Upload
ahmad-azroei-yusup
View
46
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
urolithiasis
Citation preview
BATU SALURAN KEMIH
AHMAD AZROEI BIN MOHD YUSUP @ MUALLIF
102008312
e-mail : [email protected]
Abstrak
Traktus urinarius merupakan bagian organ terpenting pada manusia yang terdiri dari
organ utama yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria, dan urethra. Dengan ginjal sebagai organ utama,
tugas traktus ini adalah untuk menyaring darah dan membuang kotoran dari dalam tubuh.
Namun, terdapat berbagai penyakit yang bisa menyerang traktus ini antaranya adalah batu
saluran kemih. Batu saluran kemih merupakan penyakit yang telah ditemukan pada waktu
sebelum masehi lagi, ia ditemukan pada satu mummi di Mesir. Batu saluran kemih ( calculi )
merupakan massa mineral yang terbentuk di saluran kemih yang bisa menyebabkan nyeri dan
pendarahan saluran kemih. Penyakit ini banyak diderita di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia karena sumber air minum yang mengandungi banyak mineral yang mengakibatkan
terjadinya batu di saluran kemih.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan menanyakan kepada pasien perkara-perkara berikut:
1. Keluhan utama pasien beserta sifat keluhan utama
Penderita batu saluran kemih sering akan mempunyai sakit terutama di bagian pinggang
dan ke bawah sama ada kolik ataupun tidak.
2. Keluhan lain pasien
Penderita batu saluran kemih mungkin mempunyai keluhan penyerta yang lain seperti
demam, disuria, oliguria dan tanda-tanda gangguan ginjal lainnya. Ditanya juga
mengenai kelainan sewaktu berkemih.
3. Riwayat perjalanan penyakit pasien
Ditanyakan intensitas sakit, tempat-tempat yang sakit, dan juga lama sakitnya pasien.
Juga ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama sebelum ini.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan adanya anggota keluarga lain yang pernah menderita sakit seperti ini karena
antara faktor resiko urolithiasis adalah faktor inheriter.
5. Riwayat penyakit lain
Di tanyakan adakah pasien ada didiagnosis dengan penyakit lain sebelum ini seperti
hipertensi, diabetis mellitus, kelainan darah dan jantung, penyakit sendi seperti gout
arthritis atau penyakit-penyakit lain
6. Obat-obatan yang pernah diambil oleh si pasien
Pemeriksaan Fisik1,2
1. Melakukan pemeriksaan tanda vital pasien untuk melihat keadaan umum pasien.
2. Melakukan pemeriksaan fisik khas urologi :
a. Melakukan pemeriksaan fisik ginjal :
1. Inspeksi untuk melihat adanya massa di bagian ginjal
2. Palpasi dilakukan pada daerah supra simfisis dengan cara bimanual atau
ballotemen untuk melihat adanya pembesaran ginjal atau tidak.
3. Melakukan palpasi dan perkusi pada sudut kostovertebra untuk melihat adanya
nyeri tekan dan nyeri ketuk.
4. Melakukan auskultasi untuk mengetahui adanya bruit atau tidak.
Pemeriksaan Penunjang1,3,4
1. Melakukan pemeriksaan urin rutin.
Pada pasien dengan batu saluran kemih, selalunya terdapat :
a. Makroskopik atau mikroskopik hematuria karena lesi yang diakibatkan oleh batu di
dalam traktus urinarius.
b. Untuk menilai adanya lekosituria, bakteriuria ( pemeriksaan nitrit ) dan pH urin untuk
mendeteksi adanya infeksi bakteri di saluran kemih
c. Kristal urin mungkin terdekteksi pada pemeriksaan urin seperti kristal kalsium
oksalat, asam urat, struvit dan juga sistin.
