Upload
trantram
View
247
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 1 of 18
UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DLHK PROVINSI BANTEN MELAKSANAKAN BIMBINGAN TEKNIS
PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM
Peran laboratorium lingkungan sangat penting dalam mengendalikan
pencemaran lingkungan, di mana di dalamnya di perlukan data yang absah
tentang parameter kualitas lingkungan. Salah satu unsur yang menentukan
dalam proses pemantauan kualitas lingkungan adalah adanya laboratorium
lingkungan yang handal yang mampu menguji parameter kualitas
lingkungan dan menyajikan hasil uji yang terjamin kualitas pengujiannya
bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiah maupun hukum. Dalam
kegiatannya, berbagai pengujian dilakukan laboratorium lingkungan
termasuk pengujian kimia. Hal ini menimbulkan limbah analisis kimia
sebagai hasil samping.
Sebagaimana disyaratkan, suatu laboratorium lingkungan harus
melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republih Indonesia No 6 Tahun
2009.
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 2 of 18
Hasil samping Laboratorium lingkungan juga sebagian berupa limbah
B3 yang dihasilkan dari sisa pengujian parameter COD, Parameter Logam
dan sisa bahan kimia yang telah kadaluarsa.
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diperlukan adanya
upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup untuk
mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dan perizinan.
Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan
pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.
Program Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah Laboratorium
Lingkungan ini di desain dan sampaikan untuk memberikan kepada sumber
daya laboratorium agar mampu memahami dan menguasai teknik
identifikasi, pemilahan, dan pengolahan limbah laboratorium lingkungan
sebagai bentuk persyaratan dan kepatuhan terhadap peraturan/perundang-
undangan yang berlaku.
Di harapkan setelah menyelesaikan program Bimbingan Teknis
Pengelolaan limbah Laboratorium ini peserta mampu:
a. Memahami dan menguasai teknik pengolahan limbah laboratorium
lingkungan
b. Mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasi sumber limbah
laboratorium lingkungan.
c. Mampu memahami karakteristik limbah laboratorium lingkungan.
d. Bisa dan mampu melaksanakan pengolahan limbah laboratorium
lingkungan.
Materi bimbingan teknis Parameter COD;
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 3 of 18
- Peraturan Per Undang-Undangan Untuk Pengelolaan Limbah termasuk
Limbah B3
- Manajemen Pengelolaan Limbah Laboratorium Untuk Akreditasi
Laboratorium Lingkungan (Pedoman KAN P-15)
- Tinjauan umum pengolahan limbah laboratorium Lingkungan
(termasuk pencegahan, pemilahan limbah).
- Pengelolaan sisa sampel laboratorium kimia lingkungan.
- Minimisasi limbah laboratorium kimia lingkungan.
- Keserlamatan Kerja dalam Pengelolaan Limbah
Bimbingan teknis ini dilaksanakan Pada Tanggal 17 dan 18 Juli 2018, kegiatan bimbingan teknis dilaksanakan dalam format penyampaian materi dan diskusi. Untuk
pelaksanaan Bimbingan teknis ini di di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten.
Materi disampaikan oleh tenaga ahli Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Asesor Komite Akreditasi Nasional (KAN), Peserta bimbingan teknis Pengelolaan Limbah Laboratorium diikuti sebanyak 30 orang, terdiri dari personel UPT laboratorium lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten serta personel laboratorium Kabupaten/Kota se Provinsi Banten.
Berikut ringkasan materi Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah Laboratorium:
A. PAPARAN KE 1 OLEH : Bapak Ansor Dirjend Verifikasi Pengelolaan limbah B3 dan Non B3
Judul Materi: Peraturan Per Undang-Undangan Untuk Pengelolaan Limbah termasuk Limbah B3 Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 WAJIB melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya (PP 101 tahun 2014, Pasal 3, Ayat 1) Contoh Timbulan Limbah FABA Kegiatan PLTU Batubara
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 4 of 18
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Bahan bakar utamanya dapat berupa batubara. Menghasilkan :
1. Limbah Fly Ash dari fasilitas EP 2. Limbah Bottom Ash dari Boiler 3. Terkadang limbah Gypsum dengan kandungan sulfur tinggi 4. Minyak Pelumas Bekas 5. B3 Kadaluarsa, tumpahan 6. Used rags 7. Tinta, elektronik dll Dasar Hukum : Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Izin Lingkungan Pasal 22 : setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Pasal 34 : setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam
kriteria wajib amdal, wajib memiliki UKL-UPL. Pasal 36 : setiap usahan dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal
atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan. BAB VII PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3 Pasal 59 (1) Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan
Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya. (2) Dalam hal B3 telah kedaluwarsa pengelolaannya mengikuti
ketentuan Pengelolaan Limbah B3. (3) Dalam hal Setiap Orang tidak mampu melakukan sendiri
Pengelolaan Limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain .
(4) Pengelolaan Limbah B3 wajib memiliki izin dari Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(5) Menteri, gubernur, bupati/walikota wajib mencantumkan persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipenuhi Pengelola Limbah B3 dalam izin.
(6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan. (7) Ketentuan lain mengenai Pengelolaan Limbah B3 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 5 of 18
Pasal 60 Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin. Pasal 61 (1) Dumping hanya dapat dilakukandengan izin dari Menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) Dumping hanya dapat dilakukan di lokasi yang telah ditentukan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan dumping
limbah atau bahan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Tujuan Pengelolaan Limbah B3 1. Mengurangi RESIKO Limbah B3 terhadap KESEHATAN MANUSIA dan
LINGKUNGAN HIDUP. 2. Mendukung tercapainya Lingkungan Hidup yang Bersih dan Sehat
guna mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Strategi Pengelolaan Limbah B3 1. Penguatan Aspek Hukum
Peraturan dan Penaatan 2. Penguatan Kapasitas dan Kelembagaan
Pemerintah Pusat dan Daerah 3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Cost Effectiveness 4. Peningkatan Peran Masyarakat 5. Penguatan Kerjasama Internasional
Basel Convention Prinsip-prinsip Pengelolaan Limbah B3 Kehati-hatian (Precautionary) Tanggung Jawab Mutlak (Strict Liability) Pencemar Bertanggung Jawab (Polluter Pays) 3R Reduce, Reuse, Recycle/Recovery Pencemar Global Transboundary Good Environmental Governance APLIKASI Prinsip-prinsip
• SEMUA LIMBAH WAJIB DIKELOLA • PENGELOLAAN LIMBAH B3 DIDASARKAN PADA RISIKONYA TERHADAP
KESEHATAN & LINGKUNGAN • PENGELOLAAN LIMBAH B3 DILAKUKAN SECARA TUNTAS (FROM
CRADLE TO GRAVE) • PELIBATAN STAKEHOLDERS DALAM PENYUSUNAN RPP, TIM AHLI
LIMBAH B3
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 6 of 18
Arah Kebijakan PLB3 1) Mendorong produsen melakukan pemanfaatan kembali
kemasan dan/atau B3 (EPR, extended producer responsibility).
2) Mendorong penghasil melakukan pemilahan dan pengolahan limbah dan limbah B3 dari sumbernya (reduce).
3) Mendorong pemanfaatan kembali limbah B3 (reuse, recycle, recovery) dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian.
4) Mengatur ekspor limbah B3 (notifikasi & registrasi) sesuai konvensi internasional.
5) Mendorong investasi pengelolaan limbah B3 terpadu di wilayah NKRI.
6) Limbah-limbah khusus, dapat didumping ke laut dengan persyaratan.
7) Pengaturan disatukan dengan pertimbangan pengaturannya lebih HOLISTIK.
LIMBAH B3 SEBAGAI SUMBER DAYA
Konsep Circular Economy Circular Economy merupakan konsep yang mendorong penggunaan raw material secara efisien. Konsep ini mendiskusikan tentang ekonomi yang mampu menyediakan kebutuhan manusia tanpa mengesampingkan lingkungan dan penyerapan sumberdaya alam. Sejalan dengan konsep circular economy tersebut, maka PEMANFAATAN LIMBAH B3 yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal PSLB3 – KLHK telah menjadi satu KEBIJAKAN dan PROGRAM yang harus mampu mendorong semua pihak baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota untuk menjadikan LIMBAH B3 menjadi SUMBERDAYA.
