Upload
dothuan
View
269
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UU-ITE dalam mendukung Pelayanan
Publik dan Administrasi Pemerintahan +
Sertifikasi Elektronik
DR. Edmon Makarim S.Kom, S.H., LL.M
Dosen Inti Penelitian Bidang Hukum Telematika FHUI
Th Judul Kegiatan Keluaran
1999 Legal framework for e-commerce
1999
RUU-IETE => UU 11/2008 + PP
82/2012
2003 Kerangka Hukum Indonesian
Cyberlaw
Modul Perkuliahan + Buku Ajar:
Kompilasi Kajian Hukum
Telematika
2009 Electronic System Provider Liability
for Implementing the IT
Governance
Buku Ajar: Tanggung Jawab PSE
2010
2011
Hak Konstitusional dan Telematika Artikel Jurnal Nasional dan
Internasional serta Buku Ajar
2010
2011
Notaris dan Transaksi Elektronik
(cybernotary)
Artikel Jurnal Nasional dan Jurnal
Internasional serta Buku Ajar
2011
2012
Privacy & Data Protection, Revisi Buku Ajar + RUU
Intersepsi
Masukan Rancangan Peraturan
Menteri Kominfo ttg Privacy dan
Informasi Komersial (spamming)
2014 Information Security & Resilience RUU Sandi + Rancangan Perpres
Cybersecurity
2014 National e-Authentication
Framework for ID: National e-
Identity Management
Artikel Jurnal Nasional dan Jurnal
Internasional serta revisi Buku
Ajar
2014 Trust Services by Community:
Community Certification Authority
Artikel Jurnal Nasional dan Jurnal
Internasional serta revisi Buku
Ajar
2015 • National e-Authentication for
Public Document in Government
Administration & Public Services
• CEG’s for Crypto Awareness
Artikel Jurnal Nasional dan Jurnal
Internasional serta revisi Buku
Ajar
Perkenalan: Sekilas LKHT &
Roadmap Risetnya
Pemerintah dlm Negara Hukum Modern
STATE:PRIVATE:
CIVIL SOCIETY:NGO’s
Good & Clean
Governance
Good Corporate
Governance
Public-Private
Partnership
SRO’sCSRLayanan
Publik
•Bentuk Negara dan
Peran Kepemerintahan
telah berubah:
dari pendekatan yg
sgt struktural menjadi
fungsional, dimana tidak
lagi pemerintah yang
menyelenggarakan
kemakmuran melainkan
komponen bangsa itu
sendiri
(lihat badan publik dan
pelayanan publik)
reinventing
government => efficiency,
availability + authenticity
Kerajaan Republik:
Night Watcherstate
Republik:
Welfare state
Republik:
National Wealth Creation
Hak dan Kewajiban Konstitusional
Constitution
UUD-NRI 1945
(Amend 1-4)
Intenational Instruments of Human Rights:• Freedom of Expression• Access to knowledge• Access to technology • Access to administration• Privacy, Dignity & Reputation• Right Against Self-Incrimination• Due Process of Law
Ethics:• Privacy,
• Accuracy,
• Property,
• Accessibility/Availability
• Responsibility
• Accountability
• Due Process
• Liability
Individual Rights + Public Interest
• Freedom of Expression
• Privacy (Anonymity, Reputation)
• Property
• Access to Public Information
• Rights Against Self Incrimination
Government Obligation:
Public Trust Obligation
• Public infrastructure
• People/citizen Administration
• E-voting
• Security
• etc
Other
Countries
Constitution
Legislation Products and CasesApakah kewajiban konstitusional
Pemerintah ?
Const’l. Liabilities
• Ps.27 (1), 28 i-j, 30, 31
Memajukan kesejahteraan
Umum dan Mencerdaskan
Kehidupan bangsa
Catt. Ringkas
Dinamika Hukum Telematika
Reformasi
TKTI (Tim Koordinasi
Telematika Indonesia
Detiknas
Kepres
20/2006 sd
1/2014.
