35
REFLEKSI KASUS UVEITIS Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata RS pku Mmuhammadiyah Pembimbing : dr. Nursani Meida , Sp.M Disusun oleh : Siti Karlina S,Ked NIM : 20090310207

uveitis fix.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: uveitis fix.doc

REFLEKSI KASUS

UVEITIS

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata

RS pku Mmuhammadiyah

Pembimbing :

dr. Nursani Meida , Sp.M

Disusun oleh : Siti Karlina S,Ked

NIM : 20090310207

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: uveitis fix.doc

LEMBAR PENGESAHAN

Referat ini telah disetujui oleh dosen pembimbing dari :

Nama : Siti karlina

NIM : 20090310207

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Kegiatan : kepanitraan klinik ilmu penyakit mata

Judul referat : uveitis anterior

Pembimbing : dr. Nursani Meida, Sp M

Yogyakarta, September 2014

Pembimbing

dr. Nursani Meida, Sp M

Page 3: uveitis fix.doc

BAB 1

STATUS PASIEN

Nama : Ny. MK

Umur : 41 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : tamantirto kasihan bantul

No RM : 310382

A. Anamnesis

a. Keluhan Utama:

Mata kanan sakit sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu

b. Keluhan tambahan :

Mata kanan kabur, merah dan berair

c. Riwayat penyakit sekarang :

• Pasien datang ke poli klinik Rs Pku Muhammadiya mengeluh sejak 1

bulan yang lalu Mata kanan sakit. Sakit dirasakan, seperti ‘nyut-nyut’ pada

bagian dalam bola mata dan sekeliling mata. Sakit dirasakan hilang timbul, lalu

Mata kanan mulai kabur perlahan-lahan. Pasien menyangkal terlihat seperti

bintik- bintik hitam terutama saat melihat cahaya terang sudah pernah berobat

tetapi keluhan belum membaik , Sakit dirasakan terus menerus sehingga pasien

terasa sulit untuk membuka mata . Mata mulai merah dan terkadang berair ,sekret

dipagi hari dan rasa gatal disangkal oleh pasien

Page 4: uveitis fix.doc

d. Riwayat penyakit Dahulu

Tidak pernah mengalami sakit mata seperti ini.

Riwayat sakit mata yang lain sebelumnya disangkal.

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat operasi pada mata disangkal.

e. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga serumah yang mengalami keluhan

seperti pasien.

B. Pemeriksaan fisik

Tidak dilakukan

C. Pemeriksaan ofthalmologi

Occuli Dekstra (OD) Occuli Sinistra (OS)

Visus

Ortoforia Kedudukan bola mata

Ortoforia

Bola mata bergerak ke segala arah dengan baik, nyeri gerak (+)

Pergerakan bola mata

Bola mata bergerak ke segala arah, nyeri (-)

Oedema (+), Hiperemis (-), Enteropion (-), Ekteropion (-), Trikiasis (-), Distikiasis (-)

Palpebra superior

Oedema (-), Hiperemis (-), Enteropion (-), Ekteropion (-), Trikiasis (-), Distikiasis (-)

Page 5: uveitis fix.doc

Oedema (-), Hiperemis (-), Enteropion (-), Ekteropion (-), Trikiasis (-), Distikiasis (-)

Palpebra inferior

Oedema (-), Hiperemis(-), Enteropion (-), Ekteropion (-), Trikiasis (-), Distikiasis (-)

Hiperemis (+), Folikel (-), Papil (-), Litiasis (-)

Konjungtiva TarsalisSuperior

Hiperemis (-), Folikel (-), Papil (-), Litiasis (-)

Hiperemis (+), Folikel (-), Papil (-), Litiasis (-), Sekret (-)

Konjungtiva TarsalisInferior

Hiperemis (-), Folikel (-), Papil (-), Litiasis (-), Sekret (-)

Injeksi silier (+), Injeksi konjungtiva (+), Subkonjungtival bleeding (-), Pinguekula (-), Pterigium (-)

Konjungtiva Bulbi Injeksi silier (-), Injeksi konjungtiva (-), Subkonjungtival bleeding (-), Pinguekula (-), Pterigium (-)

Keruh, oedem (+), keratik presipitat (-)

Kornea Jernih, oedem (-)

Dalam, keruh, sel (+), Flare (+), hipopion (-)

COA Dalam, jernih

Warna coklat, kripti tidak jelas, sinekia posterior (+)

Iris Warna coklat, kripti baik

Lonjong, tepi irregular, RCL (-) , RCTL (-)

Pupil Bulat, tepi regular, RCL (+), RCTL (+)

Keruh, lens precipitate (+)

Lensa Keruh, shadow test (+)

Refleks fundus Fuduskopi Refleks fundus (+),

Page 6: uveitis fix.doc

(+), papil, CD ratio, ratio arteri: vena, dan refleks makula, dan retina sulit dinilai

papil bulat, batas tegas, CD ratio sulit dinilai, arteri : vena = 2:3, refleks makula (+), retina baik.

