Upload
gunawan-widiarto
View
72
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lanjutan yang sebelumnya
Citation preview
26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Kabupaten Banjarnegara 4.1.1. Geografis
Kabupaten Banjarnegara termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah
bagian Barat, membujur dari Barat ke Timur. Secara astronomi, terletak
diantara 7o 12' – 7o 31’ Lintang Selatan dan 109o 29’ – 109o 45’50” Bujur
Timur. Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 1.069,71 Km2 atau
sebesar 3,10% dari luas seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah, terdiri dari
20 wilayah kecamatan, 12 kelurahan, 266 desa.
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Adiministrasi
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006
No Sub Wilayah
Pertumbuhan Kecamatan Desa Kelura
han Jum Lah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Banjarnegara 1. Bawang
2. Sigaluh
3. Banjarnegara
4. Pagedongan
18
14
4
9
-
1
9
-
18
15
13
9
2. Purwareja
Klampok
1. Susukan
2. Pwj. Klampok
3. Mandiraja
4. Purwanegara
15
8
16
13
-
-
-
-
15
8
16
13
3. Wanadadi 1. Rakit
2. Punggelan
3. Wanadadi
4. Pandanarum
11
17
11
8
-
-
-
-
11
17
11
8
27
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
4. Batur 1. Batur
2. Wanayasa
3. Pejawaran
4. Kalibening
8
17
17
16
-
-
-
-
8
17
17
16
5. Karangkobar 1. Karangkobar
2. Banjarmangu
3. Pagentan
4. Madukara
13
17
16
18
-
-
-
2
13
17
16
20
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2006
Tabel 4.2 Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan Kecamatan
Tahun 2006
No Kecamatan Luas (km2)
Persentase (%)
(1) (2) (3) (4) 1. Susukan 52,66 4,923
2. Purwareja Klampok 21,87 2,044
3. Mandiraja 52,62 4,919
4. Purwanegara 73,86 6,905
5. Bawang 55,21 5,161
6. Banjarnegara 26,24 2,453
7. Pagedongan 80,55 7,530
8. Sigaluh 39,56 3,698
9. Madukara 48,20 4,506
10. Banjarmangu 46,36 4,334
11. Wanadadi 28,27 2,643
12. Rakit 32,44 3,033
13. Punggelan 102,84 9,614
14. Karangkobar 39,07 3,652
15. Pagentan 46,19 4,318
16. Pejawaran 52,25 4,884
28
(1) (2) (3) (4) 17. Batur 47,17 4,410
18. Wanayasa 82,01 7,667
19. Kalibening 83,77 7,832
20. Pandanarum 58,56 5,474
Jumlah 1.069,71 100,00
Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2006
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa wilayah kecamatan paling
luas adalah Kecamatan Punggelan yaitu 102,84 Km2 atau 9,6% dari
seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara, yaitu 1.069,71 Km2. Dan
wilayah kecamatn paling kecil adalah Kecamatan Purworejo Klampok
yaitu 21,87 Km2 atau 2,04% dari luas keseluruhan.
Secara administratif wilayah KabupatenBanjarnegara berbatasan
dengan beberapa kabupaten, antara lain:
Sebelah Utara : Kabupaten Pekalongan,dan
Kabupaten Batang
Sebelah Timur : Kabupaten Wonosobo
Sebelah Selatan : Kabupaten Kebumen
Sebelah Barat : Kabupaten Purbalingga,dan
Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan bentuk topografi dan geografisnya dapat digolongkan
menjadi :
- Bagian Utara yang terdiri dari daerah pegunungan dengan relief
bergelombang dan curam, bagian ini meliputi wilayah
Kecamatan Kalibening, Pandanarum, Wanayasa, Karangkobar,
Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara dan Banjarmangu.
- Bagan Tengah terdiri dari wilayah dengan relief datar,
merupakan lembah sungai Serayu yang subur, mencakup
sebagian Kecamatan Banjarnegara, Madukara, Bawang,
Purwanegara, Mandiraja, Purwareja Klampok, sebagian
Kecamatan Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu.
29
- Bagian Selatan terdiri dari wilayah dengan relief curam,
merupakan bagian dari pegunungan Serayu Selatan. Bagian ini
meliputi Kecamatan Sigaluh, Sebagian Kecamatan
Banjarnegara, Pagedongan, Bawang, Mandiraja dan Sebagian
Kecamatan Susukan.
Ditinjau dari segi ketinggian, terbagi menjadi 4 (empat ) wilayah
ketinggian, yaitu :
- Kurang dari 100 m dari permukaan air laut, meliputi luas 9,82%
dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, meliputi
Kecamatan Susukan dan Purwareja Klampok, Mandiraja,
Purwanegara dan Bawang.
- Antara 100 – 500 m dari permukaan air laut, meliputi luas
37,04% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Banjarnegara,
meliputi Kecamatan Punggelan, Wanadadi, Rakit, Madukara,
sebagian Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwanegara,
Bawang, Pagedongan, Banjarmangu dan Banjarnegara.
- Antara 500 – 1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas
28,74% dari seluruh luas wilayah kabupaten Banjarnegara,
meliputi Kecamatan Sigaluh, sebagian Banjarnegara,
Pagedongan dan Banjarmangu.
- Lebih dari 1.000 m dari permukaan air laut, meliputi luas
24,40% dari seluruh wilayah kabupaten Banjarnegara meliputi
Kecamatan Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening,
Pandanarum, Karangkobar dan Pagentan.
Ditinjau dari segi kemiringan, dapat dibedakan menjadi 3 ( tiga )
kemiringan yaitu :
- Antara 0 – 15% meliputi luas 24,61% dari luas wilayah
Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan,
Purwareja Klampok, Mandiraja, Purwanegara, Pagedongan,
Bawang dan Rakit.
- Diatas 15 – 40% meliputi luas 45,04% dari luas wilayah
30
Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Madukara,
Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, Karangkobar, Pagentan,
Wanayasa dan Kalibening.
- Lebih dari 40% meliputi luas 30,35% dari luas wilayah
Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan,
Banjarnegara, Sigaluh, Banjarmangu, Pejawaran dan Batur.
Menurut data yang dikeluarkan Dinas Pemukiman dan Prasarana
Daerah (Diskimprasda) Kabupaten Banjarnegara tahun 2006, wilayah ini
beriklim tropis, musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang
tahun. Musim penghujan umumnya lebih banyak dari musim kemarau.
Curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Madukara sebanyak 3.505 mm
per tahun dengan Hari Hujan 124. Sedangkan curah hujan terendah
terjadi di Kecamatan Pejawaran sebesar 822 mm per tahun dengan 132
Hari Hujan.
Temperatur udara berkisar antara 20 – 26 oC dengan temperatur
terdingin pada musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng dapat mencapai
180C – 30C dengan kelembaban udara berkisar antara 84 – 85%.
4.1.2. Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2005
sampai dengan akhir Juni 2006 tercatat sebanyak 899.915 jiwa yang
terdiri atas 449.692 laki-laki dan 450.223 perempuan. Bila dibandingkan
dengan jumlah penduduk tahun 2005 sebesar 899.225 maka terjadi
pertambahan sebesar 0.08%. Berdasarkan struktur umur yang ada,
penduduk usia produktif ( 15 – 59 tahun ) sebanyak 644.123 jiwa dan usia
non produktif ( 0 – 14 tahun dan diatas 60 tahun ) sebanyak 255.792 jiwa.
Sehingga Angka Ketergantungan ( Dependency Ratio ) sebesar 0.39 yang
berarti bahwa setiap 100 jiwa usia produktif harus menanggung 39 jiwa
usia non produktif.
Penyebaran penduduk di tiap Kecamatan tidak merata, dimana
Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Punggelan
31
yaitu sebanyak 69.980 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit adalah
Kecamatan Pandanarum dengan jumlah penduduk 21.694 jiwa.
Sementara untuk tingkat kepadatan penduduk tahun 2006 adalah sebesar
841 jiwa per km2, dengan kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan
Banjarnegara yaitu sebanyak 2.298 jiwa per Km2, sedang kepadatan
penduduk terendah terdapat di wilayah Kecamatan Pandanarum 370 jiwa
per Km2.
Berdasarkan struktur penduduk menurut mata pencaharian terbagi
dalam beberapa bidang antara lain, pertanian, perdagangan dan jasa.
Sesuai dengan kondisi pemanfaatan lahan sebagian besar mata
pencaharian penduduk adalah pada sektor pertanian yaitu 207.255 jiwa,
sektor perdagangan 70.546 jiwa, sektor industri 42.963 jiwa dan sektor
jasa 34.448 jiwa sedang sisanya bermata pencaharian lainnya.
Jumlah keluarga miskin tahun 2006 sebanyak 112.984 KK atau
sekitar 50.21% dari jumlah keluarga yang ada di Kabupaten Banjarnegara
sebanyak 225.023 KK. Bila dibandingkan dengan jumlah keluarga miskin
tahun 2005 sebanyak 95.357 KK, maka terjadi peningkatan sebesar
15,60%. Peningkatan jumlah keluarga miskin ini antara lain disebabkan
daya beli dan tingkat kesejahteraan masyarakat menurun. Namun
demikian, jumlah peningkatan keluarga miskin tersebut masih dibawah
angka peningkatan kemiskinan Nasional yang mencapai 17,75%.
4.1.3. Agama
Struktur penduduk berdasarkan pemeluk agama, sebagian besar
penduduk adalah pemeluk agama Islam. Data selengkapnya dapat dilihat
dibawah ini:
1. Islam : 912.093 orang
2. Katolik : 3.319 orang
3. Protestan : 2.346 orang
4. Hindu : 90 orang
5. Budha : 562 orang
32
Prasarana keagamaan meliputi: masjid 1483 buah,
langgar/mushola 3.074 buah, gereja 24 buah dan vihara/pura 7 buah.
4.1.4. Pemuda dan Olahraga Dari struktur penduduk tampak bahwa penduduk di kabupaten
Banjarnegara didominasi oleh pemuda. Oleh karena itu, pembinaan,
penyediaan fasilitas untuk pengembangan kreativitas dan olahraga dan
pengendalian menjadi agenda utama dalam pengembangan pemuda.
Berkat pembinaan dan semangat para pemuda, maka di kabupaten
Banjarnegara telah banyak prestasi-prestasi kepemudaan yang telah
diperoleh baik tingkat daerah, nasional bahkan tingkat internasional.
Prestasi internasional, seperti (1) Chris John, juara tinju versi IBF, (2)
Lutfan Budi Santoso, peraih medali emas pencak silat pada SEA GAMES
XXXIII di Vietnam, dan (3) Sugiri Sasono, peraih medali perunggu untuk
cabang tinju di SEA GAMES XXXIII di Vietnam.
