79
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG PENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KELAS VII DI SLB PUTRA PERTIWI KEBUMEN TAHUN 2009 Skripsi Oleh Nama : Supriyati NIM : X5107658 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG .../Upaya... · dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan

Embed Size (px)

Citation preview

i

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG

PENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF,

DAN MENYENANGKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA

KELAS VII DI SLB PUTRA PERTIWI

KEBUMEN TAHUN 2009

Skripsi

Oleh

Nama : Supriyati

NIM : X5107658

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

ii

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG

PENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF,

DAN MENYENANGKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA

KELAS VII DI SLB PUTRA PERTIWI

KEBUMEN TAHUN 2009

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Nama : Supriyati

NIM : X5107658

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Munzayanah Dra. B. Sunarti, M.Pd

NIP. 1949 0215 197603 2 001 NIP. 1945 0913 197403 2 001

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : …………………

Sekretaris : …………………

Anggota I : Dra Munzayanah …………………

Anggota II : Dra. B. Sunarti, M.Pd …………………

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan ,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

v

ABSTRAK

Supriyati, UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANGPENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYADENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DANMENYENANGKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KELAS VII DI SLBPUTRA PERTIWI KEBUMEN TAHUN 2009, Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.

Tujuan penelitian ini bermaksud untuk memperbaiki proses belajar mengajar, maka tujuan yang akan dicapai melalui penelitian adalah (1) meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, melalui model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (2) meningkatkan efektifitas penggunaan model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dalam pembelajaran IPA, (3) meningkatkan keaktifan, kreatifitas, dan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA.

Penelitian ini menggunakan metode atau bentuk Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) yang terdiri dari 3 siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu planing, akting, observing dan reflecting. Kelas yang diteliti adalah siswa kelas VII yang berjumlah 3 siswa tunagrahita di SLB Putra Pertiwi Kebumen tahun ajaran 2008 / 2009. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi dan wawancara yang dilakukan selama pembelajaran, baik pembelajaran diluar kelas maupun didalam kelas. Teknik analisis data yang digunakan dengan analisis kualitatif dan analisis secara deskriptif komparatif.

Pada siklus pertama, peneliti memperoleh nilai rata-rata 58, pada siklus kedua nilai rata-rata 67 dan pada siklus ketiga nilai rata-rata 78. Jadi dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar dari rata-rata nilai 51 menjadi 78. Dari hasil penelitian tindakan yang dilaksanakan melalui 3 siklus, diperoleh peningkatan yang sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya bagi anak tunagrahita kelas VII di SLB Putra Pertiwi Kebumen tahun Ajaran 2008 / 2009. Untuk itu diharapkan guru selalu menggunakan pembelajaran model PAKEM dalam pembelajaran IPA dan menggunakan peraga atau gambar yang menarik.

vi

MOTTO

Kebaikan itu mendatangkan sinar pada wajah, cahaya dihati, kelapangan rezeki,

kekuatan badan dan kecintaan dihati.

( Penulis )

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

Bapak dan Ibuku

Suami dan anak-anakku tercinta.

Pembaca yang budiman.

Almamater.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Tentang

Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya dengan Model

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Bagi Anak Tunagrahita

Kelas VII di SLB Putra Pertiwi Kebumen”.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini untuk melengkapi tugas akhir dan

memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan jurusan Ilmu

Pendidikan, Program Studi Pendidikan Khusus Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam pembuatan skripsi ini penulis telah dibantu oleh berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Drs. A. Salim Choiri, M. Kes dan Drs. Maryadi, M.Ag selaku pimpinan

Program Studi Pendidikan Luar Biasa jurusan Ilmu Pendidikan.

4. Bapak / Ibu dosen pengampu mata kuliah skripsi yang telah memberikan

petunjuk, bimbingan dan saran kepada penulis.

5. Ibu Dra Munzayanah, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

6. Ibu Dra. B. Sunarti, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala sekolah dan guru SLB Putra Pertiwi Kebumen yang telah

membantu penulis dalam penelitian.

8. Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan motivasi, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

ix

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

memberikan balasan yang setimpal dengan jasa-jasa beliau sesuai dengan amal

kebaikan beliau.

Akhirnya penulis mengharapkan agar skripsi ini yang jauh dari

sempurna dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Juni 2009

Penulis

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i

HALAMAN PENGAJUAN……………………………………………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………. iii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….. iv

ABSTRAK……………………………………………………………… v

HALAMAN MOTTO………………………………………………….. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….. vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………. viii

DAFTAR ISI…………………………………………………………… x

DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 1

a. Latar Belakang………………………………………….. 1

b. Perumusan Masalah…………………………………….. 3

c. Tujuan Penelitian……………………………………….. 4

d. Manfaat Penelitian……………………………………… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………… 5

A. Kajian Teori ……………………………………………. 5

1. Tuna Grahita……………………………………….. 5

a. Pengertian Tunagrahita………………………..... 5

b. Pendidikan Anak Tunagrahita………………….. 6

c. Klasifikasi Anak Tunagrahita…………………... 7

d. Karaktersitik Anak Tunagrahita………………… 8

e. Penyebab Anak Tunagrahita……………………. 9

xi

2. Upaya Meningkatkan Prsetasi Belajar Siswa………. 10

a. Pengertian Belajar……………………………… 10

b. Pengertian Prestasi Belajar……………………... 10

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi

Belajar………………………………………….. 11

3. Pembelajaran IPA…………………………………... 12

a. Hakikat IPA……………………………………. 12

b. Pembelajaran IPA di SLB – C………………… 15

c. Penggolongan Hewan Berdsarkan Jenis

Makanannya…………………………………… 16

4. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,

dan Menyenangkan )………………………………….. 17

a. Pengertian PAKEM………………………………. 17

b. Yang Harus Diperhatikan dalam

Melaksanakan PAKEM…………………………… 18

B. Kerangka Berfikir……………………………………… 22

C. Hipotesis Tindakan……………………………………. 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………… 25

A. Setting Penelitian…………………………………………… 25

B. Subyek Penelitian…………………………………………... 25

C. Sumber Data………………………………………………… 25

D. Pengumpulan Data………………………………………….. 25

E. Validitas Data………………………………………………. 26

F. Analisis Data………………………………………………… 26

G. Indikator Kinerja……………………………………………. 27

H. Prosedur Penelitian………………………………………….. 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………….. 31

A. Pelaksanaan Penelitian………………………………….……. 31

1. Siklus I…………………………………………………… 35

a. Perencanaan Tindakan………………………………. 35

b. Pelaksanaan Tindakan………………………………. 36

xii

c. Hasil Pengamatan……………………………………. 37

d. Refleksi………………………………………………. 38

2. Siklus II………………………………………………….. 39

a. Perencanaan Tindakan………………………………. 39

b. Pelaksanaan Tindakan………………………………. 39

c. Hasil Pengamatan……………………………………. 41

d. Refleksi………………………………………………. 41

3. Siklus III...……………………………………………….. 42

a. Perencanaan Tindakan………………………………. 42

b. Pelaksanaan Tindakan………………………………. 42

c. Hasil Pengamatan……………………………………. 44

d. Refleksi………………………………………………. 46

B. Hasil Penelitian……………………………………………….. 46

C. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………. 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………….. 53

A. Simpulan……………………………………………………… 53

B. Saran………………………………………………………….. 55

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 56

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………. 58

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Daftar Tabel 1 : Hasil Analisis Soal Latihan Kondisi Awal ................ 34

Daftar Tabel 2 : Hasil Analisis Soal Latihan Siklus I ......................... 37

Daftar Tabel 3 : Hasil Analisis Soal Latihan Siklus II........................ 41

Daftar Tabel 4 : Hasil Analisis Soal Latihan Siklus III....................... 45

Daftar Tabel 5 : Hasil Formatif Mata Pelajaran IPA

pada Siklus I, II, dan III ........................................... 49

Daftar Tabel 6 : Tingkat Ketuntasan Siswa dalam Tiga Siklus........... 50

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Daftar Gambar 1 : Kerangka Berfikir. .............................................. 22

Daftar Gambar 2 : Bagan (Skema) Penelitian. .................................. 30

Daftar Gambar 3 : Kegiatan Pembelajaran pada Siklus I.................. 36

Daftar Gambar 4 : Kegiatan Pembelajaran pada Siklus II. ................ 40

Daftar Gambar 5 : Kegiatan Pembelajaran pada Siklus III. ............... 44

Daftar Gambar 6 : Grafik histogram, Gambaran Ketuntasan

dan Kemajuan Belajar Siswa, melalui tindakan

dengan Pembelajaran Model PAKEM ................ 50

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Daftar Lampiran 1 : RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)…… 58

Daftar Lampiran 2 : Soal latihan siklus I…………………………… 73

Daftar Lampiran 3 : Soal latihan siklus II………………………….. 74

Daftar Lampiran 4 : Soal latihan siklus III………………………… 75

Daftar Lampiran 5 : Gambar hewan herbivora …………………… 76

Daftar Lampiran 6 : Gambar hewan karnivora……………………. 77

Daftar Lampiran 7 : Gambar hewan omnivora……………………. 78

Daftar Lampiran 8 : Lembar penilaian…………………………….. 79

Daftar Lampiran 9 : Lembar pengamatan obsever (untuk siswa)…. 80

Dfatar Lampiran 10 : Lembar pengamatan observer

(untuk peneliti atau guru)…………………….. 81

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan di bidang ilmu dan teknologi dewasa ini,

berpengaruh pula terhadap segala aspek kehidupan manusia. Tak

ketinggalan di dunia pendidikan yang merupakan tonggak, dari munculnya

kemajuan di bidang tersebut. Kualitas pendidikan suatu negara dapat dilihat

dari kualitas teknologi yang dihasilkan serta kesiapan suatu Negara itu

dalam menghadapi segala dampak dari kemajuan teknologi itu. Dan dunia

pendidikanlah yang pertama kali disoroti oleh berbagai kalangan,

sehubungan dengan hal itu.

Dalam rangka upaya meningkatkan kualitas bangsa Indonesia

dalam IPA, anak SLB merupakan sasaran yang tepat karena SLB merupakan

dasar yang diharapkan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan

IPA yang menjembatani ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Berdasarkan GBPP ( SMPLB – C Tahun 2006 ). IPA diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui

pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA

perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap

lingkungan.

Adalah sesuatu kekeliruan, apabila seorang guru mengajarkan IPA

dengan cara mentranfer apa-apa yang tersebut dalam buku teks kepada anak

didiknya. Hal ini disebabkan apa yang ada dalam buku teks itu baru

merupakan satu sisi dari IPA, sedangkan pada hakikatnya produk IPA tidak

dapat dipisahkan dari proses IPA. Dalam pengajaran IPA seorang guru

dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar

sebagai sumber belajar (Hendra Darmodjo, dan Jenny R.E Kaligis, 1991)

sehingga siswa memperoleh kemampuan untuk menggali pengetahuan itu

dari alam bebas, tidak hanya dari buku teks.

xvii

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan

diantaranya pengembangan kurikulum, kualifikasi tenaga pendidikan sarana

pendidikan dan sebagainya, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pendidikan. Namun dalam kenyataanya masih banyak hambatan, salah

satunya adalah pembelajaran IPA.

Hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran IPA merupakan pelajaran

yang dianggap sulit oleh siswa, bagi siswa SLB-C tidak mampu memahami

konsep dalam pembelajaran IPA sehingga perolehan nilai IPA masih rendah

dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain.

Hasil kemampuan awal penelitian, tentang penggolongan hewan

berdasarkan jenis makanannya, perolehan nilai siswa masih dibawah

standar, KKM yaitu 60. Nilai tertinggi hanya 60 dan nilai terendah 40

dengan nilai rata-rata kelas 51, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, terutama konsep pemahaman IPA tentang

menggolongkan hewan berdasarkan jenis makananya yaitu hewan herbivora,

hewan karnivora, dan hewam omnivora.

Peningkatan PBM yang kreatif dan efektif mampu memotivasi siswa

untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran IPA tentang penggolongan

hewan berdasarkan jenis makananya. Untuk memenuhi hal tersebut,

pendekatan belajar mengajar yang harus digunakan adalah Model

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan.

Prinsip proses pembelajaran adalah guru harus mengarahkan atau

mengkondisikan belajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran salah satunya di pengaruhi

oleh pendekatan yang digunakan guru dalam mengajar, berdasarkan uraian

di atas, maka dapat diidentifikasikan berbagai permasalahan sebagai berikut

:

1. Mengapa pemahaman terhadap konsep IPA tentang penggolongan

hewan berdasarkan jenis makanannya, yaitu hewan herbivora, hewan

karnivora dan omnivora siswa SLB-C rendah ?

xviii

2. Masalah prestasi siswa dalam belajar merupakan masalah yang akan

selalu dihadapi oleh guru.

3. Pendekatan proses belajar mengajar dalam mengajar akan

mempengaruhi motivasi dan keberhasilan atau prestasi dalam belajar.

4. Tingkat partisipasi aktif siswa akan mempengaruhi pemahaman materi

dan keberhasilan atau prestasi siswa dalam belajar.

Proses pembelajaran merupakan suatu masalah yang sangat kompleks.

Begitu banyak permasalahan dalam kelas berkaitan dengan tindakan kelas.

Untuk efesien, maka penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan

prestasi belajar IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis

makanannya di SLB-C Kelas VII Semester II.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti

pengaruh penggunaan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan terhadap keefektifan / pmbelajaran IPA tentang

penggolongan hewan berdasarkan jenis makannya.

B. Perumusan Masalah

Sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian tindakan, maka

dirumuskan satu permasalahan sebagai berikut : “Apakah dengan

menggunakan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan hewan

berdasarkan jenis makanannya bagi anak tunagrahita Kelas VII di SLB Putra

Pertiwi Kebumen ? ”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan hakekat penelitian tindakan kelas yang bermaksud

memperbaiki proses belajar mengajar, maka tujuan yang akan di capai

melalui penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA tentang penggolongan hewan

berdasarkan jenis makanannya melalui model pembelajaran aktif,

kreatif, efektif dan menyenagkan.

xix

2. Meningkatkan efektifitas penggunaan model pembelajaran aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran IPA tentang

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.

3. Meningkatkan keaktifan, kreatifitas, dan prestasi siswa dalam

pembelajaran IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis

makanannya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, yaitu :

1. Bagi guru :

a. Meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang keefektifan model

PAKEM dalam pembelajaran IPA mengenai penggolongan hewan

berdasarkan jenis makanannya.

b. Pedoman dalam pembelajaran IPA tentang penggolongan hewan

berdasarkan jenis makanannya sehingga dapat memperbaiki kualitas

belajar.

2. Bagi Siswa

a. Sebagai salah satu alternatif yang dapat membantu memenuhi konsep

IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

xx

1. Tunagrahita

a. Pengertian Tunagrahita

Anak tunagrahita atau anak subnormal mental menurut Sam Isbani (1989 : 1) adalah anak yang bermental subnormal (berkelainan mental, IQ nya dibawah normal), subnormalitas bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu keadaan dimana individu menunjukkan gangguan inteleknya, dimulai semenjak masa perkembangannya, yang bermanifestasi pada gangguan belajar dan gangguan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Menurut Sri Rumini (1987 : 3), menyebutkan tunagrahita adalah suatu keadaan dimana baik disebabkan faktor instrinsik maupun ektrinsik, tidak terdapat perkembangan mental yang wajar, biasa dan normal sehingga sebagai akibatnya terdapat ketidakmampuan dalam bidang intelek, kemauan, rasa, penyesuaian sosial dan lain sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah

suatu keadaan individu yang mengalami gangguan intelektual sehingga

menyebabkan ketidakmampuan anak dalam bidang intelek, kemauan, emosi,

dan penyesuaian sosial.

Di Indonesia istilah tunagrahita yang mula-mula digunakan adalah

lemah ingatan, lemah otak, dan cacat mental (hasil seminar Kesejahteraan

Cacat Mental Tahun 1967). Istilah akhir yang digunakan oleh Depdikbud

ialah tunagrahita, berarti kurang pemikiran atau intelegensinya kurang.

Digunakan istilah Subnormal Mental, karena kata mental berarti meliputi

penampilan dan pernyataan seseorang, yang merupakan kesatuan aspek-

aspek psikis : kognisi, konasi dan emosi.

b. Pendidikan Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita merupakan anak yang mempunyai intelegensi sedemikian

rupa, sehingga tidak memungkinkan ia mengikuti pelajaran / pendidikan di

sekolah umum. Hal ini terjadi karena anak tunagrahita memiliki perkembangan

berpikirnya sangat lamban. Anak tunagrahita kemampuannya sangat terbatas

sehingga pengetahuan dan ketrampilannya sangat terbatas pula. Adapun ukuran

xxi

untuk menentukan apakah seseorang tunagrahita atau tidak, ialah dengan

mengukur kemampuan intelegensinya (tingkat kecerdasan) karena kecerdasan

sifatnya kompleks seyogyanya digunakan tes verbal dan tes performance.

Diagnosa bagi anak tunagrahita dilaksanakan sebelum anak mendapatkan

pelayanan pendidikan dan latihan. Prosedur umum yang dilaksanakan untuk

menyeleksi anak dalam program pendidikan menurut Sam Isbani (1989 : 25)

antara lain :

1) Guru kelas mempunyai pertanggungjawaban secara professional dalam mengidentifikasi anak tunagrahita. Selain dari hasil tes pencapaian (achievement test), dikombinasikan dengan pola tingkah laku serta kematangan emosional dan sosial.

2) Seleksi dari psikolog yang kwalified dengan memberikan tes individual mengenai kapasitas intelektualnya, kemasakan sosial dan karakteristik personalitas anak.

3) Pengujian kesehatan secara menyeluruh yang diperlukan, jadi tidak selalu harus dilaksanakan.

4) Mempelajari tentang data catatan kumulatif anak5) Perlu pemeriksaan bila mengalami kurang pendengaran dan kurang

penglihatan.6) Perlu adanya pertemuan antara orangtua, kepala sekolah, guru kelas,

pengawas sekolah, guru khusus / PLB, dan konsultan pendidikan khusus / PLB.

7) Diadakan konsultasi dengan orangtua, disertai dengan beberapa ahli yang diperlukan.

Keberhasilan program pendidikan bagi anak tergantung daripada

baik dan buruknya hasil seleksi anak tersebut untuk ditempatkan pada kelas /

sekolah tertentu.

c. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Pelayanan pendidikan anak tunagrahita akan dapat dilaksanakan secara

optimal apabila seorang pendidik itu memahami klasifikasi anak tunagrahita

tersebut. Klasifikasi anak tunagrahita menurut Depdikbud (1986 : 2) adalah ada

tiga macam tunagrahita yaitu :

1) Tunagrahita berat; adalah anak-anak yang menunjukkan ketunagrahitaan yang sangat berat, anak-anak yang termasuk kategori ini sangat rendah kecerdasannya, dia tidak pernah dapat belajar

xxii

memelihara diri sendiri. Anak-anak ini memerlukan perawatan, pemeliharaan dan pengawasan, karena mereka tidak dapat dilatih mengenai hal-hal yang sederhana sekalipun. Para tunagrahita pada umumnya memiliki IQ 20 atau 25.

2) Tunagrahita Sedang; kelompok ini mempunyai tingkat kecerdasan yang agak tinggi daripada tunagrahita berat. Seorang tunagrahita sedang mengembangkan bahasa sedikit, dapat dilatih untuk merawat badan sendiri. Ia mampu dilatih kebiasaan harian yang sederhana dan sifatnya rutin. Meskipun demikian ia masih perlu pengawasan dan pemeliharaan di rumah atau rumah-rumah pengawasan. IQ para tunagrahita sedang adalah antara 20, atau 25 dan 50 atau 55. ukuran untuk menentukan / menggolongkan seorang itu termasuk tunagrahita sedang antara lain, bahwa ia tidak dapat mampu didik dalam bidang sosial dan pekerjaan.

3) Tunagrahita ringan : istilah ini digunakan oleh Goddard untuk anak-anak yang memiliki kecerdasan rendah di atas tingkat tunagrahita sedang, memiliki kemampuan untuk dididik membaca, menulis dan berhitung. Dalam beberapa masyarakat, mereka juga diterima di sekolah umum meskipun kemampuan didik mereka sangat rendah dibandingkan dengan anak biasa. IQ nya 50 atau 55 sampai dengan 70 atau 75. Anak-anak ini biasanya belajar menyesuaikan diri dengan masyarakat di luar rumah dan untuk perawatan badan dapat dilakukan sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan klasifikasi anak

tunagrahita adalah :

a) Tunagrahita ringan; memiliki IQ 50 atau 55 sampai 70 atau 75, masih

mampu dididik membaca, menulis dan berhitung.

b) Tunagrahita sedang; memiliki IQ 20 atau 25 sampai 50 atau 55.

pengembangan bahasa sedikit, dapat dilatih untuk merawat dirinya

sendiri yang merupakan kebiasaan sehari-hari, kulitnya kelihatan muda

dan motoriknya kurang terorganisasi.

c) Tunagrahita berat; kategori ini anak tidak dapat belajar memelihara

dirinya sendiri, selalu membutuhkan dan pemeliharaan. IQ nya sekitar

20 – 25.

d. Karakteristik Anak Tunagrahita

xxiii

Ada beberapa karakteristik anak tunagrahita. Menurut Mohammad Amin

dan Mohammad Entang (1984 : 25 ) memberikan penjelasan karakteristik anak

tunagrahita sebagai berikut :

1) Karakteristik mentalMereka menunjukkan kecenderungan menjawab dengan ulang respon terhadap pertanyaan yang berbeda, tidak mampu memberikan kritik dan kemampuan menyimpan instruksi yang sulit dalam jiwanya / ingatannya dan cenderung mempunyai kemampuan berfikir kongkrit daripada abstrak. Mereka tidak mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam pertanyaan, terbatas kemampuan dalam penalaran dan visualisasi, dan mengalami kesulitan dalam konsentrasi.

