Usul Penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penelitian mengenai zat yang terkandung dalam daun sirsak

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMasyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini telah dilakukan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa turun temurun. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Heyne (1987) bahwa jumlah tumbuhan di Indonesia yang pernah digunakan sebagai obat-obatan oleh masyarakat mencapai 1.040 jenis yang sebagian besar diantaranya terdapat di dalam hutan tropis. Keanekaragaman sumber daya alam hayati Indonesia ini merupakan sumber senyawa kimia, baik berupa senyawa metabolit primer maupun senyawa metabolit sekunder (Pasaribu, 2008). Secara umum, kegunaan tumbuhan obat sebenarnya disebabkan oleh kandungan kimia yang dimiliki. Namun, tidak seluruh kandungan kimia diketahui secara lengkap karena pemeriksaan bahan kimia dari satu tanaman memerlukan biaya yang mahal. Meskipun tidak diketahui secara rinci, tetapi pendekatan farmakologi menghasilkan informasi kegunaan tumbuhan obat. Berbagai macam tumbuhan belum diketahui banyak mengenai fungsi dan kandungannya. Akhir-akhir ini senyawa kimia sebagai hasil senyawa metabolit sekunder pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dimanfaatkan sebagai zat warna, racun, aroma, obat-obatan dan lain sebagainya (Pasaribu, 2008). Sejak dahulu banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan manusia sebagai obat-obatan yang dikenal sebagai obat tradisional (Darwis,2000). Bioaktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalamnya. Perbedaan kandungan senyawa kimia yang ada dapat menunjukkan perbedaan aktivitas farmakologis dari tanaman yang bersangkutan (Lisdawati, 2002). Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai bahan obat tradisional adalah tumbuhan sirsak (Annona muricata L.) yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Antibakteri dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Salah satu antibakteriyang telah terbukti daya hambatnya terhadap bakteri. Menurut penelitian Takahashi et al. (2006) Ekstrak etanol daun Annona muricata L. mengandung senyawa flavanoid. Salah satu fungsi flavanoid untuk tumbuhan ialah sebagai agen antimikroba dan anti virus (Robinson, 1995). Berdasarkan penelitian tersebut, maka perlu di buat penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar hambat minimum untuk dapat menghambat pertumbuhan baktri, untuk mempermudah masyarakat mendapatkan khasiat dari antibakteri Eksrtak Daun Sirsak, maka perlu dibuat dalam bentuk sediaan topikal. Formulasi pada sediaan salep akan mempengaruhi jumlah dan kecepatan zat aktif yang dapat diabsorpsi. Zat aktif dalam sediaan salep masuk ke dalam basis atau pembawa yang akan membawa obat untuk kontak dengan permukaan kulit. Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan topikal akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap absorpsi obat dan memiliki efek yang menguntungkan jika dipilih secara tepat. Secara ideal, basis dan pembawa harus mudah diaplikasikan pada kulit, tidak mengiritasi dan nyaman digunakan pada kulit (Wyatt et al., 2001). Pada formulasi sediaan topikal masing-masing pembawa memiliki keuntungan terhadap penghantaran obat. Bentuk sediaan salep dengan basis vaselin dapat digunakan sebagai penutup oklusif yang menghambat penguapan kelembaban secara normal dari kulit. Salep basis lanolin memiliki sifat emolien (pelunak kulit) dan menyimpan lapisan berminyak pada kulit (Lachman et al., 1994).Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh formulasi salep terhadap aktivitas antibakteriEkstrak etanol daun sirsak dan mengetahui sifat fisik salep ekstrak etanol daun sirsak dalam basis vaselin dan lanolin.Perumusan Masalah1. Peningkatan masalah resistensi antibiotik yang saat ini menjadi perhatian dunia, dan seiring meningkatnya penyakit infeksi dan jumlah bakteri yang resisten, mendorong para ilmuwan untuk menemukan senyawa antimikroba baru yang tidak menjadikan bakteri resisten.2. Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa tumbuhan sirsak (Annona muricata L.) mempunyai khasiat sebagai anti bakteri. Tetapi belum dilakukan penelitian lebih lanjut untuk formulasi zat aktifnya dalam bentuk sediaan obat yang lebih praktis dan mudah dijangkau dari sisi ekonomi.B. Tujuan PenulisanMelalui penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang kegunaan daun sirsak (Annona muricata L.) yang memiliki aktivitas antibakteri.C. Metode penulisanMetode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini berdasarkan kajian pustaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA1. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)a. Klasifikasi TanamanMenurut Backer dan Bakhuizen (1963), Tumbuhan Annona muricata L. dapat di klasifikasikan :Kingdom: Plantae Divisio: Magnoliphyta Class: Magnoliidae Ordo: Magnoliales Family: Annonaceae Genus: Annona Spesies: Annona muricataAnnona muricata L. merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis Amerika, namun telah banyak ditanam di Pulau Jawa sebagai tumbuhan penghasil buah (Backer dan Bakhuizen, 1963). Sinonim dari A. muricata diantaranya Annona macrocarpa, Annona Bonplandiana, Annona Cearensis, dan Guanabanus muricatus ( Noller, 2005).b. Nama DaerahAdapun nama daerah sirsak di beberapa wilayah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang, nangka landa (Jawa); nangka walanda, sirsak (Sunda); nangka buris (Madura); srikaya jawa (Bali); deureuyan belanda (Aceh); durio ulondro (Nias); serekaja (Bugis); jambu landa (Lampung); serta durian betawi (Minangkabau). (Lina Mardiana dan Juwita Ratna sari, 2012)c. MorfologiTumbuhan A.muricata atau yang biasa disebut sirsak, merupakan tumbuhan tegak evergreen yang tingginya dapat mencapai 5-6 meter. Daunnya berbentuk elips memanjang atau bulat menyempit dengan bagian ujung yang meruncing. Daun ini memiliki panjang 6-20 cm dan lebar 2-6 cm (Gambar 2.1 ). Permukaan daunnya halus dan mengkilat, dengan warna hijau lebih tua di bagian permukaan atas dibandingkan permukaan bawah. Bunga A.muricata muncul secara tunggal, dapat muncul disemua bagian batang, cabang, dan ranting. Bunga ini memiliki Panjang 4-5 cm dengan tangkai yang pendek. Bunganya berbentuk kerucut segitiga dilengkapi dengan 3 helaian bunga yang sedikit tebal dan tersusun berlapis. Bagian luar petal berwarna kuning kehijauan sedangkan 3 petal bagian dalamnya berwarna kuning pucat. Buah A.muricata berbentuk seperti jantung atau oval. Ukuran panjangnya sekitar 10-30 cm, lebar hingga 15 cm dan beratnya dapat mencapai 4,5-6,8 kg (Adwole dan Caxton-Martins,2006). Gambar 1. Tumbuhan A.muricata Beserta Daunnya.d. Khasiat Tumbuhan Annona muricata L.Di berbagai daerah tropis, Semua bagian tumbuhan A. muricata dapat digunakan sebagai obat-obatan alami termasuk kulit kayu, daun, akar, buah, dan biji. Setiap bagian pohon memiliki kegunaan dan kandungan yang berbeda. Secara umum buah dan jus buahnya digunakan untuk menyembuhkan penyakit cacingan dan perasit, menurunkan demam, meningkatkan jumlah air susu ibu (ASI) setelah melahirkan serta sebagai astringen untuk diare dan disentri. Biji yang dihancurkan bermanfaat untuk parasit eksternal dan internal seperti kutu kepala dan cacingan. Kulit batang, daun, dan akar diketahui sebagai hipotensif dan obat penenang (Taylor, 2005). Masyarakat di berbagai belahan dunia memanfaaatkan daun A.muricata untuk mengatasi beragam penyakit. di Haiti, daun A.muricata dimanfaatkan untuk mengatasi masalah batuk, diaere, demam, flu, jantung, laktasi, kutu, saraf, parasit, luka kejang, lemas, dan penenang. Di Afrika dimanfaatkan untuk menurunkan demam anak-anak. Di Brasil digunakan untuk mengatasi bisul, bronchitis, jantung, diabetes, disentri, demam, parasit usus, luka dan cacingan. Di Meksiko, digunakan untuk menyembuhkan diare, disentri,demam, sakit gusi, dan untuk mengurangi pendarahan. Serta di Ekuador, digunakan sebagai analgesic (Duryatmo,2011)Annona Muricata sesungguhnya bukan barang baru dalam pengobatan tradisional ditanah air. Secara turun temurun masyarakat mengkonsumsi daun dan buah sirsak untuk menyehatkan tubuh. Masyarakat Aceh, misalnya, menyantap