51
i UPAYA PELESTARIAN KESENIAN BARONGAN TURONGGO JATI DI DESA KEPUH KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sendratasik SKRIPSI oleh Nur Laela 2501412108 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

UPAYA PELESTARIAN KESENIAN BARONGAN TURONGGO JATI …lib.unnes.ac.id/30861/1/2501412108.pdf · barongan, kuda kepang, pemain pujangganong, pawang, pemusik dan sinden. Perlengkapan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

UPAYA PELESTARIAN KESENIAN BARONGAN TURONGGO JATI DI

DESA KEPUH KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sendratasik

SKRIPSI

oleh

Nur Laela

2501412108

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan, terus berkarya dan

bekerjalah yang membuat kita berharga (Dr.K.H. Abdurrahman Wahid).

Kenyamanan adalah penjara kebebasan dan hambatan untuk berkembang

(Jhon F. Kennedy).

PERSEMBAHAN

Kedua Orang Tuaku, Ayahanda Mukhriyo dan

Ibunda Kamilah yang senantiasa memberikan

dukungan moril juga materil.

Almamater Pendidikan Sendratasik UNNES

Para pembaca sekalian.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat, taufik, dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya

Pelestarian Kesenian Barongan oleh Paguyuban Turonggo Jati di Desa Kepuh

Kecamatan Limpung”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

Keberhasilan dan kesuksesan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari dukungan, bantuan, dan bimbingan dari pihak terkait. Penulis menyampaikan

terima kasih kepada Prof. Dr. Fatkhur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas

Negeri Semarang yang telah memberi segala fasilitas dalam menyelesaikan studi

di FBS Universitas Negeri Semarang. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum., Dekan

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan

ijin penulisan skripsi.

Drs. Bintang Hanggoro Putra, M.Hum., selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dengan sungguh-sungguh, sabar dan teliti dalam membimbing,

mengoreksi serta memberikan semangat dan dorongan mental untuk

menyelesaikan skripsi ini. Dra Veronica Eny Iryanti, M.Pd., selaku pembimbing

II yang telah meluangkan waktu dengan sungguh-sungguh, sabar dan teliti dalam

membimbing, mengoreksi serta memberikan semangat dan dorongan mental

untuk menyelesaikan skripsi ini.

Ibunda dan ayahanda yang sangat banyak memberikan bantuan moril,

material, arahan, dan doa sepenuhnya demi kelancaran penelitian serta

vii

viii

SARI

Laela, Nur. 2017. Upaya Pelestarian Kesenian Barongan Oleh Paguyuban Turonggo Jati Di Desa Kepuh Kecamatan Limpung. Skripsi. Prodi

Pendidikan Seni Tari, Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan

Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Bintang Hanggoro

Putra, M.Hum, Pembimbing II Dra Veronica Eny Iryanti, M.Pd.

Kata Kunci : Barongan, Bentuk, Kesenian, Pelestarian, Pertunjukan, Upaya

Kesenian barongan merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal

dari batang. Selain gerakannya, tarian ini juga terkenal dengan unsur mistis di

dalamnya karena ada ritual khusus untuk pemanggilan roh. Kesenian barongan ini

dipentaskan dalam setiap acara baik formal maupun non formal. Iringan dan tata

rias buasana.

Berdasarkan paparan tersebut, rumusan masalah peneliti adalah bagaimana

bentuk pertunjukan kesenian barongan, bagaimana upaya pelestarian kesenian

baronganfaktor-faktor pendukung dan penghambat. Tujuan dari penelitian adalah

untuk memahami dan mendeskripsikan bentuk pertunjukan kesenian barongan,

mengetahui apa saja upaya pelestarian yang dilakukan untuk melestarikan

kesenian barongan, menemukan faktor-faktor pendukung dan penghambat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

kualitatif. Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan fenomenologi.

Teknik pengumpulan data meliputi metode observasi, metode wawancara, dan

metode dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data

menggunakan triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi

data.

Hasil penelitian bentuk pertunjukan kesenian barongan yaitu adanya

lakon, gerak, pelaku, iringan, rias, busana, tata pentas, properti, penonton dan

urutan pertunjukan. Pelaku pada pertunjukan kesenian barongan meliputi pemeran

barongan, kuda kepang, pemain pujangganong, pawang, pemusik dan sinden.

Perlengkapan pertunjukan berupa kostum barongan, kuda kepang, topengganong,

sesaji dan doa. Urutan pertunjukan dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal,

inti pertunjukan dan akhir pertunjukan. Upaya pelestarian kesenian barongan

berupa bentuk perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Upaya pelestarian

kesenian barongan terdapat faktor-faktor yang menunjang termasuk faktor

pendukung dan faktor penghambat. Jadi upaya pelestarian kesenian barongan

diharapkan bisa lebih dikembangkan agar tidak terlalu monoton dan memajukan

kesenian barongan yang ada di kabupaten batang.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ iii

PERNYATAAN ........................................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

SARI ........................................................................................................... vii

BAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR BAGAN .................................................................................... xiv

DAFTAR FOTO ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............ 7

2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 7

2.2 Landasan Teoretis ................................................................................ 12

2.2.1 Kesenian Tradisional ......................................................................... 12

2.2.2 Barongan ........................................................................................... 13

2.2.3 Bentuk Pertunjukan ........................................................................... 14

2.2.4 Unsur Unsur Seni Pertunjukan .......................................................... 17

x

2.2.4.1 Pelaku/Pemain ................................................................................ 17

2.2.4.2 Gerak .............................................................................................. 17

2.2.4.2.1 Tenaga ......................................................................................... 18

2.2.4.2.2 Ruang .......................................................................................... 20

2.2.4.2.3 Waktu .......................................................................................... 20

2.2.4.3 Iringan ............................................................................................. 20

2.2.4.4 Rias ................................................................................................. 21

2.2.4.5 Busana ............................................................................................ 22

2.2.4.6 Properti ........................................................................................... 22

2.2.4.7 Tata Pentas ..................................................................................... 22

2.2.4.8 Penonton ......................................................................................... 22

2.2.5 Upaya Pelestarian Pertunjukan Tradisional ...................................... 23

2.2.6 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ...................................... 27

2.2.7 Kerangka Berfikir .............................................................................. 28

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................... 30

3.1 Pendekatan Penelitian .......................................................................... 30

3.2 Lokasi Penelitian dan Sasaran Penelitian ............................................. 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 31

3.2.2 Sasaran Penelitian ............................................................................. 31

3.3 Sumber Data Penelitian ........................................................................ 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32

