Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
58
V. PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Sekapuk
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sekapuk berdiri pada tanggal 16 Maret
2009 dengan kantor yang terlatak di Jalan Prof. Buya Hamka 126 Desa Sekapuk
Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Badan usaha ini adalah lembaga
yang didirikan/dibentuk oleh pemerintahan desa yang kepemilikan modal dan
pengelolahannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Pembentukan
BUMDes didasarkan atas adanya kebutuhan dan potensi desa, dalam upaya
memperkuat perekonomian serta membangun kerekatan sosial masyarakat desa.
Modal usaha BUMDes berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan dan juga dari
bantuan pemerintah daerah.
Keberadaan BUMDes di Desa Sekapuk sangat dibutuhkan, mengingat
potensi yang dimiliki oleh Desa Sekapuk sangat besar, antara lain lahan pertanian,
pertambangan batu kapur, pasar desa, dan usaha kreatif masyarakat lainnya.Proses
pembentukan BUMDes di Desa Sekapuk di samping karena potensi Desa
sebagaimana tersebut di atas, juga dimaksudkan untuk menggabungkan beberapa
Lembaga Ekonomi Desa (LED) yang telah ada antara lain: UED-SP, Pengelolaan
air, Dana bantuan pertanian, Layanan pembayaran listrik yang sudah ada untuk
menjadi unit usahanya BUMDes.Dasar hukum terbentuknya BUMDesa “Sekapuk”
yaitu:
a. UU No. 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah;
b. UU No 6. 2004 Tentang Desa
c. PP No. 72 Tahun 2005, Tentang Desa;
d. Perda Kab. Gresik No. 07 Tahun 2007, Tentang Pembentukan dan
Pengelolaan Bumdes;
e. Perdes Nomor 02 Tahun 2014, Tentang Pembentukan dan Pengelolaan
BUMDes;
f. SK Kepala Desa No. 141/02/437.116.1/2014 tentang Susunan Pengurus
BUMDes.
g. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Usaha Milik
Desa;
h. Pedoman Umum Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa.
59
a. Jenis Usaha
BUMDesa Sekapuk memiliki beberapa jenis usaha yang dikelola oleh
BUMDesa Sekapuk. Jenis usaha yang dikelola oleh BUMDesa Sekapuk
disesuaikan dengan potensi desa dan kebutuhan masyarakat yang ada di Desa
Sekapuk. Adapunjenis usaha tersebut meliputi beberapa jenis yang dikelompokkan
menjadi unit-unit usaha yaitu :
1. Unit layanan (Pembayaran listrik pasca bayar, Pembelian token listrik
prabayar, rekening telepon dan speedy)
2. Unit penyedia air minum (PAM)
3. Unit Usaha Ekonomi Desa – Simpan Pinjam (UED-SP) dan Lembaga
Keuangan Mikro (LKM)
4. Unit Tambang (bekerjasama dengan pihak ketiga, penjualan karcis
timbangan)
5. Unit agrobisnis (penjualan pupuk dan bibit tanaman)
b. Visi dan Misi BUMDesa Sekapuk
Visi dari BUMDesa Sekapuk adalah “Menjadi Badan Usaha Profesional
dengan Pelayanan Multisektoral”. Sedangkan untuk misi dari BUMDesa Sekapuk
adalah :
a. Memberikan Pelayanan Terbaik dan Dapat Melakukan Pemberdayaan
serta Mempunyai Tanggung Jawab Sosial kepada Masyarakat;
b. Memberikan Kontribusi kepada Pemerintah Desa sehingga dapat
Menopang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. Mampu Memberikan Kesejahteraan serta Dapat Meningkatkan Skill
Bagi Pegawai.
c. Motto BUMDesa Sekapuk
Motto yang selama ini dipegang oleh BUMDesa Sekapuk adalah “Tumbuh
dan berkembang bersama masyarakat”
60
5.1.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan hal yang harus dimiliki oleh setiap
organisasi, termasuk organisasi seperti BUMDesa. BUMDesa Sekapukmemiliki
organisasi dimana kewenangan terbesar berada pada ketua, dan disusul oleh kepala
unit dan anggota. BUMDesa yang diketuai oleh bapak Ali Sulaiman BUMDesa
Sekapuk memiliki anggota sebanyak 14 orang. Namun, hal ini dianggap tidak
efektif oleh ketua BUMDesa yang sekarang yaitu bapak asjudi. BUMDesa Sekapuk
sekarang hanya memiliki 7 pengurus. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran dan mengefisienkan setiap kegiatan yang ada.
Tabel 11. Pengurus BUMDesa Sekapuk
No Nama Umur Jenis
Kelamin
Pekerjaan Jabatan
BUMDesa
Pendidikan
terakhir
1 Asjudi 42 L Swasta Ketua SMA
2 Agustin
Naliya F.
28 P Swasta Sekretaris SMA
3 Evi
Husnawati
28 P Swasta Bendahara SMA
4 Titis
Khusnawati
27 P Swasta Kabid
Layanan
S1
5 Imam Rifa’i 33 L Swasta Kabid PAM SMA
6 Muhammad
Suliaji
52 L Swasta Kabid Agro
dan LKM
SMA
7 Purwanto 43 L Swasta Kabid
tambang
SMA
Sumber. Buku Pintar Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah Tahun 2016
Dari data tersebut sebagian dapat simpulkan bahwa pengurusan BUMDesa
sekapuk termasuk merata dari gender. BUMDesa Sekapuk memiliki 4 orang yang
berjenis kelamin laki-laki dan 3 orang yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini
untuk menyesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan. Dari segi jabatan
BUMDesa Sekapuk memiliki satu pengurus yang menjabat sebagai dua ketua unit.
Dari segi pendidikan terkhir Pengurus BUMDesa Sekapuk didominasi oleh lulusan
SMA dan 1 lulusan sarjana.
61
Gambar 3. Struktur Organisasi BUMDesa Sekapuk
Penasehat
Kepala Desa
Ketua
Asjudi
Sekretaris/Administrasi
Agustin Naliya F
Bendahara/Keuangan
Evi Husnawati
Kabid Layanan
Titis Khusnayanti
Kabid LKM
Suliaji
Kabid PAM
Imam Rifa’i
Kabid Agrobisnis
Suliaji
Kabid Tambang
Purwanto
62
Ketua
1. Penanggung jawab utama jalannya BUMDesa Sekapuk
2. Membuat perencanaan pengembangan BUMDesa Sekapuk secara umum
3. Melakukan kontrol dan evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja
BUMDesa Sekapuk
4. Melakukan pengawasan atas realisasi anggaran pendapatan dan belanja
BUMDesa sekapuk
5. Memberikan kebijakan-kebijakan umum yang tidak tercover dari tiap-tiap
unit
6. Menyampaikan laporan kepada pemerintah desa atas perkembangan
BUMDesa Sekapuk
7. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja semua pengurus BUMDesa Sekapuk
8. Melakukan lobi ke lembaga /instansi terkait dalam rangka sosialisasi dan
upaya pengembangan BUMDesa Sekapuk
Sekretaris/administrasi
1. Bertanggung jawab atas kegiatan administrasi secara umum termasuk
pengadaan
2. Bertanggung jawab kegiatan surat-menyurat (pembuatan, kodifikasi,
penyampaian)
3. Notulensi rapat dan berita acara rapat
4. rekapitulasi data dari laporan harian
5. melakukan pengarsipan
6. membuat laporan penyelenggaraan BUMDesa Sekapuk
Bendahara/keuangan
1. Pemegang dan penanggung jawab keuangan BUMDesa Sekapuk
2. Mencatat dan membukukan laporan harian
3. Melakukan deposit listrik online
4. Menyiapkan dana untuk kebutuhan BUMDesa sekapuk yang telah diprogram
5. Mengupayakan sumber pendanaan tambahan bagi BUMDesa Sekapuk
63
Kabid layanan
1. Melakukan kegiatan pelayanan (Pendaftaran, pembayran dsb) untuk semua
unit
2. Memberikan realisasi pinjaman kepada nasabah LKM
3. Membuat laporan keuangan harian kepada bagian keuangan
4. Menyerahkan keuangan harian kepada bagian keuangan
5. Bertanggung jawab atas kebersihan kantor
Kabid LKM
1. Melakukan kebijakan umum pengelolaan unit LKM
2. Menyiapkan data tagihan LKM
3. Menyiapkan dana dari bagian keuangan apabila ada pencairan dalam jumlah
besar
4. Melakukan survey kelayakan untuk calon nasabah baru
5. Menyusun perencanaan pengembangan LKM
Kabid PAM
1. Menentukan kebijakan umum pengelolaan unit PAM
2. Menyusun perencanaan pengmbangan unit PAM
3. Melakukan analisa jaringan pipa dan debit sumber air
4. Mengevaluasi data rekening sebelum finalisasi
5. Menindaklanjuti keluhan masyarakat
6. Menyiapkan data tagihan PAM
7. Pengadaan peralatan PAM
8. Pencatatan Meteran SR
9. Pemasangan atau pemutusan SR
10. Perawatan dan perbaikan jaringan dan peralatan
11. Mengatur jadwal nyala listrik dan distribusi air
Kabid Agrobisnis
1. Membuat perencanaan dan pengembangan unit agrobisnis
2. Pengadaan barang untuk unit agrobisnis (pupuk, bibit, dll)
3. Mengkordinasi penjualan bidang agrobisnis
4. Menetukan kebijakan layanan atas bidang agrobisnis
64
Kabid Tambang
1. Menentukan kebijakan umum bidang pertambangan
2. Pengawasan lokasi tambang
3. Membantu penyelesaian jika terjadi konflik tambang
a. Hak dan Kewajiban
Setiap pengurus yang ada di suatu organisasi ataupun perusahaan memiliki
hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Dalam hal ini
BUMDesa Sekapuk juga memiliki hak dan kewajiban untuk setiap pengurus
BUMDesa Sekapuk. Hak dan kewajiban ini yang dimaksud antara lain :
Hak
1. Mendapatkan gaji sesu ketentuan
2. Mengajukan pendapat, usul, dan saran
3. Mendapatkan perlakuan yang adil
Kewajiban
1. Melaksanakan tugas sesuai dengan tata kerja BUMDesa dan aturan yang
berlaku
2. Mentaati tata tertib
3. Menjaga nama baik BUMDesa
b. Larangan dan Sanksi
Larangan adalah suatu kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh setiap
