97
]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi PROSPEK EKONOMI UBI KAYU DI INDONESIA Ahmad Muslim (Hal. l-23) ANALISIS PENGARUH SIKAP DAN PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MINAT BELAJAR E.LEARIIING DI UNIVERSITAS MERCUBUANA M. Ali Iqbal (Hat. 24-38) AIIALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL STRATEGI AKTIF DAN PASIF DALAM MENENTUKAN EXPECTED RETURN PADA SEKTOR KONSTRUKSI YANG TERDAFTAR DI DESA PADA TAHUN 2OII-20I5 Reza Audiyan Bayhaki & Ferry Novindra Idroes (Hal. 36-67) SURVEI * CONFIDENCE LEVEL" KONSUMEN TERIIADAP PRODUK HALAL DI JAKARTA Arisman, Ihsan Utama & Retnawati KJ (Hal. 68-93) Ih. rssN 1907 - 3429 Vol. I No.l, April 2017

]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi

PROSPEK EKONOMI UBI KAYU DI INDONESIAAhmad Muslim (Hal. l-23)

ANALISIS PENGARUH SIKAP DAN PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MINATBELAJAR E.LEARIIING DI UNIVERSITAS MERCUBUANA

M. Ali Iqbal (Hat. 24-38)

AIIALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL STRATEGI AKTIF DANPASIF DALAM MENENTUKAN EXPECTED RETURN PADA SEKTOR

KONSTRUKSI YANG TERDAFTAR DI DESA PADA TAHUN 2OII-20I5Reza Audiyan Bayhaki & Ferry Novindra Idroes (Hal. 36-67)

SURVEI * CONFIDENCE LEVEL" KONSUMEN TERIIADAP PRODUK HALALDI JAKARTA

Arisman, Ihsan Utama & Retnawati KJ (Hal. 68-93)

Ih.

rssN 1907 - 3429 Vol. I No.l, April 2017

Page 2: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

Vol. I No.1, April 2017

ISSN 1907 - 3429

TRANSformasi Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi

Penanggung Jawab

Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Al Azhar Indonesia

Wakil Penanggung Jawab

Wakil Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Al Azhar Indonesia

Ka. Prodi Manajemen, Universitas Al Azhar Indonesia

Ka. Prodi Akuntansi, Universitas Al Azhar Indonesia

Dewan Redaksi

Prof. Dr. Ir Ahmad Muslim, M.Sc – Pimpinan Redaksi

Hanny Nurlatifah, MM - Wakil Pimpinan Redaksi

Sisca Debyola Widuhung, SE., M.Si – Sekretaris Redaksi

Dr. Kuncoro Hadi, M.Si

Ade Wirman Syafei, SE., Ak., M.SAc

Dr. Shohibul Imam, SE., M.Ak., Ak

Jumansyah, SE., M.Sc

Syurmita, SE., M.Sc., Ak

Ferry Novindra Idroes, SE., MM

Dr. Muhammad Ali Iqbal, M.Sc (Universitas Mercubuana)

Arisman, M.Sc (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

Desain Grafis

Lukmanul Hakim, SE

Jurnal ini diterbitkan 2 (dua) kali dalam setahun

yaitu bulan April dan Oktober

Alamat Redaksi : Kampus UAI Lantai 4, Komp. Masjid Agung Al Azhar. Jl. Sisingamangaraja

Kebayoran Baru Jakarta 12110. Ph : 021-7244456; 72792753 ext. 4006, Fax : 021-7244767.

Email : [email protected]

Page 3: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

Vol. I No.1, April 2017

ISSN 1907 - 3429

DAFTAR ISI

PROSPEK EKONOMI UBI KAYU DI INDONESIA

Ahmad Muslim (Hal. 1 – 23)

ANALISIS PENGARUH SIKAP DAN PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP MINAT

BELAJAR E-LEARNING DI UNIVERSITAS MERCUBUANA

M. Ali Iqbal (Hal. 24 – 38)

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL STRATEGI AKTIF DAN

PASIF DALAM MENENTUKAN EXPECTED RETURN PADA SEKTOR

KONSTRUKSI YANG TERDAFTAR DI DES PADA TAHUN 2011-2015

Reza Audiyan Bayhaki & Ferry Novindra Idroes (Hal. 39 - 67)

SURVEI “CONFIDENCE LEVEL” KONSUMEN TERHADAP PRODUK HALAL

DI JAKARTA

Arisman, Ihsan Utama & Ratnawati KJ (Hal. 68 – 93)

Page 4: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

PROSPEK EKONOMI UBI KAYU DI INDONESIA

Ahmad Muslim

Fakultas Ekonomi, Universitas Al Azhar Indonesia

ABSTRACT

This study investigates the factors which contributed to the level of domestic

cassava productions. The study used secondary data collected from Ministry of

Agriculture and Centre for Board of Statistics and other national institutions. In

addition, the methods of the study is descreptive methods. Although cassava was very

important to Indonesian economy, the results of the study shows that Indonesia had not

been able to be self-suffeciency on the production of cassava domestically. Eventhough

the cassava production increased, Indonesia continued to import cassava to satisfies

domestic consumption. Although domestic production of cassava reached almost 22

million tons in 2015, Indonesia import freshed and processed cassava of more than 600

thousand tons, while on the same time, the export was only about 16 thousand tons. To

increased the domestic production of cassava, Indonesia should expand cassava land

areas mainly to outer Java where neglected land is still available in the large numbers

of hectares. Since the low quality of land in outer Java, the farmers should applied

organic fertilizers and calcium to the soils.

Key Words: self-suffeciency, domestic consumptions, import, export, calcium, and

negleted land.

Page 5: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

2 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Pusat Informasi dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) , Kementerian

Pertanian (2016:1) ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang

cukup penting peranannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah. Meskipun

demikian masih banyak kendala yang dihadapi dalam merubah pola konsumsi masyarakat

yang sudah terbentuk selama ini. Dalam rangka menopang keamanan pangan suatu

wilayah, perlu kiranya sosialisasi diversifikasi pangan berbahan ubi kayu atau singkong

sebagai bahan pangan alternatif. Selain sebagai bahan pangan sumber karbohidrat, ubi

kayu juga dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak dan bahan bakuindustri. Oleh

karena itu pengembangan ubikayu sangat penting artinya di dalam upaya penyediaan

bahan pangan karbohidrat nonberas, diversifikasi/penganeka ragaman konsumsi pangan

lokal, pengembangan industri pengolahan hasil dan agro-industri dan sebagai sumber

devisa melalui ekspor serta upaya mendukung peningkatan ketahanan pangan dan

kemandirian pangan.

Selanjutnya menurut Widianta dan Dewi, 2008 dalam Pusdatin (2016:1)

ubikayu mempunyai nilai gizi yang cukup baik dan sangat diperlukan untuk menjaga

kesehatan tubuh, sebagai bahan pangan terutama sebagai sumber karbohidrat. Ubi

yang dihasilkan mengandung air sekitar 60 persen, pati 25%-35 persen, serta protein,

mineral, serat, kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi yang lebih

tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum.

Walaupun tanaman ubikayu adalah merupakan salah satu sumber karbohidrat,

tetapi hasil tanaman tersebut masih belum dimanfaatkan secara baik untuk melengkapi

beras. Umbi singkong biasanya dibuat tepung tapioka, ubi rebus dan goreng singkong,

disamping di buat makanan keripik singkong. Aneka variasi makanan dapat dihasilkan

dari umbi singkong.Tepung singkong dapat digunakan untuk menggantikan tepung

gandum. Menanam singkong sangatlah mudah dan dapat hidup dalam berbagai jenis

tanah, ketinggian tanah, dan iklim.

Hermanto (2015:27) menyatakan bahwa Indonesia merupakan penghasil ubi

kayu yang terbesar kedua setelah Thailand. Hanya saja ubi kayu Indonesia lebih banyak

dikonsumsi di dalam negeri. Kedepan Indonesia mempunyai peluang untuk

mengembangkan produksi ubi kayu, termasuk produk olahan dan turunannya, sehingga

menjadi salah satu pangan lokal yang dapat dijadikan industri pertanian yang berbasis

ubi kayu.

Page 6: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

3 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

Ada empat komoditas tanaman pangan strategis di Indonesia yaitu padi/beras,

jagung, kedelai dan gula. Sedangkan komoditas pertanian yang sangat penting juga

adalah ubi kayu. Karena posisi ubi kayu yang sangat penting pada perekonomian

Indonesia, maka apabila ketersediaan dan harga ubi kayu terganggu akan

mengakibatkan terjadinya gangguan pada konsumen dan produsen ubi kayu. Jadi perlu

ada keseimbangan permintaan dan penawaran ubi kayu sepanjang waktu karena

produksi dan konsumsi ubi kayu cukup besar. Walaupun konsumsi ubi kayu per kapita

mengalami penurunan namun permintaan ubi kayu meningkat terus karena

pertumbuhan penduduk dan meningkatkatnya kebutuhan ubi kayu untuk industri. Secara

rata-rata, pada periode 2000-2016, setiap tahun Indonesia mengimpor ubi kayu olahan

sebesar 271.681 ton dengan nilai US$ 100,63 juta. Pada periode yang sama, jumlah

ekspor ubi kayu Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan jumlah impor ubi kayu

Indonesia. Pada periode yang sama, ekspor ubi kayu Indonesia hanya sekitar 42.251 ton

dengan nilai US$13,1 juta. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam

memproduksi ubi kayu cukup berat, terutama dalam ketersediaan lahan.

1.2. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kenapa Indonesia tidak mampu

memenuhi kebutuhan ubi kayu di dalam negeri.

b. Bagaimana caranya meningkatkan produksi ubi kayu di dalam negeri.

1.3. Tujuan Penelitian

a. Mengidentifikasi peranan ubi kayu dalam perekonomian Indonesia

b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan produksi ubi kayu

di Indonesia

c. Mampu mengidentifikasi peluang dan tantangan pengembangan ubi kayu di

Indonesia

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pemerintah atau para

pengambil kebijakan dalam meningkatkan produksi ubi kayu.

Page 7: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

4 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian (2011:4)

menyatakan bahwa tanaman ubi kayu atau singkong (Mannihot esculenta) berasal dari

Brazil, Amerika Selatan. Disamping sebagai bahan makanan, ubi kayu juga dapat

digunakan untuk bahan baku industri dan pakan ternak.

Gardjito (2013:14) menyatakan bahwa nilai gizi per 100 gram tanaman ubi kayu

adalah 35,3 persen karbo hidrat yaitu lebih tinggi dari nilai gizi ubi jalar yaitu sebanyak

31,8 persen karbohidrat. Protein ubi kayu juga tinggi yaitu 1,2 persen dan ubi jalar 1,1

persen. Selanjutnya Garjito menyatakan bahwa gugus Nusa Tenggara biasa dengan

makanan pokok jagung atau ubi kayu.

Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian (2009:21)

menyatakan bahwa ubi kayu merupakan salah satu sumber karbohidrat, tapi kurang

dimanfaatkan sebagai bahan karbohidrat pelengkap beras. Umbi akar singkong banyak

mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Ubi kayu dapat dimasak dengan

berbagai cara yaitu di rebus dan digoreng. Tepung singkong juga dapat digunakan untuk

menggantikan tepung gandum.

Santoso dan Nila Prasetiaswati (2011:245) menyatakan sentra produksi ubi kayu

biasanya berada di lahan kering pada tanah alkalin dan tanah masam yang miskin bahan

organik dan hara makro dan mikro serta gangguan gulma. Karena tanaman ubi kayu

mempunyai daya adaptasi yang luas sehingga dapat hidup dan menghasilkan pada lahan

dengan kondisi tersebut. Hal ini disebabkan oleh sifat tanaman yang sangat efisien

menyerap hara dalam tanah. Oleh sebab itu, lahan yang ditanami ubi kayu secara terus-

menerus tanpa disertai pemupukan yang memadai dapat menguruskan tanah.

Harsono ( 2013:31) menyatakan bahwa ubi kayu dibudidayakan paling luas pada

lahan masam dan umumnya ditanam secara monokultur. Namun, pengembangan

kedelai secara tumpang sari dengan ubi kayu sudah ada, khususnya di Sumatera dan

Kalimantan yaitu seluas 430.000 ha. Produktivitas ubi kayu yang ditumpang sarikan

dengan kedelai akan meningkat, karena sisa-sisa tanaman kedelai merupakan sumber

hara N bagi tanah. Ada anggapan bahwa lahan yang ditanami ubi kayu menjadikan

lahan miskin hara.

Menurut Harsono dan Subandi (2013:32) Pola tanam tumpang sari ubi kayu

dengan kedelai di lahan kering sudah biasa diterapkan petani di Jawa dengan

Page 8: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

5 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

keuntungan:1) tanaman kedelai memanfaatkan ruang kosong antar barisan tanaman

muda ubi kayu, 2) petani memperoleh hasil panen dalam waktu singkat (80-85 hari)

dari tanaman kedelai, 3) daun kedelai yang rontok dan perakaran kedelai yang

membentuk bintil rhizobium menambah kesuburan tanah, 4) produktivitas lahan dan

nilai usaha tani dalam satu tahun meningkat, dan 5) secara empiris kombinasi tanaman

ubi kayu-kedelai menghasilkan pertumbuhan yang serasi. Selanjutnya Harsono dan

Subandi (2013:33) menyatakan bahwa bahan ameliorasi tanah yang diperlukan untuk

meningkatkan produktivitas lahan kering masam adalah kapur dan bahan organik.

Sedangkan menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2010:23) bahwa ubi kayu dapat ditanam

secara tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman

lain (tumpang sari atau tumpang-sisip). Bagi petani yang mengutamakan hasil ubi kayu,

namun ingin mendapatkan tambahan penghasilan dari kacang-kacangan, padi gogo atau

jagung, dapat menggunakan teknik budidaya secara baris ganda (double row). Dengan

pengaturan double-row dimungkinkan untuk menanam dua kali tanaman kacang-

kacangan , tanpa mengurangi hasil panen ubi kayu. Dengan teknik ini, petani lebih cepat

mendapat hasil tunai dari panen kacang-kacangan sementara menunggu tanaman ubi

kayu dapat dipanen.

III. METODE PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh

dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, dan sumber resmi lainnya. Data

diolah menurut metode kwantitatif dan kwalitatif.

IV. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI

UBI KAYU DI INDONESIA

4.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu

Perkembangan luas panen ubi kayu di Indonesia selama periode 1980-2016

mengalami fluktuasi dengan kecenderungan mengalami penurunan. Pada tahun 1980

luas panen ubi kayu di Indonesia adalah sebesar 1,41 juta hektar dan pada tahun 2016

turun menjadi 0,87 juta hektar atau turun sebesar 1,10 persen periode 1980-2016.

Sementara itu, luas panen ubi kayu periode 2012-2016 mengalami penurunan yang

Page 9: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

6 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

lebih tinggi yaitu rata-rata 6,38 persen per tahun. Namun demikian, produksi dan

produktivitas ubi kayu periode 1980-2016 mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

Dengan meningkatnya produktivitas sebesar 2,64 persen per tahun pada periode

tersebut, maka produksi mengalami pertumbuhan sebesar 1,33 persen. Sebaliknya,

apabila dilihat pada periode 2012-2016 atau lima tahun terakhir, pertumbuhan luas

panen ubi kayu mengalami penurunan yang cukup besar yaitu sebesar 6,38 persen.

Penurunan luas panen ini dapat diimbangi dengan meningkatnya produktivitas ubi

kayu sebesar 2,85 persen, sehingga produksi nasional hanya menurun sebesar 3,73

persen. Penurunan luas panen ini disebabkan oleh semakin terbatasnya lahan pertanian

karena disebabkan berbagai faktor antara lain terjadinya alih fungsi lahan pertanian

yang berlangsung terus menerus. Perkembangan luas panen, produksi dan

produktivitas ubi kayu di Indonesia dapat disimak pada table berikut ini.

Tabel 4.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di

Indonesia, 1980-2016*)

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ku/Ha)

1980 1.412.481 13.773.692 97.51

1981 1.387.536 13.454.487 96.97

1982 1.323.700 12.987.891 98.12

1983 1.220.808 12.102.734 99.14

1984 1.350.448 14.167.090 104.91

1985 1.291.845 14.057.027 108.81

1986 1.163.717 13.284.358 114.15

1987 1.217.897 14.613.191 119.99

1988 1.294.222 14.471.547 111.82

1989 1.399.315 15.708.308 112.26

1990 1.183.758 16.133.969 136.29

1991 1.193.439 15.905.326 133.27

1992 1.229.448 16.466.331 133.93

1993 1.296.359 17.215.475 132.80

1994 1.243.890 15.654.914 125.85

1995 1.187.117 15.466.776 130.29

1996 1.292.304 16.948.674 131.15

1997 1.123.704 15.092.642 134.31

1998 1.095.098 14.664.111 133.91

1999 1.350.008 16.458.544 121.91

2000 1.284.040 16.089.020 125.30

2001 1.318.417 17.054.648 129.36

2002 1.271.261 16.913.104 133.04

2003 1.244.543 18.523.810 148.84

2004 1.255.805 19.424.707 154.68

2005 1.213.460 19.321.183 159.22

2006 1.227.459 19.986.640 162.83

2007 1.191.481 19.988.058 167.76

2008 1.209.052 21.756.991 179.95

2009 1.175.666 22.039.145 188.12

Page 10: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

7 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

2010 1.183.047 23.918.118 202.17

2011 1.184.696 24.044.025 202.96

2012 1.129.688 24.177.372 214.02

2013 1.065.752 23.936.921 224.60

2014 1.003.494 23.436.384 233.55

2015 949.916 21.801.415 229.51

2016*) 867.495 20.744.674 239.13

Rata2:1980-2016 1.217.091

(-1,109 %)

17.615.764

(1,33 %)

147,90

(2,64 %)

Rata2:2012-2016 1.003.269

(-6,38%)

22.819.353

(-3,73%)

228,16 (2,85%)

Sumber: BPS diolah Pusdatin, Kementerian Pertanian

Catatan: *) Angka Ramalan II. Hasil Rakor BPS dan Kementerian Pertanian

Angka dalam kurung tingkat pertumbuhan dalam persen.

4.2. Perkembangan Luas Panen Ubi Kayu di Jawa dan Luar Jawa

Luas areal panen ubi kayu periode 1980-2007 didominasi oleh pulau Jawa, dan

selanjutnya periode 2008-2016 didominasi oleh luar Jawa. Pergeseran ini disebabkan

oleh karena semakin sempitnya lahan pertanian yang tersedia di pulau Jawa.

Perkembangan luas panen ubi kayu di Jawa selama periode 1980-2016 mengalami

fluktuasi dengan kecenderungan mengalami penurunan sebesar 2,25 persen per tahun

yaitu seluas 996,7 ribu hektar pada tahun 1980 menjadi 401 ribu hektar pada tahun

2016. Sementara itu, perkembangan luas panen di pulau Jawa selama lima tahun

terakhir (2012-2016) mengalami penurunan lebih besar yaitu 6,88 per tahun.

Perkembangan luas panen ubi kayu di luar Jawa selama periode 1980-2016 mengalami

fluktuasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan sebesar 0,73 persen per tahun

yaitu dari 415,7 ribu hektar pada tahun 1980 menjadi 544,5 ribu hektar pada tahun

2016. Perkembangan luas panen selama lima tahun terakhir (2012-2016) di luar Jawa

mengalami penurunan lebih besar yaitu 5,92 per tahun.

Perkembangan luas panen penggabungan pulau Jawa dan luar Jawa memberikan

angka yang agak sedikit berbeda dengan pertumbuhan secara nasional (tanpa merinci

pulau Jawa dan Jawa) karena pembulatan angka pertumbuhan.

Perkembangan luas panen ubi kayu di Indonesia yaitu penggabungan luas panen

ubi kayu di Jawa dan luar Jawa disajikan pada tabel berikut ini.

Page 11: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

8 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

Tabel 4.2. Perkembangan Luas Panen Ubi Kayu di Jawa dan Luar Jawa, serta

Indonesia (Ha), Tahun 1980-2016*)

Tahun Jawa Pertumb.

(%)

Luar

Jawa

Pertumb.

(%)

Indonesia Pertumb.