20 mmHg TIO 20 mmHg

D. Diagosis

Uveitis anterior OD

Diagnosis Banding :

Glukoma

Uveitis posterior OD

E. Terapi

Cendo Xitrol 4x1 OD

Dexamentason 2-2-0

Ciprofloxacin 2x1

Page 7: uveitis fix.doc

PENDAHULUAN

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus

uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid yang

disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasia, atau proses autoimun. Struktur yang

berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut

mengalami inflamasi. Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan

jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut

siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis

anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan

koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis. Uveitis umumnya unilateral,

biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat

sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur, mata merah tanpa sekret mata

purulen dan pupil kecil atau ireguler. Insiden uveitis di Amerika Serikat dan di

seluruh dunia diperkirakan sebesar 15 kasus/100.000 penduduk dengan

perbandingan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Uveitis merupakan salah

satu penyebab kebutaan. Morbiditas akibat uveitis terjadi karena terbentuknya

sinekia posterior sehingga menimbulkan peningkatan tekanan intraokuler dan

gangguan pada nervus optikus. Selain itu, dapat timbul katarak akibat penggunaan

steroid. Oleh karena itu, diperlukan penanganan uveitis yang meliputi anamnesis

yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologis yang menyeluruh,

pemeriksaan penunjang dan penanganan yang tepat.

Uvea adalah organ yang terdiri dari beberapa kompartemen mata yang

berperan besar dalam vaskularisasi bola mata. Terdiri atas iris, badan silier dan

Page 8: uveitis fix.doc

koroid. Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada uvea. Meskipun

demikian sekarang istilah uveitis digunakan untuk menggambarkan berbagai

bentuk inflamasi intraokular yang tidak hanya pada uvea tetapi juga struktur yang

ada didekatnya, baik karena proses infeksi, trauma, neoplasma, maupun autoimun.

BAB 11

PEMBAHASAN

A. ANATOMI UVEA :

Uvea atau traktus uvealis merupakan lapisan vaskular di dalam bola mata

yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.

1. Iris

Iris merupakan suatu membran datar sebagai lanjutan dari badan siliar ke

depan (anterior). Di bagian tengah iris terdapat lubang yang disebut pupil

yang berfungsi untuk mengatur besarnya sinar yang masuk mata. Permukaan

iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil

Page 9: uveitis fix.doc

terutama sekitar pupil yang disebut kripte. Pada iris terdapat 2 macam otot

yang mengatur besarnya pupil, yaitu : Musculus dilatator pupil yang

berfungsi untuk melebarkan pupil dan Musculus sfingter pupil yang berfungsi

untuk mengecilkan pupil. Kedua otot tersebut memelihara ketegangan iris

sehingga tetap tergelar datar. Dalam keadaan normal, pupil kanan dan kiri

kira-kira sama besarnya, keadaan ini disebut isokoria. Apabila ukuran pupil

kanan dan kiri tidak sama besar, keadaan ini disebut anisokoria. Iris menipis

di dekat perlekatannya dengan badan siliar dan menebal di dekat pupil.

Pembuluh darah di sekeliling pupil disebut sirkulus minor dan yang

berada dekat badan siliar disebut sirkulus mayor. Iris dipersarafi oleh nervus

nasoiliar cabang dari saraf cranial III yang bersifat simpatik untuk midriasis

dan parasimpatik untuk miosis.

2. Corpus Siliar

Korpus siliaris merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai

sistem eksresi dibelakang limbus. Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke

belakang sampai koroid terdiri atas otot-otot siliar dan prosesus siliaris. Otot-

otot siliar berfungsi untuk akomodasi.

Badan siliar berbentuk cincin yang terdapat di sebelah dalam dari tempat

tepi kornea melekat di sklera. Badan siliar merupakan bagian uvea yang

terletak antara iris dan koroid. Badan siliar menghasilkan humor akuos.