pengurus sedangkan sanksi adalah suatu tindakan yang didapat ketika melakukan
larangan tersebut. BUMDesa Sekapuk memiliki aturan yang berlaku untuk semua
pengurus. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan ketertiban dan kenyamanan dalam
proses yang berlaku. Adapu larang dan sanksi yang ditetapkan oleh BUMDesa
Sekapuk yaitu :
Larangan
1. Meninggalkan tempat tugas kecuali untuk keperluan yang penting
2. Mengganggu kerja pengurus lain
3. Menggunakan barang milik BUMDesa untuk selain kepentingan BUMDesa
65
Sanksi
Apabila pengurus BUMDesa melakukan pelanggaran akan dikenakan
sanksi sesuai tingkat pelanggarannya
5.1.2 Sarana dan Prasarana Organisasi
Sarana dan prasarana dapat dikatakan sebagai peralatan, perlengkpan
maupun fasilitas yang ada dan dapat dijadikan sebagi alat untuk menunjang kinerja
suatu organisasi ataupun perusahaan. Seperti halnya organisasi lain, BUMDesa
Sekapuk juga membutuhkan sarana prasarana sebagai penunjang kinerja pegawai
BUMDesa Sekapuk. Semakin baik dan mutakhir sarana dan prasarana yang dimiliki
maka dapat memberikan dampak yang positif terhadap kinerja pegawai, disisi lain
ada atau tidaknya sarana prasarana yang dimiliki oleh suatu organisasi dapat
memberikan gambaran mengenai kelayakan organisasi itu sendiri. Dalam
pengadaan sarana dan prasarana harus disesuaikan dengan kebutuhan dari organisai
tersebut, adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BUMDesa Sekapuk adalah
Sebagai berikut :
Tabel 12.Daftar sarana dan prasarana BUMDesa Sekapuk
No Jenis
Inventari
BUMDesa
Ada Tidak
ada
Jumlah Status kepemilikan
Milik
sendiri
Sewa Pinjam
1 Kantor/
secretariat
√ 1 √
2 Kalkulator √ 2 √
3 Komputer √ 3 √
4 Printer √ 3 √
5 Software
bujitsu
√ -
6 Meja kursi √ 3
7 Almari √ 2 √
8 Brankas besi √ - √
66
Tabel 12. Lanjutan
No
Jenis
Inventari
BUMDesa
Ada Tidak
ada Jumlah
Status kepemilikan
Milik
sendiri Sewa Pinjam
9 Mesin ketik √ -
10 Stempel √
11 Papan
Informasi
√ 2 √
12 Telpon √ 2 √
13 Mobil √ - √
14 Sepeda
Motor
√ -
15 Kios √ -
16 Mesin
Produksi
√ 1 √
17 Tanah/Lahan √ 2 √
18 Gudang √ 1 √
Sumber Buku pintar BUMDesa Sekapuk tahun 2016
5.1.3 Dokumen Administrasi BUMDesa Sekapuk
Untuk mempermudah pencatatan segala aktivitas yang ada di BUMDesa
maka diperlukan sarana adminisitrasi yang mendukung. Hal tersebut dilakukan
selain mempermudah mencatat segala aktivitas yang ada di BUMDesa juga
mempermudah BUMDesa dalam pembuatan laporan untuk penanggung jawaban
kepada kepala desa maupun membuat proposal untuk mencari dana apabila ada
kegiatan. Oleh karena itu BUMDesa Sekapuk memiliki sarana administrasi seperti
yang dipaparkan dibawah ini :
67
Tabel 13. Daftar dokumen administrasi BUMDesa Sekapuk
No Jenis sarana
administrasi Ada
Tidak
Ada
Kondisi
Terisi
Rutin
Terisi
Tidak
Rutin
Kosong
1 Buku Daftar Anggota √ √
2 Buku Daftar Pengurus √ √
3 Buku Notulen Rapat √ √
4 Buku Inventaris √ √
5 Buku Tamu √ √
6 Buku Rekening Bank √ √
7 Buku Mutasi Kas
Harian
√ √
8 Buku Kas Masuk √ √
9 Buku Kas Keluar √ √
10 Buku tabungan
Anggota
√
11 Buku Pinjaman
Anggota
√ √
12 Neraca √ √
13 Laporan Laba Rugi √ √
14 Kertas Kop √
15 Dokumen aturan/
ketentuan Simpan
Pinjam
√ √
16 Kartu Pinjaman √ √
17 Kartu Simpanan √
Sumber Buku Pintar BUMDesa Sekapuk tahun 2016
5.1.4. Standart Operating Prosedure
Untuk melakukan sebuah strategi berupa pengembangan produk,
penetapan harga, dan strategi keuangan. BUMDesa perlu menuangkannya dalam
standart operating procedure layanan dan penentuan kegiatan BUMDesa Selama
68
satu tahun kedepan. Bagi setiap unit usaha, BUMDesa memiliki standart operting
procedure yang ditentukan pada awal tahun agar standart tersebut dapat menjadi
acuan setiap unit usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Berikut gambaran
standart operating procedure yang telah disusun oleh BUMDesa
Gambar 4. Standart Operating Procedure BUMDesa Sekapuk
Sumber : Buku Pintar Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah tahun 2016
Unit Usaha
Listrik Online
PAM
UED-SP
Tambang
Agrobisnis
Dana
Keuangan
Laporan harian
Administrasi
Pelaporan
Komplain Kebijakan
Ketua Unit Tindak Lanjut
Unit Usaha
Listrik
Online
PAM
Tambang
UED-SP
Kebijakan
Ketua unit Realisasi
Tidak
Kebijakan
Ketua unit
Tidak
Realisasi
Pemasangan
Teknis
Kebijakan
Ketua unit
Mengetahui
Kepala Desa SILG
Kebijakan
Ketua unit Realisasi
Tidak
Agrobisnis
Kebijakan
Ketua unit Setuju
Pembelian
Ketua unit
Tidak
69
Gambar 5. Hubungan sebab akibat rencana strategis
5.1.5 Menterjemahkan Visi dan Misi dalam Balanced Scorecard
Dalam program kerja yang telah dibuat BUMDesa Sekapuk terdapat
beberapa point yang harus dicapai. Balanced Scorecard bertujuan untuk melihat
kinerja dari visi dan misi sehingga terdapat tujuan yang strategik dalam
melaksanakan setiap kegiatan yang dijalankan. Berdasarkan teori yang ada pada
balanced scorecard dan didukung dengan hasil wawancara, dokumen, dan
pengamatan yang telah dilakukan maka penulis dapat menysun sebab akibat
rencana strategis BUMDesa Sekapuk, lihat gambar dibawah :
Motto
Visi
Menjadi Badan Usaha Profesional dengan Pelayanan Multisektoral
Misi
a. Memberikan pelayanan terbaik dan dapat melakukan pemberdayaan serta
mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat
b. Memberikan kontribusi kepada pemerintah Desa sehingga dapat menopang
penyelenggaraan pemerintah desa
c. Mampu memberikan kesejahteraan serta dapat meningkatkan skill bagi
pegawai Perspektif
Keuangan
Growth in
Revenue
Return on
Assets
Assets Turn
Over
Perspektif
Pelanggan
Kepuasan
Pelanggan Reputasi
Perspektif
Proses bisnis
internal
Perspektif
Pembelajaran dan
pegembangan
Produktivitas
pegawai Absensi pegawai
Layanan Purna jual Inovasi
70
Pada gambar 5 menjelaskan bagaimana hubungan sebab akibat yang
mengarah pada visi dan misi yang akan dicapai oleh BUMDesa Sekapuk. Visi
BUMDesa Sekapuk adalah menjadi Badan Usaha Profesional dengan pelayanan
multisektoral. Hal ini membuktikan bahwa Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)
Sekapuk akan berupaya menjadi badan usaha yang bekerja secara profesional
dengan pelayanan yang baik dan memiliki sektor usaha-usaha yang lebih dari satu.
Untuk itu dalam menggapai hal tersebut BUMDesa Sekapuk memiliki misi
memberikan pelayanan terbaik dan dapat melakukan pemberdayaan serta
mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa
BUMDesa Sekapuk memfokuskan usaha kepada pengembangan desa dengan cara
memanfaatkan peluang dan potensi desa yang dan juga memberikan pelayanan
dengan kualitas terbaik. Selanjutnya memberikan kontribusi kepada pemerintah
desa sehingga dapat menopang penyelenggaraan pemerintah desa. misi yang kedua
ini membuktikan bahwa dengan adanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)
Sekapuk dapat memberikan suatu kontribusi dari hasil usaha yang didapat sebagai
pendapatan asli desa dalam pembangunan desa. Untuk itu BUMDesa Sekapuk
harus menjadi Badan Usaha yang memiliki keuangan dan manajerial yang baik.
Selanjutnya misi yang ketiga yaitu mampu memberikan kesejahteraan serta dapat
meningkatkan skill bagi pegawai. Hal ini membuktikan bahwa BUMDesa Sekapuk
juga menitik beratkan kepada kesejahteraan pegawai dan pengembangan skill
pegawai. Untuk itu diperlukan pegawai yang memiliki motivasi yang tinggi untuk
terus berkembang dan giat dalam bekerja.
Dari penjabaran visi dan misi tersebut diperlukanlah penilaian kinerja. Hal
ini diperlukan untuk melihat sejauh mana usaha BUMDesa Sekapuk dalam
mewujudkan visinya. Hal ini dapat dilihat dengan cara balanced scorecard dengan
membagi empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pengembangan.
Keempat perspektif tersebut memiliki hubungan sebab akibat yang akan mengarah
kepada pencapaian misi BUMDesa Sekapuk untuk meraih visinya. Untuk menilai
BUMDesa Sekapuk memiliki keuangan, manajerial, dan pelayanan yang baik.
Dapat diketahui dari perspektif pembelajaran dan pengembangan yang terdiri dari
produktivitas pegawai dan absensi pegawai. Apabila pegawai memiliki
71
produktivitas yang tinggi dan tingkat absensi yang rendah maka pegawai dapat
memberikan pelayanan yang mengarah pada baiknya manajerial dari bisnis internal
dan akan berdampak pada tingginya inovasi yang akan diberikan pegawai untuk
mendapatkan dan dapat memberikan pelayanan purna jual yang baik. Dengan
begitu, akan berdampak kepada kepuasan dan reputasi dari BUMDesa yang baik
sehingga pelanggan akan tetap loyal terhadap BUMDesa Sekapuk. Dengan
loyalitas pelanggan terhadapat BUMDesa Sekapuk akan berdampak pada
perkembangan keuangan BUMDesa Sekapuk yang dapat meningkatkan profit dan
dapat memberikan sumbangan kepada pemerintah desa untuk pengembangan desa
Sekapuk.
