: CV.Sagung Seto.

Davis, L. D., & Stein, M.T. (2004). Parenting your premature baby: The emotional journey. Colorado: Table Mountaine Drive.

Goldsmith, J., & Karotkin.,E., H, (2003). Assisted ventilation of the neonatal. Philadelphia: Saunders Inc.

Hamid, A.A. (2008). Riset keperawatan: Konsep, etika, & instrumentasi. Jakarta: EGC.

Hegner, B.R., & Cadwel, E. (2003). Asisten keperawatan suatu pendekatan proses keperawatan. Jakarta: EGC.

Hidayat, A.A.A. (2007). Asuhan neonatus bayi dan balita: Buku praktikum mahasiswa kebidanan. Jakarta: EGC.

Johnson, R., & Taylor, W. (2001). Praktik kebidanan. (Suharyati Samba: trans). Jakarta: EGC.

Ledewig, S. (1998). Maternal newborn nursing care. London: Olds, Inc.

Kenner, C., & Mc.Grath, J.M. (2004). Developmental care of newborns & infants: A guide for health professionals. St. Louis: Mosby Inc.

Kusumaningrum, A. (2009). Pengaruh posisi pronasi terhadap status oksigenasi bayi yang menggunakan ventilasi mekanis di NICU RSUPN Cipto Mangunkusumo. Depok: Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.

MacGregor, J. (2008). Introduction to the anatomy and physiology of children: A guide for students of nursing, child care and health (2nd edition). New York: Routledge.

May, K.A., & Mahimesh, L.R. (2004). Maternal & neonatal nursing family centered care (3rd edition). Pennsylvania: JB Lippincot, Co.

Maynard, V., Bignall, S., & Kitchen, S. (2000). Effect of positioning on respiratory synchrony in ventilated pre-term infants. Physiotherapy Research International, 5(2), 96-110.

Merenstein, G.B., & Gardner, S.L. (2002). Handbook of neonatal intensive care. Missouri: Mosby, Inc.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

73

Universitas Indonesia

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: Pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Perinasia. (2003). Perawatan bayi berat lahir rendah dengan metode kanguru. Jakarta: Perinasia.

Picheansathian, W., Woragidpoonpol, P & Baosoung, C. (2009). Positioning of preterm for optimal physiologi development: A Systemic Review. JBI Library Of Systemic Review,7(7):224-259.

Polit, D.F., & Hungler, B.P. (1999). Nursing research: Principle and methods. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Priya, G. S.K., & Bijlani, J. (2005). Low cost positioning device for nesting preterm and low birth weight neonates. Practical On Call Child Health Care,5(3) (http://www.pediatriconcall.com/fordoctor/conference. diperoleh pada tanggal 15 Februari 2011)

Russel, C.D., Kriel, H., Joubert, G., & Goosen, Y. (2009). Prone positioning and motor development in the first 6 weeks of life. South African Journal of Occupational Therapy, 39(1) (EBSO diperoleh dari http://www.ui.ac.id pada tanggal 24 Februari 2011).

SDKI (2007, http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index/php?option.com diperoleh pada tanggal 25 Februari 2011).

Sherman, T.I., Greenspan, J.S., Touch, S., Clair, N.S & Shaffer, T. H. (2006). Optimizing the neonatal thermal environment. Neonatal Network Journal, 7(4): 251- 269.

Stommel, M., & Wills, C.E. (2004). Clinical research: Concepts & principle for advanced practiced nurses. Philadelphia: Lippincott Williams & wilkins.

Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H.N. (2002). Perawatan bayi risiko tinggi. Jakarta: EGC.

Tjipta, G. D., Azlin, E., Sianturi, P., & Lubis, B. M. (2008). Thermoregulasi pada neonatus. Medan: Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik.

Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theory. Missouri: Mosby, Inc.

Vergara, E., & Bigsby, M. (2004). Developmental and therapeutic intervention in NICU. Minnesota: Paul H Brooker.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

74

Universitas Indonesia

Wijaya, A.M. (2009). Kondisi angka kematian neonatal (AKN), angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita (AKBAL), angka kematian ibu (AKI) dan penyebabnya di Indonesia (2009), http://www.infodokterku.com diperoleh pada tanggal 28 Februari 2011)

Wilawan, P., Patcharee, W., & Chavee, B. (2009). Poisitioning of preterm infants for optimal physiological development: A systemic review. JBI Library of Systemic Review, 7(7): 224-259 (EBSCO diperoleh dari http://www.ui.ac.id pada tanggal 24 Februari 2011).

Wong , D.L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, L. M., & Schwartz, P. (2009). Wong’s essentials of pediatric nursing (6th edition). Missouri: Mosby Inc.

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Lampiran 1

LEMBAR INSTRUMEN PENGKAJIAN BAYI PREMATUR

(Saat awal pengambilan data)

No. Kode responden

Jenis kelamin

BBL (gr)

BBS (gr)

Suhu (º C)

Saturasi O2(%)

Frekuensi nadi (..x/mnt)

Tanda tangan

Keterangan: BBL (berat badan lahir), BBS (berat badan sekarang)

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Lampiran 2

LEMBAR INSTRUMEN OBSERVASI BAYI PREMATUR

(Setelah penggunaan nesting dan tindakan pronasi selama 20 menit)

Kode Responden:

Hari/tanggal Waktu Kode responden

Suhu (º C) Sat. O2 (%)

Frek. Nadi (…x/mnt)

Tanda tangan

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Lampiran 3

PEDOMAN PENGUKURAN PENELITIAN DI KELOMPOK INTERVENSI

(RUANG PERINATOLOGI RSUD KOTA BEKASI)

1. Untuk pasien baru masuk a) Lakukan pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi

dengan menggunakan pulse oximetry dengan tempat tidur tanpa dialasi dengan nesting.

b) Setelah hasil saturasi oksigen dan frekuensi nadi didapatkan, maka di catat pada lampiran 1 observasi.

c) Pasang kembali nesting dan letakkan bayi prematur tidur dengan nesting sebagai penyanggahnya.

d) Biarkan bayi selama 30 menit untuk memberi kesempatan touching time dan stabilisasi fisiologis bayi

e) Lakukan posisi prone dengan tehnik yang tepat f) Catat waktu saat melakukan tindakan g) Biarkan bayi dalam posisi prone selama 20 menit h) Di akhir menit ke-20 maka lakukan pencatatan untuk saturasi

oksigen dan frekuensi nadi, masukkan hasil pada lampiran 2 i) Ganti posisi bayi menjadi posisi supine atau posisi lainnya

2. Untuk pasien lama

a) Untuk pasien yang sudah dirawat sebelumnya di ruang perinatologi

b) Lepaskan nesting dari tempat tidur bayi dalam inkubator selama 30 menit

c) Lakukan langkah-langkah seperti pada bayi baru masuk mulai dari awal hingga akhir

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Lampiran 4

PEDOMAN PENGUKURAN PENELITIAN DI KELOMPOK KONTROL

(RUANG NICU RS RAWA LUMBU BEKASI)

1) Catat lampiran 1 sesuai dengan hasil pengkajian 2) Lakukan pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi dengan

menggunakan pulse oximetry setelah selesai touching time (kegiatan rutin seperti mengukur suhu, mengganti diaper)

3) Setelah hasil saturasi oksigen dan frekuensi nadi didapatkan, maka di catat pada lampiran 2 observasi.

4) Catat waktu saat melakukan tindakan

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011