Usaha Micro Kecil Dan Menengah (Jurnal)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

wwwwww

Citation preview

USAHA MICRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI KEKUATAN STRATEGIS UNTUK MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DAERAH

ILO luncurkan kampanye untuk tingkatkan produktivitas dan daya saing usaha kecil menengah di Makassar

Untuk membantu UKM agar lebih produktif, berdaya saing dan berkelanjutan, ILO akan menyelenggarakan sebuah Lokakarya bertajuk Cara Jitu dan Tips-Triks menuju UKM Berproduktivitas Tinggi, pada 1 November di Balai Kartini, Jakarta. Peluncuran Makassar ini merupakan tindaklanjut dari peluncuran nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada 1 November.

Press release | Jakarta, Indonesia | 05 November 2012

MAKASSAR (Berita ILO): Usaha kecil menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerak perkembangan usaha di Indonesia, dengan menyediakan 60 persen kesempatan kerja kepada baik pekerja perempuan maupun laki-laki. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan pun terletak pada pengembangan UKM yang kompetitif, kokoh, dan dapat terus berkembang, bahkan di tengah sulitnya kondisi pasar.

UKM pun kerapkali lebih fleksibel, inovatif dan cepat tanggap dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Namun, bentuk usahanya yang kecil menjadikan UKM sangat rentan terhadap guncangan dari luar. Karenanya, di Indonesia, seperti juga terjadi banyak negara, UKM menghadapi banyak kesulitan dalam mempertahankan keberlangsungan usaha akibat, di antaranya, perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Cina.

Untuk membantu UKM agar lebih produktif, berdaya saing dan berkelanjutan, ILO akan menyelenggarakan sebuah Lokakarya bertajuk Cara Jitu dan Tips-Triks menuju UKM Berproduktivitas Tinggi, pada 1 November di Balai Kartini, Jakarta. Peluncuran Makassar ini merupakan tindaklanjut dari peluncuran nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada 1 November.

Para pelaku UKM akan diperkenalkan pada praktik-praktik usaha yang dapat mengembangkan potensi UKM dalam menciptakan lapangan kerja di Indonesia. Lokakarya ini pun akan memperkenalkan manfaat besar penerapan praktik-praktik kerja yang baik dan bertanggung jawab terhadap produktivitas dan daya saing UKM, termasuk UKM di Makassar.

Lokakarya ini akan dilakukan ILO melalui Program Keberlanjutan melalui Usaha yang Kompetitif dan Bertanggungjawab (Sustaining Competitive and Responsible Enterprises/SCORE). Diluncurkan sejak tahun 2010, program ini dirancang untuk membantu UKM Indonesia meningkatkan kualitas dan produktivitas, memperbaiki kondisi kerja dan mengurangi kerusakan lingkungan. Program SCORE memperkenalkan UKM pada gagasan peningkatan produktivitas yang dapat diraih melalui peningkatan kondisi kerja dan komunikasi antara pengusaha dan pekerja.

Lokakarya ini juga menandai peluncuran kampanye ILO-SCORE untuk mempromosikan pentingnya kerja sama antara pekerja dan manajemen sebagai upaya mencapai kesejahteraan bersama. Kampanye yang bertajuk Sukses Milik Bersama akan dilaksanakan di Jakarta dan Makassar dengan tujuan untuk meningkatkan praktik-praktik usaha serta kerjasama tim di tempat kerja.

ILO sangat mendukung upaya peningkatan daya saing dan keseluruhan kinerja UKM, terutama UKM di Makassar, dalam menghadapi tantangan ekonomi. Kampanye ini secara spesifik bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai keterpaduan antara kerja sama pengusaha dan pekerja dan produktivits. Kerja sama tidak membutuhkan biaya namun dapat memberikan keuntungan nyata terhadap perusahaan, seperti peningkatkan kualitas, produktivitas dan motivasi, serta penurunan angka kecelakaan kerja dan ketidakhadiran karena sakit. Ini merupakan pesan kunci yang diharapkan dapat diperoleh UKM dari kampanye ini, kata Michiko Miyamoto, Wakil Direktur ILO di Indonesia.

Dalam pelaksanaan kampanye ini, beragam bentuk alat komunikasi akan dipergunakan. Selain penyebarluasan poster, brosur, dan selebaran, acara bincang-bincang dan layanan masyarakat melalui radio juga akan dilakukan guna meningkatkan kesadaran semua pelaku UKM yang terlibat mengenai praktik-praktik kerja yang baik dan mudah diterapkan. Kampanye ini pun akan menggunakan media sosial yang interaktif melalui twitter dan facebook: @SCORE_Indonesia dan Score Indonesia. Media sosial akan menjadi sumber informasi dan forum interaktif bagi para pelaku UKM, baik pengusaha maupun pekerja, dalam mendapatkan informasi terkait dengan penerapan praktik kerja baik dan bertanggungjawab.

Praktik kerja yang baik dan bertanggungjawab yang dipromosikan dalam kampanye ini telah diadopsi oleh perusahaan-perusahaan internasional dan selama dua tahun terakhir ini telah diterapkan pada UKM di Indonesia dengan bantuan program ILO-SCORE.

Program ILO-SCORE didanai Sekretaris Negara untuk Bidang Ekonomi Swiss (SECO) dan Badan untuk Kerja Sama Pembangunan Nowergia (NORAD). Program ini juga didukung oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), konfederasi serikat pekerja nasional dan Yayasan Dharma Bhakti Astra. Indonesia terpilih sebagai salah satu dari tujuh negara yang melaksanakan program SCORE secara global, yaitu India, Cina, Afrika Selatan, Ghana, Vietnam dan Kolombia.

Produktivitas Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

By Budi Wahyono On 10:11 PM Produktivitas merupakan salah satu faktor penting dalam kesejahteraan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Produktivitas merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan suatu UKM dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Tingkat produktivitas yang dicapai UKM merupakan indikator seberapa efisien UKM tersebut dalam mengkombinasikan sumber daya ekonomisnya saat ini. Anis, Nandiroh, Supriyanto (2007) menyatakan bahwa Usaha peningkatan produktivitas harus direncanakan secara baik dan sistematis sehingga berhasil apabila diaplikasikan kedalam suatu perusahaan. Tahap pengukuran, evaluasi, perencanaan dan perbaikan harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik masing-masing perusahaan. Selanjutnya menurut Anis et.al pada umumnya terdapat 5 strategi yang dapat digunakan dalam menyusun usaha perbaikan produktivitas UKM, yaitu:1. Meningkatkan input dan output, dimana perubahan/peningkatan output > daripada input.2. Menurunkan input dan output, dimana perubahan/penurunan input > daripada output.3. Input tetap output meningkat.4. Input turun, output tetap.5. Input turun, output meningkat.Apabila usaha perbaikan produktivitas telah dilakukan, maka manfaat peningkatan produktivitas yang dapat diperoleh UKM yaitu:1. Peningkatan keuntungan bagi UKM.2. Peningkatan kualitas produk.3. Peningkatan upah kepada buruh.Produktivitas UKM melalui pemberian kredit untuk investasi dan modal kerja akan menjadi sia-sia bila produk yang dihasilkan tidak dipasarkan dengan benar, meskipun produk tersebut memiliki nilai jual dan kualitas yang tinggi. Pemasaran (Marketing) adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Ada empat komponen pemasaran yaitu:1. Product (produk)2. Price (harga)3. Place (tempat, termasuk juga distribusi)4. Promotion (promosi)Berdasarkan permasalahan di atas, dalam rangka memajukan usaha kecil yang memiliki daya saing yang kuat adalah dengan membangun strategi pemasaran yang baik dan tepat sasaran mengingat pemasaran merupakan upaya mengatur strategi dan cara agar konsumen mau mengeluarkan uang yang mereka miliki untuk menggunakan produk atau jasa yang dimiliki sebuah perusahaan, dalam hal ini adalah UKM. Strategi pemasaran berkaitan dengan bagaimana cara meyakinkan pembeli/pelanggan terhadap produk yang akan dijual. Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan sehingga dalam menjalankan usaha kecil diperlukan adanya pengembangan melalui strategi pemasarannya karena pada saat kondisi kritis justru usaha kecillah yang mampu memberikan pertumbuhan terhadap pendapatan masyarakat. Dengan demikian, tingkat produktivitas menjadi sebuah patokan dalam UKM agar kegiatan UKM berjalan lancar, tetapi hal itu juga perlu ditindaklanjuti dengan pemasaran karena strategi pemasaran yang baik menyebabkan posisi UKM menjadi kuat dalam kegiatan ekonomi nasional yang akhirnya membawa keuntungan bagi usaha tersebut sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi lebih terjamin karena mereka memiliki tingkat pendapatan yang layak.JAKARTA, KOMPAS.com - Produktivitas UMKM per unit usaha dan per tenaga kerja selama 2002-2008 dinilai belum menunjukkan perkembangan yang berarti. "Dari sisi produktivitas, atas dasar harga konstan tahun 2000, produktivitas UMKM per unit usaha selama periode 2002-2008 tidak menunjukkan perkembangan yang berarti," kata Menteri Koperasi dan UKM, Sjarifuddin Hasan, di Jakarta, Senin (19/7/2010). Ia menambahkan, secara merata, produktivitas usaha mikro dan kecil sebesar Rp 14,87 juta per unit usaha pertahun dan usaha menengah sebesar Rp 2,87 miliar. Sementara itu, produktivitas per unit usaha besar telah mencapai Rp 113,00 miliar. "Demikian pula dengan perkembangan produktivitas per tenaga kerja usaha mikro dan kecil serta usaha menengah juga belum menunjukkan perkembangan yang berarti," katanya. Angkanya masing-masing berkisar Rp 8,97 juta untuk usaha mikro dan kecil, serta Rp 68,39 juta untuk usaha menengah. Sedangkan produktivitas per tenaga kerja usaha besar telah mencapai Rp 240,25 juta. Menurut Menteri, kinerja seperti itu berkaitan erat dengan rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang bergerak di UMKM, khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, pengawasan teknologi dan pemasaran. "Di samping itu, juga erat kaitannya dengan rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM," katanya. Ia berpendapat, peningkatan produktivitas UMKM sangat diperlukan untuk mengatasi ketimpangan antarpelaku, antargolongan pendapatan, dan antardaerah, termasuk untuk penanggulangan kemiskinan, sekaligus mendorong peningkatan daya saing nasional. Di sisi lain, UMKM juga memiliki keterbatasan kemampuan untuk akses kepada sumberdaya produktif, terutama terhadap permodalan, teknologi, informasi dan pasar. "Dalam hal pendanaan, produk jasa lembaga keuangan sebagian besar masih berupa kredit modal kerja, sedangkan kredit investasi masih sangat terbatas. Bagi UMKM, keadaan ini sulit untuk meningkatkan kapasitas usaha ataupun mengembangkan produk-produk yang mampu bersaing di pasar," katanya. Pihaknya menyadari bahwa disamping persyaratan pinjamannya juga tidak mudah dipenuhi, seperti jumlah jaminan meskipun usahanya layak, maka dunia perbankan yang merupakan sumber pendanaan terbesar masih memandang UMKM sebagai kegiatan yang berisiko tinggi. Tercatat setiap tahun, untuk skala jumlah pinjaman dari perbankan sampai dengan maksimal Rp5 0 juta, terserap hanya sekitar 24 persen ke sektor produktif, selebihnya terserap ke sektor konsumtif. "Bersamaan dengan itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi dan pasar masih jauh dari memadai dan relatif memerlukan biaya yang besar untuk dikelola secara mandiri oleh UMKM," katanya. Sementara ketersediaan lembaga yang menyediakan jasa di bidang tersebut juga sangat terbatas dan tidak merata ke seluruh daerah. Itu masih ditambah dengan masih rendahnya peran masyarakat dan dunia usaha dalam pelayanan kepada UMKM, karena pelayanan kepada UMKM masih dipandang kurang menguntungkan. Oleh karena itu, pihaknya berupaya meningkatkan daya saing pelaku UMKM di Tanah Air. "Sebab siapapun yang mampu bersaing, tanpa kecuali bagi UMKM, dialah yang akan memenangkan persaingan itu," katanya. Peningkatan daya saing itu dilakukan baik dalam hal pemberian pelatihan dan keterampilan kerja, standar kompetensi kewirausahaan, hingga penguatan permodalan.