5.1.6 Deskripsi Good Governance Desa Sekapuk
Pada desa Sekapuk terdapat 3 pilar utama dari good governance yaitu,
pemerintah desa, lembaga ekonomi desa, dan masyarakat desa. Untuk membentuk
suatu pemerintah yang baik, diperlukan suatu kerjasama yang sinergis dalam
menjalankan fungsinya masing-masing. Terdapat suatu permasalahan yang terjadi
pada desa sekapuk terkait dengan efektifitas kerja dan efisiensi sumber dan
anggaran. Hal ini bersangkutan antara pilar lembaga ekonomi desa (BUMDesa
Sekapuk) dengan pemerintah desa Sekapuk. Sejak terbentuknya BUMDesa
Sekapuk pada tahun 2009 di desa Sekapuk terdapat penetapan dalam pemberian
kontribusi kepada desa (PADesa) dari pemerintah desa yang tidak efisien. Hal ini
dikarenakan dalam penetapan pemberian kontribusi kepada desa (PADesa) tidak
sesuai dengan kemampuan BUMDesa Sekapuk dalam mendapatkan keuntungan,
melainkan sesuai dengan kemampuan lembaga ekonomi desa yang sebelumnya.
BUMDesa Sekapuk adalah penggabungan dari lembaga ekonomi desa yang
telah terbentuk di desa Sekapuk. Namun, pada dasarnya kemampuan suatu usaha
yang masih baru dalam mendapatkan profit tidak dapat disamakan dengan usaha
yang sudah lama berjalan. Permasalahan ini akan berdampak pada pertumbuhan
dan perkembangan keuangan BUMDesa Sekapuk. Selanjutnya pada tahun 2014
terjadi pemangkasan pegawai yang bertujuan untuk melakukan efisiensi anggaran
dan tenaga kerja. Hal ini membuktikan bahwa dengan penetapan yang cukup besar
dari desa mengakibatkan permasalahan baru pada BUMDesa Sekapuk.
72
Pada tahun 2016 terjadi pemberhentian penetapan pemberian kontribusi
kepada Desa Sekapuk. Hal ini juga tidak sesuai dengan PERDes Sekapuk tentang
pembentukan dan pengelolaan badan usaha milik desa pasal 5 “Pembentukan
BUMDesa untuk meningkatkan sumber Pendapatan Asli Deas guna meningkatkan
pelayanan dalam penyelenggaraan pemerintah desa”. Sehingga keputusan dalam
pemberhentian pemberian kontribusi juga tidak baik untuk dilakukan. Hal ini
disebabkan karena pembentukan BUMDesa pada dasarnya bertujuan untuk
membangun desa sesuai denga kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh desa. Hal
ini juga di perkuat dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah
daerah yang menyatakan “Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai
dengan kebutuhan dan potensi desa”.
Efektifitas kerja BUMDesa Sekapuk juga masih belum bisa dikatakan baik.
Hal ini dikarenakan tenaga kerja yang sedikit mengakibatkan terdapat tenaga kerja
yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan jobdesk yang sudah dibuat.
pegawai menjalankan kegiatan yang diluar jobdesknya akan membuat tidak
efisiennya tenaga kerja. Sehingga akan berdampak kepada kinerja dari BUMDesa
Sekapuk.
Masyarakat sebagai salah satu pilar good governance di Desa Sekapuk
sudah melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam mendukung dan berpartisi dalam menggunakan pelayanan yang
diberikan oleh BUMDesa Sekapuk. Masyarakat juga mendukung setiap kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah desa. Dengan terjalinnya fungsi yang baik dari
setiap pilar good governance maka akan membentuk suatu pemerintahan yang baik
yang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan desa yang lebih baik.
5.1.7 Gambaran Umum Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui penyebaran kuesioner
dan wawancara, maka dapat diketahui gambaran karakteristik responden.
Karakteristik ini terbagi dari beberapa kriteria. Karakteristik responden dalam
penelitian ini terbagi berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, dan
pendapatan.
73
Tabel 14. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-laki 37 42,05
2 Perempuan 51 57,95
Jumlah 88 100
Sumber: Data Primer diolah 2017
Berdasarkan tabel 14 diketahi bahwa yang mendominasi sebagai responden
adalah perempuan sebesar 57,95% (51 orang), sedangkan sisanya adalah laki-laki
sebesar 42,05% (37 orang). Komposisi responden perempuan lebih besar dari pada
laki-laki dikarenakan yang lebih dominan dalam melakukan pembayaran adalah
perempuan. Hal ini disebabkan jam beroperasi unit usaha ini dilakukan pada pagi
hari. Sedangkan laki-laki sebagian besar bekerja pada jam tersebut.
Karakteristik responden juga terbagi berdasarkan usia. Pada penelitian ini
usia terbagi menjadi 5 bagian, yaitu usia ≤ 20 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, 41-
50 tahun, dan ≥ 50 tahun.
Tabel 15. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia (tahun) Jumlah Presentase (%)
1 ≤ 20 tahun 0 0
2 21 – 30 tahun 7 7,96
3 31 – 40 tahun 18 20,45
4 41 – 50 tahun 33 37,5
5 ≥ 51 tahun 30 34,09
Jumlah 88 100
Sumber: data primer diolah 2017
Pada tabel 15 menunjukkan bahwa responden dengan usia 41-50 tahun
merupakan responden yang paling banyak, yaitu 37,5% (33 orang). Sedangkan
sisanya adalah responden dengan usia ≤ 20 tahun sebesar 0% (0 orang), 21-30 tahun
sebesar 7,96% (7 orang), 31-40 tahun sebesar 20,45% (18 orang), dan ≥ 51 tahun
sebesar 34,09% (30 orang). Hal ini terjadi karena pada umumnya yang melakukan
pembelian listrik adalah masyarakat yang telah berkeluarga.
74
Tabel 16. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan
terakhir
Jumlah Presentase (%)
1 Tidak Lulus SD 17 19,32
2 SD 26 29,55
3 SMP 21 23,86
4 SMA/Sederajat 18 20,45
5 Diploma 0 0
6 S1/S2/S3 6 6,82
Jumlah 88 100
Sumber: data primer diolah 2017
Tabel 16 menunjukkan bahwa pendidikan terakhir masyarakat Desa
Sekapuk yang menjadi pelanggan unit usaha layanan listrik di BUMDesa Sekapuk
yang mendominasi adalah tamatan SD, yaitu 29,55% (26 orang). Sedangkan
sisanya adalah tidak lulus SD sebesar 19,32% (17 orang), tamatan SMP sebesar
23,86% (21 orang), tamatan SMA/Sederajat sebesar 20,45% (18 orang), tamatan
Diploma sebesar 0% (0 orang), dan tamatan Sarjana sebesar 6,82% (6 orang). Hal
ini disebebakan karena pola pikir masyarakat desa yang masih kurang baik sehingga
masyarakat desa sekapuk kurang memperhatikan pendidikan. Hal ini juga dapat
dilihat dari fenomena yang ada di desa sekapuk, banyak anak muda yang
seharusnya masih harus mendapatkan pendidikan lebih memilih bekerja sebagai
tukang batu, penambang kapur, pedagang, dll.
Tabel 17. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pendidikan terakhir Jumlah Presentase (%)
1 Pegawai Negeri 3 3,41
2 Pegawai Swasta 3 3,41
3 Petani 5 5,68
4 Wiraswasta 25 28,41
5 Buruh 13 14,77
6 Ibu Rumah Tangga 39 44,32
Jumlah 88 100
Sumber : Data primer diolah (2017)
75
Tabel 17 menunjukkan bahwa pekerjaan responden sebagian besar adalah
lainnya dari yang telah di cantumkan sebesar 44,32% (39 orang).Sedangkan sisanya
adalah pegawai negeri sebesar 3,41% (3 orang), pegawai swasta sebesar 3,41% (3
orang), petani 5,68% (5 orang), wiraswasta sebesar 28,41% (25 orang), dan buruh
sebesar 14,77% (13 orang). Hal ini dikarenakan sebagian besar pegguna pelayanan
unit usaha listrik di BUMDesa adalah perempuan.
Tabel 18. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
No Pendidikan terakhir Jumlah Presentase (%)
1 ≤ Rp 500.000 0 0
2 Rp 500.000 - Rp 1.000.000 16 18,18
3 Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 49 55,68
4 Rp2.000.000 – Rp 3.000.000 16 18,18
5 ≥ Rp 3.000.000 7 7,96
Jumlah 88 100
Sumber: Data primer diolah 2017
Tabel 18 menunjukkan bahwa pendapatan responden sebagian besar adalah
Rp1.000.000 – Rp 2.000.000 sebesar 55,68% (49 orang). Sedangkan sisanya adalah
≤Rp500.000 sebesar 0% (0 orang), Rp 500.000 - Rp 1.000.000 sebesar 18,18% (16
orang), Rp2.000.000 – Rp3.000.000 sebesar 18,18% (16 orang), dan ≥ Rp
3.000.000 sebesar 7,89% (7 orang). Dari data dilapang sebagian besar responden
adalah masyarakat miskin dan menengah.
5.1.8. Unit Usaha Layanan
Unit Layanan yang ada di BUMDesa Sekapuk sudah ada sejak pertama
berdiri. Hal ini dikarenakan latar belakang pembentukan BUMDesa yang menitik
beratkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa dan memberikan pelayanan
yang terbaik untuk masyarakat desa. Namun pada pelayanan untuk listrik online
baru mulai beroperasi September 2010. Pada unit layanan memberikan pelayanan
dalam bentuk pembayaran listrik, telepon, dan internet speedy kepada masyarakat
desa. Dalam pembayaran listrik, telepon, dan internet speedy bekerja sama dengan
PLN dan BRI untuk transaksi. Dalam melakukan transaksi BUMDesa Sekapuk
menggunakan software tersendiri dalam kegiatan operasional. Setiap masyarakat
76
yang melakukan kegiatan untuk menggunakan jasa pelanggan yang memiliki
nomor id maka akan di data oleh pengurus sebagai arsip pelanggan.
Dalam melakukan setiap kegiatan ini diperlukan juga koneksi internet.
