3
UPAYA AMERIKA DALAM PENYELESAIAN ISU NUKLIR DI KOREA UTARA Terpilihnya Goerge W. Bush sebagai Presiden Amerika Serikat dimana kuatnya pengaruh kaum Neo – Conservatives dan ketakutan akibat teradinya tragedi !!"# telah mengubah terhadap penyelesaian masalah nuklir di $orea %tara.Pemerintah Bush tidakterlalu menginginkan pendekatan lunak terhadap $orea %tara. Pas&a tragedi !!"# Amerika Serikat memasukan $orea %tara kedalam negara'ne dianggap sebagai musuh Amerika Serikat yang disebut sebagai A(is o) *vil+ yait digunakan oleh mantan Presiden Amerika Serikat George W. Bush untuk menggambarkan p dituduh membantu terorisme dan men&ari senata pemusnah massal. ,al tersebut sangat dalam proses penyelesaian masalah nuklir tersebut -alam Strategi $eamanan Nasional Amerika Serikat yang dikeluarkan tahun // telah disebutkan bah0a ika sebuah negara atau kelompok teroris mengembangkan senata pe masal dan hal itu dinilai mengan&am kepentingan Amerika+ tanpa menunggu atuhnya korban+ Amerika Serikat akan mengambil kebiakan Pre-Emptive strike, sebuah doktrin dalam yang berasumsi bah0a lebih baik menyerang dari pada didahului untuk diserang. ! Sikap Amerika Serikat tersebut membuka alan dipilihnya opsi perang sebagai instrument u keamanan Amerika Serikat terhadap $orea %tara seperti yang dilakukan di 1rak dan A) Namun ternyata terdapat )aktor')aktor internal dan )aktor')aktor eksternal yang me uga tidak dapat dilakukan sebagai upaya yang e)ekti) dalam menangani kasus Nuklir %tara. 2aktor internanlnya+ yaitu terletak pada peranan $ongres Amerika serikat besar dalammenentukan kebiakan Amerika. -ipilihnya &ara diplomasi oleh pa Amerika Serikatuntuk menghadapi masalah Nuklir $orea %tara karena adanya keraguan p anggota $ongres baik di Senat maupun di House of Reprersentative. Artinya dukung bulat dari $ongres sangat dibutuhkan oleh Presiden Amerika Serikat untuk melakukan ke $orea %tara. -ukungan ini sangat penting disebabkan untuk melakukan intervensi k 1 T he Report of The Center for Counterproliferations Research, At the Crossroads Counterpr NationalSecurity Strategy, (Washington D.C: NationalDefenceni!ersity". h. 1#$

Upaya Amerika Dalam Penyelesaian Isu Nuklir Di Korea Utara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

just share

Citation preview

UPAYA AMERIKA DALAM PENYELESAIAN ISU NUKLIR DI KOREA UTARATerpilihnya Goerge W. Bush sebagai Presiden Amerika Serikat dimana kuatnya pengaruh kaum NeoConservativesdan ketakutan akibat terjadinya tragedi 11/9 telah mengubah pendekatan terhadap penyelesaian masalah nuklir di Korea Utara. Pemerintah Bush tidak terlalu menginginkan pendekatan lunak terhadap Korea Utara.Pasca tragedi 11/9 Amerika Serikat memasukan Korea Utara kedalam negara-negara yang dianggap sebagai musuh Amerika Serikat yang disebut sebagai Axis of Evil, yaitu istilah yang digunakan oleh mantan Presiden Amerika Serikat George W. Bush untuk menggambarkan pemerintah yang ia dituduh membantu terorisme dan mencari senjata pemusnah massal. Hal tersebut sangat mempengaruhi dalam proses penyelesaian masalah nuklir tersebutDalam Strategi Keamanan Nasional Amerika Serikat yang dikeluarkan tahun 2002 telah disebutkan bahwa jika sebuah negara atau kelompok teroris mengembangkan senjata pemusnah masal dan hal itu dinilai mengancam kepentingan Amerika, tanpa menunggu jatuhnya korban, Amerika Serikat akan mengambil kebijakan Pre-Emptive strike, sebuah doktrin dalam kebijakan yang berasumsi bahwa lebih baik menyerang dari pada didahului untuk diserang.[footnoteRef:1] Sikap Amerika Serikat tersebut membuka jalan dipilihnya opsi perang sebagai instrument utama kebijakan keamanan Amerika Serikat terhadap Korea Utara seperti yang dilakukan di Irak dan Afghanistan. [1: The Report of The Center for Counterproliferations Research, At the Crossroads Counterproliferationand NationalSecurity Strategy, (Washington D.C: NationalDefenceUniversity). h. 186 ]

