26
LAPORAN INDIVIDU BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS SKENARIO I INVESTIGASI DAN STUDI EPIDEMIOLOGI TERHADAP OUTBREAK

Upload Investigasi Outbreak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Upload Investigasi Outbreak

LAPORAN INDIVIDUBLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

SKENARIO I

INVESTIGASI DAN STUDI EPIDEMIOLOGI TERHADAP OUTBREAK

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET

2010BAB I

Page 2: Upload Investigasi Outbreak

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kedokteran komunitas adalah cabang kedokteran yang memusatkan perhatian

kepada kesehatan angota-anggota komunitas, dengan menekankan diagnosis dini

penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard) kesehatan yang

berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada komunitas

(The Free Dictionary, 2010).

Seorang dokter yang berorientasi kedokteran komunitas diharapkan memiliki

kemampuan untuk menghitung frekuensi penyakit dan angka kejadian penyakit pada

populasi, mendiagnosis masalah penyakit pada populasi, membandingkan distribusi

penyakit pada populasi (community diagnosis), membandingkan distribusi penyakit

pada populasi-populasi, lalu menarik kesimpulan tentang penyebab perbedaan

distribusi penyakit pada populasi, dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk

mencegah penyakit, melindungi, memulihkan, dan meningkatkan kesehatan populasi.

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya suatu kejadian

kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian atau kesakitan/kematian

yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun

waktu tertentu. Untuk mencegah terjadinya KLB perlu diadakan pemantauan

kejadian luar biasa, merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan secara terus

menerus terhadap frekuensi penyakit khususnya penyakit potensi wabah yang timbul

sehingga dapat diketahui permasalahan yang terjadi di masyarakat untuk dapat

dilakukan tindakan.

Sistem Problem Based Learning yang diterapkan fakultas kedokteran UNS

memasuki blok Kedokteran Komunitas. Oleh karena dokter komunitas wajib

mencegah dan menanggulangi terjadinya kejadian luar biasa dalam masyarakat maka

topik kejadian luar biasa atau outbreak sesuai dijadikan pembahasan dalam blok ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Skenario 1 memberikan gambaran terjadinya outbreak di Puskesmas

Selogiri, Wonogiri, dengan keluhan muntah-muntah dan kepala pusing serta

beberapa diantaranya mengalamin diare. Sebanyak 22 dari 27 orang pasien tersebut

sehari sebelumnya mengunjungi acara hajatan keluarga di Dukuh Sidomulyo. Hasil

pemeriksaan fisik didapatkan setengah diantaranya mengalami dehidrasi sedang.

Page 3: Upload Investigasi Outbreak

Data surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten menunjukkan, setiap bulan terjadi

hanya  sekitar 5 kasus serupa di kecamatan tersebut. Kasus ini kemudian dicurigai

sebagai outbreak keracunan yang meyebabkan gangguan gastroenteritis. Untuk itu

perlu diketahui riwayat alamiah penyakit infeksi, dan persiapan kemungkinan

melakukan investigasi outbreak, studi epidemiologi, intervensi yang harus

diberikan untuk menghentikan outbreak sekarang dan mencegah terulangnya

outbreak di masa mendatang.

Permasalahan yang dibahas dalam laporan dapat dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kedokteran komunitas, kedokteran keluarga, dan

kedokteran okupasi?

2. Apakah yang dimaksud dengan riwayat alamiah penyakit menular?

3. Apakah yang dimaksud dengan surveilans kesehatan masyarakat?

4. Apakah yang dimaksud dengan investigasi outbreak dan bagaimana langkah-

langkah untuk melakukan investigasi outbreak?

5. Apakah yang dimaksud dengan studi epidemiologi analitik dan bagaimana

langkah-langkah melakukan studi epidemiologi analitik?

6. Apa sajakah tindakan yang dapat dilakukan oleh dr. Galih dalam upaya

mencegah timbulnya penyakit yang sama di masa mendatang?

