Upload
danghanh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS HORIZONTAL
EMPAT SUDU BERBAHAN KOMPOSIT BERDIAMETER 100
CM LEBAR MAKSIMUM 13 CM DENGAN JARAK 20 CM
DARI PUSAT POROS
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin S-1
Disusun Oleh :
ANTONIUS WIRANTO
NIM :125214069
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
THE PERFORMANCE OF WIND TUNEL HORIZONTAL
SHAFT FOUR BLADE WITH COMPOSITE MATERIAL
WITH DIAMETER 100 CM MAXIMUM WIDTH 13 CM WITH
20 CM DISTANCE FROM THE AXIS OF SHAFT
FINAL PROJECT
As Partical Fulfillment of the Requirement
To Getting The Sarjana Teknik degree In Mechanical Engineering
By :
ANTONIUS WIRANTO
Student Number :125214069
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini penulis menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi
dengan judul :
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS HORIZONTAL EMPAT SUDU
BERBAHAN KOMPOSIT BERDIAMETER 100 CM LEBAR MAKSIMUM
13 CM DENGAN JARAK 20 CM DARI PUSAT POROS
Yang dibuat untuk melengkapi persyaratan yang wajib ditempuh untuk menjadi
Sarjana Teknik pada program Strata-1, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui
bukan merupakan tiruan dari Tugas Akhir yang sudah dipublikasikan di
Perguruan tinggi manapun, kecuali bagian informasi yang dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal 25 Agustus 2016
Antonius Wiranto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : ANTONIUS WIRANTO
Nomor Mahasiswa : 125214069
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS HORIZONTAL EMPAT SUDU
BERBAHAN KOMPOSIT BERDIAMETER 100 CM LEBAR MAKSIMUM
13 CM DENGAN JARAK 20 CM DARI PUSAT POROS
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 25 Agustus 2016
Yang menyatakan
Antonius wiranto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
INTISARI
Kebutuhan listrik di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
hal ini terjadi dikarenakan, bertambahnya jumlah penduduk, pertumbuhan
ekonomi dan dikarenakan ketersedian bahan bakar minyak, gas maupun batu bara
tersebut semakin menipis. Atas dasar kondisi tersebut, muncul adanya ide untuk
menghasilkan energi alternatif yang tidak terbatas misalnya energi angin. Untuk
tujuan dari penelitian ini yaitu: Merancang dan membuat desain sudu kincir angin
poros horizontal empat sudu bahan komposit, mengetahui unjuk kerja kincir angin
poros horizontal empat sudu, mengetahui nilai Coefisien Performance (Cp) dan
tip speed ratio (TSR) dari kincir angin poros horizontal empat sudu bahan
komposit.
Kincir angin yang diteliti adalah kincir angin propeller poros horizontal
empat sudu berbahan komposit berdiameter 100 cm lebar maksimum 13 cm
berjarak 20 cm dari sumbu poros. Terdapat tiga variasi perlakuan kecepatan angin,
variasi kecepatan angin pertama dengan kecepatan angin 10,2 m/s, variasi
kecepatan angin kedua 8,2 m/s dan variasi kcepatan angin yang ketiga 6,2 m/s.
Agar mendapatkan daya kincir, torsi, koefisien daya maksimal, dan tip speed ratio
pada kincir, maka poros kincir dihubungkan ke mekanisme pembebanan dengan
menggunakan lampu yang berfungsi untuk pemberian beban pada kincir.
Dari hasil penelitian ini, untuk variasi kecepatan angin 10,2 m/s,
menghasilkan koefisien daya mekanis maksimal sebesar 19,4% pada tip speed
ratio 2,6 dengan daya output sekitar 96 watt dan torsi sebesar 1,85 N.m. Untuk
variasi kecepatan angin 8,2 m/s menghasilkan koefisien daya mekanis maksimal
sebesar 27,1% pada tip speed ratio 2,5 dengan daya output sekitar 70 watt dan
torsi sebesar 1,70 N.m. Untuk variasi kecepatan angin 6,2 m/s menghasilkan
koefisien daya mekanis maksimal sebesar 36,4% pada tip speed ratio 2,9 dengan
daya output sekitar 40 watt dan torsi sebesar 1,17 N.m. Dari ketiga kincir angin
yang sudah diteliti, dapat disimpulkan bahwa kincir angin dengan variasi
kecepatan angin 6,2 m/s memiliki nilai koefisien daya maksimal dan tip speed
ratio paling tinggi.
Kata kunci: kincir angin propeler, koefisien daya, tip speed ratio.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
The demand for electricity in Indonesia over years has increased because the
number of population increased economic growth and the lack of availability of
fuel oil, gas or coal. Based on these conditions, the emerged the idea to produce
alternative energy that is not limited eg wind energy. For the purposes of this
study are: Designing and design blade windmill horizontal shaft four-blade
composite materials, know the performance of windmills horizontal shaft four-
blade, knowing the value coefficient Performance (Cp) and the tip speed ratio
(TSR) of windmills horizontal shaft four-blade composite materials.
The experimental windmill type was horizontal shaft windmill propeller four
blades made of composites with maximum diameter of 100 cm, width 13 cm
within 20 cm from the axis of the shaft. There are three variations of wind speed;
10.2 m / s, 8.2 m / s and 6.2 m / s. In order to obtain windmill power, torque, and
maximum power coefficient and tip speed ratio at the wheel, the wheel shaft
connected to load mechanism by using lights that function for giving the load on
the wheel.
The results of this experiment for variations of wind speed of 10.2 m/s produced
maximum mechanical power coefficient reached at 19.4% on a tip speed ratio of
2.6 with 96 watt power output and torques 1.85 N.m. The results for variation of
wind speed of 8.2 m/s produced the maximum mechanical power coefficient of
27.1% on a tip speed ratio of 2.5 with 70 watt power output and torque 1.70 N.m.
For variation of wind speed of 6.2 m/s, this experiment produced mechanical
power coefficient maximum at 36.4% on a tip speed ratio of 2.9 with an output
power of about 40 watts and torque at 1.17 N.m. From the three windmills that
have been examined, it can be concluded that the windmill with wind speed of 6.2
m/s has a maximum power coefficient and reached the highest tip speed ratio.
Keywords: windmill propellers, power coefficient, tip speed ratio.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik
Mesin, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Banyak hambatan yang dialami penulis selama proses penulisan skripsi.
Namun karena kuasa Tuhan Yang Maha Esa, bantuan dan keterlibatan berbagai
pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan,
dukungan dan dorongan, baik secara moril, materil dan spiritual antara lain
kepada :
1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas segala yang telah
diberikan selama penulis belajar di Program Studi Teknik Mesin, Fakultas
Sains Dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin,
selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran,
bimbingan dan atas segala yang telah diberikan selama penulis belajar di
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Doddy Purwadianto, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
memberikan waktu, tenaga dan pikiran selama penulisan skripsi.
4. Segenap dosen dan staff Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta atas segala kerjasama, pelayanan dan bimbingan selama
penulis menempuh kuliah dan proses penulisan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
5. Markus Tukidi dan Katarina sebagai kedua orang tua penulis yang selalu
memberi semangat baik berupa materi maupun spiritual.
6. Saudara-saudaraku tercinta (Yohanes Jiwanto S.T, fx.Triyanto dan Margarita
Warni) yang selalu mendukung dan mendoakan.
7. Teman-teman Teknik Mesin Angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma dan
teman-teman dari penulis lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidaklah sempurna,
Tidak ada gading yang tak retak sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini di
kemudian hari . Akhirnya, besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Yogyakarta 25 Agustus 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ..................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................ vi
INTISARI ............................................................................................................. vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
DAFTAR SIMBOL ............................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah ..................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ......................................... 5
2.1 Dasar Teori ............................................................................................... 5
2.1.1 Energi Angin .......................................................................................... 5
2.1.2 Kondisi Angin ........................................................................................ 6
2.1.3 Klasifikasi Turbin Angin ....................................................................... 7
2.1.4 Jenis – Jenis Kincir Angin ..................................................................... 8
2.1.4.1 Kincir Angin Sumbu Horizontal ......................................................... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.1.4.2 Kincir Angin Sumbu Vertikal …......................................................10
2.1.5 Kandungan Energi Dalam Angin ........................................................ 13
2.1.6 Pengukuran Angin ............................................................................... 13
2.1.7 Hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio….................14
2.1.8 Rumus Perhitungan .............................................................................15
2.1.8.1Rumus Energi Kinetik .......................................................................... 15
2.1.8.2 Rumus Daya Angin ............................................................................. 16
2.1.8.3 Rumus Tip Speed Ratio (tsr) ................................................................ 17
2.1.8.4 Rumus Torsi ....................................................................................... 17
2.1.8.5 Rumus Daya Mekanis .......................................................................... 18
2.1.8.6 Rumus Daya Listrik............................................................................. 19
2.1.8.7 Rumus Koefisien Daya (Cp) ................................................................ 19
2.1.9 Komposit ............................................................................................ 20
2.1.9.1 Klasifikasi Bahan Komposit Serat .................................................... 20
2.1.9.2 Tipe Komposit Serat ......................................................................... 22
2.1.9.3 Faktor Kekuatan Komposit ............................................................... 23
2.1.10 Serat .................................................................................................. 25
2.1.10.1 Serat Alami .................................................................................... 26
2.1.10.2 Serat Buatan .................................................................................... 29
2.1.11 Matrik ................................................................................................ 31
2.1.12 Jenis-jenis Polimer/Resin ..................................................................35
2.1.12.1 Resin Termoset ..............................................................................37
2.1.12.2 Resin Fenol ....................................................................................37
2.1.12.3 Resin urea-formaldehid (Resin Urea) ............................................38
2.1.12.4 Resin Melamin ...............................................................................39
2.1.12.5 Resin Epoksi ..................................................................................41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.12.6 Resin Poliuretan .............................................................................42
2.1.12.7 Resin Poliester Tak Jenuh ..............................................................43
2.1.13 Katalis ...............................................................................................46
2.2 Tinjauan Pustaka ....................................................................................46
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 50
3.1 Diagram Penelitian ................................................................................ 50
3.2 Alat Dan Bahan ...................................................................................... 51
3.3 Desain Kincir ......................................................................................... 56
3.4 Pembuatan Sudu / Blade Kincir Angin ................................................... 57
3.4.1 Alat Dan Bahan.................................................................................... 57
3.4.2 Proses Pembuatan Sudu / Blade .......................................................... 58
3.5 Langkah Penelitian ................................................................................ 63
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................................. 65
4.1 Data Hasil Pengujian .............................................................................. 65
4.2 Pengolahan Data dan Perhitungan .......................................................... 67
4.2.1 Perhitungan Daya Angin ..................................................................... 67
4.2.2 Perhitungan Torsi ................................................................................ 68
4.2.3 Perhitungan Daya Kincir .................................................................... 69
4.2.4 Perhitungan Daya Listrik .................................................................... 69
4.2.5 Perhitungan Tip Speed Ratio (tsr) ...................................................... 70
4.2.6 Perhitungan Koefisien Daya (Cp) ....................................................... 70
4.3 Data Hasil Perhitungan .......................................................................... 71
4.4 Grafik Hasil Perhitungan ....................................................................... 75
4.4.1 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin Rata – Rata 10,2 m/s ............................................. 75
4.4.2 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin Rata – Rata 8,2 m/s ............................................... 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.4.3 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin Rata - Rata 6,2 m/s ............................................... 77
4.4.4 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Mekanis Untuk Tiga
Variasi Kecepatan Angin ..................................................................... 78
4.4.5 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Elektris Untuk Tiga
Variasi Kecepatan Angin ..................................................................... 79
4.4.6 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Torsi Untuk Kecepatan
Angin Rata - Rata 10,2 m/s ................................................................. 80
4.4.7 Grafik Hubungan Antara Putran Poros dan Torsi Untuk Kecepatan
Angin Rata - Rata 8,2 m/s ................................................................... 81
4.4.8 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Torsi Untuk Kecepatan
Angin Rata - Rata 6,2 m/s ................................................................... 82
4.4.9 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Torsi Untuk Tiga variasi
Kecepatan Angin ................................................................................. 83
4.4.10 Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin Rata – Rata 10,2 m/s ............................................ 84
4.4.11 Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien DayaPada Variasi
Kecepatan Angin Rata – Rata 8,2 m/s .............................................. 85
4.4.12 Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya pada Variasi
Kecepatan Angin Rata – Rata 6,2 m/s .............................................. 86
4.4.13 Grafik Perbandingan Koefisien Daya Mekanis Maksimal Dengan Tip
Speed RatioPada Tiga Variasi Kecepatan Angin .............................. 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 89
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 89
5.2 Saran ...................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 91
LAMPIRAN .......................................................................................................... 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Konsumsi Energi .................................................................................. 1
Gambar 2.1 Kincir Angin Sumbu Horizontal ......................................................... 9
Gambar 2.2 Kincir Angin Sumbu Vertikal ........................................................... 11
Gambar 2.3 Anemometer Digital ........................................................................... 14
Gambar 2.4 Grafik Koefisien Daya (Cp) dengan Tips Speed Ratio (TSR) ........... 15
Gambar 2.5 Klasifikasi Bahan Komposit............................................................... 21
Gambar 2.6 Tipe Discontinuous Fiber ................................................................... 22
Gambar 2.7 Tipe Komposit Serat........................................................................... 23
Gambar 2.8 Jenis – Jenis Serat Alami .................................................................... 27
Gambar 2.9 Serat Wol Dari Bulu Domba .............................................................. 27
Gambar 2.10 Serat Pisang ...................................................................................... 28
Gambar 2.11 Serat Asbes ....................................................................................... 28
Gambar 2.12 Jenis Serat Buatan ............................................................................ 29
Gambar 2.13 Serat Kaca ....................................................................................... 31
Gambar 2.14 Kurva Tegangan/Regangan Sistem Matriks Ideal ............................ 33
Gambar 2.15 Kurva Tegangan/Regangan Terhadap Kegagalan Serat................... 34
Gambar 2.16 Reaksi Resin Fenol ........................................................................... 38
Gambar 2.17 Reaksi Resin Epoksi ......................................................................... 42
Gambar 2.18 Resin Yukalac 235 ........................................................................... 46
