Update PKM

Embed Size (px)

Citation preview

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EFEK SENYAWA FITOESTROGEN GENISTEIN PADA KEDELAI Glycine max (Linn.) Merril TERHADAP METASTASIS KARSINOMA PROSTAT

BIDANG KEGIATAN : PKM-GT

Diusulkan oleh: I Made Mahandita Nadia Wuri Hutami 105070100111051 105070100111111

Adi Lukas Kurniawan 105070300111035 Yesicha Herdinatya Meutia Tamini Auli Yuna Fandia Desta 105070400111052 105070501111010 105070601111001

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan 2. 3.

4. 5.

: Efek Zat Flavonoid Genistein Pada Kedelai Glycine max (Linn.) Merril Terhadap Metastasis Kanker Prostat Bidang Kegiatan : PKM-GT Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : I Made Mahandita b. NIM : 105070100111051 c. Jurusan : Pendidikan Dokter d. Universitas : Brawijaya e. Alamat Rumah dan No HP : Jalan Bendungan Jatiluhur No.7 Malang 081904179359 f. Alamat email : [email protected] Anggota Pelaksana Kegiatan/ Penulis : 5 orang Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : b. NIP : c. Alamat Rumah dan No. Tel. :

Menyetujui Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan FKUB,

Malang, 2011 Ketua Pelaksana Kegiatan,

( dr. Muhammad. Hanafi , MPH ) NIP. 19490925 198 003 1 001

(I Made Mahandita) NIM. 105070100111051

Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan,

Dosen Pendamping,

( Ir. H.R.B. Ainurrasyid, MS. ) NIP. 19550618 198103 1 002

() NIP.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Efek Zat Flavonoid Genistein Pada Kedelaai Glycine max (Linn.) Merril Terhadap Metastasis Kanker Prostat dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. , selaku dosen pembimbing yang bersedia membimbing penulis untuk menyusun karya tulis ini 2. Semua pihak yang turut berperan dalam penyelesaian karya tulis ini. Karya tulis ini membahas tentang pemanfaatan kacang kedelai yang digunakan dalam upaya menghambat metastasis kanker prostat. Mengingat pada saat ini pengobatan kanker prostat banyak memberikan efek samping yang merugikan bagi pasien. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang, Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Sampul.......................................................................................................i Halaman Lembar Pengesahan..................................................................................ii Kata Pengantar........................................................................................................iii Daftar Isi.................................................................................................................iv Daftar Gambar........................................................................................................vi Daftar Lampiran.vii Ringkasan..viii PENDAHULUAN LatarBelakang..............................................................................................1 Tujuan..........................................................................................................2 Manfaat........................................................................................................3 GAGASAN Kondisi Kekinian Pencetus

Gagasan.......3 1. Kanker Paru-paru..............................................................................................3 a. Definisi Kanker Paru-paru...........................................................................3 b. Penyebab Kanker Paru-paru.........................................................................3 c. Manifestasi Klinis3 d. Mekanisme Metastasis.................................................................................3 i. ii. Angiogenesis.4 TAMs(Tumor Associated Macrophages)..........................................5 Kanker Paru-Paru yang Telah Ada Saat

Pengobatan

Ini................................5 Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki Melalui Gagasan Yang Diajukan..........6 1. Deskripsi Ketersediaaan Alam Kegunaan Zat Rutin pada Tembakau..6 a. Potensi Tembakau (Nicotiana tabacum)..6 i. Klasifikasi dan Perseberan Tembakau.6

ii.

Zat Rutin pada Tembakau....6

2. Mekanisme Zat Rutin Pada Tembakau Dalam Menghambat Metastasis Kanker 7 a. Mekanisme Rutin dalam Menghambat Metastasis Kanker Paru.7 3. Cara Pengolahan Tembakau dan Dosis Efektif Zat Rutin dalam Menghambat Metastasis Kanker Paru....8 a. Ekstraksi Rutin.......8 i. ii. M etode Ekstraksi.....8 Isolasi Zat Rutin...9

b .Dosis efektif zat rutin dan cara pemberian.9 Strategi untuk Mengaplikasikan Gagasan pada Masyarakat.....10 1. Langkah-Lngkah Strategis dalam Mengaplikasikan Gagasan....10 b. Pengambangan dan Proses Pengujian Zat Rutin Sebagai Obat....10 c. Peningkatan kualitas daun tembakau sebagai penghambat Metastasis kanker paru.....11 Pihak-Pihak yang akan Dilibatkan dalam Mengaplikasikan Gagasan......11 KESIMPULAN Gagasan..12 Strategi Implementasi.12 Manfaat dan Dampak Gagasan.....13 Daftar Pustaka......13

DAFTAR GAMBAR 1. 2. Gambar 1: Proses Angiogenesis4 Gambar 2: Zat Rutin..7

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Bagan Aplikasi Gagasan...ix 2. Lampiran 2: Daftar Riwayat Hidup...x

RINGKASAN

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah Kanker prostat adalah salah satu kanker paling umum di antara pria Amerika, dengan tingkat kejadian yang melebihi untuk kanker paru-paru. Kanker prostat banyak diderita oleh pria usia lanjut yaitu median usia saat diagnosis adalah 72 tahun. Sedangkan Eropa dan Amerika putih memiliki tingkat kanker prostat kematian tinggi, kematian dilaporkan tertinggi di dunia untuk kanker prostat adalah antara orang kulit hitam Amerika. Tingkat terendah ditemukan di Asia (Kurihara et al, 1989). Sejak akhir 1940-an, tingkat identifikasi kasus kanker prostat telah meningkat 67 persen atau sekitar 1,8 persen per tahun (Devesa et al, 1987.). Peningkatan dramatis adalah sebagian karena frekuensi yang lebih besar dari operasi untuk penyakit jinak prostat, dengan ditemukannya terkait berikutnya tumor prostat tanpa gejala, serta peningkatan dalam penggunaan teknologi diagnostik baru termasuk biopsi jarum transrectal dipandu USG, komputer tomografi, dan serum pengujian untuk antigen prostat-khusus (PSA). Namun, peningkatan yang mantap dalam angka kematian menyiratkan bahwa eskalasi kejadian tidak semata-mata disebabkan penemuan insidental dan deteksi dini, tetapi untuk sebuah perubahan nyata dalam resiko mengembangkan penyakit (Miller et al, 1993. Angka penderita kanker prostat umumnya lebih besar di negara-negara yang penduduknya mengonsumsi lebih banyak lemak hewani. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang khususnya pria yang mengkonsumsi lebih banyak lemak hewani cenderung menderita kanker prostat (Kolonel et al, 1988; Graham et al, 1983; Ross et al, 1987). Insiden kanker prostat berkisar 200.000 kasus baru setiap tahunnya di Amerika Serikat, dengan jumlah kematian 38.000 pasien/tahun. Di Amerika, kanker prostat merupakan penyebab kematian ke-2 pada pasien karsinoma secara keseluruhan. Insiden tertinggi terdapat pada ras Negroid Amerika sebanyak 149/100.000 orang per tahun, sedangkan pada ras Kaukasoid Amerika sebanyak 107/100.000 orang per tahun.7 Kanker prostat merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan usia, biasanya ditandai dengan pembesaran prostat dan nodul hipoekoik. Hal ini jarang terjadi pada laki-laki dibawah umur 40 tahun dan meningkat secara progresif sampai mencapai puncaknya pada dekade ke delapan.1,2,3,4,5 Insiden kanker prostat di Indonesia tidak diketahui, sedangkan di Amerika menurut JE. Pontes terdapat sekitar 200.000 kasus baru kanker prostat yang terdiagnosis pada tahun 1994. Dan ini menjadi penyebab kematian ke 3 terbesar setelah kanker paru dan kolorektal. Dari hasil otopsi didapatkan peningkatan insiden, dimulai dari 30% pada usia 70-79 tahun, meningkat menjadi 67% pada usia 80-89 tahun.1,3,6