buah sirsak untuk mengatasi hepatitis dan organ daunnya dapat dimanfaatkan sebagai obat batuk. Bagi etnis Sunda buah sirsak yang masih muda berfaedah sebagai penurun tekanan darah tinggi, daun untuk menghilangkan mual, bisul, dan rematik. Etnis Madura memanfaatkan buah sirsak untuk meredakan diare dan saakit perut. Adapun Etnis Kutai memilih untuk mengobati diare. Masyarakat etnis Dayak percaya mengkonsumsi buah sirsak menghilangkan mual. secara empiris daun dan buah Annona muricata manjur mengatasi beragam penyakit. daun berfaedah untuk mengatasi luka borok, bisul, kejang, jerawat, dan kutu rambut sedangkan buah sirsak berkhasiat unuk mengobati disentri, empedu akut, dan kencing batu. Resep tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati bisul yaitu dengan menumbuk daun A.muricata sampai halus lalu taruh di sekeliling bisul dan biarkan hingga mengering (Tambunan,2011).e. Senyawa-senyawa pada tumbuhan Annona muricata L.Secara fitokimia Annona muricata kaya dengan beberapa macam senyawa tanin, lakton dan alkaloid isokuinolina (Adewole dan Caxton-Martins, 2006). Senyawa tanin dapat ditemukan pada berbagai bagian tumbuhan (Doss et al.,2009). Tanin merupakan sejenis kandungan tumbuhan yang bersifat fenol dan mempunyai rasa sepat. Kadar tanin yang tinggi mungkin mempunyai arti pertahanan bagi tumbuhan seperti membantu mengusir hewan pemangsa tumbuhan. Lakton merupakan sejenis asam organik yang tersimpan di dalam cairan vakuola (Robinson, 1995). Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Fungsi alkaloid diantaranya sebagai penghalau atau penarik serangga (Harborne, 19870). Menurut Salisbury dan Ross (1995), sebagian besar alkaloid mungkin disintesis di tajuk tumbuhan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pathak et al. (2010), ekstrak methanol daun A.muricata mengandung metabolit sekunder seperti tanin dan steroid. Menurut penelitian Takahashi et al. (2006) Ekstrak etanol daun A.muricata mengandung senyawa flavanoid . Senyawa flavanoid ini terdapat dalam sel-sel yang sedang melakukan fotosintesis sehingga banyak tersebar pada kingdom plantae (Cushnie dan Lamb, 2005). Secara umum, senyawa flavanoid berasal dari pati yang dirubah menjadi asam fosfoenolpiruvat dan asam purivat pada proses glikolisis. Asam fosfoenolpurivat yang akan dirubah menjadi asam sinamat dan asam purivat menjadi asetil CoA. Asam sinamat dan asetil CoA inilah yang berperan dalam pembentukan senyawa flavanoid pada tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995). Salah satu fungsi flavanoid untuk tumbuhan ialah sebagai agen antimikroba dan anti virus (Robinson, 1995). Struktur umum Flavanoid dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Umum FlavanoidSumber: (http://www.enzoprofessional.com/assets/pictures/flavonoid%20structure.jpg)Lebih lanjut A.muricata mengandung senyawa kimia alkaloid seperti reticulin, corexmine, coclarine, dan anomurine, serta minyak esensial seperti -caryophyllene, -cadinene, epi--cadinol dan -cadinol dalam jumlah besar. Daun, batang, kulit kayu dan biji A.muricata mengandung sejumlah bahan kimia yang dipercaya sebagai senyawa bioaktif yang disebut annonaceous acetogenins (Noller, 2005). Annonaceous acetogenins merupakan salah satu senyawa alami yang baru ditemukan. Senyawa ini merupakan sebuah Rangkaian turunan asam lemak C-35 atau C-37 dan hanya ditemukan pada tumbuan family Annonaceae. Sejauh ini telah ditemukan lebih dari 250 jenis annonaceus acetogenins yang berhasil diisoasi dari 30 spesies yang diteliti. Sebagian besar dari senyawa tersebut menunjukan aktivitas biologis dengan spektrum yang luas seperti antitumor in vivo, sitotoksik, pestisida, antibakteri dan antiparasit. Selain itu, annonaceus acetogenins ini bekerja secara selektif dalam menghambat sel-sel tumor. (Kim et al.,1997).f. Senyawa Antimikroba pada Annona muricata L.Agen antimikroba adalah senyawa kimia alami atau sintesis yang mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Antimikroba itu sendiri berarti sesuatu yang berbahaya bagi mikroorganisme karena dapat membunuh dan menghambat