Prestasi di tingkat nasional meliputi, mengarang, sastra, olahraga,
karya tulis, Indonesian Tour Science Foundation. Prestasi di tingkat
daerah (provinsi) meliputi: K3 dalam Jambore Bhakti Husada, majalah
dinding, karya ilmiah remaja, beberapa cabang olahraga, karang taruna
berprestasi, pidato bahasa inggris, macapat ,dll.
Fasilitas atau prasarana yang tersediakan untuk kegiatan
kepemudaan dan olahraga serta kesenian, meliputi:
1. Stadion dan lapangan olahraga : 268 tempat
2. Lapangan Tenis : 15 tempat
3. Lapangan Bulu Tangkis : 157 tempat
4. Kolam Renang : 3 tempat
5. Padepokan Pencak Silat : 7 tempat
6. Arena Tinju : 2 tempat
7. Gedung Olahraga : 1 gedung
33
4.1.5. Kebudayaan
Kegiatan kebudayaan yang telah dilakukan di daerah ini meliputi
pengembangan dan pelestarian. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan
adalah kegiatan seni budaya kuda lumping, karawitan, pedalangan,dll.
4.1.6. Prasarana dan Sarana Daerah
Prasarana dan sarana daerah dalam hal ini meliputi: prasarana
jalan, sarana angkutan, prasarana pengairan, dan prasarana komunikasi.
4.1.6.1. Prasarana Jalan
Prasarana jalan yang ada meliputi :
1. Jalan Nasional, panjang 57,673 km dengan kondisi baik
sepanjang 12,470 km dan kondisi sedang 45,203 km
2. Jalan Provinsi, panjang 84,49 km dengan kondisi baik
sepanjang 25,200 km, kondisi sedang 59,290 km
3. Jalan Kabupaten, panjang 834,690 km dengan kondisi baik
sepanjang 602,740 km, kondisi sedang 48,660 km, kondisi
rusak 100, 750 km dan kondisi rusak berat 82,540 km.
4.1.6.2. Sarana Angkutan
Operasi angkutan yang ada hingga kini telah menjangkau hampir
seluruh wilayah bahkan sampai pelosok desa. Di masa mendatang
diharapkan jalur-jalur trayek akan bertambah, sehingga mempercepat
pemerataan pembangunan dalam pertumbuhan ekonomi daerah.
4.1.6.3. Prasarana Irigasi Jaringan irigasi yang ada terdiri dari pengairan teknis dan non
teknis dengan perincian sebagai berikut:
1. Jaringan Irigasi Primer sepanjang 131.142 m
2. Jaringan Irigasi Sekunder sepanjang 311.174 m
34
3. Jaringan Irigasi Pedesaan, tersebar di seluruh Kecamatan.
Jaringan irigasi yang ada di kabupaten Banjarnegara termasuk ke
dalam irigasi Singomerto, Kalisapi, Krikil, Piasa, Limbangan, Clangap,
Siruken dan Banjarcahyana.
4.1.6.4. Komunikasi
Komunikasi pada saat ini merupakan kebutuhan pokok. Dari data
yang ada tercatat di daerah ini telah terlayani telepon manual 6361 Sistem
Sambungan Telepon (SST), sedangkan yang lain menggunakan telepon
seluler (nirkabel).
4.1.7. Pemerintahan Umum
Pelayanan yang diselenggarakan oleh kabupaten meliputi:
Catatan Sipil, Perijinan, Pemadam Kebakaran, Ketentraman dan
Ketertiban umum, PDAM, Perbankan, Sosial dan sebagainya. Pelayanan
yang diselenggarakan di tingkat Kecamatan dan desa meliputi:
administrasi pembangunan dan administrasi kemasyarakatan. Badan
usaha yang telah dibentuk adalah PDAM, BPR, BPR BKK, Perusda
Percetakan dan Perusda Pertambangan. Prasarana Pemerintahan yang
ada secara umum masih layak dan dapat difungsikan terutama dalam
pemberian pelayanan kepada masyarakat.
4.2. Upaya Pemerintah Daerah Dalam Melaksanakan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara
4.2.1. Penataan Kawasan
1. Kawasan Lindung
Undang Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan
Ruang mendefinisikan kawasan lindung adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
35
sumber daya buatan. Tujuan ditetapkannya kawasan lindung
adalah untuk terjaganya kelestarian sumber daya alam tanah,
air, flora, fauna demi tercapainya peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara, Kawasan
Lindung terbagi menjdi tiga kawasan, antara lain: Hutan
Lindung, Kawasan Sempadan dan Kawasan Rawan Bencana.
a. Hutan lindung yang berupa hutan suaka, hutan wisata, dan
hutan produksi. Di wilayah ini tidak diperkenankan adanya
budi daya kecuali yang tidak merusak kelestarian hutan
lindung tersebut dan pada kurun waktu tertentu diadakan
rehabilitasi dan reboisasi. Kawasan ini terdapat di wilayah
utara antara lain Kecamatan Batur, Pejawaran, Wanayasa,
Karangkobar, Pandanarum, Pagentan dan Madukara bagian
utara serta di wilayah selatan antar lain Kecamatan
Pagedongan, Sigaluh bagian selatan, Bawang bagian
selatan, Purwonegoro bagian selatan, Mandiraja bagian
selatan, dan Susukan bagian selatan.
b. Kawasan sempadan sungai, danau/waduk dan mata air.
Kawasan ini terdapat di kiri-kanan sungai Serayu dan anak
sungainya, seputar Waduk Panglima Besar Jenderal
Sudirman dan di tiap mata air di seluruh wilayah
Banjarnegara. Kawasan ini dimanfaatkan untuk persawahan,
perkebunan, budidaya perikanan dan pariwisata.
c. Kawasan rawan bencana. Di wilayah kabupaten
Banjarnegara terdapat beberapa area yang sering
mengalami bencana alam, seperti erosi tingkat tinggi, tanah
longsor, dan gas beracun. Hal ini tentu akan sangat
merugikan masyarakat dan mengganggu pelaksanaan
pembangunan. Untuk pengamanan di kawasan ini dilakukan
beberapa langkah, yaitu:
1) Pengembangan kawasan suaka alam
36
2) Pembuatan talud pada titik-titik bencana untuk mencegah
kelongsoran, terutama di wilayah Utara yang berbukit-
bukit
3) Isolasi pada daerah rawan bencana gas beracun, seperti
di areal kawah Sikidang, agar tidak mengganggu
masyarakat.
2. Kawasan Budidaya
Undang Undang nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan
Ruang mendefinisikan Kawasan Budidaya sebagai wilayah
yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan. Secara umum kawasan ini
terletak di bawah kawasan penyangga yang tersebar di seluruh
wilayah kabupaten Banjarnegara, antara lain:
1) Wilayah Kecamatan Madukara bagian Tengah sampai Barat
2) Sebagian kecil wilayah Kecamatan Pagedongan bagian
Barat dan sebagian besar wilayah Tengah
3) Wilayah Kecamatan Wanadadi bagian Timur dan Utara
4) Wilayah Kecamatan Bawang bagian Utara dan bagian
Tenggara
5) Wilayah Kecamatan Banjarmangu bagian Barat
6) Wilayah Kecamatan Punggelan Bagian Tengah sampai
Selatan
7) Seluruh wilayah Kecamatan Rakit
8) Wilayah Kecamatan Purwonegoro bagian Selatan, bagian
Tengah dan bagian Tenggara.
9) Sebagian besar wilayah Kecamatan Mandiraja bagian Utara
serta sebagian kecil bagian Tengah
10) Sebagian wilayah Kecamatan Susukan bagian Utara dan
Tengah, dan
37
11) Sebagian besar wilayah Kecamatan Purworejo Klampok
bagian Utara.
Menurut Perda Kabupaten Banjarnegara nomor 1 tahun 2004
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Banjarnegara, Kawasan Budidaya terdiri dari:
a. Kawasan Hutan Produksi, kawasan ini wilayahnya
merupakan bagian dari Hutan Lindung dan sebagian
Kecamatan Sigaluh, baik yng merupakan hutan produksi
tetap, terbatas maupun konservasi.
b. Kawasan Pertanian, kawasan ini terdiri dari:
1) Kawasan pertanian tanaman pangan, antara lain:
- Kawasan Pertanian Lahan Basah yang terletak di
Kecamatan Sigaluh, Kecamatan Madukara, Kecamatan
Banjarnegara, Kecamatan Wanadadi, Kecamatan
Bawang, Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Rakit,
Kecamatan Purwonegoro, Kecamatan Mandiraja,
Kecamatan Purworejo Klampok dan Kecamatan
Susukan.
- Kawasan Pertanian Lahan Kering yang terletak di
Kecamatan Batur, Kecamatan Pejawaran, Kecamatan
Kalibening, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Bawang
dan Kecamatan Purwonegoro.
2) Kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan
terletak di Kecamatan Batur, Kecamatan Wanayasa,
Kecamatan Kalibening, Kecamatan Pandanarum,
Kecamatan Karangkobar, Kecamatan Banjarmangu,
Kecamatan Madukara, dan Kecamatan Punggelan.
3) Kawasan perikanan adalah merupakan kawasan
perikanan darat yang terletak di Kecamatan Bawang dan
Kecamatan Wanadadi yaitu di Waduk Panglima Besar
Jenderal Sudirman, Kecamatan Banjarmangu,
38
Kecamatan Rakit, Kecamatan Purwonegoro, Kecamatan
Banjarnegara, Kecamatan Mandiraja, dan Kecamatan
Purworejo Klampok.
4) Kawasan Peternakan terletak di Kecamatan
Karangkobar, Kecamatan Pagentan, Kecamatan
Pejawaran, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan
Kalibening, dan Kecamatan Pandanarum.
c. Kawasan Industri, kawasan ini terletak di:
1) Desa Kalibenda Kecamatan Sigaluh
2) Desa Purworejo, Desa Klampok, Desa Kalimandi, dan
Desa Kaliwinasuh Kecamatan Purworejo Klampok.
3) Desa Panggisari Kecamatan Mandiraja
d. Kawasan Pariwisata, kawasan ini antara lain:
1) Kawasan Dieng sebagai wisata alam dan wisata budaya.
2) Desa Klampok dan Desa Kalimandi sebagai Desa
Wisata binaan kerajinan keramik.
Kawasan Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman
sebagai wisata air.
3) Taman Rekreasi Marga Satwa Seruling Mas
e. Kawasan Pertambangan, kawasan ini antara lain:
1) Pertambangan Dorit terletak di Kecamatan Wanayasa
dan Karangkobar.
2) Pertambangan Lempung terletak di Kecamatan
Banjarmangu, Kecamatan Mandiraja, Kecamatan
Sigaluh, dan Kecamatan Karangkobar.
