Unlock Alopesia Areata

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    1/30

    ALOPESIA AREATA

    dr. Imam Budi Putra, SpKK

    DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    RSUP H. ADAM MALIK

    M E D A N

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    2/30

    ALOPESIA AREATA

    Pendahuluan

    Rambut adalah struktur solid yang terdiri atas sel yang mengalami

    keratinisasi padat. Berasal dari folikel epidermal yang berbentuk seperti

    kantong yang tumbuh ke dalam dermis. 1,2,3

    Alopesia salah satu penyakit kulit yang masih merupakan masalah

    didalam menentukan penyebab maupun cara mengobatinya. Alopesia dapat

    memberikan dampak negatif terhadap penderita , baik secara fisik, psikologik

    maupun kosmetik. 1,4

    Menurut mekanisme terjadinya, Alopesia dapat terjadi dengan atau

    tanpa disertai pembentukan jaringan parut (sikatrikal dan non sikatrikal).

    Kelompok alopesia non sikatrikal antara lain meliputi alopesia androgenik,

    alopesia areata, alopesia yang berhubungan dengan proses sistemik, serta

    alopesia traumatik.1 Diantara alopesia-alopesia tersebut, alopesia areata

    merupakan jenis yang sering dijumpai.1,4

    Alopesia areata pertama kali diketahui sebagai penyakit kulit

    diterangkan dalam Papyrus Ebers1500 2500 SM. Sedangkan terminologi

    alopesia areata pertama kali digunakan oleh Sauvages 1760 didalam

    Nosologica Medicayang dipublikasikan di Lyons pada tahun 1760.5

    Teori-teori tentang terjadinya alopesia areata antara lain berupa teori

    genetik, sitokin, alergi (stigmata atopi), gangguan neurofisiologik dan

    emosional, gangguan organ ektodermal, kelainan endokrin, faktor infeksi,

    faktor neurologi, faktor hormonal / kehamilan dan beberapa teori lain. Pada

    30 tahun terakhir, para peneliti banyak mengemukakan teori autoimun, baik

    berupa gangguan pada sistem imunitas humoral maupun sistem imunitas

    selular sebagai penyebab alopesia areata.1,4,6-9

    Pengobatan terhadap alopesia areata banyak macamnya, baik

    pengobatan topikal, intralesi, sistemik dan foto kemoterapi ataupun

    kombinasinya. Setiap peneliti berusaha memberikan pengobatan sesuai

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    3/30

    dengan teori - teori etiologi yang dianutnya. Peneliti yang menganut teori

    imunologis memberikan obat yang berfungsi untuk memperbaiki status

    imunologis penderita, agar tercapai perbaikan klinis. Kortikosteroid paling

    sering digunakan baik topikal, intralesi atau sistemik. Begitu juga dengan

    imunomodulator (isoprenosin, siklosporin). Beberapa obat topikal seperti

    minoxidil solution, anthralin c ream, ultra viotet light therapydapat digunakan.

    Pengobatan dengan imunoterapi topikal (bahan sensitiser) seperti

    diphenilcyclopropen (DCPC), squaric acid dibutyl ester (SADBE) dan

    dinitrochlorobenze (DNCB). Golongan siklosporin, dapsone, tacrolimus,

    intederon dan golongan vitamin dan mineral, serta alternatif threrapy,

    cryosurgery, dermatography (alopesia areata of the eyebrows) akhir-akhir ini

    banyak diteili.1,4,6-21

    Saat ini belum ada pengobatan yang dapat langsung menyembuhkan.

    Efikasi pengobatan bersifat individual, sulit untuk memperkirakan

    pertumbuhan rambut terjadi secara spontan. Dari semua terapi yang ada,

    terapi Alopesia areata belum memuaskan.4

    Defenisi

    Alopesia areata adalah peradangan yang kronis, berulang dari rambutterminal, yang ditandai oleh timbulnya satu atau lebih bercak kerontokan

    rambut pada scalp dan atau kulit yang berambut terminal lainnya. Lesi pada

    umumnya berbentuk bulat atau lonjong dengan batas tegas, permukaan licin

    tanpa adanya tanda-tanda atropi, skuamasi maupun sikatriks.1-4

    lnsidens

    Prevalensi pada masyarakat umum di Amerika Serikat 0,1 0,2 %.

    Pada beberapa laporan perbandingan insidens alopesia areata sama banyak

    antara pria dan wanita.6,9 Di Unit Penyakit Kulit dan Ketamin RSCM Jakarta,

    dalam pengamatan selama 3 tahun (1983 1985) penderita rata-rata

    sebanyak 20 orang pertahun dengan perbandingan pria dan wanita 6 : 4.

    Umur termuda yang pernah dicatat adalah 6 tahun, dan yang tertua

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    4/30

    59 tahun.22) Resiko untuk terkena alopesia areata selama masa hidup adalah

    1,7 %.6,9

    Etiopatogenesis

    Alopsia areata telah dikenal sejak 20 abad yang lalu, namun sampai

    saat ini penyebabnya yang pasti belum diketahui meskipun ada dugaan

    merupakan respon auto imun.1,4,6-9,14,17

    Berbagai faktor atau keadaan patologik yang dianggap berasosiasi

    dengan penyakit ini adalah :

    a. Genetik

    Alopesiaa reata dapat diturunkan secara dominan autosomal dengan

    penetrasi yang variabel. Frekuensi alopesia areata yang diturunkan

    secara genetik adalah 10 50 %. Insidens tinggi pada alopesia areata

    dengan onset dini 37 % pada umur 30 tahun dan 7,1 % pada onset lebih

    dari 30 tahun. Dilaporkan terjadi pada kembar identik sebesar lebih dari

    55 %. Beberapa gen terangkai erat misalnya sistem genetik HLA (Human

    Leucocyte Antigen) yang berlokasi di lengan pendek kromosom-6

    membentuk MHC (Major Histocompatibility Complex). Tiap gen pada

    sistem genetik HLA memiliki banyak varian (alel) yang berbeda satu

    dengan yang lain. Kompleks HLA pada penderita alopesia areata diteliti

    karena banyaknya hubungan penyakit-penyakit autoimun dengan

    peningkatan frekwensi antigen HLA. Pernah diteliti hubungan alopesia

    areata kelas I (HLA-A, -B, -C0) dan HLA kelas ll (HLA-DR, -DQ, -DP).

    Penelitian terbaru, ada hubungan alopesia areata dengan beberapa

    antigen kelas I (HLA-A9, -B7, -B8, -B13, -B27) tapi belum dipastikan.

    Beberapa tahun ini banyak terbukti hubungan alopesia areata denganHLA kelas ll (HLA-DR4, -DR5 subtipe DR4 dan DR11, -DQ3 subtipe DQ7

    dan DQ8) alopesia areata HLA-DRS berhubungan dengan bentuk

    alopesia areata onset dini dan alopesia areata dengan hilangnya rambut

    yang luas. Pada alopesia areata terjadi peningkatan alel HLA-

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    5/30

    DQB1*0301 (DQ7), HLA-DQB*03 (DQ3 dan HLA-DRB1*110 4 (DR11).

    HLA-DBR1*03 (DQ3) tampaknya merupakan marker HLA untuk semua

    bentuk alopesia areata. Alel HLA-DRB1*0401 (DR4) dan HLA-DRB1*0301

    (DQ7) adalah marker untuk alopesia areata totalis/universalis yang lebih

    berat. Pada Sindroma Down insiden alopesia areata sebanyak 60

    dibandingkan dengan 1 pada populasi normal. Diduga ada keterlibatan

    gen pada kromosom 21 yang menentukan kerentanan terhadap alopesia

    areata.1,4,6,8,9,13,14

    b. Stigmata atopi (faktor alergi)

    Beberapa penelitian adanya hubungan antara alopesia areata dengan

    atopi, terutama alopesia areata berat. Frekuensi penderita alopesia areata

    yang mempunyai stigmata atopis ebesar 10 52 %. Kelainan yang sering

    dijumpai berupa asma bronkhial, rhinitis dan atau dermatitis

    atopik.6,8,9,13,14

    c. Gangguan neurofisiologik dan emosional.

