Upload
yudimarlia
View
45
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PTK
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Aspek kesehatan jasmani merupakan aspek penting guna
mendukung pendidikan akademis di sekolah. Sebagaimana diketahui
bersama bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat,
implikasinya jika tubuh dan pikiran sehat maka siswa dapat dengan
mudah menyerap pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Materi pendidikan jasmani yang diajarkan di Sekolah Dasar meliputi
atletik, senam, renang, kesehatan dan permainan. Pada materi permainan
ada materi mengenai bola kecil dan bola besar, bola kecil meliputi kasti,
kipres, rounders, sedangkan materi Permainan bola besar adalah
sepakbola, bolabasket, bolavoli,
Sepakbola adalah salah satu jenis olah raga yang sangat digemari
orang seluruh dunia yang jumlah pemainnya terdiri dari 11 orang dalam
satu teamnya. Untuk menjadi pemenang dalam suatu pertandingan harus
melawan satu team lainnya. Para pemain sepak bola memperebutkan
sebua bola untuk dimasukkan ke dalam gawang yang dijaga seorang
penjaga gawang.
Materi sepakbola kelas IV di SD Negeri Citraresmi terdiri dari
menjelaskan jumlah pemain dan lama permainan yang bertujuan agar
siswa mengetahui berapa jumlah pemain dan lamanya waktu permainan,
pada materi sepakbola untuk anak usia SD dilakukan dengan sepakbola
1
mini dengan melakukan gerakan menendang bola dengan tendangan
kura-kura kaki yang bertujuan agar siswa dapat menendang bola ke
sasaran dengan kencang, tendangan dengan kaki bagian dalam yang
bertujuan agar siswa mampu menguasai teknik mengumpan jarak pendek,
tendangan dengan kaki bagian luar yang bertujuan agar siswa menguasai
teknik mengumpan jarak pendek, menggiring bola yang bertujuan agar
siswa menguasai cara menggiring bola yang baik dan benar.
Tiap pemain harus punya kemampuan daya tahan tubuh, kekuatan,
kelenturan, kecepatan dan kelincahan. Kelima faktor ini harus dimiliki para
pemain untuk mengembangkan kemahiran dalam bermain sepakbola.
Dari kelima faktor tersebut yang menarik untuk dikaji bersama adalah
faktor kecepatan dan kelincahan. Kecepatan dan kelincahan ini dapat
dibentuk dari dalam diri atau dari luar diri.
Mempunyai kecepatan dan kelincahan yang lebih, bagi setiap
pemain merupakan suatu kelebihan yang dapat memudahkan
memperdaya lawan dan dapat dengan baik menciptakan goal.
Seorang pemain yang mempunyai kelincahan dan kecepatan yang
bagus, bola yang digiring lekat di kaki dan tentu mudah melewati halangan
lawan dan tidak mudah dikelabuhi lawan.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, cabang olah raga bola sepak bola
menarik untuk dikaji bersama sehingga perkembangan sepakbola
Indonesia semakin diminati masyarakat sekaligus mampu duduk sejajar
dengan klub-klub di negeri luar. Sedangkan masalah khusus yang
menarik untuk dibahas dengan judul “Upaya Meningkatkan Kelincahan
2
dan Kecepatan Dalam Bermain Sepak Bola Melalui Metode Demonstrasi
Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Citraresmi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan prestasi penguasaan dasar-dasar
sepakbola bagi siswa dengan diterapkannya metode demonstrasi ?
2. Bagaimanakah pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi
belajar dasar-dasar sepakbola pada siswa kelas IV SDN Citraresmi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar dasar-dasar bermain
sepakbola pada siswa setelah diterapkan metode demonstrasi.
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar dasar-dasar bermain
sepakbola pada siswa setelah diterapkan metode demonstrasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat :
1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai
dengan mata diklat Penjas.
2. Meningkatkan motivasi pada pelajar Penjas
3. Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan mata
diklat Penjas.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman (Makalah Kongres Budaya dan Bahasa
Indonesia, 1996:14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut, Soetomo (1993:68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan
lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga
memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan
tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang
menyebabkan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses
pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan,
kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain
(Soetomo, 1993:120).
Pasal 1 Undang–undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan
nasional bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang
menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
4
2.2 Definisi Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memeragakan suatu proses kejadian. Metode Demonstrasi biasanya
diaplikasikan dengan menggunakan alat bantu pengajaran seperti benda-
benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain.
(Cecep, 2005).
Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan (Muhibbin Syah, 2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran. (Syaifudin Bahri Djamarah, 2000).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa metode
demonstrasi merupakan tehnik mengajar yang memperagakan suatu
barang atau alat yang menggambarkan suatu proses atau kejadian
berkenaan dengan materi pelajaran yang dipelajari.
A. Tujuan dan Kegunaan Metode Demonstrasi.
Tujuan dan kegunaan metode demonstrasi, antara lain :
1. Untuk memudahkan penjelasan suatu materi karena
penggunaan bahasa terbatas
2. Untuk membantu anak dalam memahami dengan
jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian
5
3. Sangat cocok digunakan apabila akan memberikan
atau mengajarkan keterampilan tertentu.
Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode
Demonstrasi adalah:
1. Demonstrasi menjadi tidak wajar apabila alat
yang di demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh
siswa.
2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak
diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut
memperhatikan.
3. Tidak semua hal dapat di demonstrasikan di
kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di
tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang
bersifat praktis
5. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan
landasan teori dari apa yang akan di demonstrasikan.
