Upload
eva-canceremoet
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
1/11
1. Komentar Artikel “Perlindungan Anak”Tersebut:
Menurut pendapat saya, saya setuju dengan ulasan dalam artikel tersebut. Dalam
artikel tersebut dijelaskan bahwa sistem perlindungan anak di Indonesia sudah mulai
dikembangkan dengan cukup baik, hal ini dapat terlihat dari dibentuknya undang-undang
No 11/!1 tentang sistem peradilan pidana anak serta peraturan daerah yang mencakup
tentang peraturan dan kebijakan perlindungan anak serta telah dibentuk beberapa program
bantuan sosial ino"ati# kepada anak-anak yang rentan menghadapi resiko terhadap
penelantaran, eksploitasi kekerasan dan diskriminasi. Namun, dalam perkembangan
tersebut memang masih ditemui banyak kekurangan dan celah dalam mengatasi
kekerasan pada anak. Dalam artikel tersebut juga menjelaskan prosentase daerah yang
mengalami tingkat kekerasan pada anak serta jumlah penduduk yang terlihat. $ika
dikaitkan dengan %ndang-undang perlindungan anak, tampak bahwa masih banyak
masyarakat di Indonesia ini yang belum menyadari tentang pentingnya perlindungan pada
anak sejak dini.
&rtikel tersebut juga menjabarkan secara detail tentang hambatan mengenain
penerapan sistem perlindungan anak di Indonesia antara lain ' tradisi dan praktek tertentu
yang malah menimbulkan dampak buruk terhadap anak dan bahkan telah melanggar hak
mereka, kurangnya petugas khusus dan prosedur yang jelas bagi petugas penegak hukum
pada kasus kekerasan pada anak, tidak adanya model asuh alternati"e serta kurang
meratanya program bantuan sosial yang diberikan pemerintah. Dengan adanya ulasan
artikel tersebut harusnya dapat digunakan sebagai cerminan dan perbaikan dalam
menangani kasus kekerasan pada anak
2. Ringkasan artikel 200-2500 kata :
PER!"#$"%A" A"AK
!. Pendekatan berbasis sistemI.1. (istem perlindungan anak yang e#ekti# melindungi anak dari segala bentuk kekerasan,
perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran.
Dalam tingkat yang dasar, penyebab kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi
dan penelantaran anak saling berkaitan. %ntuk mengetahui akar masalah tersebut dan
mengidenti#ikasinya, dibutuhkan tindakan untuk melindungi anak dengan pendekatan
berbasis sistem.
I.. (istem perlindungan anak yang e#ekti# mensyarakatkan adanya komponen-komponen
yang saling terkait.
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
2/11
)omponen tersebut meliputi sistem kesejahteraan sosial bagi anak-anak dan
keluarga, sistem peradilan yang sesuai dengan standar internasional, dan mekanisme
untuk mendorong perilaku yang tepat dalam masyarakat. (elain itu, juga diperlukan
kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung serta sistem data dan in#ormasi
untuk perlindungan anak. Di tingkat masyarakat, berbagai komponen tersebut harus
disatukan dalam rangkaian kesatuan pelayanan perlindungan anak yang mendorong
kesejahteraan dan perlindungan anak dan meningkatkan kapasitas keluarga untuk
memenuhi tanggung jawab mereka.
I.*. +angkaian pelayanan perlindungan anak di tingkat masyarakat dimulai dari layanan
pencegahan primer dan sekunder sampai layanan penanganan tersier.
