Upload
theofilus-ardy
View
51
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Terjemahan Jurnal
USIA KEHAMILAN SAAT MELAHIRKAN DAN
OUTCOME PERINATAL
PADA KEHAMILAN KEMBAR
Presentan :
dr. Cita Rahma
Counterpart :
dr. F. Fionna
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DOKTER KARIADI
SEMARANG
2013
USIA KEHAMILAN SAAT MELAHIRKAN DAN
OUTCOME PERINATAL PADA KEHAMILAN KEMBAR
Amy E. Doss, MD; Melissa S. Mancuso, MD; Suzanne P. Cliver, BA; Victoria C.
Jauk, MPH, BSN; Sheri M. Jenkins, MD
TUJUAN
Durasi kehamilan yang optimal untuk kehamilan kembar tidak diketahui. Studi
epidemiologi menunjukkan bahwa angka kematian perinatal terendah untuk
kehamilan kembar adalah pada usia 37-38 minggu, tetapi studi ini kurang
menginformasikan tentang komplikasi kehamilan dan morbiditas neonatal. Studi
ini mengevaluasi karakteristik kehamilan dan outcome perinatal pada kehamilan
kembar untuk menilai usia kehamilan yang optimal untuk persalinan.
DESAIN PENELITIAN
Studi ini merupakan studi retrospektif dari kehamilan kembar yang dilahirkan
pada usia kehamilan ≥ 36 minggu di institusi kami pada tahun 1991-2009. Tingkat
morbiditas dan mortalitas perinatal gabungan (meliputi kematian perinatal,
gangguan pernapasan, suspek sepsis, dan kebutuhan untuk perawatan intensif
neonatal) ditentukan untuk interval mingguan 36-39 minggu.
HASIL
Terdapat 377 kehamilan kembar yang diikutsertakan. Sebanyak 83% dari mereka
adalah dikorionik. Lima puluh tiga persen mengalami persalinan spontan dan 48%
dilahirkan dengan operasi caesar. Outcome perinatal meningkat saat usia
kehamilan maju mencapai 38 minggu.
KESIMPULAN
Tingkat morbiditas perinatal dan mortalitas menunjukkan bahwa waktu yang
optimal untuk persalinan kembar adalah pada 38 minggu atau lebih.
Kata kunci: persalinan, usia kehamilan, morbiditas perinatal, kematian perinatal,
kembar
Durasi optimal untuk kehamilan kehamilan kembar tidak diketahui dan
mungkin lebih pendek daripada kehamilan tunggal. Beberapa studi epidemiologi
besar telah menunjukkan bahwa angka kematian perinatal terendah pada kembar
terjadi pada usia kehamilan (GA) yang lebih dini daripada kehamilan tunggal.
Sebuah studi mengenai data dari US National Center for Health Statistics,
mengikutsertakan 11,1 juta kelahiran tunggal dan 297.622 kelahiran kembar,
menunjukkan bahwa tingkat kematian perinatal terendah untuk kehamilan tunggal
berada pada usia 39-41 minggu, tetapi untuk kehamilan kembar berada pada usia
37-38 minggu. Selain itu, pada usia 39 minggu, risiko prospektif kematian janin
dalam kehamilan kembar yang sedang berlangsung melebihi risiko kematian
neonatal, menunjukkan bahwa persalinan pada usia 39 minggu dapat
meningkatkan outcome perinatal. Studi lain dari 88.936 bayi dari kehamilan
multipel (96% kembar) dari Jepang menemukan bahwa kejadian lahir mati dan
kematian neonatal dini secara bertahap menurun sampai usia 37-38 minggu dan
kemudian meningkat. Outcome yang sama untuk kehamilan tunggal menurun
sampai 39 minggu sebelum akhirnya meningkat. Sebuah review dari Swedish
Medical Birth Registry yang mengikutsertakan 32.942 kembar menunjukkan
bahwa angka kematian perinatal terendah berada pada usia 37-38 minggu. Studi
epidemiologi lain yang lebih kecil juga menunjukkan bahwa tingkat kematian
perinatal terendah untuk kembar dua adalah pada usia 37-38 minggu.
