89
UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA PASAR SINGKUT KECAMATAN SINGKUT KABUPATEN SAROLANGUN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Jurusan Aqidah Filsafat Islam Oleh AGUS MIYANTO NIM: UA131154 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA

DI DESA PASAR SINGKUT KECAMATAN SINGKUT

KABUPATEN SAROLANGUN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu

(S.1) dalam Jurusan Aqidah Filsafat Islam

Oleh

AGUS MIYANTO

NIM: UA131154

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

Page 2: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

i

UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA

DESA PASAR SINGKUT KECAMATAN SINGKUT

KABUPATEN SAROLANGUN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu

(S.1) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh

AGUS MIYANTO

NIM: UA131154

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

Page 3: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

ii

Page 4: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

iii

Page 5: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

iv

Page 6: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

v

MOTTO

د ﴿١قم هو انهه أحد ﴿ نه كفوا أحد﴾ ونى ٣﴾ نى يهد ونى يوند ﴿٢﴾ انهه انص يك

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah

tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula

diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”.1

1 Departemen Agana RI, Al-Qur’an Tajwid dab Terjemah, (Bandung: CV. Ponegoro,

2010), 120.

Page 7: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

vi

ABSTRAK

Slametan merupakan tradisi yang telah ada dalam masyarakat Jawa sejak

dahulu kala. Pada pola kehidupan masayarakat Jawa tidak terlepas dari unsur-

unsur mistik dan tradisi kepercayaan terhadap roh. Ada hal yang perlu diperhatian

berkaitan dengan tradisi kepercayaan, dimana masyarakat Jawa yang pada

notabenenya ialah Muslim. Maka harus memahami batas-batas kepercayaan dan

cara menyikapi kemudian mengimplementasikannya terhadap praktik-praktik

sosial keagamaan seperti slametan salah satunya. Hal ini mendorong penulis

untuk mendeskripsikan unsur animisme yang mnyelimuti tradisi slametan dan

perkembangannya di Desa Pasar Singkut.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan

fenomenologi. Sedangkan lokasi penelitian berada di Desa Pasar Singkut yang

perkembangan daerahnya cukup progresif. Data dikumpulkan dengan cara

wawancara dan observasi, kemudian menggunakan dokumen pendukung lainnya.

Kemudian data dianalysis berdasarkan kepentingan yang berkaitan dengan tujuan

penulis

Hasil temuan menunjukkan bahwa Seiring dengan perkembangan

pemahaman masyarakat terhadap agama Islam yang mereka anut. Membuat

tradisi slametan terus mengalami perubahan dan beradaptasi dengan Islam.

Dengan adanya modernisasi, Telah banyak aspek yang dirubah dan disesuaikan

dengan realita sosial disana. Tradisi slametan mengalami pengikisan karena

adanya dorongan anti kesenjangan social. Faktor paling kuat dalam

mempengaruhi bentuk tradisi slametan adalah pemahaman agama Islam yang

menggantikan kepercayaan animisme. Akan tetapi tidak semua masyarakat

membuang unsur mistik dalam tradisi slametan. Artinya, dalam realitas

masyarakat Jawa Desa Pasar Singkut masih mengandung unsur animisme dalam

tradisi slametan tertentu. Akhirnya penulis merekomndasikan kepada masyarakat

Jawa Islam agar memahami esensi tradisi yang diwariskan guna menjaga

kuwalitas keimanan.

Page 8: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

vii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini aku persembahkan kepada:

Ayahanda “Muhktar Amin”, Ibunda “Umi Salamah” dan Kakak

“Wahyono”

Yang selalu menjadi cahaya dalam kehidupan ku.

Menjadi Rembulan di saat datangnya kegelapan

Tak peduli panas maupun hujan yang engkau alami demi memperoleh

penghasilan

Tanpa pamrih berjuang

Rela berkorban membanting tulang dengan ketulusan hati yang terdalam

Mengasuh, membesarkan, mendidik, membina dan membimbing

Sungguh perjuangan yang melelahkan. Kakanda Wahyono yang senantiasa

mensuport, Semoga ketulusan Ayah dan Ibu

Diridhoi oleh Allah SWT dengan balasan Surga-Nya

Page 9: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul“Unsur

Animisme Dalam Slametan Suku Jawa” ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Program Studi Strata I

Akidah Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa Skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan dengan baik tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dr. Moh. Arifullah., M. Fil.I selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya penulisan Skripsi

ini.

2. Ibu Nilyati, S.Ag, M. Fil.I selaku Ketua Jurusan Akidah Filafat Islam dan

sekaligus pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan waktu

demi terselesaikannya penulisan Skripsi ini.

3. Ibu Nur Hasanah, M. Hum. Selaku Sekertaris Jurusan Akidah dan Filsafat

Islam.

4. Drs. Munsarida, M.Fil.I selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa selalu

memberikan saran, semangat, dan waktunya demi terselesaikannya Skripsi

ini.

5. Bapak Dr. H. Abd. Ghaffar, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama UIN STS Jambi

6. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag selaku Wakil Dekan bidang akademik Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi

7. Bapak H. Abdullah Firdaus, Lc., MA., Ph.D selaku Wakil Dekan bidang

adminitrasi umum perencanaan dan keuangan Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama UIN STS Jambi

8. Bapak Dr. Pirhat Abbas, M.Ag selaku Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan

dan bidang kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan Studi AgamaUIN STS

Jambi

9. Bapak Dr. H.Hadri Hasan, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

10. Bapak Dr. H.Su‟aidi Asy‟ari, M.A, Ph.D, Bapak. H Hidayat, M.Pd, M.A, Ibu

Dr. H.Fadhillah, selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

11. Para Dosen Jurusan Ilmu Akidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama UIN STS Jambi

12. Bapak Ibu Karyawan dan Karyawati Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

UIN STS Jambi

13. Sahabat-sahabat Seperjuangan dan teman-teman mahasiswa Jurusan Akidah

dan Filsafat Islam, yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat

demi kelancaran penulisan Skripsi ini.

,

Page 10: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

ix

Page 11: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

NOTA DINAS ............................................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................... iii

PENGESAHAN ......................................................................................... iv

MOTTO ..................................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Permasalahan ......................................................................... 4

C. Batasan Masalah .................................................................... 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 4

E. Kerangka Teori ...................................................................... 5

F. Metode Penelitian .................................................................. 10

G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ 17

H. Studi Relevan …………………………………………………… 19

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PASAR SINGKUT

A. Sejarah dan Struktur Desa Pasar Singkut .............................. 21

B. Data Monografi Desa Pasar Singkut ...................................... 23

C. Kondisi Sosial Budaya ........................................................... 27

BAB III TRADISI SLAMETAN DALAM SUKU JAWA DESA

PASAR SINGKUT

A. Prosesi Slametan di Desa Pasar Singkut ................................ 30

B. Sejarah Slametan di Desa Pasar Singkut ............................... 31

C. Tujuan Slametan di Desa Pasar Singkut ................................ 35

D. Makna dan Nilai yang Terkandung dalam Slametan ............. 43

BAB IV PERKEMBANGAN SLAMETAN DI MASA KINI

A. Hubungan Slametan dengan Animisme ................................. 49

B. Bentuk Unsur Animisme dalam Slametan Suku Jawa di Desa

Pasar Singkut ......................................................................... 51

C. Perkembangan Slametan di Desa Pasar Singkut .................... 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 61

B. Rekomendasi .......................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 12: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI2

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

ṭ ط ا

ẓ ظ b ب

„ ع t ت

gh غ th ث

f ف j ج

ḥ ح q ق

k ك kh خ

l ل d د

m و dh ذ

r n ر

h ه z ز

w و s س

, ء sh ش

ṣ ص y ي

ḍ ض

B. Vokal dan Harakat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

ī اى ā ا a ا

aw او á اى u ا

ay اى ū او i ا

C. Tā’ Marbūṭ ah

Transliterasi untuk Tā’ Marbūṭ ah yang mati atau mendapat harakat sukun,

maka transliterasinya adalah /h/.

Arab Indonesia

Ṣ صلا ة alāh

Mir‟āh ير ا ة

2 Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

STS JAMBI (Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS JAMBI, 2015), 147-148

Page 13: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peranan sosial agama harus dilihat terutama sebagai suatu yang

mempersatukan. Dalam pengertian harfiyahnya, agama menciptakan suatu ikatan

bersama, baik diantara angota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam

kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Karena

nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh

kelompok-kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan

bersama dalam masyarakat. Agama juga cenderung melestarikan nilai-nilai sosial.

Fakta yang menunjukkan bahwa nilai-nilai keagamaan tersebut tidak mudah

diubah karena adanya perubahan-perubahan dalam konsepsi-konsepsi kegunaan

dan kesenangan duniawi.3

Agama Islam mendominasi dalam mengarahkan perilaku keseharian

masyarakat di Desa Pasar Singkut. Namun, dalam realitany masih terdapat

beberapa unsur kepercayaan pra Islam yang berkembang. Kepercayaan-

kepercayaan, yang terdiri dari syahadat-syahadat dan mitos-mitos (dongeng-

dongeng), dan pengalaman-pengalaman (ibadat) yang terdiri dari upacara-upacara

keagamaan dan peribadatan, membantu untuk mencapai tujuan mereka.

Kepercayaan keagamaan tidak hanya mengakui keberadaan benda-benda dan

mahkluk-mahkluk sakral tetapi seringkali memperkuat dan mengokohkan

keyakinan terhadapnya.4 Sebenarnya, kepercayaan gaib (mistisisme) merupakan

salah satu rukun iman. Namun, banyak manusia yang mengartikan kepercayaan

ghaib itu menurut cara pandang dan kepentingan dirinya sendiri sehingga

menimbulkan kesalahan tafsir terhadap makna kepercayaan gaib tersebut.5

Kerangka pikir, sikap dan perilaku anti tauhid adalah penyakit keyakinan yang

3 K.Nottingham Elizabeth, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi Agama

(Jakarta : Rajawali Pers, 1994), 42.

4 Elizabeth, Agama dan Masyarakat, 13.

5 Ikha Safitri, “Kepercayaan Gaib Dan Kejawen Studi Kasus pada Masyarakat Pesisir

Kabupaten Rembang”, Jurnal Sabda, Volume 8, ISSN 1410-7910 (2013), 18.

Page 14: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

2

menonjol dan bersifat masal serta sudah menggejala dikalangan umat-umat para

Nabi terdahulu. Godaan, rayuan dan tipuan syetan selalu mengerumuni mereka

agar terjerumus ke lembah syirik. Hampir setiap gejala-gejala kemusyrikan itu

hampir tak tersadari, sampai dengan hari ini umat Nabi Muhammad SAW terus

dan selalu digoda, dirayu bahkan ditipu agar mengikuti jejak-jejak yang tersesat

itu.6

Mistisisme merupakan nafas bagi orang-orang suku Jawa7, hal ini terlihat

dari suatu tradisi yang acap kali dilakukan oleh tokoh-tokoh Jawa setempat,

seperti Slametan dalam memperingati suatu hari besar tertentu, dalam acara-acara

sakral, slametan ketika hendak membangun sbuah rumah untuk tempat tinggal.

Dari jeni-jnis slametan yang dilakukan seringkali terdapat embel-embel sajian

yang diperuntukkan kepada aruah leluhur yang telah lama meninggal dunia.8

Tradisi tersebut seolah menjadi kebiasaan yang harus, mengapa penulis katakan

demikian, pada setiap acara yang diyakini acara tersebut akan memperlibatkan

aruah, ada sebuah rasa kecemasan tersendiri apabila ada unsur-unsur yang tidak

terpenuhi guna menjauhkan balak atau kejadian yang tidak diharapkan terjadi.

Slametan dalam versi Jawa merupakan upacara keagamaan yang paling

umum di dunia. Ia melambangkan kesatuan mistis dan sosial mereka yang ikut

serta didalamnya. Handai-taulan, tetangga, rekan sekerja, sanak keluarga, arwah

setempat, nenek moyang yang sudah mati, semua duduk bersama mengelilingi

satu meja.9 Dalam konteks tertentu, Slametan merupakan penegasan dan

penguatan kembali tata kebudayaan umum kekuasaannya untuk menghilangkan

kekuatan-kekuatan yang mengacau. Ketika makhluk-makhluk halus dan

6 Muhammad Thohir, Ayat-ayat Tauhid pencerahan aqidah tauhid berpadu logika sains

iptek, (Surabaya : Bina ilmu, ), 143.

7 Herman Sinung Janutama, “kuliah umum ronggo warsito dan kejawen”, diakses melalui

alamat https://www.youtube.com/watch?v=P4BnDtbCLqQ, tanggal 17 Desember 2017.

8 Hasil Observasi penulis terhadap kegiatan ritual pada acara pernikahan Suku Jawa di Desa

Pasar Singkut tanggal 17 Agustus 2017.

9 Aswab Mahasin, Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Diterjemahkan dari

buku aslinya yang berjudul “The Religion of Java” oleh Clifford Geertz, (Jakarta: Pustaka Jaya,

1983), 13.

Page 15: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

3

kekacauan tak manusiawi sangat mengancam, maka dilakukan lah tradisi

Slametan10

.

Perubahan bentuk praktik tradisi slametan yang paling besar dipengaruhi

oleh perkembangan agama islam. Semakin tingginya pemahaman masyarakat

mengenai ajaran agama islam berpengaruh pada persepsi masyarakat akan penting

tidaknya tradisi tersebut dilakukan. Muncul golongan yang kemudian meyakini

bahwa tradisi tersebut tidak penting, bahkan tidak boleh, untuk dilakukan.

Anggapan tersebut karena tradisi slametan merupakan tradisi yang dilakukan oleh

masyarakat sebelum islam ada di Indonesia.

Tulisan ini hanya merupakan deskripsi sederhana tentang praktik

keberagamaan masyarakat, sebagai upaya memahami pluralisme budaya yang

pada gilirannya dapat mematrikan sikap saling hormat clan menjaga "wibawa"

keyakinan masing-masing untuk meningkatkan daya tahan agama dalam ranah

sosial yang terasa mulai digerogoti oleh kepentingankepentingan duniawi yang

sesaat.

Pada zaman modern ini, zaman dimana rasionalitas dan sains lebih maju

ketimbang metafisika yang kian mudur bahkan dibuang. sebagian tua tengganai

suku Jawa masih mempertahankan tradisi yang ia yakini tentang roh. Mereka

menggunakan media-media dalam mengundang, diyakini proses penjinakan

(menurut penulis), meminta, dll. Banyak macamnya perihal seperti apa media

tersebut.

Tradisi slametan merupakan ritual sentral dalam masyarakat Jawa. Hampir

seluruh aspek kehidupan masyarakat Jawa memiliki prosesi slametan. Dalam

tulisan ini dijelaskan mengenai perubahan yang terjadi pada tradisi slametan.

Lebih khusus dalam penelitian ini akan mengkaji tentang tidak atau adanya unsur

animisme yang terselip dalam upacara slametan yang banyak digelar oleh

masyarakat jawa Desa Pasar Singkut.

10

Aswab Mahasin, Abangan, Santri, Priyayi, 36.

Page 16: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

4

B. Permasalahan

Persoalan pokok yang akan diangkat sebagai kajian utama dalam penelitian

ini adalah: bagaimana bentuk unsur animisme dalam tradisi slametan masyarakat

Jawa Desa Pasar Singkut? Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, kita dapat

merumuskan hal/pokok permasalahan dalam susunan skripsi ini ialah sebagai

berikut yang akan menjadi uraian dan sekaliugs menjadi bahasan pada bab

selanjutnya.

1. Bagaimana proses dan makna slametan yang dilakukan oleh masyarakat jawa

di Desa Pasar Singkut ?

2. Apa saja unsur animisme yang terkandung di dalam slametan yang dilakukan

oleh masyarakat suku Jawa Desa Pasar Singkut ?

3. Bagaimana perkembangan slametan di Desa Pasar Singkut pada masa kini ?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada lingkup bahasan yang terkait dengan unsur

kepercayaan animisme dalam acara slametan hajatan dan slametan pembangunan

rumah yang dilakukan oleh mayoritas Masyarakat Jawa di Ds. Pasar Singkut Kec.

Singkut Kab. Sarolangun.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Saya memohon kepada Allah SWT agar goresan tinta ini dapat bermanfaat

dan menjadi nasehat buat sesama, dan bertujuan untuk menambah wawasan

tentang :

a. Dapat mengetahui proses dan makna tradisi slametan

b. Mengetahui ada atau tidaknya unsur animisme dalam slametan yang dilakukan

orang-orang Jawa di Desa Pasar Singkut.

c. Mengetahui perkembangan slametan yang dilakukan umat Islam suku Jawa di

Desa Pasar Singkut ketika diadakan upacara slametan

Page 17: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

5

2. Kegunaan Penelitian

Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memperkaya

khazanah intelektual di bidang studi Islam, khususnya dalam bidang sosial-

keagamaan yang berkenaan dengan peranan kebudayaan dalam integrasi sosial

masyarakat beragama.

E. Kerangka Teori

1. Bentuk Unsur Animisme

Pengertian dari Animisme cukup banyak. Kata animisme berasal dari

bahasa Latin “anima” yang berarti “roh”. Animisme adalah kepercayaan kepada

mahluk halus dan roh, merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula

muncul di kalangan manusia primitif. Kepercayaan animisme mempercayai

bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pohon, atau batu

besar) mempunyai jiwa yang mesti di hormati agar semangat tersebut tidak

mengganggu manusia, malah membantu mereka dari semangat dan roh jahat dan

juga dalam kehidupan seharian mereka.11

Secara epistemologi, animisme adalah keyakinan akan kecenderungan

kodrat manusia untuk memproyeksikan kualitas-kualitas kehidupannya sendiri

pada realitas eksternal yang tidak bernyawa (dan brnyawa). Dalam pandangan

perba, misalnya, pohon, sungai, bulan dipercaya memiliki kehendak, perasaan,

pikiran dan niat atau maksud. Dalam kosmologi kuno Animisme ialah keyakinan

bahwa alam semesta – dunia kita ini dan juga segala benda langit – memiliki jiwa

abadi. Jiwa ini merupakan sumber dari semua gerak dan perubahan. Diperkirakan

terdapat hirarki jiwa-jiwa yang terdapat pada berbagai tingkatan eksistensi.

Dalam metafisika, animisme adalah pandangan bahwa eksistensi (ada, alam

semesta) berada sebagai keseluruhan hidup. Atau, pandangan bahwa ada suatu

kekuatan hidup yang berhubungan erat dengan dan yang menggerakkan proses-

proses dan arah kehidupan. Alam semesta itu sendiri entah merupakan suatu

keseluruhan organis yang hidup, atau disuntikkan dengan suatu prinsip kehidupan

batin.

11

Ahmad Afandi, “Kepercayaan Animisme-Dinamisme Serta Adaptasi Kebudayaan

Hindu-Budha Dengan Kebudayaan Asli Di Pulau Lombok-Ntb”, Jurnal p-ISSN 2549-7332 |e-

ISSN 2614-1167 Vol. 1, No. 1, Desember (2016), 3.

Page 18: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

6

Pandangan salah satu Filsuf mengenai animisme, E.B. Tylor berpendapat

bahwa semua agama lahir dari suatu keyakinan primitif akan animisme. Ini dapat

diperlihatkan dengan mencari tahu hakikat ritus-ritus dan upacara keagamaan.

