Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
MELALUI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI
DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
Diajukan Oleh:
Andi Fithriyah Iskandar
4516011009
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Upaya Peningkatan Pendapatan Daerah Melalui
Pengembangan Objek Wisata Pantai di Kabupaten
Kepulauan Selayar
Nama Mahasiswa : Andi Fithriyah Iskandar
Stambuk/NIM : 451601009
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Telah Disetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Palipada Palisuri, SE.,M.Si Rafiuddin, SE.,M.Si
Mengetahui dan Mengesahkan:
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Universitas Bosowa Makassar
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Program Studi
Universitas Bosowa Ekonomi Pembangunan
Dr. H. A. Arifuddin Mane, SE.,M.Si.,SH.,MH Rafiuddin, SE.,M.Si
Tanggal Pengesahan . . . . . . . . . .
iii
PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Andi Fithriyah Iskandar
NIM : 4516011009
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Judul : Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Melalui
Pengembangan Objek Wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan
hasil penelitian, pemikiran, dan pemaparan asli dari saya adalah karma ilmiah
saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu
perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber kutipan daftar pustaka .
Demikian pernyataan saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan
sama sekali.
Makassar, 5 Oktober 2020
Andi Fithriyah Iskandar
iv
UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
MELALUI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI
DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
Oleh:
Andi Fithriyah Iskandar
Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Bosowa
ABSTRAK
Andi Fithriyah Iskandar. 2020. Skripsi. Upaya Peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Melalui Pengembangan Objek Wisata Pantai di Kabupaten
Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan dibimbing oleh Drs. Palipada
Palisuri, M.Si dan Rafiuddin, SE.,M.Si.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Selayar dalam mengembangkan objek
wisata pantai di Kabupaten Kepulauan Selayar dan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mendorong dan menghambat dalam pengembangan potensi obyek
wisata pantai di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus dalam penelitian
ini adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Kepulauan Selayar
dalam mengembangkan objek wisata pantai dan faktor-faktor yang mendorong
dan menghambat dalam pengembangan potensi objek wisata pantai. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan dan dokumen di lingkungan
Dinas Kepariwisataan tentang objek wisata pantai di Kabupaten Kepulauan
Selayar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah bahwa upaya yang dilakukan oleh Dinas Kepariwisataan
Kabupaten Kepulauan Selayar dalam mengembangkan objek wisata pantai ialah
dengan melakukan pelatihan atau penyuluhan sadar wisata kepada masyarakat
desa agar mereka peduli terhadap objek wisata serta melakukan promosi melalui
media sosial, event, majalah, brosur dan tv nasional serta mendatangkan
influencer yang dapat membantu percepatan dalam promosi pariwisata.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mendorong pengembangan obyek wisata pantai adalah adanya daya tarik yang
beragam yang dimiliki oleh masing-masing pantai dan wisata budaya yang ada
Sedangkan faktor yang penghambatnya adalah adanya faktor internal, seperti
sarana dan prasarana yang belum memadai, kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia masih kurang, kurangnya kesadaran dari para pengusaha usaha jasa
v
pariwisata dan masyarakat,lahan potensial yang tidak dimanfaatkan serta
kurangnya pedagang di sekitar objek wisata. Saran pada penelitian ini:
Bagi Dinas Kepariwisataan: objek wisata yang telah dikelola harusnya
dijaga dengan baik, harus tetap bersinergi dengan pihak desa ataupun
kelurahan/kecamatan objek wisata tersebut agar pengelolaanya semakin baik dan
melengkapi sarana dan prasarana pada objek wisata pantai agar objek yang
dikelola tidak terbengkalai. Sebaiknya juga Dinas Kepariwisataan melakukan
kerja sama antar kabupaten, dalam hal ini ialah pemerintah Kabupaten Bulukumba
agar wisatawan yang datang di Kabupaten Bulukumba juga bisa diarahkan untuk
berkunjung ke Kabupaten Kepulauan Selayar karena jarak tempuh antar
kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Kepuluan Selayar hanya memakan waktu
kurang lebih tiga jam via transportasi laut yaitu kapal fery yang tiap hari
beroperasi.
Bagi Pengelola Swasta: keprofesionalan dalam melakukan pengelolaan
harus tetap terjaga, seperti dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan
sehingga dapat meningkatkan kualitas potensi daya tarik wisata.
Bagi Wisatawan: jika mengunjungi objek wisata pantai, tetap patuhi aturan
dan himbauan yang berlaku, serta tetap menjaga kebersihan pada sekitar objek
wisata.
Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Objek Wisata Pantai
vi
UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
MELALUI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI
DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
Oleh:
Andi Fithriyah Iskandar
Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Bosowa
ABSTRAK
Andi Fithriyah Iskandar. 2020. Thesis. Efforts to Increase Regional
Original Income (PAD) through the Development of Coastal Tourism Objects in
the Selayar Islands Regency, South Sulawesi Province, guided by Drs. Palipada
Palisuri, M.Si and Rafiuddin, SE., M.Si.
The research objective is to determine the efforts made by the regional
government of Selayar Islands Regency in developing coastal tourism objects in
Selayar Islands Regency and to determine the factors that encourage and hinder
the development of potential coastal tourism objects in Selayar Islands Regency.
This research uses a qualitative approach. The focus of this research is
the efforts made by the Regional Government of Selayar Islands Regency in
developing coastal tourism objects and the factors that encourage and hinder the
development of potential coastal tourism objects. Sources of data used in this
study are informants and documents in the Tourism Office of coastal tourism
objects in Selayar Islands Regency.
The results showed that the results obtained in this study were that the
efforts made by the Tourism Office of Selayar Islands Regency in developing
coastal tourism objects was by conducting training or counseling on tourism
awareness to village communities so that they care about tourist objects and
promote through social media. events, magazines, brochures and national TV as
well as bringing in influencers who can help in tourism promotion.
Based on the results of the study, it can be concluded that the factors that
encourage the development of coastal tourism objects are the various attractions
that each beach and cultural tourism has. While the inhibiting factors are internal
factors, such as inadequate facilities and infrastructure, quality and the quantity of
human resources is still lacking, the lack of awareness of tourism service business
entrepreneurs and the community potential land that is not used and the lack of
traders around tourist objects. Suggestions for this research.
For the Tourism Office: tourism objects that have been managed should
be well maintained, must continue to work in synergy with the village or sub-
vii
district / sub-district of the tourist attraction so that its management is better and
completes the facilities and infrastructure for coastal tourism objects so that the
managed objects are not neglected. It is also advisable for the Tourism Office to
collaborate between districts, in this case the Bulukumba Regency government so
that tourists who come to Bulukumba Regency can also be directed to visit the
Selayar Islands Regency because the distance between Bulukumba and Selayar
Kepuluan districts only takes approximately three hours via sea transportation,
namely the ferry which operates every day.
For private managers: professionalism in managing must be maintained,
such as in providing services to tourists so as to improve the quality of potential
tourist attractions.
For tourists: if you visit a beach attraction, still obey the applicable rules
and advice, and maintain cleanliness around the tourist attraction.
Keywords: Local Revenue, Coastal Tourism Objects
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta dengan penuh rasa syukur yang dalam, penulis
memanjatkan doa yang tiada henti-hentinya kepada Allah SWT, pencipta langit
dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya, pemilik kesempurnaan, meliputi
segala ilmu pengetahuan serta kuasa yang tiada batas, telah memberikan rahmat,
pengetahuan, kesabaran, keimanan dan taqwa kepada penulis, serta sholawat dan
salam selalu senantiasa tercurahkan dari hati yang paling dalam kepada Nabiullah
Muhammad SAW sebagai pembawa cahaya serta petunjuk kepada seluruh umat
manusia hingga akhir zaman.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (S.E) pada Program Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Bosowa. Sebagai seorang manusia yang memiliki kemampuan
terbatas, penulis menyadari bahwa tidak sedikit kendala yang dialami dalam
menyusun skripsi ini. Akan tetapi, berkat pertolongan dariNya dan bantuan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung kendala tersebut dapat
diatasi. Oleh karenanya, melalui karya ini, penulis mengucapkan terimah kasih
dan penulis mendedikasikan skripsi ini untuk Almarhum ayahanda Drs. Andi
Iskandar, MM dan Ibunda Andi Mulyati Rajab, S.Pd yang selalu memberikan
dukungan serta iringan doa siang dan malam yang tiada henti-hentinya selalu
terucap, terima kasih atas didikannya selama ini, sehingga menjadi satu-satunya
alasan utama skripsi ini bisa terselesaikan. Kepada kelima adik-adikku A.M Salim
ix
Iskandar, A.M Farid Iskandar, A.M Afif Iskandar, A.M Rifqi Iskandar dan
Andi Najla Mutia Iskandar yang tidak pernah putus memberikan keceriaan dan
doa
Terima kasih kepada Opu Bakka Intang, patta Tombong, kak Darma, ,
patta Eppe, kak Fida dan beserta seluruh keluarga besar yang penulis tidak sempat
sebutkan satu persatu, Terima kasih atas dorongan, motivasi, perhatian, dukungan,
dan doanya kala susah dan senang kepada penulis selama ini.
Sehubungan dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyadari
tanpa bimbingan, arahan serta dukungan yang sangat berharga dari berbagai pihak
sulit rasanya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu melalui
penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih serta memberikan
penghargaan yang setingi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah
mengarahkan dan mensupport penulis antara lain kepada:
1. Rektor Universitas Bosowa Bapak Prof. Dr. Ir. Saleh Pallu, M.Eng.
2. Bapak Dr. H. Andi Arifuddin Mane, SE.,M.Si.,SH.,MH selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Bosowa.
3. Bapak Rafiuddin, SE.,M.Si selaku Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan
sekaligus Pembimbing II untuk senantiasa memberikan segala dorongan,
motivasi, pengetahuan, dan bimbingan untuk senantiasa tegar dalam
memberikan arahan, terima kasih atas segala keramahannya baik selama
kuliah maupun dalam penyelesaian penulisan tugas akhir ini. Hanya doa yang
dapat penulis persembahkan agar senantiasa mendapatkan curahan Rahmat
dunia dan akhirat.
x
4. Bapak Drs. Palipada Palisuri, SE.,M.Si selaku pembimbing I yang telah
membantu demi kelancaran penyelesaian skripsi.
5. Seluruh Dosen Universitas Bosowa yang telah memberikan ilmu dan
mendidik penulis sehingga wawasan penulis bisa bertambah. Beserta seluruh
staf Fakuktas Ekonomi Universitas Bosowa, terima kasih atas bantuannya
dalam pengurusan Administrasi.
6. Bapak Andi Abdurrahman,SE.,M.Si sebagai Kepala Dinas Kepariwisataan
Kabupaten Kepulauan Selayar beserta stafnya, atas pemberian izin kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di kantor Dinas Kepariwisataan.
7. Insan OJK KR 6 Sulawesi, Maluku, dan Papua yang telah menerima penulis
untuk melakukan magang,
8. Nur Fadila dan Nur Aisyah DS yang selalu memberi support dalam
pengerjaan skripsi.
9. Retno Wahyuningsih, Jihan Sapriani, dan Nur Fajriati yang selalu
mendukung dan menghibur penulis saat penulisan skripsi.
10. Teman-teman KKN Gelombang 47 Universitas Bosowa khususnya Posko
Desa Mario: Winda, Irma, Ainun, Wati, Nurul, Ayu, Asriadi, Ade, dan Stebit
terima kasih atas kerja sama, kebersamaan waktu dan kenangan terindah
dengan mengenal kalian selama KKN.