Produk UKM Rentan Dipalsukan

Bandung, (PR).- 23/04/2011Produk usaha kecil menengah (UKM) rentan dipalsukan dan dikemas ulang. Salah satu penyebabnya, kesadaran UKM untuk mengurus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang terhitung sangat rendah. Selain persoalan biaya yang terhitung mahal, bantuan untuk mengurus HAKI dari pemerintah pun terhitung minim.Karena tidak adanya HAKI, produk UKM sangat rentan dipalsukan atau dikemas ulang menggunakan label lain. Ini sangat merugikan pelaku UKM kita, ujar Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM) Provinsi Jawa Barat Wawan Hernawan, di Bandung, akhir pekan lalu.Keuntungan nilai tambah yang seharusnya diterima UKM, lanjut Wawan, justru dinikmati pihak ketiga yang tidak jarang hanya tinggal memberikan label, merk, dan kemasan. Kondisi itu bukan hanya terjadi pada UKM jenis makanan, obat, dan kosmetik, tetapi juga pakaian, elektronik, resep makanan dan aksesori.Bahkan, menurut dia, tidak sedikit UKM yang menjual produknya dengan label kosong untuk kemudian dikemas dan diberi label oleh buyer yang tidak jarang berasal dari luar negeri. Pihak ketiga itu yang akan menikmati keuntungan karena setelah dikemas ulang, produk tersebut bisa dijual dengan harga yang labih mahak, ujarnya.Praktik tersebut, lanjut Wawan, juga perlu diwaspadai untuk produk UKM yang dijual di Pasar Baru Trade Centre. Seperti diberitakan PR sebelumnya, pembeli asal Malaysia memberikan kontribusi 30-40 persen omzet Pasar Baru. Paling sedikit mereka membeli enam potong pakaian untuk diboyong ke negaranya.Wawan menilai, tidak tertutup kemungkinan para pembeli dari Malaysia itu mengemas ulang produk yang dibeli di Pasar Baru dan menjualnya kembali di Negara mereka dengan harga yang lebih mahal. bahkan bukan tidak mungkin produk yang sudah dikemas ulang itu diekspor kembali ke Batam.Baru-baru ini salah satu resep sambal khas Jawa Barat, yaitu sambal bajak, juga telah didaftarkan seorang pengusaha asal Belanda di Australia. Kalau sampai resep itu di klaim Negara lain, kita juga yang rugi, tuturnya.Menurut Wawan, tidak sedikit produk yang harus dilindungi, termasuk salah satunya adalah ubi cilembu. Apalagi, produk tersebut hanya ada di Garut dan Sumedang. Jangan samapi ini juga diklaim Negara lain, ujarnya.Diakui Wawan masalah HAKI bukan hanya tanggung jawab UKM, melainkan perlu peran aktif pemerintah, hingga ke tingkat kabupaten/kota. Bahkan, menurut dia, seharusnya pemerintah kabupaten/kota melakukan langkah jemput bola mengingat sebagian besar UKM belum memahami arti penting HAKI.Pengetahuan UKM tentang pentingnya HAKI masih minim, kata Wawan. Menurut dia, hal itu tidak terlepas dari tingkat pendidikan sebagian pelaku UKM yang terhitung masih rendah. Disinilah pentingnya peran pemerintah. Jangan sampai karena alas an tidak ada anggaran, bantuan HAKI dihentikan,ucapnya.

muqtafiah (writter, sosiolog, motivator)

Universitas JemberSabtu, 08 Maret 2014

Upaya Pemerintah dalam Mengoptimalkan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Bab 1 Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, setiap negara pasti mempunyai permasalahan, tak terkecuali permasalahan ekonomi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau yang biasa di singkat UMKM memiliki posisi penting dalam membangun perekonomian negara, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat daerah, tetapi juga dapat menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Contoh dari UMKM adalah pedagang kaki lima, keberadaan PKL dapat memberikan sumbangan besar bagi perekonomian negara kita, karna dengan adanya PKL dapat membantu mengurangi kemiskinan, keberdaan PKL sendiri adalah wujud kemandirian masyarakat dimana mayarakat hendak bangkit dari keterbelitan ekonomi dan mencoba berwirausaha, namun pada kenyataanya keberadaan PKL seringkali di jadikan sumber masalah, seperti biang kemcetan jalan, atau simbol semrautan kota, pemerintah seharusnya menyediakan lahan yang layak bagi para pedagang kaki lima agar pedagang kaki lima tersebut mendaptkan legalitas formalnya, maka untuk itu pemerintah di harapkan tidak hanya meprioritaskan pengembangan UMKM, tapi juga pengoptimalannya, agar tidak ada kerugian yang di tanggung oleh satu pihak saja.

Pengembangan UMKM perlu optimalkan karna keberadaan UMKM memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi negara kita, UMKM juga dapat mengurangi angka pengangguran yang ada di indonesia. Maka dari itu, pemerintah dalam upaya mengembangkan UMKM harus di jalankan dengan benar, agar tidak ada ketimpangan atau kerugian yang di alami oleh pihak tertentu, pemerintah juga harus mempertimbangkan petahanan bagi usaha kecil, mikro dan menengah, pemerintah harus mengoptimlkan UMKM pemerintah tidak hanya menyediakan kredit usaha rakyat atau yang biasa di singkat KUR, tapi juga mempertimbangkan kelangsungan dan keamanan usaha, selama ini pertimbangan dan keamana usaha yang di lakukan pemerintah terbilang lemah, contohnya sulitnya pkl mendapatkan legalitas formalnya. Pengembangan usaha mikro kecil dan menengah keseluruhan yakni dengan cara memberi dukungan positif dan nyata terhadap pengembangan sumber daya manusia seperti pelatihan kewirausahaan, teknologi, informasi, akses pendanaan serta pemasaran, Perluasan pasar ekspor, hal ini semua merupakan indikator keberhasilan membangun iklim usaha yang berbasis kerakyatan. 1.2 Rumusan Masalaha1. Apa pengertian UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) ?

b2. Apa saja kriteria dan klasifikasi UMKM ?

c.3 Bagaimana upaya pemerintah dalam mengembangkan UMKM

d4. Apa saja permasalahan dan kendala dalam mengembangkan UMKM?

e5. Bagaimana upaya pemerintah dalam mengoptimalkan pengembangan UMKM?