Studi-studi epidemiologi tersebut menunjukkan bahwa tingkat kematian
perinatal terendah untuk kehamilan kembar terjadi pada usia 37-38 minggu.
Namun, karena sifat epidemiologi mereka, studi ini dibatasi oleh kurangnya
informasi mengenai tanggal kehamilan, korionisitas, dan komplikasi kehamilan.
Selain itu, mereka tidak memiliki informasi tentang outcome penting dari
morbiditas neonatal. Studi sebelumnya telah membahas morbiditas neonatal,
tetapi mengungkapkan hasil yang bertentangan. Beberapa studi telah
mengindikasikan bahwa kembar lebih cepat matur daripada kehamilan tunggal,
oleh karena itu, mungkin lebih siap untuk persalinan lebih awal. Penelitian lain
menunjukkan peningkatan morbiditas neonatal untuk kembar yang dilahirkan
sebelum 38 minggu bila dibandingkan dengan persalinan yang lebih lama. Karena
informasi yang bertentangan tentang morbiditas neonatal, keterbatasan studi
epidemiologi untuk mengevaluasi kematian perinatal, dan kurangnya penelitian
terkontrol acak yang besar, belum ada konsensus mengenai lama kehamilan yang
optimal untuk kehamilan kembar. Penelitian ini dirancang untuk menguji
morbiditas dan mortalitas perinatal kembar yang dilahirkan pada atau mendekati
aterm di institusi kami untuk menentukan durasi kehamilan yang optimal pada
kehamilan kembar.
BAHAN DAN METODE
Studi ini adalah studi kohort retrospektif yang telah disetujui oleh Dewan
Peninjau Institutional kami. Catatan obstetrik elektronik kami digunakan untuk
mengidentifikasi kehamilan kembar yang dilahirkan di Universitas Alabama,
Birmingham, tahun 1991-2009. Hanya kehamilan kembar yang dilahirkan pada
usia 36 minggu atau lebih yang dimasukkan. Kriteria eksklusinya adalah anomali
janin mayor, aneuploidi, dan kematian dari 1 atau kedua kembar sebelum 36
minggu. Persalinan dikategorikan menurut jumlah minggu kehamilan yang
lengkap. GA ditentukan oleh penyedia layanan obstetrik dengan menggunakan
kriteria standar yang mempertimbangkan riwayat klinis dan hasil pemeriksaan
USG awal (USG). Jika temuan pada pemeriksaan USG konsisten dengan GA
yang didasarkan pada tanggal tertentu dari periode menstruasi terakhir (LMP),
GA ditentukan menurut tanggal LMP, jika tanggal LMP sudah pasti atau temuan
pada pemeriksaan USG tidak konsisten dengan GA yang didasarkan pada tanggal
LMP, GA ditentukan menurut hasil pemeriksaan USG. Tanggal menstruasi
digunakan jika pengukuran USG ± 7 hari dari LMP sebelum 22 minggu; jika
pengukuran AS ± 10 hari dari LMP pada 22-24 6/7 minggu; dan jika pengukuran
AS ± 14 hari dari LMP di atas 25 minggu.