2. Melakukan pemeriksaan laju endap darah dan hitung darah lengkap
3. Melakukan pemeriksaan urin 24 jam
Pemeriksaan urin 24 jam dilakukan untuk menilai kadar mineral seperti kalsium, fosfat,
okslat dan mineral lain di dalam urin
4. Melakukan pemeriksaan radiologi1,4
a. Pemeriksaan foto polos BNO
Untuk melihat adanya batu pada saluran kemih. Batu yang kelihatan selalunya adalah
batu jenis radioopaque yaitu batu batu kalsium dan oksalat. Batu asam urat dan sistin
selalunya lebih radioluscent dan tidak terlihat pada pemeriksaan BNO. Foto ini dibuat
sebelum foto IVP dan persiapan yang harus dilakukan adalah :
1. Puasa 8 jam sebelum difoto
2. Mengurangkan minum dan serat 24 jam sebelum difoto.
3. Memakan laxantia pada malam sebelum di foto
Gambar 1: Batu dalam pemeriksaan foto polos BNO
b. Pemeriksaan IVP ( Intravenous Pyelography )
Merupakan pemeriksaan foto di mana penderita diberikan suntikan kontras intra vena
dengan tujuan utama untuk memastikan posisi batu yang terlihat pada pemeriksaan
BNO dan juga melihat adanya obstruksi saluran kemih atau tidak. Pemeriksaan ini
tidak dilakukan dalam keadaan berikut :
1. Dengan alergi kontras media
2. Dengan level kreatinin serum > 200μmol/L (>2mg/dl)
3. Dalam pengobatan metformin
4. Dengan myelomatosis
Gambar 2: Perbedaan pemeriksaan IVP pada orang normal ( figure 1 ) dan penderita
ureterolithiasis ( figure 2)
c. Ultrasonography, USG4
Digunakan untuk mendeteksi batu yang radiolusent pada pemeriksaan BNO dan IVP
atau batu radioopaque yang sangat kecil karena semua jenis batu dapat dideteksi
dengan USG. Juga sering digunakan pada pasien dengan kontraindikasi kontras.
Pemeriksaan ini dapat juga menilai perubahan anatomi yang berlaku pada traktus
urinarius tapi sering tidak dapat digunakan untuk menilai batu di ureter yang
salurannya kecil dan berliku-liku. Lithiasis sering dapat dilihat dengan ciri
hiperechoic dan mempunyai posterior acoustic shadow.
Gambar 3: USG menunjukkan batu di vesika urinaria
d. CT Scan
Spiral CT scan dapat mendeteksi semua jenis batu di saluran kemih dan lebih mahal
disbanding USG dan IVP dan sering digunakan di negara-negara maju. Spiral CT
scan tidak memerlukan kontras dan memberikan hasil yang paling sensitive dan
spesifik.
Gambar 4: Panah menunjukkan nephrolithiasis pada pemeriksaan spiral CT scan
Diagnosis Kerja1,3,5,6
Diagnosis kerja skenario ini adalah batu saluran kemih atau urolithiasis. Calculi atau
lithiasis ini dapat terjadi pada semua bagian traktus urinarius yaitu dapat terjadi di ginjal, ureter,
vesika urinaria dan juga urethra
a. Batu ureter ( Ureterolithiasis )
Batu ureter pada umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang
turun ke ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi
tempat berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ),
persilangan ureter dengan vasa iliaka, dan muara ureter di dinding buli.
b. Batu ginjal ( Nephrolithiasis )
Merupakan batu yang sering terjadi di pelvis ginjal dan terkumpul di calices ginjal.
Pembentukan batu dan posisi batu di bagian ini dapat mengakibatkan obstruksi di bagian
pelvis ginjal dan bisa menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi dan obstruksi
bilateral. Kemungkinan batu dapat keluar spontan juga merupakan bahan pertimbangan.
Batu berukuran kurang dari 5 mm mempunyai kemungkinan keluar spontan 80%.
Tindakan aktif umumnya dianjurkan pada batu berukuran lebih dari 5 mm
c. Batu saluran kemih ( Cystolithiasis )
Pada umumnya komposisi batu kandung kemih terdiri dari : batu infeksi(struvit),
ammonium asam urat dan kalsium oksalat.
Batu kandung kemih sering ditemukan secara tidak sengaja pada penderita dengan gejala
obstruktif dan iritatif saat berkemih. Tidak jarang penderita datang dengan keluhan
disuria, nyeri suprapubik, hematuria dan buang air kecil berhenti tiba-tiba.
Batu ini dapat terdiri dari berbagai komposisi, antara batu yang umumnya adalah
sebagian besar terdiri dari garam kalsium, seperti kalsium oksalat monohidrat dan
kalsium oksalat dihidrat. Sedang sebagian kecil terdiri dari batu asam urat, batu struvit
dan batu sistin.
