12
Praktikum II Dosen : Dr. Sri Suharti, S.Pt, M.Si Jumat, 2 Maret 2012 Asisten : Laboratorium NTDK 1. Ira Dewiyana Sambas 2. Devide Maric Hersade 3. Andrew Darmawan 4. Kokom Komalasari PERGERAKAN USUS DAN PENGARUH ZAT KIMIA Kelompok 5 / Grup 4 No Nama NIM 1. Siti Khairunnisa : D2411005 3 2. Anita Sopiani : D2411006 2 3. Januar Ragil Putra : D2411006 6 4. Anggita Putri : D2411007 3 5. Ossy Rama Aditya : D2411007 7 6. Mugi MiraLestari : D2411008 6

Usus kelinci

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Usus kelinci

Praktikum II Dosen : Dr. Sri Suharti, S.Pt, M.SiJumat, 2 Maret 2012 Asisten :Laboratorium NTDK 1. Ira Dewiyana Sambas

2. Devide Maric Hersade3. Andrew Darmawan4. Kokom Komalasari

PERGERAKAN USUS DAN PENGARUH ZAT KIMIA

Kelompok 5 / Grup 4

No Nama NIM1. Siti Khairunnisa : D241100532. Anita Sopiani : D241100623. Januar Ragil Putra : D241100664. Anggita Putri : D241100735. Ossy Rama Aditya : D241100776. Mugi MiraLestari : D24110086

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: Usus kelinci

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usus halus merupakan bagian yang sangat penting dari saluran pencernaan.

Di dalamnya berlangsung tahap-tahap akhir pencernaan bahan makanan, yang

kemudian disiapkan untuk diabsorpsi di dalam usus. Gerakan-gerakan usus tersebut

adalah segmentasi, pendulum dan peristaltik. Gerakan segmentasi merupakan

gerakan usus yang paling penting pada usus halus yang berfungsi untuk memotong-

motong makanan. Gerakan pendulum (bandul lonceng) berperan dalam pencampuran

lokal isi usus dengan getah-getah pencernaan, gerakan ini berfungsi meremas-remas

makanan, dan gerakan peristaltik merupakan mekanisme utama dari gerakan maju isi

usus yang lunak, berperan untuk mendorong makanan. Oleh karena itu, pada

percobaan kali ini akan dilakukan beberapa perlakuan pada usus kelinci secara in situ

dengan mengamati usus yang telah diberi cairan dengan suhu yang berbeda yaitu

pada suhu 15oC, 37oC dan 40oC serta mengamati usus yang telah ditetesi hormon

adrenalin dan asetilkolin.

Tujuan.

Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari gerakan usus insitu pada

kelinci yang dibius, dan pengaturan otonom gerakan-gerakan tersebut . Serta

mempelajari segmen usus yang diisolasi dan mengamati beberapa reaksi, yaitu :

kontarksi ritmis usus normal, pengaruh suhu terhadap frekuensi/kekuatan kontraksi,

dan pengaruh zat-zat kimia yang otonom.

Materi

Materi yang digunakan pada percobaan pergerakan usus kelinci dan pengaruh

zat kimia adalah beberapa kelinci. Alat dan bahan yang digunakan antara lain :

kelinci, alat-alat diseksi, larutan tyrode 37oC, cawan petri berdiameter 30 cm, alat

suntik (syringe) 20 cc, air panas 20oC, air dingin 15oC, adrenalin 1:10.000, dan

asetilkolin 1 : 100.000.

Page 3: Usus kelinci

Metode

Seekor kelinci di anestesi lalu dipotong, kemudian abdomennya dibuka untuk

diamati gerakan segmentasi, pendulum dan peristaltik. Selanjutnya usus halus

kelinci dikeluarkan lalu dipotong menjadi 2 bagian masing-masing panjang 5 cm dan

dimasukan kedalam cawan petri yang berisikan larutan tyrode 37oC. Dengan syringe

20 cc yang berisikan larutan yang sama isi usus perlahan-lahan disemprot keluar

sampai bersih, setelah itu sepotong dari usus halusnya dimasukkan ke dalam gelas

beker. Catat reaksi yang terjadi pada usus yang diberi air dengan suhu 15oC, 37oC

dan 40oC. Kemudian pada perlakuan selanjutnya, teteskan asetilkolin sebanyak 5-6

tetes pada usus lalu amati reaksi yang terjadi, lakukan hal yang sama pada larutan

adrenalin, amati dan catat hasilnya.