2) Karakteristik fisikBagi mereka yang mengalami ketunagrahitaan ringan, sebagian besar tidak mengalami gangguan fisik.

3) Karakteristik sosialMinat permainan mereka lebih cocok dengan anak yang sama usia mentalnya daripada kronologisnya. Memiliki problem dan tingkah laku dan agaknya lebih nakal daripada anak yang berintelegensi normal.

4) Karakteristik akademisKemampuan belajar rendah dan lambat, bagi mereka yang tergolong ringan masih dapat diberikan pelajaran akademik (membaca, menulis, berhitung, dan sebagainya).

5) Karakteristik pekerjaanYang dituntut untuk bekerja hanya mereka yang tergolong ringan, dan pada usia dewasa dapat belajar yang sifatnya skilled dan semi skilled. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dipahami bahwa anak tunagrahita masih dapat diberi pelajaran akademik (membaca, menulis, dan berhitung walaupun dari segi fisik tidak berbeda dengan anak yang normal, akan tetapi dari segi mental, sosial dan emosi menunjukkan adanya perbedaan yang cukup berarti. Mereka masih bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sesuai dengan kemampuannya yang ada.

e. Penyebab Anak Tunagrahita

Sebab-sebab seseorang menjadi anak tunagrahita menurut Rusli

Ibrahim (2005 : 39) yaitu :

a. Faktor hereditas atau faktor genetik / keturunan.

b. Faktor sebelum lahir

c. Faktor ketika lahir

d. Faktor sesudah lahir

Adapun penyebab anak tunagrahita dapat diuraikan sebagai berikut :

xxiv

1) Faktor hereditas atau keturunan merupakan hal yang sudah

menjadi takdir illahi seseorang yang memilki keturunan tersebut.

2) Faktor sebelum lahir :

a) Karena kekurangan nutrisi, infeksi dan luka-luka serta

keracunan sewaktu bayi dalam kandungan. Janin tersebut

mengalami keracunan atau infeksi.

b) Sewaktu ibu mengandung, mungkin menderita penyakit

cholera, typus, malaria, syphilis dan gonorhea.

c) Terjadi intoxication / keracunan pada janin, ketika ibu hamil

mungkin minum obat-obatan seperti thalidomide, obat

kontrasepsi anti hamil.

d) Waktu hamil / sebelum kelahiran, mungkin ibu mengalami

psikosis, panik, shock atau dalam keadaan takut yang

berlebihan.

3) Faktor ketika kelahiran ; sewaktu ibu melahirkan anaknya dapat

mengancam ibunya sendiri maupun si anak. Terutama pada

kelahiran pertama yang berlangsung lama dan sulit sekali. Oleh

karena saat kelahiran itu kepala bayi sering terganggu oleh

tekanan-tekanan karena mampat dari dinding rahim ibu.

4) Faktor sesudah kelahiran ; dapat disebabkan karena traumatic (

luka pada kepala) kejang step, infeksi pada otak, kekurangan

nutrisi, dan sebaginya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dipahami bahwa timbulnya

anak tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor

instrinsik dan ekstrinsik.

2. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

a. Pengertian Belajar

xxv

Menurut Winkel (1999 : 50 ) “ belajar adalah proses perubahan dari belum

mampu ke arah sudah mampu dan proses perubahan itu terjadi selama jangka

waktu tertentu “ .

Adapun menurut Suharsimi Arikunto (1993 : 19) belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap. Di dalam peristiwa belajar selalu ada usaha berupa latihan.

Pendapat lain di kemukakan Sumadi Suryabrata (2002 : 232) “ yang

menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan dalam

diri si pelajar, perubahan pokoknya adalah di dapatnya pengetahuan atau

kecakapan baru yang terjadi karena usaha “.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

usaha / aktivitas seseorang, baik mental maupun fisik, yang dilakukan dalam

jangka tertentu untuk menghasilkan perubahan dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan, dan sikap.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru (Tim Penyusun Kamus P3B : 2001 ) selain

itu menurut Sutratinah Tirtonegoro (2004 : 43) “ prestasi belajar adalah penilaian

hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka huruf

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

anak dalam periode tertentu” .

Dari uraian di atas dapat disimpulka bahwa prestasi belajar adalah hasil

tertinggi yang dicapai seseorang yang merupakan penilaian terhadap usaha

kegiatan belajar untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam mengikuti

pembelajaran pada periode tertentu, pokok bahasan tertentu, dan dinyatakan

dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

xxvi

Menurut Sumadi Suryabrata (2002 : 232) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di kelompokkan menjadi dua macam, yaitu : 1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang meliputi faktor-faktor nonsosial (misalnya : keadaan udara, suhu udara, waktu, tempat dan alat yang dipakai untuk belajar) dan faktor-faktor sosial yaitu manusia (sesama manusia); 2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, yang meliputi faktor-faktor fisiologis (tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu) dan faktor-faktor psikologis.

Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1993 : 21 ) “ yang menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan atas dua jenis yaitu

yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor

internal, dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang

disebut faktor eksternal “.

Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Yang

dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain : usia, kematangan, dan

kesehatan, sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah

kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

Faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat

diklasifikasikan menjadi dua faktor manusia (human) dan faktor non manusia,

seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.

Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

maka guru dapat merancang pembelajaran atau menciptakan kondisi belajar yang

mengoptimalkan peran kedua faktor untuk meningkatkan hasil belajar yang akan

diperoleh.

3. Pembelajaran IPA

a. Hakikat IPA

Untuk membahas hakekat sains, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, menurut Hardy dan Fleer (1996 : 15-16) sehingga

xxvii

memungkinkan para guru untuk memahami pengertian sains dalam

prespektif yang lebih luas.

1) Sains sebagai kumpulan pengetahuan.

Sains sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai

konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi

berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai

penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa

fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.

2) Sains sebagai suatu penelusuran (investigation).

Sains sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan suatu

pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berhubungan erat

dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang

sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses

yang bebas nilai dari kegiatan pengamatan, inferensi, hipotesis, dan

percobaan dalam alam. Penting untuk dipahami bahwa ilmuwan

memberikan berbagai gagasan yang melibatkan proses “metode ilmiah”

dalam melakukan kegiatannya. Hal yang sangat kontras terjadi dengan

pandangan sains seperti ini adalah adanya proses yang sangat dinamis dalam

berpikir, menemukan konsep, teori, pengamatan, pengembangan suatu

model alternative sehingga besar kemungkinan bahwa apa yang

sesungguhnya dilakukan oleh para ilmuwan merupakan proses yang

semrawut, bahkan jauh dari ajaran guru di sekolah yang diyakini sebagai

suatu proses sains.

3) Sains sebagai kumpulan nilai.

Sains sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan sains

sebagai proses. Bagaimanapun juga, pandangan ini menekankan pada nilai

ilmiah yang melekat dalam sains. Ini termasuk di dalamnya nilai kejujuran,

rasa ingin tahu, dan keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru

sekalipun.

4) Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia.

xxviii

Proses sains dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupan

dan dunia di sekitarnya. Sains dipertimbangkan sebagai suatu cara di mana

manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka. Di

sadari pula bahwa sains memiliki keterbatasan sebagai suatu kumpulan

pengetahuan dan strategi untuk menelusuri serta memahami dunia secara

komprehensif.

5) Sains sebagai institusi sosial.

Ini berarti bahwa sains seharusnya dipandang dalam pengertian sebagai

kumpulan para professional, dimana melalui sains para ilmuwan dilatih dan

diberi penghargaan akan hasil karya yang telah dihasilkan, didanai, dan

diatur dalam masyarakat, dikaitkan dengan unsur pemerintah, bahkan

dipengaruhi oleh politik. Salah satu kenyataan adalah saat ini banyak

ilmuwan mengembangkan sains untuk keperluan pertahanan militer.

6) Sains sebagai hasil konstruksi manusia

Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa sains sebenarnya

merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat

semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain merupakan akumulasi

kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini adalah sains merupakan

konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, dapat saja apa yang

dihasilkan sains memiliki sifat bias dan sementara.

7) Sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk

pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh sains. Bukan saja

pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil penelusuran dan

pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai

situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah.

Sains mengandung berbagai teori yang berdasarkan pengamatan. Hukum

yang bersifat ilmiah didekati melalui suatu proses induksi dari informasi

yang didapatkan dari berbagai data. Di sisi lain, Driver (1983:4) dalam The

pupil as scientist? Menyatakan bahwa hal terpenting dalam mendefinisikan

sains adalah pembentukan pemikiran manusia yang berhubungan dengan

xxix

dunia pengalaman yang datang lewat berbagai proses yang menguji dan

mengevaluasikan hasil pemikiran mereka. Driver menempatkan ilmuwan

dan kegiatannya sebagai sesuatu hal penting dalam sains.

Ilmu Pengetahuan Alam menawarkan cara-cara untuk kita dapat memahami

kejadian-kejadian di alam dan agar kita dapat hidup di alam ini.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari

hakikatnya sebagai proses. Produk IPA adalah fakta-fakta, konsep-konsep,

prinsip-prinsip, serta teori-teori. Prosedur yang digunakan oleh para

ilmuwan untuk mempelajari alam ini adalah prosedur empirik dan analisis.

Proses empirik dalam IPA mencakup observasi, klasifikasi, dan pengukuran.

Sedangkan dalam prosedur analisis ilmuwan menginterprestasikan

penemuan. Mereka dengan mempergunakan proses-proses seperti hipotesis,

eksperimentasi terkontrol, menarik kesimpulan dan memprediksi.

IPA diperoleh melalui penelitian, dengan menggunakan langkah-langkah

tertentu yang disebut dengan Metode Ilmiah. Jadi hakikat IPA selain sebagai

“Produk” juga sebagai “Proses”.

b. Pembelajaran IPA di SLB - C

IPA merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SMPLB, dan

sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, diberikan mulai dari kelas VII sampai

kelas IX.

Dalam GBPP SMPLB-C tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA

bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

Kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu

xxx

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

sekitar.

Ditingkat SMPLB-C diharapkan ada penekanan pembelajaran saling

temas (sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat). Yang diharapkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

Konsep IPA dan Kompetensi Pekerja Ilmiah Secara Bijaksana. Oleh karena itu

pembelajaran IPA di SMPLB-C menekankan pada pemberian pengalaman belajar

secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

sikap ilmiah.

Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan

mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa

serta rasa mencintai dan menghargai Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Tujuan Mata Pelajaran IPA di SMPLB-C adalah agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkunganm,

teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai

dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA untuk SMPLB-C meliputi aspek-

aspek sebagai berikut :

xxxi

1. Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2. Benda / materi, sifat-sifat dan kegunaanya, meliputi : cair, padat, dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan benda-

benda langit lainnya.

c. Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya

Menurut R. Soetarno, AK dalam RPAL Penerbit CV Aneka Ilmu Semarang

(2006: 16) pada umumnya binatang / hewan dapat dibagi menjadi beberapa jenis

atau macam berdasarkan makanan yang dimakan sehari-hari, yaitu :

1. Herbivora

Herbivora adalah jenis hewan yang memakan makanan yang berasal dari

tumbuha-tumbuhan seperti daun, kayu, biji, buah, bunga dan lain

sebaginya. Contoh binatang herbivora adalah kambing, unta, kerbau,

kelinci, burung dara.