3) Pertambangan Andesit terletak di Kecamatan Kalibening,
Kecamatan Sigaluh, dan Kecamatan Banjarmangu.
4) Pertambangan Fieldspar/Pasir Kwarsa terletak di
Kecamatan Purwonegoro, Kecamatan Bawang, dan
Kecamatan Pandanarum.
39
5) Pertambangan Marmer terletak di Kecamatan
Pandanarum, Kecamatan Mandiraja, dan Kecamatan
Bawang.
6) Pertambangan Trass terletak di Kecamatan Punggelan,
Kecamatan Sigaluh, dan Kecamatan Wanayasa.
7) Pertambangan Asbes terletak di Kecamatan
Pandanarum dan Kecamatan Purwonegoro.
f. Kawasan Perkotaan/Permukiman, kawasan ini terdiri dari:
1) Kawasan permukiman perkotaan terletak di kota ibukota
kabupaten dan kota-kota ibukota kecamatan.
2) Kawasan permukiman perdesaan terletak menyebar
pada setiap Kecamatan
Fungsi kawasan budidaya, antara lain:
1. Terdapat area kawasan budidaya sebagai lahan yang dapat
diusahakan sebagai sumber pencaharian masyarakat
setempat untuk meningkatkan kesejahteraan
2. Terdapat fungsi budidaya yang sesuai dengan kondisi alam
setempat
3. Terdapat cadangan pengembangan area terbangun
3. Kawasan Penyangga
Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara tahun 2003 disebutkan
adanya Kawasan Penyangga. Kawasan Penyangga adalah
kawasan yang berada diantara kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Wilayah Kabupaten Banjarnegara yang termasuk
dalam kawasan penyangga yaitu:
1. Sebagian wilayah Kecamatan Madukara bagian Selatan
2. Sebagian wilayah Kecamatan Banjarmangu bagian Selatan
3. Sebagian wilayah Kecamatan Wanadadi bagian Tengah
4. Sebagian wilayah Kecamatan Bawang bagian Utara
5. Sebagian wilayah Kecamatan Rakit bagian Utara dan Barat
6. Sebagian wilayah Kecamatan Purwonegoro bagian Tengah
40
7. Sebagian wilayah Kecamatan Mandiraja bagian Utara dan
Tengah
8. Sebagian wilayah Kecamatan Purworejo Klampok bagian
Tengah, dan
9. Sebagian wilayah Kecamatan Susukan bagian Tengah
Kawasan penyangga memiliki fungsi, antara lain:
1. Sebagai area transisi antara kawasan lindung dan kawasan
budidaya
2. Sebagai penunjang kawasan lindung
3. Sebagai area pengembangan kawasan budidaya.
Selanjutnya kawasan ini dimanfaatkan untuk budidaya tanaman
perdagangan berupa pohon berbatang tinggi dan tanaman
perdu.
4. Daerah Terbangun (built up area)
Daerah terbangun adalah kawasan yang boleh digunakan
untuk mendirikan bangunan atau mengusahakan lahan tertentu
sebagai mata pencahariannya. Daerah terbangun termasuk
dalam kawasan budidaya. Daerah terbangun di Kabupaten
Banjarnegara seluas 165,39 km2 atau sekitar 15% dari luas
keseluruhan. Adapun kriteria daerah terbangun antara lain:
- Daerah dengan kemiringan maksimal 40%
- Bukan merupakan lahan sawah irigasi teknis yang subur
dengan produktivitas tinggi
- Bukan merupakan daerah labil dan rawan longsor
- Bukan merupakan daerah banjir rutin
- Bukan merupakan kawasan lindung atau penyangga
Daerah ini terdapat hampir di seluruh wilayah kabupaten
Banjarnegara. Daerah terbangun memungkinkan masyarakat
mendirikan bangunan maupun digunakan sebagai lahan
pertanian dan para investor dapat juga mendirikan usahanya di
41
lahan ini tanpa harus takut bermasalah dengan konservasi
lahan maupun bencana alam yang mungkin terjadi.
5. Daerah Perkotaan
Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 1992 tentang
Penataan Ruang, yang dimaksud daerah perkotaan adalah
daerah yang mempunyai kegiatan bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Tujuan
ditetapkannya kawasan daerah perkotaan dimaksudkan untuk
memberikan pengarahan sehubungan dengan adanya
perbedaan yang cukup mencolok antara daerah perdesaan dan
perkotaan. Disadari pula semakin besar daerah perkotaan
dimungkinkan semakin kompleks permasalahan yang akan
dihadapi. Dari perhitungan, daerah perkotaan di wilayah
kabupaten Banjarnegara tahun 2008 mencakup area seluas
4.399.600 Ha sedang tahun 2013 akan menjadi seluas
5.043.657 Ha.
Hirarki kota-kota Ibukota Kecamatan (IKK) di Kabupaten
Banjarnegara, adalah:
- Kota Banjarnegara sebagai ibukota kabupaten ditetapkan
sebagai kota jenjang (hirarki) pertama.
- Kota-kota IKK Purworejo Klampok dan IKK Karangkobar
ditetapkan sebagai kota jenjang kedua.
- Kota-kota IKK Susukan, IKK Mandiraja, IKK Purwonegoro,
IKK Bawang, IKK Sigaluh, IKK Madukara, IKK Banjarmangu,
IKK Wanadadi, IKK Rakit, IKK Punggelan, IKK Kalibening,
IKK Wanayasa, IKK Batur, IKK Pejawaran dan IKK
Punggelan ditetapkan sebagai kota jenjang ketiga.
- Kota-kota IKK Pagedongan dan IKK Pandanarum ditetapkan
sebagai kota jenjang keempat.
42
Pengembangan daerah pedesaan menjadi perkotaan akan
membuka peluang usaha yang lebih luas. Namun dengan
semakin luasnya wilayah perkotaan akan menimbulkan
masalah yang lebih kompleks, hal ini yang perlu menjadi
perhatian pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas
keamanan dan ketertiban di Kabupaten Banjarnegara. Kota
Banjarnegara sebagai ibukota kabupaten merupakan pusat
kegiatan administrasi dan perdagangan dan menjadi induk dari
kota-kota ibukota kecamatan.
6. Kawasan Cagar Budaya
Karya Budaya yaitu segala sesuatu yang dihasilkan manusia
dalam memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan hidup
dan mengembangkan kehidupannya serta bangunan tempat
ibadah, perumahan, sistem mata pencahariaan dan sebagainya
yang memiliki filsafat dan nilai sejarah. Derdasarkan data dan
informasi yang diperoleh penulis dari Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Banjarnegara, diketahui
bahwa wilayah Banjarnegara banyak tersebar benda-benda
peninggalan pra sejarah maupun peninggalan sejarah yang
bernilai tinggi sebagai karya budaya. Benda-benda peninggalan
tersebut antara lain, candi-candi di pegunungan Dieng,
kawasan Alun-alun kota Banjarnegara, Sipon Banjarcahyana,
peninggalan pra sejarah di dukuh Slepa desa Karangmiri
Kecamatan Wanadadi, Batu Lembu di desa Banjar Kulon
Kecamatan Banjarmangu dan Batu yoni di Kecamatan Rakit.
Dengan melihat persebarannya maka peninggalan-peninggalan
sejarah dan pra sejarah di wilayah kabupaten Banjarnegara
yang layak sebagai kawasan Cagar Budaya adalah:
a. Kawasan Candi Dieng sebagai peninggalan Zaman Hindu
yang meliputi Candi Pandawa Lima, Candi Dwara Wati,
Candi Gatotkaca, dan Candi Bima
43
b. Kawasan Alun-alun kota Banjarnegara, dengan unsur
Pendopo dan Dalem Kabupaten, Masjid Agung, dan Alun-
alun sebagai bukti sejarah berdirinya Kabupaten
Banjarnegara yang bernuansa tradisional jawa.
c. Sipon Banjarcahyana di wilayah Kecamatan Banjarmangu,
dengan Jaringan irigasinya sebagai bukti peningalan sejarah
politik balas budi pemerintah kolonial Belanda dalam bidang
irigasi dan pertanian.
d. Peninggalan-peninggalan pra sejarah di dukuh Slepa desa
Karangmiri Kecamatan Wanadadi.
Pembangunan kawasan Cagar budaya difokuskan pada
pemeliharaan aset-aset budaya sehingga dapat menjadi tujuan
pariwisata sehingga akan menarik wisatawan baik domestik
maupun asing.
4.2.2. Pengembangan Pusat Pusat Produksi
Menurut Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Banjarnegara, Drs. Waluyo, perekonomian di kabupaten
Banjarnegara sudah baik namun ada beberapa kekurangan dalam
pengelolaan hasil-hasil produksi. Hasil yang diperoleh masyarakat kurang
optimal karena kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat belum
terkoordinir dengan baik. Oleh karena itu perlu diadakan
pengkoordinasian lokasi pusat-pusat produksi.
Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara tahun 2003,
pengembangan pusat-pusat produksi tersebut dibagi dalam beberapa
sektor, antara lain: sektor pertanian, sektor pertambangan dan galian,
sektor industri dan sektor pariwisata.
1. Sektor Pertanian
a. Pertanian pangan
Subsektor pertanian pangan yang dikembangkan di daerah
dengan kemiringan maksimal 20%, yang umumnya di daerah
44
bawah sebagai terlihat dalam peta kesesuaian lahan.
Wilayah Kecamatan yang memenuhi kriteria tersebut antara
lain wilayah Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok,
Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarnegara,
Pagedongan, Sigaluh, Madukara, Banjarmangu, Wanadadi,
Punggelan, dan Rakit.
Jenis tanaman yang dikembangkan disini mengutamakan
jenis tanaman musiman seperti padi, palawija, sayur mayur,
dengan mengurangi jenis tanaman umbi-umbian. Untuk
menghindari erosi tanah dengan pengikisan lapisan humus
dikembangkan pertanian model terasering. Kemudian juga
dilaksanakan sosialisasi program konsolidasi tanah untuk
mempermudah perjalanan dan pengangkutan, disamping
juga untuk menaikkan harga lahan.
b. Perkebunan
Subsektor perkebunan dikembangkan di daerah dengan
kemiringan maksimal 40%, yang juga berfungsi sebagai
kawasan penyangga. Area tersebut terletak pada wilayah
Kecamatan-Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok,
Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Pagedongan, Sigaluh,
Madukara, Banjarmangu, Karangkobar, Wanayasa, Batur,
Kalibening, dan Pandanarum.