    Pada alopesia areata telah dibuktikan dapat terjadi vasokonstriksi yang

    disebabkan oleh gangguan saraf autonom, atau setelah tindakan

    ortodontik. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa stres mungkin

    merupakan faktor presipikasi pada beberapa kasus pada alopesia areata.

    Pernah dilaporkan sebelum onset alopesia areata terjadi psikotrauma,

    stres karena suatu peristiwa 6 bulan sebelum rambut gugur, prevalensi

    yang tinggi terjadinya kelainan psikiatrif,a ktor psikologis, faktor situasi

    dalam rumah tangga. Sebaliknya ada laporan bahwa stres tidak

    memegang peranan penting dalam patogenesis alopesia areata.1,8,9,14

    d. Gangguan organ ektodermal

    Kerusakan kuku distropik dianggap berasosiasi dengan alopesia areata,demikian pula timbulnya katarak tipe subkapsular posterior. 8,9,12

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    6/30

    e. Kelainan endokrin

    Beberapa penyakit endokrin antara lain gangguan fungsi kelenjar dan

    diabetes melitus banyak dihubungan dengan alopesia areata. Tiroid,

    kelenjar yang paling sering dijumpai kelainannya pada penderita alopesia

    areata, memberikan gambaran penyakit goiter. Gangguan endokrin

    lainnya dapat berupa vitiligo dan kelainan gonad.8,9,13,14

    f. Faktor infeksi

    Adanya laporan mengenai kemungkinan adanya infeksi Cytomegato virus

    (CMV) pada alopesia areata. Infeksi HIV juga berpotensi sebagai faktor

    pencetus terjadinya alopesia areata. Tapi ada penyelidikan lain yang

    menyebutkan tidak ada hubungan bukti keterlibatan virus / bakteri belum

    dapat disimpulkan.1,6,8,9,13,14

    g. Faktor nuerologi

    Perubahan lokal pada sistem saraf perifer pada level papila dermis

    mungkin memegang peranan pada evolusi alopesia areata karena sistem

    saraf perifer dapat menyalurkan neuropeptida yang memodulasi proses

    inflamasi dan proliferasi. Teori ini didukung oleh Hlordinsk dkk : ada

    penurunan Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP) dan Substansi P

    (SP) pada pasien alopesia areata. Neuro CGRP bekerja sebagai

    antiinflamasi poten. Neuropeptida SP mampu menginduksi pertumbuhan

    rambut pada tikus. Pemberian Capsaicin (yang dapat menyebabkan

    inflamasi neurogenik dan pelepasan SP) pada seluruh kulit kepala pada 2

    pasien alopesia areata dapat meningkatkan adanya SP pada saraf

    perifolikular pasien alopesia areata dan menginduksi pertumbuhan rambut

    velus.6,8,9,14

    h. Faktor hormonal / kehamilanKetidakseimbangan hormonal pada kehamilan kadang-kadang dapat

    mencetuskan terjadi alopesia areata (Sabaroud 1896, Sabaroud 1913).

    Banyak dilaporkan kasus alopesia areata terjadi selama masa kehamilan.

    Alopesia areata pada keadaan ini pada umumnya besifat sementara.

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    7/30

    Masa pubertas dan menopause juga berpotensi untuk kembalinya

    alopesia areata.6,14

    i. Bahan kimia

    Bahan-bahan kimia yang berpotensi untuk terjadinya alopesia areata

    adalah acrylamide (Roselino, 1996), formaldehyde dan beberapa

    pestisida.14

    j. Perubahan musim

    Tercatat beberapa orang dijumpai alopesia areata selama terjadi

    perubahan musim yaitu selama musim winter dan bersifat sementara dan

    akan tumbuh kembali dalam musim summer.14

    k. Trauma fisik.14

    l. Local skin injury.14

    m. Kelainan Imunologis (Lihat berbagai aspek imunologis)

    Mekanisme Terjadinya Alopesia Areata

    Kelainan yang terjadi pada alopesia areata dimulai oleh adanya

    rangsangan yang menyebabkan folikel rambut setempat memasuki fase

    telogen lebih awal sehingga terjadi pemendekan siklus rambut. Proses ini

    meluas, sedangkan sebagian rambut menetap di dalam fase telogen. Rambut

    yang melanjutkan siklus akan membentuk rambut anagen baru yang lebih

    pendek, lebih kurus, terletak lebih superfisial pada middermis dan

    berkembang hanya sampai fase anagen lV. Selanjutnya sisa folikel anagen

    yang hipoplastik ini akan membentuk jaringan sarung akar dalam, dan

    mempunyai struktur keratin seperti rambut yang rudimenter. Beberapa ciri

    khas alopesia areata dapat dijumpai, misalnya berupa batang rambut tidak

    berpigmen dengan diameter bervariasi, dan kadang-kadang tumbuh lebihmenonjol ke atas (rambut-rambut pendek yang bagian proksimalnya lebih

    tipis dibanding bagian distal sehingga mudah dicabut), disebut exclamation-

    mark hairs atau exclamation point hal ini merupakan tanda patognomonis

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    8/30

    pada alopesia areata. Bentuk lain berupa rambut kurus, pendek dan

    berpigmen yang disebut black dots.1,4,23

    Lesi yang telah lama tidak mengakibatkan pengurangan jumlah folikel.

    Folikel anagen terdapat di semua tempat walaupun terjadi perubahan rasio

    anagen : telogen. Folikel anagen akan mengecil dengan sarung akar yang

    meruncing tetapi tetap terjadi diferensiasi korteks, walaupun tanpa tanda

    keratinisasi. Rambut yang tumbuh lagi pada lesi biasanya didahului oleh

    rambut velus yang kurang berpigmen.1,4,23

    Gambaran Klinis

    Lesi alopesia areata stadium awal, paling sering ditandai oleh bercak

    kebotakan yang bulat atau lonjong, berbatas tegas. Permukaan lesi tampak

    halus, licin, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun skuamasi. Pada tepi

    lesi kadang- kadang tampak exclamation-mark hairsyang mudah dicabut.

    Pada awalnya gambaran klinis alopesia areata berupa bercak atipikal,

    kemudian menjadi bercak berbentuk bulat atau lonjong yang terbentuk

    karena rontoknya rambut, kulit kepala tampak berwarna merah muda

    mengkilat, licin dan halus, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun

    skuamasi. Kadang-kadang dapat disertai dengan eritem ringan dan edema.

    Bila lesi telah mengenai seluruh atau hampir seluruh scalp disebut alopesia

    totatis. Apabila alopesia totalis ditambah pula dengan alopesia dibagian

    badan lain yang dalam keadaan normal berambut erminal disebut alopesia

    universalis. Gambaran klinis spesifik lainnya adalah bentuk ophiasis yang

    biasanya terjadi pada anak, berupa kerontokan rambut pada daerah occipital

    yang dapat meluas ke anterior dan bilateral 1 2 inci di atas telinga, dan

    prognosisnya buruk. Gejala subjektif biasanya pasien mengeluh gatal, nyeri,rasa terbakar atau parastesi seiring timbulnya lesi.1,4,6-9,13,14,17

    Ikeda (1965), setelah meneliti 1989 kasus, mengemukakan klasifikasi

    alopesia areata sebagai berikut :

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    9/30

    1. Tipe umum, meliput 83 % kasus diantara umur 20 40 tahun, dengan

    gambaran lesi berupa bercak bercak bulat selama masa perjalanan

    penyakit. Penderita tidak mempunyai riwayat stigmata atopi ataupun

    penyakit endokrin autonomik, lama sakit biasanya kurang dari 3 tahun.