3.4.1 Wawancara ........................................................................................ 33

3.4.2 Observasi ........................................................................................... 34

3.4.3 Dokumentasi .................................................................................... 35

3.5 Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 36

xi

3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................ 37

3.6.1 Reduksi Data ..................................................................................... 37

3.6.2 Penyajian Data .................................................................................. 38

3.6.3 Penarikan Kesimpulan ...................................................................... 38

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 40

4.1 Sejarah Kesenian Barongan Turonggo Jati .......................................... 40

4.1.1 Struktur Organisasi ........................................................................... 42

4.1.2 Daftar Anggota .................................................................................. 43

4.2 Bentuk Pertunjukan .............................................................................. 45

4.2.1 Deskripsi Pertunjukan Kesenian Barongan ....................................... 45

4.2.2 Pembabakan ...................................................................................... 48

4.2.2.1 Awal Pertunjukan ........................................................................... 48

4.2.2.2 Inti Pertunjukan ............................................................................. 49

4.2.2.3 Akhir Pertunjukan .......................................................................... 50

4.2.3 Elemen-Elemen Bentuk Pertunjukan ................................................ 50

4.2.3.1 Cerita .............................................................................................. 50

4.2.3.2 Pelaku ............................................................................................. 51

4.2.3.2.1 Pemeran ....................................................................................... 51

4.2.3.2.2 Pemusik ....................................................................................... 53

4.2.3.2.3 Penata Suara ................................................................................ 54

4.2.3.3 Gerak .............................................................................................. 54

4.2.3.4 Rias ................................................................................................. 62

4.2.3.5 Kostum ........................................................................................... 62

4.2.3.6 Properti ........................................................................................... 63

4.2.3.6.1 Kuda Kepang .............................................................................. 63

xii

4.2.3.6.2 Barongan ..................................................................................... 64

4.2.3.6.3 Topeng Ganong ........................................................................... 65

4.2.3.7 Instrumen ....................................................................................... 66

4.2.3.7.1 Kendang ...................................................................................... 66

4.2.3.7.2 Gong ............................................................................................ 66

4.2.3.7.3 Demung ....................................................................................... 67

4.2.3.7.4 Jedor ............................................................................................ 68

4.2.3.7.5 Kempul ........................................................................................ 68

4.2.3.7.6 Badhe atau Tite ........................................................................... 69

4.2.3.8 Lagu ............................................................................................... 70

4.2.3.9 Penonton ......................................................................................... 72

4.3 Upaya Pelestarian Kesenian Barongan ................................................ 72

4.3.1 Bentuk Perlindungan ......................................................................... 74

4.3.1.1 Dokumentasi .................................................................................. 74

4.3.1.2 Fasilitas .......................................................................................... 75

4.3.2 Bentuk Pengembangan ...................................................................... 75

4.3.2.1 Diskusi ........................................................................................... 76

4.3.2.2 Fasilitas .......................................................................................... 76

4.3.3 Bentuk Pemanfaatan .......................................................................... 77

4.3.3.1 Pendidikan ...................................................................................... 77

4.3.3.2 Industri ........................................................................................... 77

4.3.3.3 Pariwisata ....................................................................................... 78

4.4 Faktorpendukung Dan Faktor Penghambat Upaya Pelestarian Kesenian

Barongan .................................................................................................... 78

4.4.1 Faktor Pendukung ............................................................................. 79

xiii

4.4.2 Faktor Penghambat ............................................................................ 81

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 83

5.1 Simpulan .............................................................................................. 83

5.2 Saran ..................................................................................................... 84

Daftar pustaka ............................................................................................ 85

Glosarium ................................................................................................... 88

Lampiran .................................................................................................... 89

xiv

DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Berfikir ................................................................................. 29

2.2 Sekema Analisis Data Kualitatif .......................................................... 39

2.3 Struktur Organisasi Kesenian Barongan Turonggo Jati ........................ 43

xv

DAFTAR FOTO

4.1 Pawang berdoa bersama............................................................ ........... 49

4.2 Pemain kuda kepang memasuki lapangan ............................................ 50

4.3 Pemain Kudakepang ............................................................................. 52

4.4 Pemain Barongan ................................................................................. 52

4.5 Pemain Pujangganong .......................................................................... 53

4.6 gerak tari ............................................................................................... 55

4.7 gerak tari ............................................................................................... 56

4.8 gerak tari ............................................................................................... 56

4.9 gerak tari ............................................................................................... 57

4.10 gerak tari ............................................................................................. 57

4.11 gerak tari ............................................................................................. 58

4.12 gerak tari ............................................................................................. 59

4.13 gerak tari ............................................................................................. 59

4.14 gerak tari ............................................................................................. 60

4.15 gerak tari ............................................................................................. 61

4.16 gerak tari ............................................................................................. 61

4.17 Kuda Kepang ...................................................................................... 64

4.18 Barongan ............................................................................................ 65

4.19 Topeng Ganong .................................................................................. 65

4.20 Kendang ............................................................................................. 66

4.21 Gong ................................................................................................... 67

4.22 Demung .............................................................................................. 67

4.23 Jedor ................................................................................................... 68

4.24 Kempul ............................................................................................... 69

xvi

4.25 Badhe atau Tite .................................................................................. 69

4.26. wawancara 9 oktober 2016 di kediaman Bapak Trisuyono .............. 98

4.27. pemain kuda kepang sedang menari ................................................. 98

4.28. Penari yang kerasukan sedang disadarkan ........................................ 99

4.29. Barongan/singo Barong Turonggo Jati ............................................. 99

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Instrumen Penelitian ............................................................................... 89

2. Surat Tugas Pembimbing ....................................................................... 95

3. Surat Tugas Izin Pembimbing ................................................................ 96

4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ................................. 97

5. Dokumentasi .......................................................................................... 98

6. Biodata Narasumber ............................................................................... 100

7. Biodata Peneliti ...................................................................................... 101

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Kanyam (1981: 15) “Kesenian adalah salah satu unsur yang

menyangga kebudayaan kesenian berkembang menurut kondisi dari kebudayaan

itu”. Sutarno (2010: 46) Tujuan semua kesenian adalah sambil menikmati

keindahan seni yang disajikan, para penonton dapat membayangkan apa yang bias

terjadi pada dirinya sendiri, seolah-olah dirinya akan mengalami peristiwa dan

masalah yang disajikan.

Indonesia memiliki berbagai macam kesenian yang menjadi salah satu

potensi budaya yang perlu dibina dan dikembangkan. namun tidak merubah

kesenian yang sudah ada agar tetap terjaga kelestariannya. Kesenian merupakan

suatu perwujudan kebudayaan yang mempunyai peranan tertentu bagi masyarakat

pendukungnya. Menurut Kuswarsantyo (2004: 28) ketidakberdayaan kesenian

tradisional untuk bertahan sesungguhnya berawal dari terjadinya perubahan pola

pikir dan pola hidup masyarakat menuju kearah pola pikir dan pola hidup

modernis. Keinginan untuk menjadi masyarakat modern seperti bangsa-bangsa

lain itulah yang menjadi salah satu penyebab mengapa masyarakat kita sekarang

ini kurang peduli terhadap keberadaan kesenian tradisional. Bahkan ada yang

mengatakan bahwa kesenian tradisional saat ini dianggap tidak lagi relevan

dengan zaman atau dianggap kuno, ketinggalan zaman. Kesenian tradisional

adalah aset bangsa yang secara nasional harus diupayakan kelangsungan

hidupnya.

2

Masyarakat Indonesia banyak memiliki warisan budaya yang harus dijaga

kelestariannya agar warisan budaya tetap terjaga keutuhannya. Dalam pengertian

mengenai “pelestarian budaya” yang dirumuskan dalam draftt RUU tentang

kebudayaan (1999) dijelaskan bahwa pelestarian budaya berarti pelestarian

terhadap eksistensi suatu kebudayaan dan bukan berarti membekukan kebudayaan

di dalam bentuk bentuknya yang sudah pernah dikenal saja. Kenyataan dalam

kebudayaan senantiasa berada dalam proses berkembang, menyusut, berubah, atau

bertransformasi. Batasan tersebut di atas pelestarian dilihat sebagai suatu yang

terdiri dari tiga aspek, yaitu perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.

Pemanfaatan itulah tedapat kepentingan pariwisata. Ada 3 tujuan yang yang dapat

didefinisikan yaitu : a) pendidikan (baik terstruktur maupun tidak terstruktur,

formal maupun nonformal atau pendidikan masyarakat). b) industri, dalam hal ini

untuk menghasilkan produk kemasan kemasan industri budaya. c) pariwisata, baik

untuk wisatawan umum maupun wisatawan minat khusus (Sedyawati 2008 : 152).

Setiap daerah di Indonesia memiliki kesenian tradisional yang beraneka

ragam yang menjadikan kesenian itu sebagai ciri khas dari daerah tersebut.

Demikian pula Desa Kepuh Kecamatan Limpung Kabupaten Batang juga

memiliki kesenian daerah yaitu kesenian Barongan. Kesenian Barongan ini sudah

ada sejak tahun 1981 dan masih dilestarikan oleh generasi yang lebih muda, di

zaman moderen ini kesenian Barongan yang dianggap kuno, ketinggalan zaman

masih dijaga keutuhannya oleh paguyuban Turonggo Jati yang berada di desa

kepuh. Kesenian Barongan yang dikelola oleh paguyuban Turonggo Jati ini masih

terjaga keutuhan tariannya tanpa merubahnya sedikitpun, karena jika kesenian

3

Barongan ini dirubah mengikuti perkembangan zaman maka keutuhan dalam

kesenian Barongan ini akan musnah sedikit demi sedikit, maka dari itu tetua dari

paguyuban Turonggo Jati sepakat untuk tidak merubah bentuk pertunjukan

maupun tarian yang sudah ada agar tetap terjaga keutuhannya.

Membangkitkan upaya pelestarian kesenian Barongan yang hampir punah.