Review grafik Ibu dan bayi digunakan untuk memperoleh informasi
demografis, komplikasi kehamilan, dan outcome kehamilan. Kami
mengumpulkan informasi tentang jenis konsepsi (reproduksi spontan vs dengan
bantuan), kondisi medis ibu, status merokok, dan tingkat obesitas (indeks massa
tubuh [BMI] >30 kg/m2 pada kunjungan antepartum awal). Kami juga
mengumpulkan informasi tentang kehamilan dan komplikasi persalinan meliputi
korioamnionitis, gangguan hipertensi, kelahiran caesar sebelumnya, restriksi
pertumbuhan janin (FGR) (perkiraan berat janin <10% untuk GA yang didasarkan
data Brenner et al), oligohidramnion (kantong vertikal terbesar ≤ 2,0 cm),
polihidramnion (kantong vertikal terbesar > 8 cm), dan cairan ketuban bercampur
mekonium. Korioamnionitis ditentukan secara klinis berdasarkan suhu ibu 100.4 °
F, takikardia ibu atau janin dan nyeri uterus. Ampisilin dan gentamisin diberikan
sesuai protokol pengobatan standar kami untuk korioamnionitis. Hipertensi
gestasional, preeklamsia, dan hipertensi kronis didefinisikan sesuai pedoman dari
American College of Obstetricians dan Gynecologists. Korionisitas ditentukan
oleh kriteria USG dan / atau pemeriksaan patologis selaput janin (bila tersedia di
review grafik). Jika ibu diberi kortikosteroid antenatal selama kehamilan, nama
steroid dan jumlah dosis akan dicatat. Jenis persalinan ditentukan untuk setiap
pasien (induksi vs spontan vs tidak ada bagi mereka dengan caesar elektif) dan
indikasi untuk induksi persalinan juga dicatat. Cara persalinan dan indikasi untuk
kelahiran caesar juga ditentukan. Catatan mengenai GA pada saat permulaan
pengawasan janin antepartum dan jenis tes yang diterima selama kehamilan juga
dicatat.
Morbiditas dan mortalitas perinatal untuk kembar yang dilahirkan pada
setiap minggu GA dikumpulkan. Tiga puluh sembilan sampai 41 minggu
kehamilan dikelompokkan menjadi 1 kelompok karena rendahnya jumlah
persalinan di atas 39 minggu (n= 6). Outcome utama adalah tingkat morbiditas
dan mortalitas perinatal gabungan (meliputi kematian perinatal, gangguan
pernapasan apapun, suspek sepsis, dan perawatan di neonatal intensive care unit
[NICU]) pada interval mingguan dari 36 hingga 39 minggu. Angka kematian
perinatal meliputi lahir mati dan kematian neonatal sampai dengan 28 hari. Bayi
yang memiliki "gangguan pernapasan" adalah mereka yang dirawat di NICU
dengan diagnosis gangguan pernapasan yang dikeluarkan oleh dokter yang
menangani. Dibuat catatan mengenai jenis bantuan pernapasan yang diberikan,
jika memerlukan. Diagnosis sindrom gangguan pernapasan (RDS) diperoleh dari
ditemukannya tanda-tanda gangguan pernapasan, gambaran radiologis yang
konsisten, dan terapi oksigen dengan fraksi oksigen inspirasi (FIO2) dari 0,40 atau
lebih besar untuk setidaknya 24 jam. Bayi dengan "suspek sepsis" jika mereka
memiliki temuan klinis yang menunjukkan infeksi dan sepsis menjalani
pemeriksaan meliputi kultur darah dan / atau cairan serebrospinal dan diberi
antibiotik spektrum luas. Outcome perinatal kembar dibandingkan dengan
kelompok kehamilan tunggal yang cocok dari institusi kami dalam rangka
menentukan apakah kembar tampak matur lebih awal daripada kehamilan tunggal,
yaitu, mengalami morbiditas lebih rendah dari kehamilan tunggal pada GA yang
diketahui. Kembar dicocokkan dengan rasio 1:1 dari kehamilan tunggal yang
dipilih secara acak berdasarkan tahun kelahiran, minggu GA pada saat persalinan,
ras, dan jenis kelamin janin.