ayanan pencegahan primer bertujuan untuk memperkuat kapasitas
masyarakat secara menyeluruh dalam pengasuhan anak dan memastikan keselamatanmereka. ayanan ini meliputi kegiatan-kegiatan yang mengubah sikap dan perilaku,
memperkuat keterampilan orangtua, dan menyadarkan masyarakat tentang dampak
yang tidak diinginkan dari kekerasan terhadap anak. ayanan pencegahan sekunder
atau layanan inter"ensi dini di#okuskan pada keluarga dan anak-anak yang beresiko,
dilakukan dengan mengubah keadaan sebelum perilaku kekerasan menimbulkan
dampak buruk secara nyata terhadap anak-anak, misalnya melalui konseling dan
mediasi keluarga serta pemberdayaan ekonomi. Inter"ensi tersier menangani situasi
dimana anak sudah dalam keadaan krisis sebagai akibat kekerasan, perlakuan salah,
eksploitasi, penelantaran, atau tindakan-tindakan buruk lainnya. leh karena itu,
inter"ensi ini bertujuan untuk membebaskan anak-anak dari dampak buruk atau, jika
dianggap layak, melakukan pengawasan terstruktur dan memberikanlayanan
dukungan. Mekanisme pencegahan dianggap lebih dibandingkan tepat dibandingkan
inter"ensi tersier atau reakti#.
!!. &istem 'erlindungan anak di !ndonesiaII.1. )erangka hukum dan kebijakan di Indonesia perlu diperkuat untuk mencegah
dan menangani kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran anak.
)erangka hukum dan kebijakan yang ada saat ini kondusi# untuk
mempromosikan hak anak, tetapi masih terdapat beberapa kesenjangan. )erangka
hukum tersebut harus menunjuk lembaga pemerintah dengan tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang jelas terhadap penanganan dan penyediaan layanan
perlindungan anak. Indonesia juga menghadapi tantangan untuk memastikan
keselarasan peraturan daerah erda0 dan kebijakan perlindungan anak di hampir !!
kabupaten, masing-masing dengan kewenangan untuk menetapkan peraturannya
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
3/11
sendiri. leh karena itu, langkah terakhir yang dilakukan oleh pemerintah pusat untuk
mengembangkan pedoman erda yang mengacu pada pendekatan berbasis sistem
terhadap perlindungan anak merupakan sebuah langkah positi#.
II.. %ndang-undang No. 11 / !1 tentang (istem eradilan idana &nak, yang
baru ditandatangani pada bulan $uli !1, merupakan langkah maju yang penting.
%ndang-undang baru tersebut akan mulai berlaku dalam waktu dua tahun.
%ndang-undang ini menggunakan prinsip-prinsip keadilan restorati# untuk menangani
kasus-kasus yang melibatkan remaja, termasuk rehabilitasi, dan memperkenalkan
mekanisme untuk lebih menge#ekti#kan di"ersi, yaitu penyelesaian di luar pengadilan.
&kan tetapi, ada bagian-bagian dari undang-undang tersebut yang masih tidak sesuai
dengan standar internasional. Misalnya, kepentingan terbaik anak tidak selalu menjadi
pertimbangan utama dalam prosedur dan usia minimal pertanggungjawaban pidana
adalah 1 tahun. Dalam banyak hal, pelaksanaan di"ersi tergantung pada persetujuan
dari korban. engiriman anak ke institusi menjadi salah satu pilihan dalam di"ersi, di
antara opsi-opsi lain, yang dapat menyebabkan penahanan administrati# atau de #acto
tanpa jaminan hukum sepenuhnya.
II.*. Di tingkat kabupaten, peraturan dan kebijakan tentang perlindungan anak
cenderung ber#okus pada permasalahan, terbatas pada rehabilitasi korban dan
seringkali mengabaikan aspek-aspek pencegahan.
2idak adanya penetapan kewenangan yang jelas bagi pelayanan perlindungan
anak di tingkat pro"insi dan kabupaten menyebabkan aksi-aksi ter#ragmentasi dan
kurang terkoordinasi. emerintah daerah tidak mengalokasikan anggaran yang
memadai untuk perlindungan anak, dan kapasitas untuk implementasi secara umum
lemah.
II.3. ayanan kesejahteraan sosial dan keluarga di banyak pro"insi telah
mengembangkan penanganan tersier dengan baik bagi anak-anak dalam krisis, tetapi
tetap belum memadai dalam hal pencegahan.