11. Kepada rekan-rekan, senior-senior dan adik-adik di HIMEKPA yang tak
dapat penulis sebut satu per satu, atas didikan, arahan, ilmu, kepercayaan,
motivasinya, menjadi pedoman mengarungi perjalan panjang sebagai
mahasiswa di Universitas Bosowa.
xi
12. Kartel 2016 Fakultas Ekonomi dan teman kelas prodi Ekonomi Pembangunan
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
13. Kepada seluruh teman-teman selama penulis menempuh pendidikan dari SD
Dasar sampai SMA yang telah menjadi teman berbagi cerita sekaligus
memberikan dukungan selama ini terima kasih.
14. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Serta kepada semua insan yang tercipta dan pernah bersentuhan dengan
jalan hidup penulis. Kata maaf dan ucapan terima kasih yang tidak terkira atas
semuanya. Sekecil apapun perkenalan itu dalam garis penulis, sungguh suatu hal
yang amat sangat luar biasa bagi penulis diatas segalanya, kepada Allah SWT
yang telah menganugerahkan mereka dalam kehidupan saya.
Makassar, Oktober 2020
Andi Fithriyah Iskandar
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
PERNYATAAN KEORISINILAN .................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendapatan Asli Daerah ..................................................................... 7
2.2 Obyek Wisata ..................................................................................... 18
2.3 Pengembangan Obyek Wisata ............................................................ 24
2.4 Kerangka Pikir.................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian............................................. 30
3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 30
3.3 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 32
3.4 Metode Analisis.................................................................................. 34
3.5 Definisi Operasional ........................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi dan Objek Penelitian ................................. 37
4.2. Deskripsi Data .................................................................................... 45
4.3. Analisis Data ...................................................................................... 68
xiii
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 71
5.2. Saran ................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
LAMPIRAN ......................................................................................................... 76
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PAD Kabupaten Kepulauan Selayar .................................................... 2
Tabel 1.2 Jenis Objek Wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar ......................... 3
Tabel 4.1 Nama dan Lokasi Destinasi Pariwisata Kabupaten Kepulauan
Selayar .................................................................................................. 45
Tabel 4.2 Data DTW Kabupaten Kepulauan Selayar ........................................... 61
Tabel 4.3 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan
Nusantara .............................................................................................. 63
Tabel 4.4 Target dan Realisasi PAD .................................................................... 65
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Analisis Data ......................................................................... 35
Gambar 2.1 Struktur Organisasi ........................................................................... 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan daerah pada dasarnya merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan
daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah di Indonesia. Dalam
pengembangan daerah sudah tentu dibutuhkan peningkatan pendayagunaan
dan potensi daerah secara optimal.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pembangunan yang
dilaksanakan oleh bangsa Indonesia adalah pembangunan di segala bidang
kehidupan. Pemberlakuan UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah secara riil merupakan titik tolak yang sangat strategis bagi daerah
untuk dapat menggali, mengembangkan dan mengelola aset-aset yang dimiliki
serta memberdayakannya bagi pembangunan perekonomian daerah setempat.
Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 157 UU. No. 32 Tahun 2004 yang
mengatur sumber-sumber pendapatan daerah yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
1) Hasil pajak daerah
2) Hasil retribusi daerah
3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
b. Dana Perimbangan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
2
PAD adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam
wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Abdul Halim 2004:94).
PAD merupakan gambaran potensi keuangan daerah, umumnya
mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan
pendapatan asli daerah dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali
potensi sumber daya alam yang berupa objek wisata. Untunglah di Indonesia,
khususnya di Kabupaten Kepulauan Selayar mempunyai potensi alam yang
cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah. Berikut PAD Kabupten Kepulauan Selayar:
TABEL 1.1
PAD KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR No. Uraian APBD-P Realisasi 2019 % Realisasi 2018
1 Pendapatan Pajak
Daerah 8.963.500.000,00 8.919.725.942,86 99,51 9.325.798.483,00
2 Pendapatan
Retribusi Daerah 2.128.700.000,00 1.919.871.020,00 90,19 1.668.715.105,00
3 Pendapatan Hasil
Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
10.090.930.064,00 10.078.930.064,00 99,88 9.492.702.269,00
4 Lain-lain PAD
yang Sah 57.062.269.936,00 52.251.807.457,98 91,57 43.454.257.571,57
Jumlah 78.245.400.000,00 73.170.334.484,84 93,51 63.941.473.428,57
Sumber:Badan Pengelolaan Keuangan,Pendapatan dan Asset Daerah
Kabupaten Kepulauan Selayar
Era globalisasi sekarang ini,bidang pariwisata merupakan salah satu
kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang
pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini menjadi salah satu sumber
penghasil devisa negara dan mendorong perkembangan investasi. Dalam
mengembangkan sektor ini, pemerintah berusaha keras membuat rencana dan
berbagai kebijakan untuk mendukung kemajuan sektor pariwisata.
3
Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk
menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang,
memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur
serta tujuan-tujuan lainnya (Koen Meyers: 2009). Dari pengertian tersebut
dapat diartikan bahwa pariwisata adalah perjalanan untuk memenuhi hasrat
dan keingintahuan akan kepentingan yang berhubungan dengan kesenangan.
Pembangunan kepariwisataan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu
dengan sektor-sektor pembangunan lainnya serta antara berbagai usaha
kepariwisataan yang kecil, menengah dan besar agar saling menunjang.
Kabupaten Kepulauan Selayar terletak di ujung selatan pulau Sulawesi
yang memiliki berbagai potensi objek wisata seperti wisata sejarah, wisata
budaya, wisata alam, dan wisata bahari. Salah satu yang terkenal ialah Taman
Nasional Taka Bonerate yang memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia,
sehingga menjadi primadona bagi para wisatawan, khususnya wisatawan
mancanegara. Adapun beberapa obyek wisata lainnya yang terdapat di
Kabupaten Kepulauan Selayar seperti di tabel berikut ini:
TABEL 1.2 JENIS OBJEK WISATA DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
Obyek Wisata Lokasi Obyek Wisata
Wisata Alam/Bahari
a. Takabonerate Balai Taman Nasional
Takabonerate
b. Pulau Tinabo Kecamatan Takabonerate
c. Pantai Pa’badilang Kecamatan Bontomatene
d. Pulau Bahuluang Kecamatan Bontosikuyu
e. Kawasan Pasi Gusung (Liang Kareta, Balo
Jaha, Bone Malea)
Kecamatan Bontoharu
4
f. Pantai Baloiya (Sunari Resort,Villa Norsyah,
Tamamelong Resort)
Kecamatan Bontosikuyu
g. Pantai Punagaan Kecamatan Bontosikuyu
h. Pantai Pinang Kecamatan Bontosikuyu
i. Pantai Bonetappalang Kecamatan Bontosikuyu
j. Pantai Karang Indah Kecamatan Buki
k. Air Terjun Ohe Gonggong Kecamatan Bontosikuyu
l. Air Terjun Patikore Kecamatan Bontosikuyu
Wisata Budaya/Sejarah
a. Perkampungan Tua Bitombang Kecamatan Bontoharu
b. Jangkar Raksasa Kecamatan Bontoharu
c. Gong Nekara Kecamatan Bontoharu
d. Makam We Tenri Dio Kecamatan Bontoharu
e. Masjid Tua Gantarang Kecamatan Bontomanai
f. Kuburan Tua Silolo Kecamatan Buki
Wisata Buatan
a. Taman Pusaka Kecamatan Benteng
b. Pusat Wisata Kuliner Kecamatan Benteng
c. Hutan Mangrove Matalalang Kecamatan Bontoharu
d. Puncak Tanadoang Kecamatan Bontomanai
Sumber: www.wikiwand.com
Pengembangan objek wisata hendaknya dilakukan dengan lebih fokus
melalui penataan dan pengembangan berbagai objek pariwisata secara gradual
dan sistematis, dengan melengkapi segala fasilitas pendukungnya. Harus
diakui bahwa fasilitas penunjang dan daya tarik berbagai objek wisata di
Kabupaten Kepulauan Selayar belum seluruhnya dalam kondisi baik,
khususnya aksesibilitas menuju ke berbagai objek wisata yang ada, sebagian
besar dalam kondisi yang kurang baik. Selain itu terbatasnya sarana
transportasi, baik kualitas maupun kuantitas dapat menghambat mobilitas
wisatawan menuju objek wisata, serta masih kurangnya informasi tentang
konstelasi objek wisata yang ada. Selain itu belum meratanya pembenahan
sarana dan prasarana disetiap objek wisata yang dapat menarik minat
wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut. Hal itu disebabkan
karena pemerintah daerah masih berfokus pada obyek wisata yang
diunggulkan saja.
5
Dari uraian diatas, perlu disadari oleh pemerintah daerah dalam hal ini
Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar sangat berperan penting
dalam mengembangkan suatu objek wisata mengingat bahwa objek wisata di
Kabupaten Kepulauan Selayar mempunyai potensi yang sangat besar dalam
menumbuhkan perekonomian dan pendapatan daerah.
Dengan melihat latar belakang diatas maka penulis perlu melakukan suatu
penelitian dengan judul “Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Melalui Pengembangan Objek Wisata Pantai di Kabupaten Kepulauan
Selayar”.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten
Kepulauan Selayar dalam rangka mengembangkan potensi objek wisata
pantai guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)?
b. Faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menghambat dalam
pengembangan potensi objek wisata pantai di Kabupaten Kepulauan
Selayar?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Kepulauan Selayar dalam mengembangkan objek wisata pantai
di Kabupaten Kepulauan Selayar
6
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong dan menghambat dalam
pengembangan potensi obyek wisata pantai di Kabupaten Kepulauan
Selayar
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa dan pemerhati
masalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pengembangan obyek
wisata
b. Memperoleh pengetahuan tentang potensi obyek wisata
Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pengembangan obyek
wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan
pertimbangan kepada pemerintah daerah upaya peningkatan
Pendapatan Daerah (PAD) melalui pengembangan potensi obyek
wisata.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang tertuang
dalam pasal 1 butir 15 UU No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara,
pendapatan asli daerah adalah hak pemerintah daerah yang di akui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari
penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-
lain yang sah.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah
adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan
keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah tersebut
misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan
keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.
Dari ketentuan pasal tersebut di atas, maka pendapatan daerah dapat
dibedakan dalam dua jenis yaitu :
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Pendapatan Non Asli Daerah
Sampai saat ini yang termasuk Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan
yang berasal dari daerah itu sendiri dan didapat melalui pajak daerah, retribusi
daerah, BUMD, dan hasil kerjasama dengan pihak ketiga..
8
2.1.1 Hasil Pajak Daerah
Pajak ialah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui
norma-norma umum yang dapat dipaksakan tanpa ada kalanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah
(Suandy:2008). Pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan
oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang, yang dapat dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku digunakan untuk membayari
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah
(Suandy:2011). Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan
pemerintah daerah yang hasilnya dugunakan untuk pengeluaran umum
yang balas jasang tidak langsung diberikan sedang pelaksanaannya
bisa dapat dipaksakan.