Dalam hubungannya dengan agama, ada yang mengatakan bahwa pandangan

animistis membentuk dasar agama-agama yang datang kemudian. Pada prinsipnya

animisme merupakan bagian dari semua agama.12

Menurut Durkheim, sistem agama primitif seperti animisme dan dinamisme

terdapat dalam masyarakat yang sangat sederhana, dan sistem agama tersebut

dapat dijelaskan tanpa harus terlebih dahulu menjelaskan elemen-elemen lain dari

agama yang lebih tua darinya. Ia mengatakan bahwa agama primitif lebih dapat

membantu dalam menjelaskan hakikat religius manusia dibandingkan dengan

bentuk agama lain yang datang setelahnya, sebab agama primitif mampu

memerlihatkan aspek kemanusiaan yang paling fundamental dan permanen dalam

memahami inti dari kepercayaan tersebut. Adapun agama dalam arti obyektif ialah

segala apa yang dipercayai, sedangkan agama dalam arti subyektif ialah dengan

cara bagaimana manusia berdiri di hadapan Tuhan dan bagaimana ia harus

mentaati segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.13

Ciri utama kepercayaan animisme adalah percaya kepada kewujudan roh.

Diantaranya adalah penganut kepercayaan ini meyakini bahwa roh seseorang yang

telah mati akan bergentayangan ibarat tanpa tuan, menganggu mereka, bahkan

kembali datang mengunjungi mereka juga. Sebab itu, mereka mengadakan acara

ritual kepada arwah tersebut pada hari ketiga, ketujuh, dan keseratus. Selain itu,

mereka percaya bahwa tumbuhtumbuhan dan binatang memiliki kekuatan gaib.

Dalam hal ini, penganut animisme melakukan pemujaan terhadap kekuatan roh

tersebut yang dipimpin oleh pawang. Tujuannya adalah untuk memeroleh

kebaikan dan terhindar dari bencana alam.

12

Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 2002), 50-52 . 13

Hasan Ridwan. “Kepercayaan Animisme dan Dinamisme Dalam Masyarakat Islam

Aceh”. jurnal MIQOT, Vol. XXXVI. (2012), 5.

Page 19: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

7

Agama yang memiliki peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat

guna mengarahkan kepada hal-hal positif yang tidak keluar dari syariat, namun

hal tersebut telah dipengaruhi oleh kebudayaan nenek moyang yang masih

menjadi tradisi turun temurun, hal tersebut terjadi karena dekadensi ilmu

pengetahuan agama yang kurang menjadi keyakinan masyarakat terdahulu,

sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan sosial keagamaan masyarakat saat

ini.

2. Slametan

a. Definisi Slametan

Salah satu adat istiadat, sebagai ritual keagamaan yang paling populer di

dalam masyarakat Islam Jawa adalah "slametan", yaitu upacara ritual komunal

yang telah mentradisi di kalangan masyarakat Islam Jawa yang dilaksanakan

untuk peristiwa penting dalam kehidupan seseorang.14

Bagi kelompok abangan,

slametan diyakini merupakan simbolisme persembahan terhadap para roh halus,

roh leluhur dan lain-lain agar masyarakat terhindar dari bencana dan kejahatan.

Fenomena slametan yang dianggap sebagai ritual paling inti dalam masyarakat

Jawa15

. Slametan juga menyajikan simbolisme tertentu yang memerlukan

penjelasan lebih rinci untuk dapat dimengerti dengan benar.

Slametan yang menjadi tradisi luhur untuk mengiringi atau menandai

berbagai perubahan dalam kehidupan seseorang adalah "do'a" dan harapan sebagai

ekpresi keberagamaan untuk memohon agar diberi "kelempangan" jalan, berkah

rizqi, nasib baik yang itu semua disadari tidak dapat diraihnya tanpa "interpensi"

Tuhan di dalamnya. Karena itu, slametan, dengan berbagai istilah yang dipakai

saat ini tidak lain adalah agama dalam kemasan budaya, yang tidak salah kalau

tetap dilestarikan, asal tidak ber,nuansa foya,foya. Kalau foya,foya yang terjadi,

berarti si pelaku menjadi teman "syaithan"

14

Ahmad Khalil, “Agama Dan Ritual Slametan: Deskripsi-Antropologis Keberagamaan

Masyarakat Jawa”, Jurnal "el-Harakah" Vol. 10, No. 3, (2008), 09. 15

Ummi Sumbulah, “Islam Jawa dan Akulturasi Budaya: Karakteristik, Variasi Dan

Ketaatan Ekspresif”, Jurnal el Harakah Vol.14 No.1 (2012), 03.

Page 20: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

8

berbicara tentang tradisi, hubungan antara masa lalu dan masa kni haruslah

lebih dekat. Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu di masa kini ketimbang

sekedar menunjukkan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu. Menurut arti

yang lebih lengkap, tradisi adalah keseluruhan benda material dan gagasan yang

berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada kini, belum dihancurkan,

dirusak, dibuang, atau dilupakan. Disini tradisi hanya berarti warisan, apa yang

benar-benar tersisa dari masa lalu. Tradisi tidak tercipta atau berkembang dengan

sendirinya secara bebas. Hanya manusia yang masih hidup, mengetahui dab

berhasratlah yang mampu menciptakan, mencipta ulang, dan mengubah tradisi.16

Lebih jauh ada beberapa definisi terminologis yang digunakan dan perlu

dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu tentang unsur animisme dyang masih

terbawa dari zaman hindu budha hingga perkembangan Islam yang sangat luas,

hal tersebut akan mendapatkan jabaran lebih jauh dalam penelitian ini.

b. Sejarah Slametan

Sebelum kedatangan agama Hindhu sekitar tahun 400 SM, tradisi

keagamaan dari berbagai suku Melayu masih mengandung unsur-unsur animisme.

Setelah berabad-abad kemudian tradisi animisme di Jawa ini terbukti mampu

menyerap ke dalam unsur-unsur yang berasal dari Hindhu dan Islam yang datang

belakangan pada abad XV M. Begitu juga menurut Geertz pada masa sekarang ini

sistem keagamaan di pedesaan Jawa pada umumnya terdiri dari suatu perpaduan

yang seimbang dari unsur-unsur animisme, Hindhu, dan Islam, suatu sinkretisme

dasar yang merupakan tradisi rakyat yang sesungguhnya, suatu substratum dasar

dari peradabannya.17

Dari sini terciptalah percampuran atau akulturasi antara

Agama pendatang dengan kepercayaan nenek moyang. Dalam hal ini, ritual

Selamatan adalah salah satu tradisi hasil akulturasi budaya yang masih tetap

dilestarikan hingga saat ini.

16

Piӧ tr Sztomka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2012), 69-71. 17

Marzuki, M.Ag, “Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa Dalam Perspektif Islam”,

diakses di laman lambung pustaka UNY Online alamat : http://eprints.uny.ac.id/view/type/article.html, 6.

Page 21: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

9

c. Jenis-jenis Slametan

1) Slametan Siklus Hidup Manusia

Tradisi slametan berdasarkan siklus hidup manusia antara lain slametan

untuk kehamilan, kelahiran, perkawinan, dan kematian.

a) Slametan untuk kehamilan

Jika seorang ibu sedang mengandung anak pertama, maka upacara slametan

diadakan sebanyak tiga kali yaitu pada usia lima bulan (nglimani), tujuh bulan

(mitoni), dan sembilan bulan (procotan).

b) Slametan perkawinan

Dalam acara perkawinan memiliki tahapan-tahapan yang dibarengi dengan

upacara slametan, yatu (1) Kumbakaran; Slametan setelah memusyawarahkan

segala hal yang akan dilaksanakan terkait dengan upacara pernikahan . umumnya

dilaksanakan 7 hari sebelum acara di rumah yang akan menggelar hajat. (2)

Pasang tarub; Slametan diadakan pada malam 2 atau 1 hari sbelum upacara, yakni

mempersiapkan tempat acara. (3) Midadareni dan Majemukan; Ritual dan

slametan malam upacara, sekaligus pelaksanaan tebusan kembar mayang. (4)

Slametan Walimahan; Slametan yang dilaksanakan saat sesudah ijab qobul atau

setelah upacara perkawinan. (5) Sepasaran manten; Slametan yang dilaksanakan

pada hari ke-5 dari ijab dan qobul.

c) Slametan kematian

Adapun upacara slametan ini dilaksanakan untuk memperingati hari

kematian (geblak)orang yang telah meninggal dunia, dari surtanah, tulung dinane,

pitung dinane, patangpuloh dinane, satus dinane, setahun, rongtahun, dan nyewu

(hari ke-1, k-3, k3-7, ke-40, ke-100, satu tahun, dua tahun, dan ke-seribu hari).

Dalam hal ini hari-hari sesudah wafatnya seseorang diperingati dengan

upacara slametan. Diantaranya yaitu (1) Surtanah; Ritual setelah mayat

dikebumikan, agar ruhnya mendapat tempat baik di sisi Tuhan. (2) Nelung dina;

Slametan hari ke-3 setelah kematian, untuk memohonkan ampunan kpada Allah,

memperoleh jalan terang menuju Tuhan. (3) Mitung dina; Slametan hari ke-7

sesudah wafat. Berdo‟a agar ruh mayat mendapat jalan terang menuju Tuhan, dan

bermakna menyempurnakan kulit, rambut, dan kuku jenazah. (4) Matang puluhan;

Page 22: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

10

Slametan hari ke-40 dari wafat. Biasanya disertai dengan khataman al-quran.

Tujuannya mendo‟akan agar ruh yang meninggal dapat diterima Allah sesuai

dengan amal kebaikannya. (5) Nyatus dina; Slametan yang diadakan pada hari ke-

100 dari hari wafatnya. Tujuannya sama dengan slametan hari ke-40, dan juga

untuk menyempurnakan yang bersifat badani. (6) Mendhak pisan; Peringatan satu

tahun pertama dari kematian. Tujuan adalah untuk memintakan ampunan bagi ruh

yang meninggal. Juga bermakna menyempurnakan semua anasir fisik selain

tulang. (7) Mendhak pindho; Peringatan 2 tahun dari hari wafat. Tujuannya sama

dengan mendhak pisan. Juga bermakna menyempurnakan anasir rasa dan bau

menjadi lenyap. (8) Nyewu dina; Adalah purna upacara bagi orang yang sudah

meninggal, pada hari ke-1000. (9) Haul; Slametan peringatan tahunan bagi orang

yang sudah meninggal. Dilaksanakan pada hari dan bulan wafatnya. Intinya

adalah do‟a memohon ampunan dari semua salah dan dosa, serta mendoakan

keselamatan perjalanan ruh dan alam akhirat18

2) Slametan Hari-hari Raya Islam

Salametan Hari besar islam yang kerap dilakukan di desa pasar singkut

sejak dahulu meliputi :

a) Slametan sasi suro

Slametan sasi suro dilakukan tepat pada tahun baru hijriyah, yaitu 1

muharam, atau banyak dikenal satu suro. Slametan ini dilakukan pagi hari atau

sore hari. Tiap individu yang mendapat giliran membawa ambeng beserta

lauknya, ayam panggang dan pisang raja. Slametan ini rutin digelar stiap

tahunnya, bertujuan untuk memohon agar Tuhan menghindarkan dari segala

kejelekan dan nasib buruk dunia maupun akhirat. Sementara doa-doa yang

biasanya dibaca adalah doa selamat dan tolak bala.

b) Slametan punggahan

Sudah Menjadi tradisi bagi masyarakat bila menjelang bulan suci ramadhan

mengadakan Punggahan. Punggahan adalah salah satu cara masyarakat

menyambut datangnya bulan suci, biasanya berkumpul di Masjid dengan

membawa bekal kemudian setelah kita berdoa bersama dengan di pimpin Imam

18

Muhammad Sholikhin. Ritual & Tradisi Islam Jawa. (Yogyakarta : Narasi 2010), 28-29.

Page 23: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

11

atau tokoh agama dan di tambah tausiyah. Kemudian setengah bekal kembali

dibawa pulang untuk keluarga yang menunggu di rumah. Karena slametan ini

dilakukan oleh para bapak-bapak dan pemuda, sadang perempuan tidak dan hanya

dirumah. Slametan ini bertujuan untuk permohonan keberkahan selama bulam

ramadhan serta dijauhkan dari balak.

3) Slametan Situasional

a) Slametan mendirikan rumah

Tradisi lain yang mencerminkan unsur-unsur perpaduan antara kebudayaan

Jawa dengan syariat Islam adalah mendirikan rumah dan memasuki rumah baru.

Rumah merupakan kelengkapan hidup bagi masyarakat Jawa. Rumah merupakan

sarana penting untuk menciptakan keharmonisan rumah tangga, fungsi utamanya

sebagai tempat berlindung dari hujan dan panas, serta tempat merencanakan dan

melaksanakan cita-cita keluarga

Besarnya peranan rumah bagi masyarakat Jawa seperti tersebut di atas,

mendorong mereka melakukan berbagai ritual khusus. Beberapa tindakan yang

dilakukan masyarakat Jawa dalam membangun rumah yang bersifat ritual ada

berbagai macam. Pertama mencari hari baik, kedua melaksanakan selamatan dan

sajen ketika mulai menempati rumah baru.19

Kebiasaan itu sudah berlangsung

sejak lama dan tetap dipertahankan sampai sekarang.

b) Slametan nazar

Slametan nazar biasanya bersifat positif, berkaitan dengan sesuatu yang

telah tercapai, atau yang menjadi nazar telah tercapai. Slametan ini pada

umumnya hanya membaca manaqib (riwayat sykh abdulqadir jaelani) dan doa

saja. Slametan ini tidak terpaku pada waktu, biasanya slametan ini dibarengkan

dengan hajat lain seperti syukuran kendaraan baru, rumah baru, slametan hendak

bepergian jauh seperti hendak menunaikan haji dan slametan situasional lainnya.

19

Miftahul Huda, “Islam Dan Tradisi Jawa: Pencarian Motif Dan Makna Dalam Tradisi

Selametan Mendirikan Rumah di Dusun Gentan Ngrupit Jenangan Ponorogo”, Jurnal Studi Islam

dan Sosial, Vol 14, Iss 2, Pp 292-304 (2017), 294.

Page 24: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

12

3. Masyarakat Jawa

Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang

terikat oleh suatu sistem adat istiadat. Masyarakat Jawa merupakan salah satu

masyarakat yang hidup dan berkembang mulai zaman dahulu hingga sekarang

yang secara turun temurun menggunakan bahasa Jawa dalam berbagai ragam

dialeknya dan mendiami sebagian besar Pulau Jawa. Pada perkembangannya

masyarakat Jawa tidak hanya mendiami Pulau Jawa, tetapi kemudian menyebar di

hampir seluruh penjuru nusantara. Program transmigrasi yang dicanangkan

pemerintah mengakibatkan banyak ditemukannya komunitas Jawa di luar pulau

Jawa.20

Dengan perkembangan IPTEKS (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni)

yang semakin gencar seperti sekarang ini, masyarakat Jawa tetap eksis dengan

berbagai keunikannya, baik dari segi budaya, agama maupun tata krama. Namun

demikian, pengaruh IPTEKS tersebut sedikit demi sedikit mulai menggerogoti

keunikan masyarakat Jawa tersebut, terutama di kalangan generasi mudanya. Di

kota-kota besar seperti Yogyakarta sudah banyak ditemukan masyarakat Jawa

yang tidak menunjukkan jati diri ke-Jawa-annya. Mereka lebih senang

berpenampilan lebih modern yang tidak terikat oleh berbagai aturan atau tradisi-

tradisi yang justru menghalangi mereka untuk maju21

Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum

bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun terkadang tradisi dan

budaya itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Memang ada beberapa tradisi

dan budaya Jawa yang dapat diadaptasi dan terus dipegangi tanpa harus

berlawanan dengan ajaran Islam, tetapi banyak juga budaya yang bertentangan

dengan ajaran Islam. Masyarakat Jawa yang memegangi ajaran Islam dengan kuat

(kaffah) tentunya dapat memilih dan memilah mana budaya Jawa yang masih

dapat dipertahankan tanpa harus berhadapan dengan ajaran Islam. Sementara

masyarakat Jawa yang tidak memiliki pemahaman agama Islam yang cukup, lebih

20

Andik Wahyun Muqoyyidin, “Dialektika Islam Dan Budaya Lokal Dalam Bidang

Sosial Sebagai Salah Satu Wajah Islam Jawa, Jurnal el Harakah Vol.14 No.1 Tahun (2012), 3. 21

Marzuki M.Ag, “Tradisi Dan Budaya”, 8.

Page 25: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

13

banyak menjaga warisan leluhur mereka itu dan mempraktekkannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari, meskipun bertentangan dengan ajaran agama yang

mereka anut. Fenomena seperti ini terus berjalan hingga sekarang.22

Masyarakat Jawa, sebagai komunitas yang dalam ukuran tertentu telah

terislamkan memang memeluk agama Islam. Namum dalam praktiknya, pola,pola

keberagamaan mereka tidak jauh dari pengaruh unsur keyakinan dan kepercayaan

pra-Islam, yakni keyakinan animisme-dinamisme dan Hindu-Budha yang jauh

sebelum kedatangan Islam menjacli anutan masyarakat secara mayoritas.23

Orang Jawa mempunyai kepercayaan bahwa jiwa yang ada dalam diri

seseorang akan hidup walapun ia telah meninggal. Seteah mati, jiwa itu tetap

mempunyai perhatian kepada kehidupan bersama masyarakat. Oleh karena itu

jiwa-jiwa ini bisa saja marah, ketika keturunan mereka tidak lagi memelihara

tradisi atau tidak memenuhi kewajiban terhadap jiwa-jiwa itu.24

Berbicara tentang asal mula penduduk Jawa ibarat mencari jarum dalam

sekam. Banyak sumber dan data sejarah yang menyatakan berbeda tentang asal

mula penduduk Pulau Jawa atau orang Jawa pertama. Mengingat begitu banyak

sumber sejarah yang berbeda pendapat itu, maka untuk bisa memastikan data

sejarah yang betul-betul valid tentu siapa orang Jawa pertama menjadi polemik

tersendiri. Namun setidaknya, sumber-sumber dan data-data sejarah yang ada itu

memiliki rasionalitas tersendiri sehingga kebenarannya dapat dipertanggung-

jawabkan secara ilmiah.25

Dalam bukunya prof. Dr bambang Pranowo yang dikutip dari Niels Mulder

dikatakan, bahwa bagi sebagian besar orang Jawa, Mistisisme dan praktik-praktik

magis-mistik selalu menjadi arus dasar terkuat.26

Hal ini sejalan dengan apa yang

dipaparkan oleh ki Herman Sinung dalam kuliah umum di gedung Salihara yang

ketika itu membahas tentang islam di Nusantara dan Rangga Warsita. tuturnya,

22

Marzuki M.Ag, “Tradisi Dan Budaya”, 3. 23

Ahmad Khalil, “Agama Dan Ritual Slametan : Deskripsi-Antropologis Keberagamaan

Masyarakat Jawa”, Jurnal el-Harakah Vol. 10, No. 3, ( 2008), 8-9. 24

Asti Musman, Agama Ageming Aji, (Yogyakarta : Pustaka Jawi, 2017), 63-64.

25 Soedjipto Abimanyu, Babad Tanah Jawi, (Yogyakarta : Laksana, 2017), 35-36.

26 M. Bambang Pranowo, Memahami Islam Jawa, (Jakarta : Pustaka Alvabet, 2009), 238.

Page 26: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

14

mistisisme itu merupakan nafasnya orang-orang Jawa. Artinya orang-orang Jawa

tidak dapat lepas dari doktrin-doktrin mistik, dan itu diterapkan dalam

aksiologinya orang Jawa dalam kesempatan-kesempatan tertentu.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Untuk mengkaji persoalan dalam penelitian ini akan digunakan metode

penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penggunaan metode

penelitian ini yaitu ingin mendeskripsikan dan menemukan makna serta

pemahaman mendalam atas permasalahan penelitian yang diteliti berdasarkan

latar sosialnya. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pendekatan fenomenologi

yang bertujuan untuk mencari esensi dari kegiatan-kegiatan objek yang bersifat

mistik. penelitian ini dilaksanakan secara alamiah, apa adanya dalam situasi

normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya. Kongkritnya penelitian

ini menekankan pada deskripsi secara alami.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang tradisi

slametan yang mengandung atau tidaknya unsur animisme berdasarkan sudut

pandang dan penilaian masyarakat dilapangan. Atas deskripsi tersebut ditarik

pemahaman mengenai fenomena yang berkembang didalam masyarakat. Karena

pertimbangan inilah maka penelitian ini relevan jika dilakukan dengan

menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Dalam penelitian ini tidak dikenal adanya sampel, melainkan informan.