%nit-unit polisi khusus &0 dan pusat pelayanan terpadu berbasis rumah
sakit 2 dan )20 memberikan pelayanan medis, dukungan psikososial, bantuan
hukum dan prosedur in"estigasi yang sensiti# anak bagi anak-anak yang menjadi
korban dari berbagai bentuk kekerasan dan perdagangan anak yang serius. &kan
tetapi, unit-unit pelayanan ini biasanya hanya menangani kasus-kasus yang paling
berat. %nit-unit tersebut tidak memiliki mandat atau kapasitas untuk menilai
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
4/11
pengasuhan dalam keluarga, atau untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan
pelayanan dan perlindungan yang tepat setelah mereka meninggalkan pusat pelayanan
tersebut. +espon tersier juga di#okuskan pada pengembangan rumah perlindungan
sosial anak +(&0, dimana korban anak-anak dapat berlindung.
II.. 2anpa mekanisme identi#ikasi dini, sistem dan pelayanan cenderung hanya
merespon ketika anak sudah berada dalam krisis.
$aringan pekerja sosial dan parapro#esional yang ada tidak dilengkapi dengan
keterampilan untuk melibatkan masyarakat dan keluarga dan memberikan layanan
primer dan sekunder yang melindungi anak-anak. ekerja sosial tidak memiliki
kewenangan untuk ikut campur tangan atas nama negara.
II.4. rogram bantuan sosial ino"ati# memberikan bantuan kepada kelompok anak-
anak yang paling rentan.
emerintah Indonesia mengakui bahwa perampasan ekonomi dapat
meningkatkan kerentanan anak dan bahwa anak dalam kemiskinan ekstrim
menghadapi resiko yang lebih tinggi terhadap penelantaran, eksploitasi, kekerasan
dan diskriminasi. rogram )esejahteraan (osial &nak )(&0 memberikan bantuan
tunai secara langsung kepada lima kelompok anak yang dide#inisikan sebagai 5anak
terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak cacat dan anak
yang memerlukan perlindungan khusus.6 ekerja sosial pemerintah atau berbasis
(M memantau pencairan dan penggunaan bantuan tunai tersebut. 7antuan tunai ini
membantu anak memenuhi beberapa kebutuhan dasar, seperti pangan, pelayanan
pendidikan dan kesehatan, dan mendorong pergeseran dari pelayanan berbasis
institusi ke berbasis keluarga.
!!!.Kerentanan
III.1. ada tahun !1!, persen anak balita di Indonesia telah memiliki akta
kelahiran, peningkatan sebesar 1 persen sejak tahun !!1.
&nak-anak yang tidak tercatat dan tidak memiliki akta kelahiran menghadapi
resiko yang lebih besar untuk diperdagangkan dan dieksploitasi secara seksual,
dipaksa menikah sebagai anak dan dieksploitasi sebagai pekerja anak. erhitungan
dengan menggunakan data sensus menunjukkan bahwa lebih dari 1! juta anak tidak
terda#tar di seluruh Indonesia. erbedaan angka antar pro"insi sangat besar. 7iaya
merupakan alasan yang paling umum disampaikan terhadap kegagalan untuk
menda#tarkan kelahiran terlepas dari tempat tinggal dan status ekonomi. Mengakui
pentingnya masalah ini, emerintah telah membebaskan pencatatan kelahiran dari
biaya apapun. &kan tetapi, pembebasan biaya ini tidak sepenuhnya memecahkan
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
5/11
persoalan di atas, karena biaya transportasi dan biaya tidak langsung seperti waktu
libur kerja0 masih menjadi masalah, dan beberapa kabupaten terus memungut biaya.
&lasan kedua yang paling banyak dikemukakan untuk tidak menda#tarkan kelahiran
anak adalah kurangnya in#ormasi' tidak tahu mengapa dan dimana mereka harus
menda#tarkan kelahiran.
III.. )ekerasan terhadap anak di rumah, di jalan dan di sekolah perlu mendapatkan
perhatian segera.
Menurut sur"ei empat pro"insi !!8, sebagian besar responden remaja di
&ceh, apua, $awa 2engah dan Nusa 2enggara 2imur melaporkan pengalaman
kekerasan, termasuk kekerasan seksual. )ekerasan terjadi di rumah atau dalam
lingkungan keluarga. )ekerasan ini dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya
bertanggung jawab untuk melindungi anak-anak. )ekerasan juga dilakukan oleh guru baik di sekolah negeri maupun pesantren. +encana embangunan $angka Menengah
Nasional +$MN0 !1!-!13 menekankan masalah kebutuhan data, dan analisa
tentang, kekerasan terhadap anak, resiko dan #aktor-#aktor penyebab.
