Upload
spmbstan
View
512
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
26/05/2011
1
Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1 :
3. NJOP adalah harga rata-rata yg diperoleh
dari transaksi jual-beli yang terjadi
secara wajar, dan bilamana tak terdapat
transaksi jual-beli, NJOP ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain
yang sejenis, atau nilai perolehan baru,
atau NJOP pengganti.
Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Bumi :
adalah permukaan bumi
dan tubuh bumi yang meliputi
tanah dan perairan pedalaman
serta laut wilayah Indonesia.
Bangunan :
Konstruksi teknik yang
ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan / atau
perairan.
Kep. Men Keu R I No. 523 / KMK.04 / 1998 Tgl. 18 Desember 1998 Tentang
Penentuan Klasifikasi dan Besarnya NJOP
sabagai Dasar Pengenaan PBB.
Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. NJOP adalah harga rata-rata yg diperoleh dr transaksi jual-
beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tak terdapat
transaksi jual-beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga
dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau
NJOP pengganti.
2. NJOP meliputi nilai jual permukaan bumi ( tanah,
perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia)
beserta kekayaan alam yg berada di atas maupun
di bawahnya, dan / atau bangunan yang melekat
diatasnya.
3. Standar Investasi :
Jumlah biaya yang diinvestasikan
untuk suatu pembangunan dan atau
penanaman, dan atau penggalian jenis
sumberdaya alam atau budidaya tertentu,
yang dihitung berdasarkan komponen
tenaga kerja, bahan dan alat, mulai dari
awal pelaksanaan pekerjaan hingga
tahap produksi atau menghasilkan.
5/26/2011 EndartosTransp 6 5/26/2011 EndartosTransp 6
Areal Kebun = NJOP Tanah + ( Jumlah Inv. T P ) .
b. Areal Emplasemen dan Areal Lainnya dlm Kawasan
Perkebunan : sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan
penyesuaian seperlunya .
Areal Emplasemen = NJOP Tanah sekitarnya ( Penyesuaian )
c. OP berupa Bangunan adalah sebesar NJOP sebagaimana
dimaksud pada Pasal 1 angka 15 .
NJOP = sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 Angka 15 .
2. Penggolongan Wilayah, Jenis Perkebunan dan Besarnya Standar Investasi Tanaman
Perkebunan adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran I Keputusan ini.
Pasal 3 : 1. Besarnya NJOP atas OP Sekt. Perkebunan ditentukan sbb :
a. Areal Kebun adalah sebesar NJOP berupa tanah ditambah
dng Jumlah Investasi Tanaman Perkebunan sesuai dengan
Standar Investasi menurut umur tanaman .
26/05/2011
2
5/26/2011 EndartosTransp 7
PER-50/PJ/2008, tanggal 30 Desember 2008
PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN
SE-81/PJ/2008, tanggal 30 Desember 2008 Tentang PETUNJUK
PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-
50/PJ/2008 TENTANG PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERKEBUNAN
KEP – 16/PJ.6/1998 Tentang Pengenaan PBB yang mengatur mengenai pengenaan
Sektor Perkebunan ;
Peraturan DirJen Pajak No.PER- 174/PJ/2007 tentang Pedoman Penentuan SIT
Kelapa Sawit dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Diganti dengan :
HAL-HAL YANG BARU:
Sektor Perkebunan adalah objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang
digunakan untuk pengusahaan tanaman perkebunan dengan luasan
paling sedikit 2 (dua) hektar, termasuk emplasemen.
Mulai Tahun Pajak 2009, yang selama ini telah ditetapkan sebagai
objek pajak Sektor Perkebunan, harus diadministrasikan dalam
aplikasi SISMIOP untuk Sektor Perkebunan. (Readministrasi OP
PBB Sektor Perkebunan)
OP PBB yang digunakan untuk pengusahaan tanaman perkebunan
dengan luasan paling sedikit 2 hektar akan dikonversi dan
diadministrasikan dalam Aplikasi SISMIOP untuk Sektor
Perkebunan. Implementasinya menunggu instruksi lebih lanjut.
5/26/2011 EndartosTransp 9
HAL-HAL YANG BARU (LANJUTAN):
o SPOP dan LSPOP
o FDM (Formulir Data Masukan)
o SPPT dicetak melalui aplikasi,
dengan tampilan sama dengan
SPPT sektor P2
o RPN (Rincian Perhitungan Nilai)
o SK Kakanwil tentang SIT langsung ditetapkan oleh Kakanwil
(tidak menunggu usulan KPP Pratama)
Note : Untuk jenis tanaman tertentu yang belum ada SBPK dari Ditjen
Bun, diupayakan dari Dinas Perkebunan daerah masing-masing.
PENYAMPAIAN SPOP
SEKTOR PERKEBUNAN
• Penundaan Penyampaian SPOP Sektor Perkebunan
Tahun Pajak 2009
S – 518/PJ/2008 tanggal 31 Desember 2008
• Setelah sosialisasi ini masing-masing KPP Pratama
diminta untuk melaksanakan sosialisasi sekaligus
penyampaian SPOP format baru kepada WP PBB Sektor
Perkebunan.
S – 83/PJ.06/2009 tanggal 28 Januari 2009 ;
S – 93/PJ.06/2009 tanggal 4 Februari 2009 .
5/26/2011 EndartosTransp
DASAR PENGENAAN PBB
SEKTOR PERKEBUNAN
NJOP Bumi = NJOP Bumi/m2 x Luas Bumi (NJOP Bumi/m2 sudah termasuk SIT/m2)
NJOP Bang = NJOP bang/m2 x Luas Bang
NJOP = NJOP Bumi + NJOP Bangunan
5/26/2011 EndartosTransp 12
SPOP SEKTORPERKEBUNAN
Pendaftaran OP atau pemutakhiran data OP PBB Sektor Perkebunan dilakukan oleh subjek pajak atau WP dengan cara mengisi SPOP & LSPOP, dengan jelas, benar, dan lengkap.
LSPOP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SPOP.
SPOP harus ditandatangani oleh subjek pajak atau WP.
Dalam hal ditandatangani oleh bukan subjek pajak atau WP, harus dilampiri dengan:
o Surat Kuasa Khusus, jika luas areal perkebunan > 20 hektar; atau
o Surat kuasa, jika luas areal perkebunan 20 hektar.
26/05/2011
3
5/26/2011 EndartosTransp 13 Dilanjutkan di halaman berikutnya
Beri tanda silang pada kolom yang sesuai
Bagian yang diarsir diisi oleh Petugas
No. FormulirDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
1. JENIS TRANSAKSI
C. DATA DAN ALAMAT WAJIB PAJAK
14. NPWP
16. NAMA JALAN 17. BLOK/KAV/NOMOR
19. RW 20. RT18. DESA/KELURAHAN
21. KABUPATEN/KOTA
B. DATA LETAK OBJEK PAJAK
5. NAMA JALAN
7. DESA/KELURAHAN
6. BLOK/KAV/NOMOR
8. RW 9. RT
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
SEKTOR PERKEBUNAN
4. NOP ASAL
13. NAMA
12. STATUS
11. JENIS
a. Pemilik
a. Badan
b. Penyewa
b Orang Pribadi
c. Pengelola d. Pemakai e. Sengketa
b. Perhutanan HPHTI
a. Perkebunanx d. Pertambangan Migas
a. Perekaman Data Baru b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data
2. JENIS SEKTOR
A. INFORMASI TAMBAHAN UNTUK DATA BARU
Kantor Pelayanan Pajak Pratama ...............….....
10. KECAMATAN
c. Perhutanan Selain HPHTI
e. Pertambangan Panas Bumi
f. Pertambangan Galian C
g. Pertambangan Umum
3. NOP
Kec.
15. NOMOR TELEPON
22. KODE POS
Prov. Kab./Kota Desa/Kel. Blok No. Urut Kode
KETERANGAN
· Gambarkan Denah lokasi objek pajak (tanpa skala), yang
dihubungkan dengan jalan raya/ jalan protokol, jalan
lingkungan dan lain- lain, yang mudah diketahui oleh umum.
· Sebutkan batas-batas pemilikan sebelah Utara, Selatan,
Timur, dan Barat
Contoh Penggambaran
Jalan Desa Mamuju
Jala
n K
ecam
ata
n M
aje
ne
Kebun
XXX
Kebun AAA
DENAH LOKASI OBJEK PAJAK
Saya menyatakan bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya
adalah benar, jelas, dan lengkap menurut keadaan yang sebenarnya,
sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus atau surat kuasa.
- Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak
sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
PENDATA MENGETAHUI KASI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN
E. PENDATA & PEJABAT YANG BERWENANG
29. NIP
28. NAMA LENGKAP
27. TANDA TANGAN
33. NIP
32. NAMA LENGKAP
31. TANDA TANGAN
Kebun
ZZZ
Kebun
YYY
D. PERNYATAAN WAJIB PAJAK
26. TANGGAL/BULAN/TAHUN 30. TANGGAL/BULAN/TAHUN
25. NAMA LENGKAP
24. TANDA TANGAN
23. TANGGAL/BULAN/TAHUN
KEMBALI KE ALUR
EndartosTransp
A. DATA UMUM
2. NOP
Prov Kab/Kota Kec Kel/Desa Blok No Urut kode
1. JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data
No. FormulirLAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
SEKTOR PERKEBUNAN
B. DATA TANAH
3. KELAS KESESUAIAN LAHAN
a. S1 b. S2 c. S3 d. N
4. JENIS TANAH
a. Mineral b. Gambut
5. KONTUR TANAH
a. Datar b. Bergelombang
7. AKSESIBILITAS
c. Jarak terhadap Pemukiman
a. Kondisi jalan 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Sedang 4. Jelek
b. Jenis Perkerasan Jalan 1. Aspal 2. Sirtu 3.Tanah
km
a. Parit
b. Listrik
1. Ada
c. Jaringan Telepon
8. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR
2. Tidak ada
1. Ada 2. Tidak ada
1. PLN 2. Sendiri
9. KETERSEDIAAN CADANGAN LAHAN
UNTUK PENGEMBANGAN a. Ada
b. Tidak ada
Milik Sendiri
Milik Pihak Lain
12. PRODUKTIVITAS ton/tahun/ha
6. JENIS HAK ATAS TANAH
a. HGU b. Hak Milik c. Lainnya :……………...
10. PABRIK PENGOLAHAN
a. Ada
b. Tidak ada, Jarak dari pabrik pengolahan terdekat
km11. JARAK DARI PELABUHAN
km
13. AREAL PRODUKTIF
15. AREAL EMPLASEMEN (M2)
JENIS TANAMAN :
d.
a. Sudah diolah tetapi belum ditanami
b. Belum diolah
14. AREAL BELUM PRODUKTIF
a. Areal tidak poduktif/
Tidak dapat dimanfaatkan
a.
b.
c.
16. AREAL LAINNYA
17. JUMLAH LUAS YANG DIUSAHAKAN (M2)
JUMLAH LUAS AREAL PRODUKTIF (M2)
JUMLAH LUAS AREAL BELUM PRODUKTIF (M2)
JUMLAH LUAS AREAL LAINNYA (M2)
+
LUAS (M2)
b. Areal jalan
(3a + 3b + 3c + 3d)
(4a + 4b)
(6a + 6b)
(3)
(4)
(5)
(6)
(3 + 4 + 5 + 6)
EndartosTransp
C. RINCIAN LUAS AREAL PRODUKTIF SESUAI TAHUN TANAM
2. NOP
Prov Kab/Kota Kec Kel/Desa Blok No Urut Kode
1. JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data
No. FormulirLAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
SEKTOR PERKEBUNAN
11.
24.
25.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
27.
26.
28.
01.
02.
03.
04.
09.
08.
07.
06.
05.
10.
29.
30.
JENIS TANAMAN
JUMLAH LUAS (M2)
TAHUN TANAM LUAS (M2)NO
11.
24.
25.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
27.
26.
28.
01.
02.
03.
04.
09.
08.
07.
06.
05.
10.
29.
30.
TAHUN TANAMNO
JENIS TANAMAN
LUAS (M2)
+ +
JUMLAH LUAS (M2)
EndartosTransp
D. DATA BANGUNAN
2. NOP
Prov Kab/Kota Kec Kel/Desa Blok No Urut Kode
1. JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data
No. FormulirLAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
SEKTOR PERKEBUNAN
16. TANGKI
a. Tangki I
Volume (M3) JumlahTinggi (M)
b. Tangki II
c. Tangki III
d. Tangki …..
17. SILO
a. Silo I
Volume (M3) JumlahTinggi (M)
b. Silo II
c. Silo III
d. Silo …..
JUMLAH LUAS
(M2)
1 3 5
1 Pabrik/Kilang
2 Perkantoran
3 Perumahan
a. Tipe ………………………….
b. Tipe ………………………….
c. Tipe ………………………….
d. Tipe ………………………….
e. Tipe ………………………….
f. Tipe ………………………….
g. Tipe ………………………….
h. Tipe ………………………….
i. Tipe ………………………….
j. Tipe ………………………….
4 Mess/Guest House
5 Gudang
6 Ruang Workshop
7 Sarana Olah Raga/Rekreasi
8 Poliklinik/Baskebun/Puskebun, dll
9 MCK
10 Jalan diperkeras
11 Landasan Pesawat Udara/Helipad
12 Pelabuhan
13 Jembatan
14 Gorong-gorong
15 Bangunan Lainnya
JUMLAH
2
NO JENIS BANGUNAN UNIT
E. INFORMASI LAINNYA
5/26/2011 EndartosTransp
A. REKAPITULASI NILAI TANAH
B. REKAPITULASI NILAI BANGUNAN
JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data
b. Pemutakhiran Data
c. Penghapusan Data
FORMULIR DATA MASUKAN
SEKTOR PERKEBUNAN
C. PENILAI & PEJABAT YANG BERWENANG
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA ..............
NO JENIS AREAL LUAS (M2) NILAI TANAH PER M2 (RP)
1 AREAL PRODUKTIF
2 AREAL BELUM PRODUKTIF
a. Sudah diolah tetapi belum ditanami
b. Belum diolah
3 AREAL EMPLASEMEN
4 AREAL LAINNYA
a. Areal tidak produktif
b. Areal jalan
JUMLAH
NO JENIS BANGUNAN LUAS (M2) NILAI BANGUNAN (RP)
1 Pabrik/Kilang
2 Perkantoran
3 Perumahan
4 Mess/Guest House
5 Gudang
6 Ruang Workshop
7 Sarana Olah Raga/Rekreasi
8 Poliklinik/Baskebun/Puskebun, dll
9 MCK
10 Jalan diperkeras
11 Landasan Pesawat Udara/Helipad
12 Pelabuhan
13 Jembatan
14 Gorong-gorong
15 Bangunan Lainnya
JUMLAH
TGL/BLN/THN / /
TANDA TANGAN
NAMA LENGKAPNIP
PENILAITGL/BLN/THN / /
TANDA TANGAN
NAMA LENGKAPNIP
KASI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN
NOP . . . . . .
Tahun Pajak :
No. Formulir
5/26/2011 EndartosTransp
JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data
b. Pemutakhiran Data
c. Penghapusan Data
FORMULIR DATA MASUKAN
SEKTOR PERKEBUNAN
D. RINCIAN LUAS DAN NILAI TANAH AREAL PRODUKTIF
Kode
NOUMUR TANAMAN
(TAHUN)LUAS (M
2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
JUMLAH LUAS (M2)
Jenis tanaman
NILAI TANAH PER M2 (RP)
NOP . . . . . .
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA .......................
Kode
NOUMUR TANAMAN
(TAHUN)LUAS (M
2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
JUMLAH LUAS (M2)
Jenis tanaman
NILAI TANAH PER M2 (RP)
Tahun Pajak :
No. Formulir
26/05/2011
4
5/26/2011 EndartosTransp 19
E. R
INC
IAN
DA
TA
BA
NG
UN
AN
2. N
OP
1. J
EN
IS T
RA
NS
AK
SI
a. P
ere
ka
ma
n D
ata
b. P
em
uta
kh
iran
Da
tac. P
en
gh
ap
usa
n D
ata
No
. Fo
rmu
lirL
AM
PIR
AN
SU
RA
T P
EM
BE
RIT
AH
UA
N O
BJ
EK
PA
JA
K
SE
KT
OR
P
ER
KE
BU
NA
N
NO
1
1 Pabrik/Kilang
2 Perkantoran
3 Perumahan
a. Tipe ………………………
b. Tipe ………………………
c. Tipe ………………………
d. Tipe ………………………
e. Tipe ………………………
f. Tipe ………………………
g. Tipe ………………………
h. Tipe ………………………
i. Tipe ………………………
j. Tipe ………………………
4 Mess/Geust House
5 Gudang
6 Ruang Workshop
7 Sarana Olah Raga/Rekreasi
8 Poliklinik/Baskebun/Puskebun, dll
9 MCK
10 Jalan diperkeras
11 Landasan Pesawat Udara/Helipad
12 Pelabuhan
13 Jembatan
14 Gorong-gorong
15 Bangunan Lainnya
KONDISI BANGUNAN KONSTRUKSI ATAP DINDING LANTAI LANGIT LANGIT
1. sangat baik 1. baja 1. 1. kaca/alumunium 1. marmer 1. kayu jati/akustik
2. baik 2. beton 2. genteng beton 2. beton 2. keramik 2. tripleks/asbes/eternit
3. sedang 3. bata 3. genteng biasa/sirap 3. bata 3. teraso
4. jelek 4. kayu 4. asbes 4. kayu 4. ubin PC/papan
12
dekrabon/beton/gtg glazur
Keterangan : kolom 7 sampai dengan kolom 12 diisi dengan angka komponen bangunan sebagai berikut:
7 8 9 10 112 3 4 5 6
JENIS BANGUNANJUMLAH
LANTAI
TAHUN
DIBANGUN
TAHUN
RENOVASI
LISTRIK
WATT
KONDISI
BANGUNANKONSTRUKSI ATAP DINDING LANTAI
LANGIT
LANGIT
Pro
vK
ab
/Ko
taK
ec
Ke
l/De
sa
Blo
kN
o U
rut
Ko
de
5/26/2011 EndartosTransp 20
OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERKEBUNAN
1. Bumi o Areal Produktif, yaitu areal yang sudah ditanami, meliputi :
a. Areal tanaman belum menghasilkan; b. Areal tanaman menghasilkan;
o Areal Belum Produktif, terdiri dari: a. Areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami; dan/atau b. Areal belum diolah;
o Areal Emplasemen, yaitu areal yang digunakan untuk berdirinya bangunan dan sarana pelengkap lainnya dalam perkebunan;
o Areal Lainnya, terdiri dari: a. Areal tidak produktif/tidak dapat dimanfaatkan, seperti rawa, cadas, dan jurang;
dan/atau b. Areal jalan meliputi :
• jalan utama yang terletak di dalam dan/atau di luar areal perkebunan, • jalan produksi yang berfungsi untuk pengumpulan hasil • jalan kontrol yang berfungsi untuk pengawasan areal perkebunan.