6. Sebaiknya dalam mendemonstrasikan
pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu mendemonstrasikan
dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang
sesuai dengan petunjuk.
B. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi
Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam
pembelajaran adalah :
6
1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam
pembelajaran
2. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan
3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan
peniruan dari siswa
4. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil
demonstrasi
5. Kesimpulan
Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjang
keberhasilan demonstrasi di antaranya :
1. Mampu secara proses tentang topik yang dipraktekkan
2. Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh
3. Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan
4. Mampu melaksanakan penilaian proses
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk
menunjang demonstrasi, diantaranya adalah :
1. Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang
didemonstrasikan
2. Memahami tentang tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan.
3. Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru
4. Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam
demonstrasi.
C. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
1. Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
7
a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu
proses atau kerja suatu benda
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan
menghadirkan obyek sebenarnya (Syaifudin Bahri Djamarah,
2000).
2. Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang
akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaifudin Bahri
Djamarah, 2000).
2.3 Sepak Bola
A. Sejarah Singkat Sepak Bola
Permainan sepak bola berasal dari Inggris. Pada tanggal 26 Oktober
1963 disusun organisasi yang menyusun peraturan permainan yaitu The
Foodball Association. Federasi sepak bola dunia yaitu Federaion
Internasional the Foodball Association (FIFA) dibentuk pada tanggal 21
September 1904.
Indonesia mengenal permainan sepak bola dari bangsa Belanda.
Pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta, dibentuk Persatuan Sepakbola
8
seluruh Indonesia (PSSI) yang diketuai oleh Soeratin sosro Soegondo.
Hakekat permainan sepak bola adalah bertahan dengan sebaik-
baknya dan menyerang untuk menciptakan gol, maka kelincahan dan
kecepatan yang dimiliki seorang pemain berpengaruh terhadap
kemampuan menggiring bola, berpatokan pada hakekat permainan yang
menitik beratkan pada pertahanan dan menyerang, jika mereka
memahami betul akan peraturan permainan sepak bola, sikap yang
dilarang untuk dilakukan dalam permainan, tentu mereka akan terlihat
lincah, cepat dan atraktif.
B. Teknik Dasar Permainan Sepak Bola
Ada beberapa teknik dasar dalam permainan sepak bola yang harus
dikuasai oleh pemain, antara lain menendang, menggiring, mengontrol,
menyundul dan menghentikan bola.
1. Menendang Bola
Pemain sepak bola harus mampu melakukan gerakan menendang
bola dengan baik dan benar sesuai dengan fungsi atau bagian kaki yang
akan digunakan. Pada dasarnya cara menendang bola dapat dibedakan
menjadi empat yaitu:
a. Teknik menedang dengan kaki bagian dalam
Teknik menendang dengan kaki bagian dalam dapat dilakukan
sebagai berikut:
a) Sikap permulaan
Posisi badan harus dengan bola. Salah satu kaki menumpu di
samping bola dengan ujung kaki mengarah ke depan serta
9
lututnya sedikit ditekuk dan badan agak condng ke depan. Kaki
sepak (tendang) dibuka ke luar selebar 90° hingga mata kaki
mengarah ke depan bola, pandangan dipusatkan pada bola
yang akan ditendang, kedua lengan menjaga keseimbangan.
b) Gerakan
Kaki tendang ditarik ke belakang, kemudian diayunkan ke
depan mengenai bola dengan menggunakan kaki bagian dalam
tepat pada titik pusat tendang hingga bola bergerak ke depan.
c) Sikap akhir
Gerakan selanjutnya diikut oleh gerak lanjut dari kaki tendang
yang diimbangi anggota tubuh lainnya, kesalahan yang sering
terjadi adalah:
1. Sikap badan kaki
2. Kaki tumpu tidak disamping bola
3. Badan kurang condong
4. Tidak diikuti gerak lanjut
b. Teknik menendang bola dengan panggung kaki
Teknik menggunakan punggung kaki dilakukan dengan cara :
a) Sikap permulaan
Sikap badan di belakang bola yang menyudut ± 30°. Kemudian
pada saat akan menendang bola mengayun kaki tendang bola
ke belakang. Badan sedikit condong ke depan dan kedua
lengan menjaga keseimbangan Pandangan dipusatkan ke bola.
b) Gerakan
10
Pada saat kaki tendang mengayun ke depan, kaki mengaruh ke
bola, pergelangan kaki di titik tengah, ujung kaki selangkah ke
samping bawah, kemudian bola ditendang tepat pada sasaran
titik pusat tendang.
c) Sikap akhir
Sikap akhir tendangan dukung oleh gerak lanjut tendang yang
diikuti anggota badan seluruhnya.
c. Teknik menendang dengan punggung kaki bagian luar
Teknik menendang dengan panggung kaki bagian luar adalah
sebagai berikut:
a) Sikap permulaan
Pemain berdiri agak ke belakang di samping bola dengan jarak
kaki tumpu lebih kurang sekepal tangan. Kemudian gerak kaki
tendang ke belakang harus dengan bola. Pandangan kearah
tendangan.
b) Gerakan
Mengayun dan menggerakkan kaki, tendangan bola sekuat-
kuatnya ke depan dengan menggunakan punggung kaki.
c) Sikap akhir
Sikap akhir dari tendangan diikuti dengan gerak lanjut kaki
tendang dan diikuti oleh anggota tubuh lainnya.
