Upload
sisilia-rindi-kurniasari
View
393
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
Nama Pengujian/Analisis/Materi : Pembuatan Media
Mata Kuliah : Mikrobiologi
Semester : II / Genap
PJMK/Dosen Praktikum : Woeryanto, M.si
Asisten Praktikum : Endang Sri Lestari
Disusun oleh
Sisilia Rindi Kurniasari 25010111130189
LABORATORIUM TERPADU
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
1
2012
HALAMAN PENGESAHAN
1. Nama Penguji/Analisis/Materi : Pembuatan Media
2. Penyusun :
Sisilia Rindi Kurniasari 25010111130189
3. Lokasi Kegiatan : Laboratorium Terpadu FKM UNDIP
Semarang , 6 Juni 2012
Mengetahui, Asisten Praktikum
PJMK/Dosen Praktikum
Woeryanto, M. Si Endang Sri Lestari
NIP. 130606878 NIM E2A00909
2
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................i
HALAMAN
PENGESAHAN......................................................................................................ii
DAFTAR
ISI.........................................................................................................................iii
DAFTAR
TABEL..................................................................................................................iv
DAFTAR
GAMBAR..............................................................................................................v
DAFTAR
LAMPIRAN...........................................................................................................vi
PRAKATA............................................................................................................vii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
DASAR
TEORI..................................................................................................................3
METODE
PRAKTIKUM......................................................................................................20
HASIL DAN
PEMBAHASAN...................................................................................................22
PENUTUP...........................................................................................................24
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................................25
LAMPIRAN..........................................................................................................27
3
DAFTAR TABEL
No tabel halaman
1. Tabel 1. Hasil pengamatn 22
4
DAFTAR GAMBAR
No Gambar halaman
1. Gambar.1. media endo agar 7
2. Gambar 2. Media nutrient agar 9
3. Gambar 3. TCBS medium 11
4. Gambar 4. Media glucose 11
5. Gambar 5. Media SS 15
6. Gambar 6. Autoclave 19
7. Gambar 7. Pembuatan media nutrient agar 21
8. Gambar 8. Hasil pengamatan 22
5
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel 1. Hasil pengamatn 22
2. Gambar.1. media endo agar 7
3. Gambar 2. Media nutrient agar 9
4. Gambar 3. TCBS medium 11
5. Gambar 4. Media glucose 11
6. Gambar 5. Media SS 15
7. Gambar 6. Autoclave 19
8. Gambar 7. Pembuatan media nutrient agar 21
9. Gambar 8. Hasil pengamatan 22
6
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, tauhid serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Mikrobiologi ini. Laporan praktikum ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Mikrobiologi semester II.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan praktikum
ini yaitu:
1. Orangtua yang sangat membantu pemberian motivasi serta nasehat yang
bermanfaat dalam proses penyelesaian penulisan laporan
2. Bapak Woeryanto, M.Si dan Ibu Ir. Martini, Msi yang memberikan bimbingan dan
saran selama praktikum
3. Asisten Praktikum yang memberikan bimbingan selama praktikum dan
penyusunan laporan praktikum
4. Teman-teman yang telah memberi motivasi bagi penyusunan laporan praktikum
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini memerlukan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyempurnaanya. Akhir kata, berharap semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
Semarang, Juni 2012
penulis
7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
1. Pembuatan media Endo agar
Mengetahui teknik pembuatan media endo agar
2. Pembuatan media Nutrient agar (NA)
Mengetahui teknik pembuatan media nutrient agar
3. Pembuatan media Lactose broth (LB)
Mengetahui teknik pembuatan media lactose broth
4. Pembuatan media TCBS
Mengetahui teknik pembuatan media TCBS
5. Pembuatan media Glucose
Mengetahui teknik pembuatan media glucose
6. Pembuatan media LJ
Mengetahui teknik pembuatan media LJ
7. Pembuatan media BHI
Mengetahui teknik pembuatan media BHI
8. Pembuatan media SS
Mengetahui teknik pembuatan media SS
B. MANFAAT
1. Pembuatan media Endo agar
Agar dapat mengetahui dan membedakan berbagai macam media yang
digunakan untuk mengisolasi bakteri
2. Pembuatan media Nutrient agar (NA)
Agar dapat mengetahui dan membedakan berbagai macam media yang
digunakan untuk mengisolasi bakteri
3. Pembuatan media Lactose broth (LB)
Agar dapat mengetahui dan membedakan berbagai macam media yang
digunakan untuk mengisolasi bakteri
8
4. Pembuatan media TCBS
Agar dapat mengetahui dan membedakan berbagai macam media yang
digunakan untuk mengisolasi bakteri
5. Pembuatan media Glucose
Agar dapat mengetahui dan membedakan berbagai macam media yang
digunakan untuk mengisolasi bakteri
6. Pembuatan media LJ
Agar dapat mengetahui dan membedakan berbagai macam media yang
digunakan untuk mengisolasi bakteri
7. Pembuatan media BHI
Agar dapat mengetahui dan membedakan berbagai macam media yang
digunakan untuk mengisolasi bakteri
8. Pembuatan media SS
Agar dapat mengetahui dan membedakan berbagai macam media yang
digunakan untuk mengisolasi bakteri
9
BAB II
DASAR TEORI
A. Media
Media adalah suatu tempat yang berguna untuk pertumbuhan dan
berkembangnya mikroba. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang, media
harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu media harus mengandung unsur
hara yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan, memiliki tekanan
osmotik, memiliki tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan
mikroba, serta sebelum digunakan media harus dalam keadaan steril, yang
berarti tidak ada pertumbuhan mikroba lain yang tidak diharapkan. Didalam
nedia oun sudah terdapat bahan-bahan makanan yang berguna untuk
pertumbuhan mikroba yang bentuknya alami dan bahan kimianya berbentuk
senyawa-senyawa organik.(Suriawiria, 2005, 74 : 172)
Pada pembuatan medium sebaiknya menggunakan air suling atau
aquadest. Mikroorganisme memiliki kebutuhan dasar hidup diantaranya adalah
air, energi, karbon, mineral, dan faktor tumbuh. Faktor tumbuh adalah komponen
yang esensial tidak dapat disintesis sendiri oleh organisme. Selain itu, keasaman
(pH) medium juga sangat penting bagi pertumbuhan mikroorganisme dan
sebagian besar tumbuh optimal pada pH 7.
