14
STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN 1. Unsur-Unsur Standar Pekerjaan Lapangan 1.1 Standar Pertama Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi : “Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.” Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal laporan posisi keuangan (Standar Profesional Akuntan Publik,SA Seksi 310:2011). Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk komplesitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit (Standar Profesional Akuntan Publik,SA Seksi 311:2011). 1.2 Standar Kedua Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi : 1

Unsur pekerjaan lapangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengauditan

Citation preview

Page 1: Unsur pekerjaan lapangan

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN

1. Unsur-Unsur Standar Pekerjaan Lapangan

1.1 Standar Pertama

Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi :

“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus

disupervisi dengan semestinya.”

Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya

sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan

efisien serta dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan

sebelum tanggal laporan posisi keuangan (Standar Profesional Akuntan Publik,SA

Seksi 310:2011).

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit

dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan

instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah

penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakan, dan

menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan. Luasnya

supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk

komplesitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit (Standar

Profesional Akuntan Publik,SA Seksi 311:2011).

1.2 Standar Kedua

Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi :

“Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang  akan

dilakukan.”

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup,

dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit

secara tertulis (atau set program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit harus

menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan

untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat

bervariasi sesuai dengan keadaan. Dalam mengembangkan program audit, auditor

harus diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya. Selama

berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan diperlukannya

1

Page 2: Unsur pekerjaan lapangan

perubahan prosedur audit yang telah direncanakan tersebut (Standar Profesional

Akuntan Publik,SA Seksi 311:2011).

1.3 Standar Ketiga

Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi :

“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.”

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan

pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan

mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan

audit tergantung pada pertimbangan auditor independen; dalam hal ini bukti audit

(audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara

tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap

kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat

atas laporan keuangan auditan. Relevansi, obejktivitas, ketepatan waktu, dan

keberadaan bukti lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh

terhadap kompetensi bukti (Standar Profesional Akuntan Publik, SA Seksi 326:2011).

2. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan

Proses audit terdiri dari enam tahap (Zamzami, Faiz:2010), yaitu:

1) Persiapan Penugasan Audit

Persiapan penugasan audit adalah proses awal yang dilaksanakan pada proses

audit. Dalam tahap ini dimulai dengan penunjukan tim yang akan terlibat dalam

suatu penugasan oleh Satuan Audit Internal. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar

tim yang akan melaksanakan tugas di suatu unit mempunyai payung hukum yang

kuat bahwa tim tersebut melaksanakan audit atas perintah dari atas dan bukan

karena kehendak pribadi.

2) Survey Audit Pendahuluan

Survey pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan

pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa.

Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-teknik audit pada tahap survey

pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-langkah survey pendahuluan

di kantor unit auditor internal (on desk/off site audit), dan di lokasi unit yang

diaudit (on site audit).

2

Page 3: Unsur pekerjaan lapangan

3) Pelaksanaan Pengujian

Pada tahap pelaksanaan pengujian ini auditor perlu mencari bukti yang akan

menguatkan informasi yang diperoleh pada survey pendahuluan tersebut. Bukti

audit yang cukup, kompeten, relevan dan catatan lainnya.

4) Penyelesaian Penugasan Audit

Penyelesaian penugasan audit ini merupakan tahapan terakhir dari proses

pekerjaan lapangan. Dalam tahap ini auditor mematangkan berbagai temuan yang

telah dirangkum selama proses pekerjaan lapangan. Di sini auditor memperoleh

keyakinan yang memadai bahwa temuan yang dirangkumnya telah dijalankan

sesuai prosedur, obyektif dan independen.

5) Pelaporan hasil audit

Laporan hasil audit ini merupakan media untuk menyampaikan permasalahan

serta temuan berikut dengan rekomendasi yang terdapat dalam suatu unit kepada

manajemen unit tersebut.

6) Pemantauan tindaklanjut

Tindak lanjut dilaksanakan berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui

oleh auditee terkait dengan pelaksanaan rekomendasi yang telah diberikan.

A. Penunjukan Auditor Independen

Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu kesadaran bahwa

penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan banyak manfaat bagi auditor

maupun klien. Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya

sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien

serta dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal

neraca.