Jenis tanaman yang dikembangkan di sini merupakan
tanaman tahunan seperti melati gambir, nilam, teh, murbei,
dan buah salak yang disesuaikan dengan kondisi setempat
atau tanaman perdagangan lainnya sebagai kebun
campuran seperti kelapa, bambu, sengon, kalba, dan buah-
buahan dengan menghindarkan tanaman yang merusak
tanah (umbi-umbian). Juga dikembangkan sistem terasering
baik dengan teknik sipil maupun vegetasi untuk mencegah
terjadinya erosi tanah.
45
c. Perikanan
Dikembangkan di daerah terbuka dengan kemiringan
maksimal 20% sebagai usaha mina-padi, sehingga wilayah
Kecamatan-Kecamatan yang potensial sebagai pusat
produksi padi sebagai tersebut diatas dapat dikembangkan
budi daya perikanan. Tersedianya aliran air yang bersih
merupakan pra-syarat, sehingga dapat dikembangkan di
waduk atau sungai yaitu di waduk Panglima Besar Jenderal
Sudirman yang potensial untuk budi daya perikanan sistem
keramba.
d. Peternakan
Subsektor peternakan dikembangkan di daerah dengan
kemiringan maksimal 40% atau daerah penyangga yaitu
Kecamatan Batur, Wanayasa, Kalibening, Pandanarum,
Karangkobar dan Banjarmangu. Semua jenis hewan ternak
besar maupun ternak kecil dapat dibudidayakan di sini.
2. Sektor Pertambangan dan Galian
Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor penting
sebagai sumber pendapatan di kabupaten Banjarnegara,
terutama untuk bahan galian C.
Sektor pertambangan dan galian dikembangkan di daerah
kandungan barang tambang dan galian yang potensial dengan
dampak lingkungan (baik lingkungan fisik maupun sosial) yang
telah dikaji sebelumnya (AMDAL). Adapun wilayah Kecamatan
yang potensial antara lain:
46
Tabel 4.3 Jenis Barang Tambang Dan Galian Yang Dikembangkan Di
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2006
No. Jenis bahan Kecamatan
1. Dorit Bawang, Banjarmangu, Wanayasa,
Karangkobar
2. Lempung Banjarmangu, Mandiraja, Sigaluh,
Karangkobar
3. Field Spar Purwonegoro, Bawang, Pandanarum
4. Andesit Kalibening, Sigaluh, Banjarmangu
5. Marmer Pandanarum, Mandiraja, Bawang
6. Trass Punggelan, Sigaluh, Wanayasa
7. Asbes Purwonegoro, Bawang
Sumber : Bagian Perekonomian Setda Banjarnegara tahun 2006
Cadangan barang tambang dan galian di wilayah Kabupaten
Banjarnegara masih melimpah. Namun dalam pengusahaannya
masih terlalu sedikit. Permasalahan utama lebih bersumber
pada manajemen dengan unsur-unsur:
- Teknologi penambangan dan penggalian masih minim
sehingga produksi rendah.
- Kesulitan pemasaran produk penambangan dan galian.
- Transportasi produk penambangan karena lokasinya di
daerah perbukitan.
Untuk mengatasi permasalahan ini pemda melaksanakan
beberapa langkah, yaitu:
- Mengajak investor untuk menanamkan modalnya di
Kabupaten Banjarnegara. Adapun investasi ini dalam bentuk
pembuatan pengolahan batu alam dengan nilai investasi
sebesar Rp.15.401.736.000,00. Selain itu, investor juga
47
dapat membeli langsung pada penambang dengan ukuran
dan kualitas yang dikehendaki.
- Peningkatan kelas jalan yang menghubungkan kabupaten
Banjarnegara dengan wilayah pemasaran produk tambang
dan galian di sepanjang wilayah pantai Utara dan pantai
Selatan Pulau Jawa, yaitu melalui Kabupaten Pekalongan
dan Kabupaten Kebumen.
3. Sektor Industri
Sesuai Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
Tengah Nomor 530/32/1987 tentang penetapan Lokasi Wilayah
Industri Di daerah Tingkat II se Jawa Tengah wilayah pusat
pertumbuhan industri Kabupaten Banjarnegara ditetapkan di
desa Kalibenda Kecamatan Sigaluh, namun beberapa lokasi
lain yang dapat ditetapkan sebagai wilayah pusat pertumbuhan
industri, disamping lokasi industri yang menyebar hampir ke
seluruh wilayah kabupaten. Wilayah tersebut adalah desa
Panggisari di Kecamatan Mandiraja sebagai sentra industri
batubata, desa Klampok dan Kalimandi sebagai sentra
kerajinan keramik.
4. Sektor Pariwisata
Secara umum wilayah Kabupaten Banjarnegara dengan kondisi
alamnya ditunjang dengan kondisi sosial budaya tradisional
potensial sebagai obyek kunjungan wisata. Potensi-potensi
kunjungan wisata tersebut antara lain:
a. Kawasan Dieng sebagai wisata alam dan wisata budaya
Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateu) terletak disebelah Timur
Laut Kota Banjarnegara 55km, merupakan daerah tujuan
wisata nomor 2 di Jawa Tengah setelah Borobudur.Dataran
Tinggi Dieng semula merupakan Gunung Berapi yang
meletus dengan dahsyat, sekarang puncak gunung
terlempar, tinggallah sekarang suatu dataran yang terletak di
48
puncak gunung lebih dikenal dengan sebutan "DIENG
PLATEU". Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu
terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu
tertua di Indonesia. Sebagai bangunan suci tersebut sampai
sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta
puing-puing bekas Vihara. Dari obyek yang dapat kita
saksikan saat ini terdapat 8 buah candi yaitu :1). Banowati,
2). Puntodewa, 3). Arjuna, 4). Sembodro 5). Sri Kandi 6).
Gatot Kaca 7). Bima.
Aset wisata lainnya tersebar di dataran tinggi Dieng antara
lain: Kawah Sikidang, Kawah Si Banteng, Kawah Sileri,
Kawah Candradimuka, Telaga Balaikumbang, Telaga
Medada, Telaga Siwi, Telaga Dringa, Telaga Sinila, Sumur
Jala Tunda, Goa Jumut, Gangsiran Asmotoma. Adapun
makanan khas Dieng antara lain: Kacang Dieng, Carica,
Kentang, Asparagus, Jamur Dieng dan Ramuan Purwaceng
sebagai penghangat badan. Bagi masyarakat setempat,
sebutan Dieng sering diterjemahkan sebagai Kahyangan
atau tempat bersemayamnya para Dewa. Obyek wisata
pegunungan ini menjajikan pemandangan alam yang
memukau. Hamparan hutan jati, kawah-kawah yang masih
aktif, serta udara yang sejuk membuat kawasan obyek
wisata berkesan damai dan tenang.
b. Taman Rekreasi Dan Marga Satwa Serulingmas
TRMS Serulingmas terletak di Kota Banjarnegara, daya tarik
wisata yang ada di sana adalah berupa Taman Satwa,
Kolam Renang, taman bermain anak-anak, Makam Keramat
Ki Ageng Selomanik. Beberapa satwa yang ditangkarkan
adalah Singa, Gajah, Harimau, Ular, Orang Utan, berbagai
jenis burung, dan lain-lain. Disediakan pula fasilitas wisata
menunggang gajah keliling taman dengan dipandu seorang
49
pawang. Ada kolam renang yang memadai, terdiri dari 3
bagian kolam untuk anak-anak dan orang dewasa, serta
fasilitas mandi/bilas. Makam Ki Ageng Selomanik yang
merupakan keturunan Raja Mataram sering dikunjungi
wisatawan yang percaya dengan kekeramatan Ki Ageng
Selomanik.Taman rekreasi ini dilintasi oleh aliran Sungai
Serayu yang menambah keindahan pemandangan taman.
Taman rekreasi ini sangat diminati oleh anak-anak dan
remaja, pada hari-hari libur atau liburan sekolah taman
rekeasi ini selalu padat pengunjungnya. Untuk memeriahkan
suasana di panggung hiburan diadakan pentas kesenian
daerah dan pentas musik yang dapat dinikmati wisatawan
sambil duduk-duduk di bawah pohon rindang di arena bawah
panggung. Di taman ini pula dapat dinikmati minuman khas
Banjarnegara, yaitu Dawet Ayu Banjarnegara.
c. Kawasan Waduk Panglima Jenderal Sudirman sebagai
wisata air.
Waduk Panglima Jenderal Sudirman terletak di sebelah
Barat sekitar 10 Km dari Kota Banjarnegara. Wisata air ini
memanfaatkan Bendungan Panglima Besar Soedirman yang
mempunyai fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik (PLTA).
Bendungan yang mempunyai panjang 6,5 Km dan luas 1.250
Ha merupakan bendungan terbesar di Asia Tenggara dan
mempunyai kapasitas tenaga listrik sebesar 184,5 MW.
Wisata air yang ada di sana adalah berperahu/speedboat
mengelilingi waduk, olah raga dayung, memancing dan naik
kereta mini mengelilingi arena wisata. Juga tersedia taman
bermain untuk anak dan panggung hiburan. Lokasi ini sangat
menarik karena berbukit-bukit dan rimbun oleh pepohonan
serta pemandangan bendungan yang indah dan asri. Di
50
dekat kompleks Wisata Mrica juga terdapat padang Golf
dengan 9 hole yang dilengkapi segala fasilitasnya.
d. Taman Rekreasi Anglir Mendung
Taman Rekreasi Anglir MendungTerletak arah Utara 18 Km
dari Kota Banjarnegara. Di daerah ini beriklim sejuk dan
dikelilingi hutan lindung yang dapat dijadikan wisata alam
berburu, cross country. Fasilitas yang tersedia yaitu kolam
renang yang jernih dengan mata air asli dari pegunungan,
taman bermain anak-anak, penginapan remaja dan bumi
perkemahan yang dapat menampung 200 tenda. Jalan
menuju obyek wisata ini berkelok-kelok dengan
pemandangan alam yang indah, berupa bukit, sawah, sungai
dan hutan. Upaya untuk menarik wisatawan diantaranya
dengan menggelar pertunjukkan musik pada hari minggu
dan hari libur lainnya.
e. Arung Jeram Sungai Serayu
Wisata minat khusus arung jeram ini berada di Sungai
Serayu Kabupaten Banjarnegara tepatnya dari Desa
Tunggoro ke Desa Singomerto, Kecamatan Sigaluh dengan
panjang route tempuh 12 Km. Fasilitas akomodasi dan
cinderamata khas desa ini tersedia di sepanjang jalan raya,
dan Sungai Serayu ini mengalir berdekatan dengan jalan
raya Tunggoro & Singomerto. Arung jeram ini dinilai sangat
baik oleh para atlet Arung Jeram Nasional sehingga pada
tahun 1997 di lokasi ini dijadikan sebagai lokasi Kejurnas I
Arung Jeram.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud)
Kabupaten Banjarnegara, Drs. Setiawan, M. Hum, pariwisata di
Kabupaten Banjarnegara sangat bagus dan potensial untuk
berkembang baik dalam skala nasional maupun internasional.