Tipe-tipe medium:
1. Medium serbaguna
Paling umum digunakan pada bakteriologi, contohnya kaldu nutrien.
2. Medium selektif
Mengandung zat kimia tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan
sekelompok atau lebih bakteri tanpa harus menghambat pertumbuhan
organisme yang dibutuhkan.
3. Medium diferensial
Mengandung zat kimia tertentu untuk membedakan berbagai macam bakteri.
10
(Hadioetomo, 1993, 44-46:163).
Macam-macam medium berdasarkan konsistensinya:
1. Medium cair
Berguna untuk pembiakan organisme dalam jumlah yang besar, fermentasi,
dan uji-uji yang lain. Contohnya adalah Nutrient Broth dan Glucose Broth.
2. Medium setengah padat
Digunakan untuk menguji keberadaan motilitas serta kemampuan fermentasi.
Medium ini serungkali mengandung gelatin ataupun agar-agar, namun
konsentrasinya lebih kecil daripada medium padat.
3. Medium padat
Berguna untuk menumbuhkan mikroba pada permukaan, sehingga koloninya
dapat dihitung, diamati, dan diisolasi. Contoh medium padat adalah Nutrient
Agar (NA), Plate Count Agar, Potato Dextrose Agar (PDA). (Hadioetomo,
1993, 46:163).
Macam-macam bentuk media :
1. Media alami
Tersusun dari bahan-bahan organik (alami). Yang paling banyak digunakan
adalah bentuk kultur jaringan pada tumbuhan dan hewan. Contohnya adalah
telur sebagai pertumbuhan virus.
2. Media sintetik
Media sintetik tersusun oleh senyawa kimia, dipergunakan untuk membuat
kultur bakteri Clostridium. Contoh: K2HPO4, KH2PO4, NaCl, CaCO3, dll.
3. Media semi sintetik
Medianya tersusun dari bermacam-macam campuran bahan alami dan
bahan sintetik. (Suriawiria, 2005, 76-77 : 172)
Bahan pembuat medium menjadi padat adalah agar-agar, gelatin
atau gel silika. Dan yang paling sering digunakan adalah agar-agar. Bahan
11
utama dari agar-agar adalah galaktan yang merupakan kompleks karbohidrat
yang telah diekstraksi dari alga marin genus Gelidium, namun sebagian
besar mikroorganisme tidak menggunakannya sebagai bahan makanan,
sehingga agar-agar dapat berguna sebagai bahan pemadat. Agar akan larut
atau mencair bila dipanaskan pada suhu 100oC dan akan tetap berbentuk
cair bila didingunkan sampai suhu 43oC. Jika gelatin, sekali memadat harus
dipanaskan kembali sampai kurang lebih 100oC untuk cair kembali. Namun,
pada media agar tidak dianjurkan untuk mencair kembali lebih dari dua kali
karena akan mengakibatkan hasilnya kurang baik. (Hadioetomo, 1993,
46:163).
Dalam pembuatan media padat, pada proses pemanasan media cair
harus diaduk secara terus-menerus dengan stirrer (pengaduk magnet) yang
berfungsi untuk mencegah hangusnya atau meluapnya medium. Pada
pembuatan media dengan cawan petri, medium tidak boleh bersuhu terlalu
tinggi ketika dituang karena akan mengakibatkan kondensasi air yang
berlebihan pada tutup cawan petri dan air akan kembali menetes pada agar
yang telah memadat. Pemindahan medium dari tabung reaksi ke cawan petri
harus dilakukan secara aseptis untuk mencegah tercemarnya biakan murni.
Biakan murni adalah biakan yang hanya terdiri dari satu spesies tunggal.