2. Karnivora

Karnivora adalah jenis binatang yang memakan makanan yang berasal dari

tubuh hewan lainnya seperti daging, darah. Hewan ini disebut juga sebagai

hewan predator. Contoh hewan karnivora adalah singa, macan, harimau,

cheethah, piranha, burung bangkai, burung pemakan serangga, ikan

arwana.

3. Omnivora

Omnivora adalah jenis hewan yang memakan makanan keduanya baik

tumbuhan maupun hewan. Binatang ini makan silih berganti antara

keduanya. Contoh binatang omnivora adalah tikus, ikan mas, ikan mujair,

ayam.

xxxii

Kesimpulannya adalah bahwa herbivora adalah jenis hewan pemakan

tumbuh-tumbuhan, karnivora jenis hewan pemakan daging dan omnivora

jenis hewan pemakan keduanya baik tumbuhan maupun daging.

4. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)

a. Pengertian PAKEM

Menurut Tri Irianti (2008 : 12-17) PAKEM adalah singkatan dari

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

Aktif maksudnya adalah proses pembelajaran dimana guru harus

menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,

mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar merupakan suatu proses

aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif

yang hanya menerima ceramah dari guru tentang pengetahuan.

Kreatif maksudnya guru menciptakan suasana belajar yang beragam sehingga

memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.

Efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasi siswa setelah proses

pembelajaran berlangsung, karena setiap proses pembelajaran memiliki tujuan

pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan

menyenangkan tetapi tidak efektif maka pembelajaran tersebut tak ubahnya

sebagai bermain biasa.

Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan

sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara utuh pada belajarnya.

Secara garis besar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut :

Siswa terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan

pemahaman dan kemampuan mereka dengan belajar melalui berbuat.

Guru menggunakan alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan

semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar

untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi

siswa.

xxxiii

Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan ajar yang

lebih menarik dan menyediakan pojok baca.

Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif

termasuk belajar kelompok.

Guru memotivasi siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam

pemecahan masalah. Untuk mengungkapkan gagasan dan melibatkan

siswa dalam menciptakan lingkungan sekolah.

b. Yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAKEM :

1. Memahami sifat yang dimiliki siswa

Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan berimajinasi. Semua

anak memiliki dua sifat rasa ingin tahu berimajinasi, yang merupakan

modal dasar bagi perkembangan sikap berfikir kritis dan kreatif.

Suasana pembelajaran kita ciptakan agar anak memilki kesempatan untuk

mengembangkan dua sifat tersebut, dengan cara memberikan

pertanyaan yang menantang, mendorong anak untuk melakukan

percobaan dan memberikan pujian bagi anak jika menunjukkan

prestasinya, membantu berkembangnya sifat rasa ingin tahu dan

berimajinasi.

2. Mengenal Anak Secara Perorangan

Siswa kita memiliki latar belakang lingkungan keluarga yang berbeda,

ada yang kaya, kurang mampu dan memilki kemampuan yang berbeda.

Dalam PAKEM perbedaan indivisual perlu diperhatikan dan harus

tercermin dalam kegiatan pembelajara. Semua anak dalam kelas tidak

selalu mengerjakan hal yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan

kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan yang

lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temanya yang lemah (tutor

sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak. Kita dapat

membantunya bila mendapatkan kesulitan sehingga anak tersebut

dapat belajar dengan maksimal. Guru harus mengenal karakter dan

kemampuan anak secara perorangan.

xxxiv

3. Memanfaatkan Anak Dalam Pengorganisasian Belajar

Sebagai makhluk sosial anak sejak kecil secara alami bermain

berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat

dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melaksanakan

tugas atau membahas sesuatu anak dapat mengerjakannya secara

berpasangan atau secara kelompok. Berdasarkan pengalaman anak

tunagrahita menyelesaikan tugas dengan baik jika mereka duduk

berkelompok. Duduk berkelompok memudahkan anak tunagrahita

untuk berinteraksi dan bertukar pikiran, namun demikian anak perlu

juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individu

berkembang.

4. Mengembangkan Kemampuan Berfikir Kritis, Kreatif dan

Kemampuan Memecahkan Masalah.

Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah, hal ini

memerlukan kemampuan berfikir kreatif dan kritis. Kritis untuk

menganalisa masalah, kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan

masalah. Kedua jenis berfikir tersebut berasal dari rasa ingin tahu dan

berimajinasi yang merupakan sifat dasar anak sejak lahir. Oleh karena

itu guru harus sering-sering memberikan tugas yang menantang dan

soal-soal yang terbuka.

5. Mengembangkan Ruang Kelas Sebagai Lingkungan Belajar Yang

Menarik.

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang disarankan dalam

PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya ada yang dipajangkan untuk

memenuhi kebutuhan ruang kelas tersebut, yang diharapkan

pemajangan hasil karya siswa dapat memotivasi siswa untuk bekerja

lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang

dipajangkan dapat berupa gambar binatang Herbivora, binatang

xxxv

Karnivora maupun binatang Omnivora dan sebaginya. Ruang kelas

yang penuh dengan pajangan hasil karya siswa yang ditata dengan baik

dapat digunakan guru sebagai bahan rujukan ketika menjelaskan

sesuatu.

6. Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Lingkungan (fisik, sosial, budaya) merupakan sumber yang sangat

kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai

media belajar. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering

membuat anak merasa senang belajar. Belajar dengan menggunakan

lingkungan tidak selalu anak harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan

dapat di bawa ke dalam kelas untuk menghemat biaya dan waktu.

Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah ketrampilan

seperti: mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesa,

mengklasifikasikan, membuat tulisan dan membuat gambar.

7. Memberikan Umpan Baik Untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar

Pemberian umpan balik dari guru kelas kepada siswa merupakan salah

satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Mutu hasil belajar akan

meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Umpan balik hendaknya

lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu

dalam memberikan umpan balik kepada siswa tunagrahita harus

dilakukan secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya

diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus

konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa, memberikan komentar dan

catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih

bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada sekedar angka.

8. Membedakan Antara Aktif Fisik dan Mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa

kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apabila jika bangku dan meja

diatur berkelompok serta siswa duduk berhadap-hadapan. Keadaan

tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental

lebih diinginkan dari pada aktif fisik. Sering bertanya, mengemukakan

xxxvi

gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain / siswa lain

merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat tumbuhnya aktif mental

bagi anak tunagrahita adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, takut

ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi kalau salah. Oleh

karena itu, sebagai guru SLB khususnya untuk anak tunagrahita yang

sering mempunyai sifat rendah diri atau minder, guru hendaknya dapat

menghilangkan penyebab rasa takut atau rendah diri tersebut, baik

yang datang dari guru, atau teman lainnya.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model PAKEM

merupakan pembelajaran aktif yang menekankan pada keterlibatan siswa secara

aktif untuk memahami, mengalami sendiri, menemukan, memecahkan masalah

sehingga sesuai potensi mereka dapat berkembang secara optimal.

B. Keranga Berfikir

Pada umumnya, kemampuan pemahaman konsep IPA tentang penggolongan

hewan berdasarkan jenis makanannya anak tunagrahita sangat terbatas, karena

anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berfikir abstrak. Sesuai dengan

kondisi dan kemampuan anak tunagrahita ringan dalam pembelajaran IPA tentang

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya yang meliputi hewan

herbivora, hewan karnivora dan hewan omnivora, anak diajak belajar langsung

dilingkungan sekolah atau di alam bebas, dan tidak selalu di dalam kelas.

Maka dari itu dalam kegiatan pembelajaran IPA tentang penggolongan

hewan berdasarkan jenis makanannya, diterapkan model pembelajaran PAKEM.

Penulis berpendapat dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM akan

memperjelas materi yang di sampaikan, menarik perhatian anak, serta

menimbulkan semangat belajar, karena secara langsung anak melakukan sendiri

dari hal yang abstrak dapat dikonkritkan.

Dengan demikian, berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas,

diharapkan dengan pembelajaran model PAKEM dapat meningkatkan prestasi

belajar IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.

xxxvii

Untuk memperjelas uraian di atas kerangka berfikir dalam penelitian dapat

digambarkan dengan bagan sebagai berikut :

Kondisi Awal

Belum menggunakan pembelajaran model

PAKEM

Nilai IPA tentang penggolongan

hewan berdasarkan jenis makannnya

rendah

TindakanMenggunakan pembelajaran

model PAKEM dalam pembelajaran IPA tentang

penggolongan hewan beerdasarkan jenis makannnya

Hasil belajar IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis

makanannya meningkat

KondisiAkhir

xxxviii

Gambar 1. Kerangka Berfikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pengkajian teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan

di depan, maka dapatlah di rumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :

“ Pembelajaran dengan model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan, dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan

hewan berdasarkan jenis makanannya. Bagi siswa tunagrahita kelas VII di SLB

Putra Pertiwi Kebumen”.

xxxix

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SLB Putra Pertiwi

Tamanwinangun, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa

Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2008 / 2009 yang

dimulai pada bulan April 2009 sampai dengan bulan Mei 2009.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam hal ini adalah siswa kelas VII SLB Putra Pertiwi

Tamanwinangun yang berjumlah 3 siswa, terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 1 siswa

perempuan. Guru wali kelas dan komponen sekolah yang ada untuk perolehan

data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data tentang perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dalam proses pembelajaran dan hasil evaluasi yang

dicapai siswa.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan observasi yang dilakukan

selama pembelajaran, baik pembelajaran di adalam kelas maupun di luar kelas.

Tes digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep pemahaman

IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. Adapun

observasi dilakukan untuk mengetahui proses atau pelaksanaan pembelajaran.

xl

E. Validitas Data

Untuk menjamin Validitas data, peneliti mengembangkan penelitian lembar

pengamatan selama proses pembelajaran dan pencatatan (dokumentasi), hasil

belajar siswa. Selain itu peneliti juga akan melakukan wawancara dengan teman

sejawat dan kepala sekolah untuk memperoleh data tentang kesan terhadap

pembelajaran yang dilakukan.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif meliputi tiga akhir

kegiatan terjadi secara bersamaan dan terus menerus selama dan setelah

pengumpulan data, yaitu 1) Reduksi data, 2) Penyajian data, dan 3) Penarikan

kesimpulan / verivikasi (Milles & Huberman, 1992) selain itu dalam analisis data

juga digunakan analisis secara deskriptif komparatif untuk membandingkan

kondisi awal dan kondisi setelah dilaksanakannya tindakan 1 dan tindakan

berikutnya.

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan sebagai proses pemilihan, pemersatuan,

pemerhatian dan penyederhanaan data kasar yang diperoleh dari catatan-

catatan tertulis dilapangan. Tahap reduksi data merupakan bentuk analisis

yang menajamkan, menggolongkan, mengarah, membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan-kesimpulan akhir dapat

ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan menyusun sekumpulan informasi

yang diperoleh dari hasil reduksi data secara naratif sehingga memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

xli

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir dalam analisis data kualitatif yaitu melakukan penarikan

kesimpulan akhir yang diperoleh dari hasil reduksi data penyajian data di

atas.