2. Bangunan Meliputi segala konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan, yaitu bangunan dan infrastruktur lainnya seperti jalan, jembatan dan sebagainya.
Pasal 3 PBB
(1) OP yang tak dikenakan PBB adalah OP yang :
a. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum ;
b. digunakan utk kuburan, peninggalan purbakala, dll ;
c. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam dll ;
d. digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat
berdasarkan asas perlakuan timbal balik ;
e. digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi
Internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan ;
(2) OP yang digunakan oleh Negara untuk penyelenggaraan
pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah ;
(3) Besarnya NJOP TKP ditetapkan sebesar Rp 8.000.000,00
untuk setiap Wajib Pajak ;
(4) Penyesuaian besarnya NJOP TKP sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Keputusan Menteri Keuangan R I No.201/KMK.04/2000, tgl 6 Juni 2000
tentang Penyesuaian Besarnya NJOP TKP Sebagai Dasar Perhitungan PBB
Pasal 1 :
(1). Dasar pengenaan pajak adalah NJOP ;
(2). Kepada setiap Wajib Pajak diberikan NJOP TKP .
Pasal 2 : NJOP TKP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat (2) keputusan ini ditetapkan
setinggi-tingginya –
Rp 12.000.000,00 untuk setiap Wajib Pajak.
5/26/2011 EndartosTransp 23
Bab IV Tarif Pajak sebesar
0,5 %
Bab V Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Pasal 6 :
(1). Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
(2). NJOP ditetapkan oleh Men Keu R I.
(3). Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan serendah-rendahnya
20 % dan setinggi-tingginya 100 %.
(4). Besarnya % NJKP ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional. 5/26/2011 EndartosTransp 24
Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2002,
Tgl 13 Mei 2002, Tentang
Penetapan Besarnya NJKP untuk Perhitungan PBB
Objek Pajak PKB, PHT, PTB
dan Objek Pajak Lainnya
dengan
NJOP > Rp 1.000.000.000,00
Objek Pajak lainnya
dengan
NJOP < Rp 1.000.000.000,00
Dikenakan
40 % X NJOP
20 % X NJOP
26/05/2011
5
31.74.020.006.001-0104.0 05.033.647.8-034.000
KO TM KENCANA BLOK C 1/5
RT : 013 RW : 09
CENGKARENG BARAT
CENGKARENG
JAKARTA BARAT 11730
MANANA MAHINDA ENDARTO
KO TM KENCANA BLOK C 1/5
RT :013 RW : 09
CENGKARENG BARAT, CENGKARENG
JAKARTA BARAT 11730
BUMI 302 A 15 1.032.000 311.664.000
BANGUNAN 146 A 07 429.000 62.634.000
374.298.000
10.000.000
364.298.000 20 % x 364.298.000 72.859.600
0,5 % x 72.859.600 364.298 364.298
TIGA RATUS ENAM PULUH EMPAT RIBU DUA RATUS SEMBILAN PULUH DELAPAN RUPIAH
BANK DKI KEC CENGKARENG JL BANGUN NUSA RAYA
11803030916083MAO3A4601SL - 2003/03
28 AGU 2003
Jakarta, 18 MAR 2003
DRS MAIZAR ANWAR, MM
NIP : 060043656
Contoh Pengenaan PBB untuk Objek Pajak sama atau di atas Rp 1.000.000.000,00
yang dimiliki atau dikuasai bukan PNS,TNI/POLRI, Pensiunan / Purnawirawan
termasuk Janda atau dudanya yang penghasilananya semata-mata dari gaji atau
Pensiunannya saja.
Soal :
Ibu Ida seorang Usahawati sukses memiliki tanah dan rumah di Perumahan
Mewah Permata Biru Jakarta Pusat dengan data sebagai berikut :
Cobalah hitung berapa PBB yang harus dibayar Ibu Ida ?
Objek Pajak Luas (m2) Harga perolehan
(Rp)
Bumi
Bangunan
700
300
2.300.000.000,00
800.000.000,00
Harga Perolehan 3.100.000.000,00
Jawab :
Pengenaan Tanah : 700 m2 dengan harga perolehan Rp 2.300.000.000,00 ;
Harga per m2 = Rp 2.300.000.000,00 : 700 = Rp 3.285.714,29 ;
Konversi terhadap tarif tanah adalah pada kelas I B-50 = Rp 3.375.000,00/per m2.
Pengenaan Bangunan : 300 m2 dengan harga perolehan Rp 800.000.000,00;
Harga per m2 bangunan adalah = Rp 800.000.000,00 : 300 = Rp 2.666.666,67;
Konversi terhadap tarif bangunan adalah : kelas II B- 17 = Rp 2.625.000,00/per m2.
Perhitungan PBB =
Tanah = 700 m2 X Rp 3.375.000,00 = Rp 2.362.500.000.00
Bangunan = 300 m2 X Rp 2.625.000,00 = Rp 787.500.000,00
NJOP tanah dan bangunan = Rp 3.150.000.000,00
NJOP TKP = Rp 12.000.000,00
NJOP yang dikenakan pajak = Rp 3.138.000.000,00
PBB adalah = 0,5 % X 40 % X Rp 3.138.000.000,00 = Rp 6.276.000,00 .
1. PT Subur , suatu perkebunan Kelapa Hibrida di Daerah
Jambi , dengan data sebagai berikut :
A. Tanah :
1. Areal Kebun :
a. Usia Tanaman 3 Tahun = 100 Ha, Klas IA -43 = Rp 1.200,00 / m2
SIT = Rp 3.939. 000,00 / Ha
b. Tanaman sdh Menghasilkan = 400 Ha, Klas IA - 43 = Rp 1.200,00 / m2
SIT = Rp 5.780.000,00 / Ha
2. Areal Emplasemen :
a. Pabrik = 2 Ha, Klas IA - 40 = Rp 3.500,00 / m2
b. Gudang = 1 Ha, Klas IA - 40 = Rp 3.500,00 / m2
c. Kantor = 1 Ha, Klas IA - 37 =Rp 10.000,00 / m2
B. Bangunan :
1. Pabrik = 3.000 m2, Klas IIA - 9 = Rp 310.000,00 / m2
2. Gudang = 1.000 m2, Klas IIA -11 = Rp 225.000,00 / m2
3. Kantor = 500 m2, Klas IIA - 6 = Rp 505.000,00 / m2
Hitunglah PBB 1999 Perkebunan tersebut !
Jawab Soal Perkebunan : PT SUBUR, Perkebunan Kelapa Hibrida
di Daerah Jambi : A. NJOP TANAH :
1. Areal Kebun :
a.Usia Tanaman 3 Tahun = 100 X 10,000 X Rp 1.200,00 = Rp 1.200.000.000,00
SIT -100 Ha = 100 X Rp 3.939.000,00 = Rp 393.900.000,00
b.Tanaman sudah menghasilkan -
= 400 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 4.800.000.000,00
SIT - 400Ha = 400 X Rp 5.780.000,00 = Rp 2.312.000.000,00
2. Areal Emplasemen :
a. Pabrik = 2 X 10.000 X Rp 3.500,00 = Rp 70.000.000,00
b. Gudang = 1 X 10.000 X Rp 3.500,00 = Rp 35.000.000,00
c. Kantor = 1 X 10.000 X Rp 10.000,00 = Rp 100,000.000,00
Rp 205.000.000,00
NJOP Tanah = Rp 8.910.900.000,00
B. NJOP Bangunan :
1. Pabrik = 3.000 X Rp 310.000,00 = Rp 930.000.000,00
2. Gudang = 1.000 X Rp 225.000,00 = Rp 225.000.000,00
3. Kantor = 500 X Rp 505.000,00 = Rp 252.500.000,00 +
NJOP Bangunan Rp 1. 407.500.000,00
C. NJOP Tanah + Bangunan (A + B ) = Rp 10.318.400.000,00
D. NJOPTKP = Rp 8.000.000,00
E. NJOP untuk perhitungan PBB = Rp 10.310.400.000,00
F. Pajak Bumi dan Bangunan =
= 0,5% X 40% X Rp 10.310.400.000,00 = Rp 20.620.000,00.
PT Wana Arta di Jambi, suatu Perusahaan Usaha Bidang Kehutanan (HPHTI),
memiliki/menguasai/mendapat manfaat dari Bumi dan Bangunan sbb :
Tanah :
Areal Produktif :
Tanah yg ditanami komoditas hutan industri dan telah menghasilkan
Jenis tanaman Jelutung = 500 ha, Klas A- 39 (Rp 5.000/m2)
Standar Biaya Pembangunan (SBP) - Rp 2.930.800/ha
Tanah yg belum menghasilkan
- Jelutung Th- 4 = 100 ha, Klas A-39,SBP-Rp2.427.800/ha
- Jelutung Th- 5 = 200 ha, Klas A- 39,SBP-Rp2.769.800/ha
Areal yang tak dikenakan PBB = 50ha,Klas A-49 (Rp200/m2)
Log Ponds (Perairan) = 20ha,Klas A-47(Korelasi Kesamping Rp 4,80/m2),
Areal yg dikuasai fihak ke –3 secara syah = 50ha,Klas A-48 (Rp270/m2),
Areal lainnya (rawa,payau,dll) = 50ha, klasA-50 (Rp140/m2).