Untuk itu ketika terdapat permasalahan koneksi internet maka transaksi tidak dapat
dilakukan, dalam melakukan kegiatan operasional harus menggunakan perangkat
komputer dan printer khusus untuk mencetak data transaksi. Dalam hal ini membuat
modal awal yang dibutuhkan dalam unit ini cukup besar, modal yang digunakan
adalah modal bantuan yang diperikan kepada BUMDesa Sekapuk dari pemerintah
pusat. Dengan adanya unit layanan ini masyarakat tidak akan merasa kesulitan
dalam melakukan transaksi pembayaran listrik yang pada dasarnya adalah suatu hal
yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Desa Sekapuk.
Selama BUMDesa Sekapuk berdiri sejak tahun 2009 ketua dari unit usaha
layanan telah diganti sebanyak dua kali sesuai dengan kepengurusan BUMDesa.
Untuk saat ini ketua dari Unit usaha layanan adalah Ibuk Titis Khusnayanti yang
awalnya permasalahan dari unit layanan ini adalah mensosialisasikan kepada
masyarakat dalam pengenalan pelayanan dan pembayaran listrik di BUMDesa
Sekapuk. Sehingga masyarakat sekarang sangat tergantung pada BUMDesa
Sekapuk untuk memenuhi kebutuhannya dalam transaksi pembayaran listrik,
telepon dan internet speedy. Ketua dari unit layanan ini bertugas untuk bertanggung
jawab atas deposito listrik online, menerima keluhan dan komplain dari masyarakat,
bertanggung jawab atas kebersihan kantor, mebuat laporan harian dan menyerahkan
keuangan harian kepada bendahara, dan menyiapkan buku tamu (ketika ada
kunjungan).
Target dari pemasaran listrik, telepon, dan internet speedy ini adalah
seluruh masyarakat desa sekapuk. Dalam pemsaran ini perlu dilakukan kegiatan
sosialisasi dalam pengenalan kepada masyarakat desa sekapuk. Untuk setiap
transaksi pembayaran listrik yang dilakukan BUMDesa mendapatkan jasa sebesar
Rp. 1.000. Selain jasa pembayaran listrik, BUMDesa Sekapuk juga melakukan
pelayanan dalam pembayaran wifi, dan pembelian pulsa.
77
5.2. Analisis Kinerja Menggunakan Balanced Scorecard
5.2.1. Perspektif Finansial
Tabel 19. Data Keuangan Unit Usaha layanan Listrik BUMDesa Sekapuk
2014 2015 2016
Laba Bersih Rp 6.812.121 Rp –5.353.624 Rp 8.876.444
Penerimaan Rp 707.263.191 Rp 691.419.405 Rp 657.207.718
Pengeluaran Rp 700.451.070 Rp 696.773.029 Rp 648.331.274
Total Aset Rp 23.955.554 Rp 18.601.930 Rp 32.478.374
ATO 29,52 37,17 20,24
ROA 0,28 -0,28 0,27
GR -3,27 -2,24 -4,95
Sumber: Data primer diolah 2017
Dari tabel 19 menunjukkan bahwa adanya fluktuasi nilai ROA, ATO dan
GR. Fluktuasi nilai ROA di pengaruhi dengan berfluktuasinya nilai laba bersih dan
nilai total aset. Sedangkan nilai ATO yang berfluktuasi dipengaruhi oleh
penerimaan dan total aset yang berfluktuasi. Untuk nilai GR yang berfluktuasi
dikarenakan adanya penurunan penerimaan jika ditinjau dari pendapatan tahun
2013 dengan total penerimaan sebesar Rp 731.205.425. Penelitian ini hanya
berfokus pada data tiga tahun terakhir yaitu tahun 2014,2015, dan 2016. Dari data
yang diperoleh terlihat laba yang didapat berfluktuatif. Di tahun 2014 laba bersih
yang didapat oleh unit usaha layanan listrik online sebesar Rp 6.812.121 dengan
pemasukan Rp 707.263.191 dan total pengeluaran tahun 2014 sebesar Rp
700.451.070. Namun, pada tahun 2015 laba bersih yang didapat memiliki angka
minus sebesar Rp -5.353.624 yang berarti unit usaha layanan mengalami kerugian.
Hal ini dikarenakan deposit yang besar yang di keluarkan unit usaha layanan
dengan total pemasukan Rp 691.419.405 dan pengeluaran Rp 696.773.029. Namun
pada tahun 2016 laba bersih yang didapat naik menjadi Rp 8.876.444 dikarekan
penghapusan penetapan pemberian kontribusi kedesa yang membuat sulitnya
perkembangan unit usaha, selain itu pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha juga
tidak besar. Pada tahun 2016 juga adanya dana bantuan dari pemerintah desa kepada
BUMDesa yang di bagikan ke semua unit usaha. Total pemasukan pada tahun 2016
sebesar Rp 657.207.718 dan total pengeluaran Rp 648.331.274
78
Pada total aktiva penelitian ini hanya menggunakan aliran kas yang ada di
unit usaha layanan listrik online. Hal ini dikarenakan aset yang digunakan semua
adalah milik BUMDesa Sekapuk yang di gunakan pada satu kantor untuk semua
unit usahanya. Sehingga unit usaha layanan hanya menggunakan fasilitas yang
sudah tersedia. Total aset yang dimiliki unit usaha layananpada tahun 2014 bernilai
Rp 23.955.554. Selanjutnya pada tahun 2015 terjadi penurunan menjadi Rp
18.601.930. Pada tahun 2016 aset yang dimiliki oleh unit usaha layanan meningkat
menjadi Rp 32.478.374.
5.2.1.1 Growth in Revenue (GR)
Tabel 20. Data Peningkatan Penerimaan
Tahun Penerimaan (Rp) GR (%) Skor
2014 Rp 707.263.191 -3,27 -
2015 Rp 691.419.405 -2,24 1
2016 Rp 657.207.718 -4,95 -1
Total Skor 0
Skor Maksimum 2
Skor rata-rata 0
Sumber: Data primer diolah 2017
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai GR yang ada pada unit usaha layanan
listrik online BUMDesa Sekapuk mengalami fluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun
2014 penerimaan yang diterima oleh unit usaha layanan listrik sebesar
Rp 707.263.191 dan pada tahun berikutnya mengalami penurunan penerimaan.
Tahun 2015 penerimaan yang diterima unit usaha layanan listrik sebesar Rp
691.419.405 sehingga GR menjadi negative dengan nilai sebesar -2,24%. Untuk
tahun berikutnya unit usaha layanan listrik mengalami penurunan penerimaan.
Penerimaan pada tahun 2016 sebesar Rp 657.207.718 sehingga GR menjadi
negative dengan nilai sebesar -4,95%. Nilai GR yang setiap tahun mengalami
fluktuatif menunjukkan bahwa unit usaha layanan tidak mampu mempertahankan
penerimaannya. Jika dimasukkan dalam balanced scorecard dengan nilai growth
on revenue dengan nilai rata-rata 0 maka penilaian untuk balanced scorecard
dikatakan “cukup” dan bernilai 0. Menurut Tahaka (2014), menentukan batas baik,
79
cukup, dan buruk dilihat dari skor rata-rata yang ada. Indikator dikatakan baik
apabila skor > 0,6, indikator dikatakan cukup apa bila skor 0 – 0,6 , dan indikator
dikatakan buruk apabila skor < 0. Hasil menunjukkan nilai 0 sehingga skor pada
balanced scorecard dikatakan cukup.
5.2.1.2 Return on Assets (ROA)
Tabel 21. Data Return on Assets (ROA)
Tahun Laba Bersih Total Aset ROA Skor
2014 Rp 6.812.121 Rp 23.955.554 0,28 1
2015 Rp -5.353.624 Rp 18.601.930 -0,28 -1
2016 Rp 8.876.444 Rp 32.478.374 0,27 1
Total Skor 1
Skor Maksimum 3
Skor rata-rata 0,33
Sumber: Data primer diolah 2017
Dari data yang diperoleh dan diolah menunjukkan adanya penurunan dan
peningkatan nilai return on assets. Pada tahun 2014 nilai return on assets sebesar
0,28. Namun pada tahun 2015 terdapat penurunan disebabkan laba bersih yang
bernilai menis mengakibatkan nilai return on assets menjadi -0,28%. Namun pada
tahun 2016 terdapat peningkatan yang besar yang dipengaruhi oleh peningkatan
laba yang besar pula dengan nilai return on assets sebesar 0,27. Nilai return on
assets yang berfluktuasi disebabkan karena laba bersih yang didapat oleh unit usaha
layanan listrik mengalami fluktuasi sehingga berdampak pada nilai return on assets.
Dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan penilaian kinerja pada return on
assets mengalami fluktuasi dari setiap tahunnya sehingga penilaian untuk balanced
scorecard rata-rata menghasilkan 0,33. Menurut Tahaka (2014) 0,33 termasuk pada
kategori “cukup” dan bernilai 0.
80
5.2.1.3 Assets Turn Over (ATO)
Tabel 22. Data Assets Turn Over (ATO)
Tahun Penerimaan Total Aset ATO Skor
2014 Rp 707.261.121 Rp 23.955.554 29,52 -1
2015 Rp 691.419.405 Rp 18.601.930 37,17 -1
2016 Rp 657.207.718 Rp 32.478.374 20,24 1
Total Skor -1
Skor Maksimum 3
Skor rata-rata - 0,33
Sumber: Data primer diolah 2017
Dari hasil yang diperoleh dan setelah diolah data nilai ATO (Assets Turn
Over) unit usaha layanan listrik online di BUMDesa Sekapuk berfluktuatif. Pada
tahun 2014 nilai ATO unit usaha layanan sebesar 29,52. Namun, pada tahun 2015
NPM unit usaha layanan listrik oline mengalami peningkatan dengan yaitu 37,17.
Pada tahun 2016 terjadi penurunan yang cukup besar dengan nilai ATO sebesar
20,24. ATO yang berfluktuasi ini diakibatkan karena pada unit usaha di tahun 2015
dan 2016 terjadi permasalahan pengurangan pelanggan akibat tidak dapat
ditanganinya permasalahan koneksi internet yang berlangsung lebih dari satu
minggu. Hal ini mengakibatkan banyaknya pelanggan yang tidak melakukan
transaksi di BUMDesa Sekapuk. Penilaian pada rata-rata balanced scorecard ATO
adalah -0,33 menurut Tahaka (2013) rata-rata balanced scorecard dengan nilai
-0,33 termasuk kriteria buruk sehingga untuk kinerja unit usaha layanan adalah
“buruk” dan bernilai -1.