Calculi renal dapat terdiri dari berbagai komposisi mineral namun jenis batu yang sering
terjadi adalah :2,5,6
1. Batu kalsium
Merupakan batu yang tersering berlaku di ginjal. Sering berlaku pada lelaki pada
periode dekade ketiga dan keempat kehidupan. Lebih 50 % penderita akan mengalami
kekambuhan selepas mendapat terapi. Batu kalsium ini dapat bergabung dengan
mineral lain seperti oksalat ( tersering ), fosfat dan karbonat. Batu jenis ini juga dapat
dikaitkan dengan penyakit berikut :
a. Hipertiroidism
b. Kebocoran kalsium dan fosfat di renal
c. Hiperurikosuria
d. Hiperoksaluria
2. Batu asam urat
Batu asam urat sering terjadi pada penderita lelaki berbanding wanita dan selalu
dihidapi oleh penderita gout dan atau kemoterapi. Batu ini dapat menjadi besar
( staghorn ).
3. Batu struvit
Batu struvit sering dikaitkan dengan infeksi saluran kemih dan sering terjadi pada
wanita. Batu ini selalunya besar ( staghorn caliculi ) dan akan menimbulkan blokade
di saluran kemih.
4. Batu sistin
Batu sistin merupakan batu yang paling sedikit insidennya. Batu ini dapat terjadi
karena defek metabolisme intrinsik mengakibatkan kegagalan reabsorpsi tubular
ginjal sistin, ornitin, lisin, dan arginin. Urin menjadi jenuh dengan sistin, dengan
deposisi kristal yang dihasilkan. Penyakit ini menyerang lelaki dan wanita dan sering
inherited.
Differensial Diagnosis
1. Infeksi saluran kemih
Merupakan penyakit saluran kemih yang bisa menyebabkan sakit pada bagian perut
ke bawah sehingga ke testis. Infeksi saluran kemih dapat terdiri dari :
a. Cystitis
b. Prostatitis
c. Urethritis
d. Pyelonephritis akut dan kronik
e. Complicated infection
Pasien yang menderita infeksi saluran kemih bisa datang dengan keluhan yang sama
dengan gejala lithiasis dan disertai dengan gejala lain seperti dysuria, poliuria dan
hematuria. Pasien juga dapat datang dengan urethral discharge jika penyebab infeksi
adalah dari tertular penyakit seksual ( STD ).
Kultur urin dilakukan pada pasien untuk menentukan diagnosis infeksi saluran kemih
selain pemeriksaan urin rutin yang ditemukan hitung bacteria lebih dari 105 CFU/ml pada
sampel pengumpulan urin midstream. Selain itu, pemeriksaan urin rutin juga selalu dapat
menemukan nitrates, leukosit, hematuria dan proteinuria. Penemuan silinder sel darah
putih menunjukkan adanya infeksi di parenkim renal.
Masalah mungkin timbul jika infeksi saluran kemih dan urolithiasis wujud secara
bersamaan. Apabila pasien tersangka menderita penyakit ini secara bersamaan, imaging
dibutuhkan untuk menentukan diagnosis. Antibiotik dapat dipakai secara oral atau IV
sebagai terapi untuk peyakit infeksi saluran kemih.
2. Pyelonephritis
Pyelonefritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang
disebabkan karena adanya infeksi oleh mikroorganisme. Infeksi ini paling sering akibat
infeksi ascenden dari traktus urinarius bagian bawah. Antara penyebab pyelonephritis
adalah :
1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke
dalam ureter.
4. Kehamilan
5. Kencing Manis
6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi.
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat disertai
menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa kasus juga
menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih dan frekuensi
berkemih yang meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang
desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi.
Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut
berkontraksi kuat.
3. Oklusi arteri renal akut
Adalah suatu keadaan di mana supply darah ke ginjal terblokir disebabkan
terbentuknya emboli akibat dari trauma yang terjadi di bagian abdomen. Kejadian ini
biasanya berlaku pada arteri renalis. Apabila supply arteri terblokir, maka fungsi ginjal
akan terganggu.
Antara gejala yang akan timbul ialah :
a. Nyeri abdomen
b. Oligouria
c. Lower back pain
d. Hematuria
Pada kelainan ini, bisa dikesan melalui MRI dengan tampak gambaran
berkurangnya aliran darah di arteri renalis.
