Upload
trankhanh
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG
PENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF,
DAN MENYENANGKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA
KELAS VII DI SLB PUTRA PERTIWI
KEBUMEN TAHUN 2009
Skripsi
Oleh
Nama : Supriyati
NIM : X5107658
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG
PENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF,
DAN MENYENANGKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA
KELAS VII DI SLB PUTRA PERTIWI
KEBUMEN TAHUN 2009
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
Nama : Supriyati
NIM : X5107658
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Munzayanah Dra. B. Sunarti, M.Pd
NIP. 1949 0215 197603 2 001 NIP. 1945 0913 197403 2 001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : …………………
Sekretaris : …………………
Anggota I : Dra Munzayanah …………………
Anggota II : Dra. B. Sunarti, M.Pd …………………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan ,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Supriyati, UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANGPENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYADENGAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DANMENYENANGKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KELAS VII DI SLBPUTRA PERTIWI KEBUMEN TAHUN 2009, Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.
Tujuan penelitian ini bermaksud untuk memperbaiki proses belajar mengajar, maka tujuan yang akan dicapai melalui penelitian adalah (1) meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, melalui model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (2) meningkatkan efektifitas penggunaan model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dalam pembelajaran IPA, (3) meningkatkan keaktifan, kreatifitas, dan prestasi siswa dalam pembelajaran IPA.
Penelitian ini menggunakan metode atau bentuk Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) yang terdiri dari 3 siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu planing, akting, observing dan reflecting. Kelas yang diteliti adalah siswa kelas VII yang berjumlah 3 siswa tunagrahita di SLB Putra Pertiwi Kebumen tahun ajaran 2008 / 2009. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi dan wawancara yang dilakukan selama pembelajaran, baik pembelajaran diluar kelas maupun didalam kelas. Teknik analisis data yang digunakan dengan analisis kualitatif dan analisis secara deskriptif komparatif.
Pada siklus pertama, peneliti memperoleh nilai rata-rata 58, pada siklus kedua nilai rata-rata 67 dan pada siklus ketiga nilai rata-rata 78. Jadi dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar dari rata-rata nilai 51 menjadi 78. Dari hasil penelitian tindakan yang dilaksanakan melalui 3 siklus, diperoleh peningkatan yang sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya bagi anak tunagrahita kelas VII di SLB Putra Pertiwi Kebumen tahun Ajaran 2008 / 2009. Untuk itu diharapkan guru selalu menggunakan pembelajaran model PAKEM dalam pembelajaran IPA dan menggunakan peraga atau gambar yang menarik.
vi
MOTTO
Kebaikan itu mendatangkan sinar pada wajah, cahaya dihati, kelapangan rezeki,
kekuatan badan dan kecintaan dihati.
( Penulis )
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Bapak dan Ibuku
Suami dan anak-anakku tercinta.
Pembaca yang budiman.
Almamater.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Tentang
Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya dengan Model
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Bagi Anak Tunagrahita
Kelas VII di SLB Putra Pertiwi Kebumen”.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini untuk melengkapi tugas akhir dan
memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan jurusan Ilmu
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Khusus Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis telah dibantu oleh berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd selaku ketua jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Drs. A. Salim Choiri, M. Kes dan Drs. Maryadi, M.Ag selaku pimpinan
Program Studi Pendidikan Luar Biasa jurusan Ilmu Pendidikan.
4. Bapak / Ibu dosen pengampu mata kuliah skripsi yang telah memberikan
petunjuk, bimbingan dan saran kepada penulis.
5. Ibu Dra Munzayanah, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
6. Ibu Dra. B. Sunarti, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala sekolah dan guru SLB Putra Pertiwi Kebumen yang telah
membantu penulis dalam penelitian.
8. Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan motivasi, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
ix
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
memberikan balasan yang setimpal dengan jasa-jasa beliau sesuai dengan amal
kebaikan beliau.
Akhirnya penulis mengharapkan agar skripsi ini yang jauh dari
sempurna dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juni 2009
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
HALAMAN PENGAJUAN……………………………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….. iv
ABSTRAK……………………………………………………………… v
HALAMAN MOTTO………………………………………………….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….. vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………. viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 1
a. Latar Belakang………………………………………….. 1
b. Perumusan Masalah…………………………………….. 3
c. Tujuan Penelitian……………………………………….. 4
d. Manfaat Penelitian……………………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………… 5
A. Kajian Teori ……………………………………………. 5
1. Tuna Grahita……………………………………….. 5
a. Pengertian Tunagrahita………………………..... 5
b. Pendidikan Anak Tunagrahita………………….. 6
c. Klasifikasi Anak Tunagrahita…………………... 7
d. Karaktersitik Anak Tunagrahita………………… 8
e. Penyebab Anak Tunagrahita……………………. 9
xi
2. Upaya Meningkatkan Prsetasi Belajar Siswa………. 10
a. Pengertian Belajar……………………………… 10
b. Pengertian Prestasi Belajar……………………... 10
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar………………………………………….. 11
3. Pembelajaran IPA…………………………………... 12
a. Hakikat IPA……………………………………. 12
b. Pembelajaran IPA di SLB – C………………… 15
c. Penggolongan Hewan Berdsarkan Jenis
Makanannya…………………………………… 16
4. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan )………………………………….. 17
a. Pengertian PAKEM………………………………. 17
b. Yang Harus Diperhatikan dalam
Melaksanakan PAKEM…………………………… 18
B. Kerangka Berfikir……………………………………… 22
C. Hipotesis Tindakan……………………………………. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………… 25
A. Setting Penelitian…………………………………………… 25
B. Subyek Penelitian…………………………………………... 25
C. Sumber Data………………………………………………… 25
D. Pengumpulan Data………………………………………….. 25
E. Validitas Data………………………………………………. 26
F. Analisis Data………………………………………………… 26
G. Indikator Kinerja……………………………………………. 27
H. Prosedur Penelitian………………………………………….. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………….. 31
A. Pelaksanaan Penelitian………………………………….……. 31
1. Siklus I…………………………………………………… 35
a. Perencanaan Tindakan………………………………. 35
b. Pelaksanaan Tindakan………………………………. 36
xii
c. Hasil Pengamatan……………………………………. 37
d. Refleksi………………………………………………. 38
2. Siklus II………………………………………………….. 39
a. Perencanaan Tindakan………………………………. 39
b. Pelaksanaan Tindakan………………………………. 39
c. Hasil Pengamatan……………………………………. 41
d. Refleksi………………………………………………. 41
3. Siklus III...……………………………………………….. 42
a. Perencanaan Tindakan………………………………. 42
b. Pelaksanaan Tindakan………………………………. 42
c. Hasil Pengamatan……………………………………. 44
d. Refleksi………………………………………………. 46
B. Hasil Penelitian……………………………………………….. 46
C. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………. 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………….. 53
A. Simpulan……………………………………………………… 53
B. Saran………………………………………………………….. 55
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………. 58
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Daftar Tabel 1 : Hasil Analisis Soal Latihan Kondisi Awal ................ 34
Daftar Tabel 2 : Hasil Analisis Soal Latihan Siklus I ......................... 37
Daftar Tabel 3 : Hasil Analisis Soal Latihan Siklus II........................ 41
Daftar Tabel 4 : Hasil Analisis Soal Latihan Siklus III....................... 45
Daftar Tabel 5 : Hasil Formatif Mata Pelajaran IPA
pada Siklus I, II, dan III ........................................... 49
Daftar Tabel 6 : Tingkat Ketuntasan Siswa dalam Tiga Siklus........... 50
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Daftar Gambar 1 : Kerangka Berfikir. .............................................. 22
Daftar Gambar 2 : Bagan (Skema) Penelitian. .................................. 30
Daftar Gambar 3 : Kegiatan Pembelajaran pada Siklus I.................. 36
Daftar Gambar 4 : Kegiatan Pembelajaran pada Siklus II. ................ 40
Daftar Gambar 5 : Kegiatan Pembelajaran pada Siklus III. ............... 44
Daftar Gambar 6 : Grafik histogram, Gambaran Ketuntasan
dan Kemajuan Belajar Siswa, melalui tindakan
dengan Pembelajaran Model PAKEM ................ 50
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Daftar Lampiran 1 : RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)…… 58
Daftar Lampiran 2 : Soal latihan siklus I…………………………… 73
Daftar Lampiran 3 : Soal latihan siklus II………………………….. 74
Daftar Lampiran 4 : Soal latihan siklus III………………………… 75
Daftar Lampiran 5 : Gambar hewan herbivora …………………… 76
Daftar Lampiran 6 : Gambar hewan karnivora……………………. 77
Daftar Lampiran 7 : Gambar hewan omnivora……………………. 78
Daftar Lampiran 8 : Lembar penilaian…………………………….. 79
Daftar Lampiran 9 : Lembar pengamatan obsever (untuk siswa)…. 80
Dfatar Lampiran 10 : Lembar pengamatan observer
(untuk peneliti atau guru)…………………….. 81
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan di bidang ilmu dan teknologi dewasa ini,
berpengaruh pula terhadap segala aspek kehidupan manusia. Tak
ketinggalan di dunia pendidikan yang merupakan tonggak, dari munculnya
kemajuan di bidang tersebut. Kualitas pendidikan suatu negara dapat dilihat
dari kualitas teknologi yang dihasilkan serta kesiapan suatu Negara itu
dalam menghadapi segala dampak dari kemajuan teknologi itu. Dan dunia
pendidikanlah yang pertama kali disoroti oleh berbagai kalangan,
sehubungan dengan hal itu.
Dalam rangka upaya meningkatkan kualitas bangsa Indonesia
dalam IPA, anak SLB merupakan sasaran yang tepat karena SLB merupakan
dasar yang diharapkan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
IPA yang menjembatani ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Berdasarkan GBPP ( SMPLB – C Tahun 2006 ). IPA diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA
perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap
lingkungan.
Adalah sesuatu kekeliruan, apabila seorang guru mengajarkan IPA
dengan cara mentranfer apa-apa yang tersebut dalam buku teks kepada anak
didiknya. Hal ini disebabkan apa yang ada dalam buku teks itu baru
merupakan satu sisi dari IPA, sedangkan pada hakikatnya produk IPA tidak
dapat dipisahkan dari proses IPA. Dalam pengajaran IPA seorang guru
dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar
sebagai sumber belajar (Hendra Darmodjo, dan Jenny R.E Kaligis, 1991)
sehingga siswa memperoleh kemampuan untuk menggali pengetahuan itu
dari alam bebas, tidak hanya dari buku teks.
xvii
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan
diantaranya pengembangan kurikulum, kualifikasi tenaga pendidikan sarana
pendidikan dan sebagainya, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan. Namun dalam kenyataanya masih banyak hambatan, salah
satunya adalah pembelajaran IPA.
Hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran IPA merupakan pelajaran
yang dianggap sulit oleh siswa, bagi siswa SLB-C tidak mampu memahami
konsep dalam pembelajaran IPA sehingga perolehan nilai IPA masih rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain.
Hasil kemampuan awal penelitian, tentang penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya, perolehan nilai siswa masih dibawah
standar, KKM yaitu 60. Nilai tertinggi hanya 60 dan nilai terendah 40
dengan nilai rata-rata kelas 51, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, terutama konsep pemahaman IPA tentang
menggolongkan hewan berdasarkan jenis makananya yaitu hewan herbivora,
hewan karnivora, dan hewam omnivora.
Peningkatan PBM yang kreatif dan efektif mampu memotivasi siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran IPA tentang penggolongan
hewan berdasarkan jenis makananya. Untuk memenuhi hal tersebut,
pendekatan belajar mengajar yang harus digunakan adalah Model
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan.
Prinsip proses pembelajaran adalah guru harus mengarahkan atau
mengkondisikan belajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran salah satunya di pengaruhi
oleh pendekatan yang digunakan guru dalam mengajar, berdasarkan uraian
di atas, maka dapat diidentifikasikan berbagai permasalahan sebagai berikut
:
1. Mengapa pemahaman terhadap konsep IPA tentang penggolongan
hewan berdasarkan jenis makanannya, yaitu hewan herbivora, hewan
karnivora dan omnivora siswa SLB-C rendah ?
xviii
2. Masalah prestasi siswa dalam belajar merupakan masalah yang akan
selalu dihadapi oleh guru.
3. Pendekatan proses belajar mengajar dalam mengajar akan
mempengaruhi motivasi dan keberhasilan atau prestasi dalam belajar.
4. Tingkat partisipasi aktif siswa akan mempengaruhi pemahaman materi
dan keberhasilan atau prestasi siswa dalam belajar.
Proses pembelajaran merupakan suatu masalah yang sangat kompleks.
Begitu banyak permasalahan dalam kelas berkaitan dengan tindakan kelas.
Untuk efesien, maka penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan
prestasi belajar IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis
makanannya di SLB-C Kelas VII Semester II.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti
pengaruh penggunaan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan terhadap keefektifan / pmbelajaran IPA tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makannya.
B. Perumusan Masalah
Sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian tindakan, maka
dirumuskan satu permasalahan sebagai berikut : “Apakah dengan
menggunakan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya bagi anak tunagrahita Kelas VII di SLB Putra
Pertiwi Kebumen ? ”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan hakekat penelitian tindakan kelas yang bermaksud
memperbaiki proses belajar mengajar, maka tujuan yang akan di capai
melalui penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA tentang penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya melalui model pembelajaran aktif,
kreatif, efektif dan menyenagkan.
xix
2. Meningkatkan efektifitas penggunaan model pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran IPA tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.
3. Meningkatkan keaktifan, kreatifitas, dan prestasi siswa dalam
pembelajaran IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis
makanannya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, yaitu :
1. Bagi guru :
a. Meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang keefektifan model
PAKEM dalam pembelajaran IPA mengenai penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya.
b. Pedoman dalam pembelajaran IPA tentang penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya sehingga dapat memperbaiki kualitas
belajar.
2. Bagi Siswa
a. Sebagai salah satu alternatif yang dapat membantu memenuhi konsep
IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
xx
1. Tunagrahita
a. Pengertian Tunagrahita
Anak tunagrahita atau anak subnormal mental menurut Sam Isbani (1989 : 1) adalah anak yang bermental subnormal (berkelainan mental, IQ nya dibawah normal), subnormalitas bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu keadaan dimana individu menunjukkan gangguan inteleknya, dimulai semenjak masa perkembangannya, yang bermanifestasi pada gangguan belajar dan gangguan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Menurut Sri Rumini (1987 : 3), menyebutkan tunagrahita adalah suatu keadaan dimana baik disebabkan faktor instrinsik maupun ektrinsik, tidak terdapat perkembangan mental yang wajar, biasa dan normal sehingga sebagai akibatnya terdapat ketidakmampuan dalam bidang intelek, kemauan, rasa, penyesuaian sosial dan lain sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah
suatu keadaan individu yang mengalami gangguan intelektual sehingga
menyebabkan ketidakmampuan anak dalam bidang intelek, kemauan, emosi,
dan penyesuaian sosial.
Di Indonesia istilah tunagrahita yang mula-mula digunakan adalah
lemah ingatan, lemah otak, dan cacat mental (hasil seminar Kesejahteraan
Cacat Mental Tahun 1967). Istilah akhir yang digunakan oleh Depdikbud
ialah tunagrahita, berarti kurang pemikiran atau intelegensinya kurang.
Digunakan istilah Subnormal Mental, karena kata mental berarti meliputi
penampilan dan pernyataan seseorang, yang merupakan kesatuan aspek-
aspek psikis : kognisi, konasi dan emosi.
b. Pendidikan Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita merupakan anak yang mempunyai intelegensi sedemikian
rupa, sehingga tidak memungkinkan ia mengikuti pelajaran / pendidikan di
sekolah umum. Hal ini terjadi karena anak tunagrahita memiliki perkembangan
berpikirnya sangat lamban. Anak tunagrahita kemampuannya sangat terbatas
sehingga pengetahuan dan ketrampilannya sangat terbatas pula. Adapun ukuran
xxi
untuk menentukan apakah seseorang tunagrahita atau tidak, ialah dengan
mengukur kemampuan intelegensinya (tingkat kecerdasan) karena kecerdasan
sifatnya kompleks seyogyanya digunakan tes verbal dan tes performance.
Diagnosa bagi anak tunagrahita dilaksanakan sebelum anak mendapatkan
pelayanan pendidikan dan latihan. Prosedur umum yang dilaksanakan untuk
menyeleksi anak dalam program pendidikan menurut Sam Isbani (1989 : 25)
antara lain :
1) Guru kelas mempunyai pertanggungjawaban secara professional dalam mengidentifikasi anak tunagrahita. Selain dari hasil tes pencapaian (achievement test), dikombinasikan dengan pola tingkah laku serta kematangan emosional dan sosial.
2) Seleksi dari psikolog yang kwalified dengan memberikan tes individual mengenai kapasitas intelektualnya, kemasakan sosial dan karakteristik personalitas anak.
3) Pengujian kesehatan secara menyeluruh yang diperlukan, jadi tidak selalu harus dilaksanakan.
4) Mempelajari tentang data catatan kumulatif anak5) Perlu pemeriksaan bila mengalami kurang pendengaran dan kurang
penglihatan.6) Perlu adanya pertemuan antara orangtua, kepala sekolah, guru kelas,
pengawas sekolah, guru khusus / PLB, dan konsultan pendidikan khusus / PLB.
7) Diadakan konsultasi dengan orangtua, disertai dengan beberapa ahli yang diperlukan.
Keberhasilan program pendidikan bagi anak tergantung daripada
baik dan buruknya hasil seleksi anak tersebut untuk ditempatkan pada kelas /
sekolah tertentu.
c. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Pelayanan pendidikan anak tunagrahita akan dapat dilaksanakan secara
optimal apabila seorang pendidik itu memahami klasifikasi anak tunagrahita
tersebut. Klasifikasi anak tunagrahita menurut Depdikbud (1986 : 2) adalah ada
tiga macam tunagrahita yaitu :
1) Tunagrahita berat; adalah anak-anak yang menunjukkan ketunagrahitaan yang sangat berat, anak-anak yang termasuk kategori ini sangat rendah kecerdasannya, dia tidak pernah dapat belajar
xxii
memelihara diri sendiri. Anak-anak ini memerlukan perawatan, pemeliharaan dan pengawasan, karena mereka tidak dapat dilatih mengenai hal-hal yang sederhana sekalipun. Para tunagrahita pada umumnya memiliki IQ 20 atau 25.
2) Tunagrahita Sedang; kelompok ini mempunyai tingkat kecerdasan yang agak tinggi daripada tunagrahita berat. Seorang tunagrahita sedang mengembangkan bahasa sedikit, dapat dilatih untuk merawat badan sendiri. Ia mampu dilatih kebiasaan harian yang sederhana dan sifatnya rutin. Meskipun demikian ia masih perlu pengawasan dan pemeliharaan di rumah atau rumah-rumah pengawasan. IQ para tunagrahita sedang adalah antara 20, atau 25 dan 50 atau 55. ukuran untuk menentukan / menggolongkan seorang itu termasuk tunagrahita sedang antara lain, bahwa ia tidak dapat mampu didik dalam bidang sosial dan pekerjaan.
3) Tunagrahita ringan : istilah ini digunakan oleh Goddard untuk anak-anak yang memiliki kecerdasan rendah di atas tingkat tunagrahita sedang, memiliki kemampuan untuk dididik membaca, menulis dan berhitung. Dalam beberapa masyarakat, mereka juga diterima di sekolah umum meskipun kemampuan didik mereka sangat rendah dibandingkan dengan anak biasa. IQ nya 50 atau 55 sampai dengan 70 atau 75. Anak-anak ini biasanya belajar menyesuaikan diri dengan masyarakat di luar rumah dan untuk perawatan badan dapat dilakukan sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan klasifikasi anak
tunagrahita adalah :
a) Tunagrahita ringan; memiliki IQ 50 atau 55 sampai 70 atau 75, masih
mampu dididik membaca, menulis dan berhitung.
b) Tunagrahita sedang; memiliki IQ 20 atau 25 sampai 50 atau 55.
pengembangan bahasa sedikit, dapat dilatih untuk merawat dirinya
sendiri yang merupakan kebiasaan sehari-hari, kulitnya kelihatan muda
dan motoriknya kurang terorganisasi.
c) Tunagrahita berat; kategori ini anak tidak dapat belajar memelihara
dirinya sendiri, selalu membutuhkan dan pemeliharaan. IQ nya sekitar
20 – 25.
d. Karakteristik Anak Tunagrahita
xxiii
Ada beberapa karakteristik anak tunagrahita. Menurut Mohammad Amin
dan Mohammad Entang (1984 : 25 ) memberikan penjelasan karakteristik anak
tunagrahita sebagai berikut :
1) Karakteristik mentalMereka menunjukkan kecenderungan menjawab dengan ulang respon terhadap pertanyaan yang berbeda, tidak mampu memberikan kritik dan kemampuan menyimpan instruksi yang sulit dalam jiwanya / ingatannya dan cenderung mempunyai kemampuan berfikir kongkrit daripada abstrak. Mereka tidak mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam pertanyaan, terbatas kemampuan dalam penalaran dan visualisasi, dan mengalami kesulitan dalam konsentrasi.
2) Karakteristik fisikBagi mereka yang mengalami ketunagrahitaan ringan, sebagian besar tidak mengalami gangguan fisik.
3) Karakteristik sosialMinat permainan mereka lebih cocok dengan anak yang sama usia mentalnya daripada kronologisnya. Memiliki problem dan tingkah laku dan agaknya lebih nakal daripada anak yang berintelegensi normal.