B. Perencanaan Dan Supervisi

a. Perencanaan

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan

dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi

dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan

pengetahuan tentang bisnis entitas. Dalam perencanaan audit, auditor harus

mempertimbangkan, antara lain:

3

Page 4: Unsur pekerjaan lapangan

1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi

tempat entitas tersebut.

2. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

3. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolahinformasi

akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dariluar untuk

mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.

4. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit .

6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).

7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian

audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya

transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

8. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh,

laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan

yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan

kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat ,

lingkup, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu

program audit secara tertulis (atau satu set program audit tertulis) untuk setiap

audit. Auditor juga harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas yang

memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan auditnya

berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

b. Supervisi

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit

dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah

memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi

masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang

dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor

akuntan. Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak

faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan

audit .

Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan asistennya

harus menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat perbedaan pendapat

4

Page 5: Unsur pekerjaan lapangan

mengenai masalah akuntansi dan auditing di antara personel kantor akuntan publik

yang terlibat dalam audit. Prosedur tersebut harus memungkinkan asisten

mendokumentasikan ketidaksetujuan di antara mereka dan kesimpulan yang

diambil jika, setelah konsultasi memadai, berkeyakinan bahwa perlu baginya

untuk tidak sependapat dengan penyelesaian masalah tersebut. dasar penyelesaian

akhir masalah harus juga didokumentasikan.

C. Resiko Audit, Materialitas, Dan Pelaksanaan Audit

Risiko audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standar auditing,khususnya

standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor

bentuk baku.

Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak

memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang

mengandung salah saji material. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik

secara individual atau keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan

keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sedangkan

beberapa hal lainnya adalah tidak penting.

Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau secara

gabungan, material, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam

kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit. Sebagai contoh,

suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan di suatu entitas mungkin tidak material

bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat yang berbeda. Begitu juga, apa

yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu periode

ke periode yang lain.

Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi

penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat

mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas

informasi tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan

memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan

kuantitatif maupun kualitatif.

D. Bukti Audit Dan Audit Program

5

Page 6: Unsur pekerjaan lapangan

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam

laporan keuangan , yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya , yang

dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut.

Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya standar

ketiga ,mendasari pembahasan bukti audityang berbunyi : “ Bukti audit kompeten yang cukup

harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai

dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit “.

E. Program Audit

Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit,

auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan

serta harus mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit.

Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang

akan dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa

prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan

audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha

menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu

program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program audit meliputi :

1. Prosedur Analitis :Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data

keuangan dan data non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan

keuangan.

2. Prosedur awal : Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor

persaingan bisnis dan industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga

melaksanakan prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku

pembantu sesuai dengan akun pengendali dalam buku besar.

3. Pengujian Estimasi Akuntansi: Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.

4. Pengujian pengendalian Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh

strategi audit dari auditor.

5. Pengujian transaksi: pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau

vouching transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.

6

Page 7: Unsur pekerjaan lapangan

6. Pengujian Saldo :Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun

serta item-item yang membentuk saldo tersebut.

7. Pengujian penyajian dan pengungkapan :Mengevaluasi penyajian secara wajar semua

pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP.

F. Kertas Kerja Audit (Working Paper)

Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama melakukan

pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang telah dilaksanakan,

metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta kesimpulan-kesimpulan yang telah

dibuatnya.

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit:

1. Untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap pengauditan

2. Sebagai pendukung yang penting terhadap pendapat akuntan atas laporan keuangan

yang diauditnya

3. Sebagai penguat kesimpulan akuntan dan kompetensi pengauditannya.

4. Sebagai Pedoman dalam pengauditan berikutnya.

Contoh kertas kerja antara lain: Catatan memo; Hasil analisa jawaban konfirmasi,

Clients Representation Letter; Komentar yang dibuat atau didapat oleh akuntan pemeriksa;

Tembusan (copy) dari dokumen penting dari suatu daftar baik yang diperoleh ataupun yang

didapat dari klien dan diverifikasi oleh akuntan.

