16
Vol. V, Edisi 15, Agustus 2020 Tantangan Daerah Dalam Pemulihan Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19 p. 8 ISO 9001:2015 Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685 Outlook Pemulihan Sektor Pariwisata Indonesia 2021 p. 12 Urgensi dan Tantangan Program Organisasi Penggerak p. 3

Urgensi dan Tantangan Program Organisasi Penggerakberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/public...kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) meluncurkan program Organisasi

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Vol. V, Edisi 15, Agustus 2020

    Tantangan Daerah Dalam Pemulihan Ekonomi Akibat

    Pandemi Covid-19p. 8

    ISO 9001:2015Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685

    Outlook Pemulihan Sektor Pariwisata Indonesia 2021

    p. 12

    Urgensi dan Tantangan Program Organisasi Penggerak

    p. 3

  • 2 Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

    Dampak negatif dari pandemi Covid-19 dialami hampir seluruh negara di dunia, termasuk daerah-daerah yang ada di Indonesia. Dengan karakteristik setiap daerah berbeda-beda menyebabkan heterogenitas dampak yang ada pada perekonomian setiap daerah. Dalam rangka proses pemulihan ekonomi daerah akibat Covid-19, daerah masih memiliki sejumlah tantangan yang dihadapi dan menjadi pekerjaan rumah pemerintah dalam menyikapinya. Tantangan tersebut diantaranya kemandirian fiskal daerah yang masih rendah maupun pembangunan daerah yang belum merata.

    parIwIsaTa sebagai sektor strategis dan memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional, mengalami dampak yang cukup parah akibat Covid-19. pemerintah dalam apBN 2020 dan rapBN 2021 tengah berupaya untuk memulihkan sektor pariwisata akibat Covid-19. Namun, dilihat dari arah kebijakan dalam rapBN 2021 terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk dapat mempercepat pemulihan sektor pariwisata.

    Kritik/Saran

    http://puskajianggaran.dpr.go.id/kontak

    Dewan RedaksiRedaktur

    Dwi Resti PratiwiRatna Christianingrum

    Martha CarolinaAdhi Prasetio SW.

    EditorAde Nurul Aida

    Marihot Nasution

    Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber Daya manusia (sDm) Indonesia, kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) meluncurkan program Organisasi penggerak (pOp) yang berfokus pada peningkatan kualitas guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah agar pOp dapat berjalan lebih optimal, yaitu memastikan bahwa organisasi terpilih tidak bersinggungan dengan sektor-sektor yang sensitif terhadap dunia pendidikan (misalnya industri rokok), meninjau kembali kelayakan program di tengah pembatasan sosial, serta menunda pelaksanaan program hingga pandemi selesai.

    Penanggung JawabDr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E.,

    M.Si.Pemimpin Redaksi

    Slamet Widodo

    Urgensi dan Tantangan Program Organisasi Penggerak p.3

    Tantangan Daerah Dalam Pemulihan Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19p.8

    Outlook Pemulihan Sektor Pariwisata Indonesia 2021 p.12

  • 3Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    Urgensi dan Tantangan Program Organisasi Penggerak

    oleh Savitri Wulandari*)

    Mandatory spending sebesar 20 persen dari belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk anggaran pendidikan merupakan wujud nyata dukungan pemerintah dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Sejak tahun 2015, anggaran pendidikan merupakan belanja pemerintah terbesar dalam APBN. Meski demikian, kualitas pembelajaran siswa Indonesia masih tetap lemah. Skor programme for International student assessment (PISA) yang menunjukkan kemampuan siswa usia 15 tahun dalam membaca, matematika, dan sains pada tahun 2018 menempatkan Indonesia di peringkat 71 dari 78 negara. Peringkat tersebut juga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan skor kedua terendah di Asia setelah Filipina (Katadata, 2019).Rendahnya kualitas pembelajaran siswa tersebut salah satunya dipengaruhi oleh rendahnya kualitas guru dan tenaga kependidikan Indonesia. Hasil belajar siswa dapat optimal apabila guru memiliki kompetensi untuk mengajar dan mendidik. Dengan demikian menjadi penting bagi para pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi guru di Indonesia dalam mengembangkan kompetensi mereka, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut.

    Berdasarkan hal tersebut, dengan payung hukum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 32/2019 dan Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan No.3/2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menginisiasi Program Organisasi Penggerak (POP) sebagai alternatif program pelatihan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. POP melibatkan dan memberdayakan organisasi kemasyarakatan (ormas) dan relawan yang bergerak di bidang pendidikan untuk meningkatkan kompetensi guru dan kepala sekolah berdasarkan model-model pelatihan yang sudah terbukti memiliki dampak terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa.Pada 17 Juli 2020, Kemendikbud melalui Surat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan No. 2314/B.B2/GT/2020 mengumumkan bahwa sebanyak 156 lembaga pendidikan atau 183 proposal yang diajukan oleh ormas lolos verifikasi. Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Sekretaris Jenderal No. 4/2020 tentang Pedoman POP Untuk Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, organisasi penggerak terpilih tersebut dapat menggunakan tiga skema pendanaan yang berbeda yaitu alokasi dari APBN, dana pendamping, dan pembiayaan mandiri. Organisasi dengan

    AbstrakDalam rangka meningkatkan kualitas sumber Daya manusia (sDm) Indonesia,

    kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) meluncurkan program Organisasi penggerak (pOp) yang berfokus pada peningkatan kualitas guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah agar pOp dapat berjalan lebih optimal, yaitu memastikan bahwa organisasi terpilih tidak bersinggungan dengan sektor-sektor yang sensitif terhadap dunia pendidikan (misalnya industri rokok), meninjau kembali kelayakan program di tengah pembatasan sosial, serta menunda pelaksanaan program hingga pandemi selesai.