51
Obyek wisata yang berpotensi skala internasional adalah
Kawasan Candi Dieng yang memiliki wisata sejarah berupa
candi-candi dan wisata alam berupa pemandangan dan kawah-
kawah di sekitar kawasan candi. Selain itu masih banyak obyek
wisata yang masih belum dikelola dengan baik namun telah
menjadi tujuan wisata masyarakat setempat, salah satunya
adalah wisata alam air terjun Curug Pitu.
Beliau menjelaskan bahwa pengelolaan pariwisata di
kabupaten Banjarnegara telah dilaksanakan dengan baik dan
mendapat perhatian yang penuh dari pemerintah daerah,
namun ada beberapa kendala dalam pengelolaan maupun
penjaringan wisatawan, antara lain:
1) Akses jalan yang kurang baik dan rawan longsor dan
bencana alam.
2) Jarak yang sangat jauh dari pusat kota sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapainya.
3) Sarana angkutan menuju kawasan obyek wisata yang ada
masih terbatas.
4) Atraksi yang monoton sehingga membuat masyarakat bosan
dan tidak berminat lagi untuk datang .
Adapun langkah-langkah yang telah diambil Disparbud untuk
meningkatkan potensi obyek wisata di Kabupaten Banjarnegara
yaitu:
1) Menampilkan atraksi tambahan di kawasan wisata berupa
hiburan musik pada hari minggu dan hari libur lainnya.
2) Mengadakan perawatan secara berkala dan memperbaiki
fasilitas yang rusak.
3) Menawarkan pengelolaan pariwisata pada pihak ketiga serta
mengundang investor untuk menanamkan modalnya.
4) Melakukan pemberitaan baik melalui media koran maupun
radio.
52
4.2.3. Pengembangan Jaringan Transportasi
Transportasi adalah sarana yang sangat penting dalam
mendukung kegiatan perekonomian, terutama dalam pendistribusian
barang. Kelancaran distribusi barang ke suatu daerah tergantung dari
kualitas jalan yang dilalui. Selain itu ketersedian sarana pengangkut juga
sangat mempengaruhi kelancaran.
Jaringan jalan utama di wilayah Kabupaten Banjarnegara
direncanakan terdiri dari:
1. Jalur utama di Kabupaten Banjarnegara yang melalui
Kecamatan Susukan ke arah timur sampai dengan Kecamatan
Sigaluh ke kabupaten Wonosobo, sepanjang 44 km.
2. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kabupaten
Banjarnegara ke Kabupaten Pekalongan melalui Kota
Banjarnegara ke arah utara sampai dengan Kecamatan
Kalibening, sepanjang 47 km.
3. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Wanadadi
ke arah utara melalui Kecamatan Rakit, Kecamatan Punggelan,
Kecamatan Pandanarum sampai dengan Kecamatan
Kalibening, sepanjang 47 km.
4. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kabupaten
Banjarnegara ke Kabupaten Kebumen melalui desa Panggisari
Kecamatan Mandiraja ke arah selatan menuju Gombong
kabupaten Kebumen, sepanjang 7 km.
5. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Sigaluh ke
arah utara melalui Kecamatan Madukara, Kecamatan
Pagentan, Kecamatan Pejawaran sampai dengan Kecamatan
Batur, sepanjang 57 km.
6. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan
Banjarmangu ke arah Barat Laut melalui Kecamatan
Pandanarum sampai dengan Kecamatan Kalibening, 41 km.
53
7. Jalur jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Wanayasa
ke arah timur sampai dengan Kecamatan Batur, 15 km.
8. Jalur jalan lain yang menghubungkan antar wilayah Kecamatan
se Kabupaten Banjarnegara, sepanjang 4 km.
Pengembangan jaringan transportasi tersebut antara lain
dilakukan dengan (1) Peningkatan kelas jalan, (2) Pembangunan jalur
jalan baru, (3) mengurangi titik-titik rawan kecelakaan, dan (4)
mempertinggi frekuensi perjalanan.
1) Peningkatan Kelas Jalan
Peningkatan kelas jalan di wilayah Kabupaten Banjarnegara
antara lain:
a. Jalur Banjarmangu-Pandanarum-Kalibening sepanjang 41
km, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperpendek
waktu tempuh antara Kalibening-Banjarmangu-Banjarnegara
sepanjang 47 km, untuk mendukung pengembangan lalu-
lintas jalur Banjarnegara-Pekalongan.
b. Jalur jalan yang menghubungkan Kecamatan Bawang-
Wanadadi-Punggelan-Kalibening sepanjang 53 km, menjadi
jalur kolektor primer untuk pengembangan wilayah bagian
barat.
c. Jalur Karangkobar-Pejawaran-Batur sepanjang 15 km, hal ini
dilakukan dengan tujuan memperpendek waktu tempuh
antara Karangkobar-Dieng sepanjang 19 km sebagai
alternatif jalur wisata Banjarnegara-Dieng
d. Jalur Sigaluh-Madukara-Pagentan-Pejawaran-Batur
sepanjang 45 km menjadi jalur kolektor primer dengan tujuan
untuk mengembangkan wilayah bagian timur juga untuk
memperpendek waktu tempuh jalur Banjarnegara-Dieng
sepanjang 53. Jalur ini menjadi jalur wisata Banjarnegara.
54
e. Peningkatan jalur jalan dari Panggisari-Sempor sepanjang 7
km (kabupaten Kebumen) menjadi jalur kolektor primer
sebagai jalur ekonomi bagi kedua wilayah.
f. Jalur-jalur dengan status sebagai jalur lokal yang masih
merupakan jalan batu ditingkatkan menjadi jalan aspal dan
jalan tanah ditingkatkan secara bertahap sesuai usulan
masyarakat setempat menjadi aspal.
2) Pembangunan Jalan Baru
Pembangunan jalur jalan baru dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah, menaikan harga
lahan di sepanjang jalur jalan, di samping juga untuk membuka
daerah terisolasi. Dengan adanya jalur jalan baru ini diharapkan
terjadi peningkatan aktivitas masyarakat. Pelaksanan
pembangunan jalur jalan baru ini didasarkan pada:
a. Hasil studi kelayakan atau perencanaan yang dilakukan
sebelumnya, atau
b. Usulan/proposal sesuai kebutuhan masyarakat setempat.
Adapun pembangunan jalur jalan baru yang telah dilaksanakan
adalah pembangunan jalan lingkar Kecamatan Kalibening
sepanjang 6 km yang dimulai tahun 2006. Hal ini dimaksudkan
untuk memperlancar lalu-lintas di kota Kecamatan Kalibening
yang merupakan pusat kegiatan ekonomi dengan adanya pasar
yang mengganggu lalu-lintas. Kecamatan merupakan pintu
masuk kabupaten Banjarnegara dari Kabupaten Pekalongan
dan merupakan kawasan perdagangan yang ramai di wilayah
Utara.
3) Mengurangi titik-titik rawan kecelakaan
Mengurangi titik-titik rawan kecelakaan yang dilakukan dengan
cara memperlebar jembatan, memperbesar sudut tikungan
jalan dan mengurangi blind spot. Kegiatan ini dilakukan
55
terutama pada jalur-jalur jalan di daerah perbukitan di bagian
utara.
a. Peningkatan Jalan Pagerpelah – Karanggondang
sepanjang 6 km
b. Rehabilitasi Jembatan Karekan
c. Peningkatan Jalan Karanggondang – Pasuruhan
sepanjang 5 km
d. Pembangunan Jembatan K. Desel Desa Beji Pejawaran
e. Peningkatan Jalan Kasimpar – Penanggungan
sepanjang 6 km.
f. Perb. Badan Jalan Karangkobar - Pejawaran – Batur
sepanjang 15 km
g. Pemb. Cekdam Pengaman Jembatan Watubelah
h. Rehab. Jembatan K. Kadu pd batas Kec. Banjarmangu
4) Mempertinggi frekuensi perjalanan
Mempertinggi frekuensi perjalanan antara lain dilakukan
dengan cara:
a. Menambah armada angkutan umum, khususnya angkutan
perdesaan,
b. Membuka trayek baru, yang pelaksanaannya dilakukan
melalui studi kelayakan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan di
dalam wilayah kabupaten Banjarnegara atau antar wilayah
kabupaten atas hasil kesepakatan bersama.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Bina Marga
Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah Kabupaten Banjarnegara
(Kimprasda), M. Djamil B, B.Sc, pada tanggal 20 Februari 2008,
menyatakan bahwa pembangunan dan perawatan jalan raya di Kabupaten
Banjarnegara telah berjalan dengan baik. Perawatan jalan raya
dilaksanakan secara berkala dengan cara memperbaiki jalan-jalan yang
rusak serta peningkatan kualitas jalan. Pembangunan jalan diprioritaskan
pada wilayah-wilayah yang masih sulit dijangkau terutama daerah
56
pelosok. Dinas Kimprasda telah melaksanakan langkah-langkah
pendukung diantaranya peningkatan kualitas jalan raya dari Kabupaten
Banjarnegara menuju Kabupaten Pekalongan dan dari Kabupaten
Banjarnegara menuju Kabupaten Kebumen.
Adapun anggaran pembangunan jalan ini diambil dari APBD dan
bantuan dari pemerintah provinsi. Namun pembangunan jalan ini masih
kurang optimal karena anggaran yang diambil dari APBD masih kurang
dan bantuan dari pemerintah provinsi sendiri masih sangat minim.
Sehingga anggaran ini hanya cukup untuk memperbaiki jalan rusak serta
pelapisan aspal jalan secukupnya agar layak untuk dipakai.
Pembangunan jalan ini hanya mencapai batas wilayah kabupaten
kemudian diteruskan oleh pemerintah kabupaten bersangkutan untuk
melaksanakan pembangunan sampai ke pusat kota.
Dari data dan hasil wawancara diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pembangunan sarana jalan raya di kabupaten
Banjarnegara sudah bagus terutama pembangunan sarana jalan yang
menghubungkan wilayah kabupaten Banjarnegara dengan Kabupaten
Pekalongan dan Kabupaten Kebumen sudah memadai. Namun ada
beberapa kendala yang dihadapi oleh Dinas Kimprasda, antara lain:
- Anggaran pembangunan jalan dari APBD dan bantuan
Pemerintah Provinsi yang masih kurang.
- Pembangunan jalan terputus pada batas wilayah karena
kabupaten tetangga belum melaksanakan pembangunan jalan.