Areal Emplasemen :
a. Pabrik = 10.000m2,klas A-43 (Rp1.200/m2)
b. Gudang = 5.000m2,klas A-43
c. Kantor = 1.000m2,klas A-43
d. Perumahan = 10.000m2,klas A-43.
Bangunan :
a. Pabrik = 3.000m2, klas A-11 (Rp225.000/m2)
b. Gudang = 500m2, klas A-11
c. Kantor = 200m2,klas A- 9 (Rp 310.000/m2).
d. Perumahan = 1.000 m2, klas A- 11.
Hitung PBB 1999 PT Wana Arta tersebut .
26/05/2011
6
Jawab :
A. NJOP Tanah :
1. Areal Produktif :
a. Tanah yg ditanami komoditas HTI yg menghasilkan Jelutung =
= 500 X 10.000 X Rp5000 = Rp 25.000.000.000
500 X Rp 2.930.800 = Rp 1.465.400.000
b. 1. Tanaman belum menghasilkan :
Jelutung Thn-4 = 100 X 10.000 X Rp 5.000 = Rp 5.000.000.000
100 X Rp2.427.800 = Rp 242.780.000
Jelutung Thn-5 = 200 X 1 0.000 X Rp5.000 = Rp10.000.000.000
200 X Rp 2.769.800 = Rp 553.960.000
2. Areal Lainnya (Rawa,Payau) = 50 X 10.000 X Rp 140 =
Rp 70.000.000
3. Areal yg tak dikenakan = 50 X 10.000 X Rp200 = Rp -----
4. Log Ponds = 20 X 10.000 X Rp 4,80 = Rp 960.000
5. Areal yg dikuasai Pihak ke-3 secara syah = 50 X 10.000 X Rp270 = Rp ---
6. Areal Emplasemen :
a. Pabrik = 10.000XRp1.200 =Rp12.000.000
b.Gudang = 5.000XRp1.200 =Rp 6.000.000
c. Kantor = 1.000XRp1.200 =Rp 1.200.000
d,Perumahan=10.000XRp1.200 =Rp 12.000.000
Rp 31.200.000
NJOP Tanah Rp 42.364.300.000
NJOP Tanah Rp 42.364.300.000
B. NJOP Bangunan :
a. Pabrik = 3.000 X Rp 225.000 = Rp 675.000.000
b. Gudang = 500 X Rp 225.000 = Rp 112.000.000
c. Kantor = 200 X Rp310.000 = Rp 62.000.000
d. Perumahan = 1.000 X Rp 225.000 = Rp 225.000.000
NJOP Bangunan Rp 1.074.500.000
NJOP Tanah dan Bangunan (A + B) = Rp 43.438.800.000
NJOP TKP Rp 8.000.000
NJOP sbg Dasar Perhitungan PBB = Rp 43.430.000.000.
NJKP = 40 %X Rp 43.430.000.000 = Rp 17.372.32
PBB = 0,5 %X Rp 17.372.320.000 = Rp 86.861.000
PT Patra, suatu Perusahaan Tambang Minyak dengan data sebagai berikut :
A.TANAH :
1. Areal Produktif = 100 Ha , Kls IA - 48 - Rp 270,00 / m2
2. Areal Belum Produktif :
a. Areal General Survey = 500 Ha, Kls IA – 50 - Rp 140,00 / m2.
b. Areal Explorasi = 100 Ha, Kls IA - 49 - Rp 200,00 / m2.
3. Areal Tidak Produktif = 100 Ha, Kls IA – 50
4.Areal Emplasemen :
a. Pabrik = 25 Ha, Kla IA - 43 - Rp 1.200,00 / m2
b. Gudang = 2 Ha, Kls IA - 43
c. Perkantoran = 1 Ha, Kls IA - 39 - Rp 5.000,00 / m2
d. Tangki = 10 Ha, Kls IA - 43
e. Jalan diperkeras = 5 Ha, Kls IA - 43
f. Perumahan = 10 Ha, Kls IA - 37 - Rp 10.000,00 / m2.
Bangunan :
a. Pabrik = 50.000 m2, Kls IIA - 9 - Rp 310.000,00 / m2
b. Gudang = 5.000 m2, Kls IIA - 9
c. Perkantoran = 2.000 m2, Kls IIA - 8 - Rp 365.000,00 / m2
d. Tangki = 5.000 m2, Kls IIA - 7 - Rp 429.000,00 / m2
e. Jalan diperkeras = 30.000 m2, Kls IIA – 9
f. Perumahan = 10.000 m2, kelas II A- 9 –Rp 310.000,00 / m2.
. C. Hasil Penjualan Minyak satu Tahun sebelum Tahun Pajak berjalan =
Rp 1. 000.000.000,00
D.Angka Kapitalisasi 9,5 .
Hitung PBB PT Patra Artha Bhakti tersebut di atas !
Jawab Soal PBB MIGAS :
A. NJOP Tanah :
1. Areal Produktif = 9,5 X Rp 1.000.000.000,00 = Rp 9.500.000.000,00
2. Areal Belum Produktif =
a. Areal General .Survey = 500 X 10.000 X Rp 140,00 = Rp 700.000.000,00
b. Areal Explorasi = 100 X 10.000 X Rp 200,00 = Rp 200.000.000,00
3. Areal Tidak Produktif = 100 X 10.000 X Rp 140,00 = Rp 140.000.000,00
4. Areal Emplasemen :
a Pabrik = 25 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 300.000.000,00
b.Gudang = 2 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 24.000.000,00
c. Kantor = 1 X 10.000 X Rp 5.000,00 = Rp 50.000.000,00
d. Tangki = 10 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 120.000.000,00
e. Jln.Keras = 5 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 60.000.000,00
f. Perumahan = 10 X 10.000 X Rp10.000,00 = Rp 1.000.000.000,00
NJOP Tanah = Rp 12.094.000.000,00
B.NJOP Bangunan :
a. Pabrik = 50.000 X Rp 310.000,00 = Rp 15.500.000.000,00
b. Gudang = 5.000 X Rp 310.000,00 = Rp 1.550.000.000,00
c. Kantor = 2.000 X Rp 365.000,00 = Rp 730.000.000,00
d. Tangki = 5.000 X Rp 429.000,00 = Rp 2.145.000.000,00
e. Jln Keras = 30.000 X Rp 310.000,00 = Rp 9.300.000.000,00
f. Perumahan = 10.000 X Rp 429.000,00 = Rp 4.290.000.000,00
NJOP Bangunan = Rp 33.515.000.000,00
NJOP Tanah + Bangunan = Rp 45.609.000.000,00
NJOPTKP = Rp 8.000.000,00
NJOP sbg Dasar Perhit.PBB = Rp 45.601.000.000,00
Pajak Bumi dan Bangunan = 0,5% X 40 % X Rp 45.601.000.000,00 = Rp 91.202.000,00.
5/26/2011 EndartosTransp 35
Dasar Hukum :
- Pasal 30 UU N0.12 Tahun 1985 dan Perubahannya
sebgmn tertuang dalam UU No.12 Tahun 1994 ;
- Kept. Men.Keu. No.174/KMK.04/1991 jo Kept.MenKeu
No. 273/KMK.04/1995 ;
- SE DJP. No. 20/PJ.6/1993 ;
- SE DJP. No.40/PJ.6/1995 .
Formula :
NJOP maupun pengenaannya diatur dalam setiap Kontrak
Karya bersangkutan ;
1. Tahap Pra Produksi PBB = Iuran Tetap (Dead Rent) ;
2. Tahap Produksi PBB =
Iuaran Tetap + (0.5 % X 20% X Penerimaan Kotor) 5/26/2011 EndartosTransp 36
Pertambangan dikelola berdasarkan Kontrak Kerja
Sama (KKS) Batu Bara ;
Dasar Hukum : - Pasal 30 UU No.12 Tahun 1985 dan Perubahannya UU No.12 Tahun 1994 ;
- Keppres No.49 Tahun 1981 ;
- Kept Men Keu No.174/KMK/PJ.06/1991 jo KMK. No.273/KMK/PJ.6/1995 ;
- SE DJP No.SE-20/PJ.6/1993 ;
- SE DJP No.SE-40/PJ.6/1995.
Formula :
NJOP Maupun pengenaan PBB-nya diatur dalam setiap Kontrak Kerja
Sama bersangkutan ;
1. Tahap Pra Produksi = sesuai dengan ketentuan yang tercantum dlm
kontrak perjanjian;
2. Thap Produksi = sesuai dengan isi perjanjian KKS.
26/05/2011
7
5/26/2011 EndartosTransp 37
Perhitungan PBB atas Kontrak Karya :
PT . FRIPOT selaku pemegang hak/ Status atas Kontrak Karya dlm
rangka Penanaman Modal Asing di Bidang Pertambangan Umum.
Dalam laporan Keu L/R yang sedang dalam tahap penyelesaian yg
dibuat oleh Akuntan Suto diketengahkan bahwa 17,7% dari areal
dalam ijin konsesi bidang pertambangan adalah tanah produktif.