Didukung oleh salah satu masyarakat yang ingin sekali menghidupkan kembali

Kesenian Barongan dan kemudian sebagai donatur, membuat masyarakat

termotivasi untuk melestarikan kesenian Barongan yang dikembangkan kepada

masyarakat sebagai kegiatan rutin yang bertujuan untuk menularkan kepada

generasi yang lebih muda supaya kesenian Barongan tidak hilang. Berdasarkan

fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bentuk,

upaya pelestarian dan faktor yang mempengaruhi upaya pelestarian kesenian

Barongan Turonggo Jati dengan judul “Upaya Pelestarian Kesenian Barongan Di

Paguyuban Turonggo Jati Desa Kepuh Kecamatan Limpung Kabupaten Batang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pokok yang akan dikaji

adalah:

1. Bagaimana bentuk pertunjukan Barongan di Paguyuban Turonggo Jati Desa

Kepuh?

2. Bagaimana upaya pelestarian Barongan di Paguyuban Turonggo Jati Desa

Kepuh?

4

3. Apakah faktor penghambat dan faktor pendukung upaya pelestarian

Barongan di Paguyuban Turonggo Jati Desa Kepuh?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan menganalisis bentuk pertunjukan barongan di paguyuban

turonggo jati desa kepuh.

2. Mengetahui dan mendiskripsikan upaya pelestarian barongan di paguyuban

turonggo jati desa kepuh.

3. Mengetahui dan menganalisis faktor penghambat dan faktor pendukung

upaya pelestarian Barongan di Paguyuban Turonggo Jati Desa Kepuh.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi ilmiah bagi

masyarakat dan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik untuk peneliti

berikutnya. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan pengetahuan tentang

budaya bangsa dan ikut memperkaya khasanah kebudayaan yang ada di tanah

air Indonesia yang dapat menjadi acuan untuk para peneliti berikutnya.

Bagi pengamat seni, atau guru seni budaya terutama guru seni tari dan

masyarakat yang cinta akan kesenian, peneliti ini dapat memberikan informasi

mengenai upaya pelestarian kesenian Barongan oleh paguyuban Turonggo Jati di

5

Desa Kepuh yang memberikan informasi mengenai upaya pelestarian dari segi

bentuk pertunjukan, gerak, rias, kostum, dan property kesenian barongan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mendorong pelaku seni agar tetap

memberikan ciri khas atau nilai lebih untuk mengembangkan kesenian barongan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika skripsi bertujuan untuk memberikan gambaran serta

mempermudah pembaca dalam mengetahui garis-garis besar dari skripsi ini, yang

berisi sebagai berikut:

1. Bagian awal skripsi berisi tentang judul skripsi, halaman pengesahan,

halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran

dan abstrak.

2. Bagian isi terdiri dari:

Bab 1: Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab 2: Landasan Teori berisi uraian tentang kesenian tradisional, Barongan,

bentuk pertunjukan, unsur-unsur seni pertunjukan, faktor pendukung, faktor

penghambat, kerangka berfikir.

Bab 3: Metode Penelitian berisi pendekatan penelitian, sasaran penelitian, data

dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

6

Bab 4: Hasil Penelitian berisi tentang sejarah kesenian Barongan Turonggo Jati,

bentuk pertunjukan, upaya pelestarian kesenian Barongan, faktor pendukung,

faktor penghambat.

Bab 5: Penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan

saran.

3. Bagian Akhir, pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka yang digunakan

untuk landasan teori serta memecahkan permasalahan dan lampiran sebagai

bukti pelengkap dari hasil penelitian.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian mengenai upaya pelestarian kesenian

Barongan oleh paguyuban Turonggo Jati di Desa Kepuh Kabupaten Batang,

peneliti mencari penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian yang peneliti

lakukan, sehingga penelitian dapat menentukan sudut pandang maupun objek

yang berbeda dari penelitian yang sebelumnya, antara lain:

Dalam Anisa Putri Mentari (Skripsi UNS 2015) Pesinden Maria Magdalena

Rubinem Dalam Upaya Pelestarian Kesenian Tradisi Karawitan Di Yogyakarta

yang mengatakan bahwa Rubinem dalam melestarikan budaya khususnya seni

karawitan dan sinden sudah menjadi rahasia umum. Rubinem dikenal oleh

masyarakat dengan julukan “Sinden Tiga Zaman” yakni, zaman Kependudukan

Belanda, Jepang, dan masa Indonesia merdeka, ia juga hidup di jaman Raja

Hamengkubuwana ke VIII,IX, X Keraton Yogyakarta. Keberhasilan Rubinem

terbukti dengan diterimanya beberapa penghargaan antara lain, tahun 2008 ia

mendapat penghargaan dari Persatuan Dalang Indonesia (PEPADI) Pusat Jakarta,

tahun 2013 Rubinem mendapat penghargaan dari Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, dan terakhir tahun 2014 ia mendapat penghargaan dari Hotel

Horison Ultima Riss Yogyakarta. Selain dengan didapatkannya beberapa

penghargaan, Rubinem juga berperan dalam pelestarian kesenian tradisi

khususnya di Yogyakarta dengan mengajak penduduk sekitar yang tergabung

8

dalam paguyuban kesenian untuk turut berlatih sinden dan tetap melestarikannya.

Kiprahnya selain menjadi seniman juga menjadi panutan masyarakat. Artikel ini

berguna untuk menguatkan tentang konsep yang sedang penulis teliti.

Perbandingan yang ada dalam skripsi ini adalah : Persamaannya sama – sama

membahas tentang upaya dalam melestarikan kesenian yang berada di daerah

masing masing agar budaya yang ada tetap utuh dan tidak hilang. Berperan

penting didalam kemajuan budaya yang ada di daerahnya. Perbedaan skripsi ini

hanya membahas tentang upaya pelestarian. Topik yang dibahas berbeda dari

topik yang sedang diteliti oleh penulis.

Menurut Muchamad Chayrul Umam (Skripsi UNY 2014) Upaya Pelestarian

Kesenian Kenanthi Di Dusun Singosari, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang. Jurnal FIS universitas yogyakarta yang mengatakan

keberadaan suatu kebudayaan yang hidup di tengah-tengah masyarakat pastinya

tidak akan terlepas dari adanya faktor-faktor yang mendukung dalam perjalanan

kebudayaan tersebut. Sehingga kebudayaan yang ada masih bisa tetap lestari serta

dapat dinikmati oleh generasi penerus. Akan tetapi, dalam melestarikan suatu

kebudayaan yang ada juga mengalami beberapa hambatan. Seperti yang dialami

oleh masyarakat Dusun Singosari, Sidoagung, Tempuran Magelang dalam upaya

melestarikan kesenian Kenanthi. Kesenian Kenanthi di Dusun Singosari bisa tetap

lestari karena kesenian Kenanthi tidak bersifat arogan atau kasar seperti halnya

kesenian Jathilan. kesenian Kenanthi berusaha untuk tetap dilestarikan karena

merupakan kesenian yang dijadikan sebagai salah satu alat untuk memperkuat

ideologi. Selain itu, faktor pendorong lainnya yaitu dari segi dana.

9

Dana diperoleh dari masyarakat sekitar, serta dari pemerintah setempat. Rasa

memiliki dan rasa suka yang ada pada masing-masing anggota terhadap kesenian

Kenanthi juga merupakan faktor pendorong sehingga kesenian tersebut bisa tetap

lestari. Selain itu, masyarakat merasa “berdosa” ketika harus meninggalkan

kesenian peninggalan leluhur. Keterlibatan dari masyarakat luar juga sangat

penting dalam upaya melestarikan kesenian Kenanthi ini. Dukungan pemerintah

setempat juga sangat berpengaruh terhadap lestarinya kesenian Kenanthi ini.

Adanya kerjasama antara masyarakat setempat dengan pemerintah desa

menjadikan masyarakat mempunyai semangat tersendiri dalam upaya

melestarikan kesenian Kenanthi. Beberapa faktor pendukung di atas menandakan

bahwa secara umum tanpa ada masyarakat beserta segala bentuk perhatiannya,

kebudayaan akan sulit bertahan. Karena pada dasarnya kebudayaan lahir dari

masyarakat, untuk masyarakat, dan dipertahankan oleh masyarakat itu sendiri.

Begitu juga dengan kesenian Kenanthi yang ada di Dusun Singosari.

Selain ada faktor pendukung, juga ada faktor penghambatnya. Beberapa

faktor penghambat dalam upaya pelestarian kesenian Kenanthi diantaranya yaitu

terkait dengan keadaan alam berupa cuaca. sebagian besar para anggotanya sudah

berusia diatas 40 tahun, dan keadaan fisiknya sudah mulai menua, terkadang

ketika akan melaksanakan latihan turun hujan sehingga banyak yang tidak

berangkat. kendala yang lain yaitu terkait dengan pekerjaan para anggota. Para

anggota kesenian Kenanthi sebagian besar bekerja di ternak ayam tersebut.