2. Menggiring Bola
11
Menggiring bola adalah suatu gerakan membawa bola dengan
menggunakan kaki untuk menuju daerah pertahanan lawan dan untuk
mengelak penjagaan lawan.
Ada beberapa cara menggiring bola yaitu menggiring bola
menggunakan punggung kaki bagian dalam dan menggiring bola
menggunakan punggung kaki bagian luar.
a. Menggiring Bola Menggunakan Punggung Kaki Bagian Dalam
cara melakukannya sebagai berikut:
a) Sikap permulaan
Posisi badan agak condong ke depan, punggung kaki bagian
dalam dekat bola, paha sedikit ditekuk dan kaki kiri
digunakan untuk bertumpu. Untuk letak kaki tumpu di
samping bola dengan sedikit lutut dan kedua lengan
menjaga keseimbangan.
b) Gerakan
Pemain bergerak ke depan sambil menggiring bola, kaki dan
bola sekali-kali bersentuhan, dan kedua kaki selalu dekat
dengan bola. Sesuai irama langkah dengan bola.
b. Menggiring Bola Menggunakan Punggung Kaki bagian Luar cara
melakukannya sebagai berikut:
a) Sikap permulaan
Salah satu kaki ditempatkan didepan dengan pergerakan
kaki sedikit diputar kearah dalam, lutuk agak sedikit ditekuk
dan kaki lainnya dijadikan sebagai tumpuan. Sikap badan
12
sedikit condong ke depan dan berat badan dibebankan pada
kaki bagian belakang dengan kedua lengan tergantung
rileks.
b) Gerakan
Pemain bergerak ke depan dengan kedua kaki selalu
berdekatan dengan bola. Persentuhan bola dengan kaki
tepat pada bagian kaki bagian luar.
3. Mengontrol Bola
Mengontrol bola adalah suatu upaya untuk meguasai bola sebelum
bola dihentikan oleh kaki. Dalam upaya mengontrol bola pemain harus
dalam kondisi siap dengan pengamanan yang tepat agar dapat
menguasai bola sepenuhnya. Setelah bola tersebut terkontrol dengan
baik, bola baru dihentikan.
4. Menghentikan Bola
Menghentikan bola depan dilakukan dengan cara :
a. Menghentikan bola dengan telapak kaki
Sebelum menghentikan bola dengan telapak kaki pemain
terlebih dahulu mengontrol bola dan mendekati bola yang
sedang bergerak. Bola tersebut dihentikan dengan telapak kaki,
dengan cara menyongsong bola yang datang, kemudian telapak
kaki ditarik ke belakang bersamaan dengan datangnya bola.
b. Menghentikan bola dengan punggung kaki
Pada umumnya menghentikan bola dengan punggung kaki
dilakukan jika bola jauh dari udara.
13
c. Menghentikan bola dengan dada
Cara menghentikan bola dengan dada sebagai berikut
a) Pemain mengontrol bola yang melayang dengan cermat
b) Majulah untuk menjemput bola
c) Dalam posisi seimbang, dada dibuka leher dan kedua tangan
melebar
d) Tahan bola yang tepat di dada dengan sedikit sentuhan atau
berikan ke belakang
e) Bola jatuh di antara kedua kaki
d. Menghentikan bola dengan paha
Cara menghentikan bola dengan menggunakan paha adalah
sebagai berikut:
a) Pemain mengontrol dan menghentikan bola yang melayang
di udara.
b) Pemain bergerak kearah datangnya bola
c) Tempatkan tubuh di bawah datangnya bola. Kemudian tekuk
lutut hingga bidang datar paha berada tepat di bawah
lambung bola.
d) Angkat salah satu kaki yang akan digunakan, kemudian
tekuk lutut hingga bidang datar paha berada tepat di bawah
lambungan bola
e) Dengan sedikit sentuhan, bila dihentikan dengan paha.
f) Bola jatuh diantara perut.
e. Menghentikan bola dengan perut
14
Menahan atau menghentikan bola dengan menggunakan perut
dapat dilakukan apabila posisi bola melayang di atas tanah
searah dengan perut.
5. Menyundul Bola
Menyundul bola adalah upaya yang dilakukan untuk mengambil bola
yang melayang di udara dengan dengan menggunakan kepala.
Daerah penekaan bola dan kepala pada saat akan melakukan
sebuah sundulan adalah kening, karena kening merupakan bagian yang
terkuat dari kepala.
a. Menyundul Dengan Awalan Melompat
Cara menyundul dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sikap permulaan
Pemain berdiri dari posisi seimbang menghadap sasaran.
Pandangan mengarah dan mengontrol bola yang berada di
udara.
2. Gerakan
Bergeraklah mendekati bola setelah berjarak satu meter antara
kepala dan bola, lalu melompat untuk melakukan sundulan
dengan menguatkan leher. Sundulan bola dilakukan dengan
kepala atau kening. Mendaratlah dengan tumpuan kaki dengan
sikap yang seimbang.
b. Menyundul bola tanda awalan
Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
1. Sikap permulaan
15
Pemain berdiri dalam posisi seimbang menghadap kearah bola
yang datang. Kedua kaki di buka sejajar dan pandangan kearah
bola. Kedua lengan terbuka ke samping tetapi rileks
2. Gerakan
Bola kira-kira satu meter didepan kepala dengan
melengkungkan sedikit ke belakang otot leher. Kemudian
gerakan bola ke depan sehingga kepala menyudul bola.