Upaya untuk menangani masalah tersebut digunakan obat-obatan maupun tindakan operatif. Namun pelaksanaan ini relatif mahal dan menimbulkan banyak efek samping. Untuk itu, diperlukan pencegahan kanker prostat terutama pembesaran prostat dan nodul hipoekoik sedini mungkin dengan mengonsumsi bahan makanan. Penggunaan kedelai Glycine max (Linn.) Merril sebagai bahan makanan untuk mencegah karsinoma prostat sangat efektif, murah, aman, dan mudah didapat.

1.2 Rumusan masalah Apakah hubungan Genistein pada kedelai Glycine max (Linn.) Merril sebagai sebuah flavonoid terhadap metastasis karsinoma prostat.

1.3 Tujuan penulisan Untuk mengetahui efek zat flavonoid Genistein pada kedelai Glycine max (Linn.) Merril terhadap metastasis karsinoma prostat.

1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat untuk pelayanan Hasil penulisan ini akan sangat membantu dalam pencegahan karsinoma prostat sedini mungkin dengan menggunakan kedelai yang murah, aman, dan mudah didapat.

1.4.2 Manfaat untuk pendidikan Hasil penulisan ini dapat menunjukkan efek Genistein sebagai sebuah zat flavonoid pada kedelai Glycine max (Linn.) Merril dalam menghentikan metastasis karsinoma prostat.

2. GAGASAN 2.1 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan. 2.1.1 Definisi Kanker Prostat.

Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat. Kanker prostat adalah suatu tumor yang sangat jahat yang terdiri dari sel-sel kelenjar prostat. Tumor biasanya tumbuh perlahan dan tetap terbatas pada kelenjar untuk bertahun-tahun. Selama waktu ini, tumor menghasilkan sedikit atau tidak ada gejala-gejala atau tanda-tanda yang keluar (kelainan-kelainan pada pemeriksaan fisik). Ketika kanker berlanjut, bagaimanapun, ia dapat menyebar keluar dari prostat kedalam jaringan-jaringan sekelilingnya (penyebaran lokal). Lebih dari itu, kanker juga dapat bermetastasis (bahkan menyebar lebih jauh) keseluruh bagian-bagian lain dari tubuh, seperti tulang-tulang, paru-paru, dan hati. Gejala-gejala dan tanda-tanda, oleh karenanya, lebih sering dihubungkan dengan kanker prostat yang telah berlanjut (parah). Kanker prostat timbul pada zona periferal dari 70% kasus, pada umumnya berupa adekarsinoma prostat dengan tingkat yang berbeda, 20% kasus timbul pada zona transisional, dan 10% dari zona sentral. Lebih dari 95% keganasan prostat adalah adenokarsinoma tetapi meski jarang terdapat sel squamous atau sel transisional neoplasma juga ditemukan, dan sangat jarang adalah sarcoma (0,1-0,2%) (Wegener, 1993). Beberapa dokter mempercayai bahwa kanker prostat dimulai dengan perubahan sangat kecil dalam ukuran dan bentuk sel-sel kelenjar prostat. Perubahan ini dikenal sebagai PIN (prostatic intraepithelial neoplasia). Hampir setengah dari semua orang yang memiliki PIN setelah berusia di atas 50 tahun. Orang yang mengalami PIN mengalami perubahan tampilan sel-sel kelenjar prostat pada mikroskop. Apabila laki-laki sudah memiliki biopsi prostat yang menunjukkan PIN bermutu tinggi, ada kemungkinan lebih besar terdapat sel-sel kanker di dalam prostat laki-laki tersebut. Untuk alasan ini, laki-laki itu perlu memerhatikan secara saksama dan mungkin perlu melakukan biopsi lainnya (Mullens, 2010).

http://www.doktersehat.com 2.1.2 Penyebab Kanker Prostat.

Penyebab kanker prostat tidak diketahui seperti halnya kanker lain, tetapi ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat. Berikut adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker prostat tersebut: Usia. Kebanyakan kasus terjadi pada pria usia lanjut. Riwayat keluarga dan faktor keturunan. Bila ayah atau abang Anda terkena kanker prostat pada usia relatif muda (di bawah 60 tahun), resiko Anda lebih tinggi. Suku bangsa. Pria Asia memiliki risiko lebih rendah dibandingkan pria kulit hitam atau kulit putih. Paparan logam cadmium / bahan-bahan karsinogenik Diet (makanan sehari-hari), merokok, konsumsi alkohol, Tingkah laku reproduksi, Infeksi Sejumlah peneliti telah berhasil mengindentifikasi beberapa gen yang merupakan faktor risiko kanker prostat. Hal ini memberi pandangan baru tentang penyebab penyakit yang merupakan pembunuh pada kaum pria ini. Menurut Dr. Brian Henderson, peneliti yang juga dekan Keck School of Medicine di University of Southern California, point penting dari penelitian ini adalah adanya bukti real pertama tentang dasar genetik kanker prostat. Peneliti menemukan adanya tujuh gen yang merupakan faktor risiko penyakit kanker ini yang terletak di daerah kromosom 8, yang diprediksi dapat menyebabkan kanker prostate berkembang. Gen ini dapat dikandung orang tertentu sementara tidak pada orang lain. 5 gen telah ditemukan, sementara 2 lagi masih dalam tahap konfirmasi lebih lanjut. Kanker prostat sering memberikan tanda dan gejala prostatism dan kadang kala hematuria (Allison, 1992). 2.1.3 Mekanisme metastasis kanker prostat.