Pasal 2 UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, jenis pajak kabupaten atau kota terdiri dari:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
9
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Jenis Pajak tersebut dapat tidak dipungut apabila potensinya
kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Adapun penjelasan dari ketujuh jenis pajak kabupaten atau kota
sebagai berikut:
a. Pajak Hotel
Pajak Hotel merupakan dana/iuran yang dipungut atas penyedia
jasa penginapan yang disediakan sebuah badan usaha tertentu yang
jumlah ruang/kamarnya lebih dari 10. Pajak tersebut dikenakan
atas fasilitas yang disediakan oleh hotel tersebut. Tarif pajak hotel
dikenakan sebesar 10% dari jumlah yang harus dibayarkan kepada
hotel dan masa pajak hotel adalah 1 bulan.
b. Pajak Restoran
Pajak Restoran merupakan pajak yang dikenakan atas pelayanan
yang disediakan oleh restoran. Tarif pajak restoran sebesar 10%
dari biaya pelayanan yang ada diberikan sebuah restoran.
c. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak yang kenakan atas jasa pelayanan
hiburan yang memiliki biaya atau ada pemungutan biaya di
10
dalamnya. Objek pajak hiburan adalah yang menyelenggarakan
hiburan tersebut, sedangkan subjeknya adalah mereka yang
menikmati hiburan tersebut. Kisaran tarif untuk pajak hiburan ini
adalah 0%-35% tergantung dari jenis hiburan yang dinikmati.
d. Pajak Reklame
Pajak Reklame merupakan pajak yang diambil/dipungut atas
benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan coraknya
dirancang untuk tujuan komersial agar menarik perhatian umum.
Biasanya reklame ini meliputi papan, bilboard, reklame kain, dan
lain sebagainya.
Namun, ada pengecualian pemungutan pajak untuk reklame seperti
reklame dari pemerintah, reklame melalui internet, televisi, koran,
dan lain sebagainya. Tarif untuk pajak reklame ini adalah 25% dari
nilai sewa reklame yang bersangkutan.
e. Pajak Penerangan Jalan
Objek dari pajak ini adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain.
Besaran pajak paling tinggi sebesar 10% dari nilai jual tenaga
listrik. Untuk penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh
industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif ditetapkan
paling tinggi sebesar 3%. Sedangkan untuk penggunaan tenaga
listrik yang dihasilkan sendiri, tarif ditetapkan paling tinggi sebesar
1,5%.
11
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan merupakan pajak yang
dikenakan atas pengambilan mineral yang bukan logam seperti
asbes, batu kapur, batu apung, granit, dan lain sebagainya. Namun,
pajak tidak akan berlaku jika dilakukan secara komersial.
Tarif untuk mineral bukan logam sebesar 25%, sedangkan tarif
untuk batuan sebesar 20%.
g. Pajak Parkir
Pajak Parkir merupakan pajak yang dipungut atas pembuatan
tempat parkir di luar badan jalan, baik yang berkaitan dengan
pokok usaha atau sebagai sebuah usaha/penitipan kendaraan.
Lahan parkir yang dikenakan pajak adalah lahan yang kapasitasnya
bisa menampung lebih dari 10 kendaraan roda 4 atau lebih dari 20
kendaraan roda 2. Tarif pajak yang dikenakan sebesar 20%.
h. Pajak Air Tanah
Pajak Air Tanah adalah pajak yang dikenakan atas penggunaan air
tanah untuk tujuan komersil. Besar tarif Pajak Air tanah adalah
20%.
i. Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung Walet merupakan pajak yang dikenakan atas
pengambilan sarang burung walet. Tarif pajak sarang burung walet
sebesar 10%.
12
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan merupakan
pajak yang dikenakan atas bumi atau bangunan yang dimiliki,
dikuasi, atau dimanfaatkan.
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan:
1. Pajak untuk pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan yang bernilai kurang dari 1 miliar sebesar 0,1%.
2. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan yang
bernilai lebih dari 1 miliar sebesar 0,2%.
3. Sedangkan tarif untuk pemanfaatan yang menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan, dikenakan tarif sebesar 50%.
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan merupakan
pajak yang dikenakan atas perolehan tanah dan bangunan oleh
orang pribadi atau badan tertentu, misalnya melalui transaksi jual-
beli, tukar-menukar, hibah, waris, dll.
Tarif dari pajak ini sebesar 5% dari nilai bangunan atau tanah yang
diperoleh orang pribadi atau suatu badan tertentu.
Nick Devas (1989:61) berpendapat bahwa tolak ukur untuk
menilai pajak daerah sebagai berikut :
1. Hasil (yield) : memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitan
dengan berbagai layanan yang dibiayainya;stabilitas dan mudah
tidaknya memperkirakan besar hasil itu;dan elastisitas hasil pajak
13
terhadap inflasi; pertumbuhan penduduk; dan sebagainya; juga
perbandingan hasil pajak dengan biaya pungut
2. Keadilan (equity) : dasar pajak dan kewajiban membayar harus
jelas dan tidak sewenang-wenang; pajak bersangkutan harus adil
secara horisontal, artinya beban pajak haruslah sama benar antara
berbagai kelompok yang berbeda tetapi dengan kedudukan
ekonomi yang sama; harus adil secara vertikal, artinya kelompok
yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar memberikan
sumbangan yang lebih besar daripada kelompok yang tidak banyak
memiliki sumberdaya ekonomi; dan pajak itu haruslah adil dari
tempat ketempat, dalam arti hendaknya tidak ada perbedaan-
perbedaan besar dan sewenang-wenang dalam beban pajak dari
satu daerah kedaerah yang lain, kecuali jika perbedaan ini
mencerminkan perbedaan dalam cara menyediakan layanan
masyarakat.
3. Daya guna ekonomi (economic efficiency) : pajak hendaknya
mendorong atau setidak- tidaknya tidak menghambat penggunaan
sumberdaya secara berdaya guna dalam kehidupan ekonomi;
mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan pilihan produsen
menjadi salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau
menabung; dan memperkecil “beban lebih”
4. Kemampuan melaksanakan (ability to implement) : suatu pajak
haruslah dapat dilaksanakan, dari sudut kemauan politik dan
14
kemauan tata usaha
5. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as a
local revenues source): ini berarti, haruslah jelas kepada daerah
mana suatu pajak harus dibayarkan, dan tempat memungut pajak
sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak; tidak
mudah dihindari; dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu
daerah kedaerah lain; pajak daerah jangan hendaknya
mempertajam perbedaan-perbedaan antara daerah, dari segi potensi
ekonomi masing-masing dan pajak hendaknya tidak menimbulkan
beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah.
2.1.2 Hasil Retribusi Daerah
Selain pajak daerah, sumber pendapatan daerah dapat diperoleh
melalui retribusi. Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah
secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian
atau karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan,
usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. Retribusi daerah
mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada
imbalan langsung walau harus memenuhi berbagai persyaratan formil
dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar
merupakan pungutan yang sifatnya budgetnya tidak menonjol, dalam
hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah
dikelurkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan
anggota masyarakat.
15
2.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Menurut Halim dan Kusufi (2012:104) hasil perusahaan milik
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
Jenis hasil pengelolaan kekayaan yang diisahkan menurut
Nurlan Darise (2009:72) antara lain sebagai berikut:
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusaan milik
daerah/BUMD
2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusaan milik
negara/BUMN
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusaan milik swasta
atau kelompok usaha masyarakat.
Penerimaan PAD lainnya yang menduduki peran penting setelah
pajak daerah dan retribusi daerah adalah bagian Pemeribtah Daerah
atas laba BUMD. Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka
menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi
daerah. Selain itu, BUMD merupakan cara yang lebih efisien dalam
melayani masyarakat dan merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah. Jenis pendapatan yang termasuk hasil-hasil pengelolaan
kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain laba, dividen,
dan penjualan saham milik daerah. Kekayaan daerah yang dipisahkan
berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan penguasaan umum yang
16
dipertanggungjawabkan melalui anggaran belanja daerah dan
dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggungjawabkan sendiri,
dalam hal ini hasil laba perusahaan daerah merupakan salah satu
daripada pendapatan daerah yang modalnya untuk seluruhnya atau
untuk sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, maka
sewajarnya daerah dapat pula mendirikan perusahaan yang khusus
dimaksudkan untuk menambah penghasilan daerah disamping tujuan
utama untuk mempertinggi produksi, yang semua kegiatan
dititikberatkan kearah pembangunan daerah khususnya dan
pembangunan ekonomi nasional umumnya serta ketentraman dan
kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan
makmur.
2.1.4 Lain-lain Usaha Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan yang sah ini merupakan penerimaan daerah
yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Transaksi ini
disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang
disebut diatas. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan sebagai
berikut : hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro,
pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,
penerimaan komisi potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan pengadaan barang dan jasa oleh daerah, penerimaan
keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
17
pendapatan denda pajak, pendapatan denda restribusi, pendapatan hasil
eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas social
dan fasilitas umum, pendapatan dari penyelnggaraan pendidikan dan
pelatihan, pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan, hasil
pengelolaan data bergulir (Halim 2012;104).
Selain jenis-jenis PAD diatas, pendapatan daerah dapat pula berasal
dari lain- lain PAD yang sah, seperti:
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b. Jasa giro atas penyimpanan uang APBD pada sebuah bank
pemerintah;
c. Pendapatan bunga;
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
Administrasi keuangan daerah PAD adalah pendapatan daerah yang
diurus dan diusahakan sendiri oleh daerah yang dimaksud sebagai
sumber PAD guna pembangunan. Berdasarkan ketentuan maka PAD
dapat disimpulkan bahwa PAD merupakan sumber pendekatan daerah
dengan mengelola dan memanfaatkan potensial daerahnya dan dalam
mengelola, mengolah dan memanfaatkan potensi daerah, PAD dapat
berupa pemungutan pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan daerah
yang sah.
18
2.2 Obyek Wisata
2.2.1 Pengertian Obyek Wisata
Objek wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang ingin datang
berkunjung ke tempat tersebut.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan wisata,
termasuk objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Menurut Cooper
dkk dalam Sunaryo (2013: 159) menjelaskan bahwa kerangka
pengembangan destinasi pariwisata yaitu:
a. Obyek daya tarik wisata (Attraction) yang mencakup keunikan dan
daya tarik berbasis alam, budaya, maupun buatan/artificial.
b. Aksesibilitas (Accessibility) yang mencakup kemudahan sarana dan
sistem transportasi.
c. Amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas penunjang dan
pendukung wisata.
d. Fasilitas umum (Ancillary Service) yang mendukung kegiatan
pariwisata.
e. Kelembagaan (Institutions) yang memiliki kewenangan, tanggung
jawab dan peran dalam mendukung terlaksananya kegiatan
pariwisata.
Aspek 4A (Attraction, Accessibility, Amenities, Ancillary Service).
19
a. Attraction
Menurut Suwena (2010: 88), atraksi atau obyek daya tarik
wisata (ODTW) merupakan komponen yang signifikan dalam
menarik kedatangan wisatawan. Hal yang dapat dikembangkan
menjadi atraksi wisata disebut dengan modal atau sumber
kepariwisataan (tourism resources). Modal atraksi yang menarik
kedatangan wisatawan ada tiga, yaitu 1) Natural Resources (alami)
seperti gunung, danau, pantai dan bukit; 2) atraksi wisata budaya
seperti arsitektur rumah tradisional di desa, situs arkeologi, seni
dan kerajinan, ritual, festival, kehidupan masyarakat sehari-hari,
keramahtamahan, makanan; dan 3) atraksi buatan seperti acara
olahraga, berbelanja, pameran, konferensi dan lain-lain. Modal
kepariwisataan menurut Suwena (2010: 89) dapat dikembangkan
menjadi atraksi wisata di tempat modal wisata ditemukan (in situ)
dan di luar tempatnya yang asli (ex situ). Atraksi wisata dibedakan
lagi menjadi atraksi penahan dan atraksi penangkap wisatawan.
b. Accessibility
Menurut Sunaryo (2013: 173), aksesibilitas pariwisata
dimaksudkan sebagai “segenap sarana yang memberikan
kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai suatu destinasi
maupun tujuan wisata terkait”. Menurut French dalam Sunaryo
(2013: 173) menyebutkan faktor-faktor yang penting dan terkait
dengan aspek aksesibilitas wisata meliputi petunjuk arah, bandara,
20
terminal, waktu yang dibutuhkan, biaya perjalanan, frekuensi
transportasi menuju lokasi wisata dan perangkat lainnya.
c. Amenities
Sugiama (2011) menjelaskan bahwa amenitas meliputi
“serangkaian fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi
(tempat penginapan), penyediaan makanan dan minuman, tempat
hiburan (entertainment), tempat-tempat perbelanjaan (retailing)
dan layanan lainnya”. French dalam Sunaryo (2013: 173)
memberikan batasan bahwa amenitas bukan merupakan daya tarik
bagi wisatawan, namun dengan kurangnya amenitas akan
menjadikan wisatawan menghindari destinasi tertentu.
d. Ancillary Service
Sunaryo (2013: 159) menjelaskan ancillary service lebih
kepada ketersediaan sarana dan fasilitas umum yang digunakan
oleh wisatawan yang juga mendukung terselenggaranya kegiatan
wisata seperti bank, ATM, telekomunikasi, rumah sakit dan
sebagainya. Sedangkan Sugiama (2011) menjelaskan bahwa
ancillary service mencakup keberadaan berbagai organisasi untuk
memfasilitasi dan mendorong pengembangan serta pemasaran
kepariwisataan destinasi bersangkutan.