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Kincir Angin ................................. 50
Gambar 3.2 Blade/Sudu ......................................................................................... 52
Gambar 3.3 Dudukan Sudu ................................................................................... 52
Gambar 3.4 Fan Blower ........................................................................................ 53
Gambar 3.5 Tachometer ......................................................................................... 53
Gambar 3.6 Timbangan Digital ............................................................................. 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 3.7 Anemometer ....................................................................................... 54
Gambar 3.8 Voltmeter ........................................................................................... 55
Gambar 3.9 Amperemeter ..................................................................................... 55
Gambar 3.10 Skema Pembebanan Lampu ............................................................ 56
Gambar 3.11 Desain Kincir ................................................................................... 57
Gambar 3.12 Mal/Cetakan kertas .......................................................................... 58
Gambar 3.13 Pembentukan Sudu Pada Pipa ......................................................... 59
Gambar 3.14 Bentuk Cetakan Sudu Kincir Angin ................................................. 59
Gambar 3.15 Pelapisan Mal ................................................................................... 60
Gambar 3.16 Resin dan Katalis .............................................................................. 60
Gambar 3.17 Pengolesan Resin Dan Katalis ke Cetakan ....................................... 61
Gambar 3.18 Peletakan Serat Glass Pada Cetakan Sudu ...................................... 61
Gambar 3.19 Peletakan Plat Pada Ujung Sudu Kincir ........................................... 61
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara rpm dan daya pada variasi kecepatan angin
rata – rata 10,2 m/s .................................................................................. 76
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara rpm dan daya pada variasi kecepatan angin
rata – rata 8,2 m/s .................................................................................... 77
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara rpm dan daya pada variasi kecepatan angin
rata - rata 6,2 m/s ..................................................................................... 78
Gambar 4.4 Grafik hubungan rpm dan daya mekanis untuk tiga variasi kecepatan
angin .......................................................................................................... 79
Gambar 4.5 Grafik hubungan rpm dan daya elektris untuk tiga variasi kecepatan
angin .......................................................................................................... 80
Gambar 4.6 Grafik hubungan rpm dan torsi untuk variasi kecepatan angin rata –
rata 10,2 m/s ............................................................................................. 81
Gambar 4.7 Grafik hubungan rpm dan torsi untuk variasi kecepatan angin rata –
rata 8,2 m/s ............................................................................................... 82
Gambar 4.8 Grafik hubungan rpm dan torsi untuk variasi kecepatan angin rata –
rata 6,2 m/s ............................................................................................... 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Gambar 4.9 Grafik hubungan torsi dan rpm untuk tiga variasi kecepatan angin ..84
Gambar 4.10 Grafik hubungan antara tsr dan koefisien daya untuk variasi
kec.angin rata – rata 10,2 m/s ............................................................. 85
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara tsr dan koefisien daya variasi kecepatan
angin rata – rata 8,2 m/s ....................................................................... 86
Gambar 4.12 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tsr variasi kecepatan
angin rata – rata 6,2 m/s ....................................................................... 87
Gambar 4.13 Grafik perbandingan antara koefisien daya mekanis terhadap tip
speed ratio untuk tiga variasi kecepatan angin ................................. 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia ...................... 2
Tabel 2.1 Tingkat kecepatan angin .......................................................................... 6
Tabel 2.2 Kekuatan Serat ....................................................................................... 26
Table 2.3 Kekuatan tarik, tekan dan lentur bahan polimer .................................... 36
Tabel 2.4 (A) Alkohol dihidrat dipakai untuk resin polyester ............................... 44
Tabel 2.4 (B) Asam dibasa vinil dipergunakan untuk resin polyester ................... 44
Tabel 2.5 Monomor vinil dipergunakan untuk resin polyester .............................. 45
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Pembuatan Sudu ........................................................... 57
Tabel 4.1 Data pengujian kincir angin empat sudu kecepatan angin 10,2 m/s ...... 65
Tabel 4.2 Data pengujian kincir angin empat sudu kecepatan angin 8,2 m/s ........ 66
Tabel 4.3 Data pengujian kincir angin empat sudu kecepatan angin 6,2 m/s ........ 67
Tabel 4.4 Data perhitungan empat sudu propeler kecepatan angin 10,2 m/s ......... 72
Tabel 4.5 Data perhitungan empat sudu propeler kecepatan angin 8,2 m/s ........... 73
Tabel 4.6 Data perhitungan empat sudu propeler kecepatan angin 6,2 m/s ........... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Mekanis Pada Variasi
Kecepetan Angin 10,2 m/s. ........................................................... 92
Lampiran 2. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Listrik Pada Variasi
Kecepatan Angin 10,2 m/s. ............................................................ 92
Lampiran 3. Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin 10,2 m/s. ............................................................ 93
Lampiran 4. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Mekanis Pada Variasi
Kecepatan Angin 8,2 m/s. .............................................................. 93
Lampiran 5. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Listrik Pada Variasi
Kecepatan Angin 8,2 m/s...............................................................94
Lampiran 6. Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin 8,2 m/s ............................................................... 94
Lampiran 7. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Mekanis Pada Variasi
Kecepetan Angin 6,2 m/s...............................................................95
Lampiran 8. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Listrik Pada Variasi
Kecepatan Angin 6,2 m/s. .............................................................. 95
Lampiran 9. Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin 6,2 m/s. .............................................................. 96
Lampiran 10.Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Mekanis Pada Tiga
Variasi Kecepatan Angin 10,2 m/s, 8,2 m/s dan 6,2 m/s...............96
Lampiran 11.Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Listrik Pada Tiga Variasi
Kecepatan Angin 10,2 m/s, 8,2 m/s dan 6,2 m/s............................97
Lampiran 12.Grafik Hubungan Antara TSR dan CP Pada Tiga Variasi Kecepatan
Angin 10,2 m/s, 8,2 m/s dan 6,2 m/s.. ............................................ 97
Lampiran 13.Grafik Hubungan Antara RPM dan Torsi Pada Variasi Kecepatan
Angin 10,2 m/s. .............................................................................. 98
Lampiran 14.Grafik Hubungan Antara RPM dan Torsi Pada Variasi Kecepatan
Angin 8,2 m/s. ...............................................................................98
Lampiran 15.Grafik Hubungan Antara RPM dan Torsi Pada Variasi Kecepatan
Angin 6,2 m/s.................................................................................99
Lampiran 16.Grafik Hubungan Antara RPM dan Torsi Pada Tiga Variasi
Kecepatan Angin 10,2 m/s, 8,2 m/s dan 6,2 m/s. ........................... 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR SIMBOL
Simbol Keterangan
ρ Massa jenis (kg/m3)
r Jari-jari kincir (m)
A Luas penampang (m2)
Kecepatan angin (m/s)
Kecepatan sudut (rad/s)
n Kecepatan putar poros (rpm)
F Gaya pembebanan (N)
T Torsi (N.m)
Pin Daya angin (Watt)
Po Daya listrik (Watt)
Pout Daya kincir (Watt)
TSR Tip Speed Ratio
Cp Koefisien daya (%)
Cpmax Koefisien daya maksimal (%)
m massa (kg)
Ek Energi kinetic (J)
Volume (m3)
V Tegangan (Volt)
I Arus (Ampere)
Waktu (s)
ṁ Laju aliran massa udara (kg/s)
Vt Kecepatan di ujung sudu kincir (m/s)
L Panjang lengan torsi (m)
Lmax Lebar maksimal (m)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun terakhir ini, energi listrik merupakan persoalan yang
krusial di Indonesia. Peningkatan permintaan energi listrik seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 1.1 disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk
dan pertumbuhan ekonomi yang ada di Indoneisa. Menipisnya sumber cadangan
minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan
tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi
terbaharukan. Kebutuhan energi di Indonesia saat ini masih dipenuhi dengan
bahan bakar fosil, yaitu : minyak, gas alam dan batu bara.
Gambar 1.1 Konsumsi Energi
Sumber : Statistik Ekonomi Energi Indonesia 2006, DESDM
Salah satu cara mengatasi krisis energi bahan bakar fosil ini yaitu
menggunakan energi alternatif, dimana energi alternatif yang dapat diperbaharuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dan banyak tersedia di alam. seperti gas, energi angin, tenaga air, panas bumi, dan
bioenergi, bahan bakar yang berasal dari bahan nabati. Berikut sumber energi
terbarukan yang ada di Indonesia seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Potensi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia.
Sumber: Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2006-2015, PT PLN
(Persero), Juli 2005.
Pemanfaatan sumber energi angin untuk menghasilkan energi listrik di
perlukan alat yaitu kincir angin, kincir angin ini akan menangkap energi angin dan
menggerakkan generator yang nantinya akan berubah menjadi energi listrik pada
prinsipnya kincir angin ini mengubah energi kinetic menjadi energi mekanik.
Kincir angin digolongkan ke dalam dua kategori menurut arah sumbu rotasinya
yaitu: Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) dan Vertikal Axis Wind Turbine
(VAWT). Kincir angin yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kincir
angina poros horizontal. Penulis mencoba melakukan penelitian dengan
merancang dan membuat kincir angin jenis propeller empat sudu dari bahan dasar
komposit serat dengan ukuran jari – jari sudu dari keempat kincir angin ini sama
yakni 45 cm dengan berat 215 gram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Memaksimalkan pemanfaatan energi angin yang ada di Indonesia.
2. Mencari solusi energi baru dan terbarukan yang dapat dijadikan sebagai
pengganti sumber daya alam tak terbarui.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Merancang dan membuat desain sudu kincir angin poros horizontal empat
sudu bahan komposit.
2. Mengetahui unjuk kerja kincir angin poros horizontal empat sudu.
3. Mengetahui nilai Coefisien Performance (Cp) dan tip speed ratio (TSR)
dari kincir angin poros horizontal empat sudu bahan komposit.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan batasan - batasan
masalah agar bahasan tidak melebar, diantaranya:
1. Model kincir angin dibuat tipe propeller, sudu terbuat dari bahan komposit
serat fiber glass dan resin Yukalac 235, sudu berdiameter 100 cm, lebar
maksimum 13 cm dengan jarak 20 cm dari pusat poros.
2. Penelitian meggunakan variasi kecepatan angin 6,2 m/s, 8,2 m/s, dan 10,2
m/s.
3. Kincir angin menggunakan sudu berjumlah empat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
4. Penelitian dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Universitas Sanata
Dharma.
1.5 Manfaat
Manfaat dari skripsi ini adalah :
1. Mengetahui proses-proses pembuatan elemen-elemen Turbin Angin dan
pembuatan sudu-sudu dengan bahan komposit.
2. Kincir angin ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu aplikasi
pemanfaatan energi terbarukan.
3. Menambah pengembangan bentuk sudu yang bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Energi Angin
Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat
tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal
banyak jenis energi. Diantaranya, energi gelombang, energi arus laut,energi kosmos,
energi yang terkandung pada senyawa atom, dan energi-energi lain yang bila
dimanfaatkan akan berguna bagi kebutuhan manusia. Salah satu dari energi tersebut
adalah energi angin yang jumlahnya tak terbatas dan banyak digunakan untuk
meringankan kerja manusia. Angin memberikan energi gerak sehingga mampu
menggerakkan perahu layar, kincir angin, dan bisa dimanfaatkan menjadi pembangkit
listrik yaitu berupa turbin angin. Keberadaan energi angin ini terdapat di lapisan
atmosfer bumi yang banyak mengandung partikel udara dan gas. Lapisan troposfer
merupakan lapisan atmosfer terendah bumi dan dilapisan ini semua peristiwa cuaca
termasuk angin terjadi.
Energi angin adalah energi yang terkandung pada massa udara yang bergerak.
Energi angin berasal dari energi matahari. Pemanasan bumi oleh sinar matahari
menyebabkan perbedaan massa jenis (ρ) udara. Perbedaan massa jenis ini
menyebabkan perbedaan tekanan pada udara sehingga akan terjadi aliran fluida dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
menghasilkan angin. Kondisi aliran angin dipengaruhi oleh medan atau permukaan
bumi yang dilalui oleh aliran angin dan perbedaan temperatur permukaan bumi.
2.1.2 Kondisi Angin
Syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi
listrik dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah, dimana klasifikasi angin pada kelompok
3 adalah batas minimum dan angin pada kelompok 8 adalah batas maksimum dari
energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Tabel 2.1 Tingkat kecepatan angin.
Sumber : http://www.kincirangin.info/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2.1.3 Klasifikasi Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan
tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan
para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin
terdahulu banyak digunakan di Denmark, Belanda, dan negara-negara Eropa lainnya
dan lebih dikenal dengan windmill.
Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan
listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. walaupun sampai saat ini
penggunaan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik
konvensional (Co: PLTD,PLTU, dll), turbin angin masih lebih dikembangkan oleh
para ilmuan karena dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah
kekurangan sumber daya alam tak terbaharui (Co: batubara dan minyak bumi)
sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit
Listrik Tenaga Angin (PLTA) mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik
dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana,
energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada
generator dibelakang bagian turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik.
Energi listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat
dimanfaatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2.1.4 Jenis – Jenis Kincir Angin
Pada umumnya, kincir angin dikategorikan dalam dua jenis, yakni :
1. Kincir angin sumbu horizontal.
2. Kincir angin sumbu vertikal.
2.1.4.1 Kincir Angin Sumbu Horizontal
Kincir angin sumbu horizontal atau Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT)
memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Kincir berukuran
kecil diarahkan oleh sebuah baling – baling angin yang sederhana, sedangkan kincir
berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang
digabungkankan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki
sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat
berputar. Sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, kincir biasanya
diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah – bilah kincir dibuat kaku agar
mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai
tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit
dimiringkan. Turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas
begitu penting, sebagian besar HAWT merupakan mesin upwind. Meski memiliki
permasalahan turbulensi, mesin downwind dibuat agar tidak memerlukan mekanisme
tambahan supaya bilah – bilah kincir tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat
angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi
wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
bilah – bilah itu. Bentuk dari kincir angin sumbu horizontal ini dapat dilihat pada
pada Gambar 2.1.
Kelebihan dari kincir angin sumbu horizontal atau HWAT, yakni dasar
menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang hembusannya lebih kuat di
tempat – tempat yang memiliki geseran angin, perbedaan antara laju dan arah angin
antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfer bumi. Di sejumlah
lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat
sebesar 20%.
Gambar 2.1 Kincir angin sumbu horizontal
Sumber : http://www.indoenergi.com/2012/07/, diakses 1 April 2016
Selain memiliki kelebihan, adapun juga kelemahan yang dimilik oleh kincir
angin sumbu horizontal atau HAWT. Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
bisa mencapai 90 meter sulit diangkut. Diperkirakan besar biaya transportasi bisa
mencapai 20% dari seluruh biaya peralatan kincir angin. Kelemahan dari desain
kincir angin sumbu horizontal adalah sebagai berikut :
a) HAWT yang tinggi akan sulit dipasang, membutuhkan derek yang sangat
tinggi dan membutuhkan operator yang profesional.
b) Dibutuhkan konstruksi menara yang besar untuk menyangga bilah – bilah
yang berat, transmisi roda gigi, dan generator.
c) HAWT yang tinggi bisa memengaruhi radar airport.
d) Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu
penampilan landscape.
e) Berbagai varian downwind mengalami kerusakan struktur yang disebabkan
oleh turbulensi.
f) HAWT membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk membelokkan
kincir ke arah angin.