B. PAPARAN KE 2 OLEH : Ibu Anjar Munaryanti Dirjend Verifikasi
Pengelolaan limbah B3 dan Non B3 Judul Materi : Tinjauan umum pengolahan limbah laboratorium Lingkungan termasuk pencegahan, pemilahan limbah. PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM (PEDOMAN KAN-P-15 --- AKREDITASI LABORATORIUM LINGKUNGAN
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 7 of 18
1. MINIMISASI LIMBAH 2. PENGELOLAAN LIMBAH A. PENGUMPULAN B. TRANSPORTASI C. PENYIMPANANA (SYARAT PENYIMPANAN, SYARAT RUAANG
PENYIMPANAN, PERSYARATAN LAIN) D. PENGOLAHAN E. PEMBUANGAN
3. PENGOLAHAN LIMBAH DI LUAR LABORATORIUM --- DAPAT DILAKUKAN OLEH PIHAK III DEFINISI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3) ADALAH SISA SUATU USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG MENGANDUNG B3 BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) ADALAH ZAT, ENERGI, DAN/ATAU KOMPONEN LAIN YANG KARENA SIFAT, KONSENTRASI, DAN/ATAU JUMLAHNYA, BAIK SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG DAPAT MENCEMARKAN DAN/ATAU MERUSAK LINGKUNGAN HIDUP, DAN/ATAU MEMBAHAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP, KESEHATAN, SERTA KELANGSUNGAN HIDUP MANUSIA DAN MAKHLUK HIDUP LAIN. JENIS DAN SUMBER LIMBAH B3 DARI LABORATORIUM (LAMPIRAN I PP NO. 101 /2014 LIMBAH B3 DARI SUMBER TIDAK SPESIFIK LIMBAH DARI LABORATORIUM YANG MENGANDUNG B3, DENGAN KODE LIMBAH A106d
LIMBAH B3 DARI SUMBER SPESIFIK UMUM 1. PERALATAN LABORATORIUM TERKONTAMINASI B3 DARI KEGIATAN RUMAH
SAKIT DAN FASILISTAS PELAYANAN KESEHATAN, DENGAN KODE LIMBAH A337-4
2. DARI KEGIATAN LABORATORIUM RISET DAN KOMERSIAL MENCAKUP INDUSTRI YANG MEMILIKI LAB: TEKSTIL, MAKANAN, PULP DAN KERTAS, BAHAN KIMIA, PENYEMPURNAAN, CAT, KARET DAN SEJENISNYA: A. BAHAN KIMIA KADALUARSA, DENGAN KODE LIMBAH A338-1 B. PERALATAN LAB TERKONTAMINASI B3, DENGAN KODE LIMBAH A338-2 C. RESIDU SAMPEL LIMBAH B3, DENGAN KODE LIMBAH A338-3 D. SLUDGE IPAL, DENGAN KODE LIMBAH A338-4 Pengelolaan Limbah B3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, Pasal 1, Angka 23 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014, Pasal 1 Angka 11
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 8 of 18
Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi PENGURANGAN, PENYIMPANAN, PENGUMPULAN, PENGANGKUTAN, PEMANFAATAN, PENGOLAHAN dan/atau PENIMBUNAN. PENYIMPANAN LIMBAH B3 Diatur dalam Pasal 12 s.d. Pasal 30 PP Nomor 101 Tahun 2015 Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilakukan oleh setiap orang yang
menghasilkan limbah B3. DILARANG melakukan pencampuran limbah B3 yang disimpannya. Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilengkapi dengan IZIN
pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan Limbah B3. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan Limbah B3
diterbitkan oleh bupati/walikota. PERSYARATAN TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH B3 BERUPA BANGUNAN 1. DESAIN DAN KONSTRUKSI BANGUNAN MAMPU MELINDUNGI LIMBAH
B3 DARI HUJAN DAN SINAR MATAHARI; 2. LANTAI KEDAP AIR, TIDAK BERGELOMBANG, KUAT DAN TIDAK
RETAK; 3. DINDING DIBUAT DARI BAHAN YANG TIDAK MUDAH TERBAKAR; 4. MEMILIKI PENERANGAN DAN VENTILASI; 5. MEMILIKI SALURAN DRAINASE YANG BAIK; 6. MEMILIKI BAK PENAMPUNG UNTUK MENAMPUNG
CECERAN/TUMPAHAN LIMBAH B3 PERSYARATAN TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH B3 BERUPA TANGKI/KONTAINER 1. DIBANGUN DI ATAS PERMUKAAN TANAH DENGAN LANTAI KEDAP AIR,
TIDAK BERELOMBANG, KUAT DAN TIDAK RETAK; 2. TANGKI DALAM KONDISI BAIK, TIDAK MUDAH PECAH ATAU BOCOR; 3. DIBANGUN TANGGUL YANG DILENGKAPI SALURAN PEMBUANGAN