7. Apakah kasus yang sebenarnya terjadi di dalam komunitas di skenario?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

1. Mengetahui fungsi investigasi outbreak.

2. Mengetahui langkah-langkah investigasi outbreak.

3. Mengetahui penjelasan mengenai surveilans epidemiologi dan tujuannya.

4. Mengetahui definisi dan contoh dari pelayanan primer, sekunder dan tersier.

5. Mengetahui pengertian pencegahan primer, sekunder dan tersier.

BAB II

Page 4: Upload Investigasi Outbreak

TINJAUAN PUSTAKA

A. INVESTIGASI OUTBREAK

1. Definisi Outbreak

Outbreak adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi

normal secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat terbatas,

misalnya desa, kecamatan, kota, atau institusi yang tertutup (misalnya sekolah,

tempat kerja, atau pesantren) pada suatu periode waktu tertentu (Gerstman,

1998; Last, 2001; Barreto et al., 2006). Hakikatnya outbreak sama dengan

epidemi (wabah). Hanya saja terma kata outbreak biasanya digunakan untuk

suatu keadaan epidemik yang terjadi pada populasi dan area geografis yang

relatif terbatas. Area terbatas yang merupakan tempat terjadinya outbreak

disebut fokus epidemik. Outbreak dapat disebut juga sebagai “kejadian luar

biasa”

Dalam menentukan outbreak/ epidemi perlu batasan yang jelas tentang

komunitas, daerah, dan waktu terjadinya peningkatan kasus. Untuk dapat

dikatakan outbreak/ epidemi, jumlah kasus tidak harus luar biasa banyak

dalam arti absolut, melainkan luar biasa banyak dalam arti relatif, ketika

dibandingkan dengan insidensi biasa pada masa yang lalu, disebut tingkat

endemis (Greenberg et al., 2005).

Jika terjadi outbreak maka pihak berwenang melakukan investigasi

outbreak secara retrospektif dan atau prospektif (apabila outbreak masih

berlangsung) dengan tujuan: (1) Mengetahui penyebab outbreak; (2) Menyetop

outbreak sekarang dan (3) Mencegah outbreak di masa mendatang (Greenberg

et al., 2005).

Tujuan khusus investigasi outbreak adalah mengidentifikasi: (1) Agen

kausa outbreak; (2) Cara transmisi; (3) Sumber outbreak; (4) Carrier; (5)

Populasi berisiko; (6) Paparan yang menyebabkan penyakit (faktor risiko).

2. Langkah Investigasi Outbreak

Menurut Gregg dalam Ungchusak (2002), investigasi outbreak dibagi ke

dalam 10 langkah sebagai berikut :

a. Mengkonfirmasi keberadaan outbreak.

Page 5: Upload Investigasi Outbreak

Investigator harus mampu mengkonfirmasi apakah ini merupakan kasus

outbreak dan mampu membandingkan jumlah kasus saat ini dengan tahun-

tahun sebelumnya dalam periode waktu yang sama.

b. Memverifikasi diagnosis dan etiologi kasus penyakit.

Investigator mencari diagnosis yang tepat dan etiologi dari penyakit

tersebut dengan tujuan sebagai dasar untuk memberikan prevensi segera

terhadap timbulnya kasus baru.

c. Membuat definisi kasus, memulai pencarian kasus dan mengumpulkan

informasi-informasi terkait kasus.

Investigator membuat definisi kasus yang akan diterapkan secara

konsisten selama investigasi. Dalam mendefinisikan kasus, digunakan

seperangkat kriteria sebagai berikut : (1) kriteria klinis (gejala, tanda,

onset); (2) kriteria epidemiologis (karakteristik orang yang terkena, tempat

dan waktu terjadinya outbreak); (3) kriteria laboratorium (hasil kultur dan

waktu pemeriksaan) (Bres, 1986).

Pada daerah dengan sistem surveilans kesehatan rumah sakit yang baik,

pencarian kasus dapat dilakukan dengan mengaplikasikan definisi kasus

pada data hasil surveilans tersebut. Tetapi, bila hanya ditemui sedikit kasus

di rumah sakit, maka investigator harus melakukan pencarian kasus secara

aktif.

Mengenai informasi kasus, yang harus dikumpulkan meliputi empat

macam informasi, yaitu : (1) informasi identitas (nama dan alamat pasien,

nomor telepon rumah sakit); (2) informasi demografik (usia, jenis kelamin,

pekerjaan, agama, ras); (3) informasi klinis (gejala, tanda, onset, durasi,

hasil dari prosedur diagnosis); (4) informasi faktor resiko.

d. Mendeskripsikan outbreak dan membuat hipotesis.

