34
ANALISIS UNSUR INTRINSIK SAJAK GEMBALA KARYA MUHAMMAD YAMIN MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstuktur mata kuliah Puisi Dosen : Nicko Asmara S., Drs. Oleh Dedi Irawan 09210110157 4C Dikbasasinda PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN (STKIP) SEBELAS APRIL SUMEDANG 1

Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sebuah analisis puisi.

Citation preview

Page 1: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

ANALISIS UNSUR INTRINSIK SAJAK GEMBALA

KARYA MUHAMMAD YAMIN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstuktur

mata kuliah Puisi

Dosen : Nicko Asmara S., Drs.

Oleh

Dedi Irawan

09210110157

4C Dikbasasinda

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN (STKIP)

SEBELAS APRIL SUMEDANG

2010-2011

1

Page 2: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT.yang telah memberikan taufik dan

hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya senantiasa bisa menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya. Shalawat dan salam tak lupa saya curahkan kepada Nabi Muhammad SWT.

Penyusunan makalah yang diberi judul “Analisis Unsur Intrinsik Sajak Gembala karya

Muhammad Yamin”, diajukan sebagai pamenuhan salah satu tugas terstruktur mata kuliah

Puisi.

Dalam penyusunan makalah ini saya mendapatkan beberapa halangan dan rintangan

yang harus saya lewati, tetapi berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak saya bisa

menyelesaikannya, walaupun saya sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya dalam

penyusunan makalah ini, diantaranya kepada :

1. Bapak Nicko Asmara S., Drs., selaku dosen mata kuliah puisi yang telah memberikan

gambaran dan pencerahannya tentang penyusunan makalah ini.

2. Keluarga dan teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan memberikan

dukungannya.

Akhirnya, saya minta maaf atas segala kekurangannya, dan saya harapkan kritik dan

saran yang membangun, dan mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi saya

khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.

Sumedang, Juni 2011

Penyusun

i

Page 3: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3

2.1 Pengertian Puisi...................................................................................................3

2.2 Metode Puisi........................................................................................................3

2.3 Hakekat Puisi........................................................................................................7

BAB III DATA DAN ANALISIS DATA................................................................................9

3.1 Sajak.....................................................................................................................10

3.2 Analisis Sajak........................................................................................................10

3.3.1 Analisis Metode Puisi..................................................................................10

3.3.2 Analisis HakekatPuisi...................................................................................15

BAB IV KESIMPULAN....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi

irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Walaupun singkat

dan padat, tetapi berkekuatan.Oleh karena itu, salah satu usaha penyair adalah memilih

kata-kata yang memiliki persamaan bunyi (rima).Puisi yang baik lazimnya menawarkan

serangkaian makna kepada pembacanya.

Dalam menangkap rangkaian makna tersebut, tentu saja pembaca perlu masuk ke

dalamnya dan mencoba memberi penafsiran terhadapnya. Langkah dasar yang dapat

dilakukan untuk pemahaman itu adalah ikhtiar untuk mencari tahu makna teks.Sebagai

sebuah teks, puisi menyodorkan makna eksplisit dan implisit.Makna eksplisit dapat kita tarik

dari perwujudan teks itu sendiri; pilihan katanya, rangkaian sintaksisnya, dan makna

semantisnya.Pilihan kata atau diksi menyodorkan kekayaan nuansa makna, rangkaian

sintaksis berhubungan dengan maksud yang hendak disampaikan.Adapun makna implisit

berkaitan dengan interpretasi dan makna yang menyertai dibelakang puisi bersangkutan.

Dalam puisi terdapat unsur yang membangunnya, yaitu ada unsur intrinsic dan ada

unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah metode(unsur ragawi/bentuk) dan hakikat puisi

(unsure jiwani/isi). Dalam metode puisi diantarnya terdapat diksi (diction), kata nyata

(conkreet word), majas (gaya bahasa), Imajeri(pembayangan/citraan), versifikasi (rima,

irama, meutrum) dan tipografi. Sedangkan dalam hakekat puisi diantaranya terdapat tema

(sense), feeling (rasa), tone (nada) dan amanat (maksud/tujuan).

Sedangkan unsur ekstrinsik terkait pada unsur sosiologis/antropologis,

idiologis/fisiologis, religis, dan historis. Dalam hal ini lebih dititik beratkan pada unsur

ekstrinsik karya puisi yang dijelaskan diatas.