5.2.2 Perspektif Pelanggan
5.2.2.1 Validitas dan Realibilitas
Untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliabel, diperlukan uji validitas
dan realibilitas dari setiap pertanyaan yang ada di kuesioner. Uji validitas dan
reabilitas ini dilakukan dengan 30 orang responden. Uji validitas dan reabilitas ini
dilakukan untuk pertanyaan kepuasan pelanggan dan reputasi dengan menggunakan
software SPSS. Data yang valid harus memenuhi syarat r hitung > r tabel (r tabel
n= 30 signifikansi 10% adalah 0,296).
81
Dari 15 pertanyaan yang dibuat, terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid.
Pertanyaan yang tidak valid tersebut adalah pertanyaan nomor 5, pertanyaan nomor
10, dan pertanyaan nomor 13. Untuk itu pertanyaan yang dapat di sebar kepada
seluruh responden terdapat 12 pertanyaan. Selanjutnya dalam uji reabilitas, nilai
cochran alpha dari 15 pertanyaan ini sebesar 0,658 yang membuktikan bahwa data
tersebut reliabel dan jawaban tersebar secara merata dengan jawaban yang sama
pada kesempatan yang berbeda sehingga data dapat dipercaya. Penetapan nilai
minimal pada reliabilitas tidak ada yang mutlak. Namun memberikan informasi
tentang hubungan varians skor teramati dengan varians skor sejati kelompok
individu (Matondang, 2009).
Sedangkan pada reputasi, 14 pertanyaan yang disebar terdapat 4 pertanyaan
yang tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid adalah pertanyaan nomor 2,
pertanyaan nomor 4, pertanyaan nomor 11, dan pertanyaan nomor 14. Sehingga
pertanyaan yang disebar kepada 88 responden adalah 10 pertanyaan. Selanjutnya
dalam uji reabilitas, nilai cochran alpha dari 14 pertanyaan ini sebesar 0,535 yang
membuktikan bahwa data tersebut reliabel dan dapat dipercaya.
5.2.2.2 Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan dapat dilihat dari tanggapan pelanggan terhadap
keberadaan unit usaha layanan yang dikelola oleh BUMDesa Sekapuk. Dari data
yang diperoleh dengan pertanyaan yang valid dilapang total skor masyarakat yang
menjawab angka 1 sebanyak 100 data, angka 2 sebanyak 492 data, dan angka 3
sebanyak 464 dengan total score keseluruhan 2476. Jika dilakukan pengukuran
untuk mendapatkan score pada balanced scorecard maka, dengan total score
jawaban 2476 menyimpulkan bahwa masyarakat puas dengan pelayanan yang ada
di unit usaha layanan BUMDesa Sekapuk dan pada balanced scorecard
mendapatkan score 1 atau “puas”.
5 indikator dari pelayanan ini dijabarkan di bawah :
a. Bentuk fisik (tangible)
Bentuk fisik (tangible) meliputi penampilan fasilitas fisik yang ada di unit
usaha layanan listrik di BUMDesa sekapuk. Dari data yang didapat dilapang
82
permasalahan yang paling banyak muncul pada unit usaha layanan adalah
kelengkapan fasilitas di loket pembayaran. Masyarakat masih banyak mengeluh
mengenai komputer yang sering rusak dan internet koneksi yang sering bermasalah.
Hal ini mengakibatkan pelanggan tidak dapat melakukan transaksi. Distribusi data
dari hasil wawancara adalah sebagai berikut :
Tabel 23 Distribusi Jumlah Jawaban Variabel Bentuk Fisik (Tangible)
Item
Jawaban
Tidak puas Cukup Puas Puas
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Jangkauan
Lokasi 2 2,27 39 44,32 47 53,41
Kebersihan
Lokasi 0 0 41 46,59 47 53,41
Kelengkapan
Fasilitas 32 36,36 56 63,64 0 0
Sumber: Data primer diolah 2017
Tabel 23 diatas menunjukkan adanya ketidakpuasan masyarakat desa
sekapuk dengan variabel bentuk fisik (Tangible). Untuk jangkauan lokasi loket
terdapat 2 responden (2,27%) yang berpendapat tidak puas. Hal ini dikarenakan
responden tersebut merupakan responden dengan lokasi tempat tinggal yang ada di
ujung desa sekapuk. Namun, sebagian besar masyarakat merasa cukup puas dan
puas dengan jumlah 39 responden (44,32%) menjawab cukup puas dan 47 (53,41%)
responden menjawab puas. Indikator kebersihan loket juga menunjukkan kepuasa
pada pelayanan unit usaha layanan listrik dikarenakan 41 responden (46,59)
menjawab cukup puas dan 47 responden (53,41%) menjawab dengan puas.
Indikator kelengkapan fasilitas masyakarat desa sekapuk merasakan ketidakpuasan
pada pelayanan yang diberikan, hal ini dikarenakan seringnya komputer dan
internet koneksi yang bermasalah sehingga masyarakat harus menunda pembayaran
listrik. Dari 88 responden terdapat 32 responden (36,36%) menjawab tidak puas, 56
responden (63,64%) menjawab cukup puas, dan tidak ada yang menjawab puas.
83
b. Kehandalan (realibility)
Keandalan sendiri memiliki arti kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. Pada penelitian ini, keandalan dari
pelayanan unit usaha layanan listrik BUMDesa Sekapuk dapat dilihat dari prosedur
pelayanan dan keteraturan jadwal operasional yang ada di BUMDesa Sekapuk.
Dengan mudahnya prosedur pelayanan dan keteraturan jadwal yang baik maka akan
memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Tabel 24. Distribusi jawaban variabel Keandalan (realiability)
Item
Jawaban
Tidak puas Cukup Puas Puas
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Prosedur
pelayanan 0 0 28 31,82 60 68,18
Keteraturan
jadwal
operasional
0 0 41 46,59 47 53,41
Sumber: Data primer diolah 2017
Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa kepuasan dari variabel keandalan
sudah baik. Dari 88 responden yang wawancarai mengenai prosedur pelayanan
terdapat 28 responden (31,82%) yang menjawab cukup puas dan 60 responden
(68,18%) yang menjawab puas dengan prosedur pelayanan. Hal ini dikarenakan
masyarakat sudah merasa puas dengan prosedur pelayanan yang tidak memberatkan
masyarakat dalam melakukan transaksi pada unit usaha layanan BUMDesa
Sekapuk. Selanjutnya pada keteraturan jadwal terdapat 41 responden (46,59%)
yang menjawab cukup puas dengan keteraturan jadwal operasional unit usaha
layanan listrik BUMDesa Sekapuk dan terdapat 47 responden (53,41%) yang
menjawab puas. Masyarakat masih merasa cukup puas karena pada pagi hari,
jadwal dalam awal beroperasi masih kurang teratur.
84
c. Ketanggapan (responsiveness)
Daya tanggap (responsiveness) yaitu resppon atau kesigapan pegawai dalam
membantu konsumen dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Pada
penelitian ini untuk melihat ketanggapan yang dapat diberikan oleh unit usaha
layanan listrik adalah kecepatan dan ketepatan dalam menanggapi masalah ,
kecepatan dalam menangani transaksi, dan pemberian informasi terkait unit usaha
layanan listrik.
Tabel 25. Distribusi jawaban variabel Ketanggapan (responsiveness)
Item
Jawaban
Tidak puas Cukup Puas Puas
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Kecepatan
dan
ketepatan
menanggapi
masalah
31 35,23 53 60,23 4 4,55
Kecepatan
dalam
menangani
transaksi
0 0 32 36,36 56 63,64
Pemberian
informasi
terkait unit
usaha
layanan
26 29,55 57 64,77 5 5,68
Sumber: Data primer diolah 2017
Tabel 25 tersebut menunjukkan bahwa adanya ketidakpuasan masyarakat
desa sekapuk dari segi ketanggapan. Untuk kecepatan dan ketepatan menanggapi
masalah, tardapat 31 responden (35,23%) menjawab tidak puas, 53 responden
(60,23%) menjawab cukup puas, dan 4 responden (4,55%) yang menjawab puas.
Hal ini dikarenakan dalam menangani permasalahan koneksi internet unit usaha
layanan tidak memiliki teknisi yang handal dan lokasi cukup jauh dari kota,
sehingga permasalahan tidak dapat diselesaikan dengan cepat. Indikator kecepatan
dalam menangani transaksi responden cukup puas dan puas dikarenakan pelayanan
yang cepat dilakukan oleh petugas dalam proses transaksi. Terdapat 32 responden
(36,36%) menjawab cukup puas dan 56 responden (63,64%) menjawab puas.
85
Pelayanan yang dilakukan oleh pegawai unit usaha layanan sudah baik sehingga
dalam melakukan pelayanan tidak pernah mengalami antrian yang panjang. Namun
pada indikator pemberian informasi terkait unit usaha layanan terdapat 26
responden (29,55%) yang menjawab tidak puas, 57 responden (64,77%) menjawab
cukup puas, dan 5 responden (5,68%) menjawab puas. Hal ini dikarenakan ketika
ada pengumuman seperti halnya adanya pemberian hadiah kepada 50 pembeli
pertama di hari ulang tahun BUMDesa Sekapuk tidak adanya pemberitahuan dari
BUMDesa Sekapuk. Responden hanya mengetahui dari masyarakat yang telah
mendapatkan hadiah.
d. Jaminan/kepastian (assurances)
Jaminan (assurances) meliputi kemampuan pegawai atas pengetahuan
terhadap produk secara tepat, perhatian dan kesopadan dalam memberikan
pelayanan, dan kemampuan dalam memberikan keamanan didalam memanfaatkan
jasa yang ditawarkan. Pada penelitian ini, jaminan/kepastian (assurances) dapat
dilihat dari keramahan dan kesopanan pegawai, dan kejujuran pegawai/pengurus.
Tabel 26. Distribusi jawaban variabel Jaminan/kepastian (assurances)
Item
Jawaban
Tidak puas Cukup Puas Puas
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Keramahan dan
kesopanan
pegawai
0 0 25 28,41 63 71,59
Kejujuran
pegawai/pengurus 0 0 39 44,32 49 55,68
Sumber: Data primer diolah 2017
Tabel 26 menunjukkan bahwa pelayanan unit usaha layanan listrik sudah
baik. Dilihat dari penilaian responden terhadap keramahan dan kesopanan pegawai
terdapat 25 responden (28,41%) menjawab cukup puas, dan 63 responden (71,59%)
menjawab puas. Selanjutnya pada kujuran pegawai/pengurus terdapat 39 responden
(44,32%) menjawab cukup puas dan 49 responden (55,68%) yang menjawab puas.