Mereka bekerja di tempat tersebut mulai dari pagi sampai sore. Dengan pekerjaan

yang cukup menyita waktu tersebut, terkadang ketika diajak untuk latihan mereka

10

sudah lelah. Faktor penghambat yang lain yaitu karena tidak ada yang

mengundang untuk tampil ke luar.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri sehingga

kebudayaan khususnya kesenian yang ada bisa tetap berjalan dengan baik serta

tetep bisa lestari. Masyarakat berusaha untuk mengembangkan hasil

kebudayaannya dengan menyesuaikan perkembangan zaman. Tentunya supaya

kebudayaan tersebut tetap bisa diterima oleh masyarakat secara umum. Kesenian

Kenanthi masih bisa tetap bertahan sampai saat ini dikarenakan adanya perhatian

serta upaya-upaya dari para anggota kesenian tersebut. Kemudian upaya yang

dilakukan oleh para anggota secara intern yaitu dengan melakukan kaderisasi

kepada masyarakat setempat. Dengan adanya kaderisasi ini dimaksudkan agar

kesenian ini tetap bisa lestari sampai generasi yang akan datang. Selain dengan

kaderisasi secara personal, para anggota khususnya yang muda, berinisiatif untuk

mendirikan kelompok kesenian Kenanthi khusus yang muda-muda. Selain dengan

kaderisasi secara personal, para anggota khususnya yang muda, berinisiatif untuk

mendirikan kelompok kesenian Kenanthi khusus yang muda-muda. Dari upaya-

upaya yang dilakukan oleh para anggota tersebut paling tidak dapat dijumpai

adanya tiga hal pokok kaitannya dengan partisipasi yang dilakukan masyarakat

Dusun Singosari sebagai upaya melestarikan kesenian Kenanthi, yaitu: a.

Partisipasi dalam upaya pelestarian kesenian Kenanthi merupakan keterlibatan

mental dan emosional karena dilandasi rasa memiliki dan rasa senang. b. Para

anggota dalam berpartisipasi menghendaki adanya kontribusi terhadap

11

kepentingan atau tujuan kelompok. c. Partisipasi merupakan tanggung jawab

terhadap kelompok.

Deva Andrian Aditya (jurnal UNNES 2015) Pelestarian Kesenian Lengger di

Era Modern (Studi Kasus Kelompok Kesenian Taruna Budaya Desa Sendangsari

Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo) Jurnal FIS universitas negeri

semarang. Kesenian Lengger merupakan kesenian tradisional yang masih

dipertahankan dan dilestarikan oleh kelompok kesenian Taruna Budaya. bentuk

pelestarian yang dilakukan oleh kelompok Taruna Budaya yaitu latihan rutin,

pementasan kesenian Lengger, pertemuan rutin kelompok Taruna Budaya dan

regenerasi kesenian Lengger oleh kelompok Taruna Budaya terhadap generasi

muda masyarakat Desa Sendangsari. Pelestarian kesenian Lengger yang dilakukan

oleh kelompok Taruna Budaya sudah sesuai dengan teori AGIL dari Talcott

Parsons. Usaha pelestarian kesenian Lengger oleh kelompok Taruna Budaya

menjadi tantangan tersendiri, terdapat faktor pendorong dan faktor penghambat

yang dialami oleh kelompok. Faktor pendorongnya yaitu ketersediaan sarana dan

prasarana, semangat dan kekompakan anggota,serta adanya dukungan dari

masyarakat. Faktor penghambatnya yaitu pendanaan yang minim, faktor cuaca

(hujan) yang berpengaruh pada saat pementasan, kurangnya dukungan pemerintah

dan kesibukan beberapa anggota kelompok karena pekerjaan yang dimiliki.

Solusi yang dilakukan oleh kelompok Taruna Budaya dalam mengatasi

hambatan yang dialami yaitu dengan melaksanakan musyawarah anggota yang

biasa dilakukan pada saat pertemuan rutin kelompok, manajemen keuangan

dengan baik untuk mengatasi minimnya pendanaan yang minim dan ritual khusus

12

yang dilakukan oleh kelompok untuk mengatasi hujan. Pelestarian yang kesenian

Lengger yang dilakukan oleh kelompok Taruna Budaya memiliki ciri khas

tersendiri. kemandirian kelompok benar-benar terbentuk. Para anggota kelompok

Taruna Budaya tetap melaksanakan pementasan kesenian Lengger meskipun

tidak mendapat upah dari hasil pentas dan anggota tidak pernah

mempermasalahkan hal tersebut.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori adalah tori-teori yang mendukung dalam penelitian ini.

Landasan yang digunakan dalam penelitian ini mencangkup: 1) kesenian

tradisional, 2) bentuk pertunjukan, 3) upaya pelestarian pertunjukan tradisional 4)

faktor pendukung dan penghambat yaitu, sebagai berikut

2.2.1 Kesenian Tradisional

Menurut Subroto (dalam Sutarno 2010: 4) kesenian mencerminkan

keseluruhan kepribadian suatu kelompok etnik atau bangsa sehingga juga menjadi

lambang kepribadian suatu kelompok atau bangsa. Menurut Sedyawati (2008:

154) kesenian merupakan suatu yang lazim dijadikan objek daya tarik wisata.

Pada umumnya ia menarik karena memiliki ciri khas yang menandai suatu

masyarakat etnik tertentu. Menurut Sedyawati (1981: 48) tradisional adalah

sesuatu yang sesuai dengan tradisi, sesuai dengan kerangka pola-pola bentuk

maupun penerapan yang selalu berulang-ulang dan juga kuno, atau sesuatu yang

sifatnya luhur sebagai warisan nenek moyang.

13

Menurut Umar Kanyam (1981: 61) kesenian tradisional memiliki ciri-ciri

khusus sebagai berikut 1) kesenian tradisional mempunyai jangkauan

terbatas pada lingkungan kultur yang menjaga. 2) kesenian tradisional

merupakan cerminan dari satu keharusan yang berkembang sangat perlahan-

lahan karena dinamika pendukungnya. 3) kesenian tradisional bukan

merupakan hasil kreatifitas individu-individu tetapi tercipta secara anonim

bersama dengan sifat aktifitas masyarakat pendukungnya.

Menurut Jazuli (2008: 71) “kesenian tradisional adalah kesenian yang

lahir, tumbuh, berkembang dalam suatu masyarakat yang kemudian diturunkan

atau diwariskan secara terus-menerus dari generasi ke generasi”. Berdasarkan

uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesenian tradisional adalah kesenian

yang hidup dan berkembang di masyarakat yang mencerminkan identitas

daerahnya.

2.2.2 Barongan

Barongan merupakan bentuk tarian yang menggunakan topeng besar

berbentuk harimau raksasa yang disebut singabarong. Barongan dimainkan oleh

dua orang yang disebut pembarong, yang masing-masing bertugas dibagian depan

sebagai kepala dan dibagian belakang sebagai ekor. “Barongan disajikan dalam

bentuk arak-arakan (pawai) maupun drama barongan yang sering disebut reog

barongan“ Suetarno (2003: 2). “Kata Barong baik di Jawa maupun di Bali

merupakan nama untuk menyebut binatang mitologi berkaki empat, kehadirannya

di dunia ini sebagai perwujudan makhluk keramat yang ada dalam cerita mitologi.

Pemahaman ini diwujudkan dengan membuat topeng besar berbentuk kepala

14

harimau, yang disebut dengan barongan topeng berbentuk muka dengan mulut

besar, mirip dengan kepala harimau diberi kain atau bagor untuk badannya yang

dikenakan oleh penari, sehingga mirip binatang besar Suetarno” (2003: 8).

Berdasarkan pengertian barongan dapat disimpulkan bahwa Kesenian Barongan

yaitu kesenian yang menggunakan topeng besar berbentuk kepala harimau sebagai

perwujudan makhluk keramat yang dimainkan oleh dua orang penari barongan.