1.3 Tujuan

1a) Agar mahasiswa mengetahui pengertian UMKM

bb) Agar mahasiswa mengetahui criteria dan klasifikasi UMKM

cc) Agar mahasiswa mengetahui bagaimana proses yang di lakukan pemerintah dalam pengembangan UMKM

dd) Agar mahasiswa mengetahui permasalan dan kendala dalam mengembangkan UMKM

ef) Agar mahasiswa mengetahui bagaimana upaya yang harus di lakukan pemerintah dalam mengoptimalkan pengembangan UMKM

1.4 Manfaat

Manfaat dari makalah ini, di harapkan kita bisa lebih memahami tentang usaha mikro, kecil dan menengah, mendukung upaya pemerintah dalam pengembangan UMKM, dan juga mampu ikut serta dalam megoptimalkan pengembangan UMKM.Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian UMKM

UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. UMKM di atur berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Berikut ini adalakah pengertian UMKM berdasarkan UU 20/2008

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha milik peroranganyang memenuhi criteria Usaha mikro sebagaimana di atur dalam Undang-Undang.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang di lakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, di kuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria Usaha Kecil sebagaimana di maksud dalam undang-undang.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang di lakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana di atur dalam undang-undang.

2.2 Kriteria dan Klasifikasi UMKM

No.Uraian Kriteria

AssetOmzet

1Usaha MirkoMaks. 50 JutaMaks. 300 Juta

2Usaha Kecil > 50 Juta 500 Juta > 300 Juta 2,5 Miliar

3Usaha Menengah> 500 Juta 10 Miliar> 2,5 Miliar 50 Miliar

Dari tabel di atas di sebutkan bahwa untuk usaha mikro asset nya mencapai maksimal 50 juta dan omsetnya maksimal 300 juta, sedangkan untuk usaha kecil assetnya mencapai lebih dari 50 juta-500 juta sedangkan omsetnya mencapai lebih dari 300 juta-2,5 milliar, sedangkan untuk usaha menengah baik asset maupun omsetnya lebih besar dari usaha mikro dan kecil, yakni assetnya mencapia lebih dari 500 juta-10 miliar dan omsetnya mencapai lebih dari 2,5 miliar-50 miliar. Klasifikasi UMKM adalah:

Livelihood Activities: merupakan UMK yang di gunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah yang lebih umum di kenal sebagai sektor informal. Contohnya seperti PKL atau pedagang kaki lima.

Micro Enterprise: merupakan UMK yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

Small Dynamic Enterprise: merupakan UMK yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

Fast Moving Enterprise: merupakan UMK yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan tranformasi menjadi Usaha Besar.

2.3 Pengembangan usaha kecil, mikro dan menegah

selama ini Negara kita selalu di pusingkan dengan permasalahan kemiskinan dan pengangguran, keberadaan UMKM seperti menjadi angin segar bagi Indonesia, dimana UMKM dapat membantu mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran yang ada, masyarakat di latih untuk bangkit dari lilitan permasalahan ekonominya, dan di ajarkan untuk menjadi masyarakat yang mandiri, maka dari itu pengembangan UMKM sangat di butuhkan adanya, pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan upaya strategis dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat karena UMKM merupakan bagian terbesar dari aktivitas masyarakat Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan jumlah UMKM pada tahun 2008 mencapai 51,3 juta unit usaha atau 99,9 persen dari jumlah unit usaha di Indonesia. Sementara itu, jumlah tenaga kerjanya yang terlibat mencapai 90,9 juta orang atau 97,0 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia. Untuk itu karna UMKM memberikan kontribusi besar pada pembangunan ekonomi kita, maka pemerintah harus mengoptimalkan pengembangan UMKM. Untuk mengembangkan UMKM perlu adanya pemberdayaan masyarakat menurut priyono (2004), pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial bangsa kita. Pemberdayaan masyarakat memang merupakan tanggung jawab pemerintah, tapi juga merupakan tanggung jawab masyarakatnya, karna masyarakat juga menentukan pada keberhasilan pemberdayaan tersebut. Upaya memberdayakan masyarakat dapat di lihat dari tiga sisi:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembanng atau enabling. Setiap masyarakat mempunyai potensi tertentu, agar potensi tersebut dapat memberikan kontribusi besar, maka potensi tersebut harus di kembangkan. Hal ini bisa di contohkan dengan adanya home industry seperti pembuatan tas dari plastic makanan yang tidak terpakai.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Upaya yang kedua ini tidak jauh berbeda dengan upaya yang pertama, hanya saja upaya pemberdayaan yang dua ini adalah memperkuat dimana setelah potensi tersebut di kembangkan, maka potensi tersebut harus di pertahankan agar tetap memberikan damapak positif, dan potensi tersebut di perkuat lagi.

3. Memberdayakan berarti melindungi, dalam proses pemberdayaan perlu adanya perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah, agar pemberdayaan tersebut bisa bekerja dengan maksimal. Melindungi bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, melindungi harus di light sebagi upaya untuk menjegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang. Sejatinya, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang di milikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian negara kita, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi tingkat kemiskinan serta pengangguran yang ada. Dengan demikian upaya pemberdayaan UMKM harus terencana sistematis dan menyeluruh. Selain pemberdayaan masyarakat, maka perlu juga pemberdayaan lembaga. Pemberdayaan UMKM meliputi:

Penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan ber-usaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi.

Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan yang terbuka dan potensi sumber daya terutama sumber lokal yang tersedia

Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah (UMK)

Pemberdayaan usaha mikro untuk meningkatkan pendapatan msyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala mikro, terutama yang masih berstatus miskin.

2.4 Permasalahan dan Kendala pengembangan UMKM

Perkembangan UMKM yang terbilang baik dari segi kuantitas belum di imbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan yang di hadapi seperti:

o Rendahnya produktifitas, keadaan ini di sebabkan oleh permasalahan internal yang di hadapi UMKM yaitu rendahnya kualitas sumberdaya manusia nya.

o Terbatasnya akses terhadap permodalan, informasi, teknologi dan pasar. Terbatasnya UMKM terhadap beberapa akses tersebut terutama teknologi menjadikan UMKM sulit untuk berkembang.

o Besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan kelangkaan bahan baku. Biaya transaksi ini memang menjadi hal yang subtsansi bagi kelangsungan UMKM, sehingga jika biaya transaksi mahal, maka merupakan permasalahan serius bagi keberadaan UMKM.

o Perolehan legalitas formal, legalitas formal selama ini menjadi permasalahan tetap bagi keberadaan UMKM, dimana untuk mendapatkan legalitas formal itu sangatlah sulit, kita contohkan saja dengan PKL, pedagang kaki lima yang bekerja di sektor informal ini seringkali kesulitan untuk mendapatkan legalitas formalnya di karenakan PKL selalu di kaitkan dengan dengan masalah-masalah yang di timbulkannya seperti, mengganggu pengguna jalan, penyebab kemacetan dan lain sebagainya.

Sedangkan tantangan yang harus di hadapi UMKM adalah pesatnya perkembangan globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan yang bersamaan dengan cepatnya tingkat kemajuan teknologi. Adanya globalisasi yang semakin meliberalkan perdagangan, menjadi tantangan berat bagi UMKM dimana UMKM harus mampu bersaing dengan usaha-usaha besar dari luar, cohtohnya saja home industri, batik, batik kini mulai banyak di produksi oleh Negara asing seperti china tailand dan Malaysia, batik Indonesia di harapkan mampu bersaing dengan industri pembuat batik dari Negara lain dengan tetap menunjukkan ciri khas keindonesiaannya. UMKM harus mampu bertahan di tengah maraknya liberalisasi ekonomi, karna UMKM dapat memberikan kontribusi besar bagi perekonomian bangsa kita, maka untuk itu UMKM di harapkan untuk tetap bisa bertahan, selain itu UMKM dapat menjadi tameng di tengah krisis ekonomi yang melanda Negara kita.