(Anonim, 2008)
Pembuatan media agar miring berfungsi untuk mendapatkan
permukaan media yang lebih luas sehingga mikroorganisme yang tumbuh
bisa lebih banyak dan tersebar. Sedangkan pada agar tegak berfungsi untuk
kebutuhan gas dari mikroorganisme. Media agar cawan bertujuan
menyediakan permukaan yang luas untuk proses isolasi. Tabung durham
berbentuk sama dengan tabung reaksi, tetapi lebih kecil ukurannya dan
berfungsi menampung gas yang terbentuk akibat dari metabolisme bakteri
yang diuji. Penempatannya harus terendam sempurna dalam media dan
tidak boleh ada gelembung udara (Anonim, 2008).
B. Contoh – contoh Media
12
1. Endo agar
Endo agar adalah media padat (solid plating media), digunakan untuk
menumbuhkan bakteri yang hidup di usus. Media ini mengandung natrium
sulfit dan “basic fuchsin” yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif. Asam yang dihasilkan dari perombakan laktosa dapat dideteksi
dengan asetaldehida dan natrium sulfit. (Pelczar, 1986).
Endo agar adalah medium pertumbuhan mikrobiologi dengan warna
pink, pada umumnyadigunakan dalam mengembangkan bakteri salmonella
dan kini banyak digunakan pula untuk mengembangkan bakteri koliform.
Biasanya bakteri gram negative dapat tumbuh dengan baik pada medium ini
sedangkan bakteri gram positive cenderung terhambat pertumbuhannya.
Bakteri koliform memfermentasikan laktosa pada medium ini
dan menimbulkan warna merah (Eschericha coli) sedangkan bakteri
tanpa fermentasi laktosa menghasilkan warna bening. (Pelczar, 1986).
Endo Agar dikembangkan oleh Endo untuk membedakan bakteri
gram negative berdasarkan fermentasi laktosa, sedangkan menghambat
bakteri gram positif. Penghambatan nanti dicapai tanpa menggunakan garam
empedu seperti yang digunakan secara tradisional. Endo berhasil dalam
menghambat bakteri gram positif pada medianya dengan penggabungan
sulfit natrium dan fuchsin dasar. Pada Agar Endo yang dihasilkan, juga
dikenal sebagai sulfit fuchsin dan Infusion agar, digunakan untuk mengisolasi
basil tifus. Endo Agar direkomendasikan oleh APHA sebagai media penting
dalam pemeriksaan mikrobiologi air dan air limbah, produk susu dan
makanan. Endo Agar digunakan untuk mengkonfirmasi deteksi dan
enumerasi bakteri coliform mengikuti tes dugaan air minum. Hal ini juga
digunakan untuk deteksi dan isolasi coliform dan fecal coliform dari susu,
produk susu dan makanan. Media berisi mencerna lambung dari jaringan
hewan yang menyediakan nitrogen, karbon, vitamin dan mineral yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri. Natrium sulfit dan fuchsin dasar
membuat media selektif dengan menekan organisme gram positif. Coliform
13
menghasilkan koloni merah muda di fermention laktosa sementara laktosa
non fermentor menghasilkan koloni berwarna pada media. Dengan
Escherichia coli, reaksi ini sangat terasa sebagai mengkristal fuchsin, yang
menunjukkan kalau logam permanen kehijauan (fuchsin kilau) ke koloni.
Sedang harus disimpan jauh dari cahaya untuk menghindari foto-oksidasi.
(Pelczar, 1986).
Gambar.1. media endo agar
2. Nutrient agar
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk
dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme
yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini
merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan
agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam
prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk
membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk
mengisolasi organisme dalam kultur murni. Pada pembuatan medium NA ini
ditambahkan pepton agar mikroba cepat tumbuh, karena mengandung
banyak N2 (Dwidjoseputro, 1994). Agar yang digunakan dalam proses ini
untuk mengentalkan medium sama halnya dengan yang digunakan pada
medium PDA yang juga berperan sebagai media tumbuh yang ideal bagi
mikroba (Schlegel, 1993). Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan
disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan
wadah sesuai yang dibutuhkan.
14
Dalam percobaan warna NA sebelum dilarutkan dalam aquades
adalah coklat, dan setelah dilarutkan dalam aquades berubah menjadi
kekuning-kuningan dan terdapat endapan. Jadi untuk menghilangkan
endapan tersebut maka dipanaskan dalam penangas air dengan tabung
Erlenmeyer disumbat dengan alat penyumbat. Setelah sterilisasi warna
medium menjadi agak coklat
Nutrient Agar merupakan suatu medium yang mengandung
sumber nitrogen dalam jumlah cukup, yaitu 0,3 % ekstrak daging sapi, 0,5 %
peptone tetapi tidak mengandung sumber karbohidrat, jadi baik untuk
pertumbuhan bakteri, namun kapang dan khamir tidak dapat tumbuh dengan
baik (Fardiaz,1993).
Menurut Omalu (2011) komposisi dari NA adalah pepton dari
daging 5,0 gram/liter, ekstrak daging 3,0 gram/liter, agar-agar 12,0 gram/liter.