    *) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

    belanja pemerintah pusat

  • 4 Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    Gambar 1. Hasil Survey AKSI Tahun 2017

    Sumber: Kemendikbud

    pendanaan yang bersumber dari APBN akan mendapatkan bantuan dana mulai dari Rp1 miliar hingga Rp20 miliar (Kemendikbud, 2020). Dalam tulisan ini akan membahas tantangan program POP dalam pelaksanaannya ke depan dan solusi agar program tersebut dapat berjalan optimal dan sesuai yang diharapkan.Urgensi POPPada tahun 2020-2022, POP direncanakan untuk meningkatkan kompetensi 50.000 guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan di 5.000 PAUD/SD/SMP/TKLB/SDLB/SMPLB. Keberhasilan program POP dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik akan diukur dengan menggunakan instrumen Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter untuk SD/SMP (dilakukan pada awal Agustus 2020, Mei 2021, dan akhir Mei 2022) dan instrumen pengukuran kualitas pembelajaran serta pertumbuhan/perkembangan anak untuk PAUD (Kemendikbud, 2020). Urgensi yang mendorong pemerintah untuk melaksanakan POP dilatarbelakangi oleh masalah pendidikan di Indonesia seperti rendahnya hasil belajar siswa dan pemenuhan kebutuhan guru dan tenaga kependidikan yang belum efektif serta ketidaktersediaan data komprehensif mengenai ormas yang telah melakukan program-program pelatihan guru dan tenaga kependidikan. Terkait rendahnya hasil belajar siswa, selain rendahnya skor PISA yang telah disebutkan sebelumnya, hasil pemetaan capaian kemampuan siswa melalui program Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) untuk memantau

    mutu pendidikan secara nasional menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia masih rendah. Program AKSI fokus kepada beberapa mata pelajaran tertentu khususnya kemampuan membaca, matematika, dan sains dengan target pada anak sekolah usia 15 tahun. Pada Gambar 1 terlihat bahwa kemampuan siswa Indonesia yang masuk kategori baik masih sangat minim.Terkait pemenuhan kebutuhan guru dan tenaga kependidikan yang belum efektif, rendahnya kualitas guru dan tenaga kependidikan dapat terlihat dari Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015 yang menunjukkan rata-rata nasional sebesar 53,02 (Kemendikbud, 2018), berada di bawah standar kompetensi minimal yang ditetapkan yakni 55. Selain itu, Laporan Hasil Akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah-Madrasah (2019) menunjukkan skor standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai standar yang terendah di SMP, SMA, SMK serta terendah kedua di SD.Di samping itu, banyak inisiatif dari Kemendikbud dalam mengintervensi sekolah (misalnya sekolah rujukan, sekolah model, sekolah imbas, dll) yang terhenti karena kurangnya komitmen dari pemangku kepentingan dan kolaborasi serta keterlibatan komunitas yang tidak begitu kuat. Sementara itu, banyak ormas yang memiliki program peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan dengan rekam jejak yang baik namun belum diidentifikasi dan dievaluasi secara sistematis oleh pemerintah. Maka dengan terselenggaranya POP, pemerintah dapat mengidentifikasi dan melakukan evaluasi atas program-program

  • 5Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    belum siap mengajar. Maka dari itu, program pelatihan yang digagas oleh ormas berdasarkan praktik diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut dan dapat memberikan dampak konkrit pada hasil belajar siswa. Banyaknya program pelatihan untuk pendidik dan tenaga kependidikan juga perlu menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah harus memastikan bahwa tiap penyelenggaraan pelatihan tidak menyasar sekolah atau pendidik dan tenaga kependidikan yang sama. Jangan sampai guru disibukkan oleh pelatihan sehingga melewatkan kegiatan mengajar.Ketiga, efektivitas program di masa pandemi. Pelaksanaan pelatihan di tengah pandemi berpotensi mengurangi efektivitas pelatihan karena pembatasan sosial mengharuskan sebagian besar pelatihan untuk dilaksanakan secara daring. Keterbatasan sarana dan pra sarana (seperti ketersediaan gawai, jaringan internet yang tidak stabil, keterbatasan anggaran untuk kuota) serta rendahnya literasi digital akan menyulitkan pendidik dan tenaga kependidikan peserta pelatihan untuk dapat mengikuti pelatihan daring secara optimal. Selain itu, terhentinya kegiatan belajar mengajar reguler yang digantikan oleh PJJ mengakibatkan guru harus beradaptasi dengan metode pengajaran baru dan mendapatkan beban berlipat (kendala dalam memantau siswa, kendala koordinasi dengan orang tua/wali siswa, dll). Terkait hal tersebut, keadaan psikologis guru yang menjadi sasaran program juga perlu menjadi perhatian pemerintah.