Produksi tahunan (2005) sebesar 300.000metrik ton (t) konsentrat
memiliki kandungan 35% tembaga (Cu), 15,55 gram permetrik ton
(g/t) emas (Au) dan 108,86 g/t perak (Ag).
Apabila diketahui ketentuan perhitungan tarif dead rent untuk pro-
duksi sampai 80.000 ton tembaga tarif US $ 45 selebihnya diperhi-
tungkan US $ 55, produksi emas (Au) sampai dengan 2,000 kg dng
tarif US $ 235 sedangkan untuk perak (Ag) sampai 25.000 kg dng
tarif US $ 1,90 selebihnya US $ 2,001.
5/26/2011 EndartosTransp 38
A. Perhitungan Dead Rent :
a. Kandungan tembaga (Cu) = 0,35 X 30.000 =105.000 t (Cu),
Tarif Iuran =
(80.000 XUS$ 45)+{(105.000–80.000)XUS$ 55)} =
= US$ 3.600.000+US$ 1.375.000 = US$ 4.975.000.
b. Kandungan Emas(Au) =15,55X300.000/1000= 4.665 kg (Au),
Tarif Iuran =(2.000 X US$ 225) + {( 4.665 -2.000) X US$ 235}=
= US$ 450.000 + US$ 626.275 = US$ 1.076.275.
c. Kandungan Perak (Ag)=108,86 X 300.000/1000=32.658 kg (Ag),
Tarif Iuran =(25.000 XUS$ 1,90)+{(32.658 – 25.000) XUS$ 2,001} =
= US$ 47.500 + US$ 15,316 = US$ 62,816.
Jumlah a + b + c = US$ 6.114.091
5/26/2011 EndartosTransp 39
B. Perhitungan Produksi : Perhitungan Produksi atas areal dalam rangka komponen berdasarkan nilai, bila
produksi atas satuan dimaksud dihitung dengan menggunakan kurs nilai tengah
adalah sbb :
a. Produksi Tembaga (Cu) = 105.000 X US$ 50 = US$ 5,250,000
b. Produksi Emas (Au) = 4.665kg X US$ 230 = US$ 1,072,950
c. Produksi Perak (Ag) = 32.658 X US$ 1,95= US$ 63,683
Jumlah a + b + c = US$ 6,386,633
Perhitungan tsb dikapitalisasi = US$ 6,386,633 X 10 = US$63,866,330
Bila US$ 1 = Rp 10.000,00 .
Perhitungan PBB adalah =
a. Dead Rent = (US$ 6,119,091 X Rp 10.000) = Rp 61.190.910.000
0,5% X 40% X{(US$ 63,866,330 XRp10.000)-Rp12.000.000= Rp 12.773.026.000
Jumlah = Rp 73.963.936.000
b. Tahap Produksi =
0,5%X40%X{(US$ 63,866,330 X Rp 10.000)- Rp12.000} = Rp 12.773.026.000
PBB = Rp 86.736.962.000
5/26/2011 EndartosTransp 40
Bab VII
Pendaftaran, SPOP, SPPT, SKP.
Pasal 9 :
(1). Dalam rangka pendataan, Subjek Pajak WAJIB
mendaftarkan OP-nya dengan mengisi SPOP.
(2). SPOP harus diisi dng jelas, benar, dan lengkap
serta ditandatangani dan disampaikan kepada
DitJen Pajak yang wil. Kerjanya meliputi letak OP,
selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal diterima
nya SPOP oleh SP .
(3). Pelaksanaan dan tatacara pendaftaran OP diatur
lebih lanjut oleh Men.Keuangan R I.
Petunjuk Pelaksanaan Pendataan diatur dalam Surat Edaran
DirJen Pajak No. SE-60/PJ/2001 Tanggal 25 Januari 2001
Perihal : Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan
dan Penilaian Objek dan Subjek PBB dalam Rangka
Pembentukan dan atau Pemeliharaan Basis Data SISMIOP.
Pelaksanaannya diatur dalam :
Keputusan DirJen Pajak No. KEP-533/PJ/2000 tanggal
20 Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Objek dan Subjek
PBB dalam Rangka Pembentukan dan atau Pemeliharaan
Basis Data SISMIOP.
5/26/2011 EndartosTransp 42
Pasal 3 :
(1) Pendataan Objek dan Subjek PBB sbgmn dimaksud
dalam Pasal 1 huruf b dilakukan oleh KPPBB dengan
menuangkan hasilnya dalam formulir SPOP;
(2) Pendataan dilakukan dengan alternatif :
a. Penyampaian dan Pemantauan pengembalian
SPOP;
b. Identifikasi Objek Pajak;
c. Verifikasi data Objek Pajak;
d. Pengukuran Bidang Objek Pajak.
26/05/2011
8
Pasal 6 :
Pemeliharaan basis data SISMIOP dilakukan dengan
cara :
a. PASIF, yaitu kegiatan pemeliharaan basis data yg dilakukan oleh
petugas KP PBB berdasarkan laporan yang diterima dari Wajib
Pajak dan atau Pejabat/Instansi terkait pelaksanaanya sesuai
prosedur Pelayanan Satu Tempat (PST);
b. AKTIF, yaitu kegiatan pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh
KPPBB dengan cara mencocokkan dan menyesuaikan data
objek dan subjek pajak yang ada dengan keadaan sebenarnya di
lapangan atau mencocokkan dan menyesuaikan NJOP dengan
rata-rata nilai pasar yang terjadi di lapangan.
Pelaksanaannya sesuai dengan prosedur pembentukan basis data.
5/26/2011 EndartosTransp 44
1.4. Struktur / Bagan Umum
1. SISMIOP terdiri atas 5 unsur dan beberapa sub sistem.
Unsur :
NOP,
Blok,
ZNT, dan
DBKB
Sub Sistem :
Pendataan,
Penilaian dan Pengenaan,
Penagihan,
Penerimaan,
Pelayanan Satu Tempat.
2. Sub Sistem tsb di atas masing-masing melakukan fungsi yang berlainan, tetapi meng
gunakan basis yang sama.
3. Pengoperasian menggunakan komputer, setiap OP diberi NOP sebagai tanda pengenal
yang unik , permanen, dan standar.
4. NOP sebagai alat yang dapat mengintegrasikan fungsi dari masing-masing sub sistem
yang ada dlm SISMIOP dlm rangka pemenuhan fungsi dan tugas pokok KP PBB.
5. Struktur / Bagan Umum SISMIOP dapat dilihat pada Lampiran 1.
5/26/2011 EndartosTransp 45
Program Komputer .
Pada awalnya sistem komputerisasi PBB dibangun dalam suatu plat-form sbb :
• Menggunakan perangkat keras berbasis PC (Server) ;
• Sistem Operasi Unix ;
• Perangkat Lunak basis data Recital, dan
• Program Aplikasi SISMIOP yang dibangun
menggunakan perangkat lunak Recital.
Program Komputer ini kemudian dikembang
kan lagi pada aplikasi lainnya antara lain :
• Sistem Informasi Geografi (SIG/GIS) PBB ;
• Aplikasi Pelayanan Informasi Telepon (PIT) ;
Kedua program ini menggunakan sistem data SISMIOP sebagai sumber informasi data numeris.
Kemudian pada tahun 1997 Sismiop ini dikembangkan lagi dalam perangkat lunak basis data oracle.
Artinya :
merupakan basis data yang dipilih Dep Keu RI sebagai standar pengolahan basis data , sehingga
seluruh Instansi dibawah DepKeu diharapkan akan lebih mudah dalam tukar menukar Informasi .
5/26/2011 EndartosTransp 46
CITRA SATELIT
GPS (Global Positioning System) IKONOS, Orb View, Quickbirds Translate Map from Photo Satellit.
waduk
jl. p
lui t
sa
mu
dra
i
perum ahan panta i m utiara
b
laut
n
m
perumahan panta i m
utiara 2 lt
h
k e l . p lu i tk ec . penjaringan
c
phu
dhu
j l. p lu i t u tara raya
perum ahan 2 lt panta i m utiara
j l . p lu i t s am udra v
j l . p lu i t s am udra ray a
jl. p
lui t
uta
ra v
ii i
j l . p lu i t u tara v i
jl. p
lui t
tim
ur
raya
j l . p lu i t perm ai da lam iv
jl. plu
it pe
rma
i timu
r
j l . plu
i t pe
rma
i da
lam
jl.
plu
it u
tara
vii
jl. plu
it sa
mu
dra
iv
j l . p lu i t perm ai v i
o
f
qp
pen
ginapan
pondo
k tirta
j l . p lu i t s am udra v i
jl.
plu
it s
am
ud
ra i
i i
jl.