National IT
Framework
2001
Sisfonas
Inpres 3/2003
E-gov
Inpres 6/2001
Kebijakan
Telematika
Nasional
(+ ) Kerangka TIK Nusantara (KARTIKA),
(+) Piagam Evaluasi TIK (EVATIK),
(+) Pedoman TIK Nasional,
(+) Pedoman Certification Authority
(+) RPP/Perpres e-gov, dst
Notes:
Masing-masing Flagship Program tsb
memiliki pola owner-member atau siapa
yang akan bertanggung jawab selaku
leader dalam mengelola pengembangan
TIK tersebut.
(i) e-Pendidikan, (ii) e-Procurement, (iii) National Single Window (INSW), (iv) e-Anggaran, (v) Nomor Identitas Nasional, (vi) Palapa Ring, dan (vii) Legalisasi Software.
DETIKNAS bertugas:
a. merumuskan kebijakan umum dan arahan
strategis pembangunan nasional, melalui
pengembangan TIK termasuk infrastruktur,
aplikasi, dan konten;
b. melakukan pengkajian, evaluasi, dan masukan
dalam menetapkan langkah-langkah
penyelesaian permasalahan strategis yang
timbul dalam rangka pengembangan TIK
c. melakukan koordinasi nasional dengan instansi
Pemerintah Pusat/Daerah, Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Dunia
Usaha, Lembaga Profesional, dan masyarakat
pada umumnya dalam rangka pengembangan
TIK serta memberdayakan masyarakat; dan
d. memberikan persetujuan atas pelaksanaan
program pengembangan TIK yang bersifat lintas
kementerian agar efektif dan efisien.
UU ITE
UU KIP
UU Pelayanan
Publik
UU Arsip
UU Adm Pemt
RUU Sandi
RUU Data
Pribadi
RPP DES, dll
UU 2/2002 Kepolisian
UU 3/2002 Pertahanan
UU 34/2004 TNI
UU 17/2011 Intelijen
RUU Rahasia Negara
RUU KamNas
RUU Komponen …?
Konsekwensi ASEAN ICT Master Plan & Community
2015, selain interoperabilitas antara e-ID management +
CA Asean members + authenticity of the public document
URGENSI
Pasal 4 UU ITE
a. mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;
b. mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
d. membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan
e. memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelengara Teknologi Informasi.
PP 82/2012-PSTE
Standar Minimum Penyelenggaraan, khusus utk pelayanan publik perlu izin terlebih dahulu Sertifikasi Kelaikan=> menjamin pelaksanaan IT Governance
mencakup Komponen2 IS => H/W, S/W, procedure, B/W dan Content
Mencakup Fungsi-fungsi => I,P, O, S, C
BCP, DRC, Back-up data,
Personal Data Protection
dsb.
SE utk non-pelayanan publik => Pendaftaran + Sertifikasi Keandalan(optional/fakultatif).
Pendataan/
Pendaftaran
PublicSertifikasi
Kelaikan
Sertifikasi
Keandalan
Yes
No Koordinasi
Dengan sektor
ybs
Harmonisasi kepentingan
antara
Pelaku Usaha dengan
Konsumen
Privacy Mark
Sertifikat Elektronik dan
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik
Sertifikat Elektronik Penyelenggara Sertifikasi ElektronikSertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat
elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan
identitas yang menunjukkan status subjek hukum para
pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh
penyelenggara sertifikasi elektronik
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum
yang berfungsi. sebagai pihak yang layak dipercaya, yang
memberikan dan mengaudit Sertifikat Elektronik
Disebutkan dalam Pasal 12 UU ITE Diatur dalam pasal 13 dan pasal 14 UU ITE
Diatur dalam Pasal 59 PP 82/2012 Diatur dalam Pasal 60 s/d Pasal 63 PP 82/2012
Pasal 60 PP 82/2012
Penyelenggara sertifikasi elektronik berwenang melakukan:
a. pemeriksaan calon pemilik dan/atau pemegang SertifikatElektronik;
b. penerbitan Sertifikat Elektronik;
c. perpanjangan masa berlaku Sertifikat Elektronik;
d. pemblokiran dan pencabutan Sertifikat Elektronik;
PP 82/2012 + Draft Permen ?Pasal 61
(1) Penyelenggara sertifikasi elektronik yang beroperasi di
Indonesia wajib memperoleh pengakuan dari Menteri.
(2) Pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas tingkatan:
a. terdaftar;
b. tersertifikasi; atau
c. berinduk.