Analisis statistik untuk penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
software statistik SAS (versi 9.1; SAS Institute Inc, Cary, NC). Tingkat outcome
primer gabungan dan komponennya dibandingkan dengan menggunakan X2,
Fisher exact tes, dan uji kecenderungan. Metode yang sama digunakan untuk
membandingkan outcome dari kembar dengan kehamilan tunggal. Analisis regresi
dilakukan dengan menggunakan kerangka persamaan umum untuk mengendalikan
korelasi klaster kembar. Odds ratio (OR) ditentukan dan disesuaikan dengan
faktor-faktor yang paling mungkin mempengaruhi outcome perinatal yang
termasuk ras, korionisitas, FGR, diabetes, korioamnionitis, penggunaan steroid,
induksi persalinan, dan cara persalinan. Untuk lebih mengevaluasi pengruh
korionisitas pada outcome, uji Breslow-Day untuk homogenitas dilakukan setelah
stratifikasi oleh korionisitas kembar. Alpha ditetapkan sebesar 05.
HASIL
Dari 435 kehamilan kembar yang diidentifikasi dari catatan obstetrik
elektronik, 58 dieksklusikan (31 untuk GA yang tidak diketahui atau GA <36
minggu, 18 untuk anomali, 2 untuk kematian janin untuk 1 atau kedua kembar
<36 minggu, 2 untuk persalinan diluar institusi kami, 1 untuk kehamilan multipel
yang lebih banyak, 3 untuk beberapa pengecualian, dan 1 untuk alasan yang tidak
diketahui). Tiga ratus tujuh puluh tujuh kehamilan kembar (754 bayi) memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Tabel 1 menunjukkan demografi pasien. Kehamilan
kembar dikorionik sebanyak 83% kasus dan monokorionik 17%, dengan 0,8%
dari seluruh kehamilan monoamniotik. Rata-rata GA saat melahirkan adalah 37,5
minggu. Ada 5 persalinan pada 40 minggu dan 1 persalinan pada 41 minggu.
Lima puluh enam persen wanita (210 dari 377 kehamilan kembar)
mengalami kehamilan tanpa komplikasi, tidak terpengaruh oleh kondisi medis ibu
atau komplikasi obstetrik. Untuk 44% dari wanita dengan komplikasi, kondisi
medis penyerta dan komplikasi kebidanan ditunjukkan pada Tabel 1. Tidak
persalinan elektif – semua pasien mengalami persalinan spontan atau persalinan
dengan indikasi medis. Secara spesifik, 52,5% dari kehamilan kembar mengalami
persalinan spontan, 24,2% memiliki induksi persalinan, dan 23,3% tidak ada
inpartu. Dari 91 pasien yang menjalani induksi persalinan, 3 indikasi yang paling
umum adalah preeklamsia atau hipertensi (42 pasien, 46,2%) kehamilan, suspek
FGR (25 pasien, 27,4%), dan komplikasi medis ibu lainnya (21 pasien, 23,1%).
Persalinan pervaginam (operasi atau spontan) pada 52% bayi dan persalinan
caesar sebanyak 48%. Dua indikasi yang paling umum untuk persalinan caesar
adalah malpresentasi (58%) atau kelahiran caesar berulang (27%). Komplikasi
intrapartum jarang ditemui – yang paling sering adalah cairan ketuban bercampur
mekonium (7%) dan korioamnionitis (4%). Sepuluh persen dari pasien menerima
betametason di beberapa titik selama kehamilan dan jumlah dosis rata-rata adalah
2 suntikan. Sembilan puluh lima persen dari pasien mendapat monitoring janin
antepartum yang dimulai pada rata-rata 33 minggu dan tes kontraksi stres dan tes
non-stres adalah metode yang paling umum digunakan. Tidak ada kasus sindrom
transfusi twin-to-twin yang memenuhi kriteria inklusi, semua dieksklusikan untuk
memenuhi 1 atau lebih kriteria eksklusi.