    2. Tipe atopik, meliputi 10 % kasus, yang umumnya mempunyai stigmata

    atopi, atau penyakitnya telah berlangsung lebih dari 10 tahun. Tipe ini

    dapat menetap atau mengalami rekurensi pada musim-musim tertentu

    (perubahan musim).

    3. Tipe kombinasi, meliput 5 % kasus, pada umur > 40 tahun dengan

    gambaran lesi-lesi bulat, atau retikular. Penyakit endokrin autonomik yang

    terdapat pada penderita antara lain berupa diabetes melitus dan kelainan

    tiroid.

    4. Tipe prehipertensif, meliputi 4 % kasus, dengan riwayat hipertensi pada

    penderita maupun keluarganya. Bentuk lesi biasanya retikular.1

    Klasifikasi tersebut sangat berguna untuk menjelaskan patogenesis

    dan meramalkan prognosis penyakit.1

    Pada beberapa penderita terjadi perubahan pigmentasi pada rambut di

    daerah yang akan berkembang menjadi lesi, atau terjadi pertumbuhan

    rambut baru pada lesi atau pada rambut terminal di sekitar lesi. Hal ini

    disebabkan oleh kerusakan keratinosit pada korteks yang menimbulkan

    perubahan pada rambut fase anagen lll/IV dengan akibat kerusakan

    mekanisme pigmentasi pada bulbus rambut.1,4

    Berbagai Aspek lmunologis Alopesia A reata

    Ada laporan hubungan alopesia areata dengan kelainan autoimun

    yang klasik terutama pada penyakit tiroid dan vitiligo. Penyakit tiroid padaalopesia areata 811,8%. Pada populasi normal, hanya 2% ada peningkatan

    prevalensi antitiroid dan antibodi mikrosomal tiroid pada pasien alopesia

    areata. Penderita alopesia areata memiliki insidens vitiligo 4 kali lebih besar.

    Ada peningkatan antibodi sel parietal gastrik, antibodi antinuklear dan

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    10/30

    antibodi anti otot polospada serum penderita alopesia areata. Ada hubungan

    alopesia areata dengan Anemia pernisiosa, Diabetes mellitus, Lupus

    ertitematosus, Myastenia gravis, Reumatoid artritis, Rheumatik polimialgia,

    Kolitisu lseratif, Liken planus, Sindroma endokrinopati Candida.1,4,6,8,9,13,14,17

    1. Aspek imunitas humoral

    Penelitian terdahulu, gagal menunjukkan adanya antibodi khusus

    terhadap sel epidermal atau folikel rambut pada pasien alopesia areata.

    Penelitian tranfer pasif serum penderita alopesia areata tikus gagal

    menginhibisi pertumbuhan rambut graft. Tobin dkk melaporkan bisa

    mendeteksi antibodi terhadap folikel rambut berpigmen melalui cara Western

    blot pada serum seluruh penderita alopesia areata (100 %) dibanding hanya

    44 % pada kontrol. Juga terdapat level autoantibodi yang tinggi terhadap

    struktur folikel rambut anagen penderita alopesia areata. Respon antibodi

    terhadap folikel rambut pada alopesia areata terlihat heterogen karena pasien

    yang berbeda akan membentuk pola pengembangan antibodi yang berbeda

    pula. Struktur target yang paling sering adalah; lapisan luar akar rambut,

    matriks, lapisan dalam akar rambut dan batang rambut.8,14

    Pada alopesia areata, dengan perkecualian terdapatnya autoantibodiorgan spesifik di dalam sirkulasi, tampaknya kelainan pada respons imunitas

    humoral tidak terlalu menonjol. Nilai imunoglobulin (Ig) pada umumnya

    normal walaupun ada yang menjumpai sedikit di bawah normal. Tetapi Safai

    dkk (1979) melaporkan peningkatan kadar IgM disertai penurunan jumlah

    nilai komplemen hemolitit total. Peneliti lainnya menjumpai nilai komponen-

    komponen komplemen (C3 dan C4) dalam batas-batas normal. Pemeriksaan

    imunofluoreseni langsung pada lesi-lesi scalp yang dilakukan oleh Bystryn

    dkk (1979) menunjukkan endapan C3 dan kadang kadang lgG dan lgM

    sepanjang zona membran basalis folikel rambut pada 92 % kasus alopesia

    areata, dibandingkan hanya 21 % pada kasus male pattern alopecia. Pada

    66,6 % kasus, endapan - endapan lgM dan C3 dijumpai pada ruang

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    11/30

    interselular sarung akar luar. Peneliti lain menjumpai endapan endapan

    IgC, IgM dan C3 baik di zona membran basalis maupun di ruang interselular

    sarung akar dalam. Data-data di atas menunjang peranan faktor imun di

    dalam patogenesis alopesia areata. Tetapi beberapa peneliti tidak berhasil

    menjumpai endapan-endapan komplemen maupun imunoglobulin.24

    Autoantibodi terhadap organ spesifik di dalam sirkulasi, dijumpai

    meningkat fekuensinya pada 5 25 % penderita alopesia areata. Antibodi-

    antibodi tersebut adalah terhadap tiroid, sel parietal gaster dan otot polos

    serta antinuklear.1 Tetapi beberapa penulis tidak dapat membuktikan

    hubungan antara alopesia areata dengan autoantibodi organ spesifik.

    Freidmen (1981) mengemukan tentang pentingnya umur, jenis kelamin dan

    beratnya penyakit di dalam mengevaluasi frekuensi autoantibodi. Prevalensi

    antibodi antitiroid di jumpai lebih tinggi pada wanita muda, dan wanita dengan

    antitiroid. Antibodi terhadap sel parietal gaster meningkat bermakna hanya

    pada pria.1

    2. Aspek imunilas selular (Cell Mediated Irnunity)

    Beberapa penelitian masih memberikan hasil yang di perdebatkan.

    Pada alopesia areata jumlah T limfositnya berkurang atau normal, menurut

    Friedman : jumlah sel T berkurang pada alopesia areata (dimana penurunnya

    berhubungan dengan keparahan penyakit), terjadi kegagalan fungsi sel T

    helper dan perubahan jumlah sel T supresor. Sedikit peningkatan sel T helper

    (CD4) dan penurunan jumlah sel supresor (CD8) menyebabkan peningkatan

    rasio sel helper / sel supresor berhubungan dengan jumlah rambut yang

    gugur.(1) Terapi yang berhasil dengan bahan-bahan imunomodulator seperti

    siklosporin oral dan steroid sistemik juga mendukung patogenesis imun-

    mediated pada alopesia areata. Gilhar dkk ; alopesia areata dapat diinduksipada kulit kepala manusia yang ditransplantasi dari tikus yang menderita

    imunodefisiensi kombinasi yang berat melalui transfer autologus T limfosit

    terjadi gugurnya rambut, infiltrasi sel T perifolikuler serta ekspresi HLA-DR

    dan ICAM-1 (lnter Cellular Adhesion Molecule-1) pada epitelium folikular. Sel

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    12/30

    T yang tidak pernah dikultur dengan homogen folikular, tidak akan pernah

    menginduksi alopesia areata. Induksi alopesia areata terjadi setelah diinjeksi

    dengan sel CD8+ yang dikultur dengan homogen folikular, bukan oleh sel

    CD4+. Bukti yang mendukung hipotesis bahwa alopesia areata merupakan

    penyakit autoimun organ spesifik adalah bahwa alopesia areata ; memiliki

    kerentanan herediter, meningkatkan antibodi organ spesifik, meningkatkan

    antibodi terhadap folikel rambut berpigmen, tingginya level autoantibodi

    terhadap struktur multipel folikel rambut anagen pada pasien alopesia areata,

    peningkatan rasio T helper / sel supresor, induksi alopesia areata melalui

    transfer T Iimfosit terkultur dengan homogenitas folikuler.1,4,6-9,13,14

    Folikel rambut memiliki sistem imun yang berbeda dengan kulit

    sekitarnya yaitu sistem imunnya terdiri dari T limfosit intrafolikular dan sel

    Langerhans dilapisan luar akar bagian distal ; dan sel mast perifolikuler dan

    makrofag. Juga khas adanya ekspresi MHC folikuler kelas Ia / Ib dan ICAM-1.