Yang dimaksud dengan “penyelenggara
sertifikasi elektronik yang memperoleh
pengakuan status berinduk” adalah
penyelenggara sertifikasi elektronik yang
menerbitkan Sertifikat Elektronik dengan
menggunakan Tanda Tangan Elektronik
Root Certification Authority yang
dikeluarkan oleh Menteri.
Pasal 62
(1) Pengakuan dengan status terdaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) huruf a dapat diberikan oleh
Menteri setelah penyelenggara sertifikasi elektronik memenuhi persyaratan proses pendaftaran yang ditetapkan
dalam Peraturan Menteri.
(2) Pengakuan dengan status tersertifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) huruf b diberikan oleh
Menteri setelah penyelenggara sertifikasi elektronik memperoleh status terdaftar dan mendapatkan sertifikat
sebagai penyelenggara sertifikasi elektronik tersertifikasi dari lembaga sertifikasi penyelenggara sertifikasi
elektronik yang terakreditasi.
(3) Pengakuan dengan status berinduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) huruf c diberikan oleh
Menteri setelah penyelenggara sertifikasi elektronik memperoleh status tersertifikasi dan mendapatkan sertifikat
sebagai penyelenggara sertifikasi elektronik berinduk.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian pengakuan penyelenggara sertifikasi elektronik diatur
dalam Peraturan Menteri.
Pelayanan Publik
(UU 25/2009)
UU 30/2014
Administrasi Pemerintahan
Pasal 24
Dokumen, akta, dan
sejenisnya yang berupa
produk elektronik atau
nonelektronik dalam
penyelenggaraan
pelayanan publik
dinyatakan sah sesuai
dengan peraturan
perundang-undangan..
Penjelasan:
Cukup Jelas
Pasal 1
1. Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan
keputusan dan/atau tindakan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan.
2. Fungsi Pemerintahan adalah fungsi dalam melaksanakan Administrasi
Pemerintahan yang meliputi fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan,
pemberdayaan, dan pelindungan.
11. Keputusan Berbentuk Elektronis adalah Keputusan yang dibuat atau
disampaikan dengan menggunakan atau memanfaatkan media elektronik.
12. Legalisasi adalah pernyataan Badan atau Pejabat Pemerintahan tentang
keabsahan suatu salinan surat atau dokumen administrasi pemerintahan
yang dinyatakan sesuai dengan aslinya;
13. Sengketa Kewenangan adalah klaim penggunaan Wewenang yang
dilakukan oleh 2 (dua) Pejabat Pemerintahan atau lebih yang disebabkan
oleh tumpang tindih atau tidak jelasnya Pejabat Pemerintahan yang
berwenang menangani suatu urusan pemerintahan.
14. Konflik Kepentingan adalah kondisi Pejabat Pemerintahan yang memiliki
kepentingan pribadi untuk menguntungkan diri sendiri dan/atau orang lain
dalam penggunaan Wewenang sehingga dapat mempengaruhi netralitas
dan kualitas Keputusan dan/atau Tindakan yang dibuat dan/atau
dilakukannya.
15. Warga Masyarakat adalah seseorang atau badan hukum perdata yang
terkait dengan Keputusan dan/atau Tindakan.
UU 30/2014 Administrasi Pemerintahan• Pasal 1 angka (11) => Keputusan Berbentuk Elektronis adalah
Keputusan yang dibuat atau disampaikan dengan menggunakan atau
memanfaatkan media elektronik.
• BAB VII PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
Bagian Keempat Keputusan Berbentuk Elektronis (Pasal 38)
(1) Pejabat dan/atau Badan Pemerintahan dapat membuat Keputusan
Berbentuk Elektronis.
(2) Keputusan Berbentuk Elektronis wajib dibuat atau disampaikan apabila
Keputusan tidak dibuat atau tidak disampaikan secara tertulis.
(3) Keputusan Berbentuk Elektronis berkekuatan hukum sama dengan
Keputusan yang tertulis dan berlaku sejak diterimanya Keputusan
tersebut oleh pihak yang bersangkutan.
(4) Jika Keputusan dalam bentuk tertulis tidak disampaikan, maka yang
berlaku adalah Keputusan dalam bentuk elektronis.