Dengan melihat salah satu unsur puisi yaitu unsur ekstrinsik, dengan kedua unsurnya

tersebut, saya akan mencoba menganalisis salah satu sajak karya Muhammad Yamin yang

berjudul Gembala, untuk mengetahui bagaimana metode dan hakekat puisi diatas.

1

Page 5: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan

masalah, diantaranya:

1. Bagaimanakah analisis metode puisi (unsur ragawi/bentuk) yang terkandung dalam

sajak Gembala karya Muhammad Yami?

2. Bagaimanakah analisis hakekat puisi (unsur jiwani/isi) yang terkandung dalam sajak

Gembala karya Muhammad Yamin?

1.3 Tujuan Penelitian

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana penganalisisan metode puisi (unsur ragawi/bentuk)

yang terkandung dalam sajakGembala karya Muhammad Yamin.

2. Untuk mengetahui bagaimana penganalisisan hakekat puisi (unsure jiwani/isi) yang

terkandung dalam sajakGembala karya Muhammad Yamin.

2

Page 6: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Puisi

Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti

pembangun, pembentuk, pembuat.Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya

membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair.Dalam perkembangan selanjutnya,

makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun

menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan

(Sitomorang, 1980:10).Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat

dengan –poet dan -poem.

Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet

berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta.Dalam bahasa Yunani sendiri, kata

poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir

menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.Dia adalah orang yang

berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang

yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang pada

umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.

(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam

susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-

baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat

berhubungannya, dan sebagainya.

(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair

menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya,

kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang

merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

3

Page 7: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang

imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden

mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-

baur.

(4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara

konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan,

dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-

katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti

musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).

(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam

hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan

keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan,

bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.Semuanya merupakan

detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun

tetap terdapat benang merah.Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan

bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya.Unsur-

unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan

kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

2.2 Metode Puisi

Untuk mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana.Sarana-

sarana tersebutlah yang disebut metode puisi. Metode puisi terdiri dari :

1. Diction (diksi)

Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.Karena

puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak

hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.Pemilihan kata-kata dalam puisi

erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam

Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 (sembilan) aspek

4

Page 8: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan

fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam

bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan

kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)

2. Kata Nyata (Conkreet Word)

Yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif

sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan

kondisi pemakaiannya. Slamet Mulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-

kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus.

Melalui diksi-diksi yang dipilihnya, penyair berusaha untuk dapat menumbuhkan

pembayangan para penikmat sajaknya.Untuk dapat mencapai itu, setiap penyair

berupaya untuk menggunakan kata-kata yang tepat dan imajinatif dalam arti dapat

dimaknai oleh para penikmat sajaknya.Semakin mudah dimaknai dan dapat

menimbulkan pembayangan yang lengkap tentang sesuatu, maka kata-kata tersebut

dapat digolongkan pada kata nyata.Sedangkan apabila tidak demikian, maka kata-kata

tersebut termasuk blank word (kata tanpa makna).

3. Majas (gaya bahasa)

Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan

imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan

sebagainya. Jenis-jenis gaya bahasa antara lain

a. Perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal

lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak,

seperti, semisal, umpama, laksana, dll.

b. Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa

mempergunakan kata-kata pembanding.

c. Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau

diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat

berturut-turut.

d. Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana

benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia.

5

Page 9: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

e. Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama.

f. Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk

benda itu sendiri. Majas yang menyatakan unsur keseluruhan (part pro toto) atau

seluruhnya untuk sebagian ( totem pro parte).

g. Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang

dilanjutkan.

4. Imageri (imaji, daya bayang)

Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam

mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh

penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan

melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.

Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara

lain

a. Citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan

dengan indra penglihatan

b. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan

dengan indra pendengaran

c. Citra penciuman, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman.

d. Citra perabaan, yaitu citraan yang timbul oleh sesuatu yang dirasakan anggota tubuh.

e. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak

bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.

f. Citra suhu, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran keadaan suhu.

g. Citra pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh pencecapan.

5. Versifikasi

Unsur versifikasi didalamnya mencakup kajian tentang rima (persanjakan), ritme

(irama) dan metrum. Irama dalam istilah puisi tidak berarti sama dengan irama dalam

musik. Irama dalam puisi mengacu pada prosodi yang menyoal tinggi><rendah,

lemah><keras, panjang><pendek, cepat><lambat, dst.