2.1.4.2 Kincir Angin Sumbu Vertikal
Kincir angin sumbu vertikal atau Vertical Axis Wind Turbine (VAWT)
memiliki poros atau sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama
susunan ini adalah kincir tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif.
Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi.
VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu yang
vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi menara tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan perawatan. Tapi ini
menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga putaran yang berdenyut. Drag
atau gaya yang menahan pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau
gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar. Karena sulit dipasang di atas menara,
kincir sumbu tegak sering dipasang lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti
tanah atau puncak atap sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada
ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit.
Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang
bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
getaran, diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya
pemeliharaan atau mempersingkat umur kincir angin. Jika tinggi puncak atap yang
dipasangi menara kincir kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini merupakan titik
optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi angin yang minimal. Bentuk
dari kincir angin sumbu vertical dapat dilihat pada Gambar 2.2
a. Kincir angin Savonius b. Kincir angin Darrieus
Gambar 2.2 Kincir angin sumbu vertikal
Sumber : http://www.indoenergi.com/2012/07/, diakses 1 April 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Adapun kelebihan dari desain kincir angin sumbu vertikal adalah sebagai
berikut :
a) Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
b) Karena bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw.
c) Sebuah VAWT bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan
bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
d) VAWT memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang terlihat
secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan yang tinggi
sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.
e) Desain VAWT berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak
atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk
diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya HAWT.
f) VAWT memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada HAWT.
Biasanya VAWT mulai menghasilkan listrik pada 10km/jam (6 m.p.h.)
g) VAWT biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan
putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih
rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus
sangat kencang.
h) VAWT yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari
berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin
(seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit),
i) VAWT tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Selain memiliki kelebihan, desain kincir angin ini juga memiliki kekurangan
yaitu sebagai berikut :
a) Kebanyakan VAWT memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi HAWT
karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
b) VAWT tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di
elevasi yang lebih tinggi.
c) Kebanyakan VAWT mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan
energi untuk mulai berputar.
d) Sebuah VAWT yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya memberi
tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada
bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya
dorong ke bawah saat angin bertiup.
2.1.5 Kandungan Energi Dalam Angin
Bentuk energi yang terdapat pada angin yang dapat diekstraksi oleh turbin
angin adalah energi kinetiknya. Angin adalah massa udara yang bergerak, besarnya
energi yang terkandung pada angin tergantung pada kecepatan angin dan massa jenis
angin atau udara yang bergerak tersebut.
2.1.6 Pengukuran Angin
Parameter yang diukur pada proses konversi energi angin pada umumnya
adalah kecepatan dan arahnya, kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
anemometer. Anemometer mempunyai banyak jenis dan salah satunya adalah
anemometer digital
Anemometer digital merupakan alat yang terdiri atas tombol-tombol dan layar
tampilan (display). Anemometer digital memiliki tiga skala pengukuran yaitu
meter/sekon, km/jam, dan knots. Pada anemometer digital pengukuran dapat
dilakukan berulang-ulang dan data akan otomatis tersimpan dalam memori.
Gambar 2.3 Anemometer digital
Sumber: http://google.com
2.1.7 Hubungan antara koefisien daya dengan tip speed ratio
Berikut ini grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio dari
berbagai jenis kincir dapat di lihat pada grafik batas Betz (betz limit diperkenalkan
oleh ilmuan Jerman, Albert Betz) berikut ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 2.4 Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya (Cp) dengan Tips Speed Ratio
(TSR) dari beberapa jenis kincir
Sumber : Johnson, 2006, hal. 18
2.1.8 Rumus Perhitungan
Rumus yang digunakan dalam melakukan perhitungan kincir angin dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.1.8.1 Rumus Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu benda karena geraknya.
Energi kinetik dipengaruhi oleh massa benda dan kecepatannya. Dapat ditulis dalam
rumus sebagai berikut :
Ek =
m v
2 (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang dalam hal ini :
Ek : Energi kinetik (J)
m : massa benda (kg)
v : kecepatan benda (m/s)
2.1.8.2 Rumus Daya Angin
Daya angin adalah daya yang dihasilkan oleh angin tiap luasan sudu.
Sehingga daya angin dapa digolongkan sebagai energi potensial. Pada dasarnya daya
angin merupakan angin yang bergerak persatuan waktu sehingga dapat ditulis dalam
rumus sebagai berikut :
Daya = kerja / waktu
= energi kinetik / waktu
Pin = ½ . m . ν2 /t
= ½ (ρ.A.d).ν2 /t
= ½ . ρ. A . ν2. (d/t) d/t = ν
= ½ . ρ . A . ν3 (2)
dalam hal ini :
Pin : Daya yang disediakan oleh angin (watt)
: massa jenis aliran (kg
/m 3)
ν : kecepatan angin (m/s)
A : Luas penampang sapuan sudu (m2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.1.8.3 Rumus Tip Speed Ratio (tsr)
Tip speed ratio (tsr) adalah perbandingan antara kecepatan ujung sudu kincir
angin dengan kecepatan angin.
Kecepatan diujung sudu (Vt) dapat dirumuskan sebagai :
Vt = ω r (3)
dengan :
Vt : kecepatan ujung sudu.
ω : kecepatan sudut (rad/s).
r : jari – jari kincir (m).
sehingga tsr-nya dapat dirumuskan sebagai berikut:
(4)
dengan :
r : jari – jari kincir (m).
n : putaran poros kincir tiap menit (rpm).
v : kecepatan angin (m/s).
2.1.8.4 Rumus Torsi
Torsi adalah hasil kali dari gaya pemebebanan (F) dengan panjang lengan
torsi (l). Perhitungan torsi dapat dirumuskan sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
T = F l (5)
dengan :
F : gaya pembebanan (N).
l : panjang lengan torsi ke poros (m).
2.1.8.5 Rumus Daya Mekanis
Daya yang dihasilkan kincir (Pout ) adalah daya yang dihasilkan kincir akibat
adanya angin yang melintasi sudu kincir. Sehingga daya kincir yang dihasilkan oleh
gerakkan melingkar kincir dapat dirumuskan :
Pout ( mekanis ) = T ω (6)
dengan :
T = torsi dinamis (N.m).
ω = kecepatan sudut didapatkan dari
=
=
=
Dengan ini untuk daya yang dihasilkan kincir dapat dinyatakan dengan persamaan
(7), yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Pout ( mekanis )
(7)
dengan :
Pout : Daya yang dihasilkan oleh kincir angin (watt).
n : Putaran poros (rpm).
2.1.8.6 Rumus Daya Listrik
Daya yang dihasilkan (Pout) adalah daya yang dihasilkan generator. Sehingga
daya kincir yang dihasilkan oleh gerakkan melingkar kincir dapat dirumuskan :
Pout ( Listrik ) = V I (8)
Dengan :
V : Tegangan (volt)
I : Arus (ampere)
2.1.8.7 Rumus Koefisien Daya (Cp)
Koefisien Daya (Cp) adalah bilangan tak berdimensi yang menunjukkan
perbandingan antara daya yang dihasilkan kincir (Pout) dengan daya yang disediakan
oleh angin (Pin).
Sehingga Cp dapat dirumuskan :
(9)
dengan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Cp : Koefisien Daya.
Pout : daya yang dihasilkan kincir (watt).
Pin : daya yang disediakan oleh angin (watt).
2.1.9 Komposit
Komposit adalah penggabungan dua atau lebih material yang berbeda sebagai
suatu kombinasi yang menyatu. Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua
unsur, yaitu serat (fiber) sebagai penguat (renforcement) dan bahan pengikat serat
yang disebut matrik. Didalam komposit unsur utamanya serat, sedangkan bahan
pengikatnya polimer yang mudah dibentuk. Penggunaan serat sendiri yang utama
adalah menentukan karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan serta
sifat mekanik lainnya.
Sebagai bahan pengisi, serat digunakan untuk menahan gaya yang bekerja
pada bahan komposit, matrik berfungsi melindungi dan mengikat serat agar dapat
bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu untuk bahan
serat digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matrik dipilih
bahan-bahan yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia.
2.1.9.1 Klasifikasi Bahan Komposit Serat
Klasifikasi komposit serat ( fiber - matrik composites ) dibedakan menjadi;
1. Fibre composites (komposit serat) adalah gabungan serat dengan matrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Flake composites adalah gabungan serpih rata dengan matrik.
3. Particulate composites adalah gabungan partikel dengan matrik.
4. Filled composites adalah gabungan matrik continous skeletal.
5. Laminar composites adalah gabungan lapisan atau unsur pokok lamina.
Klasifikasi komposit ditunjukkan pada gambar dibawah ini ;
Gambar 2.5 Klasifikasi Bahan Komposit (Hadi, 2001)
Bahan komposit terdiri dari dua macam, yaitu komposit partikel ( particulate
Composite ) dan komposit serat (fibre composite). Bahan komposit partikel terdiri
dari partikel yang diikat matrik. Komposit serat ada dua macam, yaitu serat panjang
(continuos fibre) dan serat pendek (short fibre atau whisker). (Hadi, 2001)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.1.9.2 Tipe Komposit Serat
Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit,
yaitu :
1. Continuous Fibre Composite
Tipe ini mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina
diantara matriknya. Tipe ini mempunyai kelemahan pemisahan antar lapisan.
2. Woven Fibre Composite (bi-directional)
Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena
susunan seratnya mengikat antar lapisan. Susunan serat memanjangnya yang tidak
begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan melemah.
3. Discontinous Fibre Composite
Discontinous Fibre Composite adalah tipe komposit dengan serat pendek.
Tipe ini dibedakan lagi menjadi 3 :
a) Aligned discontinous fibre
b) Off-axis aligned discontinous fibre
c) Randomly oriented discontinous fibre
a) aligned b) off-axis c) randomly
Gambar 2.6 Tipe discontinous fibre (Gibson, 1994)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
4. Hybrid Fibre Composite
Hybrid fibre composite merupakan komposit gabungan antara tipe serat lurus
dengan serat acak. Tipe ini digunakan supaya dapat menganti kekurangan sifat dari
kedua tipe dan dapat menggabungkan kelebihannya.
Continous Fibre Composit Woven Fibre Composite
Randomly Oriented Discontinous Fibre Hybrid Fibre Composite
Gambar 2.7 Tipe Komposit Serat (Gibson, 1994)
2.1.9.3 Faktor Kekuatan Komposit
Faktor yang mempengaruhi kekuatan komposit :
1. Faktor Serat
2. Letak Serat
a. One dimensional reinforcement, mempunyai kekuatan pada arah axis serat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
b. Two dimensional reinforcement (planar), mempunyai kekuatan pada dua arah
atau masing-masing arah orientasi serat.
c. Three dimensional reinforcement, mempunyai sifat isotropic kekuatannya lebih
tinggi dibanding dengan dua tipe sebelumnya.
3. Panjang Serat
Serat panjang lebih kuat dibanding serat pendek. Oleh karena itu panjang dan
diameter sangat berpengaruh pada kekuatan maupun modulus komposit. Serat
panjang (continous fibre) lebih efisien dalam peletakannya daripada serat pendek.
4. Bentuk Serat
Bentuk serat tidak mempengaruhi, yang mempengaruhi adalah diameter
seratnya. Semakin kecil diameter serat akan menghasilkan kekuatan komposit yang
tinggi.
5. Faktor Matrik
Matrik berfungsi mengikat serat. Polimer sering dipakai termoplastik dan
termoset.
a. Thermoplastik
1. Polyamide (PI),
2. Polysulfone (PS),
3. Poluetheretherketone (PEEK),
4. Polypropylene (PP),
5. Polyethylene (PE) dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Thermosetting
1. Epoksi,
2. Polyester.
3. Resin Furan dll.
6. Katalis
Katalis digunakan untuk membantu proses pengeringan (curring) pada bahan
matriks suatu komposit. Penggunaan katalis yang berlebihan akan semakin
mempercepat proses laju pengeringan, tetapi akan menyebabkan bahan komposit
yang dihasilkan semakin getas.
2.1.10 Serat
Serat adalah suatu jenis bahan yang berupa potongan-potongan komponen
yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Saat ini terdapat berbagai macam
jenis serat baik yang berasal dari alam maupun yang dibuat oleh manusia (man
made), Contoh serat yang paling banyak dijumpai adalah serat pada kain. Manusia
menggunakan serat dalam banyak hal, antara lain untuk membuat benang, kain atau
kertas. Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alam dan serat sintetis
(serat buatan manusia).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tabel 2.2 Kekuatan Serat.
Sumber : http://imamengineering.blogspot.co.id/2015/03/makalah-mekanika-bahan-
komposit.html.
2.1.10.1 Serat Alami
Serat alam menurut Jumaeri, (1977:5), yaitu “serat yang langsung diperoleh di
alam. Pada umumnya kain dari serat alam mempunyai sifat yang hampir sama yaitu
kuat, padat, mudah kusut, dan tahan penyetrikaan”. Serat alam digolongkan lagi
menjadi :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gambar 2.8 Jenis –jenis serat alami
Sumber: http://teknologitekstil.com/wp-content/uploads/2015/09/Macam-
macam-Serat-Alam.bmp. Diakses Juni 2016.
a) Serat Protein
Serat proteina dapat berbentuk staple atau filamen. Serat protein berbentuk
stapel berasal dari rambut hewan berupa domba, alpaca, unta, cashmer, mohair,
kelinci, dan vicuna. Yang paling sering digunakan adalah wol dari bulu domba.
Gambar 2.9 Serat wol dari bulu domba
Sumber: http://teknologitekstil.com/wp-content/uploads/2015/09/Macam-
macam-Serat-Alam.bmp. Diakses Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b) Serat Selulosa
Serat tumbuhan/serat pangan biasanya tersusun atas selulosa, semiselulosa dan
kadang – kadang mengandung pula lignin. Sifat umum serat yang dari selulosa adalah
mudah menyerap air (higroskopis), mudah kusut dan jika dilakukan uji pembakaran
menimbulkan baud an arang seperti terbakar.
Gambar 2.10 Serat Pisang
Sumber: http://teknologitekstil.com/wp-content/uploads/2015/09/Macam-macam-
Serat-Alam.bmp. Diakses Juni 2016.
c) Serat mineral
Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos adalah satu-
satunya mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang.
Gambar 2.11 Serat Asbes
Sumber: http://teknologitekstil.com/wp-content/uploads/2015/09/Macam-
macam-Serat-Alam.bmp. Diakses Juni 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.1.10.2 Serat Buatan
Serat buatan menurut Jumaeri, (1979:35), yaitu “serat yang molekulnya disusun
secara sengaja oleh manusia. Sifat-sifat umum dari serat buatan, yaitu kuat dan tahan
gesekan”.