C. Teknik Gerakan Tanpa Bola
Gerakan tanpa bola, sebenarnya sangat penting dan menentukan
dalam suatu serangan. Dengan gerakannya, pemain tanpa bola dapat
menciptakan berbagai keadaan yang menguntungkan bagi pihaknya.
Pemain sepak bola modern sekarang ini dimainkan dengan cara bermain
dengan rajin bergerak. Pemain yang tidak mampu bergerak dengan cepat
dan rajin, tidak akan pernah dapat menjadi pemain baik.
Membebaskan diri dari lawan dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain:
1. Dengan gerak yang tiba-tiba sehingga lawan ketinggalan untuk
bertindak dan dapat menerima operan dalam keadaan bebeas.
2. Pemain dapat juga menciptakan posisi bebas tersebut dengan
berhenti tiba-tiba atau dengan cepat mengubah arah.
3. Atau pemain mencoba melelahkan lawan dengan cara terus
menerus berlari, sehingga dapat menerima bola tanpa gangguan
lawan.
16
4. Dapat berpura-pura tidak aktif, seperti kelelahan atau seakan-
akan tidak berminat, sehingga lawan lengah, lalu mengambil
kesempatan tersebut.
Berlari ke tempat kosong dapat dilakukan dalam berbagai bentuk.
Setiap bentuk mengandung makna. Bentuk-bentuk berlari ke tempat
kososng sebagai berikut:
1. Bergerak kearah teman yang membawa bola
2. Berlari menjauhi daerah bola dengan maksud untuk dapat
menerima operan jauh.
3. Pemain penyerang depan bergerak mundur, berlari telah
melepaskan diri dari kawalan fisik lawan, untuk dapat menerima
operan
4. Pemain yang berlari dengan kencang kearah pertahanan lawan
dan menuju kearah tengan lapangan, merupakan ciri dari
serangan balik.
5. Mengikuti teman yang membawa bola juga berarti siap untuk
membantu dan memperkuat penyerangan. Sering dilakukan
dalam daerah pertahanan sendiri atau di lapangan tengah.
D. Teknik Gerakan Dengan Bola Pola Penyerangan
Pemain yang menguasai bola, sebelum bola tersbut dioperkan
kepada temannya akan melakukan gerakan dengan bola, baik itu berupa
berlari dengan bola atau gerakan menggiring bola. Terdapat sedikit
perbedaan antara berlari dengan bola dan menggiring bola. Berlari
dengan bola selalu dalam jangkauan. Langkah konstan dan tidak terlalu
17
sering menyentuh bola. Sedangkan menggiring bola adalah mengubah
arah dan kecepatan bola dengan sentuhan-sentuhan kaki yang cepat.
Teknik gerakan dengan bola pada pola penyerangan sebagai
berikut:
1. Wall Pass atau Operan Satu-Dua
Wall Pass atau operan satu-dua memang merupakan gerak
yang sangat sederhana dari dua orang pemain. Pemain A
mengoper bola pada b, kemudian lari ke posisi baru. Pemain B
tanpa menahan bola mengoper kembali kepada A yang
menerima bola tersebut pada posisi baru. Diperlukan kecerdikan
dari pemberi bola pertama untuk mencari lobang kemana dia
bisa berlari untuk menerima operan kedua.
Bagi penerima operan pertama, diperlukan kemahiran untuk
memperhitungkan saat dalam melakukan operan kedua yang
akuran, sehingga pemberi operan pertama dapat bertemu bola
pada posisi baru saat yang tepat.
2. Lemparan ke Dalam
Jika dilakukan secara baik, berencana dan dilatih dengan
sunguh-sungguh maka lemparan ke dalam dapat menjadi awal
dari serangan yang berbahaya. Terutama sekali jika lemparan ke
dalam ini terjadi di daerah pertahaan lawan.
3. Tendangan Penjuru
Keberhasilan tendangan sudut ke kotak penalti bergantung
kepada dua hal yaitu
18
a. Keterampilan pemain penyerang dalam menyundul bola ke
gawang lawan.
b. Kemampuan pihak bertahan untuk menyapu bola-bla tinggi
di daerah penalti, termasuk kemahiran penjaga gawang
dalam memotong dan menangkap bola-bola tinggi di kotak
penalti.
E. Teknik Gerakan Dengan Bola Pola Pertahanan
Dalam permainan sepak bola dikenal tiga barisan pemain yaitu (1)
Barisan Penyerang, (2) Barisan Pemain lapangan tengah (3) barisan
pertahanan (pemain belakang). Pemain belakang atau barisan pertahanan
ini mempunyai tugas utama, untuk mempertahankan dan melindungi
daerah berbahaya atau gawangnya dari serangan lawan. Dalam
menjalankan tugas utama ini, terdapat cara-cara, tugas, pola teknik, atau
strategi tertentu yang perlu dipahami.
Hal ini diperlukan agar dalam menjalankan kegiatan sebagai pemain
bertahan, pertahanan itu terlaksana dengan terkoordinir dan terpola serta
merupakan gerakan bersama bukan tindakan sendiri-sendiri yang lepas
satu sama lain.
1. Penjagaan Satu Lawan Satu ( Man to Man Marking)
Prinsip dasar permainan bertahan adalah penjagaan (marking).
Penjagaan yang paling pantas dilakukan di daerah pertahanan
adalah penjagaan orang per orang. Dalam hal ini setiap pemain
bertanggung jawab untuk menjaga seorang pemain lawan. Penjaga
yang lebih diutamakan adalah penjagaan dilakukan secara ketat, dan
19
diminta tidak perlu lawan dapat ditinggalkan. Dari pada pikir seperti
inilah datangnya kemungkinan-kemungkinan dalam sepak bola
modern dimana pemain belakang justru dapat ikut menyerang
bahkan mencetak gol.
