21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia pra sekolah merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, yang merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu, karena fase ini terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Jika orang dewasa mampu menyediakan suatu taman yang dirancang sesuai dengan potensi dan bawaan anak, maka mereka akan berkembang secara wajar. Masa ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengejar prestasi, tetapi untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasar anak (Johnson dalam Tadkiroatun Musfiroh). Lingkungan sekolah, sebagai salah satu lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam menyiapkan generasi penerus. Proses pendidikan disekolah dilaksanakan dalam bentuk belajar mengajar. 1

UPAYA ANAK 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UPAYA ANAK 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia pra sekolah merupakan suatu fase yang sangat penting

dan berharga, yang merupakan masa pembentukan dalam periode

kehidupan manusia. Masa anak sering dipandang sebagai masa emas

(golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak

merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu,

karena fase ini terjadinya peluang yang sangat besar untuk pembentukan

dan pengembangan pribadi seseorang. Jika orang dewasa mampu

menyediakan suatu taman yang dirancang sesuai dengan potensi dan

bawaan anak, maka mereka akan berkembang secara wajar.

Masa ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengejar

prestasi, tetapi untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta

berbagai potensi dan kemampuan dasar anak (Johnson dalam Tadkiroatun

Musfiroh). Lingkungan sekolah, sebagai salah satu lembaga

pendidikan memegang peranan penting dalam menyiapkan generasi

penerus. Proses pendidikan disekolah dilaksanakan dalam bentuk belajar

mengajar. Keefektifan daya serap anak didik terhadap kegiatan yang

sulit dan rumit dengan bantuan alat. Kemampuan kognitif anak dapat

dilihat dari keaktifannya dan kemandiriannya maupun kemampuannya.

dalam pembelajaran. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan

tujuan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak bukanlah hal

yang mudah. Banyak ditemukan anak yang masih enggan untuk belajar.

Proses pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik,

dan bermakna bagi anak dipengaruhi oleh berbagai unsur, antara lain

guru yang memahami secara utuh hakikat, sifat, karakteristiknya. Metode

pembelajaran yang berpusat pada kegiatan, sarana belajar yang memadai

juga menyenangkan. Alat permainan anak yang menarik dan

1

Page 2: UPAYA ANAK 1

menyenangkan, tersedianya berbagai sumber belajar yang mendorong

anak untuk belajar. Secara khusus, tersedianya berbagai sumber

belajar akan mendukung penciptaan kondisi belajar anak yang menarik

dan menyenangkan.

Bagi anak-anak menurut para ahli bermain memiliki fungsi

dan manfaat yang sangat penting. Bagi mereka, bermain bukan

terpenuhi permainannya, tetapi anak merasa senang dengan permainan

itu. Jika tidak, menurut Conny R. Semiawan (dalam Tadkiroatun

Musfiroh), ada satu tahapan perkembangan yang berfungsi kurang baik

yang akan terlihat kelak jika si anak sudah menjadi remaja.

Catron dan Allen (dalam Tadkiroatun Musfiroh) mengatakan bahwa

bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak- anak

berkembang optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh

wilayah dan aspek perkembangan anak. Kegiatan bermain

memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain

dan lingkunganya. Kegiatan bermain bagi anak adalah bebas untuk

berimajinasi, bereksplorasi dan menciptakan sesuatu. Menurut Bloom

proses belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah menghasilkan 3

pemberitahuan kemampuan yang dikenal sebagai toxonomy bloom

yaitu kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan

psikomotorik (Sunarto dan Agung Hartono dalam kumpulan makalah

(workshop).

Peneliti melakukan pengamatan terhadap permasalahan

kurangnya kreativitas siswa kelompok B3 TKIT Baitussalam Naga Jaya

Kec. Bandar Huluan Kab. Simalungun. Hal ini terlihat dari siswa kelompok

B3 sejumlah 25 anak hanya 5 anak yang mampu menyusun permainan lego

menjadi bentuk yang menarik.