Media ini digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Langkah untuk membuat
media NA adalah dimulai dengan menimbang NA bubuk sebanyak 4 gram
lalu dimasukkan ke dalam aquades 200 ml dan diaduk rata. Kemudian
dimasukkan stirrer guna mencegah hangusnya dan meluapnya larutan
kemudian dipanaskan di atas hot plate hingga larutan berwarna jernih. Lalu
larutan tersebut dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi berisi masing-masing
5 ml, 3 tabung reaksi masing-masing 10 ml, dan 13 tabung reaksi dengan
masing-masing 10 ml. Tabung reaksi ditutup mulut tabungnya dengan kapas
agar tetap steril, dibungkus menggunakan plastik bening dan diikat
menggunakan karet gelang untuk mencegah kontaminasi oleh
mikroorganisme lain yang tidak diharapkan sesuai dengan teori Volk &
Wheeler (1993). Seluruh tabung reaksi tersebut dimasukkan ke dalam
autoklaf untuk disterilisasikan selama 15 menit pada suhu 121oC. Setelah
proses sterilisasi, 5 tabung yang berisi 5 ml larutan dibuat agar miring dan
setelah dingin berwarna kuning emas dan berbentuk cair, sedangkan 3
tabung yang berisi 10 ml larutan dibuat agar tegak setelah dingin berwarna
kuning bening dan wujudnya padat. Menurut Anonim (2008) pembuatan agar
miring bertujuan untuk mendapatkan media yang lebih luas sehingga
15
mikroorganisme yang diharapkan tumbuh dapat lebih banyak dan menyebar,
sedangkan pada agar tegak bertujuan dalam kebutuhan gas dari
mikroorganisme. Kemudian 13 tabung reaksi yang berisi 10 ml, dipindahkan
ke dalam cawan petri secara aseptis untuk mencegah kontaminasi dari
mikroorganisme lain yang tidak diinginkan dan hal tersebut sesuai dengan
teori Anonim (2008). Setelah dingin warna dari media adalah kuning emas
dan wujudnya padat. Sesuai dengan pendapat Hadioetomo (1993),
pembuatan media menggunakan NA termasuk dalam medium padat yang
berguna untuk menumbuhkan mikroba pada permukaan, sehingga koloninya
dapat dihitung, diamati, dan diisolasi (Hadioetomo ,1993).
Gambar 2. Media nutrient agar
3. Lactose broth
Media yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kehadiran
bakteri coliform (bakteri Gram negatif) berdasarkan terbentuknya asam dan
gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli.
Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas yang
dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara.
Tabung dinyatakan positif coliform jika terbentuk gas sebanyak 10% atau
lebih dari volume di dalam tabung Durham. (Suriawiria, 1996).
Lactose Broth (LB) termasuk kedalam medium cair. Medium ini
berguna untuk memperbanyak koliform. Komposisinya adalah ekstrak beef
0,3% yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat dan nitrogen yang
16
dibutuhkan bakteri, pepton 0,5% yang berfungsi sebagai sumber protein,
nitrogen dan karbohidrat, serta laktosa 0,5% sebagai sumber energi,
karbohidrat dan aquades yang merupakan sumber oksigen dan pelarut.
(Anonim, 2010).
4. TCBS
TCBS agar atau Thiosulfate Citrate Bile salt Sucrose agar
termasuk media selektif yang biasanya digunakan untuk menumbuhkan atau
mengisolasi bakteri Vibrio spp. Media ini disebut juga Vibrio Selective agar.
TCBS agar memiliki keselektifitas tinggi untuk menumbuhkan dan
mengisolasi bakteri Vibrio cholera dan Vibrio parahaemolitycus.
TCBS agar mengandung sodium citrate, sodium thiosulfate, sodium
cholate, dan oxbile sebagai media selektif, membuat pH menjadi basa untuk
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan menekan bakteri
coliform. Meningkatkan pH juga berguna untuk menumbuhkan bakteri Vibrio
cholera karena organisme ini sangat sensitif terhadap lingkungan yang
sifatnya asam. Media ini mengandung sukrosa sebagai bahan frementasi
untuk metabolisme bakteri Vibrio spp.karena bakteri ini dapat memfermentasi
sukrosa. Media ini mengandung sodium chloride untuk menstimulasi
pertumbuhan bakteri dan menjaga keseimbangan tekanan osmotik. Sodium
thiosulfate juga merupakan sumber sulfur (Soemarno, 2000)
Gambar 3. TCBS medium
5. Glucose
17
Media Glukosa terdiri dari agar-agar, glukosa, pepton dan indikator pH.
Setelah inokulasi dengan strain baik di bawah penutup uji satu menempatkan
cukup minyak mineral dalam satu tabung untuk mencegah oksigen mencapai
itu. Tabung sekarang terlihat seperti set 1 di bawah ini. Menetaskan tabung
dan memeriksa kembali
6.