4) Karakteristik akademisKemampuan belajar rendah dan lambat, bagi mereka yang tergolong ringan masih dapat diberikan pelajaran akademik (membaca, menulis, berhitung, dan sebagainya).
5) Karakteristik pekerjaanYang dituntut untuk bekerja hanya mereka yang tergolong ringan, dan pada usia dewasa dapat belajar yang sifatnya skilled dan semi skilled. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dipahami bahwa anak tunagrahita masih dapat diberi pelajaran akademik (membaca, menulis, dan berhitung walaupun dari segi fisik tidak berbeda dengan anak yang normal, akan tetapi dari segi mental, sosial dan emosi menunjukkan adanya perbedaan yang cukup berarti. Mereka masih bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sesuai dengan kemampuannya yang ada.
e. Penyebab Anak Tunagrahita
Sebab-sebab seseorang menjadi anak tunagrahita menurut Rusli
Ibrahim (2005 : 39) yaitu :
a. Faktor hereditas atau faktor genetik / keturunan.
b. Faktor sebelum lahir
c. Faktor ketika lahir
d. Faktor sesudah lahir
Adapun penyebab anak tunagrahita dapat diuraikan sebagai berikut :
xxiv
1) Faktor hereditas atau keturunan merupakan hal yang sudah
menjadi takdir illahi seseorang yang memilki keturunan tersebut.
2) Faktor sebelum lahir :
a) Karena kekurangan nutrisi, infeksi dan luka-luka serta
keracunan sewaktu bayi dalam kandungan. Janin tersebut
mengalami keracunan atau infeksi.
b) Sewaktu ibu mengandung, mungkin menderita penyakit
cholera, typus, malaria, syphilis dan gonorhea.
c) Terjadi intoxication / keracunan pada janin, ketika ibu hamil
mungkin minum obat-obatan seperti thalidomide, obat
kontrasepsi anti hamil.
d) Waktu hamil / sebelum kelahiran, mungkin ibu mengalami
psikosis, panik, shock atau dalam keadaan takut yang
berlebihan.
3) Faktor ketika kelahiran ; sewaktu ibu melahirkan anaknya dapat
mengancam ibunya sendiri maupun si anak. Terutama pada
kelahiran pertama yang berlangsung lama dan sulit sekali. Oleh
karena saat kelahiran itu kepala bayi sering terganggu oleh
tekanan-tekanan karena mampat dari dinding rahim ibu.
4) Faktor sesudah kelahiran ; dapat disebabkan karena traumatic (
luka pada kepala) kejang step, infeksi pada otak, kekurangan
nutrisi, dan sebaginya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dipahami bahwa timbulnya
anak tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
instrinsik dan ekstrinsik.
2. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
a. Pengertian Belajar
xxv
Menurut Winkel (1999 : 50 ) “ belajar adalah proses perubahan dari belum
mampu ke arah sudah mampu dan proses perubahan itu terjadi selama jangka
waktu tertentu “ .
Adapun menurut Suharsimi Arikunto (1993 : 19) belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap. Di dalam peristiwa belajar selalu ada usaha berupa latihan.
Pendapat lain di kemukakan Sumadi Suryabrata (2002 : 232) “ yang
menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan dalam
diri si pelajar, perubahan pokoknya adalah di dapatnya pengetahuan atau
kecakapan baru yang terjadi karena usaha “.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
usaha / aktivitas seseorang, baik mental maupun fisik, yang dilakukan dalam
jangka tertentu untuk menghasilkan perubahan dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru (Tim Penyusun Kamus P3B : 2001 ) selain
itu menurut Sutratinah Tirtonegoro (2004 : 43) “ prestasi belajar adalah penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka huruf
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak dalam periode tertentu” .
Dari uraian di atas dapat disimpulka bahwa prestasi belajar adalah hasil
tertinggi yang dicapai seseorang yang merupakan penilaian terhadap usaha
kegiatan belajar untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam mengikuti
pembelajaran pada periode tertentu, pokok bahasan tertentu, dan dinyatakan
dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
xxvi
Menurut Sumadi Suryabrata (2002 : 232) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di kelompokkan menjadi dua macam, yaitu : 1) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang meliputi faktor-faktor nonsosial (misalnya : keadaan udara, suhu udara, waktu, tempat dan alat yang dipakai untuk belajar) dan faktor-faktor sosial yaitu manusia (sesama manusia); 2) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, yang meliputi faktor-faktor fisiologis (tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu) dan faktor-faktor psikologis.
Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1993 : 21 ) “ yang menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan atas dua jenis yaitu
yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor
internal, dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang
disebut faktor eksternal “.
Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Yang
dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain : usia, kematangan, dan
kesehatan, sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah
kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
Faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat
diklasifikasikan menjadi dua faktor manusia (human) dan faktor non manusia,
seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
maka guru dapat merancang pembelajaran atau menciptakan kondisi belajar yang
mengoptimalkan peran kedua faktor untuk meningkatkan hasil belajar yang akan
diperoleh.
3. Pembelajaran IPA
a. Hakikat IPA
Untuk membahas hakekat sains, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, menurut Hardy dan Fleer (1996 : 15-16) sehingga
xxvii
memungkinkan para guru untuk memahami pengertian sains dalam
prespektif yang lebih luas.
1) Sains sebagai kumpulan pengetahuan.
Sains sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai
konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi
berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai
penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa
fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.
2) Sains sebagai suatu penelusuran (investigation).
Sains sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan suatu
pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berhubungan erat
dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang
sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses
yang bebas nilai dari kegiatan pengamatan, inferensi, hipotesis, dan
percobaan dalam alam. Penting untuk dipahami bahwa ilmuwan
memberikan berbagai gagasan yang melibatkan proses “metode ilmiah”
dalam melakukan kegiatannya. Hal yang sangat kontras terjadi dengan
pandangan sains seperti ini adalah adanya proses yang sangat dinamis dalam
berpikir, menemukan konsep, teori, pengamatan, pengembangan suatu
model alternative sehingga besar kemungkinan bahwa apa yang
sesungguhnya dilakukan oleh para ilmuwan merupakan proses yang
semrawut, bahkan jauh dari ajaran guru di sekolah yang diyakini sebagai
suatu proses sains.
3) Sains sebagai kumpulan nilai.
Sains sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan sains
sebagai proses. Bagaimanapun juga, pandangan ini menekankan pada nilai
ilmiah yang melekat dalam sains. Ini termasuk di dalamnya nilai kejujuran,
rasa ingin tahu, dan keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru
sekalipun.
4) Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia.
xxviii
Proses sains dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupan
dan dunia di sekitarnya. Sains dipertimbangkan sebagai suatu cara di mana
manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka. Di
sadari pula bahwa sains memiliki keterbatasan sebagai suatu kumpulan
pengetahuan dan strategi untuk menelusuri serta memahami dunia secara
komprehensif.
5) Sains sebagai institusi sosial.
Ini berarti bahwa sains seharusnya dipandang dalam pengertian sebagai
kumpulan para professional, dimana melalui sains para ilmuwan dilatih dan
diberi penghargaan akan hasil karya yang telah dihasilkan, didanai, dan
diatur dalam masyarakat, dikaitkan dengan unsur pemerintah, bahkan
dipengaruhi oleh politik. Salah satu kenyataan adalah saat ini banyak
ilmuwan mengembangkan sains untuk keperluan pertahanan militer.
6) Sains sebagai hasil konstruksi manusia
Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa sains sebenarnya
merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat
semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain merupakan akumulasi
kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini adalah sains merupakan
konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, dapat saja apa yang
dihasilkan sains memiliki sifat bias dan sementara.
7) Sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari
Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh sains. Bukan saja
pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil penelusuran dan
pengetahuan, melainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai
situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah.
Sains mengandung berbagai teori yang berdasarkan pengamatan. Hukum
yang bersifat ilmiah didekati melalui suatu proses induksi dari informasi
yang didapatkan dari berbagai data. Di sisi lain, Driver (1983:4) dalam The
pupil as scientist? Menyatakan bahwa hal terpenting dalam mendefinisikan
sains adalah pembentukan pemikiran manusia yang berhubungan dengan
xxix
dunia pengalaman yang datang lewat berbagai proses yang menguji dan
mengevaluasikan hasil pemikiran mereka. Driver menempatkan ilmuwan
dan kegiatannya sebagai sesuatu hal penting dalam sains.
Ilmu Pengetahuan Alam menawarkan cara-cara untuk kita dapat memahami
kejadian-kejadian di alam dan agar kita dapat hidup di alam ini.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari
hakikatnya sebagai proses. Produk IPA adalah fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, serta teori-teori. Prosedur yang digunakan oleh para
ilmuwan untuk mempelajari alam ini adalah prosedur empirik dan analisis.
Proses empirik dalam IPA mencakup observasi, klasifikasi, dan pengukuran.
Sedangkan dalam prosedur analisis ilmuwan menginterprestasikan
penemuan. Mereka dengan mempergunakan proses-proses seperti hipotesis,
eksperimentasi terkontrol, menarik kesimpulan dan memprediksi.
IPA diperoleh melalui penelitian, dengan menggunakan langkah-langkah
tertentu yang disebut dengan Metode Ilmiah. Jadi hakikat IPA selain sebagai
“Produk” juga sebagai “Proses”.
b. Pembelajaran IPA di SLB - C
IPA merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SMPLB, dan
sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, diberikan mulai dari kelas VII sampai
kelas IX.
Dalam GBPP SMPLB-C tahun 2006, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
Kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
xxx
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar.
Ditingkat SMPLB-C diharapkan ada penekanan pembelajaran saling
temas (sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat). Yang diharapkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
Konsep IPA dan Kompetensi Pekerja Ilmiah Secara Bijaksana. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SMPLB-C menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah.
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa
serta rasa mencintai dan menghargai Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan Mata Pelajaran IPA di SMPLB-C adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkunganm,
teknologi, dan masyarakat.
4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai
dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA untuk SMPLB-C meliputi aspek-
aspek sebagai berikut :
xxxi
1. Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
2. Benda / materi, sifat-sifat dan kegunaanya, meliputi : cair, padat, dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan benda-
benda langit lainnya.
c. Penggolongan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya
Menurut R. Soetarno, AK dalam RPAL Penerbit CV Aneka Ilmu Semarang
(2006: 16) pada umumnya binatang / hewan dapat dibagi menjadi beberapa jenis
atau macam berdasarkan makanan yang dimakan sehari-hari, yaitu :
1. Herbivora
Herbivora adalah jenis hewan yang memakan makanan yang berasal dari
tumbuha-tumbuhan seperti daun, kayu, biji, buah, bunga dan lain
sebaginya. Contoh binatang herbivora adalah kambing, unta, kerbau,
kelinci, burung dara.