Etiologi1,5
1. Dehidrasi dan diet
Kurangnya asupan air dan meningkatnya konsentrasi mineral-mineral di dalam badan
akan meningkatkan resiko mineral-mineral di dalam tubuh untuk mengendap di
saluran kemih.
2. Kelainan di gastrointestinal
Malabsorpsi lemak, penyakit inflamasi gastrointestinal, reseksi bowel dapat
menyebabkan pengurangan pengeluaran urin dan dapat menyebabkan hiperoxaluria,
dan hyperuic-aciduria.
3. Hiperparatiroidism atau hiperkalsemi
Hiperparatirodism dapat menyebabkan peningkatan kadar kalsium di dalam darah
dengan meningkatkan pengambilan kalsium dari tulang dan juga usus melalui
peningkatna vitamin D. Hiperkalsuria juga dapat berlaku karena faktor idiopatik,
kanker, obat-obatan tertentu, diet dan juga penyakit lain.
4. Gout dan hiperuricosuria
Peningkatan asam urat dalam penyakit gout dapat mempromosi batu kalsium oksalat
karena kalsium oksalat dapat bergabung dengan asam urat menjadi nidus.
Peningkatan asam urat di dalam darah juga dapat meningkatkan presepitasi kristal
dan menjadi batu asam urat di saluran kemih.
5. Infeksi dengan bakteri penghasil urease
Infeksi seperti infeksi proteus dapat menghasilkan urease dan menghasilkan urea
spilitting dan menginduksi pembentukan batu struvit.
6. Obat-obatan tertentu
Beberapa obat-obatan tertentu seperti acetazolamide, allopurinal, triamterene dan
obat-obat lain dapat menyebabkan pembentukan batu karena mempunyai solubility
yang rendah di dalam urin.
7. Kelainan tubuli renal
a. Sistinuria dapat berlaku karena penyakit inheriter defek metabolisme intrinsik
mengakibatkan kegagalan reabsorpsi tubular ginjal sistin, ornitin, lisin, dan
arginin. Peningkatan sistin yang mempunyai solubilitas yang rendah dapat
menyebabkan terjadinya batu sistin.
b. Pengurangan reabsorpsi mineral seperti kalsium di tubuli renal juga dapat
menyebabkan terjadinya batu saluran kemih.
8. Idiopatik lithiasis
Epidemiologi5,6
Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit urologi tersering yang terjadi di seluruh
dunia. Di Amerika Serikat, diperhitungkan sebanyak 13 % lelaki dan 7% wanita akan menderita
penyakit lithiasis sepanjang hidup mereka. Di Asia pula, sekitar 5% akan menderita penyakit
lithiasis ini sepanjang hidup mereka.
Di Indonesia yaitu antara negara yang termasuk di dalam lingkungan ‘stone belt’ selain
Thailand dan India , penyakit batu di saluran kemih merupakan penyakit tersering di bagian
urologi terutama batu di saluran kemih distal karena air minum yang mengandungi saturasi
mineral yang tinggi dan juga diet yang tinggi mineral.
Penyakut lithiasis selalunya berlaku pada lelaki berbanding wanita kecuali bagi batu
struvit di mana penderita wanita lebih banyak dari penderita lelaki. Penyakit lithiasis sering
berlaku pada decade ke empat dan ketiga kehidupan.
Patofisiologi1,5
Batu dapat terjadi karena beberapa faktor fisik seperti :
1. Supersaturasi
Peningkatan kadar mineral di dalam urin sehingga melewati kadar metastabiliti
mengakibatkan nukleanisasi spontan dan juga pembesaran kristal di dalam saluran
kemih. Peningkatan saturasi bisa berlaku karena peningkatan ekskresi mineral di
tubuli dan juga berkurangnya pembentukan volume urin.
2. Kristalisasi
Merupakan mekanisme major dalam pembentukan batu di saluran kemih. Nukleasasi
heterogen dapat berlaku apabila terdapat kristal kecil ( contoh : asam urat ) yang
bertindak sebagai nidus dan menarik kristal lain ( contoh : oksalat dan kalasium )
akan meningkatkan kristalisasi batu walaupun saturasi mineral masih di bawah kadar
supersaturasi.