pertumbuhannya. Senyawa antimikroba dapatberupa seyawa organik maupun anorganik. Agen antimikroba ini beragam seiring dengan tosisitas selektifnya. Beberapa agen antimikroba bekerja secara tidak seektif dan memiiki pengaruh yang sama pada semua tipe sel, sedangkan agen antimikroba yang lain dapat lebih selektif dan lebih beracun bagi mikroorganisme daripada jaringan-jaringan hewan.Agen antimikroba dengan toksisitas selektif sangat bermanfaat dalam penyembuhan penyakit infeksi karena dapat membunu mikroorganisme penyebab penyakit secara in vivo tanpa membahayakan sel inang (Madigan et al., 2002).Secara umum, kemungkinan situs target suatu zat antimikroba dapat diperkirakan dengan meliat struktur serta komposisi sel mikroba. Suatu sel hidup yang normal memiliki sejumlah besar enzim untuk melangsungkan proses-proses metabolik dan juga protein lainnya. Membran smipermeabel (membran sitoplasmaik) mempertahankan integritas kandungan seluler. Membran tersebut secara selektif mengatur keluar-masuknya zat antara sel dengan lingkungan luar. Dinding sel merupakan pelindung sel serta berpartisipasi dalam prosess-proses fisiologis tertentu. Kerusakan pada salah satu dari situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan-perubahan yang menuju keopada matinya sel tersebut (Pelczar dan Chan, 1986).Penelitian memngenai aktivitas biologis A. muricata pertamakali dimuai antara tahun 1941 hingga 1962. Beberapa peneitian berbeda melaporkan bawa ektrak daun, kuit kayu, akar, batang dan biji A. muricata bersifat antibakteri terhadap sejumlah bakteri patogen, sedangkan ekstrak kulit batangnya memiliki senyawa anti fungi (Adwole dan Caxton-Martins, 2006).Menurut Adwole dan Caxton-Marins (2006), Annona muricata kaya dengan beberapa macam senyawa tanin, lakton, dan alkaloid isokuinolina. Sedangkan menurut penelitian Takahashi et al., (2006), ekstrak etanol daun A. muricata mengandung senyawa flavanoid. Penelitian yang diakukan Doss et al (1995) menemukan bahwa tumbuhan-tumbuhan yang kaya akan tanin memiiki aktivitas antibakteri yang tinggi terhadap sejumlah bakteri seperti Staphylococcus aureus dan Proteus vulgaris diduga mampu mengganggu dinding sel bakteri sehingga koloni bakteri terdisintegrasi dan pertumbuhannya terambat. Senyawa-senyawa dalam family Annonaceae yang ditemui dalam bentuk lakton cukup menarik dari segi fisiologi karena senyawa tersebut menunjukan aktivitas sitotoksik dan insektisida (Robinson, 1995). Senyawa alkaloid isokuinolina diaporkan memiiki berbagai aktivitas biologis seperti aktivitas antibakteri karena dapat mengganggu protein kinase yang penting untuk sinyal jalur transduksi (Lal et al., 2008). Senyawa fenolik seperti flavanoid dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena adanya ikatan hidrogen dengan protein-protein penting seperti enzim (Saravanakumar et al,. 2009).

2. BakteriBakteri adalah mikroorganisme bersel satu, berkembang biak dengan pembelahan diri dengan hanya dilihat dengan mikroskop (Jawetz dkk., 2001). Pada pengecatan Gram bakteri digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu : a. Bakteri Gram positif Bakteri Gram positif adalah bakteri yang pada pengecatan Gram akan tahan terhadap alkohol, sehingga tetap mengikat warna cat pertama dan tidak mengikat warna cat kedua dan warna bakteri tetap berwarna ungu. Contohnya adalah Streptococcus, Pneumococcus, Pectostreptococcus, Mycobacteria, Bacillus, Clostridia, Staphylococcus dan Corynebacterium diphtheria (Anonim, 1993). b. Bakteri Gram negatif Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang pada pengecatan Gram tidak tahan terhadap alkohol, sehingga warna cat yang pertama akan dilunturkan dan bakteri akan mengikat warna yang kedua yang diberikan sehingga bakteri tampak berwarna merah (Pelczar dan Chan, 1986). Contohnya adalah Neisseria veillonella, Shigella dysentriae, Klebsiella, dan Escherichia coli (Anonim, 1993).Lapisan-lapisan pembungkus yang terletak antara selaput sitoplasmik dan simpai secara kolektif disebut dinding sel. Fungsi utama dinding sel adalah menyediakan komponen struktural kaku dan kuat yang dapat