2. Karnivora
Karnivora adalah jenis binatang yang memakan makanan yang berasal dari
tubuh hewan lainnya seperti daging, darah. Hewan ini disebut juga sebagai
hewan predator. Contoh hewan karnivora adalah singa, macan, harimau,
cheethah, piranha, burung bangkai, burung pemakan serangga, ikan
arwana.
3. Omnivora
Omnivora adalah jenis hewan yang memakan makanan keduanya baik
tumbuhan maupun hewan. Binatang ini makan silih berganti antara
keduanya. Contoh binatang omnivora adalah tikus, ikan mas, ikan mujair,
ayam.
xxxii
Kesimpulannya adalah bahwa herbivora adalah jenis hewan pemakan
tumbuh-tumbuhan, karnivora jenis hewan pemakan daging dan omnivora
jenis hewan pemakan keduanya baik tumbuhan maupun daging.
4. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
a. Pengertian PAKEM
Menurut Tri Irianti (2008 : 12-17) PAKEM adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Aktif maksudnya adalah proses pembelajaran dimana guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar merupakan suatu proses
aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif
yang hanya menerima ceramah dari guru tentang pengetahuan.
Kreatif maksudnya guru menciptakan suasana belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasi siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung, karena setiap proses pembelajaran memiliki tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif maka pembelajaran tersebut tak ubahnya
sebagai bermain biasa.
Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara utuh pada belajarnya.
Secara garis besar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut :
Siswa terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan belajar melalui berbuat.
Guru menggunakan alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi
siswa.
xxxiii
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan ajar yang
lebih menarik dan menyediakan pojok baca.
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif
termasuk belajar kelompok.
Guru memotivasi siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan masalah. Untuk mengungkapkan gagasan dan melibatkan
siswa dalam menciptakan lingkungan sekolah.
b. Yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAKEM :
1. Memahami sifat yang dimiliki siswa
Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan berimajinasi. Semua
anak memiliki dua sifat rasa ingin tahu berimajinasi, yang merupakan
modal dasar bagi perkembangan sikap berfikir kritis dan kreatif.
Suasana pembelajaran kita ciptakan agar anak memilki kesempatan untuk
mengembangkan dua sifat tersebut, dengan cara memberikan
pertanyaan yang menantang, mendorong anak untuk melakukan
percobaan dan memberikan pujian bagi anak jika menunjukkan
prestasinya, membantu berkembangnya sifat rasa ingin tahu dan
berimajinasi.
2. Mengenal Anak Secara Perorangan
Siswa kita memiliki latar belakang lingkungan keluarga yang berbeda,
ada yang kaya, kurang mampu dan memilki kemampuan yang berbeda.
Dalam PAKEM perbedaan indivisual perlu diperhatikan dan harus
tercermin dalam kegiatan pembelajara. Semua anak dalam kelas tidak
selalu mengerjakan hal yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan yang
lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temanya yang lemah (tutor
sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak. Kita dapat
membantunya bila mendapatkan kesulitan sehingga anak tersebut
dapat belajar dengan maksimal. Guru harus mengenal karakter dan
kemampuan anak secara perorangan.
xxxiv
3. Memanfaatkan Anak Dalam Pengorganisasian Belajar
Sebagai makhluk sosial anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melaksanakan
tugas atau membahas sesuatu anak dapat mengerjakannya secara
berpasangan atau secara kelompok. Berdasarkan pengalaman anak
tunagrahita menyelesaikan tugas dengan baik jika mereka duduk
berkelompok. Duduk berkelompok memudahkan anak tunagrahita
untuk berinteraksi dan bertukar pikiran, namun demikian anak perlu
juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individu
berkembang.
4. Mengembangkan Kemampuan Berfikir Kritis, Kreatif dan
Kemampuan Memecahkan Masalah.
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah, hal ini
memerlukan kemampuan berfikir kreatif dan kritis. Kritis untuk
menganalisa masalah, kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan
masalah. Kedua jenis berfikir tersebut berasal dari rasa ingin tahu dan
berimajinasi yang merupakan sifat dasar anak sejak lahir. Oleh karena
itu guru harus sering-sering memberikan tugas yang menantang dan
soal-soal yang terbuka.
5. Mengembangkan Ruang Kelas Sebagai Lingkungan Belajar Yang
Menarik.
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang disarankan dalam
PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya ada yang dipajangkan untuk
memenuhi kebutuhan ruang kelas tersebut, yang diharapkan
pemajangan hasil karya siswa dapat memotivasi siswa untuk bekerja
lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang
dipajangkan dapat berupa gambar binatang Herbivora, binatang
xxxv
Karnivora maupun binatang Omnivora dan sebaginya. Ruang kelas
yang penuh dengan pajangan hasil karya siswa yang ditata dengan baik
dapat digunakan guru sebagai bahan rujukan ketika menjelaskan
sesuatu.
6. Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Lingkungan (fisik, sosial, budaya) merupakan sumber yang sangat
kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai
media belajar. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering
membuat anak merasa senang belajar. Belajar dengan menggunakan
lingkungan tidak selalu anak harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan
dapat di bawa ke dalam kelas untuk menghemat biaya dan waktu.
Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah ketrampilan
seperti: mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesa,
mengklasifikasikan, membuat tulisan dan membuat gambar.
7. Memberikan Umpan Baik Untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar
Pemberian umpan balik dari guru kelas kepada siswa merupakan salah
satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Mutu hasil belajar akan
meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Umpan balik hendaknya
lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu
dalam memberikan umpan balik kepada siswa tunagrahita harus
dilakukan secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya
diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus
konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa, memberikan komentar dan
catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih
bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada sekedar angka.
8. Membedakan Antara Aktif Fisik dan Mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa
kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apabila jika bangku dan meja
diatur berkelompok serta siswa duduk berhadap-hadapan. Keadaan
tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental
lebih diinginkan dari pada aktif fisik. Sering bertanya, mengemukakan
xxxvi
gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain / siswa lain
merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat tumbuhnya aktif mental
bagi anak tunagrahita adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, takut
ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi kalau salah. Oleh
karena itu, sebagai guru SLB khususnya untuk anak tunagrahita yang
sering mempunyai sifat rendah diri atau minder, guru hendaknya dapat
menghilangkan penyebab rasa takut atau rendah diri tersebut, baik
yang datang dari guru, atau teman lainnya.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model PAKEM
merupakan pembelajaran aktif yang menekankan pada keterlibatan siswa secara
aktif untuk memahami, mengalami sendiri, menemukan, memecahkan masalah
sehingga sesuai potensi mereka dapat berkembang secara optimal.
B. Keranga Berfikir
Pada umumnya, kemampuan pemahaman konsep IPA tentang penggolongan
hewan berdasarkan jenis makanannya anak tunagrahita sangat terbatas, karena
anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berfikir abstrak. Sesuai dengan
kondisi dan kemampuan anak tunagrahita ringan dalam pembelajaran IPA tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya yang meliputi hewan
herbivora, hewan karnivora dan hewan omnivora, anak diajak belajar langsung
dilingkungan sekolah atau di alam bebas, dan tidak selalu di dalam kelas.
Maka dari itu dalam kegiatan pembelajaran IPA tentang penggolongan
hewan berdasarkan jenis makanannya, diterapkan model pembelajaran PAKEM.
Penulis berpendapat dengan menggunakan model pembelajaran PAKEM akan
memperjelas materi yang di sampaikan, menarik perhatian anak, serta
menimbulkan semangat belajar, karena secara langsung anak melakukan sendiri
dari hal yang abstrak dapat dikonkritkan.
Dengan demikian, berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas,
diharapkan dengan pembelajaran model PAKEM dapat meningkatkan prestasi
belajar IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.
xxxvii
Untuk memperjelas uraian di atas kerangka berfikir dalam penelitian dapat
digambarkan dengan bagan sebagai berikut :
Kondisi Awal
Belum menggunakan pembelajaran model
PAKEM
Nilai IPA tentang penggolongan
hewan berdasarkan jenis makannnya
rendah
TindakanMenggunakan pembelajaran
model PAKEM dalam pembelajaran IPA tentang
penggolongan hewan beerdasarkan jenis makannnya
Hasil belajar IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis
makanannya meningkat
KondisiAkhir
xxxviii
Gambar 1. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pengkajian teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan
di depan, maka dapatlah di rumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
“ Pembelajaran dengan model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan, dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan
hewan berdasarkan jenis makanannya. Bagi siswa tunagrahita kelas VII di SLB
Putra Pertiwi Kebumen”.
xxxix
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SLB Putra Pertiwi
Tamanwinangun, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2008 / 2009 yang
dimulai pada bulan April 2009 sampai dengan bulan Mei 2009.
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam hal ini adalah siswa kelas VII SLB Putra Pertiwi
Tamanwinangun yang berjumlah 3 siswa, terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 1 siswa
perempuan. Guru wali kelas dan komponen sekolah yang ada untuk perolehan
data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data tentang perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dalam proses pembelajaran dan hasil evaluasi yang
dicapai siswa.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan observasi yang dilakukan
selama pembelajaran, baik pembelajaran di adalam kelas maupun di luar kelas.
Tes digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep pemahaman
IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. Adapun
observasi dilakukan untuk mengetahui proses atau pelaksanaan pembelajaran.
xl
E. Validitas Data
Untuk menjamin Validitas data, peneliti mengembangkan penelitian lembar
pengamatan selama proses pembelajaran dan pencatatan (dokumentasi), hasil
belajar siswa. Selain itu peneliti juga akan melakukan wawancara dengan teman
sejawat dan kepala sekolah untuk memperoleh data tentang kesan terhadap
pembelajaran yang dilakukan.
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif meliputi tiga akhir
kegiatan terjadi secara bersamaan dan terus menerus selama dan setelah
pengumpulan data, yaitu 1) Reduksi data, 2) Penyajian data, dan 3) Penarikan
kesimpulan / verivikasi (Milles & Huberman, 1992) selain itu dalam analisis data
juga digunakan analisis secara deskriptif komparatif untuk membandingkan
kondisi awal dan kondisi setelah dilaksanakannya tindakan 1 dan tindakan
berikutnya.
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan sebagai proses pemilihan, pemersatuan,
pemerhatian dan penyederhanaan data kasar yang diperoleh dari catatan-
catatan tertulis dilapangan. Tahap reduksi data merupakan bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarah, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan-kesimpulan akhir dapat
ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan menyusun sekumpulan informasi
yang diperoleh dari hasil reduksi data secara naratif sehingga memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
xli
3. Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir dalam analisis data kualitatif yaitu melakukan penarikan
kesimpulan akhir yang diperoleh dari hasil reduksi data penyajian data di
atas.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja penelitian ini adalah mencakup beberapa hal yang saling
berkaitan dalam pembelajaran IPA tentang pengolongan hewan berdasarkan jenis
makanannya. Yaitu :
1. Siswa terlibat aktif, kreatif dalam pembelajaran.
2. Siswa merasa senang dalam pembelajaran.
3. Siswa mempunyai kompetensi memahami, mengamati, mengidentifikasi
konsep dalam IPA.
