113
UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH PENDIDIKAN Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Oleh: VIVIT YOLANDA PUTRI 14063041 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK 1

Upaya-upaya Penanggulangan Masalah Pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hi

Citation preview

UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN

MASALAH PENDIDIKAN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan

Oleh:VIVIT YOLANDA PUTRI

14063041

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2015

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hak lahiriah setiap manusia. Hal ini sudah dijamin oleh Negara

yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Pasal 31 tentang Pendidikan Nasional. Oleh

karena itu setiap warga Negara Indonesia memiliki hak yang sama dalam memperoleh

Pendidikan, dan Pemerintah wajib menyediakan kegiatan dan fasilitas pendidikan untuk

menunjang kebutuhan Pendidikan warga Negara.

Namun begitu, sangat banyak permasalah pendidikan yang terjadi pada sekarang ini,

mulai dari tidak meratanya pendidikan di Indonesia, rendahnya mutu pendidikan, kurang

sejahteranya profesi guru, dan kurangnya kompetensi guru sebagai tenaga kependidikan.

Hal tersebut seakan saling berkaitan satu sama lain, dan memiliki porsi yang sama dalam

masalah pendidikan nasional.

Semakin berkembangnya zaman, maka perkembangan teknologi ikut berkembang pesat

pula, yang bisa juga menjadisalah satu faktor yang dapat mengurangi permasalahan

pendidikan. Namun, perkembangan TIK bukan saja membawa manfaat, tapi juga

kelemahan yang dapat membuat masalah baru di dunia pendidikan kita.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka kami member judul makalah kami

“Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Pendidikan dan Pendidikan di Era

Teknologi Informasi dan Komunikasi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami merumuskan permasalah sebagai berikut:

1. Apa saja Upaya-upaya penanggulangan masalah pendidikan?

2. Bagaimana pendidikan di era Teknologi Informasi dan Komunikasi sekarang ini?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengehtahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan masalah

pendidikan.

2. Mengehtahui Pendidikan di era Teknologi Informasi dan Komunikasi sekarang ini.

2

BAB II

UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH PENDIDIKAN

A. Perubahan Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai

pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum dapat (paling tidak sedikit)

meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan

apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik.

Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai

dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan

zaman yang senantiasa cenderung berubah.

Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum

menyangkut komponen kurikulum yakni:

a. Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup

masyarakat dan falsafah bangsa.

b. Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata

pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran.

c. Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum

itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem

administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil

belajar.

d. Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari

segi kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah

seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain.

e. Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut

metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum

berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program

pembelajaran sebagai suatu system dari kutikulum.

3

2. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah

mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,

1999, 2004 dan 2006.

a. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968)

Kurikulum yang digunakan di Indonesia pra kemerdekaan dipengaruhi oleh

tatanan sosial politik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada

tiga sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem

pendidikan Islam yang diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan

Belanda. Sistem pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Susunan

persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2007:207):

Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan

pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun.

Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun

dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang

berbahasa Belanda selama 7 tahun.

Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai perguruan

tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3 dan 5

tahun Lyceum 6 tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School

5 tahun, Sekolah kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.

Tiga tahun setelah Indonesia merdeka pemerintah membuat kurikulum “Rencana

Pelajaran”. Tahun 1947. Kurikulum ini bertahan sampai tahun 1968 saat

pemerintahan beralih pada masa orde baru.

1) Rencana Pelajaran 1947

Kurikulum ini lebih populer disebut dalam bahasa belanda “leer plan”,

artinya rencana pelajaran, ketimbang “curriculum” (bahasa Inggris).

Perubahan kisi-kisi pendidikannya lebih bersifat politis: dari orientasi

pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.

Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang

merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development

4

conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia

yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.

Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.

Bentuknya memuat dua hal pokok:

- Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya

- Garis-garis besar pengajaran (GBP)

Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif,

namun yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value , attitude),

meliputi :

Kesadaran bernegara dan bermasyarakat;

Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari

 Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Fokus pelajarannya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :

- Daya cipta,

- Rasa,

- Karsa,

- Karya,

- Moral.

Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi.

- Moral

- Kecerdasan

- Emosional/artistic

- Keprigelan (keterampilan)

- Jasmaniah.

2) Rencana Pelajaran Terurai 1952

Ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus

memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi

lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat

mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.

5

Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung

bekerja.

Mata Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1954 yakni untuk jenjang Sekolah

Rakyat (SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut:

- Bahasa Indonesia

- Bahasa Daerah

- Berhitung

- Ilmu Alam

- Ilmu Hayat

- Ilmu Bumi

- Sejarah

- Menggambar

- Menulis

- Seni Suara

- Pekerjaan Tangan

-  Pekerjaan kepurtian

- Gerak Badan

- Kebersihan dan kesehatan

-  Didikan budi pekerti

- Pendidikan agama

3) Kurikulum Rencana Pendidikan 1964

Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah mempunyai

keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan

pada jenjang SD. Kurikulum 1964 juga menitik beratkan pada pengembangan

daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan

istilah Pancawardhana. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada

pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan

perkembangan anak. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program

Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,

emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.

6

Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin.

Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya,

pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang

kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa.

Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pacasialis yang

sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tanun

1960.

Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan mata

pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana). Mata

Pelajaran yang ada pada Kurikulum 1964 adalah:

a) Pengembangan Moral

Pendidikan kemasyarakatan

Pendidikan agama/budi pekerti

b) Perkembangan kecerdasan

Bahasa Daerah

Bahasa Indonesia

Berhitung

Pengetahuan Alamiah

c) Pengembangan emosional atau Artistik

Pendidikan kesenian

d) Pengembangan keprigelan

Pendidikan keprigelan

e) Pengembangan jasmani

Pendidikan jasmani/Kesehatan

4) Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 memiliki perubahan struktur kurikulum pendidikan dari

Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan

kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan

orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Kurikulum 1968 bertujuan agar  pendidikan ditekankan pada upaya untuk

membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi

7

kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan

beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan

dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:

kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

Kurikulum 1968 disebut sebagai kurikulum bulat. Karena kurikulum ini hanya

memuat mata pelajaran pokok-pokok saja. Muatan materi pelajaran bersifat

teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik

beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap

jenjang pendidikan.

Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi

pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah

lanjutan. Bidang studi pada kurikulum ini dikelompokkan pada tiga kelompok

besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

Jumlah mata pelajarannya 9, yakni:

a) Pembinaan Jiwa Pancasila

Pendidikan agama

 Pendidikan kewarganegaraan

Bahasa Indonesia

Bahasa Daerah

Pendidikan olahraga

b) Pengembangan pengetahuan dasar

Berhitung

IPA

Pendidikan kesenian

Pendidikan kesejahteraan keluarga

c) Pembinaan kecakapan khusus

d) Pendidikan kejuruan

b. Kurikulum Berorientasi Pencapaian Tujuan (1975-1994)

Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari

disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan

8

dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik,

perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan

adalah memeliharadan mewariskan ilmu pngetahuan, tehnologi, dan nilai-nilai

budaya masa lalu kepada generasi yang baru.

Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi

pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus

tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah

perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar

yang dilakukan peserta didik.

1) Kurikulum 1975

Latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan

pengajaran di sekolah menurut Menteri Pendidikan Republik Indonesia Sjarif

Thajeb, adalah:

- Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul

gagasan baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.

- Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang

digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar

ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat

lajunya pembangunan.

- Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen

Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau

kebijaksanaan pendidikan nasional.

- Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih

efisien dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.

- Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau

sistem yang kini sedang berlaku.

- Diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai

dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-

prinsip di antaranya sebagai berikut:

9

Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang

harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan

pendidikan.

Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran

memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-

tujuan yang lebih integratif.

Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur

Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).

Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus

respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak

menggunaan teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam

belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal

ini sekolah dan guru.

Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur:

a) Tujuan institusional.

Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA.Tujuan Institusional adalah tujuan

yang hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program

pendidikannya.

b) Struktur Program Kurikulum.

Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan

diberikan pada tiap sekolah.

c) Garis-Garis Besar Program Pengajaran

Garis-Garis Besar Program Pengajaran, memuat hal-hal yang

berhubungan dengan program pengajaran, yaitu:

- Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah

mengikuti program pengajaran yang bersangkutan selama masa

pendidikan.

10

- Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai

dalam setiap satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun

satu tahun.

- Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan

pelajaran bagi para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang

telah ditetapkan.

- Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke

tahun pelajaran berikutnya dan dari semester satu ke semester

berikutnya.

d) Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan

Sistem Instruksional)

Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu

system yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. PPSI sendiri

merupakan sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri

atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar

(Hamzah B.Uno, 2007). Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai

pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan

pelajaran. Komponen PPSI meliputi:

Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan tujuan

memberikan petunjuk bagi guru dalam merumuskan tujuan-tujuan

khusus.

Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian. Tes yang

digunakan dalam PPSI disebut criterion referenced test yaitu tes

yang digunakan unuk mengukur efektifitas program/ pelaksanaan

pengajaran.

Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses kegiatan

belajar siswa merupakan petunjuk bagi guru untuk menetapkan

langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai dengan bahan

pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus instruksional

yang harus dicapai oleh para siswa

11

Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program kegiatan

guru merupakan petunjuk-petunjuk bagi guru untuk

merencanakan program kegiatan bimbingan sehingga para siswa

melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan TIK.

Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan program

merupakan petunjuk-petunjuk dari program yang telah disusun.

Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau revisi

yang merupakan pengembangan program setelah selesai

dilaksanakan.

e) Sistem Penilaian.

Penilaian menggunakan PPSI diberikan pada setiap akhir pelajaran atau

pada akhir satuan pelajaran tertentu.

f) Sistem Bimbingan dan Penyuluhan

Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama.

Sehingga mereka memerlukan pengarahan yang akan mengembagkan

mereka menjadi manusia yang mampu meraih masa depan yang lebih

baik.

g) Supervisi dan Administrasi

Sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang

terarah, baik yang digunakan oleh para guru, administrator sekolah,

maupun para pengamat sekolah menggunakan teknik supervisi dan

administrasi sekolah yang dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan

kurikulum tentang supervise dan administrasi.

h) Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah:

Pendidikan agama

Pendidikan Moral Pancasila

Bahasa Indonesia

IPS

Matematika

IPA

Olah raga dan kesehatan

12

Kesenian

Keterampilan khusus

2) Kurikulum 1984

Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983

menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari

kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, karena suda dianggap tidak mampu lagi

memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan

teknologi . Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984

di antaranya adalah sebagai berikut:

a) Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke

dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

b) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi

dengan kemampuan anak didik.

c) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di

sekolah.

d) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap

jenjang.

e) Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai

bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak

sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.

f) Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi

kebutuhan perkembangan lapangan kerja.

Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

- Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan

bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu

belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional

dan efektif.

- Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara

belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik,

mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh

13

pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,

maupun psikomotor.

- Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral.

Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar

berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.

- Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.

Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan

untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.

- Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.

Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental

siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui

pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan

menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.

-  Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses

adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada

proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan

mengkomunikasikan perolehannya.

Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut:

Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum

1984 memiliki enam belas mata pelajaran inti.

Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-

masing.

Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975

terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam

Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program

A terdiri dari:

- A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika

-  A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi

- A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi

- A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.

14

- B, penekanan keterampilan kejuruan. Tetapi mengingat program

B memerlukan sarana sekolah yang cukup maka program ini

untuk sementara ditiadakan.

Pentahapan waktu pelaksanaan

Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas I SMA

berturut tahun berikutnya di kelas yang lebih tinggi.

3) Kurikulum 1994

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Kurikulum Sekolah Menengah

Umum perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.

Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran

menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar

mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Akibatnya,

pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut

mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi

(isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa

selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi

pelajaran yang cukup banyak.

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di

antaranya sebagai berikut:

a)  Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.

Diharapkan agar siswa memperoleh materi yang cukup banyak.

b) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup

padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)

c) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem

kurikulum inti untuk semua siswa di seluruh Indonesia.

d) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan

strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,

fisik, dan sosial.

e) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan

kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,

15

sehingga menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan

menyelesaikan soal dan pemecahan masalah siswa.

f) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah

ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.

g) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan

untuk pemantapan pemahaman siswa.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, di

antaranya sebagai berikut:

a) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan

banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.

b) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan

tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang

terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan

kurikulum dengan diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994.

Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip

penyempurnaan kurikulum, yaitu :

a) Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya

menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

b) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang

tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa,

dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.

Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah

dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan

penyempurnaan jangka panjang.

c. Kurikulum Berbasis Komptensi dan KTSP (2004-2006)

Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1994) berimpilkasi

pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan

keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki kemampuan

16

yang memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga diperlukan kurikulum

yang berorientasi pada penguasaan kompetensi secara holistik.

Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yangdimaksudkan

itu telah diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasionalsebagai berikut:

- Perubahan keempat UUD 1945 Pasal31 tentang Pendidikan.

- Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.

- Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

- Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi

Daerah

- Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan

Pemerintah dan Daerah sebagai Daerah Otonom, yang antara lain menyatakan

pusat berkewenangan dalam menentukan: kompetensi siswa; kurikulum dan

materi pokok; penilaian nasional;dan kalender pendidikan.

Atas dasar itulah maka Indonesia memilih untuk memberlakukan Kurikulum

KBK sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan serta penyempurnaannya

dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1) Kurikulum Berbasis Komptensi 2004

Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis

Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi diantaranya UU No

2 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang

kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom,

dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan.j pendidikan

nasional.

KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran

dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan

tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.

Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge, understanding,

skill, value, attitude, dan interest. Dengan mengembangkan aspek-aspek ini

diharapkan siswa memahami, mengusai, dan menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari materi-materi yang telah dipelajarinya.