Jika mereka sekarang terlihat seperti set 2 organisme mengoksidasi
glukosa. Di bagian atas tabung beraspal itu telah berkembang dengan
mengoksidasi glukosa, ini membentuk asam dan indikator mendaftarkan
penurunan pH dengan memutar kuning.Oksigen tidak menembus ke bagian
bawah tabung terbuka dan sebagainya wilayah ini tetap hijau
Jika tabung terlihat seperti set 3 organisme adalah
fermentasi. Organisme ini dapat metabolisme glukosa dengan fermentasi
itu. Fermentasi tidak membutuhkan oksigen dan menghasilkan asam,
indikator menunjukkan asam yang telah dihasilkan sepanjang kedua
tabung. (Skierka.2010)
Jika terlihat seperti diset 4 organisme tidak menggunakan glukosa
sama sekali.Media O / F mengandung pepton serta glukosa. Organisme
yang tidak menggunakan glukosa oksidatif atau fermentively dapat
memperoleh energi dengan mengoksidasi pepton tersebut. Ini hanya dapat
terjadi secara oksigen dapat mencapai hasil dalam produksi alkali dengan
produk. PH naik dan indikator menjadi biru. (Skierka.2010)
Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada media
glukosa yang berubah menjadi warna kuning, artinya bakteri ini membentuk
asam dari fermentasi glukosa. Pada media glukosa juga terbentuk
gelembung pada tabung durham yang diletakan terbalik didalam tabung
18
Gambar 4. Media GlukosaSumber : www. Wikimedia.org
media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas. Pada uji laktosa dan sukrosa
memperlihatkan hasil yang negatif yaitu tidak terjadinya perubahan warna
dan tidak terlihat adanya pembentukan gelembung gas pada tabung Durham.
Perubahan warna yang terjadi menandakan bahwa bakteri ini membentuk
asam dari fermentasi glukosa. Pembentukan gelembung gas yang terjadi
pada tabung Durham disebabkan oleh adanya reaksi permentasi karbohidrat
(Hadioetomo, 1985).
Media ini disteril di autoclave, media ini disimpan pada suhu 37˚C,
digunakan sebagai pelarut gula-gula dan uji test reaksi indol dengan
ditambahkan reagent kovac. TB 4% 1ml.Media ini disteril di autoclave,
disimpan pada suhu 37˚C, media ini digunakan untuk mengetahui fermentasi
karbohidrat. (Hadioetomo, 1985).
6. LJ
Media Lowenstein - Jensen, lebih dikenal sebagai media LJ, adalah
medium pertumbuhan khusus digunakan untuk kultur Mycobacterium ,
terutama Mycobacterium tuberculosis . Ketika ditanam di LJ menengah,
M. TBC muncul sebagai coklat, koloni granular (kadang-kadang disebut
"penggemar, kasar dan keras"). Media harus diinkubasi untuk jangka waktu
yang signifikan, biasanya empat minggu, karena waktu penggandaan
lambat M. TB dibandingkan dengan bakteri lain (15 - 20 jam). ( Anonym.
2011). Dalam 600 ml air Lowenstein jensen medium mengandung:
a. Asparagine-3,60 g
b. Monopotasium phosphate-2,50 g
c. Magnesium citrate-0,50 g
d. Magnesium sulfate-0,24 g
e. Potato flour-30,00 g
f. Malasit green-0,40 g
g. Egg(fresh,whole)-1000,00 ml
h. Glyserol-12,00 g (Resti pratita.2012).
7. BHI
19
Brain Hearth Infusion Agar (BHI Agar) merupakan media non-selektif
diperkaya untuk isolasi dan penanaman bakteri anaerobik dan
mikroorganisme lainnya. Sifat nutrisi dasar BHI dari padatan serta peptones
daging, dengan penambahan ekstrak ragi. Media ini dilengkapi dengan
hemin dan vitamin K1 sebagai faktor pertumbuhan yang paling berpengaruh
bagi bakteri anaerob. Media ini disusun, dibagikan, disimpan dan dikemas di
bawah kondisi bebas oksigen untuk mencegah pembentukan produk
teroksidasi sebelum digunakan (mimin.2010).
a. Rumus:
a) BHI-37,0 g
b) Ragi Extrac- 5,0 g
c) Hemin (0,1% Sol'n)-5,0 ml
d) Vitamin K 1 (1 Sol'n%)-0,05 ml
e) Agar-15,0 g
f) Distilasi Air-1000.0 ml
g) L-Sistei- 0,5 ml
h) PH akhir 7,2 + / - 0,2 pada 25 derajat C.
i) Bobot akhir 16,0 g + / - 1,6.
b. Prosedur
Koleksi spesimen: Spesimen untuk kultur anaerobik harus dilindungi
dari udara (oksigen) selama pengumpulan, transportasi dan
pengolahan. Konsultasikan referensi yang tepat untuk rincian petunjuk
tentang pengumpulan dan pengangkutan anaerob.
Metode untuk Penggunaan: BHI AGAR harus diinokulasi langsung
dengan bahan klinis atau kaldu yang sebelumnya telah diinokulasi dari bahan
klinis. Piring diinokulasi harus melesat untuk mendapatkan koloni terisolasi,
segera ditempatkan dalam suasana anaerob dan diinkubasi pada 35-37 o C
selama 18 - 48 jam. Periode inkubasi tambahan mungkin diperlukan untuk
memulihkan beberapa anaerob. Instruksi lengkap untuk pengolahan budaya
anaerob dapat ditemukan dalam referensi yang sesuai. (Anonym.2008)
20
Kegunaan : Untuk pertumbuhan bermacam-macam mikroorganisme
phatogenik(bakteri).