Humor akuos ini sangat menentukan tekanan bola mata (tekanan intraokular

= TIO). Humor akuos mengalir melalui kamera okuli posterior ke kamera

okuli anterior melalui pupil, kemudian ke angulus iridokornealis, kemudian

melewait trabekulum meshwork menuju canalis Schlemm, selanjutnya

menuju kanalis kolektor masuk ke dalam vena episklera untuk kembali ke

jantung.

Page 10: uveitis fix.doc

3. Koroid

Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar, terletak antara retina (di

sebelah dalam) dan sklera (di sebelah luar). Koroid berbentuk mangkuk yang

tepi depannya berada di cincin badan siliar. Koroid adalah jaringan vascular

yang terdiri atas anyaman pembuluh darah. Retina tidak menempati

(overlapping) seluruh koroid, tetapi berhenti beberapa millimeter sebelum

badan siliar. Bagian koroid yang tidak terselubungi retina disebut pars plana.

Page 11: uveitis fix.doc

Vaskularisasi uvea berasal dari arteri siliaris anterior dan posterior yang

berasal dari arteri oftalmika. Vaskularisasi iris dan badan siliaris berasal dari

sirkulus arteri mayoris iris yang terletak di badan siliaris yang merupakan

anastomosis arteri siliaris anterior dan arteri siliaris posterior longus.

Vaskularisasi koroid berasal dari arteri siliaris posterior longus dan brevis.

Fungsi dari uvea antara lain : Regulasi sinar ke retina,Imunologi (bagian

yang berperan dalam hal ini adalah khoroid), Produksi akuos humor oleh

korpus siliaris, dan sebagai nutrisi.

B. UVEITIS

1. DEFINISI

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan

traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan

koroid yang disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasia, atau proses

autoimun.

2. KLASIFIKASI

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan

traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan

koroid. Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama,

yaitu klasifikasi secara anatomis, klinis, etiologis, dan patologis. Penyakit

peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada

oreng dewasa dan usia pertengahan. Pada kebanyakan kasus penyebabnya

tidak diketahui.

Page 12: uveitis fix.doc

1. Klasifikasi berdasarkan Anatomis

a) Uveitis anterior

Merupakan inflamasi yang terjadi terutama pada iris dan korpus siliaris

atau disebut juga dengan iridosiklitis.

b) Uveitis intermediet

Merupakan inflamasi dominan pada pars plana dan retina perifer yang

disertai dengan peradangan vitreous.

c) Uveitis posterior

Merupakan inflamasi yang mengenai retina atau koroid.

d) Panuveitis

Merupakan inflamasi yang mengenai seluruh lapisan uvea.

2. Klasifikasi berdasarkan Klinis

Page 13: uveitis fix.doc

a) Uveitis akut

Uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan

bersifat simptomatik.

b) Uveitis kronik

Uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulan-

bulan atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat

asimtomatik.

3. Klasifikasi berdasarkan Etiologis

a) Uveitis infeksius

Uveitis yang disebabkan oleh infeksi virus, parasit, dan bakteri

b) Uveitis non-infeksius

Uveitis yang disebabkan oleh kelainan imunologi atau autoimun.

4. Klasifikasi berdasarkan patologis

a) Uveitis non-granulomatosa

Infiltrat dominan limfosit pada koroid.

b) Uveitis granulomatosa

Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa multinukleus

3. UVEITIS ANTERIOR

3.1 DEFINISI

Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan

badan siliar (pars plicata), kadang-kadang menyertai peradangan

bagian belakang bola mata, kornea dan sklera. Peradangan pada uvea

dapat mengenai hanya pada iris yang disebut iritis atau mengenai

badan siliar yang di sebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan

siklitis yang disebut iridosiklitis atau uveitis anterior.

Page 14: uveitis fix.doc

3.2 KLASIFIKASI

Menurut klinisnya uveitis anterior dibedakan dalam uveitis

anterior akut yaitu uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu,

onsetnya cepat dan bersifat simptomatik dan uveitis anterior kronik

uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulan-

bulan atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat

asimtomatik. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui.

Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis besar uveitis:

yang non-granulomatosa (lebih umum) dan granulomatosa. Penyakit

peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada

oreng dewasa dan usia pertengahan. Uveitis non-granulomatosa

terutama timbul di bagian anterior traktus uvealis ini, yaitu iris dan

korpus siliaris. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrat sel-

sel limfosit dan sel plasma dengan jumlah cukup banyak dan sedikit

mononuklear. Uveitis granulomatosa yaitu adanya invasi mikroba

aktif ke jaringan oleh bakteri. Dapat mengenai uvea bagian anterior

maupun posterior. Infiltrat dominan sel limfosit, adanya aggregasi

makrofag dan sel-sel raksasa multinukleus. Pada kasus berat dapat

terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion di kamera okuli anterior.