    yang diselenggarakan oleh ormas dalam peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan untuk kemudian direplikasi pada skala yang lebih besar dan diintegrasikan ke dalam pelatihan pemerintah.Tantangan Program Organisasi PenggerakTerdapat beberapa tantangan yang dihadapi pemerintah dalam pelaksanaan POP yaitu: pertama, terkait transparansi dan evaluasi. Di tahap awal pelaksanaannya, POP telah menuai polemik yang diakibatkan oleh pengunduran diri tiga ormas besar yaitu NU, Muhammadiyah, dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dari program tersebut. PGRI menilai kriteria pemilihan dan penetapan peserta POP tidak jelas dan beranggapan bahwa dana yang dialokasikan untuk POP akan lebih bermanfaat apabila digunakan untuk membantu siswa, guru, atau guru honorer, dan penyediaan infrastruktur di daerah, khususnya di daerah tertinggal, terdepan dan terluar, demi menunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) di era pandemi (Tempo, 2020). Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) juga mencatat bahwa proses verifikasi kepada organisasi penerima bantuan masih kurang memadai karena hanya dilakukan dalam kurun waktu dua minggu. Terdapat organisasi yang bisa menerima dua hingga tiga bantuan. Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, mengusulkan agar Kemendikbud melakukan verifikasi secara lebih dalam untuk menentukan organisasi yang tergabung dalam POP (Kompas, 2020).Kedua, pendidikan dan pelatihan guru belum tentu mampu menghasilkan guru yang kompeten. Hal tersebut diindikasikan oleh program pengembangan kompetensi guru dari Kemendikbud yaitu Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang belum membuahkan hasil yang memuaskan. Hasil penelitian dari The SMERU Institute (2019) menunjukkan bahwa PPG Pra-jabatan dan PKB belum sepenuhnya efektif. Guru yang menjadi peserta PPG Pra-jabatan dan PKB belum dapat mengaplikasikan teori yang didapat dalam pelatihan dan dinilai

    RekomendasiUntuk mewujudkan proses pembelajaran dan hasil pembelajaran yang berkualitas, pemenuhan ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten menjadi prasyarat yang sangat penting. Meski demikian, kondisi pendidik dan tenaga kependidikan masih jauh dari ideal. Adapun beberapa rekomendasi

  • 6 Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    yang dapat dilakukan pemerintah agar pelaksanaan POP dapat berjalan lebih optimal yaitu: pertama, dalam proses pemilihan organisasi penggerak, pemerintah hendaknya memperhatikan pertimbangan yang lebih besar pada kontribusi organisasi yang selama ini berdiri terhadap sektor pendidikan dan memastikan bahwa organisasi terpilih tidak bersinggungan dengan sektor-sektor yang sensitif terhadap dunia pendidikan, seperti industri rokok.

    Kedua, pemerintah perlu meninjau ulang apakah program yang diusulkan oleh ormas layak untuk dilakukan di tengah pandemi karena praktik yang selama ini berhasil dilakukan oleh ormas merupakan kegiatan pengembangan kompetensi di saat keadaan normal.

    Ketiga, menunda pelatihan hingga pandemi berakhir atau saat guru telah beradaptasi dengan metode pengajaran baru. Tekanan lebih akibat pandemi berpotensi mengurangi tingkat efektivitas pelatihan sehingga dampak yang diharapkan sulit untuk dicapai.

    Daftar PustakaBAN-SM. https://bansm.kemdikbud.go.id/unduh diakses pada Agustus 2020Katadata. 2020. Kemampuan Siswa Indonesia di Bawah Rata-rata OECD https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a4c4952b78/kemampuan-

    siswa-indonesia-di-bawah-rata-rata-oecd diakses pada Agustus 2020Kemendikbud. 2018. Mutu Guru Harus Terus Ditingkatkan https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/mutu-guru-harus-terus-ditingkatkan diakses pada Agustus 2020diakses pada Agustus 2020Kemendikbud. 2020. Bahan Paparan Pokok-pokok Merdeka Belajar Episode 4: Program Organisasi PenggerakKemendikbud. https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/ diakses pada Agustus 2020Kompas. 2020. KPK: Proses Verifikasi Program Organisasi Penggerak Kemendikbud Kurang Memadai https://nasional.kompas.com/read/2020/07/30/20370791/kpk-proses-verifikasi-program-organisasi-penggerak-kemendikbud-kurang. diakses pada Agustus 2020Tempo. 2020. Celah Masalah di Program Organisasi Penggerak https://fokus.tempo.co/read/1369686/celah-masalah-di-program-organisasi-penggerak/full&view=ok diakses pada Agustus 2020The SMERU Institute. 2019. Efektivitas Pendidikan dan Pelatihan Guru dalam Menghasilkan Guru yang Berkualitas. http://rise.smeru.or.id/id/acara/diskusi-pendidikan-guru-mengajar-mendidik-dan-menginspirasi diakses pada Agustus 2020The SMERU Institute. 2019. Memaksimalkan Peran Diklat Fungsional PKB dalam Meningkatkan Kompetensi Guru. http://www.rise.smeru.or.id/id/publikasi/hasil-temuan-studi-diklat-fungsional-pkb diakses pada Agustus 2020