Investigator mendeskripsikan frekuensi dan pola penyakit pada populasi

menurut karakteristik orang (dengan tabulasi), waktu (dengan kurva

epidemi), dan tempat (dengan spot map).

Dengan tabulasi, investigator dapat mempelajari perbedaan risiko

kelompok-kelompok populasi yang terkena outbreak berdasarkan

karakteristik umur, gender, ras, pekerjaan, kelas sosial, status kesehatan,

Page 6: Upload Investigasi Outbreak

dan sebagainya. Dengan kurva epidemi, investigator dapat melihat pola

timbulnya penyakit dalam suatu rentang waktu tertentu. Sedangkan dengan

spot map, investigator dapat memperkirakan lokasi sumber penyakit.

Selanjutnya, investigator merumuskan hipotesis tentang kausa dan

sumber outbreak.

e. Menguji hipotesis.

Selain studi deskriptif, terkadang hipotesis juga butuh untuk diuji dengan

studi analitik. Umumnya adalah studi kasus kontrol. Studi analitik ini

dibutuhkan untuk mengungkap kausa dan sumber outbreak apabila dengan

studi deskriptif kausa dan sumber outbreak belum terungkap.

f. Melakukan studi lingkungan atau studi lainnya untuk mendukung

penemuan epidemiologis.

Di samping studi analitik dapat mengkonfirmasi hipotesis, investigator

masih membutuhkan bukti-bukti terkait lingkungan atau lainnya sebagai

penjelasan bukti epidemiologis.

g. Membuat simpulan mengenai kausa penyebab outbreak.

Investigator harus mengidentifikasi kausa outbreak berdasar empat bukti,

yaitu: (1) bukti laboratorium (hasil pemeriksaan laboratorium); (2) bukti

klinis (gejala, tanda, onset, durasi, hasil dari prosedur diagnosis); (3)

informasi lingkungan (bukti keterkaitan lingkungan); (4) bukti

epidemiologis (pola penyebaran penyakit).

h. Memberikan laporan dan rekomendasi pada pemerintah lokal dan nasional.

Merupakan langkah terpenting dalam investigasi outbreak untuk dapat

segera mendapatkan respon dan aksi (implementasi) dari pemerintah

terhadap keadaan outbreak ini.

i. Menyebarkan informasi pada masyarakat umum dan komunitas pelayanan

kesehatan.

Penyebaran informasi ini bertujuan meningkatkan kewaspadaan

pemerintah dan masyarakat untuk dapat mengimplementasikan tindakan

untuk prevensi terjadinya kasus seperti outbreak yang telah terjadi.

j. Melakukan follow up untuk mengukur implementasi atas rekomendasi

yang diberikan.

Page 7: Upload Investigasi Outbreak

Follow up ini dilakukan dalam bentuk menjaga komunikasi dengan

pemerintah lokal, pemantauan perjalanan kasus outbreak dan pemantauan

implementasi yang diberikan.

B. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

1. Pengertian Umum

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis

data secara terus-menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan kepada

pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah

kesehatan lainnya (DCP2, 2008). Surveilans bertujuan memberikan informasi

tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor

resiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan

dengan lebih efektif.

Tujuan khusus surveilans: (1) memonitor kecenderungan penyakit; (2)

mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini

outbreak; (3) memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit

pada populasi; (4) menetukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu

perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan; (5)

mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan; (6) mengidentifikasi

kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).

Dikenal beberapa surveilans: (1) surveilans individu; (2) surveilans

penyakit; (3) surveilans sindromik; (4) surveilans berbasis laboratorium; (5)

surveilans terpadu; (6) surveilans kesehatan masyarakat global.

2. Manajemen Surveilans

a) Fungsi Inti; meliputi kegiatan surveilans dan langkah-langkah intervensi

kesehatan

b) Fungsi Pendukung (Support activities); meliputi pelatihan, supervisi,

penyediaan sumber daya manusia, manajemen sumber daya dan komunikasi

(Murti, 2010).