Penentuan informan ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid dan sesuai

dengan kebutuhan yang sedang diteliti. Sebab itu orangorang yang menjadi

informen kunci harus dari orang-orang yang di anggap dapat memberikan

informasi dan berkaitan langsung dengan fokus yang sedang diteliti

Beberapa ciri dominan dari penelitian deskriptif, yaitu:

a. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau pristiwa yang bersifat faktual.

Adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau narasi

semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antarvariabel,

menguji hipotesis, atau membuat ramalan.

Page 27: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

15

b. Dilakukan secara survey. Oleh karena itu, penelitian deskriptif sering disebut

juga sebagai penelitian survey. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat

mencakup seluruh metode penelitian, kecuali bersifat historis dan

eksperimental.

c. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.

d. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan

dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.

e. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu

dalam waktu yang bersamaan27

2. Setting dan Subjek Penelitian

a. Setting Penelitian

Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (porposive) di Desa Pasar

Singkut, Kec. Singkut, Kab.Sarolangun, pemilihan setting didasarkan atas

pertimbangan rasional dan praktis. Pertimbangan rasional didasarkan pada

kenyataan bahwa Pasar Singkut masih banyak suku jawa yang masih

menyelenggarakan banyak tradisi-tradisi yang diambil dan dianut

kepercayaannya, seperti slametan.

Karena itu fokus penelitian akan dapat dilakukan secara fair, yang secara

ekonomis juga dapat dijangkau oleh peneliti, dan karena latar belakang penulis

adalah penduduk asli desa tersebut, maka penulis dapat memahami karakteristik

dari setting penelitian.

b. Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri dari para informman jawa yang dianggap

memahami mengenai upacara slametan di Desa Pasar Singkut, sekaligus berperan

penting dalam tradisi salmetan. Subjek penelitian ini berpusat pada tokoh-tokoh

masyarakat, pimpinan adat, pemerintah desa dan para sesepuh yang ada di daerah

tersebut.

27

Danim Sudarwan, menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 41.

Page 28: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

16

Peneliti mengambil nama-nama tersebut di atas sebagi subjek, karena subjek

bertempat tinggal di Desa Pasar Singkut, memahami karakteristik masyarakat

desa, dan berperan penting dalam prosesi slametan, dan faham terhadap slametan.

3. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber Data

Menurut Neuman, data yang ada dalam penelitian kualitatif, bersifat

empirik,28

terdiri dari dokumentasi ragam peristiwa prosesi slametan, rekaman

setiap ucapan informan, kata dan gestures dari objek kajian, tingkah laku yang

spesifik, dokumen-dokumen tertulis, serta berbagi imaji visual yang ada dalam

sebuah fenomena sosial.

Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai

informasi yang diperlukan selama proses penelitian melalui wawancara. Informasi

tersebut dapat berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat

membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan yang diteliti.

b. Jenis Data

Dalam penelitian ini, jenis sumber data berupa (1) data primer, diperoleh

melalui wawancara langsung dengan para informan utama (pimpinan adat, dan

para sesepuh) dan informan pendukung (tokoh-tokoh masyarakat ); dan (2) data

skunder, diperoleh dari arsip-arsip, buku-buku atau literatur dan dokumen-

dokumen langsung terkait dengan penelitian ini. 29

4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam studi ini menggunakan tiga teknik yang

dilakukan secara berulang-ulang agar keabsahan datanya dapat dipertanggung-

jawabkan. Ketiga teknik tersebut adalah:

a. Observasi

Menurut Moleong, pengamatan tidak terlibat merupakan pengamatan yang

dilakukan tanpa keterlibatan peneliti dalam aktivitas yang diamati, peneliti dalam

28

Mahmud Muh.Arba‟in, Gender dan Kehutanan Masyarakat, (Yogyakarta: Deepublish,

2015), 69 29

. ibid

Page 29: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

17

hal ini hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan.30

Fungsi

teknik ini selain untuk mencari data juga sekaligus untuk mengadakan cross check

terhadap data lain sehingga hasil pengamatan dapat dimaknai dan

diinterpretasikan lebih lanjut berdasarkan teori yang menjadi acuan dalam

penelitian.

Hasil observasi dapat digunakan untuk melengkapi data yang berasal dari

wawancara dan sangat bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan untuk

menjelaskan permasalahan didalam penelitian ini. Hal-hal yang diobservasi

dilapangan antara lain adalah sebagai berikut :

1) Proses berjalannya upacara slametan

2) Mengamati unsur animisme dalam Slametan

3) Perkembangan slametan yang terjadi di lapangan

b. Wawancara

teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri

sendiri atau self-report, atau seetidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi.31

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan melalui cara lisan atau tatap muka antara peneliti dengan informan.32

Informan yang diwawancara oleh peneliti adalah orang yang telah

memahami seluk beluk tentang upacara slametan. Dalam wawancara ingin

mendapatkan data primer, berupa proses dari slametan, mengetahui asal usul

slametan di desa pasar singkut, dan mengetahui apa saja yang berperan dalam

upacara slametan. Peneliti sebelum melakukan penelitian, telah mengetahui

informan yang akan diwawancara, karena sebelumnya peneliti telah melakukan

pra-penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa

pada waktu yang lalu. Semua dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang

30

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), 126 31

Sugiyono, Metode Penenlitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012), 138 32

Arikunto, Prosedur Penelitian, 139.

Page 30: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

18

bersangkutan akan dicatat sebagai sumber informasi.33

Dokumentasi merupakan

metode pengumpulan data melalui data-data dokumenter, berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah. agenda ataupun jurnal yang dapat

memberikan informasi tentang objek yang diteliti.34

Data dokumentasi digunakan

untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Seperti

arsip desa dan dokumen kepustakaan, gambaran Desa, sejarah Desa dll

4. Metode/ Tehnik Analisis Data

Analisis data kualitatif menggunakan data yang berupa teks, gambar, suara,

dan kombinasinya dan artifak. Data yang bukan angka tidak mudah untuk

diinterpretasi, oleh karena itu diperlukan kemampuan menganalisis dan memaknai

pola dan hubungan antar data. Menurut Seidel (1998) ada tiga langkah dalam

analisis data kualitatif, yaitu:

a. memperhatikan, meliputi melakukan observasi dan melakukan koding data

b. mengumpulkan, meliputi kegiatan koleksi data dan melakukan pemilihan data

c. memikirkan, mempunyai maksud memaknai koleksi data, melihat pola dan

hubungan data, menemukan venomena yang sedang dikaji.35

Sesuai dengan bentuk penelitiannya, dalam penelitian ini, analisis data

dilakukan sejak pengumpulan data hingga data duperoleh secara keseluruhan.

Data kemudian dicek kembali, secara berulang, dan untuk mencocokkan data

yang diperoleh, data disestimatiskan dan diinterprestasikan secara logis, sehingga

diperoleh data yang memiliki keabsahan dan kredibilitas.36

Adapun teknis analisis

data yang akan diterapkan dalam penelitian ini meliputi: analisis Reduksi data,

analisis filosofis, dan analisis syariat agama.

Data tradisi slametan ini kemudian dianalisis menggunakan metode

deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan

secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai objek penelitian.

33

W.Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2012), 123 34

Lihat Arikunto, Prosedur Penelitian, 188. 35

Sarwono Jonathan, Mixed Methods: cara menggabung riset kuantitaif dan riset kualitatif

secara benar, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011), 147-148.

36 Tim Penyusun, buku II: Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa (Jambi: Fak.

Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2014), 61

Page 31: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

19

Metode ini menekankan pada deskripsi alami yang menggunakan konsep-konsep

dalam hubungannya satu sama lain. Segala sesuatu yang dinyatakan oleh

masyarakat secara tertulis atau secara lisan dan juga perilaku nyata masyarakat

diteliti kemudian dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

Memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi potongan-potongan yang

lebih teratur dengan mengoding, menyususnnya menjadi kategori, dan

merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana.37

Catatan yang

dianggap menunjang data penelitian, selalu dicatat agar kejadian-kejadian tersebut

tidak terlupakan. Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian

rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai

untuk menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian.

Penelitian ini menyusun desain secara terus-menerus disesuaikan dengan

kenyataan dilapangan.Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk mengkaji atau

membuktikan kebenaran suatu teori tetapi teori yang sudah ada dikembangkan

dengan menggunakan data yang dikumpulkan. Dengan dasar tersebut, maka

penelitian kualitatif diharapkan mampu memberikan gambaran sebagai berikut:

a. Mampu memberikan gambaran secara sistematis yaitu menjelaskan jalannya

tradisi slametan dalam pelaksanaannya.

b. Dapat menjelaskan apa makna dan sejarah dari tradisi slametan yang ada di

desa pasar singkut

c. Mampu menjelaskan sedetail mungkin unsur-unsur mitos atau kepercayaan

yang ada dalam tradisi slametan

Data yang telah terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi

dan perekaman data kelisanan yang berupa catatan lapangan ini dilakukan

langkah pemilahan data berdasarkan kategori tertentu. Fakta-fakta yang ada

dilapangan kemudian digolongkan, diperiksa, mengarahkan, membuang data-data

yang tidak perlu serta mengorganisasi data yang telah diperoleh dalam teknik

observasi, wawancara, dan perekaman data kelisanan pada tradisi sedekah dusun.

37

Daymon cristine, Immy Holloway, Metode-metode riset kualitatif dalam public relation

& marketing communication, (Yogyakarta: Bentang, 2008), 369.

Page 32: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

20

Data yang diperoleh dari data tertulis maupun wawancara ini diharapakan

dapat memaparkan secara lebih jelas tentang makna dan kandungan yang terdapat

dalam tradisi slametan sehingga dapat menjawab permasalahan yang diteliti.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep

kesahihan dan keandalan menurut versi „positivisme‟ dan disesuaikan dengan

tuntutan pengetahuan, kriteria, dan paradigmanya sendiri.38

peneliti melakukan

teknik pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam

penelitian kualitatif, upaya pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat

empat cara yaitu:

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan

peneliti di lokasi secara Iangsung dan cukup lama, dalam upaya rnendeteksi dan

memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,

karena kesalahan penilaian data (data distortion) oleh peneliti atau responden,

disengaja atau tidak sengaja.39

Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena adanya nilai-nilai bawaan

dari peneliti atau adanya keterasingan peneliti dari lapangan yang diteliti.

Sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul secara tidak sengaja, akibat

adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul dengan sengaja, karena

responden berupaya memberikan informasi fiktif yang dapat menyenangkan

peneliti, ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan

secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol

dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti

dapat memahami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan dalam

38 Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013), 321.

39 Tim Penyusun, buku II: Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, 61-62.

Page 33: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

21

upaya mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan terfokus pada

objek penelitian. permasalahan dan fokus penelitian. Hal ini diharapkan pula

dapat mengurangi distorsi data yang mungkin timbul akibat keterburuan peneliti

untuk menilai suatu persoalan, ataupun distorsi data yang timbul dari kesalahan

responden yang memberikan data secara tidak benar.40

3. Keteralihan

Kriterium keteralihan berbeda dengan validasi eksterrnal dari non kualitatif.

Konsep validasi itu menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat

berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar

penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif mewakili

polulasi itu.41

4. Kepastian

Pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada

persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan

seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif

sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat

dikatakan objektif. Jadi, objektivitas-subjektivitasnya suatu hal bergantung pada

orang seseorang.

H. Studi Relevan

Berbicara tentang Animisme maupun slametan Jawa, terdapat beberapa

karya besar yang bicara tentang kepercayaan manusia primitif dan kebudayaan

tersebut, di antaranya :

1. Karya buku dari Prof. Dr. M. Bambang Pranowo, dengan judul “Memahami

Islam Jawa”. Poin utama buku ini menjelaskan watak kehidupan sosial-

keagamaan Muslim Jawa seperti yang dijalani dan berkembang di wilayah

Tegalroso, Jawa Tengah. Dalam usahanya memahami dinamika religiusitas

penduduk desa sebagai Muslim. Secara kesluruhan, buku ini mencerminkan

sikap skeptis terhadap ketepatan dikotomi santri-abangan yang disusun

Clifford Geertz. Membahas pula mistisisme-nya santri di Pondok Pesantren

40

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117.

41 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 324-326

Page 34: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

22

Tegal Rejo, perjalanan menuju tasawuf-nya Al-Ghazali melalui karyanya

Ihya’ Ulum al-Din. Buku ini juga membahas tentang Budaya dan tradisi-tradisi

lokal di Tegalrejo. Tetapi dalam buku ini tidak menelisik unsur-unsur

kepercayaan/keyakinan kepada selain Allah. Walaupun sedikit banyak

mengalami persamaan objek, namun arah penelitiannya berbeda.42

2. Dalam jurnal ilmiahnya Ridwan Hasan yang berjudul Kepercayaan Animisme

dan Dinamisme Dalam Masyarakat Islam Aceh, 2012. Penelitian ini berfokus

pada tujuannya untuk menelisik adanya unsur-unsur animisme dinamisme

dalam kebudayaannya maupun dalam kehidupan masyarakat aceh itu sendiri.

Kajian yang berbeda terletak pada suku dan tradisi yang dilakukan oleh

objek.43

3. Kemudian karya Sekripsi Arif Solaiman, alumni UIN STS JAMBI 2017 yang

berjudul “Kearifan Lokal Tradisis Sedekah Dusun Di Desa Mekar Sari

Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun”, dalam hal ini memiliki setting

penelitian yang kurang lebih sama, yaitu di Ds Pasar Singkut. Namun apa yang

dikaji memiliki perbedaan, walaupun objeknya kurang lebih sama. Dalam

karyanya ia membahas proses berjalannya budaya kearifan lokal yang dipimpin

oleh Sesepuh setempat, dan cara memepertahankan tradisi tersebut agar dapat

teteap dilestarikan. Faktanya generasi penerus (Pemuda) banayk yang tidak

memahami esensi dari budaya yang dilakukan dusun tersebut.44

4. Lalu jurnal ilmiah karya dari Ening Herniti Mahasiswi Fakultas Adab dan Ilmu

Budaya UIN Sunan Kalijaga. Jl. Marsda Adisutjipto Yogyakarta yang berjudul

“Kepercayaan Masyarakat Jawa Terhadap Santet, Wangsit, dan Roh Menurut

Perspektif Edwards Evans-Pritchard”. Dalam tulisannya ia mengkaji

42

M. Bambang Pranowo, Memahami Islam Jawa. 43

Ridwan Hasan, Kepercayaan Animisme dan Dinamisme Dalam Masyarakat Islam Aceh,

jurnal MIQOT, Vol. XXXVI (Desember 2012) 44

Arif Solaiman, “Kearifan Lokal Tradisis Sedekah Dusun Di Desa Mekar Sari Kecamatan

Singkut Kabupaten Sarolangun”, Sekripsi (Jambi: Progam Sarjana UIN Sulthan Thaha Saifudin

Jambi, 2017)

Page 35: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

23

bagaimana kepercayaan masyarakat Jawa terhadap hal-hal yang tidak kasat

mata dengan mengacu pada pemikiran Evans-Pritchard.45

5. Jurnal ilmiah dari Ummi Sumbulah yang berjudul Islam Jawa Dan Akulturasi

Budaya: Karakteristik, Variasi dan Ketaatan Ekspresif. Dalam karyanya ini

ingin mencari tau hasil dari akulturasi budaya yang berdampak pada

sinkretisme budaya, dan segala bentuk toleransi keagamaan.

6. Jurnal ilmiah dari A. Khalil yang berjudul Agama Dan Ritual Slametan

(Deskripsi-Antropologis Keberagamaan Masyarakat Jawa). Didalam kajiannya

Khail hanya mendeskripsikan secara sederhana tentang praktik keberagamaan

masyarakat, sebagai upaya memahami pluralisme budaya yang pada gilirannya

dapat mematrikan sikap saling hormat dan menjaga wibawa keyakinan masing-

masing untuk meningkatkan daya tahan agama dalam ranah sosial yang terasa

mulai digerogoti oleh kepentingankepentingan duniawi yang sesaat.

Artinya dari sekian karya akademisi di atas walaupun membicarakan

tentang slametan, Jawa dan mistisisme maupun animisme, namun memiliki fokus

yang berbeda dengan penelitian penulis. Terlebih memiliki latar belakang setting

yang berbeda dan objek yang tidak sama.

Berdasarkan studi relevan di atas penulis menemukan perbedaan, bahwa

persoalan-persoalan budaya, tradisi, mapun suku banyak dikaji oleh para ilmuan

di atas, namun belum ada penelitian yang secara spesifik dan khusus diarahkan

untuk menganalisis persoalan kepercayaan animisme dalam slametan suku Jawa

yang setting penelitiannya di Desa Pasar Singkut kecamatan Singkut kabupaten

Sarolangun. yang terdapat Desa Pasar Singkut.

45

Ening Herniti, Kepercayaan Masyarakat Jawa Terhadap Santet, Wangsit, dan Roh

Menurut Perspektif Edwards Evans-Pritchard , jurnal ThaqÃfiyyÃT, Vol. 13, No. 2, (2012).

Page 36: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

24

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA PASAR SINGKUT

A. Sejarah dan Struktur Desa Pasar Singkut

1. Sejarah Desa Pasar Singkut

Desa Pasar Singkut salah satu desa yang masih dalam tahap membangun

setelah berdiri sejak tanggal 08 Desember 1983 yang mana sebagai salah satu desa

binaan di Kabupaten Sarolangun. Lingkungan dan letak geografis kondisi hutan

sebelum didatangi oleh penduduk transmigrasi masih sangat alami. Ketika itu

masyarakat yang didatangkan dari pulau Jawa sehingga masyarakat yang tinggal

di desa tersebut asli-asli keturunan Jawa yang mana telah berdomisili di Desa

Pasar Singkut. Masyarakat di Desa Pasar Singkut pada awal mulanya hanya

sekitar 325 KK terbagi menjadi 5 Dusun dan 25 RT. Sedangkan pada saat ini

sudah menjadi lebih banyak, masyarakat yang tinggal sekitar kurang lebih

menjadi 4745 KK dan terbagi menjadi 8 Dusun serta 40 RT.

Maksud kedatangan penduduk dari berbagai wilayah ke Desa Pasar Singkut

ini pertama kali adalah sebagai transmigran untuk bertempat tinggal serta mencari

mata pencaharian sebagai petani, kemudian mereka memulai mengolah hutan

menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Hasilnya cukup baik dan berkembang.

Perkembangan penduduk Desa Pasar Singkut mengalami peningkatan dari tahun

ketahun berikutnya sampai saat sekarang. Sektor kesehatan di Desa Pasar

Singkut di mana masyarakat ketika sakit masih mengandalkan Puskesmas yang

ada, dan terkadang masyarakat hanya datang ketempat bidan yang di anggap lebih

dekat dibandingkan harus kerumah sakit. Menurut masyarakat biaya yang

dikeluarkan lebih terjangkau menyesuaikan tingkat kesejahteraan masyarakat bila

dibandingkan harus kerumah sakit besar.46

Sejak berdirinya Desa Pasar Singkut sampai sekarang telah tercatat 3 orang

pemimpin desa yang mana pemilihan kepala desa menggunakan suara masrakat

setempat yang sudah tujuh belas tahun keatas, karena demi mengurangi rasa

46

Perangkat Desa Pasar Singkut. Bidan Desa. dkk, Daftar Isian Tingkat Perkembangan

Dsa Dan Kelurahan, (Sarolangun: Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pmerintahan Desa,

2017), 21-24.