Perbedaan Uveitis granulomatosa dan non-granulomatosa

Non- Granulomatosa Granulomatosa

Onset

Nyeri

Fotofobia

Penglihatan Kabur

Merah Sirkumneal

Keratic precipitates

Pupil

Sinekia posterior

Noduli iris

Akut

Nyata

Nyata

Sedang

Nyata

Putih halus

Kecil dan tak teratur

Kadang-kadang

Tidak ada

Tersembunyi

Tidak ada atau ringan

Ringan

Nyata

Ringan

Kelabu besar

(“mutton fat”)

Kecil dan tak teratur

Kadang-kadang

Page 15: uveitis fix.doc

Lokasi

Perjalanan penyakit

Kekambuhan

Uvea anterior

Akut

Sering

Kadang-kadang

Uvea anterior,

posterior,difus

Kronik

Kadang-kadang

3.3 ETIOLOGI

Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi

mikroorganisme atau agen lain dari luar. Secara endogen dapat

disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan, mikroorganisme atau

agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya infeksi tuberkulosis,

herper simpleks. Etiologi uveitis dibagi dalam :

Berdasarkan spesifitas penyebab :

1. Penyebab spesifik (infeksi) Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi,

ataupun parasit yang spesifik.

2. Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi hipersensitivitas

Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme

atau antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi

antigen antibodi dengan predileksi pada traktus uvea.

Berdasarkan asalnya:

1. Eksogen : Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma, operasi

intraokuler, ataupun iatrogenik.

2. Endogen : disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan,

mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya

infeksi tuberkulosis, herpes simpleks.

3.4 PATOFISIOLOGI

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek

langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi

piogenik biasanya mengikuti suatu trauma tembus okuli, walaupun

Page 16: uveitis fix.doc

kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat toksik

yang diproduksi oleh mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh diluar

mata.

Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan

reaksi hipersensitivitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen)

atau antigen dari dalam (antigen endogen). Dalam banyak hal antigen

luar berasal dari mikroba yang infeksius. Sehubungan dengan hal ini

peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah

munculnya mekanisme hipersensitivitas. Radang iris dan badan siliar

menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi

peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos.

Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai

flare, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).

Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai

penumpukan sel-sel radang berupa pus di dalam COA yang disebut

hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam COA, dikenal dengan

hifema. Apabila proses radang berlangsung lama (kronis) dan

berulang, maka sel-sel radang dapat melekat pada endotel kornea,

disebut sebagai keratic precipitate (KP). Ada dua jenis keratic

precipitate, yaitu :

1. Mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-

pigmen yang difagositirnya, biasanya dijumpai pada jenis

granulomatosa.

2. Punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma,

terdapat pada jenis non granulomatosa.

Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses

peradangan akan berjalan terus dan menimbulkan berbagai

komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat menimbulkan

perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut

sinekia posterior, ataupun dengan endotel kornea yang disebut sinekia

Page 17: uveitis fix.doc

anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil, yang

disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang,

disebut oklusio pupil.

Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya

trabekular oleh sel-sel radang, akan menghambat aliran akuos humor

dari bilik mata belakang ke bilik mata depan sehingga akuos humor

tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke depan

yang tampak sebagai iris bombans (iris bombe). Selanjutnya tekanan

dalam bola mata semakin meningkat dan akhirnya terjadi glaukoma

sekunder.

Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme lensa

yang menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak

komplikata. Apabila peradangan menyebar luas, dapat timbul

endoftalmitis (peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan

struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca) ataupun

panoftalmitis (peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan

kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses).

Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya

tidak segera ditangani, dapat pula terjadi symphatetic ophtalmia pada

mata sebelahnya yang semula sehat. Komplikasi ini sering didapatkan

pada uveitis anterior yang terjadi akibat trauma tembus, terutama yang

mengenai badan silier.

3.5 MANIFESTASI KLINIS

Keluhan pasien dengan uveitis anterior adalah mata sakit, mata

merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair.

Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis dapat terjadi akibat

ikut meradangnya otot-otot akomodasi. Dari pemeriksaan mata dapat

ditemukan tanda antara lain : Hiperemia perikorneal, yaitu dilatasi

pembuluh darah siliar sekitar limbus, dan keratic precipitate. Pada

pemeriksaan slit lamp dapat terlihat flare di bilik mata depan dan bila

Page 18: uveitis fix.doc

terjadi inflamasi berat dapat terlihat hifema atau hipopion. Iris edema

dan warna menjadi pucat, terkadang didapatkan iris bombans. Dapat pula

dijumpai sinekia posterior ataupun sinekia anterior. Pupil kecil akibat

peradangan otot sfingter pupil dan terdapatnya edema iris. Lensa keruh

terutama bila telah terjadi katarak komplikata. Tekanan intra okuler

meningkat, bila telah terjadi glaukoma sekunder. Pada proses akut dapat

terjadi miopisi akibat rangsangan badan siliar dan edema lensa. Pada

uveitis non-granulomatosa dapat terlihat presipitat halus pada dataran

belakang kornea. Pada uveitis granulomatosa dapat terlihat presipitat

besar atau mutton fat noduli Koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil)

atau noduli Busacca (penimbunan sel pada permukaan iris).

4. UVEITIS INTERMEDIATE

Uveitis intermediate disebut juga uveitis perifer atau pars planitis

adalah peradangan intraokular terbanyak kedua. Tanda uveitis intermediet

yang terpenting yaitu adanya peradangan vitreus. Uveitis intermediet

biasanya bilateral dan cenderung mengenai pasien remaja akhir atau

dewasa muda. Pria lebih banyak yang terkena dibandingkan wanita.

Gejala- gejala yang khas meliputi floaters dan penglihatan kabur. Nyeri,

fotofobia dan mata merah biasanya tidak ada atau hanya sedikit. Temuan

pemeriksaan yang menyolok adalah vitritis seringkali disertai dengan

kondensat vitreus yang melayang bebas seperti bola salju (snowballs) atau

menyelimuti pars plana dan corpus ciliare seperti gundukan salju (snow-

banking). Peradangan bilik mata depan minimal tetapi jika sangat jelas

peradangan ini lebih tepat disebut panuveitis. Penyebab uveitis

intermediate tidak diketahui pada sebagian besar pasien, tetapi sarkoidosis

dan multipel sklerosis berperan pada 10-20% kasus. Komplikasi uveitis

intermediate yang tersering adalah edema makula kistoid, vaskulitis retina

dan neovaskularisasi pada diskus optikus.

5. UVEITIS POSTERIOR

Page 19: uveitis fix.doc

Uveitis posterior adalah peradangan yang mengenai uvea bagian

posterior yang meliputi retinitis, koroiditis, vaskulitis retina dan papilitis

yang bisa terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Gejala yang timbul

adalah floaters, kehilangan lapang pandang atau scotoma, penurunan tajam

penglihatan. Sedangkan pada koroiditis aktif pada makula atau

papillomacular bundle menyebabkan kehilangan penglihatan sentral dan

dapat terjadi ablasio retina.

6. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama dari pengobatan uveitis adalah untuk mengembalikan

atau memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan

fungsi penglihatan tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan

tetap perlu diberikan untuk mencegah memburuknya penyakit dan

terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan. Adapun terapi uveitis dapat

dikelompokkan menjadi :

Terapi non spesifik :

1. Penggunaan kacamata hitam

Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi, terutama akibat

pemberian midriatikum.

2. Kompres hangat

Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang,

sekaligus untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel

radang dapat lebih cepat.

3. Midritikum/ sikloplegik

Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan badan

silier relaks, sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat

penyembuhan. Selain itu, midriatikum sangat bermanfaat untuk

mencegah terjadinya sinekia, ataupun melepaskan sinekia yang telah

ada.

Midriatikum yang biasanya digunakan adalah:

a. Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes

Page 20: uveitis fix.doc

b. Homatropin 2% sehari 3 kali tetes

c. Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes

4. Anti inflamasi

Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan

dosis sebagai berikut:

Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %.

Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau

periokuler : :

a. Dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml)

b. Prednisolone succinate 25 mg (1 ml)

c. Triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml)

d. Methylprednisolone acetate 20 mg

Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik Prednisone oral mulai 80

mg per hari sampai tanda radang berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap

hari.

Anak : prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 kali.

Pada pemberian kortikosteroid, perlu diwaspadai komplikasi-

komplikasi yang mungkin terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada

penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu, dan komplikasi lain

pada penggunaan sistemik.

Terapi spesifik

Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari

uveitis anterior telah diketahui. Karena penyebab yang tersering adalah

bakteri, maka obat yang sering diberikan berupa antibiotik, yaitu :

Dewasa : Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid.