17

Adapun kompentensi sendiri diklasifikasikan menjadi: kompetensi lulusan

(dimilik setelah lulus), kompetensi standar (dimiliki setelah mempelajari satu

mata pelajaran), kompetensi dasar (dimiliki setelah menyelesaikan satu

topik/konsep), kompetensi akademik (pengetahuan dan keterampilan dalam

menyelesaikan persoalan), kompetensi okupasional (kesiapan dan kemampuan

beradaptasi dengan dunia kerja), kompetensi kultural (adaptasi terhadap

lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia), dan kompetensi temporal

(memanfaatkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa

Secara umum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan

nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Sedangkan Kurkikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat

rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus

dicapai pebelajar, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan

sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Pusat

Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002:3).

Kompetensi Utama

Anderson dan Krathwhol (2001:ii), Kompetensi Utama dapat dikelompok

menjadi 4 (empat) gugus, yaitu:

-  factual knowledge, menyangkut pengetahuan tentang fitur-fitur dasar

pebelajar dalam disiplin keilmuan dan dapat digunakan dalam

memecahkan masalah. Jenis kompetensi ini, yaitu: pengetahuan

tentang terminologi, dan pengetahuan tentang detil spesifik (specific

details) serta fiturfitur dasar (basic elements).

- conceptual knowledge, meliputi kompetensi yang menunjukkan

pemahaman tata hubungan antar fitur dasar dalam suatu struktur yang

lebih luas dan yang memungkinkan berfungsinya fitur-fitur tersebut.

Termasuk ke dalam kompetensi ini adalah, pengetahuan tentang

klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsi-prinsip kerja dan

generalisasinya, serta pengetahuan tentang teori, model, paradigma

dan struktur dasar.

18

- procedural knowledge, meliputi pengetahuan dan pemahaman

bagaimana melakukan sesuatu (technical know how), metode inkuiri,

dan kriteria dalam menggunakan keterampilan, algotima, teknik, dan

metode. Termasuk dalam kompetensi ini, yaitu pengetahuan tentang

keterampilan khusus (subject-specific skills) dan perhitungan-

perhitungan (algorithm), pengetahuan tentang teknik dan metode

khusus (subject-specific techniques and methods),serta pengetahuan

tentang kriteria penggunaan sebuah prosedur yang tepat.

- metacognitive knowledge. merupakan kompetensi yang menyangkut

tentang pengetahuan terhadap kognisi secara umum dan kesadaran

serta memahami kognisi diri sendiri. Kompetensi ini meliputi 3 hal,

yaitu: pengetahuan strategis, pengetahuan tentang tugas-tugas

kognitif, termasuk pengetahuan tentang kontekstualitas dan kondisi

khusus, dan pengetahuan tentang diri sendiri.

Ke-empat gugus kompetensi utama tersebut perlu dijembatani dengan

lima unsur pokok yang diamanatkan dalam Kepmen 045/U/2002, yaitu:

Pengembangan kepribadian (PK), pengembangan keahlian dan

keterampilan (PKK), pengemabngan keahlian berkarya (PKB),

pengembangan perilaku berkarya (PPB), dan pengembangan

berkehidupan bermasyarakat (PBB).

Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah:

a) KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi

Paradigma pembelajaran versi UNESCO: learning to know,learning to do,

learning to live together, dan learning to be.

b) Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam

proses pembelajaran, silabus menjadi kewenagan guru.

c) umlah jam pelajaran 40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah

mata pelajaran belum bisa dikurangi.

d) Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan metode

pembelajaran PAKEM dan CTL,

19

e) Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, penilaian

memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan

penekanan penilaian berbasis kelas.

f) KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar

(KHB), penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM),

dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS).

2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum

operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing

satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun

ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah

sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta

Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.

KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan

muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan

silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun

2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian

kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi

peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi

merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang memuat:

- Kerangka dasar dan struktur kurikulum,

- Beban belajar,

20

- Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat

satuan pendidikan, dan

- Kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan

peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh

mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan

kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL,

ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari

komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya

diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas

Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Dengan demikian

diharapkan KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat,

situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.

Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP

dimana panduan tersebut berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum

tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai

dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial budaya

masyarakat setempat, dan peserta didik.

Tujuan diadakannya KTSP

Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan

memberdayakan sumberdaya yang tersedia.

Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai. Mulyasa (2006: 22-23)

21

KTSP perlu diterapkan pada satuan pendidikan berkaitan dengan tujuh hal

berikut :

a) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

bagi dirinya.

b) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input

pendidikan yang akan dikembangkan.

c) Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena

sekolah sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.

d) Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan

kurikulum dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.

e) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya

masing-masing.

f) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-

sekolah lain dalam meningkatkan mutu pendidikan.

g) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakatdan lingkungan yang

berubah secara cepat serta mengakomodasikannya dengan KTSP.

Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor

22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153) adalah

sebagai berikut:

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik

dan lingkungannya.

b) Beragam dan terpadu.

c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni.

d) Relevan dengan kebutuhan.

e) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi

pendidikan tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.

f) Menyeluruh dan berkesinambungan.

g) Belajar sepanjang hayat,

h) Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal

Komponen KTSP

22

Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut:

a) Visi dan misi satuan pendidikan

Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan

representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi

dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang.

b) Tujuan pendidikan satuan pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan

menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri

dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c) Kalender pendidikan

Kalender pendidikan untuk pengembang kurikulum jam belajar efektif

untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta

didik.

d) Struktur muatan KTSP

Struktur muatan KTSP terdiri atas:

Mata pelajaran

Muatan local

Kegiatan pengembangan diri

Pengaturan beban belajar

Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan

Pendidikan kecakapan hidup

Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

e) Silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi

waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan

pendidikan.

f) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

23

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai

satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan

dijabarkan dalam silabus.

d. Kurikulum 2013

Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen,

proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan

pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar

Kompetensi Lulusan.

Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan

pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan

kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis,

kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal

dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan

bangsa di masa mendatang.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:

1) Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah;

2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;

3) Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah

satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan

dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

24

Kurikulum ini menekankan tentang pemahaman tentang apa yang dialami peserta

didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh

karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada

peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang

sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.

Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:

1) Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk

Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam

Kompetensi Dasar (KD).

2) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,

kelas, dan mata pelajaran

3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik

untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.

4) Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan

psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata

pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD

pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.

5) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,

generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary–

based curriculum” atau “content-based curriculum”.

6) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,

saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.

7) Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada

tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten

kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas (mastery).

Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan penguasaan

konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan

penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses

pendidikan yang tidak langsung.

25

8) Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif

dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan

penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan

Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

1) Kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan bukan merupakan

daftar mata pelajaran.

2) Standar kompetensi lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang

pendidikan, dan program pendidikan.

3) Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan

kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan

keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

4) Kurikulum didasarkan pada prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan

pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kemampuan

Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning)

sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.

5) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.

6) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik serta lingkungannya.

7) Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya,

teknologi, dan seni.

8) Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan..

9) Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

10) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan

kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

11) Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki

pencapaian kompetensi.

Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:

26

1) Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:

- Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X

- Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI

- Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII

2) Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015

3) Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 – 2014

4) Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan

pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan

SMK, dimulai dari bulan Januari – Desember 2013

5) Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan

kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 –

2016

B. Pengelolaan Pendidikan

1. Pengertian Pengelolaan Pendidikan

Kegiatan dalam sistem pendidikan nasional secara umum meliputi dua jenis yaitu

pengelolaan pendidikan dan kegiatan pendidikan. Pengelolaan pendidikan berasal

dari kata manajemen, sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan administrasi

( Oteng Sutisna:1983). Dapat diartikan pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk

menerapkan kaidah-kaidah adiministrasi dalam bidang pendidikan.

Pengelolaan pendidikan meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengawasan dan pengembangan. Pengelolaan pendidikan. Pengelolaan

adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian

upaya anggota organisasi dimana keempat proses tersebut mempunyai fungsi masing-

masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Menurut Griffin pengelolaan adalah

sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan

pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.

Terdapat beberapa fungsi dari pengelolaan itu sendiri adalah sebagai berikut:

Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu

hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencanaan

merupakan penetapan pada tindakan apa yang harus dilakukan? Apakah sebab

27

tindakan itu harus dikerjakan? Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan?

Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? Siapakah yang akan mengerjakan

tindakan itu? Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?

Pengorganisasian (Organizing)

Oganisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam cara yang

terstruktur untuk mencapai sasaran specific atau sejumlah sasaran. Dalam

sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin, pekerjaan pemimpin

meliputi beberapa kegiatan yaitu mengambil keputusan, mengadakan

komunikasi agar ada saling pengertian antara atsan dan bawahan, memberi

semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar supaya mereka

melaksanakan apa yang diperintahkan.

Pengarahan (Directing )

Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha

memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan

dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan

dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.

Pengawasan

Pengawasan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha

pemantauan kinerja agar supaya kinerja tersebut terarah dan tidak melenceng

dari aturan yang sudah ditetapkan dan pemantauan berfungsi sebagai media

agar kinerja tersebut terarah dan tersampaikan secara tepat.

Pengembangan

Pengembangan adalah fungsi pengelolaan yang harus dijadikan tolak ukur

keberhasilan suatu pengelolaan, dengan adanya pengembangan pengelolaan

akan berjalan sesuai dan melebihi target yang akan diperoleh.

Tanpa suatu program yang baik sulit kiranya tujuan pendidikan akan tercapai. Oleh

karena itu, pengelolaan harus disusun guna memenuhi tuntutan, kebutuhan, harapan

dan penentuan arah kebijakan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan.

Pengelolaan kerja SMP merupakan penjabaran tugas dan pelaksanaan kebijakan

Depdiknas yang di sesuaikan dengan kondisi obyektif. Dalam pelaksanaannya setiap

28

kegiatan mengacu pada pengelolaan yang ada sehingga proses dan pelaksanaan

aktifitas di sekolah lebih terukur, terpantau dan terkendali.

Pengelolaan pendidikan berfungsi sebagai acuan bagi sekolah dalam mengukur,

mengevaluasi dan merevisi kegiatan-kegiatan yang di anggap perlu. Selain itu

pengelolaan pendidikan bertujuan sebagai upaya sekolah dalam mendukung dan

menjabarkan wajib belajar 9 tahun.

Landasan Hukum

Pengelolaan pendidikan mengacu pada undang-undang dan peraturan pemerintah

sebagai berikut:

a. Undang-undang no.2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional.

b. Peraturan pemerintah no.28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar.

c. Keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan no. 060/V/1993 tentang

Kurikulum Pendidikan Dasar.

d. Keputusan Kepala kantor wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Propinsi Jawa Barat no. 979/102/kep/I/1994 tentang kurikulum Muatan Lokal

Pendidikian Dasar Propinsi Jawa Barat.

e. Keputusan Kepala Dinas Kota Cimahi no. 800/1330-Disdik/2009 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Pendapatan dan Belanja Sekolah.

Pengelolaan pendidikan ini meliputi beberapa tujuan yaitu:

a. Untuk meningkatkan dan memaksimalkan segenap sumberdaya pendidikan

SMP sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan.

b. Sebagai acuan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sekaligus

sebagai alat evaluasi penyelenggaraan kegiatan baik selama pengelolaan

berlangsung maupun akhir tahun pelajaran.

2. Program Pengelolaan Pendidikan

Jenis Program Pendidikan

Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan

kekhususan tujuannya (UU RI No.2 Tahun 1989 Bab I, Pasal 1 Ayat 5 No. 2).

Program pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas :

1) Pendidikan umum(SD, SMP, SMA, dan Universitas)

29

Pendidikan umum merupakan pendidikan yang lebih mengutamakan

perluasan keterampilan dan pengetahuan peserta didik yang berfungsi

sebagai acuan umum bagi jenis pendidikan lainnya.

2) Pendidikan kejuruan(STM, SMTK, SMIP, SMIK, SMEA)

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang menyiapkan peserta

didik agar dapat bekerja pada bidang-bidang tertentu.

3) Pendidikan Luar Biasa (SDLB, SGPLB)

Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan khusus yang diselenggarakan

bagi peserta didik yang menyandang cacat baik fisik maupun mental.

4) Pendidikan Kedinasan (SPK,APDN,STAN, STPDN)

Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang khusus

diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan pegawai atau calon

pegawai suatu departemen pemerintah atau lembaga pemerintah

nondepartemen dalam pelaksanaan tugas kedinasan.

5) Pendidikan Keagamaan(PGAN, IAIN, Theologia,IHD)

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang dikhususkan untuk

mempersiapkan peserta didik agar dapat melaksanakan peranan yang

menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama.

C. Inovasi Dalam Pendidikan

Secara etimologi inovasi berasal dari kata Latin innovation yang berarti perbaharuan dan

perubahan. Innovo artinya memperbarui dan mengubah. Inovasi ialah suatu perubahan

yang baru yang menuju kearah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada

sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan saja).

Istilah perubahan dan pembaharuan ada perbedaannya yaitu kalau pada pembaharuan ada

unsur kesengajaan. Persamaannya yaitu sama-sama memiliki unsur yang baru atau lain

dari yang sebelumnya.

Kata “baru” dapat juga diartikan apa saja yang baru dipahami, diterima, atau

dilaksanakan oleh si penerima inovasi, meskipun bukan baru lagi bagi orang lain.

Namun, setiap yang baru itu belum tentu baik untuk setiap situasi, kondisi dan tempat.

30

Inovasi diartikan penemuan dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau

kelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk untuk mencapai tujuan atau

untuk memecahkan segala masalah. Dalam inovasi tercakup discovery dan invensi.

Kata kunci lainnya dalam pengertioan inovasi adalah baru, Santoso S. Hamijoyo dalam

Cece Wijaya dkk (1992:6) menjabarkan bahwa kata baru diartikan sebagai apa saja yang

belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima pembaharuan, meskipun

mungkin bukan baru lagi bagi orang lain. Dari sifatnya yang baru adalah sifat kualitatif

yang berbeda dari sebelumnya.