III.*. &nak yang berhadapan dengan hukum memerlukan perlindungan dari
kekerasan dan pelanggaran.
7anyak anak dipenjara karena kejahatan kecil dan pelanggaran-pelanggaran
ringan, seperti pencurian, pergelandangan, pembolosan, atau penyalahgunaan obat.
Indonesia memiliki sekitar empat juta anak yang terlibat sebagai pekerja anak,
termasuk dua juta yang bekerja dalam kondisi berbahaya. &nak-anak yang bekerja
berjumlah kira-kira tujuh persen dari kelompok usia -19 tahun pada tahun !!8.
(ebagian besar bekerja sebagai pekerja keluarga yang tidak dibayar dan pertanian.
Mereka yang terpapar oleh kondisi berbahaya atau bentuk-bentuk terburuk pekerja
anak meliputi anak-anak yang bekerja di pertambangan, bangunan, penggalian dan
anak-anak yang dipekerjakan di tempat-tempat seks komersial. :ampir dua pertiga
anak yang tidak bersekolah terlibat dalam beberapa kegiatan produkti#. (eperempat
anak yang tidak bersekolah dalam kelompok usia 1!-13 tahun memiliki kurang dari
empat tahun pendidikan, yang berarti bahwa mereka akan tumbuh menjadi orang
dewasa yang buta huru# secara #ungsional. &ngka-angka ini menunjukkan pentingnya
percepatan upaya-upaya dalam kesempatan pendidikan yang kedua dan dalam
memberikan pelayanan-pelayanan lain yang meningkatkan pilihan hidup anak.
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
6/11
III.3. re"alensi pekerja anak di daerah perdesaan kira-kira tiga kali pre"alensi di
daerah perkotaan. Di antara anak-anak yang lebih tua, pre"alensi tersebut banyak
melibatkan anak laki-laki daripada anak perempuan
III.. (embilan puluh persen anak yang ditempatkan di lembaga pengasuhan anak
biasanya memiliki minimal satu orang tua yang hidup.
III.4. (tandar pelayanan di lembaga pengasuhan anak masih kurang memadai,
meskipun )eputusan Mentri (osial pada 2ahun !11 telah mentapkan standar
pelayanan di lembaga pengasuhan anak.
!(. )ambatan
I;.1. 2radisi, sikap dan praktek tertentumenimbulkan dampak buruk terhadap anak-anak dan melanggar hak-hak mereka.
Misalnya, banyak masyarakat menganggap hukuman #isik dan kekerasan
terhadap anak sebagai norma. )ampanye ad"okasi pada umumnyabelum e#ekti#
dalam mengubah perilaku tersebut. )ampanye tersebut di#okuskan pada
pendistribusian poster dan bahan-bahan komunikasi lainnya, dan memiliki jangkauan
yang terbatas.
I;.. )erangka hukum dan kebijakan nasional harus menangani kesenjangan yang
melemahkan perlindungan anak.
)ebijakan belum sepenuhnya sesuai dengan standar internasional. )erangka
hukum masih memuat ketentuan-ketentuan yang bertentangan, misalnya, de#inisi anak
dan usia minimal tanggung jawab pidana.
I;.*. :ambatan dalam peradilan anak meliputi kurangnya sta## khusus, tidak adanya
prosedur yang jelas bagi petugas penegak hukum dan kurangnya sumber daya,
khususnya terbatasnya alokasi anggaran untuk petugas pengawas masa percobaan.2erbatasnya jumlah #asilitas penahanan anak berarti bahwa anak-anak masih
dapat ditempatkan dalam tahanan dengan narapidana dewasa. Di tingkat masyarakat,
dimana praktek-praktek peradilan tradisional dan in#ormal masih diberlakukan, tidak
ada prosedur yang jelas mengenai anak-anak dan tidk adaa kesepakatan dengan polisi
tentang mekanisme tersebut.