Page 37: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

25

ketidak adilan dalam melaksanakan kegiatan kepemimpinan yang terkait dalam

anggota pemerintahan dan seperti disajikan pada tabel 1 itulah nama-nama kepala

desa. Letaknya yang juga sangat dekat dengan pusat perekonomian membuat

lingkungan Desa Pasar kian berkembang dari tahun ketahun. Begitu juga akan

membuat geberasi penerus semakin berantusias untuk tinggal menetap di Desa

Pasar Singkut.

2. Struktur Desa

Sebagaimana halnya suatu badan Organisasi, baik di bawah naungan

Pemerintahan ataupun swasta, kecil maupun besar tidak lepas dari suatu badan

yang disebut dengan Organisasi. Pengurus Organisasi mempunyai tanggung

Jawab terhadap maju-mundurnya suatu Organisasi yang dipimpinnya.

Demikianlah pula halnya dengan Desa Pasar Singkut Kecamatan Singkut

Kabupaten Sarolangun, dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa Pasar

Singkut, dipimpin oleh seorang Kepala Desa sebagai Leader sekaligus

Penanggung Jawab dalam pemerintahan untuk melaksanakan Program

pembangunan baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah

daerah.47

Dari awal desa pasar berdiri, sudah mengalami tiga masa kepemimpinan

kepala desa. Pertama dipimpin oleh bapak Halimi (1984-2000), kemudian diganti

oleh bapak Satiyo (2000-2011), setelah itu diadakan perganian kepala desa

bersistem demokrasi pada tahun 2011, dan digantikan oleh bapak Sumarsono

(2011-2017).48

Desa Pasar Singkut selain dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang

didampingi oleh Sekretaris Desa dalam menjalankan tugasnya, juga dibantu oleh

kaur desa. Kaur atau Kasi di Desa Pasar Singkut diantaranya adalah Kasi

Pemerintahan, Kasi Prek Pemb, Kaur Umum, Kaur Keuangan, Kasi Keso, Kasi

Trantib. Dalam menjalankan progam, masyarakat juga sangat berperan penting

dalam proses tersebut, karena sangat berpengaruh terhadap efektivitas progam

yang digagas oleh pemrintah.

47

Lihat struktur pada lampiran 48

Lihat Tabel 1, pada lampiran

Page 38: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

26

B. Data Monografi Desa Pasar Singkut

Desa Pasar Singkut memiliki fasilitas pendidikan yang lumayan banyak,

yakni 4 Taman Kanak-kanak, 3 Pendidikan Anak Usia Dini, 2 Sekolah Dasar, 1

Madarasah Tsanawiyah Negeri, 1 Sekolah Menengah Atas Negeri, 2 Pondok

Pesantren, dan 3 Taman Pendidikan Qur‟an yang mengajarkan eja baca Al-Quran

dan pendalaman ilmu Agama Islam.49

Bila melihat fasilitas pendidikan yang ada, kecil kemungkinan generasi

penerus Desa Pasar Singkut yang tidak mengenyam bangku pendidikan, artinya

hampir mayoritas bersekolah. Otomatis mampu menunjang anak-anak untuk dapat

berfikir maju dan faham terhadap ajaran-ajaran keislaman.

Jumlah penduduk yang besar biasa menjadi modal dasar pembangunan

sekaligus bisa menjadi beban pembangunan. Bila melihat dari jumah sekolah dan

pondok pesantren yang ada, dapat digambarkan bahwa hampir mayoritas

masyarakat pernah menduduki bangku sekolah untuk belajar. Ini merupakan aset

yang dimiliki oleh Desa Pasar Singkut untuk menunjang kemajuan kesejahteraan

bersama. Supaya dapat menjadi dasar pembangunan maka jumlah penduduk yang

besar harus disertai kualitas SDM yang tinggi. Penanganan kependudukan sangat

penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi pendorong dalam

pembangunan, khususnya pembangunan Desa Pasar Singkut. Berkaitan dengan

kependudukan, aspek yang penting antara lain perkembangan jumlah penduduk,

kepadatan dan persebaran serta strukturnya. Disamping itu, jumlah penduduk

beragama Islam yang hampir 99,2% juga menjadi dasar pergerakan persatuan

yang kokoh karena memiliki visi misi besar yang sama.50

Hal tersebut dapat

terlihat dari salah satu kegiatan besar ketika malam penghujung Ramadhan,

pemuda pemudi tumpah ruah melakukan takbir keliling sambil membawa aneka

kendaraan yang terhias indah. Kegiatan tersebut diikuti hampir seluruh dusun

yang ada di Desa Pasar Singkut.

49

Lihat Tabel 2, pada lampiran 50

Lihat Tabel 4, pada lampiran

Page 39: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

27

Jumlah penduduk Desa Pasar Singkut secara keseluruhannya mencapai

5.655 jiwa, yang terdiri dari kaum laki-laki jumlah 2.949 dan kaum perempuan

dengan jumlah 2.706 Jiwa. Jumlah penduduk Desa Pasar Singkut dalam hal ini

cenderung meningkat karena tingkat kelahiran lebih besar dari pada kematian

serta penduduk yang masuk lebih besar dari penduduk yang keluar.51

Persentase jumlah penduduk yang bekerja sebagai karyawan tergolong

sedikit, hal ini diakibatkan oleh sumber daya manusia yang tersedia masih sangat

minim. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih kurang,

meskipun pemerintah sering memberikan penyuluhan diberbagai instansi yang

ada di Desa Pasar Singkut. Meskipun tingkat pendidikan masih minim, namun

kesadaran beragama pada masyarakat Desa Pasar Singkut dapat dikatakan baik.

Jumlah penduduk suatu wilayah sebagai potensi sumber daya manusia

sangat dibutuhkan untuk kegiatan pembangunan. Namun demikian jumlah

penduduk cukup untuk kepentingan pembangunan apabila tidak diimbangi dengan

kualitas yang memadai. Kuantitas dan kualitas penduduk akan memberikan

gambaran profil sumber daya manusia.

Pendidikan masyarakat tidak hanya dibatasi dengan pendidikan formal,

tetapi juga ditambah dengan pendidikan non formal terutama di tempat-tempat

ibadah atau pengajian. Berbeda dengan masyarakat kota, dimana pendidikan non

formalnya lebih kepada ilmu pengetahuan umum bukan ilmu agama. Karena di

masryrakat perdesaan lebih mengutumakan ilmu agama sebagai penuntun hidup,

meskipun terkadang anak-anak mereka banyak yang susuah untuk mengaji demi

untuk mendapatkan ilmu agama. Akibatnya didesa masih banyak generasi penerus

ang tidak tahu bacaan ayatayat Al-qur‟an, malah kebanakan dari generasi penerus

terbawa oleh dunia yang tidak baik.

1. Keadaan Geografis Desa Pasar Singkut

Desa Pasar Singkut terletak di Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun

Provinsi Jambi, secara geografis Desa ini berada pada ketinggian dari permukaan

51

Lihat Tabel 5, pada lampiran

Page 40: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

28

laut 38M, pada dataran tinggi dengan suhu udara rata-rata 21‟C-29‟C dan luas

wilayah 18 Km / 1800 ha.

Desa Pasar Singkut mempunyai batas – batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bukit Murau

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bukit Tigo

c. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sei Merah

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sei Benteng

Dilihat dari sturktur diatas adalah bagian dari organisisai Desa Pasar

Singkut yang dapat menstabilkan masyarakat setempat dalam melakukan

kegiatan, yang bertujuan untuk menggerakan seluruh masyarakat agar dapat

berpartisipasi dalam melakukan kegiatan yang ada di desa.

2. Perkebunan dan Pertanian

Ds.Pasar Singkut merupakan salah satu sentra perkebunan di kabupaten

Sarolangun. Komoditi penting yang dihasilkan perkebunan di Ds.Pasar Singkut

adalah karet, kelapa sawit. Dengan pengolahan yang baik perkebunan rakyat dapat

menjadi salah satu alternativ untuk penanggulangan lahan kritis.

Sejak tahun 2012, harga persatu kilogram karet mengalami penurunan yang

sangat drastis, berkisar antara Rp 5.000 - Rp 8.000 /Kg. hal tersebut membuat

banyak para petani karet merombak perkebunan karetnya menjadi perkebunan

sawit. Karena dianggap harga perkilogram sawit memiliki daya fluktuasi yang

lebih setabil. Hal ini sangat berbeda dengan harga karet yang kian meresahkan

petani.

3. Peternakan

Masyarakat Ds.Pasar Singkut yang aktif dalam bidang peternakan tidaklah

begitu banyak. Binatang ternak yang umum dikembangkan yakni ikan, sapi,

kambing. Namun dalam bidang peternakan ini tidak memiliki persentase yang

tinggi, karena pada dasarnya masyarakat Ds.Pasar Singkut lebih memilih bertani.

Diantara delapan dusun yang ada, hanya terdapat satu dusun yang memiliki

prospek baik untuk beternak ikan. Karena memiliki aliran sungai yang stabil, dan

Page 41: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

29

dataran rendah yang luas. Berbeda dengan dusun-dusun lain yang lebih banyak

beternak sapi atau kambing, karena pada dasarnya tidak memiliki lahan yang

strategis dalam berbududaya ikan.

4. Perindustrian

Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang prindustrian, industri adalah

kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah

jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang tinggi untuk

penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan prekayasaan industri.

Suatu kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjad

barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha

perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri.

Ds.Pasar Singkut ada banyak warganya yang memiliki usaha perindustrian,

seperti pabrik tahu, pabrik tempe, usaha jahit, pabrik ubi, dan usaha kecil

menengah lainnya. Karena lokasinya yang sangat dekat dengan pusat

perekonomian, membuat wargannya banyak juga yang memilih membuka usaha

produktif.

5. Pariwisata

Pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan

oleh baik buruknya lingkungan. Ia sangat peka terhadap kerusakan

lingkungan,misalnya pencemaran oleh limbah domestic yang berbau dan nampak

kotor, sampah yang bertumpuk, dan kerusakan pemandangan oleh penebangan

hutan, serta sikap penduduk yang tidak ramah.

Pariwisata saat ini sangat dikembangkan dengan giat oleh pemerintah

diIndonesia. Di banyak tempat telah menunjukan peningkatan yang tajam

terutama pariwisata domestik. Pada hari minggu dan hari libur lainnya banyak

tempat pariwisata dibanjiri oleh wisatawan khususnya tempat-tempat pariwisata di

Ds. Pasar singkut. Ada beberapa potensi yang ada di Ds. Pasar singkut yang harus

dikembangkan, karena objek wisata di daerah ini layak untuk di kembangkan.

Seperti wisata alam pemandian Sungai Dingin yang terletak di Lokasi Limo. Hal

Page 42: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

30

ini terlihat saat libur akhir pekan, banyak warga diluar desa maupun kecamatan

yang bebondong-bondong hadir untuk mandi di sungai tersebut.

C. Kondisi Sosial Budaya

Masyarakat Desa Pasar Singkut merupakan masyarakat yang heterogen,

yang terdiri dari berbagai macam suku pendatang. Meskipun demikian mayoritas

penduduk Desa Pasar Singkut didominasi oleh suku Jawa. Agama mayoritas di

Desa Pasar Singkut adalah Islam. Dengan demikian, Islam sangat berpengaruh

terhadap kebudayaan masyarakat di Desa Pasar Singkut. Kesadaran akan

pentingnya ilmu pengetahuan terus berkembang di Desa Pasar Singkut, hal ini

dapat dilihat dari banyaknya generasi muda yang sudah melanjutkan

pendidikannya sampai ke tingkat S1, bila dibandingkan dengan keadaan

sebelumnya dimana angka putus sekolah di Desa Pasar Singkut cukup tinggi, para

orangtua tidak mau menyekolahkan anaknya, berfikir hanya untuk mencari uang

sehingga dari kecil anak-anak sudah diajarkan mencari uang sampai-sampai

mengabaikan pendidikannya. Dengan kemajuan dan perkembangan zaman,

kesadaran akan pentingnya pendidikan telah di fahami oleh sebagian besar

masyarakat Desa Pasar Singkut.

Masyarakat transmigran Jawa di Desa Pasar Singkut berasal dari daerah

yang berbeda-beda, tentunya dalam hal budaya adat juga bersifat plural. Karena

setiap daerah di Jawa memiliki budaya adat yang berbeda, dan begitu pula di Desa

Pasar Singkut. Namun, dalam perihal slametan masyarakat Jawa Desa Pasar

Singkut memiliki banyak kesamaan, tidak bnyak memiliki perbedaan.

Pada dasarnya Desa Pasar Singkut merupakan daerah transmigrasi, yang

berasal dari daerah-daerah di pulau Jawa. Yaitu, Gunung Kidul, Pati, Solo,

Cianjur, Bantul, Cilacap, Yogyakarta dll. Latar belakang daerah yang berbeda

membuat Desa Pasar Singkut sangat kaya akan tradisi kebudayaan Jawa, dan

kebudayaan baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Sehingga sekarang ini mayoritas anak-anak Desa Pasar Singkut telah

mengenyam pendidikan minimal sampai kepada tingkat SLTA bahkan sudah

banyak yang sampai strata satu. Meskipun banyak berdiri lembaga pendidikan

Page 43: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

31

umum, namun pengetahuan keagamaan tetap diajarkan oleh masyarakat kepada

anak-anaknya, baik itu di rumah maupun di tempat-tempat ibadah yang dibimbing

oleh para ulama dan tokoh agama setempat.

Dinamika masyarakat Desa Pasar Singkut juga dapat dilihat dari sektor mata

pencaharian. Meskipun tidak banyak yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil,

namun tanggung Jawab mereka terhadap perekonomian sangat baik. Hal ini dapat

dilihat dari keberagaman corak mata pencaharian masyarakat Desa Pasar Singkut.

Berikut data jumlah penduduk menurut mata pencaharian masyarakat Desa Pasar

Singkut.

Desa Pasar Singkut merupakan salah satu wilayah di kecamatan Singkut,

kabupaten Sarolangun yang perkembangan daerahnya cukup progresif. Pasar

Singkut memiliki jumlah penduduk, tingkat ekonomi, dan migrasi yang cukup

tinggi di kecamatan singkut dan masih menjalankan tradisi slametan. Apa yang

menarik adalah bahwa meskipun di daerah tersebut sudah dapat dikatakan modern

namun masih menjalankan tradisi lokal. Sehingga menarik untuk dilihat

bagaimana tradisi slametan tersebut dijalankan di tengah-tengah arus modernisasi.

Masjid berjumlah 10, mushola berjumlah 20. Bila dilihat dari gambaran

jumlah tempat ibadah yang ada, masyarakat Desa Pasar Singkut harusnya

memiliki antusias untuk beribadah. Namun fakta dilapangan yang merupakan

hasil observasi, hanya tiga masjid saja yang terlihat ramai saat waktu ibadah

sholat lima waktu. Bisa jadi latar belakang pekerjaan sebagai petani adalah

penyebabnya. Meskipun ditunjang oleh fasilitas pendidikan yang tercukupi,

nampaknya tidak berpengaruh signifikan terhadap ketaatan beragama.

70,62% penduduk Desa Pasar Singkut merupakan suku jawa. Maka

penduduk suku Jawa sangat mendominasi dibandingkan dengan suku-suku

lainnya. Kuantitas jumalah suku jawa yang banyak tentu kaya akan budaya dan

tradisi yang berkembang, maupun budaya dan tradisi yang susut akibat

perkembangan zaman. Namun tradisi slametan di Desa Pasar Singkut masih tetap

eksis di tengah kemajuan pemikiran rasionalistis dan dogma-dogma keislaman

yang diajarkan disekolah-sekolah maupun dipondok pesantren dan taman

pendidikan qur‟an.

Page 44: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

32

BAB III

TRADISI SLAMETAN DALAM SUKU JAWA DESA PASAR SINGKUT

Pada dasarnya, yang dikenal dengan sebutan orang Jawa menurut Suseno

adalah orang yang memakai bahasa Jawa sebagai bahasa ibu dan merupakan

penduduk asli bagian tengah dan timur pulau Jawa.52

Jadi masyarakat Jawa adalah

kumpulan individu-individu manusia Jawa dan menggunakan bahasa Jawa

sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, dan tinggal di bagian tengah dan timur

pulau Jawa. Jawa menurut ki Herman SJ memiliki arti “mengerti”, batas butas

kaweruhipun. Jadi orang Jawa ialah orang yang mengerti bagaimana dia berada

dan mengada.53

Dalam kehidupan Orang Jawa hampir semua bidang kehidupan baik dalam

pergaulan maupun upacara-upacara selalu terlihat pengungkapan rasa budaya,

yang sifatnya mistik.54

Dalam konsepsi Jawa, manusia pertama-tama adalah

makhluk rohani. Dominannya kepercayaan ini dapat dilihat dari konsep mereka

tentang lingkungan. Konsepsi tentang manusia sangat dipengaruhi oleh ajaran

agama Hindu, Budha, dan terutama Islam. Tiga agama ini memperkaya dan sangat

membantu khazanah konsepsi dan sistematika ajaran tentang manusia dalam

kebudayaan Jawa. Sikap batin yang tidak menganggap bahwa kepercayaan atau

keyakinannya adalah yang paling benar dan yang lain salah merupakan lahan

subur bagi tumbuhnya toleransi Jawa yang amat lapang dada, baik dalam

kehidupan beragama maupun bidang kehidupan lainnya.

Kondisi kehidupan “keagamaan” masyarakat Jawa sebelum datangnya

agama Islam sangatlah heterogen. Kepercayaan yang datang dari luar Jawa

ataupun kepercayaan yang ada di dalam masyarakat Jawa telah berkembang dan

diyakini selama beribu-ribu tahun lamanya dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Sebelum agama Hindu dan agama Buddha berkembang dalam masyarakat Jawa,

52

Ryko Adiansyah, “Persimpangan Antara Agama dan Budaya: Proses Akulturasi Islam

dengan Slametan dalam Budaya Jawa”, Jurnal Intelektualita Vol 06, Nomor 02, (2017), 310. 53

Herman Sinung Janutama,”ronggo warsito Islam & kejawen”. 54

Miftahul Huda, “Islam dan Tradisi Jawa: Pencarian Motif Dan Makna Dalam Tradisi

Selametan Mendirikan Rumah Di Dusun Gentan Ngrupit Jenangan Ponorogo”, Jurnal Sabda, Vol

8, ISSN 1414-7927. (2013), 296-297.

Page 45: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

33

masyarakat prasejarah yang ada di Jawa telah mempunyai keyakianan yang

bercorak animisme dan dinamisme.55

Sejak dahulu kala dinyatakan bahwa masyarakat itu telah mengenal suatu

kekuatan yang dianggap melebihi dari kekuatan manusia. Demikian lebinya

kekuatan tersebut dari apa yang dimiliki oleh manusia, maka manusia hendak

memperalat kekuatan tersebut demi kepentingannya. Dengan demikian, maka

timbullah “upacara” untuk membujuk kekuatan tersebut agar mau memberinya

kepada manusia. Pemujaan-pemujaan yang didampingi oleh persembahan-

persembahan atau sesaji kepada kekuatan tersebut melahirkan bentuk-bentuk

upacara. Bahkan, akhirnya timbul semacam tatacara untuk berupacara kepada

kekuatan-kekuatan tersebut.56

A. Prosesi Slametan di Desa Pasar Singkut

Dalam setiap digelarnya slametan memiliki proses dan persiapan yang

berbeda. Perbedaannya terletak dari niat hajat dari penyelenggara slametan.