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja penelitian ini adalah mencakup beberapa hal yang saling

berkaitan dalam pembelajaran IPA tentang pengolongan hewan berdasarkan jenis

makanannya. Yaitu :

1. Siswa terlibat aktif, kreatif dalam pembelajaran.

2. Siswa merasa senang dalam pembelajaran.

3. Siswa mempunyai kompetensi memahami, mengamati, mengidentifikasi

konsep dalam IPA.

4. Siswa dapat memecahkan masalah.

5. Siswa dapat memilih strategi yang tepat untuk belajar IPA tentang

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.

H. Prosedur Penelitian

Model penelitian adalah prosedur yang menggambarkan bagaimana

penelitian akan dilaksanakan dalam penelitian ini, penelitian menggunakan

tindakan yang dikembangkan Kemmis dan MC Taggart (1998 : 63 ).

Penelitian ini meliputi 4 tahap yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,

tahap observasi dan evaluasi. Adapun masing-masing tahap dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Siklus I

1. Tahap Perencanaan / Plan

Pada tahap ini peneliti membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Lengkap dengan Instrument yang diperlukan agar

tindakan yang dilakukan sesuai dengan tujuan, peneliti membuat 3 RPP

xlii

untuk 3 siklus. Instrument yang diperlukan adalah lembar observasi

untuk siswa, lembar penilaian, dan contoh gambar hewan herbivora,

karnivora, dan omnivora.

2. Pelaksanaan Tindakan / Action

Pada tindakan I pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

a) Pemberian materi pada kegiatan awal pelajaran, penelitian

melakukan apersepsi seputar hewan herbivora atau hewan

pemakan tumbuhan.

b) Pada kegiatan ini, peneliti menampilkan gambar contoh beberapa

jenis hewan pemakan tumbuh-tumbuhan.

c) Mengamati beberapa hewan dilingkungan sekolah, yang

termasuk golongan hewan herbivora.

3. Pengamatan / Observer

Pada saat melakukan tindakan peneliti melakukan pengamatan

terhadap semua kegiatan siswa, konsentrasi siswa selama pembelajaran,

dalam pemahaman konsep tentang hewan herbivora / hewan pemakan

tumbuh-tumbuhan.

4. Refleksi / Reflection

Setelah kegiatan inti, berdasarkan data hasil observasi, peneliti

melakukan refleksi untuk menilai sejauh mana keefektifan pembelajaran

model PAKEM dalam rangka untuk meningkatkan prestasi belajar IPA

pada siswa, tentang pengolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.

Selain itu juga mencari soslusi atas hambatan-hambatan yang muncul

untuk diperbaiki pada siklus kedua.

Siklus II

xliii

1. Perencanaan / Plan

Pada tahap ini, peneliti menggunakan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran untuk siklus 2 (kedua) dengan materi hewan karnivora

beserta menampilkan gambar yang lebih menarik.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada kegiatan awal, peneliti melakukan apersepsi tentang hewan

karnivora, peneliti mengajak para siswa belajar di luar kelas.

3. Pengamatan / Observer

Saat melakukan pengamatan peneliti melakukan pengamatan

terhadap semua kegiatan siswa, bagaimana kesiapan siswa dalam

pembelajaran konsentrasi siswa selama pembelajaran, reaksi siswa

terhadap gambar yang di perlihatkan oleh peneliti.

4. Refleksi / Reflection

Setelah kegiatan inti, berdasarkan hasil observasi, peneliti

melakukan refleksi untuk menilai sejauh mana keberhasilan penggunaan

pembelajaran model PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar IPA

pada siswa, tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis

makanannya, dan mencari solusi dari hambatan-hambatan yang muncul

untuk diperbaiki pada siklus ke-3.

Siklus III

1. Perencanaan / Plan

Pada siklus ketiga peneliti menggunakan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran untuk siklus ketiga tentang golongan hewan omnivora /

pemakan tumbuhan dan daging serta memperlihatkan beberapa gambar.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada kegiatan awal, peneliti mengadakan Tanya jawab. Seputar

golongan hewan omnivore.

xliv

3. Pengamatan

Saat melakukan pengamatan, peneliti melakukan pengamatan

terhadap semua kegiatan siswa, sebagaimana kesiapan siswa dalam

pembelajaran, konsetrasi siswa dalam pembelajaran, reaksi siswa

terhadap beberapa gambar yang diperlihatkan oleh peneliti.

4. Refleksi / Reflection

Berdasarkan data hasil observasi, apakah siswa mengalami

kemajuan apa tidak, dalam pemahaman konsep IPA tentang

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.

Bagan (Skema) Peneliatian

Gambar 5. Bagan (Skema) Penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Pengamatan

Refleksi

xlv

SLB Putra Pertiwi Tamanwinangun Kebumen adalah SLB yang

merupakan Sekolah Tingkat Jenjang Pendidikan Lanjutan yaitu SMPLB dan

SMALB di Desa Tamanwinangun Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen

dimana Sekolah Luar Biasa Putra Pertiwi ini memiliki jumlah siswa SMPLB

sebanyak 27 siswa dan SMALB sebanyak 16 siswa. Jadi jumlah siswa SMPLB

dan SMALB sebanyak 43 siswa untuk tahun ajaran 2008 / 2009, terdiri dari anak

tunarungu, anak tunagrahita dan anak tunadaksa.

SLB Putra Pertiwi satu kompleks/berdekatan dengan SDLB Negeri

Tamanwinangun Kebumen, sehingga bagi anak yang sudah tamat dari SDLB

Negeri langsung dapat masuk ke jenjang pendidikan tingkat SMPLB dan setelah

tamat dari SMPLB juga langsung dapat meneruskan ke jenjang pendidikan

SMALBnya. Sebagaian besar siswa berasal dari kalangan petani dan buruh,

namun minat belajar tetap tinggi. Mereka ada yang tinggal di asrama, sebagian

ada yang berangkat sekolah dari rumah naik sepeda.

Dengan segala upaya dan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan,

SLB Putra Pertiwi Kebumen tetap berkomitmen untuk memajukan anak-anak

bangsa, sebagai generasi penerus. Terbukti SLB Putra Pertiwi Kebumen telah

meraih beberapa prestasi yang membanggakan di berbagai bidang perlombaan,

meskipun hanya ditingkat Karesidenan Kedu dan di tingkat Provinsi.

Untuk tahun pelajaran 2008 / 2009 siswa kelas VII SLB Putra Pertiwi

Kebumen untuk jurusan anak tunagrahita hanya berjumlah 3 (tiga) siswa, yang

terdiri dari 2 (dua) siswa laki-laki dan 1 (satu) siswa perempuan. Pada mulanya

siswa VII (tujuh) anak tunagrahita sudah ada 1 (satu) siswa yang agak paham

dalam memahami konsep IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis

makananannya. Tetapi masih ada 2 (dua) siswa yang belum dapat memahami

konsep IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya,

sehingga dalam pelajaran IPA nilai prestasi belajar selalu rendah. Hal ini

disebabkan karena siswa kurang tertarik untuk mempelajari konsep IPA terhadap

fakta-fakta yang ada dan kurangnya minat untuk mengamati terhadap lingkungan

alam sekitarnya.

xlvi

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas VII (tujuh) anak tunagrahita

di SLB Putra Pertiwi Kebumen dengan jumlah 3 siswa dari latar belakang

kehidupan yang berbeda-beda. Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas

tunagrahita diperlukan suatu strategi khusus yang dapat menarik perhatian siswa,

agar siswa mampu menyerap apa yang telah dipelajari. Selain itu penggunaan

model PAKEM sangat mendukung lancarnya proses belajar IPA tentang

penggolongan hewan berdasakan jenis makanannya.

Berikut data siswa kelas VII Tunagrahita di SLB Putra Pertiwi Kebumen.

1. Nama Siswa : M R G

2. Tempat dan tanggal lahir : Kebumen, 28 Juni 1993

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Jenis kelainan : Tunagrahita

5. Agama : Islam

6. Anak ke : 1 (satu)

7. Nama orang tua : Selamat Ginting (Alm)

8. Pekerjaan orang tua : Buruh

9. Alamat rumah : Rt. 06 / Rw. III Kutosari Kebumen

1. Nama Siswa : E F

2. Tempat dan tanggal lahir : Kebumen, 20-08-1990

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Jenis kelainan : Tunagrahita

5. Agama : Islam

6. Anak ke : 5 (lima)

xlvii

7. Nama orang tua : Sajiman

8. Pekerjaan orang tua : Karyawan

9. Alamat rumah : Sawangan, Alian, Kebumen

1. Nama Siswa : D R S

2. Tempat dan tanggal lahir : Wonosobo, 18 – 3 -1991

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Jenis kelainan : Tunagrahita

5. Agama : Islam

6. Anak ke : 2 (dua)

7. Nama orang tua : Prasetyo

8. Pekerjaan orang tua : PNS

9. Alamat rumah : Rt. 20 / Rw. 4 Karanganyar Wadaslintang

Kondisi awal sebelum tindakan, dapat peneliti sampaikan melalui tes

tertulis bentuk isian. Adapun hasil tes melalui analisis pada pemahaman konsep

IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya disajikan pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil analisis kondisi awal

No Nama SiswaJenis Penelitian

Nilai KetNama Hewan Jenis Makanan Golongan

xlviii

Hewan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

M R G v v v 60

E F v v v 40

D R S v v v 53

Jumlah 153

Nilai rata-rata 51

Keterangan

Angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut.

Skor 1, sangat tidak benar nilai = 20

Skor 2, tidak benar nilai = 40

Skor 3, kurang benar nilai = 60

Skor 4, benar nilai = 80

Skor 5, sangat benar nilai = 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai kondisi awal siswa

kelas VII Tunagrahita di SLB Putra Pertiwi Kebumen sangat rendah, nilai rata-

rata kelas hanya 51. pada kondisi awal demikian disebabkan karena belum

digunakannya pembelajaran model PAKEM dan contoh dari beberapa gambar

hewan kurang begitu menarik perhatikan siswa, serta pembelajaran selalu di

dalam kelas sehingga anak jenuh atau bosan.

Penelitian dilaksanakan melalui beberapa siklus. Siklus berakhir apabila

telah memenuhi target yang telah ditentukan sebelumnya.

Perencanaan Penelitian.

1. Permintaan ijin dari kepala sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian.

2. Penyampaian gagasan yang terkandung dalam penelitian ini kepada kepala

sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian.

xlix

3. Observasi dan wawancara terhadap guru wali kelas VII tunagrahita

terutama dalam pelajaran IPA.

4. Menggambarkan persepsi tentang serapan Model PAKEM pada guru wali

kelas dan menjelaskan proses penelitian yang akan dilaksanakan.

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Siklus I sudah direncanakan secara matang meliputi persiapan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen berupa lembar observasi untuk

siswa dan guru, lembar penilaian dan beberapa contoh gambar hewan

herbivora.