    Folikel rambut manusia bahkan bisa jadi reservoir sel Langerhans. Epitel

    folikel rambut anagen proksimal memiliki kemampuan imun karena lapisan

    dalam akar rambut dan matriks rambu tidak mengekspresikan molekul MHC

    kelas l yaitu imun ini bisa hilang pada penderita alopesi areata. Teori Paus ;

    ada keterlibatan regulasi antigen MHC yang meningkat dan atau yang

    menurun dari imunosupresan yang diproduksi secara lokal (hormon melanosit

    stimulating, adenocorticotropin dan transforming growth factor) akan

    menyebabkan sistem imun dapat mengenali antigen di folikel rambut yang

    menyebabkan terjadinya onset alopesia areata.1,8

    Pengukuran sub populasi limfosit di dalam sirkulasi dilakukan melalui 2

    tehnik yang berbeda. Dengan menghitung proporsi sel T yang mempunyai

    reseptor Fc untuk lgG (sel Tg) dan untuk lgM (sel Tm), Gu dkk (1981)melaporkan peningkatan prosentase sel T suppressor (sel Tg) pada

    penderita alopesia areata. Sebaliknya, peneliti lain menjumpai penurunan sel

    Tg itu. Hasil hasil yang berheda ini tergantung kepada perbedaan aktivitas

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    13/30

    penyakit, sebab terbukti bahwa penuruan fungsi sel T suppressor hanya

    terjadi pada penderota yang secara klinis penyakitnya masih aktif.1,4,8

    Dengan mempergunakan tekhnik antibodi monoklonal, aktivitas

    T suppressor pada alopesis areata dapat dijumpai meningkat, menurun, atau

    mormal. Untuk memperbandingkan penelitian-penelitian dengan

    mempergunakan antibodi monoklonal dengan yang mempergunakan

    perhitungan reseptor Fc ternyata sulit, karena terdapat disosiasi antara

    subset-subset sel T yang dijelaskan oleh kedua metode di atas. Usaha untuk

    membuktikan adanya respons limfosit terhadap antigen yang berkaitan

    dengan rambut juga belum berhasil.1,8

    Bukti lain yang menunjang peranan sistem imunitas selular terhadap

    patogenesis alopesia areata, yaitu penemuan histopatologik berupa infiltrat

    limfositik (sel T) di sekeliling folikel rambut penderita.9,14,25

    Gambaran Histopatologis

    Gambaran spesifik pada alopesia areata berupa miniaturisasi struktur

    rambut, baik pada fase awal rambut anagen maupun pada rambut telogen

    yang distrofik. Struktur fase awal rambut anagen biasanya dominan pada lesi

    baru, sedangkan struktur rambut telogen yang distrofik di jumpai pada

    stadium lanjut. Struktur fase awal rambut anagen tampak mengecil,

    bulbusnya terletak hanya sekitar 2 mm di bawah permukaan kulit. Proses

    keratinisasi rambut tersebut di dalam folikel berlangsung tidak sempurna.

    Sarung akar dalam rambut biasanya tetap ada. Struktur rambut telogen

    distrofik tidak mengandung batang rambut atau hanya berupa rambut distrofik

    yang kecil. Folikel rambut akan berpindah ke dermis bagian atas. Kelenjar

    sebasea dapat tetap normal atau mengalami atrofi. Terjadi infiltrasi limfositpada dermis di sekeliling struktu rambut miniatur. Pada kasus kronik jumlah

    infiltrat peradangan berkurang, dapat terjadi invasi sel radang ke matriks

    bulbus dan sarung akar luar fase awal rambut anagen. Infiltrat peradangan

    tampak tersusun longgar menyerupai gambaran sarang lebah.9,14,25,26

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    14/30

    Diagnosis

    Diagnosis Alopesia areata berdasarkan gambaran insfeksi klinis atas

    pola mosaik alopesia atau alopesia yang secara klinis berkembang

    progresisf. Didukung adanya trikodistrofi, efluvium anagen, atau telogen yang

    luas, dan perubahan pada gambaran histopatologi. Pada stadium akut

    ditemukan distrofi rambut anagen yang disertai rambut tanda seru

    (exclamation mark hair) pada bagian proksimal, sedangkan pada stadium

    kronik akan didapatkan peningkatan jumlah rambut telogen. Perubahan lain

    meliputi berkurangnya diameter serabut rambut, miniaturisasi, pigmentasi

    yang tidak teratur. Tes menarik rambut pada bagian tepi lesi yang positif

    menunjukkan keaktifan penyaki.1,8

    Biopsi pada tempat yang terserang menunjukkan peradangan limfostik

    peribulbar pada sekitar folikel anagen atau katagen disertai meningkatnya

    eosinofil atau sel mast.9,25,26

    Diagnosis Banding

    Gambaran klinis alopesia areata yang berbentuk khas, bulat berbatas

    tegas, biasanya tidak memberikan kesulitan untuk menegakkan

    diagnosisnya. Secara mikroskopi, hal tersebut diperkuat oleh adanya rambutdistrofik dan exclamation-mark hairs. Pada keadaan tertentu gambaran

    seperti alopesia areata dapat dijumpai pada lupus eritematosus diskoid,

    dermatofitosis, trikotilomania atau sifilis stadium ll, sehingga perlu dilakukan

    pemeriksaan penunjang lebih lanjut. Masa awitan alopesia areata yang cepat

    dan difus sulit dibedakan secara klinis dari alopesia pasca febris dan

    gangguan siklus rambut lainnya, kecuali bila dijumpai rambut distrofik.

    Sikatriks pada lesi alopesia areata yang kronik dapat pula terjadi oleh karena

    berbagai manipulasi sehingga perlu dilakukan pemeriksaan biopsi kulit.1,7,9,13

    Pengobatan

    Perjalanan penyakit alopesia areata dan rekurensi tidak dapat

    diramalkan yang mengalamri emisis pontan sebelumnya, sehingga evaluasi

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    15/30

    pengobatan menjadi sulit. Pada umumnya sulit untuk mengobati alopesia

    areata yang berat, sehingga masih tetap dicari jenis dan sistem pengobatan

    baru yang diharaapk an memberi hasil yang lebih baik.

    Jenis - Jenis Terapi Topikal

    Formula Helsinki

    Merupakan penemuan Dr. Screck Purola dkk, yang kemudian dibuat

    formulasi berupa pengobatan topikal yang terdiri dari sampo, kondisioner,

    dan tablet vitamin dikenal dengan nama formula Helsinki. Kondisionet terdiri

    atas air yang telah dimurnikan ; polysorbate 60, biotin, niasin, metil-

    paraben, dan pewangi natural. Sampo terdiri atas bahan-bahan yang telah

    disebutkan tadi ditambah dengan wheat germ oil, vitamin, protein, dan bahan

    pembersih lainnya. Menurut Dr. Schreck Purola cara kerja formula Helsinki

    bagi kerontokan rambut terdapat pada bahan polysorbate yang dapat

    menghapus kolestero berlebihan dari membran sel di kepala dan membantu

    pembelahan sehingga memberi kemungkinan rambut tumbuh kembali.