Prinsip kerja : Berisi irisan kecil dari jaringan otak dan dapat digunakan
untuk menumbuhkan banyak bakteri seperti streptococcus, staphylococcus,
Kandunan : Nutrien substrat, glukosa, NaCl, Dinatrium hydrogen phospat
Hasil positif :Media berubah menjadi keruh (mimin.2010)
8. SS
Salmonella Shigella (SS) agar merupakan media agar diferensial
yang digunakan untuk mengisolasi Enterobacteriaceae patogen, khususnya
Salmonella spp. dan Shigella spp. dari makanan, alat-alat kesehatan lain,
dan bahan percobaan klinik. Aksi penghambatan pada bakteri koliform dan
gram-positif dilakukan oleh campuran garam bile dan brilliant green pada
medium. Sodium sitrat menghambat bakteri gram-positif. Neutral red
merupakan pH indikator bagi bakteri yang memfermentasi laktosa akan
menghasilkan koloni berwarna merah jambu. Beberapa Salmonella and
Proteus spp. menghasilkan bulatan hitam (presipitat ferri sulfat) di tengah
koloni sebagai hasil produksi gas H2S. Morfologi khas kolonial pada
Salmonella Shigella Agar adalah : E.coli pertumbuhan, merah muda atau
merah, Enterobacter / Klebsiella Sedikit, pertumbuhan, pink Proteus tak
berwarna, biasanya dengan pusat hitam, Salmonella tak berwarna, biasanya
dengan pusat hitam, Shigella berwarna, Pseudomonas beraturan, sedikit
pertumbuhan, Salmonella typhi: tak berwarna koloni, pusat hitam ( Anonim.
2009)
21
Gambar 5. media SS
C. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses untuk memusnahkan seluruh organisme yang
terdapat pada suatu benda dan juga berarti membebaskan tiap benda dari semua
kehidupan dalam bentuk apapun. Mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh
panas (kalor), gas (formaldehida, etilen oksida, dan lain-lain), serta oleh sinar ultra
atau sinar gamma. Mikroorganise dapat juga disingkirkan dengan cara mekanik oleh
sentrifugasi kecepatan tinggi oleh filtrasi. (Irianto, 2006, 75:256)
Tiga cara utama yang umum digunakan dalam proses sterilisasi adalah:
1. Penggunaan panas
Terbagi menjadi 2 jenis :
a. Sterilisasi panas lembab (sterilisasi basah)
Menggunakan panas dari uap air jenuh bertekanan pada suhu 121oC
selama 15 menit. (Hadioetomo, 1993, 55:163).
b. Sterilisasi panas kering (sterilisasi kering)
Proses sterilisasi tanpa menggunakan kelembaban. Alat yang digunakan
mempunyai suhu oven 160-175ºC selama 10 menit untuk dapat
mematikan mikroorganise. Bahan yang biasanya disterilkan dengan cara
22
ini adalah pecah belah, seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri dari
kaca, botol sampel. (Hadioetomo, 1993, 57:163).
2. Penggunaan bahan kimia
Sterilisasi ini menggunakan gas atau radiasi. Bahan kimia yang digunakan
yaitu etilena oksida, asam perasetat, formaldehida, dan glutaraldehida
alkalin. Sterilisasi dengan radiasi dapat menggunakan sinar gama (sinar
ultraviolet).
3. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi dilakukan pada suhu kamar. Larutan atau suspensi dibebaskan dari
semua organisme hidup dengan melewatkannya di saringan dengan ukuran
pori (0,45 atau 0,22μm ) sehingga bakteri dan sel yang lebih besar dapat
tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung pada wadah yang steril.
(Hadioetomo, 1993, 55-58:163).
Sterilisasi kering dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a. Pemijaran
Diterapkan pada ose ujung-ujung pinset dan sudip (spatula) logam,
b. Jilatan api (flaming)
Diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek dan
kaca penutup. Benda-benda tersebut dijilatkan pada api bunsen tanpa
membiarkannya memijar. Dapat juga dilakukan dengan cara mencelupkan ke
dalam spiritus bakar, tetapi cara ini tidak menghasilkan suhu yang tinggi
untuk sterilisasi. Biasanya diterapkan pada permukaan baskom dan mortir.
c. Tanur Uap Panas (Hot-Air oven)
Sebagian besar sterilisasi kering dilakukan dengan alat ini. Digunakan pada
suhu 160-165oC selama 1 jam. Baik dilakukan untuk alat-alat kering yang
terbuat dari kaca, seperti tabung reaksi, pinggan petri, labu, pipet, pinset,
23
skalpel, gunting, kapas hapus tenggorok, alat suntik dari kaca. Masuknya
panas ke dalam bahan-bahan berjalan lambat, jadi harus disterilkan dalam
jumlah sedikit dan dalam lapisan tipis tidak lebih dari 0,5 cm dalam pinggan
petri. Kadang-kadang dilakukan sterilisasi pada suhu 170oC selama 2 jam.