Metastasis adalah proses penyebaran dari sel-sel kanker dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain melalui aliran darah ataupun sistem limfatik, disebut juga pertumbuhan sekunder (Kirsch et al., 2004). Namun, proses metastasis ini dipengaruhi oleh faktor-faktor penting seperti proses angiogenesis yang dipicu oleh keberadaan TAMs (Tumor Associated Macrophages). Proses angiogenesis juga menjadi kunci pokok pada pertumbuhan sel tumor (pemberian nutrisi) dan juga berperan penting dalam metastasis kanker (Roy et al., 2002). Kanker prostat diklasifikasikan sebagai adenokarsinoma, atau kanker kelenjar, yang dimulai ketika kelenjar prostat yang normal bermutasi menjadi sel-sel kanker. Daerah kelenjar prostat dimana adenokarsinoma paling umum adalah zona perifer. Awalnya, gumpalan-gumpalan kecil sel-sel kanker masih terbatas pada kelenjar prostat, suatu kondisi yang dikenal sebagai karsinoma in situ atau prostatic intraepithelial neoplasia (PIN). Meskipun tidak ada bukti bahwa PIN prekursor kanker, tapi tetap terkait erat dengan kanker. Seiring waktu, sel-sel kanker ini mulai berkembang biak dan menyebar ke jaringan prostat sekitarnya (stroma) membentuk tumor. Akhirnya, tumor dapat tumbuh cukup besar untuk menyerang organ terdekat seperti vesikula seminalis atau rektum, atau sel tumor dapat mengembangkan kemampuan melakukan perjalanan dalam aliran darah dan sistem limfatik. Metastasis kanker prostat pada tahap ini telah menyebar ke tulang, yang berarti tidak terlokalisasi. Sel-sel kanker dapat muncul lagi tapi terapi ini digunakan untuk mengendalikan mereka dengan membunuh sel-sel dan menunda proses kemerosotan pasien. Tumor ini biasanya tumbuh perlahan dan tetap terbatas pada kelenjar untuk bertahun-tahun. Selama waktu ini, tumor menghasilkan sedikit atau tidak ada gejala-gejala atau tanda-tanda yang keluar (kelainan-kelainan pada pemeriksaan fisik). Ketika kanker berlanjut, bagaimanapun, ia dapat menyebar keluar dari prostat kedalam jaringan-jaringan sekelilingnya (penyebaran lokal). Lebih dari itu, kanker juga dapat bermetastasis (bahkan menyebar lebih jauh) keseluruh bagian-bagian lain dari tubuh, seperti tulang-tulang, paru-paru, dan hati. Gejala-gejala dan tanda-tanda, oleh karenanya, lebih sering dihubungkan dengan kanker prostat yang telah berlanjut (parah). Mekanisme kerja sel kanker prostat dicirikan dengan pertumbuhan sel secara abnormal yang menyebar dan menghancurkan organ-organ lain dan jaringan tubuh. Produk-produk pembakaran fosil, limbah radioaktif, debu, asap, residu pestisida dan bahan tambahan pangan, pengaruh bahan-bahan mutagen dan karsinogen tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA dilanjutkan dengan proses mutagenesis dan karsinogenesis. Penyebaran sel kanker prostat antara lain: a. Penyebaran Lokal:

Dari lobus posterior sel kanker sampai ke lobus lateral dan vesikula seminalis (kantung mani).Sel tumor juga berpindah ke leher dan dasar kandung

kemih. b. Penyebaran limfatik: Melalui pembuluh getah bening sel-sel kanker menuju kelompok iliaka (illiac) internal dan eksternal pada kelenjar getah bening. Dari sana, sel-sel pindah ke retroperitonial (di belakang peritonium) dan kelenjar getah bening mediastial(di dada) c. Penyebaran melalui darah:

Penyebaran sel-sel kanker melalui vena periprostatic pleksus dan mencapai pembuluh darah vertebral saat batuk dan bersin dan akhirnya berakhir pada badan vertebral pada lumbar vertebral. 2.2 Pengobatan Kanker Prostat yang Telah Ada Saat Ini. Hingga saat ini pengobatan yang tepat untuk penderita kanker prostat masih diperdebatkan. Secara umum, pilihan pengobatan penderita kanker prostat tergantung pada stadium kankernya. 1. 2. Kanker prostat stadium awal biasanya dilakukan prostatektomi (pengangkatan prostat) dan terapi penyinaran. Kanker yang telah menyebar biasanya dilakukan terapi hormon, pengangkatan testis, atau kemoterapi.

Berikut ini beberapa pengobatan yang biasa dilakukan untuk penderita kanker prostat:

2.2.1 Pembedahan untuk kanker prostat. Salah astu jenis pembedahan yang biasa dilakukan adalah prostatektomi radikal. Prostatektomi radikal adalah operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker prostat. Cara ini paling sering digunakan untuk kanker yang belum menyebar ke luar kelenjar prostat. Dalam operasi ini, ahli bedah melakukan pengangkatan seluruh kelenjar prostat disertai beberapa jaringan di sekitarnya, termasuk vesikula seminalis. Berikut ini jenis-jenis prostatektomi : a.Prostatektomi Radikal Retropubik. Pendekatan pengobatan yang paling umum dengan cara dibuat sayatan di bagian bawah perut. Dokter akan mengangkat sedikit kelenjar getah bening dekat prostat dan diteliti di bawah mikroskop. Jika kanker telah menyebar ke getah bening, maka dokter mungkin menghentikan operasi. Perlu diketahui bahwa saraf pengendali ereksi sangat dekat dengan prostat. Sebisa mungkin dokter akan menghindari pengangkatan saraf ini untuk

menghindari risiko impotensi setelah operasi (disebut prosedur nerve-sparing). Namun, jika kanker telah menyebar, dokter harus mengangkatnya. Bahkan jika saraf terhindar, diperlukan setidaknya waktu beberapa bulan setelah operasi untuk dapat ereksi.

b.Pendekatan Radikal Perineal. Dalam pendekatan perineal, ahli bedah membuat irisan pada kulit antara anus dan skrotum. Karena operasi ini seringkali lebih pendek, mungkin akan digunakan untuk laki-laki yang tidak memerlukan prosedur nerve-sparing dan yang tidak perlu melakukan pengangkatan kelenjar getah bening. Mungkin juga digunakan jika Anda memiliki masalah medis lainnya yang membuat operasi retropubik sulit untuk dilakukan. Operasi retropubik atau pun perineal dapat berlangsung dari 1,5 hingga 4 jam. Selanjutnya, pasien perlu tinggal di rumah sakit sekitar 3 hari. Rata-rata waktu pemulihan yang dibutuhkan sekitar 3-5 minggu.

c.Laparoskopi Radikal Prostatektomi (LRP). Apabila kedua pendekatan di atas, retropubik atau pun perineal seorang dokter perlu membuat sayatan panjang untuk mengangkat prostat (open approach), maka pada metode LRP merupakan sebuah metode baru yang melibatkan pembuatan beberapa sayatan kecil dan penggunaan instrumen khusus yang panjang untuk menghapus prostat. Keunggulan metode LRP adalah rasa sakit berkurang, pasien tidak terlalu banyak kehilangan darah, periode rawat inap yang lebih singkat, serta waktu pemulihan lebih cepat. Prosedur nerve-sparing juga dimungkinkan dengan LRP.

d. Robotic Assisted Laparoskopi Radikal Prostatektomi (Robotic Assisted LRP). Robotic Assisted LRP adalah pendekatan baru yang lebih canggih adalah penggunaan robot untuk melakukan operasi LRP. Yang dibutuhkan disini adalah keterampilan dan pengalaman dokter bedah Anda.