Definisi Inovasi menurut Para Ahli

Everett M. Rogers (1983), Mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan,

praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh

seseorang atau kelompok untuk diadopsi.

Van de Ven, Andrew H, Inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-

gagasan baru oleh orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-

transaksi dengan orang lain dalam suatu tatanan organisasi.

Kuniyoshi Urabe, Inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali pukul (one time

phenomenon),melainkan suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi

banyak proses pengambilan  keputusan  di dan oleh organisasi dari mulai penemuan

gagasan sampai implementasinya di pasar.

Stephen Robbins (1994), Mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang

diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.

Berdasarkan pengertian tersebut, Robbins lebih memfokuskan pada tiga hal utama yaitu :

- Gagasan baru yaitu suatu olah pikir dalam mengamati suatu fenomena yang sedang

terjadi, termasuk dalam bidang pendidikan, gagasan baru ini dapat berupa

penemuan dari suatu gagasan pemikiran, Ide, sistem sampai pada kemungkinan

gagasan yang mengkristal.

- Produk dan jasa yaitu hasil langkah lanjutan dari adanya gagasan baru yang

ditindak lanjuti dengan berbagai aktivitas, kajian, penelitian dan percobaan

sehingga melahirkan konsep yang lebih konkret dalam bentuk produk dan jasa yang

siap dikembangkan dan dimplementasikan termasuk hasil inovasi dibidang

pendidikan.

31

- Upaya perbaikan yaitu usaha sistematis untuk melakukan penyempurnaan dan

melakukan perbaikan (improvement) yang terus menerus sehingga buah inovasiitu

dapat dirasakan manfaatnya.

1. Pengertian Inovasi Pendidikan

Pendidikan adalah suatu sistem, maka inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang

berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah,

perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem dalam arti yang luas

misalnya sistem pendidikan nasional

Inovasi pendidikan menurut asrori (2011) adalah inovasi dalam bidang pendidikan untuk

memecahkan masalah dalam pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang

berhubungan dengan komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit tingkat

lembaga pendidikan maupun arti luas di sistem pendidikan nasional. Sehingga dapat

dikatakan inovasi kurikulum merupakan suatu hal yang dapat terjadi dalam ruang lingkup

pendidikan itu sendiri.

Jadi, inovasi pendidikan ialah suatu  ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati

sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa

hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau

untuk memecahkan masalah pendidikan sehingga efisiensi, relevansi, berkualitas dan

efektivitas.

Ciri-ciri inovasi pendidikan dapat dikenal dengan beberapa identifikasi, menurut ashby

1967 (dalam anneahira, 2011) ada empat hal ciri-ciri inovasi pendidikan, yaitu:

- Ketika masyarakat/orang tua mulai sibuk dengan peran keluar sehingga tugas

pendidikan anak sebagian digeser dari orang tua pindah ke guru atau dari rumah ke

sekolah.

- Terjadi adopsi kata yang ditulis ke instruksi lisan

- Adanya penemuan alat untuk keperluan percetakan yang mengakibatkan

ketersediaan buku lebih luas.

- Adanya alat elektronika yang bermacam-macam radio, telepon, TV, computer,

LCD proyektor, perekan internet, LAN, dsb ).

2. Pentingnya Inovasi Dalam Pendidikan

32

Setiap orang atau individu dalam pendidikan hendaknya berperan melakukan inovasi

dalam pendidikan karena prestasi pendidikan tergantung dari prestasi individu dalam

pendidikan. Prestasi individu dalam pendidikan merupakan bagian dari prestasi

pendidikan yang pada gilirannya merupakan prestasi organisasi pendidikan. Karena itu

semua unsur di dalam dunia pendidikan, baik guru maupun yang terlibat dalam proses

pendidikan harus mempunyai niat dan perhatian serta konsistensi yang terintegrasi dan

berkesinambungan. Semua pihak yang berperan serta dalam proses inovasi pendidikan

harus  mengetahui tujuan, sasarannya dan perencanaan maupun strategi yang

dipergunakan, sehingga hasilnya dapat memenuhi harapan dalam pendidikan.

Saat ini adalah era globalisasi dan revolusi informasi, di mana telah mengakibatkan

terjadinya persaingan secara bebas dalam berbagai hal, tidak lagi mengenal batas-batas

negara dan teritori. Semuanya bersaing dan berlomba-lomba meraih kesempatan dalam

sistem mekanisme pasar global. Apabila dunia pendidikan di Indonesia tidak

menghasilkan pendidikan yang berkwalitas maka akan kalah di pasaran dan akan tergerus

jaman yang semakin canggih dan inovatif. Inilah tantangan bagi dunia pendidikan

pendidikan. Bagaimana mengantisipasi perubahan tersebut? langkah-langkah apa yang

perlu dilakukan sehingga penyelenggara pendidikan di Indonesia ini mampu

menempatkan kualitas sumber daya manusia kita pada level yang patut diperhitungkan di

kancah global? Hal ini merupakan tugas yang tidak ringan, terutama bagi penyelenggara

kegiatan pendidikan. Di sini dibutuhkan manajemen pendidikan yang baik (well manage)

dan strategi pelaksanaan inovasi agar organisasi pendidikan mampu menghasilkan SDM

yang berkualitas.

Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya

pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan

tersebut, antara lain dalam hal manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media,

sumber belajar, pelatihan guru, implementasi  kurikulum, dsb.

Inovasi pendidikan sangat penting untuk dilakukan sebagaimana diungkapkan antara lain

oleh Johnson dan Jacobson (dalam sisten inovasi, 2009), karna mempunyai fungsi utama

sebagai berikut :

Menciptakan pengetahuan baru.

33

Memandu arah proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi, yaitu

mempengaruhi arah agar para pelaku mengelola dan memanfaatkan sumber

dayanya.

Memasok/menyediakan sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan sumber daya

lainnya.

Memfasilitasi penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam bentuk

pertukaran informasi, pengetahuan dan visi).

Memfasilitasi formasi pasar.

3. Tujuan Inovasi

Menurut Fuad Ihsan (2005), tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi,

relevansi, kualitas dan efektivitas, sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya,

dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut criteria kebutuhan peserta didik,

masyarakat, dan pembangunan), dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat, waktu

dalam jumlah yang sekecil-kecilnya. Kalau dikaji, arah tujuan inovasi pendidikan

Indonesia tahap demi tahap,yaitu :

- Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu

dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin berjalan sejajar

dengan kemajuan-kemajuan tersebut.

- Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi

setiap warga negara. Misalnya daya tamping usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan

Perguruan Tinggi.

Di samping itu, akan diusahakan peningkatan mutu yang dirasakan makin menurun

dewasa ini.Dengan system penyampaian yang baru, diharapkan peserta didik menjadi

manusia yang aktif, kreatif, dan terampil memecahkan masalahnya sendiri. Tujuan

jangka panjang yang hendak dicapai adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.

Bila dirinci tujuan utama inovasi adalah:

Meningkatkan kualitas

Menciptakan pasar baru

Memperluas jangkauan produk

Mengurangi biaya tenaga kerja

Meningkatkan proses produksi

34

Mengurangi bahan baku

Mengurangi kerusakan lingkungan

Mengganti produk atau pelayanan

Mengurangi konsumsi energi

Menyesuaikan diri dengan undang-undang

4. Siklus Inovasi

Siklus inovasi berlangsung seperti kurva difusi dimana pada tahap awal, tumbuh relatif

lambat, ketika kemudian pelanggan merespon produk tersebut sebagai sebuah kebutuhan

maka pertumbuhan produk meningkat secara eksponensial. Pertumbuhan produk akan

terus meningkat bila dilakukan inkrenetori inovasi atau mengubah produk. Di akhir kurva

pergerakannya melambat kembali dan cenderung menurun.

Organisasi yang inovatif akan bekerja dengan cara inovasi baru, yang menggantikan cara

lama untuk mempertahankan tumbuhnya kurva melalui pembaharuan teknologi, bila

teknologi tidak dilakukan pembaharuan maka pertumbuhan akan cenderung stagnan atau

bahkan menurun. Demikian juga dalam bidang pendidikan, pembaharuan harus

senantiasa dilakukan agar mampu memenuhi harapan masyarakat yang senantiasa

berkembang.

5. Masalah-masalah Yang Menutut Diadakan Inovasi Pendidikan

Adapun masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi pendidikan di Indonesia,

yaitu:

a) Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang

mempengaruhi kehidupan social, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan

bangsa Indonesia. Sistem pendidikan yang dimiliki dan dilaksanakan di Indonesia

belum mampu mengikuti dan mengendalikan kemajuan-kemajuan tersebut

sehingga dunia pendidikan belum dapat menghasilkan tenaga-tenaga

pembangunan yang terampil, kreatif, dan aktif sesuai dengan tuntutan dan

keinginan masyarakat.

b) Laju eksplorasi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung,

ruang, dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang.

c) Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik,

sedangkan di pihak lain kesempatan sangat terbatas.

35

d) Mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum mampu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e) Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana

yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang

dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang.

f) Kurang ada relevansi antara progam pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang

sedang membangun.

g) Keterbatasan dana

h) Meningkatkan animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik

Sebagaimana yang dikatakan, bahwa keberhasilan pelaksanaan hasil inovasi pendidikan

sangat tergantung pada kondisi sekolah untuk menerima dan mengasimilasi mentalis

inovasi dari pihak yang terkait dalam penyebaran, penerapan dan pelaksanaan hasil

inovasi pendidikan. Kegiatan penyebaran hasil inovasi ini disebut dengan istilah

difusi.difusi dan inovasi adalah dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan

yang lain.

6. Berbagai Upaya Inovasi Pendidikan di Indonesia

a) SD Pamong

Proyek ini merupakan pendidikan bersama antara pemerintah Indonesia dan Innotech,

lembaga yang didirikan oleh Badan Kerjasama Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia

Tenggara. Dikalangan organisasi menteri pendidikan Negara-negara Asia Tenggara

(South East Asian Ministers Education Organisation atau Seameo) proyek ini dikenal

dengan istilah Impact (Instruction of Management by Parent Communyti and

Teachers).

Pamong adalah singkatan dari Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua, dan

Guru. Proyek ini diujicobakan di tingkat sekolah dasar pada Kecamatan Kabakramat

(Kelurahan Alistimo, Banjarharjo, Malang-gaten, dan Kebak) di kabupaten Karang

Anyar, Solo.

- Membantu anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan

sekolah atau membantu siswa yang Drop-Out.

- Membantu anak-anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan waktu dalam

belajar.

36

- Mengurangi penggunaan tenaga guru sehingga guru terhadap murid dapat

menjadi 1:200. Pada SD biasa 1:40 atau 1:50.

- Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan pembiayaan yang

sedikti dapat ditampung sebanyak mungkin siswa.

Dengan kata lain, tujuan proyek Pamong untuk menentukan alternative sistem

penyampaian pendidikan dasar yang bersifat efektif, ekonomis dan merata yang

sesuai dengan konsdisi keadaan daerah di Indonesia.

Proyek eksperimentasi itu berakhir pada tahun 1967. Sistem penyampaian yang

digunakan dengan pemakaian modul. Setiap anak/siswa dapat mengambil modul di

Pusat Pendidikan Masyarakat (Pusdiknas). Di Pusdiknas ini, ada guru professional

yang mengelola pendidikan anak/siswa. Anak dapat belajar sendiri dengan bantuan

orang tua, atau tutor (seorang siswa yang lebih tinggi tingkat belajarnya) atau

masyarakat yang mempunyai kecakapan khusus.

Jadi dengan sistem Pamong ini anak/siswa dapat belajar sendiri dengan bimbingan

tutor, atau anggota masyarakat serta bimbingan orangtua. Pengajaran yang diberikan

memperhatikan kesanggupan anak.

Pengelolaan dari pengalaman yang diperoleh terutama berdasarkan sumber-sumber

lain (bukan guru) sukar, tetapi melalui masyarakat, siaran pendidikan dan kelompok

atau kegiatan belajar yang tidak memerlukan gedung sekolah.

b) SD Kecil

Realisasi dari Undang-Undang Wajib Belajar dan pemerataan pendidikan anak-anak

usia 7-12 tahun, terutama bagi daerah-daerah terpencil, pemerintah telah

melaksanakan SD kecil dan sistem guru kunjung.

SD kecil memiliki cirri-ciri:

- Kelas yang ada lebih sedikit/kecil dari SD biasa (tiga belas)

- Jumlah murid lebih kecil 20-30 orang

- Jumlah guru lebih sedikit dari guru SD biasa (tiga orang termasuk Kepala

Sekolah)

37

- Pendekatan belajar melipti belajar sendiri, yaitu mempelajari modul, belajar

kelompok, klasikal. Jika jumlahkelasada yang melebihi jumlah guru maka

seorang guru mengajar lebih dari satu kelas.

- Kurikulum SD kecil sama dengan kurikulum SD biasa.

- Pelaksanaan SD kecil sudah ada di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur

- Murid yang pandai akan dijadikan tutor untuk mengajar yang lainnya.

c) SMP Terbuka

Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT) adalah Sekolah Menengah Umum

Tingkat Pertama, yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar

gedung sekolah dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media dan

interaksi yang terbatas antara guru dan murid.

1) Latar Belakang

Latar belakang pendirian SMPT, yaitu

- Kekurangan fasilitas pendidikan dan tempat belajar.

- Tenaga pendidikan yang tidak cukup.

- Memperluas kesempatan belajar dalam rangka pemerataan pendidikan.

- Menanggulangi anak terlantar yang tidak diterima di SMP Negeri.

Dalam penyelenggaraan SMPT ditunjuk beberapa SMP Negeri atau Swasta

sebagai SMP Induk.

2) Ciri-ciri

Ciri-ciri SMPT sebagai berikut :

- Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat-syarat

akademis yang ketat.

- Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal,

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat praktis,

insidential dan perorangan.