Namun ternyata terdapat faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang membuat perang juga tidak dapat dilakukan sebagai upaya yang efektif dalam menangani kasus Nuklir di Korea Utara. Faktor internanlnya, yaitu terletak pada peranan Kongres Amerika serikat yang sangat besar dalammenentukan kebijakan Amerika. Dipilihnya cara diplomasi oleh para pemimpin Amerika Serikatuntuk menghadapi masalah Nuklir Korea Utara karena adanya keraguan para anggota Kongres baik di Senat maupun di House of Reprersentative. Artinya dukungan yang bulat dari Kongres sangat dibutuhkan oleh Presiden Amerika Serikat untuk melakukan intervensi ke Korea Utara. Dukungan ini sangat penting disebabkan untuk melakukan intervensi ke Korea Utara dibutuhkan dana sangat besar yang akan menguras Anggaran Pendapat Belanja Negara (APBN) Amerika Serikat yang harus membutuhkan persetujuan Kongres.

Sedangkan faktor eksternal, yaitu adanya pertimbangan Amerika Serikat untuk menjaga stabilitas kawasan Asia Timur. Kawasan ini sangat penting bagi perekonomian Amerika Serikat, selain untuk menjaga jalur minyak yang selalu melewati kawasan ini untuk kepentingan Amerika Serikat. Selain itu, tidak semua negara di kawasan ini akan mendukung kebijakan Amerika Serikat apabila negara ini melakukan intervensi ke Korea Utara untuk mengatasi masalah Nuklir. Masalah yang lain yang muncul dari faktor eksternal adanya perhitungan ekonomi yang hams dilakukan oleh para pembuat keputusan di Gedung Putih. Tidak ada satupun negara di dunia yang menginginkan adanya perang di dunia. Seburuk apapun suatu negara, tidak ada hak mutlak bagi negara lain untuk menghancurkannya.mengatasi masalah Nuklir Korea Utara jelas adanya petimbanganKarena itu, Amerika Serikat melakukan upaya lain, yaitu dengan menggunakan jalan diplomatik. Usaha diplomatik yang dilakukan adalah dengan memprakarsai perundingan multilateral yang dikenal dengan nama Six Party Talks pada tahun 2003. Six Party Talksyang dibentuk Agustus 2003 merupakan serangkaian upaya multilateral untuk menggandeng Korea Utara kembali bergabung ke dalam meja perundingan yang melibatkan AS, Rusia, Jepang, Cina, Korea Selatan.[footnoteRef:2] Six Party Talks ini bertujuan untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara melalui proses negosiasi.[footnoteRef:3] [2: De Ceuster, Koen dan Jan Melissen. 2008. Ending The North Korean Nuclear Crisis: Six Parties, Six Perspective. Den Hag: Desiree Davidse. H. 11 ] [3: John Gershman. 2005. The Six Party Talks Agreement. (http://www.fpif.org/reports/the_six -party_talks_agreement) ]

Negoisasi juga dilakukan dengan kebijakan give and take, dimana pihak Amerika akan membantu Korea Utara dari segi ekonomi dan sosial namun dengan syarat bahwa Korea Utara harus menghentikan dan menutup aktivitas pengembangan nuklirnya. Seperti pada 19 September 2005 lalu, Korea Utara dijanjikan bantuan bahan bakar dan berbagai-bagai insentif non-pangan lainnya dari Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, Rusia, dan Cina sebagai pengganti penghentian program senjata nuklir dan ikut serta kembali ke dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.[footnoteRef:4] [4: Alfina Farmaritia Wicahyani. 2010. Fisip ui. DAMPAK PENGEMBANGAN NUKLIR KOREA UTARA TERHADAP KOMPLEKSITAS KEAMANAN REGIONAL ASIA TIMUR]