e. Reseksi Transurethral Prostat (TURP). Merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengurangi gejala, seperti sulitnya mengalirkan urine pada pria yang tidak dapat menjalani operasi di atas. Hal ini tidak dilakukan untuk menyembuhkan penyakit atau mengangkat kankernya. Operasi ini lebih sering digunakan untuk meredakan gejala PIN. Operasi TURP memakan waktu sekitar satu jam. Anda biasanya dapat meninggalkan rumah sakit setelah 12 hari dan dapat bekerja kembali dalam

waktu 12 minggu. 2.2.2 Radioterapi untuk kanker prostat. Apabila risiko pembedahan terlalu tinggi, biasanya dilakukan radioterapi. Jenis radioterapi yang biasa dilakukan dapat berupa : 1. Radioterapi eksternal, merupakan radioterapi yang dilakukan di rumah sakit secara rawat jalan. Biasanya dilakukan sebanyak lima kali seminggu selama 68 minggu. 2. Pencangkokan butiran yodium, emas, atau iridium radioaktif secara langsung padajaringan prostat. Keuntungan terapi ini adalah efek radiasi terhadap kerusakanjaringan di sekitar jaringan prostat menjadi minimal.

2.2.3 Terapi hormon untuk kanker prostat. Tujuan dari terapi hormon (disebut juga terapi penekanan androgen) adalah untuk menurunkan kadar hormon pria (androgen). Androgen, yang sebagian besar dibuat di testis, menyebabkan berkembangnya sel-sel kanker prostat. Menurunkan kadar androgen sering membuat kanker prostat mengecil atau tumbuh lebih lambat. Terapi hormon dapat mengontrol, tetapi tidak dapat menyembuhkan kankernya. Terapi hormon sering digunakan dalam pengobatan kanker prostat apabila: 1. Pria yang tidak memilih pembedahan atau pun radiasi untuk pengobatan kankernya. 2. Kasus dimana kanker telah menyebar ke organ lain atau pada kasus kanker kambuhan. 3. Pria yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami kekambuhan biasanya bersamaan dengan radioterapi. 4. Kadang digunakan sebelum tindakan dilakukan pembedahan atau radioterapi dengan tujuan untuk mengecilkan kankernya. Contoh obat-obatan terapi hormon untuk kanker prostat antara lain leuprolide, goserelin, dan buserelin. Obat tersebut diberikan dalam bentuk suntikan setiap 3 bulan sekali. Efek sampingnya adalah mual dan muntah, anemia, osteoporosis, dan impotensi. Obat lainnya yang digunakan sebagai terapi hormon adalah zat yang menghambat aktivitas androgen (misalnya flutamide atau nilutamide). Efek sampingnya adalah impotensi, gangguan hati, diare, dan ginekomastia (pembesaran payudara). Selain itu, ada obat yang mencegah kelenjar adrenalin untuk membuat androgen, antara lain ketoconazole dan aminoglutethimide.

2.2.4 Kemoterapi untuk kanker prostat. Tindakan kemoterapi pada pengobatan kanker prostat biasanya dilakukan apabila kanker tersebut bersifat resisten terhadap terapi pengobatan lainnya. Obatobatan yang biasa dilakukan untuk mengobati kanker prostat diantaranya, mitoxantronx, prednison, paclitaxel, dosetaxel, estramustin, dan adriamycin.

2.3 Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki Melalui Gagasan Yang Diajukan. 2.3.1 Deskripsi Kedelai.

2.3.1.1 Kedelai dan Persebarannya. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Tanaman kedelai merupakan tanaman yang berasal dari daerah beriklim subtropis walau banyak juga ditemukan di Indonesia. Menurut para ahli botani, kedelai sebenarnya berasal dari negeri Cina, Mansyuria, dan Jepang (Asia Timur). Kedelai sudah banyak dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau sejak 1500 tahun Sebelum Masehi dan baru masuk Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika. Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis. Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe kedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina (Prihatman, 2000).

2.3.1.2 Taksonomi Kedelai. Tanaman kedelai Glycine max (Linn.) Merril termasuk dalam : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonnae Ordo : Leguminales Famili : Leguminoceae Genus : Glycine Spesies : Glycine max L. Merrill (Setijo, 2003).

www.wikipedia.com 2.3.1.3 Keanekaragaman Kedelai. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia. Beberapa kultivar kedelai putih budidaya di Indonesia, di antaranya adalah 'Ringgit', 'Orba', 'Lokon', 'Darros', dan 'Wilis'. "Edamame" adalah sejenis kedelai berbiji besar berwarna hijau yang belum lama dikenal di Indonesia dan berasal dari Jepang (Setijo, 2003). Kedelai memiliki beberapa nama lokal seperti Kedelai (Indonesia), Dele (Jawa), Kacang Bulu (Sunda), Kedhele (Madura), Retak Menjong (Lampung), Kacang Rimang (Minangkabau), Sarupapa (Titak), Kadale (Ujung Pandang), Lawui (Bima), Gadelei (Halmahera). Kedelai juga memiliki nama asing seperti Soybean ( Inggris ) dan Soyaboon (Belanda) (Hidayat, 1985).

2.3.1.4 Morfologi Kedelai. Kedelai ( Glycine max L. Merril ) adalah tumbuhan semak dengan tinggi 0,2 sampai 0,6 meter saat berumur 1 tahun. Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga (Darma, 2008). a. Biji.

Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih. Biji terdapat di dalam polong. Setipa polong berisi 1-4biji. Pada saat masih muda ,biji berukuran kecil,berwarna putih kehijauan ,dan lunak. Pada perkembangan selanjutnya biji semakin berisi ,mencapai berat maksimal ,dan keras. Biji kedelai berkeping dua dan terbungkus oleh kulit tipis. Biji kedelai biasanya diukur atas dasar bobot setiap 100 biji kering. Bobot 100 biji kedelai ukuran kecil berkisar antara 6 10g, sedangkan sedag antara 11-12 g dan yang berukuran besar lebih dari 13g .

b. Struktur Biji. Struktur biji kedelai terluar terdiri atas kulit, hilum, mikrofil, dan khalaza (alur kecil yang ada pada ujung hilum membelakangi mikrofil). Kulit biji (testa) merupakan karakter morfologi penting biji kedelai karena menentukan proses fisiologis embrio, sekaligus menjadi penutup dan pelindung embrio (Hidajat 1995). Menurut Handerson dan Miller dalam Rida (2003), kulit biji kedelai terdiri atas tiga lapisan, yakni epidermis, hipodermis, dan parenkim. Kulit biji berperan dalam menentukan derajat dan kecepatan imbibisi air. Jumlah air yang diserap benih menentukan kecepatan berkecambah benih. Hsu et al. (1983) melaporkan suhu, konsentrasi larutan, dan kadar air awal benih berkorelasi kuat dengan laju penyerapan air maksimal pada biji kedelai. Ma et al. (2004) melaporkan bahwa jaringan palisade menjadi faktor penentu permeabilitas kulit biji. Kedelai sebagai bahan baku industri tidak hanya ditentukan oleh warna kulit biji, namun juga oleh karakter kimiawi dan morfologi, khususnya ketebalan kulit biji. Lacey et al. (1997) melaporkan bahwa karakter kulit biji kedelai beragam antar genotipe dan dikendalikan oleh genetik. Karakter morfologi benih penting diarahkan dan dimanfaatkan dalam upaya peningkatan mutu benih secara genetik (Gijzen, 2004). c. Perakaran. Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).