(5) Dalam hal terdapat perbedaan antara Keputusan dalam bentuk elektronis
dan Keputusan dalam bentuk tertulis, yang berlaku adalah Keputusan
dalam bentuk tertulis.
(6) Keputusan yang mengakibatkan pembebanan keuangan negara wajib
dibuat dalam bentuk tertulis.
Catatan: Bagaimana keautentikan dokumen dari keputusan administrasi
Negara secara elektronik
Pasal 38
Ayat (1) Prosedur penggunaan
Keputusan Berbentuk Elektronis
berpedoman pada ketentuan
peraturan perundangundangan yang
mengatur tentang informasi dan
transaksi elektronik.
Ayat (2) Untuk proses pengamanan
pengiriman Keputusan, dokumen asli
akan dikirimkan apabila dibutuhkan
penegasan mengenai penanggung
jawab dari Pejabat Pemerintahan
yang menyimpan dokumen asli. Jika
terdapat permasalahan teknis dalam
pengiriman dan penerimaan dokumen
secara elektronis baik dari pihak
Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan atau Warga
Masyarakat, maka kedua belah pihak
saling memberitahukan secepatnya.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5) Cukup jelas.
Ayat (6) Cukup jelas.
LegalisasiBab IV bagian ke VI- Legalisasi Dokumen:
Pasal 73
(1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menetapkan
Keputusan berwenang untuk melegalisasi salinan/fotokopi
dokumen Keputusan yang ditetapkan.
(2) Legalisasi salinan/fotokopi dokumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan lain yang diberikan wewenang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau pengabsahan
oleh notaris.
(3) Legalisasi Keputusan tidak dapat dilakukan jika terdapat keraguan
terhadap keaslian isinya.
(4) Tanda Legalisasi atau pengesahan harus memuat:
a. pernyataan kesesuaian antara dokumen asli dan
salinan/fotokopinya; dan
b. tanggal, tanda tangan pejabat yang mengesahkan, dan cap
stempel institusi atau secara notarial.
(5) Legalisasi salinan/fotokopi dokumen yang dilakukan oleh Badan
atau Pejabat Pemerintahan tidak dipungut biaya.
Pasal 74
(1) Keputusan wajib menggunakan bahasa Indonesia.
(2) Keputusan yang akan dilegalisasi yang menggunakan bahasa
asing atau bahasa daerah terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
(3) Penerjemahan wajib dilakukan oleh penerjemah resmi.
Pasal 73
Ayat (1) Yang dimaksud dengan
“salinan/fotokopi” adalah termasuk juga
copy collationee.
Ayat (2) Yang dimaksud dengan “dokumen”
adalah setiap informasi yang
terdokumentasi dalam bentuk tertulis atau
bentuk elektronik yang dikuasai oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
berkaitan dengan aktivitas
penyelenggaraan pemerintahan dan/atau
pelayanan publik.
Kewenangan notaris untuk mengesahkan
dokumen dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (3) Yang dimaksud dengan “terdapat
keraguan” adalah karena robek,
penghapusan kata, angka dan tanda,
perubahan, kata-kata yang tidak jelas
terbaca, penambahan atau hilangnya
lembar halaman yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari dokumen.
Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5) Cukup jelas.
Pasal 74 Cukup jelas.
Apakah Legalisasi dapat
menjelaskan keotentikan suatu
dokumen ..??? dan
Apakah legalisasi dapat
melepaskan syarat kejelasan
identitas subyek hukum ..???
Perlukah Kerangka Hukum Nasional ttg Keotentikan ?
Apa yg menjadi hakekat dari otentik ?
Adanya validitas content + kepastian adanya pihak yg bertgg-jwb ?
Bgmana tracking rantai keotentikannya ?
Bagaimana Sistem Nasional menjamin ke-Otentikan secara elektronik, mencakup:
Repository public documents ?
Informasi Elektronik ataui Dokumen Elektronik resmi/otentik lintas negara => e-Apostille => cyber-notary
Identitas Penduduk (Warga-negara) + e-Certificate
Ke-otentikan situs pemerintah softcopy = cetak
Kejelasan SDM yg memenuhi kwalifikasi dan Kepastian prosedur pemeriksaan dan perlindungan informasi
Setelah otentik identitas Subyek Hukum terjamin dan kecakapan bersikap tindak menjadi terpenuhi, baru dapat dikatakan transaksi elektronik bisa dilegalisasi jika syarat obyektif kontrak terpenuhi.