4. Siswa dapat memecahkan masalah.
5. Siswa dapat memilih strategi yang tepat untuk belajar IPA tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.
H. Prosedur Penelitian
Model penelitian adalah prosedur yang menggambarkan bagaimana
penelitian akan dilaksanakan dalam penelitian ini, penelitian menggunakan
tindakan yang dikembangkan Kemmis dan MC Taggart (1998 : 63 ).
Penelitian ini meliputi 4 tahap yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap observasi dan evaluasi. Adapun masing-masing tahap dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Siklus I
1. Tahap Perencanaan / Plan
Pada tahap ini peneliti membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Lengkap dengan Instrument yang diperlukan agar
tindakan yang dilakukan sesuai dengan tujuan, peneliti membuat 3 RPP
xlii
untuk 3 siklus. Instrument yang diperlukan adalah lembar observasi
untuk siswa, lembar penilaian, dan contoh gambar hewan herbivora,
karnivora, dan omnivora.
2. Pelaksanaan Tindakan / Action
Pada tindakan I pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a) Pemberian materi pada kegiatan awal pelajaran, penelitian
melakukan apersepsi seputar hewan herbivora atau hewan
pemakan tumbuhan.
b) Pada kegiatan ini, peneliti menampilkan gambar contoh beberapa
jenis hewan pemakan tumbuh-tumbuhan.
c) Mengamati beberapa hewan dilingkungan sekolah, yang
termasuk golongan hewan herbivora.
3. Pengamatan / Observer
Pada saat melakukan tindakan peneliti melakukan pengamatan
terhadap semua kegiatan siswa, konsentrasi siswa selama pembelajaran,
dalam pemahaman konsep tentang hewan herbivora / hewan pemakan
tumbuh-tumbuhan.
4. Refleksi / Reflection
Setelah kegiatan inti, berdasarkan data hasil observasi, peneliti
melakukan refleksi untuk menilai sejauh mana keefektifan pembelajaran
model PAKEM dalam rangka untuk meningkatkan prestasi belajar IPA
pada siswa, tentang pengolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.
Selain itu juga mencari soslusi atas hambatan-hambatan yang muncul
untuk diperbaiki pada siklus kedua.
Siklus II
xliii
1. Perencanaan / Plan
Pada tahap ini, peneliti menggunakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran untuk siklus 2 (kedua) dengan materi hewan karnivora
beserta menampilkan gambar yang lebih menarik.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada kegiatan awal, peneliti melakukan apersepsi tentang hewan
karnivora, peneliti mengajak para siswa belajar di luar kelas.
3. Pengamatan / Observer
Saat melakukan pengamatan peneliti melakukan pengamatan
terhadap semua kegiatan siswa, bagaimana kesiapan siswa dalam
pembelajaran konsentrasi siswa selama pembelajaran, reaksi siswa
terhadap gambar yang di perlihatkan oleh peneliti.
4. Refleksi / Reflection
Setelah kegiatan inti, berdasarkan hasil observasi, peneliti
melakukan refleksi untuk menilai sejauh mana keberhasilan penggunaan
pembelajaran model PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar IPA
pada siswa, tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis
makanannya, dan mencari solusi dari hambatan-hambatan yang muncul
untuk diperbaiki pada siklus ke-3.
Siklus III
1. Perencanaan / Plan
Pada siklus ketiga peneliti menggunakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran untuk siklus ketiga tentang golongan hewan omnivora /
pemakan tumbuhan dan daging serta memperlihatkan beberapa gambar.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada kegiatan awal, peneliti mengadakan Tanya jawab. Seputar
golongan hewan omnivore.
xliv
3. Pengamatan
Saat melakukan pengamatan, peneliti melakukan pengamatan
terhadap semua kegiatan siswa, sebagaimana kesiapan siswa dalam
pembelajaran, konsetrasi siswa dalam pembelajaran, reaksi siswa
terhadap beberapa gambar yang diperlihatkan oleh peneliti.
4. Refleksi / Reflection
Berdasarkan data hasil observasi, apakah siswa mengalami
kemajuan apa tidak, dalam pemahaman konsep IPA tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.
Bagan (Skema) Peneliatian
Gambar 5. Bagan (Skema) Penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Pengamatan
Refleksi
xlv
SLB Putra Pertiwi Tamanwinangun Kebumen adalah SLB yang
merupakan Sekolah Tingkat Jenjang Pendidikan Lanjutan yaitu SMPLB dan
SMALB di Desa Tamanwinangun Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen
dimana Sekolah Luar Biasa Putra Pertiwi ini memiliki jumlah siswa SMPLB
sebanyak 27 siswa dan SMALB sebanyak 16 siswa. Jadi jumlah siswa SMPLB
dan SMALB sebanyak 43 siswa untuk tahun ajaran 2008 / 2009, terdiri dari anak
tunarungu, anak tunagrahita dan anak tunadaksa.
SLB Putra Pertiwi satu kompleks/berdekatan dengan SDLB Negeri
Tamanwinangun Kebumen, sehingga bagi anak yang sudah tamat dari SDLB
Negeri langsung dapat masuk ke jenjang pendidikan tingkat SMPLB dan setelah
tamat dari SMPLB juga langsung dapat meneruskan ke jenjang pendidikan
SMALBnya. Sebagaian besar siswa berasal dari kalangan petani dan buruh,
namun minat belajar tetap tinggi. Mereka ada yang tinggal di asrama, sebagian
ada yang berangkat sekolah dari rumah naik sepeda.
Dengan segala upaya dan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan,
SLB Putra Pertiwi Kebumen tetap berkomitmen untuk memajukan anak-anak
bangsa, sebagai generasi penerus. Terbukti SLB Putra Pertiwi Kebumen telah
meraih beberapa prestasi yang membanggakan di berbagai bidang perlombaan,
meskipun hanya ditingkat Karesidenan Kedu dan di tingkat Provinsi.
Untuk tahun pelajaran 2008 / 2009 siswa kelas VII SLB Putra Pertiwi
Kebumen untuk jurusan anak tunagrahita hanya berjumlah 3 (tiga) siswa, yang
terdiri dari 2 (dua) siswa laki-laki dan 1 (satu) siswa perempuan. Pada mulanya
siswa VII (tujuh) anak tunagrahita sudah ada 1 (satu) siswa yang agak paham
dalam memahami konsep IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis
makananannya. Tetapi masih ada 2 (dua) siswa yang belum dapat memahami
konsep IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya,
sehingga dalam pelajaran IPA nilai prestasi belajar selalu rendah. Hal ini
disebabkan karena siswa kurang tertarik untuk mempelajari konsep IPA terhadap
fakta-fakta yang ada dan kurangnya minat untuk mengamati terhadap lingkungan
alam sekitarnya.
xlvi
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas VII (tujuh) anak tunagrahita
di SLB Putra Pertiwi Kebumen dengan jumlah 3 siswa dari latar belakang
kehidupan yang berbeda-beda. Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas
tunagrahita diperlukan suatu strategi khusus yang dapat menarik perhatian siswa,
agar siswa mampu menyerap apa yang telah dipelajari. Selain itu penggunaan
model PAKEM sangat mendukung lancarnya proses belajar IPA tentang
penggolongan hewan berdasakan jenis makanannya.
Berikut data siswa kelas VII Tunagrahita di SLB Putra Pertiwi Kebumen.
1. Nama Siswa : M R G
2. Tempat dan tanggal lahir : Kebumen, 28 Juni 1993
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Jenis kelainan : Tunagrahita
5. Agama : Islam
6. Anak ke : 1 (satu)
7. Nama orang tua : Selamat Ginting (Alm)
8. Pekerjaan orang tua : Buruh
9. Alamat rumah : Rt. 06 / Rw. III Kutosari Kebumen
1. Nama Siswa : E F
2. Tempat dan tanggal lahir : Kebumen, 20-08-1990
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Jenis kelainan : Tunagrahita
5. Agama : Islam
6. Anak ke : 5 (lima)
xlvii
7. Nama orang tua : Sajiman
8. Pekerjaan orang tua : Karyawan
9. Alamat rumah : Sawangan, Alian, Kebumen
1. Nama Siswa : D R S
2. Tempat dan tanggal lahir : Wonosobo, 18 – 3 -1991
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Jenis kelainan : Tunagrahita
5. Agama : Islam
6. Anak ke : 2 (dua)
7. Nama orang tua : Prasetyo
8. Pekerjaan orang tua : PNS
9. Alamat rumah : Rt. 20 / Rw. 4 Karanganyar Wadaslintang
Kondisi awal sebelum tindakan, dapat peneliti sampaikan melalui tes
tertulis bentuk isian. Adapun hasil tes melalui analisis pada pemahaman konsep
IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya disajikan pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil analisis kondisi awal
No Nama SiswaJenis Penelitian
Nilai KetNama Hewan Jenis Makanan Golongan
xlviii
Hewan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
M R G v v v 60
E F v v v 40
D R S v v v 53
Jumlah 153
Nilai rata-rata 51
Keterangan
Angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut.
Skor 1, sangat tidak benar nilai = 20
Skor 2, tidak benar nilai = 40
Skor 3, kurang benar nilai = 60
Skor 4, benar nilai = 80
Skor 5, sangat benar nilai = 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai kondisi awal siswa
kelas VII Tunagrahita di SLB Putra Pertiwi Kebumen sangat rendah, nilai rata-
rata kelas hanya 51. pada kondisi awal demikian disebabkan karena belum
digunakannya pembelajaran model PAKEM dan contoh dari beberapa gambar
hewan kurang begitu menarik perhatikan siswa, serta pembelajaran selalu di
dalam kelas sehingga anak jenuh atau bosan.
Penelitian dilaksanakan melalui beberapa siklus. Siklus berakhir apabila
telah memenuhi target yang telah ditentukan sebelumnya.
Perencanaan Penelitian.
1. Permintaan ijin dari kepala sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian.
2. Penyampaian gagasan yang terkandung dalam penelitian ini kepada kepala
sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian.
xlix
3. Observasi dan wawancara terhadap guru wali kelas VII tunagrahita
terutama dalam pelajaran IPA.
4. Menggambarkan persepsi tentang serapan Model PAKEM pada guru wali
kelas dan menjelaskan proses penelitian yang akan dilaksanakan.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Siklus I sudah direncanakan secara matang meliputi persiapan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrumen berupa lembar observasi untuk
siswa dan guru, lembar penilaian dan beberapa contoh gambar hewan
herbivora.
Siklus I akan dilaksanakan pada tanggal 8 April 2009 yang akan dilaksanakan
oleh peneliti selaku guru bidang studi dan 1 guru teman sejawat bertindak
sebagai pengamat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 April 2009 pada saat
jadwal pelajaran IPA sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar
pada siklus I ini peneliti sudah menggunakan pembelajaran model PAKEM.
1) Kegiatan pendahuluan
a) Motivasi dan apersepsi seputar hewan herbivora atau hewan pemakan
tumbuh – tumbuhan
2) Kegiatan inti
a) Guru menjelaskan tentang binatang atau hewan dapat kita bagi menjadi
beberapa jenis atau golongan berdasarkan makanan yang dimakan
sehari –hari : yaitu hewan herbivora, karnivora, dan omnivora. Yang
akan kita bahas pada pertemuan pertama adalah hewan herbivora atau
l
jenis hewan yang memakan makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan
seperti : daun, kayu, biji, buah, bunga, dan sebagainya.
b) Guru menjelaskan contoh hewan herbivora seperti : kambing, unta,
kerbau, kelinci, kuda dan sebagainya.
c) Siswa bercerita tentang hewan herbivora dan jenis makanannya secara
perorangan.
d) Kemudian guru mengajak siswa ke luar kelas untuk mengamati
beberapa hewan pemakan tumbuh-tumbuhan dilingkungan sekolah.
3) Kegiatan penutup
a) Gu
b) ru / peneliti beserta peserta didik melakukan diskusi kelas dari hasil
pengamatan. Kemudian membuat kesimpulan atau rangkuman hasil
belajar dan siswa melaporkan hasil pengamatannya secara tertulis.
li
Gambar 3. Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus I
c. Hasil Pengamatan
Pelaksanaan tindakan secara umum sudah sesuai dengan rencana,
hanya saja konsentrasi siswa agak terganggu karena ada orang lain yaitu
observe dan ada juru foto untuk mengambil gambar, jadi anak seolah-olah
dalam proses pembelajarannya kaku.
Selama proses pembelajaran terutama saat peneliti menerangkan hewan
herbivora atau hewan pemakan tumbuh – tumbuhan, dari 3 siswa 1 siswa telah
tuntas dengan nilai 73 dan 2 siswa belum tuntas dengan nilai dibawah 60.
Hambatan yang muncul siswa kurang antusias dalam mengamati hewan
pemakan tumbuh-tumbuhan mungkin hewan tersebut kurang menarik
perhatian siswa sehingga ada siswa yang bercakap-cakap, dan bermain-main
dengan temannya.
Berikut hasil analisis pemahaman Konsep IPA tentang penggolongan hewan
herbivora dan jenis makanannya pada siklus I.
Tabel 2. Hasil analisis soal latihan siklus I
No Nama Siswa
Jenis Penelitian
Nilai KetNama Hewan Jenis MakananGolongan
Hewan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 M R G v v v 73 Tuntas
2 E F v v v 47 B. Tuntas
3 D R S v v v 53 B. Tuntas
Jumlah 173
Nilai rata-rata 58
d. Refleksi
Hasil refleksi siklus I ditemukan beberapa hambatan, untuk itu peneliti
perlu menggunakan pembelajaran model PAKEM secara maksimal dan
lii
bervariasi, mencari contoh gambar hewan yang menarik dan mengamati
hewan di lingkungan sekolah sebagai sumber belajar atau pembelajaran di luar
kelas.
Berdasarkan catatan observasi siswa kurang antusias dalam
mengamati hewan pemakan tumbuh-tumbuhan atau hewan herbivora,
mungkin karena hewan atau binatang tersebut kurang menarik perhatian
siswa, dia sudah biasa melihat kambing, tetapi apabila disuruh untuk
menyebutkan binatang / hewan lain yang termasuk golongan herbivora beserta
menyebutkan jenis makanannya secara perorangan anak masih ragu atau takut
salah sehingga memerlukan bantuan dari peneliti untuk menceritakan hewan
tersebut. Jadi di sini siswa dalam proses mengamati hewan kambing tidak
begitu tertarik, konsentrasi penuh hanya pada 15 menit pertama, setelah itu
siswa mulai bermain-main dengan temannya dan bercakap-cakap, bahkan
teman sendiri disuruh makan rumput biar seperti kambing.
Anak Tunagrahita yang peneliti amati, banyak bicara dan bermain,
bercerita bukan pada materi pelajarannya. Jika disuruh melaporkan hasil yang
diamati secara lisan dan perorangan siswa tersebut belum mampu untuk itu
peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus kedua.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Tindakan siklus II berupa perbaikan terhadap hambatan yang muncul
pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama ternyata
pemahaman dan pengamatan siswa terhadap hewan pemakan tumbuh-
tumbuhan rendah, karena hewan yang diamati kurang menarik perhatian
siswa, sehingga peneliti memilih untuk menampilkan contoh gambar hewan
yang cukup menarik yaitu golongan hewan karnivora atau hewan pemakan
daging untuk diamati siswa pada siklus kedua.
b. Pelaksanaan Tindakan
liii
Pada tahap ini, peneliti menggunakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk siklus kedua pada tanggal 15 April 2009
1) Kegiatan pendahuluan
a) Motivasi dan apersepsi peneliti menjelaskan tentang beberapa hewan
karnivora yaitu hewan pemakan daging, darah dan sebagainya atau
hewan ini disebut sebagai hewan predator.
b) Peneliti mengajak para siswa untuk belajar di luar kelas.
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti, siswa diberi contoh beberapa gambar hewan karnivora
atau hewan pemakan daging, kemudian siswa memeperhatikan
keterangan dari guru / peneliti. Setelah siswa paham lalu mulai ada siswa
yang bertanya secara perorangan dan juga bertanya secara bersama-sama.
Kemudian siswa diajak untuk mengamati hewan pemakan daging yang ada
di lingkungan sekolah yaitu kucing yang diberi makanan ikan laut, ternyata
betapa senangnya sang kucing melihat dan lalu memakan ikan laut yang
sudah disediakan oleh siswa. Kemudian siswa mengamati dengan
sungguh-sungguh. Kemudian siswa disuruh bercerita tentang hewan
karnivora yang lain beserta jenis makanannya secara perorangan.
3) Kegiatan penutup
Peneliti kepada peserta didik mengadakan tanya jawab secara lisan
mengenai
golongan hewan karnivora dan jenis makanannya dan juga tes tertulis.
liv
Gambar 4. Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus II
c. Hasil Pengamatan
Pada kegiatan siklus II menemukan perubahan yang sangat
signifikan apabila dibandingkan dengan siklus satu dalam mengamati hewan
karnivora betul-betul ada siswa yang dalam mengamati proses makanannya,
kepala siswa sampai tertunduk, siswa yang semula takut untuk bercerita
sekarang sudah berani
untuk bercerita walau belum begitu lancar dalam mengutarakannya.
Berikut hasil analisis Pemahaman konsep IPA tentang penggolongan hewan
karnivora berdasarkan jenis makanannya pada siklus II.
Tabel 3 . Hasil analisis soal latihan siklus II
No Nama Siswa
Jenis Penelitian
Nilai KetNama Hewan Jenis MakananGolongan
Hewan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 M R G v v v 80 Tuntas
2 E F v v v 53 B. Tuntas
3 D R S v v v 67 Tuntas
Jumlah 200
Nilai rata-rata 67
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus kedua peneliti melakukan
diskusi dengan teman sejawat dan kepala sekolah, siswa sudah mengalami
banyak
kemajuan dalam memahami dan mengamati tentang penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya. Siswa sudah bisa membedakan hewan
lv
herbivora dan hewan karnivora masing-masing siswa dapat bercerita dan dapat
menjawab pertanyaan dari peneliti. Tetapi masih ada satu siswa yang belum
tuntas dalam memahami konsep IPA tentang penggolongan hewan dan jenis
makanannya.
Untuk itu agar siswa yang belum tuntas semakin paham dalam memahami
konsep
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. Maka peneliti mencoba
menggunakan tutor sebaya pada siklus ketiga, dan peneliti memutuskan untuk
mengadakan perbaikan pada siklus ke III.
3. Siklus III
a. Perencanaan Tindakan
Tindakan siklus ketiga direncanakan ada bantuan dari tutor sebaya untuk
membantu teman yang belum paham tentang penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya.
Pada siklus ketiga ini peneliti menggunakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran untuk siklus ketiga, lengkap dengan instrumen yang diperlukan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 23 April
2009. Tindakan ini diawali dengan peneliti menyuruh siswa untuk bekerja
kelompok dan menunjuk 1 (satu) orang siswa untuk menjadi tutor sebaya.
1) Kegiatan pendahuluan
a) Motivasi dan apersepsi tentang seputar hewan omnivora
2) Kegiatan inti
Peneliti membagikan gambar hewan omnivora pada setiap siswa, sebelum
pembelajaran dimulai agar siswa bersemangat peneliti mengajak para
siswa untuk menyanyikan sebuah lagu yaitu lagu “menthok-menthok”
lvi
Setelah selesai menyanyi siswa memperhatikan guru/peneliti pada
waktu sedang menerangkan hewan omnivora dan jenis makanannya.
Kemudian siswa melihat dan mengamati gambar-gambar hewan tersebut
dan juga di suruh untuk berfikir untuk menyebutkan jenis-jenis
makanannya. Kemudian siswa jenis-jenis makanannya. Kemudian siswa
mulai bercerita tentang hewan omnivora secara bersama-sama dalam
kelompok di sini siswa mulai sangat tertarik di dalam kerja kelompok
siswa bercerita tentang hewan omnivora yang dipiara di rumahnya, bahkan
punya saudaranya juga diceritakan.
Kemudian peneliti mengajak siswa ke luar kelas untuk mengamati
hewan omnivora yang ada dilingkungan sekolah. Siswa membawa
makanan hewan tersebut. Ternyata siswa heran karena begitu melihat anak
membawa makanan ayam dan menthok berlarian menggerubuti siswa. Jadi
binatang ayam, menthok adalah termasuk binatang yang mudah jinak di
mana binatang tersebut melihat siswa masuk kandang membawa makanan
yang berupa biji jagung, biji padi, dan ada yang membawa bekatul, cacing
tanah, hewan ayam dan menthok tersebut langsung dapat berkumpul saling
berebut makanan sehingga siswa suka sekali bermain dengan binatang /
hewan ayam, menthok sambil memberi makan.
Kemudian peneliti menunjuk seorang siswa untuk menjadi tutor
sebaya dalam kelompoknya. Tutor sebaya membantu teman yang pada
siklus kedua belum paham tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis
makanannya.
Peneliti membuat beberapa pertanyaan tentang hewan omnivora
untuk dijawab oleh siswa dengan jawaban yang benar. Setelah itu setiap
siswa di suruh mencoba untuk menyebutkan nama-nama hewan omnivora
dan jenis makanannya di depan kelas secara bergantian, lalu siswa lain
memberi tanggapan dan mencatat kesimpulannya dibuku masing-masing
dengan dibantu oleh peneliti.
lvii
3) Kegiatan Penutup
Peneliti menyajikan soal tes tertulis, kemudian siswa melaporkan hasil tes
tersebut.
Gambar 5. Kegiatan Pembelajaran pada Siklus III
c. Hasil Pengamatan
Peneliti minta bantuan teman sejawat untuk menjadi observe ketika
pembelajaran berlangsung. Observe melakukan pengamatan terhadap semua
kegiatan siswa, bagaimana kesiapan siswa dalam pembelajaran, konsentrasi
siswa dalam pembelajaran, reaksi siswa terhadap mata pelajaran IPA tentang
lviii
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya observe juga ikut
mengamati dan mencatat semua yang dilakukan oleh peneliti dalam
pembelajaran, apakah sudah sesuai dengan rencana pembelajaran.
Berikut hasil analisis pemahaman konsep IPA tentang
penggolongan hewan omnivora dan jenis makanannya pada siklus III.
Tabel 4. Hasil analisis soal latihan siklus III
No Nama Siswa
Jenis Penelitian
Nilai KetNama Hewan Jenis MakananGolongan
Hewan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 M R G v v v 87 Tuntas
2 E F v v v 67 Tuntas
3 D R S v v v 80 Tuntas
Jumlah 234
Nilai rata-rata 78
Selama melaksanakan siklus ketiga, siswa telah menunjukkan banyak
kemajuan dalam pemahaman konsep IPA tentang penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya, siswa dapat membedakan hewan herbivora,
karnivora, dan omnivora, dan juga siswa aktif dalam kelompok. Dari hasil
wawancara antara observe dengan siswa menunjukkan bahwa siswa merasa
senang mengikuti pelajaran IPA. Apalagi bagi siswa yang belum paham
mengenai materi IPA tentang penggolongan hewan di sini dibantu oleh
temannya sendiri (tutor sebaya).
d. Refleksi
Dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam pemahaman
konsep IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya yang
menuntut keterampilan proses dan permasalahan konsep siswa secara umum
telah menguasai materi pembelajaran IPA dan sudah mempunyai keterampilan
lix
dalam pengamatan serta pemecahan masalah. Hal ini harus dilatihkan secara
terus menerus agar siswa terbiasa pada kegiatan-kegiatan selanjutnya, agar
keterampilan pemahaman konsep IPA dapat lebih di tingkatkan.
Berdasarkan hasil pembelajaran dari siklus I, II, dan III prestasi belajar
siswa meningkat, nilai rata-rata kelas pada siklus ketiga adalah 78.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan tindakan yang dilakukan tiga siklus hasil penelitian ini dapat
dipaparkan yang pertama hasil yang berkaitan dengan perilaku siswa ketika
melakukan pengamatan / pembelajaran diluar kelas dengan model
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan yang kedua berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam memahami konsep IPA tentang
menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya dalam pemecahan
masalah.
Berkaitan dengan perilaku siswa ketika melakukan pengamatan /
pembelajaran iluar kelas dengan menggunakan Model PAKEM setiap
siklusnya mengalami perubahan positif. Siswa kelihatan aktif dan ceria ketika
belajar diluar kelas, aktif bertanya dan mengemukakan gagasan. Jadi siswa
lebih paham untuk memahami suatu konsep dengan belajar melalui berbuat,
karena kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak
terbatas. Ketika awal kegiatan banyak kegiatan siswa yang dilakukan kurang
positif seperti bermain, bercerita dengan temannya karena belum tahu tentang
konsep IPA menggolongkan hewan dengan berdasarkan jenis makanannya.
Pada siklus yang pertama siswa masih sulit sekali untuk memahami golongan
hewan herbivora atau hewan pemakan tumbuh-tumbuhan karena terhambat
oleh pemahaman konsep dan penguasaan bahasa. Setelah dilakukan tindakan
dengan model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
seoptimal mungkin, maka sangat membantu sekali memperoleh keterampilan
pemahaman tentang pengolongan hewan berdasarkan jenis makanannya dalam
pembelajaran IPA.
lx
Dengan pemberian tindakan yang terus menerus siswa sudah dapat
membedakan / menggolongkan hewan herbivora, hewan karnivora dan hewan
omnivora berdasarkan jenis makanannya. Siswa mampu mengumpulkan
informasi secara sederhana yang relevan dari konsep-konsep yang dipahami
dari apa yang diketahui dan ditanyakan, untuk memecahkan masalahnya
sehingga menemukan jawaban atas permasalahan.
Pada metode model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan yang sistematis tersebut pada tes akhir siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran Model
PAKEM selama tiga siklus menunjukkan perubahan / keberhasilan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Dari hasil wawancara yang diberikan siswa setelah akhir tindakan
sebagian besar siswa merasa senang. Hal ini menunjukkan Model PAKEM
sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan
hewan berdasarkan jenis makanannya.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Menurut Winkel (1999 : 50 ) belajar adalah proses perubahan dari
belum mampu kearah sudah mampu dan proses perubahan itu terjadi selama
jangka waktu tertentu. Adapun menurut Suharsimi Arikunto (1993 : 19 )
belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk
mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan
maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan,
keterampilan ataupun sikap. Di dalam peristiwa belajar selalu ada usaha
berupa latihan.
Berdasarkan pelaksanaan tindakan selama tiga siklus dapat dijelaskan
bahwa cara / teknik yang dilakukan siswa dalam pemahaman konsep IPA
tentang menggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya mengalami
peningkatan. Peningkatan yang pertama berkaitan dengan pengamatan hewan
herbivora, hewan karnivora, dan hewan omnivora secara langsung di lapangan
lxi
/ belajar diluar kelas. Sedangkan yang kedua berkaitan dengan pemahaman
konsep tentang penggolongan hewan / pengusaan materi.
Sebelum diadakan tindakan dalam pembelajaran IPA tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, siswa sangat sulit untuk
memahami konsep-konsep tentang hewan herbivora atau pemakan tumbuh-
tumbuhan, hewan karnivora atau hewan pemakan daging, dan hewan
omnivora atau hewan pemakan tumbuh-tumbuhan dan pemakan daging.
Sehingga siswa banyak melakukan hal-hal yang kurang efektif dalam
pengamatan dan pemahaman konsep tentang penggolongan hewan. Sehingga
ketuntasan siswa dalam belajar belum tercapai.
Karena keterbatasan intelegensi, kapasitas belajar anak tunagrahita
terutama yang berifat abstrak seperti belajar menulis, membaca, memahami
konsep sangat terbatas. Kemampuan belajar cenderung tanpa pengertian atau
cenderung belajar dengan membeo. Kecuali itu anak tunagrahita merupakan
kondisi dimana perkembangan kecerdasan mengalami hambatan sehingga
tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Jadi secara umum anak
tunagrahita mengalami / mempunyai karakteristik keterbatasan intelegensi,
keterbatasan sosial, dan keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya seperti :
a. Memerlukan waktu yang lebih lama untuk melaksanakan reaksi pada
situasi yang baru dikenal.
b. Memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.
c. Tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensinya dari suatu
perbuatan.
Oleh karena itu untuk memperoleh keterampilan dalam pemahaman
konsep IPA tentang menggolongkan hewan dan menyebutkan jenis-jenis
makanannya dapat dilakukan dengan mengamati secara langsung pada hewan
herbivora, hewan karnovora, dan hewan omnivora dan dapat dilakukan dengan
belajar di luar kelas agar anak tidak jenuh, dan bisa diselingi dengan bernyanyi
supaya anak gembira dan tidak tegang. Hal ini dapat dilakukan dengan sering
melakukan pengamatan-pengamatan yang terbentuk melalui proses yang
cukup lama, sehingga siswa terbiasa dan menjadi kebiasaan yang baik dalam
lxii
memahami suatu konsep dan mampu bernalar / berfikir dalam rangka asah
otak untuk pengembangan pengetahuan siswa.
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya dengan Model
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dan dengan
menggunakan metode pengamatan secara langsung atau observasi serta
pemberian contoh, siswa cukup aktif.
Seperti pendapat Tarigan (1984) “bahwa bahasa seseorang
mencerminkan pikiran, keterampilan berbahasa diperoleh melalui latihan dan
praktek”. Menurut pendapat Meere dan Blumen Feld (1987 : 34 ) dalam buku
belajar dan pembelajaran 2 “bahwa tingkat motivasi belajar cenderung
berkorelasi positif dengan hasil belajar” cara guru mengajar dan menarik,
menantang siswa berfikir dan berperan aktif akan mempengaruhi motivasi
siswa secara positif. Sebaliknya apabila guru tidak semangat, tidak kreatif,
dalam mengajar, membosankan, maka tingkat motivasi siswa akan menjadi
rendah.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang tertulis diatas, dengan
menggunakan model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
maka siswa kelas VII Tunagrahita menjadi tertarik dan aktif. Dengan
demikian materi pembelajaran IPA tentang menggolongkan hewan dan
menyebutkan jenis-jenis makanannya menjadi menyenangkan. Semua ini
terlihat dari nilai-nilai yang diperoleh dari tiga siklus.
Dari ketiga siklus perbaikan pembelajaran ternyata tiap-tiap siklus
mengalami kenaikan, semua ini dapat dilihat pada tabel kemajuan ketuntasan
siswa dalam pemahaman konsep IPA tentang Penggolongan Hewan
Berdasarkan Jenis Makanannya.
lxiii
Tabel 5. Nilai hasil formatif mata pelajaran IPA tentang Penggolongan
hewan berdasarkan jenis makanannya.
No Nama SiswaKemampuan
Awal
Siklus
KetI II III
1 M R G 60 73 80 87
2 E F 40 47 53 67
3 D R S 53 53 67 80
Jumlah 153 173 200 234
Rata-rata 51 58 67 78
Berdasarkan tabel 5 dapat kita lihat perubahan nilai siswa belajar siswa pada
tiap-tiap siklus, mengalami kenaikan.
a. Pada studi awal, siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 3
siswa, atau 66,6 %
b. Pada siklus satu siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dari 3
siswa atau 66,6%.
c. Pada siklus dua, siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa dari 3
siswa atau 33,3%
d. Pada siklus tiga siswa sudah tuntas semua atau 100%.
Sedangkan siswa yang telah menguasai materi pelajaran mengalami kenaikan
yaitu :
a. Pada siklus satu, siswa yang tuntas belajar 1 dari 3 siswa atau
33,3%.
b. Pada siklus dua, siswa yang tuntas belajar 2 dari 3 siswa, atau
66,6%.
c. Pada siklus tiga, yang tuntas belajar 3 dari 3 siswa atau 100%.
lxiv
Tabel. 6 Tingkat ketuntasan siswa dalam tiga siklus.
No PembelajaranSiswa Tuntas
%
Siswa Belum Tuntas
%
1 Kemampuan awal 33,3 66,6
2 Siklus I 33,3 66,6
3 Siklus II 66,6 33,3
4 Siklus III 100 0
Dari hasil tabel 6, terlihat jelas setelah perbaikan pembelajaran menunjukkan
daya serap siswa mengalami kenaikan yang terus membaik adapun gambaran
ketuntasan dan kemajuan belajar siswa melalui tindakan dengan pembelajaran
model PAKEM tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya,
dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
0102030405060708090
Nilai
KemampuanAwal
Siklus I Siklus II Siklus III
Siklus
MRG
EF
DRS
lxv
Gambar 6. Grafik Histogran, Gambaran, Ketuntasan dan Kemanjuan Belajar
Siswa
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa dengan menggunakan model Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan dapat menigkatkan kualitas pembelajaran
IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, yaitu :
hewan herbivora, hewan karnivora, dan hewan omnivora. Peningkatan
kemampuan itu ditandai dengan adanya kenaikan skor dari ketiga siswa
bila dibandingkan dengan skor sebelumnya diberi tindakan.
2. Dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM dapat
meningkatkan efektifitas belajar siswa dalam memahami konsep IPA
tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, karena
anak langsung menghadapi sesuatu yang konkrit yang sebelumnya
merupakan sesuatu yang abstrak bagi siswa.
3. Dengan menggunakan pembelajaran model PAKEM, maka dapat
meningkatkan keaktifan, kreatifitas dan prestasi siswa dalam
pemahaman IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis
makanannya. Karena situasi belajar tidak membosankan, tidak selalu di
dalam kelas, dan menggunakan alat peraga yang menarik.
4. Keterampilan proses atau perilaku siswa dalam mengamati lingkungan
alam sekitar terutama tentang pembelajaran IPA yang membahas tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya perlu pengamatan
secara langsung di lapangan untuk membentuk kebiasaan yang terus
menerus sehingga menjadi suatu aktifitas yang secara otomatis dilakukan
siswa dalam pembelajaran IPA model PAKEM.
lxvi
5. Tanpa mengamati secara langsung siswa tunagrahita akan sulit
memahami atau menguasai konsep-konsep IPA tentang penggolongan
hewan berdasarkan jenis makanannya atau hewan herbivora, hewan
karnivora, dan hewan omnivora. Maka dari itu diperlukan metode model
Pebelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan yang dapat
membantu meningkatkan pemahaman konsep dalam pembelajaran IPA.
6. Dengan belajar melalui berbuat siswa tunagrahita kelas VII di SLB Putra
Pertiwi Kebumen akan lebih aktif dan timbul motivasi dari dalam diri
untuk dapat memecahkan masalah, dengan sendirinya siswa akan
berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memecahkan masalah
dengan berbagai cara berdasarkan konsep yang sudah dikuasai.
7. Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan terbukti
dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya.
lxvii
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman
IPA tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, terhadap ketiga
subjek yang diteliti setelah menggunakan model PAKEM. Maka dari itu peneliti
menyarankan :
1. Guru yang bertugas mengajar siswa kelas VII SLB tunagrahita
hendaknya :
a. Menggunakan model PAKEM dalam pembelajaran IPA tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya.
b. Lebih kreatif di dalam mensiasati, memilih dan menggunakan media
yang menarik dan sesuai agar pembelajaran IPA tentang
penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya lebih efektif
dan menyenangkan sehingga hasilnya lebih optimal.
2. Bagi Siswa
a. Siswa yang sudah memenuhi standar ketuntasan minimal perlu
dioptimalkan.
b. Siswa yang belum memenuhi standar ketuntasan minimal perlu
ditindaklanjuti
lxviii
DAFTAR PUSTAKA
Daitin Tarigan, 1984. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, Jakarta: Universitas Terbuka
Depdikbud, 1986. Sikap Siswa Tunagrahita Pada Sekolah Luar Biasa: Depdikbud
Driver, 1983. Pendidikan Sains yang Humanistis, Yogyakarta : Kanisius
Emzul Fajri, Ratu Aprilia Senja, 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta
Hardy dan Fleer, 1996 : 15-16. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam. Sekolah Dasar
Hendra Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 1991. Pendidikan IPA 2, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kemmis dan MC Ta Gart, 1998, Dalam Suwarsih Madya. Panduan Penelitian Tindakan, Jakarta : Depdikbud
Milles, MB dan Huberman, AM, 1992. Analisa Data Kualitatif. Terjemahan Cecep Rohendi Rohidi, Jakarta : Universitas Indonesia
Mohammad Amin dan Mohammad Entang, 1984. Karakteristik Anak Tunagrahita, Jakarta : Rajawali
R. Soetarno, AK, 2006. Dalam RPAL, Semarang : CV Aneka Ilmu
Rusli Ibrahim, 2005, Dalam Munajad Laporan Penelitian. Sikap Sosial Siwa Tunagrahita Pada Sekolah Luar Biasa,: Yogyakarta : FIP IKIP PGRI.
Sam Isbani, 1989. Ortopedagogik Pendidikan Khusus Anak Subnormal, Surakarta : Sebelas Maret University Press
Sri Rumini. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : FIP IKIP Yogyakarta
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMPLB, Tunagrahita Ringan, IPA. 2006 : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
Suharsimi Arikunto, 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta
Sumadi Suryabrata, 2002. Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
56
lxix
Sutratinah Tirtonegoro, 2004: Anak Super Normal dan Program Pendidikannya, Jakarta : Bumi Akssara
Tim Penyusun Kamus P3B, 2001 . Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Tri Irianti, 2008. Pembelajaran dengan Model PAKEM. Kebumen: UPT Depdikbud Provinsi Jawa Tengah
lxx
Lampiran 2
SOAL-SOAL LATIHAN
SIKLUS I
Soal yang digunakan untuk latihan pada siklus I yaitu :
Isilah titik-titik pada soal dibawah ini dengan jawaban yang benar !
1. Kambing makan… maka termasuk golongan hewan…
2. Unta, jenis makanannya adalah…maka digolongkan hewan…
3. Kerbau makan… maka termasuk golongan hewan…
4. Kelinci jenis makanannya adalah… maka termasuk golongan hewan…
5. Burung dara adalah pemakan… maka digolongkan hewan…
6. Ulat termasuk pemakan / perusak… sehingga digolongkan ke dalam
hewan…
7. Belalang adalah pemakan… maka digolongkan hewan…
8. Sapi, jenis makanannya adalah… sehingga digolongkan hewan…
9. Burung kenari adalah pemakan… maka digolongkan hewan…
10. Monyet jenis makanannya adalah… sehingga digolongkan kedalam
hewan…
lxxi
Lampiran 3
SOAL LATIHAN
SIKLUS II
Soal yang digunakan pada siklus II yaitu :
Sebutkan 10 macam hewan golongan karnivora dan jenis – jenis makanannya.
1. Hewan… jenis makanannya adalah…
2. Hewan … jenis makanannya adalah…
3. Hewan… jenis makanannya adalah…
4. Hewan… jenis makanannya adalah….
5. Hewan… jenis makanannya adalah…
6. Hewan… jenis makanannya adalah…
7. Hewan… jenis makanannya adalah…
8. Hewan… jenis makanannya adalah…
9. Hewan… jenis makanannya adalah…
10. Hewan… jenis makanannya adalah…
lxxii
Lampiran 4
SOAL LATIHAN
SIKLUS III
Soal yang digunakan untuk latihan pada siklus III yaitu :
Isilah titik-titik pada soal dibawah ini dengan jawaban yang benar !
1. Ayam, jenis makanannya adalah… dan…, maka digolongkan hewan….
2. Tikus termasuk pemakan… dan…sehingga termasuk golongan hewan….
3. Menthok, jenis makanannya adalah… dan… maka digolongkan hewan….
4. Itik adalah pemakan… dan … maka termasuk golongan hewan….
5. Ikan mujair adalah pemakan… dan… sehingga digolongkan ke dalam
hewan….
lxxiii
Lampiran 8
LEMBAR PENILAIAN
No Nama Siswa
Jenis Penelitian
Nilai KetNama
Hewan
Jenis
Makanan
Golongan
Hewan
lxxiv
Lampiran 9
LEMBAR PENGAMATAN OBSERVER
( Untuk Siswa)
Petunjuk
Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari
angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik
NO ASPEK YANG DINILAI SKOR
1
2
3
4
5
6
7
Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang
akan berlangsung
Tanggapan siswa terhadap bahan ajar
Kesan siswa terhadap media / gambar
Kemampuan siswa memahami hewan herbivora
Kemampuan siswa memahami hewan karnivora
Kemampuan siswa memahami hewan omnivora
Kesan akhir siswa terhadap materi ajar yang telah
berlangsung
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Kebumen, 2 April 2009
Pengamat
Ummi Ruman, S.Pd
lxxv
Lampitan 10
LEMBAR PENGAMATAN OBSERVER
(Untuk Peneliti / Guru )
Petunjuk
Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari
angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik
NO ASPEK YANG DINILAI SKOR
I
1.
2.
II
A.
3.
4.
5.
6.
PRA PEMBELAJARAN
Memeriksa kesiapan siswa
Melakukan kegiatan apersepsi
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
Penguasaan Materi Pembelajaran
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang
relevan
Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai
dengan hierarki belajar
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
B.
7.
Pendekatan / strategi pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan 1 2 3 4 5
lxxvi
8.
9.
10.
11.
12.
C.
13.
14.
15.
D.
16.
17.
18.
E.
19.
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
Menguasai kelas
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif.
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu
yang direncanakan
Pemanfaatan sumber belajar / media pembelajaran
Menggunakan media secara efektif dan efisien
Menghasilkan kesan menarik
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
Pembelajaran yang memicu dan memelihara
keterlibatan siswa
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
Menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa dalam
belajar
Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Memantau kemajuan belajar selama proses
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
20.
F.
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan
(Kompetensi)
Penggunaan Bahasa
1 2 3 4 5
lxxvii
21.
22.
III.
23.
24.
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik
dan benar
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
PENUTUP
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa.
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan
arahan atau kegiatan dan tugas sebagai bagian remidi
atau pengayaan.
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Kebumen, April
2009
Pengamat
Ummi Ruman,
S.Pd
lxxviii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Supriyati
NIM : X5107658
Jabatan : Guru
Pangkat Golongan Ruang : Pengatur Muda Tk. I ( II / b )
Unit Kerja : SLB Putra Pertiwi Kebumen
Menyatakan bahwa :
Nama : Ummi Ruman, S.Pd
NIP : -
Jabatan : Guru
Pangkat / golongan ruang : -
Unit Kerja : SLB Putra Pertiwi Kebumen
Adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran IPA tentang konsep pemahaman penggolongan hewan berdasarkan
jenis makanannya.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Kebumen, 15 April 2009
Teman sejawat Yang membuat penyataan
Ummi Ruman, S.Pd Supriyati