Karakteristik neonatus dari 754 bayi ditunjukkan pada Tabel 1. Tiga
alasan paling umum untuk masuk NICU adalah gangguan pernapasan atau
takipnea transien (91 bayi), curiga sepsis (83 bayi), dan bayi kecil untuk usia
kehamilan (SGA) (42 bayi). Beberapa bayi memiliki lebih dari 1 indikasi untuk
masuk NICU. Terdapat 6 kematian perinatal (0,8% dari semua bayi), dengan
penyebab yang tidak diketahui (1 kematian pada 38 minggu), kelainan tali pusat
(pada 37 minggu), kematian satu janin pada sepasang monokorionik (pada 36
minggu), dan kematian kedua janin dari uterus yang ruptur setelah tabrakan
kendaraan bermotor (pada 36 minggu). Akhirnya, bayi laki-laki SGA dari
sepasang kembar dikorionik, lahir pada 40 minggu 0 hari, meninggal pada hari
kehidupan 5 karena hipertensi pulmonal persisten. Cairan ketubannya bercampur
mekonium.
Analisis univariat dari penyakit ibu dan kondisi obstetri ditunjukkan pada
Tabel 2 dan outcome perinatal ditunjukkan pada Tabel 3. Tingkat outcome
perinatal gabungan, perawatan di NICU, suspek sepsis, gangguan pernapasan
apapun, dan hiperbilirubinemia yang menurun seiring dengan GA yang semakin
bertambah. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa outcome utama kami
(tingkat kematian perinatal gabungan, suspek sepsis, gangguan pernapasan, dan
perawatan di NICU) berada pada nilai terendah pada usia kehamilan 38 minggu.
Pada 38 minggu, outcome perinatal secara signifikan lebih baik daripada daripada
usia 36 atau 37 minggu, tetapi secara statistik tidak berbeda signifikan dari GA 39
minggu atau lebih. Tabel 4 menunjukkan OR yang sesuai. Ketika dikelompokkan
berdasarkan korionisitas, uji Breslow-Day untuk homogenitas menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan untuk semua outcome antara kembar
monokorionik dan dikorionik (nilai P berkisar 0,19-0,70). Ketika outcome hanya
dievaluasi untuk kehamilan tanpa komplikasi (210 wanita tanpa komplikasi medis
atau obstetrik), terdapat peningkatan risiko untuk outcome gabungan dan
perawatan di NICU pada usia 36 minggu dibandingkan dengan 38 minggu,
masing-masing OR, 3.1, interval kepercayaan 95%, 1.2-7.8 dan OR, 3,5, interval
kepercayaan 95%, 1,3-9,3 untuk outcome ini. Hasil untuk 37 dan 39+ minggu
tidak berbeda secara statistik dari 38 minggu.
Ketika outcome kembar cocok dengan kehamilan tunggal yang sama, Tabel 5
menunjukkan bahwa terdapat komplikasi perinatal yang lebih pada anak kembar
pada usia 36 minggu, tetapi outcomenya sama dengan 37 minggu dan seterusnya.
Secara spesifik, kembar memiliki tingkat outcome perinatal gabungan dan
perawatan di NICU yang jauh lebih tinggi daripada kehamilan tunggal pada usia
36 minggu, terdapat juga kecenderungan menuju tingkat yang lebih tinggi untuk
"gangguan pernapasan apapun" dan hiperbilirubinemia pada kelahiran kembar
pada usia 36 minggu. Namun, tidak ada perbedaan signifikan secara statistik
dalam outcome primer atau outcome individual antara kembar dan kehamilan
tunggal pada 37, 38, atau 39+ minggu.
PEMBAHASAN
Studi ini menunjukkan bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas perinatal
gabungan terendah untuk kehamilan kembar adalah pada usia 38 minggu.
Dibandingkan dengan 38 minggu, terjadi peningkatan 6 kali lipat dalam outcome
gabungan pada 36 minggu dan peningkatan hampir 3 kali lipat pada 37 minggu.