  • 7Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    World Health Organization (WHO) menyatakan pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) telah tersebar hingga 216 negara di dunia. Infeksi Covid-19 mengarah kepada dampak yang cukup besar, dimana dampak ini juga memiliki pengaruh yang besar pula bagi masyarakat dalam mengatasi infeksi tersebut. Adapun dampak positif dari adanya pandemi Covid-19 seperti pengurangan emisi global harian, peningkatan perilaku hidup sehat (Quere, 2020), kesempatan menggunakan teknologi baru, mengurangi asimetri informasi, serta pengoptimalan subsidi sebagaimana yang dialami oleh negara Tiongkok (Okyre,et.al. 2020). Meskipun memiliki dampak positif, pandemi ini memberikan dampak negatif yang jauh lebih besar. Salah satunya dapat dilihat dalam tataran ekonomi global, dampak negatif dari pandemi Covid-19 sangat signifikan pada perekonomian domestik suatu negara (Pakpahan, 2020). Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD; 2020)

    menyatakan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan ancaman krisis ekonomi dunia. Hal ini tentunya juga mengancam perekonomian Indonesia. Pandemi Covid-19 juga memberikan dampak perekonomian yang berbeda-beda pada setiap daerah di Indonesia. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan karakteristik dari setiap daerah di Indonesia. Untuk itu, dalam tulisan ini akan menggambarkan kondisi daerah selama pandemi Covid-19 dan tantangan yang dihadapi daerah dalam rangka proses pemulihan ekonomi dari dampak yang terjadi.Kinerja Pertumbuhan Ekonomi Daerah Akibat PandemiSaat ini daerah-daerah di Indonesia menghadapi permasalahan ekonomi yang cukup berat. Pandemi Covid-19 telah menghambat aktivitas ekonomi di seluruh wilayah daerah. Terdapat heterogenitas dampak Covid-19 bagi perekonomian di daerah secara sektoral. Berdasarkan realisasi triwulan II tahun 2020, dapat dilihat bahwa pertumbuhan

    Tantangan Daerah Dalam Pemulihan Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19

    oleh Ade Nurul Aida*)

    Fadila Puti Lenggo Geni**)

    AbstrakDampak negatif dari pandemi Covid-19 dialami hampir seluruh negara di

    dunia, termasuk daerah-daerah yang ada di Indonesia. Dengan karakteristik setiap daerah berbeda-beda menyebabkan heterogenitas dampak yang ada pada perekonomian setiap daerah. Dalam rangka proses pemulihan ekonomi akibat Covid-19, daerah masih memiliki sejumlah tantangan yang dihadapi dan menjadi pekerjaan rumah pemerintah dalam menyikapinya. Tantangan tersebut diantaranya kemandirian fiskal daerah yang masih rendah maupun pembangunan daerah yang belum merata. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong daerah untuk mampu berinovasi dalam menggali sumber pendapatan daerah diantaranya melalui creative financing, mengelola potensi daerah melalui penguatan Badan Usaha milik Daerah (BUmD), perencanaan pembangunan yang lebih merata, menekankan program pemulihan Ekonomi Nasional (pEN) dapat tersalurkan dan terealisasi dengan baik serta pentingnya koordinasi seluruh stakeholder.

    *) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected] **) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

    belanja transfer ke daerah

  • 8 Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    ekonomi di sebagian besar wilayah Indonesia pada triwulan II tahun 2020 tumbuh lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (Gambar 1). Menurunnya kinerja ini tidak terlepas dari pengaruh melemahnya ekonomi global akibat pandemi Covid-19 dan menurunnya aktivitas ekonomi domestik

    sebagai dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19.Sementara pada tingkat provinsi, hampir semua provinsi mengalami penurunan kinerja ekonomi, kecuali Provinsi Papua yang pertumbuhan ekonominya mampu mencapai sebesar 3,45 persen (yoy). Sementara DKI Jakarta, Kalimantan Barat dan Banten mengalami penurunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) paling dalam di antara provinsi lainnya. Pada triwulan II 2020, masing-masing provinsi tersebut mengalami penurunan hingga minus 11,38 persen, minus 8,26 persen dan minus 8,55 persen dibanding dengan triwulan II 2019. Kondisi pandemi ini berpengaruh terhadap kinerja ekonomi DKI Jakarta, termasuk pariwisata yang merupakan sektor paling terpukul atas kebijakan dalam mengatasi pandemi. Hal ini terlihat dari nilai tambah sektor hotel, restoran, transportasi, dan jasa lainnya yang terkontraksi sangat dalam. Selain itu, sektor industri pengolahan dan konstruksi yang juga turut mengalami kontraksi. Lebih lanjut, melemahnya kinerja pada sektor-sektor tersebut berimbas pada kontraksi kinerja sektor perdagangan, yang disebabkan oleh turunnya permintaan bahan baku dan penolong.Tantangan Daerah dalam Pemulihan Ekonomi Dalam menangani dampak negatif bagi daerah sebagaimana dijelaskan pada bahasan sebelumnya tentunya bukan langkah yang mudah, pemerintah pusat telah banyak mengeluarkan program dalam penanganan dan pemulihkan perekonomian baik dalam sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), kesehatan, sektoral dan pemerintah daerah (Pemda), pembiayaan korporasi, dan insentif usaha, meskipun realisasi atas program tersebut masih dapat dikatakan belum optimal1. Selain itu adanya tantangan yang dihadapi daerah juga menjadi ekstra effort bagi daerah dalam upaya memulihkan perekonomian

    Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Triwulan II tahun 2019 dan Triwulan II Tahun

    2020 (dalam Persen)