2.2.3 Bentuk Pertunjukan

Tari sebagai bentuk seni merupakan salah satu santapan estetis manusia

yang senantiasa dapat dinikmati penonton, maka tari merupakan penampilan

serangkaian gerak yang ditata baik, rapi, dan indah namun juga dilengkapi

dengan unsur-unsur lainnya yang dapat mendukung penampilannya (dalam

suatu pergelaran tari yang mempunyai daya tarik dan pesona guna

membahagiakan penonton). Tari sebagai seni pertunjukan merupakan suatu

yang bernilai seni dan senantiasa untuk menarik perhatian penonton Jazuli

(1994: 60). Bentuk dalam tari merupakan wujud keseluruhan dari sistem,

kompleksitas berbagai unsur-unsurnya yang membentuk suatu jalinan atau

kesatuan, saling terkait secara utuh, sehingga mampu memberikan daya

apresiasi Maryono (2012: 90)

Bentuk adalah struktur atau susunan dari unsur utama dan unsur pendukung

sehingga dapat menyusun suatu bentuk. Bentuk pada tari merupakan susunan dari

unsur utama tari yang terdiri dari gerak, ruang dan waktu, dan unsur pendukung

tari yang terdiri dari iringan, tema, tata busana, tata rias, tempat dan tata cahaya.

Anggota tubuh merupakan struktur yang terdiri dari kepala, badan, lengan, tangan,

15

jari-jari tangan dan kaki, yang menghasilkan suatu bentuk gerak tari yang indah

apabila ditata dalam susunan gerak yang utuh serta selaras dengan unsur-unsur

pendukung tarinya Jazuli (2008 : 7-8).

Bentuk dalam seni tari menurut Murgiyanto (1992: 36) terdiri dari dua

aspek yaitu: 1) bentuk yang tidak terlihat yaitu bentuk batin, gagasan, atau

hasil dari pengaturan unsur-unsur pemikiran atau hal-hal yang sifatnya

batiniah muncul sebagai isi tari, dimana isi tari adalah suatu ide, gagasan

atau pernyataan yang tidak terlihat. 2) bentuk luar yang merupakan hasil

pengaturan dan pelaksanaan elemen motorik yang teramati. Penonton

melalui bentuk tari, dapat menghayati isi tarian, sebagaimana tari disusun

sedemikian rupa menjadi indah dan memikat penglihatan hingga menyentuh

batin penonton.

Menurut Soedarsono (2001: 5) mengatakan bahwa “sebuah pertunjukan

merupakan perpaduan antara berbagai aspek penting yang menunjang seperti

lakon, pemain(pelaku), busana, iringan, tempat pentas, dan penonton”. Menurut

Tasman (2008: 59) tontonan tari yang sering disebut performing art seringkali

menjadi titik pusat perhatian penonton dari segi yang tampak saja secara audio-

visual. Bentuk dapat dipahami melalui alat indra, pikir, rasa, dan jiwa oleh

penonton terhadap objek yang akan menghasilkan intepretasi yang berupa bentuk

indra (gerak, musik), bentuk teori (estetika, psikologi, gravitasi), bentuk rasa

(indah, mengerikan), dan bentuk jiwa (sedih, bahagia, sengsara, religi)’ proses

pengamatan bentuk pertunjukan perlu adanya penghayatan, maka tidak jarang

16

bagi penonton merasa awam dan tidak dapat menangkap isi dari sebuah bentuk

karya seni tari.

Seni pertunjukan dapat dilihat dan didengar melalui bentuk fisik yang

disajikan. Sosok yang terungkap secara fisik tersebut mengetengahkan makna dan

memiliki fungsi tertentu bagi komunitasnya Kusmayati (dalam Cahyono 2006: 2).

Tari sebagai seni pertunjukan melinatkan unsur pokok dan unsur

pendukung. Unsur pokok terdiri dari tema atau cerita yang dibawakan, gerak yang

selaras dengan ungkapan tema, kemampuan penata tari dalam pertunjukan,

ketrampilan penari, dan tingkat daya hayat dan daya serap masyarakat

pendukungnya, sedangkan unsur pendukung tari dalam seni pertujukan yaitu tata

rias dan busana, properti, iringan, pola lantai, tempat pentas, dan tata cahaya

Rohkyatmo (1986: 77).

Menurut Slamet (2003: 13-31) bentuk pertunjukan kesenian barongan ini

memiliki beberapa fungsi yaitu: keperluan upacara tradisional seperti: 1)

tradisi upacara sedekah bumi sering dilakukan oleh masyarakat agraris

pelaksanaan upacara ini dilakukan setelah musim panen, sebagai ungkapan

rasa syukur dan selamatan atas keberhasilannya dalam melakukan panen.

Kegiatan ini dilakukan dengan harapan lindungan dari tuhan. 2) arak-arakan

anak sunat/khitan mengarak barongan pada acara khitanan/sunat, diharap

untuk menambah kewibawaan anak yang sunat dan mendapat lindungan

dari bala yang akan menggunakannya. Hal ini dilakukan terkait dengan

kepercayaan barongan memiliki kekuatan magis proteksi. 3) arak-arakan

pengantin mengarak barongan pada upacara pernikahan dikarenakan oleh

17

adanya kepercayaan dan anggapan bahwa calon pengantin nantinya seperti

pamornya pengantin raden panji dan candra kirana. 4) sebagai penangkal

wabah Seni barongan ternyata memiliki fungsi yang sangat penting bagi

masyarakat. Yang berfungsi sebagai tolak bala/ruwatan masih dapat

dijumpai di pedesaan. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada bulan jawa

sura.5) Keperluan tontonan atau hiburan yaitu, Seni barongan sebagai seni

tontonan digarap sedemikian rupa sesuai dengan keinginan masyarakat

pendukungnya. Kehadiran di tengah masyarakat tentunya tidak terlepas dari

bentuk seni rakyat yang bersifat spontan dan dekat dengan penonton. Selain

itu juga sederhana pola garap maupun bentuk penyajiannya.

2.2.4 Unsur- Unsur Seni Pertunjukan

Unsur-unsur dalam seni pertunjukan dalam sebuah kesenian tradisional

kerakyatan antara lain: lakon, gerak, pelaku, iringan, rupa (rias, busana, properti,

sesaji), tata pentas, dan penonton Soedarsono (2001: 5).

2.2.4.1 Pelaku/Pemain

Semua jenis seni pertunjukan memerlukan penyaji sebagai pelaku atau

seniman yang terlibat langsung maupun tidak langsung untuk mengetengahkan

atau menyajikan bentuk pertunjukan. Beberapa seni pertunjukan tertentu ada yang

hanya melibatkan pelaku laki-laki saja, dan atau menampilkan pelaku laki-laki

bersama dengan pelaku perempuan Cahyono (2000: 64)

2.2.4.2 Gerak

Menurut Djelantik (1999: 27) Gerak merupakan unsur penunjang yang

paling besar peranannya dalam seni tari. Dengan gerak terjadinya perubahan

18

tempat, perubahan posisi dari benda, tubuh penari atau sebagian dari tubuh.

Semua gerak melibatkan ruang dan waktu. Dalam ruang sesuatu yang bergerak

menempuh jarak tertentu, dan jarak dalam waktu tertentu ditentukan oleh

kecepatan gerak. Bentuk gerak sederhana menjadi ciri untuk sebagian kesenian

tradisional kerakyatan Sedyawati (1986: 171) Gerak merupakan gejala yang

paling primer dari kehidupan manusia, dan gerak merupakan media yang paling

tua dari manusia untuk menyatakan keinginan, atau merupakan bentuk refleksi

spontan dari gerak batin manusia.

Menurut Rokhana (2014: 35) Gerak juga merupakan alat komunikasi yang

mengawali tanda-tanda adanya kehidupan manusia, hal ini dapat diperhatikan

sejak kelahiran seorang bayi hidup, bahkan seorang bayi akan berkomunikasi

kepada ibunya dengan gerak. Menurut Jazuli (2008: 8) bahwa gerak ada dua jenis,

yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni (pure movement) atau disebut

gerak wantah adalah gerak yang disusun dengan tujuan untuk mendapatkan

bentuk artistik (keindahan) dan tidak mempunyai maksud-maksud tertentu. Gerak

maknawi (gesture) atau disebut gerak tidak wantah adalah gerak yang

mengandung arti atau maksud tertentu dan telah distilasi (dari wantah menjadi

tidak wantah).

2.2.4.2.1 Tenaga

Tenaga merupakan sebuah gerak dapat dilakukan dengan tenaga besar,

sedikit, atau sedang, masing-masing memberikan kesan rasa yang berbeda

Murgiyanto (2004: 55). Semua gerak memerlukan tenaga, untuk gerak tubuh

19

penari diambil tenaga dari sang penari selalu siap mengeluarkan tenaga atau

energi yang sesuai Djelantik (1990: 27).