2. Penjagaan Daerah (Zona Marking)
Dalam pertahanan dengan cara penjagaan daerah ini, seorang
pemain menjaga daerah (zone) tertentu di daerah pertahanan.
Setiap lawan yang masuk ke daerah tersebut menjadi urusan dari
men- tackle pemain lawan yang masuk ke daerahnya. Begitu lawan
meninggalkan daerahnya urusan diambil alih oleh pihak bertahan
lain, ke daerah mana lawan tersebut masuk.
3. Penjagaan Gabungan
Penjagaan gabungan adalah cara penjagaan terpadu antara satu
lawan dengan penjagaan daerah. Artinya stiap pemain menjaga
lawan tertentu, akan tetapi jika lawan tersebut tiba-tiba menukar
posisinya dengan pemain lawan. Maka jagaanya dapat diserahkan
kepada teman lain dan segala menjaga pemain lainnya.
Dengan kata lain tidak perlu mengikuti lawan yang harus dijaganya
terus-menerus. Untuk pelaksanaan ini tentu saja diperlukan
pengertian dan kerjasama yang baik sesama pemain bertahan.
4. Latihan Bermain Dengan Teknik Sederhana
Latihan bermain sepak bola mempunyai berbagai tujuan khusus,
antara lain dapat (1) meningkatkan penguasaan keterampilan teknis
dalam situasi bermain (2) melatih dan menerapkan teknik tertentu,
20
(3) melatih kerja sama yang baik bagian atau unit tertentu, maupun
tim secara keseluruhan dan (4) meningkatkan kualitas fisik.
Teknik dasar yang telah dipelajari seperti menggiring bola, mengoper
bola, cara menerima bola, menembak dan sebagainya diterapkan
lagi dalam bentuk latihan bermain. Dalam hal ini kita dihadapkan
dengan situasi permainan yang sebenarnya. Artinya dalam
mengolah bola akan senantiasa berhadapan dengan lawan inilah
yang menjadi tujuan latihan. Apabila siswa telah mampu menguasai
situasi tersebut, maka dapat dikatakan telah menguasai teknik sepak
bola sebenarnya. Maksudnya siswa tidak saja menguasai teknik
sepak bola konteks latihan teknik tetapi telah menguasai teknik
sepak bola dalam situasi permainan atau pertandingan
sesungguhnya.
Selanjutnya berbagai strategi teknik bermain, gerakan tertentu, tidak
akan dapat dikuasai tanpa penerapan di lapangan, terutama dalam
situasi permainan. Hal tersbut dilatih dalam bentuk-bentuk latihan
bermain dnegan tugas-tugas yang ditentukan, sesuai dngan aspek-
aspek seperti yang dikemukakan di atas. Bersamaan dengan melatih
unsur-unsur tersebut terbina pula kerjasama antara pemain dalam
unit-unit tertentu menurut tugas masing-masing.
Dengan latihan bermain siswa dilatih penguasaan segi teknik,
menerapkan teknik, strategi dan gerakan tertentu serta melatih
kerjasama. Siswa juga dalam waktu yang bersamaan memelihara
21
bahkan dengan penekanan khusus dapat meningkatkan kondisi fisik
yang sesuai degan tuntutan permainan sepak bola.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat, waktu dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian tindakan kelas untuk memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian tindakan kelas ini bertempat di Sekolah Dasar Negeri
Citraresmi (SD Negeri Citraresmi) Kecamatan Sumedang Selatan
Kabupaten Sumedang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian tindakan
kelas atau saat penelitian tindakan kelas ini dilangsungkan. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun 2011, mulai
tanggal 12 september sampai dengan 23 September 2011, dengan rincian
persiklus :
a. Siklus I : 12 September 2011
b. Siklus II : 19 September 2011
3. Subyek penelitian
22
Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas IV SD Negeri Citraresmi
tahun pelajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa,
terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
3.2 Teman Sejawat
Teman sejawat yang membantu observasi dan menilai semua
aktifitas dari penelitian tindakan kelas ini adalah :
Nama :
NIP :
Instansi : SD Negeri Citraresmi
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku
tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/
meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan,
sedangkan tujuan penyertaannnya adalah menumbuhkan budaya meneliti
dikalangan guru.
PTK terdiri atas empat tahap, yaitu planning (Rencana), action
(tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Siklus spiral
dari tahap-tahap PTK dapat dilihat pada gambar berikut:
1. Rangangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana
23
tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari ditetapkannya metode
demonstrasi.
3. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rangangan yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil
belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan
perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru
dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing
RPP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
24
a. Lembar observasi pengelolahan metode demonstrasi, untuk
mengamati kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
4. Angket Motivasi Terhadap Metode demonstrasi
Angket ini digunakan untuk mengetahui apakah siswa-siswa
tersebut menyenangi model pembelajaran yang ditawarkan
peneliti.
5. Tes praktek
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
materi yang diajarkan. Tes praktek ini diberikan setiap akhir
putaran siklus.
6. Lembar observasi penilaian kinerja siswa ranah psikomotor
7. Lembar observasi penilaian kinerja siswa ranah afektif.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan metode demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan
guru angket motivasi siswa dan tes praktek.