(%)

1980 996.738 415.743 1.412.481 1981 987.123 -0,96 400.413 -3,69 1.387.536 -1,77

1982 920.130 -6,79 403.570 0,79 1.323.700 -4,60

1983 839.550 -8,76 381.258 -5,53 1.220.808 -7,77

1984 908.306 8,19 442.142 15,97 1.350.448 10,62

1985 830.424 -8,57 461.421 4,36 1.291.845 -4,34

1986 775.734 -6,59 387.983 -15,92 1.163.717 -9,92

1987 763.009 -1,64 454.888 17,24 1.217.897 4,66

1988 778.411 2,02 515.811 13,39 1.294.222 6,27

1989 831.884 6,87 567.431 10,01 1.399.315 8,12

1990 681.812 -18,04 501.946 -11,54 1.183.758 -15,40

1991 675.752 -0,89 517.687 3,14 1.193.439 0,82

1992 664.127 -1,72 565.321 9,20 1.229.448 3,02

1993 700.034 5,41 596.325 5,48 1.296.359 5,44

1994 681.620 -2,63 562.270 -5,71 1.243.890 -4,05

1995 614.092 -9,91 573.025 1,91 1.187.117 -4,56

1996 605.558 -1,39 686.746 19,85 1.292.304 8,86

1997 577.848 -4,58 545.856 -20,52 1.123.704 -13,05

1998 548.621 -5,06 546.477 0,11 1.095.098 -2,55

1999 705.808 28,65 644.200 17,88 1.350.008 23,28

2000 668.709 -5,26 615.331 -4,48 1.284.040 -4,89

2001 672.894 0,63 645.523 4,91 1.318.417 2,68

2002 660.941 -1,78 610.320 -5,45 1.271.261 -3,58

2003 641.392 -2,96 603.151 -1,17 1.244.543 -2,10

2004 665.357 3,74 590.448 -2,11 1.255.805 0,90

2005 653.303 -1,81 560.157 -5,13 1.213.460 -3,37

2006 629.380 -3,66 598.079 6,77 1.227.459 1,15

2007 597.180 -5,12 594.301 -0,63 1.191.481 -2,93

2008 595.773 -0,24 613.279 3,19 1.209.052 1,47

2009 579.893 -2,67 595.773 -2,85 1.175.666 -2,76

2010 552.086 -4,80 630.961 5,91 1.183.047 0,63

2011 545.649 -1,17 639.047 1,28 1.184.696 0,14

2012 534.486 -2,05 595.202 -6,86 1.129.688 -4,64

2013 490.650 -8,20 575.102 -3,38 1.065.752 -5,66

2014 466.032 -5,02 537.462 -6,54 1.003.494 -5,84

2015 442.751 -5,00 507.165 -5,64 949.916 -5,34

2016*) 401.478 -9,32 466.017 -8,11 867.495 -8,68

Rata2:1980-

2016

672.555 -2,25 544.536 0,73 1.217.091 -1,10

Rata2:2012-

2016

467.079 -6,88 536.190 -5,92 1.003.269 -6,38

Sumber: BPS, diolah Pusdatin.

Catatan: *) Angka Ramalan II, Rakor BPS dan Kementerian Pertanian.

4.3. Sentra Produksi Ubi Kayu di Indonesia

Sentra produksi ubi kayu di Indonesia adalah Provinsi Lampung, Jawa Timur,

Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Sumatera Utara,

Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat.

Page 12: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

9 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

(1) Luas Panen

Rata-rata luas panen ubi kayu pada tahun 2012-2016, pada 3 (tiga) provinsi

sentra ubikayu utama berkontribusi sebesar 57,10%. Provinsi sentra tersebut adalah

Lampung sebesar 27,71 persen, Jawa Timur sebesar 14,80 persen dan Jawa Tengah

sebesar 14,59 persen. Secara terperinci luas panen di ketiga provinsi sentra utama dan

sentra-sentra lainnya di Indonesia terlihat pada table berikut.

Tabel 4.3. Provinsi Sentra Luas Panen Ubi Kayu di Indonesia, Rata-rata

2012-2016

No.

Provinsi

Tahun

Rat-

rata

(Ha )

Share

( %

)

Komulatif

Share

(%) 2012 2013 2014 2015 2016*)

1 Lampung 324.749 318.107 304.468 279.337 251.079 295.548 27,71 27,71

2 Jawa Timur 189.982 168.194 157.111 146.787 127.420 157.899 14,80 42,51

3 Jawa Tengah 176.849 161.783 153.201 150.874 135.594 155.660 14,59 57,10

4 Jawa Barat 100.159 95.505 93.921 85.288 79.831 90.941 8,53 65,63

5 Nusa Tenggara Timur 89.282 79.164 63.836 60.557 70.768 72.721 6,82 72,44

6 DI Yogyakarta 61.815 58.777 56.120 55.626 53.177 57.103 5,35 77,80

7 Sumatera Utara 38.749 47.141 42.062 47.837 36.829 42.524 3,99 81,78

8 Sulawesi Selatan 31.454 24.720 22.083 26.783 23.262 25.660 2,41 84,19

9 Lainnya 116.649 112.361 110.692 163.279 89.535 118.503 10,97 100,00

Indonesia 1.129.688 1.065.752 1.003.494 1.016.368 867.495 1.080.000 100,00

Sumber : BPS , diolah Pusdatin, Kementerian Pertanian

(2) Produktivitas Ubi Kayu pada Sentra Produksi

Provinsi Sumatera Barat walaupun tidak termasuk ke dalam daerah sentra

produksi dan areal panen, namun mempunyai produktivitas yang paling tinggi di antara

sentra utama daerah penghasil ubi kayu di Indonesia. Produktivitas ubi kayu di

Sumatera Barat adalah 390,85 ku/ ha, disusul oleh Sumatera Utara 327,54 ku/ ha, Riau

277,71 ku/ ha, Lampung 262,04 ku/ ha. Produktivitas Jawa Tengah, Jawa Timur dan

Jawa Barat sebagai sentra produksi utama penghasil ubi kayu di Indonesia jauh di

bawah produktivitas Sumatera Barat. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 13: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

10 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

Tabel 4.4. Perkembangan Produktivitas Ubi Kayu pada Sentra Produksi di

Indonesia Secara Rata-rata (2012-2016*)

No. Provinsi Rata-rata (Ku/Ha)

1 Sumatera Barat 390,85

2 Sumatera Utara 327,34

3 Lampung 262,04

4 Riau 277,71

5 Jawa Tengah 245,66

6 Jawa Barat 231,85

7 Jawa Timur 228,45

8 Sulawesi Barat 219,80

9 Sulawesi Tengah 212,22

10 Sulawesi Selatan 208,07

Indonesia 215,78

Sumber: BPS diolah Pusdatin, Kementerian Pertanian

Catatan:*) Angka Ramalan II. Hasil Rakor BPS dan Kementerian Pertanian

(3) Produksi

Produksi ubi kayu di tiga provinsi sentra utama berkontribusi 66,32 persen.

Provinsi tersebut adalah Lampung sebesar 33,93 persen, Jawa Tengah sebesar 16,68

persen dan Jawa Timur sebesar 15,71 persen. Walaupun Provinsi Sumatera Barat

merupakan daerah yang mempunyai produktivitas tertinggi ubi kayu di Indonesia, tetapi

provinsi tersebut tidak termasuk provinsi sentra produksi ubi kayu di Indonesia. Begitu

pula Nusa Tenggara Timur merupakan daerah sentra produksi ubi kayu dari sisi luas

paanen dan produksi, tetapi dari sisi produktivitas tidak termasuk daerah yang

menghasilkan produktivitas tinggi. Secara terperinci kontribusi daerah sentra produksi

ubi kayu di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 14: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

11 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

Tabel 4.5. Provinsi Sentra Produksi Ubi Kayu Terbesar di Indonesia, Rata-

rata Tahun 2012-2016*)

N Provinsi Rata- rata

(Ton)

Share

(%)

1 Lampung 7.741.948 33.93

2 Jawa Tengah 3.806.703 16.68

3 Jawa Timur 3.585.974 15.71

4 Jawa Barat 2.100.664 9.21

5 Sumatera Utara 1.392.546 6.10

6 DI. Yogyakarta 910.486 3.99

7 Nusa Tenggara

Timur

741.681 3.25

8 Sulawesi Selatan 534.474 2.34

9 Propinsi Lainnya 2.004.877 8.79

Indonesia 22.819.353 100,00

Sumber: BPS diolah Pusdatin, Kementerian Pertanian

Catatan:*) Angka Ramalan II. Hasil Rakor BPS dan Kementan.

Page 15: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

12 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

V. PERKEMBANGAN KONSUMSI UBI KAYU DI INDONESIA

Menurut Pusdatin (2009:22) bahwa konsumsi ubi kayu sering dihubungkan

dengan kesejahteraan rumah tangga terutama di daerah pedesaan. Jika suatu rumah

tangga sangat miskin, maka adakalanya tidak mampu untuk membeli beras, sehingga

makanan pokoknya berselang seling antara makan nasi dan makan ubi kayu. Namun

jika suatu rumah tangga cukup mampu, makan ubi kayu hanya sebagai makanan

selingan saja. Namun demikian, konsumsi ubi kayu dapat menjadi alternatif untuk

mengurangi konsumsi beras, dalam rangka penganeka ragaman pangan.

5.1. Ketersediaan dan Konsumsi Nasional

Ketersediaan ubi kayu untuk dikonsumsi per kapita per tahun mengalami

fluktuasi dengan kecenderungan yang meningkat sebesar 15,07 persen yaitu dari 57,21

kg. pada tahun 1993 menjadi 47,09 kg. pada tahun 2020. Pertumbuhan ketersediaan

untuk konsumsi periode 2016-2020 diestimasi menurun sebesar 1,06 persen per tahun.

Tetapi konsumsi ubi kayu secara nasional terus mengalami peningkatan. Pada

tahun 1993, konsumsi nasional ubi kayu adalah 10,7 juta ton ubi kayu dan pada tahun

2020 diproyeksikan menjadi 12,06 juta ton atau meningkat sebesar 16,67 persen per

tahun. Sedangkan dilihat dari rata-rata periode 2016-2020, konsumsi nasional ubi kayu

meningkat menjadi 3,22 persen.

Perkembangan ketersediaan konsumsi per kapita dan konsumsi ubi kayu

nasional per tahun di Indonesia dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 5.1. Kersediaan/Konsumsi Ubi Kayu di Indonesia, Tahun 1993-2019

Tahun Ketersediaan

Konsumsi

Per Kapita

Per Tahun

Pertumbuhan

(%)

Konsumsi

Nasional

Pertumbuhan

(%)

1993 57,21 10.733.000

1994 51,83 -9,40 9.883.000 -7,92

1995 53,45 3,13 10.341.000 4,63

1996 61,78 15,58 12.159.000 17,58

1997 60,21 -2,54 12.033.000 -1,04

1998 56,46 -6,23 11.454.000 -4,81

1999 61,72 9,32 12.526.000 9,36

2000 59,05 -4,33 12.155.000 -2,96

2001 59,92 1,47 12.490.000 2,76

Page 16: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

13 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

2002 35,37 -40,97 7.466.000 -40,22

2003 66,49 87,98 14.210.000 90,33

2004 50,46 -24,11 10.918.000 -23,17

2005 50,08 -0,75 11.010.000 0,84 2006 65,32 30,43 14.551.000 32,16

2007 17,76 -72,81 4.007.000 -72,46 2008 91,27 413,91 20.858.000 420,54

2009 28,42 -68,86 6.576.000 -68,47

2010 44,31 55,91 10.568.768 60,72

2011 67,37 52,04 16.302.913 54,26

2012 61,79 -8,29 15.163.609 -6,99

2013 50,04 -19,01 12.451.436 -17,89

2014 *) 52,86 5,62 13.328.499 7,04

2015 **) 49,63 -6,10 12.679.459 -4,87

2016 **) 49,15 -0,98 12.714.906 0,28

2017 **) 48,65 -1,01 12.741.403 0,21

2018 48,14 -1,04 12.758.730 0,14

2019 47,62 -1,08 12.761.918 0,02

2020 47,09 -1,12 12.765.196 0,03

Rata2/tahun

1993-2020

53,34 15,07 12.057.387 16,67

Rata2/tahun

2016-2020

48,13 -1,06 13.112.440 3,22

Sumber Neraca Bahan Makanan, BKP& Susenas, BPS dalam Pusat Data dan

Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian (2016:49).

Catatan: *)Angka Sementara **) Angka estimasi oleh Pusdatin, Kementerian Pertanian

5.2. Konsumsi Ubi Kayu Perkapita di Rumah Tangga

Konsumsi ubi kayu per kapita di rumah tangga di Indonesia terus mengalami

penurunan yaitu dari 12,775 kg/kapita per tahun pada tahun 1993 menjadi hanya 3,601

kg/ kapita per tahun pada tahun 2015. Pada periode 2016-2020, diproyeksikan bahwa

konsumsi rumah tangga per kapita akan terus menurun yaitu dari 3,489 kg/kapita per

tahun pada tahun 2016 menjadi 2,145 kg/kapita per tahun pad tahun 2020. Dengan

demikian konsumsi rumah tangga per kapita periode 1993-2020 akan mengalami

penurunan sebesar 5,67 persen per tahun. Sedangkan pada periode 2016-2020 konsumsi

per kapita di rumah tangga akan mengalami penurunan yang lebih besar yaitu 11,44

persen perkapita per tahun.

Perkembangan konsumsi perkapita ubi kayu di rumah tangga periode 1993-2020

dapat dilihat pada table berikut ini.

Page 17: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

14 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

Tabel 5.2. Perkembangan Konsumsi Ubi Kayu di Rumahtangga, Tahun 1993-2020

Tahun Konsumsi perkapita

(Kg/Kapita/Tahun)

Pertumbuhan (%)

1993 12,775

1994 10,872 -14,90

1995 9,252 -14,90

1996 7,874 -14,90

1997 8,455 7,39

1998 9,080 7,39

1999 9,751 7,39

2000 9,314 -4,48

2001 8,897 -4,48

2002 8,499 -4,48

2003 8,447 -0,61

2004 8,812 4,32

2005 8,447 -4,14

2006 7,352 -12,96

2007 6,987 -4,96

2008 7,665 9,70

2009 5,527 -27,89

2010 5,058 -8,49

2011 5,788 14,43

2012 3,598 -37,84

2013 3,494 -2,90

2014 3,422 -2,05

2015 3,601 5,25

2016*) 3,489 -3,12

2017*) 3,153 -9,63

2018*) 2,817 -10,66

2019*) 2,481 -11,93

2020*) 2,145 -13,54

Rata2: 1993-2020 6,68 -5,67

Rata2: 2016-2020 2,82 -11,44

Sumber: SUSENAS, BPS dalam Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,

Kementerian Pertanian (2016:50).

VI. PROSPEK EKONOMI UBI KAYU DI INDONESIA

6.1. Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Ubi Kayu

Mulyani (2011:75) menyatakan bahwa Indonesia mempunyai lahan yang begitu

luas dan sesuai untuk pertanian. Ada 94,07 juta hektar lahan yang terdiri dari lahan

rawa dan non-rawa. Lahan rawa terdiri dari lahan basah semusim (sawah), lahan

Page 18: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

15 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

tanaman semusim dan lahan tanaman tahunan. Sedangkan lahan non-rawa terdiri dari

lahan basah semusim(sawah), tanaman semusim dan tanaman tahunan. Ada sekitar 30,7

juta hektar lahan pertanian yang belum dimanfaatkan dengan perincian seperti tertera

pada tabel berikut ini.

Tabel 6.1. Luas Lahan yang Sesuai dan Tersedia untuk Perluasan Areal Pertanian

di Indonesia

Mulyani et al. (2011:78)

Menurut Badan Litbang Pertanian (2007) dalam Mulyani et al. (2011:78) bahwa

lahan seluas 30,67 juta Ha seperti tersebut pada tabel di atas masih terlantar, ditumbuhi

semak belukar, merupakan hutan sekunder dan padang alang-alang, dan berada di

kawasan budidaya pertanian dan kehutanan. Diantara lahan ini, yang berada di kawasan

budidaya pertanian ada sekitar 10,31 juta hektar yang dapat dimanfaatkan untuk

pertanian termasuk untuk pengembangan tanaman ubi kayu.

6.2. Perkembangan Harga Ubi Kayu

Lokasi produksi dan konsumsi ubi kayu sebagaimana halnya komoditi pertanian

lainnya letaknya cukup jauh dari daerah produksi. Produksi ubi kayu yang dihasilkan

oleh masing-masing petani di derah pedesaan, jumlahnya relatif kecil karena relatif

kecilnya luas garapan per petani. Oleh sebab itu, ubi kayu yang dihasilkan petani harus

melalui pedagang pengumpul dan pedagang perantara. Oleh sebab itu, tata niaga ubi

kayu kurang efisien yang sangat merugikan petani dan konsumen. Dengan panjangnya

Pulau

Lahan basah semusim (000 ha)

Lahan

kering

Lahan

kering Jumlah

Rawa

Nonrawa

Jumlah

Semusim Tahunan (000 ha)

(000 ha) (000 ha)

Sumatera 354,9 606,2 961,1 1.312,8 3.226,8 5.500,7

Jawa 0 14,4 14,4 40,5 159,0 213,9

Bali dan Nusa

tenggara 0 48,9 48,9 137,7 610,2 797

Kalimantan 730,2 665,8 1396,0 3.639,4 7.272,0 12.307,4

Sulawesi 0 423,0 423,0 215,5 601,2 1.239,7

Maluku + Papua 1.893,4 3.539,3 5432,7 1.739,0 3.441,0 10.612,7

Indonesia 2.978,5 5.297,6 8.276,1 7.084,9 15.310,2 30.671,2

Page 19: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

16 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

rantai tata niaga ubi kayu menyebabkan disparitas harga ubi kayu di tingkat petani

dengan di tingkat konsumen menjadi lebar bahkan semakin lebar. Pada tahun 2002

margin harga ubi kayu ditingkat petani dengan harga ubi kayu di tingkat konsumen

hanya Rp.792,- per kg. dan pada tahun 2015 mencapai Rp.2.698.- per kg., yaitu lebih

dari 3 kali lipat selama 14 tahun. Oleh sebab itu, diperlukan suatu mekanisme yang

dapat mengurangi disparitas harga yang terlalu lebar ini. Disparitas harga ini juga

berkaitan dengan prasarana jalan di pedesaan yang belum begitu baik, sehingga biaya

transportasi produksi menjadi sangat tinggi. Biaya transportasi ini dibebankan oleh

pedagang kepada petani dengan menekan harga, sekaligus membebankan pula kepada

konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi yang harus dibayar. Oleh sebab itu,

perbaikan dan pengembangan sarana jalan di pedesaan sangat diperlukan.

Perkembangan harga ubi kayu di tingkat produsen dan harga ubi kayu di tingkat

konsumen dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.2. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Ubi Kayu di

Indonesia,Tahun 2002-2015

Tahun Harga

Produsen

( Rp/Kg )

Pertumbuhan

( % )

Harga

Konsumen

( Rp/Kg )

Pertumbuhan

( % )

Margin

(Rp/Kg)

Pertumbuhan

( % )

2002 421 1.213 792

2003 421 0,00 1.326 9,29 905 14,23

2004 672 59,65 1.429 7,78 757 -16,36

2005 807 20,07 1.164 -18,54 357 -52,81

2006 974 20,68 1.361 16,95 387 8,51

2007 1.148 17,94 2.223 63,34 1.075 177,40

2008 1.481 28,99 3.019 35,81 1.538 43,10

2009 1.800 21,57 3.356 11,14 1.555 1,10

2010 1.928 7,07 3.917 16,74 1.989 27,93

2011 2.011 4,32 4.503 14,96 2.492 25,27

2012 2.310 14,86 3.391 -24,70 1.081 -56,62

2013 2.198 -4,84 4.601 35,68 2.403 122,26

2014 2.322 5,61 5.167 12,30 2.845 18,43

2015 2.553 9,95 5.250 1,61 2.698 -5,19

2002-2015 1.503 15,84 2.994 14,03 1.491 23,63

2011-2015 2.279 6,40 4.582 6,22 2.304 19,72

Sumber: BPS dan Kemendag, diolah oleh Pusdatin, Kementerian Pertanian

Page 20: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

17 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

6.3. Analisa Usaha Tani Ubi Kayu

Usaha tani ubi kayu ternyata jauh lebih menguntungkan dibandingkan

dengan usaha tani tanaman pangan lainnya seperti jagung dan kedelai bahkan

lebih tinggi lagi dari pada nilai uasaha tani padi. Tanaman padi adalah

tananaman yang paling mendapat perhatian pemerintah tetapi nilai usahanya

kalah dibandingkan nilai usaha ubi kayu.Hal ini dapat dilihat pada table berikut

ini.

Tabel 6.3. Perbandingan Analisis Usaha Tani Padi, Jagung, Ubi Kayu dan Kedelai

(Rp.000)

Uraian Padi Jagung Ubi Kayu Kedelai

Nilai Produksi 11.193,00 9.657,22 11.076,21 4.817,98

Biaya Produksi 4.498,84 3.431,25 3.468,76 2.975,10

Pendapatan 6.694,19 6.225,97 7.607,45 1.842,88

Sumber: Nainggolan (2014:86)

Dari table di atas terlihat bahwa satu hektar padi sawah hanya memberikan

pendapatan sebesar Rp.6.694,16 per hektar, dan jagung memberi penghasilan sebesar

Rp.6.225,97 per hektar serta ubi kayu mampu memberikan penghasilan sebesar Rp.

7.607,45 per hektar. Semantara usaha tani kedele hanya memberikan penghasilan

Rp.1.842,88 per hektar. Hal ini disebabkan karena pemeliharaani ubi kayu sangat

sederhana dibandingkan komoditas panagn lainnya.

Apalagi kalau tanaman ubi kayu diberi perlakuan teknis bercocok tanam yang

lebih baik yaitu seperti pupuk kandang, kapur dan sebagainya, seperti yang

dikemukakan sebelumnya, tentu keuntungan usaha tani ubi kayu akan semakin tinggi.