6

Page 10: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

a. Metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.

b. Ritme, yaitu irama yang disebabkan perntentangan atau pergantian bunyi tinggi

rendah secara teratur.

Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi

sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup.Irama diwujudkan

dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga,

a. Dinamik, yaitu tekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.

b. Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.

c. Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.

Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi.Dalam rima dikenal perulangan bunyi

yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta

kesenangan.Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang

berat, menekan, yang membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut

cacophony.

Berdasarkan jenisnya, persajakan dibedakan menjadi

a. Rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.

b. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata

terakhir.

c. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara

mutlak (suku kata sebunyi)

d. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau

dengan vokal sama.

e. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup

(konsonan).

f. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris

yang sama atau baris yang berlainan.

g. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah

kata.

h. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf

mati/konsonan.

Berdasarkan letaknya, rima dibedakan

7

Page 11: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

a. Rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.

b. Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi

c. Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.

d. Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama

dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga (ab-ba)

e. Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama

dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab).

f. Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir

semua larik (aaaa)

g. Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir

dua larik puisi (aa-bb)

6. Tipografi

Bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,

pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital

dan diakhiri dengan tanda titik.Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan

terhadap puisi.

2.3 Hakikat Puisi

1. Tema/makna (sense)

Setiap karya sastra termasuk puisi pasti mengandung tema yang dapat kita

artikan sebagai sesuatu yang menjadi pokok persoalan bagi sastrawannya. Melalui

tema, kita akan memahami gagasan, pikiran ,pandangan hidup dan perasaan

sastrawan yang bersangkutan.

2. Rasa (feeling)

Sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.

Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan

psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas

sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan

pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu

masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya

8

Page 12: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,

pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang

sosiologis dan psikologisnya.

3. Nada (tone)

Sikap penyair terhadap pembacanya.Nada juga berhubungan dengan tema

dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte,

bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah

begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah

pembaca, dll.

4. Amanat/tujuan/maksud (itention)

Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi.

Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat

ditemui dalam puisinya.

9

Page 13: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

BAB III

SAJAK DAN ANALISIS SAJAK

3.1 Sajak

Gembala M. Yamin

Perasaan siapa tidakkan nyala

Melihat anak berlagu dendang

Seorang saja ditengah padang

Tiada berbaju buka kepala

Beginilah nasib anak gembala

Berteduh dibawah kayu nan rindang

Semenjak pagi meninggalkan kandang

Pulang kerumah disenja kala

Jauh sedikit sesayup sampai

Terdengar olehku bunyi serunai

Melagukan alam nan elok permai

Wahai gembala disegara hijau

Mendengar puputmu menurutkan kerbau

Maulah aku menurutkan dikau

3.2 Analisis Sajak

3.2.1 Analisis Metode Puisi

1. Diksi

Dalam penganalisis diksi saya melihat bagaimana pemilihan dan penggunaan kata-kata

dan penempatannya dalam kontruksi larik/baik pada puisi. Dalam sajak gembala, 10

Page 14: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

pengarang menggunakan pilihan dan penggunaan kata yang begitu menarik.Dalam sajak

Gembala terdapat beberapa diksi yang digunakan.Perhatikan penggalan sajak Gembala

dibawah ini.

Gembala

Perasaan siapa tidakkan nyala

Melihat anak berlagu dendang

Seorang saja ditengah padang

Tiada berbaju buka kepala

....................................

Berteduh dibawah kayunan rindang

Semenjak pagi meninggalkan kandang

Pulang kerumah disenja kala

...................................

Terdengar olehku bunyi serunai

Melagukan alamnanelok permai

Wahai gembala di segara hijau

...................................

Maulah aku menurutkan dikau

1. Kenapa penyair mengambil judul yang digunakan adalahGembaladengan hanya satu

kata itu, padahal banyak sekali pilihan untuk dijadikan sebuah judul seperti seorang

anak gembala, penggembala, anak gembala dan sebagainya?

2. Kenapa penyair menggunkan frase tidak kan nyala, yang jusru menunjukan ketidak

mungkinan atau berlebihan, padahal bisa menggunakan frase tidak akan tersentuh,

terusik, terpengaruhi yang maknanyamungkinrelatif sama?

3. Kenapa penyair menggunakan frase berlagu dengang pada seorang anak, padahal

seorang anak tidak bisa mengeluarkan suara lagu dendang, kenapa tidak menggunakan

frase atau kata yang maknanya mungkin sama, seperti berbahagia, bernyanyi ria?