Data Percobaan

1.Pengaruh suhu : 2. Pengaruh zat kimia :

Kelompok Dingin

(15oC)

Normal

(37oC)

Panas

(40oC)

Adrenalin Asetilkolin

1 + + + + + + + + + + + + + +

2 + + + + + + + + - +

3 + - + + + + + + + + +

4 + + + + + + + + + + + + + +

5 + + + + + + + + + + _ +

6 + + + + + + + + + + + + + +

Keterangan :

- : Tidak ada reaksi+ : Mengkerut perlahan

+ + : Mengkerut cepat+ + + : Mengembang perlahan

+ + + + : Mengembang cepat

Page 4: Usus kelinci

Hasil Pengamatan Literatur

Hasil Pembahasan

Usus halus merupakan organ utama untuk melakukan aktivitas pencernaan

dan penyerapan nutrien. Usus halus memiliki beberapa pergerakan, seperti

segmentasi yang berfungsi untuk memotong-motong makanan menjadi bagian yang

lebih kecil, pendulum (bandul lonceng) yang berfungsi untuk mencampurkan isi

lokal usus dengan getah pencernaan, usus halus dapat bergerak karena adanya

gerakan peristalsis. Peristalsis berfungsi untuk menggerakkan isi usus (kimus)

sepanjang usus dan meningkatkan pergeseran isi usus dengan permukaan mukosa

usus, sehingga isi usus dapat dicerna dan nutrient dapat diabsorbsi (Thomas, 2003).

Gerakan peristalsis usus halus dapat berubah oleh pengaruh virus, bakteri, parasit,

dan toksin (Berkes et al., 2003). Penyebab utama perubahan gerak peristalsis usus

halus adalah kepadatan neuron mienterik (Aube et al., 2006).

Sistem saraf mienterik memiliki peran penting dalam motilitas saluran

pencernaan serta beberapa fungsi lainnya. Isi usus digerakkan sepanjang usus halus

oleh gelombang peristalsis. Pleksus mienterik secara langsung berhubungan dengan

mekanisme fisiologis refleks ini di usus halus. Pleksus tersebut dibentuk oleh neuron

(Toda dan Arnold,2005).

http://dc373.4shared.com/doc/59HIF_EV/preview_html_61f38e93.gif

Page 5: Usus kelinci

Pada perlakuan suhu yang berbeda usus kelinci mengembang dengan cepat

pada suhu normal (37oC), mengembang perlahan pada suhu panas (40oC) dan

mengkerut dengan cepat pada suhu dingin (15oC). Hal ini dikarenakan ketika usus

diberi air bersuhu dingin, usus mengalami kontraksi kerut dengan cepat karena

adanya kelihangan kalor yang bersifat eksoterm. Selanjutnya ketika usus diberi air

bersuhu normal, usus mengembang lebih cepat karena perbedaan suhu yang yang

cukup jauh, sehingga usus menyerap lebih banyak kalor dari lingkungan yang

bersifat endoderm, dan ketika usus diberi air bersuhu panas, usus mengembang

perlahan sebab perbedaan suhu yang tidak cukup jauh antara suhu 37oC dengan 40oC,

ini menyebabkan kalor yang diserap tidak optimal.

Hasil praktikum kelompok kami berbeda dengan kelompok lain dikarenakan

beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah perbedaan cara pandang dan pemikiran

setiap praktikan terhadap objek yang diamati. Oleh karena itu, hal ini merupakan

alasan mengapa data kelompok kami berbeda dengan kelompok lain. Selain itu,

penyebab kesalahan yang terjadi dalam praktikum dapat disebabkan karena usus

terlalu lama diperlakukan sehingga usus tersebut mati, serta kurang cermat dalam

mengamati reaksi yang terjadi.

Usus terdiri atas otot polos dan memiliki aktivitas yang dipengaruhi oleh

sistem saraf otonom. Kekuatan dan kecepatan gerakan usus dipengaruhi oleh sistem

saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis bekerja menghambat aktivitas usus

sedangkan saraf parasimpatis bekerja menstimulasi aktivitas usus (Frandson,1992).

Ujung saraf terminal dari sistem parasimpatis semua mensekresi asetilkolin,

sedangkan sebagian besar ujung saraf simpatis mensekresi adrenalin. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil percobaan yang kelompok kami lakukan adalah benar

karena sesuai dengan literatur yang kami dapatkan, yaitu ketika usus ditetesi hormon

adrenalin, usus tersebut tidak bereaksi. Sedangkan ketika usus ditetesi hormon

asetilkolin usus bereaksi dengan mengkerut perlahan.

Page 6: Usus kelinci

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kita dapat

mengetahui gerakan usus in situ dan pengaturan otonom gerakan usus

tersebut dan mengetahui pengaruh suhu dan pemberian zat kimia berupa

hormon yang bersifat otonom pada frekuensi/kontraksi usus.

Daftar Pustaka

Aube A-C, Cabarrocas J, Bauer J, Philippe D, Aubert P, Doulay F, Liblau R, Galmiche JP, Neunlist M. 2006. Changes in enteric neurons phenotype and intestinal functions in a transgenic mouse model of enteric glia discruption. J GUT 55:630-637.

Berkes J, Viswanathan VK, Savkovic SD, Hecht G. 2003. Intestinal epithelial response to enteric pathogens: effects on the tight junction barrier, ion transport, and inflammation. J Gut 52:439-451.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisioligi Ternak Edisi 4. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta.

Page 7: Usus kelinci

Lampiran