plu
it s
am
ud
ra i
i
e
tangk i res idu
k antor p l tu 3 l t
jl. plu
it pe
rma
i vi i
j l. plu
i t pe
rma
i vi ii
j l . p lu i t u tara
j l . p lu i t m urn i v i
jl. p
lui t
ka
ran
g e
lok
kal
i mu
ara
ka
rang
j l. p
lui t
ka
ran
g ti
mu
r
j l . p lu i t k arang e lok x i i i
jl. p
lui t
ba
rat
raya
j l . p lu i t terus an
tam an
j l. p lu i t u tara terus an
jl. p
lui t
ka
ran
g je
l ita
ii
j l. p
lui t
ka
ran
g e
lok
xix
j l. p
lui t
ka
ran
g je
l ita
l ap
jl. p
lui t
ka
ran
g je
l ita
xi
j l. p lu i t k arang ay u i i i
j l. k
ara
ng
ayu
i
j l. p
lui t
ka
ran
g je
l ita
xi iik arang
j l. p lu i t
jel i ta ix
jl. p
lui t
ka
ran
g je
l ita
xv
j l. p
lui t
ka
ran
g je
l ita
xv
i
j l. p
lui t
ka
ran
g je
l ita
xv
ii
j l. p lu i t k arang ay u iv
jl. m
and
ala
ba
har
i
LAUT
jl. p
lui t
ka
ran
g c
ant
ik
j l. p lu i t k arang c antik x ii
j l. p lu i t k arang c antik x ii i
jl. p
lui t
ka
ran
g c
ant
ik x
iv
j l. p
lui t
ka
ran
g c
ant
ik i
j l. p
lui t
ka
ran
g c
ant
ik x
v
j l. p
lui t
ka
ran
g c
ant
ik x
vi
j l. p lu i t k arang c antik x
j l. p lu i t k arang c antik x i
j l. p lu i t k arang c antik x ix
j l. p lu i t k arang c antik x vi i i
j l. p lu i t k arang ay u i i
pas
ar i
kan
mu
ara
an
gke
j l. p lu i t k arang m olek x
tk
j l. p lu i t k arang ay u v
j l. p lu i t k arang utara
jl. p
lui t
ka
ran
g c
ant
ik x
vii
j l. p
lui t karang m
olek xvi
jl. p
lui t
ka
ran
g m
ole
k
j l. p
lui t karang m
olek xv
j l. plui t k
aran
g m
olek vi i
j l. plui t k
aran
g m
olek vi
j l. plui t k
aran
g m
olek vi ii
j l. p lu i t k arang m olek ix
jl. p
lui t
ka
ran
g m
ole
k i i
i
j l. plui t k
aran
g m
olek xi ii
jl. p
lui t
ka
ran
g m
ole
k x
i
j l. p
lui t karang m
olek xi i
j l. p lu i t k
arang m
olek x iv
produk s i pengolahan udang
pas ar ik an muara k arang
j l. p
lui t karang m
olek xvii
j l. p
lui t karang bara
t
j l. p lu i t k arang as ri v i
j l. plu
i t ka
rang
mo
lek
iv
tanah k os ong
jl. p
end
ara
tan
ika
n
pd pasar jaya
m uara k arang
s epak bola
004004004004004004004004004
008008008008008008008008008
040040040040040040040040040
017017017017017017017017017
007007007007007007007007007
001001001001001001001001001
002002002002002002002002002
012012012012012012012012012
005005005005005005005005005
016016016016016016016016016
006006006006006006006006006
018018018018018018018018018
015015015015015015015015015
014014014014014014014014014
013013013013013013013013013011011011011011011011011011 010010010010010010010010010 009009009009009009009009009
003003003003003003003003003
5/26/2011 EndartosTransp 48 5/26/2011 EndartosTransp 48 26-May-11 EndartosTransp. 48
Info Rinci Objek Non Perumahan (Hotel)
26/05/2011
9
5/26/2011 EndartosTransp 49
.
Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan
Pasal 15 dan Pasal 16 UU PBB
SPPT / SKP
Rp 1.000.000
Tak Koaat…Pak !
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK No. PER-25/PJ/2009
tentang Tatacara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan PBB
dan
Surat Edaran Dir Jen Pajak No.SE-32/PJ/2009 Tgl. 16 Maret 2009
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan DJP No.PER-25/PJ/2009
Tentang Tatacara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan PBB
5/26/2011 EndartosTransp 50
Keputusan Dir Jen Pajak
No. KEP- 635/PJ/2001
Tentang Prosedur
Penanganan Banding PBB
dan BPHTB.
5/26/2011 EndartosTransp 51
Pengurangan PBB
Diatur dalam Pasal 19 dan kemudian sebagai
petunjuk pelaksanaan diputuskan dalam :
1. Peraturan Menteri Keuangan No. 110/PMK.03/2009
ttg Pemberian Pengurangan PBB;
2. PMK. No. 111/PMK.03/2009 ttg Tatacara Pengurangan
atau Penghapusan sanksi Administrasi PBB dan
BPHTB dan Pengurangan atau
Pembatalan SPPT, SKP, STP,
SKB, atau STB yang tidak Benar.
5/26/2011 EndartosTransp 52
Pasal 1 :
a. Wajib Pajak orang pribadi atau badan
karena kondisi tertentu objek pajak
yang ada hubungannya dengan subjek pajak
dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya;
b. Wajib Pajak orang pribadi dalam hal objek
pajak terkena bencana alam seperti gempa
bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus
dan sebagainya serta sebab-sebab lain yang
luar biasa seperti kebakaran, kekeringan,
wabah penyakit dan hama tanaman ;
c. Wajib Pajak anggota Veteran pejuang
kemerdekaan dan Veteran pembela
kemerdekaan termasuk janda /dudanya. 5/26/2011 EndartosTransp 53
Pasal 5. (1). Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a dapat
diberikan setinggi-tingginya 75 % dari besarnya pajak terutang,
dan ditetapkan berdasarkan pertimbangan kondisi serta penghasilan
WP;
(2). Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b
dapat diberikan sampai dengan 100 % dari besarnya pajak terutang;
(3). Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ditetapkan sebesar 75 % dari besarnya
pajak terutang;
(4). Dalam hal permohonan pengurangan diajukan
oleh janda/dudanya veteran yang telah kawin
/ menikah lagi, maka besarnya persentase
pengurangan diberikan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1. 5/26/2011 EndartosTransp 54
Pasal 18 :
(1) Hasil Pajak merupakan penerimaan negara yang dibagi
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan
imbangan pembagian sekurang-kurangnya 90 % untuk
Pemerintah Daerah Tingkat II dan Pemerintah daerah Tingkat I
sebagai pendapatan daerah yang bersangkutan.
(2) Bagian penerimaan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
sebagaian besar diberikan kepada Pemerintah
Daerah Tingkat II.
(3) Imbangan pembagian hasil penerimaan pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
26/05/2011
10
Khusus untuk PBB diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2000
Tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Yang dimuat dalam –
Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 5.
5/26/2011 EndartosTransp 56
Peraturan Pemerintah RI
No. 16 Tahun 2000 Tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB
antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Hasil Penerimaan PBB
Pemerintah Pusat 10 %
Pemerintah Daerah 90 %
Dibagikan merata kepada seluruh
daerah Kab/Kot 6,5 %
Dibagikan sebagai insentif
kepada Daerah Kab/Kot 3,5 %
Propinsi 16,2 %
Daerah Kab / Kota 64,8 %
Biaya Pemungutan
9 %
Daerah
DJP
Tatacara Pembayaran Kembali Kelebihan Pembayaran PBB diatur dalam :
PMK No. 29/PMK.03/2005 tanggal 23 Mei
2005 yang menetapkan :
PERATURAN Menteri Keuangan Tentang Tata
Cara Pembayaran Kembali Kelebihan
Pembayaran PBB.
Peraturan Menteri Keuangan RI No.: PMK-121/PMK.06/2005
Tanggal 5 Des 2005
tentang Tatacara Pemberian Imbalan Bunga
PBB Kepada Wajib Pajak
Pasal 1 1. Surat keputusan Pemberian Imbalan Bunga PBB (SKPIB PBB) adalah
surat kepts.yang menetapkan besarnya jumlah pemberian imbalan
bunga PBB kepada WP.
2. Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga PBB (SPMIB PBB) adalah
surat perintah yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan PBB / Kantor
Pajak Pratama (KP PBB/KPP Pratama) untuk membayar imbalan bunga
PBB kepada WP.
Tatacara Pemberian Imbalan Bunga.
Pasal 2 : Imbalan Bunga diberikan kepada WP dalam hal terdapat :
a. Keterlambatan penerbitan SKKP PBB sesuai ketentuan berlaku ;
b. keterlambatan penerbitan SPMKP PBB sesuai ketentuan berlaku ;
c. Kelebihan pembayaran PBB karena pengajuan keberatan atau
permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya ; atau
d. kelebihan pembayaran sanksi administrasi karena pengurangan
atau penghapusan sebagai akibat diterbitkan Keputusan
Keberatan atau Putusan Banding
Daluwarsa tak diatur secara khusus dalam UU PBB karena telah diatur dalam Pasal 22
ayat (1) KUP :
Hak untuk melakukan penagihan pajak,
termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan, daluwarsa setelah lampau
waktu sepuluh tahun terutang sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak
yang bersangkutan .
26/05/2011
11
Disampaikan oleh :
Drs Endarto Judowinarso MSc.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000
Tentang
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG BPHTB
Prinsip-prinsip dasar yang dianut UU BPHTB:
1. Self assessment, yaitu Wajib Pajak menghitung dan
menyetorkan pajak terutang dan melaporkannya ke Kantor
Pelayanan PBB;
2. Tarif ditetapkan sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak
kena pajak (NPOPKP);
3. Dikenakan sanksi kepada Wajib Pajak maupun kepada pejabat-
pejabat umum yang melakukan pelanggaran ketentuan atau
tidak melaksanakan kewajiban;
4. Hasil penerimaan BPHTB sebagian besar diserahkan kepada
Daerah dengan komposisi 80% untuk Daerah dan 20% untuk
Pusat;
5. Tidak diperkenankannya ada pungutan lain atas pihak yang
memperoleh hak atas tanah dan bangunan sejak Undang-
Undang BPHTB berlaku.