Gambar 2.12 Jenis serat buatan
Sumber:http://teknologitekstil.com/wp-content/uploads/2015/09/Macam-
macam-Serat-Sintetis.bmp
a) Serat Fiberglass
Kaca serat (Bahasa Inggris: fiberglass) atau sering diterjemahkan menjadi
serat gelas adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sekitar 0,005 mm – 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun
menjadi kain, yang kemudian diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang
kuat dan tahan korosi untuk digunakan sebagai badan mobil dan bangunan kapal. Dia
juga digunakan sebagai agen penguat untuk banyak produk plastik, material komposit
yang dihasilkan dikenal sebagai plastik diperkuat-gelas (glass-reinforced plastic,
GRP) atau epoxy diperkuat glass-fiber (GRE), disebut “fiberglass” dalam
penggunaan umumnya.
Pembuat gelas dalam sejarahnya telah mencoba banyak eksperimen dengan
gelas giber, tetapi produksi masal dari fiberglass hanya dimungkinkan setelah
majunya mesin.
Pada 1893, Edward Drummond Libbey memajang sebuah pakaian di World
Columbian Exposition menggunakan glass fiber dengan diameter dan tekstur fiber
sutra. Yang sekarang ini dikenal sebagai “fiberglass”, diciptakan pada 1938 oleh
Russell Games Slayter dari Owens-Corning sebagai sebuah material yang digunakan
sebagai insulasi. Dia dipasarkan dibawah merk dagang Fiberglas (sic),
Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adalah tunggal dimana
merupakan susunan dari paling tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk
menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur bahan
penyusunnya. Dalam prakteknya komposit terdiri dari suatu bahan utama (matrik –
matrix) dan suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan untuk
meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya dalam bentuk
serat (fibre, fiber).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Gambar 2.13 Serat Kaca
2.1.11 Matrik
Matrik dalam komposit berfungsi sebagai bahan mengikat serat menjadi
sebuah unit struktur, melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau
memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik, sehingga
matrik dan serat saling berhubungan.
Pembuatan komposit serat membutuhkan ikatan permukaan yang kuat antara
serat dan matrik. Selain itu matrik juga harus mempunyai kecocokan secara kimia
agar reaksi yang tidak diinginkan tidak terjadi pada permukaan kontak antara
keduanya. Untuk memilih matrik harus diperhatikan sifat-sifatnya antara lain seperti
tahan terhadap panas, tahan cuaca yang buruk dan tahan terhadap goncangan yang
biasanya menjadi pertimbangan dalam pemilihan material matrik.
Bahan Polimer yang sering digunakan sebagai material matrik dalam
komposit ada dua macam yaitu thermoplastik dan termoset. Thermoplastik dan
thermoset ada banyak macam jenisnya yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
1. Thermoplastik
Polyamide (PI),
Polysulfone (PS),
Poluetheretherketone (PEEK),
Polyhenylene Sulfide (PPS),
Polypropylene (PP),
Polyethylene (PE) dll.
2. Thermosetting
Epoksi,
Polyester.
Phenolic,
Plenol,
Resin Amino,
Resin Furan dll.
a. Sistem Matriks
Apapun sistem matriks yang digunakan dalam bahan komposit akan
memerlukan sifat-sifat berikut :
1. Sifat-sifat mekanis yang bagus.
2. Sifat-sifat daya rekat yang bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3. Sifat-sifat ketangguhan yang bagus.
4. Ketahanan terhadap degradasi lingkungan bagus.
1) Sifat-sifat mekanis yang bagus
Gambar 2.14 dibawah memperlihatkan kurva tegangan/regangan untuk suatu
sistem matriks ideal. Kurva untuk matriks menunjukkan kekuatan puncak tinggi,
kekakuan tinggi (ditunjukkan dengan kemiringan awal) dan regangan tinggi terhadap
kegagalan. Hal ini berarti bahwa matriks pada awalnya kaku tetapi pada waktu yang
sama tidak akan mengalami kegagalan getas.
Gambar 2.14. Kurva Tegangan/Regangan Sistem Matriks Ideal.
Sumber:http://material-teknik.blogspot.co.id/2010/02/defenisi-komposit.html
Matriks harus mampu berubah panjang paling tidak sama dengan serat.
Gambar 2.15 memberikan regangan terhadap kegagalan yang dimiliki untuk serat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kaca-E, serat kaca-S, serat aramid, dan serat karbon berkekuatan tinggi (yaitu bukan
dalam bentuk komposit). Disini terlihat, sebagai contoh, serat kaca-S dengan
perpanjangan 5,3%, akan membutuhkan matriks dengan perpanjangan paling tidak
sama dengan nilai tersebut untuk mencapai sifat tarik yang maksimum.
Gambar 2.15 Kurva Tegangan/Regangan Terhadap Kegagalan Serat.
Sumber:http://material-teknik.blogspot.co.id/2010/02/defenisi-komposit.html
2) Sifat-sifat daya rekat yang bagus.
Daya rekat yang tinggi antara matriks dan serat penguat diperlukan untuk
apapun jenis sistem matriks. Hal ini akan menjamin bahwa beban dipindahkan secara
efisiensi dan akan menjaga pecahnya atau lepasnya ikatan serat dan matriks ketika
ditegangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3) Sifat-sifat ketangguhan yang bagus.
Ketangguhan adalah suatu ukuran dari ketahanan bahan terhadap propaganda
retak, tetapi dalam komposit hal ini akan susah untuk diukur secara akurat.
Bagaimanapun juga, kurva tegangan dan regangan yang dimiliki sistem matriks
menyediakan beberapa indikasi ketangguhan bahan. Sistem matriks dengan regangan
terhadap kegagalan yang rendah akan cenderung menciptakan komposit yang getas,
dimana retak dapat mudah terjadi.
4) Ketahanan terhadap degradasi lingkungan bagus.
Ketahanan terhadap lingkungan, air dan substansi agresif lain yang bagus,
bersama-sama dengan kemampuan untuk bertahan terhadap siklus tegangan konstan,
adalah sifat yang paling esensi untuk apapun jenis sistem matriks.
2.1.12 Jenis-jenis Polimer/Resin
Resin adalah senyawa polymer rantai karbon. Polymer berasal dari kata –poly
(banyak) dan –mer (ikatan). Senyawa polymer rantai karbon dapat didefinisikan
sebagai senyawa yang mempunyai banyak ikatan rantai karbon.
Resin merupakan bahan pembuat Fiberglass yang berujud cairan kental seperti
lem, berkelir hitam atau bening. Berfungsi untuk mengeraskan semua bahan yang
akan dicampur. Resin biasanya digunakan sebagai bahan dasar dalam membuat
kerajinan, gantungan, maupun action figure.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Tabel 2.3 Kekuatan tarik, tekan dan lentur bahan polimer.
Kekuatan Tarik
(kgf/mm2)
Perpanjangan
(%)
Modulus Elastisitas
(kgf/mm2 x 102)
Kekuatan Tekan
(kgf/mm2)
Kekuatan Lentur
(kgf/mm2)
Resin Termoset
Resin Fenol (Bakelin) : Tanpa pengisi 4,9 - 5,6 1,0 - 1,5 5,2 - 7 7 - 21 8,4 - 10,5
Dengan bubuk kayu 4,5 -7 0,4 - 0,5 5,6 - 12 15,4 - 25,2 5,9 - 8,4
Dengan asbes 3,8 - 5,2 0,18 - 0,50 7 - 21 14 -24 5,6 - 9,8
Dengan serat gelas 3,6 - 7 0,2 23 - 1 12 -24 7 - 42
Resin melamin : Dengan pengisi - - - - -
Dengan selulosa 4,9 – 9,1 0,6 – 1,0 8,4 – 9,8 17,5 – 30,1 7 – 11,2
Resin urea :
Dengan selulosa 4,2 – 9,1 0,4 – 1,0 7 – 10,5 17,5 - 31 7 -11,2
Resin poliester :
Dengan pengisi
(coran kaku) 4,2 – 9,1 < 5 2,1 – 4,2 9,1 – 25 5,9 – 16,1
Dengan serat gelas 17,5 – 2,1 0,5 – 5,0 5,6 – 14 10,5 – 21 7 - 28
Dengan serat sintetik 3,1 – 4,2 - - 14 - 26 7 – 8,4
Resin Epoksi : Dengan pengisi (coran) 2,8 – 9,1 3 – 6 2,4 10,5 – 17,5 9,3 – 13,3
Dengan serat gelas 9,8 – 2,1 4 2,1 21 - 26 14 - 21
Resin Silikon :
Dengan serat gelas 2,8 – 3,5 - - 7 – 10,5 7 – 9,8
Resin Termoplastik Stiren :
G.P. 4,5 – 6,3 1,0 – 2,5 2,8 – 3,5 8 – 11,2 6,9 – 9,8
Dikopolimerkan dengan akrilonitril 6,6 – 8,4 1,5 - 3,5 2,8 – 3,9 9,8 – 11,9 9,8 – 13,3
Resin ABS 1,6 – 6,3 10 - 140 0,7 – 2,8 1,7 – 7,7 2,5 – 9,4
Nilon :
Nilon 6 7,1 – 8,4 25 - 320 1,0 – 2,6 4,6 – 8,5 5,6 – 11,2
Nilon 66 4,9 - 8,4 25 - 200 1,8 – 2,8 5 – 9,1 5,6 – 9,6
Polietilen :
Masa jenis tinggi 2,1 – 3,8 15 - 100 0,4 – 1 2,2 0,7
Masa jenis rendah 0,7 – 1,4 90 - 650 0,14 – 0,24 - -
Polietilen :
- 3,3 – 4,2 200 - 700 1,1 – 1,4 4,2 – 5,6 4,2 – 5,6
Resin PVC :
Kaku 3,5 – 6,3 2 - 40 2,4 – 4,2 5,6 – 9,1 7 – 11,2
Dengan plastis 0,7 – 1,4 200 - 400 - 0,7 – 1,2 -
Poliasetal :
(Delrin) 6,1 - 7 15 – 40 ext. 75 2,4 – 2,8 12,6 8,4 – 9,8
Polikarbonat :
- 5,6 – 6,6 60 - 100 22 7,7 7,7 – 9,1
Politetrafluoroetilen :
(Teflon) 1,4 – 3,1 200 - 400 0,4 1,19 Baja Lunak
Untuk kontruksi
0,1 - 0,2% C 38 30 300 38
Sumber: Ir. Tata Surdia MS. Met. E , Prof. Dr. Shiroku Saito, 2005, Pengetahuan
Bahan Teknik, PT.Pradnya Paramita, Hal 184.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2.1.12.1 Resin Termoset
Ada resin fenol, resin urea dan resin melamin yang dihasilkan dari kondensasi
formalin pada pemanasan dan resin epoksi dihasilkan dari polimerisasi adisi pada
pemanasan dengan adanya katalis amino. Dalam setiap hal resin yang dipanas
awetkan mempunyai ikatan dengan struktur jaringan, sukar larut dalam pelarut dan
tak dapat dilelehkan oleh panas. Bahan ini terutama digunakan untuk bahan-bahan
teknik seperti komponen listrik dan mekanik, pelapis hiasan.
2.1.12.2 Resin Fenol
Fenol-fenol seperti, kresol, ksilenol, dsb, dikondensasikan denga formadehida
untuk menghasilkan resin termoset. Seperti yang ditunjukkan pada Gb.2.16 bila suatu
asam digunakan sebagai katalis pada reaksi fenol dan formaldehida, akan dihasilkan
suatu novolak termoplastik yang larut dalam alkohol dan aseton. Bahan ini
direaksikan dengan pengeras, heksametilentetramin, untuk membuat resin yang tak
larut dan tak dapat dilelehkan. Ini disebut cara kering atau proses dua tahap. Dilain
pihak dengan katalis basa dihasilkan suatu bahan seperti sirop yang disebut resol,
yang tergolong resin yang tak larut dan tak dapat dilelehkan. Ini disebut cara basah
atau proses satu tahap.
1) Pencetakan
Dibawah ini diberikan contoh proses dua tahap. Novola dicampurkan dengan
heksametilentetramin 10-15%, terhadap 50 bagian campuran ini ditambah 50 bagian
bubuk kayu, 0,5-1,2% bagian magnesia dan pelarut maupun zat pewarna, dicampur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dengan baik dan dirol panas pada 120-1300
C kemudian dihancurkan untuk membuat
bubuk cetakan. Rol yang dipanaskan sebagian besar akan memberikan pengaruh pada
sifat-sifat produknya. Dilain pihak, resol digunakan dalam bentuk larutan alkohol 30-
50% (pernis), sedangkan untuk barang cetakan, bubuk kayu secukupnya dijenuhkan
dalam pernis (kira-kira 50%), dikeringkan dan dibubukkan untuk sebagai bahan
mentah. Diperlukan waktu dan energi untuk pengeringan karena itu dalam banyak hal
ini dilakukan menurut proses dua tahap.
Gambar 2.16 Reaksi Resin Fenol.
Sumber: Ir. Tata Surdia MS. Met. E , Prof. Dr. Shiroku Saito, 2005, Pengetahuan
Bahan Teknik, PT.Pradnya Paramita, Hal 253.
2.1.12.3 Resin urea-formaldehid (Resin Urea)
Ini adalah resin termoset yang didapat lewat reaksi urea dan formalin, dimana
urea dan formaldehid (37% formalin) bereaksi dalam alkalin netral dan lunak. Untuk
resin cetakan, ditambah 97-160 g formalin 37% (1,2-2,0 mol sebagai formaldehid
pada 60 g (1 mol) urea, dan pH diatur sampai 7-8,5 dengan air amonia, larutan
natrium hidroksida dalam air, trietanolamin, dsb, dan biarkan bereaksi berturut-turut
untuk 2-3 jam pada 400 C atau 1,0-1,5 jam pada 70
0 C. Larutkan kondensat awal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
didapat dalam heksametilentetramin 1-8% (heksamin), dan tambahkan 29-48 g
puip/bubur selulosa dan campurkan secukupnya untuk kira-kira 1 jam. Semakin
sedikit pulp yang terdapat sebagai pengisi, semakin transparan produk yang didapat,
tetapi kurang kekuatannya, menyusut lebih banyak dan lebih mudah retak. Resin
campuran ini dikeringkan untuk 2-3 jam mulai 600 C sampai 90-95
0 C, didehidrasi
dan dikondensasi. Bahan yang kering kemudian dibubukan untuk 20-48 jam, lalu
ditambahkan bahan pewarna, pemlastis, pengeras (asam oksolat, asam ftalat,
amonium ftalat dan garam-garam lain). Disamping itu, bahan digunakan sebagai
perekat, cat, pengubah kertas dan serat.