4.2.4. Pengembangan Fasilitas Utilitas Lingkungan
Fasilitas utilitas lingkungan merupakan fasilitas prasarana dasar
lingkungan yang diadakan untuk menunjang atau meningkatkan
kondisi/kualitas lingkungan. Fasilitas-fasilitas tersebut adalah: jaringan
listrik, jaringan komunikasi dan informasi, jaringan air bersih, jaringan air
hujan, jaringan pembuangan (air kotor), fasilitas pengolahan sampah, dan
pengadaan hidran umum untuk pencegahan bahaya kebakaran.
57
1. Jaringan listrik
Berdasarkan data yang dikeluarkan PT. PLN Ranting
Banjarnegara, Wonosobo dan Banyumas, banyaknya
pelanggan Listrik di Kabupaten Banjarnegara pada tahun
2006 sebanyak 115.258 pelanggan meningkat 12,35% dari
tahun 2005 yaitu 102.586 pelanggan. Sedangkan jumlah
keluarga di Kabupaten Banjarnegara menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2006
adalah 230.254 KK sehingga masih ada 114.996 KK yang
tidak terkena jaringan listrik atau sekitar 50% dari jumlah
keluarga.
2. Jaringan air bersih
Berdasarkan data yang dikeluarkan PDAM Kabupaten
Banjarnegara tahun 2006, banyaknya pelanggan air bersih di
Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2006 sebanyak 8.228
pelanggan meningkat 2,03% dari tahun 2005 yaitu 8.064
pelanggan. Sedangkan jumlah keluarga di Kabupaten
Banjarnegara menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2006 adalah 230.254 KK
sehingga masih ada 222.026 KK yang belum terkena jaringan
air bersih atau 96% dari jumlah keluarga.
3. Jaringan Telepon
Penggunaan media komunikasi dan informasi di wilayah
Kabupaten Banjarnegara, penggunaan pesawat telepon
sebagai media komunikasi jarak jauh masih kecil, dengan
rasio penggunaan 1 : 73 KK atau sekitar 330 jiwa,
Dengan kata lain bahwa arus informasi dan komunikasi yang
masuk ke seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara masih
terlalu kecil (terutama untuk daerah perdesaan). Sehubungan
dengan hal tersebut maka untuk masa 10 tahun mendatang
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara akan melaksanakan
58
beberapa kegiatan untuk memperbanyak masuknya informasi
terutama wilayah perdesaan, antara lain :
a. Kerjasama dengan PT. Telkom untuk memperluas
jaringan telepon khusunya di daerah pusat-pusat kegiatan
(pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan).
b. Penyediaan televisi dan radio umum (melalui kegiatan
perlombaan).
c. Pengadaan koran masuk desa.
d. Pengadaan perpustakaan keliling.
e. Mempertinggi frekuensi penyuluhan untuk berbagai
bidang/aspek, melalui kerjasama dengan berbagai
instansi termasuk perguruan tinggi atau LSM.
4. Jaringan irigasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Dinas Kimprasda
Kabupaten Banjarnegara, Ir. Suyono P., BE.SE.MT.MSc, pada tanggal 22
Februari 2008, menyatakan bahwa fasilitas utilitas lingkungan di
Kabupaten Banjarnegara telah direncanakan dengan matang namun
belum mencapai target yang diinginkan. Pembangunan prasarana
lingkungan masih di sekitar daerah perkotaan saja sehingga daerah
perdesaan belum terkena pembangunan. Namun daerah perdesaan
memiliki prasarana lingkungan alami terbentuk karena peristiwa alam,
seperti sungai. Jaringan listrik sudah mencakup 50% dari seluruh
penduduk, selebihnya ada yang menumpang dengan rumah lain dan ada
pula yang memang belum memakai listrik. Jaringan telepon dan air bersih
hanya mencapai wilayah perkotaan dan daerah sepanjang jalan regional,
selebihnya belum dapat dicapai. Untuk wilayah yang belum ada jaringan
teleponnya, masyarakat memanfaatkan telepon seluler untuk
berkomunikasi. Adapun untuk kebutuhan air bersih, masyarakat
perdesaan masih menggunakan mata air alami pegunungan maupun
sumur.
59
4.2.5. Pengembangan Kawasan Prioritas
Dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara tahun 2003, definisi
kawasan prioritas adalah kawasan yang perlu diutamakan dalam
pembangunan dan perhatian khusus karena tingkat perkembangan
wilayah di masa mendatang akan berpengaruh terhadap perkembangan
wilayah Kabupaten Banjarnegara. Kawasan prioritas ini terbagi menjadi
tiga jenis kawasan prioritas, yaitu kawasan strategis (berkembang),
kawasan stagnan (tidak berkembang) dan kawasan rawan bencana.
Pemda Kabupaten Banjarnegara menentukan beberapa kawasan
prioritas di wilayah Kabupaten Banjarnegara, antara lain:
1. Kecamatan Purworejo Klampok (kawasan strategis)
Kawasan strategis Kecamatan Purworejo Klampok, selain
posisinya dalam skala regional cukup strategis (pada simpang
tiga jalur regional) juga merupakan sentra industri kecil yang
potensial untuk dikembangkan yakni kerajinan keramik yang
merupakan produk andalan bagi kabupaten Banjarnegara.
Secara manajerial permasalahan utama dalam upaya
pengembangan kerajinan keramik di Kecamatan Purworejo
Klampok adalah unsur-unsur:
a. Sumber daya manusia, yakni para pelaku atau perajin,
yang baik secara kuantitas maupun kualitasnya sangat
terbatas. Secara kuantitas, jumlah perajin semakin lama
semakin berkurang karena minat para remaja terhadap
keramik relatif kecil. Secara kualitas selain tingkat
pendidikan formal para perajin relatif rendah, juga
ketrampilan dan kreativitas desain relatif kurang.
b. Bahan baku, kualitas bahan baku yang tersedia masih
belum memenuhi persyaratan untuk mendapatkan kualitas
produk yang baik. Proses pencampuran dan penelitian
laboratorium sangat diperlukan untuk memperoleh bahan
baku yang berkualitas.
60
c. Teknologi/peralatan yang dipergunakan dalam proses
produksi masih secara tradisional. Penggunaan tenaga
manusia (manual) sangat dominan. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap kemampuan produksi (kuantitas dan
kualitas) terhadap tuntutan pasar.
d. Sumber dana, karena masih menggunakan sumber
keuangan keluarga dan peran perbankan sangat kecil.
e. Pemasaran masih didominasi pasar domestik. Pemasaran
dan publikasi belum ditangani secara profesional.
Secara keruangan (spasial) terlihat bahwa 50 unit perusahaan
kerajinan keramik di Kecamatan Purworejo Klampok berada
tersebar di 3 (tiga) desa, masing-masing di desa Klampok,
Kalimandi dan Kalilandak. Antar unit perusahaan tidak ada
akses. Pemasaran tersebar dalam beberapa unit kios yang
terletak di jalur jalan regional.
Sehubungan dengan hal-hal diatas maka untuk
pengembangan sentra industri kecil kerajinan keramik di
Kecamatan Purworejo Klampok diperlukan upaya-upaya,
antara lain:
a. Penataan pengunaan ruang di pusat kerajinan keramik,
khususnya pada jalur jalan regional di mulai dari
perbatasan Kecamatan Purworejo Klampok dengan
Kecamatan Susukan (Kalisapi) sampai desa Winasuh.
b. Mengadakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Keramik tingkat
kabupaten untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan internal yang ada/terjadi.
c. Pengadaan pelatihan secara rutin bagi para perajin keramik
dengan materi kreativitas desain, teknik proses produksi,
dan manajemen perusahaan.
d. Mengadakan program magang bagi setiap unit perusahaan,
e. Memfasilitasi mudahnya akses perajin ke perbankan.
61
2. Kawasan Wisata di Dieng dan
sekitarnya (kawasan strategis)
Kawasan wisata Dieng dengan beberapa aset wisata baik
wisata alam (keindahan alam dan fenomena alam) dan wisata
budaya (peninggalan sejarah) merupakan suatu kawasan
wisata yang sudah cukup dikenal, baik dalam lingkup nasional
maupun internasional. Aset wisata di kawasan Dieng adalah:
a. Candi Peninggalan zaman hindu yang meliputi Candi
Pandawa Lima, Candi Dwara Wati, Candi Gatotkaca dan
Candi Bima.
b. Kawah seperti kawah Sileri, Kawah Sikidang dan Kawah
Candradimuka.
c. Telaga yang antara lain telaga Swiwi dan Telaga Merdada.
Beberapa permasalahan yang ada dalam pengembangan
kawasan Dieng sebagai obyek kunjungan wisata antara lain:
a. Permasalahan internal kawasan:
- Tersedianya fasilitas penunjang yang belum memadai.
- Tersedianya fasilitas pelayanan yang belum memadai.
- Tersedianya atraksi yang monoton, kurang dinamis.
b. Permasalahan eksternal:
- Kawasan wisata Dieng belum terjalin dalam paket wisata
sebagai jalur wisata mancanegara di Jawa Tengah – DI
Yogyakarta
- Budaya pertanian tradisional dengan penumpukkan
pupuk kandang di halam rumah dan/atau di tepi jalan,
sangat tidak menunjang.
- Jalur jalan ke kawasan Dieng di wilayah kabupaten
Banjarnegara kurang daya tarik dan relatif banyak
kecelakaan.
62
Kawasan Dieng merupakan daya tarik utama bagi wisatawan
mancanegara oleh karena dalam pengembangannya
diperlukan upaya-upaya:
a. Menilai potensi-potensi yang layak sebagai obyek wisata
atau atraksi wisata saat ini, dan pengembangannya masa
mendatang, yang sesuai dengan selera pasar atau
wisatawan sasaran, antara lain yaitu menggelar
pertunjukkan wayang dan tari pada hari minggu dan hari
libur lainnya.
b. Menentukan situasi pariwisata yang diinginkan atau sesuai
selera pasar, dan mengidentifikasikan langkah-langkah
untuk mencapai situasi tersebut.
c. Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Banjarnegara
dengan pemerintah Banyumas, Purbalingga, Wonosobo,
Temanggung. Dan Magelang untuk membangun jalur dan
paket wisata yang terpadu.
d. Menciptakan jalur Banjarnegara–Banjarmangu–
Karangkobar-Pejawaran–Batur–Dieng, atau Sigaluh–
Madukara–Pagentan-Batur menjadi jalur yang
menarik/menyenangkan dengan penentuan titik-titk obyek
penunjang dan kemudahan menikmati perjalanan.
3. Ibukota Kecamatan Karangkobar
(kawasan penanganan)
Kota Kecamatan Karangkobar dalam rencana struktur tata
ruang direncanakan sebagai pusat pengembangan bagi
Wilayah III yang juga sekaligus sebagai pusat pengembangan
bagi wilayah utara. Wilayah Kabupaten Banjarnegara bagian
utara cenderung stagnan sehingga membutuhkan suatu pusat
pengembangan yang diharapkan dapat memacu
perkembangan wilayah tersebut.