3. Inhibitor kristalisasi
Urin mempunyai inhibitor pembentukan kristal pyrofosfat inoraganic, sitrat, dan
glikoprotein. Pengurangan inhibitor ini dapat mengakibatkan terbentuknya batu di
saluran kemih.
4. pH urin
pH urin berperan penting dalam menentukan solubilitas mineral di dalam urin. Asam
urat dan sistin tidak larut di dalam urin berpH rendah manakala kristal kalsium dan
fosfat tidak dapat larut di dalam urin berpH tinggi.
Gejala klinis1-3,5,6
Gejala utama adalah sakit atau kolik yang tiba-tiba, datang dan pergi di bagian :
1. Bawah perut dan sisi belakang
2. Nyeri bisa menjalar dari bagian perut hingga ke daerah selangkangan ( pangkal paha),
penis dan testis.
Gejala ini akan disertai gejala penyerta yang lain :
1. Demam
2. Hematuria
3. Warna urin yang abnormal
4. Kencing berbutir-butir atau pasir
5. Disuria dan oliguria
6. Mual dan muntah
Penatalaksanaan
1. Tindakan darurat renal kolik2,3,5
a. Memberikan analgesic secara oral atau jika tidak mencukupi diberikan secara IV.
Alagesic yang sering diberikan adalah dari golongan NSAID seperti ketorolac dan
ibuprofen dan juga dapat diberikan morphine jika kolik berat.
b. Pasien yang datang dengan gejala mual dan muntah dapat diberikan antiemetic seperti
metocloporamide, promethazine, prochlorperazine, dan hydroxyzine
2. Tindakan mengeluarkan batu dari saluran kemih1,2,5
a. Batu yang saiznya kurang dari 5mm dapat keluar spontan dan tidak diperlukan
tindakan bedah.
b. Bagi membantu pengeluaran batu di saluran kemih, pemberian cairan secara oral
untuk meningkatkan diuresis menjadi lebih 2 L sehari selain digunakan alpha bloker (
tamsulosin dan terazosin ) dan calcium channel blocker ( nifedipin ) untuk
merelaksasi otot polos.
c. Beberapa obat yang dapat digunakan untuk batu saluran kemih :2
1. Obat spesifik untuk batu tertentu
a. Sitrat
Merupakan agen alkalinisasi yang meningkatkan pH urin untuk menghambat
pembentukan batu oksalat.
b. Kolestiramin
Dapat digunakan pada batu oksalat untuk mengobati malabsorpsi lemak.
c. Tiazid
Merupaka satu diuretic yang meningkatkan mengurangkan ekskresi kalsium di
dalam urin. Tiazid dapat digunakan untuk penderita yang mempunyai gejala
hiperkalsiuria selain pembentukan menghambat batu yang mengandungi
kalsium seperti kalsium oksalat dan kalsium fosfat.
d. Allopurinol
Digunakan untuk menurunkan kadar asam urat di dalam tubuh apabila pasien
menderita hiperurikosuria. Dapat digunakan pada penderita batu kalsium
dengan hiperuikosuria dan juga penderita batu asam urat.
e. Mendelamin
Merupakan sejenis antibiotic yang dapat digunakan pada batu struvit karena
penyebab tersering batu struvit adalah infeksi saluran kemih.
3. Tindakan bedah dan pemecahan batu1,2,5,6
a. Shockwave Lithotripsy ( SWL )
Merupakan pilihan utama terapi pemecahan batu sekarang. SWL banyak digunakan
dalam penanganan batu saluran kencing dan merupakan terapi terbaik untuk batu di
bawah 2 cm dan terletak di ginjal dan ureter proksimal. Prinsip dari SWL adalah
memecah batu saluran kencing dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan
oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin di luar tubuh
dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara. Sesampainya di batu, gelombang
kejut tadi akan melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk
memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, agar supaya bisa keluar bersama
kencing tanpa menimbulkan sakit.