    Sumber: BPS (2020), data diolah

  • 9Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    ekonomi bagi daerah, tantangan tersebut diantaranya: pertama, kemandirian fiskal yang masih rendah. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perimbangan (DJPK), bahwa rata-rata komposisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 1999-2019 adalah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 25,66 persen, dana perimbangan sebesar 58,54 persen, dan pendapatan lain-lain sebesar 15,81 persen (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian daerah selama hampir 22 tahun terahir berada dalam tingkat kemandirian yang masih rendah. Ketergantungan daerah terhadap pusat masih cukup besar yang ditandai dengan lebih dari setengah pendapatan daerah berasal dari transfer pusat (dana perimbangan) baik berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) ataupun Dana Alokasi Khusus (DAK).Kemudian jika dilihat dari indikator fiskal keuangan daerah (IKFD), menunjukkan bahwa dari 34 provinsi, sebanyak 4 provinsi memiliki kapasitas fiskal yang sangat tinggi, 5 provinsi tinggi, 7 provinsi sedang, 8 provinsi rendah, dan sisanya sebanyak 10 provinsi masuk kategori fiskal daerah sangat rendah (Tabel 1). Hal tersebut, mengindikasikan bahwa masih banyaknya provinsi yang memiliki keterbatasan fiskal. Ini artinya, pandemi Covid-19 yang dialami dan berdampak bagi daerah tentunya akan semakin memberatkan daerah khususnya bagi daerah yang memiliki kapasitas fiskal

    yang masih sangat rendah dalam upaya pemulihan ekonomi daerah. Sebagai contoh, akibat adanya pandemi Covid-19 pertumbuhan ekonomi Kalimantan Utara pada triwulan II 2020 mengalami penurunan menjadi sebesar minus 6,95 persen sementara kemampuan keuangan daerah tersebut masih sangat rendah yakni sebesar 0,282 (IKFD

  • 10 Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    Daftar PustakaBethune and Korinek. (2020). Covid-19 Infection Externalities: Trading Off Lives vs Livelihoods. The National Bureau of Economic Research: NBER Working No. 27009 (Issued in April 2020)

    RekomendasiRendahnya kemandirian fiskal daerah menjadi tantangan tersendiri dalam proses pemulihan ekonomi saat pandemi. Untuk itu ke depan, pemerintah pusat perlu mendorong daerah untuk mampu berinovasi dalam menggali sumber pendapatan daerah salah satunya melalui creative financing dan juga mengelola potensi daerah melalui penguatan BUMD sebagai upaya peningkatan kemandirian fiskal di daerah. Selain itu, perencanaan pembangunan daerah juga menjadi agenda penting dalam proses pelaksanaan pemulihan ekonomi daerah mengingat masih banyaknya pembangunan yang belum merata dengan tidak mengesampingkan program penanganan Covid-19, meskipun perencanaan pembangunan pasca Covid-19 memang merupakan tantangan berat bukan hanya bagi daerah di Indonesia, namun juga seluruh negara di dunia (Muhyiddin, 2020). Ke depan diharapkan pembangunan dapat diwujudkan dengan lebih adil dan merata, serta mencerminkan peningkatan peran daerah dan pemberdayaan seluruh lapisan masyarakat. Di sisi lain, pemerintah juga perlu menekankan dan memastikan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dikeluarkan dapat tersalurkan dan terealisasi dengan baik, terlebih dalam hal ini program yang memang ditujukan bagi pemda2.Terakhir, koordinasi dari seluruh stakeholder yang terkait sangat penting dilakukan agar setiap proses yang dijalankan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan visi yang telah ditetapkan.

    Sumber: PMK Nomor 126/PMK.07/2019, diolah.

    Tabel 1. Peta Kapasitas Fiskal Daerah Provinsi

    Provinsi WilayahIKFD 2019

    N2019 IKFD2019DKI Jakarta Barat 11,473 Sangat tinggi

    Jawa Barat Barat 2,86 Sangat tinggi

    Jawa Tengah Barat 1,948 Sangat tinggi

    Jawa Timur Barat 2,589 Sangat tinggi

    Yogyakarta Barat 0,314 Rendah

    Banten Barat 1,135 Tinggi

    Aceh Barat 0,529 Sedang

    Sumatera Utara Barat 0,945 Tinggi

    Sumatera Barat Barat 0,455 Sedang

    Sumatera Selatan Barat 0,795 Sedang

    Lampung Barat 0,59 Sedang

    Riau Barat 0,956 Tinggi

    Jambi Barat 0,35 Rendah

    Bengkulu Barat 0,319 Rendah

    Bangka Belitung Barat 0,264 Sangat Rendah

    Kep. Riau Barat 0,386 Rendah

    Kalimantan Timur Tengah 1,226 Tinggi

    Kalimantan Selatan Tengah 0,812 Tinggi

    Kalimantan Tengah Tengah 0,437 Rendah

    Kalimantan Barat Tengah 0,453 Rendah

    Kalimantan Utara Tengah 0,282 Sangat Rendah

    Bali Tengah 0,61 Sedang

    N.T.B Tengah 0,395 Sedang

    N.T.T Tengah 0,275 Sangat Rendah

    Sulawesi Utara Tengah 0,356 Rendah

    Sulawesi Tengah Tengah 0,3 Sangat Rendah

    Sulawesi Selatan Tengah 0,3 Sangat Rendah

    Sulawesi Tenggara Tengah 0,284 Sangat Rendah

    Gorontalo Tengah 0,171 Sangat Rendah

    Sulawesi Barat Tengah 0,189 Sangat Rendah

    Maluku Timur 0,32 Rendah

    Papua Timur 0,179 Sangat Rendah

    Maluku Utara Timur 0,252 Sangat Rendah

    Papua Barat Timur 0,553 Sedang

    2) Beberapa dukungan untuk pemda yaitu berupa Dana Insentif Daerah (DID) tambahan pemulihan ekonomi, cadangan Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik, Hibah Pariwisata dan pinjaman PEN daerah. Total dukungan atas alokasi dana untuk pemda tersebut yakni sebesar Rp27 triliun.