2.5 Upaya pemerintah dalam mengoptimalkan pengembangan UMKM

Pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia terbilang cukup baik, namun bukan berarti UMKM lepas dari masalah dan kendala. Pengoptimalan UMKM ini menjadi penting ketika isu pasar mulai beredar, dimana keberadaan UMKM harus mampu menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, namun pengoptimalan ini harus dilakukan secara efektif dan efesien dimana tidak ada kerugian yan di derita oleh pihak tertentu, pengoptimalan ini untuk mengecilkan angka permasalah yang ada di UMKM, maka dari itu pengoptimalan ini harus di lakukan dengan langkah yang sistematis dan serempak baik oleh pemerintah maupun oleh wirausaha nya sendiri, sehingga tidak ada kerugian yang di tanggung oleh satu pihak saja. Jika kita hanya mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah, maka hal ini menjadi chaos ketika permasalahan mulai muncul dalam proses pengenmbangan tersebut, sebut saja aspek perlindungan dan pertahanan bagi wirausaha nya, atau bisa di contohkan dengan pedagang kaki lima, perlindungan terhadap pedagang kaki lima ini terbilang lemah, pemerintah belum memberikan lahan yang layak bagi pedagang kaki lima, sehingga pedagang kaki lima seringkali di jadikan alasan kemacetan jalan, atau serabutan kota, pemerintah hanya memberikan peminjaman dana untuk modal usahanya, tanpa memperhitungkan aspek perlindungan dan pertahanan bagi si wirausaha. Padahal sebenarnya pedagang kaki lima merupakan cerminan dari masyarakat mandiri, yang mencoba mengangkat perekonomiannya ke arah yang lebih baik, namun tekad pedagang kaki lima ini harus berlawanan dengan ketakutannya ketika sewaktu-waktu mendapatkan gusuran dari pemerintah.

Pemerintah harus mampu mengoptimalkan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah, agar angka permasalahan dalam proses pengembangan menJadi kecil dan mudah di atasi, serta agar tidak menimbulkan kerugian oleh salah satu pihak, sejatinya pengoptimalan ini untuk menjawab permasalahn yang ada di UMKM langkah pengoptimalan yang harus di lakukan pemerintah adalah:

Memaksimalkan potensi yang ada dalam masyarakat, sehingga produktivtas dapat meningkat, hal ini bisa di lakukan pemerintah dengan memberikan pelatihan terhadap wirausahawannya.

Memudahkan akses terhadap pasar, sehingga UMKM dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, Oleh karena itulah, mulai saat ini baik pemerintah maupun UMKM harus mulai berbenah guna menghadapi perilaku pasar yang semakin terbuka di masa mendatang. Bekerjasama dengan bank baik negeri maupun swasta, hal ini dapat menjadi jalan keluar ketika biaya transaksi mulai tinggi. Peningkatan kontribusi pembiayaan perbankan kepada UMKM memerlukan sinergi yang terarah dengan mengoptimalkan sumberdaya dari masyarakat atau wirausaha nya. Kemudahan dalam mendapatkan legalitas formal, pemerintah di harapkan tidak hanya memberikan peminjaman modal begitu saja, tanpa memperhitungkan kelangsungan pertahanan wirausaha, namun juga memberikan legalitas terhadap usaha masyarakat, contoh PKL di berikan lahan untuk usahanya, karna ketika PKL berada di tempat yang layak barulah PKL tersebut dapat di katakana memperoleh legalitas formalnya. Penjaminan terhadap perlindungan dan kelangsungan usaha Memanfaatkan teknologi untuk pengembangan UMKM. Di era ini teknologi semakin berkembang pesat, pengembanngan UMKM dengan menggunakan teknologi di harapkan menguntungkan bagi UMKM karna bisa memperluas pasarAdanya liberarisasi ekonomi menjadi tantangan serius bagi kelangsungan UMKM, dimana usaha mikro kecil dan menengah harus mampu bersaing dengan pelaku usaha dari luar negeri. Peranan pemerintah tentu menjadi penting terutama untuk mengantarkan mereka agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya. Beberapa upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk memperkuat daya saing UMKM menghadapi pasar global adalah: 1. Meningkatkan kualitas dan standar produk, Guna dapat memanfaatkan peluang dan potensi pasar di kawasan asia tenggara dan pasar global, maka produk yang dihasilkan UMKM haruslah memenuhi kualitas dan standar yang sesuai dengan kesepakatan asia tenggara dan negara tujuan. 2. Meningkatkan akses finansial; seperti terhadap aspek formalitas, karena banyak UMKM yang tidak memiliki legal status, aspek skala usaha, dimana sering sekali skema kredit yang disiapkan perbankan tidaksejalan dengan skala usaha UMKM, dan aspek informasi, dimana perbankan tidak tahu UMKM mana yang harus dibiayai, sementara itu UMKM juga tidak tahu skema pembiayaan apa yang tersedia di perbankan. Oleh karena itu, maka ketiga aspek ini harus diatasi, diantaranya dengan peningkatan kemampuan bagi SDM yang dimiliki UMKM, perbankan, serta pendamping UMKM.

3. Meningkatkan kualitas SDM dan jiwa kewirausahaan UMKM; Secara umum kualitas SDM pelaku UKM di Indonesia masih rendah. Terlebih lagi spirit kewirausahaannya. Pemerintah harus melakukan langkah kongkrit, seperti penyusunan grand strategy pengembangan kewirausahaan dan pelaksanaan dilapangan yang dilakukan dalam kaitannya dan bertanggung jawab. Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah perlunya dukungan modal awal terutama bagi wirausaha pemula.4. Memfasilitasi UKM berkaitan akses informasi dan promosi di luar negeri; Bagian terpenting dari proses produksi adalah masalah pasar. Oleh karena itu maka pemberian informasi dan promosi produk-produk UMKM, khususnya untuk memperkenalkan di pasar asia tenggara harus ditingkatkan lagi. Promosi produk, bisa dilakukan melalui dunia maya atau mengikuti kegiatan-kegiatan pameran di luar negeri. Bab III Penutup3.1 Kesimpulan

UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. UMKM di atur berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Berikut ini adalakah pengertian UMKM berdasarkan UU 20/2008

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha milik peroranganyang memenuhi criteria Usaha mikro sebagaimana di atur dalam Undang-Undang.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang di lakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, di kuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria Usaha Kecil sebagaimana di maksud dalam undang-undang.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang di lakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana di atur dalam undang-undang.

Keberadaan UMKM dapat membantu ketahanan ekonomi bangsa kita maka dari itu, pemerintah harus mengoptimalkan pengembangan UMKM. Langkah pengoptimalan yang harus di lakukan pemerintah adalah:

Memaksimalkan potensi yang ada dalam masyarakat.

Memudahkan akses terhadap pasar.

Bekerjasama dengan bank baik negeri maupun swasta. Kemudahan dalam mendapatkan legalitas formal. Penjaminan terhadap perlindungan dan kelangsungan usaha Memanfaatkan teknologi untuk pengembangan UMKM.Di era modern ini liberalisasi perdagangan mulai memasuki pasar Indonesia, tugas UMKM menadi lebih sulit, UMKM harus mampu bersaing dengan usaha luar negri. Beberapa upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk memperkuat daya saing UMKM menghadapi pasar global adalah: 5. Meningkatkan kualitas dan standar produk6. Meningkatkan akses finansial 7. Meningkatkan kualitas SDM dan jiwa kewirausahaan UMKM8. Memfasilitasi UKM berkaitan akses informasi dan promosi di luar negeri 3.2 Kritik

Pemerintah seharusnya lebih tanggap terhadap permasalahan yang ada dalam UMKM seperti sulitnya menerima legalitas formal, karna legalitas formal menentukan kelangsungan usaha mikro, kecil dan menengah, terlebh usaha mikro seperti PKL.

3.3 Saran

Pemerintah di harapakan tidak hanya menyediakan modal untuk usaha masyarakat, melainkan juga memudahkan dalam mendapatkan legalitas formal, seperti pemerintah menyediakan lahan untuk para PKL, karna legalias formal menentukan kelangsungan pedagang kaki lima, terlebih lagi pedagang kaki lima kebanyakan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah yang menggantungkan sebagian hidupnya pada usaha yang di jalankan.

Daftar PustakaRadhi, fahmi.2008.Kebijakan Ekonomi Pro rakyat.Jakarta.Republika

Bappenas.2006.Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan mengenah. www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8163/1665Diposkan oleh muqtafiah itha di 00.21

Kirimkan Ini lewat Email

HYPERLINK "https://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8706910734572117853&postID=2207264376501395907&target=blog" \o "BlogThis!" \t "_blank" BlogThis!

HYPERLINK "https://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8706910734572117853&postID=2207264376501395907&target=twitter" \o "Berbagi ke Twitter" \t "_blank" Berbagi ke Twitter

HYPERLINK "https://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8706910734572117853&postID=2207264376501395907&target=facebook" \o "Berbagi ke Facebook" \t "_blank" Berbagi ke Facebook

HYPERLINK "https://www.blogger.com/share-post.g?blogID=8706910734572117853&postID=2207264376501395907&target=pinterest" \o "Bagikan ke Pinterest" \t "_blank" Bagikan ke PinterestTidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

apakah blog ini membantu anda?

Wikipedia

Top of Form

HTMLCONTROL Forms.HTML:Text.1

Bottom of Form

Top of Form

Bottom of Form

Arsip Blog

September (1)

Mei (1)

Maret (3)

Mei (2)

April (1)

Maret (1)

Fish

terima kasih telah bertamu ke blog saya

muqtafiah itha Lihat profil lengkapku

Template Travel. Gambar template oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.