OR untuk masing-masing komponen outcome gabungan, seperti suspek sepsis,
gangguan pernapasan apapun, dan perawatan di NICU, juga memiliki nilai
terendah pada 38 minggu. Outcome yang sama ini tidak berbeda secara statistik
dari kehamilan 39+ minggu, yang mungkin merupakan diakibatkan dari terlalu
sedikitnya pasien dengan GA yang lebih lanjut. Demikian pula, tidak ada
perbedaan dalam tingkat kematian perinatal pada seluruh GA, mungkin karena
rendahnya jumlah kematian perinatal pada keseluruhan kelompok.
Induksi persalinan pada wanita dengan kehamilan tunggal melebihi 41
minggu telah terbukti mengurangi angka kematian perinatal. Untuk kehamilan
kembar, durasi kehamilan postterm belum ditetapkan dan peran persalinan elektif
dalam mengurangi angka kematian perinatal belum dievaluasi. Studi epidemiologi
menunjukkan bahwa GA optimal untuk persalinan kembar pada 37-38 minggu
berdasarkan tingkat kematian perinatal terendah. Namun, penelitian ini tidak
membahas outcome penting dari morbiditas neonatal. Selain itu, peneliti tidak
memiliki informasi spesifik tentang kehamilan pada setiap individu yang dapat
mempengaruhi hasil mereka.
Salah satu kekuatan dari studi kami adalah bahwa studi ini melibatkan
populasi besar kehamilan kembar dikelola pada institusi tunggal dengan riwayat
individual maternal dan medis perinatal yang diketahui. Data yang dikumpulkan
seperti tanggal kehamilan, korionisitas, komplikasi ibu dan janin, manajemen
kehamilan, dan morbiditas neonatal dan kematian menurut GA. Dengan telah
diketahuinya tanggal kehamilan dan dengan mengendalikan faktor-faktor ibu dan
janin lainnya, hasil kami mungkin lebih dapat diaplikasikan dalam kondisi klinis
yang sebenarnya daripada studi epidemiologi sebelumnya. Penelitian kami
memberikan informasi yang lebih lengkap tentang outcome neonatal pada
kehamilan kembar pada berbagai usia kehamilan aterm atau mendekati aterm,
yang memungkinkan untuk perbaikan/peningkatan pada saat persalinan untuk
beberapa pasien. Sebuah kekuatan tambahan dari studi kami adalah bahwa
outcome kembar dicocokkan dengan kehamilan tunggal yang serupa yang
dilahirkan pada insititusi kami. Pencocokan ini memungkinkan kita untuk
memeriksa morbiditas dan mortalitas perinatal kembar dibandingkan dengan
kehamilan tunggal pada GA persalinan tertentu. Jika tingkat kematian perinatal
untuk kembar lebih rendah pada GA yang lebih awal relatif terhadap kehamilan
tunggal (seperti terlihat dalam studi epidemiologi besar) dan jika morbiditas
perinatal lebih rendah dengan segera, hal ini akan menambahkan dukungan untuk
persalinan kembar sebelumnya.