menahan tekanan osmosis yang tinggi dari kadar kimia tinggi ion anorganik dalam sel. Semua dinding sel bakteri mempunyai komponen struktural yang sama yang dinamakan mukopolisakarida dinding sel, peptidoglikan, dan asam teikhoat. Peptidoglikan merupakan polimer kompleks yang terdiri dari rangkaian asam N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramat yang disusun secara berganti-ganti. Pada kuman Gram negatif, dinding selnya terdiri dari suatu lapisan peptidoglikan, lipoprotein, selaput luar dan polisakarida. Lipopolisakarida dinding sel Gram negatif terdiri dari suatu lipid yang kompleks, yang dinamakan lipid A. Lipid A terdiri dari suatu rantai satuan disakarida glukosamin yang dihubungkan dengan ikatan pirofosfat, tempat melekat sejumlah asam-asam lemak berantai panjang (Jawetz dkk., 2001). 1) Staphylococcus aureus Sistematika dari Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut : Divisi: Protophyta Kelas: Schizomycetes Bangsa: Eubacteriales Suku: Micrococcaceae Marga: Staphylococcus Jenis: Staphylococcus aureus (Salle, 1961)Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk bulat dengan diameter 0,5-1,5 m. Kata Staphyle biasa dari bahasa Yunani yang berarti setangkai buah anggur, menyerupai susunan yang bergerombol dari kokus tersebut. Susunan yang bergerombol biasanya pada sediaan yang dibuat dari media padat, sedangkan sediaan dari media cair biasanya tersebar atau berderet seperti rantai pendek (Salle, 1961). Bakteri ini mempunyai sifat dapat memfermentasikan manitol dan laktosa, bersifat proteolitik, menghasilkan enzim koagulase (suatu enzim yang dapat menyebabkan koagulasi sitrat pada plasma darah), menghasilkan pigmen yang berwarna keemasan, menghasilkan lipase, dapat menghemolisis agar darah secara aerobic, dan zona hemolisisnya luas serta dapat tumbuh pada media dengan kadar NaCl 10% (Frobisher dkk., 1974). Beberapa Staphylococcus tergolong flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia, Staphylococcus lainnya dapat menyebabkan keparahan pada luka, abses, bisul, dermatitis, meningitis dan sebagainya. Staphylococcus aureus dapat ditemukan pada kulit, saluran pencernaan, udara, makanan, air dan pakaian yang terkontaminasi. Bakteri ini mudah tumbuh pada kulit yang mengalami radang, kulit yang mengalami luka yang mengarah pada infeksi kulit dan proses-proses bernanah lainnya. Pada saluran pernafasan dapat menyebabkan infeksi intra abdomen yang dapat timbul karena komplikasi pasca bedah. Infeksi traktus urinarius dan infeksi traktus genetali pada wanita (Salle, 1961).2) Escherichia coli Sistematika dari Escherichia coli adalah sebagai berikut : Divisio: Protophyta Subdivisio: Schizomycetea Kelas: Schizomycetes Ordo: Eubacteriales Familia : Enterobacteriaceae Genus: Escherichia Spesies: Escherichia coliEscherichia coli adalah kuman oportunitis yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers diarrhea, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh yang lain di luar usus. Morfologi dari Escherichia coli adalah berbentuk batang pendek (koko basil) negatif Gram, ukuran 0,4-0,7 m x 1,4 m, sebagian gerak positif dan beberapa strain mempunyai kapsul. Escherichia coli tumbuh baik pada hampir semua media digunakan untuk isolasi kuman enterik, sebagian besar strain Escherichia coli tumbuh sebagai koloni yang meragi laktosa. Escherichia coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta (Karsinah dkk., 1994). Biakan Escherichia coli berupa koloni berwarna merah pada agar Mac Conkey yang menunjukkan bahwa basil memfermentasi laktosa dan bersifat non patogen di dalam intestine (Gibson, 1996).Tempat yang paling sering terkena infeksi Escherichia coli adalah saluran kemih, saluran empedu, dan tempat-tempat lain di rongga perut (Jawetz dkk., 2001). Bakteri ini juga menghasilkan enterotoksin penyebab diare. Escherichia coli memproduksi enterotoksin yang tahan panas dapat menyebabkan diare yang ringan, sedangkan enterotoksin yang tidak tahan panas dapat menyebabkan sekresi air dan klorida ke dalam lumen usus, menghambat reabsorbsi natrium (Volk dan Wheeler, 1990).