Resin urea sendiri lebih jelek dari pada resin fenol, resin melamin, dsb, dalam
hal ketahanan air, kestabilan dimensi dan ketahanan terhadap penuaan, karena itu
beberapa bahan lain ditambahkan atau diproses menjadi kopolimer dengan fenol,
melamin, dsb, untuk memperbaiki sifat-sifat tersebut diatas.
1) Pencetakan
Proses yang dipakai yaitu pencetakan tekan, pengalihan dan injeksi. Dalam
pencetakan tekan, bahan diproses pada temperatur cetakan 130-1500
C, tekanan 150-
300 kg/cm2, selama 30-40 detik/1 mm ketebalan dari benda cetakan.
2.1.12.4 Resin Melamin
Bahan ini lebih unggul dalam berbagai sifat dari pada resin urea.
1) Cara produksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Karena melamin mempunyai 3 gugus amino, maka 6 mol formaldehid dapat
bereaksi dengan 1 mol melamin, tetapi ada umumnya 3-5 mol formaldehid digunakan
untuk membuat resin. Bahan bereaksi secara termal dengan katalis. Untuk membuat
bahan cetakan, 6 g (1 mol) melamin direaksikan dengan 243 g formalin 37% (3 mol
sebagai formaldehid) diatur sampai pH 8-9 dengan larutan natrium karbonat dalam
air. Setelah 60-90 menit bahan dipindahkan ke alat penekan, dicampur dengan 55-85
g pulp untuk sekitar 1 jam, dikeringkan 80-1100 C dan dibubukkan. Pembubukan
dihentikan setelah 10-15 jam. Karena bahan cetakan mengandung 60-70% resin,
ditambahkan pulp 30-40%, pengeras 0,05-1% (bahan asam lemah seperti
ftalatanhidrid atau garamnya) dan 0,5-2% bahan pewarna. Berbagai bahan dapat
dibuat dengan kondensasi yang sesuai untuk memenuhi kegunaan yang bersangkutan,
seperti perekat, lapisan hiasan,lembaran yang dilaminasi, cat, kertas dan serat.
2) Pencetakan
Seperti halnya resin urea, dilakukan pencetakan: tekanan, pengalihan, dan
injeksi. Suhu pencetakan 10-200 C lebih tinggi dari pada resin urea. Sebagai kondisi
pencetakan standar digunakan temperatur pencetakan 150-1700 C, tekanan
pencetakan 150-250 kgf/cm2, waktu pencetakan 1 menit pada 160
0 C atau 40 detik
pada 1700 C per 1 mm tebal bahan. Dalam produksi alat-alat makan, pengerjaan yang
kurang sesuai menghasilkan formalin sisa yang menggangu dan merusak kemampuan
penggunaan, karena itu pada umumnya barang cetakan dibiarkan dalam termostat
pada 80-1200 C selama 30-60 menit agar pemantapan dapat berlangsung secukupnya
(pemanggangan akhir). Proses yang cocok digunakan untuk pencetakan pelapis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
hiasan dan lembaran-lembaran yang dilapisi, perekat, pengecatan, pelapisan resin
pada serat dan kertas.
2.1.12.5 Resin Epoksi
Resin ini mempunyai kegunaan yang luas dalam industri teknik kimia, listrik,
mekanik dan sipil sebagai perekat, cat lapisan, pencetakan cor dan benda-benda
cetakan.
1) Produksi
Pada saat ini produknya adalah kebanyakan merupakan kondensat dari
bisfenol A (4-4’ dihidroksidifenil 2,2-propanon) dan epiklorhidrin.
Bisfenol A diganti dengan novolak, atau senyawa tak jenuh, siklopentadien,
dsb. Resin epoksi bereaksi dengan pengeras dan menjadi unggul dalam kekuatan
mekanik dan ketahanan kimia. Sifatnya bervariasi bergantung pada jenis, kondisi dan
pencampuran dengan pengerasnya. Banyaknya campuran dihitung dari ekivalen
epoksi (banyaknya resin yang mengandung 1 mol gugus epoksi dalam gram).
2) Resin bisfenol A
Kelekatannya terhadap bahan lain baik sekali. Bahan ini banyak digunakan
dalam cat untuk logam, perekat, pelapis dengan serat glass, dsb. Pada pengawetan
tidak dihasilkan produ tambahan seperti air, dan penyusutan volume kurang.
Kestabilan dimensinya baik sangat tahan terhadap zat kimia dan stabil terhadap
banyak asam kecuali asam pengaksid yang kuat dan asam alifatik rendah, alkali dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
garam. Karena takdiserang oleh hampir semua pelarut bahan ini baik digunakan
sebagai bahan yang non-korosif.
3) Resin sikloalifatik
Bahan ini viskositasnya rendah dan ekivalensi epoksinya kecil. Bahan
berguna sebagai pengencer bisfenol karena mudah penaganannya, karena kaku dan
rapuh terutama digunakan untuk alat isolasi listrik yang diperkuat dengan serat glass,
untuk ketahanan busur dan sifat anti alurnya baik.
Gambar 2.17 Reaksi Resin Epoksi.
Sumber: Ir. Tata Surdia MS. Met. E , Prof. Dr. Shiroku Saito, 2005, Pengetahuan
Bahan Teknik, PT.Pradnya Paramita, Hal 259.
2.1.12.6 Resin Poliuretan
Poliuretan terutama dihasilkan oleh reaksi diisosianat dan senyawa
polihidroksi (disebut poliol karena mempunyai lebih dari dua guus-OH akhir). Resin
ini kuat, baik dalam ketahanan abrasi, ketahanan minyak dan ktahanan pelarut, maka
digunakan untuk plastik busa, bahan elastis, cat, perekat, serat elastis dan kulit
sintetik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2.1.12.7 Resin Poliester Tak Jenuh
Dalam banyak hal ini disebut poliester saja karena berupa resin cair dengan
viskositas yang relatif rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis
tanpa menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak resin termoset lainya
maka tidak perlu diberi tekanan untuk pencetakan. Berdasarkan karakteristik ini
bahan dikembangkan secara luas sebagai plastik penguat dengan mengunakan serat
glass.
1) Produksi
Seperti dinyatakan pada Tabel 2.4 suatu asam dibasa (B) bereaksi secara
kondensasi dengan alkohol dihidrat (A) untuk mendapatkan poliester. Karena asam
tak jenuh digunakan dengan berbagai cara sebagai dari asam dibasa yang
menyebabkan terdapat ikatan tak jenuh dalam rantai utama dari polimer yang
dihasilkan maka disebut poliester tak jenuh. Kemudian monometer vinil seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 2.5 dicampur bereaksi dengan gugus tak jenuh pada saat
pencetakan untuk mengeset. Sebagai contoh standar digunakan 1 mol (98 g)
anhidrida maleat, 1 mol (148 g) anhidrid, 1 mol (62 g) etilen glikol dan 1 mol (76 g)
propilen glikol. Sebagai monomor pengikat silang untuk poliester stiren bersifat
unggul dalam keaktifannya dan lebih murah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 2.4 (A) Alkohol dihidrat dipakai untuk resin polyester.
Sumber: Ir. Tata Surdia MS. Met. E , Prof. Dr. Shiroku Saito, 2005, Pengetahuan
Bahan Teknik, PT.Pradnya Paramita, Hal 257.
Tabel 2.4 (B) Asam dibasa vinil dipergunakan untuk resin polyester.
Sumber: Ir. Tata Surdia MS. Met. E , Prof. Dr. Shiroku Saito, 2005, Pengetahuan
Bahan Teknik, PT.Pradnya Paramita, Hal 257.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 2.5 Monomor vinil dipergunakan untuk resin polyester.
Sumber: Ir. Tata Surdia MS. Met. E , Prof. Dr. Shiroku Saito, 2005, Pengetahuan
Bahan Teknik, PT.Pradnya Paramita, Hal 258.
2) Resin Yukalac 235
Yukalac 235 Series adalah tipe resin umum orthophtalic yang cepat kering,
thixotropic, pre-accelerated dan non-wax, sangat cocok untuk membuat produk FRP
dengan proses hand lay up dan spray up molding. Tipe ini sangat umum digunakan
sebagai material struktur dalam pembuatan kapal pesiar, kapal memancing, barang
saniter, bath tub, bahan bangunan dan produk FRP lainnya. Tipe ini adalah tipe yang
khusus dikembangkan untuk aplikasi hand lay up dan spray up molding pada cuaca
panas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Gambar 2.18 Resin Yukalac 235
Sumber:http://google.com
2.1.13 Katalis
Katalis berbentuk cairan jernih dengan bau menyengat. Fungsinya sebagai
katalisator agar resin lebih cepat mengeras. Penambahan katalis ini cukup sedikit saja
tergantung pada jenis resin yang digunakan. Selain itu umur resin juga mempengaruhi
jumlah katalis yang digunakan. Artinya resin yang sudah lama dan mengental akan
membutuhkan katalis lebih sedikit bila dibandingkan dengan resin baru yang masih
encer.
2.2 Tinjauan Pustaka
Petrus Dodo Anggriawan (2013) telah melakukan penelitian tentang pengujian
unjuk kerja kincir angin propeler tiga sudu dari bahan triplek dan anyaman bambu
berdiameter 80 cm. Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan membandingkan
koefisien daya diantara dua model kincir permukaan halus dan kincir permukaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kasar (dilapisi anyaman bambu). Kincir angin menggunakan model kincir angin
horizontal tipe propeler dengan tiga sudu.
Kincir ini memiliki diameter 80 cm dengan luas penampang sudu 0,50 m2 dan
berat 420 gram. Kincir angin menggunakan variasi kemringan sudu 100 dan 15
0.
Untuk mengukur dan mengetahui torsi, daya kincir, koefisien daya dan tips speed
ratio pada kincir, poros kincir dihubungkan ke mekanisme pengereman yang
berfungsi sebagai variasi beban pada kincir. Besarnya beban pengereman pada kincir
diukur dengan neraca pegas, putaran pada kincir diukur menggunakan takometer dan
kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer.
Hasil kincir menunjukkan bahwa dengan kemiringan sudu 100 didapatkan
kincir angin permukaan halus dapat menghasilkan daya lebih besar dari pada kincir
permukaan kasar yaitu sebesar 15,2 watt, dengan beban torsi 0,40 Nm dan CP 8,6 % .
Sedangkan pada kemiringan sudu 150 didapat kincir angin permukaan kasar dapat
menghasilkan daya lebih besar dari pada kincir permukaan halus yaitu sebesar 14
watt, dengan beban torsi 0,40 Nm dan CP 8,2 %.
Heryanto, Valentinus Kelvin (2014) telah melakukan penelitian tentang
pengujian unjuk kerja kincir angin poros horisontal 4 sudu berbahan pipa PVC 8”
dengan variasi kemiringan sudu. Kebutuhan energi merupakan salah satu hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena mempunyai peranan yang
penting untuk memenuhi semua kebutuhan manusia baik dari segi ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Pemanfaatan energi terbarukan saat ini sangat dibutuhkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
produksi bahan bakar minyak yang semakin terbatas. Keterbatasan produksi bahan
bakar minyak menjadikan harga bahan bakar naik. Upaya-upaya pencarian sumber
energi alternatif selain fosil, membuat para peneliti untuk mencari energi lain yang
kita kenal sekarang dengan istilah energi terbarukan. Salah satu energi terbarukan
yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah pemanfaatan energi angin. Salah satu
alat yang bisa memanfaatkan energi angin adalah kincir angin. Karakteristik desain
kincir angin menjadi salah satu syarat mekanisme yang harus diperhatikan.Penelitian
ini juga memacu pengembangan pembuatan kincir angin dengan bahanmaterial yang
murah, kuat, sederhana, dan terjangkau masyarakat luas.
Model kincir angin yang digunakan adalah kincir angin poros horisontal
menggunakan bahan pipa PVC (polyvinil chloride) 8” dengan jumlah sudu 4 buah
yang mempunyai diameter 1100 mm. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
sebuah terowongan angin di Laboratorium Konversi Energi Universitas Sanata
Dharma. Variasi yang diambil adalah variasi kemiringan sudu kincir angin. Data yang
diambil pada saat penelitian adalah kecepatan angin, kecepatan putaran poros kincir
angin, dan gaya pengimbang torsi.
Hasil penelitian kincir angin dengan variasi kemiringan sudu 28,7°
menghasilkan koefisien daya maksimal sebesar 11,27% pada tip speed ratio 3,03.
Hasil penelitian kincir angin dengan variasi kemiringan sudu 34° menghasilkan
koefisien daya maksimal sebesar 34,91 % pada tip speed ratio 4,38. Hasil penelitian
kincir angin dengan variasi kemiringan sudu 39,8°. Menghasilkan koefisien daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
maksimal sebesar 23,57% pada tip speed ratio 3,64.
Dari ketiga variasi kemiringan sudu yang digunakan pada penelitian kincir
angin, koefisien daya maksimal dihasilkan pada kemiringan sudu 34° sebesar 34,91
% pada tip speed ratio 4,38. Kemiringan sudu kincir angin yang terbaik adalah sudu
kincir angindengan sudut 34°.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Penelitian
Langkah kerja dalam penelitian ini meliputi perencanaan kincir hingga
analisis data. Langkah kerja dalam penelitian ini dalam bentuk gambar diagram
alir seperti yang di tunjukan dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram alir metode penelitian kincir angin.
Mulai
Perancangan kincir angin poros horizontal empat sudu
Pembuatan cetakan kincir angin menggunakan pralon
Pembuatan kincir angin berbahan dasar komposit
Pengambilan data, untuk mengetahui kecepatan putaran kincir,
kecepatan angin, dan beban pengereman pada kincir angin
Pengolahan data untuk mencari koefisien daya dan tip speed ratio.
Membandingan koefisien daya maksimal dan tip speed ratio pada masing –
masing variasi kincir angin
Analisa serta pembahasan data dan pembuatan laporan
Selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Ada tiga jenis perlakuan metode untuk melakukan penelitian ini, yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca literatur –literatur
yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini serta dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
2. Pembuatan Alat
Pembuatan alat uji kincir angin tipe ini dilakukan di Laboratorium
Konversi Energi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kincir yang sudah jadi
dipasang dan motor listrik sebagai sumber tenaga untuk menghasilkan tenaga
angin untuk memutar kincir.
3. Pengamatan Secara Langsung (Observasi)
Metode observasi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung
terhadap objek yang diteliti yaitu kincir angin zumbu horizontal pada wind
tunnel.
3.2 Alat dan Bahan
Model kincir angin horizontal ini d ib u a t dengan bahan dasar komposit
serat esglas dengan 5 lapisan yang di susun secara teratur dan cara pembuatannya
memerlukan cetakan yang sudah dibuat menggunakan bahan pralon dan dengan
diameter kincir 100 cm.