Karena dalam rangkaian acara memiliki tahapan dan sesi acara yang berbeda.

Sebelumnya pihak penyelenggara atau pemangku hajat mengundang tetangga dan

sanak familinya secara lisan untuk menghadiri acara itu yang akan

diselenggarakan di rumah. Upacara slametan baru dimulai apabila para undangan

sudah banyak yang datang dan dianggap cukup, lebih khusus yaitu para tokoh

agama yang nantinya akan memimpin berjalannya acara.

Proses berjalannya acara yang sudah menjadi adat kebiasaan, dipimpin oleh

seorang tokoh masyarakat, kalau bukan seorang ulama atau ustad yang sengaja

disiapkan oleh penyelenggara. Hal ini dilakukan karena keterbatasan dalam

retorika pada mayoritas masyarakat. Walapun disisi lain terdapat unsur yang

dianggap etis bagi kalangan Jawa apabila sahibul bath diwakili dalam

penyampaian hajatnya oleh orang tertentu.

55

Budiono Kusumohamidjojo. Filsafat Kebudayaan Proses Realisasi

Manusia.(Yogyakarta: Jalasutra 2010), 78. 56

Bungaran Antonius Simanjuntak, Tradisi, Agama, dan Akseptasi pada Masyarakat

Pedesaan Jawa. (Jakarta: yayasan pustaka obor, 2016),16.

Page 46: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

34

Namun pada umumnya yang berlaku pada saat ini, di desa pasar singkut

dalam upacara slametan memiliki rangkaian acara sebgai berikut :

a) Pembukaan

Dalam tahap awal, acara diawali dengan pembukaan yang dipandu oleh

pembawa acara. Biasanya pembawa acara bukan dari pihak penyelenggara, namun

dimintai pertolongan oleh pemangku hajat untuk memandu keberlangsungan

acara. Pembawa acara memilih para tokoh agama yang diyakini mumpuni untuk

memimpin sub-acara. Kemudian mempersilahkan untuk tiap petugas upacara

slametn yang telah ditunjuk untuk memulai sub-acara pada bagian yang tlah

ditentukan.

b) Pembacaan surat Yasin dan Tahlil

Pembacaan yasin dipimpin oleh tokoh agama atau ustad. Diawali dengan

mengirim alfatihah kepada nabi, sahabat nabi, dan para umat muslim yang telah

mendahului. Kemudian pembacaan yasin tahlil agar fadilahnya ditujukan atau

disesuaikan dengan pemangku hajat atau sesuai niat yang dikehendaki tuan

rumah. Dilanjutkan dengan membaca tahlil, tahlil itu memiliki esensi, yaitu

membaca kalimat tauhid lailahaillallah. Menurut imam ghozali, yaitu tokoh

agama yang banyak menjadi anutan umat islam di daerah desa pasar singkut.

c) Pembacaan Do‟a

Do‟a pada masyarakat Jawa dalam bentuk upacara slametan pada dasarnya

memiliki tujuan yaitu ingin mencari keadaan tentram, selamat, dan sejahtera.

Akan tetapi muara akhir dari do‟a yang dipanjatkan oleh masyarakat Jawa hanya

terbatas pada hajat awal yang ingin dituju oleh penyelenggara hajat. Biasanya

pembacaan do‟a dipimpin oleh ustad yang dituakan atau dita‟zimi, lalu semua

yang hadir mengikuti upacara membaca amin.

d) Penutup dan Ramah Tamah

Setelah slametan ditutup oleh pembawa acara, kemudia diisi dengan ramah

tamah dan tuan rumah memberikan makanan kepada orang-orang yang mengikuti

slametan. Selain sebagai sedekah motivasi tuan rumah adalah sebagai

Page 47: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

35

penghormatan kepada para tamu yang turut serta dalam terlaksananya slametan

dan mendo‟akan apa yang menjadi hajat terkabul.

Rangkaian acara tersebut mirip dengan kebiasaan masyarakat ketika malam

jum‟at, yaitu yasinan, demikian masyarakat menyebutnya. Bedanya terletak pada

sajian yang dihidangkan. Ketika slametan ada sajian berupa ingkung, bubur abang

puteh, jadah, pisang rojo, air kembang, tumpeng, jajan pasar, dan lainnya yang

diletakkan di tengah para orang-orang yang mengikuti acara tersebut hingga acara

selesai.

Rangkaian slametan yang ada pada saat ini tidaklah murni seperti awal

diadakannya tradisi tersebut. Telah terjadi evolusi yang bertahap seiring

datangnya tokoh-tokoh agama islam baru. Awal slametan tidak terdapat rangkaian

acara seperti pembacaan surat yasin, tahlil. Ketika itu acara intinya yaitu

pembacaan ikrar yang dipimpin oleh sesepuh adat.

Agama Islam berpengaruh besar dalam masyarakat Jawa, namun tradisi dan

adat kebiasaan masyarakat Jawa yang tidak dapat dihilangkan dan tetap tertanan

di dalam diri masyarakat. Hal ini sangat sulit dihilangkan, namun dengan cara

mengklabolirasi antara budaya Jawa (nenek moyang) dengan ajaran Islam

dilakukan para wali untuk bisa masuk ke dalam masyarakat Jawa pada waktu itu.

Maka hal inilah yang masih berkembang dalam masyarakat Jawa.

Rangkaian acara ini merupakan prosesi pokok dalam tradisi slametan yang

dilakukan bersama seraya memohon kepada Allah agar apa yang diniatkan

diijabah oleh yang maha kuasa. Pembacaan yasin tahlil dan do‟a ini biasanya

dipimpin oleh sesepuh agama atau orang yang dipercayai mumpuni dalam hal

tersebut, karena tokoh-tokoh agama dipercaya oleh masyarakat sebagai tokoh

yang mengerti tentang agama.

Dalam perilaku hidup orang Jawa yang selalu melakukan Do‟a dalam

bentuk upacara slametan. Slametan bertujuan untuk mencapai keadaan slamet,

yaitu suatu keadaan dimana peristiwa-peristiwa akan bergerak mengikuti jalan

yang telah ditetapkan dengan lancar dan tak akan terjadi kemalangan-kemalangan

kepada sembarang orang.

Page 48: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

36

Pembacaan do‟a selain dikhususkan kepada niat hajat penyelenggara

slametan, pembacaan do‟a juga dikhususkan kepada para aruah leluhur. Melalui

do‟a tersebut masyarakat berharap agar aruah para leluhur berada dalam rahmat

Allah. Karena keyakinan yang telah dibentuk oleh para tokoh agama yaitu,

mengirim do‟a kepada aruah leluhur dapat dijadikan wasilah menuju Allah.

Masyarakat Jawa sebelum datangnya Islam mereka menganut kepercayaan

animisme dan dinamisme, kepercayaan pada benda-benda yang dianggap bertuah

dan kepercayaan pada roh yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Mereka

berdo‟a memohon segala sesuatu dalam hidupnya dengan cara membawa sesajen

dan mengucapkan mantra-mantra yang dapat mendatangkan roh yang dipercayai

itu, lantas mereka mengucapkan apa yang menjadi permintaannya. Do‟a biasanya

dilakukan di tempat-tempat tertentu yang dianggap sakral dan angker serta

dirangkai dalam upacara slametan57

.

Slametan adalah konsep yang berasal dari sumber ajaran Islam yaitu kata

bahasa Arab „salam‟ yang brarti „menjadi baik‟, „selamat‟. Maka yang diminta

dalam ritual slametan adalah permohonan doa untuk kebaikan, kesejahteraan dan

keselamatan. Agama Jawa berasal dari tradidi Islam dan slametan adalah praktek

interpretsi teks skriptual Islam dan banyak dipraktekkan secara popular di Asia

dan Asia Tenggara.58

Dalam buku Ensiklopedi Kebudayaan Jawa, slametan

diartikan sebagai upacara sedekah makanan dan doa bersama, yang bertujuan

untuk memohon keselamatan dan ketentraman untuk ahli keluarga yang

menyelenggarakan.

Upacara slametan termasuk kegiatan batiniah yang bertujuan untuk

mendapat Ridha dari Tuhan. Kegiatan slametan menjadi tradisi hampir seluruh

kehidupan di pedusunan Jawa. Ada bahkan yang meyakini bahwa slametan adalah

syarat spiritual yang wajib, dan jika dilanggar akan mendapatkan ketidakberkahan

atau kecelakaan. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-

insiden yang tidak dikehendaki.

57

Abdul Wahab Rosyidi. “Do‟a Dalam Tradisi Islam Jawa”, Jurnal el Harakah Vol.14

No.1 (2012). 6, 58

Asliah Zainal. Menjaga Adat, Menguatkan Agama Katoba dan Identitas Muslim Muna,

(Yogyakarta : deepublish, 2018), 3.

Page 49: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

37

Sehingga slametan bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan masyarakat

Jawa yang biasanya digambarkan sebagai pesta ritual, baik upacara di rumah

maupun di desa, bahkan memiliki skala yang lebih besar. Dengan demikian,

slametan memiliki tujuan akan penegasan dan penguatan kembali tatanan kultur

umum. Di samping itu juga untuk menahan kekuatan kekacauan (tolak balak).

Masyarakat Jawa melakukan slametan sebagai bentuk untuk menyatakan

bahwa segala sesuatunya dalam keadaan slamet. Slametan menjadi kegiatan

sentral bagi orang Jawa sebagai bentuk perwujudan keselarasannya dengan dunia.

Sebagai kegiatan sentral, ritual tersebut melingkupi hampir seluruh aspek

kehidupan masyarakat, seperti kelahiran dan kematian, masa tanam dan panen,

serta membangun dan pindah rumah. Karena adanya perubahan yang terus terjadi

pada skala global, tradisi slametan pun beradaptasi pada perubahan tersebut agar

mampu untuk terus bertahan.59

B. Sejarah Slametan di Desa Pasar Singkut

Upacara slametan merupakan salah satu elmen kebudayaan Jawa yang

paling sulit berubah dibandingkan dengan elemen kebudayaan Jawa lainnya.

Sebab, aspek penting dalam upacara slametan adalah mitos kepercayaan. Tanpa

hadirnya mitos kepercayaan, tentu upacara ini tidak memiliki roh, yang artinya

akan mudah ditinggalkan oleh masyarakat. Slametan merupakan bentuk aktifitas

sosial berwujud upacara yang dilakukan secara tradisional.

Slametan di Desa Pasar muncul karena kebiasaan yang ada di daerah

asalnya pulau Jawa yang terbawa hingga mereka berada di daerah transmigran.

Artinya tradisi tersebut merupakan turunan, bukan sesuatu hal yang baru

diciptakan. Tradisi ini dibawa oleh para orang-orang transmigran Jawa terdahulu

pada tahun 1975.60

59

Dr. Arie Setyaningrum, M.A, “Praktik Tradisi Slametan Dalam Masyarakat Pogung

Lor”, Skripsi (Yogyakarta: Program Sarjana UGM, 2017), 10. 60

Suhardi, tokoh Adat Desa Pasar Singkut, Wawancara dengan Penulis, tanggal,

Kabupaten Sarolangun, Rekam Audio

Page 50: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

38

Hanya saja slametan pada saat ini sedikit mengalami kontaminasi agama

islam, yaitu adanya penambahan dan pengurangan sesi-sesi acara seperti

ditambahnya pembacaan surat yasin dan tahlil secara bersama-sama oleh seluruh

anggota yang hadir dalam acara tersebut. Adapula seseuatu hal yang dikurangi,

artinya tidak dilaksanakan kembali oleh sebagian besar orang-orang Jawa sekitar

desa. Seperti pada pembuatan pancen saat slametan kematian, penanaman telur

angsa pada pondasi rumah yang akan baru dibangun setelah slametan digelar,

meletakkan sajen diruang tertentu saat stelah upacara slametan hajat perkawinan

dll.

Berkurangnya tradisi sajen disebabkan oleh adanya unsur keayakinan yang

mendalam terhadap agama islam.61

Berawal dari mencoba untuk tidak

melaksanakan adat seperti sajen, masyarakat merasa tidak terdapat hal yang

bersifat negatif menyentuh niat hajat penyelenggara. Maka berangsur-angsur

masyarakat semakin banyak untuk tidak melaksanakan adat tersebut

Walaupun telah mengalami pergeseran, upacara slametan masih

diselenggarakan masyaraklat Jawa. Orang Jawa memiliki mitos kepercayaan,

bahwa roh-roh yang telah meninggal dunia dapat diajak berkomunikasi. Saat

melakukan slametan, orang Jawa mengundang para tetangga, saudara, dan handai

taulan. Selain itu juga mengundang roh-roh leluhur. Sebagai wujud rasa

komunikasi dengan roh-roh leluhur, menu hidangan yang disajikan selain

makanan (nasi) juga berupa sesaji. Bentuk sesaji bermacam-macam dan tujuannya

dipersembahkan kepada roh-roh leluhur dan jagad gede.62

Bagi kelompok

abangan, slametan diyakini merupakan simbolisme persembahan terhadap para

roh halus, roh leluhur dan lain-lain agar masyarakat terhindar dari bencana dan

kejahatan.63

Dengan demikian upacara slametan tidak hanya ditujukan untuk

manusia, akan tetapi juga untuk mahkluk yang tidak kasat mata (tidak terlihat).

61

Muhmartin, Tokoh Adat Desa Pasar Singkut, Wawancara dengan Penulis, tanggal,

Kabupaten Sarolangun, Rekam Audio 62

Mbah supri, Sesepuh adat Desa Pasar Singkut, Wawancara dengan Penulis, tanggal,

Kabupaten Sarolangun, Rekam Audio 63

Ummi Sumbulah, “Islam Jawa Dan Akulturasi Budaya: Karakteristik, Variasi Dan

Ketaatan Ekspresif”, Jurnal el Harakah Vol.14 No.1 Tahun (2012), 34.

Page 51: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

39

Para ahli menduga bahwa slametan pada awalnya adalah bentuk upacara

masyarakat Jawa penganut animisme. Ketika agama Islam masuk ke Jawa, para

Wali mengadakan pendekatan. Unsur-unsur dalam upacaranya tidak dihapuskan

semuanya, tetapi beberapa doa diganti dan disesuaikan dengan doa ajaran Islam.

Menurut Soebardi dalam jurnal Ikha Safitiri, corak Islam yang dikembangkan di

Jawa lebih mengarah kepada pendekatan sufistik yang cenderung identik dengan

paham mistik agama sebelumnya sehingga melahirkan corak keberagaman umat

Islam Jawa yang khas yaitu Islam Kejawen.64

Misalnya, saat mengadakan slametan untuk orang yang meninggal, maka

saat memimpin doa, modin mengatakan, “mugi-mugi aruahipun bapak prawiro

direjo dipun ampuni kesalahanipun, dipun lebur dosa-dosanipun,

dipunjembaraken kuburipun, lan dipunparingi papan ingkang sae, inggih punika

suwarganipun gusti Alla” (semoga aruah bapak prawiro direjo diampuni

kesalahannya, diler dosa-dosanya, dilapangkan jalan kuburnya, dan diberi tempat

yang terbaik yaitu surga disisi Allah). Setelah memimpin doa itu, modin akan

melafalkan doa-doa dalam bahasa Arab. Dalam doa ini terdengar kata-kata

bismillah, mukamad, alkamdulillah, ngalamin, dan amin yang berarti doa-doa

yang disertai doa-doa Islami.65

Masyarakat senantiasa berubah di semua tingkat kompleksitas internalnya.

Di tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik, dan kultur. Di tingkat mezo

terjadi perubahan kelompok, komunitas dan prganisasi. Di tingkat mikro terjadi

perubahan interaksi dan perilaku individual. Maasyarakat buka sebuah kesatuan

fisik (entity), tetapi seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda.

Seperti dinyatakan oleh Edward Shils “masyarakat adalah fenomena antarwaktu.

Masyarakat terjelma bukan karena keberadaannya disatu saat dalam perjalanan

waktu. Tetapi ia hanya ada melalui waktu. Ia adalah jelmaan waktu”.66

Maka hal

ini selaras dengan gambaran para ahli tentang sejarah slametan yang berawal dari

kepercayaan animisme menuju perubahan kepercayaan kepada tuhan.

64

Ikha Safitri, “Kepercayaan Gaib Dan Kejawen: Studi Kasus pada Masyarakat Pesisir

Kabupaten Rembang”, Jurnal Sabda, Volume 8, ISSN 1410-7910 (2013:), 25. 65

Asti Musman, Agama Ageming Aji, 180. 66

Piӧ tr Sztomka, “Sosiologi Perubahan Sosial”, 65.

Page 52: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

40

Slametan juga diartikan sebagi wujud syukur kepada Yang Maha Kuasa.

Dia telah melimpahkan bermacam-macam karunia, baik kesehatan, rizki, dan rasa

tentram membuat kehidupan ini jauh daribencana. Upacara slametan bukan hanya

dilakukan saat beruntung, misalnya panen melimpah, lulus sekolah ataupun

selesai mmbangun rumah, akan juga dilakukan seusai terkena musibah, misalnya

sakit berbulan-bulan, kecelakaan, maupun kehilangan uang atau harta lainnya.

Situasi yang susah maupun senang yang agak ekstrim ini dianggap situasi yang

tidak normal. Keduanya membahayakan orang Jawa. Oleh karenanya, agar segala

sesuatu mendapatkan keselamatan harus dislenggarakan slametan.

Dalam pandangan masyarakat Jawa, manusia hidup di dunia melewati

banyak tahapan dari kandungan, bayi, anak, remaja, menikah hingga meninggal

dunia. Ketika naik satu tahap, berarti telah meninggal satu tahap sebelumnya. Ia

meninggalkan alam yang telah ia kenal yaitu alam kandungan menuju alam yang

belum ia kenal. Demikianpun juga ketika seseorang meningal dunia, maka dia

akan meninggalkan alam dunia yang telah ia kenal menuju alam baka yang belum

ia kenal. Setiap kenaikan satu tahapberarti memasuki satu alam yang belum ia

kenal, ini berarti manusia telah memasuki tahap yang belum ia kenal. Selain itu,

dalam kepercayaan Jawa, suatu peristiwa yang berhubungan dengan hidup

seseorang bukanlah suatu peristiwa kebetulan, misalnya kelahiran, pernikahan dan

kematian. Di sini lah manusia memasuki sesuatu yang disebut saat-saat yang amat

tegang, kritis, dan bahkan yang bersangkutan dalam situasi lemah dan sakral.

Situasi ini dapat memunculkan bahaya sosial yang menyebabkan tatanan sosial

yang berwujud keseimbangan kosmos itu terganggu. Maka, menurut kepercayaan

orang Jawa, sat itu perlu diselenggarakan slametan dengan tujuan agar selamat

dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.67

Warisan sosial merupakan semua yang disalurkan kepada kita melalui

proses sejarah. Di tingkat makro, semua yang diwarisi masyarakat dari fase-fase

proses historisterdahulu merupakan “warisan historis”; di tingkat mezo, apa saja

yang diwarisi komunitas atau kelompok dari fase kehidupannya terdahulu

67

Asti Musman, Agama Ageming Aji, 181-182.

Page 53: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

41

merupakan “warisan kelompok”; di tingkat mikro, apa saja yang diwarisi individu

dari biografinya terdahulumerupakan “warisan pribadi”.68

Merujuk pada karya Clifford Geertz yang membagi keberagamaan Jawa

menjadi Islam Abangan dan Islam Putihan, yang pada dasarnya memiliki pola

keberibadatan yang berbeda. Islam Abangan yang masih tidak lepas dari corak

kepercayaan Hindu-Budha berbeda dengan Islam Putihan yang banyak diajarkan

di pondok-pondok pesantren kala itu. Kepercayaan religius para abangan

merupakan campuran khas penyembahan unsur-unsur alamiah secara animisme

yang berakar dalam agama-agama Hinduisme yang semuanya telah ditumpangi

oleh agama Islam.