Desa Binaan Bank BPD DIYOleh : Dedi EdwinBank BPD DIY, siapa yang tidak tahu ? tentunya bank ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang tepat berada di Provinsi DIY. Sudah begitu banyak peran Bank ini dalam pembangunan perekonomian Masyarakat Jogja. Dan salah satunya adalah dukungan terhadap UMKM, namun demikian BPD DIY ini juga perlu memperhatikan apa saja yang masih di butuhkan oleh masyarakat.Sesuai dengan misi dari bank BPD DIY yaitu Bank BPD DIY sebagai Bank Umum, bertujuan memperoleh laba yang wajar melalui penyediaan jasa-jasa perbankan yang dibutuhkan masyarakat khususnya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama kredit skala kecil dan menengah serta mendorong pemberdayaan ekonomi daerah dalam upaya memberikan kontribusi yang nyata terhadap pendapatan daerah.

Dari misi yang dibuat oleh bank BPD DIY ini sudah jelas bukan, bahwa bank BPD DIY siap untuk membantu mensejahterakan kehidupan masyarakat jogja tentunya. Oleh karena itu bukan sebuah tuntutan jika perlu di adakannya desa binaan yang dikhusus kan dari Bank BPD secara Langsung.Dalam tatanan kehidupan masyarakat biasanya akan sangat senang jika di berikan sebuah pekerjaan, akan tetapi dalam kenyataan nya masyarakat bingung harus memulai pekerjaan dari mana, sedangkan mereka tidak mempunyai keahlian di bidang apapun. Selain itu juga kendala yang dihadapi masyarakat masalah permodalan, sehingga wujud kepedulian yang perlu di siapkan salah satunya adalah pembinaan dan permodalan untuk masyarakat.Pemodalan untuk masyarakat tersebut bertujuan untuk membentuk sebuah UKM dan atau diharapkan juga dapat menjadi Usaha Mikro, mengapa UMKM ini menjadi begitu penting ? karena UMKM biasanya tidak terkena dampak krisis Global.BPD mengadakan Pembinaan dan Pembangunan UMKMKebanyakan masyarakat bekerja dan menghasilkan produk hanya sebatas pemenuhan kebutuhan hidupnya saja, dengan kata lain hanya ingin mendapatkan uang. Sangat disayangkan apabila mereka tidak mementingkan kualitas, padahal dengan meningkatkan kualitas akan meningkatkan nilai jual sehingga penghasilan mereka bertambah.

Pertanyaan yang muncul, apakah mereka tidak tahu bagaimana meningkatkan kualitas produksinya atau tidak mau tahu akan hal itu ?

Kedua kemungkinan itu bisa saja terjadi. Namun jika kemungkinan pertama yang terjadi, ini adalah peran kita untuk membantu mereka. Membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya, nilai jual dan kelancaran kegiatan produksi mereka.

Oleh sebab itu, penulis menyarankan kepada bank BPD DIY agar berperan dalam melakukan pembinaan terhadap masyarakat. Program ini merupakan wujud kepedulian bank BPD DIY terhadap perkembangan UMKM dalam membantu perindustrian Negara, khususnya daerah DIY. Dalam hal ini BPD DIY melakukan pembinaan terhadap masyarakat agar terciptanya UMKM. Langkah ini diambil agar masyarakat sadar bahwa pentingnya UMKM sebagai tulang punggung kestabilan keuangan negara. Selain itu juga langkah ini dapat maju dan berkembang karena masyarakat terus mendapatkan ilmu dan pencerahan dari pihak bpd yang menjadi penyalur Pembina untuk UMKM secara periodik. Misalnya pihak bpd menyalurkan Pembina dari ATK untuk membina ukm kulit di manding.

Ada beberapa cara yang harus ditempuh bank BPD DIY dalam melakukan pembinaan UMKM, di antaranya :

Pertama, bank BPD DIY melakukan survey terlebih dahulu untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam UMKM tersebut, karena masalah yang terjadi UMKM tidak hanya satu atau dua masalah, melainkan banyak masalah yang harus kita selesaikan dalam rangka meningkatkan perindustrian. Setelah mengetahui kendala mereka, maka bpd harus sigap kepada siapa harus meminta pertolongan untuk melakukan pembinaan menyelesaikan masalah tersebut.

Biasanya masalah yang paling umum dikalangan UMKM adalah pemodalan serta kurangnya ilmu penegtahuan serta sumber daya yang handal, sehingga UMKM tersebut susah untuk maju. Karena tidak hanya uang saja yang dibutuhkan dalam sebuah industri akan tetapi juga sumber daya yang mempunyai keahlian dibidangnya, seperti bidang manajemen pemasaran, manajemen produksi, serta manajemen industri secara umum. Dan salah satu solusinya adalah adanya pembinaan serta pemodalan yang mumpuni. Sudah selayaknya Bank BPD DIY mengambil alih hal ini, sesuai dengan tujuan pembangunannya.Kedua, jika masalah berkaitan dengan kualitas dan kuantitas produksi maka langkah yang harus ditempuh dalam menyelesaikannya yaitu dengan meminta bantuan kepada orang yang mengetahui tentang teknik industry.

Ketiga, jika masalah yang ada dalam UMKM tersebut tentang permodalan dan keuangan, dan manajemen yang kurang baik dalam industry mereka, maka minta bantuan kepada orang yang mengetahui tentang manajemen industry.

Langkah-langkah di atas di ambil agar pembinaan terhadap UMKM tersebut benar-benar maksimal karena dibina langsung dengan orang-orang yang ahli di bidangnya. Dan dalam pelaksanaan program ini harus dikontrol juga perkembangannya untuk menjadi evaluasi kedepannya. Agar pihak bpd mengetahui apakah langkah ini dilanjutkan atau tidak, dan mengetahui teknik periodic yang diambil.

Dengan adanya program ini diharapkan branding bpd di mata UMKM semakin baik dan mendapat kepercayaan penuh, sehingga feed back yang diharapkan bpd juga tercapai. Masyarakat percaya bahwa bpd adalah solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan dalam segala hal, terutama dalam membantu permodalan dan akhirnya banyak nasabah yang melakukan transaksi kepada BPD DIY.

Mungkin dalam hal ini penulis ingin menegaskan apa saja yang di sampaikan diatas, yaitu perlunya diadakan desa binaan yang memang dari Nol oleh Bank BPD DIY, Perlunya Pemodalan yang sesuai dengan keinginan Masyarakat. Adapun keuntungan yang di dapatkan oleh bank BPD DIY dalam hal ini, tentu saja banyak sekali yang di dapatkan, seperti :Berkurangnya PengangguranDengan adanya desa binaan atau penciptaan UMKM di masyarakat, otomatis Bank BPD DIY sudah berperan aktif dalam mengurangi pengangguran di daerah DIY. Karena di lapangan masih banyak pengangguran-pengangguran yang tidak bekerja sama sekali atau sudah bekerja namun belum memenuhi kebutuhan keluarga.Mengurangi Resiko KejahatanMasyarakat DIY sudah dikenal dengan keramahannya, tapi bukan berarti tidak akan melakukan kejahatan. Kejahatan itu akan dilakukan ketika ada kesempatan, sehingga ketika diadakannya Binaan atau pembangunan UMKM maka masyarakat tidak punya kesempatan untuk melakukan aksi kejahatan. Kejahatan juga bisa timbul karena adanya pengangguran. Sehingga point kedua ini masih berkaitan dengan point pertama.Image/Branding BPD Semakin berkembangBiasanya wisatawan asing begitu menyukai kerajinan-kerajina atau produk UMKM dan biasanya mereka penasaran dengan produk tersebut. Mulai dari cara pembuatannya ? dimana tempat sentranya ? , dari sini bisa dijadikan sebagai kesempatan oleh Bank BPD DIY untuk mengambil alih promosi. Jadi bukan hanya masyrakat jogja saja yang mengetahui adanya bank BPD DIY akan tetapi juga bisa dari wisatawan asing dan domestik. Bagaimana cara agar Bank BPD DIY mendapatkan Nama dari promosi ini kewisatawan asing ? ini hal yang mudah jika dilakukan. UMKM ini adalah Binaan dari Bank BPD DIY sehingga sangat mudah sekali jika Bank BPD DIY memasukan Logo nya di bagian kemasan atau di desa tersebut seiap rumah di tempel logo Bank BPD DIY.Menambah Pendapatan Bank BPD DIYDesa binaan ini tidak semata-mata hanya memberikan modal, pelatihan serta memperkenalkan branding dari Bank BPD DIY, namun juga dapat menambah pendapatan dari bank BPD DIY itu sendiri.Dari keuntungan-keuntungan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak hanya masayrakat saja yang diuntungkan akan tetapi juga Bank BPD DIY juga ikut di untungkan. Oleh karena itu kesempatan seperti ini lah yang perlu di jalankan.PENGEMBANGAN USAHA MICRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI KEKUATAN STRATEGIS DALAM MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DAERAHOleh: Abdullah Abidin, S.E.