- Terbuka dalam proses belajar mengajar tidak selalu diselenggarakan di

ruang kelas secara tatap muka, melainkan dapat juga melalui media, seperti

radio, media cetak, kaset, slide, model dan gambar-gambar.

- Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang tersedia

oleh siswa.

38

- Terbuka dalam mengelola sekolah.

3) Tujuan

Tujuan SMPT sama dengan tujuan pendidikan umum SMP yaitu agar lulusan:

- Menjadi warga Negara yang baik sebagai menusia yang utuh, sehat dan

kuat, lahir dan batin.

- Menguasai hasil pendidikan umum yang merupakan kelanjutan dari

pendidikan di Sekolah Dasar.

- Memiliki bekal untuk melanjutkan pelajarannya ke sekolah lanjutan atas dan

untuk terjun ke masyarakat.

- Meningkatkan disiplin siswa.

- Menilai kemajuan siswa dan memantapkan hasil pelajaran dengan media.

- Kurikulum SMPT merupakan kurikulum SMP 1975.Bidang studinya

Bahasa Indonesia, Pendidikan Moral Pencasila, Matematika, Ilmu

Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Inggris, Agama,

Keterampilan, Olah Raga dan Kesehatan.

- Kewajiban siswa adalah mengikuti belajar perorangan, kelompok, tatap

muka, dan belajar melalui pengalaman langsung, serta mengikuti Evaluasi

Belajar Tahap Akhir (EBTA).

- Tenaga pengajar terdiri dari guru Pembina dan guru pembimbing yang

diambil dari masyarakat setempat.Tugas guru Pembina, antara lain :

o Merencanakan kegiatan belajar, baik yang bersifat tatap muka,

maupun kegiatan belajar dalam pusat kegiatan belajar kelompok

o Memberikan petunjuk, bimbingan, dan supervise kepada guru

pembimbing

o Memberikan bimbingan kepada murid

o Mengatur penyampaian bahan-bahan pelajaran

o Mengatur penggunaan fasilitas pelajaran yang diperlukan

o Melaksanakan kegiatan belajar tatap muka

Tugas guru pembimbing, antara lain :

39

o Membantu memecahkan dan menampung, menyalurkan persoalan

yang dihadapi murid secara perorangan maupun kelompok, baik

bersifat edukatif maupun administrative.

o Membagikan bahan-bahan pelajaran pada siswa

o Membimbing murid agar belajar dengan teratur menurut jadwal yang

ditetapkan.

o Mencatat dan melaporkan hasil kegiatan belajar siswa kepada guru

pembina.

o Mengatur dan mengawasi pelaksanaan belajar murid

o Menjadi penghubung antara SMP terbuka dan masyarakat

o Mengatur penggunaan fasilitas desa untuk kepentingan kegiatan

belajar

o Merencanakan kegiatan bersama dengan guru pembina

Agar penyelenggaraan SMPT ini dapat berjalan seperti yang diharapkan maka

partisipasi masyarakat sangat diharapkan.Partisipasi ini dapat dinyatakan dengan

jalan menyekolahkan anaknya di SMPT, menyediakan tempat bagi kegiatan-kegiatan

belajar di SMPT, mengawasi siswa untuk belajar mandiri atau kelompok, dan

menyediakan peralatan untuk praktek.

Penyelenggaraan SMPT hendaknya dirasakan sebagai tugas bersama antara orang

tua, pemerintah dan masyarakat.Sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan SMPT

diperoleh dari biaya rutin pembangunan, sumbangan pembinaan pendidikan

masyarakat dan pemerintah daerah.

d) SMA Terbuka

Perintisan SMU Terbuka dilakukan dengan tujuan memberikan kesempatan belajar

bagi lulusan SLTP/MTs yang karena berbagai kendala sosial ekonomi, geografis,

waktu, dan lainnya maka tidak/belum dapat mengikuti pendidikan pada tingkat

SLTA. Pada tahun 2001 dilakukan pemantapan perintisan SMU Terbuka dengan

melibatkan unsur pemerintah dearah dan unsur dinas pendidikan kabupaten/kota.

Perintisan SMU Terbuka dilandasi oleh kerangka konseptual yang cukup matang baik

dari segi teori, filsafat, pola pembelajaran, pola kelembagaan, maupun sistem jaminan

kualitasnya (quality assuranrea).

40

1) Teori dan Konsep Model Pendidikan SMU Terbuka

Teori yang melandasi sistem SMU Terbuka adalah teori belajar mandiri.

Dari konsep teori belajar mandiri diatas, belajar mandiri mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

- Kegiatan belajar siswa tidak harus dilakukan dalam ruang kelas formal

dengan tatap muka langsung dengan guru mata pelajaran.

- Secara periodik siswa berkonsultasi dengan staf sekolah (kepala sekolah,

wakil kepala sekolah, guru) untuk memecahkan kesulitan dan masalah

belajar.

- Secara teratur siswa belajar dan menyelesaikan tugas-tugas individualnya.

SMU Terbuka adalah subsistem pendidikan pada jenjang pendidikan

menengah yang mengutamakan kegiatan belajar mandiri para peserta

didiknya dengan bimbingan terbatas dari orang lain.

Sekolah Induk SMU Terbuka diberi perluasan atau tambahan peran, yaitu berupa

layanan pendidikan dengan sistem belajar jarak jauh yang diperuntukkan bagi

peserta didik yang memiliki kendala tertentu. (Pustekkom, 2005).

Dari informasi tersebut di atas dapatlah dirumuskan bahwa model/sistem

pendidikan SMU Terbuka adalah model/sistem pendidikan SMU yang sebagian

besar kegiatan pembelajaran-nya dilaksanakan secara mandiri dengan

menggunakan bahan-bahan belajar yang dapat dipelajari peserta didik secara

mandiri tanpa atau dengan seminimal mungkin bantuan orang lain. Karena itulah,

para peserta didik SMU Terbuka setiap harinya belajar mandiri di Tempat

Kegiatan Belajar (TKB) di bawah supervisi Guru Pamong, baik secara individual

maupun dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Guru Pamong tidak bertugas

mengajar karena memang mereka bukanlah orang yang berkualifikasi mengajar di

SMU.

Konsepsi dasar yang melandasi pengertian/batasan SMU Terbuka sebagaimana

yang telah dikemukakan di atas adalah bahwa:

Belajar pada prinsipnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi seseorang dengan sumber-sumber belajar, baik yang dirancang

41

secara khusus maupun melalui pemanfaatan sumber-sumber belajar yang

tersedia;

Kegiatan belajar dapat terjadi di mana dan kapan saja, serta tidak

sepenuhnya hanya tergantung pada guru dan gedung sekolah;

Kegiatan belajar-mengajar akan mencapai tujuannya apabila berpusat pada

peserta didik dan melibatkan peserta didik secara aktif;

Penggunaan media pembelajaran yang dirancang secara benar dan tepat

akan dapat memberi hasil belajar yang maksimal sesuai dengan

karakteristik media itu sendiri; dan

Peserta didik pada prinsipnya mempunyai kemungkinan yang sama untuk

berhasil dalam belajarnya apabila diberikan kesempatan dan perlakuan

yang sesuai dengan karakteristiknya (Pustekkom-Depdiknas, 1999).

2) Karakteristik Model/Sistem Pendidikan SMU Terbuka

Karakteristik pelajaran meliputi tujuan yang dicapai dalam pelajaran dan

hambatan untuk mencapainya, karakteristik siswa antara lain pola kehidupan

sehari-hari, keadaan sosial ekonomi, latar belakang pengetahuan, keterampilan,

sikap, dan sebagainya. Pengorganisasian bahan pelajaran antara lain bagaimana

merancang bahan pelajaran untuk keperluan belajar mandiri, mendistribusikan

kesiswa sehingga sampai tepat waktu.

Mengingat model/sistem pendidikan SMU Terbuka adalah bagian (subsistem)

dari pendidikan SMU reguler, maka peserta didik SMU Terbuka adalah juga

peserta didik dari SMU reguler yang ditunjuk sebagai Sekolah Induk SMU

Terbuka. SMU Terbuka merupakan pola pendidikan yang menerapkan sistem

belajar jarak jauh pada jenjang pendidikan menengah yang kegiatan

pembelajarannya dilaksanakan secara fleksibel melalui penerapan prinsip-prinsip

belajar mandiri. Pada hakekatnya, SMU Terbuka sama dan sederajat dengan SMU

reguler/konvensional. Perbedaannya hanya terletak pada aspek pembelajarannya

di mana para peserta didik SMU Terbuka belajar secara mandiri tanpa atau

dengan seminimal mungkin bantuan orang lain, baik secara perseorangan maupun

dalam kelompok kecil. (Pustekkom-Depdiknas, 2000).

42

Berdasarkan konsep tentang SMU Terbuka sebagaimana yang dikemukakan pada

dokumen Pustekkom (Pustekkom-Depdiknas, 2000), maka karakteristik

pendidikan SMU Terbuka dapat dilihat dari aspek tujuan, peserta didik, bahan dan

pola pembelajar, kelembagaan, Organisasi dan Mekanisme, evaluasi dan

sertifikasinya.

3) Tujuan Penyelenggaraan SMU Terbuka

Sebagai subsistem dari pendidikan SMU reguler, tujuan penyelenggaraan SMU

Terbuka adalah sama dengan tujuan pendidikan menengah sebagaimana yang

dirumuskan di dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

0489/U/1992 yaitu: (a) meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk

mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan kesenian; dan (b) meningkatkan kemampuan (keterampilan hidup)

peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal

balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar.

4) Peserta didik

Peserta didik SMU Terbuka adalah lulusan SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs)

atau yang sederajat maupun peserta didik putus sekolah pada jenjang pendidikan

menengah dengan rentangan usia antara 15-18 tahun. Dengan demikian, tidak ada

perbedaan mengenai peserta didik yang diterima di SMU Terbuka dengan peserta

didik yang diterima di SMU reguler/ konvensional dan memperoleh ijazah yang

sama dengan siswa SMU. Perbedaan barulah tampak sewaktu para peserta didik

belajar di SMU Terbuka, di mana sebagian besar kegiatan belajar mereka

dilakukan secara mandiri, baik di TKB, di rumah atau di tempat lainnya.

5) Bahan dan pola Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

SMU Terbuka adalah pola pendidikan terbuka pada jenjang pendidikan menengah

yang sistem pembelajarannya bersifat fleksibel dengan menerapkan prinsif-prinsif

belajar mandiri melalui pemanfaatan sumber belajar yang tersedia secara optimal.

Bahan belajar utama yang digunakan para peserta didik SMU Terbuka berbeda

dengan yang digunakan di SMU reguler sekalipun acuan yang digunakan untuk

pengembangan bahan belajarnya adalah sama, yaitu kurikulum SMU yang

43

berlaku. Bahan belajar yang digunakan para peserta didik SMU Terbuka adalah

bahan belajar mandiri cetak yang disebut modul (bahan belajar utama) dan bahan

belajar dalam bentuk media lainnya (penunjang). Sekalipun demikian, tidaklah

berarti bahwa peserta didik SMU Terbuka tidak boleh mempelajari bahan belajar

yang digunakan oleh rekannya di SMU reguler atau sebaliknya.

Bahan belajar yang digunakan peserta didik SMU Terbuka memang dirancang

secara khusus agar dapat dipelajari secara mandiri, baik secara individual maupun

dalam kelompok-kelompok kecil oleh para peserta didik. Dikatakan secara khusus

karena dengan mempelajari modul, para peserta didik dikondisikan seolah-olah

berinteraksi dengan guru. Bahasa yang digunakan di dalam modul adalah bahasa

yang komunikatif, mudah dipahami, dan memungkinkan para peserta didik untuk

mengevaluasi diri sendiri, baik melalui umpan balik segera (immediate feedbacks)

maupun kunci jawaban soal-soal latihan/tugas yang tersedia di dalam modul dan

akan ditunjang oleh media noncetak yang terdiri dari program audio, video/vcd,

dan media lainnya. Jadi kualitas bahan belajar perlu mendapat perhatian untuk

dapat meningkatkan mutu pembelajaran di SMU Terbuka. Oleh karena itu,

pengembangan bahan belajar dilakukan secara sistematis sehingga dihasilka

bahan belajar yang berkualitas, baik dari segi isi materi, penyajian, maupun

tampilan. Dengan demikian bahan belajar tersebut menarik dan mudah untuk

dipelajari.

Peserta didik SMU Terbuka tidak dituntut untuk datang setiap hari ke SMU reguler

yang ditentukan tetapi mereka hanya datang belajar setiap sore (pukul 14.00 sd.

17.00) selama 5 hari setiap minggunya di TKB di bawah supervisi Guru Pamong.

TKB merupakan suatu tempat yang memungkinkan digunakan peserta didik secara

teratur untuk belajar. Tempat yang dijadikan sebagai TKB adalah sebuah tempat

yang dapat mengakomodasikan satu rombongan belajar yang jumlahnya berkisar

antara 5-20 orang peserta didik. TKB dapat berupa gedung SD, gedung SMP, Balai

Desa, pondok pesantren atau tempat pertemuan lainnya yang ada dan yang relatif

terjangkau oleh semua peserta didik yang tergabung ke dalam satu rombongan

belajar.

44

Kegiatan belajar tutorial tatap muka biasanya dilaksanakan pada hari Sabtu atau hari

libur di Sekolah Induk. Pada umumnya, untuk setiap mata pelajaran, minimal

mendapat alokasi tutorial selama 2 x 45 menit per bulan. Sedangkan untuk mata

pelajaran yang sukar seperti bahasa Inggris, matematika, fisika, dan mata pelajaran

yang penting seperti bahasa Indonesia, dalam sebulan minimal mendapat alokasi

waktu tutorial 3 x 45 menit per bulan. Namun apabila SMU Terbuka tertentu

menganut pola tutorial dua hari dalam seminggu, maka jumlah alokasi waktu tutorial

untuk mata pelajaran yang sulit/penting minimal 4 x 45 menit dalam sebulan

(Departemen Pendidikan Nasional, 2004).