63
Sebagaimana diketahui bahwa bagian utara wilayah
kabupaten Banjarnegara dalam penggunaan lahan lebih
didominasi oleh pertanian lahan kering, hutan produksi,
perkebunan dan kebun campur, ditunjang dengan subsektor
peternakan yang tersebar di daerah perbukitan. Kondisi
penduduk pada umumnya dengan jenjang pendidikan yang
relatif rendah (tamat SD) dengan sifat pola pikir yang
tradisional.
Kecamatan Karangkobar sebagai sub pusat pengembangan
wilayah bagian Utara berarti bahwa Kecamatan Karangkobar
harus mempunyai daya tarik bagi penduduk sekitar juga
investor yang dapat menanamkan investasinya di bagian utara
wilayah Kabupaten Banjarnegara pada umumnya dan
Kecamatan Karangkobar pada khususnya. Investasi tersbut
diharapkan ditanamkan pada subsektor perkebunan, dan/atau
sektor industri khususnya industri hasil hutan (perkayuan) dan
hasil pertanian (penanganan pasca panen), serta peternakan.
Untuk tercapainya harapan tersebut maka hal-hal yang perlu
dilaksanakan terhadap Kecamatan Karangkobar adalah
adanya kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam RUTRK
Kecamatan Karangkobar, antara lain:
a. Penyediaan fasilitas pelayanan sosial yang relatif lebih dari
pada daerah lain sebagai daya tarik.
b. Kemudahan aksesibilitas dari dan ke Kecamatan
Karangkobar.
c. Kemudahan untuk menanamkan investasi/modal.
d. Kemudahan untuk mendapatkan lahan sebagai modal
usaha.
4. Kawasan galian fieldspaar
Sektor pertambangan dan khususnya galian di wilayah
kabupaten Banjarnegara pada umumnya dilakukan dengan
64
metode dan teknologi tradisional, sehingga hasil/produknya
belum optimal. Disamping itu dampak lingkungan (baik fisik
maupun sosial) yang ditimbulkan cenderung kearah negatif.
Hal tersebut terlihat jelas pada lokasi penggalian field-spaar di
wilayah Kecamatan Purwonegoro.
Disadari pula bahwa lokasi pabrik keramik yang menggunakan
fieldspaar sebagai bahan bakunya tidak berlokasi dekat
dengan lokasi pengalian. Hal ini berdampak mempertinggi
biaya produksi dengan adanya biaya transportasi bahan baku
yang realtif tinggi.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka beberapa
hal yang harus segera ditangani antara lain:
a. Menyusun rencana tata ruang kawasan pertambangan dan
galian setempat sebagai acuan dalam mengelola dan
mengembangkan kawasan tersebut.
b. Menyusun AMDAL kawasan sebagai acuan pengendalian
lingkungan
c. Memberikan kemudahan bagi investor untuk menanamkan
modal di sektor pertambangan dan galian.
d. Meningkatkan aksesibilitas dari dan ke kawasan
pertambangan/galian.
e. Mengefektifkan undang-undang perlindungan kerja bagi
para buruh galian.
5. Lokasi sentra industri
Wilayah kabupaten Banjarnegara memiliki beberapa jenis
industri. Industri yang paling dominan adalah industri
pengolahan kayu dan industri batu bata, yang lokasinya
tersebar hampir diseluruh wilayah, khususnya pada jalur jalan
regional, mulai dari perbatasan sebelah barat (Kecamatan
Susukan) sampai perbatasan sebelah timur (Kecamatan
Sigaluh). Kondisi demikian dapat dimakumi karena lokasi yang
65
demikian akan mengurangi biaya transportasi di dalam proses
produksi.
Unit-unit industri pada umumnya tidak dilengkapi dengan
gudang terbuka, tempat penumpukan berbagai material
(bahan baku, bahan bakar, serta limbah produksi), maupun
halaman parkir atau halaman bongkar muat, selain hal
tersebut dimungkinkan terjadi pelanggaran terhadap
ketentuan sempadan bangunan pada regional tersebut.
Dari hal-hal sebagaimana terurai diatas maka permasalahan-
permasalahan utama yang timbul adalah:
a. Terganggunya transportasi regional
Pada titik-titik tertentu tempat perusahan industri berada,
merupakan titik-titik gangguan lalu-lintas regional. Adanya
tumpukan material maupun limbah, serta keluar-masuknya
kendaraan (truk) pengangkut bahan baku maupun produksi
industri merupakan faktor-faktor pengganggu lalu-lintas,
baik memperlambat perjalanan amupun kemungkinan
terjadinya kecelakaan lalu-lintas.
b. Pencemaran lingkungan oleh limbah industri.
Limbah industri baik limbah padat yang berupa debu
maupun limbah gas yang berupa asap merupakan
pencemaran lingkungan. Selain itu dari aspek estetika atau
keindahan lingkungan, dengan adanya limbah-limbah
industri tersebut keindahan lingkungan akan menurun.
Berpangkal tolak dari hal-hal tersebut diatas maka Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara akan menata lokasi-lokasi industri
tersebut melalui ketentuan hukum sebagai landasan untuk
memberikan ijin usaha industri. Ketentuan tersebut antara lain
mengatur tentang ijin lokasi, antara lain:
a. Tidak berada pada kawasan pemukiman.
b. Tidak berada pada lahan persawahan subur.
66
c. Tidak melanggar ketentuan garis sempadan bangunan.
d. Tersedia halaman yang cukup luas sebagai gudang
terbuka, maupun halaman bongkar muat.
e. Penanganan limbah yang benar (sesuai ketentuan)
4.3. Analisis Pelaksanaan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara
4.3.1. Analisis Penataan Kawasan
Gambar 4.1 Analisis Penatan Kawasan
Sumber : Penulis
Berdasarkan grafik diatas dapat kita lihat bahwa persentase
kawasan konservasi yang terdiri dari Hutan Negara dan Hutan Rakyat
sebesar 18% dan Kawasan Pembangunan persentasenya sebesar 15%.
Selebihnya dialokasikan sebagai kawasan budidaya pertanian dan
perkebunan yang nantinya dapat berkembang menjadi kawasan
pembangunan. Maka dapat disimpulkan bahwa penataan kawasan di
67
Kabupaten Banjarnegara sudah baik dan seimbang antara daerah
konservasi dan daerah pembangunan serta tersedia lahan budidaya yang
dapat dialihkan menjadi kawasan pembangunan. Hal ini akan memberi
peluang bagi investor untuk mengembangkan usaha di wilayah Kabupaten
Banjarnegara.
Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwa langkah
pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam penataan kawasan sudah
bagus dan sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Penataan kawasan
menjadi pedoman bagi para investor baik dari masyarakat setempat pada
umumnya dan khususnya masyarakat dari kabupaten sekitar dalam
menanamkan investasinya di wilayah Kabupaten Banjarnegara.
4.3.2. Analisis Pengembangan Kawasan Produksi
Peta 4.1 Analisis Pengembangan Kawasan Produksi
Sumber : Penulis
68
Dari peta pengembangan kawasan produksi diatas dapat dilihat bahwa
wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah wilayah agraris yang terdiri dari
daerah pertanian dan perkebunan. Wilayah utara merupakan daerah
pertanian lahan kering yang terdiri tanaman sayuran yang dipusatkan di
Kecamatan Karangkobar. Kawasan industri berada di sepanjang jalur
utama dari timur ke barat untuk memudahkan distribusi bahan baku dan
pemasaran hasil produksi. Pengembangan perikanan air tawar dipusatkan
di Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman yang berada di wilayah
tengah dan dekat dengan jalur regional. Maka penulis menyimpulkan
bahwa pengembangan kawasan produksi sudah baik dan mencakup
semua potensi yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara.
4.3.3. Analisis Jaringan Transportasi
Tabel 4.4 Analisis Jaringan Jalan
Jaringan Panjang
(km)
Luas Wilayah
(km2)
Persentase
(%)
Jalan 976,853 1.069,71 91,32
Sumber : Penulis
Tabel 4.5 Analisis Kondisi Jalan
Kondisi Jalan Panjang Jalan
(km)
Persentase
(%)
Baik 640,41 65,56
Sedang 153,153 15,68
Rusak/rusak Berat 183,29 18,76
Jumlah 976,853 100,00
Sumber : Penulis
69
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sarana jalan telah mencakup
hampir seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara yaitu mencapai 91,32%.
Hal ini akan memudahkan akses menuju wilayah-wilayah perdesaan
sehingga pembangunan dapat mencapai wilayah pelosok. Dari tabel 4.4
dapat dilihat bahwa kondisi jalan sebagian besar masih baik yaitu 65,56%
baik dan 15,68% sedang hal ini berpengaruh dalam kelancaran perjalanan
dan distribusi barang serta mengurangi resiko kecelakaan. Jadi dapat
disimpulkan sarana jalan di kabupaten Banjarnegara sudah mencukupi
dan termasuk kategori baik.
4.3.4. Analisis Jaringan Utilitas Lingkungan
Tabel 4.6 Analisis Jaringan Irigasi
Jaringan Panjang
(km)
Luas Lahan Sawah
(km2)
Persentase
(%)
Irigasi 166,57 106,28 73
Sumber : Penulis
Tabel 4.7 Analisis Jaringan Listrik, Air Bersih dan Telepon
Jaringan Pelanggan
(KK)
Penduduk
(KK)
Persentase
(%)
Listrik 115.258 230.254 50
Air Bersih 8.228 230.254 8
Telepon 4.654 230.254 2
Sumber : Penulis
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pengairan dengan irigasi di Kabupaten
Banjarnegara telah mencakup sebagian besar persawahan dan ladang
yaitu 73% dari luas area. Hal ini akan membantu peningkatan
produktivitas hasil panen dan tentunya akan meningkatkan taraf hidup
70
petani pada khususnya dan perekonomian daerah pada umumnya.
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pemakaian listrik masih 50%
dari jumlah penduduk. Hal ini terjadi karena pembangunan instalasi listrik
yang masih kurang. Banyak penduduk yang memanfaatkan jatah listrik
satu rumah untuk dimanfaatkan oleh beberapa rumah. Pemanfaatan
jaringan air bersih dan telepon masih sangat kurang merata. Banyak
masyarakat yang belum menikmati fasilitas ini terutama yang tempat
tinggalnya berada jauh dari wilayah perkotaan. Sebagian besar
masyarakat di daerah-daerah pelosok memanfaatkan sumber mata air
alami pegunungan untuk keperluan sehari-hari. Kemudian untuk
komunikasi sebagian besar menggunakan fasilitas telepon seluler.