Kelembagaan Pariwisata
Kelembagaan kepariwisataan dijelaskan dalam UU tentang
Kepariwisataan nomor 10 tahun 2009 sebagai “keseluruhan institusi
21
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, swasta dan
masyarakat, sumber daya manusia, mekanisme operasional serta
regulasi yang terkait dengan kepariwisataan”. Sunaryo (2013: 117)
menjelaskan peran dan fungsi dari komponen pelaku usaha maupun
pemangku kepentingan pengembangan kepariwisataan sebagai berikut:
a. Pemerintah Pusat Maupun Daerah
Peran pemerintah di Indonesia disamping berfungsi utama
sebagai regulator dalam menentukan norma, standar, prosedur dan
kriteria pengembangan kepariwisataan, juga masih terlibat secara
langsung dalam manajemen pengembangan kepariwisataan. Selain
itu peran pemerintah adalah sebagai fasilitator dalam program
promosi dan pemasaran kepariwisataan nasional serta
pengembangan Destinasi Pariwisata pada tingkat Nasional (DPN),
Kawasan Strategis Pariwisata tingkat Nasional (KSPN) maupun
Kawasan Khusus Pariwisata Nasional (KPPN). Pemerintah daerah
Provinsi mempunyai fungsi melaksanakan tugas pembantuan
untuk melakukan promosi dan pemasaran kepariwisataan provinsi.
Sedangkan untuk Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, mempunyai
peran utama untuk bekerjasama dengan pemangku kepentingan
yang lain (Industri dan Masyarakat) untuk menyusun Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota dan mengimplementasikannya sesuai
dengan amanah Undang-Undang No.10 Tahun 2009.
22
b. Swasta atau Industri Pariwisata
Organisasi swasta/industri juga dijelaskan dalam UU No. 10
tahun 2009 pasal 1 angka 7 dan 8 yang berarti orang atau
sekelompok orang (pengusaha) yang menjadi penyedia barang dan
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan kegiatan pariwisata. Menurut UU tentang
kepariwisataan juga dijelaskan bahwa ada dua lembaga swasta
yang ditetapkan sebagai mitra kerja pemerintah baik pemerintah
pusat maupun daerah dan masyarakat dalam pengembangan serta
pengelolaan kepariwisataan di Indonesia. Kedua lembaga swasta
tersebut adalah:
1) Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) dan Badan
Promosi Pariwisata Daerah (BPPD).
2) Gabungan Industri Pariwisata Indonesia, yang
keanggotaannya terdapat unsur-unsur yang terdiri dari
pengusaha pariwisata, asosiasi usaha pariwisata, asosiasi
profesi dan asosiasi lain yang terkait langsung dengan
pariwisata.
c. Masyarakat pariwisata
Menurut penjelasan pasal 5 huruf e UU Kepariwisataan No.10
tahun 2009 menyebutkan bahwa organisasi masyarakat adalah
masyarakat yang bertempat tinggal di dalam wilayah destinasi
pariwisata yang berperan aktif mengorganisir kegiatan pariwisata
23
dan diprioritaskan untuk mendapatkan manfaat dari
penyelenggaraan kegiatan pariwisata di tempat tersebut.
Masyarakat setempat yang berdomisili di sekitar destinasi yang
dikunjungi wisatawan memegang peranan yang sangat penting,
baik sebagai pelaku usaha, tenaga kerja maupun sebagai tuan
rumah (host) dalam menyelenggarakan kegiatan kepariwisataan di
suatu destinasi.
Ridwan (2012:5) mengemukakan pengertian objek wisata
adalah segala sesuatu yang memilik keunikan, keindahan dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan. Berdasarkan definisi diatas maka obyek wisata adalah
tempat yang dikunjungi dengan berbagai keindahan yang
didapatkan, tempat untuk melakukan kegiatan pariwisata, tempat
untuk bersenang–senang dengan waktu yang cukup lama demi
mendapatkan kepuasaan, pelayanan yang baik, serta kenangan
yang indah di tempat wisata.
2.2.2 Jenis Objek Wisata
Penggolongan jenis objek wisata akan terlihat dari ciri-ciri khas
yang ditonjolkan oleh tiap-tiap objek wisata. Dalam PERMANPAR
No. 3 Tahun 2018 disebutkan bahwa daya tarik wisata terdiri dari:
a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.
24
b. Objsek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud
museum, peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata
buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.
Pada dasarnya obyek wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar
mempunyai dua bagian karena selain memiliki laut dengan daya
tariknya dan keindahan alam, juga didukung oleh berbagai hasil karya
manusia yang dapat menarik wisatawan. Selain itu juga didukung oleh
kondisi masyarakat setempat yang masih kental dengan upacara adat
seperti
2.3 Pengembangan Obyek Wisata
Basis pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman
budaya, seni, dan alam (pesona alam). Pengembangan sumber daya tersebut
dikelola melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya secara
terpadu antara pengembangan produk pariwisata dan pengembangan
pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal
dalam rangka pengembangan pariwisata. Pengembangan obyek wisata yang
baik akan meningkatkan potensi obyek wisata sehingga wisatawan banyak
yang tertarik untuk berkujung ke tempat wisata tersebut sehingga masyarakat
pun memiliki lapangan pekerjaan untuk berusaha baik itu usaha kecil
menengah (UKM) yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan
lewat pajak juga akan meningkatkan pendapatan asli daerah.
Menurut Direktoral Jendral dalam Sunaryo (2013:25), obyek wisata atau
daya tarik wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
25
a. Daya tarik wisata alam
Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang dikembangkan
dengan lebih banyak berbasis pada anugerah keindahan dan keunikan yang
tersediadi alam, seperti:
1) Pantai dengan keindahan pasir putihnya, debaran gelombang ombak
serta aksespandangnya terhadap matahari terbitatau tenggelam,
2) Laut dengan kekayaan terumbu karang maupun ikannya,
3) Danau dengan keindahan panoramanya,
4) Gunung dengan daya tarik vulkanonya,
5) Hutan dan Sabana dengan keaslian flora dan faunanya,
6) Sungai dengan kejernihan air dan kedahsyatan arusnya,
7) Air terjun dengan panorama kecuramannya.
b. Daya tarik wisata budaya
Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata yang dikembangkan
dengan lebih banyak berbasis pada hasil karya dan hasil cipta manusia,
baik yang berupa peninggalan sejarah (situs/heritage) maupun nilai
budaya yang masih hidup (the living culture) dalam kehidupan di suatu
masyarakat, yang dapat berupa upacara/ritual, adat istiadat, seni
pertunjukan, seni kriya, seni sastra, seni rupa, ataupun keunikan sehari-hari
yang dimiliki oleh suatu masyarakat.
c. Daya tarik wisata minat khusus
Daya tarik wisata budaya (special interest) adalah daya tarik wisata
yang dikembangkan dengan lebuh banyak berbasis pada aktivitas untuk
26
pemenuhan keinginan wisatawan secara spesifik, seperti pengamatan
satwa tertentu (birds watching) memancing (fishing), berbelanja
(shopping), kesehatan dan penyegaran badan (spa and rejouvenation),
arung jeram, golf, wisata agro, menghadiri pertemuan, rapat, perjalanan
insentif, pameran dan wisat minat khusus lainnya yang biasanya terkait
dengan hobi atau kegemaran seseorang wisatawan. Menurut Sunaryo
(2013:27), untuk mempromosikan dan menjual produk wisata minat
khusus di atas, penyelenggaraanya dapat dikemas menjadi sebuah event
atau festival yang sangat menarik dan diselenggarakan secara periodic
serta terjadwal dalam suatu Calender of Events dan dipromosikan secara
meluas dan sistematis. Beberapa contoh kemasan event dari tata kehidupan
tradisional yang disajikan di Indonesia sebagai daya tarik wisata minat
khusus yaitu:
1) Festival Takabonerate di Kabupaten Kepulauan Selayar.
2) Upacara pemakaman mayat di Tana Toraja.
3) Pembakaran mayat (ngaben) di Bali.
Obyek pariwisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya
tarik utama mengapa seseorang data berkunjung pada suatu tempat. Oleh
karena itu, keaslian dari obyek dan atraksi yang ditampilkan dipertahankan
sehingga wisatawan merasa betah ditempat tersebut.
Adapun syarat yang harus dipenuhi agar daerah tujuan wisata tersebut
benar-benar menjadi daerah wisata yang baik yaitu:
27
1. Daerah tersebut memiliki daya tarik yang lain atau berciri khas, baik itu
obyek wisatanya ataupun atraksi yang ditampilkan.
2. Adanya fasilitas-fasilitas penunjang lainnya, seperti permainan rekreasi
yang dapat membuat wisatawan lebih betah.
3. Tersedianya tempat berbelanja baik itu cenderamata, tempat jual makanan
khas dan sebagainya.
4. Terdapat fasilitas-fasilitas umum yang vital seperti toilet, tempat parker,
dan tempat makan sehingga mempermudah wisatawan. Bukan itu saja,
tetapi bisa pula dilengkapi dengan ATM dan akses yang memadai untuk
wisatawan.
Dalam proses pengembangan daerah wisata ada komponen-komponen
yang harus bersinergi secara baik, yakni pihak-pihak yang bekerjasama yaitu
pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Priwisata Kabupaten Kepulauan
Selayar kemudian pihak swasta sebagai investor dan masyarakat sendiri
sebagai ujung tombak dalam pengembangan pariwisata.
Rencana pengembangan pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar untuk
kedepan tercantum dalam Rencana Strategis yang berlaku selama lima tahun .
Rencana Strategis yang berlaku tahun 2015-2020 di dalamnya memuat visi dan
misi sebagai berikut:
Visi:
Terwujudnya Masyarakat Maritim Yang Sejahtera Berbasis Nilai Keagamaan
dan Budaya
28
Misi:
1. Mewujudkan nilai keagamaan sebagai sumber inspirasi dan basis nilai
utama dalam pembangunan secara terencana, menyeluruh dan
berkelanjutan;
2. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan baik melalui
pendekatan aspiratif, partisipatif dan transparan;
3. Mewujudkan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat;
4. Mewujudkan percepatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan
investasi swasta di sektor perikanan, kelautan dan pariwisata;
5. Mewujudkan pengelolaan potensi sumber daya alam sesuai keungguluan
komparatif dan kompetitif daerah;
6. Mewujudkan peningkatan produktifitas dan daya saing daerah serta sentra
pertumbuhan di sektor agrobisnis dan agromaritim yang berbasis pada
ekonomi kerakyatan;
7. Mewujudkan pelestarian tradisi dan kearifan lokal melalui strategi
kebudayaan.