    Namun data-data dari penelitian mengenai formula ini tidak lengkap.20

    Pilo Genic's Biotin Products

    Berupa krim yang menurut Dr. Settel berisi bahan yang unik (secret

    ingredient) yang dapat membuat krim berpenetrasi kedalam sel sel dari

    folikel rambut secara langsung sehingga dapat mengurangi kerontokan. Anita

    Young, presiden dari Pilo-Genic Research Associafes lnc , menyatakan

    bahwa produk- produk ini diformulasi untuk mengontrol kerontokan rambut

    yang berlebihan dan merangsang rambut yang tumbuh yang folikelnya

    mengalami miniaturisasi ke mbali. Data-data penelitian berkaitan dengan ini

    masih d ipertanyakan.20

    Larutan berisi progesteron

    Menurut Dr. Orentreich progesteron dalam bentuk larutan dengan

    kadar 2 4 %. Pada pria hanya 1 cc 2 x sehari pada daerah kebotakan,

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    16/30

    untuk menghindari efek feminisasi. Bagi wanita diberi dosis yang lebih kecil

    (< 2 %) untuk mencegah gangguan menstruasi. Pemakaian progesteron bagi

    kerontokan rambut selain secara topikal dapat juga dilakukan dengan

    suntikan ke dalam kulit kepala. Terdapat kemungkinan progesteron bersaing

    dengan 5-alfareduktase, yang dapat menurunkan kadar dihidrotestosteron

    (DHT) dan mengubah keseimbangan hormonal dalam folikel, sehingga

    mengakibatkan berkurangnya rambut yang rontok.20

    Kortikosteroid topikaI

    Merupakan imunosupresor yang nonspesifik yaitu kortikosteroid

    kelas ll (Clobatasol propionate) dalam bentuk larutan dengan cara

    pemakaian: 2 x 1 ml/hari dioles pada seluruh kepala. Lama pengobatan 3

    4 bulan. Terapi dikurangi secara bertahap bila alopesia membaik. Pada

    Triple therapy digunakan kortikosteroid potensi tinggi dalam bentuk krim,

    yang dipakai 30 menit sesudah pengolesan dengan larutan minoxidil, disertai

    dengan penyuntikan kortikosteroid 1 x sebulan. Bila tidak ada perbaikan

    maka dapat dialihkan pada Shorf contact anthralin therapy. Dalam suatu

    penelitian digunakan flucinolone acetonide cream 0,2 % dua kali sehari, 61 %

    menunjukkan hasil adanya respon. Pada penelitian selanjutnya denganmenggunakan topikal desoximetasone (Topicort) cream dua kali sehari

    selama 12 minggu, secara statistik pertumbuhan rambut tidak bermakna

    dibandingkan dengan placebo. Pada penggunaan topikal korticosteroid

    potensi tinggi selama 3 bulan berlurut-turut memberikan hasil yang lebih baik.

    Topikal betametasone dipropionactere cream 0,05 % dua kali sehari dapat

    digunakan.7,9,10

    Oleh karena alopesia areata, salah satu diantara penyebab

    kerontokan rambut dianggap diperantarai oleh reaksi imun, maka secara

    khusus kita dapat memakai steroid secara topikal maupun intralesi.

    Kortikosteroiid ini dapat juga dikombinasi dengan antralin atau minoxidil.

    Kontra indikasi adalah hipersensitivitas bahan tersebut, infeksi kulit oleh virus

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    17/30

    atau jamur. Efek samping dari obat ini adalah untuk terapi jangka panjang

    akan menekan fungsi adrenal, folikulitis, telangiektasi dan atropi lokal,

    pruritus, kulit kering dan rasa terbakar. Tidak pernah dilaporkan efek

    sistemik.7,9,10,20

    Terapi topikal dengan bahan- bahan iritan

    Antralin

    Pada dasarnya suatu irritant treatment bagi alopesia areata bekerja

    dengan ; memutuskan pertumbuhan sel yang normal dan diferensiasi sel-sel

    didalam kulit yang mengakibatkan kerusakan fisis dan akan merangsang

    sistem imun untuk bereaksi dan membatasan kerusakan kulit.

    Suatu kontak dermatitis induser adalah bahan kimia yang mana sistem

    imun alergik terhadapnya. Tidak punya kerja langsung pada sel sel kulit.

    Dipercaya bahwa iritan dan kontak dermatitis induser y ang bekerja sebagai

    suatu kompetisi antigenik (persaingan / konkurensi).

    Antralin merangsang pertumbuhan rambut kembali oleh sifat-sifat

    iritannya. Kemungkinan bahrwa mediator-mediator yang berlainan

    memegang peranan yang dominan pada dermatitis yang dicetuskan oleh

    antralin.7,7,9,10,13

    Sitokin yang terlibat pada perbaian dari pertumbuhan rambut adalah

    lL1b yang menunjukkan duksi yang luar biasa sesudah pengobatan antralin

    dan Tumor Necrosis Factor lnterferon, akan menurun sesudah pengobatan

    dengan antralin.6,7,9,10,13

    Antralin merupakan bahan topikal yang paling banyak dipakai di antara

    bahah-bahan iritan lainnya untuk pengobatan alopesia areata. Dengan short

    contact anthralin therapy digunakan krim antralin 1-3 %, dioleskan pada

    daerah kebotakan hanya untuk beberapa jam sampai terjadi iritasi kulit

    kemudian dicuci dengan air dan sabun, pemakaian ini dilakukan selama 6

    bulan. Dikombinasikan dengan pengolesan larutan minoxidil 5 % 2 x sehari.

    Efektivitas minoxidil bisa dipercepat dengan antralin.9,10,20

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    18/30

    Antralin secara topikal dapat merangsang pertumbuhan kembali rambut oleh

    sifat sifat iritannya. Terdapat kemungkinan bahwa berbagai mediator yang

    berlainan dapat memegang peranan dominan pada dermatitis yang

    dicetuskan oleh folikuler langsung oleh ada bukti mengenai efek stimulasi

    menyebabkan suatu dermatitis iritatif yang ringan mengubah fungsi imun kulit

    setempat yang terlibat. Terapi kombinasi dengan antralin 0.5 % dan minoxidil

    5 % memberi respons kosmetik sebesar 11 % dalam waktu 6 bulan. Respons

    ini dipertahankan setelah terapi diteruskan selama 84 minggu. Pertumbuhan

    kembali rambut terjadi pada minggu ke-12. Hasil yang diperoleh dengan

    terapi kombinasi lebih baik daripada pemakaian obat secara tunggal. Jadi

    terapi kombinasi dengan memakai obat-obat dengan mekanisme kerja yang

    berlainan dapat menghasilkan suatu efek sinergistik dan dengan demikian

    menghasilkan efektivitas kosmetik yang lebih tinggi.6,7,9,10,13,14,19

    Obat topikal yang bekerja langsung pada folikel rambut.