d. Kecambah. Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge). e. Batang. Kedelai berbatang dengan tinggi 30100 cm. Batang dapat membentuk 3 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semiindeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya. f. Bunga. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Tanaman kedelai mulai berbunga pada umur antara 30-50 hari setelah tanam. Varietas determinate mulai berbungan jika hampir semua node batang utama sudah berkembang sempurna, di mulai dari node atas berlanjut kebagian bawah.bunga kedelai tumbuh berkelompok pada ruas-ruas batang ,berwarna putih atau ungu, dan memiliki kelamin jantan dan betina. g. Buah. Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100-250 polong ,namun pertanaman yang rapat hanya mampu menghasilkan sekitar 30 polong. Polong kedelai berbulu dan bewarna kuning kecokelatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mul berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman ,keputihan, atau kecokelatan. Polong yang telah kering mudah pecah dan bijinya keluar. h. Daun.

Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang. Pada node pertama tanaman kdelai yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal.kemudian pada semua node di atasnya terbentuk satu daun bertiga. Daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval,tipis,dan berwarna hijau. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak daun.

2.3.1.5 Habitat Kedelai. Kedelai paling baik ditanam di ladang dan persawahan antara musim kemarau yaitu sebagai palawija yang dapat memperbaiki keadaan tanah dan juga pada musim hujan. Sedang rata rata curah hujan tiap tahun yang cocok bagi kedelai adalah kurang dari 200 milimeter dengan jumlah bulan kering 3 6 bulan dari hari hujan berkisar antara 95 122 hari selama setahun. Untuk budidaya tanaman kedelai di pulau Jawa yang paling baik adalah pada ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut (Sukamdi, 2008). Tanaman kedelai bukan tanaman asli Indonesia (tropis) tapi merupakan tanaman asli sub tropis, di mana pada habitat aslinya usia kedelai sampai panen berumur 6 bulan dengan produktivitas 4-6 ton/ha. Sedangkan di Indonesia usia panen kedelai kurang lebih 3 bulan dengan produktivitas rata-tata nasional 13,09 ku/ha, sementara produktivitas rata-rata Provinsi Banten 13,36 ku/ha. Perkembangan teknologi benih kedelai tidak secepat perkembangan teknologi komoditas padi dan jagung, sehingga benih masih menjadi kendala utama baik dari keragaman varietas maupun dari pengadaan benih di lapangan yang masih sangat kurang. Tingkat kesulitan dari aspek budidaya adalah hama penyakit sangat variatif sehingga tingkat kegagalan panen cukup tinggi (Darma, 2008). Kedelai dapat tumbuh dari garis katulistiwa hingga ke garis lintang 55 N atau 55 S, dan mulai dari ketinggian di atas permukaan laut hingga mendekati ketinggian 2000 m. Kedelai adalah tanaman berhari pendek. Beberapa kultivar menjadi tanaman berhari pendek secara kuantitatif dan beberapa hampir sepenuhnya tidak sensitif terhadap fotoperiode. Tanggapan terhadap fotoperiode karena oleh temperatur. Adanya perbedaan dalam fotoperiode, temperatur dan

kepekaan yang relatif dari genotif yang berbeda akan menentukan kecepatan dan jangka waktu perkembangan perbungaan kedelai, baik yang tumbuh di daerah hangat atau tropis. Temperatur di bawah 21 C dan di atas 32 C dapat mengurangi inisiasi bunga dan pembentukan polong, temperatur ekstrim di atas 40 C akan mengganggu produksi biji. Jika air tersedia kedelai dapat tumbuh sepanjang tahun baik di daerah dan subtropis.; Penggunaan air harian kedelai adalah sebanyak 7.6 mm, dan memerlukan 500 mm secara keseluruhan untuk mendapatkan hasil panen baik. Kekeringan akan selama musim berbunga akan mengurangi pembentukan polong. Kedelai dapat toleran terhadap adanya air berlebihan dalam jangka pendek, bagaimanapun, kerusakan biji karena iklim adalah suatu masalah serius di musim hujan.; Kedelai sensitif pada pH rendah, melabur lahan asam dapat dilakukan untuk meningkatkan pH tanahhingga 6.0 atau 6.5 untuk memperoleh jumlah maksimum produksi kedelai. Adanya toksisitas Mn, Fe dan Al di pH tanah rendah dan adanya defisiensi Mn dan Fe pada pH tinggi lahan adalah umum dijumpai. Kultivar dengan toleran terhadap kekurangan Fe yang tersedia (Pratama, 2008).

2.3.2

Pengelolaan dan Pemanfaatan Kedelai.

2.3.2.1 Teknik Budidaya Kedelai. Kedelai dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan, setelah panen padi. Pengerjaan tanah biasanya minimal. Biji dimasukkan langsung pada lubanglubang yang dibuat. Biasanya berjarak 20-30cm. Pemupukan dasar nitrogen dan fosfat diperlukan, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen tidak memberikan keuntungan apa pun. Lahan yang belum pernah ditanami kedelai dianjurkan diberi "starter" bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penugalan tanah dilakukan pada saat tanaman remaja (fase vegetatif awal), sekaligus sebagai pembersihan dari gulma dan tahap pemupukan fosfat kedua. Menjelang berbunga pemupukan kalium dianjurkan walaupun banyak petani yang mengabaikan untuk menghemat biaya (Fachruddin, 2000). Oleh karena itu, langkah-langkah utama yang harus diperhatikan dalam bertanam kedelai yaitu pemilihan benih, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan. Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai. Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung, sehingga apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi per satuan luas akan berkurang. Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga apabila benih tidak tumbuh, tidak dapat ditutup oleh tanaman yang ada. Oleh karena itu, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan kondisi lapang, dan memenuhi standar mutu benih yang baik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna

biji, serta tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi (Lisdiana, 2000). a. Umur panen. Varietas yang akan ditanam harus mempunyai umur panen yang cocok dalam pola tanam pada agroekosistem yang ada. Hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya pergeseran waktu tanam setelah kedelai dipanen (Fachruddin, 2000). b. Ukuran dan warna biji. Ukuran dan warna biji varietas yang ditanam harus sesuai dengan permintaan pasar di daerah sekitar sehingga setelah panen tidak sulit dalam menjual hasilnya(Fachruddin, 2000). c. Bersifat aditif. Untuk daerah sentra pertanaman tertentu, misalnya di tanah masam, hendaknya memilih varietas kedelai unggul yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap tanah masam sehingga akan diperoleh hasil optimal, contohnya varietas Tanggamus (Lisdiana, 2000). Demikian pula bila kedelai ditanam di daerah banyak terdapat hama ulat grayak maka pemilihan varietas tahan ulat grayak amat menguntungkan, contohnya varietas Ijen. Selain itu, varietas yang ditanam tersebut harus sudah bersifat aditif dengan kondisi lahan yang akan ditanami sehingga tidak mengalami hambatan dalam pertumbuhannya (Fachruddin, 2000).