11

Page 15: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

4. Kenapa penyair menggunakan frase seorang saja untuk menunjukan kesendirian

seorang penggembala, padahal bisa menggunakan frase/kata lain yang lebih lazim

seperti sendiri atau sendirian?

5. Kenapa penyair menggunakan kata tiada bukan menggunakan kata tidak?

6. Kenapa penyair menggunakan kata kayu, bukannya menggunakan kata pohon yang bisa

dianggap lebih logis?

7. Kenapa penyair menggunakan kata nan, bukannya menggunakan kata yang?

8. Kenapa penyair menggunakan kata semenjak, bukannya menggunakan kata sejak yang

dianggap sudah lazim?

9. Kenapa penyair menggunakan frase senja kala, bukan menggunakan frase lain yang

lebih lazim seperti sore hari?

10. Kenapa penyair menggunakan frase melagukan alam, padahal alam tidak bisa untuk

dilagukan?

11. Kenapa penyair menggunakan kata elok, bukan menggunakan kata lain seperti indah?

12. Kenapa penyair menggunakan frase segara hijau, bukan frase lain yang lebih lazim

seperti padang rumput yang mungkin maknanya sama?

13. Kenapa penyair menggunakan kata dikau untuk menunjuk pada seorang gembala

tersebut, tidak menggunakan kata ganti lain seperti kamu?

2. Kata Nyata (Conkreet Word)

Dalam membuat sebuah sajak seorang penyair berupaya menumbuhkan

pembayangan para penikmat sajaknya melalui diksi-diksi yang dipilihnya.Begitu juga dengan

sajak “Gembala” karya Muhammad Yamin.Dalam sajak tersebut pada umumnya setiap kata

yang digunakan pada tiap-tiap larik dapat dipahami, artinya dapat menimbulkan

pembayangan yang lengkap tentang sesuatu.Penyair banyak menggunakan kata-kata nyata

yang dapat dipahami pembaca. Lihat pemahaman kata pada tabel berikut:

kata Pemahaman

Gembala Padang rumput, hewan ternak, penggembala

Perasaan Hati, sedih, bahagia, marah, dll.

Siapa Tanya, nama

12

Page 16: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

Nyala Lampu, terang

Melihat Mata

Anak Ibu, bapak

Berlagu Musik, suara

Dendang Lagu, musik

Padang Pasir, rumput, luas

Berbaju Rapih, kusut, badan, tubuh

Kepala Mata, hidung, rambut, dll.

Nasib Buruk, baik, sial, kehidupan

Beteduh Pohon, duduk, segar

Kayu Pohon, kering

Rindang Teduh, daun, pohon

Pagi Matahari, segar, dingin

Meninggalkan Berjalan, pergi

Kandang Hewan, bau, kayu

Rumah Kursi, pintu, jendela, keluarga

Senja Matahari, sore, merah, langit

Kala Waktu

Sesayup Bunyi

Sampai Tujuan, tempat

Terdengar Bunyi

Bunyi Suara, bising

Serunai Musik, suling

Melagukan Musik, suara, bernyanyi

Alam Langit, pepohonan, laut

Elok Indah

Permai Indah

13

Page 17: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

Segara Lap[ang, luas

Hijau Warna, rumput

Puput Blank Word

Menurutkan Patuh

Kerbau Hewan, membajak

Bagi sebagian orang kata puput mungkin merupakan blank word , karena tidak

semua orang tahu apa makna kata puput dalam sajak tersebut. Mungkin puput adalah kata

kerja karna dalam konteks lariknya “mendengar puputmu menurutkan kerbau”, yang dapat

dimaknai sebagai pengaruh terhadap objek untuk menurut terhadap seseorang yang

memuput.

3. Majas (Gaya Bahasa)

Majas merupakan pengungkapan bahasa yang diungkapkan penyair secara tersirat.

Dalam sebuah gaya bahasa penyair menggunakan bahasa kiasan yang berarti wujud bahasa

yang tidak menyatakan arti sebenarnya.

Dalam sajak Gembala saya menemukan penggunaan majas atau gaya bahasa. Perhatikan

larik-larik sajak yang mengandung majas dalam sajak teratai dibawah ini.

...........

Perasaan siapa tidakkan nyala

Melihat anak berlagu dendang

..........................

..........................

....................................