Daya pikir sangat penting diajarkan pada anak didik karena

apabila daya pikir anak dikembangkan dengan baik maka akan

menjadi penerus bangsa yang cerdas. Apabila Kreativitas tidak

dikembangkan dengan baik maka anak akan menjadi pasif dalam

2

Page 3: UPAYA ANAK 1

menghadapi sesuatu. Pengembangan daya pikir anak bertujuan

mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah

perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif

pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan

logika matematiknya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta

mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokkan serta

mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir yang teliti.

Permasalahan yang terjadi pada anak perlu mendapat perhatian

dari kita semua. Guru dapat mengajarkan daya pikir anak melalui

metode, media yang menarik dan kegiatan pembelajaran di sekolah,

sehingga anak dapat menerima pembelajaran dengan senang dan

nyaman. Apabila guru dalam menyampaikan pembelajaran dengan

metode dan media yang tidak menarik bagi anak maka anak akan

merasa bosan dalam menerima pembelajaran dan kegiatan yang

disampaikan tidak akan diserap dengan baik oleh anak didik.

Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti merasa tertarik

untuk menerapkan lego untuk meningkatkan Kreativitas anak. Lego dapat

diimplementasikan pada pembelajaran daya pikir anak karena pada

dasarnya anak-anak sangatlah menyukai permainan-permainan, salah

satunya lego. Melalui lego anak akan dapat mempelajari sesuatu yang

rumit serta anak akan berpikir bagaimana lego ini dapat tersusun

dengan rapi dan menjadi bermacam-macam bentuk yang unik serta menarik.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Kurangnya perhatian anak saat menerima pembelajaran.

b. Kurangnya kreativitas anak.

c. Kurangnya fasilitas permainan untuk pembelajaran bagi anak.

2. Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti

menganalisa masalah sebagai berikut :

3

Page 4: UPAYA ANAK 1

a. Kurangnya perhatian anak saat menerima pembelajaran karena

kurangnya alat peraga yang mendukung Proses Belajar Mengajar.

b. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru terlalu monoton sehingga

kreativitas anak kurang.

c. Kurangnya fasilitas permainan edukatif di sekolah.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Berdasarkan uraian Analisis Masalah di atas maka peneliti

memilih Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah sebagai berikut :

a. Menggunakan alat peraga yang sesuai disetiap pembelajaran sehingga

anak lebih tertarik.

b. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

c. Menyediakan fasilitas permainan edukatif yang menarik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan permainan lego dapat

meningkatkan Kreativitas anak ?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui permainan lego dapat meningkatkan Kreativitas

anak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara

teoritik maupun secara praktis

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

para pendidik khususnya pendidik TK dalam mencari metode belajar

dan alat permainan edukatif yang bervariasi demi meningkatkan

kreativitas anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orang tua

4

Page 5: UPAYA ANAK 1

Mempertimbangkan bermain sebagai sarana belajar anak

menjadikan orang tua lebih selektif dalam memilihkan jenis

aktivitas bermain yang dapat digunakan anak-anaknya. Hasil

penelitian diharapkan dapat membuka mata hati suara orang

tua untuk dapat mengetahui tentang pentingnya permainan bagi

anak.

b. Bagi Pendidik

Pendidik terutama pendidik di TK akan lebih

kreatif dalam menggunakan alat-alat bermain untuk

meningkatkan kreativitas anak didiknya.

c. Manfaat bagi Sekolah

- Sebagai pedoman sekolah dalam kebijaksanaan pendidikan

- Menambah koleksi perpustakaan

- Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan kreativitas

bagi anak.

5

Page 6: UPAYA ANAK 1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kreativitas

Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang

baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru

maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang belum pernah ada

sebelumnya dengan menekankan kemampuan yaitu yang berkaitan dengan

kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab

masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif

(www.labschool-unj.sch.id/smpjkt).

Kretivitas merupakan : “Kemampuan yang mencerminkan kelancaran,

keluwesan (fleksibilitas), dan originalitas dalam berfikir, serta kemampuan

untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkayam memperinci( suatu

gagasan”.(Munandar SCU, 1077)

Proses kreatif adalah munculnya dalam tindakan suatu produk baru

yang tumbuh dari keunikan individu, dan dari pengalaman yang menekankan

pada produk yang baru, interaksi individu dengan lingkungannya atau

kebudayaannya (Rogers dalam Basuki, 2010).

Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi

yang unik dengan lingkungannya .

Faktor pribadi yang kreatif menurut Roger (dalam Afifa, 2007) :

a. Keterbukaan kepada pengalaman,

b. Kemampuan untuk memberikan penilaian secara internal sesuai dengan

lokus pribadinya,

c. Kemampuan untuk secara spontan bereksplorasi bermain dengan elemen-

elemen dan konsep-konsep.

6

Page 7: UPAYA ANAK 1

Setiap orang memiliki potensi kreatif dalam derajat yang berbeda-

beda dan dalam bidang yang berbeda-beda. Potensi ini perlu dipupuk sejak

dini agar dapat diwujudkan. Untuk itu diperlukan kekuatan-kekuatan

pendorong, baik dari luar (lingkungan) maupun dari dalam individu sendiri.

Antara lain perlu diciptakan kondisi lingkungan yang dapat memupuk daya

kreatif individu. Dalam hal ini mencakup baik dari lingkungan dalam arti

sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata luas (masyarakat,

kebudayaan). Timbul dan tumbuhnya kreativitas dan selanjutnya

berkembangnya suatu kreasi yang diciptakan oleh seseorang individu tidak

dapat luput dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat tempat

individu itu hidup dan bekerja (Selo Soemardjan 1983). Tetapi ini tidak

cukup, masyarakat dapat manyediakan berbagai kemudahan, sarana dan

prasarana untuk menumbuhkan daya cipta anggotanya, tetapi akhirnya semua

kembali pada bagaimana individu itu sendiri, sejauh mana ia merasakan

kebutuhan dan d orongan untuk bersibuk diri secara kretif, suatu pengikatan

untuk melibatkan diri dalam suatu kegiatan lreatif, yang m,ungkin

memerlukan waktu lama. Hal ini menyangkut motivasi internal.

B. Pengertian Permainan Lego

Lego adalah permainan bongkar pasang balok warna. Permainan ini

tidak mengenal batas usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa senang

bermain lego. Permainan ini bisa meningkatkan kreativitas karena bermain

lego membutuhkan imajinasi dan daya pikir pemainnya. Model tertentu yang

diinginkan pemain seperti gedung, hewan, kapal, maupun bentuk lainnya

menjadi buah karya yang bisa memacu daya pikir otak.

Permainan mengasyikkan ini diciptakan oleh Ole Kirk Christiansen,

seorang tukang kayu yang berusaha terlepas dari krisis ekonomi yang

menjeratnyalah yang justru akhirnya bisa melahirkan permainan kreatif ini.

Pada tahun 1932 Ole menemukan ide untuk membuat mainan dari kayu. Ia

menamainya dengan LEGO yang dalam bahasa Denmark disebut dengan "leg

godt" yang berarti menyatukan secara bersama-sama.

7

Page 8: UPAYA ANAK 1

C. Pengaruh Permainan Lego Terhadap Peningkatan Kreativitas Anak

Bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan

sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah

permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, bekerja, dan

belajar. Anak - anak akan menikmati permainannya sampai kapan pun dan

akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan, sehingga

bermain salah satu cara anak usia dini untuk belajar, karena melalui bermain

anak mulai belajar tentang apa yang ingin mereka ketahui dan akhirnya

mampu mengenal semua peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya,

seperti bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan

belajar secara menyenangkan. Secara umum jenis permainan anak dapat

dikategorikan ke dalam 3 kelompok yaitu : Permainan aktif, permainan

melibatkan lebih dari satu orang anak. Bentuknya bisa berupa olahraga yang

bermanfaat untuk mengolah kemampuan kinestesik. Begitu juga permainan

“lego”, permainan ini secara langsung melatih aspek kognitif anak untuk

belajar mengatur dan menentukan strategi dalam meraih kemenangan, serta

mengasah aspek afektif anak untuk bersikap sportif dan belajar menerima

kekalahan ketika ia gagal dalam bermain.

8

Page 9: UPAYA ANAK 1

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dalam ruang kelas, karena sesuai dengan

jenis penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini

dilaksanakan selama dua minggu. Tema yang dikembangkan dalam

penelitian ini adalah “pekerjaan”, sedangkan metode yang dipakai dalam

penelitian ini adalah penelitian ini adalah demonstrasi dan pemberian tugas .

B. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelompok B3 TKIT

Baitussalam Naga Jaya Kec. Bandar Huluan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang

berjumlah 25 orang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di TKIT Baitussalam Naga Jaya Kec.

Bandar Huluan. Penulis memilih tempat penelitian ini berdasarkam di mana

penulis bertugas sebagai kepala sekolah di TKIT Baitussalam Naga Jaya

Kec. Bandar Huluan.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua Tahun Pelajaran

2011/2012 dan dilakukan selama dua minggu bertuarut-turut karena dianggap

sudah mencukupi dalam pengumpulan data dan peningkatan yang dicapai

anak didik dalam penelitian ini.

D. Deskripsi Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas

maka penelitian ini dilakukan secara bertahap yang merupakan suatu siklus.

Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Pada

penelitian ini akan dilakukan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.

9

Page 10: UPAYA ANAK 1

Adapun komponen-komponen pokok yang dijadikan sebagai

langkah dalam penelitian ini adalah: perencanaan (planning), tindakan

(acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflection).

Siklus prosedur penelitian ini dapat divisualisasikan sebagai berikut :

SIKLUS PELAKSANAAN PTK

10

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

PengamatanPerencanaan

Refleksi

Perencanaan SIKLUS 1

SIKLUS 2

Page 11: UPAYA ANAK 1

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini dilakukan observasi awal untuk

mengidentifikasi masalah dan menganalisis akar permasalahan,

kemudian menetapkan tindakan pemecahannya. Kegiatan, yakni

dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran,

mempersiapkan silabus, mempersiapkan media yang digunakan, dan

membuat alat pengumpul data, termasuk menyiapkan pertanyaan

untuk wawancara dengan guru pengamat (observer)

2) Tahap Tindakan

Tahap ini merupakan tahapan pelaksanaan dari rencana yang

telah dibuat. Melaksanakan proses pembelajaran. Dengan

menggunakan langkah-langkah yang telah ditetapkan.

3) Tahap Pengamatan

Dalam tahap ini dilakukan pengamatan oleh guru observer

terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran dan terhadap

kelangsungan proses pembelajaran melalui lembar pengamatan

terhadap guru.

4) Tahap Refleksi

Dalam tahapan ini dilakukan evaluasi terhadap tahapan-

tahapan yang telah dilalui. Menganalisis dan merefleksi perencanaan

serta proses pembelajaran dan hasil belajar.

b. Siklus II

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap ini dilakukan observasi awal untuk

mengidentifikasi masalah dan menganalisis akar permasalahan

berdasarkan hasil refleksi siklus I, kemudian menentukan langkah

kongkrit untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kegiatan

selanjutnya peneliti membuat skenario pembelajaran, yakni dengan

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, mempersiapkan

11

Page 12: UPAYA ANAK 1

silabus, dan segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada tahapan

tindakan.

2. Tahap Tindakan

Tahap ini merupakan tahapan pelaksanaan dari rencana yang

telah dibuat. Melaksanakan proses pembelajaran dengan

menggunakan langkah-langkah yang telah ditetapkan

3. Tahap Pengamatan

Dalam tahap ini dilakukan pengamatan dan terhadap

kelangsungan proses pembelajaran melalui lembar pengamatan

terhadap guru.

4. Tahap Refleksi

Dalam tahapan ini dilakukan evaluasi terhadap tahapan-

tahapan yang telah dilalui. Menganalisis dan merefleksi perencanaan

serta proses pembelajaran dan hasil belajar. Dalam refleksi ini

dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT, yakni analisis

strengthen (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity

(peluang), dan treathen (ancaman).

12

Page 13: UPAYA ANAK 1

DAFTAR PUSTAKA

Sujiono, Bambang. (2010). Metode Pengembangan fisik. Jakarta : Universitas Terbuka.

Ali, Nugraha. (2010). Kurikulum Bahan Belajar TK. Jakarta : Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin S. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.

Wardani, Igak. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

www.labschool-unj.sch.id/smpjkt

13