Siklus I akan dilaksanakan pada tanggal 8 April 2009 yang akan dilaksanakan

oleh peneliti selaku guru bidang studi dan 1 guru teman sejawat bertindak

sebagai pengamat.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 April 2009 pada saat

jadwal pelajaran IPA sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar

pada siklus I ini peneliti sudah menggunakan pembelajaran model PAKEM.

1) Kegiatan pendahuluan

a) Motivasi dan apersepsi seputar hewan herbivora atau hewan pemakan

tumbuh – tumbuhan

2) Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan tentang binatang atau hewan dapat kita bagi menjadi

beberapa jenis atau golongan berdasarkan makanan yang dimakan

sehari –hari : yaitu hewan herbivora, karnivora, dan omnivora. Yang

akan kita bahas pada pertemuan pertama adalah hewan herbivora atau

l

jenis hewan yang memakan makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan

seperti : daun, kayu, biji, buah, bunga, dan sebagainya.

b) Guru menjelaskan contoh hewan herbivora seperti : kambing, unta,

kerbau, kelinci, kuda dan sebagainya.

c) Siswa bercerita tentang hewan herbivora dan jenis makanannya secara

perorangan.

d) Kemudian guru mengajak siswa ke luar kelas untuk mengamati

beberapa hewan pemakan tumbuh-tumbuhan dilingkungan sekolah.

3) Kegiatan penutup

a) Gu

b) ru / peneliti beserta peserta didik melakukan diskusi kelas dari hasil

pengamatan. Kemudian membuat kesimpulan atau rangkuman hasil

belajar dan siswa melaporkan hasil pengamatannya secara tertulis.

li

Gambar 3. Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus I

c. Hasil Pengamatan

Pelaksanaan tindakan secara umum sudah sesuai dengan rencana,

hanya saja konsentrasi siswa agak terganggu karena ada orang lain yaitu

observe dan ada juru foto untuk mengambil gambar, jadi anak seolah-olah

dalam proses pembelajarannya kaku.

Selama proses pembelajaran terutama saat peneliti menerangkan hewan

herbivora atau hewan pemakan tumbuh – tumbuhan, dari 3 siswa 1 siswa telah

tuntas dengan nilai 73 dan 2 siswa belum tuntas dengan nilai dibawah 60.

Hambatan yang muncul siswa kurang antusias dalam mengamati hewan

pemakan tumbuh-tumbuhan mungkin hewan tersebut kurang menarik

perhatian siswa sehingga ada siswa yang bercakap-cakap, dan bermain-main

dengan temannya.

Berikut hasil analisis pemahaman Konsep IPA tentang penggolongan hewan

herbivora dan jenis makanannya pada siklus I.

Tabel 2. Hasil analisis soal latihan siklus I

No Nama Siswa

Jenis Penelitian

Nilai KetNama Hewan Jenis MakananGolongan

Hewan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 M R G v v v 73 Tuntas

2 E F v v v 47 B. Tuntas

3 D R S v v v 53 B. Tuntas

Jumlah 173

Nilai rata-rata 58

d. Refleksi

Hasil refleksi siklus I ditemukan beberapa hambatan, untuk itu peneliti

perlu menggunakan pembelajaran model PAKEM secara maksimal dan

lii

bervariasi, mencari contoh gambar hewan yang menarik dan mengamati

hewan di lingkungan sekolah sebagai sumber belajar atau pembelajaran di luar

kelas.

Berdasarkan catatan observasi siswa kurang antusias dalam

mengamati hewan pemakan tumbuh-tumbuhan atau hewan herbivora,

mungkin karena hewan atau binatang tersebut kurang menarik perhatian

siswa, dia sudah biasa melihat kambing, tetapi apabila disuruh untuk

menyebutkan binatang / hewan lain yang termasuk golongan herbivora beserta

menyebutkan jenis makanannya secara perorangan anak masih ragu atau takut

salah sehingga memerlukan bantuan dari peneliti untuk menceritakan hewan

tersebut. Jadi di sini siswa dalam proses mengamati hewan kambing tidak

begitu tertarik, konsentrasi penuh hanya pada 15 menit pertama, setelah itu

siswa mulai bermain-main dengan temannya dan bercakap-cakap, bahkan

teman sendiri disuruh makan rumput biar seperti kambing.

Anak Tunagrahita yang peneliti amati, banyak bicara dan bermain,

bercerita bukan pada materi pelajarannya. Jika disuruh melaporkan hasil yang

diamati secara lisan dan perorangan siswa tersebut belum mampu untuk itu

peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus kedua.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Tindakan siklus II berupa perbaikan terhadap hambatan yang muncul

pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama ternyata

pemahaman dan pengamatan siswa terhadap hewan pemakan tumbuh-

tumbuhan rendah, karena hewan yang diamati kurang menarik perhatian

siswa, sehingga peneliti memilih untuk menampilkan contoh gambar hewan

yang cukup menarik yaitu golongan hewan karnivora atau hewan pemakan

daging untuk diamati siswa pada siklus kedua.

b. Pelaksanaan Tindakan

liii

Pada tahap ini, peneliti menggunakan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) untuk siklus kedua pada tanggal 15 April 2009

1) Kegiatan pendahuluan

a) Motivasi dan apersepsi peneliti menjelaskan tentang beberapa hewan

karnivora yaitu hewan pemakan daging, darah dan sebagainya atau

hewan ini disebut sebagai hewan predator.

b) Peneliti mengajak para siswa untuk belajar di luar kelas.

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, siswa diberi contoh beberapa gambar hewan karnivora

atau hewan pemakan daging, kemudian siswa memeperhatikan

keterangan dari guru / peneliti. Setelah siswa paham lalu mulai ada siswa

yang bertanya secara perorangan dan juga bertanya secara bersama-sama.

Kemudian siswa diajak untuk mengamati hewan pemakan daging yang ada

di lingkungan sekolah yaitu kucing yang diberi makanan ikan laut, ternyata

betapa senangnya sang kucing melihat dan lalu memakan ikan laut yang

sudah disediakan oleh siswa. Kemudian siswa mengamati dengan

sungguh-sungguh. Kemudian siswa disuruh bercerita tentang hewan

karnivora yang lain beserta jenis makanannya secara perorangan.

3) Kegiatan penutup

Peneliti kepada peserta didik mengadakan tanya jawab secara lisan

mengenai

golongan hewan karnivora dan jenis makanannya dan juga tes tertulis.

liv

Gambar 4. Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus II

c. Hasil Pengamatan

Pada kegiatan siklus II menemukan perubahan yang sangat

signifikan apabila dibandingkan dengan siklus satu dalam mengamati hewan

karnivora betul-betul ada siswa yang dalam mengamati proses makanannya,

kepala siswa sampai tertunduk, siswa yang semula takut untuk bercerita

sekarang sudah berani

untuk bercerita walau belum begitu lancar dalam mengutarakannya.

Berikut hasil analisis Pemahaman konsep IPA tentang penggolongan hewan

karnivora berdasarkan jenis makanannya pada siklus II.

Tabel 3 . Hasil analisis soal latihan siklus II

No Nama Siswa

Jenis Penelitian

Nilai KetNama Hewan Jenis MakananGolongan

Hewan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 M R G v v v 80 Tuntas

2 E F v v v 53 B. Tuntas

3 D R S v v v 67 Tuntas

Jumlah 200

Nilai rata-rata 67

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus kedua peneliti melakukan

diskusi dengan teman sejawat dan kepala sekolah, siswa sudah mengalami

banyak

kemajuan dalam memahami dan mengamati tentang penggolongan hewan

berdasarkan jenis makanannya. Siswa sudah bisa membedakan hewan

lv

herbivora dan hewan karnivora masing-masing siswa dapat bercerita dan dapat

menjawab pertanyaan dari peneliti. Tetapi masih ada satu siswa yang belum

tuntas dalam memahami konsep IPA tentang penggolongan hewan dan jenis

makanannya.

Untuk itu agar siswa yang belum tuntas semakin paham dalam memahami

konsep

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. Maka peneliti mencoba

menggunakan tutor sebaya pada siklus ketiga, dan peneliti memutuskan untuk

mengadakan perbaikan pada siklus ke III.

3. Siklus III

a. Perencanaan Tindakan

Tindakan siklus ketiga direncanakan ada bantuan dari tutor sebaya untuk

membantu teman yang belum paham tentang penggolongan hewan

berdasarkan jenis makanannya.

Pada siklus ketiga ini peneliti menggunakan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran untuk siklus ketiga, lengkap dengan instrumen yang diperlukan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 23 April

2009. Tindakan ini diawali dengan peneliti menyuruh siswa untuk bekerja

kelompok dan menunjuk 1 (satu) orang siswa untuk menjadi tutor sebaya.

1) Kegiatan pendahuluan

a) Motivasi dan apersepsi tentang seputar hewan omnivora

2) Kegiatan inti

Peneliti membagikan gambar hewan omnivora pada setiap siswa, sebelum

pembelajaran dimulai agar siswa bersemangat peneliti mengajak para

siswa untuk menyanyikan sebuah lagu yaitu lagu “menthok-menthok”

lvi

Setelah selesai menyanyi siswa memperhatikan guru/peneliti pada

waktu sedang menerangkan hewan omnivora dan jenis makanannya.

Kemudian siswa melihat dan mengamati gambar-gambar hewan tersebut

dan juga di suruh untuk berfikir untuk menyebutkan jenis-jenis

makanannya. Kemudian siswa jenis-jenis makanannya. Kemudian siswa

mulai bercerita tentang hewan omnivora secara bersama-sama dalam

kelompok di sini siswa mulai sangat tertarik di dalam kerja kelompok

siswa bercerita tentang hewan omnivora yang dipiara di rumahnya, bahkan

punya saudaranya juga diceritakan.

Kemudian peneliti mengajak siswa ke luar kelas untuk mengamati

hewan omnivora yang ada dilingkungan sekolah. Siswa membawa

makanan hewan tersebut. Ternyata siswa heran karena begitu melihat anak

membawa makanan ayam dan menthok berlarian menggerubuti siswa. Jadi

binatang ayam, menthok adalah termasuk binatang yang mudah jinak di

mana binatang tersebut melihat siswa masuk kandang membawa makanan

yang berupa biji jagung, biji padi, dan ada yang membawa bekatul, cacing

tanah, hewan ayam dan menthok tersebut langsung dapat berkumpul saling

berebut makanan sehingga siswa suka sekali bermain dengan binatang /

hewan ayam, menthok sambil memberi makan.

Kemudian peneliti menunjuk seorang siswa untuk menjadi tutor

sebaya dalam kelompoknya. Tutor sebaya membantu teman yang pada

siklus kedua belum paham tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis

makanannya.

Peneliti membuat beberapa pertanyaan tentang hewan omnivora

untuk dijawab oleh siswa dengan jawaban yang benar. Setelah itu setiap

siswa di suruh mencoba untuk menyebutkan nama-nama hewan omnivora

dan jenis makanannya di depan kelas secara bergantian, lalu siswa lain

memberi tanggapan dan mencatat kesimpulannya dibuku masing-masing

dengan dibantu oleh peneliti.

lvii

3) Kegiatan Penutup

Peneliti menyajikan soal tes tertulis, kemudian siswa melaporkan hasil tes

tersebut.