Melagukan alamnanelok permai

1. Pada larik pertama bait pertama yang berbunyi “perasaan siapa tidakkan nyala”, dan

pada larik ketiga bait ketiga yang berbunyi “melagukan alam.....”mengandung sebuah

majas yang menunjukan pernyataan berlebiha dan tidak mungkin terjadi, atau dapat

disebut majas Hiperbola. Karena dalam hal ini sebuah perasaan dilebih-lebihkan 14

Page 18: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

sehingga disebutkan bahwa perasaan bisa menyala, dan alam takan bisa dilagukan

seperti yang disebutkan.

2. Pada larik kedua bait pertama saya menemukan penggunaan sebuah pribahasa yang

berbunyi ‘’... anak berlagu dendang”, yang mungkin bisa dimaknai sebagai anak yang

berbahagia.

3. Pada larikmelihat anak berlagu dendang mengandung majas sinekdoke karena kata anak

tersebut menyatakan sebagian untuk keseluruhan yakni pars pro toto yang berarti kata

anak mewakili seluruh orang yang bekerja sebagai penggembala.

4. Imajeri/Pembayangan/Citraan

Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan

merasakan seperti apa yang dialami penyair. Majas dan citraan merupakan komponen kunci

dalam upaya mengapresiasi karya sastra puisi. Dalam sajak Gembala pun penyair berusaha

menggunakan citraan agar pembaca ikut terlibat atau mampu merasakan apa yang

dirasakan oleh penyair.

Perhatikan penggalan sajak dibawah ini:

........

Perasaan siapa tidakkan nyala

Melihat anak berlagu dendang

Seorang saja ditengah padang

Tiada berbaju buka kepala

....................................

Berteduh dibawah kayu nanrindang

Semenjak pagi meninggalkan kandang

Pulang kerumah di senja kala

............................

Terdengar olehku bunyi serunai

Melagukan alamnanelok permai

15

Page 19: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

Wahai gembala di segara hijau

Mendengar puputmu menurutkan kerbau

...................

Larik-larik diatas dapat masukkan ke dalam citra:

Penglihatan : nyala, seorang saja ditengah padang, tiada berbaju buka kepala, rindang,

elok permai, dan segara hijau.

Pendengaan : berlagu dendang dan bunyi serunai.

Gerak : melihat, berteduh, meninggalkan, pulang, melagukan, mendengarkan, dan

menurutkan.

5. Versifikasi

Unsur versifikasi mencakup kajian tentang tentang rima (persanjakan), ritme (irama)

dan meutrum.Irama dalam kajian puisi erat kaitannya dengan persanjakan yang digunakan.

Adapun dalam sajak Gembala ini, kita bisa melihat rima yang digunakan oleh penyair.

Perhatikan rima yang terdapat dalam sajak Gembala dibawah ini.

Perasaan siapa tidakkan nyala

Melihat anak berlagu dendang

Seorang saja ditengah padang

Tiada berbaju buka kepala

Beginilah nasib anak gembala

Berteduh dibawah kayu nan rindang

Semenjak pagi meninggalkan kandang

Pulang kerumah disenja kala

Jauh sedikit sesayup sampai

Terdengar olehku bunyi serunai

Melagukan alam nan elok permai

16

Page 20: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

Wahai gembala di segara hijau

Mendengar puputmu menurutkan kerbau

Maulah aku menurutkan dikau

Pada bait pertama dan kedua diatas termasuk kedalam rima berpeluk, yakni persamaan

bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan

larik ketiga (ab-ba). Sedangkan pada bait ketiga dan keempat termasuk kedalam berangkai ,

yakni persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa).

6. Tipografi (tata grafis)

Bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan

barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri

dengan tanda titik.Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.Hal ini

dimaksudkan bahwa dalam pembuatan sebuah puisi penyair memperhatikan EYD atau tidak.

Pada sajak Gembala dapat dilihat tipografinya, perhatikan sajak berikut:

Gembala M. Yamin

Perasaan siapa tidakkan nyala

Melihat anak berlagu dendang

Seorang saja ditengah padang

Tiada berbaju buka kepala

Beginilah nasib anak gembala

Berteduh dibawah kayu nan rindang

Semenjak pagi meninggalkan kandang

Pulang kerumah disenja kala

Jauh sedikit sesayup sampai

Terdengar olehku bunyi serunai

Melagukan alam nan elok permai

17

Page 21: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

Wahai gembala di segara hijau

Mendengar puputmu menurutkan kerbau

Maulah aku menurutkan dikau

Adapun analisis tipografi dalam sajak Gembaladiantaranya :

1. Penempatan judul berada pada center text.

2. Penulisan nama penyair ditempatkan dibawah judul dengan nama Muhammad disingkat

dengan M Yamin.