3. Aktivitas Antibakteria. AntibakteriAntibakteri adalah suatu senyawa yang mampu menghambat pertumbuhanmaupun membunuh mikroorganisme (Jawetz dkk., 1986). Pelczar dan Chan (1986) mengatakan bahwa makin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba akan semakin cepat sel mikroorganisme terbunuh atau terhambat pertumbuhannya. Aktivitas antimikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, konsentrasi atau intensitas zat antimikroba, jumlah mikroorganisme, keasaman atau kebasaan (pH), potensi suatu zat antimikroba dalam larutan yang diuji, dan kepekaan suatu mikroba terhadap konsentrasi antibakteri (Pelczar dan Chan, 1986).b. Mekanisme kerja zat antibakteriAntibakteri obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal aktivitas bakteriostatik. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal dengan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkatkan kemampuan bakterisida. Aktivitas antibakteri dibagi dalam lima kelompok :1) Antibakteri yang menghambat metabolisme sel bakteri Pada mekanisme ini diperoleh efek bakteriostatik. Antibakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamide, trimetoprim, asam p-aminosalisilat dan sulfon. Kerja antibakteri ini adalah menghambat pembentukan asam folat, bakteri membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya dan bakteri memperoleh asam folat dengan mensintesis sendiri dari asam para amino benzoat (PABA). Sulfonamid dan sulfon bekerja bersaing dengan PABA dalam pembentukan asam folat. Sedang trimetoprim bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase (Setiabudy dan Gan, 1995).2) Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan, sintesis peptidoglikan akan dihalangi oleh adanya antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin. Sikloserin akan menghambat reaksi paling dini dalam proses sintesis dinding sel sedang yang lainnya menghambat di akhir sintesis peptidoglikan, sehingga mengakibatkan dinding sel menjadi tidak sempurna dan tidak mempertahankan pertumbuhan sel secara normal, sehingga tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih tinggi daripada tekanan di luar sel maka kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteri yang peka (Setiabudy dan Gan, 1995).3) Antibakteri yang mengganggu membran sel bakteri Sitoplasma dibatasi oleh membran sitoplasma yang merupakan penghalang dengan permeabilitas yang selektif. Membran sitoplasma akan mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahanbahan lain. Jika terjadi kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel (Pelczar dan Chan, 1986).4) Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri Kehidupan sel bakteri tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah. Jika kondisi atau substansi yang dapat mengakibatkan terdenaturasinya protein dan asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) yang bersifat irreversible terhadap komponen-komponen seluler yang vital ini (Pelczar dan Chan, 1986).5) Antibakteri yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel bakteri Protein, DNA, dan RNA berperan penting dalam proses kehidupan normal sel bakteri. Apabila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pelczar dan Chan, 1986).c. Pengukuran aktivitas antibakteriPengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :1) Dilusi cair dan dilusi padat. Pada prinsipnya antibiotik diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah supensi kuman dalam media, sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar lalu ditanami kuman atau ditanami bakteri dan diinkubasi lalu dibaca hasilnya (Anonim, 1993).2) DifusiMedia yang digunakan adalah Mueller Hinton. Pada metode difusi ini ada beberapa cara, yaitu :a) Cara Kirby BauerKoloni kuman diambil dan ditumbuhkan selama 24 jam pada agar, disuspensikan ke dalam 1 ml BHI cair, diinkubasi selama 5-8 jam pada 37C. Suspensi ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml (CFU = Colony Forming Unit). Kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi kuman lalu ditekan-tekan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah. Kapas lidi tersebut dioleskan pada permukaan media agar hingga rata dan diletakkan di atas samir (disk) yang mengandung antibiotik di atasnya, diinkubasi pada 37C dan dibaca hasilnya. Zona radikal adalah suatu daerah di sekitar disk, dimana sama sekali tidak ditemukan bakteri. Potensi antibakteri diukur dengan mengukur diameter dari zona radikal. Sedangkan zona irradikal adalah suatu daerah di sekitar disk yang menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri yang dihambat oleh antibiotik tersebut,tetapi tidak dimatikan. Pada zona irradikal akan terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur atau jarang dibandingkan