Ibadah orang abangan meliputi upacara perjalanan, upacara cocoktanam dan

upacara pengobatan yang semuanya berdasar pada kepercayaan terhadap roh-roh

jahat. Upacara pokok dalam agama Jawa tradisional ialah slametan (slametan atau

kenduri).ini merupakan acara agama yang paling umum di antara para abangan,

dan melambungkan social mistik dan social dari orang-orang yang ikut serta

dalam slametan itu. Slametan dan lambang-lambang yang mengiringinya

memberikan gambaran yang jelas tentang cara pemaduan antara kepercayaan

abangan yang animis dan Budha-Hindu dengan unsur Islam serta membentuk nilai

pokok masyarakat pedesaan.

C. Tujuan Slametan di Desa Pasar Singkut

Desa Pasar Singkut salah satu desa yang masih dalam tahap pembangun

telah berdiri sejak tanggal 08 Desember 1983.69

Pertama dimulainya tradisi

slametan di Desa Pasar Singkut tidak diketahui dengan pasti dan sulit diteliti,

karena kurangnya sumber data yang mendukung. Seiring berjalannya waktu,

jumlah penduduk transmigran yang datang semakin banyak. Terdiri dari berbagai

daerah di pulau Jawa, ada dari daerah Solo, Gunung Kidul, Pati, Cianjur dll. Tidak

semua orang-orang transmigran Jawa memahami cara-cara dalam melaksanakan

slametan.

68

69

Muhmartin, Tokoh masyarakat sekaligus sesepuh Jawa Desa Pasar Singkut, Wawancara

dengan Penulis, tanggal, Kabupaten Sarolangun, Rekam Audio

Page 54: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

42

Berdasarkan analisa sumber data yang didapat di lapangan, ternyata

penduduk desa Pasar Singkut yang mayoritas suku Jawa tidak dapat menceritakan

sejak kapan tradisi slametan ini dilakukan. Mereka hanya dapat menyatakan

bahwa upacara ini sudah sejak dulu dilakukan, kini mereka tinggal meneruskan

adat yang telah berlaku turun temurun. Tradisi selametan merupakan salah satu

bentuk upacara tradisi yang diwariskan leluhur.

Tradisi ini dilakukan sejak awal masuknya transmigran dari pulau Jawa

pada tahun 1970. Karena tradisi dari Jawa sudah ada, maka mereka hanya

meneruskan kebiasaan yang ada dari daerah asal mereka70

. Namun prosesi awal

pertama slametan dilakukan berbeda dengan proses slametan yang ada pada saat

ini. Datangnya orang-orang paham agama Islam barulah ada penambahan-

penambahan proses berlangsungnya acara slametan.

Upacara slametan juga merupakan ekspresi keberagamaan yang bersifat

personal, karena ia murni "milik" si pelaku, di mana slametan tersebut berawal

dari apa yang diimani, dipikirkan, dan dirasakan. Tetapi slametan juga menjadi

milik bersama, dalam artian terlembaga dalam suatu wadah komunitas sosial

keagamaan. Oleh karena itu, orang akan dianggap "cacat" bila pada saat-saat

tertentu di mana ia semestinya melakukan slametan tidak melakukannya.71

Unsur-unsur animisme hingga kini pengaruhnya masih mewarnai sendi-

sendi kehidupan mayarakat desa Pasar Singkut, terutama dalam ritualitas

kebudayaan. Hal ini bisa diamati pada seremonial-seremonial budaya dalam

masyarakat masih menunjukkan akan kepercayaannya terhadap makhluk

supranatural. Bila ditelusuri lebih dalam mengenai tradisi slametan yang biasa

dilakukan oleh masyarakat, terdapat suatu keyakinan yang beranggapan bahwa

bila tidak melakukan slametan maka akan mempengaruhi kelancaran acara atau

hajat yang dikehendaki.

Yang mendasari diadakannya upacara adalah kekhawatiran adanya hal-hal

yang tidak diinginkan atau terjadi malapetaka, meskipun kadang-kadang

merupakan kebiasaan rutin saja yang dijalankan sesuai adat keagamaan. Slametan

70

Suhardi, tokoh Adat Desa Pasar Singkut, Wawancara dengan Penulis, tanggal,

Kabupaten Sarolangun, Rekam Audio 71

A. Khalil, hal: 13

Page 55: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

43

diyakini sebagai saran spiritual yang mampu mengatasi segala bentuk krisis yang

melanda serta bisa mendatangkan berkah bagi yang melakukan

D. Makna dan Nilai yang Terkandung Dalam Slametan di Desa Pasar

Singkut

1. Makna Slametan

Slametan merupakan proses permohonan kepada Allah SWT agar diberikan

keselamatan dan kelancaran sesuai dengan hajat yang diinginkan melalui

rangkaian acara-acara yang tersusun sesuai dengan kebiasaan yang sering berlaku

di daerahnya. Definisi tersebut sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan

oleh penulis, yang narasumbernya yaitu bapak Suhardi selaku sesepuh setempat:

“slametan iku ibarate syukuran jalok slamet, lan slametan iku yo

tergantung niate arep slametan opo. Tapi intine tetep jalok slamet karo sing

kuoso. Apapun tujuan slametan intine yo tetep jaluk slamet. Mengikuti naluri

adat wong-wong tuo mbiyen gitu lah.”

“slametan itu ibarat syukuran meminta selamat, dan slametan itu juga

tergantung dengan niatnya hendak slametan apa. Tetapi intinya tetap meminta

selamat kapada sang maha kuasa. Apapun niatan mengadakan slametan intinya

tetap meminta keselamatan. Mengikuti adat orang-orang tua terdahulu”

Berarti, upacara selametan diadakan agar mendapat keselamatan baik yang

menyelenggarakan maupun yang diselamati. Menurut sesepuh masyarakat Jawa

desa pasar singkut, arwah yang masih mempunyai persoalan selayaknya untuk

dikirim do‟a dengan cara menyelenggarakan selametan.

“slametan iku syukuran, syukor ora mung alhamdulillah tok, marai

Slametan iku sakral, dadi yo nganggo islam yo nganggo jowo. Tergantung

kanggone, slametan nggo wong urep opo wong mati”.72

slametan itu syukuran, syukur bukan sekedar melafadkan alhamdulillah,

karena slametan itu bersifat sakral, jadi juga menggunakan perpaduan antara

cara isalm dan cara jawa. Itu semua tergantung kegunaanya, slametan untuk

orang yang masih hidup atau orang yang sudah meninggal dunia.

72

mbah Supri, sesepuh Jawa Desa Pasar Singkut, Wawancara dengan Penulis, tanggal,

Kabupaten Sarolangun, Rekam Audio.

Page 56: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

44

Tradisi slametan bermakna permohonan atas keselamatan, selain itu juga

merupakan bentuk syukur atas kenikmatan yang diperoleh yang diwujudkan

melalui sedekah makanan yang disajikan kepada tamu-tamu undangan, tetangga,

sanak keluarga yang hadir dalam acara slametan tersebut. Disamping itu slametan

juga merupakan kegiatan menguiri-uri tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu.

menguri-uri dalam frase Jawa juga sering dikaitkan dengan merawat tradisi

atau segala bentuk kebudayaan (Jawa). Nguri-uri budaya diartikan sebagai

kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menjaga warisan leluhur Jawa yang

dikemas dalam tata cara, nilai-nilai atau selebrasi Jawa.73

“slametan iku kan termasuk nguri-uri cikal bakal, lan nguri-uri

perjuangan transmigrasi sing wis ora ono, marai slametan iku hukum adat

lingkungan”

Slametan itu juga termasuk nguri-uri cikal bakal, dan menguri-uri

perjuangan transmigran yang telah meninggal. Karena slametan itu hukum

adat lingkungan.

Keberlangsungan tradisi slametan terus dijaga oleh orang-orang jawa di

desa pasar singkut, hal ini ditegaskan oleh sesepuh adat mbah muhmartin yang

meyakini bahwa slametan merupakan hukum adat yang disangsi secara zohir

maupun batin oleh sang maha pencipta. Maka dari itu generasi jawa tetap

melestarikannya sesuai adat kebiasaan yang berlaku pada umumnya.

Slametan di Desa Pasar Singkut dilestarikan sejak tahun 1975 hingga saat

ini, karena hal tersebut merupakan hukum adat lingkungan sekitar. Sekaligus juga

bertujuannya menguri-uri cikal bakal agar tidak punah atau tetap lestari di era

perkembangan zaman dan banyaknya faham yang kian rasionalistis.

Selametan dapat diadakan untuk memenuhi semua hajat orang yang

sehubungan dengan suatu kejadian yang ingin diperingati. Sebagian besar warga

desa pasar singkut, selametan diselenggarakan diwaktu malam hari. Upacara ini

hanya dilakukan oleh kaum pria. Wanita tinggal di mburi (belakang/di dapur).

73

Dika Sri Pandanari, “Nguri-uri Budaya”, diakses melalui alamat

https://www.qureta.com/post/nguri-uri-budaya-2, tanggal 20 Juli 2018

Page 57: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

45

2. Nilai Keislaman Dalam Tradisi Slametan Masyarakat Jawa Desa Pasar

Singkut

Nilai adalah hal-hal atau sifat yang bermanfaat dan penting untuk

kemanusiaan.74

Nilai yang dibicarakan dalam bab ini adalah nilai keagamaan.

Nilai keagamaan merupakan sebuah bagian dari nilai budaya.

Nilai keagamaan adalah konsep tentang penghargaan suatu warga

masyarakat terhadap masalah-masalah pokok dalam kehidupan beragama yang

suci sehingga merupakan pedoman bagi tingkah laku keagamaan warganya. Nilai

budaya yaitu merupakan konsep abstrak sehubungan dengan masalah dasar yang

bernilai dan sangat penting bagi kehidupan manusia.75

Pada dasarnya nilai keagamaan berhubungan dengan kemampuan jiwa

manusia dalam melaksanakan dan memahami berbagai bentuk kepercayaan,

ritual-ritual dan lain sebagainya. Karenanya, berbicara tentang nilai religius akan

selalu berhubungan dengan aspek kejiwaan manusia yang termanifestasikan

dalam bentuk ritual agama dan ritual budaya.

Sejak awal masuknya transmigran di daerah pasar singkut, telah dibahas

seblumnya dalam sejarah slametan, hingga saat ini telah terjadi perubahan-

perubahan, baik itu penambahan maupun pengurangan dalam melaksanakan

tradisi atau upacara slametan. Seperti contoh, penambahan acara pembacaan surat

yasin, dan tahlil secara bersama-sama, dan pembacaan asma‟ulhusna (nama-

nama Allah yang indah dan baik). Hal ini terjadi saat para alim yang paham

agama masuk ke desa pasar singkut setelah sekian tahun desa pasar singkut

berdiri.

Tradisi yang original dalam slametan ketika sebelum tersemtuh nuansa

keislaman memang berbeda, bedanya terletak pada pemimpin upacara. Sesuai

paparan dari bapak suhardi :

74

Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:

Modern English Press, 1991)., h. 1035 75

ibid

Page 58: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

46

“jaman biyen ki urong ono qur’anan, biasane mung diikralno karo

mbah warso. Lan do’ane wes nganggo arab nanging yo sih ono jawane.

Nek saiki kan wes okeh do nganggo qur’anan nek beyen urong ono”.

“Zaman dulu belum ada qur‟anan, biasanya hanya diikralkan oleh mbah

warso, dan doa‟anya sudah menggunakan bahasa arab tetapi masih ada

jawanya. Jika saat ini sudah pada banyak menggunakan qur‟anan jika

dahulu belum ada”

Hal yang terkait dengan mistik lebih terasa erat pada saat upacara slametan

ori, yang tidak banyak menggunakan acara qur‟anan, yaitu pembacaan-pmbacaan

surat dalam alqur‟an seperti surat yasin dan tahlil.

Nilai-nilai yang amat menentukan etika dan kepribadian manusia timbul

karena manusia tidak puas dengan hanya apa yang terdapat dalam alam

kebendaan. Hal itu disebabkan manusia memiliki wawasan dan tujuan hidup

tertentu sesuai dengan kesadaran dan cita-citanya. Karena itu, ada enam nilai

budaya yang amat menentukan wawasan etika dan kepribadian manusia maupun

masyarakat. Keenam nilai budaya tersebut adalah nilai teori atau nilai rasional,

nilai ekonomi, nilai agama, nilai estetik, nilai kekuasaan dan nilai solidaritas.

Islam adalah agama bagi umat manusia dan pesannya bersifat universal.

Islam membimbing manusia sesuai dengan petunjuk-petunjuk Allah swt. Yang

diterima Rasulnya, Muhammad saw. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi

Muhammad dengan kitabnya Alquran merupakan agama untuk manusia dan alam

semesta ini.

Islam sebagai agama, bertujuan untuk membangun manusia sejahtera lahir

batin dan berbahagia di dunia dan akhiratnya. Islam menyebarkan ajarannya

melalui media dakwah. Tanpa melalui dakwah Islam sulit berkembang. Di Jawa,

Islam menyebarkan ajarannya melalui berbagai macam cara seperti melalui media

tradisi.

Tradisi digunakan sebagai salah satu media untuk memperkenalkan

nilainilai ajaran Islam ke dalam masyarakat, seperti tradisi slametan. Masyarakat

Desa Pasar khususnya, memiliki karakteristik sangat menonjol dengan

disandarkan kepada nilai agama dalam hal ini Islam yang menjadi patokan utama

Page 59: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

47

dalam setiap perbuatan. Demikian pula dengan kegiatan tradisi slametan ini pun

tidak terlepas dari unsur keagamaan. Karakteristik masyarakat Desa Pasar yang

bersandar kepada nilai-nilai Islam inilah yang menjadi landasan ritual tradisi

slametan sehingga tetap berjalan sampai sekarang.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan menjelaskan bahwa prilaku

keagamaan masyarakat Ds. Pasar Singkut secara kualitas adalah baik. Ini terlihat

dari maraknya acara-acara keagamaan yang dilakukan seperti memperingati

mauled Nabi Muhammad SAW. dan lain sebagainya. Warga Ds. Pasar Singkut

yang mayoritas beragama Islam tetap memberikan kebebasan menjalankan ibadah

bagi para pemeluk agama lainnya. Tentunya hal ini tidak terlepas dari pemahaman

masyarakat akan arti pentingnya kerukunan beragama, dan juga pemahaman

keagamaan warganya tentang ajaran agamanya masing-masing. Bagi pemeluk

agama Islam, terutama bagi mereka yang masih melakukan tradisi-tradisi warisan

leluhur. Tentunya mereka tidak hanya sekedar mewarisi ritusnya saja, tetapi juga

mewarisi nilai-nilai yang terkandung dalam ritus-ritus tradisi yang mereka

lakukan.

Pewarisan nilai-nilai tersebut kemudian mendasari prilaku mereka dalam

bermasyarakat secara umum dan beragama khususnya. Dengan demikian antara

ajaran agama dan tradisi terdapat korelasi yang kemudian keduanya saling

mempengaruhi dan menyentuh berbagai aspek kehidupan. Tradisi tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia. Tradisi merupakan manifestasi dari pikir, rasa

dan karsa. Islam membenarkan adanya pelaksanaan tradisi sepanjang tidak

menimbulkan kemungkaran. Tradisi dapat digunakan sabagai salah satu metode

dakwah.

Selama berada di lapangan, terdapat beberapa temuan yang mempengaruhi

perubahan pada tradisi slametan. Perubahan bentuk praktik tradisi slametan yang

paling besar dipengaruhi oleh perkembangan agama islam. Semakin tingginya

pemahaman masyarakat mengenai ajaran agama islam berpengaruh pada persepsi

masyarakat akan penting tidaknya tradisi tersebut dilakukan. Muncul golongan

yang kemudian meyakini bahwa tradisi tersebut tidak penting, bahkan tidak boleh,

Page 60: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

48

untuk dilakukan. Anggapan tersebut karena tradisi slametan merupakan tradisi

yang dilakukan oleh masyarakat sebelum islam ada di Indonesia.

Sedangkan do‟a-do‟a yang ditujukan kepada roh nenek moyang dan

penunggu desa yang biasanya menggunakan bahasa Jawa diganti dengan do‟a-

do‟a dengan bahasa arab yang ditujukan untuk Allah SWT dan shalawat nabi.

Perubahan tersebut menjadikan tradisi slametan satu dengan yang lainnya terlihat

serupa. Yang membedakannya hanya pada tujuan diadakannya slametan tersebut.

Page 61: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

49

BAB IV

BENTUK UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA

Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum

bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Tradisi dan budaya Jawa tidak

hanya memberikan warna dalam sosial masyarakat, tetapi juga berpengaruh dalam

keyakinan dan praktek-praktek keagamaan. Begitu juga pengaruh keyakinan

agama yang mereka anut ikut mewarnai tradisi dan budaya mereka sehari-hari.

Dengan perkembangan IPTEKS (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni)

yang semakin gencar seperti sekarang ini, masyarakat Jawa tetap eksis dengan

berbagai keunikannya, baik dari segi budaya, agama, tata krama, dan lain

sebagainya. Namun demikian, pengaruh IPTEKS tersebut sedikit demi sedikit

mulai menggerogoti keunikan masyarakat Jawa tersebut, terutama dimulai di

kalangan generasi mudanya. Hal ini terlihat saat banyak acara slametan

diselenggarakan hanya sedikit pemuda yang menghadirinya. 76

A. Hubungan Slametan Dengan Animisme

Pengertian dari Animisme cukup banyak. Ahli antropologi bersepakat

bahawa definisi animisme menurut etimologi berasal daripada animaus atau

anima dalam bahasa Latin yang bermaksud jiwa, roh atau kehidupan. Menurut

terminologi pula, animisme adalah kepercayaan bahawa setiap sesuatu yang

wujud di muka bumi ini seperti batu, kayu, angin dan lain-lain mempunyai jiwa

atau roh. Ia bersifat bebas daripada manusia tetapi mencampuri dan

mempengaruhi urusan kehidupan manusia. Orang yang mempercayai animisme

digelar sebagai “animis.77

Animisme adalah suatu kepercayaan terhadap makhluk halus dan roh, serta

keyakinan seperti ini sudah banyak dianut oleh bangsa-bangsa yang belum

bersentuhan ataupun belum pernah menerima ajaran yang berdasarkan daripada

76

Andik Wahyun Muqoyyidin, “Dialektika Islam dan Budaya Lokal Dalam Bidang Sosial

Sebagai Salah Satu Wajah Islam Jawa”, Jurnal el Harakah Vol.14 No.1 Tahun (2012), 21. 77

Mohd Khairulnazrin bin Mohd Nasi, dkk. “Kepercayaan Animisme Menurut Perspektif

Sunnah Nabawi dan Ahli Antropologi Barat : Satu Kajian Awal”. Jurnal pengajian Islam Fakulti

Pengakian Peradaban Islam, ISSN 1823-7126 / e-ISSN 0127-8002 BIL 9, ISU II: (2016), 150.

Page 62: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

50

agama samawi (wahyu). Animisme juga diistilah dalam bidang antropologi yang

merujuk kepada kepercayaan manusia purba atau primitif.78

Adapun karakteristik masyarakat yang menganut paham ini, antara lain

adalah mereka selalu memohon perlindungan dan permintaan sesuatu kepada

rohroh, misalnya untuk penyembuhan penyakit, sukses dalam bercocok tanam,

terhindar dari gangguan hama tanaman, hidup rukun, berhasil dalam berburu,

selamat dalam perjalanan jauh dan berperang, terhindar dari gangguan bencana

alam seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, kebakaran, dan gangguan

cuaca; mudah dalam melahirkan, masuk surga setelah melahirkan, selamat saat

membangun dan masuk rumah baru, serta mencapai kedudukan. Inti dari

pemahaman animisme ialah mempercayai bahwa setiap benda di bumi seperti

laut, gunung, hutan, gua, dan kuburan mempunyai jiwa yang harus dihormati dan

dijunjung agar jiwa tersebut tidak mengganggu manusia, bahkan dapat membantu

mereka dalam kehidupan untuk menjalankan aktifitas kesehariannya.