6.4. Ekspor dan Impor Ubi Kayu

(1) Ekspor

Walaupun volume ekspor ubi kayu masih sangat kecil, yaitu rata-rata sebesar

171 ribu ton per tahun, namun pertumbuhan volume ekspor ubi kayu tahun 2000-2015,

rata-rata meningkat lebih dari 96 persen per tahun, demikian halnya dengan nilai

ekspornya yang meningkat sebesar 118,22 persen per tahun, walaupun nilai rata-rata per

tahun pada periode 2000-2015 hanya sekitar US32 juta. Ekspor ubikayu Indonesia

Page 21: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

18 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

adalah dalam bentuk segar dan bentuk olahan. Perkembangan ekspor ubi kayu Indonesia

periode 2000-2016 dapat di lihat pada tabel berikut.

Tabel 6.4. Perkembangan Ekspor Ubi Kayu Indonesia, Tahun 2000 2016*)

Tahun

Volume

Ekspor

Nilai

Ekspor Segar (

Ton )

Pertumb.

( % )

Olahan (

Ton )

Pertumb.

( % )

Total

( Ton

)

Pertumb.

( % )

Segar

( 000 US$

)

Pertumb.

( % )

Olahan

( 000 US$

)

Pertumb.

( % )

Total

( 000 US$ )

Pertumb.

( % )

2000 151.439 9.421 160.861 10.809 1.933 12.741 2001 177.075 16,93 32.111 240,82 209.185 30,04 13.687 26,63 2.940 52,15 16.627 30,50

2002 70.429 -60,23 25.222 -21,45 95.650 -54,27 6.067 -55,67 3.970 35,00 10.036 -39,64

2003 21.999 -68,76 6.627 -73,73 28.625 -70,07 2.003 -66,98 1.352 -65,95 3.355 -66,57

2004 234.169 964,47 214.427 3135,84 448.596 1467,13 20.400 918,23 36.946 2633,42 57.346 1609,22

2005 229.789 -1,87 82.851 -61,36 312.640 -30,31 25.441 24,72 15.588 -57,81 41.030 -28,45

2006 132.005 -42,55 7.091 -91,44 139.096 -55,51 14.836 -41,68 1.847 -88,15 16.684 -59,34

2007 209.668 58,83 22.897 222,90 232.565 67,20 31.299 110,96 7.991 332,56 39.290 135,50

2008 129.696 -38,14 36.990 61,55 166.686 -28,33 20.770 -33,64 15.101 88,98 35.871 -8,70

2009 197.694 52,43 8.354 -77,42 206.048 23,61 28.980 39,53 3.391 -77,54 32.371 -9,76

2010 145.217 -26,54 23.814 185,06 169.031 -17,97 32.653 12,67 12.779 276,85 45.432 40,35

2011 105.331 -27,47 90.008 277,96 195.339 15,56 29.530 -9,56 49.530 287,59 79.060 74,02

2012 40.550 -61,50 7.340 -91,85 47.890 -75,48 11.012 -62,71 4.549 -90,82 15.562 -80,32

2013 131.262 223,70 58.654 699,11 189.916 296,57 33.825 207,16 27.388 502,07 61.213 293,35

2014 80.715 -38,51 33.786 -42,40 114.501 -39,71 20.404 -39,68 15.582 -43,11 35.985 -41,21

2015 358 -99,56 16.418 -51,41 16.776 -85,35 230 -98,87 8.537 -45,21 8.767 -75,64

2016*) 338 -5,51 8.495 -48,26 8.833 -47,35 196 -15,05 3.235 -62,11 3.430 -60,87

Rata-rata

Pertumbuhan 2000-2015 128.587 56,75 42.251 287,48 170.838 96,21 18.872 62,07 13.089 249,34 31.961 118,22

2011-2015 71.643 59,59 41.241 290,81 112.884 100,93 19.000 64,61 21.117 263,42 40.118 124,49

Sumber : BPS diolah Pusdatin, Kementerian Pertanian

Keterangan :*) Data Januari-Mei

(2) Impor Ubi Kayu

Indonesia adalah merupakan negara pengimpor ubi kayu yang cukup besar

dengan volume dan nilai impor yang berfluktuasi. Pada tahun 2000, Indonesia

mengimpor ubi kayu sebesar 211,6 ribu ton dengan nilai US$ 33,8 juta. Pada tahun

2015, volume impor itu naik menjadi 600,7 ribu ton dengan nilai US$257,5 juta. Jadi

pertumbuhan volume impor ubi kayu periode 2000-2015 adalah sebesar 76,32 persen

dan pertumbuhan nilai impornya adalah 67,41 persen per tahun. Kalau dilihat pada

periode 2011-2015, total volume impor ubi kayu Indonesia adalah 2,35 juta ton dengan

nilai US$1,12 milyar. Menurut Pusat Data dan Informasi Sistem Pertanian

Pusdatin(2016) impor ubi kayu Indonesia umumnya dalam bentuk pati ubi kayu

(cassava flour), ubi kayu kepingan kering (cassava shredded) dan ubikayu pelet

(Cassava pellets) terutama berasal dari ThaiLand, Vietnam dan Myanmar.

Page 22: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

19 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

Perkembangan impor ubi kayu Indonesia periode 2000-2016 dapat dilihat pad tabel

berikut ini.

Tabel 6.5. Perkembangan Impor Ubi Kayu Indonesia, Tahun 2000-2016*)

Tahun

Volume Impor Nilai

Impor Segar

( Ton

)

Pertumb.

( % )

Olahan

( Ton

)

Pertumb.

( % )

Total

( Ton

)

Pertumb.

( % )

Segar

( 000 US$

)

Pertumb.

( % )

Olahan

( 000 US$

)

Pertumb.

( % )

Total

( 000 US$

)

Pertumb.

( % )

2000 35 211.547 211.582 54 33.698 33.752 2001 65 85,95 66.394 -68,62 66.459 -68,59 83 53,97 10.001 -70,32 10.084 -70,12

2002 155 138,49 25.934 -60,94 26.090 -60,74 211 153,01 4.789 -52,11 5.000 -50,42

2003 2.136 1.275,05 188.943 628,54 191.078 632,39 481 128,03 33.083 590,76 33.564 571,25

2004 1.812 -15,16 56.269 -70,22 58.081 -69,60 398 -17,25 10.048 -69,63 10.446 -68,88

2005 53 -97,08 102.994 83,04 103.047 77,42 67 -83,08 24.565 144,48 24.633 135,81

2006 39 -26,17 305.204 196,33 305.243 196,22 47 -30,15 70.237 185,92 70.284 185,33

2007 45 15,38 306.303 0,36 306.348 0,36 50 6,38 77.752 10,70 77.802 10,70

2008 23 -48,89 158.077 -48,39 158.100 -48,39 19 -62,00 57.929 -25,50 57.948 -25,52

2009 1.903 8.173,91 166.813 5,53 168.716 6,71 336 1.668,42 49.577 -14,42 49.913 -13,87

2010 21 -98,90 294.832 76,74 294.853 74,76 15 -95,54 120.739 143,54 120.754 141,93

2011 6 -73,10 435.419 47,68 435.425 47,68 22 46,67 211.254 74,97 211.276 74,96

2012 13.291 235.222,24 842.835 93,57 856.126 96,62 3.419 15.440,91 381.234 80,46 384.654 82,06

2013 101 -99,24 220.088 -73,89 94.971 -88,91 38 -98,89 107.237 -71,87 107.275 -72,11

2014 0 -100,00 365.086 65,88 365.086 284,42

0 -100,00 160.491 49,66 160.491 49,61

2015 0 - 600.163 64,39 600.163 64,39 0 - 257.449 60,41 257.449 60,41

2016*) 0 - 383.943 -36,03 383.943 -36,03 0 - 140.814 -45,30 140.814 -45,30

Rata-rata

Pertumbuhan 2000-2015 1.230 16290,17 271.681 62,67 265.085 76,32 327 1134,03 100.630 69,14 100.958 67,41

2011-2015 13.398 58755,75 2.463.591 37,49 2.351.770 89,13 3.479 3810,51 1.117.665 29,67 1.121.145 29,99

Sumber : BPS diolah Pusdatin, Kementerian Pertanian

*) Data Januari-Mei

Berhubungan dengan masih besarnya konsumsi beras per kapita di

Indonesia,walaupun ada kecenderungan penurunannya maka menurut

Nainggolan (2007:124-125), konsumsi beras di Indonesia harus disubstitusi

dengan sumber karbohidrat lainnya seperti singkong, umbi-umbian dan lainnya

yang banyak tersedia di Indonesia.

6.5. Teknologi Pengembangan Produksi Ubi Kayu

(1) Tumpang Sari

Menurut Harsono dan Subandi (2013:34), bahwa di lahan kering masam

yang petaninya sebahagian besar atau lebih dari 90 persen menanam ubi kayu

Page 23: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

20 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

secara monokultur. Dengan pengaturan jarak tanam ubi kayu yang baik, kedelai

dan kacang tanah dapat ditumpang sarikan dengan ubi kayu. Potensi hasil

kedelai pada pertanaman tumpang sari berkisar antara 0,7-1,0 ton per hektar dan

kacang tanah dapat menghasilkan 1,25-2,25 ton per hektar polong kering. Ubi

kayu dengan tumpang sari dengan kedelai dan kacang tanah tidak akan

menurunkan hasil ubi kayu, tetapi petani memperoleh nilai tambahan pendapatan

dari kedelai dan kacang tanah.

(2) Pemupukan dan Pemberantasan Hama dan Penyakit

Berdasarkan kajian Santoso dan Nila Prastiaswati (2011:243-244) di

beberapa daerah di Kabupaten Malang, Banyuwangi, Lampung Selatan dan

Lampung Tengah, pengelolaan tanaman yang tepat dapat memberikan hasil yang

tinggi.

Berikut disajikan hasil percobaan di beberapa kebun percobaan di

Indonesia.

Tabel 6.6. Hasil Percobaan di Beberapa Kebun Percobaan di Indonesia

Kabupaten Masukan (Input) Hasil (Output)

Malang Selatan 10 Ton pupuk

kandang, 300 kg Urea,

300 kg Phonska.

Varitas: Cecek hijau,

Sembung, Malang 6.

80-87 ton/ ha ubi

segar.

Keuntungan: Rp.37,6-

41,8/ha.

Genteng, Banyuwangi 300 kg Urea, 100 kg

SP 36, 100 kg KCL, 5

ton pupuk kandang,

herbasida dan

furadon.

Produksi: 54-62 ton

umbi segar.

Keuntungan: Rp. 19-

23 juta/ha.

B/C ratio: 2,5-3,0

Natar, Lampung

selatan

300 kg Urea, 200 kg

SP 36, 200 kg KCL,

500 kg dolomit, 5 ton

pupuk kandang, dan

herbasida.

Produksi: 46-60

ton/ha umbi segar.

Keuntungan: Rp 26-

31 juta/ha

Page 24: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

21 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

Sulusuban, Lampung

Tengah

300 kg Urea, 200 kg

SP 36, 200 kg KCL,

500 kg dolomit, 5 ton

pupuk kandang, dan

herbasida.

Rp.18-22 juta.

Sumber: Santoso dan Nila Prasetiaswati 2011:244)

Catatan: Harga ubi kayu segar Rp.550-650,- per kg.

Dari tabel di atas terlihat bahwa perlakuan bercocok tanam yang lebih

baik akan menghasilkan produksi yang lebih baik, walaupun masing-masing

daerah memberikan hasil yang berbeda.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Ubi kayu merupakan komoditas yang cukup penting peranannya dalam

perekonomian Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar

kedua setelah Thailand. Indonesia lebih banyak menkonsumsi ubi kayu, bahkan

mengimpornya dalam jumlah volume dan nilai yang cukup besar.

Berhubungan dengan masih besarnya konsumsi beras per kapita di

Indonesia, walaupun ada kecenderungan penurunannya, maka konsumsi beras di

Indonesia harus disubstitusi dengan sumber karbohidrat lainnya seperti

singkong, umbi-umbian dan lainnya yang banyak tersedia di Indonesia. Dengan

demikian ubi kayu merupakan salah satu komoditas substitusi beras yang

penting untuk dikembangkan.

Pengembangan ubi kayu tidak akan sulit dilaksanakan karena usaha tani ubi

kayu jauh lebih mudah dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan tanaman

pangan lainnya seperti jagung dan kedelai bahkan lebih tinggi lagi dari pada

nilai usaha tani padi. Pada hal tanaman padi adalah tanaman yang paling

mendapat perhatian pemerintah.

Karena besarnya jumlah penduduk Indonesia dan terus meningkat tiap tahun,

walaupun konsumsi ubi kayu perkapita agak menurun, jumlah kebutuhan ubi kayu akan

terus meningkat. Tanpa adanya usaha pengembangan ubi kayu dan kebijakan

pemerintah yang memihak pada pengembangan komoditi ini, Indonesia akan terus

Page 25: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

22 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

mengimpor ubi kayu dalam jumlah yang besar di masa mendatang, sementara volume

dan nilai ekspornya akan tetap kecil.

Kendala pengembangan usaha tani ubi kayu di dalam negeri adalah semakin

terbatasnya lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan ubi kayu. Karena baiknya

prospek usaha tani ubi kayu, maka pengembangan ubi kayu perlu lebih diarahkan ke

luar Jawa, karena lahan pertanian di Jawa semakin terbatas. Karena tingkat kesuburan

lahan di luar Jawa relatif rendah, maka teknologi bercocok tanam ubi kayu harus

diperbaiki melalui pemupukan seperti pemberian pupuk buatan, pupuk kandang dan

pemberian kapur ke dalam tanah serta pemberantasan hama penyakit. Tanaman

tumpang sari dengan tanaman kedelai juga dapat menambah unsur hara pada tanah-

tanah masam yang banyak terdapat di luar Jawa, sehingga akan meningkatkan produksi

ubi kayu, disamping memperoleh tambahan pendapatan petani.

Propinsi Sumatera Barat adalah merupakan daerah ubi kayu di luar Jawa yang

dapat dikembangkan lebih lanjut, karena produktivitas per hektarnya paling tinggi di

Indonesia, walaupun provinsi tersebut tidak termasuk ke dalam sentra produksi ubi kayu

di Indonesia. Begitu pula di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ubi kayu atau jagung

merupakan bahan makanan pokok disana adalah merupakan daerah sentra produksi ubi

kayu di luar Jawa yang menempati posisi nomor 7 di Indonesia yaitu sesudah D.I

Yogyakarta, tetapi tidak termasuk kepada provinsi yang mempunyai produktivitas ubi

kayu yang tinggi. Jadi kedua provinsi tersebut perlu mendapat perhatian khusus dalam

mengembangkan ubi kayu di Indonesia.

Page 26: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

23 Prospek Ekonomi Ubi Kayu Di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Garjito, Murdijati, Anton Djuwardi dan Eni Harmayani (2013). Pangan Nusantara.

Karateristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan.Penerbit Kencana

Prenada Media Group. Jakarta.ISBN 978-602-7985-5-6.

Harsono, Arief dan Subandi (2013). Peluang Pengembangan Kedelai pada Areal

Pertanian Ubi Kayu di Lahan Kering Masam. Iptek Tanaman Pangan. Buletin

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman

Aneka Kacang dan Umbi.Malang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan, Badan Penelitian dan Pengembang Pertanian (2013)Vol. 8 No. 1, Bogor

Juni 2013. ISSN 1907-4263.

Hermanto. (2015). Indonesian Food Security in the ASEAN Region.Forum Penelitian

Agro Ekonomi. FAE. Vol. 33 No. 1, Juli 2015. Bogor, Indonesia.

Nainggolan, Kaman. 2014. Prospek Swasembada Kedelai Indonesia. Pangan.

Media Komunikasi dan Informasi. Vol. 23. No. 1. ISSN 0852-0607. Maret.

Mulyani, Any, S.Ritung dan Irsal Las (2011). Potensi dan Ketersediaan Sumberdaya

Lahan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Indonesian Agricultural Reseach and Development

Journal. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian,

Volume 30 Nomor 2, 2011. ISSN:0216-4418, Bogor.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan

Pengembang Pertanian (2010). Teknologi Produksi Kedelai, Kacang Tanah,

Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar.

Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian (2009). Analisis Konsumsi

Pangan.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (2013). Iptek Tanaman Pangan. Buletin Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Volume 8 Nomor 1 Juni 2013. ISSN 1907

4263.(page 31).

Pusat Data dan Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian (2016). Outlook Ubi

Kayu.ISSN: 1907-1507.

Santoso, Budhi, Radjit dan Nila Prasetiawati (2011). Optimasi Hasil Ubi Kayu

Menggunakan Teknologi Adaptif. Iptek Tanaman Pangan. Buletin Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan

Umbi.Malang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan

Penelitian dan Pengembang Pertanian. Vol. 6 No. 2, Bogor Desember 2011.

ISSN 1907-4263. Akreditasi: 384/AU1/P2MBI/07/2011.

Page 27: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

Analisis Pengaruh Sikap dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat

Belajar E-learning di Universitas Mercu Buana

M. Ali Iqbal

Universitas Mercu Buana

ABSTRACT

The purpose of the study is to examine the influence attitude and perceive

usefulness to intention to use e-learning services. This research was conducted at

Universitas Mercu Buana.The method of data collection is using primary data from

187 students who ever use e-learning through questionnaires, direct observation of the

object under study and literature study by using a sample survey methodology. The

data were analyzed by using SPSS 17 software. The result, of analysis for this model

shows that attitude and perceive usefullness affect the intention to use e-learning. This

means that the intention to use e-learning is influenced by the construct attitude and

perceive usefulness. The implication of this research is relevant to the management of

the university to consider factor of attitude, perceive usefullness in applying and

developing e-learning in the University system.

Key Words: E-Learnin,g intention, attitude, perceive usefullness, analysis.

Page 28: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

25 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perguruan Tinggi merupakan pelaksana pendidikan sekaligus ujung tombak

pelaksana tujuan pendidikan. Peranan perguruan tinggi sebagai pelaksana pendidikan

tidak lepas dari proses belajar mengajar yang merupakan inti dari menumbuh

kembangkan minat, bakat serta kreativitas mahasiswa. Proses belajar mengajar yang

terjadi di lingkungan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dan

minat mahasiswa yang sesuai dengan tuntutan dari masyarakat serta perkembangan

teknologi informasi yang saat ini semakin pesat. Untuk menjawab tantangan tersebut

diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif dan kreatif dalam proses

pembelajaran, sehingga kemampuan output yang dihasilkan mengalami peningkatan

dari segi kecepatan mempelajari bahan ajar yang akhirya dapat meningkatkan

kreativitas dan minat belajar.

Model pembelajaran yang inovatif dan kreatif diharapkan dapat mengelola dan

mengembangkan komponen pembelajaran dalam suatu desain yang terencana dengan

memperhatikan kondisi aktual dari unsur-unsur penunjang dalam implementasi

pembelajaran yang akan dilakukan. Selain itu, untuk meningkatkan kreativitas dan

minat belajar mahasiswa maka diperlukan sarana yang dapat membantu

peengembangan kemampuan kognitif mahasiswa yaitu media pembelajaran.

Media pembelajaran adalah segala jenis sarana pengajaran yang digunakan

sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pencapaian tujuan pendidikan. Media pembelajaran yang dirancang dan

digunakan secara tepat pada batas tertentu dapat merangsang timbulnya "dialog

internal" dalam diri siswa yang belajar. Media berhasil membawa pesan belajar apabila

kemudian terjadi perubahan tingkah laku atau sikap belajar pada diri siswa. Sehingga

tujuan adanya media yang baik adalah pada bagian perubahan sikap siswa dan tidak

secara langsung berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan

memungkinkan kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga

menghasilkan produktivitas yang tinggi. E-Learning sebagai media elektronik dapat

membawa dampak perubahan pada proses pembelajaran. Interaksi antara pengajar dan

peserta didik tidak hanya dilakukan dengan tatap muka langsung tetapi juga dapat

Page 29: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

26 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

menggunakan media elektronik sebagai perantara sehingga suasana belajar mengajar

menjadi lebih menarik, visual dan interaktif.

E-Learning adalah pendekatan pembelajaran melalui perangkat komputer yang

tersambung ke internet, dimana peserta didik berupaya memperoleh bahan belajar yang

sesuai dengan kebutuhannya. E-Learning merupakan aplikasi internet yang dapat

menghubungkan antara pendidik dan peserta didik dalam sebuah ruang belajar online.

E.-Learning ternyata dapat mengatasi keterbatasan antara pendidik dan peserta didik,

terutama dalam waktu dan ruang. Jadi tidak harus berada dalam satu dimensi waktu

dan ruang, artinya bisa kapan saja.

Berkaitan dengan proses pembelajaran yang menggunakan internet sebagai

sumber informasi dan bahan mengajar, maka guru/dosen harus membuat rencana dan

strategi yang efektif agar tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal. Dalam

pembelajarannya, informasi yang hendak disampaikan harus tersedia dalam suatu

situs/web sebagai pusat informasi agar pencarian informasi dapat diakses dengan cepat.

Pusat informasi ini harus dibuat semenarik mungkin agar siswa menjadi antusias dalam

belajar yang akhimya akan mengembangkan minat dan meningkatkan kreativitas.

Penggunaan e-Learning dalam pencarian data dan informasi melalui media elektronik

sebagai media pembelajaran diharapkan dapat menjadi alternatif solusi untuk

mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas serta meningkatkan kreativitas

dan minat belajar melalui penggunaan fasilitas internet.