dengan daerah di luar pengaruh antibiotic tersebut.b) Cara sumuran Tahap awal sama dengan cara Kirby Bauer. Pada agar tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu menurut kebutuhan, ke dalam sumuran tersebut dimasukkan atau diteteskan larutan antibiotik yang digunakan. Agar diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam, dibaca hasilnya seperti pada cara Kirby Bauer.c) Cara Pour Plate Tahap awal sama dengan cara Kirby Bauer. Satu mata ose bakteri diambil dengan menggunakan ose khusus dan dimasukkan dalam 4 ml agar base 1,5 % yang mempunyai temperatur 50C. Setelah suspensi kuman tersebut dibuat homogen, kemudian dituang pada media Mueller Hinton agar dan ditunggu sebentar sampai agar tersebut membeku, kemudian disk antibiotik diletakkan dan dieramkan selama 15-20 jam dengan suhu 37C. Suspensi kuman dibaca dengan disesuaikan standar masing-masing antibiotik. (Anonim, 1993)

4. FitokimiaSenyawa fitokimia merupakan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari sintesis tanaman yang kebanyakan merupakan senyawa aktif yang memiliki fungsi fisiologis bagi tubuh (Lin, 1994). Senyawa fitokimia berpotensi mencegah berbagai penyakit seperti penyakit degeneratif dan kardiovaskuler. Senyawa yang termasuk fitokimia antara lain senyawa fenol, flavonoid, tanin, alkaloid, steroid, dan triterpenoid (Harborne, 1987). Uji fitokimia memiliki kegunaan dalam fisiologi tumbuhan, patologi tumbuhan, ekologi tumbuhan (interaksi antara tumbuhan dengan lingkungan), paleobotani (tumbuhan berperan dalam menguji hipotesis tentang fosil), dan genetika tumbuhan (Harborne, 1996). Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder dari tumbuhan. Beberapa jenis metabolit sekunder memiliki aktivitas antimikroba (Naidu, 2000).a. Fenol Menurut Harborne (1987), senyawa fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan yang memiliki ciri yang sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Suradikusumah (1989), menambahkan fenol dan turunannya memiliki sifat cenderung larut dalam air. Senyawa fenol diantaranya adalah senyawa fenol sederhana seperti monofenol dengan satu cincin benzena (3-etilfenol, 3,4 dimetilfenol) yang banyak ditemukan pada kacang-kacangan, grup asam hidroksi sinamat (asam ferulat dan kafeat), flavonoid dan glikosidanya (katekin, proantosianin, antosianidin, dan flavonol) dan tannin yang merupakan senyawa fenol yang kompleks dengan berat molekul yang tinggi (Johnson, 2001). Menurut Mukhopadhiay (2000), polifenol memiliki kemampuan untuk berikatan dengan metabolit lain seperti protein, lemak, dan karbohidrat membentuk senyawa kompleks yang stabil sehingga menghambat mutagenesis dan karsinogenesis. Polifenol memiliki sifat antioksidatif dan antitumor. Sedangkan menurut Bidlack dan Wang(2000), polifenol dapat digunakan sebagai pencegah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Senyawa fenol terbukti sebagai sumber antioksidan yang efektif, penangkap radikal bebas dan pengkelat ioin-ion logam (Shahidi dan Wanasundara didalam Bidlack dan Wang, 2000). Menurut Meskin et al. (2002), aktivitas antioksidan dari senyawa fenol berhubungan dengan struktur senyawa fenol. Keberadaan grup hidroksil atau metoksi pada posisi orto atau para dari turunan asam benzoat, penilpropanoid atau flavonoid (isoflavon) diketahui dapat meningkatkan aktivitas antioksidan dari senyawa fenol. Sementara keberadaan dua grup hidroksil pada posisi orto atau para dapat menghasilkan struktur quinoid yang stabil, dan grup metoksi pada posisi orto atau para adalah elektron donor yang efektif dalam menstabilkan radikal bebas yang terbentuk, sehingga meningkatkan aktivitas dari senyawa fenol. Menurut Beuchat (1994), komponen antimikroba yang terkandung dalam fraksi-fraksi minyak esensial rempah-rempah banyak mengandung komponen jenis fenol. Mekanisme antimikroba senyawa fenolik adalah mengganggu kerja di dalam membran sitoplasma mikroba. termasuk diantaranya adalah mengganggu transpor aktif dan kekuatan proton (Davidson, 1993). b. FlavonoidFlavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, dalam bentuk aglikon maupun terikat pada gula sebagai glikosida (Harborne, 1987). Jenis utama flavonoid yang terdapat dalam tanaman antara lain dihidrokalkon, kalkon, flavan, katekin (flavan-3-ol), leukoantosianidin (flavan-3,4-diol), flavanon, flavanonol (dihidroflavonol), flavon, flavonol, garam flavilium, antosianidin, dan auron. Berdasarkan struktur, flavonoid dapat diklasifikasikan menjadi flavoid (1,3-diaril propan), isoflavon (1,2diarilpropan) dan neoflavonoid (1,1-diarilpropan). Menurut Middleton dan Kandaswami (1994), flavonoid memegang peranan penting dalam biokimia dan fisiologi tanaman, diantaranya berfungsi sebagai antioksidan, penghambat enzim, dan