MENUJU BAK PENAMPUNGAN YANG KEDAP AIR; 4. TANGKI TERLINDUNG DARI PENYINARAN MATAHARI DAN MASUKNYA
AIR HUJAN SECARA LANGSUNG 5. DILENGKAPI DENGAN SIMBOL LIMBAH B3
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 9 of 18
WAKTU PENYIMPANAN LIMBAH B3
Catatan: • Jumlah 50 (lima puluh) kilogram per hari merupakan jumlah kumulatif
dari 1 (satu) atau lebih nama limbah B3 • Jika melebihi jangka waktu penyimpanan, lakukan pemanfaatan
dan/atau pengolahan dan/atau penimbunan dan/atau menyerahkan kepada pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
PENGUMPULAN LIMBAH B3 Pengumpulan Limbah B3 wajib dilakukan oleh setiap orang yang
menghasilkan limbah B3 Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 tidak mampu
melakukan sendiri pengumpulan Limbah B3 yang dihasilkannya, Pengumpulan Limbah B3 diserahkan kepada Pengumpul Limbah B3.
Penyerahan Limbah B3 kepada Pengumpul Limbah B3 disertai dengan bukti penyerahan Limbah B3.
Pengumpul Limbah B3 wajib memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengumpulan Limbah B3.
Pengumpulan Limbah B3 dilakukan dengan: segregasi Limbah B3; Penyimpanan Limbah B3; dan
Segregasi Limbah B3 dilakukan sesuai dengan: nama Limbah B3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Limbah B3; dan karakteristik Limbah B3.
LIMBAH B3 YANG DISIMPAN WAKTU PENYIMPANAN (MAKSIMUM)
Limbah B3 yang dihasilkan 50 (lima puluh) kilogram per hari atau lebih;
90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan
Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per hari untuk Limbah B3 kategori 1;
180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah B3 dihasilkan
Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per hari untuk Limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak spesifik dan dari sumber spesifik umum;
365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan
Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3 dihasilkan
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 10 of 18
Penyimpanan Limbah B3 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Penyimpanan Limbah B3.
PRINSIP-PRINSIP PENGUMPULAN LIMBAH B3 Pengumpul limbah B3 DILARANG melakukan pemanfaatan
dan/atau pengolahan Limbah B3 yang dikumpulkannya sebagaian atau seluruhnya.
Pengumpul limbah B3 DILARANG menyerahkan limbah B3 yang dikumpulkannya kepada pengumpul limbah B3 lainnya.
Pengumpul DILARANG melakukan pencampuran Limbah B3. Memiliki izin lingkungan. SKALA PENGUMPULAN LIMBAH B3 PENGUMPULAN SKALA KABUPATEN/KOTA; PENGUMPULAN SKALA PROVINSI PENGUMPULAN SKALA NASIONAL PERSYARATAN PENGUMPULAN LIMBAH B3 Luas tanah termasuk untuk bangunan pengumpulan dan fasilitas
lainnya wajib disesuaikan dengan jumlah dan/atau kapasitas limbah yang dikumpulkan;
Fasilitas tempat dan/atau bangunan pengumpulan merupakan fasilitas khusus yang harus dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang dengan tata ruang yang tepat sehingga kegiatan pengumpulan dapat berlangsung dengan baik dan aman bagi lingkungan;
Setiap bangunan pengumpulan limbah B3 di rancang khusus hanya untuk 1 (satu) karakteristik limbah, dan di lengkapi dengan bak penampung tumpahan/ceceran limbah yang dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengangkatannya;
Fasilitas pada bangunan pengumpulan harus di lengkapi dengan: peralatan dan sistem pemadam kebakaran; pembangkit listrik cadangan; fasilitas pertolongan pertama; peralatan komunikasi; gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan; pintu darurat dan alarm.