Sejalan dengan hal tersebut perlu kiranya dilakukan suatu penelitian mengenai

analisis pengaruh sikap dan persepsi kegunaan teradap minat belajar e-learning.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi sikap dan persepsi

kemudahan terhadap minat pengguna e-learning di Universitas Mercubuana

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sikap terhadap Minat Mahasiswa dalam Menggunakan E-learning.

Kotler (2009) mendefiniskan sikap sebagai perasaan emosi dan kecenderungan

tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada

seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu. Semua orang memiliki sikap terhadap

Page 30: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

27 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

semua hal, termasuk dalam minat dalam menggunakan teknologi baru.

Sikap adalah evaluasi positif atau negatif seseorang terhadap suatu objek atau

perilaku (Ajzen, 1991) termasuk perasaan dan respon-respon yang mempengaruhinya.

Iwan (2013) menyatakan bahwa sikap konsumen menjadi faktor yang penting dalam

pengambilan keputusan pembelian. Terdapat hubungan yang kuat antara sikap suatu

merek terhadap minat membeli (Shimp & Gresham., 1985; Homer & Yoon, 1992;

Phelps & Hoy, 1996).

Semakin positif sikap konsumen terhadap suatu produk, semakin kuat minat

terhadap produk tersebut (Ajzen, 1991). Beberapa hasil penelitian yang menyatakan

hubungan sikap dan minat untuk membeli makanan organik secara konsisten

menunjukkan hubungan yang positif. Seperti yang disampaikan oleh Thogersen (2007)

dan Chen (2009) mengindikasikan sikap positif untuk mendorong minat konsumen

untuk membeli makanan organik. Irianto (2015) memprediksi bahwa sikap terhadap

makanan organik mempengaruhi niat untuk membeli makanan organik secara positif.

Penelitian sikap pengguna dalam memandang suatu perkembangan teknologi

baru yang mempengaruhi minat dalam menggunakan dilakukan Davis et al (1989) yang

mengembangkan suatu model penerimaan sistem teknologi informasi yang dikenal

dengan Technology Acceptance Model (TAM). Davis, et.al berpendapat bahwa

keputusan yang dilakukan individu untuk menerima suatu teknologi informasi

merupakan tindakan sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh minat perilakunya,

sedangkan pemakai teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi jika

merasa sistem teknologi bermanfaat dan mudah digunakan. Davis et al menyatakan juga

bahwa seseorang akan melakukan suatu perilaku (behavior) jika mempunyai keinginan

atau minat (behavioral intention) untuk melakukannya.

Venkatesh, et al. (2003) mengkaji teori-teori tentang penerimaan teknologi oleh

pemakai-pemakai suatu sistem atau teknologi baru, pada akhirnya penelitian tersebut

menghasilkan kesimpulan bahwa ada empat konstruk dalam minat dalam menggunakan

teknologi baru yakni sikap pengguna (harapan kinerja dan harapan usaha), pengaruh

sosial dan kondisi yang memfasilitasinya.

Page 31: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

28 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

2.2. Persepsi Kegunaan terhadap Minat Mahasiswa dalam Menggunakan E-

learning.

Persepsi kegunaan (perceived usefulness) merupakan sesuatu yang menyatakan

individu percaya bahwa penggunaan suatu teknologi tertentu akan meningkatkan kinerja

dari individu. Wibowo (2008) menjelaskan bahwa persepsi kegunaan merupakan

persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan

suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang

menggunakannya.

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa persepsi kegunaan

berpengaruh positif terhadap sikap penggunaan teknologi. Chau dan Lai (2003) meneliti

studi investigasi empiris yang menentukan penerimaan penggunaan internet banking.

Chau dan Lai (2003) mengambil subjek penelitian di Hongkong, populasinya adalah

mahasiwa yang ada di universitas Hongkong dan sampel yang dipilih adalah para

eksekutif pengguna internet banking. Berdasarkan studi empiris yang dilakukan oleh

Chau dan Lai (2003) menunjukkan bahwa persepsi kegunaan berhubungan positif dan

berpengaruh signifikan terhadap penggunaan internet banking. Chuchuen (2016)

menyatakan persepsi kegunaan di dalam sistem mobile banking, pelanggannya

memperoleh keuntungan dan terbiasa di dalam aplikasi mobile banking atau elektronik

banking memiliki minat yang tinggi dalam penggunaan mobile banking. Hasil

penelitian Cho and Esen (2015) memperlihatkan adanya pengaruh signifikan dari

persepsi kegunaan terhadap minat belanja online. Zhang et.al (2015) menunjukkan hasil

penelitiannya bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

minat belanja konsumen terhadap produk baru. Penelitian secara ekstensif menunjukan

signifikansi hubungan antara persepsi kegunaan terhadap minat beradaptasi (Chen dan

Barnes, 2007), (Guriting dan Ndubisi, 2006), (Eriksson et al, 2005), (Hu et al., 1999)

dan (Venkatesh, 2000).

Page 32: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

29 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

2.3. Pengembangan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan teori yang telah dikemukan sebelumnya, maka hipotesis

penelitian diajukan sebagai berikut:

H1 : Sikap berpengaruh terhadap minat pengguna e-learning

H2 : Persepsi kegunaan berpengaruh terhadap minat pengguna e-learning.

H3 : Persepsi kegunaan dan sikap secara bersama-sama berpengaruh terhadap

minat pengguna e-learning

Hipotesis penelitian tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut ini. Terlihat

dari gambar dimaksud bahwa sikap dan persepsi kegunaan akan mempengaruhi minat

pengguna e-learning.

Gambar 2.1. Model Penelitian

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan desain conclusive

yaitu jenis penelitian penyimpulan yang bertujuan untuk menguji suatu hipotesis

tertentu, baik melalui penelitian mendalam terhadap suatu permasalahan (deskriptif)

maupun mencari hubungan antar variabel (korelatif) antara variabel independen dan

variabel dependen. Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan kuestioner kepada 187

mahasiswa yang mengambil mata kuliah e-learning di Universitas Mercubuana Data

diolah dengan menggunakan software SPSS 17.

Page 33: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

30 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel di bawah, seluruh indikator

memperlihatkan kevaliditasannya yaitu berada di atas 0,361 (untuk 30 responden.

Demikian pula untuk uji reliabilitas ketiga variabelnya reliabel karena nilai croanbach

alphanya berada di atas 0,6 yaitu Sikap (0,867), Persepsi kegunaan (0,806), dan minat

penggunaan (0,869).

Tabel. 4.1. Uji validitas dan Reliabilitas Sikap, Persepsi Pengguna dan Minat

Pengguna

Variabel Indicator Validitas Cronbach's Alpha

Sikap

Tidak terpaksa 0,833 0,867

Merasa membutuhkan 0,855

Merasa senang 0,797

Merasa bermanfaat 0,895

Persepsi Kegunaan

Lebih fleksibel 0,748 0,806

Menghemat waktu 0,885

Menghemat biaya 0,872

Banyak manfaat 0,731

Minat Pengguna Ingin menggunakan 0,858 0,869

Ingin mengecek materi

baru

0,842

Ingin mengecek mata

kuliah

0,676

Ingin mendorong teman 0,872

Lebih baik menggunakan

e-learning

0,846

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17

Page 34: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

31 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

4.2. Uji Asumsi Klasik

4.2.1. Uji Normalitas

Dari tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal, hal ini

dikarenakan hasil signifikansi (Asymp.Sig) dari masing-masing variabel didapat hasil

lebih besar dari 0,05. Pada output diatas, menurut metode Kolmogorov Smirnov Z, nilai

K-S z untuk ketiga variabel tersebut masing-masing sebesar sikap = 0,061, persepsi

kegunaan = 0,052 dan minat sebesar 0,056.

Tabel 4. 2. Uji Normalitas Sikap, Persepsi Kegunaan dan Minat

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sikap

Persepsi

kegunaan Minat

N 187 187 187

Normal Parametersa Mean 16.58 16.06 19.88

Std. Deviation 2.132 2.404 3.318

Most Extreme

Differences

Absolute .097 .099 .098

Positive .097 .099 .063

Negative -.097 -.094 -.098

Kolmogorov-Smirnov Z 1.322 1.351 1.336

Asymp. Sig. (2-tailed) .061 .052 .056

a. Test distribution is NormaL

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17

4.2.2. Uji Multikolineritas

Pada tabel di bawah ini disajikan hasil analisis dan pengujian terhadap kedua

variabel bebas tersebut tidak terdapat gejala multikolinieritas. Hal ini bisa dilihat pada

hasil perhitungan perhitungan VIF dari kedua variabel tersebut, sikap (1,055), dan

persepsi kemudahan (1,055). Kedua variabel tersebut memiliki nilai VIF < 10, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas (indipendent

variable) yang harus dieliminasi.

Page 35: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

32 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4.018 1.945 2.066 .040

X1 .661 .101 .425 6.571 .000 .948 1.055

X2 .305 .089 .221 3.425 .001 .948 1.055

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Hagsil Penolahan SPSS

4.2.3. Uji Heteroskedastistas

Dari gambar berikut ini dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi syarat untuk memprediksi

minat.

Gambar 4. 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Page 36: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

33 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

4.3. Analisis Regresi Sikap dan Persepsi keunaan terhadap Minat

Berdasarkan hasil pengolahan data dapat ditampilkan koefisien regresi seperti

terlihat pada table berikut ini.

Tabel 4.4.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.018 1.945 2.066 .040

X1 .661 .101 .425 6.571 .000

X2 .305 .089 .221 3.425 .001

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Dari tabel Coefficient didapat persamaan regresi :

Y = 4,018 + 0,661 X1 + 0,305X2 ………………………(4.1)

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, maka model regresi tersebut

dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Koefisien konstanta = 4,018. Hal ini berarti bahwa, apabila nilai X1 dan X2 sama

dengan nol (0), maka tingkat atau besarnya variabel dependen Y (minat ) akan

sebesar 4,018.

2. Koefisien b1 = 0.661, berarti bahwa nilai X1 (sikap) mengalami kenaikan sebesar satu

poin, sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka tingkat variabel Y

akan meningkat sebesar 0.661. Hubungan parsial antara sikap terhadap minat

memperlihatkan hubungan yang signifikan yang ditunjukkan dengan angka t hitung

sebesar 0,04 < alpha (0,05).

3. Koefisien b2 = 0.305, berarti bahwa nilai X2 (persepsi kegunaan) mengalami

kenaikan sebesar satu poin, sementara variabel independen lainnya bersifat tetap,

maka tingkat variabel Y akan meningkat sebesar 0.305. Hubungan parsial antara

Page 37: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

34 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

persepsi kegunaan terhadap minat memperlihatkan hubungan yang signifikan yang

ditunjukkan dengan angka t hitung sebesar 0,000 < alpha (0,05).

Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Uji F- Statistik Pengaruh Sikap, dan Persepsi

Kegunaan terhadap Minat berdasarkan harga koefisien F dan

signifikansi F

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan tabel di atas dapat diartikan model regresi persamaan di atas

signifikan untuk memprediksi.

4.4. Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada tabel di atas nilai nilai R-

Square sebesar 0,272 artinnya sikap dan persepsi berpengaruh terha dapminat belajar

e-learning. adalah 27,2 persen. Hal ini berarti bahwa 27,2 persen sikap dan persepsi

kemudahan menentukan variabel minat, sedangkan sisanya (72,8.2%) ditentukan

variabel lain di luar model.

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 557.413 2 278.706 34.400 .000a

Residual 1490.759 184 8.102

Total 2048.171 186

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Page 38: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

35 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

Tabel 4.6.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .522a .272 .264 2.846

a. Predictors: (Constant), X2, X1

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Implikasi manajerial

Sikap dan persepsi kegunaan berpengaruh kuat dan signifikan terhadap minat

belajar e-learning. Untuk itu didalam menarik minat belajar e-learning bagi mahasiswa

perlu diperhatikan sikap yang posisitif dan persepsi kegunaan terhadap pembelajaran e-

learning

5.2. Kontribusi terhadap teori

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sikap berpengaruh positif dan signifikan

terhadap minat pengguna elearning. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya,

semakin positif sikap konsumen terhadap suatu produk, semakin kuat minat terhadap

produk tersebut (Ajzen, 1991). Thogersen (2007) dan Chen (2009) mengindikasikan

sikap positif untuk mendorong minat konsumen untuk membeli makanan organik.

Irianto (2015) memprediksi bahwa sikap terhadap makanan organik mempengaruhi niat

untuk membeli makanan organik secara positif.

Hasil penelitian terhadap persepsi kemudahan memperlihatkan pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap minat pengguna elearning. Penelitian ini mendukung

penelitian sebelumnya yaitu Chau dan Lai (2003) menunjukkan bahwa persepsi

kegunaan berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap penggunaan internet

banking serta Cho and Esen (2015) memperlihatkan adanya pengaruh signifikan dari

persepsi kegunaan terhadap minat belanja online.

Page 39: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

36 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

5.3. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini tidak mengkaji variabel-variabel lain yang berpengaruh

terhadap minat seperti persepsi kemudahan penggunaan, media pembelajaran atau

variabel lainnya. Hasil penelitian ini dilakukan hanya terhadap satu perguruan tinggi

sehingga tidak berlaku umum untuk setiap perguruan tinggi.

5.4. Arahan Penelitian Lanjutan

Penelitian lanjutan perlu dikembangkan dengan objek penelitian tidak hanya

pada satu perguruan tinggi, tetapi dengan objek penelitian beberapa perguruan tinggi

sehingga hasilnya bisa di generalisasi untuk setiap perguruan tinggi. Penelitian

selanjutnya juga dapat menggali variabel-variabel bebas lainnya lainnya yang belum

diteliti dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human

Decision Processes, 50(2): 179-211.

Chau, P.Y.K. and Lai, V.S.K. 2003. An empirical investigation of the determinants of

user acceptance of internet banking. Journal of Organizational Computing &

Electronic Commerce. Vol. 13 No. 2, pp. 123-45.

Chen, M. (2009). Attitude toward organic foods among Taiwanese as related to health

consciousness, environmental attitudes, and the mediating effects of a healthy

lifestyle, British Food Journal, 111(2): 165-178.

Chen YH, Barnes S (2007). Initial trust and online buyer behaviour. Ind.Manage. Data

Syst. 107 (1), 21-36.

Cho Yoon C and Esen Sagynov (2015). Exploring Factors That Affect Usefulness, Ease

Of Use, Trust, And Purchase IntentionIn The Online Environment. International

Journal of Management & Information Systems – First Quarter 2015 Volume 19,

Number 1

Chuchuen Chat (2016). The Perception of Mobile Banking Adoption: The Study of

Behavioral, Security, and Trust in Thailand. International Journal of Social

Science and Humanity, Vol. 6, No. 7, July 2016: 547-540

Page 40: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

37 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

Davis, F.D, R.P. Bagozzi, dan PR. Washaw. 1989. User Acceptance of Computer

Technology: A Comparison of Two Theoritical Models, International Journal

Management Machine Studies, August, Vol. 35, No. 8, pp. 982- 1003.

Eriksson K, Kerem K, Nilsson D (2005). Customer acceptance of internet banking in

Estonia, Int. J. Bank Mark. 23 (2), 200-216 .

Guriting P, Ndubisi NO (2006). Borneo online banking: evaluating customer

perceptions and behavioural intention. Manage. Res. News. 29 (1/2), 6-15.

Homer, P. M., & Yoon, S. G. (1992). Message framing and the interrelationship among

Ad-Based Feelings, Affect, and Cognitiion. (1992). Journal of Advertising. 21(1).

19-33.

Hu PJ, Chau PYK, Sheng ORL, Tam KY (1999). Examining thetechnology acceptance

model using physician acceptance of telemedicine technology. J. Manage. Info.

Syst. 16(2): 91-112.

Irianto. H (2015). International Journal of Management, Economics and Social Sciences

2015, Vol. 4(1), pp.17 – 31.

Iwan, C.Y. 2013. Pengaruh Sikap terhadap Green Advertising pada Brand Image The

Body Shop antara Konsumen Domestik dan Asing. Jurnal JIBEKA, 7 (3): h:5-10.

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Alih bahasa: Bob

Sabran. Jakarta: PT Indeks.

Phelps, J. E., & Hoy, M. G. (1996). The Aad-Ab-PI Relationship in children: the impact

of brand familiarity and measurement timing. Psychology & Marketing, Vol.

13(1). 77-101

Shimp, T. A., & Gresham, L. G. (1985). Attitude toward the advertisement and brand

attitudes: a classical conditioning perspective. Journal of Advertising. Vol. 14 (1).

10-18.

Thøgersen, J. (2007). Consumer decision making with regard to organik food products.

In Vaz, M.T.D.N., Vaz, P., Nijkamp, P. & Rastoin, J.L. (Eds), Traditional food

production facing sustainability: A European challenge, Ashgate: Farnham.

Venkatesh, V., Morris, M.G., Davis, G.B. dan Davis, F.D. 2003. "User Acceptance of

Information Technology: Toward A Unified View", MIS Quarterly, Vol. 27, No.

3, pp. 425-78.

Page 41: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

38 Analisis Pengaruh Sikap Dan Persepsi Pengguna Terhadap Minat Belajar E-

Learning Di Universitas Mercu Buana

Wibowo, A. 2008. Kajian Tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi dengan

Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). Program Studi Sistem

Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur.

Zhang Yong, Gang Wan, Liuting Huang and Qiong Yao (2015). Study on the Impact of

Perceived Network Externalities on Consumers’ New Product Purchase Intention.

Journal of Service Science and Management, 2015, 8, 99-106.

Page 42: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL STRATEGI AKTIF

DAN PASIF DALAM MENENTUKAN EXPECTED RETURN PADA SEKTOR

KONSTRUKSI YANG TERDAFTAR DI DES PADA TAHUN 2011- 2015

Reza Audiyan Bayhaki

Fakultas Ekonomi, Universitas Al Azhar Indonesia

Ferry Novindra Idroes

Fakultas Ekonomi, Universitas Al Azhar Indonesia

ABSTRACT

Investing in the stock exchange is to maximize the return even if they are

constrained, the primary risk. Its return is the driving force in the investment process. It

is a reward for investing. To know and assess risks, investors need to diversify through

the establishment of a portfolio. The purpose of this research is to know the return and

risk in the form of active and passive strategy in DES inventory during 5 years’ period,

January 2011 until december 2015. Active strategy using a single index model and

passive using the indexing model. Based on research conducted on three index methods

(sharpe. Treynor, and Jensen), The results of this study show that the active strategy

(single index model): 3.64 percent in portfolio return and 1.02 percent in risks. Passive

strategy (indexing model): 3.4 percent in portfolio return and 1.03 percent in risks. The

findings show that between the two strategies, the overall return and risk of active

strategies outweight the passive strategy.

Keyword: Active and passive strategies, risk, return, portfolio

Page 43: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

40 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar modal di Indonesia dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir telah

menyita perhatian banyak pihak, khususnya dikalangan masyarakat bisnis. Hal ini

disebabkan oleh kegiatan pasar modal yang semakin berkembang pesat dan

meningkatnya keinginan dari masyarakat bisnis untuk mencari sumber alternatif

pembiayaan selain bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di

pasar modal untuk mendapatkan dana yang diperlukan, tanpa harus repot menanggung

beban bunga seperti halnya jika meminjam dana pada bank. Di samping itu, efek

perkembangan pasar modal juga dipengaruhi oleh meningkatnya tingkat kesadaran

masyarakat untuk berinvestasi atau menjadi seorang investor. Pasar modal menjadi

sarana alternatif bagi masyarkat untuk melakukan real investment. Hal ini berbanding

lurus dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat yang tidak lagi berupa kebutuhan

pokok saja. Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat tersebut diperlukan

penghasilan tambahan. Penghasilan yang diperoleh masyarakat sekarang disisihkan dan

digunakan untuk berinvestasi. Diharapkan hasil dari nilai investasi tersebut dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

masa yang akan datang. Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan

investor dapat membuat analisis pilihan investasi sebelum menanamkan dananya.

Seiring meningkatnya akses informatika menyebabkan meningkatnya perkembangan

investasi dan memudahkan bagi para investor untuk mengambil keputusan dalam

berinvestasi. Peningkatan pengetahuan analisis untuk para investor sangatlah penting,

disamping itu juga kurang terjaminnya kemampuan dari manajer investasi dalam

pengelolaan dana. Maka dari itu investor dituntut harus mampu membentuk sendiri

portofolio yang sesuai dan efisien diberbagai macam instrumen investasi. Investor yang

rasional akan menginvestasikan dananya dengan memilih saham yang efisien dan

memberikan return maksimal dengan tingkat risiko tertentu, atau tingkat return tertentu

dengan tingkat risiko yang minimal. Untuk memperkecil dari tingkat risiko yang akan

ditanggung investor diharapkan melakukan diversifikasi atas investasinya dengan

membentuk portofolio optimal yang terdiri dari berbagai jenis saham yang efisien.