Dengan kata lain kertas kerja audit dapat berasal dari pihak klien, hasil analisis yang

dibuat auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara langsung maupun tidak

langsung.

1. Berkas kertas kerja yang berasal dari klien dapat berupa :Neraca Saldo (Trial

balance), Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation), Rincian Biaya Penjualan.

2. Hasil analisis yang dibuat oleh auditor , misalnya : Berita Acara Kas Opname (Cash

Count Sheet), Internal Control Questionare dan evaluasi serta hasil analisis

pengendalian interen.

3. Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga yang independen meliputi antara lain : Hasil

konfirmasi piutang, Hasil konfirmasi utang.

7

Page 8: Unsur pekerjaan lapangan

Untuk Mendukung terciptanya kertas kerja yang baik, ada point-point lain yang harus

dikuasai seorang auditor. yaitu ; Isi Kertas Kerja Audit, Teknik Dasar Pembuatan Kertas

Kerja Audit, Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja audit, Pengarsipan

Kertas Kerja Audit, Tahap Penyusunan Audit Financial Statement, Susunan Kertas Kerja

Audit, Kepemilikan Kertas Kerja Audit, dan Type-type Kertas Kerja.

G. Penentuan Resiko Dan Sistem Pengendalian Internal

Struktur Pengendalian Intern merupakan Struktur Organisasi dan semua cara dan

tindakan yang terkoordinir dan yang ditetapkan dalam satu perusahaan untuk

mengamankan/melindungi hartanya, menguji kecermatan dan kebenaran data pembukuan,

meningkatkan efisiensi operasi, dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen

Tujuan dari SPI itu sendiri adalah:

1. Menjaga kekayaan organisasi

2. Menjamin keandalan data akuntansi

3. Meningkatkan efisiensi kinerja

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Dari Pemahaman tentang SPI, Auditor beranjak ke tahap selanjutnya, yaitu Cara

menaksir risiko atau penilaian resiko. Penilaian Resiko adalah tindakan yang dilakukan

manajemen untuk mengidentifikai dan menganalisis resiko-resiko yang releven dengan

penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP. Auditor menilai reiko untuk

memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam audit.Cara menaksir risiko dari manajemen

terhadap laporan keuangannya mirip dengan auditor dalam menaksir risiko bawaan. Antara

lain:

1. Kemampuan organisasi untuk mencukupi aliran kas dalam pembelian,

2. Efek daerah terpencil: kenaikan biaya, pemasok tunggal, dll.

Penentuan Risiko, akan sangat mempengaruhi Kecukupan dan Kompetensi Bukti

Audit (Standar Pelaksanaan Audit Nomor 3) Standar Pelaksanaan AuditLapangan No. 3

menyatakan:

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi, sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan auditan Ada tiga resiko audit, Resiko Bawaan, Resiko

8

Page 9: Unsur pekerjaan lapangan

Pengendalian, dan Resiko Deteksi ,ketiga Resiko tersebut dapat dikorelasikan untuk

menentukan besarnya potensi dari Resiko Audit dengan persamaan :

Risiko Audit = Risiko Bawaan x Risiko Pengendalian x Risiko Deteksi

Risiko Bawaan atau Risiko Pengendalian tinggi, maka artinya Bukti Audit yang harus

dikumpulkan semakin besar.

9

Page 10: Unsur pekerjaan lapangan

DAFTAR PUSTAKA

1. Halim, Abdul. 2008. Auditing, Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Jilid 1. Edisi

Keempat. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen YKPN

2. Standar Profesional Akuntan Publik. 31 Maret 2011. Jakarta : Penerbit Salemba

Empat

3. http://www.sai.ugm.ac.id/site/artikel/proses-internal-audit-ugm

4. http://putubudiadnyani.blogspot.com/2013/04/memahami-standar-pekerjaan-

lapangan.html

5. http://siakelompok11.blogspot.com/2014/06/standar-auditing_10.html

6. http://kaukesbokan.blogspot.com/2013/05/standar-pekerjaan-lapangan.html

10