C. PAPARAN KE 1 OLEH : Bapak Armelco Uyun, ST, MT ; PT ADMI Judul Materi :
1. Manajemen Pengelolaan Limbah Laboratorium Untuk Akreditasi Laboratorium Lingkungan (Pedoman KAN G-15) a. Laboratorium menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan
limbah serta menjamin komitmen terhadap penerapannya.
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 11 of 18
b. Laboratorium memiliki kebijakan untuk minimisasi limbah sebelum menghasilkan dan mengolah limbah c. Menetapkan personil yang bertanggungjawab terhadap penerapan prosedur pengelolaan limbah. d. Menetapkan perencanaan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas prosedur pengelolaan limbah. e. Melakukan evaluasi penerapan prosedur pengelolaan limbah.
Pengelolaan Limbah di Laboratorium 1.Pengumpulan a. Pengumpulan limbah dibagi dalam beberapa kategori. Contoh kategori yang dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. b. Kontainer atau wadah limbah harus diberi label. 2 Transportasi Pengangkutan/pemindahan wadah di laboratorium pengujian ke ruang penyimpanan apabila sudah terisi 75% volume wadah kemudian diganti dengan wadah yang baru dengan diberi nomor urut berikutnya. 3 Penyimpanan Jika limbah belum dapat diolah dengan segera, maka dilakukan penyimpanan dan pengemasan yang sesuai dengan prosedur penyimpanan limbah B3 berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Kep01/BAPEDAL/09/1995, tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 3.1 Syarat penyimpanan limbah: a. Dalam kondisi yang baik, tidak bocor, tidak berkarat atau tidak rusak; b. Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah; c. Maksimum kapasitas wadah 25L; d. Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya; e. Diberi simbol sesuai dengan karakteristiknya; f. Memiliki penutup yang kuat saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan. 3.2 Persyaratan ruangan penyimpanan limbah: a. memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan sesuai dengan karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan; b. terlindung dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun tidak;
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 12 of 18
c. dibuat tanpa plafon, memiliki penghawaan yang memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan; d. memiliki sistem penerangan yang memadai untuk pergudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, sakelar harus terpasang di sisi luar bangunan; e. pada bagian luar tempat penyimpanan diberi simbol sesuai dengan yang berlaku; f. lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak 3.3. Persyaratan lain Persyaratan alat lain yang harus ada di sekitar ruang penyimpanan adalah shower, alarm dan pemadam kebakaran 3.4 Pengolahan Berbagai cara pengolahan limbah dapat dilakukan setelah pemisahan seperti: a. Pengolahan limbah secara fisika. Proses ini antara lain: sedimentasi, floatasi, absorbsi, penyaringan (screening). b. Pengolahan limbah secara kimia. Proses ini antara lain: koagulasi, oksidasi, penukar ion, degradasi, ozonisasi, dan lainlain. c. Pengolahan limbah secara biologi. Proses ini antara lain: aerobik, anaerobik, fakultatif. 3.5 Pembuangan a. sebelum dibuang ke lingkungan, laboratorium harus memastikan bahwa limbah laboratorium telah aman dibuang ke lingkungan melalui hasil pengujian dan dibandingkan dengan baku mutu sesuai peraturan perundangan lingkungan hidup yang berlaku; b. jika diperlukan, bisa dilakukan insinerasi terhadap limbah yang ada dengan memenuhi persyaratan perundangan lingkungan hidup yang berlaku; c. Setiap pembuangan limbah harus direkam dan dipelihara. 3.6 Pengolahan Limbah di Luar Laboratorium Apabila laboratorium tidak sanggup melakukan pengolahan limbah, maka limbah dapat dibawa ke perusahaan pengolah limbah, melalui tahapan
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 13 of 18
pengumpulan, penyimpanan, pengemasan serta pengangkutan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Judul Materi : Minimalisasi limbah laboratorium lingkungan dan Pengelolaan sisa sampel laboratorium lingkungan Program minimisasi limbah yang dapat diterapkan di laboratorium antara lain: a. Pengelolaan bahan kimia. Pengelolaan bahan kimia dapat dilakukan: 1) mulai dari pemilihan pemasok yang tepat. Jika perlu dapat mencari pemasok yang mau menerima bahan kadaluwarsa; 2) pembelian yang tidak berlebihan sehingga tidak menyimpan bahan kadaluwarsa, atau pembelian yang terpusat; 3) penyimpanan yang tepat sesuai dengan karakteristiknya; 4) pelabelan yang benar dan jelas, tahan air dan permanen; 5) penyimpanan di tempat yang aman dan temperatur yang sesuai; 6) pengecekan secara periodik di ruang penyimpanan, terhadap kerusakan atau tumpahan bahan kimia; 7) pengambilan bahan kimia dari ruang penyimpanan dengan sistem FIFO (first in first out); 8) pembuatan reagent sesuai kebutuhan dan pelabelannya.