Untuk mengikuti kegiatan belajar tutorial tatap muka ini, para peserta didiklah yang

datang ke Sekolah Induk. Dengan kehadiran peserta didik di Sekolah Induk, maka

berbagai fasilitas yang tersedia/dimiliki oleh Sekolah Induk dapat dimanfaatkan oleh

para peserta didik SMU Terbuka sewaktu mereka datang ke Sekolah Induk. Dalam

kegiatan tutorial tatap muka, Guru Bina dapat memanfaatkan modul, buku-buku lain

yang relevan, media audio, media video, laboratorium, perpustakaan, dan lingkungan

sekitar yang ada di Sekolah Induk (Departemen Pendidikan Nasional, 2004).

Apabila berdasarkan berbagai pertimbangan, kegiatan tutorial tatap muka dapat saja

dilaksanakan di luar Sekolah Induk, misalnya di salah satu gedung Sekolah Dasar

yang terdekat dengan tempat tinggal mayoritas peserta didik. Apabila keadaannya

demikian ini, maka Guru Binalah yang datang menjumpai peserta didik untuk

menyelenggarakan kegiatan belajar tutorial tatap muka. Evaluasi belajar yang

dilakukan mencakup Tes Mandiri, Tes Akhir Modul, Ulangan Harian (Tes Akhir

Unit), Ulangan Umum(Ulangan Akhir Semester), dan Ujian Akhir Nasional(UAN).

Mengenai pelaksanaan Ulangan umu dan Ujuan Akhir megacu pada peraturan yang

berlaku pada SMU Reguler.

6) Kelembagaan, Organisasi dan Mekanisme Pengelolaan

SMU Terbuka lebih tepat bila dikategorikan sebagai suatu sistem belajar jarak

jauh, bukannya pendidikan jarak jauh, karena proses pembelajaran utama

berlangsung dengan adanya jarak dalam artian ruang dan waktu antara guru dan

siswa, dan juga karena pembelajaran di SMU Terbuka lebih ditekankan pada

penguasaan ranah kognitif dan psikomotor. Siswa lebih banyak belajar mandiri

45

dengan memanfaatkan bahan belajar yang ada. Lembaga SMU Terbuka bukan

merupakan unit pelaksana teknis (UPT) tersendiri. SMU Terbuka merupakan anak

yang berinduk pada SMU Reguler terdekat, dan para pendidiknya pun ada didekat

siswa setiap diperlukan. Jadi yang berjarak adalah pengadaan bahan belajar

utama. Oleh karena itu sebutan pendidikan mandiri atau pendidikan bermedia

lebih sepadan untuk mendeskripsikan SMU Terbuka.

Secara konseptual kelembagaan SMU Terbuka dapat ditinjau didasarkan pada

kelembagaan sistem pendidikan secara umum. Kelembagaan sistem pendidikan

dapat dibedakan dalam tiga dimensi yaitu :

- Tingkat keresmian atau sifat wajib yang melekat pada lembaga

- Bentuk kewenagan atau kendali yang dilakukan oleh mereka yang terlibat

dalam kegiatan lembaga

- Macam-macam sumber yang di gunakan untuk keperluan belajar mengajar

Srtuktur organisasi penyelenggaraan SMU Terbuka terdiri dari :

Pengarah (Ditjen / Setjen)

Penanggung Jawab Program (Dir Dikmenum / Ka Pustekkom)

Penanggung Jawab Teknis (Pusat)

Pembina (Sekda / Kadis Pendidikan)

Tim Teknis (Kasubdin)

Pelaksana Teknis (Kasubdin SMU kab/kota)

Sekolah (Kabupaten/Kota)

Mekanisme pengelolaan SMU Terbuka agak berbeda dengan SLTP Terbuka. Pada

SLTP Terbuka pengelolaan sebagian besar dilakukan oleh pusat, sedangkan pada

SMU Terbuka pengelolaan dilakukan dengan melibatkan daerah secara optimal,

baik dari segi pendanaan maupun pengelolaan. Pusat hanya mempersiapkan

pedoman-pedoman penyelenggaraan dan mempersiapkan bahan belajar selama

masa perintisan. Selanjutnya pelaksanaan SMU Terbuka diserahkan kepada

daerah (khususnya daerah Kabupaten/Kota).

7) Evaluasi dan Sertifikasi

Evaluasi yang dilaksanakan di SMU reguler diberlakukan juga di SMU Terbuka.

Jika peserta didik SMU reguler mengikuti UAS, maka UAS juga dilaksanakan

46

bagi peserta didik SMU Terbuka. Demikian juga dengan UAN, para peserta didik

SMU Terbuka tidak terkecuali, mereka mengikuti UAN. Evaluasi hasil belajar

yang dilaksanakan di SMU Terbuka yang setara dengan yang dilaksanakan di

SMU reguler adalah sebagai berikut:

- Tes Akhir Modul (TAM) setara dengan tes formatif atau ulangan harian

pada SMU reguler.

- Tes Akhir Unit setara dengan tes tengah semester (mid semester test) pada

SMU reguler.

- Tes Akhir Semester, yang dilaksanakan pada setiap akhir semester adalah

sama dengan ulangan umum pada SMU reguler. Tujuannya adalah untuk

mengukur tingkat keberhasilan peserta didik setelah mempelajari sejumlah

modul selama satu semester.

- Ujian akhir merupakan ujian yang diselenggarakan untuk peserta didik

SMU Terbuka Kelas III pada akhir tahun ajaran yang pelaksanaannya

mengikuti ketentuan yang berlaku di SMU Penyelenggara. Sertifikasi yang

diterima oleh para peserta didik SMU reguler yang telah berhasil

menyelesaikan pendidikannya di SMU adalah sama dengan yang diberikan

kepada peserta didik SMU Terbuka.

Penyelenggaraan Model/Sistem Pendidikan SMU Terbuka

Ada 2 alasan utama di samping alasan yang bersifat angka-angka yang menjadi

dasar pertimbangan dilakukannya perintisan model/sistem pendidikan SMU

Terbuka, yaitu dari sisi:

- Calon peserta didik SMU Terbuka dengan berbagai permasalahannya, dan

- Fleksibilitas penyelenggaraan model/sistem pendidikan SMU Terbuka.

8) Calon Peserta Didik SMUTerbuka (Anak Usia Sekolah Menengah)

Pada umumnya, SMU reguler berada di ibukota provinsi dan ibukota

kabupaten/kota serta di beberapa ibukota kecamatan. Sedangkan Sekolah

Menengah tingkat Pertama (SMP) reguler tidak hanya berada di daerah perkotaan

tetapi juga sudah sampai ke tingkat kecamatan. Untuk mengakomodasikan jumlah

lulusan SMP/MTs atau yang sederajat yang jumlahnya terus meningkat di

47

samping jumlah peserta didik SMU yang putus sekolah, diperlukan satu

model/sistem pendidikan SMU yang inovatif dan fleksibel ke SMU menuntut

biaya tinggi .Salah satu karakteristik model/sistem pendidikan SMU Terbuka

adalah bahwa para peserta didik pada umumnya berusia antara 15-18 tahun yang

sebagian besar kegiatan belajarnya dilaksanakan dalam bentuk belajar mandiri di

TKB maupun di tempat lainnya dengan menggunakan bahan belajar yang berupa

modul dan media lainnya.

Tempat yang dijadikan sebagai TKB dipilih yang paling strategis dalam arti

relatif dekat atau dapat dengan mudah diakses oleh para peserta didik. Dengan

demikian, biaya yang dikeluarkan peserta didik untuk datang ke TKB menjadi

relatif lebih kecil dibandingkan apabila peserta didik harus datang belajar setiap

hari ke SMU. reguler Peserta didik juga tidak perlu harus “indekos” di ibukota

Kabupaten/kota agar dapat melanjutkan pendidikannya ke SMU tetapi peserta

didik hanya dituntut sekali atau dua kali seminggu datang ke salah satu SMU

reguler yang telah ditunjuk sebagai Sekolah Induk SMU Terbuka.

9) Fleksibilitas model pendidikan SMU Terbuka

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa peserta didik SMU Terbuka tidak perlu

setiap hari harus datang ke SMU reguler yang lokasinya relatif jauh tetapi mereka

cukup datang ke Tempat Kegiatan Belajar (TKB) yang lokasinya dekat dengan

tempat tinggal mereka. SMU Terbuka dikatakan fleksibel karena dapat dibuka

atau ditutup sesuai dengan perkembangan tuntutan kebutuhan masyarakat akan

pendidikan SMU.

Secara singkat dapatlah dikatakan bahwa SMU Terbuka dapat dibuka di suatu

daerah apabila dinilai bahwa di daerah tersebut masih banyak jumlah lulusan

SMP/MTs yang tidak melanjutkan pendidikannya ke SMU dan demikian juga

dengan jumlah peserta didik putus sekolah di Sekolah Menengah. Apabila

kemudian, karena satu dan lain hal, jumlah lulusan SMP/MTs sudah

terakomodasikan melalui SMU/MA yang ada, maka SMU Terbuka dapat ditutup

tanpa harus menghadapi banyak benturan, baik yang sifatnya berupa perangkat

peraturan perundang-undangan maupun yang sifatnya berkaitan dengan

pemutusan hubungan kerja.

48

Salah satu prinsip SMU Terbuka adalah mengoptimalkan pendayagunaan

berbagai sumber daya yang ada di masyarakat termasuk tenaga gurunya. Guru

mata pelajaran (Guru Bina) yang terdapat di SMU reguler yang dijadikan sebagai

Sekolah Induk SMU Terbuka dioptimalkan untuk membantu penyelenggaraan

SMU Terbuka dengan hanya memberikan honorarium tambahan. Demikian juga

halnya dengan Guru Pamong dan tenaga penunjang lainnya ditempuh dengan cara

mengoptimalkan tenaga yang tersedia di masyarakat. Melalui prinsip yang

demikian ini, maka biaya pengelolaan SMU Terbuka dapat diminimalisasi.

Sarana/prasarana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

di SMU Terbuka juga tidak diadakan atau dibangun tersendiri tetapi cukup

dengan meng-optimalkan pendayagunaan berbagai sarana/prasarana yang tersedia

di masyarakat, seperti: gedung SD atau SMP, Balai Desa, atau bangunan lainnya

yang tidak digunakan pada sore hari. Sedangkan sarana/pasarana yang berupa

gedung SMU yang ditunjuk sebagai Sekolah Induk SMU Terbuka dan berbagai

fasilitas yang dimilikinya dapat dioptimalkan juga pemanfataannya oleh para

peserta didik SMU Terbuka minimal sewaktu mengikuti kegiatan tutorial tatap

muka.

e) Universitas Terbuka

1) Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan daya tampung perguruan tinggi maka pemerintah

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) mendirikan Universitas Terbuka

(UT).Lembaga ini didirikan berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 41 tanggal 11

Juni 1984.Lalu berdasarkan PP No. 5 Tahun 1980, dijabarkan pula struktur

organisasi UT yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No. 0389/0/1984 tanggal 27 Agustus 1984 setelah mendapat

persetujuan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dalam suratnya No.B-

648/I/MENPAN/8/84 tanggal 25 Agustus 1984.

2) Fakultas, Jenjang dan Program Studi

UT memiliki empat fakultas, yaitu :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Fakultas Ekonomi

49

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Pada tahun ajaran 1985/1986 UT memberikan kesempatan lebih banyak kepada

guru-guru yang telah bekerja di sekolah untuk meningkatkan kemampuan

professional maupun kualitas formalnya.

Universitas Terbuka menyelenggarakan tiga jenis program pendidikan dengan

system belajar jarak jauh, yaitu program sarjana (S1), program diploma (D1, D2,

D3) dan program Akta V.

Program S1 adalah program pendidikan sarjana yang meliputi berbagai disiplin

ilmu pengetahuan, terbuka untuk umum.Program Diploma dan Akta IV adalah

program peningkatan mutu tenaga kependidikan, terutama diperuntukkan bagi

guru di sekolah menengah dan tenaga pengajar di perguruan tinggi.Jenjang

program kependidikan yang akan diselenggarakan pada tahun 1985/1986 adalah

Diploma 3 dengan memasukkan guru SMPT berijazah setara dengan Diploma 2

atau sarjana muda, sedangkan program Diploma 1 akan dikelola bersama dengan

Program Pendidikan Guru Sekolah Menengah Tingkat Pertama (PGSMTP) dari

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, kedua program pendidikan

tersebut dirintis sejak tahun 1980.Sedangkan Program Akta V diperuntukkan bagi

sarjana non-kependidikan.

Mirip dengan perguruan tinggi lain, penyelesaian program studi di UT, adalah

berdasarkan pada jumlah angka Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus

ditempuh oleh mahasiswa.Dalam penyelesaian Program Sarjana dipersyaratkan

144–160 SKS, Program D1 40–50 SKS, D2 80-90, D3 110-120 SKS, dan

Program Akta V 20 SKS setelah menyelesaikan 160 SKS.

3) Sistem Belajar

UT menyediakan pelayanan pendidikan dengan Sistem Belajar Jarak Jauh

(SBJJ).Kegiatan belajar mengajar di UT meliputi kegiatan belajar mengajar

mandiri (kegiatan belajar utama mahasiswa), kegiatan belajar kelompok antar

mahasiswa (merupakan kegiatan belajar tambahan), dan kegiatan belajar tatap

muka antara mahasiswa dan tutor.

50

Secara terinci system belajar di Universitas Terbuka tersebut meliputi kegiatan-

kegiatan belajar sebagai berikut :

- Mempelajari bahan tertulis (modul dan bahan tercetak lainnya) yang telah

deprogram.

- Interaksi tatap muka, dengan tutor baik langsung maupun tidak langsung

melalui media komunikasi.

- Interaksi antar individu dalam kelompok belajar.