3. Pendekatan Surveilans dibagi 2 jenis (Murti, 2010) :

a. Surveilans pasif

Page 8: Upload Investigasi Outbreak

Memantau penyakit secara pasif , dengan menggunakan data penyakit

yang harus dilaporkan (reportable disease) yang tersedia di fasiliras pelayanan

kesehatan. Kelebihan : relatif murah & mudah dilakukan. Kekurangan: kurang

sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit, tingkat pelaporan dan

kelengkapan laporan rendah

b. Surveilans aktif

Menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke

lapangan, desa-desa praktik pribadi dokter/tenaga medis lainnya, puskesmas ,

klinik , rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau

kematian disebut penemuan ksus dang konfirmasi laporan kasus indeks.

Kelebihan : Lebih akurat daripada surveilans pasif dan dapat mengidentifikasi

out break local. Kekurangan : mahal & sulit dilakukan

4. Surveilans Efektif

Karakteristik surveilans efektif menurut Murti, 2010 antara lain cepat, akurat,

reliable, representative, sederhana, fleksibel, dan akseptabel.

C. PENCEGAHAN PENYAKIT

Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah,

menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan. Dengan

menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang terbukti efektif.

Terdapat tiga tingkat pencegahan penyakit yang dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Pencegahan primer

Adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor

risiko, sebelum dimulainya perubahan patologis, dilakukan pada tahap suseptibel

dan induksi penyakit, dengan tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus

baru penyakit (AHA Task Force, 1998).

2. Pencegahan sekunder

Merupakan upaya pencegahan pada fase penyakit asimtomatis, tepatnya pada

tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit secara klinis melalui

deteksi dini. Deteksi dini penyakit sering disebut “skrining”. Skrining adalah

identifikasi yang mendiga adanya penyakit atau kecacatan yang belum diketahui

Page 9: Upload Investigasi Outbreak

dengan menerapkan suatu tes, pemeriksaan, atau prosedur lanilla, yang dapat

dilakukan dengan cepat.

3. Pencegahan terrier

Adalah upaya pencegahan progresi penyakit ke arah berbagai akibat penyakit

yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien. Pencegahan

tersier dilakukan oleh dokter dan profesi kesehatan lain (seperti fisioterapis).

D. PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yakni :

1. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan

masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali

diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau

kecelakaan.

2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care),

adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut

(rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah

sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan

kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan

kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar

masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari penyakit (Juanita, 2002).

Bentuk-bentuk pelayanan kesehatan tersebut antara lain berupa Posyandu, dana

sehat, polindes (poliklinik desa), pos obat desa (POD), pengembangan masyarakat

atau community development, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya peningkatan

pendapatan (income generating) dan sebagainya (Juanita, 2002).

E. STUDI EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang

menentukan keadaan yang berhubungan dengan kesehatan atau kejadian-kejadian

pada kelompok penduduk tertentu.

Berdasarkan definisi itu, penelitian epidemiologi dapat dibagi menjadi dua

kategori: (1) penelitian yang mengarah kepada deskripsi distribusi dan frekuensi

Page 10: Upload Investigasi Outbreak

penyakit menurut orang, tempat, dan waktu, dan (2) penelitian yang diarahkan untuk

memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor penyebab penyakit (Murti, 1995).

1. Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi Deskriptif bertujuan menggambarkan pola distribusi dan

determinan penyakit menurut populasi, letak geografik, dan waktu. Indikator yang

digunakan mencakup faktor sosiodemografik: umur, gender, ras, status

perkawinan, pekerjaan, maupun variabel-variabel gaya hidup: jenis makanan,

perilaku seks, konsumsi obat-obatan.

Penelitian epidemiologi deskriptif bermanfaat untuk 1) Memberikan

masukan penting bagi pengalokasian sumber daya dalam rangka perencanaan

yang efisien 2) Memberikan petunjuk awal tentang kemungkinan bahwa sebuah

faktor adalah penyebab penyakit. Tujuan kedua bermanfaat untuk membantu

memformulasikan suatu hipotesis bahwa suatu variabel merupakan faktor

penyebab atau preventif bagi penyakit. Hipotesis yang diformulasikan melalui

penelitian deskriptif ini kelak diuji melalui penelitian analitik. Perlu diingat,

formulasi hipotesis tidak harus melalui penelitian empirik deskriptif

Hipotesis bisa saja dirumuskan dari hasil kontemplasi teoretik, kajian

temuan penelitian sebelumnya maupun gagasan spekulatif melalui proses deduktif

logik.