I;.3. :ambatan normati# dan kelembagaan di tingkat kabupaten menyebabkan
pelayanan kesejahteraan dan perlindungan anak tidak dapat diberikan secara sangat
e#ekti#'
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
7/11
• egislasi kabupaten pada umumnya tidak sesuai dengan hukum nasional.
• )oordinasi pada umumnya kurang memadai. Misalnya, sektor peradilan jarang
berhubungan dengan mereka yang bertanggung jawab terhadappelayanan
kesejahteraan sosial.
• 2ugas dan tanggung jawab seringkali tidak jelas, karena tidak adanya kewenangan
yang jelas bagi pengelolaan dan pemberian pelayanan perlindungan anak di
tingkat pro"insi dan kabupaten.
• )urangnya jumlah, kapasitas dan mandat pekerja sosial menghambat pemberian
pelayanan untuk melindungi anak. Dengan kata lain, pelayanan asuhan tersier saat
ini belum menjadi bagian dari rangkaiankesatuan pelayanan yang menjangkau
masyarakat dan lingkungan keluarga.
• enentuan sasaran masih menjadi masalah bagi program )(&. rogram tersebut
juga perlu meningkatkan pemantauannya.
I;.. 2idak adanya model pengasuhan alternati# merupakan hambatan utama untuk
bergeser dari engasuhan lembaga.
&nak-anak tanpa pengasuhan orang tua dan anak-anak dari keluarga miskin
memerlukan pilihan-pilihan lain selain pelembagaan untuk tumbuh dalam lingkungan
protekti# dan untuk melanjutkan pendidikan mereka. psi pengasuhan berbasis
keluarga perlu dikembangkan dalam sistem pengasuhan alternati# yang didukung dan
diatur oleh pemerintah.
I;.4. rogram bantuan sosial untuk pendidikan harus menjangkau anak-anak
termiskin.
7antuan (iswa Miskin 7(M0 yang memberikan bantuan tunai kepada siswa
miskin, dan 7antuan perasional (ekolah 7(0 untuk dana operasional sekolah,
keduanya berbasis sekolah dan belum secara e#ekti# menjangkau anak-anak termiskin
yang tidak bersekolah.
I;.9. Data perlindungan anak harus digunakan untuk perencanaan dan penyusunan
kebijakan secara lebih tepat.
Data tentang #enomena seperti kekerasan dan perdagangan anak kurang
dipahami, sedangkan data lain, seperti tentang pekerja anak dan pernikahan dini,
dikumpulkan melalui sur"ei yang dilakukan secara periodik.
(. Peluang $ntuk melakukan tindakan;.1. %ndang-undang peradilan anak yang baru memberikan beberapa kesempatan.
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
8/11
%ndang-undang ini melakukan pengalihan wajib, mengharuskan penegakan
hukum untuk menunjuk sta## yang berserti#ikasi, dan memperkuat peran petugas
pengawas masa percobaan dan pekerja sosial. %ntuk mengimplementasikan undang-
undang baru tersebut, diperlukankepastian kapasitas dan sumber daya yang memadai
untuk memperkuat peran dan prosedur yang sudah diperkuat ini.
;.. (istem kesejahteraan dan perlindungan anak harus bergeser dari pendekatan
reakti# dan berbasis institusi.
(elain itu, diperlukan pendekatan yang lebih komprehensi# bagi pemberian
pelayanan kesejahteraan anak dan keluarga, yang menghubungkan pelayanan tersier
dengan pelayanan primer dan sekunder dalam sebuah rangkaian kesatuan
perlindungan bagi anak-anak. endekatan ini melibatkan aksi-aksi dalam beberapa
bidang'
• )erangka hukum dan peraturan perlu ditingkatkan. )erangka hukum yang
menyeluruh dan mengikat diperlukan di tingkat pusat. )erangka hukum dan
peraturan di tingkat pro"insi dan kabupaten harus sejalan dengan kerangka nasional.
• enguatan dan pemberian pelayanan kesejahteraan dan perlindungan anak
memerlukan gambaran yang jelas tentang tugas, tanggung jawab dan proses
kelembagaan di setiap tingkat. roses dan kriteria pelaporan, penilaian, dan
perencanaan inter"ensi dan penanganan kasus perlu dipetakan, dilakukan standarisasidan disosialisasikan di semua tingkat.