Anak : Chloramphenicol 25 mg/kgbb sehari 3-4 kali.

Walaupun diberikan terapi spesifik, tetapi terapi non spesifik seperti

disebutkan diatas harus tetap diberikan, sebab proses radang yang terjadi

adalah sama tanpa memandang penyebabnya.

Page 21: uveitis fix.doc

Terapi terhadap komplikasi

1. Sinekia posterior dan anterior

Untuk mencegah maupun mengobati sinekia posterior dan sinekia

anterior, perlu diberikan midriatikum, seperti yang telah diterangkan

sebelumnya.

2. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi

pada uveitis anterior. Terapi yang harus diberikan antara lain:

Terapi konservatif :

Timolol 0,25 % - 0,5 % 1 tetes tiap 12 jam

Acetazolamide 250 mg tiap 6 jam

Terapi bedah:

Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih

tetap tinggi.

a. Sudut tertutup : iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah

terjadi perlekatan iris dengan trabekula (Peripheral Anterior

Synechia atau PAS) dilakukan bedah filtrasi.

b. Sudut terbuka : bedah filtrasi.

3. Katarak komplikata

Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis.

Terapi yang diperlukan adalah pembedahan, yang disesuaikan

dengan keadaan dan jenis katarak serta kemampuan ahli bedah.

7. KOMPLIKASI

Komplikasi dari uveitis dapat berupa :

a. Glaucoma, peninggian tekanan bola mata

Pada uveitis anterior dapat terjadi sinekia posterior sehingga

mengakibatkan hambatan aliran aquos humor dari bilik posterior ke

bilik anterior. Penumpukan cairan ini bersama-sama dengan sel

Page 22: uveitis fix.doc

radang mengakibatkan tertutupnya jalur dari out flow aquos humor

sehigga terjadi glaucoma. Untuk mencegahnya dapat diberikan

midriatika.

b. Katarak

Kelainan polus anterior mata seperti iridosiklitis yang menahun dan

penggunaan terapi kortikosteroid pada terapi uveitis dapat

mengakibatkan gangguan metabolism lensa sehingga menimbulkan

katarak. Operasi katarak pada mata yang uveitis lebih komplek lebih

sering menimbulkan komplikasi post operasi jika tidak dikelola

dengan baik. Sehingga dibutuhkan perhatian jangka panjang terhadap

pre dan post operasi. Operasi dapat dilakukan setelah 3 bulan bebas

inflamasi. Penelitian menunjukan bahwa fakoemulsifikasi dengan

penanaman IOL pada bilik posterior dapat memperbaiki visualisasi

dan memiliki toleransi yang baik pada banyak mata dengan uveitis.

c. Sinekia posterior à perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian

anterior akibat sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas.

d. Sinekia anterior à perlekatan iris dengan endotel kornea akibat sel-

sel radang, fibrin, dan fibroblas.

e. Seklusio pupil à perlekatan pada bagian tepi pupil

f. Oklusio pupil à seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang

g. Endoftalmitis à peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan

struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca akibat dari

peradangan yang meluas.

h. Panoftalmitis à peradangan pada seluruh bola mata termasuk sklera

dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses.

i. Ablasio retina

Page 23: uveitis fix.doc

BAB III

KESIMPULAN

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus

uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid. Klasifikasi

uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara

anatomis, klinis, etiologis, dan patologis. Penyakit ini dapat disebabkan oleh

faktor eksogen, endogen, infeksi maupun noninfeksi. Tujuan utama dari

pengobatan uveitis adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi

penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak dapat lagi

dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk mencegah

memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.

Page 24: uveitis fix.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta : ”Anatomi dan Fisiologi mata” dalam ”Ilmu Penyakit

Mata”. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, Edisi 3, 2008. Hal 1-12

2. Hartono. Ringkasan Anatomi dan Fisiologi Mata. UGM. Yogyakarta. 2007

3. Riordan Paul – Eva et al : ”Anatomi dan Embriologi Mata” dalam :

Riordan Paul – Eva, et al : ”Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum”.

Jakarta : EGC, edisi 17, 2009

4. Vaughan, Dale. General Ophtalmology (terjemahan), Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000.

5. Ilyas, S, Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta : 2004

6. Department of Ophthalmology and Visual Sciences, The Chinese

University of Hong Kong Sept 2002.

www.afv.org.hk/Uveitis/uveitis_3.jpg

7. Wijaya,Nana. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Semarang. Universitas

Diponegoro.

8. PDSMI. Ilmu Penyakit Mata. PDSMI