  • 11Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    Djirimu, Moh.Ahlis. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Sektor Unggulan Daerah Dan Usulan Skenario Pemulihan Daerah. Dipresentasiikan Pada Webinar Bappenas, “Evaluasi Pembangunan Daerah 2020: Dampak Covid-19 dan Rencana Pemulihan Daerah, Selasa 30 Juni2020Ghazali, Rusman. 2020. Mendorong Kemandirian Fiskal Daerah melaui Creative Financing. Dipresentasiikan Pada Diskusi Pakar Pusat Kajian Anggaran DPR RI, Selasa 18 Agustus 2020Katadata. 2020. Ekonomi Bali Tubuh Negtif 114 imbas Covid-19. Diakses dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/05/06/ekonomi-bali-tumbuh-negatif-114-imbas-covid-19, 10 Agustus 2020Kemenkeu. 2020. Realisasi Perlindungan Sosial dalam Program PEN capai 41,37%, diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/realisasi-perlindungan-sosial-dalam-program-pen-capai-41-37/. 10 Agustus 2020Muhyiddin. (2020). Covid-19, New Normal dan Perencanaan Pembangunan di Indonesia. The Indonesian Journal of

    Development Planning: Volume 240 IV No. 2 – Juni 2020Nelson, Bryn. 2020. The positive effects of covid-19. Science journalist Seattle BMJ 2020; 369:m1785 doi: 10.1136/bmj.m1785 (Published 4 May 2020)OECD. (2020). SME Policy Responses, diakses dari https://read.oecd-ilibrary.org/view/?ref=119_119680-di6h3qgi4x&title=Covid-19_SME_Policy_Responses. 13 Agustus 2020Okyere, Michael A., et.al. (2020). Positive externalities of an epidemic: The case of the coronavirus (COVID-19) in China. Wiley Online Library: Journal of Medical VirologyPakpahan, Aknolt Kristian. 2020. COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jurnal Ilmiah Hubungan International (JIHI)-Pacis: doi: https://doi.org/10.26593/jihi.v0i0.3870.59-64Quere, Corinne Le. Et.al. (2020). Temporary reduction in daily global CO2 emissions during the COVID-19 forced confinement. A Nature Research Journal. https://doi.org/10.1038/s41558-020-0797. 27009 (Issued in July 2020)

  • 12 Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    Pariwisata memiliki peranan penting terhadap perekonomian nasional. Rata-rata kontribusi sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 4,7 persen dengan tren yang cenderung meningkat dalam 4 tahun terakhir. Selain itu, peranannya terhadap penyerapan tenaga kerja juga sangat besar, dimana rata-rata sebesar 11,98 juta orang atau 9,2 persen dari total angkatan kerja dalam 4 tahun terakhir. Sektor pariwisata juga menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar Indonesia setelah CPO dan batubara, dengan rata-rata kontribusi terhadap devisa negara dalam 4 tahun terakhir sebesar Rp220,59 triliun per tahunnya. Namun, pariwisata menjadi salah satu sektor paling terdampak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan anjloknya kinerja pariwisata Indonesia di tahun 2020. Untuk itu, tulisan ini bertujuan memperlihatkan sejauh mana pandemi Covid-19 mempengaruhi kinerja sektor pariwisata Indonesia dengan membandingkan kinerja sektor pariwisata sebelum dan setelah pandemi, serta melihat arah kebijakan pemerintah secara makro dalam menyelamatkan sektor pariwisata dalam RAPBN 2021.Kinerja Sektor Pariwisata Sebelum dan Sesudah Pandemi Covid-19 Pariwisata mencatatkan perkembangan yang signifikan dalam beberapa tahun

    terakhir. Dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, secara rata-rata mengalami peningkatan dari 4,05 persen pada periode 2011-2015, menjadi 4,68 persen sepanjang periode 2015-2019. Dilihat dari kontribusinya terhadap tenaga kerja juga tumbuh sebesar 25,48 persen dalam 5 tahun terakhir. Sementara dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tumbuh sebesar 92,12 persen dalam 5 tahun terakhir, atau meningkat secara rata-rata 16,34 persen per tahun dalam 5 tahun terakhir. Selain itu, kontribusi pariwisata terhadap devisa negara juga tumbuh sebesar 59,35 persen dalam 5 tahun terakhir.Peningkatan kinerja sektor pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam mengembangkan destinasi pariwisata. Upaya tersebut diantaranya 3A (Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas), kegiatan pemasaran pariwisata melalui pendekatan BAS (Branding, advertising, and selling) dan strategi pemasaran lainnya yang mendorong peningkatan jumlah wisatawan, seperti kegiatan atau event berskala internasional diantaranya Asian Games dan IMF-world Bank annual meetings 2018 yang diselenggarakan di Bali. Tahun 2020, kinerja sektor pariwisata anjlok akibat pandemi Covid-19. Tercatat hingga Juni 2020, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) hanya sebesar

    Abstrakpariwisata sebagai sektor strategis dan memiliki peranan penting bagi

    perekonomian nasional, mengalami dampak yang cukup parah akibat Covid-19. pemerintah dalam apBN 2020 dan rapBN 2021 tengah berupaya untuk memulihkan sektor pariwisata akibat Covid-19. Namun, dilihat dari arah kebijakan dalam rapBN 2021 terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk dapat mempercepat pemulihan sektor pariwisata.