1. Sudu kincir angin.
Ukuran panjang sudu kincir menentukan daerah sapuan angin yang
menerima energi angin sehingga dapat membuat dudukan sudu atau turbin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
berputar. Semua sudu memiliki bentuk dan ukuran yang sama, sudu kincir angin
yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Blade / Sudu.
2. Dudukan Sudu.
Dudukan sudu yang merupakan bagian komponen yang berfungsi untuk
pemasangan sudu dan juga untuk mengatur kemiringan sudu. Dudukan sudu
ini memiliki dua belas buah lubang untuk pemasangan sudu,untuk mengatur sudu
kemiringan cukup memutar kemiringan plat dudukan sudu. Posisi plat dudukan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.
Gambar 3.3 Dudukan Sudu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3. Fan blower.
Fan blower berfungsi untuk menghisap udara memutar kincir angin, fan
blower dengan power sebesar 15 Hp.
Gambar 3.4 Fan Blower
4. Tachometer.
Tachometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
putaran poros kincir yang dinyatakan dalam satuan rpm (rotation per minute).
Jenis tachometer yang digunakan adalah digital light tachometer, cara kerjanya
cukup sederhana meliputi 3 bagian, yaitu: Sensor, pengolah data dan penampil.
Gambar 3.5 Tachometer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
5. Timbangan Digital.
Timbangan Digital digunakan untuk mengetahui beban generator pada
saat kincir angin berputar. Timbangan Digital ini diletakan pada bagian lengan
generator.
Gambar 3.6 Timbangan Digital.
6. Anemometer.
Anemometer berfungsi untuk mengukur atau menentukan kecepatan
angin. Selain mengukur kecepatan angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya
tekanan angin, cuaca, dan tinggi gelombang laut.
Gambar 3.7 Anemometer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
7. Voltmeter.
Voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan yang dihasilkan kincir
angin oleh setiap variasinya.
Gambar 3.8 Voltmeter.
8. Amperemeter.
Ampermeter digunakan untuk mengukur arus yang dihasilkan oleh Kincir
Angin dengan setiap variasinya.
Gambar 3.9 Amperemeter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
9. Pembebanan.
Pembebanan yang dilakukan dengan menggunakan lampu bermaksud
untuk mengetahui performa kincir angin. Variasi voltase lampu yang diberikan
bermaksud supaya data yang dihasilkan lebih bervariasi. Lampu yang digunakan
adalah lampu 40 Watt sebanyak 8 buah, lampu 60 Watt sebanyak 4 buah, lampu 75
Watt sebanyak 3 buah dan lampu 100 Watt sebanyak 8 buah.
Gambar 3.10 Skema Pembebanan Lampu.
3.3 Desain Kincir
Desain kincir angin yang dibuat seperti yang ditunjukan pada Gambar
3.10. Gambar tersebut menunjukan bahwa kincir angin yang dibuat panjang
diameternya berukuran 100 cm dengan lebar maksimum sudu 13 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar 3.11 Desain kincir.
3.4 Pembuatan Sudu / Blade Kincir Angin
3.4.1 Alat dan Bahan
Pembuatan sebuah sudu / blade merupakan proses yang dilakukan secara
bertahap serta membutuhkan alat dan bahan, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel
3.1
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Pembuatan Sudu.
ALAT BAHAN
Mesin Bor Pipa 8 Inchi
Mesin Gerinda Tangan Katalis
Ampelas Resin
Timbangan Serat gelas
Kertas Karton Aluminium foil
Kuas Plat Aluminium
Gergaji Besi
Gunting
Gelas Ukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3.4.2 Proses Pembuatan Sudu / Blade
Dalam proses pembuatan sudu / blade dilakukan dengan beberapa tahapan.
tahapan – tahapan pembuatan sudu seperti berikut:
A. Pembuatan Cetakan Pipa:
1. Memotong pipa 8 inchi dengan panjang 45 cm.
Pipa 8 inchi berfungsi sebagai mal / cetakan dari proses pembuatan sudu
blade kincir angin yang mana bahan yang digunakan adalah komposit. Proses
memotong menggunakan gerinda dengan panjang pipa yang diinginkan adalah 45
cm. Setelah pipa dipotong, kemudian pipa di belah dua. Hal ini bertujuan pada
saat pembentukan pipa dengan mal kertas agar lebih mudah dilakukan dan Pipa
yang digunakan adalah Pipa Wavin D 8 inchi.
2. Membentuk Mal / cetakan kertas.
Mal atau cetakan kertas mempermudah pembentukan pipa menjadi sebuah
sudu / balde. Mal ditempelkan pada pipa kemudian pipa ditandai sesuai dengan
mal menggunakan spidol.
Gambar 3.12 Mal / Cetakan Kertas.
3. Membentuk pipa dengan mal kertas.
Pipa yang telah ditandai oleh mal ketas, kemudian dipotong menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
gerinda. Proses pembentukan ini dilakukan secara bertahap, pemotongan di mulai
dari garis mal yang mudah dipotong.
Gambar 3.13 Pembentukan sudu pada pipa.
4. Menghaluskan pipa.
Setelah pipa yang telah dibentuk sesuai dengan bentuk dari mal kertas,
kemudian pinggiran pipa dihaluskan. Hal ini bertujuan untuk mencapai sebuah
presisi ukuran dan estetika dari pipa.
Gambar 3.14 Bentu cetakan sudu kincir angin.
B. Pembuatan sudu / blade ( komposit ):
1. Pelapisan cetakan pipa.
Setelah cetakan dari pipa telah siap, kemudian dilanjutkan pada tahap dua
yaitu pembuatan sudu/blade. Sebelum perpaduan dari resin dan katalis dioleskan
dipermukaan cetakan. Mal pipa dilapisi dengan alumunium foil. Hal ini bertujuan
agar cetakan dengan sudu yang telah jadi tidak menempel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 3.15 Pelapisan Mal.
2. Pencampuran Resin dan Katalis.
Pencampuran resin dan katalis dilkakukan didalam wadah/gelas. Katalis
berfungsi untuk mengeraskan campuran dan resin adalah bahan yang dikeraskan.
3.16 Resin dan Katalis.
3. Pembuatan Sudu / Blade.
Dalam membuat sebuah sudu dengan bahan komposit yang terdiri dari
Resin, Katalis dan Serat Glass. Proses pembuatan sudu / blade dilakukan secara
berulang dan cepat. Karena saya mengharapkan sebuah sudu yang jadi nantinya
terdiri dari lima lapis serat glass. Di antara lapisan kedua dan ketiga serat glass
diberikan sebuah plat alumunium pada pangkal sudu yang berukuran 2,5 cm x 6
cm. Pemberian sebuah plat pada lapisan serat glass bertujuan untuk menambah
ketahanan pangkal sudu terhadap gaya tekan yang diberikan oleh baut. Langkah –
langkah pembuatan sudu sebagai berikut:
a. Mengoleskan campuran resin dan katalis pada permukaan pipa yang
telah dilapisi alumunium foil menggunakan kuas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 3.17 Pengolesan resin dan katalis ke cetakan
b. Menempelkan lapisan pertama serat glass pada cetakan yang telah
dioleskan campuran resin dan katalis.
Gambar 3.18 Peletakan serat glass pada cetakaan sudu
c. Mengoleskan campuran resin dan katalis pada lapisan serat glass
pertama.
d. Menempelkan lapisan kedua serat glass kedua.
e. Mengoleskan campuran resin dan katalis pada lapisan serat gelas
kedua.
f. Menempelkan plat alumuium diantara lapisan kedua dan ketiga Serat
glass.
Gambar 3.19 Peletakan plat pada ujung sudu kincir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
g. Menempelkan lapisan ketiga serat glass.
h. Mengoleskan campuran resin dan katalis pada lapisan ketiga serat
glass.
i. Menempelkan lapisan keempat serat glass.
j. Mengoleskan campuran resin dan katalis pada lapisan keempat serat
glass
k. Menempelkan lapisan kelima serat glass.
l. Mengoleskan campuran resin dan katalis pada lapisan kelima serat
glass.
4. Pengeringan sudu / Blade
Setelah proses pembuatan sudu selesai dilakukan, kemudian sudu / blade
dikeringkan dengan cara dijemur dibawah matahari. Proses pengeringan yang
dilkukan dibawah matahari memerlukan waktu 2 -3 hari.
5. Finishing sudu / blade.
Proses finishing sudu / blade meliputi: Pemotongan, Penghalusan,
Pengurangan berat sudu / blade. Pengurangan berat sudu yang dimaksud adalah
menyamakan berat sudu menjadi 215 gram menggunakan timbangan duduk
digital.
6. Pembuatan Lubang Baut.
Pembuatan Lubang pada sudu dilakukan menggunakan bor dengan
diameter lubang baut 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
3.5 Langkah Penelitian
Langkah yang dilakukan sebelum pengambilan data penelitian adalah
pemaasangan kincir angin di depan fan blower, pemasangan komponen poros
penghubung kincir angin dengan sistem pembebanan lampu yang berada di
bagian belakang kincir Angin. Proses pengambilan data Kecepatan Angin, Putaran
Poros (rpm), tegangan, arus listrik dan pembebanan kincir angin ada beberapa hal
yang perlu dilakukan yaitu:
1) Poros kincir di hubungkan dengan mekanisme pembebanan lampu.
2) Memasang Blade / Sudu pada dudukan sudu.
3) Memasang anemometer pada tiang di depan kincir angin untuk
mengukur kecepatan angin.
4) Memasang timbangan digital pada lengan generator.
5) Memasang generator pada poros kincir angin.
6) Merangkai pembebanan lampu pada generator.
7) Jika sudah siap, fan blower dihidupkan untuk memutar kinicir.
8) Percobaan pertama kincir Angin empat sudu dengan kecepatan angin
10 m/s, percobaan kedua kincir angin empat sudu dengan kecepatan 8
m/s, percobaan ketiga kincir angin empat sudu dengan kecepatan
angin 6 m/s.
9) Untuk mengatur kecepatan angin dalam terowongan angin dengan
cara memundurkan jarak gawang Kincir Angin terhadap fan blower
agar dapat menentukan variasi kecepatan angin.
10) Bila kecepatan angin dan variasi beban telah sesuai dengan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
diinginkan, maka pengukuran dapat dilakukan dengan membaca
massa pengimbang yang terukur pada timbangan digital.
11) Mengukur kecepatan angin dengan menggunakan anemometer dan
kecepatan kincir angin dengan mengunakan Tachometer.
12) Mengamati selama waktu yang telah ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengujian
Berikut ini data hasil dari penelitian kincir angin empat sudu jenis propeler
dengan tiga variasi kecepatan angin. Data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel
4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3.
Tabel 4.1 Data pengujian kincir angin empat sudu kecepatan angin 10,2 m/s
NO Hambatan
Watt
Kecepatan
Angin
Putaran
kincir
Gaya
Pengimbang Tegangan Arus
v (m/s) n (rpm) F (gram) Volt Ampere
1 0
10,2
814 100 54,60 0,00
2 60 785 130 52,80 0,11
3 120 755 170 51,80 0,23
4 180 747 200 50,30 0,35
5 220 740 220 49,10 0,43
6 260 731 240 48,40 0,49
7 300 728 260 47,80 0,59
8 340 723 280 46,90 0,64
9 380 707 300 45,90 0,73
10 420 694 310 44,80 0,80
11 460 687 330 44,00 0,87
12 500 677 340 43,80 0,95
13 560 653 370 42,30 1,04
14 660 640 410 41,50 1,21
15 760 633 450 40,80 1,37
16 860 620 480 39,50 1,49
17 960 614 510 38,60 1,68
18 1060 595 530 37,40 1,78
19 1160 580 570 36,70 1,92
20 1260 554 600 33,80 2,07
21 1360 536 640 32,60 2,16
22 1435 518 670 31,50 2,26
23 1510 489 690 30,90 2,32
24 1585 472 700 28,90 2,40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 4.2 Data pengujian kincir angin empat sudu kecepatan angin 8,2 m/s
NO Hambatan
Watt
Kecepatan
Angin
Putaran
kincir
Gaya
Pengimbang Tegangan Arus
v (m/s) n (rpm) F (gram) Volt Ampere
1 0
8,2
688 110 47,70 0,00
2 60 646 140 46,60 0,07
3 120 655 160 45,30 0,22
4 180 647 180 44,80 0,33
5 220 639 200 43,30 0,41
6 260 629 230 42,80 0,49
7 300 616 250 41,30 0,55
8 340 607 260 40,70 0,62
9 380 596 280 39,70 0,68
10 420 581 290 38,70 0,73
11 460 573 310 37,70 0,81
12 500 557 340 36,30 0,89
13 560 534 350 35,20 0,95
14 660 524 390 34,60 1,17
15 760 511 420 33,40 1,22
16 860 504 440 32,60 1,34
17 960 473 470 29,80 1,48
18 1060 449 480 28,40 1,59
19 1160 437 500 27,80 1,77
20 1260 425 530 26,70 1,88
21 1360 416 600 25,60 1,91
22 1435 402 630 24,90 2,06
23 1510 376 640 23,30 2,16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4.3 Data pengujian kincir angin empat sudu kecepatan angin 6,2 m/s
NO Hambatan
Watt
Kecepatan
Angin
Putaran
kincir
Gaya
Pengimbang Tegangan Arus
v (m/s) n (rpm) F (gram) Volt Ampere
1 0
6,2
565 120 39,80 0,00
2 60 555 140 38,70 0,09
3 120 542 170 37,20 0,20
4 180 538 190 36,30 0,30
5 220 517 210 35,40 0,37
6 260 497 230 34,60 0,44
7 300 476 240 33,80 0,49
8 340 467 250 32,60 0,56
9 380 454 260 31,10 0,61
10 420 440 290 30,30 0,70
11 460 421 300 29,40 0,75
12 500 412 320 28,70 0,80
13 560 393 350 27,20 0,88
14 660 380 370 26,70 1,02
15 760 363 390 25,10 1,13
16 860 347 420 24,70 1,28
17 960 281 440 18,40 1,32
4.2 Pengolahan Data dan Perhitungan
Pengolahan data menggunakan beberapa asumsi untuk mempermudah
dalam proses perhitungan, yaitu sebagai berikut :
a. Percepatan gravitasi bumi = 9,81 m/s2
b. Massa jenis udara = 1,18 kg/m3
4.2.1 Perhitungan Daya Angin
Sebagai contoh perhitungan diambil dari tabel pengujian 4.2 pada
pengujian kedua diperoleh kecepatan angin 8,2 m/s, massa jenis udara (ρ) = 1,18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
kg/m3
dan luas penampang (A) = 0,785 m2. Maka dapat dihitung daya angin
sebesar :
Pin = ½ ρ A V3
Pin = ½ 1,18 0,785 8.2 3
Pin = 259 watt
Jadi daya angin yang dihasilkan sebesar 259 watt.