2.3.2.2 Pemanfaatan Kedelai. Kedelai digunakan untuk pembuatan makanan baik yang segar, difermentasi dan produk makanan yang dikeringkan seperti susu, tofu, tempe, miso, yuba, soya kuah dan tauge. Kedelai tidak hanya digunakan untuk makanan tetapi juga digunakan untuk obat berbagai penyakit dan penyakit badan. Kedelai (lebih disukai yang hitam) tercakup dalam resep obat untuk meningkatkan fungsi jantung, hati, ginjal, perut dan usus besar. Kedelai juga dapat diambil minyaknya dan untuk banyak tujuan industri. Sebagai minyak yang dapat dimakan dimasukkan ke pasar sebagai minyak salada, minyak goreng, margarin dan shortening. Ampasnya yang kaya akan protein sebagian besar digunakan untuk makanan ternak. Produksi kedelai dunia diharapkan akan mengganda dalam dua dekade ke depan. Banyak petani di negara berkembang dan yang mengembangkan hasil pemanenan lebih tinggi dibanding rata-rata hasil untuk negara-negara mereka. Kultivar yang dapat beradaptasi lebih baik diharapkan untuk meningkatkan dan menstabilkan hasil panen. Meningkatnya banyak ilmuwan dan adanya tekanan oleh kebijakan nasional untuk meningkatkan produksi kedelai akan mendorong kearah hasil lebih tinggi. Koleksi dan eksploitasi plasmanutfah asli, meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit, peningkatan mutu gizi dan mengidentifikasi praktek manajemen yang sesuai untuk memanfaatkan

potensi hasil ekonomi kultivar yang maksimum harus diberi prioritas.Sisa minyak yang diperoleh dari kedelai berpotensi untuk digunakan dalam pembuatan biodiesel (Pratama, 2008).

2.3.2.3 Produk Olahan Dari Kedelai. Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Cina. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia. Kedelai merupakan tumbuhan serbaguna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi tahu (tofu), bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam), tempe susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel), taosi dan tauco. Makanan yang terbuat dari kedelai mempunyai jumlah isoflavon yang bervariasi, tergantung bagaimana mereka diproses. Makanan dari kedelai seperti tahu, susu kedelai, tepung kedelai dan kedelai utuh mempunyai kandungan isoflavon berkisar antara 130 380 mg/100 gram. Kecap dan minyak kedelai tidak mengandung isoflavon. Produk kedelai yang digunakan sebagai bahan tambahan pangan, seperti isalat dan konsentrat protein kedelai mempunyai kandungan isoflavon yang bervariasi, tergantung bagaimana proses pengolahannya. Misalnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alkohol dalam proses ekstraksi menghasilkan kadar isoflavon yang rendah (ebookpangan.com, 2006). 2.3.2.4 Produksi dan Perdagangan Kedelai di Indonesia. Kedelai merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan. Meski bukan tanaman asli Indonesia, kedelai telah banyak dibudidayakan di Indonesia. Namun produksi kedelai di Indonesia tidak semaksimal produksi di Tiongkok dan Jepang selatan karena kedelai bukan tanaman asli daerah tropis, sehingga pemerintah harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai terlebih lagi akhir-akhir ini produksi kedelai di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Konsumsi kedelai di Indonesia mencapai 2,2 juta tons per tahun; dari jumlah itu sekitar 1,6 juta tons harus diimpor.75% dari jumlah itu diimpor oleh lima importir yaitu PT Gerbang Cahaya

Utama, PT Teluk Intan, PT Gunung Sewu, PT Cargill Indonesia, dan PT Sekawan Makmur Bersama (Sukamdi, 2008). Badan Pusat Statistik mencatat produksi kedelai Indonesia tahun 2007 mengalami penurunan 20,76 persen dibanding tahun 2006. Angka Sementara (ASEM) produksi kedelai tahun 2007 sebesar 592,38 ribu ton biji kering. Jika dibandingkan dengan produksi tahun 2006, terjadi penurunan sebanyak 155,23 ribu ton (20,76%). Penurunan produksi kedelai menyebabkan peningkatan permintaan kedelai di pasaran, yang diikuti dengan melonjaknya harga kedelai. Oleh karenanya, diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan produksi kedelai (Media Indonesia, 2008).

2.3.2

Zat Rutin Pada Kedelai dan Mekanismenya Terhadap Kanker Prostat.

2.3.2.1 Zat Rutin pada Kedelai. Kedelai telah menjadi makanan sehari-hari penduduk Asia. Pada sebagian besar negara Asia, konsumsi isoflavon diperkirakan antara 25 45 mg/hari. Jepang merupakan negara yang mengkonsumsi isoflavon terbesar, diperkirakan konsumsi harian orang Jepang adalah 200 mg/hari. Di negara-negara Barat konsumsinya kurang dari 5 mg isoflavon per hari (Hughes et al., 1998). Kedelai merupakan salah satu sumber gizi protein nabati yang cukup banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia baik kalangan atas maupun kalangan bawah. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan atau Leguminoceae ini belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal dalam bidang kesehatan, khususnya dalam bidang alternatif pengobatan yang berbasis bahan alam. Kandungan zat dalam kedelai antara lain: protein, zat besi, kalsium, vitamin A, B, B1 dan B2 yang terdapat lebih banyak dibanding dengan jenis kacang lainnya. Kandungan B12 berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan lesitin pada kedelai mengandung lemak tak jenuh linoleat, oleat dan arakhidonat yang berfungsi sebagai lipotropikum yaitu zat yang mencegah penumpukan lemak berlebihan dalam tubuh sedangkan kandungan serat kedelai yang sangat tinggi dapat membantu merangsang metabolisme dan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Thomas, 1992). Zat lain yang terkandung dalam kedelai adalah inhibitor protease, phitat, saponin, phitosterol, asam lemak omega-3 serta isoflavon seperti genistein, daidzein, dan glycitein yang merupakan senyawa fitoestrogen yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor. Diantara anti kanker tersebut, perhatian terbesar ditunjukan terhadap isoflavon. Isoflavon saat ini banyak diteliti karena potensinya dalam mencegah dan mengatasi terhadap banyak gangguan kesehatan lainnya. Mekanisme yang banyak diketahui sebagai anti kanker dari isoflavon adalah aktivitas anti estrogen, menghambat aktivitas enzim penyebab kanker, aktivitas anti oksidan dan meningkatkan fungsi kekebalan sel. Kedelai mengandung lebih banyak genistein daripada daidzein walaupun rasio ini

bervariasi dalam produk kedelai yang berbeda. Isoflavon yang merupakan bagian dari fitoestrogen ini memiliki fungsi penting dalam mekanisme pertahanan diri tumbuhan (Hughes et al., 1998).