3.6 Teknik Analisa Data
Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
25
1. Tes praktek
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa
yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas
tersebut sehingga diperlukan rata-rata tes praktek dapat
dirumuskan :
Dimana :
= Nilai rata-rata
= Jumlah semua nilai siswa
= Jumlah siswa
2. Ketuntasan belajar
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah tuntas
belajar bila di kelas tersebut mendapat 85% yang telah mencapai
kriterian yang di tentukan.
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
digunakan rumus :
Dimana :
P = Persentase hasil rata-rata nilai siswa
= jumlah siswa yang tuntas
26
= Jumlah siswa
3. Lembar observasi
Lembar observasi pengolahan metode penampilan dan
eksperimen, untuk menghitung lembar observasi pengolahan
metode penampilan dan eksperimen digunakan rumus :
Dimana :
N1 = pengamatan siklus 1
N2 = pengamatan siklus 2
4. Menghitung persentase angket digunakan rumus :
dimana P = Persentase
Z = Alternatif jawaban (A,B,C,D)
N = Jumlah responden
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang
terdiri dari rencana pembelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
lembar observasi pengelolahan pembelajaran metode demostrasi
dan lembar observasi aktivitas siswa.
b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 12 September 2011 di kelas IV dengan
jumlah siswa 26 siswa. Proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses
28
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian
pada siklus I adalah sebagai berikut:
29
Tabel 4.1. Hasil Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I
No Aspek yang diamati Penilaian
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2
3
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah
kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk mempresentasikan
hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
3
3
3
3
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
rangkuman
2. Memberikan evaluasi
3
3
II Pengelolaan Waktu 2
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
2
3
Jumlah 33
Tabel 4.1 aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik
adalah memotivasi siswa, pengelolaan waktu dan siswa antusias.
30
Ketiga aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas,
merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I, dan akan
dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi pada siklus II.
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti
terlihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I
No Nama Nilai1 Razu B.S 702 Wandi W 703 Ari Suhada 654 Chaerani C.L 755 Feri Gunawan 706 Heru M 707 M. Fajar 658 M. Irwan F 809 M. Rizal F 75
10 M. Rizky 7011 Nanda S 8012 Fitri Y 6513 Riska 7014 Taufik 7015 Tita J 7016 Wulan Ramdona 7017 Wulan sari 7018 Widya T. A 6519 Wilda A 6520 Yogi S 8021 Rendy 8022 Dina M 7023 Dede F 8024 Angkit 8025 Regita M.S 7026 Siti A 65Nilai Rata-rata 71.54Jumlah Siswa Tuntas 20Persentase Ketuntasan Belajar 76.92
31
Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
metode Demonstrasi diperoleh nilai rata-rata tes formatif siswa
adalah 71.54 dan ketuntasan belajar mencapai 76,92% atau ada 20
siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai 70 hanya sebesar 76,92% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti
apa yang dimaksud guru dengan menerapkan model pembelajaran
metode demonstrasi.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh
informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa
2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3. Siswa kurang bisa antusias selama pembelajaran berlangsung
d. Revisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan
pada siklus berikutnya.
1. Guru harus lebih terampil dalam memotivasi siswa Dimana
siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang
akan dilakukan.
32
2. Guru perlu mengatur waktu secara baik dengan menambahkan
informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi
siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 2, soal tes
formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga
dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 19 September 2011 di kelas IV dengan
jumlah siswa 26 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang
lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrumen yang digunakan
adalah tes praktek II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II
dapat dilihat pada tabel 4.3.
33
Tabel 4.3 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
NoAspek yang diamati
Penilaian
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3
3
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan
bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan belajar
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
3
4
3
3
4
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
3
4
II Pengelolaan Waktu 3
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
3
4
Jumlah 40
Tabel 4.3 diatas pada aspek-aspek yang diamati pada
kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru
dengan menerapkan metode pembelajaran metode Demonstrasi
mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat.
Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Tetapi
34
penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu
ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk
penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya.
Sementara untuk hasil tes praktik siswa terlihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No Nama Nilai1 Razu B.S 752 Wandi W 753 Ari Suhada 704 Chaerani C.L 805 Feri Gunawan 756 Heru M 757 M. Fajar 708 M. Irwan F 859 M. Rizal F 7510 M. Rizky 7011 Nanda S 9012 Fitri Y 6513 Riska 7014 Taufik 8015 Tita J 7516 Wulan Ramdona 7517 Wulan sari 7018 Widya T. A 7019 Wilda A 6520 Yogi S 9021 Rendy 9022 Dina M 7523 Dede F 8524 Angkit 8525 Regita M.S 7526 Siti A 70
Nilai Rata-rata 76.15Jumlah Siswa Tuntas 24Persentase Ketuntasan Belajar 92.31
35
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes praktek
sebesar 76,15 dan dari 26 siswa yang telah tuntas sebanyak 24
siswa berarti ada 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar yang
telah tercapai sebesar 92,31% (termasuk kategori tuntas). Hasil
pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh
adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran metode demonstrasi sehingga siswa menjadi lebih
mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan
baik dan yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan pembelajaran metode demonstrasi. Dari data-
data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan
semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa
aspek yang belum sempurna, tetapi persentasae
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa
aktif selama proses belajar berlangsung.
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik
4. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.