Page 44: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

41 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

Pembentukan portofolio sangat dibutuhkan oleh para investor institusional

maupun investor individual. Dalam pembentukan portofolio yang optimal akan

menghasilkan tingkat return yang maksimal dan meminimalkan tingkat risiko yang

akan ditanggung oleh para investor. Permasalahan yang sering muncul dan terjadi di

kalangan para investor, dimana investor dihadapkan dengan ketidakpastian ketika harus

menentukan saham-saham mana saja yang akan mengahasilkan return yang sesuai

dengan portofolio pilihannya. Dalam membentuk portofolio yang optimal, investor

diharuskan menentukan portofolio yang efisien terlebih dahulu. Portofolio efisien

merupakan portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko

yang rendah, atau risiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi. Sedangkan

portofolio optimal adalah portofolio yang ditentukan oleh seorang investor dari sekian

banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien. Kumpulan saham-

saham yang ada pada sektor konstruksi yang tercatat pada Daftar Efek Syariah (DES)

ditahun 2011-2015, bisa dijadikan salah satu pilihan bagi para investor untuk

menanamkan dananya pada sektor tersebut dan sekaligus menjadi acuan pertimbangan

dalam melakukan investasi di masa yang akan datang. Dari latar belakang dan uraian

diatas, maka penelitian ini akan mengambil judul “Analisis Pembentukan Portofolio

Optimal Strategi Aktif dan Pasif dalam Menentukan Expected Return Pada Sektor

Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada Periode 2011-2015”.

1.2. Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis memiliki rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah hasil dari kinerja pembentukan portofolio optimal berdasarkan

strategi aktif dengan menggunakan Single Index Model terhadap sektor

konstruksi?

2. Bagaimanakah hasil dari kinerja pembentukan portofolio optimal berdasarkan

strategi pasif dengan menggunakan Indexing Model terhadap sektor konstruksi?

3. Apakah terdapat perbedaan terhadap kinerja portofolio optimal dengan

menggunakan strategi aktif dan pasif pada sektor konstruksi?

Page 45: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

42 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis hasil kinerja pembentukan portofolio

optimal berdasarkan masing-masing metode pengukuran (Sharpe, Treynor dan

Jensen) terhadap sektor konstruksi.

2. Untuk membandingkan kinerja pembentukan portofolio optimal berdasarkan

strategi aktif dan strategi pasif terhadap sektor konstruksi.

3. Untuk mengetahui hasil dari kinerja pembentukan portofolio optimal pada

strategi aktif dan pasif dengan menggunakan indeks Sharpe, Treynor, dan

Jensen.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Portofolio

Teori dasar pemilihan portofolio pertama dicetuskan oleh Harry M. Markowitz

pada tahun 1952. Tujuan akhir dari investasi adalah untuk memaksimalkan keuntungan.

Keuntungan yang didapat akan sama dengan risiko yang akan ditanggung. Agar tingkat

risiko bisa ditangung, maka investor harus melakukan penyebaran risiko dengan cara

memperbanyak jenis saham, karena sesuai dengan filosofi portofolio “Don’t put all

your eggs into one backet”, yang artinya dalam melakukan investasi janganlah kita

menanamkan dana yang kita miliki hanya pada satu macam saham karena jika terjadi

kerugian pada perusahaan yang menerbitkan saham tersebut maka kita akan ikut

menanggung kerugian tersebut. Oleh karena itu, perlu memiliki berbagai jenis saham,

sehingga bila satu saham mengalami kerugian, maka saham yang lain masih untung

(Ratnasari, 2014:4).

Menurut Zubir (2013:2) teori portofolio yang dikemukakan oleh Markowitz

mengimplikasikan bahwa untuk dapat menerima risiko yang lebih besar, investor harus

dikonpensasi dengan kesempatan untuk mendapatkan return yang besar pula. Seperti

tampak pada formula varians portofolio, hubungan return dan risiko tidak selamanya

linear, tetapi berupa parabola. Pilihan investasi yang rasional terletak di wilayah yang

mendukung hubungan high risk high return.

Page 46: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

43 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

1. Investasi

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-

masa yang akan datang (Sunariyah, 2011:46).

Teori dasar pemilihan portofolio pertama dicetuskan oleh Harry M. Markowitz

pada tahun 1952. Tujuan akhir dari investasi adalah untuk memaksimalkan keuntungan.

Keuntungan yang didapat akan sama dengan risiko yang akan ditanggung (Ratnasari,

2014:4).

2. Portofolio Efisien

Definisi portofolio efisien menurut (Nuzula, 2010:10) “diartikan sebagai

portofolio dengan return tertinggi pada risiko tertentu, atau portofolio dengan risiko

terendah pada return tertentu.”

3. Portofolio Optimal

Portofolio yang optimal merupakan portofolio yang dipilih seseorang investor

dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien (Tandelilin,

2010:157).

4. Risiko Portofolio

Zubir (2013:19) mengatakan bahwa risiko merupakan perbedaan antara hasil

yang diharapkan (expected return) dan realisasinya. Semakin besar penyimpangannya,

berarti semakin besar tingkat risikonya

5. Expected Return

Expected Return/tingkat pengembalian (keuntungan) yang diharapkan dan risiko

bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan. Artinya, dalam berinvestasi,

disamping menghitung expected return, investor juga harus memperhatikan risiko

yang harus ditanggungnya Zubir (2013:105).

Page 47: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

44 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

6. Diversifikasi

Diversifikasi (portofolio) bermakna bahwa investor perlu membentuk portofolio

melalui pemilihan kombinasi sejumlah aktiva sedemikian rupa hingga risiko dapat

diminimalkan tanpa mengurangi expected return (Tandelilin, 2010:115).

7. Strategi Portofolio

Pengelolaan dalam pembentukan strategi portofolio yang optimal dapat dibagi

menjadi dua bagian, yaitu menggunakan strategi aktif dan pasif. Seperti dijelaskan oleh

(Zubir, 2013:271) ada dua strategi yang dapat dilakukan oleh investor dalam

pembentukan portofolio, yaitu sebagai berikut:

8. Strategi Aktif

Strategi manajemen portofolio aktif ialah usaha dari manajer investasi atau

investor untuk memperoleh portofolio yang menghasilkan return yang lebih tinggi

dibandingkan dengan strategi portofolio pasif

Ada tiga strategi yang biasa dipakai investor dalam menjalankan strategi aktif

portofolio saham:

9. Single Index Model

Single factor Model adalah suatu cara untuk memprediksi harga atau return

saham dengan menggunakan satu faktor sebagai prediktor yang dianggap berpengaruh

terhadap suatu sekuritas (Samsul, 2006:325). Salah satu prosedur penentuan portofolio

optimal adalah metode single index model. Metode single index menjelaskan hubungan

antara return dari setiap sekuritas individual dengan return pasar.

10. Rotasi Sektor

Pada strategi ini biasanya hanya dilakukan oleh para investor yang erinvestasi

pada saham-saham didalam negeri saja. Ada dua hal yang bisa dilakukan pada strategi

ini:

a. Melakukan investasi pada saham-saham perusahaan yang bergergerak pada

sektor tertentu untuk mengantisipasi perubahan siklus ekonomi dikemudian hari.

Page 48: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

45 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

b. Melakukan modifikasi atau perubahan terhadap bobot portofolio saham-saham

pada sektor industri yang berbeda-beda, untuk mengantisipasi perubahan siklus

ekonomi, serta pertumbuhan dan nilai saham perusahaan (Tandelilin, 2010:203).

11. Strategi Momentum Harga

Pada strategi momentum harga ini didasari pada kenyataan yang ada bahwa pada

saat-saat tertentu harga didalam pasar saham akan merefleksikan pergerakan erning

ataupun pertumbuhan. Inti pada penerapan strategi ini dimana para investor disarankan

untuk mencari informasi agar mendapatkan momentum ataupun waktu-waktu yang

tepat, guna memberikan hasil maksimal dari keuntungan bagi para investor melalui

tindakan menjual atau membeli saham.

12. Strategi Portofolio Pasif

Strategi pasif dipilih oleh investor yang menilai bahwa pasar selalu dalam

kondisi yang efisien dan untuk mengatur portofolio secara aktif membutuhkan biaya

yang cukup besar. Terdapat dua jenis metode yang disajikan oleh strategi pasif

diantaranya ialah buy and hold strategy dan indexing. Dalam konsep pasar modal yang

efisien dikatakan jika kondisi pasar benar-benar efisien dan tidak akan ada satu investor

pun yang bisa menghasilkan return yang upnormal diatas return pasar.

Ada dua strategi yang biasa dipakai investor dalam menjalankan strategi pasif

portofolio saham:

13. Buy and Hold

Buy and hold merupakan strategi yang menyarankan agar para investor untuk

melakukan pembelian saham kemudian saham yang telah dibeli disimpan dalam kurun

waktu tertentu.

14. Indexing

Strategi indexing dimana dalam membentuk portofolio untuk mendapatkan

return yang sama dengan return yang ada didalam pasar atau indeks-indeks tertentu,

contohnya pada indeks IHSG ataupun indeks LQ45.

Page 49: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

46 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

15. Penilaian Kinerja Portofolio

Penilaian kinerja portofolio umumnya seperti evaluasi terhadap kinerja suatu

perusahaan. Portofolio yang telah dibentuk juga perlu dievaluasi kinerjanya. Evaluasi

kinerja portofolio akan berkaitan dengan dua isu utama yaitu:

a. Mengevaluasi apakah return portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan

return yang melebihi return portofolio lainnya yang dijadikan benchmark.

b. Mengevaluasi apakah return yang telah diperoleh sudah sesuai dengan tingkat

risiko yang harus ditanggung.

Berdasarkan teori capital Market dan kesadaran akan perlunya melakukan

analisis return bersama dengan risiko, tiga peneliti yaitu Sharpe (1966), Treynor (1965),

dan Jensen (1968) mempertimbangkan realized return dan risk pada saat melakukan

evaluasi portofolionya menurut (Tandelilin,2010:320). Parameter tersebut adalah:

a. Excess return to variability measure (Sharpe Measure)

Indeks Sharpe dapat digunakan untuk memeringkatkan beberapa portofolio

berdasarkan kinerjanya, semakin tinggi Sharpe suatu portofolio dibandingkan portofolio

yang lainya, maka semakin bagus kinerja portofolio tersebut.

b. Excess return to non-diversiable (Treynor Measure)

Dengan mempertimbangkan risiko sistematis, semakin tinggi dari nilai

pengukuran Treynor maka semakin baik pula kinerja portofolio tersebut.

c. Differential return with risk is measured by beta (Jensen Measure)

Indeks Jensen secara mudahnya dapat diinterpretasikan sebagai pengukur

seberapa banyak portofolio dapat mengalahkan pasar. Indeks yang bernilai positif

berarti portofolio memberikan return lebih besar dibandingkan return harapannya

(berada diatas garis pasar sekuritas) sehingga merupakan hal yang baik karena

portofolio mempunyai return yang relatif tinggi untuk tingkat risiko sistematisnya.

Page 50: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

47 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

2.2. Hipotesis

1. Merumuskan hipotesis untuk masing-masing metode pengukuran (Sharpe,

Treynor dan Jensen).

Ho : μa>μb, bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil dari

kinerja

portofolio optimal berdasarkan strategi aktif maupun pasif.

Hi : μa<μb, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil dari kinerja

portofolio optimal berdasarkan strategi aktif maupun pasif.

2. Membandingkan kinerja portofolio optimal

Ha : μ1.α>μ1.b, tidak ada perbedaan yang signifikan berdasar hasil kinerja

portofolio

yang menggunakan Sharpe ratio berdasarkan strategi aktif dan strategi

pasif.

Ha : μ2.α>μ2.b, tidak ada perbedaan yang signifikan berdasar hasil kinerja

portofolio

yang menggunakan Treynor ratio berdasarkan strategi aktif dan strategi

pasif.

Ha : μ3.α>μ3.b, tidak ada perbedaan yang signifikan berdasar hasil kinerja

portofolio

yang menggunakan Jensen ratio berdasarkan strategi aktif dan strategi

pasif.

3. Menarik kesimpulan statistik (statistic conclusion).

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti. Sampel

adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti dan jumlahnya lebih sedikit dari populasi.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh saham dari emiten perusahaan jasa

sektor properti, real estate dan konstruksi yang terdaftar pada daftar efek syariah sub

sektor konstruksi dan bangunan yang terdiri dari 12 emiten. Sampel penelitian dibatasi

Page 51: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

48 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

untuk saham yang terdaftar selama periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2015

yaitu sebanyak 6 emiten.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh bukan dari sumber pertama, tetapi data yang sudah diolah

dan disajikan dalam bentuk dokumen atau arsip perusahaan untuk periode tertentu.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

tersebut bersumber dari:

Corporate action dan laporan keuangan emiten dari 2011 sampai dengan 2015

yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia dari situs resmi BEI

(www.idx.co.id).

Data harga saham emiten PTPP, WIKA, ADHI, SSIA, TOTL dan DGIK secara

harian dari 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2015 dari situs resmi

Yahoo finance (www.finance.yahoo.com).

Data variabel ekonomi makro ekonomi Indonesia seperti BI Rate, tingkat inflasi,

tingkat pertumbuhan indonesia (GDP) yang dapat diperoleh dari internet atau

media publikasi lainnya.

Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dapat diperoleh dari yahoo

Finance.

Data yang digunakan merupakan data antar perusahaan sampel dari suatu kurun

waktu tertentu (cross section).

Apabila dalam laporan keuangan perusahaan sampel menggunakan nilai mata

uang asing, maka dikonversi menjadi mata uang rupiah.

Page 52: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

49 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

3.3. Teknik Analisis Data

3.3.1. Single Index Model

1) Menghitung tingkat keuntungan masing-masing saham (Rit).

(Pt – Pt - 1) + Dt

Rit = ………………….. (3.1)

Pt-1

Dimana:

Rit = tingkat keuntungan saham individu pada periode t

Pt = harga saham individu pada peiode t

Pt-1 = harga saham pada periode sebelumnya

Dt = dividen saham yang dibagikan pada periode t

2) Menghitung koefisien α dan β Husnan.

n.ΣXY – ΣX. ΣY Σy-β. ΣX

β = dan α = ………………. (3.2)

n.ΣX2 – (Σx)2

n

Dimana:

n = jumlah data

X = indeks keuntungan pasar

Y = tingkat keuntungan saham

β = beta saham i

α = alpa saham i

3) Menghitung indeks keuntungan pasar (Rm).

IHSGt - IHSGt -1

Rmt = ………… (3.3)

IHSGt – 1

Dimana:

RMt = keuntungan pasar pada periode t

IHSGt = indeks harga saham gabungan pada periode t

IHSGt-1 = indeks harga saham gabungan pada periode sebelumnya

Page 53: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

50 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

4) Menghitung tingkat keuntungan ekspektasi (E(Ri)).

E(Ri) = αi + βi . E(RM) ……………………………… (3.4)

Dimana:

E(Ri) = Tingkat keuntungan ekspetasi dari saham i

αi = Alpha saham i

βi = Beta saham i

E(RM) = Tingkat keuntungan ekspetasi dari indeks pasar

5) Menghitung tingkat risiko (σi2).

a. Menghitung Varian dari Return Indeks Pasar (σM2)

Σ[RM-E(RM)]2

σM

2 = …………………………. (3.5)

n-1

Dimana:

σM2

= Varian dari return indeks pasar

RM = Keuntungan pasar

E(RM) = Tingkat keuntungan ekspetasi dari indeks pasar

b. Menentukan Varian dari keseluruhan Residu (σei2)

E(q – o)2

σei2

= …………………………………….(3.6)

n – 1

Jadi, total risiko adalah sebagai berikut:

σei2

= βi2 . σM

2 + σei

2 ……………………. (3.7)

c. Menghitung excess return to beta (ERB).

E(Ri) – RBR

ERB = ………………………………….(3.8)

βi

Dimana:

E(Ri) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham i

RBR = Keuntungan aktiva bebas risiko

Βi = Beta saham i

Page 54: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

51 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

d. Menghitung tingkat pembatas saham atau cut off point (C*).

[E(Ri) – RBR] . βi βi

Ai = …….. (3.9) dan βi = …….. (3.10)

σei2

σei2

Sehingga untuk menentukan besarnya titik pembatas saham / cut off point (C*),

di perlukan nilai Ci sebagai nilai cut off point itu sendiri yaitu pada rumus

sebagai berikut:

σM2

Σ = 1 Aj

Ci = ……………………… (3.11)

1 + σM2

Σ = 1 Bj

Dimana:

σei2

= Varian dari kesalahan residu saham ke-i yang juga merupakan risiko

unik atau risiko tidak sistematik.

σM2

= Varian dari return indeks pasar

Ci = Nilai C untuk saham ke-i yang dihitung dari kumulasi nilai – nilai A1

sampai dengan Ai dan nilai – nilai B1 sampai dengan Bi.

e. Menghitung Proposisi Saham (Wi).

βi

Zi = (ERBi – C*) ………………(3.12)

σei2

Z

J

Wi = ……………………………..(3.13)

Σk

J =1Z

J

Dimana:

Wi = Proporsi saham ke i

k = Jumlah saham di portofolio optimal

βi = Beta saham ke i

C* = Nilai cut off point yang merupakan nilai C terbesar

Page 55: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

52 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

f. Menghitung Beta Portofolio (βp).

βp = Σn

i =1Wi . βi ……………………………..….(3.14)

Dimana:

βp = Beta portofolio

Σn

i =1Wi = Rata – rata Alpha saham individu

g. Menghitung Alpha Portofolio (αp).

αp = Σn

i =1Wi . αi ……………………. (3.15)

Dimana:

αp = Alpha portofolio

Σn

i =1Wi = Rata – rata Alpha saham individu

h. Menghitung tingkat keuntungan Ekspektasi Portofolio (E(Rp)).

(E(Rp)) = αp + βp . E(RM) ……………………………. (3.16)

Dimana:

(E(Rp)) = Tingkat keuntungan ekspetasi dari portofolio

αp = Alpha portofolio

βp = Beta portofolio

E(RM) = Tingkat ekspetasi dari indeks saham

i. Menghitung Risiko Portofolio (σp2).

σp2 = βp2 . σM

2 + (Σ

ni =1Wi . σei)

2 ……………………………… (3.17)

Dimana:

σp2 = Risiko portofolio

3.3.2. Indexing Model

Tidak ada perhitungan yang terlalu kompleks untuk bisa menerapkan strategi

indexing ini dalam menentukan portofolio optimal hanya saja yang membedakan

penggunaan strategi ini dengan strategi yang lainya pada pola penghitungannya hanya

memfokuskan pada seberapa lama periode yang akan diterapkan dalam pengaplikasian

Page 56: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

53 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

strategi indexing ini. Jadi pada perhitungan di metode ini mengikuti metode yang

lainnya.

3.3.3. Evaluasi Kinerja Portofolio

Evaluasi kinerja portofolio merupakan kesatuan yang takkan pernah terpisahkan

dalam pengambilan keputusan investasi, baik investasi yang dilakukan sendiri maupun

melalui manajer investasi. Dalam menganalisis kinerja portofolio strategi aktif dan pasif

digunakan risk adjusted return sebagai patok duga dalam perbandingan kinerja

portofolio, sebagai berikut:

1. Indeks Sharpe

…………………… (3.18)

Dimana:

Sp = Indeks Sharpe portofolio

Rp = Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan

RF = Rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan

σTR = Standar deviasi return portofolio p selama pertiode pengamatan

2. Indeks Treynor

…………………………… (3.19)

Dimana:

Tp = Indeks Treynor portofolio

Rp = Rata-rata portofolio p selama periode pengamatan

RF = Rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan

βp = Beta portofolio p

Page 57: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

54 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

3. Indeks Jensen

………………………(3.20)

Dimana:

Jp = Indeks Jensen portofolio

Rp = Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan

RF = Rata-rata tingkat return bebas risko selama periode pengamatan

βp = Beta portofolio p

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Komposisi Portofolio Optimal Saham Menggunakan Metode Single Index.

a. Menghitung Expected Return, Variance, Standar Deviasi dan Kovarian saham.

Tabel 4.1. Alpha (α) dan Beta (β) masing-masing saham

Kode

Emiten

Alph

a (α)

Beta

(β)

PTPP 0,031

429

2,106

804

WIKA 0,023

163

1,729

198

ADHI 0,021

376

1,875

605

SSIA 0,020

918

2,342

583

TOTL 0,016

745

2,143

971

DGIK -

0,00405

1,710

728

Sumber: Data diolah

Pada tabel ini memperlihatkan hasil dari nilai Alpha dan Beta yang masing-

masing dari saham memiliki hubungan dengan indeks keuntungan pasar maupun dari

keuntungan masing-masing saham. Besarnya Beta ditetapkan sebesar 1 yang

Page 58: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

55 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

mengartikan memiliki sifat yang rentan ataupun sensitif terhadap perubahan dari pasar.

Jika ada nilai Beta yang lebih besar dari 1 (β>1), jadi dapat diartikan bahwa perusahaan

tersebut sangat rentan atau sensitif terhadap kondisi pasar. Sebaliknya saham yang

memiliki nilai Beta kurang dari 1 (β<1), artinya akan mengakibatkan perubahan return

atas saham tersebut dengan arah yang berlawanan.

Tabel 4.2. Variance Error Residual masing-masing saham

Sumber: Data diolah

Variance error residual saham adalah risiko tidak sistematis, yaitu risiko yang

dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi. Risiko tidak sistematis hanya ada pada

perusahaan yang bersangkutan tersebut, sehingga risiko ini dapat didiversifikasikan.