4.2.2 Perhitungan Torsi
Sebagai contoh perhitungan diambil dari pengujian yang dilakukan besar
torsi dapat kita hitung. Diambil dari table 4.2 pada pengujian kedua. Dari data
diperoleh besaran gaya (F) = 1,37 N dan jarak lengan torsi ke poros sebesar 0,27
m.
maka torsi dapat dihitung :
T = F l
T = 1,37 0,27
T = 0,37 N.m
Jadi torsi yang dihasilkan sebesar 0,37 N.m.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4.2.3 Perhitungan Daya Kincir
Sebagai contoh perhitungan diambil dari table pengujian 4.2 pada
pengujian kedua dan pembebanan kedua diperoleh kecepatan angin 8,2 m/s,
putaran poros (n) sebesar 664 rpm, dan torsi yang telah diperhitungkan pada sub
bab 4.2.2 sebesar = 0,37 N.m. maka besarnya daya kincir dapat dihitung :
Pout = T ω
Pout = 0,37
Pout = 0,37
Pout = 25,78 watt
Jadi daya kincir yang diperoleh sebesar 25,78 watt.
4.2.4 Perhitungan Daya Listrik
Sebagai contoh perhitungan daya listrik diambil dari tabel pengujian 4.2
pada pengujian kedua. Diperoleh tegangan sebesar 46,6 volt dan Arus sebesar 0,07
ampere, maka daya listrik dapat dihitung :
Plistrik = V . I
Plistrik = 46,6 x 0,07
Plistrik = 3,3 watt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Jadi Daya listrik yang dihasilkan sebesar 3,3 watt.
4.2.5 Perhitungan Tip Speed Ratio (tsr)
Sebagai contoh perhitungan diambil dari Table 4.2 pada pengujian kedua
dan pembebanan kedua diperoleh putaran poros kincir angin sebesar 69,53 rad/s,
jari jari kincir angin sebesar (r) = 0,5 m, dan kecepatan angin sebesar 8,2 m/s.
maka tip speed ratio dapat dihitung :
=
= 4,22
Jadi tip speed ratio yang diperoleh sebesar 4,22.
4.2.6 Perhitungan Koefisien Daya (Cp)
Sebagai contoh perhitungan diambil dari perhitugan diatas yakni, daya
angin pada sub bab 4.2.1 sebesar 259 watt dan daya yang dihasilkan kan kincir
angin pada sub bab 4.2.3 sebesar 25,78 watt. Maka koefisien daya dapat dihitung :
Cp =
Cp=
100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Cp = 9,96 %
Jadi koefisien daya yang diperoleh sebesar 9,96 %
4.3 Data Hasil Perhitungan
Parameter yang telah didapat dari penelitian diolah dengan software
Microsoft Excel untuk menampilkan grafik hubungan antara putaran rotor dengan
torsi yang dihasilkan, grafik hubungan antara koefisien daya dengan tip speed
ratio, dan grafik hubungan antara daya dengan torsi yang dihasilkan untuk tiga
variasi kecepatan angin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel 4.4 Data perhitungan empat sudu propeler kecepatan angin 10,2 m/s
NO
Gaya
pengimbang
Beban
Torsi
Kecepatan
sudut
Daya
angin
Daya
output
kincir
mekanis
Tip
speed
ratio
Koefisien
daya
Mekanis
Tegangan Arus Daya
Teoritis
N N.m rad/s Pin
(watt) Pout (watt) tsr Cp % Volt Ampere Watt
1 0,98 0,26 85,24 494 22,58 4,17 4,57 54,60 0,00 0,0
2 1,28 0,34 82,21 494 28,31 4,02 5,73 52,80 0,11 5,8
3 1,67 0,45 79,06 494 35,60 3,87 7,20 51,80 0,23 11,9
4 1,96 0,53 78,23 494 41,44 3,83 8,39 50,30 0,35 17,6
5 2,16 0,58 77,49 494 45,16 3,79 9,14 49,10 0,43 21,1
6 2,35 0,64 76,55 494 48,66 3,75 9,85 48,40 0,49 23,7
7 2,55 0,69 76,24 494 52,50 3,73 10,62 47,80 0,59 28,2
8 2,75 0,74 75,71 494 56,15 3,71 11,36 46,90 0,64 30,0
9 2,94 0,79 74,04 494 58,83 3,62 11,91 45,90 0,73 33,5
10 3,04 0,82 72,68 494 59,67 3,56 12,08 44,80 0,80 35,8
11 3,24 0,87 71,94 494 62,88 3,52 12,73 44,00 0,87 38,2
12 3,34 0,90 70,90 494 63,85 3,47 12,92 43,80 0,95 41,6
13 3,63 0,98 68,38 494 67,02 3,35 13,56 42,30 1,04 43,9
14 4,02 1,09 67,02 494 72,78 3,28 14,73 41,50 1,21 50,2
15 4,41 1,19 66,29 494 79,01 3,24 15,99 40,80 1,37 55,9
16 4,71 1,27 64,93 494 82,55 3,18 16,70 39,50 1,49 58,8
17 5,00 1,35 64,30 494 86,86 3,15 17,58 38,60 1,68 64,8
18 5,20 1,40 62,31 494 87,47 3,05 17,70 37,40 1,78 66,5
19 5,59 1,51 60,74 494 91,70 2,97 18,56 36,70 1,92 70,4
20 5,89 1,59 58,01 494 92,20 2,84 18,66 33,80 2,07 70,0
21 6,28 1,70 56,13 494 95,15 2,75 19,25 32,60 2,16 70,4
22 6,57 1,77 54,24 494 96,26 2,65 19,48 31,50 2,26 71,1
23 6,77 1,83 51,21 494 93,59 2,51 18,94 30,90 2,32 71,6
24 6,87 1,85 49,43 494 91,64 2,42 18,55 28,90 2,40 69,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 4.5 Data perhitungan empat sudu propeler kecepatan angin 8,2 m/s
NO
Gaya
pengimbang
Beban
Torsi
Kecepatan
sudut
Daya
angin
Daya
output
kincir
mekanis
Tip
speed
ratio
Koefisien
daya
Mekanis
Tegangan Arus Daya
Teoritis
N N.m rad/s Pin
(watt) Pout (watt) tsr Cp % Volt Ampere Watt
1 1,08 0,29 72,05 259 20,99 4,37 8,11 47,70 0,00 0,0
2 1,37 0,37 69,53 259 25,78 4,22 9,96 46,60 0,07 3,3
3 1,57 0,42 68,59 259 29,07 4,16 11,23 45,30 0,22 10,0
4 1,77 0,48 67,75 259 32,30 4,11 12,48 44,80 0,33 14,8
5 1,96 0,53 66,92 259 35,45 4,06 13,70 43,30 0,41 17,8
6 2,26 0,61 65,87 259 40,13 4,00 15,51 42,80 0,49 21,0
7 2,45 0,66 64,51 259 42,72 3,92 16,51 41,30 0,55 22,7
8 2,55 0,69 63,56 259 43,77 3,86 16,92 40,70 0,62 25,2
9 2,75 0,74 62,41 259 46,29 3,79 17,89 39,70 0,68 27,0
10 2,84 0,77 60,84 259 46,73 3,69 18,06 38,70 0,73 28,3
11 3,04 0,82 60,00 259 49,27 3,64 19,04 37,70 0,81 30,5
12 3,34 0,9 58,33 259 52,53 3,54 20,30 36,30 0,89 32,3
13 3,43 0,93 55,92 259 51,84 3,40 20,03 35,20 0,95 33,4
14 3,83 1,03 54,87 259 56,68 3,33 21,91 34,60 1,17 40,5
15 4,12 1,11 53,51 259 59,53 3,25 23,01 33,40 1,22 40,7
16 4,32 1,17 52,78 259 61,51 3,20 23,77 32,60 1,34 43,7
17 4,61 1,24 49,53 259 61,66 3,01 23,83 29,80 1,48 44,1
18 4,71 1,27 47,02 259 59,78 2,85 23,10 28,40 1,59 45,2
19 4,91 1,32 45,76 259 60,61 2,78 23,42 27,80 1,77 49,2
20 5,20 1,4 44,51 259 62,48 2,70 24,15 26,70 1,88 50,2
21 5,89 1,59 43,56 259 69,23 2,65 26,76 25,60 1,91 48,9
22 6,18 1,67 42,10 259 70,25 2,56 27,15 24,90 2,06 51,3
23 6,28 1,70 39,37 259 66,75 2,39 25,79 23,30 2,16 50,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 4.6 Data perhitungan empat sudu propeler kecepatan angin 6,2 m/s
NO
Gaya
pengimbang
Beban
Torsi
Kecepatan
sudut
Daya
angin
Daya
output
kincir
mekanis
Tip
speed
ratio
Koefisien
daya
Mekanis
Tegangan Arus Daya
Teoritis
N N.m rad/s Pin
(watt) Pout (watt) tsr Cp % Volt Ampere Watt
1 1,18 0,32 59,17 111 18,81 4,76 16,93 39,80 0,00 0,0
2 1,37 0,37 58,12 111 21,55 4,68 19,4 38,70 0,09 3,5
3 1,67 0,45 56,76 111 25,56 4,57 23,01 37,20 0,20 7,4
4 1,86 0,50 56,34 111 28,35 4,53 25,53 36,30 0,30 10,9
5 2,06 0,56 54,14 111 30,11 4,36 27,11 35,40 0,37 13,1
6 2,26 0,61 52,05 111 31,71 4,19 28,55 34,60 0,44 15,2
7 2,35 0,64 49,85 111 31,69 4,01 28,53 33,80 0,49 16,6
8 2,45 0,66 48,90 111 32,38 3,94 29,16 32,60 0,56 18,3
9 2,55 0,69 47,54 111 32,74 3,83 29,48 31,10 0,61 26,1
10 2,84 0,77 46,08 111 35,39 3,71 31,87 30,30 0,70 21,2
11 2,94 0,79 44,09 111 35,03 3,55 31,54 29,40 0,75 22,1
12 3,14 0,85 43,14 111 36,57 3,47 32,92 28,70 0,80 23,0
13 3,43 0,93 41,15 111 38,15 3,31 34,35 27,20 0,88 23,9
14 3,63 0,98 39,79 111 39,00 3,20 35,11 26,70 1,02 27,2
15 3,83 1,03 38,01 111 39,27 3,06 35,35 25,10 1,13 28,4
16 4,12 1,11 36,34 111 40,42 2,92 36,40 24,70 1,28 31,6
17 4,32 1,17 29,43 111 34,29 2,37 30,88 18,40 1,32 24,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
4.4 Grafik Hasil Perhitungan
Pengolahan data yang dilakuakan pada Sub Bab 4.2 dan 4.3 mendapatkan
hasil grafik. Grafik – grafik hubungan tersebut yakni antara lain grafik antara daya
dan torsi, grafik hubungan antara torsi dan rpm, dan grafik hubungan antara
koefisien daya dengan tip speed ratio. Penjelasan untuk grafik hubungan diatas,
lebih lengkapnya dapat dilihat pada grafik – grafik berikut ini :
4.4.1 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin Rata – Rata 10,2 m/s
Data dari Tabel 4.4 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya
dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara putaran poros (rpm) dan
Daya (Pout). Pada Gambar 4.1 menunjukan bahwa nilai daya kincir mekanis (Pout
mekanis) puncak yang dihasilkan kincir angin dengan variasi kecepatan angin rata
– rata 10,2 m/s adalah 96,26 watt. Dan nilai daya kincir elektris (Pout elektris)
puncak yang dihasilkan kincir dengan variasi kecepatan angin rata – rata 10,2 m/s
adalah 71,7 watt.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara rpm dan daya pada variasi kecepatan angin
rata – rata 10,2 m/s.
4.4.2 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin Rata – Rata 8,2 m/s
Data dari Tabel 4.5 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya
dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara putaran poros (rpm) dan
daya kincir (Pout). Pada Gambar 4.2 menunjukan bahwa nilai daya kincir mekanis
(Pout mekanis) puncak yang dihasilkan kincir angin dengan variasi kecepatan angin
rata - rata 8,2 m/s adalah 70,25 watt pada torsi sebesar 1,70 N.m. Dan nilai daya
kincir mekanis (Pout elektris) adalah 51,3 watt.
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0
DA
YA
( W
AT
T )
RPM
Daya Mekanis
Daya Listrik
96,28 watt
71,7 watt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara rpm dan daya pada variasi kecepatan angin
rata – rata 8,2 m/s.
4.4.3 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin Rata - Rata 6,2 m/s
Data dari Tabel 4.6 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya
dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara putaran poros (rpm) dan
daya kincir (Pout). Pada Gambar 4.3 menunjukan bahwa nilai daya kincir mekanis
(Pout mekanis) puncak yang dihasilkan kincir angin dengan variasi kecepatan angin
rata - rata 6,2 m/s adalah 40,42 watt. Dan nilai daya kincir elektris ( Pout elektris )
adalah 31,6 watt.
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0
DA
YA
( W
AT
T)
RPM
Daya Mekanis
Daya Listrik
70,25 watt
51,3 watt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara rpm dan daya pada variasi kecepatan angin
rata - rata 6,2 m/s.
4.4.4 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Mekanis Untuk Tiga
Variasi Kecepatan Angin
Data dari Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 yang sudah diperoleh pada
perhitungan sebelumnya dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara
daya kincir (Pout) dan torsi. Pada Gambar 4.4 menunjukan bahwa nilai tertinggi
daya kincir mekanis (Pout mekanis) yang dihasilkan kincir angin pada kecepatan
angin rata – rata 10,2 m/s. Dapat dilihat bahwa semakin besar torsi yang
dihasilkan maka semakin besar pula daya yang dihasilkan oleh kincir. Daya
maksimal yang dicapai yaitu 96,26 watt pada torsi sebesar 1,77 N.m.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0
DA
YA
( W
AT
T )
RPM
Daya Mekanis
Daya Listik
40,42 watt
31,6 watt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar 4.4 Grafik hubungan rpm dan daya mekanis untuk tiga variasi kecepatan
angin.
4.4.5 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Daya Elektris Untuk Tiga
Variasi Kecepatan Angin
Data dari Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 yang sudah diperoleh pada
perhitungan sebelumnya dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara
putaran poros dan daya elektris (Pout elektris). Pada Gambar 4.5 menunjukan
bahwa nilai daya kincir elektris (Pout elektris) yang dihasilkan kincir angin pada
tiga variasi kecepatan angin. Dapat dilihat bahwa semakin besar daya yang
dihasilkan maka semakin kecil putaran poros yang terjadi. Daya maksimal yang
dicapai yaitu 71,7 watt pada variasi kecepatan angin rata – rata 10,2 m/s.