29
2.4 Kerangka Pikir
BAGAN KERANGKA BERPIKIR
PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
Bagaimana upaya yang dilakukan
Pemerintah Daerah dalam rangka
mengembangan potensi objek wisata pantai
guna meningkatkan PAD?
Faktor apa saja yang mendorong dan
menghambat dalam pengembangan potensi
objek wisata pantai di Kab. Kep. Selayar?
PAD
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI
METODE ANALISIS
ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF
REKOMENDASI
KESIMPULAN
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di dua lokasi, yaitu:
Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar yang berlokasi di
Jalan Jenderal Sudirman No. 4 Benteng.
3.1.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu
dimulai pada September 2020.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam rangka
penelitian. Pada penelitian ini dalam proses pengumpulan data akan digunakan
metode wawancara, dan dokumentasi.
3.2.1 Wawancara (Interview)
Wawancara menurut P. Joko Subagyo (2011:39) adalah sebagai
berikut : “Suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi
secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada
para responden. Wawancara bermakna berhadapan langsung antara
interview dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan.”
Penggunaan metode wawancara dalam penelitian ini ditujukan
untuk mengungkapkan data tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh
31
pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Selayar, faktor- faktor yang
mendorong dan menghambat dalam upaya peningkatan PAD melalui
pengembangan potensi obyek wisata pantai.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan
data yang berupa pedoman wawancara yaitu instrumen yang berbentuk
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada
informan yaitu pejabat di Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan
Selayar.
3.2.2 Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data
dengan melihat catatan tertulis dan dapat dipertanggungjawabkan serta
menjadi alat bukti yang resmi. Metode ini digunakan untuk
mengungkap tentang besarnya potensi obyek wisata dan Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Penggunaan metode dokumentasi ini ditujukan untuk
melengkapi dan memperkuat data dari hasil wawancara, sehingga
diharapkan dapat diperoleh data yang lengkap, menyeluruh dan
memuaskan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan
data berupa buku-buku, majalah, makalah, dokumen serta sumber lain
yang relevan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui
pengembangan potensi obyek wisata pantai.
32
Jenis dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah dokumen resmi yang berada di Dinas Kepariwisataan
Kabupaten Kepulauan Selayar. seperti arsip, surat keputusan dan
booklet.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis penelitian ini ialah penelitian kualitatif. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif. Menurut
Bogdan dan Tylor dalam bukunya Moleong (2002: 3) yang dimaksud
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menggunakan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.
Penelitian ini menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan
dengan kenyataan di lapangan. Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk
mengkaji atau membuktikan kebenaran suatu teori tetapi teori yang sudah ada
dikembangkan dengan menggunakan data yang dikumpulkan.
3.3.2 Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun
yang menjadi sumber data penelitian ini yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung
atau yang disebut “first hand information”. Sumber data primer
dalam penulisan laporan ini diperoleh atau dikumpulkan langsung
dari responden penelitian, yang dalam hal ini menggunakan
33
wawancara atau interview. Data ini tidak tersedia dalam bentuk
terkompilasi ataupun dalam bentuk file. Data ini harus dicari
melalui narasumber atau responden, yaitu orang yang kita jadikan
objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana
mendapatkan informasi ataupun data. Yang dikategorikan sebagai
data primer dalam penelitian ini adalalah informan.
Informan merupakan sumber data yang berupa orang. Dalam
penelitian ini yang dijadikan informan adalah pejabat di Dinas
Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar
Dari beberapa informan diharapkan dapat terungkap kata-kata
dan tindakan yang diharapkan. Moleong (2002:112) menyatakan
bahwa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder
adalah catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah,
analisis industri oleh media, situs, internet dan lainnya. Yang
dimaksud dengan data sekunder dalam penelitian ini adalah
dokumen.
Dokumen ialah setiap bahan tertulis atau film. Sumber tertulis
dapat dibagi atas sumber buku, dan majalah ilmiah, sumber dari
arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Moleong, 2002: 160).
34
Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah dokumen
resmi, yaitu dokumen yang ada di Dinas Kepariwisataan
Kabupaten Kepulauan Selayar.
3.4 Metode Analisis
a. Analisis Deskriptif
Analisis data menurut Patton dalam bukunya Moleong (2002 : 103),
adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikan kedalam suatu
pola, kategori dan satuan uraian besar.
Analisis data didalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan
proses pengumpulan data. Miles dan Huberman dalam H. B. sutopo,
menyajikan dua model pokok proses analisis pertama, model analisis
mengalir, dimana tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data,
penarikan kesimpulan/verifikasi) dilakukan saling menjalin dengan proses
pengumpulan data dan mengalir bersamaan. Kedua, model analisis
interaksi, dimana komponen reduksi data dan sajian data dilakukan
bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul,
maka tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data, penarikan
kesimpulan) berinteraksi. Miles dan Huberman, 1992: 20) menyatakan
bahwa pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif
analisis yang merupakan proses penggambaran daerah penelitian. Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat tahap, berikut
skemanya:
35
Pengumpulan
Data
Reduksi data
Penyajian
Data
Kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi
GAMBAR 1.1
SKEMA ANALISIS DATA
(Miles dan Huberman, 1992: 20)
3.5 Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting guna
menghindari penyimpangan atau kesalahpahaman pada saat pengumpulan
data. Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat
ukur, maka variabel harus diberi batasan agar pengumpulan data konsisten
antara sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain.
Adapun batasan yang dimaksud yaitu:
a. Pengumpulan Data
Peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai
dengan hasil observasi dan interview di lapangan.
b. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. (Matthe B. Miles: 1992).
36
c. Sajian Data
Sajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
(Matthe B. Miles, 1992 : 17)
d. Kesimpulan/Verfikasi Data
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. (Matthew B. Miles, 1992 : 19). Dalam penarikan
kesimpulan ini didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang
merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi dan Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Kabupaten Kepulauan Selayar
Kabupaten Kepulauan Selayar adalah sebuah kabupaten yang
terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten
Kepulauan Selayar adalahKota Benteng. Kabupaten ini memiliki luas
sebesar 10.503,69 km² (wilayah daratan dan lautan) dan berpenduduk
sebanyak ±134.000 jiwa. Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari 2
sub area wilayah pemerintahan yaitu wilayah daratan yang meliputi
kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene, dan
Bontosikuyu serta wilayah kepulauan yang meliputi kecamatan
Pasimasunggu, PasimasungguTimur, Takabonerate, Pasimarannu, dan
Pasilambena.
Pada masa lalu, Kabupaten Kepulauan Selayar pernah menjadi rute
dagang menuju pusat rempah-rempah di Maluku. Di Pulau Selayar,
para pedagang singgah untuk mengisi perbekalan sambil menunggu
musim yang baik untuk berlayar. Dari aktivitas pelayaran ini pula
muncul nama Selayar. Nama Selayar berasal dari kata cedaya (Bahasa
Sanskerta) yang berarti satu layar, karena konon banyak perahu satu
layar yang singgah di pulau ini. Kata cedaya telah diabadikan namanya
dalam Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada abad 14.
Ditulis bahwa pada pertengahan abad 14, ketika Majapahit dipimpin
38
oleh Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara, Selayar digolongkan
dalam Nusantara, yaitu pulau-pulau lain di luar Jawa yang berada di
bawah kekuasaan Majapahit. Ini berarti bahwa armada Gajah
Mada atau Laksamana Nala pernah singgah di pulau ini.
Selain nama Selayar, pulau ini dinamakan pula dengan nama Tana
Doang yang berarti tanah tempat berdoa. Di masa lalu, Pulau
Selayar menjadi tempat berdoa bagi para pelaut yang hendak
melanjutkan perjalanan baik ke barat maupun ke timur untuk
keselamatan pelayaran mereka. Dalam kitab hukum pelayaran dan
perdagangan Amanna Gappa (abad 17), Selayar disebut sebagai salah
satu daerah tujuan niaga karena letaknya yang strategis sebagai tempat
transit baik untuk pelayaran menuju ke timur dan ke barat. Disebutkan
dalam naskah itu bahwa bagi orang yang berlayar dari Makassar ke
Selayar, Malaka, dan Johor, sewanya 6 rial dari tiap seratus orang.
Belanda mulai memerintah Selayar pada tahun 1739. Selayar
ditetapkan sebagai sebuah keresidenan dimana residen pertamanya
adalah W. Coutsier (menjabat dari 1739-1743). Berturut-turut
kemudian Selayar diperintah oleh orang Belanda sebanyak 87 residen
atau yang setara dengan residen seperti Asisten Resident,
Gesagherbber, WD Resident, atau Controleur. Barulah Kepala
pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang Selayar, yakni Moehammad
Oepoe Patta Boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan Jepang
sehingga jabatan residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada
39
tahun 1942. Di zaman Kolonial Belanda, jabatan pemerintahan di
bawah keresidenan adalah Reganschappen. Reganschappen saat itu
adalah wilayah setingkat kecamatan yang dikepalai oleh pribumi
bergelar "Opu". Dan kalau memang demikian, maka setidak-tidaknya
ada sepuluh Reganschappen di Selayar kala itu, antara lain:
Reganschappen Gantarang, Reganschappen Tanete,
Reganschappen Buki, Reganschappen Laiyolo, Reganschappen
Barang-Barang dan Reganschappen Bontobangun. Dibawah
Reganschappen ada kepala pemerintahan dengan gelar Opu Lolo,
Balegau, dan Gallarang.
Pada tanggal 29 November1945 (19 Hari setelah Insiden Hotel
Yamato di Surabaya) pukul 06.45 sekumpulan pemuda dari beberapa
kelompok dengan jumlah sekitar 200 orang yang dipimpin oleh
seorang pemuda bekas Heiho bernama Rauf Rahman memasuki kantor
polisi kolonial (sekarang kantor PD. Berdikari). Para pemuda ini
mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda yang di kemudian hari
tanggal ini dijadikan tanggal Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar.
Tahun Hari Jadi diambil dari tahun masuknyaAgama Islam di
Kabupaten Kepulauan Selayar yang dibawa oleh Datuk Ribandang,
yang ditandai dengan masuk Islamnya Raja Gantarang, Pangali Patta
Radja, yang kemudian bernama Sultan Alauddin, pemberian Datuk
Ribandang. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1605, sehingga ditetapkan
Hari Jadi Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 29 November 1605.
40
Kabupaten Selayar yang merupakan salah satu Kabupaten dalam
wilayah Provinsi Slawesi Selatan, terbentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerahdaerah
Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1822). Yang kemudian berubah nama menjadi Kabupaten
Kepulauan Selayar berdasarkan PP. No. 59 Tahun 2008.
Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan satu-satunya Kabupaten
di Provinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis terpisah dari
daratan Pulau Sulawesi. Selayar dikenal dengan sebutan “Tana Doang”
yang berarti “Tanah Tempat Berdoa” ialah wilayah kepulauan dengan
jumlah 130 pulau, baik berukuran besar maupun kecil yang terhampar
mengarah ke utara sampai selatan. Diantara hamparan berbagai pulau,
terdapat gugusan karang atol Taka Bonerate yang merupakan atol
terbesar ke tiga di dunia.