• )apasitas pekerja sosial pro"insi, kabupaten, dan masyarakat perlu diperkuat. 2ugas
dan tanggung jawab yang baru ditetapkan dan akuntabilitas harus menentukan
kapasitas yang diperlukan di setiap tingkat. ekerja sosial di tingkat kabupaten dan
masyarakat memerlukan alat praktis, pelatihan keterampilan, bimbingan dan
pengawasan.
• )abupaten harus mengambil peran dalam melaksanakan pelatihan dan akreditasi
pekerja sosial. ekerja sosial kini menjadi tanggung jawab )ementerian (osial, tetapi
seiring dengan perkembangan jaringan, kabupaten harus mengambil alih sehingga
pekerja sosial menjadi pegawai kabupaten yang terakreditasi. etugas yang bekerja di
panti asuhan dan lembaga pengasuhan anak harus mendapatkan pelatihan ulang dan
diangkat kembali sebagai pekerja sosial masyarakat.
• elayanan penjangkauan untuk mengidenti#ikasi anak-anak beresiko perlu
menghubungkan pekerja sosial dengan jaringan sistem kesehatan berbasis
masyarakat. $aringan sistem kesehatan, yang terdiri dari puskesmas, pos kesehatan
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
9/11
dan osyandu, memiliki jangkauan terbesar. ekerja sosial harus ditempatkan di
tingkat kecamatan untuk berhubungkan dengan jaringan kesehatan.
;.*. )apasitas pemantauan dan sistem data perlu ditingkatkan. emerintah perlu
mengembangkan seperangkat indikator yang disepakati, standar terkait dan pendekatan
pengukuran.
Dalam banyak hal, ketika #enomena tersebut tabu atau tidak sah, data keluaran
tentang proses dan lembaga dapat menjadi pengganti yang berguna untuk mengukur
situasi. &kan tetapi, data keluaran yang berguna pertama memerlukan penetapan norma-
norma yang disepakati oleh pemerintah untuk proses dan lembaga. (edapat mungkin,
sur"ei tetap seperti (usenas dan (akernas harus dikembangkan. Indonesia juga harus
mempertimbangkan penguatan #ungsi pengawasan independen )omisi erlindungan
&nak Indonesia )&I0.
;.3. Di tingkat kabupaten dan pro"insi, lembaga perlindungan anak yang melakukan tugas
pemantauan perlu melakukan penyesuaian dengan indikator dan metodologi yang
disepakati secara nasional dalam kerangka nasional kesejahteraan dan perlindungan anak.
$ika koordinasi tersebut tidak dilakukan, data perlindungan anak tidak dapat
dibandingkan di seluruh pro"insi dan kabupaten, dan tidak berguna bagi kebijakan dan
perencanaan.
*. Kaitkan Artikel tersebut dengan $ndang-undang 'erlindungan anak dan !++PR:
Dalam artikel tersebut memberikan penjabaran dari isi %ndang-undang
perlindungan anak di Indonesia serta menganalisis perbedaan perundang-undangan
tersebut dengan hukum internasional I
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
10/11
Indonesia ini yang belum menyadari tentang pentingnya perlindungan pada anak sejak
dini.
Dalam %ndang-%ndang erlindungan anak Nomor * tahun !! yang telah
dirubah menjadi %ndang-%ndang Nomor * 2ahun !13 adalah merupakan upaya
Negara untuk menjamin segala hak dan kewajibannya. Dalam asal 3 hingga asal 18
%% erlindungan &nak menjelaskan mengenai hak dan kewajiban yang melekat pada
anak. (erta dapat dilihat dalam asal !, 5Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga,
dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak.6,
Dalam dunia internasioanal, berlaku perjanjian internasional yang teksnya
dihasilkan oleh 77 yaitu I
8/17/2019 Uts Perlindungan Anak Eva
11/11
undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan
in#ormasi serta pengaduan masyarakat dan melakukan e"aluasi dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan perlindungan anak serta melaporkannya kepada residen