Gambar 5. Kegiatan Pembelajaran pada Siklus III

c. Hasil Pengamatan

Peneliti minta bantuan teman sejawat untuk menjadi observe ketika

pembelajaran berlangsung. Observe melakukan pengamatan terhadap semua

kegiatan siswa, bagaimana kesiapan siswa dalam pembelajaran, konsentrasi

siswa dalam pembelajaran, reaksi siswa terhadap mata pelajaran IPA tentang

lviii

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya observe juga ikut

mengamati dan mencatat semua yang dilakukan oleh peneliti dalam

pembelajaran, apakah sudah sesuai dengan rencana pembelajaran.

Berikut hasil analisis pemahaman konsep IPA tentang

penggolongan hewan omnivora dan jenis makanannya pada siklus III.

Tabel 4. Hasil analisis soal latihan siklus III

No Nama Siswa

Jenis Penelitian

Nilai KetNama Hewan Jenis MakananGolongan

Hewan

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 M R G v v v 87 Tuntas

2 E F v v v 67 Tuntas

3 D R S v v v 80 Tuntas

Jumlah 234

Nilai rata-rata 78

Selama melaksanakan siklus ketiga, siswa telah menunjukkan banyak

kemajuan dalam pemahaman konsep IPA tentang penggolongan hewan

berdasarkan jenis makanannya, siswa dapat membedakan hewan herbivora,

karnivora, dan omnivora, dan juga siswa aktif dalam kelompok. Dari hasil

wawancara antara observe dengan siswa menunjukkan bahwa siswa merasa

senang mengikuti pelajaran IPA. Apalagi bagi siswa yang belum paham

mengenai materi IPA tentang penggolongan hewan di sini dibantu oleh

temannya sendiri (tutor sebaya).

d. Refleksi

Dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam pemahaman

konsep IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya yang

menuntut keterampilan proses dan permasalahan konsep siswa secara umum

telah menguasai materi pembelajaran IPA dan sudah mempunyai keterampilan

lix

dalam pengamatan serta pemecahan masalah. Hal ini harus dilatihkan secara

terus menerus agar siswa terbiasa pada kegiatan-kegiatan selanjutnya, agar

keterampilan pemahaman konsep IPA dapat lebih di tingkatkan.

Berdasarkan hasil pembelajaran dari siklus I, II, dan III prestasi belajar

siswa meningkat, nilai rata-rata kelas pada siklus ketiga adalah 78.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan tindakan yang dilakukan tiga siklus hasil penelitian ini dapat

dipaparkan yang pertama hasil yang berkaitan dengan perilaku siswa ketika

melakukan pengamatan / pembelajaran diluar kelas dengan model

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan yang kedua berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam memahami konsep IPA tentang

menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya dalam pemecahan

masalah.

Berkaitan dengan perilaku siswa ketika melakukan pengamatan /

pembelajaran iluar kelas dengan menggunakan Model PAKEM setiap

siklusnya mengalami perubahan positif. Siswa kelihatan aktif dan ceria ketika

belajar diluar kelas, aktif bertanya dan mengemukakan gagasan. Jadi siswa

lebih paham untuk memahami suatu konsep dengan belajar melalui berbuat,

karena kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak

terbatas. Ketika awal kegiatan banyak kegiatan siswa yang dilakukan kurang

positif seperti bermain, bercerita dengan temannya karena belum tahu tentang

konsep IPA menggolongkan hewan dengan berdasarkan jenis makanannya.

Pada siklus yang pertama siswa masih sulit sekali untuk memahami golongan

hewan herbivora atau hewan pemakan tumbuh-tumbuhan karena terhambat

oleh pemahaman konsep dan penguasaan bahasa. Setelah dilakukan tindakan

dengan model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

seoptimal mungkin, maka sangat membantu sekali memperoleh keterampilan

pemahaman tentang pengolongan hewan berdasarkan jenis makanannya dalam

pembelajaran IPA.

lx

Dengan pemberian tindakan yang terus menerus siswa sudah dapat

membedakan / menggolongkan hewan herbivora, hewan karnivora dan hewan

omnivora berdasarkan jenis makanannya. Siswa mampu mengumpulkan

informasi secara sederhana yang relevan dari konsep-konsep yang dipahami

dari apa yang diketahui dan ditanyakan, untuk memecahkan masalahnya

sehingga menemukan jawaban atas permasalahan.

Pada metode model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan yang sistematis tersebut pada tes akhir siswa dapat mencapai

ketuntasan belajar. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran Model

PAKEM selama tiga siklus menunjukkan perubahan / keberhasilan sesuai

dengan apa yang diharapkan.

Dari hasil wawancara yang diberikan siswa setelah akhir tindakan

sebagian besar siswa merasa senang. Hal ini menunjukkan Model PAKEM

sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan

hewan berdasarkan jenis makanannya.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Menurut Winkel (1999 : 50 ) belajar adalah proses perubahan dari

belum mampu kearah sudah mampu dan proses perubahan itu terjadi selama

jangka waktu tertentu. Adapun menurut Suharsimi Arikunto (1993 : 19 )

belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk

mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan

maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan,

keterampilan ataupun sikap. Di dalam peristiwa belajar selalu ada usaha

berupa latihan.

Berdasarkan pelaksanaan tindakan selama tiga siklus dapat dijelaskan

bahwa cara / teknik yang dilakukan siswa dalam pemahaman konsep IPA

tentang menggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya mengalami

peningkatan. Peningkatan yang pertama berkaitan dengan pengamatan hewan

herbivora, hewan karnivora, dan hewan omnivora secara langsung di lapangan

lxi

/ belajar diluar kelas. Sedangkan yang kedua berkaitan dengan pemahaman

konsep tentang penggolongan hewan / pengusaan materi.

Sebelum diadakan tindakan dalam pembelajaran IPA tentang

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, siswa sangat sulit untuk

memahami konsep-konsep tentang hewan herbivora atau pemakan tumbuh-

tumbuhan, hewan karnivora atau hewan pemakan daging, dan hewan

omnivora atau hewan pemakan tumbuh-tumbuhan dan pemakan daging.

Sehingga siswa banyak melakukan hal-hal yang kurang efektif dalam

pengamatan dan pemahaman konsep tentang penggolongan hewan. Sehingga

ketuntasan siswa dalam belajar belum tercapai.

Karena keterbatasan intelegensi, kapasitas belajar anak tunagrahita

terutama yang berifat abstrak seperti belajar menulis, membaca, memahami

konsep sangat terbatas. Kemampuan belajar cenderung tanpa pengertian atau

cenderung belajar dengan membeo. Kecuali itu anak tunagrahita merupakan

kondisi dimana perkembangan kecerdasan mengalami hambatan sehingga

tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Jadi secara umum anak

tunagrahita mengalami / mempunyai karakteristik keterbatasan intelegensi,

keterbatasan sosial, dan keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya seperti :

a. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada

situasi yang baru dikenal.

b. Memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.

c. Tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensinya dari suatu

perbuatan.

Oleh karena itu untuk memperoleh keterampilan dalam pemahaman

konsep IPA tentang menggolongkan hewan dan menyebutkan jenis-jenis

makanannya dapat dilakukan dengan mengamati secara langsung pada hewan

herbivora, hewan karnovora, dan hewan omnivora dan dapat dilakukan dengan

belajar di luar kelas agar anak tidak jenuh, dan bisa diselingi dengan bernyanyi

supaya anak gembira dan tidak tegang. Hal ini dapat dilakukan dengan sering

melakukan pengamatan-pengamatan yang terbentuk melalui proses yang

cukup lama, sehingga siswa terbiasa dan menjadi kebiasaan yang baik dalam

lxii

memahami suatu konsep dan mampu bernalar / berfikir dalam rangka asah

otak untuk pengembangan pengetahuan siswa.

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA tentang

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya dengan Model

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dan dengan

menggunakan metode pengamatan secara langsung atau observasi serta

pemberian contoh, siswa cukup aktif.

Seperti pendapat Tarigan (1984) “bahwa bahasa seseorang

mencerminkan pikiran, keterampilan berbahasa diperoleh melalui latihan dan

praktek”. Menurut pendapat Meere dan Blumen Feld (1987 : 34 ) dalam buku

belajar dan pembelajaran 2 “bahwa tingkat motivasi belajar cenderung

berkorelasi positif dengan hasil belajar” cara guru mengajar dan menarik,

menantang siswa berfikir dan berperan aktif akan mempengaruhi motivasi

siswa secara positif. Sebaliknya apabila guru tidak semangat, tidak kreatif,

dalam mengajar, membosankan, maka tingkat motivasi siswa akan menjadi

rendah.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang tertulis diatas, dengan

menggunakan model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

maka siswa kelas VII Tunagrahita menjadi tertarik dan aktif. Dengan

demikian materi pembelajaran IPA tentang menggolongkan hewan dan

menyebutkan jenis-jenis makanannya menjadi menyenangkan. Semua ini

terlihat dari nilai-nilai yang diperoleh dari tiga siklus.

Dari ketiga siklus perbaikan pembelajaran ternyata tiap-tiap siklus

mengalami kenaikan, semua ini dapat dilihat pada tabel kemajuan ketuntasan

siswa dalam pemahaman konsep IPA tentang Penggolongan Hewan

Berdasarkan Jenis Makanannya.

lxiii

Tabel 5. Nilai hasil formatif mata pelajaran IPA tentang Penggolongan

hewan berdasarkan jenis makanannya.

No Nama SiswaKemampuan

Awal

Siklus

KetI II III

1 M R G 60 73 80 87

2 E F 40 47 53 67

3 D R S 53 53 67 80

Jumlah 153 173 200 234

Rata-rata 51 58 67 78

Berdasarkan tabel 5 dapat kita lihat perubahan nilai siswa belajar siswa pada

tiap-tiap siklus, mengalami kenaikan.

a. Pada studi awal, siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 3

siswa, atau 66,6 %

b. Pada siklus satu siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 3

siswa atau 66,6%.

c. Pada siklus dua, siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa dari 3

siswa atau 33,3%

d. Pada siklus tiga siswa sudah tuntas semua atau 100%.

Sedangkan siswa yang telah menguasai materi pelajaran mengalami kenaikan

yaitu :

a. Pada siklus satu, siswa yang tuntas belajar 1 dari 3 siswa atau

33,3%.

b. Pada siklus dua, siswa yang tuntas belajar 2 dari 3 siswa, atau

66,6%.

c. Pada siklus tiga, yang tuntas belajar 3 dari 3 siswa atau 100%.

lxiv

Tabel. 6 Tingkat ketuntasan siswa dalam tiga siklus.