- Mendengarkan dan menyaksikan program audio visual (kaset radio, dll).

- Praktikum dan kerja lapangan.

- Mengerjakan ujian unit.

- Mengerjakan ujian akhir semester.

4) Susunan Organisasi dan Pengelolaan

Susunan organisasi UT ditetapkan dengan Kepres No. 41 Tahun 1984, pada

dasarnya tidak berbeda dengan susunan organisasi universitas dan institute

biasa.Pucuk pimpinan UT adalah Rektor yang dibantu oleh tida Pembantu Rektor

(purek), yaitu Purek I Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Purek II Bidang

Administrasi Umum, dan Purek III Bidang Kemahasiswaan.Unsur pimpinan

tersebut membawahi unsur-unsur berikut ini :

- Unsur Pembantu Pimpinan

Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan

Biro Administrasi Umum

- Unsur Pelaksanaan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Fakultas Ekonomi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

- Unsur-unsur penunjang yang terdiri dari tiga Unit Pelaksana Teknis

(UPT), yaitu :

Pusat Produksi Media Pendidikan, Informasi, dan Pengolahan Data

Pusat Pengolahan Pengujian

51

Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) yang dibina oleh Rektor

Universitas/Institut Negeri setempat, kecuali UPBJJ Dili dan

Bogor yang dibina oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen

Pembelajaran dan K.

Selain unit-unit struktural itu terdapat pula unit-unit nonstruktural sebagai unsur

kelengkapan universitas, yaitu senat universitas dan dewan penyantun.

Karena UT menggunakan system belajar jarak jauh UT tidak memiliki kampus

sebagaimana lazimnya suatu perguruan tinggi biasa.Walaupun demikian, UT

mempunyai :

- Kantor Pusat di Jakarta

- 32 kantor UPBJJ di daerah-daerah

- Sejumlah sanggar belajar yang tersebar di seluruh Indonesia

UPBJJ yang berkedudukan di daerah-daerah terutama bertugas untuk mengelola

proses belajar mengajar di daerahnya yang meliputi :

- Pengadaan, pengkoordinasian, dan pengembangan tutorial

- Pelayanan terhadap mahasiswa

- Penyelenggaraan ujian unit dan ujian akhir semester

- Membantu kantor pusat UT dalam menyelenggarakan administrasi umum.

Dalam melaksanakan tugas, UT membutuhkan bantuan sarana dan fasilitas dari

perguruan tinggi di wilayah UPBJJ yang bersangkutan. Sumber dana UT

diperoleh dari Pemerintah melalui APBN, dari mahasiswa melalui Sumbangan

Pembinaan Pendidikan (SPP), dan dari pendapatan lainnya.

f) Pembaruan Sistem Pendidikan Kependidikan

Tujuan dan sasaran pembaruan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan diarahkan

untuk menunjag pembangunan bangsa pada khususnya dan peningkatan kualitas

hidup manusia pada umumnya. Sedangkan, sasaran-sasaran pendidikan tenaga

kependidikan adalah sebagai berikut:

1) Pengadaan tenaga kerja kependidikan dalam jumlah dan kualifikasi yang tepat.

2) Pengembangan dan pembaruan Ilmu Kependidikan

3) Perencanaan dan pembangunan terpadu.

52

D. Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah

1. Pengertian pendidikan luar sekolah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, Pendidikan luar sekolah (bahasa Inggris: Out of

school education) adalah pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga

belajar agar mempunyai jenis keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman

yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan).

Selain itu ada definisi lain dari pendidikan luar sekolah yaitu :

a. Komunikasi Pembaruan Nasional Pendidikan

Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi

yang teratur dan terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi,

pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan

kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-

nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif

dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan

negaranya.

b. PHILLIPS H. COMBS, mengungkapkan bahwa pendidikan luar sekolah adalah

setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem

formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas,

yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam

rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.

2. Dasar pendidikan luar sekolah (PLS)

a. Sejarah terbentuknya pendidikan luar sekolah (PLS)

Alasan terselenggaranya PLS dari segi kesejarahan, tidak bisa lepas dari lima

aspek yaitu:

- Aspek pelestarian budaya

Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang terjadi dan

berlangsung di lingkungan keluarga dimana (melalui berbagai perintah,

tindakan dan perkataan) ayah dan ibunya bertindak sebagai pendidik.

Dengan demikian pendidikan luar sekolah pada permulaan kehadirannya

sangat dipengaruhi oleh pendidikan atau kegiatan yang berlangsung di

dalam keluarga. Di dalam keluarga terjadi interaksi antara orang tua

53

dengan anak, atau antar anak dengan anak. Pola-pola transmisi

pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan kebiasaan melalui asuhan,

suruhan, larangan dan pembimbingan. Pada dasarnya semua bentuk

kegiatan ini menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik. Semua

bentuk kegiatan yang berlangsung di lingkungan keluarga dilakukan untuk

melestarikan dan mewariskan kebudayaan secara turun temurun. Tujuan

kegiatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan praktis di masyarakat dan

untuk meneruskan warisan budaya yang meliputi kemampuan, cara kerja

dan Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat dari satu generasi kepada

generasi berikutnya. Jadi dalam keluarga pun sebenarnya telah terjadi

proses-proses pendidikan, walaupun sistem yang berlaku berbeda dengan

sistem pendidikan sekolah. Kegiatan belajar-membelajarkan yang asli

inilah yang termasuk ke dalam kategori pendidikan tradisional yang

kemudian menjadi pendidikan luar sekolah.

- Aspek teoritis

Salah satu dasar pijakan teoritis keberadaan PLS adalah teori yang

diketengahkan Philip H. Cooms (1973:10), tidak satupun lembaga

pendidikan: formal, informal maupun nonformal yang mampu secara

sendiri-sendiri memenuhi semua kebutuhan belajar minimum yang

esensial. Atas dasar teori di atas dapat dikemukakan bahwa, keberadaan

pendidikan tidak hanya penting bagi segelintir masyarakat tapi mutlak

diperlukan keberadaannya bagi masyarakat lemah (yang tidak mampu

memasukan anak-anaknya ke lembaga pendidikan sekolah) dalam upaya

pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan kualitas hasil belajar dan

mencapai tujuan pembelajaran yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Uraian di atas cukup untuk dijadikan gambaran bahwa PLS merupakan

lembaga pendidikan yang berorientasi kepada bagaimana menempatkan

kedudukan, harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang memiliki

kemauan, harapan, cita-cita dan akal pikiran.

54

- Dasar pijakan

Ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi dan

berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu: UUD 1945, Undang-

Undang RI Nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintah RI No.73

tahun1991 tentang pendidikan luar sekolah. Melalui ketiga dasar di atas

dapat dikemukakan bahwa, PLS adalah kumpulan individu yang

menghimpun dari dalam kelompok dan memiliki ikatan satu sama lain

untuk mengikuti program pendidikan yang diselenggarkan di luar sekolah

dalam rangka mencapai tujuan belajar. Adapun bentuk-bentuk satuan

PLS., sebagaimana diundangkan di dalam UUSPN tahun 1989 pasal 9:3

meliputi: pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus dan satuan

pendidikan sejenis. Satuan PLS sejenis dapat dibentuk kelompok bermain,

penitipan anak, padepokan persilatan dan pondok pesantren tradisional.

- Aspek kebutuhan terhadap pendidikan

Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tidak hanya pada masyarakat

daerah perkotaan, melainkan masyarakat daerah pedesaan juga semakin

meluas. Kesadaran ini timbul terutama karena perkembangan ekonomi,

kemajuan iptek dan perkembangan politik. Kesadaran juga tumbuh pada

seseorang yang merasa tertekan akibat kebodohan, keterbelakangan atau

kekalahan dari kompetisi pergaulan dunia yang menghendaki suatu

keterampilan dan keahlian tertentu. Atas dasar kesadaran dan kebutuhan

inilah sehingga terwujudlah bentuk-bentuk kegiatan kependidikan baik

yang bersifat persekolahan ataupun di luar persekolahan.

- Keterbatasan lembaga pendidikan sekolah

Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya semakin banyak bersifat

formal atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta kurikulum

yang baku dan kaku serta berbagai keterbatasan lainnya. Sehingga tidak

semua lembaga pendidikan sekolah yang ada di daerah terpencilpun yang

55

mampu memenuhi semua harapan masyarakat setempat, apalagi

memenuhi semua harapan masyarakat daerah lain. Akibat dari kekurangan

atau keterbatasan itulah yang memungkinkan suatu kegiatan kependidikan

yang bersifat informal atau nonformal diselenggarakan, sehingga melalui

kedua bentuk pendidikan itu kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

3. Sistem pendidikan luar sekolah (PLS)

PLS adalah sub sistem pendidikan nasional, yaitu suatu sistem yang memiliki tujuan

jangka pendek dan tujuan khusus yakni memenuhi kebutuhan belajar tertentu yang

fungsional bagi masa sekarang dan masa depan. Komponen atau sub sistem yang ada

pada sistem PLS adalah masukan saran (instrumen input), masukan mentah (raw

input), masukan lingkungan (environmental input), proses (process), keluaran (out

put) dan masukan lain (other input) dan Pengaruh (impact).

a. Program pendidikan luar sekolah (PLS)

Jenis-jenis pendidikan yang ada pada PLS, menurut D. Sudjana (1996:44) di

antaranya adalah:

1) Pendidikan Massa (Mass education)

Pendidikan massa yaitu kesempatan pendidikan yang diberikan kepada

masyarakat luas dengan tujuan yaitu membantu masyarakat agar mereka

memiliki kecakapan dalam hal menulis, membaca dan berhitung serta

berpengetahuan umum yang diperlukan dalam upaya peningkatan taraf hidup

dan kehidupannya sebagai warga negara. Istilah Mass education menunjukan

pada aktifitas pendidikan di masyarakat yang sasarannya kepada individu-

individu yang mengalami keterlantaran pendidikan, yaitu individu yang tidak

berkesempatan memperoleh pendidikan melalui jalur sekolah, tetapi putus di

tengah jalan dan belum sempat terbebas dari kebuta-hurufan. Mass education

ini dapat dikatakan semacam program pemberantasan buta huruf atau

program keaksaraan, tentu saja tidak bertujuan supaya orang-orang didiknya

sekedar bisa baca-tulis, tetapi juga supaya memperoleh pengetahuan umum

yang relevan bagi keperluan hidupnya sehari-hari. Individu yang menjadi

sasarannya adalah pemuda-pemuda dan orang dewasa. Pelaksanaannya

melalui kursus-kursus.

56

2) Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education)

Pendidikan orang dewasa yaitu pendidikan yang disajikan untuk

membelajarkan orang dewasa. Dalam salah satu bukunya tentang PLS,

Sudjana (1996:45) menerangkan bahwa pendidikan orang dewasa adalah

pendidikan yang diperuntukan bagi orang-orang dewasa dalam lingkukangan

masyarakatnya, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan,

memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik dan profesi yang

telah dimilikinya, memperoleh cara-cara baru serta merubah sikap dan

perilakunya.

3) Pendidikan Perluasan (Extension Education)

Kegiatan yang diselenggarakan PLS adalah meliputi seluruh kegiatan

pendidikan baik yang dilaksanakan di luar sistem pendidikan sekolah yang

dilembagakan ataupun yang tidak dilembagakan.

4. Ciri-ciri pendidikan luar sekolah (PLS)

a. Beberapa bentuk pendidikan luar sekolah yang berbeda ditandai untuk mencapai

bermacam-macam tujuan.

b. Keterbatasan adalah suatu perlombaan antara beberapa PLS yang dipandang

sebagai pendidikan formal dari PLS sebagai pelengkap bentuk-bentuk pendidikan

formal.

c. Tanggung jawab penyelenggaraan lembaga pendidikan luar sekolah dibagi oleh

pengawasan umum/masyarakat, pengawasan pribadi atau kombinasi keduanya.

d. Beberapa lembaga pendidikan luar sekolah di disiplinkan secara ketat terhadap

waktu pengajaran, Teknologi modern, kelengkapan dan buku-buku bacaan.

e. Metode pengajaran juga bermacam-macam dari tatap muka atau guru dan

kelompok-kelompok belajar sampai penggunaan audio televisi, unit latihan

keliling, demonstrasi, kursus-kursus korespondensi, alat-alat bantu visual.

57

f. Penekanan pada penyebaran program teori dan praktek secara relative dari pada

PLS.

g. Tidak seperti pendidikan formal, tingkat sistem PLS terbatas yang diberikan

kredensial.

h. Guru-guru mungkin dilatih secara khusus untuk tugas tertentu atau hanya

mempunyai kualifikasi professional dimana tidak termasuk identitas guru.

i. Pencatatan tentang pemasukan murid, guru dan kredensial pimpinan, kesuksesan

latihan, membawa akibat peningkatan produksi ekonomi, peningkatan

kesejahteraan dan pendapatan peserta.

j. Pemantapan bentuk PLS mempunyai dampak pada produksi ekonomi dan

perubahan sosial dalam waktu singkat dari pada kasus pendidikan formal sekolah.

k. Sebagian besar program PLS dilaksanakan oleh remaja dan orang-orang dewasa

secara terbatas pada kehidupan dan pekerjaan.

l. Karena secara digunakan, PLS membuat lengkapnya pembangunan nasional.

Peranannya mencakup pengetahuan, keterampilan dan pengaruh pada nilai-nilai

program.

m. Diselengarakan dengan tidak berjenjang, tidak berkesinambungan dan

dilaksanakan dalam waktu singkat.

n. Karena sifatnya itu sehingga tujuan, metode pembelajaran dan materi yang

disampaikan selalu berbeda di masing-masing penyelenggara PLS.