Tabel 4.3. Excess Return to Beta masing-masing saham

Sumber: Data diolah

Dari tabel diatas diperoleh nilai rasio ERB pada masing-masing saham sangat

berfluktuatif. Nilai rasio ERB yang paling tinggi adalah saham PT. Pembangunan

Kode Emiten Varian Kesalahan

Residual

PTPP 0,0163509

WIKA 0,0093823

ADHI 0,0176164

SSIA 0,0250451

TOTL 0,0154017

DGIK 0,0211772

Kode Emiten Expected Return to

Beta

PTPP 0,018144

WIKA 0,016035

ADHI 0,014292

SSIA 0,012425

TOTL 0,011082

DGIK 0,000239

Page 59: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

56 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

Perumahan Tbk sebesar 0,18144 dan yang paling rendah adalah PT. Nusa Konstruksi

Tbk sebesar 0,000239.

Tabel 4.4. Hasil urutan ERB dan Cut Off Point (Ci) masing-masing saham

Sumber: Data diolah

Tabel ini merupakan perhitungan nilai Ci sebagai nilai cut off point (C*) dimana

telah mengurutkan dari nilai rasio ERB yang terbesar ke terkecil, menghitung nilai Ai

dan Bi serta menganalisis saham-saham mana yang termasuk dalam portofolio optimal

dengan menentukan nilai rasio ERB lebih besar dari pada nilai Ci-nya.

Tabel 4.5. Hasil perhitungan Proporsi Saham Pembentuk Portofolio Optimal

Kod

e Emiten

ER

B

Ai Bi Ci Ketera

ngan

PTP

P

0,0

18144

4.92527

7413

271.46

05198

0.00

5697

WIK

A

0,0

16035

5.11041

57

318.69

85572

0.00

8481

AD

HI

0,0

14292

2.85408

3146

199.69

47924

0.00

932

SSI

A

0,0

12425

2.72255

9896

219.11

25538

0.00

9745

TOT

L

0,0

11082

3.30753

9282

298.44

91712

0.00

9955

C*

DGI

K

0,0

00239

0.03297

9327

138.19

55454

0.00

9296

Kode

Emiten

Zi Wi Wi(%)

PTPP

135.9512589 0.312444

31.24

WIKA 206.5395191 0.474671

47.46

ADHI 49.16731535 0.112997

11.29

Page 60: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

57 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

Sumber: Data diolah

Tabel ini merupakan hasil perhitungan untuk menentukan proporsi dari masing-

masing saham di dalam portofolio optimal. Nilai ini menunjukan terdapat proporsi

saham tertinggi yang didapat PT. Wijaya Karya Tbk sebesar 0,474671 dengan tingkat

persentase 47,46%. Sedangkan nilai dari proporsi saham yang terendah ialah PT. Surya

Semesta Tbk sebesar 0.049673 dengan tingkat persentase 4,96%. Hasil dari proporsi

saham telah di peroleh tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan bagi para investor

untuk menanamkan sejumlah dananya kedalam portofolio optimal.

Tabel 4.6. Hasil Perhitungn Expected Return Portofolio (E(Rp))

Sumber: Data diolah

SSIA 21.61400685 0.049673

4.96

TOTL 21.84955822 0.050215

5.02

Total 1 100

Nama

Emiten Wi Βi Βp Αi αp E(RM) E(Rp)

PTPP 0.3

12444

2.1

06804

1.9

15019

0.03

1429

0.

02511

0

.0059

0.0

36422

WI

KA

0.4

74671

1.7

29198

0.02

3163

0

.0059

AD

HI

0.1

12997

1.8

75605

0.02

1376

0

.0059

SSI

A

0.0

49673

2.3

42583

0.02

0918

0

.0059

TOT

L

0.0

50215

1.7

10728

0.01

6745

0

.0059

Page 61: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

58 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

Berdasarkan perhitungan expected return portofolio pada Tabel ini terlihat

bahwa saham-saham yang membentuk sebuah portofolio optimal memiliki nilai

0,036422.

Langkah terakhir adalah menghitung dari risiko portofolio ialah perkiraan

penyimpangan dari expected return. Tabel selanjutnya memperlihatkan hasil

perhitungan dari nilai risiko portofolio optimal.

Tabel 4. 7. Hasil perhitungan Risiko Portofolio Var (Rp)

Sumber: Data diolah

Dari hasil Tabel ini memperlihatkan bahwa nilai untuk risiko potofolio optimal

sebesar 0,010218. berdasarkan Tabel diatas nilai dari expected return portofolio E(Rp)

yang akan didapatkan oleh investor sebesar 0,036422, sedangkan untuk nilai risiko

portofolio yang akan ditaggu oleh investor jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan

expected return portofolinya sebesar 0,010218.

Nama

Emiten Βp

Va

r(M)

Wi2*

Var(ei)

Var(

RP)

PTPP

1.91

5019

0.0

01686

0.0015

96198

0.010

218

WIK

A

0.0021

13948

ADH

I

0.0002

2493

SSIA 6.1797

6E-05

TOT

L

3.8835

7E-05

TOT

AL

0.0040

35709

Page 62: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

59 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

4.2. Komposisi Portofolio Optimal Menggunakan Metode Indexing.

a. Menghitung tingkat keuntungan masing-masing saham (Ri)

Tingkat keuntungan saham berfluktuasi tergantung pada naik turunnya harga

saham dan besarnya pembagian dividen untuk tiap bulannya. Tingkat keuntungan

saham yang bertanda positif berarti saham tersebut dapat memberikan keuntungan bagi

pemilik saham, sedangkan yang bertanda negatif akan memberikan kerugian yang

disebabkan oleh turunnya harga saham.

b. Menghitung Expected Return, Variance, Standar Deviasi dan Kovarian saham.

Tabel 4.8. Expected Return, Variance, Standar Deviasi dan Kovarian masing-

masing saham.

Sumber: Data diolah

Dari keenam sampel dalam penelitian ini, saham yang memberikan tingkat

expected return paling tinggi adalah saham PTPP yaitu sebesar 0,0439, sedangkan

saham yang menghasilkan niali expected return terendah adalah saham DGIK yaitu

sebesar -0,0061. Pada penelitian ini terdapat lima sampe saham yang memiliki expected

return diatas rata-rata yaitu PTPP, SSIA, TOTL, ADHI, dan WIKA. Sementara saham

DGIK tidak dapat dimasukan kedalam list portofolio optimal dikarenakan nilai dari

Nama

Emiten

E(Ri

) Var(ei) Var(Ri)

PTPP

0.04

39

0.016350

9 0.023834

SSIA

0.03

48

0.025045

1

0.034296

9

TOTL

0.02

94

0.015401

7

0.023151

1

ADHI

0.03

25

0.017616

4

0.023547

2

WIKA

0.03

34

0.009382

3

0.014423

4

DGIK

0.00

61

0.021177

2

0.026111

126

Page 63: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

60 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

expected return dibawah cut off point. Sedangkan Investor rasional tentunya akan

memilih saham yang menghasilkan expected return paling baik.

Tabel 4.9. Menetukan proporsi saham pada portofolio optimal (Wi)

Sumber: Data diolah

Tabel ini merupakan hasil perhitungan untuk menentukan proporsi dari masing-

masing saham di dalam portofolio optimal. Semua nilai pada proporsi saham

mengunakan strategi Indexing ini sama yaitu, sebesar 0,2 hal tersebut dikarenakan pada

strategi ini menganggap bahwa portofolio yang dibentuk berdasarkan indeks tertentu

mamapu menghasilkan expected return yang sesuai return market dengan tingkat

presentase sebesar 20%. Hasil ini akan bisa jadi bahan pertimbangan bagi typecal

investor yang tidak ingin terlalu direpotkan dengan kombinasi atau komposisi yang

cocok dalam pembentukan portofolio optimalnya.

Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Expected Return Portofolio (E(Rp))

Nama

Emiten Α Β Wi

α

(p) β (p)

E(

Rp)

PTPP

0.0

31429

2.10

6804 0.2

0.0

22726

2.039

632

0.0

34775

Nama

Emiten Wi ΣWi2

Wi2*Var

(ei)

PTPP 0.2 0.04

0.000654

036

SSIA 0.2 0.04

0.001001

804

TOTL 0.2 0.04

0.000616

066

ADHI 0.2 0.04

0.000704

655

WIKA 0.2 0.04

0.000375

292

TOTAL

10

0 0.2

0.003351

853

Page 64: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

61 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

SSIA

0.0

20918

2.34

2583 0.2

TOTL

0.0

16745

2.14

3971 0.2

ADHI

0.0

21376

1.87

5605 0.2

WIKA

0.0

23163

1.72

9198 0.2

Sumber: Data diolah

Berdasarkan perhitungan expected return portofolio pada Tabel ini maka terlihat

bahwa saham-saham yang membentuk sebuah portofolio optimal memiliki nilai

0,034775.

Langkah terakhir adalah menghitung dari risiko portofolio ialah perkiraan

peyimpangan dari expected return. Tabel selanjutnya memperlihatkan hasil perhitungan

dari nilai risiko portofolio optimal.

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Risiko Portofolio Var (Rp)

Sumber: Data diolah

Nama

Emiten

B(

p)

Var

(M)

Wi2*

Var(ei)

Va

r(Rp)

PTPP

2.0

39632

0.00

1686

0.0006

54036

0.0

10365

SSIA

0.0010

01804

TOTL

0.0006

16066

ADHI

0.0007

04655

WIKA

0.0003

75292

TOTA

L

0.0033

51853

Page 65: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

62 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

Dari hasil Tabel ini memperlihatkan bahwa nilai untuk risiko portofolio optimal

sebesar 0,010365. berdasarkan Tabel diatas nilai dari expected return portofolio E(Rp)

yang akan didapatkan oleh investor sebesar 0,034775, sedangkan untuk nilai risiko

portofolio yang akan ditaggu oleh investor jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan

expected return portofolinya sebesar 0,010365.

4.3. Analisis Perbandingan Kinerja Portofolio Optimal

Setelah menganalisis saham dan memperoleh kandidat portofolio optimal, maka

langkah selanjutnya yang akan ditempuh dan dilakukan yaitu pengujian kinerja dari

metode Single Index Model dan Indexing menggunakan indeks Sharpe, Treynor, dan

Jensen yang bertujuan untuk mendapatkan keakuratan portofolio optimal, serta

membandingkan hipotesis kinerja portofolio mana yang lebih baik.

Tabel 4.12. Perbandingan kinerja portofolio optimal dengan indeks Sharpe,

Treynor, Jensen

Sumber: Data diolah

Diketahui dengan Single Index Model menunjukkan angka 3,011513 yang

berarti kinerja portofolio optimalnya lebih baik bila dibandingkan metode Indexing yang

hanya menghasilkan niali yang lebih kecil sebesar 2.809877.

Pada tabel diatas dilihat bahwa metode Single Index Model dengan indeks

Traynor menunjukkan angka 0,016069 yang berarti kinerja portofolio saham aktif lebih

besar dari pada strategi pasif yang hanya mampu mengasilkan nilai sebesar 0.01428.

Pada tabel diatas memperlihatkan hasil dari indeks Jansen untuk metode Single

Index Model sebesar 0,030279 yang berarti memiliki kinerja portofolio yang lebih baik

dan optimal serta memiliki risiko yang lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil yang

Perbandingan Sharpe

Treyno

r Jensen

Aktif

3.0115

13

0.0160

69

0.03027

9

Pasif

2.8098

77

0.0142

8

0.02859

9

Page 66: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

63 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

diperoleh metode Indexing dengan nilai 0,028599 yang mengasilkan kinerja portofolio

optimal lebih rendah dari metode Single Index Model.

4.4. Uji Perbedaan (Uji Hipotesis)

Setelah menganalisis saham dan memperoleh kandidat portofolio optimal, maka

tahap selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis yang pertama dengan

membandingkan antara strategi aktif dan strategi pasif yang kemudian dilanjutkan

dengan membandingkan hasil dari indeks Sharpe pada strategi aktif dan pasif , indeks

Ternor pada strategi aktif dan pasif, dan indeks Jensen pada strategi aktif dan Pasif yang

menjadi portofolio optimal. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji

beda Mann Whitney.

Tabel 4.13. Data uji hipotesis

Sumber: Data diolah

Dengan penentuan Sig = 0,05, maka pengujian uji beda Mann Whitney adalah

sebagai berikut.

Perbandingan Sharpe

Treyno

r Jensen

Aktif

3.0115

13

0.0160

69

0.03027

9

Pasif

2.8098

77

0.0142

8

0.02859

9

Page 67: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

64 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

Tabel 4.14. Single Index Model dan Indexing

Test Statistics

Nilai Sig. (2-tailed) 0.513 > 0.05, maka Ho diterima. Sehingga dapat

disimpulkan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio optimal

berdasarkan strategi aktif maupun strategi pasif dengan menggunakan model Single

Index Model dengan menggunakan Indexing Model.

Dengan penentuan Sig = 0,05, maka pengujian uji beda Mann Whitney adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.15. Uji hipotesis Sharpe, Treynor, dan Jensen pada strategi aktif dan

pasif

Sumber: Data diolah

Jadi hasil dari perbandingan metode penggunakan indeks Sharpe, Treynor, dan

Jensen dengan nilai Sig. (2-tailed) 0.256 > 0.05 (indeks Sharpe), nilai Sig. (2-tailed)

0.207 > 0.005 (indeks Treynor), dan nilai Sig. (2-tailed) 0.209 > 0.005 (indeks Jensen).

Sharpe,

Treynor,Jense

n

Mann-Whitney U 3.000

Wilcoxon W 9.000

Z -.655

Asymp. Sig. (2-

tailed) .513

Exact Sig. [2*(1-

tailed Sig.)] .700

b

a. Grouping Variable: Aktif,Pasif

b. Not corrected for ties.

Sumber: Data diolah

Page 68: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

65 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

Maka dapat disimpulkan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil dari

kinerja indeks Sharpe, Treynor, Jensen pada strategi aktif dan pasif.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil perhitungan serta pengolahan data menggunakan metode Single Index

Model pada perusahaan konstruksi terpilih 5 saham yang dapat dijadikan

kandidat portofolio optimal, yaitu PT. Adhi karya Tbk (ADHI), PT.

Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), PT. Surya Semesta Tbk (SSIA), PT.

Bangun Persada Tbk (TOTL), PT. Wijaya Karya Tbk (WIKA) didapatkan hasil

kinerja yang positif.

2. Dari hasil perhitungan serta pengolahan data menggunakan metode Indexing

dihasilkan 5 perusahaan konstruksi yang terpilih menjadi kandidat portofolio

optimal, Diantaranya PT. Adhi karya Tbk (ADHI), PT. Pembangunan

Perumahan Tbk (PTPP), PT. Surya Semesta Tbk (SSIA), PT. Bangun Persada

Tbk (TOTL), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Dalam pembentukan portofolio

optimal menggunakan metode Indexing tidak ada perhitungan yang baku untuk

membedakan metode ini dengan Single Index Model dikarenakan yang menjadi

benchmark pada metode ini adalah indeks yang telah terbuat berdasarkan

metode sebelumnya.

3. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menguji kinerja portofolio optimal

menggunakan indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen diputuskan bahwa Ho

diterima Hi ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan untuk menilai kinerja portofolio optimal dalam menghasilkan

expected return saham antara strategi aktif menggunakan metode Single Index

Model dengan strategi pasif menggunakan metode Indexing.

Page 69: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

66 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dapat dikemukakan beberapa saran

yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Investor.

Untuk investor dan manajer investasi, hasil penelitian yang menujukan bahwa

strategi aktif lebih baik dibandingkan dengan strategi pasif dapat menjadi sebuah

refrensi positif bagi investor. Walaupun demikian, investor dan manajer

investasi yang bijak harus tetap memeperhitungkan biaya atas strategi tersebut,

karena strategi portofolio aktif memerlukan biaya yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan strategi portofolio pasif.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya.

Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memperluas lingkup

penelitiannya, yaitu:

a. Bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya, diharpkan

dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menentukan objek penelitian yang

lebih luas agar hasil yang didapatkan bisa lebih maksimal.

b. Untuk membandingkan kinerja portofolio strategi aktif dan pasif dengan

lebih objektif, sebaiknya mencoba perhitungan dengan metode yang lainya

seperti untuk strategi portofolio aktif dengan munggunakan metode rotasi

sektor, ataupun berdasarkan metode pemilihan saham namun menggunakan

pendekatan lainnya seperti CAPM atau CCM. Sedangkan untuk strategi

portofolio pasif dengan mencoba menggunakan metode Buy and Hold.

c. Agar memperoleh hasil yang lebih baik, disarankan sebaiknya melakukan

penelitian dengan periode yang lebih lama agar diperoleh hasil yang lebih

akurat.

Page 70: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

67 Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Strategi Aktif dan Pasif Dalam

Menentukan Expected Return Pada Sektor Konstruksi yang Terdaftar di DES Pada

Tahun 2011-2015

DAFTAR PUSTAKA

Zubir, Zalmi (2013). Manajemen Portofolio Penerapannya Dalam Investasi Saham.

Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Ratnasari, zunita Efi (2014). Analisis Portofolio Optimal Pada perusahaan LQ45 di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu & Manajemen Vol. 3 No. 1.

Nuzula, Nila Firdausi, PhD (2010). Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal. Jurnal

Ilmiah dan Riset Manajemen Vol. IX, No. V.

Tandelilin, Eduardus (2010). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.

Edisi Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Samsul, Mohamad (2006). Pasar Modal dan Manajemen Portofolio.

Penerbit Erlangga. Surabaya.

Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: Sekolah Tinggi

Ilmu Manajemen YPKN.

Page 71: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di

Jakarta

Arisman

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Ihsan Utama dan Ratnawati Kusuma Jaya

Peneliti Pada Center For South East ASEAN Studies (CSEAS), Jakarta

ABSTRACT

This research is conducted to determine the extent of knowledge of muslim

consumers awareness on halal products and industry perception on halal certification.

The main objective of this research is to get information about a suitable institution that

muslim consumers needed and what the impact of halal logo to decision-making of the

muslim consumers.All of Muslim communities around the world have formed a potential

market segment due to their specific patterns in consuming a product. This consumption

pattern is based on the teachings of Islam , named Halal . In fact that Indonesia is the

biggest muslim population in the world with almost 90 percent of the all Indonesian

population, then the biggest Indonesian market is muslim consumers. Since the better

understanding on Islamic religion are increasingly, it makes muslim consumers become

more selective for consuming products. The research used non-probabilistic purposive

sampling method and distribute 100 questionnaire in Jakarta. The result of this

research showed that muslim consumers eager to know the validity of halal logo as

important information for halal product and convinced them before make decision to

buy.

Keywords : Consumer Behaviour, Halal Logo, Marketing Strategy, Halal Awareness

Page 72: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

69 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam mengkonsumsi suatu produk terdapat berbagai pola khusus yang

dilakukan oleh seorang atau sekelompok konsumen, termasuk komunitas Muslim di

seluruh dunia. Dalam ajaran islam, tidak diperkenankan untuk mengkonsumsi produk-

produk dengan kandungan dan juga proses pengolahan yang tidak sesuai dengan ajaran

Syariat tersebut. Populasi masyarakat muslim yang tinggi telah membentuk segmen

pasar yang potensial dikarenakan pola khusus mereka sehingga dengan adanya aturan

yang tegas ini maka para pemasar memiliki sekaligus hambatan dan kesempatan untuk

mengincar pasar khusus masyarakat Muslimin.

Masyarakat Muslim juga diajarkan untuk menghindari hal-hal yang dilarang

oleh Allah SWT dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan dalam ajaran Islam.

Oleh sebab itu, Ajaran tegas Syariat Islam membuat konsumen Muslim bukan menjadi

konsumen yang permissive dalam pola konsumsinya. Perilaku konsumsi masyarakat

Muslim dipengaruhi oleh identifikasi Halal dan Haram sebuah produk yang dimuat

dalam nash Al Qur’an dan Al Hadist yang menjadi panduan utama bagi mereka.

Sebanyak 86.1 persen dari populasi Indonesia adalah Muslim. Hal tersebut

membuat Indonesia menjadi negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia yakni

202,867,000 atau setara dengan 13persen populasi muslim di Dunia (Mapping the

Global Muslim Population, 2009 dalam Abdul dkk, 2012). Hal tersebut membuat

masyarakat Muslim di Indonesia menjadi pasar potensial yang begitu besar. Sejalan

dengan pola konsumsi yang selektif, Indonesia sendiri memiliki sebuah Lembaga

Pengawasan dan Peredaran Obat dan Makanan – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-

MUI) yang memiliki tugas untuk mengawasi produk yang beredar di tengah

masyarakat. Hal ini dikarenakan menurut LPPOM-MUI, 63persen produk Indonesia

belum memiliki sertifikat halal (Bali International Consulting Group, 2011 dalam Abdul

dkk, 2012).