Classification
Identification
Authentication
Encryption
Capture
Informasi Publik
(UU 14/2008)
Dokumen Publik
(Hague Agreement 1961)
Pasal 1 angka (2) UU-KIP:
Informasi Publik adalah informasi
yang dihasilkan, disimpan,
dikelola, dikirim, dan/atau diterima
oleh suatu badan publik yang
berkaitan dengan penyelenggara
dan penyelenggaraan negara
dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan badan publik
lainnya yang sesuai dengan
Undang¬Undang ini serta
informasi lain yang berkaitan
dengan kepentingan publik.
Article 1
The present Convention shall apply to public documents which
have been executed in the territory of one Contracting State and
which have to be produced in the territory of another Contracting
State. For the purposes of the present Convention, the following
are deemed to be public documents:
a) documents emanating from an authority or an official
connected with the courts or tribunals of the State, including
those emanating from a public prosecutor, a clerk of a court or a
process-server (“huissier de justice”);
b) administrative documents;
c) notarial acts;
d) official certificates which are placed on documents signed by
persons in their private capacity, such as official certificates
recording the registration of a document or the fact that it was in
existence on a certain date and official and notarial
authentications of signatures.
However, the present Convention shall not apply:
a) to documents executed by diplomatic or consular agents;
b) to administrative documents dealing directly with commercial
or customs operations.
UU 2/2014 revisi 30/2004JN
1 (1): Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta autentik
dan memiliki kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam
UndangUndang ini atau berdasarkan
undang-undang lainnya.
1 (7). Akta Notaris yang selanjutnya disebut
Akta adalah akta autentik yang dibuat oleh
atau di hadapan Notaris menurut bentuk
dan tata cara yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini.
1(13). Protokol Notaris adalah kumpulan
dokumen yang merupakan arsip negara
yang harus disimpan dan dipelihara oleh
Notaris sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
UU 11/2008 + PP 82/2012
Pasal 15
(1) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki
oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta
autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta,
menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan
Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang
lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Notaris berwenang pula: a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal
surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus;
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang
memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat
yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan
Akta;
f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau g.
membuat Akta risalah lelang.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam
peraturan perundangundangan.
Ps. 69 => notaris dapat menunjang LSK
Penj Ps 59 (5) => Menunjang (RA) dari
Penyelenggara Sertf. Elektronik
Ecops website
EU New regulation 910/2014E-Signatures
Belajar dari STORK: Secured Identity Cross Border Link
National e-ID Management ?
Models Regulations of PKI
Cross Recognition
• Self-Regulation
=>communities PKI
• “Mesh” PKI =>
Peer-to-peer
• “bridge” CSP.
NOTARIS
Physically
appearance: verifkasi e-ID dengan
persetujuan ybs
Notaris:• verifikasi ID
• Pembacaan
• Penandatanganan (Signing)
• Stempel (time stamping & seal)
• Pencatatan (registering on notary log record)
• Pelaporan (reporting & sending authentic e-
copy)
Public Repository
Document
SIAK
Instansi Terkait Hukum:• Database Badan Hukum
• Database Daftar Perusahaan
• Database NPWP
• Database Kepailitan
Kesimpulan• Selayaknya kita mengikuti EU Regulation 910/2014 dan juga menerapkan
e-apostile
• Selayaknya Digital ID setiap orang harus harmonis antara Database
Kependudukan dengan Database Badan Hukum dan Data Base Aparatur
Sipil Negara
o Meskipun Indonesia menganut single credential Dapatkah kita
menafikan e-ID private yang telah ada ?
o Tidakkah kita perlu Public Repository Document ?
o Tidakkah memerlukan peranan Kemkominfo + Lemsaneg untuk
menjamin perlindungan dan akuntabilitas sistem elektronik berikut
Dokumennya ?
o Bagaimana pengaruh Tata Naskah Dinas Elektronik dan Arsip
• KumHAM dan Kemlu serta instansi lain terkait harus bersinergi secara
elektronik.
Terima Kasih