prekursor bagi komponen toksik. Flavonoid pada tumbuhan berfungsi untuk mengatur pertumbuhan, mengatur fotosintesis, mengatur kerja antimikroba dan antivirus, dan mengatur kerja anti-serangga (Robinson, 1995). Menurut Johnson (2001), flavonoid sangat efektif digunakan sebagai antioksidan.Senyawa flavonoid dapat mencegah penyakit kardiovaskuler dengan menurunkan oksidasi Low Density Lipid (LDL). Choi et al. (1991) menyatakan bahwa flavonoid dapat menurunkan hiperlipidemia pada manusia. Flavonoid merupakan golongan yang penting karena memiliki spektrum aktivitas antimikroba yang luas dengan mengurangi kekebalan pada organisme sasaran (Naidu, 2000). Isoflavon merupakan jenis flavonoid yang banyak terdapat pada tanaman dan memiliki aktivitas antimikroba yang paling tinggi dibandingkan jenis flavonoid lainnya. Sebagai contoh isoflavon dapat menghambat pertumbuhan kapang dan membantu dalam mengontrol wabah penyakit (Naidu, 2000).c. TaninTanin merupakan salah satu senyawa fenol kompleks yang terdapat pada kacang-kacangan (Meskin et al., 2002). Senyawa yang tergolong tanin adalah senyawa polifenol yang mengandung gugus hidroksil dan gugus lainnya (misalnya karboksil), sehingga mampu membentuk kompleks kuat dengan protein. Tanin terkondensasi dihasilkan melalui polimerisasi flavonoid dan banyak terdapat pada tanaman kayu yaitu pada lapisan biji. Tanin dapat bersifat sebagai antioksida karena kemampuannya dalam menstabilkan fraksi lipid dan keaktifannya dalam penghambatan lipoksigenase (Zeeuthen dan Sorensen, 2003). Tanin mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Tanin terdiri dari berbagai asam fenolat. Beberapa tannin dapat mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor, dan menghambat enzim seperti reverse transkripitase dan DNA topoisomerase (Robinson, 1995). d. AlkaloidAlkaloid adalah senyawa alami amina, baik pada tanaman, hewan, ataupun jamur. Senyawa alkaloid umumnya mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen sebagai bagian dari sistem siklik (Harborne, 1987). Berdasarkan cincin heterosiklik nitrogen, alkaloid dapat diklasifikasikan antara lain pirolidin, piperidin, isokuinolin, indol, kuinolin. Alkaloid merupakan metabolit sekunder pada tanaman, misalnya kentang dan tomat. Senyawa alkaloid memiliki aktivitas fisiologis sehingga banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Kuinin, morfin, dan striknin adalah contoh alkaloid yang memiliki aktivitas antikanker (Mukhopadhiay, 2000). Alkaloid memiliki efek farmakologi sebagai analgesik dan anaestetik. Alkaloid yang biasa digunakan sebagai analgesic dan anaestetik adalah morfin dan kodein.e. TriterpenoidTriterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena (Harborne, 1987). Penggolongan terpenoid didasarkan pada adanya molekul isopren. Secara kimiawi, terpenoid bersifat larut dalam lemak dan terdapat dalam sel tumbuhan (Suradikusumah, 1989). Senyawa triterpenoid yang terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi adalah fitosterol yang terdiri dari sitosterol (sitosterol), stigmasterol dan kampesterol. Senyawa terpenoid dapat digunakan untuk pengobatan dan terapi (Goldberg, 2003). Triterpenoid merupakan golongan terpenoid yang berpotensi sebagai antimikroba. Selain itu senyawa ini banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakit gangguan kulit. Triterpenoid memiliki sifat antijamur, insektisida, antibakteri, dan antivirus (Robinson, 1995).f. Steroid Steroid merupakan golongan dari senyawa triterpenoid (Harborne, 1987). Senyawa steroid dapat diklasifikasikan menjadi steroid dengan atom karbon tidak lebih dari 21 (steroid sederhana) dan steroid dengan atom karbon lebih dari 21 seperti sterol, sapogenin, alkaloid steroid, glikosida jantung dan vitamin D. Steroid alami berasal dari berbagai transformasi kimia dua triterpen yaitu lanosterol dan sikloartenol. Pada umumnya, steroid tumbuhan berasal dari sikloartenol. Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat (Hogiono dan Dangi, 1994). g. Saponin Menurut Meskin et al. (2002), saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang dihasilkan dari grup steroid atau triterpen yang berkaitandengan gula. Gruiz (1996), menyatakan bahwa 76% dari jenis tanaman di Asia mengandung saponin. Saponin bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa (Harborne, 1987). Senyawa ini memiliki pengaruh biologis yang menguntungkan yaitu bersifat sebagai hipokolesterolemik dan antikarsinogen serta dapat meningkatkan sistem imun (Meskin et al., 2002). Selain itu, saponin menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan membran sterol. Efek utama saponin terhadap bakteri adalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel-sel (Zablotowicz et al., 1996).

13