b. Memiliki perencanaan dalam program pengambilan contoh uji (sampling), sehingga contoh uji yang diambil tidak berlebihan, tapi cukup mewakili sesuai dengan tujuannya;
c. Pemilihan metode menggunakan bahan yang ramah lingkungan; d. Pemilihan peralatan yang tepat dalam preparasi dan analisis, yang
bisa menggunakan bahan kimia yang sedikit dan meminimisasi jumlah limbah;
e. Recovery (daur ulang) atau reuse (penggunaan kembali) bahan kimia, misalnya: 1) mencari perusahaan atau laboratorium yang bisa memanfaatkan bahan kimia; 2) recovery solven; 3) recovery logam; 4) penggunaan kembali air pendingin destilasi;
f. Pelatihan personil; g. Tata kelola yang apik (good housekeeping);
D. PAPARAN KE 2 OLEH : Bapak Ir. Ahsonul Anam, MT ; PT ADMI
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 14 of 18
Judul Materi : Keserlamatan Kerja dalam Pengelolaan Limbah Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pengelolaan limbah
laboratorium lingkungan
Keselamatan dan kesehatan kerja petugas pengambil sampel merupakan
faktor yang harus dipertimbangkan saat pengelolaan limbah laboratorium
lingkungan di lakukan. Karena itu, setiap petugas pengambil sampel
diharuskan memahami keselamatan dan kesehatan kerja yang baik dan
benar. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengelolaan limbah
laboratorium lingkungan, yaitu:
Identifikasi sumber-sumber bahaya dan resiko pengelolaan limbah
laboratorium
Sumber-sumber bahaya dan resiko harus diidentifikasi dan
didokumentasikan saat menyusun perencanaan pengelolaan limbah
laboratorium. Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat membantu untuk
mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan resiko pengelolaan limbah
laboratorium:
a. dapatkah petugas pengambil sampel mencapai lokasi dan titik
pengelolaan limbah laboratorium dengan aman?
b. adakah fasilitas yang tersedia sehingga sampel diambil dengan aman?
c. apakah petugas pengambil sampel mengalami pemaparan bahan
beracun dan berbahaya saat mengambil sampel?
d. peralatan keselamatan dan kesehatan kerja apa yang harus digunakan
saat mengambil sampel?
e. pada lokasi pengambil sampel, apakah petugas pengambil sampel dapat
terhindar dari hewan yang membahayakan, misalnya nyamuk malaria,
laba-laba, ular, buaya dan lain sebagainya?
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 15 of 18
Selain pertimbangan hal-hal tersebut diatas, petugas pengambil
sampel harus mengidentifikasi sumber-sumber kecelakaan yang dapat
berasal dari, antara lain:
a. bahaya bahan kimia
apabila digunakan bahan kimia sebagai bahan pengawetan sampel, maka
petugas pengambil sampel harus dapat mengidentifikasi beberapa bahan
kimia yang dapat menimbulkan bahaya, antara lain:
1. asam kuat (misalnya H2SO4(p); HCl(p); HNO3(p)), basa kuat (misalnya
NaOH, KOH) yang dapat menyebabkan iritasi;
2. bahan organik (asam asetat) dapat menyebabkan terjadinya
keracunan, iritasi tenggorokkan dan saluran pernafasan;
3. bahaya kecelakaan peralatan yang dapat terjadi, misalnya luka
terkena pecahan alat gelas saat jatuh atau terkena sengatan listrik
pada kabel peralatan instrumen yang terkelupas;
4. bahaya lain yang dapat terjadi karena kesalahan sendiri, seperti:
bahaya saat menggunakan peralatan runcing/tajam, terpeleset
karena licin, dan lain sebagainya.