2.3.2.2 Senyawa Fitoestrogen Genistein Dalam Kedelai dan Mekanismenya Terhadap Kanker Prostat. Kedelai yang kaya akan isoflavon mampu untuk menggunakan sifatnya sebagai estrogen lemah untuk memblokir reseptor estrogen dalam prostat terhadap estrogen. Jika estrogen yang kuat ini sampai menstimulasi reseptor dalam prostat, dapat menyebabkan pembesaran prostat. Ada tiga kandungan kimia utama tumbuhan kedelai yang memiliki sifat dan fungsi seperti estrogen di dalam tubuh, yaitu lignin (enterolakton dan enterodiol), isoflavon (genistein, daidzein, biochanin A, dan glycitein), dan coumestan. Dua zat utama fitoestrogen yang ditemukan pada makanan manusia adalah lignan (enterodiol dan enterolakton) dan isoflavon (daidzein, genistein, dan glycitein) (Hughes et al., 1998)

(Darma, A.P., Pratama, R.H., Sukamdi, D.P. 2008)

Genistein adalah fitoestrogen yaitu bahan kimia yang mirip estrogen pada tumbuhan yang berfungsi sebagai prekursor pada metabolisme manusia. Fitoestrogen ini secara alami menjadi bahan kimia yang dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen untuk melemahkan estrogen atau dengan kata lain sebagai antiestrogen. Fitoestrogen ini tersusun atas komponen-komponen besar senyawa

non-steroid yang mirip dengan estrogen sebagai agen kemopreventif (Leclerg et al., 1999). Genistein yang diperoleh dari pemurnian kedelai merupakan isoflavon yang telah banyak menuai perhatian sehubungan dengan aktivitasnya sebagai antiproliferatif, efek estrogenik, dan efek antiestrogenik. Bahkan sebuah studi mengenai efek genistein secara in vivo dan in vitro melaporkan bahwa 74 % proliferasi pada kanker prostat berkurang secara signifikan (Leclerg et al., 1999). Bukti penelitian pada model kanker menjelaskan bahwa genistein memiliki peranan penting dalam pencegahan kanker. Sebagai contoh konsumsi produk yang berbasis kedelai yang mengandung senyawa fitoestrogen genistein dapat menurunkan rata-rata penyakit kanker payudara, kanker usus, dan kanker prostat di negara Jepang dan Cina (Messina et al., 1994). Mekanisme pencegahan kanker dalam senyawa fitoestrogen kedelai adalah adanya kapasitas efek antioksidan yang kuat. Radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS) dan reactive nitrogen species (RNS) dapat mengganggu reaksi oksidatif dalam metabolisme tubuh. Komponen reaktif ini dapat ditemukan dalam asap rokok, makanan, obat, dan polutan yang lain yang dapat bereaksi dan dapat mengubah fungsi dari komponen sel seperti membran sel, RNA, DNA, dan lipoprotein yang dapat menyebabkan terbentuknya penyakit kronis seperti kanker (Rock et al., 1996). Interaksi antara radikal bebas dengan basa DNA dapat menyebabkan perubahan bentuk dan fungsi DNA pada saat persiapan replikasi sehingga mengarah kepada mutasi DNA kepada terbentuknya kanker. Antioksidan dapat berikatan dengan radikal bebas dan mereduksi kadar radikal bebas di dalam tubuh (Wiseman and Halliwell, 1996). Mekanisme kerja dari genistein yang menginduksi apoptosis sel dan menghambat proliferasi sel mengindikasikan genistein sebagai agen kemopreventif. Genistein ditemukan dapat menghambat baik stimulasi serum dan stimulasi epidermal growth factor (EGF) pada sel kanker prostat manusia dan tidak memberi efek yang signifikan pada reseptor EGF pada autofosforilasi tirosin. Penghambatan kanker oleh genistein tidak tergantung pada penghambatan reseptor EGF yang mengalami autofosforilasi tetapi lebih kepada reseptor EGF yang berperan dalam transduksi sinyal. Mekanisme lain yang menerangkan efek senyawa genistein dalam pencegahan kanker adalah mempengaruhi sintesis estrogen dan metabolismenya( Xu et al., 1998).

2.4 Strategi untuk Mengimplementasikan Gagasan pada Masyarakat 2.4.1 Langkah-Langkah Startegis Dalam Mengimplementasikankan Gagasan Untuk mengimplementasikan gagasan, diperlukan suatu langkah-langkah strategis agar gagasan yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai suatu solusi nyata terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui bidang kesehatan,

terutama dalam mengurangi angka kematian (mortalitas) akibat penyakit kanker prostat di Indonesia. Strategi Implementasi terhadap gagasan ini dapat dilakukan dalam beberapa beberapa tahap, yaitu :

2.4.1.1 Pengembangan dan Peningkatan Produksi Kedelai. Usaha pengembangan dan peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan cara memperluas lahan penanaman kedelai yaitu melalui pemanfaatan potensi lahan yang tersedia untuk perluasan areal tanam, baik sebagai tanaman utama maupun tanaman sela, diantaranya menanam kedelai secara tumpangsari. Strategi lain yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi kedelai yaitu dengan membudidayakan kedelai di lahan pasang surut. Meskipun pembudidayaan kedelai di lahan pasang surut memberikan hasil yang cukup memadai, akan tetapi membutuhkan cara khusus yang berbeda dari pembudidayaan kedelai umumnya.

2.4.1.2 Pengembangan Teknologi Sebagai Upaya Peningkatan Produksi Kedelai Perkembangan teknologi saat ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi kedelai. Teknologi yang dapat dimanfaatkan saat ini adalah dengan teknik rekayasa genetika terhadap gen di dalam tanaman kedelai. Dengan merekayasa gen dalam kedelai dapat diperoleh suatu tanaman kedelai unggul yang berbeda dari yang ada selama ini. 2.4.2 Pihak-Pihak Yang Akan Dilibatkan Dalam Mengaplikasikan Gagasan

a. Dinas Perkebunan Daerah. Dinas Perkebunan Daerah berperan dalam peningkatan ketersediaan bahan utama yaitu tanaman kedelai. Dinas perkebunan diharapkan dapat menjalin hubungan yang menguntungkan dengan petani kedelai setempat. b. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) c. Untuk mengadakan penelitian lanjutan dalam rangka memanfaatkan kandungan genistein pada kedelai untuk menghambat metastasis kanker prostat, dibutuhkan suatu kerja sama dengan LIPI dalam hal ini LITBANG. d. Pemerintah Republik Indonesia (DIKTI)

Pemerintah Republik Indonesia berperan penting dalam hal memberikan tunjangan dana untuk penelitian yang akan dilakukan demi kemudahan dan kelancaran penelitian. e. Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) Badan POM berperan dalam pemberian izin pemasaran, apabila setelah melalui uji klinis, genistein terbukti efektifitasnya untuk mencegah metastasis kanker prostat. f. Petani Kedelai Perlu adanya suatu kerjasama dalam usaha peningkatan produksi dan kualitas kedelai. g. Perusahaan Farmasi. Perusahaan farmasi berperan dalam mengembangkan ide-ide kreatif dan strategi pengembangan produk hasil olahan kedelai, sehingga kedelai bisa digunakan secara luas oleh masyarakat. Dengan bervariasinya produk olahan kedelai yang beredar di masyarakat, maka peran kedelai sebagai agen antikanker akan lebih dikenal oleh masyarakat disamping manfaat-manfaat yang telah diketahui masyarakat selama ini.