Penulis adalah : Dosen STIE Nobel Indonesia Makassar

Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas HasanuddinEXECUTIVE SUMMARY

Makalah ini membahas tentang pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai kekuatan strategis dalam mempercepat pembangunan daerah. Dalam hubungan ini khususnya sektor usaha mikro memang menduduki posisi strategis dalam pembangunan sebagai safety belt, karena pertumbuhan UMKM setiap tahunnya semakin meningkat.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki posisi penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu upaya untuk menumbuhkan iklim kondusif bagi perkembangan UMKM dalam mempercepat pembangunan daerah.

Menempatkan usaha mikro kecil dan menengah sebagai sasaran utama pembangunan harus dilandasi komitmen dan koordinasi yang baik antara pemerintah, pembisnis dan lembaga non bisnis serta masyarakat setempat dengan menerapkan strategi Agresif yang berbasis pada ekonomi jaringan (Kemitraan); Pengembangan usaha mikro kecil dan menengah keseluruhan dengan cara memberi dukungan positif dan nyata terhadap pengembangan sumber daya manusia (pelatihan kewirausahaan), teknologi, informasi, akses pendanaan serta pemasaran, Perluasan pasar ekspor, merupakan indikator keberhasilan membangun iklim usaha yang berbasis kerakyatan.

Kata kunci: Small Businees, middle Businees, medium Businees, Financial, Government, Strategy, Human Reseurcess, Network, Promotion, Market.Pendahuluan

Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) harus diakui sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan daerah, oleh karena pertumbuhan Usaha Mikro kecil dan Menengah setiap tahun mengalami peningkatan, dimana jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 48,9 Juta unit, dan terbukti memberikan kontribusi 53,28% terhadap PDB (Pendapatan Domestik Bruto) dan 96,18% terhadap penyerapan tenaga kerja. Selain itu, selama 2005-2008, laju pertumbuhan PDB UMKM dengan minyak dan gas (Migas) dan tanpa migas ternyata tidak berbeda jauh, hanya pada PDB tanpa migas agak tertarik ke atas..

Sepanjang 2005-2008 kumulatif pertumbuhan PDB migas UMKM masing-masing: 5,61%; 5,52%; 5,97%; dan 5,40%, sedangkan pertumbuhan tanpa migas masing-masing: 5,62%; 5,55%; 5,99%; dan 5,41%. Bandingkan dengan pertumbuhan PDB usaha besar, dengan migas masing-masing: 3,77%; 4,42%; 5,32% dan 5,60% sedangkan tanpa migas masing-masing: 5,81%; 6,64%; 7,49%; dan 7,17%.

Data pertumbuhan PDB selama 4 (empat) tahun itu, tampak bahwa dengan migas laju pertumbuhan UMKM lebih baik daripada laju pertumbuhan usaha besar, walaupun pertumbuhan PDB usaha besar cenderung meningkat terus setiap tahunnya. Bila dicermati dari laju pertumbuhan PDB tanpa migas, pertumbuhan PDB usaha besar lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB UMKM. Ini menunjukkan pertumbuhan PDB migas yang umumnya dikelola oleh usaha besar mengalami penurunan setiap tahunnya.

Dari data tersebut di atas, berarti kita tidak boleh mengabaikan keberadaan UMKM yang strategis baik secara nasional maupun di daerah. UMKM memiliki posisi penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah kesenjangan sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu upaya untuk menumbuhkan iklim kondusif bagi perkembangan UMKM dalam mempercepat pembangunan daerah.

Kriteria Usaha Mikro Kecil Dan Menengah.

Konsep Usaha Kecil itu sendiri sesungguhnya, dari 48,9 juta usaha kecil di Indonesia, hanya 1 juta unit lebih yang benar-benar dapat di sebut sebagai pengusaha kecil. Koperasi pun hanya 80 ribu lebih, lebih dari 47,50 juta pengusaha sesungguhnya dikategorikan sebagai usaha mikro. Dengan demikian, bila kita berbicara tentang UMKM perlu di ingat bahwa sebetulnya kebanyakan usaha yang kita bahas itu bersifat sangat kecil. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan mengenai kriteria pengusaha kecil baik yang ada dikalangan perbankan, lembaga terkait, biro statistik (BPS), maupun menurut kamar dagang dan industri Indonesia (KADIN). Perbedaan kriteria tersebut adalah Bank Indonesia. Suatu perusahaan atau perorangan yang mempunyai total assets maksimal Rp. 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati. Untuk Departemen Perindustrian kriteria usaha kecil sama dengan Bank Indonesia. Biro Pusat Statistik (BPS); Usaha rumah tangga mempunyai : 1-5 tenaga kerja, Usaha kecil mempunyai : 6-19 tenaga kerja, Usaha menengah mempunyai : 20-99 tenaga kerja. Kamar Dagang Industri Indonesia (KADIN); Industri yang mempunyai total assets maksimal Rp.600 juta termasuk rumah dan tanah yang ditempati dengan jumlah tenaga kerja dibawah 250 orang. Departemen Keuangan; Suatu badan usaha atau perorangan yang mempunyai assets setinggi-tingginya Rp. 300 juta atau yang mempunyai omset penjualannya maksimal Rp. 300 juta per tahun.Sebagai permbandingan dikemukakan pula beberapa kriteria usaha kecil beberapa Negara berkembang seperti India, Thailand dan Philipina. India, Industri yang memiliki pabrik dan mesin-mesin beserta perlengkapannya dengan fixed assets maksimal Rupe 2.500.000 atau sekitar Rp. 496,4 juta. Thailand Industri yang memiliki fixed assets maksimal Bath 2.000.000 atau sekitar Rp. 438,1 juta. Philipina Usaha rumah tangga industri adalah yang nilai fixed assets kurang dari Pesos 100.000 atau sekitar Rp. 16 juta. Small industry adalah yang nilai fixed assetsnya antara Pesos 100.000 s/d 1.000.000 atau sekitar Rp. 160,8 juta.

Usaha berskala mikro, kecil dan menengah dalam arti yang sempit seringkali dipahami sebagai suatu kegiatan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja dan atau assets yang relatif kecil. Bila hanya komponen ini dijadikan sebagai patokan dalam menentukan besar kecilnya skala usaha maka banyak bias yang terjadi, sebagai contoh sebuah perusahaan yang memperkejakan 50 orang karyawan di Amerika Serikat di kategorikan sebagai perusahaa kecil (relatif terhadap ukuran ekonomi Amerika Serikat). Sementara itu untuk ukuran yang sama, sebuah perusahaan di Bolivia tidak lagi masuk dalam kategori usaha kecil. Dengan demikian, diperlukan komponen atau karakteristik lain dalam melakukan penilaian ukuran usaha, misalnya dengan melihat tingkat informalitas usaha dengan berdasarkan kepada dokumen-dokumen usaha yang dimiliki, tingkat kerumitan teknologi yang digunakan, padat karya dan lain sebagainya.

Perbedaan beberapa kriteria tersebut dapat dimengerti karena alasan kepentingan pembinaan yang spesifik dari masing-masing sektor/kegiatan yang bersangkutan. Namun disadari pula bahwa dalam beberapa hal perbedaan tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi suatu lembaga peneliti terutama dalam pengambilan sample penelitian, sehingga hasilnya dapat menimbulkan persepsi berbeda.

Sehubungan dengan kesulitan yang ditimbulkan di atas, maka sejak tahun 1995 telah diadakan kesepakatan bersama antar instansi BUMN dan perbankan untuk menciptakan suatu kriteria usaha kecil, yaitu suatu badan atau perorangan yang mempunyai total assets maksimal Rp. 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati.

Strategi Pembangunan

Sadar atau tidak, dalam era desentralisasi dan globalisasi sekarang, setiap masyarakat di daerah menghadapi tantangan yang berbeda dari lingkungan eksternal. Dalam kaitan ini, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum dari tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah yang bersangkutan.

Masalah daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipengang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah untuk menangani masalah di daerahnya. Dalam kaitan ini, strategi pembangunan daerah haruslah dilakukan dengan proses kolaborasi berbagai unsur terkait dengan masyarakat di daerah. Kebijakan dan strategi yang dikembangakan harus menggunakan sumberdaya lokal yang efisien, termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya budaya. Lintas pelaku di masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan nilai sumberdaya setempat.

Untuk itu, perlu diperhatikan bahwa peran UMKM strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan dan peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan UMKM tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara UMKM, Pemerintah dan entitas masyarakat setempat.

Adapun unsur lingkungan bisnis kondusif yang perlu menjadi perhatian, meliputi ketersediaan modal, infrastruktur dan fasilitasnya, ketersediaan tenaga terampil, layanan pendidikan dan pelatihan, jaringan pengetahuan, ketersediaan layanan bisnis, lembaga lingkungan pendukung pembangunan daerah, dan kualitas pengelolaan sektor publik.

Sebagai persyaratan agar strategi pembangunan daerah bekerja dengan baik, maka harus ada evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan masyarakat, identifikasi kesempatan bagi UMKM, pengurangan hambatan bisnis, dan pemberian kesempatan lintas pelaku setempat untuk berpartisipasi dalam proses.