Apabila sumber-sumber bahaya dan resiko telah teridentifikasi maka
tindakan pencegahan harus dilakukan agar kecelakaan dapat dihindari.
Sehubungan dengan hal tersebut, petugas pengambil sampel harus
menggunakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan.
Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut harus dipelihara dan
diuji kelaikannya secara periodik. Selain peralatan keselamatan dan
kesehatan kerja, petugas pengambil sampel harus membawa kotak P-3K
yang berisi obat-obatan, desinfektan, pelunak racun, salep dan lain
sebagainya. Apabila terjadi kecelakaan saat pengelolaan limbah
laboratorium, maka tindakan penyelamatan harus segera dilakukan.
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 16 of 18
Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja pengelolaan limbah
laboratorium
Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja saat pengelolaan limbah
laboratorium merupakan hal yang mutlak diperlukan. Peralatan keselamatan
dan kesehatan kerja mencakup beberapa hal diantaranya:
a. pakaian dan sepatu bot
pakaian lengan panjang yang digunakan saat pengelolaan limbah
laboratorium lingkungan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di
lapangan, namun tetap menjaga kenyamanan sehingga tidak
menggangu kegiatan yang dilakukan. Apabila diperlukan, sepatu bot
dengan sol khusus anti-selip serta tahan asam digunakan saat
pengelolaan limbah laboratorium air limbah maupun emisi cerobong
industri;
b. helm
dalam keadaan khusus, helm sangat diperlukan saat pengelolaan
limbah laboratorium lingkungan. Helm biasanya dibuat dengan bahan
yang cukup bagus, namun hal yang penting adalah memastikannya agar
dipasang dengan baik dan diikat secara kuat. Untuk kenyamanan
pemakaian, maka disarankan untuk tetap memeriksa ikatannya dari
waktu ke waktu;
c. sarung tangan
suatu hal yang tidak menyenangkan apabila tangan merasakan basah
saat pengelolaan limbah laboratorium air limbah dilakukan. Untuk itu,
penggunaan sarung tangan karet baik sepanjang pergelangan tangan
maupun sepanjang siku harus dipakai saat pengelolaan limbah
laboratorium. Hal ini diperlukan bukan saja untuk alasan kenyamanan
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 17 of 18
melainkan juga untuk kesehatan seperti menghindari penyakit kulit
yang mungkin terjadi atau bahan-bahan berbahaya;
d. masker gas dan debu
pada situasi dan kondisi khusus, misalnya pengelolaan limbah
laboratorium udara ambien saat ada kebakaran hutan, masker gas atau
debu harus digunakan oleh petugas pengambil sampel. Beberapa
masker gas memiliki cartridge yang dirancang untuk perlindungan
terhadap gas asam maupun gas alkali. Sedangkan masker kain
sederhana tidak dapat memberikan perlindungan terhadap gas beracun.
Oleh sebab itu, pemilihan masker harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi;
e pelindung telinga
saat pengelolaan limbah laboratorium emisi cerobong industri,
penggunaan pelindung telinga harus digunakan oleh petugas pengambil
sampel untuk mengurangi kebisingan yang dialami petugas;
f pertolongan pertama pada kecelakaan (P3-K)
pertolongan pertama pada kecelakaan merupakan “perlindungan paling
akhir” yang harus digunakan. Dengan menggunakannya, berarti bahwa
semua langkah-langkah perlindungan lainnya telah gagal. Untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, maka petugas
pengambilan sampel harus membawa kotak P3-K. Kotak P3-K
disarankan memiliki daftar isi yang tertulis dan harus diperiksa isinya
agar cocok dengan daftarnya. Selain itu, perlu juga dilakukan
pemeriksaan tanggal kedaluarsa terhadap obat-obatan yang ada di
dalamnya.
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 18 of 18
UPT Laboratorium Lingkungan DLHK Provinsi Banten 19 of 18