M Yamin

3. Penempatan alignment left (perataan kiri)

4. Penggunaan huruf kapital pada huruf awal disetiap larik

P

M

5. Tidak ada penggunaan tanda baca pada seluruh sajak.

6. Bait pertama dan kedua terdapat 4 larik sedangkan bait ketiga dan keempat 3 larik.

7. Pemisahan antara tiap bait ditunjukan dengan jarak renggang kebawah tanpa ada

penjolokan.

.........

............

8. Penulisan sajaknya tidak memperhatikan EYD, karena tidak adanya penggunaan tanda

baca.

18

Page 22: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

3.3.2 Analisis Hakikat Puisi

1. Tema atau Sense

Dalam setiap sajak pasti mengandung tema yang dapat diartikan sebagai suatu pokok

permasalahan bagi seorang penyair.Dalam sajak Gembala mengandung tema yang diangkat

oleh penyair. Sebuah tema mengandung dua unsur, yakni tema umum dan tema khusus.

Tema yang terdapat pada sajakGembala adalah :

Tema umum sajak : Kemasayarakatan/kehidupan sosial

Tema khusus sajak : seorang penggembala yang tentram dan damai dalam

keberadaannya dan menikmati/bahagia atas apa yang menjadi pekerjaannya, meskipun

dia harus berangkat pagi menuju padang rumput dan harus pulang sore ke rumahnya.

2. Feeling atau Rasa

Feeling atau rasa merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan terhadap puisi.

Dalam sajak Gembala ini Muhammad Yamin menanamkan rasa atau feeling yang dipaparkan

yaitu sikap empati terhadap seorang pengembala, sehingga beliau menyanjung-nyanjung

seorang gembala serta merasa ingin untuk menututnya.

3. Tone atau Nada

Tone atau nada ini menggambarkan bagaimana sikap penyair pada pembaca. Dalam

sajak ini Moh. Yamin bersikap memberitahukan kepada pembaca tentang seorang yang

mempunyai pekerjaan sebagai pengembala dengan segala keadaannya. Sehingga pembaca

tahu dan ikut merasakan bagaimana keadaan tersebut.

4. Amanat/Maksud/Pesan (Intention)

Setiap membuat sajak, penyair pasti mempunyai amanat, maksud atau tujuan yang

ingin disampaikan kepada pembaca.Unsur amanat ini selalu bersejajar dengan tema. Adapun

amanat yang ingin disampaikan Moh. Yamin dalam sajak Gembala ini adalah sebagai berikut:

1. Janganlah kita menganggap bahwa bekerja sebagai pengembala itu hina, karena

setiap pekerjaan ada hikmah tersendiri.

2. Bekerjalah dengan penuh ketekunan dan kesabaran, dan berbahagialah dengan

pekerjaanmu apa adanya, dan lakukan dengan keikhlas hati.

19

Page 23: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

3. Bekerjakeraslah dalam kehidupan, untuk memperoleh sebuah kebahagiaan di

akhirnya.

20

Page 24: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

BAB IV

KESIMPULAN

Dalam sebuah puisi juga terdapat unsur yang membangunnya, salah satunya adalah

unsur intrinsik. Unsur intrinsik tersebut adalah metode(unsur ragawi/bentuk) dan hakikat

puisi (unsure jiwani/isi). Dalam metode puisi diantarnya terdapat diksi (diction), kata nyata

(conkreet word), majas (gaya bahasa), Imajeri(pembayangan/citraan), versifikasi (rima,

irama, meutrum) dan tipografi. Sedangkan dalam hakekat puisi diantaranya terdapat tema

(sense), feeling (rasa), tone (nada) dan amanat (maksud/tujuan).

DAFTAR PUSTAKA

Doc. Nickhas:MK Puisi-gnp09/10; stkip

21

Page 25: Unsur Batin dan Unsur Fisik Puisi (Analisis)

Aminuddin.2009.Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007.Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.

http://merpatidanpelangi.blogspot.com/2011/01/hakikat-puisi.html

http://www.sutondo.co.cc/2011/04/unsur-unsur-yang-membangun-puisi-dan.html

http://syairsyiar.blogspot.com/search/label/Muhammad%20Yamin

22