Ada beberapa desain penelitian deskriptif antara lain (1) Studi korelasi

ekologi, (2) Laporan kasus, dan (3) Studi cross sectional (Murti, 1995).

2. Epidemiologi Analitik

Epidemiologi analitik adalah penelitian epidemiologi yang secara eksplisit

diarahkan untuk memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor penyebab penyakit.

Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab

timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi dari data dan

informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif. Prinsip analisis

dalam epidemiologi analitik adalah membuat perbandingan secara sistematik

apakah ada perbedaan risiko terkena penyakit antara kelompok terpapar dan tidak

terpapar faktor penelitian. Penggunaan kelompok pembanding itulah yang

memungkinkan epidemiolog menguji hipotesis epidemiologi dalam desain studi

analitik.

Page 11: Upload Investigasi Outbreak

Epidemologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk:

Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.

Memprediksikan kejadian penyakit

Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian

penyakit.

Ada sejumlah pilihan desain studi analitik, tetapi secara umum dapat dibagi

menjadi dua kategori yakni studi observasional dan studi eksperimental.

Perbedaan pokok keduanya terletak pada peran yang dimainkan peneliti. Pada

studi observasional, peneliti hanya mengamati perjalanan alamiah peristiwa dan

membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak terpapar faktor penelitian, dan

siapa yang telah mengalami dan tidak mengalami penyakit yang diteliti. Pada

studi eksperimental, peneliti secara sengaja mengalokasikan paparan dan

kemudian mengikuti perjalanan subjek untuk dicatat perkembangan penyakit yang

dialami subjek selanjutnya.

Terdapat dua jenis studi observasional, yakni studi kasus kontrol, dan studi

kohort studi potong lintang (cross sectional). Pada studi kasus kontrol,

sekelompok subjek dengan penyakit yang menjadi perhatian penelitian dan

sekelompok kontrol (pembanding) yang tidak menderita penyakit tersebut dipilih

untuk penelitian. Kemudian proporsi paparan (faktor) penelitian pada masing-

masing kelompok dibandingkan. Pada studi kohor, subyek diklasifikasikan

berdasarkan status paparan yakni terpapar atau tidak terpapar faktor penelitian.

Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized

Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi) (Notoatmodjo, 2003).

BAB III

PEMBAHASAN

Page 12: Upload Investigasi Outbreak

Skenario 1 menceritakan bahwa dokter Galih sebagai dokter komunitas di daerah

Selogiri, Wonogiri. Sejak semalam ada 5 pasien, keesokan harinya 10 kasus indeks dan

hari berikutnya ditemukan 12 pasien dengan gejala yang sama yaitu muntah dan pusing.

Berdasarkan anamnesis diperoleh keterangan bahwa 22 dari 27 pasien tersebut

mengunjungi acara hajatan keluarga di Dukuh Sidomulyo.

Dokter Galih mempersiapkan investigasi outbreak. Investigasi outbreak ini

dilakukan dalam beberapa langkah, meliputi: identifikasi outbreak, investigasi kasus,

investigasi kausa, langkah pencegahan dan pengendalian, studi analitik (jika perlu),

komunikasikan temuan, evaluasi dan teruskan surveilans.

Kasus ini dalam skenario ini telah memenuhi kriteria terjadinya kejadian luar

biasa. Salah satu kriterianya adalah peningkatan kejadian penyakit atau kematian 2 x

atau lebih dibanding dgn periode sebelumnya (jam,minggu,bulan ,tahun) yakni dari

awalnya 5 pasien dan keesokan harinya meningkat menjadi 10 pasien. Langkah kedua

dalam investigasi outbreak adalah memastikan terjadinya wabah atau outbreak dengan

menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan.

Biasanya dilakukan dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah

beberapa minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan jumlah yang ada pada periode

waktu yang sama di tahun-tahun sebelumnya dengan melihat data surveilans. Dokter

Galih melakukan penelusuran data surveilans kesehatan masyarakat setahun terakhir

yang menunjukkan setiap bulan hanya terjadi 5 kasus di kecamatan tersebut. Data dan

temuan yang ada di lapangan mengindikasikan telah terjadi outbreak di daerah tersebut.