Berbagai tipe mesin SWL bisa didapatkan saat ini. Walau prinsip kerjanya semua
sama, terdapat perbedaan yang nyata antara mesin generasi lama dan baru, dalam terapi
batu ureter. Pada generasi baru titik fokusnya lebih sempit dan sudah dilengkapi dengan
flouroskopi, sehingga memudahkan dalam pengaturan target/posisi tembak untuk batu
ureter. Hal ini yang tidak terdapat pada mesin generasi lama, sehingga pemanfaatannya
untuk terapi batu ureter sangat terbatas. Meskipun demikian mesin generasi baru ini juga
punya kelemahan yaitu kekuatan tembaknya tidak sekuat yang lama, sehingga untuk batu
yang keras perlu beberapa kali tindakan.
Komplikasi SWL untuk terapi batu ureter hampir tidak ada. Tetapi SWL mempunyai
beberapa keterbatasan, antara lain bila batunya keras ( misalnya kalsium oksalat
monohidrat ) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan. Juga pada orang gemuk
mungkin akan kesulitan. Penggunaan SWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita
dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius. Sebab ada kemungkinan
terjadi kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada data yang valid, untuk wanita di
bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan sejelas-jelasnya.
b. Ureteroscopy
Ureteroscopy selalu digunakan untuk mengeluarkan batu yang terletak pada bagian
mid dan distal ureter. Melaui ureteroscopy, sebuah endoskopi yang kecil, yang mungkin
kaku, semirigid, atau fleksibel, dilewatkan ke dalam kandung kemih dan ureter sampai
untuk langsung memvisualisasikan batu.Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an
telah mengubah secara dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan
pemecah batu ultrasound, SWL, laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu
ureter. Juga batu ureter dapat diekstraksi langsung dengan tuntunan URS dengan cara
batu yang kecil hingga sedang diambil dengan menggunakan stone basket.
Dikembangkannya semirigid URS dan fleksibel URS telah menambah cakupan
penggunaan URS untuk terapi batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk
ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga perlu alat pemecah batu seperti yang
disebutkan di atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung
pada pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
c. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang
memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan batu ureter.
Misalnya pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi, pemakaian stent
sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).
Ketika digunakan untuk penyakit batu, stent melakukan beberapa fungsi penting.
Mereka hampir menjamin drainase urin dari ginjal ke kandung kemih dan bypass
halangan apapun. Hal ini mengurangi rasa sakit pasien kolik ginjal mereka bahkan jika
batu menetap di saluran kemih. Seiring waktu, stent ureter mejadi lebar dan melembut,
membuat ureteroscopy dan prosedur bedah endoskopik lebih mudah untuk dilakukan
kemudian.
Sifat stent yang cukup opaque dapt dijadikan sebagai penanda ketika melakukan
proses SWL karena visualisasi SWL hanya menggunakan teknik rediografi di mana batu
yang agak kecil dan tidak radioopaque tidak dapat ditargetkan secara akurat.
Setelah batu-batu besar yang dipecah, stent cenderung untuk mencegah
pembuangan cepat dari sejumlah besar fragmen batu dan puing-puing ke dalam ureter
(disebut steinstrasse). Stent memaksa fragmen untuk melewati saluran kemih perlahan-
lahan, yang lebih efisien dan mencegah penyumbatan.
d. Nefrostolitotomy Perkutan
Nefrostolitotomy perkutan memungkinkan fragmentasi dan penghapusan kalkuli
besar dari ginjal dan ureter. Karena peningkatan morbiditas terapi dibandingkan dengan
SWL dan ureteroscopy, prosedur perkutan umumnya dicadangkan untuk batu ginjal besar
dan / atau kompleks dan kegagalan dari 2 modalitas lainnya. Perkutan
nephrostolithotomy ini sangat berguna untuk batu yang lebih besar dari 2 cm diameter.
Sebuah jarum dan kemudian kawat, di mana melewati sebuah selubung berongga,
dimasukkan langsung ke dalam ginjal melalui kulit panggul. Perkutan akses ke ginjal
biasanya melibatkan selubung dengan lumen 1-cm, yang akan mengakui endoskopi
relatif besar dengan lithotrites kuat dan efektif yang dapat dengan cepat dan menghapus
volume fragmen batu besar. Calyces ginjal, panggul, dan ureter proksimal dapat diperiksa
dan batu diekstraksi dengan atau tanpa fragmentasi sebelumnya.