Responden menjawab cukup puas dikarenakan masih terdapat masyarakat yang
tidak mengetahui terdapat adanya penambahan biaya adminsitrasi.
86
e. Kepedulian (empathy)
Kepedulian (empathy), yaitu perhatian secara individual yang diberikan
perusahaan kepada konsumen atau pelanggan. Pada penelitian ini kepedulian
(empathy) dapat dilihat dari pemberian hadiah dan pemberian patokan harga jasa
(biaya administrasi). Dengan tingginya empathy akan berdampak pada loyalitas
pelanggan terhadap perusahaan atau badan usaha.
Tabel 27. Distribusi jawaban variabel kepedulian (empathy)
Item
Jawaban
Tidak puas Cukup Puas Puas
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Pemberian
hadiah 6 6,82 45 51,14 37 42,05
Patokan
harga jasa 3 3,41 36 40,91 49 55,68
Sumber: Data primer diolah 2017
Tabel 27 menunjukkan dari variabel kepedulian (empathy) unit usaha
layanan listrik sudah baik. Indikator pemberian hadiah terdapat 6 responden
(6,82%) menjawab tidak puas , 45 responden (51,14%) menjawab cukup puas, dan
37 responden (42,05%) menjawab puas. Ketidakpuasan responden dikarenakan
pada tahun 2013-2015 BUMDesa Sekapuk memberikan hadiah dengan cara
mengadakan gerak jalan bersama untuk seluruh masyarakat desa dan yang
mendapatkan hadiah door prize sebagian besar bukan masyarakat yang menjadi
pelanggan BUMDesa Sekapuk, sehingga terdapat pelanggan yang merasa
keberatan dikarenakan tidak pernah mendapatkan hadiah. Selanjutnya pada patokan
harga jasa terdapat 3 responden (3,41%) yang menjawab tidak puas, 36 responden
(40,91%) menjawab cukup puas, dan 49 responden (55,68%) menjawab puas.
Sebagian besar masyarakat merasa patokan harja jasa yang ditetapkan tidak
memberatkan pelanggan.
87
Sumber: Data primer diolah 2017
5.2.2.3 Reputasi
Dalam melakukan manajerial suatu organisasi diperlukan suatu penilaian
dari masyarakat untuk melihat sejauh mana organisasi tersebut berjalan. Hal ini
juga dapat dilihat dari reputasi organisasi internal di pandangan masyarakat yang
bersangkutan dengan organisasi tersebut. Dengan reputasi yang baik maka
masyarakat akan merasa senang hati menggunakan jasa ataupun produk dari
organisasi atau usaha tersebut. Dari data yang diperoleh dengan pertanyaan
dilapang yang valid, terdapat 9 data yang menjawab 1 (tidak setuju), 322 data yang
menjawab 2 (kurang setuju), dan 549 data yang menjawab 3 (setuju). Jika dilakukan
pengukuran untuk mendapatkan skor pada balanced scorecard dengan total
jawaban 2300 membuktikan bahwa reputasi bernilai 1 atau “baik”.
a. Emotional Appeal
Emotional appeal adalah daya tarik emosional yang berhubungan dengan
kebutuhan sosial atau psikologi konsumen terhadap perusahaan atau badan usaha.
Pada penelitian ini, emotional appeal dapat dilihat dari perasaan suka responden
terhadap pelayanan BUMDesa Sekapuk dan kepercayaan responden kepada
BUMDesa Sekapuk. Dengan tingginya emotional appeal responden terhadap
BUMDesa Sekapuk maka akan semakin baik pula reputasi dari BUMDesa
Sekapuk.
Tabel 28. Distribusi jawaban variabel emotional appeal
Item
Jawaban
Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Perasaan
suka
terhadap
pelayanan
BUMDesa
Sekapuk
0 0 27 30,68 61 69,32
Percaya
pada
BUMDesa
Sekapuk
0 0 31 35,23 57 64,77
88
Dari tabel 28 menunjukkan bahwa emotional appeal dari responden
terhadap BUMDesa Sekapuk dinilai baik. Dikarenakan pada pertanyaan mengenai
perasaan suka terhadap pelayanan BUMDesa Sekapuk dari 88 responden 27
responden (30,68%) menjawab kurang setuju dan 61 respoden (69,32%) menjawab
setuju. Hal ini terjadi karena masyarakat merasa unit usaha layanan telah beroperasi
sesuai SOP dan menerima keluhan dari pelanggan. Selanjutnya pada pertanyaan
mengenai kepercayaan pada BUMDesa Sekapuk, 31 responden (35,23%)
menjawab kurang setuju dan 57 responden (64,77%) menjawab setuju. Sebagian
besar masyarakat percaya bahwa keuntungan unit usaha layanan pada BUMDesa
Sekapuk akan berdampak pada pemberian kontribusi kepada desa.
b. Product and service
Product and service adalah kemampuan dari BUMDesa Sekapuk dalam
menciptakan suatu produk dan pelayan dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian
kepada pelanggan. Dalam penelitian ini product and service dapat dinilai dengan
melihat inovasi BUMDesa Sekapuk dalam mendapatkan pelanggan.
Tabel 29. Distribusi jawaban variabel product and service
Item
Jawaban
Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Bumdesa
Selalu
berinovasi
0 0 33 37,5 55 62,5
Sumber: Data primer diolah 2017
Tabel 29 menunjukkan bahwa BUMDesa Sekapuk dalam berinovasi dinilai
baik. Hal ini dikarenakan dari 88 responden terdapat 33 responden (37,5%)
menjawab kurang setuju dan 55 responden menjawab (62,5%) setuju. Sebagian
besar masyarakat berpendapat bahwa BUMDesa Sekapuk selalu berinovasi dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat Desa Sekapuk. Dengan baiknya penilaian
masyarakat mengenai BUMDesa Selalu berinovasi akan berdampak pada baiknya
reputasi BUMDesa Sekapuk pada pandangan masyarakat.
89
c. Vision and leadership
vision and leadership mengacu kepada bagaimana unit usaha di kelola
berdasarkan kepemimpinannya dan visinya. Pada penelitian ini untuk melihat
visian and leadership dapat dilihat dari kepemimpinan BUMDesa Sekapuk,
bagaimanan visi yang dimiliki BUMDesa Sekapuk, dan bagaimana BUMDesa
Sekapuk dalam memanfaatkan dan mencari peluang yang ada. Semakin baik vision
and leadership yang dimiliki oleh BUMDesa Sekapuk maka akan semakin baik
pula reputasi yang dimiliki oleh BUMDesa Sekapuk.
Tabel 30. Distribusi jawaban variabel vision and leadership
Item
Jawaban
Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
BUMDesa
Sekapuk memiliki
pemimpin yang
handal
0 0 28 31,82 60 68,18
BUMDesa
Sekapuk memiliki
visi yang jelas
0 0 35 39,77 53 60,23
BUMDesa
Sekapuk mahir
dalam mencari
dan
memanfaatkan
peluang
0 0 31 35,23 57 64,77
Sumber: Data primer diolah 2017
Tabel 30 menunjukkan bahwa BUMDesa Sekapuk memiliki vision and
leadership yang baik. Dari 88 responden yang diwawancarai mengenai kehandalan
pemimpin BUMDesa Sekapuk terdapat 28 responden (31,82%) menjawab kurang
setuju dan 60 responden (68,18%) menjawab setuju. Sebagian besar masyarakat
yakin bahwa ketua BUMDesa Sekapuk selalu berupaya untuk kemajuan BUMDesa
Sekapuk yang akan berdampak kepada perubahan pada desa Sekapuk yang lebih
baik. Selanjutnya pada pertanyaan mengenai visi yang dimiliki oleh sekapuk
terdapat 35 responden (39,77%) yang menjawab kurang setuju dan 53 responden
menjawab (60,23%) setuju. Lalu pada pertanyaan mengenai kemahiran BUMDesa
Sekapuk dalam mencari dan memanfaatkan peluang terdapat 31 responden
90
(35,23%) menjawab kurang setuju dan 57 responden (64,77%) menjawab setuju.
Sebagian besar masyarakat berpendapat BUMDesa Sekapuk mampu mencari
peluang dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
d. Workplace environtment
workplace environtment mengacu kepada lingkungan di tempat bekerja.
Untuk melihat workplace environtment dapat dilihat dari pengelolaan BUMDesa
Sekapuk dan bagaimana BUMDesa Sekapuk menjadi tempat untuk bekerja.
Dengan baiknya penilaiaan responden mengenai workplace environtment maka
semakin baik pula reputasi yang dimiliki oleh BUMDesa Sekapuk.
Tabel 31. Distribusi jawaban variabel workplace environtment
Item
Jawaban
Tidak puas Cukup Puas Puas
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
BUMDesa
Sekapuk
dikelola
dengan baik
0 0 38 43,18 50 56,82
BUMDesa
Sekapuk
merupakan
tempat yang
baik untuk
bekerja
9 10,23 36 40,91 43 48,86
Sumber: Data primer diolah 2017
Tabel 31 menunjukkan bahwa terdapat responden yang tidak setuju bahwa
BUMDesa Sekapuk sebagai tempat yang baik untuk bekerja. Pada pertanyaan
mengenai pengelolaan BUMDesa Sekapuk 38 responden (43,18%) menjawab
kurang setuju dan 50 responden (56,82%) menjawab setuju. Selajutnya pada
pertanyaan bagaimana BUMDesa Sekapuk sebagai tempat untuk bekerja terdapat
9 responden (10,23%) menjawab tidak setuju, 36 responden (40,91%) menjawab
kurang setuju, dan 43 responden (48,86%) menjawab setuju. Hal ini dikarenakan
masyarakat berpendapat bahwa gaji yang diterima oleh karyawan/pegawai
BUMDesa Sekapuk tergolong rendah.
91
e. Social responsibility
Social responsibility mengacu kepada tanggung jawab BUMDesa Sekapuk
terhadap sosial masyarakat dan lingkungan. Untuk melihat social responsibility
dapat dilihat dari apakah BUMDesa Sekapuk berpengaruh terhadap sosial
masyarakat desa dan apakah BUMDesa Sekapuk bertanggung jawab terhadap
lingkungan sekitar.