(Irianto, 2006, 86, 256)
Sterilisasi basah dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Perebusan dalam air
Cara tersebut hanya cukup untuk mematikan mikroorganisme yang tidak
berspora. Cara ini tidak menjamin sterilitas, tetapi dianggap cukup
memuaskan untuk tujuan sterilitas mutlak tidak esensial dan cara lain pun
tidak mungkin dilakukan.
b. Uap mengalir
Cara ini bebas digunakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat yang dapat
menahan uap tanpa tekanan. Air mendidih dan uap bebas tidak pernah
mencapai suhu lebih dari 100oC (212oF). Keuntungan dengan cara ini adalah
tidak membutuhkan alat yang khusus, tetapi kerugiannya yaitu memakan
waktu lama dan dalam beberapa cairan seperti air, sporanya tidak segera
tergerminasi dan mungkin saja terbawa spora anaerob yang tidak tumbuh
kontak dengan oksigen atmosfer.
c. Uap dalam tekanan
Cara ini dilakukan dengan autoklaf. Di dalam autoklaf, uapnya dalam
keadaan jenuh dan meningkatnya tekanan menyebabkan suhu menjadi lebih
tinggi, yaitu di bawah tekanan 15 lb (2 atm). Suhunya dapat meningkat
sampai 121oC. Bila uapnya bercampur dengan udara sama banyak, pada
tekanan yang sama, maka suhunya hanya tercapai 110oC. Karena itu udara
dalam autoklaf harus dikeluarkan sampai habis untuk memperoleh suhu yang
diinginkan. Pada suhu tersebut semua mikroorganisme vegetatif maupun
24
spora dapat mati dalam waktu yang tidak lama, yaitu sekitar 15-20 menit.
(Irianto, 2006, 86-87, 256)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan autoklaf:
1. Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan dari
ruang sterilisator.
2. Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap.
3. Bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeable terhadap uap
4. Suhu yang terukur oleh termometer harus mencapai 121oC selama 15 menit.
(Hadioetomo, 1993, 56:163).
Ketika melakukan sterilisasi, cawan petri lazimnya ditempatkan dalam kaleng
atau dibungkus kertas, tabung uji dan botol disumbat dengan kapas untuk
mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme dalam atmosfir. (Volk & Wheeler, 1993,
39:396). Sterilisasi panas-lembab lebih efektif dan efisien dalam mematikan
mikroorganisme karena membutuhkan suhu tidak setinggi metode panas-kering.
(Volk, W.A. & M.F. Wheeler ,1993)
D. Autoclave
Autoclave digunakan untuk mensterilkan alat-alat maupun medium
mikroorganisme.
25
Gambar di bawah adalah contoh jenis autoclave yang paling sederhana. Prinsip
kerja alat ini sama dengan prinsip kerja kukusan (alat sederhana untuk menanak
nasi) hanya saja memiliki tekanan sehingga menghasilkan panas yang lebih tinggi.
Hal ini bertujuan untuk lebih menyempurnakan proses sterilisasi. Tahap sterilisasi
sebenarnya cukup singkat yaitu dengan suhu 121 derajat celsius selama 15 menit.
Namun waktu keseluruhan mulai dari pemanasan awal (kenaikan suhu) sampai
pendinginan (penurunan suhu) bisa mencapai kurang lebih 2 jam-an. Yang perlu
diperhatikan selama mengoperasikan alat ini adalah tutupnya jangan diletakkan
sembarangan dan dibuka-buka karena isi botol atau tempat medium akan meluap
dan hanya boleh dibuka ketika manometer menunjukkan angka 0. Medium yang
mengandung vitamin, gelatin atau gula, maka setelah sterilisasi medium harus
segera didinginkan. Cara ini untuk menghindari zat tersebut terurai. Medium dapat
langsung disimpan di lemasi es jika medium sudah dapat dipastikan steril
(Dwidjoseputro, 1994).
Gambar 6 autoclave
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
Kolve erlenmeyer
26
Kapas
Timbangan
Inkubator
Lampu spirtus / bunsen
Autoclave
Tabung reaksi
Tabung durham
Piring petri
Pengaduk
Kapas
Aquades
Media powder
1. Endo agar
2. Nutrient agar (NA)
3. Lactose broth ( LB )
4. TCBS
5. Glucose
6. LJ
7. BHI
8. SS
B. CARA KERJA
1. Pembuatan media nutrient agar
a. Memasukan reagen NA ke dalam tabung erlenmayer
b. Menambahkan 50 cc air kedalam tabung erlenmayer
c. Mengaduk dan menghomogenkan sampai kembali jernih
d. Menutup tabung erlenmayer dengan kapas kemudian
memasukkannya kedalam autoclave selama 1 jam dengan suhu 121
c
e. Menuangkan media kedalam piring petri
C. Skema kerja
27
Pembuatan media nutrient agar
Reagen NA dimasukkan kedalam tabung erlenmayer
500 cc air ditambahkan kedalam tabung erlenmayer
Regen diaduk dan dihomogenkan sampai kembali jernih
Tabung erlenmayer ditutup dengan kapas kemudian dimasukkan
kedalam autoclave selama 1 jam dengan suhu 121 C
Media dituangkan kedalam piring petri
Gambar 7. Pembuatan media nutrient agar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
Mulai
selesai
A. HASIL PENGAMATAN
Media Warna sebelum
di homogenkan
Warna setelah
dihomogenkan
Fungsi
Nutrient agar
(NA)
Keruh Orange Media pertumbuhan
kuman gram (+) dan
gram (-)
Tabel 1. Hasil pengamatan
Sebelum dihomogenkan setelah dihomogenkan
Gambar 8. Hasil pengamatan
B. PEMBAHASAN
Media nutrient agar adalah salah satu dari banyak media yang digunakan
untuk menumbuhkan bakteri. Media nutrient agar adalah media yang digunakan
untuk pertumbuhan kuman gram (+) dan kuman gram (-). Warna media ini sebelum
dihomogenkan adalah keruh dan setelah diaduk dan dihomogenkan akan berubah
warna menjadi orange.