4.1.2 Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar
Dinas Kepariwisataan merupakan Lembaga Teknis Daerah yang
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas
Kepariwisataan merupakan salah satu perangkat daerah yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagaimana dalam Peraturan
Bupati Kepulauan Selayar Nomor 8 Tahun 2009 yaitu sebagai berikut:
Pembentukan sususnan organisasi dan formasi Dinas Kepariwisataan
41
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Adapun
Visi dan Misi Dinas Kepariwisataan dan salah satu pelaku
pembangunan Kepariwisataan daerah merumuskan visi sebagai
berikut:
“Terwujudnya Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai Destinasi
Pariwisata Bahari Unggulan Nasional”. Visi tersebut memberikan arah
dan tujuan yang ingin dicapai, guna memberikan fokus terhadap
program yang dilaksanakan maupun untuk menumbuhkan partisipasi
semua pihak, maka ditetapkan misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapasitas Kaawasan Pengembangan Pariwisata
(KPP) sesuai keunggulan Daya Tarik Kawasan.
2. Mengembangkan Kelembagaan Masyarakat dan Lembaga
pendukung Kepariwisataan.
3. Mengembangkan Sumber Daya Manusia Pariwisata.
4. Mengembangkan sistem informasi dan pemasaran pariwisata
berbasis Tourism, Trade and Invesment (TTI).
4.1.3 Struktur Organisasi Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan
Selayar
a. Kepala Dinas
b. Sekretaria, terdiri dari: Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; Sub
Bagian Hukum dan Perencanaan; Sub Bagian Keuangan
42
c. Bidang Destinasi Pariwisata, terdiri dari: Seksi Pengembangan
DayaTarik Wisata; Seksi Perencanaan Destinasi dan Investasi
Pariwisata; Seksi Pembangunan Industri Pariwisata
d. Bidang Pemasaran Pariwisata, terdiri dari: Seksi Promosi
Pariwisata; Seksi Analisis Data dan Pengembangan Pasar; Seksi
Pengembangan Event Pariwisata
e. Bidang SDM dan Kelembagaan Pariwisata, terdiri dari: Seksi
Peningkatan Kapasitas SDM Pariwisata; Seksi Pembedayaan Peran
Serta Masyarakat Pariwisata
f. Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif, terdiri dari: Seksi
Kreaktif Berbasis Media, Desain, dan IPTEK; Seksi Ekonomi
Kreatif Berbasis Seni Budaya; Seksi Pengembangan Sarana dan
Prasarana Kreatif
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
h. Struktur Organisasi Dinas Kepariwisataan Kabupeten Kepulauan
Selayar dapat dilihat pada Gambar 2.1
43
GAMBAR 2.1
STRUKTUR ORGANISASI DINAS KEPARIWISATAAN
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
Sumber: Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar
4.1.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan
Selayar
Dinas Kepariwisataan merupakan lembaga teknis daerah yang
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, Pemerintah Daerah melalui Dinas Kepariwisataan
berhak mengatur dan mengelolah urusan kepariwisataan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Selain itu, Dinas Kepariwisataan berkewajiban:
a. Menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta
keamanan dan keselamatan wisatawan.
44
b. Menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha
pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam
berusaha, memfasilitasi, dan memberikan kepastian hukum.
c. Memelihara, mengembangkan, dan melestarikan asset nasional
yang menjadi daya tarik wisata dan asset potensial yang belum
tergali.
d. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam
rangka mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif
bagi masyarakat luas.
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, ditetapkan sebagai berikut:
a. Tugas Pokok
Membantu Bupati dalam menyelenggarakan kegiatan di
bidang kebudayaan dan pariwisata.
b. Fungsi
Perumusan kebijakan teknis di bidang Kebudayaan dan
Pariwisata; Perencanaan dan memprogramkan di Bidang
Kebudayaan dan Pariwisata; Pemberian izin dan pelayanan umum
di Bidang Kebudayaan dan Pariwisata; Pengendalian dan
Pengamanan Teknis Operasional di Bidang Kebudayaan dan
Pariwisata; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Pimpinan.
45
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Objek Wisata Pantai Kabupaten Kepulauan Selayar
a. Jumlah Objek Wisata Pantai Kabupaten Kepulauan Selayar
Berdasarkan Keputusan Bupati Kepulauan Selayar Nomor
453/VII/Tahun 2017 tentang Nama dan Lokasi Destinasi
Pariwisata di Kabupaten Kepulauan Selayar menyebutkan bahwa
destinasi pariwisata alam berjumlah 155 destinasi. Destinasi
pariwisata alam tersebut sudah termasuk objek wisata pantai yang
berjumlah 146 pantai.
Berikut daftar nama dan lokasi destinasi pariwisata di
Kabupaten Kepulauan Selayar:
TABEL 4.1
NAMA DAN LOKASI DESTINASI PARIWISATA
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
NO NAMA DESTINASI DAYA TARIK LOKASI
(KECAMATAN DAN
DESA/KELURAHAN)
1 Pantai Betan a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Mekar Indah
2 Pulau Pasi a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Mekar Indah
3 Rampang-Rampangan a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Bungaiya
4 Pa’baddilang a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Bungaiya
5 Pamatata a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
Kecamatan
Bontomatene
46
c. Panorama bawah
laut
Desa Pamatata
6 Talloiya a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Bungaiya
7 Labuang Nipaya a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Bungaiya
8 Timoro Sangkulungan a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Bungaiya
9 Tanjung Harapan a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Barat Lambongan
10 Opu Karajeng a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Barat Lambongan
11 Tana Era a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Tanete
12 Lembangia a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Kayu Bauk
13 Lansangireng a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Bontomatene
Desa Saluk
14 Balara a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Buki
Desa Balang Butung
15 Batu Lohe a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Buki
Desa Balang Butung
16 Karang Indah a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
Kecamatan Buki
Desa Mekar Indah
17 Ngapalohe a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
Kecamatan Bontomanai
Desa Bonea Timur
47
c. Panorama bawah
laut
18 Turungan a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontomanai
Desa Bonea Timur
19 Baba Ere a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontomanai
Desa Bonto Marannu
20 Appa Batu Pantai Kecamatan Bontomanai
Desa Parak
21 Benteng Pantai Kecamatan Benteng
22 Dongkalang a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bontoborusu
23 Borusu a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bontoborusu
24 Ampangan a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bontoborusu
25 Liang Kareta a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bontoborusu
26 Bone Malea Bakka a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bontoborusu
27 Bone Malea Kiddi a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bontoborusu
28 Liang Akkanre a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bontoborusu
29 Liang Buaja a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bontoborusu
30 Liang Tarrusu a. Pantai pasir putih Kecamatan Bontoharu
48
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Desa Bontoborusu
31 Liang Pattongko a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bontoborusu
32 Bone Sialla a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bontoborusu
33 Balo Jaha a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Kahu-Kahu
34 Batu Kati a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Kahu-Kahu
35 Sappangia a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Kahu-Kahu
36 Kambangia a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Kahu-Kahu
37 Je’neiya a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Kahu-Kahu
38 Timbula a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Kahu-Kahu
39 Tokong a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bonto Lebang
40 Wa Bacce a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bonto Lebang
41 Tarungan a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
Kecamatan Bontoharu
Desa Bonto Lebang
49
laut
42 Gusung a. Laguna
b. Hutan Mangrove
c. Pantai pasir putih
d. Panorama alam
e. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Bonto Lebang
43 Matalalang Hutan Mangrove Kecamatan Bontoharu
Desa Bontobangun
44 Pasi Oge Panorama bawah laut Kecamatan Bontoharu
Desa Bontobangun
45 Kampong Tola a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontoharu
Desa Kalepadang
46 Baloiya a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Patikarya
47 Tamamelong a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Patikarya
48 Turungan a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Patikarya
49 Sangkulu-Kulu a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Patikarya
50 Ngapaloka a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Patilereng
51 Pangi-Pangiang a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Patilereng
52 Punagaang a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Air terjun
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Patilereng
53 Hara Ki’di a. Pantai
b. Panorama bawah
Kecamatan Bontosikuyu
Kecamatan Bontosikuyu
50
laut
c. Panorama alam
Desa Laiyolo Baru
54 Hara Bakka a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Laiyolo Baru
55 Jammeng a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Air terjun
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Laiyolo Baru
56 Bone Sela a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Laiyolo Baru
57 Laburu a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Laiyolo Baru
58 Maja-Maja a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Laiyolo Baru
59 Sombolow a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Laiyolo Baru
60 Batu Etang a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Laiyolo Baru
61 Pularaang a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Laiyolo Baru
62 Pamolongang a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Laiyolo Baru
63 Komba a. Pantai Kecamatan Bontosikuyu
51
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Desa Binanga
Sombayya
64 Pulau Guang a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Binanga
Sombayya
65 Pulau Malibu a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Binanga
Sombayya
66 Kalebu a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Binanga
Sombayya
67 Duliseang a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Binanga
Sombayya
68 Lambu a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lantibongang
69 Langkoni a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lantibongang
70 Monge a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lantibongang
71 Balambang a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lantibongang
72 Tambajako a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lantibongang
52
73 Manamberang a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lantibongang
74 Batu Karapu a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lowa
75 Batu So’bolo a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
c. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lowa
76 Pattumbukang a. Pantai
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa Langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lowa
77 Hangkoang a. Hutan Mangrove
b. Pantai pasir putih
c. Panorama bawah
laut
d. Panorama alam
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lowa
78 Sungguminasa a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lowa
79 Bahosangkara a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lowa
80 Pinang a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lowa
81 Bone Tappalang a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Satwa langka
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Lowa
82 Appatanah a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Appatanah
53
c. Panorama alam
83 Pulau Bahuluang a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Bahuluang
84 Pulau Tambolongan a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Tambolongan
85 Pulau Polassi a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Polassi
86 Pulau Nambolaki a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Polassi
87 Pulau Meong a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Bontosikuyu
Desa Polassi
88 Pulau Tinabo Besar a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Tarupa
89 Pulau Tinabo Kecil a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Tarupa
90 Pulau Tarupa a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Tarupa
91 Pulau Rajuni Bakka a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Rajuni
92 Pulau Rajuni Ki’di a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Rajuni
93 Pulau Latondu a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Latondu
94 Pulau Jinato a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
Kecamatan
Takabonerate
54
laut
c. Panorama alam
Desa Jinato
95 Pulau Tambuna a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Tambuna
96 Pulau Belang-Belang a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Tambuna
97 Pulau Pasitallu
Tengah
a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Tambuna
98 Pulau Pasitallu Timur a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Tambuna
99 Pulau Pasitallu Barat a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Tambuna
100 Pulau Lantingeng a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Jinato
101 Appa a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Kayuadi
102 Pulau Kauna a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Takabonerate
Desa Kayuadi
103 Pulau Sani-Sani a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Tanamalala
104 Pulau Jailamu a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Tanamalala
105 Pulau Bembe a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Tanamalala
55
106 Pulau Idaman a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Tanamalala
107 Pulau Harapan a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Tanamalala
108 Pulau Impian a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Tanamalala
109 Pulau Tangnga a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Tanamalala
110 Pulau Saranga a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Tanamalala
111 Pulau Tanamalala a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Tanamalala
112 Pulau Katela a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Kembang Ragi
113 Pulau Nona a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Kembang Ragi
114 Pulau Janggo a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Teluk Tempe
115 Teluk Kampe a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu
Desa Teluk Tempe
116 Pulau Panjang a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu Timur
Desa Lembang Baji
117 Bone Sialla a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu Timur
56
Desa Lembang Baji
118 Pandang a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu Timur
Desa Bonto Bulaeng
119 Batu a. Pantai pasir putih
b. Panorama alam
Kecamatan
Pasimasunggu Timur
Desa Bonto Bulaeng
120 Miantu a. Pantai pasir putih
b. Mangrove
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Lamantu
121 Bangke a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Lamantu
122 Lajaa a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Lamantu
123 Ujung Laut a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Kembang Miati
124 Sangi-Sangiang a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Komba-Komba
125 Limbo a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Batu Bingkung
126 Larabu a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Batu Bingkung
127 Sangian Sawi a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Batu Bingkung
128 Majapahit a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Majapahit
129 Lagundi a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Majapahit
57
c. Panorama alam
130 Burungo a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Majapahit
131 Jodoh a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Bonea
132 Sambali a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Sambali
133 Lea-Lea a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan
Pasimarannu
Desa Sambali
134 Kakabia a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
d. Aneka Satwa
Kecamatan Pasilambena
Desa Latokdok
135 Kawau a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Buranga
136 One Sampela a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Garaupa Raya
137 Batu Kallong a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Kalao Toa
138 Batu Jarang a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Kalao Toa
139 One Tooha a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Pulo Madu
140 Labuang Lambere a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Lembang Matene
58
d. Hutan Mangrove
141 Labuang Ba’du a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Lembang Matene
142 Tadu a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Lembang Matene
143 Karumpa Ki’di a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Karumpa
144 Boo a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Garaupa Raya
145 Bahuli a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Garaupa Raya
146 One Maango a. Pantai pasir putih
b. Panorama bawah
laut
c. Panorama alam
Kecamatan Pasilambena
Desa Garaupa Raya
Sumber: Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar
Penulis melakukan wawancara terkait pengelolaan objek
wisata pantai yang dikelola oleh pemerintah, berikut
pemaparannya:
“Sebenarnya ada beberapa objek wisata pantai yang dikelola
oleh pemda seperti Pantai Baloiya dan pantai Pa’baddilang
namun karena anggaran yang terbatas jadinya objek wisata
tersebut terbengkalai, tapi sampai sekarang masih banyak
pengunjung karena panoramanya indah” (staf Dinas
Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar).