5. Program-Program Pendidikan Luar Sekolah

a. KEAKSARAAN FUNGSIONAL

Pemberantasan buta huruf merupakan bagian integral pengentasan masyarakat dari

kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan dalarn kerangka

makro pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemberantasan buta

58

huruf menjadi sangat penting dan strategis, mengingat kondisi pendidikan penduduk

Indonesia masih rendah. Pada tahun 2001 jumlah penduduk sekitar 202 juta, penduduk

usia 10 tahun ke atas yang masih buta huruf masih ada sebanyak 18,9 juta orang dan

usia 10-44 tahun sebanyak 5,9 juta orang.

Direktorat Pendidikan Masyarakat telah mengembangkan program Keaksaraan

Fungsional dalam menangani masalah buta huruf ini. Keaksaraan fungsional adalah

pendekatan pembelajaran baca, tulis, dan hitung yang terintegrasi dengan keterampilan

usaha berdasarkan kebutuhan dan potensi wargabelajar.

Tujuan program ini adalah membelajarkan warga belajar agar mampu membaca,

menulis, berhitung, dan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sebagai dasar

untuk meningkatkan usaha dan taraf kehidupannya. Strategi yang telah dikembangkan

Direktorat Pendidikan Masyarakat antara lain:

- Pemberantasan buta huruf dilaksanakan di tingkat grass root yang merupakan

basis/kantungkantung masyarakat buta huruf yaitu tingkat RT/RW, desa /

kelurahan, pernukiman tertentu, tempat kerja/perusahaan.

- Mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur pendidikan yang ada di masyarakat,

seperti Madrasah, SD/SLTP Pondok Pesantren dan lain-lain.

- Memanfaatkan peran seluruh potensi SDM, seperti; guru, mahasiswa, pelajar,

tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemucla, tokoh perempuan /

ibu-ibu.

- Mengoptimalkan peran sekolah, perguruan tinggi, lembaga kursus, lembaga

pelatihan swasta, SKB, BPKB, PKBM, balai pendidikan dan pelatihan, pondok

pesantren, majelis ta’lim dan sebagainya.

- Menggerakkan peran organisasi sosial kemasyarakatan antara lain; PKK,

Dharma Wanita, LSM, Karang Taruna, organisasi mitra Dikmas (HIPKI,

HISPPI, Asosiasi Profesi), muslimat NU, pemuda Muhammadiyah, remaja

masjid, pramuka, organisasi kemahasiswaan, KADIN, APINDO dan sejenisnya.

- Program pemberantasan buta aksara dilaksanakan secara terintegrasi dengan

berbagai program penyuluhan, pembimbingan, pendampingan pada masyarakat

yang dilakukan berbagai sektor.

59

- Program pembelajaran dirancang kontekstual dengan pekerjaan, minat, mata

pencaharian, potensi sumber daya alam pertanian, peternakan, perikanan,

kelautan, kehutanan, usaha produk kerajinan, pertukangan dan jasa.

- Kegiatan pembelajaran bisa dilakukan di berbagai tempat di mana saja (sekolah,

madrasah, masjid, mushola, gereja, balai desa, balai warga, kantor, pabrik,

rumah, di tempat kerja, waktunya kapan saja disesuaikan dengan kesempatan

yang ada pada warga belajar.

- Melatih dan Menyediakan tenaga pengajar/tutor, bahan belajar seperti

buku-buku/modul-modul dan suplemen yang terkait dengan keterampilan untuk

dijadikan mata pencaharian yang dapat memberikan penghasilan.

- Sebagai bahan belajar program pemberantasan buta aksara telah disusun dan

diterbitkan modul-modul keaksaraan fungsional.

b. KESETARAAN PAKET A,B DAN C

Sejalan dengan kebijaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, warga

masyarakat diwajibkan menempuh pendidikan minimal lulus SLTP atau sederajat.

Ternyata, banyak warga masyarakat usia wajib belajar tidak dapat mengikuti

pendidikannya di sekolah. Banyak pula masyarakat karena hambatan sosial, ekonomi,

budaya dan geografis tidak dapat mengikuti pendidikan pada jalur pendidikan sekolah.

Untuk itulah, Program Paket A clan B memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk dapat menempuh pendidikannya yang setara dengan SD dan SLTP melalui jalur

pendidikan luar sekolah.

Sejalan dengan perkembangan program Paket A dan B kini telah berkembang program

Paket C setara SMU. Program Paket C dilaksanakan untuk memberikan kesempatan

kepada masyarakat yang karena berbagai hal tidak dapat melanjutkan pendidikan

setingkat SLTA pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum Paket A, B, dan C juga

dilengkapi dengan muatan keterampilan, sehingga diharapkan para. Lulusannya siap

kerja baik memasuki dunia usaha maupun usaha mandiri setelah menyelesaikan

program.

c. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KURSUS

Kursus merupakan salah satu pendidikan pada jalur pendidikan luar sekolah yang

diselenggarakan oleh masyarakat. Penyelenggaraannya yang sangat fleksibel dengan

60

kebutuhan masyarakat, perkernbangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan

dunia usaha/ industri, menjadikan peran kursus sangat strategis dalam dunia

pendidikan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Kursus merupakan salah satu satuan pendidikan luar sekolah yang memberikan

peningkatan berbagai jenis pengetahuan, keterampilan dan sikap mental bagi warga

belajar yang mernerlukan bekal dalarn mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah,

dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada tahun 2001 jumlah kursus tercatat sebanyak 22.510 buah, terdiri dari 139 jenis

keterampilan. Pelaksanaan pernbinaan dan pengembangan kursus dilaksanakan dengan

bekerja sama dengan organisasi mitra dan subkonsorsium yang terdiri dari unsur para

pakar, praktisi, tenaga pendidik, dan penyelenggara kursus.

d. Kelompok Belajar Usaha (KBU)

kelompok Belajar Usaha (KBU)adalah program pembelajaran yang memberikan

peluang kepada masyarakat melalui kelompok belajar untuk belajar, bekerja dan

berusaha, sebagai pelajaran pasca program KF dan kesetaraan Paket B dan C Tujuan

KBU adalah untuk memperluas kesempatan belajar usaha bagi masyarakat yang tidak

mampu, agar memiliki penghasilan yang tetap, sehingga dapat meningkatkan taraf

hidup keluarganya.

Pola pelaksanaan KBU dibedakan menjadi dua, yaitu pola bersama dan pola

sendiri-sendiri. Pola bersama yaitu warga belajar mengelola dana belajar usaha secara

bersama dalam kelompok, karena jenis usahanya sama. Pola sendiri-sendiri yaitu KBU

yang mengelola dana belajar usahanya dikelola atau diusahakan oleh masing-masing

warga belajar secara terpisah karena jenis usahanya berbeda-beda, tetapi tetap dalam

ikatan kelompok.

Program KBU ini dikatakan berhasil apabila warga belajar dapat mengembangkan dan

memasarkan hasil usahanya, memiliki penghasilan yang tetap, serta dapat memutarkan

atau mengembangkan dana belajar usahanya.

e. MAGANG DAN BEASISWA

Magang adalah bentuk belajar dan berlatih keterampilan pada dunia kerja yang lebih

menekankan pada praktek daripada teori. Sedangkan program beasiswa adalah

61

pemberian bantuan biaya kepada masyarakat untuk mengikuti magang, kursus, atau

satuan pendidikan keterampilan lainnya.

Program magang dan beasiswa dalam pendidikan masyarakat bertujuan untuk

memberikan keterampilan kejuruan bagi warga masyarakat yang berasal dari keluarga

kurang mampu, agar mereka memiliki bekal keterampilan untuk bekerja atau

menciptakan lapangan kerja sendiri.

f. PENDIDIKAN PEREMPUAN

Pendidikan Perempuan merupakan perwujudan peningkatan kedaulatan dan peranan

perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengembangan model

Pendidikan Keluarga berwawasan gender, meliputi:

- Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR)

- Pencegahan, Penanggulangan dan Perawatan Norkoba

- Pendidikan Pencegahan Penularan HIV/AIDS

- Advokasi dan sosialisasi Pendidikan Adil Gender

- Pengembangan model Pendidikan Alternatif bagi anak perempuan korban

kekerasan

g. PENDIDIKAN ANAK JALANAN

Mereka yang disebut “anak jalanan” adalah para penjaja dagangan, penyemir sepatu,

pedagang asongan, penjual koran, pengamen, peminta-minta, pengais sayur-sayuran di

pasar tradisional, dan sebagainya. Mereka sangat rentan terhadap kemungkinan

menjadi pengguna obat-obatan terlarang, terlibat tindakan atau korban kekerasan,

kriminal, pelecehan dan prostitusi, terkena gangguan kesehatan dari asap (polusi

udara) yang dikeluarkan kendaraan bermotor, gangguan ketertiban lalu lintas, dan

kadang-kadang bersikap antisosial. Mereka tidak lagi sempat memikirkan pentingnya

pendidikan, tetapi hanya memikirkan kebutuhan ekonomi untuk diri dan keluarganya.

Saat ini Direktorat Pendidikan Masyarakat turut berusaha bersama dengan instansi

terkait untuk menangani permasalahan tersebut melalui pendidikan yang mampu

membimbing dan mengembalikan hak-hak pendidikan anak jalanan sehingga dapat

belajar dan berkarya sebagaimana mestinya.

h. PENDIDIKAN BUAT ANAK BEKERJA

62

Direktorat Pendidikan Masyarakat sedang melaksanakan program pendidikan bagi

pekerja anak usia 7 - 15 tahun yang bekerja atau membantu orang tuanya bekerja.

Sebagai ujicoba program ini dilaksanakan Program Paket A dan Paket B di tiga

kabupaten, yaitu Kabupaten Kudus Propinsi Jawa Tengah di bidang industri genteng

dan Kota Jepara Propinsi Jawa Tengah di bidang nelayan. Tujuan program ini adalah

mengembangkan sistem pendidikan luar sekolah yang dirancang khusus untuk pekerja

anak (sesuai dengan kebutuhan dan minat warga belajar serta pekerjaannya).

i. TAMAN BACAAN MASYARAKAT

Budaya membaca perlu dikembangkan kepada semua lapisan masyarakat. Direktorat

Pendidikan Masyarakat telah mengembangkan Taman Bacaan Masyarakat (TBM)

bagi masyarakat pedesaan melalui penyediaan bahan bacaan yang berbentuk

buku-buku maupun modul dan bahan belajar non cetak.

Tujuan pendirian TBM ini adalah untuk meningkatkan dan melestarikan kemampuan

baca tulis masyarakat, menumbuhkan dan meningkatkan minat serta kegemaran

membaca agar tercipta budaya membaca warga masyarakat.

j. PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARKAT

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu tempat kegiatan

pembelajaran masyarakat yang diarahkan pada pemberdayaan potensi masyarakat

untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya.

Tujuan dibentuk PKBM adalah untuk mengintegrasikan berbagai kegiatan

pembelajaran masyarakat sehingga tercipta hubungan pendidikan, ekonomi, sosial, dan

budaya masyarakat serta memudahkan kontrol mutu hasil pembelajarannya. PKBM

dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat atau organisasi lainnya.

Pada tahun 2001 jumlah PKBM tercatat sebanyak 1.442 PKBM. Pada PKBM tersebut

diselenggarakan berbagai program pendidikan masyarakat atau pendidikan luar

sekolah.

Program KBU ini dikatakan berhasil apabila warga belajar; dapat mengembangkan

dan memasarkan hasil usahanya, memiliki penghasilan yang tetap, serta dapat

memutarkan atau mengembangkan dana belajar usahanya.

k. PROGRAM LIFE SKILLS

63

Kebijakan pernerintah dalam menanggulangi krisis ekonomi, telah diterapkan program

Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PPIDIPSE) yang bertujuan

untuk menanggulangi masalah-masalah sosial, terutama di bidang pangan, kesehatan,

dan pendidikan.

Pendidikan luar sekolah merupakan salah satu program di bidang pendidikan yang

memperoleh alokasi anggaran dari PPD-PSE. Hal ini didasarkan atas pertimbangan

bahwa sasaran utama pendidikan luar sekolah adalah warga masyarakat yang tidak

pernah sekolah, putus sekolah, penganggur atau dengan kata lain warga masyarakat

yang tergolong miskin serta warga masyarakat yang ingin belajar untuk menguasai

keterampilan tertentu sebagai bekal untuk bisa bekerja mencari nafkah atau usaha

mandiri. Pendekatan program adalah kecakapan hidup (life skills).

Keterampilan hidup adalah konsep yang dimaksudkan untuk memberikan bekal

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap

kepada seseorang untuk dapat bekerja dan usaha mandiri, membuka lapangan kerja

dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki, sehingga dapat

meningkatkan kualitas kesejahteraannya. Konsep keterampilan hidup memiliki

cakupan yang luas, berinteraksi antara pengetahuan dan keterampilan yang di yakini

sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri.Berdasarkan lingkupnya, program

keterampilan hidup mencakup; kecakapan kerja (occupational skills), kecakapan

pribadi dan sosial (personal/social skills), serta kecakapan dalam kehidupan sehari-hari

(daily living skills).

Dapat dijelaskan bahwa PLS dapat berfungsi pada jalur pendidikan sekolah dan juga

berfungsi dalam jalur dunia kerja, serta berfungsi dalam kehidupan. Berdasarkan hal

tersebut maka fungsi pendidikan luar sekolah antara lain :

1) Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai substitusi pendidikan sekolah.

2) Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai komplemen pendidikan sekolah.

3) Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai suplemen pendidikan sekolah.

4) Pendidikanl luar sekolah berfungsi sebagai jembatan memasuki dunia kerja.

5) Pendidikan luar sekolah sebagai wahana untuk bertahan hidup dan

mengembangkan kehidupan

64

6. Program-program Pendidikan Luar Sekolah

Setelah kita ketahui pengertian, karakteristik serta fungsi dari pendidikan luar sekolah,

maka untuk melengkapi pemahaman menyeluruh terutama bagaimana implementasinya

di lapangan  (di masyarakat), maka perlu ditunjukkan pula program-program pendidikan

0 luar sekolah tersebut.