Di kalangan masyarakat Jawa terdapat kepercayaan adanya hubungan yang

sangat baik antara manusia dan yang gaib. Oleh karena itu, perlu dilakukan

berbagai ritual sakral. Geertz menuturkan bahwa hubungan manusia dengan yang

gaib dalam dimensi kehidupan termasuk cabang kebudayaan.79

Salah satunya

adalah Budaya slametan di Desa Pasar Singkut. Tradisi ini merupakan

implementasi kepercayaan mereka akan adanya hubungan yang baik antara

manusia dengan yang gaib.

Sebagian besar masyarakat Jawa telah memiliki suatu agama secara formal,

namun dalam kehidupannya masih nampak adanya suatu sistem kepercayaan yang

masih kuat dalam kehidupan religinya, seperti kepercayaan terhadap adanya dewa,

makhluk halus, atau leluhur.

masyarakat Jawa memiliki tradisi dana dat yang bernilia tinggi. Tradisi

dalam budaya Jawa hingga kini masih tetap dijalankan secara turun temurun oleh

masyarakat dari dahulu kala. Kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa erat

78

Ridwan Hasan, “Kepercayaan Animisme dan Dinamisme Dalam Masyarakat Islam

Aceh”, jurnal MIQOT, Vol. XXXVI (Desember 2012), 286. 79

Clifford Geertz, Abangan, Santri dan Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, (1983), 8.

Page 63: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

51

kaitannya dengan upacara dan kegiatan yang bersifat ritual baik yang berkaitan

dengan lingkar kehidupan manusia maupun acara khusus lainnya. Berbagai

macam upacara tradisional masih diselenggarakan masyarakat Jawa dan setiap

upacara tradisional memiliki tata cara dan kelengkapan yang berbeda-beda.

salah satu kelengkapan upacara yang selalu ada pada setiap upacara atau

ritual Jawa adalah tumpeng. Sebagai perlengkapan upacara, tumpeng mempunyai

makna simbolik yang berkaitan dengan upacara yang diselenggarakan. Tumpeng

dan kelengkapan yang digunakan dalam setiap upacara akan berbeda-beda.

"Tumpeng merupakan kependekan dari tumapaking penguripan-tumindak

lempeng-tumuju Pangeran, yang artinya berkibatlah kepada pemikiran bahwa

manusia itu harus hidup menuju jalan Allah. Masyarakat tradisional Jawa

mempunyai kepercayaan bahwa ada kekuatan gaib di luar diri manusia yang dapat

mempengaruhi kehidupan mereka. Oleh karena itu, mereka merasa perlu

memelihara hubungan dengan kekuatan tersebut agar terjadi keseimbangan

dengan kehidupan mereka. 80

Dalam memohon perlindungan, keselamatan, kesejahteraan, dan ridho

Tuhan Yang Maha Esa juga terdapat dalam upacara-upacara dalam rangka

menyelaraskan kekuatan gaib dengan kehidupan manusia. Secara umum hal

tersebut dinamakan dengan slametan, yaitu upaya membina keseimbangan

manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan yang kasat mata maupun yang

tidak kasat mata atau gaib.

Selamatan sering dilakukan dengan cara kenduri yang berarti makan

bersama. Kenduri yang di dalamnya mengandung harapan untuk memperoleh

keselamatan selalu menghidangkan tumpeng yang dikelilingi lauk-pauk yang

beraneka macam jenisnya dan kelengkapan lain sesuai dengan hajat yang

bersangkutan. Lauk-pauk dan kelengkapan yang menyertai tumpeng selalu dipilih

bahan-bahan yang berkaitan dengan upaya untuk mengusahakan keselamatan isi

pemangku hajat.81

80

Muhammad Solikhin. hal: 49-50 81

Murdijati gardjito, Serba serbi tumpeng tumpeng dalam kehiupan masyarakat Jawa,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010) hal: V

Page 64: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

52

B. Bentuk Unsur Animisme dalam Slametan Suku Jawa di Desa Pasar

Singkut

Bagi masyarakat muslim Jawa, ritualitas sebagai wujud pengabdian dan

ketulusan penyembahan kepada Allah, sebagian diwujudkan dalam bentuk

simbol-simbol ritual yang memiliki kandungan makna mendalam. Simbol-simbol

ritual tersebut diantaranya adalah umbarampe (piranti atau hardware dalam

bentuk makanan), yang disajikan dalam ritual slametan. Hal itu merupakan

aktualisasi dari pikiran, keinginan, dan perasaan pelaku untuk lebih mendekatkan

diri kepada tuhan.82

Upaya akumulasi budaya yang bersifat abstrak juga terkadang

dimaksudkan sebagai uapaya negosiasi spiritual, sehingga segala hal yang ghaib

yang diyakini berada diatas manusai tidak akan menyentuhnya secaar negatif.

Inti dari kepercayaan keagamaan secara substansial adalah keyakinan

adanya Tuhan, yang transenden, yang sakral, yang suci, yang di atas segalanya

atau apa saja yang dihubungkan dengan suatu "Dzat Yang Maha Agung". Ada pun

secara fungsional agama adalah upaya untuk dapat mengatasi masalah, masalah

kehidupan, masalah eksistensi. Agama selalu membawa kepada keluhuran yang

didambakan setiap orang, baik nilai maupun wujud fisik suatu aksi. Meskipun

demikian, tidak jarang pada praktik yang dilakukan pemeluknya agama

menampilkan wajah yang sebaliknya. Seorang yang memiliki kepastian mutlak

terhadap mistik, yang notabenenya berbeda dari jalan agama.

Dalam kehidupan beragama dan proses mengarungi kehidupan, do‟a

merupakan komponen yang penting. Kepentingan itu terlihat manakala seseorang

sedang dilanda rasa tidak nyaman. Disitulah muncul naluri keberagamaan yang

sudah menjadi ritual agama dan disebut dengan berdo‟a. Kebutuhan tersebut

meliputi perlindungan dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan serta

hubungan manusia dengan sesama atau dengan alam sekitar, kaitannya dengan

”peluang” memenuhi kebutuhan dalam kehidupan.

82

Muhammad Sholikhin, Ritual & Tradisi Islam Jawa, (Yogyakarta : Narasi 2010), 49.

Page 65: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

53

Slametan yang pada dasarnya adalah memohon dilimpahkan keselamatan

atas hajat. membuat orang-orang jawa melakukan sesuatu yang abstrak, dan

diyakini bahwa hal tersebut mempengaruhi efektifitas hajat. Namun tidak semua

jenis slametan mengandung unsur-unsur yang penulis maksudkan mengandung

animisme. Hanya slametan-slametan tertentu yang pada notabenenya

membutuhkan kekuatan supranatural. Hal ini sejalan dengan penjelasan

Koentjaraningrat.

Menurut Koentjaraningrat, selamatan dibagi menjadi 2 jenis yaitu slametan

yang bersifat kramat dan slametan yang bersifat tidak kramat. Slametan yang

bersifat kramat biasanya ditandai dengan adanya getaran emosi keagamaan, baik

pada waktu menetukan upacara,orang yang mengadakan pacara maupun pada

waktu upacara sedang berjalan. Yang mendasari diadakannya upacara adalah

kekhawatiran akan adanya hal-hal yang tidak diinginkan atau terjadi malapetaka,

meskipun kadang-kadang merupakan kebiasaan rutin saja yang dijalankan sesuai

adat keagamaan. Berebda halnya dengan slamatan yang bersifat tidak kramat

karena tidak menimbulkan getaran emosi keagamaan baik pada orang yang

mengadakan naupun yang hadir dalam upacara slamatan. Slamatan seperti ini

biasanya bersifat kegembiraan, seperti pindah rumah, kenaikan pangkat, hendak

berpergian jauh, sembuh dari sakit, dan upacara yang berhiubungan dengan

pertanian.83

Slamatan diyakini oleh masyarakat desa pasar singkut sebagai sarana

spiritual yang mampu mengatasi segala bentuk krisis yang melanda serta bisa

mendatangkan berkah bagi yang melakukannya.

Pemahaman muslim tradisional di desa-desa menekankan bahwa agama dan

adat istiadat saling melengkapi, sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan

yang hams dipertentangkan satu sama lain, kalaupun ada sifatnya kabur, tidak

dapat dipisahkan secara tegas.84

83

Koentjaraningrat, kerbudayaan jawa, 347-348. 84

A. Khalil, “Agama Dan Ritual Slametan: Deskripsi-Antropologis Keberagamaan

Masyarakat Jawa, Jurnal el-Harakah Vol. 10, No. 3 (2008), 7.

Page 66: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

54

C. Perkembangan Slametan di Desa Pasar Singkut

Islam memiliki nilai yang universal dan absolut sepanjang zaman, namun

demikian Islam sebagai dogma tidak kaku dalam menghadapi zaman dan

perubahannya. Islam selalu memunculkan dirinya dalam bentuk yang luwes,

ketika menghadapi masyarakat yang dijumpainya dengan beraneka ragam budaya,

adat kebiasaan atau tradisi.

Sebagai sebuah kenyatan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling

mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol

yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung

nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan

sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Tetapi

keduanya perlu dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi

(parennial) dan tidak mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan

bersifat partikular, relatif dan temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat

berkembang sebagai agama pribadi, tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai

kolektivitas tidak akan mendapat tempat.

Islam merespon budaya lokal, adat/tradisi di manapun dan kapanpun, dan

membuka diri untuk menerima budaya lokal, adat/tradisi sepanjang budaya lokal,

adat/tradisi tersebut tidak bertentangan dengan spirit nash Alquran dan as-

Sunnah.` Demikian halnya dengan Islam yang berkembang di masyarakat Jawa

yang sangat kental dengan tradisi dan budayanya. Tradisi dan budaya Jawa hingga

akhir-akhir ini masih mendominasi tradisi dan budaya nasional di Indonesia.

Nama-nama Jawa juga sangat akrab di telinga bangsa Indonesia, begitu juga

jargon atau istilah-istilah Jawa. Hal ini membuktikan bahwa tradisi dan budaya

Jawa cukup memberi warna dalam berbagai permasalahan bangsa dan negara di

Indonesia.

Di sisi lain, ternyata tradisi dan budaya Jawa tidak hanya memberikan

warna dalam percaturan kenegaraan, tetapi juga berpengaruh dalam keyakinan

dan praktek-praktek keagaman. Masyarakat Jawa memiliki tradisi dan budaya

Page 67: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

55

yang banyak dipengaruhi ajaran dan kepercayaan Hindu dan Budha terus bertahan

hingga sekarang, meskipun mereka sudah memiliki keyakinan atau agama yang

berbeda, seperti Islam, Kristen, atau yang lainnya.

Sejak dahulu kala dinyatakan bahwa masyarakat itu telah mengenal suatu

kekuatan yang dianggap melebihi dari kekuatan manusia. Demikian lebinya

kekuatan tersebut dari apa yang dimiliki oleh manusia, maka manusia hendak

memperalat kekuatan tersebut demi kepentingannya. Dengan demikian, maka

timbullah “upacara” untuk membujuk kekuatan tersebut agar mau memberinya

kepada manusia. Pemujaan-pemujaan yang didampingi oleh persembahan-

persembahan atau sesaji kepada kekuatan tersebut melahirkan bentuk-bentuk

upacara. Bahkan, akhirnya timbul semacam tatacara untuk berupacara kepada

kekuatan-kekuatan tersebut.85

Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum

bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun terkadang tradisi dan

budaya itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Memang ada beberapa tradisi

dan budaya Jawa yang dapat diadaptasi dan terus dipegangi tanpa harus

berlawanan dengan ajaran Islam, tetapi banyak juga yang bertentangan dengan

ajaran Islam. Masyarakat Jawa yang memegang ajaran Islam dengan kuat

tentunya dapat memilih dan memilah mana budaya Jawa yang masih dapat

dipertahankan tanpa harus berhadapan dengan ajaran Islam. Sementara

masyarakat Jawa yang tidak memiliki pemahaman agama Islam yang cukup, lebih

banyak menjaga warisan leluhur mereka itu dan mempraktekkannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari, meskipun bertentangan dengan ajaran agama

Islam. Fenomena ini terus berjalan hingga sekarang.

Gambaran masyarakat Jawa seperti di atas menjadi penting untuk dikaji,

terutama terkait praktek keagamaan kita sekarang. Sebagai umat beragama yang

baik tentunya kita perlu memahami ajaran agama kita dengan memadai, sehingga

ajaran agama ini dapat menjadi acuan dalam berperilaku dalam kehidupan kita.

Karena itulah, dalam tesis ini mengungkap masalah tradisi keislaman atau

85

Bungaran antonius simanjuntak, tradisi, agama, dan akseptasi modernisasi pada

masyarakat pedesaan Jawa, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016), 16-17.

Page 68: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

56

nilainilai lokal terutama dalam masyarakat Jawa dalam pandangan ajaran agama

Islam. Apakah tradisi dan budaya Jawa ini sesuai dengan ajaran Islam atau

sebaliknya, bertentangan dengan ajaran Islam.

Sebagian besar masyarakat Jawa sekarang ini menganut agama Islam.

Diantara mereka masih banyak yang mewarisi agama nenek moyangnya, yakni

beragama Hindu atau Budha, dan sebagian yang lain menganut agama Nasrani,

baik Kristen maupun Katolik. Khusus yang menganut agama Islam, masyarakat

Jawa bisa dikelompokkan menjadi dua golongan besar, golongan yang menganut

Islam murni (sering disebut Islam Santri) dan golongan yang menganut Islam

Kejawen (sering disebut Agama Jawi atau disebut juga Islam Abangan).86

1. Slametan Trans Awal

Awal masuknya transmigran dari Jawa ke Desa Pasar telah banyak

mengadakan upacara slametan, walaupun keterbatasan ilmu keagaamaan islam.

Artinya masyarakat tidak memahami hukum-hukum agama secara jelas, belum

mengetahu makna dari unsur-unsur yang ada dalam slametan. Karena suatu

kegiatan-kegiatan yang ada dalam slametan saat itu berdasar pada pengalaman

yang kemudian diyakini. Namun, keyakinan atas permohonan untuk keselamatan

dan keberkahan tetap dijalankan melalui kegiatan tersebut. Seperti yang

diungkapkan oleh suhardi.

“slametan iku digowo seko jowo, dilastarikne neng kene. Mbiyen slametan

iku dadi siji nenggone mbah Warso tur yo dipimpin karo mbah Warso. Wong

jowo mbiyen nek dungo mung ngwujudne utowo ngikrarne, dungo arab e yo

wes ono87

. Slametan nek jaman biyen iku yo urong pati diringkes, nek jaman

saiki kan wes okeh sing diringkes”.88

“slametan itu dibawa dari pulau Jawa, dilestarikan di Desa Pasar. Dulu

slametan menjadi satu tempat di rumah mbah Warso sebagai sesepuh dan yang

memimpin acara sekaligus. Orang Jawa dulu bila berdoa hanya mewujudkan

atau mengikrarkan, do‟a menggunakan bahasa Arab pun juga sudah ada.

Slametan bila zaman dahulu belum begitu diringkas tidak seperti pada saat ini”.

Pada zaman dahulu jenis-jenis slametan masih sangat kompleks untuk

dilaksanakan, termasuk ada proses pengikraran yang bertujuan untuk permohonan

86

Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 211. 87

Pak suhardi, Kepala Dusun Desa Pasar Singkut, Wawancara dengan Penulis, tanggal,

Kabupaten Sarolangun, Rekam Audio 88

Mbah muhmartin, tokoh Adat Desa Pasar Singkut, Wawancara dengan Penulis, tanggal,

Kabupaten Sarolangun, Rekam Audio

Page 69: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

57

keselamatan. Setiap acara slametan zaman dahulu selalu ada sajian yang

diletakkan ditengah-tengah diantara orang-orang yang hadir dalam acara slametan.

Hal itu merupakan wujud dan kemudian diikrarkan melalui perantara wujud

tersebut.

2. Slametan Saat Ini

Seiring perkembangan daerah yang kian maju membuat banyak para

pendatang dari pulau Jawa yang masih memiliki ikatan keluarga dengan para

transmigran ataupun bukan untuk ikut menetap di Desa Pasar. Hal ini membuat

kemajuan ilmu pengetahuan kian membaik. Karena kedatangan para ustad yang

membuat ilmu-ilmu agama kian berkembang dan menjadi banyak pedoman oleh

masyarakat Jawa yang mulanya awam akan ilmu kegamaan Islam.

Slametan pada era saat ini juga terjadi perubahan bertahap dari segi proses

maupun keyakinannya. Perubahan bentuk praktik tradisi slametan yang paling

besar dipengaruhi oleh perkembangan agama Islam. Tokoh-tokoh agama masuk

ke Desa Pasar Singkut tidak bebarengan dengan para transmigran awal. Mereka

datang dengan membawa ajaran dan hukum-hukum islam. Mayoritas para ustad

yang datang adalah pengikut NU (Nahdatul Ulama) yang toleran terhadap tradisi

slametan. Menurut suhardi:

“slametan jaman biyen urong ono qur’anan koyo saiki.89

saiki slametan

okeh sing wes diringkes”.90

“slametan zaman dahulu belum ada pembacaan ayat-ayat Al-Quran seperti

pada saat ini. Sekarang slametan justru banyak yang diringkas”

Dampak dari perkembangan agama yang menjadikan proses slametan pada

saat ini mengalami penambahan-penambahan dan pengurangan. Seperi

penambahan pembacaan asma’ulhusna secara bersama, dan penambahan ayat-

ayat Al-Quran pada saat pengikraran. Adapun hal-hal yang dihilangkan pada saat

proses slametan pada saat ini yaitu pengikraran yang dilakukan didepan umum.

Artinya pengikraran tetap ada, namun dilakukan secara personal oleh pemangku

hajat.

89

Suhardi, Kepala Dusun 90

Mbah muhmartin, tokoh adat

Page 70: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

58

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Slametan adalah konsep yang berasal dari sumber ajaran Islam yaitu kata

bahasa Arab „salam‟ yang brarti „menjadi baik‟, „selamat‟. Slametan juga

diartikan sebagai upacara sedekah makanan dan doa bersama Maka yang diminta

dalam ritual slametan adalah permohonan doa untuk kebaikan, kesejahteraan dan

keselamatan. yang bertujuan untuk mendapat Ridha dari Tuhan, memohon

keselamatan dan ketentraman untuk ahli keluarga yang menyelenggarakan.

Dalam setiap digelarnya slametan memiliki proses dan persiapan yang

berbeda. Perbedaannya terletak dari niat hajat dari penyelenggara slametan.

Karena dalam rangkaian acara memiliki tahapan dan sesi acara yang berbeda.

Sebelumnya pihak penyelenggara atau pemangku hajat mengundang tetangga dan

sanak familinya secara lisan untuk menghadiri acara itu yang akan

diselenggarakan di rumah. Upacara slametan baru dimulai apabila para undangan

sudah banyak yang datang dan dianggap cukup, lebih khusus yaitu para tokoh

agama yang nantinya akan memimpin berjalannya acara. Kegiatan inti pada

slametan di desa pasar singkut pada umumnya meliputi pembacan yasin,

pembacaan tahlil dan berdo bersama yang dipimpin oleh tokoh-tokoh agam

setempat.