Produk yang memiliki sertifikat halal dan label halal merupakan produk yang

sesuai dengan Syariat atau ajaran Islam. Produk yang dibenarkan untuk dikonsumsi

menurut syariat Islam adalah bermutu, dan tidak membahayakan bagi kesehatan(

Simanjuntak & Muhammad Mardi, 2014) yang mana produk tersebut secara proses dan

kandungannya telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh

Page 73: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

70 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

ajaran agama Islam. Hal ini akan dinayatakan lulus dan mendapatkan sertifikasi halal

sehingga masyarakat Muslim aman dan diperkenankan untuk mengkonsumsi produk

tersebut.

Produk makanan dan minuman merupakan produk-produk yang mendapat

pertimbangan utama dalam proses pemilihannya berdasarkan ketentuan Syariat.

Ketidakinginan masyarakat Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk haram akan

meningkatkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses pemilihan produk (high

involvement) berdasarkan kehalalan sebagai parameternya, sehingga akan ada produk

yang dipilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat adanya proses

pemilihan tersebut. Halal menjadi salah satu isu terbatasnya produk-produk makanan

memasuki pasar masyarakat Muslim namun konsumen Muslim sendiripun memiliki

kesulitan dalam memilah produk-produk yang mereka konsumsi menjadi produk dalam

kategori halal dan haram. Keterbatasan dalam melihat dan mengidentifikasi proses serta

kandungan makanan dan minuman maka lembaga seperti LPPOM-MUI hadir dengan

tujuan memudahkan masyarakat Muslim melakukan proses pemeriksaan kehalalan

terhadap suatu produk yang dikonsumsinya. Sebuah produk yang didaftarkan ke

LPPOM-MUI, selanjutnya akan diaudit keabsahan halal-nya. Jika produk terebut

mendapatkan sertifikasi dan label halal maka barrier nilai yang membatasi produk

dengan konsumen Muslim menjadi berkurang. Label halal memudahkan konsumen

Muslim memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, sehingga untuk

para pemeluk agama Islam yang taat, pilihan produk makanan yang mereka pilih adalah

makanan halal yang diwakili dengan label halal yang terdapat pada kemasannya.

Dalam era globalisasi, semakin banyak arus media informasi yang dapat

mempengaruhi pola konsumsi konsumen dewasa ini. Adanya label halal dalam suatu

produk memberikan info tersendiri bagi konsumen Muslim mengenai kandungan atau

unsur-unsur yang terdapat pada suatu produk yang telah diuji secara syariat, sehingga

menimbulkan kepercayaan tersendiri dalam mengkonsumsi produk tersebut.

Sebaliknya, label halal pada kemasan suatu produk juga ikut mempengaruhi perilaku

konsumen Muslim yang ragu jika mengkonsumsi sebuah produk tanpa ada label halal

pada kemasannya, karena dianggap belum mendapat persetujuan lembaga berwenang

(LPPOM-MUI) untuk diklasifikasikan kedalam daftar produk halal atau dianggap masih

diragukan kehalalannya.

Page 74: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

71 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Peraturan pelabelan halal sendiri dikeluarkan oleh Dirjen POM (Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

yang mewajibkan para produsen-produsen produk makanan untuk mencantumkan label

tambahan informasi tentang kandungan (ingredient) dari produk makanan tersebut.

Dengan demikian konsumen dapat memperoleh sedikit informasi yang dapat membantu

mereka untuk menentukan sendiri kehalalan suatu produk. Sebagai masyarakat Muslim

yang memiliki aturan yang sangat jelas tentang halal dan haram, Indonesia telah

berusaha melindungi konsumen Muslim dari produk-produk yang tidak halal atau tidak

jelas kehalalannya (syubhat) yakni produk-produk makanan yang beredar luas dipasar.

Usaha Indonesia melalui LPOM MUI, dengan cara memberikan sertifikasi halal pada

produk-produk yang lolos audit meruapakan usaha agar masyarakat Muslim Indonesia

dapat mengkonsumsi produk dengan aman.

Sistem sukarela untuk di audit kehalalannya suatu produk oleh LPPOM-MUI

juga membuat tidak semua produk yang beredar di masyarakat telah jelas kehalalan dan

keharamannya. Oleh sebab itu, pada kenyataannya masih banyak produk yang beredar

di tengah masyarakat Indonesia yang belum memiliki sertifikat halal yang dibuktikan

dengan mencantumkan label halal pada kemasannya. Dengan demikian konsumen

Muslim akan dihadapkan pada pilihan produk-produk halal yang diwakili dengan label

halal yang ada pada kemasannya dan produk yang tidak memiliki label halal pada

kemasannya. Hal tersebut menjadi sebuah pilihan pada konsumen tersendiri khususnya

para konsumen Muslim dalam membeli produk-produk yang berlabel halal atau tidak

dalam pilihan konsumsi sebuah produk.

1.2. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

produk-produk halal sesuai ketentuan Syariah.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui sejauhmana awareness konsumen terhadap produk halal;

Untuk mengetahui persepsi industri terhadap proses sertifikasi halal;

Untuk mendapatkan informasi lembaga apa yang cocok dibutuhkan

masyarakat untuk sertifikasi halal;

Page 75: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

72 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Untuk mendapatkan informasi sejauhmana dampak logo halal terhadap

pengambilan keputusan membeli produk.

Mendapatkan informasi sejauhmana kalangan akademisi melihat efektivitas

logo hal sebagai dasar keputusan membeli suatu produk

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi konsumen mengenai:

Profil kesadaran konsumen (consumer awareness), confidence level,

perception terhadap logo halal

Preferensi konsumen dan industri terhadap bentuk badan yang mengelola

sertifikasi halal

Profil industri terhadap logo dan sertifikasi halal ( preferensi industri

terhadap lembaga sertifikasi halal, persepsi industri terhadap sertifikasi

halal, confidence level industri terhadap sertifikasi halal.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kotler & Amstrong (2012) bahwa perilaku pembelian konsumen

dipengaruhi oleh faktor-faktor kultural, sosial dan personal sebagai berikut:: (a)

Faktor Kultural. Kultur merupakan faktor penentu yang dominan dari keinginan dan

perilaku seseorang. Setiap kultur terdiri dari subkultur yang menyediakan

identifikasi yang spesifik dan ssosialisasi dari setiap anggotanya. Subkultur

termasuk nasionalitas, agama, ras dan area geografi. Konsumen sebagai manusia

pada hakikatnya menunjukkan stratifikasi sosial yang berbentuk kelas sosial.

Contohnya terbagi atas kelas bawah, menengah dan atas. Karakteristik kelas sosial

terdiri dari : (1) setiap kelas sosial cenderung lebih sama dalan berpakaian, pola

bicara dan preferensi rekreasi, (2) orang diterima sebagai posisi inferior atau

superior menurut kelas sosial, (3) kelompok variabel, contohnya pekerjaan,

pendapatan, kesejahteraan, pendidikan dan orientasi nilai, (4) individu dapat naik

ataupun turun kelas sosial selama hidupnya. (b) Faktor Sosial. Faktor sosial seperti

kelompok referensi, keluarga dan peran dan status sosial mempengaruhi perilaku

pembelian. Kelompok referensi dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu : (1)

kelompok primer yaitu kelompok yang berinteraksi terus menerus dan informal yaitu

Page 76: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

73 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

seperti keluarga, teman, tetangga dan teman kerja ; (2) kelompok kedua, yaitu

kelompok yang tidak berinteraksi terus menerus dan cenderung lebih formal yaitu

seperti kelompok agama, profesi, persatuan usaha. Kelompok referensi memberikan

pengaruh dengan tiga cara yakni melalui perilaku dan gaya hidup baru,

mempengaruhi sikap dan konsep diri, serta menciptakan tekanan untuk kesesuain

yang mempengaruhi pemilihan produk dan brand. (c) Faktor Personal. Dalam faktor

personal, keputusan pembeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Termasuk di

sini adalah umur dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi,

kepribadian dan konsep diri, gaya hidup dan nilai-nilai.

Cravens et al. (2002) menyatakan bahwa pemasaran merupakan variabel

dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi

konsumen. Variabel-variabelnya adalah : barang, harga, periklanan dan distribusi yang

mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.

Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk mengevaluasi

kesempatan utama dalam pengembangan pemasaran. Kebutuhan ini digambarkan

dengan hubungan antara strategi pemasaran dan keputusan konsumen dalam

memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen,

persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek.

Selanjutnya Cravens at al. (2002) menjelaskan bahwa strategi pemasaran

kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen. Ketika konsumen telah

mengambil keputusan kemudian melakukan evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan

sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan

belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah seperti

evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalaman konsumsi secara langsung akan

berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi. Umpan balik

mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi

konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak

menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi

tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan.

Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi

konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang.

Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi

Page 77: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

74 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

pemasaran kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik. Strategi promosi

sebuah perusahaan digunakan untuk memposisikan diri mereka untuk melawan

kompetitor yang ada dalam menghadapi keinginan dan kebutuhan target pasar

Pengambilan keputusan konsumen menghubungkan konsep perilaku dan strategi

pemasaran melalui penjabaran hakekat pengambilan keputusan konsumen. Kriteria apa

yang digunakan oleh konsumen dalam memilih merek akan memberikan petunjuk

dalam manajemen pengembangan strategi. Pengambilan keputusan konsumen adalah

bukan proses yang seragam. Ada perbedaan antara pengambilan keputusan dan

keputusan dengan keterlibatan kepentingan yang tinggi dan keputusan dengan

keterlibatan kepentingan yang rendah ( Peter & Olson, 2010).

Zani et als. (2010) menjelaskan bahwa untuk memenuhi keinginan konsumen

yang kritis, produsen memberikan label yang telah mereka dapatkan dari lembaga yang

berwenang pada kemasan produk yang mereka keluarkan. Label digunakan sebagai

jaminan bahwa produk mereka layak untuk dikonsumsi.

Sertifikasi halal sebuah produk hingga saat ini bukan menjadi kewajiban

melainkan hanya sebuah kelengkapan. LPPOM-MUI menerbitkan 3.742 sertifikat halal

untuk 12.000 produk pangan. Padahal industri pangan di Indonesia mencapai lebih dari

satu juta, sekitar 2.000 di antaranya merupakan industri besar dan sisanya industri kecil

dan menengah ( Maulidia, 2013).

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data primer. Data dikumpulkan dengan

menggunakan instrumen kuesioner. Pengambilan sampel menggunakan metode non

probabilistik purpose sampling, yaitu responden yang dipilih telah ditentukan dari

wilayah Jakarta disebar sebanyak 100 kuesioner.

Estimated worst proportion : 3.5

Defined Margin Error (ME) : 5%

Defined Confidence Level of Interval with alpha 5persen : 95%

Margin Error (Me) for infinite population

……(3.1)

Equation for the minimum sample size …. (3.2)

96.11

)1(

n

PPMe

1)1( 2

22

ZMe

PPn

Page 78: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

75 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

The minimum sample size (homogeny) : 95

Sample adjustment : 100

Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 21.0

IV. HASIL DAN KESIMPULAN

4.1. Identitas Konsumen

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan survei terhadap 100 responden di wilayah Jakarta terbagi atas

responden laki-laki sebanyak 39 orang (39persen) dan perempuan sebanyak 61 orang

(61persen). Berikut disajikan profil responden berdasarkan jenis kelamin.

Gambar 4.1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

39%61%Laki - Laki

Perempuan

b. Usia

Usia responden paling banyak pada rentang usia 19 – 25 tahun sebesar 38 persen

, diikuti responden dengan rentang usia 26 – 35 tahun sebesar 37persen dan responden

pada rentang usia 36 – 50 tahun sebesar 21persen. Rentang usia responden yang paling

sedikit adalah usia diatas 50 tahun hanya sebanyak 4persen. Profil usia responden ini

dapat dilihat pada table berikut.

Page 79: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

76 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Tabel 4.1. Profil Usia Konsumen

Usia Frekuensi (persen) Frekuensi Kumulatif

(persen)

19 – 25 tahun 38

26 – 35 tahun 37 75

36 – 50 tahun 21 96

> 50 tahun 4 100

100

c. Tingkat Pendidikan

Untuk tingkat pendidikan responden paling tinggi adalah lulusan SMA sebesar

55 persen , diikuti lulusan sarjana sebesar 26persen dan lulusan Diploma (D3) sebesar

11persen. Sedangkan lulusan pasca sarjana (S2) ada sebanyak 7persen dari populasi

responden dan hanya ada 1persen responden yang lulusan SD. Pada survey ini tidak ada

responden yang tidak lulus sekolah dan juga tidak ada yang lulusan SMP saja.

Gambaran profil tingkat pendidikan konsumen dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 4.2. Grafik Profil Tingkat Pendidikan Konsumen

Page 80: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

77 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

d. Pengeluaran per Bulan

Secara umum, pengeluaran per bulan responden tertinggi setiap bulannya antara

satu juta hingga satu juta lima ratus ribu rupiah sebesar 32persen, lalu diikuti

pengeluaran sebesar lima ratus hingga tujuh ratus ribu rupiah sebesar 24persen,

kemudian responden dengan pengeluaran tujuh ratus ribu hingga satu juta rupiah

sebesar 16persen. Pengeluaran dua juta hingga tiga juta rupiah sebesar 12persen.

Sisanya adalah pengeluaran pada satu juta lima ratus ribu rupiah hingga dua juta rupiah

sebulan dan diatas tiga juta rupiah per bulan masing-masing sebesar 8persen. Tidak ada

responden dengan pengeluaran di bawah lima ratus ribu rupiah. Informasi selengkapnya

mengenai pendapatan keluarga sebulan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2. Profil Pengeluaran Responden Per Bulan

Pengeluaran Frekuensi (persen) Frekuensi Kumulatif

(persen)

=<500 ribu 0

500.001 – 700.000 24 24

700.001 – 1.000.000 16 40

1000.001 – 1.500.000 32 72

1.500.001 – 2.000.000 8 80

2.000.001 – 3.000.000 12 92

>3.000.000 8 100

100

4.2. Persepsi Konsumen

Teori komunikasi dalam pemasaran suatu produk diawali melalui pengenalan

produk, memahami produk yang bersangkutan, memutuskan pembelian kemudian

apabila merasa puas maka konsumen mempunyai kecenderungan untuk memilih produk

dengan atribut yang sama. Sedangkan pembelian kembali akan mengakibatkan pada

rekomendasi kepada konsumen-konsumen lain. Patut dipahami bahwa pembelian

kembali dan rekomendasi kepada konsumen adalah hasil kepuasan dan loyalitas

konsumen. Rekomendasi kepada konsumen dapat dalam bentuk ajakan, menceritakan

ataupun menyarankan kepada konsumen lain.

Page 81: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

78 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Persepsi ataupun image merupakan kumpulan dari sejumlah asosiasi konsumen

terhadap produk. Sedangkan media terbentuknya asosiasi konsumen melalui proses

AIDA (awareness, interest, desire, action). Hal ini dimulai dari panca indra

pendengaran, mencari tahu, proses mempertimbangkan, proses membeli dan

merekomendasikan seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 4.3. Proses AIDA

e. Mendengar

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, rata-rata responden cenderung setuju

bahwa pembicaraan tentang kehalalan suatu produk merupakan hal yang lazim. Hal ini

diukur dengan menggunakan skor 1 (sangat tidak setuju) sampai skor 6 (sangat setuju).

Rata-rata responden memberikan respon skor 4.7 yang mengindikasikan cenderung

setuju.

“Pembicaraan mengenai kehalalan/ketidakhalalan suatu produk hampir setiap

hari didengar” oleh 52persen responden yang diwawancara. Hal ini hampir dua kali

lipat dari reponden yang kurang setuju dan dan responden yang agak setuju dengan

pernyataan ini.” Pembicaraan mengenai halal/tidak halal merupakan hal yang

umum/lazim didengar oleh responden”, sebanyak 80persen responden setuju dengan

pernyataan ini. Sedangkan pernyataan bahwa para “responden sangat peduli dengan

perbincangan halal/tidak halal”, sebanyak 79persen responden setuju. Tidak hanya

responden secara individu yang setuju dengan perbincangan halal/tidak halal akan tetapi

juga lingkungan sekitar masing-masing responden yang diwawancara juga peduli

terhadap perbincangan halal/tidak halal dengan prosentase 56 persen responden yang

setuju dan 16 persen yang sangat setuju. Akan tetapi apa yang dirasakan dan dialami

oleh responden tidak berbanding lurus dengan ketersediaan informasi mengenai

kehalalan produk. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan “informasi tentang makanan

halal sangat informative” dengan persentase yang setuju sebesar 40persen, agak setuju

sebesar 27persen dan kurang setuju sebesar 20persen. Padahal `banyak responden

berpendapat “informasi halal sangat membantu dalam memilih produ” diindikasikan

dengan persentase responden yang setuju sebanyak 60persen dan yang sangat setuju

Mendengar Mengetahui Membeli Membeli

Kembali

Merekomendasikan

Page 82: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

79 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

sebanyak 20persen, jauh lebih besar dibandingkan pernyataan responden yang kurang

setuju sebesar 12persen seperti terlihat pada gambar berikut

.

Gambar 4.4. Respon Responden Terhadap Kehalalan Produkdari Sisi Mendengar

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Pembicaraan tentang halal/tidak halal hampir tiap hari

Adalah hal yang umum mendengar pembicaraan halal/tidak halal

Responden sangat peduli perbincangan halal/tidak halal

Lingkungan sekitar responden amat peduli tentang pembicaraan halal/tidak halal

Informasi tentang makanan halal adalah sangat informatif

Informasi tentang halal sangat membantu dalam memilih

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Agak Setuju Setuju Sangat Setuju

f. Mengetahui

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, rata-rata responden cenderung setuju

bahwa pengetahuan tentang kehalalan suatu produk merupakan satu hal wajib. Hal ini

diukur dengan menggunakan skor 1 (sangat tidak setuju) sampai skor 6 (sangat setuju).

Rata-rata responden memberikan respon skor 4.8 yang mengindikasikan cenderung

setuju seperti terlihat pada gambar berikut.

Page 83: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

80 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Gambar 4.5. Respon Terhadap Kehalalan Produk Berdasarkan Pengetahuan

Konsumen

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Responden mengetahui batasan halal/haram makanan berdasarkan shariah

Konsumen selain responden sangat mengetahui batasan halal/haram makanan berdasarkan shariah

Sebelum membeli responden selalu mengetahui dengan pasti kehalalan suatu makanan

Sebelum membeli makanan, responden selalu bertanya kehalalan produk makanan

Responden tahu bahwa makanan yang saya pilih telah melewati proses sertifikasi halal dari lembaga resmi

Lembaga sertifikasi halal yang ada sekarang sudah sangat kredibel/terpercaya

Responden perlu mengecek lagi kehalalan makanan yang saya pilih walaupun telah melalui sertifikasi halal

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Agak Setuju Setuju Sangat Setuju

Berdasarkan hasil survey dari seratus responden menyatakan bahwa responden

memiliki “pengetahuan batasan halal/haram berdasarkan shariah” sebesar 44 responden

sangat setuju dan 36 responden setuju. Begitupun pendapat para responden yang

disurvey, mereka meyakini bahwa konsumen-konsumen lain juga memiliki pengetahuan

batasan halal/haram berdasaarkan shariah sebanyak 40 responden yang setuju dan 32

responden agak setuju. Pernyataan bahwa “Sebelum membeli responden selalu

mengetahui dengan pasti kehalalan suatu makanan”, sejumlah 40 responden sangat

setuju dan 48 responden setuju dengan pernyataan ini. Satu hal yang menarik ternyata

“sebelum membeli makanan, responden selalu bertanya kehalalan produk makanan”

dengan 36 responden sangat setuju dan 40 responden setuju Hal ini mengindikasikan

bahwa konsumen bersikap aktif sebelum mengkonsumsi produk halal. Selain itu bisa

diartikan bahwa informasi kehalalan suatu produk tidak tersedia dengan jelas. Hal ini

diwakili oleh jawaban 4 responden yang sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Page 84: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

81 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

“Responden juga tahu bahwa makanan yang saya pilih telah melewati proses sertifikasi

halal dari lembaga resmi” yang dibuktikan dengan jawaban responden yang setuju

sebanyak 68 persen walaupun ada juga yang masih menyangsikannya karena ada

4persen responden yang kurang setuju. Sebagian besar responden meyakini bahwa

“lembaga sertifikasi halal yang ada sekarang sudah sangat kredibel/terpercaya” dimana

44persen setuju dengan pernyataan ini. Akan tetapi persentase yang tidak setuju cukup

di luar dugaan karena di representasikan oleh 12persen responden dan 16persen

responden yang kurang setuju. Hanya saja 20persen responden yang tampak ragu-ragu

dengan pernyataan ini. Hal ini mengindikasikan bahwa lembaga sertifikasi harus

memperbaiki kualitasnya dan meningkatkan intensitas komunikasi kepada konsumen

akhir. Bahkan responden merasa bahwa “perlu mengecek lagi kehalalan makanan yang

saya pilih walaupun telah melalui sertifikasi halal” yang diwakili oleh 28persen

responden sangat setuju dengan pernyataan ini, 36persen responden yang setuju dan

24persen yang agak setuju. Hal ini sudah merepresentasikan 88persen responden yang

merasa harus aktif meyakini kehalalan suatu produk walaupun telah disertifikasi halal

g. Membeli

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, rata-rata responden cenderung setuju

bahwa makanan yang mereka pilih dan beli adalah halal. Hal ini diukur dengan

menggunakan skor 1 (sangat tidak setuju) sampai skor 6 (sangat setuju). Rata-rata

responden memberikan respon skor 4.3 yang mengindikasikan cenderung setuju seperti

terlihat pada gambar berikut ini.