    Minoxidil (2,4-diamino 6 piperidinopyrimidine-3-oxide)

    Mekanisme kerja minoxidil untuk merangsang pertumbuhan rambut

    tidak diketahui, meskipun bukti-bukti yang muncul menunjukkan adanya

    kemungkinan efek folikuler yang langsung (mitogenic effect) dan periferalvasolidator yang poten. Minoxidil mempunyai efek mitosis secara langsung

    pada sel epidermis dan memperpanjang kemampuan hidup keratinosid. Juga

    diduga bahwa mekanisme kerja dihubungkan dengan hambatan masuknya

    kalsium ke dalam sel. Masuknya kalsium dalam sel secara normal dapat

    meningkatkan faktor pertumbuhan epidermis (EGFs), yang menghambat

    pertumbuhan rambut. Alergi terhadap minoxidil dapat dipastikan dengan

    melakukan uji tempel dengan larutan minoxidil komersil dan propilen glikol

    yang diencerkan. Apabila hasil kedua uji tempel adalah positif (+), maka

    propilen glikol merupakan penyebab utama dermatitis kontak alergika (DKA)

    ini. Dengan demikian dapat dipakai campuran larutan minoxidil yang bebas

    propilen glikol, dengan efektivitas sebaik larutan terdahulu. Minoxidil 5 %

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    19/30

    harus dioleskan 2 x sehari untuk jangka waktu 2-3 bulan sebelum terjadi

    peningkatan jumlah rambut. Apabila obat dihentikan maka rambut kembali

    hilang dalam waktu 6 bulan. Pertumbuhan rambut dapat dilihat paling cepat 2

    bulan sampai 1 tahun sesudah terapi dengan 5 % minoxidil. Pemberian

    topikal tidak efektif pada alopesia totalis tau alopesia universalis. Kombinasi

    minoxidil 5 % dengan antralin dioleskan dua kali sehari dapat mempercepat

    efektifitasnya. Beberapa peneliti berpendapat bahwa kombinasi minoxidil

    dengan asam retinoat topikal dapat meningkatkan absorpsi minoxidil

    perkutan sehingga jumlah minoxidil yang mencapai folikel juga meningkat,

    dapat meningkatkan diferensiasi folikel dan pembentukan dermal vessel,

    meningkatkan kecepatan pertumbuhan rambut, memperpanjang fase

    anagen, merubah rambut velus menjadi rambut terminal, dengan cara

    bekerja secara sinergis dengan minoxidil. Iritasi pada pemakaian tretinoin

    secara topikal merupakan efek samping yang dapat dikontrol pada banyak

    subyek dan suatu true contact alergyterhadap tertinoin topikal jarang terjadi.

    Kebanyakan pasien tidak menganggap iritasi sebagai suatu masalah.

    Kombinasi minoxidil 5 %, asam azelaik dan betametason (Xandrox) dikenal

    dengan formulasi Dr. Lee. Pasien-pasien yang memakai Xandrox dianjurkan

    diperiksa secara periodik bagi kemungkinan adanya HPA (Hipotalamus

    Pituitary Adrenal axis) axis suppression dengan urinary free cortisol testdan

    ACTHStimuIarion test.1 ,4 ,6 ,8 -10 ,13 ,14 ,19 ,20,23,27

    Pemakaian bahan sensitisers topikal

    Adanya mekanisme auto-imun tidak perlu berarti adanya suatu

    penyakit autoimun. Disekitar lesi dari folikel rambut pada alopesia areata

    adalah CD4+ dan CDs+ limfosit. Sel-sel ini kemungkinan kandidat alternatif

    untuk menjadi pencetus dari alopesia areata. Apabila penyakit auto-imun

    terjadi pada organ Iain, jaringan sepenuhnya rusak. Tetapi hal ini tidak terjadi

    pada alopesia areata. Secara klinis efek-efek dari iritan hampir sama dengan

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    20/30

    contact sensitizing chemical dengan induksi dari suatu inflamatory

    dermatitis yang merupakan gejala kunci.11

    lmuno terapi topikal berkaitan dengan induksi dan maintenance dari

    dermatitis kontak alergi pada daerah kebotakan untuk merangsang

    pertumbuhan rambut rambut embali. Perubahan dalam respon imun

    setempat berperan besar. Alergi kontak sensitisasi akan merubah

    perbandingan peribulbar T4 : T8 dari 4 : 1 menjadi 1 : 1 (kompetisi antigenik

    yang menghambat reaksi auto imun).6 Pada awalnya dipakai

    dinitroklorobenzen (DNCB), terapi kemudian dihentikan setelah diketahui

    bahwa bahan ini bersifat mutagenik dalam test Ames. Squaric acid dibutyl

    esfer(SADBE) yang negatif pada test Ames (non mutagenic tetapi larutannya

    tidak stabil). Sensitiser yang kini paling banyak dipakai adalah diphencyprone

    (DCPC) yang non-mutagenik, tetapi sensitif terhadap degradasi sinar ultra

    ungu. Sensitiser topikal ini dipakai pada terapi atopesia areata.

    Diphencyprone dioleskan1 x seminggu selama 20 24 minggu. Apabila tidak

    ada respons hingga 24 minggu maka imunoterapi topikal ini dihentikan.

    Aplikasi berulang - ulang bahan sensitisers secara topikal dapat

    mencetuskan pertumbuhan kembali rambut di kepala pada 50 % - 90 %

    pasien yang diterapi. Sensitisasi kontak alergik dapat menyebabkan

    persaingan antigenik yang menghambat berbagai reaksi auto-imun. Terapi

    dengan allergic contactantsmemerlukan waktu yang lama (berbulan bulan)

    menyebabkan efek samping seperti pruritis, adenopati, eritema multiforme,

    vitiligo, dan kemungkinan terjadinya reaksi autosensitisasi yang dapat

    membahayakan pasien.1,4,6,8,9,10,11,13,14-16,19,20,23,27

    Kontra indikasi pada yang hipersensitivitas, anafilaksis, ibu hamil dan

    menyusui. Sedangkan efek samping dapat limfadenopati servikal,perubahan-perubahan pigmentasi, erupsi mirip eritema multiforme dan

    urtikaria.1,4,6,9-11,13-16,19,20,23

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    21/30

    Lmunosupresor / imunomodulator yang spesfik

    Siklosporin

    Topikal dapat bermanfaat pada beberapa pasien dengan alopesia

    areata akan tetapi daya induksi dari suatu kelainan limfoproliferatif dan

    kanker kulit membatasi cara pemakaian ini. Pada suatu penelitian digunakan

    siklosporin 5 % dan 10 % solution 2 kali seharis elama 4 12 bulan tidak

    menunjukkan pertumbuhan (24 pasien) sedangkan 3 pasien menunjukkan

    pertumbuhan rambut velus dengan larutan 10 %. 10

    Siklosporin menghambat aktivasi sel T penolong (T4 limfosit) yang

    dapat patogenik pada alopesia areata. Suatu percobaan dengan siklosporin

    6 mg/kg/hari peroral selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan rambut

    kembali pada 50 % pasien, namun kerontokan rambut terjadi lagi setelah

    obat dihentikan. Tidak terdapat respons yang menguntungkan dengan

    pemakaian siklosporin topikal.6,9,10,20

    Kontra indikasi hipersensitivitas, hipertensi, karsinoma. Jangan

    diberikan bersama PUVA atau UVB pada psoriasis karena akan dapat

    rneningkatkan karsinoma. Rifampicin, fenobarbital, isoniasid, karbamasepin,

    fenitoin dapat menurunkan konsentrasi siklosporin. Azithromycin,

    itraconazole, ketoconazole, fluconazole, erithromycin, acyclovir, amphotericin

    B dan grape fruit juice dapat meningkatkan toksisitas siklosporin.6,9,10,13,20,23

    Foto kemo terapi

    Inflammatory cells didalam kulit mudah rusak oleh sinar UV. Psoralen

    membantu memperbaiki efektivitas dari sinar UV dalam menghancurkan sel

    sel peradangan kulit. Dengan psoralen misalnya metoksalen, trioksalen dan

    sinar ultra ungu-A (PUVA), menyebabkan rambut tumbuh kembali. Diberi 3hari dalam seminggu dengan dosis 0,6 0,8 ml/kg p.o, 1 2 jam sebelum

    dipapar dengan UVA. Dapat diberi secara topikal. Namun cara ini dapat

    meningkatkan risiko terjadinya photodamaged dan kanker kulit, sehingga

    pemakaiannya dibatasi.1,4,6,7,9,10,13,14,19,23,27

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    22/30

    Photochemotherapy (PUVA) dalam jangka waktu lama dapat

    mencetuskan pertumbuhan rambut kepala dan tubuh pada 70 % pasien yang

    diterapi. Pertumbuhan kembali nampaknya berkaitan dengan jumlah energi

    yang dihasilkan. Respons awal dilihat setelah pemakaian 85 120

    J/m2/hari.20

    Khusus bagi pasien pasien dengan alopesia areata, University of

    British Columbia Hair Research and Treatment Centre, 1998, membuat

    protokol pengobatan pada orang dewasa, sebagai berikut :

    - Kerontokan rambut < 50 %

    a. Tanpa terapi

    b. Penyuntikan triamisinolon asetonid intralesi

    c. Larutan minoxidil 5 %

    d. Kombinasi larutan minoxidil 5 % dengan kortikosteroid topikal potensi

    tinggi.

    e. Kombinasi larutan minoxidin 5 % dan antralin.

    f. lmunoterapsie cara topikal apabila berbagai cara tersebut di atas tidak

    menolong.