Unsur mistisisme pada slametan terjadi pada jenis slametan tertentu, dan itu

diyakini. Ungkapan mistisisme diwujudkan dalam bentuk simbol-simbul, yang

pada dasarnya banyak masyarakat jawa desa pasar singkut tidak memahami

makna dari simbol-simbol ungkapan mistik tersebut. Intinya hanya melaksanakan

tradisi dengan penuh harapan dan do‟a-do‟a. Diantaranya adalah slamtan

pembangunan rumah baru, slamtan hajatan (pesta), slametan walimahan yang

bebarengan dengan hajat (pesta).

Selama berada di lapangan, terdapat beberapa temuan yang mempengaruhi

perubahan pada tradisi slametan. Perubahan bentuk praktik tradisi slametan yang

paling besar dipengaruhi oleh perkembangan agama Islam. Semakin tingginya

pemahaman masyarakat mengenai ajaran agama Islam berpengaruh pada persepsi

Page 71: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

59

masyarakat akan penting tidaknya tradisi tersebut dilakukan. Muncul golongan

yang kemudian meyakini bahwa tradisi tersebut tidak penting, bahkan tidak boleh,

untuk dilakukan. Anggapan tersebut karena tradisi slametan merupakan tradisi

yang dilakukan oleh masyarakat sebelum Islam ada di Indonesia

Arus modernisasi dan globalisasi yang sangat cepat telah merubah cara

pandang generasi penerus masyarakat Jawa di Desa Pasar Singkut terhadap tradisi

kepercayaan terhadap kekuatan supranatural. Dengan tidak adanya regenerasi

yang baik, suatu tradisi dan kepercayaan tersebut tidak akan mampu bertahan.

Begitu pula dengan tradisi slametan yang berurgensi pada kekuatan mistis ini,

apabila generasi berikutnya semakin tidak berminat dalam menjalankannya maka

hanya tinggal menunggu waktu untuk tradisi ini hilang.

.

B. Rekomendasi

Masyarakat yang meyakini bahwa tradisi slametan merupakan tradisi yang

baik untuk dilakukan. Akan tetapi tradisi tersebut perlu dibenahi pada beberapa

aspek agar tidak menyalahi ajaran agama Islam. Pembenahan yang dilakukan

seperti menghilangkan sesaji dan doa-doa yang masih diselimuti dengan nuansa

supranatural. Sesaji yang sebelumnya ada ditiadakan dan hanya ada makanan

yang dihidangkan untuk pelaku slametan.

Persekutuan antra agama dengan mitologi harus difahami secara individual,

karena esensi dari keyakinan adalah jiwanya. Blum dapat diartikan secara jelas

dan pasti bahwa setiap penyelenggaraan slametan maka di situ pula terdapat unsur

keyakinan mistik yang terjadi. Walapun sejatinya ada, namun tidak semua jenis-

jenis slametan mengandung hal tersebut. Dikatakan sebelumnya, bahwa untuk

mengetahui dan memastikannya perlu memahami tiap-tiap individu selaku

penyelenggara upacara slametan.

Page 72: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

DAFTAR PUSTAKA

.

A. Karya Ilmiah

Departemen Agana RI. Al-Qur’an Tajwid dab Terjemah, Bandung: CV.

Ponegoro. 2010Abimanyu Soedjipto. Babad Tanah Jawi. Yogyakarta :

Laksana. 2017

Arikunto. Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. 1989

Bagus Loren. Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia. 2002

Bakhtiar Amsal. filsafat agama. Jakarta: Rajawali Pers. 2009

Daymon cristine, Immy Holloway. Metode-metode riset kualitatif: dalam public

relation & marketing communication. Yogyakarta: Bentang. 2008

Gardjito Murdijati, Serba serbi tumpeng tumpeng dalam kehiupan masyarakat

Jawa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010

Geertz Clifford, Abangan, Santri dan Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, 1983

Gulo W, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo, 2012

Herman Sinung Janutama. Islam dan Mistisisme Nusantara Ronggo Warsito Islam

& Kejawen. kuliah umum. Jakarta : Gedung Teater Salihara. 28 Juli 2012

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers. 2011

Jonathan Sarwono, Mixed Methods: cara menggabung riset kuantitaif dan riset

kualitatif secara benar, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011

K.Nottingham Elizabeth. Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi

Agama. Jakarta : Rajawali Pers. 1994

Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka, 1994

Kusumohamidjojo Budiono. Filsafat Kebudayaan Proses Realisasi

Manusia.Yogyakarta: Jalasutra 2010

Mahasin Aswab. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa.

Diterjemahkan dari buku aslinya yang berjudul “The Religion of Java” oleh

Clifford Geertz. Jakarta: Pustaka Jaya. 1983

Mahmud Muh.Arba‟in. Gender dan Kehutanan Masyarakat. Yogyakarta:

Deepublish. 2015

Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2013

Mulyana Dedy. metode peneltian kualitatif. Bandung: Remaja Rosyadakarya.

2013

Musman Asti. Agama Ageming Aji menelisik akar spiritualisme Jawa.

Yogyakarta : Pustaka Jawi. 2017

Nawawi Hadari, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University

Press. 2007

Perangkat Desa Pasar Singkut. Bidan Desa. dkk, Daftar Isian Tingkat

Perkembangan Dsa Dan Kelurahan, (Sarolangun: Badan Pemberdayaat

Masyarakat Dan Pmerintahan Desa. 2017

Piӧ tr Sztomka. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. 2012

Pranowo M. Bambang. Memahami Islam Jawa. Jakarta : Pustaka Alvabet, 2009

Salim, Peter dan Yenni Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:

Modern English Press. 1991

Page 73: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

Sarwono Jonathan. Mixed Methods: cara menggabung riset kuantitaif dan riset

kualitatif secara benar. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2011

Sholikhin Muhammad. Ritual & Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta : Narasi 2010

Simanjuntak Antonius Bungaran, Tradisi, Agama, dan Akseptasi pada

Masyarakat Pedesaan Jawa. Jakarta: yayasan pustaka obor, 2016

Sudarwan Danim, menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002

Sugiyono. Metode Penenlitian: Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta. 2012

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 1989

Tim Penyusun. buku II: Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa. Jambi:

Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi. 2014

Thohir Muhammad. Ayat-ayat Tauhid: pencerahan aqidah tauhid berpadu logika

sains iptek. Surabaya : Bina ilmu

W.Gulo. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. 2012

Zainal Asliah. Menjaga Adat, Menguatkan Agama Katoba dan Identitas Muslim

Muna, Yogyakarta : deepublish, 2018

B. Jurnal

Ahmad Afandi, “Kepercayaan Animisme-Dinamisme Serta Adaptasi Kebudayaan

Hindu-Budha Dengan Kebudayaan Asli Di Pulau Lombok-Ntb”, Jurnal p-

ISSN 2549-7332 |e-ISSN 2614-1167 Vol. 1, No. 1, (2016)

Hasan Ridwan, “Kepercayaan Animisme dan Dinamisme Dalam Masyarakat

Islam Aceh”. jurnal MIQOT, Vol. XXXVI. Desember 2012

Herniti Ening, “Kepercayaan Masyarakat Jawa Terhadap Santet, Wangsit, dan

Roh Menurut Perspektif Edwards Evans-Pritchard”. Jurnal ThaqÃfiyyÃT.

Vol. 13. No. 2. Desember 2012

Huda Miftahul, “Islam dan Tradisi Jawa: Pencarian Motif Dan Makna Dalam

Tradisi Selametan Mendirikan Rumah Di Dusun Gentan Ngrupit Jenangan

Ponorogo”, Jurnal Sabda, Vol 8, ISSN 1414-7927. 2013

Khalil Ahmad, “Agama Dan Ritual Slametan: Deskripsi-Antropologis

Keberagamaan

Masyarakat Jawa”. Jurnal "el-Harakah" Vol. 10, No. 3, (2008)

Adiansyah Ryko, “Persimpangan Antara Agama dan Budaya: Proses Akulturasi

Islam dengan Slametan dalam Budaya Jawa”, Jurnal Intelektualita Vol 06,

Nomor 02, 2017

Mohd Khairulnazrin bin Mohd Nasi, dkk. “Kepercayaan Animisme Menurut

Perspektif Sunnah Nabawi dan Ahli Antropologi Barat : Satu Kajian Awal”.

Jurnal pengajian Islam Fakulti Pengakian Peradaban Islam, ISSN 1823-

7126 / e-ISSN 0127-8002 BIL 9, ISU II: 2016

Muqoyyidin Andik Wahyun. “Dialektika Islam Dan Budaya Lokal Dalam Bidang

Sosial Sebagai Salah Satu Wajah Islam Jawa. Jurnal el Harakah Vol.14

No.1 Tahun (2012)

Rosyidi Abdul Wahab. “Do‟a Dalam Tradisi Islam Jawa”. Jurnal el Harakah

Vol.14 No.1 (2012)

Page 74: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

Safitri Ikha, “Kepercayaan Gaib Dan Kejawen Studi Kasus pada Masyarakat

Pesisir Kabupaten Rembang”. Jurnal Sabda, Volume 8, ISSN 1410-7910.

2013

Setyaningrum Arie, M.A, “Praktik Tradisi Slametan Dalam Masyarakat Pogung

Lor”, Skripsi Yogyakarta: Program Sarjana UGM, 2017

Solaiman Arif, “Kearifan Lokal Tradisis Sedekah Dusun Di Desa Mekar Sari

Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun”. Sekripsi. Jambi: Progam

Sarjana UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi, 2017

Sumbulah Ummi, “Islam Jawa Dan Akulturasi Budaya: Karakteristik, Variasi

Dan Ketaatan Ekspresif”, Jurnal el Harakah Vol.14 No.1 Tahun .2012

C. Web-site

Marzuki, M.Ag, “Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa Dalam Perspektif Islam”.

Diakses di laman lambung pustaka UNY Online alamat :

http://eprints.uny.ac.id/view/type/article.html. Tanggal 17 Juli 2018

Pandanari Dika Sri, “Nguri-uri Budaya”, diakses melalui alamat

https://www.qureta.com/post/nguri-uri-budaya-2, tanggal 20 Juli 2018

D. Wawancara

Muhmartin, Tokoh Adat Desa Pasar Singkut. Wawancara dengan Penulis. 16 Juli

2018. Kabupaten Sarolangun. Rekam Audio

Suhardi, Kepala Dusun VI Desa Pasar Singkut. Wawancara dengan Penulis. 15

Juli 2018. Kabupaten Sarolangun. Rekam Audio

Suparno, Masyarakat Desa Pasar Singkut. Wawancara dengan Penulis. 18 Juli

2018. Kabupaten Sarolangun. Rekam Audio

Supri, Masyarakat Desa Pasar Singkut. Wawancara dengan Penulis. 18 Juli 2018.

Kabupaten Sarolangun. Rekam Audio

Page 75: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

STRUKTUR

BADAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Ketua Komisi C

Katijo

Anggota

Lina Roslina

Ketua

Sudarsono

Wakil Ketua

Masyur

Sekertaris

Sudaryanto

Ketua Komisi D

Ali Ahmadi

Anggota

asnawi

Ketua Komisi A

Paimin

Anggota

Supriono

ketua Komisi B

Joko Sudarno

Anggota

Abdul Ghofur

Page 76: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

STRUKTUR

PEMERINTAHAN DESA PASAR SINGKUT

Kadus V

Sukatmin

Kadus VI

Suhardi

Kadus VII

Sulaiman

Kadus VIII

Ayub

Burhanudin

Kadus IV

samin

Kadus III

Ahmat Misrat

Kadus II

Sahli Kadus 1

Vebriansyah

Sekertaris Desa

Gianto

Kasi

Pemerintahan

Susanto

Kasi Prek Pemb

Rukun S

Kasi Kesos

Rukun

Kasi Trantib

Jailani AB

Bendahara Desa

Rudy asnawi Kaur Umum

Aris Supryono

Kaur Keuangan

Iin Indriyati

Kepala Desa

Sumarsono

Page 77: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

TABEL 1

PERKEMBANGAN KEPEMIMPINAN DESA PASAR SINGKUT

No Nama Tahun menjabat Sebutan

1 Halimi 1984-2000 Kepala Desa

2 Satiyo 2000-2011 Kepala Desa

3 Sumarsono 2011-2017 Kepala Desa

Sumber : Arsip kantor Desa Pasar Singkut

TABEL 2

FASILITAS PENDIDIKAN DI DESA PASAR SINGKUT

No Nama Jumlah

1 Taman kanak-kanak 4

2 PAUD 3

3 Sekolah Dasar Negeri 2

4 Madarasah Tsanawiyah Negeri 1

5 Sekolah Menengah Atas Negeri 1

6 Pondok pesantren 2

TABEL 3

FASILITAS TEMPAT IBADAH DAN SARANA KESEHATAN DI

DESA PASAR SINGKUT

No Nama Jumlah

1 Masjid 10

2 Mushola 20

3 Gereja 0

4 Puskesmas Desa 1

Page 78: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

TABEL 4

MASYARAKAT PEMELUK AGAMA

No Nama Jumlah

1 Islam 4.704

2 Kristen 33

3 Khatolik 8

4 Hindu -

5 Budha -

TABEL 5

JUMLAH PENDUDUK DESA PASAR SINGKUT

No Jenis kelamin Keterangan

1 Laki-Laki 2.949 Jiwa

2 Perempuan 2.706 Jiwa

Jumlah 5.655 Jiwa

TABEL 6

JUMLAH PENDUDUK MNURUT USIA

No

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

1 7-15 7-15

2 16-25 16-25

3 26-40 26-40

4 40-60 40-60

5 61 keatas 61 keatas

Jumlah 2593 Jiwa 2152 Jiwa

Page 79: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

TABEL 7

MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DESA PASAR SINGKUT

No Pekerjaan Jumlah

1 Karyawan 38 Orang

2 Tani 336 Orang

3 Buruh Tani 123 Orang

4 Pertukangan 88 Orang

5 Pensiunan 21 Orang

6 Wiraswasta 107 Orang

Page 80: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

Persentase Suku

aceh 0,35%

batak 2,34%

nias 0,07%

melayu 8,26%

minang 1,55%

sunda 16%

jawa 70,62%

bali 0,51%

minahasa 0,11%

Persentase Jumlah Pemeluk Agama

Islam 97,4%

Kristen

2,2%

Page 81: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Skripsi

UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA

DESA PASAR SINGKUT KECAMATAN SINGKUT KABUPATEN

SAROLANGUN

NO JENIS DATA METODE SUMBER DATA

1

.

2

.

3

.

4

.

5

.

6

Letak Geografis Ds.Pasar

Singkut

Sejarah dan Makna tradisi

Slametan

Kondisi Sosial Keagamaan

masyarakat

Proses Slametan

Perkembangan Slametan

Persenyawaan slamtan

dengan animisme

- Observasi

- Dokumentasi

- Wawancara

- Dokumentasi

- Obsevasi

- Obsesvasi

- Wawancara

- Wawancara

- Dokumentasi

- Wawancara

- Dokumentasi

- Setting

- Dokumen Desa

- Tokoh/Sesepuh Jawa

- Dokumen Desa

- Dokumen Tentang

Upacara Slametan

- Setting Lokasi

- Praktik Slametan

- Tokoh Masyarakat/

adat

- Masyarakat

- Dokumen Tradisi

Slametan

- Masyarakat

- Tokoh Adat

Page 82: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

A. Panduan Observasi

No Jenis Data Primer Obejek Observasi

1

2

3

Letak Geografis Ds.Pasar

Singku

Kondisi Sosial Keagamaan

Masyarakat

Acara Slametan

Keadaan dan Letak Geografis

- Jamaah Sholat lima waktu di masjid

- Kondisi Masyarakat saat ada acara

slametan

Pihak penyelenggara dan Masyarakat

yang hadir

B. Panduan Dokumentasi

No Jenis Data Skunder Data Dokumentasi

1

2

3

4

Letak Geografis

Ds.PasarSingkut

Makna dan Sejarah slametan

Perkembangan Slametan

Persenyawaan slamtan

dengan animisme

Data Dokumentasi Letak geografis Desa

Pasar Singkut

Data dokumentasi yang membahas

slametan dan animisme

Data Dokumentasi tentang slametan

Data Dokumentasi yang membahas

tentang unsur-unsur dalam slametan

Page 83: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

C. Butir-butir Wawancara

No Jenis Data Primer Sumber Data dan Substansi Wawancara

1

Makna dan Sejarah

slametan

Tokoh Adat:

- Apa yang dimaksud dengan slametan?

- Apa makna dan tujuan diadakan

slametan?

- Bagaimana sejarah awal slametan hingga

sampai di desa pasar singkut?

- Kapan awal tradisi slametan di

selenggarakan?

2 Prosesi Slametan Masyarakat/Tokoh Masyarakat, Tokoh

Adat:

- Kapan slametan biasa dilakukan?

- Bagaimana susunan upacaranya?

- Hal-hal yang perlu/harus dilakukan

setelah slametan selesai ?

- Siapa saja yang ikut serta dalam upacara

slametan?

3 Perkembangan Slametan Tokoh Adat:

- Bagaimana awal-awal dulu ketika tradisi

tersebut dilaksanakan?

- Adakah slametan yang dulu kerap

dilakukan namu sekrang sudah mulai

jarang?

- Adakah perbedaan dengan slametan yang

ada di pulau jawa?

- Ada berapa jenis slametan yang dilakukan

oleh masyarakat?

- Jenis slametan yang sering dilakukan

- Jenis slametan yang jarang dilakukan

- Jenis slametan yang sudah tidak lagi

dilakukan ? alasan

4 Persenyawaan slamtan

dengan animisme

Masyarakat/Tokoh Adat :

- Adakah kaitannya antara roh atau

mahkluk halus dengan niat hajat

penyelenggara slametan?

- Adakah peran dari roh atau mahkluk halus

dalam meraih keselamatan yang

diharapkan?

- Apa ada kaitannya antara menanam telur

Page 84: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

saat membangun rumah baru dengan roh

atau mahkluk halus?

- Apakah fungsi sesaji yang ada di gedong

saat acara hajatan ada kaitannya dengan

roh atau mahkluk halus? Bagaimana bila

tidak terdapat sesaji?

- Apa tujuan dari membakar dupa,

kemenyan dan menabur beras saat

hajatan?

Page 85: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

DOKUMENTASI

Sajen Slametan pembuatan rumah

Foto (Agus 30 Desember 2017)

Page 86: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

Panggang Tarob pada acara lokasi hajatan yang berbeda

Foto (Agus 11 September dan 15 April 2017)

Sesajen Pesta Pernikahan acara slametan pesta pernikahan

Ingkung

Page 87: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

Slametan sasi Suro

Slametan Manaqib

Page 88: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

Wawancara narasumber wawancara narasumber

Bpk. Suhardi Bpk. Muhmartin

Wawancara Narasumber Wawancara Narasumber

Mbah Supri Suparno

Page 89: UNSUR ANIMISME DALAM SLAMETAN SUKU JAWA DI DESA …

CURRICULUM VITAE

Nama : Agus Miyanto

Tempat/Tanggal Lahir : Singkut, 25 Desember 1995

NIM : UA. 131154

Fakultas/Jurusan : Ushuluddin dan Studi Agama/AqidahFilsafat

Nama Ayah : Sutarno

Nama Ibu : Parinem

Alamat Asal : RT 008, Dusun 06, Desa pasar Singkut, Kecamatan

Singkut, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi

Alamat Sekarang : Perumahan Arza Gria Mandiri I , Rt 06, Desa

Mendalo Indah, Kecamatan Jaluko, Kabupaten

Muaro Jambi

JENJANG PENDIDIKAN

Tahun 2001 ~ 2007 : SDN 135/IX Singkut Kabupaten Sarolangun

Tahun 2007 ~ 2010 : SMPN 3 Sarolangun

Tahun 2010~ 2013 : SMAN 8 Sarolangun

Tahun 2012~ 2016 : Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi