23
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FIQIH MELALUI METODE COOPERATIVE MAKE A MATCH A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi pendidikan agama islam dan bahasa arab di madrasah, mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fikih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN FIQIH MELALUI

METODE COOPERATIVE MAKE A MATCH  

A.    Latar Belakang Masalah

Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008

tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi pendidikan agama islam dan bahasa arab

di madrasah, mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata

pelajaran PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan

dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam

kehidupan sehari-hari, serta fikih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman

sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan,

kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

Secara substansial mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan

motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam

kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia,

makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah

bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:

a.      Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut

aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi

dan sosial.

b.     Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai

perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan

manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk

lainnya maupun hubungan denganlingkungannya

Islam menganjurkan tentang asas pendidikan yang pertama yang harus ditanamkan

kepada anak sejak dini adalah keimanan, hal ini menjadi acuan tentang tujuan pokok dari

pengajaran fiqih ini dalam konteks sosial yaitu, bagaimana memberikan pengetahuan kepada

manusia agar dapat melaksanakan ibadah kepada Tuhannya dengan baik.

Page 2: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

Saat ini, dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat

diluar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus di jawab oleh dunia pendidikan.

Jika praktik-praktik pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak di rubah, bangsa Indonesia

akan ketinggalan oleh Negara-negara lain.

Pada Abad 21 ini, praktik-praktik pembelajaran dan pendidikan di sekolah-sekolah

perlu diperbaharui. Peranan dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik agar optimal

dalam kehidupan bermasyarakat, maka proses dan model pembelajaran perlu terus

diperbaharui.

Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung jawab guru, bagaimana

pembelajaran yang disampaikan dapat difahami oleh anak didik secara benar. Dengan

demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh guru dapat menggunakan metode

dan model pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran itu banyak macamnya, setiap

model pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan kemampuan guru dalam

mengelola proses pengajaran.

            Berdasarkan observasi, di Madrasah Ibtidaiyah diperoleh gambaran keadaan di

sekolah kami masih banyak siswa beranggapan bahwa pelajaran fiqih merupakan pelajaran

yang sulit ditambah bahan ajar tidak dimiliki siswa. Hal ini berdampak pada hasil belajar

fiqih yang kurang memuaskan. Salah satu kesulitan dalam proses pembelajaran adalah siswa

merasa kesulitan dan kurang memahami materi pelajaran. Hal ini disebabkan metode

pembelajaran yang monoton sehingga siswa kurang tertarik dalam pelajaran fiqih dan banyak

siswa merasa jenuh dan mengabaikan pelajaran fiqih. Sedangkan mata pelajaran fiqih

mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumberdaya manusia yang

unggul, handal dan baik sejak dini.

Hasil observasi di lapangan, menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif

belum banyak digunakan. Model pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan melalui metode tersebut siswa merasa lebih

terdorong untuk belajar dan berfikir. Karena dengan meningkatnya aktivisas siswa dalam

proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih bermakna dan mudah dipahami oleh

siswa, karena disana ada keterlibatan siswa dalam membuat dan menyusun perencanaan

proses belajar mengajar, adanya keterlibatan intelektual dan emosional siswa melalui

Page 3: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

dorongan dan semangat yang dimilikinya, serta adanya keikutsertakan siswa secara kreatif

dalam memperhatikan dan mendengarkan apa yang disajikan guru (Slavin, 2008: 143 ).

Penggunaan model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat dimanfaatkan dan

memungkinkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih efektif dan memudahkan siswa

dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Salah satu model pembelajaran

kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan

model mencari pasangan (Make A-Match) terhadap materi pelajaran fiqih kelas IV MI.

Berdasarkan pemaparan di atas maka penelitian ini dilakukan dengan mengambil

judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Melalui

Metode Cooperative Make A Match

B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas permasalahan yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1.      Bagaimana penerapan metode make-a match sebagai upaya untuk meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran fiqih?

2.      Apakah penggunaan metode make-a match dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran fiqih?

C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan diadakannya Penelitian Tindakan Kelas ini adalah :

1. Guru dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi fiqih melalui metode

pembelajaran cooperative make a match.

2. Dengan metode pembelajaran make a match prestasi belajar siswa terhadap materi

fiqih dapat meningkat.

Dengan tujuan tersebut sehingga Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat

diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Kualitas pembelajaran fiqih meningkat

2. Terbentuknya strategi pembelajaran yang tepat dan variatif

3. Siswa aktif dan berani mengungkapkan ide dan gagasannya

4. Hasil prestasi belajar siswa meningkat

Page 4: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik Pembelajaran Cooperative Make A-Match

               Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini

socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Lie, 2003:27).

Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri

khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi;

saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar

anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30).

            Model pembelajaran bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model

pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya

kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat

kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota

kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan

jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan

permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran.

            Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur

tujuan, dan struktur penghargaan (Arrend, 1997: 110-111).

a.  struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis    kegiatan siswa dalam

kelas

b.  struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada akhir

pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya.

Ada tiga macam struktur tujuan, yaitu:

1)     Struktur tujuan individualistik, yaitu tujuan yang dicapai oleh seorang siswa secara

individual tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan siswa lainnya

Page 5: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

2)     Struktur tujuan kompetitif, yaitu seorang siswa dapat mencapai tujuan sedangkan siswa lain

tidak mencapai tujuan tersebut

3)     Struktur tujuan kooperatif, yaitu siswa secara bersama-sama mencapai tujuan, setiap

individu mempunyai andil dalam pencapaian tujuan.

c.  Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada kelompok jika

keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama anggota kelompok.

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

            Eggen dan Kauchak (1993:319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai

sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam

mempelajari sesuatu. Oleh karena itu pembelajaran kooperatif ini juga dinamakan “belajar

teman sebaya.”Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif merupakan metode pemblajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandi, 2000:25).

           

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan

penting pembelajaran, yaitu: hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan

pengembangan keterampilan sosial (Ibarahim, dkk, 2000:7). Pendapat setara menyebutkan

bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang agak

kompleks, membantu mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial, dan hubungan

antara manusia. Belajar secara kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-

konstruktivis dan teori belajar sosial (Kardi dan Nur, 2000:15).

2. Ciri –ciri pembelajaran kooperatif

Menurut Arends (1997:111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)     Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar

2)     Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

3)     Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang

berbeda-beda

4)     Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu

3. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif

Page 6: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

            Pembelajaran kooperatif merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Berdasarkan

hasil dari penelitian melalui meta-analisis yang dilakukan oleh johnson (Nurhadi:2003)

menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif, yakni :

1)     Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

2)     Mengembangkan kegembiraan belajar sejati

3)     Memungkinkan para siswa belajar mengenal sikap, keterampilan, informasi, prilaku sosial

dan pandangan.

4)     Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen

5)     Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

6)     Menghilangkan sifat memntingkan diri sendiri atau egois dan egoisentris

7)     Menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan

8)     Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kpribadian yang sehat dan terintegrasi

9)     Membangun persahabatan yang berlanjut hingga masa dewasa

10) Mencegah gangguan kejiwaan

11) Mencegah terjadinya kenakalan remaja

12) Menimbulkan perilaku sosial dimasa remaja

13) Berbagai keterampilan sosial dilakukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan

dapat diajarkan dan dipraktekkan

14) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

15) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perfektif

16) Meningkatkan perasaan penuh makna mengenai arah dan tujuan hidup

17) Meningkatkan terhadap ide dan gagasan sendiri

18) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

19) Meningkatkan motivasi belajar

20) Meingkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin,

normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas

21) Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan

22) Meningkatkan sikap positif terhadap sikap belajar dan pengalaman belajar

23) Meningkatkan keterampilan hidup gotong royong

24) Meningkatkan sikap tenggang rasa

25) Meningkatkan kemampuan berfikir kreatif

Page 7: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

26) Meningkatkan kesehatan psikologis

27) Memungkinkan siswa mampu mengubah pandangan klise dan stereotif menjadi pandanagn

yang dinamis dan realistis

28) Meningkatkan rasa harga diri dan penerimaan diri

29) Memberikan harapan yang lebih besar bagi terbentuknya manusia dewasa yang mampu

menjalin hubungan positif dengan sesamanya, baik ditempat kerja maupun masyarakat

30) Meningkatkan hubungan kerja antar guru dengan siswa dan personal sekolah

31) Meningkatkan pandangan siswa terhadap guru bukan hanya pengembang akademik, tetapi

sebagai pengembang kpribadian yang sehat dan terintegratif

4. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

            Menurut Ibarahim (2000:10) pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran

b. Menyampaikan informasi

c. Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok

d. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

e. Evaluasi atau memberikan umpan balik

f. Memberikan penghargaan

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

            Menurut Ibarahim dkk (2000:7-8) model pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran sebagai berikut:

a. Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga

bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli

berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang

sulit. Model struktur penghargaan kooperatif juga telah meningkatkan penilaian siswa pada

belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada

siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung sama lain

Page 8: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

atau tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar

untuk menghargai satu sama lain.

c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini

penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan

sosial.

6. Keterampilan Kooperatif

            Pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau

peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut

keterampilan kooperatif. Fungsi keterampilan kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan

kerja dan tugas. Untuk membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja, guru harus

mengajarkan keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang dibutuhkan.

Keterampilan-keterampilan tersebut antara lain:

a. Keterampilan-keterampilan sosial

Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial berhasil dan

memungkinkan seseorang bekerja secara efektif dengan orang lain.

b. Keterampilan berbagi

Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat

mendatangkan masalah pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif.

Siswa yang mendominasi sering dilakukan secara sadar dan tidak memahami akibat perilaku

mereka terhadap siswa lain atau terhadap kelompok mereka.

c. Keterampilan berperan serta

Sementara ada sejumlah siswa mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain tidak mau atau

tidak dapat berperan serta. Terkadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu.

Siswa yang tersisih adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam

kegiatan kelompok.

d. Keterampilan-keterampilan Komunikasi

Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja

kelompok itu ditandai dengan miskomunikasi. Ada empat keterampilan komunikasi:

mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan

Page 9: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

mengecek kesan adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk memudahkan

komunikasi di dalam setting kelompok.

e. Keterampilan-keterampilan Kelompok

Kebanyakan orang telah mengalami bekerja dalam kelompok dimana anggota-anggota secara

individu merupakan orang yang baik dan memiliki keterampilan sosial. Sebelum siswa dapat

belajar secara efektif di dalam kelompok pembelajaran kooperatif, mereka harus belajar

tentang memahami satu sama lain dan saling menghormati perbedaan mereka.

B. Model Make A-Match ( Mencari pasangan )

            Teknik metode make a-match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna

Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-

langkah penerapan metode make a-match ini sebagai berikut :

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok

untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu atau soal dari kartu yang dipegang

3. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya, misalnya

pemegang kartu yang bertuliskan salah satu asmaul husna dalam bahasa arab akan

berpasangan dengan asmaul husna dari bahasa indonesia

4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin

5. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat

menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah

disepakati bersama

6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda

dari sebelumnya, demikian seterusnya

7. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang

cocok

8. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Page 10: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

            Preestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar”. Secara bahasa prestasi

berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian berubah ke dalam bahasa indonesia

menjadi prestasi yang berarti kemampuan. Jadi secara bahasa prestasi adalah sesuatu hasil

yang telah diperoleh seseorang dengan kemampuannya dan keterampilannya sehingga adanya

perbedaan antara kemampuan seseorang dengan kemampuan orang lain. Sedangkan secara

terminologi prestasi adalah hasil yang diperoleh individu atau kelompok, melalui aktivitas

yang telah dilakukannya melalui prosedur dan langkah-langkah yang baik dan benar.

 Menurut Nana Sudjana (2008:26) bahwa prestasi belajar itu merupakan akibat dari

proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yakni berupa tes yang disusun secara

terencana, baik tertulis, secara lisan maupun perbuatan. Selanjutnya Nasution (2006:29)

mengatakan bahwa prsetasi belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak

hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam

pribadi individu yang belajar.

            Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang di maksud prestasi belajar siswa adalah

hasil nilai ulangan harian siswa dalam mata pelajaran akidah akhlak. Ulangan harian ini

bertujuan untuk memperbaiki modul, dan program pembelajaran juga sebagai pertimbangan

dalam memberikan nilai terhadap siswa

2. Indikator Prestasi Belajar

            Untuk dapat mengukur dan mengungkap hasil belajar, maka seharusnya kita

mengetahui asfek mana saja yang menjadi indikatornya. Adapun yang menjadi indikator dari

prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku siswa (Nana Sudjana; 2002:49).

            Pengukuran perubahan tingkah laku tersebut ialah berupa tes kemampuan dan tes

perbuatan, dari hasil tes tersebut dapat dilakukan klasifikasi prestasi dengan besar kecilnya

nilai tes yang dihasilkan sebagai acuan.

Prestasi belajar ini dapat diketahui dengan melakukan suatu penilaian terhadap siswa

yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Prestasi

belajar ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester

(subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

            Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dalam bidang studi

akidah akhlak terdiri dari dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Page 11: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

a. Faktor Internal

            Faktor internal adalah asfek yang terdapat dalam diri individu yang belajar baik dari

asfek fisiologis (fisik) maupun asfek psikologis (psykis). Menurut Slameto (1995:54) yang

termasuk asfek fisiologis adalah faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan asfek psykis

(psikologis) meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

b. FaktorEksternal

            Faktor eksternal adalah seluruh aspek yang terdapat di luar diri individu yang belajar,

menurut Muhibbin Syah (1995:137) meliputi tiga faktor yaitu:

1) faktor keluarga

2) faktor sekolah

3) lingkungan sosial

D.  Kerangka Berfikir

            Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa

kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran

di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi.

Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan.

Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan.

Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuam yang didapat bukan di bangun

sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang

menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.

            Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa ternyata dengan pendekatan

pembelajaran seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal. Hal ini tampak pada

pencapaian nilai akhir siswa. Dalam satu tahun belakangan ini siswa yang memperoleh nilai

60 ke atas tidak lebih dari 25%.

            Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran

yang dilakukan selama ini belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup

penampilan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran hingga sulit untuk mengukur

keterampilan siswa.

            Kebanyakan guru tidak mau menerapkan sistem kerjasama di dalam kelas karena

beberapa alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di

kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam group. Selain itu, banyak orang

Page 12: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerjasama atau berlajar dalam kelompok.

Banyak siswa juga kurang senang di suruh bekerja sama dengan yanmg lain. Siswa yang

tekun merasa bekerja melebihi siswa yang lain dalam group mereka, sedangkan siswa yang

kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu group dengan siswa yang lebih

pandai, siswa yang tekun juga merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang saja

pada hasil jerih payah mereka.

            Kesan negatif mengenai kegiatan bekerja atau belajar anggota kelompok

menghilangkan karakteristik atau keunikan pribadi karena harus menyesuaikan menyesuaikan

diri dengan kelompok. Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sama dengan model

pembelajaran kooperatif. Kooperatif memang dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan

kiat (will and skill) para anggota kelompok. Para siswa harus mempunyai niat untuk bekerja

sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar kooperatif yang akan saling

menguntungkan. Selain niat, siswa juga harus menguasai kiat-kiat berinteraksi dan bekerja

sama dengan orang lain.

            Model pembelajaran mencari pasangan (make a-match) merupakan model

pembelajaran kooperatif. Dimana teknik yang terkandung didalamnya bisa memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban

yang paling tepat, selain itu teknik yang terdapat didalamnya juga mendorong siswa untuk

meningkatkan semangat kerja sama mereka. Model pembelajaran tersebut bisa digunakan

dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik

E.  Hipotesis Tindakan

Hipotesis ini direncanakan dibagi menjadi tiga siklus, dilaksanakan dengan mengikuti

prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi

(reflecting). Melalui tiga siklus tersebut dapat diamati hasil belajar siswa. Dengan demikian

dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1       Dengan model pembelajaran make-a match dapat meningkatkan pengetahuan siswa.

2.  Dengan model pembelajaran make a-match dapat meningkatkan prestasi  belajar siswa pada

mata pelajaran fiqih.

Page 13: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian                                                                                  

            Setting dalam penelitian ini mencakup tiga bagian: (1) tempat penelitian, (2) waktu

penelitian dan (3) subjek penelitian. Akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian

            Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Jangraga Mangunjaya dalam mata

pelajaran fiqih.

2. Waktu Penelitian

            Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2010, penentuan waktu

penelitian ini sesuai dengan kalender pendidikan tahun pelajaran 2009/2010.

3. Subjek Penelitian

            Yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV yang

berjumlah 13 orang, terdiri dari 7 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.

B. Persiapan PTK

            Dalam pelaksanaan penelitian indakan kelas ini maka lebih dulu dipersiapkan input

instrumental yang akan digunakan unuk memberikan perlakuan dalam PTK, yaitu rencana

pembelajaran yang akan dijadikan PTK, yang meliputi komptensi dasar (KD), yakni

menjelaskan ketentuan sholat Ied.

C. Sumber Data

            Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari guru, murid dan teman sejawat.

1.  Siswa

Untuk memperoleh data dari prestasi aau hasil belajar dalam proses belajar mengajar

2.  Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan dari model pembelajaran kooperatif make a-match

3.  Teman Sejawat

Untuk mendapatkan sumber data implementasi penelitian tindakan kelas secara

komprehensif, baik dari siswa maupun dari guru

Page 14: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

            Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan empat teknik, yaitu :

a. Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Tes yang

digunakan adalah tes tertulis berupa ulangan harian bentuk pilihan ganda setelah pelaksanaan

proses belajar mengajar.

b. Teknik Observasi

Teknik ini digunakan unuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam

proses belajar mengajar dan implementasi model make a-match. Dengan menggunakan

lembar observasi berupa angket dan mengamati situasi dan kondisi pada saat pembelajaran

berlangsung.

c. teknik wawancara

teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan penerapan

model pembelajaranmake a-match

E. Analisis Data

            Data dari hasil post tes dari perlakuan model pembelajaran cooperative make a-match

dibuat data skor hasil belajar dan analisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik

persentase untuk melihat kecendrungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

a. Prestasi belajar, dengan menganalisis rata-rata nilai ulangan harian,lalu

diklasifikasikan tinggi, sedang dan rendah.

b. Implementasi pembelajaran model cooperative make a-match, lalu dikategorikan

klasifikasi berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.

F. Perencanaan Tindakan

1. Perencanaan Tindakan I

            PTK dalam siklus penelitian ini direncanakan terdiri dari perencanaan (planning),

pelaksanaan (acting), pengamatan (observasi), dan refleksi (reflecting).

1)     Perencanaan

Page 15: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan

menggunakan pembelajaran make a-match

b. Membuat rencana pembelajaran model make a-match

c. Membuat lembar kerja siswa

d. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK

e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran

2).  Pelaksanaan

a. menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau review, satu bagian

kartu merupakan kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban

b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu atau soal dari kartu yang dipegang

c. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya, misalnya

pemegang kartu yang bertuliskan tanggal 1 Syawal akan berpasangan dengan sholat Idul

Fitri.

d. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin

e. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat

menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah

disepakati bersama

f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda

dari sebelumnya, demikian seterusnya

g. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang

cocok

h. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

3). Pengamatan (Observasi)

a. situasi belajar mengajar

b. keaktifan siswa

c. kemampuan siswa dalam mencocokkan kartu

4). Refleksi (reflecting)

            Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila 75% siswa mampu

mencocokkan kartu soal dan jawaban dengan benar.

2. Perencanaan Tindakan II

Page 16: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

            Sebagaimana pada perencanaan tindakan pertama maka siklus keduapun terdiri dari:

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

1) Perencanaan (Planning)

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus

pertama.

2)     Pelaksanaan (acting)

Guru melaksanakan pembelajaran cooperative make a-match berdasarkan hasil

refleksi dari pembelajaran siklus pertama.

3). Pengamatan (Observasi)

            Guru melakukan pengamatan berdasarkan refleksi dari hasil pembelajaran pada siklus

pertama

4). Refleksi (reflecting)

            Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menyusun rencana

untuk siklus ketiga.

3. Perencanaan Tindakan III

            Perencanaan tindakan untuk siklus ketiga dari pembelajaran cooperative maka a-

match dengan prosedur yang sama seperti pada siklus pertama dan kedua.

1) Perencanaan (Planning)

            Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua.

2). Pelaksanaan (Acting)

            Guru melaksanakan pembelajaran cfooperative make a-match berdasarkan rencana

pembelajaran hasil refleksi pada siklus kedua.

3). Pengamatan (Observasi)

            Guru melakukan pengamatan terhadap hasil refleksi pembelajaran pada siklus kedua.

4). Refleksi (reflecting)

            Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan menganalisis serta

membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran cooperative make a-match dalam

peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fiqih di MI Jangraga Kecamatan

Mangunjaya.

G. Jadwal Penelitian

Kegiatan Bulan 2010 Ket

Page 17: Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa

April Mei Juni Juli

Studi Pendahuluan X

Pengajuan Proposal X

Penyusunan rencana tindakan X X

Pelaksanaan tindakan X

Analisa data X

Penyusunan hasil penilitian X X

Sidang Hasil penelitian X

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi VI). Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Clark, D. (1999). Learning Domains Or Blooms Taxonomy.

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning, Mempratikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.

Jakarta : Gramedia Widiasmara Indonesia.

Furqon. (1982). Pengantar penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta.

Mulyasa, E. (2003). Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.

Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan  Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, N.(2008). Metode Statistik, Bandung: Tarsito

Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.