Berdasarka hasil percobaan didapatka hasil bahwa sebelum disterilkan
warna medium cokelat dan setelah disterilkan warnanya berubah menjadi merah
bata. Konsistensi sebelum disterilkan adalah cair dan setelah disterilkan medium
menjadi padat. Hal ini terjadi karena medium ini menggunakan bacto agar yang
29
berfungsi memadatkan media. Dengan demikian, berdasarkan konsistensinya
medium tersebut termasuk dalam medium padat yang dicairkan yang berarti bahwa
pada keadaan panas berbentuk cair dan jika didinginkan berbentuk padat. Adapun
fungsi dari masing-masing bahan dalam membuat medium ini adalah Ekstrak daging
berfungsi sebagai sumber lemak/lipid, Pepton berfungsi sebagai sumber nitrogen,
Bacto agar berfungsi untuk memadatkan media, Aquades berfungsi sebagai pelarut
universal. Selain itu, air juga diperlukan untuk berlangsungnya reaksi-reaksi
enzimatik dalam sel. Media ini digunakan untuk pembiakan bakteri. Semua media
berubah warna menjadi lebih keruh dan terkontamisasi oleh mikroorganisme yang
berbentuk bulat.
30
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dari percobaan pembuatan media ini dapat diambil kesimpulan yaitu
terdapat beberapa media yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri
antara lain :
a. Endo agar : untuk pertumbuhan kuman gram (-) misalnya
proteus, psedomonas, cytobacter, introbacter, e. colli
b. Nutrient agar : untuk pertumbuhan kuman gram (+) dan (-)
c. Lactose agar : digunakan untuk material dari benda – benda cair
seperti jus , susu, jamu gendong, es batu , es teh, dawet, air isi ulang
d. TCBS : digunakan untuk pertumbuhan kuman Vibrio cholera
e. Glucose : digunakan khusus untuk pertumbuhan jamur
f. LJ : digunakan untuk pertumbuhan kuman TB ( TB
medium )
g. BHI : digunakan untuk media transport
h. SS : digunakan untuk media pertumbuhan Salmonella
shigela
2. Pada pembuatan media NA larutan reagen NA yang sebelumnya keruh
berubah menjadi orange setelah dihomogenkan.
B. SARAN
1. pada saat membuat media harus diperhatikan kesterilan media , jangan
sampai terkontaminasi dengan bakteri lain
2. saat menggunakan pembakar spirtus sebaiknya berhati – hati agar tidak
terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.
3. Setelah selesai praktikum sebaiknya semua alat dan bahan di bersihkan
agar tidak ada kuman yang tertinggal
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). Sterilisasi Media Kultur.
http://fpk.unair.ac.id/webo/kuliah-pdf/sterilisasi-2010%20%5BCompatibility%20Mode
%5D.pdf. Universitas Airlangga. Surabaya. Diakses tanggal 15 Mei 2011.
Anonim. (2001). Peptone Yeast Glucose Broth. http://www.dalynn.com/docs/AN104-
5.pdf. Research Dalynn Biologycal. Diakses 15 Mei 2011.
Anonim. (2008). Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar.
http://www.freewebs.com/mikrodas/PETUNJUK%20PRAKTIKUM.pdf. Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Diakses
tanggal 15 Mei 2011.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Hadioetomo, R. S. (1993). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Irianto, K. (2006). Mikrobiologi : Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I. CV. Yrama
Widya. Bandung.
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai
Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.
http://anekaplanta.wordpress.com/2008 /03/02/teknik-penyimpanan-dan-
pemeliharaan-mikroba/. Diakses pada tanggal 1 juni 2012
Omalu, C. J., V. A. Ayanwale, A. B. Ajalaruru, A. Z. Mohammed, J. D. Bala & V.
Chukwuemeka. (2011). Isolation Of Fungi And Bacteria From Housefly (Musca
Domestica L.)
Larvae .http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_microbiology/
32
volume_9_number_1_19/article_printable/isolation-of-fungi-and-bacteria-from-
housefly-musca-domestica-l-larvae.html. The Internet Journal of Microbiology 2010 :
Volume 9 Number 1. Diakses 1 juni 2012.
Pelczar, M.1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Erlangga : Jakarta.
Suriawiria, Unus. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. Volk, W. A.
& M. F. Wheeler. (1993). Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Volk, W. A. & M. F. Wheeler. (1993). Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Setyawati ,Gita Novianti .2012).Endo agar dan EMBA..http://www.scribd. com/
doc/55707829/Endo-Agar-Dan-EMBA. Diakses tanggal 30 Mei 2012.
Soemarno. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. 2000. Akademi Analis Kesehatan
Yogyakarta. Yogyakarta
33