Page 85: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

82 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Gambar 4.6. Respon Pembelian Produk Halal

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Responden meyakini makanan yang selalu dibeli dan ada di pasaran adalah halal

Responden yakin semua makanan dijual di pasaran halal

Responden yakin sebagian makanan yang dijual di pasaran halal

Responden yakin bahwa penjual telah membagi-bagi dengan semestinya barang yang halal/tidak halal

Saat membeli makanan responden selalu memperhatikan label/logo halal

Saat membeli makanan orang lain juga selalu memperhatikan label/logo halal pada produk

Responden yakin bahwa barang makanan yang dijual telah melalui proses sertifikasi halal

Label/Logo halal sangat membantu dalam memutuskan pilihan produk makanan

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Agak Setuju Setuju Sangat Setuju

Berdasarkan survey terhadap 100 responden, pernyataan bahwa “responden

meyakini makanan yang selalu dibeli dan ada di pasaran adalah halal” dijawab oleh

48persen responden yang setuju dan 16persen responden sangat setuju. Akan tetapi

pernyataan bahwa “responden yakin semua makanan dijual di pasaran halal” hanya

16persen responden yang setuju dan 12 persen yang sangat setuju, selebihnya 20persen

responden agak setuju dan 28persen responden kurang setuju. Bahkan terdapat 16persen

responden yang sangat tidak setuju. Hal ini mengindikasikan bahwa peredaran produk-

produk tidak halal cukup besar di pasaran dan hal ini diketahui dengan baik oleh para

responden. Sebagai tindakan selanjutnya perlu dipikirkan apakah produk-produk halal

ini perlu dilokalisasi di market-market tertentu atau perlu dibatasi peredarannya. Pada

faktanya lembaga sertifikasi tidak efektif untuk membatasi peredaran dari produk tidak

halal. Sedangkan untuk pernyataan “Responden yakin sebagian makanan yang dijual di

pasaran halal” sebanyak 44persen responden setuju, 20persen kurang setuju dan

16persen responden tidak setuju. Hal ini mengindikasikan bahwa para responden hanya

mengetahui dan memahami bahwa produk-produk yang dijual di pasaran tidak

semuanya halal. Untuk keamanan dan kenyamanan consumen dalam pengaturan dan

Page 86: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

83 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

penataan produk-produk tidak halal juga perlu diperhatikan. Oleh sebab itu pernyataan

bahwa “responden yakin bahwa penjual telah membagi-bagi dengan semestinya barang

yang halal/tidak halal” yang dijawab dengan hanya 24persen responden yang setuju

perlu diperhatikan dampaknya. Bahkan cukup banyak konsumen yang tidak yakin

bahwa penjual telah mengatur dan menata produk halal/tidak halal yang ditunjukkan

dengan 16persen responden yang kurang setuju, 12persen tidak setuju dan 8persen

responden sangat tidak setuju dengan pernyataan sebelum ini. Untungnya konsumen

dalam survey ini termasuk yang pro aktif dalam menganalisa halal/tidak halal produk.

Hal ini dibuktikan dengan pernyataan pada “saat membeli makanan responden selalu

memperhatikan label/logo halal” sebesar 40persen responden sangat setuju dan

56persen setuju. Responden juga meyakini bahwa “orang lain sekitar mereka juga

memperhatikan label/logo halal” yang dibuktikan dengan 48persen responden setuju,

20persen agak setuju dan hanya 8persen responden yang tidak setuju. Proses sertifikasi

halal sendiri merupakan satu hal penting akan tetapi hanya 36persen responden yang

setuju terhadap pernyataan “yakin bahwa barang makanan yang dijual telah melalui

proses sertifikasi halal” 24persen responden agak setuju dan 20persen responden

kurang setuju. Bahkan ada 8persen yang sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden tidak benar-benar yakin dengan proses sertifikasi yang

telah dijalankan lembaga sertifikasi. Pernyataan dengan “label/Logo halal sangat

membantu dalam memutuskan pilihan produk makanan” sangat disepakati oleh para

responden, tercermin dengan 24persen responden sangat setuju dan 60persen setuju.

Hanya 12persen responden yang kurang setuju. Hal ini mengidikasikan bahwa

label/logo halal masih merupakan pedoman penting bagi konsumen dalam memilih

produk halal.

h. Membeli Kembali

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, rata-rata responden cenderung setuju

bahwa makanan yang mereka pilih dan beli adalah halal. Hal ini diukur dengan

menggunakan skor 1 (sangat tidak setuju) sampai skor 6 (sangat setuju). Rata-rata

responden memberikan respon skor 4.1 yang mengindikasikan agak setuju seperti

ditunjukkan oleh gambar berikut.

Page 87: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

84 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Gambar 4.7. Pembelian kembali Terhadap Produk Halal

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Responden pasti akan kembali membeli produk makanan dengan label halal saja

Sepengetahuan responden, teman-temannya juga akan membeli kembali produk makanan berlabel halal saja

Responden akan kembali membeli produk makanan dengan label halal bila ingat saja

Pembeli yang memilih kembali makanan dengan produk berlabel halal semakin banyak

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Agak Setuju Setuju Sangat Setuju

Berdasarkan survey terhadap 100 responden, sebanyak 70persen responden

setuju dengan pernyataan “pasti akan kembali membeli produk makanan dengan label

halal saja” 11persen agak setuju dan 11persen responden kurang setuju dengan

pernyataan tersebut. Sedangkan pernyataan “sepengetahuan responden, teman-temannya

juga akan membeli kembali produk makanan berlabel halal saja” sebanyak 16persen

responden sangat setuju, 48persen setuju dan 24persen responden agak setuju. Hal ini

menunjukkan bahwa konsumen sangat memperhatikan label halal dalam pembelian

ulang produk-produk pilihan konsumen. Pada saat di-counter dengan pernyataan

“responden akan kembali membeli produk makanan dengan label halal bila ingat saja”

sebanyak 32persen responden sangat tidak setuju dan 36persen tidak setuju dengan

pernyataan tersebut. Hal ini semakin menguatkan kedua pernyataan sebelumnya bahwa

untuk pembelian kedua, ketiga dan seterusnya konsumen akan tetap membeli produk

makanan dengan label halal. Satu hal menarik mengenai pernyataan “pembeli yang

memilih kembali makanan dengan produk berlabel halal semakin banyak” sebanyak

25persen responden sangat setuju, 47persen setuju dan 20persen responden agak setuju

Page 88: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

85 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

yang mengindikasikan bahwa kesadaran dan pengetahuan konsumen terhadap peran

label halal yang tertera semakin tinggi.

i. Merekomendasikan

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, rata-rata responden cenderung setuju

bahwa makanan yang mereka pilih dan beli adalah halal. Hal ini diukur dengan

menggunakan skor 1 (sangat tidak setuju) sampai skor 6 (sangat setuju). Rata-rata

responden memberikan respon skor 4.7 yang mengindikasikan setuju seperti terlihat

pada table berikut ini.

Gambar 4.8. Tingkat Respon Konsumen Dalam Merekomendasikan Pembelian

Produk Halal.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Responden akan memberitahu teman-teman dekatbila menemukan tempat jual makanan khusus dengan label

halal

Responden akan memberitahu teman-teman dekat saya bila menemukan produk makanan tanpa label halal

Teman-teman biasanya akan memberitahu bila menemukan makanan tanpa label halal

Aktif meng-up date produk-produk makanan yang telah berlabel halal

Pihak-pihak terkait sudah memperhatikan pentingnya label halal

Pihak-pihak terkait sudah berperan aktif pencantuman label halal

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Agak Setuju Setuju Sangat Setuju

Berdasarkan survey terhadap 100 responden, sebanyak 60persen responden

setuju dan 28persen sangat setuju bahwa “mereka akan memberitahu teman-teman dekat

bila menemukan tempat jual makanan khusus dengan label halal” dan “mereka akan

memberitahu teman-teman dekatnya bila menemukan produk makanan tanpa label

halal” dengan persentase responden yang lebih besar 44persen sangat setuju dan

36persen setuju akan hal ini. Dalam kehidupan sehari-haripun komunikasi verbal dari

mulut ke mulut (word of mouth) tentang keberadaan label halal ini juga terjadi seperti

Page 89: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

86 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

pada pernyataan “biasanya teman-teman akan memberitahu bila menemukan makanan

tanpa label halal” sebanyak 24persen responden sangat setuju dan 32persen setuju.

Hanya 16persen yang kurang setuju, kemungkinan direpresentasikan responden yang

tidak mempunyai pengalaman hal ini. Sementara itu 48persen responden setuju dan

24persen responden untuk “aktif meng-up date produk-produk makanan yang telah

berlabel halal”. Akan tetapi hal yang patut yang tidak mendukung pentingnya label

halal, bahwa “pihak-pihak terkait sudah memperhatikan pentingnya label halal”

sebanyak 28persen responden kurang setuju, 4persen tidak setuju dan 4persen sangat

tidak setuju, Sedangkan responden mendukung pernyataan tersebut ada 16persen yang

sangat setuju dan 28 persen yang setuju. Untuk saat ini “pihak-pihak terkait sudah

berperan aktif pencantuman label halal” pernyataan ini disetujui oleh 40persen

responden dan hanya 4persen yang bertolak belakang atau sangat tidak setuju. Sebanyak

28persen responden kurang setuju dan bersikap moderat dengan perkembangan ini.

4.3. Image Lembaga Sertifikasi

a. Image Terhadap Majelis Ulama (MUI)

Hasil survey responden terhadap image MUI sebagai lembaga sertifikasi halal,

dengan jawaban lebih dari satu pernyataan, menunjukkan bahwa 16 persen responden

mengatakan bahwa MUI identik dengan “Islam”, 14 persen responden berpendapat

MUI “terpercaya”, 13 persen responden berpendapat MUI “aman” dan merupakan

“jaminan” halal. Akan tetapi sebanyak 12 persen responden berpendapat MUI hanya

sebagai “lembaga stempel”. Sebanyak 10 persen responden mengatakan MUI

“kredibel”. Akan tetapi 4persen responden berpendapat kalau “tidak ada efek” dari

lembaga sertifikasi MUI, “biaya siluman”, “hanya logo” dan “tidak fair”. Bahkan image

MUI juga “membingungkan”, pendapat dari 3persen responden serta 2persen responden

mengatakan bahwa MUI identik dengan “monopoli”. Image terhadap lembaga MUI ini

diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Page 90: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

87 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Gambar 4.9. Image Responden Terhadap Lembaga MUI

b. Image Terhadap Kementerian Agama

Hasil survey responden terhadap image Kementerian Agama sebagai lembaga

sertifikasi halal, dengan jawaban lebih dari satu pernyataan. Sebanyak 16 persen

responden mengatakan bahwa image Kementerian Agama adalah “kredible”, 12 persen

responden berpendapat Kementerian Agama hanya “lembaga stempel”, 11 persen

responden berpendapat Kementerian Agama “terpercaya” akan tetapi 10 persen

berpendapat “tidak fair”. Sebanyak 9 persen mengatakan “aman”. Responden sebanyak

8persen mengatakan Kementerian Agama “monopoli” dan “hanya logo”. Sebanyak

7persen responden berpendapat kalau Kementerian Agama sebagai lembaga sertifikasi

“tidak ada efek” tetapi ada juga responden yang mengatakan merupakan “jaminan” dan

“Islam”. Sebanyak 4persen mengatakan image Kementerian Agama “membingungkan”

dan 2persen mengatakan image Kementerian Agama “biaya siluman”. Pernyataan ini

dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 91: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

88 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Gambar 4.10. Image Responden Terhadap Kementerian Agama Mengenai

Sertifikasi Halal.

c. Image Kementerian Perindustrian

Sedangkan hasil survey responden terhadap image Kementerian Perindustrian

sebagai lembaga sertifikasi halal, dengan jawaban lebih dari satu pernyataan. Sebanyak

19persen responden mengatakan image Kementerian Perindustrian adalah “biaya

siluman”, 17persen responden berpendapat Kementerian Perindustrian

“membingungkan”, 14persen responden berpendapat Kementerian Perindustrian

“monopoli” dan “hanya logo” serta “tidak efek”. Sebanyak 13persen responden

mengatakan Kementerian Perindustrian “tidak fair”. Sebanyak 4persen responden

berpendapat Kementerian Perindustrian merupakan “jaminan”, 3persen mengatakan

image Kementerian Perindustrian “aman”. Bahkan 2persen responden juga berpendapat

image Kementerian Perindustrian itu “lembaga stempel” walaupun ada yang bilang

“kredibel”. Tidak ada satupun responden yang menyatakan image Kementerian

Perindustrian “terpercaya” ataupun “Islam.

Page 92: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

89 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Gambar 4.11. Image Responden Terhadap Kementerian Perindustrian Mengenai

Sertifikasi Halal.

4.4. Harapan terhadap Lembaga Sertifikasi Halal

Berdasarkan survei terhadap harapan dan keinginan konsumen terhadap lembaga

sertifikasi halal, dengan jawaban lebih dari satu pernyataan. Sebesar 10.4persen

responden berharap produk makanan yang disertifikasi oleh lembaga sertifikasi halal

“terjamin kehalalannya”, 10.2persen berharap lembaga sertifikasi halal memberikan

“kenyamanan konsumen”, 9.5persen konsumen berharap “program sertifikasi halal

bersifat harus dilakukan”, 8.8persen responden berharap produk halal yang telah

disertifikasi benar-benar “jelas halalnya”, 8.4persen responden berharap produk

makanan melalui lembaga sertifikasi halal “benar-benar teruji kehalalannya”, 7.2persen

responden berharap lembaga sertifikasi halal melakukan “pengecekan kehalalan

restauran”, 6.9persen responden berharap lembaga sertifikasi “membuat logo halal yang

sulit dipalsukan”, 5.9persen responden berharap lembaga sertifikasi memberikan “lebih

banyak lagi produk yang berlabel halal” dan 5.8persen responden berharap lembaga

sertifikasi halal dapat memastikan “produk luar negeri harus ada logo halal”. Sebanyak

5.3persen responden berharap semua yang disertifikasi oleh lembaga sertifikasi halal

“telah melingkup semua produk sehari-hari”. Selanjutnya 4.5persen responden berharap

“ada informasi resmi dari pemerintah” tentang lembaga sertifikasi halal yang sahih dan

4.1persen responden berharap lembaga sertifikasi halal melakukan “pengecekan

kembali halalnya”. Sebanyak 3persen responden berharap bahwa produk halal dari

Page 93: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

90 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

lembaga sertifikasi “harus melalui proses penelitian” dan 2.6persen responden

menginginkan adanya “sosialisasi” dari lembaga sertifikasi. Sejumlah 2.4persen

responden berharap bahwa “obat-obatan juga harus ada logo halal”. Sebanyak 1.6persen

responden berharap lembaga sertifikasi halal itu “kredibel” dan “akurat (tidak hanya

sekerdar logo)”. Sebanyak 1.1persen konsumen juga menginginkan “produk halal

semakin murah” dan juga 0.6persen responden berharap “produk kalengan harus ada

logo halal”. Harapan dan keinginan tersebut diperlihatkan pada gambar berikut.

Gambar 4.12. Harapan dan Keinginan Konsumen terhadap Lembaga Sertifikasi

Halal.

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%

Produk kalengan harus ada logo halal

Produk halal semakin murah

Akurat (tidak sekedar logo)

Kredibel

Obat-obatan harus ada logo halal

Sosialisasi

Harus melalui proses penelitian

Pengecekan kembali halalnya

Ada informasi resmi dari pemerintah

Telah melingkup semua produk sehari-hari

Produk luar negeri harus ada logo halal

Lebih banyak lagi produk yang berlabel halal

Pembuatan logo halal yang sulit dipalsukan

Pengecekan kehalalan restoran

Benar-benar teruji kehalalannya

Jelas halalnya

Program sertifikasi halal harus dilakukan

Kenyamanan konsumen

Terjamin kehalalannya

Harapan terhadap Lembaga Sertifikasi Halal

Page 94: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

91 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai persepsi halal/tidak halal yang

ditangkap oleh konsumen dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu mengenai

produk halal dan lembaga sertifikasi halal.

Beberapa kesimpulan mengenai produk halal, yaitu:

1. Bahwa pembicaraan halal/tidak halal sudah jamak didengar oleh konsumen dan

konsumen juga sangat menyadari perlunya informasi halal yang valid

2. Logo halal merupakan salah satu informasi penting yang menunjukkan kehalalan

suatu produk dan hal ini diyakini oleh para konsumen

3. Para konsumen bersikap pro aktif dan saling merekomendasikan bila ditemukan

produk-produk non halal kepada rekan-rekannya

4. Konsumen agak ragu-ragu dan tidak begitu yakin mengenai

pembagian/pengaturan produk halal dan non halal yang ada di pasaran saat ini

5. Para konsumen berharap semua produk harus terjamin kehalalannya, salah

satunya adalah logo halal yang sulit dipalsukan

Beberapa kesimpulan mengenai lembaga sertifikasi halal, yaitu:

1. Para konsumen setuju bahwa semua produk telah melalui proses sertifikasi halal

2. Tidak sepenuhnya konsumen menyatakan bahwa lembaga sertifikasi halal

sekarang ini kredibel, ada beberapa konsumen yang meragukan kredibilitas

lembaga sertifikasi

3. Konsumen tidak sepenuhnya yakin bahwa pihak-pihak yang terkait

memperhatikan pentingnya label halal dan berperan aktif dalam pencantuman

label halal

4. Persepsi positif dari lembaga sertifikasi MUI yang ditangkap oleh konsumen

adalah terpercaya, sepenuhnya Islam dan kredibel

5. Persepsi negatif dari lembaga sertifikasi MUI seperti hanya lembaga stempel,

membingungkan, monopoli dan lain sebagainya

6. Sedangkan apabila lembaga sertifikasi halal dilakukan kepada Kementerian

Perindustrian, beberapa persepsi dominan yang muncul adalah tentang biaya

siluman, membingungkan, monopoli dan lain sebagainya

Page 95: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

92 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

7. Kementerian agama memiliki persepsi yang hampir sama dengan MUI sebagai

lembaga sertifikasi

5.2. Saran

1. Berkaitan dengan produk dengan label halal diharapkan lembaga sertifikasi

halal dapat memberikan informasi yang jelas terkait kehalalan suatu produk.

2. Otoritas sertifikasi halal yang selama ini dilakukan oleh MUI sudah baik,tapi

akan lebih baik apabila ada lembaga sertifikasi lain yang bisa menjadi pilihan

konsumen untuk melakukan sertifikasi halal

3. Pemerintah perlu memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk melakukan

sertifikasi halal dengan pertimbangan terjadinya persaingan yang akan

berdampak terhadap kualitas pelayanan sertifikasi halal terhadap konsumen.

4. Diperlukan sosialisasi tentang label halal yang tidak hanya untuk industri

makanan dan minuman, tetapi juga di industri lain seperti industri kecantikan

dan industri obat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, dkk. (2012). “Indonesian Small Medium Enterprise (SMEs) and Perceptions on

Halal Food Certification”. African Journal of Business Management. Department

of Management and Marketing, Faculty of Economics and Management,

Universiti Putra Malaysia, Selangor, Malaysia and Department of Accounting,

Faculty of Economics, Universitas Islam Indonesia, Condong Catur Depok

Sleman, Yogyakarta, Indonesia.

Cravens, W.D (2000) . Strategic Marketing . (6th edition) . Boston : Mcgraw-Hill

Cravens, W D, Charles, W. L . & Crittenden, V . (2002) . Strategic Marketing

Management Cases . (7th edition). Boston: Mcgraw-Hill, inc.

Kotler, Philip and Gerry Amstrong. (2012). Principle of Marketing 14th

Ed. New

Jersey, USA: Pearson Prentice Hall

Malhotra, Ares K. (2004), Marketing Research and Applied Orientation, Prentice Hall

Education, 4th

Ed, New Jersey, NJ

Page 96: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

93 Survei “Confidence Level” Konsumen Terhadap Produk Halal di Jakarta

Maulidia, Rahmah, “Urgensi Regulasi dan Edukasi Produk Halal Bagi Konsumen”,

Journal Justitia Islamica, Vol. 10/No. 2/Juli-Des. 2013

Peter J. Paul and Olson Jerry C. (2010). Consumer Behaviour and Marketing Strategy

9th

ed. New York, USA: Mc Graw Hill

Simanjuntak, Megawati dan Muhammad Mardi. (2014). “The Effects of Knowledge,

Religiosity Value, and Attitude on Halal Label Reading Behavior of

Undergraduate Students”. ASEAN Marketing Journal. Vol.VI-No.2.

Zani, Ade Vera Rosidta Zani dkk. (2010). Analisis Pengaruh Label Halal dan Aman

Produk Pangan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Malang. Malang:

Universitas Brawijaya.

Page 97: ]urna1 Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi · ]urna1 ekonomi, manajemen dan akuntansi prospek ekonomi ubi kayu di indonesia ahmad muslim (hal.l-23) analisis pengaruh sikap dan persepsi

ISSN 1907 - 3429