Kami mengakui keterbatasan penelitian kami, terutama karena sifat
retrospektifnya. Komplikasi neonatal yang terjadi setelah keluar dari perawatan di
rumah sakit tidak tersedia untuk ulasan. Meskipun kami mengontrol korionisitas
pada analisis regresi dan uji homogenitas tidak menunjukkan perbedaan outcome
berdasarkan korionisitas, penelitian yang lebih besar akan diperlukan untuk
mengkonfirmasi outcome perinatal yang serupa antara kembar monokorionik dan
dikorionik, karena kami hanya memiliki sejumlah set kembar monokorionik yang
terbatas (64 dari 377). Selain itu, penelitian ini memasukkan beberapa pasien
dengan komplikasi kehamilan sehingga dengan demikian, hasilnya mungkin tidak
sepenuhnya dapat digeneralisasikan untuk kehamilan kembar tanpa komplikasi
yang dipertimbangkan untuk persalinan elektif. Namun, penting untuk dicatat
bahwa lebih dari setengah (56%) kehamilan kembar dalam penelitian ini tidak
memiliki komplikasi kondisi medis atau obstetrik ibu. Saat kelompok ini
dianalisis secara terpisah, masih ada risiko yang lebih tinggi untuk outcome
gabungan dan perawatan di NICU pada bayi yang dilahirkan pada 36 minggu
dibandingkan dengan 38 minggu. Terakhir, 93,6% dari kembar yang dimasukkan
dalam studi ini dikandung secara spontan dan dengan demikian, hasilnya mungkin
tidak dapat digeneralisasikan untuk kembar yang dikandung menggunakan teknik
reproduksi dengan bantuan. Idealnya, penelitian acak terkontrol multicenter besar
sebaiknya dilakukan untuk menetapkan GA yang optimal untuk persalinan
kembar.
Sebagai kesimpulan, morbiditas perinatal gabungan dan tingkat kematian
terendah untuk kehamilan kembar dalam penelitian ini adalah pada usia
kehamilan 38 minggu. Morbiditas perinatal pada 38 minggu lebih rendah dari
pada 36 atau 37 minggu, namun secara statistik tidak berbeda dari usia 39+
minggu. Penelitian kami juga tidak menunjukkan morbiditas perinatal yang lebih
rendah pada kembar dengan kehamilan tunggal yang cocok pada GA yang sama.
Bahkan, morbiditas dan mortalitas gabungan lebih tinggi untuk kembar pada 36
minggu dibandingkan kehamilan tunggal dan tidak berbeda nyata pada 37 minggu
dan seterusnya. Hal ini menunjukkan bahwa kembar tidak selalu matur lebih awal
dari kehamilan tunggal dan bahwa, mirip dengan kehamilan tunggal, persalinan
yang lebih dini dapat meningkatkan risiko morbiditas neonatal. Oleh karena itu,
waktu yang optimal untuk melahirkan kehamilan kembar sepertinya pada 38
minggu atau di atas itu.
Tabel 1. Karakteristik demografi ibu, komplikasi medis dan obstetrik ibu dan karakteristik neonatal
Demografi N = 377 (%)
Usia ibu, tahun 25.9 ± 6.3,14 – 49
Ras
Afrika-Amerika
Putih
Lainnya
223 (59.2)
120 (31.8)
34 (9.0)
Asuransi
Publik
Privat
Tidak ada
Tidak diketahui
280 (74.3)
64 (17.0)
25 (6.6)
8 (2.1)
Tipe konsepsi
Spontan
Dengan bantuan
Tidak diketahui
353 (93,6)23 (6.1)
1(0.3)