Informan tersebut menyatakan bahwa pantai Baloiya dan
pantai Pa’baddilang memiliki pemandangan yang indah. Namun
59
karena anggaran dana yang terbatas sehingga pantai tersebut
terbengkalai.
Penulis juga melakukan wawancara dengan pengelola
tempat wisata, berikut pemarannya:
“Pihak desa dan pemerintah berkerja sama dalam mengelolah
pantai Pa’baddilang. Dulu kami menarik retribusi bagi para
pengujung tapi setelah tragedi tenggelamnya Fery Lestari Maju
itu sudah sangat jarang ada yang datang, jadi orang-orang
yang berjualan di sekitar pantai sudah tidak ada lagi” (Penjaga
Pantai Pa’baddilang).
Berdasarkan informasi yang disampaikan informan, Pantai
Pa’baddilang sudah dikelola oleh pemerintah daerah dan bekerja
sama dengan pihak desa. Akan tetapi, setelah tragedi
tenggelamnya kapal Fery Lestari Maju, pengunjung berkurang
drastis dan mengakibatkan pedagang di sekitar pantai tidak bisa
mencari nafkah di tempat tersebut.
Hal senada juga disampaikan oleh pengunjung yang baru
saja berkunjung ke pantai Pa’baddilang, pemaparannya sebagai
berikut:
“Sekarang sudah gratis masuk ke Pa’baddilang, jarang ada
yang datang karena tidak diperhatikanmi sama pemerintah,
terus itu di pinggir pantainya juga agak kotor, padahal dulu
diperhatikan sekali sampahnya. Itu juga yang jualan tidak
menjualmi karena masyarakat sekitaran pantai kalau
menjelang maghrib biasanya dengar suara klakson kapal jadi
mungkin itu juga alasannya tidak menjual karena takut-takutki”
(Pengunjung Pantai Pa’baddilang).
Pengunjung tersebut menyampaikan bahwa tiket masuk ke
pantai Pa’baddilang sudah gratis dan mengungkapkan sedikit
kekecewaan karena pantai Pa’baddilang sudah tidak diperhatikan
60
dengan baik oleh pemerintah akibatnya pantai tersebut menjadi
kotor dan tidak terawat, ditambah dengan opini masyarakat bahwa
menjelang malam sering terdengar suara klakson kapal yang
menyebabkan para pedagang takut berjualan di sekitar pantai
tersebut.
b. Daya Tarik Wisata Pantai Kabupaten Kepulauan Selayar
Beragama potensi wisata tentunya menjadi daya tarik
tersendiri untuk berkunjung ke Kabupaten Kepulauan Selayar.
Keadaan alam yang unik berupa kepulauan dan perairan laut yang
luas menjadikan Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki potensi
yang cukup besar bagi pengembangan pariwisata, terutama wisata
bahari.
Dari 146 pantai yang ada, masing-masing memiliki daya
tarik yang berbeda-beda. Mulai dari pantai pasir putih, panorama
alam, dan panorama bawah laut yang menjadikan Kabupaten
Kepulauan Selayar menjadi surga bagi para pecinta spot diving.
Di antara banyaknya objek wisata pantai yang paling
terkenal dan selalu dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun
wisatawan mancanegara ialah Taman Nasional Takabonerate.
Pesona Takabonerate memiliki keunikan tersendiri karena
memiliki gugsan terumbu karang berbentuk atol (cincin) terbesar
nomor satu di Indonesia dan Asia Tenggara serta terbesar ketiga di
61
dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di
Kepulauan Maladewa.
Berikut beberapa objek wisata pantai yang ada di
Kabupaten Kepulauan Selayar dan daya tarik utamanya:
TABEL 4.2
DATA DAYA TARIK WISATA (DTW)
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
No. Nama DTW Daya Tarik Utama
Jarak
Tempuh/Waktu
dari Ibu
Kab./Kota
Sudah
dikelola/Belum
1.
Takabonerate
Snorkeling
8 jam
Sudah
Diving
Playing Baby shark
Bunging Pasir putih
Sun bathing
Canoying
Sunset
Sunrise
Guest house
Volly pantai
Sand beach
2.
Pulau Bahuluang
Snorkeling
1 jam 30 menit
Sudah
Diving
Bunging Karang
Homestay
Sandy beach
3.
Kawasan Pasi
Gusung
Snorkling
Diving
Fishing
62
(Liang Kareta,
Balo Jaha,
Bone Malea)
Swimming
30 menit
Sudah Pasir putih
Trecking Mangrove
4.
Pantai Baloiya
(Sunari Resort,
Villa Norsyah,
Tamamelong
Resort)
Snorkling
Swimming
25 menit
Sudah
5.
Pantai Punagaang
Snorkling
40 menit
Sudah
Diving
out bond
Trecking
Air Terjun
Fishing
Penginapan
Palung Laut
6.
Pantai Pinang
Snorkling
1 jam 30 menit
Sudah
Diving
Swimming
Villa
Fasilitas Resort
dan Scuba Dive
7.
Pantai
Bonetappalang
Snorkling
1 jam 35 menit
Sudah Diving
Swimming
Schultheis Dive Resort
Sumber: Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar
Daya tarik objek wisata pantai yang ada di Kabupaten
Kepulauan Selayar mendatangakan wisatawan, baik wisatawan
nusantara maupun wisatawan mancanegara. Berikut ini adalah
data kunjungan wisatawan:
63
TABEL 4.3
JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DAN
WISATAWAN NUSANTARA
Sumber: Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar
Berdasarkan tabel di atas jumlah kunjungan wisatawan
pada setiap tahunnya selalu meningkat dan menurun. Hal ini
disebabkan karena wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata
akan ramai pada hari-hari besar saja, atau pada hari libur tertentu
dan juga kurangnya fasilitas yang mampu menunjang kebutuhan
para wisatawan menjadi penyebab turunnya jumlah kunjungan
wisatawan.
Penulis juga melakukan wawancara kepada Wisatawan
lokal yang berasal dari luar Kabupaten Kepulauan Selayar, berikut
pemaparannya:
“Selayar ini indah, banyak tempat wisata yang
pemandangannya indah tapi sayangnya akses ke tempat
wisatanya masih sulit. Banyak jalanan yang belum teraspal dan
walau pun ada yang teraspal, masih banyak jalanan yang
berlubang dan fasilitasnya juga masih kurang, seperti wc dan
gazebo” (Wisatawan luar Kabupaten Kepulauan Selayar).
64
Pemaparan yang disampaikan oleh wisatawan tersebut
adalah sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Penulis sendiri juga
melakukan pengamatan di lapangan. Agar objek wisata dilirik
oleh banyak wisatawan, tentunya harus ditunjang oleh akses
berupa jalanan yang teraspal mulus dan fasilitas yang memadai,
seperti WC umum karena hal tersebut merupakan hal yang sangat
vital dan ini menjadi tugas pemerintah daerah Kabupaten
Kepulauan Selayar khususnya Dinas Kepariwisataan untuk lebih
meningkatkan fasilitas yang mampu menjadi daya tarik wisatawan
untuk berkunjung ke obyek wisata di Kabupaten Kepulauan
Selayar.
Penulis juga melakukan wawancara terkait pelatihan atau
penyuluhan sadar wisata untuk sarana dan prasarana pada kawasan
wisata, berikut penjabarannya:
“Untuk saat ini, kami telah memberikan penyuluhan sadar
wisata kepada beberapa desa yang bertujuan untuk
membentuk karakter masyarakat akan pentingnya sadar
wisata dan peduli pada kebersihan sekaligus untuk
mengeksplor tempat wisata di daerahnya untuk menarik
minat wisatawan berkunjung ke Selayar” (Staf Destinasi
Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar)
Dari penuturan informan, pihak Dinas Kepariwisataan
telah melakukan penyuluhan sadar wisata agar masyarakat dapat
peduli terhadap objek wisata dan peduli akan kebersihan untuk
menarik lebih banyak wisatawan.
65
Hal yang disampaikan pemerintah terkait penyuluhan sadar
wisata seharusnya sejalan dengan pengelolaan yang baik oleh
pemerintah daerah karena pada kenyataannya objek wisata yang
dikelola oleh pemerintah masih jauh dari ekspektasi. Seharusnya
pemerintah melengkapi hal tersebut, mulai dari akses jalanan dan
melengkapi segala fasilitas yang seharusnya ada pada tempat
wisata.
4.2.2 PAD Sektor Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar
Besaran kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli
daerah Kabupaten Kepulauan Selayar masih tergolong kecil. Hal ini
disebabkan karena pariwisata pada Kabupaten Kepulauan Selayar
belum sepenuhnya dikelola dengan baik.
Objek wisata pantai yang dilekola oleh pemerintah daerah hanya
sebagian kecil, selebihnya banyak dikelola oleh pihak swasta dan
pemerintah daerah hanya bersifat sebagai regulator atau pembuat
peraturan. Berikut target dan realisasi PAD:
TABEL 4.4
TARGET DAN REALISASI RETRIBUSI PAD 2014-2019
Sumber: Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar
66
Berdasarkan tabel di atas, realisasi dari retribusi PAD sektor
pariwisata mulai tahun 2014 sampai dengan 2018 masih dibawah
target yang ditentukan. Namun kontribusi yang diberikan oleh objek
wisata yang dikelola oleh pihak swasta pun sangat membantu dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Kepulauan Selayar
dari sektor pariwisata.
Objek wisata memberikan kontribusi pada sektor akomodasi,
seperti hotel, rumah makan, dan penjualan produk daerah maupun
produk rumahan. Wisatawan yang berkunjung tentu memerlukan
tempat penginapan sementara selama berada di kawasan objek wisata.