    Outlook Pemulihan Sektor Pariwisata Indonesia 2021

    oleh Riza Aditya Syafri*)

    Linia Siska Risandi**)

    *) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

    makroekonomi

  • 13Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    3,09 juta atau terkontraksi 59,94 persen (yoy) dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 7,7 juta, pada periode yang sama. Selain itu, dilihat dari tingkat hunian hotel berbintang juga mengalami penurunan, dimana rata-rata sampai dengan Juni 2020 tingkat occupancy hotel berbintang hanya sekitar 29,58 persen, turun dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 51,08 persen pada periode yang sama.Kinerja sektor Penyediaan Akomodasi Makan Minum, serta Transportasi dan Pergudangan sebagai penopang sektor pariwisata juga anjlok pada tahun 2020 ini. Penyediaan Akomodasi Makan Minum mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,95 persen pada triwulan I 2020 dan minus 22,02 persen pada triwulan II, sedangkan sektor Transportasi dan Pergudangan mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,29 persen di triwulan I dan mengalami penurunan signifikan hingga minus 30,84 persen di triwulan II. Penurunan kinerja pariwisata sepanjang tahun 2020 terjadi akibat diterapkannya social distancing dan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah Indonesia, serta penutupan penerbangan di beberapa wilayah sebagai langkah untuk mengurangi penyebaran Covid-19.Pandemi Covid-19 juga mengakibatkan potensi hilangnya devisa negara dari sektor pariwisata sebesar USD6 miliar, serta ditutupnya lebih dari 2000 hotel, dan 8000 restoran. Selain itu, terdapat potensi terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) sebesar 30-40 persen dari total pekerja pariwisata yang ada saat ini. Hingga 19 Mei 2020 telah terjadi PHK, pekerja dirumahkan, dan unpaid leave sebesar 430 ribu pekerja hotel, 1 juta pekerja restoran, dan 1,4 juta pekerja transportasi darat (Apindo, 2020). Dengan keadaan pariwisata tersebut, diperkirakan target 18,5 juta wisman, 4,8 persen kontribusi terhadap PDB, serta Rp280 triliun sumbangan terhadap devisa negara yang ditargetkan dalam Nota Keuangan tahun 2020 sulit untuk tercapai.

    Program-Program Pemulihan Sektor PariwisataPada tahun 2020 ini, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memfokuskan pada langkah strategis melalui kebijakan tanggap darurat, dan pemulihan sektor pariwisata. Sementara pada tahun 2021 difokuskan pada upaya pemulihan, dan normalisasi pariwisata. Kebijakan tanggap darurat dilakukan dengan fokus untuk penanggulangan Covid-19 serta penyelamatan para pelaku usaha pariwisata melalui beberapa program seperti perlindungan sosial bagi pekerja pariwisata, realokasi anggaran Kemenparekraf ke kegiatan padat karya, serta stimulus ekonomi bagi para pelaku usaha di sektor pariwisata. Sementara dalam upaya pemulihan pariwisata di tahun 2020 pemerintah membuka sektor pariwisata secara bertahap dengan menerapkan protokol Cleanliness, Health, safety, dan Environment (CHSE).Pada tahun 2021, fokus pemerintah dalam RAPBN 2021 adalah kepada pemulihan, serta normalisasi sektor pariwisata. Dengan pagu indikatif sebesar Rp4,1 triliun pada tahun 2021, Kemenparekraf lebih memfokuskan kepada langkah-langkah mendorong peningkatan permintaan sektor pariwisata. Hal itu terlihat dari besarnya alokasi anggaran untuk Deputi Bidang Pemasaran dan Deputi Bidang Produk Wisata & Penyelenggara Kegiatan yang mencapai Rp1,36 triliun atau sekitar 33 persen dari total anggaran Kemenparekraf. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam RKP tahun 2021 pariwisata antara lain: (1) pemulihan pariwisata yang difokuskan untuk pengembangan destinasi pada 5 fokus kawasan (Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang); (2) pengembangan aspek 3A (atraksi, aksesibilitas dan amenitas) serta peningkatan pada 2P (peningkatan promosi dan peningkatan partisipasi pelaku usaha swasta); (3) pendekatan strorynomic tourism yang mengedepankan narasi, konten kreatif,

  • 14 Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    dan living culture serta menggunakan kekuatan budaya; (4) skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dalam membangun pusat-pusat hiburan seperti theme park yang akan menyerap banyak wisatawan.Dilihat dari arah kebijakan pemerintah pada tahun 2021 yang lebih mendorong kepada pengembangan destinasi wisata dengan penekanan kepada penerapan CHSE dan pengembangan aspek 3A, serta fokus pemerintah untuk meningkatkan permintaan pelaku wisata melalui kegiatan promosi di tahun 2021 tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah untuk mendorong percepatan pemulihan sektor pariwisata, diantaranya: pertama, sebelum pemerintah memfokuskan pada kegiatan promosi untuk meningkatkan permintaan pariwisata dalam RAPBN 2021, pemerintah harus terlebih dahulu memastikan telah mengatasi permasalahan yang dialami pelaku usaha pariwisata yang terdampak akibat Covid-19. Sebab, seberapa cepat pemulihan sektor pariwisata akan sangat terkait dengan kesiapan para pelaku usaha pariwisata sebagai penopangnya. Kedua, pemerintah perlu mendorong peningkatan wisatawan domestik. Sebab, dengan mengandalkan wisatawan domestik, pariwisata Indonesia akan lebih resilience, serta pemulihan sektor pariwisata akan lebih cepat. Saat ini, pemasukan dari wisatawan domestik masih relatif rendah, yakni sebesar 55 persen, sementara 45 persen disumbangkan dari wisatawan mancanegara. Rata-rata negara maju memiliki pemasukan lebih dari 70 persen dari wisatawan domestik, sehingga memiliki resilience yang lebih tinggi (Kemenko Kemaritiman dan Investasi, 2020).Ketiga, dalam RAPBN 2021, pemerintah menekankan pengembangan aspek CHSE dan 3A dalam impelementasi tatanan new normal di daerah tujuan wisata. Namun, untuk dapat menerapkan CHSE tersebut membutuhkan biaya yang