Dalam pembangunan daerah ini, strategi dan pendekatan yang bisa dilakukan, a.l. investasi dibidang infrastruktur, penyediaan insentif bagi investasi bisnis, mendorong pengembangan investasi baru, pengembangan klaster, pengembangan kemitraan, pengembangan kesempatan kerja, penyediaan layanan pelatihan dan konsultasi, pengembangan lembaga keuangan mikro, penguatan proteksi lingkungan, pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan, perlindungan terhadap warisan budaya, dan pendirian lembaga pembangunan daerah.Pemerintah Daerah

Untuk mempercepat pembangunan daerah, maka pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan pembangunan harus lelalu mengintegrasikan semua lintas pelaku, termasuk berbagai unsur dalam pemerintah daerah, bisnis, organisasi nirlaba dan penduduk lainnya.

Lintas pelaku harus bekerjasama untuk membuat kerangka kerja formal dan informal atau lembaga untuk mendorong interaksi dan mengatur hubungan antar lembaga. Fleksibilitas harus menjadi kunci dari kerangka kerja dan lembaga yang harus menyalurkan perhatian dan kepentingan yang relevan dalam proses dan mobilisasi sumber daya masyarakat.

Percepatan pembangunan pemerintahan daerah mungkin memerlukan pendirian suatu organisasi pengembangan khusus, yang bertanggungjawab dalam pengordinasian seluruh lintas pelaku dan berfungsi sebagai juru bicara rencana aksi atau platform yang ingin dituju.

Organisasi ini harus membentuk jejaring untuk pembangunan daerah untuk peningkatan efisiensi pengalokasian sumberdaya serta berbagai pengetahuan dan informasi. Operasionalisasi dan pembiayaan organisasi ini harus didukung oleh lintas pelaku daerah.

Salah satu misi utama dari pemerintah daerah adalah menggambarkan dan mengimplementasikan seluruh strategi pembangunan. Proses ini harus dimulai dengan penetapan tujuan yang jelas dan memahami kondisi daerah setempat.

Entitas harus juga mempertimbangkan keberlanjutan pada semua tahapan perencanaan dan implementasi untuk menjamin suatu lingkungan yang sehat dan suatu kualitas hidup yang baik. Strategi yang diterapkan haruslah dikembangkan dengan pembagian tenaga kerja antar pelaku sesuai dengan kekuatan dan sumberdaya mereka. Sejalan dengan tren desentralisasi, peran pemerintah daerah menjadi semakin penting dalam pembangunan. Otoritas pemerintah daerah harus menyediakan petunjuk dan bantuan untuk efektifitas dan efisiensi implementasi pengembangan strategi. Simplikasi dan deregulasi prosedur birokrasi harus dilakukan untuk mengurangi biaya bisnis. Pemerintah daerah harus menjembatani antara masyarakat dan otoritas pemerintah yang lebih tinggi.Promosi Inovasi

Seorang wirausaha secara umum mampu memanfaatkan kesempatan untuk pengembangan kapasitas ekonomi dan pengalokasian sumber daya secara efektif. Sejalan dengan tren baru dalam pembangunan ekonomi, wirausaha juga harus mampu menghadapi kompetisi dan berinovasi, menghasilkan pertumbuhan ekonomi, pembaharuan teknologi, penciptaan lapangan kerja dan perbaikan kesejahteraan masyarakat setempat.

Sumber daya lokal harus dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan bisnis dengan memfasilitasi pengusaha untuk mengakses informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, modal, dan sumber daya manusia yang dibutuhkan bagi keberhasilan bisnisnya. Lebih penting lagi, otoritas daerah harus mampu melakukan upaya penyederhanaan proses administrasi bagi usaha pemula (new business start-up).

Sistem inovasi lokal merupakan mekanisme fundamental untuk penguatan kapasitas inovasi ditingkat lokal. Adapun aktor utama dalam sistem ini meliputi pemerintah setempat, industri, lembaga riset dan perguruan tinggi. Untuk penguatan operasi sistem inovasi lokal, pemerintah daerah perlu mengembangkan kolaborasi antara industri dan perguruan tinggi dengan menyediakan insentif untuk pengembangan usaha patungan antara pengusaha daerah dan perguruan tinggi. Pengembangan inkubator akan meningkatkan diseminasi ilmu pengetahuan dalam sistem inovasi.

Pembentukan klaster akan mampu merangsang penumbuhan bisnis baru dan menarik perusahaan bisnis baru dari luar daerah, sehingga menigkatkan output industri dan menciptakan kesempatan kerja baru. Melalui interaksi dan berbagai sumber daya dalam jejaring, inovasi dan perbaikan teknologi dapat ditingkatkan. Dalam kaitan ini pemerintah daerah perlu menumbuhkan iklim usaha yang kondusif sesuai dengan kondisi lokal untuk pengembangan industri klaster.Pengembangan SDM.

Kebijakan tenaga kerja terkait erat dengan strategi pengembangan ekonomi dan kebijakan stabilitas sosial. Dan keberhasilan pada satu sisi suatu kebijakan tergantung pada keberhasilan yang lain. Unsur-unsur interaksi mempengaruhi keberhasilan kebijakan tenaga kerja meliputi seberapa baik kebijakan itu sejalan dengan seluruh strategi pengembangan ekonomi, yang juga harus membangun jejaring dengan layanan organisasi ekonomi dan sosial lain, dan bagaimana kondisi sosial dan ekonomi mempengaruhi fleksibilitas implementasinya.

UMKM dan bisnis pemula menjadi penghela penciptaan tenaga kerja di tingkat lokal. Penumbuhan UMKM dan bisnis pemula mempunyai andil pending dalam penyusunan kebijakan tenaga kerja diberbagai wilayah. Agar kebijakan UMKM dan bisnis pemula berjalan dengan baik, otoritas pemerintah daerah harus melibatkan mereka dalam setiap proses penyusunan dan implementasi kebijakan.

Pendirian organisasi pelatihan lokal perlu koordinasi antar pembisnis, tega ahli, dan perguruan tinggi. Masukan dari pebisnis dapat membantu menjamin kandungan pelatihan dapat merefleksikan keterampilan yang sesuai dengan alam kebutuhan pasar tenaga kerja. Otoritas daerah dapat menawarkan insentif untuk mengembangkan pelatihan keterampilan, dan mendorong partisipasi dalam pelatihan.

Dalam era globalisasi, keterampilan yang dibutuhkan pasar berubah cepat. Tenaga kerja harus fleksibel mampu beradaptasi dengan perubahan. Oleh karena itu sangat penting untuk mempercepat kapasitas pekerja untuk mempelajari keterampilan baru, dan alih keterampilan bagi industri yang lain.

Dukungan Financial

Pengembangan Usaha Mikro kecil dan Menengah (UMKM) biasanya diiringi dengan kebutuhan modal. UMKM yang semakin berkembang, disebabkan karena semakin besarnya pula peluang usaha yang dapat diakses.

Dalam kondisi tersebut biasanya UMKM tidak dapat mengembangkan usahanya lebih jauh lagi, karena kurangnya dukungan dana. Di sinilah pentingnya lembaga pemberi modal memainkan peranannya, sekaligus melalukan pendampingan.

Sejumlah mekanisme dapat dilakukan sesuai dengan keragaman kondisi yang dihadapi UMKM berkaitan dengan akses finansial. Untuk pembiayaan usaha mikro biasanya memerlukan pengembangan lembaga keuangan mikro dan ketersediaan kredit yang dapat diakses mereka.

Lembaga keuangan mikro bisa berbentuk bank atau non bank, termasuk koperasi. Bagi usaha pemula, pengembangan jejaring lokal usaha malaikat (Business Angels) dapat mengatasi sebagian masalah mereka. Lembaga jaminan kredit termasuk di tingkat lokal juga memadai untuk pasar lokal yang lebih kecil.

Tujuan pengembangan lembaga jaminan kredit untuk menjamin keamanan pembiayaan UMKM, membantu UMKM mengatasi keterbatasan agunan, meningkatkan minat lembaga keuangan memberikan kredit kepada UMKM dan mendukung lembaga lain yang telah berusaha membantu UMKM, sebab selama ini perbankan tidak kondusif dalam memberikan pinjaman kredit, karena kredit yang mereka kucurkan selalu berdasarkan 5 C, yakni character, capacity, capital, condition of ecconomic, and collateral.

Akibatnya perbankan selalu menerapkan berbagai persyaratan jaminan keamanan kredit yang disalurkannya. Apalagi mereka juga sering kali tidak membedakan persyaratan kredit antara usaha mikro atau kecil dengan usaha besar. Karena itulah pemerintah mendukung peran serta lembaga keuangan lain seperti lembaga modal ventura sebagai alternatif solusi didalam pemberdayaan UMKM.

Keunggulan modal ventura, modal ventura adalah pembiayaan yang berbentuk penyertaan modal, pola bagi hasil, dan obligasi konversi kepada UMKM dalam jangka waktu tertentu dengan karakteristik mempunyai tingkat resiko atau modal yang ditanamkan karena bertindak sebagai investor.