Hotel adalah hal yang penting untuk perkembangan daerah, selain
sebagai bentuk jasa pemenuhan akomodasi wisata daerah hotel juga
memiliki peranan yang cukup signifikan dalam perekonomian daerah
setempat. Selain itu, para wisatawan tentu membutuhkan konsumsi
selama kegiatan wisata. Kita ketahui bersama bahwa kuliner pada
setiap daerah itu berbeda dan memiliki ciri khas yang berbeda pula
pada setiap daerah.
Dari keunikan inilah yang tentunya mampu membuat para
wisatawan tertarik untuk mencoba kuliner yang terdapat di suatu
daerah di tempat ia berwisata dan tentunya dari sektor rumah makan
juga mendapatkan kontribusi dari kegiatan wisata seperti penyerapan
tenaga kerja juga perekonomian daerah.
67
Selain dari sektor akomodasi dan rumah makan, kontribusi yang
diberikan dari pariwisata adalah dari sektor penjualan produk daerah
maupun produk rumahan di Kabupaten Kepulauan Selayar. Kegiatan
wisata yang dilakukan para wisatawan tentu saja berpengaruh terhadap
penjualan produk khas daerah seperti yang menjadi ciri khas dari
Kabupaten Kepulauan Selayar. Besarnya kontribusi PAD pada sektor
pariwisata tergantung pada jumlah wisatawan yang berkunjung.
4.2.3 Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Kepulauan
Selayar
Destinasi pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki
berbagai ragam bentuk dengan ciri khas tersendiri dan keunggulannya
masing-masing.
Dalam pengembangan destinasi pariwisata, pemerintah daerah
khususnya Dinas Kepariwisataan gentar melakukan promosi
pariwisata. Hal tersebut juga sesuai dengan pemaparan informan,
berikut pemaparannya:
“Program promosi pariwisata, strategi promosi:
1. Melalui event baik melasanakan event sendiri maupun partisipasi
pada event dalam atau pun luar negeri. Untuk pelaksanaan event
tahun 2018 kita pernah melaunching 30 event tahunan, akan tetapi
karena dana yang relative terbatas untuk tahun 2019 hanya
beberapa event yang bisa dilaksanakan dan tahun 2020 karena
pandemic covid 19 makanya event ditiadakan.
2. Promosi melalui media social dan website “Ayo ke Selayar”
3. Promosi melalui pembayaran brosur, leaftlet, guide book dan
bahan promosi lainnya yang di distribusikan di tempat-tempat
strategis
4. Promosi melalui media cetak (majalah pesawat) dan media
elektronik (tv nasional)
5. Promosi melalui kegiatan familiarization dengan mendatangkan
tour operator, blogger, wartawan, influencer, yang bisa membantu
68
kita promosi mendatangkan wisatawan. (Ahmad Syaifuddin, MH –
Sekertaris Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan Selayar)
Sesuai dengan penyampaian informan, pengembangan destinasi
pariwisata utamanya mengandalkan event sebagai program promosi
pariwisata dan hal yang menarik ialah mendatangkan influencer.
Dengan didatangkannya influencer tentunya akan mendapat exposure,
yaitu keuntungan berupa popularitas yang didapatkan suatu brand yag
dalam hal ini ialah Kabupaten Kepulauan Selayar dari seorang
influencer yang memiliki banyak followers di instagram dan twitter.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Upaya yang Dilakukan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar
Dalam Meningkatkan PAD melalui Pengembangan Objek Wisata
Pantai
a. Faktor Pendorong Pengembangan Objek Wisata Pantai Kabupaten
Kepulauan Selayar
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pengamatan
langsung, wawancara, dan dokumen di obyek wisata pantai, maka
peneliti mengidentifikasikan hasil penilaian terhadap
pengembangan potensi objek wisata.
1) Daya Tarik
a) Pantai dengan hamparan pasir putih
b) Terdapat pantai yang dapat melihat dan berinteraksi
langsung dengan baby shark
69
c) Panorama bawah laut yang menjadi surga bagi para pecinta
diving
d) Panorama alam yang indah
e) Dapat melihat matahari terbit (sunrise) dan matahari terbit
(sunset)
f) Hutan mangrove
g) Banyak wisatawan yang mencari ketenangan, suasana yang
tentram, dan pemandangan yang indah
h) Festival Takabonerate merupakan event bahari tahunan
yang telah diselenggarakan sejak 2008 dan berbagai event
lainnya
2) Wisata Budaya
a) Masjid Tua Gantarang, sejarah peradaban Islam di Selayar
b) Perkampungan Tua Bitombang, kampung tertua di pulau
Selayar. Keunikan dari perkampungan tersebut ialah
rumah-rumah beratap bambo dengan penopang kayu yang
sangat tinggi
c) Jangkar raksasa milik kapal besar cina yang berasal dari
zaman perunggu
d) Kehidupan masyarakat yang unik di perkampungan
nelayan. mulai dari persiapan melaut, berbagai
perlengkapan untuk menangkap ikan sampai bagaimana
mengolah ikan hasil melaut.
70
b. Faktor Penghambat Pengembangan Objek Wisata Pantai Kabupaten
Kepulauan Selayar
1) Faktor Internal
a) Sarana dan prasarana yang belum memadai
b) Kualitas dan kuantitas SDM di bidang pariwisata yang masih
kurang
c) Kesadaran sebagian para usaha jasa pariwisata dan
masyarakat masih rendah
d) Masih terdapatnya lahan tidur potensial yang belum
dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata
e) Kurangnya pedagang di sekitar objek wisata
f) Masih terbatasnya dana infrastruktur di objek wisata
2) Faktor Eksternal
a) Menurunnya ekonomi masyarakat akibat pandemi covid-19
b) Meningkatnya pengaruh luar yang mempengaruhi, sehingga
menyebabkan melemahnya budaya daerah
c) Kultur masyarakat yang kurang mendukung terhadap
percepatan pengembangan objek dan daya tarik wisata
d) Kurangnya kesadaran lembaga-lembaga swasta terhadap
sarana dan prasarana kepariwisataan.
71
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, hasil wawancara, analisis data, dan
pembahasan hasil penelitian tentang upaya peningkatan pendapatan asli
daerah melalui pengembangan objek wisata pantai di Kabupaten Kepulauan
Selayar, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kepariwisataan Kabupaten Kepulauan
Selayar dalam mengembangkan objek wisata pantai yaitu:
1) Memberikan pelatihan atau penyuluhan sadar wisata kepada
masyarakat desa agar mereka memiliki kepedulian sekaligus rasa
memiliki terhadap objek wisata pantai.
2) Melakukan promosi melalui media sosial, event, majalah, brosur, dan
tv nasional serta mendatangkan influencer yang dapat membantu
promosi.
b. Faktor dalam pengembangan objek wisata pantai di Kabupaten Kepulauan
Selayar diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Faktor pendorong: adanya daya tarik yang beragam pada setiap objek
wisata pantai, seperti hamparan pasir putih, panorama alam dan
panorama bawah laut yang indah, dapat melihat dan berinteraksi
langsung dengan bayi hiu
2) Faktor penghambat dari sisi internal: sarana dan prasarana yang
belum memadai, kualitas dan kuantitas SDM pariwisata yang masih
72
kurang, terdapatnya lahan potensial tetapi belum dimanfaatkan dalam
pengembangan objek wisata pantai, kurangnya pedagang pada
sekitaran objek wisata
Faktor penghambat dari sisi eksternal: menurunnya ekonomi
masyarakat akibat pandemi covid-19, pengaruh luar yang
menyebabkan melemahnya budaya daerah, kultur masyarakat yang
kurang mendukung terhadap percepatan pengembangan objek wisata,
serta kurangnya kesadaran pihak swasta terhadap sarana dan
prasarana.
c. Kontribusi pariwisata terhadap PAD masih sangat kecil itu terbukti dari
data yang menunjukkan bahwa realisasi PAD sektor pariwisata masih
dibawah target dari yang ditentukan dan PAD sektor pariwisata terus
mengalami penurunan setiap tahunnya.
5.2 Saran
a. Bagi Dinas Kepariwisataan: objek wisata yang telah dikelola harusnya
dijaga dengan baik, harus tetap bersinergi dengan pihak desa ataupun
kelurahan/kecamatan objek wisata tersebut agar pengelolaanya semakin
baik dan melengkapi sarana dan prasarana pada objek wisata pantai agar
objek yang dikelola tidak terbengkalai. Sebaiknya juga Dinas
Kepariwisataan melakukan kerja sama antar kabupaten, dalam hal ini ialah
pemerintah Kabupaten Bulukumba agar wisatawan yang datang di
Kabupaten Bulukumba juga bisa diarahkan untuk berkunjung ke
Kabupaten Kepulauan Selayar karena jarak tempuh antar kabupaten
73
Bulukumba dan Kabupaten Kepuluan Selayar hanya memakan waktu
kurang lebih tiga jam via transportasi laut yaitu kapal fery yang tiap hari
beroperasi.
b. Bagi Pengelola Swasta: keprofesionalan dalam melakukan pengelolaan
harus tetap terjaga, seperti dalam memberikan pelayanan kepada
wisatawan sehingga dapat meningkatkan kualitas potensi daya tarik
wisata.
c. Bagi Wisatawan: jika mengunjungi objek wisata pantai, tetap patuhi aturan
dan himbauan yang berlaku, serta tetap menjaga kebersihan pada sekitar
objek wisata.
74
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, Robert dan Steven Taylor. 2002. Pengantar Metode Kualitatif,
Surabaya: Usaha Nasional
Darise, Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: PT Indeks.
Devas, Nick. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia. Jakarta: UI
Press.
Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, UPP. AMP. YKPN.
Yogyakarta.
Halim, Abdul. dan M. Kusufi, Syam. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi
Keuangan Daerah, Jakarta: Salemba Empat. Edisi 4.
Huberman, Michael dan Miles, B. Matthew. 1992. Analisis Data Kualitatif,
Jakarta: Universitas Indonesia Press
Meyers, Koen. 2009. Pengertian Pariwisata, Jakarta: Unesco Office.
Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosda Karya
P.Joko Subagyo. 2011. Metodologi Penelitian Dalam Teori Dan Praktek.
Jakarta : Aneka Cipta.
Ridwan, Mohamad. 2012. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata,
Medan: PT SOFMEDIA.
Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak, Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Empat.
Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak, Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat.
Sugiama, A Gima. 2011. Ecotourism : Pengembangan Pariwisata berbasis
konservasi alam, Bandung : Guardaya Intimarta.
Sunaryo, Bambang,’Strategi Pemasaran Pariwisata,’ dalam Fandeli, Chafid
(Ed) 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam.
Yogyakarta: Liberty
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia, Yogyakarta : Gava Media.
75
Suwena, I Ketut & Widyatmaja, I Gst Ngr. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu
Pariwisata, Bali: Udayana University Press.
Peraturan Perundang-Undangan:
Keputusan Bupati Kepulauan Selayar Nomor 453/VII/Tahun 2017 tentang
Nama dan Lokasi Destinasi Pariwisata di Kabupaten Kepulauan Selayar
UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Sumber Internet:
www.wikiwand.com
Diakses tanggal 14 Juli 2020
https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
Diakses tanggal 7 September 2020
https://kepulauanselayarkab.go.id/hal-visi-misi.html
Diakses tgl 15 Juli 2020
https://www.kemenparekraf.go.id/post/peraturan-menteri-pariwisata-nomor-3-
tahun-2018+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id
Diakses tanggal 14 Juli 2020
www.kepulauanselayarkab.go.id
diakses tanggal 1 Oktober 2020
76
LAMPIRAN
Wawancara terkait PAD dan proses permintaan data PAD
Kabupaten Kepulauan Selayar
Wawancara via telpon dan via pesan Whatsapp bersama Kepala Dinas
Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar dikarenakan Pandemi Covid-19