Pasal 2
(1) Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas
tanah dan atau .bangunan
(2). Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. Pemindahan hak karena :
1). Jual Beli ;
2). Tukar Menukar ;
3). Hibah ;
4). Hibah Wasiat ;
5). Waris ;
6). Pemasukan dalam Perseroan atau Badan hukum lainnya ;
7). Pemisahan Hak yang mengakibatkan peralihan ;
8). Penunjukan Pembeli dalam lelang ;
9). Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap ;
10). Penggabungan Usaha ;
11). Peleburan Usaha
12). Pemekaran Usaha ;
13). Hadiah .
b. Pemberian hak baru karena :
1). Kelanjutan pelepasan hak ;
2). Di Luar Pelepasan Hak.
(3). Hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah :
a). Hak Milik ;
b). Hak Guna Usaha ;
c). Hak Guna Bangunan ;
d). Hak Guna Pakai (Hak Pakai) ;
e). Hak Milik atas satuan rumah susun ;
f). Hak Pengelolaan .
hak milik
hak guna usaha
hak guna bangunan
hak pakai
hak milik atas satuan
rumah susun
hak pengelolaan
Jenis hak-hak atas tanah
Diatur dalam UU Rumah Susun (UU No. 16 / 1985)
Diatur dlm UUPA
(UU No. 5 / 1960)
Diatur dlm PP No. 48 Tahun 1983
Pasal 3 : (1) Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah
Objek Pajak yang diperoleh :
a. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik ;
b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan
pembangunan guna kepentingan umum ;
c. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan Keputusan
Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut ;
d. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan
hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama ;
e. Orang pribadi atau badan karena wakaf ;
f. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.
26/05/2011
12
(1). Dasar pengenaan pajak adalah -
Nilai Perolehan Objek Pajak
(NPOP) .
(4). Apabila NJOP PBB sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) belum
ditetapkan, besarnya NJOP PBB
ditetapkan oleh Menteri.
a. Jual -beli Transaksi
b. Tukar-menukar;
c. Hibah ;
d. Hibah Wasiat;
e. Waris ;
f. Pemasukan dalam perseroan / badan hukum lainnya;
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan ;
h. Peralihan hak krn putusan Hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap;
i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan
dari pelepasan hak;
j. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak;
k. Penggabungan usaha;
l. Peleburan usaha ;
m. Pemekaran Usaha ;
n. Hadiah ;
o. Penunjukan pembeli dalam lelang
Nilai Pasar
Harga transaksi
dalam risalah lelang
(2) NPOP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam hal :
Pasal 7 :
(1). NPOP Tidak Kena Pajak ditetapkan
secara regional paling banyak
Rp 60.000.000,00 ,kecuali dalam hak
perolehan hak karena waris , atau
hibah wasiat yang diterima orang
pribadi yang masih dalam hubungan
keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat ke atas
atau satu derajat ke bawah dengan
pemberi hibah wasiat , termasuk suami /
isteri, NPOP TKP ditetapkan secara
regional paling banyak Rp 300.000.000,00.
Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
(5%) dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP).
Besarnya NPOPKP adalah NPOP – NPOPTKP. Apabila NPOP lebih
rendah dari NJOP PBB tahun terjadinya transaksi, atau bila NPOP
tidak diketahui, maka dasar pengenaan pajaknya adalah NJOP PBB.
BPHTB = ( NPOP - NPOPTKP ) x Tarif
a t a u
bila NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan :
BPHTB = ( NJOP - NPOPTKP ) x Tarif
Cara Penghitungan Pajak Peraturan Pemerintah R I No. 111 Tahun 2000
tentang
Pengenaan BPHTB karena Waris dan Hibah Wasiat
Pasal 2 : BPHTB yang terutang atas perolehan
hak karena Waris dan Hibah Wasiat
adalah sebesar 50 % dari BPHTB
yang seharusnya terutang.
Pasal 3 : Saat terutang pajak, sejak yang
bersangkutan mendaftarkan
peralihan haknya ke Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota.
50 %
Contoh 1 : Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya sebidang tanah dan bangunan dengan nilai pasar
Rp 200.000.000,00. SPPT PBB tahun yang bersangkutan mendaftar ke Kant.Pertanahan setempat
Dengan NJOP Rp 250.000.000,00.Apabila Ka.Kanwil DJP menetapkan NJOPTKP (waris) sebesar
Rp 300.000.000,00, BPHTB adalah sbb.:
NPOP Rp 250.000.000,00
NPOP TKP Rp 300.000.000,00
NPOP KP Nihil
BPHTB terutang Nihil.
Contoh 2 : Seorang anak memperoleh warisan dengan nilai pasar Rp 500.000.000,00, NJOP yang tercantum dalam
SPPT Rp 800.000.000,00. NPOP TKP Rp 300.000.000,00, BPHTB adalah :
NPOP Rp 800.000.000,00
NPOP TKP Rp 300.000.000,00
NPOP KP Rp 500.000.000,00
BPHTB yg seharusnya terutang = 5 % X Rp 500.000.000,00 = Rp 25.000.000,00
BPHTB terutang = 50 % X Rp 25.000.000,00 = Rp 12.500.000,00
Nihil
26/05/2011
13
Peraturan Pemerintah No. 112 Tahun 2000 ttg.
Pengenaan BPHTB karena Pemberian
Hak Pengelolaan
Hak menguasai dari Negara atas tanah yang kewenangan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang
haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan
tanah, menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan
tugasnya, menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut ke-
pada Pihak ke tiga dan atau bekerjasama dengan Pihak ketiga. a.Departemen,
Lemb.Departemen,
Lemb.Pem.Non Dep,
Pem.Da. Propinsi,
Pem.Da. Kab/Kota,
Lemb. Pem. Lainnya,
Perum Perumnas.
0 %
b. Hak Pengelolaan
Selain dimaksud
pada huruf a. 50 %
Hak Pengelolaan
Contoh a :
Perum Perumnas memperoleh hak pengelolaan atas
tanah seluas 10 ha dengan NPOP Rp 1 m,-
BPHTB adalah :
NPOP Rp 1.000.000.000,00
NPOP TKP Rp 60.000.000,00
NPOP KP Rp 940.000.000,00
BPHTB terutang = 5 % X Rp 940.000.000,00 =
Rp 47.000.000,00
Sesuai dengan PP No.112 Tahun 2000 =
= 0% X Rp 47.000.000,00 = Rp 0,00.
BPHTB yang harus dibayar = Nihil.
Contoh b : Suatu BUMN memperoleh hak pengelolaan seperti tersebut di atas, maka BPHTB =
BPHTB yang harus dibayar = 50 % X Rp 47.000.000,00 = Rp 23.500.000,00
Perum Perumnas,
Nihil ! Pasal 7 : (1). NPOP Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional paling
banyak Rp 60.000.000,00 , kecuali dalam hak perolehan
hak karena waris , atau hibah wasiat yang diterima
orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas
atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat ,
termasuk suami / isteri, NPOP TKP ditetapkan secara
regional paling banyak Rp 300.000.000,00.
NPOP TKP
Rp 60 juta ,- Rp 300 juta ,-
karena Waris
Pasal 9 :
(1). Saat terutangnya Pajak atas BPHTB untuk :
a. Jual beli sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
b. Tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;
c. Hibah sejak dibuat dan ditandatanganinya akta;
d. Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya
ke Kantor Pertanahan ;
e. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal
dibuat dan ditandatanganinya akta;
f. Pemisahan yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat dan
ditandatanganinya akta;
g. Lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang;
h. Putusan Hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum yang tetap;
i. Hibah Wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan
haknya ke Kantor Pemerintah;
j. Pemberian Hak Baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah
sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;
Pasal 10 :
(1). Wajib Pajak wajib membayar pajak yang
terutang dengan tidak mendasarkan pada
adanya surat ketetapan pajak .
Penjelasan :
Sistem pemungutan BPHTB
adalah Self assessment dimana
Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk :
- menghitung ;
- menetapkan ; dan
- membayar sendiri
pajak yang terutang dengan menggunakan SSB dan
melaporkannya tanpa mendasarkan
diterbitkannya surat ketetapan pajak.
Pasal 11 :
(1). Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat
terutangnya pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan SKBKB apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah
pajak yang terutang kurang bayar.
(2). Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKBKB
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditambah
dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan,
dihitung mulai saat terutangnya pajak sampai dengan
diterbitkannya SKBKB.