2.2.4.2.1.1 Intensitas

Penggunaan tenaga yang besar menghasilakan gerak yang bersemangat

dan kuat, sebaliknya penggunaan tenaga yang sedikit mengurangi rasa kegairahan,

keyakinan dan kemantapan. Intensitas adalah banyak sedikitnya tenaga yang

digunakan dalam sebuah gerak Murgiyanto (1983: 27).

2.2.4.2.1.2 Aksen atau Tekanan

Aksen atau tekanan adalah bagian-bagian titik gerakan yang terjadi karena

penggunaan tenaga yang tidak rata, artinya ada gerakan yang menggunakan

tenaga sedikit adapula yang banyak. Fungsi tekanan gerak berguna untuk

membedakan antara gerak yang satu dengan yang lainnya, atau berlawanan dalam

penggunaan tenaga dengan sebelumnya Murgiyanto (1983: 27)

2.2.4.2.1.3 Kualitas

Kualitas-kualitas gerak tertentu menimbulkan rasa-rasa tertentu. Ketiga

elemen gerak ruang, waktu dan tenaga tidak terpisahkan di dalam gerak tubuh.

Ketiganya terangkai secara khas sebagai penentu “kualitas gerak”. Kita dapat

berjalan perlahan-lahan (waktu), dengan langkah lebar (ruang), dan santai

(tenaga), atau sebaliknya kita bisa berlari dengan cepat (waktu), dengan langkah

kecil-kecil (ruang), dan dengan tenaga penuh (tenaga). Dari kombinasi cara

menggunakan ruang, waktu dan tenaga, kita mengenal kualitas-kualitas gerak

seperti, mengayun, bergetar, mengambang, dan memukul Murgiyanto (2004: 55)

20

2.2.4.2.2 Ruang

Menurut Hadi (1996: 143) Ruang adalah sesuatu yang tidak bergerak dan

diam sampai gerak yang terjadi didalamnya mengintrodusir waktu dengan cara

demikian mewujudkan ruang sebagai suatu bentuk, suatu ekspresi khusus yang

berhubungan dengan waktu yang dinamis dari gerakannya. Dalam seni tari

penataan ruang ditambah dengan penataan para pelaku, penataan gerak, warna,

suara dan waktu, semuanya dicakup dengan kata koreografi. Ruang berkaitan

dengan tempat yang mempunyai tiga dimensi yaitu: panjang, lebar, dan tinggi

Djelantik (1999: 24)

2.2.4.2.3 Waktu

Merupakan elemen yang sangat penting karena tanpa adanya waktu bagi

penari untuk menyajikan suatu tarian, suatu bentuk tarian tidak akan terwujud.

Wujud bagi penari juga merupakan kesempatan untuk berlatih menari, termasuk

mengadakan gladi bersih. Berlatih bagi penari ini dapat meningkatkan kualitas

tarian sehingga dalam penyajian akan terlihat matang dan memuaskan Rianawati

(2014: 6)

2.2.4.3 Iringan

Menurut Jazuli (1994: 10-12) dalam tari, fungsi musik dapat

dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai pengiring tari, sebagai pemberi suasana

tari, sebagai ilustrasi.

2.2.4.3.1 Musik Sebagai Pengiring Tari

Musik berperan hanya untuk mengiring atau menunjang penampilan tari,

sehingga tidak banyak ikut menentukan isi tarinya. Musik pada umumnya

21

merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan (menyatu) dari tari. Fungsi musik

hanya untuk mengiringi tetapi juga harus bisa memberikan dinamika atau

membantu memberi daya hidup tarinya Jazuli (2008: 14).

2.2.4.3.2 Musik Sebagai Pemberi Suasana Tari

Musik dapat digunakan untuk memberi suasana dalam tarian dan musik

tersebut mengacu pada tema tarian yang dibawakan, misalnya musik yang

digunakan dalam dramatari. Dramatari mempunyai suasana tertentu yang sering

berbeda-beda antara adegan satu dengan yang lainya. Misalnya suasana agung,

sedih, gembira, tenang, bingung, suasana gaduh dan sebagainya Jazuli (2008: 14).

2.2.4.3.3 Musik Sebagai Ilustrasi Tari

Musik tersebut dapat difungsikan sebagai pengiring atau pemberi suasana

pada saat-saat tertentu saja, tergantung kebutuhan garapan tari. Misalnya, berupa

pengantar sebelum tari disajikan, bisa hanya bagian depan dari keseluruhan tari,

atau hanya bagian tengah dari keseluruhan sajian tari Jazuli (2008: 15).

2.2.4.4 Rias

Bagi seorang penari, rias merupakan hal yang sangat penting. Rias juga

merupakan hal yang paling peka dihadapan penonton, karena penonton biasanya

sebelum menikmati tarian selalu memperhatikan wajah penarinya, baik untuk

mengetahui tokoh/peran yang sedang dibawakan maupun untuk mengetahui siapa

penarinya. Fungsi rias antara lain adalah untuk mengubah karakter pribadi

menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan, untuk memperkuat ekspresi, dan

untuk menambah daya tarik penampilan Jazuli (2008: 23).

22

2.2.4.5 Busana

Tradisi tari, busana tari sering mencerminkan identitas (ciri khas) suatu

daerah yang sekaligus merujuk pada tari itu berasal. Demikian pula di dalam

pemakaian warna busana, tidak jarang suatu daerah tertentu senang dengan warna

yang gemerlap atau menyolok, sedangkan di daerah lain lebih berselera dengan

warna-warna lembut atau kalem. Semua itu tidak terlepas dari latar latar belakang

budaya atau pandangan filosofis dari masing-masing daerah Jazuli (2008: 21).

2.2.4.6 Properti

Properti berperan serta berfungsi sebagai sesaji bukan hanya benda-benda

atau barang-barang yang dipersembahkan dan sesudahnya dapat disantap bersama

komunitas sebuah peristiwa pertunjukan. Simbol-simbol properti atau sesaji

diharapkan dapat terwadahi berbagai keinginan yang hendak diutarakan

Kusmayati (2000: 96).

2.2.4.7 Tata Pentas

Indonesia dapat mengenal bentuk-bentuk tempat pertunjukan (pentas),

seperti di lapangan terbuka, di pendapa, dan pemanggungan (staging).

Pertunjukan tari tradisional dilingkungan rakyat sering dipergelarkan di lapangan

terbuka. Dikalangan bangsawan jawa, pertunjukan kesenian sering diadakan di

pedapa, yaitu suatu bangunan yang berbentuk joglo dan bertiang pokok empat,

tanpa penutup pada sisi-sisinya Jazuli (2008: 25).

2.2.4.8 Penoton

Dilihat dari sudut pandang manajemen produksi, penonton dapat juga

dijadikan sebagai indikator atau tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan suatu

23

pertunjukan karena pada dasarnya suatu pertunjukan seni saat ini lebih

dimaksudkan sebagai suatu yang dipertontonkan kepada khalayak untuk dinikmati

bersama. Akan tetapi, dalam suatu pementasan tari tradisional kerakyatan tidak

selalu memerlukan penonton, artinya ada atau tidaknya penonton tidak akan

menjadi suatu masalah dalam berlangsungnya suatu tari tersebut (Jazuli 2011:

204).

2.2.5 Upaya pelestarian pertunjukan tradisional

Menurut Sedyawati (2008: 280) upaya pelestarian yaitu seluruh pencapaian

budaya tak benda, apabila dianggap masih berguna karena relevansinya

dengan kehidupan, maka tentulah memerlukan upaya-upaya pelestarian

yang berkelanjutan. Kebergunaan bisa terdapat misalnya dalam hal-hal

sebagai berikut 1)Nilai budaya dan norma dalam kebudayaan tertentu tetap

dianggap sebagai pemandu prilaku yang menentukan keberadaban

(kebajikan, kesatuan, keanggunan,dst. 2)bentuk-bentuk ekspresi seni yang

berkembang dalam suatu kebudayaan dirasakan tetap memberikan rasa

kepuasan estetik. 3)teknologi beserta teknik-tekniknya dalam praktek

dianggap merupakan keunggulan yang dapat dipersandingkan dan

dipersaingkan dengan teknologi yang dikenal dalam kebudayaan lain. 4)

suatu rangkaian tindakan upacara tetap mempunyai makna simbolik yang

dapat diterima meskipun sistem kepercayaan telah berubah. 5) permainan

tradisional dan berbagai ekspresi folklor lain tetap dianggap mempunyai

daya rekreasi yang sehat dengan terdapatnya kelima hal yang disebutkan itu

maka dianggap layak untuk mengupayakan pelestariannya.