    - Kerontokan rambut 50 %

    a. Lmunoterapi secara topikal dengan diphencyprone (DPCP)

    b. Larutan minoxidil 5 % dan kortikosteroid topikal potensi tinggi.

    c. Larutan minoxidil 5 % dan antralin.

    d. PUVA.

    e. Kortikosteroid sistemik.20

    Pengobatan alternatif

    Aloe vera

    Punya daya menyejukkan dan anti peradangan Daun seledri (apium graviolen-L)

    Kelapa hijau (cocos nucifera-L)

    Poison Ivy

    Suatu potent contact sensitizing chemical.

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    23/30

    Melatonin

    Suatu neuro-hormon yang bersifat imunosupresif.

    Sinar ,atahari

    Menurunkan sel sel imun didalam kulit

    Heat treatment

    Asprin poultice

    Mustard seed (capsicum poutice)

    Dimethyl sulfoxide (DMSO)

    Evening primrose oil (EPO), omega 6 essential fatty acid (EFA)

    Flax seed oil, lin seed oil, fish oil (omega 3 fatty acid) 6,14,20

    Aroma therapy 6

    Massase dengan minyak esensial setiap hari untuk waktu 7 bulan.

    Pengobatan experimental

    - Tacrolimus (FK 506)

    Suatu imunosupressive agen untuk menstimullasi pertumbuhan

    rambut pada CD1.6,9,10,20,27

    Jenis Jenis Terapi Sistemik

    Penggunaan obat sistemik untuk mengobati kerontokan rambut

    biasanya digunakan untuk alopesia areata adalah :

    Golongan imunomodulator ; kortikoteroid, isoprinosin dan siklosporin

    Kortikosteroid

    Penggunaan sterois sistemik pada pengobatan alopesia areata masih

    kontroversial. Angka pertumbuhamn rambut besarnta bervariasi (27

    89%) dan hal ini sulit untuk dibandingkan karena dosis pemberianyang digunakan dalam beberapa penelitian berbeda. Tidak ada

    kesepatan resmi berkaitan dengan pemakaian dosis steroid sistemik.

    Kortikosteroid yang sering digunakan adalah prednison dengan dosis

    dan lama pemberian selang sehari dengan dosis 80 120 mg/hari

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    24/30

    selama antara 8 42 bulan atau dosis denyut 300 mg yang diberikan

    sebanyak 4 kali dengan interval 4 minggu.

    Kekambuhan dapat terjadi dan waktunya bervariasi antara 6 - 15 bulan

    sesudah prednison dihentikan.

    Triamsinolon asetat 40 - 80 mg/hari IM, 1 - 6 kali/minggu selama 4,5 -

    18 bulan dilaporkan memberikan hasil baik pada 11 pasien, relaps terjadi 4 -

    9 minggu setelah penghentin obat. Friedli, dkk melaporkan pemakaian metil

    prednisolon yang diberikan s cara intravena dalam dosis denyut 250 mg/hari,

    selama 3 hari pada bulan ke 1,3,6 dan ke 12. Kekambuhan terjadi pada

    sebagian pasien, waktunya antara 3 -12 bulan seteIah obat dihentikan .1,4,6,7-

    10,13,14,19,21,23,27

    lsoprinosin

    lsoprinosin berfungsi meningkatkan jumlah dan fungsi limfosit T, serta

    meningkatkan fungsi fagositosis, juga menurunkan kadar autoantibody yang

    sering didapatkan pada alopesia areata, alopesia totalis atau alopesia

    universalis, yaitu nuclear antibody, smooth muscle antibody, striated muscle

    antibody, serta epidermal dan atau gastric parietal cell antibody. Dosis yang

    digunakan adalah 50 mg/kgBB/hari, dengan dosis maksimal antara 3 - 5 g

    sehari. Lama pemberian bervariasi, berkisar antara 20 minggu sampai 6

    bulan. Dosis yang diberikan biasanya tidak menetap, tetapi diturunkan

    setelah minggu ke 3 sampai minggu ke - 8. Tidak semua pasien memberi

    respon memuaskan dan pada alopesia totalis dan universalis kekambuhan

    terjadi antara 2 minggu sampai 5 bulan setelah obat dihentikan, sementara

    pada alopesia areata lebih dari 1 tahun. Sabardi, dkk melaporkan kasus

    alopesia areata pada anak yang diobati isoprinosin dengan dosis masing-masing 2 x 400 mg/hari dan 4 x 250 mg/hari. Dosis diturunkan setelah 2

    bulan menjadi 2 kali / minggu dan dilanjutkan sampai 6 bulan. Efek samping

    penggunaan isoprinosin yang paling sering adalah peningkatan ringan asam

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    25/30

    urat serum, nausea, dan skin rash. Sedangkan kontra indikasinya adalah

    penderita gout, urolitiasis, dan disfungi ginjal. 10,21

    Siklosporin

    Siklosporin memiliki efek menghambat infiltrasi imunitas ke dalam dan

    sekitar folikel rambut, menghambat ekspresi HLA DR di epitel folikel,

    ekspresi ICAM-1, sel T CD4, CD8, dan sel Langerhans di folikel rambut, serta

    menurunkan rasio CD4/CD8. Gupta,dkk (melaporkan pemberian siklosporin

    dengan dosis 6 mg/kg/hari selama12 minggu. Pertumbuhan rambut mulai

    terjadi antara minggu ke 2 - 4, sedangkan kesembuhan didapatkan tiga

    bulan setelah obat dihentikan. Penulis lain melaporkan pemberian siklosporin

    dengan dosis 5 mg/kgBB/hari dan prednison 5 mg/hari. Dosis siklosporin

    diturunkan 1mg/gBB/hari setelah 10 minggu dan setelah itu 0,5 mg/kgBB/hari

    tiap 6 minggu. Total lama pemberian siklosporin 24 minggu dan prednison

    dihentikan 1 bulan sesudah siklosporin dihentikan. Efek samping sillosporin

    adalah sakit kepala, fatigue, diare, hiperplasia ginggiva, flushing dan myalgia

    serta peningkatan ureum dan kreatinin serum.6,7,9,10,21

    Golongan fototerapi PUVA dan Psoralen

    Foto terapi untuk alopesia areata, totalis, dan universalis dengan

    menggunakan psoralen + UVA (PUVA). PUVA dapat mempengaruhi populasi

    limfosit di kulit dan dalam sirkulasi. Pada alopesia areata diduga

    menyebabkan perubahan respon imun melalui mekanisme yang kompleks

    yang menyebabkan bulbus rambut terbebas dari serangan reaksi imun.

    Secara umum, PUVA mempunyai peran sebagai imunosupresif pada kulit.

    PUVA dapat menunkan jumlah sel - T, kebanyakan seI CD3+, CD4+ danCD8+. Juga menurunkan jumlah reseptor interleukin (IL-2). Walaupun tidak

    menurunkan jumlah sel Langerhans, PUVA menurunkan ekspresi

    pembentukan imumnojistokemia, jadi dapat menurunkan presentasi antigen.