Modal ventura merupakan investasi aktif, yakni jika dipandang perlu melibatkan diri dalam pengelolaan usaha UMKM investasi bersifat sementara dan mengharapkan hasil atas investasi yang ditanamkan.

Dibandingkan dengan perbankan, lembaga modal ventura memiliki beberapa kelebihan didalam mendukung usaha mikro, kecil dan menengah antara lain:

Pertama, lembaga modal venturamenyediakan modal seperti halnya perbankan, tetapi dengan syarat lebih sederhana dalam aspek formal maupun agunan karena lebih mengedepankan kelayakan usaha.Kedua, selain modal, pola ventura juga menyediakan pendampingan sesuai kebutuhan UMKM, sehingga dapat berjalan lebih efektif bagi kedua pihak. Pola pendampingan ini menjadi trdemark ventura. Pendampingan ini dapat berbentuk pembinaan atau Pelatihan, konsultasi, manajemen dan perluasan pasar bagi UMKM. Ini yang menyebabkan pola modal ventura berbeda dengan perbankan. Faktor lain yang mendukung lembaga modal ventura menjadi alternatif, adalah akses jaringan di seluruh Indonesia.

Modal Awal Pendanaan

Sejak tahun 2001, modal ventura telah menjadi mitra kementrian Koperasi dan UMKM untuk menggulirkan dana penguatan permodalan kepada usaha kecil, mengengah dan koperasi melalui program modal awal pendanaan (MAP).

MAP ini merupakakan dana investasi untuk disalurkan kepada usaha kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) melalui lembaga modal ventura untuk memulai atau mengembangkan bisnis UMKMK. Program MAP bertujuan melakukan pengembangan UMKMK terutama yang bernilai tambah tinggi, menstimulasi dan menggalang partisipasi berbagai pihak dalam pengembangan basis permodalan UMKMK, serta merangsang pengembangan permodalan jangka panjang bagi UMKMK melalui penyediaan dana investasi (matching fund), dengan mekanisme pengembalian pokok dana MAP oleh UMKMK dilakukan dengan diangsur atau sekaligus sesuai dengan jadwal investasi UMKMK yaitu maksimal 5 tahun.Strategi Pemasaran.

Di banyak daerah, masalah strategi pemasaran menjadi perhatian utama, khususnya untuk produk budaya lokal. Industri budaya lokal yang tradisional mungkin masih menggunakan metode pemasaran kadaluarsa. Ini bisa membuat industri ini mengalami penurunan.

Tetapi, upaya mengembangkan industri budaya lokal dengan pemasaran inovatif dan modern bisa membantu meraih kembali keuntungan pasar. Kebijakan seperti ini dapat mencegah hilangnya nilai budaya dan sejarah karena dampak globalisasi.

Produk dari industri budaya lokal merupakan ekspresi budaya dan seni, yang biasanya banyak menarik bagi pembeli asing dan memiliki potensi ekspor tinggi. Walaupun secara umum, sebagian dari industri ini adalah usaha mikro yang kesulitan pemasaran di luar negeri.

Pengembangan e-commerce merupakan strategi yang dapat membantu memasarkan produknya keluar negeri dengan biaya yang murah. Sebelum itu, memperkecil kesenjangan digital perlu dilakukan dan sekaligus pembangunan infrastruktur internet.

Untuk mengatasi keterbatasan ukuran dan sumber daya, pembisnis budaya lokal dapat menerapkan strategi pembangunan kerjasama, seperti kerja sama pemasaran dengan pebisnis di industri budaya lokal dan bisnis lain yang saling menguntungkan. Para pasangan bisnis ini dapat bekerja sama untuk membangun asosiasi atau jejaring untuk mempromosikan produk.

Membangun Kemitraan

Pembangunan daerah sebagian besar tergantung pada kemitraan antara pemerintah, pelaku bisnis dan lembaga non pemerintah. Kemitraan ini memfasilitasi koordinasi dan kerja sama. Pasangan lokal darisektor swasta dapat membantu mengekspolitasi kesempatan daerah dalam mengembangkan kebijakan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan setempat.

Kunci utama dari kemitraan ini adalah mekanisme untuk mengatur dan mengkoordinid secara benar sumber daya dan upaya-upaya yang berbeda dari para pelaku yang berbeda.

Perencanaan dan implementasinya dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kekuatan masing-masing. Selama dalam proses ini penting untuk diperhatikan, yakni membentuk jejaring kerjasama dan mengembangkan rasa saling percaya.

Karena keterbatasan institusionalisasi, kemitraan untuk pembangunan daerah kerap kurang berjalan dengan stabil. Oleh karena itu pemerintah daerah harus memimpin di depan dalam membangun mekanisme yang lebih stabil dan formal untuk membantu memberikan kemitraan sebagai basis pelembagaan dan kemampuan merancang dan menerapkan rencana pengembangan.

Konsep kemitaan untuk pembangunan daerah dekat hubungannya dengan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Sejalan dengan filosofi CSR, perusahaan ingin mendedikasikan dirinya untuk membangun kemitraan lokal, memperkuat kapasitas lokal, perlindungan lingkungan dan berkontribusi dana untuk pembangunan daerah.

Kesaaran akan pentingnya CSR diantara para pebisnis menjadi prasyarat penting untuk melibatkan para pebisnis dalam kemitraan untuk pengembangan daerah. Membangun kesadaran ini merupakan bidang yang perlu menjadi perhatian pemerintah daerah.

Kesimpulan

Dari uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan dimuka, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dalam rangka pengembangan usaha mikro kecil dan menengah sebagai kekuatan strategi untuk mempercepat pembagunan daerah Pertama; potensi pengembangan UMKM di daerah sangat besar. Kedua, pengembangan UMKM harus dilaksanakan sesuai dengan budaya lokal dan potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Ketiga, Sektor UMKM ini sangat berperan dalam menanggulangi masalah sosial di daerah dengan penyerapan tenaga kerja yang sanagat tinggi. Keempat, peranan peningkatan SDM, pemanfaatan teknologi, akses permodalan, akses pemasaran, akses informasi, dan manajemen sangat penting dalam mengembangkan usaha mikro. Kelima; Sumber daya alam dan sumber daya manusia serta pasar dunia yang semakin terbuka pada era global merupakan potensi besar jika disain dan strategi replikasi yang meliputi kerjasama jaringan (network) pemerintah, LSM, lembaga swasta dan individu maupun kelompok di kelola secara efektif dalam bentuk kemitraan.DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Anjal Anie. Pola Pemasaran Yang Efektif Untuk UKM. Makalah disampaikan pada Seminar UKM Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global, Yogyakarta, 2 Oktober 2004.

Bank Indonesia. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. 1995.

Chang, Willian. Rakyat Kecil di Tengah Instabilitas Sosial. Masyarakat Versus Negara. Kompas, Jakarta, 2002.

Chandra, Purdi E. Trik Bisnis Menuju Sukses. Yogyakarta, CV. Grafika Indah, 2004.

Ernawati. Upaya Meningkatkan Peran UMKMK. Warta Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL, Jakarta, Edisi Oktober Bappenas, UNDP, UN-HABITAT, 2002.

Endang, Sri Nuryani. Peran Pemerintah Dalam Pengembangan UKM Menghadapi Pasar Global. Makalah disampaikan pada Seminar UKM Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global, Yogyakarta, 2 Oktober 2004.

Fakih, Mansour. Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi. Yogyakarta, Insist Press, 2003.

Hasanullah. Peranan PPUK Bank Indonesia Dalam Pemberian KUK oleh Perbankan Di Indonesia. Jurnal Magister Manajemen. No. 26, Jakarta, Badan Penerbit IPWI, 1997.

Iqbal, Mohammad. M Simanjuntak, Krisni. Solusi Jitu Bagi Pengusaha Kecil Dan Menengah. Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2004.

Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 Tentang Politik Ekonomi DalamRangka Demokrasi Ekonomi.

Prawirosentono, Suryadi. Strategi Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta ,

PT. Bumi Aksara, 2002.

Rangkuti, Freddy. Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta, PT. SUN, 2000.

Retnadi, Djoko. Menengok Kebijakan UMKM di Malaysia. Kompas. 16 Oktober 2004.

Sarosa, Pietra. Kiat Praktis Membuka Usaha. Jakarta, PT. Gramedia, 2004.

Toha, Mahmud. Indonesia Menapak Abad 21. Kajian Ekonomi Politik. Kumpulan Tulisan Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Millenium Publisher. 2000.Jurnal Koperasi & UMKM, Tabloid kerjasama Bisnis Indonesia dengan kementrian Negara Koperasi dan UMKM, edisi VI/ Oktober 2008.Team Work Lapera. Politik Pemberdayaan. Yogyakarta, Lapera Pustaka Utama, 2000.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.Usman, Sunyoto. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004.

Widodo, Tri. Strategi Pengolahan Sumber Modal UKM. Makalah Disampaikan pada Seminar UKM Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global, Yogyakarta, 2 Oktober 2004.

33

_1506527914.unknown