Dari analisis diatas penulis menyimpulkan bahwa pengembangan
sarana irigasi sudah cukup. Adapun ketersediaan fasilitas listrik, telepon
dan air bersih harus ditingkatkan lagi agar dapat lebih merata ke seluruh
masyarakat di perdesaan.
4.3.5. Analisis Kawasan Prioritas
Tabel 4.8 Analisis Kawasan Prioritas
Kawasan Keunggulan
1. Kecamatan Purworejo Klampok Industri Keramik
2. Dieng Plateau Wisata Nasional dan Internasional
3. Kecamatan Karangkobar Rawan Bencana
4. Kawasan Galian Fieldspaar Bahan Baku Keramik
5. Lokasi Sentra Industri Investasi
Sumber : Penulis
Berdasarkan data diatas, penulis melihat bahwa kawasan-
kawasan yang memiliki keunggulan ekonomi pembangunannya harus
diprioritaskan. Kawasan-kawasan ini merupakan titik pusat kegiatan
71
ekonomi pada masing-masing wilayah. Pembangunan kawasan ini akan
menimbulkan dampak positif bagi kawasan disekitarnya. Kawasan-
kawasan ini diharapkan akan menghasilkan komoditas yang
menguntungkan dan nantinya menjadi modal dasar dalam pelaksanaan
pengembangan wilayah. Kawasan yang merupakan daerah rawan
bencana harus segera mendapat penanganan sebelum terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan dan akan mengganggu pembangunan.
Penulis menyimpulkan bahwa pengembangan kawasan prioritas
merupakan langkah yang tepat sebagai fokus pembangunan untuk dapat
memacu peningkatan pada daerah lainnya.
4.3.6. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan
Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara
Setelah penulis menguraikan tentang kemungkinan persiapan
pelaksanaan pengembangan wilayah di Kabupaten Banjarnegara yang
diolah dari hasil analisis, maka terlihat ada beberapa kendala yang akan
dihadapi ketika akan menerapkan :
Pertama, anggaran APBD untuk pembangunan sarana jalan kecil.
Kabupaten Banjarnegara memiliki potensi sumber daya yang melimpah
namun belum optimal dikembangkan. Akibatnya pendapatan yang
diterima daerah sangat kecil. Kabupaten Banjarnegara termasuk tiga
kabupaten termiskin di Provinsi Jawa Tengah sehingga anggaran
pembangunan dioptimalkan untuk usaha peningkatan taraf hidup dan
perekonomian rakyat. Hal ini menyebabkan anggaran pembangunan jalan
mendapatkan jatah yang sangat kecil dan akibatnya pembangunan
berjalan lambat dan kurang optimal.
Kedua, kondisi tanah di wilayah Kabupaten Banjarnegara sangat
labil dan mudah bergerak. Hal ini sangat berpotensi terjadinya bencana
tanah longsor dan memungkinkan timbulnya banyak korban jiwa. Daerah
yang berpotensi rawan bencana adalah kecamatan Banjarmangu dan
Kecamatan Karangkobar. Daerah rawan bencana berada di wilayah utara
72
yang merupakan daerah perbukitan. Hal ini akan sangat menganggu
pelaksanaan pengembangan wilayah di Kabupaten Banjarnegara. Oleh
karena itu Pemerintah Kabupaten Banjarnegara harus segera mengambil
langkah penanganan untuk mengatasi permasalahan ini.
Ketiga, banyaknya lahan konservasi yang diubah penggunaannya
menjadi lahan pertanian. Hal ini akan berdampak pada keseimbangan
ekosistem alam. Karena pada saat hujan lebat tanah pertanian tidak
mampu menahan air sehingga akan menimbulkan banjir. Disinilah
pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga ekosistem alam
sekitar. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Banjarnegara harus giat
dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga daerah
konservasi dan keseimbangan ekosistem.
4.4. Dampak Pelaksanaan Pengembangan Wilayah di Kabupaten Banjarnegara
1. Ekonomi Masyarakat
Selama beberapa tahun ini sejak pelaksanaan program
pengembangan wilayah di Kabupaten Banjarnegara, sudah nampak
adanya perbaikan perekonomian, kinerja ekonomi mulai merayap kearah
peningkatan, walaupun besarnya masih di bawah laju pertumbuhan
ekonomi nasional.
Dari data yang dikeluarkan Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Banjarnegara, laju petumbuhan
ekonomi kabupaten Banjarnegara dalam tahun 2006 mencapai 5,21%.
Lebih tinggi bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun
2005 sebesar 4,06%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
pengembangan wilayah telah memberikan dampak yang positif terhadap
peningkatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Banjarnegara.
2. Pendidikan Masyarakat
Beberapa dampak penting untuk mengetahui intensitas
73
pembangunan di bidang pendidikan antara lain, ialah angka partisipasi
sekolah (baik kasar maupun murni) pada berbagai level sekolah, rasio
guru-murid,rasio murid-kelas dan penurunan jumlah penduduk yang buta
huruf.
1. Angka Partisipasi Kasar/Murni SD/MI: 105,05%/91,47%
2. Angka Partisipasi Kasar/Murni SLTP/MTs: 84,11%/74%
3. Angka Partisipasi Kasar/Murni SLTA/MA: 39,65%/32,14%
4. Ratio Guru-Murid untuk TK dan sederajatnya: 30
5. Ratio Guru-Murid untuk SD dan sederajatnya: 23
6. Ratio Guru-Murid untuk SLTP dan sederajatnya: 19
7. Ratio Guru-Murid untuk SLTA dan sederajatnya: 17
8. Jumlah TK dan sederajatnya 251 unit
9. Jumlah SD dan sederajatnya 862 unit
10. Jumlah SLTP dan sederajatnya 85 unit
11. Jumlah SLTA dan sederajatnya 25 unit
12. Jumlah PT dan sederajatnya 1 unit
Kondisi angka buta huruf dari 35,760 orang (tahun 2001) menurun
menjadi 16,670 orang (tahun 2005). Angka kelulusan pada tahun 2005
mencapai hampir 100% pada semua level sekolah. Hal ini menunjukkan
bahwa pelaksanaan pengembangan wilayah telah memberikan dukungan
yang besar terhadap pelaksanaan pendidikan masyarakat di Kabupaten
Banjarnegara.
3. Kesehatan Masyarakat
Beberapa dampak pembangunan di bidang kesehatan dilaporkan
sebagai berikut:
1. Angka Kematian Bayi (AKB) 11,04 per 1000 bayi hidup.
2. Angka Harapan Hidup (AHH) 65 tahun
3. Angka Kematian Ibu Melahirkan 100,81
4. Kondisi anak dengan kategori gizi buruk 0,4% cakupan desa
UCI sebesar 100%.
74
5. Jumlah Pukesmas dan Pukesmas Pembantu 34 buah, dengan
cakupan pelayanan rata-rata 26.288 orang tiap Puskesmas
6. Jumlah Rumah Sakit/Balai Pengobatan yang sejenis 4 buah
7. Jumlah Rumah Bersalin 139
8. Jumlah Posyandu 1,580
9. Jumlah Tenaga Medis 11.370
Jumlah Dukun Bayi/Persalinan 3.546 atau tiap desa tersediakan
13 tenaga dukun bayi. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
pengembangan wilayah telah memberikan dampak yang positif terhadap
peningkatan kesehatan masyarakat di Kabupaten Banjarnegara.
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indek komposit
yang terdiri dari elemen-elemen kesehatan, pendidikan dan ekonomi
(daya beli). Elemen kesehatan ditentukan oleh indikator angka harapan
hidup (AHH). Elemen pendidikan ditentukan oleh indikator angka melek
huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Elemen ekonomi
ditentukan oleh daya beli masyarakat.
Data yang ada menunjukan bahwa IPM kabupaten Banjarnegara
tahun 2005 sebesar 67,3 yang didukung oleh elemen AHH: 68,2 tahun,
AMH: 85,0, RLS: 5,8 tahun dan Daya Beli Masyarakat: Rp. 620.800,-
perkapita per tahun. Dengan demikian angka IPM Kabupaten
Banjarnegara tahun 2005 masih dibawah angka rata-rata IPM Jateng yaitu
69,8 yang didukung oleh AHH 70,6 tahun; AMH 87,4; RLS: 6,6 tahun dan
Daya Beli Masyarakat Rp. 621.400 per kapita per tahun.
75
Tabel 4.9 Indikator Makro Kabupaten Banjarnegara Tahun 2001- 2005
No. Indikator Makro 2001 2002 2003 2004 2005
1.
indeks
Pembangunan
Manusia
61 64,4 68,7 70,2 70,6
2. Jumlah Penduduk 871,541 875,615 875,615 885,216 890,79
3. Laju Pertumbuhan
Penduduk 1.05 0.81 0.75 0.63 0.70
4. PDRB berlaku (
triliun ) 2.138 2.568 2.874 3.185 3.688
5. Laju Inflasi 13,64 11,64 7,34 7,82 15,80
6. Laju Pertumbuhan
Ekonomi 0.12 0.81 2.81 3.59 4.33
7. PDRB Perkapita /
berlaku 2.673.275 2.913.989 3.239.716 3.556.105 4.079.923
8. Investasi 48.877.405.2
13
53.367.996.96
0
70.156.679.33
7
73.821.388.23
0
91.112.078.86
4
9. Laju Investasi (%) 112,67 37,72 4,21 5,2 23,42
10. Jumlah penduduk
yang bekerja - - - 412.720 445.490
11.
Proporsi
pend.yang bekerja
thdp Jml Pend.
Total
- - - 46,27% 48,73%
12.
Jumlah
Pengangguran
Terbuka
- - - 35.319 36.198
13. Angka Melek
Huruf 77,56 81,88 97,80 97,20 97,63
14. Rata-Rata lama
belajar 5,10 5,30 5,80 5,70 5,80
15. Angka Harapan
Hidup 68,9 67,7 68,3 68,1 68,3
16. Pengeluaran Riil
Perkapita 549.100 590.000 595.300 617.900 620.800
76
Sumber : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Kabupaten Banjarnegara 2006 – 2011(2007)
Dengan melihat tabel diatas dapat dilihat bahwa angka IPM
Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu 5 ( lima ) tahun mengalami
peningkatan indeks mutu hidup yang cukup signifikan yaitu rata-rata
meningkat 2,4 poin per tahun. Selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi
selama lima tahun juga terus mengalami peningkatan. PDRB Perkapita
penduduk Kabupaten Banjarnegara mengalami peningkatan dan terakhir
pada tahun 2005 mencapai Rp. 4.079.923 perkapita per tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan pengembangan wilayah telah
memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan IPM di Kabupaten
Banjarnegara.