3. KESIMPULAN Gagasan 1. Senyawa fitoestrogen genistein pada kedelai dapat menghambat pertumbuhan tumor dan sel kanker. Mekanisme dari isoflavon sebagai anti kanker adalah aktivitas anti estrogen, menghambat aktivitas enzim penyebab kanker, aktivitas anti oksidan dan meningkatkan fungsi kekebalan sel. 2. Kedelai kaya akan isoflavon yang mampu memblokir reseptor estrogen dalam prostat, karena jika estrogen yang kuat sampai menstimulasi reseptor prostat hal ini dapat menyebabkan pembersaran prostat. 3. Kedelai kaya akan isoflavon terutama geniesten yaitu fitroestrogen (bahan kimia) pada tumbuhan yang berfungsi sebagai prekusor metabolism.

Fitroestrogen secara alami dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen untuk melemahkan estrogen (antiestrogen) atau agen kemopreventif 4. Mekanisme pencegahan kanker dalam fitoesrogen kedelai adalah adanya kapasitas efek antioksidan yang kuat. Mekanisme genistein yaitu menginduksi apoptosis sel dan menghambat poliferasi sel. Geneistein menghambat stimulasi serum dan epidermal growth factor pada sel kanker prostat.

Strategi Implementasi 1. Pengembangan dan proses pengujian zat isoflavon (terutama genistein) pada kedelai sebagai obat merupakan proses uji efektivitas dalam mencegah metastesis kanker prostat yang nanti dapat dipasarkan. 2. Peningkatan kualitas dan jumlah kedelai sebagai salah satu alternatif penghambat kanker prostat. 3. Teknik budidaya kedelai yang baik dan terorganisir dapat meningkatkan kualitas produksi serta optimalisasi pemanfaatan potensi kedelai sebagai agen kemopreventif terhadap kanker prostat. 4. Strategi pengolahan kedelai menjadi produk-produk baru yang bermanfaat dapat menurunkan resiko penyakit kanker khususnya kanker prostat di Indonesia. Manfaat dan Dampak Gagasan 1. Sektor Kesehatan Penemuan obat dari bahan alami, yaitu senyawa fitoestrogen genistein pada kedelai diharapkan dapat menurunkan angka penderita kanker prostat secara signifikan.

2. Sektor perekonomian dan pertanian Dengan adanya obat alami ini diharapkan permintaan pasar dunia akan kedelai hasil produksi dari Indonesia akan meningkat. Hal ini sekaligus meningkatkan pendapatan negara dan kedelai pun dapat menjadi komoditas ekspor utama di Indonesia.

3. Sektor Sosial

Gagasan ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat bahwa ternyata dalam kedelai banyak mengandung zat yang sangat penting bagi kesehatan tubuh, terutama sifatnya dalam mencegah metastasis kanker prostat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Narayan P : Neoplasma of the Prostat Gland in : Smiths general Urology thirteeth edition prentice Hall int inc, 1992, p : 392-408 2. Pitojo, Setijo. 2003. Benih Kedelai. Yogyakarta : Kanisius 3. Darma, A.P., Pratama, R.H., Sukamdi, D.P. 2008. Mengungkapkan Potensi Tersembunyi Kedelai (Glycine max) sebagai Agen Kemopreventif Yang Potensial. Makalah disajikan untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM), Yogyakarta 10 April. 4. Messina, M. J., Parsky, V., Setchell, K. D. R., Barns, S. 1994. Soy intake and cancer risk: areview of the in vitro and in vivo data. Nutr. Cancer. 21: 113-131. 5. Heijnen, C. G. M., Haenen, G. R. M. M., Oostveen, R. M., Stalpers, E. M., Bast, A. 2002. Protection of flavonoids against lipid peroxidation: the structure activity relationship revisited. Free. Radic. Res. 36: 575-581. 6. Rock, C.L., Jacob, R.A., Bowen, P.E. 1996. Update on the biological characteristics of the antioxidant micronutrients: vitamin C, vitamin E, and the carotenoids. J. Am. Diet Assoc. 96: 693-702.

7. Wiseman, H.; Halliwell, B. 1996. Damage to DNA by reactive oxygen and nitrogen species: role in inflammatory disease and progression to cancer. Biochem. J.313: 17-29. 8. Xu. X., Duncan, A. M., Merz, B. E., Kurzer, M. S. 1998. Effects of soy isoflavones on estrogenand phytoestrogen metabolism in premenopausal women. Cancer Epidemiol. Biomarkers Prev. 7: 1101-1108. 9. Song, T. T., Hendrich, S., Murphy, P. A. 1999. Estrogenic activity of glycitein, a soy isoflavone. J. Agric. Food Chem. 47: 1607-1610. 10. De-Boever, P., Verstraete, W. 2000. Health promoting effects of a soy product enriched in phytoestrogens.Mededelingen-FaculteitBiologische-Westenschappen-

Landbouwkundige-en-Toegepaste Universiteit-Gent. 65: 487-493.

11. Rauth, S., Kichina, J., Green, A. 1997. Inhibition of growth and induction of differentiation of metastatic melanoma cells in vitro by genistein: chemosensitivity is regulated by cellular p53. Br. J. Cancer. 75: 15591566. 12. Park, J. H., Oh, E. J., Choi, Y. H., Kang, C. D., Kang, H. S., Kim, D. K., Kang, K. I.,Yoo, M. A. 2001. Synergistic effects of dexamethasone and genistein on the expression of Cdk inhibitor p21WAF1/CIP1 in human hepatocellular and colorectal carcinoma cells. Int. J.Oncol. 18: 997-1002. 13. Cappelletti, V., Fioravanti, L., Miodini, P., Di-Fronzo. 2000. G. Genistein blocks breast cancer cells in the G(2)M phase of the cell cycle. J. Cell Biochem. 79: 594-600. 14. Su, S. J., Yeh, T. M., Lei, H. Y., Chow, N. H. 2000. The potential of soybean foods as a chemoprevention approach for human urinary tract cancer. Clin. Cancer Res.6: 230-236.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1.

Ketua Pelaksana Nama NIM Fakultas/Prodi Karya Tulis dan Prestasi :

: : : Kedokteran/Pendidikan Dokter

2.

Anggota Pelaksana i. Nama Lengkap : NIM : Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya Karya Tulis dan Prestasi :