36
d. Refisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran metode
demonstrasi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan
dengan baik. Sehingga tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi
yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan
tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya
penerapan pembelajaran metode demonstrasi dapat meningkatkan
proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
3. Analisa Data Angket
Angket yang diberikan pada siswa setelah siswa
melaksanakan proses pembelajaran dengan metode demonstrasi
(siklus II) dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 butir dan jumlah
responden sebanyak 26 siswa untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap model pembelajaran metode demonstrasi. Berdasarkan
hasil angket siswa diperoleh hasil analisa angket siswa seperti
pada tabel 4.5 untuk siklus I dan tabel 4.6 untuk siklus II berikut:
Tabel 4.5. Rekapitulasi Angket Siswa Siklus I
No Kepuasan Jumlah Siswa Persentase1 Sangat Menarik 10 38.46 %2 Biasa saja 10 38.46 %3 Kurang Menarik 6 23.08 %
37
Tabel 4.6. Rekapitulasi Angket Siswa Siklus II
No Kepuasan Jumlah Siswa Persentase1 Sangat Menarik 20 76.92 %2 Biasa saja 4 15.38 %3 Kurang Menarik 2 7.69 %
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap
model pembelajaran metode demonstrasi pada siklus I adalah
biasa saja. Berdasarkan jumlah rata-rata dalam persen
menunjukkan bahwa tingkat ketertarikasn siswa pada pembelajaran
dengan pilihan sangat menarik dan biasa saja sebesar 38,46% dan
yang kurang menarik sebesar 23,08%.
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa tanggapan siswa
terhadap model pembelajaran metode demonstrasi pada siklus II
adalah sangat menarik. Berdasarkan jumlah rata-rata dalam persen
menunjukkan bahwa tingkat ketertarikasn siswa pada pembelajaran
dengan pilihan sangat menarik 76,92%, yang biasa saja 15,38%
dan yang menyatakan kurang menarik 7,69%.
4.2 Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
semakin baik pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, dan II).
38
Perbandingan rekapitulasi nilai hasil tes siswa dapat dilihat
pada tabel 4.7.
Tebel 4.7 Rekapitulasi nilai tes siswa siklus I dan II
No NamaNilai Peningkatan
NilaiSiklus I Siklus II1 Razu B.S 70 75 52 Wandi W 70 75 53 Ari Suhada 65 70 54 Chaerani C.L 75 80 55 Feri Gunawan 70 75 56 Heru M 70 75 57 M. Fajar 65 70 58 M. Irwan F 80 85 59 M. Rizal F 75 75 0
10 M. Rizky 70 70 011 Nanda S 80 90 1012 Fitri Y 65 65 013 Riska 70 70 014 Taufik 70 80 1015 Tita J 70 75 516 Wulan Ramdona 70 75 517 Wulan sari 70 70 018 Widya T. A 65 70 519 Wilda A 65 65 020 Yogi S 80 90 1021 Rendy 80 90 1022 Dina M 70 75 523 Dede F 80 85 524 Angkit 80 85 525 Regita M.S 70 75 526 Siti A 65 70 5Nilai Rata-rata 71.54 76.15 4.62Jumlah Siswa Tuntas 20 24 4Persentase Ketuntasan Belajar 76.92 92.31 15.38
Pada tabel 4.7 rekapitulasi nilai pada siklus I dan II didapat
peningkatan nilai dengan jumlah 4.62, dan pada jumlah siswa yang
tuntas meningkat sebanyak 4 siswa, sementara persentase
39
ketuntasan belajar meningkat 15,38% dari siklus I, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode demonstrasi
pada materi pembelajaran sepak bola dapat meningkatkan prestasi
dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Pada pengelolaan pembelajaran terjadi peningkatan dari
aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik pada siklus I
seperti memotivasi siswa, pengelolaan waktu dan siswa antusias,
menjadi lebih baik lagi pada siklus II, data aspek penilaian pada
pengelolaa pembelajaran siklus I nilainya 33, sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi 40, sehingga dengan perbaikan
pengelolaan pembelajaran siswa dapat meningkatkan pemahaman
terhadap materi yang diajarkan yang berdampak pada nilai tes
siswa yang bertambah.
3. Kepuasan siswa terhadap pembelajaran dengan metode
demonstrasi
Rekapitulasi angket tentang kepuasan siswa terhadap materi
pembelajaran dengan metode demonstrasi pada siklus I dan II
dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Kepuasan siswa terhadap pembelajaran
No KepuasanJumlah siswa
Siklus I Siklus II1 Sangat Menarik 10 202 Biasa saja 10 43 Kurang Menarik 6 2Respon siswa terhadap model pembelajaran metode
40
demonstrasi pada siklus I adalah biasa saja dengan jumlah rata-
rata dalam persen menunjukkan bahwa tingkat ketertarikasn siswa
pada pembelajaran dengan pilihan sangat menarik dan biasa saja
sebesar 38,46% (10 siswa) dan yang kurang menarik sebesar
23,08% (6 siswa). Terjadi peningkatan kepuasaan siswa pada
siklus II setelah perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah
sangat menarik. Berdasarkan jumlah rata-rata dalam persen
menunjukkan bahwa tingkat ketertarikasn siswa pada pembelajaran
dengan pilihan sangat menarik 76,92% (20 siswa), yang biasa saja
15,38% (4 siswa) dan yang menyatakan kurang menarik 7,69% (2
orang).
BAB V
41
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua
siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapa disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan metode pembelajaran metode demonstrasi
berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang
ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus, yaitu siklus I 76.92 % dan siklus II 92.31% dengan jumlah
peningkatan sebesar 15.38%.