No PembelajaranSiswa Tuntas

%

Siswa Belum Tuntas

%

1 Kemampuan awal 33,3 66,6

2 Siklus I 33,3 66,6

3 Siklus II 66,6 33,3

4 Siklus III 100 0

Dari hasil tabel 6, terlihat jelas setelah perbaikan pembelajaran menunjukkan

daya serap siswa mengalami kenaikan yang terus membaik adapun gambaran

ketuntasan dan kemajuan belajar siswa melalui tindakan dengan pembelajaran

model PAKEM tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya,

dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :

0102030405060708090

Nilai

KemampuanAwal

Siklus I Siklus II Siklus III

Siklus

MRG

EF

DRS

lxv

Gambar 6. Grafik Histogran, Gambaran, Ketuntasan dan Kemanjuan Belajar

Siswa

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa dengan menggunakan model Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan dapat menigkatkan kualitas pembelajaran

IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, yaitu :

hewan herbivora, hewan karnivora, dan hewan omnivora. Peningkatan

kemampuan itu ditandai dengan adanya kenaikan skor dari ketiga siswa

bila dibandingkan dengan skor sebelumnya diberi tindakan.

2. Dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM dapat

meningkatkan efektifitas belajar siswa dalam memahami konsep IPA

tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, karena

anak langsung menghadapi sesuatu yang konkrit yang sebelumnya

merupakan sesuatu yang abstrak bagi siswa.

3. Dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM, maka dapat

meningkatkan keaktifan, kreatifitas dan prestasi siswa dalam

pemahaman IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis

makanannya. Karena situasi belajar tidak membosankan, tidak selalu di

dalam kelas, dan menggunakan alat peraga yang menarik.

4. Keterampilan proses atau perilaku siswa dalam mengamati lingkungan

alam sekitar terutama tentang pembelajaran IPA yang membahas tentang

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya perlu pengamatan

secara langsung di lapangan untuk membentuk kebiasaan yang terus

menerus sehingga menjadi suatu aktifitas yang secara otomatis dilakukan

siswa dalam pembelajaran IPA model PAKEM.

lxvi

5. Tanpa mengamati secara langsung siswa tunagrahita akan sulit

memahami atau menguasai konsep-konsep IPA tentang penggolongan

hewan berdasarkan jenis makanannya atau hewan herbivora, hewan

karnivora, dan hewan omnivora. Maka dari itu diperlukan metode model

Pebelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan yang dapat

membantu meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran IPA.

6. Dengan belajar melalui berbuat siswa tunagrahita kelas VII di SLB Putra

Pertiwi Kebumen akan lebih aktif dan timbul motivasi dari dalam diri

untuk dapat memecahkan masalah, dengan sendirinya siswa akan

berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memecahkan masalah

dengan berbagai cara berdasarkan konsep yang sudah dikuasai.

7. Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan terbukti

dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan hewan

berdasarkan jenis makanannya.

lxvii

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman

IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, terhadap ketiga

subjek yang diteliti setelah menggunakan model PAKEM. Maka dari itu peneliti

menyarankan :

1. Guru yang bertugas mengajar siswa kelas VII SLB tunagrahita

hendaknya :

a. Menggunakan model PAKEM dalam pembelajaran IPA tentang

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.

b. Lebih kreatif di dalam mensiasati, memilih dan menggunakan media

yang menarik dan sesuai agar pembelajaran IPA tentang

penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya lebih efektif

dan menyenangkan sehingga hasilnya lebih optimal.

2. Bagi Siswa

a. Siswa yang sudah memenuhi standar ketuntasan minimal perlu

dioptimalkan.

b. Siswa yang belum memenuhi standar ketuntasan minimal perlu

ditindaklanjuti

lxviii

DAFTAR PUSTAKA

Daitin Tarigan, 1984. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, Jakarta: Universitas Terbuka

Depdikbud, 1986. Sikap Siswa Tunagrahita Pada Sekolah Luar Biasa: Depdikbud

Driver, 1983. Pendidikan Sains yang Humanistis, Yogyakarta : Kanisius

Emzul Fajri, Ratu Aprilia Senja, 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta

Hardy dan Fleer, 1996 : 15-16. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam. Sekolah Dasar

Hendra Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 1991. Pendidikan IPA 2, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kemmis dan MC Ta Gart, 1998, Dalam Suwarsih Madya. Panduan Penelitian Tindakan, Jakarta : Depdikbud

Milles, MB dan Huberman, AM, 1992. Analisa Data Kualitatif. Terjemahan Cecep Rohendi Rohidi, Jakarta : Universitas Indonesia

Mohammad Amin dan Mohammad Entang, 1984. Karakteristik Anak Tunagrahita, Jakarta : Rajawali

R. Soetarno, AK, 2006. Dalam RPAL, Semarang : CV Aneka Ilmu

Rusli Ibrahim, 2005, Dalam Munajad Laporan Penelitian. Sikap Sosial Siwa Tunagrahita Pada Sekolah Luar Biasa,: Yogyakarta : FIP IKIP PGRI.

Sam Isbani, 1989. Ortopedagogik Pendidikan Khusus Anak Subnormal, Surakarta : Sebelas Maret University Press

Sri Rumini. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : FIP IKIP Yogyakarta

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMPLB, Tunagrahita Ringan, IPA. 2006 : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa

Suharsimi Arikunto, 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta

Sumadi Suryabrata, 2002. Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

56

lxix

Sutratinah Tirtonegoro, 2004: Anak Super Normal dan Program Pendidikannya, Jakarta : Bumi Akssara

Tim Penyusun Kamus P3B, 2001 . Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Tri Irianti, 2008. Pembelajaran dengan Model PAKEM. Kebumen: UPT Depdikbud Provinsi Jawa Tengah

lxx

Lampiran 2

SOAL-SOAL LATIHAN

SIKLUS I

Soal yang digunakan untuk latihan pada siklus I yaitu :

Isilah titik-titik pada soal dibawah ini dengan jawaban yang benar !

1. Kambing makan… maka termasuk golongan hewan…

2. Unta, jenis makanannya adalah…maka digolongkan hewan…

3. Kerbau makan… maka termasuk golongan hewan…

4. Kelinci jenis makanannya adalah… maka termasuk golongan hewan…

5. Burung dara adalah pemakan… maka digolongkan hewan…

6. Ulat termasuk pemakan / perusak… sehingga digolongkan ke dalam

hewan…

7. Belalang adalah pemakan… maka digolongkan hewan…

8. Sapi, jenis makanannya adalah… sehingga digolongkan hewan…

9. Burung kenari adalah pemakan… maka digolongkan hewan…

10. Monyet jenis makanannya adalah… sehingga digolongkan kedalam

hewan…

lxxi

Lampiran 3

SOAL LATIHAN

SIKLUS II

Soal yang digunakan pada siklus II yaitu :

Sebutkan 10 macam hewan golongan karnivora dan jenis – jenis makanannya.

1. Hewan… jenis makanannya adalah…

2. Hewan … jenis makanannya adalah…

3. Hewan… jenis makanannya adalah…

4. Hewan… jenis makanannya adalah….

5. Hewan… jenis makanannya adalah…

6. Hewan… jenis makanannya adalah…

7. Hewan… jenis makanannya adalah…

8. Hewan… jenis makanannya adalah…

9. Hewan… jenis makanannya adalah…

10. Hewan… jenis makanannya adalah…

lxxii

Lampiran 4

SOAL LATIHAN

SIKLUS III

Soal yang digunakan untuk latihan pada siklus III yaitu :

Isilah titik-titik pada soal dibawah ini dengan jawaban yang benar !

1. Ayam, jenis makanannya adalah… dan…, maka digolongkan hewan….

2. Tikus termasuk pemakan… dan…sehingga termasuk golongan hewan….

3. Menthok, jenis makanannya adalah… dan… maka digolongkan hewan….

4. Itik adalah pemakan… dan … maka termasuk golongan hewan….

5. Ikan mujair adalah pemakan… dan… sehingga digolongkan ke dalam

hewan….

lxxiii

Lampiran 8

LEMBAR PENILAIAN

No Nama Siswa

Jenis Penelitian

Nilai KetNama

Hewan

Jenis

Makanan

Golongan

Hewan

lxxiv

Lampiran 9

LEMBAR PENGAMATAN OBSERVER

( Untuk Siswa)

Petunjuk

Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari

angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

1 = sangat tidak baik

2 = tidak baik

3 = kurang baik

4 = baik

5 = sangat baik

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR

1

2

3

4

5

6

7

Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang

akan berlangsung

Tanggapan siswa terhadap bahan ajar

Kesan siswa terhadap media / gambar

Kemampuan siswa memahami hewan herbivora

Kemampuan siswa memahami hewan karnivora

Kemampuan siswa memahami hewan omnivora

Kesan akhir siswa terhadap materi ajar yang telah

berlangsung

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

Kebumen, 2 April 2009

Pengamat

Ummi Ruman, S.Pd

lxxv

Lampitan 10

LEMBAR PENGAMATAN OBSERVER

(Untuk Peneliti / Guru )

Petunjuk

Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari

angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut :

1 = sangat tidak baik

2 = tidak baik

3 = kurang baik

4 = baik

5 = sangat baik

NO ASPEK YANG DINILAI SKOR

I

1.

2.

II

A.

3.

4.

5.

6.

PRA PEMBELAJARAN

Memeriksa kesiapan siswa

Melakukan kegiatan apersepsi

KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

Penguasaan Materi Pembelajaran

Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran

Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan

Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai

dengan hierarki belajar

Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

B.

7.

Pendekatan / strategi pembelajaran

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan 1 2 3 4 5

lxxvi

8.

9.

10.

11.

12.

C.

13.

14.

15.

D.

16.

17.

18.

E.

19.

kompetensi (tujuan) yang akan dicapai

Melaksanakan pembelajaran secara runtut

Menguasai kelas

Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif.

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu

yang direncanakan

Pemanfaatan sumber belajar / media pembelajaran

Menggunakan media secara efektif dan efisien

Menghasilkan kesan menarik

Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

Pembelajaran yang memicu dan memelihara

keterlibatan siswa

Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam

pembelajaran

Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa

Menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa dalam

belajar

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Memantau kemajuan belajar selama proses

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

20.

F.

Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan

(Kompetensi)

Penggunaan Bahasa

1 2 3 4 5

lxxvii

21.

22.

III.

23.

24.

Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik

dan benar

Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

PENUTUP

Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan

melibatkan siswa.

Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan

arahan atau kegiatan dan tugas sebagai bagian remidi

atau pengayaan.

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

Kebumen, April

2009

Pengamat

Ummi Ruman,

S.Pd

lxxviii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Supriyati

NIM : X5107658

Jabatan : Guru

Pangkat Golongan Ruang : Pengatur Muda Tk. I ( II / b )

Unit Kerja : SLB Putra Pertiwi Kebumen

Menyatakan bahwa :

Nama : Ummi Ruman, S.Pd

NIP : -

Jabatan : Guru

Pangkat / golongan ruang : -

Unit Kerja : SLB Putra Pertiwi Kebumen

Adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan

pembelajaran IPA tentang konsep pemahaman penggolongan hewan berdasarkan

jenis makanannya.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Kebumen, 15 April 2009

Teman sejawat Yang membuat penyataan

Ummi Ruman, S.Pd Supriyati

lxxix