24

Kesenian yang berkembang dalam masyarakat merupakan wujud dari

kebudayaan, kesenian yang hidup di masyarakat disebut kesenian tradisional.

Sebagai masyarakat yang penuh dengan budaya dan kesenian hendaknya kita

menjaga dan melestarikannya. Menurut Sedyawati (2008: 152) dalam batasan

pengertian mengenai “pelestarian budaya” yang dirumuskan dalam draft RUU

tentang Kebudayaan (1999) dijelaskan bahwa pelestarian budaya berarti

pelestarian terhadap eksistensisuatukebudayaan dan bukan berarti membekukan

kebudayaan di dalam bentuk-bentuknya yang sudah pernah dikenal saja. Dalam

kenyataan, kebudayaa senantiasa berada dalam proses: berkembang, menyusut,

berubah, atau bertransformasi. Dalam pembatasan tersebut diatas pelestarian

dilihat sebagai suatu yang terdiri dari tiga aspek, yaitu perlindungan

pengembangan,dan pemanfaatan. Dalam aspek pemanfaatan itulah terdapat

kepetingan pariwisata. Untuk mendeskripsikan konsep yang tepat, maka segera

perlu ditambahkan penjelasan bahwa pemanfaatan kebudayaan dapat diarahkan ke

berbagai tujuan, bukan hanya pariwisata. Ada tiga tujuan pemanfaatan budaya

yang dapat diidentifikasikan, yaitu (a) pendidikan (baik terstruktur maupun tak

terstruktur, formal maupun nonformal atau pendidikan masyarakat ). (b) industri,

dalam hal ini untuk menghasilkan produk kemasan-kemasan industri budaya. (c)

pariwisata, baik untuk wisatawan umum maupun wisatawan minat khusus.

Menurut Zamora (2003: 151) pelestarian warisan budaya, pelestarian disini

dapat diartikan sebagai upaya untuk mempertahankan “keberadaan” suatu unsur

atau sistem budaya tertentu dalam masyarakat. Kata “keberadaan” itu sendiri

dapat bermakna secara aktif maupun pasif adalah keberadaan suatu unsur budaya

25

berarti bahwa unsur tersebut masih dapat kita temui dalam suatu masyarakat,

namun ia tidak lagi hidup dalam masyarakat tersebut. Unsur budaya tersebut

masih disimpan (dalam arti kata yang sebenarnya) dan dipelihara agar dapat tetap

dilihat, dinikmati dan dipelajari kembali. Pelestarian dalam arti semacam ini

terwujud misalnya dalam bentuk penyimpanan berbagai macam bentuk benda

budaya masa lampau di dalam museum dan beberapa peninggalan sejarah seperti

benteng, masjid dan makam.

Sedangkan aktif adalah kebudayaan suatu unsur budaya berarti bahwa unsur

budaya tersebut masih kita temui “hidup” dalam masyarakat dan masih digunakan

dalam kehidupan sehari-hari. Melestarikan suatu unsur budaya secara aktif berarti

menjaga kelangsungan hidup unsur tersebut dalam masyarakat dan upaya ini

harus ditunjukkan tidak hanya pada unsur budaya saja tapi juga pada individu atau

masyarakat pendukungnya. Disamping pelestarian perlu diadakan pengembangan

terhadap suatu unsur budaya apakah dia unsur budaya berupa tarian, berupa ritual

keagamaan, upacara adat istiadat perkawinan dan sebagainya, agar dia memiliki

daya tarik dan mempunyai nilai jual Zamora (2003: 151).

Kesenian merupakan salah satu wujud dari kebudayaan yang pelestariannya

merupakan tanggung jawab dari pemerintah. Menurut Tuloni (2003: 15) selain

komponen pemerintah, maka yang bertanggung jawab adalah juga para pendidik,

siswa, tokoh masyarakat, politisi, wartawan, dan lain-lain. Para pendidik berperan

bagaimana menyadarkan anak didik agar bisa menghargai dan mencintai warisan

budaya, baik dalam kehidupan sesamanya maupun dengan orang lain. Para

pengusaha swasta berupaya membantu dengan dana dan bentuk sarana dan

26

prasarana lain guna pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya itu. Tokoh

masyarakat dengan politisi tertentu mempunyai fungsi untuk menunjukkan

kepedulian dan keberpihakan dalam ide, sikap dan tinggkah laku sehingga

menjadi penggerak dan teladan sesuai dengan nilai warisan budaya. Para

wartawan dan media massa sekarang ini menjadi mediator yang paling dekat

dengan masyarakat. Wartawan dan media massa bisa berperan untuk

mensosialisasikan, menyebarkan informasi, serta menerapkan kode etik yang

berakar dari warisan budaya.

Pada akhirnya dapat dikatakan gerak pelestarian dan pemanfaatan warisan

budaya adalah tugas masyarakat semua. Bobot tugas itu sesuai dengan peran

masyarakat dalam pembangunan ini. Diharapkan pembangunan bangsa dan

negara, selain berbasis kerakyatan juga berbasis nilai-nilai warisan budaya.

Menurut Zamora (2003: 20) sebagai wujud pelestarian dan pemanfaatan

warisan budaya perlu diikuti dengan tindakan atau aksi. Dalam aksi ini

maka yang perlu dikaji adalah: 1) komponen-komponen pelaksanaan dan

peran-perannya yaitu pemerintah, pihak swasta, pendidik, masyarakat

umum, karena warisan budaya itu milik semua komponen itu kalau kita

melihat interaksi dalam sosial budaya. 2) kegiatan pelestarian yang meliputi

inventarisasi, penelitian, penciptaan kembali. 3) kegiatan pemanfaatan yang

terkait dengan pelaksanaan pemerintah, perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan, masalah gender pendidikan, pembinaan SDM,

penanggulangan konflik, pariwisata, pengembangan keilmuan dalam

berbagai bidang.

27

2.2.6 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

Faktor yang menjadi penghambat dan pendukung menurut Bapak Subi

yaitu:

1. Faktor yang menjadi pendukung kesenian barongan yaitu a) para pemain

yang ikut dalam Paguyuban Turonggo Jati memiliki kesibukan masing-

masing, seperti para pemain kerja di luar kota, mempunyai pekerjaan yang

tidak bisa ditinggalkan. Kesibukan para pemain membuat jadwal latihan

yang setiap malam minggu diadakan kini menjadi terbengkalai. B) para

pemain putri sudah jarang yang berminat untuk ikut dalam kesenian barongan

karena malu untuk menari didepan umumdan kebanyakan sudah menikah. c)

masyarakat yang berpengaruh dalam agama islam menentang adanya

kesenian barongan ini karena dianggap syirik sebab dalam kesenian barongan

terdapat ritual-ritual untuk memanggil arwah.

2. Faktor yang menjadi pendukung kesenian barongan yaitu: a) adanya

dukungan dari pejabat desa yang mendukung kesenian barongan. c) adanya

dukungan dari masyarakat desa kepuh yang pada waktu itu menggalang dana

untuk membantu pembentukan kesenian Barongan, pemggalangan dana dari

masyarakat desa Kepuh sangat membantu dalam pembentukan kesenian

Barongan. c) pemain kesenian Barongan rela meluangkan waktu mereka

untuk berlatih setiap kamis dan sabtu juga sehari sebelum pentas di desa lain.

d) para pemuda yang dulunya tidak mempunyai kegiatan sekarang semenjak

adanya kesenian barongan para pemuda menjadi berkegiatan kesenian.

28

2.2.7 Kerangka Berfikir

Dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini, kontak dan

komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat tidak hanya dalam lingkup lokal,

akan tetapi sudah mencapai pada lingkup global. Masyarakat di berbagai pedesaan

pada khususnya pada saat ini sudah tidak merasa sulit lagi untuk mengakses

informasi mengenai unsur-unsur kebudayaan modern yang berasal dari luar. Akan

tetapi, masyarakat yang tidak dibekali dengan rasa memiliki terhadap kebudayaan

sendiri ketika ada kebudayaan modern dari luar yang masuk dan diterima, maka

tidak menutup kemungkinan masyarakat akan lebih menyukai kebudayaan luar

dibandingkan dengan kebudayaan sendiri. Dengan adanya difusi kebudayaan

modern serta keadaan masyarakat yang mengglobal tersebut, tanpa disadari

mengubah pola perilaku masyarakat. Berubahnya pola perilaku masyarakat lambat

laun akan berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat tersebut. Ketika

kehidupan sosial masyarakat berubah, maka tidak menutup kemungkinan akan

ada perubahan pada kebudayaan lokal.