Tabel 32. Distribusi jawaban variabel social responsibility
Item
Jawaban
Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
BUMDesa
Sekapuk
berpengaruh
terhadap sosial
masyarakat
desa
0 0 32 36,36 56 63,64
BUMDesa
Sekapuk
bertanggung
jawab dengan
lingkungan
0 0 31 35,23 57 64,77
Sumber: Data primer diolah 2017
Tabel 32 menunjukkan bahwa BUMDesa Sekapuk memiliki penilaian yang
baik pada social responsibility. Dari 88 responden yang wawancarai mengenai
BUMDesa Sekapuk berpengaruh terhadap sosial masyarakat desa terdapat 32
responden (36,36%) menjawab kurang setuju dan 56 responden (63,64%)
menjawab setuju. Sebagian besar masyarakat setuju bahwa BUMDesa Sekapuk
memberikan dampak sosial yang positif kepada masyarakat. Selanjutnya pada
pertanyaan menganai BUMDesa Sekapuk bertanggung jawab dengan lingkungan
terdapat 31 responden (35,23%) menjawab kurang setuju dan 57 responden
(64,77%) menjawab setuju. Hal ini dikarenakan BUMDesa Sekapuk selalu
memperhatikan lingkungan sekitar. BUMDesa Sekapuk terletak di dekat pasar desa
Sekapuk yang permasalahannya adalah menumpukan sampah. Dengan melihat hal
tersebut BUMDesa Sekapuk membuat jasa pembuangan sampah untuk menangani
permasalahan ini.
92
Jika dikaitkan dengan penerapannya BUMDeas Sekapuk kepada
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan dapat meberikan solusi kepada masalah
sosial. Perlu diketahui beberapa masalah sosial yang penting yang dikemukakan
oleh Soekanto (2012) yaitu kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah
generasi muda, peperangan, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat,
masalah kependudukan, masalah lingkungan, dan birokrasi. Hal ini membuktikan
bahwa BUMDesa Sekapuk telah berupaya dalam memberikan perbaikan dari segi
masalah lingkungan dan membantu masyarakat miskin desa setempat. Hal ini juga
sesuai dengan visi misi BUMDesa Sekapuk yaitu “Memberikan Pelayanan Terbaik
dan Da pat Melakukan Pemberdayaan serta Mempunyai Tanggung Jawab Sosial
kepada Masyarakat”. Selain itu, mengenai hubungan antara reputasi, kepuasan dan
kinerja perusahaan dijelaskan oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih
(2014) yang menjelaskan bahwa organisasi dengan reputasi yang baik akan
meningkatkan ukuran dari organisasinya dan dapat mencapai kinerja yang baik
apabila dapat mengelola dana secara efektif mengatasi hambatan dan memperoleh
peluang-peluang yang ada. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wibowo (2014) bahwa terdapat hubungan yang saling berkaitan antara kinerja
universitas, reputasi universitas, dan pemilihan universitas oleh mahasiswa.
Universitas yang memiliki reputasi baik maka lebih diminati oleh mahasiswa
5.2.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
5.2.3.1 Inovasi
Pada Unit Usaha Layanan BUMDesa Sekapuk memiliki inovasi untuk
menarik pelanggan agar lebih loyal dan percaya kepada unit usaha layanan dengan
cara memberikan hadiah kepada masyarakat setiap tahunnya di ulang tahun
BUMDesa Sekapuk. Hadiah ini berisikan sembako kepada masyarakat pengguna
jasa layanan. Hadiah ini diberikan kepada 50 pelanggan pertama yang melakukan
pembayaran listrik pada bulan maret di BUMDesa Sekapuk dan tidak dapat
diwakilkan oleh orang lain. Hal ini memberikan intensif kepada pelanggan agar
tetap loyal kepada BUMDesa Sekapuk dan menjadi pelanggan setiap unit usaha
layanan. Selain itu, pada tahun sebelumnya unit usaha ini memberikan hadiah
kepada masyarakat desa berupa door prize kepada masyarakat desa sekapuk dengan
93
mengadakan gerak jalan santai. Jika dilakukan analisis dengan pendekatan
balanced scorecard maka inovasi yang di berikan lebih dari satu, berupa pemberian
hadiah kepada pelanggan setahun sekali dan gerak jalan santai setiap tahun sekali.
Dari inovasi dinilai kinerja unit usaha “baik” dengan skala pembobotan 1.
5.2.3.1 Layanan Purnajual
Pada unit usaha layanan BUMDesa Sekapuk memiliki layanan purna jual
seperti halnya menerima keluhan masyarakat mengenai pemakaian listrik. Dalam
hal ini unit usaha layanan BUMDesa Sekapuk dapat menjadi pemberi pesan kepada
pihak PLN mengenai keluhan masyarakat desa sekapuk. BUMDesa Sekapuk telah
berupaya dalam pencapaian visi dan misinya yang menitik beratkan pelayanan dan
pemenuhan kebutuhan masayarakat desa Sekapuk. Dalam balanced scorecard pada
layanan purna jual diberikan skor “cukup” dengan skala pembobotan 0.
5.2.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
5.2.4.1 Tingkat Absensi Pegawai
Tabel 33. Data Absensi Pegawai
Tahun Jumlah hari
kerja
Jumlah
absensi
Tingkat
Absensi(%)
Skor
2014 301 1 0,33 1
2015 301 3 1 1
2016 301 3 1 1
Total Skor 3
Skor Maksimum 3
Skor rata-rata 1
Sumber: Data primer diolah 2017
Tingkat absensi pegawai ini berguna untuk melihat kedisiplinan
karyawan/pegawai dalam menjalankan tanggung jawabnya. Pada tahun 2014
Jumlah absensi dalam 1 tahun oleh karyawan yang bekerja di unit usaha layanan
sebesar 1 hari dengan jumlah hari kerja 301 hari yang menghasilkan tingkat absensi
karyawan/pegawai dalam setahun sebesar 0,33 %. Pada tahun 2015 terjadi
peningkatan jumlah absensi menjadi 3 hari dengan total hari kerja 301 hari yang
menghasilkan tingkat absensi karyawan/pegawai dalam setahun sebesar 1 %. Pada
tahun 2016 tidak terjadi peningkatan dan penurunan pada absensi yaitu 3 hari
dengan total hari kerja 301 hari yang menghasilkan tingkat absensi
94
karyawan/pegawai dalam setahun sebesar 1 %. Namun, terdapat ketidakhadiran
karyawan/pegawai berjumlah 44 hari dengan keterangan ijin. Hal ini dikarenakan
pada bulan maret – april pegawai mengambil cuti hamil sehingga semua tugas yang
dijalankan oleh listrik di gantikan oleh pegawai yang bertugas pada unit usaha lain.
Dari hasil yang didapat maka penilaian balanced scorecard bernilai “baik” dengan
angka 1 dikarenakan tingkat absensi masih di bawah 5%. Menurut Tahaka (2014)
penilaian skor rata-rata 1 termasuk pada kategori “baik” dan bernilai 1. penentuan
5% berasal dari penetapan ketua BUMDesa Sekapuk selaku pemegang kebijakan.
5.2.4.2 Tingkat Produktivitas Pegawai
Tabel 34. Data Produktivitas Pegawai
Tahun Penerimaan Jumlah
Pegawai
Produktivitas
Pegawai
Skor
2014 Rp 707.263.191 1 Rp 587.427 -1
2015 Rp 691.419.405 1 Rp 574.268 -1
2016 Rp 657.207.718 1 Rp 545.835 -1
Total Skor -3
Skor Maksimum 3
Skor rata-rata -1
Sumber: Data primer diolah 2017
Tingkat produktivitas pada unit usaha layanan listrik online di BUMDesa
Sekapuk dengan jumlah karyawan/pegawai sebesar satu orang mengalami
penurunan setiap tahunnya. Hal ini dipengaruhi oleh pendapatan yang didapat oleh
unit usaha layanan. Pada tahun 2014 produktivitas karyawan/pegawai di unit usaha
layanan listrik online sebesar Rp587.427. Pada tahun 2015 terjadi penurunan
dikarenakan besarnya pengeluaran dari unit usaha layanan dibandingkan dengan
pemasukan yang diterima dengan produktivitas karyawan sebesar Rp574.268. Pada
tahun 2016 terjadi penurunan dengan produktivitas karyawan/pegawai sebesar
Rp545.835. Hal ini disebabkan permasalahan pada koneksi internet yang
mengakibatkan pelanggan tidak dapat membayar di waktu yang ditentukan
sehingga mengakibatkan sebagian besar pelanggan menggunakan jasa layanan
diluar BUMDesa Sekapuk. Dari hasil yang didapat maka penilaian balanced
scorecard untuk produktivitas karyawan/pegawai adalah “buruk” dengan nilai -1.
95
Menurut Tahaka (2014) skor rata-rata -1 termasuk pada kategori “buruk” dan
bernilai -1.
Penelitian yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh Hamdani (2016) yang
menganalisis pengaruh tingkat absensi terhadap produktivitas kinerja karyawan
pada bagian servise di Suzuki Surabaya menghasilkan kesimpulan bahwa tingkat
absensi berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karyawan. Hal ini secara
tidak langsung akan mempengaruhi kinerja dari suatu perusahaan tersebut. Pada
penelitian yang telah dilakukan di unit usaha layanan listrik ini indikator tingkat
absensi memiliki skor yang baik namun indikator tingkat produktivitas karyawan
memiliki skor buruk. Hal ini disebabkan karena pada perhitungan produktivitas
karyawan memiliki faktor-faktor penentu lain selain tingkat absensi salah satunya
adalah pendapatan. Hal ini didukung oleh OECD (2008) yang mengatakan bahwa
produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh pemasukan keuangaan.