Dalam beberapa kasus, kombinasi dari SWL dan teknik perkutan diperlukan untuk
sepenuhnya menghapus semua bahan batu dari ginjal. Teknik ini, disebut terapi
sandwich, dicadangkan untuk staghorn atau kasus batu yang rumit. Dalam kasus tersebut,
pengalaman menunjukkan bahwa prosedur akhir harus perkutan nephrostolithotomy.
e. Tindakan bedah terbuka
Nefrostomi terbuka telah jarang dan kurang sering karena perkembangan SWL dan
teknik endoskopi dan perkutan; sekarang merupakan kurang dari 1% dari semua
intervensi. Kekurangan termasuk rawat inap lagi, pemulihan lebih lama, dan
meningkatnya kebutuhan untuk transfusi darah. Terapi ini hanya digunakan dewasa ini
hanya pada terutama pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu
ureter yang besar.
Pencegahan1,5,6
1. Minum banyak air dan mencegah terjadinya dehidrasi
2. Menjaga diet dan minum cukup air bagi mereka yang mempunyai anggota keluarga yang
pernah menderita urolithiasis
3. Meningkatkan pengambilan minuman yang mengandungi kadar sitrat yang tinggi untuk
meningkatkan pengeluaran urin.
4. Limitasi pengambilan natrium
5. Limitasi makanan yang mengandungi kadar oksalat yang tinggi seperti bayam, stroberi,
kacang, cokelat hitam, dan lain-lain.
6. Tidak mengambil makanan yang bisa mengakibatkan peningkatan asam urat seperti
makanan laut dengan kadar berlebihan.
7. Tidak mengambil suplemen vitamin C dan D berlebihan.
Komplikasi5
Komplikasi utama yang sering terjadi pada penderita calculi adalah obstruksi traktus urinarius
dan obstruksi ini akan menimbulkan penyakit lain yang lebih parah jika tidak mendapatkan
terapi secepatnya. Antara komplikasi urolithiasis adalah :
1. Terjadi absess
2. Infeksi saluran kemih
3. Terjadi formasi fistula di saluran kemih
4. Stenosis dan skar ureteal
5. Ferforasi ureteral
6. Extravasation
7. Urosepsis
8. Hydronephrosis
Prognosis
Prognosis urolithiasis adalah baik dan sekitar 80 % akan penderita akan mengalami
pengeluaran batu spontan. Karena modalitas minimal invasif untuk menghilangkan batu
umumnya berhasil dalam menghilangkan kalkulus, pertimbangan utama dalam pengelolaan batu
bukanlah apakah batu itu dapat dihapus, tetapi apakah itu dapat dihapus secara rumit dengan
morbiditas minimal. Prognosis akan bertambah buruk jika urolithiasis disertai dengan infeksi dan
tidak diterapi sedini mungkin. Kekambuhan batu terutamanya kalsium oksalat mungkin terjadi
karena pasien tidak mengikut diet yang sehat.
Kesimpulan
Pasien laki-laki 60 tahun dengan keluhan sakit di pinggang kanan yang menjalar hingga
ke kantung kemaluan sejak satu minggu yang lalu dengan sakit yang terasa mendadak dan hilang
timbul adalah disebabkan penyakit urolithiasis.
Daftar Pustaka
1. Fauci S, Braunwald E, Kasper L,Hauser S, et all. Harrison’s principles of internal
medicine. Nephrolithiasis, page 1815 -20, Urinary tract obstruction, page 1827-30. 17 th
ed. Mc Graw Hill Medical. 2008.
2. Harrison T, Braunwald E. Harrison’s manual of medicine. Nephrolithiasis, page 685-88.
15th ed. Mc Graw Hill. 2005.
3. Gorrol A, Mulley A. Primary care medicine: office evaluation and management of the
adult patient. Approach to the patient with nephrolithiasis, page 962-67. 5 th ed. Lippincott
William and Wilkins. 2006.
4. Gnderman R. Essential radiology, clinical presentation, pathophysiology, imaging.
Urolithiasis, page 166-170. 2nd ed. Thieme publication. 2006.
5. Stuart W, Shcwartz B, Craig S, Howes D, et all. Medscape. Nephrolithiasis. Updated in
June 16, 2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/437096-overview, 17
Oktober 2011.
6. Wassertein A. Core curriculum in nephrology, nephrolithiasis. July 19th 2004. Diunduh
dari http://health.upenn.edu/renal/renal%20curr%20pdfs/nephrolithiasis.pdf, 17 Oktober
2011.