Adanya perubahan sosial yang mempengaruhi kebudayaan dalam

masyarakat, tentunya akan mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan yang ada.

Begitu juga yang terjadi di Desa Kepuh Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.

Adanya perubahan sosial yang terjadi, mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan

yang ada di tengah-tengah masyarakat. Salah satu unsur kebudayaan yang ada di

dalam masyarakat Desa Kepuh Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. Kesenian

Barongan tersebut mendapat pengaruh dari perubahan sosial, sehingga

mempengaruhi keberadaannya di tengah-tengah masyarakat. Ketika keberadaan

29

dari kesenian Barongan itu mulai tak terlihat, maka perlu adanya partisipasi dari

masyarakat baik yang terlibat langsung atau pun tidak langsung dalam upaya

pelestarian kesenian Barongan agar tetap ada di tengah-tengan masyarakat,

khususnya di Desa Kepuh Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.

Bagan. 2.1 Kerangka Berfikir

(Nur Laela 2016)

Kesenian Barongan Turonggo Jati

Bentuk Pertunjukan Upaya Pelestarian Seni

Tradisional Barongan

1. Bentuk Perlindungan

2. Bentuk Pemanfaatan

3. Bentuk Pengembangan

1. Faktor Pendukung

2. Faktor Penghambat

1. Pelaku

2. Gerak

3. Iringan

4. Rias

5. Busana

6. Property

7. Tata Pentas

8. Penonton

Hasil penelitian upaya pelestarian kesenian barongan

turonggo jati desa kepuh kecamatan limpung

83

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut.

Bentuk pertunjukan kesenian Barongan Turonggo Jati Desa Kepuh

Kecamatan Limpung Kabupaten Batang terdiri dari: penarikuda kepang, pawang,

sinden, pemusik, penari barongan, penari topengganong, gerak terdiri dari gerak

tangan,gerak kaki, gerak kepala, dan gerak pinggul. Rupa terdiri dari tata busana,

tata rias, properti, iringan musik, tempat pertunjukan. Urutan penyajian terdiri dari

bagian awal, tengah dan akhir pertunjukan, penonton.

Upaya pelestarian yang dilakukan oleh paguyuban Turonggo Jati yaitu,

karena perkembangan kesenian semakin berkembang pesat namun kesenian

Barongan Turonggo Jati tetap mempertahankan pertunjukan Barongan tanpa

merubahnya agar Kesenian Barongan tetap terjaga keasliannya. Tidak hanya itu

paguyuban Turonggo Jati juga menurun-temurunkan kesenian Barongan kepada

generasi berikutnya agar kesenian tetap terjaga keberadaanya.

Faktor pendukung kesenian Barongan yaitu: masih adanya paguyuban

sebagai wadah kesenian Barongan, ketersediaan sumber daya manusia,

ketersediaan peralatan dan tempat, dan dukungan pemerintahan Desa Kepuh,

partisipasi masyarakat, kondusif masyarakat. Faktor yang menghambat kesenian

84

Barongan yaitu: faktor pemain dan pemusik yang mayoritas seorang buruh yang

bekerja diluar kota menjadikan kesenian Barongan terhambat, gerakan yang

terkesan monoton dan kurang berfariasi, tanggapan miring sebagian tokoh- tokoh

agama setempat.

5.2 Saran

Hasil penelitian mengenai upaya pelestarian kesenian Barongan Turonggo

Jati Di Desa Kepuh Kecamatan Limpung Kabupaten Batang, maka dapat

diberikan saran sebagai berikut:

Paguyuban kesenian Barongan Turonggo Jati diharapkan dapat

menciptakan bentuk-bentuk kreasi yang inovatif agar kesenian Barongan tidak

terkesan terlalu monoton, perlunya tempat (sanggar) kesenian supaya tetap terjaga

kesenian-kesenian tradisional dan bisa bergenerasi, peru pertunjukan rutin dalam

wilayah Kabupaten Batang agar masyarakat dan generasi muda mengetahui

adanya kesenian tradisional dan tidak buta akan adanya kesenia tradisional serta

salah satu pelestarian budaya, perlu diterbitkan buku-buku tentang kesenian

Barongan karena sangat langka, dan agar lebih mudah mempelajari dan

mengetahui sejarah kesenian Barongan, perlunya penelitian lebih lanjut untuk

kesenian-kesenian tradisional di Kabupaten Batang.

85

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Rokhyatmo. 1986. Pengetahuan Tari Sebuah Pengantar. Pengetahuan Elementar Tari Dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian

Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan.

Andrian, Deva. 2015. “Pelestarian Kesenian Lengger Di Era Modern (Studi Kasus

Kelompok Kesenian Taruna Budaya Desa Sendangsari Kecamatan Garung

Kabupaten Wonosobo)”. Jurnal. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang.

Cahyono, agus. 2006. “Seni Pertunjukan Arak-Arakan Dalam Upacara

Tradisional Dugderan Di Kota Semarang”. Jurnal harmonia. Vol VII No. 3

Hlm. 239-247. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Chayrul, muhammad. 2014. “Upaya Pelestarian Kesenian Kenanthi Di Dusun

Singosari, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang”.

Jurnal.Fakultas ilmu sosial universitas yogyakarta.

Djelantik. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI

Hadi, Sumandiyo. 1996. Aspek-Aspek Koreografi Kelompok. Yogyakarta:

Manthili.

Haryono, Sutarno. 2010. Kajian Pragmatik Seni Pertunjukan Opera Jawa. ISI

Press Solo.

Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang : UNNES Press.

________. 2008. Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Seni Tari. Semarang : UNNES Press.

________. 2011. Sosiologi Seni. Surkarta: Universitas Negeri Semarang.

Kayam, umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Kusumayati, Hermien. 2000. “arak-arakan” Seni Pertunjukan Dalam Upacara Tradisional Di Madura. Yogyakarta: Tarawang Press.

Mahmud, Dede. 2016. Pengertian Tari Tradisional, Tari Klasik, Tari Rakyat dan Tari Kreasi Baru. Jumat 19 februari. Saku ilmu.

Margono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Maryono. 2012. Analisa Tari. Solo: ISI Press.

Mukhtar. 2007. Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah. Jakarta: Gaung

Prsada Press.

86

Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi. Jakarta: Depdikbud.

Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi: Beberapa Masalah Tari di Indonesia.

Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Moleong, J Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja

Rosdakarya.

Moleong. 2002. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rodaskarya

Putri, Anisa. 2015. “Pesinden Maria Magdalena Rubinem dalam Upaya

Pelestarian Kesenian Tradisi Karawitan di Yogyakarta”. Skripsi.Fakultas

ilmu budaya universitas sebelas maret surakarta.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi penelitian kajian budaya dan ilmu sosial humaniora pada umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rianawati. 2014. Seni Tari: Untuk SMP dan MTs. Solo: PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri.

Rokhana, Sri dan Wahyudiarto. 2014. Pengantar koreografi. Surakarta: ISI Press.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

____________. 1986. Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

____________. 2008. Ke Indonesiaan Dalam Budaya. jakarta: Wedatama Widya

Sastra.

Soedarsono. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan Dan Seni Rupa.

Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Slamet. 2003. Barongan Blora: STSI Press Surakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumaryanto, Totok. 2001. Diktat Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif. Semarang : IKIP Press.

87

Sumaryanto, Totok. 2010. Metodologi Penelitian 2. Semarang: Jurusan

Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni UNNES, Kementrian

Pendidikan Nasional.

Sumaryanto, Totok. 2010. Konsep Pendidikan Seni (Buku Ajar). 2010. Jurusan

Sendratasik, FBS, UNNES.

Tasman. 2008. Analisa Gerak dan Karakter. Surakarta : ISI Surakarta Press

Zamora, Alcala. 2011. Upaya Pelestarian Pemanfaatan Warisan Budaya Sebagai Aset Pariwisata (Dalam Buku Dialog Budaya Wahana Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Bangsa). Jakarta: CV. Mitra Sari.