5.2.5 Rata-Rata Kinerja Keempat Perspektif Dengan Balanced Scorecard
Tabel 35. Data penilaian kinerja balanced scorecard keseluruhan
Konsep Indikator 2014 2015 2016 Skor
BSC
Finansial GR -3,27 -2,24 -4,95 0
ROA 0,28 -0,28 0,27 0
ATO 29,52 37,17 20,24 -1
Pelanggan Kepuasan
pelanggan
Skor Indeks Kepuasan
2476
1
Reputasi Skor Indeks Reputsi
2300
1
Proses Bisnis
internal
Inovasi Terdapat 2 inovasi untuk meningkatkan
loyalitas pelanggan
1
Layanan
Purnajual
Terdapat 1 layanan purnajual untuk
meningkatkan pelayanan
0
Pertumbuhan
dan
pembelajaran
Tingkat
Absensi
0,33 1 1 1
Produktivitas
Pegawai
587.427 574.268 545.835 -1
Total skor 2
Skor maksimum 9
Skor rata-rata 0,22
Sumber: Data primer diolah 2017
96
Gambar 6. Kinerja unit usaha layanan BUMDesa Sekapuk
Tabel 35 menunjukkan bahwa adanya perbedaan penilaiaan antara
keempat perspektif. Perbedaan ini akan mengacu kepada penilaian kinerja yang
dimiliki oleh BUMDesa Sekapuk. Perspektif finansial memiliki tiga aspek
penilaian yaitu growth in revenue (GR), dengan nilai 0 atau “cukup”, return on
assets (ROA) dengan nilai 0 atau “cukup”, dan assets turn over (ATO) dengan nilai
-1 atau “buruk”. Dengan begitu perspektif finansial secara keseluruhan dapat dinilai
kurang baik dikarenakan adanya penurunan finansial dari keuangan unit usaha
layanan setiap tahunnya dari tahun 2014-2016. Selanjutnya pada perspektif
pelanggan memiliki 2 aspek penilaian yaitu kepuasan pelanggan dengan nilai 1 atau
“Baik” dan reputasi dengan nilai 1 atau “Baik”. Hal ini dikatakan baik dikarenakan
secara keseluruhan kepuasan dan reputasi BUMDesa Sekapuk sudah dinilai baik
oleh responden namun terdapat beberapa kekurangan yang dimiliki dan harus
diperbaiki. Kemudian pada perspektif proses bisnis internal terbagi menjadi 2 aspek
penilaian yaitu inovasi dengan nilai 1 atau “Baik” dan layanan purna jual dengan
nilai 0 atau “Cukup Baik”. Unit usaha layanan listrik BUMDesa Sekapuk sudah
cukup banyak inovasi yang dilakukan untuk membuat pelanggan tetap loyal kepada
unit usaha layanan listrik. Namun, pada layanan purna jual unit usaha hanya
memiliki satu jenis layanan purna jual sehingga penilaian pada layanan purna jual
dikatakan cukup baik. Persepektif pembelajaran dan pertumbuhan unit usaha
layanan listrik memiliki dua aspek penilaian yaitu produktivitas karyawan/pegawai
dengan nilai -1 atau “buruk” dan tingkat absensi karyawan/pegawai dengan nilai 1
atau “ baik”. Nilai baik pada tingkat absensi karyawan/pegawai dikarenakan tingkat
persentase kehadiran dalam 1 tahun masih dibawah 5% walaupun banyaknya ijin
pada tahun 2016 yang ada disebabkan pengambilan cuti hamil pegawai. Namun,
ijin tersebut masih dapat ditolerir oleh sistem yang ada di BUMDesa Sekapuk
sehingga penilaian absensi masih termasuk kategori baik.
0 1 -1 0,22 0,6
Cukup Baik Kurang
97
Penilaian keempat perspektif ini akan berdampak pada kinerja usaha
layanan listrik. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniawanto (2013)
yang membuktikan adanya pengaruh dari keempat perspektif balanced scorecard
terhadap kinerja suatu usaha. Sehingga selanjutnya untuk mengetahui kinerja unit
usaha layanan maka diperlukan perhitungan secara keseluruhan. Dari hasil yang
didapatkan dengan total skor rata-rata sebesar 0,22 menunjukkan bahwa kinerja
unit usaha layanan listrik online pada BUMDesa Sekapuk cukup baik dan perlu
adanya peningkatan lagi pada peningkatan pendapatan, absensi dan layanan purna
jual.
5.3 Kontribusi BUMDesa Sekapuk Kepada PADes
BUMDesa Sekapuk adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk
memberikan kontribusi kepada pendapatan asli desa seperti yang sudah dijelaskan
pada PERDes BUMDesa Sekapuk. Sejak awal berdiri BUMDesa Sekapuk adalah
BUMDesa yang menggabungkan lembaga ekonomi desa yang ada di desa sekapuk.
BUMDesa Sekapuk dituntut untuk dapat memberi sumbangan ataupun kontribusi
kepada desa berdasarkan penetapan desa. Penetapan pemberian kontribusi yang
ada di BUMDesa Sekapuk dilakukan dengan tujuan untuk memberi bantuan kepada
pembangunan desa. Penetapan yang ada di BUMDesa Sekapuk ini berdasarkan
kemampuan lembaga ekonomi desa yang ada sebelum adanya penggabungan
menjadi BUMDesa Sekapuk. Namun, penetapan ini tidak sesuai dengan
kemampuan BUMDesa Sekapuk dalam mendapatkan keuntungan. Ketidakseuaian
ini dapat mengakibatkan permasalahan kepada keuangan BUMDesa Sekapuk yang
berdampak pada sulitnya BUMDesa Sekapuk dalam melakukan pengembangan
usaha dan mensejahterakan pegawainya. Berdasarkan dari data keuangan
BUMDesa Sekapuk dari tahun 2014 – 2016 dapat dilihat BUMDesa Sekapuk
mampu mendirikan kontribusi kepada desa Sekapuk sebesar yang tertera pada tabel
36 :
98
Tabel 36. Kontribusi BUMDesa Sekapuk kepada Desa Sekapuk
2014 2015 2016
Januari 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Februari 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Maret 4.500.000 4.500.000 4.500.000
April 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Mei 4.500.000 4.500.000 0
Juni 4.500.000 4.500.000 0
Juli 4.500.000 4.500.000 0
Agustus 4.500.000 4.500.000 0
September 4.500.000 4.500.000 0
Oktober 4.500.000 4.500.000 0
November 4.500.000 4.500.000 0
Desember 4.500.000 4.500.000 0
Jumlah 54.000.000 54.000.000 18.000.000
Sumber: Data primer diolah 2017
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa BUMDesa Sekapuk mampu
memberikan kontribusi pada tahun 2014 sebesar Rp54.000.000 dengan
memberikan kontribusi Rp4.500.000 setiap bulannya kepada desa. pada tahun 2015
BUMDesa Sekapuk mampu memberikan kontribusi sebesar Rp54.000.000 dengan
memberikan kontribusi Rp4.500.000 setiap tahunnya hal ini serupa dengan tahun
2014 dikarenakan adanya penetapan dari desa dalam memberikan kontribusi
sebesar Rp4.500.000 setiap bulannya. Namun pada tahun 2016 terdapat perbedaan
kontribusi dari BUMDesa kepada desa, pada tahun 2016 BUMDesa Sekapuk
memberikan kontibusi kepada pemerintah sebesar Rp18.000.000. Hal ini
dikarenakan adanya pemberhetian kebijakan desa dalam pemberian kontribusi,
karena hal ini dianggap memberatkan BUMDesa Sekapuk untuk bisa berkembang.
Untuk setiap kontribusinya dari Rp 4.500.000 terdapat persentase
pembagian berdasarkan kemampuan unit usaha dalam mendapatkan keuntungan.
Untuk unit usaha listrik mampu memberikan Rp 450.000 setiap bulannya kepada
desa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara kepada Bapak Asjudi sebagai ketua
BUMDesa Sekapuk yang menyatakan bahwa :
99
“ Dari sumbangan yang diberikan BUMDesa Sekapuk tidak pernah ada
perhitungan pembagian dari setiap unit usahanya. Hal ini dikarenakan
unit usaha yang ada di BUMDesa Sekapuk digabung menjadi satu
pembukuan. Namun, untuk pembagiannya unit HIPPAM yang
memberikan kontribusi terbesar yaitu 50% dikarenakan pendapatannya
yang besar sedangkan layanan listrik PPOB 10% , UED dan LKM 20% ,
agrobisnis 5%, dan tambang 15% ”.
Pendapatan Asli Desa (PADes) ini berkaitan dengan hubungan BUMDesa
Sekapuk sebagai pelaku kegiatan ekonomi desa dengan pemerintah desa. Sehingga
hal ini perlu dikaitkan dengan good governace. Salah yang termasuk prinsip dari
good governance adalah transparansi, efektifitas kerja, dan efisiensi sumber dan
anggaran. Dalam permasalahan ini terlihat bahwa BUMDesa Sekapuk merasa
kesulitan dengan adanya penetapan pemberian kontribusi yang ditetapkan oleh
pemerintah desa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara kepada bapak Asjudi
sebagai ketua BUMDesa Sekapuk yang menyatakan bahwa :
“ Penetapan pemberian kontribusi yang terjadi di desa sekapuk ini awal
mulanya berdasarkan kemampuan lembaga ekonomi desa sebelum
adanya BUMDesa Sekapuk. Namun, kenyataannya penetapan ini tidak
sesuai dengan kondisi keuangan BUMDesa Sekapuk. Pada awalnya
BUMDesa Sekapuk memiliki 14 pegawai mas, tapi sekarang sudah
dikurangi dengan tujuan mensejahterakan pegawai dan efisiensi kerja. Ini
terjadi karena gaji yang diberikan dianggap terlalu rendah. “
Dari hasil wawancara tersebut salah satu permasalahan kuangan
BUMDeas Sekapuk terjadi dikarenakan adanya penetapan kontribusi PADes yang
cukup tinggi. Hal ini akan berdampak pada pencapaian misi BUMDesa Sekapuk
dalam mensejahterakan pegawai. Pada tahun 2016 pemberhentian pemberian
kontribusi PADes juga akan berdampak kepada pencapaian misi BUMDesa
Sekapuk. BUMDesa Sekapuk seharusnya dapat memberikan kontribusi PADes
berupa hasil usaha. Pada tahun 2016 BUMDesa Sekapuk hanya memberikan
kontribusi berupa sumbangan kepada acara ataupun kegiatan desa. Pemberhentian
ini juga tidak sesuai dengan PERDes Sekapuk No 2 tahun 2014 pasal 5. Untuk itu
diperlukan suatu transparansi informasi mengenai permasalahan ini antara
BUMDesa Sekapuk sebagai pelaku ekonomi desa dan pemerintah desa. Hal ini
diperlukan untuk menjaga setiap pilar dari good governance menjadi saling bekerja
sama dengan baik sehingga akan membuat suatu pemerintahan yang baik pula.
100