    tergolong mahal. Sehingga, pemerintah diharapkan mempertimbangkan langkah yang dapat diambil untuk dapat mengakomodir para pelaku usaha untuk dapat mengimplementasikan sistem CHSE.Keempat, salah satu fokus utama pemerintah dalam pemulihan pariwisata di tahun 2021 adalah dengan meningkatkan promosi pariwisata, terutama untuk meningkatkan kepercayaan para pelaku wisata, bahwa berwisata ke Indonesia telah aman, karena Indonesia telah menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan standar WHO, dan dengan penerapan CHSE. Namun, mengacu kepada data Travel and Tourism Competitiveness report 2019, Indonesia hanya menempati posisi 102 dari 140 negara, untuk kategori Health and Hygiene, yang berarti permasalahan kesehatan dan kebersihan memang telah menjadi persoalan pariwisata Indonesia dalam beberapa terakhir, sehingga tidak mudah untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan, terutama mancanegara untuk mau berwisata ke Indonesia.Dapat disimpulkan, dari arah kebijakan pemerintah dalam pemulihan sektor pariwisata yang telah dijalankan dalam APBN 2020, maupun yang direncanakan dalam RAPBN 2021, telah sejalan dengan kebutuhan sektor pariwisata, dan pelaku usaha pariwisata, yakni dengan fokus untuk menyelamatkan pelaku usaha pariwisata di APBN 2020 ini, serta menciptakan demand atas pariwisata yang menjadi fokus dalam RAPBN 2021. Namun, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, sebagaimana yang diuraikan diatas. Daftar PustakaApindo. 2020. Upaya Menggairahkan Industri Pariwisata dalam Kondisi Pandemi Covid-19BPS. 2020. Tabel/indikator pariwisata. BPS: Jakarta. Diakses pada 21 Agustus 2020 (melalui: https://www.bps.go.id/subject/16/pariwisata.

  • 15Buletin APBN Vol. V. Ed. 15, Agustus 2020

    RekomendasiBerdasarkan penjabaran pada bagian pembahasan di atas, terdapat beberapa hal yang dapat direkomendasikan, agar pemulihan sektor pariwisata sebagaimana direncanakan dalam RAPBN 2021 dapat segera tercapai, antara lain: pertama, untuk dapat mempercepat pemulihan sektor pariwisata di tahun 2021, pemerintah harus memastikan kesiapan para pelaku usaha di sektor pariwisata yang di tahun 2020 terdampak akibat Covid-19. Untuk itu, pemerintah perlu memastikan insentif bagi dunia usaha sektor pariwisata dapat disampaikan tepat waktu dan tepat sasaran di tahun 2020 ini, terutama insentif untuk dapat meringankan beban usaha mereka. Selain itu, pemerintah khususnya Kemenparekraf sebaiknya dapat mempublikasikan mengenai perkembangan kondisi pelaku usaha sektor pariwisata, serta sejauh apa implementasi program pemulihan ekonomi nasional telah memberikan manfaat bagi para pelaku usaha pariwisata.Kedua, pemerintah perlu mengupayakan program-program yang dapat meningkatkan demand side, baik melalui program perlindungan sosial yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat, subsidi tiket/harga, dan lainnya yang dapat mendorong permintaan pariwisata, terutama wisatawan domestik.Ketiga, pemerintah dapat berkolaborasi dengan para pelaku usaha dalam implementasi CHSE, baik dalam bentuk subsidi, maupun insentif lainnya yang dapat mendorong implementasi CHSE. Serta, pemerintah harus menerapkan kontrol yang memadai untuk memastikan implementasi CHSE dilakukan dengan baik.Keempat, penilaian health and hygiene Indonesia yang rendah telah menjadi perhatian pemerintah dalam beberapa tahun terakhir, ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 telah memaksa penerapan CHSE yang juga mendorong perbaikan dari sisi health and hygiene. Untuk itu, pemerintah harus lebih dapat mensosialisasikan dan mempromosikan perkembangan health and hygiene pariwisata Indonesia, terutama kepada para wisatawan mancanegara.

    html#subjekViewTab3) Kemenkeu. (2020). Kerangka Ekonomi Makro Dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2021.Kemenkeu. (2020). Nota Keuangan Beserta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2020-2021.Kemenko Kemaritiman dan Investasi. 2020. Tatanan Normal Baru pada Sektor

    Pariwisata. Jakarta. Kemenparekraf. 2020. Dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI, 23 Juni 2020. Kemenparekraf: Jakarta. Diakses pada 21 Agustus 2020 (melalui: https://www.youtube.com/watch?v=d0ZnreMfcHk)World Economic Forum. 2019. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2019. WEF: Geneva.

  • “Siap Memberikan Dukungan Fungsi Anggaran Secara Profesional”

    Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RI

    www.puskajianggaran.dpr.go.idTelp. 021-5715635, Fax. 021-5715635

    Twitter: @puskajianggaranInstagram: puskajianggaran_dprri