Gejala yang dikeluhkan dalam pasien - pasien ini adalah khas keluhan

gastrointestinal yakni muntah, pusing serta diare. Ada kemungkinan besar pasien-pasien

ini menderita food borne disease. Kriteria wabah akibat keracunan makanan adalah

ditemukannya dua atau lebih penderita penyakit serupa, yang biasanya berupa gejala

gangguan pencernaan (gastrointestinal), sesudah memakan makanan yang sama.

Untuk itu tahap selanjutnya perlu dilakukan definisi kasus baik berdasarkan

kriteria klinis (gejala, tanda, onset), epidemiologis, dan laboratorium sehingga kasus

dapat diklasifikasikan menjadi kasus suspek, kasus mungkin, atau kasus pasti.

Investigasi kausa dapat dilakukan dengan wawancara kasus menggunakan kuesioner

dan formulir baku.

Page 13: Upload Investigasi Outbreak

Selanjutnya setelah didapatkan data-data dari investigasi kasus, data tersebut

disajikan dalam epidemiologi deskriptif. Dalam epidemiologi deskriptif, dilakukan

hitung jumlah kasus, analisis waktu, incidence rate, dan risiko dan selanjutnya peneliti

mendeskripsikan distribusi kasus menurut orang, tempat, waktu, luas daerah outbreak

(dengan spotmap), dan populasi yang terkena outbreak. Dengan epidemiologi deskriptif,

peneliti dapat merumuskan hipotesis tentang kausa dan sumber outbreak.

Dokter Galih merencanakan melakukan studi epidemiologi analitik. Studi

epidemiologi analitik dilakukan jika fakta dari investigasi kasus dan kausa kadang

belum memadai untuk mengungkapkan sumber dan kasus outbreak. Ini merupakan

pendekatan untuk mencari faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit. Studi analitik

untuk investigasi outbreak yang mencakup: pertanyaan penelitian, signifikansi

penelitian, desain studi, subyek, variabel-variabel, pendekatan analisis data, interpretasi

dan kesimpulan. Desain penelitian yang lazim digunakan adalah studi kasus kontrol atau

kohor retrospektif.

Pada kasus skenario ini sebagian kasus telah terjadi, maka peneliti desain

penelitian yang cocok digunakan adalah kohor retrospektif untuk mengetahui jenis

makanan atau minuman yang menjadi penyebab foodborne disease. Penyebab outbreak

dapat dianalisis dengan tabulasi silang untuk menghitung risiko relative (RR dan CI

95%). Prinsipnya jenis makanan dengan RR tertinggi merupakan penyebab outbreak

yang paling mungkin.

Setelah investigasi outbreak, dilanjutkan dengan upaya untuk menghentikan

outbreak dengan cara: mengeliminasi sumber pathogen, memblokade proses transmisi,

mengeliminasi kerentanan penjamu (host susceptibility) (Greenberg et al., 2005; Aragon

et al., 2007).

Kasus dalam skenario termasuk kategori penyakit menular. Oleh karena itu,

tindakan dokter yang paling utama adalah mengontrol sumber atau reservoir infeksi,

memutus rantai penularan dan memproteksi kelompok penduduk yang rentan (Chandra,

2009). Untuk melakukan kontrol terhadap sumber atau reservoir maka perlu dilakukan

penelusaran riwayat alamiah penyakit sehingga kausa penyakit dapat diketahui. Nilai

penting dari pengetahuan mengenai riwayat penyakit adalah seorang dokter dapat

menentukan tindakan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.

Page 14: Upload Investigasi Outbreak

Pencegahan yang dapat dilakukan agar di waktu mendatang tidak terjadi

foodborne disease antara lain memasak bahan makanan terutama yang berasal dari

hewan, masyarakat sebaiknya diedukasi mengenai cara penyimpanan makanan dalam

lemari pendingin, menyiapkan bahan makanan untuk dimasak, dan menjaga sanitasi

lingkungan.

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Page 15: Upload Investigasi Outbreak

Dokter komunitas memfokuskan perhatian pada kesehatan anggota komunitas,

dengan penekanan pada diagnosis dini penyakit, adanya faktor yang dapat

membahayakan dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit di

komunitas. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak

hanya memandang penderita sebagai individu sakit, tetapi sebagai bagian dari unit

keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi

penderita atau keluarganya. Hal ini seperti yang dilakukan dr. Galih menemukan

adanya dugaan outbreak gangguan gastroenteritis di lingkungannya. Sebagai dokter

keluarga, dr.Galih melihat adanya pola penularan kasus tersebut dalam satu

keluarga dan sebagai dokter komunitas, dr.Galih juga menemukan bahwa kasus

tersebut terjadi pada 27 orang di dalam komunitas yang sama.