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0
DA
YA
ME
KA
NIS
( W
AT
T )
RPM
Pout MekanisKec.Angin Rata-Rata 10,2 m/s
Pout MekanisKec.Angin Rata-Rata 8,2 m/s
Pout MekanisKec.Angin Rata-Rata 6,2 m/s
96,26 watt
70,25 watt
40,42 watt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.5 Grafik hubungan rpm dan daya elektris untuk tiga variasi kecepatan
angin.
4.4.6 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Torsi Untuk Kecepatan
Angin Rata - Rata 10,2 m/s
Data dari Tabel 4.4 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya
dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara torsi dan putaran (rpm).
Pada Gambar 4.6 menunjukan bahwa nilai torsi maksimal yang dihasilkan kincir
angin dengan variasi kecepatan angin rata - rata 10,2 m/s sebesar 1,85 N.m dan
terjadi pada putaran sebesar 472 rpm.
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0
DA
YA
LIS
TR
IK (
WA
TT
)
RPM
Pout ListrikKec.Angin Rata-Rata 10,2 m/s
Pout ListrikKec.Angin Rata-Rata 8,2 m/s
Pout ListrikKec.Angin Rata-Rata 6,2 m/s
71,7 watt
31,6 watt
51,3 watt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gambar 4.6 Grafik hubungan rpm dan torsi untuk variasi kecepatan angin
rata – rata 10,2 m/s.
4.4.7 Grafik Hubungan Antara Putran Poros dan Torsi Untuk Kecepatan
Angin Rata - Rata 8,2 m/s
Data dari Tabel 4.5 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya
dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara torsi dan putaran (rpm).
Pada Gambar 4.7 menunjukan bahwa nilai torsi maksimal yang dihasilkan kincir
angin dengan variasi kecepatan angin rata - rata 8,2 m/s sbebsar 1,70 N.m dan
terjadi pada putaran sebesar 640 rpm.
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0
TO
RS
I, (
N.
M )
RPM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Gambar 4.7 Grafik hubungan rpm dan torsi untuk variasi kecepatan angin
rata – rata 8,2 m/s.
4.4.8 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Torsi Untuk Kecepatan
Angin Rata - Rata 6,2 m/s.
Data dari Tabel 4.6 yang sudah diperoleh pada perhitungan sebelumnya
dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara torsi dan putaran (rpm).
Pada Gambar 4.7 menunjukan bahwa nilai torsi maksimal yang dihasilkan kincir
angin dengan variasi kecepatan angin rata – rata 6,2 m/s sebesar 1,17 N.m dan
terjadi pada putaran sebesar 281 rpm.
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0
TO
RS
I, (
N.
M )
RPM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Gambar 4.8 Grafik hubungan rpm dan torsi untuk variasi kecepatan angin
rata – rata 6,2 m/s.
4.4.9 Grafik Hubungan Antara Putaran Poros dan Torsi Untuk Tiga variasi
Kecepatan Angin
Data dari Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 yang sudah diperoleh pada
perhitungan sebelumnya dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan antara
torsi dan putaran (rpm). Pada Gambar 4.9 menunjukan nilai torsi yang dihasilkan
kincir angin dengan tiga variasi kecepatan angin. Dapat dilihat bahwa semakin
besar torsi yang dihasilkan maka kecepatan putar kincir semakin kecil. Dari ketiga
variasi kecepatan, variasi kecepatan angin rata – rata 10,2 m/s memiliki nilai torsi
tertinggi sebesar 1,85 N.m.
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0
TO
RS
I, (
N.
M )
RPM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Gambar 4.9 Grafik hubungan torsi dan rpm untuk tiga variasi kecepatan angin.
4.4.10 Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin Rata – Rata 10,2 m/s
Pada Gambar 4.10 menunjukan grafik hubungan antara TSR dan koefisien
daya untuk kincir angin dengan variasi kecepatan angin 10,2 m/s. Koefisien daya
mekanis maksimal yang dihasilkan (Cpmax Mekanis) sekitar 19,48 % yang terjadi
pada tsr sebesar 2,65.
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0
TO
RS
I, T
( N
. M
)
RPM
Kec.Angin Rata-Rata10,2 m/s
Kec.Angin Rata-Rata8,2 m/s
Kec.Angin Rata-Rata6,2 m/s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 4.10 Grafik hubungan antara tsr dan koefisien daya untuk variasi
kec.angin rata – rata 10,2 m/s.
4.4.11 Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin Rata – Rata 8,2 m/s
Pada Gambar 4.11 menunjukan grafik hubungan antara TSR dan Koefisien
daya untuk kincir angin dengan variasi kecepatan angin 8,2 m/s. Koefisien daya
mekanis maksimal yang dihasilkan (Cpmax Mekanis) sebesar 27,15 % yang terjadi
pada nilai tsr sebesar 2,56.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
0 . 0 0 1 . 0 0 2 . 0 0 3 . 0 0 4 . 0 0 5 . 0 0
CP
%
TSR
Cp Mekanis
19,48 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara tsr dan koefisien daya variasi kecepatan
angin rata – rata 8,2 m/s.
4.4.12 Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya pada Variasi
Kecepatan Angin Rata – Rata 6,2 m/s
Pada Gambar 4.12 menunjukan grafik hubungan antara koefisien daya dan
tsr untuk kincir angin dengan variasi kecepatan angin 6,2 m/s. Koefisien daya
mekanis maksimal yang dihasilkan (Cpmax Mekanis) sebesar 36,40 % yang terjadi
pada nilai tsr sebesar 2,92.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
0 . 0 0 1 . 0 0 2 . 0 0 3 . 0 0 4 . 0 0 5 . 0 0
CP
%
TSR
Cp Mekanis
27,15 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gambar 4.12 Grafik hubungan antara koefisien daya dan tsr variasi kecepatan
angin rata – rata 6,2 m/s.
4.4.13 Grafik Perbandingan Koefisien Daya Mekanis Maksimal Dengan Tip
Speed Ratio Pada Tiga Variasi Kecepatan Angin
Pada Gambar 4.13 menunjukan grafik hubungan antara koefisien daya
mekanis dan tsr kincir dengan tiga variasi kecepatan angin. Koefisien daya
mekanis maksimal yang dihasilkan (Cpmax Mekanis) sebesar 36,40 % yang terjadi
pada nilai tsr sebesar 2,92 dengan variasi kecepatan angin 6,2 m/s. Sedangkan pada
variasi kecepatan angin 10,2 m/s nilai koefisien daya mekanis maksimal yang
dihasilkan sebesar 19,48 % pada nilai tsr 2,65. Dan untuk variasi kecepatan angin
8,2 m/s nilai koefisien daya mekanis maksimal sebesar 27,15 % pada nilai tsr 2,56.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0 . 0 0 1 . 0 0 2 . 0 0 3 . 0 0 4 . 0 0 5 . 0 0 6 . 0 0
CP
%
TSR
Cp Mekanis
36,40 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Gambar 4.13 Grafik perbandingan antara koefisien daya mekanis terhadap tip
speed ratio untuk tiga variasi kecepatan angin.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0 . 0 0 1 . 0 0 2 . 0 0 3 . 0 0 4 . 0 0 5 . 0 0 6 . 0 0
CP
ME
KA
NIS
%
TSR
Kec.AnginRata-Rata10,2 m/s
Kec.AnginRata-Rata8,2 m/s
Kec.AnginRata-Rata6,2 m/s
19,48 %
27,15 %
36,40 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengambilan data, pengolahan dan analisis data dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Telah berhasil dibuat kincir angin poros horizontal 4 sudu bahan komposit
dengan mal terbuat dari potongan pipa pvc 8 inchi.
2. Dari variasi kecepatan angin 6,2 m/s daya output mekanis tertinggi 40,42 watt
dengan torsi tertinggi 1,17 N.m pada variasi kecepatan angin 8,2 m/s daya
output mekanis tertinggi 70,25 watt dengan torsi tertinggi 1,70 N.m dan untuk
variasi kecepatan angin 10,2 m/s daya output mekanis tertinggi 96,26 watt
dengan torsi tertinggi 1,85 N.m.
3. Koefisien daya mekanis pada variasi kecepatan angin 6,2 m/s sebesar 36,40 %
pada tsr optimal 2,97 untuk variasi kecepatan angin 8,2 m/s didapat Koefisien
daya mekanis 27,15 % pada tsr optimal 2,56 sedangkan untuk variasi
kecepatan angin 10,2 m/s didapat Koefisien daya mekanis 19,48 % pada tsr
optimal 2,65.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi bentuk sudu dengan
diameter yang sama untuk mengetahui bentuk sudu yang paling baik di
gunakan di daerah Indonesia.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan penambahan jumlah variasi sudu yang
digunakan untuk mengetahui jumlah sudu yang lebih baik yang digunakan di
daerah Indonesia.
3. Perlu dilakukan uji coba dengan variasi kecepatan angin yang lebih rendah
mengingat karakteristik angin di Indonesia cenderung rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
DAFTAR PUSTAKA
Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan Ke-6 PT. Pradnya Paramita.
2005.
Gibson, F. R, (1994), “Principle of Composite Material Mechanics”, Mc Graw
Hill Inc, New York
Johnson, G.L. 2006. Wind Energy Sistem. Manhattan. Diakses : Tanggal 26
Agustus 2016.
Petrus Dodo Anggriawan. 2013. Unjuk Kerja Kincir Angin Propeler Tiga Sudu
Dari Bahan Triplek Dan Anyaman Bambu Berdiameter 80 cm, Tugas Akhir,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Heryanto, Valentinus Kelvin (2014) Unjuk Kerja Kincir Angin Poros Horisontal 4
Sudu Berbahan Pipa PVC 8” Dengan Variasi Kemiringan Sudu. Tugas
Akhir, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM), 2006. Statistik
Ekonomi.
http://www.slideshare.net/Syamsir06/den-syamsir-abduh-07082014unhas
http://www.Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2006-2015, PT PLN
(Persero), Juli 2005.
http://www.indoenergi.com/2012/07/, diakses 1 April 2016
http://imamengineering.blogspot.co.id/2015/03/makalah-mekanika-bahan-kompos
it.html.
http://teknologitekstil.com/wp-content/uploads/2015/09/Macam-macam-Serat-Ala
m.bmp. Diakses Juni 2016.
http://teknologitekstil.com/wp-content/uploads/2015/09/Macam-macam-Serat-Sin
te tis.bmp
http://material-teknik.blogspot.co.id/2010/02/defenisi-komposit.html
https://rajafiber.wordpress.com/spesifikasi-material-produk-raja-fiber/
http://www.kincirangin.info/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
LAMPIRAN
Lampiran 1. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Mekanis Pada Variasi
Kecepetan Angin 10,2 m/s.
Lampiran 2. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Listrik Pada Variasi
Kecepatan Angin 10,2 m/s.
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0
PO
UT
ME
KA
NIS
( W
AT
T )
RPM
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0 9 0 0
PO
UT
LIS
TR
IK (
WA
TT
)
RPM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 3. Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin 10,2 m/s.
Lampiran 4. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Mekanis Pada Variasi
Kecepatan Angin 8,2 m/s.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
0 . 0 0 1 . 0 0 2 . 0 0 3 . 0 0 4 . 0 0 5 . 0 0
CP
%
TSR
Cp Mekanis
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0
PO
UT M
EK
AN
IS (
WA
TT
)
RPM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Lampiran 5. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Listrik Pada Variasi
Kecepatan Angin 8,2 m/s.
Lampiran 6. Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin 8,2 m/s.
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0
PO
UT L
IST
RIK
( W
AT
T )
RPM
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
0 . 0 0 1 . 0 0 2 . 0 0 3 . 0 0 4 . 0 0 5 . 0 0
CP
%
TSR
Cp Mekanis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 7. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Mekanis Pada Variasi
Kecepetan Angin 6,2 m/s.
Lampiran 8. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Listrik Pada Variasi
Kecepatan Angin 6,2 m/s.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0
PO
UT
M
EK
AN
IS (
WA
TT
)
RPM
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0
PO
UT L
IST
RIK
( W
AT
T )
RPM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 9. Grafik Hubungan Antara TSR dan Koefisien Daya Pada Variasi
Kecepatan Angin 6,2 m/s.
Lampiran 10. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Mekanis Pada Tiga
Variasi Kecepatan Angin 10,2 m/s, 8,2 m/s dan 6,2 m/s.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0 . 0 0 1 . 0 0 2 . 0 0 3 . 0 0 4 . 0 0 5 . 0 0 6 . 0 0
CP
%
TSR
Cp Mekanis
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0
DA
YA
ME
KA
NIS
( W
AT
T )
RPM
Pout MekanisKec.Angin Rata-Rata 10,2 m/s
Pout MekanisKec.Angin Rata-Rata 8,2 m/s
Pout MekanisKec.Angin Rata-Rata 6,2 m/s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 11. Grafik Hubungan Antara RPM dan Daya Listrik Pada Tiga Variasi
Kecepatan Angin 10,2 m/s, 8,2 m/s dan 6,2 m/s.
Lampiran 12. Grafik Hubungan Antara TSR dan CP Pada Tiga Variasi
Kecepatan Angin 10,2 m/s, 8,2 m/s dan 6,2 m/s.
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0 DA
YA
LIS
TR
IK (
WA
TT
)
RPM
Pout ListrikKec.Angin Rata-Rata 10,2 m/s
Pout ListrikKec.Angin Rata-Rata 8,2 m/s
Pout ListrikKec.Angin Rata-Rata 6,2 m/s
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0 . 0 0 1 . 0 0 2 . 0 0 3 . 0 0 4 . 0 0 5 . 0 0 6 . 0 0
CP
ME
KA
NIS
%
TSR
Kec.Angin Rata-Rata 10,2 m/s
Kec.Angin Rata-Rata 8,2 m/s
Kec.Angin Rata-Rata 6,2 m/s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 13. Grafik Hubungan Antara RPM dan Torsi Pada Variasi Kecepatan
Angin 10,2 m/s.
Lampiran 14. Grafik Hubungan Antara RPM dan Torsi Pada Variasi Kecepatan
Angin 8,2 m/s.
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0 9 0 0
TO
RS
I, (
N.
M )
RPM
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0
TO
RS
I, (
N.
M )
RPM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 15. Grafik Hubungan Antara RPM dan Torsi Pada Variasi Kecepatan
Angin 6,2 m/s.
Lampiran 16. Grafik Hubungan Antara RPM dan Torsi Pada Tiga Variasi
Kecepatan Angin 10,2 m/s, 8,2 m/s dan 6,2 m/s.
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0
TO
RS
I, (
N.
M )
RPM
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 8 0 0 1 0 0 0
TO
RS
I, T
( N
. M
)
RPM
Kec.Angin Rata-Rata10,2 m/s
Kec.Angin Rata-Rata8,2 m/s
Kec.Angin Rata-Rata6,2 m/s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI