3
SINOPSIS TUTORIAL BLOK : 22 UP : 1 Judul Skenario : Furunculosis pada Ikan Air Tawar Hipotesis/Skema Permasalahan : Learning Objectives : 1. Patogenesis dan penanganan Aeromonas. 2. Penyakit yang menyerang ikan: jamur, bakteri, virus, parasit. 3. Transportasi dan karantina ikan. Ringkasan Diskusi : 1. Patogenesis dan Penanganan Aeromonas Patogenesis: bakteri menempel pada ikan → masuk melalui insang → masuk ke pembuluh darah → septicemia (bakteri gram- pasti menyebabkan septicemia). Penanganan: Penanggulangan bakteri Aeromonas dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik melalui perendaman, penyuntikan atau dicampur dengan pakan. Perendaman dilakukan dalam larutan

Up 1 blok 22

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Intususepsi lebih sering terjadi pada pada anjing dibandingkan pada kucing. Biasanya intususepsi menyerang pada anjing muda (umur kurang dari 1 tahun) karena pada usia muda sangat rentan terserang infeksi baik virus (parvo dan distemper), parasit (cacingan) maupun infeksi bakterial yang menyerang saluran gastrointestinal. Selain itu pada usia muda, sistem pencernaan belum sepenuh bekerja secara optimal sehingga mudah terkena intusepsi. Ras anjing yang sering terkena penyakit ini German Shepherd, karena anjing tersebut memiliki ligamen gastro-limpa yang lemah dibandingkan dengan ras lain. Kelemahan ini membuat usus dapat memutar pada porosnya hingga 90° atau 180°. Selain itu aktivitas bermain setelah makan akan mendukung terjadinya rotasi yang kemudian dapat berlanjut menjadi itususepsi (Tobias, 2010).

Citation preview

SINOPSIS TUTORIALBLOK : 22 UP : 1Judul Skenario : Furunculosis pada Ikan Air Tawar

Hipotesis/Skema Permasalahan :

Learning Objectives :

1. Patogenesis dan penanganan Aeromonas.2. Penyakit yang menyerang ikan: jamur, bakteri, virus, parasit.3. Transportasi dan karantina ikan.

Ringkasan Diskusi :1. Patogenesis dan Penanganan Aeromonas

Patogenesis: bakteri menempel pada ikan masuk melalui insang masuk ke pembuluh darah septicemia (bakteri gram- pasti menyebabkan septicemia).Penanganan: Penanggulangan bakteri Aeromonas dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik melalui perendaman, penyuntikan atau dicampur dengan pakan. Perendaman dilakukan dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30-60 menit atau 3-5ppm selama 12-24 jam. Larutan 5-10 ppm selama selama 12-24 jam, Oxytetracycline 5 ppm selama 24 jam, Imequil 5 ppm selama 24 jam, 5-8 m3 air untuk waktu yang tidak terbatas. Pengobatan dapat dilakukan melalui makanan antara lain pakan dicampur Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari. Sedangkan penanggulangan dengan cara penyuntikan dilakukan dengan Oxytetracycline 20-40 mg/kg ikan, Kanamycin 20-40 mg/kg ikan atau Streptomycine 20-60 mg/kg ikan. Umumnya petani dan pengusaha budidaya menggunakan formalin. Penggunaan alternatif menggunakan perasan temulawak pada konsentrasi perasan temulawak 0,01 v/v atau 10-2. Bagian dari tumbuhan mahoni (daun, biji dan bunga) yang berpotensi paling besar dalam menghambat atau membunuh bakteri A . hydrophila. Selain itu, meniran (Phyllantus niruri) (Zainun, 2009), ekstrak daun biji (Psidium Guajava) sirih (Piper betle) juga dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

2. Transportasi dan Karantina Ikan

Prosedur Transportasi Ikan

Pengangkutan ikan hidup dalam air biasanya dilakukan dalam dua sistern:a. Sistem Terbuka

Sistem terbuka ini, air dalam wadah dapat berhubungan langsung dengan udara luar,

sistem ini banyak dilakukan untuk pengangkutan jarak yang relatif dekat. Wadah dapat berupa plastik atau logam, untuk jarak yang agak jauh dilakukan aerasi.

b. Sistem Tertutup

Sistem ini mempunyai tingkat efisiensi yang relatif tinggi pada jarak dan waktu terutama dalam penggunaan tempat. Wadah dapat menggunakan kantong plastik atau kemasanlain yang tertutup rapat.Prosedur Karantina Ikan

1. Impor

SK Mentan No.265/Kpts/LB.730/5/1986 tentang Syarat-syarat Karantina untuk Pemasukan Ikan Hidup ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

SK Mentan No.819/Kpts/Um./11/1980 tentang Pemasukan Ikan ke Dalam Wilayah Republik Indonesia2. Ekspor

SK Mentan No.245/Kpts/LB.700/4/1990 tentang Tindakan Karantina Ikan Hidup yang dikeluarkan Dari Wilayah Negara Republik Indonesia;

SK Mentan No.470/Kpts/LB.730/8/2001 tentang Perubahan Lampiran SK Mentan No.245/Kpts/730/4/1990 tentang Tindakan Karantina Ikan Hidup yang dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia, Terakhir diubah dengan SK Mentan N0.213/Kpts/I.B.730/4/20013. Hama dan Penyakit Ikan Karantina

SK Mentan No.841/Kpts/LK.220/7/1999 tentang Perubahan atas Lampiran SK Mentan No.520/Kpts/I/220/8/1993 tentang jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina Beserta Media Pembawanya.