    Claudy,dkk melaporkan pemberian metoksalen dengan dosis 10 mg untuk

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    26/30

    yang berat badannya 25 kg sampai 60 mg untuk yang berat badannya > 90

    kg, diberikan 2 jam sebelum radiasi PUVA ke seluruh badan. Frekuensi

    radiasi 3 x/minggu dengan energi 8- 8,5 J/cm2 setiap beberapa kali

    penyinaran5. Dosis radiasi ditingkatkan 1 J/cm2 setiap beberapa kali

    penyinaran dan rerata radiasi keseluruhan adalah 505 J/cm2. Kekambuhan

    terjadi antara 8 bulan sampai 2 tahun setelah penghentian terjadi. Para

    peneliti lain menggunakan dosis metosalen yang bervariasi, misalnya 10

    mg/hari untuk yang berberat badan < 30 kg sampai 60 mg/haru intuk yang

    berat badannya > 90 kg atau 0,6m g/kgBB, semua diberikan 2 jam sebelum

    radiasi. Dosis awal radiasi 1 J/cm2 dan ditingkatkan sampai dengan 9

    J/cm2.1,6,7,9,10,21

    Golongan vitamin dan mineral

    Vitamin terutama digunakan pada keadaan defisiensi vitamin yang

    bersangkutan.

    Kerontokan r mbut dan alopesia dapat merupakan salah satu gejala

    defisiensi beberapa jenis vitamin, misalnya B-12, biotin, dan vitamin D. untuk

    keadaan tersebut suplemen vitamin yang bersangkutan dapat menghilangkan

    semua gejala defisiensi, termasuk gejala kerontokan rambut dan alopesia.

    Vitamin B12 diberikan dengan dosis1 mg/minggu lM pada bulan pertama,

    yang dilanjutkan dengan 1 mg/bulan, perbaikan terjadi setelah1 tahun.

    Sedangkan biotin diberikan dengan dosis 150 mg/hari yang memberikan

    perbaikan setelah 1 minggu, dan vitamin D dengan dosis 00 400 lU/hari.

    Vitamin B6 yang diberikan secara lM setiap hari selama 20-30 hari

    memberikan perbaikan pada wanita dengan alopesia difusa atau efluvium

    telogen, dosis pemberian tersebut dapat diulangi dengan interval 6 bulan.Pemberian vitamin E dosis tinggi pada pasien keganasan yang mendapat

    sitostatik doksorubsin ternyata tidak dapat mencegah terjadinya kerontokan

    rambut pada pasien- asien tersebut.2l

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    27/30

    Beberapa analisa dilaporkan konsentrasi Zinc pada serum darah

    pasien alopesia areata menurun. Zinc sulfat dapat digunakan pada beberapa

    pengobatan alopesia areata.7,14

    lnterferon

    Interferon 2 (1,5 million lU) 3 kali seminggu selama 3 minggu.9,10

    Dapsone

    Dosis 50 mg 2 kali sehari digunakan selama 6 bulan.7,9

    Jenis - Jenis Terapi LainCryothterapy

    Bekerja menstimulasi pertumbuhan r mbut pada alopesia areata. Pada

    satu penelitian pada anak dan dewasa terjadi pertumbuhan rambut kembali

    pada lebih dari 60 % dari area alopesia areata pada 70 dari 72 pasien yang

    diteliti. 13

    Dermatography

    Pada 1986 oleh Van Der Vender telah dimulai penelitian dengan Japanese

    tattoing Technique untuk aplikasinya. Metode ini terus berkembang dan

    sejak 1990 disebut dermatography.5

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    28/30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Dawber RPR, Berker, D,Wojnarowska. F, Disorders of Hair, In Champion

    RH et al eds. Rook, Wilkinsons, Ebling Textbook of Dermatology : in form

    volumes 6th ed oxford, Black Well Science Ltd,1998, 2869- 931.

    2. Sawaya ME, Biochemistry and Control of Hair Growth, ln Arndt KA et al

    eds, Cutaneus Medicine and Surgery an Integrated Program in

    Dermatology ; in two volumes, Philadelphia ; WB Saunders Company,

    1996, 1245 - 67.

    3. Skin and Hair Biology ; www.keratin.com

    4. Olgen A.E. Hair Disorders. in. Fitzpatrick TB, et al eds. Dermatology inGeneral Medicine 5th ed. New York : MC Graw Hill lnc,' l999 : 729 46

    5. Velden EM et als : Dermatography as new treatment for alopecia areata of

    the eyebrows. In International Journal of Dermatology, vol 37, Blacwell

    Science Ltd, 1998 ; 617 21

    6.

    0. Anrdt l(A, Bowers KE;Alopecia areata, in Manual of Derrnatologic

    'flrerapeutics

    witlrE ssentialosf Diagnosis6,t he d. PliilacJelphLiaip, pincott

    William&s Wilt

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    29/30

    27

    11 Tang L, et als ; Restoratioonf hairg rowthw itht opicald iphencyprottine

    mousea nd reatm odelso f alopeciaa reatai,n JournaAl mericanA cademy

    of Dermatologvyo, l4 9,N o.6 . 2003,1 013- L

    lr I0[.lF, l gl f,lgI

    A glinira$rt uo1q f chirdhoAordo pecAiare atian

    StngItnPp undtDsii elrrilm rnru1tnl3N l 4uo? u 0y?0 f-?li 0l 0 i

    13.P apaclopouluAsJ , SchwartzR A, JannigerC K ; Alopeciaa reata :

    ernergingco nceptsI,n Actad errnatovenerologicAal,p irraP, annonicae,t

    Adriaticavo l.9 , No.3 , 2000.

    14.A lopeciaa reata; www.K eratin.conr

    15.S chuttelaaMr L et als ; DPCPi s a beneficatlh erapeutiacg enti n children

    with severea lopeciaa reatat otalisa nd alopeciaa reatal ocalis,I n British

    JournaDl errnatolog1y9 96O ct; 135( 4): 581- 5.

    16.G ordon PM et als. Alopeciaa realtaw ere sensitizeda nd treatedw itlr

    topicadl iphencypronIen, B ritishJ ournaDl ermatolog1y.9 96M ay;13a (5)

    : 8 6 9- 7 1 .

    17 .t vlaibachl- -llE, lsnerP . ; Alopeciaa reata,l n CosrneceuticaDlsr ugsV S

    CosmeticsN, ewY ork- Basel,M arceDl ekkerI,n c2 000; 66 - Bg.

    18.P rice VH ; Treatrnenot f [-{airL oss, In The New EnglandJ ournalo f

    Medicin1e9 99S eptv, ol.3 41,N o.1 3; 964- 73.

    19.S chroecleTrL , LevyM L ; Treatrnenotf hairl ossc Jisorderins clrilclre:n I n

    Derrnatologic

    'f

    herapyv, ol 2, Munksgaarc'11,g gf , 84 - gZ.

    20.D iana Nst ; PenatalaksanaaKne rontokanR an"rbuSt ecara Topikal,WasitaatmadjSa M dkk. eds, dalam KumpulanM akalatrl lmiahD alarrr

    SimposiumK esehatand an l(eindahanR arnbutP, enerbiKt elornpoSk tudi

    Derrnatologl(io smetikIn donesiaJ,a kar la,2 002,2 9 - 38.

    21. Handayani|. ; Pengobatanl( erontokanR arnbutS ecaraS istenrikd,a larrr

    Imam Budi Putra : Alopesia Areata, 2008USU e-Repository 2008

  • 7/29/2019 Unlock Alopesia Areata

    30/30

    WasitaatnradjSaM dkk, eds, dalam KumlrulanM akalafrl lmiah Dalarn

    SimposiumK esehatand an l(eindahanR ambut,P enerbiKt elonrpoSk tucli

    DermatologKio snretiIkn donesiaJ,a l