Kompilikasi medis dan obstetrik ibu
Diabetes
Gestasional
Telah ada sebelumnya
21 (5.6)
6 (1.6)
Hipertensi kronik 25 (6.6)
Merokok 74 (19.7)
Obesitas (BMI >30 kg/m2) 131 (34.7)
Hipertensi gestasional 57 (15.1)
Preeklamsia
Ringan
Berat
52 (13.8)
7 (1.9)
Persalinan caesar sebelumnya 60 (15.9)
Restriksi pertumbuhan intrauterin 43 (11.4)
Oligohidramnion 31 (8.2)
Polihidramnion 3 (0.8)
Ketuban pecah dini 17 (4.5)
Karakteristik neonatal
Berat lahir rata-rata, gram
Skor Apgar <7 setelah 5 menit
Kecil untuk masa kehamilan
Perawatan di NICU
Suspek sepsis
Distress respirasi
2594 ± 416
21 (2.8)
193 (25.6)
129 (17.1)
83 (11.0)
76 (10.1)
Tabel 2. Kondisi ibu dan kondisi obstetrik menurut usia kehamilan saat melahirkan
Kondisi 36 minggu, %
(n=130)
37 minggu, %
(n=118)
38 minggu, %
(n=84)
39+ minggu, %
(n=46)
Kecenderungan
nilai P
Diabetes 11.5 5.9 6.0 0 <.01
Hipertensi kronik 5.4 11.0 4.8 2.2 .43
Hipertensi gestasional 13.1 17.8 15.5 13.3 .85
Preeklamsia 19.2 19.5 10.7 6.7 .02
Penerima steroid 16.9 10.2 6.0 0 <.01
Persalinan spontan 59.2 53.4 47.6 40.0 .02
Sectio caesar 43.9 50.9 50.0 46.7 .54
Restriksi pertumbuhan 15.4 11.9 8.3 4.4 .03
Oligohidramnion 6.2 5.9 13.1 11.1 .08
Polihidramnion 1.5 0.9 0 0 .18
Mekonium 4.6 4.3 9.5 13.3 .02
Tabel 3. Outcome perinatal menurut usia kehamilan saat melahirkan
Outcome perinatal 36 minggu, %
(n=260)
37 minggu, %
(n=236)
38 minggu, %
(n=168)
39+ minggu, %
(n=90)
nilai P
Gabungan 30.0 15.7 7.1 7.8 <.01
Perawatan di NICU 28.9 15.3 6.6 7.8 <.01
Suspek sepsis 18.5 9.3 5.4 4.4 <.01
Distress respirasi apapun 16.2 9.8 3.6 5.6 <.01
Bantuan respirasi 5.4 4.2 2.4 2.2 .41
Takipneu transien 1.9 2.1 3.0 3.3 .76
hiperbilirubinemia 5.8 1.3 0.6 0.0 <.01
SGA 31.9 19.0 25.5 32.6 .71
Kematian perinatal 1.2 0.4 0.6 1.1 .79
Tabel 4. OR dan CI dari outcome perinatal pada kehamilan kembar
Outcome perinatal 36 minggu 37 minggu 38 minggu 39+ minggu
Gabungan 6.0 (2.8-13.0) 2.6 (1.2-5.9) referensi 1.6 (0.6-4.6)
Perawatan di NICU 6.3 (2.8-13.8) 2.8 (1.2-6.4) referensi 1.8 (0.6-5.2)
Suspek sepsis 4.4 (1.7-11.0) 2.1 (0.8-5.6) referensi 1.3 (0.4-4.7)
Distress respirasi apapun 4.7 (1.9-11.2) 3.0 (1.2-7.9) referensi 2.1 (0.6-0.7)
Tabel 5. Outcome perinatal pada kembar dibandingkan dengan kehamilan tunggal menurut usia kehamilan saat melahirkan
Outcome perinatal 36 minggu 37 minggu 38 minggu 39+ minggu
kembar %
(n=260)
tunggal %
(n=250)
P kembar%
(n=236)
tunggal %
(n=228)
P kembar %
(n=168)
tunggal %
(n=167)
P kembar
% (n=90)
tunggal %
(n=126)
P
Gabungan 30.0 18.8 <.01 15.7 12.3 .29 7.1 7.8 .83 7.8 6.4 .68
Perawatan di NICU 28.9 18.9 <.01 15.3 12.3 .35 6.6 7.8 .66 7.8 6.4 .68
Suspek sepsis 18.5 15.6 .39 9.3 9.7 .90 5.4 5.4 .99 4.4 5.6 .77
Distress respirasi
apapun
16.2 10.8 .08 9.8 9.7 .97 3.6 6.0 .30 5.6 3.2 -
hiperbilirubinemia 5.8 2.4 .06 1.3 3.5 .11 0.6 0.0 >.99 0.0 0.0 -
kematian perinatal 1.2 0.0 .25 0.4 0 >.99 0.6 0.0 >.99 1.1 0.0 .42