Investigasi outbreak dan studi epidemiologi analitik dilakukan untuk mengetahui

kebenaran terjadinya outbreak, penyebab, dan cara mengatasinya sehingga dapat

rantai penularan penyakit sekaligus mencegah terulangnya outbreak di masa

mendatang

B. SARAN Peran dokter komunitas dan dokter keluarga perlu ditingkatkan dalam upaya

meningkatkan kualitas kesehatan dalam individu, keluarga, komunitas, serta

lingkungannya secara holistik, komprehensif, dan continuing.

Studi epidemiologi analitik dapat dilakukan jika investigasi kasus dan kausa

belum belum memadai untuk mengungkapkan sumber dan kausa outbreak.

Kerja sama berbagai pihak perlu ditingkatkan antara lain Puskesmas, Dinas

Kesehatan Kota/ Kabupaten, peneliti dalam melakukan evaluasi dan meneruskan

surveilans

Masyarakat sebaiknya diedukasi mengenai cara penyimpanan makanan,

menyiapkan bahan makanan untuk dimasak, dan menjaga sanitasi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Upload Investigasi Outbreak

Agus R. Dan Seaton A. 2005. Practical Occupational Medicine. UK: Hodder Headline/ Arnold Publisher.

Aragón T, Enanoria W, Reingold A (2007). Conducting an outbreak investigation in 7

steps (or less). Center for Infectious Disease Preparedness, UC Berkeley School

of Public Health. http://www.idready.org. (Juli 2007)

Bres P. 1986. Public Health Action In Emergencies Caused by Epidemics: A Practical

Guide. Geneva : World Health Organization

Budiarto, e., Anggraeni, D. 2003. Pengantar Epidemiologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. pp: 100-102

Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran dan Pencegahan Komunitas. Jakarta: EGC.

DCP2. 2008. Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics. Disease

Control Priority Project.www.dcp2.org/file/153/dcpp-survailance.pdf.

Giesecke. 2002. Modern infectious disease epidemiology. London: Arnold

GreenbergRS, Daniels SR, Flanders WD, Eley JW, Boring JR (2005). Medical

epidemiology. New York: Lange Medical Books/ McGraw-Hill

John Hopkins University. 2006. Disaster epidemiology. Baltimore, MD: The Johns

Hopkins and IFRC Public HealthGuide for Emergencies.

Juanita. 2002. Peran Asuransi Kesehatan dalam Benchmarking Rumah Sakit dalam

Menghadapi Krisis Ekonomi.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3747/1/fkm-juanita5.pdf. (31

Agustus 2010).

Last, JM. 2001. A dictionary of epidemiolody. New York: Oxford University Press, Inc.

Murti B. 1995. Penelitian Epidemiologi. FK UNS: Surakarta.

Murti, B. 2010. Investigasi Outbreak. http://fk.uns.ac.id/index.php/download/file/16 (2

September 2010)

National University of Singapore. 2004. Family Medicine Posting. Family Medicine

Primer 2004. Singapore: Department of Community, Occupation and Family

Medicine. National University of Singapore.

Notoatmodjo S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2,

Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

The Free Dictionary. 2010. Community Medicine. Medical-dictionary.thefreedictionary.com/community+medicine. Diakses 20 Agustus 2010.

Page 17: Upload Investigasi Outbreak

Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV. Sagung Seto, pp: 8-11

Ungchusak K. 2002. Principles of Outbreak Investigation. In : Detels R., McEwen J.,

Beaglehole R., Tanaka H. Oxford Textbook of Public Health 4th Edition. Oxford

University Press, pp: 1155-71.

Wikipedia. 2010a. Biomedicine. en.wikipedia.org/wiki/Biomedicine. (5 September

2010)

Wikipedia. 2010b. Health Sciences. en.wikipedia.org/wiki/Health_science. (5

September 2010)

Wikipedia. 2010c. Medicine. en.wikipedia.org/wiki/Medicine. (5 September 2010)