26/05/2011
14
May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 79
Contoh jumlah kekurangan pajak
yang terutang kurang bayar Pasal 11
Ayat (2) UU BPHTB :
Wajib Pajak memperoleh tanah dan bangunan pada
tanggal 29 Maret 1998 ;
NPOP Rp 140.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00
NPOP kena Pajak Rp 80.000.000,00
Pajak yang terutang
= 5% X Rp 80.000.000,00 = Rp 4.000.000,00
Berdasarkan Pemeriksaan yang dilakukan pada tgl 30 Des 1998, ternyata ditemukan
data yang belum lengkap yang menunjukkan bahwa NPOP sebenarnya adalah Rp 190.000.000,00, maka pajak yang seharusnya terutang adalah sebagai
berikut :
NPOP Rp 190.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00
NPOP kena pajak Rp 130.000.000,00 Pajak yg seharusnya terutang = 5% X Rp130.000.000,00 = Rp 6.500.000,00
Pajak yg telah dibayar Rp 4.000.000,00 Pajak yang kurang bayar Rp 2.500.000,00
Sanksi Administrasi berupa BUNGA dari
29 Mart 98 s/d 30 Des 98 = 10 X 2% X Rp 2.500.000,00 = Rp 500.000,00
Jumlah pajak yang hrs dibayar = Rp 2.500.000,00 + Rp 500.000,00 = Rp 3.000.000,00
May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 81
Contoh Perhitungan Pasal 12 Ayat (2)
Pada tahun 2003, dari hasil pemeriksaan atau keterangan lain diperoleh data baru
bahwa NPOP sbgmn tersebut dalam penjelasan Pasal 11 ayat (2) ternyata adalah Rp 230.000.000,00, maka pajak yg seharusnya terutang :
NPOP Rp 230.000.000,00 NPOP TKP Rp 60.000.000,00
NPOP kena Pajak Rp 170.000.000,00
Pajak yg seharusnya terutang = 5% X Rp 170.000.000,00 = Rp 8.500.000,00 Pajak yg telah dibayar = Rp 6.500.000,00
Pajak yg kurang dibayar = Rp 2.000.000,00
Sanksi Admninistrasi berupa kenaikan = 100% X Rp 2. 000.000,00 = Rp 2.000.000,00
Jumlah yag harus dibayar = Rp 2.000.000,00 + Rp 2.000.000,00 = Rp 4.000.000,00
May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 82
SKBKB
SKBKBT
SKBLB
SKBN
Dapat mengajukan
keberatan
Jangka Waktu
12 bulan
Keputusan :
- Ditolak;
- diterima ;
atau
- ditambah.
(Pasal 17)
Wajib Pajak DirJen Pajak
* Keberatan diajukan secara tertulis dlm Bhs Indonesia
dng mengemukakan jumlah pajak yg terutang menurut
perhitungan WP dng disertai alasan yg jelas .
Keputusan DirJen Pajak
No. KEP-22/PJ.6/1997 tentang
Tatacara Pengajuan dan Penyelesaian
Keberatan BPHTB.
Pasal 2 ayat (2) :
Lampiran Pengajuan Surat Keberatan :
1. Copy SSB ;
2. Asli SKBKB / SKBKBT / SKBLB / SKBN ;
3. Copy akta / Risalah Lelang / SK Pemberian Hak Baru /
Putusan Hakim ;
4. Copy KTP / SIM / Paspor / Kartu Keluarga / Identity lain.
Pasal 18 :
Ayat (1) : Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding
hanya kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan
mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Ayat (2) : Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
disertai alasan-alasan yang jelas dalam jangka waktu paling
lama 3 bulan sejak keputusan keberatan diterima, dilampiri
salinan surat keputusan tersebut.
Ayat (3) : Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban
membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
26/05/2011
15
Keputusan Dir Jen Pajak
No. KEP- 635/PJ/2001
Tentang Prosedur
Penanganan Banding PBB
dan BPHTB.
May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 86
Pasal 19 :
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan
banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya,
kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan
ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen)
sebulan untuk jangka waktu paling lama
24 bulan dihitung sejak tanggal pembayaran
yang menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Keputusan Keberatan
atau Putusan Banding.
Pasal 1 :
(1). Kelebihan pembayaran BPHTB terjadi apabila :
a. BPHTB yang dibayar ternyata lebih besar dari yang seharusnya terutang ;
b. dilakukan pembayaran BPHTB yang tidak seharusnya terutang.
(2). Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat keputusan lain berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor :
30/PMK.03/2005 Tanggal 23 Mei 2005, tentang
Tata cara Pembayaran Kembali Kelebihan
Pembayaran BPHTB.
May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 88
Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
PMK-122/PMK.06/2005 tgl,5 Desember 2005 Tentang :
TATACARA PEMBERIAN IMBALAN
BUNGA BPHTB KEPADA WAJIB PAJAK.
Pasal 1 : 1. UU tentang BPHTB, yg selanjutnya disebut UU BPHTB adalah
UU No.21 tahun 1997 ttg BPHTB sebgmn tlh diubah dng UU
No20 Tahun 2000.
2. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga BPHTB (SKPIB
BPHTB), adalah SK yang menentukan besarnya jumlah
pemberian imbalan bunga BPHTB yang diberikan kepada WP.
3. Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga BPHTB (SPMIB
BPHTB), adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KP PBB /
KP Pratama untuk membayar imbalan bunag BPHTB kepada
WP .
Pasal 20 :
(1) Atas permohonan Wajib Pajak, pengurangan pajak yang terutang
dapat diberikan oleh Menteri karena :
a. Kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan
Objek Pajak, atau
b. Kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-
sebab tertentu, atau
c. Tanah dan atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial
atau pendidikan yang semata-mata tidak untuk mencari
keuntungan.
(2) Ketentuan mengenai pemberian pengurangan pajak yang terutang
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Keputusan Menteri.
KMK.No.561/KMK.03/2004 Tentang
Pemberian Pengurangan BPHTB Pasal 1 : Atas permohonan Wajib Pajak, dapat diberikan pengurangan BPHTB dalam hal :
A. KONDISI TERTENTU Wajib Pajak yang ada
hubungan tertentu dengan Objek Pajak , yaitu :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yg memperoleh hak baru
melalui program Pemerintah di bidang pertanahan
dan tidak mempunyai kemampuan secara ekonomis;
2. Wajib Pajak Badan yang memperoleh hak baru
selain hak pengelolaan dan telah menguasai tanah
dan atau bangunan secara fisik lebih dari 20 tahun yang dibuktikan dengan
surat pernyataan WP dan keterangan lain dari Pejabat Pemerintah Didaerah
setempat ;
26/05/2011
16
KMK No. 561/KMK.03/2004 tsb di atas
Telah dubah dengan :
PMK.No.104/PMK.03/2005.
Kemudian karena dalam PMK tsb belum menampung WP
yang terkena bencana alam di Provinsi DI Yogyakarta dan
Jawa Tengah dan tsunami di pesisir pantai selatan p.Jawa ;
Maka KMK dan PMK tersebut diubah dengan :
PMK No. 91/PMK.03/2006 Tentang Perubahan
Ke-2 Atas Keputusan MK No.561/KMK.03/2004
Tentang Pemberian Pengurangan BPHTB.
Pasal 2 huruf d (diubah ) menjadi sbb :
Besarnya pengurangan BPHTB ditetapkan sbb :
a. sebesar 25 % dari pajak terutang untuk WP
sebagaimana dimaksud Pasal 1 huruf a angka 3 ;
b. sebesar 50 % dari pajak terutang untuk WP sebagaimana
dimaksud Pasal 1 huruf a angka 2 dan angka 4, huruf b angka 1, 2,
5, 6, dan angka 9 serta huruf c;
c. sebesar 75 % dari pajak terutang untuk WP sebagaimana
dimaksud Pasal 1 huruf a angka 1, dan huruf b angka 3, dan
angka 7;
d. sebesar 100 % dari pajak terutang untuk WP sebagaimana
dimaksud Pasal 1 huruf b angka 4, dan angka 8, angka 10 dan
angka 11, angka 12 dan Pasal 1 huruf d .
Pasal 21
Ayat (1) : WP dapat mengajukan permohonan
pengembalian atas kelebihan pembayaran
pajak kepada DirJen Pajak.
Ayat (2) : DirJen Pajak dalam jangka waktu paling
lama 12 bulan sejak diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memberikan keputusan.
May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 94
Pasal 23 :
(1). Penerimaan negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan
20 % untuk Pemerintah Pusat dan 80 % untuk Pemerintah
Daerah yang bersangkutan.
(1a). Bagian Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dibagikan kepada seluruh Pemerintah Kabupaten / Kota
secara merata.
Pemerintah Pusat
20 %
Pemerintah Daerah
80 %
Penjelasan Pasal 23 ayat (2) :
Bagian Daerah yang dibagi dengan perincian sbb.:
a. Bagian Propinsi yang bersangkutan sebesar
16 % , atau 20 % dari 80 % ;
b. bagian Kabupaten / Kota yang bersangkutan
sebesar 64 % , atau 80 % dari 80 %.
1. Pemerintah Pusat 20 %
2. Pemerintah Propinsi 16 %
3. Pemerintah
Kabupaten / Kota
64 %
Pasal 24 :
(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah / Notaris hanya dapat
menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan
atau bangunan pada saat Wajib Pajak menyerahkan
bukti pembayaran pajak berupa SSB.
(2) Pejabat Lelang Negara hanya dapat menandatangani
Risalah Lelang perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti
pembayaran pajak berupa SSB.
26/05/2011
17
May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 97
Pasal 25 :
Kewajiban Melapor Bagi Pejabat
PPAT/Notaris/
Kepala KLN
Pembuatan Akta /
Risalah Lelang
Bulan ini Tgl 10 bulan berikutnya
Lewat waktu, Sanksi Administrasi dan denda sebesar
Rp 250.000,00 untuk setiap laporan .
Batas waktu Pelaporan
Kpd. DirJen Pajak
May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 98
Pasal II
Undang-undang ini dapat disebut “Undang-undang
Perubahan atas Undang-undang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan”.
Pasal III
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2001.
Undang-undang Nomor 20
Tahun 2000 Tentang Perubahan
Undang-undang No.21 Tahun1997
Lembaran Negara R I Tahun 2000
Nomor 130.