Program-program PLS meliputi :

a) Pendidikan berkelanjutan (continuing education)

Jenis-jenis pendidikan berkelanjutan :

1. Program pasca keaksaraan

2. Program pendidikan kesetaraan

3. Program pendidikan peningkatan pendapatan

4. Program peningkatan mutu hidup

5. Program pengembangan minat individu

6. Program berorientasi masa depan.

b) Pendidikan orang dewasa (adult education)

Jenis pendidikan orang dewasa antara lain :

program keaksaraan (adult  literacy)

program pasca keaksaraan (pasca pendidikan dasar bagi orang dewasa)

pendidikan pembaharuan.

Pendidikan kader organisasi

Program-program Pendidikan Luar Sekolah yang diselenggarakan di masyarkat Meliputi:

o pendidikan keaksaraan (pemberantasan buta aksara).

o Pendidikan anak usia dini

o Pendidikan kesetaraan.

o Pendidikan pemberdayaan perempuan

o Pendidikan keterampilan hidup

o Pendidikan kepemudaan

o Pembinaan kelembagaan pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan

masyarakat (kursus-kursus).

7. Pembahasan Pendidikan Luar Sekolah dalam kerangka pendidikan sepanjang hayat.

65

Dewasa ini pendidikan semakin menempati raung lebih besar dari kehidupan manusia

dan peranannya semakin meningkat di antara kekuatan-kekuatan yang mengatur

masyarakat modern. Beberapa alasan yang melatari peranan pendidikan yang semakin

besar antara lain:

a. Pembagian kehidupan tradisional yang mmembagi kehidupan manusia menjadi

masa kanak-kanak, dan pemuda (digunakan untuk pendidikan) masa dewasa

(masa untuk bekerja), dan akhirnya masa pensiun, tidak relevan lagi dengan

dengan tuntutan kenyataan dan tuntutan masa depan.

b. Pendidikan juga berubah cepat. Waktu belajar sekarang ini adalah seluruh waktu

hidup manusia. Di dalam dunaia, dimana tingkat perubahan terjadi dengan pesat

dan globalisasi berlangsung dengan mengubah hubungan-hubungan perorangan

dalam ruang yang tanpa sekat dan waktu yang tidak terbatas, maka pendidikan

sepanjang hayat diperluakan oleh siapapun untuk tetap menguasai nasib sendiri,

bertahan hidup dan meningkatkan kehidupan.

Gagasan awal pendidikan sepanjang hayat yang menandaskan bahwa individu dalam

masyarakat dapat belajar dan semestinya terus belajar, dan secara berkesinambungan

berupaya mengikis kebodohan dan fatalisme, mengandung tujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup. Dalam pencapain tujuan tersebut muncul gagasan learning to be (belajar

menjadi seseorang) dan learning society (masyarakat belajar).

Learning to be menjadi tujuan dari belajar berfikir, belajar menjadi warga negara yang

produktif, belajar berbuat dan bertingkah laku sebagai warga negara yang baik.

The learning society adalah masyarakat yang di dalamnya terdapat lembaga-lembaga

pendidikan dan lembaga-lemba non pendidikan yang secara potensial dan nyata

memberikan pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang membutuhkan.

Pendidikan luar sekolah, sebagai salah satu jenis pendidikan, memiliki keterkaitan dengan

pendidikan sepanjang hayat, dimana keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk

bertahan hidup dan mempertahankan kehidupannya, serta untuk meningkatkan kualitas

hidup. Pendidikan luar sekolah memiliki fungsi dalam kaitan dengan pendidikan sekolah,

dan dalam kaitan dunia kerja serta dalam kaitan dengan kehidupan.Dalam kaitannya

dengan kegiatan pendidikan sekolah, fungsi pendidikan luar sekolah adalah sebagai

subtitusi, komplemen dan suplemen. Dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan

66

luar sekolah berfungsi sebagai kegiatan yang menjembatani seseorang masuk ke dunia

kerja. Dan dalam kaitannya dengan kehidupan, pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai

wahan untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan seseorang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan Luar sekolah dalam kerangka

pendidikan sepanjang hayat: Pada hakekatnya adalah melihat keterkatian dan hubungan

antara komponen fungsi-fungsi, karakteristik dan tujuan PLS dalam konstalasi

pendidikan sepanjang hayat. Artinya unsur-unsur tadi memiliki keterkaitan dan hubungan

yang erat dengan aspek dan komponen yang ada  dalam Pendidikan sepanjang hayat.

Bahwa pendidikan persekolahan punya beban yang begitu besar, dan dikhawatirkan tidak

bisa tertangani semua maka pendidikan secara umum diletakan dalam konteks Pendidikan

sepanjang hayat, melalui pengembangan program-program PLS, karena dengan keluasan

dan keragaman progsram-program pada PLS sangat dimungkinkan akan mengantarkan

individu kepada dimensi pendidikan sepanjang hayat.

8. Karakteristik pendidikan luar sekolah

a) Pendidikan Luar Sekolah sebagai Subtitute dari pendidikan sekolah. Artinya,

bahwa pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah yang

karena beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur

persekolahan (formal). Contohnya: Kejar Paket A, B dan C

b) Pendidikan Luar Sekolah sebagai Supplement pendidikan sekolah. Artinya, bahwa

pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan,

keterampilan yang kurang didapatkan dari pendidikan sekolah. Contohnya:

private, les, training

c) Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan sekolah. Artinya,

bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan dan

keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh di dalam pendidikan sekolah.

Contohnya: Kursus, try out, pelatihan dll

9. Kekuatan Tersendiri

a) Saat ini reformasi kurikulum pendidikan kesetaraan sedang diarahkan untuk

mewujudkan insan Indonesia yang cerdas komprehensif dan kompetitif bagi

semua peserta didik pendidikan kesetaraan yang selama ini cenderung

termajinalkan. Semua pihak perlu memperoleh kesempatan untuk dapat

67

mengembangkan kecerdasan spiritual, emosional dan sosial, intelektual, serta

kinestetik.

b) Dari fenomena yang ada, penulis curiga mereka menganggap bahwa ikut UN

Kejar Paket C akan otomatis lulus. Belum tentu. Semuanya tetap tergantung

kemampuan mereka. Materi ujian Kejar Paket C juga dibuat oleh Pusat Penilaian

Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan

Nasional RI, bukan dibuat oleh lembaga penyelenggara program tersebut di

daerah.

c) Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang lebih

induktif, konstruktif, serta belajar mandiri melalui penekanan pada pengenalan

permasalahan lingkungan serta pencarian solusi dengan pendekatan antarkeilmuan

yang tidak tersekat-sekat sehingga lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari.

d) Berkaitan dengan itu, sistem pembelajaran ( delivery system ) dirancang

sedemikian rupa agar memiliki kekuatan tersendiri, untuk mengembangkan

kecakapan komprehensif dan kompetitif yang berguna dalam meningkatkan

kemampuan belajar sepanjang hayat. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan yang lebih induktif dan konstruktif.

e) Proses pembelajaran pendidikan kesetaraan lebih menitik beratkan pada

pengenalan permasalahan lingkungan serta cara berfikir untuk memecahkannya

melalui pendekatan antardisiplin ilmu yang relevan dengan permasalahan yang

sedang dipecahkan. Untuk itu, penilaian dalam pendidikan kesetaraan dilakukan

dengan lebih mengutamakan uji kompetensi.

f) Diharapkan reformasi kurikulum pendidikan kesetaraan dapat diluncurkan pada

akhir tahun 2006 yang disusun bersama Badan Standar Nasional Pendidikan

( BSNP ) berdasarkan hasil uji coba dan masukan dari berbagai nara sumber.

10. Sebagai Alternatif

a) Sebagaimana dijelaskan dalam UU No 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan dapat bersifat formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal adalah

jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar

(SD dan SMP), pendidikan menengah (SMA/SMK) dan pendidikan tinggi (perguruan

68

tinggi). Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal, yang

dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (seperti Kejar paket A, Kejar

Paket B, dan Kejar Paket C). Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan

keluarga dan lingkungan.

b) Pendidikan nonformal atau yang lebih dikenal dengan istilah Pendidikan Luar Sekolah

(PLS) ini, sebagaimana dijelaskan di atas diselenggarakan bagi masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan

atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang

hayat.

c) Pendidikan luar sekolah berfungsi mengembangkan potensi peserta didik/ warga

belajar dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional

serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

d) Philip H Coom seorang sarjana barat mendifinisikannya sebagai beberapa aktivitas

pendidikan yang terorganisasi di luar sistem formal yang telah berdiri. Apakah itu

beroperasi secara terpisah atau sebagai pengenalan pada kegiatan yang lebih luas yang

ditujukan untuk membantu mengidentifikasi pelajar/warga masyarakat dan bahan

pengajaran.

e) Pendidikan luar sekolah ini menurut UU No 20/2003 meliputi pendidikan anak usia

dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,

pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan

kesetaraan (Kejar Paket A,B, dan C), serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik/warga belajar.

f) Dari uraian di atas bisa dilihat kedudukan program Kejar Paket C tidak lebih rendah

dari SMA. Yang membedakan hanya jalurnya. Yang satu formal dan yang satu lagi

nonformal yang diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang.

g) Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo sendiri menegaskan

semua perguruan tinggi (PT) harus mau menerima siswa lulusan ujian nasional (UN)

Kejar Paket C. Tidak boleh ada perguruan tinggi yang menolak siswa lulusan Kejar

Paket C. Itu semua hak warga negara. (Suara Merdeka, 27/06/06).

h) Jadi, kini terserah kepada siswa yang tidak lulus UN SMA beberapa waktu lalu, mau

ikut ujian nasional (UN) Kejar Paket C atau tidak. Jika mereka ikut, dan mampu lulus

69

(tidak ada jaminan mereka pasti lulus begitu saja), dapat melanjutkan ke perguruan

tinggi yang diinginkan. Kejar Paket C juga ada jurusan IPA serta jurusan IPS dan

Bahasa sesuai dengan jurusan yang ada di SMA

11. Persamaan dan perbedaan pendidikan luar sekolah (PLS)

a. Persamaan

Persamaan antara PLS dengan pendidikan persekolahan dapat diperhatikan dari

dua sudut pandang yaitu sudut pandangan masyarakat dan sudut pandangan

individu. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewaris atau

pemindahan nilai-nilai intelek, seni, politik, ekonomi, agama dan lain sebagainya;

Sedangkan dari segi pandangan individual, pendidikan berarti pengembangan

potensi-potensi manusia (Hasan Langglung, 1980). Persamaan lainnya yaitu

fungsi pendidikan adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, Teknologi dan

keterampilan bahwa menyiapkan suatu generasi agar memiliki dan memainkan

peranan tertentu dalam masyarakat.

Proses pendidikan selalu melibatkan masyarakat dan semua perangkat

kebudayaan sesuai dengan nilai dan falsafah yang dianutnya.

b. Perbedaan Antara Pendidikan Sekolah Dan Luar Sekolah

Secara prinsip, satu-satunya perbedaan antara pendidikan luar sekolah dengan

pendidikan sekolah adalah legitimasi atau formalisasi penyelenggaraan

pendidikan. Tentang perbedaan penyelenggaraan ini, secara institusional,

tercantum pada Undang-Undang RI nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 10:2-3. selanjutnya, perbedaan secara operasional, Umberto Sihombing

melalui bukunya Pendidikan Luar Sekolah: Manajemen Strategi (2000:40-46)

menuliskan secara khusus dan sistematis tentang perbedaan antara Pendidikan

Luar Sekolah dengan Pendidikan Sekolah.

70

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan pendidikan pada masa sekarang ini sudah ibarat benang kusut yang perlu

dicari pola penyyelesaiannya. Semua masalah pendidikan sekarang memiliki keterkaitan

satu sama lain, mulai dari pemerataanv sampai pada tenaga kependidikan. Untuk itu ada

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan pendidikan yang

terjadi sekarang, yaitu dengan cara:

1. Perubahan Kurikulum

2. Pengelolaan Pendidikan

3. Inovasi dalam pendidikan

4. Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah.

Diharapkan dengan metode-metode diatas, permasalahan pendidikan bisa kita kurangi.

Selain itu, dengan kemajuan Zaman sekarang, banyak ilmu-ilmu baru serta teknologi-

teknologi mutakhir yang berkontribusi dalam dunia pendidikan. Yang tentu saja

mendatangkan hal baik dan juga buruk terhadap pendidikan. Tugas kita sebagai tenaga

pendidik, adalah memanfaatkan TIK yang ada semaksimal mungkin untuk menunjang

kegiatan pembelajaran peserta didik.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan

saran yang membangun untuk kelengkapan makalah kelompok kami.

71

DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195709251984031-

ADE_SADIKIN_AKHYADI/makalahprogrampendidikanluarsekolah.pdf di akses pada

pukul 20.03 WIB pada tanggal 02 Juli 2015

  Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era

Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muham-madiyah Malang,

25-26 Juli 2001.

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesinal Menciptakan pembelajaran. Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

.  Hasbullah. 2011. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

  Prof. Drs. H. Dakir. 2004. Jakarta: Rineke Cipta

Syafril, dan Zulhendri Zen. 2012. Pengantar Pendidikan. Padang: Suka Bina

http://na2zaoldyeck.blogspot.com/2010/12/smu-terbuka-sebuah-alternatif-layanan_24.html 30

JUNI 2015 JAM 10.13

http://nofrizalrahmanjh.blogspot.com/2011/01/program-program-pendidikan-luar-sekolah.html

di akses pada pukul 19.32 WIB pada tanggal 02 Juli 2015

http://pendidikankarier.blogspot.com/2012/09/fungsi-dan-program-pls-dalam-rangka.html di

akses pada pukul 17.38 WIB pada tanggal 02 Juli 2015

INTERNET : 30 JUNI 2015 JAM 10.12 http://dianatrilestari.blogspot.com/2013/12/makalah-

kelompok-landasan-pendidikan.html

72