2. Penerapan pengelolaan pembelajaran metode demonstrasi
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarjan yang berdampak pada nilai dan
bersemangat siswa yang meningkat.
5.2 Saran
Saran-saran untuk lebih meningkatkan pengelolaan pembelajaran
untuk perbaikan dimasa yang akan datang :
1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran demonstasi memerlukan
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu
menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan
42
dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar
sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya
lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran,
walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat
menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-
perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
43
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta PT. Rineksa Cipta.
Bachrie, Eddy, dkk. 1982. Buku Kerja Pelatih Sepakbola Remajai. Bandung; Binacipta.
Engkos S.R. 1994. Penjaskes. Jakarta; Erlangga.
Remmy, Muchtar. 1992. Olah Raga Pilihan Sepak Bola, Jakarta; Depdikbud Dirjen Dikti.
Sajono, 1986. Pembinaan dan Kondisi fisik, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 3. Jakarta; Tiga Serangkai.
Sneyer, J. 1988. Sepakbola Latihan dan Strategi, Jakarta; PT. Rosda Karya.
Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1,2,3, Jakarta; PT. Gramedia Widiasmara Indonesia.
44
45
Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Metode Demonstrasi
Siklus I
Nama Sekolah : ………………… Nama Guru : …………………
Mata pelajaran : ………………… Hari/tanggal : …………………
Sub Konsep : ………………… Pukul : …………………
Petunjuk : Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda cek () pada
kolom yang sesuai
No
Aspek yang diamatiPenilaian
Ya Tidak 1 2 3 4
I
Pengamatan KBMA. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah
kegiatan bersama siswa. 2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan3. Membimbing siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup1. Membimbing siswa membuat
rangkuman2. Memberikan evaluasi
II Pengelolaan Waktu III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias
Keterangan :1. Kurang baik2. Cukup baik3. Baik Pengamat 4. Sangat baik
46
(…………………………)Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Metode Demonstrasi
Siklus II
Nama Sekolah : ………………… Nama Guru : …………………
Mata pelajaran : ………………… Hari/tanggal : …………………
Sub Konsep : ………………… Pukul : …………………
Petunjuk : Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda cek () pada
kolom yang sesuai
No
Aspek yang diamatiPenilaian
Ya Tidak 1 2 3 4
I
Pengamatan KBMA. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah
kegiatan bersama siswa. 2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan3. Membimbing siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup1. Membimbing siswa membuat
rangkuman2. Memberikan evaluasi
II Pengelolaan Waktu III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias
Keterangan :1. Kurang baik2. Cukup baik3. Baik Pengamat 4. Sangat baik
47
(…………………………)Angket Motivasi Terhadap Model Pembelajaran Metode Demonstrasi
Petunjuk :1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan
pendapat anda2. Jawablah dengan jujur, karena objektivitas kejujuran anda sangat
membantu kami3. Tulislah jawaban anda pada tepat yang tersedia dengan kode pilihan
di bawah iniA. Sangat Menarik C. Kurang MenarikB. Biasa saja
Jawaban1. Pembelajaran melalui demonstrasi merupakan pembelajaran
yang baru buat saya dan bagi saya ……2. Dengan pembelajaran seperti ini, saya lebih / tidak mudah
memahami materi yang diberikan guru dan ……3. Dengan pembelajaran ini, saya mendapat/tidak mendapat
sesuatu pengalaman yang baru dan ….4. Belajar dengan pembelajaran seperti ini membuat saya
sangat/tidak berminat dan bersemangat untuk belajar Penjas dan …
5. Pembelajaran ini memungkinkan saya untuk belajar lebih aktif dan …..
6. Dengan pembelajaran ini saya termotivasi/tidak untuk belajar lebih giat dan ….
7.Bagi saya belajar dengan melalui demonstrasi …..8.Saya ……. dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di
lapangan9.Belajar dengan metode demonstrasi lebih mudah memecahkan
masalah daripada belajar dengan metode ceramah10.Saya ……. dengan kegiatan demonstrasi yang disertai dngan
praktik langsung
48
UPAYA PENINGKATAN KELINCAHAN DAN KECEPATAN DALAM BERMAIN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS
………………………………..TAHUN PELAJARAN…………………..
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
………………………………………….
NIP……………………..
DINAS PENDIDIKAN KOTA…………
……………………………………
49
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan
hasi8l penelitian yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di
perpustakaan………………………………………………..hasil karya ini dari:
Nama : ………………………………..
Nip : ………………………………..
Unit kerja : …………………………………
Judul : …………………………………
Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan penetapan
Angka Kredit Kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru
Mengatahui
Ketua PD PGRI II Kepala ………………………
Kota …………….. Kota……………………..
……………………… …………………
NIP: NIP
50iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
Lampiran 1.1Aspek yang dinilai pada siklus I dan II ....................... 58
Lampiran 1.2Lembar Penilaian Kinerja Ranah Psikomotor Siklus I 59
Lampiran 1.3Lembar Penilaian Kinerja Ranah Afektif Siklus I......... 61
Lampiran 1.4Lembar Penilaian Kinarja Ranah Psikomotorik Siklus II
62
Lampiran 1.5Lembar Penilaian Kinerja Ranah Afektif Siklus II ....... 64
Lampiran II.1Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Metode
demonstrasi ............................................................... 65
Lampiran II.2Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dan Guru
Dalam KBM ............................................................... 66
Lampiran III Angket Motivasi Terhadap Model Pembelajaran Metode
Demonstrasi....................................................... 68
51vii